pengaruh penyuluhan tentang infeksi saluran …/pengaruh... · lampiran 21 : leaflet lampiran 22 :...

91
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA) TERHADAP PENGETAHUAN IBU DALAM PENANGANAN PERTAMA ISPA PADA BALITA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Meraih Gelar Sarjana Saint Terapan Program Studi Diploma IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Oleh : Galih Ariyana Purwandari R0108053 PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Upload: hoanghanh

Post on 07-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN PERNAFASAN

ATAS (ISPA) TERHADAP PENGETAHUAN IBU DALAM

PENANGANAN PERTAMA ISPA PADA BALITA

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Meraih Gelar Sarjana

Saint Terapan Program Studi Diploma IV Kebidanan

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Oleh :

Galih Ariyana Purwandari

R0108053

PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 2: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

HALAMAN VALIDASI

KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN PERNAFASAN

ATAS (ISPA) TERHADAP PENGETAHUAN IBU DALAM

PENANGANAN PERTAMA ISPA PADA BALITA

Galih Ariyana Purwandari

R0108053

Telah Disetujui Oleh Pembimbing Untuk Diuji di Hadapan Tim Penguji

Pada Tanggal ................................

Pembimbing I

Bambang Widjokongko, dr, PHK, M.Pd.Ked

NIP. 19481231 1976 091001

Pembimbing II

Sri Anggarini P, S.SiT, M.Kes

NIP. 19770621 2010 122001

Ketua Tim Karya Tulis Ilmiah

Erindra Budi C, S.Kep, Ns, M.Kes

NIP. 19780220 2005 011001

Page 3: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

HALAMAN PENGESAHAN

KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN PERNAFASAN

ATAS (ISPA) TERHADAP PENGETAHUAN IBU DALAM

PENANGANAN PERTAMA ISPA PADA BALITA

Galih Ariyana Purwandari

R0108053

Telah Dipertahankan dan Disetujui TIM Penguji Karya Tulis Ilmiah (KTI)

Mahasiswa D IV Kebidanan FK UNS

Pada Tanggal ..........................

Pembimbing I

Bambang W, dr, PHK, M.Pd.Ked

NIP. 19481231 197609 1 001

Pembimbing II

Sri Anggarini P, S.SiT, M.Kes

NIP. 19770621 201012 2 001

Penguji 1

Anang Giri Mulya, dr, S.PA

NIP.19730410 200501 1 001

Penguji II

Mujahidatul M, S.Kep,Ns.

NIP. 19820821 200501 2 001

Mengesahkan,

Ketua Prodi DIV Kebidanan FK UNS

H. Tri Budi Wiryanto, dr, Sp.OG(K)

NIP. 19510421 198011 1 002

Mengetahui,

Ketua Tim Karya Tulis Ilmiah

Erindra Budi C, S.Kep, Ns, M.Kes

NIP. 19780220 2005 011001

Page 4: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

PERSEMBAHAN

Karya tulis ilmiah ini penyusun persembahkan kepada :

1. Pak Nono dan Mama Jujuk tercinta yang selalu memberi

cinta, kasih, dorongan, dan keyakinan yang luar biasa

kepadaku. I love u ^^

2. Mbah Kung dan mbah Uti tersayang, yang selalu mau

mendengarkan keluh kesahku dan mampu menyemangatiku

3. Adik-adik ku tersayang Wahyu dan Satria serta keponakan

perdanaku dhek Wika Chimoet^^, Terima kasih atas aksi

pelepas jenuh yang kalian hadirkan untukku, tanpa kalian

mungkin saya sudah sedikit depresi sekarang ^,^ terima

kasih juga karena sudah mau di mintai tolong mengambil

ini dan itu. I love u All.

4. Spesial untuk pembimbingku tercinta, Bu Rini dan Pak

Kongko, tanpa njenengan berdua saya mungkin belum bisa

menyelesaikan karya tulis ini. Terima kasih ^^

5. Keluarga besar DIV Kebidanan UNS FK UNS. Mulai dari

petinggi, dosen Bu Eka, Bu Ika, mbak-mbak dan mas-mas

admin, sampai pak satpam yang menjaga sepedaku. Terima

kasih

6. Orang-orang yang selalu ada dalam suka maupun dukaku,

tertawa menyambut gembiraku dan setia membangkitkan

semangat hidupku. Mas Wahyu, terima kasih karena mau

ikut ribet membantuku.

7. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan karya

ilmiah ini yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu.

8. Pembaca budiman.

Page 5: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

MOTTO

“Education is an ornament is prosperity and refuge in adversity”

(ANONIM)

”Yang penting bukan dimana kamu mendapatkan pengetahuan tapi

dimana kamu menerapkannya”

( Al Haibara, Detective Conan)

“Terima Hidup secara tak bersyarat. Kebanyakan orang minta

kebahagiaan dengan syarat. Kebahagiaan hanya bisa dirasakan jika kita

tidak menetapkan syarat apapun”

(Arthur Rubenstein)

”Selalu diperlukan keadaan gawat untuk suatu kemajuan. Karena ada

kegelapan, maka di buat lampu. Karena adanya kabut, maka dibuat

kompas. Rasa lapar mendorong kita bereksplorasi. Dan adanya depresi

mengajari kita tentang nilai sebenarnya dari sebuah pekerjaan”

(Victor Hugo)

Page 6: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga dapat terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah dengan judul

“PENGARUH PENYULUHAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS

(ISPA) TERHADAP PENGETAHUAN IBU DALAM PENANGANAN

PERTAMA ISPA PADA BALITA” sebagai salah satu persyaratan untuk meraih

gelar Sarjana Saint Terapan Program Studi Diploma IV Kebidanan Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah

membantu dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, antara lain:

1. H. Tri Budi Wiryanto, dr, SpOG (K), selaku Ketua Program Studi D-IV

Kebidanan UNS.

2. Erindra B.C., S.Kep.Ns, M.Kes selaku Ketua Tim KTI Program Studi D-IV

Kebidanan UNS dan selaku sekretaris penguji KTI

3. Bambang Widjokongdo, dr, PHK, M.Pd.Ked selaku Pembimbing Utama yang

selalu membimbing dan memberikan saran serta ilmunya.

4. Sri Anggarini P, S.SiT, M.Kes selaku Pembimbing Pendamping yang selalu

membimbing dan memberikan masukan serta ilmunya.

5. Seluruh Staf D-IV Kebidanan yang telah membantu administrasi dalam

penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

Page 7: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

6. BAPPEDA Sukoharjo yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian ini

di Sukoharjo.

7. Segenap Keluarga Besar D-IV Kebidanan 2008 Fakultas Kedokteran Universitas

Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan semangat yang luar biasa dalam

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Kedua orang tuaku, terima kasih atas segala doa, kasih sayang, kesabaran, serta

segala dukungan yang telah diberikan baik secara moril atau materil

9. Adik dan teman-teman terdekat penulis yang selalu memberikan dukungan dan

saran dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

10. Dan berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah

selalu memberikan yang terbaik bagi kita semua.

Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, masih belum sempurna, oleh karena itu,

penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca agar

dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah selanjutnya menjadi lebih baik. Semoga Karya

Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta, Juli 2012

Penulis

Page 8: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

HALAMAN VALIDASI .............................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN............................................................. .......... iii

ABSTRAK .................................................................................................... iv

ABSTRACT .................................................................................................. v

MOTTO ........................................................................................................ vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... vii

KATA PENGANTAR .................................................................................. viii

DAFTAR ISI..................................................................................... ............ x

DAFTAR DIAGRAM......................................................................... .......... xiii

DAFTAR GAMBAR.......................................................................... .......... xiv

DAFTAR TABEL.............................................................................. ........... xv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvi

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................ 1

B. Rumusan Masalah....................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian........................................................................ 4

D. Manfaat Penelitian...................................................................... 5

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEPTUAL

A. Tinjauan Pustaka......................................................................... 6

1) Penyuluhan............................................................................ 6

Page 9: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

a) Pengertian Penyuluhan...................................................... 6

b) Tujuan Penyuluhan........................................................... 6

c) Ruang Lingkup Penyuluhan.............................................. 7

d) Langkah-langkah............................................................... 8

2) Pengetahuan.......................................................................... 9

a) Pengertian......................................................................... 9

b) Tingkat Pengetahuan........................................................ 10

c) Faktor Yang Mempengaruhi............................................. 12

d) Sumber Pengetahuan......................................................... 13

e) Pembentukan Pengetahuan................................................ 14

f) Pengukuran Pengetahuan................................................... 15

g) Metode Untuk Transfer Pengetahuan............................... 15

3) Infeksi Saluran Pernafasan Atas............................................ 16

a) Pengertian.......................................................................... 16

b) Gejala Umum..................................................................... 16

c) Macam............................................................................... 17

4) Balita...................................................................................... 33

5) Pengaruh Pemberian Penyuluhan........................................... 34

B. Kerangka Konseptual................................................................... 36

C. Hipotesis....................................................................................... 37

BAB III : METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian.......................................................................... 38

B. Tempat dan Waktu Penelitian....................................................... 38

Page 10: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

C. Populasi Penelitian........................................................................ 39

D. Sampel dan Teknik Sampel........................................................... 40

E. Kriteria Retriksi............................................................................. 40

F. Pengalokasian Subyek.................................................................. 41

G. Definisi Operasional...................................................................... 41

H. Intervensi dan Instrumentasi.......................................................... 43

I. Rencana Analisis Data................................................................... 50

BAB IV : HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.............................................. 54

B. Karakteristik Responden............................................................... 55

C. Data Hasil Penelitian....................................................................... 60

BAB V : PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden................................................................. 64

B. Pengaruh Pemberian Penyuluhan Tentang ISPA............................ 69

BAB VI : PENUTUP

A. Simpulan......................................................................................... 73

B. Saran................................................................................................ 74

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 11: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR DIAGRAM

Halaman

Diagram 2.1 : Kerangka Konseptual................................................ 36

Diagram 3.1 : Rancangan Penelitian................................................ 38

Page 12: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia ................................... 55

Gambar 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan ........................ 56

Gambar 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan ......................... 57

Gambar 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendapatan ...................... 58

Gambar 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jumlah Anak ..................... 59

Gambar 4.6 Rata-rata Perolehan Hasil Skor Pre test...................................................... 60

Gambar 4.7 Rata-rata Perolehan Hasil Skor Post test..................................................... 61

Page 13: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal

Lampiran 2 : Kuesioner Penelitian

Lampiran 3 : Kunci Jawaban

Lampiran 4 : SAP Penyuluhan

Lampiran 5 : Materi Penyuluhan

Lampiran 6 : Lembar Konsultasi Proposal Pembimbing Utama

Lampiran 7 : Lembar Konsultasi Proposal Pembimbing Pendamping

Lampiran 8 : Permohonan Izin Pengambilan Data

Lampiran 9 : Izin Pra Penelitian dari BAPPEDA

Lampiran 10 : Izin Pra Penelitian dari DKK

Lampiran 11 : Uji Validitas

Lampiran 12 : Uji Reabilitas

Lampiran 13 : Entri data Validitas dan Reabilitas

Lampiran 14 : Uji Normalitas

Lampiran 15 : Skor Pengetahuan Ibu Pre Test dan Post Test

Lampiran 16 : Hasil Analisis Data

Lampiran 17 : Karakteristik Responden

Lampiran 18 : Tabel Karakteristik Responden

Lampiran 19 : Lembar Konsultasi KTI Pembimbing Utama

Lampiran 20 : Lembar Konsultasi KTI Pembimbing Pendamping

Lampiran 21 : Leaflet

Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment

Lampiran 23 : Lembar Validasi Proposal

Page 14: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

Lampiran 24 : Lembar Pengesahan Proposal

Lampiran 25 : Dokumentasi

Lampiran 26 : Kisi-Kisi Kuesioner

Lampiran 27 : Kuesioner Uji Validitas I

Lampiran 28 : Presensi

Lampiran 29 : Analisis Karakteristik Responden

Page 15: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 : Patogen Akut Rhinosinusitis............................................... 22

Tabel 3.1 : Kisi-kisi Kuesioner............................................................ 45

Tabel 3.2 : Kisi-kisi Kuesioner setelah validitas dan reabilitas kedua .. 49

Tabel 4.1 : Hasil Pre test – Post Test ................................................... 61

Tabel 4.2 : Uji Normalitas ................................................................... 62

Tabel 4.3 : Hasil Analisis Data ............................................................. 63

Page 16: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

ABSTRAK

Galih Ariyana Purwandari. R0108053. 2012. PENGARUH PENYULUHAN

TENTANG INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA) TERHADAP

PENGETAHUAN IBU DALAM PENANGANAN PERTAMA ISPA PADA

BALITA. Program Studi DIV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian pada kelompok bayi dan

balita di Indonesia. Tingginya angka kematian karena ISPA menyebabkan ISPA

menjadi masalah kesehatan utama. Oleh karena itu, perlu dilakukan penyuluhan

untuk meningkatkan pengetahuan ibu agar ibu mampu memberikan pertolongan

pertama dengan benar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

penyuluhan tentang infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) terhadap pengetahuan

ibu dalam penanganan pertama ISPA pada balita.

Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen semu (quasi eksperimental)

dengan menggunakan desain penelitian One group Pre- and Post-test group

design dengan uji normalitas shapiro-wilk dan analisis data dengan paired t test.

Sampel sebanyak 40 orang dengan tehnik total sampling.

Hasil dari penelitian ini adalah rata-rata pengetahuan ibu sebelum dan sesudah

penyuluhan adalah 20,95 dan 24,95. Hasil analisis di dapat p value atau

signifikansi 2-tailed = 0,000 yang menunjukkan ada perbedaan yang signifikan

antara data sebelum dan sesudah penyuluhan. Hasil korelasi diperoleh 0,925

dengan signifikasi 0,000 ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang

kuat/signifikan antara pretest dan post test (sig <0,05).

Simpulan penelitian ini adalah ada pengaruh yang signifikan antara penyuluhan

infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) terhadap pengetahuan ibu dalam

penanganan ISPA pada balita.

Kata Kunci : Penyuluhan, ISPA, Balita

Page 17: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRACT

Galih Ariyana Purwandari. R0108053. 2012. THE EFFECT OF EXTENSION

UPPER RESPIRATORY TRACT INFECTION (URTI) TO THE WOMEN’S

KNOWLEDGE ON URTI FIRST HANDLING FOR TODDLER. DIV

Midwifery Study Program of Medical Faculty of Surakarta Sebelas Maret

University.

URTI ranks at the first cause of infant death and young children in Indonesia. The

high mortality rate due to URTI causes upper respiratory infection becomes a

major health problem. Therefore, its needs to make an extension to increase the

women’s knowledge so the women can provide first aid properly. The purpose of

this research is to know the women’s knowledge before and after counseling and

then analyze presence or absence influence of an upper respiratory tract infection

(URTI) of women’s knowledge on the first treatment of respiratory infection for

toddler.

This research uses quasi-experimental design using research designs One group

Pre-and Post-test group design with the Shapiro-Wilk normality test and analysis

of data by paired t test. Sample of 40 people with a total sampling technique.

The results of this research is an average of women’s knowledge before and after

counseling was 20.95 and 24.95. The results of the analysis can be p value or significance 2-tailed = 0.000 which showed there are significant difference between before and after counseling. The results obtained correlation is 0.925 with a significance of 0.000, it’s indicates that there is a strong relationship / significant between pretest and post test (sig <0.05).

The conclusions of this research is found significant effect between the extension

of upper respiratory tract infection (URTI) to the women’s knowledge on URTI

first handling of toddler.

Keywords: Counseling, URTI, Toddler

Page 18: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

MDGs (Millenium Development Goals) menegaskan bahwa angka

kematian balita harus mampu diturunkan 2/3 hingga tahun 2015, sehingga

tahun 2015 angka kematian balita menjadi 23/1000 kelahiran hidup

(Dinkes, 2009). Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah

satu penyebab kematian tersering pada anak di negara berkembang. WHO

(World Health Organisation) juga memaparkan bahwa insidens

kesakitannya lebih dari 40 per 1000 kelahiran hidup dan sekitar 15%-20%

nya per tahun terjadi pada golongan usia balita (Depkes, 2010).

ISPA selalu menempati urutan pertama penyebab kematian pada

kelompok bayi dan balita di Indonesia. ISPA juga sering berada pada

daftar 10 (sepuluh) penyakit terbanyak di rumah sakit. Survei mortalitas

yang dilakukan oleh Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA sebagai

penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia dengan persentase 22,30%

dari seluruh kematian balita (Agnesa, 2009).

AKABA (Angka Kematian Balita) di provinsi Jawa Tengah pada

tahun 2009 sebesar 11,60/1.000 kelahiran hidup, cenderung meningkat

bila dibandingkan dengan tahun 2008 sebesar 10,12/1.000 kelahiran

hidup. ISPA bagian atas dapat mengakibatkan kematian serta sejumlah

kecacatan seperti contohnya otitis media yang menjadi penyebab utama

Page 19: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

ketulian di negara berkembang dan sangat berperan dalam timbulnya

gangguan perkembangan dan gangguan belajar pada anak-anak (Dinkes,

2009).

Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan di Dinas Kesehatan

Kabupaten (DKK) Sukoharjo, pada tahun 2010 tercatat Angka Kematian

Balita (AKABA) sebesar 2,1/1000 kelahiran hidup. Jumlah kematian

tersebut adalah 28, dengan 13 (46,4%) kematian disebabkan oleh Infeksi

Saluran Pernfasan Akut (ISPA) yang merupakan induk dari Infeksi saluran

pernafasan atas (DKK, 2010). Untuk Puskesmas Grogol, tidak ditemukan

kematian balita pada tahun 2010 tetapi tercatat jumlah kunjungan dengan

penyebab ISPA adalah yang terbanyak, yaitu mencapai 27.651 (49%)

kunjungan dari 20 penyakit besar pada tahun 2010 (Puskesmas Grogol,

2010).

Tingginya angka kematian karena ISPA menyebabkan ISPA menjadi

masalah kesehatan utama. Setiap tahunnya 40%-60% dari kunjungan di

Puskesmas ialah penderita penyakit ISPA. Proporsi kematian yang

disebabkan oleh ISPA ini mencapai 20-30% atau sekitar 150.000 balita

meninggal tiap tahun karena ISPA yang disebabkan oleh kesulitan

geografis, budaya dan ekonomi yang dialami penduduk dalam

menjangkau fasilitas pelayanan kesehatan. Diperkirakan 11-22% balita

yang menderita batuk atau kelainan bernafas tidak dibawa berobat sama

sekali (Agnesa, 2009).

Page 20: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya sebuah perilaku. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan

akan lebih berkesinambungan daripada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan (Notoatmodjo, 2003). Salah satu cara mendapatkan

pengetahuan adalah dengan bertukar informasi, yang menimbulkan

hubungan timbal balik dari kedua belah pihak (Suryani, Mahfoedz, 2006).

Oleh karena itu, perlu dilakukan penyuluhan untuk meningkatkan

pengetahuan ibu agar ibu mampu memberikan pertolongan pertama

dengan benar, sebab salah satu manfaat penyuluhan adalah berkisar

tentang perubahan pengertian yang mempengaruhi sebuah pengetahuan

(Syafrudin, Fratidina, 2009).

Penelitian mengenai pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan

pernah dilakukan oleh Suparyono (2008) dengan hasil bahwa pemberian

penyuluhan Posyandu pada ibu balita mampu meningkatkan pengetahuan

dan sikap terhadap Posyandu. Penelitian tentang Infeksi saluran

pernafasan pada balita juga pernah dilakukan oleh Djoko Wahyono (2004)

yaitu Pola infeksi saluran pernapasan akut anak usia bawah lima tahun

(balita) rawat jalan di Puskesmas I Purwareja Klampok Kabupaten

Banjarnegara tahun 2004, dengan hasil di Puskesmas Purwareja I,

Klampok, Banjarnegara terdapat 120 kasus infeksi saluran pernafasan akut

pada balita.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengambil

Karya Tulis Ilmiah dengan judul ”Pengaruh Penyuluhan Tentang Infeksi

Page 21: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Saluran Pernafasan Atas Terhadap Pengetahuan Ibu Dalam Penanganan

Pertama Infeksi Saluran Pernafasan Atas Pada Balita” .

B Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka

rumusan masalah dalam kasus tersebut adalah “ Bagaimana Pengaruh

Penyuluhan Tentang Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) Terhadap

Pengetahuan Ibu Dalam Penanganan Pertama ISPA Pada Balita?”

C Tujuan

Tujuan dilaksanakannya studi kasus ini adalah :

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan tentang infeksi saluran

pernafasan atas (ISPA) terhadap pengetahuan ibu dalam penanganan

pertama ISPA pada balita

2. Tujuan Khusus

a Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang Pertolongan Pertama

Infeksi Saluran Pernafasan Atas pada balita sebelum penyuluhan

b Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang Pertolongan Pertama

Infeksi Saluran Pernafasan Atas pada balita setelah penyuluhan

c Untuk menganalisis pengaruh penyuluhan tentang infeksi saluran

pernafasan atas (ISPA) terhadap pengetahuan ibu dalam

penanganan pertama ISPA pada balita

Page 22: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

D Manfaat

Penelitian ini dapat memberikan manfaat aplikatif, yaitu:

1. Bagi Puskesmas

Sebagai bahan acuan untuk mengoptimalkan penatalaksanaan pada

kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Atas dengan melakukan

penyuluhan kesehatan dan melibatkan partisipasi ibu dalam penanganan

pertama.

2. Bagi Ibu

a. Meningkatkan pengetahuan ibu mengenai Infeksi Saluran Pernafasan

Atas pada balita melalui penyuluhan.

b. Dapat melibatkan peran aktif ibu dalam penanganan pertama

terhadap Infeksi Saluran Pernafasan Atas pada balita.

Page 23: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEPTUAL

A. Tinjauan Pustaka

1. Penyuluhan

a. Pengertian Penyuluhan

Penyuluhan adalah upaya bantuan yang diberikan kepada konseli

supaya dia memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri sendiri,

untuk dimanfaatkan olehnya dalam memperbaiki tingkah lakunya

pada masa yang akan datang. Penyuluhan kesehatan merupakan

bagian integral dari program kesehatan (Machfoedz, Suryani, 2005).

b. Tujuan Penyuluhan

Menurut Syafrudin dan Fratidhina (2009) tujuan penyuluhan

adalah meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menolong

dirinya sendiri dalam bidang kesehatan dengan melaksanakan cara

hidup sehat dan dapat berperan aktif dalam upaya kesehatan.

Tujuan penyuluhan jangka pendek adalah peningkatan

pengetahuan sedangkan jangka panjang adalah perubahan perilaku

menjadi lebih baik.

Page 24: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

c. Ruang Lingkup Penyuluhan

Ruang lingkup penyuluhan menurut Effendy (2010) ada 3 (tiga),

yaitu:

1) Sasaran Penyuluhan

Sasaran penyuluhan di kategorikan menjadi 3 (tiga) macam,

yaitu:

a) Penyuluhan masa yaitu penyuluhan yang ditujukan kepada

semua orang.

b) Penyuluhan kelompok yaitu penyuluhan yang ditujukan

kepada kelompok tertentu melalui ceramah, demonstrasi,

sehingga memungkinkan terjadinya komunikasi 2 (dua) arah

secara timbal balik.

c) Penyuluhan perorangan yaitu penyuluhan yang dilakukan

dengan berhadapan langsung.

2) Materi atau Pesan

Materi yang hendak disampaikan hendaknya sesuai dengan

kebutuhan individu, keluarga, masyarakat. Kriteria materi antara

lain: menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, materi dapat

diterima (tidak terlalu sulit dipahami), penyampaiannya dengan

menggunakan alat peraga agar lebih menarik perhatian sasaran.

3) Metode

Metode dalam penyuluhan hendaknya yang dapat

mengembangkan komunikasi 2 (dua) arah, sehingga diharapkan

Page 25: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

tingkat pengetahuan sasaran terhadap pesan yang disampaikan

akan lebih jelas dan mudah dipahami, misalnya dengan

menggunakan metode curah pendapat, demonstrasi, stimulasi, dan

sebagainya.

d. Langkah-langkah Penyuluhan

Langkah-langkah menyusun penyuluhan menurut Machfoedz

dan Suryani (2005) adalah:

1) Perencanaan

Perencanaan adalah serangkaian kegiatan dimana keputusan

yang dibuat dituangkan dalam bentuk tindakan-tindakan.

Perencanaan ini melibatkan pimpinan program, pelaksana

program, petugas latihan, penyuluh, dan masyarakat juga

dilibatkan kalau keadaan memungkinkan. Perencanaan yang baik

hendaknya sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dapat diterima

masyarakat, sesuai dengan kebutuan program, didukung

kebijakan yang ada, dan bersifat praktis situasional.

Langkah-langkah dalam merencanakan penyuluhan antara

lain:

a) Mengenal masalah, masyarakat, dan wilayahnya. Menentukan

prioritas masalah

b) Menentukan tujuan penyuluhan. Apabila perlu dapat dibuat

skema agar mudah dibaca dan dipahami masyarakat luas. Ada

3 (tiga) tujuan yaitu pemahaman pengetahuan, sikap dan

Page 26: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

ketrampilan. Penyuluhan harus ditetapkan hendak mencapai

tujuan yang mana.

c) Menentukan sasaran penyuluhan, kelompok kecil atau

kelompok masa.

d) Menentukan isi penyuluhan yang sesuai dengan bahasa yang

mudah dimengerti dan dipahami.

e) Menentukan metode penyuluhan. Tergantung pada tujuan

yang hendak dicapai. Apabila pemahaman pengetahuan saja

maka penyuluhan dapat dilakukan dengan presentasi atau

secara tertulis.

f) Menentukan media penyuluhan, dapat berupa leaflet, poster,

dsb

g) Membuat rencana penilaian sebagai indikator evaluasi.

2) Penyuluhan

Melaksanakan penyuluan kesehatan kepada sasaran sesuai

dengan apa yang telah dilaksanakan.

3) Evaluasi

Untuk mengetahui efektivitas penyuluhan yang dilakukan.

