analisis semiotika terhadap makna unsur-unsur...
TRANSCRIPT
ANALISIS SEMIOTIKA TERHADAP MAKNA UNSUR-UNSUR BUDAYA YOGYAKARTA DI BALIK PERISTIWA
PERAMPOKAN DI FILM JAVA HEAT
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I.)
Oleh:
FIKRI ANUGRAH
NIM:1110051000072
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H / 2014 M
ANALISIS SEMIOTIKA TERHADAP MAKNA UNSUR-UNSUR BUDAYA YOGYAKARTA DI BALIK PERISTIWA
PERAMPOKAN DI FILM JAVA HEAT
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam
(S.kom.I)
Oleh
Fikri Anugrah
NIM: 1110051000072
Di Bawah Bimbingan
Dr. Armawati Arbi, M.Si
NIP: 19650207 199103 2 002
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1435 H. / 2014 H.
PENGESAHAN PANITIAN UJIAN
Skripsi berjudul ANALISIS SEMIOTIKA TERHADAP MAKNA UNSUR-UNSUR BUDAYA YOGYAKARTA DI BALIK PERISTIWA PERAMPOKAN DI FILM JAVA HEAT telah di ujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 24 Juli 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Ciputat, 24 Juli 2014
Sidang Munaqasyah,
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota
Drs. Jumroni, M.Si Fita Fatkhurokhmah, M. Si
NIP. 19630515 199203 1 006 NIP. 1983060 200912 2 001
Anggota
Penguji I Penguji II
Drs. Jumroni, M.Si Rachmat Baihaky, MA
NIP. 19630515 199203 1 006 NIP. 19830610 200912 2 001
Pembimbing
Dr. Armawati Arbi, M.Si
NIP. 19650207 199103 2 002
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli Saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 24 Juli 2014
Fikri Anugrah
i
ABSTRAK
Fikri Anugrah 1110051000072 ANALISIS SEMIOTIKA TERHADAP MAKNA UNSUR-UNSUR BUDAYA YOGYAKARTA DI BALIK PERISTIWA PERAMPOKAN DI FILM JAVA
HEAT
Film memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap pola pikir dan perilaku masyarakat. Karena di dalam Film banyak pesan atau tindakan-tindakan yang bisa di tiru. Dalam film Java Heat, merupakan film aksi. Film ini menjadi tidak biasa ketika mengangkat eksotiknya Yogyakarta dengan kasus terorisme yang selalu di kaitkan dengan Islam.
Penelitian ini akan di batasi pada model Roland Barthes, dan unsur-unsur budaya Yogyakarta di balik peristiwa perampokan. Oleh karena itu penulis merumuskan masalah peneliti sebagai berikut : Bagaimanakah makna Denotasi, konotasi dan Mitos yang terdapat dalam film Java Heat? Bagaimanakah makna unsur Budaya Yogyakarta dibalik peristiwa perampokan?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Subjek penelitian ini adalah film java Heat, sedangkan unit analisisnya adalah beberapa scene gambar atau visual yang terdapat dalam film Java Heat juga dari teks yang ada pada film yang berkaitan dengan rumusan masalah.
Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data-data melalui observasi dan telaah teks, yang di analisis menggunakan teori semiotika Roland Barthes. Dimana tanda dilihat dari denotasi, konotasi dan mitos. Penelitian ini juga mengidentifikasi makna unsur-unsur budaya dengan menggunakan teori budaya menurut Samovar. Bisa dikatakan, melalui teori Roland Barthes dengan tanda denotasi, konotasi dan mitos, peneliti dapat lebih memahami makna atau simbol yang terkandung dalam dialog, pengambilan gambar dan gerak pemain film Java Heat. Sehingga penyampaian informasi yang diharapkan oleh sutarada film tersampaikan dengan cermat. Hasil penelitian menunjukan makna denotasinya adalah perampokan harta kraton, konotasinya adalah perjuangan dua orang investigasi untuk mengungkapkan di balik perampokan itu yang berbeda kenegaraannya, dan mitosnya adalah wacana jihad dan menerbangkan balon lampion. Temuan penelitian mengenai unsur-unsur budaya Yogyakarta dalam cara memberi salam dalam perjumpaan, sistem agama, sistem politik, sistem sikap, pakian dan penampilan, sistem keyakinan, nilai dan sikap, dan sistem rekreasi.
ii
KATA PENGANTAR
Bismilahirrahmanirrohiim
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang selalu
melimpahkan rahmat, taufiq, dan inayah-Nya kepada kita, karena Ridho yang
telah diberikan-Nya Sehingga penulis dapat menempuh jenjang akhir dalam
pendidikan sampai saat ini, atas izin-Nya pula lah sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan karya ilmiah guna mencapai gelar Sarjana Komunikasi Islam
(S.Kom.I).
Shalawat serta salam semoga dapat tercurahkan kepada panutan kita
bersama yaitu baginda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, yang
senantiasa membawa cahaya dan rahmat seru sekalian alam. Kini tiba saat dinanti-
nanti, sebuah perjalanan yang panjang penulis lalui dengan suka dan duka, pahit
dan getir sebuah perjuangan hidup. dengan tertatih– tatih dan dengan ketulusan
dari orang-orang yang telah mendoakan dan mensuport penulis baik dorongan doa
maupun materi, dan pada akhirnya telah sampailah pada puncak dimana penulis
akan melaporkan semua ilmu yang di dapat dalam berbentuk sebuah karya ilmiah.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari banyak sekali kesulitan dan
hambatan yang dihadapi, namun karena dengan adanya bantuan dari berbagai
pihak, penulis tidak akan pernah bisa menulis karya ini dengan baik. Semua itu
tidak terlepas dari arahan, bimbingan, dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini
pada jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
iii
Selanjutnya penulis ingin sekali mengucapkan rasa terimakasih yang
sedalam-dalamnya dan tiada terhingga karena atas bantuan dan bimbingan serta
arahannya yang diberikan kepada:
1. Dr. Arief Subhan M.A. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi. Jumroni, MS.i. Selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi
Umum, Suparto, Ph.D. Selaku Wakil Dekan Bidang Akademik, Dr.
Sunandar, MA. Selaku wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan.
2. Bpk. Rachmat Baihaky,MA. ketua jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam dan Ibu Fita Fathurokhmah,M.Si. Sekretaris Jurusan Komunikasi
dan Penyiaran Islam.
3. Dr. Umi Musyarofah,MA. selaku Dosen pembimbing akademik
4. Dr. Armawati Arbi,M.Si. Selaku Dosen pembimbing skripsi, yang telah
memberikan arahan pemikiran dan kesabaranya kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini. Di tengah kesibukanya ibu adalah sosok
perempuan yang hebat.
5. Para dosen, dan karyawan beserta Staf tata Usaha Fakultas Dakwah dan
Ilmu Komunikasi yang telah rela mengurusi kami para mahasiswa.
6. Kelompok KKN PELANGI 2013, Latif, Ega, Gilang, Azam, Irfan,
Ikhwan, Pandu, Syukri, Sarah, Sinta, Aica, Dery, Lita, Ribon, Anti, Cici,
dan Nida. Kenangan kebersamaan bersama kalian di Desa GunungSari-
Mauk banyak pengalaman yang sangat berarti bagi panulis. Semoga
silaturahminya jangan sampai terputus.
iv
7. Terima kasih kepada Teman-teman seperjuangan KPI C 2010 yang telah
memberikan semangat kebersamaan dalam meraih satu tujuan. Terima
kasihku dan maafkan atas segala kesalahan yang penulis pernah lakukan.
8. Terima kasih juga kepada teman seperjuangan dari SMA sampai saat ini.
Selama 7 tahun bersama-sama dalam dunia pendidikan. Sinta, dan Pandu
semoga semangat terus dalam meraih kesuksesan.
9. Kepada Kedua orang tuaku, Yudi dan Maimunah, serta Adikku sekalian,
yang telah rela memberikan kasih sayang dan rasa kepercayaan yang tiada
tara, dan tak akan pernah dapat penulis balas dengan harta sekalipun.
Untuk Ayah, Mamahku persembahkan skripsi ini sebagai wujud rasa
terimakasih ku yang tiada tara, serta doa yang dapat penulis berikan
semoga Kebaikan kalian di balas sama Allah SWT dengan sebaik-baiknya
balasan. Terima kasih kuucapkan.
10. Dan semua pihak yang terlibat membantu dalam penyelesaian penulisan
skripsi ini. Penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Akhirnya, penulis hanya mampu mengucapkan terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis dan
memberikan pelajaran hidup yang amat berarti dan berharga. Semoga Allah
membalas-Nya. Terimakasih atas segalanya dan mohon maaf apabila ada
kesalahan. Bilahi Taufiq Wal Hidayah Wasalamualaikum Wr. Wb.
Tangerang, 20 Juli 2014
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK .............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah .................................................. 6
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 7
E. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 8
F. Kerangka Konsep ........................................................................ 9
G. Metode Penelitian ....................................................................... 10
H. Sistematika Penulisan.................................................................. 12
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Makna Pesan Komunikasi Antarbudaya ...................................... 14
B. Konsep Yang Berkaitan Dengan Kebudayaan ............................. 15
C. Klasifikasi Film .......................................................................... 17
D. Pengertian Film .......................................................................... 18
E. Perkembangan Film .................................................................... 19
F. Ukuran Gambar ........................................................................... 22
vi
G. Teknik-Teknik Pembuatan Film ................................................. 24
H. Tanda-tanda Visual ..................................................................... 25
I. Semiotika Film............................................................................. 26
J. Konsep Umum Semiotika ............................................................ 27
K. Semiotika Roland Barthes .......................................................... 33
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Profil Singkat PH Margate Haouse .............................................. 37
B. Profil Sutradara Film Java Heat ................................................... 37
C. Profil Pemain Utama ................................................................... 39
D. Tim Produksi Film Java Heat (Pemain dan Crew) ....................... 43
E. Sinopsis Film Java Heat .............................................................. 45
BAB IV ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA UNSUR-UNSUR BUDAYA
YGYAKARTA DI PERISTIWA PERAMPOKAN DALAM FILM JAVA HEAT
A. Makna Unsur-Unsur Budaya Yogyakarta ................................... 46
B. Makna Denotasi, Konotasi, dan Mitos Dalam Film Java Heat..... 52
1. Scene 1................................................................................. 52
2. Scene 2................................................................................. 53
3. Scene 3................................................................................. 55
4. Scene 4................................................................................. 56
5. Scene 5................................................................................. 58
6. Scene 6................................................................................. 59
7. Scene 7................................................................................. 61
vii
8. Scene 8................................................................................. 62
9. Scene 9................................................................................. 64
10. Scene 10 ............................................................................... 65
11. Scene 11 ............................................................................... 67
12. Scene 12 ............................................................................... 68
13. Scene 13 ............................................................................... 70
14. Scene 14 ............................................................................... 71
15. Scene 15 ............................................................................... 73
16. Scene 16 ............................................................................... 75
17. Scene 17 ............................................................................... 76
18. Scene 18 ............................................................................... 77
19. Scene 19 ............................................................................... 78
20. Scene 20 ............................................................................... 81
C. Unsur-Unsur Budaya Yogyakarta Di Balik Peristiwa Perampokan 82
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................ 85
B. Saran .................................................................................... 87
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kegiatan berkomunikasi dapat dikatakan bersifat sentral dalam kehidupan
manusia bahkan mungkin sejak awal keberadaan manusia sendiri, nyaris dalam
semua kegiatan dalam kehidupan manusia membutuhkan atau setidaknya disertai
komunikasi. Oleh karena itu, kajian ilmiah tentang gejala atau realitas komunikasi
mencakup bidang yang sangat luas, meliputi segala bentuk hubungan antar
manusia dan menggunakan lambang-lambang, misalnya bahasa verbal dan bahasa
non verbal1. Simbol dalam konteks semiotika, biasanya dipahami sebagai a sign
which is determined by its dynamic object only in the sense that it will be so
interpreted (suatu lambang yang ditentukan oleh objek dinamisnya dalam arti ia
harus benar-benar di interpretasi). Dalam hal ini, interpretasi dalam upaya
pemaknaan terhadap lambang-lambang simbolik melibatkan unsur dari proses
belajar dan tumbuh atau berkembangnya pengalaman serta kesepakatan-
kesepakatan dalam hidup2. Semiotika adalah studi mengenai tanda (sign) dan
simbol yang merupakan tradisi penting dalam pemikiran tradisi komunikasi.
Tanda adalah segala sesuatu warna, isyarat, kedipan mata, objek, rumus
matematika, dan lain-lain yang merepresentasikan sesuatu yang lain darinya3.
Tradisi semiotika mencakup teori utama mengenai bagaimana tanda mewakili
1 Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (Yogyakarta:PT.LKIS pelangi aksara, 2007),
h. 1. 2 Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (Yogyakarta:PT.LKiS pelangi aksara, 2007),
h. 160. 3 Marcel Danesi,Pesan, Tanda, dan Makna, Buku teks dasar mengenai semiotika dan
teori komunikasi, (Yogyakarta: JALASUTRA anggota IKAPI, 2004),h. 7.
2
objek, ide, situasi, keadaan, perasaan, dan sebagainya yang berada di luar diri.
Studi mengenai tanda tidak saja memberikan jalan atau cara dalam mempelajari
komunikasi, tetapi juga memiliki efek besar pada hampir setiap aspek (perspektif)
yang digunakan dalam teori komunikasi4.
Konsep dasar yang menyatukan tradisi ini adalah ‘tanda’ yang diartikan
sebagai a stimulus designating something other then it self (suatu stimulus yang
mengacu pada sesuatu yang bukan dirinya sendiri). Pesan memiliki kedudukan
yang sangat penting dalam kemunikasi. Menurut John Power (1995), pesan
memiliki tiga unsur, yaitu 1) tanda dan simbol; 2) bahasa; dan 3) wacana
(discourse)5. Menurutnya, tanda merupakan dasar bagi semua komunikasi. Tanda
menunjuk atau mengacu pada sesuatu yang bukan dirinya sendiri, sedangkan
makna atau arti adalah hubungan antara objek atau ide dengan tanda. Kedua
konsep tersebut menyatu dalam berbagai teori komunikasi, khususnya teori
komunikasi yang memberikan perhatian pada simbol, bahasa serta tingkah laku
nonverbal. Kelompok teori ini menjelaskan bagaimana tanda dihubungkan dengan
makna dan bagaimana tanda diorganisasi. Studi yang membahas mengenai tanda
ini disebut dengan semiotika. Tanda mutlak diperlukan dalam menyusun pesan
yang hendak disampaikan. Tanpa memahami teori tanda, maka pesan yang
disampaikan dapat membingungkan penerima.
Dalam kenyataan sosial disebutkan bahawa manusia tidak dapat dikatakan
berinteraksi kalau tidak berkomunikasi. Demikian pula dapat dikatakan bahwa
interaksi antarbudaya yang efektif sangat tergantung dari komunikasi antarbudaya.
Konsep ini sekaligus menerangkan bahwa tujuan komunikasi antarbudaya akan
4 Morissan, Teori Komunikasi, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2009),h. 27. 5 Morissan, Teori Komunikasi ,(Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2009),h. 27.
3
tercapai (komunikasi yang sukses) bila bentuk-bentuk hubungan antarbudaya
menggambarkan upaya yang sadar dari peserta komunikasi untuk memperbaharui
relasi antara komunikator dengan komunikan, menciptakan dan memperbaharui
sebuah menejemen komunikasi yang efektif, lahirnya semangat kesetiakawanan,
persahabatan, hingga kepada berhasilnya pembagian teknologi, dan mengurangi
konflik6. Stratifikasi sosial berkaitan dengan cara pandang masyarakat terhadap
lapisan-lapisan sosial yang berbentuk karena adanya perbedaan dominasi dalam
relasi antar kelompok. Kalau dikaitkan dengan identitas komunikasi maka
tampilan stratifikasi sosial menunjukkan pola-pola komunikasi antara kelompok
dominan dengan kelompok subordinan7. Bagaimana pun juga, identitas budaya
sangat berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi antarbudaya. Kemampuan
orang berdasarkan kategorisasi, strata sosial, pola kepercayaan, pola pikir, dan
pola perasaan berdasarkan kebudayaan tertentu akan berbeda satu sama lain baik
secara internal maupun eksternal. Identitas budaya merupakan ciri yang muncul
karena seseorang itu merupakan anggota dari sebuah kelompok etnik tertentu. Itu
meliputi pembelajaran tentang dan penerimaan tradisi, sifat bawaan, bahasa,
agama, dan keturunan dari suatu kebudayaan8. Menurut Mulyana (2004)
Komunikasi antarbudaya (intercultural communication) adalah proses pertukaran
pikiran dan makna antara orang-orang yang berbeda budaya. Sama halnya dengan
komunikasi antaragama yaitu proses komunikasi dengan orang-orang yang
berbeda agama. Ketika komunikasi terjadi antara orang-orang berbeda bangsa,
6 Alo Liliweri, Dasar-dasar Komunikasi Antarbudaya, (Yogtakarta: Pustaka Pelajar,
2003),h. 22. 7 Alo Liliweri, Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya, (Yogyakarta: LKiS
Pelangi Aksara, 2002), h. 91. 8 Alo Liliweri, Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya, (Yogyakarta: LKiS
Pelangi Aksara, 2002), h 95-96
4
agama, kelompok ras, atau kelompok bahasa, komunikasi itu disebut komunikasi
antarbudaya. Komunikasi antarbudaya pada dasarnya mengkaji bagaimana budaya
berpengaruh terhadap aktivitas komunikasi, apa makna pesan verbal dan non
verbal menurut budaya-budaya yang bersangkutan, apa yang layak
dikomunikasikan, bagaimana cara meng-komunikasikannya, kapan
mengkomunikasikannya. Secara khusus fungsi komunikasi antarbudaya adalah
untuk mengurangi ketidak pastian. Karena, ketika kita memasuki wilayah orang
lain kita dihadapkan dengan orang-orang yang sedikit banyak berbeda dengan kita
dalam berbagai aspek (sosial, budaya, ekonomi, status,dll). Pada waktu itu pula
kita dihadapkan dengan ketidakpastian dan ambiguitas dalam komunikasi.
Kebudayaan merupakan salah satu pahaman yang paling menyeluruh dan
universal dalam ilmu-ilmu sosial dimana terdapat ragam definisi yang diberikan
tentangnya. Secara leksikal kebudayaan (culture) bermakna adab, ilmu,
pengetahuan dan makrifat. Dalam terminologi ilmu-ilmu Sosial disebutkan bahwa
kebudayaan artinya ilmu dan adab, tradisi dan kebiasaan, hal-hal yang diterima di
setiap kaum dan bangsa, baik itu ilmu, kebiasaan, adab dan tradisi yang diterima
dan diamalkan oleh masing-masing anggota komunitas kaum tersebut. Dengan
kata lain, kebudayaan adalah sekumpulan ilmu, pengetahuan, seni, pemikiran dan
keyakinan, moral, aturan, adab dan kebiasaan9.
