hubungan cultural knowledge capability, human knowledge capability, knowledge sharing behavior...
DESCRIPTION
1I. A. Latar Belakang MasalahPENDAHULUANBanyak para pakar atau ahli manajemen yang menyatakan bahwa inovasi merupakan salah satu jaminan untuk perusahaan atau organisasi dalam meningkatkan daya saingnya. Pernyataan tersebut banyak didukung dengan hasil penelitian atau bukti empiris. Berbagai indikator menunjukkan bahwa ketertinggalan dalam hal inovasi atau faktor terkaitnya lainnya bisa menyebabkan sebuah negara relatif tertinggal perkembangan ekonomi dan kesejahteraan rakyatnya. Tetapi baTRANSCRIPT
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Banyak para pakar atau ahli manajemen yang menyatakan bahwa inovasi
merupakan salah satu jaminan untuk perusahaan atau organisasi dalam
meningkatkan daya saingnya. Pernyataan tersebut banyak didukung dengan hasil
penelitian atau bukti empiris. Berbagai indikator menunjukkan bahwa ketertinggalan
dalam hal inovasi atau faktor terkaitnya lainnya bisa menyebabkan sebuah negara
relatif tertinggal perkembangan ekonomi dan kesejahteraan rakyatnya. Tetapi
bagaimana menyikapi dan mengantisipasi ketertinggalan tersebut melalui sebuah
inovasi bukanlah suatu jawaban yang sederhana dan mudah (Hermana, 2010).
Pengembangan inovasi sudah mulai merambah ke segala bidang, salah satunya
adalah bidang kesehatan. Hal tersebut dilakukan karena kesehatan merupakan satu
hal yang sangat penting dan sangat mempengaruhi produktifitas penduduk . Oleh
karena itu, dapat dipastikan bahwa seluruh penduduk/masyarakat mendambakan
supaya selalu hidup sehat. Harapan masyarakat ini dimaklumi oleh seluruh pejabat
pemerintah, dan pemerintah pun berkeinginan untuk memenuhinya. Akan tetapi
disaat pemerintah membicarakan pendanaan program kesehatan yang diluncurkan
untuk masyarakat ternyata niat untuk memenuhi kebutuhan dana tersebut mengalami
kesulitan dan hanya muncul beberapa prosen saja dari usulan yang ditargetkan.
Kondisi ini berlangsung begitu lama, bertahun-tahun bahkan tidak jarang prioritas
diberikan kepada program/ proyek yang tidak jelas perannya dalam meningkatkan
produktifitas masyarakat. Yang lebih parah adalah dimana pemerintah memang
konsisten untuk memenuhi kebutuhan itu, namun karena kondisi keuangan yang
memang sangat kurang dan dihadapkan dengan berbagai kebutuhan yang ternyata
2
sama-sama sangat penting, maka munculah angka-angka yang sangat tidak
memenuhi untuk pelaksanaan program unggulan seperti program kesehatan tersebut.
Dalam kondisi serba kekurangan ini, maka diperlukan inovasi atau kiat yang dirasa
mampu membawa masyarakat ke kondisi kesehatan yang lebih baik (Sudarsaana,
2010).
Pada tataran daerah, hal tersebut bukan hanya menjadi tanggungjawab jawab
pemerintah daerah saja, akan tetapi juga menjadi tanggung jawab pihak penyedia
layanan kesehatan di daerah seperti PUSKESMAS dan RSU untuk menyediakan
layanan kesehatan yang berkualitas dengan biaya yang terjangkau. Sehinggga
dengan demikian penyedia layanan kesehatan perlu melakukan pengembangan
inovasi baik pada level organisasi maupun individu.
Saat ini badan layanan kesehatan sudah mulai mengembangkan inovasi yang
bertujuan untuk meningkatkan harapan hidup, kualitas hidup, diagnostik dan pilihan
pengobatan, serta efisiensi dan efektifitas biaya kesehatan. Meskipun secara teoritis
tentang seni dan inovasi ilmu kesehatan masih terbatas (Omachonu & Einspruch,
2010).
