hubungan cultural knowledge capability, human knowledge capability, knowledge sharing behavior...

34
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak para pakar atau ahli manajemen yang menyatakan bahwa inovasi merupakan salah satu jaminan untuk perusahaan atau organisasi dalam meningkatkan daya saingnya. Pernyataan tersebut banyak didukung dengan hasil penelitian atau bukti empiris. Berbagai indikator menunjukkan bahwa ketertinggalan dalam hal inovasi atau faktor terkaitnya lainnya bisa menyebabkan sebuah negara relatif tertinggal perkembangan ekonomi dan kesejahteraan rakyatnya. Tetapi bagaimana menyikapi dan mengantisipasi ketertinggalan tersebut melalui sebuah inovasi bukanlah suatu jawaban yang sederhana dan mudah (Hermana, 2010). Pengembangan inovasi sudah mulai merambah ke segala bidang, salah satunya adalah bidang kesehatan. Hal tersebut dilakukan karena kesehatan merupakan satu hal yang sangat penting dan sangat mempengaruhi produktifitas penduduk . Oleh karena itu, dapat dipastikan bahwa seluruh penduduk/masyarakat mendambakan

Upload: mochamad-lukman-hakim

Post on 28-Jul-2015

130 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

1I. A. Latar Belakang MasalahPENDAHULUANBanyak para pakar atau ahli manajemen yang menyatakan bahwa inovasi merupakan salah satu jaminan untuk perusahaan atau organisasi dalam meningkatkan daya saingnya. Pernyataan tersebut banyak didukung dengan hasil penelitian atau bukti empiris. Berbagai indikator menunjukkan bahwa ketertinggalan dalam hal inovasi atau faktor terkaitnya lainnya bisa menyebabkan sebuah negara relatif tertinggal perkembangan ekonomi dan kesejahteraan rakyatnya. Tetapi ba

TRANSCRIPT

Page 1: Hubungan Cultural Knowledge Capability, Human Knowledge Capability, Knowledge Sharing Behavior dengan Individual Innovation Capability (Studi pada Rumah Sakit di Eks-Kotatif Purwokerto)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Banyak para pakar atau ahli manajemen yang menyatakan bahwa inovasi

merupakan salah satu jaminan untuk perusahaan atau organisasi dalam

meningkatkan daya saingnya. Pernyataan tersebut banyak didukung dengan hasil

penelitian atau bukti empiris. Berbagai indikator menunjukkan bahwa ketertinggalan

dalam hal inovasi atau faktor terkaitnya lainnya bisa menyebabkan sebuah negara

relatif tertinggal perkembangan ekonomi dan kesejahteraan rakyatnya. Tetapi

bagaimana menyikapi dan mengantisipasi ketertinggalan tersebut melalui sebuah

inovasi bukanlah suatu jawaban yang sederhana dan mudah (Hermana, 2010).

Pengembangan inovasi sudah mulai merambah ke segala bidang, salah satunya

adalah bidang kesehatan. Hal tersebut dilakukan karena kesehatan merupakan satu

hal yang sangat penting dan sangat mempengaruhi produktifitas penduduk . Oleh

karena itu, dapat dipastikan bahwa seluruh penduduk/masyarakat mendambakan

supaya selalu hidup sehat. Harapan masyarakat ini dimaklumi oleh seluruh pejabat

pemerintah, dan pemerintah pun berkeinginan untuk memenuhinya. Akan tetapi

disaat pemerintah membicarakan pendanaan program kesehatan yang diluncurkan

untuk masyarakat ternyata niat untuk memenuhi kebutuhan dana tersebut mengalami

kesulitan dan hanya muncul beberapa prosen saja dari usulan yang ditargetkan.

Kondisi ini berlangsung begitu lama, bertahun-tahun bahkan tidak jarang prioritas

diberikan kepada program/ proyek yang tidak jelas perannya dalam meningkatkan

produktifitas masyarakat. Yang lebih parah adalah dimana pemerintah memang

konsisten untuk memenuhi kebutuhan itu, namun karena kondisi keuangan yang

memang sangat kurang dan dihadapkan dengan berbagai kebutuhan yang ternyata

Page 2: Hubungan Cultural Knowledge Capability, Human Knowledge Capability, Knowledge Sharing Behavior dengan Individual Innovation Capability (Studi pada Rumah Sakit di Eks-Kotatif Purwokerto)

2

sama-sama sangat penting, maka munculah angka-angka yang sangat tidak

memenuhi untuk pelaksanaan program unggulan seperti program kesehatan tersebut.

Dalam kondisi serba kekurangan ini, maka diperlukan inovasi atau kiat yang dirasa

mampu membawa masyarakat ke kondisi kesehatan yang lebih baik (Sudarsaana,

2010).

Pada tataran daerah, hal tersebut bukan hanya menjadi tanggungjawab jawab

pemerintah daerah saja, akan tetapi juga menjadi tanggung jawab pihak penyedia

layanan kesehatan di daerah seperti PUSKESMAS dan RSU untuk menyediakan

layanan kesehatan yang berkualitas dengan biaya yang terjangkau. Sehinggga

dengan demikian penyedia layanan kesehatan perlu melakukan pengembangan

inovasi baik pada level organisasi maupun individu.

