pengaruh periode pelukaan pada penyadapan … · dpm e 2011-2012, panitia bcr tahun 2010, panitia...

49
PENGARUH PERIODE PELUKAAN PADA PENYADAPAN GETAH PINUS DENGAN METODE BOR DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT LINDA LESTARI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

Upload: vantuyen

Post on 09-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH PERIODE PELUKAAN PADA PENYADAPAN … · DPM E 2011-2012, Panitia BCR tahun 2010, Panitia TM tahun 2010 dan sebagai Asisten Praktikum Pengelolaan Hutan 2012 di Hutan Pendidikan

PENGARUH PERIODE PELUKAAN PADA PENYADAPAN

GETAH PINUS DENGAN METODE BOR DI HUTAN

PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI

JAWA BARAT

LINDA LESTARI

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

Page 2: PENGARUH PERIODE PELUKAAN PADA PENYADAPAN … · DPM E 2011-2012, Panitia BCR tahun 2010, Panitia TM tahun 2010 dan sebagai Asisten Praktikum Pengelolaan Hutan 2012 di Hutan Pendidikan

PENGARUH PERIODE PELUKAAN PADA PENYADAPAN

GETAH PINUS DENGAN METODE BOR DI HUTAN

PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI

JAWA BARAT

LINDA LESTARI

SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

Page 3: PENGARUH PERIODE PELUKAAN PADA PENYADAPAN … · DPM E 2011-2012, Panitia BCR tahun 2010, Panitia TM tahun 2010 dan sebagai Asisten Praktikum Pengelolaan Hutan 2012 di Hutan Pendidikan

RINGKASAN

Linda Lestari. E14080014. Pengaruh Periode Pelukaan Pada Penyadapan Getah

Pinus Dengan Metode Bor di Hutan Pendidikan Gunung Walat Kabupaten

Sukabumi Jawa Barat. Dibimbing oleh GUNAWAN SANTOSA

Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, permintaan getah pinus

pun semakin meningkat. Oleh karena itu, dibutuhkan berbagai cara untuk

meningkatkan produktivitas getah pinus tersebut, diantaranya adalah

penyempurnaan teknik sadapan. Selama ini teknik penyadapan yang sering

digunakan di Indonesia khususnya Hutan Pendidikan Gunung Walat adalah teknik

penyadapan metode koakan. Metode ini masih memiliki banyak kekurangan baik

dilihat dari segi produktivitas getah, kelestarian pohon dan kualitas getah terutama

jika dilihat dari kadar kotorannya.

Salah satu penyempurnaan teknik sadapan adalah dengan menggunakan

metode bor. Metode ini banyak memberi keuntungan diantaranya hasil

produktivitas getah yang tinggi, kualitas getah yang bersih dari kotoran dan luka

sadap yang berukuran kecil sehingga dapat meminimalisir serangan hama dan

penyakit dan kelestarian pohon dapat terjaga. Penggunaan stimulansia ETRAT

yang selama ini telah digunakan juga sangat diperlukan karena berfungsi untuk

merangsang dan memperlancar keluarnya getah.

Penelitian ini menggunakan 4 perlakuan yang berbeda yaitu perlakuan A

dengan periode pelukaan 3 hari tanpa diberi ETRAT, perlakuan B dengan periode

pelukaan 3 hari diberi ETRAT, perlakuan C dengan periode pelukaan 5 hari diberi

ETRAT dan perlakuan D dengan periode pelukaan 7 hari diberi ETRAT. Pohon

contoh yang digunakan untuk setiap perlakuan adalah sebanyak 20 pohon.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa periode pelukaan memberikan

pengaruh nyata terhadap produktivitas rata-rata getah pinus pada selang

kepercayaan 95% (α=0,05). Produktivitas rata-rata tertinggi pada perlakuan

periode pelukaan 3 hari diberi ETRAT sebesar 20,93 gram/bor/hari dan

produktivitas rata-rata terendah adalah pada periode pelukaan 7 hari diberi

ETRAT sebesar 16,12 gram/bor/hari. Sehingga terpilih waktu periode pelukaan

terbaik adalah 3 hari dengan diberi ETRAT.

Kata kunci : metode bor, periode pelukaan, produktivitas

Page 4: PENGARUH PERIODE PELUKAAN PADA PENYADAPAN … · DPM E 2011-2012, Panitia BCR tahun 2010, Panitia TM tahun 2010 dan sebagai Asisten Praktikum Pengelolaan Hutan 2012 di Hutan Pendidikan

SUMMARY

Linda Lestari. E14080014. Effects of Tapping Periods in Tapping Pine Resin with

a Drill Method in Gunung Walat University Forest Sukabumi, West Java.

Supervised by GUNAWAN SANTOSA

Along with the population increase, the demand for pine resin is also

increasing. Therefore, it is necessary to find ways to increase the productivity of

pine resin, such as improving tapping techniques. All this time, the tapping

technique that is often used in Indonesia, particularly in Gunung Walat University

Forest is the tapping technique of quarre method. However, this method still has

many shortcomings not only in terms of resin productivity but also the

sustainability of the trees and quality of the resin, especially when viewed from

the dirt content.

One of the improved tapping techniques is by using the drill method. This

method gives many advantages such as high resin productivity, resin quality

which is free from dirt and tap wounds so that pests and diseases can be

minimized and the preservation of trees can be maintained. The use of stimulant

ETRAT which has always been used so far is also very necessary as it serves to

stimulate and smoothens the release of the resin.

This research used four different treatments: treatment A with a period of 3

days without the addition of ETRAT, treatment B with a period of 3 days with the

addition of ETRAT, treatment C with a period of 5 days with the addition of

ETRAT, and treatment D with a period of 7 days with the addition of ETRAT.

The tree samples for each treatment used 20 trees.

The research result showed that the tapping period had a significant effect

on the productivity of the average pine resin at 95% confidence interval (a = 0,

05). The average productivity was the highest in the treatment of 3-day-tapping

period with the addition of ETRAT of 20.93 gram / drill / day and the lowest in

the period of 7 days with the addition of ETRAT of 16.12 g / drill / day.

Therefore, the optimal treatment that can be implemented at Gunung Walat

University Forest is 3 days tapping period with ETRAT.

Keywords: drill method, tapping period, productivity

Page 5: PENGARUH PERIODE PELUKAAN PADA PENYADAPAN … · DPM E 2011-2012, Panitia BCR tahun 2010, Panitia TM tahun 2010 dan sebagai Asisten Praktikum Pengelolaan Hutan 2012 di Hutan Pendidikan

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa karya ilmiah berjudul Pengaruh Periode

Pelukaan Pada Penyadapan Getah Pinus Dengan Metode Bor di Hutan Pendidikan

Gunung Walat Kabupaten Sukabumi Jawa Barat adalah benar-benar hasil karya

saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan

sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Semua

sumber data informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, November 2012

Linda Lestari

E14080014

Page 6: PENGARUH PERIODE PELUKAAN PADA PENYADAPAN … · DPM E 2011-2012, Panitia BCR tahun 2010, Panitia TM tahun 2010 dan sebagai Asisten Praktikum Pengelolaan Hutan 2012 di Hutan Pendidikan

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Pengaruh Periode Pelukaan Pada Penyadapan Getah Pinus

Dengan Metode Bor Di Hutan Pendidikan Gunung Walat

Kabupaten Sukabumi Jawa Barat

Nama : Linda Lestari

NIM : E14080014

Departemen : Manajemen Hutan

Menyetujui:

Dosen Pembimbing,

Dr. Ir. Gunawan Santosa, M.S

NIP. 19641102 198803 1 002

Mengetahui:

Ketua Departemen Manajemen Hutan

Fakultas Kehutanan IPB,

Dr. Ir. Didik Suharjito, M.S

NIP. 19630401 199403 1 001

Tanggal Lulus :

Page 7: PENGARUH PERIODE PELUKAAN PADA PENYADAPAN … · DPM E 2011-2012, Panitia BCR tahun 2010, Panitia TM tahun 2010 dan sebagai Asisten Praktikum Pengelolaan Hutan 2012 di Hutan Pendidikan

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini sebagai tugas

akhir yang berjudul Pengaruh Periode Pelukaan Pada Penyadapan Getah Pinus

Dengan Metode Bor di Hutan Pendidikan Gunung Walat Kabupaten Sukabumi

Jawa Barat dengan sebaik-baiknya. Karya ilmiah ini disusun sebagai salah satu

persyaratan kelulusan program mayor Strata Satu di Fakultas Kehutanan Institut

Pertanian Bogor.

Karya ini merupakan hasil penelitian di Hutan Pendidikan Gunung Walat,

Sukabumi pada bulan Mei 2012 sampai dengan Juli 2012. Kebutuhan akan getah

pinus semakin meningkat seiring dengan berjalannya waktu, untuk itu dibutuhkan

hasil sadapan getah pinus yang tinggi pula. Namun, peningkatan kuantitas getah

pinus ini juga harus diimbangi dengan cara penyadapannya yang tidak merusak

atau mematikan pohon pinus itu sendiri. Sehingga dipilihlah metode bor dengan

pemberian stimulansia organik dalam penyadapan getah pinus pada penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih banyak kekurangan karena

keterbatasan yang dimiliki. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi

pihak-pihak yang membutuhkan.

Bogor, November 2012

Penulis

Page 8: PENGARUH PERIODE PELUKAAN PADA PENYADAPAN … · DPM E 2011-2012, Panitia BCR tahun 2010, Panitia TM tahun 2010 dan sebagai Asisten Praktikum Pengelolaan Hutan 2012 di Hutan Pendidikan

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 26 Januari 1990 di Biak, Kabupaten Biak

Numfor, Provinsi Papua. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara,

pasangan bapak Dukut dan ibu Isparmini. Penulis memulai pendidikan Sekolah

Dasar Negeri Inpres Angkasa Biak pada tahun 1996 dan lulus tahun 2002.

Kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke SLTP Negeri 1 Biak pada tahun

2002 sampai tahun 2005. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke SMA

Negeri 1 Biak pada tahun 2005 sampai tahun 2008, selanjutnya pada tahun yang

sama penulis diterima sebagai Mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur

Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) di Departemen Manajemen Hutan,

Fakultas Kehutanan.

Selain aktif diperkuliahan, penulis juga aktif disejumlah organisasi

kemahasiswaan, yakni sebagai Sekretaris Komisi Informasi dan Komunikasi

DPM E 2011-2012, Panitia BCR tahun 2010, Panitia TM tahun 2010 dan sebagai

Asisten Praktikum Pengelolaan Hutan 2012 di Hutan Pendidikan Gunung Walat.

Selama pendidikan, penulis telah melaksanakan Praktek Pengenalan Ekosistem

Hutan (PPEH) di Sancang dan Kamojang, Jawa Barat, Praktek Pengelolaan Hutan

(PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi, Jawa Barat serta Praktek

Kerja Lapang (PKL) di PT. Suka Jaya Makmur Ketapang-Melawi, Kalimantan

Barat selama periode Februari-April sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar

Sarjana Kehutanan di Institut Pertanian Bogor, penulis menyelesaikan skripsi

dengan judul Pengaruh Periode Pelukaan Pada Penyadapan Getah Pinus Dengan

Metode Bor di Hutan Pendidikan Gunung Walat Kabupaten Sukabumi Jawa Barat

dibimbing oleh Dr. Ir. Gunawan Santosa, M.S.

