pengaruh suhu sintering pada fasa dan struktur …digilib.unila.ac.id/60215/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
PENGARUH SUHU SINTERING PADA FASA DAN STRUKTUR MIKRO
BAHAN Li2CoSiO4 YANG DISINTESIS DARI SILIKA SEKAM PADI DAN
PRODUK DAUR ULANG KATODE BATERAI ION LITIUM
(Skripsi)
Oleh
CITRA WIDYASTUTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
i
ABSTRAK
PENGARUH SUHU SINTERING PADA FASA DAN STRUKTUR MIKRO
BAHAN Li2CoSiO4 YANG DISINTESIS DARI SILIKA SEKAM PADI DAN
PRODUK DAUR ULANG KATODE BATERAI ION LITIUM
Oleh
CITRA WIDYASTUTI
Studi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu sintering terhadap fasa dan
struktur mikro bahan Li2CoSiO4 yang disintesis dari silika sekam padi dan produk
daur ulang katode baterai ion litium. Ekstraksi silika sekam padi dilakukan dengan
metode sol-gel. Dekomposisi limbah katode baterai ion litium dilakukan dengan
metode pelarutan asam/acid leaching dengan menambahkan Na2CO3 hingga pH
11 untuk mendapatkan senyawa Li2CO3 dan Co(OH)2 secara simultan. Sintesis
Li2CoSiO4 dilakukan dengan metode padatan dengan perbandingan 1:1 (% berat)
dan disintering dengan variasi suhu 600, 700, 800, 900 oC selama 12 jam. Fasa
kristal dikarakterisasi menggunakan X-Ray Diffraction (XRD) sedangkan struktur
mikro diuji menggunakan Scanning Electron Microscopy-Energy Dispersive
Spectroscopy (SEM-EDS). Hasil analisis XRD menunjukkan adanya puncak fasa
kristal Li2CoSiO4. Selain fasa Li2CoSiO4, pada difraktogram juga teridentifikasi
munculnya fasa LiCoO2, Co2SiO4, dan SiO2. Peningkatan suhu sintering
menyebabkan intensitas puncak difraksi mengalami peningkatan yang
mengindikasikan struktur Li2CoSiO4 semakin terbentuk. Hasil SEM-EDS
menunjukkan adanya morfologi sampel pada suhu 600 dan 700 oC berupa
gumpalan (agglomerated) dan tidak memiliki batas butir yang jelas. Sebaliknya,
pada suhu 800 dan 900 oC morfologi sampel telah berubah menjadi butiran yang
lebih kecil dan memiliki batas butir yang jelas. Perubahan morfologi, seiring
dengan meningkatnya suhu sintering, mengindikasikan bahwa telah terjadinya
proses kristalisasi pada sampel. Hasil analisis distribusi unsur pada masing-
masing sampel menunjukkan adanya unsur Si, Co, dan O sebagai komponen
utama penyusun senyawa Li2CoSiO4. Unsur Ni, Mn, Na, S, dan Al juga muncul
sebagai unsur pengotor. Tidak munculnya Li dikarenakan unsur Li memiliki
energi dispersif yang sangat kecil.
Kata kunci: sekam padi, limbah baterai, katode Li2CoSiO4
ii
ABSTRACT
THE EFFECT OF TEMPERATURE BASED ON THE PHASE AND
MICROSTRUCTURE OF MATERIALS Li2CoSiO4 SYNTHESIZED FROM
RICE HUSK SILICA AND RECYCLING PRODUCTS OF THE LITHIUM-
ION BATTERY CHATODE
By
CITRA WIDYASTUTI
This study discusses the phase sintering and microstructure of Li2CoSiO4 material
synthesized from rice husk silica and lithium-ion battery cathode recycling
products. Rice husk silica extraction was carried out by the sol-gel method. The
decomposition of lithium-ion battery cathode waste was carried out by acid
leaching method by adding Na2CO3 until pH 11 to obtain the Li2CO3 and Co(OH)2
compounds simultaneously. The Li2CoSiO4 synthesis was carried out by the solid
method by 1:1 (weight %) and disintegration with temperature variations of 600,
700, 800, 900 oC for 12 hours. The crystal phase is characterized using X-Ray
Diffraction (XRD) while the microstructure used uses Scanning Electron
Microscopy-Energy Dispersive Spectroscopy (SEM-EDS). The results of the
XRD analysis showed the presence of a peak of the Li2CoSiO4 crystal phase. In
addition to the Li2CoSiO4 phase, the diffractogram also identified the emergence
of LiCoO2, Co2SiO4, and SiO2 phases. The increase in sintering temperature
causes the diffraction peak intensity to increase which indicates the structure of
Li2CoSiO4 is increasingly formed. SEM-EDS results show the morphology of the
samples at temperatures of 600 and 700 oC in the form of agglomereted and do
not have clear grain boundaries. In contrast, at 800 and 900 oC the morphology of
the samples has turned into smaller grains and has clear grain boundaries.
Morphological changes, along with increasing sintering temperature, indicate that
there has been a crystallization process in the sample. The results of the
distribution analysis in each sample showed the presence of Si, Co, and O as the
main components making up the Li2CoSiO4 compound. Ni elements, Mn, Na, S,
and Al, also appear as no impurities. No need for Li because Li has very little
dispersive energy.
Keywords: rice husk, battery waste, Li2CoSiO4 cathode
iii
PENGARUH SUHU SINTERING PADA FASA DAN STRUKTUR MIKRO
BAHAN Li2CoSiO4 YANG DISINTESIS DARI SILIKA SEKAM PADI DAN
PRODUK DAUR ULANG KATODE BATERAI ION LITIUM
Oleh
CITRA WIDYASTUTI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA SAINS
Pada
Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
vii
RIWAYAT HIDUP
Citra Widyastuti, lahir di Bali Agung, Palas, Lampung Selatan
pada 7 September 1996. Penulis merupakan anak pertama dari
tiga bersaudara pasangan Bapak Muhammad Alwi (Alm) dan
Ibu Katini. Penulis yang sering disapa dengan “Citra” ini
pernah menempuh pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 1
Bali Agung dan lulus pada tahun 2008. Pada tahun 2011, penulis selesai
menempuh pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 2 Palas. Setelah itu,
penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Kalianda.
Pada tahun 2014, penulis melanjutkan jenjang pendidikan tinggi tepatnya di
Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA),
Universitas Lampung (Unila). Selama menjalani proses pendidikan formal
tersebut, penulis juga aktif melakukan kegiatan di beberapa organisasi seperti
Himpunan Mahasiswa Fisika (Himafi) FMIPA Unila, Rohani Islam (Rois)
FMIPA Unila dan Bina Rohani Islam Mahasiswa (Birohmah) Unila. Penulis juga
pernah menjadi panitia penyelenggaraan Olimpiade Fisika tingkat SMP dan SMA
dalam acara Fisika Expo Tahunan (Fiesta) Himafi FMIPA Unila pada tahun 2015.
Dalam bidang penelitian, pada tahun 2017 penulis sempat menempuh Praktik
Kerja Lapangan (PKL) di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Lampung.
viii
PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT dan kesungguhan hati,
buah karya ini penulis persembahkan kepada orang tua yaitu Bapak
Muhammad Alwi (Alm) dan Ibu Katini atas rasa tanggung jawab sebagai
anak yang berkewajiban menuntaskan amanah dari orang tua.
Serta sanak saudara, rekan dan guru dimana pun yang pernah penulis
temui sebagai tanggung jawab sebagai seorang yang ingin
memperjuangkan salah satu mimpinya.
ix
MOTTO
„‟Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak
akan mampu menghitungnya...”
(Q.S. An-Nahl: 18)
“Jika kamu ada di jalan yang benar menuju Allah, berlarilah.
Jika itu berat untukmu, berlari-lari kecil lah.
Jika kamu lelah, berjalan lah.
Dan jika kamu tidak bisa, merangkaklah.
Tapi JANGAN PERNAH berhenti ataupun berbalik arah.”
(Imam Syafi‟i)
“Dan perjalanan tak akan luput dari ujian.. maka sabar dan
sholat adalah senjata paling paripurna sebagai penolong.
Kalau sudah rajin sholat maka kuatkan sabarmu.”
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas karunia dan kesempatan yang Allah SWT
berikan hingga akhirnya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Pengaruh
Suhu Sintering pada Fasa dan Struktur Mikro Bahan Li2CoSiO4 yang
Disintesis dari Silika Sekam Padi dan Produk Daur Ulang Katode Baterai
Ion Litium”. Penelitian ini secara umum ditujukan untuk memanfaatkan limbah
baterai dan sekam padi sebagai bahan baku pembuatan katode Li2CoSiO4 yang
ramah lingkungan dan aman serta berkualitas untuk aplikasi baterai isi ulang.
Penulis menyadari adanya kekurangan dalam penelitian maupun penulisan skripsi
ini, oleh karena itu adanya kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan untuk
memperbaiki kekurangan tersebut. Semoga skripsi ini dapat menambah wawasan
literasi keilmuan serta rujukan untuk megembangkan riset selanjutnya yang lebih
baik.
Bandar Lampung, Desember 2019
Citra Widyastuti
xi
SANWACANA
Puji syukur penulis ucapkan atas karunia dan kesempatan yang Allah SWT
berikan hingga akhirnya dapat menyelesaikan skripsi yang berhudul “Pengaruh
Suhu Sintering pada Fasa dan Struktur Mikro Bahan Li2CoSiO4 yang
Disintesis dari Silika Sekam Padi dan Produk Daur Ulang Katode Baterai
Ion Litium”. Berhasilnya penelitian dan penulisan skripsi ini tidak hanya
dilakukan oleh penulis sendiri, namun adanya kontribusi beberapa pihak yang
turut menyukseskan dan membuat hasil karya ini menjadi lebih baik. Ucapan
terima kasih penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah ikut serta
membantu penulis, diantaranya:
1. Dekan FMIPA Universitas Lampung Bapak Drs. Suratman, M.Sc. terima kasih
banyak atas segala keteladanan yang beliau berikan.
