pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang -...

36
Pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang: Para champion dari Selayar, Indonesia, dan strategi mereka Ditulis oleh Ali Yansyah Abdurrahim, Helen Ross, Andi Rismayani, Andi Ismainna and Dedi S Adhuri Bahan pendukung FishCollab: sebuah piranti untuk mendukung kolaborasi masyarakat dan pemerintah dalam pengelolaan wilayah pesisir Capturing Coral Reef and Related Ecosystem Services Project

Upload: duonghanh

Post on 06-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang - ccres.netccres.net/images/uploads/publications/343/mfmo_fishcollab_profiles... · bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan, menyadari

Pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang:

Para champion dari Selayar, Indonesia, dan strategi mereka

Ditulis oleh Ali Yansyah Abdurrahim, Helen Ross, Andi Rismayani, Andi Ismainna and Dedi S Adhuri

Bahan pendukung FishCollab: sebuah piranti untuk mendukung kolaborasi masyarakat dan pemerintah dalam pengelolaan wilayah pesisir

Capturing Coral Reef and RelatedEcosystem Services Project

Page 2: Pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang - ccres.netccres.net/images/uploads/publications/343/mfmo_fishcollab_profiles... · bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan, menyadari

DAFTAR ISI

Petunjuk Pengutipan

Abdurrahim AY, Ross H, Rismayani A, Ismainna A & Adhuri DS 2018: Pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang: Para champion dari Selayar, Indonesia, dan strategi mereka, Capturing Coral Reef and Related Ecosystem Services Project, www.ccres.net.

Materi ini melengkapi publikasi berikut ini:

Ross H, Adhuri DS, Abdurrahim AY, Penrang A, Rismayani A & Ismainna A 2018: FishCollab: a toolkit to support community and government collaboration in coastal management, Capturing Coral Reef and Related Ecosystem Services Project, www.ccres.net.

Ucapan terima kasih

Kami berterima kasih kepada setiap profil pemenang — para nelayan maupun pihak lain— yang berkenan membagikan pengalaman dan strategi mereka untuk dimuat dalam publikasi ini. Kami juga berterima kasih kepada Paula Bradley yang telah menyunting dokumen dan Jo Eynaud sebagai penata letak dan grafis.

Capturing Coral Reef and Related Ecosystem Services (CCRES) Pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang

Pengantar 1

Intisari 2

Memupuk tumbuhnya para champion 3

Para champion yang beroperasi di tingkat komunitas 4

PAK YUDI ANSAR 4

PAK MUHAMMAD ARSYAD 6

PAK MAPPALEWA 8

IBU ANDI HIDAYATI 10

PAK MUHAMMAD RUSDIN 12

PAK KAMBARA 14

PAK MUHAMMAD NASIR 16

PAK ANDI NAWIR 18

PAK DATU 20

Para champion yang beroperasi di tingkat pulau 22

PAK ANDI PENRANG 22

PAK ZUL JANWAR 24

PAK MUHAMMAD AMRAN 26

PAK ANDI JAELANI 28

PAK RAKHMAT ZAINAL 30

PAK ZIAUL HAQ NAWAWI (CAWI) 32

Foto halaman ini dan latar belakang sampulnya: P. Mumby.

Foto halaman 3: A. Hooten

Page 3: Pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang - ccres.netccres.net/images/uploads/publications/343/mfmo_fishcollab_profiles... · bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan, menyadari

Capturing Coral Reef and Related Ecosystem Services (CCRES) Pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang 1

PENGANTAR

Ekosistem laut di wilayah timur Indonesia yang sudah sangat terancam kini mengalami transformasi negatif seiring melajunya penyebaran praktik penangkapan ikan yang merusak. Dampak besar pada perikanan, terumbu karang dan padang lamun mulai bermunculan, dan pada masanya nanti mempengaruhi penghidupan masyarakat pesisir.

Beberapa nelayan dan anggota masyarakat di Pulau Selayar, bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan, menyadari betapa seriusnya permasalahan ini dan mengembangkan strategi mandiri untuk mendorong perubahan di tengah komunitas mereka. Sementara itu, beberapa pihak lain yang bekerja dalam tataran pemerintah lokal atau LSM juga telah mengembangkan upaya inspiratif untuk mendorong pengurangan praktik destruktif. Dalam upaya tersebut, mereka menunjukkan inisiatif pribadi, dan melangkah jauh melampaui harapan yang melekat pada kedudukan mereka.

Buku saku ini terdiri dari sekumpulan profil individu “champion” dalam menerapkan gagasan mereka, baik di tingkat desa maupun seluruh pulau di Selayar. Buku ini adalah pendamping untuk FishCollab: alat bantu untuk mendukung kolaborasi masyarakat dan pemerintah dalam pengelolaan wilayah pesisir. Profil-profil ini ditujukan untuk menginspirasi pembaca agar mereka menyadari bahwa siapa pun dapat menjadi “champion” demi suatu gagasan, dan memberikan ide cemerlangnya.

“Para champion” ini diidentifikasi selama lokakarya pembuka untuk megembangkan piranti FishCollab, didasarkan baik pada pengamatan terhadap para peserta, maupun melalui konsultasi dengan pegawai pemerintah kabupaten yang tugas pokok dan fungsinya melibatkan hubungan langsung dengan masyarakat. Kami mencari individu yang:

1. Memiliki kepedulian sosial dan ekologis terhadap ekosistem pesisir

2. Memiliki peran penting dalam menciptakan perubahan menuju perlindungan dan pengelolaan pesisir yang lebih baik, baik dalam komunitas mereka maupun dalam skala lebih luas

3. Diakui oleh pihak lain sebagai tokoh yang berpengaruh dalam bidang-bidang tadi

4. Bila mereka pegawai, kinerjanya melampaui komitmen dan kewajiban yang umumnya melekat pada pekerjaan atau jabatannya

5. Kami mencoba mengidentifikasi para perempuan dan pria dengan karakteristik tersebut. Karena topiknya kegiatan melaut, kami hanya menemukan satu kandidat perempuan. (Perempuan mungkin lebih unggul dalam isu-isu lain di komunitas mereka.)

Para pemenang ini kemudian diwawancarai di rumah mereka di desa, di kantor mereka, atau di tempat lain yang nyaman bagi mereka seperti di restoran atau di masjid. Wawancara meliputi:

• tujuan dari penyusunan profil, dan memilih apakah nama atau foto mereka bisa dicantumkan dalam berbagai media publikasi nantinya (semua setuju, dan senang membagikan wawasannya kepada khalayak)

• kisah keterlibatan pribadi mereka dalam topik ini, terutama masa penting ketika kesadaran mereka terpicu

• strategi yang mereka gunakan untuk mempengaruhi orang lain

• tantangan apa yang mereka hadapi, dan bagaimana mereka mengatasnya

• seberapa sukses mereka menilai perjuangan mereka sendiri dalam menghentikan orang-orang di sekitarnya menangkap ikan dengan cara yang merusak, dan hal apa yang masih perlu dilakukan, dan

• apa yang akan mereka sarankan kepada orang lain untuk dilakukan dalam menghadapi situasi serupa.

Dalam prosesnya, kami bertanya tentang:

• peran perempuan dan keluarga ketika dulunya masih mendukung penangkapan ikan ilegal, dan kemudian berubah mendukung para pria untuk berhenti melakukannya

• konflik dan kerjasama dalam komunitas

• bagaiaman jejaring lintas masyarakat dibangun, bagaiaman masyarakat dihubungkan dengan pejabat pemerintah.

Jika keadaan memungkinkan, wawancara tadi ditindaklanjuti dengan pengumpulan informasi dari orang lain yang dapat melakukan verifikasi dan menambahkan informasi. Pengamatan peserta lanjutan, yang didukung pegawai kabupaten dan dilakukan di beberapa desa dalam jangka waktu total sekitar tiga bulan, melengkapi informasi dari proses wawancara.

Page 4: Pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang - ccres.netccres.net/images/uploads/publications/343/mfmo_fishcollab_profiles... · bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan, menyadari

Capturing Coral Reef and Related Ecosystem Services (CCRES) Pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang2

INTISARI

Pada mulanya, motivasi seorang champion mungkin berkembang melalui program pendidikan, pengamatan pribadi atas keadaan ekosistem dan perikanan yang semakin menurun, atau dapat pula diperoleh dari pengaruh orang di sekitarnya, termasuk pengaruh dari istri. Hal-hal yang memicu perubahan ini bisa saja terjadi cepat atau lambat. Beberapa champion mendapat pengaruh dari orang lain.

Para champion tidak selalu bermula sebagai, atau berniat sedari awal untuk menjadi “Pemimpin”, bisa saja secara pelan-pelan mereka berproses memegang posisi pimpinan resmi. Suatu peran formal bisa membantu namun bisa juga tak berpengaruh pada upaya mereka (atau pada kepercayaan diri dan panggilan untuk bertindak). Banyak dari para champion menempuh ‘jalur karier’ menuju posisi mereka. Banyak dari champion masyarakat mengawali perlawanananya terhadap praktik yang merusak sendirian, dan kemudian dipilih sebagai anggota suatu dewan atau peran senior lain ketika kemampuan, komitmen, dan pengaruh mereka mulai diakui. Memiliki peran resmi memperkuat pengaruh. Semua champion di pulau ini menunjukkan komitmen yang konsisten dari peran ke peran, dan ketika keadaan mendukung, mereka juga memilih pekerjaan yang tidak hanya menyediakan peluang, namun juga esuai dengan nilai pribadi mereka.

Para champion di tingkat desa menyampaikan beragam alasan pendorong keputusannya untuk menghentikan penangkapan ikan yang merusak—atau bergerak untuk mempengaruhi orang lain supaya berhenti melakukan perusakan. Di antara alasan yang mendasarinya adalah kesadaran religius, yang timbul dari refleksi pribadi dan/atau sosial yakni melalui pengaruh orang lain (ketika mereka didekati oleh seorang tokoh agama); kesadaran akan risiko kecelakaan, denda atau tuntutan hukum; pengakuan mereka bahwa manfaat ekonomi terbilang rendah apabila dibandingkan dengan risiko (terutama setelah membayar denda dan suap); dan keterlibatan dalam COREMAP dan proyek pengembangan masyarakat pesisir lainnya.

Para champion desa menjangkau masyarakat di sekitar tempat tinggal mereka sebelum kemudian menjangkau masyarakat di luar sembari terus menggunakan strategi yang secara sadar mereka lakukan untuk mendorong perubahan. Satu pola yang lazim ditemukan adalah ketika seorang ketua kelompok nelayan atau pemimpin dari kawasan konservasi laut bergabung dengan satu atau dua pemimpin desa yang lain, guna menghubungkan sumber-sumber pengaruh yang beragam di dalam masyarakat, sehingga mereka kemudian mendapatkan akses terhadap dana yang dikelola di Desa. Setelah itu mereka dapat memutuskan untuk bekerjasama dengan pihak lain termasuk dengan polisi untuk menangani mereka yang melanggar dan meyakinkan para pelanggar untuk merubah perilakunya. Anggota masyarakat yang tertarik dengan aktivitas ini didorong untuk mencari dan melaporkan mereka yang menggunakan praktik penangkapan ikan yang merusak dan/atau yang melakukan penangkapan di kawasan

konservasi. Dua Champion bisa memainkan peran yang sekilas tampak bertentangan namun sebenarnya merupakan dinamika yang saling melengkapi. Beberapa dari champion akan meminta polisi untuk mengancam para pelanggar dengan risiko tahanan namun kemudian melepaskannya. Setelah itu champion lain akan mendekati mereka yang baru saja dibebaskan dan mencoba jalur persuasi pribadi. Di desa yang lain bisa saja para champion memilih agar para pelanggar dituntut hingga ditahan. Satu champion memilih untuk menggunakan amanah pengawasan atas nama masyarakatnya untuk kemudian mendekati para nelayan yang merusak dari desa yang lain, dan berusaha meyakinkan mereka untuk merubah perilakunya.

Champion yang bekerja di bidang yang luas misalnya sebagai pejabat pemerintah Kabupaten atau anggota dari suatu LSM biasanya memulai aktivitasnya sebagai aktivis di Universitas atau di LSM. Hampir semua champion memiliki pengalaman dalam konservasi dan atau pemberdayaan. Mereka memiliki nilai-nilai pribadi yang telah terbukti berpengaruh baik pada pilihan karier mereka. Orang-orang ini memiliki jaringan yang kuat (yang tidak mengejutkan dalam pulau kecil dan pemerintahan kecil). Banyak dari mereka yang telah bekerja bersama pada fase yang berbeda dalam program COREMAP, sebuah program pengembangan jangka panjang yang mendukung perlindungan dan pengelolaan terumbu karang.

Strategi para champion untuk mempengaruhi orang lain sangat beragam. Di tataran desa, pendekatan yang diambil meliputi dakwah keagamaan dengan menggunakan ajaran-ajaran agama, penggunaan pengalaman pribadi sebagai contoh untuk orang lain, menjembatani berbagai pihak yang berbeda di dalam masyarakat, dan kerjasama dengan pihak kepolisian untuk memastikan adanya peringatan yang keras atau bahkan penegakan hukum melalui penuntutan tindakan kriminal. Di sisi lain ada champion yang berdasarkan proses penemuan dan refleksi pribadi kemudian mengembangkan strategi pendekatan mereka sendiri. Banyak yang menempatkan kolaborasi yang kuat sebagai bagian dari strategi mereka, baik di dalam komunitas (misalnya hubungan antara champion dengan kepala desa) atau dengan petugas pemerintah termasuk polisi, atau umumnya melibatkan kedua-duanya. Semuanya menggunakan peningkatan kesadaran baik melalui jalur formal maupun jalur informal dengan menggunakan argumentasi yang mereka pilih. Beberapa champion mengkombinasikan kan teknik persuasif dengan peringatan dan atau strategi-strategi tadi kemudian juga menjadi dasar pengembangan substansi dari nasehat yang mereka berikan kepada masyarakat.

Champion-champion yang bekerja di skala yang lebih luas menggunakan pengaruh sosial dan pendekatan pengembangan masyarakat, dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia dalam pekerjaan yang mereka miliki, termasuk sumber daya dari program COREMAP yang sangat berpengaruh.

Page 5: Pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang - ccres.netccres.net/images/uploads/publications/343/mfmo_fishcollab_profiles... · bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan, menyadari

Capturing Coral Reef and Related Ecosystem Services (CCRES) Pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang 3

Program ini dikembangkan dari pemantauan biofisik atas kondisi terumbu karang (COREMAP I), dan menggunakan hasil pengawasan untuk dimanfaatkan oleh anggota masyarakat yang terpilih guna mengembangkan kesadaran akan pentingnya strategi bersama (percobaan dalam pengelolaan kelautan berbasis masyarakat termasuk penetapan dan pembelajaran kawasan dari kawasan kecil konservasi laut milik mereka sendiri), penyediaan dana untuk beberapa infrastruktur komunitas yang berpotensi, dan penguatan posisi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan kelautan (COREMAP II dan COREMAP-CTI). Hampir semua Champion memiliki keinginan untuk membangun hubungan yang kokoh dan berkelanjutan dengan anggota masyarakat

di sekitarnya keberhasilan mereka dalam hal ini diakui oleh pengawasan para peserta. Pola pendekatan yang menggabungkan persuasi dengan hukuman yang diambil oleh champion desa juga ditemukan di dalam kombinasi strategi yang diambil oleh para champion tingkat pulau, yang sebagiannya diberi mandat untuk bekerja sama dengan masyarakat, sementara yang lain diberi mandat untuk melakukan pengawasan, namun tentu keduanya diharapkan selalu menjaga komunikasi yang baik antara satu dengan yang lain. Beberapa di antara mereka menghadapi risiko profesi dalam melaksanakan tugasnya 1 champion diturunkan jabatannya setelah ia berhasil mendorong penuntutan dari seorang pelanggar yang memiliki koneksi politik yang kuat.

MEMUPUK TUMBUHNYA PARA CHAMPIONKami tidak menganjurkan calon champion dipilih dan dibina sedari awal, apalagi oleh mereka yang datang dari luar masyarakat atau dari luar tatanan lokal yang ada. Pendekatan ‘top-down’ seperti ini bisa membawa kerugian misalnya dengan menimbulkan kekecewaan diantara mereka yang tidak dipilih dan juga berpotensi untuk membuat champion yang dipilih merasa bahwa mereka harus selalu didukung oleh oranglain. Kami yakin bahwa peran champion adalah sesuatu yang seyogyanya muncul secara alami dari upaya seseorang dan dikembangkan sendiri, bukan ketokohan yang diberikan oleh orang lain. Kami percaya bahwa munculnya seorang tokoh yang memiliki ikhtiar pribadi secara alami atau ‘bottom-up’ adalah faktor yang penting dalam perubahan sosial. Namun demikian, penuturan para champion menunjukkan ada beberapa upaya yang bisa bermanfaat dalam mendorong munculnya lebih banyak Champion, yakni:

• Pengakuan — para champion menyambut baik diberikannya peran yang lebih luas, yang dapat memperdalam pengalaman dan meningkatkan kepercayaan diri mereka, di samping menyediakan kesempatan formal bagi mereka untuk melanjutkan atau bahkan memperluas manfaat dari kerja sukarela yang mereka lakukan selama ini.

• Kesempatan berjejaring — undangan-undangan dengan fasilitas penggantian biaya perjalanan untuk datang di berbagai pertemuan dan acara-acara di luar daerah tinggal mereka dapat membantu meningkatkan kesadaran dan pengetahuan serta kepercayaan diri dari para champion, di samping menyediakan kesempatan bagi mereka untuk bertukar pengalaman.

