knowledge sharing karyawan sekretariat …/peran...i peran teknologi informasi pada niat untuk...
TRANSCRIPT
i
PERAN TEKNOLOGI INFORMASI PADA NIAT UNTUK MENDORONG
KNOWLEDGE SHARING KARYAWAN SEKRETARIAT DAERAH
PEMERINTAH KOTA SURAKARTA
( SEBUAH PENGUJIAN TERHADAP TEORI DIFUSI INOVASI )
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi
Syarat-Syarat guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Manajemen pada Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Oleh :
NUR MAFLIKHAH
NIM. F. 0206094
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul :
PERAN TEKNOLOGI INFORMASI PADA NIAT UNTUK MENDORONG
KNOWLEDGE SHARING KARYAWAN SEKRETARIAT DAERAH
PEMERINTAH KOTA SURAKARTA
( SEBUAH PENGUJIAN TERHADAP TEORI DIFUSI INOVASI )
iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI
Telah disetujui dan diterima baik oleh tim penguji Skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta untuk melengkapi tugas-tugas dan
memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan
Manajemen
iv
MOTTO
“ Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhan-nya ada
dua surge, maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu
dustakan ? “
QS. Ar-Rahman 55 : 46 -47
“ Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat,
yang memuji ( Allah ), yang mengembara ( demi ilmu dan agama
), yang rukuk, yang sujud, menyuruh berbuat makruf dan
mencegah berbuat mungkar, dan yang memelihara hokum-hukum
Allah. Dan gembirakanlah orang-orang mukmin itu “
QS. At-Taubah 9 : 112
“ Kadangkala Allah menganugerahkan nikmat dengan cobaan, dan
menguji sebagian kaum dengan kenikmatan “
‘Aidh al-Qarni
v
PERSEMBAHAN
Karya ini penulis persembahkan untuk
· Allah SWT yang selalu bersamaku dan menaungiku
· Suri Tauladanku dan berharap atas syafaatnya kelak…..Rasulullah SAW
· Ibu, ayah, kakak dan adikku tercinta yang selalu mendukungku
· Sahabat-sahabat terbaikku disini dan yang telah berada di sisi terbaikNya yang selalu mengingatkanku ketika aku berbelok arah
· Semua pembimbingku selama ini yang selalu mengarahkanku
· Teman-teman seperjuanganku yang sedang dan selalu berusaha menjadi manusia bermanfaat
· almamaterku
vi
KATA PENGANTAR
Assalammu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirabbil’almin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “PERAN TEKNOLOGI INFORMASI
PADA KEINGINAN ORANG UNTUK MENINGKATKAN KNOWLEDGE
SHARING KARYAWAN SEKRETARIAT DAERAH PEMERINTAH
KOTA SURAKARTA (Sebuah pengujian terhadap teori difusi inovasi) ini
dengan baik. Sholawat serta salam senantiasa tercurah pada junjungan dan teladan
seluruh umat manusia Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga dan umatnya
yang beristiqomah di jalan-Nya.
Keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak, baik bantuan moral maupun material. Dengan segala kerendahan hati
penulis menyampaikan ungkapan terima kasih yang tulus kepada :
1. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com, Ak, selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ijin penelitian
dan pemberian ilmunya baik akademis maupun non akademis.
2. Dra. Endang Suhari , M. Si, selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi UNS.
3. Sinto Sunaryo, SE, M.Si selaku pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktu di sela-sela kesibukkannya untuk memberikan arahan
dan bimbingan sejak awal hingga akhir penulisan skripsi.
4. Dra. Sri Suwarsi, SE, M. Si, selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan arahan dan bantuan selama berada di Fakultas Ekonomi UNS.
vii
5. Dr. Mugi Harsono, SE, MM, selaku pembimbing magang yang telah
memberikan bimbingan selama proses Kuliah Magang Manajerial.
6. Drs. Karsono, MM, dan Haryanto, SE, M.Si yang telah memberikan
motivasi, kepercayaan, dan pembelajaran selama ini
7. Bapak dan Ibu Staf pengajar Fakultas Ekonomi, yang telah memberikan
bimbingan selama penulis menempuh studi.
8. Staff dan karyawan Fakultas Ekonomi, yang telah memberikan
kenyamanan dan kemudahan selama penulis menempuh proses studi.
9. Teman-teman Manajemen angkatan 2006, adek-adek dan kakak-kakak
tingkatku dan Durenz Family yang telah memberikan bantuan, semangat
dan doa.
Penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan kritik demi perbaikan ke depan. Semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat kepada penulis dan semua yang membacanya.
Akhirnya, kepada semua pihak yang telah membantu baik selama masa
perkuliahan maupun penyusunan skripsi ini semoga mendapatkan balasan dari
Allah SWT, amin……..
Wassalammu’alaikum Wr. Wb.
Surakarta, Mei 2010
Penulis,
Nur Maflikhah
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………… i
PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………………… ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI………………………………………….. iii
MOTTO…………………………………………………………………… iv
PERSEMBAHAN…………………………………………………………. v
KATA PENGANTAR…………………………………………………….. vi
DAFTAR ISI……………………………………………………………… vii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………… xi
DAFTAR TABEL………………………………………………………… xii
ABSTRAK………………………………………………………………… xiv
BAB I. PENDAHULUAN………………………………………………… 1
A. Latar Belakang ……………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………. 7
C. Tujuan Penelitian………………………………………………….. 8
D. Manfaat Penelitian ………………………………………………… 9
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA………………………………………….. 10
A. Knowledge Sharing………………………………………………… 10
ix
B. Teknologi Informasi………………………………………………. 26
C. Diffusion of Innovation Theory…………………………………… 32
D. Penelitian Terdahulu..……………………………………………... 39
E. Rerangka Pemikiran………………………………………………. 44
F. Hipotesis Penelitian……………………………………………….. 45
BAB III. METODE PENELITIAN………………………………………… 49
A. Desain Penelitian…………………………………………………… 49
B. Jenis Data…………………………………………...……………… 50
C. Teknik Pengumpulan Data…………………….…………………… 50
D. Operasionalisasi Variabel...………………………………………… 51
E. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling.…………………………… 52
F. Metode Analisis……………….……………………………………. 54
BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN……………………… 58
A. Gambaran Umum Sekretariat Daerah Pemerintah Kota Surakarta.... 59
B. Analisis Deskriptif Responden..…………………………………….. 60
C. Tanggapan Responden…. ………………………………………….. 65
D. Uji Instrumen Penelitian……………………………………………. 78
E. Karakteristik Data……...…………………………………………… 82
x
F. Kesesuaian Goodness of Fit……………………………………….. 88
G. Modifikasi Model …………………………………………………. 90
H. Analisis Koefisien Jalur dan Uji Hipotesis ……………………….. 91
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………… 98
A. Kesimpulan………………………………………………………… 98
B. Keterbatasan Penelitian………………………...………………….. 102
C. Saran dan Implikasi Manajerial...…………………………………. 102
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
II.1 Gambar I.1 Hirarkri DIKW : dari Data ke Wisdom ……………` 13
II.2 Model Teoritis Aspek Perilaku dalam TI .................................... 31
II.3 Kurva Difusi Inovasi ................................................................. 34
II.4 Rerangka Pemikiran .................................................................. 45
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
II.1 Studi Empiris tentang Dampak TI terhadap Kinerja/Produktifitas.. 40
III.1 Tabel Penentuan Sampel dengan
Proportional Random Sampling .......................................... ..... 54
IV.1 Deskripsi Distribusi Pegawai Sekretariat Daerah Pemerintah
Kota Surakarta ………………………………………………….. 59
IV.2 Deskripsi Responden Berdasar Unit Kerja Responden .............. 61
IV.3 Deskripsi Responden Berdasar Jenis Kelamin Responden.......... 62
IV.4 Deskripsi Responden Berdasar Usia Responden......................... 62
IV.5 Deskripsi Responden Berdasar Tingkat Pendidikan Responden...` 63
IV.6 Deskripsi Responden Berdasar Jabatan Responden..................... 64
IV.7 Deskripsi Responden Berdasar Masa Kerja Responden…………. 65
IV.8 Deskripsi Tanggapan Responden Mengenai Peran Teknologi
Informasi…………………………………………………………. 66
IV.9 Deskripsi Tanggapan Responden Mengenai Keunggulan Relatif
dari Knowledge Sharing………………………………………….. 69
xiii
IV.10 Deskripsi Tanggapan Responden Mengenai Kesesuaian dari
Knowledge Sharing ……………………………………………… 72
IV.11 Deskripsi Tanggapan Responden Mengenai Kompleksitas dari
Knowledge Sharing………………………………………………. 74
IV.12 Deskripsi Tanggapan Responden Mengenai Dukungan Organisasi
terhadap Knowledge Sharing…………………………………….. 77
IV.13 Uji Validitas Instrumen……………………………………………. 79
IV.14 Hasil Revisi Uji Validitas Instrumen……………………………… 80
IV.15 Uji Realibiltas Variabel……………………………………………. 81
IV.16 Uji Normalitas…………………………………………………….. 84
IV.17 Mahalanobis Distance Square…………………………………….. 86
IV.18 Hasil Revisi Uji Normalitas………………………………………. 87
IV.19 Revisi Mahalanobis Distance Square……………………………... 88
IV.20 Kriteria Goodness of Fit…………………………………………... 89
IV.21 Kriteria Goodness of Fit Sebelum dan Sesudah Modifikasi……… 91
IV.22 Hasil Uji Hipotesis Sesudah Modifikasi………………………….. 92
xiv
ABSTRACT
THE ROLE OF INFORMATION TECHNOLOGY AT INTENTION TO
ENCOURAGE KNOWLEDGE SHARING IN GOVERNMENT REGENCY
CLERK OF SURAKARTA
(A TESTING OF THE THREE DIFFUSION INOVATION THEORY)
By :
Nur Maflikhah
F 0206094
This study aims to determine the influence of information technology on knowledge sharing processes with the diffusion of innovation theory as pemediasi. Characteristics of innovation diffusion include relative advantage, compatibility, complexity, ability to be tested and the ability to observe. In this study, taken three characteristics of the diffusion of innovation, namely relative advantage, compatibility and complexity. The third characteristic of this diffusion would mediate the relationship between information technology and knowledge sharing.
Research conducted on Surakarta city government employees who work at the regional secretariat of the city of Surakarta. Determination of total respondent sample for each part based on proportional random sampling technique. Independent variables in this research is information technology, the dependent variable is knowledge sharing and innovation diffusion theory as three antecedent variables.
The results of this study based on the method of structural equation modeling (SEM) stated that there was no influence of relative advantage and complexity of knowledge sharing and information technology to the complexity. This is caused by a third this relationship does not have a significant probability.
Keywords: information technology, knowledge sharing, innovation diffusion theory.
xv
ABSTRAK
PERAN TEKNOLOGI INFORMASI PADA KEINGINAN ORANG UNTUK
MENINGKATKAN KNOWLEDGE SHARING KARYAWAN
SEKRETARIAT DAERAH PEMERINTAH KOTA SURAKARTA
( SEBUAH PENGUJIAN TERHADAP TEORI DIFUSI INOVASI )
Oleh :
Nur Maflikhah
F 0206094
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh teknologi informasi terhadap proses knowledge sharing dengan teori difusi inovasi sebagai pemediasi. Karakteristik difusi inovasi meliputi keunggulan relatif, kesesuaian, kompleksitas, kemampuan untuk diujicobakan dan kemampuan untuk diamati. Dalam penelitian ini diambil 3 karakteristik dari difusi inovasi, yakni keunggulan relatif, kesesuaian dan kompleksitas. Ketiga karakteristik difusi inilah yang akan memediasi hubungan antara teknologi informasi dan knowledge sharing.
Penelitian dilakukan terhadap pegawai pemerintah kota Surakarta yang bekerja di bagian sekretariat daerah pemerintah kota Surakarta. Penentuan jumlah responden sampel untuk setiap bagian didasarkan pada teknik proportional random sampling. Variabel independen dalam penelitian ini adalah teknologi informasi, variabel dependennya adalah knowledge sharing dan three diffusion innovation theory sebagai variabel anteseden.
Hasil penelitian ini berdasarkan metode structural equation modelling (SEM) menyatakan bahwa tidak ada pengaruh antara keunggulan relatif dan kompleksitas terhadap knowledge sharing serta teknologi informasi terhadap kompleksitas. Hal ini disebabkan ketiga hubungan ini mempunyai probabilitas yang tidak signifikan.
Kata kunci : teknologi informasi, knowledge sharing, teori difusi inovasi.
16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pesatnya perkembangan zaman dan teknologi saat ini menuntut organisasi untuk
memiliki sumber daya dalam bentuk pengetahuan / teknologi yang memadai. Upaya
untuk meningkatkan kemampuan mengelola pengetahuan / teknologi intra organisasi
bahkan antar organisasi merupakan tantangan utama yang harus dihadapi organisasi
saat ini (Davenport dan Prusak dalam Lin dan Lee, 2005). Hal ini akan berkaitan dengan
apa yang disebut sebagai knowledge sharing. Dyer dan Nobeoka (2000) mendefinisikan
bahwa knowledge sharing merupakan kegiatan bagaimana membantu komunitas
orang-orang yang bekerja bersama, memfasilitasi pertukaran pengetahuan di antara
mereka, menciptakan learning-oriented dan meningkatkan kemampuan mereka untuk
mencapai tujuan individu dan organisasi.
Berbagai studi membuktikan bahwa knowledge sharing merupakan pengaruh
penting bagi keberhasilan upaya untuk mengelola pengetahuan (Lin dan Lee, 2005).
Menurut Dalkir terdapat empat alasan utama mengapa knowledge sharing menjadi
sangat penting dalam menjalankan organisasi :
1. Globalization of business, yang menyebabkan organisasi harus menerapkan segala
sesuatu yang bersifat global dalam lingkungan kerjanya, seperti multisite,
multilanguage dan multicultural.
17
17
2. Learner organizations. Globalisasi menuntut organisasi untuk bergerak lebih cepat,
namun juga membutuhkan pekerja yang cerdas, yang mau belajar untuk maju dan
memperbaiki diri.
3. Corporate amnesia. Pada masa dimana segalanya menjadi lebih mudah dan dekat,
membuat seseorang dapat hidup dalam berbagai macam komunitas, dalam jangka
waktu yang berbeda. Keadaaan ini menyebabkan menurunnya kemampuan
pembelajaran dalam organisasi, jika pengetahuan tersebut tidak diolah dengan
baik.
4. Technological advanced. Teknologi membuat komunikasi menjadi semakin mudah,
menyebabkan ekspektasi seseorang terhadap sesuatu berubah, misalnya laporan
yang dulu diterbitkan setiap bulan, dituntut untuk diterbitkan setiap minggu, atau
setiap hari dengan adanya kemudahan yang ditawarkan oleh teknologi. Hal ini
menyebabkan seseorang dituntut untuk terus belajar (Inspire, Juli 2009).
Selain itu, Dalkir beranggapan bahwa knowledge sharing juga memiliki
manfaat bagi setiap individu yang ada dalam organisasi tersebut, antara lain :
1. Meningkatkan kinerja individu tersebut, karena dengan adanya knowledge
sharing, banyak pekerjaan yang dapat diselesaikan tanpa menunggu pihak
lain.
2. Meningkatknya sense of belonging terhadap organisasi, karena dengan
adanya kegiatan knowledge sharing, pemberian penghargaan dan lain
sebagainya, menjadikan hubungan antar karyawan dan karyawan dengan
organisasi menjadi lebih baik.
3. Dengan adanya ‘paksaan’ untuk belajar, membuat seseorang memiliki
pengatahuan yang up-to-date (Inspire, Juli 2009).
18
18
Dengan terbentuknya individu yang mau belajar dan berbagi, secara
otomatis akan terbentuk suasana kerja yang nyaman dan produktif, yang
berdampak positif bagi kelangsungan hidup organisasi tersebut. Oleh karena itu
pemahaman terhadap faktor-faktor penentu keinginan organisasi untuk
mendorong knowledge sharing penting dikaji lebih dalam.
Knowledge sharing dapat dipandang sebagai inovasi organisasi, merujuk
pada perannya yang penting dalam menghasilkan ide-ide baru dan
mengembangkan kesempatan bisnis baru melalui sosialisasi dan proses
pembelajaran oleh karyawan. Lin dan Lee (2005) mengemukakan bahwa level
budaya inovasi dalam sebuah perusahaan, dikombinasikan dengan sumber daya
organisasional dan dukungan teknologi informasi, menciptakan kapasitas besar
untuk inovasi. Lebih lanjut, Lin dan Lee (2005) menjelaskan bahwa karakteristik
organisasi dan teknologi informasi memainkan peran penting dan strategis dalam
mempengaruhi perubahan organisasi, inovasi dan outcomes yang lain, terutama
bidang pengembangan pengetahuan.
Adopsi inovasi oleh organisasi pada dasarnya adalah segala bentuk ide, praktek,
metode, proses, kesempatan pasar atau produk yang dipersepsikan oleh manajer
sebagai sesuatu yang baru (Rogers dalam Lin dan Lee, 2005). Kanter dalam Lin dan Lee
(2005) memandang inovasi organisasi sebagai proses mengimplementasikan ide baru
dalam menyelesaikan masalah. Dengan demikian organisasi dipandang peduli pada
perilaku inovasi, ketika organisasi tersebut memperkenalkan praktek pengelolaan SDM
yang baru atau mengubah cara kerja karyawan yang lebih menguntungkan individu,
kelompok atau organisasi. Secara umum, inovasi didefinisikan sebagai suatu ide,
praktek atau obyek yang dianggap sebagai sesuatu yang baru oleh seorang individu
19
19
atau satu unit adopsi lain. Thompson dan Eveland dalam Plomp, Tjeerd dan Donald
(1996) mendefinisikan inovasi sama dengan teknologi, yaitu suatu desain yang
digunakan untuk tindakan instrumental dalam rangka mengurangi ketidak teraturan
suatu hubungan sebab akibat dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Jadi, inovasi
dapat dipandang sebagai suatu upaya untuk mencapai tujuan tertentu.
Dalam penerapannya, inovasi tidak terlepas dari proses difusi. Difusi didefinisikan
sebagai suatu proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu
selama jangka waktu tertentu terhadap anggota suatu sistem sosial (Fullan,1996). Lebih
lanjut, Fullan (1996) mengatakan bahwa difusi dapat dikatakan juga sebagai suatu tipe
komunikasi khusus dimana pesannya adalah ide baru. Disamping itu, difusi juga dapat
diangap sebagai suatu jenis perubahan sosial yaitu suatu proses perubahan yang terjadi
dalam struktur dan fungsi sistem sosial. Jelas disini bahwa istilah difusi tidak terlepas
dari kata inovasi. Tujuan utama proses difusi adalah diadopsinya suatu inovasi oleh
anggota sistem sosial tertentu. Anggota sistem sosial dapat berupa individu, kelompok
informal, organisasi dan atau sub sistem.
Pada dasarnya difusi inovasi tidak dapat terlepas dari pengaruh teknologi
informasi (TI) yang dapat diartikan secara umum sebagai suatu subyek yang luas
berkenaan tentang teknologi dan aspek lainnya tentang bagaimana melakukan
manajemen dan perosesan pengolahan data menjadi informasi (Jogiyanto, 2003: 25).
Lebih lanjut, Jogiyanto (2003: 32) mengatakan bahwa teknologi informasi ini
merupakan subsistem dari sistem informasi terutama dalam tinjauan dari sudut
pandang teknologinya. TI dapat dipergunakan untuk menggantikan peran manusia,
memperkuat peran manusia, serta berperan dalam melakukan perubahan–perubahan
20
20
terhadap sekumpulan tugas atau proses. Teknologi informasi tidak hanya terbatas pada
teknologi komputer (perangkat keras dan perangkat lunak) yang digunakan untuk
memproses dan menyimpan informasi, melainkan juga mencakup teknologi komunikasi
untuk mengirimkan informasi (Jogiyanto, 2003: 32). Cakupan TI dan pertukaran
pengetahuan dapat dilihat dari beberapa hal antara lain komunitas TI menjadi
knowledge network online yang pertama berfungsi. Dengan adanya TI kita dapat
mengefektifkan waktu, suatu pekerjaan yang membutuhkan waktu lama dengan
adanya TI maka pekerjaan tersebut dapat diselesaikan dengan cepat. Dengan adanya
komunitas TI akan terjadi knowledge sharing sehingga dapat menimbulkan knowledge
network.
Pemanfaatan teknologi informasi juga digunakan di lingkungan pemerintah kota
Surakarta untuk mendukung aktifitas pemerintahan. Di sisi lain, teknologi informasi
juga merupakan salah satu faktor kunci tercapai progam dari pemerintah kota
Surakarta dalam menciptakan Surakarta sebagai cyber city tahun 2010 (Solopos, 19
Desember 2009) . Oleh karena itu, pemerintah kota Surakarta dituntut atas
kesiapannya dalam berbagai aspek, mulai dari sumber daya manusia hingga
infrastrukturnya. Mendukung slogan “Solo Central of Java”, sudah seharusnya kota
Surakarta berbenah dan terus-menerus melakukan pembangunan di segala bidang.
Perkembangan teknologi informasi (TI) di kota Surakarta sudah menunjukkan kemajuan
yang sangat berarti.
Banyaknya peminat dan pengguna yang mengakses internet di beberapa hotspot
yang dipasang bisa menjadi tolak ukur bahwa konsumsi internet warga Kota Surakarta
semakin meningkat. Pada dasarnya, cyber city merupakan salah satu konsep kota
21
21
modern berbasis TI yang kini banyak diterapkan di sejumlah kota besar di seluruh
dunia. Ini adalah konsekuensi logis dari meningkatnya kebutuhan masyarakat yang
ingin mengakses informasi dan berkomunikasi dengan mudah dan cepat. Sebagai
bagian dari masyarakat modern, sudah saatnya Surakarta menerapkan konsep cyber
city untuk memenuhi kebutuhan warganya dalam mengakses internet secara lebih luas
dan tidak lagi terbatas pada kalangan tertentu. Bagaimanapun juga, masyarakat Kota
Surakarta kini berada dalam abad informasi, setiap orang memiliki peluang yang sama
untuk menjalin pergaulan secara luas baik nasional maupun internasional.
Implementasi cyber city juga bisa membantu masyarakat dalam memanfaatkan
kecanggihan teknologi informasi. Pemasangan hotspot di sejumlah tempat terbuka
seperti taman-taman kota, tempat-tempat olahraga, lokasi bandara, pelabuhan,
terminal bus, pusat-pusat perbelanjaan modern dan tempat-tempat wisata lainnya
akan semakin memudahkan masyarakat untuk beraktivitas secara lebih leluasa dalam
satu waktu secara bersamaan (Solopos, 19 Desember 2009).
Sugiyati, Direktur Center of Indonesia Future Studies mengemukakan perlunya
lima langkah yang harus dilakukan yaitu sosialisasi mengenai teknologi informasi untuk
menyamakan persepsi mengenai manfaatnya, menyiapkan SDM berwawasan TI,
memetakan kebutuhan penggunaan TI, menyiapkan infrastruktur handal dan membuat
aplikasi TI sesuai potensi daerah (Pelita, 3 Juli 2009).
Berdasarkan paparan latar belakang di atas, penulis bermaksud untuk melakukan
penelitian, dengan judul :
22
22
PERAN TEKNOLOGI INFORMASI PADA NIAT UNTUK MENDORONG KNOWLEDGE
SHARING KARYAWAN SEKRETARIAT DAERAH PEMERINTAH KOTA SURAKARTA
(SEBUAH PENGUJIAN TERHADAP TEORI DIFUSI INOVASI)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan latar belakang yang telah dikemukakan, masalah penelitian
dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah persepsi karyawan mengenai relative advantage dari knowledge sharing
berpengaruh terhadap dukungan organisasi pada niat untuk mendorong knowledge
sharing tersebut ?
2. Apakah persepsi karyawan mengenai compatibility dari knowledge sharing
berpengaruh terhadap dukungan organisasi pada niat untuk mendorong knowledge
sharing tersebut?
3. Apakah persepsi karyawan mengenai complexity dari knowledge sharing
berpengaruh terhadap dukungan organisasi pada niat untuk mendorong knowledge
sharing tersebut?
4. a. Apakah dukungan teknologi informasi berpengaruh terhadap persepsi karyawan
mengenai relative advantage dari knowledge sharing ?
b.Apakah dukungan teknologi informasi berpengaruh terhadap persepsi karyawan
mengenai compatibility dari knowledge sharing ?
c. Apakah dukungan teknologi informasi berpengaruh terhadap persepsi karyawan
mengenai complexity dari knowledge sharing ?
23
23
C. Tujuan Penelitian
Selaras dengan masalah penelitian yang telah dirumuskan, maka penelitian ini
mempunyai beberapa tujuan yang akan dicapai, yaitu :
1. Mengetahui pengaruh persepsi karyawan mengenai relative advantage dari
knowledge sharing terhadap dukungan organisasi pada niat untuk mendorong
knowledge sharing tersebut
2. Mengetahui pengaruh persepsi karyawan mengenai compatibility dari knowledge
sharing terhadap dukungan organisasi pada niat untuk mendorong knowledge
sharing tersebut
3. Mengetahui pengaruh persepsi karyawan mengenai complexity dari knowledge
sharing terhadap dukungan organisasi pada niat untuk mendorong knowledge
sharing tersebut
4. a. Mengetahui pengaruh dukungan teknologi informasi terhadap persepsi
karyawan mengenai relative advantage dari knowledge sharing
b. Mengetahui pengaruh dukungan teknologi informasi terhadap persepsi
karyawan mengenai compatibility dari knowledge sharing
c. Mengetahui pengaruh dukungan teknologi informasi terhadap persepsi
karyawan mengenai complexity dari knowledge sharing
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
24
24
Hasil penelitian dapat menjadi bahan pemikiran yang memperkaya khasanah
penelusuran dan pengembangan riset perilaku organisasional dan manajemen
sumber daya manusia, terutama pembahasan mengenai teknologi informasi dan
Innovation Diffusion Theory dalam penerapannya di organisasi.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian diharapkan juga dapat menjadi menjadi bahan masukan bagi
pimpinan terkait dengan pembentukan sikap karyawan, terutama dalam
mengadopsi inovasi teknologi informasi yang dapat mendorong proses knowledge
sharing. Dengan knowledge sharing dan adopsi inovasi teknologi, diharapkan
karyawan mampu memberikan kemampuan optimalnya dalam melaksanakan
pekerjaan di organisasi.