Saat ini badan layanan kesehatan sudah mulai mengembangkan inovasi yang

bertujuan untuk meningkatkan harapan hidup, kualitas hidup, diagnostik dan pilihan

pengobatan, serta efisiensi dan efektifitas biaya kesehatan. Meskipun secara teoritis

tentang seni dan inovasi ilmu kesehatan masih terbatas (Omachonu & Einspruch,

2010).

Kemampuan individu khususnya dalam inovasi (individual innovation

capability) merupakan hal yang sangat penting dalam mewujudkan tercapainya

efesiensi dan efektifitas pelayanan kesehatan. Individual innovation capability

memiliki banyak faktor pendorong salah satu faktor pendorong yang menjadi fokus

penelitian ini yaitu knowledge sharing behavior (Aulawi et al, 2009).

Knowlege Sharing (KS) memberikan kesempatan kepada anggota suatu

kelompok, organisasi, instansi atau perusahaan untuk berbagi ilmu pengetahuan,

teknik, pengalaman dan ide yang mereka miliki kepada anggota lainnya. KS

berperan dalam meningkatkan individual innovation capability, karena KS dapat

Page 3: Hubungan Cultural Knowledge Capability, Human Knowledge Capability, Knowledge Sharing Behavior dengan Individual Innovation Capability (Studi pada Rumah Sakit di Eks-Kotatif Purwokerto)

3

memfasilitasi para individu untuk melakukan re-used dan regenerasi knowledge

yang ada di dalam organisasinya, sehingga pada akhirnya kemampuan inovasi

individu di organisasi tersebut akan meningkat (Aulawi et al, 2009).

Menurut Lee & Sulaiman dalam Yang & Chen (2005), faktor-faktor yang

mempengaruhi KS dikategorikan menjadi tiga dimensi (tingkat organisasi, tingkat

individu, tingkat pengetahuan). Pada dimensi tingkat organisasi ini memiliki empat

sub-dimensi pada tingkat organisasi didasarkan pada pandangan sosio-teknis.

Pandangan sosio-teknis adalah metode untuk mempertimbangkan keterkaitan

organisasi dengan subsistem sosial dan teknologi. Dari ketiga dimensi tersebut,

penulis hanya fokus pada satu dimensi yang diteliti yaitu pada dimensi tingkat

organisasi, dimensi ini sendiri terdiri dari emapat sub-dimensi (culture, structure,

people, dan technology). Kemudian dari empat sub-dimensi yang ada dipilih dua

sub-dimensi yang akan diidentifikasi yaitu sub-dimensi culture dan people yang

biasa dikenal dengan istilah cultural knowledge capability dan human knowledge

capability (Yang & Chen, 2005).

Berdasarkan pemaparan di atas dapat diketahui bahwa pengembangan

individual innovation capability pada penyedia jasa layanan kesehatan sangat

penting untuk dilakukan. Sementara terdapat beberapa faktor yang memiliki

pengaruh terhadap individual innovation capability yaitu knowledge sharing

behavior, cultural knowledge capability, dan human knowledge capability.

Penelitian ini sendiri berjudul "HUBUNGAN CULTURAL KNOWLEDGE

CAPABILITY, HUMAN KNOWLEDGE CAPABILITY, KNOWLEDGE SHARING

BEHAVIOR DENGAN INDIVIDUAL INNOVATION CAPABILITY.”

Page 4: Hubungan Cultural Knowledge Capability, Human Knowledge Capability, Knowledge Sharing Behavior dengan Individual Innovation Capability (Studi pada Rumah Sakit di Eks-Kotatif Purwokerto)

4

B. Perumusan Masalah

1. Apakah Cultural Knowledge Capability memiliki pengaruh terhadap Knowledge

Sharing Behavior ?

2. Apakah Human Knowledge Capability memiliki pengaruh terhadap Knowledge

Sharing Behavior?

3. Apakah Knowledge Sharing Behavior memiliki pengaruh terhadap Individual

Innovation Capability?

4. Apakah terdapat perbedaan Individual Innovation Capability pada rumah sakit

pemerintah dengan rumah sakit swasta?

C. Tujuan Penelitian

1. Menganalisis pengaruh Cultural Knowledge Sharing Capability terhadap

Knowledge Sharing Behavior .

2. Menganalisis pengaruh Human Knowledge Sharing Capability terhadap

Knowledge Sharing Behavior.

3. Menganalisis pengaruh Knowledge Sharing Behavior terhadap Individual

Innovation Capability.

4. Menganalisa perbedaan Individual Innovation Capability pada rumah sakit

pemerintah dengan rumah sakit swasta.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Sebagai masukan bagi instansi terkait agar bisa mencapai efektifitas

Knowledge Sharing Behavior dan Individual Innovation Capability sehingga

dapat berpengaruh terhadap peningkatkan nilai dalam mencapai tujuan

organisasi.

