pengaruh-teknik-guided-imagery-terhadap-penurunan-tingkat-kecerdasan-pada--klien-wanita-dengan-gangguan-tidur-(insomnia)-usia-20-25-tahun-di-kelurahan-ketawanggede-kecamatan-lowokwaru-malang..docx...
TRANSCRIPT
Majalah Kesehatan FKUB
PENGARUH TEKNIK GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN WANITA DENGAN GANGGUAN TIDUR (INSOMNIA)
USIA 20-25 TAHUN DI KELURAHAN KETAWANGGEDE KECAMATAN LOWOKWARU MALANG
Dr. Umi Kalsum, M.Kes *, Tutik Herawati, S.kp,MM **, Ferdiana Hidayati ***
Abstrak
Tingkat kecemasan merupakan suatu rentang respon psikologis dan bisa ditampakkan dari respon fisiologis, perilaku, kognitif, dan afektif terhadap kecemasan oleh kilen, dan bisa menyebabkan gangguan tidur (insomnia),. Salah satu cara non farmakologi untuk mengatasi kecemasan yaitu dengan distraksi melalui teknik guided imagery. Mekanisme kerja guided imagery dalam menurunkan tingkat kecemasan pada insomnia yaitu dengan membantu pengeluaran hormon endorpin. Penelitian quasi eksperimen ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh teknik guided imagery terhadap penurunan tingkat kecemasan pada klien wanita dengan insomnia. Pengukuran tingkat kecemasan dengan menggunakan skala HARS. Metode penelitian yang digunakan adalah desain quasi eksperimental pre test dan post test dengan menggunakan kelompok kontrol. Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah wanita berusia 20-25 tahun di Kelurahan Ketawanggede Kecamatan Lowokwaru Malang yang sebelumnya dan saat dilakukan penelitian tidak mendapatkan terapi medis. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 15 desember 2006 sampai 16 januari 2007. Pengambilan sampel dengan quota dan didapatkan subyek penelitian sebanyak 32 orang dengan 16 subyek sebagai kelompok perlakuan dan 16 subyek sebagai kelompok kontrol. Teknik pengumpulan data menggunakan metode wawancara dan observasi. Uji hipotesa mengguankan uji t-test independen. Hasil penelitian didapatkan, sebelum diberi perlakuan teknik guided imagery, tingkat kecemasan 50% subyek penelitian mengalami kecemasan berat dan 38% subyek penelitian mengalami kecemasan sedang. Pada kelompok kontrol sebagian besar (63%) subyek penelitian mengalami kecemasan sedang. Pada kelompok perlakuan setelah dilakukan teknik guided imagery diperoleh 81% subyek penelitian mengalami mengalami penurunan tingkat kecemasan dan 19% subyek penelitian tingkat kecemasannya tetap. Berdasarkan uji statistik t-test independen diperoleh nilai t-hitung = 6,102 dan t-tabel = 2,750 dengan taraf signifikan 99%. Karena t-hitung > t-tabel maka dapat disimpulkan bahwa teknik guided imagery dapat menurunkan tingkat kecemasan pada klien dengan insomnia usia 20-25. Berdasarkan hasil uji statistik maka sebaiknya teknik guided imagery dapat digunakan sebagai salah satu metode alternatif untuk menurunkan tingkat kecemasan pada klien dengan insomnia. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai efek teknik guided imagery ini terhadap kecemasan pada klien dengan kasus yang lain. Kata-kata kunci: Guided Imagery, Tingkat Kecemasan, Insomnia
1
Majalah Kesehatan FKUB
Abstract
Stage of anxiety is the interval of psycologys respon and it can be shown from the