Page 9: PENGARUH PERIODE PELUKAAN PADA PENYADAPAN … · DPM E 2011-2012, Panitia BCR tahun 2010, Panitia TM tahun 2010 dan sebagai Asisten Praktikum Pengelolaan Hutan 2012 di Hutan Pendidikan

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillahirabbil’alamin penulis memanjatkan puji dan syukur

kehadirat Allah SWT atas segala curahan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan karya ini sebagai tugas akhir. Penulis menyadari

bahwa karya ini tidak akan terwujud tanpa bantuan berbagai pihak. Penulis

mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ayahanda Dukut dan Ibunda

Isparmini, kakak Wahyuni Purwo Irjayanti, SE, adik Dody Setyawan dan sahabat

Grace Riani yang senantiasa memberikan inspirasi, dorongan moral dan material,

rasa kasih sayang serta do’anya. Selain itu penulis mengucapkan terima kasih dan

penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Dr. Ir. Gunawan Santosa, M.S selaku dosen pembimbing serta atas arahan,

nasehat dan bimbingannya dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.

2. Dr. Ir. Emi Karminarsih, M.S selaku moderator pada seminar hasil

penelitian, Dr. Ir. Achmad, M.S selaku dosen penguji sidang komprehensif

dan Dr. Ir. M. Buce Saleh, M.S selaku ketua sidang komprehensif atas

keluangan waktu dan saran yang telah diberikan.

3. Seluruh karyawan Hutan Pendidikan Gunung Walat yang telah memberikan

bantuan dalam pelaksanaan penelitian.

4. Supendi dan Uus Suhendar, S.Pd yang telah membantu dalam proses

pengambilan data.

5. Ika Nugraha Darmastuti, S.Hut dan Yaya Prudi Triyana yang telah

membantu dan memberikan semangat dalam peneltian.

6. Teman-teman satu bimbingan penelitian Eharapenta Tarigan, Nani

Wahyuni, Nidya Bella dan M. Zainur yang selalu memberikan semangat,

bantuan dan dukungan dalam penelitian.

7. Semua teman-teman seperjuangan Manajemen Hutan dan FAHUTAN

angkatan 45 yang telah memberikan bantuan, semangat dan dukungannya.

8. Itoh Khitotul, Willi Wulandari, Ulya Zulfa, Egi Mariah dan semua keluarga

kost Wisma Bintang B atas dukungan semangat dan kasih sayangnya.

9. Semua pihak yang telah membantu yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

Bogor, November 2012

Penulis

Page 10: PENGARUH PERIODE PELUKAAN PADA PENYADAPAN … · DPM E 2011-2012, Panitia BCR tahun 2010, Panitia TM tahun 2010 dan sebagai Asisten Praktikum Pengelolaan Hutan 2012 di Hutan Pendidikan

KATA PENGANTAR……………………………………………...........

DAFTAR ISI................................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ......................................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................

1.2 Tujuan ......................................................................................................................

1.3 Manfaat ....................................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentang Pohon Pinus merkusii ..............................................................

2.2 Pinus sebagai Penghasil Getah ..............................................................................

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Getah Pinus .....................................

2.4 Sistem Penyadapan Getah Pada Pinus ..................................................................

2.5 Peranan Zat Stimulansia .........................................................................................

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3. 1 Waktu dan Tempat .................................................................................................

3. 2 Alat dan Bahan .......................................................................................................

3. 3 Metode Pengumpulan Data ...................................................................................

3.3.1 Metode Pengumpulan Data Sekunder .......................................................

3.3.2 Metode Pengumpulan Data Primer ...........................................................

3.3.3 Penyadapan Pinus Dengan Metode Bor ....................................................

3.3.4 Rancangan Percobaan ...............................................................................

3.3.5 Analisis Data .............................................................................................

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Sejarah Pengelolaan Hutan Pendidikan Gunung Walat ......................................

4.2 Letak Geografis .......................................................................................................

4.3 Kondisi Fisik............................................................................................................

4.4 Kondisi Biotik .........................................................................................................

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Kondisi Lapangan Lokasi Penelitian ....................................................................

5.2 Produktivitas Getah Pinus Selama Penelitian……………………....

5.3 Pemilihan Periode Pembaharuan Luka .................................................................

DAFTAR ISI

Halaman

i

iv

vi

vii

viii

1

2

2

3

4

4

7

10

12

12

12

12

12

13

15

16

18

18

19

20

21

22

27

Page 11: PENGARUH PERIODE PELUKAAN PADA PENYADAPAN … · DPM E 2011-2012, Panitia BCR tahun 2010, Panitia TM tahun 2010 dan sebagai Asisten Praktikum Pengelolaan Hutan 2012 di Hutan Pendidikan

v

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ..............................................................................................................

6.2 Saran .........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................

LAMPIRAN…………………………………………………………......

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ..............................................................................................................

6.2 Saran .........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................

LAMPIRAN………………………………………………………….......

29

31

31

32

34

31

31

32

34

29

29

30

32

Page 12: PENGARUH PERIODE PELUKAAN PADA PENYADAPAN … · DPM E 2011-2012, Panitia BCR tahun 2010, Panitia TM tahun 2010 dan sebagai Asisten Praktikum Pengelolaan Hutan 2012 di Hutan Pendidikan

v

1. Bagan rancangan percobaan ............................................................................

2. Analisys of Variance (ANOVA) ......................................................................

3. Analisis ragam pengaruh berbagai perlakuan periode pelukaan

dan pemberian ETRAT ....................................................................................

4. Hasil Uji Duncan pengaruh berbagai perlakuan periode

pembaharuan luka dengan pemberian ETRAT ................................................

5. Analisis biaya setiap perlakuan penyadapan getah pinus ................................

Bagan rancangan percobaan ....................................................................... 16

6. Analisys of Variance (ANOVA) .................................................................. 16

7. Produktivitas rata-rata penyadapan pinus dengan empat

perlakuan (gram/bor/hari) .............................Error! Bookmark not defined.

8. Analisis ragam pengaruh berbagai perlakuan periode pelukaan

dan pemberian ETRAT .................................Error! Bookmark not defined.

9. Hasil Uji Duncan pengaruh berbagai perlakuan periode

pembaharuan luka dan pemberian ETRAT ..Error! Bookmark not defined.

10. Analisis biaya setiap perlakuan penyadapan getah pinusError! Bookmark not defined.

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

16

16

26

27

28

Page 13: PENGARUH PERIODE PELUKAAN PADA PENYADAPAN … · DPM E 2011-2012, Panitia BCR tahun 2010, Panitia TM tahun 2010 dan sebagai Asisten Praktikum Pengelolaan Hutan 2012 di Hutan Pendidikan

v

1. Teknik Penyadapan dengan Metode Bor ..........................................................

2. Lokasi penelitian dan pohon contoh penelitian di Blok

Cikatomas .........................................................................................................

3. Produktivitas rata-rata penyadapan getah pinus pada 4

perlakuan (gram/bor/hari) .................................................................................

4. Kecenderungan produktivitas rata-rata getah pinus setiap

panennya pada berbagai periode pelukaan (gram/bor/hari) .............................

5. Getah pinus pada berbagai periode pembaharuan luka ....................................

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

14

21

23

24

25

Page 14: PENGARUH PERIODE PELUKAAN PADA PENYADAPAN … · DPM E 2011-2012, Panitia BCR tahun 2010, Panitia TM tahun 2010 dan sebagai Asisten Praktikum Pengelolaan Hutan 2012 di Hutan Pendidikan

v

1. Produktivitas rata-rata penyadapan getah pinus pada 4

perlakuan (gram/bor/hari) ...............................................................................

2. Hasil Analisis dan Uji Duncan.........................................................................

3. Dokumentasi Penelitian ...................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

33

34

35

Page 15: PENGARUH PERIODE PELUKAAN PADA PENYADAPAN … · DPM E 2011-2012, Panitia BCR tahun 2010, Panitia TM tahun 2010 dan sebagai Asisten Praktikum Pengelolaan Hutan 2012 di Hutan Pendidikan

2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hutan merupakan salah satu sumber kekayaan negara dan bangsa, baik

ditinjau dari aspek ekonomi, sosial budaya dan lingkungan. Hingga saat ini masih

banyak masyarakat yang sumber penghidupannya masih bergantung pada hutan,

oleh karena itu kelangsungan dan kelestarian hutan sangat bergantung pada

tindakan manusia dalam memanfaatkan sumberdaya hutan tersebut.

Pemanfaatan sumber daya hutan baik Hasil Hutan Kayu maupun Hasil

Hutan Bukan Kayu (HHBK) harus dikelola sebaik-baiknya agar mendapatkan

hasil yang maksimal. Getah Pinus merupakan salah satu HHBK yang memiliki

permintaan dan nilai jual yang cukup tinggi. Hasil olahan getah pinus terdiri dari

gondorukem dan terpentin. Gondorukem memiliki banyak kegunaan, antara lain

sebagai bahan pembuat sabun, bahan pelapis, tinta printer, batik dan cat

sedangkan terpentin dapat digunakan sebagai bahan pengencer cat, vernis dan

pembersih lantai.

Produksi gondorukem yang dihasilkan di Indonesia pada tahun 2011 adalah

90.000 ton. Produksi ini akan terus meningkat seiring bertambahnya jumlah

penduduk hal ini didukung oleh target produksi gondorukem pada tahun 2013

sebesar 102.000 ton (Wdidhi 2012). Pemenuhan target ini diikuti dengan

meningkatnya permintaan getah pinus. Oleh karena itu, dibutuhkan cara untuk

meningkatkan produktivitas getah pinus antara lain adalah dengan

penyempurnaan teknik sadapan. Teknik penyadapan yang selama ini dilakukan di

Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) adalah penyadapan getah pinus dengan

metode koakan (quarre). Metode koakan masih memiliki banyak kekurangan baik

dilihat dari segi produktivitas getah, kelestarian pohon pinus dan kualitas getah

terutama jika dilihat dari kadar kotorannya maka diperlukan penyempurnaan

metode sadapan dengan metode bor.

Penggunaan metode bor pada sadapan pinus ini diharapkan dapat memenuhi

kebutuhan industri pengguna getah pinus dan dapat menjaga kelestarian pohon

pinus karena menurut Soetomo (1971) kualitas getah yang dihasilkan lebih baik

daripada sistem koakan demikian juga dengan kuantitasnya, sistem bor

Page 16: PENGARUH PERIODE PELUKAAN PADA PENYADAPAN … · DPM E 2011-2012, Panitia BCR tahun 2010, Panitia TM tahun 2010 dan sebagai Asisten Praktikum Pengelolaan Hutan 2012 di Hutan Pendidikan

2

menghasilkan 20 gram/lubang/hari, interval sadapan lebih panjang dari sistem

koakan, tidak rentan penyakit karena luka yang dibuat lebih kecil, selain itu

penambahan stimulansia ETRAT pada luka sadap yang selama ini digunakan di

HPGW juga sangat diperlukan karena stimulansia ini berfungsi untuk merangsang

dan memperlancar keluarnya getah.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini, yaitu:

1. Mengetahui produktivitas penyadapan getah pinus menggunakan

metode bor dengan pemberian stimulansia ETRAT

2. Mengetahui pengaruh periode pelukaan terhadap produktivitas

penyadapan getah pinus dengan metode bor

1.3 Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif suatu teknik

penyadapan getah pinus untuk menjaga kelestarian produksi getah dan pohon

pinus selain itu diharapkan dapat memberi solusi kepada penyadap pinus agar

pendapatan dari hasil sadapan pinus dapat meningkat karena kuantitas dan

kualitas getah yang didapat lebih tinggi. Bagi pengelola Hutan Pendidikan

Gunung Walat penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan menjadi

bahan masukan dalam pemilihan metode penyadapan getah pinus dan pemilihan

periode pelukaan yang tepat. Bagi peneliti penelitian ini diharapkan berguna

sebagai informasi dan sebagai bahan acuan dalam mengambil suatu keputusan

untuk suatu kasus nyata yang terkait atau lainnya.

