eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/3416/1/kajian biomassa dan kandungan...laporan ketua panitia...

21

Upload: others

Post on 28-Jan-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • LAPORAN KETUA PANITIA

    Seminar Nasional dan Pertemuan Ilmiah Tahun Ke-2 Komunitas Manajemen Hutan

    Indonesia (KOMHINDO)

    “PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS KPH UNTUK KEBERLANJUTAN PRODUKSI,

    EKOLOGI DAN SOSIAL EKONOMI

    BUDAYA MASYARAKAT”

    Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wa barakatuh, Yang terhormat:

    Rektor Universitas Lambung Mangkurat

    Bupati Hulu Sungai Selatan

    Dekan Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat

    Para Narasumber Prof.Dr.Ir.Didik Suhardjito,M.S, Prof.Ir.Udiansyah,Msi,PhD, Aji Sukmono, S. Hut, MP (Kepala KKPH Yogyakarta)

    Yang kami banggakan juga berhadir Guru Besar Fakultas Kehutanan Unlam Prof.Dr.Ir.Gt.M.Hatta (Mantan Menteri LH dan Menristek pada Kabinet Indonesia Bersatu II) dan Prof.Dr.Ir.M.Ruslan,MS (Mantan Rektor Unlam tahun 2010-2014)

    Para tamu undangan dan peserta seminar Komhindo Hadirin yang saya hormati, Kami selaku Ketua Panitia Seminar, menyampaikan puji syukur kepada Allah SWT, dimana kita dapat bersama-sama berkumpul dalam acara Seminar Nasional dan Pertemuan Ilmiah Ke-2 KOMHINDO. Selamat Datang di Fakultas Kehutanan Unlam yang di apit oleh 3 kota yaitu Banjarbaru kota idaman, Martapura kota Intan, Kota Serambi Mekah dan Kota Santri. Banjarmasin kota seribu sungai, kota Bumi Antasari. Besok di acara field trip kita akan bertemu dengan kota Kandangan dengan julukan Bumi Antaludin. Tema Seminar Nasional dan Pertemuan Ilmiah Ke-2 Komunitas Manajemen Hutan Indonesia ini adalah“Pengelolaan Hutan Berbasis KPH Untuk Keberlanjutan Produksi, Ekologi Dan Sosial Ekonomi Budaya Masyarakat” dengan Tujuan Seminar adalah : 1. Mempublikasikan hasil-hasil penelitian ilmiah yang berkaitan dengan hutan dan

    keberlanjutan produknya dalam rangka pengelolaan hutan berbasis KPH. 2. Membangun networking dan meningkatkan kerjasama antara para

    ilmuan/akademisi/peneliti, penyuluh, praktisi, dan birokrat untuk bersama-sama membumikan KPH agar konsep KPH dapat menjaga keberlanjutan produksi hutan, ekologi hutan, dan sosial ekonomi budaya masyarakat sekitar hutan.

    Peserta seminar nasional KOMHINDO pada tahun ini berasal dari 16 Perguruan Tinggi dan 13 Balai Kehutanan/Dinas/KPH/Perusahaan sebagai pemakalah dengan 81 artikel ilmiah yang dibagi menjadi 4 (empat) tema seminar yaitu: Aspek Regulasi, Kebijakan, land tenurial dan Manajemen Hutan; Aspek Teknis Budidaya Pengelolaan Hhutan, Produksi Kayu dan Hasil Hutan Bukan Kayu; Aspek Ekologi dan Konservasi dan Aspek Sosial - Ekonomi Pengelolaan Hutan. Sumber dana yang digunakan dalam pelaksanaan seminar ini berasal dari Universitas Lambung Mangkurat, Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan Kontribusi dari para Perserta Seminar. Oleh karena itu kami menyampaikan terimakasih kepada Bapak Rektor Universitas Lambung Mangkurat dan Bupati Hulu sungai Selatan atas persetujuan yang diberikan. Demikian pula kepada Bapak Dekan Fakultas Kehutanan Unlam yang merupakan inisiator seminar dan pertemuan Ilmiah ini. Demikian yang dapat saya sampaikan selaku Ketua Panitia Seminar dan Pertemuan Ilmiah Ke-2 KOMHINDO, dan selamat menjalankan seminar mudah-mudahan Allah SWT memudahkan setiap langkah kita.

  • SAMBUTAN REKTOR UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT*)

    Sambutan Rektor Universitas Lambung Mangkurat

    Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh

    Yang saya hormati Bupati Hulu Sungai Selatan Provinsi Kal-Sel

    Yang saya Hormati Dekan Fakultas Kehutanan Unlam

    Yang saya Hormati Ketua Raki dan Kepala KKPH Yogyakarta, dan tamu undangan dari

    Perguruan Tinggi dan Litbang Kehutanan dari berbagai daerah di Indonesia serta Peserta

    Seminar KOMHINDO (Komunitas Manajemen Hutan Indonesia) yang berbahagia.

    Hadirin yang saya hormati,

    Seminar Komhindo dengan Tema “Pengelolaan Hutan Berbasis KPH Untuk Keberlanjutan

    Produksi, Ekologi Dan Sosial Ekonomi Budaya Masyarakat” merupakan sarana untuk

    memberikan sumbangan pengetahuan dalam mendorong keberlanjutan ekosistem hutan

    dan perbaikan dalam tata kelola hutan dengan berbagai model KPH guna mewujudkan

    kedaulatan ekonomi, politik, kepribadian dan kebudayaan bangsa. Berbagai model KPH

    dilahirkan seperti di Kabupaten Hulu Sungai Selatan dengan Model KPHL dan berbagai

    wilayah lain dengan model KPHP yang berbasis pada potensi tapak akan lebih menjamin

    keberlanjutan tata kelola hutan di Indonesia.

