pengaruh pertumbuhan perusahaan, debt to...
TRANSCRIPT
PENGARUH PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, DEBT TO EQUITY, DAN RATING TERHADAP YIELD TO MATURITY SUKUK KORPORASI
OUTSTANDING DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2013-2015
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E.)
Oleh :
LAILI SHABRINA ZULIMAR
1110046100070
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
PENGARUH PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, DEBT TO EQUITY, DAN RATING TERHADAP YIELD TO MATURITY SUKUK KORPORASI
OUTSTANDING DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2013-2015
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh :
LAILI SHABRINA ZULIMAR
1110046100070
Dibawah Bimbingan:
Ir. Aries Koentjoro, MM
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
LEMBAR PERNYATAAN KARYA PRIBADI
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang dibuat dengan sungguh-
sungguh untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1
(S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 07 Februari 2017
Laili Shabrina Zulimar
i
ABSTRAK
Nama : Laili Shabrina Zulimar
Program Studi : Perbankan Syariah
NIM : 1110046100070
Judul : Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan, Debt to Equity, dan
Rating Terhadap Yield to Maturity Sukuk Korporasi di Bursa
Efek Indonesia Periode 2013-2015
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan perusahaan,
debt to equity, dan rating terhadap yield to maturity sukuk korporasi di Bursa Efek
Indonesia periode 2013-2015. Pemilihan sampel menggunakan teknik purposive
sampling. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan metode regresi
linear berganda. Penelitian menganalisis laporan keuangan perusahaan penerbit
sukuk korporasi dan yield to maturity sukuk. Populasi dalam penelitian berjumlah
10 sukuk korporasi outstanding yang terbit sebelum 31 Desember 2013 hingga 31
November 2015. Analisis data dilakukan dengan uji asumsi klasik yang terdiri
dari uji normalitas data, uji heteroskedastisitas, uji multikolinearitas, dan uji
autokorelasi. Kemudian dilanjutkan dengan pengujian hipotesis. Software analisis
data yang digunakan adalah IBM SPSS 20. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
rating berpengaruh negatif dan signifikan terhadap yield to maturity. Debt to
equity berpengaruh negatif dan signifikan terhadap yield to maturity. Sedangkan
ii
pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap yield
to maturity.
Kata Kunci : Yield to Maturity, Pertumbuhan Perusahaan, Debt to Equity,
Rating
Pembimbing : Ir. Aries Koentjoro, MM
Daftar Pustaka : 1987-2017
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, karunia dan hidayah-Nya kepada alam semesta dan juga telah
memberikan kekuatan kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan tugas akhir
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan
kita Nabi Besar Muhammad SAW yang telah menuntun kita semua dari
kebodohan menuju jalan yang terang benderang.
Alhamdulillah, penelitian penulis sebagai tugas akhir masa kuliah berjudul
“Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan, Debt to Equity, dan Rating Terhadap
Yield to Maturity Sukuk Korporasi Outstanding di Bursa Efek Indonesia
Periode 2013-2015 ” telah penulis selesaikan dengan segenap kemampuan
penulis dan sebaik-baiknya. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka
memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (S.E) Program
Studi Muamalat Konsentrasi Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
sangat sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua penulis, Ibunda Suci Yudowati dan Ayahanda Eka Doni
Zulimar yang selalu sabar, memberikan semangat, motivasi serta do’a-
do’a demi kesuksesan anak-anaknya.
iv
2. Kepada Bapak Dr. Asep Saepuddin Jahar, M.A, selaku Dekan Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Kepada Bapak AM. Hasan Ali, M.A, selaku Ketua Jurusan Muamalat
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Kepada Bapak H. Abdurrauf, Lc, M.A, selaku Sekretaris Jurusan Fakulas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Kepada Bapak Ir. Aries Koentjoro, M.M, selaku Dosen Pembimbing yang
senantiasa membimbing dan meluangkan waktunya untuk memberikan
arahan dan saran-saran, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Kepada Fajri Hassan dan Reza Ratnasari atas support dan doanya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
7. Kepada semua orang yang terlibat dan turut campur dalam proses
pengerjaan skripsi ini, terima kasih atas segala bantuan,dukungan, dan
semangat yang telah diberikan serta doa yang selalu terpanjatkan sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Semoga jasa-jasa kalian dibalas oleh Allah SWT dengan kebaikan yang
berlipat ganda. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
penulisan skripsi ini, maka dengan terbuka penulis mengharapkan kritik dan saran
yang dapat membangun guna penyempurnaan penulisan-penulisan lainnya dimasa
mendatang.
Jakarta, 07 Februari 2017
Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK .......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ........................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................. 5
C. Pembatasan Masalah ................................................................................. 8
D. Perumusan Masalah .................................................................................. 8
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................. 9
F. Review Studi Terdahulu .......................................................................... 10
G. Hipotesis ................................................................................................. 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 16
A. Sukuk ................................................................................................... 16
1. Yield to Maturity ........................................................................... 21
2. Rating ............................................................................................ 27
B. Keuangan Perusahaan ............................................................................... 31
Pertumbuhan Perusahaan........................................................................ 31
vi
Rasio Leverage ...................................................................................... 34
C. Kerangka Analisis ..................................................................................... 39
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 40
A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 40
B. Metode Penentuan Data.................................................................... 40
C. Metode Pengumpulan Data .............................................................. 42
D. Metode Analisis Data ....................................................................... 43
1. Model Regresi Linear Berganda ...................................................... 43
2. Uji Asumsi Klasik ........................................................................... 45
3. Uji Signifikansi ............................................................................... 53
E. Definisi Operasional Variabel .......................................................... 57
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN .................................................... 59
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ...................................................... 59
B. Uji Asumsi Klasik ............................................................................... 63
1. Uji Normalitas ................................................................................. 63
2. Uji Heteroskedastisitas .................................................................... 66
3. Uji Multikoinearitas ........................................................................ 68
4. Uji Autokorelasi .............................................................................. 70
C. Uji Signifikansi.................................................................................... 72
vii
1. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ....................................... 72
2. Uji Signifikansi Parsial (Uji Statistik t) ............................................ 74
3. Uji Koefisien Determinasi (R2) ....................................................... 76
D. Analisis Regresi ................................................................................... 77
E. Interpretasi .......................................................................................... 78
1. Pertumbuhan Perusahaan ................................................................. 78
2. Debt to Equity ................................................................................. 80
3. Rating.............................................................................................. 82
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 84
A. Kesimpulan ......................................................................................... 84
B. Implikasi ............................................................................................. 86
C. Saran ................................................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 90
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1.1 Perbandingan Karakteristik Sukuk dan Obligasi ............................... 20
Tabel 3.2.1 Tabel Sampel Penelitian .................................................................. 41
Tabel 3.3.1 Kriteria Koefisien Determinasi ........................................................ 55
Tabel 4.2.5 Uji Multikolinearitas VIF ................................................................ 69
Tabel 4.2.6 Uji Multikolinearitas Korelasi ......................................................... 70
Tabel 4.2.7 Uji Autokorelasi Durbin Watson ................................................... 71
Tabel 4.3.1 Uji F ............................................................................................... 73
Tabel 4.3.2 Uji t ................................................................................................ 75
Tabel 4.3.3 Rekapitulasi Hasil Uji t .................................................................. 76
Tabel 4.3.4 Uji R2 ............................................................................................. 77
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.6.1 Kerangka Analisis........................................................................ 39
Gambar 4.1.1 Skema Sukuk Ijarah ..................................................................... 61
Gambar 4.1.2 Skema Sukuk Mudharabah .......................................................... 62
Gambar 4.2.1 Uji Normalitas Histogram ............................................................ 64
Gambar 4.2.2 Uji Normalitas P-P Plot .............................................................. 64
Gambar 4.2.3 Uji Kolmogorov-Smirnov ........................................................... 66
Gambar 4.2.4 Uji Heteroskedastisitas (Y=YTM) ............................................... 67
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bursa Efek Indonesia memfasilitasi investor yang memiliki
kelebihan dana dan perusahaan yang membutuhkan pendanaan. Baik
investor maupun perusahaan, masing-masing memiliki tujuan. Instrumen
invertasi terbagi menjadi tiga kategori. Instrumen investasi jangka
pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Bagi investor dengan fokus
investasi bagi hasil, pertumbuhan nilai investasi, nilai pokok yang aman,
dan tingkat keuntungan yang melebihi instrumen investasi jangka pendek,
dapat memilih berinvestasi pada instrumen jangka menengah.seperti
reksadana pendapatan tetap, obligasi, sukuk, ORI, logam mulia, dan
sebagainya. Obligasi menjadi pilihan pertama pendanaan eksternal
perusahaan karena tidak harus memberi bunga/kupon secara berkala dan
dapat diterbitkan saat suku bunga relatif rendah.
Obligasi syariah atau sukuk termasuk investasi jangka menengah
yang perkembangannya dinilai progressing.1 Sejak sukuk pertama Indosat
tahun 2002 diterbitkan, hinga 16 September 2016 jumlah sukuk korporasi
di Indonesia tercatat sebanyak 51 sukuk dengan total nilai Rp. 11,40
triliun. Pangsanya masih 3,87% dari total obligasi yang senilai 285,5
1 Kementrian Keuangan, Sosialisasi Mengenai Sukuk (Jakarta: Kementerian Keuangan,
2015) artikel diakses pada 28 Maret 2016 dari www.kemenkeu.go.id/berita/menkeu-puas-dengan-perkembangan-sukuk-di-indonesia/
2
triliun.2 Pada periode 2014, terdapat tujuh penerbitan sukuk korporasi
dengan total nilai emisi sukuk korporasi yang terbit selama 2014 mencapai
Rp. 923 miliar.3
Berdasarkan institusi yang menerbitkan, sukuk dibagi ke dalam
sukuk korporasi dan sukuk negara. Menurut Otoritas Jasa Keuangan sukuk
korporasi adalah instrumen berpendapatan tetap yang diterbitkan
berdasarkan akad-akad yang tertuang dalam ketentuan (dahulu Bapepam
dan LK) tentang akad-akad efek syariah seperti akad isthisna dan akad
musyarakah. Keuntungan dan risiko sukuk korporasi hampir sama dengan
obligasi korporasi.4 Sedangkan obligasi korporasi adalah obligasi yang
diterbitkan oleh perusahaan swasta nasional, termasuk BUMN dan
BUMD.5
Jika dilihat dari jenis perjanjian (akad), hingga saat ini di Indonesia
baru terbit dua jenis sukuk : sukuk ijarah dan sukuk mudharabah. Sukuk
Ijarah adalah sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad
Ijarah dimana satu pihak bertindak sendiri atau wakilnya menjual atau
menyewakan hak manfaat atas suatu aset kepada pihak lain berdasarkan
harga sewa dan periode sewa yang disepakati, tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan aset itu sendiri. Sedangkan sukuk mudharabah
2 Yogie Respati, “Sukuk Negara Buka Peluang Penerbitan Sukuk Korporasi, artikel
diakses pada 13 November 2016 dari www.akucintakeangansyariah.com/23717/sukuk-negara-buka-peluang-penerbitan-sukuk-korporasi/
3 Eko Purwanto, “Tahun Pasar Modal Syariah” artikel diakses pada 13 November 2016 dari ekbis.sindonews.com/read/967602/150/tahun-pasar-modal-syariah-1424659578/
4 Otoritas Jasa Keuangan, “Sukuk Korporasi” (Jakarta: Otoritas Jasa Keuangan) artikel diakses pada 23 Januari 2017 dari sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Article/289
5 Otoritas Jasa Keuangan, “Obligasi Korporasi” (Jakarta: Otoritas Jasa Keuangan) artikel diakses pada 23 Januari 2017 dari sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/Category/65
3
adalah Sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad
Mudharabah dimana satu pihak menyediakan modal (rab al-maal) dan
pihak lain menyediakan tenaga dan keahlian (mudharib), keunutungan dari
kerjasama tersebut akan dibagi berdasarkan perbandingan yang telah
disetujui sebelumnya. Kerugian yang timbul akan ditanggung sepenuhnya
oleh pihak yang menjadi penyedia modal.6
Penerbitan sukuk korporasi sepanjang 2015 berjumlah 15
penerbitan atau meningkat 114,3% dibanding 2014. Nilai penerbitan sukuk
sepanjang 2015 mencapai 3,17 triliun atau meningkat 243,66% dibanding
2014. Jumlah dan nilai sukuk korporasi outstanding mengalami
peningkatan dibanding akhir tahun 2014 masing-masing sebesar 31,43%
dan 37,78% menjadi 46 sukuk korporasi dengan nilai outstanding sebesar
9,80 triliun.7 Pangsa pasar obligasi syariah atau sukuk yang hanya 3,87%
dari total obligasi merupakan salah satu alasan besarnya potensi
keuntungan menerbitkan obligai korporasi berbasis syariah. Upaya
pemerintah memberikan acuan Yield bagi sektor korporasi yang
memerlukan pendanaan di pasar keuangan dan memperbanyak penerbitan
tentunya akan menampung permintaan pasar dalam dan luar negeri yang
sedang berburu sukuk. 8
6 Direktorat Pembiayaan Syariah, Mengenal Sukuk Instrumen Investasi Berbasis Syariah.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang, h.2. 7 Otoritas Jasa Keuangan, “Laporan Kinerja OJK 2015” (Jakarta: Otoritas Jasa Keuangan,
2015),h. 26. 8 Kementerian Keuangan, “Perbanyak Penerbitan Obligasi Korporasi Syariah Karena
Sangat Menguntungkan” (Jakarta: Kementrian Keuangan) artikel diakses pada 28 Maret 2016 dari www.kemenkeu.go.id/odel/14693/
4
Setiap instrumen investasi pasti menawarkan keuntungan,
demikian pula obligasi syariah atau sukuk. Tingkat hasil (rate of return)
obligasi syariah sama dengan tingkat hasil obligasi konvensional. Yield
obligasi syariah merupakan pendapatan keuntungan atas investasi yang
diterima investor dan cenderung bersifat tidak tetap. Atas investasi yang
diterima dan cenderung bersifat tidak tetap. Ada beberapa ukuran yield
yang digunakan investor. Masing-masing yield tersebut mengukur tingkat
return obligasi dari sudut pandang berbeda. Salah satu ukuran yield yang
saat ini banyak digunakan adalah yield to maturity. Yield to maturity
adalah tingkat return majemuk yang akan diterima investor jika membeli
obligasi pada harga pasar saat ini dan menahan obligasi tersebut hingga
jatuh tempo.
Investor selalu menanyakan yield yang akan diperolehnya bila
membeli obligasi dengan harga tertentu. Hubungan negatif antara harga
dan yield obligasi memiliki arti jika yield obligasi mengalami peningkatan,
harga obligasi mengalami penurunan.9 Perubahan rate of return (yield)
sukuk yang diperoleh investor berpengaruh pada harga pasar obligasi. Oleh
karena itu investor dan emiten harus selalu memperhatikan fluktuasi harga
sukuk dan faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan yield sukuk.
Beberapa penelitian yang memprediksi penentuan yield to maturity
pernah dilakukan oleh Maria Immacullata (2006), Budhi Arta Surya
(2011), Nanik Indarsih (2013), Anang Aulia Rahman dan Sam’ani
9 Adler Haymans Manurung, Dasar-Dasar Investasi Obligasi (Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, 2006),h.30.
5
(2013), Ni Wayan Linda dan Nyoman Abundanti (2015). Penelitian
tersebut dikhususkan memprediksi yield to maturity obligasi korporasi dan
obligasi negara. Penelitian mengenai faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap yield to maturity pada sukuk korporasi belum banyak dilakukan
di Indonesia.
Penelitian Maria Immacullata (2006) pertumbuhan berpengaruh
negatif terhadap yield obligasi. Perusahaan dengan pertumbuhan yang
cepat biasanya mengandalkan modal eksternal. Perusahaan cenderung
menggunakan utang dibanding saham karena biaya emisi saham lebih
besar dibanding emisi obligasi.10 Sedangkan penelitian Budhi Arta Surya
(2011) terdapat pengaruh searah SBI, exchange rate, dan DER terhadap
yield obligasi korporasi. Dalam penelitian Ni Wayan Linda dan Nyoman
Abundanti (2015) ada beberapa variabel yang berpengaruh terhadap yield
to maturity yaitu inflasi, BI rate, umur obligasi, dan peringkat obligasi 11
Dari penelitian terdahulu diatas, terdapat keragaman argumentasi
faktor-faktor yang mempengaruhi yield obligasi. Sehingga berdasarkan
latar belakang diatas, penelitian ini berjudul “Pengaruh Pertumbuhan
Perusahaan, Debt to Equity dan Rating Terhadap Yield to Maturity
Sukuk Korporasi Outstanding di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-
2015”.
B. Identifikasi Masalah
10 Agnes Sawir, Kebijakan Pendanaan dan Restrukturiasai Perusahaan. (Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2004) ,h.122. 11 Ni Wayan Linda Naluritha Sari dan Nyoman Abundanti, “Variabel-Variabel Yang
Mempengaruhi Yield Obligasi Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia” . E-Jurnal Manajemen Unud, Vol 4, No. 11, (2015, h. i.
6
Permasalahan yang dihadapi oleh pelaku pasar dalam pasar
sekunder adalah kurangnya likuiditas perdagangan sukuk di pasar
sekunder. Hal ini disebabkan oleh kecenderungan pemegang sukuk untuk
melakukan hold to maturity atas sukuk yang dimilikinya. Sementara itu,
dari sisi penerbit sukuk terhadap kekhawatiran tidak terserapnya sukuk
oleh pasar.12 Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk mendorong
pertumbuhan pangsa pasar sukuk korporasi adalah dengan mendorong
penerbitan sukuk oleh BUMN dan anak perusahaan BUMN.13 Penerbitan
sukuk oleh perusahaan yang dinilai masih kurang dan masyarakat yang
tidak tertarik dengan investasi sukuk menjadi fokus dari penelitian ini.
Ada dua unsur yang selalu melekat pada setiap investasi, yaitu
hasil (return) dan risiko (risk). Dua unsur ini selalu mempunyai hubungan
searah, semakin tinggi risiko investasi semakin besar peluang hasil yang
diperoleh, begitu pula sebaliknya. Umumnya tidak ada satu pun instrumen
investasi dalam bentuk tabungan dengan bunga tetap, tetapi memiliki
risiko minimal, yaitu turunnya daya beli tabungan tersebut akibat adanya
inflasi, nilai tukar tidak seimbang dengan return yang diperoleh dari
investasi tersebut.14 Calon investor tertarik dengan return atas suatu
produk investasi, dalam sukuk, ukuran return terdapat pada yield. Yield
sukuk merupakan ukuran return yang akan diterima investor obligasi.
12 Direktorat Pasar Modal Syariah, Otoritas Jasa Keuangan, Roadmap Pasar Modal
Syariah 2015-2019 (Jakarta:Otoritas Jasa Keuangan, 2015), h. 66. 13 Direktorat Pasar Modal Syariah, Otoritas Jasa Keuangan, Roadmap Pasar Modal
Syariah 2015-2019,. h. 86. 14 Abdul Mannan, Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Investasi di Pasar Modal
Syariah (Jakarta: Prenada Media Group, 2009) h.197.
7
Yield cenderung bersifat tidak tetap tergantung tingkat return yang
diisyaratkan investor. Risiko dan benefit investasi sukuk bisa dilihat dari
yield. Benefit performa tingkat pengembalian yang lebih tinggi pada
investasi di sukuk korporasi, dengan adanya tingkat yield yang tinggi dan
hasil investasi ulang atas kupon yang didapat setiap tiga bulan. Investor
tidak dapat dipisahkan dengan harapan untuk mendapatkan keuntungan
yang diharapkan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, tetapi selalu
penuh dengan kepastian. Oleh karena itu, seorang investor harus membuat
perkiraan dan prediksi yang tepat dalam perencanaannya. Untuk membuat
prediksi yang tepat seorang investor perlu pengetahuan tertentu untuk
menganalisis data-data ekonomi keuangan masa sekarang dan masa yang
akan datang. Atas dasar keputusan investasi yang penuh dengan
ketidakpastian ini dan belum tentu sesuai dengan keinginan yang
diharapkan, maka sering menimbulkan risiko yang dialami oleh seorang
investor dalam berinvestasi. Bagi seorang investor yang bermaksud
menanamkan modalnya pada setiap instrument investasi, harus
mengetahui benar tentang risiko dalam berinvestasi, ia harus bisa
menguasai manajemen risiko ini.15
Sukuk yang lebih berisiko gagal bayar adalah sukuk yang memiliki
rating rendah (risiko kredit). Obligasi dengan yield yang tinggi akan
semakin berkurang likuiditasnya di pasar, dibandingkan dengan obligasi
yang memiliki rating tinggi, tergantung dari kondisi emiten dan kondisi
15 Abdul Mannan, Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Investasi di Pasar Modal
Syariah ,. h. 198.
8
ekonomi saat itu (risiko likuiditas). Pada masa resesi harga obligasi
dengan yield tinggi akan lebih jatuh dibandingkan obligasi yang memiliki
rating tinggi (risiko faktor ekonomi). Jika pengelolaan aktiva dibiayai oleh
hutang baik/efisien. Juga pengelolaan modal ke berbagai pos dinilai baik,
yield sukuk dinilai menguntungkan bagi investor dan emiten, maka
efisiensi pengelolaan keuangan perusahaan akan terpenuhi.
C. Pembatasan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka pembahasan masalah pada
penelitian ini dibatasi pada:
1. Penelitian ini dilakukan pada obligasi syariah atau sukuk
korporasi yang masih beredar periode Desember 2013 hingga
November 2015.
2. Menggunakan tiga tahun periode waktu penelitian (2013-2015)
3. Variabel independen dalam penelitian ini terdiri pertumbuhan
perusahaan, debt to equity, dan rating sukuk.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada pembatasan masalah diatas, maka masalah yang
akan dibahas adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh pertumbuhan perusahaan, debt to equity, dan
rating sukuk terhadap Yield to maturity pada sukuk korporasi
outstanding di Bursa Efek Indonesia?
2. Apakah pertumbuhan perusahaan, debt to equity, dan rating sukuk
secara simultan berpengaruh signifikan terhadap yield to maturity?
9
3. Apakah pertumbuhan perusahaan, debt to equity, dan rating sukuk
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap yield to maturity?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui dan menganalisis pengaruh
pertumbuhan perusahaan, debt to equity, dan rating sukuk terhadap yield
to maturity sukuk korporasi outstanding periode Desember 2013 hingga
November 2015 di Bursa Efek Indonesia.
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan ada manfaat yang
diambil bagi semua pihak yang berkepentingan. Adapun manfaat yang
diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. bagi penulis; memperdalam pengetahuan mengenai produk
sukuk, serta melatih diri dalam bidang penelitian, pengamatan,
dan membuat perbandingan antara teori yang didapat dengan
praktek yang ada di lapangan
2. bagi investor sukuk; hasil-hasil analisis dari penelitian ini
memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi yield sukuk.
3. Bagi industri keuangan syariah; hasil-hasil analisis dari
penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan untuk
mengembangkan dan menginovasi sukuk sebagai produk
investasi syariah
4. Bagi masyarakat luas; hasil-hasil analisis penelitian ini
diharapkan menjadi bahan pertimbangan berinvestasi di sukuk
10
5. bagi akademik; penelitian ini secara akademik dapat
memperkaya khasanah kepustakaan. bagi pihak-pihak yang
mengadakan penelitian terkait sukuk.
F. Review Studi Terdahulu
Maria Immaculatta Mitha Dewi Restuti (2006) Pengaruh
Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Peringkat Dan Yield Obligasi. 16
Penelitian ini bertujuan menguji: 1. Apakah pertumbuhan perusahaan
berpengaruh negatif terhadap rating obligasi 2. Apakah pertumbhan
perusahaan berpengaruh negatif terhadap yield obligasi. Pertumbuhan
perusahaan diperkirakan mempengaruhi rating dan yield obligasi. Menurut
teori perputaran pertumbuhan, terdapat perbedaan aktifitas sepanjang
pertumbuhan perusahaan, dan aktifitas juga merefleksi perbedaan aktifitas
keuangan perusahaan. Perbedaan aktifitas keuangan memberikan dampak
terhadap tingkat risiko kegagalan perusahaan. Risiko kegagalan ini
direfleksikan dalam rating obligasi. Risiko kegagalan yang tinggi
merefleksikan rating obligasi yang rendah, dan sebaliknya, akan
menawarkan yield yang lebih tinggi. Penelitian ini menggunakan obligasi
yang terdaftar di Bursa Efek Surabaya tahun 200-2004, khususnya obligasi
dengan kupon fixed rate dan diperingkat oleh PT PEFINDO. Teknik
analisis dengan regresi dan generalized least squares. Variabel control
adalah: rating, leverage, profitability, dan ukuran perusahaan. Secara
16 Maria Immalacuta Mitha Dewi Restuti. “Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Peringkat Dan Yield Obligasi” (Jurnal UPH Business School,2006),h. 1.
11
menyeluruh, hasil analisis penelitian ini adalah: 1. Pertumbuhan
perusahaan berpengaruh positif terhadap rating obligasi, pertumbuhan
perusahaan memiliki harapan untuk tumbuh dan menciptakan keuntungan,
yang memungkinkan mereka untuk membayar kupon sampai jatuh tempo
obligasi, dimana kondisi ini menguntungkan bagi kreditur. 2. Pertumbuhan
perusahaan berpengaruh negatif terhadap yield obligasi. yield obligasi
rendah, peringkat obligasi tinggi, maka risiko kegagalan rendah,
begitupula sebaliknya.
Yuinar Laeli Nur Faizah, Eko Suyono, dan Wita Ramadhani
(2014) Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Size dan Leverage Perusahaan
Terhadap Yield Obligasi Dengan Peringkat Obligasi Sebagai Variabel
Intervening. 17 Penelitian ini bertujuan mendapatkan bukti empiris antara
pengaruh profitabilitas, likuiditas, size dan leverage perusahaan terhadap
yield obligasi dengan peringkat obligasi sebagai variabel intervening.
Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan tercatat di Bursa Efek
Indonesia periode 2008-2012 yang menerbitkan obligasi periode 2009-
2013. Analisis menggunakan path test. Pertama menguji pengaruh
profitabilitas, likuiditas, size dan leverage pada yield obligasi. Uji Sobel
digunakan untuk menguji mediasi/efek intervensi. Tes pertama
menunjukkan profitabilitas dan size berpengaruh positif signifikan pada
peringkat obligasi, sedangkan likuiditas berpengaruh negatif signifikan,
17 Yuinar Laeli Nur Faizah dkk, Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Size dan Leverage
Perusahaan Terhadap Yield Obligasi Dengan Peringkat Obligasi Sebagai Variabel Intervening (Jurnal, Universitas Jenderal Soedirman, 2014),h. i
12
leverage tidak berpengaruh pada peringkat rating. Uji kedua menunjukkan
profitabilitas, likuiditas, size, leverage, dan peringkat obligasi tidak
berpengaruh pada yield obligasi. Selain itu, uji sobel menunjukkan bahwa
rating obligasi tidak menengahi pengaruh profitabilitas, likuiditas, size,
dan leverage pada yield obligasi.
Ni Wayan Linda Naluritha Sari dan Nyoman Abundanti (2015)
Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi Yield Obligasi Pada Perusahaan
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. 18 Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui signifikansi pengaruh inflasi, tingkat sukuk bunga, umur
obligasi, peringkat obligasi, pertumbuhan perusahaan, dan profitabilitas
terhadap yield obligasi korporasi pada perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode 2011-2013. Jumlah sampel penelitian sebanyak 18
perusahaan dengan total obligasi sebanyak 60 obligasi. Hasil penelitian
menemukan bahwa inflasi dan peringkat obligasi berpengaruh negatif
signifikan terhadap yield obligasi. Sebaliknya, tingkat suku bunga dan
umur obligasi berpengaruh positif signifikan terhadap Yield obligasi dan
untuk variabel pertumbuhan perusahaan dan profitabilitas berpengaruh
negatif tidak signifikan terhadap yield obligasi. Periode penelitian yang
dilakukan penulis adalah 2013-2015. Sedangkan populasi penelitian
penulis adalah sukuk korporasi outstanding di Bursa Efek Indonesia
sebelum November 2015.
18 Ni Wayan Linda Naluritha Sari dan Nyoman Abundanti, “Variabel-Variabel Yang
Mempengaruhi Yield Obligasi Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia” (Jurnal, Universitas Udayana, 2015),h. 3796.
13
Hadiasman Ibrahim (2008) Pengaruh Tingkat Suku Bunga,
Peringkat Obligasi, Ukuran Perusahaan, Dan DER Terhadap Yield to
Maturity Obligasi Korporasi Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004-2006. 19
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis
pengaruh tingkat sukuk bunga, peringkat obligasi, ukuran perusahaan dan
DER terhadap Yield obligasi. Periode penelitian tiga tahun yaitu 2004-
2006, dimana pada tahun tersebut diperoleh jumlah sampel 22 obligasi
korporasi. Hasil analisis menemukan bahwa tingkat sukuk bunga
berpengaruh positif signifikan terhadap Yield obligasi. Peringkat obligasi
berpengaruh negatif signifikan terhadap Yield obligasi. Ukuran
perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap Yield obligasi. DER
berpengaruh positif signifikan terhadap Yield obligasi.
Riska Ayu Hapsari (2013) Kajian Yield to Maturity (YTM)
Obligasi Pada Perusahaan Korporasi.20Tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui pengaruh GCG, ukuran perusahaan, DER terhadap Yield to
Maturity Obligasi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
purposive sampling dan diperoleh sampel sebanyak 41 perusahaan.
Kriteria pemilihan sampel adalah perusahaan korporasi yang masuk
peringkat CGPI, perusahaan korporasi yang tidak termasuk dalam industri
perbankan, keuangan, dan asuransi, perusahaan korporasi yang
19 Hadiasman Ibrahim, Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Peringkat Obligasi, Ukuran
Perusahaan Dan DER Terhadap Yield to maturity Obligasi Korporasi Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2004-2006 (Tesis, Universitas Diponegoro, 2008),h. 1.
20 Riska Ayu Hapsari, “Kajian Yield to Maturity (YTM) Obligasi Pada Perusahaan Korporasi”, (Accounting Analysis Journal AAJ 2(1), 2013).,h. 74-76.
14
mengeluarkan laporan keuangan lengkap dan beredar 1 Januari 2006
sampai 31 Desember 2010. Hasil penelitian menunjukkan GCG tidak
berpengaruh signifikan terhadap Yield to Maturity, sedangkan Ukuran
Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Yield to Maturity obligasi.
G. Hipotesis
Untuk membuktikan secara empiris analisis pengaruh pertumbuhan
perusahaan, debt to equity, dan rating sukuk terhadap yield to maturity,
maka perlu rumusan hipotesis. Pengujian hipotesis yang diuji pada
penelitian terbagi menjadi pengujian secara simultan dan parsial.
Pengujian hipotesis secara simultan (uji F) dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Ho : β1, β2, β3, β4, β5 = 0 variabel independen pertumbuhan
perusahaan, debt to equity, dan rating sukuk secara simultan
tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen yield
to maturity
b. Ha: β1, β2, β3, β4, β5 ≠ 0 variabel independen pertumbuhan
perusahaan, debt to equity, dan rating sukuk secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen yield to
maturity
Sedangkan pengujian secara parsial (uji t) dapat dijelaskan sebagai
berikut:
15
a. Ho : β1 = 0 variabel independen pertumbuhan
perusahaan secara individual tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen yield to maturity
Ha: β1 ≠ 0 variabel independen pertumbuhan
perusahaan secara individual berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen yield to maturity
b. Ho: β2 = 0 variabel independen debt to equity secara
individual tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen yield to maturity
Ha: β2 ≠ 0 variabel independen debt to equity
perusahaan secara individual berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen yield to maturity
c. Ho: β3 = 0 variabel independen rating sukuk secara
individual tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen yield to maturity
Ho: β3 ≠ 0 variabel independen rating sukuk secara
individual berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen
yield to maturity.
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sukuk
Obligasi syariah atau sukuk adalah suatu surat berharga jangka panjang
berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan oleh emiten kepada
investor (pemegang obligasi) yang mewajibkan emiten untuk membayar
pendapatan kepada investor berupa bagi hasil/marjin/fee serta membayar
kembali dana investasi pada saat jatuh tempo.21 Sukuk adalah sertifikat
dengan nilai yang sama dengan bagian atau seluruhnya dari kepemilikan
harta berwujud, untuk mendapatkan hasil dan jasa di dalam kepemilikan
aset dari proyek tertentu atau aktivitas investasi khusus, sertifikat ini
berlaku setelah menerima nilai sukuk, di saat jatuh tempo dengan
menerima dana seutuhnya sesuai dengan tujuan sukuk tersebut.22
Islamic Financial Services Board (IFSB-2) mendefinisikan sukuk:
“Sertifikat yang mewakili pemegang proporsional kepemilikan yang
terbagi dalam asset yang mendasari, dimana pemegang diasumsikan
mendapatkan semua hak dan kewajiban atas asset tersebut”. Pasar sukuk
adalah salah satu segmen yang paling cepat berkembang di pasar modal
syariah (pasar pendanaan langsung). Biasanya diartikan sebagai obligasi
Islam pasar instrumen utang yang paling aktif (selain pasar saham
21 DSN-MUI, Fatwa Nomor 32/DSN-MUI/XI/2002 tentang Obligasi Syariah. (Jakarta:
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, 2002),h. 1. 22 The Accounting and Auditing Organization for Islamic Institutions, Sharia Standards
No. 17 (Bahrain: AAOIFI, 2003), h. 297.
17
syariah). Pasar sukuk menyediakan banyak alternatif pendanaan bagi
entitas korporasi dan pemerintah disamping pendanaan bank. Manfaat
sukuk: nilai pendanaan lebih besar dan memberikan likuiditas untuk
investor seperti yang didapatkan dalam perdagangan pasar sekunder.23
Sukuk harus mematuhi prinsip-prinsip syariah yang mendasar,
seperti:24
a. dana harus digunakan untuk aktivitas yang sesuai syariah (halal),
b. pendanaan dapat digunakan untuk membiayai keperluan seperti
asset berwujud, aset penting karena sukuk tidak seperti obligasi
konvensional yang tidak dapat dignakan untuk keuangan umum
perusahaan penerbit,
c. penghasilan yang diterima dari pemegang sukuk (investor) harus
berasal dari arus kas yang di underlying,
d. pemegang sukuk memiliki hak kepemilikan underlying asset dan
arus kas,
e. jelas dan transparan pada spesifikasi hak dan kewajiban bagi
semua pihak dalam bertransaksi, khususnya pemegang sukuk
(investor),
f. tidak ada kepastian pengembalian.
23 Centre Banking Studies, Central Bank of Sri Lanka, Sukuk: Shariah Guidelines for
Islamic Bonds”, Islamic Banking Operations and Regulatory Framework Workshop 24-26 January 2012 (Sri Lanka: Centre Banking Studies, 2012).,h. 4.
24 Centre Banking Studies, Central Bank of Sri Lanka, Sukuk: Shariah Guidelines for Islamic Bonds”, Islamic Banking Operations and Regulatory Framework Workshop ,h..8.
18
Pakar syariah telah menyetujui bahwa sukuk dapat dijual dan dibeli
kecuali sukuk Salam dan sukuk al-Murabahah.
NO
AAOIFI (Shariah Standard No 17
para 3/2/15) pada sukuk murabahah:
- sukuk diakui,
- dapat diperdagangkan setelah
membeli aset dan belum
menjual kepada pembeli,
- tidak dapat diperdagangkan
setelah pengiriman aset kepada
pembeli,
- alasan: hal ini dianggap
sebagai aset keuangan
(piutang) pada penjualan utang
(Bay al’Dayn).
YES
Shariah Advisory Council of Securities
Commision, Malaysia:
- dapat dijual di diskon dalam
perdagangan sekuritas,
- Bay al-dayn diadopsi
berdasarkan pandangan
sebagian ulama (Maliki dan
Syafii) dengan kondisi dan
syarat tertentu,
- di pasar modal, kondisi
peraturan transparan dapat
melindungi kepentingan para
pelaku pasar.25
Sifat-sifat umum dari sukuk di bawah ini memperlihatkan bahwa sukuk
cukup memiliki kualitas yang sama dengan semua pasar lain yang
berorientasi aset keuangan konvensional, termasuk hal-hal berikut ini:26
25 Centre Banking Studies, Central Bank of Sri Lanka, Sukuk: Shariah Guidelines for
Islamic Bonds”, Islamic Banking Operations and Regulatory Framework Workshop ,h.. 26. 26 Abdul Manan, Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Investasi di Pasar Modal
Syariah Indonesia (Jakarta: Kencana, 2009), h. 141-142.
19
a.Dapat
diperdagangkan
:Sukuk mewakili pihak pemilik aktual dari aset
yang jelas, manfaat aset atau kegiatan bisnis
dan juga dapat diperdagangkan pada harga
pasar.
b.Dapat
diperingkat
:Sukuk dapat diperingkat dengan mudah oleh
Agen Pemberi Peringkat Regional dan
Internasional.
c.Dapat ditambah :Sebagai tambahan terhadap aset utama atau
kegiatan bisnis, sukuk dapat dijamin dengan
bentuk kolateral berlandaskan syariah lainnya.
d.Fleksibilitas
hukum
:Sukuk dapat distruktur dan ditawarkan secara
nasional dan global dengan pajak berbeda.
e.Dapat ditebus :Struktur sukuk diperbolehkan untuk
kepentingan penebusan.
20
Tabel 2.1.1
Perbandingan Karakteristik Sukuk dan Obligasi27
Deskripsi Sukuk Obligasi
Penerbit Pemerintah, korporasi Pemerintah, korporasi
Sifat instrumen Sertifikat kepemilikan/
penyertaan atas suatu
asset
Instrumen pengakuan
utang
Penghasilan Imbalan, bagi hasil,
margin
Bunga/kupon, capital
gain
Jangka waktu Pendek-Menengah Menengah-Panjang
Underlying
aset
Diperlukan Tidak diperlukan
Pihak yang
terkait
Obligor, SPV, investor,
trustee
Obligor/issuer, investor
Price Market Price Market price
Investor Islami, konvensional Konvensional
Pembayaran
Pokok
Bullet atau amortisasi Bullet atau amortisasi
Penggunaan
hasil penerbitan
Harus sesuai syariah Bebas
Sumber: Direktorat Kebijakan Pembiayaan Syariah, www.dmo.ord.id dalam
penelitian yang dilakukan Aam Rusydiana (2012).
27 Devi Dwi Kurniawati, “Analisis Perkembangan Sukuk (Obligasi Syariah) Dan
Dampaknya Bagi Pasar Modal Syariah”, Jurnal (2013), h. 7.
21
Manfaat yang didapatkan calon emiten jika menerbitkan obligasi:28
a. obligasi akan mengurangi beban pajak,sehingga akan meningkatkan
EPS yang pada gilirannya akan meningkatkan kemakmuran pemegang
saham;
b. dapat memperoleh dana yang relatif besar dan diterima sekaligus
(tidak dengan termin-termin);
c. proses relatif mudah;
d. dengan adanya keterbukaan berarti juga mengharuskan adanya
peningkatan profesionalisme;
e. emiten akan lebih dikenal masyarakat
f. obligasi merupakan sumber pembiayaan jangka panjang bagi
perusahaan, dengan jangka waktu sekurang-kurangnya tiga tahun;
g. bisa menggunakan jasa penanggung (guarantor) apabila debt to
equity ratio (DER) emiten tinggi;
h. pembayaran tingkat bunga dapat dilakukan berdasarkan tingkat
bunga tetap atau dengan tingkat bunga mengambang.