2. Pembimbing Penelitian penulis Bapak Prof. Drs. Simon Sembiring, Ph.D. dan
Bapak Agus Riyanto, S.Si., M.Sc. atas segala ilmu, saran dan bimbingannya
selama melakukan penelitian dan penulisan skripsi.
3. Penguji Penelitian penulis Ibu Suprihatin, S.Si., M.Si. atas masukan yang
membangun sehingga penelitian dan penulisan skripsi ini menjadi lebih baik.
4. Pembimbing Akademik penulis Bapak Arif Surtono, M.Si., M.Eng. terima
kasih atas segala nasehat dan motivasi yang diberikan kepada penulis.
xii
5. Rekan penelitian saya, Megawati, Ni’matil Mabarroh, dan Muhammad Tia
Rangga atas kerja samanya selama melaksanakan penelitian ini.
6. Keluarga khususnya Ibu Katini dan sanak saudara atas dukungan morilnya
serta kesabarannya menanti terselesaikannya masa kuliah penulis selama
penelitian dan penulisan skripsi ini.
7. Rekan seperjuangan perkuliahan dan penelitian skripsi di jurusan Fisika
khususnya angkatan 2014 atas segala bantuan dan ide yang saling melengkapi
kekurangan bersama, semoga jalan kebaikan itu mempermudah tercapainnya
kebaikan selanjutnya.
8. Para dosen Jurusan Fisika atas ilmu dan pengajaran yang diberikan sehingga
menunjang penulis untuk menyelesaikan masa pendidikan di Universitas
Lampung.
9. Rekan organisasi di Himafi, Rois FMIPA Unila dan Birohmah Unila atas
ilmunya yang telah memberikan pembelajaran softskill di luar kegiatan formal
kampus.
Serta berbagai pihak yang telah ikut serta membantu penulis dalam menunjang
terselesaikannya tugas akhir dan masa studi penulis. Semoga Allah SWT
membalas dengan berkali-lipat kebaikan dan kemudahan atas urusannya.
Bandar Lampung, Desember 2019
Citra Widyastuti
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK .............................................................................................................. i
ABSTRACT ........................................................................................................... ii
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ iii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. vi
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. vii
PERSEMBAHAN ............................................................................................... viii
MOTTO ................................................................................................................ ix
KATA PENGANTAR ........................................................................................... x
SANWACANA ..................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xv
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xvii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 3
C. Batasan Masalah ............................................................................................ 4
D. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 4
E. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 4
xiv
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Silika Sekam Padi ........................................................................................... 6
1. Karakteristik Struktur Silika Sekam Padi ................................................. 7
2. Karakteristik Struktur Mikro Silika Sekam Padi ...................................... 8
B. Li2CoSiO4 ....................................................................................................... 9
1. Dekomposisi Katode Baterai Ion Litium ................................................ 11
2. Karakteristik Struktur Li2CoSiO4 ........................................................... 13
3. Karakteristik Struktur Mikro Li2CoSiO4 ................................................ 15
C. Metode Karakterisasi .................................................................................... 16
1. X-Ray Diffraction (XRD) ........................................................................ 16
2. Scanning Electron Microscopy-Energy Dispersive Spectroscopy (SEM-
EDS) ........................................................................................................ 20
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat........................................................................................ 23
B. Alat dan Bahan ............................................................................................. 23
C. Prosedur Penelitian ....................................................................................... 24
1. Preparasi Bahan ...................................................................................... 24
2. Ekstraksi Silika Sekam Padi ................................................................... 25
3. Daur Ulang Limbah Katode Baterai Ion Litium ..................................... 26
4. Pembuatan Li2CoSiO4 dengan Metode Reaksi Padatan ......................... 27
5. Karakterisasi ........................................................................................... 28
D. Diagram Alir ................................................................................................. 29
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pengantar ...................................................................................................... 32
B. Analisis Struktur Sampel Li2CoSiO4 ............................................................ 33
C. Pengaruh Suhu Sintering terhadap Struktur Li2CoSiO4 ............................... 37
D. Morfologi dan Distribusi Unsur (element) Sampel Li2CoSiO4 .................... 38
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................................... 48
B. Saran ............................................................................................................. 49
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Pola difraksi sinar-X Li2CoSiO4, sampel A pendinginan perlahan dari
900 oC, sampel B pendinginan cepat dari 900
oC, dan sampel C
pendinginan cepat dari 650 oC (Nakayama et al., 2011). ................... 15
Gambar 2. SEM Li2CoSiO4 (Thayumanasundaram et al., 2014). ....................... 16
Gambar 3. Proses pembentukan sinar-X (Setiabudi et al., 2012)........................ 17 Gambar 4. Difraksi sinar-X oleh bidang atom. ................................................... 19
Gambar 5. Prinsip kerja SEM (Griffin and Riessen, 1991). ................................ 21
Gambar 6. Diagram alir proses ekstraksi silika sekam padi. ............................... 29
Gambar 7. Diagram alir proses daur ulang katode baterai ion litium.................. 30
Gambar 8. Diagram alir proses reaksi padatan dan karakterisasi. ....................... 31
Gambar 9. Difraktogram sampel Li2CoSiO4 suhu 600 oC (L=Li2CoSiO4;
O=LiCoO2; C=Co2SiO4). ................................................................... 33
Gambar 10. Difraktogram sampel Li2CoSiO4 suhu 700 oC (L=Li2CoSiO4;
O=LiCoO2; C=Co2SiO4, S= SiO2). .................................................. 34
Gambar 11. Difraktogram sampel Li2CoSiO4 suhu 800 oC (L=Li2CoSiO4;
O=LiCoO2; C=Co2SiO4; S=SiO2). ................................................... 35
Gambar 12. Difraktogram sampel Li2CoSiO4 suhu 900 oC (L=Li2CoSiO4;
O=LiCoO2; C=Co2SiO4; S=SiO2). ................................................... 36
Gambar 13. Difraktogram sampel Li2CoSiO4 disinter pada suhu yang berbeda (a)
600 oC; (b) 700
oC; (c) 800
oC; dan (d) 900
oC. ............................... 37
Gambar 14. Morfologi sampel Li2CoSiO4 disinter pada suhu 600 oC. ............... 39
xvi
Gambar 15. Morfologi dan mapping unsur pada sampel suhu 600 oC, (a)
morfologi sampel, (b) Si, (c) Co, (d) O, (e) Ni, (f) Mn, (g) Na, (h) S,
dan (i) Al. ......................................................................................... 39
Gambar 16. Morfologi sampel Li2CoSiO4 disinter pada suhu 700 oC. ............... 41
Gambar 17. Morfologi dan mapping unsur pada sampel suhu 700 oC, (a)
morfologi sampel, (b) Si, (c) Co, (d) O, (e) Ni, (f) Mn, (g) Na, (h) S,
dan (i) Al. ......................................................................................... 41
Gambar 18. Morfologi sampel Li2CoSiO4 disinter pada suhu 800 oC. ............... 42
Gambar 19. Morfologi dan mapping unsur pada sampel suhu 800 oC, (a)
morfologi sampel, (b) Si, (c) Co, (d) O, (e) Ni, (f) Mn, (g) Na, (h) S,
dan (i) Al. ......................................................................................... 43
Gambar 20. Morfologi sampel Li2CoSiO4 disinter pada suhu 900 oC. ............... 44
Gambar 21. Morfologi dan mapping unsur pada sampel suhu 900 oC, (a)
morfologi sampel, (b) Si, (c) Co, (d) O, (e) Ni, (f) Mn, (g) Na, (h) S,
dan (i) Al. ......................................................................................... 45
xvii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Persentase kandungan unsur sampel Li2CoSiO4 .................................... 47
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era perkembangan teknologi seperti saat ini, baterai menguasai pangsa pasar
elektronik karena perannya yang sangat penting dalam berbagai perangkat
elektronik. Produksi baterai ion litium di seluruh dunia hampir mencapai 2,044
miliar pada tahun 2007 (Scrosati et al., 2007) dan mencapai sekitar 4,6 miliar unit
pada tahun 2010 (Zeng et al., 2012). Produksi baterai ion litium untuk laptop
sendiri mencapai 94,4 juta (Wanger, 2011) telah dilaporkan oleh Perserikatan
Bangsa-Bangsa pada tahun 2010 (Qadir and Gulshan, 2018). Seiring dengan
meningkatnya produksi baterai ion litium tersebut mengakibatkan limbah yang
dihasilkan meningkat secara drastis. Jika tidak diolah dengan benar, material
logam di dalam limbah baterai ion litium membawa risiko seperti emisi gas
beracun sehingga dapat mencemari lingkungan (Contestabile et al., 1999; Lupi
and Pasquali, 2003; Mukherjee et al., 2012). Oleh karena itu, daur ulang limbah
baterai ion litium ini perlu dilakukan agar material logam penyusunnya dapat
dimanfaatkan kembali.
Menurut beberapa penelitian, senyawa penting yang dapat diperoleh dari proses
daur ulang limbah baterai ion litium misalnya berupa senyawa CoC2O4, Li2CO3,
MnCO3, NiCO3, Co(OH)2 (Shu-guang et al., 2012; Nayl et al., 2014; Qadir and
2
Gulshan, 2018). Produk daur ulang katode baterai ion litium dapat diperoleh
dengan menerapkan metode leaching. Metode ini dapat menghasilkan jumlah
litium lebih banyak (Martínez et al., 2018). Prinsipnya ialah dengan
mendekomposisi katode baterai ion litium bekas dengan menggunakan larutan
H2SO4 dan H2O2. Produk-produk daur ulang yang diinginkan seperti Co(OH)2 dan
Li2CO3 dapat diperoleh dengan menambahkan NaOH atau Na2CO3 serta
mengontrol pH pasta yang telah diperoleh dari proses dekomposisi (Nayl et al.,
2014).
Produk-produk daur ulang katode baterai dapat dimanfaatkan untuk
pengembangan berbagai jenis material, termasuk material katode baterai ion
litium. Salah satu jenis material katode yang banyak dikembangkan saat ini ialah
litium kobalt silikat (Li2CoSiO4). Material ini merupakan senyawa polianion
LiyMXO4 (M = logam transisi dan X = Si, P, S, B, dll) (Wu et al., 2007; Wu et al.,
2009; Gong and Yang, 2011). Secara teoritis, Li2CoSiO4 dapat menyimpan
dengan kerapatan energi sekitar 325 mAh/g dan potensial elektrode lebih tinggi.