Page 17: PENGARUH PERIODE PELUKAAN PADA PENYADAPAN … · DPM E 2011-2012, Panitia BCR tahun 2010, Panitia TM tahun 2010 dan sebagai Asisten Praktikum Pengelolaan Hutan 2012 di Hutan Pendidikan

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentang Pohon Pinus merkusii

Pinus merkusii termasuk dalam famili Pinaceae dengan nama lainnya Pinus

sumatrana Jungh. Pinus memiliki nama lokal yang berbeda-beda diantaranya

tusam (Indonesia), uyam (Aceh), son son bai (Thailand), mindero pine (Philipina)

dan tenasserim pine (Inggris) (Hidayat dan Hansen 2001).

Pinus merkusii Jung et de Vriese pertama kali ditemukan dengan nama

tusam di daerah Sipirok, Tapanuli Selatan oleh seorang ahli botani Jerman–Dr. F.

R. Junghuhn–pada tahun 1841. Jenis ini tergolong jenis cepat tumbuh dan tidak

membutuhkan persyaratan khusus. Keistimewaan jenis ini antara lain merupakan

satu-satunya jenis pinus yang menyebar secara alami ke selatan khatulistiwa

sampai melewati 2 ° LS (Harahap 1995).

Tinggi Pinus merkusii Jungh et de Vriese dapat mencapai 20-40 meter.

Daunnya dalam berkas dua dan berkas jarum (sebetulnya adalah tunas yang

sangat pendek yang tidak pernah tumbuh) pada pangkalnya dikelilingi oleh suatu

sarung dari sisik yang berupa selaput tipis panjangnya sekitar 0,5 cm. Bunga

jantan panjangnya sekitar 2 cm, pada pangkal tunas yang muda, bertumpuk seperti

bulir. Bunga betina berkumpul dalam jumlah kecil pada ujung tunas muda,

silindris dan sedikit berbangun telur, kerapkali bengkok. Sisik kerucut buah

dengan perisai ujung berbentuk jajaran genjang, akhirnya merenggang, kerucut

buah panjangnya 7−10 cm. Biji pipih berbentuk bulat telur, panjangnya 6−7 mm,

pada tepi luar dengan sayap besar, mudah lepas (Steenis 2003).

Jenis Pinus merkusii memiliki bentuk batang bulat, lurus dengan kulit

berwarna coklat tua, kasar dan beralur dalam serta memiliki tekstur halus dan licin

saat diraba, memiliki permukaan mengkilap berwarna coklat kuning muda dan

memiliki serat lurus dan memiliki tinggi rata-rata 25−35 m dengan tajuk bundar.

Berdasarkan karakteristik tempat tumbuhnya, Pinus merkusii dapat tumbuh pada

ketinggian bervariasi antara 200−2000 mdpl dan dapat tumbuh dengan baik pada

ketinggian diatas 400 mdpl dengan rata-rata curah hujan 1500−4000 mm/th. Jenis

Pinus merkusii dapat tumbuh pada tempat kering maupun basah dengan iklim

Page 18: PENGARUH PERIODE PELUKAAN PADA PENYADAPAN … · DPM E 2011-2012, Panitia BCR tahun 2010, Panitia TM tahun 2010 dan sebagai Asisten Praktikum Pengelolaan Hutan 2012 di Hutan Pendidikan

4

panas atau dingin dan dapat tumbuh secara optimal pada daerah yang memiliki

curah hujan sepanjang tahun (Siregar 2000, diacu dalam Natalia 2010).

2.2 Pinus sebagai Penghasil Getah

Getah pinus adalah semacam oleoresin yaitu campuran senyawa komplek

resin dan terpentin berupa cairan kental dan lengket, bening atau buram. Oleoresin

ini larut dalam alkohol, benzene, eter dan banyak pelarut lainnya, tetapi tidak larut

dalam air (Sumadiwangsa et al. 1999).

Menurut Wibowo (2006) getah pinus merupakan campuran asam-asam

resin yang larut dalam pelarut netral atau pelarut organik non polar seperti eter

dan heksan. Getah pinus terdapat pada saluran resin (interseluler). Pada kayu daun

jarum terdapat dua macam saluran resin, yaitu saluran resin normal dan saluran

resin traumatis yang terbentuk akibat pelukaan dalam kayu. Getah pinus terdapat

pada saluran resin atau celah-celah antar sel. Saluran tersebut sering disebut

saluran interseluler. Saluran ini terbentuk baik ke arah memanjang batang

diantara sel-sel trakeida maupun ke arah melintang dalam jaringan jari-jari kayu.

Fakultas kehutanan IPB (1989) menyatakan bahwa getah atau resin

terbentuk sebagai akibat proses metabolisme sekunder dalam pohon. Getah

berfungsi untuk melindungi sel-sel yang sedang tumbuh, memacu aktivitas

pertumbuhan untuk penutupan luka mekanis jika terjadi serangan hama serta

penyakit.

Getah pinus mampu menghasilkan manfaat berupa gondorukem dan

terpentin. Kegunaan dari gondorukem adalah sebagai bahan vernis, bahan

pembuat sabun, bahan pembuat batik, bahan solder, tinta printer, cat dan lain-lain.

Terpentin bisa digunakan sebagai bahan pengencer cat dan vernis, bahan pelarut

lilin dan bahan pembuatan kamper sintesis.

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Getah Pinus

Menurut Sumadiwangsa (2000), faktor yang mempengaruhi produktivitas

getah pinus adalah:

a. Faktor dalam (genotip, umur, kondisi dan diameter pohon)

b. Faktor luar yaitu elevasi, bonita (kesuburan), iklim (curah hujan, suhu,

kelembaban), kelerengan dan lingkungan jarak tanam

Page 19: PENGARUH PERIODE PELUKAAN PADA PENYADAPAN … · DPM E 2011-2012, Panitia BCR tahun 2010, Panitia TM tahun 2010 dan sebagai Asisten Praktikum Pengelolaan Hutan 2012 di Hutan Pendidikan

5

c. Faktor perlakuan seperti metode penyadapan, jumlah pembaharuan luka,

pemakaian bahan stimulan (kadar dan dosis), keterampilan penyadap

kebijaksanaan dan Sumber Daya Manusia.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan ternyata bahwa pohon pinus

umur 16 tahun dengan kadar stimulan 20% dapat meningkatkan produksi getah

sebesar 33%, sedangkan untuk umur 26 tahun kadar stimulan 15% dapat

meningkatkan produksi getah sebanyak 50% (Yusnita dan Setyawan 2000).

Produktivitas getah pinus dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain

faktor dari dalam pohon itu sendiri seperti jenis, diameter dan umur tegakan.

Menurut Wibowo (2006) pengaruh getah pohon pinus berhubungan dengan

diameter pohon. Dengan adanya pertumbuhan diameter pohon, maka volume

kayu gubal semakin besar. Oleh karena itu semakin besar volume kayu gubal,

maka saluran getah yang terkandung pada pohon pinus akan semakin banyak dan

produksi getah pinus akan semakin meningkat. Produktivitas getah pinus juga

dipengaruhi oleh faktor tempat tumbuh pohon dan perlakuan yang diberikan

terhadap pohon seperti cara penyadapannya

Berdasarkan penelitian Litbang Kehutanan (1996), getah pinus sebagai hasil

dari proses metabolisme pohon, produksinya sangat dipengaruhi oleh berbagai

faktor yang berpengaruh terhadap pohon itu sendiri. Faktor-faktor tersebut antara

lain:

1. Faktor Biologi Pohon

a. Jenis pohon

Produksi getah berbeda menurut jenis, misalnya Pinus caribaea

menghasilkan getah yang lebih banyak dengan kerak yang menempel

pada pohon lebih sedikit daripada Pinus palustris. Pinus khasya dapat

memproduksi getah sebanyak 7 kg/pohon/tahun, sedangkan Pinus

merkusii 6 kg/pohon/tahun.

b. Umur tegakan

Menurut Priyanto (1994) diacu dalam penelitian Litbang Kehutanan

(1996), umur dan bonita tegakan mempunyai pengaruh nyata terhadap

produksi getah pinus. Perum Perhutani juga baru melaksanakan

penyadapan setelah pohon umur 10 tahun (kelas umur III) dan

Page 20: PENGARUH PERIODE PELUKAAN PADA PENYADAPAN … · DPM E 2011-2012, Panitia BCR tahun 2010, Panitia TM tahun 2010 dan sebagai Asisten Praktikum Pengelolaan Hutan 2012 di Hutan Pendidikan

6

dinyatakan bahwa produksi getah pada kelas umur V-VI telah mulai

menurun.

c. Diameter dan tinggi pohon

Bidang dasar atau diameter pohon, tinggi pohon dan jarak antar pohon

(populasi) berpengaruh nyata terhadap produksi getah Pinus merkusii.

Dari ketiga peubah tersebut, diameter pohon mempunyai pengaruh

paling besar.

2. Faktor Tempat Tumbuh

Proses fisiologis internal dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan

silvikultur serta potensi keturunan pohon.

a. Ketinggian tempat

Tinggi tempat dari permukaan laut mempengaruhi produksi getah

Pinus merkusii. Tinggi tempat mempengaruhi suhu dan intensitas

cahaya semakin tinggi tempatnya dari permukaan laut, suhu semakin

rendah demikian juga intensitas cahaya. Rendahnya intensitas cahaya

ini karena kelerengan dan adanya awan yang sering menutupi

matahari. Hal yang demikian, akan mempengaruhi laju metabolisme

dan asimilasi untuk selanjutnya akan mempengaruhi produksi getah.

b. Iklim

Musim panas akan memberikan hasil yang lebih tinggi karena suhu

dan intensitas cahaya lebih besar, tetapi karena panas yang terus

menerus menyebabkan getah cepat kering dan aliran getah dapat

berhenti. Cuaca yang dingin dapat memperlambat aliran getah, karena

saluran getah dapat tersumbat oleh getah yang beku.

3. Faktor Perlakuan Terhadap Pohon

Produksi getah pinus dipengaruhi oleh perlakuan manusia terhadap

pohon maupun tegakannya, seperti sistem penyadapan, arah sadap dan

penggunaan larutan kimia sebagai perangsang dalam penyadapan. Perlakuan

terhadap tegakan yang mempengaruhi produksi getah adalah penjarangan.

a. Metode Sadapan

Penyadapan tanpa asam (stimulansia), lebih baik daripada dengan

menggunakan asam sulfat dalam penyadapan sistem quarre.

Page 21: PENGARUH PERIODE PELUKAAN PADA PENYADAPAN … · DPM E 2011-2012, Panitia BCR tahun 2010, Panitia TM tahun 2010 dan sebagai Asisten Praktikum Pengelolaan Hutan 2012 di Hutan Pendidikan

7

Penggunaan asam hanya dapat mempengaruhi waktu pembaharuan

koakan (quarre) dari tiga hari menjadi enam hari dan bukan untuk

meningkatkan produksi. Kerusakan pada pemakaian asam dapat

terlihat jelas dalam penyadapan bentuk koakan yaitu pada kayu yang

mengering dan kulit yang merekah terpisah antara kayu dan kulitnya.

b. Arah Sadapan

Koakan yang menghadap ke timur akan menghasilkan getah yang

lebih banyak karena mendapatkan cahaya yang lebih cepat dan lebih

lama. Karena suhu yang lebih tinggi dengan intensitas cahaya yang

lebih banyak maka getah tidak cepat menggumpal.

c. Penjarangan Pohon

Penjarangan adalah perlakuan silvikultur terhadap tegakan hutan yang

dibangun untuk menghasilkan kondisi pohon dalam pertumbuhan

yang baik. Pada kondisi pohon yang baik akan menghasilkan kayu

maupun getah pinus yang baik pula sehingga yang menjadi perhatian

utama adalah tegakan dan bukan hasil produksi penjarangan.

