pengaruh perputaran persediaan barang terhadap likuiditas
DESCRIPTION
bab ii pengaruh perputaran persediaan terhadap likuiditas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek jakarta.TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
I. Persediaan
1. Pengertian Persediaan
Persediaan adalah barang-barang yang biasanya dapat dijumpai di gudang
tertutup, lapangan, gudang terbuka, atau tempat-tempat penyimpanan lain, baik
berupa bahan baku, barang setengah jadi, barang jadi, barang-barang untuk
keperluan operasi, atau barang-barang untuk keperluan suatu proyek (Indrajit,
2003:3).
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2004) : “ Persediaan adalah aset:
a) Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal
b) Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau
c) Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam
proses produksi atau pemberian jasa.
Menurut Warren, et al. (2005:440) “Persediaan digunakan untuk
mengindikasikan :
• barang dagang yang disimpan untuk kemudian dijual dalam operasi bisnis
perusahaan, dan
• bahan yang digunakan dalam proses produksi atau yang disimpan untuk
tujuan itu.
Universitas Sumatera Utara
Pada prinsipnya persediaan mempermudah atau memperlancar jalannya
operasi perusahaan pabrik yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk
memproduksi barang-barang serta menyampaikannya kepada para pelanggan atau
konsumen. Persediaan memungkinkan produk-produk dihasilkan pada tempat
yang jauh dari pelanggan atau sumber bahan mentah. Dengan adanya persediaan,
produksi tidak perlu dilakukan khusus buat konsumen, atau sebaliknya tidak perlu
konsumsi didesak supaya sesuai dengan kepentingan produksi.
2. Jenis-jenis Persediaan
Menurut Rangkuti (2004:7) jenis-jenis persediaan meurut fungsinya adalah
sebagai beikut :
1. Batch stock/Lot Size Inventory Persediaan yang diadakan karena kita membeli atau membuat bahan-bahan atau barang-barang dalam jumlah yang lebih besar daripada jumlah yang dibutuhkan saat itu. Keuntungannya :
a. Potongan harga pada harga pembelian b. Efisiensi produksi c. Penghematan biaya angkutan
2. Fluctuation Stock Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan.
3. Anticipation Stock Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan, penjualan, atau permintaan yang meningkat.
II. Metode Penilaian Persediaan
Menurut Stice, et al. (2004:667) metode-metode penilaian persediaan yang
paling umum adalah :
1) Identifikasi Khusus (spesific identification)
Universitas Sumatera Utara
Biaya dapat dialokasikan ke barang yang terjual selama periode berjalan dan ke barang yang ada di tangan pada akhir periode berdasarkan biaya aktual dari unit tersebut. Metode identifikasi khusus memerlukan suatu cara untuk mengidentifikasikan biaya historis dari unit persediaan. Dengan identifikasi khusus, arus biaya yang dicatat disesuaikan dengan arus fisik barang. Dari sudut pandang teoritis, metode identifikasi khusus sangat menarik, khususnya ketika setiap unsur persediaan unik dan memiliki biaya yang tinggi. Namun ketika persediaan terdiri dari berbagai unsur atau unsur-unsur identik yang dibeli pada saat yang berlainan dengan harga yang berbeda, maka identifikasi khusus akan menjadi lamban, membebani, dan memakan biaya.
2) Biaya rata-rata (average weight) Metode biaya rata-rata membebankan biaya rata-rata yang sama ke setiap unit. Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa barang yang terjual seharusnya dibebankan dengan biaya rata-rata, yaitu rata-rata tertimbang dari jumlah unit yang dibeli pada tiap harga. Metode biaya rata-rata dapat dianggap sebagai metode yang realistis dan paralel dengan arus fisik barang, khususnya ketika ada percampuran dari unit persediaan yang identik. Tidak seperti metode persediaan yang lain, pendekatan metode biaya rata-rata memberikan nilai yang sama untuk unsur serupa dengan penggunaan yang sama. Metode ini tidak memperbolehkan manipulasi keuntungan. Tetapi, keterbatasan dari metode biaya rata-rata ini adalah bahwa nilai persediaan dapat tertinggal secara signifikan terhadap harga dalam periode di mana terdapat kenaikan atau penuruynan harga yang cepat.