• Kesempatan belajar — khususnya pembelajaran informal yang muncul dalam berbagai acara dan rapat jejaring. Beberapa champion menyambut baik kesempatan untuk mengikuti pelatihan formal mengenai topik topik tertentu, namun demikian diskusi kami dengan para champion juga menemukan adanya manfaat dari pembelajaran antar sesama dan pembelajaran dengan mereka yang memiliki pengalaman yang lebih luas di dalam forum terbuka.

• Penyediaan sumber daya — walaupun ada atau tidaknya sumber daya tidak menjadi penentu utama bagi kesuksesan seorang champion, tersedianya sumber daya secukupnya dapat mendukung para champion untuk mengadakan pertemuan guna memperkuat jejaring. Ketika champion juga seorang pegawai, dana dukungan program bisa membantu, namun risiko terhentinya dana bantuan dapat membawa dampak yang sangat merugikan, karena peran-peran yang langsung berhubungan dengan masyarakat biasanya adalah perang yang pertama kali dipotong ketika suatu program bantuan berakhir atau ketika dana program berkurang, sehingga seorang champion yang efektif bisa saja kemudian dialihkan perannya ke posisi yang lain.

Page 6: Pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang - ccres.netccres.net/images/uploads/publications/343/mfmo_fishcollab_profiles... · bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan, menyadari

Capturing Coral Reef and Related Ecosystem Services (CCRES) Pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang4

Foto

: H. R

oss

PARA CHAMPION YANG BEROPERASI DI TINGKAT KOMUNITAS

“Penting bagi pihak berwenang untuk mengambil tindakan tegas melawan nelayan ilegal. Kalau perlu, mereka harus tenggelamkan perahunya.” PAK YUDI ANSAR

Latar belakang Pak Yudi dulunya adalah nelayan yang aktif menangkap ikan dengan memakai bom di desa asalnya. Setelah mengalami suatu pengalaman yang mengubah hidupnya, sebagaimana diceritakan di bawah ini, dia mulai mencoba membujuk sesama penduduk desa untuk berhenti menerapkan metode penangkapan ikan yang merusak. Ia pindah ke Desa Partikarya setelah menikahi penduduk setempat, dan terus berupaya melawan dan mendukung penghentian kegiatan penangkapan ikan yang merusak. Ketika program COREMAP II dijalankan, ia bergabung dengan Lembaga Pengelolaan Sumber Daya Pesisir (LPSP) di Patikarya. Melihat kegigihannya, staf COREMAP merekrut Pak Yudi untuk bekerja sebagai fasilitator COREMAP di Patikarya dan desa-desa sekitarnya. Ketika COREMAP-CTI mengambil alih, dia diangkat sebagai ketua komite. Dia juga menjadi fasilitator untuk pembangunan desa, di bawah Kementerian Desa. Posisinya ini memungkinkannya memberi saran kepada Kepala Desa tentang investasi anggaran desa untuk mendukung pengelolaan masyarakat pesisir.

Tumbuhnya kesadaranDi desa tempat tinggal sebelumnya, Pak Yudi dikagetkan oleh kematian empat orang nelayan dalam suatu kecelakaan mengerikan yang disebabkan oleh bom. Lantaran peristiwa itu, ia memulai refleksi mendalam dan panjang tentang penangkapan ikan yang menggunakan bom, termasuk merenungkannya dari perspektif moral dan religius.

Dia memutuskan dan menyimpulkan bahwa:

1. Menangkap ikan menggunakan bom sangat berbahaya

2. Tindakan menggunakan bom ini juga tidak adil bagi para istri dari nelayan. Khususnya ketika polisi datang melakukan penyelidikan ke rumah nelayan pengguna bom, nelayan itu bisa saja melarikan diri—meninggalkan istrinya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari polisi. Keadaan ini menempatkan para istri dalam posisi yang sulit lantaran ia belum tentu benar-benar tahu tentang kegiatan ilegal yang dilakukan suaminya.

3. Setiap orang harus memiliki “penghidupan yang bersih”. Mereka harus menafkahi diri dan keluarga dengan penghidupan yang jujur dan tidak merusak.

4. Dari perspektif Muslim, menangkapya ikan adalah kegiatan yang baik, tetapi sejauh para nelayan tidak berniat untuk menghancurkan habitat ikan tangkapannya.

Strategi yang diambil

Latar belakangPada awalnya, menurut Pak Yudi, orang tidak tahu bahwa ada hukum yang melarang penggunaan bom dan sianida. Bagaimanapun, penegakan hukum terbilang lemah, dan bahkan ada sejumlah aparat yang berusaha melindungi pelaku yang terlibat dalam aktivitas penangkapan ikan yang merusak.

Kemudian, selama jeda transisi antara penerapan COREMAP II dan COREMAP-CTI, LPSP lokal tidak menerima dukungan proyek apa pun, jadi mereka tidak bisa secara ketat menegakkan hukum di daerah perlindungan laut yang mereka awasi. Selama periode itu, nelayan dari wilayah penangkapan ikan lain kembali menggunakan sianida di perairan Partikarya. Masyarakat setempat tidak bisa melakukan pengawasan karena kurangnya sumber daya pendukung. Meskipun demikian, penangkapan ikan yang merusak tetap bisa dihentikan.

PAK YUDI ANSAR

Page 7: Pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang - ccres.netccres.net/images/uploads/publications/343/mfmo_fishcollab_profiles... · bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan, menyadari

Capturing Coral Reef and Related Ecosystem Services (CCRES) Pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang 5

StrategiBegitu Pak Yudi memutuskan untuk menghentikan pengeboman, pertama-tama ia meneguhkan keinginannya dengan membujuk kelompoknya sendiri— menggunakan argumen-argumen di atas—kemudian ia meminta mereka untuk membantunya meyakinkan seisi desa. Orang-orang ini pun berhenti menangkap ikan dengan cara yang merusak: beberapa mengubah jenis alat tangkap yang mereka gunakan, dan beberapa lainnya berganti pekerjaan. Dalam berbagai perannya, mereka semua terus melakukan advokasi untuk menentang kegiatan penangkapan ikan yang merusak.

Setelah berpindah ke Patikarya, ia terus menyebarluaskan semua argumen menentang praktik yang merusak tado. Dengan peran barunya sebagai kepala LPSP dan fasilitator untuk program pembangunan desa, ia memiliki tambahan pengaruh, akses, dan rasa segan dari kebanyakan nelayan, dan Pak Yudi juga dapat menyarankan penggunaan anggaran desa untuk program-programnya. Ia bekerja sama dengan Kepala Desa, staf Dinas Perikanan kabupaten dan desa-desa pesisir lainnya. Dia bekerja dengan desa lain untuk menciptakan aliansi komunitas pesisir.

Pak Yudi juga terus melanjutkan profesinya sebagai nelayan (lebih untuk menafkahi keluarga daripada mencari laba) sehingga dia bisa dengan mudah tetap menjaga silaturahmi dengan nelayan lain sembari mengamati aktivitas mereka.

HasilIkhtiar yang dilakukan Pak Yudi, baik sebagai pribadi maupun sebagai bagian dari program organisasi telah berhasil memobilisasi dukungan semua penduduk Partikarya untuk memerangi penangkapan ikan yang merusak. Hasilnya, di bawah kepemimpinan Pak Yudi di LPSP, penangkapan ikan yang merusak oleh para penduduk Desa Partikarya telah benar-benar berhenti.

Berkat keberhasilan ini, Pak Yudi sering diundang untuk berpartisipasi dalam lokakarya dan acara-acara sejenisnya untuk membantu mempromosikan praktik penangkapan ikan yang berkelanjutan di Selayar. Peluang-peluang ini juga terus meningkatkan pemahaman dan pengetahuannya, sehingga ia dapat membagikan wawasannya yang lebih mendalam kepada orang-orang di desa lain.

Saran lainnyaPak Yudi percaya bahwa pihak berwenang harus mengambil tindakan tegas terhadap para nelayan ilegal. Jika perlu, mereka harus tenggelamkan perahu para pelaku perusakan.

PERILAKU SASARAN

Penangkapan dengan bom

MOMEN PENENTU

• Sebagai mantan nelayan yang menggunakan bom untuk menangkap ikan, kematian empat orang nelayan bom lain dari desanya meyakinkannya untuk menghentikan praktik tersebut.

STRATEGI UTAMA

• Berkolaborasi dengan pimpinan desa, staf perikanan kabupaten dan masyarakat di desa-desa pesisir lainnya

• Bekerja dengan masyarakat di desa lain dengan visi untuk menciptakan aliansi masyarakat pesisir

• Melanjutkan profesi sebagai nelayan (hanya untuk menafkahi keluarganya) demi tetap menjaga hubungan baik dengan nelayan lain dan mengamati aktivitas mereka.

HAMBATAN TERBESAR

• Kesenjangan dan keterbatasan sumber daya pendukung bagi kegiatan pengawasan demi melindungi daerah perlindungan laut

Page 8: Pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang - ccres.netccres.net/images/uploads/publications/343/mfmo_fishcollab_profiles... · bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan, menyadari

Capturing Coral Reef and Related Ecosystem Services (CCRES) Pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang6

Foto

: A.Y

. Abd

urra

him

PAK MUHAMMAD ARSYAD

“Galang semua kekuatan yang Anda miliki, serta berkomunikasi dan berkolaborasilah dengan yang lain: polisi sangat penting dalam membuat perubahan dalam masyarakat.”“Peran perempuan dan keluarga sangat penting dalam mengubah perilaku para nelayan yang merusak melalui pengaruh dari dalam komunitas.”PAK MUHAMMAD ARSYAD

Latar belakangPak Arsyad adalah Kepala Desa Bontolebang sejak 2008. Meskipun demikian, dia bukan merupakan warga asli Bontolebang, lantaran dia berasal dari Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan. Dia adalah mantan nelayan dengan kegiatan yang merusak: dulu dia melaut dengan menggunakan bom dan sianida. Dia juga menjadi pedagang, menyediakan alat-alat penangkap ikan bagi nelayan lain, mengajari mereka cara menggunakan bom dan sianida, serta membeli ikan yang ditangkap oleh para nelayan tersebut.

Dia memulai kegiatan membom ikan pada 1987 selepas lulus dari sekolah menengah atas. Kakek dan ayahnya yang memperkenalkannya pada penggunaan bom ikan. (Masyarakat di Sinjai telah menangkap ikan dengan bom sejak tahun 1980-an.) Kemudian, ia belajar mencari ikan dengan sianida ketika bekerja untuk pengusaha yang bermarkas di Hong Kong dan dikirim ke desa yang kini menjadi Bontolebang, untuk membeli ikan karang hidup. Setelah pengusaha kunci dari bisnis sianida itu meninggalkan Indonesia, dia melanjutkan operasi serupa sendiri. Pada 1997, ia menikahi seorang perempuan setempat dan membangun rumahnya di Bontolebang.

Tumbuhnya kesadaranSetelah menikah, ia mulai mendapat uang dari penghidupan berbeda, termasuk dengan bekerja sebagai anggota staf desa pada tahun 2000. Pada saat itu, Bontolebang ditunjuk sebagai wilayah administratif (desa) baru. Namun, karena gajinya rendah (Rp 90.000 selama tiga bulan) dan dia masih terhubung dengan jejaring nelayan pengguna bom dan sianida, ia terus menjalankan kegiatan penangkapan ikannya yang merusak itu sampai akhir tahun 2004.

Pada tahun 2005, ia telah berhenti menangkap ikan dengan cara yang merusak dan meninggalkan jejaring nelayan yang destruktif itu. Bisnis ikan keringnya tumbuh dan dia memiliki pekerjaan lain. Dia bergabung dengan beberapa pengembangan proyek yang

bertanggung jawab untuk membangun infrastruktur publik. Di tahun yang sama, program COREMAP memulai aktivitasnya di Bontolebang, dan sebagai anggota staf desa, Pak Arsyad pun turut terlibat dalam program ini.

Setelah mendapat informasi dan pelatihan dari COREMAP, dia menjadi sadar akan efek merugikan dari kegiatan pencarian ikan yang destruktif dan kegiatan lain di seputaran terumbu karang dan ekosistem laut lainnya. Seiring waktu berjalan, melalui kegiatan COREMAP, yang melibatkan partisipasi seluruh penduduk desa, pak Arsyad mendapatkan makin banyak teman. Dengan latar belakang Pak Arsyad yang merupakan lulusan sekolah menengah atas (standar pendidikan minimum yang diizinkan dan memenuhi syarat untuk posisi sebagai Kepala Desa) dan karena ia sangat populer di kalangan nelayan, ia kemudian terpilih sebagai Kepala Desa di tahun 2008. Kepemimpinannya ini memperkuat tekadnya untuk memastikan Bontolebang dapat terbebas dari kegiatan penangkapan ikan yang merusak.

Strategi yang diambil

Latar belakang — pengamatan pada pendorong kegiatan penangkapan ikan yang merusakPengalaman pribadi Pak Arsyad sendiri menunjukkan bagaimana seseorang bisa turut menjadi nelayan dengan kegiatan destruktif lantaran pengaruh yang kuat, baik dari keluarga dan lingkungan tempat mereka tinggal, maupun dari tatanan yang ada di lingkungan kerja mereka. Meskipun alasan ekonomi seringkali merupakan pengaruh utama, pengalaman pribadinya membuktikan bahwa jika lingkungan sekitarnya mendukung perubahan, nelayan yang merusak akan berubah, dan sebaliknya. Di salah satu desa tetangga, jaringan penangkapan ikan yang destruktif ini masih berpengaruh, dan dengan demikian banyak dari penduduk desa itu melanjutkan hidup mereka dengan praktik yang merusak.

Page 9: Pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang - ccres.netccres.net/images/uploads/publications/343/mfmo_fishcollab_profiles... · bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan, menyadari

Capturing Coral Reef and Related Ecosystem Services (CCRES) Pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang 7

PERILAKU SASARAN

Penangkapan ikan yang menggunakan bom dan sianida; penggunaan terumbu karang untuk bahan bangunan.

MOMEN PENENTU

Dengan latar belakang sebagai seorang mantan nelayan yang merusak, pelatihan COREMAP membuatnya mengerti bahwa kegiatan penangkapan ikan yang merusaj itu merugikan ekosistem laut-pesisir.

STRATEGI UTAMA

• Menggunakan pengaruhnya sebagai Kepala Desa, dan sebagai mantan “bos” kelompok nelayan untuk berbicara dengan “bos” nelayan lainnya tentang kemungkinan untuk berhenti menerapkan penangkapan ikan yang merusak

• Mengatur sedemikian rupa sehingga kelompok yang berseberangan saling bersaing dalam mengawasi dan melaporkan kegiatan ilegal kelompok lain

• Melibatkan istri, anak-anak dalam kegiatan peningkatan kesadaran dan pendukung penghidupan alternatif

HAMBATAN TERBESAR

Ada keluarga-keluarga yang masih bergantung pada praktik penangkapan yang merusak bagi penghidupannya

StrategiPak Arsyad membentuk strategi dengan memadukan pengaruh ekonominya sebagai pembina dari beberapa nelayan dan pengaruhnya sebagai kepala desa. Ketika dia sendiri menyatakan bahwa dia berhenti memancing dengan jalan destruktif, kelompok nelayan bianaanya secara otomatis mengikutinya. Ia menggunakan posisinya sebagai kepala desa, dan ia juga berusaha mempengaruhi bos dari kelompok nelayan lainnya supaya menggunakan proses penangkapan ikan yang lestari. Jika bos di kelompok itu tidak bersepakat mengubah apa pun, dia melakukan pendekatan formal dan informal untuk mendekati nelayan anggota sang bos. Satu pendekatan yang dilakukannya adalah dengan melibatkan mereka dalam kegiatan COREMAP.

Jika nelayan yang merusak masih tidak bersedia untuk berubah, ia kemudian menerapkannya “strategi menggiring domba”. Sebagai contoh, dia akan mengatur sedemikian rupa sehingga dua kelompok yang berseberangan akan saling mengawasi dan melaporkan kelompok lainnya. Ia juga berkoordinasi dengan pihak kepolisian supaya mereka seolah-olah menerapkan peraturan dengan tegas, namun sebenarnya ketika ada yang ditangkap mereka bisa dilepaskan dengan peringatan keras. Ia ingin menciptakan memunculkan kesan dan kesadaran bahwa melakukan praktik penangkapan yang merusak adalah tindakan yang berisiko dan bisa berujung pada hukuman atau benda yang tidak main-main. Hal ini pada umumnya berhasil namun kadangkala ada permasalahan yang muncul ketika masyarakat melakukan suap.

Pak Arsyad tidak hanya melakukan penanggulangan terhadap praktik penangkapan ikan yang merusak secara bertahap, namun ia juga menanggulangi perilaku merusak yang lain seperti mengambil terumbu karang untuk bahan bangunan. Dia suatu kali meminta bantuan dari pejabat di Pemerintah Kabupaten untuk memberikan sanksi terhadap masyarakat yang menggunakan terumbu karang untuk bahan bangunan rumah, termasuk terhadap seorang tokoh penting

di desa. Sanksi terhadap sang tokoh tadi ternyata sangat efektif karena ia kemudian berhenti dan hal ini diteladani oleh masyarakat yang lain.

Lebih jauh lagi, Pak Arsyad yakin bahwa adalah sangat penting untuk melibatkan keluarga nelayan dalam semua usaha yang dilakukan di desa, khususnya dalam kegiatan peningkatan kesadaran masyarakat (misalnya misalnya dengan menempatkan perempuan-perempuan desa untuk mengelola perpustakaan desa dan Pusat Informasi program COREMAP). Dia juga mendukung diberikannya lebih banyak pengajaran kepada anak-anak mengenai pentingnya terumbu karang dan ekosistem laut sebagai pelengkap dari apa yang sudah diajarkan di kurikulum formal yang ada di sekolah. Iya juga percaya bahwa memberikan program pencaharian alternatif sangat penting untuk menjamin agar pendapatan dari suatu rumah tangga tidak terlalu banyak berkurang setelah proses penangkapan ikan yang merusak dihentikan. Salah satu contohnya, di dalam program COREMAP, para perempuan Desa diberikan bantuan peralatan pendanaan dan pelatihan untuk melakukan kegiatan kewirausahaan.