Pohon yang ditebang saat penjarangan adalah pohon yang terserang

hama atau penyakit, bentuknya jelek, tertekan, yang abnormal,

jaraknya terlalu rapat dengan pohon lain dan tanaman selain pokok

yang mengganggu tanaman pokok. Pada umumnya penjarangan

dilakukan setiap 5 tahun sekali.

2.4 Sistem Penyadapan Getah Pada Pinus

Soetomo (1971) menyatakan ada tiga sistem penyadapan yang digunakan

dalam menyadap getah pinus, yaitu:

1. Sistem koakan (quarre system)

Keuntungan dalam sistem koakan antara lain:

a. Alat yang digunakan mudah didapat, murah dan mudah diaplikasikan

b. Pelaksanaan kerja lebih efisien

Kerugian dalam sistem koakan antara lain:

a. Mengingat bentuk dan ukuran alat yang besar dan kasar dengan

penanganan oleh pekerja yang tidak tetap koakan umumnya terlalu

dalam dan lebar sehingga membahayakan kelestarian produksi

Page 22: PENGARUH PERIODE PELUKAAN PADA PENYADAPAN … · DPM E 2011-2012, Panitia BCR tahun 2010, Panitia TM tahun 2010 dan sebagai Asisten Praktikum Pengelolaan Hutan 2012 di Hutan Pendidikan

8

b. Getah yang dihasilkan tercampur kotoran karena penampung selalu

terbuka

c. Luka yang lebar mudah terserang penyakit

2. Sistem bor

Keuntungan sistem bor ini antara lain:

a. Kualitas getah yang dihasilkan lebih baik daripada sistem koakan

demikian juga dengan kuantitasnya. Sistem bor menghasilkan 20

gram/lubang/hari

b. Interval sadapan lebih panjang dari sistem koakan

c. Tidak rentan penyakit, karena luka yang dibuat lebih kecil

Sedangkan untuk kekurangan dari sistem bor ini adalah:

a. Tenaga yang diperlukan lebih banyak dari sistem koakan

b. Alat yang diperlukan lebih mahal

3. Sistem Amerika

Penyadapan getah pinus dengan menggunakan sistem Amerika

dilakukan dengan dua cara, yaitu sistem Amerika dengan perlakuan

permukaan dan sistem Amerika asam sulfat.

Perbedaan sistem Amerika asam sulfat dengan sistem Amerika

dengan perlakuan permukaan terletak pada kedalaman luka dan

penggunaan bahan kimia, yaitu asam sulfat (H2SO4). Luka sadap

berbentuk V pada sistem Amerika dengan perlakuan permukaan memiliki

kedalaman luka 2-5 cm sedangkan untuk sistem Amerika asam sulfat

hanya 1 cm.

Sistem penyadapan getah pinus di Indonesia yang biasa digunakan adalah

dengan menggunakan sistem penyadapan koakan dengan jumlah koakan lebih

dari satu dalam satu pohon, namun sistem penyadapan dengan menggunakan

sistem koakan masih memiliki kelemahan, diantaranya produktivitas rata-rata

getah yang dihasilkan rendah yaitu 8,30 gram/quarre/hari data berdasarkan

penelitian Darmastuti (2011), bagian luka yang terbuka relatif besar, getah yang

tertampung banyak terdapat kotoran karena tempurung penampung yang selalu

terbuka dan kualitas gondorukem yang dihasilkan rendah. Selain itu menurut Adhi

(2006), kelemahan-kelemahan lain dalam sistem koakan ini adalah alat sadap

Page 23: PENGARUH PERIODE PELUKAAN PADA PENYADAPAN … · DPM E 2011-2012, Panitia BCR tahun 2010, Panitia TM tahun 2010 dan sebagai Asisten Praktikum Pengelolaan Hutan 2012 di Hutan Pendidikan

9

yang sederhana dan tenaga yang berbeda-beda menyebabkan luka terlalu dalam,

dikhawatirkan kelestarian produksi getah dan pohon kurang terjaga.

Berdasarkan alasan tersebut maka digunakan metode bor pada penyadapan

pinus yang memiliki keunggulan, diantaranya bagian luka sadap yang terbuka

relatif kecil, sehingga diharapkan dapat meminimalisir terserangnya bahaya

penyakit atau hama dan kebakaran dan kelestarian produksi getah dan pohon lebih

terjamin serta produktivitas rata-rata getah yang dihasilkan dengan metode bor

lebih besar dari pada dengan menggunakan sistem koakan. Menurut Wibowo

(2006) dengan menggunakan metode bor getah yang keluar akan lebih cepat

karena getah-getah tersebut tidak beraksi dengan udara bebas sehingga

pembekuan getah dapat dikurangi.

Disamping memiliki keunggulan, penggunaan metode bor dalam penelitian

ini juga memiliki kelemahan diantaranya alat penyadapan yang masih manual

sehingga tenaga yang dibutuhkan untuk menyadap harus besar, serta tenaga

penyadap harus merupakan tenaga yang tetap karena dibutuhkan keahlian khusus

dalam menyadap untuk mengurangi tingkat kerusakan mata bor yang digunakan,

selain itu alat bor manual yang susah didapat dan harganya yang relatif mahal dan

pengaplikasian alat bor manual yang susah di lapang.

Menurut Sumantri dan Endom (1989) dalam upaya peningkatan produksi

getah pinus, Perum Perhutani secara intensif terus melakukan sadapan baru

disamping melakukan juga percobaan baru untuk mencari sistem sadap yang lebih

tepat, dalam arti penyadapan yang dilakukan mampu mendapatkan hasil getah

yang lebih banyak sedang kerusakan batang akibat sadapan sekecil mungkin.

Dengan pola sadapan seperti itu diharapkan batang pohon yang diperoleh masih

dalam keadaan mulus di saat pemanenan dan dengan demikian dapat memberikan

nilai yang tinggi.

Penyadapan getah tusam pada umumnya dilakukan dengan cara koakan

(quarre) baik dengan maupun tanpa bahan perangsang (stimulant). Selain itu,

telah banyak dilakukan percobaan penyadapan dengan cara lain, seperti cara rill

dan cara bor. Agaknya suatu cara atau teknik penyadapan belum tentu cocok

secara menyeluruh pada semua lokasi penyadapan. Sebagai contoh di daerah

Sumedang dan Sukabumi, cara koakan memberi hasil sadap yang lebih tinggi

Page 24: PENGARUH PERIODE PELUKAAN PADA PENYADAPAN … · DPM E 2011-2012, Panitia BCR tahun 2010, Panitia TM tahun 2010 dan sebagai Asisten Praktikum Pengelolaan Hutan 2012 di Hutan Pendidikan

10

dibanding cara rill (Mardikanto dan Tobing 1996, diacu dalam Sudrajat et al.

2002).

2.5 Peranan Zat Stimulansia

Menurut Sumadiwangsa (2000) dalam penyadapan getah pinus bahan

perangsang yang digunakan macamnya adalah beragam, tetapi komponen

utamanya adalah asam sulfat atau asam nitrat atau campurannya. Kedua asam

tersebut termasuk asam kuat dan oksidator kuat yang dapat merusak kulit

manusia, kayu dan lingkungan. Campuran kedua asam tersebut akan

mengeluarkan ion natrium (NO2+) dan mono hidrogen sulfat (HSO4

-). Kedua ion

ini selain mengganggu lingkungan juga diduga (terutama bila overdosis) akan

mengganggu kelangsungan hidup pohon dan akan mengubah komponen kimia

getah. Karenanya penggunaan asam ini patut dikaji ulang penggunaan sebagai

bahan perangsang.

Penggunaan stimulansia dapat berfungsi sebagai perangsang terbentuknya

ethylene pada tanaman dan selanjutnya menaikkan tekanan osmosis serta tekanan

turgor yang menyebabkan aliran getah bertambah cepat dan lebih lama. Ethylene

pada hakekatnya adalah suatu hormon pertumbuhan yang banyak berperan dalam

perubahan suatu tanaman, antara lain terjadi perubahan dalam membran yang

permeabel dari dinding saluran getah sehingga selama ada aliran getah, air masuk

saluran getah dan jaringan-jaringan disekitarnya. ETRAT mengandung Zat

Pengatur Tumbuh (ZPT) yaitu ethylene dan stimulansia organik dalam satu

larutan (asam organik). Ethylene adalah senyawa berbentuk gas, senyawa ini

dapat memaksa pematangan buah menyebabkan daun tanggal dan penuaan.

Tanaman sering meningkatkan produksi ethylene sebagai respon terhadap stress

dan sebelum mati. Penggunaan stimulan tidak meningkatkan kandungan getah

yang ada, tetapi membuat celah dinding sel yang terhidrolisis dan akibat pelukaan

tetap terbuka sehingga getah terus mengalir keluar (Santosa 2011).

Produksi getah dalam pohon dapat ditingkatkan dengan memberikan

rangsangan terhadap proses metabolisme dalam sel dan struktur jaringan lainnya.

Bahan-bahan yang dapat berfungsi memberi rangsangan tadi bisa berupa bahan-

bahan kimiawi atau bentuk perlakuan mekanis pada pohon. Peranan stimulansia

dalam hal ini adalah membantu produksi resin sehingga jumlahnya dalam pohon

Page 25: PENGARUH PERIODE PELUKAAN PADA PENYADAPAN … · DPM E 2011-2012, Panitia BCR tahun 2010, Panitia TM tahun 2010 dan sebagai Asisten Praktikum Pengelolaan Hutan 2012 di Hutan Pendidikan

11

meningkat, namun adakalanya stimulansia tersebut menimbulkan dampak yang

kurang menguntungkan baik terhadap jumlah dan kualitas resin yang keluar

maupun terhadap kondisi jaringan sel-sel penghasil resin itu sendiri (Fakultas

Kehutanan IPB 1989).

Page 26: PENGARUH PERIODE PELUKAAN PADA PENYADAPAN … · DPM E 2011-2012, Panitia BCR tahun 2010, Panitia TM tahun 2010 dan sebagai Asisten Praktikum Pengelolaan Hutan 2012 di Hutan Pendidikan

12

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3. 1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2012 dan

bertempat di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) kabupaten Sukabumi,

Jawa Barat.

3. 2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bor manual,

mata bor berukuran 5/8 inchi, plastik ukuran 12x30 cm, sprayer, pipa paralon

berukuran 5/8 inchi, paku, palu, golok, timbangan digital, pita ukur 150 cm, tali

rafia, fiber, tally sheet, alat tulis, spidol permanen, kalkulator, Software SAS v9,

pohon Pinus (Pinus merkusii ) dan ETRAT 12.40.

3. 3 Metode Pengumpulan Data

3.3.1 Metode Pengumpulan Data Sekunder

Pengumpulan data penelitian berupa sejarah Hutan Pendidikan Guning

Walat, letak dan luas areal, keadaan lokasi serta kondisi tegakan. Pengumpulan

data ini diperoleh dari hasil wawancara dan informasi berupa arsip dari pihak

pengelola HPGW.