3) Metode Masuk Pertama, Keluar pertama (first-in, first-out, FIFO) Metode masuk pertama, keluar pertama (first-in, first-out, FIFO) didasarkan pada asumsi bahwa unit yang terjual adalah unit yang lebih dahulu masuk. FIFO dapat dianggap sebagai sebuah pendekatan yang logis dan realistis terhadap arus biaya ketika penggunaan model identifikasi khusus adalah tidak memungkinkan atau tidak praktis. FIFO mengasumsikan bahwa arus biaya yang mendekati paralel dengan arus fisik dari barang yang terjual. Beban dikenakan pada biaya yang dinilai melekat pada barang yang terjual. FIFO memberikan kesempatan kecil untuk manipulasi keuntungan karena pembebanan biaya ditentukan oleh urutan terjadinya biaya. Selain itu, dalam FIFO, unit yang tersisa pada persediaan akhir adalah unit yang paling akhir dibeli, sehingga biaya yang dilaporkan akan mendekati atau sama dengan biaya penggantian di akhir periode (end-of-period replacement cost).
4) Metode Masuk Terakhir, Keluar Pertama (last-in, first-out, LIFO) Metode masuk terakhir, keluar pertama (last-in, first-out, LIFO) didasarkan pada asumsi bahwa barang yang paling barulah yang terjual. LIFO menghasilkan nilai lama dalam neraca dan dapat memberikan angka harga pokok penjualan yang aneh ketika tingkat persediaan menurun. Namun, LIFO adalah metode yang paling baik dalam pengaitan biaya persediaan saat ini dengan pendapatan saat ini.
Universitas Sumatera Utara
Biaya merupakan dasar utama untuk penilaian persediaan. Namun, dalam
sejumlah kasus, persediaan bisa dinilai selain dari biaya. Dua situasi semacam ini
muncul apabila
• biaya penggantian barang-barang persediaan lebih rendah daripada biaya
yang tercatat dan
• persediaan tidak dapat dijual pada harga jual normal karena cacat, usang,
perubahan gaya, atau penyebab lainnya.
Menurut Warren, et al. (2005:456) selain metode penilaian persediaan di atas,
ada metode penilaian persediaan yang lainnya yaitu:
a. Penilaian pada Mana yang Lebih Rendah antara Harga Pokok atau Harga Pasar. Metode mana yang lebih rendah antara harga pokok atau harga pasar (lower-cost-or-market method, LCM) digunakan untuk menilai persediaan. Harga pasar, yang digunakan dalam LCM, adalah biaya untuk mengganti barang dagang pada tanggal persediaan. Nilai pasar ini didasarkan pada jumlah yang biasanya dibeli dari sumber pemasok yang biasa. Dalam menerapkan metode LCM, biaya dan biaya penggantian dapat ditentukan dengan salah satu dari tiga cara berikut. Biaya dan biaya penggantian (replacement cost) dapat ditentukan untuk :
• Setiap jenis barang dalam persediaan • Kelas atau kategori utama persediaan, dan • Persediaan secara keseluruhan
b. Penilaian pada Nilai Realisasi Bersih Barang dagang yang telah usang, rusak, cacat, atau yang hanya bisa dijual dengan harga di bawah harga pokok harus diturunkan nilainya. Barang dagang semacam ini harus dinilai dengan nilai realisasi bersih. Nilai realisasi bersih (net realizable) adalah estimasi harga jual dikurangi biaya pelepasan langsung, seperti komisi penjualan.
III. Metode Pencatatan Persediaan
Horngren et al. (1997:453-456) mengemukakan bahwa jenis usaha yang
berbeda memiliki kebutuhan informasi persediaan yang berbeda pula. Ada dua
sistem pencatatan persediaan yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1) Sistem Persediaan Perpetual Dalam sistem perpetual, perusahaan akan mencatat setiap mutasi yang terjadi pada persediaan barangnya. Jadi akun Persediaan akan selalu menunjukkan nilai persediaan pada setiap saat. Pencatatan secara perpetual berguna untuk menyediakan laporan bulanan, kuartalan, ataupun laporan interim, dimana perusahaan dapat langsung menentukan jumlah dan harga pokok persediaan yang dimilikinya tanpa harus menghitung persediaan fisik terlebih dahulu. Sistem persediaan perpetual juga memberikan tingkat pengendalian terhadap persediaan yang lebih akurat dibandingkan sistem periodik karena informasi mengenai persediaan dalam sistem perpetual selalu mencerminkan keadaan persediaan saat ini.