25
25
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Knowledge Sharing
Knowledge sharing didefinisikan sebagai suatu aktivitas bagaimana membuat
suatu komunitas manusia untuk dapat bekerjasama, memfasilitasi pertukaran
pengetahuan mereka, memberi kesempatan belajar dan meningkatkan kemampuan
mereka untuk mencapai tujuan individu dan organisasi (Dyer dan Nobeoka, 2000).
Untuk membuat iklim knowledge sharing di dalam suatu organisasi, organisasi harus
mendorong orang untuk bekerjasama agar lebih efisien, berkolaborasi dan berbagi
untuk membuat pengetahuan organisasional lebih produktif (Gurten dalam Malhotra,
2005). Menurut McDermott and O'Dell (2001) hasil dari knowledge sharing yang terbaik
adalah saat orang mencari informasi terus menerus dan paham luar dan dalam
organisasi atau tim mereka dan orang yang paling berbakat di dalam orgaisasi mereka
pada umummnya memberikan kontribusi yang paling besar. Geppert and Clark (2003)
menyadari bahwa knowledge sharing menjadi pengaruh penting di dalam kesuksesan
suatu usaha manajemen pengetahuan.
26
26
Knowledge sharing dapat dilihat sebagai suatu pembaharuan dalam organisasi.
Suatu inovasi organisasi diadopsi dari banyak ide, praktek, metode atau proses, produk
atau kesempatan pasar dimana manajer berinovasi terhadap suatu unit yang baru
(Inspire, Juli 2009). Kanter dalam Hammel (2006) berpandangan bahwa suatu inovasi
organisasi dianggap oleh organisasi itu sebagai suatu proses implementasi dengan ide
baru dalam pemecahan suatu masalah. Darroch dan McNaughton (2002) mengatakan
bawah promosi organisasional terhadap knowledge sharing adalah mengubah ide
tradisional tentang mengatur sumber kecerdasan dan gaya kerja pegawai dengan
meningkatkan proses, disiplin dan budaya baru, hal inilah yang membentuk suatu
pembaharuan organisasi.
Inti dari knowledge sharing (knowledge management) adalah knowledge /
pengetahuan itu sendiri. Dasar pengetahuan adalah informasi, dimana informasi
merupakan suatu data. Data adalah fakta objektif mengenai kejadian atau objek
tertentu. Dan informasi merupakan data yang memiliki nilai tertentu karena telah
diolah dan disampaikan pada waktu yang tepat (Tjakraatmadja, 2006).
Sedangkan pengetahuan merupakan sesuatu yang lebih kompleks dari data dan
informasi, dimana pengetahuan merupakan gabungan dari pengalaman, nilai,
informasi kontekstual, dan pandangan para ahli yang menciptakan kerangka
untuk mengevaluasi suatu kondisi dan menghubungkannya dengan pengalaman
dan informasi baru (Inspire, Juli 2009). Oleh karena itu, pada umumnya
pengetahuan bersifat subjektif. Lebih jauh lagi, ketika pengetahuan diolah dengan
baik, ia dapat berubah menjadi kebijakan yang digunakan sebagai dasar
penyusunan norma yang ada dalam organisasi.
27
27
Knowledge merupakan sumber daya utama yang dikelola dalam organisasi yang
menerapkan knowledge management (KM) atau knowledge sharing. Untuk itu,
knowledge perlu lebih tegas didefinisikan, khususnya tentang perbedaanya dengan
data dan informasi. Sebelum munculnya KM, pembedaan antara data, informasi,
knowledge dan wisdom tidak begitu menyita perhatian para praktisi bisnis, walaupun
sebenarnya proses distilasi data menjadi informasi dan informasi menjadi knowledge
sudah menjadi bagian dai rutinitas mereka. Pembedaan data, informasi, knowledge dan
wisdom menjadi penting dalam KM, sebab ketidakjelasan pembedaan berpotensi
menimbulkan inefisiensi dan kesalahan dalam penerapan KM. Ada kemungkinan suatu
organisasi menyatakan telah menerapkan KM, tetapi pada kenyataanya yang terjadi
baru sampai kepada tahap manajemen data atau informasi (Lumbatobing, 2009).
Russel Ackoff (1989) seorang pakar sistem dan guru besar bidang perubahan
organisasi mengatakan, isi atau kandungan intelektual dan mentalitas manusia dapat
diklasifikasikan dalam lima kategori, yaitu :
1. Data : berupa simbol-simbol
2. Informasi : data yang diproses agar dapat dimanfaatkan (informasi yang menjawab
pertanyaan tentang “who”, “what”, “where”, dan “when”)
3. Knowledge : merupakan aplikasi dari data dan informasi dan menjawab pertanyaan
“how”
4. Understanding : mengapresiasi pertanyaan “why”
5. Wisdom : evaluasi dan understanding
28
28
Gambar II.1 Hirarkri DIKW : Dari Data ke Wisdom (Belliner et al. dalam Inspire, Juli 2009)
Ackoff mengindikasikan bahwa empat kategori konten yang pertama
berhubungan dengan masa lalu : keempat kategori tersebut berurusan dengan apa
yang telah terjadi dan apa yang telah diketahui. Sedangkan kategori konten yang
kelima, wisdom, berkaitan dan berurusan dengan masa depan, dimana visi dan
rancangan dimasukkan sebagai bagian dari wisdom. Dengan wisdom, manusia tidak
hanya memahamai masa kini dan masa lalu, tetapi manusia akan mampu
merencanakan masa depannya. Transisi dari data ke wisdom digambarkan dala bentuk
connectedness
data
information
understanding
patterns
understanding
principles
wisdom
understanding
relations understanding
29
29
hirarki seperti Gambar II.1, Understanding mendukung transisi tersebut namun
merupakan level tersendiri dalam hirarki DIKW.
Dalam piramida pengetahuan seperti ditunjukkan pada Gambar II.1
digambarkan bahwa knowledge lebih dalam, lebih luas dan lebih kaya daripada data
dan informasi. Menurut Davenport dan Prusak (1996), proses transformasi informasi
menjadi knowledge juga melalui empat tahap yaitu :
· Comparison : membandingkan informasi pada situasi tertentu dengan situasi-situasi
lain yang telah diketahui.
· Consequences : menemukan implikasi-implikasi dari informasi yang bermanfaat
untuk pengambilan keputusan dan tindakan.
· Connection : menemukan hubungan-hubungan bagian-bagian kecil dari informasi
dengan hal-hal lainnya.
· Conversation : membicarakan pandangan, pendapat, serta tindakan orang lain
terkait informasi tersebut.
Knowledge dihasilkan dan berkembang di dalam pikiran para knowledge worker. Dalam
organisasi, knowledge tidak hanya melekat pada dokumen-dokumen, tetapi juga ada di
dalam rutinitas, proses-proses, praktek-praktek dan norma-norma organisasi.
Knowledge terdiri dari dua jenis yaitu tacit knowledge dan explicit knowledge.
Tacit knowledge merupakan knowledge yang diam di dalam benak manusia dalam
bentuk perasaan, keputusan, kemampuan, nilai dan kepercayaan yang sangat sulit
diformalisasikan dan dibagi dengan orang lain. Sedangkan explicit knowledge adalah
knowledge yang dapat atau sudah terkodifikasi dalam bentuk dokumen atau bentuk
30
30
berwujud lainnya sehingga dapat dengan mudah ditransfer dan didistribusikan dengan
menggunakan berbagai media (Inspire, Juli 2009).
Kedua jenis knowledge tersebut, oleh Nonaka dan Takeuchi (1995) dapat
dikonversi melalui empat jenis proses konversi, yaitu sosialisasi, eksternalisasi,
kombinasi dan internalisasi. Keempat jenis proses konversi ini disebut SECI Process
(S:Socialization, E: Externalization, C: Combnation, dan I: Internalization).
· Sosialisasi merupakan proses berbagi dan penciptaan tacit knowledge melalui
interaksi dan pengalaman langsung.
· Eksternalisasi merupakan pengartikulasian tacit knowledge menjadi explicit
knowledge melalui proses dialog dan refleksi.
· Kombinasi merupakan proses konversi explicit knowledge menjadi explicit
knowledge yang baru melalui sistemisasi dan pengaplikasian explicit knowledge dan
informasi.
· Internalisasi merupakan proses pembelajaran dan akuisisi knowledge yang
dilakukan oleh anggota organisasi terhadap explicit knowledge yang disebarkan ke
seluruh organisasi melalui pengalaman sendiri sehingga menjadi tacit knowledge
anggota organisasi.
Repsol (2007) mendefinisikan KM kegiatan mengelola pengetahuan, mengimplikasikan
suatu konteks (manusia, proses, konten, teknologi dan semantik) yang
mengembangkan dan menfasilitasi proses kreasi, pertukaran, belajar, akses,
pengorganisasian dan pemanfaatan pengetahuan untuk keuntungan dari organisasi dan
stakeholder-nya (pekerja, pemegang saham, klien, pemasok dan masyarakat).
31
31
Knowledge merupakan aset kunci agar suatu perusahaan memiliki keunggulan
kompetitif yang berkelanjutan. Saat ini, keunggulan sebuah perusahaan bukan lagi
disebabkan mesin dan fasilitas fisik produksi yang dimilikinya, tetapi oleh asset
knowledge-nya. Aset knowledge dapat berupa keterampilan dan bakat karyawan,
strategi dan paket-paket produk serta layanan, proses bisnis dan jaringan. Aset
knowledge inilah yang memberikan kontribusi utama dalam menciptakan kekayaan dan
daya saing perusahaan. Untuk mengelola aset knowledge inilah KM lahir dan perlu
diterapkan (Inspire, Juli 2009).
Menurut Lumbatobing (2009), keunggulan kompetitif diperoleh dari dampak
implementasi KM terhadap berbagai bidang berikut :
a. Bidang operasi dan pelayanan
Saat ini telah terjadi perubahan dari industri manufaktur ke industri jasa yang
berimplikasi terhadap karakteristik pekerjaan. Dalam industri manufaktur, pekerja
melakukan aktivitas yang sifatnya berulang sesuai intruksi kerja yang ketat dan
menghasilkan suatu barang yang berwujud (tangible). Sedangkan dalam industri
jasa, tindakan-tindakan yang dilakukan pekerja bersifat unik yang membutuhkan
proses pengambilan keputusan yang kompleks berdasarkan pengertian dan
pengetahuan yang dimiliki oleh pekerja. Pekerjaan ini disebut knowledge work dan
pekerjanya disebut knowledge worker, istilah ini pertama kali dikemukakan oleh F.
Drucker.
Perusahaan yang memiliki knowledge worker adalah perusahaan yang
memiliki basis customer knowledge yang terkelola dengan baik. Customer
32
32
knowledge ini dapat diakses oleh pekerjanya serta dapat membantu mereka untuk
memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggannya.
Akibat logis dari dari kondisi tersebut adalah knowledge worker dapat
memberikan respon yang lebih cepat, penanganan klaim pelanggan yang lebih baik,
serta pelayanan yang lebih proaktif.
b. Bidang pengembangan kompetensi personil.
Knowledge transfer/sharing sebagai salah satu proses utama dalam KM
pada hakikatnya adalah penciptaan kesempatan yang luas untuk belajar (learning)
bagi seluruh anggota organisasi sehingga dapat meningkatkan kompetensinya
secara mandiri. Namun demikian, tersedianya bahan ajar atau knowledge dalam
KM yang disimpan dalam memory perusahaan belum tentu akan mendorong minat
belajar karyawan. Hal ini dapat terjadi karena dua faktor. Pertama, knowledge yang
tersedia kurang relevan dengan tugas sehari-hari dari para pekerja. Kedua, para
pekerja memang tidak memiliki motivasi dan daya yang memadai untuk belajar
secara mandiri.
Untuk mengatasi faktor penghambat belajar yang pertama, perusahaan
perlu secara terus-menerus mengamati perkembangan kebutuhan knowledge yang
sesuai dengan tuntutan pekerjaan dan memperbaharui knowledge yang tersimpan
di dalam memory perusahaan.
Untuk mengatasi faktor penghambat yang kedua, pekerja perlu didorong
untuk memanfaatkan knowledge yang sudah tersedia di memory perusahaan
melalui pembelajaran mandiri. Berbagai pendekatan yang dapat digunakan untuk
33
33
meningkatkan motivasi belajar dalam bentuk tatap muka. Kemudian, proses belajar
mandiri ini perlu dievaluasi sekaligus dihargai melalui tindak lanjut.
c. Bidang pemeliharaan ketersediaan knowledge
Kemampuan dan knowledge yang dimiliki oleh pekerja dalam sebuah
perusahaan perlu dikelola oleh perusahaan untuk menjamin tidak terjadinya
knowledge loss, yaitu suatu kondisi di mana perusahaan kehilangan knowledge
yang dibutuhkannya walau knowledge tersebut sebenarnya sudah pernah dimiliki
dan dipergunakan oleh perusahaan tersebut. Knowledge loss dapat terjadi ketika
seorang pekerja keluar dari perusahaan, baik karena alasan pensiun atau pindah ke
perusahaan lain sementara knowledge yang dimiliki pekerja tersebut belum
ditransfer kepada memory perusahaan atau pekerja lainnya di dalam perusahaan.
Knowledge loss dapat mengakibatkan terganggunya operasi perusahaan, bahkan
dapat mengakibatkan gangguan yang lebih serius jika perpindahan atau keluarnya
pekerja tersebut diikuti dengan berpindahnya beberapa pelanggan.
d. Bidang inovasi dan pengembangan produk.
Salah satu produk KM adalah proses pembelajaran yang berimplikasi terhadap
peningkatan kemampuan inovasi, yaitu terciptanya knowledge baru. Inovasi yang
dikombinasikan dengan kebutuhan pelanggan akan menjadi solusi atau produk
yang efektif dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi pelanggan.
Proses pengembangan produk merupakan proses yang bersifat kolaboratif dan
lintas fungsi. Artinya, produk baru tidak dihasilkan oleh unit atau fungsi tertentu
dalam perusahaan, tetapi melibatkan berbagai unit untuk menjamin bahwa produk
yang dihasilkan tidak sekedar baru tetapi juga harus laku dan dapat diproduksi
34
34
semestinya. KM dapat mengakselerasi proses pengembangan produk baru, karena
KM mempromosikan dan meyediakan media untuk kolaborasidan knowledge
sharing.
KM adalah inisitif korporasi, bukan inisiatif unit atau sekumpulan orang
tertentu pada suatu perusahaan. Sebagai inisiatif korporasi, penerapan KM harus
melibatkan komponen-komponen strategis organisasi, antara lain :
a. Manusia
Sebagian besar knowledge yang ada dalam pikiran manusia berupa tacit
knowledge. Carla O’Dell mengatakan, 80% knowledge berupa tacit knowledge
dan hanya 20% berupa explicit knowledge. Di samping sebagai sumber
knowledge, manusia juga merupakan pelaku dalam proses-proses yang ada di
KM. Jika proses knowledge sharing dan knowledge creation tidak dapat
berjalan, maka persoalan utamanya adalah karena rendahnya kemauan dan
kemampuan manusia untuk melakukannya. Semua proses tersebut dapat
berjalan selama manusia memang terdorong untuk melakukannya, walaupun
dengan bantuan teknologi yang minimal.
Meningkatkan motivasi dan membangkitkan partisipasi anggota organisasi
dalam implementasi KM memerlukan penedekatan manajemen modal
manusia.
b. Leadership
Peran kritis yang harus dijalankan oleh pemimpin adalah membangun visi yang
kuat, yaitu visi yang dapat menggerakkan semua anggota organisasi untuk
35
35
mencapai visi tersebut. Visi tidak hanya sekedar pernyataan yang bersifat
retorik, tetapi harus diikuti oleh tindakan nyata dari pemimpin itu sendiri dalam
memberikan teladan dan keyakinan kepada seluruh anggota organisasi, bahwa
organisasi sungguh-sungguh digerakkan menuju visi yang ditetapkan. Sebaik-
baiknya visi, jika tidak ditindaklanjuti akan segera kehilangan efektivitasnya dan
akan menjadi ilusi yang berbahaya bagi sebuah organisasi.
Untuk suksesnya implementasi KM, para pemimpin harus mengerahkan
kapasitas intelektual dan sumber daya yang berada di bawah kendalinya dalam
menginspirasi dan terjun langsung mengonduktori implementasi KM untuk
mewujudkan visinya. Pada hakekatnya pemimpin mempunnyai kemampuan
untuk memulai pembentukan budaya atau tradisi baru dengan menggalang dan
mengarahkan partisipasi semua anggota organisasi dalam mewujudkan visinya.
Untuk melengkapi kemampuan itu seorang pemimpin memiliki intensi dan
determinasi yang kuat.
Selain hal-hal yang terkait dengan visi dan keterlibatan pemimpin dalam
implementasi KM, kepemimpinan juga berkaitan dengan proses pengambilan
keputusan strategis, termasuk keputusan yang menyangkut nilai-nilai, obyektif,
persyaratan knowledge, sumber knowledge, prioritasi dan alokasi aset
knowledge organisasi. Para pemimpin juga sangat berperan dalam menerapkan
prinsip dan teknik manajemen yang integratif berbasis knowledge.
c. Teknologi
Perkembangan teknologi informasi (TI) yang sudah merasuk ke semua aspek
kegiatan manusia membuat penggunaan teknologi informasi menjadi salah satu
36
36
fungsi dari KM. Perkembangan TI berdampak pada semakin banyaknya proses
yang diotomasi dan juga semakin banyaknya pekerja yang menghabiskan waktu
di depan komputer, baik untuk melakukan pekerjaan analisis, mengeksekusi
proses bisnis, maupun untuk berkomunikasi. Internet saat ini sudah menjadi
interface dan sekaligus integrator antara manusia dan manusia lainnya.
Perkembangan teknologi internet dengan berbagai aplikasi di dalamnya
membuat teknologi ini menjadi basis utama pengembangan KM tool. Tujuan
utama penggunaan teknologi internet dalam KM adalah untuk
mendistribusikan knowledge melalui internet/intranet yang memungkinkan
knowledge yang dimiliki perusahaan dan karyawannya tersebar secara
corporate wide dan menjadi milik kolektif perusahaan atau organisasi.
Selain berfungis sebagai media utama pendistribusian knowledge,
penggunaan teknologi informasi dalam KM juga sangat berperan dalam
menyediakan media untuk berkolaborasi secara virtual. Kolaborasi virtual akhir-
akhir ini marak dengan berkembangnya teknologi social networking seperti
myspace, facebook dan lain-lain.
d. Organisasi
Organisasi berkaitan dengan penanganan aspek operasional dari aspek-aspek
knowledge, termasuk fungsi-fungsi, proses-proses, struktur organisasi formal
37
37
dan informal, ukuran dan indikator pengendalian, proses penyempurnaan dan
rekayasa proses bisnis.
Organisasi yang mendukukung KM adalah organisasi yang menghargai
knowledge dan yang memilikinya. Organisasi ini sangat fleksibel dan sangat
mudah menyesesuaikan diri dengan perubahan. Galbraith menyatakan bahwa
reconfigurable organization adalah organisasi yang mampu mengombinasikan
dan mengombinasikan ulang kemampuan, kompetensi dan sumber daya
organisasi untuk merespon perubahan lingkungan.
Agar lebih kondusif terhadap implementasi KM, fungsi-fungsi
pengelolaan knowledge, seperti fungsi pengelola penelitian , pengelola KM
Tool, fungsi komunikasi dan lainnya sebaiknya dimunculkan. Fungsi-fungsi KM
tersebut akan menjadi integrator dari fungsi-fungsi lainnya seperti fungsi
pengelola SDM, pengelola produk, pengelola operasi atau alat produksi dan
pengelola pelanggan serta fungsi-fungsi pendukung lainnya dalam suatu
organisasi.
Organisasi tradisional tidak mengenal posisi baru yang bernama CKO
(Chief of Knowledge Officer) atau Officer KM. Posisi-posisi ini berkaitan dengan
KM dan cakupan tugasnya bersifa lintas fungsi, lintas unt dan lintas disiplin
bahkan lintas hirarkri. Perusahaan yang berkeinginan untuk menerapkan KM
harus mempersiapkan diri agar terbiasa dengan posisi-posisi baru tersebut dan
merancang fungsi, proses, struktur serta menata ulang mekanisme koordinasi,
interaksi dan aliran informasi dengan posisi-posisi tersebut.
38
38
Hal lain yang juga penting diperhatikan dengan adanya implementasi KM
dalam suatu organisasi adalah perubahan sistem kompensasi. Galbraith
memperkenalkan adanya pergeseran dalam sistem kompensasi dari pay for a
job ke knowledge based pay. Knowledge based pay menghargai kemampuan
dan knowledge seseorang yang mampu memberikan kontribusi kepada
organisasi. Sistem kompensasi ini menghargai learning dan kemampuan
seseorang untuk dapat menguasai knowledge baru.
e. Learning
Garvin mendefinisikan learning organization sebagai keterampilan organisasi
dalam lima aktifitas utama, yaitu :
· Penyelesaian masalah secara sistematis, di mana anggota organisasi selalu
berpikir secara system dalam menyelesaikan masalah (dalam mengambil
keputusan lebih bersandar kepada data dari pada asumsi)
· Pengujicobaan pendekatan baru, di mana organisasi menjamin mengalirnya
ide-ide baru dan memberi insentif kepada anggota organisasi dalam
mengambil resiko.
· Belajar dari pengalaman masa lalu (lebih menghargai nilai-nilai kegagalan
dari pada keberhasilan tidak produktif)
· Belajar dari praktek terbaik (proakif dan antusias dalam mempelajari dan
mengadopsi praktek-praktek terbaik dari manapun.
· Transfer / sharing knowledge secara tepat dan efisien ke seluruh organisasi
(mendistribusikan laporan dan melakukan progam rotasi personil)
39
39
Learning merupakan kekuatan yang dibutukan setiap perusahaan sebagai
prasyarat untuk mampu beradaptasi dan bertahan dalam lingkungan bisnis
yang senantiasa berubah. De Geus menyatakan bahwa karakteristik
perusahaan yang berumur panjang sebagai the living company adalah yang
memiliki kualitas makhluk hidup seperti kecerdasan dan karakter. De Geus
menjelaskan ada korelasi antara perusahaan yang berumur panajnag dengan
kemampuannya sebagai sebuah learning organization (Inspire, Juli 2009).
Lumbatobing (2009) menjelaskan bahwa KM buhkan hanya sekedar
management tool yang baru atau mode manajemen terbaru. Tetapi, organisasi
yang ingin menerapkan KM harus memperlakukannya sebagai inisiatif korporasi
yang melibatkan semua komponen strategis di dalam sebuah perusahaan
seperti manusia, kepemimpinan, teknologi, organisasi dan budaya learning.
Komponen-komponen strategis inilah yang menggerakkan proses-proses yang
terjadi dalam KM seperti proses kreasi, akuisisi, sharing, retensi dan
pemanfaatan knowledge. Terabaikannya salah satu faktor tersebut akan
membuat penerapan KM tidak efektif.
Knowledge sharing yang merupakan suatu sistem yang tidak memiliki
akhir, karena knowledge sharing akan selalu dikembangkan oleh orang dalam
organisasi, dan tidak dapat dibuat dengan cara yang instan. Keputusan
penyusunan knowledge sharing dalam perusahaan harus didasari dengan
pertanyaan sebagai berikut :
1. Who, berkaitan dengan orang yang akan menjalankan knowledge sharing tersebut.
Ketika sumber daya manusia yang ada tidak memadai atau tidak siap, maka
40
40
knowledge sharing dapat dipastikan tidak dapat berjalan dengan baik. Pertanyaan
ini merupakan prioritas utama yang harus diperhatikan oleh organisasi dalam
pengambilan keputusan untuk penerapan knowledge sharing.
2. What, berkaitan dengan pengetahuan (knowledge) apa yang akan disimpan, dan
harus disesuaikan dengan core business perusahaan. Ketika penentuan core
business ini tidak tepat sasaran, dapat dipastikan knowledge sharing tidak dapat
berjalan dengan baik.
3. Why, berkaitan dengan alasan dibalik keputusan penerapan knowledge sharing,
yang harus disesuaikan dengan tujuan bisnis organisasi.
4. How, berkaitan dengan teknologi apa yang akan digunakan. Banyak organisasi
memilih untuk menggunakan aplikasi knowledge sharing sesederhana mungkin
pada awalnya, dengan harapan mereka akan mengganti sistem ini dengan yang
lebih kompleks ketika kultur sudah terbentuk sesuai harapan organisasi. Pemikiran
ini sangat salah, karena dapat menimbulkan rasa frustasi pada diri staf (Inspire, Juli
2009).