physiology, behaviour, cognitive, and afective respon to anxiety of client, and it can cause insomnia . One of non pharmacologist way to cure anxiety is distraction throught guided imagery technique. The mechanism of guided imagery to decrease anxiety by releasing endorphin hormon. . This quasi experimental study is due to find the effects of guided imagery technique toward anxiety decreasing on insomnia. The method that has been used is quasi experimental pre-test and post-test design by using control group. The subjects are female 20-25 years old in ketawanggede lowokwaru malang, and this study has begun on desember 15th 2006 until january 16th 2007. There were 32 persons of study subject, that devided into 16 study subject as practical group and the rest 16 of study subject as control group. The data collection technique used in this research is interview and observation. Hypothesis test used in this research is independent t-test test. The result of the study shows that before this guided imagery technique had done, stage of anxiety 50% study subjects have experienced heavy anxiety and 38% have experienced medium anxiety. Most of the control group (63%) study subjects experienced medium anxiety. For the practical group after applying guided imagery technique reach 81% study subjects whose experienced decreasing of anxiety and 19% experienced of anxiety is not change. Based on the independent t-test test gained t-count value = 6,102 and ttable = 2,750 with significance level 99%. Regarding that t-count > t-table so the conclusion is that the guided imagery technique can decrease anxiety on client with insomnia. Based on statistic result, it is better that guided imagery technique can be used as one of the alternative methods to decrease anxiety on insomnia. It is needed a further study about this effects of guided imagery technique on the anxiety with a different client.
Key words: Guided Imagery, Anxiety, Insomnia
2
Majalah Kesehatan FKUB
PENDAHULUAN
Kecemasan adalah hal normal
sebagai manusia, tetapi bagi beberapa
orang kecemasan dapat diluar kendali
sampai mengacaukan gaya hidup
mereka. Ini biasanya terjadi saat
penderita menjadi sangat ketakutan
terhadap gejala-gejala fisik yang
dirasakan dan mulai menghindari
tempat-tempat dan situasi-situasi yang
mereka rasa akan memunculkan
gejalagejala itu. Kecemasan "abnormal"
ini seringkali ada karena suatu
penyebab (Priest, 1994).
Menurut penelitian dilaporkan
bahwa 1 dari 4 orang didiagnosa
dengan gangguan ansietas sepanjang
hidupnya. Prevalensi dalam 1 tahun
rata-rata 17,7%. Sepanjang hidupnya
wanita (30,5%) pernah mengalami
gangguan ansietas sedangkan pada
laki-laki (19,2%). Perbandingan angka
kejadian pada pria dan wanita adalah 1 :
2 sampai 1 : 3 dan kebanyakan
penderita mulai berobat pada usia
sekitar 20 tahun (Kartudjo, 2002).
Kecemasan juga dapat
menyebabkan gangguan tidur yaitu
insomnia. Menurut penelitian, hampir
setiap manusia pernah mengalami
masalah tidur. Satu dari tiga orang
dilaporkan mengalami gangguan tidur
dan satu dari sembilan orang memiliki
masalah tidur yang cukup serius. Salah
satu gangguan tidur yang sering dialami
seseorang adalah insomnia (Kartudjo,
2002).
Insomnia adalah suatu
gangguan tidur yang dialami oleh penderita
dengan gejala-gejala selalu merasa letih
dan lelah sepanjang hari,mengalami
kesulitan tidur atau selalu terbangun di
tengah malam dan tidak dapat kembali
tidur. Seringkali penderita terbangun lebih
cepat dari yang diinginkannya dan tidak
dapat kembali tidur. Di sini faktor
kecemasan, ketegangan, dan
ketidakpastian hidup menyebabkan
insomnia. Dalam penelitian pada penderita
ansietas atau kecemasan, yang mengeluh
gangguan tidur (insomnia) berkisar antara
50-60%, 65% yang mengeluh insomnia
ringan dan sedang, sedangkan yang
menderita insomnia berat hanya 10%
(Iskandar, 1984).