2. Pengetahuan

a. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera

Page 27: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

penglihatan, pendengaran, penciuman, pembau, dan peraba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang/overt behavior (Notoatmodjo,

2003).

b. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan yang dicakup dalam

domain kognitif mempunyai 6 (enam) tingkat, yaitu:

1) Tahu (know)

Tahu dapat diperhatikan sebagai mengingat suatu materi

yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan

tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap suatu spesifik dan

seluruh badan yang dipelajari. Oleh karena itu, tahu ini

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja

untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari

antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,

mendatakan, dan sebagainya.

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai kemampuan menjelaskan

secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat

mengintepretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang

telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan,

terhadap obyek yang dipelajari.

Page 28: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya

(real). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai penggunaan

hukum-hukum, rumus, prinsip, dan sebagainya dalam konteks ini.

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu obyek kedalam komponen-komponen, tetapi masih

dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya

satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari

penggunaan kata-kata kerja, seperti menggambarkan (membuat

bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan

sebagainya.

5) Sintesis (syintesis)

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru atau dengan kata lain sintesis

adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi

yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat

meringkas, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu

teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

Page 29: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

penilaian terhadap suatu materi atau obyek, penilaian didasarkan

pada kriteria tertentu.

Pengetahuan dipengaruhi oleh pendidikan, ekonomi, sosial,

budaya, dan politik. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan

dengan isi materi yang diukur dari subyek penelitian (responden).

Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ukur dapat kita sesuaikan

dengan tingkat-tingkat tersebut di atas (Soekanto, 2000).

c. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut

Soekanto (2005) antara lain:

1) Tingkat Pendidikan, menunjukkan korelasi positif dengan

terjadinya perubahan perilaku positif yang meningkat, semakin

tinggi tingkat pendidikan maka pengetahuan juga meningkat.

2) Informasi, seseorang yang mempunyai sumber informasi yang

lebih banyak akan memiliki pengetahuan yang lebih luas.

3) Budaya, berhubungan dengan tingkah laku manusia, atau

kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan yang meliputi

sikap dan kepercayaan.

4) Pengalaman, sesuatu yang pernah dialami seseorang akan

menambah pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat informal.

Page 30: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

5) Sosial Ekonomi, dimana semakin tinggi sosial ekonomi akan

menambah tingkat pengetahuan. Melalui pendidikan yang

semakin tinggi, dan media elektronik, seperti TV, Radio,dan lain-

lain.

d. Sumber Pengetahuan

Menurut Soekanto (2005) sumber pengetahuan dapat berasal dari:

1) Penemuan secara kebetulan

Penemuan yang sifatnya tanpa direncanakan dan

diperhitungkan terlebih dahulu. Dengan demikian datangnya

pengetahuan tidak dapat diperhitungkan secara berencana dan

tidak selalu memberikan gambaran yang sesungguhnya.

2) Penemuan melalui cara percobaan dan kesalahan

Apabila percobaan pertama gagal maka akan dilakukan

percobaan-percobaan berikutnya yang sifatnya memperbaiki

kesalahan yang terjadi pada percobaan terdahulu.

3) Kewibawaan

Berdasarkan penghormatan terhadap pendapat atau penemuan

yang dihasilkan oleh seseorang atau lembaga tertentu yang

dianggap mempunyai kewibawaan atau wewenang.

4) Usaha yang bersifat spekulatif

Dari sekian banyak kemungkinan, dipilihkan salah satu

kemungkinan walaupun pilihan tersebut tidaklah didasarkan pada

Page 31: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

keyakinan apakah pilihan tersebut merupakan cara yang setepat-

tepatnya.

5) Pengalaman

Berdasarkan pemikiran kritis seseorang, tetapi pegalaman

tersebut hanya untuk dicatat saja karena pengalaman belum tentu

teratur dan bertujuan.

6) Penelitian Ilmiah

Suatu metode yang bertujuan untuk mempelajari satu atau

beberapa gejala dengan jalan analisis dan pemeriksaan mendalam

terhadap fakta masalah yang disoroti, untuk kemudian

mengusahakan pemecahannya.

e. Pembentukan Pengetahuan

Tahap-tahap pembentukan pengetahuan menurut Notoadmodjo

(2007) di mulai dari proses belajar. Proses belajar sendiri di mulai

dari kontak individu dengan dunia luar yang kemudian terjadi proses

transformasi dari masukan (input) yang direduksi, diuraikan,

disimpan, ditemukan kembali dan dimanfaatkan. Transformasi dari

masukan sensoris bersifat aktif melalui proses seleksi untuk

dimasukkan ke dalam ingatan (memory). Memory ini akan melakukan

penelaahannya pada kawasan (domain) pengetahuan. Sifat khas dari

belajar adalah memperoleh sesuatu yang baru, yang dahulu belum ada

sekarang menjadi ada, yang semula belum diketahui menjadi

diketahui, serta yang belum dimengerti menjadi dimengerti.

Page 32: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

f. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat diketahui dengan cara orang

yang bersangkutan mengungkapkan hal-hal yang diketahuinya dalam

bentuk bukti jawaban, baik lisan maupun tulisan. Pertanyaan atau tes

dapat digunakan untuk pengukuran pengetahuan yang secara umum

dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu: pertanyaan subyektif

misalnya pertanyaan uraian, dan pertanyaan obyektif misalnya

pertanyaan pilihan ganda (multiple choice), benar salah, dan

pertanyaan menjodohkan (Soekanto, 2005).

Pengukuran pengetahuan juga dapat dilakukan dengan

memberikan seperangkat alat tes/kuesioner tentang objek

pengetahuan yang akan diukur (Andriyani, 2009).

g. Metode untuk transfer Pengetahuan.

Metode transfer pengetahuan menurut Emilia (2009) ada 3

(tiga), yaitu:

1) Metode seminar, untuk 2-20 peserta. Umpan balik diperoleh dari

pemimpin kelompok yang memiliki pengetahuan lebih banyak.

2) Konferensi, metode ini baik untuk pengembangan profesional.

3) Metode Ceramah disertai Diskusi merupakan metode paling

baik untuk transfer pengetahuan, memotivasi sasaran dalam

kelompok besar.

Page 33: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Machfoedz dan Suryani (2005) juga menambahkan, apabila

pemahaman pengetahuan saja maka penyuluhan dapat dilakukan

dengan presentasi atau secara tertulis.

3. Infeksi Saluran Pernafasan Atas

a. Pengertian

Infeksi Saluran Pernafasan Atas adalah Infeksi Saluran

Pernafasan Akut golongan Bukan Pnemonia, seperti penyakit rinitis,

faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya.

Pada balita sering terjadi sindrom klinis yang tumpang tindih yang

menimbulkan tanda dan simptom yang hampir semuanya mirip, baik

virus maupun bakteri. Penyebab lain adalah traktus respiratorius

pada balita yang masih pendek jarak antara saluran pernafasan atas

dan bawah yang tidak terlalu besar serta mempercepat penyebaran

penyakit ke seluruh sistem pernafasan (Short, Gray, Dodge, 2009).

b. Gejala Umum

Menurut Rasmaliah (2004) gejala umum penyakit infeksi saluran

pernafasan dapat berupa: batuk dan pilek, kesulitan bernafas, sakit

tenggorokan, demam, sakit kepala.

Page 34: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

c. Macam Infeksi Saluran Pernafasan Atas

Adapun yang tergolong dalam infeksi akut saluran pernafasan

bagian atas antara lain:

1) Rinitis

Rinitis adalah radang/inflamasi pada membran mukosa hidung

(Short, Gray, Dodge, 2009). Naning, Triasih, Setyati (2012)

mengelmpokkan rinitis sebagai istilah konvensional untuk infeksi

saluran pernafasan atas ringan dengan gejala utama hidung buntu,

adanya sekret hidung, bersin, nyeri tenggorokan, dan batuk.

Rinitis mudah menular dan merupakan infeksi saluran

pernafasan atas yang paling sering terjadi. Penularannya melalui

aerosol yang mengandung partikel kecil droplet pada mukosa

hidung atau konjungtiva dan juga dapat menular melalui kontak

tangan dengan sekret yang mengandung virus. Insidensnya dapat

terjadi sepanjang tahun dan dipengaruhi oleh musim. Rinitis

meningkat selama musim dingin. Penyakit ini disebabkan oleh

virus. Virus yang paling sering menyebabkan adalah Rhinovirus,

sedangkan virus lain adalah virus Parinfluenza, Coronavirus,

Adenovirus dan lain-lain (Naning, Triasih, Setyati, 2012).

Gejala lokal/di sekitar alat pernafasan biasanya berupa hidung

tersumbat, mengeluarkan lendir atau ingus, rasa penuh di telinga.

Gejala umumnya dapat berupa gangguan gastrointestinal (seperti

mual, muntah, kembung), gangguan saluran kemih (disuria,

Page 35: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

anuria), gangguan mental (mudah tersinggung/rewel, gelisah),

dan gangguan musculoskeletal (mialgia).

Patologi yang menyebabkan hal ini terjadi adalah karena

terdapat hipersekresi kelenjar serosa pada mukosa hidung

sehingga membran hidung menjadi sembab dan berisi cairan

interstitium. Selain itu infeksi virus ini juga dapat meningkatkan

vasodilatasi dan meningkatkan permeabilitas kapiler, yang pada

balita ini akan menyebabkan hidung tersumbat dan dapat

menyebabkan dispneu. Balita juga rentan muntah dikarenakan

harus mengubah pola bernafas yang pada keadaan normal itu

melalui hidung sedangkan pada kasus ini melalui mulut, sehingga

pada saat balita minum akan banyak udara juga yang terhisap

sehingga menyebabkan tersedak, mual dan akhirnya muntah.

Infeksi mudah menyebar ke sinus-sinus, telinga dan laring (Short,

Gray, Dodge, 2009).

Gejala rinitis muncul setelah masa inkubasi yang sangat

bervariasi, tergantung virus penyebabnya. Virus Rhinovirus

terjadi setelah 10-12 jam, virus Influenza sekitar 1-7 hari.

Biasanya tingkat keparahannya memuncak dalam 2-3 hari dan

setelah itu membaik. Rinitis dapat sembuh sendiri. Penyakit ini

terjadi sekitar 7-14 hari.

Diagnosa Rinitis pada balita umumnya lebih sulit, karena

pada golongan umur tertentu balita belum bisa berbicara dan

Page 36: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

menyampaikan keluhannya secara spesifik. Oleh karena itu, perlu

dilakukan anamnesa yang lengkap pada orang tuanya, mengenai

bagaimana perilaku anak, terlihat nyeri atau tidak, sering rewel

atau tidak, apakah memiliki alergi, apakah orangtua

merokok/sering terpapar asap rokok atau tidak, susah menelan

atau tidak. Untuk diagnosa klinis perlu dilihat berapa panasnya,

warna sekret mukosa hidungnya, ada oedama atau tidak disekitar

hidung, ada whezing atau tidak.

Selain anamnesa dan pemeriksaan klinis, terdapat pula

diagnosa secara laboratorium seperti kultur, deteksi antigen dan

PCR (Polimerase Chain Reaction) untuk dapat menentukan

penyebab virus yang sebenarnya sehingga dapat diberikan terapi

yang tepat. Pada dasarnya pemeriksaan ini adalah baku emas

dalam penatalaksanaan rinitis, akan tetapi tidak direkomendasikan

untuk penatalaksanaan pasien sehari-hari, karena serotipe

Rhinovirus sangat banyak serta mengingat biaya yang besar,

sedangkan esensi rinitis dapat sembuh sendiri.

Naning, Triasih, dan Setyati (2012) membedakan terapi

rinitis ini menjadi 2 (dua), yaitu:

a) Terapi Nonmedikamentosa

Terapi ini dapat dilakukan ibu di rumah untuk

mengurangi gejala. Yaitu dengan memberikan cairan/minum

yang banyak untuk mengurangi nyeri/gatal tenggorok dan

Page 37: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

mengurangi panas apabila diikuti demam serta melakukan

elevasi kepala saat tidur untuk mengatasi hidung tersumbat,

memotivasi anak untuk istirahat yang cukup, menjaga

kesegaran udara di kamarnya, mengurangi pakaiannya

sebanyak mungkin karena dengan kontak langsung dengan

udara sekitar diharapkan suhu sekitar dapat membantu

menurunkan demam yang dideritanya serta jangan membuat

anak lebih stres.

b) Terapi Medikamentosa

Terapi ini digunakan untuk mengurangi gejala apabila

keluhan terlalu mengganggu. Terapi yang dianjurkan adalah

asetaminofen atau ibuprofen apabila usianya sudah 6 bulan ke

atas untuk mengurangi demam pada hari-hari pertama.

Dapat pula diberi tetes hidung, yaitu larutan efedrin 1 %

untuk mengurangi hidung tersumbat. Sedativum untuk

menenangkan. Ekspektoran untuk mengurangi batuk bila perlu

(Hasan, latief, Alatas, Napitupulu, Pudjiadi, dkk, 2007).