Film merupakan bidang kajian yang amat relevan bagi analisis struktural atau
semiotika. Seperti di kemukakan oleh Van Zoest (Van Zoest, 1993:109)10, film
dibangun dengan tanda semata-mata. Tanda-tanda itu termasuk berbagai sistem
tanda yang bekerja sama dengan baik untuk mencapai efek yang diharapkan.
9 http://avry-assyifa.blogspot.com/2012/10/hubungan-antar-agama-sebagai-komunikasi.html diakses pada pukul 21:30 WIB. Tanggal 24 maret 2014
10 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2009), h. 128.
5
Berbeda dengan fotografi statis, rangkaian gambar dalam film menciptakan imaji
dan sistem penandaan. Karena itu, menurut Van Zoest, bersamaan dengan tanda-
tanda arsitektur, terutama indeksikal, pada film terutama digunakan tanda-tanda
ikonis, yakni tanda-tanda yang menggambarkan sesuatu (Van Zoest, 1993:109).
Gambar yang dinamis dalam film merupakan ikonis bagi realitas yang
dinotasikannya. Film pada umumnya dibangun dengan banyak tanda. Tanda-tanda
itu termasuk berbagai sistem tanda yang bekerja sama dengan baik dalam upaya
mencapai efek yang diharapkan. Yang paling penting dalam film adalah gambar
dan suara. Sistem semiotika yang lebih penting dalam film adalah digunakannya
tanda-tanda ikonis, yakni tanda-tanda yang menggambarkan sesuatu. Dalam salah
satu penelitian permulaan mengenai gejala film yang berorientasikan semiotika.
Dalam Film penelitian ini merupakan film fitur. Film fitur merupakan karya fiksi
yang strukturnya selalu berupa narasi. Yang dibuat dalam tiga tahap. Tahap
praproduksi, tahap produksi dan terakhir tahap post produksi.11 Dalam konteks
komunikasi massa, film menjadi salah satu media atau saluran penyampaian
pesannya, apakah itu pesan verbal atau nonverbal. Hal ini disebabkan karena film
dibuat dengan tujuan tertentu, kemudian hasilnya diproyeksikan ke layar lebar
atau ditayangkan melalui televisi dan dapat ditonton oleh sejumlah khalayak.
Film “Java Heat” merupakan salah satu Film action Hollywood Tahun 2013
yang dirilis oleh Conor Allyn. Dalam film “Java Heat” menceritakan propaganda
penculikan putri kraton Yogyakarta dan pencurian permata yang dilakukan oleh
penculik bule internasional yang diberi nama malik. Film ini mencoreng citra
Islam. Para pelakunya digambarkan sebagai umat Islam, tentu saja dengan simbol-
11 Marcel Danesi, Pengantar memahami semiotika media, (Yogyakarta: Jalasutra anggota
IKAPI, 2010), h. 134.
6
simbol khas umat Islam seperti berjenggot, mengucapkan salam, takbir hingga
terdengar suara adzan. Di gambarkan sebagai teroris. Film terbaru Hollywood
berjudul “Java Heat”. Mengambil suting di Yogyakarta dan sekitarnya, film ini
berusaha mempertemukan dua budaya yaitu Amerika dan Indonesia yang
ceritanya ditengahi dengan intrik-intrik dalam keindahan bangunan istana tua,
candi-candi dalam labirin terowongan bawah tanah dan dunia kriminal di sebuah
kota di tengah-tengah Pulau Jawa, kata penulis skenario dan produser film
tersebut, Rob Allyn, pada tahun 2010 lalu. “Java Heat” mengangkat kisah
penculikan putri kraton Yogyakarta Hadiningrat yang dibarengi dengan pencurian
barang berharga seperti perhiasan milik istana oleh penjahat internasional.
Kemudian untuk mengungkap kasus ini, Polisi Indonesia mendapat bantuan dari
tim profesional Amerika Serikat (Intel), sebuah cerita yang sangat banyak reaksi
dari sejumlah kelompok Islam. Film ini menjadi tidak biasa ketika mengangkat
eksotiknya Yogyakarta dengan kasus terorisme yang selalu dikaitkan dengan
Islam. Dalam salah satu adegan di awal-awal film, sudah digambarkan sosok
‘teroris’ dengan rompi penuh berisi bom, meledakkan diri ditengah kerumunan
orang sambil meneriakkan “Allahu Akbar”.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Penelitian ini akan dibatasi pada model Roland Barthes makna denotasi,
konotasi dan mitos dalam Film Java Heat, dan unsur-unsur Budaya Yogyakarta di
balik peristiwa perampokan, yang di dukung juga dengan potongan beberapa film,
sebagai lampiran. Sebaliknya pada penelitian ini tidak fokus pada tim produksi
film dan efek atau dampak dalam film Java Heat.
7
Berdasarkan pembatasan masalah diatas maka yang jadi permasalahan dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah makna Denotasi, konotasi dan Mitos yang terdapat dalam
film Java Heat berdasarkan model Roland Barthes?
2. Bagaimanakah makna unsur-unsur Budaya Yogyakarta di balik peristiwa
perampokan yang terdapat di dalam Film Java Heat?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui makna denotasi, konotasi, dan mitos yang terdapat dalam
Film Java Heat berdasarkan model Roland Barthes.
2. Mengetahui makna unsur-unsur Budaya Yogyakarta di balik peristiwa
perampokan, yang terdapat di dalam Film Java Heat.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan
dengan pendekatan kualitatif deakriptif dan untuk mengembangkan
penelitian dengan model semiotika.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian dapat diharapkan agar bisa menambah pengetahuan
dan pemahan bagi para mahasiswa dari suatu makna yang bertanda
dalam suatu film.
8
b. Peneliti juga berharap dari hasil penelitian ini, agar jadi bahan
masukan untuk mengembangkan perfilman yang lebih baik.
E. Tinjauan Pustaka
Sebelum melakukan penelitian ini, penulis melakukan observasi terhadap hasil
penelitian lain yang mempunyai kemiripan dengan penelitian yang akan penulis
lakukan, di antaranya:
Skripsi yang pertama karya Hani Taqiyyah, Pada skripsi ini memiliki
kesamaan objek penelitian yaitu film internasional, ia juga menggunakan model
semiotik yang sama, yaitu model Roland Barthes. penelitian ini mengungkapkan
fakta-fakta tentang bagaimana adegan-adegan dalam film tersebut tentang
mempretasikan konsep jihad Islam12.
Pada skripsi yang kedua. Noor Hidayati, pada skripsi ini terdapat perbedaan
objek penelitian. Pada penelitian ini objek penelitiannya adalah media cetak
majalah Ummi. Pada skripsi ini memliki persamaan dengan penulis yaitu metode
analisi semiotika, namun berbeda dengan modeln yang dikemukakannya.
Menggunakan model semiotika Charles Sanders Pierce, dimana membagi objek
kepada ikon, indeks, simbol. Penemuan dalam penelitian ini adalah cara tim
redaksi mengemas pesan dakwah melalui rubrik mode dengan menampilkan
busana muslim13.
12 Hani Taqiyyah, Analisis Semiotika Terhadap Film In The Name Of God, Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011
13 Noor Hidayati, Analisis Semiotika Terhadap Rubrik Mode Pada Majalah Ummi, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011
9
Penulis juga menambahkan satu judul lagi karya Nurlaelatul Fajriah, Pada
skripsi ini memiliki objek penelitian yang sama yaitu film. Namun, Ia
menggunakan model semiotika Charles Sanders Pierce. Penelitian ini
mengungkapkan antara perbedaan cinta dan agama14.
F. Kerangka Konsep
Kerangka Konsep Penelitian
kebudayaan memberikan identitas pada sekelompok manusia, maka
bagaimana cara kita mengidentifikasi aspek-aspek atau unsur-unsur kebudayaan
yang membedakan satu kelompok masyarakat budaya dari yang lain? Samovar
et.al. (1981:38-48) membagi berbagai aspek kebudayaan kedalam tiga pembagian
besar unsur-unsur sosial budaya yang secara langsung sangat mempengaruhi
14 Nurlaelatul Fajriah, Analisis Semiotika Film Cin(T)a Karya Sammaria Simanjuntak,
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011
Pesan Dalam
Film Java Heat
1. Denotasi 2. Konotasi 3. Mitos
Model Semiotika Roland Barthes
Temuan unsur-unsur budaya Yogyakarta di balik peristiwa
perampokan. Menurut Samovar
(unsur-unsur Budaya)
10
penciptaan makna untuk persepsi, yang selanjutnya menentukan tingkah laku
komunikasi15.
Penelitian ini berfokus pada penelitian dalam Media Elektronik. Dalam hal ini
film Java Heat dengan menggunakan Analisis Semiotika Roland Barthes, dengan
mengetahui makna denotasi, konotasi dan mitos berdasarkan model Roland
Barthes, dan mengetahui unsur-unsur budaya Yogyakarta di balik peristiwa
perampokan.
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Paradigma
Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif yang
bersifat deskriptif, yaitu data yang terkumpul berbentuk kata-kata, bukan
angka16. Metode penelitian kualitatif17 sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan perilaku yang dapat diamati.
Penelitian ini dari pandangan paradigma konstruktivisme. Menurut Guba
(1990:26) ialah : pengetahuan dapat digambarkan sebagai hasil atau
konsekuensi dari aktivitas manusia, pengetahuan merupakan konstruksi
manusia, tidak pernah dipertanggung jawabkan sebagai kebenaran yang tetap
tetapi merupakan permasalahan dan selalu berubah. Artinya, bahwa aktivitas
manusia itu merupakan aktivitas mengkonstruksi relitas, dan hasilnya tidak
15 Ilya Sunarwinadi, Komunikasi Antar Budaya, (Universitas Indonesia : Pusat Antar
Universitas Ilmu-ilmu Soasial, t.t), h. 25 16 Lexy J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya,2000), h. 6. 17 Lexy J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya,2000), h. 3.
11
merupakan kebenaran yang tetap, tetapi selalu berkembang terus. Dapat
disimpulkan bahwa realitas itu merupakan hasil konstruksi manusia. realitas
itu selalu terkait dengan nilai jadi tidak mungkin bebas nilai dan pengetahuan
hasil konstruksi manusia itu tidak bersifat tetap tapi berkembang terus18.
2. Objek dan Unit Analisis
Objek penelitian ini adalah film, sedangkan unit analisisnya adalah
potongan gambar atau visual yang terdapat di film Java Heat yang berkaitan
dengan rumusan masalah penelitian.
3. Tahap Penelitian
Proses penelitian ini meliputi tiga tahapan yaitu :
a. Pengumpulan Data
Dalam prosedur penelitian ini data-data penelitian ini dikumpulkan
meliputi beberapa tahap antara lain :
1. Telaah Teks
Data primer : berupa dokumen elektronik, yaitu berupa softcopy
film Java Heat. Penulis mengamati makna tanda-tanda yang terdapat
dalam film tersebut serta menganalisis sesuai dengan permasalahan
peneliti yang digunakan.
Data sekunder : Telaah teks, yakni penulis mengumpulkan data-
data melalui telaah dan mengkaji berbagai literatur yang sesuai dengan
manteri penelitian untuk dijadikan argumentasi, seperti telaah teks
18 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif, teori dan Praktik, (Jakarta: Bumi aksara,
2013), h. 49.
12
makna tanda-tanda terhadap film Java Heat. Manfaat dari data
sekunder ini untuk melengkapi informasi film Java Heat.
2. Observasi
Observasi adalah suatu cara mengumpulkan data dengan
mengambil langsung terhadap objek atau penggantinya. Observasi
dalam penelitian ini adalah dengan melihat langsung serta
menceramati setiap makna-makna yang dikemukakan pada objek
penelitian.
b. Pengolahan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini melalui beberapa tahap: data
dikelompokkan, disederhanakan, dan data dikemas ke dalam table. Antara
lain : Pengumpulan data visual dengan menonton Film Java Heat.
Pencatatan data primer berupa scene (adegan) dalam film Java, dan
memaknai unsur-unsur budaya Yogyakarta di balik peristiwa perampokan.
Data-data tersebut dikategorikan sesuai dengan metode Semiotika
Roland Barthes yang dikemas berbagai tanda yaitu, tanda denotasi,
konotasi, mitos dan memaknai makna unsur-unsur budaya dengan teori
samovar.
c. Analisis Data
Temuan data dianalisis berdasarkan kerangka konsep.
H. Sistematika Penulisan
Untuk lebih terarah dalam penulisan skripsi ini, penulis membuat sistematika
penulisan sesuai dengan masing-masing bab. Penulis membaginya menjadi lima
13
bab yang masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab yang merupakan
penjelasan dari bab tersebut. Adapun sistematika penulisan tersebut adalah
sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka konsep, metodologi
penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
Bab ini menguaraikan tinjauan umum film; Makna Pesan Komunikasi
Antarbudaya, Konsep Yang Berkaitan dengan Kebudayaan, Klasifikasi Film,
Pengertian Film, Perkembangan Film, Ukuran Gambar, Teknik-Teknik
Pembuatan Film, Tanda- tanda Visual, Semiotika Film, Konsep Umum Semiotika,
Semiotika Roland Barthes
BAB III GAMBARAN UMUM FILM JAVA HEAT
Bab ini menggambarkan secara umum film Java Heat, Profil Singkat PH Margate
House, Profil Sutradara Film Java Heat, Profil Pemain Utama, Tim Produksi Film
Java Heat (Pemain dan Crew), Sinopsis Film Java Heat.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Membahas hasil penelitian model konsep Roland Barthes mengenai makna
denotasi, konotasi, dan mitos yang terdapat dalam film Java Heat, analisis unsur-
unsur budaya Yogyakarta di balik peristiwa perampokan
BAB V PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran.
14
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Makna Pesan Komunikasi Antarbudaya
Komunikasi antarbudaya yang efektif menuntun kita untuk memahami bahasa,
memahami komunikasi, serta memahami bahasa dan komunikasi. Perbedaan
antarbudaya mempengaruhi interpretasi atas makna pesan yang terkandung dalam
bahasa, tanda dan simbol (baik verbal maupun non verbal). Makna pesan verbal
Menurut Ohoiwutun (1997: 99-107) : 1). Kapan orang berbicara, 2). Apa yang
dikatakan, 3). Kecepatan dan jeda berbicara, 4). Hal memperhatikan , 5). Intonasi,
6). Gaya kaku atau puitis, 7). Bahasa tidak langsung1.
Saat berhubungan antarpribadi maka ada beberapa faktor dari beberapa pesan
non verbal yang mempengaruhi komunikasi antarbudaya2 : 1). Kinesik, adalah
studi yang berkaitan dengan bahasa tubuh, yang terdiri dari posisi tubuh, orientasi
tubuh, tampilan wajah, gambaran tubuh, dll. 2). Okulesik, adalah studi tentang
gerakan mata dan posisi mata. 3). Haptik, adalah studi tentang perabaan atau
memperkenankan sejauh mana seseorang memegang mereka dengan ramah,
menepuk belakang dan lain-lain. 4). Proksemik, studi tentang hubungan antar
ruang, antar jarak, dan waktu berkomunikasi. 5). Kronemik, adalah studi tentang
konsep waktu, sama seperti pesan nonverbal yang lain maka konsep tentang
waktu yang menganggap kalau sesuatu kebudayaan taat pada waktu maka
kebudayaan itu tinggi atau peradaban maju. 6). Tampilan, Appearance- cara
1 Alo Liliweri, Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2007), h. 94. 2 Alo Liliweri, Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2007), h. 98-101
15
bagaimana seorang manampilkan diri telah cukup menunjukkan atau berkolerasi
sangat tinggi dengan evaluasi tentang pribadi. 7). Posture, adalah tampilan tubuh
waktu sedang berdiri dari duduk. 8). Pesan-pesan paralinguistik antarpribadi
adalah pesan komunikasi yang merupakan gabungan antara perilaku verbal dan
nonverbal. 9). Simbolisme dan komunikasi non verbal yang pasif beberapa di
antaranya adalah simbolisme warna dan nomor.
B. Konsep Yang Berkaitan Dengan Kebudayaan
Untuk memahami kebudayaan keseluruhan maka ada baiknya saya
mengemukakan beberapa konsep yang berkaitan dengan kebudayaan, beberapa di
antaranya selalu digunakan secara bergantian dalam membahas komunikasi
antarbudaya3.
1. Budaya Dominan adalah sebuah kebudayaan uang sangat menonjol dalam
suatu masyarakat sehingga tampilan kebudayaan itu seolah-olah berada “di
atas” atau “ menguasai” kebudayaan lain, kebudayaan itu seolah-olah
“mengatur” seluruh aspek kehidupan dalam suatu masyarakat.
2. Common Culture adalah suatu sistem pertukaran simbol-simbol yang
sama, makna atas simbol tersebut dipahami oleh dua pihak melalui sebuah
proses persetujuan (Talcot Parson).
3. Sub Kultur adalah suatu kelompok atau sub unit budaya yang berkembang
ketika adanya kebutuhan sekelompok orang untuk memecahkan sebuah
masalah berdasarkan pengalaman bersama. Apa yang mereka hasilkan itu
ucapkali merupakan suatu resolusi yang kontradiktif dalam struktur sosial
3 Alo Liliweri, Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2007), h. 112-114
16
bersama, akibat selanjutnya adalah sekelompok itu membentuk suatu
identitas kolektif dari sejumlah identitas individual yang pada akhirnya
mereka terima bersama. Kebudayaan subkultur acapkali merupakan
gambaran sebuah kelompok minoritas yang ada dalam kehidupan budaya
mayoritas.
4. Culture lag, konsep ini diperkenalkan oleh Willliam Oghburn untuk
menggambarkan proses sosial, budaya dan perubahan teknologi.
Perubahan sosial cenderung dinilai “ketinggalan” dari perubahan
teknologi. Cultural lag dihasilkan tatkala sebuah institusi sosial-budaya
gagal mengadaptasi fungsi-fungsi mereka ke dalam bagian-bagian dari
sistem sosial-budaya mereka yang luas.
5. Culture schock, kekacauan budaya yang dalam perspektif sosial
merupakan hasil dari konfrontasi suatu masyarakat terhadap kebudayaan
baru yang mendadak masuk dan megganggu kebudayaan mereka.
6. Kebudayaan tradisional-folk culture- Kebudayaan tradisional adalah
perilaku yang merupakan kebiasaan atau cara berpikir dari suatu kelompok
sosial yang ditampilkan melalui-tidak saja-adat istiadat tertentu tetapi juga
perilaku adat istiadat yang diharapkan oleh anggota masyarakatnya.
Sedangkan folk culture merupakan model komunitas masyarakat asli yang
dicirikan oleh kegiatan ekonomi bagi pemenuhan kebutuhan sendiri,
keakraban sosial di antara para anggota, kekuatan peran berdasarkan ritual
dan tradisi, dan relatif terisolasi dari kehidupan urban. Konsep ini
mewakili sebuah tekanan terhadap karakteristik dari nilai-nilai dan struktur
17
sosial tradisional, komunitas pedesaan yang hadir dalam masyarakat yang
kompleks.