Dari hasil pengamatan di
kelurahan Ketawanggede kecamatan
Lowokwaru Malang, insomnia juga sering
dialami oleh wanita dengan usia antara 20
sampai 25 tahun. Dan dari pendataan
sebelum dilakukan penelitian pada tanggal
18 November sampai tanggal 22 November
2006 didapatkan bahwa satu dari empat
orang pernah mengalami insomnia,dan hal
itu disebabkan oleh karena aktivitas dan
gangguan emosional, seperti kecemasan,
kegelisahan atau ketakutan.
Guided imagery adalah suatu
tekhnik yang menggunakan imajinasi
individu dengan imajinasi terpimpin untuk
mengurangi stres. Guided imagery dapat
digunakan pada berbagai keadaan antara
lain: mengurangi stress dan rasa nyeri,
kesulitan tidur, alergi dan asma, pusing,
3
Majalah Kesehatan FKUB
migraine, hipertensi dan keadaan lain.
(Patricia, 1998). Teknik guided imagery
ini
merupakan media yang sederhana dan
tidak memerlukan biaya tambahan untuk
menurunkan stres dan kecemasan serta
dapat meningkatkan kemampuan koping.
Guided imagery juga aman dan
nyaman digunakan oleh berbagai
kalangan usia, dari anak-anak sampai
orang tua. Teknik ini bertujuan untuk
mengembangkan relaksasi dan
meningkatkan kualitas hidup (Martin,
2002)
Berdasarkan fenomena di atas
ingin dibuktikan lebih lanjut tentang
pengaruh teknik guided imagery
terhadap penurunan tingkat
kecemasan pada klien wanita dengan
gangguan tidur (insomnia).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan secara
Quasi Eksperimental dengan pendekatan
model pre-test dan post-test
menggunakan kelompok kontrol.
Pengukuran tingkat kecemasan dalam
penelitian ini dilakukan sebanyak 2 kali
yaitu saat pre-test dan post-test pada
kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol. Data yang diperoleh akan
dikelompokkan kedalam tabulasi untuk
melihat adanya perbedaan tingkat
kecemasan sebelum dan sesudah diberi
perlakuan. Sampel dalam penelitian ini
adalah klien wanita dengan usia 20-25
tahun yang mengalami gangguan tidur
(insomnia) yang disebabkan oleh
kecemasan di kelurahan Ketawanggede
kecamatan Lowokwaru yang sebelumnya
dan pada saat dilakukan penelitian tidak
mendapatkan terapi medis.
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil
pengukuran tingkat kecemasan dengan
menggunakan skala HARS didapatkan
hasil sebagai berikut:
Tabel 1 Distribusi Subyek Penelitian Kelompok Perlakuan Berdasarkan Tingkat Kecemasan Sebelum Dilakukan Teknik Guided Imagery
Tingkat
Kecemasan Frekuensi Prosentase Tidak ada kecemasan 0 0% Kecemasan ringan 2 13% Kecemasan sedang 6 38% Kecemasan berat 8 50% Kecemasan panik 0 0%
jumlah 16 100%
Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa
tingkat kecemasan yang dirasakan oleh
subyek penelitian sebelum dilakukan teknik
guided imagery sebagian besar mengalami
kecemasan berat dan sebagian kecil
mengalami kecemasan ringan.
Tabel 2 Distribusi Subyek Penelitian Kelompok Kontrol Berdasarkan Tingkat Kecemasan Sebelum Diamati 1 minggu
Tingkat
Kecemasan Frekuensi Prosentase
Tidak ada kecemasan
0 0%
Kecemasan ringan
1 6%
Kecemasan sedang
10 63%
4
Majalah Kesehatan FKUB
Kecemasan berat
5 31%
Kecemasan panik
0 0%
jumlah 16 100%
Dari tabel 2 dapat diketahui
bahwa tingkat kecemasan yang
dirasakan oleh subyek penelitian
sebelum diamati 1 minggu sebagian
besar mengalami kecemasan sedang
dan sebagian kecil mengalami
kecemasan ringan
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Subyek Penelitian Kelompok Perlakuan Berdasarkan Tingkat Kecemasan Sesudah Dilakukan Teknik Guided Imagery
Tingkat
Kecemasan Frekuensi Prosentase
Tidak ada kecemasan
6 38%
Kecemasan ringan
4 25%
Kecemasan sedang
4 25%
Kecemasan berat
2 13%
Kecemasan panik
0 0%
Jumlah 16 100% Dari tabel 5.1.4.1 diatas dapat
diketahui bahwa tingkat kecemasan
sesudah pemberian teknik guided
imagery yaitu responden sebagian besar
mengalami penurunan kecemasan menjadi
tidak ada kecemasan, yang mengalami
kecemasan ringan meningkat, sedangkan
yang mengalami kecemasan sedang dan
berat menurun.
