pengaruh sikap menghindari risiko sharing knowledge …

29
JURNAL NOMINAL / VOLUME II NOMOR II / TAHUN 2013 181 PENGARUH SIKAP MENGHINDARI RISIKO SHARING DAN KNOWLEDGE SELF-EFFICACY TERHADAP INFORMAL KNOWLEDGE SHARING PADA MAHASISWA FISE UNY Oleh : M.Djazari Diana Rahmawati Mahendra Adhi Nugroho Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1). Pengaruh Sikap Menghidari Risiko Sharing terhadap Informal Knowledge Sharing. 2).Pengaruh Knowledge Self-Efficacy terhadap Informal Knowledge Sharing. pengaruh sikap menghidari risiko dan tingkat keyakinan individu terhadap kemampuan diri (Knowledge Self-Efficacy) untuk berbagi pengethauan secara informal (Informal Knowledge Sharing) yang terjadi pada mahasiwa Fakultas Ilmu Sosial Dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta (FISE UNY). Penelitian ini diharapkan dapat membantu mengetahui pola dan faktor yang menyebabkan penyebaran informasi secara informal yang terjadi pada mahasiswa FISE UNY. Dengan diketahuinya faktor yang mempengaruhi penyebaran informasi secara informal diharapkan dapat membantu penentuan kebijakan cara penyampaian informasi dari Fakultas pada mahasiswa agar efektif dan efisien. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat membantu proses penyebaran pemahaman secara merata mengenai materi kuliah di luar kelas. Penelitian ini mengunakan metoda survai dengan mengambil sampel mahasiswa FISE UNY yang masih aktif. Sampel diambil secara proposional pada seluruh Program studi yang ada di FISE. Data diolah dengan analisis regresi sederhana dengan alat bantu SPSS 17. Sebelum analisis data, dilaksanakan ujicoba instrumen dengan uji validitas dan uji reliabilitas. Uji prasyarat analisis juga dilakukan untuk memenuhi syarat dilakukannya analisis data model regresi. Uji prasyarat yang dilaksanakan adalah uji normalitas, uji linearitas dan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji heteroskedasitas dan uji multikolinearitas. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa: 1).Terdapat pengaruh negatif signifikan Sikap Menghindari Risiko Sharing terhadap Informal Knowledge Sharing. Hal ini ditunjukkan dengan koefisien regresi bernilai positif (0,224) dengan nilai p value 0,000 (p <0,05) dengan nilai koefisien determinasi r² sebesar 0.092. Hasil tersebut menunjukkan bahwa H1 tidak didukung dalam penelitian ini. 2). Terdapat pengaruh positif signifikan Knowledge Self-Efficacy terhadap Informal Knowledge Sharing. Hal ini ditunjukkan dengan koefisien regresi bernilai positif (0,229) dengan nilai p value 0,000 (p<0,05) dengan nilai koefisien

Upload: others

Post on 26-Jan-2022

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

JURNAL NOMINAL / VOLUME II NOMOR II / TAHUN 2013

181

PENGARUH SIKAP MENGHINDARI RISIKO SHARING DAN

KNOWLEDGE SELF-EFFICACY TERHADAP INFORMAL KNOWLEDGE

SHARING PADA MAHASISWA FISE UNY

Oleh :

M.Djazari

Diana Rahmawati

Mahendra Adhi Nugroho

Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1). Pengaruh Sikap Menghidari

Risiko Sharing terhadap Informal Knowledge Sharing. 2).Pengaruh Knowledge

Self-Efficacy terhadap Informal Knowledge Sharing.

pengaruh sikap menghidari risiko dan tingkat keyakinan individu terhadap

kemampuan diri (Knowledge Self-Efficacy) untuk berbagi pengethauan secara

informal (Informal Knowledge Sharing) yang terjadi pada mahasiwa Fakultas

Ilmu Sosial Dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta (FISE UNY). Penelitian

ini diharapkan dapat membantu mengetahui pola dan faktor yang menyebabkan

penyebaran informasi secara informal yang terjadi pada mahasiswa FISE UNY.

Dengan diketahuinya faktor yang mempengaruhi penyebaran informasi secara

informal diharapkan dapat membantu penentuan kebijakan cara penyampaian

informasi dari Fakultas pada mahasiswa agar efektif dan efisien. Hasil penelitian

ini juga diharapkan dapat membantu proses penyebaran pemahaman secara merata

mengenai materi kuliah di luar kelas.

Penelitian ini mengunakan metoda survai dengan mengambil sampel

mahasiswa FISE UNY yang masih aktif. Sampel diambil secara proposional pada

seluruh Program studi yang ada di FISE. Data diolah dengan analisis regresi

sederhana dengan alat bantu SPSS 17. Sebelum analisis data, dilaksanakan

ujicoba instrumen dengan uji validitas dan uji reliabilitas. Uji prasyarat analisis

juga dilakukan untuk memenuhi syarat dilakukannya analisis data model regresi.

Uji prasyarat yang dilaksanakan adalah uji normalitas, uji linearitas dan uji asumsi

klasik yang terdiri dari uji heteroskedasitas dan uji multikolinearitas.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa: 1).Terdapat pengaruh negatif

signifikan Sikap Menghindari Risiko Sharing terhadap Informal Knowledge

Sharing. Hal ini ditunjukkan dengan koefisien regresi bernilai positif (0,224)

dengan nilai p value 0,000 (p <0,05) dengan nilai koefisien determinasi r² sebesar

0.092. Hasil tersebut menunjukkan bahwa H1 tidak didukung dalam penelitian ini.

2). Terdapat pengaruh positif signifikan Knowledge Self-Efficacy terhadap

Informal Knowledge Sharing. Hal ini ditunjukkan dengan koefisien regresi

bernilai positif (0,229) dengan nilai p value 0,000 (p<0,05) dengan nilai koefisien

JURNAL NOMINAL / VOLUME II NOMOR II / TAHUN 2013

182

determinasi r² sebesar 0.103. Hasil tersebut menunjukkan bahwa H2 didukung

dalam penelitian ini.

Keyword : Informal Knowledge Sharing, Sikap Menghindari Risiko Sharing dan

Knowledge Self-Efficacy

A. PENDAHULUAN

Knowledge sharing didefinisikan sebagai aktivitas mentransfer atau

menyebarkan knowledge (termasuk implicit dan tacit knowledge) dari seseorang,

grup atau organisasi ke orang, grup atau organisasi yang lain (Lee 2001 dalam Pai

2006). Dalam suatu grup atau organisasi aktivitas knowledge sharing dipengaruhi

oleh berbagai faktor. Kwok dan Gao (2004) menggunakan pendekatan motivasi

membagi faktor yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan knowledge

sharing menjadi faktor motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik mengacu

pada motivasi individual yang timbul dari dalam diri sendiri tanpa pengaruh dari

faktor luar sedangkan faktor motivasi ekstrinsik terbentuk akibat dari budaya,

kebijakan atau konsensus yang dibentuk organisasi atau kelompok. Secara

informal, aktivitas knowledge sharing sangat dipengaruhi oleh faktor motivasi

intrinsik. Indonesia merupakan negara yang mempunyai kultur masyarakat yang

cenderung kolektivis. Masyarakat kolektivis cenderung mempunyai intensitas

interaksi secara informal lebih besar daripada intensitas interaksi secara formal.

Interaksi tersebut dapat terjadi di dalam maupun di luar organisasi. Fokus dari

penelitian ini adalah pengaruh faktor motivasi intrinsik individual terhadap

aktivitas knowledge sharing secara informal.