7. Multikultural merupakan konsep yang kini sangat luas digunakan untuk
menggambarkan pelbagai aktivitas yang didorong oleh beberapa maksud,
seperti hadirnya pengakuan atas kebudayaan dari pelbagai etnik dan ras.
Konsep ini juga menggambarkan usaha untuk memahami pelbagai
kelompok budaya , kelompok ras dan apresiasi dari kebudayaan yang
berbeda-beda dalam pergaulan yang acapkali mengakibatkan ketegangan
dan konflik antar etnik.
C. Klasifikasi Film
Pembuat film awalnya menggunakan bahan dari novel, vaudeville, sirkus dan
pelbagai sumber sebagai skenario film mereka. Tetapi mereka juga menciptakan
genre mereka sendiri yang tetap mempengaruhi pembuatan film. Film mutakhir,
seri televisi, film yang di buat untuk TV, seri pendek, bahkan bentuk baru
produksi video dan multimedia seringkali mengikuti rumusan genre dari sinema
mainstream.
Film memungkinkan kita saling mengkaitkan cerita kriminal, kejadian
misterius, romantika dan seks, serta banyak hal lain yang membentuk realitas
sosial kita melalui mata kamera yang selalu menyelidik. Genre-genre film yang
termasuk di dalamnya antara lain4 :
1. Drama kriminal
2. Fiksi ilmiah
4 Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna, Buku teks dasar mengenai semiotika dan
teori komunikasi, (Yogyakarta: JALASUTRA anggota IKAPI, 2004), h. 158-159.
18
3. Animasi
4. Komedi
5. Drama karakter
6. Drama sejarah
7. Documenter
8. Film detektif
9. Film suspense
10. Film monster
11. Film horror
12. Film music
13. Film perang
14. Aksi petualang
15. Film noir
16. Western
17. Roman
18. melodrama
D. Pengertian Film
Film dalam arti di kamus besar bahasa Indonesia adalah selaput tipis yg dibuat
dari seluloid untuk tempat gambar negatif (yg akan dibuat potret) atau untuk
tempat gambar positif (yg akan dimainkan di bioskop)5. Film juga diartikan
sebagai lakon (cerita) gambar hidup. Dari definisi yang pertama, kita dapat
membayangkan film sebagai sebuah benda yang sangat rapuh, ringkih, hanya
5 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, dari aplikasi KBBI.
19
sekeping Compact Disc (CD). Sedangkan film diartikan sebagai lakon artinya
adalah film tersebut merepresentasikan sebuah cerita dari tokoh tertentu secara
utuh dan berstruktur.
Hubungan antara film dan masyarakat memiliki sejarah yang panjang dalam
kajian para ahli komunikasi. Oey Hong Lee (1965:40), misalnya, menyebutkan,
“film sebagai alat komunikasi massa yang kedua muncul di dunia, mempunyai
masa pertumbuhannya pada akhir abad ke -19.
E. Perkembangan Film
Topik sinema yang telah menjadi bentuk seni kini mendapat respon paling
kuat dari sebagian besar orang, dan yang dituju orang untuk memperoleh hiburan,
ilham, dan wawasan. Film memiliki kekuatan besar dari segi estetika karena
menjajarkan dialog, musik, pemandangan dan tindakan bersama-sama secara
visual dan naratif. Dalam bahasa semiotik, sebuah film dapat didefinisikan
sebagai sebuah teks yang, pada tingkat penanda, terdiri atas serangkaian imaji
yang mempretasikan aktivitas dalam kehidupan nyata. Pada tingkat penanda, film
adalah cermin metaforis kehidupan. Jelaslah bahwa topik tentang sinema adalah
satu topik sentral dalam semiotika karena genre-genre dalam film merupakan
sistem signifikasi yang mendapat respon sebagian besar orang saat ini dan yang
dituju orang untuk memperoleh hiburan, ilham, dan wawasan pada level
interpretan.
Sebagian besar sejarawan film menurut asal-usul film ke tahun 1896, saat
pesulap Prancis Georges Melles membuat serangkaian film yang menjelajahi
potensi naratif dan media baru ini. Pada tahun 1899, di sebuah studio di pinggir
20
kota Paris, Melles merekontruksikan versi film berisi sepuluh bagian dari siding
perwira militer Prancis bernama Alfred Dreyfus, dan memfilmkan Cinderella
(1900), yang menfeksploitasi kemungkinan-kemungkinan baru dalam
menawarkan perspektif yang disediakan oleh kamera film. Film-film pendeknya
langsung sukses di tengah masyarakat dan di putar seluruh dunia.
Fantasi teaterikal karya Melles memengaruhi pencipta Amerika Edwin S.
Porter, yang sering disebut sebagai bapak film bisu, saat ia memproduksi film bisu
penting pertama di Amerika, The Great Train Robbery, tahun 1903. Durasinya
hanya delapan menit, namun pengaruhnya sangat besar terhadap perkembangan
film bergerak karena berisi penyatuan potongan adegan-adegan yang disyuting
pada waktu dan tempat yang berbeda-beda demi membentuk sebuah narasi utuh,
yang memuncak menjadi peristiwa kejar-kejaran yang menengangkan.
Antara 1915-1920, gedung-gedung bioskop megah bak istana tumbuh subur di
seluruh Amerika. Indrustri film lambat laun pindah ke Hollywood. Tiap tahun
ratusan film tumpah ruah dari studio-studio Hollywood demi memuaskan
kecanduan yang terus meningkat dari masyarakat penonton film yang fanatik.
Sebagian besar film ini berjenis Western, komedi banyolan, dan melodrama
romantis elegan seperti Male and Female (1919) besutan Cecil B. Demile. Pada
tahun 1920-an, film-film yang dibintangi comedian Charlie Chaplin membukakan
pintu era keemasan film bisu.
Setelah Perang Dunia I, produksi film menjadi indrustri besar di Amerika,
menghasilkan jutaan dollar bagi studio-studio yang sukses. Film-film Amerika
dibuat seluruh dunia dan mendominasi pasar dunia. Para artis yang menghasilkan
21
film-film Eropa yang paling sukses di impor ke studio-studio Amerika, dan teknik
mereka diadaptasi dan di asimilasi oleh Hollywood.
Transisi dari film bisu ke film bersuara begitu cepatnya hingga banyak film
yang dirilis tahun 1928 dan 1929 mulai di produksi sebagai film bisu, tetapi buru-
buru diubah menjadi film bersuara, atau istilahnya film bicara, untuk memenuhi
permintaan yang meningkat. Film gangster dan musical mendominasi layar bicara
yang baru ini pada awal 1930-an. Termasuk salah satu film paling terkenal dalam
sejarah perfilman, Gone with the wind (1939).
Tren ke arah eskapisme dan fantasi dalam film terasa kuat sepanjang tahun
1930-an. Siklus film-film horror klasik, termasuk Dracula (1931), Frankenstein
(1931), dan The Mummy (1932), melahirkan serangkaian sekuel dan film
sempalan yang bertahan lama pada era ini adalah fantasi musical The Wizard of
Oz (1939), yang diangkat dari buku karya L. Frank Baum. Seorang pembuat film
Amerika yang berangkat dari radio menuju Hollywood pada tahun 1940 adalah
penulis, sutradara dan aktor Orson Welles. Ia mengadakan eksperimen dengan
sudut-sudut baru dalam pengambilan gambar dan efek suara, dan ini sangat
memperluas kekuatan representatif dalam film. Filmnya Citizen Kane (1941) dan
The Magnificient Amberson (1942) memengaruhi karya selanjutnya dari semua
pembuat film besar di dunia.
Salah satu sutradara paling menonjol dan orisinil yang muncul dari sinema
internasional pasca Perang Dunia II adalah Ingmar Bergman (1918-2007) dari
Swedia. Film-filmnya mengandung kedalaman filosofis dan intelektual yang
intens, dan menggarap tema-tema seperti keterasingan pribadi, konflik seksual,
dan obsesi religious. Dalam filmnya The Seventh Seal (1956) ia menyisik misteri
22
kehidupan dan spiritualitas melalui cobaan yang dialami serang kesatria abad
pertengahan yang bermain catur dengan maut.
Pada tahun 1950-an dan 1960-an, film berwarna lambat laun menggantikan
film hitam putih. Namun, beberapa pembuat film masih lebih memilih film hitam
putih, karena ingin mencoba menampilkan realism “telanjang”. Film hitam putih
seperti Psyco (1960) Oleh Alfred Hitchcock dan Schindler’s List (1994) oleh
Steven Spielberg telah menjadi karya klasik dalam genre ini.
Pada tahun 1980-an dan 1990-an terjadi revolusi dalam pasar video rumah,
saat film-film besar laris tersedia untuk ditonton di rumah hampir langsung setelah
selesai ditayangkan di bioskop. Perkembangan ini, bersama dengan munculnya
televisi kabel yang menyiarkan film-film yang relatif baru di saluran-saluran
khusus, tampaknya mengancam kelangsungan hidup jangka panjang gedung
bioskop dan menciptakan iklim yang sama dengan awal 1950-an, ketika televisi
mulai menantang popularitas film. Akibatnya, perusahaan-perusahaan film makin
memilih pertunjukan besar-besaran dengan efek khusus fantastis demi merayu
publik menjauh dari video rumah dan kembali ke layar lebar6.
F. Ukuran Gambar
Juru kamera yang sedang mengambil gambar suatu subjek atau objek pada
dasarnya akan mengikuti suatu teknik pengambilan gambar tertentu. Juru kamerea
harus mempu mengambil gambar secara baik. Salah satunya adalah bahasa atau
6 Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna, Buku teks dasar mengenai semiotika dan
teori komunikasi, (Yogyakarta: JALASUTRA anggota IKAPI, 2004), h. 122-126
23
istilah dalam hal ukuran pengambilan gambar. Ukuran pengambilan gambar selalu
berkaitan dengan ukuran tubuh manusia yang terdiri dari7 :
a. Long Shot atau LS yang menunjukkan keseluruhan tubuh dari kepala
sampai kaki.
b. Very Long Shot atau VLS menunjukan subjek yang berada di tengah
lingkungan sekitarnya. Dalam ukuran VLS ini, lingkungan di sekitar
subjek terlihat lebih dominan. VLS akan menampilkan panorama yang
memenuhi layar.
c. Wide Anggel atau sudut lebar adalah ukuran pengambilan gambar yang
memasukkan keadaan sekeliling, jadi sudut lebar akan memberikan
pandangan atas keseluruhan keadaan.
d. Medium Long Shot atau MLS yang menunjukan mulai dari bagian kepala
sampai tepat di bawah lutut.
e. Mid Shot atau MS yang menunjukkan mulai bagian kepala sampai pinggul,
ukuran MS berfungsi untuk menunjukkan siapa yang sedang melakukan
aksi itu.
f. Medium Close Up atau MCU menunjukkan mulai bagian kepala sampai
bahu. Ini merupakan standar pengambilan gambar dalam wawancara.
g. Close Up atau CU memperlihatkan bagian kepala. Dalam merekam suatu
gambar subjek yang tengah melakukan aksi, maka CU berfungsi untuk
memfokuskan sebuah aksi yang tengah dilakukan. Gambar CU merupakan
elemen utama gambar televise.
7 Morrisan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, (Bogor Selatan: Ghalia Indonesia, 2004), h.
172-173.
24
h. Big Close UP atau BCU menunjukkan gambar wajah yang memenuhi
layar televisi.
G. Teknik-Teknik Pembuatan Film
Ada beberapa teknik yang dapt digunakan dalam pembuatan film, antara
lain8 :
1. Direct Phothography, yaitu mencatat atau merekam objek
sebagaimana terjadi sesungguhnya, seperti yang dilihat sesuai dengan
kenyataan. Film-film pengajaran biasanya dilakukan secara direct
phorografi.
2. Slow Motion phothography, teknik ini merubah kecepatan gerak
gambar yang terlalu cepat menjadi lambat, sehingga mudah disaksikan
dengan ril, misalnya burung, tendangan bola oleh pemain, dan
sebagainya.
3. Lapse phothography, teknik ini berupa gerakan-gerakan gambar yang
lamban dan terlalu lama diikuti oleh mata kemudian dipercepat sesuai
dengan kebutuhan. Misalnya tumbuhnya tanam-tanaman, mekarnya
sekuntum bunga, proses erosi, gerakan salju yna gmneghendaki waktu
berjam-jam atau sehari-hari.
4. Animated phothography, teknik ini dilakukan dengan cara animasi,
yaitu sesuatu yang abstrak dan dikonkritkan. Misalnya untuk
menjelaskan aliran listrik, teori pemerintahan, dan sebagainya.
8 Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: ciputat pers, 2002), h. 100-101.
25
5. Phothomicrography, melalui teknik phothomicrography, objek-objek
yang terlalu kecil dapat diperbesar dan diperluas. Teknik ini sangat
bermanfaat dalam mepelajari science dan kesehatan, isalnya
reproduksi sel-sel, kehidupan hewa, dan sebagainya.
6. Telescopic photography, teknik ini mempergunakan lensa yang dapat
menangkap objek yang terlalu jauh untuk dilihat dengan mata,
misalnya mengamati bintang-bintang dilangit, atau burung-burung
yang terbang jauh
7. Film mogrhaphy, yaitu teknik yang paling sederhana dan murah,
dengan jalan memotret gambar-gambar biasa dengan menghadapkan
kaera kepada objek satu demi satu secara teratur, sehingga seolah-olah
gambar itu sendiri yang bergerak.
H. Tanda- Tanda Visual
Tanda visual dapat didefinisikan secara sederhana sebagai tanda yang
dikontruksi dengan sebuah penanda visual, yang artinya dengan penanda yang
dapat dilihat (bukan didengar, disentuh, dikecap, atau dicium). Seperti semua jenis
tanda lainnya, tanda visual dapat dibentuk secara ikonis (wajah-wajah yang
digambar), indeksikal (anak panah yang menunjukan arah), dan simbolis (logo
iklan)9.
9 Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna, Buku teks dasar mengenai semiotika dan
teori komunikasi, (Yogyakarta: JALASUTRA anggota IKAPI, 2004), h. 92
26
I. Semiotika Film
Film merupakan bidang kajian yang amat relevan bagi analisis struktural atau
semiotika. Seperti di kemukakan oleh Van Zoest (Van Zoest, 1993:109)10, film
dibangun dengan tanda semata-mata. Tanda-tanda itu termasuk berbagai sistem
tanda yang bekerja sama dengan baik untuk mencapai efek yang diharapkan.
Berbeda dengan fotografi statis, rangkaian gambar dalam film menciptakan imaji
dan sistem penandaan. Karena itu, menurut Van Zoest, bersamaan dengan tanda-
tanda arsitektur, terutama indeksikal, pada film terutama digunakan tanda-tanda
ikonis, yakni tanda-tanda yang menggambarkan sesuatu (Van Zoest, 1993:109).
Gambar yang dinamis dalam film merupakan ikonis bagi realitas yang
dinotasikannya.
Film pada umumnya dibangun dengan banyak tanda. Tanda-tanda itu
termasuk berbagai sistem tanda yang bekerja sama dengan baik dalam upaya
mencapai efek yang diharapkan. Yang paling penting dalam film adalah gambar
dan suara. Sistem semiotika yang lebih penting dalam film adalah digunakannya
tanda-tanda ikonis, yakni tanda-tanda yang menggambarkan sesuatu. Dalam salah
satu penelitian permulaan mengenai gejala film yang berorientasikan semiotika.
Disini tentunya harus dibedakan antara suara yang langsung mengiringi
gambar (kata-kata yang diucapkan, derit pintu, dan sebagainya) dan musik film
yang mengiringinya. Suara, sama dengan gambar, merupakan unsure dalam cerita
film yang dituturkan dan dapat disebutkan, dikatagorisasikan dan dianalisis,
dengan cara yang juga sebanding. Suara, sebagai tanda, terjalin sangat erat dengan
tanda gambarnya. Suara, sebgai tanda, terjalin sangat erat dengan tanda
10 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung:PT.Remaja Rosdakarya, 2009), h. 128.
27
gambarnya. Suara bersama tanda gambarnya membentuk tanda-tanda kommpleks.
Karena realitas yang ditampilkan, seluruhnya atau sebagian, tidak hanya mirip,
tetapi juga memiliki keterkaitan dengan realitas kita. Sebetulnya, tanda-tanda film
itu melakukan sesuatu yang tidak jauh berbeda dengan roman atau novel. Film
tersebut jika tidak merupakan film dokumenter menyajikan ‘teks’ fiksional yang
memunculkan dunia (fiktif global) yang meungkin ada11.
J. Konsep Umum Semiotika
Sebagaimana diketahui, semiotika secara etimologi berasal dari kata Yunani
semeione, dalam bahasa Inggris sign, dan dalam bahasa Indonesia adalah lambang
atau simbol. Secara sederhana, semiotika dapat disebut sebagai studi tentang
simbol-simbol atau dalam istilah Daniel Chandler “the study of signs” (Chandler
2004;2)12.
Simbol dalam konteks semiotika, biasanya dipahami sebagai a sign which is
determined by its dynamic object only in the sense that it will be so interpreted
(suatu lambang yang ditentukan oleh objek dinamisnya dalam arti ia harus benar-
benar di interpretasi). Dalam hal ini, interpretasi dalam upaya pemaknaan
terhadap lambang-lambang simbolik melibatkan unsur dari proses belajar dan
tumbuh atau berkembangnya pengalaman serta kesepakatan-kesepakatan dalam
hidup13.
11 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung:PT.Remaja Rosdakarya, 2009), h.128-
129 12 Masri Sareb Putra, Dayak Jongkang, studi dan pendekatan semiotika,
(Tangerang:Penerbit UMN Press, 2012), h. 14. 13 Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (Yogyakarta: LKis Yogyakarta, 2007), h.
160.
28
Semiotika adalah studi mengenai tanda (sign) dan simbol yang merupakan
tradisi penting dalam pemikiran tradisi komunikasi. Tanda adalah segala sesuatu
warna, isyarat, kedipan mata, objek, rumus matematika, dan lain-lain yang
merepresentasikan sesuatu yang lain darinya14. Tradisi semiotika mencakup teori
utama mengenai bagaimana tanda mewakili objek, ide, situasi, keadaan, perasaan,
dan sebagainya yang berada di luar diri. Studi mengenai tanda tidak saja
memberikan jalan atau cara dalam mempelajari komunikasi, tetapi juga memiliki
efek besar pada hampir setiap aspek (perspektif) yang digunakan dalam teori
komunikasi15.
