pengaruh ukuran perusahaan, struktur aset, non...
TRANSCRIPT
1 | Jurnal Akuntansi_UMRAH
PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, STRUKTUR ASET, NON-DEBT
TAX SHIELD (NDT), PERTUMBUHAN PENJUALAN, DAN KEBIJAKAN
DIVIDEN TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2010-2015
Netti Ratna Sari
120462201127
Jurnal Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Maritim Raja Ali Haji
Tanjungpinang, Kepulauan Riau
ABSTRACT
This study aims to examine the effect of firm size, asset structure, non-debt
tax shield (NDT), sales growth and dividend policy on debt policy at
manufacturing companies listed on BEI.
The population in this study are all manufacturing companies listed on the
Indonesia Stock Exchange 2010-2015. The sample is determined by purposive
sampling, so that the total sample of 84 samples. The type of data used is
secondary data obtained from www.idx.co.id.
Data were analyzed by using multiple linear regression test. The results of
this study indicate that firm size, asset structure, non-debt tax shield (NDT), sales
growth and dividend policy have an effect on debt policy.
Keywords : firm size, asset structure, non-debt tax shield (NDT), Sales
growth, dividend policy, and debt policy.
PENDAHULUAN
Setiap perusahaan pasti memerlukan pendanaan untuk menjalankan
aktivitas operasinya. Dalam menjalankan perusahaan, manajer harus benar-benar
teliti dalam pengambilan keputusan pendanaan, karena keputusan pendanaan
perusahaan merupakan keputusan yang penting mengingat keputusan tersebut
digunakan untuk menentukan struktur modal yang tepat bagi perusahaan dan
berkaitan juga dengan kelangsungan hidup perusahaan nanti.
2 | Jurnal Akuntansi_UMRAH
Kebutuhan dana untuk memperkuat struktur modal suatu perusahaan dapat
bersumber dari internal dan eksternal, dengan ketentuan sumber dana yang
dibutuhkan tersebut bersumber dari tempat-tempat yang dianggap aman dan jika
dipergunakan memiliki nilai dorong dalam memperkuat struktur modal keuangan
perusahaan (Fahmi, 2012:179. Salah satu keputusan penting yang diambil seorang
manajer mengenai keputusan pendanaan adalah mengenai kebijakan hutang.
Kebijakan hutang pada umumnya merupakan kebijakan yang diambil oleh
pihak manajemen untuk dapat membiayai kegiatan operasional perusahaannya.
Pada umumnya, pendanaan melalui utang akan meningkatkan tingkat
pengembalian yang diharapkan dari suatu investasi, tetapi utang juga
meningkatkan tingkat risiko dari investasi tersebut bagi para pemilik perusahaan,
yaitu para pemegang sahamnya (Brigham dan Houston, 2006:19).
Ukuran perusahaan merupakan salah satu hal yang harus dipertimbangkan
dalam menentukan kebijakan hutangnya. Ukuran perusahaan menggambarkan
besar kecilnya perusahaan yang dapat di ukur dari total aset perusahaan.
Perusahaan yang besar akan lebih mudah mendapatkan akses ke sumber dana
untuk memperoleh tambahan modal dengan utang (Sitangang, 2013:76). Sehingga
dapat dikatakan bahwa dengan tingkat ukuran perusahaan yang besar, perusahaan
cenderung lebih mudah mendapatkan sumber pendanaan dari hutang.
Struktur aset perusahaan merupakan perbandingan antara total aset tetap
dengan total keseluruhan aset perusahaan. Perusahaan yang asetnya memadai
untuk digunakan sebagai jaminan pinjaman cenderung akan cukup banyak
menggunakan hutang (Brigham dan Houston, 2011:188). Dengan demikian
3 | Jurnal Akuntansi_UMRAH
perusahaan yang memiliki struktur aset yang besar akan mempengaruhi kebijakan
hutang perusahaan.
Non-debt tax shield yaitu keuntungan pajak yang diperoleh perusahaan
selain bunga pinjaman. Non-debt tax shield diperoleh dalam bentuk berkurangnya
pajak karena adanya depresiasi aktiva tetap. Dengan demikian semakin besar
aktiva tetap yang dimiliki sesuai ketentuan UU perpajakan, maka biaya depresiasi
tersebut secara umum lebih disukai oleh manajemen untuk digunakan sebagai
sumber dana internal, terutama ketika biaya tersebut besar sehingga manajemen
dapat menekan penggunaan dana eksternal (Lestari, 2014).
Pertumbuhan penjualan juga termasuk salah satu hal yang sangat
berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Jika penjualan meningkat pertahun, maka
pembiayaan dengan utang dengan beban tertentu akan meningkatkan pendapatan
pemegang saham. Hal ini mendorong perusahaan dengan tingkat penjualan yang
tinggi akan cenderung menggunakan jumlah utang yang lebih besar dibandingkan
dengan perusahaan-perusahaan yang tingkat pertumbuhannya rendah (Hidayat,
2013).
Sedangkan kebijakan dividen adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam
keputusan pendanaan perusahaan. Rasio pembayaran dividen (dividen-payout
ratio) menentukan jumlah laba yang dapat ditahan dalam perusahaan sebagai
sumber pendanaan (Van Horne dan John, 2010:270). Dividen yang dibayarkan
memberikan sinyal kepada para pemegang saham bahwa dana yang ditanamkan di
perusahaan terus berkembang. Kebijakan dividen akan memberikan pengaruh
terhadap tingkat penggunaan hutang suatu perusahaan
4 | Jurnal Akuntansi_UMRAH
KAJIAN PUSTAKA
Kebijakan Hutang
Kebijakan hutang pada umumnya merupakan kebijakan yang diambil oleh
pihak manajemen untuk dapat membiayai kegiatan operasional perusahaannya.
