pengaruh strategi koping terhadap resiliensi pada...
TRANSCRIPT
PENGARUH STRATEGI KOPING TERHADAP RESILIENSI
PADA REMAJA KORBAN CYBERBULLYING
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun Oleh:
Maria Estu Tantri
139114112
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
2018
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN MOTTO
1 Korintus 2:9
“Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata dan tidak pernah didengar oleh telinga
dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia, semua yang disediakan Allah
untuk mereka yang mengasihi Dia.”
1 Samuel 3:18b
“Dia Tuhan, biarlah diperbuatNya apa yang dipandangNya baik.”
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Saya persembahkan skripsi ini untuk:
Tuhan Yesus Kristus yang selalu menunjukkan kesetiaanNya
Keluarga yang menjadi motivasi saya untuk terus berjuang
Keluarga Sion Jogja yang selalu mendukung dalam doa dan usaha
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENGARUH STRATEGI KOPING TERHADAP RESILIENSI PADAKORBAN CYBERBULLYING
Maria Estu Tantri
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh strategi koping terhadap resiliensi padakorban cyberbullying. Subjek penelitian sebanyak 215 siswa yang terdiri dari siswa SMP dan SMAberusia 13-17 tahun. Hipotesis penelitiannya adalah strategi koping berpengaruh terhadapresiliensi remaja korban cyberbullying. Alat pengumpul data yang dipakai adalah skala adaptasiRCOPE dan skala problem focused coping serta resiliensi yang dibuat sendiri oleh peneliti. Hasilpenelitian menggunakan analisis regresi berganda menyimpulkan bahwa strategi kopingberpengaruh secara signifikan terhadap resiliensi pada remaja korban cyberbullying (F= 77,103R2= 44,5%). Problem focused coping berpengaruh signifikan positif (sig.= 0,00 < 0,05) terhadapresiliensi korban cyberbullying. Religious coping tidak berpengaruh secara signifikan (sig.= 0,98 >0,05) terhadap resiliensi korban cyberbullying.
Kata kunci: strategi koping, resiliensi, cyberbullying.
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
THE EFFECT OF COPING STRATEGIES TOWARDSRESILIENCE OF CYBERBULLYING VICTIM
Maria Estu Tantri
ABSTRACT
This study aims to know the effect of coping strategies towards resilience of cyberbullyingvictim. There are 215 students from Junior High School and Senior High School as the subject ofthe research. They ages from 13 to 17 years old. The hypothesis of this study is coping strategieshave a significant effect towards resilience of cyberbullying victim. The data obtained usingadapted RCOPE scale and self made for the resilience and problem focused coping scale. Theresult of the research trough double regression analysis concludes that coping strategiessignificantly affects resilience of cyberbullying victim (F= 77,103 R2= 44,5%). Furthermoreproblem focused coping affects significantly (sig.= 0,00 < 0,05) resilience of cyberbullying victimwhile religious coping do not significantly affects resilience of cyberbullying (sig.= 0,98 > 0,05).
Keywords: coping strategies, resilience, cyberbullying.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Terimakasih kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah menyertai dan
memberikan kejutan tak terduga kepada penulis selama pengerjaan skripsi.
Proses yang sungguh hebat ini tentu saja tidak dapat saya jalani tanpa bantuan
setiap orang yang berdiri di skitar saya. Saya berterimakasih sebesar besarnya
karena telah menjadi bagian dari proses yang sungguh hebat ini. Saya khususnya
berterimakasih pada :
1. Ibu Dr. Titik Kristiyani, M.Psi., selaku dekan Universitas Sanata Dharma.
2. Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si. selaku wakil dekan Fakultas Psikologi sekaligus
dosen pembimbing skripsi. Terimakasih telah menjadi pembimbing yang
menemani proses pendewasaan penulis selama pengerjaan skripsi.
3. Ibu Monica Eviandaru Madyaningrum, Ph. D. selaku Kepala Program Studi
Psikologi Sanata Dharma.
4. Prof. A. Supratiknya dan bapak TM. Raditya Hernawa, M. Si. Sebagai dosen
pembimbing akademik yang sudah mendukung dan membantu penulis
selama mengerjakan skripsi ini.
5. Penulis berterimakasih pula kepada segenap dosen Universitas Sanata
Dharma, setiap kehadiran anda membantu penulis mengembangkan karakter
yang penulis butuhkan untuk terus melanjutkan studi.
6. Penulis berterimakasih kepada keluarga yang telah mendukung selama proses
yang tidak mudah. Terimakasih kepada Elisabeth Kanthi Swasti sebagai
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kepala keluarga yang luar biasa dan Marta Anindita sebagai adik yang pekerja
keras. Kedua orang sosok yang menginspirasi penulis untuk tidak menyerah.
7. Penulis berterimakasih kepada segenap keluarga rohani, khususnya kakak
rohani, mbak Tiara yang tidak berhenti menyemangati penulis untuk
menyelesaikan proses ini. Kak Iza yang memberikan nasihat dengan sabar
bagi penulis. Juga kepada setiap anak rohani: Rosa, Brigitta, Bella yang terus
menguatkan penulis untuk terus berjuang, dan tetap mengandalkan Tuhan.
8. Penulis berterimakasih kepada segenap keluarga Sion Jogja yang mendoakan
dan mendukung tanpa henti. Mengajarkan penulis untuk beriman besar dan
semakin kuat dalam melewati tantangan.
9. Penulis berterimakasih kepada Kak Rainy Handayani S. Pd., kak Djihad
Bouaoune, dan mas Daniel Ari Purwanto S.Pd. yang telah membantu penulis
dalam translasi bahasa pada skala adaptasi yang dipakai dalam penelitian.
10. Penulis berterimakasih kepada teman-teman se-ibu bimbingan yang menjadi
teman curhat sekaligus teman mengerjakan skripsi bersama, Peni, Devina,
Koleta, Wira, Dewinta, Iqma, Hans, terimakasih dan terus semangat untuk
berjuang.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dan penulis
selanjutnya. Terimakasih dan Tuhan memberkati
Yogyakarta, 19 Juli 2018 Penulis,
Maria Estu Tantri
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING....................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN........................................................................................ iii
HALAMAN MOTTO........................................................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN...................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA........................................................................ vi
ABSTRAK.............................................................................................................................. vii
ABSTRACT.............................................................................................................................viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI............................................................ ix
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... x
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL.................................................................................................................xvi
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................................xviii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian....................................................................................................... 9
D. Manfaat penelitian.................................................................................................... 9
1. Manfaat Teoritis................................................................................................. 9
2. Manfaat Praktis................................................................................................... 9
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................... 10
A. Pengantar.................................................................................................................... 10
B. Resiliensi.................................................................................................................... 11
1. Pengertian Resiliensi....................................................................................... 11
2. Sumber Individu yang Resilien.................................................................... 12
3. Faktor yang mempengaruhi Resiliensi....................................................... 14
4. Aspek-aspek Resiliensi................................................................................... 15
C. Strategi Koping......................................................................................................... 18
1. Pengertian strategi koping.............................................................................. 18
2. Jenis-jenis strategi koping.............................................................................. 18
a. Problem Focus Coping............................................................................ 19
b. Religious Coping..................................................................................... . 21
D. Remaja Korban Cyberbullying............................................................................ 26
1. Remaja................................................................................................................ 26
a. Perkembangan Kognitif Remaja..........................................................27
b. Perkembangan Sosial Emosi Remaja 27
c. Pengaruh Teman Sebaya...................................................................... . 28
d. Popularitas Remaja.................................................................................. 29
e. Perkembangan Spiritual dan Religi Remaja.....................................30
2. Korban Cyberbullying................................................................................. . 32
a. Definisi korban cyberbullying.............................................................. 32
b. Bentuk tindakan cyberbullying.............................................................33
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
E. Pengaruh Strategi Koping Terhadap Resiliensi Korban .
Cyberbullying................................................................................. . . 37
F. Hipotesis penelitian...................................................................... ... . 40
G. Kerangka Berpikir..................................... ...................................... . 41
BAB III METODE PENELITIAN................................................................. . 42
A. Jenis Penelitian.................................................................................... .. . 42
B. Variabel Penelitian........................................................................... ..... . 42
1. Variabel bebas............................................................................. .... . 42
2. Variabel tergantung....................................................................... .. . 42
C. Definisi Operasional.............................................................................. . 42
1. Resiliensi...................................................................................... ... . 42
2. Strategi Koping............................................................................. .. . 43
D. Subjek Penelitian................................................................................... . 44
E. Metode Pengumpulan Data................................................................. .. . 45
F. Alat Pengambilan Data....................................................................... .. . 46
1. Skala resiliensi.............................................................................. .. . 46
2. Skala strategi koping................................................................. ...... . 49
a. Skala Problem Focused Coping................................................. . 49
b. Skala Religious Coping...................................................... ....... . 51
G. Validitas Pengukuran.......................................................................... .. . 52
H. Reliabilitas Pengukuran...................................................................... .. . 52
I. Metode Pengolahan Data...................................................................... . 60
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................63
A. Pelaksanaan Penelitian........................................................................................ . 63
B. Deskripsi Penelitian.............................................................................................. . 63
1. Deskripsi Subjek Penelitian........................................................................... 63
2. Deskripsi Data Penelitian............................................................................... 67
C. Analisis Data Penelitian......................................................................................... 69
1. Uji Asumsi..........................................................................................................69
a......Uji normalitas .. . 69
b......Uji linearitas .. . 70
c....Uji multikolinearitas . 70
d.....Uji heterokedastisitas . . 71
2. Uji Hipotesis.................................................................................................... . 71
3. Pembahasan...................................................................................................... . 74
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................ 78
A. Kesimpulan................................................................................................................ 78
B. Saran............................................................................................................................ 78
1. Kepada peneliti selanjutnya........................................................................ . 78
2. Kepada orangtua korban............................................................................... . 79
3. Kepada korban................................................................................................ . 79
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 80
LAMPIRAN........................................................................................................................... 85
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Penskoran skala likert skala Resiliensi.........................................................47
Tabel 3.2 Blueprint skala resiliensi.................................................................................. 48
Tabel 3.3 Blueprint skala Problem Focused Coping...................................................50
Tabel 3.4 Item pada skala Religious Coping..................................................................51
Tabel 3.5 Seleksi skala resiliensi.......................................................................................54
Tabel 3.6 Skala Resiliensi.....................................................................................................55
Tabel 3.7 Seleksi aitem Problem Focused Coping.......................................................56
Tabel 3.8 Skala Problem Focused Coping......................................................................57
Tabel 3.9 Kategori reliabilitas Croncbach’s alfa...........................................................58
Tabel 3.10 Croncbach’s alfa skala Resiliensi.................................................................59
Tabel 3.11 Croncbach’s alfa skala Problem focused coping.....................................59
Tabel 3. 12 Croncbach’s alfa Positive Religious Coping...................................................60
Tabel 3.13 Croncbach’s alfa Negative Religious Coping....................................................60
Tabel 4.1 Jumlah Subjek berdasarkan media elektronik yang digunakan............ 64
Tabel 4.2 Jumlah Subjek berdasarkan jenis perilaku Cyberbullying......................65
Tabel 4.3 Deskripsi berdasarkan jenis kelamin subjek................................................66
Tabel 4.4 Deskripsi data usia subjek.................................................................................66
Tabel 4.5 Deskripsi data penelitian...................................................................................67
Tabel 4.6 Jumlah subjek yang melakukan religious coping......................................68
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 4.7 Deskripsi jumlah data yang akan digunakan...............................................69
Tabel 4.8 Hasil uji normalitas residu................................................................................69
Tabel 4.9 Uji linearitas..........................................................................................................70
Tabel 4.10 Uji multikolinearitas.........................................................................................71
Tabel 4.11 Uji heterokedastisitas...................................................................................... 71
Tabel 4.12 Hasil uji signifikansi regresi......................................................................... 72
Tabel 4.13 Hasil Uji F pada analisis regresi...................................................................72
Tabel 4.14 Hasil analisis regresi untuk setiap variabel prediktor.............................73
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1: UJI ASUMSI.............................................................................................86
LAMPIRAN 3: UJI HIPOTESIS REGRESI GANDA...............................................91
LAMPIRAN 4: SURAT IJIN PELAKSANAAN PENELITIAN.............................92
LAMPIRAN 5: SKALA PENELITIAN..........................................................................94
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perilaku perundungan (bullying) dapat menyebabkan perasaan tidak aman,
kecemasan, depresi, berkurangnya harga diri, terisolasi, membolos,
mengurangi prestasi akademik, dan bahkan dalam beberapa kasus, perilaku
perundungan ini dapat menjadi faktor penyumbang kecenderungan seseorang
untuk bunuh diri (Campbell et al., dalam Papartrairanou, Levine, & West
2014). Dampak dari perundungan melalui media elektronik bahkan
dimungkinkan akan lebih berbahaya daripada dampak dari perilaku
perundungan yang tradisional. Para peneliti melakukan analisis terhadap
4.500 remaja, dan anak-anak yang mengalami perundungan melalui media
elektronik, mereka memiliki tingkat depresi yang lebih tinggi dari kelompok
lain yang hanya dipukuli atau diejek (cyberbullying lebih menyakitkan dari
pukulan, n.d.).
Perundungan melalui media elektronik biasa disebut dengan
cyberbullying. Cyberbullying adalah perilaku negatif atau menyakitkan yang
dilakukan secara berulang-ulang dengan menggunakan sarana yaitu alat
komunikasi elektronik yang melibatkan ketidakseimbangan kekuasaan
dengan orang lain (Smith et, al., dalam Fenclau 2016). Peningkatan
penggunaan teknologi akan menciptakan risiko bagi remaja di masa ini
sehingga mengalami cyberbullying (Cross, Piggen, Douglas dan Vonkaenel-
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Flatt, dalam Papartrairanou et al. 2014). Hasil tersebut menunjukkan bahwa
perilaku cyberbullying tentu akan memberikan pengaruh mental yang kurang
baik bagi remaja. Padahal remaja mengalami transisi sosial yang cukup
penting dengan lingkungan dan sosialnya di masa ini (Santrock, 2011)
Beberapa korban remaja yang mengalami cyberbullying adalah
Muhhammad Ali Syarief (Aliando Syarief), yang akhirnya sempat depresi
selama 2 hingga 3 bulan lamanya (Curhat Aliando karena pernah dibully
haters, n.d.), Amanda Todd yang akhirnya memilih untuk mengakhiri
hidupnya karena cyberbullying yang ia terima (Amanda Todd curhat di
Youtube sebelum bunuh diri n.d.), hingga Asa Firda Inayah (Afi), yang juga
menerima komentar-komentar yang tidak pantas di Instagram dan juga
Facebook. Banyak hujatan yang ia terima, sehingga Afi tidak dapat
mengatasinya (Lelah dicemooh Afi Nihaya minta remaja lain tak seperti
dirinya, n.d.). Afi sempat mengaku bahwa peristiwa ini sangat mengganggu
psikologisnya. "Bullying menjadi momen berat yang saya lalui dengan
banyak cara. Dari mulai mencari teman yang supportive, membaca buku-
buku atau artikel yang bisa menguatkan mental, hingga berupaya menghindari
sumber bully," katanya dalam sebuah wawancara. Akan tetapi nyatanya, Afi
masih merasa kesulitan untuk bangkit dari peristiwa cyberbullying yang ia
alami (Afi Nihaya Faradisa bullying bentuk apapun tak sehat, n.d.).
Fenomena cyberbullying nampaknya tidak terlalu dipandang serius,
padahal sebenarnya fenomena ini menyimpan banyak permasalahan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
tidak mudah diketahui oleh pihak orang tua maupun pihak berwajib. Hal ini
disebabkan karena banyak remaja di Indonesia yang mengalami
cyberbullying, tetapi korban enggan untuk melaporkannya kepada pihak yang
berwajib (Hidayati, 2012; Utami 2013). Hal ini membuat pemerintah
kesulitan untuk mendapatkan data konkret mengenai korban cyberbullying di
Indonesia. Menurut Juvonen (dalam Akbar & Utari 2015) para remaja tidak
mau memberitahu orang tua mengenai perilaku cyberbullying tersebut,
alasannya adalah agar orangtua tidak membatasi aktivitas online mereka.
Melihat dampak dari cyberbullying, korban tentu memerlukan kapasitas
adaptasi yang cukup kuat untuk menghadapi tantangan yang dihadapinya.
Pada kasus sebelumnya menunjukkan bahwa korban belum mampu
mengatasi tantangan yang ia hadapi. Kemampuan untuk dapat bangkit
kembali dari perilaku yang pernah diterimanya disebut dengan kemampuan
resiliensi (Tugade & Fredrik, dalam Uyun, 2012). Menurut Grotberg (1995)
resiliensi adalah kemampuan seseorang untuk menilai, mengatasi, dan
meningkatkan diri ataupun mengubah dirinya dari keterpurukan atau
kesengsaraan dalam hidup. Resiliensi adalah kapasitas seseorang untuk
bangkit dari keterpurukan dan kembali bangkit untuk melanjutkan
kehidupannya (Wagnild, 2010). Kemampuan resiliensi ini penting untuk
menghadapi kesulitan atau masalah yang sering terjadi.
Keberadaan resiliensi akan mengubah sebuah permasalahan menjadi
tantangan, kegagalan menjadi sebuah kesuksesan, ketidakberdayaan menjadi
kekuatan (Widuri, 2012). Farihayati (dalam Masna, 2013) menyebutkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
bahwa dengan menjadi resilien orang akan mampu bertahan di bawah
tekanan atau kesedihan, dan tidak menunjukkan suasana hati yang negatif
terus-menerus. Oleh sebab itu para korban cyberbullying perlu melakukan
resiliensi untuk dapat mengatasi tantangan-tantangan yang mereka hadapi.
