pengaruh penggunaan pendekatan problem posing...
TRANSCRIPT
i
PENGARUH PENGGUNAANPENDEKATAN PROBLEM POSING
TERHADAP BERPIKIR KREATIF SISWA PADA KONSEPPEWARISAN SIFAT
(Quasi Experiment Pada Kelas IX SMP Negeri 2 Ciruas, Serang)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk MemenuhiPersyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
OlehIKA RIFQIAWATINIM. 106016100578
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGIJURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUANUIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA2011
ii
LEMBAR PENGESAHAN
PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN PROBLEM
POSING TERHADAP BERPIKIR KREATIF SISWA
PADA KONSEP PEWARISAN SIFAT
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk Memenuhi Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S1)
Oleh:
IKA RIFQIAWATI
106016100578
Di bawah Bimbingan:
Pembimbing I
Drs. Ahmad Sofyan, M. Pd
NIP. 19650115 198703 1 020
Pembimbing II
Nengsih Juanengsih, M. Pd
NIP. 19790510 200604 2 001
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2011
iii
LEMBAR PENGESAHANPANITIA UJIAN MUNAQASYAH
Skripsi dengan judul : ”Pengaruh Penggunaan Pendekatan Problem Posing terhadap
Berpikir Kreatif Siswa pada Konsep Pewarisan Sifat (Kuasi Eksperimen di SMP
Negeri 2 Ciruas, Serang)”, disusun oleh Ika Rifqiawati, NIM 106016100578, diajukan
kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
dan telah dinyatakan LULUS dalam Ujian Munaqasyah pada tanggal 18 Maret 2011 di
hadapan Dewan Penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan (S.Pd) pada Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam, Program Studi Pendidikan
Biologi.
Jakarta, 21 Maret 2011
Panitia Ujian Munaqosah
Tanggal Tanda Tangan
Ketua Panitia
Dr. Sujiyo Miranto, M. Pd ...............NIP. 19681228 200003 1 004
Sekretaris
Nengsih Juanengsih, M. Pd ...............NIP. 19790510 200604 2 001
Penguji I
Dr. Sujiyo Miranto, M. Pd ...............NIP. 19681228 200003 1 004
Penguji II
Meiry Fadilah Noor, M. Si ...............NIP. 150 411 174
Mengetahui,Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Prof. Dr. H. Dede Rosyada, MANIP. 19571005 198703 1 003
iv
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
N a m a : Ika Rifqiawati
Tempat/Tgl.Lahir : Serang, 05 Mei 1988
NIM : 106016100578
Jurusan / Prodi : Pendidikan IPA/Pendidikan Biologi
Judul Skripsi : Pengaruh Penggunaan Pendekatan Problem Posing terhadap
Berpikir Kreatif Siswa pada Konsep Pewarisan Sifat
Dosen Pembimbing : 1. Drs. Ahmad Sofyan, M. Pd
2. Nengsih Juanengsih, M. Pd
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan
saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.
Jakarta,
Mahasiswa Ybs.
Ika Rifqiawati
NIM.106016100578
v
ABSTRAK
Ika Rifqiawati, ”Pengaruh Penggunaan Pendekatan Problem Posing terhadapBerpikir Kreatif Siswa pada Konsep Pewarisan Sifat.” Skripsi, Program StudiPendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas IlmuTarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan problem posing terhadapberpikir kreatif siswa pada konsep pewarisan sifat. Penelitian ini dilaksanakan di SMPNegeri 2 Ciruas, Serang. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimendengan desain nonrandomized control group pretest-posttest design. Pengambilan sampeldilakukan dengan teknik purposive sampling. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 36siswa untuk kelas eksperimen, dan 37 siswa untuk kelas kontrol. Pengambilan datamenggunakan instrumen tes berpikir kreatif berbentuk uraian yang telah diuji validitasdan reliabilitasnya. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruhpenggunaan pendekatan problem posing terhadap berpikir kreatif siswa pada konseppewarisan sifat. Analisis data menggunakan uji t. Data hasil perhitungan perbedaan rata-rata postes kedua kelompok diperoleh nilai hitung sebesar 5,62, sedangkan t tabel dengansignifikansi 5% adalah 1,99. Maka dapat dikatakan bahwa t hitung > t tabel. Hal tersebutmenunjukkan hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nol (Ho) di tolak. Dengandemikian, terdapat pengaruh pendekatan problem posing terhadap berpikir kreatif siswapada konsep pewarisan sifat.
Kata Kunci: Pendekatan Problem Posing, dan Berpikir Kreatif.
vi
ABSTRACT
Ika Rifqiawati, ”The Influence of uses problem posing approach on creativethinking.” Undergradued thesis, for Biology Education Program, The Departementof Natural Science, The Faculty of Tarbiyah and Teacher’s Training, State IslamicUniversity of Syarif Hidayatullah Jakarta.
The study aims to know the effect of problem posing approach on creative thinking skillsin genetica concept. This research was conducted at SMP Negeri 2 Ciruas, Serang. Themethode of this research is quasi eksperiment with design used nonrandomized controlgroup pretest-posttest design. The technique sampling is purposive sampling. The amountof research sample were 36 students for experiment class, and 37 students for controlclass. Data was collected by using creative thinking test methode, biology essay test andresponse through science learning by using observation. Analysis data used t-test. Theresult of analysis posttest t-test data both of classes obtained t count point is 5,62, and ttable point in 5% significance is 1,99, It is mean t count more higher than t table or tcount > t table. It indicates Ha is accepted and Ho is refused. Therefore, There is effectproblem posing approach on creative thinking in genetica concept.
Keywords: Problem posing approach, dan Creative thinking
vii
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt., yang
telah memberikan nikmat serta rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada
tauladan kita, Nabi Muhammad saw., yang telah membawa manusia ke dalam
dunia yang berperadaban.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat dalam
menempuh masa studi strata satu (S1) pada Program Studi Pendidikan Biologi,
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Baiq Hana Susanti, M. Sc selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Sujiyo Miranto, M. Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Biologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Drs. Ahmad Sofyan, M. Pd dan Nengsih Juanengsih, M. Pd selaku
pembimbing I dan II. Terima kasih atas tenaga, pikiran, dan waktu yang
selalu diluangkan untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada
penulis dalam penulisan skripsi.
5. Drs. H. Muhammad Yamin selaku Kepala sekolah SMP Negeri 2 Ciruas,
Serang. Terima kasih telah memberikan kesempatan untuk mengadakan
penelitian di sekolah tersebut.
6. Guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, seluruh dewan guru dan
siswa terutama kelas IX F dan IX B di SMP 2 Ciruas, Serang.
viii
7. Kedua orang tua tercinta, kakak, adik, dan Mas Huda yang selalu
memberikan kasih sayang dan do’anya kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
8. Rekan-rekan Program Studi Pendidikan Biologi angkatan 2006 yang
saling memberikan motivasi dan semangatnya.
9. Rekan-rekan di Boarding English Course yang selalu berdoa untuk
kesuksesan bersama.
10. Direktur dan Staf Literary Agency Mata Pena Writer yang memberikan
dorongan dan semangatnya untuk terus berkarya mencerdaskan Bangsa
dengan buku.
11. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, namun tidak
mengurangi rasa hormat dan terima kasih penulis.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam
penulisan skripsi ini. Akhir kata, Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat
bagi penulis dan pembaca, Amin.