Konsep dasar yang menyatukan tradisi ini adalah ‘tanda’ yang diartikan
sebagai a stimulus designating something other then it self (suatu stimulus yang
mengacu pada sesuatu yang bukan dirinya sendiri). Pesan memiliki kedudukan
yang sangat penting dalam kemunikasi. Menurut John Power (1995), pesan
memiliki tiga unsur, yaitu 1) tanda dan simbol; 2) bahasa; dan 3) wacana
(discourse)16. Menurutnya, tanda merupakan dasar bagi semua komunikasi. Tanda
menunjuk atau mengacu pada sesuatu yang bukan dirinya sendiri, sedangkan
makna atau arti adalah hubungan antara objek atau ide dengan tanda. Kedua
konsep tersebut menyatu dalam berbagai teori komunikasi, khususnya teori
komunikasi yang memberikan perhatian pada simbol, bahasa serta tingkah laku
nonverbal. Kelompok teori ini menjelaskan bagaimana tanda dihubungkan dengan
makna dan bagaimana tanda diorganisasi. Studi yang membahas mengenai tanda
ini disebut dengan semiotika. Tanda mutlak diperlukan dalam menyusun pesan
14 Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna, Buku teks dasar mengenai semiotika dan
teori komunikasi, (Yogyakarta: JALASUTRA anggota IKAPI, 2004), hal. 7. 15 Morissan, Teori Komunikasi , (Bogor:Penerbit Ghalia Indonesia, 2009), h. 27. 16 Morissan, Teori Komunikasi , (Bogor:Penerbit Ghalia Indonesia, 2009), h. 27.
29
yang hendak disampaikan. Tanpa memahami teori tanda, maka pesan yang
disampaikan dapat membingungkan penerima.
Untuk memulai pembahasan mengenai tradisi pemikiran ini, coba anda
perhatikan keadaan di sekitar anda, misalnya di kamar tidur, dan pilihlah empat
atau lima benda yang berarti bagi anda. Mengapa anda memilih benda-benda itu?
Mengapa benda-benda itu penting bagi anda? Kemungkinannya adalah bahwa
benda-benda yang anda pilih tidak hanya sekedar objek, namun membawa
kenangan kepada anda, misalnya suatu hubungan, peristiwa penting dalam hidup,
prestasi, perjalanan, tempat, dan sebagainya. Dengan kata lain, objek yang dipilih
itu adalah simbol.
Konsep dasar yang menyatukan tradisi ini adalah tanda yang didefinisikan
sebagai stimulus yang menandakan atau menunjukan beberapa kondisi lain,
seperti ketika asap menandakan adanya api. Konsep dasar kedua adalah simbol
yang biasanya menandakan tanda yang kompleks dengan banyak arti, termasuk
arti yang sangat khusus. Beberapa ahli memberikan perbedaan yang kuat antara
tanda dan simbol. Tanda dalam realitasnya memiliki referensi yang jelas terhadap
sesuatu, sedangkan simbol tidak17.
Aktivitas membentuk ilmu pengetahuan yang dimungkinkan kapasitas otak
untuk dilakukan oleh semua manusia disebut representatif. Representatif dapat
didefiniskan lebih jelasnya sebagai penggunaan tanda (gambar, bunyi, dan lain-
lain) untuk menghubungkan, menggambarkan, memotret, atau memproduksi
17 Stephen W., dkk., Teori Komunikasi, Theories of human communication, (Jakarta:
Salemba Humanika, 2009), h. 53-54.
30
sesuatu yang dilihat, diindera, dibayangkan, atau dirasakan dalam bentuk fisik
tertentu.18
Cherleas Sanders Pierce mempunyai segitiga semiotika yaitu respresetant,
ground, dan interpretant. Segitiga semiotika yang dikemukakan merupakan
penemuan dari Pierce sendiri. Pierce membagi semiotika menjadi tiga,
representent adalah bagaimana tanda itu bisa terbentuk, awalnya, dan asalanya.
Ground terdiri dari tiga icon, indeks dan symbol. Interpretent bagaimana suatu
tanda ditafsirkan oleh si penerima tanda. Menurut Charles Sanders Pierce19 tanda
adalah sesuatu yang digunakan agar tanda bisa berfungsi, oleh Pierce disebut
ground. Berdasarkan objeknya, Pierce membagi tanda atas icon (ikon), indek
(indeks), dan symbol (simbol). Ikon adalah tanda yang hubungan antara penanda
dan petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah. Atau dengan kata lain, Ikon
adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan.
Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda
dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat. Symbol tanda yang
berdasarkan konvensi, peraturan atau perjanjian yang telah disepakati. Jadi inti
dari Pierce dalam model semiotikanya adalah segitiga semiotik. Contoh, suara
peluit wasit-pelanggaran-tendangan bebas. Dengan begitu kita bisa memahami
dari suara peluit merupakan bagian dari tanda atau representent. Pelanggaran
bagian dari ground dalam bagian indeks. Sedangkan tendangan bebas merupakan
bagian dari interpretent.
18 Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna, Buku teks dasar mengenai semiotika dan
teori komunikasi, (Yogyakarta: JALASUTRA anggota IKAPI, 2004), h. 24. 19 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung:PT.Remaja Rosdakarya, 2009), h. 41-42.
31
Dalam penelitian Saussure20, ada dua tanda yaitu, penanda dan petanda, atau
signifier dan signified. Signifier merupakan dimana ada tanda, artinya suatu tanda
yang berwujud kata atau gambar yang di tangkap oleh dua aspek indera. Signified
merupakan bidang petanda, konsep atau makna. Intinya aspek pertama terkandung
di dalam aspek kedua. Jadi petanda merupakan konsep atau apa yang
diprestasikan oleh aspek pertama. Buku Saussure yang terkenal berjudul Cours de
linguistique generale, terbit tahun 1916, dianggap sebagai asal-muasal
strukturalis, sekaligus menempatkan teori bahasa, yaitu lingusitik sebagai bagian
integral teori-teori kemunikasi dan keseluruhan hubungan sosial. Dalam hubungan
inilah Saussure tidak dianggap sebagai semata-mata ahli dalam bidang ilmu
bahasa, melainkan juga sebagai ahli semiotik kebudayaan dan antroposemiotik.
Konsep-konsep Saussure (1988) terdiri atas pasangan beroposisi, tanda yang
memiliki dua sisi, sebagai dikotomi, seperti : penanda (Signifier, significant,
semaion) dan petanda (signified, signifie, semainomenon), ucapan individual
(parole) dan bahasa umum (langue), sintagmatis dan petanda dianggap sebagai
konsep Saussure yang terpenting, penanda, gambaran akuistik adalah aspek
material sebagaimana bunyi, sebagai citra akuistik yang tertangkap pada saat
orang berbicara. Petanda adalah konsep21.
Lebih lanjut dikatakannya bahwa penanda terletak pada tingkatan ungkapan
(level of expression) dan mempunyai wujud atau merupakan bagian fisik seperti
bunyi, huruf, kata, gambar, warna, objek, dan sebagainya. Petanda terletak pada
level of content (tingkatan isis atau gagasan) dari apa yang diungkapkan melalui
20 Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta:JALASUTRA Anggota
IKAPI,2009),h.13 21 Nyoman Khutha Ratna, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra
,(Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2013),h 99.
32
tingkatan ungkapan. Hubungan antara kedua unsur melahirkan makna. Tanda
akan selalu mengacu pada (mewakili) sesuatu hal (benda) yang lain. Ini disebut
referent. Seperti, wajah cerah mengacu pada kebahagiaan. Air mata mengacu pada
kesedihan. Apabila hubungan antara tanda dan yang diacu terjadi, maka dalam
benak orang yang melihat atau mendengar akan timbul pengertian (Eco, 1979:59).
Namun menurut Ferdinand de Saussure22 yang cukup penting dalam upaya
menangkap hal pokok pada teori Saussure adalah prinsip yang mengatakan bahwa
bahasa itu adalah suatu sistem tanda, dan setiap tanda itu tersusun dari dua bagian,
yakni Signifier (penanda) dan Signified (petanda).
Pierce dan Saussure mengembangkan ilmu semiotika secara terpisah dan tidak
mengenal satu sama lain. Saussure di Eropa dan Pierce si Amerika Serikat. Latar
belakang keilmuan Pierce adalah filsafat, sedangkan Saussure linguistik. Saussure
menyebutkan ilmu yang dikembangkannya semiologi. Semiologi menurut
Saussure seperti dikutip Hidayat, didasarkan pada anggapan bahwa selama
perbuatan dan tingkah laku manusia membawa makna atau selama berfungsi
sebagai tanda, di belakangnya harus ada sistem pembedaan dan konvensi yang
memungkinkan makna itu. Di mana ada tanda, di sana ada sistem. (Hidayat,
1998:26). Sedangkan Pierce menyebut ilmu yang dibangunnya semiotika. Bagi
Pierce yang ahli filsafat dan logika, penalaran manusia senantiasa dilakukan lewat
tanda. Artinya, manusia hanya dapat bernalar lewat tanda. Dalam pikirannya,
logika sama dengan semiotika dan semiotika dapat diterapkan pada segala macam
tanda (Berger, 2000:11-22)23.
22 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung:PT.Remaja Rosdakarya, 2009), h. 46. 23 Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta:JALASUTRA Anggota
IKAPI,2009),h 11-12
33
K. Semiotika Roland Barthes
Roland Barthes dikenal sebagai ssalah seorang pemikir strukturalis yang getol
mempraktikan model linguistik dan semiologi Saussurean. Ia juga intelektual dan
kritikus sastra Prancis yang ternama; eksponen penerapan strukturalisme dan
semiotika pada studi sastra. Bartes (2001:208) menyebutkan sebagai tokoh yang
memainkan peranan sentral dalam strukturalisme tahun 1960-an dan 70-an.
Ia berpendapat bahasa adalah sebuah sistem tanda yang memainkan asumsi-
asumsi dari suatu masyarakat tertentu dalam waktu tertentu. Ia mengajukan
pandangan ini dalam writing degree zero (1952; terj. Inggris 1977) dan critical
essays (1964; terj. Inggris 1972).
Barthes lahir tahun 1915 dari keluarga kelas menengah Protestan di Cherbourg
dan di besarkan di Bayonne, kota kecil dekat pantai Atlantik di sebelah Barat daya
Prancis. Ayahnya, seorang perwira angkatan laut, meninggal dalam sebuah
pertempuran di laut Utara sebelum usia Barthes genap mencapai satu tahun.
Peta Tanda Semiotika Roland Barthes
1. Signifier (penanda)
3. Denotative sign (tanda denotatif)
2. Signified (petanda)
4. CONNOTATIVE SIGNIFIER (PENANDA KONOTATIF)
5. CONNOTATIVE SIGNIFIED (PETANDA KONOTATIF)
6. CONNOTATIVE SIGN (TANDA KONOTATIF)
34
Dari peta Barthes di atas terlihat bahwa tanda denotative (3) terdiri atas
penanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi, pada saat bersamaan, tanda denotatif
adalah juga penanda konotatif (4). Dengan kata lain, hal tersebut merupakan unsur
material: hanya jika anda mengenal tanda “singa”, barulah konotasi seperti harga
diri, kegarangan, dan keberanian menjadi mungkin (cobley dan Jansz, 1999 :51)24.
Jadi, dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekadar memiliki makna
tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi
keberadaannya. Sesungguhnya, inilah sumbangan Barthes yang sangat berarti bagi
penyempurnaan semiologi Saussure, yang berhenti pada penandaan dalam tataran
denotatif.
Pada dasarnya, ada perbedaan antara denotasi dan konotasi dalam pengertian
secara umum serta denotasi dan konotasi yang dimengerti oleh Barthes. Dalam
pengertian umum, denotasi biasanya dimengerti sebagai makna harfiah, makna
yang “sesungguhnya”, bahkan kadang kala juga dirancukan dengan refrensi atau
acuan. Proses signifikasi yang secara tradisional disebut sebagai denotasi ini
biasanya mengacu kepada penggunaan bahasa dengan arti yang sesuai dengan apa
yang terucap. Akan tetapi, di dalam semiologi Roland Barthes dan para
pengikutnya, denotasi merupakan system signifikasi tingkat pertama, sementara
konotasi merupakan tingkat kedua. Dalam hal ini denotasi justru lebih
diasosiasikan dengan ketertutupan makna dan, dengan demikian, sensor atau
represi politis. Sebagai reaksi yang paling ekstrem melawan keharfian denotasi
yang bersifat opresif ini. Barthes mencoba menyingkirkan dan menolaknya.
Baginya, yang ada hanyalah konotasi semata-mata. Penolakan ini mungkin terasa
24 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung:PT.Remaja Rosdakarya, 2009), h. 69
35
berlebihan, namun ia tetap berguna sebagai sebuah koreksi atas kepercayaan
bahwa makna “harfiah” merupakan sesuatu yang bersifat alamiah (Budiman,
1999:22).
Dalam kerangka Barthes, konotasi identik dengan operasi ideology, yang
disebutnya sebagai “mitos”, dan berfungsi untuk mengungkapkan dan
memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu
periode tertentu. (Budiman 2001 :28). Di dalam mitos juga terdapat pola tiga
dimensi penanda, petanda, dan tanda, namun sebagai suatu sistem yang unik,
mitos dibangun oleh suatu rantai pemaknaan yang telah ada sebelumnya atau,
dengan kata lain, mitos adalah juga suatu sistem pemaknaan tataran ke-dua. Di
dalam mitos pula sebuah petanda dapat memiliki beberapa penanda.
Pemikiran Barthes tentang semiotika dipengaruhi oleh Saussure. Kalo
Saussure mengintrodusir istilah signifier dan signified berkenaan dengan
lambang-lambang atau teks dalam suatu paket pesan maka Barthes menggunakan
istilah denotasi dan konotasi untuk menunjukan tingkatan-tingkatan makna. Maka
denotasi adalah makna tingkat pertama yang bersifat objektif (first order) yang
dapat diberikan terhadap lambang-lambang, yakni dengan mengaitkan secara
langsung antara lambang dengan realitas atau gejala yang ditunjuk. Kemudian
makna konotasi adalah makna-makna yang dapat diberikan pada lambang-
lambang dengan mengacu nilai-nilai budaya yang karenanya berapa pada
tingkatan kedua (second order)25. Yang menarik berkenaan dengan semiotika
Roland Barthes adalah digunakannya istilah mitos (myth), yakni rujukan bersifat
cultural (bersumber dari budaya yang ada) yang digunakan untuk menjelaskan
25 Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (Yogyakarta: LKis Yogyakarta, 2007), h.
163.
36
gejala atau realitas yang ditunjuk dengan lambang-lambang penjelasan mana yang
notabene adalah makna konotatif dari lambang-lambang yang ada dengan
mengacu sejarah (di samping budaya). Dengan kata lain mitos berfungsi sebagai
deformasi dari lambang kemudian menghadirkan makna-makna tertentu dengan
berpijak pada nilai-nilai sejarah dan budaya masyarakat26. Mitos berasal27 dari
bahasa Yunani Mythos “kata”, ”ujaran”, “kisah tentang dewa-dewa”. Sebuah
mitos adalah narasi yang karakter-karakter utamanya adalah para dewa, para
pahlawan, dan makhluk mistis, plotnya berputar di sekitar asal muasal di sekitar
benda-benda atau di sekitar makna benda-benda, dan settingnya adalah dunia
metafisika yang dilawankan dengan dunia nyata. Mitos menciptakan suatu sistem
pengetahuan metafisika untuk menjelaskan asal-usul, tindakan, dan karakter
manusia selain fenomena di dunia.
26 Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (Yogyakarta: LKis Yogyakarta, 2007),h.
164. 27 Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna, Buku teks dasar mengenai semiotika dan
teori komunikasi, (Yogyakarta: JALASUTRA anggota IKAPI, 2004), h. 206.
37
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Profil Singkat PH Margate House
Margate House Films dibentuk pada tahun 2007 oleh Rob Allyn, seorang
pengarang yang bukunya pernah menjadi buku terlaris dari New York Times dan
Rob juga pernah mempunyai sebuah perusahaan iklan. Margate House Films
adalah sebuah perusahaan film yang memproduksi program-program televisi dan
film-film internasional yang berhasil mendapatkan berbagai penghargaan, yang
beroperasi di Asia Tenggara, Australia dan Amerika Serikat1.
B. Profil Sutradara Film Java Heat
Conor Allyn adalah sutradara, penulis dan produser muda berbakat, yang
menciptakan dan membuat proyek film terbesar sepanjang sejarah Indonesia. Dia
praktis tumbuh dan besar di set-set film, di dalam studio TV dan industri media di
Amerika Serikat, Amerika Latin dan Asia Tenggara. Di umur 24 tahun, Conor
telah menulis dan memproduksi 3 film panjang yang sukses, dan menjadi
sutradara dalam 2 film perang epik dengan gaya Hollywood.
Film karya Conor di tahun 2009, sebuah film terkenal yang mendapatkan
beberapa penghargaan, berjudul "Merah Putih" mencapai rekor dalam penjualan
internasional dan penghasilan box office untuk film sejenis ini di wilayah Eropa
Dan Asia experienced rekor penjualan internasional dan kehadiran box office
untuk film jenis ini di Eropa dan Asia. Conor kemudian menjabat sebagai direktur
1 PH Margate House Film, Artikel diakses pada 27 Mei 2014 dari,
http://www.margatehousefilms.com/about
38
"Merah Dan Putih" sekuel, "Blood Of Eagles" (yang rebroke rekor box office film
sebelumnya pada bulan September 2010), dan yang akan datang "Hearts Of
Freedom" (dirilis pada bulan Juni 2011). Conor disajikan film-filmnya di Festival
Film Asia Pasifik LA di Directors Guild Theater di Hollywood dan Amsterdam
Film Festival Cinemasia. Diputar di Berlin, Cannes dan di seluruh dunia, tiga film
pertama nya sudah telah dijual ke Inggris, Irlandia, Jerman, Austria, Swiss,
Republik Ceko dan 10 negara di luar negeri, termasuk kesepakatan dengan
European Film Partners dan Universal Pictures Benelux. Dia juga menjabat
sebagai Produser Associate "Hungry Is The Tiger", sebuah film dokumenter fitur-
film ditembak diakui dunia internasional di India dan Indonesia. Film yang
ditayangkan di tahun lalu Rome Film Festival Asiatic Film Mediale dan
dinominasikan sebagai Best Documentary pada Festival Film Asia Pasifik 2009 di
Taiwan. Dia telah menciptakan, ditulis, diproduksi dan disutradarai iklan TV,
berpartisipasi dalam media dan konsultasi debat, ditangani penelitian dan menulis
untuk partai politik terkemuka AS Senator dan calon presiden, dua presiden
Meksiko, Serikat Petani Indonesia, Asosiasi Pasar Tradisional dan memimpin di
Amerika Latin dan Asia. Film yang sudah dibuat oleh Conor allyn antara lain2 :
Java Heat (2013) Sebagai Director
Hati Merdeka (Merah Putih III) (2011) Sebagai Director
Hati Merdeka (Merah Putih III) (2011) Sebagai Script writer
Hati Merdeka (Merah Putih III) (2011) Sebagai Producer
Darah Garuda (Merah Putih II) (2010) Sebagai Producer
2 Indonesia Film Center, Artikel diakses pada 24 Mei 2014 dari.
http://www.indonesianfilmcenter.com/pages/filminfo/movie.php?uid=13fcee8f2469
39
Darah Garuda (Merah Putih II) (2010) Sebagai Director
Merah Putih (2009) Sebagai Producer
Merah Putih (2009) Sebagai Scriptwriter
C. Profil Pemain Utama
Para pemain utama dalam Film Java Heat antara lain3 :
1. Ario Bayu
Ario Bayu adalah seorang aktor dan foto model Indonesia. Ario
dikenal publik sebagai foto model di beberapa majalah pria. Ario
mendapatkan peran sebagai tokoh lintang dewasa dalam film "Laskar
Pelangi", yang makin melambungkan namanya di tanah hiburan.