Kemampuan individu khususnya dalam inovasi (individual innovation
capability) merupakan hal yang sangat penting dalam mewujudkan tercapainya
efesiensi dan efektifitas pelayanan kesehatan. Individual innovation capability
memiliki banyak faktor pendorong salah satu faktor pendorong yang menjadi fokus
penelitian ini yaitu knowledge sharing behavior (Aulawi et al, 2009).
Knowlege Sharing (KS) memberikan kesempatan kepada anggota suatu
kelompok, organisasi, instansi atau perusahaan untuk berbagi ilmu pengetahuan,
teknik, pengalaman dan ide yang mereka miliki kepada anggota lainnya. KS
berperan dalam meningkatkan individual innovation capability, karena KS dapat
3
memfasilitasi para individu untuk melakukan re-used dan regenerasi knowledge
yang ada di dalam organisasinya, sehingga pada akhirnya kemampuan inovasi
individu di organisasi tersebut akan meningkat (Aulawi et al, 2009).
Menurut Lee & Sulaiman dalam Yang & Chen (2005), faktor-faktor yang
mempengaruhi KS dikategorikan menjadi tiga dimensi (tingkat organisasi, tingkat
individu, tingkat pengetahuan). Pada dimensi tingkat organisasi ini memiliki empat
sub-dimensi pada tingkat organisasi didasarkan pada pandangan sosio-teknis.
Pandangan sosio-teknis adalah metode untuk mempertimbangkan keterkaitan
organisasi dengan subsistem sosial dan teknologi. Dari ketiga dimensi tersebut,
penulis hanya fokus pada satu dimensi yang diteliti yaitu pada dimensi tingkat
organisasi, dimensi ini sendiri terdiri dari emapat sub-dimensi (culture, structure,
people, dan technology). Kemudian dari empat sub-dimensi yang ada dipilih dua
sub-dimensi yang akan diidentifikasi yaitu sub-dimensi culture dan people yang
biasa dikenal dengan istilah cultural knowledge capability dan human knowledge
capability (Yang & Chen, 2005).
Berdasarkan pemaparan di atas dapat diketahui bahwa pengembangan
individual innovation capability pada penyedia jasa layanan kesehatan sangat
penting untuk dilakukan. Sementara terdapat beberapa faktor yang memiliki
pengaruh terhadap individual innovation capability yaitu knowledge sharing
behavior, cultural knowledge capability, dan human knowledge capability.
Penelitian ini sendiri berjudul "HUBUNGAN CULTURAL KNOWLEDGE
CAPABILITY, HUMAN KNOWLEDGE CAPABILITY, KNOWLEDGE SHARING
BEHAVIOR DENGAN INDIVIDUAL INNOVATION CAPABILITY.”
4
B. Perumusan Masalah
1. Apakah Cultural Knowledge Capability memiliki pengaruh terhadap Knowledge
Sharing Behavior ?
2. Apakah Human Knowledge Capability memiliki pengaruh terhadap Knowledge
Sharing Behavior?
3. Apakah Knowledge Sharing Behavior memiliki pengaruh terhadap Individual
Innovation Capability?
4. Apakah terdapat perbedaan Individual Innovation Capability pada rumah sakit
pemerintah dengan rumah sakit swasta?
C. Tujuan Penelitian
1. Menganalisis pengaruh Cultural Knowledge Sharing Capability terhadap
Knowledge Sharing Behavior .
2. Menganalisis pengaruh Human Knowledge Sharing Capability terhadap
Knowledge Sharing Behavior.
3. Menganalisis pengaruh Knowledge Sharing Behavior terhadap Individual
Innovation Capability.
4. Menganalisa perbedaan Individual Innovation Capability pada rumah sakit
pemerintah dengan rumah sakit swasta.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Sebagai masukan bagi instansi terkait agar bisa mencapai efektifitas
Knowledge Sharing Behavior dan Individual Innovation Capability sehingga
dapat berpengaruh terhadap peningkatkan nilai dalam mencapai tujuan
organisasi.
5
2. Manfaat Praktis
Sebagai tambahan bagi disiplin ilmu pengetahuan khususnya tentang
berbagi pengetahuan dan kemampuan inovasi individu.
E. Hipotesis
H1 : Cultural Knowledge Capability memiliki pengaruh positif terhadap
Knowledge Sharing Behavior.