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Subyek Penelitian Kelompok Kontrol Berdasarkan Tingkat Kecemasan Sesudah Dilakukan Pengamatan Setelah 1 Minggu
Tingkat Kecemasan
Frekuensi Prosentase
Tidak ada kecemasan
0 0%
Kecemasan ringan
0 0%
Kecemasan sedang
9 25%
Kecemasan berat
7 56%
Kecemasan panik
0 0%
Jumlah 13 100%
Dari tabel 4 dapat diketahui
bahwa sebagian besar subyek penelitian
merasakan tingkat kecemasan yang tetap
dan beberapa terjadi peningkatan menjadi
kecemasan berat dan kecemasan
sedang.
Tabel 5 Distribusi Subyek Penelitian Kelompok Perlakuan Berdasarkan Tingkat Kecemasan Setelah Dilakukan Teknik Guided Imagery
Pre-test
Post-test Total
Tidak cemas Ringan Sedang Berat Panik
Tidak cemas 0 0 0 0 0 0
Ringan 2 0 0 0 0 2
Sedang 2 3 1 0 0 6
Berat 2 1 3 2 0 8
Panik 0 0 0 0 0 0
5
Majalah Kesehatan FKUB
Jumlah 6 4 4 2 0 16
Tabel 6 Distribusi Subyek Penelitian Kelompok Kontrol Berdasarkan Tingkat Kecemasan Setelah Diamati 1 minggu
Pre-test
Post-test Total
Tidak cemas Ringan Sedang Berat Panik
Tidak cemas 0 0 0 0 0 0
Ringan 0 0 1 0 0 1
Sedang 0 0 6 4 0 10
Berat 0 0 2 3 0 5
Panik 0 0 0 0 0 0
Jumlah 0 0 9 7 0 16
Dari hasil tabulasi data tabel 5
dapat dilihat distribusi penurunan tingkat
kecemasan pada kelompok perlakuan,
yaitu:
turun 81%, tetap 19%, dan meningkat 0%.
Dari hasil tabulasi data dapat
dilihat distribusi tingkat kecemasan pada
kelompok kontrol, yaitu: turun 13%, tetap
56%, dan meningkat 31%.