HasilStrategi Pak Arsyad yang sistematik dan menyeluruh terbukti sangat efektif. Perlahan namun pasti para produk Desa kemudian mulai merubah praktik-praktik yang merusak titik pada akhirnya kegiatan penangkapan ikan yang merusak berhenti sepenuhnya di Selayar pasar dikenal sebagai ‘nelayan perusak yang kemudian berubah menjadi pemburu nelayan perusak’.

Saran lainnyaGabungkan semua kekuatan Anda, dan berkomunikasilah serta berkolaborasi dengan yang lain: polisi sangat penting dalam membuat perubahan dalam masyarakat.

Peran perempuan dan keluarga sangat penting untuk mengubah perilaku dari dalam komunitass para nelayan yang merusak.

Page 10: Pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang - ccres.netccres.net/images/uploads/publications/343/mfmo_fishcollab_profiles... · bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan, menyadari

Capturing Coral Reef and Related Ecosystem Services (CCRES) Pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang8

Foto

: H. R

oss

PAK MAPPALEWA

“Penduduk desa umumnya mengikuti teladan dan kepemimpinan yang baik. Maka, hal terpenting untuk mendorong perubahan dalam masyarakat adalah pemimpin yang memberikan teladan yang baik.”PAK MAPPALEWA

Latar belakang Pak Mappalewa adalah nelayan senior yang tinggal di desa Bontolebang. Dia adalah seorang nelayan pengebom (1980–2005) dan nelayan pengguna sianida (2000–2005). Dalam penerapan COREMAP II, ia diangkat sebagai kepala Lembaga Pengelolaan Sumber Daya Pesisir (LPSP). Kemudian, ketika COREMAP-CTI diimplementasikan, ia menjadi kepala pengawasan masyarakat kelautan di bawah lembaga itu.

Tumbuhnya kesadaranSebagai nelayan dengan kegiatan penangkapan ikan destruktif, Pak Mappalewa pernah ditangkap tiga kali. Setiap kali ditangkap, ia dikenai denda cukup besar atau dimintai uang suap. Dia mulai merasakan pekerjaannya itu tidak menguntungkan mengingat uang yang diperoleh dari penangkapan ikan yang merusak itu cepat habis. Dia kemudian mencari informasi lebih lanjut dan mencari pendapat orang lain. Dia mulai yakin penangkapan yang merusak itu berdampak buruk bagi sumber daya alam dan menemukan informasi bahwa baik hukum formal di Indonesia maupun hukum agama melarang praktik merusak semacam itu. Setelah proses penyadaran itu, ia tidak hanya menghentikan kegiatan penangkapan ikan yang merusak tetapi juga mulai lebih tekun beribadah. Tekadnya didukung oleh kehadiran COREMAP II, yang mempercayakan kepadanya posisi kepemimpinan dalam LPSP.

Strategi yang diambil

Latar belakang — pengamatan pada penggerak kegiatan penangkapan ikan yang destruktifPak Mappalewa mulai menjadi nelayan pengguna bom pada tahun 1980-an setelah beberapa nelayan yang berasal dari Kabupaten Pangkep di Sulawesi Selatan mengenalkan metode itu padanya. Pada saat itu, dia tidak sepenuhnya tahu dampak negatif dari kegiatan nelayan pengebom dan bahwa praktik itu melanggar peraturan pemerintah. Begitu dia melihat betapa ‘produktif’-nya metode ini dibandingkan dengan menggunakan tali pancing, dia mulai menerapkannya sendiri dengan membeli bahan bom dari nelayan pengebom yang datang dari pulau-pulau kecil lain ke perairan di sekitar Bontolebang.

Dia mulai menangkap ikan dengan penggunaan racun sianida di awal tahun 2000-an. Saat itu, beberapa perahu dari Parepare (Sulawesi Selatan) datang untuk menangkap ikan di dekat desa. Dia dulu kagum melihat mereka menangkap ikan karang besar, dalam jumlah besar. Dia kemudian belajar bahwa para nelayan itu menggunakan sianida dan begitu mempelajarinya dari mereka, dia mulai melakukannya sendiri, lantas juga menjual hasil tangkapannya ke jaringan pembeli ikan segar. Saat itu, dia masih sering menggunakan bom saat melaut.

Page 11: Pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang - ccres.netccres.net/images/uploads/publications/343/mfmo_fishcollab_profiles... · bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan, menyadari

Capturing Coral Reef and Related Ecosystem Services (CCRES) Pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang 9

PERILAKU SASARAN

Penangkapan ikan dengan penggunaan bom dan sianida

MOMEN PENENTU

Menyadari bahwa kegiatan penangkapan ikan yang merusak itu tidak berharga mengingat uang yang dihasilkan kerap mudah hilang atau habis

STRATEGI UTAMA

• Menawarkan pengalaman pribadinya sebagai contoh kesia-siaan dari kegiatan penangkapan ikan yang merusak; dia mengebom selama sekian dekade, tetapi tidak pernah menjadi kaya

• Menggunakan kepemimpinannya dalam Lembaga Pengelolaan Sumber Daya Pesisir (LPSP), dan lewat jaringannya, untuk menganjurkan suatu perubahan positif

• Menyebarkan pemahaman bahwa kegiatan penangkapan yang merusak itu melanggar ajaran agama dan hukum di Indonesia

HAMBATAN TERBESAR

Pelaku perusakan terlanjur ketagihan gaya hidup yang glamor (dan boros) , yang sebagian didanai oleh uang hasil merusak, yang masih diperparah lagi dengan hutang yang menggunung

Dari awal 2000-an dan seterusnya, penggunaan sianida dan bom dalam kegiatan penangkapan ikan mulai dilarang. Namun, dia dan teman-temannya merasa tidak bisa berhenti karena ketika itu mereka sudah kecanduan gaya hidup “glamor” (dan boros), dan gaya hidup mereka itu didanai oleh kegiatan penangkapan ikan yang merusak, selain itu mereka juga memiliki banyak hutang. Melalui kegiatan menangkap ikan dengan bom dan sianida, mereka tahu mereka bisa mendapatkan lebih banyak ikan, dan lebih cepat. Pada saat itu, para penegak hukum pun juga dengan mudah bisa disuap.

StrategiSetelah Pak Mappalewa berhenti melakukan kegiatan penangkapan ikan yang merusak, dia mulai mencoba untuk membuat perubahan di komunitasnya dan berhasil meyakinkan nelayan lain yang melakukan kegiatan merusak untuk berubah ke arah lebih baik. Setelah menjadi kepala LPSP, dia lebih berpengaruh dan posisinya ini memungkinkannya mulai bekerja dengan pihak lain untuk melakukan perubahan, termasuk bekerja sama dengan Kepala Desa, pemerintah kabupaten, dan pengurus kantor lainnya. Dia mulai menyampaikan pesan bahwa penangkapan ikan yang merusak telah melanggar ajaran agama dan hukum di Indonesia. Dia menyebutkan pengalamannya sebagai contoh; dia pernah menangkap ikan secara destruktif selama beberapa dekade, tetapi tidak pernah menjadi kaya lantaran semua denda yang dia bayarkan. Dia juga merupakan pendukung kuat strategi-strategi Pak Arsyad, sebagai Kepala Desa, untuk membuat perubahan positif di desa.

HasilPara nelayan dengan kegiatan yang merusak di Bontolebang pada akhirnya mengubah cara melaut mereka. Kebanyakan dari mereka menjadi anggota LPSP di bawah perintah Pak Mappalewa.

Saran lainnyaPenduduk desa biasanya mengikuti contoh dan kepemimpinan yang baik. Maka, hal terpenting untuk mendorong perubahan dalam masyarakat adalah melalui para pemimpin yang memberikan contoh baik.

Page 12: Pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang - ccres.netccres.net/images/uploads/publications/343/mfmo_fishcollab_profiles... · bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan, menyadari

Capturing Coral Reef and Related Ecosystem Services (CCRES) Pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang10

Foto

: A.Y

. Abd

urra

him

IBU ANDI HIDAYATI

“Ada dua hal penting yang harus dilakukan demi menyudahi kegiatan penangkapan ikan yang merusak: (1) melibatkan perempuan dan mempercayakan peran penting pada mereka; serta (2) melibatkan militer dan polisi dalam pengawasan”IBU ANDI HIDAYATI

Latar belakangIbu Hidayati adalah mantan Kepala Desa Bungaiya. Selama proses implementasi COREMAP II, dia dan Kepala Desa Patikarya terkenal sebagai dua pemimpin masyarakat perempuan yang berkomitmen untuk menghentikan kegiatan penangkapan ikan yang merusak di desa mereka.

Tumbuhnya kesadaranPenggunaan bom dan sianida untuk menangkap ikan termasuk umum; kemungkinan bom melukai atau meledakkan para nelayan hanya dipandang sebagai risiko sehari-hari. Para nelayan tergoda dengan kecepatan, ukuran tangkapan dan uang yang diperoleh dari metode itu. Ketika COREMAP tiba dengan program yang komprehensif dan sistematis, masyarakat mulai menyadari bahaya, dampak negatif, dan hukum yang berlaku bagi penangkapan ikan yang merusak. Secara bertahap, para nelayan yang masih menggunakan metode yang merusak berubah pikiran. Sebagai Kepala Desa saat itu, Ibu Hidayati sepenuhnya mendukung program COREMAP.

Strategi yang diambil

Latar belakang — pengamatan pada penggerak kegiatan penangkapan ikan yang destruktifAda dua jenis kegiatan merusak yang terjadi di sekitar desanya: nelayan yang menggunakan pengeboman dan nelayan yang menangkap ikan dengan racun sianida. Pengeboman dilakukan oleh semua nelayan, baik yang dari Bungaiya maupun dari luar Bungaiya, sementara penggunaan sianida dilakukan hanya oleh nelayan dari luar Bungaiya.

Sebelum COREMAP dilaksanakan di desa, sekitar 30 persen dari para nelayan Desa Bungaiya terlibat di dalam kegiatan penangkapan ikan yang merusak. Mereka awalnya dipengaruhi oleh nelayan perusak dari luar Selayar yang sering datang ke perairan Bungaiya. Mereka mulai merasakan betapa menangkap ikan dengan bom lebih cepat mendatangkan hasil yang lebih baik, maka para nelayan desa itu mulai tertarik. Para istri pun mendukung karena penangkapan ikan dengan metode ini mendatangkan pendapatan yang lebih tinggi untuk pengelolaan rumah tangga mereka. Saat Ibu Hidayati mengajak mereka untuk berhenti, alasan utama mereka adalah mereka perlu bertahan demi kebutuhan ekonomi. Mereka mengatakan bahwa jika mereka tidak penangkapan ikan dengan pengeboman, pendapatan mereka akan teramat kecil. Mereka juga bersaing dengan nelayan dari luar Desa Bungaiya memperebutkan sumber daya ikan lokal. Pada waktu itu, nelayan tidak tahu praktik seperti itu dilarang, dan juga tidak memahami efek negatif dari penangkapan ikan yang merusak.

StrategiStrategi awal Ibu Hidayati adalah dengan meningkatkan kesadaran tentang larangan dan efek negatif dari penangkapan ikan yang merusak. Selain melalui pertemuan publik, ia menggunakan pertemuan lain khusus di kalangan perempuan dan acara keagamaan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. Dia percaya bahwa agama dan peran penting perempuan dalam kehidupan keluarga (termasuk dalam menentukan pilihan penghidupan) akan sangat berpengaruh. Strateginya berhasil. Setelah pertemuan-pertemuan ini, banyak keluarga nelayan datang ke rumahnya untuk meminta informasi lebih lanjut tentang larangan penangkapan ikan yang merusak dan dampak negatif metode itu.

Page 13: Pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang - ccres.netccres.net/images/uploads/publications/343/mfmo_fishcollab_profiles... · bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan, menyadari

Capturing Coral Reef and Related Ecosystem Services (CCRES) Pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang 11

PERILAKU SASARAN

Penangkapan ikan dengan bom dan sianida

MOMEN PENENTU

Sejak kedatangan COREMAP, dia dan komunitasnya menjadi sadar akan bahaya, dampak negatif, dan undang-undang yang melarang kegiatan penangkapan ikan dengan cara destruktif.

STRATEGI UTAMA

• Membangun hukum adat untuk membuat dua daerah perlindungan laut masyarakat

• Patroli untuk menangkap nelayan ilegal, bersama dengan polisi dan personel militer yang ditugaskan untuk bekerja dengan desanya

• Memberi para perempuan peran sentral dalam menggagas program-programa penghidupan alternatif

HAMBATAN TERBESAR

Di masa lalu, kebutuhan ekonomi adalah alasan utama yang mendorong para nelayan di desanya terus menggunakan metode penangkapan ikan yang merusak.

HasilMelalui strategi tadi, penangkapan ikan yang merusak di perairan sekitar desa terbukti menurun secara signifikan. Penduduk Desa Bungaiya tidak lagi terlibat dalam kegiatan penangkapan ikan dengan bom dan sianida. Mereka sekarang merasa sangat prihatin dengan keberlanjutan sumber daya laut dan pesisir mereka, dan siap untuk melaporkan setiap pihak yang mencurigakan ke pihak keamanan dusun dan kepala desa.

Dia menggunakan otoritasnya sebagai Kepala Desa untuk membuat undang-undang desa yang melandasi pembuatan dua daerah perlindungan laut bagi masyarakat. Dia juga terlibat dalam patroli dan menangkap nelayan ilegal, bersama dengan polisi dan personel militer yang ditugaskan untuk bekerja dengannya di desa tersebut. Mereka melakukan pengawasan tidak hanya di perairan laut, tetapi juga di darat, untuk mencegah kegiatan penangkapan ikan yang merusak (misalnya dengan melarang para penyelam dari desa tetangga yang tiba dengan sepeda motor ke wilayah mereka membawa peralatan dan bahan yang merusak).

Untuk melindungi penghidupan penduduk desa, dia juga mendukung implementasi penghidupan alternatif melalui program COREMAP. Desa itu juga menerima beberapa dukungan, bagi pencaharian alternatif, misalnya perahu dan alat tangkap dari Bupati (walikota), dukungan untuk peternakan yang berasal dari pemerintah kabupaten, pinjaman bergulir yang terorganisir dll. Perempuan diberi peran sentral dalam kesemua aktivitas ini.

Saran lainnyaMenurut Ibu Hidayati, dua hal penting yang harus dilakukan untuk menghentikan kegiatan penangkapan ikan destruktif ini adalah: (1) melibatkan perempuan dan mempercayakan peran penting pada mereka; serta (2) melibatkan militer dan polisi dalam pengawasan.

Page 14: Pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang - ccres.netccres.net/images/uploads/publications/343/mfmo_fishcollab_profiles... · bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan, menyadari

Capturing Coral Reef and Related Ecosystem Services (CCRES) Pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang12

Foto

: A.Y

. Abd

urra

him

PAK MUHAMMAD RUSDIN

“Peran perempuan dan keluarga di tengah masyarakat sangat penting untuk mengubah perilaku para nelayan yang merusak.”PAK MUHAMMAD RUSDIN

Latar belakangPak Rusdin adalah seorang nelayan yang tinggal di Desa Kahu-kahu. Dia sekarang menjabat sebagai Kepala Lembaga Pengelolaan Sumber Daya Pesisir (LPSP) yang dibentuk di bawah COREMAP-CTI. Sebelumnya, ia adalah seorang kepala dusun.

Tumbuhnya kesadaranPak Rusdin mulai yakin bahwa dia perlu mengubah perilaku pencarian ikan oleh masyarakat di daerahnya setelah terlibat dalam COREMAP II. Saat itu, dia masih menjabat sebagai kepala dusun. Sebagai pemimpin dusunnya, dia sering diundang ke pertemuan publik untuk meningkatkan kesadaran atau kegiatan lain yang diselenggarakan oleh COREMAP. Dia menjadi sadar akan pentingnya ekosistem terumbu karang untuk memastikan ketersediaan ikan dan melindungi pendapatan rumah tangga. Dia lalu menyampaikan pesan COREMAP ini ke masyarakat setempat. Saat itu, sebagian besar warganya adalah nelayan dengan kegiatan penangkapan ikan yang merusak; mereka menggunakan sianida untuk menangkap kerapu segar.

Strategi yang diambil

Latar belakang — pengamatan pada penggerak kegiatan penangkapan ikan yang destruktifMeskipun dia tidak pernah terlibat dalam kegiatan penangkapan ikan yang merusak, Pak Rusdin tahu tentang dinamika penangkapan ikan yang merusak itu di desanya. Dari awal 1990-an hingga 2000-an, seorang tengkulak ikan dari Hong Kong melatih para nelayan Kahu-kahu untuk menangkap ikan dengan menggunakan sianida. Setelah perwakilan pengusaha dari Hong Kong itu meninggalkan Selayar, jaringan bisnis ikan segar yang tadinya didirikan itu kemudian dilanjutkan oleh usaha nelayan lokal dan pedagang setempat. Beberapa penduduk desa Kahu-kahu melanjutkan kegiatan penangkapan ikan yang merusak itu karena mereka sudah memiliki

ketergantungan pada jaringan ini (jaringan ini memberikan kepada mereka sekian pinjaman sebagai modal awal peralatan penangkapan ikan atau untuk pemenuhan kebutuhan pribadi).

Para nelayan tadi lantas terperangkap dalam satu siklus hutang dari usaha itu, meskipun dibandingkan dengan nelayan lainnya, mereka tampaknya memiliki gaya hidup yang lebih baik. Selain itu, adanya ikatan keluarga di antara para nelayan dengan kegiatan yang merusak itu membuat mereka satu sama lain kesulitan untuk meninggalkan jaringan bisnis perikanan dengan cara merusak ini.