Søndergaard et. al (2008) melakukan review literatur untuk membentuk

model knowledge sharing menyimpulkan bahwa aktivitas knowledge sharing

dipengaruhi oleh faktor individu, faktor organisasi dan faktor kepemimpinan yang

dimediasi oleh kultur sharing. Pengembangan model knowledge sharing juga

dikembangkan oleh Lin (2007) yang membagi faktor individu menjadi

kesenangan menolong orang lain dan Knowledge Self-Efficacy. Pembagian

tersebut merupakan pembagian yang berdasarkan faktor motivasi individu secara

intrinsik. Perkembangan pembentukan model knowledge sharing dengan

1

JURNAL NOMINAL / VOLUME II NOMOR II / TAHUN 2013

183

memasukkan faktor motivasi intrinsik sebagai faktor yang mempengaruhi

aktivitas knowledge sharing banyak dilakukan oleh peneliti terdahulu. Hampir

seluruh pengembangan tersebut mengacu pada faktor-faktor motivasi intrinsik

individual yang berpengaruh positif pada aktivitas knowledge sharing (misal:

Wasko dan Faraj 2005; Leung dan Koch, 2006) daripada motivasi untuk

menghindari aktivitas knowledge sharing.

Motivasi untuk menghindari knowledge sharing tersebut salah satunya

ditunjukkan dengan Sikap Menghindari Risiko Sharing yang dapat diakibatkan

oleh persepsi bahwa aktivitas knowledge sharing akan berisiko. Ketakutan

sharing mengurangi keamanan kerja seseorang (Riege, 2005). Fenomena

anomimitas (tidak mencantumkan nama) pada penyampaian keluhan suatu

layanan baik yang dilakukan melalui kotak saran maupun melalui media cetak

yang terjadi hampir di seluruh belahan dunia termasuk di Indonesia merupakan

contoh fenomena yang menunjukkan adanya sikap untuk menghindari risiko

dalam knowledge sharing. Fenomena tersebut didukung oleh penelitian Burnett

dan Illingworthz (2008) yang melakukan survei secara online mengenai

tanggapan terhadap penataan tempat parkir menunjukkan bahwa 44,8 %

memberikan respon secara anonim. Penelitian ini menggunakan modifikasi dan

pengembangan model yang diajukan oleh Søndergaard et. al (2008) dan Lin

(2007) dengan dengan dengan mengambil variabel Sikap Menghindari Risiko

Sharing dan Knowledge Self-Efficacy sebagai variabel yang mempengaruhi

Informal Knowledge Sharing.

B. KAJIAN LITERATUR

1. Informal Knwolege Sharing

Knowledge sharing didefinisikan sebagai aktivitas mentransfer atau

menyebarkan knowledge (termasuk implicit dan tacit knowledge) dari seseorang,

grup atau organisasi ke orang, grup atau organisasi yang lain (Lee 2001 dalam Pai

2006). Peroses knowledge sharing terjadi tergantung pada lingkukngan terjadinya

sharing tersebut. Alavi dan Leidner (2001) memandang bahwa knowledge sharing

JURNAL NOMINAL / VOLUME II NOMOR II / TAHUN 2013

184

sebagai salah suatu proses dari kerangka knowledge management secara

keseluruhan sebagai bagian dari knowledge creation, storage, dan application.

Dari pendapat tersebut dapat dilihat bahwa knowledge sharing merupakan salah

satu aktivitas yang terintegrasi dalam bagian besar dari proses pengelolalan

knowledge itu sendiri.

Alavi dan Leidner (2001) mengklasifikasi mekanisme knowledge sharing

menjadi empat tipe yaitu: informal vs formal, dan personal vs impersonal.

Mekanisme informal termasuk di dalamnya adalah pertemuan yang tidak

terjadwal, seminar informal, dan percakapan ketika istirahat. Mekanisme formal

dapat berupa pelatihan dan plant tours. Mekanisme personal dapat berupa transfer

personel sedangkan mekanisme impersonal dapat berupa komunitas praktik.

Dari beberapa definisi dan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

Informal Knowledge Sharing adalah proses berbagi pengetahuan yang dilakukan

dalam lingkungan informal. Lingkungan informal dapat didefinisikan sebagai

lingkungan yang tidak terdapat aturan formal yang mengendalikannya.

2. Sikap Menghindari Risiko Sharing

Sikap Menghindari Risiko Sharing merupakan reaksi yang diambil

seseorang ketika menghadapi lingkungan yang dianggap berisiko. Ketakutan

sharing mengurangi keamanan kerja seseorang (Riege, 2005). Informasi atau

knowledge power, pada kesamaan dalam status, dan persepsi terhadap kurangnya

keamaan kerja dapat juga menjadi penghambat (Riege, 2005). Kedua pernyataan

tersebut menunjukkan bahwa jika informasi atau pengetahuan yang akan dibagi

dianggap berisiko maka orang akan mempunyai kecenderungan untuk

menghindari risiko.

Berbagi pengetahuan sering dianggap sebagai pelemah posisi pegwai dan

power dalam perusahaan (Tiwana, 2002). Dalam kontek tersebut, knowledge

sharing dianggap dapat meningkatkan risiko seseorang dalam suatu organisasi

sehingga meningkatkan risiko sharing. Di lingkungan pegawai sering terjadi

kekawatiran ketika melakukan knowledge sharing akan mengurangi keamanan

kerja karena ketidak jelasan tujuan dari aktivitas tersebut (Lelic, 2001). Sikap

5

JURNAL NOMINAL / VOLUME II NOMOR II / TAHUN 2013

185

tersebut menunjukkan bahwa seseorang akan mencoba menghidari risiko yang

diakibatkan oleh aktivitas knowledge sharing.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulakan bahwa sikap

menhindari risiko merupakan sikap yang diambil seseorang yang mngaggap

bahwa aktivitas knowledge sharing dianggap berisiko. Risiko tersebut dapat

berupa risiko yang akan berdampak lansung dengan dirinya maupun yang

berdampak secara tidak langsung.

3. Knowledge Self Efficacay

Untuk melakukan aktivitas berbagi pengetahuan atau informasi seseorang

memiliki motivasi tertentu. Motivasi dapat timbul dari faktor intrinsik maupun

ektrinsik. Faktor ektrinsik diperoleh seseorang dari lingkungan ketika melakukan

knowledge sharing tersebut. Faktror interinsisk diperoleh dari dalam diri

seseorang.

Knowledge Self-efficacy merujuk pada kepercayaan diri seseorang untuk berbagi

pengetahuan karena kepercayaan terhadap kemapuan diri sendiri terhadap

kemapuan atau informasi yang dimiliki. Orang akan lebih tidak suka untuk

berkontribusi jika merasa keahlianya tidak sesuai (Wasko dan Faraj, 2002). Dari

peryataan tersebut dapat dilhat bahwa orang akan cenderung tidak melakukan

aktivitas knowledge sharing jika merasa keahlianya tidak mencukupi.

Anggota suatu komunitas akan lebih memahami aplikasi dari keahlian.

Seseorang akan lebih familiar dengan topik diskusi dengan lebih up to date pada

isu dikusi inti dana akan cenderung berkontribusi pada pengetahuan baru (Wasko

dan Faraj, 2002). Dalam konteks tersebut orang akan melakukan aktivitas

knowledge sharing yang dilakukan sesorang jika memiliki kepercayaan terhadap

kemampuan diri (Knowledge Self-Efficacy) diri yang tinggi.

Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa Knowledge

Self-Efficacy adalah kepercayaan diri seseorang terhadap kemapuan diri.

Kepercayaan diri tersebut merujuk pada kepercayaan diri terhadap pengusaan

knowledge atau infromasi yang dimliki.

JURNAL NOMINAL / VOLUME II NOMOR II / TAHUN 2013

186

4. Model Knowledge sharing Søndergaard et. al

Søndergaard et. al (2008) melakukan studi kasus penelitian empiris untuk

menentukan model knowledge sharing dalam konteks strategis melalui

pendekatan sosio-teknikal. Riset yang dilakukan menggunakan faktor hambatan

dalam knowledge sharing yang diajukan oleh Riege (2005). Dalam telaah yang

dilakukan oleh Riege (2005) mengajukan hambatan-hambatan potensial

knowledge sharing yang berasal dari individual, organisasional, dan teknologi.