Menurut Carol Ryff (dalam Baumgardner & Choters, 2009), sumber
seseorang untuk dapat resilien adalah penerimaan diri, pengembangan diri,
tujuan hidup, penguasaan lingkungan, kemandirian, dan adanya hubungan
yang baik dengan orang lain. Selain itu Baumgardner & Choters (2009), juga
mengungkapkan faktor protektif individu untuk dapat mencapai resiliensinya
yang terbagi dalam 3 bentuk, yaitu faktor protektif pada anak, keluarga, dan
pada komunitas.
Berdasarkan penelitian Khotimah (2015) mengenai resiliensi pada korban
cyberbullying, korban cyberbullying yang ia wawancarai menerima 5 dari 8
bentuk tindakan cyberbullying, yaitu flaming (amarah), harashment
(pelecehan), gossip (gosip), outing dan trickery (mempermalukan dan
menipu), serta cyberstalking (menguntit). Korban disebutkan memiliki
resiliensi yang tinggi. Hal ini disebabkan karena korban mendapatkan
dukungan dari lingkungan sekitarnya seperti keluarga dan teman-teman. Akan
tetapi, penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan jumlah subjek
1 orang saja, sehingga hasilnya tidak cukup kuat untuk menggambarkan
bagaimana resiliensi seorang korban cyberbullying.
Menurut penelitian Papartrairanou et al., (2014), mengembangkan
resiliensi pada korban cyberbullying dapat dilakukan secara efektif. Faktor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
personal, biologis, locus of control, harga diri yang tinggi, dan adanya
perasaan berharga akan tujuan hidupnya dapat meningkatkan resiliensi
seseorang ketika menghadapi kesulitan secara online. Hubungan dengan
keluarga dan teman dekat juga dapat membantu remaja untuk menjadi
resilien.
Vandininck d’Haenens, & Roe (dalam Papartrairanou et al., 2014)
mengatakan bahwa resiliensi online bukanlah kegiatan yang pasif, namun
resiliensi online dapat menunjukkan kemampuan seseorang dalam
memecahkan masalah. Menurut penelitian terdahulu dijelaskan bahwa faktor
yang dianggap mampu mengatasi pengalaman negatif yang dialami korban
cyberbullying adalah dengan cara melakukan pengakuan kepada orang
dewasa (Livingstone, Hadden, Gorzig, & Olafsson, dalam Papartrairanou et
al., 2014), menceritakan pengalaman kepada orang lain (Kochenderfer-Ladd
& Skinner, dalam Papartrairanou et al., 2014), kemampuan untuk
mengoperasikan hal-hal digital (Vandonick, d’ Haenens, & Segers, dalam
Papartrairanou et al., 2014), memiliki orang tua yang mampu memberikan
fasilitas lingkungan yang baik bagi media online anak (Livingstone &
Helsper, dalam Papartrairanou et al., 2014); dan memiliki rekan-rekan yang
mendukung (Nycyk, dalam Papartrairanou et al., 2014).
Taylor (dalam Pratiwi & Hirmaningsih 2016) juga menemukan bahwa
koping merupakan salah satu cara resiliensi untuk melawan stres. Stenhald
dan Dolbler (dalam Pratiwi & Hirmaningsih 2016) menemukan hasil
penelitian bahwa semakin tinggi kemampuan koping maka semakin tinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
tingkat resiliensinya. Demikian juga sebaliknya, semakin rendah kemampuan
koping maka semakin rendah juga resiliensinya.
Strategi koping adalah bentuk usaha atau pikiran untuk mengatasi situasi
yang penuh dengan tekanan (Lazarus & Folkman 1984). Dengan kata lain,
strategi koping adalah bentuk perilaku yang dilakukan seseorang untuk
mengatur tuntutan dari dalam dan luar yang timbul karena hubungan individu
dengan lingkungan yang dianggap menganggu batas-batas yang dimiliki.
Billing & Moos (dalam Bastian, 2012) menyatakan bahwa strategi koping
yang efektif dapat meningkatkan perasaan mampu serta mengurangi tingkat
stres dan kecemasan. Akan tetapi, pemilihan strategi koping yang buruk
berkaitan dengan tindakan bunuh diri (Kaslow et al., dalam Bastian 2012).
Lazarus dan Folkman membedakan strategi koping menjadi dua macam,
yaitu strategi problem focus coping (PFC) dan strategi emotional focus
coping (EFC). Meskipun demikian, berdasarkan penelitian mengenai strategi
koping secara umum ditemukan bahwa PFC akan berhubungan dengan
penyesuaian yang lebih baik daripada EFC (Aldwin, dalam Nurhayati 2012).
Selain itu, Suis & Fletcher (dalam Wulansari, 2015) menyatakan bahwa PFC
akan lebih efektif dibandingkan dengan EFC dalam menyelesaikan masalah
dengan hasil yang lebih berjangka panjang.
Bentuk strategi koping yang akan digunakan dalam penelitian ini salah
satunya adalah PFC. Seseorang berusaha mengatasi stresor dengan
mempelajari cara-cara atau keterampilan-keterampilan yang baru. PFC
biasanya membuat individu langsung mengambil tindakan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
memecahkan masalah atau mencari informasi yang berguna untuk membantu
menyelesaikan masalah (Lazarus & Folkman 1984). Melalui kasus yang
sudah diceritakan sebelumnya, bahwa korban sempat mencari cara untuk
bangkit dari tekanan yang ia hadapi dengan bentuk PFC, namun cara tersebut
kurang mampu membuat mereka resilien. Sehingga perlu dikaji kembali
mengenai pengaruh strategi koping terhadap resiliensi.
Pargament juga menemukan strategi koping dengan istilah yang baru,
yaitu Religius Coping (RC). Sejumlah penelitian mengenai strategi RC
mendapati bahwa koping jenis ini adalah koping yang paling sering
digunakan untuk mengatasi sejumlah kondisi dan peristiwa negatif, salah
satunya adalah dalam kondisi yang penuh dengan tekanan (Pargament, 1997).
RC adalah suatu cara individu menggunakan keyakinannya dalam mengelola
stres dan masalah-masalah dalam kehidupan (Wong Mc Donald & Gorsuch,
dalam Utami 2012). Analisis dari World Values Survey terhadap remaja yang
berusia 18-24 tahun menunjukkan bahwa orang yang beranjak dewasa di
negara berkembang lebih religius dibandingkan dengan remaja di negara
maju (Lippman & Keith, dalam Santrock, 2012). Perpustakaan Nasional
memasukkan negara Indonesia sebagai salah satu contoh negara yang
berkembang (Contoh Negara Berkembang dan penjelasannya n.d.). Sehingga
dapat diasumsikan bahwa remaja yang ada di Indonesia akan lebih religius
saat mengatasi tekanan.
Menurut Dahlan (dalam Primaldi, 2008) menemukan bahwa ada hubungan
antara RC dengan PFC dan EFC. Kemudian Primaldhi (2008) justru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
menemukan bahwa ada hubungan antara RC dengan PFC, namun tidak
ditemukan adanya hubungan antara RC dengan EFC. Informasi ini
diperkirakan dapat mendukung kedudukan RC sebagai bagian dari PFC dan
EFC (Primaldhi, 2008).
Strategi koping yang diterapkan para individu dalam menghadapi stres yang
ditimbulkan akibat cyberbullying tentunya dapat berbeda satu sama lain.
Penelitian yang dilakukan oleh Machackova, et al. (dalam Putra dan Ariana,
2016), menyebutkan bahwa remaja mempunyai strategi koping tertentu yang
dapat mengakibatkan dua hal, antara lain memperlambat emosi negatif dan atau
memberhentikan agresi dunia maya yang mereka terima. Berdasarkan penelitian
sebelumnya mengenai ketiga bentuk strategi koping tersebut ditemukan bahwa
gender seseorang tidaklah berpengaruh dalam memilih ketiga jenis strategi
coping tersebut. Presepsi seseorang dalam menyelesaikan masalah akan lebih
berpengaruh dalam pemilihan strategi copingnya (Lestarianita & Fakhrurozi,
2007). Berdasarkan paparan yang sudah diberikan di atas, peneliti beranggapan
bahwa penggunaan strategi koping yang berbeda saat menghadapi perilaku
cyberbullying tentu akan memengaruhi kemampuan resiliensi korban. Oleh
sebab itu, peneliti ingin membuktikan bahwa strategi coping berpengaruh
terhadap kemampuan resiliensi korban cyberbullying.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, maka rumusan
masalah penelitian ini adalah:
1. Apakah Problem Focused Coping berpengaruh terhadap resiliensi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
pada remaja korban cyberbullying?
2. Apakah Religious Coping berpengaruh terhadap resiliensi pada remaja
korban cyberbullying?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui apakah Problem
Focused Coping dan Religious Coping berpengaruh terhadap resiliensi pada
korban cyberbullying.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, berikut ini adalah manfaat dari
penelitian yang dilaksanakan, yaitu:
a. Manfaat Teoretis
Memberikan sumbangan kepada ilmu psikologi mengenai pengaruh
strategi problem focused coping dan religious coping terhadap resiliensi.
b. Manfaat Praktis
Memberikan masukan kepada masyarakat yang menjadi korban
cyberbullying untuk melakukan strategi koping yang tepat agar dapat
menjadi resilien.
.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengantar
Penelitian ini akan diawali dengan penjelasan terkait resiliensi.
Pembahasan akan dimulai dari pengertian resiliensi dari beberapa penelit,
sumber individu yang resilien, faktor yang memengaruhi individu resilien
serta beberapa aspek resiliensi menurut Wagnild & Young.
Setelah itu, dilajutkan dengan penjabaran mengenai strategi koping.
Strategi koping yang digunakan adalah strategi koping milik Lazarus &
Folkman serta Pargamen. Teori Lazarus & Folkman yang digunakan adalah
teori yang membahas mengenai PFC, sedangkan teori Pargamen yang
digunakan dalam penelitian adalah mengenai RC. Pada setiap strategi koping
akan dijelaskan juga mengenai bagaimana setiap bentuk strategi koping
berperan dalam mengurangi tekanan individu yang mengalami stres.
Dijelaskan juga mengenai aspek pada setiap bentuk strategi koping yang akan
digunakan dalam penelitian beserta dengan penelitian yang mendukung
bentuk strategi koping.
Setelah itu, peneliti membahas lebih dalam mengenai remaja dan korban
cyberbullying beserta dengan kriteria yang digunakan dalam penelitian.
Remaja sendiri akan dibahas lebih dalam mengenai perkembangan kognitif,
pengaruh teman sebaya, popularitas remaja, perkembangan spiritualitasnya.
Bentuk perilaku cyberbullying yang dilakukan serta kriteria korban juga akan
dibahas setelahnya. Selanjutnya, peneliti akan membuat skema mengenai
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
pengaruh strategi koping terhadap resiliensi pada korban cyberbullying untuk
memperjelas tujuan penelitian ini dilakukan Pembahasan dalam bab ini akan
diakhiri dengan hipotesis yang ingin diuji dalam penelitian.
B. Resiliensi
1. Pengertian Resiliensi
Resiliensi adalah kapasitas seseorang untuk mengatasi, dan
meningkatkan diri ataupun mengubah dirinya dari keterpurukan atau
kesengsaraan dalam hidup (Grotberg, 1995). Seorang yang resilien, akan
memandang sebuah tantangan sebagai emosi positif dan menemukan arti
dari pengalaman yang ia lewati (Ong et al.; Tugade & Fredrickson, dalam
Serafino & Smith, 2011)
Ann Masten (dalam Snyder, Lopez, & Pedrotti, 2011) menyatakan
bahwa resiliensi tampak seperti sebuah perilaku adaptasi positif ketika
berada dalam tekanan yang berisiko. Selain itu, Ryff & Singer (dalam
Baumgardner & Crothers 2009) mendefinisikan resiliensi sebagai
pemeliharaan, pemulihan atau perbaikan kesehatan mental atau fisik
berdasarkan tantangannya.
Menurut Wagnild & Young (dalam Pinheiro et al., 2015), resiliensi
adalah kemampuan atau kapasitas untuk bangkit dari kejatuhan dan
kembali melanjutkan kehidupan dengan baik. Orang yang resilien mampu
menghadapi tekanan dalam dirinya, meskipun mereka sedang dalam
keadaan tertekan.
Berdasarkan definisi resiliensi dari beberapa peneliti di atas,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
peneliti mengambil kesimpulan bahwa resiliensi adalah kapasitas
seseorang untuk bangkit dalam menghadapi tekanan atau keterpurukan
dalam hidup sehingga dapat melanjutkan kehidupan dengan baik.
2. Sumber Individu yang Resilien
Sumber resiliensi menjadi pembentuk respons seseorang untuk dapat
resilien. Carol Ryff (dalam Baumgardner & Choters, 2009) menyebutkan
beberapa pendukung dari wellbeing yang dapat menjadi prediktor bagi
seseorang untuk dapat resilien. Berikut ini dimensi wellbeing yang
menjadi sumber individu untuk dapat resiliensi :
a. Penerimaan diri (Self- Acceptance)
Penerimaan diri ini dimaksudkan bagaimana individu dapat menjadi
diri sendiri. Seseorang yang mampu bersikap baik pada diri sendiri dan
orang lain, serta menerima diri apa adanya, baik kelemahan maupun
kekuatannya berarti memiliki penerimaan diri yang baik.
b. Pengembangan diri (Personal Growth)
Pengembangan diri menunjukkan bagaimana perasaan individu saat
belajar mengembangkan diri dengan pengalaman dan tantangan yang
ia hadapi. Pengembangan diri menunjukkan adanya kemauan individu
untuk mau mempelajari hal-hal yang baru.
c. Tujuan hidup (Purpose in Life)
Menyadari bahwa individu memiliki tujuan hidup dan arahan dalam
kehidupannya. Hidup individu memiliki arti dan harapan seperti
kepuasan dari pekerjaan, keyakinan agama, pengabdian pada sesuatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
atau orang lain. Ketika memiliki tujuan hidup, maka kehidupan
individu akan memiliki makna.
d. Penguasaan Lingkungan (Environmental Mastery)
Memiliki kemampuan untuk mengontrol lingkungan yang individu
hadapi. Kemampuan ini menjadikan individu membuat dirinya nyaman
terhadap lingkungan. Misalnya seperti mampu memanajemen karier,
finansial keluarga dan kehidupan rumah, kesehatan, dll.
e. Kemandirian (Autonomy)
Seorang yang mandiri akan memiliki arah dan inisiatif, serta memiliki
kebebasan. Individu memiliki standar yang ia buat sendiri untuk
mencapai tujuan yang dimilikinya serta mengatur tekanan negatif yang
ia terima. Individu memiliki nilai-nilai pribadi yang ia yakini sebagai
prinsip hidup.
f. Hubungan yang baik dengan orang lain (Positive Relations with
Others)
Individu yang berhubungan yang baik dengan orang lain akan
memiliki kehangatan relasi, kepuasan serta kepercayaan dari orang lain
sehingga ia mampu berempati dan dekat. Hubungan ini lebih
memprioritaskan kualitas relasi individu dibandingkan dengan
kuantitasnya. Memiliki banyak teman, pernikahan yang bahagia, relasi
yang saling mendukung antar rekan kerja, dan lain-lain.
Individu yang mengalami tekanan perlu menerima diri apa adanya, dan
menerima setiap kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya. Sehingga,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
individu dapat mengembangkan dirinya secara positif dan memahami
tujuan hidupnya. Kemampuan yang baik dari individu dalam
memanajemen kehidupannya menjadikan ia mendiri. Selain itu, dukungan
dari orang di sekitarnya juga menjadi sumber yang penting untuk
membantu individu menghadapi stres yang ia alami.
3. Faktor yang Memengaruhi Resiliensi Individu
Respons individu saat menghadapi tekanan tentu akan berbeda-beda,
ada individu yang lebih kuat, ada juga yang menghadapi tekanan dengan
daya bangkit yang lemah.
Faktor protektif muncul sebagai faktor yang akan menentukan respons
seseorang untuk dapat menjadi resilien. Faktor protektif dapat ditemukan
dalam kemampuan, kepribadian dan strategi koping individu. Faktor
protektif (pelindung) seseorang untuk dapat resiliensi menurut
Baumgardner & Crothers (2009):
1) Faktor protektif pada anak
Faktor protektif yang terdapat pada anak, antara lain:
kecerdasan dan kemampuan memecahkan masalah, tempramen yang
easy going dan kepribadian yang mampu mengadaptasikan diri,
gambar diri yang baik, kemampuan untuk regulasi dan mengontrol
emosi, individu yang dihargai oleh orang lain dan budayanya, serta
adanya kesukaan pada humor.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
2) Faktor protektif pada keluarga
Berikut ini adalah faktor protektif yang terdapat dalam keluarga,
yaitu adanya kedekatan relasi dengan orang tua atau caregiver,
kehangatan dan dukungan keluarga, emosi positif dari keluarga dan
minimalnya konflik, struktur dan organisir lingkungan, orangtua yang
memperhatikan pendidikan anak, dukungan finansial.
3) Faktor protektif pada komunitas
Faktor protektif yang berasal dari komunitas, yaitu tempat belajar
yang baik, tergabung dalam organisasi sosial, komunitas yang peduli
dan berpengaruh terhadap semangat individu, area yang aman, kondisi
yang mudah dijangkau saat terjadi situasi darurat.
Saat mengalami masalah, individu yang memiliki sedikit faktor
protektif akan memiliki respons yang kurang baik, meskipun hanya
mengalami stresor yang kecil. Sebaliknya, jika individu memiliki hampir
semua faktor protektif yang telah disebutkan di atas, maka ia akan mudah
menjadi resilien.