Dalam kelompok-kelompok yang masing-masingnya terdiri atas lima orang, para nelayan perusak terus mengoperasikan kapal yang disebut joloro (bahasa daerah Selayar). Joloro dilengkapi dengan mesin dan sebuah kompresor. Mereka berangkat jam 6 atau 7 pagi dari sebelah utara dermaga Kahu-kahu untuk menangkap ikan di ‘Taka-taka’, wilayah terumbu karang, dan pulang sekitar jam 3 atau jam 4 sore. Beberapa dari mereka juga membawa ‘bubu’ kecil (perangkap ikan) yang diatur di karang di pagi hari dan diangkat pada sore hari. Namun, mereka juga membawa sianida. Mereka terus menggunakan sianida untuk menangkap kerapu segar lantaran cara ini mempertahankan jumlah pendapatan mereka, mengingat mereka tidak selalu berhasil menangkap ikan hanya dengan mengandalkan perangkap. Biaya operasi satu joloro saja setidaknya sebesar Rp 300.000 per hari. Beberapa dari mereka membawa bubu sebagai penutup, untuk berjaga-jaga apabila petugas patroli perikanan memeriksa (mereka mengaku menangkap ikan hidup saja, dengan menggunakan bubu).

Page 15: Pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang - ccres.netccres.net/images/uploads/publications/343/mfmo_fishcollab_profiles... · bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan, menyadari

Capturing Coral Reef and Related Ecosystem Services (CCRES) Pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang 13

PERILAKU SASARAN

Penggunaan racun sianida untuk menangkap ikan kerapu

MOMEN PENENTU

Sebagai peserta COREMAP II, dia menyadari pentingnya ekosistem terumbu karang untuk memastikan produktivitas hasil perikanan dan pendapatan rumah tangga

STRATEGI UTAMA

• Mengadakan pertemuan formal dengan nelayan yang merusak dengan mengahdirkan pihak luar sebagai pembicara

• Mengganti alat atau perlengkapan perikanan, seperti menggunakan ‘pocongpocong’ (boneka gurita) untuk menggantikan sianida

• Menangkap, menghukum para nelayan yang tertangkap menggunakan alat atau bahan penangkapan ikan yang merusak

HAMBATAN TERBESAR

Mengatasi masalah ketergantungan hutang para nelayan pada jaringan bisnis ikan segar.

StrategiSebagai salah satu pemimpin masyarakat, Pak Rusdin menerapkan dua strategi untuk mengubah perilaku masyarakatnya. Dia mengajak para warga, termasuk para nelayan yang merusak, untuk menghadiri pertemuan resmi yang kerap juga melibatkan pembicara dari luar daerahnya (misalnya Staf COREMAP pada tingkat kabupaten). Selain itu, dengan rekan-rekannya juga dia melakukan pendekatan informal di rumah-rumah para nelayan yang merusak. Dia mencoba untuk berbicara dengan mereka dari hati ke hati. Baginya, tantangan terbesar untuk perubahan positif adalah ketergantungan nelayan karena mereka memiliki hutang pada jaringan bisnis ikan segar. Bagaimanapun, dinamika keluarga nelayan dengan kegiatan yang merusak itu memberikan pengaruh kuat.

Perubahan perilaku para nelayan tergantung pada dukungan dari istri dan keluarga besarnya. Misalnya, seorang nelayan yang belum menikah akan berhenti jika ibunya melarangnya menggunakan praktik penangkapan ikan yang merusak, tetapi akan terus berjalan jika dia tidak dilarang. Ketika dia menikah dia mungkin memulai kembali praktik itu (jika dia pernah berhenti) karena tuntutan kebutuhan rumah tangga yang membutuhkan peningkatan penghasilan. Sang istri bisa saja tidak keberatan dengan apa yang para nelayan itu lakukan, selama pinjaman mereka dibayar dan mereka dapat memenuhi biaya hidup sehari-hari.

Alat tangkap yang sederhana, namun inovatif seperti ‘pocong-pocong’ (boneka gurita) tersedia sebagai alternatif untuk menggantikan penggunaan sianida. Pocong-pocong digunakan untuk menarik gurita, dan cukup efektif menangkap gurita dalam jumlah besar. Apalagi permintaan gurita meningkat dan harganya terbilang cukup tinggi, sehingga tangkapan gurita ini tentunya akan meningkatkan pendapatan nelayan.

Strategi lain yang ditempuhnya adalah berkolaborasi dengan pemerintah (dan sebelumnya dengan COREMAP) di tingkat kabupaten. Dia mendukung pendekatan pemerintah kabupaten dan upaya pencegahan yang dilakukan oleh masyarakat pesisir lainnya, seperti di Desa Parak, yang memberikan sanksi dan menghukum anggota masyarakat yang tertangkap melakukan praktik penangkapan ikan yang merusak.

HasilMeskipun Pak Rusdin sejauh ini belum mampu mengubah pikiran semua nelayan yang merusak, ia telah berhasil melakukan banyak perbaikan yang bermanfaat. Beberapa tahun lalu, hampir semua nelayan –termasuk mereka yang melaut dengan kano kecil—menangkap ikan dengan menggunakan sianida. Sekarang hanya nelayan dengan kapal joloro yang melakukan penangkapan dengan sianida. Sayangnya, jumlah perahu joloro justru meningkat dari empat menjadi enam kapal.

Saran lainnyaPeran perempuan dan keluarga dalam masyarakat sangat penting untuk mengubah perilaku nelayan yang merusak. Kerja sama dan keteguhan hati semua pihak untuk menghilangkan jaringan penangkapan ikan yang merusak ini juga sangat penting untuk mencapai perubahan dari keseluruhan masyarakat.

Page 16: Pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang - ccres.netccres.net/images/uploads/publications/343/mfmo_fishcollab_profiles... · bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan, menyadari

Capturing Coral Reef and Related Ecosystem Services (CCRES) Pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang14

Foto

: A.Y

. Abd

urra

him

PAK KAMBARA

“Cabut lisensi para pedagang ikan karang, karena mereka tidak peduli lewat jalan apa ikan itu diperoleh.”PAK KAMBARA

Latar belakangPak Kambara adalah mantan kapten perahu nelayan yang merusak dan memiliki hubungan dengan jaringan usaha tengkulak ikan yang berbasis di Hong Kong sebagaimana yang disebutkan pada bagian sebelumnya. Sekarang dia bekerja sebagai pengepul ikan. Ia juga aktif di tengah kegiatan masyarakatnya: dia adalah seorang anggota eksekutif Lembaga Pengelolaan Sumber Daya Pesisir (LPSP) di Kahu-kahu, juga seorang anggota eksekutif musyawarah desa Kahu-kahu, dan juga kerap menjadi pemberi khotbah di masjid.

Tumbuhnya kesadaranSaat masih bekerja di perahu pengusaha Hong Kong, Pak Kambara mulai merasa bahwa apa yang dilakukannya salah. Dia melihat bagaimana teman-temannya menangkap ikan dengan sianida di daerah terumbu sampai ke tahap mereka kehabisan tangkapan. Mereka menangkap semua jenis ikan karang yang berharga, seperti ikan napoleon dan kerapu, dalam semua ukuran. Bahkan ikan yang sedang bersiap untuk bertelur pun turut tertangkap. Lantaran kebiasaannya itu, ketika para nelayan itu kembali ke lokasi tertentu, ikan-ikan itu sudah menjauh dari lokasi itu. Setidaknya 10 perahu motor beroperasi pada saat itu.

Bos Pak Kambara adalah seorang pria murah hati. Dia akan memberikan uang kepada pekerjanya ketika mereka memintanya, tanpa memedulikan berapa jumlahnya. Tapi berbarengan dengan kemurahan hatinya itu, dia akan memperingatkan mereka untuk membayar hutang, hingga saatnya sang bos mengambil tagihan hutangnya dari cicilan ikan yang mereka tangkap. Ini membuat para pekerja terus-menerus terikat padanya. Beberapa teman Pak Kambara menggunakan uang pinjaman itu dengan berfoya-foya dan minum-minum. Dari sana, Pak Kambara merasa uang yang mereka hasilkan tidak memberikan berkah. Istrinya dan anak-anaknya mendukungnya untuk berubah menjadi lebih baik dan meninggalkan jaringan usaha itu.

Di sekolah, anak-anaknya diajarkan tentang efek merugikan dari penangkapan ikan di area terumbu karang dengan penggunaan sianida, dan bahwa perilaku seperti itu mendatangkan dosa. Tapi sayangnya, seperti teman-temannya, pada mulanya dia merasa tidak bisa melarikan diri dari jaringan usaha itu karena dia terikat pada bosnya lantaran memiliki banyak hutang. Ketika pengusaha Hong Kong itu meninggalkan Selayar pada pertengahan tahun 2000-an karena adanya larangan pemerintah terkait penggunaan sianida saat melaut, Pak Kambara meninggalkan jaringan usaha penangkapan ikan yang merusak itu. Tidak lama setelah itu, program COREMAP datang ke Selayar dan desanya. Partisipasinya dalam berbagai kegiatan COREMAP memberinya informasi lebih lanjut tentang dampak negatif penangkapan ikan yang merusak dan dia berhasrat membagikan pengetahuan ini kepada teman-teman di desanya.

Strategi yang diambil

Latar belakang – pengamatan pada penggerak kegiatan penangkapan ikan yang destruktifPak Kambara dan para nelayan lainnya di wilayah Kahu-kahu tertarik menggunakan sianida karena mendapatkan akses rantai pasokan dari jaringan usaha perikanan yang berbasis di Hong Kong. Mereka terperangkap oleh siklus pinjaman yang dengan murah hati diberikan bosnya sehingga mereka banyak berutang. Meskipun pengusaha Hong Kong itu telah meninggalkan Selayar, warisan buruknya terus hidup. Para nelayan yang pernah bekerja dengannya sudah terbiasa mendapatkan ikan dengan cepat, bahkan meskipun itu dilakukan lewat jalan ilegal dan destruktif. Selain itu, permintaan untuk ikan karang tidak menurun. Bahkan, sebagian dari tangan kanan pengusaha Hong Kong itu melanjutkan jaringan bisnis itu, atau setidaknya mengadopsi model bisnisnya.

Page 17: Pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang - ccres.netccres.net/images/uploads/publications/343/mfmo_fishcollab_profiles... · bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan, menyadari

Capturing Coral Reef and Related Ecosystem Services (CCRES) Pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang 15

PERILAKU SASARAN

Penangkapan ikan dengan penggunaan sianida

MOMEN PENENTU

Melihat banyaknya ikan yang siap bertelur tertangkap dalam kegiatan penangkapan ikan dengan sianida dan, sebagai hasilnya, ikan lenyap habis dari wilayah itu.

STRATEGI UTAMA

• Menjadi anggota aktif Lembaga Pengelolaan Sumber Daya Pesisir (LPSP) Kahu-kahu

• Menjelaskan manfaat dari melakukan perubahan dalam aktivitas penangkapan ikan dengan cara yang lebih baik kepada teman-teman sesama nelayan (menyampaikan pengalamannya, bahwa ia pernah menjadi seorang nelayan dengan kegiatan yang merusak, uangnya berlimpah, tetapi dia tidak pernah merasa puas karena rejeki yang diperoleh dengan jalan yang merusak)

• Mendakwahkan larangan kegiatan penangkapan ikan yang merusak melalui khotbah Jum’at di masjid

HAMBATAN TERBESAR

Nelayan terperangkap dalam siklus hutang yang dengan mudah diberikan bos jaringan usaha perikanan destruktif

StrategiSebagai anggota masyarakat dan khususnya anggota eksekutif LPSP, Pak Kambara ingin mengubah perilaku teman-temannya. Selain memberi tahu mereka tentang efek negatif dari penangkapan ikan yang merusak sumber daya alam dan adanya larangan dalam hukum negara untuk melakukan hal tersebut, ia juga menjelaskan tentang manfaat (baginya diri pribadinya) yang diperoleh setelah membuat perubahan cara melaut demi ekosistem yang lebih baik. Dia menyebutkan bahwa ketika dia menjadi nelayan yang merusak, uangnya tampak berlimpah, tetapi dia tidak pernah merasa puas dan selalu merasa kekurangan. Saat ini, hidupnya berbeda. Meski hanya menjadi pengumpul ikan dan penjual di pasar, dia merasakan hidupnya lebih diberkati. Dan dengan penghasilannya sekarang, dia masih bisa mengirim anak-anaknya ke universitas; dua di antaranya telah lulus, sementara satu anaknya dalam proses belajar. Dia juga memberi pesan-pesan ini ketika dia berkhotbah di masjid selama salat Jumat.

HasilNelayan yang dekat dengannya kebanyakan berhenti penangkapan ikan dengan jalan merusak.

Saran lainnyaDia menyarankan pencabutan lisensi bagi para pedagang ikan karang hidup, karena mereka tidak peduli lewat jalan apa ikan itu diperoleh. Mereka juga berbohong tentang dari mana asal ikan itu, mengatakan bahwa mereka melakukan usaha budidaya, padahal sebenarnya mereka menangkapnya dengan penggunaan sianida.

Page 18: Pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang - ccres.netccres.net/images/uploads/publications/343/mfmo_fishcollab_profiles... · bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan, menyadari

Capturing Coral Reef and Related Ecosystem Services (CCRES) Pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang16

Foto

: A.Y

. Abd

urra

him

PAK MUHAMMAD NASIR

“Kepemimpinan, intitusi sosial dan solidaritas yang kuat adalah kunci untuk melindungi sumber daya pesisir dan laut.”PAK MUHAMMAD NASIR

Latar belakangPak Nasir adalah Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan kepala Lembaga Pengelolaan Sumber Daya Pesisir (LPSP) di Desa Parak. Dia disukai dan dipercaya berkat komitmen dan kepeduliannya terhadap ekosistem pesisir dan laut. Dia mengambil studi magister kebijakan publik di Sekolah Pascasarjana Universitas Hasanuddin. Dia telah berkomitmen untuk selama dua hingga tiga hari dalam seminggu menyediakan waktunya demi melaksanakan tugasnya di desa.

Tumbuhnya kesadaranMelindungi wilayah pesisir dan laut adalah prioritas bagi Pak Nasir karena ia menganggap tugasnya ini adalah bagian dari dirinya. Dia tahu berapa banyak nelayan yang bergantung pada sumber daya alam ini: ketika pendapatan dan kesejahteraan paara nelayan ini dihancurkan, maka keluarga mereka pun akan turut menderita.

Strategi yang diambil

Latar belakang – pengamatan pada penggerak kegiatan penangkapan ikan yang destruktifMeskipun dia tidak pernah terlibat dalam kegiatan penangkapan ikan yang merusak, Pak Nasir sangat sadar akan seluk-beluk praktik ilegal ini. Selain tinggal di Parak, yang merupakan desa nelayan, dia punya kesempatan untuk mengunjungi desa lain di wilayah Kepulauan Selayar dan dari kunjungannya itu ia bandingkan praktik penangkapan ikan merusak yang juga terjadi di tempat-tempat itu. Menurutnya, masalah yang utama dalam kaitannya dengan kegiatan penangkapan ikan yang merusak itu adalah lantaran kelemahan yang ada pada: bidang kepemimpinan, institusi sosial, dan solidaritas masyarakat.

Ia percaya bahwa jika sebuah desa atau masyarakat memiliki pemimpin yang kuat dengan “tatanan sosial yang kuat” dan didukung oleh “solidaritas sosial”, maka kegiatan penangkapan ikan dengan cara mengebom, penangkapan ikan dengan sianida, dan kegiatan penangkapan ikan yang merusak lainnya tidak akan mungkin terjadi. Kekuatan sinergi tiga faktor sosial itu dapat mencegah nelayan daerah maupun mereka yang berasal dari luar desa dari tindakan destruktif dalam kegiatan penangkapan ikan. Tidak adanya kegiatan penangkapan ikan yang merusak di Desa Parak adalah bukti nyata dari kekuatan ketiga faktor ini.

StrategiSebagai kepala LPSP dan ketua BPD (yang bertanggung jawab untuk perencanaan, menyusun peraturan desa, penganggaran, dan pengawasan kegiatan pemerintah), Pak Nasir telah bekerja dengan Kepala Desa untuk mengembangkan dan melaksanakan kegiatan yang berupaya melindungi sumber daya pesisir di desanya, dan membantu masyarakat untuk dapat hidup sejahtera. Untuk memperkuat perlindungan terhadap wilayah pesisir dan sumber daya laut, dia dan stafnya menetapkan peraturan desa tentang kawasan lindung laut, dan ia menyusun juga aturan tambahan yang mengatur jenis sumber daya ikan, alat tangkap, metode penangkapan ikan dan area penangkapan yang diizinkan oleh pemerintah daerah setempat. Pengawasan dan penegakan aturan ini dilakukan oleh LPSP (yang diketui Pak Andi Nawir), melalui patroli di laut dan di darat. Pengawasan yang ketat dan konsisten ini kerap berhasil menangkap nelayan dengan kegiatan yang merusak. Begitu tertangkap, mereka dibawa ke kantor desa untuk diinterogasi. Jika terbukti bersalah, mereka diminta untuk menandatangani pernyataan setuju untuk tidak mengulangi pelanggaran mereka. Pak Nasir juga memberikan laporan ke Kepala Desa tentang setiap pelaku yang tertangkap. Jika bukti mencukupi, maka pelaku diserahkan kepada pihak polisi. Beberapa dari mereka telah dipenjara setelah dijatuhi hukuman di pengadilan tingkat kabupaten.