Page 5: Hubungan Cultural Knowledge Capability, Human Knowledge Capability, Knowledge Sharing Behavior dengan Individual Innovation Capability (Studi pada Rumah Sakit di Eks-Kotatif Purwokerto)

5

2. Manfaat Praktis

Sebagai tambahan bagi disiplin ilmu pengetahuan khususnya tentang

berbagi pengetahuan dan kemampuan inovasi individu.

E. Hipotesis

H1 : Cultural Knowledge Capability memiliki pengaruh positif terhadap

Knowledge Sharing Behavior.

H2 : Human Knowledge Capability memiliki pengaruh positif terhadap

Knowledge Sharing Behavior.

H3 : Knowledge Sharing Behavior memiliki pengaruh positif terhadap Individual

Innovation Behavior.

H4 : Terdapat perbedaaan Individual Innovation Capability antara rumah sakit

pemerintah dengan rumah sakit swasta.

F. Perumusan Model Penelitian

Gambar. 1 Model Penelitian

Cultural Knowledge Capabilty

Human Knowledge Capabilty

Individual Innovation Capability

Knowledge Sharing Behavior

H1

H2

H3

Cultural Knowledge Capabilty

Human Knowledge Capabilty

Individual Innovation Capability

Knowledge Sharing Behavior

Status Rumah SakitH4

Page 6: Hubungan Cultural Knowledge Capability, Human Knowledge Capability, Knowledge Sharing Behavior dengan Individual Innovation Capability (Studi pada Rumah Sakit di Eks-Kotatif Purwokerto)

6

II. METODE PENELITIAN DAN TEKNIK ANALIS DATA

A. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan ini adalah kausal konfirmatori yang bersifat

kuantitatif.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada RSU Eks-Kotatif Purwokerto.

3. Subyek Penelitian

Yang menjadi subjek penelitian ini adalah para perawat yang bekerja di RSU se-

Eks Kotatif Purwokerto.

4. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah perawat yang bekerja di RSU se-Eks Kotatif

Purwokerto.

5. Sampel

Metode pengambilan sampel untuk penelitian ini sendiri menggunakan metode

purposive sampling dengan menggunakan kriteria perawat yang sudah bekerja

minimal 1 tahun.

B. Teknik Analisis Data

1. Definisi Konseptual dan Operasional

a) Individual Innovation Capability

Definisi Konseptual :

Individual innovation capability didefinisikan sebagai kemampuan individu

dalam menghasilkan produk baru (baik berupa jasa/barang) dan proses baru

Page 7: Hubungan Cultural Knowledge Capability, Human Knowledge Capability, Knowledge Sharing Behavior dengan Individual Innovation Capability (Studi pada Rumah Sakit di Eks-Kotatif Purwokerto)

7

(yang lebih efektif dan efisien) yang berguna bagi kemajuan organisasi.

(Aulawi et al, 2009)

Definisi Operasional :

Individual innovation capability didefinisikan sebagai kemampuan perawat

sebagai individu dalam mengahasilkan variasi jenis layanan baru dan kempuan

melakukan modifikasi proses untuk menghasilkan pelayanan yang lebih

efektif dan efisien.

Indikator :

Metode baru

Teknik kerja baru

Informasi baru

Target baru

Ide pengembangan

layanan

Aplikasi ide baru

Layanan baru

b) Knowledge Sharing Behavior

Definisi Konseptual :

Tingkatan aktivitas berbagi pengetahuan diantara internal anggota organisasi,

maupun dengan orang lain di luar anggota organisasi (Yang & Chen, 2005).

Definisi Operasional :

Tingkatan aktivitas berbagi pengetahuan diantara internal anggota organisasi,

maupun dengan orang lain di luar anggota organisasi (Yang & Chen, 2005).

Indikator :

Tacit KS behavior (aktivitas pertukaran gagasan/pengalaman dan keahlian

yang dilakukan seseorang dengan rekan kerjanya).

Explicit KS behavior (aktivitas pertukaran dokumen, laporan dan prosedur

kerja yang dilakukan oleh seseorang dengan rekan kerjanya).

Page 8: Hubungan Cultural Knowledge Capability, Human Knowledge Capability, Knowledge Sharing Behavior dengan Individual Innovation Capability (Studi pada Rumah Sakit di Eks-Kotatif Purwokerto)

8

c) Cultural Knowledge Capability

Definisi Konseptual :

Kemampuan organisasi dalam mengembangkan suasana kolaborasi,

komunikasi, dan interaksi sebagai sarana transfer pengetahuan (Yang & Chen,

2005).

Definisi Operasional :

Cultural knowledge capability didefinisikan sebagai kemampuan rumah sakit

dalam mengembangkan suasana kolaborasi, komunikasi, dan interaksi sebagai

sarana transfer pengetahuan di antara pegawai rumah sakit.