4. Aspek-aspek Individu Resilien
Wagnild dan Young (dalam Pinheiro et al., 2015) membuat laporan
naratif tentang seorang yang berhasil dalam menghadapi tekanan dalam
hidupnya. Melalui laporan tersebut, peneliti menemukan 5 buah ciri yang
muncul sebagai bentuk dari individu yang resilien (Oladipo & Idemudia,
2015). Berikut ini adalah aspek dari individu resilien menurut Wagnild &
Young (dalam Pinheiro et al., 2015).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
1) Hidup yang penuh makna (Meaningfulness)
Individu menyadari bahwa hidupnya berarti dan memiliki tujuan.
Kesadaran tersebut akan menjadi pendorong bagi individu agar
mampu melawan kesulitan yang akan menghalangi individu dalam
kehidupan. Karakter ini merupakan aspek yang paling penting
dibandingkan dengan aspek lainnya, karena merupakan fondasi dari
empat aspek lainnya. Tanpa adanya tujuan hidup, maka individu tidak
memiliki arah dan tidak memiliki usaha untuk mencapai sesuatu.
2) Ketekunan (Perseverance)
Tekad untuk terus berlangsung menghadapi kesulitan,
keputusasaan dan kekecewaan dalam hidup disebut sebagai
ketekunan. Ketika terjadi kegagalan dan penolakan terus-menerus
dapat berpotensi membentuk penghalang individu untuk mencapai
tujuannya. Individu yang resilien dapat mencapai tujuan hidupnya dan
menyelesaikan kegiatan yang sudah mereka mulai apapun
rintangannya. Melalui ketekunan, individu akan menghadapi proses
yang baik. Ketekunan individu dapat ditingkatkan dengan cara
membuat suatu jadwal rutin, mulai merancang tujuan individu dan
mencari cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut
3) Kemandirian (Self-Reliance)
Menyadari potensi dan kelemahan diri sendiri serta memiliki
keyakinan akan diri sendiri. Kemandirian ini diperoleh melalui
pengalaman dan praktek yang berkelanjutan, yang kemudian akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
menimbulkan rasa percaya diri terhadap kemampuan pribadi.
Kemandirian memandang pada kesukseskan dan kegagalan yang
pernah terjadi dalam diri individu. Kesuksesan dan kegagalan tersebut
yang akan dikelola dan menjadikanya sebagai media pembelajaran
untuk menciptakan bentuk-bentuk penyelesaian masalah yang
dihadapi.
4) Ketenangan (Equanimity)
Ketenangan di sini artinya ada keseimbangan sudut pandang
individu dalam memandang pengalaman yang terjadi dalam hidupnya.
Seorang yang resilien akan memahami setiap kejadian dalam dirinya
dan memandang ke dalam dua sudut pandang. Ketika terjadi kejadian
yang buruk, maka akan muncul pemikiran bahwa tidak semua
kejadian dibentuk sebagai hal yang buruk dan tidak semua kejadian
diciptakan sebagai suatu hal baik. Seorang yang resilien akan
memandang setiap kejadian yang sangat buruk sekalipun akan tetap
memiliki sisi positif. Melalui pembahasan ini diketahui konsep
optimisme yang menjadi salah satu ciri seorang yang resilien. Seorang
yang resilien dalam hal ini pada akhirnya dapat menertawakan dirinya
sendiri untuk menunjukkan bahwa dirinya resilien.
5) Kesendirian Eksistensial (Existential Aloneness)
Seorang pribadi yang resilien akan menyadari bahwa ia belajar
untuk mencintai dirinya sendiri sebagai individu yang unik. Individu
belajar untuk mengenal dirinya sendiri. Individu menyadari bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
dirinya berbeda dari orang lain dan memiliki kontribusi yang cukup
berpengaruh bagi masyarakat. Seorang yang resilien menurut aspek
ini akan menyadari potensi yang ia miliki.
Setiap individu yang tinggi dalam aspek-aspek yang disebutkan di
atas, tentu akan mampu menjadi individu yang resilien. Setiap aspek
memiliki peran dalam cara resiliensi seseorang. Individu yang resilien,
memiliki respons yang baik terkait aspek-aspek yang sudah disebutkan di
atas.
C. Strategi Koping
1. Pengertian Strategi Koping
Menurut Lazarus & Folkman (1984), koping adalah perubahan
kognitif dan perilaku yang bertujuan untuk mengelola tekanan eksternal
dan atau internal berlebihan yang dialami oleh seseorang. Perilaku koping
adalah saat di mana seseorang mengelola perbedaan presepsi antara
tekanan dan sumber daya yang dinilai dalam situasi yang penuh tekanan
(Serafino & Smith, 2011). Koping termasuk dalam transaksi dengan
lingkungan yang berkelanjutan. Proses yang dinamis melibatkan penilaian
dan penilaian ulang yang disesuaikan dengan perubahan individu dan
lingkungan (Lazarus & Folkman 1984).
2. Jenis-jenis Strategi Koping
Lazarus & Folkman menemukan bahwa strategi koping terdiri dari
Problem Focused Coping (PFC) yang berhubungan dengan perubahan
individu dan lingkungan serta Emotional Focused Coping (EFC) yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
berhubungan dengan regulasi emosi seseorang dalam mengatasi stres. PFC
merupakan bentuk koping yang lebih baik jika dibandingkan dengan EFC,
hal ini disebabkan karena PFC memberikan pengaruh positif yang lebih
berjangka panjang dibandingkan EFC. Oleh sebab itu, peneliti hanya akan
menggunakan PFC sebagai salah satu bentuk strategi koping yang
digunakan.
Berikut ini adalah jenis-jenis strategi koping yang digunakan dalam
penelitian, yaitu problem focused coping (PFC) yang dikemukakan oleh
Lazarus & Folkman (1984), serta religious coping (RC) yang diungkapkan
oleh Pargament (1997).
a. Problem focused coping (PFC)
Saat seseorang mengalami stres, kemudian ia mengambil tindakan
aktif untuk mengatasi stress tersebut disebut dengan strategi PFC.
Stretagi koping ini melibatkan usaha dalam mengurangi stres
menggunakan sumber daya yang bisa dimanfaatkan. Bentuk PFC,
misalnya adalah membuat rencana perbaikan, membuat sebuah agenda
untuk merancang kesibukan sehari-hari, belajar lebih giat untuk
mendapatkan nilai tambahan dalam mencapai karier, melakukan
konseling saat gagal menjalin relasi dengan orang lain. (Odgen, 2007)
PFC ini biasanya akan mendefinisikan sebuah masalah, kemudian
menggeneralisasikan solusi alternatif yang bisa dilakukan, mengukur
solusi alternatif berdasarkan untung ruginya, memilih solusi yang
paling tepat, kemudian bertindak melakukan sesuatu (Lazarus &
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Folkman, 1984).
Aspek PFC menurut Carver, Scheier, & Weintraub (1989), yaitu:
a. Koping aktif (Active coping) : suatu tindakan untuk mngatasi
penyebab stres dengan cara langsung. Melakukan tindakan aktif
dan meningkatkan usaha untuk mengatasinya.
b. Perencanaan (Planning) : suatu tindakan dalam mengurangi stres
dengan cara membuat strategi perencanaan untuk menangani
permasalahan yang dihadapi. Menentukan langkah selanjutnya
yang akan diambil untuk mengurangi tekanan.
c. Pembatasan tindakan untuk bersaing (Suppression of competing
activities) : Usaha mengurangi stresor dengan cara mengurangi
perhatian pada aktivitas lain yang menyebabkan stres. Berusaha
fokus pada satu kegiatan dan menghindari aktivitas yang
menyebabkan distraksi.
d. Kesabaran (Restrain coping ): usaha dalam bentuk menahan diri
dan mencari kesempatan yang tepat untuk melakukan suatu
tindakan, tidak dengan gegabah. Akan tetapi tindakan restraint
coping termasuk tindakan yang pasif, karena tidak melakukan
suatu tindakan sebelum ada kesempatan yang muncul.
e. Dukungan sosial (Seeking social support for instrumental
reason): usaha individu dengan cara mencari dukungan sosial
dalam bentuk nasihat, atau informasi yang diperlukan untuk
menyelesaikan masalah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Aspek di atas menjelaskan bahwa perilaku seperti menghindari
stresor secara langsung, tidak melakukan interaksi terhadap sesuatu
yang menyebabkan stres, merencanakan sesuatu untuk menghindari
stres, serta mencari nasihat dari orang lain merupakan bentuk dari
tindakan PFC.
b. Religius Coping
Selain Lazarus & Folkman (1984), peneliti lain juga
mengemukakan bahwa spiritualitas dan agama juga ikut berperan
dalam menghadapi suatu krisis. Hal ini disebabkan karena agama
dapat mengarahkan seseorang kepada esensi hidupnya. Selain itu,
keyakinan religius dapat menjadi potensi yang kuat dalam melakukan
koping. Pargament (dalam Baumgardner & Choters, 2009)
menemukan keyakinan religius sebagai bentuk koping seseorang
dalam menghadapi masalah. Beliau menyatakan bahwa koping
religius dapat dimunculkan berdasarkan komitmen seseorang dalam
religiusitasnya. Saat agama memberikan pengaruh yang signifikan
bagi individu, maka agama menjadi bentuk koping yang cukup
penting. (Baumgardner & Choters, 2009).
Pargament et al. (dalam Baumgardner & Choters, 2009),
mengemukakan bahwa kebebasan, koherensi internal dan skala untuk
mengukur koping religius pada masing-masing gaya telah tervalidasi
dengan sampel orang-orang dewasa dari gereja presbiterian dan gereja
Luther. Berikut ini adalah tiga bentuk koping religius menurut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Pargament (dalam Baumgardner & Choters, 2009).:
a. Gaya Mengarahkan diri
Pada bentuk ini, individu lebih mengandalkan dirinya sendiri
daripada Tuhan untuk mengatasi masalahnya. Individu
meningkatkan kegiatannya di gereja, namun ia memiliki tingkat
religiusitas yang rendah. Bentuk mengarahkan diri ini berkaitan
dengan peningkatan kontrol personal, harga diri, dan pencarian
identitas religius seseorang.
b. Gaya Menunda
Pada bentuk ini, individu mencari jalan keluar dari
permasalahannya dengan cara menyerahkan permasalahan kepada
Tuhan. Gaya ini lebih menunjukkan tingkat keyakinan religius
yang lebih dalam dan berorientasi pada religius eksternal. Bentuk
ini lebih berkaitan dengan kompetensi diri, harga diri, dan
keefektifan penyelesaian masalah yang rendah.
c. Gaya Kolaboratif
Pada bentuk ini, individu dan Tuhan bekerja sama sebagai partner
yang aktif dalam proses menyelesaikan masalah. Bentuk
kolaboratif berkaitan dengan keyakinan religius intrinsik yang
kuat serta adanya komitmen terhadap keyakinan religius dengan
tindakannya. Terkait cara penyelesaian masalah menurut
pandangan ini, didapati ada korelasi positif dengan kontrol
personal, kompetensi dan harga diri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Pargament (dalam Pargament, Koenig, & Perez 2000) juga
mengemukakan beberapa fungsi dari religius coping, yaitu:
a. Untuk mencari makna saat menghadapi suatu tekanan
b. Kedekatan dengan orang lain berupa dukungan sosial dari orang
yang seiman atau pemimpin ibadah.
c. Kenyamanan dalam Spiritualitas mencari kenyamanan bagi
individu dalam menghadapi kehidupan yang sulit.
d. Jalan keluar dari tekanan melalui pencarian terhadap kontrol diri.
e. Perubahan hidup sebagai hasil dari melakukan koping religius.
Pargament et al., (dalam Baumgradner dan Choters, 2009)
menyatakan bahwa koping religius perlu dikelompokkan berdasarkan
keberhasilan hasilnya, yaitu koping religius positif dan negatif.
Koping religius positif menunjukkan ada relasi yang aman dengan
Tuhan dan meyakini bahwa individu dapat menemukan makna
kehidupan pribadi dan orang lain dengan lebih mendalam. Sedangkan
koping religius negatif menunjukkan rendahnya rasa aman pada relasi
dengan Tuhan dan memandang ketidakpastian serta ancaman dari
lingkungan.
Pargament (dalam Utami, 2012) mengelompokkan aspek-aspek
dari koping religious positif dan negatif. Berikut ini yang termasuk
dalam aspek koping religius positif :
a. Penilaian agama yang baik (Benevolent religious reappraisal):
menggambarkan kembali stressor melalui agama secara baik dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
menguntungkan.
b. Koping religius kolaborasi (Collaborative religious coping):
individu dan Tuhan bekerja sama sebagai partner yang aktif dalam
proses menyelesaikan masalah.
c. Mencari dukungan spiritual (Seeking spiritual support): mencari
kenyamanan dan keamanan melalui cinta dan kepedulian dari
Tuhan.
d. Penyucian religius (Religious purification): mencari penyucian
spiritual melalui tindakan religius.
e. Hubungan spiritual (Spiritual connection): mencari rasa aman dan
mencari keterhubungan dengan kekuatan Tuhan.
f. Dukungan dari saudara seiman (Seeking support from clergy or
members): mencari kenyamanan dan keamanan melalui cinta dan
kasih sayang saudara seiman dan pemimpin agama.
g. Pertolongan religius (Religious helping): usaha untuk
meningkatkan dukungan spiritual dan kenyamanan dengan orang
lain.
h. Memaafkan (Religious forgiving): mencari pertolongan religious
dengan mengeluarkan setiap kemarahan, rasa sakit dan ketakutan
yang berkaitan dengan sakit hati.
Sedangkan berikut ini adalah aspek dari koping religius negatif:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
a. Hukuman dari Tuhan (Punishing God reappraisal): memandang
kejadian yang menekan sebagai hukuman dari Tuhan atau dari
dosa-dosa yang telah dilakukan oleh individu.
b. Perbuatan iblis (Demonic reappraisal): menggambarkan kembali
tekanan sebagai sebuah tindakan yang dilakukan oleh kekuatan
jahat/setan.
c. Kekuatan Tuhan (Reappraisal of God's powers): menggambarkan
kekuatan Allah untuk memengaruhi tekanan.
d. Pengaturan diri (Self-directing religius coping): mencari kontrol
melalui inisiatif individu daripada mencari bantuan kepada Tuhan.
e. Ketidakpuasan spiritual (Spiritual discontent) : ekspresi
kecemasan dan ketidakpuasan terhadap Tuhan.
f. Ketidakpuasan interpersonal (Interpersonal religious discontent):
ekspresi kecemasan dan ketidakpuasan terhadap tokoh agama
ataupun saudara seiman.
Dengan demikian, koping religius positif dan negatif memiliki
perannya masing-masing dalam mengurangi stres. Koping religius
positif akan bereaksi dengan cara mencari Tuhan sebagai harapan
untuk mengurangi tekanan yang individu alami, serta mengharapkan
adanya kerjasama dengan Tuhan yang ditunjukkan dengan adanya
cinta kasih dari Tuhan. Sementara itu, koping religius negatif akan
ditunjukkan dari perilaku yang menganggap bahwa keyakinan kepada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Tuhan tidaklah berperan besar untuk mengurangi stres yang dialami
individu karena adanya keraguan terhadap kekuatan Tuhan, merasa
cemas dan terancam merupakan respons dari koping religius negatif .
D. Remaja Korban Cyberbullying
1. Remaja
Masa remaja adalah masa transisi, maksudnya adalah masa yang
menjadi penghubung antara masa anak-anak dan masa dewasa. Masa
remaja diisi dengan berbagai macam perkembangan biologis, lingkungan
dan sosial. Remaja masa kini akan dihadapkan pada pilihan gaya hidup
yang ditawarkan melalui media. Terdapat banyak remaja yang tidak
mendapatkan kesempatan dan dukungan yang memadai dalam proses
menjadi orang dewasa yang kompeten (McLoyd et al., dalam Santrock,
2011). Berdasarkan penelitian di Amerika, rentang usia remaja diawali
antara 11-13 tahun dan berakhir di antara usia 17-22 tahun. Sedangkan
rentang usia remaja di Indonesia menurut BKKBN (Depkes RI 2016) usia
10 hingga 24 tahun yang belum menikah. Masa remaja awal adalah saat
sekolah menengah pertama hingga usia 15 tahun. Di masa remaja awal
termasuk di dalamnya perubahan pubertas yang dialami oleh remaja.
Sementara itu, masa remaja akhir diawali setelah usia 15 tahun. Minat
pada remaja akhir terkait karier, berpacaran, serta eksplorasi identitas.
Penelitian ini akan berfokus pada remaja yang berusia 13 hingga 17 tahun
karena pada usia tersebut, remaja mengalami transisi dan terjadi interaksi
sosial yang cukup penting dengan lingkungannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
a. Perkembangan Kognitif Remaja
Pada masa ini juga, kesadaran diri remaja mulai meningkat. Hal
ini disebut sebagai egosentrisme remaja (Elkind dalam Santrock,
2012). Menurut Elkind (dalam Santrock, 2012), egosentrisme remaja
mengandung dua komponen, yaitu imaginary audience dan personal
fable. Imaginary audience adalah keyakinan remaja bahwa orang lain
tertarik pada dirinya seperti ketertarikan remaja pada diri sendiri.
Sementara itu, personal fable adalah bagian diri remaja yang
menyadari bahwa dirinya adalah individu yang unik.