Page 19: Pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang - ccres.netccres.net/images/uploads/publications/343/mfmo_fishcollab_profiles... · bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan, menyadari

Capturing Coral Reef and Related Ecosystem Services (CCRES) Pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang 17

PERILAKU SASARAN

Penangkapan ikan secara ilegal yang menyalahi peraturan desa

MOMEN PENENTU

Sebagai pemimpin terpercaya bagi masyarakatnya, ia tahu betapa kesejahteraan nelayan di desa itu akan terancam jika kegiatan penangkapan ikan yang merusak diizinkan

STRATEGI UTAMA

• Penegakan hukum desa yang ketat dengan pengadaan patroli di laut dan daratan; penangkapan nelayan yang merusak

• Aturan tambahan yang mengatur jenis sumber daya ikan, peralatan penangkapan ikan, metode penangkapan ikan, dan area penangkapan ikan yang diizinkan

• Menggunakan dana desa untuk menyediakan perahu perahu dan peralatan penangkapan ikan yang ramah lingkungan bagi para nelayan

HAMBATAN TERBESAR

Kurang gigihnya pemimpin di wilayah lain dalam melawan penangkapan ikan ilegal.

Untuk memastikan keberlanjutan penghidupan nelayan di Desa Parak, Pak Nasir dan Kepala Desa menggunakan dana desa untuk menyediakan perahu dan alat pancing yang ramah lingkungan bagi para nelayan, dengan ketentuan bahwa para nelayan itu mendukung pemberantasan dan pencegahan kegiatan penangkapan ikan yang merusak. Pak Nasir selalu mendukung pihak yang berkepentingan, seperti pejabat pemerintah dan akademisi yang ingin bekerja untuk melindungi sumber daya pesisir dan laut di desa itu. Saat ini, dia dan Kepala Desa dan semua pengurus kantor desa sedang merumuskan peraturan desa tentang manajemen pesisir berkelanjutan, berdasarkan kebijakan daerah setempat. Dia berharap peraturan ini akan meningkatkan perlindungan sumber daya pesisir dan kesejahteraan nelayan serta keluarga mereka.

HasilStrategi di Desa Parak telah terbukti efektif. Tak satu pun penduduk desa yang kembali menjadi nelayan dengan kegiatan penangkapan ikan yang merusak. Pihak luar pun tidak lagi berani mencoba menangkap ikan menggunakan metode destruktif di perairan di sekitar desa. Pak Nasir telah berhasil memobilisasi dukungan dari pengurus kantor desa dan sebagian besar penduduk desa untuk bertindak melawan kegiatan penangkapan ikan yang merusak. Desa Parak terkenal berkat penegakan aturannya yang ketat yang melindungi wilayah perairan nya dari kegiatan penangkapan ikan yang merusak.

Saran lainnyaKepemimpinan, intitusi sosial dan solidaritas yang kuat adalah kunci untuk melindungi sumber daya pesisir dan laut.

Page 20: Pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang - ccres.netccres.net/images/uploads/publications/343/mfmo_fishcollab_profiles... · bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan, menyadari

Capturing Coral Reef and Related Ecosystem Services (CCRES) Pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang18

Foto

: A.Y

. Abd

urra

him

PAK ANDI NAWIR

“Pengawasan dan penjagaan alam harus dilakukan sebagai bagian dari ibadah dan wujud rasa syukur kepada Tuhan.”PAK ANDI NAWIR

Latar belakangPak Andi Nawir adalah nelayan senior di Desa Parak dan telah mencari ikan sejak sekolah dasar. Anak-anaknya pun juga bekerja sebagai nelayan. Dia adalah seorang pemimpin agama dan penceramah di masjid Desa Parak disamping juga berkhotbah di desa lain. Dia telah membantu pengawasan laut selama bertahun-tahun sebelum COREMAP datang ke Desa Parak. Ketika COREMAP II dan COREMAP-CTI diimplementasikan, ia diangkat sebagai kepala dari kelompok pengawasan masyarakat.

Tumbuhnya kesadaranPak Nawir percaya bahwa alam dan sumber dayanya adalah karunia dari Tuhan kepada manusia; artinya, orang berhak untuk mengambil sumber daya yang cukup demi memenuhi kebutuhan hidup untuk diri mereka sendiri dan keluarga mereka. Namun demikian, mereka juga dituntut untuk melakukannya dengan cara-cara yang santun dan menjaga kelestarian alam. Sejalan dengan keyakinannya pada perintah Tuhan dan ajaran agamanya, dia tidak pernah berpartisipasi dalam kegiatan penangkapan ikan secara destruktif, dan ia bekerja untuk menjaga desanya agar bebas dari kegiatan penangkapan ikan yang merusak. Dengan demikian, ketika COREMAP tiba dan melakukan kegiatan peningkatan kesadaran publik, dia sangat mendukung dan melalui mereka ia mengaku juga memperoleh segudang pengetahuan baru tentang pelestarian alam.

Strategi yang diambil

Latar belakang — pengamatan pada penggerak kegiatan penangkapan ikan yang destruktifPak Nawir mencatat bahwa banyak nelayan, baik dari Kabupaten Selayar maupun dari luar daerah, telah cukup lama terlibat dalam kegiatan penangkapan ikan yang merusak. Mereka menggunakan bom, potasium sianida dan tuba (bahasa Selayar untuk racun alami). Dia menyebut bahwa penggunaan bom kebanyakan dilakukan oleh nelayan dari wilayah luar Selayar. Nelayan dari kabupaten, terutama dari desa tetangga, juga menggunakan sianida lewat jalan menyemprotkannya. Beberapa nelayan mencampurkan sianida ke dalam umpan ikan. Sedangkan tuba digunakan oleh nelayan yang berasal dari pedalaman.

Menurut Pak Nawir, kurangnya iman terhadap Tuhan dan agama adalah penyebab utama kegiatan penangkapan ikan destruktif. Perintah Tuhan adalah agar orang mendapatkan rejeki melalui jalan yang bermoral dan sesuai. Tuhan telah menganugerahkan penghasilan semua orang dengan adil; sehingga penangkapan ikan harus dilakukan dengan cara yang adil, dan bukan dengan cara merusak, serta orang harus merasa cukup mengambil sesuai kebutuhannya tanpa ada niatan serakah.

StrategiPak Nawir melakukan pengawasan patroli rutin. Dia mengajak anak-anak dan tetangganya untuk berpartisipasi. Untungnya, rumah mereka terletak di dekat pesisir pantai jadi situasi ini memungkinkannya untuk melalukan pengawasan kapan saja, baik siang dan malam. Mereka telah menangkap beberapa nelayan ilegal, beberapa di antaranya diserahkan ke polisi (dengan disertai cukup bukti) dan dijatuhi hukuman penjara.

Page 21: Pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang - ccres.netccres.net/images/uploads/publications/343/mfmo_fishcollab_profiles... · bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan, menyadari

Capturing Coral Reef and Related Ecosystem Services (CCRES) Pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang 19

PERILAKU SASARAN

Penggunaan bom, sianida dan tuba dalam kegiatan penangkapan ikan di wilayah perairan desa

MOMEN PENENTU

Keyakinan kuat terhadap ajaran agama bahwa setiap orang hanya berhak mengambil sumber daya alam secukupnya, sejalan dengan kebutuhan hidupnya, dan melalui cara yang lestari

STRATEGI UTAMA

• Menjalankan patroli pengawasan berkala dengan anak-anak dan tetangganya, yang telah berhasil menangkap banyak nelayan pelaku kegiatan merusak

• Berkhotbah di masjid setempat dan sekitar Selayar tentang kewajiban masyarakat desa untuk melestarikan alam, dan mengingatkan mereka tentang pelarangan penangkapan ikan yang merusak

• Mendukung dan mendorong penerapan aturan tingkat desa untuk mencegah dan memerangi kegiatan penangkapan ikan yang merusak

HAMBATAN TERBESAR

Nelayan yang merusak kurang beriman kepada Tuhan dan tidak mematuhi ajaran agama tentang penggunaan sumber daya secara berkelanjutan.

Di setiap saat ibadah, termasuk saat salat Jumat, dia berkhotbah kepada pengikutnya tentang kewajiban mereka untuk “melestarikan alam” dan mengingatkan mereka tentang larangan kegiatan penangkapan ikan destruktif. Begitu dia ditunjuk sebagai kepala kelompok pengawas di tingkat desa, dia memperluas dan memperkuat kegiatan pengawasannya. Berkat keuletannya, Pak Nawir ditunjuk oleh pemerintah kabupaten sebagai ‘pengkhotbah terumbu karang’ untuk tingkat kabupaten.

Pak Nawir juga mendukung dan mendorong pelaksanaan peraturan tingkat desa untuk mencegah dan memerangi kegiatan penangkapan ikan yang merusak. Dia sering dimintai nasihat atau mendapatkan penugasan dari Kepala Desa dan Kepala Badan Permusyawaratan Desa, yang juga ketua Lembaga Pengelolaan Sumber Daya Pesisir (LPSP).

HasilKepemimpinannya dalam kegiatan pengawasan daerah, yang didukung oleh keluarga dan keluarga tetangganya, telah berhasil mennyelamatkan desa dari risiko dampak destruktif akibat kegiatan penangkapan ikan desktruktif yang dilakukan dalam jangka panjang.

Bahkan, saat ini hampir semua penduduk desa—terutama mereka yang tinggal di sepanjang pantai—telah berpartisipasi dalam kegiatan pengawasan. Pengawasan yang ketat, konsisten, dan substansial oleh semua penduduk desa telah mencegah nelayan yang merusak untuk datang ke desanya. Penduduk desa setempat juga sedang dalam proses mengembangkan peraturan desa resmi untuk dapat lebih lanjut memperkuat pengawasan dan larangan kegiatan penangkapan ikan yang merusak.

Saran lainnyaPengawasan dan pelestarian alam harus dilakukan sebagai bagian dari ibadah, dan wujud rasa syukur kepada Tuhan.

Page 22: Pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang - ccres.netccres.net/images/uploads/publications/343/mfmo_fishcollab_profiles... · bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan, menyadari

Capturing Coral Reef and Related Ecosystem Services (CCRES) Pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang20

Foto

: A.Y

. Abd

urra

him

PAK DATU

“Para nelayan pengguna yang merusak, termasuk juga dulu pencari telur penyu, bertindak mengikuti kebutuhan ekonomi dengan mengabaikan dampak negatif dari kegiatannya.”PAK DATU

Latar belakangPak Datu, seorang penghuni Desa Barugaiya, mulai mengumpulkan telur penyu laut sebagai sumber utama pendapatannya di tahun 1997, setelah menikah dan perlu menafkahi keluarga. Dengan bantuan sebuah buku tentang aktivitas penyu, dan pengalaman praktiknya selama dua tahun pertama dalam usaha ini, dia menjadi seorang ahli dalam berburu penyu dan memperoleh pendapatan memadai. Keberhasilan ini mendorong teman-temannya untuk ikut belajar menjadi pemburu telur penyu. Pak Datu tidak ragu-ragu membagi keterampilannya dengan teman-temannya. Namun, setelah sadar akan dampak negatif dari pengumpulan dan penjualan telur penyu ini, dia berhenti mengumpulkannya dan mendorong teman-temannya yang lain untuk melakukan hal yang sama. Kemudian, dia memulai proyek konservasi penyu, yang masih dikelolanya.

Tumbuhnya kesadaranPada 2012, ia mulai mengamati penurunan jumlah penyu betina yang datang ke pesisir Pantai Barugaiya untuk bertelur. Dia mulai khawatir pada keberlanjutan penyu laut itu, dan juga penghidupannya. Dia dan yang teman-temannya menduga bahwa aktivitas mereka mengambili telur penyu lokal, dan bahwa aktivitas serupa di tempat lain, adalah salah satu penyebab penurunan populasi penyu. Selain mulai memikirkan tentang upaya pelestarian lingkungan, para pengumpul juga memikirkan tentang mencari alternatif penghidupan: “Jika telurnya hilang, bagaimana dengan penghasilan kami?”

Strategi yang diambilBeberapa teman Pak Datu percaya bahwa telur penyu masih mendatangkan penghasilan tinggi, dan ini sejalan dengan kesadaran bahwa mereka membutuhkan penghasilan untuk mendukung keluarga mereka. Maka, Pak Datu muncul dengan solusi: ia membeli telur penyu untuk ditetaskan, lalu ia melepaskan bayi penyu itu ke laut. Pada waktu itu, jumlah telur yang mereka jual sekitar 8800 telur per tahun, jadi uang yang dibutuhkan untuk membeli kembali telur dari pemburu akan berkisar Rp 5-10 juta per tahun. Pak Datu berbagi ide tentang perusahaan berbasis konservasi ini dengan salah satu temannya, Pak Tajuma. Dengan sedikit uang dari Pak Tajuma, Pak Datu mulai mempraktikkan idenya. Dia menetaskan telur yang dibeli dari teman-teman di tempat yang sekarang menjadi lokasi Desa Penyu. Mula-mula, kegiatan itu terbilang sangat sulit. Awalnya, orang-orang lambat menanggapi permintaan bantuan darinya dan kerap menolaknya.

Situasi mulai membaik pada tahun 2013, ketika pihak administrasi kecamatan mulai memberikan bantuan untuk membangun infrastruktur jalan menuju tempat penyu berkembang biak. Dukungan tambahan berasal dari pemilik tanah yang tanahnya dijadikan sebagai jalan baru. Selain memungkinkan tersedianya jalan, pemilik tanah itu, yang merupakan anggota Komunitas Sileas Scuba Divers (SSD), membantu Pak Datu dan teman-temannya untuk mengatur kegiatan mereka dengan membentuk suatu organisasi bernama Kerukunan Pemuda Kampung Penyu (kelompok muda pelindung penyu), disingkat KAMPUNG PENYU. Melalui organisasi ini, Pak Datu, teman-temannya dan SSD mengundang kerabat, rekan kerja dan berbagai pihak lain untuk berpartisipasi dalam kegiatan konservasi penyu. Mereka juga mengundang partisipasi oleh para pemangku kepentingan, seperti polisi, pihak militer dan pemerintah dari berbagai tingkat wilayah.

Page 23: Pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang - ccres.netccres.net/images/uploads/publications/343/mfmo_fishcollab_profiles... · bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan, menyadari

Capturing Coral Reef and Related Ecosystem Services (CCRES) Pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang 21

PERILAKU SASARAN

Perburuan telur penyu laut

MOMEN PENENTU

Mengamati penurunan kemunculan penyu betina ke wilayah pantai Barugaiya untuk meletakkan telurnya; mulai khawatir tentang keberlanjutan penyu-penyu itu, dan penghidupannya

STRATEGI UTAMA

• Menyiapkan sebuah perusahaan untuk membeli telur penyu dari para pemburu telur, tetapi kemudian menunggunya hingga menetas dan melepaskan bayi penyu ke laut sebagai salah satu daya tarik wisata

• Membuat kegiatan yang melibatkan kerabat, rekan kerja dan berbagai pihak lain, termasuk polisi, untuk berpartisipasi dalam kegiatan konservasi penyu laut

HAMBATAN TERBESAR

Pada awalnya, orang-orang tidak langsung menanggapi permintaan bantuan maupun mendukungnya.

Selain diminta untuk merawat lingkungan, wisatawan lokal (Indonesia) yang ingin melepaskan bayi penyu ke laut perlu membayar Rp 25.000, sedangkan wisatawan asing membayar Rp 50.000. Dana yang dikumpulkan dari kegiatan pengunjung ini digunakan sebagai biaya operasi harian, sepert untuk pembelian ikan kecil demi pakan penyu.

HasilBerkat keberhasilan ide Pak Datu, semua pemburu telur penyu di pantai itu bertobat dari tindakannya, beralih profesi, dan mulai membantu kegiatan konservasi penyu. Warga desa setempat pun kemudian menjadi tertarik untuk berpartisipasi. Sebagai strategi untuk membina kesadaran tentang pentingnya penyu dan lingkungan, dan memperkenalkannya kepada anak-anak, mereka diundang untuk menjadi sukarelawan. Setelah pulang dari sekolah dan menjalani bimbingan rohani di rumah Pak Datu di sore hari, anak-anak itu lantas memberi makan bayi-bayi penyu. Selama liburan, mereka juga membantu Pak Datu dan orang tua mereka untuk berbicara dengan para wisatawan tentang penyu dan upaya mereka melepaskan bayi penyu ke tengah laut.

Banyak orang mengunjungi Kampung Penyu dan terinspirasi untuk membantu. Polisi dan perwira militer, misalnya, melaksanakan kegiatan rutin di sana setiap tahun. Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melalui COREMAP II dan COREMAP-CTI juga menyediakan banyak dukungan untuk program konservasi penyu, serta pengadaan kegiatan lain di desa ini dan di desa lainnya.

Saran lainnyaPak Datu menyampaiukan bahwa Para nelayan pengguna yang merusak, termasuk juga dulu pencari telur penyu, bertindak mengikuti kebutuhan ekonomi dengan mengabaikan dampak negatif dari kegiatannya dan hukum yang mereka langgar. Strategi untuk mengubah aktivitas mereka harus dilakukan dengan mempertimbangkan keberlanjutan penghidupan mereka. Dengan demikian, kombinasi dari program kesadaran dan penyediaan penghidupan alternatif adalah strategi yang jitu, selama dilakukan secara sistematis dan konsisten.

Page 24: Pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang - ccres.netccres.net/images/uploads/publications/343/mfmo_fishcollab_profiles... · bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan, menyadari

Capturing Coral Reef and Related Ecosystem Services (CCRES) Pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang22

Foto

: A.Y

. Abd

urra

him

“Para nelayan dengan kegiatan yang merusak bisa berubah menjadi champion ketika kami menyentuh hati mereka dan mendengarkan masalah mereka. Mari fasilitasi penjangkauan ini, dan libatkan mereka dalam kegiatan pembangunan.”PAK ANDI PENRANG

PARA CHAMPION YANG BEROPERASI DI TINGKAT PULAU

Latar belakangPak Andi Penrang adalah staf di Dinas Kelautan dan Perikanan, Kabupaten Selayar. Pak Andi dikenal secara luas di Selayar berperan penting dalam implementasi program COREMAP. Pak Andi memperoleh gelar sarjana sosiologi dan gelar master di bidang manajemen sumber daya perairan dari Universitas Hasanuddin.