    Saya mengucapkan terimakasih kepada Bupati Hulu Sungai Selatan atas kerjasamanya

    dalam Pelaksaan Seminar Nasional Komhindo ke-2 yang diselenggarakan oleh Fakultas

    Kehutanan Unlam Tahun 2016. Selain itu Universitas Lambung Mangkurat sering

    melakukan kerjasama dengan Kabupaten Hulu Sungai Selatan dalam bidang penelitian

    baik mahasiswa maupun dosen terutama dibidang lingkungan, Farmasi dimana Hutan

    Lindung Loksado menyimpan segudang tumbuhan obat tradisional maupun budaya adat

    Dayak yang masih lestari diwilayah KPHL model di Loksado Kabupaten Hulu Sungai

    Selatan.

    Saya juga memberikan apresiasi terhadap Dekan Fakultas Kehutanan Unlam dan seluruh

    panitia yang telah bekerja keras dalam penyelenggaraan seminar Komhindo ini, yang

    telah dipersiapkan beberapa bulan yang lalu mudah-mudahan seminar ini berjalan

    dengan lancar, sesuai harapan termasuk kegiatan field trip tanggal 9 Oktober 2016 di

    KPHL Loksado Hulu Sungai Selatan.

    Demikian, dari saya. Saya akhiri, wassalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.

    *) Sambutan Rektor yang disampaikan oleh Wakil Rektor I, mewakili Rektor.

  • PRAKATA

    Pengelolaan hutan dengan konsep KPH diharapkan dapat menjamin kelestarian dan

    keberlanjutan ekosistem hutan dan bermanfaat sebesar-besarnya untuk dapat

    menunjang kedaulatan energi, pangan dan kesehatan bagi masyarakat. Oleh karena itu

    pengelolaan hutan dengan konsep KPH merupakan langkah yang signifikan menuju

    perbaikan tata kelola hutan untuk menuju Indonesia baru guna mewujudkan kedaulatan

    ekonomi, politik, kepribadian dan kebudayaan bangsa. Berbagai hasil-hasil riset dari

    seluruh tanah air yang disampaikan melalui kegiatan Seminar Nasional dan Pertemuan

    Ilmiah Komunitas Manajemen Hutan Indonesia (KOMHINDO) Ke-2 tahun 2016 dengan

    tema Pengelolaan Hutan Berbasis KPH untuk keberlanjutan produksi, ekologi, dan sosial

    ekonomi budaya masyarakat.

    Hasil-hasil riset yang telah disampaikan dalam Seminar Nasional dan Pertemuan Ilmiah

    Komunitas Manajemen Hutan Indonesia (Komhindo) Ke-2 tahun 2016 tersebut

    diwujudkan dalam bentuk buku prosiding. Prosiding ini telah dikelompokkan berdasarkan

    masing-masing tema artikel. Tema artikel dalam prosiding ini meliputi; Aspek Regulasi,

    Kebijakan, Land Tenurial Dan Manajemen Hutan; Aspek Teknis Budidaya Pengelolaan

    Hutan, Produksi Kayu Dan Hasil Hutan Bukan Kayu; Aspek Ekologi Dan Konservasi Serta

    Aspek Sosial-Ekonomi Pengelolaan Hutan.

    Jumlah keseluruhan artikel yang telah dipublikasikan dalam prosiding ini sebanyak 81

    artikel. Banyaknya jumlah artikel yang masuk disebabkan oleh besarnya tingkat

    partisipasi para peneliti di seluruh tanah air untuk turut berkontribusi dalam pengelolaan

    hutan untuk keberlanjutan produksi, ekologi, dan sosial ekonomi budaya masyarakat.

    Berbagai sumbangan artikel dari para peneliti diseluruh tanah air maka editor mewakili tim

    menyampaikan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya.

    Akhirnya, kami menyadari walaupun seluruh artikel yang berhasil dimasukkan dalam

    prosiding ini telah melalui editor, namun mungkin terdapat kesalahan dan

    ketidaksempurnaan di dalamnya, oleh karena itu kami menyampaikan permohonan maaf

    yang sebesar-besarnya atas kesalahan cetak dalam prosiding ini. Kami berharap agar

    prosing ini menjadi salah satu alternative sumber referensi di bidang Kehutanan dan

    menjadi pionir bagi riset-riset baru di bidang pengelolaan hutan terutama dalam

    pengelolaan hutan berbasis KPH.

    Banjarbaru, Oktober 2016

    Editor,

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i

    LAPORAN KETUA PANITIA ................................................................................ iii

    SAMBUTAN REKTOR UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT ....................... iv

    PRAKATA ............................................................................................................ v

    DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi

    I. DAFTAR PEMAKALAH UMUM SEMINAR NASIONAL KOMHINDO 2016 TAHUN KE-2 ................................................................................................ 1

    II. FULL PAPER KOMISI................................................................................... 14 A. KOMISI A : ASPEK REGULASI, KEBIJAKAN, LAND TENURIAL DAN

    MANAJEMEN HUTAN .............................................................................. 14

    1. Ketahanan Daerah Aliran Sungai (DAS) Berbasis Kearifan Lokal

    (Studi Kasus di Sub-Sub DAS Lengkese, Sub DAS Lengkese DAS

    Jeneberang) ...................................................................................... 14

    2. Skenario Luas Lahan Berhutan Untuk Optimalisasi Fungsi Ekonomi

    dan Ekologi Daerah Hulu DAS Tondano Sulawesi Utara ................... 22

    3. Konsistensi Regulasi Dalam Bidang Kehutanan Implikasinya

    Terhadap Tindak Pidana Kehutanan ................................................. 32

    4. Strategi Magement Regime (Rejim Pengelolaan) Dalam Pengelolaan

    Hutan Jati Bersama Masyarakat di Resort Polisi Hutan (RPH)

    Madampi Bagian Kesatuan Pengelolaan Hutan (BKPH) Muna Tengah 40

    5. Dampak Kebijakan Sertifikasi Terhadap Perkembangan Hutan

    Rakyat di Kabupaten Pacitan ............................................................. 49

    6. Prospek Ekonomi Pembangunan KPH (Kesatuan Pengelolaan Hutan)

    Sebagai Entitas Bisnis Melalui Strategi Diversifikasi Produk dan Jasa

    (Teori, Implementasi, Usulan Kebijakan) ........................................... 58

