pengaruh program bantuan sosial usaha ekonomi...

137
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BADAN PENDIDIKAN, PENELITIAN, DAN PENYULUHAN SOSIAL KEMENTERIAN SOSIAL RI 2018 Konsultan : Ety Rahayu PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI PRODUKTIF (UEP) TERHADAP TINGKAT KEMANDIRIAN EKONOMI KELUARGA PENERIMA MANFAAT PESISIR

Upload: doanhanh

Post on 15-Aug-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEJAHTERAAN SOSIALBADAN PENDIDIKAN, PENELITIAN, DAN PENYULUHAN SOSIAL

KEMENTERIAN SOSIAL RI2018

Konsultan :

Ety Rahayu

PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI PRODUKTIF (UEP) TERHADAP TINGKAT

KEMANDIRIAN EKONOMI KELUARGA PENERIMA MANFAAT PESISIR

Page 2: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

Moch. Syawie, dkk.PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI PRODUKTIF (UEP) TERHADAP TINGKAT KEMANDIRIAN EKONOMI KPM PESISIR,- Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Kementerian Sosial RI, 2018; xii + 125 halaman 14,5 x 21 cm.

Konsultan:Ety Rahayu

Penulis:

Moch. Syawie, Ayu Diah Amalia, Achmadi Jayaputra,Suyanto, Muhtar, Bambang Pujianto,

Muslim Sabarisman, Johan Efendi

Perwajahan:Tim Peneliti

ISBN: 978-602-53459-3-7

Cetakan I: November 2018

Diterbitkan oleh:Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial,

Kementerian Sosial RI - JakartaJl. Dewi Sartika No.200 Cawang II Jakarta Timur,

Telp. 021-8017146, Fax.021-8017126

Sanksi Pelanggaran Pasal 72

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta

1. Barang siapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana

dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (2) dipidanakan dengan penjara masing-masing

paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp.1.000.000,00 (satu juta rupiah) atau

pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.5.000.000,00 (lima juta

rupiah).

2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum

suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau hak terkait sebagaimana di maksud

pada ayat (1) dipidanakan dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling

banyak Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Page 3: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

iii

KATA PENGANTAR

Buku ini merupakan hasil kajian tentang Pengaruh Program Bantuan Sosial Usaha Ekonomi Produktif (UEP) Terhadap Tingkat Kemandirian Ekonomi KPM Pesisir di Empat wilayah (Kabupaten Kulon Progo, Wonogiri, Gresik dan Pangkajene). Kajian ini dilandasi oleh pemahaman bahwa di empat lokasi tersebut terdapat indikasi kuat bahwa dengan adanya bantuan sosial ekonomi produktif dapat memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat (KPM). Kemandirian adalah suatu konsep yang sering dihubungkan dengan pembangunan. Salah satu program pembangunan untuk memandirikan masyarakat bidang kesejahteraan sosial adalah melalui pembangunan usaha ekonomi. Adapun tujuan pembangunan usaha ekonomi masyarakat adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam pengelolaan usaha dengan berbasis sumber daya potensi lokal, meningkatkan kemandirian masyarakat dalam pembangunan usaha ekonomi produktif guna peningkatan kualitas hidup masyarakat.

Usaha Ekonomi Produktif merupakan program bantuan sosial yang diberikan oleh Direktorat Penanganan Fakir Miskin. UEP merupakan serangkaian kegiatan yang ditujukan kepada Fakir Miskin untuk meningkatkan kemampuan dalam mengakses sumber daya ekonomi, meningkatkan kemampuan usaha ekonomi, meningkatkan produktivitas kerja, meningkatkan penghasilan dan menciptakan kemitraan usaha yang saling menguntungkan.

Diharapkan dari hasil kajian ini membuahkan implikasi-implikasi strategis dari pendekatan bantuan sosial ekonomi produktif bagi komunitas KPM di tingkat lokal dan dapat membuat jaringan ekonomi diantara mereka. Dengan demikian kiranya

Page 4: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

iv

hasil kajian ini dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak terkait dengan kemandirian ekonomi keluarga sehingga diharapkan dapat terwujud tingkat kesejahteraan hidup masyarakat yang memadai dari segala aspek.

Jakarta, November 2018Kapuslitbangkesos,

Mulia Jonie

Page 5: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. iii

DAFTAR ISI ............................................................................................... v

DAFTAR TABEL ....................................................................................... vi

DAFTAR DIAGRAM ................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... x

BAB I : PENDAHULUAN ......................................................................... 1A. Latar Belakang ....................................................................... 1B. Permasalahan ........................................................................ 4C. Tujuan .................................................................................... 6D. Manfaat ................................................................................... 6E. Kajian Literatur ................................................................... 6

BAB II: METODE ...................................................................................... 13A. Pendekatan Penelitian ........................................................... 14

B. Lokasi Penelitian .................................................................... 14

C. Pengujian Instrumen ............................................................. 14

D. Operasional Konsep ............................................................... 14

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI .................................................... 17A. Kabupaten Kulon Progo ....................................................... 17B. Kabupaten Wonogiri .............................................................. 36C. Kabupaten Gresik .................................................................. 43D. Kabupaten Pangkajene Kepulauan ...................................... 45

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 59

A. Input Program ........................................................................ 59B. Proses ..................................................................................... 96C. Outcomes ............................................................................... 100

BAB V : PENUTUP ................................................................................... 108Kesimpulan ................................................................................... 108Rekomendasi ................................................................................. 109

Page 6: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

vi

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 110

SEKILAS PENULIS .................................................................................... 113

INDEKS .................................................................................................... 116

Page 7: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Lokasi Penelitian ................................................................ 14

Tabel 2.2. Operasional Konsep ........................................................... 15

Tabel 3.1. Luas dan persentase Luas Wilayah dirinci Menurut Kecamatan di Kabupaten Kulon Progo (Hektar),2017 ...... 19

Tabel 3.2. Luas Wilayah, Banyaknya Penduduk dan Kepadatan Penduduk PerKm2 menurut Kecamatan di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2017 ............................. 22

Tabel 3.3. Jumlah Kemiskinan Berdasarkan Basis Data Terpadu di Kabupaten Kulon Progo, 2016 ........................ 23

Tabel 3.4. Bantuan Sosial Sumber dari APBN Tahun 2017 di Kabupaten Kulon Progo ................................................. 27

Tabel 3.5. Bantuan Sosial APBD di Provinsi DI Yogyakarta Tahun 2017 .......................................................................... 28

Tabel 3.6. Bantuan Sosial APBD di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2017 ........................................................................... 28

Tabel 3.7. Jumlah Penerima Bantuan Sosial UEP 2017 di Kecamatan Panjatan dan Kecamatan Galur ................ 29

Tabel 3.8. Jumlah Pendamping UEP 2017 di Kecamatan Panjatan dan Kecamatan Galur ......................................... 29

Tabel 3.9. Jumlah penerima Bantuan Sosial RS-RTLH di Kecamatan Panjatan dan Kecamatan Galur ................. 29

Tabel 3.10. Luas Wilayah Kecamatan Labakkang ............................... 50

Tabel 3.11. Jenis Usaha di Desa Bonto Manai ..................................... 56

Tabel 4.1. Jenis UEP dan Kemandirian Ekonomi Crosstabulation ... 103

Tabel 4.2. Usia dan Kemandirian Ekonomi Crosstabulation ........... 103

Tabel 4.3. Jenis UEP dan Kemandirian Ekonomi Crosstabulation ... 104

Tabel 4.4. Organisasi UEP dan Kemandirian Ekonomi Crosstabulation ................................................................... 105

Page 8: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

viii

Tabel 4.5. Tabel Silang Kemandirian Ekonomi dan

Pendamping UEP ............................................................... 106

Tabel 4.6. Tabel Silang Kemandirian Ekonomi dan

Pendamping UEP ............................................................... 106

Page 9: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

ix

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 4.1. Usia ............................................................................... 59

Diagram 4.2. Pekerjaan ....................................................................... 60

Diagram 4.3. Pendidikan Terakhir ....................................................... 60

Diagram 4.4. Pendapatan Per Bulan ................................................... 61

Diagram 4.5. Jenis UEP ........................................................................ 62

Diagram 4.6. Alasan Pemilihan UEP ................................................... 63

Diagram 4.7. Lama Usaha .................................................................... 64

Diagram 4.8. Lokasi UEP ...................................................................... 64

Diagram 4.9. Pemanfaatan Modal UEP .............................................. 65

Diagram 4.10. Keuntungan UEP ............................................................ 66

Diagram 4.11. Organisasi UEP ............................................................... 66

Diagram 4.12. Kunjungan Pendamping dalam Sebulan ..................... 67

Diagram 4.13. Usia ................................................................................ 68

Diagram 4.14. Pekerjaan ........................................................................ 69

Diagram 4.15. Pendidikan Terakhir ....................................................... 70

Diagram 4.16. Pendapatan Perbulan .................................................... 71

Diagram 4.17. Jenis UEP ........................................................................ 72

Diagram 4.18. Alasan Pemilihan UEP ................................................... 74

Diagram 4.19. Pemanfaatan Modal UEP ............................................. 75

Diagram 4.20. Keuntungan UEP ............................................................ 76

Diagram 4.21. Organisasi UEP ............................................................... 78

Diagram 4.22. Kunjungan Pendamping dalam Sebulan ...................... 79

Diagram 4.23. Usia ................................................................................ 80

Diagram 4.24. Pekerjaan ........................................................................ 80

Diagram 4.25. Pendidikan Terakhir ..................................................... 81

Diagram 4.26. Pendapatan Perbulan .................................................. 82

Diagram 4.27. Organisasi UEP .............................................................. 85

Page 10: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

x

Diagram 4.28. Usia Responden ............................................................. 86

Diagram 4.29. Pekerjaan ....................................................................... 87

Diagram 4.30. Pendidikan ................................................................... 88

Diagram 4.31. Pendapatan Per Bulan ................................................... 90

Diagram 4.32. Jenis UEP ......................................................................... 92

Diagram 4.33. Diagram Pemanfaatan ................................................... 94

Diagram 4.34. Pendampingan ............................................................. 96

Diagram 4.35. Pendampingan .............................................................. 98

Diagram 4.36. Kemandirian Ekonomi .................................................. 99

Diagram 4.37. Tingkat Kemandirian Ekonomi KPM ............................ 100

Page 11: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Peta Kabupaten Kulon Progo ...................................... 18

Gambar 3.2. Peta Kabupaten Wonogiri .............................................. 37

Gambar 3.3. Peta Penduduk Miskin Kabupaten Wonogiri Tahun 1996 - 2017 .......................................................... 42

Gambar 3.4. Peta Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan ............... 46

Page 12: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat
Page 13: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

1Pendahuluan

BaB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemerintah sudah memiliki agenda penanggulangan dan pengurangan kemiskinan sebagai salah satu pilar strategi peningkatan kesejahteraan rakyat. Agenda ini mencakup program-program: (1) Pemenuhan kebutuhan pokok, (2) peningkatan kepedulian dan solidaritas sosial, (3) penguatan jaringan pengaman sosial ekonomi, (4) pemberdayaan masyarakat, (5) pertumbuhan dan pemerataan propengurangan kemiskinan (6) penengakan hukum. Agenda ini dikonsentrasikan pada upaya-upaya: (a) pendataan dan pemerataan kemiskinan dan daerah tertinggal (b) pengembangan pendanaan, mikrodana dan wirausaha mikro dan (c) penguatan kelembagaan (Bakrie dalam Kusnadi, 2015).

Dalam teori pembangunan dikatakan bahwa sesunguhnya pembangunan merupakan sebuah upaya yang dapat membawa masyarakat mengikuti sebuah proses untuk mencapai kehidupan yang sebelumnya dianggap tidak baik, ataupun

Page 14: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

2 Pendahuluan

kurang baik, menjadi sebuah kondisi yang lebih baik. Meskipun demikian kondisi masyarakat yang lebih baik adalah sebuah kondisi yang tidak dapat ditinggalkan. Kondisi ini mempunyai banyak ukuran dan kriteria yang berbeda. Akibatnya, ukuran kondisi yang lebih baik bagi seseorang belum tentu baik menurut orang lain, bahkan dapat saja menjadi kondisi yang lebih buruk. Contohnya Pemerintah beranggapan kondisi yang lebih baik bagi bangsanya adalah tercapainya pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, pemerintah berusaha membuka sebanyak mungkin wilayah kantong-kantong pertumbuhan ekonomi yang dapat mendukung tujuan tersebut. Kekuatan yang dimaksud dapat dilihat dari aspek fisik dan material, ekonomi, kelembagaan, kerjasama, kekuatan intelektual dan komitmen bersama dalam menerapkan prinsip-prinsip pemberdayaan.

Kemampuan berdaya mempunyai arti yang sama dengan kemandirian masyarakat. Terkait dengan program pembangunan, bahwa tujuan yang ingin dicapai adalah untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berpikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan. Kemandirian masyarakat merupakan suatu kondisi yang dialami oleh masyarakat yang ditandai dengan kemampuan memikirkan, memutuskan serta melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah-masalah yang dihadapi dengan mempergunakan daya kemampuan yang dimiliki. Daya kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan kognitif, konatif, psikomotorik dan afektif serta sumber daya lainnya yang bersifat fisik/material. Kemandirian masyarakat dapat dicapai tentu memerlukan sebuah proses belajar.

Page 15: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

3Pendahuluan

Kemandirian adalah suatu konsep yang sering dihubungkan dengan pembangunan. Dalam konsep ini program-program pembangunan dirancang secara sistematis agar individu maupun masyarakat menjadi subyek dari pembangunan. Walaupun kemandirian sebagai filosofi pembangunan juga dianut oleh negara-negara yang telah maju secara ekonomi, tetapi konsep ini lebih banyak dihubungkan dengan pembangunan yang dilaksanakan oleh negara-negara sedang berkembang. Untuk mengejar ketertinggalannya di bidang ekonomi, negara-negara tersebut harus melakukan pelbagai program pembangunan. Salah satu program pembangunan untuk memandirikan masyarakat bidang kesejahteran sosial adalah melalui pengembangan usaha ekonomi. Pengembangan Usaha Ekonomi Masyarakat dapat membantu masyarakat dalam upaya pengembangan usaha dan pemasaran yang didukung permodalan dengan persyaratan yang mudah, murah dan cepat, sehingga hasilnya secara nyata akan dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan keluarganya, sehingga akan dapat membantu mempercepat proses kemandirian masyarakat di wilayah tersebut. Pengembangan Usaha Ekonomi Masyarakat adalah untuk memberikan penguatan permodalan kepada kelompok usaha ekonomi masyarakat guna meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan sehingga dapat membantu mempercepat proses kemandirian masyarakat. Tujuan Pengembangan Usaha Ekonomi Masyarakat adalah (bappenas.jatimprov.go.id, n.d):

1. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan masyarakat dalam pengelolaan usaha dengan berbasis sumber daya potensi lokal;

2. Meningkatkan kemandirian masyarakat dalam pengembangan usaha ekonomi masyarakat yang produktif guna peningkatan kualitas hidup masyarakat;

Page 16: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

4 Pendahuluan

B. Permasalahan

Terkait hal tersebut, Kementerian Sosial RI melalui Direktorat Penanggulangan Fakir Miskin Pesisir PPK dan PAN memiliki tugas dan fungsi untuk meningkatkan kemampuan fakir miskin dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya melalui pengalokasian bantuan stimulan berupa UEP (Usaha Ekonomi Produktif), RS-RTLH (Rehabilitasi Sosial – Rumah Tidak Layak Huni) dan Sarling (Sarana Lingkungan). Bantuan stimulan merupakan bantuan berupa uang atau barang dari pemerintah kepada individu, keluarga, kelompok dan atau masyarakat yang sifatnya tidak secara terus menerus dan selektif yang bertujuan untuk memberikan rangsangan, dorongan untuk melindungi dari kemungkinan resiko sosial (Ditjen. Penanganan Fakir Miskin, 2017). Salah satu bentuk pengembangan usaha ekonomi pada masyarakat melaui Dit. PFM Pesisir PKK dan PAN adalah melalui bantuan sosial UEP. Bantuan Sosial UEP telah diberikan kepada Keluarga Penerima Manfaat (KPM) di wilayah pesisir sejak tahun 2017.

Usaha Ekonomi Produktif (UEP) merupakan program bantuan sosial yang diberikan oleh Direktorat Penanganan Fakir miskin. UEP merupakan serangkaian kegiatan yang ditujukan kepada fakir miskin untuk meningkatkan kemampuan dalam mengakses sumber daya ekonomi, meningkatkan kemampuan usaha ekonomi, meningkatkan produktivitas kerja, meningkatkan penghasilan dan menciptakan kemitraan usaha yang saling menguntungkan. Kegiatannya dilaksanakan dalam bantuan pemberian fasilitas ekonomi atau bantuan modal usaha yang disalurkan kepada fakir miskin dengan pendekatan individu, keluarga, kelompok maupun masyarakat. Sasaran kegiatan ini dengan mendayagunakan potensi dan sumber sosial ekonomi ditingkat lokal, memperkuat budayaa kewirausahaan, mengembangkan akses pasar dan menjalin

Page 17: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

5Pendahuluan

kemitraan sosial ekonomi dengan berbagai pihak yang terkait. Bantuan stimulan UEP diberikan senilai Rp. 2.000.000 kepada KPM yang berusia 18 sampai dengan 60 tahun dan masih produktif, sebagai Kepala Keluarga, terdaftar dalam BDT, memiliki KK/KTP dan Surat Keterangan Domisili. Bantuan UEP bertujuan; (1) Pemberian modal usaha Penerima Manfaat, (2) Memberikan aksesibilitas pengembangan usaha yang dimiliki, (3) Menambah pendapatan atau penghasilan KPM, (4) Membangun kemandirian usaha penerima manfaat, (5) Meningkatkan hubungan sosial yang semakin harmonis di dalam keluarga (Dit. Penanganan Fakir Miskin, 2017).

Dari hasil kaji cepat yang dilakukan Puslitbang Kesos terhadap 4 wilayah pesisir Pulau Jawa yang dijadikan lokasi penelitian, manfaat UEP cukup bermanfaat bagi sebagian besar kasus di 4 wilayah pesisir yang dijadikan sampel. Kemanfaatan UEP rupanya cukup bermanfaat di Kabupaten Serang yaitu sebesar 75 persen dari total responden di Kabupaten Serang, sebesar 65 persen dari total responden di Kabupaten Kulon Progo menyatakan cukup bermanfaat, 60 persen dari total responden di Kabupaten Cilacap menyatakan cukup bermanfaat dan 55 persen dari total responden di Kabupaten Cirebon. Namun sebesar 45 persen dari total responden di Kabupaten Cirebon masih menyatakan kurang bermanfaat (Puslitbang Kesos, 2018). Dari data tersebut dapat diintepretasi bahwa kemanfaatan UEP rata-rata hanya setengah dari persentase nilai yang diharapkan, berarti ada hal-hal yang mungkin menjadi kekurangan dalam program. Diantara salah satu tujuan dari UEP yang diberikan adalah diharapkan dapat untuk memandirikan ekonomi usaha KPM, hal tersebut perlu diketahui apakah program UEP telah mampu memandirikan ekonomi KPM dengan berbagai kerterbatasan. Berdasarkan latar belakang tersebut penelitian ini mencoba

Page 18: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

6 Pendahuluan

mengidentifikasi: Apakah Program UEP berpengaruh terhadap tingkat kemandirian ekonomi KPM?

C. Tujuan

Teridentifikasinya pengaruh bantuan sosial melaluii UEP terhadap tingkat kemandirian ekonomi KPM Pesisir.

D. Manfaat

Memberikan masukan bagi penyelenggara program dalam penanganan fakir miskin di wilayah pesisir.

E. Kajian Literatur

Bantuan Sosial (Social Assistance)

Salah satu penanganan khusus pada kelompok miskin adalah melalui bantuan sosial. Bantuan sosial didefinisikan sebagai tindakan pemerintah dan non pemerintah untuk mentransfer sumber daya kepada kelompok yang rentan menjamin beberapa bentuk hak. Bantuan sosial harus dilihat sebagai suatu sarana untuk mengurangi kemiskinan dan mengembangkan kapabilitas, meningkatkan partisipasi sosial dan ekonomi orang-orang rentan, kesetaraan dan kesempatan. Program-program di desain untuk tujuan: a. mencegah guncangan yang akan memberikan dampak negatif kelompok miskin, b. mengurangi dampak guncangan, c. membantu kelompuk rentan untuk mengatasi guncangan.

Bantuan sosial didefinisikan sebagai benefit tunai maupun barang, dibiayai oleh negara (nasional atau lokal) dan biasanya disediakan berdasarkan uji coba atau alat bantu. Mungkin melibatkan skema manfaat universal – dibiayai oleh pajak tapi tanpa tes atau subsidi (untuk perumahan, energi, makanan, pendidikan dan kesehatan). Program bantuan sosial negara pada umumnya kurang berkembang; kelompok rentan harus

Page 19: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

7Pendahuluan

bergantung pada jaringan informan dan keluarga dan transfer dari organisasi keagamaan dan amal (Howell, F. , 2001).

Bantuan sosial adalah bantuan berupa uang atau barang dari pemerintah kepada individu, keluarga, kelompok dan atau masyarakat yang sifatnya tidak secara terus menerus dan selektif yang bertujuan untuk melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial. Kementerian Sosial dalam penanganan fakir miskin mengambil peran teknis untuk memberikan akses pemberian bantuan sosial untuk penguatan permodalan usaha dan juga penguatan kelembagaan masyarakat dalam penanganan fakir miskin, serta memfasilitasi perbaikan rumah melalui rehabilitasi sosial rumah tidak layak huni. Penanganan fakir miskin wilayah pesisir merupakan kebijakan, program, dan kegiatan yang dilakukan bagi penduduk miskin di pesisir, sehingga mereka mampu memenuhi hak-hak dasar dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Program yang diberikan Direktorat Penanganan Fakir Miskin Pesisir adalah dalam bentuk bantuan stimulan Usaha Ekonomi Produktif (UEP), Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni (RS-RTLH) dan Sarana Lingkungan (Sarling).

Usaha Ekonomi Produktif

Salah satu bentuk bantuan sosial adalah melalui kewirausahaan. Wirausaha adalah orang yang berani dan mampu memulai usaha untuk meningkatkan ekonomi keluarga dan lingkungan sekitarya. Kemampuan yang harus dimiliki seorang wirausaha adalah;

1. Membuat barang dan jasa

2. Menyajikan dan mengemas

3. Menemukan pasar

4. Menentukan pelanggan

Page 20: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

8 Pendahuluan

5. Menentukan harga yang tepat

6. Mengatur pemasukan dan pengeluaran uang

7. Memperoleh sumber dana lain

8. Menjalin hubungan dengan pelanggan

9. Mendapatkan bahan baku terbaik dan termurah

10. Mengelola tenanga kerja

11. Mengembangkan usaha

Bantuan sosial (stimulan) UEP atau Usaha Ekonomi Produktif adalah serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan dalam mengakses sumber daya ekonomi, meningkatkan kemampuan usaha ekonomi, meningkatkan produktivitas kerja, meningkatkan penghasilan dan menciptakan kemitraan usaha yang saling menguntungkan. UEP bertujuan; pemberian modal usaha penerima manfaat, memberikan aksesibilitas pengembangan usaha yang dimiliki, menambah pendapatan atau penghasilan keluarga penerima manfaat, membangun kemandirian usaha penerima manfaat, meningkatkan hubungan sosial yang semakin harmonis di dalam keluarga. Jenis usaha Program bantuan stimulan UEP yang dilaksanakan oleh masyarakat penerima manfaat bantuan pada umumnya berkaitan dengan mata pencaharian pokok keluarga seperti pertanian, peternakan, pedangangan/jasa, perikanan, dan lain-lain. Adapun jumlah bantuan stimulan UEP yang diberikan per KK adalah Rp. 2.000.000 (dua juta), yang peruntukannya sesuai dengan proposal yang diajukan oleh penerima manfaat bantuan.

Usaha Ekonomi Produktif (UEP) adalah bantuan yang diberikan oleh Kementerian Sosial RI untuk modal usaha. Modal usaha ini digunakan dan dikelola untuk meningkatkan penghasilan keluarga. Bantuan harus dimanfaatkan sebaik-

Page 21: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

9Pendahuluan

baiknya dengan penuh tanggung jawab dan hanya digunakan untuk keperluan usaha.

Kriteria penerima manfaat bantuan stimulan UEP, yaitu:

1. Fakir miskin yang terdaftar di Basis Data Terpadu (BDT) pada Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial (Pusdatin Kessos) Kementerian Sosial.