B. Teknologi Informasi (TI)
Peranan TI dalam berbagai aspek kegiatan organisasi dapat dipahami
sebagai sebuah teknologi yang menitik beratkan pada pengaturan sistem
informasi dengan penggunaan komputer, TI dapat memenuhi kebutuhan
informasi dunia bisnis dengan sangat cepat, tepat waktu, relevan, dan akurat
(Wilkinson dan Cerullo, 1997). Ahadiat dalam Bakos (1998) mencoba
menjelaskan bahwa investasi pada teknologi informasi sendiri merupakan
investasi pada sesuatu yang mudah menjadi usang (obsolete) sehingga terdapat
41
41
kesulitan untuk menampakkan manfaatnya dalam skala pengukuran kinerja atau
produktifitas yang telah umum digunakan.
Perkembangan terbaru dari studi empiris tentang dampak teknologi informasi
saat ini tidak hanya mencoba untuk mengkaitkan investasi teknologi informasi dengan
tangible benefit, namun juga intangible benefit. Hal ini terutama terus mengemuka
sejalan dengan makin maraknya implementasi knowledge sharing di sejumlah
organisasi bisnis. Knowledge sharing merupakan upaya organisasi dalam mengelola
aktiva intelektual yang dimilikinya melalui praktek-praktek pendokumentasian dan
knowledge sharing diantara anggota organisasi. Untuk melakukan pendokumentasian
dan berbagi pengetahuan ini diperlukan teknologi informasi untuk mewujudkannya,
yaitu dalam bentuk pengembangan intranet, extranet dan perangkat pendukung
lainnya berupa hardware, software dan telekomunikasi yang dikenal sebagai teknologi
knowledge management. Meski praktek knowledge sharing diyakini dapat
meningkatkan intangible asset bagi organisasi, namun Maholtra (2005) mencoba
menyoroti penggunaan istilah teknologi knowledge management dari sisi lain, yaitu
hanyalah sebagai perkembangan terbaru atau penamaaan ulang yang dilakukan oleh
para vendor teknologi informasi setelah selama dua dekade terakhir istilah teknologi
informasi telah banyak digunakan.
Peran TI di berbagai bidang kehidupan memang tidak diragukan lagi Banyak
peneliti mengemukakan manfaat komputer untuk berbagai macam keperluan (Igbaria,
1994). Sementara itu beberapa peneliti menemukan adanya beberapa hambatan dan
bahkan kegagalan dalam penerapan teknologi informasi berbasis komputer (Igbaria,
1994; Swanson, 1982).
42
42
Penelitian yang dilakukan oleh Igbaria (1994) menemukan berbagai masalah yang
dapat mengganggu keberhasilan penerapan komputer mikro pada suatu organisasi.
Masalah-masalah tersebut antara lain kompleksitas, tidak adanya dukungan
manajemen puncak, kurangnya pengalaman, dan sikap negatif pemakai. Swanson
(1982) dalam penelitiannya menemukan bahwa rendahnya penerimaan pemakai (user
acceptance) juga berpengaruh pada pemanfaatan TI. User acceptance adalah seberapa
jauh individu merasa nyaman ketika menggunakan atau terlibat dalam suatu lingkungan
baru.
Iqbaria (1994) menyebutkan bahwa secara individu maupun kolektif penerimaan
penggunaan dapat dijelaskan dari variasi penggunaan suatu sistem, karena diyakini
penggunaan suatu sistem yang berbasis TI dapat mengembangkan kinerja individu atau
kinerja organisasi. Beberapa penelitian lain telah mengidentifikasi indikator
penerimaan TI, dimana secara umum diketahui bahwa penerimaan TI dilihat dari
penggunaan sistem dan frekuensi pengunaan komputer DeLone dalam Iqbaria (1997)
dan ada juga yang melihat dari aspek kepuasan pengguna (Montazemi dalam Iqbaria,
1997)
Davis (1989) mendefinisikan kemanfaatan (usefulness) sebagai suatu tingkatan
dimana seseorang percaya bahwa penggunaan suatu subyek tertentu akan dapat
meningkatkan prestasi kerja orang tersebut. Berdasarkan definisi tersebut dapat
diartikan bahwa kemanfaatan dari penggunaan komputer dapat meningkatkan kinerja,
prestasi kerja orang yang menggunakannya. Menurut Thompson (1991) kemanfaatan TI
merupakan manfaat yang diharapkan oleh pengguna TI dalam melaksanakan tugasnya.
Pengukuran kemanfaatan tersebut berdasarkan frekuensi penggunaan dan
43
43
diversitas/keragaman aplikasi yang dijalankan. Thompson (1991) juga menyebutkan
bahwa individu akan menggunakan TI jika mengetahui manfaat positif atas
penggunaannya. Chin dan Todd (1995) memberikan beberapa dimensi tentang
kemanfaatan TI.
Kemanfaatan dengan estimasi dua faktor oleh Chin dan Todd (1995) dibagi
menjadi dua kategori lagi yaitu kemanfaatan dan efektifitas, dengan dimensi-dimensi
masing-masing yang dikelompokkan sebagai berikut:
1. Kemanfaatan meliputi dimensi
· menjadikan pekerjaan lebih mudah (makes job easier)
· Bermanfaat (usefull)
· Menambah produktifitas (increase productivity).
2. Efektifitas meliputi dimensi
· mempertinggi efektifitas (enchance effectiveness)
· mengembangkan kinerja pekerjaan (improve the job performance)
Berdasarkan beberapa definisi dan telaah literatur diatas dapat disimpulkan
bahwa kemanfaatan penggunaan TI dapat diketahui dari kepercayaan pengguna TI
Berdasarkan beberapa definisi dan telaah literatur diatas dapat disimpulkan bahwa
kemanfaatan penggunaan TI dapat diketahui dari kepercayaan pengguna TI dalam
memutuskan penerimaan TI dengan satu kepercayaan bahwa penggunaan TI tersebut
memberikan kontribusi positif bagi penggunanya. Seseorang mempercayai dan
merasakan dengan menggunakan komputer sangat membantu dan mempertinggi
prestasi kerja yang akan dicapainya, atau dengan kata lain orang tersebut
mempercayai penggunaan TI telah memberikan manfaat terhadap pekerjaan dan
44
44
pencapaian prestasi kerjanya. Kemanfaatan penggunaan TI tersebut menjadi sebuah
variabel tersendiri yang diteliti oleh peneliti (Iqbaria, 1994;1997), khususnya untuk
melihat penerimaan penggunaan TI bagi organisasi perusahaan. Iqbaria (1994) dalam
studinya menguji apakah penerimaan penggunaan mikro komputer dipengaruhi oleh
kemanfaatan yang diharapkan oleh si pengguna atau karena tekanan sosial. Tekanan
sosial yang dimaksudkan seperti tekanan dari seorang supervisor kepada bawahannya
untuk menggunakan TI. Temuan studi Iqbaria (1994) membuktikan bahwa TI digunakan
bukan mutlak karena adanya tekanan sosial, sehingga dapat disimpulkan penerimaan
penggunaan TI tersebut dipengaruhi oleh kemanfaatan penggunaan penggunaan TI.
Davis (1989) mendefinisikan kemudahan penggunaan (easy of use) sebagai suatu
tingkatan dimana seseorang percaya bahwa komputer dapat dengan mudah dipahami.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kemudahan penggunaan akan
mengurangi usaha (baik waktu dan tenaga) seseorang di dalam mempelajari komputer.
Perbandingan kemudahan tersebut memberikan indikasi bahwa orang yang
menggunakan TI bekerja lebih mudah dibandingkan dengan orang yang bekerja tanpa
menggunakan TI (secara manual). Pengguna TI mempercayai bahwa TI yang lebih
fleksibel, mudah dipahami dan mudah pengoperasiannya (compartible) sebagai
karakteristik kemudahan penggunaan. Davis (1989) memberikan beberapa indikator
kemudahan penggunaan TI antara lain meliputi
(1) Komputer sangat mudah dipelajari
(2) Komputer mengerjakan dengan mudah apa yang diinginkan oleh pengguna
(3) Keterampilan pengguna bertambah dengan menggunakan komputer
(4) Komputer sangat mudah untuk dioperasikan.
45
45
Iqbaria (1994) membuktikan bahwa TI digunakan bukan mutlak karena adanya
tekanan sosial, sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan TI bukan karena
adanya unsur tekanan, tetapi karena memang mudah digunakan. Berdasarkan telaah
teoritis dan hasil-hasil pengujian empiris diatas, dapat disimpulkan bahwa penerimaan
penggunaan TI juga turut dipengaruhi oleh kemudahan penggunaan TI, ini merupakan
refleksi psikologis pengguna yang lebih bersikap terbuka terhadap sesuatu yang sesuai
dengan apa yang dipahaminya dengan mudah. Kemudahan tersebut dapat mendorong
seseorang untuk menerima menggunakan TI.
Model Teoritis Davis 1989 dapat digambarkan pada gambar II.2 berikut ini :
Gambar II.2
Model Teoritis aspek perilaku dalam TI (Davis, 1989)
Kemudahan
Kemanfaatan
Penerimaan
Pengguna
46
46
Menurut Iqbaria (1997), faktor-faktor interen dan eksteren organisasi
berpengaruh terhadap penerimaan penggunaan TI. Iqbaria (1997) secara mendetail
mengemukakan faktor-faktor tersebut meliputi :
1. Dukungan pengetahuan komputer secara interen organisasi (internal support),
merupakan dukungan pengetahuan teknis yang dimiliki secara individual maupun
kelompok mengenai pengetahuan komputer
2. Pengalaman pelatihan interen organisasi (internal training), merupakan sejumlah
pelatihan yang sudah pernah diperoleh pemakai (user) dari pemakai lainnya (other
user) atau dari spesialisasi komputer yang ada di dalam organisasi perusahaan
3. Dukungan manajemen (management support), merupakan tingkat dukungan
secara umum yang diberikan oleh manajemen puncak dalam perusahaan
4. Pengetahuan komputer secara ekteren organisasi (external support) , merupakan
dukungan pengerahuan teknis dari pihak luar yang dimiliki secara individual
maupun kelompok mengenai pengetahuan komputer untuk perusahaan kecil.
5. Pengalaman pelatihan eksteren organisasi (external training), merupakan sejumlah
pelatihan yang sudah pernah diperoleh pemakai (user) dari pemakai lainnya (other
user) atau spesialisasi komputer dari pihak luar perusahaan
C. Diffusion of Innovation Theory (DOI)
Teori difusi inovasi menggambarkan proses sisi baru, praktek atau teknologi yang
disebar ke dalam suatu sistem sosial (Rogers dalam Murray, 2009). Difusi inovasi adalah
suatu proses umum yang tidak terbatas pada tipe inovasi tertentu, siapa yang
mengadopsi dan bagaimana budayanya, seperti proses inovasi yang berdifusi sehingga
47
47
mengimplementasi secara keseluruhan yang dapat mengembangkan inovasi tersebut.
Difusi didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan melalui
saluran tertentu selama jangka waktu tertentu terhadap anggota suatu sistem sosial
(Rogers dalam Murray, 2009). Difusi dapat dikatakan juga sebagai suatu tipe
komunikasi khusus dimana pesannya adalah ide baru. Disamping itu, difusi juga dapat
dianggap sebagai suatu jenis perubahan sosial yaitu suatu proses perubahan yang
terjadi dalam struktur dan fungsi sistem sosial. Jelas disini bahwa istilah difusi tidak
terlepas dari kata inovasi (Murray, 2009). Karena tujuan utama proses difusi adalah
diadopsinya suatu inovasi oleh anggota sistem sosial tertentu (Rogers dalam Murray,
2009). Anggota sistem sosial dapat berupa individu, kelompok informal, organisasi dan
atau sub sistem.
Rogers dalam Murray (2009) mengemukakan bahawa proses difusi inovasi
melibatkan empat unsur utama, meliputi :
1) inovasi
2) saluran komunikasi
3) kurun waktu tertentu
4) sistem sosial
Rogers dalam Murray (2009) mengemukakan lima karakteristik Teori Difusi Inovasi,
meliputi :
1) Keunggulan (relative advantage)
Adalah derajat dimana suatu inovasi dianggap lebih baik/unggul dari yang pernah
ada sebelumnya. Semakin besar relative advantage dirasakan oleh pengadopsi,
semakin cepat inovasi tersebut dapat diadopsi.
48
48
2) Kompatibilitas (compatibility)
Adalah derajat dimana inovasi tersebut dianggap konsisten dengan nilai-nilai yang
berlaku, pengalaman masa lalu dan kebutuhan pengadopsi. Sebagai contoh, jika
suatu inovasi atau ide baru tertentu tidak sesuai dengan nilai dan norma yang
berlaku, maka inovasi itu tidak dapat diadopsi dengan mudah sebagaimana halnya
dengan inovasi yang sesuai (compatible).
3) Kerumitan (complexity)
Adalah derajat dimana inovasi dianggap sebagai suatu yang sulit untuk dipahami
dan digunakan. Beberapa inovasi tertentu ada yang dengan mudah dapat
dimengerti dan digunakan oleh pengadopsi dan ada pula yang sebaliknya. Semakin
mudah dipahami dan dimengerti oleh pengadopsi, maka semakin cepat suatu
inovasi dapat diadopsi.
4) Kemampuan diuji cobakan (trialability)
Adalah derajat dimana suatu inovasi dapat diuji-coba batas tertentu. Suatu inovasi
yang dapat di uji cobakan dalam tatanan sesungguhnya akan lebih cepat diadopsi.
5) Kemampuan diamati (observability).
Adalah derajat dimana hasil suatu inovasi dapat terlihat oleh orang lain. Semakin
mudah seseorang melihat hasil dari suatu inovasi, semakin besar kemungkinan
orang atau sekelompok orang tersebut mengadopsi.
Kurve Adopsi Inovasi
49
49
Gambar II.3 Kurva Adopsi Inovasi
Adopsi inovasi yang melengkung dari Rogers dalam Murray (2009) adalah model
yang terklasifikasi dari inovai dalam berbagai kategori, berdasarkan gagasan bahwa
individu tertentu yang pasti lebih terbuka untuk adaptasi dari orang lain yang terbagi
menjadi :
1. Innovators : seseorang yang menjadi pelopor dalam perubahan. Inovator sangat
membutuhkan komunikasi.
2. Early adopter : seorang pemimpin yang mampu mencoba ide-ide baru tetapi
dengan cara teliti dan seksama.
3. Early majority : seseorang yang berhati-hati menerima perubahan yang cepat.
4. Late majority : seseorang yang tidak percaya, akan menggunakan ide-ide baru
apabila banyak orang lain yang menggunakan ide-ide tersebut.
50
50
5. Laggards : masyarakat tradisional, masih menggunakan cara-cara lama di mana
hanya akan menerima suatu ide baru jika ide tersebut telah menjadi tradisi.
Rogers dalam Murray (2009) fokus penelitian difusi terletak pada lima elemen :
a. karakteristik dari suatu inovasi yang dapat mempengaruhi dengan adopsi;
b. proses pengambilan keputusan yang terjadi ketika individu mempertimbangkan
mengadopsi ide baru, produk atau praktek.
c. karakteristik dari orang-orang yang membuat mereka cenderung untuk mengadopsi
suatu inovasi
d. konsekuensi bagi individu dan masyarakat yang mengadopsi suatu inovasi,
e. saluran komunikasi yang digunakan dalam proses adopsi
Komunikasi adalah proses dimana partisipan menciptakan dan berbagi informasi
satu sama lain untuk mencapai suatu pemahaman bersama. Seperti telah diungkapkan
sebelumnya bahwa difusi dapat dipandang sebagai suatu tipe komunikasi khusus
dimana informasi yang dipertukarkannya adalah ide baru (inovasi). Dengan demikian,
esensi dari proses difusi adalah pertukaran informasi dimana seorang individu
mengkomunikasikan suatu ide baru ke seseorang atau beberapa orang lain (Rogers
dalam Murray, 2009). Rogers dalam Murray (2009) mengemukakan ada empat unsur
dari proses komunikasi meliputi :
a. inovasi itu sendiri
b. seorang individu atau satu unit adopsi lain yang mempunyai pengetahuan atau
pengalaman dalam menggunakan inovasi
c. orang lain atau unit adopsi lain yang belum mempunyai pengetahuan dan
pengalaman dalam menggunakan inovasi
51
51
d. saluran komunikasi yang menghubungkan dua unit tersebut.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa komunikasi dalam proses difusi adalah upaya
mempertukarkan ide baru (inovasi) oleh seseorang atau unit tertentu yang telah
mempunyai pengetahuan dan pengalaman dalam menggunakan inovasi tersebut
(innovator) kepada seseorang atau unit lain yang belum memiliki pengetahuan dan
pengalaman mengenai inovasi itu (potential adopter) melalui saluran komunikasi
tertentu (Rogers dalam Murray, 2009)
Rogers dalam Murray (2009) mengatakan ada 5 tahap dalam proses pembuatan
keputusan difusi, yaitu :
1) mencari knowledge tentang inovasi tersebut
2) yakin dalam membentuk gagasan tentang inovasi tersebut
3) membuat keputusan untuk menolak atau menerima adopsi tersebut
4) menerima konfirmasi tentang keputusan tersebut
Seperti telah diungkapkan sebelumnya bahwa tujuan utama proses difusi adalah
agar diadopsinya suatu inovasi. Tujuan komunikasi adalah tercapainya suatu
pemahaman bersama (mutual understanding) antara dua atau lebih partisipan
komunikasi terhadap suatu pesan (dalam hal ini adalah ide baru) melalui saluran
komunikasi tertentu. Dengan demikian diadopsinya suatu ide baru (inovasi)
dipengaruhi oleh partisipan komunikasi dan saluran komunikasi. Dari sisi partisipan
komunikasi, Rogers dalam Murray (2009) mengungkapkan bahwa derajat kesamaan
atribut (seperti kepercayaan, pendidikan, status sosial, dan lain-lain) antara individu
yang berinteraksi (partisipan) berpengaruh terhadap proses difusi. Semakin besar
derajat kesamaan atribut partisipan komunikasi (homophily), semakin efektif komuniksi
52
52
terjadi. Begitu pula sebaliknya. Semakin besar derajat perbedaan atribut partisipan
(heterophily), semakin tidak efektif komunikasi terjadi. Oleh karenanya, dalam proses
difusi inovasi, penting sekali untuk memahami betul karakteristik adopter potensialnya
untuk memperkecil “heterophily” (Murray, 2009). Sementara itu, saluran komunikasi
juga perlu diperhatikan. Dalam tahap-tahap tertentu dari proses pengambilan
keputusan inovasi, suatu jenis saluran komunikasi tertentu memainkan peranan lebih
penting dibandingkan dengan jenis saluran komunikasi lain.
Difusi inovasi terjadi dalam suatu sistem sosial. Dalam suatu sistem sosial
terdapat struktur sosial, individu atau kelompok individu, dan norma-norma tertentu.
Berkaitan dengan hal ini, Rogers dalam Murray (2009) menyebutkan adanya empat
faktor yang mempengaruhi proses keputusan inovasi. Keempat faktor tersebut adalah
a. Struktur sosial (social structure)
Adalah susunan suatu unit sistem yang memiliki pola tertentu. Struktur ini
memberikan suatu keteraturan dan stabilitas perilaku setiap individu (unit) dalam
suatu sistem sosial tertentu. Struktur sosial juga menunjukan hubungan antar
anggota dari sistem sosial. Rogers dan Kincaid dalam Murrary (2009) mengatakan
bahwa adopsi suatu inovasi dipengaruhi oleh karakteristik individu itu sendiri dan
juga sistem social dimana individu tersebut berada.
b. Norma sistem (system norms)
Adalah suatu pola perilaku yang dapat diterima oleh semua anggota sistem sosial
yang berfungsi sebagai panduan atau standar bagi semua anggota sistem sosial.
Jadi, derajat ketidak sesuaian suatu inovasi dengan kepercayaan atau nilai-nilai
53
53
yang dianut oleh individu (sekelompok masyarakat) dalam suatu sistem sosial
berpengaruh terhadap penerimaan suatu inovasi tersebut.
c. Pemimpin opini (opinion leaders)
dapat dikatakan sebagai orang-orang berpengaruh, yaitu orang-orang tertentu yang
mampu mempengaruhi sikap orang lain secara informal dalam suatu sistem sosial.
Opinion leaders memainkan peran dalam proses keputusan inovasi .
d. Agen perubah (change agent).
adalah orang-orang professional yang telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan
tertentu untuk mempengaruhi kliennya. Dengan demikian, kemampuan dan
keterampilan agen perubah berperan besar terhadap diterima atau ditolaknya
inovasi tertentu.
D. Penelitian Terdahulu
Sejumlah studi empiris tentang dampak TI bagi organisasi bisnis itu sendiri
sebenarnya telah banyak dilakukan sejak pertengahan era 1980’an. Penelitian tentang
dampak TI pada organisasi bisnis berakar pada topik penelitian mengenai information
technology investment and firm performance yang selama bertahun-tahun telah
menjadi perdebatan mengenai apakah investasi pada TI memiliki dampak yang positif
dengan ukuran-ukuran kinerja ataupun produktifitas. Penelitian yang dilakukan sejak
dua dekade lalu menghasilkan temuan yang cocok tentang manfaat TI tersebut. Ketika
TI diyakini memberi manfaat bagi organisasi bisnis yang memilikinya, sejumlah
penelitian justru menghasilkan temuan berupa ketiadaan hubungan antara investasi
54
54
perusahaan pada TI dengan peningkatan produktifitas, suatu situasi yang disebut
sebagai productivity paradoks (Dedrick, Gurbaxani & Kraemer, 2002). Penelitian yang
dilakukan tersebut, secara garis besar dapat dibagi menjadi dua, yaitu studi yang
dilakukan pada level perusahaan dan studi yang dilakukan pada level negara. Hasil dari
sejumlah penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel II.1, yang memperlihatkan bahwa
investasi perusahaan bagi TI tidaklah selalu diikuti dengan peningkatan
kinerja/produktifitas.
Tabel II.1. Studi Empiris tentang Dampak TI terhadap Kinerja/Produktifitas (Studi pada
perusahaan sektor jasa hingga manufaktur)
Peneliti Sumber Data Temuan
Strassmann (1985)
Strassmann (1990)
Computerworld, survei
terhadap 38 perusahaan
tidak ada korelasi antara investasi
pada TI dengan ukuran-ukuran
kinerja, semisal ROI
Bender (1986) LOMA insurance data
Dari 132 perusahaan
korelasi lemah antara TI dengan
berbagai rasio kinerja
Franke (1987) Data industri keuangan
investasi pada TI berhubungan dengan
penurunan tajam pada capital
productivity dan tidak ada dampak
pada labor productivity
Dudley & Lasserre TI dan komunikasi mengurangi biaya
55
55
(1989) yang berkaitan dengan inventory
Parsons, Gottlieb dan
Denny (1990)
perbankan dampak yang rendah dari teknologi
informasi terhadap produktifitas
Alpar & Kim (1991) perbankan
TI mengakibatkan pengurangan biaya
10%. peningkatan pada nvestasi TI
membawa dampak pada 1.9%
penurunan total cost.
Harris & Katz (19 91) 40 perusahaan anggota
LOMA
Hubungan positif yang lemah antara TI
dengan berbagai rasio kinerja
Barua, Kriebel &
Mukhopadhyay
(1991)
manufaktur Investasi pada TI
berhubungan dengan sejumlah
intermediate performance measure
yang kemudian berhubungan dengan
ukuran-ukuran kinerja yang lebih
tinggi seperti revenue, ROA & market
share
Mahmood & Mann
(1993)
Computerworld data
pada 100 perusahaan
investasi pada TI memiliki hubungan
yang lemah dengan
56
56
pencapaian strategi organisasi dan
kinerja secara ekonomi. Namun
memiliki hubungan yang signifikan bila
diuji dengan canonical analysis yang
dapat mengukur efek kombinasi dari
variabel-variabel investasi TI
Diewert & Smith
(1994)
Perusahaan ritel
Kanada
peningkatan produktifitas melalui
pengelolaan inventory yang lebih baik
dengan TI
Brynjolfsson & Hitt
(1994)
IDG, Compustat, Bureau
of Economics Analysis
(BEA)
TI membawa dampak pada
peningkatan produktifitas dan
menciptakan value bagi
Customer
Loveman (1994) PIMS/MPIT invetasi pada TI tidak membawa
dampak apapun terhadap output
Kwon & Stoneman
(1995)
UK Based survey TI memiliki dampak positif terhadap
output dan produktifitas
Sircar, Turnbow &
Bordoloi (2001)
Perusahaan yang
tercantum pada Fortune
500 dan Fortune Service
investasi pada TI memiliki hubungan
positif dengan sejumlah ukuran
kinerja, seperti penjualan, asset &
57
57
500 ekuitas
Sumber : Barua, Kriebel & Mukhopadhyay (1995), Brynjolfsson &Yang (1996), Mahmood & Mann
(2000),Sircar, Turnbow & Bordoloi (2001)
Pada studi level negara, di Amerika Serikat, Oliner dan Sichel dalam Brynjolfsson
&Yang (1996) menemukan bahwa penggunaan teknologi informasi seperti computer
hardware, software dan perangkat komunikasi berkontribusi terhadap pesatnya
pertumbuhan produk-tifitas pada era pertengahan tahun 90’an. Namun demikian,
Gordon dalam Simon dan Wardop (2002) mengemukakan bahwa teknologi informasi di
AS tidak membawa dampak yang luas terhadap pertumbuhan output, sebagaimana
yang ditimbulkan oleh gelombang inovasi besar pada abad lalu seperti ditemukannya
listrik dan mesin dengan pembakaran internal. Di Australia sendiri, penelitian oleh
Simon dan Wardop (2002) menunjukkan Australia mengalami peningkatan
pertumbuhan output yang signifikan sehubungan dengan penggunaan teknologi
informasi dalam organisasi. Lebih jauh lagi, Jorgenson (2004) mencoba untuk melihat
dampak TI pada pertumbuhan ekonomi negara-negara G7. Ia menyatakan bahwa sejak
1995, terdapat investasi yang besar terhadap perangkat TI pada negara-negara G7
dimana hal ini membawa kontribusi terhadap pertumbuhann ekonomi negara-negara
tersebut.