    7. Kajian Keberlanjutan Pengelolaan Hutan Mangrove Di Mangrove

    Center Graha Indah (MCGI) Kota Balikpapan Provinsi Kalimantan

    Timur ................................................................................................. 67

    8. Dinamika Menuju Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)

    Hutan Pendidikan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

    “Sebuah Harapan dan Tantangan ...................................................... 82

    9. Strategi Pengelolaan Jasa Lingkungan Wisata Alam Arung Jeram Di

    Kawasan Kesatuan Pengelolaan Hutan Telake Kabupaten Paser

    Provinsi Kalimantan Timur ................................................................. 96

    10. Strategi Pengembangan KPHP Bongan Menuju Pemanfaatan Hutan

    Lestari................................................................................................ 104

    11. Penataan Batas Kawasan Hutan di KPHP Model Banjar ................... 113

  • 12. Besaran Nilai Produk Hutan sebagai Barometer Pembentukan Hutan

    Lestari................................................................................................ 126

    13. Studi Perbandingan Penataan Hutan dengan Pola Ruang Hutan

    Berbasis Boxgrid dan Berbasis Daerah Aliran Sungai dalam Rangka

    Pengelolaan Hutan Lestari................................................................. 132

    14. Perkembangan Pembangunan KPH di Sulawesi Selatan ................. 139

    15. Kajian Kebijakan Pengelolaan Hutan Konservasi Berbasis

    Masyarakat (Studi Kasus SM Kuala Lupak dan Pulau Kaget

    Kalimantan Selatan) .......................................................................... 152

    B. KOMISI B : ASPEK TEKNIS BUDIDAYA PENGELOLAAN HUTAN,

    PRODUKSI KAYU DAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ........................... 160

    1. Pengaruh Pola Tanam Campuran terhadap Pertumbuhan Tanaman

    Mangium, Mahoni dan Sengon di Lahan Alang-Alang ....................... 160

    2. Analisa Resiko Organisme Pengganggu Tumbuhan (AROPT) Untuk

    Importasi Fagus Sylvatica Dari Switzerland ke Dalam Wilayah

    Indonesia ........................................................................................... 171

    3. Uji Coba Penanaman Nyawai (Ficus variegata Blume) di KPH

    Yogyakarta ........................................................................................ 176

    4. Pembibitan Beberapa Varietas Murbei (Morus sp) Untuk Mendukung

    Persuteraan Alam di Kabupaten Soppeng ......................................... 186

    5. Kebun Benih Uji Keturunan Bitti (Vitex cofassus) Untuk Memenuhi

    Kebutuhan Masyarakat di Kabupaten Enrekang ................................ 194

    6. Pengaruh Kompos Dan Mulsa Jerami Terhadap Pertumbuhan

    Tanaman Mahoni (Swieteniamacrophyllaking) Di Mengkendek, Kab.

    Tanatoraja ......................................................................................... 202

    7. Respon Pertumbuhan Bibit Trembesi (Samanea Saman) Terhadap

    Pemberian Pupuk NPK Di Persemaian .............................................. 211

    8. Pertumbuhan Mahoni Pada Area Bekas Stockpile PT Jorong

    Barutama Grestin dengan Pemberian Pupuk Organik ....................... 219

    9. Pertumbuhan Tanaman Meranti Merah (Shorea pauciflora King.)

    Umur 36 Bulan pada Berbagai Ukuran Rumpang di KHDTK Kintap .. 226

    10. Model Revegetasi Lahan Bekas Tambang Batubara ......................... 234

    11. Evaluasi Teknik Silvikultur, Pertumbuhan Dan Hasil Tegakan Hutan

    Tanaman Sungkai Di Kabupaten Barito Utara Kalimantan Tengah .... 242

    12. Kualitas Papan Partikel Berbahan Baku Limbah Pengolahan Kayu

    dan Limbah Tanaman Pertanian ........................................................ 250

    13. Limbah Industri Kayu Lapis dan Limbah Kayu HTI Untuk Pembuatan

    Briket Arang ....................................................................................... 254

    14. Prestasi Kerja dan Pengorganisasian Pemanenan Daun Kayu Putih

    di KPH Yogyakarta ............................................................................ 261

    15. Kemampuan Daya Serap Arang Aktif Kayu Galam (Melaleuca

    Leucadendron Linn) Terhadap Benzena dan Iodium ......................... 271

    16. Hubungan Luas Sampel Eceng Gondok (Eichornia crassipes) dan

    Rendemen Pada Pengolahan Tas di Kecamatan Candi Laras Selatan

    Kabupaten Tapin C ............................................................................ 279

  • 17. Kajian Senyawa Kimia Gula Cair (Liquid Sugar) dalam Rangka

    Peningkatan Kualitas dan Inovasi Produk Gula Banua ...................... 287

    18. Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan Tanaman Nyawai

    (Ficus Variegata Blum.) Umur 4 Tahun di KHDTK Riam Kiwa ........... 294

    19. Aplikasi Pupuk Bioorganik Cair dan Mulsa Pada Peningkatan

    Pertumbuhan Tanaman Aren (Arenga pinnata Merr.) ........................ 303

    20. Studi Fitokimia Empat Jenis Tumuhan Rawa Kabupaten Barito Kuala 311

    21. Budidaya Lebah Madu Kelulut (Apis Trigona) di Desa Karang Taruna 318

    22. Pengaruh Kalsium (Ca) Terhadap Pertumbuhan tanaman Jati

    (Tectona grandis L.F) di Tropika Basah ............................................. 323

    C. KOMISI C : ASPEK EKOLOGI DAN KONSERVASI ................................. 329

    1. Pemetaan Sebaran Hotspot di Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan 329

    2. Konservasi Biodiversitas Burung Air (Studi Kasus di Divisi I PT

    Gunung Madu Plantations Kabupaten Lampung Tengah Provinsi

    Lampung) ........................................................................................... 335

    3. Sebaran Dan Karaktersitik Sarang Burung Elang Sulawesi di Hutan

    Pendidikan UNHAS ............................................................................ 348