Jakarta, Februari 2011
Penulis
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR .................................................................. i
DAFTAR ISI .................................................................. iii
DAFTAR TABEL .................................................................. vi
DAFTAR GRAFIK .................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................. viii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah ...................................................................... 6
D. Perumusan Masalah........................................................................ 6
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian....................................................... 6
BAB II KAJIAN TEORITIK, KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS
A. Kajian Teoritik
1. Pendekatan Problem posing
a. Pengertian Problem posing .................................................. 8
b. Penerapan Problem posing dalam KBM...............................10
c. Keunggulan dan Kelemahan Problem posing .......................14
2. Berpikir Kreatif
a. Hakikat Berpikir Kreatif........................................................16
b. Keterampilan Berpikir dalam Pembelajaran .........................19
c. Karakteristik Anak Kreatif ....................................................19
d. Teknik untuk Mengembangkan Kreativitas Siswa ...............21
e. Mengukur Kreativitas............................................................22
x
f. Kendala-kendala Kreativitas..................................................24
3. Hubungan Pendekatan Problem posing dan Berpikir Kreatif...26
B. Bahasan Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan .............................28
C. Kerangka Berpikir ........................................................................32
D. Pengajuan Hipotesis .......................................................................33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................34
B. Metode dan Desain Penelitian
1. Metode Penelitian ......................................................................34
2. Desain Penelitian .......................................................................34
C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ..................................35
D. Variabel Penelitian ........................................................................35
E. Teknik Pengumpulan Data ...........................................................36
F. Instrumen Penelitian .....................................................................37
1. Tes Kemampuan Berpikir Kreatif .............................................37
2. Lembar Observasi .....................................................................39
G. Kalibrasi Instrumen .......................................................................39
1. Validitas Butir Soal ...................................................................39
2. Reliabilitas ................................................................................40
3. Tingkat Kesukaran ....................................................................41
4. Daya Pembeda ..........................................................................41
I. Teknik Analisis Data Kuantitatif ..................................................42
1. Penskoran dan Penilaian Hasil Tes Berpikir Kreatif ................42
2. Normal Gain ..............................................................................43
3. Uji Prasyarat ..............................................................................43
4. Uji Hipotesis .............................................................................44
J. Teknik Analisis Data Kualitatif .....................................................46
xi
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Data Hasil Pre test ....................................................................47
2. Data Hasil Post test ...................................................................48
3. Data Nilai N-Gain .....................................................................50
4. Hasil Uji Prasyarat Analisis Data
a. Uji Normalitas .......................................................................52
b. Uji Homogenitas ...................................................................53
5. Hasil Pengujian Hipotesis .........................................................54
6. Data Hasil Observasi
a. Data Observasi Aktivitas Guru..............................................56
b. Data Observasi Aktivitas Siswa............................................56
7. Analisis LKS Problem posing...................................................54
B. Pembahasan ...................................................................................58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ...................................................................................62
B. Saran ..............................................................................................62
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................63
LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................67
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Langkah-langkah Pokok Pembelajaran dengan Problem posing ........ 10
Tabel 2.2 Ciri-ciri Kelas yang Mementingkan Kemampuan Berpikir.................. 19
Tabel 2.3 Hubungan Kreativitas dengan Pengajuan Masalah.............................. 27
Tabel 3.1 Desain Penelitian................................................................................. 35
Tabel 3.2 Variabel Penelitian.............................................................................. 36
Tabel 3.3 Kisi-kisi Soal Kemampuan Berpikir Kreatif....................................... 37
Tabel 3.4 Kategori Hasil Observasi .................................................................... 46
Tabel 4.1 Hasil Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol............................. 47
Tabel 4.2 Persentase Tingkat Berpikir Kreatif Awal Siswa ............................... 48
Tabel 4.3 Hasil Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ............................ 48
Tabel 4.4 Persentase Tingkat Berpikir Kreatif Akhir Siswa............................... 49
Tabel 4.5 Rekapitulasi N-Gain Kelas Eksperimen ............................................. 50
Tabel 4.6 Persentase Pencapaian Indikator Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen. 50
Tabel 4.7 Rekapitulasi N-Gain Kelas Kontrol .................................................... 51
Tabel 4.8 Persentase Pencapaian Indikator Berpikir Kreatif Kelas Kontrol....... 51
Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol .............. 53
Tabel 4.10 Hasil Uji Homogenitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ........ 54
Tabel 4.11 Hasil Uji Hipotesis Pretes-postes Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol .............................................................................................. 55
Tabel 4.12 Hasil Observasi Aktivitas Siswa ...................................................... 57
xiii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1. Hasil Observasi Aktivitas Siswa ......................................................56
xiv
DATA LAMPIRAN
Lampiran 1. RPP Kelas Eksperimen.....................................................................67
Lampiran 2. RPP Kelas Kontrol............................................................................83
Lampiran 3. LKS Problem posing ........................................................................94
Lampiran 4. Modul Materi Pewarisan Sifat ..........................................................104
Lampiran 5. Kisi-kisi Soal Tingkat Kesulitan dan Pengetahuan ..........................109
Lampiran 6. Jawaban dan Pedoman Penilaian Instrumen Berpikir Kreatif .........111
Lampiran 7. Perhitungan Analisis Butir Soal .......................................................120
Lampiran 8. Instrumen Berpikir Kreatif ..............................................................126
Lampiran 8. Lembar Observasi Aktivitas Guru....................................................127
Lampiran 9. Lembar Observasi Aktivitas Siswa...................................................131
Lampiran 10. Nilai Kelas Eksperimen ..................................................................135
Lampiran 11. Nilai Kelas Kontrol.........................................................................138
Lampiran 12. Peningkatan Indikator Berpikir Kreatif Siswa................................141
Lampiran 13. Distribusi Frekuensi Pretes dan Postes Kelas Eksperimen.............142
Lampiran 14. Distribusi Frekuensi Pretes dan Postes Kelas Kontrol ...................146
Lampiran 15. Perhitungan Uji Normalitas ............................................................150
Lampiran 16. Perhitungan Uji Homogenitas ........................................................156
Lampiran 17. Perhitungan Uji Hipotesis...............................................................162
Lampiran 18. Pengolahan Data Hasil Observasi...................................................168
Lampiran 19. Rekapitulasi Penilaian LKS Problem posing .................................169
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan proses perubahan sikap dan tata laku, baik
perorangan atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan pelatihan. Dalam pengertian agak luas, pendidikan
dapat diartikan sebagai suatu proses dengan metode-metode tertentu sehingga
orang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkahlaku yang
sesuai dengan kebutuhan.1
Melalui pendidikan, akan dihasilkan manusia-manusia yang bertakwa,
berilmu, mandiri dan bertanggung jawab. Hal tersebut sejalan dengan apa
yang tertera dalam undang-undang sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun
2003 pada bab II pasal 3 yang berbunyi:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan danmembentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalamrangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untukberkembangnya potensi peserta didik agar menjadi menusia yangberiman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlakmulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri dan menjadi warga negarayang demokratis dan bertanggung jawab.2
Tujuan pendidikan di atas akan tercapai apabila terjadi peningkatan
komponen-komponen pendidikan. Salah satu komponen pendidikan yang
memegang peranan penting dalam meningkatkan mutu sumber daya manusia
adalah guru. Guru merupakan pendidik profesional yang memiliki tugas-tugas
utama. Tugas utama guru telah tertera dalam undang-undang tentang guru dan
dosen nomor 14 tahun 2005 bab I pasal 1 yang berbunyi: “Guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
1 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: RemajaRosdakarya, 2010), hal. 10
2 Anonim, Undang-Undang SISDIKNAS, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hal. 7
2
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah.”3
Salah satu tolak ukur keberhasilan seorang pendidik dalam
menyampaikan pembelajaran adalah bila dalam pembelajaran yang dilakukan
dapat mencapai hasil yang optimal. Keberhasilan tersebut sangat bergantung
pada kemampuan pendidik untuk mengelola proses belajar mengajar. Hal ini
memiliki makna bahwa proses belajar mengajar merupakan kegiatan yang
perlu mendapatkan perhatian lebih, karena pada proses belajar mengajar
diharapkan terjadi interaksi langsung antara guru atau pendidik dengan siswa
dan interaksi siswa dengan siswa yang lain. Untuk itu maka diperlukan
pemilihan strategi pembelajaran yang tepat.
Strategi dalam pembelajaran mempunyai arti secara sempit sama
dengan pengertian teknik dan metode, yaitu sama-sama merupakan cara dalam
rangka mencapai tujuan. Sedangkan secara umum strategi mempunyai
pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha
mencapai sasaran yang telah ditentukan.4
Strategi pembelajaran yang baik adalah yang mampu mengubah
paradigma pembelajaran dari siswa sebagai obyek atau sasaran pembelajaran
menjadi subyek atau pelaku dari tujuan pembelajaran. Strategi pembelajaran
tersebut harus mampu mengikutsertakan semua siswa untuk mendapatkan
peran, mampu mengembangkan kemampuan dasar siswa dan sikap positif
siswa sehingga proses belajar mengajar menjadi lebih menarik, menantang,
dan menyenangkan sehingga prestasinya meningkat.
Namun, kenyataannya strategi pembelajaran yang diterapkan oleh para
guru saat ini masih kurang bervariasi. Kebanyakan guru masih menerapkan
pembelajaran yang bersifat konvensional. Dalam proses belajar mengajar,
kecakapan berpikir terutama berpikir kreatif juga belum ditangani secara
3 Asrorun Ni’am, Membangun Profesionalitas Guru, (Jakarta: Elsas, 2006), hal. 1574 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), hal. 5
3
sungguh-sungguh oleh para guru di sekolah. Hal tersebut tidak sejalan dengan
Standar Nasional Pendidikan (PP No. 19 Tahun 2005 Bab IV tentang Standar
Proses Pasal 19) menyebutkan bahwa: pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (learning how to
learn).
Munandar juga berpendapat bahwa pengajaran di sekolah pada
umumnya hanya melatih proses berpikir konvergen, terbatas pada penalaran
verbal dan pemikiran logis. Sehingga siswa akan terbiasa dengan berpikir
konvergen dan bila dihadapkan pada suatu masalah, siswa akan mengalami
kesulitan memecahkan masalah secara kreatif5
Penemuan Rafi’udin yang dikutip Arnyana, menambah pendapat
Munandar. Dalam temuannya dinyatakan bahwa terjadi keluhan tentang
rendahnya kemampuan berpikir kritis dan kreatif yang dimiliki oleh peserta
didik karena pendidikan berpikir belum ditangani dengan baik. Oleh karena
itu, penanganan kecakapan berpikir kritis dan kreatif sangat penting
diintegrasikan dalam setiap mata pelajaran.6
Rendahnya pengembangan kreativitas disebabkan pembelajaran di
sekolah yang terutama dilatih adalah pengetahuan, ingatan, kemampuan
berpikir logis atau berpikir konvergen. Berpikir konvergen sendiri mempunyai
arti kemampuan menemukan satu jawaban yang paling tepat terhadap masalah
yang diberikan berdasarkan informasi yang tersedia.