H2 : Human Knowledge Capability memiliki pengaruh positif terhadap
Knowledge Sharing Behavior.
H3 : Knowledge Sharing Behavior memiliki pengaruh positif terhadap Individual
Innovation Behavior.
H4 : Terdapat perbedaaan Individual Innovation Capability antara rumah sakit
pemerintah dengan rumah sakit swasta.
F. Perumusan Model Penelitian
Gambar. 1 Model Penelitian
Cultural Knowledge Capabilty
Human Knowledge Capabilty
Individual Innovation Capability
Knowledge Sharing Behavior
H1
H2
H3
Cultural Knowledge Capabilty
Human Knowledge Capabilty
Individual Innovation Capability
Knowledge Sharing Behavior
Status Rumah SakitH4
6
II. METODE PENELITIAN DAN TEKNIK ANALIS DATA
A. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan ini adalah kausal konfirmatori yang bersifat
kuantitatif.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada RSU Eks-Kotatif Purwokerto.
3. Subyek Penelitian
Yang menjadi subjek penelitian ini adalah para perawat yang bekerja di RSU se-
Eks Kotatif Purwokerto.
4. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah perawat yang bekerja di RSU se-Eks Kotatif
Purwokerto.
5. Sampel
Metode pengambilan sampel untuk penelitian ini sendiri menggunakan metode
purposive sampling dengan menggunakan kriteria perawat yang sudah bekerja
minimal 1 tahun.
B. Teknik Analisis Data
1. Definisi Konseptual dan Operasional
a) Individual Innovation Capability
Definisi Konseptual :
Individual innovation capability didefinisikan sebagai kemampuan individu
dalam menghasilkan produk baru (baik berupa jasa/barang) dan proses baru
7
(yang lebih efektif dan efisien) yang berguna bagi kemajuan organisasi.
(Aulawi et al, 2009)
Definisi Operasional :
Individual innovation capability didefinisikan sebagai kemampuan perawat
sebagai individu dalam mengahasilkan variasi jenis layanan baru dan kempuan
melakukan modifikasi proses untuk menghasilkan pelayanan yang lebih
efektif dan efisien.
Indikator :
Metode baru
Teknik kerja baru
Informasi baru
Target baru
Ide pengembangan
layanan
Aplikasi ide baru
Layanan baru
b) Knowledge Sharing Behavior
Definisi Konseptual :
Tingkatan aktivitas berbagi pengetahuan diantara internal anggota organisasi,
maupun dengan orang lain di luar anggota organisasi (Yang & Chen, 2005).
Definisi Operasional :
Tingkatan aktivitas berbagi pengetahuan diantara internal anggota organisasi,
maupun dengan orang lain di luar anggota organisasi (Yang & Chen, 2005).
Indikator :
Tacit KS behavior (aktivitas pertukaran gagasan/pengalaman dan keahlian
yang dilakukan seseorang dengan rekan kerjanya).
Explicit KS behavior (aktivitas pertukaran dokumen, laporan dan prosedur
kerja yang dilakukan oleh seseorang dengan rekan kerjanya).
8
c) Cultural Knowledge Capability
Definisi Konseptual :
Kemampuan organisasi dalam mengembangkan suasana kolaborasi,
komunikasi, dan interaksi sebagai sarana transfer pengetahuan (Yang & Chen,
2005).
Definisi Operasional :
Cultural knowledge capability didefinisikan sebagai kemampuan rumah sakit
dalam mengembangkan suasana kolaborasi, komunikasi, dan interaksi sebagai
sarana transfer pengetahuan di antara pegawai rumah sakit.
Indikator :
budaya berbagi (sharing) dalam organisasi
budaya kerjasama dan kolaborasi
budaya belajar (learning) dalam organisasi
d) Human Knowledge Capability
Definisi Konseptual :
Kemampuan individu dalam melakukan pertukaran pengetahuan dengan
anggota lain (Yang & Chen, 2005).
Definisi Operasional :
Kemampuan setiap pegawai rumah sakit dalam melakukan pertukaran
pengetahuan dengan pihak yang berkaitan dengan pekerjaannya.