1. Yield to Maturity
Pendapatan atau imbal hasil atau return yang akan diperoleh
dari investasi sukuk dinyatakan sebagai yield, yaitu hasil yang akan
diperoleh investor apabila menempatkan dananya untuk membeli
sukuk. Sebelum memutuskan untuk berinvestasi sukuk, investor
harus mempertimbangkan besarnya yield, sebagai faktor pengukur
28 Sawidji Widiatmodjo, Jurus Jitu Go Public (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2004) ,h.118-119.
22
tingkat pengembalian tahunan yang akan diterima.29 Fee sukuk bisa
diartikan sebagai harga atau imbalan yang dibayarkan oleh pihak
yang meminjam dana, dalam hal ini emiten (penerbit) sukuk,
kepada pihak yang memberikan pinjaman dana, atau investor
sukuk, sebagai kompensasi atas kesediaan investor meminjamkan
dananya bagi perusahaan emiten . Fee sukuk ijarah atau dalam
obligasi konvensional disebut bunga obligasi (coupon interest rate)
biasanya sudah ditentukan besarnya pada saat sukuk diterbitkan
oleh emiten, dan biasanya akan tetap hingga sukuk tersebut jatuh
tempo.30
Sedangkan yield sukuk sama dengan yield obligasi yang
merupakan pendapatan keuntungan atas investasi yang diterima
investor, yang cenderung bersifat tidak tetap. Yield obligasi tidak
bersifat tetap, sebagaimana layaknya bunga (kupon) obligasi
karena yield obligasi akan sangat terkait dengan tingkat return
yang disyaratkan investor. Yield penting bagi investor karena
menunjukkan besarnya pendapatan yang dihasilkan oleh suatu
obligasi, juga sebagai tingkat hasil (rate of return) yang biasanya
ditampilkan dalam persentase per tahun. Yield dihitung dari jumlah
29 Agus Arijanto, Dosa-Dosa Orangtua terhadap Anak dalam Hal Finansial (Jakarta:PT.
Elex Media Komputindo, 2010).,h.186. 30 Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi Edisi Pertama (Yogyakarta: Penerbit
Kanisius, 2010),h. 257.
23
bunga yang dibayarkan kepada suatu obligasi dibagi dengan harga
obligasi tersebut.31
Dalam hubungan emiten dan investor, tingkat bagi hasil sukuk
dipengaruhi oleh besarnya permintaan dan penawaran atas dana
yang akan diinvestasikan dalam sukuk, sehingga tingkat bagi hasil
sukuk bisa berbeda-beda dan berubah tergantung pada dua faktor:
waktu jatuh temponya suatu sukuk dan premi risiko sukuk. Suatu
obligasi syariah mempunyai waktu jatuh tempo yang berbeda, akan
mempunyai kepekaan yield yang berbeda pula. Sedangkan premi
risiko terkait dengan premi yang diminta oleh peminjam sebagai
kompensasi atas risiko sukuk yang ditanggungnya.32 Harga dan
yield sukuk merupakan dua variabel penting dalam transaksi sukuk
bagi investor. Investor selalu menanyatakan yield yang akan
diperolehnya bila membeli sukuk dengan harga tertentu. Harga dan
yield tersebut saling berhubungan, dan hubungan tersebut tampak
terbalik atau negatif. Posisi negatif itu memberikan arti bahwa
yield mengalami peningkatan sedangkan harga sukuk mengalami
penurunan dan sebaliknya.33
31 Hendy M. Fakhruddin, Istilah Pasar Modal A-Z (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo,
2009), h.214. 32 Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi Edisi Pertama ,h. 257. 33 Adler Haymans Manurung, Dasar-Dasar Investasi Obligasi (Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, 2006), h. 30.
24
Teori yang berhubungan dengan penentuan harga obligasi sebagai
berikut:34
a. jika pasar obligasi naik, maka yield pasti akan turun, demikian
juga sebaliknya;
b. jika yield obligasi tidak berubah sepanjang masa berlakunya,
maka besar diskon atau premiumnya akan menurun jika
jangkanya semakin pendek. Akhirnya premium atau diskon
obligasi akan hilang sepenuhnya pada saat jatuh tempo;
c. penurunan yield obligasi akan menaikkan harga obligasi
dengan jumlah yang lebih besar dibanding dengan penurunan
harga obligasi akibat meningkatnya yield obligasi (dengan
tingkat peningkatan yield sama dengan tingkat penurunan
yield)
d. presentase perubahan harga obligasi yang disebabkan oleh
perubahan yield akan semakin kecil jika tingkat bunga
kuponnya lebih tinggi (tapi tidak berlaku untuk obligasi dengan
jangka waktu satu tahun.).
Ada beberapa ukuran yield yang digunakan investor. Masing-
masing yield tersebut mengukur tingkat return obligasi dari sudut
pandang yang berbeda. Ukuran yang lebih baik dan lebih popular
di kalangan pelaku pasar obligasi adalah apa yang disebut yield to
maturity (YTM), yakni tingkat hasil yang akan pemodal peroleh
34 Zaima Mufarini, “Perbandingan Kinerja Obligasi Korporasi antara Konvensional dan
Syariah Ijarah” (Tesis Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008), h. 39.
25
jika membeli sebuah obligasipada harga pasar dan memegangnya
sampai jatuh tempo. Karena dipegang sampai jatuh tempo maka
YTM mempertimbangkan semua arus kas dari obligasi tersebut
mulai dari bunga, bunga dari bunga, pokok, bunga berjalan (kalau
ada) dan capital-gain atau capital loss (kalau obligasi tersebut di
bawah atau di atas nilai nominal).35 Yield to maturity bisa diartikan
sebagai tingkat return majemuk yang akan diterima investor jika
membeli obligasi pada harga pasar saat ini dan menahan obligasi
tersebut hingga jatuh tempo. Yield to maturity saat ini merupakan
ukuran yield yang banyak digunakan karena yield tersebut
mencerminkan return dengan tingkat bunga majemuk
(compounded rate of return) yang diharapkan investor jika dua
asumsi yang diisyaratkan bisa terpenuhi, maka Yield to maturity
yang diharapkan akan sama dengan realized yield. Asumsi pertama
adalah bahwa investor akan mempertahankan obligasi tersebut
sampai dengan waktu jatuh tempo. Nilai yang didapat jika asumsi
pertama terpenuhi sering disebut Yield to maturity. Asumsi kedua
adalah investor menginvestasikan kembali pendapatan yang
diperoleh dari obligasi pada tingkat Yield to maturity yang
dihasilkan. Untuk menghitung Yield to maturity digunakan
persamaan berikut:36
35Jaka E. Cahyana, Langkah Taktis Metodis Berinvestasi di Obligasi (Jakarta: PT. elex Media Komputindo, 2004) ,h. 252.
36 Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi Edisi Pertama ,h.259
26
Dalam hal ini:
P = harga obligasi pada saat ini (t = 0)
n = jumlah tahun sampai dengan jatuh tempo obligasi
Ci = pembayaran kupon untuk obligasi I setiap tahunnya
YTM = yield to maturity
Pp = nilai par dari obligasi
Yield to maturity digunakan dengan memperhitungkan sisa
maturity obligasi yang harus dijalani. Sebelum maturity tiba, kurs
obligasi dapat berada di atas pari (di atas nilai nominal) atau di atas
100 atau di bawah pari (di bawah nilai nominal) atau di bawah 100.
Pada saat jatuh tempo krus obligasi sama dengan 100 karena
emiten akan membayar sebesar nilai nominal.37
Menghitung YTM obligasi, khususnya yang tenornya
panjang, sangat sulit. Pertama karena jumlah arus kas lebih banyak,
kedua, pendapatan dari reinvestasi juga sulit dihitung, oleh karena
itu perhitungan YTM umumnya menggunakan asumsi bahwa
bunga reinvestasi sama dengan bunga obligasi dan berlaku
sepanjang tenor, suatu kondisi yang kemungkinannya kecil.
Sehingga yang terjadi adalah bahwa YTM hanyalah sebuah tingkat
hasil yang sifatya teoritis. Tetapi di balik kekurangtepatan
37 Mohamad Samsul, Pasar Modal dan Manajemen Portofolio (Surabaya: PT. Gelora
Aksara Pratama. 2006) ,h.231.
27
pengukuran, YTM berguna bagi pemodal untuk membandingkan
hasil yang tersirat dalam beberapa obligasi yang harganya berbeda
atau untuk menentukan harga wajar beberapa obligasi dengan yield
yang sama. Dalam praktek, penghitungan YTM sebuah obligasi
bias dilakukan dengan kalkulator obligasi. Beberapa penyedia
informasi real-time, seperti Reuter melakukan penghitungan ini
sehingga pemodal bisa langsung melihatnya.38
2. Rating
Investasi tidak bisa dipisahkan dari risiko. Hubungan
keduanya adalah searah. Semakin tinggi imbal hasil yang
ditawarkan suatu investasi, semakin tinggi pula risiko yang harus
diterima investor. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah
imbal hasil yang diberikan suatu investasi, semakin rendah pula
risikonya. Risiko terdiri dari tiga kategori, yaitu rendah, sedang,
dan tinggi. Tidak ada kata sepakat untuk menilai suatu investasi
berisiko tinggi atau rendah. Sebab risiko ini amat relatif bagi
masing-masing orang. Ada orang yang berani menghadapi risiko
tinggi (disebut risk taker), tapi ada pula orang yang kecil nyalinya
bila harus menanggung risiko (disebut risk averter). Namun
demikian untuk menentukan apakah suatu risiko dikategorikan
tinggi atau rendah bagi seseorang, bisa dilakukan dengan tes
sensitivitas menghadapi risiko.
38Jaka E. Cahyana, Langkah Taktis Metodis Berinvestasi di Obligasi ,h. 252
28
Selain itu, untuk investor obligasi bisa melihat tinggi
rendahnya risiko investasi dari rating obligasi . rating ini dibuat
oleh perusahaan pemeringkat.39 Penilaian ini ditentukan melalui
kode tertentu, sesai dengan tradisi yang dimiliki masing-masing
lembaga pemeringkat.40 Kelayakan instrumen keuangan yang
diperdagangkan pada publik seringkali dinilai berdasarkan
peringkat kredit yang diberikan oeh agensi pemberi peringkat
investasi. Agensi terbesar adalah Moody’s and Standard and
Poors. Perusahaan penerbit melakukan perjanjian dengan agensi
untuk mengevaluasi kualitas obligasi yang diterbitkan dan juga
memperbaharui peringkat obligasi.Untuk jasa yang diterima ini,
perusahaan penerbit melakukan pembayaran. Di samping
menerima bayaran dari perusahaan penerbit surat berharga, agensi
juga membebankan biaya kepada pelanggan (pembaca) peringkat
tersebut. 41 Peringkat atas efek utang jangka panjang (PT.
Pefindo)42
Rating Keterangan
idAAA Kemampuan obligor yang superior
Mampu memenuhi kewajiban jangka panjangnya
39 Sawidji Widiatmodjo, Professional Investing (Jakarta: PT Elex Media Komputindo,
2008),h. 57-58. 40 Sawidji Widiatmodjo, Jurus Jitu Go Public ,h. 112. 41 James C. Van Horne dan John M. Wachowicz, Jr. Prinsip-Prinsip Manajemen
Keuangan (Jakarta: Salemba Empat, 1998),h. 950. 42 Sapto Rahardjo, Panduan Investasi Obligasi (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
2008), h. 105.
29
idAA Sedikit dibawah peringkat tertinggi
Kemampuan obligor sangat kuat
idA Kemampuan obligor yang kuat
Cukup peka terhadap perubahan yang merugikan
idBBB Kemampuan obligor yang memadai
Kemampuan dapat diperlemah oleh perubahan
yang merugikan
idBB Kemampuan obligor agak lemah
Terpengaruh oleh perubahan lingkungan bisnis
dan ekonomi.
idB Perlindungan sangat lemah
Obligor masih memiliki kemampuan membayar
kewajiban
Perubahan lingkungan dapat memperburuk
kinerja pembayarannya
idCCC Obligor tidak mampu lagi memenuhi
kewajibannya
Bergantung pada perubahan lingkungan eksternal
idD Obligasi ini macet
Emiten sudah berhenti usaha
Sumber: Pefindo
Peringkat obligasi dibuat untuk memberikan informasi
kepada para investor apakah investasi mereka terutama dalam
30
bentuk obligasi merupakan investasi berisiko atau tidak. Peringkat
tersebut dikeluarkan biasanya oleh perusahaan pemeringkat
independen. Untuk perusahaan lokal kita mengenal PEFINDO.
Peringkat atas efek utang yang dilakukan oleh Pefindo didasarkan
beberapa pertimbangan, yaitu:43
a. kemungkinan pelunasan pembayaran, yaitu
penilaian atas kapasitas serta kemampuan obligor
dalam memenuhi kewajiban finansialnya sesuai
dengan yang diperjanjikan,
b. struktur, karakteristik serta berbagai ketentuan yang
diatur dalam efek utang,
c. perlindungan yang diberikan maupun posisi klaim
dari pemegang efek utang tersebut bila terjadi
pembubaran perseroan dan likuidasi.
Pemodal bisa memperkirakan peluang obligasi mengalami
default. Indikator utama dari risiko ini adalah peringkat (rating)
obligasi yang diterbitkan oleh lembaga pemeringkat.Di Indoensia
dilakukan oleh PT Pefindo dan Kasnik DCR. Hasil peringkat ini
mencerminkan kemampuan obligasi memenuhi kewajibannya.44
,Dalam pemberian peringkat, agensi mengurutkan peringkat surat
berharga berdasarkan kemungkinan kegagalan. Surat berharga
dengan tingkat tertinggi, dinilai tidak memiliki risiko kegagalan,
43 Eko Prio Pratomo dan Ubaidillah Nugraha, Reksadana solusi Perencanaan Investasi di Era Modern (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2000) ,h.161.
44 Jaka E. Cahyana, Langkah Taktis Metodis Berinvestasi Di Obligasi ,h. 280.
31
diberi peringkat AAA. Pemberian peringkat kredit dalam empat
kategori teratas dianggap sebagai kualitas “tingkat investasi”
sedangkan peringkat lainnya digolongkan sebagai “tingkat
spekulatif”. Banyak investor mengandalkan pemberian peringkat
tersebut tanpa melakukan penyelidikan lebih lanjut terhadap risiko
kegagalan.45 Obligasi yang memiliki peringkat dibawah BBB
dikatan sebagai obligasi sampah (junk bond) atau obligasi
spekulatif, atau yang lebih lunak non investment grade. Junk bond
juga sering mengacu pada obligasi tanpa rating. Informasi
mengenai hasil pemeringkatan ada dalam dokumen penawaran
yang disebut info memo atau prospektus.46
B. Keuangan Perusahaan
1. Pertumbuhan
Pertumbuhan dinyatakan sebagai pertumbuhan total aset dimana
pertumbuhan aset masa lalu akan menggambarkan profitabilitas dan
pertumbuhan yang akan datang (Taswan, 2003). Growth adalah
perubahan (penurunan atau peningkatan) total aktiva yang dimiliki
oleh perusahaan. Pertumbuhan aset dihitung sebagai persentase
perubahan asset pada saat tertentu terhadap tahun sebelumnya (Saidi,
2004).47 Pertumbuhan perusahaan sangat terikat dengan kelangsungan
45 James C. Van Horne dan John M. Wachowicz, Jr. Prinsip-Prinsip Manajemen
Keuangan , h.950. 46 Jaka E. Cahyana, Langkah Taktis Metodis Berinvestasi Di Obligasi ,h. 281. 47 Dewa Kadek Oka Kusumajaya, “Pengaruh Struktur Modal dan Pertumbuhan
Perusahaan Terhadap Profitabilitas dan Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”, (Bali: Program Pascasarjana Universitas Udayana, 2011),h.42.
32
bisnis serta profitabilitasnya. Arti pertumbuhan harus didefinisikan
secara luas. Meskipun penelitian pasar atas dampak produk (product
impact market studies–PIMS) telah menunjukkan bahwa pertumbuhan
dalam pangsa pasar berkorelasi dengan profitabilitas, terdapat bentuk-
bentuk pertumbuhan penting lainnya.48 Salah satu cara menghitung
pertumbuhan perusahaan adalah dengan mengambil rata-rata
pertumbuhan perusahaan selama beberapa tahun terakhir, lalu
menggunakannya sebagai acuan rasio pertumbuhan. Ada satu celah
dalam perhitungan growth rate dengan menggunakan rata-rata growth
lima tahun kebelakang.49 Pertumbuhan perusahaan akan berkurang
dengan bertambahnya umur perusahaan ketika ukuran perusahaan
mulai konstan.50 Berikut adalah rumus pertumbuhan perusahaan:
S
e
b
Perusahaan yang menunjukkan pertumbuhan pendapatan dan laba
yang lebih tinggi dari rata-rata industrinya disebut growth company.
Dalam menganalisa pertumbuhan perusahaan, diharuskan mampu
“membedah” laporan keuangan (financial statement) agar dapat
meramalkan keuntungan di masa mendatang jika memutuskan untuk
48 John Pearce dan Richard Robinson, Manajemen Strategis Edisi 10 Buku I (Jakarta:
Penerbit Salemba Empat, 2008),h.35. 49 RH Liembono, Analisis Fundamental (Surabaya: MIC Publishing, 2016),. 67. 50 David S. Evans, “The Relationship Between Firm Growth, Size, and Age: Estimates for
100 Manufacturing Industries”, (Journal of Industrial Economics 35, 1987), h. 671
33
berinvestasi melalui sahamnya. Ketajaman kecenderungan (tren) atas
laba (earning) dan penjualan (sales) adalah kunci ntuk menganalisis
perusahaan yang sedang bertumbuh. Juga menilai kemampuan
manajemen perusahaan dalam mencapai tujuan-tujuan yang sudah
dicanangkan. Dengan menghitung pertumbuhan modal (equity) dan
total aset, tingkat pertumbuhan laba bersih dan dividen, serta rasio
harga-laba (price/earning ratio), akan memudahkan dalam melakukan
analisis pertumbuhan yang diharapkan (expected growth) atas
penjualan, biaya, dan laba perusahaan di masa mendatang.51
Tingkat pertumbuhan terutama bergantung pada tiga hal:
profitabilitas per konsumen, biaya untuk mendapatkan konsumen, dan
pembelian berulang oleh konsumen tetap. Semakin tinggi nilai-nilai
itu, semakin cepatlah perusahaan bertumbuh dan semakin
menguntungkan pula bisnisnya. Itulah faktor-faktor pendorong model
pertumbuhan perusahaan.52 Pertumbuhan perusahaan dapat
dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya yaitu faktor dari luar
perusahaan, dari dalam perusahaan dan dari pengaruh iklim industri
51 Andy Norman Tambunan, Menilai Harga Wajar Saham (Jakarta: Elex Media
Komputindo, 2006),h.25. 52 Eric Ries, The Lean Startup (Yogyakarta: Penerbit Bentang, 2015),h. 104.
34
lokal.53 Variabel yang dapat memprediksi pertumbuhan perusahaan
antara lain54:
a. umur perusahaan,
b. ukuran perusahaan (jumlah karyawan, penjualan
tahunan),
c. sektor industri (dasar teknologi, produksi, service),
d. penggunaan rencana bisnis, adanya bagian
keuangan, gender dan bentuk badan hukum
perusahaan,
e. kategori ukuran perusahaan: mikro, kecil, medium.
Kemampuan manajemen sangat berhubungan dengan tingkat
pertumbuhan perusahaan, kemampuan tersebut ialah:55
a. perusahaan mempekerjakan karyawan dengan
kemampuan spesifik
b. penggunaan perencanaan bisnis. Perencanaan bisnis
adalah wujud dari atribut manajerial seperti
wewenang, keterlibatan manajerial, gaya
kepemimpinan dan komitmen karyawan
53 Dwi Sakti Prastyaningrum, Faktor-Faktor Yang Mempngearuhi Perusahaan Melakukan
Auditor Switching (Surakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2013),h. 5.
54 Agnes Antin Ardhani, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Usaha Dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Perusahaan”, (Tesis Program Pascasarjana Universitas Diponegoro, 2004),h. 33.
55 Barbara J. Orser, Sandy Hogarth Scott, Allan L Riding, “Performance, Firm Size, and Management Problem Solving”, (Journal of small Business Management, 2000),h. 54.
35
c. pengelolaan keuangan internal dan informasi tentang
pembiayaan.
2. Rasio Leverage
Analisis rasio leverage atau disebut juga solvabilitas bertujuan
memberikan gambaran tentang kemampuan perusahaan untuk
memnuhi kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka
panjang.56 Dalam industri perbankan, rasio solvabilitas digunakan
untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-
kewajiban likuidasi. Salah satu rasio leverage adalah rasio kewajiban
atas ekuitas (debt to equity ratio). DER digunakan untuk mengukur
kemampuan bank dalam menutup sebagian atau seluruh utang-
utangnya, baik jangka panjang maupun jangka pendek dengan dana
yang berasal dari modal sendiri.57
Di industri selain perbankan, rasio ini bertujuan untuk melihat
persentase total utang (jangka panjang dan jangka pendek)
dibandingkan dengan modal perusahaan (pemegang saham). Salah
satu rasio yang paling banyak digunakan ialah rasio utang terhadap
ekuitas.
56 Kuswadi, Meningkatkan Laba Melalui Pendekatan Akuntansi Keuangan dan Akuntansi
Biay. (Jakarta: PT. Elexmedia Komputindo, 2005) ,h. 88. 57 Boy Loen dan Sonny Ericson, Manajemen Aktiva Pasiva Bank Devisa (Jakarta:
Penerbit Grasindo, 2007) ,h. 121-122.
36
Besarnya utang yang terdapat dalam struktur modal perusahaan sangat
penting untuk memahami pertimbangan antara risiko dan laba yang
didapat. Utang membawa risiko karena setiap utang pada umumnya
akan menimbulkan keterikatan yang tetap bagi perusahaan berupa
kewajiban untuk membayar beban bunga beserta cicilan kewajiban
pokoknya (principal) secara periodik.58
Perusahaan dengan kewajiban yang terlampau banyak akan
mengalami kesulitan untuk mendapatkan tambahan dana dari luar.
Kewajiban bukan sesuatu yang jelek jika dapat memberikan
keuntungan kepada pemiliknya. Jika kewajiban dimanfaatkan degan
efektif dan laba yang didapat cukup untuk membayar biaya bunga
secara periodik, laba yang diberikan kepada para pemegang saham ini
disebut leverage keuangan. Secara bahasa, leverage berarti pengungkit
(alat ungkit). Jadi, jika diterapkan dalam istilah keuangan, dapat
dikatakan bahwa dengan usaha sedikit akan diperoleh hasil yang
besar. Leverage keuangan tercipta pada waktu laba perusahaan lebih
besar daripada bunga pinjaman yang harus dibayarnya.59
Banyak pendapat mengenai standar besarnya rasio utang terhadap
modal. Beberapa perusahaan berpendapat rasio yang baik ialah satu
banding satu, namun ada juga perusahaan yang meyakini bahwa
58 Kuswadi, Meningkatkan Laba Melalui Pendekatan Akuntansi Keuangan dan Akuntansi
Biaya ,h. 89. 59 Kuswadi, Meningkatkan Laba Melalui Pendekatan Akuntansi Keuangan dan Akuntansi
Biaya ,h. 90.
37
besarnya kewajiban hanya sekitar 35% dari total struktur ekuitas.
Dalam keadaan apapun, perusahaan harus menganalisis bagaimana
aktiva perusahaan telah didanai, dilihat dari sudut keamanan
perusahaan atau persaingan, dan bagaimana mempelajari
kecenderungan struktur ekuitas. Apakah perusahaan secara perlahan-
lahan telah dan masih memindahkan struktur ekuitasnya menuju
struktur yang menitikberatkan pada kewajiban.60
Secara umum dapat dikatakan bahwa semakin tinggi rasio ini maka
kreditor (termasuk bank) semakin besar karena DER tinggi berarti
semakin rendah tingkat keamanan dana yang ditempatkan oleh
kreditur dalam bisnis tersebut. Walaupun demikian, untuk
memperoleh analisis yang lebih tajam, dalam menginterpretasikan
rasio ini, perlu diperhatikan beberapa hal:61
a. Sifat (karakteristik) dari industri yang bersangkutan. Bisnis
perbankan, misalnya, memiliki leverage yang sangat tinggi karena
dalam bisnis perbankan sebagian besar aktivitas karena dalam bisnis
dibiayai oleh dana pihak ketiga, yaitu tabungan deposito, dan lain-lain.
Untuk industri ini, malah leverage yang rendah merupakan keanehan.
b. Sifat dari utang perusahaan. Setiap utang memiliki sifatnya
masing-masing yang dapat berbeda-beda. Utang pajak misalnya,
memiliki kekuatan “memaksa” yang lebih kuat dibandingkan utang
60Kuswadi, Meningkatkan Laba Melalui Pendekatan Akuntansi Keuangan dan Akuntansi
Biaya ,h.. 90. 61 Jopie Jusuf, Analisis Kredit Untuk Account Officer (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama. 1995) ,h. 56
38
dagang karena utang pajak merupakan utang yang tidak dapat ditunda
pembayarannya. Sementara itu, utang pada pemegang
saham(shareholders’ loan) mungkin mmeiliki “tekanan” yang lebih
kecil dibandingkan utang dagang.
c. komposisi utang jangka panjang (long term debt) dengan utang
jangka pendek (short term debt). Bila sebagian besar utang adalah
jangka pendek, risiko bisnis adalah lebih besar dibandingkan bila
sebagian besar utang adalah jangka panjang.
39
C. Kerangka Analisis
40
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk menguji dan menganalisis pengaruh
variabel independen yaitu pertumbuhan perusahaan, debt to equity, dan
rating terhadap variabel dependen yaitu yield to maturity sukuk. Populasi
adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ini meneliti
semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya
merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga disebut studi
populasi atau studi sensus.62 Dari pengertian populasi diatas, maka
populasi penelitian ini adalah sukuk korporasi yang masih beredar di Bursa
Efek Indonesia periode penerbitan sebelum 31 Desember 2013 dan belum
jatuh tempo pada 31 November 2015.
B. Metode Penentuan Sampel
Sampel dalam penelitian ini dipilih menggunakan metode
purposive sampling, yaitu sampel yang dipilih melalui penetapan kriteria
tertentu oleh peneliti.63 Kriteria-kriteria sampel yang disesuaikan dengan
maksud penelitian adalah sebagai berikut:
1. sukuk telah terbit sebelum Desember 2013,
62 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002),h.108. 63 I Ketut Swarjana, Metodologi Penelitian Kesehatan (Yogyakarta:CV. Andi Offcet,
2012) ,h.102.
41
2. ketersediaan laporan keuangan berturut-turut tahun 2013-2015,
3. laporan keuangan yang digunakan hanya dengan satuan mata
uang rupiah,
4. data penelitian sukuk korporasi yang belum jatuh tempo hingga
November 2015,
5. data yield to maturity merupakan seluruh transaksi yang telah
dikonfirmasi terjadi setiap hari yang diakumulasi ke dalam
periode per-tahun. Transaksi dilaporkan partisipan yang
memiliki izin usaha sebagai bank umum.
6. rating sukuk berdasarkan peringkat Indonesia Bond Pricing
Agency.
Berdasarkan kriteria di atas, maka sampel penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.2.1
Tabel Sampel Penelitian
Bond Code Bond Name
SIISAT05
ADHISM1CN2
Sukuk Ijarah Indosat V Tahun 2012
Sukuk Mudharabah Berkelanjutan I ADHI Tahap II Tahun 2013
SIKPPLN01 Sukuk Ijarah PLN II Tahun 2007
SIKPPLN03A Sukuk Ijarah PLN IV tahun 2010 Seri A
SIKPPLN03B Sukuk Ijarah PLN IV tahun 2010 Seri B
SIPPLN01ACN2 Sukuk Ijarah Berkelanjutan I PLN Tahap II Tahun 2013 Seri A
42
SIPPLN01BCN2 Sukuk Ijarah Berkelanjutan I PLN Tahap I ITahun 2013 Seri B
SIPPLN01CN1 Sukuk Ijarah Berkelanjutan I PLN Tahap I Tahun 2013
BBMISMSB1CN1
Sukuk Subordinasi Mudharabah Berkelanjutan I Tahap I Bank Muamalat
Tahun 2013
BBMISMSB1CN2
Sukuk Subordinasi Mudharabah Berkelanjutan I Tahap II Bank Muamalat
Tahun 2013
Sumber: Diolah peneliti dengan sumber website IBPA
C. Metode Pengumpulan Data
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian
kuantitatif adalah penelitian dengan memperoleh data yang berbentuk
angka atau data kualitatif yang diangkakan.64 Penelitian ini menggunakan
data sekunder yang bersumber dari website resmi Bank Indonesia, Bursa
Efek Indonesia, The Indonesia Capital Market Institute, dan Indonesia
Bond Pricing Agency. Data rating sukuk diperoleh dari Indonesia Bond
Pricing Agency. Data yield to maturity diperoleh dari The Indonesia
Capital Market Institute. Data pertumbuhan perusahaan, dan debt to equity
diperoleh dengan mengolah data yang bersumber dari laporan keuangan
tahunan yang dipublikasikan di website Bursa Efek Indonesia. Data yield
to maturity, debt to equity, dan pertumbuhan perusahaan merupakan data
rasio.
Data rasio adalah data dengan tingkat pengukuran paling tinggi di
antara jenis data lainnya. Data rasio adalah data bersifat angka dalam arti
64 Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis (Bandung: Pusat Bahasa Depdiknas, 2003), h. 14.
43
sesungguhnya (bukan kategori seperti pada data nominal dan ordinal) dan
bisa dioperasikan secara matematika (+,-,x,/). Data rating merupakan data
ordinal. Seperti pada data nominal, ada data kualitatif namun dengan level
yang lebih tinggi daripada data nominal. Jika data nominal, semua data
kategori dianggap sama, maka data ordinal ada tingkatan data. Data
kualitatif pada data tersebut tidak bisa dilakukan operasi matematika,
seperti penambahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.65
Populasi penelitian ini adalah obligasi syariah korporasi
outstanding 1 Januari 2013-31 November 2015. Ada beberapa metode
pengumpulan data: wawancara (interviews), kuesioner (questionnaire),
observasi (observation), dan dokumentasi. Dilihat dari sumber
pengambilan data, dapat dibedakan menjadi sumber data primer
(langsung) dan sekunder (tidak langsung atau dari pihak ke 3).66
Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data dokumentasi
dengan sumber data sekunder. Dokumen merupakan catatan peristiwa
yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-
karya monumental dari seseorang.67
D. Metode Analisis Data
1. Model Regresi Linear Berganda
65 Singgih Santoso, Panduan Lengkap Menguasai SPSS 16 (Jakarta: PT.Elexmedia
Komputindo, 2008) ,h.7-8 66 Sujoko Efferin,dkk, Metode Penelitian Akuntansi (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), h.
115. 67 Sugiyono, Metode Penelitian (Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D) (Bandung: Alfabeta,
2009), h. 137.
44
Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah
analisis regresi berganda. Analisis regresi berganda digunakan untuk
mengetahui hubungan antara beberapa variabel dependen dengan
variabel independen. Persamaan dalam regresi dapat digambarkan
dengan garis regresi. Semakin dekat jarak antara data dengan titik yang
terletak pada garis regresi, berarti prediksi kita semakin baik. Jarak
antara data sesungguhnya dengan garis regresi dikuadratkan dan
dijumlahkan. Itulah sebabnya analisis regresi juga dikenal dengan
analisis Ordinary Least Square (sering disingkat dengan OLS saja)
atau analisis kuadrat terkecil.68
Variabel independen sering juga disebut sebagai prediktor, yaitu
variabel yang dipakai untuk memprediksi nilai variabel dependen.
Sedangkan variabel dependen sering disebut variabel yang diprediksi
atau variabel terikat.69 Teknik analisis tersebut sesuai untuk
menggambarkan atau mendeskripsikan hubungan antara variabel pada
penelitian yang memiliki data angka dan data kualitatif yang
diangkakan. Variabel bebas penelitian ini adalah pertumbuhan
perusahaan (Growth), debt to equity (DER), dan rating (R) sedangkan
variabel terikat yaitu yield to maturity(Y). model regresi linear
berganda dalam penelitian ini adalah: Model persamaan analisis
regresi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
68 Wing Wahyu Winarno, Analisis Ekonometrika dan Statistika Dengan Eviews Edisi 4
(Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2015),h. 4.1 69 Boediono dan Wayan Koster, Teori dan Aplikasi Statsitika dan Probabilitas (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2008),h. 172.
45
atau
atau
Keterangan: Y : yield to maturity
훽 : konstanta
훽 : koefisien pertumbuhan perusahaan
푋 atau Growth: pertumbuhan perusahaan
훽 : koefisien DER
푋 atau DER : debt to equity ratio
훽 : koefisien rating
푋 : rating
2. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik diperlukan untuk mengetahui apakah suatu
model regresi valid untuk memprediksi. Uji asumsi klasik ini harus
memenuhi kriteria BLUE (Best Linier Unbiased Estimate). Asumsi-
asumsi pada analisis regresi adalah sebagai berikut:
a. Uji Multikolinearitas
Istilah multikolinearitas diciptakan oleh Ragnar Frish di dalam
bukunya: Statistical Confluence Analysis by Complete Regression
46
Systems. Aslinya istilah itu berarti adanya hubungan linear yang
sempurna atau eksak (perfect or exact) di antara variabel-variabel
bebas dalam model regresi. Sedangkan kolinearitas adalah
hubungan linear tunggal. Dalam praktik sering tidak dibedakan
baik satu hubungan atau lebih dipergunakan istilah kolinearitas
ganda.70
Uji multikolinearitas untuk melihat besarnya korelasi antara
variabel. Analisis korelasi bertujuan untuk mengetahui kuatnya
hubungan anatra variabel. Jika dua variabel dependen dan
independen berkorelasi maka perubahan pada variabel dependen
akan mempengaruh variabel independen.71
Konsekuensi dari multikolinearitas adalah sebagai berikut:72
(1) meskipun pemerkira OLS dapat diperoleh, standard error-
nya akan cenderung membesar nilainya sewaktu tingkat
kolinearitas antara variabel bebas juga meningkat;
(2) karena nilai standard error dari koefisien regresi besar,
maka dari itu dengan sendirinya interval keyakinan untuk
parameter dari populasi juga cenderung melebar;
(3) dengan tingginya tingkat kolinearitas, probabilitas untuk
menerima hipotesis type II error menjadi membesar nilainya;
(4) selama kolinearitas ganda tidak sempurna, masih mungkin
menghitung perkiraan koefisien regresi, tetapi standard error-nya
70 J. Supranto, Ekonometri (Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia, 2004) ,h. 13. 71 J. Supranto, Statistik Pasar Modal (Jakarta: Rineka Cipta, 1992) h. 72-74. 72 J. Supranto, Ekonometri, h. 21-23.
47
menjadi sangat sensitif,walaupun terjadi perubahan yang sangat
kecil;
(5) apabila kolinearitas ganda tinggi, nilai R2 (koefisien
determinasi) akan tinggi, tetapi tidak ada sedikit sekali koefisien
regresi yang signifikan secara statistic. Kalau koefisien regresi
suatu variabel bebas signifikan, maka variabel bebas yang
bersangkutan mempunyai pengaruh terhadap Y.
Multikolinieritas dapat dideteksi dengan beberapa cara:73
(1) membandingkan R² dan nilai t-stat
- R² cukup tinggi (0,7-1,0) tetapi uji t-nya untuk masing-
masing koefisien regresinya menunjukkan tidak
signifikan
- Tingginya R² merupakan syarat yang cukup (sufficient)
akan tetapi bukan merupakan syarat yang penting untuk
terjadinya multikolinearitas, sebab pada R² yang rendah
(< 5%) bisa juga terjadi multikolinearitas.
(2) menggunakan matriks korelasi antara variabel independen.
Jika korelasi antara variabel independen kuat (> 0,70)
menjadi dugaan kuat adanya multikolinearitas.
Jika kolinearitas sempurna terjadi pada regresi linear maka
koefisien regresi daripada variabel X tidak dapat ditentukan
(indeterminate) dan standard errornya tak terhingga (infinite).
73 Nurhasanah, “Hubungan Antara Likuiditas Dan Harga Sukuk Serta Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhinya” (Tesis Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2011), h.52.
48
Oleh karena itu regresi linear harus terbebas dari kolinearitas
ganda.74
b. Uji Autokorelasi
Autokorelasi dikenalkan oleh Maurice G. Kendall dan William
R. Buckland. Autokorelasi merupakan korelasi antara anggota
observasi yang disusun menurut urutan waktu.75 Uji autokorelasi
dilakukan untuk mengetahui apakah ada korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode atau dengan kesalahan pada periode t
sebelumnya pada model regresi linear yang dipergunakan. Jika
terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Dalam
model regresi yang baik adalah tidak terjadi autokorelasi.76
Ada beberapa penyebab autokorelasi, yaitu:77
(1) kelembaman, biasanya terjadi dalam fenomena
ekonomi di mana sesuatu akan memengaruhi
sesuatu yang lain dengan mengikuti siklus bisnis
atau saling berkaitan;
(2) terjadi bias dalam spesifikasi, yaitu ada beberapa
variabel yang tidak termasuk dalam model;
74 J. Supranto, Ekonometri ,h. 16. 75 Suharyadi dan Purwanto S.K, Statistika: Untuk Ekonomi dan Keuangan modern,
Edisi2. Jakarta: Penerbit Salemba Empat,2009. h.232. 76 Muhammad Nisfiannor, Pendekatan Statistika Modern untuk Ilmu Sosial (Jakarta:
Penerbit Salemba Humanika. 2009) ,h.92. 77 Suharyadi dan Purwanto S.K, Statistika: Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern,
Edisi2 ( Jakarta: Penerbit Salemba Empat,2009) ,h. 232.
49
(3) bentuk fungsi yang digunakan tidak tepat, misalnya
seharusnya bentuk nonlinear tetapi digunakan linear
atau sebaliknya.
Independensi of the errors biasanya terjadi pada data time
series. Kondisi ini terjadi ketika residual data periode sebelumnya
cenderung berpengaruh terhadap data dari periode selanjutnya.
Pola kecenderungan hubungan error ini disebut autokorelasi.78
Salah satu cara mengukur adanya autokorelasi yaitu dengan
Durbin-Watson. Pengujian Durbin-Watson dilakukan dengan
SPSS 20 dimana dW sudah dihitung secara otomatis. Bila besar n
dan k diketahui, dL dan dU dapat dicari melalui tabel. Kemudian
dilakukan uji hipotesis sebagai berikut:
Hipotesis: Ho : ρ = 0, tidak ada autokorelasi positif
atau negatif
H1 : ρ ≠ 0 ada autokorelasi positif atau
negative
Bandingkan nilai dW dengan nilai dL dan dU dari tabel
dengan ketentuan berikut:
(1) bila dW<dL maka Ho ditolak, artinya ada autokorelasi
positif
(2) bila dL<dW<dU tidak terdapat kesimpulan
78 Sujoko Efferin, dkk. Metode Penelitian Akuntansi, Metode Penelitian Akuntansi
Menungkap Fenomena Dengan Pendekatan Kuantitatif Dan Kualitatif (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), h. 196.
50
(3) bila dL<dW,4-dU Ho maupun H1 tidak ditolak, artinya
tidak ada autokorelasi positif maupun negatif
(4) bila 4-dU≤dW≤3-dL tidak terdapat kesimpulan
(5) bila dW>4-dL Ho ditolak berarti terdapat autokorelasi
negatif.
Apabila nilai dW menunjukkan masih adanya autokorelasi,
langkah selanjutnya kita bisa melakukan tes terhadap error dari
persamaan masing-masing model. Jika error stasioner maka kita
dapat menggunakan model tersebut.79
c. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas terjadi karena perubahan situasi yang tidak
tergambarkan dalam spesifikasi model regresi, misalnya perubahan
struktur ekonomi dan kebijakan pemerintah yang dapat
mengakibatkan terjadinya perubahan tingkat keakuratan data.
Dengan kata lain, heteroskedastisitas terjadi jika residual tidak
sering muncul dalam data cross section, tetapi juga bisa terjadi
pada data runtut waktu (time series).80 Gangguan
heteroskedastisitas dapat membawa pada galat baku yang bias dan
menjadikan hasil uji statistic tidak tepat serta interval sehingga
keyakinan untuk estimasi parameter juga kurang tepat. Peneliti
dapat mengkonversi regresi ke bentuk logaritma atau menjalankan
79 Nurhasanah, “Hubungan Antara Likuiditas Dan Harga Sukuk Serta Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhinya” (Tesis Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2011), h.54. 80 Arif Pratisto, Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan
dengan SPSS 12 (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2004) h. 149.