Pada umumnya, pendanaan melalui utang akan meningkatkan tingkat
pengembalian yang diharapkan dari suatu investasi, tetapi utang juga
meningkatkan tingkat risiko dari investasi tersebut bagi para pemilik perusahaan,
yaitu para pemegang sahamnya (Brigham dan Houston, 2006:19).
Kebijakan hutang suatu perusahaan berhubungan dengan struktur modal
perusahaan. Struktur modal merupakan gambaran dari bentuk proporsi finansial
perusahaan yaitu antara modal yang dimiliki yang bersumber dari hutang jangka
panjang dan modal sendiri yang menjadi sumber pembiayaan suatu perusahaan
(Fahmi, 2012:185)
Kebijakan hutang dapat di ukur dengan Debt to Equity Ratio (DER). DER
merupakan rasio yang digunakan untuk menilai hutang dengan ekuitas. Rasio ini
dicari dengan cara membandingkan antara seluruh hutang, termasuk hutang lancar
dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang
disediakan kreditur dengan pemilik perusahaan yang berkaitan dengan kebijakan
hutang perusahaan. Adapun rumus untuk menghitung DER adalah
(Kasmir,2015:158) :
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 𝐷𝐸𝑅 =𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑒𝑏𝑡
𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦
5 | Jurnal Akuntansi_UMRAH
Ukuran Perusahaan
Menurut Hanafi (2015:321) perusahaan yang besar cenderung
terdiversifikasi sehingga menurunkan risiko kebangkrutan. Disamping itu mereka
bisa memberikan informasi lebih banyak sehingga bisa menurunkan biaya
monitoring. Argument tersebut memperkirakan hubungan positif antara ukuran
dengan utang. Di lain pihak, ukuran besar mengurangi asimetri informasi antara
insider dengan investor luar. Asimetri yang semakin kecil tersebut mendorong
perusahaan menggunakan saham, sehingga bisa diperkirakan adanya hubungan
negatif antara ukuran dengan utang.
Menurut Sitanggang (2013:76) ukuran perusahaan dengan kapitalisasi
pasar atau penjualan yang besar menunjukkan prestasi perusahaan. Perusahaan
yang besar akan lebih mudah mendapatkan akses ke sumber dana untuk
memperoleh tambahan modal dengan utang. Ukuran perusahaan dapat diketahui
dari total aktiva perusahaan, jumlah karyawan dan omset penjualan (Susi dalam
Pradhana, dkk, 2014)
Ukuran perusahaan merupakan besar kecilnya ukuran suatu perusahaan
yang dapat dinyatakan dengan total aset atau total penjualan. Dalam penelitian ini
ukuran perusahaan dihitung dengan menggunakan total asset perusahaan. Rumus
untuk menghitung ukuran perusahaan adalah :
Struktur Aset
Menurut Brigham dan Houston (2011:188) perusahaan yang asetnya
memadai untuk digunakan sebagai jaminan pinjaman cenderung akan cukup
𝑆𝐼𝑍𝐸 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡
6 | Jurnal Akuntansi_UMRAH
banyak menggunakan utang. Aset umum yang dapat menjadi jaminan yang baik,
sementara tidak untuk aset dengan tujuan khusus.
Menurut Hanafi (2015:345) perusahaan yang mempunyai aktiva tetap
yang lebih besar (yang berusia panjang), apalagi bisa digabung dengan tingkat
permintaan produk yang stabil, akan menggunakan utang yang lebih besar.
Perusahaan yang mempunyai aset lancar lebih banyak, yang nilainya bergantung
pada profitabilitas perusahaan, akan menggunakan utang lebih sedikit. Rumus
untuk menghitung struktur aset adalah :
Non-debt Tax Shield (NDT)
Manfaat utang adalah bunga utang yang bisa dipakai sebagai pengurang
pajak. Tetapi untuk mengurangi pajak, perusahaan bisa menggunakan cara lain,
seperti depresiasi (biaya tetap non bunga), dana pensiun. Dengan demikian bisa
dibuat prediksi bahwa perusahaan dengan NDT tinggi, maka perusahaan tidak
perlu menggunakan utang tinggi. Ada hubungan negatif antara keduanya. NDT
menggunakan rasio depresiasi terhadap total aset sebagai proksinya (Hanafi,
2015:320)
Keuntungan pajak yang berupa biaya depresiasi/penyusutan yang dapat
dikurangkan dalam menentukan penghasilan kena pajak disebut juga dengan non-
debt tax shield. Dalam biaya depresiai juga mencerminkan tingkat jumlah aset
tangible yang dimiliki perusahaan, aset tangible tersebut selanjutnya dapat
digunakan sebagai aset kolateral untuk jaminan utang pada waktu mengajukan
utang. Karena perusahaan mempunyai aset kolateral yang tinggi maka perusahaan
𝑆𝑡𝑟𝑢𝑘𝑡𝑢𝑟 𝐴𝑠𝑒𝑡 =𝐴𝑠𝑒𝑡 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡
7 | Jurnal Akuntansi_UMRAH
tersebut akan dengan mudah mendapatkan utang baru sehingga ada
kecenderungan untuk menambah utang lagi (Tirsono, 2008).
Rumus menghitung NDT adalah :
Pertumbuhan Penjualan
Menurut Hanafi (2015:345) perusahaan yang mempunyai tingkat
penjualan yang tinggi akan lebih menguntungkan jika memakai utang. Biasanya
perusahaan yang tingkat pertumbuhannya tinggi mempunyai harga saham yang
tinggi. Karena itu akan menguntungkan jika perusahaan menerbitkan saham
(memanfaatkan harga saham yang masih tinggi). Manajer keuangan dengan
demikian harus mempertimbangkan trade-off antara penggunaan utang dan saham
dalam situasi tersebut.
Tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi menimbulkan kebutuhan investasi
yang lebih besar dalam aset tetap dan modal kerja. Tingkat pertumbuhan internal
adalah tingkat maksimum dimana perusahaan dapat tumbuh jika bergantung
seluruhnya pada laba yang diinvestasikan kembali untuk mendanai
pertumbuhannya, yaitu tingkat pertumbuhan maksimum tanpa memerlukan
pendanaan eksternal (Brealey, Myers dan Marcus, 2008:123)
Rumus untuk menghitung pertumbuhan penjualan adalah :
𝑁𝑜𝑛 − 𝑑𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑎𝑥 𝑠ℎ𝑖𝑒𝑙𝑑 𝑁𝐷𝑇 =𝐷𝑒𝑝𝑟𝑒𝑠𝑖𝑎𝑠𝑖
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡
𝐺𝑟𝑜𝑤𝑡ℎ 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠 = 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛𝑡 − 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛𝑡−1
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛𝑡−1 𝑥 100%
8 | Jurnal Akuntansi_UMRAH
Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen optimal (optimal dividend policy) sebuah perusahaan
harus mencapai suatu keseimbangan diantara dividen saat ini dan pertumbuhan
dimasa depan sehingga dapat memaksimalkan harga saham (Brigham dan
Houston, 2006:69).
Menurut Martono dan Agus (2008:253) kebijakan dividen merupakan
keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi
kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk
menambah modal guna pembiayaan investasi dimasa yang akan datang. Rasio
pembayaran dividen (dividen payout ratio) menentukan jumlah laba yang dibagi
dalam bentuk dividen kas dan laba yang ditahan sebagai sumber pendanaan. Rasio
ini menunjukkan persentase laba perusahaan yang dibayarkan kepada pemegang
saham biasa perusahaan berupa dividen kas. Apabila laba perusahaan yang
ditahan dalam jumlah besar, berarti laba yang akan dibayarkan sebagai dividen
menjadi lebih kecil. Dengan demikian aspek penting dari kebijakan dividen
adalah menentukan alokasi laba yang sesuai diantara pembayaran laba sebagai
dividen dengan laba yang ditahan perusahaan.
Kebijakan dividen merupakan salah satu fungsi pokok manajemen
keuangan yaitu menentukan besarnya laba bersih yang akan didistribusikan
kepada pemegang saham yang diukur dengan Dividen Payout Ratio (DPR).
Adapun rumus untuk menghitung DPR adalah (Kieso et.al, 2011:795) :
𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 𝑃𝑎𝑦𝑜𝑢𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 𝐷𝑃𝑅 =𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛
𝑁𝑒𝑡 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒 − 𝑃𝑟𝑒𝑓𝑒𝑟𝑒𝑛𝑐𝑒 𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛
9 | Jurnal Akuntansi_UMRAH
Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang
Ukuran perusahaan dapat diukur dari besarnya aset perusahaan. Semakin
besar aset perusahaan maka semakin besar modal perusahaan. Untuk
mendapatkan modal perusahaan yang besar manajemen perusahaan bisa
memperoleh dana dari pihak eksternal perusahaan, yaitu dengan berhutang kepada
perbankan atau pihak eksternal lainnya. Perusahaan yang besar akan lebih mudah
mendapatkan akses ke sumber dana untuk memperoleh tambahan modal dengan
utang (Sitanggang, 2013:76).
Penelitian yang dilakukan oleh Pradhana, Taufik, dan Anggaini (2014),
dan Lestari (2014) menyatakan bahwa ukuran perusahaan mempunyai pengaruh
terhadap kebijakan hutang. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Hidayat
(2013) dan Nuraina (2012) ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap
kebijakan hutang.
H1 : Diduga ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan hutang
Pengaruh Struktur Aset Terhadap Kebijakan Hutang
Struktur aset menggambarkan kekayaan perusahaan yang dapat dijadikan
jaminan dalam memperoleh hutang. Perusahaan yang memiliki struktur aset besar
akan lebih mudah untuk mendapatkan hutang dibandingkan dengan struktur aset
yang tidak fleksibel. Perusahaan yang aktivanya cocok sebagai jaminan atas
pinjaman cenderung lebih banyak menggunakan utang (Brigham dan Houston,
2006:42).
Penelitian yang dilakukan oleh Hidayat (2013) dan Yeniatie dan Destriana
(2010) yang menghasilkan bahwa terdapat pengaruh antara struktur aset dengan
kebijakan hutang. Sesuai trade off theory bahwa aktiva tetap digunakan sebagai
10 | Jurnal Akuntansi_UMRAH
persyaratan melakukan pinjaman, sehingga semakin besar nilai aktiva tetap maka
ada kecenderungan semakin besar pinjaman yang dapat diperoleh perusahaan.
Sedangkan penelitian yang dilakukan Rifai (2015) menyatakan bahwa struktur
aset tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang.
H2: Diduga struktur aset berpengaruh terhadap kebijakan hutang
Pengaruh Non-Debt Tax Shield Terhadap Kebijakan Hutang
Non-debt tax shield (NDT) diperoleh dalam bentuk berkurangnya pajak
karena adanya depresiasi aktiva tetap. Dengan demikian semakin besar aktiva
tetap yang dimiliki sesuai ketentuan UU perpajakan, maka biaya depresiasi
semakin besar dan pembayaran pajak semakin kecil. Biaya depresiasi tersebut
secara umum lebih disukai oleh manajemen untuk digunakan sebagai sumber dana
internal, terutama ketika biaya tersebut besar sehingga manajemen dapat menekan
penggunaan dana eksternal (Lestari, 2014).
Penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2014) menghasilkan bahwa non-
debt tax shield mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan
hutang. Sedangkan penelitian Tirsono (2008) non-debt tax shield tidak
berpengaruh terhadap kebijakan hutang.