Penjelasan tentang productivity paradoks pernah dilakukan oleh Brynjolfsson dan
Yang (1996) yang mengemukakan bahwa terdapat 4 aspek untuk menjelaskan terjadinya
productivity paradoks. Keempatnya adalah
58
58
(1) Kesalahan pengukuran. Terjadi pada kemungkinan terjadinya kesalahan
pengukuran input dan output akibat masih digunakannya pende-katan tradisional
dalam pengukurannya.
(2) Adanya waktu tunda atau lags. Waktu tunda disini timbul dari perbedaan waktu
dari analisa tentang payoff dari biaya versus manfaat.
(3) Redistribution : TI digunakan dalam aktifitas redistribusi antar perusahaan. Hal ini
menjadikan TI bermanfaat, namun manfaat ini tidak dapat diukur pada total
output.
(4) Mismanagement, kesalahan dalam pengelolaan TI dapat membuat TI terlihat tidak
produktif bila diukur secara statistik. Lebih lanjut, Ahadiat (2006) mencoba
menjelaskan tentang hal tersebut dengan mengutip Bakos (1998) bahwa investasi
pada TI sendiri merupakan investasi pada sesuatu yang mudah menjadi usang
(obsolete) sehingga terdapat kesulitan untuk menampakkan manfaatnya dalam
skala pengukuran kinerja atau produktifitas yang telah umum digunakan.
E. Rerangka Pemikiran
Untuk memudahkan pemahaman alur pemikiran dalam penelitian ini, berikut
disusun suatu kerangka pemikiran yang menggambarkan hubungan variabel-variabel
yang diteliti :
Niat untuk mendorong Knowledge
Sharing
Teknologi Informasi
Relative advantage
Compatibility
Complexity
59
59
Gambar II.4 Rerangka Pemikiran
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut dukungan teknologi informasi
diprediksikan berpengaruh terhadap dukungan organisasi pada knowledge sharing.
Beberapa penelitian mengidentifikasi adanya pengaruh faktor tersebut seperti di dalam
penelitian Stoddart dalam Lin dan Lee (2005) mengkaji pengaruh faktor teknologi dalam
knowledge sharing.
Faktor lain yang juga dikaji pengaruhnya adalah tiga karakteristik inovasi, yaitu
relative advantage, compatibility dan complexity. Ketiga karakteristik tersebut
diturunkan dari Innovation Diffusion Theory yang dikemukakan oleh Rogers (1995).
Rogers mengemukakan lima karakteristik inovasi yang mempengaruhi proses adopsi,
yaitu : relative advantage, compatibility, complexity, observability dan trialability. Dari
kelima karakteristik tersebut, hanya tiga karakteristik yaitu relative advantage,
compatibility dan complexity yang telah terbukti konsisten dalam berbagai penelitian
memberikan pengaruh pada behavioral intention.
60
60
F. Hipotesis Penelitian
Sebagai bagian dari upaya menjawab rumusan masalah penelitian, akan
dikemukakan hipotesis yang merupakan jawaban sementara yang harus diuji
kebenarannya. Hipotesis dikembangkan dengan menggunakan teori yang relevan atau
dengan logika dan hasil-hasil penelitian sebelumnya.
1. Karakteristik Inovasi dan Behavioral Intention
Relative advantage mengacu pada tingkatan sejauh mana inovasi memberikan
keuntungan lebih dari kondisi sebelumnya. Relative advantage ditunjukkan melalui
efisiensi dan efektifitas yang meningkat, keuntungan ekonomis dan status yang makin
tinggi (Rogers, 1995). Hasil penelitian Moore dan Benbasat dalam Lin dan Lee (2005)
membuktikan bahwa relative advantage dari inovasi berhubungan positif dengan tingkat
adopsi. Lebih lanjut, Kaser dan Miles dalam Lin dan Lee (2005) mengemukakan secara
umum ketika pembuat keputusan dalam organisasi menerima keuntungan bagi
organisasi secara keseluruhan dari penerapan knowledege sharing, maka mereka akan
cenderung mendorong budaya knowledge sharing dalam organisasi. Dalam penelitian
Ling dan Lee (2005) menunjukkan bahwa relative advantage dari knowledge sharing
berpengaruh positif terhadap niat untuk mendorong knowledge sharing itu sendiri.
Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut :
H1 : Relative advantage dari knowledge sharing berpengaruh positif terhadap
dukungan organisasi pada niat untuk mendorong knowledge sharing
61
61
Compatibility mencerminkan tingkat kesesuaian inovasi dengan nilai-nilai
organisasi, pengalaman sebelumnya dan kebutuhan saat ini (Rogers, 1995). Lebih lanjut
Rogers menjelaskan bahwa compatibility yang semakin besar antara kebijakan
organisasi dengan inovasi lebih diutamakan karena kondisi tersebut memungkinkan
inovasi lebih dipahami dalam konteks yang lebih familiar. Selanjutnya semakin besar
kesesuaian antar komponen knowledege sharing, termasuk kegiatan knowledge sharing
dan pengelolaan SDM, menjadi hal yang diharapkan karena dapat memotivasi karyawan
untuk mengembangkan ide-ide baru (Hislop dalam Lin dan Lee, 2005). Dalam penelitian
Ling dan Lee (2005) menunjukkan bahwa compatible dari knowledge sharing
berpengaruh positif terhadap dukungan organisasi terhadap niat untuk mendorong
knowledge sharing. Dengan demikian ketika organisasi beranggapan knowledge sharing
semakin compatible dengan kebijakan organisasi, mereka cenderung akan
mendukungnya. Berdasarkan pemikiran-pemikiran tersebut, hipotesis penelitian
dirumuskan :
H2 : Compatibility dari knowledge sharing berpengaruh positif terhadap dukungan
organisasi pada niat untuk mendorong knowledge sharing
Complexity adalah tingkatan sejauh mana inovasi dipandang sulit untuk dipahami,
dipelajari atau dilakukan (Rogers, 1995). Penelitian-penelitian terdahulu
mengindikasikan bahwa inovasi yang kompleks membutuhkan sumber daya yang lebih
besar dan ketrampilan untuk mengadopsi serta membutuhkan upaya yang lebih besar
dari pengadopsi potensial, sehingga mengurangi kemungkinan untuk mengadopsi
Verhoef dan Langerak; Sia et.al dalam Lin dan Lee (2005). Dalam penelitian Ling dan Lee
(2005) menunjukkan bahwa complexity dari knowledge sharing berpengaruh negatif
62
62
terhadap niat untuk mendorong knowledge sharing itu sendiri. Secara umum Rogers
dalam Lin dan Lee (2005) mengemukakan bahwa kompleksitas diakui sebagai hambatan
penting pada keinginan untuk bertindak. Berdasarkan telaah-telaah tersebut, hipotesis
penelitian dirumuskan :
H3 : Complexity dari knowledge sharing berpengaruh negatif terhadap dukungan
organisasi pada niat untuk mendorong knowledge sharing
2. Faktor Sosio-Teknis dan Karakteristik Inovasi
Berbagai penelitian Pan; Damodaran; Barret; Koh dalam Lin dan Lee (2005)
membuktikan peran faktor sosio-teknis dalam mendukung kolaborasi dalam organisasi
dan niat untuk mendorong knowledge sharing. Knowledge sharing sering kali melekat
pada interaksi yang kompleks dari aspek sosial dan teknis yang melibatkan individu,
kelompok atau organisasi yang berupaya untuk menciptakan sebuah inovasi. Beberapa
penelitian (e.g Pan dan Scarbrough; Song; Koh dan Kim; Bock et.al dalam Lin dan Lee
(2005) mengidentifikasi dukungan teknologi informasi sebagai salah satu faktor sosio-
teknis yang mendukung niat untuk mendorong knowledge sharing.
Peneliti telah mengidentifikasi bahwa penggunaan teknologi informasi sangat
penting dalam proses adopsi inovasi di organisasi karena membantu karyawan dalam
mempelajari hal-hal baru Bergeron; Fuller dan Swanson (dalam Lin dan Lee, 2005).
Dalam penelitian Ling dan Lee (2005) menunjukkan bahwa dukungan teknologi
informasi tidak berpengaruh terhadap relative advantage, compatibility dan complexity
dari knowledge sharing. Knowledge sharing sering dikaitkan dengan pertukaran
pengetahuan dengan menggunakan kemampuan teknologi informasi, seperti e-mail,
63
63
internet, dan sebagainya untuk meningkatkan kemampuan karyawan dalam merespon
perkembangan teknologi dan pengetahuan baru. Fasilitas teknologi informasi untuk
meningkatkan pengetahuan tersedia bagi karyawan dan memudahkan karyawan dalam
bekerja serta memungkinkan organisasi meningkatkan produktivitas karyawan.
Berdasarkan telaah-telaah tersebut, hipotesis penelitian dirumuskan :
H4a : Dukungan teknologi informasi berpengaruh positif terhadap relative
advantage dari knowledge sharing
H4b : Dukungan teknologi informasi berpengaruh positif terhadap compatibility
dari knowledge sharing
H4c : Dukungan teknologi informasi berpengaruh negatif terhadap complexity
dari knowledge sharing
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
a. Jenis Riset
Penelitian ini merupakan descriptive dan explanatory research. Menurut
Jogiyanto (2004:32), descriptive research merupakan riset yang bertujuan
untuk menggambarkan suatu peristiwa, siapa yang terlibat, apa yang
64
64
dilakukan, kapan dilakukan, di mana dan bagaimana melakukannya. Adapun
explanatory research merupakan riset yang mencoba menjelaskan fenomena
yang ada.
b. Dimensi Waktu Riset
Dilihat dari dimensi waktunya, penelitian ini adalah penelitian cross-
sectional. Jogiyanto (2004:43) mengemukakan bahwa penelitian cross-
sectional melibatkan satu waktu tertentu dengan banyak sampel.
c. Setting Riset
Berdasarkan setting-nya, penelitian ini melibatkan lingkungan non contrived
setting, yaitu lingkungan riil (field setting).
d. Unit Analisis
Unit analisis dalam penelitian ini adalah individual, di mana individu
responden akan diminta tanggapannya mengenai variabel-variabel yang
diteliti.
B. Jenis Data
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini meliputi :
a. Data Primer
65
65
Data primer diperoleh dari responden penelitian melalui kuesioner sebagai
alat pengumpulan data. Data yang dikumpulkan mencakup profil responden
serta tanggapan responden mengenai variabel-variabel yang diteliti
b. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini meliputi data-data dokumentasi yang
terkait dengan obyek penelitian, seperti profil organisasi, deskripsi SDM, dan
data-data lain yang dibutuhkan.
C. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data di sini ditujukan untuk memperoleh skor yang berfungsi
sebagai arah pengaruh teknologi informasi (TI) terhadap knowledge sharing dengan
Diffusion of Innovation Theory sebagai anteseden.
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data terdiri dari :
1. Kuesioner, dengan membuat daftar pertanyaan yang diajukan kepada responden.
Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang mencakup semua pernyataan dan
pertanyaan yang akan digunakan untuk mendapatkan data, baik yang dilakukan
melalui telepon, surat atau bertatap muka (Ferdinand, 2006 : 28).
2. Observasi, dengan mengadakan pengamatan secara langsung terhadap objek
penelitian.
Penekanan pengumpulan data dalam penelitian ini adalah memberikan daftar
pertanyaan dengan kuesioner, sedangkan metode pengumpulan lain digunakan penulis
seperlunya.
66
66
D. Operasionalisasi Variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :
a. Teknologi Informasi
Teknologi informasi dalam penelitian ini didefinisikan sebagai tingkatan
sejauhmana kapabilitas dan kemanfaatan teknologi dalam proses knowledge
sharing. Variabel tersebut diukur dengan pertanyaan-pertanyaan yang
menyangkut sejauh mana penggunaan teknologi informasi dapat
mempengaruhi karyawan dalam proses knowledge sharing dengan karyawan
yang lain. Kuesioner yang digunakan diadaptasi dari kuesioner Lin dan Lee
tahun 2005.
b. Relative Advantage dari Knowledge Sharing
Variabel ini didefinisikan sebagai tingkatan sejauh mana proses knowledge
sharing dianggap menguntungkan bagi organisasi. Relative advantage ini
diukur dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai sejauh mana knowledge
sharing dapat meningkatkan penyelesaian masalah, memperbaiki kinerja
karyawan dan efektivitas pekerjaan, dan kemungkinan respon cepat terhadap
informasi baru. Kuesioner yang digunakan diadaptasi dari kuesioner Lin dan
Lee tahun 2005.
c. Compatibility dari Knowledge Sharing
Compatibility dalam penelitian ini didefinisikan sebagai tingkatan sejauh
mana proses knowledge sharing sesuai dengan proses yang terjadi dalam
67
67
organisasi. Compatibility diukur dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai
kesesuaian proses knowledge sharing dengan kebijakan organisasi,
penerimaannya pada manajemen organisasi serta konsistensinya dengan
kebijakan SDM. Kuesioner yang digunakan diadaptasi dari kuesioner Lin dan
Lee tahun 2005.
d. Complexity dari Knowledge Sharing
Complexity didefinisikan sebagai tingkatan sejauh mana proses knowledge
sharing sulit diterapkan. Complexity diukur dengan pertanyaan-pertanyaan
mengenai sejauh mana proses knowledge sharing memunculkan kesulitan
pada organisasi untuk membangun komitmen karyawan, mengendalikan
kualitas kerja serta dukungan pada proses pembelajaran dalam organisasi.
Kuesioner yang digunakan diadaptasi dari kuesioner Lin dan Lee tahun
2005.
e. Dukungan pada Niat untuk Meningkatkan Knowledge Sharing
Variabel ini didefinisikan sebagai tingkatan sejauh mana organisasi
mendukung proses knowledge sharing. Kuesioner yang digunakan diadaptasi
dari kuesioner Bock dan Kim dalam Lin dan Lee tahun 2005.
E. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
a. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan di Sekretariat Daerah
Pemerintah Kota Surakarta yang berjumlah 246 orang.
68
68
b. Sampel dan Teknik Sampling
Dari populasi penelitian akan ditentukan sampel yang akan diteliti lebih lanjut
berdasarkan data yang diperoleh. Pada penelitian ini direncanakan menggunakan
alat analisis Structural Equation Modelling (SEM). Hair, et.al (dalam Ghozali dan
Fuad, 2005: 36) mengemukakan bahwa ukuran sampel yang disarankan untuk
penggunaan estimasi Maximum Likelihood adalah sebesar 100 – 200. Di samping itu
Hair et.al (dalam Ferdinand, 2002: 51) juga menyarankan bahwa ukuran sampel
minimum adalah sebanyak 5 observasi untuk setiap estimated parameter. Dalam
penelitian ini item pertanyaan yang digunakan seluruhnya berjumlah 17 item
Dengan demikian minimum sampel yang akan digunakan sebanyak 85 responden (5
kali 17 item) tetapi karena pada penelitian ini menggunakan alat analisis SEM maka
ukuran sampel yang digunakan untuk estimasi Maximum Likelihood adalah
minimum 100 responden. Sehingga kuesioner yang disebar kepada para responden
sejumlah 150 kuesioner. Hal ini dilakukan untuk menanggulangi kuesioner yang
tidak kembali sehingga minimum sampel dapat diperoleh.
Untuk mendapatkan sampel dari populasi, teknik sampling yang digunakan
adalah Proportional Random Sampling. Dengan teknik ini, banyaknya pengambilan
sampel proporsional dengan jumlah elemen setiap unit pemilihan sampel,
kemudian dari unit pemilihan tersebut, sampel dipilih secara acak. Berikut adalah
penentuan sampel dari tiap bagian di Sekretariat Daerah Pemerintah Kota
Surakarta :
69
69
Tabel III.1
Penentuan Sampel dengan Proportional Random Sampling
Nama Bagian Populasi Sampel
Bagian Pemerintahan Umum 22 13
Bagian Hukum dan Hak Asasi Manusia 26 16
Bagian Kerjasama 12 7
Bagain Administrasi Perekonomian 19 12
Bagian Administrasi Pembangunan 15 9
Bagian Administrasi Kesejahteraan Rakyat 18 11
Bagian Organisasi 22 13
Bagian Humas dan Protokol 23 14
Jumlah 246 150
Sumber : Bag. Kepegawaian Daerah Pemkot Surakarta, 2009
F. Metode Analisis
a. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif dilakukan untuk menginterpretasikan tanggapan responden
terhadap item-item pertanyaan dalam kuesioner, sehingga dapat diketahui
respon karyawan dalam tiap variabel yang diteliti.
b. Uji Validitas Instrumen
70
70
Uji validitas dalam penelitian ini akan dijalankan dengan Confirmatory Factor
Analysis (CFA). Pada CFA, jika masing-masing indikator merupakan indikator
pengukur konstruk, maka akan memiliki factor loading yang tinggi. Menurut Hair,
et. al (1998), factor loading lebih besar ± 0.30 dianggap memenuhi level minimal,
sangat disarankan besarnya factor loading adalah ± 0.40, jika factor loading
mencapai ± 0.50 maka item tersebut sangat penting dalam menginterpretasikan
konstruk yang diukur. Pedoman umum untuk analisis factor adalah nilai lambda
atau loading factor ≥ 0.40 (Ferdinand, 2002: 180).
c. Uji Reliabilitas Instrumen
Dalam penelitian ini reliabilitas dilakukan dengan metode one shot, di mana
pengukuran hanya sekali dilakukan dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan
pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban. Dalam pengukurannya, one
shot akan dilakukan dengan analisis Cronbach Alpha (Nunnally, dalam Ghozali,
2005: 46). Menurut Nunnally (1960, dalam Ghozali, 2005: 46), suatu instrumen
dinyatakan reliable jika hasil Cronbach Alpha menunjukkan nilai ≥ 0.60. Kriteria
Cronbach Alpha yang lain dikemukakan oleh Sekaran (2000: 51) sebagai berikut :
(1) Nilai Alpha 0.8 – 1.0 dikategorikan reliabilitas baik
(2) Nilai Alpha 0.6 – 0.79 dikategorikan reliabilitas diterima
(3) Nilai Alpha ≤ 0.6 dikategorikan reliabilitas kurang baik
d. Analisis Structural Equation Modelling (SEM)
Model SEM merupakan teknik analisis multivariate yang memungkinkan peneliti
untuk menguji hubungan antar variabel yang kompleks untuk memperoleh
gambaran menyeluruh mengenai keseluruhan model (Ghozali, 2005: 11). Lebih
71
71
lanjut Bollen (1989, dalam Ghozali, 2005: 14) menjelaskan bahwa SEM dapat
menguji secara bersama-sama :
1) Model struktural : hubungan antara konstruk independen dan dependen
2) Model measurement : hubungan antara indikator dengan konstruk
SEM memiliki dua tujuan utama dalam analisisnya. Tujuan pertama adalah
untuk menentukan apakah model fit berdasarkan data yang dimiliki. Sedangkan
tujuan ke dua adalah menguji berbagai hipotesis yang telah dibangun sebelumnya
(Ghozali, 2005: 65) . Dalam konteks penilaian model fit, Ghozali (2005: 66)
menjelaskan bahwa secara keseluruhan goodness of fit dari suatu model dapat
dinilai berdasarkan beberapa ukuran fit, yaitu :
1) Chi-Square dan Probabilitas
Chi-Square merupakan ukuran mengenai buruknya fit suatu model. Nilai chi-
square sebesar 0 menunjukkan model memiliki fit yang sempurna. Probabilitas
chi-square diharapkan tidak signifikan. Probabilitas menunjukkan
penyimpangan (deviasi) besar sebagaimana ditunjukkan nilai chi-square.
Sehingga nilai chi-square yang signifikan (< 0.05) menunjukkan data empiris
yang diperoleh memiliki perbedaan dengan teori yang dibangun.Sedangkan
nilai probabilitas yang tidak signifikan adalah yang diharapkan, yang
menunjukkan data empiris sesuai dengan model.
2) Goodness of Fit Indices (GFI)
GFI merupakan ukuran mengenai ketepatan model dalam menghasilkan
observed matriks kovarians. Nilai GFI harus berkisar antara 0 dan 1.
72
72
3) Adjusted Goodness of Fit Index ( AGFI)
AGFI sama seperti GFI tetapi telah menyesuaikan dengan pengaruh degrees of
freedom.
4) Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA)
RMSEA mengukur penyimpangan nilai parameter pada suatu model dengan
matriks kovarians populasi. Nilai RMSEA < 0.05 mengindikasikan model fit, dan
nilai RMSEA yang berkisar antara 0.08 menyatakan model memiliki perkiraan
kesalahan yang reasonable. Pendapat MacCallum et.al dalam Ghozali (2005 :
54) menyatakan RMSEA berkisar 0.08 sampai dengan 0.1 menunjukkan model
memiliki fit yang cukup (mediocre), sedangkan RMSEA > 0,1 mengindikasikan
model fit yang sangat jelek.
5) Expected Cross Validation Index (ECVI)
ECVI mengukur penyimpangan antara fitted (model) covarians matrik pada
sampel yang dianalisis dan covarians matrik yang akan diperoleh pada sampel
lain tetapi memiliki ukuran sampel yang sama besar. Model yang memiliki ECVI
terendah berarti model tersebut sangat potensial untuk direplikasi. Menurut
Byrne, nilai ECVI model yang lebih rendah dari ECVI pada satured model dan
independence model, mengindikasikan bahwa model adalah fit.
6) Akaike’s Information Criterion AIC dan CAIC
AIC dan CAIC digunakan dalam perbandingan dari dua atau lebih model, dimana
nilai AIC dan CAIC yang lebih kecil dari AIC model satured dan independence
berarti memiliki model fit yang lebih baik
73
73
7) Fit Index
Normed Fit Index (NFI) dan Comparative Fit Index (CFI) merupakan
altenatif lain untuk menilai model fit. Suatu model dikatakan fit apabila
memiliki nilai NFI dan CFI > 0.9.
Untuk mengoperasionalkan analisis SEM ini akan digunakan komputer
dengan Program Amos Versi 6.00
BAB IV
74
74
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Sekretariat Daerah Pemerintah Kota Surakarta
Sekretariat daerah pemerintah kota Surakarta mempunyai tugas pokok
membantu walikota dalam menyusun kebijakan dan mengkoordinasikan inspektorat,
sekretariat daerah, sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dinas daerah,
lembaga teknis daerah, satuan polisi pamong praja, rumah sakit daerah, lembaga
lain daerah, kecamatan dan kelurahan.
Untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud, sekretariat
daerah menyelenggarakan fungsi :
a. penyusunan kebijakan pemerintahan daerah
b. pengkoordinasian pelaksanaan tugas inspektorat, sekretariat daerah, sekretariat
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dinas daerah, lembaga teknis daerah, satuan
polisi pamong praja, rumah sakit daerah, lembaga lain daerah, kecamatan dan
kelurahan.
c. pelaksanaan sebagian urusan otonomi daerah, pemerintahan umum, hukum
dan HAM, kerja sama, administrasi keuangan daerah, perangkat daerah, dan
persandian.
d. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan pemerintahan daerah
e. pembinaan administrasi dan aparatur pemerintahan daerah
f. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh walikota sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
75
75
Kemudian, gambaran umum tentang pegawai setda pemerintah kota Surakarta
diperoleh dari daftar pegawai yang didapat dari Badan Kepegawaian Daerah
Pemerintah kota Surakarta. Adapun gambaran umum pegawai setda pemerintah kota
Surakarta sebagai berikut :
1. Deskripsi Distribusi Pegawai Setda Pemerintah Kota Surakarta
Tabel IV.1
Deskripsi Distribusi
Pegawai Sekretariat Daerah Pemerintah Kota Surakarta
Nama Bagian Populasi Presentase
Bagian Pemerintahan Umum 22 8,94%
Bagian Hukum dan Hak Asasi Manusia 26 10,57%
Bagian Kerjasama 12 4,88%
Bagain Administrasi Perekonomian 19 7,72%
Bagian Administrasi Pembangunan 15 6,10%
Bagian Administrasi Kesejahteraan Rakyat 18 7,32%
Bagian Organisasi 22 8,94%
Bagian Humas dan Protokol 23 9,35%
Bagian Umum 89 36,18%
Jumlah 246 100%
Sumber :data primer yang diolah (2010)
Berdasarkan tabel IV.1 dapat diketahui bahwa pegawai Sekretariat Daerah
Pemerintah Kota Surakarta sebanyak 22 pegawai (8,94%) di bagian Pemerintahan
Umum, 26 pegawai (10,57%) di bagian Hukum dan Hak Asasi Manusia, 12 pegawai
76
76
(4,88%) di bagian Kerjasama, 19 pegawai (7,72%) di bagian Administrasi
Perekonomian, 15 pegawai (6,10%) di bagian Administrasi Pembangunan, 18
pegawai (7,32%) di bagian Administrasi Kesejahteraan Rakyat, 22 pegawai (8,94%)
di bagian Organisasi, 23 pegawai (9,35%) di bagian Humas dan Protokol dan 89
pegawai (36,18%) di bagian umum.
Berdasarkan tabel IV.1 dapat dinyatakan bahwa sebagian besar pegawai
Sekretariat Daerah Pemerintah Kota Surakarta berada di bagian Umum yakni 89
pegawai atau 36,18% .