    4. Perilaku Harian Primata (Hylobates syndactylus, Macaca fascicularis,

    Presbytis melalophos) di Pusat Primata Schmutzer Taman

    Margasatwa Ragunan Jakarta ............................................................ 360

    5. Pemenuhan Kebutuhan Pakan Rusa melalui Drop In di Penangkaran

    Rusa PT GMP (Studi di GMP Lampung Tengah) ................................ 367

    6. Perilaku Harian Great Apes (Gorilla Gorilla, Pantroglodytes

    Blumenbach, Pongo Pygmaeus) di Pusat Primata Schmutzer Taman

    Margasatwa Ragunan Jakarta Selatan ............................................... 375

    7. Analisis Potensi Erosi Menggunakan Sistem Informasi Geografi di

    DAS Olonjonge Wilayah KPH Dolago Tanggunung ............................ 386

    8. Potensi Jumpun Pembelon Sebagai Ekowisata Berbasis Kelestarian

    Ekosistem Gambut ............................................................................. 394

    9. Partisi Curah Hujan Pada Berbagai Tegakan di Daerah Tangkapan Air

    Binang Jajang ..................................................................................... 403

    10. Konservasi S. belangeran dari Hutan Kerangas Sebagai Bahan Obat

    Alami .................................................................................................. 412

    11. Komposisi Vegetasi Habitat Jamblang Pada Hutan Rakyat Desa

    Wonosadi Kecamatan Pajangan Kabupaten Bantul Yogyakarta ......... 420

    12. Kuantitas dan Kualitas Air Untuk Penentuan Daya Dukung DAS

    Tabunio Kabupaten Tanah Laut.......................................................... 428

    13. Arahan Pemanfaatan Lahan Berdasarkan Kemampuan Lahan di Sub

    DAS Kusambi Kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan Selatan ............ 437

    14. Karakterisasi DAS Satui Untuk Penentuan Kerawanan Banjir di

    Kabupaten Tanah Bumbu ................................................................... 449

    15. Risiko Banjir dan Upaya Pengendaliannya Di Sub DAS Martapura

    Kabupaten Banjar ............................................................................... 461

    16. Potensi Nyawai (Ficus variegeta Blume) Sebagai Tanaman Obat ...... 469

    17. Etnobotani Tumbuhan Berkhasiat Obat di Kecamatan Marabahan dan

    Tabukan Kabupaten Barito Kuala Propinsi Kalimantan Selatan .......... 478

  • 18. Keanekaragaman Jenis Buah Lokal di Kabupaten Sintang Kalimantan

    Barat ................................................................................................... 487

    19. Keanekaragaman Jenis Pohon Riparian Pada Sub Das Nanga Silat

    Kecamatan Silat Hilir Kabupaten Kapuas Hulu ................................... 495

    20. Potensi Ekowisata Pantai Pagatan Di Kabupaten Tanah Bumbu

    Kalimantan Selatan ............................................................................. 502

    21. Kajian Kekritisan Lahan dan Aspek Sosial Ekonomi Sebagai Arahan

    Penentuan Urutan Prioritas Rehabilitasi Hutan dan Lahan Di Sub-Sub

    DAS Amandit Kalimantan Selatan ...................................................... 510

    22. Efektivitas Stik Jarum dalam Pemadaman Kebakaran Lahan Gambut 520

    23. Kajian Biomassa dan Kandungan Karbon Pada Hutan Rawa Galam

    (Melaleuca cajuputi) ............................................................................ 526

    24. Penyusunan Persyaratan Tumbuh Jenis Ulin (Eusideroxylon zwageri

    t. & b.) dengan Penggunaan Sistem Informasi Geografis (SIG) .......... 535

    D. KOMISI D : ASPEK SOSIAL-EKONOMI PENGELOLAAN HUTAN .......... 544

    1. Kajian Pemanfaatan Hutan Daerah Panyangga Untuk Ketahanan

    Pangan Masyarakat Sekitar Hutan Studi Kasus di Enclave Lindu

    Taman Nasional Lore Lindu ................................................................ 544

    2. Analisis Tekanan Penduduk Dan Dukungan Aspek Sosial Ekonomi

    Masyarakat dalam Rangka Perencanaan RHL di Sub Amandit .......... 553

    3. Keterkaitan Kearifan Lokal Masyarakat Dayak Taboyan Dalam

    Pelestarian Hutan Lindung Lampeong-Gunung Lumut Kabupaten

    Barito Utara ........................................................................................ 558

    4. Studi Potensi HHBK di Hutan Pendidikan UM Palangkaraya .............. 568

    5. Model Perlindungan Hutan dengan Pendekatan Pemanfaatan HHBK

    Bagi Masyarakat Kawasan Hutan Pendidikan UM Palangkaraya ........ 575

    6. Strategic Business Unit sebagai Suatu Model Pelibatan Masyarakat

    dalam Pengembangan Konsep KPH................................................... 582

    7. Analisis Biaya Penanaman dan Pendapatan pada Pembangunan

    Model Unit Manajemen Hutan Meranti (Shorea. Spp) PT Inhutani II

    Kotabaru ............................................................................................. 593

    8. Tumbuhan Hutan Berbahaya yang Berpotensi Menggangu Kesehatan 598

    9. Insentif Finansial Pengelolaan Hutan Alam Produksi Lestari Dari

    Skema Perdagangan Karbon ................................................................. 608

    10. Analisis Kelayakan Usaha Pemanfaatan Bambu (Studi Kasus di Desa

    Panggungan Kecamatan Loksado Kabupaten Hulu Sungai Selatan) .. 618

    11. Pengembangan Sistem Pengelolaan Agroforestri Lahan Basah

    Berbasis Pengetahuan dan Teknologi Ekologi Lokal .......................... 624

    12. Pengetahuan Masyarakat Tentang KPHL Rinjani Barat dan

    Pengelolaannya .................................................................................. 634