Tumbuhnya kesadaranKepedulian Pak Andi terhadap lingkungan dan kesejahteraan masyarakat dimulai sejak di universitas. Dia bergabung secara sukarela untuk organisasi di bidang pemberdayaan masyarakat yang menjalankan prinsip partisipatif dalam pembangunan. Setelah menjadi fasilitator COREMAP dan ditugaskan untuk bekerja dengan desa-desa di wilayah Selayar, dia menyaksikan bagaimana para nelayan melakukan kegiatan penangkapan ikan yang merusak, terutama dengan menggunakan bom. Saat itu, lebih dari 80 persen nelayan di desa-desa ini adalah nelayan dengan metode yang destruktif. Mereka bekerja secara terorganisir. Di setiap desa, biasanya ada “bos” atau punggawa (dalam bahasa Selayar), yang membiayai bom dan membeli ikan tangkapan.

Namun, para nelayan dan para atasan mulai mengeluh tentang penurunan jumlah ikan tangkapan. Lantaran penurunan ini, lebih dari 60 rumah tangga nelayan di satu desa terpaksa pindah ke salah satu pulau untuk mempertahankan penghidupan mereka. Momentum yang timbul lantaran masalah ini memberi Pak Andi sebuah kesempatan untuk mulai meningkatkan kesadaran dan mengubah perilaku nelayan dengan kegiatan penangkapan ikan yang merusak.

Strategi yang diambil

Latar belakang — pengamatan pada penggerak kegiatan penangkapan ikan yang destruktifBerdasarkan pengamatannya, Pak Andi menyimpulkan bahwa faktor utama pemicu kegiatan penangkapan ikan yang destruktif itu adalah dari pengaruh orang lain. Pada

awalnya, nelayan di wilayah Selayar melihat bagaimana nelayan dari luar kabupaten mereka menggunakan metode penangkapan ikan yang merusak untuk menangkap banyak ikan dengan cepat. Melihatnya, mereka lantas tertarik untuk belajar tentang cara melakukannya secara mandiri. Beberapa dari mereka kemudian bekerja untuk “perahu pengebom”. Kegiatan penangkapan ikan yang merusak ini meningkat setelah beberapa bos wilayah setempat juga menggunakan metode penangkapan ikan destruktif ini. Mereka membiayai para nelayan lain melalui pinjaman—dengan membuat mereka berutang—dengan syarat para nelayan itu harus menjual hasil tangkapannya kepada mereka dengan harga yang ditetapkan oleh seorang pemodal, yang tentu saja lebih rendah dari harga pasar.

StrategiKeluhan para nelayan dan para bos, termasuk para nelayan yang dipaksa untuk pindah ke desa lain, memberi kesempatan bagi Pak Andi untuk mencoba mengubah perilaku mereka. Dia memberi tahu mereka: “Metode mencari ikan yang merusak itu telah menghancurkan rumah-rumah untuk ikan. Itu yang menyebabkan mereka pindah rumah, ke perairan lain. Hasilnya, para nelayan juga harus pindah dari rumah mereka karena sumber penghidupan mereka pun rusak.” Dia kemudian melakukan pendekatan pribadi dan dengan strategi partisipatif melalui program COREMAP untuk membantu para nelayan mencari solusi.

Bagi para nelayan dengan kegiatan merusak yang ingin berubah, dia menawarkan alat tangkap yang ramah lingkungan. Dengan pendekatan pribadi dia mengundang beberapa nelayan, terutama atasan dari kegiatan penangkapan ikan yang merusak, untuk menempati posisi di COREMAP tingkat desa. Dia percaya bahwa tanpa mengubah perilaku para pemimpin lokal, termasuk juga bos nelayan lokal, program COREMAP tampaknya tidak akan berhasil. Namun demikian, strategi-strategi Pak Andi ini terbukti sangat efektif. Mantan pengebom digerakkannya untuk menjadi “pemburu” bagi pengebom lainnya, dan beberapa dari mereka ditugaskan untuk

PAK ANDI PENRANG

Page 25: Pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang - ccres.netccres.net/images/uploads/publications/343/mfmo_fishcollab_profiles... · bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan, menyadari

Capturing Coral Reef and Related Ecosystem Services (CCRES) Pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang 23

PERILAKU SASARAN

Penangkapan ikan dengan jalan destruktif; Menurunnya ikan tangkapan

MOMEN PENENTU

Kepedulian bagi lingkungan dan kesejahteraan masyarakat sejak studi di universitas

STRATEGI UTAMA

• Menjelaskan penurunan jumlah ikan dengan penjelasan yang mudah dipahami dan berkaitan dengan orang banyak: misalnya, kegiatan penangkapan ikan yang merusak telah menghancurkan rumah-rumah ikan dan membuat ikan-ikan itu pindah rumah, ke perairan lain

• Mengundang para bos dengan kegiatan penangkapan ikan yang merusak untuk mengambil posisi di COREMAP tingkat desa, jadi mantan pengebom itu akan menjadi ‘pemburu’ pengebom lainnya

• Mengembangkan kurikulum pendidikan tentang wilayah perairan untuk sekolah setempat dan memberi peran penting bagi perempuan dalam mendukung penghidupan alternatif

HAMBATAN TERBESAR

Pejabat yang berperilaku buruk atau penduduk desa masih melakukan kegiatan penangkapan ikan yang merusak.

menjadi kelompok pengawasan laut. Dengan demikian perubahan perilaku mereka akan pula diikuti oleh orang lain.

Demi lebih memastikan pencapaian tujuan COREMAP untuk mempertahankan ekosistem terumbu karang dan penghidupan para warga, Pak Andi dan COREMAP kemudian menciptakan dua program utama yang manfaatnya masih dirasakan hari ini: (1) menciptakan daerah perlindungan laut (DPL) di setiap desa dan (2) menyediakan program penghidupan alternatif. Dia kembali menganalogikan daerah perlindungan laut (DPL) sebagaimana halnya sebuah rumah: “agar ikan selalu ada dalam jumlah banyak, ikan membutuhkan rumah, seperti manusia, untuk berlindung, makan, bertelur, dan membesarkan anak-anak mereka. DPL adalah rumah bagi ikan-ikan itu. Sama seperti manusia, jika rumahnya rusak, maka ikan pun akan pergi .” Setiap DPL diawasi oleh kelompok pengawasan laut tingkat desa. Selain itu, dia menunjuk seorang pengamat karang sebagai “mata-mata” COREMAP untuk menyediakan informasi dan melaporkan semua kemajuan dan masalah di desa yang terkait dengan COREMAP, termasuk ketika ada petugas yang tidak bermoral atau penduduk desa yang masih melakukan kegiatan penangkapan ikan yang merusak.

Di saat yang sama, program pencarian penghidupan alternatif dijalankan untuk memastikan bahwa pendapatan para nelayan tidak terganggu ketika peralatan penangkapan ikan mereka diubah menjadi lebih bersahabat pada lingkungan dan area untuk penangkapan ikan dibatasi (karena pembentukan DPL). Semua kegiatan ini umumnya melibatkan para perempuan di desa itu, mereka diberi pelatihan, modal dan peralatan untuk terlibat dalam penghidupan yang ramah lingkungan. Ide-ide bisnis mereka kerap menarik perhatian suami mereka (para nelayan) untuk berpartisipasi.

Para perempuan di desa itu juga memiliki peran sangat menonjol dalam program COREMAP. Mereka menerima pelatihan tentang pentingnya melindungi ekosistem terumbu karang demi lingkungan dan penghidupan bagi masyarakat pesisir

yang lebih berkelanjutan. Mereka juga diajarkan cara mempengaruhi para suami mereka untuk menjaga lingkungan perairan. Kesadaran masyarakat juga dibangkitkan melalui pengembangan kurikulum pendidikan dengan penekanan pada lingkungan pesisir. Kurikulum ini kini diajarkan di setiap sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan sekolah menengah atas di Selayar. Bagi Pak Andi dan COREMAP, para perempuan dan anak-anak adalah kunci perubahan yang bekerja cepat dan langgeng.

Hasil Perubahan perilaku masyarakat di desa-desa wilayah pesisir di mana kegiatan COREMAP dilangsungkan terjadi dengan cepat. Jumlah nelayan dengan kegiatan penangkapan yang merusak terbukti berkurang drastis. Kecenderungan positif ini juga memberi pengaruh pada desa-desa tetangga. Apalagi setelah beberapa tahun COREMAP diimplementasikan, dimana didalamnya mencakup pemeliharaan DPL, jumlah populasi ikan kembali secara substansial, dan dengan begitu ikan-ikan itu lebih mudah ditangkap. Perencanaan dan implementasi program COREMAP yang dilakukan secara partisipatif juga meningkatkan kreativitas, keikutsertaan dan kesadaran penduduk desa dalam mengelola laut dan sumber daya pesisir. Mereka menjadi sangat peduli dan tanggap apabila ada tetangga mereka atau penduduk dari desa lainnya yang ingin menangkap ikan dengan metode penangkapan ikan yang merusak. Bahkan beberapa desa, yakni Desa Parak dan Bungaiya, sedang membuat peraturan tentang manajemen sumber daya laut dan pesisir berdasarkan tradisi dan kearifan lokal mereka.

Saran lainnyaPara nelayan dengan kegiatan yang merusak bisa berubah menjadi champion ketika kami menyentuh hati mereka dan mendengarkan masalah mereka. Mari fasilitasi penjangkauan ini, dan libatkan mereka dalam kegiatan pembangunan.”. Selanjutnya, temani mereka dan perkuat semangat mereka untuk berubah lewat dukungan dari istri dan anak-anak mereka.

Page 26: Pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang - ccres.netccres.net/images/uploads/publications/343/mfmo_fishcollab_profiles... · bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan, menyadari

Capturing Coral Reef and Related Ecosystem Services (CCRES) Pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang24

Foto

: A.Y

. Abd

urra

him

PAK ZUL JANWAR

Latar belakangPak Jul Janwar memperoleh gelar sarjana di bidang Ilmu Kelautan dari Universitas Hasanuddin dan master di bidang Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Kelautan dari Institute Pertanian Bogor. Dia bekerja untuk dua LSM konservasi laut: Marine Conservation Action dan Maritime Institution of Nusantara. Dia bergabung dengan Dinas Kelautan dan Perikanan, Kabupaten Selayar, pada tahun 2003, dan kemudian berpartisipasi dalam COREMAP II pada periode 2004–2011. Ketika COREMAP II dimulai, dia bergabung dengan tim CRITC (Coral Reef Information and Training Centre/Pusat Informasi dan Pelatihan Terumbu Karang). Lantaran berminat pada kegiatan konservasi laut, dan penegakan peraturan, dia menjalani pelatihan sebagai penyelidik perikanan dan kelautan, dan selanjutnya ditugaskan di unit konservasi dan pengawasan laut. Setelah COREMAP II berakhir, dia terus bertindak sebagai penyidik nelayan ilegal, dan sekarang bertanggung jawab atas unit pengawasan.

Tumbuhnya kesadaranPak Zul sudah merasakan prihatin akan kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat sejak di universitas dan bekerja di LSM. Kesempatannya menjadi pegawai pemerintah dan kemudian ditugaskan untuk COREMAP II memungkinkannya untuk terus mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalamannya untuk mewujudkan tujuan-tujuan COREMAP (ekosistem terumbu karang dan ketersediaan pencaharian masyarakat yang berkelanjutan).

Strategi yang diambil

Latar belakang — pengamatan pada penggerak kegiatan penangkapan ikan yang destruktifPenangkapan ikan yang merusak di Selayar terjadi dalam dua bentuk: penangkapan ikan lewat pengeboman dan sianida. Pengeboman telah berlangsung dalam waktu lama. Jika seseorang yang telah berhenti mengebom diberikan pertanyaan: “Kapan Anda belajar menggunakan bom?” Mereka akan menjawab: “Saya belajar dari orang tua saya. Dengan demikian kebiasaan pengeboman ini telah diwariskan dan dipelajari melalui keluarga. Di tahun 2012, misalnya, petugas pengawasan berhasil menangkap tiga generasi nelayan ilegal: ayah mertua, menantu, dan cucu-cucunya.

Menurut Pak Zul, penangkapan ikan yang merusak tidak disebabkan oleh kemiskinan. Kenyataannya, nelayan masih dapat membeli perahu-perahu dan mesin-mesin. Mereka juga bisa membeli jaring atau peralatan penangkapan ikan yang lebih ramah lingkungan. Apalagi jika dihitung secara detail sepanjang periode penggunaan, peralatan penangkapan ikan yang ramah lingkungan justru lebih murah daripada mesti menggunakan bom. Contohnya, sebuah bom seukuran botol saus tomat standar membutuhkan amonium nitrat dengan biaya Rp 30.000-50.000. Jumlah ini tidak termasuk detonator dan sumbu yang harganya cukup mahal. Jadi, jika pengandaiannya para nelayan mengambil tiga hingga lima botol per hari, maka mereka membutuhkan setidaknya Rp 150.000-250.000 per hari, berikut biaya bensin. Penangkapan ikan dengan sianida mulai marak di Selayar seiring meningkatnya permintaan pasar akan ikan hias hidup. Salah satu perusahaan yang datang ke Selayar untuk membeli ikan hias berasal dari Bali.

“Kegiatan pengeboman yang terjadi di beberapa tempat, terutama di perairan di sekitar pulau-pulau kecil, terus menjadi tantangan bagi petugas dalam melawan kegiatan penangkapan ikan yang merusak di Selayar. ”PAK ZUL ZANWAR

Page 27: Pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang - ccres.netccres.net/images/uploads/publications/343/mfmo_fishcollab_profiles... · bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan, menyadari

Capturing Coral Reef and Related Ecosystem Services (CCRES) Pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang 25

PERILAKU SASARAN

Penangkapan ikan ilegal; distribusi bahan penangkapan ikan yang merusak

MOMEN PENENTU

COREMAP II memungkinkannya untuk terus mengembangkan keterampilan dan pengalamannya demi mewujudkan tujuan-tujuan COREMAP (kelestarian dari ekosistem terumbu karang yang dan penghidupan masyarakat).

STRATEGI UTAMA

• Melakukan patroli rutin untuk menangkap kegiatan destruktif nelayan dalam skala kecil

• Mencari untuk menangkap para pemimpin dari jaringan penangkapan ikan yang merusak

HAMBATAN TERBESAR

Menghapus sirkulasi bahan baku untuk aktivitas pengeboman; pelaku akan selalu berusaha menghindar dari penyidikan, termasuk dengan mengubah jenis kapal dan jalur pelayaran

Perusahaan ini mengajar nelayan lokal bagaimana cara menggunakan sianida. Setelah itu, penangkapan ikan hidup untuk dikonsumsi (terutama kerapu) menjadi semakin populer sementara kebutuhan pasokan ikan hias tidak lagi populer. Penangkapan kerapu hidup jauh lebih menguntungkan karena ikan dibayar berdasarkan timbangan kilo, sedangkan ikan hias dibayarkan per hitungan tertentu.

StrategiPak Zul tidak hanya melakukan patroli rutin dan menangkap nelayan perusak skala kecil, dia juga berusaha untuk menangkap para pemimpin jaringan penangkapan ikan yang merusak. Hanya bila mereka berhasil diamankan maka kegiatan penangkapan ikan yang merusak akan berkurang drastis. Operasi pengawasannya menempatkan beberapa anggota tim di lokasi yang diperkirakan sebagai tempat penangkapan ikan para nelayan perusak, atau dengan orang-orang yang memiliki informasi. Strategi ini dilakukan dengan pemangku kepentingan di berbagai tingkat, yakni warga setempat, nasional dan internasional, termasuk jejaring LSM yang peduli. Beberapa informasi yang dikumpulkan adalah jenis dan nama kapal, nama kapten, muatan bom yang diperkirakan ada (misalnya amonium nitrat), posisi kapal, dan rute yang direncanakan. Informasi tersebut kemudian dianalisis dan dipetakan, dan dikirim segera ke petugas atau lembaga dengan kewenangan untuk menindaklanjuti, baik secara lokal maupun internasional.

Untuk menemukan pelaku penggunaan sianida, pembongkaran dan penangkapan jaringan pemasok bahan baku terbilang sangat sulit. Salah satu kesulitannya adalah lantaran kesamaan bahan baku yang digunakan dengan yang dapat ditemukan di toko-toko emas.

HasilInvestigasi dan strategi pengawasan terbilang telah cukup berhasil. Beberapa perahu nelayan yang berasal dari negara tetangga, yang membawa bom untuk digunakan di Selayar, telah berhasil ditangkap oleh polisi dan pemegang otoritas adat. Akibatnya, distribusi bahan baku untuk pembuatan bom menjadi semakin sulit. Hal ini telah sangat membantu untuk mengurangi aktivitas pengeboman di Selayar, karena para nelayan kecil jadi mengalami kesulitan untuk mendapatkan bahan mentah pembuatan bom.

Saran lainnyaMeskipun pada umumnya strategi ini telah terbukti sukses, penghapusan distribusi bahan baku untuk pengeboman belum bisa dikatakan tuntas—tanpa adanya upaya-upaya inovatif lainnya. Para pelaku akan selalu berusaha untuk menghindari deteksi, termasuk mengubah jenis kapal dan jalur pengiriman yang mereka gunakan. Sementara itu, aktivitas pengeboman di beberapa lokasi, terutama di perairan sekitar pulau-pulau kecil, terus menjadi tantangan besar bagi para petugas dalam memerangi penangkapan ikan yang merusak di Selayar. Para petugas juga harus bisa menciptakan strategi untuk menghentikan distribusi peralatan penangkapan ikan yang merusak.