Pria yang sempat tinggal di New Zealand ini sempat mengenyam
pendidikan teater, kesempatan datang saat terpilih sebagai satu-satunya
orang Indonesia yang terpilih dalam workshop the Young Shakesepeare
Company dan mendapatkan peluang tampil pada Globe Theater di
London. Film pertama yang dibintanginya berjudul "Bangsal 13" yang
dirilis pada tahun 2005. Film horor tersebut ternyata mampu
memperkenalkannya lebih jauh ke dunia film sehingga selanjutnya di
semakin sering muncul dalam beberapa film. Bayu sempat membintangi
beberapa film seperti Pesan Dari Surga (2006), Kala (2007), Laskar
Pelangi (2008), Drupadi (2008), Macabre (2008), dan Pintu Terlarang
(2009). Perannya di film Kala, Laskar Pelangi dan Pintu Terlarang, telah
berhasil membuatnya meraih penghargaan berbagai festival film
3 Indonesia Film Center, Artikel diakses pada 24 Mei 2014 dari.
http://www.indonesianfilmcenter.com/pages/filminfo/movie.php?uid=13fcee8f2469
40
internasional. Selain itu, Bayu juga sempat dinominasikan untuk ajang
Indonesian Movie Awards sebagai Aktor Pendukung Terbaik dan
menerima penghargaan Best Actor of the Year 2009 dari majalah Elle
Indonesia. Sebagai penampil di teater, tahun 2011 ini Bayu berhasil lolos
sebagai salah satu pemeran pendukung utama dalam pertunjukan musikal
Onrop yang kembali melambungkan namanya. Ia juga terlibat dalam
produksi "Catatan Harian si Boy" yang direncanakan akan rilis tahun 2011
tersebut, dia berperan sebagai Satrio, tokoh utama dikembangkan dalam
konsep pemikirannya.
Film yang pernah di bintangi atau di perankan oleh Ario Bayu antara lain:
Java Heat (2013) Sebagai Main Cast
Dead Mine (2013) Sebagai Main Cast
Soekarno: Indonesia Merdeka (2013) Sebagai Main Cast
La Tahzan (2013) Sebagai Main Cast
Hati Merdeka (Merah Putih III) (2011) Sebagai Supporting Cast
Dilema (2011) Sebagai Main Cast
Catatan Harian Si Boy (2011) Sebagai Main Cast
Darah Garuda (Merah Putih II) (2010) Sebagai Supporting Cast
Rumah Dara (2010) Sebagai Main Cast
Sepuluh (2009) Sebagai Supporting Cast
Pintu Terlarang (2009) Sebagai Supporting Cast
In the Name of Love (2008) Sebagai Cast
Laskar Pelangi (2008) Sebagai Supporting Cast
41
2. Kellan Lutz
Kellan Christopher Lutz adalah seorang aktor dan model. Ia
dikenal publik lewat perannya sebagai Emmett Cullen dalam film
"Twilight: Saga".Karier akting Kellan dimulai dengan menjadi bintang
tamu dalam beberapa acara televisi seperti CSI: NY, Heroes, Six Feet
Under, Model Citizens. Pada tahun 2006 ia menjadi model untuk Hillary
Duff untuk produk parfum With Love. Hilary Duff. Di tahun 2007 ia
kembali bekerja sama dengan Hillary Duff dengan menjadi model video
klip "With Love". Pada tahun 2008 Kellan berperan sebagai George Evans
dalam serial "90210". Di tahun yang sama Kellan juga berperan sebagai
Emmet Cullen dalam serial vampir "Twilight". Dan pada tahun 2009
Kellan kembali berperan sebagai Emmet dalam film "New Moon".
Kemudian tahun 2010 Kellan membintangi film yang dibuat kembali, "A
Nightmare on Elm Street" dan kembali berperan sebagai Emmet pada film
"The Twilight Saga: Eclipse". Kellan juga menjadi model untuk Calvin
Klein X.
The Tarix Jabrix (2008) Sebagai Supporting Cast
Kala (2007) Sebagai Main Cast
Pesan dari Surga (2006) Sebagai Supporting Cast
Belahan Jiwa (2005) Sebagai Cast
42
3. Mickey Rourke
Mickey Rourke adalah aktor, penulis dan pensiunan petinju asal
Amerika yang telah banyak tampil sebagai pemeran utama di berbagai
film laga, drama dan thriler. Selama tahun 1980-an, Rourke membintangi
film Diner, Rumble Fish dan drama eksotis" 9 1/2 Weeks" dan menerima
pujian untuk aktingnya di film Barfly and Angel Heart. Pada tahun 1991,
Rourke yang sebelumnya pernah berlatih sebagai petinju, meninggalkan
seni peran untuk menjadi petinju professional untuk sementara waktu. Ia
sempat menjadi pemeran pembantu di beberapa film seperti The
Rainmaker, Buffalo '66, The Pledge, Get Carter, Once Upon a Time in
Mexico dan Man on Fire.
Di tahun 2005 Rourke kembali ke dunia Hollywood sebagai
pemeran utama di film Sin City dimana ia memenangkan penghargaan dari
Chicago Film Critics Association, Irish Film and Television Awards dan
Online Film Critics Society. Di tahun 2008, lewat perannya sebagai
seorang pegulat yang telah lewat masa kejayaannya di film The Wrestler,
ia memenangkan Golden Globe Award 2009, BAFTA Award dan
dinominasikan dalam Academy Award. Di tahun 2010 ia tampil dalam film
blockbuster Iron Man 2 dan The Expendables. Ia dikabarkan akan
memerankan Lemmy Motorhead dalam sebuah proyek Werner Herzog
yang belum diumumkan.
43
D. Tim Produksi Film Java Heat (Pemain dan Crew)
Sebuah film sebagus apapun dan sukses apapun tidak luput dari tangan-tangan
dingin para crew dan pihak-piihak yang terlibat dalam penggarapan film. Begitu
juga dengan film Java heat yang juga sukses berkat orang-orang yang terlibat di
dalamnya. Dan inilah orang-orangnya yang menjadikan film Java Heat sukses dan
meraih penghargaan4.
Tabel 1 : Crew film Java Heat
Produser Rob Allyn
Produser Pendamping : Seth Baron
Sutradara
Penulis Naskah
Conor Allyn
Rob Allyn
Pemain:
Pemeran Utama Ario Bayu Sebagai Hashim
Kellan Lutz Sebagai Jake Travers
Mickey Rourke Sebagai Malik Pemeran Pembantu
Agung Udijana
Astri Nurdin
Atiqah Hasiholan
Frans Tumbuan
Mike Duncan
Mike Lucock Nick Mckinless
Sebagai Andi
Sebagai Vitria
Sebagai Sultana
Sebagai General
Sebagai Cap. Baron
Sebagai Achmed
Sebagai Bretton
4 Indonesia Film Center, Artikel diakses pada 24 Mei 2014 dari.
http://www.indonesianfilmcenter.com/pages/filminfo/movie.php?uid=13fcee8f2469
44
Rahayu Saraswati
Rio Dewanto
Rudy Wowor
T. Rifnu Wikana
Tio Pakusadewo
Uli Auliani
Verdi Solaiman
Sebagai Nita
Sebagai Anton
Sebagai Sultan
Sebagai polisi
Sebagai Vizier
Sebagai Rani
Sebagai Ling
Crew:
Tim Produksi
Produser Eksekutif
Manajer Produksi
Albert Huddleston, Andy Howard, John Eddie
Williams, Kendall McKinnon, Lee Roy
Mitchell, Mark Williams, Marshall Payne, Ryan
Daly, Scott Greer
Elza Hidayat
Tim Penyutradaraan
Asisten Sutradara 1
Asisten Sutradara 2
Koordinator Pemeran
Pengganti
Andy Howard
Nick McKinless
Nick McKinless
Tim Tata Artistik
Perancang Produksi
Koordinator Efek Khusus
David Ingram
Adam Howarth
45
Tim Tata Kostum
Penata Kostum
Diana Kartamihardja
Tim Tata Rias
Penata Rias
Jerry Octavianus
Tim Pasca Produksi
Penyunting Adegan
Penata Musik
Harvey Rosenstock
Justin Caine Burnett
Produksi
Production Companies
Margate House
E. Sinopsis Film Java Heat
Film ini menceritakan pertemuan antara dua polisi yang berbeda negara yang
mencari musuh yang sama di Yogyakarta. Dalam keadaan terborgol di kantor
polisi, Jake (Kellan Lutz) mengaku sebagai asisten dosen asing yang selamat dari
ledakan bom. Namun Hashim (Ario Bayu) yang seorang detektif dari kesatuan elit
Densus 88 curiga terhadap Jake. Jake menjadi salah satu saksi kunci dalam
serangan bom bunuh diri pada sebuah pesta amal yang menyebabkan seorang
putri keraton cantik, Sultana (Atiqah Hasiholan) tewas terbunuh. Sultana sendiri
merupakan figur perempuan terpopuler di negara tersebut. Kejadian demi kejadian
membuat Hashim semakin menaruh curiga kepada Jake. Namun suatu hari, saat
kendaraan yang ditumpangi Hashim dan Jake diserang oleh sekelompok teroris,
46
Jake menyelamatkan nyawa Hashim dan terlihat kemampuan Jake yang
sebenarnya dalam menguasai senjata. Suatu keahlian yang tak mungkin dimiliki
oleh seorang asisten dosen. Akhirnya Hashim dan Jake bekerja sama untuk
menyelesaikan kasus tersebut dan memastikan apakah yang terbaring di kamar
mayat itu benar Sultana? Di sisi lain, istri dan anak-anak Hashim diculik oleh
orang misterius. Kejadian penuh dengan ketegangan dan aksi memperkuat
kerjasama Jake dan Hashim untuk membongkar apa yang terjadi. Pertarungan
semakin sengit terjadi di candi Budha terbesar di dunia, Borobudur saat perayaan
Waisak. Di keramaian festival pelepasan lampion, pertukaran antara sandera
dengan perhiasan yang diminta tersamarkan oleh hiruk pikuk pesta5.
5Son Billy, Sinopsis Film Java Heat, “Artikel diakses pada 24 Mei 2014”
http://sinopsisfilmanyar.blogspot.com/2013/02/sinopsis-film-java-heat-terbaru-april.html
47
BAB IV
ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA UNSUR-UNSUR BUDAYA
YOGYAKARTA DI PERISTIWA PERAMPOKAN DALAM FILM JAVA
HEAT
A. Makna Unsur-unsur Budaya Yogyakarta
Sebelum membahas mengenai makna-makna unsur budaya Yogyakarta di
peristiwa perampokan yang terdapat di dalam film Java Heat tersebut, diolah data
berdasarkan dengan model semiotika Roland Barthes dengan mengetahui :
1. Makna Denotasi adalah makna tingkat pertama yang bersifat objektif (first
order) yang dapat diberikan terhadap lambang-lambang, yakni dengan
mengaitkan secara langsung antara lambang dengan realitas atau gejala
yang ditunjuk.
2. Makna Konotasi adalah makna-makna yang dapat diberikan pada
lambang-lambang dengan mengacu nilai-nilai budaya yang karenanya
berapa pada tingkatan kedua (second order)1.
3. Makna Mitos yakni rujukan bersifat cultural (bersumber dari budaya yang
ada) yang digunakan untuk menjelaskan gejala atau realitas yang ditunjuk
dengan lambang-lambang penjelasan mana yang notabene adalah makna
konotatif dari lambang-lambang yang ada dengan mengacu sejarah (di
samping budaya).
Di dalam film Java Heat terdapat unsur-unsur kebudayaan, karena kebudayaan
memberikan identitas pada sekelompok manusia, maka bagaimana cara kita
mengidentifikasi aspek-aspek atau unsur-unsur kebudayaan yang membedakan
1 Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (Yogyakarta,LKis Yogyakarta,2007),hal 163
48
satu kelompok masyarakat budaya dari yang lain. Unsur-unsur kebudayaan antara
lain adalah2 :
1. Sistem keyakinan, nilai dan sikap.
a. Keyakinan
Secara umum diartikan sebagai perkiraan secara subyektif bahwa
sesuatu obyek atau peristiwa ada hubungannya dengan obyek atau
peristiwa lain, atau dengan nilai, konsep, atribut tertentu. Singkatnya,
suatu obyek atau peristiwa diyakini memiliki karakteristik-karakteristik
tertentu. Keyakinan ini mempunyai derajat kedalaman atau intensitas
tertentu.
b. Nilai
Nilai merupakan aspek evaluatiF dari sistem keyakinan, nilai dan
sikap. Nilai-nilai kebudayaan biasanya berakar dari falsafah dasar secara
keseluruhan dari suatu kebudayaan. Nilai-nilai ini umumnya bersifat
normative, karena memberikan informasi pada anggota kebudayaan
tentang apa yang baik dan buruk, yang benar dan salah, yang positif dan
negative, apa yang perlu diperjuangkan dan dilindungi, apa yang perlu
ditekuni dan lain-lain.
c. Sikap
Sikap dipelajari atau dibentuk dalam konteks budaya. Sikap ini
kemudian mempengaruhi kesiapan untuk memberi respons dan tingkah
laku. Intensitas dari sikap berlandasan pada derajat penyaluran akan
kebenaran dari keyakinan dan evaluasi. Kerja komponen sikap tersebut
2 Ilya Sunarwinadi, Komunikasi Antar Budaya, (Universitas Indonesia : Pusat Antar
Universitas Ilmu-ilmu Soasial, t.t), h.25-32
49
berinteraksi untuk menciptakan keadaan siap secara psikologis untuk
bereaksi terhadap obyek-obyek dan peristiwa-peristiwa dalam lingkunga.
2. Pandangan keduniaan
Pandangan hidup merupakan orientasi suatu kebudayaan terhadap hal-hal
seperti Tuhan, manusia, alam, alam semesta dan masalah-masalah filsafat
lainnya yang berkaitan dengan konsep keberadaan (“being” ). Singkatnya,
pandangan hidup membantu kita untuk menemukan tempat dan tingkat kita
sendiri dalam alam semesta ini. Pandangan hidup merupakan landasan pokok
yang paling mendalam dari suatu kebudayaan.
3. Organisasi Sosial
Organisasi sosial merupakan cara suatu kebudayaan mengatur diri dan
pranata-pranatanya. Ada dua macam bentuk pengaturan sosial yang berkaitan
dengan komunikasi antarbudaya: kebudayaan geografik dan kebudayaan-
kebudayaan peran.
Beberapa unit-unit sosial yang dominan berpengaruh dalam suatu kebudayaan
ialah : keluarga, sekolah dan lembaga keagamaan. Semua unsure-unsur sosial
budaya di atas mempengaruhi proses-proses persepsi. Walaupun demijian
daftar dari unsure-unsur budaya itu bersifat terbatas (“exhaustive” ). Segala
segi atau aspek kebudayaan dapat dimasukan ke dalam macam-macam cara
klasifikasi dan cara analisis. Bagaimanapun dua hal yang perlu di tegaskan,
yakni : (1). Apa yang dipersepsikan sebagai hal yang penting bervariasi dari
satu kebudayaan ke kebudayaan lain; (2). Apa yang dikomunikasikan oleh dan
bagaimana seseorang berkomunikasi merupakan pencerminan dari apa yang
dipersepsikan oleh kebudayaanya.
50
Pengaruh ketiga unsur kebudayaan tersebut pada makna untuk persepsi adalah
terutama pada aspek individual dan subyektifnya. Kita semua mungkin akan
melihat suatu obyek atau peristiwa sosial yang sama dan memberikan makna
obyektif yang sama, tetapi makna individualnya tidak mustahil akan sangat
berbeda. Masing-masing unsur budaya yang terdapat di film Java Heat akan
penulis identifikasi yang telah ditemukan antara lain :
a. Komunikasi dan bahasa
Dalam aspek ini, peneliti menemukan beberapa unsur-unsur budaya dalam
aspek komunikasi dan bahasa. Di dalam film ini, komunikasi yang di
lakukan dengan menggunakan beberapa bahasa, seperti bahasa Inggris,
Indonesia, dan bahasa Jawa.
b. Pakaian dan penampilan
Film Java Heat ini menceritakan keadaan atau situasi yang ada di Kraton
Yogyakarta. Di dalam dalam Kraton tersebut banyak menampilkan pakain
dan penampilan yang berbeda dengan masyarakat biasanya. Berbagai
macam pakaian dan penampilan yang disajikan dalam film Java Heat.
c. Pemberian imbalan dan pengakuan
Dalam aspek ini, film ini memperlihatkan adegan pemberian imbalan dan
pengakuan. Pemberian imbalan disini, peneliti melihat atas dasar adegan
yang di lakukan oleh Malik dan Achmed. Malik yang mendoktrin Achmed
agar untuk membunuh Jake. Achmed akan diberikan imbalan oleh Malik.
51
d. Nilai-nilai dan Norma-norma
Di dalam unsur-unsur budaya nilai-nilai dan norma menjadi sangat
penting. Karena di setiap budaya mempunyai nilai dan norma tersendiri.
Film Java Heat ini mempersatukan budaya barat dan timur.
Sistem ekonomi yaitu cara masyarakat bersangkutan memproduksi dan
mendtribusikan barang-barang dan jasanya.
Sistem politik yaitu cara-cara memerintah yang dominan untuk memelihara
kestabilan dan melaksanakan kekuasaan dan wewenang.
Sistem Agama yaitu cara pemberian makna dan motivasi yang berlandaskan
pada aspek-aspek kehidupan budaya yang bersifat spiritual.
Sisteem Reakreasi yaitu cara bersosialisasi dan menggunakan waktu
senggang. Apa yang dianggap permainan di satu kebudayaan dapat dipandang
sebagai pekerjaan di kebudayaan dapat dipandang sebagai pekerjaan di
kebudayaan lain.
Daftar kategori itu merupakan kesimpulan sebagian dari beberapa aspek
kebudayaan yang dapat menyatukan orang-orang yang memiliki bersama
sikap-sikap dasar, latar belakang dan gaya hidup. Unsur-unsur kebudayaan
tersebut bervariasi antara satu kebudayaan dengan yang lain, sehingga dapat
menjadi sumber kesalahan-kesalahan dan miskomunikasi. Dimensi-dimensi
kebudayaan yang terdapat di dalam film Java Heat antara lain:
a. Cara memberi salam dalam perjumpaan
b. Cara-cara mengunjungi kerabat di rumah
c. Cara-cara mengadakan pertemuan
52
d. Gerak isyarat nonverbal
e. Penampilan pribadi
f. Sikap umum
g. Bahasa
h. Agama
i. Hari-hari libur khusus
j. Pekerjaan
k. Tingkat-tingkat sosial-ekonomi
l. Reakreasi, olahraga, seni, musik
B. Makna Denotasi, Konotasi dan Mitos dalam Film Java Heat
Dalam mengidentifikasi scene yang terdapat di film Java Heat, harus
dianalisis sesuai yang dipakai yaitu metode Semiotika Roland Barthes sebagai
berikut :
1) Scene 1
Adegan pertama yang dipilih peneliti adalah adegan yang menggambarkan
seorang warga Barat, yang sedang menunggu di salah satu ruangan, untuk di
intograsi oleh polisi Densus 88.