Untuk pencegahan rinitis dapat dilakukan dengan menjaga

higienitas diri dan lingkungan, mengatur pola makan yang sehat

dan bernutrisi, mencuci tangan setelah kontak dengan penderita

rinitis, menjauhkan anak dari penderita rinitis, dan dapat juga

diberikan imunisasi influenza setiap satu tahun sekali (Naning,

Triasih, Setyati, 2012)

Page 38: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

2) Rinosinusitis

Istilah rinitis dan sinusitis sering kali digunakan untuk

mendiagnosa secara bersamaan karena tanda dan gejala yang

muncul hampir sama. Apalagi pada balita yang memiliki traktus

respiratorius yang masih pendek (Daulay, Dalimunthe,

Kaswandani, 2012).

Dalam kamus Dorland (2002) Sinusitis diartikan sebagai

peradangan pada sinus/rongga/kanal, dalam hal ini adalah rongga

sekitar saluran pernafasan yaitu hidung sedangkan rinitis adalah

inflamasi pada rongga hidung, sehingga Rhinosinusitis diartikan

sebagai radang sinus asesorius hidung.

Ada 8 (delapan) sinus paranasal manusia yang terletak pada

masing-masing sisi hidung, yaitu sinus frontal, etmoid, maksila,

dan sfenoid yang masing-masing terdiri dari satu pasang yaitu

disebelah kanan dan sebelah kiri. Seluruh sinus ini dilapisi

mukosa yang merupakan kelanjutan dari mukosa hidung, berisi

udara, dan bermuara ke rongga hidung. Sinus paranasal ini

berfungsi untuk resonansi suara, humidifikasi udara, dan

meringankan kepala, sehingga apabila sinus ini mengalami

gangguan maka akan timbul perubahan suara yang khas yaitu

menjadi besar dan kepala terasa berat.

Sinus Maksila dan Sinus Etmoid sudah terbentuk sejak lahir.

Sinus Stenoid mengalami pneumatisasi pada usia 5 (lima) tahun.

Page 39: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Sinus Frontalis terbentuk pada usia 7 (tujuh) tahun tetapi baru

berkembang pada usia remaja. Ini merupakan faktor predisposisi,

bahwa sinus etmoid dan maksila biasanya akan terlibat dalam

kejadian rinosinositis akut (Short, Gray, Dodge, 2009).

Rhinosinusitis disebabkan oleh bakteri. Etiologi ini berbeda

tiap kategori kejadian akut dan kronis. Berikut adalah penyebab

patogen akut.

Tabel 2.1 Patogen Akut Rhinosinusitis

No Jenis Bakteri Prosentase Penyebab

1 Streptococcus pnemoniae 20-30%

2 Hemophilus influenzae 15-20%

3 Maroxella catharallis 15-20%

4 Streptococcus pyogenes 5%

Sumber: Daulay, Dalimunthe, Kaswandani, 2012

Untuk patogen kronik tidak diketahui secara pasti. Biasanya

disebabkan oleh mikroba. Menurut hasil kultur bakteri biasanya

ditemukan Streptococcus ά- haemolyticus, Staphylococcus aureus,

Staphylococcus koagulase negatif, dan lain-lain (Daulay,

Dalimunthe, Kaswandani, 2012).

Page 40: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Adapun faktor predisposisi rinosinusitis adalah infeksi

respiratorius akut bagian atas oleh virus, rinitis alergik, kelainan

anatomi seperti pada dinding lateral nasal, bula etmoid yang

besar, hipoplasia sinus maksilaris, dan lain-lain. Defisiensi imun

dan asma juga merupakan faktor predisposisinya (Daulay,

Dalimunthe, Kaswandani, 2012).

Pada anak tanda dan gejala yang sering muncul adalah

rinorea, hidung tersumbat, bersin-bersin/gatal, nyeri pada wajah,

ingus purulen, hiposmia/anosmia, demam, sakit kepala, bau

mulut, mudah lelah, batuk, mual dan muntah serta kadang disertai

sakit pada telinga. Rinosinusitis tidak di ikuti batuk berdehem atau

berdahak, sehingga apabila diikuti batuk berdahak itu sudah

mengalami penyebaran ke saluran pernafasan bawah.

Diagnosis dapat diambil dari keluhan klien dan melalui

pemeriksaan penunjang. Adapun pemeriksaan penunjang yang

biasa dilaukan adalah pemeriksaan mikrobiologi yaitu dengan

kultur bakteri. Selain kultur bakteri sebenarnya bisa dilakukan

pemeriksaan radiologis untuk memastikan adanya sinusitis, tetapi

tidak dianjurkan untuk anak balita.

Terapi anjuran untuk rinosinusitis adalah terapi

medikamentosa yang meliputi antibiotik, irigasi nasal dengan

salin, steroid topikal, dan dekongestan. Untuk rinosinusitis akut

biasanya diberikan antibiotik golongan pinisilin, misalnya

Page 41: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

amoksilin selama 10-14 hari atau satu minggu setelah perbaikan

gejala. Apabila balita alergi pinisilin dapat diberikan alternatif

sefalosporin generasi kedua atau ketiga.

Selain itu tenaga kesehatan juga perlu memberikan suport

kepada klien untuk menjalani diet, yaitu menghindari kafein,

coklat, dan soda asam, tidak diperbolehkan mengkonsumsi

makanan yang menimbulkan alergi, tidak diperbolekan tidur

setelah makan serta jangan didekatkan dengan asap rokok (Short,

Gray, Dodge, 2009)

3) Faringitis, Tonsilitis dan Tonsilofaringitis Akut

Faringitis adalah radang/inflamasi pada faring, meliputi

semua infeksi akut yang terjadi pada faring termasuk tonsilitis dan

tonsilofaringitis yang berlangsung hingga 14 hari. Faringitis

merupakan peradangan akut pada membran mukosa faring dan

struktur lain di sekitarnya. Karena letaknya yang sangat dekat

dengan tonsil, maka infeksi ini susah dipisahkan.

Faringitis disebabkan oleh virus dan bakteri. Virus

merupakan etiologi terbanyak dari penyakit faringitis ini,

terutama pada balita. Virus penyebab penyakit respiratori seperti

Adenovirus, Rhinovirus, dan Virus Parainfluenza dapat menjadi

penyebab faringitis. Bakteripun yang menjadi penyebab tersering

adalah Streptococcus beta golongan A, yang mencakup 15-30 %

Page 42: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

penyebab tonsilitis dari golongan bakteri pada balita (Naning,

Triasih, Setyati, 2012).

Gejala faringitis biasanya tergantung pada jenis bakteri/virus

yang menyebabkan. Misalnya untuk bakteri Streptococcus

biasanya berupa nyeri tenggorokan dengan kejadian mendadak

yang didahului demam tinggi hingga dapat mencapai 40° C.

Urutan gejala yang dikeluhkan oleh balita biasanya nyeri kepala,

nyeri perut, dan muntah. Gejala lain juga mungkin timbul, seperti

faring hiperemis, tonsil bengkak dengan eksudasi, kelenjar getah

bening anterior bengkak dan nyeri, uvula bengkak dan merah,

ekskoriasi hidung, dan petekie palatum mole. Dan faringitis ini

umumnya terjadi pada anak di atas 3 (tiga) tahun (Naning, Triasih,

Setyati, 2012). Pada balita faringitis ini timbul disertai demam

yang tidak jelas penyebabnya, diare, muntah, atau kejang demam.

Pada balita yang lebih dewasa, dapat disertai nyeri perut yang

kemudian akan mempersulit diagnosa banding dengan

apendiksitis (Short, Gray, Dodge, 2009).

Sulit membedakan faringitis oleh virus dan oleh bakteri

Streptococcus. Baku emas yang dipakai biasanya adalah

pemeriksaan kultur yang diambil dari apusan tenggorok. Atau bisa

juga menggunakan uji cepat dengan sensitifitas dan spesifitas

tinggi dalam waktu 10 (sepuluh) menit. Ini membantu dalam

Page 43: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

pemberian terapi sehingga mengurangi pemberian antibiotik yang

tidak perlu (Naning, Triasih, Setyati, 2012).

Terapi pada faringitis juga tergantung dari jenis etiologinya.

Untuk faringitis akut karena virus tidak perlu diberi antibiotik,

karena tidak dapat mengurangi derajat keparahan dan

mempercepat waktu penyembuhan seperti pada infeksi bakteri.

Upaya meringankan gejala dapat diberikan lozenges (obat hisap)

untuk mengurangi nyeri tenggorok dan gargles (obat kumur)

untuk higienitas mulut dan menekan pertumbuhan bakteri.

Apabila nyeri berlebihan dan disertai demam dapat diberikan

parasetamol atau ibuprofen.

Untuk antibiotik, harus didasarkan pada kultur. Faringitis

yang disebabkan bakteri Streptococcus group A pada balita dapat

diberikan amoksisilin sebagai pengganti pinisilin. Keunggulannya

adalah rasanya lebih enak dan efektivitas sama dengan pinisilin

dengan waktu konsumsi yang lebih pendek, yaitu dengan dosis 50

mg/KgBB/hari dibagi 2 selama 6 hari, dibandingkan dengan

pinisilin yang biasanya diberikan selama 10 hari. Apabila alergi

pinisilin dapat diberikan eritromicin etil suksinat

40mg/KgBB/hari atau eritromicin estolat 20-40 mg/KgBB/hari

dengan pemberian 2-3 atau 4 kali per hari selama 10 hari. Bila

dengan terapi itu hasil kultur masih positif dapat dilanjutkan terapi

untuk alternatif kedua yaitu klindamicin oral 20-30 mg/KgBB/hari

Page 44: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

selama 10 hari atau amoksisilin klavulanat 40mg/KgBB/hari yang

terbagi menjadi 3 (tiga) dosis dan dikonsumsi selama 10 (sepuluh)

hari.

Selain terapi medikamentosa juga dapat diberikan terapi

nonmedikamentosa, yaitu suport untuk mengkonsumsi cairan

yang cukup, istirahat yang cukup, mengurangi mengkonsumsi air

dingin seperti es, dan mengurangi makanan yang mengandung zat

pengawet seperti snak ringan yang dijual bebas (Short, Gray,

Dodge, 2009).

Apabila pada tonsilitis berulang dan adenoid berulang dapat

dilakukan tonsilektomi atau adenoidektomi. Akan tetapi dalam 2

(dua) dekade terakhir terapi ini menurun. Untuk anak usia kurang

dari 3 tahun tonsilektomi sebisa mungkin harus dihindari. Dan

untuk pelaksanaannya apabila sedang terjadi infeksi aktif, harus

ditunda selama 2-3 minggu (Naning, Triasih, Setyati, 2012).

4) Otitis Media

Otitis media merupakan suatu inflamasi telinga tengah yang

berhubungan dengan efusi/telinga tengah. Yang merupakan

penumpukan cairan di telinga tengah (Hasan, Latief, Alatas,

Napitupulu, Pudjiadi, 2007).

Penyebabnya adalah tuba eustachius anak lebih horizontal,

lubang pembukaan tonus tubarius dikelilingi oleh folikel limfoid

yang jumlahnya banyak, tuba juga lebih pendek, sistem imun

Page 45: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

masih rentan. Biasanya juga merupakan lanjutan dari infeksi

saluran pernafasan yang dapat menyumbat tuba eustachius dan

lubang hidung sehingga berperan sebagai fokus infeksi di daerah

tuba. Insidensnya juga banyak yang diawali dengan infeksi

saluran nafas yang berulang (Short, Gray, Dodge, 2009).

Penyebab dari otitis media biasanya adalah kuman, seperti

Streptococcus pneumonia, Haemophilus influenza, dan Moraxella

catharalis.

Otitis media merupakan inflamasi telinga tengah dengan

gejala dan tanda klinis yang cepat, seperti nyeri, demam,

anoreksia, iritabel, mual dan muntah. Beberapa juga ditemukan

efusi telinga tengah yang asimtomatis. Dari pemeriksaan otoskopi

didapatkan gerakan membran timpani yang menurun, dengan

bentuk menjadi cembung, kemerahan dan keruh (Dadiyanto,

2012).

Menurut Dadiyanto (2012) pembagian jenis otitis media ini

nantinya akan mempengaruhi terapi yang diberikan.

Adapun jenis terapi ototis media dikelompokkan menjadi 2

(dua), yaitu:

a) Otitis Media Akut

Infeksi ini sering terjadi pada anak-anak dengan gejala

demam dan membran timpani cembung. Manifestasi klinisnya

diawali dengan infeksi saluran pernafasan yang diikuti dengan

Page 46: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

keluan nyeri telinga, demam, dan gangguan pendengaran. Pada

bayi dan balita kadang gejala yang muncul tidak begitu khas

sehingga gejala yang muncul seringkali iritabel, diare, muntah,

malas minum dan sering menangis.

Pengobatan harusnya didasarkan pada uji sensitifitas

terlebih dahulu. Tetapi uji ini biasanya memakan waktu,

sehingga pada balita sering diberi amoksisilin oral untuk

pilihan awal dengan dosis 40mg/KgBB/24 jam, 3 (tiga) kali

sehari selama 10 (sepuluh) hari. Apabila resisten dengan

golongan pinisilin bisa diberikan kombinasi dari eritromisin

dan sulfonamid atau sulfisoksazol. Apabila tidak disertai

dengan kompliksi, pemberian antibiotik cukup selama 5 hari.