Biologi merupakan salah satu mata pelajaran yang bisa diintegrasikan
dengan pengajaran kecakapan berpikir. Hal ini dikarenakan biologi merupakan
wahana untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai serta
tanggung jawab kepada lingkungan, masyarakat, bangsa dan negara yang
5 Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, (Jakarta: PT.Gramedia Widiasarana, 2001), hal. 79
6 Ida Bagus Putu Arnyana, Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Inovatif PadaPelajaran Biologi Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif, (Jurnal Pendidikan dan PengajaranIKIP Singaraja, No. 3, Juli 2009 ), hal. 498
4
beriman dan bertaqwa. Pelajaran biologi berkaitan dengan cara mencari tahu
dan memahami tentang alam secara sistematis sehingga pembelajaran biologi
bukan hanya untuk penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-
fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan, sehingga siswa dituntut untuk dapat berpikir kritis dan kreatif.
Namun yang terjadi saat ini, dalam pembelajaran biologi guru masih
menerangkan tentang konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum dengan
metode ceramah. Pembelajaran dengan cara ini menyebabkan siswa tidak
berperan aktif sehingga di dalam pikiran siswa tidak terjadi perkembangan
struktur kognitif, sehingga siswa menjadi cepat bosan.
Pembelajaran konvensional juga tidak menyentuh ranah dimensi
kognitif peserta didik, sehingga masih memberikan dominasi guru dan tidak
memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui
penemuan dan proses berpikirnya. Sedangkan dalam pembelajaran biologi
siswa seharusnya aktif belajar sehingga mempunyai kemampuan untuk
mengembangkan kreativitasnya serta lebih dapat memahami pelajaran dan
terampil dalam menyelesaikan permasalahan biologi.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka dalam proses pembelajaran
diperlukan cara yang mendorong siswa untuk memahami masalah. Siswa yang
terstimulus dengan masalah akan dapat meningkatkan kemampuan berpikir
kreatif siswa dalam menyusun rencana penyelesaian. Selain itu, siswa dapat
terlibat secara aktif dalam menemukan sendiri penyelesaian masalah, serta
mendorong pembelajaran yang berpusat pada siswa dan guru hanya sebagai
fasilitator. Dengan demikian, dari sekian banyak model dan metode
pembelajaran yang ada, problem posing merupakan salah satu pendekatan
pembelajaran yang dapat memotivasi peserta didik untuk berpikir kreatif,
sebab pendekatan problem posing lebih terpusat pada kegiatan belajar siswa
aktif (student active learning).
Problem posing pada intinya adalah meminta siswa mengajukan
masalah atau soal. Masalah yang diajukan dapat berdasar pada topik yang
5
luas, soal yang sudah dikerjakan atau informasi tertentu yang diberikan oleh
guru.7
Pada pembelajaran biologi yang menggunakan pembelajaran problem
posing, siswa diharapkan dapat merumuskan masalah melalui beberapa fakta
sehingga siswa sadar akan adanya suatu masalah tersebut. Dengan cara
mencari informasi baik dari guru, peserta didik, berita-berita dan lingkungan
sekitar, maka siswa akan menjadi terangsang untuk memecahkan masalah.
Berdasarkan Krulik yang dikutip Tatag, dalam memahami maupun
merencanakan penyelesaian masalah diperlukan suatu kemampuan berpikir
kreatif siswa yang memadai, karena kemampuan tersebut merupakan
kemampuan berpikir (bernalar) tingkat tinggi setelah berpikir dasar (basic)
dan kritis.8
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa terdorong untuk
melakukan penelitian mengenai pengaruh penggunaan pendekatan problem
posing terhadap berpikir kreatif siswa pada konsep pewarisan sifat (genetika).
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, ada
beberapa masalah yang dapat diidentifikasikan yaitu sebagai berikut:
1. Proses pembelajaran biologi masih terpusat pada guru (teacher center)
2. Dalam pembelajaran biologi siswa masih pasif, kurang dalam memahami
masalah dan merencanakan penyelesaian masalah.
3. Siswa tidak terbiasa menggunakan kecakapan berpikir, terutama berpikir
kreatif.
C. Pembatasan Masalah
Agar masalah yang diteliti tidak terlalu melebar, maka penulis
membatasi masalah yang akan diteliti pada Pengaruh Penggunaan pendekatan
7 Ketut Sukarma, Pembelajaran dengan Pendekatan Problem Solving dan ProblemPosing Untuk Meningkatkan Aktivitas Siswa, (Jurnal Kependidikan, Mei 2004, Volume 3, No. 1)hal. 52
8Tatag Yuli Eko Siswono, Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif SiswaMelalui Pengajuan Masalah, (Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, FMIPA UniversitasNegeri Yogyakarta. Tahun X, No. 1, Juni 2005), hal. 2
6
Problem posing terhadap Berpikir Kreatif Siswa pada Konsep Pewarisan Sifat.
Beberapa hal yang dibatasi yaitu sebagai berikut:
1. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan problem posing tipe pre
solution posing.
2. Kemampuan berpikir yang dimaksud adalah kemampuan berpikir kreatif
siswa setelah diterapkan pembelajaran problem posing.
3. Karakteristik kemampuan berpikir kreatif yang diteliti adalah:
a. Kelancaran (fluency)
b. Keluwesan (flexibility)
c. Keaslian (originality)
d. Merinci (elaboration)
4. Konsep yang dibahas adalah tentang konsep pewarisan sifat (genetika).
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka
masalah yang akan dicari jawabannya dalam penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut: Bagaimanakah pengaruh pendekatan problem posing
terhadap berpikir kreatif siswa pada konsep pewarisan sifat kelas IX SMP
Negeri 2 Ciruas, Serang.
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan
problem posing terhadap berpikir kreatif siswa pada konsep pewarisan sifat
kelas IX SMP Negeri 2 Ciruas, Serang.
Hasil dari pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat sebagai berikut:
1. Bagi siswa dapat membantu peningkatan berpikir kreatif siswa dalam
pengajuan dan pemecahan masalah pada pembelajaran biologi.
2. Bagi guru dapat dijadikan informasi tentang pembelajaran problem posing
untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.
3. Bagi sekolah dapat dijadikan bahan acuan dalam rangka perbaikan
pembelajaran dan peningkatan mutu proses pembelajaran khususnya mata
pelajaran biologi.
7
BAB II
KAJIAN TEORETIK, KERANGKA PIKIR
DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Kajian Teoretik
1. Pendekatan Problem posing
a. Pengertian Problem posing
Problem posing adalah teknik pembelajaran yang melatih siswa
untuk membuat soal sendiri dan mengerjakannya, sehingga diharapkan
siswa akan lebih aktif untuk belajar, lebih mengenal dan menghayati
variasi-variasi soal dan mahir dalam memahami substansi soal yang
diberikan oleh guru.9
Menurut Dewey dan Piaget, problem posing adalah suatu alat
untuk mengembangkan dan memperkuat keterampilan pemikiran kritis.
Problem posing juga bermakna untuk pengajaran keterampilan pemikiran
kritis dan banyak siswa yang memerlukan struktur awal langkah-langkah
dalam pembelajaran yang menyediakan penghargaan dalam rangka
membangun kepercayaan dan kemampuan siswa untuk berpikir kritis.10
Istilah problem posing juga merupakan padanan dari istilah
pengkonstruksian masalah. Dalam pengajuan masalah atau soal oleh siswa
hendaknya didasarkan pada situasi yang diberikan oleh guru. Situasi dalam
hal ini bisa berupa informasi (pernyataan), pertanyaan dan sebagainya.
Pengajuan soal juga merupakan kegiatan yang mengarah pada
9 Aceng Haetami dan Maysara, Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil PembelajaranKimia Dasar I Melalui Model Pembelajaran Pencapaian Konsep dan Problem posing, (JurnalMIPA, Volume 6, No. 1, Februari 2007), hal. 74
10 Sarah Nixon, Using Problem posing Dialogue in Adult Literacy Education, (LiteracyResourch, 2004), hal. 1
8
pembentukan sikap kritis dan kreatif, karena dalam pengajuan soal siswa
diminta membuat pertanyaan dari informasi yang diberikan guru.11
Jadi, problem posing merupakan sebuah pendekatan yang
mempunyai arti bahwa siswa dilatih untuk mengajukan masalah atau
membuat pertanyaan. Pendekatan ini dapat mengembangkan keterampilan
siswa dalam hal berpikir kritis dan kreatif.
Pembelajaran dengan problem posing (pengajuan soal) pada
intinya adalah meminta siswa untuk mengajukan soal atau masalah,
masalah yang diajukan dapat berdasar pada topik yang luas, soal yang
sudah dikerjakan atau informasi tertentu yang diberikan oleh guru.12
Menurut Silver, terdapat tiga jenis kegiatan problem posing yang
diaplikasikan dalam tiga bentuk kegiatan kognitif yang berbeda yaitu: 13
(1) Pengajuan pre-solusi (pre solution posing) yaitu pengajuan soal yang
dibuat berdasarkan situasi yang ada.
(2) Pengajuan di dalam solusi (within solution posing) yaitu merumuskan
kembali masalah seperti yang telah diselesaikan.
(3) Pengajuan setelah solusi (post solution posing) yaitu memodifikasi
tujuan atau kondisi yang sudah diselesaikan untuk membuat soal baru.