Indikator :

budaya berbagi (sharing) dalam organisasi

budaya kerjasama dan kolaborasi

budaya belajar (learning) dalam organisasi

d) Human Knowledge Capability

Definisi Konseptual :

Kemampuan individu dalam melakukan pertukaran pengetahuan dengan

anggota lain (Yang & Chen, 2005).

Definisi Operasional :

Kemampuan setiap pegawai rumah sakit dalam melakukan pertukaran

pengetahuan dengan pihak yang berkaitan dengan pekerjaannya.

Indikator :

Kekakuan hubungan (arduous relationship)

Pemahaman bersama (shared understanding)

Interaksi sosial (soscial interaction)

2. Skala Pengukuran

Page 9: Hubungan Cultural Knowledge Capability, Human Knowledge Capability, Knowledge Sharing Behavior dengan Individual Innovation Capability (Studi pada Rumah Sakit di Eks-Kotatif Purwokerto)

9

Dalam Penelitian ini, digunakan pertanyaan tertutup dengan rentang skala

penilaian, yaitu:

Sangat Tidak Setuju : 1 Tidak Setuju : 2 Agak Tidak Setuju : 3 Netral : 4 Agak Setuju : 5 Setuju : 6 Sangat Setuju : 7

3. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur kesahan atau validitas suatu kuesioner.

Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu

mengungkapkan hal yang diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2008). Uji

validitas dilakukan terkait dengan validitas konvergen dan validitas diskriminan.

4. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan tingkat stabilitas, akurasi dan konsistensi dari suatu alat

ukur/instrumen (Cooper dan Schindler, 2006). Suatu kuesioner dikatakan reliabel

jika jawaban responden terhadap item pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari

waktu ke waktu. Perbedaannya dengan validitas adalah bahwa reliabilitas tidak

terkait dengan apa yang harus diukur tetapi bagaimana suatu konstruk diukur

(Hair et al.,2006 dalam Ghozali, 2008).

5. Alat Analis

Hipotesis-hipotesis dalam penelitian ini akan diuji dengan menggunakan metode

SEM dengan alat analisis PLS (Partial Least Square). PLS merupakan analisis

SEM menggunakan basis variance. Sebagai alternatif pendekatan, PLS mampu

memberikan keunggulan yang mengatasi kelemahan pendekatan SEM berbasis

covariance.

Page 10: Hubungan Cultural Knowledge Capability, Human Knowledge Capability, Knowledge Sharing Behavior dengan Individual Innovation Capability (Studi pada Rumah Sakit di Eks-Kotatif Purwokerto)

10

III. RINGKASAN HASIL PENELITIAN

A. Uji Validitas

a) Convergent Validity

Convergent validity digunakan untuk mengetahui validitas setiap

hubungan antara indikator dengan konstruk (variabel) latennya.

Pengembangan skala pengukuran jika nilai loading antara 0,5 sampai 0,6

dianggap cukup (Chin dalam Ghozali, 2008).

Gambar 2. Outer Loading setelah Reestimate (Alogarithm)

Berdasarkan kriteria ini, indikator yang loadingnya kurang dari 0,500 di

drop yaitu KS 6 dari analisis dan dilakukan reestimate karena nilainya hanya

0,497 . Selanjutnya diperoleh model yang indikator – indikatornya mempunyai

nilai loading di atas 0,500. Gambar 2 memperlihatkan nilai outer loading

akhir untuk setiap indikator setelah dilakukan reestimate.

b) Discriminant Validity

Page 11: Hubungan Cultural Knowledge Capability, Human Knowledge Capability, Knowledge Sharing Behavior dengan Individual Innovation Capability (Studi pada Rumah Sakit di Eks-Kotatif Purwokerto)

11

Jika korelasi konstruk dengan item pengukuran lebih besar daripada

ukuran konstruk lainnya, maka hal tersebut menunjukkan bahwa konstruk

laten (indikator/items) memprediksi ukuran pada blok mereka lebih baik

daripada ukuran pada blok lainnya (Ghozali, 2008).

Pada Tabel 9 terlihat semua loading korelasi antara masing-masing

variabel lebih besar daripada loading korelasi dengan variabel lainnya. Hal ini

menunjukkan konstruk laten mampu memprediksi ukuran pada blok mereka

lebih baik daripada ukuran pada blok lainnya.

c) Nilai square root of average variance extracted (Akar Kuadrat AVE)

Nilai akar kuadrat AVE lebih besar daripada AVE tampak pada Tabel

10. Korelasi antar konstruk dapat dilihat pada Tabel 11 menunjukan bahwa

masing-masing nilai akar kuadrat AVE tersebut lebih besar dibandingkan

dengan korelasi antar konstruk lainnya, sehingga dapat dikatakan bahwa

seluruh konstruk laten memiliki discriminant validity yang baik.