B. Analisis Deskripsi Reponden
Responden dalam penelitian ini adalah pegawai sekretariat daerah pemerintah
kota Surakarta yang sudah menjadi pegawai tetap di lingkungan sekretariat daerah
pemerintah kota Surakarta. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan
kuesioner sebagai acuannya.
Kuesioner yang disebar kepada responden adalah sebanyak 150 kuesioner
untuk menanggulangi kuesioner yang tidak kembali ataupun tidak layak olah. Adapun di
akhir penyebaran kuesioner, kuesioner yang kembali sebanyak 135 kuesioner,
kuesioner yang tidak kembali adalah sebanyak 15 kuesioner. Sedangkan dari 135
kuesioner yang kembali, 12 kuesioner di antaranya tidak layak olah karena tidak
terlengkapi pada beberapa item pertanyaan sehingga kuesioner yang layak olah
sebanyak 123 kuesioner. Dengan demikian respond rate dalam penelitian ini adalah 82
%.
Gambaran umum responden dapat dilihat dalam tabel-tabel berikut ini :
77
77
1. Unit Kerja Responden
Dari data yang terkumpul, diperoleh distribusi responden sampel
berdasarkan unit kerja yang dapat dilihat pada tabel IV.2
Tabel IV. 2
Deskripsi Responden Berdasar
Unit Kerja Responden
Nama Bagian JUMLAH
Bagian Pemerintahan Umum 11
Bagian Hukum dan HAM 16
Bagian Kerjasama 5
Bagain AdmPerekonomian 10
Bagian AdmPembangunan 8
Bagian AdmKesejahteraan Rakyat 6
Bagian Organisasi 11
Bagian Humas dan Protokol 9
Bagian Umum 47
Jumlah 123
Sumber :data primer yang diolah (2010)
78
78
Dari tabel IV. 2 dapat diketahui bahwa dari 123 responden, 8,9% atau 11
orang berasal dari unit kerja pemerintahan umum, 13% atau 16 orang berasal dari
unit kerja hukum dan HAM, 4,1% atau 5 orang berasal dari unit kerja kerjasama,
8,13% atau 10 orang berasal dari unit kerja administrasi perekonomian, 6,5% atau 8
orang berasal dari unit kerja administrasi pembangunan, 4,9% atau 8 orang berasal
dari unit kerja administrasi kesejahteraan rakyat, 8,9% atau 11 orang berasal dari
unit kerja organisasi, 7,34% atau 9 orang berasal dari unit kerja humas dan protokol
dan 38,2% atau 47 orang berasal dari unit kerja umum. Dengan demikian dapat
disimpulkan responden sampel terbanyak berasal dari unit kerja umum sebesar 47
orang.
2. Jenis Kelamin Responden
Dari data yang terkumpul, diperoleh distribusi responden sampel
berdasarkan jenis kelamin yang dapat dilihat pada tabel IV. 3
Tabel IV. 3
Deskripsi Responden Berdasar
Jenis Kelamin Responden
Nama Bagian Pria Wanita Jumlah
Bagian Pemerintahan Umum 4 7 11
Bagian Hukum dan Hak Asasi Manusia 6 10 16
Bagian Kerjasama 5 0 5
Bagain Administrasi Perekonomian 5 5 10
Bagian Administrasi Pembangunan 2 6 8
79
79
Bagian Administrasi Kesejahteraan Rakyat 2 4 6
Bagian Organisasi 3 8 11
Bagian Humas dan Protokol 5 4 9
Bagian Umum 27 20 47
Jumlah 59 64 123
Sumber :data primer yang diolah (2010)
Dari tabel IV. 3 dapat diketahui bahwa dari 123 responden, 47,97% atau 59
orang berjenis kelamin pria dan 52,03% atau 64 orang berjenis kelamin wanita
sehingga sampel terbanyak adalah wanita.
3. Usia Responden
Dari data yang terkumpul, diperoleh distribusi responden sampel
berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel IV.4
Tabel IV. 4
Deskripsi Responden Berdasar
Usia Responden
Nama Bagian 21 – 35 36 - 45 46 – 55 >55 Jumlah
Bagian Pemerintahan Umum 4 3 4 - 11
Bagian Hukum dan Hak Asasi Manusia 5
5
6 - 16
Bagian Kerjasama 1 3 1 - 5
Bagain Administrasi Perekonomian 4 - 6 - 10
Bagian Administrasi Pembangunan 3 2 3 1 8
Bagian Administrasi Kesejahteraan Rakyat 3
2
1 - 6
80
80
Bagian Organisasi 2 6 3 - 11
Bagian Humas dan Protokol 1 4 4 - 9
Bagian Umum 10 21 16 - 47
Jumlah 33 46 44 1 123
Sumber : data primer yang diolah (2010)
Dari tabel IV. 3 dapat dilihat bahwa dari 123 responden, 26,83% atau 33
responden berusia sekitar 21-35 tahun, 37,4% atau 46 responden berusia sekitar
36-45 tahun, 35,7% atau 44 responden berusia sekitar 46-55 tahun dan 0,8% atau
hanya 1 responden yang berusia di atas 55 tahun sehingga sampel yang terbanyak
berusia sekitar 36-45 tahun.
4. Tingkat Pendidikan Responden
Dari data yang terkumpul, diperoleh distribusi responden sampel
berdasarkan tingkat pendidikan yang dapat dilihat pada tabel IV. 5
Tabel IV. 5
Deskripsi Responden Berdasar
Tingkat Pendidikan Responden
Nama Bagian SMA Diploma S1 S2 S3 Lainnya Total
Bagian Pemerintahan Umum 1
1
7 2 - - 11
Bagian Hukum dan HAM 5 4 5 2 - - 16
Bagian Kerjasama 1 2 2 - - - 5
Bagiann AdmPerekonomian 4 - - - 10
81
81
1 5
Bagian AdmPembangunan 1
-
6 1 - - 8
Bagian AdmKesejahteraan Rakyat 1 1 4 - - - 6
Bagian Organisasi 4 5 1 1 11
Bagian Humas dan Protokol 3
1
4 1 - - 9
Bagian Umum 16 9 18 3 - 1 47
Jumlah 36 19 56 10 - 2 123
Sumber : data primer yang diolah (2010)
Dari tabel IV. 5 dapat dilihat dari123 responden dapat diketahui responden
dengan tingkat pendidikan SMA sebanyak 36 orang atau 29,27%, Diploma sebanyak
19 orang atau 15,45%, S1 sebanyak 56 orang atau 45,53%, S2 sebanyak 10 orang
atau 8,13% dan lainnya sebanyak 2 orang atau 1,63%. Dengan demikian diketahu
responden terbanyak dengan pendidikan terakhir S1.
5. Jabatan Responden
Dari data yang terkumpul, diperoleh distribusi responden sampel
berdasarkan jabatan yang dapat dilihat pada tabel IV. 6
Tabel IV. 6
Deskripsi Responden Berdasar
Jabatan Responden
82
82
Nama Bagian Kabag Kasubag Staff Total
Bagian Pemerintahan Umum - 2 9 11
Bagian Hukum dan HAM - 1 15 16
Bagian Kerjasama - - 5 5
Bagain AdmPerekonomian 1 1 8 10
Bagian AdmPembangunan 1 7 8
Bagian AdmKesejahteraan Rakyat - - 6 6
Bagian Organisasi - 1 10 11
Bagian Humas dan Protokol - - 9 9
Bagian Umum 2 45 47
Jumlah 1 8 114 123
Sumber : data primer yang diolah (2010)
Dari tabel IV.5 dapat dilihat dari 123 responden 0,8% atau 1 orang menjabat
sebagai kepala bagian, 6,5% atau sebanyak 8 orang menjabat sebagai kepala sub
bagian dan 92,68% atau sebanyak 114 orang menjabat sebagai staf sehingga
sampel yang terbanyak menjabat sebagai staf.
6. Masa Kerja Responden
Dari data yang terkumpul, diperoleh distribusi responden sampel
berdasarkan jabatan yang dapat dilihat pada tabel IV. 7
Tabel IV. 7
Deskripsi Responden Berdasar
83
83
Masa Kerja Responden
Nama Bagian 1-10 th 10-20 th 20-30 th >30 th Total
Bagian Pemerintahan Umum 5 5 - 1 11
Bagian Hukum dan HAM 8 5 3 - 16
Bagian Kerjasama 1 3 1 - 5
Bagian AdmPerekonomian 4 3 3 - 10
Bagian AdmPembangunan - 5 3 - 8
Bagian AdmKesejahteraan Rakyat 2 4 - - 6
Bagian Organisasi 4 6 1 - 11
Bagian Humas dan Protokol 2 3 4 - 9
Bagian Umum 11 20 16 - 47
Jumlah 37 54 31 1 123
Sumber :data primer yang diolah (2010)
Dari tabel IV. 7 dapat dilihat dari 123 responden 30,1% atau 37 orang
mempunyai masa masa kerja antara 1-10 tahun, 43,9% atau 54 orang mempunyai
masa kerja antara 10-20 tahun, 25,2% atau 31 orang mempunyai masa kerja antara
20-30 tahun dan hanya 0,8% atau 1 orang yang mempunyai masa kerja lebih dari 30
tahun. Jadi dapat disimpulkan responden sampel terbanyak adalah responden
dengan masa kerja antara 10-20 tahun.
C. Tanggapan Responden
Tanggapan responden merupakan pernyataan, pendapat, maupun tanggapan
responden mengenai variabel penelitian yang dapat dilihat pada jawaban responden
84
84
pada kuesioner yang diberikan peneliti. Analisis ini mendeskripsikan mengenai
kecenderungan pendapat dan tanggapan dari para pegawai Sekretariat Daerah
Pemerintah Kota Surakarta selaku responden penelitian ini. Mengingat kuesioner yang
digunakan dalam penelitian ini bersifat kualitatif maka data, informasi, dan keterangan
yang diberikan oleh responden harus dikuantitatifkan dengan menggunakan format
alternatif jawaban dengan dengan skala likert 4 point. Pernyataan-pernyataan
responden mengenai variabel penelitian dapat dilihat pada jawaban responden
terhadap kuesioner yang diberikan peneliti dan pernyataan ini membentuk skala
itemized rating scale, dimana skala itemized rating scale ini dapat digunakan untuk
mengukur sikap.
a. Tanggapan Responden Mengenai Peran Teknologi Informasi
Deskripsi tanggapan responden sebanyak 123 orang terhadap item pernyataan
peran teknologi informasi sebanyak 4 item. Dari data kuesioner yang terdapat pada
lampiran dapat dilihat deskripsi tanggapan responden pada setiap item pernyataan
adalah sebagai berikut :
Tabel IV.8
Deskripsi Tanggapan Responden Mengenai
PERNYATAAN Jumlah Jawaban Total
85
85
Teknologi Informasi
Sumber : data primer yang diolah (2010)
1. Dari tabel IV. 8 menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 64 orang atau
52,03% menyatakan setuju atas item pertanyaan di dalam organisasi saya, pegawai
sangat terlibat dengan penggunaan teknologi informasi (seperti email, blog,
website/internet, microsoft office, faximile, mesin fotocopy) untuk meningkatkan
pengetahuan. Artinya, mayoritas pegawai sekretariat daerah pemerintah kota
Surakarta terlibat dalam penggunaan teknologi informasi dalam rangka
meningkatkan pengetahuan mereka. Jadi, sekretariat daerah pemerintah kota
Surakarta dapat dikatakan berhasil menerapkan peran teknologi informasi menjadi
salah satu fasilitas pegawai sekretariat daerah pemerintah kota Surakarta dalam
rangka meningkatkan pengetahuan pegawai.
2. Dari tabel IV.8 menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 79 orang atau
64,23% menyatakan setuju atas item pertanyaan di dalam organisasi saya, pegawai
SS S TS STS
1 Di dalam organisasi saya, pegawai sangat terlibat dengan penggunaan teknologi informasi (seperti email, blog, website/internet, microsoft office, faximile, mesin fotocopy) untuk meningkatkan pengetahuan 46 64 13 0 123
2 Di dalam organisasi saya, pegawai menggunakan keahliannya dalam pemanfaatan informasi teknologi untuk berkomunikasi dengan rekan kerja (seperti email, intranet, facebook, friendster, blog, website dan sebagainya) 28 79 16 0 123
3 Organisasi saya menggunakan teknologi yang memungkinkan pegawai membagi pengetahuannya dengan orang lain di dalam organisasi (seperti internet, faximile, microsoft office) 25 79 19 0 123
4 Organisasi saya menggunakan teknologi yang memungkinkan pegawai membagi pengetahuannya dengan orang lain di luar organisasi (seperti facebook, friendster, email, blog) 20 72 31 0 123
86
86
menggunakan keahliannya dalam pemanfaatan informasi teknologi untuk
berkomunikasi dengan rekan kerja (seperti email, intranet, facebook, friendster,
blog, website dan sebagainya). Artinya, pegawai sekretariat daerah pemerintah
kota Surakarta tidak menyia-nyiakan keahlian mereka dalam pemanfaatan
teknologi informasi yang telah disediakan oleh organisasi untuk berkomunikasi
dengan rekan kerja mereka. Jadi, disimpulkan bahwa pengadaan teknologi
informasi di bagian sekretariat daerah pemkot Surakarta untuk menyalurkan
keahlian pegawai dalam hal berkomunikasi dengan rekan kerja dapat dikatakan
berhasil.
3. Dari tabel IV.8 dapat menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 79 orang
atau 64,23% menyatakan setuju atas item pertanyaan organisasi saya
menggunakan teknologi yang memungkinkan pegawai membagi pengetahuannya
dengan orang lain di dalam organisasi (seperti internet, faximile, microsoft office).
Dapat disimpulkan bahwa pegawai sekretariat daerah pemerintah kota Surakarta
merasakan bahwa organisasi telah menerapkan peran teknologi informasi secara
tepat sehingga memungkinkan mereka membagi pengetahuan dengan orang lain
yang berada di dalam satu organisasi
4. Dari tabel IV.8 menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 72 orang atau
58,54% menyatakan setuju atas item pertanyaan organisasi saya menggunakan
teknologi yang memungkinkan pegawai membagi pengetahuannya dengan orang
lain di luar organisasi (seperti internet, faximile, microsoft office). Dapat
disimpulkan bahwa pegawai sekretariat daerah merasakan bahwa organisasi
menerapkan peran teknologi informasi secara tepat sehingga memungkinkan
mereka membagi pengetahuan dengan orang lain yang berada di luar organisasi.
87
87
Hal ini berarti tingkat berbagi pengetahuan pegawai sekretariat daerah pemerintah
kota Surakarta tidak hanya diperoleh dari dalam organisasi tetapi juga dari luar
organisasi sehingga pengetahuan yang didapat lebih luas.
Dari keseluruhan deskripsi di atas dapat disimpulkan secara umum bahwa
sekretariat daerah pemerintah kota Surakarta telah memanfaatkan teknologi informasi.
Dimana pemanfaatan tersebut mempunyai peranan yang penting dalam proses berbagi
pengetahuan. Hal ini seperti yang dirasakan oleh pegawai sekretariat daerah sendiri
bahwa dengan adanya teknologi informasi, kemampuan mereka di dalam
berkomunikasi serta berbagi pengetahuan dengan yang lain dapat terfasilitasi dengan
baik karena mereka juga terlibat langsung di dalam penggunaan teknologi informasi
tersebut.
b. Tanggapan Responden Mengenai Relative advantage dari Knowledge Sharing
Deskripsi tanggapan responden sebanyak 123 orang terhadap item pernyataan
relative advantage dari knowledge sharing sebanyak 4 item. Dari data kuesioner yang
terdapat pada lampiran dapat dilihat deskripsi tanggapan responden pada setiap item
pernyataan adalah sebagai berikut :
Tabel IV.9
Deskripsi Tanggapan Responden Mengenai
Relative advantage dari Knowledge Sharing
PERNYATAAN
Jumlah Jawaban
Total SS S TS STS
1 Di dalam organisasi, pegawai yang mau membagi pegetahuan dengan rekan kerja akan meningkatkan kemampuan dalam memecahkan suatu masalah 56 61 6 0 123
88
88
2 Di dalam organisasi, pegawai yang mau membagi pegetahuan dengan rekan kerja akan meningkatkan kinerja tim kerja 47 72 4 0 123
3 Di dalam organisasi, pegawai yang mau membagi pegetahuan dengan rekan kerja akan lebih cepat dalam menanggapi informasi baru dari luar 44 72 7 0 123
4 Di dalam organisasi, pegawai yang mau membagi pegetahuan dengan rekan kerja akan lebih efektif dalam pekerjaan mereka 42 78 3 0 123
Sumber : data primer yang diolah (2010)
1. Berdasarkan tabel IV.9 dapat diambil suatu kesimpulan bahwa mayoritas
responden sebanyak 61 orang atau 49,6% menyatakan setuju atas item pertanyaan
di dalam organisasi, pegawai yang mau membagi pegetahuan dengan rekan kerja
akan meningkatkan kemampuan dalam memecahkan suatu masalah. Jadi, pegawai
sekretariat daerah pemerintah kota Surakarta mayoritas mau membagi
pengetahuan dengan rekan kerja karena mereka setuju dengan membagi
pengetahuan dengan rekan kerja maka akan dapat meningkatkan kemampuan
mereka dalam memecahkan suatu masalah yang terjadi di dalam organisasi.
2. Dari tabel IV.9 menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 72 orang atau
58,54% menyatakan setuju atas item pertanyaan di dalam organisasi, pegawai yang
mau membagi pegetahuan dengan rekan kerja akan meningkatkan kinerja tim
kerja. Jadi pegawai sekretariat daerah pemerintah kota Surakarta menganggap
bahwa salah satu cara dalam meningkatkan kinerja tim kerja mereka adalah dengan
saling berbagi pengetahuan. Dengan saling berbagi pengetahuan, pegawai yang
berada dalam satu tim kerja akan meningkatkan kesolidan dan kekompakan serta
mempunyai pandangan yang sama terhadap suatu masalah. Dan akhirnya akan
meningkatkan kualitas kinerja tim kerja mereka di dalam organisasi.
89
89
3. Dari tabel IV.9 menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 72 orang atau
58,54% menyatakan setuju atas item pertanyaan di dalam organisasi, pegawai yang
mau membagi pengetahuan dengan rekan kerja akan lebih cepat dalam
menanggapi informasi baru dari luar. Artinya, pegawai sekretariat daerah
pemerintah kota Surakarta akan lebih cepat dalam menanggapi informasi baru dari
luar dengan membagi pengetahuan dengan rekan kerja. Karena tingkat
pengetahuan serta pengalaman kerja dalam menghadapi suatu masalah akan lebih
banyak sehingga pegawai menjadi lebih tanggap dalam menerima informasi-
informasi baru.
4. Dari tabel IV.9 menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 78 orang atau
63,41% menyatakan setuju atas item pertanyaan di dalam organisasi, pegawai yang
mau membagi pengetahuan dengan rekan kerja akan lebih efektif dalam pekerjaan
mereka. Jadi, pegawai sekretariat daerah pemerintah kota Surakarta beranggapan
bahwa dengan membagi pengetahuan dengan rekan kerja, pekerjaan mereka akan
lebih efektif sehingga hal ini akan sangat membantu organisasi di dalam
menyelesaikan tugas-tugas pemerintahan.
Bila ditarik kesimpulan secara umum, pada dasarnya pegawai sekretariat daerah
pemerintah kota Surakarta merasakan relative advantage dari knowledge sharing akan
meningkatkan kemampuan mereka dalam memecahkan masalah, meningkatkan kinerja
tim kerja, lebih cepat dalam menanggapi informasi baru dari luar dan lebih efektif
dalam pekerjaan mereka. Hal ini dapat difasilitasi organisasi dengan mengadakan
diskusi-diskusi kecil antar pegawai yang mengarahkan mereka secara tidak langsung ke
permasalahan organisasi yang sedang dialami. Diharapkan dari diskusi-diskusi kecil
90
90
tersebut, mereka dapat saling bertukar pengetahuan dan pemikiran sehingga akan
muncul solusi-solusi pemecahan masalah yang sedang dihadapi.
c. Tanggapan Responden Mengenai Kesesuaian dari Knowledge Sharing
Deskripsi tanggapan responden sebanyak 123 orang terhadap item pernyataan
kesesuaian dari knowledge sharing sebanyak 3 item. Dari data kuesioner yang terdapat
pada lampiran dapat dilihat deskripsi tanggapan responden pada setiap item
pernyataan adalah sebagai berikut:
Tabel IV. 10
Deskripsi Tanggapan Responden Mengenai
Kesesuaian dari Knowledge Sharing
PERNYATAAN
Jumlah Jawaban
Total SS S TS STS
1 Di dalam organisasi, sikap pegawai yang mau membagi pengetahuan dengan rekan kerjanya sesuai dengan situasi organisasional 16 99 8 0 123
2 Di dalam organisasi, sikap pegawai yang mau membagi pengetahuan dengan rekan kerjanya tidak bertentangan dengan kebijakan organisasi 21 92 9 1 123
3 Di dalam organisasi, sikap pegawai yang mau membagi pengetahuan dengan rekan kerjanya sesuai dengan gaya kerja mereka 6 86 29 2 123
Sumber : data primer yang diolah (2010)
1. Berdasarkan tabel IV.10 dapat diambil suatu kesimpulan bahwa mayoritas
responden sebanyak 99 orang atau 80,49% menyatakan setuju atas item
pertanyaan di dalam organisasi, sikap pegawai yang mau membagi pengetahuan
91
91
dengan rekan kerjanya sesuai dengan situasi organisasional. Dapat disimpulkan
proses berbagi pengetahuan pegawai dengan rekan kerja yang dirasakan pegawai
sesuai dengan dukungan organisasional dari pemerintah kota Surakarta.
2. Berdasarkan tabel IV.10 dapat diambil suatu kesimpulan bahwa mayoritas
responden sebanyak 92 orang atau 74,80% menyatakan setuju atas item
pertanyaan di dalam organisasi, sikap pegawai yang mau membagi pengetahuan
dengan rekan kerjanya tidak bertentangan dengan kebijakan organisasi. Jadi,
pembuatan kebijakan organisasi dari pemerintah kota Surakarta tidak menghalangi
proses berbagi pengetahuan para pegawai sekretariah daerah dengan rekan
kerjanya. Dalam hal ini kebijakan yang dibentuk sudah tepat karena pegawai
merasakan kebijakan tersebut tidak bertentangan dengan sikap mereka yang mau
membagi pengetahuannya.
3. Berdasarkan tabel IV.10 dapat diambil suatu kesimpulan bahwa mayoritas
responden sebanyak 86 orang atau 65,04% menyatakan setuju atas item
pertanyaan di dalam organisasi, sikap pegawai yang mau membagi pengetahuan
dengan rekan kerjanya sesuai dengan gaya kerja mereka. Dapat disimpulkan gaya
kerja pegawai sekretariat daerah pemerintah Surakarta cocok dengan sikap
pegawai yang mau membagi pengetahuan mereka. Jadi, sikap berbagi pengetahuan
sudah menjadi gaya kerja mereka sehingga akan memudahkan mereka dalam
meningkatkan pengetahuan mereka. Dan jika sikap berbagi pengetahuan sudah
menjadi suatu gaya kerja, maka hal ini akan sangat menguntungkan organisasi
karena akan memberi banyak sekali keuntungan bagi organisasi. Misalnya kinerja
tim meningkat dan menjadi lebih efektif dalam menyelesaikan pekerjaan mereka di
dalam organisasi.
92
92
Dapat ditarik kesimpulan secara umum bahwa pegawai merasakan bahwa situasi
organisasional serta kebijakan sekretariat daerah pemerintah kota Surakarta
mendukung mereka dalam proses berbagi pengetahuan dengan rekan kerja mereka.
Dan sikap berbagi pengetahuan dengan rekan kerja mereka sejalan dengan gaya kerja
yang dimiliki oleh pegawai sekretariat daerah pemerintah kota Surakarta.
d. Tanggapan Responden Mengenai Kompleksitas dari Knowledge Sharing
Deskripsi tanggapan responden sebanyak 123 orang terhadap item pernyataan
kompleksitas dari knowledge sharing sebanyak 3 item. Dari data kuesioner yang
terdapat pada lampiran dapat dilihat deskripsi tanggapan responden pada setiap item
pernyataan adalah sebagai berikut :
Tabel IV. 11
Deskripsi Tanggapan Responden Mengenai
Kompleksitas dari Knowledge Sharing
PERNYATAAN
Jumlah Jawaban
Total SS S TS STS
1 Penerapan teknologi informasi (seperti email, intranet, facebook, blog, website dan sebagainya) dalam organisasi saya, akan menimbulkan kesulitan pegawai dalam membangun komitmen pegawai kepada organisasi 6 26 81 10 123
2 Penerapan teknologi informasi (seperti email, intranet, facebook, blog, website dan sebagainya) dalam organisasi saya, akan menimbulkan kesulitan bagi pegawai dalam mengendalikan kualitas kerja karena pegawai kesulitan menggunakan teknologi yang ada 5 23 74 11 123
3 Penerapan teknologi informasi (seperti email, intranet, facebook, blog, website dan sebagainya) dalam organisasi saya, akan menimbulkan kesulitan pegawai dalam mendukung proses pembelajaran karena pegawai tidak menguasai teknologi yang ada 10 28 75 10 123
93
93
Sumber : data primer yang diolah (2010)
1. Dari tabel IV.11 menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 81 orang atau
65,85% menyatakan tidak setuju atas item pertanyaan penerapan teknologi
informasi (seperti email, intranet, facebook, blog, website dan sebagainya) dalam
organisasi saya, akan menimbulkan kesulitan pegawai dalam membangun
komitmen pegawai kepada organisasi. Jadi, penerapan teknologi informasi di
pemerintah kota Surakarta sudah tepat karena tidak akan menimbulkan kesulitan
pegawai dalam membangun komitmen organisasi. Pegawai sekretariat daerah tidak
merasakan kesulitan dalam menggunakan teknologi informasi mereka yang akan
mempengaruhi komitmen mereka kepada organisasi. Kompleksitas dari teknologi
informasi tidak menghambat mereka, tetapi sebaliknya penerapan teknologi
informasi mendukung komitmen mereka kepada organisasi.