Indikator :
Kekakuan hubungan (arduous relationship)
Pemahaman bersama (shared understanding)
Interaksi sosial (soscial interaction)
2. Skala Pengukuran
9
Dalam Penelitian ini, digunakan pertanyaan tertutup dengan rentang skala
penilaian, yaitu:
Sangat Tidak Setuju : 1 Tidak Setuju : 2 Agak Tidak Setuju : 3 Netral : 4 Agak Setuju : 5 Setuju : 6 Sangat Setuju : 7
3. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur kesahan atau validitas suatu kuesioner.
Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu
mengungkapkan hal yang diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2008). Uji
validitas dilakukan terkait dengan validitas konvergen dan validitas diskriminan.
4. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan tingkat stabilitas, akurasi dan konsistensi dari suatu alat
ukur/instrumen (Cooper dan Schindler, 2006). Suatu kuesioner dikatakan reliabel
jika jawaban responden terhadap item pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari
waktu ke waktu. Perbedaannya dengan validitas adalah bahwa reliabilitas tidak
terkait dengan apa yang harus diukur tetapi bagaimana suatu konstruk diukur
(Hair et al.,2006 dalam Ghozali, 2008).
5. Alat Analis
Hipotesis-hipotesis dalam penelitian ini akan diuji dengan menggunakan metode
SEM dengan alat analisis PLS (Partial Least Square). PLS merupakan analisis
SEM menggunakan basis variance. Sebagai alternatif pendekatan, PLS mampu
memberikan keunggulan yang mengatasi kelemahan pendekatan SEM berbasis
covariance.
10
III. RINGKASAN HASIL PENELITIAN
A. Uji Validitas
a) Convergent Validity
Convergent validity digunakan untuk mengetahui validitas setiap
hubungan antara indikator dengan konstruk (variabel) latennya.
Pengembangan skala pengukuran jika nilai loading antara 0,5 sampai 0,6
dianggap cukup (Chin dalam Ghozali, 2008).
Gambar 2. Outer Loading setelah Reestimate (Alogarithm)
Berdasarkan kriteria ini, indikator yang loadingnya kurang dari 0,500 di
drop yaitu KS 6 dari analisis dan dilakukan reestimate karena nilainya hanya
0,497 . Selanjutnya diperoleh model yang indikator – indikatornya mempunyai
nilai loading di atas 0,500. Gambar 2 memperlihatkan nilai outer loading
akhir untuk setiap indikator setelah dilakukan reestimate.
b) Discriminant Validity
11
Jika korelasi konstruk dengan item pengukuran lebih besar daripada
ukuran konstruk lainnya, maka hal tersebut menunjukkan bahwa konstruk
laten (indikator/items) memprediksi ukuran pada blok mereka lebih baik
daripada ukuran pada blok lainnya (Ghozali, 2008).
Pada Tabel 9 terlihat semua loading korelasi antara masing-masing
variabel lebih besar daripada loading korelasi dengan variabel lainnya. Hal ini
menunjukkan konstruk laten mampu memprediksi ukuran pada blok mereka
lebih baik daripada ukuran pada blok lainnya.
c) Nilai square root of average variance extracted (Akar Kuadrat AVE)
Nilai akar kuadrat AVE lebih besar daripada AVE tampak pada Tabel
10. Korelasi antar konstruk dapat dilihat pada Tabel 11 menunjukan bahwa
masing-masing nilai akar kuadrat AVE tersebut lebih besar dibandingkan
dengan korelasi antar konstruk lainnya, sehingga dapat dikatakan bahwa
seluruh konstruk laten memiliki discriminant validity yang baik.
B. Uji Reliabilitas
Menurut Chin dalam Ghozali (2008), suatu indikator dikatakan mempunyai
reliabilitas yang baik jika nilai composite reliability lebih besar dari 0,70 dan
sedangkan menurut Nunnaly (1967) seperti yang dikutip Ghozali (2008) konstruk
dikatakan reliabel jikan cronbach’s alpha lebih besar dari 0,60. Semakin besar
nilai cronbach’s alpha (mendekati angka satu), maka instrumen penelitian
tersebut makin reliabel. Berdasarkan Tabel 12 lampiran, kosntruk yang dibangun
menujukkan akurasi dan ketepatan dari pengukurannya atau reliabel.