Berdasarkan pengertian-pengertian yang dikemukakan di atas, dapat
disimpulkan bahwa pada intinya problem posing adalah meminta siswa
untuk mengajukan soal atau masalah berdasarkan topik dan contoh soal
yang telah dijelaskan oleh guru. Jadi, pada pembelajaran ini siswa
harus memahami topik yang disampaikan guru sehingga siswa dapat
11 Dinawati Trapsilasiwi, Pengajuan Soal (Problem posing) sebagai UpayaMeningkatkan Pemahaman Siswa dalam Belajar Matematika di Sekolah. (Jurnal Teknobel, Maret2001, Volume 2, No. 1), hal. 64-65
12 Ketut Sukarma, Pembelajaran dengan Pendekatan Problem Solving dan Problemposing untuk Meningkatkan Aktivitas Siswa, (Jurnal Kependidikan, Mei 2004, Volume 3, No. 1)hal. 52
13 Sri Surtini, dkk, Implementasi Problem Posing pada Pembelajaran Operasi HitungBilangan Cacah Siswa Kelas IV SD di Salatiga, (Laporan Penelitian, Lembaga PenelitianUniversitas Terbuka Salatiga, 2003), hal. 10
9
mengkomunikasikan hasil pemahamannya tersebut ke dalam bentuk soal
yang disertai pemecahannya.
b. Penerapan Problem posing dalam Kegiatan Belajar Mengajar
Dalam kegiatan belajar mengajar, problem posing merupakan salah
satu teknik dalam metode pemberian tugas kepada siswa untuk
merumuskan, membuat soal, atau mengajukan soal. Pembelajaran dengan
pendekatan problem posing umumnya dicirikan dengan perumusan
kembali soal yang telah diberikan guru. Oleh karena itu, penerapan
problem posing dalam kegiatan pembelajaran dapat dilakukan secara
individual maupun kelompok di sekolah, yaitu diawali dengan
pendahuluan, pengembangan, penerapan dan penutup.14
Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pokok Pembelajaran
dengan Problem posing
Langkah Kegiatan guru
Pendahuluan 1. Guru menginformasikan tujuanpembelajaran
2. Mengarahkan siswa padapembuatan masalah
3. Mendorong siswa mengekspresikanide-ide secara terbuka
Pengembangan 1. Memberikan informasi tentangkonsep yang dipelajari
2. Memberikan sebuah contoh soalyang berkaitan dengan materi yangdiajarkan dan cara membuat soalyang identik berdasarkan soal yangada.
Penerapan 1. Menguji pemahaman siswa ataskonsep yang diajarkan denganmemberikan beberapa soal.
2. Mengarahkan siswa mengerjakansoal tersebut dan untuk membuatsoal-soal yang identik berdasarkansoal-soal yang dibuat siswa.
3. Memotivasi siswa untuk terlibatdalam pemecahan masalah
14 Nyimas Aisyah, Problem posing, (Jurnal Forum MIPA UNSRI, Vol. 5, 2000), hal. 61-62
10
Langkah Kegiatan guru
Penutup 1. Membantu siswa mengkaji ulanghasil pemecahan masalah
2. Menyimpulkan hasil pembelajaran
Jadi, penerapan problem posing dalam kegiatan belajar mengajar
dilakukan dengan empat tahap yaitu, pendahuluan, pengembangan,
penerapan, dan penutup.
Dalam sumber lain dikatakan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan problem posing terdapat tujuh langkah, yaitu: 15
(1) Mengembangkan isu-isu dalam masyarakat (survey)
Survey merupakan bagian terpenting dari seluruh proses, karena pada
langkah ini siswa diminta untuk mencari bahan atau materi tentang isu-isu
yang berkembang di masyarakat. Para siswa bebas berbicara tentang hal-
hal yang mereka ketahui, disini guru hanya mendengar percakapan mereka
dengan seksama sehingga suasana pada saat itu seperti pasar.
(2) Menganalisis bahan atau materi hasil survey (Analysis of survey material)
(3) Menyiapkan materi problem posing (Preparing of problem posing
materials)
Langkah ini menjelaskan bahwa guru menyiapkan rangkaian materi yang
dapat merangsang diskusi dalam belajar kelompok baik berupa gambar,
poster, slide dan lain-lain yang berkaitan dengan permasalahan yang
dibicarakan. Pada saat itu tiap kelompok memilih dan mempresentasikan
sesuai dengan tema yang mereka pilih.
(4) Belajar berkelompok (The learning group)
Pada langkah ini, tiap kelompok aktif dalam diskusi, semua diperbolehkan
berbicara sesuai dengan pemikiran mereka, sehingga menuntut adanya
kesadaran berpikir kritis dan kreatif.
15 Donal Mc. Ananey, dkk, Teaching and Learning in Further and Higher Education: Ahandbook by The Education for Employment Project, (Eropa: The ESF EQUAL CommunityInitiative, 2007), hal. 82-84
11
(5) Peran pemain (The role of the animator)
Peran utama guru adalah membantu para siswa. Dalam hal ini guru tidak
banyak berbicara, tetapi terlibat dalam diskusi melalui pembenaran
jawaban dari pertanyaan yang ada. Siswa akan mengingat lebih baik
tentang apa yang mereka katakan dan temukan.
(6) Mengarahkan diskusi (The direction of discussion)
Sesekali siswa diminta untuk duduk diam oleh guru pada saat guru
memberikan materi problem posing kepada semua kelompok. Dalam
diskusi terdapat lima langkah dasar yaitu deskripsi, analisis,
menghidupkan dengan kehidupan, analisis lebih dalam dan perencanaan
tindakan. Seluruh proses ini dikembangkan untuk meningkatkan kesadaran
berpikir kritis terhadap situasi yang ada dan merangsang mereka untuk
mencari solusi dari permasalahan.
(7) Refleksi-Tindakan (Reflection-Action)
Ketika suatu kelompok mampu menyarankan sesuatu yang konkrit yang
dapat mereka lakukan dari permasalahan yang ada, pada saat itulah guru
mendorong siswa untuk mengambil tindakan. Guru berperan aktif
membantu kelompok siswa kemudian mengevaluasinya bersama.
Hasil tugas pembuatan soal perlu dilakukan analisis, yaitu
pemeriksaan secara teliti (batasan-batasan yang ditetapkan). Dalam
menganalisis diperlukan beberapa kriteria. Kriteria tersebut yaitu: 16
(1) Solvabilitas soal, soal tidak dapat diselesaikan apabila soal tersebut kurang
informasi atau soal-soal tersebut menimbulkan makna baru tidak ada
kaitannya dengan informasi yang diberikan. Sedangkan soal yang dapat
diselesaikan apabila soal tersebut mempunyai cukup informasi dan
pertanyaan yang diminta sesuai dengan maknanya.
(2) Kaitan soal dengan materi yang disampaikan, pemberian tugas yang
berhubungan dengan materi yang baru diajarkan.
16 Nyimas Aisyah, Op. Cit., hal. 63-64
12
(3) Penyelesaian soal yang dibuat siswa, dilihat pada tahap perencanaan
(kalimat), pelaksanaan perencanaan dan penyimpulan apakah penyelesaian
yang dibuatnya benar atau salah.
(4) Struktur bahasa kalimat soal.
(5) Tingkat kesulitan soal. Mudah untuk menyelesaikan langsung
menggunakan data yang ada. Sedang untuk menyelesaikannya tidak
langsung menggunakan satu konsep saja. Sulit untuk menyelesaikannya
tidak menggunakan data atau informasi yang ada, tetapi mencarinya dengan
beberapa konsep.
Selain dilakukan analisis seperti pembahasan di atas, pembelajaran
problem posing juga perlu dilakukan penilaian ranah afektifnya. Jadi, dari
beberapa pertanyaan yang diajukan siswa, kemudian dibahas dalam forum
diskusi, untuk dikomentari baik dari segi pertanyaan maupun menyangkut
jawaban dari pertanyaan tersebut. Beberapa aspek dalam penilaian ranah
afektif problem posing yaitu:17
(1) Aspek menerima atau memperhatikan.
(2) Aspek merespon.
(3) Aspek menghargai.
(4) Aspek Mengorganisasikan nilai.
(5) Aspek mewatak.
Kegiatan belajar yang dapat menyediakan lingkungan belajar
adalah kegiatan yang memberikan para siswa untuk menyusun,
mengembangkan dan mengusahakan cara-cara penyelesaian menurut
pemikirannya sendiri. Oleh karena itu untuk menciptakan lingkungan
belajar yang baik dalam pembelajaran dengan problem posing, Suryanto
yang dikutip Ketut memberikan beberapa saran dalam pembelajaran
dengan pendekatan problem posing sebagai berikut:18
17 Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hal.210-211
18 Ketut Sukarma, Op. Cit., hal. 53
13
(1) Berkaitan dengan guru yang meliputi:
(a) Guru hendaknya membiasakan untuk merumuskan soal baru atau
memperluas soal yang ada di buku pelajaran
(b) Guru menyediakan beberapa situasi berupa informasi tertulis, benda
manipulatif atau gambar kemudian melatih siswa merumuskan soal
dengan situasi yang ada
(c) Guru memberikan soal terbuka dalam tes
(d) Guru memberikan contoh perumusan soal dengan beberapa taraf
kesukaran baik isi maupun bahasanya
(e) Guru menyelenggarakan reciprocal teaching, yaitu pembelajaran yang
berbentuk dialog antara guru dan siswa mengenai sebagian isi buku teks
yang dilakukan dengan menggilir siswa berperan sebagai guru.