51
regresi dengan system kuadrat terkecil tertimbang (weight least
square) untuk menghilangkan gangguan heteroskedastisitas.81
Salah satu asumsi model regresi bersifat BLUE adalah var =
(ui) = ² (konstan) atau dengan kata lain, semua residual atau error
mempunyai varian yang sama.. Gejala varian residual yang sama
dari satu pengamatan yang lain disebut homoskedastisitas.82
Deteksi adanya heteroskedastisitas dengan melihat ada tidaknya
pola tertentu pada prafik scatterplot, di mana sumbu X adalah Y
yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y diprediksi –
Y sesungguhnya) yang telah di-studentized). Dasar pengambilan
keputusan:83
(1) jika ada pola tertentu, seperti titik-titik (point) yang ada
membentuk suatu pola tertentu yang teratur
(bergelombang, melebar lalu menyempit), berarti telah
terjadi heteroskedastisitas;
(2) jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-tiik menyebar di
atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak
terjadi heteroskedastisitas.
81Arif Pratisto, Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan
dengan SPSS 12 ,h.150. 82 Tim Dosen Ekonometri Dan Tim Asisten Praktikum, Buku Pedoman Praktikum
Ekonometrika (Malang: Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan Dan Kelautan Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, 2015), h.11.
83 Singgih Santoso, Statistik Parametrik (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2010) ,h. 210.
52
d. Uji Normalitas
Normalitas data atau data terdistribusi normal adalah bila
jumlah data di atas atau di bawah rata-rata adalah sama, demikian
juga simpangan bakunya (s).84 Uji ini perlu dilakukan karena
semua perhitungan statistik parametric memiliki asumsi sebaran
yang normal. Untuk melihat hasil uji normalitas data dapat
dilakukan dengan mengamati probability plot. Jika residual berasal
dari distribusi normal, maka nilai-nilai distribusi akan terletak di
sekitar garis lurus yang merupakan garis dari distribusi normal.85
Salah satu asumsi dalam analisis statistika adalah data
berdistribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis
lurus diagonal, dan plotting data residual akan dibandingkan
dengan garis diagonal.86 Dengan pedoman pengambilan
keputusannya adalah sebagai berikut:
(1) nilai sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05
distribusi adalah tidak normal
(2) nila sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05
distribusi adalah normal.
84 Ali Mauludi, Statistika I Penelitian Ekonomi Islam Dan Sosial Edisi Pertama (Jakarta:
P3EI UIN Jakarta, 2006), h. 167. 85 Sukmawati Bachtiar, “Analisis Pengaruh Penggunaan Sukuk (Obligasi Syariah)
Terhadap Return On Asset (ROA), Asset Turnover (ATO), Dam Current Ratio (CR) Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan London Stock Exchange (LSE) Periode 2007-2011” (Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013), h. 55.
86 Sukmawati Bachtiar, “Analisis Pengaruh Penggunaan Sukuk (Obligasi Syariah) Terhadap Return On Asset (ROA), Asset Turnover (ATO), Dam Current Ratio (CR) Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan London Stock Exchange (LSE) Periode 2007-2011, h 56.
53
Jika ketidaknormalan data tidak terlalu parah, maka analisis dapat
tetap digunakan. Ada beberapa analisis statistik yang dapat
bertahan dengan kondisi ketidaknormalan ini (disebut memiliki
sifat robust), misal F-stat dan t-stat.87 Tujuan uji normalitas adalah
ingin mengetahui apakah distribusi data dengan bentuk lonceng
(bell shaped). Data yang baik adalah data yang mempunyai pola
seperti distribusi nomal, yakni distribusi data tersebut tidak
menceng ke kiri atau menceng ke kanan.Uji normalitas sebenarnya
sangat kompleks, karena harus dilakukan pada seluruh variabel
secara bersama-sama. Namun, uji ini bisa juga dilakukan pada
setiap variabel, dengan logika bahwa jika secara individual
masing-masing variabel memenuhi asumsi normalitas, maka secara
bersama-sama variabel tersebut juga bisa dianggap memenuhi
asumsi normalitas.88
3. Uji Signifikansi
a. Uji Simultan (Uji F)
Uji F dilakukan untuk melihat secara bersama-sama apakah
slope (koefisien parameter) secara simultan berbeda atau sama
87 Sukmawati Bachtiar, “Analisis Pengaruh Penggunaan Sukuk (Obligasi Syariah)
Terhadap Return On Asset (ROA), Asset Turnover (ATO), Dam Current Ratio (CR) Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan London Stock Exchange (LSE) Periode 2007-2011, h. 56.
88 Singgih Santoso, Statistik Multivariat (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2010) ,h.42-43.
54
dengan nol. Jadi, uji ini dilakukan untuk melihat secara
persamaan.89 Langkah-langkahnya sebagai berikut:
(1) menyusun hipotesis
H0: β0 = β1 = β2 = 0 Variabel bebas secara bersama-sama
tidak mampu menjelaskan variabel terikat
Ha: β0 ≠ β1 ≠ β2 ≠ 0 Variabel bebas secara bersama-sama
mampu menjelaskan variabel terikat
(2) mencari nilai F tabel
(a) derajat pembilang df(1) , gunakan (k-1), dimana k
adalah jumlah variabel dependen dan independen
(b) derajat penyebut df(2), gunakan (n-k), dimana n
adakah jumlah sampel
(c) taraf signifikansi 5%
(3) memutuskan hipotesis
Pengujian koefisien korelasi regresi linear ganda
menggunakan F tes sehingga F hitung dapat diperoleh
melalui analisis dengan SPSS 20. Asumsinya sebagai
berikut:
Asumsi: F hitung > F tabel,maka H0 ditolak, Ha diterima.
Koefisien korelasi tidak signifikan
F hitung < F tabel, maka H0 diterima, Ha ditolak.
89 Said Kelana Asnawi dan Chandra Wijaya, Riset Keuangan: Pengujian-Pengujian
Empiris (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,2005) ,h.261.
55
Koefisien korelasi signifikan
Koefisien korelasi signifikan artinya kedua variabel
bebas secara bersama-sama mempunyai kontribusi yang
sangat signifikan sebesar R² terhadap pembentukan variabel
terikat. Sisanya dibentuk variabel lain yang tidak
diperhitungkan. 90
Analisis uji F jika didapat nilai F hitung > F tabel maka
dinyatakan tidak signifikan (menerima Ho) artinya secara simultan
(bersama) variabel-variabel independne tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen, begitu pula sebaliknya.
b. Uji Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R²) merupakan besaran untuk
menunjukkan tingkat kekuatan hubungan antara dua variabel atau
lebih dalam benuk persen (menunjukkan seberapa besar persentase
keragaman Y yang dapat dijelaskan oleh keragaman X atau dengan
kata lain seberapa besar X dapat memberikan kontribusi terhadap
Y.91 Nilai R² dapat dikategorikan kriteria besarnya pengaruh
berdasarkan tabel berikut:92
90 Agus Irianto, Statistik Konsep Dasar dan Aplikasinya (Jakarta: Prenada Media, 2004),
h. 204. 91 Andi Supangat, Statistika Dalam Kajian Deskriptif, Inferensi dan Parametrik,
(Jakarta: Kencana Prenada, 2008),h. 350. 92 Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, Cetakan Ketujuh (Bandung: CV. Alfabeta,
2006),h. 216.
56
Tabel 3.3.1
Kriteria Koefisien Determinasi
Interval Tingkat Pengaruh
0%-19,9% Sangat rendah
20%-39,9% Rendah
40%-59,9% Sedang
60%-79,9% Kuat
89%-100% Sangat kuat
Sumber: Statistika untuk Penelitian
Kegunaan koefisien determinasi adalah:93
(1) sebagai ukuran ketepatan atau kecocokan garis regresi
yang dibentuk dari hasil pendugaan terhadap sekelompok
data hasil observasi. Makin besar nilai R2 semakin bagus
garis regresi yang terbentuk. Sebaliknya makin kecil nilai
R2 makin tidak tepat garis regresi tersebut dalam mewakili
data hasil observasi;
(2) mengukur besar proporsi (persentase) dari jumlah ragam Y
yang diterangkan oleh model regresi atau untuk mengukur
besar sumbangan variabel penjelas X terhadap ragam
variabel respon Y.
c. Uji Signifikansi Koefisien Regresi (Uji t)
93Dergibson Siagian dan Sugiarto, Metode Statistika untuk Bisnis dan Ekonomi (Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama, 2000) ,h.259.
57
Uji t digunakan untuk melihat kontribusi masing-masing
variabel bebas terhadap variabel terikat. Dalam hal ini akan
digunakan uji koefisien b dengan menggunakan t test. Jumlah
kuadrat simpangan nilai x yang diuji koefisiennya dengan rata-rata
dan korelasi x yang diuji koefisiennya dengan x lainnya.94 Selain
itu, uji ini dipakai untuk melihat signifikansi pengaruh variabel
bebas secara individu terhadap variabel tak bebas dengan
menganggap variabel bebas lain bersifat konstan. Dengan kata lain,
uji ini membuktikan apakah nilai setiap koefisien secara signifikan
berbeda dengan nol atau tidak. Apabila dari hasil uji diketahui
suatu koefisien tidak secara signifikan berbeda dengan nol (artinya
nilai tersebut bias sama dengan nol) maka variabel yang
bersangkutan tidak layak digunakan dan harus dikeluarkan dari
persamaan regresi.95
Model uji t mengikuti distribusi t dengan derajat kebebasan
n1-n2-2. Dengan mengunakan level of signifikan:α = 0,05. Karena
two tail test, maka daerah penolakan α:2 = 0,05 : 2 = 0,025. Setelah
tabel t dicari, diketahui asumsi yang dipakai sebagai berikut:96
Asumsi: Ho ditolak jika t hitung > t tabel
Ho diterima jika t hitung < t tabel
E. Definisi Operasional Variabel
94 Agus Irianto, Statistik Konsep Dasar dan Aplikasinya ,h. 204. 95 Eddy Herjanto, Manajemen Operasi Edisi Ketiga (Jakarta: Penerbit Grasindo, 2015)
,h.104. 96 Sujoko Efferin, dkk, Metode Penelitian Akuntansi Mengungkap Fenomena dengan
Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), h. 136-138.
58
Variabel Keterangan
Variabel Dependen :
(Y) Yield to Maturity
Persentase yield to maturity:
푃 =퐶
2(1 + 푌푇푀/2)
+ 푃
(1 + 푌푇푀/2)
P = harga obligasi pada saat ini (t = 0)
n = jumlah tahun sampai dengan jatuh
tempo obligasi
Ci = pembayaran kupon untuk obligasi
I setiap tahunnya
YTM = yield to maturity
Pp = nilai par dari obligasi
Variabel Independen :
(Growth) Pertumbuhan
perusahaan
Persentase pertumbuhan total aktiva=
푇표푡푎푙퐴푘푡푖푣푎푡 − 푇표푡푎푙퐴푘푡푖푣푎푡 − 1푇표푡푎푙퐴푘푡푖푣푎푡 − 1 푥100%
Variabel Independen :
(DER) debt to equity
Persentase Debt to equity Ratio=
푇표푡푎푙퐿푖푎푏푖푙푖푡푎푠푇표푡푎푙퐸푘푢푖푡푎푠 푥100%
Variabel Independen :
(R) Rating sukuk
Variabel dummy, dimana nilai 0 untuk low
investment grade, nilai 1 untuk medium investment
grade dan nilai 2 untuk high investment grade
59
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Populasi penelitian adalah sukuk korporasi yang masih beredar di
Indonesia hingga November 2015. Obligasi adalah suatu janji untuk
membayar bunga secara berkala dan jumlah pokok pada akhir jatuh tempo.
Instrumen ini adalah suatu instrumen hutang yang pemegangnya menerima
pembayaran kupon secara berkala dan pada fakta sebenarnya merupakan suatu
riba (usury). Oleh karena itu, hampir semua ulama berpendapat bahwa produk
ini tidak halal. Akan tetapi, pada saat ini kita memiliki obligasi-obligasi Islam
seperti misalnya obligasi BBA, Bai’ Al-Dayn yang tersedia di pasar untuk
investasi97 Berkembangnya pasar modal syariah memberi kemudahan bagi
calon investor dalam memilih beragam produk investasi berbasis syariah dan
mendiversifikasikan portofolio sumber dana. Salah satu produk investasi
syariah alternatif obligasi adalah obligasi syariah. Penawaran yang relatif
rendah dan tingkat permintaan yang tinggi membuat kelebihan tersendiri bagi
sukuk. Ditambah lagi, umumnya sukuk memiliki harga yang rendah atau
minimal sama dibanding obligasi konvensional
Islamic Financial Services Board (IFSB-2) mendefinisikan sukuk atau
obligasi syariah: “Sertifikat yang mewakili pemegang proporsional
97 Moh Ma’sum Billah. Penerapan Pasar Modal Islam (Selangor: Sweet and Maxwell Asia, 2009),h. 90.
60
kepemilikan yang terbagi dalam asset yang mendasari, dimana pemegang
diasumsikan mendapatkan semua hak dan kewajiban atas asset tersebut”.98 Di
Indonesia, sukuk pertama kali diterbitkan oleh PT. Indosat pada bulan Oktober
2002 dengan nilai emisi Rp.100 milyar. PT. Berlian Laju Tanker menerbitkan
sukuk dengan nilai emisi Rp.175 milyar pada 28 Mei 2003. Diikuti PT. Bank
Bukopin dengan sukuk mudharabah senilai Rp.45 milyar pada 10 Juli 2003.
Berdasarkan perjanjian (akad), sukuk yang terbit di Indonesia terdiri dari dua
jenis: sukuk ijarah dan sukuk mudharabah.
Sukuk ijarah adalah sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau
akad ijarah di mana satu pihak bertindak sendiri atau melalui wakilnya
menjual atau menyewakan hak manfaat atas suat aset kepada pihak lain
berdasarkan harga dan periode yang disepakati, tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan aset itu sendiri.99 Sedangkan Sukuk mudharabah
adalah sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad mudharabah
di mana satu pihak menyediakan modal (rab al-maal) dan pihak lain
menyediakan tenaga dan keahlian (mudharib), keuntungan dari kerja sama
tersebut akan dibagi berdasarkan perbandingan yang telah disetujui
sebelumnya. Kerugian yang timbul akan ditanggung sepenuhnya oleh pihak
yang menjadi penyedia modal.100
98 Centre Banking Studies, Central Bank of Sri Lanka, Sukuk: Shariah Guidelines for Islamic Bonds”, Islamic Banking Operations and Regulatory Framework Workshop 24-26 January 2012 (Sri Lanka: Centre Banking Studies, 2012).,h. 4.
99 Ahmad Ifham Solihin, Buku Pintar Ekonomi Syariah (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2010) ,h,798.
100 Ahmad Ifham Solihin, Buku Pintar Ekonomi Syariah ,h.798.
61
Gambar 4.1.1
Skema Sukuk Ijarah
Sumber: Kuliah Informal Hukum Ekonomi Islam, Fakultas Hukum Universitas
Indonesia101
Emiten menerbitkan sukuk ijarah untuk pembelian kapal tanker, investor
membeli sukuk dan menyerahkan dana sukuk ijarah. Emiten menggunakan
dana sukuk ijarah ini untuk membeli kapal tanker (objek ijarah). 1.Pengalihan
manfaat objek ijarah, kapal tanker (objek ijarah) disewakan kepada emiten
untuk digunakan sendiri oleh emiten atau disewakan kembali kepada pihak
101 Muhamad Touriq, Investasi Pasar Modal Syariah: Kuliah Informal Hukum Ekonomi
Islam, Fakultas Hukum Universitas Indonesia (Jakarta: Direktorat Pasar Modal Syariah Otoritas Jasa Keuangan, 2013).,h.53.
62
ketiga; 2. Wakalah, investor memberi wewenang kepada emiten untuk
mewakili investor dalam mengelola kapal tanker (objek ijarah) dengan
menggunakan akad wakalah; 3. Menyewakan kepada pihak ketiga, emiten
menyewakan kapal tanker (objek ijarah) kepada pihak ketiga (penyewa);4.
Pembayaran sewa, pihak ketiga (penyewa) membayar sewa objek ijarah
kepada pembeli sewa dalam hal ini emiten yang mewakili investor;5. Cicilan
+ sisa fee ijarah, emiten membayar cicilan dan sisa fee ijarah setiap periode.
Fee ijarah bersifat tetap dan besarannya sudah diketahui sejak awal sukuk
diterbitkan.
Gambar 4.1.2
Skema Sukuk Mudharabah
63
Sumber: Kuliah Informal Hukum Ekonomi Islam, Fakultas Hukum Universitas
Indonesia102
Emiten mengeluarkan sukuk mudhrabah, dana digunakan untuk proyek
atau kegiatan investasi lain. Emiten bertindak sebagai wakil untuk
melaksanakan mudharabah atas proyek atau kegiatan investasi lain dari
pemiliknya (pemegang sukuk/investor). Proyek tersebut dikelola dan
mendatangkan manfaat pendapatan yang terdiri dari biaya-biaya dan dana
sukuk. Emiten melakukan pembayaran sewa (fee mudharabah) kepada
investor yang diambil dari pos laba kotor. Fee mudharabah dibayarkan setiap
periode, misalnya tiga bulan sekali atau enam bulan sekali, sedangkan dana
obligasi dibayarkan pada saat pelunasan obligasi sesuai dengan jatuh tempo
sukuk mudharabah tersebut.
B. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi,
variable pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.103 Terdapat
beberapa cara melihat normalitas data, yaitu dengan probability plot,
histogram, dan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov. Berikut
hasil analisis:
102 Muhamad Touriq, Investasi Pasar Modal Syariah: Kuliah Informal Hukum Ekonomi
Islam, Fakultas Hukum Universitas Indonesia ,h.54. 103 Imam Ghazali, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 21
(Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2013),h. 160.
64
Gambar 4.2.1
Uji Normalitas Histogram
Sumber: diolah penulis menggunakan SPSS 20
Gambar 4.2.2
Uji Normalitas P-P Plot (Y=YTM)
Sumber: diolah penulis menggunakan SPSS 20
65
Jika residual berasal dari distribusi normal, maka nilai-nilai
distribusi akan terletak di sekitar garis diagonal yang merupakan garis dari
distribusi normal.104 Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus
diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis
diagonal.105
Berdasarkan gambar 4.2.1 dan 4.2.2 data hasil pengujian
menggunakan histogram dan P-Plot dimana grafik histogram memberikan
pola distribusi yang melenceng ke kanan yang artinya data berdistibusi
normal, sedangkan pada P-Plot titik-titik mendekati garis pola diagonal
yang merupakan garis dari distribusi normal, menandakan bahwa data
penelitian berdistribusi normal.
Uji statistik lain yang dapat digunakan untuk menguji normalitas
residual adalah uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S).
Hipotesis uji K-S adalah:106
Ho :data residual berdistribusi normal
Ha : data residual tidak berdistribusi normal
104 Sukmawati Bachtiar, “Analisis Pengaruh Penggunaan Sukuk (Obligasi Syariah)
Terhadap Return On Asset (ROA), Asset Turnover (ATO), Dam Current Ratio (CR) Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan London Stock Exchange (LSE) Periode 2007-2011” (Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013), h. 55.
105Sukmawati Bachtiar, “Analisis Pengaruh Penggunaan Sukuk (Obligasi Syariah) Terhadap Return On Asset (ROA), Asset Turnover (ATO), Dam Current Ratio (CR) Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan London Stock Exchange (LSE) Periode 2007-2011” , h 56.
106 Imam Ghazali, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS ,h. 164.
66
Tabel 4.2.3
Uji Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 30
Normal Parametersa,b Mean 0E-7
Std. Deviation 1.14147400
Most Extreme Differences
Absolute .160
Positive .160
Negative -.140
Kolmogorov-Smirnov Z .877
Asymp. Sig. (2-tailed) .425
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: diolah penulis menggunakan SPSS 20
Besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 0.877 dan signifikan
pada 0.425, hal ini berarti Ho diterima yang berarti data residual
berdistibusi normal. Hasil uji Kolmogorov-smirnov ini konsisten dengan
grafik histogram dan probability plot. Dari ketiga metode yang digunakan
diatas, diambil kesimpulan bahwa distribusi data penelitian normal
berdasarkan histogram, probability plot, dan uji Kolmogorov-Smirnov.
2. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas menunjukkan bahwa varians variabel tidak
sama untuk semua pengamatan. Jika varians dari residual satu pengamatan
ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas. Model regresi
67
yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas karena data cross section memiliki data yang mewakili
berbagai ukuran (kecil, sedang, dan besar).107
Metode yang digunakan untuk menguji adanya heteroskedastisitas
pada data penelitian ini adalah dengan scatterplot. Jika terdapat pola
tertentu pada scatterplot maka model terdapat heteroskedastisitas.
Gambar 4.2.4
Uji Heteroskedastisitas (Y=YTM)
Sumber: diolah penulis menggunakan SPSS 20
Hasil grafik scatterplot 4.2.4 menunjukkan tidak ada
heteroskedastisitas. Terlihat residual terdistribusi secara acak di sekitar
titik nol.
107 Nadratuzzaman Hosen, Slide Show Mata Kuliah Statistik 2: Heteroskedastisitas
(Ciputat: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah,2012),h. 2.
68
3. Uji Multikolinearitas
Uji multikolienaritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen).108 Model regresi yang baik selayaknya tidak terjadi
multikolinearitas.
Beberapa permasalahan dalam model akibat uji multikolinearitas:
pertama, estimasi OLS meskipun best, linear, unbiased equation
(BLUE), namun varian dan kovarian besar, sehingga sulit ditemukan
estimasi yang tepat. Kedua, interval kepercayaan membear sehingga
cenderung untuk menolak Ho. Ketiga, nilai t statistik cenderung tidak
signifikan. Keempat, meskipun t sttaistik kecil, nilai R² cenderung
besar. Estimasi OLS nya cenderung sensitif terhadap perubahan
data.109
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas110:
a. Nilai R² sangat tinggi, tetapi secara individual variabel bebas
banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel terikat.
b. Jika korelasi antar variabel bebas cukup tinggi (diatas 0,90)
c. Jika VIF < 10 maka tingkat kolinearitas dapat ditoleransi
Jika VIF > 10 maka terjadi multikolinearitas
108 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19,h.105 109 Damodar N. Gujarati, Basic Ecomometrics (New York: McGraw-Hill, 1988),h.350. 110 Nadratuzzaman Hosen, Slide Show Mata Kuliah Statistik 2: Multicollinearity
(Ciputat: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah,2012),h. 9.
69
d. Nilai eigenvalue satu atau lebih variabel bebas yang mendekati
nol.
Tabel 4.2.5
Uji Multikolinearitas VIF
Sumber:diolah penulis menggunakan SPSS 20
Berdasarkan tabel 4.2.5 diatas bahwa nilai growth, DER, dan
rating sebagai variabel independen memiliki nilai Variance Inflation
Factor (VIF) < 10. Hasil perhitungan nilai Tolerance juga
menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai
Tolerance kurang dari 0,10 yang berarti tidak ada korelasi antar
variabel independen. Maka dapat disimpulkan ketiga variabel
independen tidak ada multikolinearitas dalam model regresi.
Coefficientsa
Model Collinearity Statistiks
Tolerance VIF
1
(Constant)
Growth
.460
2.174
DER .413 2.421
Rating .853 1.172
a. Dependent Variable: YTM
70
Tabel 4.2.6
Uji Multikolinearitas Korelasi
Coefficient Correlationsa
Model Rating Growth DER
1
Correlations
Rating 1.000 .128 .342
Growth .128 1.000 .724
DER .342 .724 1.000
Covariances
Rating .237 .000 .000
Growth .000 4.674E-005 1.270E-005
DER .000 1.270E-005 6.591E-006
a. Dependent Variable: YTM Sumber: diolah penulis menggunakan SPSS 20
Besarnya korelasi antar variable independen terlihat tidak ada
variabel yang mempunyai korelasi antar variabel independen lain cukup
tinggi, maka dapat dikatakan tidak ada multikolinearitas.
4. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah sebuah
model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pada periode t-1.111 Salah satu cara ntuk
111 Singgih Santoso, Analisis SPSS Pada Statistik Parametrik (Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo, 2012), h.241.
71
mendeteksi autokorelasi adalah dengan uji Durbin-Watson. Pengambilan
keputusan dalam uji Durbin-Watson adalah112:
a. Menentukan hipotesis
H0: tidak ada autokorelasi
Ha: ada autokorelasi
b. Menentukan nilai α dengan d tabel (n,k) terdiri atas dL dan dU
Menentukan kriteria pengujian
Tabel 4.2.7
Uji Autokorelasi Durbin-Watson
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 .645a .416 .348 1.20553 2.282
a. Predictors: (Constant), Rating, Growth, DER
b. Dependent Variable: YTM Sumber: diolah penulis menggunakan SPSS 20
Hasil uji autokorelasi dapat dilihat dari nilai Durbin Watson
Sebesar 2.282 Untuk n =30 dan k = 3 diperoleh nilai dL dan dU tabel
masing-masing dL 1.2138 dan dU 1.6498. dU < dW < 4-dU atau 1.6498 <
2.282 < 4-1.6498 maka model regresi terbebas autokorelasi.
C. Uji Signifikansi
1. Uji Simultan
112 Nadratuzzaman Hosen, Slide Show Mata Kuliah Statistik 2: Uji Asumsi Klasik
(Ciputat: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, 2012) h. 7.
72
Uji F digunakan untuk melihat apakah variabel independen (bebas)
mampu secara bersama-sama (simultan) menjelaskan variabel dependen
(terikat). Langkah-langkah uji F adalah sebagai berikut113:
a. Menyusun hipotesis
H0 : β0 = β1 : β2 = 0 variabel bebas secara bersama-sama tidak
mampu menjelaskan variabel terikat
Ha : β0 ≠ β1 : β2 ≠ 0 variabel bebas secara bersama-sama mampu
menjelaskan variabel terikat
b. Mencari nilai F
Df(1), digunakan nilai (k-1) = (4-1)= 3
Df(2), digunakan nilai (n-k) = (30-4)=26
Taraf nyata (α) 5%
c. Menentukan daerah keputusan
Tabel 4.3.1
Uji F
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 26.898 3 8.966 6.169 .003b
Residual 37.786 26 1.453
Total 64.684 29
a. Dependent Variable: YTM
b. Predictors: (Constant), Rating, Growth, DER Sumber: diolah penulis menggunakan SPSS 20
113 Nadratuzzaman Hosen, Slide Show Mata Kuliah Statistik 2: Uji Statistik (Ciputat: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah,2012),h. 3-6.
73
F hitung = 6.169
d. Memutuskan hipotesis
Jika F hitung > F tabel maka H0 ditolak Ha diterima
Jika F hitung < F tabel, maka H0 diterima Ha ditolak
F tabel = 2.98
F hitung = 6.169
6.169 > 2.98
Karena F hitung > F tabel maka H0 ditolak dan Ha diterima
yang berarti nilai koefisien regresi tidak sama dengan nol, dengan
demikian secara bersama-sama variabel Growth, DER, dan Rating
dapat menerangkan variabel YTM.
2. Uji Parsial
Uji t digunakan untuk mengetahui apakah suatu variabel
independen (bebas) secara parsial (individual) berpengaruh nyata atau
tidak terhadap variabel dependen (terikat). Langkah-langkahnya sebagai
berikut114:
a. Menyusun hipotesis
H0 : β0 = β1 : β2 = 0 variabel bebas secara individual berpengaruh
tidak nyata terhadap variabel terikat
114 Nadratuzzaman Hosen, Slide Show Mata Kuliah Statistik 2: Uji Statistik ,h. 3-7.
74
Ha : β0 ≠ β1 : β2 ≠ 0 variabel bebas secara individual berpengaruh
nyata terhadap variabel terikat
b. Mencari nilai t
Derajat bebas (df), digunakan nilai (n-k) = 30-4=26
Taraf nyata 5%
Menggunakan uji dua arah (two tailed), sehingga 5%/2 = 2,5%
t tabel = 2.05553
c. Menentukan daerah keputusan
Tabel 4.3.2
Uji t
Sumber: diolah penulis menggunakan SPSS 20
d. Memutuskan hipotesis
Jika t hitung > t tabel maka H0 ditolak Ha diterima
Jika t hitung < t tabel, maka H0 diterima Ha ditolak
t tabel = 2.05553
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients t Sig.
B Std. Error
(Constant) 15.265 1.327 11.503 .000
Growth -.011 .007 -1.671 .107
DER -.007 .003 -2.781 .010
Rating -1.962 .486 -4.034 .000
a. Dependent Variable: YTM
75
Dari hasil uji secara parsial pada tabel 4.3.2 diperoleh nilai
t-hitung growth sebesar -1.671 dengan nilai signifikansi 0.107.
Dengan nilai tersebut maka nilai signifikansi lebih besar dari 0.05
dan nilai t hitung lebih kecil dari 2.05553 maka secara parsial
growth tidak berpengaruh signifikan terhadap YTM artinya Ho
diterima dan Ha ditolak.
Dari hasil uji secara parsial pada tabel 4.3.2 diperoleh nilai
t-hitung DER sebesar -2.781 dengan nilai signifikansi 0.010.
Dengan nilai tersebut maka nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05
dan nilai t hitung lebih besar dari 2.05553 maka secara parsial DER
berpengaruh signifikan terhadap YTM artinya Ho ditolak dan Ha
diterima.
Dari hasil uji secara parsial pada tabel 4.3.2 diperoleh nilai
t-hitung rating sebesar -4.034 dengan nilai signifikansi 0.000.
Dengan nilai tersebut maka nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05
dan nilai t hitung lebih besar dari 2.05553 maka secara parsial
rating berpengaruh signifikan terhadap YTM artinya Ho ditolak
dan Ha diterima.
Tabel 4.3.3
Rekapitulasi Hasil Uji t
Variabel
Independen
Growth DER Rating
76
Kesimpulan Tidak
berpengaruh
signifikan
Berpengaruh
signifikan
Berpengaruh
signifikan
Sumber: diolah penulis
3. Uji Koefisien Determinasi
Uji koefisien determinasi bertujuan mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai
koefisien determinasi antara 0 sampai 1. Nilai R² kecil berarti kemampuan
variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen
amat terbatas.
Tabel 4.3.4
Uji R2
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 .645a .416 .348 1.20553 2.282
a. Predictors: (Constant), Rating, Growth, DER
b. Dependent Variable: YTM Sumber: diolah penulis menggunakan SPSS 20
Korelasi antara growth, DER, dan rating dengan yield to maturity
sukuk adalah sebesar 0.416. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa
variabel yield to maturity mampu dijelaskan oleh growth, DER, dan rating
sebesar 41.6 % dan sisanya dipengaruhi faktor lain.
77
D. Analisis Regresi Linear Berganda
Dari hasil output tabel 4.3.2, didapatkan model regresi sebagai berikut:
Berdasarkan model persamaan regresi diatas, dapat dijabarkan sebagai
berikut:
a. Konstanta sebesar 15.265 menyatakan bahwa jika growth, DER, dan
rating bernilai nol, maka nilai (Y) yield to maturity sebesar 15.265.
b. Koefisien regresi growth sebesar -0.011 menyatakan bahwa setiap
penambahan 1 faktor pertumbuhan perusahaan, maka jumlah yield to
maturity akan berkurang sebesar 0.011 dengan asumsi variabel independen
lain dari model regresi tetap.
c. Koefisien regresi DER sebesar -0.007 menyatakan bahwa setiap
penambahan 1 faktor DER, maka jumlah yield to maturity akan berkurang
sebesar 0.007 dengan asumsi variabel independen lain dari model regresi
tetap.
d. Koefisien regresi rating sebesar -1.962 menyatakan bahwa setiap
penambahan 1 faktor rating, maka jumlah yield to maturity akan
berkurang sebesar 1.962 dengan asumsi variabel independen lain dari
model regresi tetap.
Y = 15.265 – 0.011*Growth - 0.007*DER – 1.962*Rating
78
E. Interpretasi
Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pertumbuhan Perusahaan
Dari hasil penelitian menunjukkan growth tidak
berpengaruh signifikan terhadap yield to maturity. Pada variabel
ini, terdapat tanda negatif pada koefisien regresinya. Artinya jika
pertumbuhan perusahaan meningkat, maka besarnya yield to
maturity akan menurun. Koefisien regresi growth sebesar -0.011
menyatakan bahwa setiap penambahan 1 faktor pertumbuhan
perusahaan, maka jumlah yield to maturity akan berkurang sebesar
0.011 dengan asumsi variabel independen lain dari model regresi
tetap.
Menurut Agnes Sawir (2004) perusahaan dengan tingkat
pertumbuhan yang cepat lebih banyak mengandalkan modal
eksternal. Biaya emisi saham biasanya lebih tinggi dibanding emisi
obligasi, sehingga perusahaan dengan tingkat pertumbuhan tinggi
cenderung lebih banyak menggunakan utang. Kenaikan
pertumbuhan perusahaan juga menunjukkan kenaikan aktiva yang
dimiliki perusahaan. Keamanan investasi sukuk lebih terjamin
dengan adanya kenaikan aktiva perusahaan sehingga risiko
investasi sukuk lebih rendah. Sesuai dengan prinsip investasi low
risk low return dan high risk high return, maka dengan rendahnya
risiko sukuk, yield yang ditawarkan pada perdagangan sukuk pun
79
rendah. Artinya risiko investasi berbanding lurus dengan return
investasi.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Lidya (2010)
di mana growth berpengaruh negatif terhadap yield obligasi
dikarenakan perusahaan yang sedang bertumbuh justru mempunyai
peluang untuk berkembang dan menghasilkan keuntungan yang
dapat digunakan untuk membayar pokok dan bunga obligasi.
Sejalan dengan hasil penelitian Ni Wayan Linda dan Nyoman
Abundanti (2015) dimana pertumbuhan perusahaan yang tinggi
akan memberikan sinyal bahwa risiko investasi rendah dan
keamanan lebih terjamin, sehingga menawarkan yield obligasi
yang rendah.
Dari hasil penelitian dapat dikatakan bahwa meningkatnya
pertumbuhan perusahaan tidak akan mempengaruhi nilai yield to
maturity yang ditawarkan kepada calon investor saat penjualan
atau penerbitan sukuk korporasi. Peningkatan pertumbuhan
perusahaan ini berarti tidak akan mengurangi yield to maturity
yang didapatkan investor. Hal ini disebabkan karena penilaian
obligasi syariah atau sukuk tidak hanya dari segi pertumbuhan
perusahaan saja. Investor juga mempertimbangkan hal lain dalam
menetapkan keputusan investasi.
Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pertumbuhan
perusahaan tidak berpengaruh signifikan terjadap yield to maturity
80
pada sukuk korporasi di Bursa Efek Indonesia juga terjadi pada
penelitian yang dilakukan Ni Wayan Linda dan Nyoman
Abundanti (2015) dengan periode penelitian 2011-2013. Hal ini
menandakan bahwa data penelitian dengan objek emiten yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang mungkin telah
mempengaruhi hasil variabel pertumbuhan perusahaan tidak
berpengaruh terhadap yield to maturity pada penelitian ini.
2. DER
Dari hasil penelitian menunjukkan DER berpengaruh
signifikan terhadap yield to maturity. Pada variabel ini, terdapat
tanda negatif pada koefisien regresinya. Artinya jika debt to equity
ratio meningkat, maka besarnya yield to maturity akan menurun.
Koefisien regresi DER sebesar -0.007 menyatakan bahwa setiap
penambahan 1 faktor DER, maka jumlah yield to maturity akan
berkurang sebesar 0.007 dengan asumsi variabel independen lain
dari model regresi tetap.
Kenaikan debt to equity menyebabkan laba yang diperoleh
perusahaan akan menurun, maka yield yang seharusnya turun
karena laba perusahaan akan menurun seiring dengan kenaikan
utang. Jika laba perusahaan turun maka yield obligasi yang terbit
berikutnya akan turun. Akan tetapi karena yield ditetapkan dimuka
maka yang akan terjadi jika emiten menerbitkan obligasi lagi
81
kemungkinan kurang laku karena debt to equity mengalami
kenaikan.
Dari hasil penelitian , diketahui bahwa tingkat debt to
equity yang tinggi terdiri dari komposisi utang (jangka pendek
maupun jangka panjang) semakin besar dibanding dengan total
modal perusahaan itu sendiri. Total utang yang besar berdampak
semakin besar beban perusahaan terhadap investor dalam
memenuhi kewajibannya, yaitu membayar yield dan melunasi
sukuk pada saat jatuh tempo. Peningkatan beban ini menunjukkan
sumber modal perusahaan sangat tergantung pihak eksternal,
semakin tinggi risiko suatu perusahaan, maka minat investor
membeli sukuk yang diterbitkan perusahaan tersebut akan semakin
berkurang. Penurunan minat investor dalam membeli sukuk ini
akan berdampak pada penurunan harga sukuk, sehingga return
perusahaan juga semakin menurun. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian Riska Ayu Hapsari (2013) yang menunjukkan
DER berpengaruh negatif signifikan terhadap yield to maturity.
3. Rating
Dari hasil penelitian menunjukkan rating berpengaruh
signifikan terhadap yield to maturity. Pada variabel ini, terdapat
tanda negatif pada koefisien regresinya. Artinya jika rating
meningkat, maka besarnya yield to maturity akan menurun.
Koefisien regresi rating sebesar -1.962 menyatakan bahwa setiap
82
penambahan 1 faktor rating, maka jumlah yield to maturity akan
berkurang sebesar 1.962 dengan asumsi variabel independen lain
dari model regresi tetap.
Rating sukuk memiliki pengaruh yang negatif terhadap
yield to maturity, karena rating yang tinggi biasanya menunjukkan
sukuk yang berkualitas dan risiko default rendah, sehingga yield
yang ditawarkan investor juga rendah, sesuai dengan prinsip low
risk low return dan high risk high return. Rating obligasi syariah di
Indonesia dibuat oleh PT. Pefindo berdasarkan informasi terkini
yang dilengkapi oleh obligor atau dari sumber-sumber lain yang
dianggap dapat diandalkan. Pefindo tidak melalukan audit
sehubungan dengan nilai apapun.
Hasil penelitian ini sejalan dengan yang ditemukan
Hadiasman (2008), Ni Wayan Linda dan Nyoman Abundanti
(2015), bahwa terdapat pengaruh negatif dan signifikan antara
peringkat obligasi terhadap yield obligasi yang diterima.
84
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pertumbuhan
perusahaan, debt to equity, dan rating pada sukuk korporasi outstanding di
Bursa Efek Indonesia periode 2013-2015. Berdasarkan data yang telah
dikumpulkan dan analisis yang telah dilakukan terhadap 10 sampel sukuk
korporasi dengan menggunakan regresi linear berganda, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil pengujian statistik uji R square, nilai
koefisien determinasi R square yang diperoleh pada model
regresi adalah 0.416. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan
variabel independen pertumbuhan perusahaan, debt to equity,
dan rating dalam menjelaskan variabel dependen yield to
maturity adalah sebesar 41.6% sedangkan sisanya sebesar
58.4% dijelaskan variabel lain yang tidak termasuk dalam
penelitian ini.
2. Berdasarkan hasil uji statistik F, variabel independen
(pertumbuhan perusahaan, debt to equity, dan rating) secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen
yield to maturity pada sukuk korporasi outstanding di Bursa
Efek Indonesia periode 2013-2015.
84
3. Berdasarkan hasil pengujian statistik t (secara parsial):
a. pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan
dan menghasilkan hubungan negatif terhadap yield to
maturity pada sukuk korporasi outstanding di Bursa
Efek Indonesia periode 2013-2015;
b.debt to equity berpengaruh signifikan dan
menghasilkan hubungan yang negatif terhadap yield to
maturity pada sukuk korporasi outstanding di Bursa
Efek Indonesia periode 2013-2015;
c. rating berpengaruh signifikan dan menghasilkan
hubungan yang negatif terhadap yield to maturity pada
sukuk korporasi outstanding di Bursa Efek Indonesia
periode 2013-2015.