2) Sistem Persediaan Periodik Dalam sistem periodik, perusahaan tidak selalu mencatat mutasi yang terjadi pada persediaan yang dimilikinya. Akibatnya, pada akhir periode, perusahaan harus melakukan perhitungan secara fisik untuk mengetahui jumlah persediaan yang dimiliki pada saat itu. Jumlah persediaan tersebut akan dikalikan dengan unit biaya untuk mendapatkan harga pokok persediaan pada akhir periode. Angka inilah yang akan masuk ke dalam neraca. Angka ini juga digunakan untuk menghitung harga pokok penjualan. Sistem periodik disebut juga sistem fisik, karena sistem ini tergantung pada hasil perhitungan persediaan secara fisik pada setiap akhir periode. Sistem ini biasanya digunakan untuk mencatat persediaan yang nilainya tidak tinggi, karena dari segi biaya, mungkin tidak begitu menguntungkan untuk mempunyai catatan untuk setiap mutasi dari barang yang rendah nilainya.
Menurut Horngren et al. (1997:457) ”Dengan mempergunakan sistem pencatatan secara periodik maupun perpetual, perhitungan fisik akan menentukan besarnya biaya persediaan yang dimiliki perusahaan. Kuantitas dari persediaan yang dimiliki akan dikalikan dengan biaya per unit dari persediaan tersebut untuk menghitung biaya persediaan yang dimiliki perusahaan”.
Jumlah Persediaan yang Dimiliki x Biaya per Unit = Biaya Persediaan yang Dimiliki
Persedian merupakan salah satu pos modal kerja yang cukup penting karena
kebanyakan modal usaha berasal dari persediaan. Pada perusahaan dagang,
persediaan tersebut merupakan barang dagangan, sedangkan pada perusahaan
industri persediaan tersebut dapat berupa bahan mentah (raw material), barang
dalam proses (work in process), maupun barang jadi (finished goods). Kekurangan
atau kelebihan persediaan merupakan gejala yang kurang baik.
Universitas Sumatera Utara
Kekurangan dapat berakibat larinya pelanggan, sedangkan kelebihan
persediaan dapat berakibat pemborosan atau tidak efisien. Oleh karena itu,
manajemen persediaan berusaha agar jumlah persediaan yang ada dapat menjamin
kelancaran proses produksi. Dengan kata lain, total cost yang berhubungan
dengan persediaan dapat diminimalkan. Perhitungan total cost persediaan secara
keseluruhan dipengaruhi oleh faktor-faktor pembentuk biaya dari persediaan.
Menurut Yamit (2005:9), biaya-biaya yang timbul dalam persediaan yaitu :
I. Biaya pembelian (purchase cost) Yaitu, harga per unit apabila item dibeli dari pihak luar, atau biaya produksi per unit apabila diproduksi dalam perusahaan. Biaya per unit akan selalu menjadi bagian dari biaya item dalam persediaan. Untuk pembelian item dari luar, biaya per unit adalah harga beli ditambah biaya pengangkutan. Sedangkan untuk item yang diproduksi di dalam perusahaan, biaya per unit adalah termasuk biaya tenga kerja, bahan baku dan biaya overhead pabrik.
II. Biaya pemesanan (order cost/set up cost) Biaya yang berasal dari pembelian pesanan dari supplier atau biaya persiapan (set up cost) apabila item diproduksi di dalam perusahaan. Biaya ini diasumsikan tidak akan berubah secara langsung dengan jumlah pemesanan. Biaya pemesanan dapat berupa biaya membuat daftar permintan, menganalisis supplier, membuat pesanan pembelian, peneriman bahan, inspeksi bahan, dan pelaksanaan proses transaksi. Sedangkan biaya persiapan dapat berupa biaya yang dikeluarkan akibat perubahan proses produksi, pembuatan skedul kerja, persiapan sebelum produksi, dan pengecekan kualitas.