Kapasitas energi tersebut memiliki nilai lebih besar jika dibandingkan dengan
senyawa polianion lain seperti fosfat, sulfat, maupun borat (Gong and Yang,
2011).
Silika (SiO2) merupakan salah satu senyawa penting penyusun Li2CoSiO4. Silika
dapat diperoleh dari limbah pertanian seperti sekam padi (Sembiring and Pulung,
2007). Kandungan silika yang terdapat dalam sekam padi dapat mencapai 94 %
dari abu sekam padi (Kamath and Proctor, 1998; Kalapathy et al., 2000; Daifullah
et al., 2003). Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menghasilkan silika
3
ialah metode sol-gel. Metode ini dapat menjamin kemurnian dan homogenitas
yang lebih tinggi serta ukuran partikel yang lebih kecil (Gong and Yang, 2011).
Sejauh ini, silika sekam padi dapat dimanfaatkan dalam proses pengembangan
berbagai material seperti cordierite (Sembiring et al., 2016; Sembiring et al.,
2017), forsterite (Sembiring et al., 2017), dan aluminosilikat geopolimer (Riyanto
et al., 2017). Dalam beberapa penelitian lain, silika sekam padi juga telah
dimanfaatkan dalam pembuatan material mullite (Sembiring and Simanjuntak,
2012) dan karbosil (Simanjuntak et al., 2012).
Pada penelitian yang telah dilakukan ini, berupaya memanfaatkan produk daur
ulang baterai ion litium dari katode baterai laptop Asus tipe ICR18650-22F
Samsung SDI bekas dan SiO2 yang berasal dari sekam padi. Daur ulang katode
baterai ion litium menggunakan metode leaching, sedangkan SiO2 menggunakan
metode sol-gel. Sementara itu, sampel Li2CoSiO4 disintesis dengan menggunakan
metode reaksi padatan dari silika dan produk daur ulang dengan perbandingan
massa 1:1. Sampel Li2CoSiO4 disintering pada temperatur 600, 700, 800, dan 900
oC. Secara spesifik, penelitian ini ditujukan untuk mengetahui fasa kristal dan
struktur mikro sampel.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, rumusan masalah pada
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh perlakuan termal terhadap fasa kristal Li2CoSiO4?
2. Bagaimana pengaruh perlakuan termal terhadap struktur mikro Li2CoSiO4?
4
3. Bagaimana kaitan antara karakteristik fasa dan struktur mikro Li2CoSiO4
akibat perlakuan termal?
C. Batasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Sintesis silika sekam padi menggunakan metode sol-gel.
2. Daur ulang baterai ion litium menggunakan metode leaching.
3. Pembentukan Li2CoSiO4 dilakukan menggunakan metode reaksi padatan.
4. Suhu sintering yang digunakan dalam penelitian ini adalah 600, 700, 800, dan
900 oC.
5. Uji struktur Li2CoSiO4 dengan XRD dan uji morfologi dan distribusi unsur
Li2CoSiO4 dengan SEM-EDS.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diajukan, maka tujuan penelitian ini
adalah:
1. Mengetahui pengaruh perlakuan termal terhadap fasa kristal Li2CoSiO4.
2. Mengetahui pengaruh perlakuan termal terhadap struktur mikro Li2CoSiO4.
3. Mengetahui kaitan antara karakteristik fasa dan struktur mikro Li2CoSiO4
akibat perlakuan termal.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini antara lain adalah:
5
1. Memanfaatkan limbah elektronik dan limbah pertanian dari katode baterai ion
litium bekas dan silika sekam padi agar memiliki nilai jual.
2. Mengurangi pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh limbah logam
baterai ion litium.
3. Sebagai alternatif pemilihan elektrode yang dapat digunakan pada baterai ion
litium khususnya untuk katode.
4. Sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan baterai
ion litium berbasis silika sekam padi.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Silika Sekam Padi
Sekam padi mengandung 40 % selulosa, 30 % lignin dan 20 % abu. Abu sekam
padi terdiri dari opaline silika yang terdapat dalam jaringan selulosa dan sedikit
karbon (Coniwanti et al., 2008). Salah satu potensi yang dapat dikembangkan
dari sekam padi adalah silika. Kandungan silika dalam sekam padi dapat
mencapai 94 % dari abu sekam padi (Kamath and Proctor, 1998; Kalapathy et al.,
2000; Daifullah et al., 2003). Sekam padi memiliki kadar silika cukup tinggi,
yaitu sekitar 16-20 % berat dari sekam padi (Sembiring and Pulung, 2007). Silika
dari sekam padi memiliki sifat amorf, memiliki ukuran sangat halus, dan sangat
reaktif. Oleh karena itu, sekam padi telah banyak dimanfaatkan dalam berbagai
pembuatan material seperti cordierite (Sembiring et al., 2016; Sembiring et al.,
2017), forsterite (Sembiring et al., 2017), dan aluminosilikat geopolimer (Riyanto
et al., 2017). Dalam beberapa penelitian lain, silika sekam padi juga telah
dimanfaatkan dalam pembuatan material mullite (Sembiring and Simanjuntak,
2012) dan karbosil (Simanjuntak et al., 2012).
Silika dapat diperoleh dari sekam padi dengan menggunakan berbagai macam
metode. Metode tersebut contohnya seperti pengabuan, leaching, dan ekstraksi
alkalis (sol-gel). Salah satu metode yang paling efektif dan mudah dilakukan
7
adalah menggunakan metode sol-gel. Metode ini memiliki sifat kelarutan silika di
dalam basa yang cukup tinggi. Ekstraksi silika sekam padi dapat dilakukan
dengan menambahkan sebanyak 50 gram sekam padi yang telah dipreparasi ke
dalam larutan NaOH 1,5 % dan dididihkan selama 30 menit di atas kompor listrik
dan selanjutnya larutan didiamkan selama 24 jam. Setelah itu, ampas sekam padi
dipisahkan dari ekstrak kemudian disaring menggunakan kertas saring untuk
memperoleh sol silika. Selanjutnya, silika sol ditetesi larutan HNO3 10% sampai
terbentuk gel. Silika gel di-aging selama 24 jam sebelum dicuci dengan air hangat
agar gel berwarna putih. Silika gel lalu dikeringkan di dalam oven pada suhu 110
oC selama 7 jam sehingga diperoleh silika padatan. Silika padatan digerus sampai
halus untuk memperoleh serbuk silika (Tristiana et al., 2017). Ditemukan bahwa
hasil silika tertinggi diperoleh dari ekstraksi menggunakan larutan KOH 5 %
dengan waktu ekstraksi 60 menit, dan pH gelasi 7,0 (Suka et al., 2008; Sembiring
et al., 2009).
1. Karakteristik Struktur Silika Sekam Padi
Pembentukan struktur silika dipengaruhi oleh perlakuan termal. Pada metode
pengabuan pembentukan struktur silika didasarkan pada pengaruh perlakuan
termal dengan suhu terkontrol. Pengontrolan pada suhu pembakaran (sintering)
berkisar antara 300-700 o
C dapat menghasilkan silika dengan fasa amorf.
Sedangkan pada suhu di atas 700 oC fasa amorf berubah menjadi fasa kristobalit
dan tridimit. Berbeda dengan menggunakan proses ekstraksi alkalis, pada metode
ini silika yang diperoleh langsung dalam bentuk padatan. Oleh karena itu,
kemurnian silika yang dihasilkan merupakan hal penting yang harus diperhatikan.
8
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Della et al. (2002) pada rentang
suhu 400-700 oC dengan waktu pembakaran 1, 3, dan 6 jam, hasilnya
menunjukkan silika dengan suhu pembakaran selama 6 jam memiliki kandungan
silika amorf paling tinggi yakni mencapai 94,95 %. Menurut penelitian Sembiring
and Pulung (2007) silika amorf dapat mengalami transformasi ke fasa kristobalit
dan tridimit dengan perlakuan suhu sintering mulai dari suhu 750 oC sampai 1050
oC. Keuntungan yang diperoleh menggunakan metode ekstraksi alkalis ini adalah
suhu yang diperlukan tidak terlalu tinggi untuk menghasilkan silika amorf dan
homogenitas bahan yang tinggi.
2. Karakteristik Struktur Mikro Silika Sekam Padi
Struktur mikro pada silika sekam padi dapat berupa morfologi permukaan dan
distribusi unsur yang terkandung di dalamnya. Dari morfologi permukaan pada
silika sekam padi dapat mengetahui ukuran dan batas butir silika yang tersebar di
atas seluruh permukaannya. Morfologi silika sekam padi ini sangat dipengaruhi
oleh perlakuan termal (Della et al., 2002).
Sembiring and Pulung (2007) telah melakukan penelitian pada silika sekam padi
dengan suhu sintering 750 oC, 900
oC, 1000
oC, dan 1100
oC. Pada suhu 750
oC
menunjukkan belum terlihat adanya batas butir (grain boundary) dengan ukuran
pori-pori yang cukup besar dan membentuk gumpalan (cluster), ini
mengindikasikan ukuran butir yang beragam dengan distribusi tidak merata di atas
permukaan sampel. Seiring dengan meningkatnya suhu sintering, ukuran butir dan
pori-pori semakin kecil serta batas butir semakin terlihat jelas. Hal ini
mengindikasikan terjadinya proses dekomposisi dan kristalisasi pada sampel.
9
B. Li2CoSiO4
Saat ini, beberapa peneliti sedang berupaya untuk mengembangkan katode baterai
ion litium yang memiliki kapasitas penyimpanan besar dengan proses sintesis
yang mudah, murah, aman, dan ramah lingkungan. Katode dengan bahan
Li2MSiO4 (M= Fe, Mn, Co, Ni) merupakan salah satu material katode yang
menjanjikan untuk dikembangkan, salah satunya adalah Li2CoSiO4. Material ini
lebih baik jika dibandingkan dengan LiMPO4 (M= Fe, Mn, Co) dan LiCoO2
karena secara prinsip, Li2CoSiO4 memiliki 2 ion litium, sehingga saat proses
charge-discharge, mobilitas ion litium menjadi dua kali lebih besar. Secara teori,
kapasitas energinya dapat dihitung mencapai 330 mAh.g−1
(Gong et al., 2008;
Zhang et al., 2012).