Masa remaja merupakan masa di mana mereka perlu terlibat
dalam mengambil keputusan. Berdasarkan penelitian Keating (dalam
Santrock, 2012), dikatakan bahwa remaja yang lebih tua akan
memiliki kompetensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan remaja
yang lebih muda. Remaja yang terhitung masih labil, akan lebih
mudah tersulut emosinya. Keputusan bijaksana akan didapatkan
remaja saat ia ada dalam kondisi tenang (Paus, 2009; Steinberg 2008,
dalam Santrock, 2012). Dalam mengambil keputusan, remaja
menggunakan model proses ganda, yaitu pengambilan keputusan
remaja yang dipengaruhi oleh dua analitis dan pengalaman remaja
yang saling bersaing (Klacyznski, 2001; Reyna & Farley, 2006, dalam
Santrock, 2012).
b. Perkembangan Sosial Emosi Remaja
Remaja melakukan evaluasi terhadap diri mereka dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
mengukur tingkat penghargaan dirinya. Laki-laki dan perempuan
memiliki harga diri yang tinggi saat masih kanak-kanak, namun ketika
beranjak remaja, harga diri mereka cenderung menurun (Robins et al.,
2002 dalam Santrock, 2012). Penurunan harga diri anak perempuan
ternyata lebih besar dibandingkan penurunan harga diri anak laki-laki.
Salah satu penyebab penurunan harga diri pada remaja perempuan
adalah karena pada masa pubertas, remaja perempuan cenderung
memiliki citra diri yang negatif. Selain itu, minat remaja pada relasi
sosial cenderung lebih besar, tetapi masyarakat tidak dapat
mengapresiasi minat tersebut. (Impett et al., dalam Santrock, 2012).
Penghargaan diri seorang remaja dapat mengindikasikan presepsi
tentang bagaimana ciri dari remaja tersebut, namun presepsi tidak
akurat. Penghargaan diri yang tinggi akan menunjukkan presepsi nilai
seseorang sebagai manusia, serta menunjukkan pencapaian prestasi
seseorang, namun juga dapat mengindikasikan kesombongan. Di sisi
lain, penghargaan diri yang rendah justru akan mengindikasikan
presepsi yang negatif dalam diri seseorang, rasa rendah diri dan
ketidaknyamanan.
c. Pengaruh Teman Sebaya
Teman sebaya adalah anak atau remaja dengan usia yang sama
atau memiliki tingkat kedewasaan yang sama (Santrock, 2003). Peran
teman sebaya menjadi penting dalam perkembangan remaja, karena
berfungsi sebagai penyedia informasi di luar keluarga. Melalui teman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
sebaya, remaja dapat belajar mengenal bagaimana dirinya sendiri dan
orang lain. Pada kenyataannya memang remaja akan lebih banyak
menghabiskan waktu dengan teman sebayanya dibandingkan dengan
orangtua mereka (Condy, Simon, & Bronffenbrenner, dalam Santrock,
2003). Hubungan remaja dengan teman sebaya dapat berdampak
positif maupun negatif. Menurut Jean Piaget (1932) dan Harry Stack
Sullivan (1953, dalam Santrock, 2003), melalui interaksi dengan
teman sebaya, remaja dapat belajar tentang pola hubungan timbal
balik dan setara.
Hubungan teman sebaya yang harmonis menimbulkan kesehatan
mental yang lebih positif di usia pertengahan remaja (Hightower,
dalam Santrock, 2003). Sementara itu, hubungan dengan teman
sebaya yang kurang baik dalam bentuk isolasi sosial akan berdampak
pada kenakalan remaja hingga depresi remaja (Kupersmidt, Cole,
Simons, Conger & Wu, dalam Santrock, 2003). Penolakan yang
remaja terima dari teman sebaya akan menyebabkan rasa kesepian dan
persaingan antar individu. Selain itu, juga dapat berdampak pada
tindakan kriminal remaja.
d. Popularitas Remaja
Remaja yang populer akan memberikan dukungan dan mampu
menjadi seorang pendengar yang baik, dapat berkomunikasi dan
terbuka dengan orang lain, antusias memberi perhatian kepada orang
lain, dan percaya diri (Hartup, dalam Santrock, 2003). Fisik yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
menarik serta perbedaan budaya akan memengaruhi popularitas
remaja.
Berikut ini terdapat dua tipe remaja yang sering mengalami
penerimaan yang kurang dari teman sebayanya (Caldwell et al., dalam
Santrock, 2003). Anak yang diabaikan, yaitu anak yang menerima
sedikit perhatian dari teman sebaya. Teman dekatnya hanya sedikit
dan tidak begitu disukai. Selain itu, anak yang ditolak adalah anak
yang tidak disukai oleh teman sebaya. Remaja ini lebih agresif
dibandingkan anak yang terabaikan. Anak yang ditolak biasanya akan
bermasalah pada penyesuaian diri.
e. Perkembangan Spiritual dan Religi Remaja
Sebuah penelitian kepada remaja mengenai religiusitas,
menemukan bahwa terjadi banyak perubahan pada remaja di usia 14-
18 tahun, dan meningkat saat usia 20 tahun. Penelitian ini mengukur
keyakinan dengan cara melihat frekuensi berdoa, ketertarikan
membahas tentang agama, melakukan tindakan moral berdasarkan
ajaran agama, dan pentingnya agama sehari-hari (Koenig, McGue &
Iacono, dalam Santrock, 2012). Melalui hasil ini, semakin
memperkuat alasan peneliti mengenai pengambilan subjek yang
berusia remaja 13 hingga 17 tahun, bahwa terjadi peningkatan
ketertarikan pada aspek religiusitas remaja.
Penelitian lain menunjukkan bahwa, remaja perempuan lebih
religius daripada laki-laki (King & Roeser, dalam Santrock, 2012).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Smith & Denton (dalam Santrock, 2012), juga menambahkan
penelitiannya bahwa remaja perempuan sering mendatangi tempat
ibadah, merasa bahwa agama membentuk kehidupan sehari-hari
mereka, dan lebih sering berpartisipasi dalam kelompok keagamaan,
sering berdoa, dan merasa lebih dekat kepada Tuhan.
Respons egosentrisme seorang korban cyberbullying tentu akan
mempengaruhi bagaimana cara ia mengambil sebuah keputusan saat
terjadi pengalaman cyberbullying yang melibatkan persaingan pada
remaja. Respons tersebut akan mempengaruhi juga sosial emosi remaja.
Ketika remaja korban cyberbullying mulai mengukur harga diri mereka
berdasarkan apa yang orang lain katakan, maka remaja akan mulai
menyeleksi identitas mereka. Perilaku cyberbullying dikhawatirkan
memberikan dampak yang kurang baik bagi penilaian remaja terhadap
dirinya sendiri. Kehadiran teman sebaya menjadi penting dalam proses
perkembangan remaja. Korban cyberbullying akan membutuhkan orang
lain untuk membantunya melawan cyberbullying yang ia terima.
Popularitas remaja juga akan mempengaruhi pemilihan individu yang akan
dijadikan korban cyberbullying. Hubungan sosial remaja yang kurang
baik, akan menimbulkan persaingan remaja, salah satunya adalah perilaku
cyberbullying. Bagian yang jarang diperhatikan adalah mengenai pengaruh
religiusitas remaja pada kesehatan mentalnya. Ketertarikan remaja pada
religiusitas tentu akan mempengaruhi cara individu mengambil keputusan
dalam meresponi perilaku cyberbullying yang ia terima. Remaja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
seharusnya cenderung mulai mengambil keputusan berdasarkan nilai
religiusitas yang ia yakini.
2. Korban Cyberbullying
a. Definisi Korban Cyberbullying
Cyberbullying adalah bullying yang dilakukan melalui email,
pesan instan (SMS), halaman web, blog, ruang chat atau diskusi grup,
pesan atau gambar digital yang dikirimkan melalui telepon selular,
online gaming, dan informasi teknologi komunikasi (Health
Resourches, & Services Administration, 2006; Patchin & Hinduja,
2006; Shariff & Gouin 2005; Willard, 2006, dalam Kowalski, Limber,
& Agatston, 2012).
Smith et al. (dalam Kowalski et al., 2012) menyatakan bahwa
cyberbullying sebagai agresi yang sengaja dilakukan oleh grup atau
perorangan menggunakan kontak form elektronik, berulang dan terus-
menerus menyerang korban yang tidak mampu mempertahankan
dirinya. Ini berarti korban cyberbullying adalah orang yang menjadi
menderita akibat mengalami perilaku bullying yang berasal dari media
elektronik yang dilakukan oleh kelompok atau perorangan secara
berulang.
Penelitian mengatakan bahwa sekitar satu dari tiga remaja lebih
membuka diri secara online dibandingkan secara langsung. Selain itu,
remaja laki-laki lebih nyaman membuka dirinya secara online
dibandingkan dengan remaja perempuan (Schouten, Valkenburg, &
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Peter, dalam Santrock, 2012). Vandininck d’Haenens, dan Roe (dalam
Papartrairanou, 2014) mengatakan bahwa resiliensi online dapat
menunjukkan kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah.
Menurut penelitian terdahulu dijelaskan bahwa faktor yang dianggap
mampu mengatasi pengalaman negatif yang dialami korban
cyberbullying adalah dengan cara melakukan pengakuan kepada orang
dewasa, menceritakan pengalaman kepada orang lain, kemampuan
untuk mengoperasikan hal-hal digital, memiliki orang tua yang
mampu memberikan fasilitas lingkungan yang baik bagi media online
anak, dan memiliki rekan-rekan yang mendukung (Papartrairanou,
2014). Lingkungan sosial remaja di internet berupa chat room, e-mail,
pesan instan, blog, situs web seperti Facebook, Twitter, Myspace,
Instagram, Path, dan lain-lain yang biasa remaja akses. Cyberbullying
yang valid adalah bila pelaku dan korban berusia dibawah 18 tahun
dan secara hukum belum dianggap dewasa (Utami, 2013). Sehingga
penelitian ini mengambil remaja khususnya remaja di usia 13 hingga
17 tahun sebagai subjek yang pernah mengalami perilaku
cyberbullying.
b. Bentuk Tindakan Cyberbullying
Berikut ini bentuk-bentuk dari tindakan cyberbullying menurut
Kowalski, et al. (2012):
1. Amarah (Flaming)
Berupa pertukaran informasi melalui media elektronik dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
suatu pesan yang melibatkan dua atau lebih orang. Bentuk
cyberbullying ini berupa pesan-pesan yang menyinggung dan
mengejek. Bentuk ini biasanya terjadi pada chat room personal
atau grup diskusi.
2. Pelecehan (Harassment)
Black laws Dictionary mendefinisikan harassment sebagai
kata-kata,tingkah laku atau tindakan yang secara spesifik
ditujukkan kepada satu orang, mengganggu, memperingati yang
menyebabkan tekanan kepada orang lain berupa ancaman yang
berulang. Biasanya harassment akan berupa tindakan dalam pesan
personal kepada korban. Perbedaan bentuk ini dengan bentuk
flaming adalah bahwa korban yang dituju dalam harassment
hanya satu orang saja dan searah, sementara flaming dapat
mengenai semua yang terlibat dalam sebuah percakapan dan
biasanya dengan durasi waktu yang relatif lebih singkat untuk
flaming.
3. Pencemaran (Denigration)
Merupakan penyebaran informasi berbahaya dan tidak benar
mengenai seseorang kepada orang lain. Pelaku menyebarkan
informasi yang tidak benar dalam bentuk celaan dan hinaan
terhadap korban yang dituju. Informasi yang disebarkan dapat
berupa foto editan dari seseorang atau bisa juga rekaman yang
diposting dalam website atau sosial media.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
4. Peniruan (Impersonation)
Berpura-pura menjadi orang lain dengan membajak password dan
akunnya, kemudian mempost hal-hal yang dapat membuat orang
lain itu dianggap kurang baik oleh teman-temannya. Pelaku juga
bisa memanfaatkan akun korban untuk membuat korban ada
dalam bahaya. Misalnya pelaku memposting komentar yang
kurang baik ke postingan orang lain menggunakan akun korban.
5. Mempermalukan dan menipu (Outing and Trickery)
Perilaku cyberbullying dalam bentuk mengirim atau mengepos
hal-hal sensitif dan memalukan. Pelaku mengepos hal-hal yang
sebenarnya tidak ingin korban bagikan. Pelaku melakukan trik
kepada korban untuk mengungkapkan informasi pribadinya
kemudian membagikan informasi tersebut kepada orang lain.
6. Menguntit (Cyberstalking)
Perilaku cyberbullying dalam bentuk gangguan yang
membahayakan dengan intensitas yang cukup tinggi. Perilaku ini
memanfaatkan media sosial dengan cara menguntit atau mengejar
korban melalui komunikasi yang mengancam. Menurut Black’s
Law Dictionary perilaku yang mengancam, melecehkan, atau
mengganggu orang lain menggunakan banyak pesan email,
melalui internet, dll, dengan membuat target ketakutan akan
perilaku atau kejadian buruk yang mungkin akan menimpanya
atau menimpa anggota keluarganya (Kowalski, et al., 2012).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
7. Pengasingan (Exclusion/Ostracism)
Perilaku ini biasanya terjadi di dalam sebuah grup online.
Seseorang diasingkan atau dikucilkan oleh anggota grup online.
Selain itu, korban juga dapat dikeluarkan dari grup online atau
melindungi grup online dengan password yang rahasia. Perilaku
ini dapat memengaruhi korban secara emosional karena adanya
tindakan dikucilkan tersebut.
8. Perekaman video kekerasan (Video recording of assault/ happy
slapping)
Ketika pelaku merekam atau memfoto tindakan kekerasan yang
dilakukan terhadap korban, kemudian mempostingnya di media
sosial. Hal ini dilakukan agar video dapat dilihat oleh banyak
orang.
9. Mempublikasi video porno (Sexting)
Perilaku ini terjadi saat pelaku memposting foto atau video orang
yang telanjang atau setengah telanjang ke media sosial.
Sementara itu, berikut ini adalah alat-alat komunikasi yang
biasa menjadi tempat pelaku melakukan cyberbullying, antara
lain: Pesan Instan, e-mail, SMS (Short Message Service), media
sosial, chat room, blog, websites, game online.
Jika seseorang mengalami salah satu dari sembilan tindakan
cyberbullying di atas, maka peneliti akan mengategorikan individu
sebagai korban cyberbullying.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
E. Pengaruh Strategi Koping Terhadap Resiliensi Korban Cyberbullying
Ketika seorang remaja menjadi korban cyberbullying, maka ia akan
berpotensi untuk mengalami stres. Keadaan ini membuat remaja mengalami
tekanan secara psikologis seperti depresi, hingga bunuh diri. Korban
cyberbullying dapat bebas dari tekanan yang ia terima dengan cara menjadi
resilien. Strategi coping memiliki peran penting dalam mengembangkan
resiliensi seseorang. Issacson (dalam Tajiah, 2017) mengatakan bahwa strategi
koping yang paling tepat dapat menjadi cara seseorang untuk mengalami
resiliensi yang lebih baik.
Problem focused coping melakukan penyelesaian masalah secara langsung
dengan melakukan tindakan yang mengurangi tekanan (Lazarus & Folkman,
1984). Problem focused coping dapat berjalan efektif ketika individu
menghadapi kondisi yang dapat dirubah dengan cara bertindak secara aktif.
Saat korban cyberbullying mengalami stres, strategi ini akan
menggeneralisasikan solusi alternatif yang bisa dilakukan, mengukur solusi
alternatif berdasarkan untung ruginya, memilih solusi yang paling tepat,
kemudian bertindak melakukan sesuatu, maka terjadilah koping. Korban
cyberbullying melakukan koping ini dengan mengurangi perhatiannya pada
sosial media, tempat berlangsungnya tindakan cyberbullying. Dengan
demikian korban cukup bisa mengurangi tekanannya terhadap tindakan
cyberbullying yang ia terima sehingga korban menjadi resilien. Korban juga
dapat menjadi resilien dengan cara mencari nasihat dari orang lain sebagai
upaya untuk mengurangi tekanan ketika menjadi korban cyberbullying. Akan
tetapi ada kemungkinan bahwa korban cyberbullying tidak mau menceritakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
kesulitannya kepada orang lain karena adanya ketakutan tersendiri. Misalnya
kepada orang tua, korban enggan menceritakan perilaku cyberbullying karena
tidak mau aktivitas onlinenya dibatasi. Remaja mungkin enggan menceritakan
masalahnya kepada teman karena korban cyberbullying biasanya merupakan
anak yang tidak begitu disukai. Korban cyberbullying yang melakukan
problem focused coping bisa saja tidak resilien atau memiliki kemampuan
resiliensi yang rendah karena strategi ini tidak bisa mengatasi dampak
psikologis yang mungkin terjadi akibat perilaku cyberbullying yang ia terima.
Sementara itu strategi koping yang lain adalah religious coping. Religious
coping dapat berperan dalam kesejahteraan seseorang, mengurangi distress,
dan menyumbang kesehatan mental yang lebih baik. Aspek dari Religious
coping terbagi menjadi dua bagian, yaitu koping religius positif dan koping
religius negatif. Koping religius positif akan membantu korban cyberbullying
untuk resilien dengan cara menemukan makna dalam kehidupannya.
Sedangkan koping religius negatif akan cenderung memperberat tekanan yang
dialami korban dalam bentuk kecemasan dan ancaman. Peneliti hanya akan
menggunakan respons korban yang menggunakan koping religius positif saja,
karena dirasa koping tersebut lebih berkontribusi pada resiliensi korban
cyberbullying.
Religious coping mencoba membantu korban cyberbullying untuk
menggambarkan peristiwa cyberbullying sebagai peristiwa positif yang dapat
terjadi pada korban. Selain itu, melalui religious coping, korban dibantu untuk
bekerjasama dengan Tuhan menyelesaikan tekanan yang ia alami dengan cara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
berdoa. Berdoa dapat membuat korban memiliki rasa dekat dengan Tuhan dan
merasakan cinta kasih Tuhan. Korban mencari dukungan dari Tuhan dan
mendapatkan kekuatan dari pencariannya tersebut. Melalui dukungan itu,
korban dapat menjadi resilien karena adanya rasa cinta kasih dari Tuhan yang
ia peroleh. Sehingga korban dapat merasakan kebermaknaan hidup untuk
mendorongnya keluar dari tekanan cyberbullying yang ia terima dan menjadi
resilien.