4. Dari hasil penelitian, didapatkan variabel yang berpengaruh
paling besar terhadap yield to maturity adalah rating dengan
koefisien regresi sebesar -1.962, yang menunjukkan bahwa
setiap penambahan 1 faktor rating maka jumlah yield to
maturity akan berkurang sebesar 1.962 dengan asumsi bahwa
variabel independen lain dari model regresi tetap.
5. Hasil variabel pertumbuhan perusahaan dalam penelitian ini
tidak berpengaruh signifikan terhadap yield to maturity pada
sukuk korporasi outstanding di Bursa Efek Indonesia periode
2013-2015. Hasil ini menunjukkan bahwa kenaikan
85
pertumbuhan perusahaan tidak mempengaruhi penentuan yield
to maturity sukuk korporasi.
6. Dari hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat dikatakan
bahwa yield to maturity akan berkurang jika rating dan debt to
equity semakin tinggi. Artinya ketika perusahaan penerbit
(emiten) memberikan yield to maturity yang tinggi maka dapat
dipastikan rating sukuk tersebut rendah. Karena risiko default
sukuk menjadi lebih besar sehingga rate of return yang
ditawarkan lebih besar. Kenaikan debt to equity
menyebabkan laba yang diperoleh perusahaan akan menurun,
maka yield yang seharusnya turun karena laba perusahaan akan
menurun seiring dengan kenaikan utang. Jika laba perusahaan
turun maka yield obligasi yang terbit berikutnya akan turun.
Akan tetapi karena yield ditetapkan dimuka maka yang akan
terjadi jika emiten menerbitkan obligasi lagi kemungkinan
kurang laku karena debt to equity mengalami kenaikan. Dalam
penelitian ini, rating dan debt to equity menunjukkan hubungan
negatif. Selain itu, rating terbukti memiliki pengaruh yang
paling besar terhadap yield to maturity.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian, maka implikasi yang dapat diberikan
melalui hasil penelitian ini kepada investor dan manajemen perusahaan
penerbit (emiten) adalah sebagai berikut:
86
1. Investor perlu memperhatikan rating sukuk korporasi. Karena
rating sukuk dalam hasil penelitian ini berpengaruh paling
besar dan negatif terhadap besarnya yield to maturity.
2. Selain itu juga terdapat variabel debt to equity yang
berpengaruh negatif signifikan terhadap yield to maturity. Oleh
karena itu investor perlu memperhatikan debt to equity
perusahaan penerbit (emiten) sebelum memutuskan
berinvestasi di sukuk korporasi.
3. Manajemen perusahaan penerbit (emiten) perlu memperhatikan
debt to equity dalam menetapkan besarnya yield to maturity.
Tingkat debt to equity yang tinggi terdiri dari komposisi utang
(jangka pendek maupun jangka panjang) semakin besar
dibanding dengan total modal perusahaan itu sendiri. Total
utang yang besar berdampak semakin besar beban perusahaan
terhadap investor dalam memenuhi kewajibannya, yaitu
membayar yield dan melunasi sukuk pada saat jatuh tempo.
Peningkatan beban ini menunjukkan sumber modal perusahaan
sangat tergantung pihak eksternal, semakin tinggi risiko suatu
perusahaan, maka minat investor membeli sukuk yang
diterbitkan perusahaan tersebut akan semakin berkurang.
Penurunan minat investor dalam membeli sukuk ini akan
berdampak pada penurunan harga sukuk, sehingga return
perusahaan juga semakin menurun.
87
C. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan melalui hasil penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Sebelum menentukan yield to maturity, perusahaan penerbit
(emiten) sukuk terlebih dahulu mengkaji faktor-faktor yang
mempengaruhi besarnya yield to maturity, sehingga dalam
pelaksanaannya nanti akan menguntungkan kedua belah pihak
baik perusahaan maupun investor. Perusahaan perlu
memperhatilan besarnya debt to equity, perusahaan seharusnya
berusaha memperoleh angka yield to maturity yang stabil
sehingga menguntungkan kedua belah pihak.
2. Investor perlu memperhatikan rating sukuk sebelum
memutuskan membeli instrument investasi sukuk korporasi
agar terhindar dari default risk. Rating menjadi salah satu
faktor yang berpengaruh terhadap penentuan nilai rate of return
sukuk. Semakin tinggi rating menunjukkan risiko sukuk
korporasi yang semakin rendah sehingga yield to maturity yang
ditawarkan perusahaan penerbit juga lebih rendah.
3. Dalam penelitian selanjutnya, dapat membahas motif investor
dalam membeli sukuk.
4. Tambahkan juga variabel independen berupa rasio keuangan
lain, karena sangat dimungkinkan rasio keuangan lain yang
88
tidak dimasukkan dalam penelitian ini berpengaruh kuat
terhadap yield to maturity.
5. Menambahkan rentang waktu yang lebih panjang sehingga
hasil yang diperoleh lebih generalisasi dan menghasilkan
analisis yang lebih baik.
89
Daftar Pustaka
A. Buku-Buku Arijanto, Agus. Dosa-Dosa Orangtua terhadap Anak dalam Hal Finansial.
Jakarta:PT. Elex Media Komputindo, 2010. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta, 2002. Asnawi, Said Kelana, dan Chandra Wijaya. Riset Keuangan: Pengujian-
Pengujian Empiris. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,2005 Billah, Moh Ma’sum. Penerapan Pasar Modal Islam. Selangor: Sweet and
Maxwell Asia, 2009. Boediono dan Wayan Koster. Teori dan Aplikasi Statsitika dan Probabilitas.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008. Cahyana ,Jaka E. Langkah Taktis Metodis Berinvestasi di Obligasi. Jakarta: PT.
Elex Media Komputindo, 2004. Efferin, Sujoko, dkk. Metode Penelitian Akuntansi, Metode Penelitian Akuntansi
Menungkap Fenomena Dengan Pendekatan Kuantitatif Dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008.
Ghazali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 21.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2013. Gujarati, Damodar N. Basic Ecomometrics New York: McGraw-Hill, 1988. Herjanto, Eddy. Manajemen Operasi Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit Grasindo,
2015. Horne, James C. Van, dan John M. Wachowicz. Jr. Prinsip-Prinsip Manajemen
Keuangan. Jakarta: Salemba Empat, 1998. Irianto, Agus. Statistik Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Prenada Media,
2004.
Jusuf, Jopie. Analisis Kredit Untuk Account Officer. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 1995.
90
Kuswadi. Meningkatkan Laba Melalui Pendekatan Akuntansi Keuangan dan Akuntansi Biaya. Jakarta: PT. Elexmedia Komputindo, 2005.
Liembono, RH. Analisis Fundamental. Surabaya: MIC Publishing, 2016. Loen, Boy, dan Sonny Ericson. Manajemen Aktiva Pasiva Bank Devisa. Jakarta:
Penerbit Grasindo, 2007. Mannan, Abdul. Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Investasi di Pasar
Modal Syariah. Jakarta: Prenada Media Group, 2009. Manurung, Adler Haymans. Dasar-Dasar Investasi Obligasi. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo, 2006. Mauludi, Ali. Statistika I Penelitian Ekonomi Islam Dan Sosial Edisi Pertama.
Jakarta: P3EI UIN Jakarta, 2006. M. Fakhruddin, Hendy. Istilah Pasar Modal A-Z. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo, 2009.
Nisfiannor, Muhammad. Pendekatan Statistika Modern untuk Ilmu Sosial. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika. 2009.
Pearce, John, dan Richard Robinson. Manajemen Strategis Edisi 10 Buku I.
Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2008. Pratisto, Arif. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan
Percobaan dengan SPSS 12. Jakarta: Elex Media Komputindo, 2004.
Pratomo, Eko Prio, dan Ubaidillah Nugraha. Reksadana solusi Perencanaan Investasi di Era Modern. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2000
Rahardjo, Sapto. Panduan Investasi Obligasi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008.
Ries, Eric. The Lean Startup. Yogyakarta: Penerbit Bentang, 2015.
Samsul, Mohamad. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Surabaya: PT. Gelora Aksara Pratama. 2006.
91
Santoso, Singgih. Analisis SPSS Pada Statistik Parametrik. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2012.
Santoso, Singgih. Panduan Lengkap Menguasai SPSS 16. Jakarta: PT.Elexmedia Komputindo, 2008.
Santoso, Singgih. Statistik Multivariat. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo,
2010.
Santoso, Singgih. Statistik Parametrik . Jakarta: PT. Elex Media Komputindo,
2010. Sawir, Agnes. Kebijakan Pendanaan dan Restrukturiasai Perusahaan. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2004. Siagian, Dergibson, dan Sugiarto. Metode Statistika untuk Bisnis dan Ekonomi.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2000.
Solihin, Ahmad Ifham. Buku Pintar Ekonomi Syariah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2010.
Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Pusat Bahasa Depdiknas, 2003. Sugiyono. Metode Penelitian (Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung:
Alfabeta, 2009.
Sugiyono. Statistika Untuk Penelitian, Cetakan Ketujuh. Bandung: CV. Alfabeta, 2006.
Suharyadi dan Purwanto S.K. Statistika: Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern,
Edisi2. Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2009. Supangat, Andi. Statistika Dalam Kajian Deskriptif, Inferensi dan Parametrik,.
Jakarta: Kencana Prenada, 2008. Supranto, J. Ekonometri. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia, 2004. Supranto, J. Statistik Pasar Modal. Jakarta: Rineka Cipta, 1992
92
Swarjana, I Ketut Swarjana. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:CV. Andi Offcet, 2012.
Tambunan, Andy Norman. Menilai Harga Wajar Saham. Jakarta: Elex Media
Komputindo, 2006. Tandelilin, Eduardus. Portofolio dan Investasi Edisi Pertama. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius, 2010 Tim Dosen Ekonometri Dan Tim Asisten Praktikum. Buku Pedoman Praktikum
Ekonometrika. Malang: Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan Dan Kelautan Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, 2015.
Widiatmodjo, Sawidji. Jurus Jitu Go Public. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo, 2004. Widiatmodjo, Sawidji. Professional Investing. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, 2008.
Winarno, Wing Wahyu. Analisis Ekonometrika dan Statistika Dengan Eviews Edisi 4. Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2015.
B. Jurnal, Skripsi, dan Tesis Ardhani, Agnes Antin. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pertumbuhan Usaha Dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Perusahaan.” Tesis Program Pascasarjana Universitas Diponegoro, 2004.
Bachtiar, Sukmawati. “Analisis Pengaruh Penggunaan Sukuk (Obligasi Syariah)
Terhadap Return On Asset (ROA), Asset Turnover (ATO), Dam Current Ratio (CR) Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan London Stock Exchange (LSE) Periode 2007-2011.” Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013.
Evans, David S. “The Relationship Between Firm Growth, Size, and Age:
Estimates for 100 Manufacturing Industries.” Journal of Industrial Economics 35, 1987.
Faizah, Yuinar Laeli Nur, dkk. “Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Size dan Leverage Perusahaan Terhadap Yield Obligasi Dengan Peringkat Obligasi Sebagai Variabel Intervening.” Jurnal Universitas Jenderal Soedirman (2014),h.i.
93
Hapsari, Riska Ayu. “Kajian Yield to Maturity (YTM) Obligasi Pada Perusahaan Korporasi” Accounting Analysis Journal AAJ 2(1) (2013),h.74-76.
Ibrahim, Hadiasman. “Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Peringkat Obligasi, Ukuran
Perusahaan Dan DER Terhadap Yield to maturity Obligasi Korporasi Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2004-2006.” Tesis Universitas Diponegoro, 2008.
Kurniawati, Devi Dwi. “Analisis Perkembangan Sukuk (Obligasi Syariah) Dan
Dampaknya Bagi Pasar Modal Syariah.”, Jurnal (2013), h. 7. Kusumajaya, Dewa Kadek Oka. “Pengaruh Struktur Modal dan Pertumbuhan
Perusahaan Terhadap Profitabilitas dan Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia.” Tesis Program Pascasarjana Universitas Udayana, 2011.
Mufarini, Zaima. “Perbandingan Kinerja Obligasi Korporasi antara Konvensional
dan Syariah Ijarah.” Tesis Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
Nurhasanah, “Hubungan Antara Likuiditas Dan Harga Sukuk Serta Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhinya.” Tesis Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2011.
Orser, Barbara J, dkk. “Performance, Firm Size, and Management Problem
Solving.” Journal of small Business Management, 2000):h.54. Prastyaningrum, Dwi Sakti. “Faktor-Faktor Yang Mempngearuhi Perusahaan
Melakukan Auditor Switching.” Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2013.
Restuti, Maria Immalacuta Mitha Dewi. “Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan
Terhadap Peringkat Dan Yield Obligasi.” Jurnal UPH Business School (2006):h.1.
Sari, Ni Wayan Linda Naluritha, dan Nyoman Abundanti. “Variabel-Variabel
Yang Mempengaruhi Yield Obligasi Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.” E-Jurnal Manajemen Unud, Vol 4, No. 11, (2015):h.i..
C. Workshop, dan Institusi Centre Banking Studies, Central Bank of Sri Lanka, “Sukuk: Shariah Guidelines
for Islamic Bonds”, Islamic Banking Operations and Regulatory Framework Workshop 24-26 January 2012. Sri Lanka: Centre Banking Studies, 2012.,h.4.
94
Direktorat Pembiayaan Syariah. Mengenal Sukuk Instrumen Investasi Berbasis
Syariah. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang. Direktorat Pasar Modal Syariah, Otoritas Jasa Keuangan, Roadmap Pasar Modal
Syariah 2015-2019. Jakarta:Otoritas Jasa Keuangan, 2015. DSN-MUI, Fatwa Nomor 32/DSN-MUI/XI/2002 tentang Obligasi Syariah.
Jakarta: Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, 2002. Hosen, Nadratuzzaman., “Slide Show Mata Kuliah Statistik 2:
Heteroskedastisitas.” Ciputat: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah,2012. h. 2.
Hosen, Nadratuzzaman. “Slide Show Mata Kuliah Statistik 2: Multicollinearity”
Ciputat: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah,2012. h. 9.
Hosen, Nadratuzzaman. “Slide Show Mata Kuliah Statistik 2: Uji Asumsi Klasik” Ciputat: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, 2012. h. 7.
Hosen, Nadratuzzaman. “Slide Show Mata Kuliah Statistik 2: Uji Statistik”
Ciputat: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah,2012. h. 3-6.
Otoritas Jasa Keuangan, Laporan Kinerja OJK 2015. Jakarta: Otoritas Jasa
Keuangan, 2015. The Accounting and Auditing Organization for Islamic Institutions, Sharia
Standards No. 17. Bahrain: AAOIFI, 2003. Touriq, Muhamad. Investasi Pasar Modal Syariah: Kuliah Informal Hukum
Ekonomi Islam. Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Jakarta: Direktorat Pasar Modal Syariah Otoritas Jasa Keuangan, 2013.h.53.
D. Dokumen Elektronik
Kementerian Keuangan, “Perbanyak Penerbitan Obligasi Korporasi Syariah
Karena Sangat Menguntungkan”. Artikel diakses pada 28 Maret 2016 dari www.kemenkeu.go.id/odel/14693/
Kementrian Keuangan. “Sosialisasi Mengenai Sukuk”. Artikel diakses pada 28 Maret 2016 dari www.kemenkeu.go.id/berita/menkeu-puas-dengan-perkembangan-sukuk-di-indonesia/
95
Otoritas Jasa Keuangan. “Sukuk Korporasi”. Artikel diakses pada 23 Januari 2017
dari sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Article/289 Otoritas Jasa Keuangan. “Obligasi Korporasi”. Artikel diakses pada 23 Januari
2017 dari sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/Category/65 Purwanto, Eko. “Tahun Pasar Modal Syariah” Artikel diakses pada 13 November
2016 dari ekbis.sindonews.com/read/967602/150/tahun-pasar-modal-syariah-1424659578/
Respati, Yogie “Sukuk Negara Buka Peluang Penerbitan Sukuk Korporasi”.
Artikel diakses pada 13 November 2016 dari www.akucintakeangansyariah.com/23717/sukuk-negara-buka-peluang-penerbitan-sukuk-korporasi/
Lampiran 1
Tabulasi Variabel Dependen Yield to Maturity
Bond ID Year YTM
ADHISM1CN1 2013 9.51
ADHISM1CN1 2014 8.947
ADHISM1CN1 2015 10.342
ADHISM1CN2 2013 9.07
ADHISM1CN2 2014 9.137
ADHISM1CN2 2015 14.71
SIPPLN01ACN2 2013 8.2
SIPPLN01ACN2 2014 9.395
SIPPLN01ACN2 2015 8.99
SIPPLN01BCN2 2013 9.6
SIPPLN01BCN2 2014 10.855
SIPPLN01BCN2 2015 9.562
SIPPLN01CN1 2013 8
SIPPLN01CN1 2014 9.04
SIPPLN01CN1 2015 8.758
SIPPLN01 2013 9.42
SIPPLN01 2014 9.683
SIPPLN01 2015 9.547
SIKPPNL03B 2013 10.11
SIKPPNL03B 2014 10.119
SIKPPNL03B 2015 9.695
SIISAT05 2013 7.88
SIISAT05 2014 10.04
SIISAT05 2015 8.63
BBMISMSB1CN1 2013 9.44
BBMISMSB1CN1 2014 11.39
BBMISMSB1CN1 2015 11.81
BBMISMSB1CN2 2013 11.02
BBMISMSB1CN2 2014 13.73
BBMISMSB1CN2 2015 10.07
Lampiran 2
Tabulasi Variabel Independen Pertumbuhan Perusahaan
Bonds Code Year Total Aktiva t Total Aktiva t-1 Pertumbuhan
Perusahaan ADHISM1CN1 2013 9,720,961,764,422 7,872,073,635,468 23.487 ADHISM1CN1 2014 10,458,881,684,274 9,720,961,764,422 7.591 ADHISM1CN1 2015 16,761,062,514,879 10,458,881,684,274 60.257 ADHISM1CN2 2013 9,720,961,764,422 7,872,073,635,468 23.487 ADHISM1CN2 2014 10,458,881,684,274 9,720,961,764,422 7.591 ADHISM1CN2 2015 16,761,062,514,879 10,458,881,684,274 60.257 SIPPLN01ACN2 2013 595,877,391,000,000 549,375,964,000,000 8.464 SIPPLN01ACN2 2014 603,659,191,000,000 595,877,391,000,000 1.306 SIPPLN01ACN2 2015 1,227,355,512,000,000 603,659,191,000,000 103.319 SIPPLN01BCN2 2013 595,877,391,000,000 549,375,964,000,000 8.464 SIPPLN01BCN2 2014 603,659,191,000,000 595,877,391,000,000 1.306 SIPPLN01BCN2 2015 1,227,355,512,000,000 603,659,191,000,000 103.319 SIPPLN01CN1 2013 595,877,391,000,000 549,375,964,000,000 8.464 SIPPLN01CN1 2014 603,659,191,000,000 595,877,391,000,000 1.306 SIPPLN01CN1 2015 1,227,355,512,000,000 603,659,191,000,000 103.319 SIPPLN01 2013 595,877,391,000,000 549,375,964,000,000 8.464 SIPPLN01 2014 603,659,191,000,000 595,877,391,000,000 1.306 SIPPLN01 2015 1,227,355,512,000,000 603,659,191,000,000 103.319 SIKPPNL03B 2013 595,877,391,000,000 549,375,964,000,000 8.464 SIKPPNL03B 2014 603,659,191,000,000 595,877,391,000,000 1.306 SIKPPNL03B 2015 1,227,355,512,000,000 603,659,191,000,000 103.319 SIISAT05 2013 54,520,891,000,000 55,225,061,000,000 -1.275 SIISAT05 2014 53,269,697,000,000 54,520,891,000,000 -2.295 SIISAT05 2015 55,388,517,000,000 53,269,697,000,000 3.978 BBMISMSB1CN1 2013 54,694,020,564,000 44,854,413,084,000 21.937 BBMISMSB1CN1 2014 62,442,189,696,000 54,695,020,564,000 14.164 BBMISMSB1CN1 2015 57,172,587,967,000 62,442,189,696,000 -8.439 BBMISMSB1CN2 2013 54,694,020,564,000 44,854,413,084,000 21.937 BBMISMSB1CN2 2014 62,442,189,696,000 54,695,020,564,000 14.164 BBMISMSB1CN2 2015 57,172,587,967,000 62,442,189,696,000 -8.439
Lampiran 3
Tabulasi Variabel Independen Debt to Equity
Bonds Code Year Total Debt Equity DER ADHISM1CN1 2013 8,172,498,971,851 1,548,462,792,571 527.7814237 ADHISM1CN1 2014 8,707,338,334,630 1,751,543,349,644 497.1237701 ADHISM1CN1 2015 11,598,931,718,043 5,162,131,796,836 224.6926691 ADHISM1CN2 2013 8,172,498,971,851 1,548,462,792,571 527.7814237 ADHISM1CN2 2014 8,707,338,334,630 1,751,543,349,644 497.1237701 ADHISM1CN2 2015 11,598,931,718,043 5,162,131,796,836 224.6926691 SIPPLN01ACN2 2013 462,645,611,000,000 133,231,780,000,000 347.2486902 SIPPLN01ACN2 2014 438,987,965,000,000 164,671,226,000,000 266.5845003 SIPPLN01ACN2 2015 379,136,441,000,000 848,219,071,000,000 44.69793877 SIPPLN01BCN2 2013 462,645,611,000,000 133,231,780,000,000 347.2486902 SIPPLN01BCN2 2014 438,987,965,000,000 164,671,226,000,000 266.5845003 SIPPLN01BCN2 2015 379,136,441,000,000 848,219,071,000,000 44.69793877 SIPPLN01CN1 2013 462,645,611,000,000 133,231,780,000,000 347.2486902 SIPPLN01CN1 2014 438,987,965,000,000 164,671,226,000,000 266.5845003 SIPPLN01CN1 2015 379,136,441,000,000 848,219,071,000,000 44.69793877 SIPPLN01 2013 462,645,611,000,000 133,231,780,000,000 347.2486902 SIPPLN01 2014 438,987,965,000,000 164,671,226,000,000 266.5845003 SIPPLN01 2015 379,136,441,000,000 848,219,071,000,000 44.69793877 SIKPPNL03B 2013 462,645,611,000,000 133,231,780,000,000 347.2486902 SIKPPNL03B 2014 438,987,965,000,000 164,671,226,000,000 266.5845003 SIKPPNL03B 2015 379,136,441,000,000 848,219,071,000,000 44.69793877 SIISAT05 2013 38,003,293,000,000 16,517,598,000,000 230.0775997 SIISAT05 2014 39,058,877,000,000 14,195,964,000,000 275.1407161 SIISAT05 2015 42,124,676,000,000 13,263,841,000,000 317.590327 BBMISMSB1CN1 2013 9,875,162,022,000 4,291,093,718,000 230.1315858 BBMISMSB1CN1 2014 9,463,142,866,000 4,023,951,885,000 235.1703782 BBMISMSB1CN1 2015 8,952,097,186,000 3,550,563,883,000 252.131703 BBMISMSB1CN2 2013 9,875,162,022,000 4,291,093,718,000 230.1315858 BBMISMSB1CN2 2014 9,463,142,866,000 4,023,951,885,000 235.1703782 BBMISMSB1CN2 2015 8,952,097,186,000 3,550,563,883,000 252.131703
Lampiran 4
Tabulasi Variabel Independen Rating
Bond Code Year Rating Kode
ADHISM1CN1 2013 idA(sy) 1
ADHISM1CN1 2014 idA(sy) 1
ADHISM1CN1 2015 idA(sy) 1
ADHISM1CN2 2013 idA(sy) 1
ADHISM1CN2 2014 idA(sy) 1
ADHISM1CN2 2015 idA(sy) 1
SIPPLN01ACN2 2013 idAAA(sy) 2
SIPPLN01ACN2 2014 idAAA(sy) 2
SIPPLN01ACN2 2015 idAAA(sy) 2
SIPPLN01BCN2 2013 idAAA(sy) 2
SIPPLN01BCN2 2014 idAAA(sy) 2
SIPPLN01BCN2 2015 idAAA(sy) 2
SIPPLN01CN1 2013 idAAA(sy) 2
SIPPLN01CN1 2014 idAAA(sy) 2
SIPPLN01CN1 2015 idAAA(sy) 2
SIPPLN01 2013 idAAA(sy) 2
SIPPLN01 2014 idAAA(sy) 2
SIPPLN01 2015 idAAA(sy) 2
SIKPPNL03B 2013 idAAA(sy) 2
SIKPPNL03B 2014 idAAA(sy) 2
SIKPPNL03B 2015 idAAA(sy) 2
SIISAT05 2013 idAA+(sy) 2
SIISAT05 2014 idAA+(sy) 2
SIISAT05 2015 idAA+(sy) 2
BBMISMSB1CN1 2013 idA(sy) 1
BBMISMSB1CN1 2014 idA(sy) 1
BBMISMSB1CN1 2015 idA(sy) 1
BBMISMSB1CN2 2013 idA(sy) 1
BBMISMSB1CN2 2014 idA(sy) 1
BBMISMSB1CN2 2015 idA(sy) 1
note:
2: high credit quality
1: medium credit quality
0: low credit quality
Lampiran 5
Bond ID Year YTM Pertumbuhan DER Rating Perusahaan
ADHISM1CN1 2013 9.51 10.23 527.78 1 ADHISM1CN1 2014 8.947 5.63 497.12 1 ADHISM1CN1 2015 10.342 60.28 224.69 1 ADHISM1CN2 2013 9.07 10.23 527.78 1 ADHISM1CN2 2014 9.137 5.63 497.12 1 ADHISM1CN2 2015 14.71 60.28 224.69 1 SIPPLN01ACN2 2013 8.2 8.46 347.25 2 SIPPLN01ACN2 2014 9.395 -9.46 266.58 2 SIPPLN01ACN2 2015 8.99 127.49 44.70 2 SIPPLN01BCN2 2013 9.6 8.46 347.25 2 SIPPLN01BCN2 2014 10.855 -9.46 266.58 2 SIPPLN01BCN2 2015 9.562 127.49 44.70 2 SIPPLN01CN1 2013 8 8.46 347.25 2 SIPPLN01CN1 2014 9.04 -9.46 266.58 2 SIPPLN01CN1 2015 8.758 127.49 44.70 2 SIPPLN01 2013 9.42 8.46 347.25 2 SIPPLN01 2014 9.683 -9.46 266.58 2 SIPPLN01 2015 9.547 127.49 44.70 2 SIKPPNL03B 2013 10.11 8.46 347.25 2 SIKPPNL03B 2014 10.119 -9.46 266.58 2 SIKPPNL03B 2015 9.695 127.49 44.70 2 SIISAT05 2013 7.88 -1.28 230.08 2 SIISAT05 2014 10.04 -2.29 275.14 2 SIISAT05 2015 8.63 3.98 317.59 2 BBMISMSB1CN1 2013 9.44 21.94 230.13 1 BBMISMSB1CN1 2014 11.39 14.16 235.17 1 BBMISMSB1CN1 2015 11.81 -8.44 252.13 1 BBMISMSB1CN2 2013 11.02 21.94 230.13 1 BBMISMSB1CN2 2014 13.73 14.16 235.17 1 BBMISMSB1CN2 2015 10.07 -8.44 252.13 1
Sampel Penelitian
Lampiran 6
Tabel Durbin-Watson (DW), α=5%
n
k=1 k=2 k=3 k=4 dL dU dL dU dL dU dL dU
6 0.6102 1.4002
0.4672 1.8964 0.3674 2.2866
0.2957 2.5881
7 0.6996 1.3564 8 0.7629 1.3324 0.5591 1.7771 9 0.8243 1.3199 0.6291 1.6993 0.4548 2.1282 10 0.8791 1.3197 0.6972 1.6413 0.5253 2.0163 0.3760 2.4137 11 0.9273 1.3241 0.7580 1.6044 0.5948 1.9280 0.4441 2.2833 12 0.9708 1.3314 0.8122 1.5794 0.6577 1.8640 0.5120 2.1766 13 1.0097 1.3404 0.8612 1.5621 0.7147 1.8159 0.5745 2.0943 14 1.0450 1.3503 0.9054 1.5507 0.7667 1.7788 0.6321 2.0296 15 1.0770 1.3605 0.9455 1.5432 0.8140 1.7501 0.6852 1.9774 16 1.1062 1.3709 0.9820 1.5386 0.8572 1.7277 0.7340 1.9351 17 1.1330 1.3812 1.0154 1.5361 0.8968 1.7101 0.7790 1.9005 18 1.1576 1.3913 1.0461 1.5353 0.9331 1.6961 0.8204 1.8719 19 1.1804 1.4012 1.0743 1.5355 0.9666 1.6851 0.8588 1.8482 20 1.2015 1.4107 1.1004 1.5367 0.9976 1.6763 0.8943 1.8283 21 1.2212 1.4200 1.1246 1.5385 1.0262 1.6694 0.9272 1.8116 22 1.2395 1.4289 1.1471 1.5408 1.0529 1.6640 0.9578 1.7974 23 1.2567 1.4375 1.1682 1.5435 1.0778 1.6597 0.9864 1.7855 24 1.2728 1.4458 1.1878 1.5464 1.1010 1.6565 1.0131 1.7753 25 1.2879 1.4537 1.2063 1.5495 1.1228 1.6540 1.0381 1.7666 26 1.3022 1.4614 1.2236 1.5528 1.1432 1.6523 1.0616 1.7591 27 1.3157 1.4688 1.2399 1.5562 1.1624 1.6510 1.0836 1.7527 28 1.3284 1.4759 1.2553 1.5596 1.1805 1.6503 1.1044 1.7473 29 1.3405 1.4828 1.2699 1.5631 1.1976 1.6499 1.1241 1.7426 30 1.3520 1.4894 1.2837 1.5666 1.2138 1.6498 1.1426 1.7386 31 1.3630 1.4957 1.2969 1.5701 1.2292 1.6500 1.1602 1.7352 32 1.3734 1.5019 1.3093 1.5736 1.2437 1.6505 1.1769 1.7323 33 1.3834 1.5078 1.3212 1.5770 1.2576 1.6511 1.1927 1.7298 34 1.3929 1.5136 1.3325 1.5805 1.2707 1.6519 1.2078 1.7277 35 1.4019 1.5191 1.3433 1.5838 1.2833 1.6528 1.2221 1.7259 36 1.4107 1.5245 1.3537 1.5872 1.2953 1.6539 1.2358 1.7245 37 1.4190 1.5297 1.3635 1.5904 1.3068 1.6550 1.2489 1.7233 38 1.4270 1.5348 1.3730 1.5937 1.3177 1.6563 1.2614 1.7223 39 1.4347 1.5396 1.3821 1.5969 1.3283 1.6575 1.2734 1.7215 40 1.4421 1.5444 1.3908 1.6000 1.3384 1.6589 1.2848 1.7209 41 1.4493 1.5490 1.3992 1.6031 1.3480 1.6603 1.2958 1.7205 42 1.4562 1.5534 1.4073 1.6061 1.3573 1.6617 1.3064 1.7202 43 1.4628 1.5577 1.4151 1.6091 1.3663 1.6632 1.3166 1.7200 44 1.4692 1.5619 1.4226 1.6120 1.3749 1.6647 1.3263 1.7200 45 1.4754 1.5660 1.4298 1.6148 1.3832 1.6662 1.3357 1.7200 46 1.4814 1.5700 1.4368 1.6176 1.3912 1.6677 1.3448 1.7201 47 1.4872 1.5739 1.4435 1.6204 1.3989 1.6692 1.3535 1.7203 48 1.4928 1.5776 1.4500 1.6231 1.4064 1.6708 1.3619 1.7206 49 1.4982 1.5813 1.4564 1.6257 1.4136 1.6723 1.3701 1.7210
Lampiran 7
Titik Persentase Distribusi F untuk Probabilita = 0,05
df untuk penyebut
(N2)
df untuk pembilang (N1)
1 2 3 4 5 6 7 8
1 161 199 216 225 230 234 237 239
2 18.51 19.00 19.16 19.25 19.30 19.33 19.35 19.37 3 10.13 9.55 9.28 9.12 9.01 8.94 8.89 8.85 4 7.71 6.94 6.59 6.39 6.26 6.16 6.09 6.04 5 6.61 5.79 5.41 5.19 5.05 4.95 4.88 4.82 6 5.99 5.14 4.76 4.53 4.39 4.28 4.21 4.15 7 5.59 4.74 4.35 4.12 3.97 3.87 3.79 3.73 8 5.32 4.46 4.07 3.84 3.69 3.58 3.50 3.44 9 5.12 4.26 3.86 3.63 3.48 3.37 3.29 3.23
10 4.96 4.10 3.71 3.48 3.33 3.22 3.14 3.07 11 4.84 3.98 3.59 3.36 3.20 3.09 3.01 2.95 12 4.75 3.89 3.49 3.26 3.11 3.00 2.91 2.85 13 4.67 3.81 3.41 3.18 3.03 2.92 2.83 2.77 14 4.60 3.74 3.34 3.11 2.96 2.85 2.76 2.70 15 4.54 3.68 3.29 3.06 2.90 2.79 2.71 2.64 16 4.49 3.63 3.24 3.01 2.85 2.74 2.66 2.59 17 4.45 3.59 3.20 2.96 2.81 2.70 2.61 2.55 18 4.41 3.55 3.16 2.93 2.77 2.66 2.58 2.51 19 4.38 3.52 3.13 2.90 2.74 2.63 2.54 2.48 20 4.35 3.49 3.10 2.87 2.71 2.60 2.51 2.45 21 4.32 3.47 3.07 2.84 2.68 2.57 2.49 2.42 22 4.30 3.44 3.05 2.82 2.66 2.55 2.46 2.40 23 4.28 3.42 3.03 2.80 2.64 2.53 2.44 2.37 24 4.26 3.40 3.01 2.78 2.62 2.51 2.42 2.36 25 4.24 3.39 2.99 2.76 2.60 2.49 2.40 2.34 26 4.23 3.37 2.98 2.74 2.59 2.47 2.39 2.32 27 4.21 3.35 2.96 2.73 2.57 2.46 2.37 2.31 28 4.20 3.34 2.95 2.71 2.56 2.45 2.36 2.29 29 4.18 3.33 2.93 2.70 2.55 2.43 2.35 2.28 30 4.17 3.32 2.92 2.69 2.53 2.42 2.33 2.27 31 4.16 3.30 2.91 2.68 2.52 2.41 2.32 2.25 32 4.15 3.29 2.90 2.67 2.51 2.40 2.31 2.24 33 4.14 3.28 2.89 2.66 2.50 2.39 2.30 2.23 34 4.13 3.28 2.88 2.65 2.49 2.38 2.29 2.23 35 4.12 3.27 2.87 2.64 2.49 2.37 2.29 2.22 36 4.11 3.26 2.87 2.63 2.48 2.36 2.28 2.21 37 4.11 3.25 2.86 2.63 2.47 2.36 2.27 2.20 38 4.10 3.24 2.85 2.62 2.46 2.35 2.26 2.19 39 4.09 3.24 2.85 2.61 2.46 2.34 2.26 2.19 40 4.08 3.23 2.84 2.61 2.45 2.34 2.25 2.18 41 4.08 3.23 2.83 2.60 2.44 2.33 2.24 2.17 42 4.07 3.22 2.83 2.59 2.44 2.32 2.24 2.17 43 4.07 3.21 2.82 2.59 2.43 2.32 2.23 2.16 44 4.06 3.21 2.82 2.58 2.43 2.31 2.23 2.16
Lampiran 8
Titik Persentase Distribusi t untuk d.f = 1-40
Pr 0.25 0.10 0.05 0.025 0.01 0.005 0.001
df 0.50 0.20 0.10 0.050 0.02 0.010 0.002 1 1.00000 3.07768 6.31375 12.70620 31.82052 63.65674 318.30884
2 0.81650 1.88562 2.91999 4.30265 6.96456 9.92484 22.32712 3 0.76489 1.63774 2.35336 3.18245 4.54070 5.84091 10.21453 4 0.74070 1.53321 2.13185 2.77645 3.74695 4.60409 7.17318 5 0.72669 1.47588 2.01505 2.57058 3.36493 4.03214 5.89343 6 0.71756 1.43976 1.94318 2.44691 3.14267 3.70743 5.20763 7 0.71114 1.41492 1.89458 2.36462 2.99795 3.49948 4.78529 8 0.70639 1.39682 1.85955 2.30600 2.89646 3.35539 4.50079 9 0.70272 1.38303 1.83311 2.26216 2.82144 3.24984 4.29681
10 0.69981 1.37218 1.81246 2.22814 2.76377 3.16927 4.14370 11 0.69745 1.36343 1.79588 2.20099 2.71808 3.10581 4.02470 12 0.69548 1.35622 1.78229 2.17881 2.68100 3.05454 3.92963 13 0.69383 1.35017 1.77093 2.16037 2.65031 3.01228 3.85198 14 0.69242 1.34503 1.76131 2.14479 2.62449 2.97684 3.78739 15 0.69120 1.34061 1.75305 2.13145 2.60248 2.94671 3.73283 16 0.69013 1.33676 1.74588 2.11991 2.58349 2.92078 3.68615 17 0.68920 1.33338 1.73961 2.10982 2.56693 2.89823 3.64577 18 0.68836 1.33039 1.73406 2.10092 2.55238 2.87844 3.61048 19 0.68762 1.32773 1.72913 2.09302 2.53948 2.86093 3.57940 20 0.68695 1.32534 1.72472 2.08596 2.52798 2.84534 3.55181 21 0.68635 1.32319 1.72074 2.07961 2.51765 2.83136 3.52715 22 0.68581 1.32124 1.71714 2.07387 2.50832 2.81876 3.50499 23 0.68531 1.31946 1.71387 2.06866 2.49987 2.80734 3.48496 24 0.68485 1.31784 1.71088 2.06390 2.49216 2.79694 3.46678 25 0.68443 1.31635 1.70814 2.05954 2.48511 2.78744 3.45019 26 0.68404 1.31497 1.70562 2.05553 2.47863 2.77871 3.43500 27 0.68368 1.31370 1.70329 2.05183 2.47266 2.77068 3.42103 28 0.68335 1.31253 1.70113 2.04841 2.46714 2.76326 3.40816 29 0.68304 1.31143 1.69913 2.04523 2.46202 2.75639 3.39624 30 0.68276 1.31042 1.69726 2.04227 2.45726 2.75000 3.38518 31 0.68249 1.30946 1.69552 2.03951 2.45282 2.74404 3.37490 32 0.68223 1.30857 1.69389 2.03693 2.44868 2.73848 3.36531 33 0.68200 1.30774 1.69236 2.03452 2.44479 2.73328 3.35634 34 0.68177 1.30695 1.69092 2.03224 2.44115 2.72839 3.34793 35 0.68156 1.30621 1.68957 2.03011 2.43772 2.72381 3.34005 36 0.68137 1.30551 1.68830 2.02809 2.43449 2.71948 3.33262 37 0.68118 1.30485 1.68709 2.02619 2.43145 2.71541 3.32563 38 0.68100 1.30423 1.68595 2.02439 2.42857 2.71156 3.31903 39 0.68083 1.30364 1.68488 2.02269 2.42584 2.70791 3.31279 40 0.68067 1.30308 1.68385 2.02108 2.42326 2.70446 3.30688
Catatan: Probabilita yang lebih kecil yang ditunjukkan pada judul tiap kolom adalah luas daerah dalam satu ujung, sedangkan probabilitas yang lebih besar adalah luas daerah dalam kedua ujung
Lampiran 9
Daftar Riwayat Hidup
Nama : Laili Shabrina Zulimar
Tempat dan Tanggal Lahir : Jakarta, 16 November 1992
Alamat : Komplek Minhajusobirin, Jl. Masjid H.
Sobirin 013/010 No.17HT Cibubur, Ciracas,
Jakarta Timur 13720
Nomor Telepon
Surat Elektronik
: +6285284842331
Nama Orang Tua :Ayah : Eka Doni Zulimar
Ibu : Suci Yudowati
Riwayat Pendidikan Formal:
SD : SD Islam Amarilis
SMP : SMPN 147 Jakarta
SMA : SMAN 39 Jakarta
S1 : Program Studi Perbankan Syariah, FEB UIN Syarif Hidayatullah
PENGARUH PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, DEBT TO EQUITY, DAN RATING TERHADAP YIELD TO MATURITY SUKUK KORPORASI
OUTSTANDING DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2013-2015
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E.)