H3: Diduga non-debt tax shield berpengaruh terhadap kebijakan hutang
Pengaruh Pertumbuhan Penjualan Terhadap Kebijakan Hutang
Pertumbuhan penjualan merupakan indikator penting dari penerimaan
pasar dari produk dan/atau jasa perusahaan tersebut, dimana pendapatan yang
dihasilkan dari penjualan akan dapat digunakan untuk mengukur tingkat
pertumbuhan penjualan. Perusahaan yang mempunyai tingkat penjualan yang
11 | Jurnal Akuntansi_UMRAH
tinggi akan lebih menguntungkan jika menggunakan utang (Hanafi, 2015:345),
dan akan lebih mudah mendapatkan dana dari kreditur.
Penelitian yang dilakukan oleh Hidayat (2013) bahwa pertumbuhan
penjualan mempunyai pengaruh terhadap kebijakan hutang. Hal ini dikarenakan
perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi cenderung
membutuhkan dana dari sumber eksternal yang besar. Sedangkan penelitian yang
dilakukan Pradhana, Taufik, dan Anggaini (2014) yang menyatakan bahwa
pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang.
H4: Diduga pertumbuhan penjualan berpengaruh terhadap kebijakan hutang
Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap Kebijakan Hutang
Pecking order theory mengamanatkan bahwa penambahan modal harus
dipenuhi dengan urutan mulai dari laba ditahan dan apabila masih belum
mencukupi akan dipenuhi dari utang dan yang terakhir adalah dengan emisi
saham baru. Besarnya laba ditahan tergantung pada kebijakan dividen. Apabila
perusahaan mempunyai kebijakan dividen residual yaitu dividen kas akan
dibagikan setelah pemenuhan modal untuk investasi baru terpenuhi, maka
penambahan modal melalui utang baru akan dilakukan apabila jumlah tambahan
modal yang dibutuhkan akan lebih besar dari pada laba ditahan. Tentunya hal ini
akan berbeda dengan kebijakan dividen stabil yaitu bahwa perusahaan akan
memberikan dividen kas relative stabil dari waktu kewaktu meskipun laba bersih
tidak selalu stabil. Apabila perusahaan mengalami pertumbuhan dan membagikan
dividen yang besar, maka untuk mendukung pertumbuhan akan diperoleh dengan
peningkatan utang perusahaan. Semakin tinggi DPR, maka akan semakin tinggi
DTAR perusahaan atau sebaliknya (Sitanggang, 2013:75-76).
12 | Jurnal Akuntansi_UMRAH
Penelitian yang dilakukan oleh Hidayat (2013) menghasilkan bahwa
kebijakan dividen berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang, hal ini
disebabkan karena tingkat rasio dividen yang rendah akan membuat penggunaan
utang yang tinggi. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Yeniatie dan
Destriana (2010) menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak berpengaruh
terhadap kebijakan hutang.
H5: Diduga kebijakan dividen berpengaruh terhadap kebijakan hutang
H6: Diduga ukuran perusahaan, struktur aset, non-debt tax shield, pertumbuhan
penjualan dan kebijakan dividen berpengaruh terhadap kebijakan hutang.
METODE PENELITIAN
Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013:119). Populasi
dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode enam tahun berturut-turut yaitu : 2010, 2011, 2012, 2013,
2014, 2015. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 120 perusahaan.
Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2013:120).Sampel yang digunakan dalam penelitian
ini menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel
dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2013:126).Adapun kriteria pengambilan
sampel yang ditentukan oleh penulis yaitu sebagai berikut:
13 | Jurnal Akuntansi_UMRAH
1. Perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) pada tahun 2010-2015
2. Perusahaan tersebut menggunakan mata uang rupiah selama tahun
pengamatan.
3. Perusahaan tersebut memiliki dan menerbitkan laporan keuangan yang
lengkap dan telah diaudit per 31 Desember selama tahun pengamatan
4. Perusahaan tersebut telah membagikan dividen tunainya selama tahun
pengamatan
5. Perusahaan tersebut terus mengalami pertumbuhan penjualan yang positif
selama tahun pengamatan.
No Kriteria Pemilihan Sampel
Jumlah
sampel
pertahun
1 Perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2010-2015 120
2 Perusahaan yang tidak menggunakan mata uang rupiah
selama tahun pengamatan (20)
3
Perusahaan yang tidak memiliki dan menerbitkan laporan
keuangan lengkap dan telah diaudit per 31 Desember
selama tahun pengamatan
(5)
4 Perusahaan yang tidak membagikan dividen tunainya
selama tahun pengamatan (38)
5 Perusahaan yang tidak mengalami pertumbuhan penjualan
yang positif selama tahun pengamatan (43)
Jumlah perusahaan yang dijadikan sampel 14
Sumber : Data diolah penulis (2016)
Berdasarkan tabel 3.1 diatas, maka didapat jumlah sampel sebanyak 14
perusahaan selama enam periode (2010-2015) yang sesuai dengan kriteria yang
telah ditetapkan penulis. Sehingga data perusahaan yang didapat berjumlah 84.
14 | Jurnal Akuntansi_UMRAH
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Statistik Deskriptif
Sumber : data diolah penulis (2017)
Tabel diatas menjelaskan analisis statistik deskriptif yang menunjukkan
bahwa sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 84, yang dapat
dilihat dari N. Serta nilai minimum, maximum, rata-rata dan standar deviasi
sebagai berikut:
Variabel kebijakan hutang dapat dijelaskan memiliki nilai minimum 0,21
dan nilai maximum 2,258 dengan rata-rata kebijakan hutang 0,72308, dan standar
deviasi 0,481018 dengan jumlah sampel (N) adalah 84. Variabel ukuran
perusahaan memiliki nilai minimum 204 dan nilai maximum 91832 dengan rata-
rata 15759,37 dan standar deviasi 20455,084 dengan jumlah sampel 84. Variabel
struktur aset memiliki nilai minimum 0,157 dan nilai maximum 0,529 dengan
rata-rata 0,30274 dan standar deviasi 0,093074 dengan jumlah sampel 84.