Terlebih lagi perkembangan remaja dalam religiusitas menunjukkan bahwa
ada peningkatan ketertarikan remaja pada hal-hal yang berkaitan dengan
agama. Sering munculnya harga diri yang rendah pada remaja akan
menimbulkan tekanan tersendiri bagi mereka. Apabila kurang adanya apresiasi
dari masyarakat dalam mendukung remaja yang menjadi korban cyberbullying
tentu memberikan dampak negatif bagi perkembangan remaja. Sehingga
remaja cenderung mencari penghargaan dirinya melalui cinta kasih dari
Tuhan, dukungan dari saudara-saudara seiman, serta adanya keyakinan bahwa
sosok Tuhan menganggap diri remaja sebagai seorang yang berharga. Di masa
remaja, korban cyberbullying tentu akan mengukur keberhargaan dirinya,
keberhargaan diri remaja cenderung menurun di usia ini. Hal ini mendukung
religious coping sebagai cara yang juga berpengaruh bagi korban
cyberbullying yang ada di kalangan remaja untuk mengurangi tekanan yang
mereka alami dan menjadi resilien. Remaja membutuhkan sosok yang menjadi
kekuatan mereka di samping orang tua atau teman dekat mereka. Sosok Tuhan
menjadi penting bagi remaja yang sedang mengalami tekanan khususnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
karena tindakan cyberbullying. Mencari penghargaan dan pertolongan dari
Tuhan akan membantu remaja untuk keluar dari tekanan yang ia alami dan
menjadi lebih resilien. Febricator & Handal (dalam Utami, 2012) menyatakan
bahwa seseorang yang memiliki hubungan dengan Tuhan tidak akan terlalu
terpengaruh oleh stress kehidupannya. Sehingga dalam menghadapi perilaku
cyberbullying, korban memiliki peluang resiliensi yang lebih tinggi karena
merasakan kebermaknaan hidup yang ia dapatkan dari keyakinannya kepada
Tuhan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa baik strategi PFC
maupun RC akan berpengaruh terhadap resiliensi korban cyberbullying.
Problem focused coping digunakan pada tekanan atau problem yang dapat
diubah atau dikontrol. Sementara itu religious coping digunakan kepada
problem yang sulit dikontrol secara langsung.
F. Hipotesis Penelitian
1. Problem Focused Coping berpengaruh terhadap resiliensi korban
cyberbullying.
2. Religious Coping berpengaruh terhadap resiliensi korban cyberbullying.
G. Kerangka Berpikir
Religious coping positif:REMAJA KORBAN
1. Benevolent religious CYBERBULLYINGMENGALAMI STRES
reappraisal,
2. Collaborative religious
coping,
3. Seeking spiritual
support,
4. Religious purification,
5. Spiritual connection,
6. Seeking support from
clergy or members,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7. Religious helping,
8. Religious forgiving
RESILIENSI
41
1. Active coping2. Planning3. Suppression of
Competing Activities
4. Restrain Coping
5. Seeking SocialSupport for instrumental reason.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian uji regresi
berganda. Uji regresi berganda adalah uji pengaruh antara dua buah variabel
independen terhadap satu variabel dependen Siregar (2014). Pada penelitian
ini, peneliti ingin menggunakan satu variabel dependen, yaitu resiliensi dengan
dua populasi sampel yang menggunakan dua jenis strategi koping, yaitu
strategi religious coping dan Problem focused coping.
B. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah strategi koping yang
digunakan.
2. Variabel tergantung
Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah resiliensi korban
cyberbullying.
C. Definisi Operasional
1. Resiliensi
Resiliensi adalah kemampuan atau kapasitas untuk bangkit dari
kejatuhan kemudian mampu untuk melanjutkan kehidupannya. Instrumen
dalam penelitian ini adalah skala resiliensi yang terdiri dari 5 aspek yang
dikemukakan oleh Wagnild & Young (2010), yaitu hidup yang bermakna
(meaningfulness), ketekunan (perseverance), kemandirian (self-reliance),
42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
ketenangan (equanimity), kesendirian eksistensial (existential aloneness).
Alat ukur yang akan digunakan adalah alat ukur yang menggunakan lima
buah aspek yang sudah dijelaskan di atas. Skor yang tinggi pada alat ukur
ini akan menunjukkan bahwa individu memiliki resiliensi yang tinggi,
sedangkan skor rendah pada alat ukur ini akan menunjukkan bahwa individu
memiliki resiliensi yang rendah.
2. Strategi Koping
Strategi koping adalah perubahan kognitif dan perilaku yang bertujuan
untuk mengelola tekanan eksternal dan atau internal berlebihan yang
dialami oleh seseorang. Strategi koping yang diteliti ada dua macam, yaitu
Problem focused coping dan Religious Coping.
Aspek pada strategi Problem focused coping adalah koping aktif (active
coping), perencanaan planning, pembatasan tindakan untuk bersaing
(suppression of competing activities), kesabaran (restrain coping), dukungan
sosial (seeking social support for instrumental reason). Alat ukur yang akan
digunakan adalah alat ukur yang menggunakan lima buah aspek yang sudah
dijelaskan di atas. Skor yang tinggi pada alat ukur ini akan menunjukkan
bahwa individu menggunakan Problem focused coping sebagai strategi
kopingnya, sedangkan skor rendah pada alat ukur ini akan menunjukkan
bahwa individu tidak cenderung menggunakan Problem focused coping
sebagai strategi kopingnya.
Selain itu, aspek dalam religious coping terbagi menjadi dua yaitu aspek
religious coping positif dan negatif. Aspek dari religious coping positif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
adalah penilaian agama yang baik (benevolent religious reappraisal),
kolaborasi koping religius (collaborative religious coping), mencari
dukungan spiritual (seeking spiritual support), penyucian religius (religious
purification), koneksi hubungan spiritual (spiritual connection), dukungan
dari saudara seiman (seeking support from clergy or members),pertolongan
religius (religious helping), memaafkan (religious forgiving). Sementara itu
aspek religious coping negatif adalah hukuman dari Tuhan (punishing God
reappraisal), perbuatan iblis (demonic reappraisal), kekuatan Tuhan
(reappraisal of God's powers), pengaturan diri (self-directing religius
coping), ketidakpuasan spiritual (spiritual discontent), ketidakpuasan
interpersonal (interpersonal religious discontent). Alat ukur yang dipakai
adalah Brief RCOPE yang dikembangkan oleh Pargament (2011)
berdasarkan aspek-aspek yang sudah dijelaskan di atas. Alat ukur terdiri atas
14 soal yang terdiri dari 7 soal aspek religius positif dan 7 soal aspek
religius negatif. Hasil akhir dari alat ukur ini akan menunjukkan skor dari 7
aspek religius positif dan 7 aspek religius negatif.
D. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini tergolong remaja awal hingga remaja akhir,
berusia 10 – 24 tahun. Peneliti membatasi populasi hanya pada pelajar SMP,
SMA, pada usia 13-17 tahun yang pernah menjadi korban cyberbullying.
Peneliti memilih kedua jenjang pendidikan tersebut, karena usia remaja yang
lebih tua akan memiliki kompetensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan
remaja yang lebih muda (Keating dalam Santrock 2012). Di usia remaja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
pertengahan, individu akan lebih matang dibandingkan dengan perkembangan
remaja sebelumnya.
Selain itu, subjek juga dibatasi hanya kepada remaja Kristiani (Kristen dan
Katholik) karena skala RCOPE sebelumnya juga ditujukan pada subjek yang
beribadah di gereja saja. Subjek yang digunakan juga adalah korban
cyberbullying, atau yang pernah mengalami tidakan cyberbullying sebelumnya.
Tindakan cyberbullying yang pernah dialami individu berupa amarah
(flaming), pelecehan (harassment), pencemaran (denigration), peniruan
(impersonation), mempermalukan dan menipu (outing and trickery), menguntit
(cyberstalking), pengasingan (exclusion/ostracism), perekaman video kekerasa
(happy slapping), dan, seks (sexting).
Setelah menentukan populasi, peneliti perlu menentukan pemilihan sampel
yang akan diteliti. Peneliti memilih nonprobability sampling, yaitu anggota
sampel dipilih berdasarkan kemudahan atau ketersediaan untuk mengaksesnya
(Supratiknya, 2015). Peneliti memilih teknik sampling insidental, yaitu teknik
penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara
insidental bertemu dengan peneliti dan kebetulan orang yang ditemui cocok
untuk dijadikan sumber data (Sugiyono, 2012).
E. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah proses yang penting, melalui data yang telah
terkumpul, peneliti dapat memecahkan masalah dan menguji hipotesis. Peneliti
mengumpulkan data menggunakan skala psikologis. Skala psikologis adalah
sekumpulan item yang digunakan untuk mengungkap suatu atribut psikologis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
tertentu (Supratiknya, 2015). Ada berbagai macam jenis skala, peneliti
menggunakan skala jenis likert. Skala likert adalah skala yang digunakan untuk
mengukur sikap pendapat dan presepsi seseorang atau sekelompok orang
tentang suatu fenomena (Sugiyono, 2012). Pada skala jenis likert, akan
disajikan sejumlah pernyataan yang setiap butirnya perlu dinilai oleh subjek.
Subjek akan menilai pernyataan berdasarkan kesesuaian subjek dengan
pernyataan yang disajikan. Skala likert terdiri dari dua jenis pernyataan, yaitu
pernyataan favorabel dan unfavorabel. Subjek akan menilai masing-masing
pernyataan dengan menggunakan pilihan jawaban “sangat sesuai”, “sesuai”,
“netral”, “tidak sesuai”, “sangat tidak sesuai” (Siregar, 2013; Supratiknya,
2015).
F. Alat Pengambilan Data
Peneliti menggunakan tiga buah skala untuk mengukur dua variabel yang
berbeda. Skala pertama adalah skala resiliensi yang disusun berdasarkan lima
buah aspek menurut Wagnild & Young (2010). Skala ke-dua adalah skala untuk
mengukur kecenderungan subjek menggunakan Problem focused coping dalam
menyelesaikan masalahnya. Skala ini disusun berdasarkan lima aspek yang
dikemukakan oleh Carver et al. (1989). Selanjutnya untuk skala yang ke-tiga
adalah skala Brief RCOPE yang akan mengukur kecenderungan seseorang
melakukan religious coping. Skala ini diadaptasi dari Pargament (2011) yang
terdiri dari 14 buah pernyataan.
1. Skala Resiliensi
Skala ini terdiri dari beberapa pernyataan yang akan menunjukkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
tingkat resiliensi individu. Skala resiliensi peneliti susun berdasarkan 5
buah aspek yang dikemukakan oleh Wagnild and Young (2010). Lima
aspek tersebut adalah hidup yang bermakna (meaningfulness), ketekunan
(perseverance), kemandirian (self-reliance), ketenangan (equanimity),
kesendirian eksistensial (existential aloneness). Kemudian peneliti
menemukan indikator pada setiap aspek dan melakukan eksplikasi
konstruk.
Skala resiliensi tersebut menggunakan desain likert, maka variabel
akan diukur menggunakan indikator dari setiap variabel. Pada desain ini,
jawaban yang akan dihasilkan berupa gradiasi respons dari yang sangat
positif ke jawaban yang paling negatif. Bentuk jawaban yang disediakan
ada 5, yaitu “Sangat Sesuai” (SS), “Sesuai” (S), “Netral” (N), “Tidak
Sesuai” (TS), “Sangat Tidak Sesuai” (STS). Pernyataan akan diisi dengan
pernyataan favorabel dan unfavorabel.
Tabel 3.1. Penskoran skala likert skala Resiliensi
SkorPilihan Jawaban
Favorabel Unfavorabel
“Sangat Sesuai” 5 1
“Sesuai” 4 2
“Netral” 3 3
“Tidak Sesuai” 2 4
“Sangat Tidak1 5
Sesuai”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Sebaran item skala Resiliensi disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 3.2. Blueprint skala Resiliensi
Bobot JumlahNo Aspek Indikator (%) aitem
Menyadari bahwa ia
Hidup yang penuhberartiMenyadari bahwa ia 10
1 makna 20memiliki tujuan.(Meaningfulness)Berusaha mencapaisesuatu.Tekad untuk terusmenghadapi kesulitan.
10Ketekunan
Tekad untuk terus
2 menghadapi keputusasaan. 20(Perseverance)Tekad untuk terusmenghadapi kekecewaandalam hidup.Memiliki keyakinan diri.
Kemandirian (Self-3. Menyadari potensi dan 20 10Reliance) kelemahan pribadi.
Ada keseimbangan dalam
Ketenanganmemandang pengalaman.
4 20 10Ada harmoni dalam(Equanimity)memandang kejadiandalam hidupnya.
Kesadaran diri bahwa iaunik.
Kesendirian Mau mencintai daneksistensial
5 mengenal diri sendiri 20 10(existential
Memiliki kontribusi yangaloneness).bisa diberikan kepadamasyarakat.
Total 100 50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
1. Skala Strategi Koping
Pada variabel Strategi koping, terdapat dua jenis strategi koping
yang akan diteliti, yaitu Problem focused coping dan Religious Coping.
a. Skala Problem focused coping
Skala ini terdiri dari beberapa pernyataan yang akan
menunjukkan kecenderungan individu untuk menggunakan Problem
focused coping untuk penyelesaian masalah. Skala ini peneliti susun
berdasarkan 5 buah aspek yang dikemukakan oleh Carver et al.,
(1989). Lima aspek tersebut adalah Active coping, Planning,
Suppression of Competing Activities, Restrain Coping, Seeking
Social Support for instrumental reason. Kemudian peneliti
menemukan indikator pada setiap aspek dan melakukan eksplikasi
konstruk.
Skala problem focused coping ini menggunakan desain skala
likert. Pada desain ini, jawaban yang akan dihasilkan berupa gradiasi
respons dari yang sangat positif ke jawaban yang paling negatif.
Bentuk jawaban yang disediakan ada 5, yaitu “Sangat Sesuai” (SS),
“Sesuai” (S), “Netral” (N), “Tidak Sesuai” (TS), “Sangat Tidak
Sesuai” (STS). Pernyataan akan diisi dengan pernyataan favorabel
dan unfavorabel. Sebaran item skala Problem focused coping
disajikan dalam tabel berikut ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Tabel 3.3. Blueprint skala Problem Focused Coping
Aspek IndikatorBobot Jumlah
aitem(%)
Active coping, Melakukan tindakan dengan caralangsung.
Melakukan tindakan aktif untuk20 8mengatasi stres.
Meningkatkan usaha untukmengatasi stres.
Planning,Membuat strategi perencanaanuntuk menangani masalah.
20 8Menentukan langkah selanjutnyayang akan diambil untukmengurangi stres.
Suppression ofMengurangi perhatian pada aktivitasCompetinglain.Activities,
20 8Fokus pada masalah yang dihadapi
Menghindari aktivitas yangmenyebabkan distraksi.
Restrain Menahan diri untuk bertindakCoping,
Mencari kesempatan yang tepatuntuk bertindak. 20 8
Melakukan suatu tindakan tidakdengan gegabah.
Seeking Social Mencari dukungan sosial dalamSupport for bentuk nasihat.instrumental 20 8reason. Mencari informasi yang diperlukan
untuk menyelesaikan masalah.
Total 100 40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
b. Skala Religious Coping (RCOPE Scale)
Skala RCOPE ini mengadaptasi skala yang sudah dikembangkan
oleh Pargament (2011). Skala ini terdiri dari 14 buah pernyataan yang
terbagi menjadi dua bagian aspek. 7 buah pernyataan terkait aspek positif
dan 7 buah pernyataan terkait aspek negatif. Berikut aspek religious
coping positif adalah benevolent religious reappraisal, collaborative
religious coping, seeking spiritual support, Religious purification,
spiritual connection, seeking support from clergy or members, religious
helping, religious forgiving. Sementara itu aspek religious coping negatif
adalah punishing God reappraisal, demonic reappraisal, reappraisal of
God's powers, self-directing religius coping, spiritual discontent,
interpersonal religious discontent.
Skala RCOPE memberikan 4 pilihan jawaban, yaitu “Tidak pernah”,
“Jarang”, “Kadang-kadang”, “Selalu”. Berikut ini Tabel penyebaran aspek
religious coping positif, dan aspek religious coping negative
Tabel 3.4 Aitem pada Skala Religious Coping
Aspek Item Jumlah
Religious Coping 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 7
Positive
Religious Coping 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14 7
Negative
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
G. Validitas Pengukuran
Validitas dipandang sebagai kualitas atau ciri yang melekat pada tes atau
instrumen. Maksudnya adalah sejauh mana penafsiran hasil suatu tes
sebagaimana yang dimaksudkan oleh tes yang bersangkutan sungguh-sungguh
dapat dipertanggungjawabkan (Supratiknya, 2014). Menurut Supratiknya
(2014), estimasi validitas tes dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu validitas
terkait isi tes, validitas tekait kriteria tes dan validitas terkait kontruk tes.
Penelitian ini menggunakan validitas isi yang mengukur kesesuaian isi tes
dengan atribut yang akan diukur. Pemeriksaan validitas isi baiknya dengan
meminta penilaian kepada ahli konseptual teoritis yang melibatkan dosen
pembimbing dan dosen pengampu mata kuliah. Dalam penelitian ini, peneliti
meminta penilaian kepada dosen pembimbing dan dua orang dosen pengampu
mata kuliah lain yang peneliti kenal.