Beberapa logam dengan valensi 3d seperti Fe, Mn, Co, dan Ni biasanya
mempunyai keadaan oksidasi ganda, yang mana memungkinkan reaksi multi
elektron selama proses charge-discharge baterai ion litium berlangsung. Secara
teori, silikat memungkinkan logam transisi 3d untuk berubah keadaan dari
bermuatan +2 menjadi +4 sehingga membuat dua ion litium dalam setiap selnya
dapat berpindah saat proses elektrokimia terjadi sehingga konversi energi
meningkat menjadi dua kali lebih besar. Selain itu, ikatan kovalen Si-O pada
silikat jauh lebih stabil dibandingkan ikatan ion P-O pada pospat serta bahan baku
material ini relatif banyak tersedia di alam, tidak beracun, mudah disintesis, ramah
lingkungan dan aman (Chen et al. 2016; Gong et al. 2008; Thayumanasundaram
et al. 2014; Zhang et al. 2012).
10
Li2CoSiO4 adalah material polimorf yang terdiri dari struktur unit tetrahedral
dengan ikatan kovalen kuat. Banyak penelitian yang telah berhasil membuat
material katode jenis ini dengan berbagai cara seperti dengan metode
hydrothermal, padatan/solid state dan sol-gel. Sintesis Li2CoSiO4 dengan metode
hydrothermal menggunakan alat autoclave dengan parameter suhu dan waktu
tertentu. Armstrong et al. (2010) menggunakan metode hydrothermal untuk
mensintesis Li2CoSiO4 dengan menggunakan bahan awal berupa CoCl2 yang
dilarutkan dalam etilen glikol ditambahkan dengan silika dan LiOH.H2O yang
kemudian dimasukan ke dalam autoclave selama 72 jam pada suhu 150 oC. Hasil
penelitian ini didapatkan tiga bentuk polimorf dari Li2CoSiO4, yaitu berupa kristal
fasa βII, βI dan γ0. Dengan metode hydrothermal, Li et al. (2014) telah berhasil
mensintesis Li2CoSiO4 dengan menambahkan nano silika dan LiOH.H2O
kemudian secara perlahan ditambahkan larutan CoC2O4.2H2O dan dipanaskan 160
oC selama 3 hari serta dilanjutkan dengan sintering pada suhu 400, 600 dan 800
oC. Hasilnya diperoleh fasa βII Li2CoSiO4. Persamaan reaksi yang dapat terjadi
terlihat pada Reaksi (1) dan (2).
SiO2 + LiOH.H2O Li2SiO3 + H2O (1)
Li2SiO3 + CoC2O4.2H2O Li2CoSiO4 + H2O + 2CO2 + H2 (2)
Nakayama et al. (2011) menggunakan metode padatan untuk mensintesis
Li2CoSiO4 dengan variasi bahan baku pembentuknya berupa Li2CO3, LiOH.H2O,
Li2SiO3, CoO, Co3O4 dan CoC2O4⋅2H2O. Serbuk campuran disinterring selama 48
jam pada suhu 900 oC. Hasilnya diperoleh transisi fasa βII ke βI pada suhu 540
oC
dan transisi fasa βII ke γ pada suhu 950 oC. Avdeev et al. (2014) juga melakukan
11
metode padatan menggunakan bahan awal berupa Li2CO3, CoO, MnCO3 dan
SiO2. Dengan perhitungan stoikiometri, semua bahan kemudian dimasukan ke
dalam ball-mill selama 5 jam pada 350 rpm. Campuran dipanaskan pada suhu 400
°C selama 12 jam kemudian dipanaskan kembali 600 °C selama 12 jam dan
disintering selama 5 jam pada suhu 1000 oC. Hasilnya didapatkan Li2CoSiO4
dengan bentuk struktur kristal fasa βI (Pbn21).
Thayumanasundaram et al. (2014) melakukan penelitian menggunakan metode
sol-gel dengan mencampurkan LiNO3, Co(NO3)2 dan SiO2 yang telah dilarutkan
dalam asam poliakrilik serta asam sitrat sebagai pengatur pH. Gel yang terbentuk
dikeringkan pada suhu 150 oC dan dikalsinasi pada suhu 800
oC selama 10 jam.
Hasilnya didapatkan kapasitas pengisian/charge sebesar 204 mAh.g−1
. Selain itu,
Świętosławski et al. (2014) juga melakukan penelitian menggunakan metode sol-
gel dengan melarutkan litium asetat dihidrat (C2H3LiO2.2H2O) dan TEOS serta
HCl hingga terbentuk gel. Gel dikeringkan pada suhu 90 oC selama 72 jam
kemudian dikalsinasi selama 12 jam pada suhu 900 oC. Hasil penelitian ini
didapatkan dua fasa yang terbentuk yaitu fasa β-Li2CoSiO4 dan γ-Li2CoSiO4.
1. Dekomposisi Katode Baterai Ion Litium
Daur ulang limbah katode baterai ion litium telah banyak dilakukan dengan
berbagai cara. Salah satu cara yang terbukti efektif dan mudah dilakukan adalah
dengan metode pelarutan asam/acid leaching. Dengan metode ini, logam-logam
yang ada di dalam limbah baterai ion litium dapat diuraikan kembali menjadi
senyawa-senyawa maupun unsur-unsur penyusunnya. Sebagai contoh, Zhu et al.
(2012) dan Nayl et al. (2014) telah berhasil melakukan daur ulang baterai ion
12
litium dengan menggunakan asam sulfat (H2SO4) dan hidrogen peroksida (H2O2).
Kedua penelitian ini berhasil mendapatkan kembali Co, Li, Mn, dan Ni dengan
persentase perolehan kembali mencapai 90 %. Hasil yang diperoleh selanjutnya
direaksikan dengan Na2CO3 dengan parameter pH tertentu sehingga menghasilkan
berbagai senyawa baru seperti Li2CO3, CoC2O4, Co(OH)2, NiCO3 dan MnCO3
(Nayl et al., 2014; Zhu et al., 2012).
Zhu et al. (2012) dalam penelitiannya mendaur ulang limbah katode baterai ion
litium jenis LiCoO2 dari limbah baterai telepon selular. Proses daur ulang dimulai
dengan menambahkan sejumlah material aktif katode LiCoO2 dalam larutan 2M
H2SO4 dan 2 % H2O2. Perbandingan material aktif dengan pelarut yang digunakan
adalah 33 g/L serta waktu pelarutan selama 2 jam pada suhu 60 °C. Sejumlah
NaOH dan Na2CO3 ditambahkan dengan mengatur pH tertentu untuk memperoleh
senyawa Li2CO3 dengan hasil yang paling efektif. Hasil terbaik diperoleh saat pH
11 dengan persentase perolehan kembali sekitar 80 %.
Penelitian yang serupa juga dilakukan oleh Nayl et al. (2014) dengan
menggunakan campuran dari beberapa jenis limbah baterai ion litium. Campuran
limbah baterai ion litium diambil bagian anode dan katode kemudian dihancurkan
menjadi serbuk. Serbuk tersebut diuji komposisinya dan diketahui mengandung
unsur-unsur seperti Al, Mn, Cu, Ni, Co, Li, Fe, P, Ca, Ti dan beberapa bahan
lainnya. Serbuk limbah baterai ion litium sebelumnya dilarutkan dengan NH4OH
untuk menghilangkan beberapa unsur seperti Cu dan Al yang umumnya menjadi
substrat bahan katode dan anode. Serbuk limbah baterai ion litium kemudian
dilarutkan dalam larutan 2M H2SO4 dan 2 % H2O2. Penambahan NaOH dan
13
Na2CO3 hingga pH tertentu juga dilakukan untuk mendapatkan hasil presipitasi
senyawa yang berbeda-beda seperti MnCO3, NiCO3, Co(OH)2, dan Li2CO3 salah
satunya Co(OH)2 efektif dapat diperoleh setelah mengontrol pH 11 dan 12.
LiCoO2 + 1,5 H2O2 + 1,5 H2SO4→ CoSO4 + 0,5 Li2SO4 + 3H2O + O2 (3)
2Li+ + Na2CO3 → Li2CO3 + 2Na
+ (4)
Secara prinsip, untuk menguraikan katode jenis LiCoO2 cukup sulit dilakukan
karena ikatan kimia antara Co dan O2 yang sangat kuat. Salah satu cara untuk
mensiasatinya adalah dengan menambahan hidrogen peroksida (H2O2) sebagai
agen pereduksi. Hal ini akan meningkatkan pelarutan kobalt oksida dari keadaan
Co3+
menjadi Co2+
sehingga mudah untuk terdekomposisi. Reaksi kimia yang
terjadi antara limbah katode baterai ion litium yang berupa LiCoO2 dengan H2O2
dan H2SO4 akan menghasilkan beberapa senyawa seperti CoSO4 dan Li2SO4.
Reaksi dari material aktif katode dengan larutan acid leaching dan agen pereduksi
ditunjukkan pada Reaksi (3) dan (4).
2. Karakteristik Struktur Li2CoSiO4
Struktur Li2CoSiO4 dapat diamati menggunakan sebuah alat yang disebut X-ray
Diffraction (XRD) dan dioperasikan pada radiasi 40 kV dan 30 mA (Gong et al.,
2007). Struktur Li2MSiO4 (M= Fe, Mn, Co, Ni) merupakan turunan dari struktur
tetragonal Li3PO4. Struktur ini tersusun dari tiga bentuk tetragonal yang berupa
LiO4, CoO4 dan SiO4 yang saling berikatan membentuk struktur kristal
Li2CoSiO4. Pusat tetragonal diisi oleh masing-masing atom Li, Co dan Si yang
mengikat 4 atom O. Struktur tetragonal yang mengikat atom O secara bersama
14
inilah yang membuat berbagai variasi bentuk sehingga menghasilkan bentuk
polimorf yang beragam. Berbagai jenis polimorf tersebut secara umum
digolongkan menjadi dua yaitu bentuk β dan γ (Lyness et al., 2007; Wu et al.,
2009; Armstrong et al., 2011; Fisher et al., 2013). Perubahan fase pada struktur
Li2CoSiO4 sangat dipengaruhi oleh perlakuan termal. Jenis β merupakan struktur
yang terbentuk pada suhu rendah sedangkan γ terbentuk pada suhu tinggi yaitu
pada suhu lebih dari 900 oC (Boulineau et al., 2010; Sirisopanaporn et al., 2010;
Girish and Shao, 2015). Transisi fase ke terjadi pada suhu sekitar 540 oC
dan transisi fase ke terjadi pada suhu sekitar 850 oC. Sementara itu, transisi
ke dapat terjadi melalui mekanisme pendinginan secara cepat dari suhu 1000
oC (Nakayama et al., 2011). Sedangkan menurut penelitian yang telah dilakukan
oleh Lyness et al., (2007) dan Armstrong et al.,(2010) transisi fase ke
terjadi pada suhu sekitar 700 oC dan transisi fase ke terjadi pada suhu sekitar
1100 oC serta melalui mekanisme pendinginan hingga pada suhu sekitar 850
oC,
dimana material tersebut didiamkan sampai suhu kamar.
Pola difraksi sinar-X dari Li2CoSiO4 dengan beberapa perlakuan termal
ditunjukkan pada Gambar 1. Pada Gambar 1 menunjukkan bahwa sampel A
dilakukan pendinginan perlahan dari suhu 900 oC dengan 0,5
oC/menit kemudian
perubahan fasa sampel ditunjukkan pada sampel B yang dilakukan pendinginan
secara cepat dari suhu 900 oC dan terdapat perubahan fasa ketika dilakukan
pendinginan secara cepat dari suhu 650 oC pada sampel C. Puncak difraksi pada
sampel B menunjukkan indeks fase monoklinik P21/n dengan parameter kisi pada
puncak 111, 031, 211, dan 231 dengan pergeseran ke arah sudut rendah pada
15
puncak 002. Sementara itu, puncak difraksi pada sampel C menunjukkan fase
ortorombik Pmn21.
Gambar 1. Pola difraksi sinar-X Li2CoSiO4, sampel A pendinginan perlahan dari
900 oC, sampel B pendinginan cepat dari 900
oC, dan sampel C
pendinginan cepat dari 650 oC (Nakayama et al., 2011).
3. Karakteristik Struktur Mikro Li2CoSiO4
Struktur mikro pada Li2CoSiO4 dapat diamati menggunakan sebuah alat yang
disebut dengan Scanning Electron Microscopy (SEM) yang dioperasikan pada 15
kV. Analisis SEM dapat mengetahui struktur mikro yang meliputi morfologi dan
ukuran butir pada sampel. Berdasarkan studi yang telah dilakukan oleh Gong et
al., (2007) analisis SEM menunjukkan bahwa ukuran rata-rata partikel Li2CoSiO4
yang disintesis dengan menggunakan larutan biasa dan reaksi hidrotermal masing-
16
masing berkisar 0,5 – 1 µm dan 2 – 4 µm. Sedangkan menurut hasil studi
Thayumanasundaram et al. (2014) ukuran rata-rata partikel sebesar ~0,46 µm
yang berbentuk menyerupai bola. Struktur mikro pada Li2CoSiO4 oleh SEM
ditunjukkan pada Gambar 2.
Gambar 2. SEM Li2CoSiO4 (Thayumanasundaram et al., 2014).
Gambar 2 menunjukkan hasil SEM pada sampel Li2CoSiO4 yang dikalsinasi
pada suhu 800 ˚C. Dari gambar terlihat bahwa gumpalan yang terbentuk
menyerupai bentuk bola yang memiliki batas butir yang jelas. Ukuran rata-rata
butir pada sampel tersebut adalah ~0,46 µm.
C. Metode Karakterisasi
1. X-Ray Diffraction (XRD)
Sinar-X merupakan radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang (λ)
berkisar 0,1 nm. Radiasi yang dipancarkan ini memiliki energi yang khas sesuai
17
dengan transisi elektron yang terjadi. Sinar-X dapat dihasilkan di dalam sebuah
tabung hampa udara. Caranya adalah dengan memanaskan filamen sehingga
mengeksitasikan elektron yang kemudian dipercepat dengan listrik bertegangan
tinggi sehingga elektron memiliki energi kinetik yang tinggi. Karena elektron
bermuatan negatif, maka elektron akan bergerak menuju sebuah plat logam yang
diletakkan pada bagian anoda yang bermuatan positif. Gambar 3 menunjukkan
proses pembentukan sinar-X.
Gambar 3. Proses pembentukan sinar-X (Setiabudi et al., 2012).
Berkas cahaya yang mengenai material logam bersifat polikromatik, sehingga
interaksi cahaya dengan logam akan menghasilkan dua jenis spektrum, yaitu
spektrum kontinyu dan spektrum garis. Spektrum kontinyu terjadi karena berkas
cahaya yang mengenai material tidak mengalami percepatan sehingga energi yang
dimiliki lebih kecil dari energi yang dimiliki atom pada material untuk mengikat
elektronnya. Akibatnya dihasilkan radiasi yang disebut dengan radiasi putih.
Spektrum garis terjadi karena sebagian elektron yang mengalami percepatan pada
saat terjadi tumbukan antara elektron menyebabkan elektron pada kulit bagian
dalam tereksitasi dan terpental, sehingga memiliki energi yang cukup tinggi.
Akibatnya, elektron yang berada pada orbital lebih tinggi akan mengalami transisi
18
sambil memancarkan energi dalam bentuk radiasi yang disebut dengan radiasi
sinar-X. Spektrum inilah yang disebut dengan radiasi karakteristik, karena hanya
terjadi pada energi-energi tertentu sesuai dengan energi yang dimiliki elektron
tereksitasi. Apabila elektron pada kulit K terpental kemudian terjadi de-eksitasi
dari kulit yang berdekatan (L→K) maka radiasi karakteristik yang terjadi
dinamakan Kα. Akan tetapi, jika kekosongan pada kulit K diisi oleh elektron yang
berasal dari kulit M, maka radiasi karakteristik yang terjadi dinamakan Kβ. Jenis
transisi elektron dan atom yang memancarkan sinar-X ini menjadi identitas dari
radiasi sinar-X.
Pada saat pembentukan sinar-X, terjadi pancaran gelombang yang berasal dari
beberapa interaksi foton dengan partikel dalam sampel. Akibatnya, terdapat
beberapa gelombang yang dipancarkan. Banyaknya gelombang yang dipancarkan
ini dapat saling menguatkan (interferensi konstruktif) atau saling meniadakan
(interferensi destruktif). Interferensi konstruktif terjadi ketika terdapat beberapa
gelombang yang memiliki pola amplitudo yang sama sehingga gelombang-
gelombang tersebut bergabung membentuk satu gelombang dengan amplitudo
yang lebih besar. Sebaliknya, jika beberapa gelombang memiliki pola amplitudo
yang berbeda, maka penggabungan gelombang-gelombang tersebut akan
menghasilkan gelombang dengan amplitudo yang lebih kecil (saling meniadakan).
Difraksi hanya terjadi jika gelombang berinterferensi konstruktif (Setiabudi et al.,
2012).
Difraksi sinar-X merupakan metode analisis yang memanfaatkan interaksi antara
sinar-X dengan atom yang tersusun dalam sebuah sistem kristal. Dengan daya
tembus yang cukup besar dan panjang gelombang yang bersesuaian dengan kisi
19
kristal, sinar-X dapat digunakan untuk menganalisis struktur kristal suatu bahan
melalui peristiwa difraksi. X-Ray Diffraction (XRD) merupakan metode
karakterisasi yang memberikan informasi tentang susunan atom, molekul atau ion
dalam bentuk padat atau kristal. Analisis berdasarkan pada pengukuran transmisi
dan difraksi dari sinar-X yang dilewatkan pada sampel padat (Setiabudi et al.,
2012; Tutu et al., 2015).
Prinsip kerja XRD secara umum adalah XRD terdiri dari tiga bagian utama, yaitu
tabung sinar-X, tempat objek yang diteliti, dan detektor sinar-X. Mula-mula sinar-
X dihasilkan di tabung sinar-X yang berisi katode untuk memanaskan filamen,
sehingga menghasilkan elektron. Perbedaan tegangan menyebabkan percepatan
elektron akan menembaki objek. Ketika elektron mempunyai tingkat energi yang
tinggi dan menabrak elektron dalam objek dihasilkan pancaran sinar-X. Objek dan
detektor berputar untuk menangkap dan merekam intensitas refleksi sinar-X.
Mekanisme terjadinya difraksi sinar-X ditunjukkan pada Gambar 4.
Gambar 4. Difraksi sinar-X oleh bidang atom.
20
Bila seberkas sinar-X dengan panjang gelombang λ diarahkan pada permukaan
kristal dengan sudut datang θ, maka sinar tersebut akan dihamburkan oleh bidang
atom kristal dan menghasilkan puncak-puncak difraksi yang dapat diamati dengan
peralatan difraksi sinar-X. Syarat yang diperlukan agar berkas yang sejajar ketika
dihamburkan atom-atom kristal atau berinterferensi konstruktif adalah memiliki
beda jarak lintasan tepat nλ, yang mana selisih jarak antara 2 berkas sejajar 2d sin
θ, dan memenuhi persamaan Bragg, yang ditunjukkan oleh Persamaan 1.
(1)
dengan n adalah bilangan bulat dan merupakan tingkatan difraksi sinar-X, λ
adalah panjang gelombang yang dihasilkan oleh katode yang digunakan (Å), d
adalah jarak antar bidang (Å), dan θ adalah sudut difraksi sinar-X terhadap
permukaan kristal (°) (Cullity, 1978).