2. Fakir miskin yang sudah maupun belum pernah mendapatkan bantuan lain dari pemerintah seperti PKH, KIS, KIP, Rastra maupun KKS.

3. Memiliki KTI/KK/Surat Keterangan Domisili.

4. Memiliki keinginan berusaha dan belum pernah mendapat bantuan stimulan usaha serta memiliki potensi dan keterampilan dalam melaksanakan bantuan stimulan UEP.

5. Usia 18 – kurang dari 60 tahun dan masih produktif.

6. Sebagai kepala keluarga.

7. Fakir miskin yang tidak terdaftar dalam BDT tetapi masuk dalam kriteria fakir miskin dan orang tidak mampu mengacu pada Permensos Nomor 146 Tahun 2013.

Yang berhak menerima UEP:

1. Masyarakat miskin sebagai hasil dari verifikasi di lapangan oleh pendamping, Petugas Dinas Provinsi, Petugas Dinas Kabupaten, Petugas Kementerian Sosial RI disetujui oleh aparat pemerintah.

2. Masyarakat miskin telah ditentukan oleh SK Direktur PFM Pesisir, PPK dan PAN berdasarkan hasil verifikasi.

3. Masyarakat yang menerima Bantuan UEP berupa uang melalu Buku Tabungan.

4. Masyarakat miskin yang mencairkan bantuan didampingi Pendamping ke Pihak Bank.

5. Masyarakat miskin yang melakukan pembelian modal

Page 22: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

10 Pendahuluan

usaha sebagai pertanggungjawaban bantuan UEP (Dit. Penanganan Fakir Miskin, 2017).

Pendampingan. Mendampingi penerima UEP agar mampu:

1. Membuat rencana usaha

2. Memproduksi produk/jasa

3. Memasarkan hasil usahanya

4. Mengatasi masalah

5. Menjalankan usaha

6. Mengembangkan usaha

7. Berusaha sekuat tenaga

8. Menjalin hubungan dengan mitra usaha

Jenis usaha yang akan digeluti:

1. Perdagangan. Contoh: usaha pangan, warungan, pedagang keliling dll.

2. Jasa. Contoh: perbengkelan, salon, menjahit, dll.

3. Ternak. Contoh: ternak itik, ternak ikan, ternak kambing, dll.

4. Industri Rumahan. Contoh: usaha kerajinan, pembuautan tenun, songket, dll.

5. Pertanian/perkebunan. Contoh: usaha budidaya rumput laut, sayuran, padi, coklat dll.

Indikator Keberhasilan Program:

Indikator keberhasilan pemberian bantuan stimulan UEP meliputi:

1. Bertambahnya modal usaha penerima manfaat bantuan stimulan UEP.

2. Bertambahnya penghasilan/pendapatan keluarga.

3. Terpenuhinya kebutuhan dasar keluarga secara layak.

Page 23: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

11Pendahuluan

4. Adanya tabungan penerima manfaat bantuan.

5. Adanya Iuran Kesejahteraan Sosial (IKS).

Kemandirian Usaha & Ekonomi

Konsep kemandirian menjadi faktor sangat penting dalam pembangunan. Konsep ini tidak hanya mencakup pengertian kecukupan diri (self-sufficiency) di bidang ekonomi, tetapi juga meliputi faktor manusia secara pribadi, yang di dalamnya mengandung unsur penemuan diri (self-discovery) berdasarkan kepercayaan diri (self-confidence). Kemandirian adalah satu sikap yang mengutamakan kemampuan diri sendiri dalam mengatasi pelbagai masalah demi mencapai satu tujuan, tanpa menutup diri terhadap pelbagai kemungkinan kerjasama yang saling menguntungkan. Dalam pengertian sosial atau pergaulan antar manusia (kelompok, komunitas), kemandirian juga bermakna sebagai organisasi diri (self-organization) atau manajemen diri (self-management).

Adapun beberapa definisi kemandirian menurut para ahli, sebagaimana dikutip Eti Nurhayati, sebagai berikut:

1. Menurut Watson, kemandirian berarti kebebasan untuk mengambil inisiatif, mengatasi hambatan, melakukan sesuatu dengan tepat, gigih dalam usaha, dan melakukan sendiri segala sesuatu tanpa mengandalkan bantuan dari orang lain.

2. Menurut Bernadib, kemandirian mencakup perilaku mampu berinisiatif, mampu mengatasi masalah, mempunyai rasa percaya diri.

Menurut Robert Havighurst sebagaimana di kutip Desmita, membedakan kemandirian atas empat bentuk kemandirian, yaitu:

1. Kemandirian Emosi, Merupakan kemampuan mengontrol

Page 24: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

12 Pendahuluan

emosi sendiri dan tidak tergantung kebutuhan emosi orang lain.

2. Kemandirian Ekonomi, yaitu kemampuan mengatur ekonomi sendiri dan tidak tergantungnya kebutuhan ekonomi pada orang lain.

3. Kemandirian Intelektual, Kemandirian itelektual yaitu kemampuan untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi.

4. Kemandirian Sosial, Kemandirian sosial merupakan kemampuan untuk mengadakan interaksi dengan orang lain dan tidak bergantung pada aksi orang lain.

Indikator kinerja kemandirian usaha sosial-ekonomi keluarga fakir miskin antara lain;

1. Terbentuknya usaha sosial ekonomi yang terorganisir dengan baik

2. Meningkatnya produktivitas dan kemandirian usaha

3. Terbentuknya lembaga keuangan mikro yang mandiri

4. Meningkat dan melembaganya usaha-usaha kesejahteraan sosial (Dit. Penanganan Fakir Miskin, 2017).

Page 25: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

13Metode

BaB II

METODE

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengukur sejauhmana pengaruh program UEP terhadap tingkat kemandirian usaha KPM. Didukung dengan data kualitatif melalui FGD untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat tingkat kemandirian ekonomi KPM. Dalam pendekatan kuantitatif teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner. Kuesioner sebagai instrumen alat ukur pengaruh UEP dan tingkat kemandirian usaha KPM. Penelitian ini adalah eksplanatif yang melihat hubungan antara 2 variabel. Jenis penelitian ini adalah penelitian evaluasi sumatif.

Pemilihan sampel penelitian didasarkan pada purposive sampling di wilayah pesisir yaitu dengan kategorisasi jenis UEP Berkembang, Kurang Berkembang dan Tidak Berkembang:

Page 26: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

14 Metode

B. Lokasi PenelitianTabel 2.1

Lokasi Penelitian

NO Status UEP PROVINSI KAB. KEC. DESA

1 Kurang Berkembang

DIY Kulon Progo Galur Banaran

2 Tidak Berkembang

Jawa Tengah Wonogiri Paranggupito Gunturharjo

3 Berkembang Jawa Timur Gresik Bungah Kramat

4 Tidak Berkembang

Sulawesi Selatan

Pangkajene Kep.

Labakkang Bonto Manai

Unit analisis dalam peneltian ini adalah Keluarga Penerima Manfaat (KPM) adalah penerima bantuan sosial dari Direktorat Penanganan Fakir Miskin yang menerima bantuan stimulan UEP (Usaha Ekonomi Produktif).

C. Pengujian Instrumen 1. Uji Validitas

2. Uji Reliabilitas

3. Pearson Cor

Operasionalisasi konsep adalah upaya untuk mengubah konsep menjadi variabel yang digunakan dalam penelitian. Perbedaan utama antara konsep dan variabel hanya terletak pada ada atau tidaknya variasi nilainya. Jika tidak ada variasi nilainya disebut konsep dan jika ada variasi nilainya disebut

Page 27: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

15Metode

variabel. Pengubahan dari konsep menjadi variabel harus menyertakan indikator-indikator yang digunakan, dan juga kategori skor dari masing-masing variasi dalam variabel tersebut (Suyanto B. & Sutinah, 2011).

D. Operasional KonsepTabel 2.2

Operasional Konsep

NO VARIABEL DIMENSI INDIKATOR

1 Modal Usaha Bantuan Sosial UEP cukup untuk modal usaha

Bantuan Rp. 2.000.000 dimanfaatkan untuk membuka usaha awal

Bantuan Rp. 2.000.000 dimanfaatkan untuk menambah kebutuhan usaha

bantuan UEP digunakan sebagian untuk biaya operasional usaha (misal bayar listrk, pegawai, dll)

Bantuan UEP digunakan untuk membeli dagangan usaha

Bantuan UEP digunakan untuk pengembangan usaha pada pihak lain

Ada upaya pengembangan usaha sendiri

2 Pendampingan Pendamping mengunjungi setiap bulan sekali

Pendamping mengarahkan usaha dalam menjalankan UEP

Pendamping ikut dalam pencairan UEP

Pendamping ikut dalam pembelanjaan bantuan UEP

Pendamping mengajarkan usaha

Pendamping membantuu jika ada masalah usaha

Page 28: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

16 Metode

Pendamping membantu memasarkan usaha

Pendamping memotivasi usaha

Pendamping mengajarkan wirausaha

Pendamping mengajarkan pencatatan usaha

Pendamping mengadakan pertemuan kelompok

Pendamping mengarahkan iuran kesejahteraan sosial

Pendamping membantu koordinasi dengan pihak lain untuk mengembangkan usaha

Pendampingan dari Direktorat FM

3 Tingkat Kemandirian

Ada keuntungan usaha setelah terima UEP

Ada peningkatan penghasilan

Keuntungan UEP dapat memenuhi kebutuhan keluarga

Keuntungan UEP dapat memutarkan modal usaha

Dengan UEP meningkatkan semangat usaha

Ada peningkatan asset usaha

Keuntungan UEP dapat untuk membiayai pendidikan

Keuntungan UEP dapat untuk membiayai kesehatan

Dapat memeasarkan hasil usaha

Belajar mengenai pencatatan usaha

Dana Bantuan UEP digunakan untuk modal usaha

Dapat melakukan perhitngan keuangan

Ada peningkatan pola konsumsi

Pemanfaatan untuk keluarga

Page 29: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

17Gambaran Umum Lokasi

BaB III

GAMBARAN UMUM LOKASI

Bab ini membahas tentang kondisi secara umum pada empat lokasi desa dalam empat provinsi dan dalam empat kabupaten yaitu: Kulon Progo, Wonogiri, Gresik, dan Pangkajene dan Kepulauan.

A. Kabupaten Kulon Progo

Geografis

Kabupaten Kulon Progo merupakan satu dari lima kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak paling barat. Kabupaten Kulon Progo dengan ibukota Wates. Secara astronomis terletak antara 7o 38’42” – 7o 59’3” Lintang Selatan dan antara 110o 1’37” – 110o 16’26” Bujur Timur. Kabupaten ini luas wilayahnya 58.627,512 Ha (586,28 Km2) terdiri dari 12 kecamatan, 87 desa, 1 kelurahan, 918 pedukuhan, 1.862 Rukun Warga, dan 4.472 Rukun Tetangga.Berdasarkan posisi geografisnya, Kabupaten Kulon Progo batasnya: utara dengan Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah, selatan

Page 30: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

18 Gambaran Umum Lokasi

Samudera Indonesia, barat dengan Kabupaten Purworejo, Propinsi Jawa Tengah, timur dengan Kabupaten Sleman dan Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (BPS PDIY; 2018).

Gambar 3.1Peta Kabupaten Kulon Progo

Sumber:Bappeda Kulonprogo

Akhir tahun 2017, wilayah administrasi Kabupaten Kulon Progo terdiri dari 12 wilayah Kecamatan. Luas daratan masing-masing kecamatan, yaitu: Temon (36,30 km2), Wates (32,00 km2), Panjatan (44,59 km2), Galur (32,91 km2), Lendah (35,59 km2), Sentolo (52,65 km2), Pengasih (61,66 km2), Kokap (73,80 km2), Girimulyo (54,90 km2), Nanggulan (39,61 km2), Kalibawang (52,96 km2), dan Samigaluh (69,29 km2).

Page 31: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

19Gambaran Umum Lokasi

Tabel 3.1 Luas dan persentase Luas Wilayah dirinci Menurut

Kecamatan di Kabupaten Kulon Progo (Hektar) Tahun 2017

No. Kecamatan Luas Wilayah persen

1. Temon 3,629,890 6,19

2. Wates 3,200,239 5,46

3. Panjatan 4,459,230 7,61

4. Galur 3,291,232 5,61

5. Lendah 3,559,192 6,07

6. Sentolo 5,265,340 8,98

7. Pengasih 6,166,468 10,52

8. Kokap 7,379,950 12,59

9. Girimulyo 5,490,424 9,36

10. Nanggulan 3,960,670 6,76

11. Kalibawang 5.296,368 9,03

12. Samigaluh 6.929,308 11,82

Sumber: Kulon Progo dalam Angka, 2018

Kabupaten Kulon Progo dilihat secara geostrategic mempunyai posisi yang menguntungkan berdasarkan kondisi fisik wilayahnya. Wilayah kabupaten Kulon Progo dapat dibagi menjadi tiga kawasan yaitu (Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, 2017):

1. Bagian utara sebagai kawasan pegunungan: merupakan dataran tinggi/perbukitan Menoreh dengan ketinggian antara 500 – 1.000 meter dari permukaan laut. Meliputi Kecamatan: Girimulyo, Kokap, Kalibawang, dan Samigaluh.

2. Bagian tengah sebagai kawasan dataran: merupakan daerah perbukitan dengan ketinggian antara 100 - 500 meter dari permukaan air laut. Meliputi Kecamatan: Sentolo, Pengasih, dan sebagian Kecamatan Lendah. Berdasarkan kemiringan lahan, kawasan ini memiliki lereng antara 2-15 persen,

Page 32: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

20 Gambaran Umum Lokasi

tergolong berombak dan bergelombang dan merupakan peralihan anatar dataran rendah dan perbukitan.

3. Bagian selatan sebagai kawasan pesisir: merupakan dataran rendah dengan ketinggian 0 – 100 meter dari permukaan air laut. Meliputi Kecamatan: Temon, Wates, Panjatan, Galur, dan sebagian Lendah. Berdasarkan kemiringan lahan, daerah di kawasan ini memiliki 0 – 2 persen wilayah berlereng; merupakan wilayah pantai dengan garis pantai sepanjang kurang lebih 24,8 km.

Hamparan wilayah Kabupaten Kulon Progo mencakup dataran rendah, dataran tinggi serta daerah perbukitan.Sebagai daerah yang berada pada iklim tropis, Kabupaten Kulon Progo juga dipengaruhi oleh iklim tropis yang bersifat panas sehingga menyebabkan curah hujan tinggi. Di samping itu, karena letaknya yang sangat dekat dengan Samudera Indonesia, terjadi penguapan air laut menjadi udara lembab dan mengakibatkan curah hujan tinggi. Secara umum, curah hujan dan hari hujan mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun, dengan kecenderungan mengalami naik turun tiap tahun. Selama tahun 2017 di Kabupaten Kulon Progo, rata-rata curah hujan 248 mm per bulan dan hari hujan 13 hh per bulan. Keadaan rata-rata curah hujan tertinggi terjadi pada bulan November sebesar 716 mm dengan jumlah hari hujan 23 hh per bulan. Kecamatan yang mempunyai rata-rata curah hujan per bulan tertinggi pada tahun 2017 berada di Kecamatan Samigaluh sebesar 348 mm dengan jumlah hari hujan 12 hh per bulan (BPS PDIY; 2018).

Demografis

Penduduk Kabupaten Kulon Progo berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2017 sebanyak 421.295 jiwa yang terdiri atas 207.245 jiwa atau 49,19 persen laki-laki, dan 214.050

Page 33: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

21Gambaran Umum Lokasi

jiwa atau 60,81 persen perempuan. Dibandingkan dengan proyeksi jumlah penduduk tahun 2016, penduduk Kulon Progo mengalami pertumbuhan sebesar 1,11 persen dengan masing-masing persentase pertumbuhan penduduk laki-laki sebesar 1,18 persen dan penduduk perempuan sebesar 1,04 persen. Sementara itu besarnya angka rasio jenis kelamin tahun 2017 penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan sebesar 96. Kepadatan penduduk di Kabupaten Kulon Progo tahun 2017 mencapai 719 jiwa/Km2. Kepadatan Penduduk di 12 kecamatan cukup beragam dengan kepadatan penduduk tertinggi terletak di Kecamatan Wates dengan kepadatan sebesar 1.514 jiwa/Km2 dan terendah di Kecamatan Samigaluh sebesar 381 jiwa/Km2.

Jumlah pencari kerja terdaftar di Kabupaten Kulon Progo Pada Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2017 sebesar 3.341 pekerja dengan kenaikan 13,59 persen. Pencari kerja tahun 2017 terbanyak terjadi pada bulan Juli dan November. Hal tersebut sangat berkaitan dengan bulan kelulusan siswa sekolah dan tahun ajaran baru pendidikan. Proporsi terbesar pencari kerja yang mendaftar pada dinas Sosial dan Tenaga Kerja berpendidikan terakhir SMA sederajat sebanyak 2.226 orang atau sebesar 66,62 persen. Tingginya jumlah lulusan SMA yang mencari kerja karena banyaknya lulusan SMA sederajat yang tidak melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, sehingga mereka memutuskan untuk langsung terjun ke dunia kerja.

Menurut Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) penduduk usia kerja adalah penduduk usia 15 tahun ke atas yang dirinci menurut penduduk yang termasuk angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Pada tahun 2017 persentase penduduk angkatan kerja sebesar 74,61 persen sedangkan sisanya merupakan penduduk bukan angkatan kerja sebesar

Page 34: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

22 Gambaran Umum Lokasi

25,39 persen. Dari jumlah penduduk yang bekerja, sebagian besar penduduk bekerja pada sektor pertanian sebanyak 31,67 persen, penduduk yang bekerja pada sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 20,04 persen, sebanyak 18,57 persen bekerja pada sektor industri, 14,97 persen bekerja pada sektor jasa kemasyarakatan, sosial, dan perorangan, lima sektor yang lain yaitu sektor pertambangan dan penggalian, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor konstruksi, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor lembaga keuangan dan sektor jasa-jasa persentasenya kurang dari 13,40 persen.

Tabel 3.2 Luas Wilayah, Banyaknya Penduduk danKepadatan Penduduk PerKm2 menurut

Kecamatan di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2017

No KecamatanLuas Wilayah

(KM2)

Banyaknya Penduduk (

persen)

Kepadatan Penduduk

per Km2

1. Temon 3,629,890 26,960 6,40 743

2. Wates 3,200,239 48,463 11,50 1 514

3. Panjatan 4,459,230 36,512 8,67 819

4. Galur 3,291,232 31,405 7,45 954

5. Lendah 3,559,192 39,753 9,44 1 117

6. Sentolo 5,265,340 48,920 11,61 929

7. Pengasih 6,166,468 49,768 11,81 807

8. Kokap 7,379,950 32,396 7,69 439

9. Girimulyo 5,490,424 22,891 5,43 417

10. Nanggulan 3,960,670 29,731 7,06 751

11. Kalibawang 5.296,368 28,080 6,67 530

12. Samigaluh 6.929,308 26,416 6,27 381

Sumber: Kulon Progo dalam Angka, 2018

Page 35: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

23Gambaran Umum Lokasi

Jumlah Bantuan Sosial UEP

Kulon Progo merupakan kabupaten termiskin di Propinsi DI Yogyakarta. Menurut data BPS (2016) jumlah penduduk miskin di Kulon Progo sebesar 84.340 orang atau 20,30 persen dari total penduduk. Kemudian disusul Kabupaten Gunung Kidul dengan jumlah 139,15 ribu orang atau 19,34 persen dari total penduduk. Meskipun demikian, jumlah penduduk miskin di Kulon Progo mengalami penurunan sejak tahun 2012 hingga tahun 2016. Sempat mengalami kenaikan pada tahun 2015, pada tahun 2016 penurunan terjadi hingga di bawah angka jumlah penduduk miskin di tahun 2014. Penurunan jumlah berbanding lurus dengan presentase jumlah penduduk miskin dibandingkan total jumlah penduduk di kabupaten Kulon Progo, yakni berturut-turut 20,64 persen pada 2014, 21,40 persen pada 2015, dan 20,30 persen pada 2016.

Tabel 3.3Jumlah Kemiskinan Berdasarkan Basis Data

Terpadu di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2017

No Kecamatan Jumlah

1. Galur 15.863

2. Girimulyo 11.753

3. Kalibawang 17.155

4. Kokap 18.406

5. Lendah 22.117

6. Nanggulan 17.179

7. Panjatan 17.632

8. Pengasih 25.352

9. Samigaluh 15.707

10. Sentolo 27.492

11. Temon 12.030

12. Wates 18.104

Total 218.790

Sumber: Dinas Sosial Kabupaten Kulon Progo, 2016

Page 36: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

24 Gambaran Umum Lokasi

Proses pengentasan kemiskinan pemerintah Kabupaten Kulon Progo diharapkan dapat dilakukan secara menyeluruh sampai pada tingkatan desa hingga pedukuhan. Adanya sistem otonomi daerah mengharuskan pemerintah daerah untuk lebih memberikan perannya dalam mengurus urusan pemerintahannya sendiri dan kepentingan masyarakat setempat, tidak terkecuali untuk mengurangi penurunan dan menanggulangi kemiskinan.

Menurut Data Dinas Sosial Kabupaten Kulon Progo, angka kemiskinan di Kulon Progo 20,03 persen. Kebijakan yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Kulon Progo untuk menurunkan jumlah penduduk miskin dengan cara mendorong sinergitas program Pemerintah Kabupaten Kulon Progo dengan cara meningkatkan atau mendorong meningkatkan kerja sama potensi yang ada di wilayahnya yakni: dengan cara mendorong atau mensinergikan program-program pemerintah yang ada di dalam OPD dengan program-program swasta CSR dengan sebutan Bela dan Beli Kulon Progo, Bedah Rumah, dan otensi yang ada di masyarakat dengan sebutan Gerakan Gotong Royong Masyarakat Bersatu (Gentong Rembes). Langkah ini diawali dengan pendataan kemiskinan, pembuatan peraturan bupati hingga peraturan daerah dan sinangkis.

Upaya untuk menurunkan angka kemiskinan di perlu mensinergikan program-program yang ada di setiap OPD, CSR dan potensi masyarakat melalui gerakan; Bela dan Beli Kulon Progo, Bedah Rumah, Gentong Rembes, dan Pendampingan PNS kepada masyarakat miskin.

Upaya meningkatkan kesejahteraan di Kabupaten Kulon Progo;

1. BUMDes /Badan Usaha Milik Desa melalui Simpan Pinjam

2. Geblek Renteng yaitu batik khas identitas Kab. Kulon Progo

Page 37: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

25Gambaran Umum Lokasi

yang diwajibkan dipakai setiap hari Kamis dan Jumat bagi Pegawai.

3. Kelompok Asuh Keluarga Binangun (KAKB), Satu kelompok terdiri dari 1 orang yang dianggap berlebih, 2 orang yang dianggap mampu, 3 orang dianggap cukup, dan seterusnya berorganisasi dalam 1 kelompok.

4. Kader Penanggulangan Kemiskinan di setiap Desa.

5. Beras Daerah (Rasda), petani suplai ke Bulog, produksi tidak dijual keluar.

6. Gerakan gotong royong masyarakat bersatu (Gentong rembes), berupa bantuan sumbangan tunai, bedah rumah, Bupati dan OPD mendampingi.

Aksi penanganan kemiskinan di Kabupaten Kulon Progo:

1. Jaminan kesehatan untuk meringankan beban dan meningkatkan kualitas hidup, rumah sakit tanpa kelas.

2. Album Kemiskinan sebagai rujukan dalam penentuan sasaran berbagai program dan kegiatan.

3. Mengetuk kepedulian sosial masyarakat dan dunia usaha melalui beberapa program antara lain: Program CSR, Bedah Rumah, Pengoptimalan zakat profesi (PNS) melalui BAZDA dalam upaya penanggulangan kemiskinan, Pembentukan Kelompok Asuh Keluarga Binangun (KAKB), dan pemberdayaan Kader Penanggulangan Kemiskinan (KPK).

4. Pemberdayaan produk lokal dan peningkatan ekonomi di Kabupaten Kulon Progo, diimplementasikan melalui: batik motif geblek renteng, dan AirKu.

5. Pemberdayaan Gapoktan dan kelompok tani: Rasda, Beras PNS, Beras Menor, teh suroloyo, coklat pegagan, kopi menoreh

Page 38: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

26 Gambaran Umum Lokasi

6. Penggunaan batu andesit untuk fasilitas umum

7. Membangun koperasi dan kelompok usaha bagi masyarakat miskin. Mengubah toko waralaba menjadi Toko Milik Rakyat Tomira.