H. Reliabilitas Pengukuran
Setelah kumpulan item dituangkan menjadi sebuah skala, peneliti
melakukan uji coba skala untuk mengetahui seberapa baik item secara
kuantitatif (Periantalo, 2015). Uji coba dilakukan pada tanggal 19 November
2017, dengan menyebarkan skala pada remaja korban cyberbullying yang
berusia 13-17 tahun secara insidental. Setelah uji coba dilakukan, tahap
selanjutnya adalah analisis reliabilitas dan daya diskriminasi item,
menggunakan program SPSS.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
1. Daya Diskriminasi
Daya diskriminasi item akan menunjukkan seberapa cermat dan
konsisten sebuah tes dalam mengukur testi pada atribut yang akan diukur
(Supratiknya, 2014). Model yang digunakan untuk melihat daya
diskriminasi item adalah model korelasi item dengan skor total. Menurut
Azwar (2014), batasan bagi daya diskriminasi aitem yang digunakan adalah
. Semua aitem yang koefisien korelasinya mencapai 0,30, daya
bedanya dianggap memuaskan. Akan tetapi, jika jumlah aitem yang lolos
belum mencukupi jumlah yang ditetapkan, maka dapat dipertimbangkan
untuk menurunkan batas kriteria menjadi 0,25 supaya jumlah aitem yang
ditetapkan dapat tercapai.
a. Seleksi item
Setelah dilakukan analisis daya diskriminasi item, skala
resiliensi memiliki koefisien korelasi yang bekisar antara 0,018-
0,655. Peneliti menggunakan standar item total 0,25.
a. Skala Resiliensi
Peneliti menemukan 9 item yang memiliki koefisien korelasi
<0,25, sehingga item-item tersebut digugurkan karena tidak sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan. Selain itu, peneliti juga
menggugurkan 11 item lain untuk menyeimbangkan prosentase
jumlah item di setiap aspek. Berikut ini blueprint skala item
resiliensi yang sudah digugurkan. Item yang digugurkan dengan
sengaja diberi tanda (**), sedangkan item yang gugur diberi tanda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
(*).
Tabel 3.5 Seleksi skala Resiliensi
ItemAspek Jumlah
Favorable Unfavorable
hidup yang 6, 13**, 10, 30, 45,
bermakna 15**, 18, 46**, 32* 6
(meaningfulness), 43
ketekunan 5**, 11, 2*, 19*, 25,
(perseverance), 17, 23, 29, 42, 6
31*
kemandirian (self- 1*, 8, 9, 14, 20**,6
reliance), 12**, 40 21*, 26, 44
ketenangan 3, 22*, 16, 34, 36**,
(equanimity), 39*, 41, 47, 50** 6
49
kesendirian 7, 27*, 4**, 24,
eksistensial 28**, 33, 37**, 38, 486
(existential 35
aloneness).
Total item setelah30
digugurkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Berikut adalah skala resiliensi setelah beberapa item
digugurkan dan disusun dalam nomor yang baru:
Tabel 3.6 Skala Resiliensi
ItemAspek Jumlah
Favorable Unfavorable
hidup yang 2, 11, 25 6, 17, 27
bermakna 6
(meaningfulness),
ketekunan 7, 10, 12 14, 16, 246
(perseverance),
kemandirian (self- 4, 5, 22 8, 15, 266
reliance),
ketenangan 1, 23, 30 9, 19, 28
(equanimity),6
kesendirian 3, 18, 20 13, 21, 29
eksistensial6
(existential
aloneness).
Total item setelah30
digugurkan
b. Skala Problem focused coping
Peneliti menemukan 12 item yang memiliki koefisien korelasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
<0,25, sehingga item-item tersebut digugurkan karena tidak sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan. Selain itu, peneliti juga
menggugurkan 3 item lain untuk menyeimbangkan prosentase
jumlah item di setiap aspek. Berikut ini skala item resiliensi yang
sudah digugurkan. Item yang digugurkan dengan sengaja diberi
tanda (**), sedangkan item yang gugur diberi tanda (*).
Tabel 3.7 Seleksi aitem Problem Focused Coping
Item JumlahAspek
Favorable Unfavorable
Active coping, 1, 17, 21, 10*, 15**,6
23. 37, 38.
Planning, 6, 18, 29, 3, 14*, 19,6
34 25*
Suppression of 2, 9, 16*, 7*, 28*, 39,3
Competing Activities, 30* 40*
Restrain Coping, 5, 22, 24, 12*, 13,4
36* 20*, 33*
Seeking Social Support 4, 8, 26, 11, 31, 32,
for instrumental 27** 35** 6
reason.
Jumlah total setelah25
digugurkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Berikut adalah skala resiliensi setelah beberapa item
digugurkan dan disusun dalam nomor yang baru:
Tabel 3.8 Skala Problem Focused Coping
ItemAspek Jumlah
Favorable Unfavorable
Active coping, 1, 11, 14, 23, 24. 6
16
Planning, 6, 12, 19, 3, 13 6
22
Suppression of 2, 8 25 3
Competing Activities,
Restrain Coping, 5, 15, 17 10 4
Seeking Social Support 4, 7, 18 9, 20, 21
for instrumental6
reason.
Total setelah gugur 25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
2. Reliabilitas
Reliabilitas menjadi salah satu syarat untuk sualu alat tes dikatakan
baik. Reliabilitas adalah konsistensi hasil pengukuran jika pengetesannya
dilakukan berulang-ulang terhadap suatu populasi individu atau kelompok
(AERA, APA, dan NCME, dalam Supratiknya, 2014). Penelti mengukur
reliabilitas skala dengan menggunakan koefisien croncbach alfa.
Reliabilitas Cronbach alpha merupakan pengujian reliabilitas
menggunakan rumus alpha cronbach yang digunakan untuk
mengestimasikan konsistensi internal item-item yang diskor secara
dikotomis, maupun item-item yang diskor dengan skala yang lebih luas
(Crocker dan Algina dalam Supratiknya 2016). Jika nilai Alpha Cronbach
dari suatu alat ukur semakin mendekati angka 1, maka dapat diasumsikan
konsistensi alat ukur semakin baik. Dalam Periantalo (2015) ada beberapa
kategori hasil reliabilitas Cronbach Alpha tes yaitu :
Tabel 3.9 Kategori reliabilitas Croncbach’s alfa
Alpha Cronbach Reliabilitas
> 0,90 sangat bagus
0,8 - 0,89 bagus
0,70 - 0,79 cukup bagus
06 - 0,7 kurang bagus
< 0,6 Tidak bagus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
a. Skala Resiliensi
Setelah dilakukan uji coba kepada 55 remaja, nilai croncbach’s alfa
yang diperoleh adalah 0,91 Nilai koefisien croncbach’s alfa
menunjukkan bahwa alat tes memiliki reliabilitas yang sangat bagus.
Tabel 3.10 Croncbach’s alfa skala Resiliensi
Cronbach's Alpha N of item
,919 50
b. Skala Problem focused coping
Setelah dilakukan uji coba kepada 55 remaja, nilai croncbach’s alfa
yang diperoleh adalah 0,91. Nilai koefisien croncbach’s alfa
menunjukkan bahwa alat tes memiliki reliabilitas yang sangat bagus.
Tabel 3.11 Croncbach’s alfa skala Problem focused coping
Cronbach's Alpha N of Items
,915 25
c. Skala RCOPE
Skala religious coping (RCOPE) diadaptasi dari skala milik
Pargament (1997). Nilai Croncbach’s alfa berdasarkan analisis
Pargament, Smith, Koenig, dan Perez (1998a) menunjukkan nilai 0.90
pada skala religius positif dan 0,87 pada skala religius negatif.
Sedangkan nilai croncbach’s alfa setelah skala diuji cobakan kepada 55
remaja, diperoleh hasil 0,78 pada skala koping religius positif dan 0,76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
pada skala koping religius negatif. Ini berarti kedua buah skala religius
coping memiliki reliabilitas yang cukup bagus.
Tabel 3.12 Croncbach’s alfa Positive Religious Coping
Cronbach's Alpha N of Items
,785 7
Tabel 3.13 Croncbach’s alfa NegativeReligious Coping
Cronbach's Alpha N of Items
,763 7
I. Metode Pengolahan
Data 1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas Regresi
Uji Normalitas adalah uji yang harus dilakukan sebelum
melakukan uji statistik yang lebih lanjut. Uji normalitas digunakan untuk
mengetahui apakah populasi data yang diperoleh terdistribusi normal
atau tidak. Hal ini perlu dilakukan karena uji statistik lebih lanjut,
mengasumsikan persebaran data yang normal. Sebuah data dikatakan
normal bila p > 0,05 (Kasmadi & Sunariah 2013). Uji normalitas yang
akan digunakan adalah hasil uji normalitas sebaran residunya (Pedhazur,
dalam Santoso, 2010). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji
normalitas Kolmogorov Smirnov.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
b. Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah antara variabel
bebas dan variabel terikat memiliki hubungan yang linier atau tidak
(Kasmadi dan Sunariah, 2013). Uji linearitas dilakukan sebagai syarat
untuk melakukan analisis korelasi atau regresi linear. Oleh sebab itu, uji
linearitas diperlukan untuk dapat melakukan uji regresi linear berganda.
c. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinear digunakan untuk memeriksa ada tidaknya
hubungan yang linear antara variabel bebas pada model regresi ganda
(Basuki & Prawoto, 2016). Multikolinearitas dapat dilihat melalui nilai
Variance Inflation Factors (VIF) dan nilai Tolerance. Semakin tinggi
nilai VIF, maka semakin membuktikan bahwa ada multikolinearitas.
Semakin rendah nilai Tolerance, maka semakin membuktikan bahwa
variabel terdapat multikolinearitas. Penelitian ini menggunakan uji
regresi berganda, sehingga perlu membuktikan bahwa variabel tidak
memiliki multikolinearitas supaya dapat melanjutkan analisis.
d. Uji Heterokedastisitas
Heterokedastisitas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui ada
tidaknya ketidaksamaan varian dari residual data (Basuki & Prawoto,
2016). Uji heterokedastisitas dilakukan dengan meregresikan nilai
absolute residual dengan variabel independen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui hubungan antar variabel yang
diteliti. Uji hipotesis yang akan digunakan adalah uji regresi linear
berganda, karena penelitian terdiri dari dua buah variabel bebas dan satu
buah variabel terikat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Proses pengambilan data dilakukan pada tanggal 11 Januari 2018 hingga
tanggal 16 Januari 2018 menggunakan skala yang sudah diujicobakan
sebelumnya. Peneliti mengajukan izin penelitian ke SMP Bopkri 3 dan SMK
N 6 Yogyakarta. Melalui pengambilan data tersebut, siswa dengan usia 13
hingga 17 tahun dapat mengisi skala kuesioner yang dibagikan. Siswa SMP
yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas 7 dan 8 saja. Peneliti
dibantu oleh 3 orang teman untuk membagikan skala penelitian ke kelas-
kelas tersebut. Sedangkan siswa SMK yang menjadi subjek penelitian adalah
siswa kelas 10 dan 11, terutama yang beragama nasrani saja, pengambilan
data di SMK 6 dibantu oleh Pak Galih, guru agama Katholik di sekolah
tersebut. Total responden yang peneliti dapatkan adalah 244 siswa, namun
peneliti menggugurkan 29 subjek karena tidak sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan. Total data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah 215 subjek.
B. Deskripsi Penelitian
1. Deskripsi Subjek Penelitian
Peneliti memperoleh sebanyak 244 subjek dalam penelitian, akan tetapi
29 subjek digugurkan karena tidak sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.
Total subjek yang diperoleh adalah 215 subjek yang terdiri dari remaja
berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Berikut ini adalah jumlah
subjek berdasarkan media elektronik yang digunakan:
63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Tabel 4.1 Jumlah Subjek berdasarkan media elektronik yang
digunakan
Jumlah ProsentaseNo. Media Elektronik
Subjek (%)
1 SMS 71 33,02
2 Facebook 87 40,47
3 Line 99 46,05
4 Whatsapp 197 91,63
5 Instagram 171 79,53
6 Path 16 7,44
7 Lain-lain 21 9,77
Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa mayoritas subjek
menggunakan media elektronik Whatsapp (91,63%) dan Instagram
(79,53%). Selanjutnya,berikut ini adalah data jumlah subjek berdasarkan
jenis perilaku cyberbullying yang pernah mereka alami:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Tabel 4.2 Jumlah Subjek berdasarkan jenis perilaku Cyberbullying
Bentuk perilaku Jumlah ProsentaseNo.
cyberbullying subjek (%)
1 Flaming 163 75,81
2 Harassment 162 75,35
3 Denigeration 101 46,98
4 Impersonation 57 26,51
5 Outing dan Trickery 80 37,21
6 Cyberstalking 118 54,88
7 Exclusion 74 34,42
8 Happy Slapping/ Video 54 25,12
Recording
9 Sexting 14 6,51
Data tersebut menunjukkan bahwa perilaku cyberbullying yang paling
sering dialami oleh remaja adalah perilaku flaming, yaitu perilaku berupa
pesan yang saling menyinggung dan mengejek satu sama lain. Kemudian,
dalam penelitian ini, subjek laki-laki lebih banyak daripada subjek
perempuan, berikut tabel deskripsinya:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Tabel 4.3 Deskripsi berdasarkan jenis kelamin subjek
Jenis kelamin Jumlah subjek Prosentase (%)
Laki-laki 97 45
Perempuan 119 55
Total 215 100
Selain itu, subjek yang termasuk dalam penelitian adalah
subjek berusia 13 hingga 17 tahun. Penelitian ini didominasi oleh
subjek yang berusia 13 tahun. Berikut adalah deskripsi persebaran
data berdasarkan usia subjek:
Tabel 4.4 Deskripsi data usia subjek
Usia Frequency Percent (%)
13 tahun 84 39,1
14 tahun 47 21,9
15 tahun 30 14,0
16 tahun 17 7,9
17 tahun 37 17,2
Total 215 100,0
Jumlah subjek yang berusia 13 tahun adalah 84 orang, subjek berusia
14 tahun 47 orang, subjek berusia 15 tahun 30 orang, subjek berusia 16
tahun 17 orang dan subjek berusia 17 tahun 37 orang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
2. Deskripsi Data Penelitian
Berdasarkan data yang diperoleh, didapatkan bahwa nilai maksimum
pada variabel resiliensi adalah 77, nilai minimum pada variabel Problem
Focus Coping adalah 62, sedangkan pada variabel Religious coping positif
dan negatif adalah 10 dan 7. Nilai maksimum pada variabel resiliensi,
Problem Focus Coping, serta religious coping positif dan negatif berurutan
adalah 149,125, 28, 28. Sedangkan rata-rata pada masing-masing variabel
adalah 114,62 (resiliensi), 92,99 (PFC), 24,87 (RCP), dan 17,05 (RCN).
Tabel 4.5 Deskripsi data penelitian
Std.Variabel N Minimum Maximum Mean
Deviation
resiliensi 215 77 149 114,62 15,005
PFC 215 62 125 92,99 11,594
RCP 215 10 28 24,87 2,977
RCN 215 7 28 17,05 4,807
Berdasarkan data tersebut, peneliti memisahkan jumlah subjek yang
cenderung menggunakan Religious coping Positif (RCP) dan Religious
coping Negatif (RCN). Kecenderungan subjek melakukan Religious
coping dilihat dari jumlah skor yang tertinggi antara RCP dan RCN.
Subjek yang cenderung melakukan Religious coping Positif berjumlah 195
orang, sedangkan subjek yang cenderung melakukan Religious coping
Negatif berjumlah 9 orang. Selanjutnya, sebanyak 11 orang memiliki skor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
yang seimbang antara religious coping positif dan religious negatif.
Berikut ini adalah tabel jumlah dan presentase subjek yang melakukan
Religious coping.
Tabel 4.6 Jumlah subjek yang melakukan religious coping
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Balance 11 5,1 5,1 5,1
RCP 195 90,7 90,7 95,8
RCN 9 4,2 4,2 100,0
Total 215 100,0 100,0
Keterangan
RCP = Religious coping Positif
RCN= Religious coping Negative
Balance= nilai seimbang antara Religious coping Positif dan Negatif
Dalam penelitian ini, peneliti hanya akan menggunakan data
Religious
coping Positif saja untuk dibandingkan dengan Problem Focus Coping.
Alasannya adalah karena Religious coping Positif memiliki kecenderungan
yang lebih baik terhadap subjek dalam melakukan resiliensi. Jumlah
subjek yang melakukan Religious coping Positif adalah sebanyak 195
orang, oleh sebab itu, subjek yang akan dipakai keseluruhannya adalah
195 orang. Berikut ini adalah data deskriptif dari semua variabel yang
akan dipakai dalam penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Tabel 4.7 Deskripsi jumlah data yang akan digunakan
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
RCP 195 10 28 25,12 2,829
PFC 195 62 125 93,46 11,373
Resiliensi 195 80 149 115,48 14,589
Valid N 195
(listwise)
C. Analisis Data Penelitian
1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Uji normalitas pada regresi hanya akan menggunakan normalitas dari
sebaran residunya, bukan normalitas sebaran variabel dependennya
(Pedhazur, dalam Santoso, 2010). Oleh sebab itu, peneliti melakukan uji
normalitas dari hasil residu menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov.
Tabel 4.8 Hasil uji normalitas residu
Kolmogorov-
Smirnova Keterangan
Sig.
Residu ,200*Normal
Berdasarkan uji normalitas residu, maka diperoleh nilai sig. > 0,05.
Maka, dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
b. Uji Linearitas
Hipotesis penelitian:
Ho: variabel resiliensi dan variabel PFC/RCP tidak linear.
Jika, p value Sig. < 0,05, maka Ho ditolak.