    13. Demplot Agroforestry Bambu Media Belajar Bersama Masyarakat ..... 640

    14. Kondisi Kelembagaan Petani Hutan Untuk Mendukung Perekonomian

    (Kasus Desa Labuhan Badas, Kabupaten Sumbawa, NTB) ............... 649

    15. Pengetahuan Petani Hutan Rakyat mengenai Peraturan Peredaran

    Kayu Rakyat di Ciamis, Tasikmalaya dan Sukabumi .......................... 656

  • 16. Pengetahuan Masyarakat Petani Dalam Pemanfaatan Tanaman

    Hutan Jenis Obat (Syzygium cumini Linn)........................................... 664

    17. Penerapan Konsep-Konsep Hukum Adat Dalam Pengelolaan Hutan

    (Studi Suku Dayak Halong di Kab. Balangan) ..................................... 672

    18. Kelestarian Praktek Agroforestri Lokal Pada Masyarakat Karo di

    Sekitar Taman Wisata Alam Sibolangit Provinsi Sumatera Utara ........ 686

    19. Pengetahuan Penyuluh Kehutanan Sebagai Pelaku Pemberdayaan

    Masyarakat Dalam Pengelolaan Hutan Rawa (Studi Di Kawasan

    Hutan Konservasi Suaka Margasatwa Kuala Lupak) .......................... 696

    20. Kajian Sistem dan Pola Pemanenan Hutan Rakyat di Daerah

    Tangkapan Hujan DAS Jeneberang.................................................... 711

  • 526

    KAJIAN BIOMASSA DAN KANDUNGAN KARBONPADA HUTAN RAWA GALAM (Melaleuca cajuputi)

    Oleh :AHMAD YAMANI

    Fakultas Kehutanan ULM Prodi Kehutanan Jl. Jend. A. Yani Simpang 4 Banjarbaruemail : [email protected]

    ABSTRAK

    Biomassa hutan sangat relevan dengan isu perubahan iklim. Biomassa hutanberperan penting dalam siklus biogeokimia terutama dalam siklus karbon. Darikeseluruhan karbon hutan, sekitar 50 % diantaranya tersimpan dalam vegetasi hutan.Sebagai konsekuensi, jika terjadi kerusakan hutan, kebakaran, pembalakan dansebagainya akan menambah jumlah karbon diatmosfer dan mengurangi karbon yangtersimpan dihutan, tetapi tidak menambah jumlah keseluruhan karbon yang berinteraksidengan atmosfer. Sejalan dengan perkembangan isu yang terkait dengan biomassahutan, maka penelitian atau pengukuran biomassa dari seluruh komponen hutan sangatpenting untuk dilakukan. Dalam perkembangannya, pengukuran biomassa hutanmencakup seluruh biomassa hidup yang ada diatas dan dibawah permukaan daripepohonan, semak, liana,epipet, dan sebagainya ditambah dengan biomassa daritumbuhan mati seperti kayu dan serasah, namun dalam penelitian ini hanya terbatas padabiomassa hidup yang ada diatas permukaan tanah sampai akarnya. Dalam kajianmenghitung biomassa pada penelitian ini menggunakan 2 cara yakni mempergunakanrumus dan cara destructive sampling. Hasil penelitian menunjukkan banyaknya biomassadan kandungan karbon dengan menggunakan kedua metode tersebut menunjukkan hasilyang relative tidak jauh berbeda, masing-masing adalah 13,21 ton/ha dan 6,61 ton/hadengan cara menggunakan rumus sedangkan dengan menggunakan metode destructivesampling 13,241 ton/ha dan 6,621 ton/ha. Kemudian jumlah biomassa dan kandungankarbon pada komponen batang dan akar relative lebih tinggi dibandingkan komponenlainnya.Kata kunci :Biomassa,karbon,hutan rawa, galam

    I. Latar BelakangHutan merupakan tempat penyimpanan dan pengemisi karbon. Di permukaan

    bumi ini,kurang lebih terdapat 90 % biomassa yang terdapat dalam hutan berbentuk

    pokok kayu, dahan, daun, akar dan sampah hutan (serasah), hewan, dan jasad renik

    (Arief, 2005). Biomassa ini merupakan tempat penyimpanan karbon dan disebut rosot

    karbon (carbon sink).

    Menurut Kementerian Kehutanan (2006), kerusakan hutan di Indonesia sudah

    mencapai kurang lebih 50 % (59,62 juta ha) dan ini terus bertambah 2,8 juta ha/thn.

    Demikian juga halnya dengan keberadaan hutan galam di Kalimantan Selatan yang

    potensinya cukup besar semakin terancam kelestariannya (Karim, 2009). Keadaan ini

    secara signifikan mengurangi sumber karbon yang tersimpan dalam biomassa hutan dan

    kemampuan bumi untuk menyerap CO2 dari udara melalui fotosintesis hutan berkurang.

  • 527

    Selain akibat tersebut, intensitas Efek Rumah Kaca (ERK) akan ikut naik dan

    meyebabkan naiknya suhu permukaan bumi. Hal inilah yang memicu tuduhan bahwa

    kerusakan hutan tropik telah menyebabkan pemanasan global (Soemarwoto, 2001).

    Pemanasan global ini akan mempunyai dampak yang besar terhadap kesejahteraan

    manusia pada umumnya, bahkan telah menyebabkan terjadinya berbagai bencana alam

    di belahan dunia, seperti kenaikan permukaan laut, meningkatnya badai atmosferik,

    bertambahnya jenis dan populasi organisme penyebab penyakit, dll (Soedomo, 2001).

    Sebagian peneliti menyatakan jika pemanasan global ini terus meningkat, dalam waktu 50

    tahun lagi, seperempat atau lebih dari kehidupan di muka bumi ini mungkin akan binasa

    (Soemarwoto et al, 1992).

    Sejalan dengan perkembangan isu yang terkait dengan biomassa hutan, maka

    penelitian atau pengukuran biomassa dari seluruh komponen hutan sangat penting untuk

    dilakukan. Dalam perkembangannya, pengukuran biomassa hutan mencakup seluruh

    biomassa hidup yang ada diatas dan dibawah permukaan dari pepohonan, semak,

    liana,epipet, dan sebagainya ditambah dengan biomassa dari tumbuhan mati seperti kayu

    dan serasah, namun dalam penelitian ini hanya terbatas pada biomassa hidup yang ada

    diatas permukaan tanah sampai akarnya.