(2) Berkaitan dengan siswa, meliputi:
(a) Siswa dimotivasi untuk mengungkapkan pertanyaan sebanyak-
banyaknya terhadap situasi yang diberikan
(b) Siswa dibiasakan merubah soal yang ada menjadi soal baru sebelum
menyelesaikan soal tersebut
(c) Siswa dibiasakan membuat soal serupa setelah menyelesaikan suatu
soal
(d) Siswa dibiasakan berani menyelesaikan soal buatan temannya
(e) Siswa dimotivasi untuk menyelesaikan soal-soal non rutin
c. Keunggulan dan Kelemahan Problem posing
Penggunaan problem posing diharapkan dapat meningkatkan
pengalaman dan pemahaman siswa, karena siswa dibiasakan untuk
menganalisis data-data untuk membuat soal-soal baru. Problem posing ini
sangat penting, karena mendukung pemberian kesempatan yang lebih
banyak kepada siswa untuk memformulasikan pertanyaan dari suatu
masalah mereka sendiri.19
19 Imam Sakroni dan Swida Purwanto, Perbedaan Hasil Belajar Matematika antaraSiswa yang Belajar dengan Metode Problem Solving dengan Siswa yang Diajar denganPendekatan Problem posing, (Jurnal Matematika, Aplikasi dan Pembelajarannya, Vol. 4 No. 1,2005), hal. 22 dan 26
14
Pendekatan problem posing mempunyai beberapa kelebihan dan
kelemahan. Kelebihan dari pendekatan ini antara lain: 20
(1) Siswa dapat berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.
(2) Mendidik siswa berpikir sistematis.
(3) Mendidik siswa agar tidak mudah putus asa dalam menghadapi
kesulitan.
(4) Siswa mampu mencari berbagai jalan dari kesulitan yang dihadapi.
(5) Mendatangkan kepuasan tersendiri bagi siswa jika soal yang dibuat
tidak mampu diselesaikan oleh kelompok lain.
(6) Siswa akan terampil menyelesaikan soal tentang materi yang diajarkan.
(7) Siswa berkesempatan menunjukkan kemampuannya pada kelompok
lain.
(8) Siswa mencari dan menemukan sendiri informasi atau data untuk diolah
menjadi konsep, prinsip, teori, atau kesimpulan.
Selain mempunyai beberapa kelebihan, pendekatan problem
posing juga mempunyai beberapa kelemahan, antara lain:21
(1) Pembelajaran problem posing membutuhkan waktu yang lama.
(2) Membutuhkan buku penunjang yang berkualitas untuk dijadikan
referensi pembelajaran terutama dalam pembuatan soal.
(3) Pada pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan
problem posing suasana kelas cenderung agak gaduh karena siswa
diberi kebebasan oleh guru pengajar.
(4) Menurut hasil penelitian Silver dan Cai, kelemahan utama dari
penerapan problem posing berkaitan dengan penguasaan bahasa dimana
siswa mengalami kesulitan dalam membuat kalimat tanya.
Jadi, problem posing merupakan salah satu pendekatan pembelajaran
yang memacu siswa untuk membuat pertanyaan atau permasalahan, dan
siswa pula yang menganalisis jawaban dari pertanyaan tersebut. Pertanyaan
20 Queen_Jamz, Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Problem posing, htpp://queenjamz.blogspot.com., diakses pada tanggal 19 Agustus 2010 pukul 15.50 WIB
21 Ibid
15
yang diajukan siswa beragam. Oleh karena itu, guru harus melakukan
analisis penilaian problem posing baik dari segi kognitif, maupun dari segi
afektifnya. Langkah-langkah dalam pembelajaran dengan pendekatan
problem posing juga harus saling terpadu dan memerlukan persiapan yang
matang dari guru.
2. Berpikir Kreatif
a. Hakikat Berpikir Kreatif
Edward mendefinisikan berpikir sebagai keterampilan mental yang
memadukan kecerdasan dengan pengalaman.22 Sehingga dapat dikatakan
tidak setiap orang yang cerdas memiliki tingkat berpikir yang bagus pula,
karena keterampilan berpikir yang bagus didapat juga karena adanya
kebiasaan atau pengalaman.
Sedangkan definisi kreativitas dirumuskan berdasarkan beberapa
sudut pandang. Ada yang mendefinisikan kreativitas berdasarkan sudut
pandang yang ditekankan pada kepribadian, dan ada juga mendefinisikan
kreativitas dari sudut pandang yang berkaitan dengan produk yang
dihasilkan. Sementara pandangan yang lain mendefinisikan kreativitas
sejajar dengan kemampuan berpikir divergen. Kemampuan berpikir
divergen adalah kemampuan yang mampu menghasilkan jawaban yang
bervariasi dari suatu masalah.
Analisis Rhodes tentang definisi kreativitas, yang dikutip kembali oleh
Munandar, menyatakan tidak ada satu definisi pun yang dapat diterima secara universal.
Dari hasil analisisnya, Rhodes menyimpulkan bahwa pada umumnya kreativitas
dirumuskan dalam istilah pribadi (person), proses dan produk. Kreativitas
dapat pula ditinjau dari kondisi pribadi dan lingkungan yang mendorong
(press) individu perilaku kreatif. Sehingga Rhodes menyebut keempat jenis
definisi tentang kreativitas ini sebagai “Four P’s of Creativity: Person
Process, Press, dan Product”23
22 Edward de Bono, Revolusi Berpikir, (Bandung: Kaifa, 2007), hal. 2423 Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat cet. Ke-3, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2004), hal. 20
16
Kreativitas memiliki definisi dari beberapa sudut pandang. Ada yang
mengungkapkan definisi kreativitas dari sudut pandang yang ditekankan
pada kepribadian, sementara pandangan lain mendefinisikan kreativitas dari
sudut pandang yang berkaitan dengan produk yang dihasilkan, dan
mendefinisikan kreativitas sejajar dengan kemampuan berpikir divergen.
Sedangkan definisi berpikir kreatif sendiri adalah penggunaan dasar
proses berpikir untuk mengembangkan atau menemukan ide atau hasil yang
asli (orisinil), estesis, konstruktif yang berhubungan dengan pandangan,
konsep, yang penekanannya ada pada aspek berpikir intuitif dan rasional
khususnya dalam menggunakan informasi dan bahan untuk memunculkan
atau menjelaskannya dengan perspektif asli pemikir.24
Jadi, berpikir kreatif sesungguhnya adalah suatu kemampuan berpikir
yang berawal dari adanya kepekaan terhadap situasi yang sedang dihadapi,
bahwa di dalam situasi itu terlihat atau teridentifikasi adanya masalah yang
ingin atau harus diselesaikan. Selanjutnya ada unsur originalitas gagasan
yang muncul dalam benak seseorang terkait dengan apa yang
teridentifikasi.
Baer mengemukakan bahwa berpikir kreatif merupakan sinonim dari
berpikir divergen. Ada empat indikator berpikir divergen, yaitu:25
(1) Fluence yaitu kemampuan menghasilkan banyak ide.
(2) Flexibility yaitu kemampuan menghasilkan ide-ide yang bervariasi.
(3) Originality yaitu kemampuan menghasilkan ide baru atau ide yang
sebelumnya tidak ada.
(4) Elaboration yaitu kemampuan mengembangkan atau menambahkan ide-
ide sehingga dihasilkan ide yang rinci atau detail.
Berpikir kreatif bukanlah sebuah proses yang sangat terorganisasi.
Berpikir kreatif adalah sebuah kebiasaan dari pikiran yang dilatih dengan
memperhatikan intuisi, menghidupkan imajinasi, mengungkapkan
kemungkinan-kemungkinan baru, membuka sudut pandang menakjubkan
dan membangkitkan ide-ide yang tidak terduga. Berpikir kreatif yang
24 Ida Bagus Putu Arnyana, Pengaruh Penerapam Strategi Pembelajaran Inovatif PadaPelajaran Biologi Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif, (Jurnal pendidikan dan pengajaranIKIP Singaraja, No. 3, Juli 2009), hal. 498-499
25 Ibid
17
membutuhkan ketekunan, disiplin diri, dan perhatian penuh, meliputi
aktivitas mental seperti: 26
(1)Mengajukan pertanyaan.
(2)Mempertimbangkan informasi baru dan tidak lazim dengan pikiran
terbuka.
(3)Membangun keterkaitan, khususnya di antara hal-hal yang berbeda.
(4)Menghubungkan-hubungkan berbagai hal dengan bebas.
(5)Menerapkan imajinasi pada setiap situasi untuk menghasilkan hal baru dan
berbeda.
(6)Mendengarkan intuisi.