Visual Dialog/suara Type Shot
----
Long shot,subyek manusia tampak kecil, background lebih dominan.
53
Model keakraban pria di Indonesia umumnya menawarkan rokok sebelum
berbincang-bincang, agar menjadikan suasana lebih santai. Kebanyakan laki-laki
masyarakat Indonesia merupakan orang yang aktif merokok. Seperti yang
dikemukakan Fisher (1986:261-262), keakraban merupakan salah satu hal yang
serta kaitannya dengan komunikasi self-disclosure. Apa yang diungkapkan itu
bisa saja hal-hal yang sifatnya pribadi atau intim3.
2) Scene 2
Gambar selanjutnya adalah suasana demo para masyarakat Yogyakarta
dan para keluarga korban bencana peledakan Bom di Kraton.
3 Artikel diakses pada 28 juni 2014 dari
http://www.ut.ac.id/html/suplemen/skom4313/skom4313a/isimt2_b5.htm
Densus 88 (Letnan Hashim) , menawarkan rokok kepada jake.
Medium close up, memperlihatkan letnan Hashim, bagian dada sampai ke atas.
Denotasi
Terlihat salah seorang yang bernama jake sedang duduk yang di lengkapi dengan kursi dan mejanya di sebuah ruangan. Terlihat dua orang yaitu Jake dan Letnan Hashim dari Densus 88 yang sedang menawarkan rokok kepada Jake di dalam ruangan dan terdapat hanya sebuah jam dinding.
Konotasi
Jake merupakan warga Negara Amerika Serikat yang sedang menunggu untuk di introgasi akibat keberadaan Jake Di Kraton Yogyakarta saat terjadi peledakan Bom. Letnan Hasim yang merupakan seorang polisi Densus 88 ingin mengintrogasi Jake. Sebelum introgasi dimulai, Letnan Hashim menawarkan rokok kepada Jake, agar menjadikan suasana lebih santai sebelum di introgasi.
Mitos Letnan Hashim merupakan orang yang supel. Keakraban seorang bisa mendapatkan informasi yang di inginkan.
54
Visual Dialog/suara Type Shot
Masyarakat mengatakan “ Sultanah..Sultanah” ----
“Extreme Long Shot” melihatkan keseluruhan. “Medium Long Shot” objek dan background terlihat seimbang
Denotasi
Terlihat para masyarakat sedang membawa lilin dan banner bergambar wajah Sultanah dengan tulisan “Istirahatlah Dalam Damai Sultanah Kami”. dan terlihat kamera seorang wartawan. Terlihat beberapa warga membawa lilin di pinggir-pinggir jalan dekat ruko. Sambil meratapi wajah Sultanah yang terdapat di banner yang bertuliskan “istirahatlah dalam damai Sultanah kami”.
Konotasi
Para masyarakat yang sedang berkumpul sambil membawakan lilin dan banner wajah Sultanah, merupakan salah satu tindakan masyarakat untuk berdemo di kantor kepolisian akibat peristiwa peledakan Bom saat acara pesta di Kraton. Masyarakat mendapat kabar bahwa Sultanah seorang putri Kraton, menjadi korban yang meninggal atas peristiwa peledakan Bom tersebut. Sebagian masyarakat yang membuat seperti berkelompok-kelompok, sambil membawa lilin sedang meratapi kepergian Sultanah dengan memandangi wajah Sultanah yang terdapat di banner. Masyarakat sangat merasa sedih saat terjadi peristiwa peledakan Bom di Kraton tersebut yang di dalamnya terdapat putri Kraton yaitu Sultanah.
Mitos Lilin menandakan rasa kekelaman atau kesedihan dari para masyarakat yang merasa kehilangan seorang putri kraton. rasa dukacita yang sangat mendalam.
55
Strategi pertama peledakan bom untuk mendapatkan harta benda dari
Kraton, manfaat kedua masyarakat menjadi percaya kalau Sultana telah
meninggal saat terjadi peledakan bom tersebut. Makna kedukaan yang masyarakat
tersebut lakukan menggunakan simbol-simbol seperti lilin dan banner. Masyarakat
Yogyakarta ketika sedang berduka tidak seperti hal nya yg ada di film Java Heat.
Makna kedukaan4 yang biasa di lakukan oleh masyrakat Yogyakarta seperti
Upacara yang diselenggarakan pada saat kematian ini merupakan suatu bentuk
penghormatan kepada orang yang sudah meninggal. Bahwa orang yang
ditinggalkan masih senantiasa mengingat segala kebaikan yang pernah diberikan
oleh orang yang sudah meninggal sehingga perlu untuk menyelenggarakan suatu
upacara. Masyarakat ini juga mempercayai bahwa dengan dibantu doa maka orang
yang meninggal tersebut akan cepat diterima Tuhan sehingga arwahnya akan
tenang.
3) Scene 3
Ketika Letnan Hashim turun dari mobil bersama Jendral Densus 88, letnan
Hashim melihat beberapa famplate yang menempel di rumah pinggir-pinggir
jalan. Yaitu famplate jendral yang mencalonkan sebagai pemerintahan di
Jawa. Dengan bertuliskan “Pemerintah yang kuat untuk Jawa yang lebih
kuat”.
4 Uli Rizky Nareswari, “Symbolos”, artikel diakses pada 29 Juni 2014 dari
http://ulinareswari.blogspot.com/2014/04/upacara-kematian-dalam-tradisi-jawa.html
56
Visual Dialog/suara Type Shot
----
“Medium Shot” objek terlihat bagian dibawah pinggang sampai atas.
Denotasi
Letnan Hashim melihat beberapa pamflate politik yaitu foto Jendral dari ketua Densus 88 yang menjabat di pemerintahan, yang terpampang di rumah pinggir jalan yang bertuliskan “pemerintah yang kuat untuk Jawa yang lebih kuat”
Konotasi
Pemerintahan yang berasal dari militer seperti Jendral akan memberikan motto kepada masyarakatnya untuk menjadikan pemerintahan Jawa yang lebih kuat.
Mitos Seorang jendral yang yakin ingin masuk ke pemerintahan memberikan tanda bahwa seorang Jendral yang diktator dalam berkepemimpinan.
Diktator adalah seorang pemimpin negara yang memerintah secara
otoriter/tirani dan menindas rakyatnya. Biasanya seorang diktator naik takhta
dengan menggunakan kekerasan, seringkali dengan sebuah kudeta5.
4) Scene 4
Bertempat di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Nita
yang kuliah di sana bertemu dengan Jake yang seorang Pengajar di Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
5 Artikel ini diakses pada 8 Agustus 2014 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Diktator
57
Visual Dialog/suara Type Shot
Saling menyapa antara Nita dan Jake Nita : Mas Jake Jake : Hey, Nita
Nita berkata “ mereka membunuhnya”
“Medium Close Up” objek terlihat tampak jelas dari bawah dada sampai atas
“Medium Long Shot” objek terlihat dari bawah lutut sampai atas
Denotasi
Nita yang bertemu dengan Jake di kampus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan menyapa Mas Jake. Nita dan Jake juga melirik ke bawah tangga dan melihat kedua orang yang menggunakan pakaian gamis lengkap dengan peci dan mempunyai jenggot.
Konotasi
Nita yang menyapa Jake dengan kata “mas” bermaksud ingin mengobrol dan ingin masuk kelas berbarengan. Nita yang meilirik kebawa kepada kedua orang mengungkapkan kepada Jake bahwa orang tersebut adalah kelompok teroris.
Mitos Sudah seharusnya orang yang lebih muda memanggil kepada orang yang lebih tua dengan kata mas untuk orang laki-laki. Budaya jawa yang sopan santunnya sangat di utamakan. Dalam hal ini melahirkan stereotype yang negatif kepada orang yang menggunakan pakaian busana muslim.
Dari tatapan Jake dan Nita yang mengarah ke bawah melihat dua orang
yang ingin kuliah, namun dengan berpakain Islami seperti baju gamis, peci serta
mempunyai jenggot. Nita yang memandang orang tersebut langsung mengatakan
“ mereka yang membunuhnya” yang di maksudkan dengan Nita adalah, Sultana
58
yang meninggal saat terjadi peledakan bom di acara amal. Masyarakatnya sudah
mempunyai persepsi bahwa yang meledakan bom tersebut adalah kelompok
teroris. Teroris yang saat ini identik dengan Islam, lantas Islam menjadi jelek.
Peristiwa ini merupakan Stereotipe6, penilaian terhadap seseorang hanya
berdasarkan persepsi terhadap kelompok di mana orang tersebut dapat
dikategorikan.
5) Scene 5
Terjadi peledakan bom bunuh diri saat acara Pesta Amal yang dihadiri
oleh Putri Kraton yaitu Sultana. Ke esokan harinya tim kepolisan Densus 88
langsung menyelidiki ke tempat kejadian bersama saksi matanya.
6 Artikel ini diakses pada 29 Juni 2014 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Stereotipe
Visual Dialog/suara Type Shot
Backsound..
Backsound
“Long Shot” objek masih terlihat tampak dengan latar belakang lebih dominan. “Long Shot” objek terlihat tampak dengan latar belkaang dominan
59
Makna model-model baju batik yang biasa di pakai di kraton Yogyakarta.
Sultana yang seorang putri kraton memakai pakaian yang bernama Sabukwala
Padintenan yaitu : Hiasan kepala: tlesepan (tusuk konde kanan). Perlengkapan:
kain batik tulis, kebaya, lonthong, kamus. Perhiasan: subang, kalung, gelang.
Busana ini untuk para putri sehari-hari. Sedangkan untuk para abdi dalem adalah
Ukel: tekuk. Perlengkapan: kain batik latar putih, kain batik latar hitam, udhet
warna merah, wedhung. Perhiasan: subang. Busana ini untuk para abdi Dalem
Keparak7.
6) Scene 6
saat Jake berkunjung ke Rumah Sakit untuk melihat para korban Bom
bunuh diri. Jake berhenti pada didepan Mushola kecil untuk melihat suami
istri yang sedang sholat berjamaah.
7Perpustakaan digital budaya Indonesia, artikel ini diakses pada 29 Juni 2014 dari
http://budaya-indonesia.org/Busana-Prajurit-Kraton-Yogyakarta/
Denotasi
Terlihat beramai-ramai orang yang berada di kraton sedang mengadakan acara Amal. para hadirin yang datang menggunakan baju batik. salah seorang yang sedang berdiri dengan bom nya yang menempel di tubuh orang tersebut. Setelah terjadi ledakan bom dalam acara putri kraton, polisi Densus 88 dan Jake mengidentifikasi setelah kejadian ledakan bom.
Konotasi
Untuk menghormati dan menerapkan kebudayaan yang biasa disana, para hadirin menggunakan baju batik. Memakai batik secara bersama-sama dalam suatu acara resmi yang di adakan oleh kraton memberikan tanda bahwa kebersamaan, keserasian dan kekompakan ada di dalam kraton.
Mitos Baju batik merupakan identik dengan budaya Jawa, namun saat ini Batik sudah menjadi simbol bagi orang Indonesia.
60
Visual Dialog/suara Type Shot
----- Letnan Hashim berkata “ berdosa besar dalam ajaran Islam jika seseorang memakai tato”
“Medium Close Up” objek terlihat bagian dada sampai atas. “Big Close Up” menunjukan gambar memenuhi layar.
Denotasi
Jake melihat dua orang pria dan wanita yang sedang Sholat berjamaah di Musholah saat ingin memasuki kamar mayat. Jake melihat Cap macan di paha mayat Sultana yang palsu.
Konotasi
Jake yang merupakan seorang warga AS, sangat kagum saat melihat orang Islam melakukan sholat. Orang Islam yang taat kepada agamanya, dan tanda cap macan yang ada di tubuh mayat Sultana yang palsu meberikan makna bahwa orang yang menggunakan cap tatto macan itu sebagai wanita yang spesial, atau wanita pilihan dalam kelompok cina untuk dipekerjakan sebagai wanita bayaran.
Mitos Setiap orang yang patuh terhadap Agamanya pasti akan mengikuti semua ajaran yang ada dalam Agamanya.
Ritual keagamaan yaitu mengerjakan Sholat lima waktu, sehari-hari yang
dilakukan oleh umat Islam baik dimana pun dia berada di rumah sakit atau di lain-
lain tempat. Disini Jake Akulturasi8 budaya islam Indonesia.
8 Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia
dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing.
61
Gambar cap macan di mayat Sultana yang palsu menunjukan simbol atau makna
wanita yang mahal yang special bagi kelompok orang cina, karena mahal untuk di
perjual belikan.
7) Scene 7
Pertunjukan wayang kulit di pasar malam Yogyakarta.
Visual Dialog/suara Type Shot
BackSound “Suara gamelan yang dimainkan” BackSound “Suara gamelan yang dimainkan”
“Long Shot” latar belakang lebih dominan. “Medium Close Up” objek terlihat bagian tubuh sampai atas frase atau latar belakang tidak tampak.
Denotasi
Pertunjukan wayang kulit dengan diiringi alat music gamelan. Dengan satu orang dalangnya yang menggerakan wayang tersebut, dan beberapa pemain music gamelannya sedang memainkannya untuk mengiringi dalang dalam bermain wayangnya.
Konotasi
Wayang Yogyakarta disebutnya sebagai wayang kulit gagrag. Atau disebut dengan wayang kulit Yogyakarta. Wayang kulit ini memiliki cirri bentuk, pola tatanan, dan sunggingan (pewarna) yang khas. Pertunjukan wayang kulit ini bisa memberikan nilai yang positif. Pertunjukan wayang kulit memberikan dua aspek nilai yang baik. Dari segi spiritual dan sosial. Makna dari spiritual, saran menyampaikan ucapan terima kasih kepada Allah SWT atas nikmat-nikmat-Nya yang diberikan. Dan dari segi sosialnya, sarana untuk memperkokoh jaringan sosial, menjaga silaturahmih
62
di lingkungan sekitar, dan membangun keakraban. Selain dalam pertunjukan wayang kulit juga memiliki unsur-unsur khas yaitu, lakon wayang (penyajian alur cerita dan maknanya), catur (narasi dan percakapan), karawitan (gending, sulukan dan properti panggung).
Mitos Mitos yang terdapat dalam pertunjukan wayang kulit adalah berkaitan dengan pencarian spiritual manusia yang berbentuk narasi, dimana setiap para penonton harus mencarinya pesan yang terkandungnya di awal pertunjukan atau di akhir pertunjukan wayang.
Wayang kulit adalah seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang
di Jawa. Wayang kulit yang merupakan cerita dari Ramayana dan Mahabrata.
Sedangkan Gamelan Jawa merupakan seperangkat instrumen sebagai pernyataan
musikal yang sering disebut dengan istilah karawitan. Sarjana J.L.A. Brandes
(1889)9 mengemukakan bahwa masyarakat Jawa sebelum adanya pengaruh Hindu
telah mengenal sepuluh keahlian, diantaranya adalah wayang dan gamelan.
Menurut sejarahnya, gamelan Jawa juga mempunyai sejarah yang panjang. Seperti
halnya kesenian atau kebudayaan yang lain. warisan budaya asli Indonesia oleh
UNESCO pada 7 November 2003. Hal ini lah yang kemudian mempertegas
eksistensi wayang sebagai kesenian Indonesia di mata dunia.
8) Scene 8
Achmed bersama kedua temannya sedang menjalankan aksi sebagai
Teroris untuk membunuh Jake yang di perintahkan oleh Malik.
9 Perpustakaan Digital Budaya Indonesia, artikel ini diakses pada 29 Juni 2014 dari
http://budaya-indonesia.org/Gamelan-jawa/
63
Visual Dialog/suara Type Shot
Achmed dan temannya mengatakan “ Allahu Akbar”
“Medium Close Up” objek terlihat bagian dada sampai atas.
Denotasi
Terlihat Achmed dan dua orang temannya yang sedang memegang senjata api sehabis turun dari mobil. Achmed menggenakan pakaian seorang Muslim, yaitu baju muslim dengan pecinya.
Konotasi
Achmed yang seorang muslim bersama temannya, sedang menembaki Letnan Hashim dan Jake. Achmed di perintahkan oleh malik untuk membunuh Jake yang seorang warga Negara AS. Achmed yang memerangi Jake dengan alasan untuk Jihad membunuh orang AS.
Mitos Orang yang sangat fanatik Islam, dalam memandang orang AS dengan pandangan yang negatif. Teroris memburu orang-orang barat untuk dibunuh dengan alasan Jihad kepada Allah SWT, dengan memerangi orang-orang yang kafir.
Perbedaan pemahaman agama dan budaya di Indonesia di manfaatkan oleh
Malik untuk merampok perhiasan dan barang-barang peniggalan kraton yang
berharga melalui adu domba. Malik dengan mudah memperdaya sejumlah abdi
dalem kraton dan orang muslim untuk mencapai cita-cita dan tujuan Malik. Malik
menjaminkan Jihad kepada achmed untuk membunuh Jake. Kelompok achmed ini
merupakan kelompok teroris yang perdaya oleh Malik. Namun konsep jihad yang
ada di Indonesia sangat beragam. Menurut Walter Laquer (199910), Mengkaji
setidaknya lebih dari seratus definisi teroris. Kajian Lequer menyimpulkan ada
unsur-unsur yang signifikan dari definisi terorisme yang dirumuskan berbagai
kalangan, yaitu terorisme memiliki ciri utama yang digunakannya ancaman
10 Artikel ini diakses pada 29 Juni 2014 dari
http://penasejati.wordpress.com/2013/02/06/di-balik-terorisme-dan-ajaran-jihad/
64
kekerasan dan tindak kekerasan. Selain itu terorisme umumnya didorong oleh
motivasi politik, dan dapat juga karena adanya fanatisme keagamaan.
9) Scene 9
Acara sarapan pagi bersama bersama Jake, yang telah menyelamatkan
nyawa Letnan Hashim dari serangan teroris yang ingin membunuh Jake.
Visual Dialog/suara Type Shot
Vitri mengatakan kepada Jake. “Ceritakan tentang studimu, mas Jake.” -----
“Medium Shot” objek terlihat bagian pinggang sampai atas. “Medium Close Up” objek terlihat bagian dada sampai atas.
Denotasi
Vitri yang sedang mengambil makanan, sambil berkata “ceritakan tentang studimu, Mas Jake”. Setelah selesai sarapan pagi bersama dengan Jake. Anak dari Letnan Hasim brangkat sekolah, dan berpamitan dengan Jake.