Variabel non-debt tax shield memiliki nilai minimum 0,002 dan nilai minimun
0,083 dengan rata-rata 0,02649 dan standar deviasi 0,16185 dengan jumlah
sampel 84. Variabel pertumbuhan penjualan memiliki nilai minimum 0,003 dan
nilai maximum 12,086 dengan rata-rata 0,27506 dan standar deviasi 1,306678
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
K.HTG 84 ,021 2,258 ,72308 ,481018
UP 84 204 91832 15759,37 20455,084
SA 84 ,157 ,529 ,30274 ,093074
NDT 84 ,002 ,083 ,02649 ,016185
P.PENJ 84 ,003 12,086 ,27506 1,306678
K.DIV 84 ,019 1,495 ,44532 ,285153
Valid N
(listwise) 84
15 | Jurnal Akuntansi_UMRAH
dengan jumlah sampel 84. Variabel kebijakan dividen memiliki nilai minimum
0,019 dan niai maximum 1,495 dengan rata-rata 0,44532 dan standar deviasi
0,285153 dengan jumlah sampel 84.
Uji Normalitas
Hasil Uji Normalitas Grafik
Hasil Uji Normalitas Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 84
Normal Parametersa,b
Mean ,0000000
Std. Deviation ,35542658
Most Extreme
Differences
Absolute ,107
Positive ,107
Negative -,060
Kolmogorov-Smirnov Z ,982
Asymp. Sig. (2-tailed) ,289
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Data diolah penulis (2017)
Dari hasil uji grafik dan uji data diatas dapat dilihat besarnya nilai
kolmogrov – smirnov adalah 0,982 dan Signifikannya 0,289 dimana lebih besar
dari 0,05 (0,289 > 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.
16 | Jurnal Akuntansi_UMRAH
Uji Multikolonieritas
Hasil Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1
(Constant)
UP ,910 1,099
SA ,882 1,134
NDT ,883 1,132
P.PENJ ,989 1,011
K.DIV ,916 1,091
a. Dependent Variable: K.HTG
Sumber : Data Diolah penulis (2017)
Berdasarkan hasil output spss dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala
multikolonieritas antara variabel independen, dengan nilai tolerance besar dari
0,10 dan VIF untuk setiap variabel kecil dari 10.
Uji Autokorelasi
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 ,674
a ,454 ,419 ,366642 2,188
a. Predictors: (Constant), K.DIV, P.PENJ, UP, NDT, SA
b. Dependent Variable: K.HTG
Sumber : Data diolah penulis (2017)
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa nilai DW sebesar 2,188. Dari
tabel statistik Durbin-Watson didapat nilai dL sebesar 1,5219 dan nilai dU sebesar
1,7732 dengan jumlah variabel independen (k=5) dan jumlah sampel (n=84).
Keputusan yang diambil adalah dU < DW < 4 – dU ( 1,7732 < 2,188< 2,2268).
maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi, positif atau negatif.
Sehingga data terbebas dari autokorelasi.
17 | Jurnal Akuntansi_UMRAH
Uji Heteroskedastisitas
Hasil Uji Grafik Heteroskedastisitas
Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Korelasi Spearman’sRho Correlations
Unstandardized Residual
Spearman's
rho
UP Correlation Coefficient ,067
Sig. (2-tailed) ,543
N 84
SA Correlation Coefficient -,145
Sig. (2-tailed) ,188
N 84
NDT Correlation Coefficient ,018
Sig. (2-tailed) ,869
N 84
P.PENJ Correlation Coefficient ,041
Sig. (2-tailed) ,714
N 84
K.DIV Correlation Coefficient -,078
Sig. (2-tailed) ,478
N 84
Unstandardized
Residual
Correlation Coefficient 1,000
Sig. (2-tailed)
N 84
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Sumber : Data diolah penulis(2017)
Berdasarkan uji spearman rho pada tabel diatas, didapat lah nilai sig
ukuran perusahaan sebesar 0,543, struktur aset 0,188, NDT 0,869, pertumbuhan
penjualan 0,714 dan kebijakan dividen 0,478. Karena signifikansi lebih dari 0,05
18 | Jurnal Akuntansi_UMRAH
maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak ditemukan adanya masalah
heteroskedastisitas.
Uji Analisis Regresi Linier Berganda
Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
B Std. Error Beta
1
(Constant) -,248 ,156
UP 4,543,000 ,000 ,193
SA 2,623 ,460 ,507
NDT -5,708 2,646 -,192
P.PENJ ,101 ,031 ,274
K.DIV ,514 ,147 ,305
a. Dependent Variable: K.HTG
Sumber : Data diolah penulis (2017)
Berdasarkan hasil pengolahan data diatas, diperoleh persamaan regresi
sebagai berikut :
DER = -0,248 + 4,543,000 UP + 2,623 SA + -5,708 NDT + 0,101 P.PENJ +
0,514 K.DIV + e
Keterangan :
1. Nilai kostanta (α) sebesar –0,248 menunjukkan bahwa jika nilai variabel
independen (ukuran perusahaan, struktur aset, non-debt tax shield,
pertumbuhan penjualan, kebijakan dividen) bernilai 0 maka nilai variabel
dependen (kebijakan hutang) memiliki nilai yang negatif sebesar -0,248.
2. Koefisien regresi ukuran perusahaan sebesar 4,543,000 menyatakan bahwa
setiap kenaikan ukuran perusahaan Rp. 1.000.000.000 akan diikuti oleh
kenaikan kebijakan hutang sebesar 4,543,000 dengan asumsi variabel yang
lain tetap.
19 | Jurnal Akuntansi_UMRAH
3. Koefisien regresi struktur aset sebesar 2,623 menyatakan bahwa setiap
kenaikan struktur aset 1% akan diikuti dengan kenaikan kebijakan hutang
sebesar 2,623 % dengan asumsi variabel lain tetap.