C. Pengujian Model Struktural (Googness-of-fit)
Pengujian terhadap model struktural dilakukan dengan melihat nilai R-square
yang merupakan uji goodness-fit model. Berdasarkan Tabel 13 model pengaruh
12
Cultural Knowledge Capabilty (CKC) dan Human Knowledge Capability (HKC)
terhadap Knowledge Sharing Behavior (KSB) memberikan nilai R-square sebesar
0,497988 yang dapat diinterpretasikan bahwa variabilitas KSB dapat dijelaskan
oleh variabilitas CKC & HKC sebesar 49,8 % sedangkan 50,2 % dijelaskan oleh
variabel lain di luar yang di teliti. Model pengaruh KSB terhadap Individual
Innovation Capability (IIC) memberikan nilai R-square sebesar 0,294881 yang
dapat diinterpretasikan bahwa variabilitas kontruk IIC yang dapat dijelaskan oleh
variabilitas konstruk KSB sebesar 29,5 % sedangkan 70,5 % dijelaskan oleh
variabel lain di luar yang di teliti.
D. Pengujian Hipotesis
Hipotesis 1: Cultural Knowledge Capability memiliki pengaruh positif
terhadap Knowledge Sharing Behavior.
Tabel 14 menunjukkan bahwa nilai original sample dari variabel (CKC) →
(KSB) sebesar 0,476685 yang menunjukkan bahwa hubungan antara CKC
dengan KSB berbanding lurus dan bernilai positif. Nilai T statistik sebesar
4,677248 (lebih besar dari T tabel = 1,65833) menunjukkan bahwa hubungan
antara keduanya adalah signifikan. Dengan demikian H1 yang menyatakan bahwa
Cultural Knowledge Capability memiliki pengaruh positif terhadap Knowledge
Sharing Behavior diterima.
Hipotesis 2: Human Knowledge Capability memiliki pengaruh positif
terhadap Knowledge Sharing Behavior.
Tabel 14 menunjukkan bahwa nilai original sample dari variabel (HKC) →
(KSB) sebesar 0,293446 yang menunjukkan bahwa hubungan antara HKC
dengan KSB berbanding lurus dan bernilai positif. Nilai T statistik sebesar
2,801188 (lebih besar T tabel = dari 1,65833) menunjukkan bahwa hubungan
13
antara keduanya adalah signifikan. Dengan demikian H2 yang menyatakan bahwa
Human Knowledge Capability memiliki pengaruh positif terhadap Knowledge
Sharing Behavior diterima.
Hipotesis 3: Knowledge Sharing Behavior memiliki pengaruh positif
terhadap Individual Innovation Capability.
Tabel 14 menunjukkan bahwa nilai original sample dari variabel (KSB) → (IIC)
sebesar 0,522024 yang menunjukkan bahwa hubungan antara KSB dengan IIC
berbanding lurus dan bernilai positif. Nilai T statistik sebesar 8,195094 (lebih
besar dari T tabel = 1,65833) menunjukkan bahwa hubungan antara keduanya
adalah signifikan. Dengan demikian H3 yang menyatakan bahwa Knowledge
Sharing Behavior memiliki pengaruh positif terhadap Individual Innovation
Capability diterima.
Hipotesis 4: Terdapat perbedaan Individual Innovation Capability antara
rumah sakit pemerintah dengan rumah sakit swasta.
Tabel 15 menunjukan bahwa nilai original sample dari varibel (SRS) → (IIC)
sebesar 0,209563 yang menunjukkan bahwa hubungan antara SRS dengan IIC
berbanding lurus dan bernilai positif. Nilai T statistik sebesar 2,688236 (lebih
besar dari T tabel = 1,65833) menunjukkan bahwa hubungan antara keduanya
adalah signifikan.
Tabel 16 menunjukan bahwa nilai original sample dari variabel Status Rumah
Sakit Pemerintah (PEM) → (IIC) sebesar 0,391162 yang menunjukkan bahwa
hubungan antara Status Rumah Sakit Pemerintah dengan IIC berbanding lurus
dan bernilai positif. Nilai T statistik sebesar 4,863654 (lebih besar dari T tabel =
1,66320) menunjukkan bahwa hubungan antara keduanya adalah signifikan.