8. Menyediakan kemudahan bagi warga masyarakat untuk berpartisipasi langsung dalam pembangunan melalui forum open house tiap Kamis pagi, Bedah rumah, safari Jumat, sms gateway, dan aplikasi Sistem Aduan Masyarakat (Semar).

Permasalahan justru seringkali muncul pada tahapan identifikasi warga miskin untuk pemberian Kartu Keluarga Sejahtera (KKS). Ini terjadi hampir di semua program penanggulangan kemiskinan baik yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Menurut Kepala Dinas Sosial dan Pendamping Sosial dalam acara FGD di Kantor Dinas Sosial Kabupaten Kulon Progo. Permasalahan yang terjadi karena ada warga yang benar miskin, namun tidak tercatat sebagai warga miskin dan pada sisi lain ada warga yang termasuk golongan mampu justru masuk dalam data warga miskin ketidaktepatan sasaran (exclusion error). Seringkali kondisi tersebut menimbulkan konflik di tengah masyarakat.

Upaya penanganan kemiskinan di Pesisir dilakukan pemberian bantuan sosial seperti PKH, KIS, KIP, Rastra. Secara khusus yang ditangani oleh Direktorat Penanganan Fakir Miskin Pesisir, Pulau-pulau Kecil, dan Perbatasan Antar Negara dengan bantuan stimulan UEP baik dari APBN maupun APBD Kab Kulon Progo. Diharapkan adanya UEP meningkatkan kemandirian usaha dan peningkatakan ekonomi penerima manfaat. Bantuan stimulan lain di wilayah pesisir Kab. Kulon Progo adalah RSRTLH APBN. Dinas terkait juga memberikan bantuan berupa alat tangkap ikan dan bimbingan teknis dari Dinas Kelautan dan Perikanan. Sedangkan Dinas Kesehatan

Page 39: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

27Gambaran Umum Lokasi

memberikan bantuan berupa KIS kepada setiap penduduk di wilayah pesisir.

Bantuan sosial yang telah masuk di Kabupaten Kulon Progo cukup banyak, baik dari Kementerian Sosial maupun Kementerian lain. Baik yang bersumber dari APBN maupun APBD Propinsi DI Yogyakarta dan Kabupaten Kulon Progo. Bantuan sosial dari Kementerian Sosial seperti Program Keluarga Harapan (PKH), Beras Sejahtera (Rastra), Kelompok Usaha Bersama (KUBE) dan lain-lain seperti terlihat dalam tabel berikut.

Tabel 3.4Bantuan Sosial Sumber dari APBN Tahun 2017

di Kabupaten Kulon Progo

No Bantuan SosialJumlah Keluarga Penerima

Manfaat

1 PKH 28.703

2 RASTRA 47.323

3 BPNT -

4 KUBE Produksi 41

5 KUBE Jasa 6

6 E-Warong 6

7 RSRTLH 20

8 Sarana Prasarana Lingkungan -

9 ASPDB 69

10 ASLUT 241

11 KUBE PKH Quick Win 150

12 KUBE REGULER 250

13 KUBE PKH/Perkotaan 10

14 KUBE E-Warong 50

15 Permakanan Bencana 314

Total 77.183

Sumber: Dinas Sosial Kabupaten Kulon Progo, 2017

Page 40: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

28 Gambaran Umum Lokasi

Selain bantuan sosial yang bersumber dari APBN, kelompok rentan juga mendapatkan bantuan sosial APBD di Provinsi DI Yogyakarta Tahun 2017 seperti tabel di bawah ini.

Tabel 3.5Bantuan Sosial APBD di Provinsi DI Yogyakarta Tahun 2017

No Bantuan SosialJumlah Keluarga Penerima

Manfaat 1 Permakanan Lanjut Usia 2.166 2 Kursi Roda 34 3 UEP Pesisir 550

Total 2.750

Sumber: Dinas Sosial Kab. Kulon Progo, 2017

Selain bantuan sosial yang bersumber dari APBN, kelompok rentan juga mendapatkan bantuan sosial APBD di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016/2017 sesuai tabel di bawah.

Tabel 3.6.Bantuan Sosial APBD di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2017

No Bantuan SosialJumlah Keluarga

Penerima Manfaat (2016)

Jumlah Keluarga Penerima Manfaat

(2017)1 RS-RTLH 229 473 2 RS-RTLH

BAZDA/CSR- 71 KK

3 Balita 96 71 4 Cacat Berat 73 -5 Cacat Sedang 93 151 6 Lansia 436 635 7 SANKEM 150 -8 Psikotik 2 4 9 Panti 23 845

10 Penderes - 11 11 PMKS - 87 12 Permakanan

Bencana- 150

Total 1102 2498

Sumber: Dinas Sosial Kab. Kulon Progo, 2017

Page 41: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

29Gambaran Umum Lokasi

Bantuan sosial yang telah diterima di wilayah pesisir Kabupaten Kulon Progo dari Direktorat Penanganan Fakir Miskin Pesisir, khususnya Kecamatan Panjatan di Desa Pleret dan Desa Bugel, dan Kecamatan Galur di Desa Banaran melalui bantuan stimulan berupan Usaha Ekonomi Produktif dan bantuan Rehabilitasi Sosial-Rumah Tidak Layak Huni. Bantuan sosial tersebut dilaksanakan pencairannya pada tahun 2017.

Tabel 3.7Jumlah Penerima Bantuan Sosial

UEP 2017 di Kecamatan Panjatan dan Kecamatan Galur

No Kecamatan/Desa Jumlah KPM

1 Galur (Banaran) 250

2 Panjatan (Pleret) 151

3 Panjatan (Bugel) 149

Sumber: Rekapitulasi Data UEP Pendamping Pesisir

Tabel 3.8Jumlah Pendamping UEP 2017 di Kecamatan

Panjatan dan Kecamatan GalurNo Kecamatan/Desa Jumlah Pendamping

1 Galur (Banaran) 5

2 Panjatan (Pleret) 3

3 Panjatan (Bugel) 3

Sumber: Rekapitulasi Data RSRTLH Pendamping Pesisir

Tabel 3.9Jumlah penerima Bantuan Sosial RS-RTLH

di Kecamatan Panjatan dan Kecamatan GalurNo Kecamatan/Desa Jumlah Keluarga Penerima Manfaat

1 Galur (Banaran) 10

2 Panjatan (Pleret) 5

3 Panjatan (Bugel) 5

Sumber: Rekapitulasi Data RSRTLH Pendamping Pesisir

Page 42: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

30 Gambaran Umum Lokasi

Kecamatan Galur. Kecamatan Galur merupakan wilayah terkecil kedua setelah Kecamatan Wates dengan jumlah penduduk miskin mencapai 5.119 jiwa. Jumlah tersebut setara dengan 16,63 persen dari total jumlah penduduk di Kecamatan Galur yang berjumlah 30.777 jiwa pada tahun 2016. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk se-Kabupaten Kulon Progo, jumlah penduduk miskin di kecamatan ini adalah 1,24 persen dari 412.611 jiwa. Berdasarkan unit keluarga, terdapat 1.967 KK miskin di Kecamatan Galur atau setara dengan 22,59 persen dari total 8.707 KK. Terdapat 2.415 jiwa penduduk miskin berjenis kelamin laki-laki dan 2.074 jiwa berjenis kelamin perempuan. Data tersebut menunjukkan pentingnya mempertimbangkan dimensi gender dalam setiap program penanggulangan kemiskinan. Dilihat dari sebaran penduduk miskin per desa, terdapat 3 (tiga) desa dengan jumlah penduduk miskin terbanyak yaitu; Desa Karangsewu berjumlah 1.337 jiwa atau 516 KK, Desa Tirtorahayu berjumlah 991 jiwa atau 362 KK, dan Desa Brosot berjumlah 948 jiwa atau 347 KK. Sebaran penduduk dan keluarga miskin per desa dapat dilihat dari gambar berikut ini.

Berdasarkan sumber pendapatan, sebagian besar penduduk miskin di Kecamatan Galur menggantungkan pendapatan dari petani/pekebun, wiraswasta, buruh harian lepas, karyawan swasta dan pedagang. Profesi petani/pekebun menempati urusan teratas, yakni sebesar 1.584 jiwa dari total penduduk miskin di Kecamatan Galur. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk miskin masih bergantung pada lahan/hasil pertanian, bekerja pada orang lain atau pihak lain dan sangat sedikit yang membuka usaha sendiri.

Berkaitan dengan pendapatan, sebagian besar penduduk miskin berpenghasilan di bawah garis kemiskinan 1.771 KK

Page 43: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

31Gambaran Umum Lokasi

atau rata-rata pendapatan anggota keluarga setiap bulannya tidak lebih dari Rp. 259.945,-. Kondisi ini menunjukkan bahwa perlu dilakukan pendekatan penanggulangan kemiskinan berdasarkan indikator pendapatan untuk memberikan dampak signifikan terhadap pengurangan indikator kemiskinan. Di sisi lain, angka penduduk miskin yang tidak bekerja cukup tinggi yaitu 1.174 jiwa atau 22,93 persen dari seluruh penduduk miskin. Penduduk miskin yang masih berstatus pelajar/mahasiswa juga tinggi, yakni sebesar 787 jiwa atau 15,37 persen dari seluruh penduduk miskin di Kecamatan Galur.

Upaya untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti tempat tinggal sebagian besar penduduk miskin masih tinggal di rumah tidak layak huni. Terdapat 1.944 keluarga yang tinggal di rumah dengan luas lantai rumah kurang dari 8 m². Status kepemilikan rumah tinggal yang bukan milik sendiri sebanyak 679 keluarga. Masih banyak keluarga miskin tinggal di rumah dengan lantai terluas yang terbuat dari tanah/bambu/kayu berkualitas rendah sebanyak 934 KK. Rumah berdinding bambu/kayu berkualitas rendah ditempati oleh 727 keluarga. Selain itu, masih banyak keluarga miskin yang menggunakan sumber penerangan yang bukan listrik listrik dengan tagihan ratarata per bulan kurang dari Rp. 17.500,- yakni sebanyak 285 keluarga. Kondisi MCK yang belum terjaga dan terkelola kebersihannya masih dirasakan oleh 632 keluarga.

Sepertiga lebih keluarga miskin di Kecamatan Galur belum mampu memenuhi kebutuhan protein keluarga. Terdapat 1.932 keluarga yang tidak mampu membeli daging/unggas/ikan/susu dalam satu minggu. Cukup banyak keluarga miskin tidak mampu memberi makan anggota keluarga lebih dari dua kali dalam sehari untuk 860 KK. Begitu pula dengan pemenuhan kebutuhan air minum, 793 keluarga masih mengkonsumsi

Page 44: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

32 Gambaran Umum Lokasi

air minum dari sumber yang tidak terjamin kebersihan dan kesehatannya. Di sisi lain, bahan bakar memasak sehari-hari masih menggunakan bakar/arang yang tidak di beli untuk 1.818 KK atau 35,5 persen dari seluruh keluarga miskin di Kecamatan Galur. Pada aspek kesehatan, akses penduduk miskin terhadap fasilitas kesehatan dasar masih minim. Hal ini terlihat dari banyaknya keluarga miskin yang tidak mampu membawa anggota keluarga yang sakit berobat ke fasilitas kesehatan dasar sebanyak 245 KK. Selain itu, 110 keluarga miskin memiliki anggota keluarga penderita penyakit katastropik dan 217 keluarga beranggotakan penyandang disabilitas.

Keluarga yang tidak mampu membeli lebih dari satu setel pakaian dalam satu tahun untuk setiap anggota keluarga mencapai 1.843 keluarga. Selain kebutuhan sandang, keluarga miskin di Kecamatan Galur juga rentan menjadi lebih miskin karena tidak memiliki cadangan ekonomi berupa tabungan/barang selain tanah dan bangunan yang mudah dijual dengan nilai sekurang-kurangnya satu juta rupiah 1.810 KK. Dari segi pendidikan, kemampuan keluarga miskin memenuhi biaya pendidikan masih rendah. Terdapat 789 keluarga yang tidak mampu memenuhi komponen biaya pendidikan dasar sembilan tahun.

Kecamatan Panjatan. Jumlah penduduk Kecamatan Panjatan tahun 2016, berdasarkan Sensus Penduduk tahun 2010 yang dilaksanakan BPS, mencapai 35.715 jiwa, yang terdiri dari 17.414 penduduk laki-laki dan 18.301 penduduk perempuan. Pada tahun 2015, jumlah penduduk mencapai 35.353 jiwa, yang terdiri dari 17.233 penduduk laki-laki dan 18.120 penduduk perempuan. Dengan demikian, rasio jenis kelamin (sex ratio) Kecamatan Panjatan adalah 95; dalam 100 penduduk perempuan terdapat 95 penduduk laki-laki. Jumlah

Page 45: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

33Gambaran Umum Lokasi

penduduk terbanyak berada di Desa Krembangan, sebanyak 4.907 jiwa, dan jumlah penduduk paling sedikit berada di Desa Panjatan, yakni 1.343 jiwa. Kepadatan penduduk di Kecamatan Panjatan tahun 2016 mencapai 801 jiwa/Km². Kepadatan Penduduk di 11 desa cukup beragam. Kepadatan penduduk tertinggi terletak di Desa Panjatan, yakni 1.284 jiwa/km², dan terendah di Desa Garongan, yakni 542 jiwa/Km².

Dilihat dari total luas wilayah 4.459,2 Ha, lebih dari 50 persen adalah lahan kering yaitu seluas 2.527,8 Ha dan lahan sawah seluas 1.063,8 Ha. Sekalipun lahan sawah tidak begitu luas, sebagian besar sudah menggunakan irigasi teknis, yaitu 937,8 Ha, dan sisanya lahan tadah hujan. Dengan demikian, produksi pertanian sawah akan lebih baik dibanding dengan yang masih menggunakan irigasi non-teknis. Dengan lahan seluas 1.053,8 ha, pada tahun 2015, produksi padi tercatat 15.763 Ton. Sementara itu, produksi palawija didominasi oleh komoditas jagung sebesar 1.131 Ton, ketela pohon sebesar 873 Ton, kedelai sebesar 68 Ton, dan kacang tanah sebesar 60 Ton. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, produksi padi sawah mengalami penurunan. Begitu juga dengan luas lahan pertanian, penurunan signifikan terjadi pada tahun 2016, yaitu berkurang hampir 5.000 Ha dari tahun sebelumnya.

Apabila mencermati perubahan luas tanah produktif dengan jumlah produksinya, hal menarik terjadi pada tahun 2015. Sejak tahun 2012 sampai 2014, selalu terjadi penurunan lahan yang diikuti dengan penurunan produksi. Namun pada tahun 2015, ada peningkatan luas lahan dan hasil produksi yang cukup tinggi, bahkan melebihi kondisi 3 tahun sebelumnya. Kemudian, apabila dikaitkan dengan jenis pekerjaannya, mayoritas penduduk miskin dan sangat miskin di Kecamatan Panjatan adalah petani. Sesuai dengan kondisi wilayahnya,

Page 46: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

34 Gambaran Umum Lokasi

petani paling banyak berada di Desa Bugel, Garongan, Gotakan, Kanoman, Krembangan dan Pleret.

Data di atas menunjukkan, bahwa jumlah penduduk miskin terbanyak di Desa Pleret sebanyak 544 jiwa dengan 195 KK, sedangkan jumlah penduduk miskin paling sedikit adalah Desa Tayuban, sebanyak 195 jiwa dengan 85 KK. Dari jumlah penduduk Kecamatan Panjatan sebanyak 36.071 jiwa, terdapat total 4.054 penduduk miskin, yang terdiri atas sangat miskin 1.959 jiwa, dan miskin 2.096 jiwa. Secara detail, jumlah penduduk perempuan sangat miskin adalah 468 jiwa dan laki-laki sangat miskin sebanyak 1.491 jiwa. Jumlah laki-laki dalam kategori miskin adalah 1.607 jiwa dan perempuan 488 jiwa. Berdasarkan unit keluarga, terdapat sangat miskin 1.009 keluarga, miskin dan 463 keluarga yang di antaranya 239 kepala keluarga perempuan sangat miskin,serta dan 128 kepala keluarga perempuan miskin.

Apabila dibandingkan dengan jumlah KK, persentase kemiskinan di Desa Panjatan adalah yang paling tinggi, yaitu 28,48 persen, dan peringkat tertinggi kedua di Desa Kanoman sebesar 22,58 persen, dan paling kecil adalah Desa Cerme hanya 5,98 persen. Berdasarkan luas rumah, 1.102 keluarga miskin dan 364 keluarga sangat miskin mempunyai rumah dengan luas kurang dari 8 m². Sebagian keluarga miskin menempati rumah bukan milik sendiri yaitu 522 keluarga atau hampir 50 persen dari total penduduk miskin. Apabila dilihat dari jenis lantai, rumah berlantai tanah, bambu atau kayu dengan kualitas rendah miskin 597 keluarga, dan sangat miskin dan 337 keluarga. Sebagian besar keluarga sudah menggunakan listrik PLN. Hanya tersisa 18 keluarga yang belum menggunakan listrik atau menggunakan penerangan PLN dengan tagihan setiap bulan kurang dari Rp 17.500,-.

Page 47: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

35Gambaran Umum Lokasi

Kualitas kesehatan masyarakat ditentukan oleh layanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat, infrastruktur atau fasilitas pendukung, dan perilaku masyarakat sehari-hari. Fasilitas kesehatan yang tersedia di Kecamatan Panjatan terdiri; 2 Puskesmas, 6 Puskesmas Pembantu, 5 Puskesmas Desa, dan 100 Posyandu, 4 dokter, 7 bidan,17 paramedis, dan 16 dukun bayi. Masih terdapat 432 keluarga miskin dan 257 keluarga sangat miskin yang menggunakan air sumur atau sumber air lainnya yang tidak terlindungi. Sementara itu, 319 keluarga miskin dan 176 keluarga sangat miskin masih menggunakan MCK umum. Terdapat 159 keluarga miskin dan 58 keluarga sangat miskin yang memiliki anggota keluarga penderita penyakit berbiaya mahal (katastropik).

Di samping itu, 109 keluarga miskin dan 46 keluarga sangat miskin memiliki anggota keluarga dengan penyandang disabilitas. Sebagian keluarga miskin dan sangat miskin mempunyai pendapatan rata-rata di atas garis kemiskinan. Namun, 193 keluarga miskin dan 25 keluarga sangat miskin berpenghasilan di bawah garis kemiskinan. Apabila dikaitkan dengan pemenuhan kebutuhan keluarga, 1.438 keluarga miskin dan sangat miskin tidak mampu membeli daging, ikan atau susu dalam 1 minggu. Terdapat pula 422 keluarga miskin dan sangat miskin yang tidak mampu memberi makan anggota keluarga lebih dari 2 kali dalam sehari.

Berkaitan dengan kepemilikan aset, terdapat 1.272 keluarga yang tidak mempunyai tabungan atau barang berharga selain tanah yang mudah dijual senilai minimal Rp 1.000.000,. Penghasilan yang rendah mempengaruhi kemampuan keluarga untuk membeli pakaian bagi keluarganya. Terdapat 854 keluarga miskin dan 349 keluarga sangat miskin yang tidak mampu membeli pakaian lebih dari 1 setel dalam setahun

Page 48: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

36 Gambaran Umum Lokasi

bagi keluarganya. Fasilitas pendidikan secara umum tersedia di tempat yang ramai atau di pusat kota. Dengan demikian, adalah wajar apabila jumlah sekolah di Kecamatan Panjatan tidak sebanyak Kecamatan Wates, misalnya. Jumlah murid di sekolah negeri juga jauh lebih banyak dibanding sekolah swasta. Selain itu, terdapat kecenderungan siswa memilih sekolah kejuruan yang terindikasi dari tingginya rasio murid terhadap guru dibandingkan sekolah umum/SMA.

Berbagai program penanggulangan kemiskinan di sektor pendidikan, hampir semua anak usia sekolah dapat menyelesaikan pendidikan dasar 9 tahun. Namun, sejumlah keluarga miskin dan sangat miskin tidak mampu memenuhi komponen biaya pendidikan dasar sembilan tahun. Sekurang-kurangnya 440 keluarga miskin dan 231 keluarga sangat miskintidak mampu memenuhi komponen tersebut.

B. Kabupaten Wonogiri

Geografis

Kabupaten Wonogiri secara geografis berada di bagian tenggara Propinsi Jawa Tengah. Terletak pada garis 7º 32’ – 8º 15’ Lintang Selatan dan garis 110º 41’ – 111º 18’ Bujur Timur. Posisi Kabupaten Wonogiri sangat strategis karena terletak di ujung selatan Propinsi Jawa Tengah dan diapit oleh Propinsi Jawa Timur dan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Antar tiga wilayah tersebut dihubungkan dengan jaringan Jalan Lintas Selatan (JLS), sehingga membentuk daerah pertumbuhan baru kaitan wilayah Pacitan – Wonogiri - Wonosari (Pawonsari).

Kabupaten Wonogiri luasnya 182.236,02 ha. Secara administratif terbagi menjadi 25 kecamatan, 43 kelurahan dan 251 desa. Kondisi alamnya sebagian besar berupa pegunungan berbatu gamping, terutama di bagian selatan yang termasuk

Page 49: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

37Gambaran Umum Lokasi

jajaran Pegunungan Seribu dan merupakan mata air dari Bengawan Solo. Terdapat Waduk Gadjah Mungkur di bagian tengah wilayah Wonogiri yang membuat wilayah utara waduk menjadi relatif lebih subur dibandingkan wilayah selatan yang didominasi dataran karst rangkaian Pegunungan Seribu.

Gambar 3. 2.Peta Kabupaten Wonogiri

Sumber: Bappeda Kabupaten Wonogir

Kabupaten Wonogiri berbatasan langsung dengan beberapa daerah lainnya: selatan berbatasan dengan Kabupaten Pacitan (JawaTimur) dan Samudera Hindia, utara, berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar (Jawa Tengah), timur berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar (Jawa Tengah) dan Kabupaten Ponorogo (Jawa Timur), barat berbatasan dengan Kabupaten Klaten (Jawa Tengah) dan Kabupaten Gunungkidul (Daerah Istimewa Yogyakarta)

Page 50: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

38 Gambaran Umum Lokasi

Secara topografis, sebagian besar wilayah Kabupaten Wonogiri merupakan dataran rendah dengan ketinggian antara 100 - 300 meter di atas permukaan air laut (dpl). Sedangkan sebagian lagi merupakan dataran tinggi yaitu berada pada 500 m atau lebih dari permukaan air laut di Kecamatan Jatiroto dan Karang Tengah. Fisiografi wilayah Kabupaten Wonogiri sebagian besar berupa perbukitan bergelombang. Sedangkan fisiografi dataran subur sangat terbatas hanya di beberapa tempat terutama pada bentuk lahan aluvial. Lahan-lahan terbatas seperti ini banyak ditemui di wilayah selatan di Kecamatan Paranggupito, Giritontro, dan sebagian Pracimantoro.

Kondisi iklim di Kabupaten Wonogiri termasuk tipe tropis atau memiliki dua musim, yaitu penghujan dan kemarau. Pergantian musim berlangsung sepanjang tahun dengan temperatur suhu udara rata-rata 24o–32oC. Curah hujan di Kabupaten Wonogiri rata-rata berkisar antara 1.557 - 2.476 mm/tahun dengan hari hujan antara 107 - 153 hari per tahun. Kondisi musim kemarau yang sangat kering membuat wilayah selatan yang berupa dataran karts tidak memungkinkan untuk lahan pertanian, sehingga sebagian penduduk beralih menjadi buruh musiman di perkotaan.

Di Wonogiri ada satu kecamatan masuk dalam kategori wilayah pesisir yaitu Kecamatan Paranggupito. Terletak di wilayah paling selatan, sehingga berbatasan langsung dengan Samudera Hindia dengan garis pantai yang relatif terjal. Kecamatan Paranggupito terdiri dari delapan desa; Gendayakan, Gudangharjo, Gunturharjo, Johunut, Ketos, Paranggupito, Sambiharjo, dan Songbledeg. Terdiri lagi dalam 45 dusun, diantaranya ada 12 dusun berada di wilayah pesisir.

Page 51: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

39Gambaran Umum Lokasi

Wilayah yang dimaksud:

1. Pantai Nampu di Desa Gunturharjo terdiri dari empat dusun; Dringo, Duren, Guntur, dan Petir.

2. Pantai Sembukan di Desa Paranggupito terdiri dari empt dusun; Kranding, Grimbal, Kloposari, dan Nongosari.

3. Pantai Kalimirah di Desa Gudangharjo terdiri dari tiga dusun; Dawung, Jati, dan Jahen.

Meskipun dikategorikan wilayah pesisir, kondisi pesisir yang terjal dan berombak besar membuat orientasi ekonomi penduduk tidak banyak yang memanfaatkan potensi laut. Penduduk yang berada di sekitar pesisir mayoritas tetap melakukan kegiatan ekonomi agraris.