4. Koefisien regresi non-debt tax shield sebesar -5,708 menyatakan bahwa
setiap kenaikan non-debt tax shield 1% akan diikuti dengan penurunan
kebijakan hutang sebesar 5,708 % dengan asumsi variabel lain tetap.
5. Koefisien regresi pertumbuhan penjualan sebesar 0,101 menyatakan
bahwa setiap kenaikan pertumbuhan penjualan 1% maka akan diikuti
dengan kenaikan kebijakan hutang sebesar 10,1 % dengan asumsi variabel
lain tetap.
6. Koefisien regresi kebijakan dividen sebesar 0,514 menyatakan bahwa
setiap kenaikan kebijakan dividen 1% maka akan diikuti dengan kenaikan
kebijakan hutang sebesar 51,4 % dengan asumsi variabel lain tetap.
Koefisien Determinasi (R2)
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,674a ,454 ,419 ,366642
a. Predictors: (Constant), K.DIV, P.PENJ, UP, NDT, SA
b. Dependent Variable: K.HTG
Sumber : Data diolah penulis (2017)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai Adjust R Square (R2)
sebesar 0,419 atau 41,9% yang berarti bahwa perubahan kebijakan hutang dapat
dijelaskan oleh variasi dari kelima variabel independen ukuran perusahaan,
struktur aset, non-debt tax shield, pertumbuhan penjualan, dan kebijakan dividen.
20 | Jurnal Akuntansi_UMRAH
Sedangkan sisanya (100% - 41,9% = 58,1%) dijelaskan oleh variabel-variabel lain
selain variabel yang digunakan didalam penelitian ini.
Uji Signifikan Simultan (Uji-F)
Hasil Uji Signifikan Simultan (Uji – F) ANOVA
a
Model
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regression 8,719 5 1,744 12,972 ,000b
Residual 10,485 78 ,134
Total 19,204 83
a. Dependent Variable: K.HTG
b. Predictors: (Constant), K.DIV, P.PENJ, UP, NDT, SA
Sumber : Data diolah penulis (2017)
Dari hasil output SPSS pada tabel diatas menunjukkan hasil uji simultan
dengan hasil signifkan 0,000 lebih kecil dari nilai 0,05 dan nilai F-hitung > F-
tabel (12,972> 2,33). Berdasarkan hasil uji hipotesis tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa H0 ditolak dan menerima HA, yaitu variabel independen
ukuran perusahaan, struktur aset, non-debt tax shield, pertumbuhan penjualan, dan
kebijakan dividen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap
kebijakan hutang.
Uji Signifikan Parameter Individual
Hasil Uji Parameter Individual (Uji – t)
Coefficientsa
Model t Sig.
1
(Constant) -1,593 ,115
UP 2,202 ,031
SA 5,697 ,000
NDT -2,158 ,034
P.PENJ 3,253 ,002
K.DIV 3,487 ,001
a. Dependent Variable: K.HTG
Sumber : Data diolah penulis (2017)
21 | Jurnal Akuntansi_UMRAH
Dari hasil output SPSS pada tabel diatas dapat dijelaskan bahwa variabel
ukuran perusahaan memiliki nilai signifikan 0,031 lebih kecil dari 0,05 (0,031<
0,05) dan nilai t-hitung > t-tabel (2,202 >1,99085). Artinya bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Dengan demikian HA dapat
diterima dan H0 ditolak.
Variabel struktur aset memiliki nilai signifikan 0,000 lebih kecil dari 0,05
(0,000 < 0,05) dan nilai t-hitung > t-tabel (5,697 > 1,99085). Artinya bahwa
struktur aset berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Dengan demikian HA
diterima dan H0 ditolak.
Variabel non-debt tax shield memiliki nilai signifikan 0,034 lebih kecil
dari 0,05 (0,034 < 0,05) dan nilai t-hitung> t-tabel (-2,158 > -1,99085). Artinya
bahwa non-debt tax shield berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Dengan
demikian HA diterima dan H0 ditolak.
Variabel pertumbuhan penjualan memiliki nilai signifikan 0,002 lebih
kecil dari 0,05 (0,002 < 0,05) dan nilai t-hitung > t-tabel (3,253 > 1,99085).
Artinya bahwa pertumbuhan penjualan berpengaruh terhadap kebijakan hutang.
Dengan demikian HA dapat diterima dan H0 ditolak.
Variabel kebijakan dividen memiliki nilai signifikan 0,001 lebih kecil dari
0,05 (0,001 < 0,05) dan nilai t-hitung> t-tabel (3,487 >1,99085). Artinya bahwa
kebijakan dividen berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Dengan demikian HA
diterima dan H0 ditolak.
22 | Jurnal Akuntansi_UMRAH
Pembahasan Hasil Penelitian
Nilai Adjust R Square (R2) sebesar 0,419 atau 41,9% yang berarti bahwa
perubahan kebijakan hutang dapat dijelaskan oleh variasi dari kelima variabel
independen ukuran perusahaan, struktur aset, non-debt tax shield, pertumbuhan
penjualan, dan kebijakan dividen. Sedangkan sisanya (100% - 41,9% = 58,1%)
dijelaskan oleh variabel-variabel lain selain variabel yang digunakan didalam
penelitian ini.
Variabel ukuran perusahaan memiliki nilai signifikan 0,031 lebih kecil dari
0,05 (0,031< 0,05) dan nilai t-hitung > t-tabel (2,202> 1,99085). Dengan demikian
HA dapat diterima dan H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan H1 diterima yang
artinya secara parsial ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan hutang
perusahaan manufaktur yang terdaftar dibursa efek Indonesia pada tahun 2010-
2015. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pradhana,
Taufik, dan Anggaini (2014), dan Lestari (2014) menyatakan bahwa ukuran
perusahaan mempunyai pengaruh terhadap kebijakan hutang. Dari hasil penelitian
ini dapat disimpulkan bahwa semakin besar ukuran suatu perusahaan maka akan
semakin banyak menggunakan hutang. Perusahaan yang besar akan lebih mudah
mendapatkan akses ke sumber dana untuk memperoleh tambahan modal dengan
utang. Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Hidayat (2013) dan Nuraina (2012) yang menyatakan bahwa
ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang.