3.3.2 Metode Pengumpulan Data Primer

Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara menyadap 80 pohon pinus

dengan menggunakan metode bor dan pemberian ETRAT selama 35 hari. Pohon

contoh dibagi ke dalam empat perlakuan, yaitu:

a. Perlakuan A: periode pelukaan 3 hari tanpa pemberian ETRAT sebanyak

20 pohon

b. Perlakuan B: periode pelukaan 3 hari dengan pemberian ETRAT sebanyak

20 pohon

c. Perlakuan C: periode pelukaan 5 hari dengan pemberian ETRAT sebanyak

20 pohon

d. Perlakuan D: periode pelukaan 7 hari dengan pemberian ETRAT sebanyak

20 pohon

Penyemprotan ETRAT pada luka bidang sadap dilakukan berdasarkan

periode pelukaan untuk masing masing perlakuan sebanyak 1ml/pelukaan. Total

Page 27: PENGARUH PERIODE PELUKAAN PADA PENYADAPAN … · DPM E 2011-2012, Panitia BCR tahun 2010, Panitia TM tahun 2010 dan sebagai Asisten Praktikum Pengelolaan Hutan 2012 di Hutan Pendidikan

13

sadapan yang diperoleh selama 35 hari akan diperhitungkan dalam satuan

gram/bor/hari.

Penentuan pohon contoh dilakukan dengan pertimbangan:

a. Diameter pohon pinus > 30 cm

b. Keadaan topografi tempat tumbuh pohon pinus seragam atau berada pada

satu hamparan yang sama

c. Pohon contoh yang layak digunakan dalam penelitian, yaitu:

Penentuan pohon contoh yang layak digunakan diperoleh melalui pengamatan

pendahuluan. Pengamatan pendahuluan ini dilakukan dengan memberikan

perlakuan periode pelukaan dan pengambilan getah setiap 3 hari tanpa

pemberian stimulansia ETRAT selama 10 hari. Pengamatan pendahuluan ini

menggunakan 100 pohon pinus yang kemudian akan ditentukan 80 pohon

pinus yang layak digunakan pada 4 perlakuan dalam penelitian ini, sehingga

untuk setiap perlakuan mempunyai 20 pohon contoh. Penentuan 80 pohon

contoh dilakukan dengan cara mengurutkan produktivitas rata-rata getah

pinus 100 pohon pinus dari yang terkecil sampai yang terbesar kemudian

menghilangkan 20 pohon contoh yang memiliki produktivitas rata-rata cukup

ekstrim karena produktivitas yang dihasilkan terlalu kecil atau terlalu besar.

Selanjutnya 80 pohon contoh yang akan digunakan tersebut disebar secara

sistematis dan merata ke semua perlakuan sehingga masing-masing perlakuan

mewakili setiap kelas produktivitas getah pinus dari yang terkecil sampai

yang terbesar.

3.3.3 Penyadapan Pinus Dengan Metode Bor

Prosedur kerja dibagi kedalam beberapa tahapan utama yaitu:

1. Persiapan lokasi penyadapan, alat dan bahan

a. Persiapan alat-alat sadap yaitu bor manual, mata bor, plastik, pipa

paralon, tali rafia, pita ukur, sprayer, ETRAT dan alat tulis

b. Pembersihan lapangan sekitar pohon pinus dan pengikisan kulit

batang pohon pinus yang akan disadap

c. Pemberian nomor urut pohon pinus yang akan disadap dengan fiber

2. Penyadapan pinus dengan menggunakan metode bor

Page 28: PENGARUH PERIODE PELUKAAN PADA PENYADAPAN … · DPM E 2011-2012, Panitia BCR tahun 2010, Panitia TM tahun 2010 dan sebagai Asisten Praktikum Pengelolaan Hutan 2012 di Hutan Pendidikan

14

Langkah-langkah teknis pelaksanaan penyadapan pinus dengan metode

bor adalah sebagai berikut:

a. Pengeboran awal pada batang pinus dengan ketinggian 20 cm di atas

permukaan tanah

b. Pada saat melakukan pengeboran kedalaman yang harus dicapai dari

hasil pengeboran adalah 2−3 cm pada bagian gubal kayu dengan

kemiringan pengeboran sebesar 30 °

c. Penyemprotan ETRAT untuk beberapa perlakuan pada bidang sadap

yang telah dilukai

d. Pemasangan pipa paralon dan plastik bening sebagai wadah hasil

sadapan. Plastik bening kosong/bersih yang akan digunakan sebagai

wadah terlebih dahulu dilakukan penimbangan

e. Pembuatan luka sadapan baru pada ketinggian 5 cm di atas luka

sadapan lama dengan metode pengeboran sama seperti di awal. Hal ini

dilakukan agar luka sadapan baru tidak bersinggungan dengan luka

sadapan sebelumnya

Gambar 1 Teknik Penyadapan dengan Metode Bor.

3. Perlakuan yang diberikan pada masing-masing pohon

Periode pelukaan dengan pemberian ETRAT disesuaikan dengan

perlakuan yang diberikan untuk masing-masing pohon contoh, pemberian

ETRAT untuk 1 luka sadapan sebanyak 1 ml

4. Pengukuran berat getah pinus

Page 29: PENGARUH PERIODE PELUKAAN PADA PENYADAPAN … · DPM E 2011-2012, Panitia BCR tahun 2010, Panitia TM tahun 2010 dan sebagai Asisten Praktikum Pengelolaan Hutan 2012 di Hutan Pendidikan

15

Getah yang dihasilkan dalam plastik penampung ditimbang dengan

menggunakan alat timbangan digital lalu dilakukan perhitungan berat

bersih getah pinus dengan formulasi sebagai berikut:

BG = BGP – BP

Keterangan:

BG = Berat bersih getah pinus (gram)

BGP = Berat getah pinus dalam plastik (gram)

BP = Berat bersih plastik (gram)

3.3.4 Rancangan Percobaan

Adapun rancangan percobaan yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah Rancangan Acak Lengkap (Completely Randomize Design) dimana

respon tersebut terdiri dari berbagai 4 macam periode pelukaan yaitu:

a. Perlakuan A: periode pelukaan 3 hari tanpa pemberian ETRAT

b. Perlakuan B: periode pelukaan 3 hari dengan pemberian ETRAT

c. Perlakuan C: periode pelukaan 5 hari dengan pemberian ETRAT

d. Perlakuan D: periode pelukaan 7 hari dengan pemberian ETRAT

Model persamaan rancangan acak lengkap yang digunakan sebagai berikut:

Yij = µ + τ + εij

Keterangan:

i = perlakuan A, B, C dan D

j = 1, 2, 3,... sd 20

Yij = pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan pohon contoh ke-j

µ = nilai rataan umum

τ = pengaruh perlakuan ke-i

εijk = pengaruh acak pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

Page 30: PENGARUH PERIODE PELUKAAN PADA PENYADAPAN … · DPM E 2011-2012, Panitia BCR tahun 2010, Panitia TM tahun 2010 dan sebagai Asisten Praktikum Pengelolaan Hutan 2012 di Hutan Pendidikan

16

Tabel 1 Bagan rancangan percobaan

Ulangan

Pohon Contoh

Periode Pembaharuan Luka Sadapan

A B C D

1 YA1 YB1 YC1 YD1

2 YA2 YB2 YC2 YD2

3 YA3 YB3 YC3 YD3

4 YA4 YB4 YC4 YD4

5 YA5 YB5 YC5 YD5

…. …. …. …. ….

20 YA20 YB20 YC20 YD20

Total YA YB YC YD

Rata-rata YA/Σj YB/Σj YC/Σj YD/Σj

3.3.5 Analisis Data

Pengaruh faktor perlakuan berdasarkan periode pembaharuan luka terhadap

peningkatan produktivitas getah pinus dapat dilakukan dengan analisis ragam atau

Analysis of Variance (ANOVA) pada selang kepercayaan 95% (α = 0,05).

Tabel 2 Analisys of Variance (ANOVA)

Sumber

Keragaman

Derajat Bebas

(dB)

Jumlah Kuadrat

(JK)

Kuadrat Tengah

(KT) Fhit

Perlakuan t-1 JKR KTR KTR/KTS

Sisa t(r-1) JKS KTS

Total tr-1 JKT

Hipotesis:

Pengujian terhadap pengaruh periode pembaharuan luka

H0 : τ1 = τ2 = …….τi = 0

H1 : sekurangnya ada satu τi ≠ 0

Terima H0 : Perbedaan taraf perlakuan tidak memberikan pengaruh nyata

terhadap respon percobaan pada selang kepercayaan 95% (α=0,05)

Terima H1 : Sekurangnya ada taraf perlakuan yang memberikan pengaruh nyata

terhadap respon percobaan pada selang kepercayaan 95% (α=0,05)

Page 31: PENGARUH PERIODE PELUKAAN PADA PENYADAPAN … · DPM E 2011-2012, Panitia BCR tahun 2010, Panitia TM tahun 2010 dan sebagai Asisten Praktikum Pengelolaan Hutan 2012 di Hutan Pendidikan

17

Hasil uji F-hitung yang diperoleh dari ANOVA dibandingkan dengan F-tabel

pada selang kepercayaan 95% (α = 0,05) dengan kaidah:

1. Jika F-hitung < F-tabel maka H0 diterima, H1 ditolak sehingga perlakuan

memberikan pengaruh tidak nyata terhadap produktivitas getah pinus pada

selang kepercayaan 95% (α = 0,05)

2. Jika F-hitung > F-tabel, maka H0 ditolak, H1 diterima sehingga perlakuan

memberikan pengaruh nyata terhadap produktivitas getah pinus pada selang

kepercayaan 95% (α = 0,05)

Apabila perlakuan memberikan pengaruh nyata terhadap produktivitas getah

pinus, maka dilakukan pengujian kembali dengan Uji Duncan menggunakan

Software SAS v9 untuk mengetahui perlakuan mana yang paling baik digunakan

dalam meningkatkan produktivitas getah pinus.

Page 32: PENGARUH PERIODE PELUKAAN PADA PENYADAPAN … · DPM E 2011-2012, Panitia BCR tahun 2010, Panitia TM tahun 2010 dan sebagai Asisten Praktikum Pengelolaan Hutan 2012 di Hutan Pendidikan

18

BAB IV

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Sejarah Pengelolaan Hutan Pendidikan Gunung Walat

Pada tahun 1963 merupakan tahun berdirinya Fakultas Kehutanan Institut

Pertanian Bogor bersamaan dengan berdirinya Institut Pertanian Bogor (IPB).

Pada tahun 1967 dilakukan kerjasama antara IPB dan Pemerintah Daerah Tingkat

I Jawa Barat, Direktorat Jenderal Kehutanan dan Departemen Pertanian untuk

mengusahakan areal Gunung Walat menjadi hutan pendidikan yang dibina oleh

Fakultas Kehutanan IPB.

Pada tahun 1969 diterbitkan Surat Keputusan Kepala Jawatan Kehutanan

Daerah Tingkat I Jawa Barat No. 7041/IV/69 tertanggal 14 Oktober 1969 yang

menyatakan bahwa Kompleks Hutan Gunung Walat seluas 359 ha ditunjuk

sebagai Hutan Pendidikan yang pengelolaannya diserahkan kepada IPB.

Pada tahun 1973 diterbitkan Surat Keputusan Direktorat Jenderal Kehutanan

No. 291/DS/73 tertanggal 24 Januari 1973 tentang Pengelolaan Hutan Pendidikan

Gunung Walat dan tanggal 9 Februari dilakukan penandatanganan surat perijinan

pinjam pakai tanah hutan Gunung Walat sebagai Hutan Pendidikan oleh Kepala

Dinas Kehutanan Jawa Barat dengan Rektor IPB.

Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 008/Kpts/DII/73

maka kemudian IPB mendapat hak pakai atas Komplek Hutan Pendidikan

Gunung Walat dan pada tahun 1992 Menteri Kehutanan menerbitkan Surat

Keputusan No. 687/Kpts-II/92 tentang penunjukan Komplek Hutan Gunung

Walat menjadi Hutan Pendidikan.

Pada tahun 2005, Menteri Kehutanan menerbitkan Surat Keputusan No.

188/Menhut-II/2005 tertanggal 8 Juli 2005 tentang penunjukan dan penetapan

kawasan Hutan Produksi Terbatas Kompleks Hutan Pendidikan Gunung Walat

seluas 359 ha sebagai kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (HDTK) untuk

jangka waktu 20 tahun.

4.2 Letak Geografis

Secara geografis Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) terletak antara

6°53’35” sampai 6°55’10” Lintang Selatan dan 106°47’50” sampai 106°51’30”

Bujur Timur. Secara administrasi pemerintahan terletak dalam wilayah

Page 33: PENGARUH PERIODE PELUKAAN PADA PENYADAPAN … · DPM E 2011-2012, Panitia BCR tahun 2010, Panitia TM tahun 2010 dan sebagai Asisten Praktikum Pengelolaan Hutan 2012 di Hutan Pendidikan

19

Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi, sedangkan secara administratif

kehutanan termasuk dalam wilayah Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan Gede

Barat, Kesatuan Pemangkuan Hutan Sukabumi, Perum Perhutani Unit III Jawa

Barat dan Banten dengan luas wilayah 359 ha, terdiri dari tiga blok yaitu Blok

Timur (Cikatomas) seluas 120 ha, Blok Barat (Cimenyan) seluas 125 ha, dan Blok

Tengah (Tangkalak) seluas 114 ha.

Batas wilayah Hutan Pendidikan Gunung Walat antara lain :

Utara : Desa Batununggul dan Desa Sekarwangi

Timur : Desa Cicantayan dan Cijati

Selatan : Desa Hegarmanah

Barat : Desa Hegarmanah

4.3 Kondisi Fisik

Menurut Fakultas Kehutanan (2010) berdasarkan peta tanah Gunung Walat

skala 1 : 10.000 tahun 1981, jenis tanah Gunung Walat adalah keluarga lotosol

merah kekuningan, latosol coklat, podsolik merah kekuningan dan Latosol.

Keadaan ini menunjukkan bahwa tanah di Hutan Pendidikan Gunung Walat

bersifat heterogen. Tanah latosol merah kekuningan adalah jenis tanah yang

terbanyak sedangkan di daerah berbatu hanya terdapat tanah latosol, dan di daerah

lembah terdapat tanah podsolik.

Klasifikasi iklim Hutan Pendidikan Gunung Walat menurut Schmidt dan

Ferguson termasuk tipe iklim hujan B (basah) dengan nilai Q = 14,3 %-33%, suhu

udara minimum 20° pada malam hari dan suhu maksimum 30° pada siang hari

dengan rata-rata curah hujan tahunan 1600-4400 mm. Topografi bervariasi dari

landai sampai bergelombang terutama di bagian selatan, sedangkan bagian utara

memiliki topografi yang semakin berat.

Hutan Pendidikan Gunung Walat merupakan bagian dari pegunungan yang

berderet dari timur ke barat. Bagian selatan merupakan daerah yang bergelombang

mengikuti punggung-punggung bukit yang memanjang dan melandai dari utara ke

selatan. Bagian tengah terdapat puncak dengan ketinggian 676 mdpl dengan

topografi agak curam (15-25%) sampai sangat curam (>40%).

Daerah aliran sungai yang terdapat di areal Hutan Pendidikan Gunung

Walat antara lain anak sungai Cipereu, Citangkalak, Cikabayan, Cikatomas dan

Page 34: PENGARUH PERIODE PELUKAAN PADA PENYADAPAN … · DPM E 2011-2012, Panitia BCR tahun 2010, Panitia TM tahun 2010 dan sebagai Asisten Praktikum Pengelolaan Hutan 2012 di Hutan Pendidikan

20

Legok Pusar. Pada bagian selatan dari areal Gunung Walat terdapat anak sungai

yang terus mengalir.

4.4 Kondisi Biotik

Di dalam Hutan Pendidikan Gunung Walat terdapat hutan tanaman yang

dibangun sejak tahun 1951/1952 dengan jenis tanaman damar (Agathis

loranhtifolia). Saat ini penutupan hutan di Hutan Pendidikan Gunung Walat telah

mencapai lebih dari 95 % dengan berbagai jenis tanaman, yaitu damar (Agathis

lorantifolia), pinus (Pinus merkusii), puspa (Schima wallichii), kayu afrika

(Maesopsis eminii), mahoni (Swietenia macrophylla), rasamala (Altingia excelsa),

sono (Dalbergia latifolia), Gliricidae sp, jeunjing (Paraserianthes falcataria),

meranti (Shorea sp) dan mangium (Acacia mangium) (Fakultas Kehutanan IPB

2012).

Menurut Fakultas Kehutanan IPB (2010), Potensi hutan tanaman

berdasarkan hasil inventarisasi hutan tahun 1984 adalah sebanyak 10.855 m3

kayu agathis lorantifolia (Damar), 9.471 m3 kayu Pinus merkusii (Pinus), 464 m

3

Schima wallichii (puspa), 132 m3 Paraserianthes falcataria (sengon) dan 88 m

3

kayu Swietenia macrophylla (mahoni). Tanaman Damar dan Pinus merkusii telah

menghasilkan getah kopal dan getah pinus.

Jenis-jenis satwa liar yang banyak dijumpai antara lain musang, monyet

ekor panjang (Macaca fascicularis), bajing, babi hutan (Sus scrofa) dan beberapa

jenis burung seperti elang jawa, empirit dan kutilang serta jenis reptilian seperti

ular dan bunglon. Di kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat terdapat gua alam

yang terbentuk dari batuan karst yang dikembangkan sebagai objek rekreasi

spesiologi.

Page 35: PENGARUH PERIODE PELUKAAN PADA PENYADAPAN … · DPM E 2011-2012, Panitia BCR tahun 2010, Panitia TM tahun 2010 dan sebagai Asisten Praktikum Pengelolaan Hutan 2012 di Hutan Pendidikan

21

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Kondisi Lapangan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam satu blok, yaitu di petak penelitian permanen

teknologi penyadapan getah pinus (blok Cikatomas) dengan total luas areal 2,5 ha

dan pada ketinggian 726−737 mdpl. Keadaan topografi dipilih sama atau seragam

untuk semua perlakuan.

Gambar 2 Lokasi penelitian dan pohon contoh penelitian di blok Cikatomas.

Keadaan pohon untuk masing-masing perlakuan sudah pernah disadap

sebelumnya. Pemilihan pohon dirancang secara acak untuk setiap perlakuan

dengan komposisi produktivitas getah beragam mulai dari terkecil hingga terbesar

yang disebar secara sistematis dan merata untuk setiap perlakuan. Pemilihan

pohon berdasarkan kelas diameter yang telah ditentukan, yaitu >30 cm dan

merupakan pohon sehat. Dalam pemilihan pohon contoh dilakukan penelitian

pendahuluan untuk mengetahui kemampuan pohon dalam mengeluarkan getah

yang akan menjadi pertimbangan dalam pemilihan pohon contoh. Penelitian

pendahuluan dilakukan sebanyak 3 kali panen dengan periode pelukaan 3 hari

tanpa diberi ETRAT selama 10 hari dan menggunakan 100 pohon contoh. Getah

yang didapat untuk setiap kali panen ditimbang dengan menggunakan timbangan

digital, setelah 3 kali panen produktivitas getah dihitung rata-ratanya perpohon.

Apabila ada pohon yang sedikit sekali mengeluarkan getah atau terlalu banyak

mengeluarkan getah maka pohon tersebut tidak akan terpilih sebagai pohon

contoh. Jumlah pohon yang digunakan sebanyak 20 pohon contoh untuk masing-

masing perlakuan sehingga total pohon yang digunakan adalah 80 pohon pinus.

Page 36: PENGARUH PERIODE PELUKAAN PADA PENYADAPAN … · DPM E 2011-2012, Panitia BCR tahun 2010, Panitia TM tahun 2010 dan sebagai Asisten Praktikum Pengelolaan Hutan 2012 di Hutan Pendidikan

22

5.2 Produktivitas Getah Pinus Selama Penelitian

Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 4 perlakuan

berdasarkan perbedaan periode pelukaan, yaitu perlakuan A dengan periode

pelukaan 3 hari tanpa diberi ETRAT (kontrol), perlakuan B dengan periode

pelukaan 3 hari dengan diberi ETRAT, perlakuan C dengan periode pelukaan 5

hari dengan diberi ETRAT dan perlakuan D dengan periode pelukaan 7 hari

dengan diberi ETRAT. Masing-masing periode menunjukkan jumlah hari pada

saat getah akan dipanen. Penelitian ini dilakukan selama 35 hari sehingga untuk

periode 3 hari pelukaan dilakukan 11 kali panen, untuk periode pelukaan 5 hari

dilakukan 7 kali panen dan untuk periode pelukaan 7 hari dilakukan 5 kali panen.

Meskipun pengulangan panennya berbeda-beda, namun satuan yang menjadi

acuan dalam perhitungan adalah gram/bor/hari.

Selain menggunakan metode bor peningkatan hasil sadapan getah pinus

dapat dilakukan dengan penambahan ETRAT yang selama ini sudah digunakan di

HPGW. Penambahan ETRAT dilakukan dengan cara menyemprotkan ETRAT ke

luka sadap pada setiap kali pengeboran. Menurut Santosa (2011) ETRAT

merupakan formulasi terbaru, dimana formulasi tersebut mengandung ZPT

(ethylene) dan asam organik dalam satu larutan. Dengan demikian ETRAT

mempunyai dua fungsi, yaitu merangsang keluarnya getah dan memperlancar

keluarnya getah. ETRAT 12.40 yang digunakan dalam penelitian ini diproduksi

oleh CV. Permata Hijau Lestari dengan komposisi 100 ppm ethylene dan 150 ppm

asam sitrat dan dijual dengan harga Rp 12.000/liter. Bahan kimia yang terkandung

dalam ETRAT 12.40 ini tidak berbahaya baik bagi kesehatan para penyadap,

kondisi pohon yang disadap dan lingkungan sekitar (Putri 2011).

Hasil penelitian menunjukkan produktivitas getah pinus yang berbeda-beda

pada setiap perlakuannya. Secara umum produktivitas rata-rata penyadapan getah

pinus berdasarkan perlakuan dan periode waktu pembaharuan luka dapat dilihat

pada Gambar 3.

Page 37: PENGARUH PERIODE PELUKAAN PADA PENYADAPAN … · DPM E 2011-2012, Panitia BCR tahun 2010, Panitia TM tahun 2010 dan sebagai Asisten Praktikum Pengelolaan Hutan 2012 di Hutan Pendidikan

23

12.31

0

5

10

15

20

25

A B C D

A = Kontrol

B = Pelukaan 3 hari

C = Pelukaan 5 hari

D = Pelukaan 7 hari

Gambar 3 Produktivitas rata-rata penyadapan getah pinus pada 4 perlakuan

(gram/bor/hari).