Terapi yang lain bisa diberikan antipiretik, analgetik, dan

dekongestan. Terapi miringotomi juga bisa dijadikan alternatif

untuk memberikan kelegaan. Dan tak jarang diikuti dengan

insisi yang besar saat melakukan miringotomi untuk

memungkinkan drainase telinga tengah yang cukup.

Apabila setelah terapi antibiotik telah diberikan selama 10-

14 hari , maka dapat dilakukan berbagai alternatif lain, yaitu:

pemberian antimikroba jenis lain dari antibiotik sebelumnya,

dekongestan dan antihistamin, dan atau kortikosteroid sistemik

(Dadiyanto, 2012).

Page 47: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

b) Otitis Media dengan Efusi

Otitis media dengan efusi adalah efusi telinga tengah

dengan tidak diikuti gejala otitis media akut. Otitis media ini

dapat terjadi pasca pengobatan otitis media sebelumnya. Lama

efusi sendiri dapat dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu: akut (kurang

dari tiga minggu), sub akut ( 3 minggu-3 bulan), dan kronis

(lebih dari 3 bulan). Efusi dapat bersifat serosa mukoid dan

purulen.

Manifestasi klinis yang muncul adalah efusi dan membran

timpani yang retraksi. Membran timpani ini biasanya keruh,

mobilitasnya juga terganggu, pendengaran terganggu, telinga

berasa penuh, tinitis dan dapat juga terjadi vertigo.

Otitis media dengan efusi sering sembuh dengan sendirinya

tanpa dilakukan terapi. Tetapi apabila gangguan pendengaran

yang dirasakan berat, maka dapat diberikan terapi medika

mentosa yaitu kombinasi dekongestan dan antihistamin.

Apabila efusi akut dan sub akut dapat dapat diberikan

antibiotik amoksisilin maupun amoksisilin- klavulanat selama

10-30 hari.

Apabila terjadi kejadian berulang pada balita dengan sebab

yang kurang jelas, maka dapat diberikan terapi antibiotik

profilaksis selama beberapa bulan selama musim dingin.

Misalnya adalah amoksisilin dengan dosis 20mg/KgBB/24 jam

Page 48: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

atau sulfonamid dengan dosis 50 mg/24 jam. Bersamaan

dengan terapi antibiotik profilaksis dapat juga dilakukan terapi

miringotomi dan pipa ventilasi yang efektif untuk mengurangi

keluhan, tetapi tidak dapat mencegah terjadinya insiden

berulang serta perlu dilakukan miringotomi dengan

memasukkan pipa timpanostomi, untuk memperbaiki ventilasi

telinga tengah.

5) Epiglottiditis Akut

Epiglottiditis akut merupakan penyakit yang jarang terjadi

dan disebabkan oleh virus Haemophillus influenzae tipe B serta

angka kejadian tertinggi pada usia 3-5 tahun. Dapat berakibat

fatal. Karena akan dapat menyebabkan obstruksi jalan nafas akut

dan dapat mengakibatkan kematian bila tidak diobati (Short,

Gray, Dodge, 2009).

Epiglottiditis banyak terjadi pada anak berusia 2-7 tahun,

dengan puncak usia 3,5 tahun. Epiglottiditis hampir selalu

disebabkan oleh Haemophilus influenza tipe B. Penyebab yang

lain adalah Staphylococcus aureus, S. peumonie, Candida

albicans, virus dan trauma. Trauma ini dapat terjadi karena 2

(dua) hal yaitu karena asam asetat dan air panas (Yangtjik, Arifin,

2012).

Gambaran klinisnya adalah sakit menelan, dispneu, epiglotis

sangat bengkak dan merah serta diikuti demam. Mula timbulnya

Page 49: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

cepat. Penanganannya harus di rumah sakit yang dilengkapi

dengan anestesi untuk membebaskan jalan nafas. Menurut

prosedur pengobatan antibiotik harus segera diberikan (Short,

Gray, Dodge, 2009).

Pada balita biasanya diawali dengan nyeri tenggorok,

disfalgia, lebih suka posisi duduk dengan badan membungkuk ke

depan dengan mulut terbuka dan leher ekstensi.

Diagnosis diperoleh dengan ditemukannya epiglotis yang

besar, bengkak, berwarna merah ceri dengan pemeriksaan

langsung ataupun laringoskopi, dan dapat menyumbat faring.

Kadang disertai radang di sekitarnya. Pemeriksaan yang lain dapat

dilakukan secara radiologis, dengan indikator ditemukannya

gambaran thumb sign.

Apabila anak diduga Epiglottiditis, maka pemeriksaan dengan

spatula harus dihindari karena akan menimbulkan reflek

laringospasme dan obstruksi total akut, aspirasi sekresi, serta

henti kardiorespirasi. Apabila tetap arus dilakukan maka arus

dipersiapkan intubasi dan trakeostomi. Selain itu anak yang

diduga epiglotis tidak diperbolehkan untuk tidur dalam posisi

terlentang karena akan semakin banyak kemungkinan terjadi

agitasi dan terjadi perubahan posisi epiglotis akibat gravitasi yang

akan menambah berat obstruksi/kerusakan jalan nafas (Yangtjik,

Arifin, 2012).

Page 50: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Epiglotis normal bentuknya mirip lidah dan menggantung

pada larinks. Fungsinya adalah untuk mencegah masuknya

makanan ke dalam saluran pernafasan saat menelan. Apabila

mengalami gangguan, maka makanan dapat masuk ke dalam

saluran pernafasan (Dorland, 2002).

Untuk terapi pada penderita Epiglottiditis dapat dilakukan

terapi medikamentosa seperti intubasi atau trakeostomi dan

antibiotik. Untuk melakukan intubasi dan trakeostomi tidak perlu

memandang derajat gawat nafas yang terlihat. Intubasi dapat

menurunkan resiko kematian sebanyak 5% dari yang tidak

diberikan intubasi. Intubasi dilakukan selama 2-3 hari hingga

terlihat perbaikan inflamasi. Untuk antibiotik biasanya diberikan

secara intravena berupa sefalosporin generasi ketiga seperti

cefotaksim atau cefriaxon. Cefotaxim diberikan selama 7-10 hari

dan anak bebas demam 2 (dua) hari, sedangkan ceftriaxon dosis

tunggal dapat diberikan selama 5 (lima) hari.

Prognosis egiglotis adalah pasien meninggal yang disebabkan

obstruksi jalan nafas dan komplikasi trakeostomi (Yangtjik,

Arifin, 2012).

4. Balita

Balita merupakan akronim Bawah Lima Tahun. Balita didefinisikan

sebagai periode usia manusia setelah bayi sebelum anak awal. Rentang

usia balita dimulai dari 1 (satu) tahun sampai 5 (lima) tahun (Muaris,

Page 51: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

2008). Moersintowati (2006) juga memperkuat definisi di atas, bahwa

disebut balita bila berusia antara rentang 1 (satu) sampai 5 (lima) tahun.

5. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan dalam Penanganan

Pertama ISPA Pada Balita

Salah satu cara untuk meningkatkan pengetahuan adalah dengan

penyuluhan karena tujuan dari penyuluhan jangka pendek adalah

peningkatan pengetahuan (Syafrudin dan Fratidhina, 2009). Penyuluhan

merupakan bagian dari pendidikan kesehatan yang di dalamnya terdapat

proses belajar. Proses belajar di mulai dari kontak individu dengan

dunia luar yang kemudian terjadi proses transformasi dari masukan

(input) yang direduksi, diuraikan, disimpan, ditemukan kembali dan

dimanfaatkan. Transformasi dari masukan sensoris bersifat aktif melalui

proses seleksi untuk dimasukkan ke dalam ingatan (memory). Memory

ini akan melakukan penelaahannya pada kawasan (domain)

pengetahuan. Sifat khas dari belajar adalah memperoleh sesuatu yang

baru, yang dahulu belum ada sekarang menjadi ada, yang semula belum

diketahui menjadi diketahui, serta yang belum dimengerti menjadi

dimengerti (Notoadmodjo, 2007).

Pendapat umum menyatakan bahwa adanya pengetahuan yang

cukup akan memotivasi individu untuk berperilaku sehat (Emilia,

2009). Pengetahuan dapat diperoleh dari berbagai informasi baik lisan

maupun tertulis serta pengalaman seseorang berdasarkan pikiran kritis

(Soekanto, 2000).

Page 52: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Pengetahuan yang dimaksud dalam karya tulis ilmiah ini adalah

pengetahuan mengenai pertolongan pertama infeksi saluran pernafasan

atas pada balita. Pertolongan atau penanganan pertama adalah tindakan

pertama yang dilakukan pada seseorang yang mengalami sakit.

Tindakan ini dilakukan sebelum dibawa ke tenaga kesehatan.

Pertolongan pertama ini tujuannya adalah untuk meringankan

gejala/rasa sakit yang dirasakan dan mengurangi komplikasi yang

mungkin timbul dalam arti mencegah keadaan bertambah buruk.

Untuk dapat menjalankan tujuan dari pertolongan pertama tersebut,

maka penolong harus sudah tahu apa yang harus dilakukan. Pemberi

pertolongan seharusnya tidak panik. Dan yang paling penting adalah

mengetahui penyebab sakit yang muncul dan tahu apa yang harus

diberikan (Cho, 2011).

Oleh karena itu, perlu dilakukan penyuluhan untuk meningkatkan

pengetahuan ibu agar ibu mampu memberikan pertolongan pertama

dengan benar (Syafrudin, Fratidina, 2009).

Page 53: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

B. Kerangka Konseptual

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, kerangka konseptual untuk penelitian

ini dapat dijelaskan melalui diagram berikut:

Variabel Bebas

Faktor yang mempengaruhi Variabel Terikat

Diagram 2.1 Kerangka Konseptual

Keterangan:

: Variabel yang tidak diteliti

: Variabel yang diteliti

- Pendidikan

- Pengalaman

- Informasi

- Sosial budaya

- Ekonomi

Pengetahuan Ibu Pada Tingkatan Paham Dalam

Memberikan Penanganan Pertama Infeksi

Saluran Pernafasan Atas Pada Balita

Ditemukan kembali (Pencarian kembali informasi)

Disimpan (dimasukkan dalam ingatan)

Dimanfaatkan (Penggunaan informasi)

Penyuluhan Infeksi Saluran Pernafasan Atas

Direduksi (Transfer Informasi)

Page 54: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

C. Hipotesis

”Ada Pengaruh Penyuluhan Tentang Infeksi Saluran Pernafasan Atas

(ISPA) Terhadap Pengetahuan Ibu Dalam Penanganan Pertama ISPA Pada

Balita”

Page 55: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (quasi

eksperimental) dengan menggunakan desain penelitian One group Pre-

and Pots-test group design, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menguji

perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya perlakuan, tetapi dalam

desain ini tidak ada kelompok pembanding/kontrol (Riyanto, 2010).

Model rancangan pada penelitian ini adalah :

Langsung 15 hari

Sumber: Riyanto (2010)

Diagram 3.1 Rancangan Penelitian

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Adapun tempat dan waktu penelitian ini adalah:

1. Tempat

Tempat penelitian ini di Desa Parangjoro Grogol Sukoharjo.

Perlakuan

Pre-

test

Post-

test

Page 56: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

2. Waktu

Waktu penelitian adalah bulan Mei-Juni 2012, dengan diskripsi

sebagai berikut:

a. Validitas I dilakukan pada tanggal 2 Mei 2012 di Posyandu Menur

III Parangjoro

b. Validitas II dilakukan pada tanggal 14 Mei 2012 di Posyandu

Menur 1 Parangjoro

c. Penelitian dan Pretest dilakukan pada tanggal 30 Mei 2012 di

Posyandu Menur VI Parangjoro

d. Post test dilakukan pada tanggal 15 Juni-17 Juni 2012 secara door

to door.

C. Populasi Penelitian

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah:

1. Populasi Target

Populasi target dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki

anak balita dan mengikuti Posyandu di Desa Parangjoro.

2. Populasi Aktual

Populasi Aktual dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki

anak balita usia 1-5 tahun, mengikuti posyandu Desa Parangjoro

antara bulan Mei-Juni tahun 2012, dan datang sendiri mengantarkan

balitanya ke posyandu.

Berdasarkan survey pendahuluan, besar populasi adalah 40 orang.

Page 57: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

D. Sampel dan Tehnik Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi target yang akan diteliti

secara langsung yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi (Darmadi

H, 2011).

Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak balita

usia 1-5 tahun, mengikuti posyandu di Desa Parangjoro pada bulan Mei-

Juni tahun 2012 dan datang sendiri bersama balitanya ke posyandu yang

diambil dengan tehnik total sampling dimana semua populasi yang ada

dijadikan sampel yaitu 40 orang. Penulis memilih tehnik ini karena

populasi yang ada terbatas dan untuk menghindari kesan yang tidak etis

(Tafiqurrahman, 2009).

E. Kriteria Restriksi

Meliputi 2 (dua) kriteria, yaitu:

1. Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi dalam penelitian ini adalah:

a. Ibu yang memiliki balita umur 1-5 tahun

b. Berdomisili di Desa Parangjoro

c. Mengikuti kegiatan Posyandu

d. Bisa membaca dan menulis

e. Tidak mengalami gangguan jiwa.