2. Dari tabel IV.11 menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 74 orang atau
60,16% menyatakan tidak setuju atas item pertanyaan penerapan teknologi
informasi (seperti email, intranet, facebook, blog, website dan sebagainya) dalam
organisasi saya, akan menimbulkan kesulitan bagi pegawai dalam mengendalikan
kualitas kerja karena pegawai kesulitan menggunakan teknologi yang ada.
Penerapan teknologi informasi di sekretariat daerah pemerintah kota Surakarta
membantu kualitas kerja pegawai karena pegawai mampu dan tidak kesulitan
dalam menggunakan teknologi informasi yang dapat menyelesaikan tugas mereka
menjadi lebih efektif dan efisien sehingga meningkatkan kualitas kerja mereka. Hal
ini akan lebih menguntungkan organisasi jika organisasi mampu menyediakan
fasilitas teknologi informasi yang update karena sifat teknologi yang obsolete
(mudah usang) sehingga membutuhkan pembaharuan.
94
94
3. Dari tabel IV.11 menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 75 orang atau
60,96% menyatakan tidak setuju atas item pertanyaan penerapan teknologi
informasi (seperti email, intranet, facebook, blog, website dan sebagainya) dalam
organisasi saya, akan menimbulkan kesulitan pegawai dalam mendukung proses
pembelajaran karena pegawai tidak menguasai teknologi yang ada. Sebaliknya,
teknologi informasi di sekretariat daerah pemerintah kota Surakarta menjadi
sarana pembelajaran pegawai sekretariat daerah pemerintah kota Surakarta karena
pegawai paham serta menguasai teknologi informasi yang disediakan oleh
organisasi. Sehingga semakin sering pegawai berinteraksi dengan teknologi
informasi, berarti proses pembelajaran mereka semakin baik. Karena dengan
teknologi informasi banyak sekali hal-hal baru (lebih update) yang dapat mereka
pelajari secara tak terbatas daripada tanpa menggunakan sarana teknologi
informasi yang mempunyai keterbatasan informasi.
Jadi, dapat disimpulkan secara keseluruhan bahwa kompleksitas (kesulitan)
yang ditimbulkan atas penerapan teknologi informasi di sekretariat daerah pemerintah
kota Surakarta tidak menjadi penghambat pegawai dalam membangun komitmen serta
mengendalikan kualitas kerja mereka. Bahkan, kompleksitas teknologi informasi yang
timbul menjadi bahan mereka dalam proses pembelajaran karena pegawai sekretariat
daerah pemerintah kota Surakarta mempunyai kemampuan dan keahlian di bidang
teknologi informasi sehingga mereka tidak merasa kesulitan atas kompleksitas tersebut.
e. Tanggapan Responden Mengenai Dukungan Organisasi terhadap Niat untuk
mendorong Knowledge Sharing
Deskripsi tanggapan responden sebanyak 123 orang terhadap 3 item pernyataan
mengenai dukungan organisasi. Dari data kuesioner yang terdapat pada lampiran
95
95
dapat dilihat deskripsi tanggapan responden pada setiap item pernyataan adalah
sebagai berikut:
Tabel IV. 12
Deskripsi Tanggapan Responden Mengenai
Dukungan Organisasi terhadap Knowledge Sharing
PERNYATAAN
Jumlah Jawaban
Total SM M TM STM
1 Menurut Anda, bagaimana dukungan organisasi terhadap budaya berbagi pengetahuan dan wawasan di antara pegawai 66 52 5 0 123
2 Menurut Anda, bagaimana tingkat penerimaan pegawai terhadap dukungan organisasi di dalam budaya berbagi pengetahuan dan wawasan
Jumlah Jawaban
123
SD D TD STD
39 77 7 0
3 Menurut Anda, sejauhmana kebutuhan Anda atas dukungan organisasi terhadap budaya berbagi pengetahuan dan keahlian
Jumlah Jawaban
123
SDB DB TDB STDB
66 52 5 0
Sumber : data primer yang diolah (2010)
1. Dari tabel IV.12.1 menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 66 orang
atau 42,28% menyatakan bahwa dukungan organisasi terhadap budaya berbagi
pengetahuan dan wawasan di antara pegawai sangat membantu mereka. Berarti
peran dukungan sekretariat daerah pemerintah kota Surakarta terhadap budaya
berbagi pengetahuan dan wawasan dirasakan pegawai sangat membantu mereka.
96
96
Dengan kata lain, dukungan sekretariat daerah terhadap budaya berbagi
pengetahuan sangat membantu pegawai dalam niat untuk mendorong knowledge
sharing di antara mereka.
2. Dari tabel IV.12.1 menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 77 orang
atau 62,60% menyatakan bahwa tingkat penerimaan pegawai terhadap dukungan
organisasi di dalam budaya berbagi pengetahuan dan wawasan diterima dengan
baik. Artinya peran sekretariat daerah pemerintah kota Surakarta dalam
mendukung budaya berbagi pengetahuan dan wawasan dalam penerapannya
sudah tepat dan mampu diterima pegawai dengan baik. Bahkan bisa dikatakan
sangat baik karena ada 37 pegawai (30,10%) menyatakan sangat diterima.
3. Dari tabel IV.12.1 menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 66 orang
atau 53,66% menyatakan bahwa pegawai sekretariat daerah pemerintah kota
Surakarta sangat membutuhkan dukungan organisasi atas budaya berbagi
pengetahuan dan keahlian. Bisa disimpulkan bahwa pegawai merasakan dalam
proses berbagi pengetahuan dan keahlian sangat dibutuhkan adanya dukungan
atau campur tangan dari organisasi. Misalnya saja organisasi menyediakan sarana
atau progam lain yang memfasilitasi pegawai untuk saling bertukar pengetahuan
dan keahlian. Seperti dengan adanya pelatihan-pelatihan hardskill dalam
penggunaan teknologi informasi.
Dapat ditarik kesimpulan secara keseluruhan bahwa dukungan sekretariat
daerah selama ini sangat membantu dan diterima pegawai dalam proses berbagi
pengetahuan dan wawasan di antara mereka. Dan untuk ke depannya, pegawai
mengharap lebih atas dukungan organisasi terhadap budaya berbagi pengetahuan dan
keahlian karena mereka membutuhkannya.
97
97
D. Uji Instrumen Penelitian
1. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengukur apakah instrumen penelitian
benar-benar mampu mengukur konstruk yang digunakan (Sekaran, 2003:206).
Untuk memperoleh validitas kuesioner usaha dititikberatkan pada pencapaian
validitas isi. Validitas tersebut menunjukkan sejauh mana perbedaan yang
diperoleh dengan instrumen pengukuran merefleksikan perbedaan
sesungguhnya pada responden yang diteliti. Untuk uji validitas ini
menggunakan CFA (Confirmatory Factor Analysis) bantuan program SPSS
11.5. Pedoman umum untuk analisis faktor adalah output rotated component
matrix yang terekstrak sempurna (Gozali, 2005:50).
Hasil uji validitas dengan bantuan program SPSS 11.5 dapat dilihat pada tabel
IV.13.
Tabel IV. 13
Uji Validitas Instrumen
Variabel
Faktor
Keterangan Instrumen 1 2 3 4 5
Pengaruh TI1 0.835 Tidak Valid
Teknologi TI2 0.557 0.589 Tidak Valid
Informasi TI3 0.543 Valid
TI4 0.564 Valid
Keunggulan RA1 0.767 Valid
98
98
Relatif RA2 0.831 Valid
RA3 0.831 Valid
RA4 0.848 Valid
Kesesuaian CPB1 Tidak Valid
CPB2 Tidak Valid
CPB3 0.760 Valid
Kompleksitas CPX1 0.910 Valid
CPX2 0.904 Valid
CPX3 0.906 Valid
Knowledge KS1 0.782 Valid
Sharing KS2 0.723 Valid
KS3 0.726 Valid
Sumber : data primer yang diolah (2010)
Dari hasil uji validitas yang terdapat pada tabel tersebut dapat disimpulkan
bahwa variabel relative advantage , complexity serta knowledge sharing secara
keseluruhan telah terekstrak secara sempurna sehingga keseluruhannya dapat
dinyatakan valid. Sedangkan untuk variabel pengaruh teknologi informasi dan
kesesuaian tidak terekstrak sempurna sehingga dapat disimpulkan ada instrumen
pertanyaan yang tidak valid yakni TI1, TI2, CPB1 dan CPB 2. Mengingat ada
instrumen pertanyaan yang tidak valid yakni TI1, TI2, CPB1 dan CPB2 maka variabel
pengaruh teknologi informasi dan kesesuaian harus diuji validitas kembali (direvisi)
dengan menggunakan trial and erorr untuk mendapatkan hasil yang terekstrak
sempurna.
99
99
Adapun hasil uji validitas yang kedua dapat dilihat pada tabel IV.14 dimana
instrumen pertanyaan yang tidak valid maka tidak lagi diikutsertakan dalam analisis.
Tabel IV. 14
Hasil Revisi Uji Validitas Instrumen
Variabel
Faktor
Instrumen 1 2 3 4 5 Keterangan
Teknologi TI2 0.688 Valid
Informasi TI3 0.639 Valid
(TI) TI4 0.787 Valid
Keunggulan RA1 0.776 Valid
Relatif (RA) RA2 0.817 Valid
RA3 0.834 Valid
RA4 0.853 Valid
Kesesuaian CPB1 0.556 Valid
(CPB) CPB3 0.800 Valid
Kompleksitas CPX1 0.922 Valid
(CPX) CPX2 0.900 Valid
CPX3 0.912 Valid
Knowledge KS1 0.795 Valid
Sharing KS2 0.758 Valid
(KS) KS3 0.695 Valid
Sumber : data primer yang diolah (2010)
Pada tabel IV.14 dapat dilihat bahwa ternyata setelah dilakukan revisi
terdapat perubahan instrumen, dimana pertanyaan TI1 dan CPB2 tidak
100
100
diikutsertakan dalam analisis. Dengan demikian revisi uji validitas telah
menghasilkan item-item pertanyaan yang valid.
2. Uji Reliabilitas
Setelah pengujian validitas, maka tahap selanjutnya adalah pengujian
reliabilitas. Reliabilitas adalah pengukuran yang menunjukkan lebih jauh bahwa
pengukuran tersebut tidak bias (error free) dan konsisten diterapkan pada waktu
dan item yang berbeda pada instrumen pengujian (Sekaran, 2003:203). Uji ini
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat relatif
konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih. Teknik pengujian yang
digunakan adalah teknik alpha cronbach. Sekaran (2003:203) mengklasifikasi nilai
cronbach’s alpha, sebagai berikut :
a) Koefisien antara 0.80-1.00 menunjukkan reliabilitas yang baik.
b) Koefisien antara 0.60-0.79 menunjukkan reliabilitas yang dapat diterima.
c) Koefisien < 0.60 menunjukkan reliabilitas yang kurang baik.
Dari hasil pengujian reliabilitas variabel dengan menggunakan bantuan
program SPSS 11.50 sehingga didapatkan nilai Cronbach’s alpha masing-masing
variabel dapat dilihat pada tabel IV. 15
Tabel IV. 15
Uji Reliabilitas Variabel
101
101
Variabel Cronbach’s
Alpha
Keterangan
Pengaruh Teknologi Informasi (TI) 0.6557 Dapat Diterima
Relative advantage (RA) 0.8621 Baik
Kesesuaian (CPB) 0.3195 Kurang Baik
Kompleksitas (CPX) 0.9068 Baik
Knowledge Sharing (KS) 0.6514 Dapat Diterima
Sumber : data primer yang diolah (2010)
Dari tabel IV.15 dapat diketahui bahwa variabel keunggulan relative,
kompleksitas mempunyai reliabilitas yang baik karena koefisien cronbach’s alpha-nya
lebih dari 0,80 yakni RA (0.8621) dan CPX (0.9068). Untuk variabel pengaruh teknologi
informasi dan knowledge sharing mempunyai reliabilitas yang dapat diterima karena
nilai cronbach’s alpha-nya ada diantara 0,60 sampai 0,79 yakni TI (0.6557) dan KS
(0.6514). Sedangkan untuk variabel kesesuaian mempunyai realibilitas yang kurang
baik karena nilai cronbach’s alpha-nya kurang dari 0.6 yakni CPB (0.3195).
E. Karakteristik Data
Sebelum pengujian kesesuaian model dan hipotesis dalam penelitian ini, terlebih
dahulu akan dilihat karakteristik data yang akan digunakan dalam analisis ini. Pengujian
terhadap karakteristik data yang dimaksud, meliputi : normalitas data, evaluasi outliers
dan evaluasi multikolinearitas.
1. Normalitas Data
102
102
Asumsi yang paling fundamental dalam analisis multivariate adalah
normalitas, yang merupakan bentuk suatu distribusi data pada suatu variabel
matrik tunggal dalam menghasilkan distribusi normal (Hair et.al. dalam Ghozali dan
Fuad, 2005:36). Apabila asumsi normalitas tidak dipenuhi dan penyimpangan
normalitas tersebut besar, maka akan mengakibatkan hasil uji statistik yang bias.
Normalitas dibagi menjadi dua yaitu : univariate normality dan multivariate
normality. Untuk menguji asumsi normalitas dengan membandingkan nilai critical
ratio skewness dan kurtosis dengan nilai kritis pada tingkat signifikansi tertentu.
Rules of thumb yang digunakan adalah apabila nilai critical ratio skewness
dan kurtosis lebih dari + 2.58 pada tingkat 0.01 berarti distribusi data tidak normal.
Dalam output Amos 6.00, uji normalitas dilakukan dengan membandingkan nilai C.r.
dengan nilai kritis + 2.58 pada tingkat 0.01. Jika terdapat nilai C.r yang lebih besar
dari nilai kritis maka distribusi datanya adalah tidak normal (Ferdinand, 2005 : 25).
Disamping itu, Curran et.al. (dalam Ghozali dan Fuad, 2005:37-38) membagi
distribusi data menjadi tiga bagian :
a) Normal, apabila nilai z statistik (critical ratio atau C.r.) skewness < 2 dan nilai
C.r. kurtosis < 7.
b) Moderately non-normal, apabila nilai C.r. skewness berkisar antara 2-3 dan nilai
C.r. kurtosis berkisar antara 7-21.
c) Extremely non-normal, apabila nilai C.r. skewness >3 dan nilai C.r. kurtosis >21.
Hasilnya adalah seperti yang disajikan dalam tabel IV.16. adalah sebagai berikut:
103
103
Tabel IV.16
Uji Normalitas
Variable Min Max Skew c.r. kurtosis c.r.
KS3 2 4 -0.603 -2.73 -1.185 -2.682
KS2 2 4 0.021 0.093 -0.427 -0.967
KS1 2 4 -0.624 -2.824 -0.596 -1.35
CPX3 1 4 0.678 3.069 0.311 0.705
CPX2 1 4 0.437 1.98 0.325 0.735
CPX1 1 4 0.732 3.315 0.909 2.057
CPB3 1 4 -0.653 -2.955 0.967 2.19
CPB1 2 4 0.33 1.494 2.025 4.584
TI2 2 4 -0.026 -0.116 -0.197 -0.447
TI3 2 4 -0.016 -0.071 -0.202 -0.457
TI4 2 4 0.079 0.356 -0.567 -1.283
RA4 2 4 0.24 1.087 -0.811 -1.836
RA3 2 4 -0.103 -0.464 -0.59 -1.335
RA2 2 4 0.001 0.005 -0.836 -1.893
RA1 2 4 -0.375 -1.696 -0.727 -1.646
104
104
Multivariate 58.124 14.272
Sumber : data primer yang diolah (2010)
Dari IV.16 dapat dilihat evaluasi normalitas pada responden yang
diidentifikasi baik secara univariate maupun multivariate. Terlihat secara
univariate untuk nilai-nilai dalam C.r. skewness, terdapat 5 instrumen
pertanyaan yang memliki nilai C.r. skewness lebih dari 2.58 yakni KS3, KS1,
CPX3, CPX1 dan CPB3. Kemudian, secara univariate untuk nilai-nilai dalam
C.r kurtosis semua variabel memiliki nilai C.r. kurtosis kurang dari 2.58
kecuali CPB1. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa data tidak
terdistribusi normal secara univariate. Sementara nilai yang tertera di pojok
kanan bawah pada tabel IV. 16 menandakan bahwa data dalam penelitian ini
juga tidak terdistribusi normal secara multivariate, karena nilai 14.272 lebih
besar dari harga mutlak 2,58.
Data yang tidak normal dapat mengakibatkan pembiasan intrepretasi
karena nilai chi-square hasil analisis cenderung meningkat sehingga nilai
probability level akan mengecil.
Untuk data yang tidak normal secara multivariate, Ghozali (2004)
menyarankan dengan menggunakan prosedur yang dikenal dengan
“bootstrap”. Namun, hal tersebut tidak perlu dilakukan karena nilai C.r.
kurtosis multivariate masih kurang dari 21.00. Disamping itu, teknik
Maximum Likelihood Estimates (MLE) yang digunakan dalam penelitian ini
105
105
tidak terlalu terpengaruh (robust) terhadap data yang tidak normal (Ghozali
dan Fuad, 2005:35-36) sehingga analisis selanjutnya masih dapat dilakukan.
2. Evaluasi Outliers
Outliers adalah data atau observasi yang memiliki karakteristik unik yang
terlihat sangat jauh dari obserasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai
ekstrim. Uji outliers dalam penelitian ini menggunakan multivariate outliers.
Dimana dapat ditunjukkan dengan jarak mahalanobis untuk tiap observasi dapat
dihitung dan akan menunjukkan jarak sebuah observasi dari rata-rata semua
variabel dalam sebuah ruang multidimensional. Identifikasi adanya multivariate
outliers pada penelitian ini dilakukan dengan memperhatikan nilai mahalanobis
distance (Ghozali, 2004 : 228). Kriteria yang digunakan adalah berdasarkan nilai chi-
square pada derajat bebas (degree of freedom) 17 yaitu jumlah variabel indikator
pada tingkat signifikansi p < 0.001. Dalam penelitian ini setelah menggunakan uji
validitas maka indikator yang awalnya 17 item telah disederhanakan sehingga
menjadi 15 item saja. Kriteria yang digunakan adalah berdasarkan nilai Chi Squares
pada derajat kebebasan (degree of freedom) 15. Oleh karena itu, nilai mahalanobis
distance (15, 0.001) = 37,6973. Hal ini berarti semua kasus yang mempunyai
mahalanobis distance yang lebih besar dari 37,6973 akan dikategorikan sebagai
multivariate outliers. Mahalanobis distance dapat dilihat pada tabel IV. 17.
Tabel IV.17
Mahalanobis Distance Square
Data Mahalanobis Distance Square
Mahalanobis Distance Square yang diharapkan
106
106
Mahalanobis distance square
(df = 15,p<0,001) Mahalanobis
< 37,6973
86 47.456
43 42.068
66 38.761
89 37.770
93 35.140
- -
- -
- -
- -
33 6.870
82 6.823
97 6.291
Sumber : data primer yang diolah (2010)
Dari tabel IV.17 terlihat adanya outliers pada data observasi ke-86, 43 66 dan
89 yang memiliki nilai mahalanobis distance yang lebih besar dari 37,6973 yakni
memiliki nilai mahalanobis distance square sebesar 47.456, 42.068, 38.761 dan
37.770 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat multivariate outliers. Jika
terjadi multivariate outliers, maka sebaiknya data observasi yang mengalami
outliers dikeluarkan dari analisis selanjutnya (Ghozali, 2005 : 228).
107
107
Oleh karena itu, peneliti tidak mengikutsertakan lagi observasi ke-86, 43, 66
dan 89 dalam analisis selanjutnya sehingga hanya 119 data responden yang bisa
diolah pada analisis selanjutnya.
Setelah keempat observasi tersebut dikeluarkan, pada tabel IV.18 terlihat
bahwa nilai C.r. multivariate kurtosis pada uji normalitas mengalami penurunan
dari nilai 14.272 menjadi 10.840.
Tabel IV.18
Hasil Revisi Uji Normalitas
Variable Min max Skew c.r. kurtosis c.r.
KS3 2 4 -0.662 -2.949 -1.09 -2.426
KS2 2 4 0.085 0.377 -0.409 -0.91
KS1 2 4 -0.669 -2.981 -0.538 -1.197
CPX3 1 4 0.676 3.008 0.484 1.078
CPX2 1 4 0.45 2.006 0.466 1.037
CPX1 1 4 0.737 3.281 1.088 2.423
CPB3 1 4 -0.84 -3.739 1.109 2.469
CPB1 2 4 0.292 1.299 2.339 5.209
TI2 2 4 -0.008 -0.035 -0.096 -0.214
TI3 2 4 -0.016 -0.07 -0.23 -0.513
TI4 2 4 0.066 0.294 -0.504 -1.122
RA4 2 4 0.335 1.492 -0.984 -2.192
RA3 2 4 -0.047 -0.209 -0.597 -1.33
RA2 2 4 0.063 0.279 -0.965 -2.148
108
108
RA1 2 4 -0.264 -1.178 -0.889 -1.979
Multivariate 44.882 10.840
Sumber : data primer yang diolah (2010)
Selain itu, tidak terlihat lagi adanya outliers pada hasil revisi mahalanobis
distance square. Dengan demikian, langkah yang diambil adalah tepat karena
mampu membuat data menjadi lebih baik. Adapun hasil revisi uji revisi outliers
dapat dilihat pada tabel IV.19
Tabel IV.19
Revisi Mahalanobis Distance Square
Data Mahalanobis Distance Square
Mahalanobis Distance Square yang diharapkan
Mahalanobis distance square
(df = 15,p<0,001) Mahalanobis
< 37,6973
42 37.327
41 36.931
46 35.338
89 34.895
- -
109
109
- -
- -
- -
- -
105 6.243
71 6.027
13 6.027
Sumber : data primer yang diolah (2010)
F. Kesesuaian Goodness of Fit
Sebelum melakukan teknik pengujian hipotesis, langkah yang pertama adalah
menilai kesesuaian goodness of fit. Kriteria penilaian untuk goodness of fit pada model
tertera pada tabel IV.20. Sementara itu, kriteria untuk uji hipotesis adalah hipotesis
mengenai hubungan kausal dalam model akan diterima jika mempunyai nilai C.r ≥ t
tabel dengan tingkat signifikansi 0,05 adalah 1,96
Tabel IV.20
Kriteria Goodness of Fit
110
110
Goodness of Fit indeks
Nilai yang Diharapkan
Hasil Evaluasi
X
- Chi Square
Diharapkan rendah
109.190
Buruk
Probabilitas > 0,05 0.034 Buruk
CMIN/df ≤ 5 1.300 Baik
RMR Diharapkan rendah 0.023 Baik
GFI ≥ 0,90 0.890 Marginal
AGFI ≥ 0,90 0.843 Marginal
TLI ≥ 0,90 0.961 Baik
CFI ≥ 0,90 0.952 Baik
RMSEA ≤ 0,08 0.050 Baik
Sumber data : data primer yang diolah (2010)
Pada tabel IV.20 dapat dilihat bahwa chi-square yang bernilai 109.190 adalah
signifikan secara statistik pada level signifikansi 0,01. Probabilitas sebesar 0.034 lebih
kecil dari 0.05 hal ini merupakan indikasi yang sangat buruk. Dengan demikian, terdapat
perbedaan antara matrik kovarian sampel dengan matrik kovarian populasi yang
diamati. Nilai GFI sebesar 0.890 merupakan indikasi yang marginal.
Nilai RMSEA sebesar 0.050 merupakan indikasi yang baik. Sementara dari indeks
incremental fit measures didapat nilai AGFI sebesar 0.843 merupakan indikasi yang
marginal. Nilai TLI sebesar 0.961 merupakan indikasi yang baik. Kemudian, nilai CFI
sebesar 0.952 merupakan indikasi yang baik. Nilai RMR adalah 0.023 merupakan
indikasi yang baik. Sebagai tambahan dari indeks parsimony fit measures didapat nilai
2
111
111
CMIN/df sebesar 1.300 merupakan indikasi baik karena mempunyai nilai kurang dari
5.00. Dari keseluruhan pengukuran goodness of fit tersebut di atas diindikasikan bahwa
model dalam penelitian ini belum dapat diterima. Selain itu, nilai probabilitas juga
belum memenuhi syarat.
Oleh karena itu, peneliti mempertimbangkan untuk melakukan modifikasi model
untuk membentuk model alternatif yang diharapkan memiliki goodness of fit yang lebih
baik. Hal ini dilakukan dengan memperhatikan modification indices yang diperoleh dari
hasil output analisis menggunakan AMOS 6.00
G. Modifikasi Model
Mengingat hasil dari goodness of fit model belum diterima, maka peneliti
mempertimbangkan untuk melakukan modifikasi model guna mendapatkan model
yang fit. Hal tersebut dilakukan dengan memperhatikan nilai modification indices yang
dapat mengetahui ada tidaknya kemungkinan modifikasi terhadap model yang dapat
diusulkan. Modification indices dapat diketahui dari output AMOS 6.00 dimana akan
ditunjukkan hubungan-hubungan yang perlu diestimasi agar terjadi penurunan nilai chi-
square guna mendapatkan model penelitian yang lebih baik.