B. Uji Reliabilitas

Menurut Chin dalam Ghozali (2008), suatu indikator dikatakan mempunyai

reliabilitas yang baik jika nilai composite reliability lebih besar dari 0,70 dan

sedangkan menurut Nunnaly (1967) seperti yang dikutip Ghozali (2008) konstruk

dikatakan reliabel jikan cronbach’s alpha lebih besar dari 0,60. Semakin besar

nilai cronbach’s alpha (mendekati angka satu), maka instrumen penelitian

tersebut makin reliabel. Berdasarkan Tabel 12 lampiran, kosntruk yang dibangun

menujukkan akurasi dan ketepatan dari pengukurannya atau reliabel.

C. Pengujian Model Struktural (Googness-of-fit)

Pengujian terhadap model struktural dilakukan dengan melihat nilai R-square

yang merupakan uji goodness-fit model. Berdasarkan Tabel 13 model pengaruh

Page 12: Hubungan Cultural Knowledge Capability, Human Knowledge Capability, Knowledge Sharing Behavior dengan Individual Innovation Capability (Studi pada Rumah Sakit di Eks-Kotatif Purwokerto)

12

Cultural Knowledge Capabilty (CKC) dan Human Knowledge Capability (HKC)

terhadap Knowledge Sharing Behavior (KSB) memberikan nilai R-square sebesar

0,497988 yang dapat diinterpretasikan bahwa variabilitas KSB dapat dijelaskan

oleh variabilitas CKC & HKC sebesar 49,8 % sedangkan 50,2 % dijelaskan oleh

variabel lain di luar yang di teliti. Model pengaruh KSB terhadap Individual

Innovation Capability (IIC) memberikan nilai R-square sebesar 0,294881 yang

dapat diinterpretasikan bahwa variabilitas kontruk IIC yang dapat dijelaskan oleh

variabilitas konstruk KSB sebesar 29,5 % sedangkan 70,5 % dijelaskan oleh

variabel lain di luar yang di teliti.

D. Pengujian Hipotesis

Hipotesis 1: Cultural Knowledge Capability memiliki pengaruh positif

terhadap Knowledge Sharing Behavior.

Tabel 14 menunjukkan bahwa nilai original sample dari variabel (CKC) →

(KSB) sebesar 0,476685 yang menunjukkan bahwa hubungan antara CKC

dengan KSB berbanding lurus dan bernilai positif. Nilai T statistik sebesar

4,677248 (lebih besar dari T tabel = 1,65833) menunjukkan bahwa hubungan

antara keduanya adalah signifikan. Dengan demikian H1 yang menyatakan bahwa

Cultural Knowledge Capability memiliki pengaruh positif terhadap Knowledge

Sharing Behavior diterima.

Hipotesis 2: Human Knowledge Capability memiliki pengaruh positif

terhadap Knowledge Sharing Behavior.

Tabel 14 menunjukkan bahwa nilai original sample dari variabel (HKC) →

(KSB) sebesar 0,293446 yang menunjukkan bahwa hubungan antara HKC

dengan KSB berbanding lurus dan bernilai positif. Nilai T statistik sebesar

2,801188 (lebih besar T tabel = dari 1,65833) menunjukkan bahwa hubungan

Page 13: Hubungan Cultural Knowledge Capability, Human Knowledge Capability, Knowledge Sharing Behavior dengan Individual Innovation Capability (Studi pada Rumah Sakit di Eks-Kotatif Purwokerto)

13

antara keduanya adalah signifikan. Dengan demikian H2 yang menyatakan bahwa

Human Knowledge Capability memiliki pengaruh positif terhadap Knowledge

Sharing Behavior diterima.

Hipotesis 3: Knowledge Sharing Behavior memiliki pengaruh positif

terhadap Individual Innovation Capability.

Tabel 14 menunjukkan bahwa nilai original sample dari variabel (KSB) → (IIC)

sebesar 0,522024 yang menunjukkan bahwa hubungan antara KSB dengan IIC

berbanding lurus dan bernilai positif. Nilai T statistik sebesar 8,195094 (lebih

besar dari T tabel = 1,65833) menunjukkan bahwa hubungan antara keduanya

adalah signifikan. Dengan demikian H3 yang menyatakan bahwa Knowledge

Sharing Behavior memiliki pengaruh positif terhadap Individual Innovation

Capability diterima.

Hipotesis 4: Terdapat perbedaan Individual Innovation Capability antara

rumah sakit pemerintah dengan rumah sakit swasta.

Tabel 15 menunjukan bahwa nilai original sample dari varibel (SRS) → (IIC)

sebesar 0,209563 yang menunjukkan bahwa hubungan antara SRS dengan IIC

berbanding lurus dan bernilai positif. Nilai T statistik sebesar 2,688236 (lebih

besar dari T tabel = 1,65833) menunjukkan bahwa hubungan antara keduanya

adalah signifikan.

Tabel 16 menunjukan bahwa nilai original sample dari variabel Status Rumah

Sakit Pemerintah (PEM) → (IIC) sebesar 0,391162 yang menunjukkan bahwa

hubungan antara Status Rumah Sakit Pemerintah dengan IIC berbanding lurus

dan bernilai positif. Nilai T statistik sebesar 4,863654 (lebih besar dari T tabel =

1,66320) menunjukkan bahwa hubungan antara keduanya adalah signifikan.