Konotasi
Jake yang merasa bingung saat di panggil dengan kata “mas” oleh Vitri. Letnan Hasim langsung menjelaskan kata “Mas” itu. Budaya orang Jawa, biasanya orang yang lebih muda memanggil kepada orang yang lebih tua dengan menyebutkan kata “Mas” untuk memanggil seorang. Begitu juga dengan berpamitan atau bercium tangan. Jake merasa sangat bingung dan heran ketika tangannya di cium oleh anak dari Letnan Hashim yang ingin berangkat ke
65
Makna kata “mas” secara mendalam yaitu Masyarakat Indonesia
memanggil satu sama lain dengan menggunakan panggilan kehormatan (menurut
usia). Hingga saat ini, memanggil orang dengan nama depannya langsung
dianggap hanya pantas dilakukan untuk memanggil orang sebaya atau lebih muda.
Untuk pria yang sedikit lebih tua panggilan yang umum dipergunakan adalah Mas
(Jawa)11.
10) Scene 10
Malik yang sedang berada di rumahnya, kedatangan Achmed untuk
menemuinya. Ada sesuatu yang ada dibicarakan oleh Achmed.
Visual Dialog/suara Type Shot
Malik berkata kepada Achmed “ aku membersihkannya. Dan membanwanya pada cahaya”
“Medium Shot” objek terlihat bagian pinggang sampai atas.
11 Artikel ini diakses pada 29 Juni 2014 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Nama_Indonesia
sekolah. Maknanya adalah hormat atau minta izin sebelum berangkat ke sekolah.
Mitos Kata “Mas” sudah menjadi hal yang biasa di dengar di dalam lingkungan Jawa. Kata “Mas” ini merupakan perkataan yang sopan kepada sesama orang. Berpamitan mencium tangan kepada orangutan merupakan hal yang sopan dan hormat kepada orangtua. Karena di budaya Barat tidak biasa dengan menggunakan kata “Mas” dan berpamitan dengan mencium tangan. Yang biasa dilakukan orang Barat saat berpamitan mencium bagian wajahnya.
66
-------
Achmed berkata “ Aku dan orang-orang tak akan jadi bagian dari semua ini lagi! “
Medium Long Shot” objek tampak terlihat dari lutut sampai atas. “Medium Shot” objek terlihat bagian pinggang sampai atas.
Denotasi
Achmed yang berkunjung kerumah Malik, tepatnya dikamar Malik. Malik sedang menghampiri kedua perempuan penari dengan berkata kepada Achmed “akumembersihkannya. Dan membanwanya pada cahaya”. Achmed kecewa dengan Malik dan menginginkan untuk keluar dari permainannya Malik.
Konotasi
Seperti yang dikatakan Malik kepada Achmed, Malik membalikan keadaan dari kedua perempuan itu, dari yang sebelumnya sebagai gadis pinggiran, sekarang menjadi perempuan yang berarti bagi Malik. Achmed yang mengetahui apa tujuan dari Malik, berniat mengundurkan dari kerjasamanya. Apa yang dimaksudkan oleh Achmed ternyata berbeda dari yang sebenarnya. Malik menjanjikan achmed sebagai Jihad kepada Allah SWT, jika menbunuh orang AS. Saat Achmed ingin mengundurkan diri dari Malik, malik menolaknya, agar Achmed terus bekerjasama dengannya untuk tujuan Malik yang sebenarnya.
Mitos Malik adalah dalang dibalik semua peristiwa pengeboman itu. Malik menginginkan harta dari keraton Yogya dan memperbudayakan Achmed dijadikan sebagai teoris, memanfaatkan anak laki-laki dan perempuan jalanan dijadikan budak dan pelayan untuk Malik.
67
Peristiwa yang di alami oleh achmed merupakan forced compliance12, saat
Achmed telah menyadarinya ia ingin keluar dari bagian kelompok Malik. Namun,
Achmed mendapat ancaman dari Malik jika ia keluar dari kelompok Malik.
Achmed pun menjadi terpaksa untuk mematuhi Malik.
11) Scene 11
Selama berlama-lama mengejar teroris, akhirnya kepolisian Densus 88
menemukan jejek Teroris Faruq Al Hasan. Densus 88 langsung
menyergapnya, namun Faruq Al Hasan melakukan perlawanan kepada Densus
88.
12 Compliance terjadi apabila perilaku satu atau lebih individu sesuai dengan keinginan
pihak lain. Untuk kasus-kasus tertentu di mana persesuaian perilaku sebagian besar diperoleh dari keampuan untuk memaksa yang dimiliki oleh komunikator. Artikel diakses pada 30 Juni 2014 dari http://www.anneahira.com/pengertian-komunikasi-antar-pribadi.htm
Visual Dialog/suara Type Shot
Jendral berbicara dengan TOA mengatakan “ Faruq AlHasan tempat ini telah terkepung!” Letnan Hasim mengatakan untuk tidak meledekan bomnya.
“Extreme Long Shot” kamera jauh dari objek “Medium Shot” objek terlihat bagian pinggang sampai atas.
68
Citra polisi Densus 88 menjadi bagus ketika berhasil mengungkapkan teroris.
Densus 88 berhasil menemukan kelompok teroris Faruq Al Hasan.
12) Scene 12
Malik merupakan seorang Paedofilia, yang sedang mengendarai Andong
berkeliling perumahan warga sedang mencari anak-anak kecil yang terlantar.
Denotasi
Densus 88 yang berhasil menemukan teroris yang bernama Faruq Al Hasan, langsung menyergapnya. Beberapa wartawan dan para warga yang menyaksikan detik-detik menegangkan dalam penyergapan teroris. Letnan Hashim yang masuk kerumah untuk menemui teroris itu dan teroris itu ingin meledakan diri dengan bom yang ada di tubuh.
Konotasi
Densus 88 yang sudah menyergap kelompok teroris Faruq Al Hasan, meminta agar segera menyerah, agar tidak terjadi baku tembak dan memakan korban. Tindakan yang dilakukan oleh petugas Densus 88 sangat baik dan cepat dalam mengatasi tugasnya. Faruq Al Hasan yang melawan para petugas Densus 88 merupakan hal untuk membela dirinya. Letnan Hashim yang mengambil tindakan dengan cepat untuk menangkap Faruq Al Hasan menjadi sia-sia, karena teroris itu meledakan diri dengan bom yang ada ditubuhnya.
Mitos Bekal pelatihan yang ada di setiap anggota Densus 88 sudah standar dari kepelatihan polisis Densus 88. Identik dengan teroris yaitu selalu melakukan pembelaan diri apa yang telah mereka perbuat, tidak pernah ada teroris yang menyerah saat penyergapan. Selalu terjadi baku tembak antara polisi dengan teroris. Teroris akan semakin banyak jika kinerja polisi Densus 88 tidak bekerja dengan cepat dan cerdik dalam melacak pelaku teroris.
Visual Dialog/suara Type Shot
backsound
“Long Shot” objek tampak jelas, namun latarbelakanag lebih dominan.
69
Backsound Backsound Backsound
“Extreme long shot” kamera jauh dari objek “ Medium long shot” objek terlihat dari bagian lutut sampai atas. “ Long shot” objek nampat terlihat namun latar belakang lebih dominan.
Denotasi
Malik yang sedang menaiki andong, dan melihat-lihat di sekitar lingkungan rumah warga, masih banyak anak-anak jalanan yang terlantar.
Konotasi
Malik mempunyai maksud tertentu, malik merupakan seorang paedofilian. Malik mencari anak-anak jalanan untuk dijadikan pelampiasan penyakitnya itu.
Mitos Penyakit pedofilia merupakan penyakit kelainan seksual, dengan menyukai anak-anak untuk dijadikan pelampiasan seksualnya.
70
Makna pencarian objek, yaitu anak-anak jalanan yang terlantar. Malik
mencari mangsa anak-anak untuk memperdayakan hak asasi anak. Dalam hal ini
kota Yogyakarta masih banyak dihuni oleh anak-anak jalanan atau pengemis yang
terlantar. Yogyakarta menjadi kota yang masih ada ketimpangan sosial13. Dilain
sisi daerah Yogyakarta merupakan kota yang istimewah pemerintahan dan
kebudayaannya.
13) Scene 13
Jake yang mengetahui bahwa Sultana belum meninggal, Jake berusaha
mencarinya sampai ke tempat hiburan malam. Dari pencarian Jake, akhirnya
menemukan banyak informasi mengenai keberadaan Sultana, namun banyak
terjadi perperangan yang mengakibatkan Anton, anggota Densus 88
meninggal saat menyergap kawanan penjual wanita yang bernama Ling.
Visual Dialog/suara Type Shot
Suara keramaian di pasar
“ Extreme long shot” objek jauh dari kamera.
13 Kesenjangan sosial adalah suatu keadaan ketidak seimbangan sosial yang ada di
masyarakat yang menjadikan suatu perbedaan yang sangat mencolok artikel ini diakses pada 30 Juni 2014 dari http://rzaharani.blogspot.com/2012/05/kesenjangan-sosial.html
71
Orang cina yang mempunyai Bar dan tempat penyewaan PSK mengatakan “Malik. Namanya Malik”
“Extreme close up” objek terlihat tampak jelas bagian wajah
Denotasi
Jake terlihat sedang berbicara dengan seorang disebuah pasar malam. Ramai para warga Yogyakarta yang sedang mengunjungi Bar. Jake mencekik Ling untuk mengatakan yang sebenarnya penjahat yang dibalik peristiwa ini semua.
Konotasi
Jake bermaksud untuk mencari informasi, sedang mencari tahu keberadaan Sultana yang sebenarnya. Jake mengatahui bahwa Sultana belum meninggal. Jake yang akhirnya berkelahi dengan Ahong pemilik Bar, memberikan keterang informasi bahwa penculik putri kraton yaitu Sultana adalah Malik.
Mitos Warga Negara AS, lebih menyukai pusat-pusat keramaian, seperti Bar, atau tempat-tempat hiburan malam. tindakan yang diambil oleh Jake untuk mengetahui siapa pelaku dibalik peristiwa ini semua, merupakan tindakan yang berani.
Jake yang mencari informasi mengunjungi sejumlah tempat seperti tempat
hiburan malam, pasar malam, untuk mengetahui keberadaan Sultana. Hal ini yang
dilakukan oleh Jake merupakan seeking information14.
14) Scene 14
Anton yang meninggal dunia saat bertugas, yang mencurigai Jake dibalik
peristiwa ini semua, akhirnya meniggal tertembak oleh ahong saat terjadi baku
tembak di bar, tempat hiburan malam. Letnan Hashim memandikannya
dengan caranya sendiri.
14 Penemuan informasi sangat penting karena informasi telah menjadi kebutuhan bagi
setiap diri manusia. Seseorang akan melakukan penemuan informasi karena adanya sebuah kebutuhan, kebutuhan informasi ini didorong oleh keadaan diri seseorang dan peran dalam lingkungannya. Artikel ini diakses pada 30 Juni 2014 dari http://shoima93.blogspot.com/2013/12/teori-penemuan-informasi-information.html
72
Visual Dialog/suara Type Shot
Backsound suara Azdan
“ Long Shot” objek Nampak terlihat namun latarbelakang lebih dominan.
Denotasi
Di Masjid Letnan Hashim sedang memandikan jasad Anton yang telah meninggal. memandikan dengan satu tempat air dan gayungnya.
Konotasi
Anton adalah rekan kerja satu Tim Letnan Hashim di kepolisan Densus 88. Anton meninggal saat menyergap kawanan penjual wanita untuk di jadikan PSK. Letnan Hashim yang seorang muslim, memandikan Anton yang seorang non muslim. Letnan Hashim memandikan Anton yang seorang non muslim, dengan dasar kekerabatan dalam pekerjaan. Memberikan makna kesetiakawanan.
Mitos Setiap Agama mempunyai Ajarannya masing-masing. Agama Islam mengikuti ajaran Al Qur’an dan As Shunnah, sedangkan Agama Kristen menggunakan Kitab Injil.
Makna polisi Kristen berada di masjid yang sedang dimandikan, karena
telah meninggal saat penyergapan kelompok cina Tong. Letnan Hashim yang
memandikan Anton yang berbeda agama, merupakan cermin dari toleransi
beragama15.
15 Toleransi beragama berarti saling menghormati dan berlapang dada terhadap pemeluk agama lain, tidak memaksa mereka mengikuti agamanya dan tidak mencampuri urusan agama masing-masing. Ummat Islam diperbolehkan bekerja sama dengan pemeluk agama lain dalam aspek ekonomi, sosial dan urusan duniawi lainnya. Dalam sejarah pun, Nabi Muhammad Shollallahu alaihi wasallam telah memberi teladan mengenai bagaimana hidup bersama dalam keberagaman. Dari Sahabat Abdullah ibn Amr, sesungguhnya dia menyembelih seekor kambing. Dia berkata, “Apakah kalian sudah memberikan hadiah (daging sembelihan) kepada tetanggaku yang beragama Yahudi? Karena aku mendengar Rasulullah berkata, “Malaikat Jibril senantiasa berwasiat kepadaku tentang tetangga, sampai aku menyangka beliau akan mewariskannya kepadaku. (HR. Abu Dawud). Artikel ini diakses pada 1 Juli 2014 dari http://langitan.net/?p=26
73
15) Scene 15
Jake dan Letnan Hashim berkunjung ke Kraton untuk menemui Sultan.
Visual Dialog/suara Type Shot
------ Letnan Hashim mengatakan “ maaf, yang mulia. ada beberapa rincian tentang pengeboman yang..” Jake berkata kepada Wazier : “ Tapi, ada beberapa detail yang kau dapat berada di sebelahnya saat bom meledak.
“Extreme long shot” objek jauh dari kamera “Medium close up” objek terlihat dari dada sampai atas. “ Long shot” objek Nampak terlihat, namun latar belakang lebih dominan.
74
------
“ Medium close up” objek terlihat dari dada sampai atas.
Denotasi
Jake dan Letnan Hashim berkunjung ke Kraton Yogyakarta ingin bertemu dengan Sultan. vizier salah satu orang yang dekat dengan sultan menghampiri Jake dan Letnan Hashim. Letnan Hashim berpamitan dengan sultan dan diberikan sebuah kertas saat Letnan Hashim bersalaman.
Konotasi
Jake dan Letnan Hashim yang datang ke Kraton untuk bertemu dengan Sultan, untuk memberikan informasi dari penyelidikan kasus peledakan bom itu yang ada kaitannya dengan Sultana putri dari Sultan. Vizier yang merupakan orang dekat dengan Sultan ternyata ikut bekerja sama dengan Malik, untuk merampok permata dan harta benda di Kraton. Vizier berusaha menghalangi Jake dan Letnan Hashim untuk berbicara banyak dengan Sultan. Sultan yang cerdik, memberikan kertas kepada Letnan Hashim untuk bertemu selanjutnya untuk menangani kasus yang menyangkut Sultana.
Mitos Seorang penyelidik untuk investigasi suatu peristiwa harus menyeluruh dalam menyelesaikan tugasnya. Jake dan Letnan Hasim mencari Informasi yang bisa dijadikan bukti atau titik terang dari penyelidikannya. Tidak seharusnya seorang yang dekat dengan Sultan menjadi penghianat.
Selain Candi Borobudur, Keraton Yogyakarta sebagai pusat pemerintah di
Yogyakarta juga ditampilkan dalam film bersama dengan sistem
kepemimpinannya yang di bawahi oleh Kesultanan. yaitu Keraton Ngayogyakarta
Hadiningrat (Keraton Yogjakarta). Ciri khas Jawa melekat erat pada keraton ini.
Seperti16 halnya arsitektur, Keraton Yogja menggunakan Joglo sebagai ciri khas
arsitektur Jawa. Namun dari settingan yang dibuat di dalam film java heat ini
tidak menggambarkan seperti kraton aslinya. Dari tokoh Sultan saja jauh berbeda
16 Artikel ini di akses pada 1 juli 2014 dari http://evamasy.blogspot.com/
75
dengan aslinya, Sultan yang di gambarkan di film ini mempunyai rambut yang
panjang dan berwarna coklat. Seperti orang barat. Setting halaman keraton pun
sangat jauh dari aslinya. Yang digambarkan di film tidak terlihat mencirikan khas
jawa dari segi arsitekturnya maupun properti-properti yg ada di kraton.
16) Scene 16
Orang-orang dari kraton yang ikut bekerjasama dengan Malik, sedang
mengambil harta kraton melalui bank BNI.
Visual Dialog/suara Type Shot
-----
“Extreme long shot” objek jauh dari kamera.
Denotasi
Beberapa orang yang mengenakan baju khas Jawa kemeja Jawa, sedang berdiri di depan Bank BNI dengan sebuah mobil pick up tertutup yang sedang menunggu.
Konotasi
Para abdi dalem dari Kraton itu sedang melakukan pengambilan harta benda permata milik kraton. Mereka ikut bekerjasama dengan Malik. Ingin menguasai harta benda Kraton. harta bendanya itu untuk Malik.
Mitos Tidak seharusnya keluarga besar dari Kraton Jawa itu ada yang menghiyanati Sultan nya sendiri.
Sekelompok abdi dalem yang sedang mengambil harta peninggalan kraton
yang di simpan di Bank atas perintah Malik yang ingin mencuri harta kraton. Ini
merupakan peringatan setiap raja atau pemimpin yang mempunyai anak buah atau
yang lain-lainnya. Berhati-hati dalam kehidupan sehari-hari.
76
17) Scene 17
Malik bersama kelompoknya sedang menyerang Jake dan Letnan Hashim
yang sedang berada di Hotel yang berhasil di lacak oleh Malik.
Visual Dialog/suara Type Shot
------ ----- Malik mengatakan bahwa “ teknologi Amerika, sangat bagus untuk melacak teroris”
“ Extreme long shot” objek jauh dari kamera. “ long shot" objek Nampak terlihat namun latar belakang dominan. “Medium close up” objek terlihat Nampak bagian dada sampai atas.
Denotasi
Malik bersama pengikutnya yang rata-rata orang dari Kraton terlihat sedang berkumpul. Dan salah satu orang sedang memegang tembakan basoka. malik mengatakan bahwa teknologi
77
Amerika sangat bagus untuk melacak teroris.
Konotasi
Malik yang sedang berkumpul itu sedang mengintai Jake dan Letnan Hashim yang sedang berada di dalam Hotel. Malik bersama anak buahnya ingin menembakkan Basoka kearah Hotel yang didalamnya ada Jake dan Letnan Hashim. Malik dan kelompoknya ingin membunuh Jake dan Letnan Hashim, karena mereka berdua telah mengetahui semuanya yang dilakukan oleh Malik berserta kelompoknya. Malik memanfaatkan Achmed untuk membunuh Jake dan menculik Keluarga Letnan Hashim, dengan alasan untuk berjihad. Malik juga memanfaatkan Vizier dan orang-orang dalam di Kraton. Dengan tujuan untuk mengambil permata, harta dan benda yang ada di Kraton.