Oleh karena itu, untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif
sesuai dengan indikator-indikatornya, diperlukan latihan pemikiran yang
mendalam. Salah satunya adalah dengan seringnya mengajukan
pertanyaan, karena pertanyaan merupakan pangkal kreativitas.
b. Keterampilan Berpikir dalam Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran diperlukan latihan yang menguacu pada
keterampilan berpikir. Kelas yang mementingkan keterampilan berpikir
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Tabel 01: Ciri-ciri Kelas yang Mementingkan Keterampilan Berpikir
Siswa Gurua. Memberi penjelasan dan uraian
terhadap jawaban yangdikemukakan
b. Menghasilkan ide baruc. Memberi saran atau aktif dalam
diskusid. Berinteraksi antara satu sama laine. Terlibat dengan aplikasi
pengetahuan secara aktiff. Terlibat dengan aktivitas yang
autentik
a. Memberi waktu yang cukup bagi siswa untukberpikir
b. Menyediakan soal dan tugas yang meminta siswa memberi pendapat kepada
penjelasan/informasi yang diberic. Memberikan motivasi kepada siswa untuk
menghasilkan ide barud. Memodelkan pemikirane. Mengintegrasikan pengalaman siswa dengan
pelajaranf. Berperan sebagai fasilitatorg. Memberikan motivasi kepada siswa dalam
penyelesaian masalah secara kreatif
26 Elaine Johnson, Contextual Teching &Learning, Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna,cet. 8, (Bandung: Mizan Learning Center, 2009), hal. 214-215
18
c. Karakteristik Anak Kreatif
Menurut Treffinger yang dikutip Munandar, mengatakan bahwa
pribadi yang kreatif biasanya lebih terorganisasi dalam tindakan. Rencana
inovatif serta produk orisinal mereka telah dipikirkan dengan matang lebih
dahulu, dengan mempertimbangkan masalah yang mungkin timbul dan
implikasinya.27
Sund menyatakan bahwa individu dengan potensi kreatif dapat
dikenal melalui pengamatan ciri-ciri sebagai berikut:
(1)Hasrat keingintahuan yang cukup besar.
(2)Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru.
(3)Keinginan untuk menemukan dan meneliti.
(4)Cenderung lebih menyukai tugas yang berat dan sulit.
(5)Cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan.
(6)Memiliki dedikasi bergairah serta aktif dalam melaksanakan tugas.
(7)Berpikir fleksibel.
(8)Menanggapi pertanyaaan yang diajukan serta cenderung memberi jawaban
lebih banyak.
(9)Memiliki semangat bertanya serta meneliti, dan lain-lain.28
Jadi, biasanya karakteristik anak yang kreatif yaitu selalu ingin tahu,
memiliki minat yang luas, dan menyukai kegemaran dan aktivitas yang
kreatif. Anak dan remaja kreatif biasanya cukup mandiri dan memiliki rasa
percaya diri. Mereka lebih berani mengambil resiko (tetapi dengan
perhitungan) daripada anak-anak pada umumnya.
Dalam sumber lain mengatakan ciri-ciri kognitif orang yang kreatif
antara lain:
(1) Sanggup berpikir dari satu ide ke segala arah (divergen) untuk mencari
jawaban yang berbeda, yang mungkin dan kemampuan untuk berpikir
dari segala arah (konvergen).
27 Utami Munandar, Op. Cit., hal. 3528 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
2003), hal. 147-148
19
(2) Fleksibilitas konseptual, kemampuan untuk secara spontan mengganti
cara memandang atau pendekatan kerja yang tidak jalan, luwes, sesuai
dengan tuntutan dan kemungkinan yang ada.
(3) Kemampuan kuat untuk menghasilkan ide, gagasan yang biasa-biasa saja
bahkan adakalanya bisa mengejutkan.
(4) Elaboratif terhadap tantangan, tidak menghindar dengan mencari
simplisitas melainkan lebih menyukai tantangan.
d. Teknik untuk Mengembangkan Kreativitas siswa
Seorang guru mempunyai peranan penting dalam pengembangan
kreativitas siswanya. Oleh karena itu, Marzano yang dikutip Arnyana
menyarankan kepada guru beberapa cara mengajarkan berpikir kritis-
kreatif, yaitu: 29
(1)Mempersiapkan materi pelajaran dengan baik.
(2)Mendiskusikan materi pelajaran yang kontroversi.
(3)Mengemukakan masalah yang menimbulkan konflik kognitif.
(4)Menugaskan siswa menemukan pandangan-pandangan yang bervariasi
terhadap suatu masalah.
(5)Menugaskan siswa menulis artikel untuk diterbitkan dalam satu jurnal.
(6)Menganalisis artikel dari Koran atau media lain untuk menemukan
gagasan-gagasan baru.
(7)Memberikan masalah untuk menemukan solusi yang berbeda-beda.
(8)Memberikan bacaan yang berbeda dengan tradisi siswa untuk
diperdebatkan atau didiskusikan.
(9)Mengundang orang yang memiliki pandangan-pandangan yang
kontroversial.
Dalam mengembangkan kreativitas, terdapat teknik-teknik yang dapat
digunakan, seperti melakukan pendekatan inkuiri, menggunakan teknik
sumbang saran, memberikan penghargaan bagi prestasi kreatif dan
meningkatkan pemikiran kreatif melalui banyak media.30
29 Ida Bagus Putu Arnyana, Op. Cit., hal. 50030 Slameto, Op. Cit, hal. 156-159
20
e. Mengukur Kreativitas
Potensi kreatif dapat diukur melalui beberapa pendekatan yaitu
pengukuran langsung, pengamatan langsung terhadap kinerja kreatif dan
pengukuran tidak langsung. Pengukuran tidak langsung dapat dilakukan
dengan pengukuran ciri kepribadian kreatif, dan pengukuran potensi kreatif
secara Non-test.
Di luar negeri telah berkembang beberapa tes kreativitas, di antaranya
yaitu:31
(1) Tes kemampuan berpikir divergen (Guilford)
Model dengan tiga dimensi dari Guilford tentang struktur intelek
mencakup dimensi operasi (proses) dengan lima kategori mental, dimensi
konten dengan empat kategori, dan dimensi produk dengan enam kategori.
(2) Tes Torrance mengenai kemampuan berpikir kreatif
Tes Torrance tentang berpikir kreatif terdiri dari bentuk verbal dan bentuk
figural. Bentuk verbal terdiri dari tujuh sub-tes yaitu: mengajukan
pertanyaan, menerka sebab, menerka akibat, memperbaiki produk,
penggunaan tidak lazim, pertanyaan tidak lazim, dan aktivitas yang
diandaikan. Bentuk figural terdiri dari tiga sub-tes: tes bentuk, gambar
yang tidak lengkap, dan tes lingkaran.
(3) Tes berpikir kreatif – produksi menggambar.
(4) Berpikir kreatif dengan bunyi dan kata.
(5) Inventory Khatena – Torrance mengenai Persepsi Kreatif
Tes untuk mengukur kreativitas meliputi aptitude traits (ciri
kognitif dari kreativitas) dan non aptitude traits (ciri afektif dari
kreativitas). Berikut ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif (aptitude):32
(1)Keterampilan berpikir lancar (fluency)
31 Utami Munandar, Op. Cit, hal. 65-6732 Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, (Jakarta: PT.
Gramedia Widiasarana, 2001), hal. 88-90
21
Berpikir lancar dapat diartikan sebagai keterampilan dalam mencetuskan
banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah, atau pertanyaan.
Indikator dari keterampilan berpikir lancar pada siswa, yaitu:
(a) Mengajukan banyak pertanyaan
(b) Menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada pertanyaan
(c) Mempunyai banyak gagasan
(2)Keterampilan berpikir luwes (fleksibility)
Keluwesan berarti kemampuan menghasilkan gagasan, jawaban, atau
pertanyaan yang bervariasi. Seseorang yang luwes dapat melihat suatu
masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda sehingga mampu mencari
banyak alternatif pmecahannya. Adapun indikator dari keterampilan ini
antara lain:
(a) Memberikan macam-macam penafsiran (interpretasi) terhadap suatu
gambar, cerita atau masalah
(b) Menerapkan suatu konsep atau asas dengan cara yang berbeda-beda
(c) Jika diberikan suatu masalah biasanya memikirkan macam-macam
cara yang berbeda-beda untuk menyelesaikannya
(3)Keterampilan berpikir orisinal
Indikator dari keterampilan berpikir orisinal yaitu:
(a) Memikirkan masalah-masalah atau hal-hal yang tidak pernah
terpikirkan oleh orang lain
(b) Mempertanyakan cara-cara yang lama dan berusaha memikirkan cara-
cara yang baru
(c) Memiliki cara berpikir yang lain daripada yang lain
(d) Lebih senang mensintesis daripada menganalisa sesuatu
(4)Keterampilan merinci (elaboration)
Keterampilan ini berarti kempuan memperkaya, mengembangkan suatu
gagasan dan merinci detil-detil dari suatu objek, gagasan, atau situasi
sehingga menjadi lebih menarik. Indikator dari keterampilan merinci
adalah sebagai berikut:
22
(a) Mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan
masalah dengan melakukan langkah-langkah yang terperinci.
(b) Mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain,
(c) Mencoba atau menguji detil-detil untuk melihat arah yang akan
ditempuh.
(d) Menambahkan garis-garis, warna dan detil-detil (bagian-bagian)
terhadap gambarnya sendiri atau gambar orang lain.
(5)Keterampilan menilai (evaluation)
Indikator keterampilan menilai, yaitu:
(a) Menganalisis masalah atau penyelesaian secara kritis dengan selalu
menanyakan “mengapa?”
(b) Mempunyai alasan (rasionale) yang dapat dipertanggungjawabkan
untuk mencapai suatu keputusan.
(c) Merancang suatu rencana kerja dari gagasan-gagasan yang tercetus.