2. Scanning Electron Microscopy-Energy Dispersive Spectroscopy (SEM-EDS)
Scanning Electron Microscopy (SEM) merupakan salah satu jenis mikroskop
elektron yang menggunakan berkas elektron untuk menggambarkan profil
permukaan benda. SEM memiliki ketajaman fokus sehingga gambar yang
dihasilkan memiliki kualitas tinggi tiga dimensi (West, 1999). Keunggulan dari
proses pengoperasian SEM adalah berawal dari kemudahan dalam penyiapan
sampel, selain itu SEM dapat menghasilkan beragam sinyal karena adanya
interaksi antara berkas elektron dengan sampel, yang mana dari proses tersebut
menghasilkan beragam tampilan data dari permukaan lapisan. Informasi yang
akan diberikan dari hasil SEM yaitu berupa topografi, morfologi, komposisi, dan
informasi mengenai kekristalan suatu bahan (Goldstein et al., 1981).
21
Prinsip kerja SEM yaitu elektron yang berasal dari electron gun yang bersifat
monokromatik diteruskan ke anode. Pada proses ini elektron mengalami
penyearahan menuju titik fokus. Anode berfungsi membatasi pancaran elektron
yang memiliki sudut hambur terlalu besar. Berkas elektron yang telah dilewati
anode diteruskan menuju lensa magnetik, scanning coils, dan akhirnya menembak
spesimen. Sumber elektron berasal dari filamen katode ditembakkan menuju
sampel. Berkas elektron tersebut kemudian difokuskan oleh lensa magnetik
sebelum sampai pada permukaan sampel. Lensa magnetik memiliki lensa
kondensor yang berfungsi memfokuskan sinar elektron. Berkas elektron kemudian
menghasilkan Backscattered Electron (BSE) dan Secondary Electron (SE),
dimana SE akan terhubung dengan amplifier yang kemudian dihasilkan gambar
pada monitor (Reed, 1993). Secara skematis alat SEM-EDS ditunjukkan pada
Gambar 5.
Gambar 5. Prinsip kerja SEM (Griffin and Riessen, 1991).
22
Berkas elektron yang menumbuk suatu sampel tertentu, dapat berinteraksi dalam
berbagai bentuk yaitu elektron mengalami hamburan balik (BSE) dan elektron
sekunder (SE). SE berasal dari permukaan sampel dan memiliki energi yang
rendah sekitar 5 – 50 eV. Sedangkan BSE berasal dari bagian sampel yang lebih
dalam dan memberikan informasi tentang komposisi sampel karena elektron yang
lebih berat menghamburbalikkan secara lebih kuat dan tampak lebih terang pada
image yang dihasilkan. Elektron mengalami hamburan balik akibat berinteraksi
dengan inti atom di dalam sampel yang bermuatan positif. Jenis interaksi ini yang
akan dideteksi dan menjadi dasar dalam penggambaran image pada SEM.
Elektron sekunder terjadi akibat elektron bertumbukan dan mengeksitasi elektron
pada sampel keluar. Peristiwa ini biasanya disertai dengan pemancaran sinar-X
yang dapat dideteksi untuk kepentingan analisis komposisi (Setiabudi et al.,
2012).
Untuk mengenali jenis atom di permukaan yang mengandung multi atom para
peneliti lebih banyak menggunakan teknik Energy Dispersive Spectroscopy (EDS)
sebagian besar alat SEM dilengkapi dengan kemampuan ini, namun tidak semua
SEM punya fitur ini. EDS dihasilkan dari karakteristik sinar-X yaitu, dengan
menembakkan sinar-X pada posisi yang diinginkan akan muncul puncak-puncak
tertentu yang mewakili suatu unsur yang terkandung. EDS juga bisa membuat
elemental mapping (pemetaan elemen) dengan memberikan warna berbeda-beda
dari masing-masing elemen permukaan bahan (Tampubolon, 2012).
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan pada bulan November 2018 sampai bulan Februari 2019.
Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material FMIPA Unila,
pressing dan sintering di Laboratorium Analitik dan Instrumentasi Kimia FMIPA
Unila, analisis XRD dilakukan di Laboratorium Fisika Universitas Negeri Padang,
dan SEM-EDS dilakukan di Laboratorium Fisika LIPI.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah neraca analitik, beaker glass Pyrex
USA 500 dan 1000 ml, kompor listrik, spatula, corong, gelas ukur 100 ml, labu
ukur 100 ml, pipet tetes, oven, cawan, kertas saring, aluminium foil, indikator
universal, hot plate magnetic stirrer, mortar, ayakan 250 mesh, alat press,
furnace, XRD (X’Pert Powder PANalytical PW 30/40), dan SEM-EDS (Hitachi SU-
3500). Sedangkan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sekam padi
(dari penggilingan padi di wilayah Pringsewu, Lampung), limbah katode baterai
litium laptop Asus dengan tipe ICR18650-22F Samsung SDI, natrium hidroksida
(NaOH) 99 % (Chemical Product), asam nitrat (HNO3) 68 % (Chemical Product),
amonium hidroksida (NH4OH) 25 % (Merck), hidrogen peroksida (H2O2) 50 %
24
(Chemical Product), natrium karbonat (Na2CO3) 99 % (Chemical Product), asam
sulfat 98 % (H2SO4), akuades, dan etanol teknis 96 %.
C. Prosedur Penelitian
1 Preparasi Bahan
a. Sekam Padi
Sebelum diekstraksi, sekam padi yang diperoleh dari tempat penggilingan padi
perlu dilakukan preparasi terlebih dahulu untuk menghilangkan pengotor.
Preparasi dilakukan dengan langkah sebagai berikut.
1) Merendam sekam dalam air dingin selama 1 jam.
2) Memisahkan sekam padi yang mengapung dan tenggelam, yang mengapung
dibuang, sedangkan yang tenggelam digunakan untuk proses selanjutnya.
3) Merendam kembali sekam padi menggunakan air panas selama 6 jam untuk
menghilangkan zat-zat pengotor seperti tanah, pasir, kerikil, kutu, dan
pengotor lainnya.
4) Meniriskan rendaman sekam padi setelah 6 jam dan dikeringkan di bawah
sinar matahari selama kurang lebih 2 hari.
5) Melakukan pengeringan kembali di dalam oven selama 30 menit, tujuannya
agar sekam padi kering merata.
b. Limbah Katode Baterai Ion Litium
Dalam penelitian ini menggunakan limbah baterai sebagai sumber bahan litium
dan kobalt. Dalam 1 baterai laptop terdiri atas 6 buah baterai sekunder. Proses
25
preparasi limbah katode baterai ion litium dilakukan dengan langkah sebagai
berikut.
1) Membongkar baterai untuk mengeluarkannya dari komponen luar
pembungkus.
2) Membuka baterai dengan menggunakan gerinda untuk diambil bagian
katodenya.
3) Memisahkan lembar katode dari bagain komponen lain.
4) Memotong lembar katode dengan ukuran ± 5 mm.
5) Mencuci katode yang sudah dipotong-potong dengan menggunakan air untuk
menghilangkan elektrolit.
6) Mengeringkan dengan menggunakan oven.
2 Ekstraksi Silika Sekam Padi
Ekstraksi silika sekam padi dilakukan dengan langkah sebagai berikut.
1) Memasukkan sebanyak 50 gram sekam padi yang telah dipreparasi ke dalam
larutan NaOH 5 %.
2) Memanaskan di atas kompor listrik 600 Watt selama 30 menit.
3) Menyimpan larutan sekam padi yang telah dipanaskan tadi dan didiamkan
selama 24 jam.
4) Menyaring larutan tadi menggunakan saringan teh terlebih dahulu untuk
memisahkan ampas sekam padi dengan filtratnya.
5) Menyaring filtrat menggunakan kertas saring agar kotoran-kotoran hasil
pemanasan tidak terbawa dalam filtrat.
26
6) Membuat gel dengan menambahkan larutan HNO3 10 % tetes demi tetes ke
dalam filtrat sambil diaduk.
7) Menjenuhkan (aging) gel selama semalam, kemudian mencucinya dengan
menggunakan air hangat sampai gel benar-benar bersih.
8) Mengeringkan gel menggunakan oven selama ± 3-4 jam.
9) Setelah kering, menggerus padatan silika menggunakan mortar dan alu
sampai menjadi serbuk.
3 Daur Ulang Limbah Katode Baterai Ion Litium
Daur ulang baterai ion litium dilakukan dengan proses leaching. Proses ini
mengacu pada penelitian Nayl et al., (2014). Proses leaching dilakukan dengan
langkah sebagai barikut.
1) Melarutkan scrap katode dalam larutan NH4OH 4 M untuk proses
dekomposisi dengan perbandingan liquid/solid (L/S) 15/1 pada suhu 60 °C,
kemudian difiltrasi.
2) Mengeringkan scrap pada suhu 80 °C selama 120 menit.
3) Selanjutnya melakukan proses acid leaching, melarutkan scrap hasil
dekomposisi pada larutan H2SO4 4 M dan 4 % hidrogen peroksida (H2O2),
diaduk pada suhu 70 °C selama 120 menit.
4) Menambahkan larutan NaOH 4 M ke dalam larutan scrap sampai rentang pH
7-8.
5) Menambahakan larutan Na2CO3 4 M sampai larutan memiliki rentang pH 10-
11 untuk mendapatkan campuran endapan Li2CO3 dan Co(OH)2 sambil
diaduk pada kecepatan 250 rpm selama 1 jam.
27
6) Mencuci endapan yang terbentuk menggunakan air hangat untuk
menghilangkan natrium.
7) Mengeringkan pasta pada suhu 100 °C dan menggerusnya hingga menjadi
serbuk.
8) Mendapatkan bahan Li2CO3 dan Co(OH)2 yang selanjutnya disebut sebagai
produk daur ulang.
4 Pembuatan Li2CoSiO4 dengan Metode Reaksi Padatan
Pada metode reaksi padatan ini bertujuan untuk mencampurkan serbuk silika
sekam padi dan produk daur ulang dari hasil dekomposisi. Langkah-langkah yang
dilakukan adalah sebagai berikut.