Page 14: Hubungan Cultural Knowledge Capability, Human Knowledge Capability, Knowledge Sharing Behavior dengan Individual Innovation Capability (Studi pada Rumah Sakit di Eks-Kotatif Purwokerto)

14

Tabel 17 menunjukan bahwa nilai original sample dari variabel Status Rumah

Sakit Swasta (SWAS) → (IIC) sebesar 0,362509 yang menunjukkan bahwa

hubungan antara SWAS dengan IIC berbanding lurus dan bernilai positif. Nilai T

statistik sebesar 6,099889 (lebih besar dari T tabel = 1,69726) menunjukkan

bahwa hubungan antara keduanya adalah signifikan.

Berdasarkan uraian di atas, rumah sakit pemerintah dan swasta sama-sama

menunjukan pengaruh yang signifikan positf terhadap variabel individual

inovation capability. Akan tetapi nilai sample mean berbeda yaitu nilai sample

mean pada rumah sakit pemerintah sebesar 0,399959 sedangkan pada rumah sakit

swasta sebesar 0,38129 bisa dilihat pada lampiran 1 Tabel 16 dan 17. Data ini

menunjukan nilai individual inovation capability pada rumah sakit pemerintah

lebih besar dibandingkan rumah sakit swasta. Dengan demikian H4 yang

menyatakan bahwa terdapat perbedaaan Individual Innovation Capability antara

rumah sakit pemerintah dengan rumah sakit swasta diterima.

E. Keterbatasan Penelitian

Dalam setiap penelitian, tidak akan terlepas dari suatu kelemahan dan

keterbatasan. Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, antara lain:

a. Penelitian ini belum mampu mencakup delapan rumah sakit umum yang ada

di wilyah Eks-Kotatif Purwokerto sesuai dengan penetuan awal mengenai

cakupan wilayah penelitian.

b. Penelitian ini mengunakan metode purposive sampling (non-parametri)

sehingga masing-masing anggota populasi tidak memiliki kesempatan yang

sama untuk menjadi responden.

Page 15: Hubungan Cultural Knowledge Capability, Human Knowledge Capability, Knowledge Sharing Behavior dengan Individual Innovation Capability (Studi pada Rumah Sakit di Eks-Kotatif Purwokerto)

15

c. Adanya kemungkinan terjadinya efek Common method bias, yaitu bias yang

terjadi karena responden menilai sendiri untuk setiap item pertanyaan (self

report). Hal tersebut dimungkinkan terjadi karena tingkat subjektifitas sangat

responden tinggi untuk menilai Cultural Knowledge Capability, Human

Knowledge Capability, Knowledge Sharing Behavior, serta Individual

Innovation Capability.

IV. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan

1. Terdapat pengaruh positif cultural knowledge capability terhadap knowledge

sharing behavior pada perawat di RSU Eks-Kotatif Purwokerto.

2. Terdapat pengaruh positif human knowledge capability terhadap knowledge

sharing behavior pada perawat di RSU Eks-Kotatif Purwokerto.

3. Terdapat pengaruh positif knowledge sharing behavior terhadap individual

innovation capability pada perawat di RSU Eks-Kotatif Purwokerto.

4. Terdapat perbedaan individual innovation capability pada rumah sakit pemerintah

dan rumah sakit swasta di RSU Eks-Kotatif Purwokerto.

B. Impikasi

1. Pengaruh cultural knowledge capability dan human knowledge capability dinilai

masih rendah, sehingga rumah sakit perlu melakukan usaha-usaha untuk

mengoptimalkannya. Karena dua hal tersebut merupakan faktor penting dalam

meningkatkan knowledge sharing behavior di antara perawat untuk menunjang

kualitas pelayanan yang diberikan kepada pasien.

2. Pihak rumah sakit perlu menyusun program-program serta menyediakan sarana

dan prasarana untuk meningkatkan knowledge sharing behavior diantara perawat,

agar berbagai macam knowledge yang dimiliki oleh setiap perawat dapat

Page 16: Hubungan Cultural Knowledge Capability, Human Knowledge Capability, Knowledge Sharing Behavior dengan Individual Innovation Capability (Studi pada Rumah Sakit di Eks-Kotatif Purwokerto)

16

dimanfaatkan dengan baik dan diintegrasikan melalui proses manajemen

pengetahuan yang rapih.

3. Untuk mencapai salah satu tujuan rumah sakit secara umum seperti yang

tercantum dalam UU Nomor 44 Tahun 2009 yaitu tercapainya pelayanan yang

lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat maka individual innovation

capability merupakan hal yang penting untuk terus ditingkatkan. Karena dengan

kemampuan berinovasi dikalangan tenaga kesehatan, maka rumah sakit akan lebih

mengefisienkan proses yang ada (melalui inovasi proses) dan terus menerus

melakukan perbaikan jasa layanan kesehatan yang diberikan (melalui inovasi

produk/layanan jasa) sehingga mampu menghasilkan bentuk pelayanan kesehatan

yang bermutu dan terjangkau bagi masyarakat.