(d) Pada waktu tertentu tidak menghasilkan gagasan-gagasan tetapi
menjadi peneliti atau penilai yang kritis.
f. Kendala-Kendala Kreativitas
Dalam mengembangkan dan mewujudkan potensi kreatifnya,
seseorang dapat mengalami hambatan, kendala. Atau ransangan yang
dapat merusak atau mematikan kreativitasnya. Schallcross menggolongkan
kendala atau rintangan dalam menggunakan potensi kreatif ke dalam
kendala historis, biologis, fisiologis, dan sosiologis. 33
(1) Kendala Historis
(2) Kendala Biologis
Dari sudut tinjau biologis, beberapa pakar menekankan bahwa
kemampuan kreatif merupakan ciri herediter, sementara pakar lainnya
percaya bahwa lingkunganlah menjadi faktor penentu utama. Harus diakui
bahwa gen yang diwarisi berperan dalam menentukan batas-batas
33 Utami Munandar, Op. Cit, hal. 219-220
23
intelegensi, tetapi sering dalam hal intelegensi kreatif, lebih banyak
digunakan sebagai alasan daripada merupakan kenyataan.
(3) Kendala Fisiologis
Seseorang dapat mengalami kendala faali karena terjadi kerusakan
otak yang disebabkan penyakit atau kecelakaan. Ketunaan fisik dapat juga
menjadi penghambat bagi seseorang yang menyandangnya untuk
mengungkapkan kreativitasnya.
(4) Kendala Sosiologis
Lingkungan sosial mempunyai dampak terhadap kreativitas. Setiap
masyarakat memiliki nilai, norma, dan tradisi tertentu, kegiatan, minat dan
perilaku kolektif. Sering anggota masyarakat menganggap perilaku yang
menyimpang dari norma sebagai tindakan yang tidak bermoral, jika
menyimpang dari aturan atau hukum yang tertulis atau tidak tertulis.
Penyimpangan dari pola perilaku kelompok dapat mengakibatkan
hukuman atau dikucilkan masyarakat. Perilaku unik, saran-saran
perubahan dapat dianggap subservif dan mengancam stabilitas dan
keamanan yang diperoleh dari afiliasi kelompok.
Lingkungan sosial merupakan faktor utama yang menentukan
kemampuan seseorang untuk menggunakan potensi kreatif dan untuk
mengungkapkan keunikan kita. Ungkapan kreatif melibatkan resiko
pribadi.
(5) Kendala Psikologis
Dari kendala-kendala yang terdahulu, kendala yang paling utama
dan penting mendapat perhatian pendidik adalah kendala psikologis
terhadap perilaku kreatif.
Menurut Johnson, di antara banyak kendala yang menutup
kreativitas, yang dapat merusak kreativitas yaitu sebagai berikut:
(1) Sensor internal dari seseorang.
(2) Orang-orang yang mencari kesalahan.
(3) Peraturan dan persyaratan yang membatasi dan melarang.
(4) Perilaku menerima dengan pasif, tanpa bertanya.
24
(5) Pengkotak-kotakan.
(6) Memusuhi intuisi.
(7) Takut membuat kesalahan.
(8) Tidak menyempatkan diri untuk merenung.34
Jadi, berpikir kreatif sesungguhnya adalah suatu kemampuan
berpikir yang berawal dari adanya kepekaan terhadap situasi yang sedang
dihadapi, bahwa di dalam situasi itu terlihat atau teridentifikasi adanya
masalah yang ingin atau harus diselesaikan. Selanjutnya ada unsur
originalitas gagasan yang muncul dalam benak seseorang terkait dengan
apa yang teridentifikasi. Adapun Indikator-indikator berpikir kreatif yaitu
berpikir lancar (fluence), berpikir luwes (flexibility), berpikir orisinal
(originality), dan merinci(elaboration). Berpikir kreatif dapat diukur
berdasarkan ciri-ciri dari indikator-indikatornya.
3. Hubungan Pendekatan Problem posing dan Berpikir Kreatif
Kreativitas berkaitan dengan pengajuan masalah dan pengajuan
masalah dapat menjadi sarana untuk menilai atau mengukur kemampuan
kreatif siswa. Dari hasil penelitian dan pendapat para ahli tampak bahwa
pengajuan masalah berkaitan dengan kreativitas dan begitu juga sebaliknya.
Kreativitas dalam mengajukan masalah diartikan sebagai kemampuan
seseorang untuk menghasilkan suatu soal (masalah) yang pada dasarnya baru
dan sebelumnya tidak dikenal oleh pembuatnya serta berbeda dari soal
(masalah) lain yang dibuat berdasar sebuah informasi tugas.
Freire dalam kutipan Munandar, berpendapat kreativitas didasarkan
pada pembelajaran dengan pengajuan. Sedangkan menurut Haylock bahwa
“Problem posing situations can provide opportunities for pupils to
demonstrate considerable creativity”. Demikian juga dengan Getzels &
34 Elaine johnson, Contextual Teching&Learning, menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna,cet. 8, (Bandung: Mizan Learning Center, 2009), hal. 221
25
Csikszentmihalyi dalam Silver yang menyatakan bahwa “The central of
creative artistic experience is problem finding (posing).”35
Silver menjelaskan lebih rinci hubungan pengajuan masalah yang
meliputi ketiga komponen utama kreativitas yaitu:36
Tabel 2.2 Hubungan Kreativitas dengan Pengajuan Masalah
Komponen Kreativitas Pengajuan Masalah
KefasihanSiswa membuat banyak masalah yangdapat dipecahkan. Siswa berbagimasalah yang diajukan.
Fleksibilitas Siswa mengajukan masalah yang dapatdipecahkan dengan cara yang berbeda-beda. Siswa menggunakan pendekatan“bagaimana jika tidak” untukmengajukan masalah.
Kebaruan Kebaruan Siswa memeriksa beberapamasalah yang diajukan kemudianmengajukan suatu masalah yangberbeda.
Pembahasan dari tabel di atas yaitu:
(1) Kefasihan dalam pengajuan masalah mengacu kepada kemampuan siswa
membuat masalah sekaligus penyelesainya yang beragam dan benar.
(2) Fleksibilitas dalam pengajuan masalah mengacu pada kemampuan siswa
memiliki cara penyelesaian yang berbeda-beda terhadap masalah yang
diajukannya.
(3) Kebaruan dalam pengajuan masalah mengacu pada kemampuan siswa
dalam mengajukan masalah yang berbeda dari masalah yang diajukan
sebelumnya.37
35 Tatag Yuli Eko Siswono & Yeva Kurniawati, Penerapan Model Wallas untukMengidentifikasi Proses berpikir kreatif siswa dalam pengajuan masalah Matematika denganInformasi Berupa Gambar, (Jurnal Nasional MATEMATIKA, Jurnal Matematika atauPembelajarannya, ISSN: 0852-7792), hal: 3
36 Ibid37 Tatag Yuli Eko Siswono, Model Pembelajaran matematika Berbasis Pengajuan dan
Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif, (Surabaya: UnesaUniversity Press, 2008), hal. 45-47
26
Pendapat di atas melihat bahwa kreativitas sebagai produk berpikir
kreatif berkaitan dengan pengajuan masalah dan pengajuan masalah dapat
merupakan sarana untuk menilai (mengukur) sekaligus mendorong
kemampuan kreatif siswa. Dalam problem posing siswa diminta untuk
membuat pertanyaan dari informasi yang diberikan, dan bertanya merupakan
pangkal semua kreasi. Memunculkan pertanyaan, membuat siswa terpacu
untuk mencari penyelesaian dari pertanyaan tersebut. Sehingga langkah-
langkah dalam pembelajaran dengan pendekatan problem posing harus saling
terpadu dan memerlukan persiapan yang matang dari guru. Hal ini menjadi
sangat penting, agar pembelajaran di kelas menjadi menyenangkan dan siswa
dapat berperan aktif.