Oleh :
LAILI SHABRINA ZULIMAR
1110046100070
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
PENGARUH PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, DEBT TO EQUITY, DAN RATING TERHADAP YIELD TO MATURITY SUKUK KORPORASI
OUTSTANDING DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2013-2015
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh :
LAILI SHABRINA ZULIMAR
1110046100070
Dibawah Bimbingan:
Ir. Aries Koentjoro, MM
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
LEMBAR PERNYATAAN KARYA PRIBADI
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang dibuat dengan sungguh-
sungguh untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1
(S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 07 Februari 2017
Laili Shabrina Zulimar
i
ABSTRAK
Nama : Laili Shabrina Zulimar
Program Studi : Perbankan Syariah
NIM : 1110046100070
Judul : Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan, Debt to Equity, dan
Rating Terhadap Yield to Maturity Sukuk Korporasi di Bursa
Efek Indonesia Periode 2013-2015
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan perusahaan,
debt to equity, dan rating terhadap yield to maturity sukuk korporasi di Bursa Efek
Indonesia periode 2013-2015. Pemilihan sampel menggunakan teknik purposive
sampling. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan metode regresi
linear berganda. Penelitian menganalisis laporan keuangan perusahaan penerbit
sukuk korporasi dan yield to maturity sukuk. Populasi dalam penelitian berjumlah
10 sukuk korporasi outstanding yang terbit sebelum 31 Desember 2013 hingga 31
November 2015. Analisis data dilakukan dengan uji asumsi klasik yang terdiri
dari uji normalitas data, uji heteroskedastisitas, uji multikolinearitas, dan uji
autokorelasi. Kemudian dilanjutkan dengan pengujian hipotesis. Software analisis
data yang digunakan adalah IBM SPSS 20. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
rating berpengaruh negatif dan signifikan terhadap yield to maturity. Debt to
equity berpengaruh negatif dan signifikan terhadap yield to maturity. Sedangkan
ii
pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap yield
to maturity.
Kata Kunci : Yield to Maturity, Pertumbuhan Perusahaan, Debt to Equity,
Rating
Pembimbing : Ir. Aries Koentjoro, MM
Daftar Pustaka : 1987-2017
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, karunia dan hidayah-Nya kepada alam semesta dan juga telah
memberikan kekuatan kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan tugas akhir
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan
kita Nabi Besar Muhammad SAW yang telah menuntun kita semua dari
kebodohan menuju jalan yang terang benderang.
Alhamdulillah, penelitian penulis sebagai tugas akhir masa kuliah berjudul
“Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan, Debt to Equity, dan Rating Terhadap
Yield to Maturity Sukuk Korporasi Outstanding di Bursa Efek Indonesia
Periode 2013-2015 ” telah penulis selesaikan dengan segenap kemampuan
penulis dan sebaik-baiknya. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka
memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (S.E) Program
Studi Muamalat Konsentrasi Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
sangat sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua penulis, Ibunda Suci Yudowati dan Ayahanda Eka Doni
Zulimar yang selalu sabar, memberikan semangat, motivasi serta do’a-
do’a demi kesuksesan anak-anaknya.
iv
2. Kepada Bapak Dr. Asep Saepuddin Jahar, M.A, selaku Dekan Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Kepada Bapak AM. Hasan Ali, M.A, selaku Ketua Jurusan Muamalat
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Kepada Bapak H. Abdurrauf, Lc, M.A, selaku Sekretaris Jurusan Fakulas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Kepada Bapak Ir. Aries Koentjoro, M.M, selaku Dosen Pembimbing yang
senantiasa membimbing dan meluangkan waktunya untuk memberikan
arahan dan saran-saran, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Kepada Fajri Hassan dan Reza Ratnasari atas support dan doanya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
7. Kepada semua orang yang terlibat dan turut campur dalam proses
pengerjaan skripsi ini, terima kasih atas segala bantuan,dukungan, dan
semangat yang telah diberikan serta doa yang selalu terpanjatkan sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Semoga jasa-jasa kalian dibalas oleh Allah SWT dengan kebaikan yang
berlipat ganda. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
penulisan skripsi ini, maka dengan terbuka penulis mengharapkan kritik dan saran
yang dapat membangun guna penyempurnaan penulisan-penulisan lainnya dimasa
mendatang.
Jakarta, 07 Februari 2017
Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK .......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ........................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................. 5
C. Pembatasan Masalah ................................................................................. 8
D. Perumusan Masalah .................................................................................. 8
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................. 9
F. Review Studi Terdahulu .......................................................................... 10
G. Hipotesis ................................................................................................. 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 16
A. Sukuk ................................................................................................... 16
1. Yield to Maturity ........................................................................... 21
2. Rating ............................................................................................ 27
B. Keuangan Perusahaan ............................................................................... 31
Pertumbuhan Perusahaan........................................................................ 31
vi
Rasio Leverage ...................................................................................... 34
C. Kerangka Analisis ..................................................................................... 39
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 40
A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 40
B. Metode Penentuan Data.................................................................... 40
C. Metode Pengumpulan Data .............................................................. 42
D. Metode Analisis Data ....................................................................... 43
1. Model Regresi Linear Berganda ...................................................... 43
2. Uji Asumsi Klasik ........................................................................... 45
3. Uji Signifikansi ............................................................................... 53
E. Definisi Operasional Variabel .......................................................... 57
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN .................................................... 59
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ...................................................... 59
B. Uji Asumsi Klasik ............................................................................... 63
1. Uji Normalitas ................................................................................. 63
2. Uji Heteroskedastisitas .................................................................... 66
3. Uji Multikoinearitas ........................................................................ 68
4. Uji Autokorelasi .............................................................................. 70
C. Uji Signifikansi.................................................................................... 72
vii
1. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ....................................... 72
2. Uji Signifikansi Parsial (Uji Statistik t) ............................................ 74
3. Uji Koefisien Determinasi (R2) ....................................................... 76
D. Analisis Regresi ................................................................................... 77
E. Interpretasi .......................................................................................... 78
1. Pertumbuhan Perusahaan ................................................................. 78
2. Debt to Equity ................................................................................. 80
3. Rating.............................................................................................. 82
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 84
A. Kesimpulan ......................................................................................... 84
B. Implikasi ............................................................................................. 86
C. Saran ................................................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 90
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1.1 Perbandingan Karakteristik Sukuk dan Obligasi ............................... 20
Tabel 3.2.1 Tabel Sampel Penelitian .................................................................. 41
Tabel 3.3.1 Kriteria Koefisien Determinasi ........................................................ 55
Tabel 4.2.5 Uji Multikolinearitas VIF ................................................................ 69
Tabel 4.2.6 Uji Multikolinearitas Korelasi ......................................................... 70
Tabel 4.2.7 Uji Autokorelasi Durbin Watson ................................................... 71
Tabel 4.3.1 Uji F ............................................................................................... 73
Tabel 4.3.2 Uji t ................................................................................................ 75
Tabel 4.3.3 Rekapitulasi Hasil Uji t .................................................................. 76
Tabel 4.3.4 Uji R2 ............................................................................................. 77
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.6.1 Kerangka Analisis........................................................................ 39
Gambar 4.1.1 Skema Sukuk Ijarah ..................................................................... 61
Gambar 4.1.2 Skema Sukuk Mudharabah .......................................................... 62
Gambar 4.2.1 Uji Normalitas Histogram ............................................................ 64
Gambar 4.2.2 Uji Normalitas P-P Plot .............................................................. 64
Gambar 4.2.3 Uji Kolmogorov-Smirnov ........................................................... 66
Gambar 4.2.4 Uji Heteroskedastisitas (Y=YTM) ............................................... 67
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bursa Efek Indonesia memfasilitasi investor yang memiliki
kelebihan dana dan perusahaan yang membutuhkan pendanaan. Baik
investor maupun perusahaan, masing-masing memiliki tujuan. Instrumen
invertasi terbagi menjadi tiga kategori. Instrumen investasi jangka
pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Bagi investor dengan fokus
investasi bagi hasil, pertumbuhan nilai investasi, nilai pokok yang aman,
dan tingkat keuntungan yang melebihi instrumen investasi jangka pendek,
dapat memilih berinvestasi pada instrumen jangka menengah.seperti
reksadana pendapatan tetap, obligasi, sukuk, ORI, logam mulia, dan
sebagainya. Obligasi menjadi pilihan pertama pendanaan eksternal
perusahaan karena tidak harus memberi bunga/kupon secara berkala dan
dapat diterbitkan saat suku bunga relatif rendah.
Obligasi syariah atau sukuk termasuk investasi jangka menengah
yang perkembangannya dinilai progressing.1 Sejak sukuk pertama Indosat
tahun 2002 diterbitkan, hinga 16 September 2016 jumlah sukuk korporasi
di Indonesia tercatat sebanyak 51 sukuk dengan total nilai Rp. 11,40
triliun. Pangsanya masih 3,87% dari total obligasi yang senilai 285,5
1 Kementrian Keuangan, Sosialisasi Mengenai Sukuk (Jakarta: Kementerian Keuangan,
2015) artikel diakses pada 28 Maret 2016 dari www.kemenkeu.go.id/berita/menkeu-puas-dengan-perkembangan-sukuk-di-indonesia/
2
triliun.2 Pada periode 2014, terdapat tujuh penerbitan sukuk korporasi
dengan total nilai emisi sukuk korporasi yang terbit selama 2014 mencapai
Rp. 923 miliar.3
Berdasarkan institusi yang menerbitkan, sukuk dibagi ke dalam
sukuk korporasi dan sukuk negara. Menurut Otoritas Jasa Keuangan sukuk
korporasi adalah instrumen berpendapatan tetap yang diterbitkan
berdasarkan akad-akad yang tertuang dalam ketentuan (dahulu Bapepam
dan LK) tentang akad-akad efek syariah seperti akad isthisna dan akad
musyarakah. Keuntungan dan risiko sukuk korporasi hampir sama dengan
obligasi korporasi.4 Sedangkan obligasi korporasi adalah obligasi yang
diterbitkan oleh perusahaan swasta nasional, termasuk BUMN dan
BUMD.5
Jika dilihat dari jenis perjanjian (akad), hingga saat ini di Indonesia
baru terbit dua jenis sukuk : sukuk ijarah dan sukuk mudharabah. Sukuk
Ijarah adalah sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad
Ijarah dimana satu pihak bertindak sendiri atau wakilnya menjual atau
menyewakan hak manfaat atas suatu aset kepada pihak lain berdasarkan
harga sewa dan periode sewa yang disepakati, tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan aset itu sendiri. Sedangkan sukuk mudharabah
2 Yogie Respati, “Sukuk Negara Buka Peluang Penerbitan Sukuk Korporasi, artikel
diakses pada 13 November 2016 dari www.akucintakeangansyariah.com/23717/sukuk-negara-buka-peluang-penerbitan-sukuk-korporasi/
3 Eko Purwanto, “Tahun Pasar Modal Syariah” artikel diakses pada 13 November 2016 dari ekbis.sindonews.com/read/967602/150/tahun-pasar-modal-syariah-1424659578/
4 Otoritas Jasa Keuangan, “Sukuk Korporasi” (Jakarta: Otoritas Jasa Keuangan) artikel diakses pada 23 Januari 2017 dari sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Article/289
5 Otoritas Jasa Keuangan, “Obligasi Korporasi” (Jakarta: Otoritas Jasa Keuangan) artikel diakses pada 23 Januari 2017 dari sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/Category/65
3
adalah Sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad
Mudharabah dimana satu pihak menyediakan modal (rab al-maal) dan
pihak lain menyediakan tenaga dan keahlian (mudharib), keunutungan dari
kerjasama tersebut akan dibagi berdasarkan perbandingan yang telah
disetujui sebelumnya. Kerugian yang timbul akan ditanggung sepenuhnya
oleh pihak yang menjadi penyedia modal.6
Penerbitan sukuk korporasi sepanjang 2015 berjumlah 15
penerbitan atau meningkat 114,3% dibanding 2014. Nilai penerbitan sukuk
sepanjang 2015 mencapai 3,17 triliun atau meningkat 243,66% dibanding
2014. Jumlah dan nilai sukuk korporasi outstanding mengalami
peningkatan dibanding akhir tahun 2014 masing-masing sebesar 31,43%
dan 37,78% menjadi 46 sukuk korporasi dengan nilai outstanding sebesar
9,80 triliun.7 Pangsa pasar obligasi syariah atau sukuk yang hanya 3,87%
dari total obligasi merupakan salah satu alasan besarnya potensi
keuntungan menerbitkan obligai korporasi berbasis syariah. Upaya
pemerintah memberikan acuan Yield bagi sektor korporasi yang
memerlukan pendanaan di pasar keuangan dan memperbanyak penerbitan
tentunya akan menampung permintaan pasar dalam dan luar negeri yang
sedang berburu sukuk. 8
6 Direktorat Pembiayaan Syariah, Mengenal Sukuk Instrumen Investasi Berbasis Syariah.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang, h.2. 7 Otoritas Jasa Keuangan, “Laporan Kinerja OJK 2015” (Jakarta: Otoritas Jasa Keuangan,
2015),h. 26. 8 Kementerian Keuangan, “Perbanyak Penerbitan Obligasi Korporasi Syariah Karena
Sangat Menguntungkan” (Jakarta: Kementrian Keuangan) artikel diakses pada 28 Maret 2016 dari www.kemenkeu.go.id/odel/14693/
4
Setiap instrumen investasi pasti menawarkan keuntungan,
demikian pula obligasi syariah atau sukuk. Tingkat hasil (rate of return)
obligasi syariah sama dengan tingkat hasil obligasi konvensional. Yield
obligasi syariah merupakan pendapatan keuntungan atas investasi yang
diterima investor dan cenderung bersifat tidak tetap. Atas investasi yang
diterima dan cenderung bersifat tidak tetap. Ada beberapa ukuran yield
yang digunakan investor. Masing-masing yield tersebut mengukur tingkat
return obligasi dari sudut pandang berbeda. Salah satu ukuran yield yang
saat ini banyak digunakan adalah yield to maturity. Yield to maturity
adalah tingkat return majemuk yang akan diterima investor jika membeli
obligasi pada harga pasar saat ini dan menahan obligasi tersebut hingga
jatuh tempo.
Investor selalu menanyakan yield yang akan diperolehnya bila
membeli obligasi dengan harga tertentu. Hubungan negatif antara harga
dan yield obligasi memiliki arti jika yield obligasi mengalami peningkatan,
harga obligasi mengalami penurunan.9 Perubahan rate of return (yield)
sukuk yang diperoleh investor berpengaruh pada harga pasar obligasi. Oleh
karena itu investor dan emiten harus selalu memperhatikan fluktuasi harga
sukuk dan faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan yield sukuk.
Beberapa penelitian yang memprediksi penentuan yield to maturity
pernah dilakukan oleh Maria Immacullata (2006), Budhi Arta Surya
(2011), Nanik Indarsih (2013), Anang Aulia Rahman dan Sam’ani
9 Adler Haymans Manurung, Dasar-Dasar Investasi Obligasi (Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, 2006),h.30.
5
(2013), Ni Wayan Linda dan Nyoman Abundanti (2015). Penelitian
tersebut dikhususkan memprediksi yield to maturity obligasi korporasi dan
obligasi negara. Penelitian mengenai faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap yield to maturity pada sukuk korporasi belum banyak dilakukan
di Indonesia.
Penelitian Maria Immacullata (2006) pertumbuhan berpengaruh
negatif terhadap yield obligasi. Perusahaan dengan pertumbuhan yang
cepat biasanya mengandalkan modal eksternal. Perusahaan cenderung
menggunakan utang dibanding saham karena biaya emisi saham lebih
besar dibanding emisi obligasi.10 Sedangkan penelitian Budhi Arta Surya
(2011) terdapat pengaruh searah SBI, exchange rate, dan DER terhadap
yield obligasi korporasi. Dalam penelitian Ni Wayan Linda dan Nyoman
Abundanti (2015) ada beberapa variabel yang berpengaruh terhadap yield
to maturity yaitu inflasi, BI rate, umur obligasi, dan peringkat obligasi 11
Dari penelitian terdahulu diatas, terdapat keragaman argumentasi
faktor-faktor yang mempengaruhi yield obligasi. Sehingga berdasarkan
latar belakang diatas, penelitian ini berjudul “Pengaruh Pertumbuhan
Perusahaan, Debt to Equity dan Rating Terhadap Yield to Maturity
Sukuk Korporasi Outstanding di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-
2015”.
B. Identifikasi Masalah
10 Agnes Sawir, Kebijakan Pendanaan dan Restrukturiasai Perusahaan. (Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2004) ,h.122. 11 Ni Wayan Linda Naluritha Sari dan Nyoman Abundanti, “Variabel-Variabel Yang
Mempengaruhi Yield Obligasi Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia” . E-Jurnal Manajemen Unud, Vol 4, No. 11, (2015, h. i.
6
Permasalahan yang dihadapi oleh pelaku pasar dalam pasar
sekunder adalah kurangnya likuiditas perdagangan sukuk di pasar
sekunder. Hal ini disebabkan oleh kecenderungan pemegang sukuk untuk
melakukan hold to maturity atas sukuk yang dimilikinya. Sementara itu,
dari sisi penerbit sukuk terhadap kekhawatiran tidak terserapnya sukuk
oleh pasar.12 Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk mendorong
pertumbuhan pangsa pasar sukuk korporasi adalah dengan mendorong
penerbitan sukuk oleh BUMN dan anak perusahaan BUMN.13 Penerbitan
sukuk oleh perusahaan yang dinilai masih kurang dan masyarakat yang
tidak tertarik dengan investasi sukuk menjadi fokus dari penelitian ini.
Ada dua unsur yang selalu melekat pada setiap investasi, yaitu
hasil (return) dan risiko (risk). Dua unsur ini selalu mempunyai hubungan
searah, semakin tinggi risiko investasi semakin besar peluang hasil yang
diperoleh, begitu pula sebaliknya. Umumnya tidak ada satu pun instrumen
investasi dalam bentuk tabungan dengan bunga tetap, tetapi memiliki
risiko minimal, yaitu turunnya daya beli tabungan tersebut akibat adanya
inflasi, nilai tukar tidak seimbang dengan return yang diperoleh dari
investasi tersebut.14 Calon investor tertarik dengan return atas suatu
produk investasi, dalam sukuk, ukuran return terdapat pada yield. Yield
sukuk merupakan ukuran return yang akan diterima investor obligasi.
12 Direktorat Pasar Modal Syariah, Otoritas Jasa Keuangan, Roadmap Pasar Modal
Syariah 2015-2019 (Jakarta:Otoritas Jasa Keuangan, 2015), h. 66. 13 Direktorat Pasar Modal Syariah, Otoritas Jasa Keuangan, Roadmap Pasar Modal
Syariah 2015-2019,. h. 86. 14 Abdul Mannan, Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Investasi di Pasar Modal
Syariah (Jakarta: Prenada Media Group, 2009) h.197.
7
Yield cenderung bersifat tidak tetap tergantung tingkat return yang
diisyaratkan investor. Risiko dan benefit investasi sukuk bisa dilihat dari
yield. Benefit performa tingkat pengembalian yang lebih tinggi pada
investasi di sukuk korporasi, dengan adanya tingkat yield yang tinggi dan
hasil investasi ulang atas kupon yang didapat setiap tiga bulan. Investor
tidak dapat dipisahkan dengan harapan untuk mendapatkan keuntungan
yang diharapkan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, tetapi selalu
penuh dengan kepastian. Oleh karena itu, seorang investor harus membuat
perkiraan dan prediksi yang tepat dalam perencanaannya. Untuk membuat
prediksi yang tepat seorang investor perlu pengetahuan tertentu untuk
menganalisis data-data ekonomi keuangan masa sekarang dan masa yang
akan datang. Atas dasar keputusan investasi yang penuh dengan
ketidakpastian ini dan belum tentu sesuai dengan keinginan yang
diharapkan, maka sering menimbulkan risiko yang dialami oleh seorang
investor dalam berinvestasi. Bagi seorang investor yang bermaksud
menanamkan modalnya pada setiap instrument investasi, harus
mengetahui benar tentang risiko dalam berinvestasi, ia harus bisa
menguasai manajemen risiko ini.15
Sukuk yang lebih berisiko gagal bayar adalah sukuk yang memiliki
rating rendah (risiko kredit). Obligasi dengan yield yang tinggi akan
semakin berkurang likuiditasnya di pasar, dibandingkan dengan obligasi
yang memiliki rating tinggi, tergantung dari kondisi emiten dan kondisi
15 Abdul Mannan, Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Investasi di Pasar Modal
Syariah ,. h. 198.
8
ekonomi saat itu (risiko likuiditas). Pada masa resesi harga obligasi
dengan yield tinggi akan lebih jatuh dibandingkan obligasi yang memiliki
rating tinggi (risiko faktor ekonomi). Jika pengelolaan aktiva dibiayai oleh
hutang baik/efisien. Juga pengelolaan modal ke berbagai pos dinilai baik,
yield sukuk dinilai menguntungkan bagi investor dan emiten, maka
efisiensi pengelolaan keuangan perusahaan akan terpenuhi.
C. Pembatasan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka pembahasan masalah pada
penelitian ini dibatasi pada:
1. Penelitian ini dilakukan pada obligasi syariah atau sukuk
korporasi yang masih beredar periode Desember 2013 hingga
November 2015.
2. Menggunakan tiga tahun periode waktu penelitian (2013-2015)
3. Variabel independen dalam penelitian ini terdiri pertumbuhan
perusahaan, debt to equity, dan rating sukuk.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada pembatasan masalah diatas, maka masalah yang
akan dibahas adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh pertumbuhan perusahaan, debt to equity, dan
rating sukuk terhadap Yield to maturity pada sukuk korporasi
outstanding di Bursa Efek Indonesia?
2. Apakah pertumbuhan perusahaan, debt to equity, dan rating sukuk
secara simultan berpengaruh signifikan terhadap yield to maturity?
9
3. Apakah pertumbuhan perusahaan, debt to equity, dan rating sukuk
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap yield to maturity?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui dan menganalisis pengaruh
pertumbuhan perusahaan, debt to equity, dan rating sukuk terhadap yield
to maturity sukuk korporasi outstanding periode Desember 2013 hingga
November 2015 di Bursa Efek Indonesia.
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan ada manfaat yang
diambil bagi semua pihak yang berkepentingan. Adapun manfaat yang
diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. bagi penulis; memperdalam pengetahuan mengenai produk
sukuk, serta melatih diri dalam bidang penelitian, pengamatan,
dan membuat perbandingan antara teori yang didapat dengan
praktek yang ada di lapangan
2. bagi investor sukuk; hasil-hasil analisis dari penelitian ini
memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi yield sukuk.
3. Bagi industri keuangan syariah; hasil-hasil analisis dari
penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan untuk
mengembangkan dan menginovasi sukuk sebagai produk
investasi syariah
4. Bagi masyarakat luas; hasil-hasil analisis penelitian ini
diharapkan menjadi bahan pertimbangan berinvestasi di sukuk
10
5. bagi akademik; penelitian ini secara akademik dapat
memperkaya khasanah kepustakaan. bagi pihak-pihak yang
mengadakan penelitian terkait sukuk.
F. Review Studi Terdahulu
Maria Immaculatta Mitha Dewi Restuti (2006) Pengaruh
Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Peringkat Dan Yield Obligasi. 16
Penelitian ini bertujuan menguji: 1. Apakah pertumbuhan perusahaan
berpengaruh negatif terhadap rating obligasi 2. Apakah pertumbhan
perusahaan berpengaruh negatif terhadap yield obligasi. Pertumbuhan
perusahaan diperkirakan mempengaruhi rating dan yield obligasi. Menurut
teori perputaran pertumbuhan, terdapat perbedaan aktifitas sepanjang
pertumbuhan perusahaan, dan aktifitas juga merefleksi perbedaan aktifitas
keuangan perusahaan. Perbedaan aktifitas keuangan memberikan dampak
terhadap tingkat risiko kegagalan perusahaan. Risiko kegagalan ini
direfleksikan dalam rating obligasi. Risiko kegagalan yang tinggi
merefleksikan rating obligasi yang rendah, dan sebaliknya, akan
menawarkan yield yang lebih tinggi. Penelitian ini menggunakan obligasi
yang terdaftar di Bursa Efek Surabaya tahun 200-2004, khususnya obligasi
dengan kupon fixed rate dan diperingkat oleh PT PEFINDO. Teknik
analisis dengan regresi dan generalized least squares. Variabel control
adalah: rating, leverage, profitability, dan ukuran perusahaan. Secara
16 Maria Immalacuta Mitha Dewi Restuti. “Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Peringkat Dan Yield Obligasi” (Jurnal UPH Business School,2006),h. 1.
11
menyeluruh, hasil analisis penelitian ini adalah: 1. Pertumbuhan
perusahaan berpengaruh positif terhadap rating obligasi, pertumbuhan
perusahaan memiliki harapan untuk tumbuh dan menciptakan keuntungan,
yang memungkinkan mereka untuk membayar kupon sampai jatuh tempo
obligasi, dimana kondisi ini menguntungkan bagi kreditur. 2. Pertumbuhan
perusahaan berpengaruh negatif terhadap yield obligasi. yield obligasi
rendah, peringkat obligasi tinggi, maka risiko kegagalan rendah,
begitupula sebaliknya.
Yuinar Laeli Nur Faizah, Eko Suyono, dan Wita Ramadhani
(2014) Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Size dan Leverage Perusahaan
Terhadap Yield Obligasi Dengan Peringkat Obligasi Sebagai Variabel
Intervening. 17 Penelitian ini bertujuan mendapatkan bukti empiris antara
pengaruh profitabilitas, likuiditas, size dan leverage perusahaan terhadap
yield obligasi dengan peringkat obligasi sebagai variabel intervening.
Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan tercatat di Bursa Efek
Indonesia periode 2008-2012 yang menerbitkan obligasi periode 2009-
2013. Analisis menggunakan path test. Pertama menguji pengaruh
profitabilitas, likuiditas, size dan leverage pada yield obligasi. Uji Sobel
digunakan untuk menguji mediasi/efek intervensi. Tes pertama
menunjukkan profitabilitas dan size berpengaruh positif signifikan pada
peringkat obligasi, sedangkan likuiditas berpengaruh negatif signifikan,
17 Yuinar Laeli Nur Faizah dkk, Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Size dan Leverage
Perusahaan Terhadap Yield Obligasi Dengan Peringkat Obligasi Sebagai Variabel Intervening (Jurnal, Universitas Jenderal Soedirman, 2014),h. i
12
leverage tidak berpengaruh pada peringkat rating. Uji kedua menunjukkan
profitabilitas, likuiditas, size, leverage, dan peringkat obligasi tidak
berpengaruh pada yield obligasi. Selain itu, uji sobel menunjukkan bahwa
rating obligasi tidak menengahi pengaruh profitabilitas, likuiditas, size,
dan leverage pada yield obligasi.
Ni Wayan Linda Naluritha Sari dan Nyoman Abundanti (2015)
Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi Yield Obligasi Pada Perusahaan
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. 18 Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui signifikansi pengaruh inflasi, tingkat sukuk bunga, umur
obligasi, peringkat obligasi, pertumbuhan perusahaan, dan profitabilitas
terhadap yield obligasi korporasi pada perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode 2011-2013. Jumlah sampel penelitian sebanyak 18
perusahaan dengan total obligasi sebanyak 60 obligasi. Hasil penelitian
menemukan bahwa inflasi dan peringkat obligasi berpengaruh negatif
signifikan terhadap yield obligasi. Sebaliknya, tingkat suku bunga dan
umur obligasi berpengaruh positif signifikan terhadap Yield obligasi dan
untuk variabel pertumbuhan perusahaan dan profitabilitas berpengaruh
negatif tidak signifikan terhadap yield obligasi. Periode penelitian yang
dilakukan penulis adalah 2013-2015. Sedangkan populasi penelitian
penulis adalah sukuk korporasi outstanding di Bursa Efek Indonesia
sebelum November 2015.
18 Ni Wayan Linda Naluritha Sari dan Nyoman Abundanti, “Variabel-Variabel Yang
Mempengaruhi Yield Obligasi Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia” (Jurnal, Universitas Udayana, 2015),h. 3796.
13
Hadiasman Ibrahim (2008) Pengaruh Tingkat Suku Bunga,
Peringkat Obligasi, Ukuran Perusahaan, Dan DER Terhadap Yield to
Maturity Obligasi Korporasi Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004-2006. 19
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis
pengaruh tingkat sukuk bunga, peringkat obligasi, ukuran perusahaan dan
DER terhadap Yield obligasi. Periode penelitian tiga tahun yaitu 2004-
2006, dimana pada tahun tersebut diperoleh jumlah sampel 22 obligasi
korporasi. Hasil analisis menemukan bahwa tingkat sukuk bunga
berpengaruh positif signifikan terhadap Yield obligasi. Peringkat obligasi
berpengaruh negatif signifikan terhadap Yield obligasi. Ukuran
perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap Yield obligasi. DER
berpengaruh positif signifikan terhadap Yield obligasi.
Riska Ayu Hapsari (2013) Kajian Yield to Maturity (YTM)
Obligasi Pada Perusahaan Korporasi.20Tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui pengaruh GCG, ukuran perusahaan, DER terhadap Yield to
Maturity Obligasi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
purposive sampling dan diperoleh sampel sebanyak 41 perusahaan.
Kriteria pemilihan sampel adalah perusahaan korporasi yang masuk
peringkat CGPI, perusahaan korporasi yang tidak termasuk dalam industri
perbankan, keuangan, dan asuransi, perusahaan korporasi yang
19 Hadiasman Ibrahim, Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Peringkat Obligasi, Ukuran
Perusahaan Dan DER Terhadap Yield to maturity Obligasi Korporasi Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2004-2006 (Tesis, Universitas Diponegoro, 2008),h. 1.
20 Riska Ayu Hapsari, “Kajian Yield to Maturity (YTM) Obligasi Pada Perusahaan Korporasi”, (Accounting Analysis Journal AAJ 2(1), 2013).,h. 74-76.
14
mengeluarkan laporan keuangan lengkap dan beredar 1 Januari 2006
sampai 31 Desember 2010. Hasil penelitian menunjukkan GCG tidak
berpengaruh signifikan terhadap Yield to Maturity, sedangkan Ukuran
Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Yield to Maturity obligasi.
G. Hipotesis
Untuk membuktikan secara empiris analisis pengaruh pertumbuhan
perusahaan, debt to equity, dan rating sukuk terhadap yield to maturity,
maka perlu rumusan hipotesis. Pengujian hipotesis yang diuji pada
penelitian terbagi menjadi pengujian secara simultan dan parsial.
Pengujian hipotesis secara simultan (uji F) dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Ho : β1, β2, β3, β4, β5 = 0 variabel independen pertumbuhan
perusahaan, debt to equity, dan rating sukuk secara simultan
tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen yield
to maturity
b. Ha: β1, β2, β3, β4, β5 ≠ 0 variabel independen pertumbuhan
perusahaan, debt to equity, dan rating sukuk secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen yield to
maturity
Sedangkan pengujian secara parsial (uji t) dapat dijelaskan sebagai
berikut:
15
a. Ho : β1 = 0 variabel independen pertumbuhan
perusahaan secara individual tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen yield to maturity
Ha: β1 ≠ 0 variabel independen pertumbuhan
perusahaan secara individual berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen yield to maturity
b. Ho: β2 = 0 variabel independen debt to equity secara
individual tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen yield to maturity
Ha: β2 ≠ 0 variabel independen debt to equity
perusahaan secara individual berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen yield to maturity
c. Ho: β3 = 0 variabel independen rating sukuk secara
individual tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen yield to maturity
Ho: β3 ≠ 0 variabel independen rating sukuk secara
individual berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen
yield to maturity.
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sukuk
Obligasi syariah atau sukuk adalah suatu surat berharga jangka panjang
berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan oleh emiten kepada
investor (pemegang obligasi) yang mewajibkan emiten untuk membayar
pendapatan kepada investor berupa bagi hasil/marjin/fee serta membayar
kembali dana investasi pada saat jatuh tempo.21 Sukuk adalah sertifikat
dengan nilai yang sama dengan bagian atau seluruhnya dari kepemilikan
harta berwujud, untuk mendapatkan hasil dan jasa di dalam kepemilikan
aset dari proyek tertentu atau aktivitas investasi khusus, sertifikat ini
berlaku setelah menerima nilai sukuk, di saat jatuh tempo dengan
menerima dana seutuhnya sesuai dengan tujuan sukuk tersebut.22
Islamic Financial Services Board (IFSB-2) mendefinisikan sukuk:
“Sertifikat yang mewakili pemegang proporsional kepemilikan yang
terbagi dalam asset yang mendasari, dimana pemegang diasumsikan
mendapatkan semua hak dan kewajiban atas asset tersebut”. Pasar sukuk
adalah salah satu segmen yang paling cepat berkembang di pasar modal
syariah (pasar pendanaan langsung). Biasanya diartikan sebagai obligasi
Islam pasar instrumen utang yang paling aktif (selain pasar saham
21 DSN-MUI, Fatwa Nomor 32/DSN-MUI/XI/2002 tentang Obligasi Syariah. (Jakarta:
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, 2002),h. 1. 22 The Accounting and Auditing Organization for Islamic Institutions, Sharia Standards
No. 17 (Bahrain: AAOIFI, 2003), h. 297.
17
syariah). Pasar sukuk menyediakan banyak alternatif pendanaan bagi
entitas korporasi dan pemerintah disamping pendanaan bank. Manfaat
sukuk: nilai pendanaan lebih besar dan memberikan likuiditas untuk
investor seperti yang didapatkan dalam perdagangan pasar sekunder.23
Sukuk harus mematuhi prinsip-prinsip syariah yang mendasar,
seperti:24
a. dana harus digunakan untuk aktivitas yang sesuai syariah (halal),
b. pendanaan dapat digunakan untuk membiayai keperluan seperti
asset berwujud, aset penting karena sukuk tidak seperti obligasi
konvensional yang tidak dapat dignakan untuk keuangan umum
perusahaan penerbit,
c. penghasilan yang diterima dari pemegang sukuk (investor) harus
berasal dari arus kas yang di underlying,
d. pemegang sukuk memiliki hak kepemilikan underlying asset dan
arus kas,
e. jelas dan transparan pada spesifikasi hak dan kewajiban bagi
semua pihak dalam bertransaksi, khususnya pemegang sukuk
(investor),
f. tidak ada kepastian pengembalian.
23 Centre Banking Studies, Central Bank of Sri Lanka, Sukuk: Shariah Guidelines for
Islamic Bonds”, Islamic Banking Operations and Regulatory Framework Workshop 24-26 January 2012 (Sri Lanka: Centre Banking Studies, 2012).,h. 4.
24 Centre Banking Studies, Central Bank of Sri Lanka, Sukuk: Shariah Guidelines for Islamic Bonds”, Islamic Banking Operations and Regulatory Framework Workshop ,h..8.
18
Pakar syariah telah menyetujui bahwa sukuk dapat dijual dan dibeli
kecuali sukuk Salam dan sukuk al-Murabahah.
NO
AAOIFI (Shariah Standard No 17
para 3/2/15) pada sukuk murabahah:
- sukuk diakui,
- dapat diperdagangkan setelah
membeli aset dan belum
menjual kepada pembeli,
- tidak dapat diperdagangkan
setelah pengiriman aset kepada
pembeli,
- alasan: hal ini dianggap
sebagai aset keuangan
(piutang) pada penjualan utang
(Bay al’Dayn).
YES
Shariah Advisory Council of Securities
Commision, Malaysia:
- dapat dijual di diskon dalam
perdagangan sekuritas,
- Bay al-dayn diadopsi
berdasarkan pandangan
sebagian ulama (Maliki dan
Syafii) dengan kondisi dan
syarat tertentu,
- di pasar modal, kondisi
peraturan transparan dapat
melindungi kepentingan para
pelaku pasar.25
Sifat-sifat umum dari sukuk di bawah ini memperlihatkan bahwa sukuk
cukup memiliki kualitas yang sama dengan semua pasar lain yang
berorientasi aset keuangan konvensional, termasuk hal-hal berikut ini:26
25 Centre Banking Studies, Central Bank of Sri Lanka, Sukuk: Shariah Guidelines for
Islamic Bonds”, Islamic Banking Operations and Regulatory Framework Workshop ,h.. 26. 26 Abdul Manan, Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Investasi di Pasar Modal
Syariah Indonesia (Jakarta: Kencana, 2009), h. 141-142.
19
a.Dapat
diperdagangkan
:Sukuk mewakili pihak pemilik aktual dari aset
yang jelas, manfaat aset atau kegiatan bisnis
dan juga dapat diperdagangkan pada harga
pasar.
b.Dapat
diperingkat
:Sukuk dapat diperingkat dengan mudah oleh
Agen Pemberi Peringkat Regional dan
Internasional.
c.Dapat ditambah :Sebagai tambahan terhadap aset utama atau
kegiatan bisnis, sukuk dapat dijamin dengan
bentuk kolateral berlandaskan syariah lainnya.
d.Fleksibilitas
hukum
:Sukuk dapat distruktur dan ditawarkan secara
nasional dan global dengan pajak berbeda.
e.Dapat ditebus :Struktur sukuk diperbolehkan untuk
kepentingan penebusan.
20
Tabel 2.1.1
Perbandingan Karakteristik Sukuk dan Obligasi27
Deskripsi Sukuk Obligasi
Penerbit Pemerintah, korporasi Pemerintah, korporasi
Sifat instrumen Sertifikat kepemilikan/
penyertaan atas suatu
asset
Instrumen pengakuan
utang
Penghasilan Imbalan, bagi hasil,
margin
Bunga/kupon, capital
gain
Jangka waktu Pendek-Menengah Menengah-Panjang
Underlying
aset
Diperlukan Tidak diperlukan
Pihak yang
terkait
Obligor, SPV, investor,
trustee
Obligor/issuer, investor
Price Market Price Market price
Investor Islami, konvensional Konvensional
Pembayaran
Pokok
Bullet atau amortisasi Bullet atau amortisasi
Penggunaan
hasil penerbitan
Harus sesuai syariah Bebas
Sumber: Direktorat Kebijakan Pembiayaan Syariah, www.dmo.ord.id dalam
penelitian yang dilakukan Aam Rusydiana (2012).
27 Devi Dwi Kurniawati, “Analisis Perkembangan Sukuk (Obligasi Syariah) Dan
Dampaknya Bagi Pasar Modal Syariah”, Jurnal (2013), h. 7.
21
Manfaat yang didapatkan calon emiten jika menerbitkan obligasi:28
a. obligasi akan mengurangi beban pajak,sehingga akan meningkatkan
EPS yang pada gilirannya akan meningkatkan kemakmuran pemegang
saham;
b. dapat memperoleh dana yang relatif besar dan diterima sekaligus
(tidak dengan termin-termin);
c. proses relatif mudah;
d. dengan adanya keterbukaan berarti juga mengharuskan adanya
peningkatan profesionalisme;
e. emiten akan lebih dikenal masyarakat
f. obligasi merupakan sumber pembiayaan jangka panjang bagi
perusahaan, dengan jangka waktu sekurang-kurangnya tiga tahun;
g. bisa menggunakan jasa penanggung (guarantor) apabila debt to
equity ratio (DER) emiten tinggi;
h. pembayaran tingkat bunga dapat dilakukan berdasarkan tingkat
bunga tetap atau dengan tingkat bunga mengambang.