Berdasarkan Gambar 3 terlihat rata-rata produktivitas hasil sadapan getah

pinus yang paling banyak adalah periode pelukaan 3 hari dengan diberi ETRAT

yaitu sebesar 20,93 gram/bor/hari. Produktivitas rata-rata getah terendah dengan

pemberian ETRAT didapat pada periode pelukaan 7 hari yaitu 16,12

gram/bor/hari dan untuk produksi getah pinus rata-rata terendah adalah perlakuan

kontrol periode pelukaan 3 hari tanpa pemberian ETRAT dengan rata-rata

produktivitas getah sebanyak 12,31 gram/bor/hari. Periode pelukaan 3 hari dengan

pemberian ETRAT menghasilkan produktivitas rata-rata getah yang tinggi

dibanding dengan periode lainnya. Hal ini dikarenakan pelukaan dengan

pemberian ETRAT yang lebih sering dilakukan.

Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa semakin lama waktu periode

pembaharuan luka maka semakin menurun rata-rata produktivitas getah pinus

yang didapat. Berdasarkan data Gambar 3 terjadi peningkatan produktivitas getah

pinus pada periode pelukaan yang sama yaitu 3 hari dengan perlakuan diberi dan

tidak diberi tambahan stimulansia ETRAT atau kontrol sebesar 70,02%.

Berdasarkan hasil penelitian penyadapan pinus dengan menggunakan

metode bor menghasilkan getah yang berkualitas bagus berdasarkan penampakan

fisiknya karena tidak terdapat kotoran sehingga kualitas gondorukem yang

dihasilkan nantinya juga bagus. Getah yang keluar dari batang langsung

disalurkan oleh pipa paralon kedalam wadah penampung plastik sehingga kadar

kotoran yang bercampur dengan getah sedikit bahkan tidak ada. Lubang sadap

20.93

17.40 16.12

12,31

Page 38: PENGARUH PERIODE PELUKAAN PADA PENYADAPAN … · DPM E 2011-2012, Panitia BCR tahun 2010, Panitia TM tahun 2010 dan sebagai Asisten Praktikum Pengelolaan Hutan 2012 di Hutan Pendidikan

24

yang diberi pipa paralon ini bertujuan agar udara tidak langsung kontak dengan

bidang sadapannya sehingga getah akan mengalir lebih lama kedalam wadah

plastik penampung getah karena suhu udara akan mempengaruhi cepat lambatnya

pembekuan getah. Suhu yang rendah akan menghambat aliran getah pada bidang

sadapan dikarenakan getah yang cepat membeku.

Pelukaan awal pada pohon pinus menyebabkan stress pada batang yang

mempengaruhi metabolisme sekunder. Metabolisme sekunder ini akan

merangsang keluarnya getah untuk memperbaiki sel-sel yang luka atau untuk

menutup luka. Produktivitas rata-rata getah yang dihasilkan dalam setiap

panennya berbeda-beda. Untuk mengetahui grafik kecenderungan produktivitas

rata-rata penyadapan getah pinus dalam setiap panennya dapat dilihat pada

Gambar 4.

Gambar 4 Kecenderungan produktivitas rata-rata getah pinus setiap panennya

pada berbagai periode pelukaan (gram/bor/hari).

Pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa produktivitas rata-rata getah untuk

setiap kali panennya dari masing-masing periode pelukaan berbeda-beda. Terlihat

bahwa terjadi pola kecenderungan peningkatan dan penurunan produktivitas getah

pinus yang dihasilkan. Hal ini berkaitan dengan proses kerja stimulansia ETRAT

yang diberikan dan proses metabolisme sekunder pohon pinus itu sendiri.

Menurut Santosa (2011) produktivitas yang masih rendah pada awal periode

penyadapan sampai dengan 12 hari disebabkan pemberian Zat Pengatur Tumbuh

Page 39: PENGARUH PERIODE PELUKAAN PADA PENYADAPAN … · DPM E 2011-2012, Panitia BCR tahun 2010, Panitia TM tahun 2010 dan sebagai Asisten Praktikum Pengelolaan Hutan 2012 di Hutan Pendidikan

25

memerlukan waktu untuk mempengaruhi metabolisme sekunder. Ethylene yang

terkandung dalam Zat Pengatur Tumbuh membutuhkan waktu untuk merubah

bentuk dari cair menjadi gas di dalam jaringan tanaman. Setelah itu proses untuk

membangkitkan ethylene di dalam tanaman pun memerlukan waktu hingga

tercapainya proses metabolisme sekunder (pembentukan getah) dapat berjalan

dengan stabil.

Produksi getah pada perlakuan periode pelukaan 3 hari dengan disemprot

ETRAT menunjukkan hasil yang tinggi dan penurunan produksi getahnya pun

tidak terlalu besar dari produksi sebelumnya untuk setiap kali panennya jika

dibandingkan dengan hasil produksi getah per panen ketiga perlakuan lainnya.

Kontrol Periode pelukaan 3 hari

Periode pelukaan 5 hari Periode pelukaan 7 hari

Gambar 5 Getah pinus pada berbagai periode pelukaan.

Page 40: PENGARUH PERIODE PELUKAAN PADA PENYADAPAN … · DPM E 2011-2012, Panitia BCR tahun 2010, Panitia TM tahun 2010 dan sebagai Asisten Praktikum Pengelolaan Hutan 2012 di Hutan Pendidikan

26

Pada Gambar 5 terlihat pebedaan warna untuk setiap perlakuan. Semakin

lama waktu periode pelukaan maka warna getah akan semakin putih dan

bertekstur menggumpal seperti gula pasir. Hal ini menunjukkan adanya

pembekuan atau penggumpalan jika getah disimpan terlalu lama dalam suatu

wadah.

Menurut Santosa (2011) getah yang dihasilkan oleh Pinus merkusii

digolongkan sebagai oleoresin yang merupakan cairan asam-asam resin (asam

abietat, asam pimarat dan lainnya) hasil metabolisme sekunder di dalam tanaman.

Fungsi getah di dalam tanaman adalah:

1. Perlindungan terhadap sel-sel yang sedang tumbuh

2. Memacu aktivitas pertumbuhan untuk penutupan luka mekanis maupun

jika terjadi serangan hama serta penyakit

Untuk mengetahui pengaruh berbagai perlakuan periode pembaharuan luka

dengan pemberian ETRAT terhadap produktivitas penyadapan getah pinus, maka

dilakukan pengolahan statistik terhadap data hasil pengukuran. Analisis data

dilakukan dengan menggunakan analisis ragam untuk rancangan acak lengkap

satu faktor yaitu faktor perlakuan dengan ulangan yang sama.

Tabel 3 Analisis ragam pengaruh berbagai perlakuan periode pelukaan dan

pemberian ETRAT

Sumber

keragaman db Jumlah kuadrat

(JK)

Kuadrat tengah

(KT) Fhit F0,05

Perlakuan 3 759,59 253,19 *5,24 2,75

Sisa 76 3670,02 48,29

Total 79 4429,62 *Nyata = Fhitung > Ftabel

Hasil pengujian analisis ragam atau Analysis Of Variance (ANOVA)

menunjukkan bahwa setiap perlakuan mempunyai pengaruh nyata terhadap rata-

rata produktivitas getah pinus yang dihasilkan pada tingkat kepercayaan 95% (α =

0,05). Hal ini ditunjukkan dengan nilai F hitung sebesar 5,24 lebih besar daripada

F tabel pada tingkat nyata 0,05 yang bernilai 2,75. Oleh karena pengaruh periode

pembaharuan luka dan pemberian ETRAT berpengaruh nyata terhadap

produktivitas getah pinus, maka analisis dilanjutnya dengan Uji Duncan yang

disajikan pada Tabel 4.

Page 41: PENGARUH PERIODE PELUKAAN PADA PENYADAPAN … · DPM E 2011-2012, Panitia BCR tahun 2010, Panitia TM tahun 2010 dan sebagai Asisten Praktikum Pengelolaan Hutan 2012 di Hutan Pendidikan

27

Tabel 4 Hasil Uji Duncan pengaruh berbagai perlakuan periode pembaharuan

luka dengan pemberian ETRAT

No Perlakuan Rata-rata Produktivitas

(gram/bor/hari)

Hasil Uji Duncan

1 Kontrol 12,31

c

2 Pelukaan 3 hari 20,93

a

3 Pelukaan 5 hari 17,40

b

4 Pelukaan 7 hari 16,12

b

Hasil Uji Duncan membandingkan pengaruh antar perlakuan dilihat dari

produktivitas rata-rata getah. Pada Tabel 4 hasil Uji Duncan menunjukkan bahwa

perlakuan 3, 5 dan 7 hari pelukaan sangat berbeda nyata dengan perlakuan kontrol

yang memiliki nilai produktivitas rata-rata paling rendah. Akan tetapi, pada

perlakuan 5 dan 7 hari pelukaan berada pada hasil Uji Duncan yang sama, hasil

ini menunjukkan bahwa antar kedua perlakuan tersebut tidak berbeda nyata.

5.3 Pemilihan Periode Pembaharuan Luka

Berdasarkan Tabel 4 hasil Uji Duncan terlihat bahwa periode pelukaan 3

hari dengan ETRAT hasilnya lebih nyata dibandingkan dengan ketiga perlakuan

lainnya. Produktivitas rata-rata yang dihasilkannya juga sangat besar, yaitu 20,93

gram/bor/hari sangat berbeda jauh dengan produktivitas rata-rata pada perlakuan 3

hari tanpa ETRAT sebesar 12,32 gram/bor/hari.

Selain Uji Duncan terhadap produktivitas rata-rata getah pinus perhitungan

analisis biaya juga perlu dilakukan untuk mengatahui pendapatan dari masing-

masing perlakuan. Hasil analisis biaya untuk setiap perlakuan berbeda-beda

tergantung dari hasil sadapan getah yang didapat. Dalam menghitung analisis

biaya, data yang dibutuhkan adalah harga stimulansia ETRAT yang digunakan,

upah penyadap yang diberikan dan hasil penjualan getah. Berikut akan disajikan

tabel analisis biaya untuk setiap perlakuan penyadapan getah pinus.

Page 42: PENGARUH PERIODE PELUKAAN PADA PENYADAPAN … · DPM E 2011-2012, Panitia BCR tahun 2010, Panitia TM tahun 2010 dan sebagai Asisten Praktikum Pengelolaan Hutan 2012 di Hutan Pendidikan

28

Tabel 5 Analisis biaya setiap perlakuan penyadapan getah pinus

Perlakuan

Total getah

pinus selama

penelitian

(gram)

Upah

Penyadap

(Rp)

Penggunaan

ETRAT

(ml)

Biaya

ETRAT

(Rp)

Penjualan

Getah

(Rp)

Pendapatan

(Rp)

1 2 3 4 5

A 8.128 13.004 0 0 65.024 52.019

B 13.816 22.105 220 2.640 110.528 85.782

C 12.182 19.491 140 1.680 97.456 76.284

D 11.285 18.056 100 1.200 90.280 71.024

Keterangan:

1 = upah penyadap Rp 1.600/kg x total getah yang didapat selama penelitian/1000

2 = penggunaan ETRAT 12.40 selama penelitian

3 = penggunaan ETRAT/1.000 x harga ETRAT 12.40 Rp 12.000/liter

4 = total getah yang didapat selama penelitian/1.000 x harga jual getah pinus Rp 8.000/kg

5 = penjualan getah – (Biaya ETRAT + Upah penyadap)

Dari Tabel 5 analisis biaya setiap perlakuan periode pembaharuan luka

menunjukkan bahwa perlakuan B dengan waktu pembaharuan luka 3 hari dengan

diberi ETRAT memiliki nilai pendapatan yang tinggi, yaitu Rp 85.782 karena

pada perlakuan ini memiliki produktivitas rata-rata getah pinus paling tinggi.