Demografis

Penduduk Kabupaten Wonogiri berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2017 sebanyak 954.706 jiwa yang terdiri atas; laki-laki 464.004 jiwa, dan perempuan 490.702 jiwa. Dibandingkan dengan proyeksi jumlah penduduk tahun 2016, penduduk Wonogiri mengalami pertumbuhan sebesar 0,29 persen. Sementara itu besarnya angka rasio jenis kelamin tahun 2017 penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan sebesar 94,56 persen. Artinya terdapat 95 penduduk laki-laki pada setiap 100 penduduk perempuan.

Kepadatan penduduk di Kabupaten Wonogiri tahun 2017 mencapai 524 jiwa/km2. Kepadatan Penduduk di 25 kecamatan cukup beragam dengan kepadatan penduduk tertinggi terletak di Kecamatan Jatisrono dengan kepadatan sebesar 1.156 jiwa/km2 dan terendah di Kecamatan Paranggupito sebesar 260 jiwa/km2.

1. Ketenagakerjaan

Penduduk Wonogiri berusia 15 tahun atau lebih pada

Page 52: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

40 Gambaran Umum Lokasi

tahun 2017 mencapai 764.596 orang. Jumlah angkatan kerja sebanyak 544.557 orang, diantaranya 531.570 orang bekerja di berbagai sektor usaha, sedangkan sisanya 12.987 masih menganggur. Jumlah tersebut menjadikan angka tingkat pengangguran 2,38 persen.

Pertanian dan Perkebunan. Penggunaan lahan di Wonogiri, khususnya pada luas lahan pertanian bukan sawah menurut penggunaannya meliputi, tegal/kebun dan lahan sementara tidak diusahakan. Penggunaan luas lahan pertanian bukan sawah terbesar adalah untuk tegal/kebun sebesar 88.178 Ha, sedangkan penggunaan luas lahan pertanian bukan sawah yang terkecil adalah lahan sementara tidak diusahakan sebesar 167 Ha.

Hortikultura. Pada tahun 2017 jumlah produksi hortikultura terbesar adalah cabai rawit. Produksinya mencapai 39.188 Kuintal. Dari beberapa kecamatan penghasil cabai rawit, produksi terbanyak terdapat di Kecamatan Karangtengah.

Perkebunan. Selama tahun 2017, kelapa dalam merupakan komoditas yang berproduksi secara signifikan dibandingkan komoditas perkebunan lainnya. Produksi kelapa selama 2017 ini mencapai 78.580 kuintal. Sedangkan produksi komoditas lainnya seperti jambu metemencapai 77.654,33 kuintal.

Peternakan. Secara umum, populasi ternak 2017 di Kabupaten Wonogiri didominasi oleh kambing yaitu sebanyak 431.732 ekor. Sedangkan populasi unggas terbanyak adalah ayam pedaging yaitu sebanyak 6.152.555 ekor.

Perikanan. Jumlah produksi perikanan tangkap pada tahun 2017 sebesar 3.116,65 ton untuk perairan umum dan 103 ton untuk perikanan laut.

Page 53: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

41Gambaran Umum Lokasi

Kehutanan. Produksi kayu hutan pada tahun 2017 di Kabupaten Wonogiri didominasi oleh kayu bulat yaitu sebesar 19.374,3 m3.

2. Tingkat Kemiskinan

Angka kemiskinan di Wonogiri tercatat mengalami penurunan dalam 20 tahun terakhir. Terjadi sedikit kenaikan pada periode tertentu (1999, 2005, 2006, 2010, 2011, dan 2016), namun bisa kembali ditekan pada periode berikutnya. Dinamika tingkat kemiskinan tak lepas dari angka inflasi yang dipengaruhi oleh harga-harga bahan pokok yang sangat tergantung dari musim setempat.

Data terakhir tahun 2016 menunjukkan tingkat kemiskinan pada angka 13,12 persen atau 124.830 dari total 957.975 jiwa. Indeks kedalaman kemiskinan 1,68, sementara Indeks keparahan kemiskinan: 0,38, pada Garis kemiskinan (pengeluaran): Rp 275.507,- per orang dan per bulan, serta pengeluaran per kapita Rp 8,589 juta per orang dan per tahun. Sementara IPM tercatat 68,23 persen, tumbuh 0,47 persen dari tahun 2015 sebesar 67,76 persen, dengan Komponen IPM angka harapan hidup 75,88, angka harapan lama sekolah 12,43 hingga lulus SMA/SMK sederajat, dan rata-rata lama sekolah 6,57 yang mengenyam pendidikan rata-rata 6,57 tahun.

Data Kemiskinan mikro berdasarkan Basis Data Terpadu (BDT) 2017, kondisi fakir miskin di Kabupaten Wonogiri sebanyak 350.365 jiwa yang ada di 93.354 rumah tangga.

Page 54: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

42 Gambaran Umum Lokasi

Gambar 3.3Peta Penduduk Miskin Kabupaten Wonogiri Tahun 1996 - 2017

Sumber: BPS Wonogiri

Jumlah Penerima Bantuan Sosial UEP

Penerima Bantuan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) Wilayah Pesisir Kabupaten Wonogiri berada di Kecamatan Paranggupito yakni sebanyak 600 KPM tersebar di 12 Desa. Satu diantaranya di Desa Gunturharjo (286 KPM) yang ditetapkan sebagai lokasi penelitian dengan rincian di; Dusun Puwun 12 responden, dan Dusun Plawon 8 responden. Seluruh responden terpilih menerima Bantuan UEP pada tahun 2017 dengan jumlah bantuan masing-masing Rp 2.000.000,-.

Page 55: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

43Gambaran Umum Lokasi

C. Kabupaten GresikGeografis

Kabupaten Gresik terletak di sebelah barat laut dari Surabaya sebagai Ibukota Provinsi Jawa Timur. Luasnya 1.191,25 kilometer persegi dengan panjang pantai kurang lebih 140 Km2. Secara astronomis wilayah Kabupaten Gresik terletak antara 7o – 8o Lintang Selatan dan antara 112o – 113o Bujur Timur. Wilayahnya merupakan daratan rendah dengan ketinggian 2 - 12 meter di atas permukaan air laut kecuali Kecamatan Panceng yang mempunyai ketinggian 25 meter di atas permukaan air lain. Secara administrasi pemerintahan Kabupaten Gresik terdiri dari 18 kecamatan, 330 desa dan 26 kelurahan. Hampir sepertiga bagian dari wilayah Kabupaten Gresik merupakan daerah peissir pantai, yaitu sepanjang Kecamatan Kebomas, sebagian Kecamatan Gresik, Kecamatan Manyar, Kecamatan Bungah, dan Kecamatan Ujung Pangkah. Sedangkan Kecamatan Sungkapura dan Kecematan Tambak berada di Pulau Bawean. Kabupaten Gresik juga berdekatan dengan K a b u p a t e n / K o t a y a n g tergabung dalam Gerbang Kertasusila yaitu; Gresik, B a n g k a l a n , M o j o k e r t o, Surabaya, Sidoarjo, dan Lamongan. Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Gresik sebagai berikut; utara dengan Laut Jawa, timur dengan Selat Madura, selatan dengan Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Mojo Kerto, dan Kota Surabaya, barat dengan Kabupaten Lamongan.

Page 56: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

44 Gambaran Umum Lokasi

Secara khusus di Kecamatan Bungah sebagai lokasi penelitian terletak pada ketinggian ± 5 meter di atas permukaan laut dan seluruh wilayahnya merupakan dataran rendah. Kecamatan Bungah terdiri atas 22 desa dan memiliki luas wilayah 79,44 Km2. Desa Bedanten merupakan desa yang memiliki luas wilayah paling luas dibandingkan dengan desa-desa yang lainnya yaitu sebesar 12,58 Km2. Sedangkan desa dengan luas wilayah terkecil adalah Desa Sidorejo yang hanya memiliki luas wilayah sebesar 0,31 Km2.

Demografis

Jumlah penduduk, berdasarkan data Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Gresik jumlah penduduk Kabupaten Gresik pada akhir tahun 2016 sebanyak 1,310,439 jiwa yang terdiri dari 659,578 laki-laki dan 650,861 perempuan. Jumlah tersebut berada pada 376.023 keluarga. Dengan luas wilayah 1.191,25 Km2 Kabupaten Gresik mempunyai Kepadatan penduduk pada tahun 2016 sebesar 1.100 jiwa/Km2.

Tahun 2016 penduduk laki-laki jumlahnya lebih banyak dibandingkan penduduk laki-laki jumlahnya lebih banyak dibandingkan penduduk perempuan. Hal ini dapat dilihat dari angka rasio jenis kelamin Kabupaten Gresik dengan angka rasio jenis kelamin sebesar 101. Ini berarti dari 100 jiwa penduduk perempuan terdapat 101 jiwa penduduk laki-laki. Jumlah penduduk Kecamatan Bungah dari tahun ke tahun terus mengalami pertam- bahan. Pada tahun 2016, jumlah penduduk Kecamatan Bungah mencapai 67.176 jiwa atau mengalami pertambahan penduduk sebesar 0.79 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan jenis kelaminnya, jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan. Jumlah penduduk laki-laki pada tahun 2016 mencapai 33.877 jiwa sedangkan penduduk

Page 57: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

45Gambaran Umum Lokasi

perempuan mencapai 33.299 jiwa. Bila dilihat dari luas wilayah yang mencapai 79,44 Km2, kepadatan penduduk pada tahun 2016 di setiap Km2 mencapai 846 jiwa dan dengan jumlah rumah tangga sebanyak 19.110 rumah tangga, maka rata-rata setiap rumah tangga terdiri dari 4 jiwa. Kenaikan penduduk yang terjadi tidak terlalu signifikan karena penduduk yang lahir, meninggal, maupun yang melakukan migrasi datang atau pindah jumlahnya tidak berbeda jauh dengan tahun sebelumnya.

Jumlah Bantuan Sosial

Penerima Bantuan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) di Kabupaten Gresik sebanyak 700 KPM. Wilayah Kabupaten Gresik yang menjadi lokasi penerima bantuan UEP adalah di pesisir Kecamatan Bungah dan Kecamatan Sangkapura. Di Kecamatan Bedanten terdapat 545 KPM UEP dan Kecamatan Sangkapura sebanyak 155 KPM UEP. Sedangkan yang mendapatkan bantuan terdapat di Desa Bedanten, Desa Kramat dan Sangkapura. Lokasi di Kecamatan Bungah, khususnya di Desa Kramat mendapatkan bantuan UEP sebanyak 299 KPM.

D. Kabupaten Pangkajene KepulauanGeografis

Secara geografis Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan berada di bagian barat dari Provinsi Sulawesi Selatan. Letak kabupaten ini secara astronomis terletak Secara astronomis terletak antara 4o 40 – 8o 00 Lintang Selatan dan antara 10o 00 – 13o 00 Bujur Timur. Luas wilayahnya 1.098,882 Km2 atau sekitar 1,75 persen dari luas provinsi. Batas kabupaten; sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Barru dan Kabupaten Bone, sebelah timur dengan Kabupaten Bone, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Maros, dan bagian barat

Page 58: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

46 Gambaran Umum Lokasi

langsung dengan Selat Makassar. Jalan negara yang melintasi kabupaten menjadi jalan poros yang saling berhubungan mulai dari Kota Makassar dengan beberapa kabupaten lain yang masih termasuk wilayah Provinsi Sulawesi Selatan. Seperti kabupaten; Baru, Bone, Enrekang, dan Soppeng. Juga sebagai jalan poros lintas darat ke empat provinsi lain di bagian utara yaitu; Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Gorontalo, dan Sulawesi Utara.

Gambar 3.4.Peta Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan

Sumber: Bappeda Kab Pangkep

Secara administrasi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan terdiri dari 15 kecamatan dan 103 desa/kelurahan. Ada 11 kecamatan berada di daratan yaitu: Balocci, Bungoro, Labakkang, Marang, Mandalle, Minasa Te^ne, Pangkajene,

Page 59: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

47Gambaran Umum Lokasi

Segeri, dan Tondong Tallasa. Diantaranya sembilan kecamatan berada di bagian pantai, kecuali Kecamatan Baloci dan Tondong Tallasa yang berada di pegunungan. Kondisi wilayah pantai sebagian besar wilayahnya terdiri dari empang. Sedangkan wilayah daratan berupa sawah dan bukit tandus. Ada empat kecamatan di kepulauan: Liukang Tupabbiring, Liukang Tupabbiring Utara, Liukang Kalmas, dan Liukang Tangayya. Liukang Tupabbiring berpenghuni pulau; Badi, Pajenekang, Bontosua, Balang Balompo, dan Sanane.

Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan ini terbagi dua yaitu; daratan dan lautan. Daratan terbagi dua lagi yaitu; pegunungan dan landai. Pegunungan merupakan bagian dari gugusan Pegunungan Sulawesi. Daerah pegunungan tandus dan berbatu karang tidak ada permukiman penduduk. Ada bagian bukit yang berada dalam wilayah Kecamatan Bongoro menjadi sumber bahan baku semen yang dikelola PT. Semen Tonasa. Bahan baku tersebut di bawa ke pelabuhan khusus pengolahan semen yang berada di pantai Pangkajene.

Daratan landai terhampar sampai ke pantai Selat Makassar. Wilayah daratan ditandai dengan aliran cabang sungai yang bisa dilalui sebagai sarana hubungan beberapa kampung sampai ke pantai. Tetapi ada juga yang tidak bisa dilalui. Ketika air laut pasang air sungai terasa asin yang dapat dijadikan sebagai bahan pembuatan garam. Ketika air laut surut atau musim penghujan payau karena percampuran air asin dan air tawar. Wilayah daratan digunakan untuk; permukiman, sawah, dan kolam ikan (kollang bale). Permukiman berupa kampung-kampung dengan perumahan yang mengelompok. Tetapi ada juga rumah yang saling berjauhan karena ada rumah yang didirikan di sekitar kolam atau sawah. Umumnya semua rumah ciri khas rumah orang Bugis berupa panggung dengan bahan

Page 60: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

48 Gambaran Umum Lokasi

papan dan atap. Lingkungan permukiman ditanaman pohon pelindung dan buah-buahan. Paling banyak pohon mangga dari berbagai jenis.

Sebutan sawah tadah hujan karena petani menggarap sawahnya setahun sekali dengan mengandalkan air hujan. Hanya saat musim hujan petani mengolah sawahnya sampai panen. Memasuki musim kemarau, sawah tidak digarap atau dibiarkan sampai menunggu musim hujan berikutnya. Hanya sebagian orang yang mengolah tanah untuk keperluan tertentu seperti menanam buah-buahan.

Lautan terhampar di Selat Makassar dan Selat Bali terdiri dari bentangan laut dan pulau-pulau. Ada sekitar 117 pulau, tetapi hanya 60 pulau yang dihuni. Ditandai dengan adanya sistem pemerintahan desa, sarana umum, dan penduduk yang tinggal secara menetap. Selain itu ada pulau dijadikan sebagai tujuan wisata yang dikelola secara komersil dari suatu perusahaan tertentu dan penduduk setempat yang sudah lama menerima wisatawan secara rombongan atau perorangan. Pulau kosong biasanya disebabkan karena tidak ada sumber alam untuk dihuni seperti pulaunya kecil hanya karang dan hamparan pantai dan tidak ada sumber air minum. Pulau tersebut dijadikan tempat persinggahan atau peristirahatan sementara dalam perjalanan antar pulau. Ada juga pulau yang ditanami pohon kelapa oleh beberapa penduduk yang tinggal di pulau lain sekitarnya. Keberadaan pohon tersebut sebagai tanda ada yang memiliki. Pulau besar yang menjadi ibu kota kecamatan hanya dilengkapi dengan sarana umum tertentu seperti kantor; syahbandar, kecamatan, Polisi, TNI, Puskesmas, PT. PLN, dan PT. Telkom. Sedangkan di beberapa pulau lain hanya kantor desa dan Puskesmas Pembantu.

Kecamatan Liukang Tangayya wilayahnya terdiri dari pulau-pulau berada di Selat Bali dan Selat Makassar. Bagian

Page 61: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

49Gambaran Umum Lokasi

utara langsung berbatasan dengan wilayah Kota Makassar, tetapi letaknya lebih jauh. Justru bagian selatan lebih dekat dengan Kabupaten Bima dan Kabupaten Buleleng. Melihat keempat wilayah tersebut, nampaknya belum banyak perhatian dari pemerintah dan pemerintah daerah terhadap warganya. Ditandai dengan letak geografisnya yang jauh dari daratan dan jauh dari pusat pemerintahan kabupaten, serta kurangnya sarana untuk kepentingan umum. Masyarakatnya dalam berkunjung atau belanja untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari lebih sering ke Kota Makassar. Hanya urusan tertentu masyarakat dan aparat pemerintah pergi ke Pangkajene atau Makassar. Itupun mengandalkan sarana angkutan laut dengan jadual pelayaran tertentu menyinggahi pulau-pulau tertentu pula. Kalaupun pelayaran hanya dilakukan jenis kapal sebab laut yang luas dengan ombak selalu besar.

Pada tabel berikut ini menunjukkan, kolam atau tambak lebih luas dari pada tanah-tanah lainnya. Ada empat desa yang sangat luas tambak, diantaranya Desa Bonto Manai dengan luas 692 Ha terbagi dalam empat bagian yaitu; sawah 81 Ha, tambak 440 Ha, pekarangan atau permukiman 8,40 Ha, dan kebun 2,90 Ha. Ada juga yang menyatakan di Kecamatan Labakkang ini banyak yang berprofesi sebagai petani tambak, meskipun sebelumnya mereka bertani sawah yang beralih menjadi petani empang. Tapi tidak dapat dipungkiri masih banyak juga yang masih bertahan menjadi petani sawah dilihat dari luas sawah yang ada di Kecamatan Labakkang ini hanya berbeda beberapa ratus Ha saja luasnya dibanding luas tanah tambak (Salim, 2015).

Page 62: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

50 Gambaran Umum Lokasi

Tabel 3.10.Luas Wilayah Kecamatan Labakkang

No. Desa/Kel.Tanah Kering

Luas SawahKolam/ Tambak

Pekarangan Perkebunan

1. Borimasunggu 522 165 210 10 -

2. Mangallekana 688 467 - 52,60 -

3. Batara 664 323 - 49 128,70

4. Taraweang 991 482 - 51,50 157,50

5. Barabatu 1.085 203 - 35 450

6. Kassiloe 688 172,50 70,80 16,20 146,50

7. Patallassang 736 213 20 21,10 38

8. Labakkang 450 241 152 53,20 -

9. Pundata Baji 522 132,50 328 61,50 -

10. Bontomanai 692 81 440 8,40 24,90

11. Manakku 908 174 670 19,40 8,70

12. Gentung 763 54,50 548 7,14 -

13. Kanaungang 1.137 124 570 10,80 165

Jumlah 9.846 2.832,5 3.008,80 395,84 1.119,30

Sumber: Pimpinan Pertanian Kecamatan, 2015

Lokasi penelitian berada di Desa Bonto Manai, Kecamatan Labakkang. Sebutan bonto manai berasal dari bahasa Bugis, bonto = tanah, dan manai = naik. Artinya tanah yang naik atau ada tanah yang agak tinggi karena rata-rata terdiri dari dataran rendah. Batas Desa Bonto Manai yaitu; sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Ma’arang, sebelah timur Desa Gentung, dan Desa Manakalla, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Barimasungu, dan bagian barat Selat Makassar. Desa Bonto Manai terdiri dari dua dusun; Bangkala dan Binangatoa.

Kondisi alam dan lingkungan desa terdiri dari permukiman dan kolam. Permukiman penduduk paling

Page 63: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

51Gambaran Umum Lokasi

banyak mengelompok. Sudah ada sarana jalan di permukiman yang menghubungkan antar dusun, dan pantai di bagian barat yang jaraknya sekitar empat kilometer. Kolam terdiri dari dua bentuk. Pertama, kolam ikan. Kolam banyak dijadikan sebagai lahan untuk usaha pemeliharaan ikan bandang atau udang. Keduanya sangat laku di pasaran dengan harga selalu tinggi. Kedua, kolam air garam. Kolam ini hanya digunakan untuk mengolah garam. Terutama saat musim kemarau banyak petani yang beralih menjadi pengolah garam. Kebanyakan sawah dan kolam milik orang tertentu yang terdiri dari tokoh masyarakat setempat seperti tuan tanah, aparat desa, dan tuan dusun. Oleh karena itu masyarakat miskin banyak yang menjadi petani penggarap di lahan tokoh masyarakat tersebut.

Kependudukan

Berdasarkan data tahun 2015 (BPS Pangkep; 2017) penduduk Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan berjumlah 323.597 jiwa. Tiga kecamatan terpadat yaitu; Labakkang 45.773 jiwa, Pangkajene 44.490 jiwa, dan Bungaro 42.556 jiwa. Kepadatan penduduk di ketiga kecamatan tersebut berkisar antara sekitar 900 jiwa/Km2, khususnya di Labakkang 956 jiwa/Km2. Sebab daerah tersebut berada di pinggir jalan poros Sulawesi dan ada sarana umum seperti perkantoran pemerintah dan swasta, rumah sakit, pasar, dan sebagainya. Sedangkan penduduk dalam empat kecamatan yang berada di pulau-pulau relatif seimbang; Kecamatan Tupabbiring Utara 11.564 jiwa, Kalmas 13.529 jiwa, Tupabbiring 19.270 jiwa, dan Tangaya 21.081 jiwa.

Secara khusus Kecamatan Labakkang terdiri dari 13 desa; Bara Batu, Batara, Borimasunggu, Bonto Manai, Gentung, Kanaungan, Kasssiloe, Labakkang, Manakku, Mangallekana, Patallassang, Pundata Baji, dan Taraweang. Penduduknya

Page 64: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

52 Gambaran Umum Lokasi

berjumlah jumlah penduduk di Kecamatan Labakkang berjumlah 45.773 jiwa, tinggal dalam 13 desa, sembilan lingkungan, 26 dusun, 71 RW, dan 172 RT. Penduduk terpadat di Desa Labakkang dengan penduduk berjumlah 5.058 jiwa dengan kepadatan 956 jiwa/Km2. Sedangkan Desa Bonto Manai dengan jumlah penduduk 2.815 jiwa dengan kepadatan 343 jiwa/Km2 (Labakkang Dalam Angka, 2010).

Penduduk Desa Bonto Manai homogen karena hanya terdiri dari suku bangsa Bugis. Semua aspek sosial dan budaya terkait dengan satu kebudayaan tersebut. Jumlah penduduk secara pasti belum diketahui karena tidak ada data mutakhir yang bisa ditampilkan disebabkan mutasi penduduk yang begitu banyak. Jumlah penduduk diketahui pada tahun 2010 sebanyak 2.815 jiwa terdiri dari 659 KK. Laju penduduk sekitar 1,03, sehingga diperkirakan tahun 2017 berjumlah lebih dari empat ribu jiwa. Pendatang dari suku bangsa lain hanya tinggal di dekat pusat Kecamatan Labakkang. Mereka membuka usaha tertentu seperti berdagang makanan dan minuman, bengkel, dan sebagainya (Labakkang Dalam Angka; 2010; Desa Bonto Manai; 2018).

Seluruh warga Desa Bonto Manai beragama Islam. Sarana agama tersebut adanya 10 masjid. Sarana tersebut digunakan dalam rangka pelaksanaan ibadah lima waktu dan kegiatan lainnya seperti pengajian rutin, peringatan hari besar Islam, dan lain-lain. Sedangkan sarana pendidikan Islam terlihat dari adanya Taman Pendidikan Al Quran, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), dan dua pesantren.

Pendidikan warga setempat, terutama generasi tua kebanyakan SD dan SMP. Hal ini disebabkan latar belakang keluarga yang terdahulu yang berpendidikan rendah dan mata pencahariannya sebagai petani. Tetapi generasi muda saat ini berpendidikan lebih tinggi karena sudah ada sarana

Page 65: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

53Gambaran Umum Lokasi

pendidikan dasar sampai pendidikan atas. Bahkan ada yang sudah menempuh perguruan tinggi atau kuliah di Makassar atau daerah lainnya. Demikian juga bagi anak-anak sudah diharuskan masuk pendidikan formal pra sekolah seperti PAUD dan pengajian. Pemerintah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan membebaskan biaya pendidikan SD sampai SMA. Ada juga bantuan biaya pendidikan di perguruan tinggi.

Bahasa pergaulan hidup sehari-hari menggunakann bahasa Bugis. Semua kehidupan diwarnai dengan nuansa Bugis seperti bentuk rumah, pakaian adat untuk pengantin dan sunatan, makanan dan minuman khas setempat. Bahasa Indonesia digunakan di sekolah dan berbicara dengan pendatang lain. Di daerah ini banyak pendatang dari daerah Jawa yang bekerja sebagai pedagang keliling seperti menjual bakso, jamu, dan barang dagangan lainnya. Mereka menjajakan barang dagangannya menggunakan kendaraan bermotor roda dua dan roda empat.

Mata pencaharian penduduk terkait dengan kedudukan sosial dalam masyarakat. Secara umum terbagi dua lompok terkait mata pencaharian. Pertama, tokoh masyarakat kebanyakan sebagai tuan tanah dan dihormati masyarakat. Sebagai tuan tanah, memiliki rumah, lahan sawah, dan kolam ikan. Ada juga yang bekerja sebagai pedagang dan usaha lainnya. Kedua, masyarakat biasa banyak bidang pekerjaan sesuai dengan keterampilannya seperti buruh tani, petani tambak, beternak, tukang, dan tukang becak. Kedudukan mereka sedemikian rupa sebagai ciri dari masyarakat miskin ditandai dengan terbatasnya kepemilikan harta benda dan pendapatan. Penghasilan tergantung alam dan pekerjaan yang dilakukan.

Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan

Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan berjumlah 44.144 jiwa. Sebagian besar diantaranya

Page 66: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

54 Gambaran Umum Lokasi

berada di perdesaan dan kepulauan. Kemiskinan dilihat secara struktural atau alamiah. Kemiskinan struktural yang disebabkan masyarakat miskin tidak berdaya memperoleh kehidupan yang layak atas hak dasar sosialnya. Pada umumnya terdiri dari buruh tani dan nelayan. Buruh tani sebagai pekerja yang memperoleh upaha berdasarkan pembagian sepertiga dari hasil panen. Padahal petani menggarap tanah mulai dari memberi air, menanam bibit, dan panen. Pekerjaan tersebut dilakukan ketika mulai musim penghujan sampai panen yang berlangsung selama lima bulan. Ketika memasuki musim kemarau, petani beralih ke bidang pekerjaan lain yang sesuai dengan keterampilan yang dimiliki. Perubahan dan peralihan pekerjaan merupakan hal yang biasa sebab mereka memiliki lebih dari satu keterampilan atau keahlian yang disesuaikan dengan kondisi alam setempat. Ketika tidak bertani bisa mengusahakan garam, tukang becak, dan tukang bangunan.

Sebagai nelayan haya sebutan saja karena sejatinya mereka petani tambak ikan. Mereka sangat tergantung alam dan modal usaha. Banyak kolam yang besar dan kolam kecil diusahakan sebagai tambak ikan bandang dan udang. Biasanya kolam besar secara terus menerus diolah melalui pembelian bibit,pemberian pakan, dan panen. Sedangkan kolam kecil hanya diolah sebagai tambak sesuai dengan keperluan sebab sewaktu musim kering bisa saja berubah menjadi tambak garam. Pengelolaan tambak terkait dengan modal yang dibutuhkan. Tentunya petani tidak memiliki modal yang cukup, sehingga bila pemilik kolam ingin mengolah ikan atau udang dapat dikerjakan dengan pola bagi hasil. Menurut petani, hasil yang diperoleh 50 persen dari jumlah bibit yang disebarkan. Misal bibit ikan bandang yang disebar sebanyak 3.000 ekor, maka hasil yang diperoleh hanya 1.600 ekor ikan yang sudah

Page 67: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

55Gambaran Umum Lokasi

besar. Seekor ikan bandang yang dipelihara secara baik bisa mencapai beratnya satu sampai dua kilogram.

Oleh karena itu terlihat banyak kolam yang telantar, sehingga dibiarkan begitu saja. Kecuali ada yang berminat, barulah diolah secara sederhana atau tradisional dengan cara memelihara dan memberi makan ikan yang ada dalam kolam. karena belum menggunakan peralatan modern dan dalam jumlah yang banyak. Bagi petani tambak yang memiliki modal tetap nelayan. Tanah dan usaha dimiliki pihak tertentu seperti tuan tanah dan orang kaya.

Penanggulangan Kemiskinan. Kebijakan dalam penanggulangan kemiskinan mengutamakan masyarakat yang berada di perdesaan dan kepulauan. Hal ini dipengaruhi kondisi alam setempat. Wilayah daratan tergantung dari musim hujan dan musim kemarau. Pada musim hujan petani banyak pekerjaan, sehingga mulai menanam sampai panen mereka berada di desa. Tetapi ketika musim kemarau, mereka tidak bisa melakukan kegiatan yang menghasilkan uang karena tanah tandus. Bisa beralih pekerjaan menjadi petambak garam atau pekerjaan lain. Banyak perdesaan dengan kondisi kemiskinan parah yang ditandai dengan terbatasnya penghasilan dari jenis pekerjaan yang terdiri dari buruh tani dan nelayan. Demikian juga kondisi rumah walaupun dalam bentuk panggung sudah banyak yang tidak layak huni. Hanya orang tertentu yang mempunyai penghasilan cukup dapat memperbaiki atau membangun rumah yang layak sebagai tempat tinggal keluarga.

Bantuan Sosial

Keluarga Penerima Manfaat. Keluarga penerima manfaat di Kecamatan Labakkang sebanyak 250 keluarga. Tetapi data terakhir diperoleh keterangan yang masih aktif berjumlah

Page 68: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

56 Gambaran Umum Lokasi

246 keluarga. Selebihnya tidak aktif lagi, sehingga menunggu daftar baru sebagai pengganti yang disahkan Kementerian Sosial. Penerima manfaat berada dalam tiga desa yaitu: Bonto Manai 98 keluarga, Kanaungan 98 keluarga, dan Malise 50 keluarga. Khusus di Desa Bonto Manai berjumlah 98 keluarga. Didampingi dua pendamping UEP, masing-masing membina 49 keluarga.

Tabel 3.11.Jenis Usaha di Desa Bonto Manai

No Jenis Usaha Jumlah

1. Campuran 34

2. Ikan 22

3. Ternak bebek 18

4. Kue 5

5. Pulsa 3

6. Becak 2

7. Pakaian 2

8. Cicilan 2

9. Bensin 1

10. Abon 1

11. Kelapa 1

12. Minuman 1

13. Pakan Ikan 1

14. Nuget 1

15. Bahan Bangunan 1

Sumber: Dinas Sosial Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan

Jenis usaha yang dilakukan keluarga berdasarkan pilihan masing-masing. Tiga jenis usaha terbanyak yaitu; campuran (34,70 persen), ikan (22,44 persen), dan tenak bebek (18,37 persen). Hal tersebut disesuaikan dengan kondisi masyarakat dan lingkungan. Campuran istilah masyarakat setempat.

Page 69: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

57Gambaran Umum Lokasi

Jenis usaha ini sama dengan warung yang menjual berbagai kebutuhan masyarakat seperti telor, gula, minuman, kue-kue, mie, sabun, rokok, permen dan sebagainya. Hanya beras yang tidak dijual. Jenis usaha ini banyak dilakukan masyarakat karena cepat menghasilkan. Pada umumnya tempat usaha berada di bagian bawah rumah masing-masing. Hanya beberapa keluarga yang membuka usaha di bagian depan rumah panggungnya.

Jenis usaha ikan dimaksudkan pemeliharaan ikan bandang atau usang. Usaha ini sangat tergantung pada harga dan musim. Jika harga ikan atau udang sedang tinggi atau mahal, maka banyak orang beralih memeliharanya di kolam. Pemeliharaan ikan atau udang atau penggarap dapat dilakukan semua orang. Pada umumnya kolam milik orang tertentu seperti tokoh masyarakat, dan tuan tanah. Oleh karena itu masyarakat sebagai penggarap melakukan semua pekerjaannya mulai dari pembukaan, pembelian bibit, pemberian makanan, menjaganya, dan sampai panen. Penggarap dapat memanen ikan tiga bulan sekali. Penghasilan yang diperoleh berbagai dengan pemilik kolam sesuai dengan perjanjian atau kesepakatan bersama karena terkait dengan banyaknya bibit yang ditanam dan penghasilan yang diperoleh. Biasanya pemilik kolam hanya menerima berupa uang yang jumlahnya sepertiga dari hasil satu kali panen.

Sebagian ibu rumah tangga ada yang membuat abon ikan bandang dengan harapan menambah penghasilan karena harganya lebih mahal. Ada juga yang mengolah ikan bandang menjadi ikan tanpa duri atau presto. Namun tidak secara rutin karena biasanya harga ikan bandang tidak menentu, sehingga mempengaruhi harga jual olahan ikan tersebut. Kecuali ada yang memesan olahan tersebut dengan memberi

Page 70: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

58 Gambaran Umum Lokasi

modal pembelian bahan dasar ikan bandang. Pola seperti ini membuat ibu rumah tangga memerlukan modal yang cukup dan pasaran tertentu.

Pemeliharaan bebek dilakukan sebagian masyarakat yang memanfaatkan halaman rumah atau bagian bawah rumah sebagai tempat pemliharaan. Usaha ini cukup menjanjikan karena tiap hari bertelur dan selalu ada pembelinya, sehingga peternak bebek tiap hari dapat menjual telur. Telurnya ada yang dibeli langsung untuk digunakan sebagai lauk pauk dengan harga biasa Rp 1.700,- per butir. Ada juga yang membuat telur asin dengan harga yang lebih mahal sampai dengan Rp 2.000,- per butir. Namun usaha ini agak rawan karena ada penyakit hewan ternak yang menyebabkan bebek menjadi ayan atau mati. Selama ini belum ada perhatian instansi terkait tentang penyakit unggas tersebut.

Jenis usaha lainnya sebagai bentuk usaha baru yang dianggap diperlukan masyarakat. Jenis usaha tersebut berpengaruh pada generasi. Terutama bagi muda berpikir lebih praktis dan cepat dapat uang. Waktu mengerjakannya tidak terbatas dan selalu dibutuhkan masyarakat. Sebagai contoh penjual kue, minuman, dan pulsa. Kue dibuat waktu tertentu seperti ada keluarga yang melaksanakan perkawinan, acara syukuran, dan peringatan hari besar Islam. Pekerjaan yang dilakukan sangat mudah dan jelas penghasilannya sebab sudah dibantu dengan modal, sehingga bisa menentukan harga jual atau harga beli dengan keuntungan yang akan diterima. Demikian juga yang membuka usaha pula, setiap pembelian pulsa satu nomor telepon genggam akan memperoleh untung Rp 1.000,- atau Rp 2.000,-.

Page 71: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

59Hasil Penelitian dan Pembahasan

BaB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Input Program

1. Kabupaten Kulon Progo

Diagram 4.1Usia

Berdasarkan tabel tersebut di atas dapat diketahui bahwa usia responden yang cukup produktif berjumlah 50 persen (15 – 49 tahun). Responden yang berusia antara 50 – 64 tahun

Page 72: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

60 Hasil Penelitian dan Pembahasan

berjumlah 50 persen. Dari data ini boleh dikatakan bahwa usia responden yang produktif labih dari 50 an persen.

Diagram 4.2Pekerjaan

Adapun jenis pekerjaan responden cukup bervariasi, dari mulai bekerja sebagai pedagang sebesar 30 persen, petani ada 25 persen dan jasa berjumlah 20 persen. Responden yang lain bekerja sebagai buruh ada 15 persen, sebagai peternak (ternak kambing) 5 persen, dan sisanya bekerja sebagai tukang 5 persen.

Diagram 4.3Pendidikan Terakhir

Page 73: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

61Hasil Penelitian dan Pembahasan

Dari diagram di atas terungkap bahwa jenjang pendidikan responden terakahir yang tidak sekolah, SD tidak tamat dan tamat SD ada 15 persen. Responden yang berpendidikan tidak tamat SLTP berjumlah berjumlah 20 persen, yang tamat SLTP ada 25 persen. Responden yang berpendididkan terakhir tidak tamat SMA ada 10 persen dan yang tamat SMA berjumlah 30 persen, demikianlah kondisi pendidikan terakhir responden. Dari data ini boleh dikatakan bahwa pendidikan terakhir responden sebagaian besar (60 persen) rendah. Dan yang 40 persen bisa dikatakan memiliki jenjang yang cukup lumayan yaitu sampai jenjang SMA.

Diagram 4.4Pendapatan Per Bulan

Tentang pendapatan per bulan responden dapat dilihat seperti pada diagram tersebut di atas yang menunjukkan bahwa yang berpendapatan di bawah Rp 500.000 berjumlah 15 persen, yang berpendapatan antara Rp. 500.001 sampai Rp. 1.000.000 sebesar 45 persen, dan yang berpendapatan antara Rp. 1.000.001 sampai Rp. 1.500.000 berjumlah 40 persen. Dari data ini boleh dikatakan bahwa sebagian besar responden yang berpendapatan antara Rp. 500.000 sampai Rp. 1.500.000

Page 74: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

62 Hasil Penelitian dan Pembahasan

sebesar 85 persen dan sisanya yang 15 persen berpendapatan di bawah Rp. 500.000. Hal bisa menginformasikan bahwa di dua desa wilayah kajian tersebut memang pantang untuk memperoleh bantuan sosial usaha ekonomi produktif. Dengan bantuan tersebut diharapkan keluarga penerima manfaat bisa memperoleh tambahan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga.

Diagram 4.5Jenis UEP

Berdasarkan diagram di atas dapat diketahui jenis usaha ekonomi produktif yang dilakukan keluarga penerima manfaat (KPM), yaitu yang berusaha warungan/toko klontong sebesar 25 persen, yang berusaha sebagai pedagang keliling sebesar 25 persen. KPM yang usahanya pangan (rumah makan dan kue) berjumlah 15 persen, demikian juga usaha ternak ada 15 persen. KPM yang bergerak dibidang jasa ada 10 persen, industri rumahan ada 5 persen, dan pertanian 5 persen.

Page 75: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

63Hasil Penelitian dan Pembahasan

Diagram 4.6Alasan Pemilihan UEP

Berdasarkan diagram tersebut di atas terungkap bahwa alasan KPM memilih jenis usaha tersebut pertama mereka menyatakan bahwa usaha tersebut mudah dijalankan/dikelola sebesar 45 persen, yang menyatakan senang menjalankan usahanya berjumlah 15 persen, dan mudah untuk memperoleh bahan baku ada 10 persen. Adapun KPM yang menyatakan bahwa alasan usaha tersebut sedang ngetrend ada 10 persen, dengan alasan bahwa usaha tersebut banyak diminati ada 5 persen, dan modal yang tidak terlalu besar ada 5 persen, dan merupakan hobby ada 5 persen. Ada juga yang menjawab bahwa usahanya diarahkan oleh pendamping berjumlah 5 persen.

Page 76: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

64 Hasil Penelitian dan Pembahasan

Diagram 4.7Lama Usaha

Dari data diagram tersebut di atas diketahui bahwa lamanya KPM berusaha terjawab sebesar 50 persen sudah berusaha selama 2 tahun, selama 1 tahun ada 40 persen, dan sisanya berjumlah 10 persen udah berusaha selama 3 tahun.

Diagram 4.8Lokasi UEP

Page 77: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

65Hasil Penelitian dan Pembahasan

Berdasarkan hasil tabel tersebut di atas terbaca bahwa lokasi KPM dalam mengelola UEP sebagian besar di rumah sendiri berjumlah 70 persen, berkeliling ada 25 persen, dan sisanya 5 persen adalah mengontrak.

Diagram 4.9Pemanfaatan Modal UEP

Dari hasil perhitungan yang dilakukan bahwa KPM yang memanfaatkan modal UEP untuk tambahan modal sebesar 65 persen. KPM yang memanfaatkan modal usaha ekonomi produktif untuk mambeli peralatan dan perlengkapan usaha berjumlah 35 persen. Dari data ini boleh dikatakan bahwa sebagaian besar keluarga penerima manfaat sebesar 65 persen sebelumnya sudah memiliki usaha dan mereka merasa bersyukur dengan adanya bantuan sosial usaha ekonomi produktif.

Page 78: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

66 Hasil Penelitian dan Pembahasan

Diagram 4.10Keuntungan UEP

Berdasarkan diagram tersebut di atas dapat diketahui bahwa keuntungan yang didapat dari usaha ekonomi produktif oleh keluarga penerima manfaat sebagian besar (65 persen) untuk keperluan keluarga, membayar pendidikan anak ada 20 persen, untuk membayar utang 5 persen, untuk membayar listrik 5 persen, dan 5 persen lagi untuk tabungan.

Diagram 4.11Organisasi UEP

Page 79: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

67Hasil Penelitian dan Pembahasan

Berdasarkan diagram di atas dapat diketahui bahwa KPM yang mengelola usaha bersama suami isteri sebesar 65 persen. KPM yang mengelola sendiri ada 25 persen, dan sisanya berjumlah 10 persen melakukan usaha bersama-sama keluarga (suami, isteri dan anak atau saudara).

Diagram 4.12Kunjungan Pendamping dalam Sebulan

Berdasarkan diagram tersebut di atas terungkap bahwa kunjungan pendamping sebagian besar yaitu 95 persen sekali kunjungan ke KPM, dan sisanya 5 persen datang ke KPM 2 kali kunjungan. Menurut informasi bahwa kunjungan pendamping ke KPM turut membantu berjalannya usaha KPM.

Page 80: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

68 Hasil Penelitian dan Pembahasan

2. Kabupaten Wonogiri

Input ProgramDiagram 4.13

Usia

Hasil temuan lapangan untuk usia penerima bantuan sosial UEP, dari total KPM di Desa Gunturharjo Kabupaten Wonogiri sebesar 45 persen berusia produktif dengan rentang usia 50 – 64 Tahun. Sebanding dengan KPM berusia sangat produktif dengan rentang usia 15 – 49 Tahun sebesar 45 persen. Sisanya sebesar 10 persen responden berusia diatas 64 tahun. Mayoritas responden KPM penerima bantuan sosial UEP di Desa Gunturharjo Kecamatan Paranggupito Kabupaten Wonogiri pekerjaan utamanya adalah sebagai petani dengan rentang usia produktif. Profesi sebagai petani ini sangat berpengaruh terhadap pilihan usaha dari modal bantuan sosial UEP. Di saat musim kemarau panjang dimana tidak memungkinkan mengolah lahan pertanian, maka UEP diharapkan menjadi cadangan penghasilan untuk membiayai kebutuhan hidup yang mendesak seperti biaya pendidikan dan kesehatan. “...hasil UEP sewaktu-waktu bisa dijual untuk keperluan sekolah anak atau yang lainnya”, demikian penuturan salah seorang responden KPM.

Page 81: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

69Hasil Penelitian dan Pembahasan

Diagram 4.14Pekerjaan

Responden dalam penelitian ini adalah KPM penerima bantuan UEP di wilayah pesisir. Namun, mayoritas dari mereka tidak bekerja di sektor kelautan. 90 persen responden pekerjaan utamanya adalah petani, sisanya masing-masing 5 persen adalah pedagang dan usaha jasa perbengkelan. Kondisi alam menjadi kendala utama yang menjadikan masyarakat lebih berorientasi agraris. Pesisir Wonogiri berkarakteristik terjal dan berombak besar khas pantai selatan jawa, sehingga sulit dilayari perahu-perahu nelayan. Kalaupun ada, pekerjaan yang bisa menghasilkan uang adalah mencari karangan (rumput laut liar) dan pandan laut liar. Di musim tertentu di beberapa titik pesisir bisa didapatkan lobster laut meskipun dalam jumlah yang sangat terbatas dan tingkat kesulitan yang tinggi dalam menangkapnya. Di pesisir yang menjadi obyek wisata, seperti Pantai Nampu, dijumpai beberapa KPM yang berdagang makanan kecil dan minuman untuk para pengunjung. Itupun dilakukan oleh sang istri yang mana suaminya bekerja di sektor lain selama musim kering yang tidak mungkin bertani. Seperti diungkapkan seorang KPM berinisial M yang berjualan

Page 82: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

70 Hasil Penelitian dan Pembahasan

di Pantai Nampu, “ ya kalo musim gini suami saya ya kerja serabutan mas, kan laut sedang pasang ndak mungkin cari karangan. Sambil di rumah melihara kambing juga”. Faktor lain adalah kuatnya mitos tentang pantai selatan berkaitan dengan hubungan mistis antara raja-raja Jawa dengan Penguasa Laut Selatan. Setiap tahun dilakukan upacara adat “Labuhan Ageng” di Pantai Sembukan, Paranggupito, Wonogiri oleh Kraton Kasunanan Surakarta. Dengan demikian Pesisir selatan Wonogiri dimaknai secara mistis-spiritual yang harus dijaga kesuciannya.

Diagram 4.15Pendidikan Terakhir

Jenis pekerjaan KPM yang relatif homogen yaitu sebagai petani, ditambah lagi dengan fakta lapangan bahwa hampir separuh responden (45 persen) berpendidikan tidak tamat Sekolah dasar. Sementara yang tamat SD atau SLTP masing masing 20 persen. Sisanya masing-masing 5 persen tidak sekolah, tidak tamat SLTP dan SMA. Relatif rendahnya pendidikan responden di mungkinkan karena masih sulitnya ekonomi dimasa lalu mereka mengingat Kecamatan Paranggupito dikenal sebagai salah satu wilayah paling

Page 83: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

71Hasil Penelitian dan Pembahasan

terbelakang di Wonogiri. Dengan latar pendidikan yang demikian itu, wajar jika pekerjaan yang dilakukan adalah yang relatif tidak rumit dan tidak memerlukan kreatifitas tinggi (bertani tadah hujan). Dan ketika mendapatkan bantuan sosial UEP, maka pilihan yang paling mungkin dan sederhana adalah digunakan untuk membeli ternak. Hal ini sangat disadari oleh pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Sosial, sehingga banyak KPM yang diarahkan untuk beternak kambing. Masyarakat pun menyambut baik, karena ternak dalam filosofi Jawa dianggap sebagai “Rojo Koyo” atau penyimpan kekayaan yang sewaktu-waktu bisa diuangkan untuk memenuhi kebutuhan mendesak.

Diagram 4.16Pendapatan Perbulan

Pendapatan KPM sebagai petani relatif sulit untuk dihitung menjadi pendapatan rata-rata per bulan. Bahkan sangat bertolak belakang jika diperhitungkan dalam musim antara musim kemarau dengan musim penghujan. Kondisi dataran karts Pegunungan Sewu Wonogiri bagian selatan dengan endapan alluvial di beberapa tempat sangat tergantung dari pasokan air hujan untuk bisa ditanami. Saat penelitian ini dilakukan, petani sedang mulai mencangkuli lahan untuk persiapan menyambut musim hujan, yang dikenal dengan

Page 84: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

72 Hasil Penelitian dan Pembahasan

istilah “ngawu-awu”. Tanah yang keras dan kering dicangkuli dan disebar diatasnya benih padi (gabah) dengan harapan nanti begitu turun hujan akan segera tumbuh. Kondisi alam yang demikian itu ditambah menejemen keuangan yang relatif sangat terbatas menjadi sulit untuk menghitung pendapatan KPM per bulan. Bahkan pendapatan per hari pun dimaknai untuk memenuhi kebutuhan hari itu juga, yang dikenal dengan istilah “ono dino, ono upo”, setiap hari pasti ada yang dimakan, begitu kira-kira terjemahannya. Pada akhirnya mengukur penghasilan lebih pada membandingkan dengan pengeluaran harian KPM, sehingga didapatkan data 60 persen responden berpendapatan antara Rp500.000 – Rp1.000.000 sedangkan sisanya dibawah Rp500.000. Hadirnya bantuan sosial UEP diharapkan menjadi stimulan untuk memulai usaha baru sehingga KPM memiliki penghasilan yang relatif stabil untuk jangka harian, bulanan, dan tahunan. Dengan UEP diharapkan KPM mampu merintis usaha dengan menejemen yang baik sehingga bisa dilanjutkan menjadi usaha produktif dengan skala yang lebih besar disesuaikan dengan potensi terbaik masing-masing daerah.

Diagram 4.17Jenis UEP

Page 85: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

73Hasil Penelitian dan Pembahasan

100 persen responden memilih jenis usaha ternak kambing melalui bantuan UEP yang mereka terima. KPM berpandangan nantinya jika telah beranak-pinak, maka bisa ditukarkan dengan sapi agar hasilnya lebih besar dan lebih mudah memeliharanya. Pilihan ini dirasa paling tepat dan sejalan dengan kebijakan pemerintah daerah. Mengingat Wonogiri dikenal menjadi salah satu pemasok daging terbesar ke-2 untuk Jawa Tengah setelah Blora, maka ternak kambing dan sapi terus digalakan. Ternak kambing (dan juga sapi) menjadi pilihan yang paling sesuai dengan latar belakang pekerjaan KPM di sektor agraris. Keterampilan memelihara ternak telah banyak dikuasai masyarakat Wonogiri secara turun temurun, meskipun dengan pengetahuan yang relatif sederhana dan skala usaha yang relatif kecil. Tentu tidak sedikit kendala yang harus dihadapi, salah satunya adalah ketersediaan pakan pada musim kemarau. Tidak sedikit pakan hijauan daun harus didatangkan dari luar daerah atau dari wilayah “bawah” yang relatif lebih subur. Kebutuhan untuk membeli pakan ini tak jarang melebihi pengeluaran untuk makan sehari-hari keluarga. “Paling tidak untuk satu kambing selama tiga hari harus membeli pakan senilai 20-40 ribu pak. Bahkan tidak jarang lebih mahal dari biaya makan kami sendiri”, demikian dari hasil wawancara dengan beberapa responden. Beberapa ide untuk membuat pakan fermentasi masih mencoba dikenalkan oleh dinas peternakan dengan bahan baku kulit singkong atau kulit kacang hijau.

Page 86: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

74 Hasil Penelitian dan Pembahasan

Diagram 4.18Alasan Pemilihan UEP

Ternak Kambing menjadi pilihan mayoritas KPM dengan alasan utama adalah kemudahan dalam menjalankan usaha tersebut (50 persen). Disamping itu 25 persen KPM menganggap ketersediaan bahan baku (termasuk pakan) menjadi alasan pendukung lainnya. Sementara 10 persen KPM melihat adanya prospek harga ternak yang tinggi di masa mendatang menjadi pendorong usaha ternak kambing. Sisanya masing-masing 5 persen menjawab karena diarahkan pendamping, sedang trend usaha ternak dan prospeknya bagus. Alasan utama kemudahan usaha tidak terlepas dari latar belakang sebagai petani dimana ternak dianggap sebagai usaha pendamping selain bertani. Dari kebun atau ladang tempat bertanam mereka itu pula pakan bisa diperoleh terutama pada musim hujan. Selain itu beternak kambing atau sapi dianggap tidak merepotkan karena menjadi sambilan yang sudah turun-temurun dilakukan para petani di desa-desa. Umumnya mereka sejak kecil sudah mengenal bagaimana memelihara, menggembala dan mencari pakan untuk ternak. Alasan lain tentunya lebih pada keinginan untuk memiliki simpanan lain selain uang yang bisa digunakan dikala

Page 87: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

75Hasil Penelitian dan Pembahasan

dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan mendesak. Tentu intinya adalah pilihan beternak kambing atau sapi dilakukan dengan suka cita sesuai dengan passion masyarakat yang lebih berkarakteristik agraris. ”Kami sudah biasa melihara kambing, cuman belom punya modal aja”, demikian penuturan seorang responden.

Diagram 4.19Pemanfaatan Modal UEP

Bantuan Sosial UEP diberikan kepada KPM fakir miskin dengan harapan bisa menjadi stimulan modal untuk membuka usaha. 50 persen responden menggunakan modal dari UEP untuk membuka usaha baru. Sisanya masing-masing 25 persen menggunakannya untuk menambah modal dan membeli peralatan usaha. Beternak kambing sebagai pilihan utama usaha baru dilakukan dengan tetap menjalankan profesi utama sebagai petani. Bahkan dianggap memperkuat dan melengkapi (komplementer) pekerjaan utama, karena sambil bertani bisa menanam atau mencari pakan untuk ternak. Pilihan membuka usaha baru ini tentu sangat positif di masa yang akan datang. Karena, kegiatan bertani padi atau tanaman palawija lainnya hampir sulit untuk dikembangkan dan dilipatgandakan.

Page 88: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

76 Hasil Penelitian dan Pembahasan

Kondisi lahan pertanian produktif yang sangat terbatas, musim kemarau panjang yang begitu kering, serangan hama (kutu, babi hutan, dll), serta keterbatasan tenaga petani muda, membuat beternak menjadi alternatif usaha lain yang bersifat lokal. Bukan tidak mungkin dengan kultur beternak yang kuat, Wonogiri selatan bisa dikembangkan menjadi penyedia tenaga-tenaga peternak muda yang memiliki skill handal. Hal ini bisa menjadi alternatif lain untuk tenaga kerja muda selain menjadi pedagang bakso atau menjadi TKI di luar negeri. Selama ini merantau ke perkotaan masih menjadi salah satu pilihan tenaga muda potensial produktif, yang akibatnya adalah sangat kurangnya tenaga muda yang ikut mengembangkan potensi desanya. Disamping itu bekerja di kota masih dianggap lebih membanggakan dibanding beternak di desanya sendiri. Salah seorang responden bertutur:“Hampir setiap rumah pasti ada pak, salah satunya yang bekerja di kota. Harapannya tentu biar bisa membantu hidup orang tuanya di desa”. Tentu hal ini belum sejalan dengan visi petinggi Jawa Tengah:“Bali nDeso, mBangun Deso”- kembali ke desa untuk membangun desa sendiri.

Diagram 4.20Keuntungan UEP

Page 89: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

77Hasil Penelitian dan Pembahasan

Keuntungan yang diperoleh dari usaha dengan modal stimulan UEP (nantinya) akan digunakan untuk keperluan keluarga, yakni disampaikan oleh 65 persen responden. Sedangkan 5 persen akan digunakan untuk membayar hutang. Ada angka yang cukup tinggi yaitu 30 persen responden yang menjawab lainnya. Menarik untuk dikaji lebih lanjut mengingat ada fakta penting bahwa hampir seluruh responden belum ada yang menjual ternaknya. Hal ini tentu wajar dan logis sebab KPM baru menerima bantuan pada tahun 2017. Artinya, ternak yang dipelihara belumlah ada yang siap untuk dijual karena belum cukup besar dan layak jual. Perlu kiranya fakta ini menjadi bahan pemikiran, bahwa jenis usaha beternak sifatnya adalah usaha yang berupa penghasilan tahunan. Untuk penghasilan bulanan dan harian para KPM perlu dipikirkan alternatif pendapatan lainnya. Apalagi skala ternak mereka masih sangat kecil rata-rata 5 ekor kambing sudah termasuk anak kambing. Jika nantinya bisa berkembang menjadi puluhan kambing mungkin baru bisa menjadi penghasilan andalan yang bisa dikalkulasi bulanan. Namun tentunya untuk mencapai hasil sejauh itu dibutuhkan waktu yang panjang, pendampingan yang intens, konsistensi pengelolaan usaha, kemampuan berternak secara modern dan tentunya menejemen usaha yang baik. Untuk saat ini, penggunaan keuntungan hasil UEP masih merupakan rencana atau keinginan pada masa yang akan datang jika ternak sudah ada yang dijual.

Page 90: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

78 Hasil Penelitian dan Pembahasan

Diagram 4.21Organisasi UEP

Lebih dari separuh responden KPM di Desa Gunturharjo mengelola usahanya sendiri (55 persen). Sisanya masing-masing 35 persen dan 10 persen mengelola bersama istri dan keluarga. Pengelolaan usaha yang dilakukan sendiri atau melibatkan keluarga menandakan bahwa UEP bisa menjadi penggerak seluruh anggota keluarga untuk bekerja bersama. Etos kerja semacam ini tentu patut untuk terus dilanjutkan. Lebih lanjut diharapkan UEP bisa meningkatkan tidak hanya penghasilan keluarga, namun juga hubungan sosial kemasyarakatan yang harmonis dimulai dari kekompakan dalam membangun usaha keluarga. Ketahanan ekonomi keluarga yang terbangun dengan bantuan sosial stimulus UEP menjadi kunci utama untuk membangun kesejahteraan keluarga dan umumnya masyarakat sekitar. Mengingat usia KPM sebagian besar diatas 50 tahun, maka diharapkan usaha ternak atau yang lainnya bisa juga nantinya diambil alih dan dilanjutkan oleh anggota keluarga yang lain. Sistem pengorganisasian usaha yang benar seperti ini menjadi penting agar bantuan sosial UEP berhasil menjadi usaha yang berkelanjutan dan mampu membina pengusaha-pengusaha kecil dari KPM fakir miskin. Tentu ujungnya adalah agar bisa memberdayakan dan mengentaskan KPM dari kemiskinan.

Page 91: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

79Hasil Penelitian dan Pembahasan

Diagram 4. 22Kunjungan Pendamping dalam Sebulan

Semua KPM mengaku mendapatkan kunjungan pendamping setidaknya 1 kali dalam satu bulan. Bahkan ada yang 2 kali sebulan (40 persen) atau bahkan 4 kali sebulan (10 persen). Kunjungan sebagai bentuk pendampingan bisa berbentuk pertemuan yang dilakukan berkelompok atau kunjungan langsung ke rumah KPM. Tempat tinggal pendamping yang relatif tidak jauh dan masih di lingkungan dusun sekitar KPM cukup mendukung intensitas kunjungan ini. Sesuai dengan juknis memang disyaratkan adanya kunjungan minimal 1 kali dalam sebulan untuk memantau kondisi usaha. Intensitas kunjungan dan kemampuan pendamping dalam membantu kesulitan KPM memang menjadi salah satu faktor terpenting keberhasilan dan kelangsungan usaha. Lebih lanjut perlu kiranya pendamping mendapatkan dukungan kesejahteraan yang lebih memadai dan tentunya bekal skill usaha praktis disesuaikan dengan jenis usaha KPM. Selain itu diharapkan pendamping program menjadi pihak yang ikut membangun hubungan dengan jejaring usaha lainnya untuk mendukung pemasaran produk dan pengembangan usaha lebih lanjut.

Page 92: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

80 Hasil Penelitian dan Pembahasan

3. Kabupaten GresikDiagram 4.23

Usia

Dari hasil temuan lapangan terhadap usia penerima bantuan sosial UEP, mayoritas dari total responden Desa Kramat Kabupaten Gresik sebesar 65 persen berusia produktif rentang usia 50 – 64 Tahun. Sedangkan sisanya sebanyak 35 persen berusia sangat produktif dengan rentang usia 15 – 49 Tahun. Kebanyakan dari responden KPM UEP yang menerima bantuan sosial di Desa Kramat Kab. Gresik mayoritas adalah nelayan dengan usia kebanyakan sekitar 50 tahun keatas.

Diagram 4.24Pekerjaan

Page 93: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

81Hasil Penelitian dan Pembahasan

Responden dalam penelitian ini adalah KPM penerima bantuan UEP yang keseluruhannya berkerja sebagai nelayan. Nelayan merupakan mata pencaharian utama di wilayah pesisir Kabupaten Gresik khususnya di Desa Kramat. Desa Kramat merupakan desa pulau yang letaknya di paling pesisir Kab. Gresik, Desa Kramat berada di Pulau Mengere. Sebagian penduduknya mengandalkan potensi alam kelautan dan pertambakan. Pada umumnya hasil laut yang dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan penghasilan adalah berupa rajungan, udang, bandeng dan ikan kakap. Dimana jenis perikanan tersebut lebih banyak terdapat di Desa Kramat. Desa Kramat juga menjadi icon dari penghasil ikan dan udang lobster terbanyak hingga dibuatkan patung udang di pintu masuk desa tersebut. Wawancara dengan Responden S bahwa ia mengandalkan pekerjaan sebagai nelayan dikarenakan potensi alam yang melimpah. “ya kerjaan apa lagi mbak, disini kan dekat laut, ya banyak rajungan udang sama bulan akhir itu banyak sekali ikan kakap”

Diagram 4.25Pendidikan Terakhir

Page 94: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

82 Hasil Penelitian dan Pembahasan

Meskipun mayoritas pekerjaan responden sebagai Nelayan namun pendidikan KPM tidak terlalu buruk. Dalam grafik di atas dijelaskan bahwa memang mayoritas tingkat pendidikannya adalah tidak menamatkan SD yaitu sebesar 45 persen. Sedangkan terbanyak kedua adalah Tamatan SLTP sebesar 25 persen. Pun juga ditemukan responden dengan tamatan SMA. Dikarenakan akses mereka yang dekat dengan pesisir lautan mereka lebih banyak dan lebih baik memilih pekerjaan nelayan untuk mendapatkan penghasilan, minimnya ketidakberdayaan ekonomi mereka juga mempengaruhi tingkat pendidikan yang rendah yang mereka tempuh. Mereka lebih baik melaut dibandingkan mengenyam pendidikan yang lebih tinggi.

Diagram 4.26Pendapatan Perbulan

Dengan mata pencaharian sebagai nelayan KPM mendapatkan pendapatan kotor melaut kira-kira dalam sehari Rp. 150.000- Rp. 200.000 dengan hasil tangkapan berupa rajungan dan udang. Namun dari pendapatan kotor tersebut yang dapat dibawa pulang untuk keluarga sekitar Rp. 100.000, hal tersebut dikarenakan harus dipotong untuk misalnya sewa perahu, membeli bensin dan bayar hutang dengan toko atau juragan dimana mereka membeli alat tangkap misalnya.

Page 95: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

83Hasil Penelitian dan Pembahasan

Seperti wawancara dengan S berikut “ya lumayan ngga juga ya kalo melaut saja, kira-kira 150 ribu 200 ribu, Cuma itu harus potong hutang kan saya beli jaring di toko itu kecil depan rumah saya, terus buat bahan bakar perahu juga”. 50 persen dari total responden mendapatkan pendapatan sebulan Rp. 500.000 hingga Rp. 1.000.000 dan ada 5 persen dari total responden yang mendapatkan hingga Rp. 2.000.000.

a. Jenis UEP

Jenis UEP yang dipilih dari bantuan sosial adalah bidang perikanan sebanyak 100 persen responden memilih UEP nelayan. Responden memilih bantuan sosial yang diberikan kebanyakan untuk mendukung mata pencahariannya sebagai nelayan sehingga dibelikan alat tangkap berupa jaring. Harga jaring berkisar termurah Rp. 800.000 hingga Rp. 2.000.000. Alat tangkap ini sangat berguna bagi mereka. Alat tangkap yang dibeli beragam alat tangkap jaring rajungan, jaring udang dan jaring ikan kakap.

b. Alasan Pemilihan UEP

Alasan memilih UEP tersebut karena merupakan keahlian dan keterampilan mereka sebagai orang pesisir mempunyai pengetahuan dan kecakapan sebagai nelayan, sebanyak 100 persen responden mengatakan demikian. Mereka telah puluhan tahun hidup di pesisir dan turun temurun dari orang tua responden sebagai nelayan.

c. Pemanfaatan Modal UEP

Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa mata pencaharian responden sebagai nelayan dan mendapatkan bantuan sosial UEP mereka kebanyakan digunakan untuk modal membeli peralatan usaha dalam hal ini jaring atau alat tangkap rajungan, udang dan ikan. “alat jaringnya seperti ini mba, harganya Rp. 800.000 ini udah murah,

Page 96: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

84 Hasil Penelitian dan Pembahasan

belum beli tenteng Rp. 10.000 kalo untuk ini jaringnya butuh 10 tenteng, beda-beda mba ada jaring kakap itu mahal lagi Rp. 11 juta – 15 juta, ini kalo jaring kepiting ini mah 1 kali tangkap aja jaringnya udah rusak kan kena capit nya ini, kalo udang bisa beberapa bulanan, kalo kakap lebih lama lagi 5 tahun kali masih bisa tapi kakap kan nangkepnya bulan akhir ngga terus-terusan kan ada musimnya”.

d. Keuntungan UEP

Hasil dari pembelian alat tangkap kebanyakan 100 persen dari total responden keuntungannya digunakan untuk keperluan keluarga misalnya untuk membeli makan, membeli keperluan pendidikan atau sekolah anak, bayar hutang, untuk modal usaha dagang istri dan lain-lain.

e. Organisasi UEP

Pengelolaan UEP dari hasil temuan di Desa Kramat yang pada umumnya penerima UEP adalah laki-laki atau Kepala Keluarga memanfaatkan untuk beli jaring alat tangkap ikan, namun dibantu dengan para istri mereka untuk merajut jaring ikan yang berupa tenteng. Sebanyak 85 persen dari total responden, pengelolaan bersama istri mereka. Walaupun yang menggunakan peralatan adalah suami. Permodalan bantuan sosial UEP senilai Rp. 2.000.000 tidak sepenuhnya dibelikan jaring ikan, sebagian juga digunakan untuk modal istri mereka membuat hasil tangkapan ikan berupa ikan yang diawetkan, kerupuk udang, sirup rajungan dan lain-lain.

Page 97: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

85Hasil Penelitian dan Pembahasan

Diagram 4.27Organisasi UEP

f. Kunjungan Pendamping dalam 1 Bulan

Sebanyak 100 persen dari total responden mengaku mereka dikunjungi pendamping UEP sebanyak 1 kali dalam sebulan. Pendamping UEP di Desa Kramat berbeda domisili dengan tempat tinggal Pendamping UEP. Ketika di wawancarai pendamping mengaku bahwa ia tinggal di Desa yang berlainan dengan KPM. Bahkan ada salah satu pendamping yang berjarak hingg 30 KM dengan lokasi dampingan KPM UEP. Pendamping mengaku cukup kesulitan karna jarak ke Desa Kramat dilalui oleh kanan kiri tambak ikan dan penerangan jalan yang minim. Sehingga hanya dapat memantau 1 kali dalam 1 bulan. Dan hal tersebut dikatakannya sesuai dengan Juknis bahwa pendampingan kepada KPM UEP dilakukan minimal 1 kali dalam 1 bulan.

4. Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan

a. Usia

Keluarga penerima manfaat pada umumnya berusia 15 – 9 tahun (80 persen) terdiri dari usia produktif. Hal

Page 98: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

86 Hasil Penelitian dan Pembahasan

ini menunjukkan banyak keluarga yang ingin berusaha untuk menambah penghasilan keluarga. Terutama kaum perempuan atau ibu rumah tangga untuk menambah penghasilan. Sebagian lagi berusia diatas 50 tahun (20 persen) melakukan jenis usaha yang dapat dilakukan di rumah sendiri. Hal ini menjadi kebiasaan para ibu tidak mau berusaha di tempat yang jauh dari rumahnya.

Diagram 4.28Usia Responden

b. Pekerjaan

Khusus di Desa Bonto Manai dua jenis pekerjaan yang dominan. Pertama sebagai buruh (40 persen) dengan ketentuan sebenarnya mereka melakukan pekerjaan yang hanya menerima upah. Misalnya membantu pekerjaan suami sebagai buruh tani ketika musim panen sebab hasilnya untuk keperluan keluarga. Tiap keluarga harus memenuhi kebutuhan makanan pokok sendiri selama enam bulan atau setahun. Hanya sebagian yang membeli beras. Ada juga isteri yang membantu suami, terutama pemelihara ikan atau udang dan isteri membantu pekerjaan

Page 99: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

87Hasil Penelitian dan Pembahasan

selanjutnya seperti membuat abon atau ikan bandang tanpa duri. Kedua, pedagang (35 persen) dimaksudkan para isteri menjadi penunggu dagangan di warung masing-masing sebab suaminya bekerja di tempat lain dengan pekerjaan tertentu seperti menjadi buruh tani, pemeliharan ikan dan sebagainya.

Pekerjaan lainnya sebagai petani (10 persen) dan peternak (5 persen) merupakan pekerjaan yang dilakukan sebagai sumber penghidupan utama. Petani, dimaksudkan pemilik sawah yang mengusahakan sawahnya sendiri untuk kebutuhan keluarga. Seringkali anggota keluarga tertentu diminta bantuannya untuk bekerja di sawah saudaranya, sehingga dianggap sebagai buruh tani karena menerima bagi hasil atau upah. Demikian juga sebagai peternak, terutama memelihara bebek. Keluarga macam ini hanya melakukan pekerjaan tersebut dan kadang-kadang menjadi buruh. Kemungkinan yang bersangkutan tidak memiliki lahan pertanian atau tidak memiliki tambak, sehingga selalu siap menjadi buruh tani.

Diagram 4.29Pekerjaan

Page 100: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

88 Hasil Penelitian dan Pembahasan

c. Pendidikan

Aspek pendidikan yang kurang bagi keluarga miskin disebabkan terlalui kesempatan sekolah pada usianya. Demikian juga di lokasi penelitian, lebih separohnya hanya berpendidikan di SD atau sederajat tidak tamat (60 persen). Generasi ini belum sempat mengenyam pendidikan disebabkan kekurangan biaya pendidikan, dan tuntutan keluarga antara lain kawin terlalu cepat dan tidak ada pekerjaan lain. Hanya sebagian yang tamat SD (25 persen) atau pendidikan lebih tinggi di SMP (5 persen), dan SMA (10 persen). Mereka terdiri dari keluarga muda atau usia produktif sebab sudah ditunjang dengan sarana pendidikan yang terjangkau dari lokasi dekat dengan kampung dan biaya yang ditanggung pemerintah. Bandingkan dengan pendidikan sebelum tahun 2000, bahwa sekolah harus membayar uang Sumbangan Pembangunan dan Pendidikan (SPP) dan letaknya jauh dari permukiman yang memerlukan ongkos dan waktu.

Namun saat ini, beban biaya pendidikan tidak ada lagi karena ditanggung pemerintah. Kecuali pembelian atribut sekolah seperti seragam, kaos olah raga, dan beberapa lainnya. Ada yang harus dibeli di sekolah atau beli sendiri di pasar.

Diagram 4.30Pendidikan

Page 101: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

89Hasil Penelitian dan Pembahasan

d. Pendapatan

Dilihat dari pendapatan anggota keluarga, lebih dari separohnya berpenghasilan dibawah Rp 500.000,- per bulan (60 persen). Selebihnya berpenghasilan Rp 501.000,- sampai dengan Rp 1.000.000,- (40 persen). Hal ini menunjukkan masih terikat dengan garis kemiskian daerah dengan penghasilan terendah Rp 600.000,- per bulan. Penghasilan terendah terkait dengan jenis pekerjaan yang dilakukan pada umumnya sebagai buruh dan pedagang, sehingga penghasilannya tidak menentu. Apalagi dikaitkan dengan keadaan alam setempat. Selama tahun 2018 terjadi enam bulan mereka mengolah sawah yang berlangsung bulan Januari sampai dengan Juli. Masa ini mereka sibuk di sawah ditandai dengan datangnya musim hujan, maka pekerjaan yang dilakukan mulai dari mengairi lahan dan membajak sampai menanam padi. Sawah merupakan sawah tadah hujan yang sangat tergantung air hujan. Kemudian menunggu panen yang memerlukan waktu tertentu dan tenaga banyak, sehingga seluruh anggota keluarga bisa ikut serta.

Sebaliknya saat musim kemarau tahun 2018 mulai Agustus sampai dengan Desember sawah, sehingga dibiarkan kering kerontang. Hanya beberapa orang yang mengolah sawah untuk menanam buah-buahan dan sayuran tertentu. Selain itu sebagai tempat makanan hewan tertentu seperti sapi, kerbau, dan kambing. Saat ini banyak yang beralih pekerjaan yaitu sebagai pemelihara atau petani ikan bandang atau udang atau garam. Sebab aliran air asin selalu ada, sehingga memudahkan petani tersebut. Ada juga tambak dibiarkan pemiliknya, sehingga telantar begitu saja. Atau kemungkinan tidak ada yang tertarik dengan mengolah tambak karena sumber air asin yang jauh atau

Page 102: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

90 Hasil Penelitian dan Pembahasan

masih memerlukan perbaikan yang banyak mengeluarkan biaya.

Bagi mereka yang mempunyai penghasilan lebih dari Rp 500.000,- biasanya yang mempunyai pekerjaan perdagangan, membuat kue, dan becak motor (bentor). Jenis usaha tersebut sudah biasa dilakukan keluarga yang bersangkutan atau seorang isteri. Keluarga yang bersangkutan memperoleh penghasilan lain dari pekerjaan suami. Misalnya pemilik becak motor milik sendiri dalam sehari memperoleh penghasilan bersih tertinggi Rp 30.000,-. Kalaupun suami tersebut bekerja sendiri tentu penghasilan mencukupi untuk kebutuhan hidup sehari-hari dan kebutuhan tertentu lainnya bagi keluarga yang bersangkutan.

Diagram 4.31Pendapatan Per Bulan

e. Jenis usaha

Jenis usaha yang dilakukan keluarga separohnya disebut campuran (50 persen). Pilihan jenis usaha ini dianggap mudah dilakukan dan tiap waktu memperoleh uang. Kebanyakan keluarga memanfaatkan kolong rumah sebagai

Page 103: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

91Hasil Penelitian dan Pembahasan

tempat menjual berbagai keperluan yang dianggap praktis, sehingga masyarakat bisa setiap waktu menjangkaunya. Selama ini kolong rumah sering digunakan hanya untuk penyimpanan motor, alat pertanian dan sebagainya. Selain itu dengan melihat orang lain melakukan perdagangan atau jualan selalu memperoleh hasil yang menguntungkan. Hal itu dianggap mudah menjalankannya (75 persen). Setiap warung menjual kebutuhan sehari-hari masyarakat seperti bahan makanan, minuman, dan sebagainya. Ada juga yang menjual buku, mainan, dan lain-lain.

Selebihnya merata sekitar 10 persen yaitu; usaha pangan, pedagang keliling, ternak, dan jasa. Lainnya lima persen sebagai penjual pakaian dan perikanan. Hal ini dilakukan antara lain karena senang dengan usaha tersebut dan memiliki keterampilan. Sebenarnya setiap orang memiliki keterampilan baik berdasarkan jenis kelamin maupun keahlian. Misalnya kaum perempuan pasti bisa terampil membuat makanan dan kue khas Bugis. Atau sangat terampil membuat kue-kue untuk perhelatan perkawinan, sehingga banyak saingan. Hal yang menarik yaitu kaitan modal dan pemasaran. Jika modal diberikan cukup, maka pemasarannya sangat terbatas. Sebab mereka bisa saja tiap hari membuat kue basah, tetapi bahan dasarnya sering naik dan harga jual tidak seimbangan dengan modal. Kue basah harus laku dalam waktu empat jam, setelah itu kurang enak dan basi. Ada juga yang menggoreng kerupuk dalam palstik dan dititipkan di warung-warung. Harganya sangat terjangkau Rp 1.000,- per bungkus. Tetapi sekarang bersaing dengan makanan ringan buatan pabrik yang banyak dijual di warung-warung.

Demikian juga pemasaran yang belum memberi untung karena sudah banyak warung dan belum tentu laku.

Page 104: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

92 Hasil Penelitian dan Pembahasan

Jika dijual keluar desa, maka masih memerlukan ongkos angkut atau harga jual yang lebih murah.

Kaum laki-laki hampir seluruhnya dapat bekerja sebagai seperti tukang atau buruh bangunan, buruh tani, buruh tambak, dan penarik becak motor. Hanya saja penghasilan yang dianggap masih kurang. Dilihat dari bagi hasil di sawah atau tambak, petani atau buruh masih mengeluarkan biaya yang cukup banyak. Sementara hasil yang diperoleh belum seimbang dengan modal yang dikeluarkan. Jadi tetap saja dianggap kurang. Pemilik sawah atau tambak lebih diuntungkan karena menerima bagi hasil berupa uang.

Diagram 4.32Jenis UEP

Oleh karena itu kaum laki-laki selalu memilih pekerjaan yang dianggap cepat menghasilkan uang seperti tukang yang menerima upah secara harian. Kalaupun menjadi tukang pada keluarga, maka upah yang diterima secukupnya atau sesuai dengan kemampuan keluarga yang bersangkutan. Ada juga upah tani yang diterima saat panen, sehingga buruh tersebut hanya menerima padi yang merupakan bagi

Page 105: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

93Hasil Penelitian dan Pembahasan

hasil. Selama mengolah sawah dari pemilik sawah, buruh hanya mendapat sekali makan dalam sehari ditambah dengan minuman, kue, dan rokok.

f. Pemanfaatan

Pemanfaatan modal usaha dianggap sesuai dengan tujuan. Keluarga sudah mempunyai usaha tertentu, sehinga modal yang diterima kebanyakan untuk tambahan modal usaha (50 persen) dan membuka usaha baru (30 persen). Sebagai tambahan modal usaha, uang yang yang diterima Rp 2.000.000,- sudah cukup untuk menambah modal usaha yang dilakukan. Walaupun, ada yang menyatakan untuk warung diperlukan modal sampai dengan Rp 5.000.000,-. Biasanya, kekuragan modal diperoleh dari saudara dengan pinjaman hanya berjangka waktu. Banyak yang menawarkan semacam pinjaman secara perorangan. Tetapi masyarakat jarang yang mau karena bungan atau pengembaliannya dianggap selalu memberatkan peminjam. Dibandingkan dengan saudara, ada waktu pengembalian sesuai perjanjian dengan jumlah yang sama.

Sebaliknya ada usaha baru yang dilakukan keluarga. Terutama terkait dengan jasa, sehingga modal yang diterima hanya untuk keperluan sesuai dengan kondisi. Misalnya penarik becak, becaknya milik sendiri dan uang yang diterima semuanya digunakan untuk memperbaiki jok, alat-alat, dan platisk pelindung. Keluarga yang memulai penjualan pulsa, uang diterima digunakan Rp 1.500.000,- untuk deposit dan sisanya masih ada sebagai tabungan. Keluarga yang membuka usaha minuman merasa cukup dari uang yang diterima Rp 1.400.000,- untuk membeli peralatan dan plastik, selebihnya membeli bahan yang diperlukan seperti kopi dan sirop.

Page 106: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

94 Hasil Penelitian dan Pembahasan

Dilihat dari keuntungan, semuanya menyatakan mempunyai untung. Jadi keuntungan digunakan untuk keperluan keluarga (45 persen) dan tabungan (40 persen). Keperluan keuarga terkait dengan penyediaan makan sehari-hari dan pendidikan anak. Dua keperluan tersebut tidak dapat dihindari, sehingga dari jenis usaha yang dilakukan dianggap bisa membantu keluarga daripada menunggu pekerjaan lain sesuai musim dan jenis pekerjaannya. Tiap keluarga sudah mempunyai rekening BRI sebagai syarat menerima bantuan. Bentuk tabungan, hanya sebagian yang bisa menambah tabungan karena merasa perlu. Namun sebagian lagi tidak menambah tabungan dengan alasan tidak cukup untuk ditabung, sehingga dipastikan saldo minimal sekitar Rp 100.000,-.

Selebihnya membayar listrik (5 persen) secara bulanan karena menjadi kebutuhan pokok keuarga untuk usaha, penerangan dalam rumah, dan keperluan lain. Hampir semua rumah sudah ada sambungan listrik dengan pembayaran pulsa (token).

Diagram 4.33Diagram Pemanfaatan

Page 107: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

95Hasil Penelitian dan Pembahasan

g. Pendampingan

Secara umum pendamping di Kecamatan Labakkang melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan dalam pelaksanaan kegiatan. Tiap bulan membuat laporan pendampingan yang harus dikirim tanggal 1 – 5 melalui surat elektronik atau email langsung ke Kementerian Sosial. Isi laporan masih sederhana dengan membuat tiga tabel berisi tentang keluarga penerima manfaat yaitu; berkembang, melaksanakan, dan stagnan. Masing-masing mempunyai kriteria, terutama yang berkembang dengan catatan dilaksanakan atau berkembang. Sebaliknya dengan keterangan stagnan artinya penerima manfaat sudah meninggal atau sudah pindah ke tempat lain dalam jangka waktu yang lama dan dipastikan tidak kembali.

Berdasarkan data yang diperoleh, ternyata pendamping tiap bulan pasti mengunjungi keluarga. Sesuai jawaban yang diberikan ada yang datang satu sampai empat kali dalam sebulan. Kegiatan yang dilakukan baru pengecekan keluarga yang menerima bantuan sosial dengan kondisi masih melaksanakan atau tidak lagi.

Berdasarkan hasil diskusi kelompok terarah, pendamping setempat hanya melaksanakan fungsi pengawasan dengan kunjungan ke keluarga dan membuat laporan bulan. Pendamping belum mengadakan pendekatan dengan sesama pendamping lain yang berasal dari Kementerian Sosial seperti TKSK, Pendamping PKH, dan Aslut. Juga beum menghubungkan dengan instansi terkait terhadap keluarga penerima manfaat yang memiliki potensi tertentu seperti pengolahan ikan bandang dan pembuatan abon. Kedua jenis usaha tersebut sangat menjanjikan bagi keluarga yang bersangkutan. Ternyata

Page 108: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

96 Hasil Penelitian dan Pembahasan

masih terbatas dengan permodalan dan pemasaranan. Usaha yang akan dilakukan oleh Desa Bonto Manai, tahun 2019 akan membentuk BUM Desa dengan program simpan pinjam terhadap warga desa tersebut. Termasuk keluarga penerima manfaat dan kelompok usaha lainnya.

Diagram 4.34 Pendampingan

B. PROSES

Proses kegiatan UEP dalam hal ini dapat dilihat dari bagaimana kegiatan pendampingan yang dilakukan oleh pendamping UEP terhadap KPM UEP. Sebelum mengetahui bagaimana proses pendampingan dalam kegiatan UEP, terlebih dahulu mengetahui bagaimana profil pendamping UEP. Hampir semua tingkat pendidikan pendamping UEP adalah Sarjana. Ada pendamping yang pendidikan Sarjana dengan profesi sebagai guru honorer, ada juga pendamping yang latar belakangnya IT, pendidikan Agama Islam dan latar belakang pendidikan lainnya. Honor pendamping UEP adalah Rp. 1.500.000,- perbulan selama setahun dengan SK setahun. Sedangkan honor Koordinator Kecamatan Pendamping adalah Rp 2.000.000,-. Di Wonogiri Korcam Pendamping UEP

Page 109: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

97Hasil Penelitian dan Pembahasan

adalah TKSK. Wilayah dampingan untuk 1 orang pendamping UEP adalah 50 – 100 KPM UEP untuk per desa. Domisili pendampingan sama dengan lokasi dampingan KPM UEP di Kulon Progo, Pangkajene, Wonogiri. Ada juga yang berbeda dengan KPM UEP (Gresik). Di Pangkajene 1 kecamatan 12 pendamping perdesa 1-2 pendamping dengan 610 KPM UEP. Di Wonogiri 1 kecamatan 12 pendamping sejumlah 600 KPM UEP. Di Gresik 1 kecamatan 12 pendamping, dengan jumlah 700 KPM UEP. Di Kulon Progo 1 kecamatan 11 pendamping dengan jumlah 550 KPM UEP (300 KPM Kecamatan Panjatan, 250 KPM Kecamatan Galur).

Kegiatan pendampingan seperti misalnya;

1. Pangkajene; sosialisasi untuk menentukan jenis usaha, pembuatan proposal, pengajuan penganggaran ke Dinsos, pembukuan, pembelanjaan, penataan.

2. Kulon Progo; diajarkan wirausaha dan simulasi saat terjadi kendala. Tahun 2017 ada bencana alam banjir lalu pendamping mengajarkan simulasi tejadi bencana yang UEP nya ternak. Misal ikan terbawa banjir, banjir sakit, pakan menjadi sulit, kolam meluap, dan ayam mentok mati.

3. Wonogiri; diadakan pertemuan kelompok UEP 1 bulan 1 kali pendamping datang 1 atau 3 kali, pendamping memberi motivasi menyemangati bantuan yang diberikan harus berkembang yang secara ekonomi membantu kebutuhan KPM. Ada arisan UEP disamping itu ada iuran wajib dan dapat dipinjam ketika ada anggota yang membutuhkan. Arisan Rp. 10.000,- iuran Rp. 5.000,-.

4. Gresik; pendamping mengarahkan untuk pembelian peralatan usaha, mendampingi saat pencairan bantuan di Kantor Desa, menjelaskan mengenai pembukuan usaha dan pencatatan.

Page 110: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

98 Hasil Penelitian dan Pembahasan

Frekuensi pendampingan (kunjungan ke KPM dalam 1 bulan)

1. Pangkajene : 2 kali

2. Kulon Progo : 1-2 kali

3. Wonogiri : 1-2 kali

4. Gresik : 1 kali

Dari hasil pengolahan data terhadap 4 lokasi penelitian, pendampingan yang intensif dan berkualitas menghasilkan pendampingan yang baik yaitu sebesar 97,5 persen dari total lokasi penelitian dan pendampingan yang kurang baik sebesar 2.5 persen sebagaimana dapat dilihat dalam diagram berikut

Diagram 4.35Pendampingan

Ada pendampingan yang baik, rasa tanggungjawab, komitmen dan konsisten dari para pendamping untuk mendampingi para KPM nya dan ada pertemuan pendamping untuk mengevaluasi bagaimana usaha-usaha yang dijalankan KPM. Pendamping dengan KPM secara bersama-sama menyelenggarakan arisan apabila ada keperluan diantara warga KPM yang membutuhkan walaupun tidak besar. Hal ini didukung oleh tingkat pendidikan pendamping

Page 111: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

99Hasil Penelitian dan Pembahasan

yang menyelesaikan hingga Perguruan Tinggi dan sebagai tenaga pengajar misalnya. Pendamping merupakan orang setempat, sering keliling KPM, mencarikan solusi ketika usaha bermasalah, menghubungkan toko atu grosir untuk belanja usaha KPM terutama yang jenis usahanya warungan. Namun pendampingan belum sampai menghubungkan dengan sumber-sumber ekonomi seperti bank, koperasi, BUMDes dan pengusaha, elum menghubungkan dengan Dinas Terkait dan pendamping tidak memberikan laporan ke Dinas Sosial Setempat.

Pendampingan yang Baik seperti misalnya di Wonogiri dan Pangkajene, Kulon Progo dan Gresik. Pendamping berpendidikan tinggi dan aktif mengelilingi KPM ada yang berlatar belakang sebagai pembimbing usaha (MLM).

Diagram 4.36Kemandirian Ekonomi

Pendampingan yang baik menghasilkan tingkat kemandirian ekonomi tinggi yaitu sebesar 88.75 persen; dan Tingkat Kemandirian ekonomi KPM rendah yaitu sebesar 8.75 persen.

Page 112: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

100 Hasil Penelitian dan Pembahasan

Semakin intensif pendampingan semakin cenderung akan mandiri ekonomi KPM, semakin bermanfaat bantuan sosial untuk KPM. Semakin baik kualitas pendampingan maka semakin tinggi tingkat kemandirian ekonomi KPM.

Namun ada juga temuan pendampingan yang kurang baik menghasilkan tingkat kemandirian ekonomi KPM yang tinggi sebesar 2.50 persen, hal tersebut diduga ada faktor lain yang menunjang kemandirian ekonomi KPM atau kemungkinan KPM sudah dapat mengelola sendiri usahanya karena keahliannya seperti pekerjaan sebagai nelayan.

Semakin tidak berkualitas pendampingan dan kurang perhatian dan berhubungan cenderung semakin lambat tingkat kemandirian ekonomi atau perkembangan usaha KPM.

C. OUTCOMES

Persentase Tingkat Kemandirian Ekonomi KPM.Diagram 4.37

Tingkat Kemandirian Ekonomi KPM

Dari hasil pengolahan data ditemukan bahwa Tingkat Kemandirian Ekonomi sebesar yaitu 91,3 persen tinggi, sedangkan tingkat kemandirian ekonomi KPM sebesar 8,7 persen terbilang rendah.

Page 113: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

101Hasil Penelitian dan Pembahasan

Tingkat kemandirian ekonomi KPM di ukur dari kondisi setelah KPM menerima UEP;

1. Adanya keuntungan yang dapat ditabungkan oleh KPM.

2. Ada peningkatan penghasilan oleh KPM UEP secara cepat dan dapat dilihat. Misalnya jenis UEP perikanan, warungan atau toko kelontong ternak bebek, pedagang keliling, dan usaha pangan.

3. Keuntungan UEP dapat meningkatkan untuk memenuhi keperluan keluarga. Untuk biaya pendidikan dan kesehatan keluarga.

4. Pemutaran modal untuk istri KPM untuk usaha home industri perikanan pengolahan berupa kerupuk.

5. Meningkatkan semangat berusaha. Dengan adanya modal usaha dapat meningkatkan semangat berdagang, mempererat silaturhami dan usaha yang mudah dijalankan hobbi dan keterampilan membuat semangat berusaha. Di Kulon Progo, warung klontong UEPnya untuk menambah modal untuk bertani menanam cabai.

6. Ada peningkatan asset usaha. Contohnya sebelumnya tidak punya ternak menjadi punya ternak (rojo koyo); seseorang dikatakan kaya jika mempunyai ternak; merupakan simbol orang yang berkecukupan. Di Kulon Progo sudah dapat menambah asset berupa tambahan tabung gas 3 kg 5 tabung, 5 Kg ada 2 tabung. Dari jenis usaha pemancingan dan cetak batako berkembang untuk warung kopi dan makanan. Dari jenis warung angkringan menjadi warung makan dagang jamu setiap pagi di pasar mampu mencukupi kebutuhan pokok dan pelanggan meningkat

7. Dapat memasarkan langsung pada konsumen seperti KPM nelayan langsung pada hari itu juga menangkap ikan langsung mendapatkan penghasilan.

Page 114: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

102 Hasil Penelitian dan Pembahasan

8. Adanya pencatatan keuangan yang dibimbing oleh pendamping, belajar administrasi keuangan secara sederhana. Buku diberikan oleh Kemensos dan diisi oleh KPM sendiri dan dikontrol pendamping.

9. Bantuan digunakan untuk sepenuhnya modal usaha, namun ada yang kurang modalnya ternak kambing. Yang cukup UEP pangan, perikanan, warungan.

10. Ada peningkatan pola konsumsi makanan. Dengan UEP terjadi peningkatan pola konsumsi dasar khususnya bagi jenis usaha warungan makan, kue, sehingga anggota keluarga dapat menikmati.

11. Dengan UEP usaha yang dilakukan keuntungan di pergunakan untuk keperluan keluarga berupa makan, pendidikan, kesehatan.

12. Adanya peralihan usaha dari ternak babi ke usaha pangan, hal tesebut dikarenakan pakan babi sulit. Usaha tahu berkembang dan banyak diminati (Kulon Progo). Ternak ikan menjadi dagang. Perikanan ada musim tertentu yang sulit mendapatkan pasukan ikan sehingga KPM beralih menjadi pedagang atau usaha warung makan dan minuman (Pangkajene).

Untuk jenis usaha yang mati;

1. Adanya usaha yang mati seperti ternak ayam kena virus, karena diluar kemampuan pendamping untuk kasus tersebut.

2. Adanya usaha mati seperti ternak kambing karena kedinginan.

3. Jasa bengkel, dagang pulsa dan las, karena KPM pindah domisili.

Page 115: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

103Hasil Penelitian dan Pembahasan

Tabel 4.1Jenis UEP dan Kemandirian Ekonomi Crosstabulation

Kemandirian Ekonomi

TotalKemandirian

Eknomi Rendah

Kemandirian Ekonomi

TinggiJenis UEP

Warungan/Toko Kelontong

0 15 15

Usaha Pangan 0 5 5Pedagang Keliling 0 7 7Ternak 7 18 25Pertanian 0 1 1Konveksi/Pakaian 0 1 1Jasa 0 4 4Industri Rumahan 0 1 1Perikanan 0 21 21

Total 7 73 80

Dominan KPM adalah yang berpendidikan rendah tamatan SD dan Usaha yang dilakukan tidak memerlukan keterampilan khusus, pekerjaan yang selama ini dilakukan dan ada pendampingan UEP.

Tabel 4.2Usia dan Kemandirian Ekonomi Crosstabulation

Kemandirian Ekonomi

TotalKemandirian

Eknomi Rendah

Kemandirian Ekonomi

TinggiUsia 15-49 Tahun 3 39 42

50-64 Tahun 2 34 36Diatas 64 Tahun 2 0 2

Total 7 73 80

Page 116: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

104 Hasil Penelitian dan Pembahasan

Usia produktif masih mempunyai semangat kerja yang tinggi dibandingkan usia yang non produktif, memiliki kreativitas untuk mengembangkan usaha.

Tabel 4.3Jenis UEP dan Kemandirian Ekonomi Crosstabulation

Kemandirian Ekonomi

TotalKemandirian Eknomi Rendah

Kemandirian Ekonomi

Tinggi

Jenis UEP

Warungan/Toko Kelontong

0 15 15

Usaha Pangan 0 5 5

Pedagang Keliling 0 7 7

Ternak 7 18 25

Pertanian 0 1 1

Konveksi/Pakaian 0 1 1

Jasa 0 4 4

Industri Rumahan 0 1 1

Perikanan 0 21 21

Total 7 73 80

Jenis usaha warungan pergerakannya cepat dan merupakan barang dagangan sehari-hari, hasilnya langsung dinikmati. Jenis usaha perikanan menghasilkan pendapatan perhari berkisar Rp. 100.000.

Page 117: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

105Hasil Penelitian dan Pembahasan

Tabel 4.4Organisasi UEP dan Kemandirian Ekonomi Crosstabulation

Kemandirian Ekonomi

TotalKemandirian Eknomi Rendah

Kemandirian Ekonomi

Tinggi

Organisasi UEP

Sendiri 6 21 27

Bersama suami/istri

1 41 42

Bersama keluarga (terdiri dari: suami/istri, anak/saudara)

0 11 11

Total 7 73 80

Saling kerjasama dalam berumah tangga, bekerjasama dalam usaha, memecahkan masalah.

Besar Pengaruh UEP terhadap Tingkat Kemandirian Ekonomi KPM

Dari hasil pengolahan data, pengaruh UEP terhadap tingkat kemandirian ekonomi KPM didapatkan hasil R sebesar 0.417. Hal tersebut jika menurut Sugiyono (2007) koefisien korelasi termasuk kategori korelasi sedang.

Koefisen korelasi menurut Sugiyono (2007)0,00-0,1999 = sangat rendah0,20-0,3999 = rendah0,40-0,5999 = sedang0,60-0,7999 = kuat0,80-1,000 = sangat kuat

Korelasi antara salah satu komponen kegiatan UEP yaitu pendampingan UEP yaitu sebesar 0,659. Yang berarti korelasi pengaruh antara kegiatan pendampingan UEP terhadap tingkat kemandirian ekonomi KPM cukup kuat.

Page 118: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

106 Hasil Penelitian dan Pembahasan

Tabel 4.5Tabel Silang Kemandirian Ekonomi dan Pendamping UEP

Kemandirian Ekonomi

Pendamping UEP

Kendall’s tau_b

Kemandirian Ekonomi

Correlation Coefficient

1.000 -.050

Sig. (2-tailed) . .659N 80 80

Pendamping UEP

Correlation Coefficient

-.050 1.000

Sig. (2-tailed) .659 .N 80 80

Sementara kegiatan UEP yang lain adalah pemberian modal usaha, dari hasil pengolahan data diketahui bahwa pengaruh UEP berupa modal usaha berpengaruh sebesar 0,388 terhadap tingkat kemandirian ekonomi KPM. Hal tersebut berati korelasi modal usaha rendah terhadap tingkat kemandirian ekonomi KPM.

Tabel 4.6Tabel Silang Kemandirian Ekonomi dan Pendamping UEP

Kemandirian Ekonomi

Modal UEP 2

Kendall’s tau_b

Kemandirian Ekonomi

Correlation Coefficient

1.000 .388**

Sig. (2-tailed) . .001

N 80 79

Modal UEP2 Correlation Coefficient

.388** 1.000

Sig. (2-tailed) .001 .

N 79 79

Page 119: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

107Hasil Penelitian dan Pembahasan

Page 120: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

108 Penutup

BaB V

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan dari temuan lapangan di 4 lokasi yang dijadikan penelitian. Kegiatan UEP cukup berpengaruh terhadap tingkat kemandirian ekonomi KPM. Walaupun pemberian bantuan usaha senilai Rp. 2.000.000,- kurang berpengaruh terhadap tingkat kemandirian ekonomi KPM, namun kegiatan pendampingan kepada KPM cukup berpengaruh terhadap tingkat kemandirian ekonomi KPM. Proses pendampingan berjalan cukup baik sehingga besar kemungkinan keberhasilan KPM yang diukur dari tingkat kemandirian ekonominya berasal dari kegiatan pendampingan. Untuk jenis UEP yang sesuai dengan pesisir (Gresik) mengandalkan potensi alam pesisir maka dari itu jenis UEP nelayan sangat mendukung dengan pekerjaan dan keterampilan KPM. Jenis UEP homogen (Kasus Wonogiri) diarahkan ke peternakan kambing dikarenakan potensi alam mengingat potensi alam walaupun pesisir namun kurang mendukung dan usaha UEP belum dapat diukur karena baru cair bulan September 2017. Jenis UEP heterogen

Page 121: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

109Penutup

di Kabupaten Kulon Progo dan Pangkeb karena latar belakang KPM UEP kebanyakan bukan nelayan yaitu dagang, buruh jasa sehingga jenis UEP nya tidak terkait dengan nelayan walaupun di pesisir.

Rekomendasi

a. Perlunya mengarahkan pemilihan jenis UEP disesuaikan dengan kondisi potensi alam, latar belakang dan keterampilan KPM.

b. Untuk jenis UEP peternakan kambing belum dapat diukur jenis usahanya berkembang atau tidak berkembang karena belum dapat dijual mengingat cair bantuan september 2017 (baru berusia kurang lebih 1 tahun).

c. Jika besarnya modal bantuan usaha disesuaikan dengan kebutuhannya peluang berkembang akan lebih cepat.

d. Pendamping dan Dinas Sosial menjalin hubungan atau bermitra dengan instansi terkait dengan jenis UEP KPM untuk menunjang keberhasilan usaha KPM.

e. Perlunya reward bagi KPM yang dapat mengelola UEP dengan baik misalnya penambahan bantuan modal usaha uang atau sarana.

Page 122: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

110 Daftar Pustaka

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik, 2010. Labakkang dalam Angka 2010. Pangkajene: BPS Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan.

.............., 2015. Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial Ekonomi Indonesia. Jakarta: BPS.

.............., 2018a. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dalam Angka 2017. Yogyakarta: BPS DIY.

.............., 2018b. Kulon Progo dalam Angka 2017. Wates: BPS Kabupaten Kulon Progo.

.............., 2018c. Wonogiri dalam Angka 2017. Wonogiri: BPS Kabupaten Wonogiri.

.............., 2018d. Pangkajene dan Kepulauan dalam Angka 2017. Pangkajene: BPS Pangkep.

Bapenas Jatim, (n.d). Pengembangan Usaha Ekonomi Masyarakat. Jatim: Bapenas Jatim.

Cahyono, S.A., dkk, 2011. Pemberdayaan Nelayan Miskin melalui Diversifikasi Pekerjaan Berbasis Sumber Daya Lokal. Yogyakarta: Idea Press.

Departemen Sosial, 2005. Panduan Operasional Pendamping Sosial bagi KUBE Fakir Miskin. Jakarta: Direktorat Bantuan dan Jaminan Sosial.

Hasmah, 2015. Dinamika Sosial Masyarakat Nelayan. Makassar: Balai Pelestarian Nilai Budaya Makassar.

Howell .F, (2001). Social Assistance Theoritical Background in Social

Page 123: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

111Daftar Pustaka

Protection in the Asis and Pasific (Ed. I). Ortiz, Asian Development Bank, Manila, ch 7.

Kementerian Sosial, 2017. Pedoman Umum Penanganan Fakir Miskin Pesisir, Pulau-pulau Kecil dan Perbatasan Antar Negara. Jakarta: DPFMPPKPAN.

.............., 2018. Sisitem Informasi Manajemen Pelaporan. Jakarta: DPFMPPKPAN.

Kusnadi. (2015). Pembangunan Pesisir Terpadu; Strategi Mengatasi Kemiskinan Nelayan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Naping, hamka, 2017. Laut, Manusia dan Kebudayaan. Yogyakarta: Kaukaba Dipantara.

Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, 2016. Basis Data Terpadu. Wates: Dinas Sosial Kabupaten Kulon Progo.

Pemerintah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, 2010. Kecamatan Labakkang, 2010. Gambaran Kecamatan Labakkang. Labakkang: Kecamatan Labakkang.

.............., 2017. Laporan Kegiatan Pemerintah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. Pangkajene: Bappeda Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan.

Puslitbangkesos. (2018). Identifikasi Kemiskinan dan Bantuan Sosial Masyarakat Pesisir Pulau Jawa. Jakarta: Puslitbangkesos.

Satria, Arif, 2015. Pengantar Sosiologi Masyarakat Pesisir. Jakarta: FEM IPB dan YOI.

Suyanto, Bagong, 2013. Anatomi Kemiskinan dan Strategi Penanganannya. Malang: Instrans Publising.

Suyanto, Bagong; dan Sutinah, 2011. Metode Penelitian Sosial

Page 124: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

112 Daftar Pustaka

Berbagai Alternatif Pendekatan (Edisi Revisi). Jakarta; Kencana Prenada Media Group.

Tamrin, Yusuf, dkk, 2018. Laporan Perkembangan Usaha Pendamping Sosial (UEP dan RTLH) Kecamatan Labakkang 2018 (Laporan Pendampingan).

Page 125: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

113Sekilas Penulis

SEKILAS PENULIS

ACHMADI JAYAPUTRA. Lahir di Takengon tanggal 2 November 1957.

Pendidikan; Tahun 1978 – 1984 mahasiswa Jurusan Antropologi FSUI; 1984 – 1986 kuliah jarak jauh dalam Ilmu Tauhid pada Universitas Islam Syekh Yusuf; 2000– 2002 memperoleh kesempatan kuliah pada Program Pasca Sarjana kekhususan Pengembangan Masyarakat pada Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Pekerjaan; sejak tahun 1982 – 1984 menjadi Asisten Mata Kuliah Manusia dan Kebudayaan, Kebudayaan Gayo, dan Antropologi Perkotaan di Jurusan Antropologi FSUI; 1983 – 1985 Asisten Peneliti di LRKN dan Leknas LIPI. Sejak tahun 1985 diterima sebagai pegawai pada Badan Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Departemen Sosial RI.

Jabatan Fungsional; 1986 - 1990 diangkat sebagai Asisten Peneliti Madya; 1990 – 1994 sebagai Ajun Peneliti Muda; 1994 – 1998 sebagai Ajun Peneliti Madya; 1998 – 2000 sebagai Peneliti Muda; 2000 – 2002 sebagai Peneliti Madya; 2002 – 2004 Ahli Peneliti Muda, mulai 2015 sebagai Peneliti Utama Bidang Pengembangan Masyarakat dan Ekonomi Lokal (31.16.01). Sejak tahun 1985 sampai sekarang mengajar mata kuliah Antropologi Sosial Budaya dan Sistem Budaya Indonesia di Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Topik Penelitian yang pernah diikuti dan ditulis dalam lima tahun terakhir;

2010; Pemberdayaan Masyarakat Daerah Tertinggal (P3KS

Page 126: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

114 Sekilas Penulis

Press), Penelitian Pendidikan Anak Usia Dini (LPPM UMJ), Rancang Bangun Model kebijakan Pengembangan Industri Rumah Tangga pada Kawasan Masyarakat Miskin di Jabodetabek (Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial), Pelayanan Harian Lanjut Usia Berbasis Masyarakat (P3KS Press), Tipologi Desa Berketahanan Sosial di 12 Propinsi (Pusbangtansosmas), Dinamika Masyarakat dalam Persepsi Ketahanan Sosial (Pusbangtansosmas), Studi Tentang Pengembangan Ketahanan Sosial Masyarakat di Lima Kabupaten Tertinggal (Pusbangtansosmas).

2011; Program Jaminan Sosial Lanjut Usia (P3KS Press), Pengembangan Desa Berketahanan Sosial Melalui Pemberdayaan Pranata Sosial di Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah (P3KS Press), Evaluasi Program Jaminan Sosial Lanjut Usia (P3KS), Kesiapan Komunitas dalam Pengendalian Konflik Sosial. Studi kasus di Tiga Kota (P3KS Press), Rehabilitasi Sosial Wanita Tuna Susila (P3KS Press), Aspek Pendampingan dalam Pemberdayaan Sosial (UMJ Press).

2012; Partisipasi Masyarakat dalam Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni Berbasis Masyarakat di Kabupaten Landak, Kalimantan Barat (P3KS Press), Evaluasi Program Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni (P3KS Press), Partisipasi Masyarakat dalam Rehabilitasi Rumah dan Lingkungan (P3KS Press), Dinamika Masyarakat Mimika dalam Perspektif Ketahanan Sosial (Informasi), Bantuan Rehabilitasi Rumah bagi Warga Miskin di Kota Padang (Jurnal Penelitian Kesejahteraan Sosial), Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan. Studi Evaluasi Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni bagi Keluarga Miskin di Perkotaan (P3KS Press), Keragaman Suku Bangsa dan

Page 127: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

115Sekilas Penulis

Pranata Sosial Masyarakat Indonesia (UMJ Press), Arah Pelayanan Kesejahteraan Sosial di Kabupaten Pulau Morotai (UMJ Press).

2013; Evaluasi Program Bedah Kampung (P3KS Press), Pedoman Kerja Tim Penilai Peneliti Kementerian Sosial (Puslitbangkesos), Penanggulangan Kemiskinan melalui Program Bedah Kampung (P3KS Press), Evaluasi Program Keserasian Sosial dalam Penanganan Konflik Sosial (P3KS Press).

2014; Aspek Kesejahteraan Sosisl di Kelurahan Johar, Baru Jakarta Pusat (UMJ Press), Evaluasi Program Bedah Kampung (Jurnal Litkesos), Studi Kasus Hubungan Sosial dalam Komunitas Orang Aceh di Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat (Informasi).

2015; Evaluasi Ke bijakan pemberdayaan Sosial Bagi Peserta Program keluarga Harapan melalui Kelompok Usaha Bersama (Puslitbangkesos), Kesiapan Perusahaan dalam Menerima Tenaga Kerja Penyandang Diabilitas. Kasus di Provinsi Jawa Barat (UMJ Press), Kebutuhan dan Aspirasi Penyandang Disabilitas (Puslitbangkesos).

2016; Kemiskinan (Mahara Publishing), Tantangan Profesi Peneliti: Satu Studi Kasus Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial (Sosio Informa, Volume 2, Nomor 1).

AYU DIAH AMALIA. Lahir di Jakarta, tanggal 6 Pebruari 1983. Tahun 2001 diterima sebagai Pegawai Negeri Sipil pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Kementerian Sosial RI. Menamatkan pendidikan tinggi sebagai Sarjana Kesejahteraan Sosial di Universitas Indonesia (2000), dan mengikuti program Magister

Page 128: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

116 Sekilas Penulis

kesejahteraan Sosial di Universitas Indonesia (2004). Awal karirnya sebagai Peneliti Pertama. Namun karena mengikuti pendidikan magister, maka diberhentikan sementara. Mulai tahun 2013 diangkat kembali dan tekah menambah angka kredit, sehingga sudah menjadi Peneliti Muda.

Karya Tulis Ilmiah yang diterbitkan; Pelaksanaan Program Elderly Day Care Services di Panti Sosial Tresna Wredha Budhi Dharma Bekasi (2013), Dampak Perubahan Struktur Keluarga terhadap lanjut usia (2013), Kesepaian dan Isolasi Sosial : ditinjau dari Perspektif Sosiologis (2014), Evaluasi outcomes program Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Netra di Panti Sosial Bina Netra Wyata Guna, Bandung (2014).

MOCHAMAD SYAWIE. Lahir di Pekalongan tanggal 10 Mei 1955. Tahun 1982 sebagai alumni dari Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Tahun 1992 melanjutkan pendidikan magister pada Fakultas Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada. Tahun 1984 sampai dengan 1987 bekerja di Kantor Wilayah Departemen Sosial Provinsi Lampung. Kemudian tahun 1988 - 1994 pindah ke Balai Besar Penelitian, Pengembangan dan Pelayanan Kesejahteraan Sosial (B2P3KS) di Jogjakarta. Pengalaman Mengajar yang telah dilakukan yaitu Dosen Luar Biasa Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti dimulai (1995 – 2014), pengajar di STIE IBII Jakarta (1998 – 2001). Kemudian diangkat sebagai Peneliti Madya pada Pusat Pengembangan Ketahanan Sosial Masyarakat Departemen Sosial RI. Saat ini sebagai Peneliti Utama pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraa Sosial di Badan Pendidikan, Penelitian dan Penyuluhan

Page 129: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

117Sekilas Penulis

Sosial, Kementerian Sos RI. Berbagai penelitian sudah pernah dilakukan dan diterbitkan dalam bentuk Buku maupun Jurnal Ilmiah. Pengalaman lainnya, sebagai dewan Redaksi Jurnal Ketahanan Sosial Masyarakat tahun 2004 - 2010, serta anggota Tim Penilai Peneliti Instansi Kementerian Sosial RI (2009-2014).

SUYANTO. Lahir di Kabupaten Gunung Kidul tanggal 10 Desember 1958. Memperoleh Gelar Sarjana (1989) Program Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial dari FISIP Universitas Muhammadiyah Jakarta. Saat ini menjabat Peneliti Madya pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Badan Pendidikan, Penelitian dan Penyukuhan Sosial, Kementerian Sosial RI. Pengalaman kerja dalam penelitian yang pernah dilakukan diantaranya tentang Komunitas Adat Terpencil dan Pemetaan Sosial. Penulis sering menulis berbagai artikel yang diterbitkan di beberapa media baik di Jurnal Kementerian Sosial dan Unit lainnya di berbagai daerah.

Beberapa penelitian yang pernah dilakukan yaitu:

1997: Bimbingan Sosial dan Latihan Keterampilan bagi Penyandang Cacat di Loka Bina Karya. Studi Kasus di DKI Jakarta (Badan Penelitian dan Pengembangan Sosial, Departemen Sosial RI).

1998: Penelitian Evaluasi Program Rehabilitasi Penyandang Cacat di Loka Bina Karya, (Badan Penelitian dan Pengembangan Sosial, Departemen Sosial RI)

1999; Pemberdayaan Melalui Pembentukan Kelompok Usaha Bersama dalam Pengentasan Kemiskinan. Studi Kasus di Kotawaringin Timur (Badan Penelitian dan

Page 130: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

118 Sekilas Penulis

Pengembangan Sosial, Departemen Sosial RI).

2002; Pengaruh Tanggung Jawab Sosial Industri Terhadap Sikap Masyarakat Atas Keberadaan Industri (Puslitbangkesos, Badan Penelitian dan Pengembangan Sosial, Departemen Sosial RI).

2003; Kajian Pengembangan Model Pemberdayaan Keluarga Miskin Melalui Bimbingan Sosial Keluarga (Pusbangtansosmas, Departemen Sosial RI); Model Bimbingan Sosial bagi Tenaga Kesejahteraan Sosial Masyarakat dalam Meningkatkan Ketahanan Sosial Masyarakat (Pusbangtansosmas, Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial, Departemen Sosial RI); Kajian Pengembangan Model Pemberdayaan Keluarga Miskin Melalui Bimbingan Sosial Keluarga (Pusat Pengembangan Ketahanan Sosial Masyarakat, Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial, Departemen Sosial RI); Model Bimbingan Sosial bagi Tenaga Kerja Sosial Masyarakat dalam Meningkatkan Ketahanan Sosial Masyarakat. Pengembangan Konsep dan Uji Coba (Pusbangtansosmas, Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial, Departemen Sosial RI).

2005; Model Jaminan Sosial Berbasis Komunitas Lokal dalam Penguatan Ketahanan Sosial Masyarakat (Pubangtansosmas, Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial, Departemen Sosial RI).

2006; Pemetaan Pranata Sosial pada Komunitas Lokal di Daerah Perkotaan, Pedesaan dan Komunitas Adat Terpencil (Pusbangtansosmas, Badan Penelitian dan Pengembangan Sosial, Departemen Sosial RI); Diagnosa Permasalahan Sosial di Kabupaten Bone Propinsi Sulawesi Selatan (Puslitbangkesos, Badan Pendidikan

Page 131: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

119Sekilas Penulis

dan Penelitian Kesejahteraan Sosial, DepartemenSosial RI); Komunitas Adat Terpencil (Kantor Sosial dan Pembangunan Masyarakat Desa, Pemerintah Kabupaten Pulang Pisau).

2007; Pemetaan Sosial di Kabupaten Nunukan Kaltim (Puslitbangkessos); Pemetaan Sosial di Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah (Puslitbangkessos).

2009; Kearifan Lokal Komonitas Teluk Bakung di Pedalaman Pontianak (Pusbangtansosmas); Pemberdayaan Masyarakat Perspektif Gender di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta (Pusbangtansosmas); KUBE dalam Perspektif Ketahanan Sosial Keluarga; Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga Paska Pemutusan Hubungan Kerja.

2010: Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga Paska Pemutusan Hubungan Kerja. Studi Kasus Industri Tekstil di Kecamatan Dayeuh Kolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat (Puslitbangkesos); Pemberdayaan Masyarakat di Desa Tertinggal melalui Pengembangan Ekonomi Pedesaan. Studi Kasus di Desa Bayan, Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Barat (Pusbangtansosmas); Pemberdayaan Masyarakat Daerah Tertinggal: Identifikasi Kebutuhan, Sumberdaya dan Permasalahan Masyarakat Pemberdayaan Masyarakat Daerah Tertinggal: Identifikasi Kebutuhan, Sumberdaya dan Permasalahan Masyarakat Desa Jambu dan Desa Engkangin, Kalimantan Barat, Desa Sendang Mulyo dan Desa Mlatirejo.

2011; Masalah, Kebutuhan dan Sumber Daya di Daerah Tertinggal Studi Kasus di Sepuluh Kabupaten Tertinggal; Pemberdayaan Keluarga Miskin di Sekitar Industri Pertambangan; Kesiapan Komunitas dalam Pengendalian Konflik Sosial, Studi Kasus di tiga Kota.

Page 132: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

120 Sekilas Penulis

2012; Bantuan Stimulan Pemulihan Sosial Studi Evaluasi Bantuan Stimulan Bahan Bangunan Rumah Berupa Uang Melalui Kelompok Masyarakat Penerima Bantuan.

2013; Studi Kebijakan Pengembangan Sinergitas Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil di Nusa Tenggara Timur (Puslitbangkesos).

BAMBANG PUDJIANTO. Lahir di Jakarta tanggal 11 Oktober 1967. Tahun 1991 memperoleh gelar Sarjana Jurusan Kesejahteraan Sosial FISIP Universitas Padjadjaran Bandung, lalu 2001 memperoleh kesempatan belajar di Jurusan Psikologi Sosial pada Programa Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada. Tahun 1995 sampai dengan 1997 mengajar di Perguruan Tinggi Bina Sarana Informatika Jakarta. Mulai tahun 1994 hingga saat ini mengabdikan diri di Kementerian Sosial RI, sebagai Peneliti Madya pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial. Beberapa penelitian telah dilakukan terkait dengan berbagai kondisi kehidupan sosial di masyarakat dan di lembaga sosial, serta beberapa karyanya telah diterbitkan dalam bentuk buku maupun jurnal ilmiah. Selain itu, pernah bergabung beberapa tahun sebagai dewan redaksi majalah dan jurnal Puslitbangkesos.

JOHAN ARIFIN. Lahir di Sleman tanggal 6 November 1981. Jenjang pendidikan sampai sekolah menengah berada di Jogjakarta. Tahun 2005 memperoleh gelar Sarjana Ilmu Politik dari Jurusan Ilmu Pemerintahan di FISIP Universitas Gadjah Mada, Jogjakarta. Sebagai alumni pernah melaksanakan kegiatan antara lain di lembaga swadaya

Page 133: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

121Sekilas Penulis

masyarakat. Tahun 2015 diterima sebagai Aparatur Sipil Negara di Kementerian Sosial dan ditempatkan di Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial pada Bidang Penelitian dan Pengembangan Fakir Miskin. Saat ini dicalonkan sebagai peserta pendidikan dan pelatihan tingkat dasar dalam waktu dekat diangkat sebagai Peneliti Pertama.

MUSLIM SABARISMAN, lahir tanggal 24 Juni 1970 di Bandung, Jawa Barat, menamatkan program DIV Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung tahun 1995. Pendidikan dan Pelatihan yang pernah diikuti antara lain Diklat Penanggulangan Bencana Balatbangsos Depsos (2005), Diklat Dasar Penelitian BBPPKS Lembang (2005), Diklat Fungsional Peneliti Tingkat Pertama LIPI (2007), Diklat Analisis Dampak Lingkungan dan Sosial BBPPKS Lembang (2007). Saat ini sebagai peneliti Muda di Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial Badan Pendidikan dan Penelitian Kementerian Sosial RI. Penelitian yang pernah diikuti Penelitian Evaluasi Pelaksanaan Program Subsidi Panti dalam Mendukung Kelangsungan Pelayanan Panti Sosial, Implementasi Program Pemberdayaan Fakir Miskin (Studi Evaluasi di Delapan Provinsi Indonesia), Pemberdayaan Fakir Miskin Di Kawasan Kawasan pantai, Pelayanan Sosial Rehabilitasi Sosial Anak di Panti Sosial Marsudi Putera (Evaluasi Program Penanganan Anak Nakal),Penelitian Pemberdayaan Keluarga (Studi Evaluasi di Sumatera Barat,Sulawesi Utara,Jawa Timur dan kalimantan Selatan), Penelitian Profil Pendamping Dalam Perlindungan Anak Berkonflik Dengan Hukum (Studi Kasus di Provinsi Kalimantan Barat

Page 134: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

122 Sekilas Penulis

dan Nusa Tenggara Barat), Pendampingan Sosial Bagi Anak Berhadapan Dengan Hukum di Kota Mataram, Penelitian Sikap Masyarakat Terhadap Trafficking Anak di Daerah Pengirim (Study Kasus di Provinsi Kalimantan Barat dan Jawa Timur), Penelitian Gaya Hidup Sebagai Penyebab Terjadinya Trafficking Anak, RESTORATIVE JUSTICE Penangan Anak Berhadapan Dengan Hukum Berbasis Masyarakat di Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah, Penelitian Pemberdayaan Mayarakat Miskin kawasan Pantai di Provinsi Kalimantan Barat. Pengembangan Kebijakan, Srategi dan Model PELAYANAN TERPADU DAN GERAKAN MASYARAKAT PEDULI KABUPATEN/KOTA SEJAHTERA (PANDU GEMPITA) Kajian Kebijakan. Persfektif Komitmen Tim Kerja Dalam Pengembangan Rumah Layak Huni Bagi Keluarga Miskin di Bondowoso, Permasalahan dan Penanganan Anak Jalanan di Kota Bandung, Peluang dan Tantangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial Kabupaten Berau Kalimantan Timur, Fenomena Kenakalan Remaja dan Kriminalitas, Peran Dinas Sosial Dalam Penanggulangan Kemiskinan Di Kota Sukabumi. DEPRESI : Suatu Tinjauan Psikologis, Fenomena Geng Motor Di Beberapa Kota Jawa Barat, Fenomena Kenakalan Remaja Dan Kriminalitas.

Page 135: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

123Indeks

INDEKS

AAnalisis 14

BBantuan Sosial iii, vii, 4, 6, 15, 23, 27, 28, 29, 42, 45, 55, 75, 111Bappenas 3BDT 5, 9, 41BPS 18, 20, 23, 32, 42, 51, 110

CCrosstabulation vii, 103, 104, 105CSR 24, 25, 28

DDemografis 20, 39, 44Domisili 5, 9, 97

EEvaluasi 13

FFakir Miskin iii, 4, 5, 7, 10, 12, 14, 26, 29, 110, 111, 121Faktor Penghambat 13FGD 13, 26

GGeografis 17, 36, 43, 45Gresik iii, v, 14, 17, 43, 44, 45, 80, 81, 97, 98, 99, 108

HHukum 121, 122

IIndikator 10, 12, 110

Page 136: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

124 Indeks

Informan 7

KKemandirian Ekonomi iii, vii, viii, x, 12, 99, 100, 103, 104, 105, 106KIP 9, 26KIS 9, 26, 27Kriteria 9Kulon Progo iii, v, vii, xi, 5, 14, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29,

30, 59, 97, 98, 99, 101, 102, 109, 110, 111

LLansia 28

OOpen House 26

PPangan 10, 62, 91, 101, 102Pangkajene dan Kepulauan xi, 17, 45, 46, 47, 51, 53, 56, 85, 110, 111Pekerjaan ix, x, 54, 58, 60, 69, 80, 86, 87, 110, 113Pendampingan x, 10, 15, 16, 24, 95, 96, 98, 99, 112, 114, 122Pendapatan ix, x, 61, 71, 82, 89, 90Penderes 28Pendidikan ix, x, 52, 60, 70, 81, 88, 113, 114, 116, 117, 118, 121PFM 4, 9PKH 9, 26, 27, 95Psikotik 28

RRastra 9, 26, 27Reliabilitas 14Responden x, 59, 60, 61, 69, 81, 83, 86RS-RTLH vii, 4, 7, 28, 29

SSarling 4, 7Songket 10

Page 137: PENGARUH PROGRAM BANTUAN SOSIAL USAHA EKONOMI …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/83b4eda35471393c1aeaf1929ce00017.pdf · memandirikan ekonomi komunitas Keluarga Penerima Manfaat

125Indeks

TTabel Silang viii, 106Tenun 10

UUsaha Ekonomi Produktif iii, 4, 7, 8, 14, 29, 42, 45

VValiditas 14Verifikasi 9

WWonogiri iii, v, xi, 14, 17, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 68, 69, 70, 71, 73, 76, 96,

97, 98, 99, 108, 110