1) Mencampur dan menggerus produk daur ulang dan serbuk SiO2 dengan
perbandingan berat 1:1.
2) Mengayak serbuk dengan ayakan 250 mesh.
3) Menggerus serbuk kembali dan melarutkan dengan etanol 96 % pada suhu 60
°C selama 1 jam, lalu di oven pada suhu 70 °C sampai kering.
4) Menggerus dan melarutkan kembali sampel dengan etanol 96 % dan diaduk
selama 6 jam, dilanjutkan dengan pemanasan 60 °C selama 2 jam.
5) Mengeringkan sampel yang berbentuk pasta menggunakan oven pada suhu 70
°C.
6) Selanjutnya, sampel disintering dengan suhu 600, 700, 800 dan 900 °C
dengan kenaikan 3 °C/menit sampai suhu 350 °C dan di tahan 3 jam (proses
kalsinasi) kemudian dinaikkan kembali 3 °C/menit sampai suhu pemanasan
(600, 700, 800 dan 900 °C) dan dilakukan penahanan 12 jam kemudian
didinginkan sampai suhu ruang.
28
5 Karakterisasi
a. Karakterisasi dengan XRD
Langkah-langkah untuk melakukan uji struktur kristal dengan XRD adalah
sebagai berikut.
1) Menyiapkan sampel berupa serbuk.
2) Menempatkan sampel serbuk pada suatu plat kaca dalam difraktometer.
3) Memasukkan sampel ke dalam difraktogram untuk kemudian dilakukan
penembakan dengan sinar-X.
4) Memulai pengujian difraksi (menekan tombol start pada menu di komputer)
dimana sinar-X akan meradiasi sampel yang terpancar dari target Cu dengan
panjang gelombang 1,5606 Å.
5) Setelah pengukuran selesai, akan diperoleh data hasil difraksi dalam bentuk
soft data yang dapat disimpan dalam bentuk xrdml.
6) Selanjutnya data yang diperoleh akan diolah menggunakan software high
score plus v.3.0.5 untuk mengetahui fasa yang terbentuk dari sampel.
b. Karakterisasi dengan SEM-EDS
Langkah-langkah untuk melakukan uji struktur mikro dengan SEM-EDS adalah
sebagai berikut.
1) Menyiapkan sampel dalam bentuk pellet.
2) Sebuah pistol elektron memproduksi sinar elektron dan dipercepat dengan
anode.
3) Memfokuskan elektron lensa magnetik menuju ke sampel.
4) Mengarahkan sinar elektron yang terfokus memindai (scan) keseluruhan
sampel oleh koil pemindai.
29
5) Ketika elektron mengenai sampel maka sampel akan mengeluarkan elektron
baru yang akan diterima oleh detektor dan dikirim ke monitor (CRT).
D. Diagram Alir
Diagram alir ekstraksi silika sekam padi pada penelitian ini ditunjukkan pada
Gambar 6.
Sekam Padi
Sol Silika
- Ditimbang 50 gram
- Direbus dalam larutan
NaOH 5% selama 30 menit
- Di aging selama 24 jam
- Disaring
Gel Silika
- Disaring menggunakan
kertas saring
- Distir dengan kecepatan 550
rpm sambil ditetesi larutan
HNO3 10%
Serbuk Silika
(SiO2)
- Diaging
- Dibersihkan dan dicuci dengan
air hangat
- Ditiriskan
- Dikeringkan selama ± 4 jam
pada suhu 110°C
- Digerus sampai halus
Gambar 6. Diagram alir proses ekstraksi silika sekam padi.
30
Kemudian dilanjutkan dengan proses daur ulang katode baterai ion litium yang
ditunjukkan pada Gambar 7.
Scrap katode baterai
lithium bekas ukuran
± 5 mm.
- Dilarutkan dalam larutan NH4OH 4M L/S: 15/1,
stirring pada 60 °C, 120
menit.
- Difiltrasi
- Dikeringkan pada 80 °C,
120 menit
Scrap katode baterai
hasil dekomposisi
Endapan
Li2CO3.Co(OH)2
- Dilarutkan pada H2SO4 4M
dan H2O2 4% selama 120
menit pada 70 °C. L/S: 10/1
- Ditambah NaOH 4M
sampai pH 7,5.
- Ditambah Na2CO3 2M
sampai pH 10, dan distir 1
jam.
Serbuk Li2CO3 dan
Co(OH)2
- Difiltrasi
- Dicuci dengan air panas
- Dikeringkan selama 5
jam pada suhu 100 °C
- Digerus
Gambar 7. Diagram alir proses daur ulang katode baterai ion litium.
31
Diagram alir proses reaksi padatan dan karakterisasi ditunjukkan pada Gambar 8.
Serbuk SiO2 dan
serbuk
LiCO3.Co(OH)
- Digerus
- Diayak 250 mesh
- Dilarutkan dengan etanol L/
S:10/1 stir 50-60 °C
- Dikeringkan 70 °C
- Dilarutkan kembali dalam
etanol L/S:10/1 stir 6 jam
tanpa pemanasan, 2 jam
dengan pemanasan 50-60 °C
- Dikeringkan 70 °C
Sampel PeletSampel serbuk
Data
Hasil
Dianalisis
Karakterisasi LCR
Meter
Sintering suhu 600, 700,
800 dan 900 °C
Pellet
Li2CoSiO4
Digerus
Karekterisasi
UV DRS
Serbuk
Li2CoSiO4
Dipress 5 ton
Gambar 8. Diagram alir proses reaksi padatan dan karakterisasi.
Karakterisasi
SEM-EDS
Karakterisasi
XRD
Ditekan 5000 kg
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian tentang bahan Li2CoSiO4 yang disintesis dari limbah katode
baterai ion litium dan silika sekam padi, maka diperoleh kesimpulan sebagai
berikut.
1. Berdasarkan analisis struktur sampel Li2CoSiO4 yang disinter pada suhu 600,
700, 800, dan 900 oC menunjukkan adanya puncak struktur kristal Li2CoSiO4.
Seiring dengan meningkatnya perlakuan termal, meningkatkan fasa kristal
Li2CoSiO4.
2. Hasil analisis morfologi sampel pada suhu 600 dan 700 oC menunjukkan
morfologi berupa gumpalan (agglomerated) dan tidak memiliki batas butir
yang jelas. Sebaliknya pada suhu 800 dan 900 oC morfologi sampel telah
berubah menjadi butiran yang lebih kecil dan memiliki batas butir yang jelas.
Adanya perubahan morfologi seiring dengan meningkatnya suhu sintering,
menunjukkan bahwa telah terjadinya proses kristalisasi pada sampel.
3. Hasil analisis distribusi unsur menunjukkan persentase unsur Si, Co, dan O
sebagai komponen utama penyusun senyawa Li2CoSiO4 memiliki persentase
cukup tinggi, yang juga diikuti dengan persentase unsur nikel (Ni) dan mangan
(Mn) serta terlihat cenderung konstan pada masing-masing sampel.
49
B. Saran
Pada sintesis bahan Li2CoSiO4 dari limbah katode baterai ion litium dan silika
sekam padi disarankan untuk melakukan variasi perbandingan massa antara bahan
limbah katode baterai ion litium dan silika sekam padi.
DAFTAR PUSTAKA
Armstrong, A. R., Kuganathan, N., Islam, M.S., and Bruce, P. G. 2011. Structure
and Lithium Transport Pathways in Li2FeSiO4 Cathodes for Lithium
Batteries. Journal of the American Chemical Society. 133(33). 13031–
13035.
rmstrong, . ., Lyness, C., M n trier, M., and Bruce, P. G. 2010. Structural
Polymorphism in Li2CoSiO4 Intercalation Electrodes: A Combined
Diffraction and NMR Study. Chemistry of Materials. 22(5). 1892–1900.
Avdeev, Maxim, Mohamed, Z. and Ling, C. D. 2014. Magnetic Structures of βI-
Li2CoSiO4 and γ0-Li2MnSiO4: Crystal Structure Type Vs. Magnetic
Topology. Journal of Solid State Chemistry. 0–20.
Boulineau, A., Sirisopanaporn, C., Dominko, R., Armstrong, A. R., Bruce, P. G.,
and Masquelier, C. 2010. Polymorphism and Structural Defects in
Li2FeSiO4. Dalton Transactions. 39(27). 6310–6316.
Chen, R., Luo, R., Huang, Y., Wu, F., and Li, L. 2016. Advanced High Energy
Density Secondary Batteries with Multi-Electron Reaction Materials.
Advanced Science. 1–39.
Coniwati, P., Srikandhy, R., and Apriliyanni. 2008. Pengaruh Proses Pengeringan,
Normalitas, HCl, dan Temperatur Pembakaran pada Pembuatan Silika dari
Sekam Padi. Jurnal Teknik Kimia. 15(1). 5-11.
Contestabile, M., Panero, S., and Scrosati, B. 1999. A Laboratory-scale Lithium
Battery Recycling Process. Journal of Power Sources. 83(1-2). 75–78.
Cullity, B. D. 1978. Elements of X-Ray Diffraction Second Edition. Adison-
Wesley Publishing Company Inc. United State of America.
Daifullah, A.A.M., Girgis, B.S. and Gad, H.M.H. 2003. Utilization of Agro-
Residues (Rice Husk) in Small Waste Water Treatment Plans. Material
Letters. 57. 1723–1731.
Della, V., Kuhn, I., and Hotza, D. 2002. Rice Husk Ash as an Elemente Source for
Active Silica Production. Materials Letter. 57(4). 818–821.
Devaraju, M. K., Truong, Q. D., and Honma, I. 2013. Synthesis of Li2CoSiO4
Nanoparticles and Structure Observation by Annular Bright and Dark Field
Electron Microscopy. RSC Advances. 3(43). 20633–20638.
Fisher, C. A. J., Kuganathan, N., and Islam, M. S. 2013. Defect Chemistry and
Lithium-Ion Migration in Polymorphs of the Cathode Material Li2MnSiO4.
Journal of Materials Chemistry A. 1(13). 4207–4214.