Page 28: Pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang - ccres.netccres.net/images/uploads/publications/343/mfmo_fishcollab_profiles... · bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan, menyadari

Capturing Coral Reef and Related Ecosystem Services (CCRES) Pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang26

Foto

: A.Y

. Abd

urra

him

PAK MUHAMMAD AMRAN

“Untuk menjaga semangat para champion lokal, pemerintah, penegak hukum dan pemangku kepentingan lainnya harus secara konsisten memberikan dukungan penuh kepada orang-orang ini.”PAK MUHAMMAD AMRAN

Latar belakangPak Muhammad Amran lahir di salah satu pulau kecil (Tambolongan) dekat ujung selatan daratan Selayar. Setelah lulus dari Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, pada tahun 1991, ia bekerja untuk Dinas Kelautan dan Perikanan, Kabupaten Selayar, dalam proyek pesisir. Pengalaman hidup dan pekerjaannya di daerah pesisir Selayar membawanya menjabat posisi yang bertanggung jawab atas program studi Manajemen Pesisir dan Teknologi Kelautan di Universitas Muslim Indonesia, Makassar. Dia kemudian bergabung dengan salah satu kelompok kerja COREMAP I dan II.

Tumbuhnya kesadaranPengetahuan yang didapatnya di universitas, serta keterlibatannya pada proyek-proyek pesisir dan untuk COREMAP, membuatnya sangat sadar tentang pentingnya keberadaan terumbu karang dan ekosistem laut bagi kehidupan manusia.

Strategi yang diambil

Latar belakang — pengamatan pada penggerak kegiatan penangkapan ikan yang destruktifPada awal 1990-an, kegiatan penangkapan ikan yang merusak tidak intens dilakukan. Faktor permintaan pasar dan ketersediaan moda transportasi serta komunikasi yang belum memadai tidak membuat kegiatan penangkapan ikan yang destruktif digiatkan pada waktu itu. Pengeboman memang dilakukan sesekali, seperti ketika penangkapan ikan diperlukan untuk menyediakan makanan dalam perayaan di desa-desa. Hanya ada sedikit pembeli ikan, termasuk satu atau dua eksportir. Penangkapan ikan dengan cara merusak meningkat setelah jumlah nelayan dari luar kabupaten Selayar berlayar datang ke daerah itu untuk menangkap ikan dengan bom.

Permintaan pasar (termasuk untuk ekspor) meningkat, dukungan modal, kapal, alat tangkap, peralatan komunikasi dan bahan untuk bom atau sianida yang dipasok oleh investor, meningkatkan jumlah nelayan dengan kegiatan penangkapan ikan yang merusak. Nelayan setempat menjadi ketergantungan menggunakan bom dan sianida. Masalah berkembang ketika pemimpin lokal menjadi bagian dari jaringan bisnis “bom dan sianida”. Jaringan-jaringan ini biasanya menyuap para pemimpin lokal atau mendorong orang-orang tertentu yang sejalan dengan tujuan mereka untuk menjadi pemimpin lokal. Orang-orang yang masuk ke jaringan bisnis yang sangat terstruktur ini, termasuk para nelayan, pemimpin lokal dan penegak hukum, pada gilirannya akan menyadari bahwa ternyata sulit untuk meninggalkan jaringan,. Siapa pun yang tertangkap oleh otoritas keamanan biasanya dibantu oleh jaringannya untuk dapat meloloskan diri. Sementara itu, orang-orang yang pernah dipenjara pun begitu dibebaskan akan kembali melanjutkan kegiatan penangkapan ikan destruktif.

StrategiStrategi yang dilakukan Pak Amran, dengan keterlibatan pihak lain, di antaranya kegiatan pengawasan dan pemberdayaan masyarakat yang bersifat partisipatif dan kolaboratif. Kegiatan-kegiatan ini melibatkan berbagai elemen, termasuk masyarakat setempat. Ketika dia bekerja untuk COREMAP I Kelompok Kerja Pemberdayaan Masyarakat Pesisir, dia diundang untuk melatih anggota masyarakat setempat agar terlibat dalam perencanaan dan implementasi program kegiatan tersebut di lima desa di Kecamatan Takabonerate.

Selama kegiatan COREMAP II, Pak Amran bekerja dalam Komponen Manajemen Berbasis Masyarakat. Ia menjadi fasilitator senior di beberapa kecamatan: Pasimasunggu, Buki, Bontomanai dan Bontomatene.

Page 29: Pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang - ccres.netccres.net/images/uploads/publications/343/mfmo_fishcollab_profiles... · bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan, menyadari

Capturing Coral Reef and Related Ecosystem Services (CCRES) Pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang 27

PERILAKU SASARAN

Kegiatan penangkapan ikan yang merusak

MOMEN PENENTU

Keterlibatanya di proyek pesisir dan COREMAP, membuatnya sadar akan betapa pentingnya pentingnya keberadaan terumbu karang dan ekosistem laut bagi kehidupan manusia.

STRATEGI UTAMA

• Kegiatan pengawasan dan pemberdayaan masyarakat yang bersifat partisipatif dan kolaboratif dan melibatkan masyarakat setempat

• Mengundang dan melatih anggota masyarakat untuk terlibat dalam perencanaan dan implementasi dari kegiatan pengembangan

• Mendorong munculnya para champion lokal di berbagai desa

HAMBATAN TERBESAR

Para champion lokal merasa kecewa karena ada oknum penegak hukum yang justru melindungi para nelayan pelaku perusakan.

Dia melakukan beberapa tugas: (1) mengkoordinasikan pembentukan Manajemen Pesisir oleh Masyarakat; (2) memfasilitasi penciptaan Rencana Pengelolaan Terumbu Karang (RPTK) pendukung daerah perlindungan laut (DPL) beserta sejumlah peraturan desa; (3) memfasilitasi Coral Reef Health Monitoring and Capacity of Fisheries and Trade/Pemantauan Keadaan Terumbu Karang dan Kapasitas Perikanan dan Perdagangan (CREEL); (4) melakukan koordinasi penerapan kegiatan pengawasan laut dan pesisir berbasis masyarakat; (4) memfasilitasi pembangunan infrastruktur publik; dan (5) memfasilitasi implementasi penghidupan alternatif. Untuk memastikan tugas-tugasnya itu bisa efektif, Pak Amran tinggal di beberapa kelompok masyarakat nelayan dalam jangka waktu tertentu.

HasilStrategi-strategi ini berhasil mendorong munculnya para champion lokal di berbagai desa. Di antaranya termasuk Pak Muddayang di Tambolongan, Pak Andi Nawir di Parak, dan Ibu Andi Hidayati di Bungaiya. Para champion lokal ini kemudian berkontribusi untuk mengubah perilaku destruktif nelayan dan memobilisasi komunitas pesisir lainnya untuk melindungi sumber daya dan ekosistem mereka.

Saran lainnyaUntuk menjaga semangat para champion lokal, pemerintah, para penegak hukum, dan pemangku kepentingan lainnya harus secara konsisten memberikan dukungan penuh kepada orang-orang ini. Dalam beberapa kasus, seperti di Tambolongan (dan lainnya), champion lokal kerap dihadapkan pada situasi yang menyebabkan mereka menjadi putus asa karena beberapa penegak hukum justru melindungi para nelayan yang merusak..

Page 30: Pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang - ccres.netccres.net/images/uploads/publications/343/mfmo_fishcollab_profiles... · bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan, menyadari

Capturing Coral Reef and Related Ecosystem Services (CCRES) Pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang28

Foto

: A.Y

. Abd

urra

him

PAK ANDI JAELANI

“Para nelayan pelaku perusakan adalah orang-orang licik. Mereka punya banyak strategi untuk mengelabui patroli, termasuk menyingkirkan bukti. Beberapa dari mereka punya kapal yang lebih cepat dari kapal patroli; mereka juga berusaha menyuap para petugas.”PAK ANDI JAELANI

Latar belakangPak Jaelani adalah seorang penyidik di Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Selayar, dan sangat dihormati oleh banyak nelayan di Selayar. Pada 2005, ia dilatih di Jawa Barat sebagai penyidik kegiatan penangkapan ikan yang destruktif. Dia kemudian diangkat menjadi Kepala Unit Pulau Kayuadi di bawah Dinas Kelautan dan Perikanan, Kabupaten Selayar (2006–2008) dan setelah itu, menjadi kepala Subdivisi Pengawasan untuk wilayah Selayar secara keseluruhan. Pada 2010, ia menjadikoordinator pengawasan laut dan pesisir/Marine and Coastal Surveillance (MCS), bagian dari pelaksanaan program COREMAP II. Ketika COREMAP II hampir berakhir, perannya sebagai koordinator MCS juga berakhir. Kini dia menjadi penyidik atas kegiatan penangkapan ikan yang merusak untuk subdivisi pengawasan wilayah Selayar.

Tumbuhnya kesadaranSebelum Pak Jaelani menjadi penyidik nelayan, dia adalah penyuluh keluarga berencana yang ditugaskan bekerja ke pulau-pulau kecil di wilayah Selayar. Dalam tujuh tahun hidupnya, ia melihat dampak negatif dari penangkapan ikan yang merusak, baik pada kehidupan keluarga, hubungan yang ada di masyarakat, maupun pada lingkungan.

Strategi yang diambil

StrategiPak Jaelani tahu jaringan dan orang-orang yang terlibat dalam kegiatan penangkapan ikan yang merusak, termasuk siapa yang menggunakan bom dan siapa menggunakan sianida. Dahulu, dia mencoba menasihati mereka dan mengambil tindakan pencegahan. Namun, hanya sedikit yang berubah.

Mereka tetap memiliki jaringan yang kuat dan praktik-praktik mereka tertanam kuat di tengah masyarakat. Jadi, Pak Jaelani mulai mengambil tindakan tegas, terutama setelah dia menjabat sebagai koordinator MCS. Sebagai koordinator MCS, dia memiliki otoritas lebih besar. Dia juga turut dibantu oleh beberapa staf pengawas. Dalam keadaan tertentu, dia bisa juga meminta bantuan polisi dan personel militer. Karena tidak semua personel itu mengerti teknik pengawasan dan investigasi untuk mengawasi para nelayan dengan kegiatan penangkapan ikan yang merusak, dia memberikan pelatihan untuk berbagi pengetahuan, terutama sebelum patroli khusus diadakan. Selain tentang berbagi aspek pelatihan formal yang diperolehnya di Jawa Barat, dia juga membagikan pengalamannya terkait dengan patroli pengawasan dan investigasi, termasuk beberapa kegagalan yang pernah dialaminya.

Menurut Pak Jaelani, nelayan yang merusak adalah orang-orang licik. Mereka punya banyak strategi untuk mengelabui petugas patroli, termasuk menyingkirkan bukti. Beberapa dari mereka memiliki perahu yang lebih cepat dari kapal patroli; mereka juga berusaha menyuap para petugas. Upaya membawa kasus penangkapan ikan yang merusak itu ke pengadilan beberapa kali gagal mencapai putusan. Detail tentang operasi patroli ini telah bocor sebelumnya, sehingga membuat operasi-operasi itu tidak berhasil. Lantaran kegagalan itu, dia mengimplementasikan beberapa strategi baru, seperti (1) melakukan patroli tanpa pemberitahuan, (2) meminta dukungan dari polisi dan militer, dan (3) melarang penggunaan ponsel selama patroli untuk mencegah pihak mana pun menghubungi para nelayan destruktif itu.

Page 31: Pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang - ccres.netccres.net/images/uploads/publications/343/mfmo_fishcollab_profiles... · bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan, menyadari

Capturing Coral Reef and Related Ecosystem Services (CCRES) Pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang 29

PERILAKU SASARAN

Penangkapan ikan ilegal

MOMEN PENENTU

Melihat dampak negatif dari kegiatan penangkapan ikan yang destruktif bagi kehidupan keluarga dan hubungan di tengah masyarakat dalam pekerjaannya sebelumnya

STRATEGI UTAMA

• Berbagi pengetahuan tentang pengawasan dan teknik investigasi atas kegiatan penangkapan ikan yang destruktif dengan stafnya sendiri, polisi dan personel militer, untuk mendukung keberhasilan patroli

• Melakukan patroli tanpa pemberitahuan dan melarang penggunaan ponsel selama patroli untuk mencegah siapa pun membocorkan informasi ke pihak nelayan yang merusak

• Penangkapan nelayan destruktif dilakukan dengan mengamankan sebanyak mungkin bukti, untuk meningkatkan kesuksesan penuntutan

HAMBATAN TERBESAR

Kehilangan jabatannya karena kuatnya koneksi politis si nelayan perusak yang ia tangkap.

EfekStrategi Pak Jaelani terbukti efektif. Dia dan timnya berhasil menangkap beberapa nelayan yang merusak, dengan disertai bukti. Banyak nelayan yang pada akhirnya digiring ke kantor polisi dan dirujuk ke pengadilan; setidaknya lima dari mereka dijatuhi hukuman penjara.

Kesuksesan tuntutannya di pengadilan memberikan dorongan bagi para stafnya dan personel lainnya untuk menunjukkan juga kepedulian mereka untuk bertindak melawan kegiatan penangkapan ikan yang destruktif di wilayah Selayar. Di lapangan, kesuksesan ini juga memberi keberanian bagi para masyarakat pesisir yang ingin menyelamatkan wilayah mereka dari kegiatan penangkapan ikan yang merusak. Para nelayan dengan kegiatan yang merusak ini pada akhirnya menjadi takut untuk beroperasi. Beberapa pihak kemudian mengubah perilaku penangkapan ikannya. Mereka menjadi sadar bahwa kegiatan mereka berpotensi menghancurkan lingkungan dan juga melanggar hukum. Mereka mulai berkonsultasi dengan Pak Jaelani, terutama dalam kaitannya dengan informasi mengenai penggunaan alat tangkap yang ramah lingkungan dan legal.

Saran lainnyaJalan untuk mencapai kesuksesan-kesuksesan itu memang penuh risiko. Pak Jaelani menerima ancaman berulang kali dari berbagai pihak, dan beberapa ancaman benar-benar dilakukan oleh pihak pengancam. Salah satu yang terburuk baginya adalah pemindahannya dari posisinya sebagai Kepala Subdivisi Pengawasan untuk Dinas Kelautan dan Perikanan, Kabupaten Selayar, setelah ia berhasil menangkap dan memenjarakan nelayan perusak yang memiliki hubungan dengan orang berpengaruh dan punya jejaring politik yang kuat di pulau itu.

Menurut Pak Jaelani, para nelayan perusak ini telah ditangkap dua kali, dan mereka selalu berhasil dibebaskan. Baginya, ini menjadi contoh yang sangat tidak adil dan sangat buruk bagi penerapan hukum di wilayahnya.

Meskipun kehilangan posisinya sebagai Kepala Subdivisi Pengawasan terbilang menyakitkan dan tidak adil baginya, dia melihatnya sebagai risiko yang memang melekat pada pekerjaannya. Pengalaman buruk itu tidak pernah meredam semangatnya dalam mewujudkan yang terbaik demi negaranya. Dia terus bekerja sebagai penyidik nelayan perusak, meskipun tidak lagi menjabat sebagai Kepala Subdivisi Pengawasan.

Page 32: Pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang - ccres.netccres.net/images/uploads/publications/343/mfmo_fishcollab_profiles... · bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan, menyadari

Capturing Coral Reef and Related Ecosystem Services (CCRES) Pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang30

Foto

: A.Y

. Abd

urra

him

PAK RAKHMAT ZAINAL

“Keberhasilan orang lain, terutama para pemimpin, akan menjadi magnet untuk menarik (para nelayan destruktif) untuk melakukan perubahan.”PAK RAKHMAT ZAINAL

Latar belakangPak Rakhmat Zainal, yang lahir di Selayar, punya banyak pengalaman dalam mendorong, memfasilitasi, dan mengawasi perencanaan pembangunan partisipatif, termasuk dalam soal tata kelola masalah perikanan dan pesisir. Dia telah terlibat dalam berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat di Selayar, seperti dalam proyek PLAN-International (LSM) dan COREMAP. Dia juga diminta untuk memimpin unit pengembangan usaha perikanan di tingkat pemerintah kabupaten, sebuah organisasi yang disiapkan untuk meningkatkan penghasilan wilayah Selayar dari bidang perikanan. Belakangan ini pemerintah kabupaten meminta masukannya tentang berbagai program pengembangan yang sedang dilaksanakan di Selayar.

Tumbuhnya kesadaranPak Zainal memiliki pengetahuan sangat baik tentang wilayah Selayar dan telah mengamati perubahan lingkungan dan konteks perubahannya. Saat masih kecil, dia melihat bahwa para nelayan menangkap ikan dengan sangat mudah, tanpa perlu menempuh perjalanan panjang nan jauh. Namun, setelah kegiatan penangkapan ikan yang merusak dan penangkapan ikan berlebihan yang terjadi, khususnya yang dilakukan oleh orang luar, para nelayan mulai mengalami kesulitan dalam menangkap ikan. Ketika cara-cara penangkapan ikan yang merusak itu berkembang, para nelayan yang semula tidak tahu-menahu—khususnya yang tinggal di pulau-pulau kecil di mana kegiatan pengawasan paling sulit untuk dilakukan—mulai meniru praktik-praktik destruktif dan beralih menjadi pelaku.