1. Yield to Maturity
Pendapatan atau imbal hasil atau return yang akan diperoleh
dari investasi sukuk dinyatakan sebagai yield, yaitu hasil yang akan
diperoleh investor apabila menempatkan dananya untuk membeli
sukuk. Sebelum memutuskan untuk berinvestasi sukuk, investor
harus mempertimbangkan besarnya yield, sebagai faktor pengukur
28 Sawidji Widiatmodjo, Jurus Jitu Go Public (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2004) ,h.118-119.
22
tingkat pengembalian tahunan yang akan diterima.29 Fee sukuk bisa
diartikan sebagai harga atau imbalan yang dibayarkan oleh pihak
yang meminjam dana, dalam hal ini emiten (penerbit) sukuk,
kepada pihak yang memberikan pinjaman dana, atau investor
sukuk, sebagai kompensasi atas kesediaan investor meminjamkan
dananya bagi perusahaan emiten . Fee sukuk ijarah atau dalam
obligasi konvensional disebut bunga obligasi (coupon interest rate)
biasanya sudah ditentukan besarnya pada saat sukuk diterbitkan
oleh emiten, dan biasanya akan tetap hingga sukuk tersebut jatuh
tempo.30
Sedangkan yield sukuk sama dengan yield obligasi yang
merupakan pendapatan keuntungan atas investasi yang diterima
investor, yang cenderung bersifat tidak tetap. Yield obligasi tidak
bersifat tetap, sebagaimana layaknya bunga (kupon) obligasi
karena yield obligasi akan sangat terkait dengan tingkat return
yang disyaratkan investor. Yield penting bagi investor karena
menunjukkan besarnya pendapatan yang dihasilkan oleh suatu
obligasi, juga sebagai tingkat hasil (rate of return) yang biasanya
ditampilkan dalam persentase per tahun. Yield dihitung dari jumlah
29 Agus Arijanto, Dosa-Dosa Orangtua terhadap Anak dalam Hal Finansial (Jakarta:PT.
Elex Media Komputindo, 2010).,h.186. 30 Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi Edisi Pertama (Yogyakarta: Penerbit
Kanisius, 2010),h. 257.
23
bunga yang dibayarkan kepada suatu obligasi dibagi dengan harga
obligasi tersebut.31
Dalam hubungan emiten dan investor, tingkat bagi hasil sukuk
dipengaruhi oleh besarnya permintaan dan penawaran atas dana
yang akan diinvestasikan dalam sukuk, sehingga tingkat bagi hasil
sukuk bisa berbeda-beda dan berubah tergantung pada dua faktor:
waktu jatuh temponya suatu sukuk dan premi risiko sukuk. Suatu
obligasi syariah mempunyai waktu jatuh tempo yang berbeda, akan
mempunyai kepekaan yield yang berbeda pula. Sedangkan premi
risiko terkait dengan premi yang diminta oleh peminjam sebagai
kompensasi atas risiko sukuk yang ditanggungnya.32 Harga dan
yield sukuk merupakan dua variabel penting dalam transaksi sukuk
bagi investor. Investor selalu menanyatakan yield yang akan
diperolehnya bila membeli sukuk dengan harga tertentu. Harga dan
yield tersebut saling berhubungan, dan hubungan tersebut tampak
terbalik atau negatif. Posisi negatif itu memberikan arti bahwa
yield mengalami peningkatan sedangkan harga sukuk mengalami
penurunan dan sebaliknya.33
31 Hendy M. Fakhruddin, Istilah Pasar Modal A-Z (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo,
2009), h.214. 32 Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi Edisi Pertama ,h. 257. 33 Adler Haymans Manurung, Dasar-Dasar Investasi Obligasi (Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, 2006), h. 30.
24
Teori yang berhubungan dengan penentuan harga obligasi sebagai
berikut:34
a. jika pasar obligasi naik, maka yield pasti akan turun, demikian
juga sebaliknya;
b. jika yield obligasi tidak berubah sepanjang masa berlakunya,
maka besar diskon atau premiumnya akan menurun jika
jangkanya semakin pendek. Akhirnya premium atau diskon
obligasi akan hilang sepenuhnya pada saat jatuh tempo;
c. penurunan yield obligasi akan menaikkan harga obligasi
dengan jumlah yang lebih besar dibanding dengan penurunan
harga obligasi akibat meningkatnya yield obligasi (dengan
tingkat peningkatan yield sama dengan tingkat penurunan
yield)
d. presentase perubahan harga obligasi yang disebabkan oleh
perubahan yield akan semakin kecil jika tingkat bunga
kuponnya lebih tinggi (tapi tidak berlaku untuk obligasi dengan
jangka waktu satu tahun.).
Ada beberapa ukuran yield yang digunakan investor. Masing-
masing yield tersebut mengukur tingkat return obligasi dari sudut
pandang yang berbeda. Ukuran yang lebih baik dan lebih popular
di kalangan pelaku pasar obligasi adalah apa yang disebut yield to
maturity (YTM), yakni tingkat hasil yang akan pemodal peroleh
34 Zaima Mufarini, “Perbandingan Kinerja Obligasi Korporasi antara Konvensional dan
Syariah Ijarah” (Tesis Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008), h. 39.
25
jika membeli sebuah obligasipada harga pasar dan memegangnya
sampai jatuh tempo. Karena dipegang sampai jatuh tempo maka
YTM mempertimbangkan semua arus kas dari obligasi tersebut
mulai dari bunga, bunga dari bunga, pokok, bunga berjalan (kalau
ada) dan capital-gain atau capital loss (kalau obligasi tersebut di
bawah atau di atas nilai nominal).35 Yield to maturity bisa diartikan
sebagai tingkat return majemuk yang akan diterima investor jika
membeli obligasi pada harga pasar saat ini dan menahan obligasi
tersebut hingga jatuh tempo. Yield to maturity saat ini merupakan
ukuran yield yang banyak digunakan karena yield tersebut
mencerminkan return dengan tingkat bunga majemuk
(compounded rate of return) yang diharapkan investor jika dua
asumsi yang diisyaratkan bisa terpenuhi, maka Yield to maturity
yang diharapkan akan sama dengan realized yield. Asumsi pertama
adalah bahwa investor akan mempertahankan obligasi tersebut
sampai dengan waktu jatuh tempo. Nilai yang didapat jika asumsi
pertama terpenuhi sering disebut Yield to maturity. Asumsi kedua
adalah investor menginvestasikan kembali pendapatan yang
diperoleh dari obligasi pada tingkat Yield to maturity yang
dihasilkan. Untuk menghitung Yield to maturity digunakan
persamaan berikut:36
35Jaka E. Cahyana, Langkah Taktis Metodis Berinvestasi di Obligasi (Jakarta: PT. elex Media Komputindo, 2004) ,h. 252.
36 Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi Edisi Pertama ,h.259
26
Dalam hal ini:
P = harga obligasi pada saat ini (t = 0)
n = jumlah tahun sampai dengan jatuh tempo obligasi
Ci = pembayaran kupon untuk obligasi I setiap tahunnya
YTM = yield to maturity
Pp = nilai par dari obligasi
Yield to maturity digunakan dengan memperhitungkan sisa
maturity obligasi yang harus dijalani. Sebelum maturity tiba, kurs
obligasi dapat berada di atas pari (di atas nilai nominal) atau di atas
100 atau di bawah pari (di bawah nilai nominal) atau di bawah 100.
Pada saat jatuh tempo krus obligasi sama dengan 100 karena
emiten akan membayar sebesar nilai nominal.37
Menghitung YTM obligasi, khususnya yang tenornya
panjang, sangat sulit. Pertama karena jumlah arus kas lebih banyak,
kedua, pendapatan dari reinvestasi juga sulit dihitung, oleh karena
itu perhitungan YTM umumnya menggunakan asumsi bahwa
bunga reinvestasi sama dengan bunga obligasi dan berlaku
sepanjang tenor, suatu kondisi yang kemungkinannya kecil.
Sehingga yang terjadi adalah bahwa YTM hanyalah sebuah tingkat
hasil yang sifatya teoritis. Tetapi di balik kekurangtepatan
37 Mohamad Samsul, Pasar Modal dan Manajemen Portofolio (Surabaya: PT. Gelora
Aksara Pratama. 2006) ,h.231.
27
pengukuran, YTM berguna bagi pemodal untuk membandingkan
hasil yang tersirat dalam beberapa obligasi yang harganya berbeda
atau untuk menentukan harga wajar beberapa obligasi dengan yield
yang sama. Dalam praktek, penghitungan YTM sebuah obligasi
bias dilakukan dengan kalkulator obligasi. Beberapa penyedia
informasi real-time, seperti Reuter melakukan penghitungan ini
sehingga pemodal bisa langsung melihatnya.38
2. Rating
Investasi tidak bisa dipisahkan dari risiko. Hubungan
keduanya adalah searah. Semakin tinggi imbal hasil yang
ditawarkan suatu investasi, semakin tinggi pula risiko yang harus
diterima investor. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah
imbal hasil yang diberikan suatu investasi, semakin rendah pula
risikonya. Risiko terdiri dari tiga kategori, yaitu rendah, sedang,
dan tinggi. Tidak ada kata sepakat untuk menilai suatu investasi
berisiko tinggi atau rendah. Sebab risiko ini amat relatif bagi
masing-masing orang. Ada orang yang berani menghadapi risiko
tinggi (disebut risk taker), tapi ada pula orang yang kecil nyalinya
bila harus menanggung risiko (disebut risk averter). Namun
demikian untuk menentukan apakah suatu risiko dikategorikan
tinggi atau rendah bagi seseorang, bisa dilakukan dengan tes
sensitivitas menghadapi risiko.
38Jaka E. Cahyana, Langkah Taktis Metodis Berinvestasi di Obligasi ,h. 252
28
Selain itu, untuk investor obligasi bisa melihat tinggi
rendahnya risiko investasi dari rating obligasi . rating ini dibuat
oleh perusahaan pemeringkat.39 Penilaian ini ditentukan melalui
kode tertentu, sesai dengan tradisi yang dimiliki masing-masing
lembaga pemeringkat.40 Kelayakan instrumen keuangan yang
diperdagangkan pada publik seringkali dinilai berdasarkan
peringkat kredit yang diberikan oeh agensi pemberi peringkat
investasi. Agensi terbesar adalah Moody’s and Standard and
Poors. Perusahaan penerbit melakukan perjanjian dengan agensi
untuk mengevaluasi kualitas obligasi yang diterbitkan dan juga
memperbaharui peringkat obligasi.Untuk jasa yang diterima ini,
perusahaan penerbit melakukan pembayaran. Di samping
menerima bayaran dari perusahaan penerbit surat berharga, agensi
juga membebankan biaya kepada pelanggan (pembaca) peringkat
tersebut. 41 Peringkat atas efek utang jangka panjang (PT.
Pefindo)42
Rating Keterangan
idAAA Kemampuan obligor yang superior
Mampu memenuhi kewajiban jangka panjangnya
39 Sawidji Widiatmodjo, Professional Investing (Jakarta: PT Elex Media Komputindo,
2008),h. 57-58. 40 Sawidji Widiatmodjo, Jurus Jitu Go Public ,h. 112. 41 James C. Van Horne dan John M. Wachowicz, Jr. Prinsip-Prinsip Manajemen
Keuangan (Jakarta: Salemba Empat, 1998),h. 950. 42 Sapto Rahardjo, Panduan Investasi Obligasi (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
2008), h. 105.
29
idAA Sedikit dibawah peringkat tertinggi
Kemampuan obligor sangat kuat
idA Kemampuan obligor yang kuat
Cukup peka terhadap perubahan yang merugikan
idBBB Kemampuan obligor yang memadai
Kemampuan dapat diperlemah oleh perubahan
yang merugikan
idBB Kemampuan obligor agak lemah
Terpengaruh oleh perubahan lingkungan bisnis
dan ekonomi.
idB Perlindungan sangat lemah
Obligor masih memiliki kemampuan membayar
kewajiban
Perubahan lingkungan dapat memperburuk
kinerja pembayarannya
idCCC Obligor tidak mampu lagi memenuhi
kewajibannya
Bergantung pada perubahan lingkungan eksternal
idD Obligasi ini macet
Emiten sudah berhenti usaha
Sumber: Pefindo
Peringkat obligasi dibuat untuk memberikan informasi
kepada para investor apakah investasi mereka terutama dalam
30
bentuk obligasi merupakan investasi berisiko atau tidak. Peringkat
tersebut dikeluarkan biasanya oleh perusahaan pemeringkat
independen. Untuk perusahaan lokal kita mengenal PEFINDO.
Peringkat atas efek utang yang dilakukan oleh Pefindo didasarkan
beberapa pertimbangan, yaitu:43
a. kemungkinan pelunasan pembayaran, yaitu
penilaian atas kapasitas serta kemampuan obligor
dalam memenuhi kewajiban finansialnya sesuai
dengan yang diperjanjikan,
b. struktur, karakteristik serta berbagai ketentuan yang
diatur dalam efek utang,
c. perlindungan yang diberikan maupun posisi klaim
dari pemegang efek utang tersebut bila terjadi
pembubaran perseroan dan likuidasi.
Pemodal bisa memperkirakan peluang obligasi mengalami
default. Indikator utama dari risiko ini adalah peringkat (rating)
obligasi yang diterbitkan oleh lembaga pemeringkat.Di Indoensia
dilakukan oleh PT Pefindo dan Kasnik DCR. Hasil peringkat ini
mencerminkan kemampuan obligasi memenuhi kewajibannya.44
,Dalam pemberian peringkat, agensi mengurutkan peringkat surat
berharga berdasarkan kemungkinan kegagalan. Surat berharga
dengan tingkat tertinggi, dinilai tidak memiliki risiko kegagalan,
43 Eko Prio Pratomo dan Ubaidillah Nugraha, Reksadana solusi Perencanaan Investasi di Era Modern (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2000) ,h.161.
44 Jaka E. Cahyana, Langkah Taktis Metodis Berinvestasi Di Obligasi ,h. 280.
31
diberi peringkat AAA. Pemberian peringkat kredit dalam empat
kategori teratas dianggap sebagai kualitas “tingkat investasi”
sedangkan peringkat lainnya digolongkan sebagai “tingkat
spekulatif”. Banyak investor mengandalkan pemberian peringkat
tersebut tanpa melakukan penyelidikan lebih lanjut terhadap risiko
kegagalan.45 Obligasi yang memiliki peringkat dibawah BBB
dikatan sebagai obligasi sampah (junk bond) atau obligasi
spekulatif, atau yang lebih lunak non investment grade. Junk bond
juga sering mengacu pada obligasi tanpa rating. Informasi
mengenai hasil pemeringkatan ada dalam dokumen penawaran
yang disebut info memo atau prospektus.46
B. Keuangan Perusahaan
1. Pertumbuhan
Pertumbuhan dinyatakan sebagai pertumbuhan total aset dimana
pertumbuhan aset masa lalu akan menggambarkan profitabilitas dan
pertumbuhan yang akan datang (Taswan, 2003). Growth adalah
perubahan (penurunan atau peningkatan) total aktiva yang dimiliki
oleh perusahaan. Pertumbuhan aset dihitung sebagai persentase
perubahan asset pada saat tertentu terhadap tahun sebelumnya (Saidi,
2004).47 Pertumbuhan perusahaan sangat terikat dengan kelangsungan
45 James C. Van Horne dan John M. Wachowicz, Jr. Prinsip-Prinsip Manajemen
Keuangan , h.950. 46 Jaka E. Cahyana, Langkah Taktis Metodis Berinvestasi Di Obligasi ,h. 281. 47 Dewa Kadek Oka Kusumajaya, “Pengaruh Struktur Modal dan Pertumbuhan
Perusahaan Terhadap Profitabilitas dan Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”, (Bali: Program Pascasarjana Universitas Udayana, 2011),h.42.
32
bisnis serta profitabilitasnya. Arti pertumbuhan harus didefinisikan
secara luas. Meskipun penelitian pasar atas dampak produk (product
impact market studies–PIMS) telah menunjukkan bahwa pertumbuhan
dalam pangsa pasar berkorelasi dengan profitabilitas, terdapat bentuk-
bentuk pertumbuhan penting lainnya.48 Salah satu cara menghitung
pertumbuhan perusahaan adalah dengan mengambil rata-rata
pertumbuhan perusahaan selama beberapa tahun terakhir, lalu
menggunakannya sebagai acuan rasio pertumbuhan. Ada satu celah
dalam perhitungan growth rate dengan menggunakan rata-rata growth
lima tahun kebelakang.49 Pertumbuhan perusahaan akan berkurang
dengan bertambahnya umur perusahaan ketika ukuran perusahaan
mulai konstan.50 Berikut adalah rumus pertumbuhan perusahaan:
S
e
b
Perusahaan yang menunjukkan pertumbuhan pendapatan dan laba
yang lebih tinggi dari rata-rata industrinya disebut growth company.
Dalam menganalisa pertumbuhan perusahaan, diharuskan mampu
“membedah” laporan keuangan (financial statement) agar dapat
meramalkan keuntungan di masa mendatang jika memutuskan untuk
48 John Pearce dan Richard Robinson, Manajemen Strategis Edisi 10 Buku I (Jakarta:
Penerbit Salemba Empat, 2008),h.35. 49 RH Liembono, Analisis Fundamental (Surabaya: MIC Publishing, 2016),. 67. 50 David S. Evans, “The Relationship Between Firm Growth, Size, and Age: Estimates for
100 Manufacturing Industries”, (Journal of Industrial Economics 35, 1987), h. 671
33
berinvestasi melalui sahamnya. Ketajaman kecenderungan (tren) atas
laba (earning) dan penjualan (sales) adalah kunci ntuk menganalisis
perusahaan yang sedang bertumbuh. Juga menilai kemampuan
manajemen perusahaan dalam mencapai tujuan-tujuan yang sudah
dicanangkan. Dengan menghitung pertumbuhan modal (equity) dan
total aset, tingkat pertumbuhan laba bersih dan dividen, serta rasio
harga-laba (price/earning ratio), akan memudahkan dalam melakukan
analisis pertumbuhan yang diharapkan (expected growth) atas
penjualan, biaya, dan laba perusahaan di masa mendatang.51
Tingkat pertumbuhan terutama bergantung pada tiga hal:
profitabilitas per konsumen, biaya untuk mendapatkan konsumen, dan
pembelian berulang oleh konsumen tetap. Semakin tinggi nilai-nilai
itu, semakin cepatlah perusahaan bertumbuh dan semakin
menguntungkan pula bisnisnya. Itulah faktor-faktor pendorong model
pertumbuhan perusahaan.52 Pertumbuhan perusahaan dapat
dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya yaitu faktor dari luar
perusahaan, dari dalam perusahaan dan dari pengaruh iklim industri
51 Andy Norman Tambunan, Menilai Harga Wajar Saham (Jakarta: Elex Media
Komputindo, 2006),h.25. 52 Eric Ries, The Lean Startup (Yogyakarta: Penerbit Bentang, 2015),h. 104.
34
lokal.53 Variabel yang dapat memprediksi pertumbuhan perusahaan
antara lain54:
a. umur perusahaan,
b. ukuran perusahaan (jumlah karyawan, penjualan
tahunan),
c. sektor industri (dasar teknologi, produksi, service),
d. penggunaan rencana bisnis, adanya bagian
keuangan, gender dan bentuk badan hukum
perusahaan,
e. kategori ukuran perusahaan: mikro, kecil, medium.
Kemampuan manajemen sangat berhubungan dengan tingkat
pertumbuhan perusahaan, kemampuan tersebut ialah:55
a. perusahaan mempekerjakan karyawan dengan
kemampuan spesifik
b. penggunaan perencanaan bisnis. Perencanaan bisnis
adalah wujud dari atribut manajerial seperti
wewenang, keterlibatan manajerial, gaya
kepemimpinan dan komitmen karyawan
53 Dwi Sakti Prastyaningrum, Faktor-Faktor Yang Mempngearuhi Perusahaan Melakukan
Auditor Switching (Surakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2013),h. 5.
54 Agnes Antin Ardhani, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Usaha Dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Perusahaan”, (Tesis Program Pascasarjana Universitas Diponegoro, 2004),h. 33.
55 Barbara J. Orser, Sandy Hogarth Scott, Allan L Riding, “Performance, Firm Size, and Management Problem Solving”, (Journal of small Business Management, 2000),h. 54.
35
c. pengelolaan keuangan internal dan informasi tentang
pembiayaan.
2. Rasio Leverage
Analisis rasio leverage atau disebut juga solvabilitas bertujuan
memberikan gambaran tentang kemampuan perusahaan untuk
memnuhi kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka
panjang.56 Dalam industri perbankan, rasio solvabilitas digunakan
untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-
kewajiban likuidasi. Salah satu rasio leverage adalah rasio kewajiban
atas ekuitas (debt to equity ratio). DER digunakan untuk mengukur
kemampuan bank dalam menutup sebagian atau seluruh utang-
utangnya, baik jangka panjang maupun jangka pendek dengan dana
yang berasal dari modal sendiri.57
Di industri selain perbankan, rasio ini bertujuan untuk melihat
persentase total utang (jangka panjang dan jangka pendek)
dibandingkan dengan modal perusahaan (pemegang saham). Salah
satu rasio yang paling banyak digunakan ialah rasio utang terhadap
ekuitas.
56 Kuswadi, Meningkatkan Laba Melalui Pendekatan Akuntansi Keuangan dan Akuntansi
Biay. (Jakarta: PT. Elexmedia Komputindo, 2005) ,h. 88. 57 Boy Loen dan Sonny Ericson, Manajemen Aktiva Pasiva Bank Devisa (Jakarta:
Penerbit Grasindo, 2007) ,h. 121-122.
36
Besarnya utang yang terdapat dalam struktur modal perusahaan sangat
penting untuk memahami pertimbangan antara risiko dan laba yang
didapat. Utang membawa risiko karena setiap utang pada umumnya
akan menimbulkan keterikatan yang tetap bagi perusahaan berupa
kewajiban untuk membayar beban bunga beserta cicilan kewajiban
pokoknya (principal) secara periodik.58
Perusahaan dengan kewajiban yang terlampau banyak akan
mengalami kesulitan untuk mendapatkan tambahan dana dari luar.
Kewajiban bukan sesuatu yang jelek jika dapat memberikan
keuntungan kepada pemiliknya. Jika kewajiban dimanfaatkan degan
efektif dan laba yang didapat cukup untuk membayar biaya bunga
secara periodik, laba yang diberikan kepada para pemegang saham ini
disebut leverage keuangan. Secara bahasa, leverage berarti pengungkit
(alat ungkit). Jadi, jika diterapkan dalam istilah keuangan, dapat
dikatakan bahwa dengan usaha sedikit akan diperoleh hasil yang
besar. Leverage keuangan tercipta pada waktu laba perusahaan lebih
besar daripada bunga pinjaman yang harus dibayarnya.59
Banyak pendapat mengenai standar besarnya rasio utang terhadap
modal. Beberapa perusahaan berpendapat rasio yang baik ialah satu
banding satu, namun ada juga perusahaan yang meyakini bahwa
58 Kuswadi, Meningkatkan Laba Melalui Pendekatan Akuntansi Keuangan dan Akuntansi
Biaya ,h. 89. 59 Kuswadi, Meningkatkan Laba Melalui Pendekatan Akuntansi Keuangan dan Akuntansi
Biaya ,h. 90.
37
besarnya kewajiban hanya sekitar 35% dari total struktur ekuitas.
Dalam keadaan apapun, perusahaan harus menganalisis bagaimana
aktiva perusahaan telah didanai, dilihat dari sudut keamanan
perusahaan atau persaingan, dan bagaimana mempelajari
kecenderungan struktur ekuitas. Apakah perusahaan secara perlahan-
lahan telah dan masih memindahkan struktur ekuitasnya menuju
struktur yang menitikberatkan pada kewajiban.60
Secara umum dapat dikatakan bahwa semakin tinggi rasio ini maka
kreditor (termasuk bank) semakin besar karena DER tinggi berarti
semakin rendah tingkat keamanan dana yang ditempatkan oleh
kreditur dalam bisnis tersebut. Walaupun demikian, untuk
memperoleh analisis yang lebih tajam, dalam menginterpretasikan
rasio ini, perlu diperhatikan beberapa hal:61
a. Sifat (karakteristik) dari industri yang bersangkutan. Bisnis
perbankan, misalnya, memiliki leverage yang sangat tinggi karena
dalam bisnis perbankan sebagian besar aktivitas karena dalam bisnis
dibiayai oleh dana pihak ketiga, yaitu tabungan deposito, dan lain-lain.
Untuk industri ini, malah leverage yang rendah merupakan keanehan.
b. Sifat dari utang perusahaan. Setiap utang memiliki sifatnya
masing-masing yang dapat berbeda-beda. Utang pajak misalnya,
memiliki kekuatan “memaksa” yang lebih kuat dibandingkan utang
60Kuswadi, Meningkatkan Laba Melalui Pendekatan Akuntansi Keuangan dan Akuntansi
Biaya ,h.. 90. 61 Jopie Jusuf, Analisis Kredit Untuk Account Officer (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama. 1995) ,h. 56
38
dagang karena utang pajak merupakan utang yang tidak dapat ditunda
pembayarannya. Sementara itu, utang pada pemegang
saham(shareholders’ loan) mungkin mmeiliki “tekanan” yang lebih
kecil dibandingkan utang dagang.
c. komposisi utang jangka panjang (long term debt) dengan utang
jangka pendek (short term debt). Bila sebagian besar utang adalah
jangka pendek, risiko bisnis adalah lebih besar dibandingkan bila
sebagian besar utang adalah jangka panjang.
39
C. Kerangka Analisis
40
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk menguji dan menganalisis pengaruh
variabel independen yaitu pertumbuhan perusahaan, debt to equity, dan
rating terhadap variabel dependen yaitu yield to maturity sukuk. Populasi
adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ini meneliti
semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya
merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga disebut studi
populasi atau studi sensus.62 Dari pengertian populasi diatas, maka
populasi penelitian ini adalah sukuk korporasi yang masih beredar di Bursa
Efek Indonesia periode penerbitan sebelum 31 Desember 2013 dan belum
jatuh tempo pada 31 November 2015.
B. Metode Penentuan Sampel
Sampel dalam penelitian ini dipilih menggunakan metode
purposive sampling, yaitu sampel yang dipilih melalui penetapan kriteria
tertentu oleh peneliti.63 Kriteria-kriteria sampel yang disesuaikan dengan
maksud penelitian adalah sebagai berikut:
1. sukuk telah terbit sebelum Desember 2013,
62 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002),h.108. 63 I Ketut Swarjana, Metodologi Penelitian Kesehatan (Yogyakarta:CV. Andi Offcet,
2012) ,h.102.
41
2. ketersediaan laporan keuangan berturut-turut tahun 2013-2015,
3. laporan keuangan yang digunakan hanya dengan satuan mata
uang rupiah,
4. data penelitian sukuk korporasi yang belum jatuh tempo hingga
November 2015,
5. data yield to maturity merupakan seluruh transaksi yang telah
dikonfirmasi terjadi setiap hari yang diakumulasi ke dalam
periode per-tahun. Transaksi dilaporkan partisipan yang
memiliki izin usaha sebagai bank umum.
6. rating sukuk berdasarkan peringkat Indonesia Bond Pricing
Agency.
Berdasarkan kriteria di atas, maka sampel penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.2.1
Tabel Sampel Penelitian
Bond Code Bond Name
SIISAT05
ADHISM1CN2
Sukuk Ijarah Indosat V Tahun 2012
Sukuk Mudharabah Berkelanjutan I ADHI Tahap II Tahun 2013
SIKPPLN01 Sukuk Ijarah PLN II Tahun 2007
SIKPPLN03A Sukuk Ijarah PLN IV tahun 2010 Seri A
SIKPPLN03B Sukuk Ijarah PLN IV tahun 2010 Seri B
SIPPLN01ACN2 Sukuk Ijarah Berkelanjutan I PLN Tahap II Tahun 2013 Seri A
42
SIPPLN01BCN2 Sukuk Ijarah Berkelanjutan I PLN Tahap I ITahun 2013 Seri B
SIPPLN01CN1 Sukuk Ijarah Berkelanjutan I PLN Tahap I Tahun 2013
BBMISMSB1CN1
Sukuk Subordinasi Mudharabah Berkelanjutan I Tahap I Bank Muamalat
Tahun 2013
BBMISMSB1CN2
Sukuk Subordinasi Mudharabah Berkelanjutan I Tahap II Bank Muamalat
Tahun 2013
Sumber: Diolah peneliti dengan sumber website IBPA
C. Metode Pengumpulan Data
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian
kuantitatif adalah penelitian dengan memperoleh data yang berbentuk
angka atau data kualitatif yang diangkakan.64 Penelitian ini menggunakan
data sekunder yang bersumber dari website resmi Bank Indonesia, Bursa
Efek Indonesia, The Indonesia Capital Market Institute, dan Indonesia
Bond Pricing Agency. Data rating sukuk diperoleh dari Indonesia Bond
Pricing Agency. Data yield to maturity diperoleh dari The Indonesia
Capital Market Institute. Data pertumbuhan perusahaan, dan debt to equity
diperoleh dengan mengolah data yang bersumber dari laporan keuangan
tahunan yang dipublikasikan di website Bursa Efek Indonesia. Data yield
to maturity, debt to equity, dan pertumbuhan perusahaan merupakan data
rasio.
Data rasio adalah data dengan tingkat pengukuran paling tinggi di
antara jenis data lainnya. Data rasio adalah data bersifat angka dalam arti
64 Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis (Bandung: Pusat Bahasa Depdiknas, 2003), h. 14.
43
sesungguhnya (bukan kategori seperti pada data nominal dan ordinal) dan
bisa dioperasikan secara matematika (+,-,x,/). Data rating merupakan data
ordinal. Seperti pada data nominal, ada data kualitatif namun dengan level
yang lebih tinggi daripada data nominal. Jika data nominal, semua data
kategori dianggap sama, maka data ordinal ada tingkatan data. Data
kualitatif pada data tersebut tidak bisa dilakukan operasi matematika,
seperti penambahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.65
Populasi penelitian ini adalah obligasi syariah korporasi
outstanding 1 Januari 2013-31 November 2015. Ada beberapa metode
pengumpulan data: wawancara (interviews), kuesioner (questionnaire),
observasi (observation), dan dokumentasi. Dilihat dari sumber
pengambilan data, dapat dibedakan menjadi sumber data primer
(langsung) dan sekunder (tidak langsung atau dari pihak ke 3).66
Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data dokumentasi
dengan sumber data sekunder. Dokumen merupakan catatan peristiwa
yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-
karya monumental dari seseorang.67
D. Metode Analisis Data
1. Model Regresi Linear Berganda
65 Singgih Santoso, Panduan Lengkap Menguasai SPSS 16 (Jakarta: PT.Elexmedia
Komputindo, 2008) ,h.7-8 66 Sujoko Efferin,dkk, Metode Penelitian Akuntansi (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), h.
115. 67 Sugiyono, Metode Penelitian (Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D) (Bandung: Alfabeta,
2009), h. 137.
44
Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah
analisis regresi berganda. Analisis regresi berganda digunakan untuk
mengetahui hubungan antara beberapa variabel dependen dengan
variabel independen. Persamaan dalam regresi dapat digambarkan
dengan garis regresi. Semakin dekat jarak antara data dengan titik yang
terletak pada garis regresi, berarti prediksi kita semakin baik. Jarak
antara data sesungguhnya dengan garis regresi dikuadratkan dan
dijumlahkan. Itulah sebabnya analisis regresi juga dikenal dengan
analisis Ordinary Least Square (sering disingkat dengan OLS saja)
atau analisis kuadrat terkecil.68
Variabel independen sering juga disebut sebagai prediktor, yaitu
variabel yang dipakai untuk memprediksi nilai variabel dependen.
Sedangkan variabel dependen sering disebut variabel yang diprediksi
atau variabel terikat.69 Teknik analisis tersebut sesuai untuk
menggambarkan atau mendeskripsikan hubungan antara variabel pada
penelitian yang memiliki data angka dan data kualitatif yang
diangkakan. Variabel bebas penelitian ini adalah pertumbuhan
perusahaan (Growth), debt to equity (DER), dan rating (R) sedangkan
variabel terikat yaitu yield to maturity(Y). model regresi linear
berganda dalam penelitian ini adalah: Model persamaan analisis
regresi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
68 Wing Wahyu Winarno, Analisis Ekonometrika dan Statistika Dengan Eviews Edisi 4
(Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2015),h. 4.1 69 Boediono dan Wayan Koster, Teori dan Aplikasi Statsitika dan Probabilitas (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2008),h. 172.
45
atau
atau
Keterangan: Y : yield to maturity
훽 : konstanta
훽 : koefisien pertumbuhan perusahaan
푋 atau Growth: pertumbuhan perusahaan
훽 : koefisien DER
푋 atau DER : debt to equity ratio
훽 : koefisien rating
푋 : rating
2. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik diperlukan untuk mengetahui apakah suatu
model regresi valid untuk memprediksi. Uji asumsi klasik ini harus
memenuhi kriteria BLUE (Best Linier Unbiased Estimate). Asumsi-
asumsi pada analisis regresi adalah sebagai berikut:
a. Uji Multikolinearitas
Istilah multikolinearitas diciptakan oleh Ragnar Frish di dalam
bukunya: Statistical Confluence Analysis by Complete Regression
46
Systems. Aslinya istilah itu berarti adanya hubungan linear yang
sempurna atau eksak (perfect or exact) di antara variabel-variabel
bebas dalam model regresi. Sedangkan kolinearitas adalah
hubungan linear tunggal. Dalam praktik sering tidak dibedakan
baik satu hubungan atau lebih dipergunakan istilah kolinearitas
ganda.70
Uji multikolinearitas untuk melihat besarnya korelasi antara
variabel. Analisis korelasi bertujuan untuk mengetahui kuatnya
hubungan anatra variabel. Jika dua variabel dependen dan
independen berkorelasi maka perubahan pada variabel dependen
akan mempengaruh variabel independen.71
Konsekuensi dari multikolinearitas adalah sebagai berikut:72
(1) meskipun pemerkira OLS dapat diperoleh, standard error-
nya akan cenderung membesar nilainya sewaktu tingkat
kolinearitas antara variabel bebas juga meningkat;
(2) karena nilai standard error dari koefisien regresi besar,
maka dari itu dengan sendirinya interval keyakinan untuk
parameter dari populasi juga cenderung melebar;
(3) dengan tingginya tingkat kolinearitas, probabilitas untuk
menerima hipotesis type II error menjadi membesar nilainya;
(4) selama kolinearitas ganda tidak sempurna, masih mungkin
menghitung perkiraan koefisien regresi, tetapi standard error-nya
70 J. Supranto, Ekonometri (Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia, 2004) ,h. 13. 71 J. Supranto, Statistik Pasar Modal (Jakarta: Rineka Cipta, 1992) h. 72-74. 72 J. Supranto, Ekonometri, h. 21-23.
47
menjadi sangat sensitif,walaupun terjadi perubahan yang sangat
kecil;
(5) apabila kolinearitas ganda tinggi, nilai R2 (koefisien
determinasi) akan tinggi, tetapi tidak ada sedikit sekali koefisien
regresi yang signifikan secara statistic. Kalau koefisien regresi
suatu variabel bebas signifikan, maka variabel bebas yang
bersangkutan mempunyai pengaruh terhadap Y.
Multikolinieritas dapat dideteksi dengan beberapa cara:73
(1) membandingkan R² dan nilai t-stat
- R² cukup tinggi (0,7-1,0) tetapi uji t-nya untuk masing-
masing koefisien regresinya menunjukkan tidak
signifikan
- Tingginya R² merupakan syarat yang cukup (sufficient)
akan tetapi bukan merupakan syarat yang penting untuk
terjadinya multikolinearitas, sebab pada R² yang rendah
(< 5%) bisa juga terjadi multikolinearitas.
(2) menggunakan matriks korelasi antara variabel independen.
Jika korelasi antara variabel independen kuat (> 0,70)
menjadi dugaan kuat adanya multikolinearitas.
Jika kolinearitas sempurna terjadi pada regresi linear maka
koefisien regresi daripada variabel X tidak dapat ditentukan
(indeterminate) dan standard errornya tak terhingga (infinite).
73 Nurhasanah, “Hubungan Antara Likuiditas Dan Harga Sukuk Serta Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhinya” (Tesis Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2011), h.52.
48
Oleh karena itu regresi linear harus terbebas dari kolinearitas
ganda.74
b. Uji Autokorelasi
Autokorelasi dikenalkan oleh Maurice G. Kendall dan William
R. Buckland. Autokorelasi merupakan korelasi antara anggota
observasi yang disusun menurut urutan waktu.75 Uji autokorelasi
dilakukan untuk mengetahui apakah ada korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode atau dengan kesalahan pada periode t
sebelumnya pada model regresi linear yang dipergunakan. Jika
terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Dalam
model regresi yang baik adalah tidak terjadi autokorelasi.76
Ada beberapa penyebab autokorelasi, yaitu:77
(1) kelembaman, biasanya terjadi dalam fenomena
ekonomi di mana sesuatu akan memengaruhi
sesuatu yang lain dengan mengikuti siklus bisnis
atau saling berkaitan;
(2) terjadi bias dalam spesifikasi, yaitu ada beberapa
variabel yang tidak termasuk dalam model;
74 J. Supranto, Ekonometri ,h. 16. 75 Suharyadi dan Purwanto S.K, Statistika: Untuk Ekonomi dan Keuangan modern,
Edisi2. Jakarta: Penerbit Salemba Empat,2009. h.232. 76 Muhammad Nisfiannor, Pendekatan Statistika Modern untuk Ilmu Sosial (Jakarta:
Penerbit Salemba Humanika. 2009) ,h.92. 77 Suharyadi dan Purwanto S.K, Statistika: Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern,
Edisi2 ( Jakarta: Penerbit Salemba Empat,2009) ,h. 232.
49
(3) bentuk fungsi yang digunakan tidak tepat, misalnya
seharusnya bentuk nonlinear tetapi digunakan linear
atau sebaliknya.
Independensi of the errors biasanya terjadi pada data time
series. Kondisi ini terjadi ketika residual data periode sebelumnya
cenderung berpengaruh terhadap data dari periode selanjutnya.
Pola kecenderungan hubungan error ini disebut autokorelasi.78
Salah satu cara mengukur adanya autokorelasi yaitu dengan
Durbin-Watson. Pengujian Durbin-Watson dilakukan dengan
SPSS 20 dimana dW sudah dihitung secara otomatis. Bila besar n
dan k diketahui, dL dan dU dapat dicari melalui tabel. Kemudian
dilakukan uji hipotesis sebagai berikut:
Hipotesis: Ho : ρ = 0, tidak ada autokorelasi positif
atau negatif
H1 : ρ ≠ 0 ada autokorelasi positif atau
negative
Bandingkan nilai dW dengan nilai dL dan dU dari tabel
dengan ketentuan berikut:
(1) bila dW<dL maka Ho ditolak, artinya ada autokorelasi
positif
(2) bila dL<dW<dU tidak terdapat kesimpulan
78 Sujoko Efferin, dkk. Metode Penelitian Akuntansi, Metode Penelitian Akuntansi
Menungkap Fenomena Dengan Pendekatan Kuantitatif Dan Kualitatif (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), h. 196.
50
(3) bila dL<dW,4-dU Ho maupun H1 tidak ditolak, artinya
tidak ada autokorelasi positif maupun negatif
(4) bila 4-dU≤dW≤3-dL tidak terdapat kesimpulan
(5) bila dW>4-dL Ho ditolak berarti terdapat autokorelasi
negatif.
Apabila nilai dW menunjukkan masih adanya autokorelasi,
langkah selanjutnya kita bisa melakukan tes terhadap error dari
persamaan masing-masing model. Jika error stasioner maka kita
dapat menggunakan model tersebut.79
c. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas terjadi karena perubahan situasi yang tidak
tergambarkan dalam spesifikasi model regresi, misalnya perubahan
struktur ekonomi dan kebijakan pemerintah yang dapat
mengakibatkan terjadinya perubahan tingkat keakuratan data.
Dengan kata lain, heteroskedastisitas terjadi jika residual tidak
sering muncul dalam data cross section, tetapi juga bisa terjadi
pada data runtut waktu (time series).80 Gangguan
heteroskedastisitas dapat membawa pada galat baku yang bias dan
menjadikan hasil uji statistic tidak tepat serta interval sehingga
keyakinan untuk estimasi parameter juga kurang tepat. Peneliti
dapat mengkonversi regresi ke bentuk logaritma atau menjalankan
79 Nurhasanah, “Hubungan Antara Likuiditas Dan Harga Sukuk Serta Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhinya” (Tesis Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2011), h.54. 80 Arif Pratisto, Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan
dengan SPSS 12 (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2004) h. 149.