Variabel struktur aset memiliki nilai signifikan 0,000 lebih kecil dari 0,05
(0,000 < 0,05) dan nilai t-hitung > t-tabel (5,697 > 1,99085). Dengan demikian
23 | Jurnal Akuntansi_UMRAH
HA dapat diterima dan H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan H2 diterima yang
artinya secara parsial struktur aset berpengaruh terhadap kebijakan hutang
perusahaan manufaktur yang terdaftar dibursa efek Indonesia pada tahun 2010-
2015. Hasil dari penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Hidayat (2013) dan Yeniantie dan Destriana (2010) bahwa struktur aset
berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Struktur aset menggambarkan kekayaan
perusahaan yang dapat dijadikan jaminan dalam memperoleh hutang. Perusahaan
yang memiliki struktur aset besar akan lebih mudah untuk mendapatkan hutang
dibandingkan dengan struktur aset yang tidak fleksibel. Perusahaan yang
aktivanya cocok sebagai jaminan atas pinjaman cenderung lebih banyak
menggunakan utang. Hasil penelitian ini juga bertolak belakang dengan penelitian
yang dilakukan oleh Rifai (2015) yang menyatakan bahwa struktur aset tidak
berpengaruh terhadap kebijakan hutang.
Variabel non-debt tax shield memiliki nilai signifikan 0,034 lebih kecil dari
0,05 (0,034 < 0,05) dan nilai t-hitung > t-tabel (-2,158 > -1,99085). Dengan
demikian HA dapat diterima dan H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan H3
diterima yang artinya secara parsial non-debt tax shield berpengaruh terhadap
kebijakan hutang perusahaan manufaktur yang terdaftar dibursa efek Indonesia
pada tahun 2010-2015. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Lestari (2014) yang menyatakan bahwa non-debt tax shield
mempunyai pengaruh terhadap kebijakan hutang. Dan bertolak belakang dengan
hasil penelitian yang dilakukan Tirsono (2008) non-debt tax shield tidak
berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Non-debt tax shield memiliki nilai t yang
24 | Jurnal Akuntansi_UMRAH
negatif yang meunjukkan bahwa ada hubungan yang negatif antara non-debt tax
shield dan kebijakan hutang. Perusahaan dengan NDT yang tinggi tidak perlu
menggunakan hutang yang tinggi (Hanafi,2015)
Variabel pertumbuhan penjualan memiliki nilai signifikan 0,002 lebih kecil
dari 0,05 (0,002 < 0,05) dan nilai t-hitung > t-tabel (2,253 > 1,99085). Dengan
demikian HA dapat diterima dan H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan H4
diterima yang artinya secara parsial pertumbuhan penjualan berpengaruh terhadap
kebijakan hutang perusahaan manufaktur yang terdaftar dibursa efek Indonesia
pada tahun 2010-2015. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Hidayat (2013) yang menyatakan bahwa pertumbuhan penjualan
berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Hal ini dikarenakan perusahaan yang
memiliki tingkat penjualan yang tinggi akan cenderung lebih banyak
menggunakan hutang. Dengan tingginya penjualan maka akan semakin besar laba
perusahaan dan meningkatkan pendapatan para pemegang saham. Peningkatan
penjualan yang tinggi akan cenderung menggunakan jumlah hutang yang besar
dibandingkan dengan perusahaan yang tingkat penjualannya rendah. Penelitian ini
bertolak belakang dengan hasil penelitian yang dilakukan Pradhana, Taufik, dan
Anggaini (2014) yang menyatakan bahwa pertumbuhan penjualan tidak
berpengaruh terhadap kebijakan hutang.
Variabel kebijakan dividen memiliki nilai signifikan 0,001 lebih kecil dari
0,05 (0,001 < 0,05) dan nilai t-hitung > t-tabel (3,487 > 1,99085). Dengan
demikian HA dapat diterima dan H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan H5
diterima yang artinya secara parsial kebijakan dividen berpengaruh terhadap
25 | Jurnal Akuntansi_UMRAH
kebijakan hutang perusahaan manufaktur yang terdaftar dibursa efek Indonesia
pada tahun 2010-2015. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Hidayat (2013) yang menghasilkan bahwa kebijakan dividen
berpengaruh terhadap kebijakan hutang, hal ini disebabkan karena tingkat rasio
dividen yang rendah akan membuat penggunaan utang yang tinggi. Penelitian ini
bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Yeniatie dan Destriana
(2010) menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap
kebijakan hutang.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil dari analisis data dan pembahasan yang telah dijelaskan
dalam bab IV, maka kesimpulan yang diambil dari penelitian ini adalah pengaruh
variabel independen ukuran perusahaan, struktur aset, non-debt tax shield,
pertumbuhan penjualan, dan kebijakan dividen terhadap kebijakan hutang pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar dibursa efek Indonesia baik secara simultan
maupun parsial. Berikut hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini
adalah :
1. Ukuran perusahaan secara parsial berpengaruh terhadap kebijakan hutang
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam
kurun waktu enam tahun penelitian yaitu 2010-2015
2. Struktur aset secara parsial berpengaruh terhadap kebijakan hutang
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam
kurun waktu enam tahun penelitian yaitu 2010-2015
26 | Jurnal Akuntansi_UMRAH
3. Non-debt tax shield (NDT) secara parsial berpengaruh terhadap kebijakan
hutang perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
dalam kurun waktu enam tahun penelitian yaitu 2010-2015
4. Pertumbuhan penjualan secara parsial berpengaruh terhadap kebijakan
hutang perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
dalam kurun waktu enam tahun penelitian yaitu 2010-2015
5. Kebijakan dividen secara parsial berpengaruh terhadap kebijakan hutang
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam
kurun waktu enam tahun penelitian yaitu 2010-2015
6. Ukuran perusahaan, struktur aset, non-debt tax shield, pertumbuhan
penjualan, dan kebijakan dividen secara simultan berpengaruh terhadap
kebijakan hutang perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia dalam kurun waktu enam tahun penelitian yaitu 2010-2015
Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian yang diambil, saran yang dapat
diberikan adalah sebagai berikut :
1. Dalam penelitian ini penulis hanya menggunakan lima variabel
independen, oleh karena itu bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk
menambah variabel lain yang memungkinkan untuk mendapatkan hasil
yang lebih akurat dan tidak terjadi masalah-masalah dalam pengujian
nantinya.