Page 58: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

2. Kriteria Eksklusi

Kriteria Eksklusi dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki

anak balita dan mengikuti posyandu di Desa Parangjoro, yang:

a. Tidak bersedia menjadi obyek penelitian dari awal sampai akhir.

b. Ibu yang tidak mengantar balitanya sendiri ke Posyandu.

F. Pengalokasian Subjek

Pengalokasian subjek pada eksperimen semu tidak

mengelompokkan subjek secara random, hal ini dikarenakan beberapa

alasan seperti tidak etis, dan tidak praktis karena ukuran sampel yang

terlalu kecil (Taufiqurrahman, 2009) sehingga dalam penelitian ini

penulis menggunakan total sampling dengan mengambil semua populasi

yang ada yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebagai sampel.

Sampelnya sebanyak 40 orang dilakukan pretest untuk mengetahui

pengetahuan awal mengenai infeksi saluran pernafasan atas pada balita.

Kemudian diberikan perlakuan berupa penyuluhan. Setelah 15 hari

dilakukan posttest pada kelompok tersebut untuk mengetahui hasil

pengetahuan yang diketahui dan dipahami responden secara door to

door (Notoatmodjo, 2010).

G. Definisi Operasional

1. Variabel Bebas : Penyuluhan Infeksi Saluran Pernafasan Atas

a. Definisi Operasional : Upaya bantuan yang diberikan kepada

konseli supaya dia memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri

sendiri, untuk dimanfaatkan olehnya dalam memperbaiki tingkah

Page 59: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

lakunya pada masa yang akan datang mengenai Infeksi Saluran

Pernafasan Atas yang meliputi definisi, gejala, penyebab,

penularan, dan pertolongan pertama yang dapat diberikan.

b. Alat Ukur : Presensi Kehadiran

c. Skala Pengukuran : -

2. Variabel Terikat : Pengetahuan ibu dalam penanganan pertama

Infeksi Saluran Pernafasan Atas pada balita

a. Definisi Operasional : Hasil tahu dan paham yang terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap Infeksi saluran

pernafasan atas, sehingga dapat memberikan penanganan pada

balitanya bila terjadi Infeksi saluran pernafasan atas meliputi

definisi, gejala, penyebab, penularan, dan pertolongan pertama

yang dapat diberikan. Definisi, gejala, penyebab, dan penularan

hanya digunakan sebagai pengantar sedangkan penekanannya

adalah pada pertolongan pertama yang dapat diberikan.

b. Cara Pengukuran : Kuesioner pengetahuan dalam penanganan

pertama infeksi saluran pernafasan atas pada balita.

c. Skala Pengukuran : Menggunakan skala Interval yaitu dari total

score yang nantinya diperoleh dari interval.

d. Hasil Pengukuran : total score yang didapat dalam mengisi

kuesioner sebelum dan sesudah penyuluhan.

Kemudian hasil score sebelum dan sesudah dibandingkan

(Riyanto, 2010).

Page 60: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

H. Intervensi dan Instrumentasi

Cara kerja dalam penelitian ini meliputi:

1. Intervensi

Pada penelitian ini, semua sampel diambil dan diberikan

intervensi. Di mulai dari memberikan pretest pada 40 orang ibu yang

diambil sebagai sampel berupa pertanyaan multiple choice question

untuk mengetahui pengetahuan awal tentang infeksi saluran

pernafasan atas. Pretest dilaksanakan bersamaan dengan program

posyandu bulanan yang telah menjadi agenda rutin yaitu pada tanggal

30 Mei 2012 dilanjutkan dengan memberikan penyuluhan kepada ibu

tentang infeksi saluran pernafasan atas meliputi definisi, gejala,

penyebab, diagnosa, dan penanganan pertama yang diberikan pada

balita apabila terserang infeksi saluran pernafasan atas. Setiap ibu

diberikan waktu 20 menit untuk mengerjakan. Penyuluhan dilakukan

dengan presentasi menggunakan LCD dan diskusi dengan

menggunakan leaflet selama 40 menit. Setelah 15 hari (15 Juli 2012)

sejumlah sampel tadi dilakukan posttest dengan kuesioner yang sama

seperti saat pretest untuk mengetahui pemahaman mengenai infeksi

saluran pernafasan atas pada balita. Post test dilaksanakan secara door

to door ke rumah masing-masing sampel. Kemudian hasil pretest

dianggap sebagai score awal dan hasil post test dianggap sebagai

score akhir yang akan dibandingkan.

Page 61: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

2. Instrumentasi

a. Penyuluhan Infeksi Saluran Pernafasan Atas

1) Alat Ukur : Alat ukur yang digunakan berupa presensi

kehadiran

2) Cara Pengukuran : Cara pengukurannya adalah dengan

mewajibkan semua mengisi presensi sebelum masuk ke

ruangan penyuluhan. Peneliti bekerja sama dengan kader

posyandu.

b. Pengetahuan Mengenai Penanganan Pertama Infeksi Saluran

Pernafasan Atas

1) Alat Penelitian: Alat yang dipakai dalam penelitian ini adalah

LCD, Laptop, dan leaflet

2) Alat Ukur

Alat ukur atau instrumen penelitian ini adalah kuesioner

tes berupa pertanyaan tertutup dalam bentuk multiple choice

question (MCQ). Kuesioner dibuat sendiri oleh peneliti karena

belum ada standar baku sehingga sebelum digunakan, peneliti

akan melakukan uji validitas dan reliabilitas terlebih dahulu.

Pada kuesioner pengukuran pengetahuan dalam

penanganan infeksi saluran pernafasan atas pada balita adalah

berupa daftar pernyataan, dengan pilihan jawaban A, B, dan C,

dimana skoring untuk penarikan kesimpulan ditentukan dengan

Page 62: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

membandingkan dengan score sebelum dan sesudah (Darmadi,

2010).

Kuesioner untuk pengambilan data yang dibuat sendiri

oleh peneliti karena belum ada kuesioner penelitian yang baku.

Oleh karena itu, kuesioner ini sebelumnya dilakukan uji

validitas dan uji reliabilitas terlebih dahulu kepada sejumlah

populasi yang tidak termasuk dalam sampel.

Adapun kisi-kisi kuesiner yang dipakai dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1. Kisi-kisi kuesioner

Kompetensi

Dasar

No

Indikator

C1 C2 Jumlah

Soal Jumlah Nomor

Soal Jumlah Nomor Soal

Pengetahuan

tentang

penanganan

pertama

infeksi saluran

pernafasan

atas pada

balita

1 Definisi 3 1, 2, 23 3 7, 17, 31 6

2 Gejala

3 5, 24, 33 2 10, 25 5

3 Penyebab

4 4, 6, 8, 37 3 3, 39, 49 7

5 Penularan 2 12, 21

2 9, 20 4

6 Pertolongan

Pertama

9 15, 22, 26, 32,

34, 38, 41, 42,

44

19 11, 13, 14, 16,

18, 19, 27, 28,

29, 30, 35, 36,

40, 43, 45, 46,

47, 48, 50

28

Total 21 29 50

Adapun soal test sebelum diberikan kepada sampel akan

dilakukan uji coba dan dianalisis terlebih dahulu. Uji Validitas dan

reabilitas pada penelitian ini dilakukan pada 2 (dua) tempat yaitu di

Page 63: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Posyandu Menur III pada tanggal 2 Mei 2012 dan Posyandu Menur

I pada tanggal 14 Mei 2012. Uji validitas dan reabilitas pada

penelitian ini diberikan pada 30 responden.

1) Uji Validitas

Sebelum kusioner digunakan maka harus dilakukan uji

validitas terlebih dahulu untuk menunjukkan tingkat kevalidan

atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid

apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Untuk

mengetahui validitas item digunakan rumus korelasi product

moment (Notoadmodjo, 2002).

Formula dari rumus korelasi product moment ini adalah

sebagai berikut :

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi

N = jumlah responden

X = skor tiap-tiap butir pertanyaan

Y = skor total

Suatu item pertanyaan dinyatakan valid apabila memiliki nilai

korelasi product moment yang positif dan memiliki nilai

signifikansi lebih kecil dari tingkat ketelitian 0,05 (Notoadmodjo,

Page 64: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

2002). Sugiyono (2007) juga menegaskan bahwa suatu item

petanyaan dikatakan valid apabila harga rxy (r hitung) lebih besar

dari r tabel. Pengolahan data untuk uji validitas ini menggunakan

program Statistical Package for Social Science (SPSS) 18 for

Windows.

Pada Uji validitas pertama kuesioner penyuluhan tentang

infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) terhadap pengetahuan ibu

dalam penanganan pertama ISPA pada balita didapatkan 24 soal

valid dan 26 yang tidak valid. Setelah di lihat satu per satu

didapatkan bahwa dari 24 soal yang valid terdapat suatu item

pertanyaan yang tidak terwakili sehingga dilakukan uji validitas

yang kedua. Uji validitas ini dilakukan pada kuesioner yang telah

diperbaiki struktur kalimat dan item pertanyaannya. Hasilnya

didapat 30 soal valid dan 20 soal yang tidak valid. Uji validitas

kedua ini semua item pertanyaan dapat terwakili, sehingga

kuesioner yang telah di uji validitas kedua inilah yang digunakan

untuk penelitian. Untuk 20 soal yang tidak valid akan

dihilangkan.

2) Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas diperoleh apabila kuesioner dapat dipercaya dan

dapat menunjukkan ketepatan pada hasil kuesioner. Teknik

analisa untuk uji reliabilitas menggunakan formula Cronbach’s

Alpha (Notoadmodjo, 2002).

Page 65: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Formula dari cronbach’s alpha adalah sebagai berikut :

(

)(

)

Keterangan :

r11 : reliabilitas instrumen (koefisien Cronbach’s

Alpha)

Vt : varians total atau varians skor total

∑Vi : jumlah keseluruhan varians item

n : jumlah item (yang valid)

Suatu item pertanyaan dikatakan reliabel apabila

memliki nilai alpha minimal 0,7 (Riwidikdo H, 2009).

Pengolahan data untuk uji reabilitas ini menggunakan program

Statistical Package for Social Science (SPSS) 18 for Windows.

Pada uji reabilitas pertama didapatkan 24 soal reliabel

dan 26 soal yang tidak reliabel. Sedangkan pada uji reabilitas

kedua didapatkan 30 soal reliabel dan 20 soal tidak reliabel.

Untuk item yang tidak reliabel akan dihilangkan dari kuesioner

penelitian.

Page 66: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Adapun item yang dimaksud adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2: Kisi-kisi kuesioner setelah uji validitas dan

reabilitas kedua

3) Cara Pengambilan Data

Cara pengambilan data pada penelitian ini adalah secara

langsung dari responden (data primer) dengan cara mengisi

kuesioner yang diberikan peneliti pada pretest dan posttest.

1) Pretest

Data diambil dengan cara mengisi kuesioner beberapa

hari sebelum penyuluhan. Peneliti dibantu kader posyandu

saat memberikan pretest. Pengambilan data dilakukan di

posyandu bersamaan dengan kegiatan rutin posyandu pada

Kompetensi

Dasar No

Indikator C1 C2

Valid jumlah Tidak

valid jumlah Valid Jumlah

Tidak

valid jumlah

Pengetahuan

tentang

penanganan

pertama

infeksi

saluran

pernafasan

atas pada

balita

1 Definisi 23 1 1, 2,

31 3 17 1 7 1

2 Gejala 24 1 5, 33 2 25 1 10 1

3 Penyebab 4, 6 2 8, 37 2 49 1 3, 39 2

5 Penularan 12 1 21 1 20, 9 2 - -

6 Pertolongan

Pertama

15,22,

26,32,

38,42

6 12, 34,

41, 44 4

11,13,

14,18,

19,27,

29,36,

43,45,

46,47,

48,50

14 16,30,

35,40 4

TOTAL 11 12 19 8

Page 67: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

bulan Mei. Pretest dilakukan secara serentak dalam satu

tempat. Ibu diberikan waktu 20 menit untuk mengerjakan

soal tes.

2) Posttest

Posttest dilakukan 15 setelah penyuluhan secara door to

door. Setiap ibu yang telah terdata sebagai responden akan

dikunjungi satu-satu untuk dilakukan posttest. Ibu diberikan

waktu 20 menit untuk mengerjakan kuesioner penelitian.

I. Rencana Analisis Data

1. Pengolahan Data

a. Editing (pemeriksaan data) yaitu memeriksa data yang telah

dikumpulkan baik berupa daftar pertanyaan maupun buku register.

b. Coding (pemberian kode) yaitu mengubah data ke dalam bentuk

yang lebih ringkas dengan menggunakan kode-kode tertentu untuk

mempermudah pengolahan.

c. Entry (pemasukan data) yaitu memasukkan satu per satu data yang

didapat ke dalam Statistical Package for Social Science (SPSS) 18

for Windows.

d. Tabulating (penyusunan data) yaitu pengorganisasian data dalam

bentuk tabel agar dengan mudah dapat dijumlah, disusun, ditata,

untuk disajikan dan dianalisis.