Søndergaard et. all (2008) menerapkan faktor-faktor penghambat tersebut untuk

mengembangkan model knowledge sharing dengan melakukan wawancara secara

semi terstruktur pada karyawan perusahaan penerbangan multinasional.

Dalam riset yang dilakukan Søndergaard et. al (2008) menemukan tiga

faktor utama yang digunakan untuk pemodelan knowledge sharing. Faktor

organisasional dan faktor individual merupakan dua faktor yang mempengaruhi

kultur knowledge sharing yang akan berdampak pada perilaku knowledge sharing.

Interaksi antara kultur knowledge sharing dengan perilaku knowledge sharing

dipengaruhi oleh tipe knowledge dan faktor geografis. Kepemimpinan merupakan

faktor ketiga yang juga berpengaruh pada kultur knowledge sharing yang

berujung pada perilaku knowledge sharing. Pemimpin berperan untuk membentuk

kebiasaan knowledge sharing dan membangun jaringan yang mendukung. Model

knowledge sharing yang diajukan oleh Søndergaard et. al (2008) disajikan pada

gambar 1.

Gambar 1 Model Knowledge sharing Søndergaard et. al (2008)

Organizational

factors

Knowledge

sharing behaviors

Knowledge

sharing culture

Leadership

Individual factors

JURNAL NOMINAL / VOLUME II NOMOR II / TAHUN 2013

187

Di samping tiga faktor tersebut di atas, Søndergaard et. al (2008) juga

mendiskusikan faktor yang mempunyai hubungan dua arah yang dapat

meningkatkan atau menurunkan perilaku knowledge sharing. Motivasi merupakan

faktor pertama yang mempunyai dampak ganda. Motivasi dapat meningkatkan

atau menurunkan perilaku knowledge sharing. Faktor kedua adalah trust. Semakin

tinggi trust maka akan semakin tinggi pula perilaku knowledge sharing dan

semakin rendah trust maka semakin rendah juga perilaku knowledge sharing.

5. Model Knowledge sharing Lin

Lin (2007) melakukan riset pembangun model dengan pendekatan proses

yang memasukkan dimensi pendukung, dimensi proses sharing dan dimensi

outcome. Lin (2007) berargumen bahwa dimensi pendukung proses knowledge

sharing terdiri dari faktor individu, faktor organisasi dan faktor teknologi. Faktor

individu dibentuk oleh komponen kesenangan menolong orang lain dan

Knowledge Self-Efficacy sedangkan faktor organisasional mengacu pada

dukungan manajemen puncak dan penghargaan organisasional. Faktor teknologi

diindikasikan dengan penggunaan teknologi komunikasi dan informasi. Teknologi

komunikasi dan informasi dianggap berperan karena teknologi tersebut dapat

mendukung komunikasi dan kolaborasi antar pekerja. Dimensi proses knowledge

sharing yang diajukan Lin (2007) mencakup donasi knowledge dan

mengumpulkan knowledge. Kedua proses tersebut merupakan komponen utama

dalam proses knowledge sharing. Dimensi terakhir yang digunakan Lin (2007)

adalah dimensi outcome yang digambarkan dengan kapabilitas perusahaan untuk

melakukan inovasi. Model yang diajukan Lin (2007) disajikan pada gambar 2.

Untuk memvalidasi model yang diajukan Lin (2007) melakukan survei

pada 50 perusahaan besar di Taiwan. Analisis model persamaan struktural

digunakan untuk memvalidasi model. Dari hasil analisa diperoleh bahwa seluruh

faktor individual mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap proses donasi

dan mengumpulkan knowledge, sedangkan faktor organisasional hanya dukungan

manajement puncak yang mempunyai pengaruh positif signifikan dan faktor

teknologi hanya berpengaruh pada proses mengumpulkan knowledge.

JURNAL NOMINAL / VOLUME II NOMOR II / TAHUN 2013

188

Gambar 2 Model Knowledge sharing Lin (2007)

6. Pengembangan Hipotesis

a. Pengaruh Sikap Menghindari Risiko Sharing Terhadap Informal

Knowledge Sharing

Sikap Menghindari Risiko Sharing merupakan suatu sikap sering diambil

seseorang jika menghadapi suatu kondisi yang dianggap berisiko. Dalam aktivitas

knowledge sharing Sikap Menghindari Risiko Sharing terjadi jika individu

tertentu menganggap bahwa sharing yang dilakukan akan berdampak buruk pada

dirinya. Riege (2005) mengidentifikasi faktor penghambat knowledge sharing

dalam organisasi menyatakan bahwa ketakutan sharing akan mengurangi

„keamanan‟ kerja akan menjadi penghambat individu untuk melakukan knowledge

sharing.

Survai yang dilakukan Burnett dan Illingworthz (2008) pada penataan tempat

parkir baru menunjukkan bahwa 44,8 % responden memberikan respon secara

anonim. 95,3 % dari respon anonim tersebut bercerita mengenai pengalaman, isu-

isu dan kesulitan yang dihadapi. Dari semua pendapat yang masuk 61,3 %

Individual factors

Enjoyment in

helping others

Knowledge self-

efficacy

Organizational

factors Top

management

support

Organizational

rewards

Knowledge

donating

Knowledge

self-efficacy

Firm

Inovation

Capability

Technological

factors ICT Use

JURNAL NOMINAL / VOLUME II NOMOR II / TAHUN 2013

189

memberikan respon negatif dan 17,2 % memberikan respon sangat negatif, 50 %

dari respon negatif tersebut diberikan secara anonim. Survai tersebut

menunjukkan bahwa orang akan cenderung mengambil sikap menghindari

sharing jika merasa sharing yang dilakukan berisiko. Dengan kata lain, Sikap

Menghindari Risiko Sharing akan berpengaruh negatif terhadap knowledge

sharing. Dalam konteks informal sikap itu akan semakin kuat jika anonimitas

tidak dapat dilakukan. Berdasarkan kajian diatas dapat diajukan hipotesia sebagai

berikut:

H1: terdpat pengaruh negatif Sikap Menghindari Risiko Sharing terhadap

Informal Knowledge Sharing.

b. Pengaruh Knowledge Self-Efficacy terhadap Informal Knowledge

Sharing

Knowledge sangat terintegrasi dalam karakter personal dan identitas

individual. Penilaian diri berdasar pada kompetensi dan penerimaan sosial

merupakan sumber penting dari motivasi intrinsik yang memicu ikatan dalam

aktivitas untuk menggerakan aktivitas itu sendiri dibanding penghargaan eksternal

(Bandura, 1986 dalam Wasko dan Faraj, 2005).

Kepercayaan diri terhadap kemampuan individu dalam suatu bidang (self-

efficacy) merupakan salah satu faktor individual yang mempengaruhi kemajuan

untuk melakukan knowledge sharing secara informal. Self-efficacy dalam

kemampuan untuk knowledge sharing dapat memprediksi perilaku knowledge

sharing aktual (Endres, et al. 2007). Knowledge Self-Efficacy mempengaruhi

tingkat kepercayaan diri seseorang untuk berbagi dalam suatu bidang tertentu.

Orang yang merasa menguasai bidang dalam aktivitas knowledge sharing akan

mempunyai kecenderungan untuk lebih aktif. Semakin tinggi Knowledge Self-

Efficacy seseorang akan cenderung semakin tinggi aktivitas knowledge sharing

yang dilakukan. Self-efficacy seseorang dapat dipicu oleh keahlian diri. Wasko

dan Faraj (2005) menemukan hubungan positif antara keahlian diri terhadap

kontribusi dalam knowledge sharing. Lu, Leung, dan Koch (2006) menemukan

hubungan positif antara self-efficacy dengan knowledge sharing di RRC,

JURNAL NOMINAL / VOLUME II NOMOR II / TAHUN 2013

190

sedangkan Cho, Li, dan Su (2007) melakukan survei online di Korea menemukan

hubungan positif antara self-efficacy dengan minat untuk knowledge sharing.