Pendapatan terendah dengan penggunaan ETRAT didapat pada perlakuan D

dengan periode pelukaan 7 hari sebesar Rp 71.024 sedangkan pendapatan paling

rendah didapat pada perlakuan A atau kontol dengan periode pelukaan 3 hari

tanpa pemberian ETRAT sebesar Rp 52.019. Dari segi uji visual, getah yang

disimpan terlalu lama akan menyebabkan getah menggumpal dan berwarna putih

seperti gula pasir. Getah yang menggumpal ini akan lebih sulit untuk dipindahkan

kedalam tong-tong penampung getah.

Page 43: PENGARUH PERIODE PELUKAAN PADA PENYADAPAN … · DPM E 2011-2012, Panitia BCR tahun 2010, Panitia TM tahun 2010 dan sebagai Asisten Praktikum Pengelolaan Hutan 2012 di Hutan Pendidikan

29

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Periode pelukaan dengan metode bor dan pemberian stimulansia ETRAT

memberikan pengaruh nyata terhadap produktivitas getah pinus. Produktivitas

penyadapan getah pinus dengan ETRAT terbesar yaitu pada periode pelukaan

3 hari sebesar 20,93 gram/bor/hari dan produktivitas penyadapan getah pinus

terkecil dengan ETRAT yaitu pada periode pelukaan 7 hari sebesar 16,12

gram/bor/hari sedangkan untuk produktivitas getah pinus paling rendah yaitu

pada periode 3 hari tanpa ETRAT sebesar 12,31 gram/bor/hari

2. Semakin lama periode pelukaan yang dilakukan maka produktivitas getah

pinus semakin menurun

6.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai jumlah maksimal pelukaan

dengan metode bor dalam satu pohon

2. Perlu dilakukan pengamatan mengenai waktu penutupan luka dengan metode

bor

3. Perlu dilakukan pengamatan lebih lanjut mengenai waktu maksimal

penyadapan getah dengan metode bor

4. Dalam menerapkan penyadapan getah pinus dengan metode bor di Hutan

Pendidikan Gunung Walat maka perlu adanya penggunaan alat atau mesin

bor mekanis agar lebih efisien dalam pengerjaannya

Page 44: PENGARUH PERIODE PELUKAAN PADA PENYADAPAN … · DPM E 2011-2012, Panitia BCR tahun 2010, Panitia TM tahun 2010 dan sebagai Asisten Praktikum Pengelolaan Hutan 2012 di Hutan Pendidikan

30

DAFTAR PUSTAKA

Adhi YA. 2008. Pengaruh Jumlah Sadapan Terhadap Produksi Getah Pinus (Pinus

merkusii) dengan Metode Koakan di Hutan Pendidikan Gunung Walat

Kabupaten Sukabumi Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan.

Institut Pertanian Bogor.

Darmastuti IN. 2011. Pengaruh Penggunaan Stimulansia Organik dan Zat

Pengatur Tumbuh (ZPT) Terhadap Produktivitas Penyadapan Getah Pinus di

Hutan Pendidikan Gunung Walat [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan.

Institut Pertanian Bogor.

Fakultas Kehutanan IPB. 1989. Penyempurnaan Cara Penyadapan getah Pinus

untuk Peningkatan Produksi Getah. Laporan Penelitian Fakultas Kehutanan

IPB dan Perum Perhutani.

Fakultas Kehutanan IPB. 2010. Kondisi Umum Hutan Pendidikan Gunung Walat.

http://fahutan.ipb.ac.id/id/kondisi-umum [14 Nov 2012]

Fakultas Kehutanan IPB 2012. Profil Hutan Pendidikan Gunung Walat.

http://www.gunungwalat.net/id/content/profil [14 Nov 2012]

Harahap RMS. 1995. Keragaman Sifat dan Uji Asal Benih Pinus merkusii di

Sumatera. Buletin Penelitian Kehutanan. Pematang Siantar. 11(3):295-307.

Haqiqi N. 2011. Pengaruh Periode Pembaharuan Luka Terhadap Produktivitas

dan Kualitas Penyadapan Kopal di Hutan Pendidikan Gunung Walat.

[skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Hidayat J dan Hansen CP. 2001. Informasi Singkat Benih. Direktorat Perbenihan

Tanaman Hutan.

http://www.dephut.go.id/INFORMASI/RRL/IFSP/Pinus_merkusii.pdf [6 Nov

2006]

Litbang Kehutanan. 1996. Kajian Teknis Ekonomis Pengolahan Gondorukem

Dalam Rangka Peningkatan Nilai Tambah Studi Kasus PGT Paninggaran

dan PGT Cimanggu. Laporan Akhir Penelitian. Kerjasama Badan Penelitian

dan Pengembangan Departemen Kehutanan dan Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret. Tidak diterbitkan.

Natalia LH. 2010. Penentuan Waktu Standar Penyadapan Getah Pinus di Hutan

Pendidikan Gunung Walat Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat.

[skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Nurkhairani. 2008. Pengaruh Pemberian Berbagai Jenis Stimulansia Terhadap

Produksi Getah Pinus (Pinus merkusii Jung et de Vriese) di Hutan Pendidikan

Gunung Walat, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. [skripsi]. Bogor: Fakultas

Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Putri IOA. 2011. Pengaruh Cara Pemberian ETRAT 1240 Terhadap Produktivitas

Penyadapan Kopal di Hutan Pendidikan Gunung Walat Kabupaten Sukabumi

Jawa Barat. [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor

Page 45: PENGARUH PERIODE PELUKAAN PADA PENYADAPAN … · DPM E 2011-2012, Panitia BCR tahun 2010, Panitia TM tahun 2010 dan sebagai Asisten Praktikum Pengelolaan Hutan 2012 di Hutan Pendidikan

31

Santosa G. 2006. Pengembangan Metode Penyadapan Kopal Melalui Penerapan

Teknik Sayatan [disertasi]. Bogor : Fakultas Kehutanan IPB.

Santosa G. 2011. Pengaruh Pemberian ETRAT terhadap peningkatan

Produktivitas Penyadapan Getah Pinus (Studi Kasus di KPH Sukabumi

Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten). Laporan Penelitian. Bogor:

Fakultas Kehutanan IPB.

Soetomo. 1971. Pemungutan dan Pengolahan Getah Pinus. KPH Pekalongan

Timur.

Steenis CGGJ van. 2003. Flora : untuk Sekolah di Indonesia. Pradnya Paramita.

Jakarta. Hlm. 102.

Sudrajat R, Setyawan D, Sumadiwangsa S. 2002. Pengaruh Diameter Pohon,

Umur dan Kadar Stimulan Terhadap Produktivitas Getah Tusam (Pinus

merkusii Jungh et. de. Vries). Buletin Penelitian Hasil Hutan Vol. 20 No.2

Th. 2002: 143-158.

Sumadiwangsa S, Lestari NH, Bratamiharja S. 1999. Pengaruh Kadar Stimulan

dan Penutupan Luka Sadap pada Penyadapan Pinus (Pinus merkusii). Duta

Rimba September 1999. Hlm: 35−38.

Sumadiwangsa ES. 2000. Pemanfaatan Resin Untuk Meningkatkan Pendapatan

Masyarakat Sekitar Hutan. di dalam : Peningkatan Efisiensi Pemanfaatan

Kayu dan Hasil Hutan Bukan Kayu; Bogor, 7 Des 2000. Bogor: Badan

Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Hlm: 123−124.

Sumantri I dan Endom W. 1989. Penyadapan Getah Pinus merkusii dengan

Menggunakan Beberapa Pola Sadap dan Tingkat Konsentrasi Zat Perangsang.

Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol. 6, No.3 (1989) pp.: 152−159.

Wibowo P. 2006. Produktifitas Penyadapan Getah Pinus merkusii Jungh. Et de

Vriese dengan Sistem Koakan (QUARRE SYSTEM) di Hutan Pendidikan

Gunung Walat Kabupaten Sukabumi Jawa Barat. [skripsi]. Bogor: Fakultas

Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Wdidhi S. Oktober 2012. Perhutani Menuju Era Getah Bersih. Bina:2.

http://www.petakhutan.wordpress.com [2 Nov 2012]

Yusnita E dan Setyawan D. 2000. Modifikasi Teknik Penyadapan Tusam (Pinus

merkusii Jungh et.de.Vriese) untuk Meningkatkan Produksi Getah. di dalam :

Peningkatan Efisiensi Pemanfaatan Kayu dan Hasil Hutan Bukan Kayu;

Bogor, 7 Des 2000. Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.

Hlm: 387-395.

Page 46: PENGARUH PERIODE PELUKAAN PADA PENYADAPAN … · DPM E 2011-2012, Panitia BCR tahun 2010, Panitia TM tahun 2010 dan sebagai Asisten Praktikum Pengelolaan Hutan 2012 di Hutan Pendidikan

32

LAMPIRAN

Page 47: PENGARUH PERIODE PELUKAAN PADA PENYADAPAN … · DPM E 2011-2012, Panitia BCR tahun 2010, Panitia TM tahun 2010 dan sebagai Asisten Praktikum Pengelolaan Hutan 2012 di Hutan Pendidikan

33

Lampiran 1 Produktivitas rata-rata penyadapan getah pinus pada 4 perlakuan

(gram/bor/hari)

Pohon Perlakuan (gram/bor/hari)

Contoh ke- A B C D

1 8,94 8,58 8,94 19,66

2 6,36 18,58 9,03 12,74

3 11,18 36,79 10,46 14,89

4 11,12 11,52 16,69 14,60

5 17,88 25,94 11,49 28,43

6 13,91 11,42 18,91 29,03

7 10,73 32,91 9,14 10,54

8 11,33 36,94 16,80 14,97

9 27,61 17,42 14,43 21,51

10 13,55 16,52 12,57 9,54

11 10,12 21,12 20,26 14,94

12 16,67 21,42 28,77 7,29

13 10,06 20,58 32,86 13,20

14 17,61 14,82 8,51 13,80

15 8,55 22,55 20,20 13,69

16 7,55 16,09 17,49 15,03

17 3,52 28,70 27,69 12,69

18 5,58 7,55 19,29 22,23

19 12,36 18,73 21,09 12,06

20 21,70 30,52 23,46 21,60

Total 246,30 418,67 348,06 322,43

Rata-rata 12,31 20,93 17,40 16,12

Page 48: PENGARUH PERIODE PELUKAAN PADA PENYADAPAN … · DPM E 2011-2012, Panitia BCR tahun 2010, Panitia TM tahun 2010 dan sebagai Asisten Praktikum Pengelolaan Hutan 2012 di Hutan Pendidikan

34

Lampiran 2 Hasil Analisis ANOVA dan Uji Duncan

1. ANOVA

The ANOVA Procedure

Dependent Variable: data

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value

Model 3 759.597414 253.199138 5.24

Error 76 3670.023755 48.289786

Corrected Total 79 4429.621169

2. Uji Duncan

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N perlk

A 20.935 20 B

A

B A 17.404 20 C

B

B C 16.122 20 D

C

C 12.317 20 A

Page 49: PENGARUH PERIODE PELUKAAN PADA PENYADAPAN … · DPM E 2011-2012, Panitia BCR tahun 2010, Panitia TM tahun 2010 dan sebagai Asisten Praktikum Pengelolaan Hutan 2012 di Hutan Pendidikan

35

Lampiran 3 Dokumentasi Penelitian

Alat dan Bahan Penelitian

Penomoran Pohon Proses Pengeboran

Pemasangan Pipa dan wadah plastik Pemanenan Getah

Penimbangan Getah Penampang Luka Bekas Sadapan