(Budiarto, 2002)

Page 68: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

2. Analisis Data

a. Analisis Univariat

Menganalisis tiap-tiap variabel penelitian yang ada secara

deskriptif dengan menghitung distribusi frekuensi. Variabel yang

dianalisis secara univariat dalam penelitian ini adalah karakteristik

responden yang terlampir dalam kuesioner dan penyuluhan Infeksi

saluran pernafasan akut.

b. Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil pengukuran kemudian dianalisis

untuk mengetahui apakah hasilnya sesuai dengan hipotesis yang

diharapkan atau tidak. Analisis data dilakukan dengan

menggunakan paired t test (Fajar,2007).

Proses analisis data dibantu dengan menggunakan SPSS 18 for

windows. Adapun tahapannya sebagai berikut:

1) Uji Normalitas Data

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data yang

diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas data

menggunakan Uji Shapiro-Wilk karena sampel kurang dari 50

(Agusyana, 2011).

Page 69: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Kriteria yang digunakan dalam uji Shapiro-Wilk dengan

significansi 0,05 menurut Ghozali (2006) adalah sebagai

berikut:

a) Bila nilai p>0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak, artinya

data yang akan diuji tidak mempunyai perbedaan yang

signifikan dengan data normal baku. Jadi kesimpulannya

data tersebut berdistribusi normal.

b) Bila nilai p<0,05 maka Ha ditolak dan Ho diterima, artinya

data yang akan diuji mempunyai perbedaan yang signifikan

dengan data normal baku. Jadi kesimpulannya data tersebut

tidak berdistribusi normal.

2) Uji Hipotesis

Jika terbukti berdistribusi normal maka tehnik analisis data

yang digunakan adalah uji-t dependen (dependent t-test) atau

paired t-test karena bertujuan untuk membandingkan hasil tes

yang variasinya sama sebelum dan sesudah penyuluhan (Fajar,

2009). Akan tetapi, bila data tidak berdistribusi normal maka

analisisnya dengan uji Wilcoxon. Data diolah dengan program

SPSS 18 for Windows (Dahlan, 2009)

Page 70: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Kriteria yang digunakan pada paired t test dengan

signifikansi 0,05 menurut Sugiyono (2007) adalah sebagai

berikut:

a) Bila nilai p<0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak, yaitu

terdapat perbedaan yang signifikan antara data sebelum dan

sesudah penyuluhan

b) Bila p>0,05 maka Ha ditolak dan Ho diterima, yaitu tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara data sebelum dan

sesudah penyuluhan.

Page 71: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Parangjoro merupakan salah satu desa di Kecamatan Grogol, Kabupaten

Sukoharjo. Wilayah Desa Parangjoro tergolong dataran rendah yang terbagi

menjadi area pemukiman rumah, area pertanian, dan pabrik textil serta mebel.

Desa Parangjoro ini terdiri dari 3 RW. RW I terdiri dari 3 RT, RW II terdiri

dari 3 RT, dan RW III terdiri dari 3 RT.

Penelitian ini dilakukan di RT 1 RW 3 yang memiliki jumlah ibu - balita

sebanyak 62 orang. Responden dalam penelitian ini yang menjadi populasi

aktual adalah sebanyak 40 orang dan semua populasi tersebut diambil sebagai

sampel untuk penelitian. Mayoritas warga bekerja sebagai buruh pabrik dengan

penghasilan rendah. Upah Minimum Regional (UMR) di daerah ini adalah Rp

800.000,00. Penduduk di Desa Parangjoro ini banyak yang memanfaatkan

fasilitas posyandu. Sebagian besar dari mereka akan datang berkunjung ke

posyandu untuk menimbang balitanya. Warga juga sangat antusias dalam

mengikuti kegiatan posyandu yang lain seperti penyuluhan, kunjungan sales

promosi, lomba balita favorit, dan lain sebagainya.

Posyandu biasanya diadakan di rumah Ibu “Bayan” karena pertimbangan

keluasan tempat dan jarak yang tidak terlalu jauh, karena mayoritas dari warga

akan berjalan kaki saat mendatangi posyandu.

Page 72: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

B. Karakteristik Responden

Penelitian menggunakan semua sampel yang ada atau secara total sampel,

yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, yaitu didapatkan sebanyak 40

orang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh gambaran subyek

sebagai berikut:

1. Usia

Karakteristik responden berdasarkan usia dapat dilihat pada gambar

berikut:

Gambar 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia

Gambar di atas menunjukkan bahwa jumlah responden terbesar berada

pada kelompok usia 20-30 tahun yang terdiri dari 24 responden (60%),

sedangkan jumlah responden terkecil berada pada kelompok usia <20

tahun yang terdiri dari 2 responden (5%).

0

10

20

30

< 2020-30

31-40

2

24

14

< 20 20-30 31-40

Page 73: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

2. Pendidikan

Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat

pada gambar berikut:

Gambar 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat

Pendidikan

Gambar tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden

menempuh pendidikan terakhir hingga tamat SMP yaitu sebanyak 16

responden (40%). Tidak ditemui responden yang tidak tamat SD (0%).

Tidak tamatSD

Tamat SDTamat SMP

Tamat SMAPerguruan

Tinggi

0

8

16

14

2

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan

Jumlah Responden

Page 74: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

3. Pekerjaan

Karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan dapat dilihat pada

gambar berikut:

Gambar 4.3 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jenis Pekerjaan

Gambar tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden tidak

bekerja yaitu mencapai kelompok tertinggi dengan jumlah 33 responden

(82,5%). Tidak ada yang menjadi pegawai negeri sipil (0%).

Tidak Bekerja Swasta Wiraswasta PNS

33

3 4

0

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan

Jumlah Responden

Page 75: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

4. Pendapatan

Karakteristik responden berdasarkan pendapatan dapat dilihat pada

gambar berikut:

Gambar 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendapatan

Gambar di atas menunjukkan bahwa jumlah responden terbesar atau

21 responden (52,5%) memiliki pendapatan < Rp 500.000,00. Hanya ada

1 (2,5%) responden yang memiliki pendapatan > Rp 2.000.000,00.

0

5

10

15

20

25

Jumlah Responden

21

16

2 0

1

< Rp 500.000,00 Rp 500.000,00-Rp 1.000.000,00

Rp 1.000.000,00-Rp 1.500.000,00 Rp 1.500.000,00-Rp 2.000.000,00

> Rp 2.000.000,00

Page 76: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

5. Jumlah Anak

Karakteristik responden berdasarkan jumlah anak dapat dilihat pada

gambar berikut:

Gambar 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jumlah Anak

Gambar di atas menunjukkan bahwa jumlah responden terbesar, yaitu

sekitar 24 orang (60%) baru memiliki satu orang anak, dan jumlah

responden yang terkecil, yaitu sekitar 6 orang (15%) memiliki tiga anak.

6. Kunjungan Posyandu

Sebanyak 40 responden (100%) menyatakan selalu mengikuti

posyandu. Hal ini menunjukkan bahwa semua responden rata-rata

memperoleh informasi dengan takaran yang sama dari posyandu.

7. Riwayat ISPA

Sebanyak 40 responden (100%) menyatakan bahwa balitanya pernah

menderita ISPA seperti batuk pilek dan flu. Hal ini menunjukkan bahwa

satudua

tiga

24

10

6

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jumlah Anak

Page 77: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

semua ibu sudah mengetahui gambaran umum awal tentang infeksi saluran

pernafasan atas, sehingga akan memudahkan dalam apersepsi penyuluhan.

C. Data Hasil Penelitian

1. Pengetahuan Ibu sebelum dan sesudah penyuluhan (Pre test dan Post test)

a. Pretest

Hasil yang diperoleh responden sebelum penyuluhan adalah

sebagai berikut:

Gambar 4.6 Rata-rata perolehan hasil pretest responden

Berdasarkan gambar tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata perolehan

hasil pretest responden adalah 20,95.

Mean: 20,95

Std. Dev: 1,974

Page 78: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

b. Post test

Hasil yang diperoleh responden sebelum penyuluhan adalah

sebagai berikut:

Gambar 4.7 Rata-rata perolehan hasil post test responden

Berdasarkan gambar tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata perolehan

hasil pretest responden adalah 24,95.

Tabel 4.1 Hasil Pre test – Post Test

Mean

Standar

Deviasi

Skor

Tertinggi

Skor

Terendah

Pre test 20,95 1,974 25 16

Post test 24,95 1,894 29 21

Tabel di atas menunjukkan adanya peningkatan skor tertinggi maupun

terendah sebelum dilakukan penyuluhan dan sesudah dilakukan penyuluhan.

Mean: 24,95

Std. Dev: 1,894

Page 79: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

2. Uji Normalitas

Uji Normalitas dalam penelitian ini menggunakan Uji Shapiro-Wilk.

Hasilnya adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2 Uji Normalitas Pre Test dan Post Test

Tests of Normality

Shapiro-Wilk

Statistic df Sig.

Pre test 0,959 40 0,158

Post test 0,956 40 0,123

a. Lilliefors Significance Correction

Tabel tersebut menunjukkan bahwa nilai Sig untuk pre test dan post

test dengan menggunakan Shapiro-Wilk berturut-turut adalah 0,158 dan

0,123. Semuanya menunjukkan p > 0,05, sehingga dapat ditarik

kesimpulan bahwa data Pre Test dan data Post Test terdistribusi normal.

Page 80: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

3. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan Uji t dependen atau

paired t-test karena data berdistribusi normal. Hasilnya adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.3 Hasil Analisis Data

Paired Samples Test

Paired Differences

T df

Sig. (2-

tailed) Mean

Std.

Deviation

Std.

Error

Mean

95%

Confidence

Interval of the

Difference

Lowe

r Upper

Pair 1

Pre

Test

-

Post

Test

-4,000 ,751 ,119 -

4,240 -3,760 -33,683 39 ,000

Tabel di atas menunjukkan nilai p (Sig. 2-tailed) adalah 0,000 dimana

nilai p<0,05 (0,000<0,05). Hal ini menunjukkan adanya perbedaan skor

yang bermakna antara hasil pre test dan post test. Dengan demikian dapat

disimpulkan ada pengaruh yang signifikan antara penyuluhan tentang

infeksi saluran pernafasan atas terhadap pengetahuan ibu dalam

penanganan pertama ISPA pada balita di Desa Parangjoro, Grogol,

Sukoharjo.

Page 81: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

BAB V

PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden

1. Usia

Hasil analisis dari penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar

responden berumur 20-30 tahun. Umur merupakan ciri kedewasaan fisik

dan kematangan kepribadian yang erat hubungannya dengan pengambilan

keputusan dan perilaku tindakan. Semakin dewasa umur maka tingkat

kemampuan, kematangan dalam berfikir dan kemampuan menerima

informasi akan lebih baik jika dibandingkan dengan umur yang masih muda

atau belum dewasa. Mulai umur 20 tahun, taraf berfikir seseorang akan

semakin matang. Dari data yang telah terkumpul dapat diketahui bahwa

dalam penelitian ini mayoritas responden termasuk dalam golongan umur

yang matang sehingga lebih mudah dalam penyampaian informasi dalam

suatu penyuluhan (Mubarak, 2007). Setelah dilakukan analisis terlihat

bahwa peningkatan skor pretest dan post test untuk kelompok usia di bawah

20 tahun tidak terlalu tinggi apabila dibandingkan dengan dengan kelompok

usia di atas 20 tahun. Ini membuktikan adanya kesesuaian dengan teori yang

ada.

2. Pendidikan

Ditinjau dalam hal pendidikan, sebagian besar responden memiliki

ijasah pendidikan terakhir pada jenjang tamat SMP. Tingkat pendidikan

Page 82: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

sendiri merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan

seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin baik

pula pola pikirnya. Pola pikir yang baik ini nanti akan menyebabkan

seseorang memiliki kemampuan analisis dan sintesis yang baik pula.

Kemampuan analisis dan sintesis sendiri merupakan domain kognitif dari

pengetahuan. Semakin baik kemampuan analisis dan sintesis seseorang

maka akan semakin baik pula tingkat pengetahuan seseorang. Ibu dengan

pendidikan yang tinggi pada umumnya akan lebih memperhatikan kesehatan

daripada ibu dengan pendidikan rendah. Responden dalam penelitian ini

memiliki kemampuan analisis dan sintesis yang cukup baik, sehingga

memudahkan dalam penerimaan informasi saat penyuluhan (Notoadmodjo,

2010). Setelah dilakukan analisis dapat diketahui bahwa semakin tinggi

tingkat tingkat pendidikan responden, rata-rata mengalami peningkatan skor

yang lebih tinggi pula. Ini membuktikan adanya kesesuaian dengan teori

yang ada.