Strategi yang diambil

Latar belakang — pengamatan pada penggerak kegiatan penangkapan ikan yang destruktifMeskipun dia bukan seorang nelayan, Pak Zainal sangat sadar akan penyebab kegiatan penangkapan ikan yang merusak. Ketersediaan dukungan modal, tangkapan yang diperoleh dengan lebih mudah, adanya jaminan pasar, dan jaminan perlindungan dari “mafia” (jaringan penangkapan ikan dengan kegiatan ilegal) menambah jumlah nelayan yang menjadi aktor perusak. Sederhananya, mereka melakukan kegiatan perusakan itu karena merasa mudah mendapatkan uang. Masalah ini juga disebabkan oleh ketidakmampuan pejabat, seperti polisi dan pejabat dari lembaga lain, untuk menghilangkan kegiatan penangkapan ikan yang merusak. Kelemahan dalam koordinasi dan sistem rotasi pegawai, adanya batasan anggaran, jumlah dan kualitas pegawai, fasilitas, dan tentu saja integritas beberapa pegawai sendiri, turut berkontribusi pada tidak terselesaikannya masalah.

Menghadapi ini, kepemimpinan lokal adalah faktor kunci. Desa tanpa pemimpin yang kuat, atau pemimpin kuat yang justru menjadi nelayan dengan kegiatan yang merusak, menjadi sarang bagi usaha penangkapan ikan yang merusak. Dalam situasi seperti ini, penduduk desa yang tidak terlibat dalam kegiatan destruktif itu menjadi terisolasi, atau tidak punya pilihan selain ikut terlibat. Pembagian tugas dalam kegiatan penangkapan ikan secara destruktif itu sangat terorganisir, dimulai dari adanya tim untuk merakit bom, tim observasi, mereka yang bertugas melempar bom, mereka yang mengumpulkan ikan mati yang terkena bom, hingga tim penjualan hasil tangkapan.

Page 33: Pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang - ccres.netccres.net/images/uploads/publications/343/mfmo_fishcollab_profiles... · bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan, menyadari

Capturing Coral Reef and Related Ecosystem Services (CCRES) Pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang 31

PERILAKU SASARAN

Penangkapan ikan dengan praktik yang tidak berkelanjutan

MOMEN PENENTU

Saat masih kecil, ia menyaksikan para nelayan menangkap ikan dengan sangat mudah; tapi ia melihat semuanya berubah setelahnya merajalelanya kegiatan penangkapan ikan merusak disertai penangkapan ikan yang berlebihan

STRATEGI UTAMA

• Memfasilitasi perencanaan pembangunan desa partisipatif yang melibatkan semua komponen sistem, termasuk aktor, bos dan para pemimpin yang terlibat dalam kegiatan penangkapan ikan destruktif

• Sebagai Kepala Badan Usaha Perikanan Milik Daerah, membuat kebijakan untuk membeli ikan yang didapatkan dengan cara yang berkelanjutan dengan harga tinggi, dan dibayar segera secara tunai

• Memimpin orang-orang untuk melakukan kegiatan produktif yang memudahkan mereka memperoleh penghasilan secara legal, sehingga pada akhirnya usaha alternatif mereka ini dapat mengubah perilaku mereka

HAMBATAN TERBESAR

Kemampuan terbatas dari aparat hukum negara untuk menghilangkan kegiatan penangkapan ikan yang merusak

StrategiUntuk mengurangi kegiatan penangkapan ikan yang merusak, Pak Zainal menggabungkan semua kemampuan dan aksesnya. Pada tingkat desa, ia memfasilitasi perencanaan dan pelaksanaan pembangunan desa yang partisipatif. Sebagai seorang fasilitator, dia melibatkan semua komponen sistem, termasuk aktor, bos dan pemimpin yang terlibat dalam kegiatan penangkapan ikan yang merusak. Di Desa Bontolebang, misalnya, para pemimpin yang sebelumnya terlibat dalam kegiatan menangkap ikan secara destruktif, seperti Pak Muhammad Arsyad dan Pak Mappalewa, kemudian diajak dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat. Salah satu aktor utama di Tarupa—salah satu pulau kecil di wilayah Selayar—menjadi pedagang bahan bakar bagi area pulau itu setelah diberi konsesi untuk memperdagangkan bahan bakar minyak. Masyarakat dapat dituntun ke dalam kegiatan produktif yang mudah dilakukan agar mereka dapat menghasilkan uang secara legal, sehingga akhirnya kegiatannya ini membantu mengubah perilaku mereka. Desa-desa yang memiliki kepemimpinan yang kuat, seperti Desa Parak, pun tampak kuat menghadapi persoalan ini. Berdasarkan pengamatannya, karakter masyarakat Selayar memang menuntut adanya kekaguman pada keberhasilan pemimpin mereka, termasuk strategi di balik kesuksesan itu sebelum mau meneladani suatu perubahan sikap. Pak Datu (lihat profilnya dalam buku saku ini) di Kampung Penyu adalah teladan bagi teman temannya, baik ketika dia masih menjadi seorang pemburu telur penyu yang sukses, maupun ketika kemudian ia berubah menjadi pendukung konservasi kura-kura yang berhasil.

Di tingkat kabupaten, Pak Zainal selalu menyampaikan gagasannya kepada setiap pemimpin yang menjabat di wilayah setempat untuk terus melakukan dan menjaga komitmen pelaksanaan pembangunan partisipatif, termasuk dengan menyediakan dukungan anggaran.

Ketika dia diangkat sebagai kepala Badan Usaha Perikanan Milik Daerah, Pak Zainal juga membuat kebijakan untuk membeli ikan yang ditangkap secara legal dengan harga tinggi, dan segera dibayar secara tunai. Selain itu, untuk mengubah perilaku para nelayan, ia juga menerapkan strategi untuk meningkatkan pendapatan kabupaten dari sektor perikanan.

Sehubungan dengan adanya aparat yang tidak melaksanakan tugasnya dengan baik dan keterbatasan instansi dalam menuntaskan kegiatan penangkapan ikan yang merusak, Pak Zainal berupaya untuk mendesak para pemimpin organisasi yang bertanggung jawab untuk melakukan perbaikan. Bila ada penyimpangan, ia melaporkan perilaku petugas di tingkat kecamatan ke pengawas di tingkat kabupaten, dan seterusnya hingga ke tingkat pemerintah pusat.

HasilBeberapa strateginya membuahkan hasil. Di tingkat desa, para pemimpin masyarakat daerah berhasil berubah dan membawa masyarakat mereka ke tataran yang lebih baik. Desa-desa yang telah memiliki kepemimpinan yang kuat menjadi lebih kuat. Banyak pelaku kegiatan penangkapan ikan ilegal yang merusak telah meninggalkan pekerjaannya dan beralih ke pekerjaan yang lebih baik. Di tingkat kabupaten, institusi yang ia dekati menunjukkan perbaikan, baik dari segi kualitas program internal maupun dari sisi koordinasi yang lebih baik terjalin dengan institusi lain. Para pelaku penangkapan ikan ilegal juga mendapatkan hukuman yang sesuai.

Saran lainnyaUntuk mengubah perilaku destruktif para nelayan, tidak cukup untuk sekedar bergantung pada program peningkatan kesadaran, atau pada pelibatan masyarakat dalam program penyediaan penghidupan alternatif dengan hasil yang mencukupi. Keberhasilan orang lainlah, terutama keberhasilan para pemimpin, yang akan menjadi magnet—menarik masyarakat untuk berubah.

Page 34: Pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang - ccres.netccres.net/images/uploads/publications/343/mfmo_fishcollab_profiles... · bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan, menyadari

Capturing Coral Reef and Related Ecosystem Services (CCRES) Pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang32

Foto

: A.Y

. Abd

urra

him

PAK ZIAUL HAQ NAWAWI (CAWI)

“Dalam melakukan pemberdayaan, fasilitasi yang efektif dapat dilakukan dengan ikut tinggal di rumah para nelayan, makan bersama mereka, mendengarkan cerita dan berbagi dengan mereka, serta turut serta dalam kegiatan mereka.”PAK ZIAUL HAQ NAWAWI (CAWI)

Latar belakangPak Ziaul Haq Nawawi, dikenal dengan panggilan Pak Cawi, adalah pendiri sebuah LSM bernama Eco-natural, yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui penggunaan dan pengelolaan sumber daya lokal secara berkelanjutan. Dia adalah lulusan dari Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, dengan gelar sarjana dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan dan gelar master di bidang pengelolaan sumberdaya pesisir terpadu.

Tumbuhnya kesadaranDia melihat pantai dan laut telah dieksploitasi secara berlebihan selama bertahun-tahun, termasuk dengan penangkapan ikan melalui cara yang merusak (misalnya penggunaan bom dan sianida), namun ia mengamati bahwa para nelayan tetap miskin.

Strategi yang diambil

Latar belakang – pengamatan pada penggerak kegiatan penangkapan ikan yang destruktifKetergantungan para nelayan pada keberadaan pemodal (“bos”) dan jaringan bisnis perikanan yang menggunakan bom dan sianida berkontribusi terhadap berlanjutnya penurunan ekosistem laut dan memiskinkan para nelayan. Bos mereka memberi mereka bom dan meminjamkan jumlah uang yang banyak sebagai modal operasional, tetapi dengan syarat para nelayan itu menjual tangkapan mereka kembali kepada para bos tersebut dengan harga murah. Para bos mendominasi pasar dan menjadi penentu harga. Akibatnya, para nelayan tidak bisa keluar dari jerat hutang mereka, dan sementara itu ekosistem laut semakin rusak.

Dia sangat menyesalkan penundaan upaya pemerintah untuk mengatasi hal ini.

Di tempat-tempat di mana program pemerintah berjalan, dia mengamati bahwa pemerintah tidak menjalankannya dengan benar, juga tidak komprehensif

dan berkelanjutan. Program konservasi yang dilakukan oleh pemerintah, sebagai contoh, tidak didukung oleh masyarakat setempat karena pemerintah tidak merancang program dalam tatanan yang memungkinkan nelayan untuk berpartisipasi. Para nelayan bisa saja dilarang melakukan penangkapan ikan namun tidak diberi dukungan untuk mengejar penghidupan lain.

StrategiUntuk memperbaiki keadaan, Pak Cawi membentuk forum studi pesisir dan LSM bernama Eco-natural. Dia dan teman-temannya menyediakan pengajaran dan memberdayakan para nelayan dan keluarganya melalui pendekatan untuk membantu mereka meningkatkan penghasilan. Dia mendorong rumah tangga nelayan untuk memanfaatkan potensi alam dan sumberdaya lokal yang melimpah demi mendukung penghidupan mereka. Produksi abon ikan dan ikan asin kering, bersama dengan kegiatan menanam sayuran secara hidroponik, adalah beberapa contoh kegiatan yang dikembangkan.

Aktivitas ini diatur dalam sistem kelompok. Setiap kelompok terdiri dari maksimal lima orang. Kelompok dengan anggota lebih dari lima orang dipandang tidak akan efektif. Setiap anggota kelompok diberi tugas yang jelas. Pak Cawi dan rekan kerjanya juga melatih dan membantu kelompok untuk melakukan tata kelola bagi kelompok mereka sendiri, memilih bahan baku, dan mengatur pengemasan, perizinan serta pemasaran produk.

Sebagian besar anggota kelompok adalah para perempuan. Perempuan-perempuan ini memiliki lebih banyak waktu luang dan merupakan tonggak kunci dari ekonomi rumah tangga: mereka memiliki pengaruh kuat untuk menghentikan perilaku penangkapan ikan destruktif yang dilakukan oleh suami mereka. Para perempuan ini menentukan gaya hidup rumah tangga. Gaya hidup yang “tinggi” membutuhkan penghidupan dengan hasil “tinggi” pula.

Cara lain untuk mengurangi kegiatan penangkapan ikan yang destruktif adalah

Page 35: Pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang - ccres.netccres.net/images/uploads/publications/343/mfmo_fishcollab_profiles... · bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan, menyadari

Capturing Coral Reef and Related Ecosystem Services (CCRES) Pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang 33

PERILAKU SASARAN

Pengaruh ekonomi dari jaringan penangkapan ikan yang merusak pada para para nelayan miskin

MOMEN PENENTU

Kegiatan penangkapan ikan yang berlebihan dan dengan cara merusak (penggunaan bom dan sianida) terlihat tidak menjadikan nelayan lebih kaya

STRATEGI UTAMA

• Melalui LSM-nya, ia melakukan pengajaran dan memberdayakan para nelayan dan keluarga mereka untuk mengambil pendekatan baru demi meningkatkan penghasilan mereka

• Membuka rantai pasok untuk ikan yang ditangkap secara berkelanjutan dan menawarkan harga lebih tinggi, dibandingkan harga yang ditentukan oleh para bos di kegiatan penangkapan ikan yang merusak

• Mendorong para nelayan untuk melunasi hutang mereka pada bosnya, dan untuk menjual sisa jumlah ikan yang mereka tangkap kepada pihak dengan rantai pasokan yang jujur agar mereka dapat mengumpulkan uang untuk melunasi hutang-hutangnya

HAMBATAN TERBESAR

Nelayan menjadi tergantung pada bantuan pemerintah dan kehilangan jiwa kewirausahaan mereka.

dengan mencoba membangun pasar ikan yang bersih, dikelola dengan etis, dan berkelanjutan. Pak Cawi telah membuka rantai pasokan untuk penawaran harga lebih tinggi—dibandingkan harga yang ditetapkan bos para nelayan perusak—bagi pasokan ikan yang ditangkap sehingga kegiatan ini dapat berkelanjutan. Dia mendorong nelayan untuk membayar hutang pada bos mereka, dan untuk menjual sisa jumlah ikan yang mereka tangkap kepada pihak dengan rantai pasokan yang jujur agar mereka dapat mengumpulkan uang untuk melunasi hutang. Syaratnya adalah ikan itu diperoleh dengan metode penangkapan ikan yang memastikan keberlanjutan ekosistem laut, dan bukan dengan menggunakan bom ataupun sianida.

HasilSebagian besar perusahaan baru yang didirikan berhasil, tetapi adapula yang belum berhasil. Bisnis yang memproduksi abon ikan dan ikan kering (ikan asin) berjalan baik. Perusahaan-perusahaan itu kini sedang tumbuh dan tiap orang yang berpartisipasi memperoleh penghasilan yang meningkat. Yang paling penting, strategi ini berhasil mengurangi praktik menangkap ikan secara destruktif yang dilakukan oleh para suami. Pendapatan dari usaha kecil ini dapat dengan perlahan membantu melunasi hutang mereka kepada bos kegiatan penangkapan ikan ilegal. Ketika upaya wirausaha baru terus tumbuh, para suami menjadi lebih terlibat dalam kegiatan di sepanjang rantai pasokan, seperti memasok ikan dan pemasaran produk jadi. Di sisi lain, strategi menciptakan pasar bersih menghadapi berbagai tekanan. Keterbatasan modal adalah masalah utama. Hutang besar dan kepatuhan terhadap bos sebelumnya adalah alasan kuat bagi para nelayan untuk menyatakan tidak bersedia dan tidak mampu menjual tangkapan mereka ke pihak lain.

Saran lainnyaBerbicara tentang upaya mengurangi atau memberantas kegiatan penangkapan ikan yang merusak, kita masih perlu untuk mengajak semua pihak bekerja bersama. Misalnya, jika program perubahan perilaku mengabaikan mereka yang masih melakukan perusakan, atau membiarkan kegiatan penangkapan ikan destruktif, program itu tidak akan berhasil. Program-program ini seharusnya juga menyasar bos dari para nelayan ilegal (yang menjadi pemodal). Mereka juga harus peka memahami faktor kejiwaan para nelayan. Misalnya, mereka selalu mengatakan bahwa para pelaku penangkapan yang merusak datang dari luar wilayah mereka. Namun melalui observasi, Pak Cawi dan yang lainnya menemukan bahwa bisa saja seorang nelayan tidak melakukan perusakan di wilayah sendiri, namun justru melakukan perusakan di luar wilayah mereka.

Pemerintah harus menerapkannya kebijakan penelusuran atas ikan-ikan yang ditangkap dengan benar, dan nelayan harus mengisi buku catatan dan laporan metode penangkapan ikan mereka, lokasi dan jumlah tangkapan, sehingga sumber ikan dan metode tangkap terpapar secara transparan.

Dalam melakukan pemberdayaan, fasilitasi yang efektif dapat dilakukan dengan ikut tinggal di rumah para nelayan, makan bersama mereka, mendengarkan cerita dan berbagi dengan mereka, serta turut serta dalam kegiatan mereka. Namun, pemberdayaan atau bantuan harus dilakukan dengan penuh kehati-hatian. Kehadiran pemerintah atau pihak lain sebaiknya tidak menjadi sumber ketergantungan baru bagi para nelayan. Sayangnya hal ini telah terjadi di lapangan. Nelayan menjadi sangat bergantung pada bantuan pemerintah, dan kehilangan semangat kewirausahaan mereka.

Page 36: Pengaruh sosial untuk melindungi terumbu karang - ccres.netccres.net/images/uploads/publications/343/mfmo_fishcollab_profiles... · bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan, menyadari

Proyek Capturing Coral Reef and Related Ecosystem Services (CCRES) adalah proyek dukungan teknis regional yang ditujukan untuk membuka sumber-sumber pendapatan baru yang berkelanjutan bagi masyarakat pesisir di wilayah timur Asia Timur-Pasifik. CCRES akan mengembangkan produk-produk pengetahuan—yang dapat digunakan sebagai masukan terhadap rancangan dari proyek, rencana dan kebijakan di tingkat global, regional dan nasional—serta model teknis dan alat perencanaan yang membantu persiapan rencana pengelolaan sumber daya pesisir berbasis masyarakat.

BERKOMUNIKASI DENGAN KAMI

CAPTURING CORAL REEF AND RELATED ECOSYSTEM SERVICES (CCRES)

@CCRESnet

ccresnet

Hubungi Liz Izquierdo Manajer Proyek Kantor Kemitraan Penelitan The University of Queensland St Lucia, QLD 4072, Australia T +61 7 3443 3144 E [email protected] www.ccres.net

© Hak Cipta Universitas Queesnland 2018

Mari bergabung komunitas kami