Berdasarkan perhitungan uji
statistik independent samples t-test
diperoleh bahwa nilai t hitung =.6,102 dan t
tabel pada taraf kepercayaan 99% (α=1%)
dan karena uji t bersifat dua sisi maka nilai
α yang didapat pada tabel t adalah α/2
=0,01/2 =0,005 dan derajat bebas (df) = n1
=32-1=31, sehingga didapatkan harga t
tabel = t(0,05;31) =2,750 karena t hitung > t
tabel maka dapat diputuskan bahawa ho
ditolak. Dari hasil analisa di atas dapat
disimpulkan bahwa terdapat efek
penurunan tingkat kecemasan setelah
dilakukan teknik guided imagery
PEMBAHASAN
Sebelum dilakukan teknik guided
Imagery subyek penelitian sebagai
kelompok perlakuan mengalami
cemasberat, cemas sedang dan cemas
ringan. Pada kelompok kontrol didapatkan
bahwa subyek penelitian mengalami
cemasberat, cemas sedang dan cemas
ringan. Perbedaan kecemasan terjadi
karena sumber dan faktor yang
mempengaruhi kecemasan itu sendiri
berbeda-beda. Kecemasan terjadi pada
subyek penelitian disebabkan karena
ancaman terhadap hubungan
interpersonal, perubahan peran serta
dalam hal ini perubahan peran dari remaja
menuju dewasa awal dan dipengaruhi oleh
aktivitas dari subyek penelitian itu sendiri
yang dapat menimbulkan kecemasan
misalnya, aktivitas perkuliahan, ujian,
adanya tugas dan lain sebagainya. Hal ini
sesuai dengan teori Stuart&Sundeen, 1998
bahwa kecemasan bisa disebabkan karena
adanya ancaman terhadap identitas diri,
harga diri dan hubungan interpersonal,
kehilangan serta perubahan status / peran
6
Majalah Kesehatan FKUB
(Stuart&Sundeen, 1998). Menurut Sullivan,
cemas timbul dari perasaan takut terhadap
tidak adanya penerimaan dan penolakan
interpersonal. Cemas berhubungan dengan
perjembangan trauma, seperti perpisahan
dan kehilangan..
Setelah dilakukan teknik guided
Imagery didapatkan hasil bahwa sebagian
besar subyek penelitian sebagai kelompok
perlakuan mengalami penurunan tingkat
kecemasan.
Menurut Simon, 2003 pada teknik
guided imagery, corteks visual otak yang
memproses imajinasi mempunyai
hubungan yang kuat dengan sistem syaraf
otonom, yang mengontrol gerakan
involunter diantaranya: nadi, pernapasan
dan respon fisik terhadap stres dan
membantu mengeluarkan hormon endorpin
(substansi ini dapat menimbulkan efek
analgesik yang sebanding dengan yang
ditimbulkan morphin dalam dosis 10-50
mg/kg BB) sehingga terjadi proses
relaksasi dan kecemasan menurun.
hasil analisa data yang dilakukan dengan
uji independent sample t-test diperoleh
hasil bahwa nilai probabilitas 0.000 berarti
nilai probabilitas < 0,05 yang berarti Ho
ditolak artinya bahwa teknik guided
imagery memiliki efek terhadap penurunan
kecemasan pada klien wanita dengan
gangguan tidur (insomnia).
KESIMPULAN
1. Berdasarkan hasil pengukuran tingkat
kecemasan pada kelompok perlakuan
sebelum dilakukan teknik guided
imagery dengan menggunakan skala
HARS diperoleh bahwa sebagian
besar subyek penelitian mengalami
kecemasan berat (50%) dan sisanya
mengalami kecemasan sedang (38%)
dan ringan (13%) Sedangkan pada
kelompok kontrol sebagian besar
subyek penelitian mengalami
kecemasan sedang (63%).
2. Hasil pengukuran tingkat kecemasan
setelah dilakukan teknik guided
imagery dengan mengguanakan skala
HARS diperoleh sebagian besar
subyek penelitian mengalami
penurunan kecemasan sebesar 81%
dan sebagian kecil tidak mengalami
penurunan kecemasan atau tetap
(19%).
3. Setelah dilakukan uji statistik t-test
independen diperoleh hasil dengan
nilai t-hitung (6,102) > dari t-tabel
(2,750) sehingga dapat disimpulkan
bahwa teknik guided imagery dapat
menurunkan tingkat kecemasan pada
klien dengan gangguan tidur
(insomnia) .
SARAN
1. Perawat dapat memberikan teknik
guided imagery selain obat-obatan
sebagai salah satu alternatif intervensi
keperawatan secara non farmakologis
untuk membantu klien dengan
kecemasan.
2. Teknik guided imagery terbukti
memilki efek untuk menurunkan tingkat
kecemasan pada insomnia sehingga
perawat bisa mensosialisasikan cara
7
Majalah Kesehatan FKUB
penggunaan teknik guided imagery ini
kepada masyarakat luas.