51
regresi dengan system kuadrat terkecil tertimbang (weight least
square) untuk menghilangkan gangguan heteroskedastisitas.81
Salah satu asumsi model regresi bersifat BLUE adalah var =
(ui) = ² (konstan) atau dengan kata lain, semua residual atau error
mempunyai varian yang sama.. Gejala varian residual yang sama
dari satu pengamatan yang lain disebut homoskedastisitas.82
Deteksi adanya heteroskedastisitas dengan melihat ada tidaknya
pola tertentu pada prafik scatterplot, di mana sumbu X adalah Y
yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y diprediksi –
Y sesungguhnya) yang telah di-studentized). Dasar pengambilan
keputusan:83
(1) jika ada pola tertentu, seperti titik-titik (point) yang ada
membentuk suatu pola tertentu yang teratur
(bergelombang, melebar lalu menyempit), berarti telah
terjadi heteroskedastisitas;
(2) jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-tiik menyebar di
atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak
terjadi heteroskedastisitas.
81Arif Pratisto, Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan
dengan SPSS 12 ,h.150. 82 Tim Dosen Ekonometri Dan Tim Asisten Praktikum, Buku Pedoman Praktikum
Ekonometrika (Malang: Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan Dan Kelautan Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, 2015), h.11.
83 Singgih Santoso, Statistik Parametrik (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2010) ,h. 210.
52
d. Uji Normalitas
Normalitas data atau data terdistribusi normal adalah bila
jumlah data di atas atau di bawah rata-rata adalah sama, demikian
juga simpangan bakunya (s).84 Uji ini perlu dilakukan karena
semua perhitungan statistik parametric memiliki asumsi sebaran
yang normal. Untuk melihat hasil uji normalitas data dapat
dilakukan dengan mengamati probability plot. Jika residual berasal
dari distribusi normal, maka nilai-nilai distribusi akan terletak di
sekitar garis lurus yang merupakan garis dari distribusi normal.85
Salah satu asumsi dalam analisis statistika adalah data
berdistribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis
lurus diagonal, dan plotting data residual akan dibandingkan
dengan garis diagonal.86 Dengan pedoman pengambilan
keputusannya adalah sebagai berikut:
(1) nilai sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05
distribusi adalah tidak normal
(2) nila sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05
distribusi adalah normal.
84 Ali Mauludi, Statistika I Penelitian Ekonomi Islam Dan Sosial Edisi Pertama (Jakarta:
P3EI UIN Jakarta, 2006), h. 167. 85 Sukmawati Bachtiar, “Analisis Pengaruh Penggunaan Sukuk (Obligasi Syariah)
Terhadap Return On Asset (ROA), Asset Turnover (ATO), Dam Current Ratio (CR) Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan London Stock Exchange (LSE) Periode 2007-2011” (Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013), h. 55.
86 Sukmawati Bachtiar, “Analisis Pengaruh Penggunaan Sukuk (Obligasi Syariah) Terhadap Return On Asset (ROA), Asset Turnover (ATO), Dam Current Ratio (CR) Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan London Stock Exchange (LSE) Periode 2007-2011, h 56.
53
Jika ketidaknormalan data tidak terlalu parah, maka analisis dapat
tetap digunakan. Ada beberapa analisis statistik yang dapat
bertahan dengan kondisi ketidaknormalan ini (disebut memiliki
sifat robust), misal F-stat dan t-stat.87 Tujuan uji normalitas adalah
ingin mengetahui apakah distribusi data dengan bentuk lonceng
(bell shaped). Data yang baik adalah data yang mempunyai pola
seperti distribusi nomal, yakni distribusi data tersebut tidak
menceng ke kiri atau menceng ke kanan.Uji normalitas sebenarnya
sangat kompleks, karena harus dilakukan pada seluruh variabel
secara bersama-sama. Namun, uji ini bisa juga dilakukan pada
setiap variabel, dengan logika bahwa jika secara individual
masing-masing variabel memenuhi asumsi normalitas, maka secara
bersama-sama variabel tersebut juga bisa dianggap memenuhi
asumsi normalitas.88
3. Uji Signifikansi
a. Uji Simultan (Uji F)
Uji F dilakukan untuk melihat secara bersama-sama apakah
slope (koefisien parameter) secara simultan berbeda atau sama
87 Sukmawati Bachtiar, “Analisis Pengaruh Penggunaan Sukuk (Obligasi Syariah)
Terhadap Return On Asset (ROA), Asset Turnover (ATO), Dam Current Ratio (CR) Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan London Stock Exchange (LSE) Periode 2007-2011, h. 56.
88 Singgih Santoso, Statistik Multivariat (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2010) ,h.42-43.
54
dengan nol. Jadi, uji ini dilakukan untuk melihat secara
persamaan.89 Langkah-langkahnya sebagai berikut:
(1) menyusun hipotesis
H0: β0 = β1 = β2 = 0 Variabel bebas secara bersama-sama
tidak mampu menjelaskan variabel terikat
Ha: β0 ≠ β1 ≠ β2 ≠ 0 Variabel bebas secara bersama-sama
mampu menjelaskan variabel terikat
(2) mencari nilai F tabel
(a) derajat pembilang df(1) , gunakan (k-1), dimana k
adalah jumlah variabel dependen dan independen
(b) derajat penyebut df(2), gunakan (n-k), dimana n
adakah jumlah sampel
(c) taraf signifikansi 5%
(3) memutuskan hipotesis
Pengujian koefisien korelasi regresi linear ganda
menggunakan F tes sehingga F hitung dapat diperoleh
melalui analisis dengan SPSS 20. Asumsinya sebagai
berikut:
Asumsi: F hitung > F tabel,maka H0 ditolak, Ha diterima.
Koefisien korelasi tidak signifikan
F hitung < F tabel, maka H0 diterima, Ha ditolak.
89 Said Kelana Asnawi dan Chandra Wijaya, Riset Keuangan: Pengujian-Pengujian
Empiris (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,2005) ,h.261.
55
Koefisien korelasi signifikan
Koefisien korelasi signifikan artinya kedua variabel
bebas secara bersama-sama mempunyai kontribusi yang
sangat signifikan sebesar R² terhadap pembentukan variabel
terikat. Sisanya dibentuk variabel lain yang tidak
diperhitungkan. 90
Analisis uji F jika didapat nilai F hitung > F tabel maka
dinyatakan tidak signifikan (menerima Ho) artinya secara simultan
(bersama) variabel-variabel independne tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen, begitu pula sebaliknya.
b. Uji Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R²) merupakan besaran untuk
menunjukkan tingkat kekuatan hubungan antara dua variabel atau
lebih dalam benuk persen (menunjukkan seberapa besar persentase
keragaman Y yang dapat dijelaskan oleh keragaman X atau dengan
kata lain seberapa besar X dapat memberikan kontribusi terhadap
Y.91 Nilai R² dapat dikategorikan kriteria besarnya pengaruh
berdasarkan tabel berikut:92
90 Agus Irianto, Statistik Konsep Dasar dan Aplikasinya (Jakarta: Prenada Media, 2004),
h. 204. 91 Andi Supangat, Statistika Dalam Kajian Deskriptif, Inferensi dan Parametrik,
(Jakarta: Kencana Prenada, 2008),h. 350. 92 Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, Cetakan Ketujuh (Bandung: CV. Alfabeta,
2006),h. 216.
56
Tabel 3.3.1
Kriteria Koefisien Determinasi
Interval Tingkat Pengaruh
0%-19,9% Sangat rendah
20%-39,9% Rendah
40%-59,9% Sedang
60%-79,9% Kuat
89%-100% Sangat kuat
Sumber: Statistika untuk Penelitian
Kegunaan koefisien determinasi adalah:93
(1) sebagai ukuran ketepatan atau kecocokan garis regresi
yang dibentuk dari hasil pendugaan terhadap sekelompok
data hasil observasi. Makin besar nilai R2 semakin bagus
garis regresi yang terbentuk. Sebaliknya makin kecil nilai
R2 makin tidak tepat garis regresi tersebut dalam mewakili
data hasil observasi;
(2) mengukur besar proporsi (persentase) dari jumlah ragam Y
yang diterangkan oleh model regresi atau untuk mengukur
besar sumbangan variabel penjelas X terhadap ragam
variabel respon Y.
c. Uji Signifikansi Koefisien Regresi (Uji t)
93Dergibson Siagian dan Sugiarto, Metode Statistika untuk Bisnis dan Ekonomi (Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama, 2000) ,h.259.
57
Uji t digunakan untuk melihat kontribusi masing-masing
variabel bebas terhadap variabel terikat. Dalam hal ini akan
digunakan uji koefisien b dengan menggunakan t test. Jumlah
kuadrat simpangan nilai x yang diuji koefisiennya dengan rata-rata
dan korelasi x yang diuji koefisiennya dengan x lainnya.94 Selain
itu, uji ini dipakai untuk melihat signifikansi pengaruh variabel
bebas secara individu terhadap variabel tak bebas dengan
menganggap variabel bebas lain bersifat konstan. Dengan kata lain,
uji ini membuktikan apakah nilai setiap koefisien secara signifikan
berbeda dengan nol atau tidak. Apabila dari hasil uji diketahui
suatu koefisien tidak secara signifikan berbeda dengan nol (artinya
nilai tersebut bias sama dengan nol) maka variabel yang
bersangkutan tidak layak digunakan dan harus dikeluarkan dari
persamaan regresi.95
Model uji t mengikuti distribusi t dengan derajat kebebasan
n1-n2-2. Dengan mengunakan level of signifikan:α = 0,05. Karena
two tail test, maka daerah penolakan α:2 = 0,05 : 2 = 0,025. Setelah
tabel t dicari, diketahui asumsi yang dipakai sebagai berikut:96
Asumsi: Ho ditolak jika t hitung > t tabel
Ho diterima jika t hitung < t tabel
E. Definisi Operasional Variabel
94 Agus Irianto, Statistik Konsep Dasar dan Aplikasinya ,h. 204. 95 Eddy Herjanto, Manajemen Operasi Edisi Ketiga (Jakarta: Penerbit Grasindo, 2015)
,h.104. 96 Sujoko Efferin, dkk, Metode Penelitian Akuntansi Mengungkap Fenomena dengan
Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), h. 136-138.
58
Variabel Keterangan
Variabel Dependen :
(Y) Yield to Maturity
Persentase yield to maturity:
푃 =퐶
2(1 + 푌푇푀/2)
+ 푃
(1 + 푌푇푀/2)
P = harga obligasi pada saat ini (t = 0)
n = jumlah tahun sampai dengan jatuh
tempo obligasi
Ci = pembayaran kupon untuk obligasi
I setiap tahunnya
YTM = yield to maturity
Pp = nilai par dari obligasi
Variabel Independen :
(Growth) Pertumbuhan
perusahaan
Persentase pertumbuhan total aktiva=
푇표푡푎푙퐴푘푡푖푣푎푡 − 푇표푡푎푙퐴푘푡푖푣푎푡 − 1푇표푡푎푙퐴푘푡푖푣푎푡 − 1 푥100%
Variabel Independen :
(DER) debt to equity
Persentase Debt to equity Ratio=
푇표푡푎푙퐿푖푎푏푖푙푖푡푎푠푇표푡푎푙퐸푘푢푖푡푎푠 푥100%
Variabel Independen :
(R) Rating sukuk
Variabel dummy, dimana nilai 0 untuk low
investment grade, nilai 1 untuk medium investment
grade dan nilai 2 untuk high investment grade
59
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Populasi penelitian adalah sukuk korporasi yang masih beredar di
Indonesia hingga November 2015. Obligasi adalah suatu janji untuk
membayar bunga secara berkala dan jumlah pokok pada akhir jatuh tempo.
Instrumen ini adalah suatu instrumen hutang yang pemegangnya menerima
pembayaran kupon secara berkala dan pada fakta sebenarnya merupakan suatu
riba (usury). Oleh karena itu, hampir semua ulama berpendapat bahwa produk
ini tidak halal. Akan tetapi, pada saat ini kita memiliki obligasi-obligasi Islam
seperti misalnya obligasi BBA, Bai’ Al-Dayn yang tersedia di pasar untuk
investasi97 Berkembangnya pasar modal syariah memberi kemudahan bagi
calon investor dalam memilih beragam produk investasi berbasis syariah dan
mendiversifikasikan portofolio sumber dana. Salah satu produk investasi
syariah alternatif obligasi adalah obligasi syariah. Penawaran yang relatif
rendah dan tingkat permintaan yang tinggi membuat kelebihan tersendiri bagi
sukuk. Ditambah lagi, umumnya sukuk memiliki harga yang rendah atau
minimal sama dibanding obligasi konvensional
Islamic Financial Services Board (IFSB-2) mendefinisikan sukuk atau
obligasi syariah: “Sertifikat yang mewakili pemegang proporsional
97 Moh Ma’sum Billah. Penerapan Pasar Modal Islam (Selangor: Sweet and Maxwell Asia, 2009),h. 90.
60
kepemilikan yang terbagi dalam asset yang mendasari, dimana pemegang
diasumsikan mendapatkan semua hak dan kewajiban atas asset tersebut”.98 Di
Indonesia, sukuk pertama kali diterbitkan oleh PT. Indosat pada bulan Oktober
2002 dengan nilai emisi Rp.100 milyar. PT. Berlian Laju Tanker menerbitkan
sukuk dengan nilai emisi Rp.175 milyar pada 28 Mei 2003. Diikuti PT. Bank
Bukopin dengan sukuk mudharabah senilai Rp.45 milyar pada 10 Juli 2003.
Berdasarkan perjanjian (akad), sukuk yang terbit di Indonesia terdiri dari dua
jenis: sukuk ijarah dan sukuk mudharabah.
Sukuk ijarah adalah sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau
akad ijarah di mana satu pihak bertindak sendiri atau melalui wakilnya
menjual atau menyewakan hak manfaat atas suat aset kepada pihak lain
berdasarkan harga dan periode yang disepakati, tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan aset itu sendiri.99 Sedangkan Sukuk mudharabah
adalah sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad mudharabah
di mana satu pihak menyediakan modal (rab al-maal) dan pihak lain
menyediakan tenaga dan keahlian (mudharib), keuntungan dari kerja sama
tersebut akan dibagi berdasarkan perbandingan yang telah disetujui
sebelumnya. Kerugian yang timbul akan ditanggung sepenuhnya oleh pihak
yang menjadi penyedia modal.100
98 Centre Banking Studies, Central Bank of Sri Lanka, Sukuk: Shariah Guidelines for Islamic Bonds”, Islamic Banking Operations and Regulatory Framework Workshop 24-26 January 2012 (Sri Lanka: Centre Banking Studies, 2012).,h. 4.
99 Ahmad Ifham Solihin, Buku Pintar Ekonomi Syariah (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2010) ,h,798.
100 Ahmad Ifham Solihin, Buku Pintar Ekonomi Syariah ,h.798.
61
Gambar 4.1.1
Skema Sukuk Ijarah
Sumber: Kuliah Informal Hukum Ekonomi Islam, Fakultas Hukum Universitas
Indonesia101
Emiten menerbitkan sukuk ijarah untuk pembelian kapal tanker, investor
membeli sukuk dan menyerahkan dana sukuk ijarah. Emiten menggunakan
dana sukuk ijarah ini untuk membeli kapal tanker (objek ijarah). 1.Pengalihan
manfaat objek ijarah, kapal tanker (objek ijarah) disewakan kepada emiten
untuk digunakan sendiri oleh emiten atau disewakan kembali kepada pihak
101 Muhamad Touriq, Investasi Pasar Modal Syariah: Kuliah Informal Hukum Ekonomi
Islam, Fakultas Hukum Universitas Indonesia (Jakarta: Direktorat Pasar Modal Syariah Otoritas Jasa Keuangan, 2013).,h.53.
62
ketiga; 2. Wakalah, investor memberi wewenang kepada emiten untuk
mewakili investor dalam mengelola kapal tanker (objek ijarah) dengan
menggunakan akad wakalah; 3. Menyewakan kepada pihak ketiga, emiten
menyewakan kapal tanker (objek ijarah) kepada pihak ketiga (penyewa);4.
Pembayaran sewa, pihak ketiga (penyewa) membayar sewa objek ijarah
kepada pembeli sewa dalam hal ini emiten yang mewakili investor;5. Cicilan
+ sisa fee ijarah, emiten membayar cicilan dan sisa fee ijarah setiap periode.
Fee ijarah bersifat tetap dan besarannya sudah diketahui sejak awal sukuk
diterbitkan.
Gambar 4.1.2
Skema Sukuk Mudharabah
63
Sumber: Kuliah Informal Hukum Ekonomi Islam, Fakultas Hukum Universitas
Indonesia102
Emiten mengeluarkan sukuk mudhrabah, dana digunakan untuk proyek
atau kegiatan investasi lain. Emiten bertindak sebagai wakil untuk
melaksanakan mudharabah atas proyek atau kegiatan investasi lain dari
pemiliknya (pemegang sukuk/investor). Proyek tersebut dikelola dan
mendatangkan manfaat pendapatan yang terdiri dari biaya-biaya dan dana
sukuk. Emiten melakukan pembayaran sewa (fee mudharabah) kepada
investor yang diambil dari pos laba kotor. Fee mudharabah dibayarkan setiap
periode, misalnya tiga bulan sekali atau enam bulan sekali, sedangkan dana
obligasi dibayarkan pada saat pelunasan obligasi sesuai dengan jatuh tempo
sukuk mudharabah tersebut.
B. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi,
variable pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.103 Terdapat
beberapa cara melihat normalitas data, yaitu dengan probability plot,
histogram, dan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov. Berikut
hasil analisis:
102 Muhamad Touriq, Investasi Pasar Modal Syariah: Kuliah Informal Hukum Ekonomi
Islam, Fakultas Hukum Universitas Indonesia ,h.54. 103 Imam Ghazali, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 21
(Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2013),h. 160.
64
Gambar 4.2.1
Uji Normalitas Histogram
Sumber: diolah penulis menggunakan SPSS 20
Gambar 4.2.2
Uji Normalitas P-P Plot (Y=YTM)
Sumber: diolah penulis menggunakan SPSS 20
65
Jika residual berasal dari distribusi normal, maka nilai-nilai
distribusi akan terletak di sekitar garis diagonal yang merupakan garis dari
distribusi normal.104 Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus
diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis
diagonal.105
Berdasarkan gambar 4.2.1 dan 4.2.2 data hasil pengujian
menggunakan histogram dan P-Plot dimana grafik histogram memberikan
pola distribusi yang melenceng ke kanan yang artinya data berdistibusi
normal, sedangkan pada P-Plot titik-titik mendekati garis pola diagonal
yang merupakan garis dari distribusi normal, menandakan bahwa data
penelitian berdistribusi normal.
Uji statistik lain yang dapat digunakan untuk menguji normalitas
residual adalah uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S).
Hipotesis uji K-S adalah:106
Ho :data residual berdistribusi normal
Ha : data residual tidak berdistribusi normal
104 Sukmawati Bachtiar, “Analisis Pengaruh Penggunaan Sukuk (Obligasi Syariah)
Terhadap Return On Asset (ROA), Asset Turnover (ATO), Dam Current Ratio (CR) Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan London Stock Exchange (LSE) Periode 2007-2011” (Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013), h. 55.
105Sukmawati Bachtiar, “Analisis Pengaruh Penggunaan Sukuk (Obligasi Syariah) Terhadap Return On Asset (ROA), Asset Turnover (ATO), Dam Current Ratio (CR) Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan London Stock Exchange (LSE) Periode 2007-2011” , h 56.
106 Imam Ghazali, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS ,h. 164.
66
Tabel 4.2.3
Uji Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 30
Normal Parametersa,b Mean 0E-7
Std. Deviation 1.14147400
Most Extreme Differences
Absolute .160
Positive .160
Negative -.140
Kolmogorov-Smirnov Z .877
Asymp. Sig. (2-tailed) .425
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: diolah penulis menggunakan SPSS 20
Besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 0.877 dan signifikan
pada 0.425, hal ini berarti Ho diterima yang berarti data residual
berdistibusi normal. Hasil uji Kolmogorov-smirnov ini konsisten dengan
grafik histogram dan probability plot. Dari ketiga metode yang digunakan
diatas, diambil kesimpulan bahwa distribusi data penelitian normal
berdasarkan histogram, probability plot, dan uji Kolmogorov-Smirnov.
2. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas menunjukkan bahwa varians variabel tidak
sama untuk semua pengamatan. Jika varians dari residual satu pengamatan
ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas. Model regresi
67
yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas karena data cross section memiliki data yang mewakili
berbagai ukuran (kecil, sedang, dan besar).107
Metode yang digunakan untuk menguji adanya heteroskedastisitas
pada data penelitian ini adalah dengan scatterplot. Jika terdapat pola
tertentu pada scatterplot maka model terdapat heteroskedastisitas.
Gambar 4.2.4
Uji Heteroskedastisitas (Y=YTM)
Sumber: diolah penulis menggunakan SPSS 20
Hasil grafik scatterplot 4.2.4 menunjukkan tidak ada
heteroskedastisitas. Terlihat residual terdistribusi secara acak di sekitar
titik nol.
107 Nadratuzzaman Hosen, Slide Show Mata Kuliah Statistik 2: Heteroskedastisitas
(Ciputat: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah,2012),h. 2.
68
3. Uji Multikolinearitas
Uji multikolienaritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen).108 Model regresi yang baik selayaknya tidak terjadi
multikolinearitas.
Beberapa permasalahan dalam model akibat uji multikolinearitas:
pertama, estimasi OLS meskipun best, linear, unbiased equation
(BLUE), namun varian dan kovarian besar, sehingga sulit ditemukan
estimasi yang tepat. Kedua, interval kepercayaan membear sehingga
cenderung untuk menolak Ho. Ketiga, nilai t statistik cenderung tidak
signifikan. Keempat, meskipun t sttaistik kecil, nilai R² cenderung
besar. Estimasi OLS nya cenderung sensitif terhadap perubahan
data.109
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas110:
a. Nilai R² sangat tinggi, tetapi secara individual variabel bebas
banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel terikat.
b. Jika korelasi antar variabel bebas cukup tinggi (diatas 0,90)
c. Jika VIF < 10 maka tingkat kolinearitas dapat ditoleransi
Jika VIF > 10 maka terjadi multikolinearitas
108 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19,h.105 109 Damodar N. Gujarati, Basic Ecomometrics (New York: McGraw-Hill, 1988),h.350. 110 Nadratuzzaman Hosen, Slide Show Mata Kuliah Statistik 2: Multicollinearity
(Ciputat: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah,2012),h. 9.
69
d. Nilai eigenvalue satu atau lebih variabel bebas yang mendekati
nol.
Tabel 4.2.5
Uji Multikolinearitas VIF
Sumber:diolah penulis menggunakan SPSS 20
Berdasarkan tabel 4.2.5 diatas bahwa nilai growth, DER, dan
rating sebagai variabel independen memiliki nilai Variance Inflation
Factor (VIF) < 10. Hasil perhitungan nilai Tolerance juga
menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai
Tolerance kurang dari 0,10 yang berarti tidak ada korelasi antar
variabel independen. Maka dapat disimpulkan ketiga variabel
independen tidak ada multikolinearitas dalam model regresi.
Coefficientsa
Model Collinearity Statistiks
Tolerance VIF
1
(Constant)
Growth
.460
2.174
DER .413 2.421
Rating .853 1.172
a. Dependent Variable: YTM
70
Tabel 4.2.6
Uji Multikolinearitas Korelasi
Coefficient Correlationsa
Model Rating Growth DER
1
Correlations
Rating 1.000 .128 .342
Growth .128 1.000 .724
DER .342 .724 1.000
Covariances
Rating .237 .000 .000
Growth .000 4.674E-005 1.270E-005
DER .000 1.270E-005 6.591E-006
a. Dependent Variable: YTM Sumber: diolah penulis menggunakan SPSS 20
Besarnya korelasi antar variable independen terlihat tidak ada
variabel yang mempunyai korelasi antar variabel independen lain cukup
tinggi, maka dapat dikatakan tidak ada multikolinearitas.
4. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah sebuah
model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pada periode t-1.111 Salah satu cara ntuk
111 Singgih Santoso, Analisis SPSS Pada Statistik Parametrik (Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo, 2012), h.241.
71
mendeteksi autokorelasi adalah dengan uji Durbin-Watson. Pengambilan
keputusan dalam uji Durbin-Watson adalah112:
a. Menentukan hipotesis
H0: tidak ada autokorelasi
Ha: ada autokorelasi
b. Menentukan nilai α dengan d tabel (n,k) terdiri atas dL dan dU
Menentukan kriteria pengujian
Tabel 4.2.7
Uji Autokorelasi Durbin-Watson
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 .645a .416 .348 1.20553 2.282
a. Predictors: (Constant), Rating, Growth, DER
b. Dependent Variable: YTM Sumber: diolah penulis menggunakan SPSS 20
Hasil uji autokorelasi dapat dilihat dari nilai Durbin Watson
Sebesar 2.282 Untuk n =30 dan k = 3 diperoleh nilai dL dan dU tabel
masing-masing dL 1.2138 dan dU 1.6498. dU < dW < 4-dU atau 1.6498 <
2.282 < 4-1.6498 maka model regresi terbebas autokorelasi.
C. Uji Signifikansi
1. Uji Simultan
112 Nadratuzzaman Hosen, Slide Show Mata Kuliah Statistik 2: Uji Asumsi Klasik
(Ciputat: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, 2012) h. 7.
72
Uji F digunakan untuk melihat apakah variabel independen (bebas)
mampu secara bersama-sama (simultan) menjelaskan variabel dependen
(terikat). Langkah-langkah uji F adalah sebagai berikut113:
a. Menyusun hipotesis
H0 : β0 = β1 : β2 = 0 variabel bebas secara bersama-sama tidak
mampu menjelaskan variabel terikat
Ha : β0 ≠ β1 : β2 ≠ 0 variabel bebas secara bersama-sama mampu
menjelaskan variabel terikat
b. Mencari nilai F
Df(1), digunakan nilai (k-1) = (4-1)= 3
Df(2), digunakan nilai (n-k) = (30-4)=26
Taraf nyata (α) 5%
c. Menentukan daerah keputusan
Tabel 4.3.1
Uji F
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 26.898 3 8.966 6.169 .003b
Residual 37.786 26 1.453
Total 64.684 29
a. Dependent Variable: YTM
b. Predictors: (Constant), Rating, Growth, DER Sumber: diolah penulis menggunakan SPSS 20
113 Nadratuzzaman Hosen, Slide Show Mata Kuliah Statistik 2: Uji Statistik (Ciputat: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah,2012),h. 3-6.
73
F hitung = 6.169
d. Memutuskan hipotesis
Jika F hitung > F tabel maka H0 ditolak Ha diterima
Jika F hitung < F tabel, maka H0 diterima Ha ditolak
F tabel = 2.98
F hitung = 6.169
6.169 > 2.98
Karena F hitung > F tabel maka H0 ditolak dan Ha diterima
yang berarti nilai koefisien regresi tidak sama dengan nol, dengan
demikian secara bersama-sama variabel Growth, DER, dan Rating
dapat menerangkan variabel YTM.
2. Uji Parsial
Uji t digunakan untuk mengetahui apakah suatu variabel
independen (bebas) secara parsial (individual) berpengaruh nyata atau
tidak terhadap variabel dependen (terikat). Langkah-langkahnya sebagai
berikut114:
a. Menyusun hipotesis
H0 : β0 = β1 : β2 = 0 variabel bebas secara individual berpengaruh
tidak nyata terhadap variabel terikat
114 Nadratuzzaman Hosen, Slide Show Mata Kuliah Statistik 2: Uji Statistik ,h. 3-7.
74
Ha : β0 ≠ β1 : β2 ≠ 0 variabel bebas secara individual berpengaruh
nyata terhadap variabel terikat
b. Mencari nilai t
Derajat bebas (df), digunakan nilai (n-k) = 30-4=26
Taraf nyata 5%
Menggunakan uji dua arah (two tailed), sehingga 5%/2 = 2,5%
t tabel = 2.05553
c. Menentukan daerah keputusan
Tabel 4.3.2
Uji t
Sumber: diolah penulis menggunakan SPSS 20
d. Memutuskan hipotesis
Jika t hitung > t tabel maka H0 ditolak Ha diterima
Jika t hitung < t tabel, maka H0 diterima Ha ditolak
t tabel = 2.05553
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients t Sig.
B Std. Error
(Constant) 15.265 1.327 11.503 .000
Growth -.011 .007 -1.671 .107
DER -.007 .003 -2.781 .010
Rating -1.962 .486 -4.034 .000
a. Dependent Variable: YTM
75
Dari hasil uji secara parsial pada tabel 4.3.2 diperoleh nilai
t-hitung growth sebesar -1.671 dengan nilai signifikansi 0.107.
Dengan nilai tersebut maka nilai signifikansi lebih besar dari 0.05
dan nilai t hitung lebih kecil dari 2.05553 maka secara parsial
growth tidak berpengaruh signifikan terhadap YTM artinya Ho
diterima dan Ha ditolak.
Dari hasil uji secara parsial pada tabel 4.3.2 diperoleh nilai
t-hitung DER sebesar -2.781 dengan nilai signifikansi 0.010.
Dengan nilai tersebut maka nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05
dan nilai t hitung lebih besar dari 2.05553 maka secara parsial DER
berpengaruh signifikan terhadap YTM artinya Ho ditolak dan Ha
diterima.
Dari hasil uji secara parsial pada tabel 4.3.2 diperoleh nilai
t-hitung rating sebesar -4.034 dengan nilai signifikansi 0.000.
Dengan nilai tersebut maka nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05
dan nilai t hitung lebih besar dari 2.05553 maka secara parsial
rating berpengaruh signifikan terhadap YTM artinya Ho ditolak
dan Ha diterima.
Tabel 4.3.3
Rekapitulasi Hasil Uji t
Variabel
Independen
Growth DER Rating
76
Kesimpulan Tidak
berpengaruh
signifikan
Berpengaruh
signifikan
Berpengaruh
signifikan
Sumber: diolah penulis
3. Uji Koefisien Determinasi
Uji koefisien determinasi bertujuan mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai
koefisien determinasi antara 0 sampai 1. Nilai R² kecil berarti kemampuan
variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen
amat terbatas.
Tabel 4.3.4
Uji R2
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 .645a .416 .348 1.20553 2.282
a. Predictors: (Constant), Rating, Growth, DER
b. Dependent Variable: YTM Sumber: diolah penulis menggunakan SPSS 20
Korelasi antara growth, DER, dan rating dengan yield to maturity
sukuk adalah sebesar 0.416. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa
variabel yield to maturity mampu dijelaskan oleh growth, DER, dan rating
sebesar 41.6 % dan sisanya dipengaruhi faktor lain.
77
D. Analisis Regresi Linear Berganda
Dari hasil output tabel 4.3.2, didapatkan model regresi sebagai berikut:
Berdasarkan model persamaan regresi diatas, dapat dijabarkan sebagai
berikut:
a. Konstanta sebesar 15.265 menyatakan bahwa jika growth, DER, dan
rating bernilai nol, maka nilai (Y) yield to maturity sebesar 15.265.
b. Koefisien regresi growth sebesar -0.011 menyatakan bahwa setiap
penambahan 1 faktor pertumbuhan perusahaan, maka jumlah yield to
maturity akan berkurang sebesar 0.011 dengan asumsi variabel independen
lain dari model regresi tetap.
c. Koefisien regresi DER sebesar -0.007 menyatakan bahwa setiap
penambahan 1 faktor DER, maka jumlah yield to maturity akan berkurang
sebesar 0.007 dengan asumsi variabel independen lain dari model regresi
tetap.
d. Koefisien regresi rating sebesar -1.962 menyatakan bahwa setiap
penambahan 1 faktor rating, maka jumlah yield to maturity akan
berkurang sebesar 1.962 dengan asumsi variabel independen lain dari
model regresi tetap.
Y = 15.265 – 0.011*Growth - 0.007*DER – 1.962*Rating
78
E. Interpretasi
Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pertumbuhan Perusahaan
Dari hasil penelitian menunjukkan growth tidak
berpengaruh signifikan terhadap yield to maturity. Pada variabel
ini, terdapat tanda negatif pada koefisien regresinya. Artinya jika
pertumbuhan perusahaan meningkat, maka besarnya yield to
maturity akan menurun. Koefisien regresi growth sebesar -0.011
menyatakan bahwa setiap penambahan 1 faktor pertumbuhan
perusahaan, maka jumlah yield to maturity akan berkurang sebesar
0.011 dengan asumsi variabel independen lain dari model regresi
tetap.
Menurut Agnes Sawir (2004) perusahaan dengan tingkat
pertumbuhan yang cepat lebih banyak mengandalkan modal
eksternal. Biaya emisi saham biasanya lebih tinggi dibanding emisi
obligasi, sehingga perusahaan dengan tingkat pertumbuhan tinggi
cenderung lebih banyak menggunakan utang. Kenaikan
pertumbuhan perusahaan juga menunjukkan kenaikan aktiva yang
dimiliki perusahaan. Keamanan investasi sukuk lebih terjamin
dengan adanya kenaikan aktiva perusahaan sehingga risiko
investasi sukuk lebih rendah. Sesuai dengan prinsip investasi low
risk low return dan high risk high return, maka dengan rendahnya
risiko sukuk, yield yang ditawarkan pada perdagangan sukuk pun
79
rendah. Artinya risiko investasi berbanding lurus dengan return
investasi.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Lidya (2010)
di mana growth berpengaruh negatif terhadap yield obligasi
dikarenakan perusahaan yang sedang bertumbuh justru mempunyai
peluang untuk berkembang dan menghasilkan keuntungan yang
dapat digunakan untuk membayar pokok dan bunga obligasi.
Sejalan dengan hasil penelitian Ni Wayan Linda dan Nyoman
Abundanti (2015) dimana pertumbuhan perusahaan yang tinggi
akan memberikan sinyal bahwa risiko investasi rendah dan
keamanan lebih terjamin, sehingga menawarkan yield obligasi
yang rendah.
Dari hasil penelitian dapat dikatakan bahwa meningkatnya
pertumbuhan perusahaan tidak akan mempengaruhi nilai yield to
maturity yang ditawarkan kepada calon investor saat penjualan
atau penerbitan sukuk korporasi. Peningkatan pertumbuhan
perusahaan ini berarti tidak akan mengurangi yield to maturity
yang didapatkan investor. Hal ini disebabkan karena penilaian
obligasi syariah atau sukuk tidak hanya dari segi pertumbuhan
perusahaan saja. Investor juga mempertimbangkan hal lain dalam
menetapkan keputusan investasi.
Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pertumbuhan
perusahaan tidak berpengaruh signifikan terjadap yield to maturity
80
pada sukuk korporasi di Bursa Efek Indonesia juga terjadi pada
penelitian yang dilakukan Ni Wayan Linda dan Nyoman
Abundanti (2015) dengan periode penelitian 2011-2013. Hal ini
menandakan bahwa data penelitian dengan objek emiten yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang mungkin telah
mempengaruhi hasil variabel pertumbuhan perusahaan tidak
berpengaruh terhadap yield to maturity pada penelitian ini.
2. DER
Dari hasil penelitian menunjukkan DER berpengaruh
signifikan terhadap yield to maturity. Pada variabel ini, terdapat
tanda negatif pada koefisien regresinya. Artinya jika debt to equity
ratio meningkat, maka besarnya yield to maturity akan menurun.
Koefisien regresi DER sebesar -0.007 menyatakan bahwa setiap
penambahan 1 faktor DER, maka jumlah yield to maturity akan
berkurang sebesar 0.007 dengan asumsi variabel independen lain
dari model regresi tetap.
Kenaikan debt to equity menyebabkan laba yang diperoleh
perusahaan akan menurun, maka yield yang seharusnya turun
karena laba perusahaan akan menurun seiring dengan kenaikan
utang. Jika laba perusahaan turun maka yield obligasi yang terbit
berikutnya akan turun. Akan tetapi karena yield ditetapkan dimuka
maka yang akan terjadi jika emiten menerbitkan obligasi lagi
81
kemungkinan kurang laku karena debt to equity mengalami
kenaikan.
Dari hasil penelitian , diketahui bahwa tingkat debt to
equity yang tinggi terdiri dari komposisi utang (jangka pendek
maupun jangka panjang) semakin besar dibanding dengan total
modal perusahaan itu sendiri. Total utang yang besar berdampak
semakin besar beban perusahaan terhadap investor dalam
memenuhi kewajibannya, yaitu membayar yield dan melunasi
sukuk pada saat jatuh tempo. Peningkatan beban ini menunjukkan
sumber modal perusahaan sangat tergantung pihak eksternal,
semakin tinggi risiko suatu perusahaan, maka minat investor
membeli sukuk yang diterbitkan perusahaan tersebut akan semakin
berkurang. Penurunan minat investor dalam membeli sukuk ini
akan berdampak pada penurunan harga sukuk, sehingga return
perusahaan juga semakin menurun. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian Riska Ayu Hapsari (2013) yang menunjukkan
DER berpengaruh negatif signifikan terhadap yield to maturity.
3. Rating
Dari hasil penelitian menunjukkan rating berpengaruh
signifikan terhadap yield to maturity. Pada variabel ini, terdapat
tanda negatif pada koefisien regresinya. Artinya jika rating
meningkat, maka besarnya yield to maturity akan menurun.
Koefisien regresi rating sebesar -1.962 menyatakan bahwa setiap
82
penambahan 1 faktor rating, maka jumlah yield to maturity akan
berkurang sebesar 1.962 dengan asumsi variabel independen lain
dari model regresi tetap.
Rating sukuk memiliki pengaruh yang negatif terhadap
yield to maturity, karena rating yang tinggi biasanya menunjukkan
sukuk yang berkualitas dan risiko default rendah, sehingga yield
yang ditawarkan investor juga rendah, sesuai dengan prinsip low
risk low return dan high risk high return. Rating obligasi syariah di
Indonesia dibuat oleh PT. Pefindo berdasarkan informasi terkini
yang dilengkapi oleh obligor atau dari sumber-sumber lain yang
dianggap dapat diandalkan. Pefindo tidak melalukan audit
sehubungan dengan nilai apapun.
Hasil penelitian ini sejalan dengan yang ditemukan
Hadiasman (2008), Ni Wayan Linda dan Nyoman Abundanti
(2015), bahwa terdapat pengaruh negatif dan signifikan antara
peringkat obligasi terhadap yield obligasi yang diterima.
84
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pertumbuhan
perusahaan, debt to equity, dan rating pada sukuk korporasi outstanding di
Bursa Efek Indonesia periode 2013-2015. Berdasarkan data yang telah
dikumpulkan dan analisis yang telah dilakukan terhadap 10 sampel sukuk
korporasi dengan menggunakan regresi linear berganda, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil pengujian statistik uji R square, nilai
koefisien determinasi R square yang diperoleh pada model
regresi adalah 0.416. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan
variabel independen pertumbuhan perusahaan, debt to equity,
dan rating dalam menjelaskan variabel dependen yield to
maturity adalah sebesar 41.6% sedangkan sisanya sebesar
58.4% dijelaskan variabel lain yang tidak termasuk dalam
penelitian ini.
2. Berdasarkan hasil uji statistik F, variabel independen
(pertumbuhan perusahaan, debt to equity, dan rating) secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen
yield to maturity pada sukuk korporasi outstanding di Bursa
Efek Indonesia periode 2013-2015.
84
3. Berdasarkan hasil pengujian statistik t (secara parsial):
a. pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan
dan menghasilkan hubungan negatif terhadap yield to
maturity pada sukuk korporasi outstanding di Bursa
Efek Indonesia periode 2013-2015;
b.debt to equity berpengaruh signifikan dan
menghasilkan hubungan yang negatif terhadap yield to
maturity pada sukuk korporasi outstanding di Bursa
Efek Indonesia periode 2013-2015;
c. rating berpengaruh signifikan dan menghasilkan
hubungan yang negatif terhadap yield to maturity pada
sukuk korporasi outstanding di Bursa Efek Indonesia
periode 2013-2015.