    II. Metode PenelitianPenelitian dilaksanakan di hutan rawa galam, Kecamatan Liang Anggang,

    Pemerintahan Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan selama 6 (enam) bulan. Alat yang

    digunakan dalam penelitian ini adalah haga, pita ukur, timbangan digital, timbangan,

    karung, chain saw, oven, parang, kampak, kamera, GPS dan seperangkat komputer.

    Jenis data yang dikumpulkan

    Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer

    diperoleh dari hasil pengukuran tegakan galam di lapangan. Parameter yang diamati

    meliputi diameter, tinggi total, tinggi bebas cabang pohon galam pada semua tingkat

    pertumbuhan. Sedangkan data sekunder yang diperlukan seperti data keadaan umum

    lokasi, peta lokasi penelitian dan data hasil studi kepustakaan.

    Cara pengumpulan data

    Untuk tingkat pohon pengumpulan data dengan menggunakan plot contoh

    berbentuk lingkaran dengan jari-jari 17,8 m (luas 0,1 ha) secara purposive sampling.

    Dalam plot contoh tersebut dibuat sub plot berukuran 10 m x 10 m untuk tingkat tiang, dan

    5 m x 5 m untuk tingkat belta (pancang). Jumlah contoh plot yang dibuat sebanyak 10

    buah, yakni 5 buah plot contoh di kelurahan Landasan Ulin Barat dan 5 buah plot contoh

    di kelurahan Landasan Ulin Selatan. Pengambilan data primer dengan melakukan sensus

  • 528

    di seluruh plot meliputi identifikasi jenis tumbuhan tingkat pohon, tiang, dan sapihan serta

    pengukuran diameter dan tinggi pohon.

    Kriteria vegetasi yang ditemukan diklasifikasikan menurut Kartawinata et al.,

    (1976) sebagai berikut.

    a. Pohon yaitu tumbuhan berkayu dengan diameter setinggi dada (1,3 m) (D > 10 cm).

    b. Tiang yaitu tumbuhan berkayu dengan diameter setinggi dada (1,3 m) (D>5 -< 10 cm).

    c. Pancang yaitu tumbuhan berkayu dengan diameter setinggi dada (D > 2 cm -< 5 cm)

    d. Semai yaitu permudaan mulai dari kecambah sampai tinggi < 1,5 m.

    Pada penelitian ini penghitungan biomassa selain menggunakan rumus juga

    dilakukan metode destructive sampling sebagai pembanding, yaitu melakukan

    penebangan kemudian penimbangan berat basah secara langsung pada tiap bagian

    komponen vegetasi (daun, cabang, batang dan akar) dan mengkonversinya menjadi berat

    kering (biomassa) menggunakan berat kering tiap contoh bagian vegetasi pada tiap

    pohon contoh. Contoh daun diambil sebanyak ± 100 gr sedangkan contoh bagian cabang,

    batang dan akar jika memungkinkan diambil contoh dengan ukuran ± 2 cm x 2 cm x 2 cm

    pada bagian pangkal, tengah dan ujung. Adapun tahapan-tahapan yang dapat dilakukan

    adalah setelah mendapatkan gambaran sebaran diameter dan tinggi tegakan, maka

    dipilih pohon contoh secara purposif yang diharapkan dapat mewakili ketersebaran

    diameter yang ada di lokasi penelitian, kemudian melakukan pembersihan areal di sekitar

    pohon contoh dan penebangan. Selanjutnya dilakukan pemisahan bagian-bagian pohon

    (daun, cabang, batang dan akar).

    Analisis Data

    Kerapatan pohon per hektar di konversi dari jumlah pohon yang tercatat dalam

    seluruh plot. Data diameter dan tinggi total digunakan untuk menghitung volume tegakan

    dan pada penelitian ini volume batang dibatasi tanpa menghitung tajuk (cabang, ranting,

    daun, bunga dan buah).

    Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

    V = 1/4. π.d2.t...................... (1)dimana :

    V = volume pohon (m3);Π = konstanta (3,14)d = diameter pohon setinggi dada (cm)t = tinggi total (m)

    Untuk menghitung biomasa atau berat kering tumbuhan menurut Heriyanto, et.al

    (2012) digunakan rumus :

    Biomassa = volume pohon x kerapatan kayu ......(2)dimana :

    Kerapatan kayu = Berat kering : Volume …………… (3)

  • 529

    Berdasarkan hasil uji laboratorium diketahui nilai kerapatan kayu galam sebesar 0,78.

    Perhitungan biomassa berat kering total menggunakan metode destructive

    sampling dari masing-masing bagian pohon dihitung dengan rumus (Hairiah et al, 1999):

    BKCBKT = ----------------------------- x BBT ……….. (4)

    BBC

    Keterangan :BKT = berat kering total (gr)BKC = berat kering contoh (gr)BBC = berat basah contoh (gr)BBT = berat basah total (gr)

    Kandungan karbon dalam tumbuhan dihitung dengan menggunakan rumus

    (Brown, 1997 dan International Panel on Climate Change/IPCC, 2003) :

    Kandungan Karbon = Berat Kering Tumbuhan x 50% ...............

    III. Hasil dan Pembahasan

    Sebaran diameter dan kerapatan

    Sebaran kelas diameter dan kerapatan individu pada hutan rawa galam berdasar

    tingkat pertumbuhan disajikan pada Tabel 1.

    Tabel 1. Rata-rata sebaran kelas diameter dan kerapatan individu pada hutan rawa galam

    berdasar tingkat pertumbuhanTingkat Pertumbuhan Sebaran diameter

    (cm)Kerapatan

    (N/ha)Persentase

    (%)PancangTiangPohon

    D > 2 cm - < 5 cmD > 5 cm - < 10cmD > 10 cm

    2.3201.100

    317

    60,630,78,7

    Total (N/Ha) 3.737

    Dari Tabel 1 menunjukkan sebaran diameter atau pertumbuhan pohon tingkat

    pancang lebih mendominasi sekitar (60,6 %) dibandingkan tingkat pertumbuhan tiang

    (30,7%) dan pohon (8,7%). Hal ini bisa dimengerti karena diareal hutan galam ini sering

    terjadi kebakaran, sehingga vegetasi pada tingkat pohon yang tinggal sedikit dan setelah

    pasca kebakaran anakan galam tumbuh kembang melalui tunasnya dibatang yang tersisa

    dan pohon galam ini termasuk jenis tanaman yang resisten terhadap api. Jika dilihat dari

    komposisi tegakannya pada setiap plot penelitian merupakan vegetasi muda dengan

    diameter kecil, hal ini sesuai hasil penelitian Yamani (2011) di hutan alam sekunder yang

    menunjukkan pada umumnya semakin besar diameter suatu vegetasi jumlahnya relative

    akan semakin menurun.

    Untuk kerapatannya cukup tinggi (3.737 individu per hektar) karena tanaman

    galam tumbuhnya bergerombol atau mengelompok, bahkan tidak jarang terlihat dalam

    satu batang pokok terdapat dua atau tiga individu tanaman galam. Jika dibandingkan

  • 530

    kerapatan pohon di hutan mangrove sebesar 5833,32 individu per hektar yang dilakukan

    oleh Yamani (1987), hasil dalam penelitian masih lebih kecil. Sedangkan jika

    dibandingkan dengan kerapatan tegakan di hutan alam primer dan hutan alam bekas

    tebangan masing-masing adalah 507 individu dan 346 individu perhektar yang telah

    dilakukan Yamani (1996), maka kerapatan individu pada penelitian ini jauh lebih besar

    yang disebabkan karena perbedaan tipe hutan dan sebaran diameternya.

    Sebaran Tinggi Pohon

    Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan sebaran tinggi tegakan dapat dilihat

    seperti pada Tabel 2 dan grafiknya dapat dilihat pada Gambar 1 sampai Gambar 3.

    Tabel 2. Sebaran tinggi (m) rata-rata tegakan pada hutan rawa galam berdasarkan tingkatpertumbuhan

    Tingkat pertumbuhan Tinggi (m)Pancang 2,23Tiang 3,25Pohon 3,66

    Gambar 1. Grafik sebaran tinggi rata-rata tingkat pancang di hutan rawa galam

  • 531

    Gambar 2. Grafik sebaran tinggi rata-rata tingkat tiang di hutan rawa galam

    Gambar 3. Grafik sebaran tinggi rata-rata tingkat pohon di hutan rawa galam

    Sebaran tinggi rata-rata pada masing-masing tingkat pertumbuhan adalah untuk

    tingkat pancang 2,23 m; tingkat tiang 3,25 m dan tingkat pohon 3,66 m. Adapun sebaran

    tinggi individu pada masing-masing tingkat pertumbuhan pada tiap plot percobaan seperti

    diperlihatkan pada Gambar 2, 3 dan 4 diatas menunjukkan pola yang relatif seragam,

    kecuali pada plot 7 dan 8 pada tingkat pertumbuhan sapling relatif berbeda yakni lebih

    rendah hal ini diduga disebabkan karena jumlah individunya yang lebih banyak atau rapat

    dalam satu plot yang sama sehingga terjadi persaingan dalam hal memperoleh unsur

    hara dan cahaya. Berdasarkan gambar grafik diatas pula diketahui bahwa kebanyakan

    individu tanaman galam mempunyai ketinggian dibawah 3 m hal ini sangat jelas

    disebabkan karena jumlah individu didalam areal hutan galam ini lebih dikuasai oleh

    tingkat pertumbuhan sapling dan tiang sebagaimana diperlihatkan pada lihat Tabel 1.

  • 532

    Dibandingkan hasil penelitian yang dilakukan Yamani (1996) dihutan alam primer dan

    sekunder kebanyakan pohon mempunyai ketinggian dibawah 30 m, maka data dari hasil

    penelitian ini jauh lebih kecil.

    Biomassa dan Kandungan Karbon

    Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan rumus diperoleh jumlah

    banyaknya biomassa dan kandungan karbon pada hutan rawa galam dimasing-masing

    tingkat pertumbuhan sebagaimana dikemukakan pada Tabel 3, 4, sedangkan grafiknya

    dapat dilihat pada Gambar 5.

    Tabel 3. Biomassa dan kandungan karbon hutan rawa galamTingkat

    pertumbuhanJumlah Pohon

    (ha)Volume(m3/ha)

    Biomassa(ton/ha)

    Kandungan Karbon(ton/ha)

    Pancang 2.320 0,145 0,113 0,057Tiang 1.100 4,42 3,448 1,724Pohon 317 12,37 9,649 4,825Total 3.737 16,935 13,21 6,61

    Gambar 4. Grafik banyaknya biomassa dan kandungan karbon dimasing-masing tingkatpertumbuhan pada hutan rawa galam

    Berdasarkan Tabel 3 diatas diketahui banyaknya biomassa pada tingkat

    pertumbuhan pohon lebih besar dibandingkan pada tingkat pertumbuhan pancang dan

    tiang. Hal ini diduga karena ada korelasi yang positif antara besarnya diameter dan tinggi

    batang dengan banyaknya biomassa ketimbang jumlah individu tegakannya, dengan kata

    lain setiap peningkatan diameter dan tinggi akan selalu diikuti oleh peningkatan

    biomassanya pada setiap bagian pohon tersebut.

    Adapun banyaknya biomassa dan kandungan karbon dengan menggunakan

    metode destructive sampling dapat dilihat pada Tabel 4.

  • 533

    Tabel 4. Banyaknya biomassa dan kandungan karbon pada hutan rawa galam denganmetode destructive samplingTingkat

    PertumbuhanBiomassa(ton/ha)

    Kandungan Karbon(ton/ha)

    Pancang 0,477 0,239Tiang 6,611 3,305Pohon 6,153 3,077Total 13,241 6,621

    Berdasar Tabel 3 dan 4 diketahui banyaknya biomassa dan jumlah kandungan

    karbon di hutan rawa galam dengan menggunakan rumus dan dengan metode destructive

    sampling menunjukkan hasil yang relatif tidak jauh berbeda. Sedangkan yang berbeda

    cuma pada tingkat pertumbuhan pohon, dengan perhitungan menggunakan rumus lebih

    tinggi hal ini diduga karena pengaruh tajuk galam relative kecil, sehingga tidk banyak

    memberikan kontribusi terhadap biomassa tegakan.

    Banyaknya kandungan karbon pada penelitian ini jauh lebih rendah jika

    dibandingkan hasil penelitian Yamani (2011) pada hutan alam sekunder 81,59 ton/ha, hal

    ini karena beda tipe hutan dan pada hutan alam pada umumnya lebih banyak jenisnya

    dibandingkan dihutan rawa galam. Menurut hasil penelitian Fransisco (2009), cadangan

    karbon rata-rata dalam tanah di kebun sengon dan kebun galam pada lahan gambut

    masing-masing sebesar 337,47 ton/ha dan 259,83 ton/ha pada kedalaman 0,15 m.

    Adapun banyaknya biomassa dan jumlah kandungan karbon di hutan rawa galam

    pada masing-masing komponen pohon dikemukakan pada Tabel 5.

    Tabel 5. Banyaknya biomassa tiap bagian pohon berdasar tingkat pertumbuhan

    Berdasar Tabel diatas terlihat jumlah biomassa dan kandungan karbon pada

    komponen batang dan akar relatif lebih tinggi dibandingkan komponen lainnya. Hal ini

    kaena komponen batang dan akar lebih banyak mengandung lignin jika dibandingkan

    dengan komponen lainnya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Yamani (2011),

    menunjukkan 51 % kandungan karbon terdapat pada komponen batang, sisanya di

    komponen cabang/ranting (27%), akar (16%), dan daun (0,05%).

    Kesimpulan1. Potensi pohon galam dari segi jumlah pohon masih cukup tinggi, yakni 3.737 pohon

    per hektar. JIka dilihat dari persentase jumlah pohon pada setiap tingkat pertumbuhan,

    maka tingkat pancang yang tertinggi (60,5 %), kemudian diikuti tingkat tiang (30,8 %)

    dan tingkat pohon (8,7 %).

    TingkatPertumbuhan

    Daun Cabang/Ranting Batang Akar Kulit Jumlah(ton/ha)

    Pancang 0,012 0,032 0,104 0,329 0 0,477Tiang 0,330 0,803 2,684 1,870 0,924 6,611Pohon 0,235 0,995 2,412 1,934 0,577 6,153T o t a l 0,577 1,830 5,200 4,133 1,501 13,241

  • 534

    2. Banyaknya biomassa dan kandungan karbon dengan menggunakan rumus masing-

    masing adalah 13,21 ton/ha dan 6,61 ton/ha sedangkan dengan menggunakan metode

    destructive sampling 13,241 ton/ha dan 6,621 ton/ha.

    3. Menghitung banyaknya biomassa dan kandungan karbon di hutan rawa galam dengan

    menggunakan rumus dan dengan metode destructive sampling menunjukkan hasil

    yang relative tidak jauh berbeda.

    4. Jumlah biomassa dan kandungan karbon pada komponen batang dan akar relative

    lebih tinggi dibandingkan komponen lainnya

    DAFTAR PUSTAKAAnonim, 2013. Kota Banjarbaru Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kota Banjarbaru,

    Kalimantan Selatan.Brown, S., A.J. R. Gillespie & A.E. Lugo. 1989. Biomass Estimation Methods for Tropical

    Forest with Application to Forest Inventory Data. Forest Science 35(4) : 881-902.

    Brown, S. 1997. Estimating Biomass and Biomass Change of Tropical Forest. A Primer.FAO. Forestry Paper No. 134. F AO, USA .

    Dandun, et al, 2009. Perhitungan Biomassa Sebuah Pengantar Untuk Studi Karbon danPerdagangan Karbon. http://www.scribd.com/doc/49651378/2/Biomassa-dan-Karbon-pengertian-dan-konsep-dasar. Diakses pada Agustus 2013.

    Fransisco, S. 2009. Pendugaan Cadangan Karbon Tersimpan Pada Hutan Galam danKebun Sengon Di Lahan Gambut Desa Sungai Pantai Kecamatan MandastanaKabupaten Barito Kuala. Program Pasca Sarjana Universitas LambungMangkurat. Banjarbaru.

    Hairiah, K., M. V. Noordwijk & C. Palm. 1999. Methods for Sampling Above and BelowGround Organic Pools. IC-SEA Report No.6 Modelling Global Change Impactson The Soil Environment. Biotrop-GCTE/IC-SEA. Bogor.

    International Panel on Climate Change / IPCC. 2003. IPPC Guidelines for NationGreenhouse Inventories : Reference Manual IPPC.

    Karim, A.A. 2009. Potensi Hutan Galam Di Pemerintah Kota Banjarbaru.http://blogspot.com/2009/03/potensi-hutan-galam-di-pemko-banjarbaru.html

    Kartawinata, K., S. Soenarko., IGM. Tantra dan T. Samingan, 1976. PedomanInventarisasi Flora dan Ekosistem. Direktorat Perlindungan dan PengawetanAlam. Bogor.

    Ogawa, H., Kyoji Yoda., K. Ogino & T. Kira. 1965. Comparative Ecological Studies onThree Main Types of Forest Vegetation in Thailand II. Plant Biomass. Nature &Life in SE Asia 4 : 50-80.

    Soedomo, M. 2001. Pencemaran Udara. Penerbit ITB. Bandung.Soemarwoto, O. 2001. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Penerbit

    Djambatan. Jakarta.Yamani, A. 2011. Model Estimasi Kandungan Karbon Pada Hutan Alam Sekunder Di

    Hutan Pendidikan Fakultas Kehutanan Unlam. Hasil Penelitian FundamentalKerjasama dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Jakarta.

  • 1.pdf2.pdf3.pdf4.pdf5.pdf6(1).pdf