III. Biaya simpan (carrying cost/holding cost) Biaya yang dikeluarkan atas investasi dalam persediaan dan pemeliharaan maupun investasi sarana fisik untuk menyimpan persediaan. Biaya simpan dapat berupa : biaya modal, pajak, asuransi, pemindahan persediaan, keusangan dan semua biaya yang dikeluarkan untuk memelihara persediaan.
IV. Biaya kekurangan persediaan Konsekuensi ekonomis atas kekurangan dari luar maupun dari dalam perusahaan. Kekurangan dari luar tejadi apabila pesanan konsumen tidak dapat dipenuhi. Sedangkan kekurangan dari dalam terjadi apabila departemen tidak dapat memenuhi kebutuhan departemen yang lain. Biaya kekurangan dari luar dapat berupa biaya backorder, biaya kehilangan kesempatan menerima keuntungan. Biaya kekurangan dari dalam perusahaan dapat berupa penundaan pengiriman maupun idle kapasitas.
Universitas Sumatera Utara
Jika terjadi kekurangan atas permintaan suatu item, perusahaan harus melakukan backorder atau mengganti dengan item lain atau menbatalkan pengiriman. Dalam situasi sepeti ini bukan kerugian penjualan yang terjadi tetapi penundaan dalam pengiriman. Untuk mengatasi masalah ini secara khusus, perusahaan melakukan pembelian darurat atas item tersebut dan perusahaan akan menanggung biaya tambahan (extra cost) untuk pesanan khusus dapat berupa biaya pengiriman secara cepat, dan tambahan biaya pengepakan.
Para pemilik dan manajer berusaha keras untuk membuat persediaan barang-
barangnya secepat mungkin karena barang-barang yang tidak terjual akan
mengurangi laba. Makin cepat penjualan yang terjadi maka makin tinggi labanya,
yang berarti perusahaan mendapat tambahan aliran kas. Makin lambat
penjualannya, maka makin rendah labanya. Idealnya suatu usaha dapat beroperasi
tanpa adanya simpanan persediaan. Walaupun demikian, kebanyakan perusahaan,
harus mempunyai persediaan barang untuk pelanggannya. Para pedagang yang
berhasil akan membeli dengan hati-hati untuk tetap menjaga perputaran barang
yang diusahakannya tetap dalam tempo yang cepat.
IV. Perputaran Persediaan
Menurut Horngren, et al (1997:250) ” Perputaran Persediaan adalah rasio
antara harga pokok penjualan terhadap persediaan rata-rata menunjukkan seberapa
cepat persediaan tersebut dapat dijual”. Sedangkan menurut Waren, et al. (2005:
462) ”Perputaran persediaan (inventory turnover) mengukur hubungan antara
volume barang dagang yang dijual dengan jumlah persediaan yang dimiliki
selama periode berjalan. Rasio ini dihitung sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
ratarataPersediaanualanaPokokPenjHPersediaanPerputaran−
=arg
Persediaan rata-rata dapat dihitung dengan menggunakan angka-angka
mingguan, bulanan, atau tahunan. Untuk menyederhanakannya kita menentukan
persediaan rata-rata dengan membagi jumlah persediaan pada akhir dan awal
tahun dengan 2. Selama jumlah persediaan yang dimiliki sepanjang tahun stabil,
rata-rata ini akan cukup akurat bagi analisis kita. Besarnya hasil perhitungan
persediaan menunjukkan tingkat kecepatan persediaan menjadi kas atau piutang
dagang.
V. Likuiditas
1. Pengertian Likuiditas
Likuiditas mengacu pada ketersediaan sumber daya perusahaan untuk
memenuhi kebutuhan kas jangka pendek (Wild et al, 2005:185). Risiko likuiditas
perusahaan jangka pendek dipengaruhi oleh kapan arus kas masuk dan arus kas
keluar terjadi serta prospek arus kas untuk kinerja masa depan. Analisis likuiditas
diarahkan pada aktivitas operasi perusahaan, kemampuan untuk menghasilkan
keuntungan dari penjualan produk dan jasa, dan persyaratan serta ukuran modal
kerja.