Mitos Orang Amerika beranggapan bahwa mereka lah yang lebih kuat dibanding dengan Negara-negara lain.
Abdi dalem berperan sebagai prajurit yang setia kepada rajanya. Namun,
di dalam film ini, kesetiaan abdi dalem teruji. Mereka ikut bersama kelompok
Malik untuk melancarkan tugasnya yang bertujuan untuk memiliki harta
peninggalan kraton. makna kesetiaan berubah menjadi suatu penghianatan bagi
Sultan.
18) Scene 18
Achmed yang ingin membunuh Malik ternyata gagalm Malik lebih cepat
membunuh Achmed, dengan menggunakan pisau.
Visual Dialog/suara Type Shot
Malik berkata “ Assalamu’alaykum, haji”
“ Medium close up” objek nampat terlihat bagian dada sampai atas
78
Achmed mengucapkan “Asyhadu all ilahaillallah”
“medium shot” objek terlihat bagian pinggang sampai atas.
Denotasi
Malik terlihat sedang memegang pisau yang sedang di bersihkan. Sambil mengucapkan salam. Letnan Hashim dan Achmed sedang berada di mobil Ambulan, achmed yang belumuran darah sambil berbaring dangan menyebut Syahadat.
Konotasi
Achmed merupakan seorang yang pemberani. Achmed yang sebelumnya ingin tidak bekerjasama dengan Malik, Achmed berusaha ingin membunuh Malik. Achmed ingin membebaskan Sultana dan keluarga Letnan Hasim yang diculik oleh Malik. Namun Malik lebih cepat membunuh Achmed dengan pisaunya. Letnan Hashim dan Jake yang lolos dari kejaran kelompok Malik, membawa Achmed dengan mobil ambulan dan membantu Achmed mengucapkan Syahadat sebelum meninggal.
Mitos Dalam ajaran Islam, orang yang sebelum meninggal dalam keadaan sakaratul maut, jika ia menyebut Syahadat, di akheratnya akan tenang.
Makna ritual kematian atau sakaratulmaut. Maksud sakaratul maut
adalah17 kedahsyatan, tekanan, dan himpitan kekuatan kematian yang
mengalahkan manusia dan menguasai akal sehatnya. Manfaat ketika sedang
sakaratul maut bisa menyebut syahadat adalah di jauhkan dari godaan syaitan
yang mengganggu manusia saat sakaratul maut untuk berpindah-pindah aqidah.
19) Scene 19
Malik berserta kelompoknya membawa Sultana dan keluarga Letnan
Hashim ke Halaman Candi Borobudur. Saat itu adalah perayaan hari waisak
17 Artikel ini diakses pada 1 juli 2014 dari
http://almanhaj.or.id/content/2570/slash/0/sakaratul-maut-detik-detik-yang-menegangkan-dan-menyakitkan/
79
oleh umat Budha. Letnan Hashim dan Jake yang mengetahui keberadaan
Malik, terjadi perkelahian antara Malik, Letnan Hashim dan Jake.
Visual Dialog/suara Type Shot
Banyak suara tepuk tangan. Suara keramaian Malik mengatakan “ mundur kepada seorang yang membuka kotaknya”
“Medium Long Shot” objek terlihat seimbang dengan background. “Extreme Long Shot” manusia tampak tidak terlihat. “Long Shot” manusia masih terlihat tampak.
80
Banyak teriakan Sultana..Sultana..
“Long shot” objek terlihat Nampak, namun latarbelakang dominan.
Denotasi
Beberapa kotak harta dari Kraton yang di dapatkan oleh Malik bersama kelompoknya, berhasil dikuasainya. Letnan Hashim dan Jake mengetahui keberadaan Malik dan kelompoknya langsung di sergap oleh Letnan Hashim dan Jake. Berbarengan dengan perayaan Waisak oleh umat Budha di halaman Candi Borobudur. Malik membawa Sultana ke atas Candi Borobudur untuk disandra, karena Jake ingin membunuh Malik.
Konotasi
Ketaatan umat Budha dalam merayakat hari raya Waisak. Perayaan Waisak yang diperingati oleh umat Budha dibarengi oleh Malik dalam aksinya untuk menyamarkan aksi-aksi yang lakukan oleh Malik bersama kelompoknya. Malik merupakan orang yang berani dan nekad dalam mengambil suatu keputusan.
Mitos Perayaan waisak sudah biasa dilakukan oleh umat Budha untuk merayakan di Candi Borobudur. Dalam pelepasan balon lampion ke udara merupakan suatu mitos dari umat Budha sendiri. Jika menerbangkan balon lampion ke udara maka kebaikan, kesehatan, hajat, atau keinginannya cepat terkabuli.
Strategi penempatan kelompok Malik di candi Borobudur saat perayaan
waisak. Fungsinya agar menyamarkan aksi yang dilakukan oleh kelompok Malik.
Namun, Jake dan Letnan Hashim yang sudah mengetahui keberadaan Malik,
mengikuti sampai ke markasnya dengan menyamar. Sultana yang masih di tangan
Malik di bawa ke atas Borobudur di ancam untuk di bunuh. Jake dan Letnan
Hashim yang menolong sultana akhirnya bisa membunuh Malik saat terjadi baku
tempak dengan Jake.
81
20) Scene 20
Malik yang meninggal akibat ditembak oleh Jake. Akhirnya Sultana
diselamatkan oleh Jake dan Letnan Hashim. Jake yang ingin langsung pulang
ke Negaranya Amerika Serikat, di sambut khusus oleh Sultana saat ini naik
pesawat.
Visual Dialog/suara Type Shot
Backsound suara music gamelan
“Long Shot” Background masih terlihat dominan.
Denotasi
Sultana bersama orang kraton terlihat menyambut kepulangan Jake untuk balik ke Negaranya. Letnan Hashim yang menunggu salam perpisahan dengan Jake berdiri di dekat tangga naik pesawat.
Konotasi
Sultana yang banyak berterima kasih dengan Jake dan Letnan Hashim, atas kerja kerasnya untuk membantu Sultana, Sultan dan Kraton Jawa menjadi seperti semula. Penghormatan Sultana dalam menyambut Jake untuk Pulang dengan Hormat.
Mitos Seorang putrid Kraton sangat di hormati dikalangan masyarakat. Ada baiknya juga Putri Kraton menghormati orang lain juga. Agar terjalin keharmonisan di dalam Kraton maupun di luar Kraton.
Citra tentara Amerika atau FBI menjadi terangkat nama baiknya atas
tindakan menyelamatkan Sultana dan mengungkapkan kelompok kejahatan
internasional.
82
C. Unsur-Unsur Budaya Yogyakarta di Balik Peristiwa Perampokan
Tabel 2: Unsur-unsur Budaya
No. Unsur-unsur Budaya Makna
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Cara memberi salam dalam
perjumpaan
Sistem Agama
Sistem Politik
Sistem Sikap
Pakaian dan penampilan
Sistem keyakinan, nilai dan
sikap
Sistem Rekreasi
Sistem Agama
Sistem Non Verbal
Model keakraban dalam konteks
introgasi polisi.
Makna kedukaan dalam kematian
yang tidak sesuai dengan budaya
Jogja. Masyarakat tersebut
menggunakan simbol-simbol
seperti lilin dan banner berwajah
Sultana.
Pemerintahan yang diktator dalam
rangka ingin mewujudkan
pemerintahan yang kuat.
Stereotype negatif terhadap busana
muslim.
Model-model baju batik di Kraton
Yogyakarta sesuai dengan strata
sosial.
Akulturasi Budaya. Tentang sholat,
panggilan kata Mas, Salam.
pertunjukanWayang kulit dan
gamelan di pasar.
Perayaan waisak di candi
Borobudur. Menerbangkan balon
lampion dengan harapan masing-
masing, dan Ritual kematian atau
sakaratulmaut dengan menyebut
Syahadat.
Cap macan atau tatto macan dari
kelompok cina.
83
10 Sistem Keyakinan Jake dan Achmed berbeda
keyakinan. Jihad achmed melawan
orang barat.
Tabel 3: Unsur-unsur Budaya yang Bukan Budaya Yogyakarta
No Budaya Yogyakarta Bukan Budaya Yogyakarta 1
2
3
4
5
Kata “mas”
Wayang kulit
Alat musik Gamelan
Batik
Kraton Yogyakarta
- Phobia barat (takut dengan orang
barat).
- Rasa kedukaan dalam kematian
dengan menggunakan lilin.
- Ritual kematian orang non muslim
yang dimandikan di masjid dengan
orang muslim.
- Gambar Tatto cap macan.
- Penyakit gangguan jiwa seperti
Pedofil.
Unsur-unsur budaya yang terdapat di dalam film java Heat antara lain adalah
model keakraban yang dilakukan oleh Letnan Hashim kepada Jake. Ketika Jake
sedang ingi di introgasi. Makna kedukaan dalam kematian. Dalam konteks ini
termasuk kedalam sistem agama. Dalam film ini masyarakat Jogja di gambarkan
rasa duka cita menggunakan lilin. Kenyataannya dalam masyarakat Jogja tidak
seperti itu dalam mengemukakan makna kedukaan dalam kematian. Unsur budaya
dalam sistem politik yang terdapat dalam film ini berkaitan dengan pemerintahan
diktator. Di dalam komunikasi antarbudaya mengenal yang namanya stereotipe.
Di dalam film ini terdapat stereotipe yang negatif untuk umat muslim. Ketika
seorang muslim yang berpakaian baju koko dengan peci. banyak orang yang
menganggapnya sebagai kelompok teroris. Unsur budaya dalam pakaian dan
84
penampilan sangat menonjol di film ini. Pakaian dan penampilan di dalam kraton.
yang di peran dalam Sultan, Sultana, dan abdi dalem yang berbagai macam model
baju batik. Seorang yang ingin belajara atau masuk ke dalam budaya orang lain di
kenal sebagai akulturasi budaya. Jake yang berasal dari AS, banyak belajar
mengenai budaya Yogyakarta. Budaya jawa identik dengan wayang dan gamelan.
Dalam film ini terlihat ada pertunjukan wayang kulit dan alat musik gamelan yang
di maikan. Budaya orang budha juga terlihat dalam film ini. Saat perayaan waisak
tiba. Para masyarakat umat Budha melakukan perayaan di Borobudur sambil
menerbangkan balon lampion. Dalam sistem agama juga terlihat saat ritual
kematian oleh umat Islam. Mengucapkan dua kalimat syahadat ketika hendak
meninggal atau saat sedang sakaratul maut. Sistem non verbal yang terlihat dalam
film ini adalah gambar cap macan yang terdapat di tubuh mayat palsu sultana.
Dalam sistem keyakinan Ahmed dan Jake berbeda pandangan. Achmed yang
Islamnya kuat, phobia dengan orang barat. Banyak unsur-unsur budaya yang
bukan budaya Yogyakarta yang terdapat di film ini.
85
BAB V
KESIMPULAN dan SARAN
A. Kesimpulan
Setelah mendeskripsikan dan menganalisis hasil temuan data yang telah
dikemukakan pada bab sebelumnya, maka dalam bab ini penulis akan menarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Makna Denotasi
Makna denotasi penelitian adalah gambaran tentang potret perampokan harta
peninggalan kraton Yogyakarta dari sejumlah kelompok kejahatan internasional
dengan motif mengatas namakan sebagai teroris. Yaitu kelompok Malik. Malik
yang memperdaya banyak orang untuk melancarkan tujuan dan cita-citanya untuk
merampok harta benda peninggalan kraton Yogyakarta. Seperti perhiasan
permata. Namun, kejahatan yang dilakukan oleh Malik tidak berjalan dengan
mulus karena ada Letnan Hashim dan Jake yang merupakan dari bagian kepolisian
dan tim inverstigasi.
2. Makna Konotasi
Sehingga, makna konotasi yang terlihat dalam film ini adalah perjuangan dari
dua orang yang berbeda Negara dalam mengungkapkan kelompok kejahatan
internasional. Kedua tokoh yang berbeda Negara itu saling bekerja sama dalam
menjalankan tugasnya untuk mengungkapkan kejahatan kelompok Malik. Yaitu
Letnan Hashim dan Jake. Letnan Hashim merupakan seorang kepolisian densus
86
88 yang berasal dari Indonesia sedangkan Jake merupakan tim investigasi khusus
teroris yang di datangkan dari Amerika Serikat.
3. Makna Mitos
Ada beberapa mitos yang terdapat dalam film ini, yaitu tentang wacana jihad
yang dilakukan oleh Achmed dan kelompok teroris Faruq Al Hasan, dalam agama
Islam yang berarti peperangan dan jihad yang dianggap sebagai perang suci.
Mitos yang kedua dalam kebudayaan umat Budha saat perayaan hari waisak,
mereka menerbangkan balon lampion yaitu balon terbang yang berisi lampu
dengan mitos agar lebih baik dalam menjalani kehidupan dan harapan-harapan
dapat terpenuhi.
Dari ketiga makna di atas, maka peneliti dapat mengatakan bahwa motif
teroris tersebut hanya sebagai peralihan dari tujuan yang sebenarnya, yaitu
merampok harta benda peninggalan kraton Yogyakarta dengan menggabungkan
unsur-unsur budaya Yogyakarta di dalamnya.
Hasil temuan unsur-unsur budaya yang terdapat dalam film Java Heat yaitu.
Sistem Agama, makna kedukaan dan kematian, sistem politik, Dwifungsi ABRI
dalam rangka pemerintahan yang kuat. Cara memberi salam dalam perjumpaan,
model pakaian dan penampilan. Sistem rekreasi yaitu pertunjukan wayang kulit
dengan gamelan. Dan sistem keyakinan, nilai dan sikap. Temuan ini berdasarkan
teori unsur-unsur budaya yang di kemukakan oleh samovar.
87
B. Saran
Terkait dengan penelitian ini ada beberapa saran yang penulis dapat sampaikan:
1. Sebelum menonton sebuah film, kita harus siap dihadapkan dengan
stereotype-stereotype yang akan dibuat oleh sutradara film sebagai
penggambaran realitas yang diinginkannya. Karena itu, film bukan semata-
mata pemindahan realitas dihadapan kita yang begitu saja dipindahkan ke
dalam layar, tetapi ada nilai-nilai dimiliki oleh pembuat film atau
sutradaranya. Sehingga realitas itu menjadi sebuah pemaknaan yang berbeda-
beda.
2. Bagi penulis, film ini menyudutkan pandangan orang lain atau stereotype
kepada umat Islam. Film ini seakan-akan orang Islam itu merupakan
kelompok teroris. pada dasarnya tidak benar. Islam mengajarkan dengan
lemah lembut, bukan dengan cara kekerasan yang mematikan. Namun, nilai
lebihnya dalam film ini adalah kita banyak belajar tentang kebudayaan di
Indonesia, terutama di Yogyakarta. Banyak unsur-unsur budaya yang terdapat
di dalam film ini.
DAFTAR PUSTAKA
Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kualitatif, Aktualisasi Metodologis ke
Arah Ragam Varian Kontemporer, Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada,
2007.
Danesi, Marcel. Pesan, Tanda, dan Makna, Buku teks dasar mengenai semiotika
dan teori komunikasi, Yogyakarta: JALASUTRA anggota IKAPI, 2004.
Danesi, Marcel. Pengantar memahami semiotika media, Yogyakarta:
JALASUTRA anggota IKAPI 2010.
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif, teori dan Praktik, Jakarta: Bumi
aksara, 2013.
Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, Yogyakarta:PT.LKIS pelangi aksara,
2007.
Morissan, Teori Komunikasi, Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2009.
Liliweri, Alo. Dasar-dasar Komunikasi Antarbudaya, Yogtakarta: Pustaka
Pelajar, 2003.
Liliweri, Alo. Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya, Yogyakarta: LKiS
Pelangi Aksara, 2002.
Sobur, Alex. Semiotika Komunikasi, Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2009
Sunarwinadi, Ilya. Komunikasi Antar Budaya, Universitas Indonesia : Pusat Antar
Universitas Ilmu-ilmu Soasial,_______.
Moloeng, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya,2000.
Morrisan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, Bogor Selatan: Ghalia Indonesia, 2004.
Usman, Basyiruddin. Media Pembelajaran, Jakarta: ciputat pers, 2002.
Putra, Masri S. Dayak Jongkang, studi dan pendekatan semiotika, Tangerang:
Penerbit UMN Press, 2012.
Morissan, Teori Komunikasi , Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2009.
Stephen W., dkk., Teori Komunikasi, Theories of human communication,
Jakarta:Salemba Humanika, 2009.
MEDIA ONLINE
http://avry-assyifa.blogspot.com/2012/10/hubungan-antar-agama-sebagai-
komunikasi.html, diakses pada pukul 21:30 WIB. Tanggal 24 maret 2014
http://www.margatehousefilms.com/about, Artikel diakses pada 27 Mei 2014, PH
Margate House Film.
http://www.indonesianfilmcenter.com/pages/filminfo/movie.php?uid=13fcee8f24
69, Artikel diakses pada 24 Mei 2014, Indonesia Film Center.
http://sinopsisfilmanyar.blogspot.com/2013/02/sinopsis-film-java-heat-terbaru-
april.html, Artikel diakses pada 24 Mei 2014, Son Billy, Sinopsis Film Java Heat,
http://www.ut.ac.id/html/suplemen/skom4313/skom4313a/isimt2_b5.htm,
Diakses pada 28 juni 2014.
http://ulinareswari.blogspot.com/2014/04/upacara-kematian-dalam-tradisi-
jawa.html, artikel diakses pada 29 Juni 2014. Uli Rizky Nareswari,
“Symbolos”.
http://heidyostoria.blogspot.com/2011/11/resume-dwi-fungsi-abri-dan
petisi50.html, artikel ini diakses pada 29 Juni 2014, Heidy Deviani,
“Heidyostoria”.
http://id.wikipedia.org/wiki/Stereotipe, Diakses pada 29 Juni 2014.
http://budayaindonesia.org/Busana-Prajurit-Kraton-Yogyakarta/, artikel ini
diakses pada 29 Juni 2014, Perpustakaan digital budaya Indonesia.
http://penasejati.wordpress.com/2013/02/06/di-balik-terorismedan-ajaran-jihad/,
Diakses pada 29 Juni 2014.
http://id.wikipedia.org/wiki/Nama_Indonesia Wikipedia, Diakses pada 29 Juni
http://www.anneahira.com/pengertian-komunikasi-antar-pribadi.htm Diakses pada
30 Juni 2014
http://rzaharani.blogspot.com/2012/05/kesenjangan-sosial.html
Diakses pada 30 Juni 2014
http://shoima93.blogspot.com/2013/12/teori-penemuan-informasi-
information.html Diakses pada 30 Juni 2014
http://langitan.net/?p=26 Diakses pada 1 Juli 2014
http://evamasy.blogspot.com/ Diakses pada 1 juli 2014
http://almanhaj.or.id/content/2570/slash/0/sakaratul-maut-detik-detik-
yangmenegangkan- dan-menyakitkan/ Diakses pada 1 juli 2014