4. Dari hasil penelitian, didapatkan variabel yang berpengaruh
paling besar terhadap yield to maturity adalah rating dengan
koefisien regresi sebesar -1.962, yang menunjukkan bahwa
setiap penambahan 1 faktor rating maka jumlah yield to
maturity akan berkurang sebesar 1.962 dengan asumsi bahwa
variabel independen lain dari model regresi tetap.
5. Hasil variabel pertumbuhan perusahaan dalam penelitian ini
tidak berpengaruh signifikan terhadap yield to maturity pada
sukuk korporasi outstanding di Bursa Efek Indonesia periode
2013-2015. Hasil ini menunjukkan bahwa kenaikan
85
pertumbuhan perusahaan tidak mempengaruhi penentuan yield
to maturity sukuk korporasi.
6. Dari hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat dikatakan
bahwa yield to maturity akan berkurang jika rating dan debt to
equity semakin tinggi. Artinya ketika perusahaan penerbit
(emiten) memberikan yield to maturity yang tinggi maka dapat
dipastikan rating sukuk tersebut rendah. Karena risiko default
sukuk menjadi lebih besar sehingga rate of return yang
ditawarkan lebih besar. Kenaikan debt to equity
menyebabkan laba yang diperoleh perusahaan akan menurun,
maka yield yang seharusnya turun karena laba perusahaan akan
menurun seiring dengan kenaikan utang. Jika laba perusahaan
turun maka yield obligasi yang terbit berikutnya akan turun.
Akan tetapi karena yield ditetapkan dimuka maka yang akan
terjadi jika emiten menerbitkan obligasi lagi kemungkinan
kurang laku karena debt to equity mengalami kenaikan. Dalam
penelitian ini, rating dan debt to equity menunjukkan hubungan
negatif. Selain itu, rating terbukti memiliki pengaruh yang
paling besar terhadap yield to maturity.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian, maka implikasi yang dapat diberikan
melalui hasil penelitian ini kepada investor dan manajemen perusahaan
penerbit (emiten) adalah sebagai berikut:
86
1. Investor perlu memperhatikan rating sukuk korporasi. Karena
rating sukuk dalam hasil penelitian ini berpengaruh paling
besar dan negatif terhadap besarnya yield to maturity.
2. Selain itu juga terdapat variabel debt to equity yang
berpengaruh negatif signifikan terhadap yield to maturity. Oleh
karena itu investor perlu memperhatikan debt to equity
perusahaan penerbit (emiten) sebelum memutuskan
berinvestasi di sukuk korporasi.
3. Manajemen perusahaan penerbit (emiten) perlu memperhatikan
debt to equity dalam menetapkan besarnya yield to maturity.
Tingkat debt to equity yang tinggi terdiri dari komposisi utang
(jangka pendek maupun jangka panjang) semakin besar
dibanding dengan total modal perusahaan itu sendiri. Total
utang yang besar berdampak semakin besar beban perusahaan
terhadap investor dalam memenuhi kewajibannya, yaitu
membayar yield dan melunasi sukuk pada saat jatuh tempo.
Peningkatan beban ini menunjukkan sumber modal perusahaan
sangat tergantung pihak eksternal, semakin tinggi risiko suatu
perusahaan, maka minat investor membeli sukuk yang
diterbitkan perusahaan tersebut akan semakin berkurang.
Penurunan minat investor dalam membeli sukuk ini akan
berdampak pada penurunan harga sukuk, sehingga return
perusahaan juga semakin menurun.
87
C. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan melalui hasil penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Sebelum menentukan yield to maturity, perusahaan penerbit
(emiten) sukuk terlebih dahulu mengkaji faktor-faktor yang
mempengaruhi besarnya yield to maturity, sehingga dalam
pelaksanaannya nanti akan menguntungkan kedua belah pihak
baik perusahaan maupun investor. Perusahaan perlu
memperhatilan besarnya debt to equity, perusahaan seharusnya
berusaha memperoleh angka yield to maturity yang stabil
sehingga menguntungkan kedua belah pihak.
2. Investor perlu memperhatikan rating sukuk sebelum
memutuskan membeli instrument investasi sukuk korporasi
agar terhindar dari default risk. Rating menjadi salah satu
faktor yang berpengaruh terhadap penentuan nilai rate of return
sukuk. Semakin tinggi rating menunjukkan risiko sukuk
korporasi yang semakin rendah sehingga yield to maturity yang
ditawarkan perusahaan penerbit juga lebih rendah.
3. Dalam penelitian selanjutnya, dapat membahas motif investor
dalam membeli sukuk.
4. Tambahkan juga variabel independen berupa rasio keuangan
lain, karena sangat dimungkinkan rasio keuangan lain yang
88
tidak dimasukkan dalam penelitian ini berpengaruh kuat
terhadap yield to maturity.
5. Menambahkan rentang waktu yang lebih panjang sehingga
hasil yang diperoleh lebih generalisasi dan menghasilkan
analisis yang lebih baik.
89
Daftar Pustaka
A. Buku-Buku Arijanto, Agus. Dosa-Dosa Orangtua terhadap Anak dalam Hal Finansial.
Jakarta:PT. Elex Media Komputindo, 2010. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta, 2002. Asnawi, Said Kelana, dan Chandra Wijaya. Riset Keuangan: Pengujian-
Pengujian Empiris. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,2005 Billah, Moh Ma’sum. Penerapan Pasar Modal Islam. Selangor: Sweet and
Maxwell Asia, 2009. Boediono dan Wayan Koster. Teori dan Aplikasi Statsitika dan Probabilitas.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008. Cahyana ,Jaka E. Langkah Taktis Metodis Berinvestasi di Obligasi. Jakarta: PT.
Elex Media Komputindo, 2004. Efferin, Sujoko, dkk. Metode Penelitian Akuntansi, Metode Penelitian Akuntansi
Menungkap Fenomena Dengan Pendekatan Kuantitatif Dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008.
Ghazali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 21.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2013. Gujarati, Damodar N. Basic Ecomometrics New York: McGraw-Hill, 1988. Herjanto, Eddy. Manajemen Operasi Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit Grasindo,
2015. Horne, James C. Van, dan John M. Wachowicz. Jr. Prinsip-Prinsip Manajemen
Keuangan. Jakarta: Salemba Empat, 1998. Irianto, Agus. Statistik Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Prenada Media,
2004.
Jusuf, Jopie. Analisis Kredit Untuk Account Officer. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 1995.
90
Kuswadi. Meningkatkan Laba Melalui Pendekatan Akuntansi Keuangan dan Akuntansi Biaya. Jakarta: PT. Elexmedia Komputindo, 2005.
Liembono, RH. Analisis Fundamental. Surabaya: MIC Publishing, 2016. Loen, Boy, dan Sonny Ericson. Manajemen Aktiva Pasiva Bank Devisa. Jakarta:
Penerbit Grasindo, 2007. Mannan, Abdul. Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Investasi di Pasar
Modal Syariah. Jakarta: Prenada Media Group, 2009. Manurung, Adler Haymans. Dasar-Dasar Investasi Obligasi. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo, 2006. Mauludi, Ali. Statistika I Penelitian Ekonomi Islam Dan Sosial Edisi Pertama.
Jakarta: P3EI UIN Jakarta, 2006. M. Fakhruddin, Hendy. Istilah Pasar Modal A-Z. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo, 2009.
Nisfiannor, Muhammad. Pendekatan Statistika Modern untuk Ilmu Sosial. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika. 2009.
Pearce, John, dan Richard Robinson. Manajemen Strategis Edisi 10 Buku I.
Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2008. Pratisto, Arif. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan
Percobaan dengan SPSS 12. Jakarta: Elex Media Komputindo, 2004.
Pratomo, Eko Prio, dan Ubaidillah Nugraha. Reksadana solusi Perencanaan Investasi di Era Modern. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2000
Rahardjo, Sapto. Panduan Investasi Obligasi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008.
Ries, Eric. The Lean Startup. Yogyakarta: Penerbit Bentang, 2015.
Samsul, Mohamad. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Surabaya: PT. Gelora Aksara Pratama. 2006.
91
Santoso, Singgih. Analisis SPSS Pada Statistik Parametrik. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2012.
Santoso, Singgih. Panduan Lengkap Menguasai SPSS 16. Jakarta: PT.Elexmedia Komputindo, 2008.
Santoso, Singgih. Statistik Multivariat. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo,
2010.
Santoso, Singgih. Statistik Parametrik . Jakarta: PT. Elex Media Komputindo,
2010. Sawir, Agnes. Kebijakan Pendanaan dan Restrukturiasai Perusahaan. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2004. Siagian, Dergibson, dan Sugiarto. Metode Statistika untuk Bisnis dan Ekonomi.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2000.
Solihin, Ahmad Ifham. Buku Pintar Ekonomi Syariah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2010.
Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Pusat Bahasa Depdiknas, 2003. Sugiyono. Metode Penelitian (Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung:
Alfabeta, 2009.
Sugiyono. Statistika Untuk Penelitian, Cetakan Ketujuh. Bandung: CV. Alfabeta, 2006.
Suharyadi dan Purwanto S.K. Statistika: Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern,
Edisi2. Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2009. Supangat, Andi. Statistika Dalam Kajian Deskriptif, Inferensi dan Parametrik,.
Jakarta: Kencana Prenada, 2008. Supranto, J. Ekonometri. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia, 2004. Supranto, J. Statistik Pasar Modal. Jakarta: Rineka Cipta, 1992
92
Swarjana, I Ketut Swarjana. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:CV. Andi Offcet, 2012.
Tambunan, Andy Norman. Menilai Harga Wajar Saham. Jakarta: Elex Media
Komputindo, 2006. Tandelilin, Eduardus. Portofolio dan Investasi Edisi Pertama. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius, 2010 Tim Dosen Ekonometri Dan Tim Asisten Praktikum. Buku Pedoman Praktikum
Ekonometrika. Malang: Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan Dan Kelautan Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, 2015.
Widiatmodjo, Sawidji. Jurus Jitu Go Public. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo, 2004. Widiatmodjo, Sawidji. Professional Investing. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, 2008.
Winarno, Wing Wahyu. Analisis Ekonometrika dan Statistika Dengan Eviews Edisi 4. Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2015.
B. Jurnal, Skripsi, dan Tesis Ardhani, Agnes Antin. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pertumbuhan Usaha Dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Perusahaan.” Tesis Program Pascasarjana Universitas Diponegoro, 2004.
Bachtiar, Sukmawati. “Analisis Pengaruh Penggunaan Sukuk (Obligasi Syariah)
Terhadap Return On Asset (ROA), Asset Turnover (ATO), Dam Current Ratio (CR) Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan London Stock Exchange (LSE) Periode 2007-2011.” Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013.
Evans, David S. “The Relationship Between Firm Growth, Size, and Age:
Estimates for 100 Manufacturing Industries.” Journal of Industrial Economics 35, 1987.
Faizah, Yuinar Laeli Nur, dkk. “Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Size dan Leverage Perusahaan Terhadap Yield Obligasi Dengan Peringkat Obligasi Sebagai Variabel Intervening.” Jurnal Universitas Jenderal Soedirman (2014),h.i.
93
Hapsari, Riska Ayu. “Kajian Yield to Maturity (YTM) Obligasi Pada Perusahaan Korporasi” Accounting Analysis Journal AAJ 2(1) (2013),h.74-76.
Ibrahim, Hadiasman. “Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Peringkat Obligasi, Ukuran
Perusahaan Dan DER Terhadap Yield to maturity Obligasi Korporasi Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2004-2006.” Tesis Universitas Diponegoro, 2008.
Kurniawati, Devi Dwi. “Analisis Perkembangan Sukuk (Obligasi Syariah) Dan
Dampaknya Bagi Pasar Modal Syariah.”, Jurnal (2013), h. 7. Kusumajaya, Dewa Kadek Oka. “Pengaruh Struktur Modal dan Pertumbuhan
Perusahaan Terhadap Profitabilitas dan Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia.” Tesis Program Pascasarjana Universitas Udayana, 2011.
Mufarini, Zaima. “Perbandingan Kinerja Obligasi Korporasi antara Konvensional
dan Syariah Ijarah.” Tesis Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
Nurhasanah, “Hubungan Antara Likuiditas Dan Harga Sukuk Serta Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhinya.” Tesis Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2011.
Orser, Barbara J, dkk. “Performance, Firm Size, and Management Problem
Solving.” Journal of small Business Management, 2000):h.54. Prastyaningrum, Dwi Sakti. “Faktor-Faktor Yang Mempngearuhi Perusahaan
Melakukan Auditor Switching.” Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2013.
Restuti, Maria Immalacuta Mitha Dewi. “Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan
Terhadap Peringkat Dan Yield Obligasi.” Jurnal UPH Business School (2006):h.1.
Sari, Ni Wayan Linda Naluritha, dan Nyoman Abundanti. “Variabel-Variabel
Yang Mempengaruhi Yield Obligasi Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.” E-Jurnal Manajemen Unud, Vol 4, No. 11, (2015):h.i..
C. Workshop, dan Institusi Centre Banking Studies, Central Bank of Sri Lanka, “Sukuk: Shariah Guidelines
for Islamic Bonds”, Islamic Banking Operations and Regulatory Framework Workshop 24-26 January 2012. Sri Lanka: Centre Banking Studies, 2012.,h.4.
94
Direktorat Pembiayaan Syariah. Mengenal Sukuk Instrumen Investasi Berbasis
Syariah. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang. Direktorat Pasar Modal Syariah, Otoritas Jasa Keuangan, Roadmap Pasar Modal
Syariah 2015-2019. Jakarta:Otoritas Jasa Keuangan, 2015. DSN-MUI, Fatwa Nomor 32/DSN-MUI/XI/2002 tentang Obligasi Syariah.
Jakarta: Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, 2002. Hosen, Nadratuzzaman., “Slide Show Mata Kuliah Statistik 2:
Heteroskedastisitas.” Ciputat: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah,2012. h. 2.
Hosen, Nadratuzzaman. “Slide Show Mata Kuliah Statistik 2: Multicollinearity”
Ciputat: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah,2012. h. 9.
Hosen, Nadratuzzaman. “Slide Show Mata Kuliah Statistik 2: Uji Asumsi Klasik” Ciputat: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, 2012. h. 7.
Hosen, Nadratuzzaman. “Slide Show Mata Kuliah Statistik 2: Uji Statistik”
Ciputat: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah,2012. h. 3-6.
Otoritas Jasa Keuangan, Laporan Kinerja OJK 2015. Jakarta: Otoritas Jasa
Keuangan, 2015. The Accounting and Auditing Organization for Islamic Institutions, Sharia
Standards No. 17. Bahrain: AAOIFI, 2003. Touriq, Muhamad. Investasi Pasar Modal Syariah: Kuliah Informal Hukum
Ekonomi Islam. Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Jakarta: Direktorat Pasar Modal Syariah Otoritas Jasa Keuangan, 2013.h.53.
D. Dokumen Elektronik
Kementerian Keuangan, “Perbanyak Penerbitan Obligasi Korporasi Syariah
Karena Sangat Menguntungkan”. Artikel diakses pada 28 Maret 2016 dari www.kemenkeu.go.id/odel/14693/
Kementrian Keuangan. “Sosialisasi Mengenai Sukuk”. Artikel diakses pada 28 Maret 2016 dari www.kemenkeu.go.id/berita/menkeu-puas-dengan-perkembangan-sukuk-di-indonesia/
95
Otoritas Jasa Keuangan. “Sukuk Korporasi”. Artikel diakses pada 23 Januari 2017
dari sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Article/289 Otoritas Jasa Keuangan. “Obligasi Korporasi”. Artikel diakses pada 23 Januari
2017 dari sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/Category/65 Purwanto, Eko. “Tahun Pasar Modal Syariah” Artikel diakses pada 13 November
2016 dari ekbis.sindonews.com/read/967602/150/tahun-pasar-modal-syariah-1424659578/
Respati, Yogie “Sukuk Negara Buka Peluang Penerbitan Sukuk Korporasi”.
Artikel diakses pada 13 November 2016 dari www.akucintakeangansyariah.com/23717/sukuk-negara-buka-peluang-penerbitan-sukuk-korporasi/
Lampiran 1
Tabulasi Variabel Dependen Yield to Maturity
Bond ID Year YTM
ADHISM1CN1 2013 9.51
ADHISM1CN1 2014 8.947
ADHISM1CN1 2015 10.342
ADHISM1CN2 2013 9.07
ADHISM1CN2 2014 9.137
ADHISM1CN2 2015 14.71
SIPPLN01ACN2 2013 8.2
SIPPLN01ACN2 2014 9.395
SIPPLN01ACN2 2015 8.99
SIPPLN01BCN2 2013 9.6
SIPPLN01BCN2 2014 10.855
SIPPLN01BCN2 2015 9.562
SIPPLN01CN1 2013 8
SIPPLN01CN1 2014 9.04
SIPPLN01CN1 2015 8.758
SIPPLN01 2013 9.42
SIPPLN01 2014 9.683
SIPPLN01 2015 9.547
SIKPPNL03B 2013 10.11
SIKPPNL03B 2014 10.119
SIKPPNL03B 2015 9.695
SIISAT05 2013 7.88
SIISAT05 2014 10.04
SIISAT05 2015 8.63
BBMISMSB1CN1 2013 9.44
BBMISMSB1CN1 2014 11.39
BBMISMSB1CN1 2015 11.81
BBMISMSB1CN2 2013 11.02
BBMISMSB1CN2 2014 13.73
BBMISMSB1CN2 2015 10.07
Lampiran 2
Tabulasi Variabel Independen Pertumbuhan Perusahaan
Bonds Code Year Total Aktiva t Total Aktiva t-1 Pertumbuhan
Perusahaan ADHISM1CN1 2013 9,720,961,764,422 7,872,073,635,468 23.487 ADHISM1CN1 2014 10,458,881,684,274 9,720,961,764,422 7.591 ADHISM1CN1 2015 16,761,062,514,879 10,458,881,684,274 60.257 ADHISM1CN2 2013 9,720,961,764,422 7,872,073,635,468 23.487 ADHISM1CN2 2014 10,458,881,684,274 9,720,961,764,422 7.591 ADHISM1CN2 2015 16,761,062,514,879 10,458,881,684,274 60.257 SIPPLN01ACN2 2013 595,877,391,000,000 549,375,964,000,000 8.464 SIPPLN01ACN2 2014 603,659,191,000,000 595,877,391,000,000 1.306 SIPPLN01ACN2 2015 1,227,355,512,000,000 603,659,191,000,000 103.319 SIPPLN01BCN2 2013 595,877,391,000,000 549,375,964,000,000 8.464 SIPPLN01BCN2 2014 603,659,191,000,000 595,877,391,000,000 1.306 SIPPLN01BCN2 2015 1,227,355,512,000,000 603,659,191,000,000 103.319 SIPPLN01CN1 2013 595,877,391,000,000 549,375,964,000,000 8.464 SIPPLN01CN1 2014 603,659,191,000,000 595,877,391,000,000 1.306 SIPPLN01CN1 2015 1,227,355,512,000,000 603,659,191,000,000 103.319 SIPPLN01 2013 595,877,391,000,000 549,375,964,000,000 8.464 SIPPLN01 2014 603,659,191,000,000 595,877,391,000,000 1.306 SIPPLN01 2015 1,227,355,512,000,000 603,659,191,000,000 103.319 SIKPPNL03B 2013 595,877,391,000,000 549,375,964,000,000 8.464 SIKPPNL03B 2014 603,659,191,000,000 595,877,391,000,000 1.306 SIKPPNL03B 2015 1,227,355,512,000,000 603,659,191,000,000 103.319 SIISAT05 2013 54,520,891,000,000 55,225,061,000,000 -1.275 SIISAT05 2014 53,269,697,000,000 54,520,891,000,000 -2.295 SIISAT05 2015 55,388,517,000,000 53,269,697,000,000 3.978 BBMISMSB1CN1 2013 54,694,020,564,000 44,854,413,084,000 21.937 BBMISMSB1CN1 2014 62,442,189,696,000 54,695,020,564,000 14.164 BBMISMSB1CN1 2015 57,172,587,967,000 62,442,189,696,000 -8.439 BBMISMSB1CN2 2013 54,694,020,564,000 44,854,413,084,000 21.937 BBMISMSB1CN2 2014 62,442,189,696,000 54,695,020,564,000 14.164 BBMISMSB1CN2 2015 57,172,587,967,000 62,442,189,696,000 -8.439
Lampiran 3
Tabulasi Variabel Independen Debt to Equity
Bonds Code Year Total Debt Equity DER ADHISM1CN1 2013 8,172,498,971,851 1,548,462,792,571 527.7814237 ADHISM1CN1 2014 8,707,338,334,630 1,751,543,349,644 497.1237701 ADHISM1CN1 2015 11,598,931,718,043 5,162,131,796,836 224.6926691 ADHISM1CN2 2013 8,172,498,971,851 1,548,462,792,571 527.7814237 ADHISM1CN2 2014 8,707,338,334,630 1,751,543,349,644 497.1237701 ADHISM1CN2 2015 11,598,931,718,043 5,162,131,796,836 224.6926691 SIPPLN01ACN2 2013 462,645,611,000,000 133,231,780,000,000 347.2486902 SIPPLN01ACN2 2014 438,987,965,000,000 164,671,226,000,000 266.5845003 SIPPLN01ACN2 2015 379,136,441,000,000 848,219,071,000,000 44.69793877 SIPPLN01BCN2 2013 462,645,611,000,000 133,231,780,000,000 347.2486902 SIPPLN01BCN2 2014 438,987,965,000,000 164,671,226,000,000 266.5845003 SIPPLN01BCN2 2015 379,136,441,000,000 848,219,071,000,000 44.69793877 SIPPLN01CN1 2013 462,645,611,000,000 133,231,780,000,000 347.2486902 SIPPLN01CN1 2014 438,987,965,000,000 164,671,226,000,000 266.5845003 SIPPLN01CN1 2015 379,136,441,000,000 848,219,071,000,000 44.69793877 SIPPLN01 2013 462,645,611,000,000 133,231,780,000,000 347.2486902 SIPPLN01 2014 438,987,965,000,000 164,671,226,000,000 266.5845003 SIPPLN01 2015 379,136,441,000,000 848,219,071,000,000 44.69793877 SIKPPNL03B 2013 462,645,611,000,000 133,231,780,000,000 347.2486902 SIKPPNL03B 2014 438,987,965,000,000 164,671,226,000,000 266.5845003 SIKPPNL03B 2015 379,136,441,000,000 848,219,071,000,000 44.69793877 SIISAT05 2013 38,003,293,000,000 16,517,598,000,000 230.0775997 SIISAT05 2014 39,058,877,000,000 14,195,964,000,000 275.1407161 SIISAT05 2015 42,124,676,000,000 13,263,841,000,000 317.590327 BBMISMSB1CN1 2013 9,875,162,022,000 4,291,093,718,000 230.1315858 BBMISMSB1CN1 2014 9,463,142,866,000 4,023,951,885,000 235.1703782 BBMISMSB1CN1 2015 8,952,097,186,000 3,550,563,883,000 252.131703 BBMISMSB1CN2 2013 9,875,162,022,000 4,291,093,718,000 230.1315858 BBMISMSB1CN2 2014 9,463,142,866,000 4,023,951,885,000 235.1703782 BBMISMSB1CN2 2015 8,952,097,186,000 3,550,563,883,000 252.131703
Lampiran 4
Tabulasi Variabel Independen Rating
Bond Code Year Rating Kode
ADHISM1CN1 2013 idA(sy) 1
ADHISM1CN1 2014 idA(sy) 1
ADHISM1CN1 2015 idA(sy) 1
ADHISM1CN2 2013 idA(sy) 1
ADHISM1CN2 2014 idA(sy) 1
ADHISM1CN2 2015 idA(sy) 1
SIPPLN01ACN2 2013 idAAA(sy) 2
SIPPLN01ACN2 2014 idAAA(sy) 2
SIPPLN01ACN2 2015 idAAA(sy) 2
SIPPLN01BCN2 2013 idAAA(sy) 2
SIPPLN01BCN2 2014 idAAA(sy) 2
SIPPLN01BCN2 2015 idAAA(sy) 2
SIPPLN01CN1 2013 idAAA(sy) 2
SIPPLN01CN1 2014 idAAA(sy) 2
SIPPLN01CN1 2015 idAAA(sy) 2
SIPPLN01 2013 idAAA(sy) 2
SIPPLN01 2014 idAAA(sy) 2
SIPPLN01 2015 idAAA(sy) 2
SIKPPNL03B 2013 idAAA(sy) 2
SIKPPNL03B 2014 idAAA(sy) 2
SIKPPNL03B 2015 idAAA(sy) 2
SIISAT05 2013 idAA+(sy) 2
SIISAT05 2014 idAA+(sy) 2
SIISAT05 2015 idAA+(sy) 2
BBMISMSB1CN1 2013 idA(sy) 1
BBMISMSB1CN1 2014 idA(sy) 1
BBMISMSB1CN1 2015 idA(sy) 1
BBMISMSB1CN2 2013 idA(sy) 1
BBMISMSB1CN2 2014 idA(sy) 1
BBMISMSB1CN2 2015 idA(sy) 1
note:
2: high credit quality
1: medium credit quality
0: low credit quality
Lampiran 5
Bond ID Year YTM Pertumbuhan DER Rating Perusahaan
ADHISM1CN1 2013 9.51 10.23 527.78 1 ADHISM1CN1 2014 8.947 5.63 497.12 1 ADHISM1CN1 2015 10.342 60.28 224.69 1 ADHISM1CN2 2013 9.07 10.23 527.78 1 ADHISM1CN2 2014 9.137 5.63 497.12 1 ADHISM1CN2 2015 14.71 60.28 224.69 1 SIPPLN01ACN2 2013 8.2 8.46 347.25 2 SIPPLN01ACN2 2014 9.395 -9.46 266.58 2 SIPPLN01ACN2 2015 8.99 127.49 44.70 2 SIPPLN01BCN2 2013 9.6 8.46 347.25 2 SIPPLN01BCN2 2014 10.855 -9.46 266.58 2 SIPPLN01BCN2 2015 9.562 127.49 44.70 2 SIPPLN01CN1 2013 8 8.46 347.25 2 SIPPLN01CN1 2014 9.04 -9.46 266.58 2 SIPPLN01CN1 2015 8.758 127.49 44.70 2 SIPPLN01 2013 9.42 8.46 347.25 2 SIPPLN01 2014 9.683 -9.46 266.58 2 SIPPLN01 2015 9.547 127.49 44.70 2 SIKPPNL03B 2013 10.11 8.46 347.25 2 SIKPPNL03B 2014 10.119 -9.46 266.58 2 SIKPPNL03B 2015 9.695 127.49 44.70 2 SIISAT05 2013 7.88 -1.28 230.08 2 SIISAT05 2014 10.04 -2.29 275.14 2 SIISAT05 2015 8.63 3.98 317.59 2 BBMISMSB1CN1 2013 9.44 21.94 230.13 1 BBMISMSB1CN1 2014 11.39 14.16 235.17 1 BBMISMSB1CN1 2015 11.81 -8.44 252.13 1 BBMISMSB1CN2 2013 11.02 21.94 230.13 1 BBMISMSB1CN2 2014 13.73 14.16 235.17 1 BBMISMSB1CN2 2015 10.07 -8.44 252.13 1
Sampel Penelitian
Lampiran 6
Tabel Durbin-Watson (DW), α=5%
n
k=1 k=2 k=3 k=4 dL dU dL dU dL dU dL dU
6 0.6102 1.4002
0.4672 1.8964 0.3674 2.2866
0.2957 2.5881
7 0.6996 1.3564 8 0.7629 1.3324 0.5591 1.7771 9 0.8243 1.3199 0.6291 1.6993 0.4548 2.1282 10 0.8791 1.3197 0.6972 1.6413 0.5253 2.0163 0.3760 2.4137 11 0.9273 1.3241 0.7580 1.6044 0.5948 1.9280 0.4441 2.2833 12 0.9708 1.3314 0.8122 1.5794 0.6577 1.8640 0.5120 2.1766 13 1.0097 1.3404 0.8612 1.5621 0.7147 1.8159 0.5745 2.0943 14 1.0450 1.3503 0.9054 1.5507 0.7667 1.7788 0.6321 2.0296 15 1.0770 1.3605 0.9455 1.5432 0.8140 1.7501 0.6852 1.9774 16 1.1062 1.3709 0.9820 1.5386 0.8572 1.7277 0.7340 1.9351 17 1.1330 1.3812 1.0154 1.5361 0.8968 1.7101 0.7790 1.9005 18 1.1576 1.3913 1.0461 1.5353 0.9331 1.6961 0.8204 1.8719 19 1.1804 1.4012 1.0743 1.5355 0.9666 1.6851 0.8588 1.8482 20 1.2015 1.4107 1.1004 1.5367 0.9976 1.6763 0.8943 1.8283 21 1.2212 1.4200 1.1246 1.5385 1.0262 1.6694 0.9272 1.8116 22 1.2395 1.4289 1.1471 1.5408 1.0529 1.6640 0.9578 1.7974 23 1.2567 1.4375 1.1682 1.5435 1.0778 1.6597 0.9864 1.7855 24 1.2728 1.4458 1.1878 1.5464 1.1010 1.6565 1.0131 1.7753 25 1.2879 1.4537 1.2063 1.5495 1.1228 1.6540 1.0381 1.7666 26 1.3022 1.4614 1.2236 1.5528 1.1432 1.6523 1.0616 1.7591 27 1.3157 1.4688 1.2399 1.5562 1.1624 1.6510 1.0836 1.7527 28 1.3284 1.4759 1.2553 1.5596 1.1805 1.6503 1.1044 1.7473 29 1.3405 1.4828 1.2699 1.5631 1.1976 1.6499 1.1241 1.7426 30 1.3520 1.4894 1.2837 1.5666 1.2138 1.6498 1.1426 1.7386 31 1.3630 1.4957 1.2969 1.5701 1.2292 1.6500 1.1602 1.7352 32 1.3734 1.5019 1.3093 1.5736 1.2437 1.6505 1.1769 1.7323 33 1.3834 1.5078 1.3212 1.5770 1.2576 1.6511 1.1927 1.7298 34 1.3929 1.5136 1.3325 1.5805 1.2707 1.6519 1.2078 1.7277 35 1.4019 1.5191 1.3433 1.5838 1.2833 1.6528 1.2221 1.7259 36 1.4107 1.5245 1.3537 1.5872 1.2953 1.6539 1.2358 1.7245 37 1.4190 1.5297 1.3635 1.5904 1.3068 1.6550 1.2489 1.7233 38 1.4270 1.5348 1.3730 1.5937 1.3177 1.6563 1.2614 1.7223 39 1.4347 1.5396 1.3821 1.5969 1.3283 1.6575 1.2734 1.7215 40 1.4421 1.5444 1.3908 1.6000 1.3384 1.6589 1.2848 1.7209 41 1.4493 1.5490 1.3992 1.6031 1.3480 1.6603 1.2958 1.7205 42 1.4562 1.5534 1.4073 1.6061 1.3573 1.6617 1.3064 1.7202 43 1.4628 1.5577 1.4151 1.6091 1.3663 1.6632 1.3166 1.7200 44 1.4692 1.5619 1.4226 1.6120 1.3749 1.6647 1.3263 1.7200 45 1.4754 1.5660 1.4298 1.6148 1.3832 1.6662 1.3357 1.7200 46 1.4814 1.5700 1.4368 1.6176 1.3912 1.6677 1.3448 1.7201 47 1.4872 1.5739 1.4435 1.6204 1.3989 1.6692 1.3535 1.7203 48 1.4928 1.5776 1.4500 1.6231 1.4064 1.6708 1.3619 1.7206 49 1.4982 1.5813 1.4564 1.6257 1.4136 1.6723 1.3701 1.7210
Lampiran 7
Titik Persentase Distribusi F untuk Probabilita = 0,05
df untuk penyebut
(N2)
df untuk pembilang (N1)
1 2 3 4 5 6 7 8
1 161 199 216 225 230 234 237 239
2 18.51 19.00 19.16 19.25 19.30 19.33 19.35 19.37 3 10.13 9.55 9.28 9.12 9.01 8.94 8.89 8.85 4 7.71 6.94 6.59 6.39 6.26 6.16 6.09 6.04 5 6.61 5.79 5.41 5.19 5.05 4.95 4.88 4.82 6 5.99 5.14 4.76 4.53 4.39 4.28 4.21 4.15 7 5.59 4.74 4.35 4.12 3.97 3.87 3.79 3.73 8 5.32 4.46 4.07 3.84 3.69 3.58 3.50 3.44 9 5.12 4.26 3.86 3.63 3.48 3.37 3.29 3.23
10 4.96 4.10 3.71 3.48 3.33 3.22 3.14 3.07 11 4.84 3.98 3.59 3.36 3.20 3.09 3.01 2.95 12 4.75 3.89 3.49 3.26 3.11 3.00 2.91 2.85 13 4.67 3.81 3.41 3.18 3.03 2.92 2.83 2.77 14 4.60 3.74 3.34 3.11 2.96 2.85 2.76 2.70 15 4.54 3.68 3.29 3.06 2.90 2.79 2.71 2.64 16 4.49 3.63 3.24 3.01 2.85 2.74 2.66 2.59 17 4.45 3.59 3.20 2.96 2.81 2.70 2.61 2.55 18 4.41 3.55 3.16 2.93 2.77 2.66 2.58 2.51 19 4.38 3.52 3.13 2.90 2.74 2.63 2.54 2.48 20 4.35 3.49 3.10 2.87 2.71 2.60 2.51 2.45 21 4.32 3.47 3.07 2.84 2.68 2.57 2.49 2.42 22 4.30 3.44 3.05 2.82 2.66 2.55 2.46 2.40 23 4.28 3.42 3.03 2.80 2.64 2.53 2.44 2.37 24 4.26 3.40 3.01 2.78 2.62 2.51 2.42 2.36 25 4.24 3.39 2.99 2.76 2.60 2.49 2.40 2.34 26 4.23 3.37 2.98 2.74 2.59 2.47 2.39 2.32 27 4.21 3.35 2.96 2.73 2.57 2.46 2.37 2.31 28 4.20 3.34 2.95 2.71 2.56 2.45 2.36 2.29 29 4.18 3.33 2.93 2.70 2.55 2.43 2.35 2.28 30 4.17 3.32 2.92 2.69 2.53 2.42 2.33 2.27 31 4.16 3.30 2.91 2.68 2.52 2.41 2.32 2.25 32 4.15 3.29 2.90 2.67 2.51 2.40 2.31 2.24 33 4.14 3.28 2.89 2.66 2.50 2.39 2.30 2.23 34 4.13 3.28 2.88 2.65 2.49 2.38 2.29 2.23 35 4.12 3.27 2.87 2.64 2.49 2.37 2.29 2.22 36 4.11 3.26 2.87 2.63 2.48 2.36 2.28 2.21 37 4.11 3.25 2.86 2.63 2.47 2.36 2.27 2.20 38 4.10 3.24 2.85 2.62 2.46 2.35 2.26 2.19 39 4.09 3.24 2.85 2.61 2.46 2.34 2.26 2.19 40 4.08 3.23 2.84 2.61 2.45 2.34 2.25 2.18 41 4.08 3.23 2.83 2.60 2.44 2.33 2.24 2.17 42 4.07 3.22 2.83 2.59 2.44 2.32 2.24 2.17 43 4.07 3.21 2.82 2.59 2.43 2.32 2.23 2.16 44 4.06 3.21 2.82 2.58 2.43 2.31 2.23 2.16
Lampiran 8
Titik Persentase Distribusi t untuk d.f = 1-40
Pr 0.25 0.10 0.05 0.025 0.01 0.005 0.001
df 0.50 0.20 0.10 0.050 0.02 0.010 0.002 1 1.00000 3.07768 6.31375 12.70620 31.82052 63.65674 318.30884
2 0.81650 1.88562 2.91999 4.30265 6.96456 9.92484 22.32712 3 0.76489 1.63774 2.35336 3.18245 4.54070 5.84091 10.21453 4 0.74070 1.53321 2.13185 2.77645 3.74695 4.60409 7.17318 5 0.72669 1.47588 2.01505 2.57058 3.36493 4.03214 5.89343 6 0.71756 1.43976 1.94318 2.44691 3.14267 3.70743 5.20763 7 0.71114 1.41492 1.89458 2.36462 2.99795 3.49948 4.78529 8 0.70639 1.39682 1.85955 2.30600 2.89646 3.35539 4.50079 9 0.70272 1.38303 1.83311 2.26216 2.82144 3.24984 4.29681
10 0.69981 1.37218 1.81246 2.22814 2.76377 3.16927 4.14370 11 0.69745 1.36343 1.79588 2.20099 2.71808 3.10581 4.02470 12 0.69548 1.35622 1.78229 2.17881 2.68100 3.05454 3.92963 13 0.69383 1.35017 1.77093 2.16037 2.65031 3.01228 3.85198 14 0.69242 1.34503 1.76131 2.14479 2.62449 2.97684 3.78739 15 0.69120 1.34061 1.75305 2.13145 2.60248 2.94671 3.73283 16 0.69013 1.33676 1.74588 2.11991 2.58349 2.92078 3.68615 17 0.68920 1.33338 1.73961 2.10982 2.56693 2.89823 3.64577 18 0.68836 1.33039 1.73406 2.10092 2.55238 2.87844 3.61048 19 0.68762 1.32773 1.72913 2.09302 2.53948 2.86093 3.57940 20 0.68695 1.32534 1.72472 2.08596 2.52798 2.84534 3.55181 21 0.68635 1.32319 1.72074 2.07961 2.51765 2.83136 3.52715 22 0.68581 1.32124 1.71714 2.07387 2.50832 2.81876 3.50499 23 0.68531 1.31946 1.71387 2.06866 2.49987 2.80734 3.48496 24 0.68485 1.31784 1.71088 2.06390 2.49216 2.79694 3.46678 25 0.68443 1.31635 1.70814 2.05954 2.48511 2.78744 3.45019 26 0.68404 1.31497 1.70562 2.05553 2.47863 2.77871 3.43500 27 0.68368 1.31370 1.70329 2.05183 2.47266 2.77068 3.42103 28 0.68335 1.31253 1.70113 2.04841 2.46714 2.76326 3.40816 29 0.68304 1.31143 1.69913 2.04523 2.46202 2.75639 3.39624 30 0.68276 1.31042 1.69726 2.04227 2.45726 2.75000 3.38518 31 0.68249 1.30946 1.69552 2.03951 2.45282 2.74404 3.37490 32 0.68223 1.30857 1.69389 2.03693 2.44868 2.73848 3.36531 33 0.68200 1.30774 1.69236 2.03452 2.44479 2.73328 3.35634 34 0.68177 1.30695 1.69092 2.03224 2.44115 2.72839 3.34793 35 0.68156 1.30621 1.68957 2.03011 2.43772 2.72381 3.34005 36 0.68137 1.30551 1.68830 2.02809 2.43449 2.71948 3.33262 37 0.68118 1.30485 1.68709 2.02619 2.43145 2.71541 3.32563 38 0.68100 1.30423 1.68595 2.02439 2.42857 2.71156 3.31903 39 0.68083 1.30364 1.68488 2.02269 2.42584 2.70791 3.31279 40 0.68067 1.30308 1.68385 2.02108 2.42326 2.70446 3.30688
Catatan: Probabilita yang lebih kecil yang ditunjukkan pada judul tiap kolom adalah luas daerah dalam satu ujung, sedangkan probabilitas yang lebih besar adalah luas daerah dalam kedua ujung
Lampiran 9
Daftar Riwayat Hidup
Nama : Laili Shabrina Zulimar
Tempat dan Tanggal Lahir : Jakarta, 16 November 1992
Alamat : Komplek Minhajusobirin, Jl. Masjid H.
Sobirin 013/010 No.17HT Cibubur, Ciracas,
Jakarta Timur 13720
Nomor Telepon
Surat Elektronik
: +6285284842331
Nama Orang Tua :Ayah : Eka Doni Zulimar
Ibu : Suci Yudowati
Riwayat Pendidikan Formal:
SD : SD Islam Amarilis
SMP : SMPN 147 Jakarta
SMA : SMAN 39 Jakarta
S1 : Program Studi Perbankan Syariah, FEB UIN Syarif Hidayatullah