Endres, et al. (2007) melakukan review literatur dan mengajukan proposisi

hubungan positif antar self-efficacy dengan knowledge sharing.

Self-efficacy dapat membantu memotivasi pekerja untuk berbagi

pengetahuan dengan teman kerja (Wasko and Faraj, 2005). Dalam lingkungan

informal tingkat Knowledge Self-Efficacy akan berperan besar dalam knowledge

sharing. Orang yang memiliki tingkat self-efficacy tinggi akan cenderung lebih

berperan dalam knowledge sharing dibanding dengan orang yang memiliki self-

efficacy rendah. Kecenderungan tersebut terjadi karena dalam lingkungan

informal tekanan untuk berbagai sangat rendah, orang yang merasa mampu akan

mempunyai kecenderungan untuk melakukan knowledge sharing lebih tinggi.

Berdasrakan kajian di atas dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:

H2: Terdapat pengaruh positif Knowledge Self-Efficacy terhadap Informal

Knowledge Sharing.

7. Model Penelitian

Berdasarkan hipotesis di atas maka model penelitian atau paradigma

penelitian dalam penelitian ini disajikan pada gambar 3 sebagai berikut:

Gambar 3 Model Penelitian

Knowledge Self-

Efficacy

Sikap

Menghindari

Risiko Informal

Knowledge

sharing

H1 (-)

H2 (+)

JURNAL NOMINAL / VOLUME II NOMOR II / TAHUN 2013

191

C. METODE PENELITIAN

1. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa yang masih aktif di

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta. Sampel

penelitian menggunakan mahasiswa yang menempuh paling tidak satu mata

kuliah yang sama dalam satu semester. Dengan menempuh mata kuliah yang sama

diharapkan mahasiswa tersebut mempunyai materi yang sama untuk didiskusikan

atau paling tidak saling mengenal satu dengan yang lain sehingga dapat

mendukung dalam aktivitas knowledge sharing. Pemilihan mahasiswa sebagai

sampel juga didasarkan fakta bahwa mahasiswa tidak mempunyai kewajiban /

ikatan utuk melakukan knowledge sharing di luar kelas. Motivasi untuk

melakukan knowledge sharing lebih didominasi oleh motivasi individual daripada

faktor lain. Sampel diambil dengan metoda survai pada mahasiswa Fakultas Ilmu

Sosial Dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta. Sampel diambil secara

purposive. Fokus survai dilakukan pada aktivitas knowledge sharing di luar kelas

mengenai permasalahan yang dihadapi dan bukan knowledge sharing yang

dilakukan karena tugas yang diberikan dosen.

Penentuan jumlah sampel minimum ditentukan dengan jumlah variabel

latent yang paling komplek dikalikan dengan 10 (Gefen, et al. 2000) dan dengan

mengunakan model yang dikembangkan Isaac dan Michael (Sugiyono, 2007).

Selain dua metode tersebut penentuan sampel juga dengan melakukan analisis

power secara priori. Analisis power priori menggunakan nilai 0.80 dengan alpha

0.5 cukup untuk penelitian bisnis (Hair et al., 1995) menggunakan variabel latent

yang paling komplek Analisis power dilakukan menggunakan perangkat lunak

G*Power 3.0.10. Analisis power bertujuan untuk menghindari error statistik tipe 1

dan tipe 2 (Erdfelder, et al. 1996). Ukuran efek (effect size) pada sebagian besar

aplikasi paling tidak “small” (Cohen, 1977, 1988 dalam Erdfelder, et al. 1996)

untuk memperoleh signifikansi praktis. Ukuran efek mengukur derajat keberadaan

fenomena yang sedang diteliti pada populasi (Hair el al., 1995).

JURNAL NOMINAL / VOLUME II NOMOR II / TAHUN 2013

192

2. Definisi Dan Pengukuran Variabel

a. Informal Knowledge Sharing

Informal Knowledge Sharing didefinisikan sebagai proses berbagi dan

menerima, ilmu, ide pemikiran antar individu atau kelompok yang dilakukan

secara informal dan sukarela. Informal Knowledge Sharing diukur menggunakan

perilaku knowledge sharing yang terjadi. Pengukuran knowledge sharing diadopsi

dari penelitian Cheng Yeh, dan Tu (2008) dan Lu, Leung, dan Koch (2006)

sehingga dalam penelitian ini indikator variabel Informal Knowledge Sharing

adalah kenyamanan membagi informasi secara informal. Item pertanyaan

dimodifikasi agar sesuai dengan sampel penelitian. Informal Knowledge Sharing

diukur menggunakan skala Likert 1-7.

b. Sikap Menghindari Risiko Sharing

Sikap Menghindari Risiko Sharing didefinisikan sikap yang diambil oleh

seseorang yang ditujukan untuk menghindari risiko yang mungkin terjadi sebagai

akibat dari aktivitas knowledge sharing yang dilakukan. Sikap Menghindari

Risiko Sharing diukur dengan mengembangkan item pertanyaan dalam penelitian

Burgess (2005) mengenai knowledge sharing yang berisiko yang terdiri dari

keamanan untuk membagi dan kemauan untuk membagi informasi. Skala Likert 1

-7 digunakan untuk mengukur konstruk ini.

c. Knowledge Self-Efficacy

Knowledge Self-Efficacy didefinisikan sebagai rasa percaya pada

kemampuan diri bahwa dirinya menguasai atau memiliki kemampuan yang cukup

dalam knowledge tertentu. Knowledge Self-Efficacy diukur dengan

mengembangkan item pertanyaan yang digunakan oleh Lin (2007) dan Lu, Leung,

dan Koch (2006). Indikator dari variabel Knowledge Self-Efficacy meliputi

kepercayaan diri dan keyakinan terhadap penguasaan informasi. Item pertanyaan

menggunakan skala Likert 1-7.

JURNAL NOMINAL / VOLUME II NOMOR II / TAHUN 2013

193

3. Kisi-Kisi Instrumen

Varibel Indikator No item

Knowledge Self-Efficacy Kepercayaan diri 1,2,3,4

Keyakinan terhadap penguasaan informasi 5,6,7,8

Sikap menghidari risiko Keamanan membagi informasi 9,10,11,12

Kemauan untuk membagi informasi 13,14,15

Informal Knowledge

Sharing

Kenyamanan membagi informasi secara

informal 16,17,18,19,20

4. Uji Coba Instrumen

a. Uji Validitas

Validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya item-item

pertanyaan dalam kuesioner dengan cara menghitung masing-masing butir

pertanyaan dengan skor total (Imam gozali, 2009). Uji validitas intrumen

menggunakan teknik korelasi antara item pertanyaan masing-masing kontruk

dengan skor total. Penentuan valid tidaknya suatu item pertanyan dengan cara

membandingkan hasil r hitung dengan r tabel. Jika nilai r hitung lebih besar dari r

tabel maka dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut valid. Berikut ini tabel

hasil pengujian validitas :

Tabel 1 Hasil uji validitas

Variabel Indikator/Item Pertanyaan Korelasi Ket.

Knowledge Self-Efficacy Kepercayaan diri 1 0,388

Valid

Kepercayaan diri 2 0,366

Valid

Kepercayaan diri 3 0,628

Valid

Kepercayaan diri 4 0,673

Valid

Keyakinan Penguasaan Informasi 1 0,560

Valid

Keyakinan Penguasaan Informasi 2 0,634

Valid

Keyakinan Penguasaan Informasi 3 0,511

Valid

Keyakinan Penguasaan Informasi 4 0,644

Valid

Sikap Menghidari Risiko Keamanan membagi informasi 1 0,482

Valid

Keamanan membagi informasi 2 0,331

Valid

Keamanan membagi informasi 3 0,667

Valid

JURNAL NOMINAL / VOLUME II NOMOR II / TAHUN 2013

194

Variabel Indikator/Item Pertanyaan Korelasi Ket.