Page 17: Hubungan Cultural Knowledge Capability, Human Knowledge Capability, Knowledge Sharing Behavior dengan Individual Innovation Capability (Studi pada Rumah Sakit di Eks-Kotatif Purwokerto)

17

DAFTAR PUSTAKA

Aulawi, et al.2009."Knowledge Sharing Behavior, Antecedent and Their Impact on the Individual Innovation Capability".Journal of Applied Sciences Research.INSInet Publication.

Aulawi, et al.2009."Hubungan Knowledge Sharing Behavior dan Individual Innovation Capability".Jurnal Teknik Industri (pp.174-187).

Cooper, R.D., dan Emory, W.C., Metode Penelitian Bisnis. 1996. Edisi Kelima. Erlangga. Jakarta.

Gozali, Imam.2006.Structural equation modeling:Metode Alternatif dengan Partial Least Square (PLS).Badan Penerbit Universitas Diponegoro.Semarang

Hermana, Budi.2006.”Mendorong Daya Saing di Era Informasi dan Globalisasi: Pemanfaatan Modal Intelektual dan Teknologi Informasi sebagai Basis Inovasi Perusahaan. Makalah Inovasi Universitas Gunadarma.Depok

Idrus, Muhammad.2007.Metode Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial.UII Press.Yogyakarta

Nonaka, Ikujiro.1991."The Knowledge-Creating Company',Havard Business Review,hal.96-

104.

Omachonu, Vincent K dan Norman G. Einspruch.2010.”Innovation in Healthcare Delivery System: A Conceptual Framework”.The Public Sector Innovation Journal.Vol 5(1).Article2.

Subagyo,Hendro."Pengantar Knowledge Sharing untuk Comunity Development", Bagian Sarana Teknis.PDII-LIPI

Sudarsaana, I Made.2010.”Jaminan Kesehatan Jembarana (JKJ): Satu Reformasi Kesehatan”. Makalah Kesehatan Dinkes dan Kesos Kabupaten Jembarana.Bali

Yang, Chan dan Liang-Chu Chen.2005.”Can organizational knowledge capabilities affect knowledge sharing behavior?”.Journal of Information Science;33-95.

Page 18: Hubungan Cultural Knowledge Capability, Human Knowledge Capability, Knowledge Sharing Behavior dengan Individual Innovation Capability (Studi pada Rumah Sakit di Eks-Kotatif Purwokerto)

18

Lampiran 1. Tingkat Resposnsi Kuesioner dan Karakteristik Responden

Tabel 1. Analisis Tingkat Responsi Kuesioner

Keterangan Jumlah (eksemplar)

Kuesioner yang didistribusikanKuesioner yang mendapatkan responKuesioner yang tidak lengkapKuesioner yang dapat diolah

120 116 2 114

Tabel 2. Jumlah Responden Berdasarkan Rumah Sakit

Rumah Sakit Jumlah (Perawat) Prosentase (%)RS Hidayah RS ElisabethRS Wijaya RS Margono Sukarjo

10203450

8,817,529,843,9

Jumlah 114 100,0

Tabel 3. Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin pada RS di Eks-Kotatif Purwokerto Tahun 2011

Jenis Kelamin Jumlah (Perawat) Prosentase (%)Laki - laki Perempuan

3579

30,769,3

Jumlah 114 100,0

Tabel 4. Jumlah Responden Berdasarkan Usia pada RS di Eks-Kotatif Purwokerto Tahun 2011

Usia (Tahun) Jumlah (Perawat) Prosentase (%)20 – 30

> 30 – 40> 40 – 50

> 50

51291717

44,7425,44 14,9114,91

Page 19: Hubungan Cultural Knowledge Capability, Human Knowledge Capability, Knowledge Sharing Behavior dengan Individual Innovation Capability (Studi pada Rumah Sakit di Eks-Kotatif Purwokerto)

19

Jumlah 114 100,00

Tabel 5. Jumlah Responden Berdasarkan Pendidikan pada RS di Eks-Kotatif Purwokerto Tahun 2011

Pendidikan Jumlah (Perawat) Prosentase (%)S1 12 10,53D3 95 83,33SPK 7 6,14Jumlah 114 100,00

Tabel 6. Jumlah Responden Bardasarkan Status Pegawai pada RS di Eks-Kotatif Purwokerto Tahun 2011

Tabel 7. Jumlah Responden Berdasarkan Jabatan pada RS di Eks-Kotatif Purwokerto Tahun 2011

Jabatan Jumlah (Perawat) Prosentase (%)KepalaRuang 10 8,77Pelaksana 99 86,84Lainnya 5 4,39Jumlah 114 100,00

Tabel 8. Jumlah Responden Berdasarkan Lama Bekerja pada RS di Eks-Kotatif Purwokerto Tahun 2011