3. Teknik guided imagery merupakan
teknik yang mudah, aman, tidak perlu
banyak alat, tidak perlu biaya, dan
tidak memilki efek samping maka
dapat diajarkan pada keluarga dan
masyarakat terutama dengan
kecemasan pada insomnia.
4. Teknik eguided imagery terbukti
memilki efek untuk menurunkan tingkat
kecemasan pada insomnia, maka
perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
dalam kemampuannya menurunkan
tingkat kecemasan pada klien dengan
kasus yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 1993. Prosedur Penelitian. EGC. Jakarta Atkinson, Rita L & Richard C. 1991. Pengantar
Psikologi. Jilid II Terjemahan. Erlangga. Jakarta
Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1995. Farmakologi dan Terapi, edisi 4. Bagian Farmakologi fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta
Blacburn, Marie. 1994. Terapi Kognitif untuk Depresi dan Kecemasan Suatu Petunjuk Bagi Praktisi. IKIP Semarang
Press. Semarang Carpenito,Lynda Juall. 2000. Diagnosa Keperawatan dan Aplikasi Praktis
Klinis.EGC.Jakarta Elkin, Martha Keene., Perry, Anne Griffin. 2000.
Nursing Interventions and Clinical Skill 2nd ed. Mosby. London.
Hawari D. 2001. Manajemen Stress, Cemas dan Depresi Edisi Kesatu. FKUI. Jakarta.
Iskandar, Yul. 1984. Stress, Ansietas dan Penampilan. Yayasan Dharma Graha. Jakarta
Kaplan & Saddock. 1997. Sinopsis Kedokeran Jiwa. EGC. Jakarta
Kartudjo, 2002.Pengaruh Latihan Olahraga Pernapasan Bio Energi Power Terhadap derajat Ansietas dan Depresi http://www.bioenergypower.com/ansietas.htm (diakses 19 Maret 2006)
Kozier, Barbara. 2004. Fundamentals of Nursing: Concept, Process, and Practice. Prentice-Hall. Canada
Long, BC. 1996. Perawatan Medikal Bedah. YIAPK-UNPAD. Bandung
Maramis,Willy F.2004. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa.Airlangga Univercity Press.Surabaya
Martin, Paula Ford. 2002.
GuidedImager
y.http://www.tranquilities.
biz/guidedimagery. cfm (diakses 11 Maret 2006)
Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta.
Potter, Patricia., Anna, Perry. 1998. Fundamental of Nursing : Consepts, process and Practice 2nd ed. Mosby.
London. Priest, Robert. 1994. Stres & Depresi. Dahara .
semarang Roach, Sally S. 2001. Introductory Gerontology Nursing. Lippincott. Philedelphia Scully, James H. 2001. Psychiatry 4th Edition.
Lippincott. Philadelphia Simon, Ellen Chernoff. 2003. GuidedImagery.
http://www.wholehealthmd. com/refshelf/substances_view/1,1525,699,00.html (diakses 17 Maret 2006).
Soeparman. 1990. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI. Jakarta
Sudden S, Stuart GW. 1987. Principle and Practice of Psyciatric Nursing. Mosby Company. St louis
Sudden S, Stuart GW. 1998. Seri Praktis Keperawatan Jiwa. EGC. Jakarta.
Sugiyono. 1999. Statistik untuk Penelitian, cetakan II. CV Alfabeta
Tim Keperawatan Jiwa Fakultas Keperawatan Universitas Indonesia. 1999. Kumpulan Proses Keperawatan Masalah Keperawatan Jiwa. Bagian Keperawatan Jiwa Komunitas Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Jakarta
Tomb,David A. 2003. Buku Saku Psikiatri. EGC. Jakarta
Tyrer, Peter. 1985. Mengatasi Insomnia. EGC. Jakarta
8
Majalah Kesehatan FKUB
Zimbardo, Phillip. 1991. Essential of Psyciatri & Life 10th. Scott, Foresman & Company. USA
9