27 | Jurnal Akuntansi_UMRAH
2. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan perusahaan manufaktur, bagi
peneliti selanjutnya disarankan untuk mengganti dengan perusahaan yang
lain seperti perusahaan property dan real estate.
DAFTAR PUSTAKA
Brealey, R. A., Stewart C, M., & Alan J, M. (2008). Dasar Dasar Manajemen
Keuangan. Jakarta: Erlangga.
Brigham, E. F., & Joel F, H. (2006). Dasar Dasar Manajemen Keuangan. Jakarta:
Salemba Empat.
Brigham, E. F., & Joel F, H. (2013). Dasar Dasar Manajemen Keuangan. Jakarta:
Salemba Empat.
Fahmi, Irham. (2012). Analisis Laporan Keuangan. Bandung: ALFABETA.
Fahmi, Irham. (2012). Pengantar Manajemen Keuangan. Bandung: ALFABETA.
Ghozali, Imam. (2013). Analisis Multivariate Program. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Hanafi, Mamduh. M. (2015). Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE-
Yogyakarta.
Hery. (2016). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT.Grasindo.
Hidayat, Muhammad. S. (2013). Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan
Dividen, Struktur Aktiva, Pertumbuhan Penjualan, dan Ukuran Perusahaan
Terhadap Kebijakan Utang. Jurnal Ilmu Manajemen, Vol.1 No.1 Januari
2013.
Kasmir. (2016). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers.
Keown, A., John D, M., J, W. P., & David F, S. (2010). Manajemen Keuangan.
Jakarta: PT INDEX.
Kieso, D. E., Weygand, J. J., & Warfield, T. D. (2011). Intermediate Accounting
Volume 2 IFRS Edition. New Jersey : John Wiley dan Sons, Inc.
Lestari, Desi. (2014). Pengaruh Blockholder Ownership, Ukuran Perusahaan,
Risiko Bisnis, dan Non-debt Tax Shield Terhadap Kebijakan Hutang
28 | Jurnal Akuntansi_UMRAH
Perusahaan Yang Terdaftar Di Jakarta Islamic Index (JII). EKBISI, Vol.IX
No.1 Desember 2014.
Martono, & Harjito, Agus. (2008). Manajemen Keuangan. Yogyakarta:
EKONISIA.
Nuraina, Elva. (2012). Pengaruh Kepemilikan Institusional Dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang Dan Nilai Perusahaan. Jurnal
Akuntansi.
Oktavianie, Windy. (2012). Analisis Pengaruh Struktur Aset, Tingkat
Pertumbuhan Pasar, Tingkat Profitabilitas, Tingkat Likuiditas, Dan Non-
Debt Tax Shield Terhadap Struktur Modal Perusahaan: Studi Empiris
Perusahaan Minyak Dan GAs Bumi Periode 2007-2010. Skripsi.
Pradhana, A., Taufeni, T., & Lila, A. (2014). Pengaru Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas, dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Kebijakan Hutang
Pada Perusahaan Food And Beverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia. JOM FEKON, Vol.1 No.2 Oktober 2014.
Priyatno, Duwi. (2012). Cara Kilat Belajar Analisis Data Dengan SPSS 20.
Yogyakarta: ANDI OFFSET.
Rifai, Mohammad. H. (2015). Pengaruh Risiko Bisnis, Pertumbuhan Perusahaan,
Ukuran Perusahaan, Dan Struktur Aktiva Terhadap Kebijakan Hutang
Pada Perusahaan Sektor Property Dan Real Estate Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia. Skripsi.
Sawir, Agnes. (2013). Kebijakan Pendanaan dan Restruksi Perusahaan. Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama.
Sitanggang, Jp. (2013). Manajemen Keuangan Perusahaan Lanjutan. Jakarta:
Mitra Wacana Media.
Soemarso. (2008). Akuntansi Suatu Pengantar buku 2 edisi 5. Jakarta: Salemba
Empat.
Stice, E. K., James D, S., & K, F. (2004). Intermediate Accounting Buku 1 edisi
15. Jakarta: Salemba Empat.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kombinasi. Jakarta: ALFABETA.
29 | Jurnal Akuntansi_UMRAH
Tirsono. (2008). Analisis Faktor Pajak Dan Faktor Faktor Lain Yang Berpengaruh
Terhadap Tingkat Utang Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Jakarta. Tesis.
Van Horne, J. C., & John M, W. (2010). Prinsip Prinsip Manajemen Keuangan
buku 2 edisi 12. Jakarta: Salemba Empat.
Wirartha, I. M. (2006). Metodologi penelitian sosial ekonomi. Yogyakarta: ANDI
OFFSET.
Yeniatie, & Destriana, N. (2010). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan
Hutang Pada Perusahaan Non Keuangan Yang Terdaftar DI Bursa Efek
Indonesia. Jurnal Bisnis Dan Akuntansi Vol.12 No.1.
www.idx.com