Untuk mendapatkan kriteria model yang dapat diterima, peneliti mencoba
mengestimasi hubungan korelasi antar error term yang tidak memerlukan justifikasi
teoritis dan yang memiliki nilai modification indices lebih besar atau sama dengan 4,0.
Dalam hal ini peneliti mengestimasi hubungan korelasi antar error term yakni e6<-->e12,
e6<-->e14, e7<-->e15, e8<-->e2, e7<-->z3 dan e5<-->e13. Adapun hasil goodness of fit
model yang telah dimodifikasi dapat dilihat pada tabel IV.21.
112
112
Pada tabel IV.21, setelah dimodifikasi maka terlihat adanya penurunan chi-square
menjadi 76.961 adalah signifikan secara statistik pada level signifikansi 0.512. Evaluasi
untuk nilai chi-square sebesar 76.961 adalah baik karena nilainya sudah mengalami
penurunan cukup banyak. Untuk indeks goodness of fit lain sudah memenuhi kriteria
yang ditentukan sehingga dari keseluruhan pengukuran tersebut diatas, diindikasikan
bahwa model akhirnya dapat diterima dengan baik.
Tabel IV.21
Kriteria Goodness of Fit Sebelum dan Sesudah Modifikasi
Goodness of Fit
indeks
Nilai yang Diharapkan
Sebelum Modifikasi Evaluasi
Sesudah Modifikasi Evaluasi
X
- Chi Square Diharapkan rendah
109.190 Buruk 76.961 Baik
Probabilitas > 0,05 0.034 Buruk 0.512 Baik
CMIN/df ≤ 5 1.300 Baik 0.987 Baik
RMR Diharapkan
rendah 0.023 Baik 0.019 Baik
GFI ≥ 0,90 0.843 Marginal 0.924 Baik
AGFI ≥ 0,90 0.890 Marginal 0.833 Marginal
TLI ≥ 0,90 0.961 Baik 1.002 Baik
CFI ≥ 0,90 0.952 Baik 1.000 Baik
RMSEA ≤ 0,08 0.050 Baik 0.000 Baik
Sumber : data primer yang diolah (2010)
113
113
H. Analisis Koefisien Jalur dan Uji Hipotesis
Setelah uji goodness of fit model, maka tahap selanjutnya adalah menguji uji
hipotesis. Tabel IV.22 berikut menunjukkan hipotesis dari model yang sudah
dimodifikasi.
Tabel IV. 22
Hasil Uji Hipotesis Setelah Modifikasi
Hipotesis Hubungan Estimate S.E. C.R. P
H1 KS <--- RA + 0.041 0.145 0.283 0.777
H2 KS <--- CPB + 0.640 0.301 2.122 0.034
H3 KS <--- CPX - 0.034 0.073 0.468 0.640
H4a RA <--- TI + 0.668 0.185 3.600 ***
H4b CPB <--- TI + 0.713 0.187 3.816 ***
H4c CPX <--- TI - -0.165 0.206 -0.804 0.421
Sumber : data primer yang diolah (2010)
Dari tabel IV.22 dapat dilihat bahwa pengaruh variabel dukungan teknologi
terhadap relative advantage dari knowledge sharing, pengaruh variabel dukungan
teknologi informasi terhadap kesesuaian dari knowledge sharing serta pengaruh
kesesuaian dari knowledge sharing terhadap dukungan organisasi pada knowledge
114
114
sharing adalah signifikan pada probabilitas P < 0,05 karena mempunyai nilai C. r lebih
besar dari t tabel yaitu 1,96.
Kemudian, pengaruh relative advantage dari knowledge sharing terhadap
dukungan organisasi pada knowledge sharing, complexity dari knowledge sharing
terhadap dukungan organisasi pada knowledge sharing dan pengaruh variabel dukungan
teknologi informasi terhadap kompleksitas dari knowledge sharing tidak signifikan
karena mempunyai nilai C. r yang lebih kecil dari t tabel 1,96 dan P > 0,05.
Adapun pembahasan untuk setiap hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Hipotesis 1
H1 : Relative advantage dari knowledge sharing berpengaruh positif terhadap
dukungan organisasi pada niat untuk mendorong knowledge sharing
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel IV.22 dimana nilai C. r memiliki kurang
dari 1.96 yakni sebesar 0.283 tidak signifikan pada p<0.05 karena signifikansinya
melebihi 0.05 yakni sebesar 0.777 maka dapat disimpulkan bahwa H1 tidak didukung.
Dengan kata lain, variabel relative advantage tidak mempengaruhi dukungan organisasi
pada niat untuk mendorong knowledge sharing. Artinya relative advantage dari
knowledge sharing tidak membuat dukungan sekretariat daerah pemerintah kota
Surakarta lebih meningkat. Hal ini terjadi dimungkinkan karena meskipun relative
advantage dari knowledge sharing yang dirasakan pegawai meningkat tidak diimbangi
115
115
dengan dukungan organisasi melalui pembaharuan kebijakan-kebijakan karena dalam
menentukan kebijakannya, pemerintah kota Surakarta harus mengacu pada
pemerintahan di atasnya (tidak dapat membuat kebijakan secara otonom).
Hal ini berbeda dengan penelitian Lin dan Lee (2005) yang menunjukkan relative
advantage berpengaruh positif pada niat untuk mendorong knowledge sharing.
2. Hipotesis 2
H2 : Compatibility dari knowledge sharing berpengaruh positif terhadap dukungan
organisasi pada niat untuk mendorong knowledge sharing
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel IV.22 dimana nilai C. r memiliki nilai
lebih dari 1.96 yakni sebesar 2.122 dengan signifikansi sebesar 0.034 pada p< 0.05
maka dapat disimpulkan bahwa H2 didukung. Dengan kata lain, variabel compatibility
mempengaruhi dukungan organisasi pada niat untuk mendorong knowledge sharing.
Kesesuaian dari knowledge sharing mengandung arti kesesuaian antara penerapan
knowledege sharing dengan kebijakan organisasi. Jadi dapat diartikan bahwa
penerapan knowledge sharing di pemerintah kota Surakarta sesuai dengan kebijakan
organisasi. Hal ini sejalan dengan penelitian Lin dan Lee (2005) yang menunjukkan
kesesuaian berpengaruh positif pada niat untuk mendorong knowledge sharing.
3. Hipotesis 3
H3 : Complexity dari knowledge sharing berpengaruh negatif terhadap dukungan
organisasi pada niat untuk mendorong knowledge sharing
116
116
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel IV.12 dimana nilai C. r memiliki nilai
kurang dari 1.96 yakni sebesar 0.468 serta tidak signifikan pada p< 0.05 karena
signifikansinya melebihi 0.05 yakni 0.640 maka dapat disimpulkan bahwa H3 tidak
didukung. Dengan kata lain, variabel kompleksitas tidak berpengaruh terhadap
dukungan organisasi pada niat untuk mendorong knowledge sharing. Hal ini
dimungkinkan karena pada dasarnya kompleksitas dari teknologi informasi tidak terlalu
dirasakan sebagai penghambat bagi pegawai sekretariat daerah pemerintah kota
Surakarta karena penerapan teknologi informasi masih sederhana sehingga mudah
untuk dioperasikan. Sehingga kompleksitas atau kesulitan yang timbul dalam proses
knowledge sharing tersebut tidak akan mempengaruhi dukungan organisasi terhadap
proses knowledge sharing. Hal ini berbeda dengan penelitian Lin dan Lee (2005) yang
menunjukkan kompleksitas berpengaruh negatif pada niat untuk mendorong
knowledge sharing.
4. Hipotesis 4
H4a : Dukungan teknologi informasi berpengaruh positif terhadap keunggulan relatif
dari knowledge sharing
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel IV.22 dimana nilai C.r memiliki nilai
lebih dari 1.96 yakni sebesar 3.600 dan signifikan pada p< 0.05, sementara pengaruh
langsungnya adalah sebesar 0.668 dan maka dapat disimpulkan bahwa H4a didukung.
Dengan kata lain, variabel relative advantage dipengaruhi oleh dukungan teknologi
informasi. Artinya pegawai sekretariat daerah pemerintah kota Surakarta menganggap
dukungan teknologi informasi sekretariat daerah pemerintah kota Surakarta berhasil
meningkatkan relative advantage dari knowledge sharing . Hal ini berbeda dengan
117
117
penelitian Lin dan Lee (2005) yang menunjukkan dukungan teknologi informasi tidak
ada hubungannya dengan relative advantage dari knowledge sharing.
H4b : Dukungan teknologi informasi berpengaruh positif terhadap compatibility dari
knowledge sharing
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel IV.22 dimana nilai C.r memiliki nilai
lebih dari 1.96 yakni sebesar 3.816 signifikan pada p< 0.05, sementara pengaruh
langsungnya adalah sebesar 0.713 dan maka dapat disimpulkan bahwa H4b didukung.
Dengan kata lain, variabel kesesuaian dipengaruhi oleh dukungan teknologi informasi.
Artinya pegawai sekretariat daerah pemerintah kota Surakarta menganggap dukungan
teknologi informasi sekretariat daerah pemerintah kota Surakarta berhasil
mempengaruhi kesesuaian dari proses knowledge sharing pegawai. Hal ini berbeda
dengan penelitian Lin dan Lee (2005) yang menunjukkan dukungan teknologi informasi
tidak ada hubungannya dengan kesesuaian dari knowledge sharing.
H4c : Dukungan teknologi informasi berpengaruh negatif terhadap complexity
dari knowledge sharing
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel IV.22 dimana nilai C.r memiliki nilai
lebih dari 1.96 yakni sebesar -0.804 dengan tidak signifikan pada p<0.05 sebesar
0.421 maka dapat disimpulkan bahwa H4c tidak didukung. Dengan kata lain,
dukungan teknologi informasi tidak berpengaruh terhadap variabel kompleksitas.
Artinya pegawai sekretariat daerah pemerintah kota Surakarta menganggap
dukungan teknologi informasi tidak mempengaruhi kompleksitas dari proses
knowledge sharing. Hal ini dimungkinkan karena dalam penerapan teknologi
118
118
informasi di sekretariat kota Surakarta masih sederhana dan dianggap pegawai sudah
terkait dengan pelaksanaan pekerjaan mereka. Sehingga kompleksitas atau kesulitan
yang timbul akibat penerapan teknologi informasi tidak menjadi hambatan bagi
organisasi ataupun pegawai. Bahkan kompleksitas yang timbul dapat menjadi bahan
pembelajaran dalam proses knowledge sharing karena baik organisasi maupun
pegawai mempunyai kemampuan serta keahlian untuk terlibat dalam penerapan
teknologi informasi. Hal ini sejalan dengan penelitian Lin dan Lee (2005) yang
menunjukkan dukungan teknologi informasi tidak ada hubungannya dengan
kompleksitas dari knowledge sharing.
BAB V
PENUTUP
Pada bagian ini akan dipaparkan kesimpulan, keterbatasan penelitian, saran dan
implikasi yang diharapkan berguna bagi semua pihak yang berkepentingan sebagai
bagian akhir dari penelitian yang telah dilakukan penulis. Kesimpulan ini didasarkan
pada hasil analisis data yang telah dilakukan dan akan menjawab permasalahan yang
telah dirumuskan sebelumnya sesuai dengan tujuan penelitian ini. Selain kesimpulan
akan disertakan saran-saran yang diharapkan berguna bagi semua pihak yang
berkepentingan.
119
119
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian mengenai peran teknologi informasi pada proses knowledge
sharing karyawan di Sekretariat Daerah Pemerintah Kota Surakarta dan berdasarkan
dari hasil analisis yang telah dilakukan peneliti pada bab IV dengan menggunakan
metode analisis Structural Equation Modelling (SEM) maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
3. Berdasarkan analisis deskriptif tanggapan responden mengenai pemanfaatan
teknologi informasi secara umum dapat dikatakan bahwa sekretariat daerah
pemerintah kota Surakarta telah memanfaatkan teknologi informasi dengan baik.
Hal ini seperti yang dirasakan oleh pegawai sekretariat daerah sendiri bahwa
dengan adanya teknologi informasi, kemampuan mereka di dalam berkomunikasi,
meningkatkan pengetahuan serta berbagi pengetahuan dengan yang lain baik di
dalam maupun di luar organisasi dapat terfasilitasi dengan baik karena mereka
terlibat di dalam penggunaan teknologi informasi tersebut.
4. Berdasarkan analisis deskriptif tanggapan responden mengenai keunggulan relatif
dari knowledge sharing dapat diambil kesimpulan bahwa pegawai sekretariat
daerah pemerintah kota Surakarta merasakan keunggulan relatif dari knowledge
sharing akan meningkatkan kemampuan mereka dalam memecahkan masalah,
meningkatkan kinerja tim kerja, lebih cepat dalam menanggapi informasi baru dari
luar dan lebih efektif dalam pekerjaan mereka.
5. Berdasarkan analisis deskriptif tanggapan responden mengenai kesesuaian dari
knowledge sharing dapat diambil kesimpulan secara umum bahwa pegawai
120
120
sekretariat pemerintah kota Surakarta merasakan kesesuaian dari proses
knowledge sharing sekretariat daerah pemerintah kota Surakarta sudah sesuai
dengan situasi organisasional, tidak bertentangan dengan kebijakan organisasi serta
sesuai dengan gaya kerja mereka.
6. Berdasarkan analisis deskriptif tanggapan responden mengenai kompleksitas
dari knowledge sharing dapat diambil kesimpulan secara keseluruhan bahwa
kompleksitas (kesulitan) yang ditimbulkan atas penerapan teknologi
informasi di sekretariat daerah pemerintah kota Surakarta tidak menyulitkan
pegawai dalam membangun komitmen terhadap organisasi, mengendalikan
kualitas kerja mereka dan menghambat proses pembelajaran karena pegawai
secara umum tidak merasakan kesulitan atas penerapan teknologi informasi.
7. Berdasarkan analisis deskriptif tanggapan responden mengenai dukungan
organisasi dari knowledge sharing dapat diambil kesimpulan secara
keseluruhan bahwa dukungan sekretariat daerah selama ini sangat membantu
dan diterima pegawai dalam proses berbagi pengetahuan dan wawasan di
antara mereka. Dan pegawai menganggap dukungan organisasi terhadap
budaya berbagi pengetahuan dan keahlian sangat dibutuhkan.
8. Hasil analisis menunjukkan bahwa keunggulan relatif dari knowledge sharing
tidak berpengaruh terhadap dukungan organisasi pada niat untuk mendorong
knowledge sharing, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis 1 tidak
didukung. Artinya Artinya keunggulan relatif dari knowledge sharing tidak
membuat dukungan sekretariat daerah pemerintah kota Surakarta meningkat.
Hal ini berbeda dengan hasil penelitian terdahulu dari Ling dan Lee (2005).
121
121
9. Hasil analisis menunjukkan bahwa compatibility (kesesuaian) dari knowledge
sharing berpengaruh positif terhadap dukungan organisasi pada niat untuk
mendorong knowledge sharing, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis 2
didukung. Jadi dapat diartikan bahwa penerapan knowledge sharing di
pemerintah kota Surakarta sesuai dengan kebijakan organisasi. Uraian hasil
tersebut mendukung hasil penelitian dari Lin dan Lee (2005).
10. Hasil analisis menunjukkan bahwa complexity (kompleksitas) dari knowledge
sharing tidak berpengaruh terhadap dukungan organisasi pada niat untuk
mendorong knowledge sharing ,maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis 3
tidak didukung. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian dari Lin dan Lee
(2005).
11. Hasil analisis menunjukkan bahwa dukungan teknologi informasi
berpengaruh positif terhadap keunggulan relatif dari knowledge sharing,
maka dapat disimpulkan bahwa hipotesi 4a didukung. Artinya pegawai
sekretariat daerah pemerintah kota Surakarta menganggap dukungan
teknologi informasi sekretariat daerah pemerintah kota Surakarta berhasil
meningkatkan keunggulan relatif dari proses knowledge sharing pegawai.
Uraian tersebut mendukung hasil penelitian dari Lin dan Lee (2005).
12. Hasil analisis menunjukkan bahwa dukungan teknologi informasi
berpengaruh positif terhadap compatibility (kesesuaian) dari knowledge
sharing, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis 4b didukung. Artinya
pegawai sekretariat daerah pemerintah kota Surakarta menganggap dukungan
teknologi informasi sekretariat daerah pemerintah kota Surakarta
122
122
mempengaruhi kesesuaian dari proses knowledge sharing pegawai antara
peraturan dan proses knowledge sharing itu sendiri. Uraian tersebut
mendukung hasil penelitian Lin dan Lee (2005).
13. Hasil analisis menunjukkan bahwa dukungan teknologi informasi tidak
berpengaruh terhadap complexity dari knowledge sharing, maka dapat
disimpulkan bahwa hipotesis 4c tidak didukung. Artinya pegawai
sekretariat daerah pemerintah kota Surakarta menganggap dukungan
teknologi informasi tidak mempengaruhi kompleksitas dari proses knowledge
sharing. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Lin dan Lee (2005).
B. Keterbatasan Penelitian
1. Objek amatan yang digunakan dalam studi ini difokuskan pada penggunaan
teknologi informasi sehingga berdampak pada generalisasi studi yang bersifat
terbatas. Untuk mengaplikasi studi ini pada konteks yang berbeda, diperlukan
kehati-hatian untuk mencermati jenis karakteristik variabel pada obyek yang
dipelajari. Hal ini diperlukan agar tidak terjadi pembiasan hasil-hasil
pengujian yang dapat berdampak pada kekeliruan dalam merumuskan
kebijakan yang diambil.
2. Selain itu, responden sampel yang diambil dari penelitan ini adalah hanya pegawai
pada bagian sekretariat daerah pemerintah kota Surakarta. Sehingga belum dapat
mewakili keadaan secara keseluruhan bagian pemerintah kota Surakarta.
3. Dalam penelitian ini juga tidak dilakukan pretest dalam penyebaran kuesioner. Hal
ini berakibat pada pertanyaan-pertanyaan yang tidak valid dalam pengukurannya
langsung dihilangkan dari analisis selanjutnya.
123
123
C. Saran dan Implikasi Manajerial
Berikut ini beberapa saran yang diberikan :
1. Saran Akademis
i. Ruang lingkup responden yang diambil hanya pada bagian sekretariat daerah
pemerintah kota Surakarta. Keterbatasan ini mengisyaratkan perlunya studi-
studi lanjutan untuk menggeneralisasi hasil-hasil yang diperoleh pada konteks
yang berbeda dan lebih luas, sehingga konsep-konsep yang diuji dalam model
dapat ditingkatkan validitas eksternalnya sehingga hasil-hasil penelitian ke
depan dapat digeneralisasi ke dalam populasi, latar penelitian dan kondisi-
kondisi lainnya yang mirip dan waktu yang berbeda yang lebih baik.
ii. Hasil pengujian yang diperoleh diharapkan dapat digunakan sebagai acuan di
bidang studi diffusion theory sebab konsep-konsep yang dikonstruksi ada yang
mendukung serta menolak model yang telah dikemukakan oleh studi-studi
terdahulu.
2. Saran Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada
pemerintah kota Surakarta agar dapat menjadi pedoman untuk meningkatkan
fungsi teknologi informasi dalam proses knowledge sharing bagi pegawai
pemerintah kota Surakarta. Implikasi manajerial dapat dilakukan melalui
upaya-upaya berikut ini:
i. Mengacu pada analisis deskriptif tanggapan responden mengenai relative
advantage dari knowledge sharing serta hasil analisis dari pengaruh
124
124
keunggulan relatif dari knowledge sharing terhadap dukungan organisasi
pada niat untuk mendorong knowledge sharing, sebaiknya sekretariat
daerah pemerintah kota Surakarta perlu adanya fasilitas untuk mewadahi
diskusi-diskusi kecil antar pegawai sekretariat daerah pemerintah kota
Surakarta mengingat mayoritas pegawai menyukai knowledge sharing
baik dengan orang dalam ataupun orang luar. Misalnya dengan
mengadakan diskusi kontemporer yang diadakan di luar jam kerja atau
bahkan bisa menjadi agenda rutinan. Diskusi kontemporer adalah suatu
bentuk diskusi yang dikonsep sedemikian rupa sehingga proses transfer
ilmu (knowledge sharing) berjalan dua arah. Artinya, interaksi antara
peserta dan narasumber (jika dibutuhkan) sangat ditekankan disini.
Penerapan teknologi informasi juga bisa digunakan dalam bentuk diskusi
kontemporer dengan menggunakan wireless conection network.
Tujuannya agar peserta diskusi yang mungkin mengikuti alur diskusi
lewat media elektronik (jejaring sosial) tetap bisa berinteraksi. Tempat
dan situasi juga disusun sesantai mungkin, mengingat agar pendapat-
pendapat dari pegawai bisa muncul tanpa ada tekanan. Sehingga di dalam
diskusi tersebut paling tidak muncul ide-ide baru (inovasi) dari pendapat
yang keluar dari pemikiran para pegawai dalam memecahkan suatu
masalah. Hal ini juga akan menguntungkan pemerintah kota Surakarta
karena akan banyak pemecahan masalah yang terbentuk dari ide-ide
tersebut sehingga membantu dalam mengatasi masalah yang sedang
125
125
dihadapi. Intinya, pegawai diikutkan dalam pengambilan keputusan atas
suatu masalah.
Selain itu juga untuk mengimbangi keunggulan relatif dari
knowledge sharing diperlukan revisi atau pembaharuan kebijakan yang
ada di sekretariat daerah pemerintah kota Surakarta. Sehingga ada
perubahan yang signifikan kebijakan yang dibuat dari keadaan sebelum
dan sesudahnya sebagai akibat yang disebabkan keunggulan relatif dari
knowledge sharing.
ii. Mengacu pada analisis deskriptif tanggapan responden mengenai
kompleksitas dan peran teknologi serta hasil analisis pengaruh complexity
dari knowledge sharing terhadap dukungan organisasi pada niat untuk
mendorong knowledge sharing, sebaiknya penyediaan fasilitas yang
berkenaan dengan teknologi informasi bisa lebih ditingkatkan. Hal ini
bisa dilakukan mengingat pegawai sekretariat daerah pemerintah kota
Surakarta tidak merasakan kompleksitas (kesulitan) dari teknologi
informasi sebagai penghambat. Penerapan teknologi informasi juga
sebaiknya mengikuti perkembangan zaman mengingat teknologi selalu
berubah dan gampang usang (obselete). Misalnya saja penggunaan
microsoft office 2003 digantikan dengan microsoft office 2007. Selain itu
juga pemanfaatan fasilitas internet juga bisa lebih ditingkatkan
penggunaannya tidak hanya sekedar pada kebutuhan yang primer yakni
untuk pengelohan database saja. Sementara untuk bidang-bidang lain
seperti efisiensi dan proses kerja masih sangat terbatas pemanfaatannya.
126
126
Misalnya mengirimkan undangan serta pengumuman secara online (bisa
melalui facebook, email atau website) mengingat kondisi tempat kerja
setiap bagian dari sekretariat daerah yang terpisah-pisah jarak yang jauh
sehingga efisiensi kerja bisa dimaksimalkan. Untuk kepentingan
pelayanan masyarakat umum, website yang sudah ada sebaiknya
dimaksimalkan fungsinya serta diupdate rutin sehingga masyarakat yang
mempunyai kepentingan bisa mengetahui informasi secara cepat dengan
membuka website tanpa langsung ke kantor pemerintah Surakarta. Untuk
mempermudah dalam mengelola website bisa dibentuk tim khusus yang
bertugas untuk mengelola website tersebut sehingga fungsi dari website
tersebut tidak terbengkalai.
iii. Mengacu pada analisis deskriptif tanggapan responden mengenai
dukungan organisasi terhadap niat untuk mendorong knowledge sharing,
karena pegawai mengharap lebih atas dukungan organisasi terhadap
budaya berbagi pengetahuan dan keahlian, sebaiknya sekretariat daerah
pemerintah kota Surakarta menyediakan sarana atau progam yang
memfasilitasi pegawai untuk saling bertukar pengetahuan dan
meningkatkan keahlian. Seperti dengan adanya pelatihan-pelatihan
hardskill dalam penggunaan teknologi informasi (kursus komputer).Serta
perrlu adanya fasilitas untuk mewadahi diskusi-diskusi kecil antar
pegawai sekretariat daerah pemerintah kota Surakarta mengingat
mayoritas pegawai menyukai knowledge sharing baik dengan orang
dalam ataupun orang luar. Misalnya dengan mengadakan diskusi
127
127
kontemporer yang diadakan di luar jam kerja atau bahkan bisa menjadi
agenda rutinan. Diskusi kontemporer adalah suatu bentuk diskusi yang
dikonsep sedemikian rupa sehingga proses transfer ilmu (knowledge
sharing) berjalan dua arah. Artinya, interaksi antara peserta dan
narasumber (jika dibutuhkan) sangat ditekankan disini. Penerapan
teknologi informasi juga bisa digunakan dalam bentuk diskusi
kontemporer dengan menggunakan wireless conection network.
Tujuannya agar peserta diskusi yang mungkin mengikuti alur diskusi
lewat media elektronik (jejaring sosial) tetap bisa berinteraksi. Tempat
dan situasi juga disusun sesantai mungkin, mengingat agar pendapat-
pendapat dari pegawai bisa muncul tanpa ada tekanan. Sehingga di dalam
diskusi tersebut paling tidak muncul ide-ide baru (inovasi) dari pendapat
yang keluar dari pemikiran para pegawai dalam memecahkan suatu
masalah. Hal ini juga akan menguntungkan pemerintah kota Surakarta
karena akan banyak pemecahan masalah yang terbentuk dari ide-ide
tersebut sehingga membantu dalam mengatasi masalah yang sedang
dihadapi. Intinya, pegawai diikutkan dalam pengambilan keputusan atas
suatu masalah.