Likuiditas perusahaan menunjukkan kemampuan untuk membayar kewajiban
finansial jangka pendek tepat pada waktunya (Sartono, 2001:116). Likuiditas
perusahaan ditunjukkan oleh besar kecilnya aktiva lancar yaitu aktiva yang mudah
Universitas Sumatera Utara
untuk diubah menjadi kas yang meliputi kas, surat berharga, piutang dan
persediaan.
Menurut Warsono (2001:34) ”Rasio-rasio likuiditas (liquidity ratios) adalah
suatu rasio keuangan yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya yang harus dipenuhi. Pada
prinsipnya, semakin tinggi rasio likuiditas, maka semakin baik kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
2. Rasio-rasio Likuiditas
Menurut Syahyunan (2004:83), rasio yang biasa digunakan untuk mengukur
likuiditas, yaitu Current Ratio, Quick Ratio, Cash Ratio, dan Net Working
Capital.
Beberapa rasio likuiditas adalah sebagai berikut:
1. Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio lancar = ancarKewajibanL
arAktivaLanc
Rasio ini menunjukkan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban-
kewajiban lancar. Besarnya hasil perhitungan rasio lancar menunjukkan besarnya
kewajiban lancar yang dijamin dengan aktiva lancar. Ini berarti semakin besar
rasio lancar, maka likuiditas perusahaan semakin tinggi. Rasio ini dapat dibuat
dalam bentuk berapa kali atau dalam bentuk persentasi. Apabila rasio lancar ini
1:1 atau 100%, artinya aktiva lancar harus jauh di atas jumlah kewajiban lancar.
Universitas Sumatera Utara
2.Rasio Cepat (Quick Ratio)
Rasio cepat =ancarKewajibanL
PersediaanarAktivaLanc −
Besarnya hasil perhitungan rasio cepat menunjukkan besarnya kewajiban
lancar yang dijamin dengan aktiva lancar di luar persediaan. Dengan karakteristik
bahwa aktiva lancar di luar persediaan relatif mudah dicairkan, maka jaminan
likuiditas perusahaan dengan indikator ini lebih dapat dipertanggungjawabkan.
Dengan demikian, semakin tinggi rasio cepat, faktor keamanan bagi perusahaan
untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
3.Rasio Kas (Cash Ratio)
Rasio kas =ancarKewajibanL
aSuratBerhKas arg+
Rasio ini menghitung kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban
jangka pendek dengan kas yang tersedia dan surat berharga (efek) yang segera
dapat diuangkan.
4. Modal Kerja Bersih (Net Working Capital)
Modal Kerja Bersih = Aktiva Lancar-Kewajiban Lancar
Modal kerja bersih digunakan untuk menghitung berapa kelebihan aktiva
lancar di atas hutang lancar.
Universitas Sumatera Utara
VI. Pengaruh Perputaran Persediaan terhadap Likuiditas
Persediaan sering kali merupakan bagian aktiva lancar yang cukup besar.
Persediaan merupakan investasi yang dibuat untuk tujuan memperoleh
pengembalian melalui penjualan kepada pelanggan. Sebagian besar perusahaan
mempertahankan tingkat persediaan tertentu. Jika persediaan tidak cukup, volume
penjualan akan turun di bawah tingkat yang dapat dicapai. Sebaliknya, persediaan
yang terlalu banyak menghadapkan perusahaan pada biaya penyimpanan,
asuransi, pajak, keusangan, dan kerusakan fisik. Hal itu berarti perusahaan harus
menambah alokasi dana untuk biaya-biaya yang telah disebutkan itu. Persediaan
yang terlalu besar juga menggunakan dana yang seharusnya dapat digunakan
secara lebih menguntungkan pada aktivitas lain.
Perputaran persediaan mengukur kecepatan rata-rata persediaan bergerak
keluar dari perusahaan. Semakin cepat persediaan dirubah menjadi barang dagang
yang nantinya akan dijual oleh perusahaan maka semakin cepat pula bagi
perusahaan untuk memperoleh aliran dana. Dana tersebut dalam bentuk kas atau
piutang merupakan bagian-bagian dari aktiva lancar yang kemudian akan
digunakan oleh perusahaan untuk kegiatan perusahaan yang lain dan untuk
memenuhi kewajiban lancarnya. Kemampuan aktiva lancar perusahaan untuk
memenuhi kewajiban lancarnya disebut likuiditas.