Keamanan membagi informasi 4 0,662

Valid

Kemauan untuk membagi 1 0,769

Valid

Kemauan untuk membagi 2 0,742

Valid

Kemauan untuk membagi 3 0,556

Valid

Informal Knowledge

Sharing

Kenyamanan membagi informasi secara

informal 1

0,612 Valid

Kenyamanan membagi informasi secara

informal 2

0,414 Valid

Kenyamanan membagi informasi secara

informal 3

0,473 Valid

Kenyamanan membagi informasi secara

informal 4

0,717 Valid

Kenyamanan membagi informasi secara

informal 5

0,543 Valid

Sumber: Data yang diolah

Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil bahwa nilai kolerasi (r hitung) seluruh

item pertanyaan tiap-tiap variabel penelitian lebih besar dibandingkan dengan r

tabel sehingga seluruh item pertanyaan pada masing-masing variabel yang diteliti

dikatakan valid.

c. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah alat untuk mengukur apakah suatu item pertanyaan

kuisoner merupakan indikator dari suatu variabel atau konstruk (Imam Gozali,

2009). Reliabilitas intrumen diukur menggunakan nilai cronbach‟s alpha.

Reliabilitas dilihat dari hasil nilai Cronbach’s alpha minimal 0,7 (Hair et al.,

1995). Berikut dibawah ini tabel hasil uji reliabilitas :

Tabel 2 Hasil uji relaibilitas

Variabel Nilai Cronbac’s Alpha Keterangan

Knowledge Self-Efficacy 0,816 Reliabel

Sikap Menghidari Risiko 0,836 Reliabel

Informal Knowledge Sharing 0,775 Reliabel

Sumber : Data yang diolah

JURNAL NOMINAL / VOLUME II NOMOR II / TAHUN 2013

195

Berdasarkan tabel diatas, diperoleh hasil bahwa nilai cronbach’alpha masing-

masing veriabel yang diteliti lebih besar dari 0,7 yang berarti seluruh variabel

penelitian adalah reliabel. Sehingga item pertanyaan kuesioner merupakan

indikator dari variabel-variabel yang diteliti.

d. Uji prasyarat

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis pada setiap persamaan, dilakukan

uji prasyarat analisis yang meliputi:

1). Normalitas

Uji Normalitas digunakan untuk menguji distribusi sebaran data dari variabel

penelitian yang diteliti.Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji

skweness. Jika nilai skwewness berada diantara -1 dan +1 maka data dapat

dikatakan normal (Leech, et al, 2005)

2). Linearitas.

Uji linearitas di gunakan untuk memilih model regresi yang akan

digunakan. Uji linearitas dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan

secara linear antara variabel dependen terhadap setiap variabel independen yang

hendak diuji. Jika suatu model tidak memenuhi syarat linearitas maka model

regresi linear tidak bisa digunakan. Untuk menguji linearitas suatu model dapat

digunkan uji linearitas dengan melakukan regresi terhadap model yang ingin diuji.

Aturan untuk keputusan linearitas dapat dengan membandingkan nilai signifikansi

dari deviation from linearity yagn dihasilkan dari uji linearitas (menggunakan

bantuan SPSS) dengan nilai alpha yang digunakan. Jika nilai signifikansi dari

Deviation from Linearity > alpha (0,05) maka nilai tersebut linear (R. gunawan

Sudarmanto, 2005).

e. Uji Asumsi Klasik

1). Heteroskedasitas

Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedasitas digunakan rank korelasi

dari Spearman (Gujarati, 1997 dalam R.Gunawan, 2005). Kriteria yang digunakan

JURNAL NOMINAL / VOLUME II NOMOR II / TAHUN 2013

196

untuk menyatakan apakah terjadi heteroskedasitas digunakan perbandingan antara

nilai alpha yang ditentukan dengan tingkat signifikansi dari hasil olahan data.

Dengan menggunakan alpha 5 % maka dapat ditarik kesimpulan jika koefisien

signifikansi < 0.05 maka terjadi heteroskedasitas dan sebaliknya, jika koefisiean

signifikansi > 0.05 maka tidak terjadi heteroskedasitas

2). Multikolinearitas.

Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah pada model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka

dinamakan terdapat masalah multikolinearitas dan model regresi yang baik

seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel dependen (Singgih, 2000).

Variabel-variabel regresor (independen) tidak memiliki masalah multikolinearitas

jika nilai VIF-nya dan nilai tolerance-nya sama dengan satu, namun sebagai rule

of thumb, VIF akan menjadi masalah jika memiliki nilai melebihi 10 (Gujarati,

1995).

5. Uji hipotesis

Untuk menguji seluruh hipotesis yang diajukan (hipotesis 1 dan 2) digunakan

analisis regresi sederhana. Analisis regresi sederhana yang digunakan pada

penelian ini mempunyai persamaan sebagai berikut:

Y = a + b X

Keterangan:

Y = Variabel dependen yang diprediksi (Informal Knowledge Sharing)

a = nilai konstanta

b = koefisien regresi

X = subyek variabel independen (Knowledge Self-Efficacy / sikap menghidari

risiko)

Pengujian hipotesis menggunakan alat bantu program SPSS 17. Pengujian

dilakukan sekali pada setiap hipotesis yang diajukan. Pengambilan keputusan

pada uji hipotesis dengan melihat nilai signifikansi pada hasil uji t yang disajikan

oleh program SPSS 17. Hipotesis di terima jika nilai signifikansi > 0,05 (df: 5%).

JURNAL NOMINAL / VOLUME II NOMOR II / TAHUN 2013

197

Untuk mengetahui kemampuan setiap varibel X dalam mempengaruhi variable Y

dilihat dari nilai koefisien determinasi (r2). Nilai r

2 akan berada pada rentang 0

sampai 1, semakin besar nilai r2 semakin besar kemampuan variabel independen

(X) mempengaruhi variabel dependen (Y) dalam model yang diajukan.

D. HASIL PENELITIAN

1. Deskripsi Statistik Responden

Setelah dilaksanakan penyebaran kuesioner terkumpul jumlah responden

sebesar 434 responden. Adapun perincian distribusi responden disajikan dalam

tabel sebagai berikut:

Tabel 3 Distribusi Responden

Panel A: Berdasar Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah %

Laki-Laki 147 33,9%

Perempuan 270 62,2%

Tidak Memberi Keterangan 17 3,9%

Jumlah 434 100%

Panel B: Berdasar Angkatan

Angkatan Jumlah %

2007 90 20,7%

2008 93 21,4%

2009 123 28,3%

2010 115 26,5%

Tidak Memberi Keterangan 13 3,0%

Jumlah 434 100%

Panel C: Berdasar Program Studi

Prodi Jumlah %

Akuntansi 46 10,6%

Manajemen 45 10,4%

Sosiologi 35 8,1%

P. Akuntansi 44 10,2%

P. Sejarah 33 7,6%

P. Ekonomi 44 10,1%

ADP 40 9,2%

P. Geografi 40 9,2%

PKNH 36 8,3%

Ilmu Sejarah 9 2,1%

Adminritrasi Negara 24 5,5%

P. IPS 25 5,8%

Tidak Memberi Keterangan 13 3,0%

Jumlah 434 100%

Sumber : data primer yang diolah

JURNAL NOMINAL / VOLUME II NOMOR II / TAHUN 2013

198

Berdasarkan tabel di atas, distribusi responden berdasarkan jenis kelamin

diketahui bahwa jumlah responden wanita (270 responden) lebih besar

dibandingkan dengan jumlah responden laki-laki (147 responden). Dalam

penelitian ini juga diketahui bahwa jumlah mahasiswa angkatan 2009 (123

mahasiswa) paling besar dibandingkan mahasiswa angkatan 2007 (90

mahasiswa), angkatan 2008 (93 mahasiswa), angkatan 2010 (115 mahasiswa).

Distribusi responden berdasarkan Program Studi diketahui bahwa jumlah

responden dari Program Studi Akuntansi (46 responden) paling besar

dibandingkan dengan Program Studi-program studi yang lain. Jumlah responden

dari Program Studi Ilmu Sejarah paling rendah (9 responden) dibandingkan

dengan Program Studi lainnya. Hasil statisik deskriptif variabel penelitian ini

ditunjukkan dalam tabel dibawah ini

Tabel 4 Statistik deskriptif

X2_KSA X1_SMR Y_IKS

N Valid 434 434 434

Missing 0 0 0

Mean 20.4839 21.0576 13.9839

Std. Error of Mean .35224 .34167 .25188

Median 20.0000 20.0000 14.0000

Mode 16.00 14.00 17.00

Std. Deviation 7.33815 7.11787 5.24743

Variance 53.848 50.664 27.536

Skewness .608 .376 .339

Std. Error of Skewness .117 .117 .117

Kurtosis .010 -.569 -.457

Std. Error of Kurtosis .234 .234 .234

Range 34.00 32.00 25.00

Minimum 8.00 7.00 5.00

Maximum 42.00 39.00 30.00

Sum 8890.00 9139.00 6069.00

18

JURNAL NOMINAL / VOLUME II NOMOR II / TAHUN 2013

199

Tabel statistik deskriptif menunjukkan distibusi data dan penjabaran data

secara deskriptif dari setiap variable penalitian. Dari data yang telah diolah

menunjukkan bahwa skor minimum dari varibel Infromal Knowledge Sharing,

Sikap Menghindari Risiko Sharing, dan Knowledge Self -Efficacy secara berturut-

turut adalah 5,7, dan 8 sedangkan nilai maksimumnya adalah 30, 39, dan 42

dengan range 25,32,dan 34. Darai data tersebut dapat dilihat bahwa rentang data

dari setiap variabel mempunyai jarak dan rentang cukup luas, dengan demikian

dapat dilihat bahwa data terdistribusi dengan cukup merata. Kencenderungan data

dari setiap variabel dapat dilihat dari nilai skwenes masing-masing variabel.

Semua variabel memiliki nilai skwenes yang bernilai positif dan mempunyai nilai

kurang dari 1 (0,339; 0,376 dan 0,608). Dari nilai skwenes yang diperoleh dapat

ditarik kesimpulan bahwa semua variabel mempunyai kecenderungan ke kanan

(right skwed), dengan kata lain responden mempunyai kecenderungan menjawab

pada skor yang rendah pada item pertanyaan kuisioner setiap variabel penelitian.

Meskipun demikian, kecenderungan tersebut tidak terjadi pada setiap responden

yang ditunjukkan dengan nilai Mean dan Modus setiap variabel. Variabel

Informal Knowledge Sharing memiliki Mean 13,98 dengan Modus 17,00 dari data

tersebut dapat dilihat bahwa data menunjukkan skor di atas nilai tengah distribusi

data (Median= 14,00) sedangkan nilai skwenes menunjukkan kecenderungan ke

kanan. Variabel Sikap Menghindari Risiko Sharing memiliki skor Mean 21,05

dan Modus 14,00 menunjukkan bahwa data menunjukkan skor di bawah nilai

tengah (Median = 20,00) sedangkan skwenes menujukkan kecederungan ke

kanan. Variabel terakhir dari penelitian ini adalah Knowledge Self-Efficacy, nilai

Mean variabel tersebut adalah 20,48 dengan Modus 16,00, nilai Mean mempunyai

nilai lebih tinggi dari nilai tengah sedangkan nilai Modus mepunyai nilai lebih

rendah dari nilai tengah (Median = 20,00). Dari nilai tersebut memperkuat

simpulan bahwa responden menunjukkan kecenderungan menjawab pada skor

rendah meskipun kecenderungan tersebut hanya tipis (skewnes berada pada nilai 0

– 1).

JURNAL NOMINAL / VOLUME II NOMOR II / TAHUN 2013

200

2. Hasil Uji Prasyarat Analisis

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas digunakan untuk menguji distribusi sebaran data dari

variabel penelitian yang diteliti.Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji

skweness. Adapun hasil uji normalitas adalah sebagai berikut :

Tabel 5 Uji Normalitas

N Skewness

Statistic Statistic Std. Error

X2_KSA 434 .608 .117

X1_SMR 434 .376 .117

Y_IKS 434 .339 .117

Valid N (listwise) 434

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa data dari masing-masing variabel

yang diteliti terdistribusi secara normal. Hal ini ditunjukkan dengan nilai statistics

skewness dari semua variabel yang diteliti berada diantara -1 dan +1 yang berarti

bahwa data terdistribusi secara normal sehingga uji hipotesis dapat dilanjutkan.

b. Uji Linearitas

Uji linearitas digunakan untuk memilih model regresi yang akan

digunakan. Uji linearitas dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan

secara linear antara variabel dependen terhadap setiap variabel independen yang

hendak diuji. Aturan untuk keputusan linearitas didapat dengan membandingkan

nilai signifikansi dari deviation from linearity yang dihasilkan dari uji linearitas

(menggunakan bantuan SPSS) dengan nilai alpha yang digunakan. Jika nilai

signifikansi dari Deviation from Linearity > alpha (0,05) maka nilai tersebut

linear. Hasil uji linearitas ditunjukkan dalam tabel sebagai berikut :

JURNAL NOMINAL / VOLUME II NOMOR II / TAHUN 2013

201

Tabel 6 Hasil Uji Linearitas

Berdasarkan tabel di atas, nilai signifikansi devitiation of linearity dari hubungan

variabel X1 dan X2 terhadap Y > 0,05 yang bearti bahwa hubungan kedua variabel

independen tersebut dengan variabel dependen adalah linier.

3. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Heteroskedasitas

Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedasitas digunakan rank korelasi

dari Spearman (Gujarati, 1997 dalam R.Gunawan, 2005). Kriteria yang digunakan

dengan menggunakan alpha 5 %, jika koefisien signifikansi < 0.05 maka terjadi

heteroskedasitas dan sebaliknya, jika koefisiean signifikansi > 0.05 maka tidak

terjadi heteroskedasitas. Hasil uji heteroskedasitas ditunjukkan dalam tabel

sebagai berikut :

Sum of

Squares

df Mean

Square

F Sig.

Y_IKS *

X2_KSA

Between

Groups

(Combined) 2049.137 33 62.095 2.516 .000

Linearity 1223.163 1 1223.163 49.552 .000

Deviation

from

Linearity

825.974 32 25.812 1.046 .403

Within

Groups

9873.750 400 24.684

Total 11922.887 433

Y_IKS *

X1_SMR

Between

Groups

(Combined) 1835.017 32 57.344 2.279 .000

Linearity 1098.227 1 1098.227 43.655 .000

Deviation

from

Linearity

736.790 31 23.767 .945 .555

Within

Groups

10087.870 401 25.157

Total 11922.887 433

JURNAL NOMINAL / VOLUME II NOMOR II / TAHUN 2013

202

Tabel 7 Hasil uji Heteroskedasitas

X2_KSA X1_SMR Res_X2_KSA Res_X1_SMR

Spearman's

rho

X2_KSA Correlation

Coefficient

1.000 .508** .012 -.079

Sig. (1-tailed) . .000 .400 .050

N 434 434 434 434

X1_SMR Correlation

Coefficient

.508** 1.000 .012 .035

Sig. (1-tailed) .000 . .398 .232

N 434 434 434 434

Res_X2_KSA Correlation

Coefficient

.012 .012 1.000 .221**

Sig. (1-tailed) .400 .398 . .000

N 434 434 434 434

Res_X1_SMR Correlation

Coefficient

-.079 .035 .221** 1.000

Sig. (1-tailed) .050 .232 .000 .

N 434 434 434 434

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Berdasarkan data di atas diperoleh nilai korelasi varibel X1 dengan residual

Variabel X2 dan nilai korelasi variable X2 dengan residual varibel X2 seluruhnya >

0,05. Hal ini berarti bahwa tidak terjadi / tidak ada gejala heteroskedasitas

sehingga pengujian model regresi dapat dilanjutkan.

b. Multikolinearitas

Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah pada model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Variabel-variabel

independen tidak memiliki masalah multikolinearitas jika nilai VIF-nya dan nilai

tolerance-nya tidak lebih dari 10. Berikut hasil uji multikolinearitas :

JURNAL NOMINAL / VOLUME II NOMOR II / TAHUN 2013

203

Tabel 8 Hasil Uji Multikolinearitas

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Correlations

Collinearity

Statistics

B Std. Error Beta

Zero-

order Partial Part Tolerance VIF

1 (Constant) 7.729 .818 9.448 .000

X2_KSA .161 .037 .225 4.327 .000 .320 .204 .194 .749 1.335

X1_SMR .141 .038 .191 3.679 .000 .303 .174 .165 .749 1.335

a. Dependent Variable: Y_IKS

Hasil uji multikolinearitas menunjukkan bahwa nilai VIF pada kedua variabel

independen tidak lebih dari 10 yang berarti bebas dari gejala multikolinearitas.

Hal ini menunjukkan bahwa uji model regresi dapat dilanjutkan.

4. Hasil Uji Hipotesis

a. Hipotesis Pertama

Terdapat pengaruh negatif Sikap Menghindari Risiko Sharing terhadap Informal

Knowledge Sharing.

Hipotesis pertama diuji dengan menggunakan uji regresi sederhana. Hasil uji

regresi sederhana pada tabel di bawah ini :

Tabel 9 Model Summary H1

Model R

R

Square

Adjusted

R Square

Std. Error

of the

Estimate

Change Statistics

Durbin-

Watson

R Square

Change

F

Change df1 df2

Sig. F

Change

1 .303a .092 .090 5.00571 .092 43.829 1 432 .000 1.954

a. Predictors: (Constant), X1_SMR

b. Dependent Variable: Y_IKS

JURNAL NOMINAL / VOLUME II NOMOR II / TAHUN 2013

204

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Correlations

Collinearity

Statistics

B

Std.

Error Beta

Zero-

order Partial Part Tolerance VIF

1 (Constant) 9.272 .751 12.344 .000

X1_SMR .224 .034 .303 6.620 .000 .303 .303 .303 1.000 1.000

a. Dependent Variable: Y_IKS

Berdasarkan tabel diatas, maka persamaan garis regresi dapat dinyatakan sebagai

berikut:

Y= 9,272 + 0,224 X1 + e

Persamaan menunjukkan bahwa nilai koefisien bernilai positif ( 0,224) dengan

nilai p-value = 0,000 (p < 0,05) yang berarti signifikan. Hal ini berarti bahwa

Sikap Menghindari Risiko Sharing berpengaruh positif dan signifikan dengan

Informal Knowledge Sharing dengan harga koefisien determinasi r² sebesar 0.092

hal ini berarti H1 tidak didukung oleh data dalam penelitian ini. Hasil analisis

menunjukkan bahwa responden cenderung tidak memperdulikan risiko ketika

melakukan knowledge sharing.

b. Hipotesis Kedua

Terdapat pengaruh positif Knowledge Self-Efficacy terhadap Informal Knowledge

Sharing.

Hipotesis kedua diuji dengan menggunakan uji regresi sederhana. Hasil uji regresi

sederhana pada tabel dibawah ini :

Tabel 10 Model Summary H2

Model R

R

Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

Change Statistics

Durbin-

Watson

R Square

Change

F

Change df1 df2

Sig. F

Change

1 .320a .103 .101 4.97673 .103 49.385 1 432 .000 1.932

a. Predictors: (Constant), X2_KSA

b. Dependent Variable: Y_IKS

JURNAL NOMINAL / VOLUME II NOMOR II / TAHUN 2013

205

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Correlations

Collinearity

Statistics

B

Std.

Error Beta

Zero-

order Partial Part Tolerance VIF

1 (Constant) 9.292 .709 13.105 .000

X2_KSA .229 .033 .320 7.027 .000 .320 .320 .320 1.000 1.000

Dependent Variable: Y_IKS

Berdasarkan tabel di atas, maka persamaan garis regresi dapat dinyatakan sebagai

berikut:

Y = 9,292 + 0,229 X2 + e

Persamaan menunjukkan bahwa nilai koefisien bernilai positif ( 0,229) nilai p-

value = 0,000 (p < 0,05) hal ini berarti bahwa Knowledge Self-Efficacy

berpengaruh positif dan signifikan dengan Informal Knowledge Sharing dengan

koefisien determinasi r² sebesar 0.103 hal ini berarti H2 didukung oleh data dalam

penelitian ini.

5. Pembahasan

a. Pengaruh Sikap Menghindari Risiko Sharing Dengan Informal

Knowledge Sharing

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Sikap Menghindari Risiko

Sharing berpengaruh positif dan signifikan terhadap Informal Knowledge Sharing.

Pengaruh positif bermakna bahwa semakin tinggi Sikap Menghindari Risiko

Sharing yang di lakukan oleh mahasiswa maka justru semakin tinggi pula

keinginan mahasiswa untuk melakukan sharing pengetahuan secara informal.

Hasil penelitian ini tidak mendukung hipotesis pertama yang menyatakan

bahwa Sikap Menghindari Risiko Sharing berpengaruh negative terhadap

Informal Knowledge Sharing. Pengaruh negatif berarti semakin tinggi Sikap

Menghindari Risiko Sharing yang dilakukan mahasiswa maka akan semakin

rendah keinginan mahasiswa untuk berbagi pengetahuan secara informal. Hasil

analisis tersebut diatas bermakna bahwa mahasiswa mengabaikan risiko ketika

berbagi pengetahuan secara informal. Hal ini sesuai dengan karakteristik dan jiwa

JURNAL NOMINAL / VOLUME II NOMOR II / TAHUN 2013

206

muda mahasiswa yang senang berbagi pengetahuan, bertindak dan suka mencoba

hal baru tetapi kurang mempertimbangkan risiko yang akan dihadapi.

Implikasi teoritis dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

Sikap Menghindari Risiko Sharing terhadap Informal Knowledge Sharing harus

memperhatikan dan mempertimbangkan karakteristik responden yang akan

menjadi subyek penelitian. Karakteristik responden terbukti berpengaruh terhadap

hasil penelitian. Implikasi secara praktis dari penelitian ini adalah fakultas

hendaknya mempertimbangkan cara yang tepat untuk menyampaikan informasi

kepada mahasiswa karena terbukti bahwa mahasiswa kurang memperhatikan

risiko ketika berbagi pengetahuan secara informal.

b. Pengaruh Knowledge Self-Efficacy terhadap Informal Knowledge

Sharing

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Knowledge Self-Efficacy

berpengaruh positif dan signifikan terhadap Informal Knowledge Sharing.

Pengaruh positif bermakna bahwa semakin tinggi Knowledge Self-Efficacy atau

kepercayaan terhadap kemampuan diri pada suatu pengetahuan yang dimiliki

mahasiswa maka semakin tinggi pula keinginan mahasiswa untuk berbagi

pengetahuan secara informal.

Hasil penelitian mendukung hipotesis kedua dalam penelitian ini.

Mahasiswa yang percaya pada kemampuan dirinya terhadap pengetahuan tertentu

cenderung akan membagi pengetahuan tersebut secara informal. Hal tersebut

sesuai dengan pendapat Endres, et al. (2007) bahwa Self-efficacy dalam

kemampuan untuk knowledge sharing dapat memprediksi perilaku knowledge

sharing aktual. Knowledge Self-Efficacy mempengaruhi tingkat kepercayaan diri

seseorang untuk berbagi dalam suatu bidang tertentu. Orang yang merasa

menguasai bidang dalam aktivitas knowledge sharing akan mempunyai

kecenderungan untuk lebih aktif. Semakin tinggi Knowledge Self-Efficacy

seseorang akan cenderung semakin tinggi aktivitas knowledge sharing yang

dilakukan.

Implikasi penelitian ini secara teori adalah seseorang yang memiliki

kepercayaan terhadap kemampuannya pada suatu pengetahuan akan mendorong

orang tersebut untuk melakukan aktivitas berbagi pengetahuan secara informal.

Implikasi praktis dari penelitian ini adalah fakultas hendaknya menyediakan

JURNAL NOMINAL / VOLUME II NOMOR II / TAHUN 2013

207

berbagai fasilitas pelayanan untuk memotivasi mahasiswa dalam meningkatkan

kemampuan diri terhadap bidang ilmunya dan memotivasi mahasiswa untuk

selalu membagi dan menerapkan pengetahuannya yang berguna pada masyarakat.

E. PENUTUP

1. Kesimpulan

Berdasarakn hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulakan

sebagai berikut:

a. Terdapat pengaruh negatif signifikan Sikap Menghindari Risiko

Sharing terhadap Informal Knowledge Sharing. Hal ini ditunjukkan

dengan koefisien regresi bernilai positif (0,224) dengan nilai p value

0,000 (p <0,05) dengan nilai koefisien determinasi r² sebesar 0.092.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa H1 tidak didukung dalam

penelitian ini.

b. Terdapat pengaruh positif signifikan Knowledge Self-Efficacy terhadap

Informal Knowledge Sharing. Hal ini ditunjukkan dengan koefisien

regresi bernilai positif (0,229) dengan nilai p value 0,000 (p<0,05)

dengan nilai koefisien determinasi r² sebesar 0.103. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa H2 didukung dalam penelitian ini.

2. Saran

Untuk menghindari kelemahan yang terjadi dalam penelitian ini diharapkan

penelitian selanjutnya melakukan perbaikan sebagai berikut:

a. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan generalisasi

penelitian dengan cara memperluas cakupan sampel sehingga dapat ditarik

simpulan dengan generalisasi yang lebih baik.

b. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan triangulasi dalam

metodologi penelitan dan teknik pengambilan data. Dengan pengabungan

teknik pengambilan data untuk meperoleh data diharapkan dapat

menangkap fenomena dengan lebih baik.

JURNAL NOMINAL / VOLUME II NOMOR II / TAHUN 2013

208

3. Keterbatasan

Penelitian ini mempunyai beberpa keterbatasan sebagai berikut ini:

a. Penelitian ini hanya menggunakan responden dari 1 fakultas dari 1

universitas sehingga penelitian ini tidak dapat di generalisasi

b. Penelitian ini hanya menggunakan kuesioner untuk menangkap fenomena

penelitian yang ada di lapangan. Kuesioner mempunyai karaktristik self-

report yaitu responden diminta untuk menilai diri sendiri tahap ada control

yang jelas mengenai pendapat atau jawaban yang diberikan.

F. DAFTAR PUSTAKA

Alavi, M. dan D. E. Leidner. “Knowledge management and knowledge

management systems: Conceptual foundations and research issues,”

MIS Quarterly, 2001, 25(1): 107-136.

Anita Kristianingsih, “Kemampuan Variabel Akuntansi Dalam

Memprediksi Earning Management Perusahaan Manufaktur Di Tiga

Negara ASEAN”, Thesis Pasca sarjana, Program Pasca Sarjana

Universitas Gajahmada, Yogyakarta, 2003

Burgess, D.; “What Motivates Employees To Transfer Knowledge Outside

Their Work Unit?” Journal of Business Communication, Vol. 42, No

4, October 2005, pp. 324-348

Burnett, S dan Illingworthz, L., “Anonymous Knowledge sharing in a

Virtual Environment: A Preliminary Investigation”, Knowledge and

Process Management Vol. 15 No.1, 2008, pp 1–11

Cheng, Yeh, dan Tu., “Trust And Knowledge sharing in Green Supply

Chains”, Supply Chain Management: An International Journal,

2008, 13/4 , 283–295

Cho,Li, dan Su,. “An Empirical Study on the Effect of Individual Factors

n Knowledge sharing By Knowledge Type” Journal of Global

Business and Technology, Fall 2007, Volume 3, Number 2.

Endres et al., “Tacit Knowledge sharing, Self-Efficacy Theory, and

Application to The Open Source Community” Journal of Knowledge

Management, 2007, VOL. 11 NO. 3, pp. 92-103

Erdfelder, E. et al, “GPOWER: A general power analysis program”

Behavior Research Methods, Instruments, & Computers, (Vol.28

No.1), 1996,pp. 1–11

Gefen, et al “Structural Equation Modeling Techniques and Regression:

Guidelines For Research Practice” Communications of AIS (Vol. 4,

Article 7), 2000

JURNAL NOMINAL / VOLUME II NOMOR II / TAHUN 2013

209

Gujarati D.N., 1995, Basic Econometrics, McGraw-Hill, Inc., 3rd ed

Hair, J. E., Anderson R. E., Tatham, R. L., Black, W. C., Multivariate

Data Analysis With Reading, Prentice-Hall International, 4th Ed.,

1995.

Imam Gozali, Aplikasi Analisis Multivariat dengan program SPSS.

Semarang: UNDIP, 2009

Kwok, James SH and Gao, S., “Knowledge sharing Community In P2P

Network: A Study Of Motivational Perspective”, Journal of

Knowledge Management, Vol 20, No 1 pp 92-102

Leech, et al., “SPSS for Intermediate Statistics: Use and Intrepertation”

Lawrence Erlbaum Associates, Publishers London, 2005

Lelic, S, „„Creating a knowledge-sharing culture‟‟, Knowledge

Management, 2001, Vol. 4 No. 5, pp. 6-9.

Lin, H., “Knowledge sharing and Firm Innovation Capability: an

Empirical Study”, International Journal of Manpower, Vol. 28, No.

3/4, 2007, pp. 315-332

Lu, Leung and Koch, “Managerial Knowledge sharing: The Role of

Individual, Interpersonal, and Organizational Factors” Journal

compilation, 2006

Pai, Jung-Chi . “An empirical study of the relationship between knowledge

sharing and IS/IT strategic planning (ISSP)”, Management Decision,

Vol. 44 No. 1, 2006, pp. 105-122

R. Gunawan Sudarmanto, Analisis Regresi Linear Berganda Dengan

SPSS, Graha Ilmu, 2004

Riege A., “Three-dozen knowledge-sharing barriers managers must

consider”, Journal Of Knowledge Management 2005, VOL. 9 NO. 3,

pp. 18-35,

Singgih, Santoso, Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, Elex Media

Komputindo, 2000.

Søndergaard S, et. al, “Sharing Knowledge: Contextualising Socio-

Technical Thinking And Practice”, The Learning Organization Vol.

14 No. 5, 2007 pp. 423-435

Sugiyono.Statistik untuk Penelitian.Bandung: 2007, CV Alfabeta

Tiwana, A., The Knowledge Management Toolkit, Prentice-Hall, Upper

Saddle River, NJ. 2002

Wasko, M. M. dan Faraj, S. “The web of knowledge: An investigation of

self-organizing communities of practice on the net,” unpublished

working paper, University of Maryland. 2002

Wasko, M. M. dan Faraj, S., “Why Should I Share? Examining Social

Capital and Knowledge Contribution in Electronic Networks of

Practice.” MIS Quarterly. March 2005 Vol. 29 No. 1. pp. 35-57