Girish, H. N. and Shao G. Q. 2015. Advances in High-Capacity Li2MSiO4 (M =
Mn, Fe, Co, Ni) Cathode Material for Lithium-Ion Batteries. RCS Advances.
00. 1–24.
Goldstein, J. I., Newberry, D. E., Echlin, P., Joy, D. C., Fiori, C., and Lifshin, E.
1981. Scanning Electron Microscopy and X-Ray Microanalysis. A Textbook
for Biologist, Materials Scientists and Geologist, Plenum Press. New York.
Gong, Z., and Yang, Y. 2011. Recent Advances in the Research of Polyanion-
Type Cathode Materials for Li-ion Batteries. Energi & Environmental
Science. 4(9). 3223.
Gong, Z. L., Li, Y. X., He, G. N., Li, J., and Yang, Y. 2008. Nanostructured Li2
FeSiO4 Electrode Material Synthesized through Hydrothermal-Assisted Sol-
Gel Process. Electrochemical and Solid-State Letters. 11(5). 60–63.
Gong, Z. L., Li, Y.X., and Yang, Y. 2007. Synthesis and Electrochemical
Performance of Li2CoSiO4 as Cathode Material for Lithium Ion Batteries.
Journal of Power Sources. 174. 524–527.
Griffin, B. J and Riessen, V. A. 1991. Scanning Electron Microscopy Course
Note. The University of Western Australia. Nedlands.
He, G., Guerman P., and Linda F. N., 2013. Hydrothermal Synthesis and
Electrochemical Properties of Li2CoSiO4/C Nanospheres. Chemistry of
Materials. 25. 1024−1031.
Kalapathy, U., Proctor, A. and Schultz, J. 2000. A Simple Method for Production
of Pure Silica from Rice Hull Ash. Bioresource Technology. 73. 257–260.
Kamath, S.R. and Proctor, A. 1998. Silica Gel from Rice Hull Ash: Preparation
and Characterization. Cereal Chemistry. 75. 484–487.
Lupi, C., and Pasquali, M. 2003. Electrolytic Nickel Recovery from Lithium-Ion
Batteries. Minerals Engineering. 16(6). 537–542.
Lyness, C., Delobel, B., Armstrong, A. R., and Bruce, P. G. 2007. The Lithium
Intercalation Compound Li2CoSiO4 and its Behaviour as a Positive
Electrode for Lithium Batteries. Chemical Communications. (46). 4890-
4892.
Mukherjee, R., Krishnan, R., Lu, T.-M., and Koratkar, N.2012. Nanostructured
Electrodes for High-Power Lithium Ion Batteries. Nano Energy. 1(4). 518–
533.
Nakayama, N., Itoyama T., Suemoto K., Fujiwara K., Nakatsuka A., Isobe M.,
and Ueda Y. 2011. Structural Phase Transition and Microstructures of
Li2CoSiO4. Transactions of the Materials Research Society of Japan. 36(3).
437-440.
Nayl, A. A., Elkhashab, R. A., Badawy, S. M., and El-Khateeb, M. A. 2014. Acid
Leaching of Mixed Spent Li-Ion Batteries. Arabian Journal of Chemistry.
10. S3632–S3639.
Qadir, R. and Gulshan, F. 2018. Reclamation of Lithium Cobalt Oxide from
Waste Lithium Ion Batteries to Be Used as Recycled Active Cathode
Materials. Materials Sciences and Applications. 9. 142-154.
Reed, S. J. B. 1993. Electron Microprobe Analysis and Scanning Electron
Microscopy in Geology. Cambridge University Press. Florida.
Riyanto, A., Sembiring, S., and Junaidi. 2017. Karakteristik Fisis Aluminosilikat
Geopolimer Berbasis Silika Sekam Padi untuk Aplikasi Fast Ionic
Conductor. Reaktor. 17(2). 96.
Scrosati, B., Krebs, A., Beck, M., and Bartels, J., 2007. An Update of the Portable
Battery Market and the Rechargeable Battery Collection in Japan.
Proceedings of 12th International Congress for Battery Recycling ICBR,
Budapest, Hungary. 20–22. 27–34.
Sembiring S., Riyanto A., Simanjuntak W., and Situmeang R., 2017. Effect of
MgO-SiO2 Ratio on the Forsterite (Mg2SiO4) Precursors Characteristics
Derived from Amorphous Rice Husk Silica. Oriental Journal of Chemistry.
33(4). 1828–1836.
Sembiring, S. and Simanjuntak, W. 2012. X-ray Diffraction Phase Analyses of
Mullite Derived from Rice Husk Silica. Makara Journal of Science. 16(2).
77-82.
Sembiring, S., and Pulung, K.K., 2007. Pengaruh Suhu Sintering terhadap
Karakteristik Termal dan Mikrostruktur Silika Sekam Padi. Jurnal Sains
MIPA. 13(3). 233 – 239.
Sembiring, S., Posman, M., and Pulung, K.K., 2009. Pengaruh Suhu Tinggi
terhadap Karakteristik Keramik Cordierite Berbasis Silika Sekam Padi.
Jurnal Fisika dan Aplikasinya. 5(1). 090107(1-4).
Sembiring, S., Riyanto, A., Simanjuntak, W., and Situmeang, R. 2017. Effect of
MgO-SiO2 Ratio on the Forsterite (Mg2SiO4) Precursors Characteristics
Derived from Amorphous Rice Husk Silica. Oriental Journal of Chemistry.
33(04). 1828–1836.
Sembiring, S., Simanjuntak, W., Situmeang, R., Riyanto, A., and Sebayang, K.
2016. Preparation of Refractory Cordierite Using Amorphous Rice Husk
Silica for Thermal Insulation Purposes. Ceramics International. 42(7).
8431–8437.
Setiabudi, A., Hardian, R., and Mudzakir, A. 2012. Karakterisasi Material;
Prinsip dan Aplikasinya dalam Penelitian Kimia. UPI Press. Bandung.
Shu-guang, Z., Wen-zhi, H., Guang-ming, L., Xu, Z., Xiao-jun, Z., and Ju-wen,
H. 2012. Recovery of Co and Li from Spent Lithium-ion Batteries by
Combination Method of Acid Leaching and Chemical Precipitation.
Transactions of Nonferrous Metals Society of China. 22(9). 2274–2281.
Simanjuntak, W., Sembiring, S., and Sebayang, K. 2012. Effect of Pyrolysis
Temperatures on Composition and Electrical Conductivity of Carbosil
Prepared from Rice Husk. Indonesian Journal of Chemistry. 12(2). 119 –
125.
Sirisopanaporn, C., Boulineau, A., Hanzel, D., Dominko, R., Budic, B.,
Armstrong, A. R., Bruce, P. G., and Masquelier, C. 2010. Crystal Structure
of a New Polymorph of Li2FeSiO4. Inorganic Chemistry. 49(16). 7446–
7451.
Suka, G. I., Simanjuntak, W., Sembiring, S., and Trisnawati, E. 2008.
Karakteristik Silika Sekam Padi Dari Provinsi Lampung yang Diperoleh
dengan Metode Ekstraksi. MIPA. 47–52.
Świętosławski, M., Molenda, M., Natkański, P., Kuśtrowski, p., and Dziembaj,
R. 2014. Sol–gel Synthesis, Structural and Electrical Properties of
Li2CoSiO4 Cathode Material. Functional Materials Letters. 7(6). 10–13.
Tampubolon, N. E. 2012. Perbandingan Karakterisasi Basis Gigi Tiruan Berbahan
Resin Akrilik Polimerisasi Panas dan Resin Akrilik Swapolimerisasi
dengan Penambahan Serat Kaca. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.
Medan.
Tristiana, A. L., Sembiring S., and Simanjuntak W. 2017. Struktur Mikro dan
Konduktivitas Listrik Keramik Kordierit dengan Penambahan Magnesium
Oksida (0, 10, 15 wt %) Berbasis Silika Sekam Padi. Jurnal Teori dan
Aplikasi Fisika. 5(1). 1-7.
Tutu, R., Subaer, and Usman. 2015. Studi Analisis Karakterisasi dan
Mikrostruktur Mineral Sedimen Sumber Air Panas Sulili Di Kabupaten
Pinrang. Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika. 11(2). 192–201.
Wanger, T. C. 2011. The Lithium Future-Resources, Recycling, and the
Environment. Conservation Letters. 4. 202-206.
Wu S. Q., Zhu Z. Z., Yang Y. and Hou Z. F. 2009. Structural Stabilities,
Electronic Structures and Lithium Deintercalation in LixMSiO4 (M = Mn,
Fe, Co, Ni): A GGA and GGA+U study. Computational Materials
Science. 44. 1243–1251.
Wu, S. Q., Zhang, J. H., Zhu, Z. Z., and Yang, Y.2007. Structural and Electronic
Properties of the Li-Ion Battery Cathode Material LixCoSiO4. Current
Applied Physics. 7(6). 611–616.
Zeng, G.S., Deng, X.R., Luo, S.L., Luo, X.B., and Zou, J.P., 2012. A Copper-
Catalyzed Bioleaching Process for Enhancement of Cobalt Dissolution from
Spent Lithium-Ion Batteries. Journal of Hazardous Materials. 199–200.
164–169.
Zhang, Z., Chen, Z., Zhang, X., Wu, D., and Li, J. 2018. P-Doping Li2CoSiO4/C
Cathode Material: A Joint Experimental and Theoretical Study.
Electrochimica Acta. 264. 166–172.
Zhang, P., Hu, C. H. , Wu, S. Q., Zhu, Z. Z., and Yang, Y. 2012. Structural
Properties and Energetics of Li2FeSiO4 Polymorphs and Their Delithiated
Products from First-Principles. Physics Chemistry. 14. 7346–7351.
Zhu, S. G., He, W. Z., Li, G. M., Zhou, X., Zhang, X. J., and Huang, J. W. 2012.
Recovery of Co and Li from Spent Lithium-Ion Batteries by Combination
Method of Acid Leaching and Chemical Precipitation. Transactions of
Nonferrous Metals Society of China (English Edition). 22(9). 2274–2281.