Tabel 4.9 Uji linearitas
Variabel Signifikansi Pengambilan Keterangan
Keputusan
LinearityPFC 0,000 Linear
p < 0,050
LinearityRCP 0,016 Linear
P < 0,050
Berdasarkan uji linearitas, data yang diperoleh pada kedua variabel
adalah linear, karena memiliki nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05.
c. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas akan dinilai dengan milhat nilai VIF (Variance
Inflation Factor) dan nilai Tolerance. Semakin besar nilai VIF, maka
semakin tinggi kolinearitas yang terjadi. Akan tetapi jika nilai Tolerance
semakin kecil, maka akan menunjukkan bahwa kolinearitas dari suatu
variabel semakin parah (Santoso, 2010). Berikut ini adalah hasil
penilaian multikolinearitas:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Tabel 4.10 Uji multikolinearitas
Variabel Tolerance VIF
PFC ,932 1,073
RCP ,932 1,073
Berdasarkan tabel, dapat diketahui nilai VIF < 10, yaitu 1,073 pada
kedua variabel, dan nilai Tolerance yang besar pada kedua variabel
0,932. Oleh sebab itu, didapatkan kesimpulan bahwa tidak terdapat
korelasi pada antar variabel independen.
d. Uji heterokedastisitas
Hasil uji heterokedastisitas menunjukkan sig > 0,05 pada kedua
variabel independen, artinya tidak ada heterokedastisitas antar variabel
sehingga asumsi terpenuhi.
Tabel 4.11 Uji heterokedastisitas
Variabel Signifikansi
PFC 0,327
RC 0,705
2. Uji Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah ada pengaruh dari perbedaan
strategi coping korban cyberbullying terhadap tingkat resiliensinya.
Hipotesis dalam penelitian ini akan diuji menggunakan analisis regresi
berganda menggunakan program SPSS versi 22. Analisis regresi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
berganda dilakukan karena penelitian terdiri dari dua buah variabel
independen dan 1 buah variabel dependen. Penarikan kesimpulan
didasarkan pada hasil uji signifikansi dengan taraf signifikansi 0,05.
Hasil uji signifikansi adalah sebagai berikut:
Tabel 4.12 Hasil uji signifikansi regresi
R Adjusted Std. Error of
Model R Square R Square the Estimate
1 ,667a,445 ,440 10,921
a. Predictor (constan), RCP, PFC
b. Dependent Vaeiable: Resiliensi
Data tersebut menunjukkan bahwa hasil nilai korelasi (R) secara
simultan antara kedua bentuk strategi koping dan resiliensi pada korban
cyberbullying, diperoleh nilai R = 0,667. Kontribusi yang diberikan oleh
kedua jenis strategi koping terhadap tingkat resiliensi korban
cyberbullying adalah KP = (R)2 x 100% = (0,667)2 x 100% = 44,5% (R
square x 100).
Tabel 4.13 Hasil Uji F pada analisis regresi
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 18390,606 2 9195,303 77,103 ,000b
Residual 22898,040 192 119,261
Total 41288,646 194
a. Dependent Variable: Resiliensi
b. Predictors: (Constant), RCP, PFC
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Berdasarkan uji anova di atas, ditemukan bahwa nilai probabilitas
adalah sig = 0,00, dan F= 77,103. Nilai probabilitas (sig) < α , maka
hipotesis diterima. Strategi koping berpengaruh secara signifikan
terhadap resiliensi korban cyberbullying.
Tabel 4.14 Hasil analisis regresi untuk setiap variabel prediktor
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 35,557 8,490 4,188 ,000
PFC ,856 ,071 ,668 11,993 ,000
RCP -,005 ,287 -,001 -,016 ,988
a. Dependent Variable: Resiliensi
Berdasarkan tabel, dapat diketahui bahwa variabel Problem
Focused Coping (PFC) memiliki pengaruh yang signifikan positif
terhadap resiliensi korban cyberbullying (sig<0,05). Artinya, semakin
tinggi skor Problem Focused Coping, maka semakin tinggi pula resiliensi
korban cyberbullying sebanyak 0,856. Sedangkan variabel Religious
coping Positif tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat
resiliensi korban cyberbullying.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
3. Pembahasan
Berdasarkan data yang diperoleh, ditemukan bahwa perilaku
cyberbullying yang paling banyak dialami oleh subjek penelitian adalah
flaming, yaitu perilaku berupa saling bertukar pesan yang berisi ejekan
dan pesan yang menyinggung.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh problem focused coping dan religious coping terhadap
resiliensi pada korban cyberbullying. Berikut ini dijabarkan pembahasan
mengenai hipotesis penelitian yang dipaparkan di bab sebelumnya.
Berdasarkan uji korelasi parsial pada masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen ditemukan bahwa problem
focused coping (PFC) memiliki pengaruh yang signifikan positif terhadap
resiliensi remaja korban cyberbullying. Semakin tinggi skor problem
focused coping, maka semakin tinggi pula resiliensi korban
cyberbullying. Setiap pertambahan 1 nilai pada skor problem focused
coping akan menaikkan skor resiliensi sebesar 0,889. Sedangkan variabel
Religious coping Positif tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
tingkat resiliensi remaja korban cyberbullying.
Cyberbullying adalah agresi yang dilakukan perorangan atau
sekelompok orang menggunakan media elektronik secara berulang
kepada korban yang tidak dapat mempertahankan dirinya. Perilaku
cyberbullying merupakan salah satu bentuk penolakan yang diberikan
teman korban kepadanya. Penolakan yang remaja terima ini, akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
menyebabkan kesepian sehingga muncullah persaingan antar individu.
Hal ini dapat dijelaskan dengan bentuk-bentuk remaja yang kurang
diterima oleh teman sebayanya, yaitu remaja yang diabaikan dan remaja
yang ditolak. Penolakan ini tentu akan menimbulkan masalah pada
penyesuaian diri remaja terhadap kehidupan sosialnya.
Saat seorang korban cyberbullying mengalami perilaku
cyberbullying, mereka akan melakukan resiliensi online dengan cara
menceritakan pengalamannya kepada orang lain (Kochenderfer-Ladd dan
Skinner, dalam Papartrairanou, 2014), hal ini merupakan salah satu cara
yang efektif untuk menghadapi perilaku cyberbullying yang korban
terima. Korban mencari nasihat dari orang lain dengan cara menceritakan
pengalaman sebagai korban cyberbullying. Keterbukaan korban ini tentu
perlu diikuti dengan adanya relasi yang hangat, energi positif, perhatian,
serta dukungan dari pihak keluarga kepada korban. Melalui bercerita
kepada orang lain dan mencari saran yang tepat, tantu remaja mampu
menemukan makna bahwa setiap kejadian negatif yang ia alami tentu
akan disusul dengan kejadian positif yang akan ia terima, sesuai dengan
sumber individu yang menjadi resilien, yaitu adanya ketenangan. Selain
itu, korban juga dapat langsung melakukan tindakan aktif berupa
mengurangi perhatian dari aktivitas di sosial media untuk menurunkan
tekanan yang ia terima sebagai korban cyberbullying. Pentingnya
dukungan lingkungan terhadap remaja menjadi pendukung korban
cyberbullying untuk melakukan resiliensi. Dukungan tersebut dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
menjadi salah satu sumber remaja dalam melakukan resiliensi, yaitu
perseverance. Remaja yang melakukan PFC tentu akan mendapatkan
kekuatan untuk dapat menghadapi tekanan dan kesulitan yang ia hadapi
sebagai korban. Pengaruh dari orang lain, seperti teman dan keluarga
akan membantu korban untuk menemukan potensi korban supaya dapat
bangkit kembali dari perilaku cyberbullying yang ia terima.
Menindaklanjuti hasil penelitian bahwa RC tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap resiliensi pada korban cyberbullying.
Masyarakat Indonesia yang tergolong negara berkembang seharusnya
memiliki respons yang lebih religius jika diperhadapkan pada keyakinan
(Lippman & Keith, dalam Santrock, 2012). Ketertarikan remaja terhadap
religiusitas akan mengalami perubahan di usia 14-18 tahun berupa
peningkatan frekuensi berdoa (Koenig, McGue & Iacono, dalam
Santrock, 2012). Remaja perempuan ternyata lebih religius daripada
remaja laki-laki (King dan Roeser dalam Santrock, 2012). Smith dan
Denton (dalam Santrock, 2012), juga menambahkan penelitiannya bahwa
remaja perempuan lebih sering mendatangi tempat ibadah, mereka juga
merasa bahwa agama akan membentuk kehidupan sehari-hari. Remaja
perempuan lebih sering berpartisipasi ke dalam kelompok keagamaan,
berdoa, dan merasa lebih dekat kepada Tuhan. Sehingga, dapat dikatakan
pula bahwa remaja perempuan mungkin bisa lebih efektif saat
menggunakan religious coping sebagai cara mereka mengatasi masalah.
Akan tetapi, remaja laki-laki lebih nyaman membuka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
dirinya secara online dibandingkan dengan remaja perempuan (Schouten,
et al. dalam Santrock, 2012). Artinya, remaja laki-laki akan lebih banyak
menggunakan problem focused coping. Subjek yang digunakan dalam
penelitian ini lebih didominasi oleh remaja perempuan daripada laki-laki,
namun hal ini nampaknya tidak terlalu memengaruhi gaya strategi
koping yang dipilih. Penjelasan lebih lanjut mengenai hasil penelitian ini,
bahwa ternyata kemunculan penggunaan religious coping bisa didasarkan
pada komitmen seseorang dalam religiusitasnya. Apabila agama
memberikan pengaruh yang signifikan bagi individu, maka agama akan
menjadi bentuk koping yang cukup penting (Baumgardner & Choters,
2009). Dengan begitu, dapat diartikan bahwa para subjek penelitian ini
kurang berkomitmen dalam religiusitasnya. Hal ini berarti, religious
coping tidak menjadi jenis koping yang cukup berpengaruh terhadap
resiliensi subjek yang merupakan remaja korban cyberbullying.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa, problem
focused coping memiliki pengaruh yang signifikan positif terhadap resiliensi
remaja korban cyberbullying. Artinya, Semakin tinggi skor problem focused
coping, maka semakin tinggi pula resiliensi korban cyberbullying. Sedangkan
variabel Religious coping positif tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
tingkat resiliensi korban cyberbullying. Sehingga, problem focus coping
berupa resiliensi online menjadi cukup efektif dilakukan oleh korban
cyberbullying, sedangkan religious coping positif tidak berpengaruh terhadap
resiliensi subjek dalam penelitian ini, karena kurangnya komitmen subjek
dalam religiusitasnya.
B. SaranPeneliti memberikan beberapa saran untuk peneliti selanjutnya, orang
tua korban dan korban cyberbullying.
1. Kepada peneliti selanjutnya:
a. Sebaiknya peneliti selanjutnya mengambil subjek dengan sebaran
usia yang lebih seimbang.
78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
b. Sebaiknya peneliti melakukan terjemahan ulang yang lebih baik
pada alat ukur religious coping, disesuaikan dengan usia subjek. Hal
ini ditunjukkan dari nilai reliabilitas alat tes yang masih bisa
ditingkatkan lagi.
c. Peneliti selanjutnya diharapkan melakukan penelitian kepada subjek
dengan usia yang lebih tua, supaya dapat menganalisis pengaruh
religious coping dengan resiliensi korban cyberbullying dengan lebih
akurat.
2. Kepada orang tua korban
a. Menjadi orang tua yang komunikatif kepada anak, supaya anak dapat
mengomunikasikan perilaku cyberbullying yang ia terima kepada
orangtua.
b. Memberikan dukungan penuh dan membantu anak agar dapat
menghadapi permasalahan yang ia alami, khususnya di dunia maya.
3. Kepada korban
a. Menceritakan kepada orang lain tentang perilaku cyberbullying yang
pernah dialami, supaya dapat mengantisipasi stres yang mungkin
terjadi pada anak.
b. Membatasi atau mengurangi aktivitas online yang ia lakukan, untuk
menghindari munculnya emosi negatif akibat dari tindakan
cyberbullying
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
DAFTAR PUSTAKA
Afi Nihaya Faradisa bullying bentuk apapun tak sehat, (n.d.). Diunduh dari : https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20170723092434-255-229715/afi-nihaya-faradisa-bullying-bentuk-apapun-tak-sehat.
Akbar, M. A., & Utari, P. 2015. Cyberbullying pada Media Sosial (Studi AnalisisIsi tentang Cyberbullying pada Remaja di Facebook). Surakarta: FakultasIlmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret. Tidak Diterbitkan.
Aliando Syarief pernah dibully karena haters, (n.d.). Diunduh dari: http://cewekbanget.grid.id/News-And-Entertainment/Curhat-Aliando-Syarief-Yang-Pernah-Depresi-Karena-Haters-Cyberbullying-Tapi-Akhirnya-Bangkit.
Amanda Todd curhat di Youtube sebelum akhirnya bunuh diri, (n.d.). Diunduhdari: http://sumut.pojoksatu.id/2016/04/09/selain-sonya-depari-ini-5-kasus-bully-siswa-paling-tragis-yang-berujung-maut.
Angganantyo, W. (2014). Coping Religius pada Karyawan Muslim ditinjau daritipe Kepribadian. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 2(1), 50-61.
Azwar, S. (2014). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bastian, S. D. (2012). Hubungan antara Resiliensi dan Coping pada Istri yangMengalami Kekerasan dalam Rumah Tangga. Skripsi.
Basuki, A. T., & Prawoto, N. (2016). Analisis Regresi dalam Penelitian Ekonomidan Bisnis (dilengkapi aplikasi spss dan eviews). Depok: P.T. RajaGrafindo Persada.
Baumgarner, S. R., & Crothers, M. K. (2009). Positive Psychology. New Jersey:Pearson.
C.R. Snyder, Shane J. Lopez, Jennifer Teramoto Pedrotti. (2011). PositivePsychology: The Scientific and Practical Explorations of human Strengths.USA: SAGE Publications.
Carver, C. S., Scheier, M. F., & J. K. (1989). Assessing Coping Strategies: ATheoretically Based Approach. Journal of Personality and SocialPsychology, 56(02), 267-283.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Contoh negara berkembang dan penjelasannya, (n.d). diunduh dari:https://perpustakaan.id/negara-berkembang
Cyberbullying lebih menyakitkan dari pukulan, (n.d. ). Retreived from: https://inet.detik.com/cyberlife/d-1447435/cyber-bullying-lebih menyakitkan-dari-pukulan.
Depkes RI. (2016). Infodatin: Pusat data dan informasi kementrian kesehatan RI.Diunduh dari: http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/ infodatin/infodatin%20reproduksi%20remaja-ed.pdf
Edward P. Serafino, Timothy W. Smith. (2011). Health PsychologyBiopsychological Interaction (7th ed.). USA: Wiley.
Fenclau, E. J. (2016). Cyberbullying, Suicidal Behavior, and Emotional.Electronic Theses and Dissertations.
Grotberg, E. (1995). A guide to promoting resilience in children: Strengtheningthe Humsn Spirit. Washington DC, America: Bernard Van LeerFoundation.
Grotberg, E. (1995). A guide to promoting resilience in children: Strengtheningthe Humsn Spirit. Washington DC, America: Bernard Van LeerFoundation.
Gurun, R. A. (2014). Health Psychology a Cultural Approach 3e. USA:WADSWORTH Cengage Learning.
Hidayati, N. (2012, April). Bullying pada Anak: Analasis dan Alternatif Solusi.INSAN, 14(1), 41-48.
Hinduja, S., & Patchin, J. W. (2012). Commentary, Cyberbullying: Neither anepidemic nor a rarity. European Journal of Developmental Psychology,1(1), 1-5. doi:10.1080/17405629.2012.706448
Jiwa, Y. S. (2008). Bullying : Mengatasi Kekerasan di Sekolah. Jakarta: P.T.Grasindo.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (n.d.). Diunduh dari http://kbbi.web.id/korban.
Kasmadi, & Sunariah M.Pd., N. S. (2013). Panduan Modern PenelitianKuantitatif (Bacaan wajib bagi peneliti, guru, dan Mahasiswa ProgramS1, dan S2 di lingkungan pendidikan). Bandung: ALFABETA.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Khotimah, M. H. (2015). Resiliensi pada Korban Cyberbullying. Skripsi.
Kowalski, R. M., Limber, S. P., & Agatston, W. P. (2012). Cyberbullying:Bullying in the Digital Age. United Kingdom: Wiley-Blackwell.
Lazarus, R. E., & Folkman, S. (1984). Stress, Appraisal, and Coping. New York:Springer.
Lelah dicemooh Afi Nihaya minta remaja lain tak seperti dirinya, . (n.d). Diunduhdari: http://citizen6.liputan6.com/read/2961685/lelah-dicemooh-afi-nihaya-minta-remaja-lain-tak-seperti-dirinya .
Lestarianita, P., & Fakhrurrozi, M. (2007). Pengatasan Stress pada Perawat Priadan Wanita. Jurnal Ilmiah Psikologi, 1(1), 47-51.
Masna. (2013). Resiliensi Remaja Penyandang Tunanetra Pada SLB A RuhuiRahayu di Samarinda. Journal Psikologi, 1(1), 48-57.
Mur, S. (2001). Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: CVHaji Masagung.
Nurhayati, S. R. (2012). Peningkatan Kemampuan Menggunakan Problem FocusCoping Perempuan Korban Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yogyakarta:Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.
Odgen, J. (2007). Health Psychology Text Book 4th Edition (4th ed.). New York:McGrawHill Open University Press.
Oladipo, S. E., & Idemudia, E. E. (2015). Reliability and Validity Testing ofWagnild and Young’s Resilience Scale in a Sample of Nigerian Youth. JPsychology, 6(1), 57-65.
Orpinas, P., & Horne, A. M. (2006). Bullying Prevention: Creating a PositiveSchool Climate and Developing Social Competence. United States ofAmerica: American Psychology Association.
Papartrairanou, L. H., Levine, D., & West, D. (2014). Resilience in the face ofcyberbullying. Patoral Care in Education: An International Journal ofPersonal Social and Emotional Development. 32(4), 264-283.
Pargament, K. I., Koenig, H. G., & Perez, L. M. (2000). The Many Methods ofReligious Coping:Development and Initial Validation of the RCOPE.Journal of Clinical Psychology, 56(4), 519-543.