Lama Bekerja (Tahun) Jumlah (Perawat) Prosentase (%) 1 – 10 61 53,51

> 10 – 20 32 28,07 > 20 21 18,42Jumlah 114 100,00

Status Pegawai Jumlah (Perawat) Prosentase (%)PNS 53 46,49NON-PNS 57 50,00TNI 4 3,51 Jumlah 114 100,00

Page 20: Hubungan Cultural Knowledge Capability, Human Knowledge Capability, Knowledge Sharing Behavior dengan Individual Innovation Capability (Studi pada Rumah Sakit di Eks-Kotatif Purwokerto)

20

Tabel 9. Korelasi Antar Indikator (Cross Loading Alogarithm)

CKC HKC IIC KSBCK1 0,931478 0,619209 0,437031 0,603559CK2 0,865817 0,561989 0,394328 0,568324CK3 0,704045 0,431787 0,267166 0,568012CK4 0,831654 0,593012 0,311961 0,485187HK1 0,202572 0,528794 0,237475 0,287013HK2 0,561614 0,826858 0,387536 0,516998HK3 0,218886 0,509252 0,053137 0,170725HK4 0,629245 0,801263 0,446968 0,536225II1 0,378623 0,369231 0,747566 0,435239II2 0,224698 0,252603 0,688259 0,365191II3 0,405859 0,379705 0,829337 0,443258II4 0,367221 0,397774 0,786444 0,440638II5 0,296105 0,364246 0,850579 0,390692II6 0,278638 0,379321 0,722449 0,416427II7 0,293469 0,353798 0,704166 0,397108KS1 0,355450 0,392261 0,362349 0,719752KS2 0,590688 0,548094 0,505638 0,793882KS3 0,591615 0,477454 0,361639 0,846241KS4 0,527148 0,474497 0,413137 0,820073KS5 0,533609 0,478529 0,473054 0,754642

Tabel 10. AVE dan Akar Kuadrat AVE

Items AVE Akar Kuadrat AVE

CKC 0,701155 0,837350HKC 0,466169 0,682766IIC 0,583212 0,763683KSB 0,62129 0,788220

Tabel 11. Korelasi Antar Konstruk (Laten Variable Correlations)

Items CKC HKC IIC KSBCKC 0,837350 HKC 0,660022 0,682766

Page 21: Hubungan Cultural Knowledge Capability, Human Knowledge Capability, Knowledge Sharing Behavior dengan Individual Innovation Capability (Studi pada Rumah Sakit di Eks-Kotatif Purwokerto)

21

IIC 0,425796 0,472026 0,763683 KSB 0,670365 0,608068 0,543279 0,788220

Tabel 12. Composite Reliability dan Cronbachs Alpha

Composite Reliability

Cronbachs Alpha Keterangan

CKC 0,902848 0,853597 ReliabelHKC 0,768999 0,640738 ReliabelIIC 0,906879 0,879572 ReliabelKSB 0,891017 0,847156 Reliabel

Tabel 13. Nilai R-square

Ket. R SquareIIC 0,294881

KSB 0,497988

Tabel 14. Path Coefficient’s

Original Sample (O)

T Statistics (|O/STERR|)

T Tabel(α = 5%)

CKC -> KSB 0,476685 4,677248 1,65833HKC -> KSB 0,293446 2,801188 1,65833KSB -> IIC 0,522024 8,195094 1,65833

Tabel 15. Path Coefficients (Status Rumah Sakit)

Original Sample (O)

T Statistics (|O/STERR|)

T Tabel(α = 5%)

SRS -> IIC 0,209563 2,688236 1,65833

Tabel 16. Path Coefficients (RS Pemerintah)

Original Sample (O)

Sampel Mean (M)

T Statistics (|O/STERR|)

T Tabel(α = 5%)

PEM -> IIC 0,391162 0,399959 4,863654 1,66320

Page 22: Hubungan Cultural Knowledge Capability, Human Knowledge Capability, Knowledge Sharing Behavior dengan Individual Innovation Capability (Studi pada Rumah Sakit di Eks-Kotatif Purwokerto)

22

Tabel 17. Path Coefficients (RS Swasta)

Original Sample (O)

Sampel Mean (M)

T Statistics (|O/STERR|)

T Tabel(α = 5%)

SWAS -> IIC 0,362509 0,381291 6,099889 1,69726

Lampiran 2. Gambar PLS

Gambar. 3 Model Pengujian Konstruk (Bootstrapping)

Page 23: Hubungan Cultural Knowledge Capability, Human Knowledge Capability, Knowledge Sharing Behavior dengan Individual Innovation Capability (Studi pada Rumah Sakit di Eks-Kotatif Purwokerto)

23

Gambar. 4 Variabel Dummy (Pemerintah & Swasta)

Gamabar. 5 IIC pada RS Pemerintah

Gamabar. 6 IIC pada RS Swasta

Page 24: Hubungan Cultural Knowledge Capability, Human Knowledge Capability, Knowledge Sharing Behavior dengan Individual Innovation Capability (Studi pada Rumah Sakit di Eks-Kotatif Purwokerto)

24