14
Tabel 17 menunjukan bahwa nilai original sample dari variabel Status Rumah
Sakit Swasta (SWAS) → (IIC) sebesar 0,362509 yang menunjukkan bahwa
hubungan antara SWAS dengan IIC berbanding lurus dan bernilai positif. Nilai T
statistik sebesar 6,099889 (lebih besar dari T tabel = 1,69726) menunjukkan
bahwa hubungan antara keduanya adalah signifikan.
Berdasarkan uraian di atas, rumah sakit pemerintah dan swasta sama-sama
menunjukan pengaruh yang signifikan positf terhadap variabel individual
inovation capability. Akan tetapi nilai sample mean berbeda yaitu nilai sample
mean pada rumah sakit pemerintah sebesar 0,399959 sedangkan pada rumah sakit
swasta sebesar 0,38129 bisa dilihat pada lampiran 1 Tabel 16 dan 17. Data ini
menunjukan nilai individual inovation capability pada rumah sakit pemerintah
lebih besar dibandingkan rumah sakit swasta. Dengan demikian H4 yang
menyatakan bahwa terdapat perbedaaan Individual Innovation Capability antara
rumah sakit pemerintah dengan rumah sakit swasta diterima.
E. Keterbatasan Penelitian
Dalam setiap penelitian, tidak akan terlepas dari suatu kelemahan dan
keterbatasan. Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, antara lain:
a. Penelitian ini belum mampu mencakup delapan rumah sakit umum yang ada
di wilyah Eks-Kotatif Purwokerto sesuai dengan penetuan awal mengenai
cakupan wilayah penelitian.
b. Penelitian ini mengunakan metode purposive sampling (non-parametri)
sehingga masing-masing anggota populasi tidak memiliki kesempatan yang
sama untuk menjadi responden.
15
c. Adanya kemungkinan terjadinya efek Common method bias, yaitu bias yang
terjadi karena responden menilai sendiri untuk setiap item pertanyaan (self
report). Hal tersebut dimungkinkan terjadi karena tingkat subjektifitas sangat
responden tinggi untuk menilai Cultural Knowledge Capability, Human
Knowledge Capability, Knowledge Sharing Behavior, serta Individual
Innovation Capability.
IV. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
1. Terdapat pengaruh positif cultural knowledge capability terhadap knowledge
sharing behavior pada perawat di RSU Eks-Kotatif Purwokerto.
2. Terdapat pengaruh positif human knowledge capability terhadap knowledge
sharing behavior pada perawat di RSU Eks-Kotatif Purwokerto.
3. Terdapat pengaruh positif knowledge sharing behavior terhadap individual
innovation capability pada perawat di RSU Eks-Kotatif Purwokerto.
4. Terdapat perbedaan individual innovation capability pada rumah sakit pemerintah
dan rumah sakit swasta di RSU Eks-Kotatif Purwokerto.
B. Impikasi
1. Pengaruh cultural knowledge capability dan human knowledge capability dinilai
masih rendah, sehingga rumah sakit perlu melakukan usaha-usaha untuk
mengoptimalkannya. Karena dua hal tersebut merupakan faktor penting dalam
meningkatkan knowledge sharing behavior di antara perawat untuk menunjang
kualitas pelayanan yang diberikan kepada pasien.
2. Pihak rumah sakit perlu menyusun program-program serta menyediakan sarana
dan prasarana untuk meningkatkan knowledge sharing behavior diantara perawat,
agar berbagai macam knowledge yang dimiliki oleh setiap perawat dapat
16
dimanfaatkan dengan baik dan diintegrasikan melalui proses manajemen
pengetahuan yang rapih.
3. Untuk mencapai salah satu tujuan rumah sakit secara umum seperti yang
tercantum dalam UU Nomor 44 Tahun 2009 yaitu tercapainya pelayanan yang
lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat maka individual innovation
capability merupakan hal yang penting untuk terus ditingkatkan. Karena dengan
kemampuan berinovasi dikalangan tenaga kesehatan, maka rumah sakit akan lebih
mengefisienkan proses yang ada (melalui inovasi proses) dan terus menerus
melakukan perbaikan jasa layanan kesehatan yang diberikan (melalui inovasi
produk/layanan jasa) sehingga mampu menghasilkan bentuk pelayanan kesehatan
yang bermutu dan terjangkau bagi masyarakat.
17
DAFTAR PUSTAKA
Aulawi, et al.2009."Knowledge Sharing Behavior, Antecedent and Their Impact on the Individual Innovation Capability".Journal of Applied Sciences Research.INSInet Publication.
Aulawi, et al.2009."Hubungan Knowledge Sharing Behavior dan Individual Innovation Capability".Jurnal Teknik Industri (pp.174-187).
Cooper, R.D., dan Emory, W.C., Metode Penelitian Bisnis. 1996. Edisi Kelima. Erlangga. Jakarta.
Gozali, Imam.2006.Structural equation modeling:Metode Alternatif dengan Partial Least Square (PLS).Badan Penerbit Universitas Diponegoro.Semarang
Hermana, Budi.2006.”Mendorong Daya Saing di Era Informasi dan Globalisasi: Pemanfaatan Modal Intelektual dan Teknologi Informasi sebagai Basis Inovasi Perusahaan. Makalah Inovasi Universitas Gunadarma.Depok
Idrus, Muhammad.2007.Metode Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial.UII Press.Yogyakarta
Nonaka, Ikujiro.1991."The Knowledge-Creating Company',Havard Business Review,hal.96-
104.
Omachonu, Vincent K dan Norman G. Einspruch.2010.”Innovation in Healthcare Delivery System: A Conceptual Framework”.The Public Sector Innovation Journal.Vol 5(1).Article2.
Subagyo,Hendro."Pengantar Knowledge Sharing untuk Comunity Development", Bagian Sarana Teknis.PDII-LIPI
Sudarsaana, I Made.2010.”Jaminan Kesehatan Jembarana (JKJ): Satu Reformasi Kesehatan”. Makalah Kesehatan Dinkes dan Kesos Kabupaten Jembarana.Bali
Yang, Chan dan Liang-Chu Chen.2005.”Can organizational knowledge capabilities affect knowledge sharing behavior?”.Journal of Information Science;33-95.
18
Lampiran 1. Tingkat Resposnsi Kuesioner dan Karakteristik Responden
Tabel 1. Analisis Tingkat Responsi Kuesioner
Keterangan Jumlah (eksemplar)
Kuesioner yang didistribusikanKuesioner yang mendapatkan responKuesioner yang tidak lengkapKuesioner yang dapat diolah
120 116 2 114
Tabel 2. Jumlah Responden Berdasarkan Rumah Sakit
Rumah Sakit Jumlah (Perawat) Prosentase (%)RS Hidayah RS ElisabethRS Wijaya RS Margono Sukarjo
10203450
8,817,529,843,9
Jumlah 114 100,0
Tabel 3. Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin pada RS di Eks-Kotatif Purwokerto Tahun 2011
Jenis Kelamin Jumlah (Perawat) Prosentase (%)Laki - laki Perempuan
3579
30,769,3
Jumlah 114 100,0
Tabel 4. Jumlah Responden Berdasarkan Usia pada RS di Eks-Kotatif Purwokerto Tahun 2011
Usia (Tahun) Jumlah (Perawat) Prosentase (%)20 – 30
> 30 – 40> 40 – 50
> 50
51291717
44,7425,44 14,9114,91
19
Jumlah 114 100,00
Tabel 5. Jumlah Responden Berdasarkan Pendidikan pada RS di Eks-Kotatif Purwokerto Tahun 2011
Pendidikan Jumlah (Perawat) Prosentase (%)S1 12 10,53D3 95 83,33SPK 7 6,14Jumlah 114 100,00
Tabel 6. Jumlah Responden Bardasarkan Status Pegawai pada RS di Eks-Kotatif Purwokerto Tahun 2011
Tabel 7. Jumlah Responden Berdasarkan Jabatan pada RS di Eks-Kotatif Purwokerto Tahun 2011
Jabatan Jumlah (Perawat) Prosentase (%)KepalaRuang 10 8,77Pelaksana 99 86,84Lainnya 5 4,39Jumlah 114 100,00
Tabel 8. Jumlah Responden Berdasarkan Lama Bekerja pada RS di Eks-Kotatif Purwokerto Tahun 2011
Lama Bekerja (Tahun) Jumlah (Perawat) Prosentase (%) 1 – 10 61 53,51
> 10 – 20 32 28,07 > 20 21 18,42Jumlah 114 100,00
Status Pegawai Jumlah (Perawat) Prosentase (%)PNS 53 46,49NON-PNS 57 50,00TNI 4 3,51 Jumlah 114 100,00
20
Tabel 9. Korelasi Antar Indikator (Cross Loading Alogarithm)
CKC HKC IIC KSBCK1 0,931478 0,619209 0,437031 0,603559CK2 0,865817 0,561989 0,394328 0,568324CK3 0,704045 0,431787 0,267166 0,568012CK4 0,831654 0,593012 0,311961 0,485187HK1 0,202572 0,528794 0,237475 0,287013HK2 0,561614 0,826858 0,387536 0,516998HK3 0,218886 0,509252 0,053137 0,170725HK4 0,629245 0,801263 0,446968 0,536225II1 0,378623 0,369231 0,747566 0,435239II2 0,224698 0,252603 0,688259 0,365191II3 0,405859 0,379705 0,829337 0,443258II4 0,367221 0,397774 0,786444 0,440638II5 0,296105 0,364246 0,850579 0,390692II6 0,278638 0,379321 0,722449 0,416427II7 0,293469 0,353798 0,704166 0,397108KS1 0,355450 0,392261 0,362349 0,719752KS2 0,590688 0,548094 0,505638 0,793882KS3 0,591615 0,477454 0,361639 0,846241KS4 0,527148 0,474497 0,413137 0,820073KS5 0,533609 0,478529 0,473054 0,754642
Tabel 10. AVE dan Akar Kuadrat AVE
Items AVE Akar Kuadrat AVE
CKC 0,701155 0,837350HKC 0,466169 0,682766IIC 0,583212 0,763683KSB 0,62129 0,788220
Tabel 11. Korelasi Antar Konstruk (Laten Variable Correlations)
Items CKC HKC IIC KSBCKC 0,837350 HKC 0,660022 0,682766
21
IIC 0,425796 0,472026 0,763683 KSB 0,670365 0,608068 0,543279 0,788220
Tabel 12. Composite Reliability dan Cronbachs Alpha
Composite Reliability
Cronbachs Alpha Keterangan
CKC 0,902848 0,853597 ReliabelHKC 0,768999 0,640738 ReliabelIIC 0,906879 0,879572 ReliabelKSB 0,891017 0,847156 Reliabel
Tabel 13. Nilai R-square
Ket. R SquareIIC 0,294881
KSB 0,497988
Tabel 14. Path Coefficient’s
Original Sample (O)
T Statistics (|O/STERR|)
T Tabel(α = 5%)
CKC -> KSB 0,476685 4,677248 1,65833HKC -> KSB 0,293446 2,801188 1,65833KSB -> IIC 0,522024 8,195094 1,65833
Tabel 15. Path Coefficients (Status Rumah Sakit)
Original Sample (O)
T Statistics (|O/STERR|)
T Tabel(α = 5%)
SRS -> IIC 0,209563 2,688236 1,65833
Tabel 16. Path Coefficients (RS Pemerintah)
Original Sample (O)
Sampel Mean (M)
T Statistics (|O/STERR|)
T Tabel(α = 5%)
PEM -> IIC 0,391162 0,399959 4,863654 1,66320
22
Tabel 17. Path Coefficients (RS Swasta)
Original Sample (O)
Sampel Mean (M)
T Statistics (|O/STERR|)
T Tabel(α = 5%)
SWAS -> IIC 0,362509 0,381291 6,099889 1,69726
Lampiran 2. Gambar PLS
Gambar. 3 Model Pengujian Konstruk (Bootstrapping)
23
Gambar. 4 Variabel Dummy (Pemerintah & Swasta)
Gamabar. 5 IIC pada RS Pemerintah
Gamabar. 6 IIC pada RS Swasta
24