Pargament, K., Feuille, M., & Burdzy, D. (2011, February). The Brief RCOPE:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Current Psychometric Status of a Short Measure of Religious Coping.Religions, 2(1), 51-76. doi:10.3390/rel2010051
Pasudewi, C. (2012). Resliensi pada remaja binaan bapas ditinjau dari copingstress. Skripsi.
Pendidikan, P. B. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Author.
Periantalo, J. (2015). Penyusunan Skala Psikologi: Asyik, Mudah, danBermanfaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Phillips, D., Chamberlain, A., & Goreczny, A. J. (2014). The Relationshipbetween Religious Orientation and Coping Styles among. Journal ofPsychology and Behavioral Science, 29-43.
Pinheiro, M., Matos, A., Pestana, C., Oliveira, S., & Costa, J. (2015). Theresilience scale: A study in a Portuguese adult sample. The europeanproceedings of social and behavioural sciences, 67-80. doi:10.15405
Pratiwi, A. C., & Hermaningsih. (2016). Hubungan Coping dan Resiliensi padaPerempuan. Jurnal Psikologi, 12(2), 68-73.
Primaldhi, A. (2008). Hubungan antara trait kepribadian neuroticism, strategicoping, dan stress kerja. Jurnal Ilmu Sosial dan Politik, 14(2), 205-217.
Putra, R. P., & Ariana, A. D. (2016). Gambaran Strategi Coping Stress padaRemaja Korban Cyberbullying. Jurnal Psikologi Kinis dan KesehatanMental, 5(1), 1-10.
Samuel E. Oladipo, Erhabor S. Idemudia. (2015). Reliability and Validity testingof Wagnild and Young Resilience Scale in a Sample of Nigerian Youth. JPsychology, 6(1), 57-65.
Santoso, A. (2010). Statistik untuk Psikologi. Yogyakarta: Universitas SanataDharma.
Santrock, J. W. (2003). Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.
Santrock`, J. W. (2012). Life-Span Development (13 ed.). Jakarta: Erlangga.
Septiani, T., & Fitria, N. (2016). Hubungan antara Resiliensi dengan Stres PadaMahasiswa Sekolah Tinggi Kedinasan. Jurnal Penelitian Psikologi, 59-76.
Serafino, E. P., & Smith, T. W. (2011). Health Psychology: BiopsychologycalInteraction. USA: Wiley.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
SiregarM. M., I. (2014). Statistik Parametrik untuk Penelitian KuantitatifDilengkapi dengan Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17.Jakarta: Bumi Aksara.
Snyder, C. R., Lopez, S. J., & Pedrotti, J. T. (2011). Positive Psychology : TheScientific and Practical Explorations of Human Strengths. United States ofAmerica: SAGE Publications.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi(Mixed Methods). Bandung: ALFABETA, CV.
Supratiknya, A. (2014). Kuantifikasi Validitas Isi dalam Asesmen Psikologis.Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Supratiknya, A. (2015). Metodologi Penelitian Kuantitatif & Kualitatif DalamPsikologi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Tajiah, T. S. (2017). Pengaruh Kecerdasan Emosi dan Strategi Koping Terhadap.Skripsi.
Utami, M. S. (2012). Religiusitas, Koping Religius, dan Kesejahteraan Subjektif.Jurnal Psikologi, 39(1), 46-66.
Utami, Y. C. (2013). Cyberbullying di Kalangan Remaja (Studi tentang korbanCyberbullying remaja di Surabaya. Surabaya: Fakultas Ilmu Sosial danIlmu Politik Universitas Airlangga.
Uyun, Z. (2012). Resiliensi dalam Pendidikan Karakter. Surakarta: FakultasPsikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Wagnild, G. M. (2010). Discovering Your Resilience Core. Diunduh dari:https://www.pobal.ie
Widuri, E. L. (2012). Regulasi Emosi dan Resiliensi pada Mahasiswa TahunPertama. Humanitas, 9(2), 148-156.
Wulansari, D. (2015). Perbedaan Problem Focus Coping antara Siswa Akselerasidan Siswa Reguler [SKRIPSI]. Yogyakarta: Fakultas Ilmu PendidikanUniversitas Negeri Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
LAMPIRAN 1 UJI ASUMSI
a. Uji Normalitas
Tests of Normality
Kolmogorov-SmirnovaShapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Unstandardized Residual ,057 195 ,200*,987 195 ,075
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
b. Uji Linearitas
ANOVA Table
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Resiliensi * PFC Between Groups (Combined) 25634,684 47 545,419 5,122 ,000
Linearity 18390,577 1 18390,577 172,698 ,000
Deviation
from 7244,107 46 157,481 1,479 ,042
Linearity
Within Groups 15653,962 147 106,490
Total 41288,646 194
Measures of Association
R R Squared Eta Eta Squared
Resiliensi * PFC ,667 ,445 ,788 ,621
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
ANOVA Table
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Resiliensi * RCP Between Groups (Combined) 2912,947 12 242,746 1,151 ,322
Linearity 1235,796 1 1235,796 5,861 ,016
Deviation
from 1677,151 11 152,468 ,723 ,715
Linearity
Within Groups 38375,699 182 210,855
Total 41288,646 194
Measures of Association
R R Squared Eta Eta Squared
Resiliensi * RCP ,173 ,030 ,266 ,071
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
c. Korelasi (uji multikolinearitas)
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Cons35,557 8,490 4,188 ,000
tant)
PFC ,856 ,071 ,668 11,993 ,000 ,932 1,073
RCP -,005 ,287 -,001 -,016 ,988 ,932 1,073
a. Dependent Variable: Resiliensi
d. Uji Heterokedastisitas
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 14,220 5,028 2,828 ,005
PFC -,042 ,042 -,073 -,983 ,327
RCP -,065 ,170 -,028 -,380 ,705
a. Dependent Variable: Abs_Resid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
LAMPIRAN 2 UJI HIPOTESIS REGRESI GANDA
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate
1 ,667a,445 ,440 10,921
a. Predictors: (Constant), RCP, PFC
b. Dependent Variable: Resiliensi
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Cons35,557 8,490 4,188 ,000
tant)
PFC ,856 ,071 ,668 11,993 ,000 ,932 1,073
RCP -,005 ,287 -,001 -,016 ,988 ,932 1,073
a. Dependent Variable: Resiliensi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
LAMPIRAN 4 SURAT IZIN PELAKSANAAN PENELITIAN
a. SMK N 6 Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
b. SMP Bopkri 3 Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
LAMPIRAN 5SKALA
PENELITIAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
SKALA PENELITIAN
Disusun Oleh:
Maria Estu Tantri
139114112
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Dengan hormat,
Perkenalkan nama saya Maria Estu Tantri, mahasiswa Psikologi diUniversitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2013.
Terimakasih karena sudah mau meluangkan waktu anda untuk mengisikuesioner ini. Silakan mengikuti petunjuk yang tersedia pada setiap bagian. Perludiketahui bahwa segala informasi yang anda berikan tidak akan disebarluaskan.Oleh sebab itu, saya mohon anda mengisi skala ini dengan jujur dan sesuai dengankeadaan diri anda saat ini. Di dalam skala ini tidak ada jawaban benar atau salah,maupun baik atau buruk. Setiap jawaban hendaknya menggambarkan diri andasesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Saya mengucapkan terimakasih atas kesediaan anda untuk berpartisipasi.
Hormat saya,
Maria Estu Tantri
139114112
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
PERNYATAAN KESEDIAAN
Dengan ini, saya yang bertanda tangan di bawah ini telah setuju untuk mengisikuesioner penelitian yang diajukan tanpa ada paksaan dari pihak lain. Sayabersedia memberikan jawaban jujur dan sesuai dengan diri saya dan tidakmenyesuaikan dengan jawaban yang diharapkan oleh masyarakat.
Yogyakarta,.........................
Menyetujui,
...........................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
DATA DIRI
Nama (Inisial) :
Laki-laki / Perempuan *lingkari yang sesuai
Umur :
Berikut ini adalah beberapa pertanyaan mengenai penggunaan media elektronik yang anda sering gunakan untuk berkomunikasi. Lingkarilah jawaban anda!
1. Biasanya anda berkomunikasi dengan media elektronik menggunakan apa saja? (boleh memilih lebih dari satu)a. SMSb. Facebookc. Lined. Whatsappe. Instagramf. Pathg. Lainnya ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
2. Pernahkah anda disinggung saat berkomunikasi (berkirim pesan) menggunakan media elektronik tersebut?a. Yab. Tidak
3. Pernahkah anda diejek atau dijelekkan orang lain di media elektronik saat sedang berkomunikasi di dalamnya?a. Yab. Tidak
4. Pernahkah anda merasa terganggu dan terancam dengan percakapan yang anda lakukan di media elektronik?a. Yab. Tidak
5. Pernahkah orang lain menyebarluaskan informasi yang tidak benar tentanganda di media elektronik?a. Yab. Tidak
6. Pernahkah akun anda dihack oleh orang lain untuk menyebarluaskan beritayang membahayakan anda?a. Yab. Tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
7. Pernahkah akun pribadi anda disalahgunakan oleh orang lain dengan menerbitkan kiriman tanpa seizin anda?a. Yab. Tidak
8. Pernahkah akun anda digunakan oleh orang lain untuk menerbitkan hal-halyang tidak ingin anda sebarluaskan?a. Yab. Tidak
9. Mengenai jawaban no. 8 jika ya, apakah perilaku tersebut membuat anda tidak nyaman?a. Yab. Tidak
10. Pernakah anda diancam atau diteror oleh orang lain melalui media elektronik?a. Yab. Tidak
11. Di dalam sebuah grup online di media elektronik, apakah anda pernah dikucilkan atau diasingkan oleh anggota dalam grup anda?a. Yab. Tidak
12. Apakah anda pernah mengalami tindakan bullying sebelumnya?a. Yab. Tidak
13. Jika ya, pernahkah kejadian yang anda alami itu disebarluaskan oleh oranglain dalam bentuk rekaman/foto/video?a. Yab. Tidak
14. Pernahkah akun anda dihack oleh orang lain untuk menyebarluaskan video/foto orang tanpa busana?a. Yab. Tidak
15. Pernahkah anda mendapatkan komentar negatif atau mengganggu melalui media elektronik?a. Yab. Tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
INSTRUKSI
Skala 1
Berikut ini terdapat 30 buah pernyataan yang mungkin akan sesuai atau tidaksesuai dengan diri anda. Tugas anda adalah memberikan penilaian pada setiap pernyataan disesuaikan dengan keadaan anda saat ini. Pilihlah jawaban anda dengan cara memberikan tanda (X), menggunakan penilaian berikut ini:
STS : Sangat Tidak Sesuai
TS : Tidak Sesuai
N : Netral
S : Sesuai
SS : Sangat Sesuai
No. Pernyataan STS TS N S SS
1 Saya terbuka pada pengalaman yang
baru.
2 Saya tau ke mana saya mengarahkan
tujuan diri, karena saya punya rencana.
3 Saya menyadari jati diri saya
4 Saya yakin pada kemampuan yang
saya miliki.
5 Saya sadar akan potensi yang saya
miliki.
6 Saya hidup tanpa memiliki tujuan.
7 Saya mau berjuang saat keadaan sulit.
8 Saya tidak tahu apa kelemahan saya.
9 Saya memandang pengalaman dengan
sudut pandang yang lebih pesimis.
10 Saya gigih mengatasi kekecewaan
yang saya alami karena masalah saya.
11 Saya memiliki tujuan yang jelas dalam
hidup.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
12 Saya memiliki tekad yang kuat saat
menghadapi masalah saya.
13 Saya belum menemukan jati diri saya
yang sebenarnya.
14 Saya merasa tidak mampu menghadapi
kesulitan yang terjadi di hidup saya.
15 Saya tidak memiliki potensi apapun.
16 Saya mudah menyerah saat terjadi
masalah pada diri saya.
17 Saya bukanlah siapa-siapa di mata
orang lain.
18 Saya menyukai diri saya apa adanya.
19 Setiap pengalaman yang terjadi di
dalam hidup saya, semuanya buruk.
20 Saya memiliki manfaat bagi
masyarakat.
21 Saya membenci diri saya
22 Saya menerima kekurangan dan
kelebihan pada diri saya.
23 Setiap hal yang terjadi dalam hidup
saya bervariasi.
24 Saya menghadapi masalah tanpa
benar-benar melakukan usaha yang
besar.
25 Saya pasti berhasil karena saya punya
tujuan.
26 Saya tidak percaya pada diri saya
sendiri.
27 Saya merasa tidak berharga
28 Segala sesuatu yang terjadi pada diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
saya semuanya monoton.
29 Saya tidak memiliki kontribusi apapun
bagi masyarakat
30 Pada setiap pengalaman yang buruk,
tentu akan ada pengalaman baik di
dalamnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
INSTRUKSI
Skala 2
Berikut ini terdapat 25 buah pernyataan yang mungkin akan sesuai atau tidaksesuai dengan diri anda. Tugas anda adalah memberikan penilaian pada setiap pernyataan disesuaikan dengan keadaan anda saat ini. Pilihlah jawaban anda dengan cara memberikan tanda (X), menggunakan penilaian berikut ini:
STS : Sangat Tidak Sesuai
TS : Tidak Sesuai
N : Netral
S : Sesuai
SS : Sangat Sesuai
No Pernyataan STS TS N S SS
1 Saya segera bertindak untuk
memperbaiki masalah yang terjadi
pada diri saya.
2 Saat menghadapi masalah, saya akan
berusaha menjaga pikiran saya dari hal
yang tidak berhubungan dengan
masalah saya.
3 Saya menyelesaikan masalah saya
tanpa pertimbangan apapun.
4 Saya akan bercerita kepada orang lain
saat mengalami masalah.
5 Saya akan mencari waktu yang tepat
untuk menghadapi masalah saya.
6 Saya akan memikirkan cara yang tepat
untuk mengatasi masalah saya.
7 Saya akan bertanya kepada orang lain
tentang apa yang harus saya lakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
8 Saya akan fokus menghadapi masalah
yang sedang saya alami.
9 Saya akan menyimpan masalah
saya sendiri tanpa menceritakan
kepada orang lain.
10 Saat menghadapi masalah, saya akan
mengambil keputusan secara langsung
tanpa memikirkan apapun.
11 Saat saya mengalami masalah, saya
akan melakukan sesuatu.
12 Saat terjadi masalah, saya akan
memperkirakan apa yang akan saya
lakukan untuk menyelesaikannya.
13 Saya menyelesaikan masalah tanpa
strategi.
14 saya berusaha untuk menyelesaikan
masalah saya dan mengatasinya.
15 Saya akan mengambil keputusan
dengan hati-hati.
16 Saat terjadi masalah, saya akan
menyelesaikannya secara langsung.
17 Saya mempertimbangkan keputusan
yang saya ambil saat menghadapi
masalah.
18 Saya mencari nasihat dari orang lain
untuk meringankan tekanan dari
masalah saya.
19 Saya akan merencanakan strategi
untuk menyelesaikan masalah
yang terjadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
20 Saya tidak terlalu membutuhkan
dukungan dari orang lain, saat
saya ada dalam masalah.
21 Saya kurang percaya pada pendapat
orang lain untuk membantu saya
menyelesaikan masalah.
22 Saya menentukan langkah terbaik
untuk menyelesaikan masalah saya.
23 Saat terjadi masalah saya tidak
melakukan tindakan apapun.
24 Saat terjadi masalah, saya akan
mengabaikan masalah saya
terlebih dahulu.
25 Saat terjadi masalah, saya akan
memilih untuk memikirkan hal lain
yang tidak berkaitan dengan masalah
saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
INSTRUKSI
Skala 3
Pernyataan-pernyataan berikut ini berhubungan dengan cara anda menghadapikejadian buruk di hidup anda. Ada banyak cara yang dapat dilakukan untukmengatasi masalah tersebut. Pernyataan-pernyataan di bawah ini adalah tentangapa yang anda akan lakukan untuk mengatasi kejadian negatif tersebut. Tentunyasetiap orang menghadapi masalahnya dengan cara yang berbeda-beda. Setiappernyataan menunjukkan cara untuk mengatasinya. Lingkarilah angka padapernyataan dengan jawaban yang sesuai dengan diri anda. Gunakan pilihanjawaban yang telah disediakan. Jawablah sejujur mungkin.
1 – tidak pernah
2 – jarang
3 – kadang-kadang
4 – selalu
PERNYATAAN
1. Mencari sebuah hubungan yang lebih kuat dengan Tuhan.
1 2 3 4
2. Memohon kasih dan perlindungan dari Tuhan.
1 2 3 4
3. Memohon tuntunan Tuhan untuk melepaskan kemarahan saya.1 2 3 4
4. Mencoba menyerahkan rencana saya agar terjadi dengan bantuan Tuhan.
1 2 3 4
5. Mencoba untuk memahami bagaimana Tuhan menguatkan saya dalam situasi ini.1 2 3 4
6. Meminta pengampunan untuk dosa-dosa saya.
1 2 3 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
7. Berfokus pada keyakinan untuk berhenti kuatir pada masalah saya.
1 2 3 4
8. Bertanya-tanya apakah Tuhan telah meninggalkan saya.1 2 3 4
9. Merasa dihukum Tuhan karena saya kurang taat.
1 2 3 4
10. Ingin mengetahui apa yang saya perbuat sehingga Tuhan menghukum saya.1 2 3 4
11. Mempertanyakan kasih Tuhan kepada saya.
1 2 3 4
12. Ingin mengetahui apakah saudara-saudara seiman telah meninggalkan saya.1 2 3 4
13. Menuduh Iblis yang menyebabkan hal ini terjadi.
1 2 3 4
14. Mempertanyakan kekuasaan Tuhan.
1 234
Kritik & Saran
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI