pengaruh posisi saluran masuk (in-gate pada hasil …eprints.ums.ac.id/78634/12/naskah publikasi...
TRANSCRIPT
i
PENGARUH POSISI SALURAN MASUK (IN-GATE)
PADA HASIL CORAN PRODUK CONNECTING ROD
DARI BAHAN ALUMINIUM
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata I
Pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Oleh :
ADAM BENNY FUADY
D200130134
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
1
PENGARUH POSISI SALURAN MASUK (IN-GATE) PADA HASIL
CORAN PRODUK CONNECTING ROD
DARI BAHAN ALUMINIUM
Abstrak
Banyak penelitian yang telah dilakuakan mengenai pengaruh saluran masuk
(in-gate), dengan demikian peneliti ingin mengembangkan penelitian yang
sudah ada sebelumnya dengan memvariasikan saluran masuk menjadi kiri,
tengah, dan kanan dengan melakukan pengujian terhadap penyusutan,
densitas, porositas, struktur mikro, dan kekerasan. Peneliti menggunakan
pasir sebagai media cetak dalam proses pengecorannya, sehingga metode ini
biasa disebut dengan Sand Casting. Hasil pengujian didapatkan nilai
penyusutan terbesar pada posisi saluran masuk tengah sebesar 1,42%,
dilanjutkan dengan posisi saluran masuk kiri 1,21%, dan penyusutan terkecil
terjadi pada posisi saluran masuk kanan 1,11%. Pada nilai densitas didapat
nilai densitas terbesar pada posisi saluran masuk tengah sebesar 3,21 g/ml3,
kemudian pada posisi saluran masuk kiri sebesar 2,48 g/ml3, dan nilai densitas
terkcil terjadi pada posisi saluran masuk kanan sebesar 2,27 g/ml3. Pada
pengujian kekerasan menggunakan alat uji kekerasan Brinell didapat nilai
kekerasan tertinggi pada posisi saluran masuk tengah dengan nilai 79,6 BHN,
selanjutnya posisi saluran masuk kiri sebesar 79,2 BHN, dan nilai terkecil
pada posisi saluran masuk kanan sebesar 78,7 BHN. Dari pengujian foto
mikro didapatkan hasil kekerasan terbesar ada dalam semakin rapatnya unsur
padauan yang tersusun. Perbedaan posisi saluran masuk berpengaruh pada
nilai penyusutan. Semakin besar nilai penyusutan maka semakin besar juga
nilai densitasnya.
Kata Kunci: In-gate, Connecting Rod, Penyusutan, Kekerasan, Porositas,
Densitas, Struktur Mikro, Sand Casting.
Abstract
A lot of research has been done about the effect of the in-gate, so researchers
want to develop pre-existing research by varying the inlets to the left, center
and right by testing shrinkage, density, porosity, microstructure, and
hardness. The researcher uses sand as a media in the casting process, so this
method is commonly called Sand Casting. The test results obtained the largest
shrinkage value at the middle in-gate position of 1.42%, followed by the left
in-gate position 1.21%, and the smallest shrinkage occurred at the right in-
gate position of 1.11%. At the density value obtained the largest density value
at the position of the middle in-gate of 3.21 g/ml3, then at the position of the
left in-gate of 2.48 g/ml3, and the lowest density value occurs at the right in-
gate position of 2.27 g/ml3. In the hardness test using the Brinell hardness test
the highest hardness value was obtained at the center in-gate position with a
value of 79.6 BHN, then the left in-gate channel pozsition was 79.2 BHN, and
2
the smallest value at the right in-gate position was 78.7 BHN. From micro
photo testing the results of the greatest hardness were found in the
increasingly tightly arranged elements. The difference in in-gate position
affects the shrinkage value. The greater the value of shrinkage, the greater the
value of its density.
Keywords: In-gate, Connecting Rod, Shrinkage, Hardness, Porosity,
Density, Microstructure, Sand Casting.
1. PENDAHULUAN
Pengecoran atau Casting merupakan suatu proses dalam dunia manufaktur,
yang bertujuan untuk membantu manusia menciptakan suatu alat. Alat
tersebut akan digunakan untuk berbagai macam kegiatan manusia (Degarmo,
dkk 2003).
Dalam pengecoran dapat menggunakan berbagai macam material.
Bahan – bahan yang biasa digunakan dalam pengecoran adalah besi cor, baja,
aluminium, tembaga, kuningan, dan lain – lain. Tipe – tipe dalam pengecoran
ada berbagai macam, anatara lain adalah, Die Casting, Glass Casting,
Centrifugal Casting, Rapid Casting, dan Sand Casting.
Sand Casting adalah sebuah proses manufaktur suatu alat yang
menggunakan pasir sebagi media cetakannya. Istilah “Sand Casting” sendiri
dapat diartikan sebagai benda hasil dari proses penyetakan pasir. Bahan dasar
dalam pengecoran sendiri bisa berbagai macam, tapi untuk kali ini bahan
dasar yang akan digunakan adalah aluminium.
Ada beberapa parameter yang dapat mempengaruhi hasil coran. Seperti
cawang tuang (Basin), saluran turun (Sprue), saluran masuk (In-gate), saluran
pengalir (Runner), dan saluran penambah (Riser).
Saluran masuk (In-gate) adalah saluran yang menghubungkan saluran
turun dengan rongga cetakan. Saluran masuk dibuat berukuran kecil agar
mencegah kotoran masuk kedalam rongga cetakan. Bentuk irisan biasanya
berbentuk bujur sangkar, trapesium, segitiga atau sengah lingkaran, yang
membesar kearah rongga cetakan untuk mencegah terkikisnya cetakan.
Terkadang irisanya diperkecil di tengah dan diperbesar lagi ke arah rongga.
3
Hal ini bertujuan untuk mencegah kerusakan pada coran ketika dibongkar
(Surdia, T, : Chijiwa, K., 1986).
Banyak sekali contoh hasil coran yang ada di sekitar kita. Mulai dari
produk rumah tangga, otomotif, alat berat, dan lain-lain. Dalam dunia
otomotif tentu kita tau apa itu Connecting Rod. Connecting Rod adalah
sebuah bagian dari mesin bakar yang menghubungkan piston dengan poros
engkol. Connecting Rod dapat mengubah gerak melingkar menjadi gerak
linier.
Banyak penelitian yang telah dilakukan mengenai variasi saluran
masuk (in-gate) yaitu pengaruh letak saluran masuk atas dan bawah,
pengaruh jumlah saluran masuk, dan masih banyak lagi. Melihat adanya
pengaruh terhadap variasi saluran masuk tersebut, maka peneliti ingin
mengembangkan penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya dengan
memvariasikan saluran masuk pada bagian small end, rod, dan big end
dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh terhadap pengujian penyusutan,
densitas, porositas, struktur mikro, dan kekerasan. Peneliti nantinya akan
menggunakan pasir sebagai media cetak dalam proses pengecorannya,
sehingga metode ini biasa disebut dengan Sand Casting.
1.1 Perumusan Masalah
a) Bagaimana komposisi kimia pada produk cor aluminium.
b) Bagaimana perbandingan penyusutan yang dihasilkan dari tiap posisi
saluran masuk (in-gate) yang berbeda.
c) Bagaimana perbandingan density yang dihasilkan dari tiap posisi saluran
masuk (in-gate) yang berbeda.
d) Bagaimana perbandingan cacat porositas yang dihasilkan dari tiap posisi
saluran masuk (in-gate) yang berbeda.
e) Bagaimana perbandingan struktur mikro coran tiap posisi saluran masuk
(in-gate) yang berbeda.
f) Bagaimana perbandingan kekerasan coran tiap posisi saluran masuk (in-
gate) yang berbeda.
4
1.2 Tujuan Penelitian
a) Meneliti komposisi kimia pada produk cor aluminium.
b) Meneliti pengaruh variasi posisi saluran masuk (in-gate) pada hasil coran
aluminium terhadap cacat penyusutan pada pengecoran menggunakan
cetakan pasir.
c) Meneliti pengaruh variasi posisi saluran masuk (in-gate) pada hasil coran
aluminium terhadap cacat density pada pengecoran menggunakan cetakan
pasir.
d) Meneliti pengaruh variasi posisi saluran masuk (in-gate) pada hasil coran
aluminium terhadap cacat porositas pada pengecoran menggunakan
cetakan pasir.
e) Meneliti pengaruh variasi posisi saluran masuk (in-gate) pada hasil coran
aluminium terhadap struktur mikro produk cor aluminium.
f) Meneliti pengaruh variasi posisi saluran masuk (in-gate) pada hasil coran
aluminium terhadap kekerasan produk cor aluminium.
1.3 Manfaat Penelitian
Manfaat hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi positif
kepada :
a) Menambah pengetahuan mengenai teknologi pengecoran logam
khusunya aluminium paduan.
b) Menambah pengetahuan tentang sistem saluran yang baik pada proses
pengecoran aluminium paduan dengan menggunakan cetakan pasir.
c) Menambah pengetahuan tentang posisi saluran masuk (in-gate) yang
sesuai untuk menghasilkan produk cor yang baik pada sand casting.
5
2. METODE
2.1 Diagram Alir Penelitian
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan diagram alir
dibawah ini:
Gambar 1. Diagram Alir Penelitian
Pengujian
Kekerasan
Struktur
Mikro
Pengamatan
Porositas
Pengujian
Density
Pengukuran
Penyusutan
Komposisi
Kimia
Pembuatan Spesimen
Pembuatan Cetakan Pasir dan Peleburan
Mulai
Persiapan Material dan Peralatan
Proses Pengecoran
Pembongkaran dan Pembersihan Produk
Produk Pengecoran
Analisa Data
Kesimpulan
Selesai
Pengujian
Posisi
Rod
Posisi
Small End
Posisi
Big End
6
3. HASIL DAN PMBAHASAN
3.1 Perhitungan Perencanaan Sistem Saluran
3.1.1 Perhitungan Cetakan Atas
a) Waktu cor
aluminium = 2700 kg/m3
V produk = 66666,7 mm3
V produk = 0,6666 x 10-3 m3
G produk = Vx
G produk = 0,6666 x 10-3 m3 x 2700 kg/m3
G produk = 1,79982 kg.
tp = 1,25 x√2x𝐺
tp = 1,25 x √2 x 1,79982
tp = 2.37 detik
b) Saluran masuk
V = √2xgxh
V = √2x9,81x0,05
V = 0,99 m/s
A’sm = n.Asm = G
vtp
n.Asm = G
vtp
Asm = 1,79982
2700 x 0,99 x 2.37
Asm = 2,841 x 10-4 m2
Asm = 2,841 cm2
7
c) Perbandingan sistem saluran.
Aturun : Aterak : Amasuk
1 : 2 : 1
Aturun Amasuk
1 1
2,841 cm2 2,841 cm2
d) Tinggi penuangan
√ℎ = 0,226 𝑥 𝐺
𝑡𝑝 𝐴𝑠𝑚
√ℎ = 0,226 x 1,79842
2700𝑥2,37𝑥0,8𝑥0,0002841
√ℎ = 0,2797
h = 0,27972
h = 0,07822 m = 7,822 cm
e) Penyusutan
Tabel 1. Tabel Penyusutan Paduan Logam
No Paduan Logam Penambahan Ukuran
Dalam %
Rata-rata Dalam
Pemakaian %
1 Besi tuang Kelabu 0,5-1,2 1
2 Besi tuang Malleable 0,85-1,05 1
3 Besi tuang Putih 2,1 2
4 Besi tuang FCD/Nodular 1,2-1,8 1,5
5 Paduan Aluminium 1,1-1,5 1,25
6 Paduan Magnesium 1,3 1,25
7 Kuningan 1,3-1,6 1,5
8 Perunggu 1,05-1,6 1,25
9 Perunggu Phosphor 1,05-1,6 1,25
ht
G6.22A.n'A
p
smsm
8
No Paduan Logam Penambahan Ukuran
Dalam %
Rata-rata Dalam
Pemakaian %
10 Perunggu Aluminium 2,1 2
11 Perunggu Mangan 2,1 2
12 Baja Open Hart 1,6 1,5
13 Baja Listrik 2,1 2
(Sumber: Nanda Choirul, 2014)
Jika nilai rata-rata yang digunakan 1,25 maka:
=1,25
100 𝑥 6666,7
= 83.33 mm3.
Jadi jika volume 6666,7 mm3 volume yang di dapatkan produk adalah
6666,7 mm3– 83.33 mm3= 6583,37 mm3.
3.1.2 Perhitungan Cetakan Bawah
a) Waktu cor
aluminium = 2700 kg/m3
V produk = 66666,7 mm3
V produk = 0,6666 x 10-3 m3
G produk = Vx
G produk = 0,6666 x 10-3 m3 x 2700 kg/m3
G produk = 1,79982 kg.
tp = 1,25 x√2x𝐺
tp =1,25 x √2 x 1,79982
tp = 2.37 detik
b) Saluran masuk
V = √2xgxh
V = √2x9,81x0,05
V = 0,99 m/s
A’sm = n.Asm = G
vtp
9
n.Asm = G
vtp
Asm = 1,79982
2700 x 0,99 x 2.37
Asm = 2,841 x 10-4 m2
Asm = 2,841 cm2
c) Perbandingan sistem saluran.
Aturun : Aterak : Amasuk
1 : 2 : 1
Aturun : Amasuk
1 : 1
2,841 cm2 : 2,841 cm2
d) Tinggi penuangan
√ℎ = 0,226 𝑥 𝐺
𝑡𝑝 𝐴𝑠𝑚
√ℎ = 0,226 x 1,79842
2700𝑥2,37𝑥0,8𝑥0,0002841
√ℎ = 0,2797
h = 0,27972
h = 0,07822 m = 7,822 cm
3.2 Hasil Pengujian Komposisi Kimia
Pengujian komposisi kimia dilakukan di Laboratorium UP2L CV. KARYA HIDUP
SENTOSA Jogyakarta dengan menggunakan alat uji Spectrometer. Pada pengujian
komposisi ini alat dapat melakukan pembacaan secara otomatis sehingga dideteksi
beberapa jenis-jenis unsur kimia, dan berikut adalah data dari hasil komposisi kimia.
ht
G6.22A.n'A
p
smsm
10
Tabel 2. Hasil Uji Komposisi Kimia Bahan Aluminium Lantak.
UNSUR %
Si 8,10
Fe 0,8453
Cu 1,618
Mn 0,1439
Mg 0,0072
Zn 1,2191
Ti 0,0475
Cr 0,0224
Ni 0,0542
Pb 0,0707
Sn 0,0212
Al 87,85
Gambar 2. Diagram Persentase Unsur Paduan Si, Fe, Cu, Mn, dan Zn Dari Hasil
Uji Komposisi Kimia Bahan Aluminium Lantak.
Dari hasil data pengujian komposisi kimia diatas, dapat diketahui bahwa unsur
yang ada dalam bahan lantak termasuk logam Alumunium paduan Silikon (Al-Si)
seri 4047.
0,00
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
6,00
7,00
8,00
9,00
Si Fe Cu Mn Zn
Pre
sen
tase
Ko
mp
osi
si K
imia
(%
)
Unsur Paduan
Hasil Pengujian Komposisi Kimia (%)
11
3.3 Hasil Pengujian Cacat Penyusutan
Pada penelitian ini perbedaan bahan baku aluminium digunakan untuk mengetahui
penyusutan dari hasil cor pada setiap variasi. Analisa penyusutan ada dua tahap yaitu
pengukuran benda asli dan spesimen selanjutnya menghitung presentase penyusutan
produk cor
Gambar 4.2 Penyusutan
Gambar 3. Penyusutan Pada Pola.
Tabel 3. Hasil Pengukuran Spesimen Asli dan Hasil Coran
NO P1 P2 P3 P4 P5 P6 T1 T2
Pola Asli 6,77 32,88 46,55 19,2 13,25 127,6 7,3 14
Spesimen 1 6,68 32,51 46 18,8 13,05 126,1 7,21 13,99
Spesimen 2 6,67 32,5 45,8 18,65 13,03 125,95 7,23 13,95
Spesimen 3 6,69 32,54 46,05 18,9 13 126,35 7,22 13,99
Perhitungan persentase penyusutan dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut:
12
𝑆 = (𝑃 𝑎𝑠𝑙𝑖 − 𝑃 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘)
𝑃 𝑎𝑠𝑙𝑖× 100%
Contoh perhitungan (spesimen 1):
Vasli : 6,77 mm
Vproduk : 6,68 mm
𝑆 = (𝑃 𝑎𝑠𝑙𝑖 − 𝑃 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘)
𝑃 𝑎𝑠𝑙𝑖× 100%
= (6,77 mm−6,68 mm)
6,77 mm× 100%
= 0,0133 × 100%
= 1,33 %
Tabel 4. Presentase Penyusutan dalam Persen (%).
NO Pola Asli S1 S (%) S2 S (%) S3 S (%) Rata-
rata
P1 6,77 6,68 1,33 6,67 1,48 6,69 1,18 1,33
P2 32,88 32,51 1,13 32,5 1,16 32,54 1,03 1,11
P3 46,55 46 1,18 45,8 1,61 46,05 1,07 1,29
P4 19,2 18,8 2,08 18,65 2,86 18,9 1,56 2,17
P5 13,25 13,05 1,51 13,03 1,66 13 1,89 1,69
P6 127,6 126,1 1,18 125,95 1,29 126,35 0,98 1,15
T1 7,3 7,21 1,23 7,23 0,96 7,22 1,10 1,10
T2 14 13,99 0,07 13,95 0,36 13,99 0,07 0,17
Rata-
rata 1,21 1,42 1,11
13
Gambar 4. Diagram Presentase Penyusutan.
Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa terdapat penyusutan terhadap
spesimen posisi small end sebesar 1,21%, spesimen posisi rod sebesar 1,42%, dan
spesimen posisi big end sebesar 1,11%. Dari data diatas dapat diketahui bahwa
penyusutan tertinggi terdapat pada spesimen posisi rod, dan penyusutan terendah
terdapat pada spesimen posisi small end. Hal ini disebabkan oleh banyak logam
menyusut selama pembekuan, posisi salura masuk yang berbeda (kiri, tengah, dan
big end).
3.4 Hasil Pengujian Density
Contoh perhitungan (bahan Aluminium lantak).
Massa : 49,5 gram
Volume : 20 ml
ρ =𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
ρ =49,5
20
= 2,48 gr/ml3
1,21
1,42
1,11
0,00
0,20
0,40
0,60
0,80
1,00
1,20
1,40
1,60
1 2 3
Pre
senta
se P
enyusu
tan
Spesimen
Grafik Penyusutan (%)
14
Tabel 5. Hasil Uji Density Variasi Bahan Aluminium Lantak.
Spesimen Massa (gr) Volume Air
(ml)
Volume Benda
(ml)
Densitas
(gr/ml3)
1 49,5 800 20 2,475
2 48,1 800 15 3,207
3 49,9 800 22 2,268
Gambar 5. Grafik Hasil Uji Density.
Dari gambar diatas didapatkan hasil pengujian densitas untuk specimen
dengan posisi small end sebesar 2,48 gm/ml, spesimen dengan posisi rod sebesar
3,21 gm/ml, dan spesimen dengan posisi big end sebesar 2,27 gm/ml. Dari hasil
tersebut dapat diketahui bahwa nilai tertinggi terdapat pada spesimen dengan posisi
rod dan nilai terendah terdapat pada spesimen dengan posisi big end. Semakin
tinggi nilai densitas maka semakin tinggi kepadatan spesimen. Sebaliknya,
semakin rendah nilai densias maka semakin rendah pula kepadatan spesimennya.
Sehingga spesimen posisi rod memiliki kepadatan paling tinggi dibandingkan
dengan posisi big end dan big end.
2,48
3,21
2,27
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
3,50
1 2 3
Den
sita
s
Spesimen
Grafik Hasil Uji Densitas (gr/ml3)
15
3.5 Hasil Pengamatan Porositas
Pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui cacat porositas pada spesimen.
Gambar 6. Perbandingan porositas spesimen foto makro (A) Posisi Small End, (B)
Posisi Rod, (C) Posisi Big End.
Dari gambar diatas dapat diketahui porositas tertinggi pada spesimen
posisi small end kemudian diikuti spesimen dengan posisi big end. Cacat porositas
terendah terjadi pada spesimen posisi rod
Posisi saluran masuk (in-gate) sangat berpengaruh terhadap cacat
porositas. Pada spesimen posisi small end dan big end mengalami cacat porositas
lebih tinggi karena penyebaran logam cair pada saat penuangan kecetakan
membutuhkan waktu yang lama dan logam cair sudah mengalami pemadatan
terlebih dahulu sebelum rongga - rongga cetakan terisi secara penuh. Pada
spesimen posisi rod mengalami cacat porositas sedikit karena cairan coran masuk
melalui melalui bagian tengah pola, hasilnya cairan coran masuk lebih mudah,
sehingga rongga – rongga cetakan akan terisi lebih cepat dan merata. Cacat
porositas akan mempengaruhi tingkat kekerasan dari suatu produk cor, semakin
banyak cacat porositas pada suatu benda/produk maka tingkat kekerasan akan
menurun begitu juga dengan sebaliknya.
16
3.6 Hasil Uji Foto Mikro
Pengamatan strukrtur mikro dilakukan menurut standar pengujian metalografi untuk
bahan aluminium dengan pembesaran 100x, 200x, dan 500x diperoleh gambar
tampilan seperti yang terlihat pada gambar 4.8, gambar 4.11, dan gambar 4.10.
Gambar 7. Perbandingan foto mikro pada pembesaran 100x. (A) Posisi Small End,
(B) Posisi Rod, (C) Posisi Big End.
Gambar 8. Perbandingan foto mikro pada pembesaran 200x. (A) Posisi Small End,
(B) Posisi Rod, (C) Posisi Big End.
Gambar 9. Perbandingan foto mikro pada pembesaran 500x. (A) Posisi Small End,
(B) Posisi Rod, (C) Posisi Big End.
100µ 100µ 100µ
20µ 20µ 20µ
50µ 50µ 50µ
17
Struktur mikro yang ada terdiri dari unsur Si (silicium/silikon) dan Al
(aluminium). Unsur Si (hitam) berbentuk kecil memanjang seperti jarum, sedangkan
unsur Al berupa burupa butiran besar berwarna putih.
3.7 Hasil Uji Kekerasan Brinell
Perhitungan persentase penyusutan dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut:
𝐵𝐻𝑁 = 2 . 𝑃
𝜋𝐷 (𝐷 − √𝐷2 − 𝑑2)
Dimana :
BHN = Brinell Hardness Number
P = Beban (62,5 kgf).
D = Diameter Indentor (2,5 mm).
d = Diameter penetrasi (mm).
Gambar 10. Titik yang diuji.
Titik Pengujian
18
Tabel 6. Hasil Uji Kekerasan Brinell
NO Spesimen d1 Kekerasan (BHN) Rata-rata (BHN)
1
Small End
0,98 79,6
79,2 2 0,99 77,9
3 0,98 79,6
4 0,98 79,6
1
Rod
1 76,3
79,6 2 0,98 79,6
3 0,97 81,3
4 0,97 81,3
1
Big End
0,99 77,9
78,7 2 0,98 79,6
3 0,99 77,9
4 0,98 79,6
Gambar 11. Diagram Hasil Uji Kekerasan.
Dari grafik diatas dapat diketahui nilai kekerasan terkecil terjadi pada posisi
big end sebesar 78,7 BHN, kemudian pada posisi small end sebesar 79,2 BHN.
Sedangkan posisi rod memiliki nilai kekerasan tertinggi sebesar 79,6 BHN. Hal ini
terjadi karena logam cor yang masuk pada posisi saluran masuk tengah dapat
masuk secara merata.
79,2
79,6
78,7
78,2
78,4
78,6
78,8
79,0
79,2
79,4
79,6
79,8
Small End Rod Big End
Rat
a-ra
ta (
BH
N)
Spesimen
Rata-rata (BHN)
19
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari penelitian ini penulis dapat mengambil kesimpulan, yaitu:
a) Hasil pengujian komposisi kimia ditemukan unsur aluminium (Al)
87,85%, Si 8,10%, Cu 1,618%, Zn 1,2191, Fe 0,8453% dan unsur –
unsur lainya. Sehingga dari unsur yang ada pada material ini termasuk
logam aluminium paduan silicon (Al – Si).
b) Hasil penyusutan posisi rod sebesar 1,42%, sedangkan pada posisi
small end sebesar 1,21%, dan posisi big end sebesar 1,11%.
c) Hasil pengujian density diketahui nilai posisi rod sebesar 3,21 g/ml3,
sedangkan pada posisi small end sebesar 2,48 g/ml3, dan nilai posisi big
end sebesar 2,27 g/ml3.
d) Hasil pengujian porositas tertinggi berada pada posisi small end,
kemudian diikuti posisi big end, dan porositas terendah terjadi pada
posisi rod.
e) Hasil pengujian struktur mikro didapatkan unsur Aluminium (Al) dan
Silikon (Si). Unsur Aluminium (Al) berupa butiran besar berwarna
putih, sedangkan Silikon (Si) berbentuk kecil memanjang seperti jarum.
f) Hasil pengujian kekerasan Brinell pada posisi rod dengan nilai 79,6
BHN, posisi small end sebesar 79,2 BHN, dan posisi big end sebesar
78,7 BHN.
4.2 Saran
Dalam penelitian selanjutnya, penulis mempunyai beberapa saran yang
mungkin dapat digunakan untuk mengembangkan penelitian antara lain:
a) Melakukan pembelajaran secara mendalam mengenai bahan dasar yang
digunakan dalam penelitian, dan juga dasar-dasar teknik pengecoran
logam sebagai referensi pendukung.
b) Pada saat akan memulai proses pembuatan produk, alangkah baiknya
mempelajari teknik – teknik dan prosedur yang digunakan dalam proses
pengecoran logam, agar saat melakukan pembuatan produk tidak terjadi
kekeliruan dan didapat produk yang memuaskan.
c) Melakukan pengujian sesuai dengan standar yang telah ditetapkan agar
mudah dalam melakukan prosesnya dan mendapatkan hasil yang sesuai.
20
d) Pada saat melakukan pengujian supaya ditempat yang terpercaya dan
memiliki alat pengujian terbaru agar mendapatkan hasil yang valid.
DAFTAR PUSTAKA
Adril, Elvis., dkk. 2010. “Pengaruh Penambahan Mangan Terhadap Sifat
Mekanik Paduan Aluminium A7075”. Jurnal Politeknik Negeri
Padang dan Universitas Andalas Padang : Padang.
Amshori, N. C. (2014). “Metalurgi”. Dipetik Mei 24, 2019, dari Pola
Pengecoran: http://nandachoirul.blogspot.co.id/2014/10/proses-
pengecoran-bagian-2-pola.html
Avner, Sidney, H., 1974. “Introduction to Physical Metalurgi”, 2nd Edition.
Mc Graw-Hill Publishing Co. Ltd, Singaporea
Budenski, K. Michael. 1999. “Journal of Material”. The Insitute of Materials
Drozdov, Andrey. 2007. “Aluminium: The Thirteenth Element”.
RUSAL Library. (online)
(https://en.wikipedia.org/wiki/Aluminium)
Degarmo E Paul., Black JT., Kohser Ronald. A. 2003. “Material and
Processes in Manufacturing”, Ninth Edition. John Wiley, India.
Khoirrudin, Sinung., 2014. “Pengaruh Variasi Jumlah Saluran Masuk
Terhadap Struktur Mikro, Kekerasan, dan Ketangguhan
Pengecoran Pulley Paduan Alumunium Al – Si Menggunakan
Cetakan Pasir”. Universitas sebelas Maret, Surakarta.
Murjoko. 2012. “Kajian Letak Saluran Masuk (In-gate) Terhadap Cacat
Porositas, Kekerasan dan Ukuran Butir Paduan Almunium Pada
Pengecoran Menggunakan Cetakan Pasir”. Universitas Sebelas
Maret, Surakarta.
Nugroho, Setyo Oktafian., 2016. “Pengaruh Perbedaan Jumlah dan Posisi
Saluran Masuk (Ingate) Terhadap Hasil Coran Produk Connecting
Rod Dari Bahan Aluminium”. Universitas Muhammadiyah
Surakarta, Surakarta.