Baik buruknya kondisi likuiditas suatu perusahaan dapat diukur dengan
menggunakan rasio-rasio likuiditas. Rasio lancar merupakan rasio likuiditas yang
digunakan dalam penelitian ini. Rasio lancar dipengaruhi oleh aktiva lancar dan
Universitas Sumatera Utara
kewajiban lancar. Hal ini karena rasio lancar menunjukkan sejauh mana aktiva
lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar
Keadaan perputaran persediaan yang tinggi menimbulkan perusahaan akan
memperoleh aliran kas dari aktivitas penjualan. Hal itu berarti jumlah aktiva
lancar dalam perusahaan itu akan semakin besar karena diakibatkan oleh
penambahan kas dari hasil penjualan perusahaan. Besarnya aktiva lancar dalam
perusahaan tersebut akan mampu untuk menutupi kewajiban lancar perusahaan
tepat pada waktunya. Semakin besar aktiva lancar maka semakin besar pula
kewajiban lancar yang dapat dipenuhi sehingga likuiditas perusahaan
menunjukkan kondisi yang baik.
B.Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Hasil Penelitian terdahulu
Nama dan
Tahun
Judul
Penelitian
Variabel Penelitian Hasil Penelitian
Sumarni (2008)
Pengaruh Simpanan Deposito dan Kredit Jangka pendek Terhadap Likuiditas Pada BPR Arta Daya cabang Palur Karanganyar
Variabel Dependen : likuiditas , variabel independen : simpanan deposito, kredit jangka pendek, .
Membuktikan bahwa simpanan deposito dan kredit jangka pendek secara bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap tingkat likuiditas
J.Melda D Simamora (2007)
Pengaruh Perputaran Piutang terhadap
Variabel Dependen :rasio lancar,Variabel independen : perputaran piutang
Perputaran piutang berpengaruh positif dan kuat terhadap likuiditas perusahaan
Universitas Sumatera Utara
Likuiditas Perusahaan pada PT. Pertani (Persero) Wilayah Sumatera bagian Utara
C. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana
hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui
dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual akan menghubungkan secara
teoritis antara variabel-variabel penelitian yaitu varibel bebas dengan varibel
terikat.
Pentingnya likuiditas dapat dilihat dengan mempertimbangkan dampak yang
berasal dari ketidakmampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya. Kurangnya likuiditas menghalangi perusahaan untuk memperoleh
keuntungan atau kesempatan mendapatkan keuntungan. Untuk pemegang saham,
kurangnya likuiditas dapat mengakibatkan hilangnya pengendalian milik atau
kerugian investasi modal. Untuk kreditor perusahaan, kurangnya likuiditas
menyebabkan penundaan pembayaran bunga dan pokok pinjaman atau bahkan
tidak dapat ditagih sama sekali.
Keadaan likuiditas perusahaan dapat diukur dengan menggunakan rasio-rasio
likuiditas, dalam penelitian ini rasio yang digunakan yaitu rasio lancar. Rasio
lancar menunjukkan sejauh mana aktiva lancar suatu perusahaan mampu untuk
memenuhi kewajiban lancarnya tepat pada waktunya. Persediaan merupakan
Universitas Sumatera Utara
salah satu bagian aktiva lancar yang nantinya akan dirubah menjadi barang
dagang yang akan dijual kepada pihak lain.
Penjualan tersebut nantinya akan menghasilkan kas atau piutang bagi
perusahaan yang kemudian akan digunakan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban jangka pendeknya (kewajiban lancar). Sehingga semakin tinggi
perputaran persediaan berarti semakin cepat bagi perusahaan untuk memperoleh
aliran kas dan membantu perusahaan untuk meningkatkan likuiditas perusahaan
tersebut.
Yang menjadi kerangka konseptual penelitian ini adalah :
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Keterangan :
Variabel Bebas (X ): Perputaran Persediaan Variabel Terikat (Y): Likuiditas
D.Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara yang harus diuji kebenarannya atas suatu
penelitian yang dilakukan agar dapat mempermudah dalam menganalisis.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Ha : perputaran persediaan berpengaruh terhadap likuiditas pada perusahaan
barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Perputaran Persediaan (X)
Likuiditas (Y)
Universitas Sumatera Utara