128
128
DAFTAR PUSTAKA
Ahadiat, A. 2006. Sistem Informasi Strategik; Menunjang Strategic Agility dan Menuju Keunggulan Kompetitif. Makalah Seminar. UGM Yogyakarta
129
129
Bakos, Yannis. 1998. The Productivity Payoff of Computers. Science, pg. 52
Barua, A.; Kriebel, C.H., & Mukhopadhyay. 1995. Information Technologies and business Value : an analytical and empirical investigation. Information System Research, Vol 6. No.1
Brynjolfsson,E., & Yang, S., 1996. Information Technology and Productivity: A Review of the Literature. IT Sloan School of Management Massachusetts, Advances in Computers. Academic Press, Vol. 43
_____________; Hitt, L & ___________. 2002. Intangible Assets: Computers and Organizational Capital. MIT Sloan School of Management Massachusetts, Advances in Computers. Academic Press
Carr, N. 2003. IT Doesn’t Matter. Harvard Business Review. May 2003
Chin, W Wynne & Todd Peter.1991. On The use Usefullness,ease of use of structural equation Modeling in MIS Research : A note of Caution. Management Information System Quarterly, pg. 21(3)
Darroch and McNaughton. 2002. Knowledge Management. Majalah Inspire Juli 2009, pg 45
130
130
Davenport and Prusak. 1996. Knowledge Management. Majalah Inspire Juli 2009, pg.45
Davis, F. D. 1989. Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use, and User Acceptance of Information Technology. MIS Quarterly, 13(3), pp. 319-339.
Dedrick, J.; Gurbaxani, V. & Kraemer, K.L. 2002. Information Technology & Economic Performance; A Critical Review of The Empirical Evidence. Center of Reasearch on Information Technology and Organizations. University of California
Dyer, J. dan Nobeoka, K. 2000. Creating and Managing A High Performance Knowledge Sharing Network : The Toyota Case. Strategic Management Journal, Vol. 21 No. 3, pp.345-67
Fen Lin, Hsiu dan Guang Lee, Gwo. 2005. Effects of Socio-Technical Factors on Organizational Intention to Encourage Knowledge Sharing. Management Decision, Vol. 44 No. 1, 2006 pp. 74-88
Ferdinand, Augusty. 2002. Structural Equation Modeling Dalam Penelitian Manajemen. Semarang : BP UNDIP
Fullan, M. G. (1996). Turning systemic thinking on its head. Phi Delta Kappan, vol.77, pp. 420-423
Geppert, Mike & Ed Clark. 2003. Knowledge and Learning in Transnational Venture : an Actor-Centred Approach. Management Discussion, pg. 433
131
131
Ghozali, Imam. 2005. Model Persamaan Struktural : Konsep dan Aplikasi dengan Program AMOS Ver. 16.0. Semarang : BP UNDIP
____________. 2006. Analisis Multivariate Menggunakan SPSS 12.00. Semarang : BP UNDIP
____________& Fuad. 2005. Structural Equation Modelling dengan Progam Lisrel 8.5. Semarang : BP UNDIP
Hammel, G. 2006. The Why, What, and How of Management Inovation. Harvard Business Review. February 2006
Igbaria M,.1994 .An Examination of the factors contributing to Micro Computer technology acceptance . Journal of Information System. Elsiever Science, USA
_________, Zinatelli,et.al. 1997. Personal Computing Acceptance Factors in Small Firm: A Structural Equation Modelling . Management Information System Quarterly, 21(3)
Jogiyanto. 2003. Metodologi Penelitian Bisnis : Salah Kaprah dan Pengalaman – Pengalaman. Yogyakarta : BPFE
132
132
Jorgenson, W. 2004. Information Technology And The G7 Economies
Lumbatobing. 2009. Knowledge Management. Majalah Inspire Juli 2009, pg.45
Mahmood, M.A.& Mann, G.J. 2000. Impacts of Information Technology Investment on Organizational Performance. Journal of Management Information System, Vol 17. No.1
Majalah Inspire. 2009. Knowledge Manajemen. Juli 2009
Majalah Pelita. 2009. Teknologi Informasi dalam Bisnis. Jumat 03 Juli 2009
Malhotra, Y. 2005. Integrating Knowledge Management Technologies In Organizational Business Processes: Getting Real Time Enterprises To Deliver Real Business Performance. Journal of Knowledge Management , Vol. 9 No. 1
McDemmort, R & O’Dell. 2001. Overcoming Cultural Barriers to Sharing Knowledge. Journal of Knowledge Management. Kempston : 2001, Vol. 5, Iss. 1; pg. 76
Murray, E. Christine. 2009. Diffusion of Innovation Theory : A Bridge of Research Practise Gap of Counselling. Journal of Counselling and Development, pg. 108
133
133
Nonaka and Takeuchi. 1995. Knowlegde Management. Majalah Inspire Juli 2009, pg.47
Plomp, Tjeerd & Donald P. Ely. 1996. International Encyclopedia of Educational Technology. Elsevier Science Ltd
Repsol. 1997. Knowlegde Management. Majalah Inspire Juli 2009, pg.47
Rogers, E.M. 1995. Diffusion of Innovations. New York : Free Press
Russel, Ackoff. 1989. Knowledge Management. Majalah Inspire Juli 2009, pg 46
Sekaran, Uma. 2000. Research Methods For Business : A Skill Building Approach. John Willey & Sons, Inc
Simon, J. & Wardrop, S. 2002. Australian Use Of Information Technology And Its Contribution To Growth. Research Discussion Paper, Economic Research Department Reserve Bank of Australia
134
134
Sircar, S.; Turnbow, J.& Bordoloi, B. 2000. A Framework for Assesing the Relationship Between Information Technology Investments and Firm Performance. Journal of Management Information System, Vol 16. No.4
Solopos, 2009. Menyonsong Solo sebagai Cyber City. Sabtu 19 Desember 2009
Swanson, E. B., 1982. Measuring User Attitudes in MIS Research. A Review, Omega International of Journal of Management Science, Vol. 10, No. 2
Tjakraatmadja.J.H., dan D.C Lantu. 2006. Knowledge Management dalam Konteks Organisasi Pembelajar. Bandung : Penerbit SBM ITB
Thompson, R.L., Higgins, C.H. and Howell, J.M. 1991. Towards a Conceptual Model of Utilization, MIS Quarterly, vol. 15, pg. 125-143.
Wilkinson & Cerullo. 1997. Accounting information sistem : Essential concept and application third edition. Jhon Wiley and Sons. USA
136
136
Rotated Component Matrixa
.835
.557 .589
.543
.564
.767
.831
.831
.848
.760
.910
.904
.906
.782
.723
.726
TI1
TI2
TI3
TI4
RA1
RA2
RA3
RA4
CPB1
CPB2
CPB3
CPX1
CPX2
CPX3
KS1
KS2
KS3
1 2 3 4 5
Component
Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.
Rotation converged in 6 iterations.a.
137
137
Rotated Component Matrixa
.688
.639
.787
.776
.817
.834
.853
.556
.800
.922
.900
.912
.795
.758
.695
TI2
TI3
TI4
RA1
RA2
RA3
RA4
CPB1
CPB3
CPX1
CPX2
CPX3
KS1
KS2
KS3
1 2 3 4 5
Component
Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.
Rotation converged in 6 iterations.a.
****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******
_
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)
Item-total Statistics
Scale Scale Corrected
Mean Variance Item- Alpha
if Item if Item Total if Item
Deleted Deleted Correlation Deleted
138
138
TI2 5.9593 1.0229 .5128 .4980
TI3 6.0081 1.0573 .4655 .5604
TI4 6.1463 1.0276 .4244 .6195
Reliability Coefficients
N of Cases = 123.0 N of Items = 3
Alpha = .6557
****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******
_
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)
Item-total Statistics
Scale Scale Corrected
Mean Variance Item- Alpha
139
139
if Item if Item Total if Item
Deleted Deleted Correlation Deleted
RA1 9.9675 2.0809 .6283 .8591
RA2 10.0244 2.0568 .7258 .8175
RA3 10.0732 1.9536 .7519 .8060
RA4 10.0569 2.1033 .7407 .8131
Reliability Coefficients
N of Cases = 123.0 N of Items = 4
Alpha = .8621
****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******
_
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)
Item-total Statistics
Scale Scale Corrected
140
140
Mean Variance Item- Alpha
if Item if Item Total if Item
Deleted Deleted Correlation Deleted
CPB1 2.7805 .3039 .1951 .
CPB3 3.0650 .1925 .1951 .
Reliability Coefficients
N of Cases = 123.0 N of Items = 2
Alpha = .3195
****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******
_
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)
Item-total Statistics
141
141
Scale Scale Corrected
Mean Variance Item- Alpha
if Item if Item Total if Item
Deleted Deleted Correlation Deleted
CPX1 4.5691 1.7390 .8350 .8506
CPX2 4.5366 1.7589 .7944 .8826
CPX3 4.4878 1.5798 .8182 .8658
Reliability Coefficients
N of Cases = 123.0 N of Items = 3
Alpha = .9068
****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******
_
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)
142
142
Item-total Statistics
Scale Scale Corrected
Mean Variance Item- Alpha
if Item if Item Total if Item
Deleted Deleted Correlation Deleted
KS1 6.8618 .7594 .4953 .5072
KS2 7.0976 .7937 .4947 .5081
KS3 6.7561 .9400 .4002 .6324
Reliability Coefficients
N of Cases = 123.0 N of Items = 3
Alpha = .6514
143
143
Descriptive Statistics
123 2 4 3.27 .641 .411
123 2 4 3.10 .593 .351
123 2 4 3.05 .599 .358
123 2 4 2.91 .640 .410
123 2 4 3.41 .584 .342
123 2 4 3.35 .543 .295
123 2 4 3.30 .572 .327
123 2 4 3.32 .517 .267
123 2 4 3.07 .439 .192
123 1 4 3.08 .522 .272
123 1 4 2.78 .551 .304
123 1 4 2.23 .663 .440
123 1 4 2.26 .676 .456
123 1 4 2.31 .737 .543
123 2 4 3.50 .578 .334
123 2 4 3.26 .556 .309
123 2 4 3.60 .508 .258
123
TI1
TI2
TI3
TI4
RA1
RA2
RA3
RA4
CPB1
CPB2
CPB3
CPX1
CPX2
CPX3
KS1
KS2
KS3
Valid N (listwise)
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance
1 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4
2 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 2 2 2 3 3 4
3 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 2 2 2 4 3 4
4 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 4
5 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4
6 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 2 2 2 4 3 4
7 4 3 4 3 4 4 4 3 3 3 3 2 2 2 4 3 3
8 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 2 2 2 4 3 4
9 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 2 3 2 4 3 4
10 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 2 3 2 3 3 4
11 4 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 4 3 3
144
144
12 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 4 4 4
13 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 4 4 4
14 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 2 2 2 4 4 4
15 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 4 4 3
16 3 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3 1 3 2 4 3 4
17 3 3 4 2 3 3 3 4 4 3 3 2 2 2 4 3 3
18 4 3 3 3 4 4 4 4 3 4 3 2 2 2 4 4 4
19 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3
20 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 4
21 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 4
22 4 3 3 3 4 4 4 4 3 3 2 2 2 2 3 3 3
23 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 2 2 2 3 3 4
24 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 3 3 4
25 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 4
26 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2
27 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3
28 4 3 3 2 3 3 3 4 3 3 3 2 2 2 4 4 4
29 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 2 2 2 4 3 4
30 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3
31 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 2 2 4 3 3
32 2 2 3 3 3 4 4 4 3 3 2 2 2 3 3 3 3
33 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 4 4 4
34 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 4 3 4
35 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 1 1 1 3 3 4
36 4 3 3 3 4 4 4 4 3 4 1 2 2 2 4 4 4
37 4 3 3 3 4 4 4 4 3 4 1 2 2 2 4 4 4
38 2 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 4 4 4
145
145
39 2 2 3 4 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3
40 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 4 4 2 4
41 3 4 2 4 4 3 4 3 3 2 2 3 3 3 2 4 3
42 4 2 3 3 3 4 2 4 3 3 2 3 3 4 4 3 4
43 2 4 3 4 2 3 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4 3
44 4 3 2 2 4 3 3 3 4 2 3 3 4 3 4 3 3
45 3 3 3 4 2 3 2 3 4 3 3 3 2 4 4 3 4
46 4 3 3 3 3 4 4 4 4 3 2 2 2 2 4 4 4
47 4 2 2 4 3 2 2 3 3 3 2 3 3 2 4 3 3
48 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3
49 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 2 2 2 4 3 3
50 3 3 3 2 4 4 4 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3
51 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 4 3
52 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4
53 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
54 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 4 3 3
55 4 2 4 2 3 3 3 3 3 4 3 2 1 2 3 3 4
56 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4
57 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4
58 3 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 2 2 2 3 3 3
59 2 2 2 2 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 3 3 3
60 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 3 3 3
61 3 4 3 4 4 3 4 3 3 4 3 3 2 2 3 3 4
62 2 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 2 2 2 3 3 3
63 2 3 2 3 4 4 4 4 4 3 3 2 2 2 4 3 3
64 3 2 3 2 4 4 4 4 4 4 3 2 1 2 2 2 3
65 4 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 4 3 3
146
146
66 3 3 4 3 4 4 3 4 3 3 4 2 3 4 4 4 3
67 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 4 4 4
68 3 3 3 4 3 4 4 4 3 3 3 1 1 1 4 3 3
69 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 2 2 2 4 4 4
70 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 4
71 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 4
72 4 3 4 3 4 4 3 4 3 3 3 2 3 2 4 3 3
73 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 4 4 4
74 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 4
75 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3
76 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3
77 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3
78 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 1 1 1 4 4 4
79 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 2 2 2 3 4 3
80 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 2 4 4 4
81 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 4
82 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3
83 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 4
84 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4
85 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4
86 4 4 3 2 4 2 4 3 4 1 2 3 3 4 3 3 3
87 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3
88 4 4 3 2 4 3 3 4 3 3 3 2 2 2 3 3 4
89 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 2 3 2 4
90 3 3 2 2 4 4 3 3 3 2 2 3 3 3 4 4 4
91 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4
92 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 1 1 1 4 4 4
147
147
93 2 2 2 3 4 4 4 4 2 3 2 1 3 1 4 3 4
94 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4
95 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 4 4 4
96 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 4
97 4 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 2 2 2 4 3 4
98 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 1 1 1 4 4 4
99 2 3 4 3 4 4 4 4 4 3 2 2 2 2 3 3 3
100 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3
101 4 2 3 2 4 3 4 4 3 4 2 3 3 3 3 3 4
102 4 3 2 2 4 3 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3
103 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 2 2 2 3 3 4
104 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 4 3 4
105 4 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3
106 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 1 1 1 4 4 4
107 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 4
108 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 4 4
109 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4
110 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3
111 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 4 4 4
112 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3 2 2 2 4 3 3
113 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 4 4 4
114 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 2 2 2 2 4 3 4
115 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 4 3 3
116 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 2 2 2 4 3 4
117 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 4 4 4
118 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4
119 4 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3
148
148
120 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 2 1 1 4 4 4
121 4 4 4 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 4 2 3
122 3 3 2 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4
123 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 3 4 4 4
Total Effects (Group number 1 - Default model)
Technology Information
Complexity Compatibility Relative
Advantage Knowledge
Sharing
Complexity -.165 .000 .000 .000 .000
Compatibility .713 .000 .000 .000 .000
Relative Advantage
.668 .000 .000 .000 .000
Knowledge Sharing
.478 .034 .640 .041 .000
KS3 .350 .025 .469 .030 .733
KS2 .491 .035 .658 .042 1.028
KS1 .478 .034 .640 .041 1.000
CPX3 -.187 1.128 .000 .000 .000
CPX2 -.151 .912 .000 .000 .000
CPX1 -.165 1.000 .000 .000 .000
CPB3 .556 .000 .781 .000 .000
CPB1 .713 .000 1.000 .000 .000
TI2 1.326 .000 .000 .000 .000
TI3 1.317 .000 .000 .000 .000
TI4 1.000 .000 .000 .000 .000
RA4 .671 .000 .000 1.005 .000
149
149
Technology Information
Complexity Compatibility Relative
Advantage Knowledge
Sharing
RA3 .848 .000 .000 1.271 .000
RA2 .791 .000 .000 1.185 .000
RA1 .668 .000 .000 1.000 .000
Standardized Total Effects (Group number 1 - Default model)
Technology Information
Complexity Compatibility Relative
Advantage Knowledge
Sharing
Complexity -.089 .000 .000 .000 .000
Compatibility .932 .000 .000 .000 .000
Relative Advantage
.546 .000 .000 .000 .000
Knowledge Sharing
.394 .052 .404 .041 .000
KS3 .218 .029 .224 .023 .554
KS2 .285 .038 .292 .030 .722
KS1 .258 .034 .265 .027 .655
CPX3 -.083 .924 .000 .000 .000
CPX2 -.073 .817 .000 .000 .000
CPX1 -.081 .905 .000 .000 .000
CPB3 .330 .000 .354 .000 .000
CPB1 .524 .000 .563 .000 .000
TI2 .710 .000 .000 .000 .000
TI3 .690 .000 .000 .000 .000
TI4 .499 .000 .000 .000 .000
150
150
Technology Information
Complexity Compatibility Relative
Advantage Knowledge
Sharing
RA4 .422 .000 .000 .774 .000
RA3 .480 .000 .000 .880 .000
RA2 .462 .000 .000 .847 .000
RA1 .380 .000 .000 .696 .000
Direct Effects (Group number 1 - Default model)
Technology Information
Complexity Compatibility Relative
Advantage Knowledge
Sharing
Complexity -.165 .000 .000 .000 .000
Compatibility .713 .000 .000 .000 .000
Relative Advantage
.668 .000 .000 .000 .000
Knowledge Sharing
.000 .034 .640 .041 .000
KS3 .000 .000 .000 .000 .733
KS2 .000 .000 .000 .000 1.028
KS1 .000 .000 .000 .000 1.000
CPX3 .000 1.128 .000 .000 .000
CPX2 .000 .912 .000 .000 .000
CPX1 .000 1.000 .000 .000 .000
CPB3 .000 .000 .781 .000 .000
CPB1 .000 .000 1.000 .000 .000
TI2 1.326 .000 .000 .000 .000
TI3 1.317 .000 .000 .000 .000
TI4 1.000 .000 .000 .000 .000
151
151
Technology Information
Complexity Compatibility Relative
Advantage Knowledge
Sharing
RA4 .000 .000 .000 1.005 .000
RA3 .000 .000 .000 1.271 .000
RA2 .000 .000 .000 1.185 .000
RA1 .000 .000 .000 1.000 .000
Standardized Direct Effects (Group number 1 - Default model)
Technology Information
Complexity Compatibility Relative
Advantage Knowledge
Sharing
Complexity -.089 .000 .000 .000 .000
Compatibility .932 .000 .000 .000 .000
Relative Advantage
.546 .000 .000 .000 .000
Knowledge Sharing
.000 .052 .404 .041 .000
KS3 .000 .000 .000 .000 .554
KS2 .000 .000 .000 .000 .722
KS1 .000 .000 .000 .000 .655
CPX3 .000 .924 .000 .000 .000
CPX2 .000 .817 .000 .000 .000
CPX1 .000 .905 .000 .000 .000
CPB3 .000 .000 .354 .000 .000
CPB1 .000 .000 .563 .000 .000
TI2 .710 .000 .000 .000 .000
TI3 .690 .000 .000 .000 .000
152
152
Technology Information
Complexity Compatibility Relative
Advantage Knowledge
Sharing
TI4 .499 .000 .000 .000 .000
RA4 .000 .000 .000 .774 .000
RA3 .000 .000 .000 .880 .000
RA2 .000 .000 .000 .847 .000
RA1 .000 .000 .000 .696 .000
Indirect Effects (Group number 1 - Default model)
Technology Information
Complexity Compatibility Relative
Advantage Knowledge
Sharing
Complexity .000 .000 .000 .000 .000
Compatibility .000 .000 .000 .000 .000
Relative Advantage
.000 .000 .000 .000 .000
Knowledge Sharing
.478 .000 .000 .000 .000
KS3 .350 .025 .469 .030 .000
KS2 .491 .035 .658 .042 .000
KS1 .478 .034 .640 .041 .000
CPX3 -.187 .000 .000 .000 .000
CPX2 -.151 .000 .000 .000 .000
CPX1 -.165 .000 .000 .000 .000
CPB3 .556 .000 .000 .000 .000
CPB1 .713 .000 .000 .000 .000
TI2 .000 .000 .000 .000 .000
TI3 .000 .000 .000 .000 .000
153
153
Technology Information
Complexity Compatibility Relative
Advantage Knowledge
Sharing
TI4 .000 .000 .000 .000 .000
RA4 .671 .000 .000 .000 .000
RA3 .848 .000 .000 .000 .000
RA2 .791 .000 .000 .000 .000
RA1 .668 .000 .000 .000 .000
Standardized Indirect Effects (Group number 1 - Default model)
Technology Information
Complexity Compatibility Relative
Advantage Knowledge
Sharing
Complexity .000 .000 .000 .000 .000
Compatibility .000 .000 .000 .000 .000
Relative Advantage
.000 .000 .000 .000 .000
Knowledge Sharing
.394 .000 .000 .000 .000
KS3 .218 .029 .224 .023 .000
KS2 .285 .038 .292 .030 .000
KS1 .258 .034 .265 .027 .000
CPX3 -.083 .000 .000 .000 .000
CPX2 -.073 .000 .000 .000 .000
CPX1 -.081 .000 .000 .000 .000
CPB3 .330 .000 .000 .000 .000
CPB1 .524 .000 .000 .000 .000
TI2 .000 .000 .000 .000 .000
TI3 .000 .000 .000 .000 .000
154
154
Technology Information
Complexity Compatibility Relative
Advantage Knowledge
Sharing
TI4 .000 .000 .000 .000 .000
RA4 .422 .000 .000 .000 .000
RA3 .480 .000 .000 .000 .000
RA2 .462 .000 .000 .000 .000
RA1 .380 .000 .000 .000 .000
Analysis Summary
Date and Time
Date: Sunday, April 04, 2010
Time: 1:03:50 PM
Title
model modifie: Sunday, April 04, 2010 01:03 PM
Notes for Group (Group number 1)
The model is recursive.
Sample size = 119
Your model contains the following variables (Group number 1)
Observed, endogenous variables
RA1
RA2
RA3
RA4
TI4
TI3
155
155
TI2
CPB1
CPB3
CPX1
CPX2
CPX3
KS1
KS2
KS3
Unobserved, endogenous variables
Relative Advantage
Compatibility
Complexity
Knowledge Sharing
Unobserved, exogenous variables
e5
e6
e7
e8
Technology Information
e4
e3
e2
e9
e11
156
156
e12
e13
e14
e15
e16
e17
z4
z3
z2
z1
Parameter summary (Group number 1)
Weights Covariances Variances Means Intercepts Total
Fixed 24 0 0 0 0 24
Labeled 0 0 0 0 0 0
Unlabeled 16 0 20 0 0 36
Total 40 0 20 0 0 60
Assessment of normality (Group number 1)
Variable min max skew c.r. kurtosis c.r.
KS3 2.000 4.000 -.662 -2.949 -1.090 -2.426
KS2 2.000 4.000 .085 .377 -.409 -.910
KS1 2.000 4.000 -.669 -2.981 -.538 -1.197
CPX3 1.000 4.000 .676 3.008 .484 1.078
CPX2 1.000 4.000 .450 2.006 .466 1.037
157
157
Variable min max skew c.r. kurtosis c.r.
CPX1 1.000 4.000 .737 3.281 1.088 2.423
CPB3 1.000 4.000 -.840 -3.739 1.109 2.469
CPB1 2.000 4.000 .292 1.299 2.339 5.209
TI2 2.000 4.000 -.008 -.035 -.096 -.214
TI3 2.000 4.000 -.016 -.070 -.230 -.513
TI4 2.000 4.000 .066 .294 -.504 -1.122
RA4 2.000 4.000 .335 1.492 -.984 -2.192
RA3 2.000 4.000 -.047 -.209 -.597 -1.330
RA2 2.000 4.000 .063 .279 -.965 -2.148
RA1 2.000 4.000 -.264 -1.178 -.889 -1.979
Multivariate 44.882 10.840
Observations farthest from the centroid (Mahalanobis distance) (Group number 1)
Observation number Mahalanobis d-squared p1 p2
42 37.327 .001 .126
41 36.931 .001 .011
46 35.338 .002 .002
89 34.895 .003 .000
44 32.457 .006 .001
40 31.814 .007 .000
43 31.762 .007 .000
63 31.119 .008 .000
55 30.960 .009 .000
158
158
Observation number Mahalanobis d-squared p1 p2
98 28.974 .016 .000
16 25.910 .039 .007
39 25.369 .045 .008
117 25.142 .048 .005
26 24.617 .055 .006
38 24.541 .056 .003
85 24.394 .059 .002
54 24.394 .059 .001
97 24.017 .065 .001
23 23.986 .065 .000
70 23.445 .075 .001
86 23.418 .076 .000
17 22.162 .104 .005
5 21.938 .109 .005
32 21.919 .110 .002
60 21.334 .126 .007
119 20.509 .153 .037
9 20.237 .163 .043
76 20.173 .165 .031
64 20.164 .166 .019
72 20.156 .166 .011
118 19.942 .174 .012