3. Pekerjaan

Data yang terkumpul menunjukkan bahwa sebagian besar responden

tidak bekerja (Ibu rumah tangga). Status pekerjaan ibu dapat berpengaruh

terhadap kesempatan dan waktu yang digunakan untuk meningkatkan

pengetahuan. Ibu yang bekerja sebagai ibu rumah tangga (IRT) akan

memiliki lebih banyak waktu dan kesempatan yang digunakan untuk

meningkatkan pengetahuan karena secara otomatis akan memiliki lebih

banyak waktu juga mengakses informasi melalui berbagai macam sumber

Page 83: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

informasi seperti mengikuti kegiatan kemasyarakatan misalnya PKK, arisan

RT, Posyandu, dan lain sebagainya dan juga melalui media elektronik

seperti TV, radio, internet, dan lain sebagainya. Dengan mengakses

informasi dari berbagai sumber informasi tersebut akan menambah

pengetahuan dan pengalaman ibu. Dapat disimpulkan bahwa responden

dalam penelitian ini memiliki banyak kesempatan untuk mendapatkan

berbagai macam informasi kesehatan dari berbagai sumber, sehingga

memudahkan dalam penangkapan informasi saat penyuluhan (Soekanto,

2002). Setelah dilakukan analisis, dapat diketahui bahwa ibu yang tidak

bekerja rata-rata mengalami peningkatan skor pengetahuan yang lebih tinggi

daripada ibu tidak bekerja. Kesimpulannya sesuai dengan teori yang ada.

4. Pendapatan

Pekerjaan seseorang akan mempengaruhi pendapatan yang diperoleh.

Berdasarkan data yang dikumpulkan dapat diketahui bahwa responden

memiliki pendapatan yang relatif rendah (< Rp 500.000,00). Berdasarkan

data yang di peroleh dari Kelurahan Parangjoro, dapat diketahui bahwa

Upah Minimum Regional (UMR) daerah ini adalah Rp 800.000,00.

Sehingga mayoritas warga berpendapatan di bawah UMR. Pendapatan akan

mempengaruhi pola konsumsi seseorang. Soekanto (2005) menyatakan

dimana semakin tinggi sosial ekonomi akan menambah tingkat pengetahuan

karena kesempatan menempuh pendidikan yang semakin tinggi, dan

kepemilikan serta akses media elektronik yang lebih mudah, seperti TV,

Radio, internet dan lain-lain. Akan tetapi, untuk memperoleh informasi pun

Page 84: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

tidak selalu harus dengan media elektronik yang mahal. Menurut Syafrudin

(2009) informasi yang baik didapat dari media yang tepat. Syafrudin juga

menambahkan bahwa informasi di dunia global dapat sangat mudah sekali

diakses oleh siapapun. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak

selalu dibutuhkan media yang mahal untuk mendapatkan informasi, bahkan

melalui koran atau televisi saja sudah bisa menambah informasi tentang

infeksi saluran pernafasan atas. Setelah dilakukan analisis dapat diketahui

bahwa kelompok dengan pendapatan yang rendah (dibawah UMR) rata-rata

mengalami peningkatan skor yang tidak terlalu tinggi. Ini membuktikan

adanya kesesuaian dengan teori yang ada.

5. Jumlah Anak

Berdasarkan data yang terkumpul responden rata-rata memiliki satu

orang anak. Soekanto (2005) memaparkan bahwa jumlah anak akan

mempengaruhi pola pikir dan pengalaman seseorang, terutama dalam

memberikan penanganan pada anak balitanya apabila terjadi suatu masalah.

Mubarak (2007) juga menambahkan bahwa pengetahuan akan semakin baik

apabila diperoleh suatu gambaran atau apersepsi yang baik pula

sebelumnya. Untuk menumbuhkan apersepsi atau pemahaman ini dapat

dilakukan dengan memperoleh pengalaman terlebih dahulu yang dapat

meningkatkan imaginasi dalam kemaknaan selanjutnya. Responden dalam

penelitian ini rata-rata mempunyai 1 (satu) orang anak, sehingga

pengalaman dalam perawatan balita bermasalah juga masih sedikit,

khususnya adalah infeksi saluran pernafasan atas (ISPA). Ini menunjukkan

Page 85: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

sasaran sangat tepat untuk diberikan perlakuan dan diamati perubahan

pengetahuannya. Setelah dilakukan analisis, dapat diketahui bahwa ibu yang

memiliki satu jumlah anak rata-rata mengalami peningkatan nilai yang lebih

rendah daripada ibu yang memiliki anak lebih dari satu. Ini membuktikan

adanya kesesuaian dengan teori yang ada.

6. Kunjungan Posyandu

Semua responden selalu datang dalam kegiatan posyandu. Kunjungan

posyandu akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Dengan rutin

datang ke posyandu seorang ibu akan selalu dapat mengetahui

perkembangan yang terjadi di luar sana dari penyuluhan penyuluhan dari

bidan desa, kader posyandu, maupun kunjungan dari luar seperti PLKB,

promosi kesehatan dari mahasiswa PKK, dan lain sebagainya. Secara

otomatis pengetahuannya akan meningkat. Dapat disimpulkan bahwa

responden aktif dalam mengikuti posyandu dan mempunyai sumber

informasi yang banyak akan memiliki pengetahuan yang lebih luas sehingga

akan memudahkan saat penyuluhan (Soekanto, 2005).

7. Status ISPA

Semua responden menyatakan bahwa semua balitanya pernah

mengalami Infeksi saluran pernafasan atas, seperti flu, batuk tidak berdahak,

pilek, radang tenggorokan, dan lain sebagainya. Sehingga secara tidak

langsung ibu sudah memiliki gambaran tentang Infeksi saluran pernafasan

atas (ISPA). Ini akan memudahkan dalam melakukan apersepsi dan diskusi

Page 86: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

lebih lanjut tentang ISPA pada saat penyuluhan berlangsung (Soekanto,

2005).

B. Pengaruh Penyuluhan Infeksi Saluran Pernafasan Atas Terhadap Pengetahuan

Ibu Dalam Penanganan Pertama Infeksi Saluran Pernafasan Atas Pada Balita

Sampel penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak balita. Masa balita

merupakan periode yang penting dalam tumbuh kembang seorang anak. Pada

masa ini terjadi pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan

perkembangan anak selanjutnya, seperti perkembangan kemampuan berbahasa,

kreativitas, kesadaran sosial, emosional, dan intelegensi yang berjalan cepat.

Infeksi saluran pernafasan atas merupakan penyakit yang sering terjadi pada

balita. Balita yang terjangkit ISPA akan dapat mengalami gangguan tumbuh

kembang, berat badan turun, nafsu makan berkurang, dan lain sebagainya.

Keadaan yang lebih parah dapat meningkatkan angka morbiditas dan

mortalitas. Penanganan yang tepat dapat meringankan gejala/rasa sakit yang

dirasakan dan mengurangi komplikasi yang mungkin timbul dalam arti

mencegah keadaan bertambah buruk.

Untuk dapat memberikan penanganan yang tepat, seorang ibu harus

terlebih dahulu mengetahui mempunyai pengetahuan tentang penanganan

infeksi saluran pernafasan atas. Salah satu cara untuk meningkatkan

pengetahuan adalah dengan penyuluhan karena tujuan jangka pendek dari

penyuluhan adalah peningkatan pengetahuan (Syafrudin dan Fratidhina, 2009).

Penyuluhan merupakan bagian dari pendidikan kesehatan yang di dalamnya

Page 87: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

terdapat proses belajar. Proses belajar di mulai dari kontak individu dengan

dunia luar yang kemudian terjadi proses transformasi dari masukan (input)

yang direduksi, diuraikan, disimpan, ditemukan kembali dan dimanfaatkan.

Transformasi dari masukan sensoris bersifat aktif melalui proses seleksi untuk

dimasukkan ke dalam ingatan (memory). Memory ini akan melakukan

penelaahannya pada kawasan (domain) pengetahuan. Sifat khas dari belajar

adalah memperoleh sesuatu yang baru, yang dahulu belum ada sekarang

menjadi ada, yang semula belum diketahui menjadi diketahui, serta yang belum

dimengerti menjadi dimengerti (Notoadmodjo, 2007).

Pendapat umum menyatakan bahwa adanya pengetahuan yang cukup akan

memotivasi individu untuk berperilaku sehat (Emilia, 2009). Pengetahuan

dapat diperoleh dari berbagai informasi baik lisan maupun tertulis serta

pengalaman seseorang berdasarkan pikiran kritis (Soekanto, 2000).

Penyuluhan mengenai penanganan pertama infeksi pernafasan atas pada

balita dapat meningkatkan pengetahuan ibu tentang infeksi saluran pernafasan

atas pada balita. Proses penyuluhan ini dipengaruhi oleh karakteristik

responden seperti usia, pekerjaan, pendidikan, pendapatan, pengalaman, dan

kunjungan posyandu. Untuk mengetahui perubahan pengetahuan tentang

penanganan pertama infeksi saluran pernafasan atas pada balita maka

dilakukan pre test dan post test. Pada Pre test rata-rata skor responden

mayoritas di atas rata-rata. Pada Post test rata-rata skor responden mayoritas

juga di atas rata-rata. Akan tetapi, hasil penelitian menunjukkan rata-rata post

test lebih tinggi daripada rata-rata pre test. Peningkatan pengetahuan tersebut

Page 88: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

disebabkan ibu memperoleh tambahan informasi dalam penyuluhan. Hal ini

sesuai dengan Mubarak (2007) yang menyatakan bahwa informasi merupakan

salah satu hal yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang.

Adanya pemberian informasi yang baru tersebut menimbulkan minat yang

tinggi terhadap sesuatu. Dengan memperoleh informasi yang baru dapat

membantu seseorang memperoleh pengetahuan yang baru. Minat menjadikan

seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh

pengetahuan yang lebih mendalam.

Hasil uji hipotesis dengan menggunakan paired t test menunjukkan ada

pengaruh yang signifikan antara penyuluhan infeksi saluran pernafasan atas

terhadap peningkatan pengetahuan ibu tentang penanganan pertama infeksi

saluran pernafasan atas pada balita. Peningkatan pengetahuan ini disebabkan

karena ibu memperoleh penyuluhan. Hal ini sesuai dengan Syafrudin, Fratidina

( 2009) bahwa penyuluhan dapat meningkatkan pengetahuan ibu agar ibu

mampu memberikan pertolongan pertama dengan benar, sebab salah satu

manfaat penyuluhan adalah berkisar tentang perubahan pengertian yang

mempengaruhi sebuah pengetahuan. Hasil penelitian ini didukung pula oleh

penelitian serupa seperti yang dilakukan oleh Suparyono (2008) bahwa

pemberian penyuluhan Posyandu pada ibu balita mampu meningkatkan

pengetahuan dan sikap terhadap Posyandu.

Analisis menggunakan paired t test karena data berdistribusi normal. Hal

ini terbukti dari pengolahan dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk (n<50)

didapat p untuk pre test dan post test >0,05.

Page 89: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

Secara umum hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh yang signifikan

antara penyuluhan ISPA terhadap pengetahuan ibu tentang penanganan ISPA

pada balita. Namun demikian, penelitian ini masih memiliki keterbatasan.

Keterbatasan tersebut yaitu pada penelitian ini tidak semua variabel luar bisa

dikendalikan seperti: pendidikan, pengalaman, informasi, sosial budaya, dan

ekonomi.

Page 90: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

BAB VI

PENUTUP

A. Simpulan

Simpulan dari penelitian pengaruh penyuluhan tentang infeksi saluran

pernafasan atas (ISPA) terhadap pengetahuan ibu dalam penanganan pertama

ISPA pada balita di Desa Parangjoro, Grogol, Sukoharjo adalah sebagai

berikut:

1. Rata-rata skor pengetahuan ibu sebelum penyuluhan adalah 20,95.

2. Rata-rata skor pengetahuan ibu setelah penyuluhan adalah 24,95.

3. Ada pengaruh penyuluhan infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) terhadap

peningkatan pengetahuan ibu tentang penanganan ISPA pada balita

(p=0,000< 0,05).

B. Saran

1. Bagi Tenaga Kesehatan

Diharapkan agar tenaga kesehatan, khususnya bidan dapat lebih

meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pertolongan pertama pada

balita yang tertular ISPA melalui penyuluhan tentang ISPA pada balita

dengan metode presentasi dan leaflet serta senantiasa mendukung dan

memotivasi agar ibu dapat aktif dalam perawatan balitanya.

2. Bagi Masyarakat

Diharapkan bagi masyarakat (khususnya ibu) untuk senantiasa

meningkatkan pengetahuan mengenai bagaimana melakukan penanganan

Page 91: PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN …/Pengaruh... · Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment ... ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

pada balita yang tertular ISPA dengan cara mengikuti penyuluhan maupun

melalui media yang lain seperti media elektronik dan media cetak.

3. Bagi Puskesmas

Diharapkan puskesmas dapat secara aktif memberikan kebijakan

kepada setiap posyandu untuk melakukan penyuluhan tentang ISPA pada

balita dengan metode presentasi dan leaflet guna meningkatkan

pengetahuan ibu serta peran aktif ibu dalam penanganan pertama apabila

terjadi ISPA pada balitanya.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan agar peneliti selanjutnya mengembangkan penelitian ini

dengan menambah variabel yang lain seperti sikap, perilaku ibu serta

mempertimbangkan metode penyuluhan yang berbeda seperti pendidikan

intensif individual ataupun kelompok kecil, design yang lain misalnya

dengan menggunakan kontrol, agar ruang lingkup penelitian menjadi lebih

luas, atau dengan menggunakan parameter yang berbeda.