B. Bahasan Hasil-hasil Penelitian yang Relevan
Terdapat beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini,
diantaranya yaitu:
Tatag Yuli Eko Siswono berdasarkan hasil penelitiannya menyatakan
bahwa kemampuan pengajuan masalah siswa juga meningkat dengan
ditunjukkan semakin banyaknya siswa yang dapat membuat soal sekaligus
penyelesaiannya dengan benar. Dalam pembelajaran untuk tiap siklus siswa
aktif terlibat dalam pembelajaran dan guru mengajar sesuai dengan langkah
pembelajaran yang disusun dalam silabus atau rencana penelitian.38
Penelitian lain dari Tatag Yuli Eko Siswono terkait problem posing
dan berpikir kreatif yaitu “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
melalui Pengajuan Masalah dalam Menyelesaikan Masalah tentang Materi
Garis dan Sudut Di Kelas VII SMPN 6 Sidoarjo.” Dalam penelitian tersebut
didapatkan hasil bahwa pengajuan masalah (problem posing) dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif, terutama pada aspek kefasihan dan
kebaruan.39
38 Tatag Yuli Eko Siswono, Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif SiswaMelalui Pengajuan Masalah, (Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, FMIPA UniversitasNegeri Yogyakarta. Tahun X, No. 1, Juni 2005), hal. 14
39 Tatag Yuli Eko Siswono, Op. Cit hal. 50
27
Nurul Amelia dalam penelitiannya pada pembelajaran biologi konsep
ekosistem menyatakan bahwa hasil belajar siswa pada konsep ekosistem dapat
ditingkatkan dengan metode problem posing.40
Aceng Haetami dan Maysara menyatakan bahwa hasil belajar Kimia
Dasar I meningkat setiap siklusnya, kualitas proses perkuliahan dan
kemampuan dosen dalam mengaplikasikan model pembelajaran pencapaian
konsep dan problem posing juga meningkat.41
Penelitian Imam Wahyudi menyatakan bahwa penerapan model round
table dan problem posing dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
Secara kuantitatif peningkatan hasil belajar setelah penerapan pembelajaran
kooperatif model round table dan problem posing tersebut mencapai rata-rata
sebesar 18,87 poin atau sebesar 37,74% dibandingkan dengan model
pembelajaran konvensional.42
Siti Maimunah dalam penelitiannya menyatakan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara hasil belajar kimia siswa yang menggunakan
metode problem posing secara kelompok dengan siswa yang menggunakan
metode problem posing secara individu.43
I Gusti Putu Suharta dalam penelitiannya menyatakan bahwa
penerapan problem posing dapat memperbaiki kesalahan konsepsi. Hal ini
berdasarkan pada persentase kesalahan konsepsi awal mahasiswa tentang
pertidaksamaan, limit, diferensial dan integral berturut-turut yaitu 68,75% ;
42,5% ; 85% dan 81,67% berkurang menjadi 17,5% ; 15% ; 20% ; dan 3,3%
setelah diterapkan pembelajaran problem posing.44
40 Nurul Amelia, Peningkatan Hasil Belajar Siswa dengan Metode Problem Posing padaKonsep Ekosistem, Skripsi Sarjana Pendidikan, (Jakarta: Perpustakaan UIN, 2008), h. 65
41 Aceng Haetami dan Maysara, Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil PembelajaranKimia Dasar I Melalui Model Pembelajaran Pencapaian Konsep dan Problem posing, (JurnalMIPMIPA, Volume 6, No. 1, Februari 2007), hal. 78
42 Imam Wahyudi, Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Round Table danProblem posing untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika di SLTPN 2 Sumberjambe Jember,(Jurnal Teknobel, September 2001, Volume 2, No. 2), hal. 97
43Siti Maimunah, Perbedaan Hasil Belajar Kimia siswa dengan Menggunakan MetodeProblem posing Secara Kelompok dan Metode Problem posing Secara Individu, Skripsi SarjanaPendidikan, (Jakarta: Perpustakaan UIN, 2010), h. 63
44 I Gusti Putu Suharta, Pengembangan Strategi Problem posing dalam PembelajaranKalkulus untuk Memperbaiki Kesalahan Konsepsi, (Jurnal Matematika atau Pembelajarannya,Tahun IV, No. 2, Agustus 2000), hal. 94
28
Rina Nur Hidayati juga mengadakan penelitian tentang problem
posing. Berdasarkan hasil penelitiannya, pembelajaran dengan problem posing
pada pokok bahasan ekosistem dapat meningkatkan hasil belajar biologi.45
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lisnaini, strategi
problem posing terstruktur berpengaruh terhadap hasil belajar biologi siswa.
Hal ini dapat dilihat dari perbedaan skor rata-rata hasil belajar setelah
menggunakan strategi problem posing terstruktur yaitu 61,57, sedangkan yang
tidak menggunakan strategi problem posing terstruktur yaitu 55,00.46
Penelitian tentang berpikir kreatif yang relevan dengan penelitian ini
yaitu penelitian yang dilakukan Habibah pada pembelajaran Fisika konsep
cahaya. Berdasarkan hasil penelitiannya, terdapat perbedaan signifikan antara
kemampuan berpikir kreatif siswa yang diajar dengan metode eksperimen
dibandingkan dengan siswa yang diajar secara konvensional.47
Dalam penelitiannya pada pembelajaran biologi konsep
keanekaragaman hayati, Ulfah Amalia menyatakan bahwa pembelajaran
dengan pendekatan Sains, Teknologi dan Masyarakat (STM) setiap siklusnya
mengalami peningkatan berpikir kreatif. Pada siklus I diperoleh nilai N gain
pada 0,2 (kategori rendah). Setelah dilakukan perbaikan pada siklus II berpikir
kreatif siswa mengalami peningkatan dengan N gain 0,41 (kategori sedang).
Hal ini menunjukkan bahwa berpikir kreatif siswa pada konsep
keanekaragaman hayati dapat ditingkatkan melalui pendekatan Sains,
Teknologi dan Masyarakat (STM).48
45 Rina Nur Hidayati, Aplikasi Pembelajaran Problem posing dalam Meningkatkan HasilBelajar Biologi Pokok Bahasan Ekosistem, Skripsi Sarjana Pendidikan, (Surakarta: UniversitasMuhammadiyah Malang Surakarta, 2008), hal. 47
46 Lisnaini, Pengaruh Strategi Problem posing Terstruktur terhadap Hasil BelajarBiologi Siswa, Skripsi Sarjana Pendidikan, (Jakarta: Perpustakaan UIN, 2010), h. 61
47 Habibah, Pengaruh Metode Eksperimen Terhadap Berpikir Kreatif Siswa dalamPembelajaran Fisika Bernuansa Nilai pada Konsep Cahaya, Skripsi Sarjana Pendidikan, (Jakarta:Perpustakaan UIN, 2009), h. 64
48 Ulfah Amalia, Upaya Peningkatan Berpikir Kreatif Siswa pada KonsepKeanekaragaman Hayati yang Bernuansa Imtak melalui Pendekatan Sains Teknologi danMasyarakat (STM), Skripsi Sarjana Pendidikan, (Jakarta: Perpustakaan UIN, 2009), h. 75
29
Kemampuan berpikir kreatif siswa dengan menggunakan pembelajaran
analogi mengalami peningkatan menurut penelitian Eva Widiastuti. Hal ini
dapat dilihat pada pada peningkatan setiap kategori berpikir kreatif. 49
Berdasarkan penelitian Anny Muljatiningrum, Pembelajaran inkuiri
menggunakan metode karyawisata dan diskusi berbasis multimedia dapat
mengembangkan keterampilan berpikir kreatif. Berdasarkan indikator
kemampuan berpikir kreatif kelas karyawisata dapat mengembangkan
keterampilan berpikir lancar, keterampilan menilai dan keterampilan berpikir
asli, sedangkan kelas multimedia dapat mengembangkan keterampilan
merinci.50
Ida Bagus Putu Arnyana juga melakukan penelitian tentang berpikir
kreatif dengan hasil penelitian bahwa kelompok siswa yang belajar dengan
strategi-strategi kooperatif GI, PBL, dan Inkuiri menunjukkan kemampuan
berpikir kreatif berada pada kategori baik, sementara kelompok siswa yang
belajar dengan pembelajaran langsung berada dalam kategori sedang.51
C. Kerangka Berpikir
Pada pembelajaran biologi siswa seringkali merasa kesulitan
memahami pelajaran yang diberikan guru, siswa kurang antusias untuk
mengikuti pelajaran biologi bahkan menjadikan biologi sebagai mata pelajaran
yang paling menakutkan bagi mereka. Permasalahan lain menyangkut proses
belajar mengajar adalah siswa tidak berperan aktif dalam kegiatan belajar
mengajar (KBM) sehingga di dalam pikiran siswa tidak terjadi perkembangan
struktur kognitif. Sedangkan dalam pembelajaran biologi siswa seharusnya
aktif belajar sehingga mempunyai kemampuan untuk mengembangkan
49 Eva Widyastuti, Perbandingan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa pada PembelajaranSistem Peredaran Darah dengan Pembelajaran Analogi di SMP X Bandung, Skripsi SarjanaPendidikan, (Bandung: Perpustakaan UPI, 2005), h. 59
50 Anny Muljatiningrum, dkk, Pembelajaran Inkuiri untuk Mengmbangkan KemampuanDasar Bekerja Ilmiah dan Berpikir Kreatif pada Konsep Bioteknologi, (Proceeding The SecondInternational Seminar on Science Education, ISBN: 978-979-98546-4-2), hal. 524
51 Ida Bagus Putu Arnyana, Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Inovatif padaPelajaran Biologi terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMA, (Jurnal Pendidikan danPengajaran IKIP Negeri Singaraja, Juli 2006, No. 2), hal. 511-512
30
berpikir kreatifnya serta lebih dapat memahami pelajaran dan terampil dalam
menyelesaikan permasalahan biologi.
Salah satu pendekatan pembelajaran inovatif yang dapat diterapkan
adalah problem posing. Pembelajaran ini dapat memotivasi peserta didik
untuk berpikir kritis dan kreatif, sebab pendekatan problem posing lebih
terpusat pada kegiatan belajar siswa aktif (student active learning). Problem
posing akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif, kreatif,
berpikir sistematis dalam menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi.
Selain itu juga siswa dapat menemukan ide-ide, konsep-konsep baru
berdasarkan pengalaman yang ditemukan pada saat berlangsungnya kegiatan
belajar mengajar dalam kelas.
Pembelajaran biologi dengan pendekatan problem posing, yaitu
pengajuan soal atau membuat pertanyaan sesuai dengan materi yang
disampaikan. Tujuannya adalah melatih siswa dalam berpikir sistematis,
kreatif dan percaya diri dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Hal ini
sesuai dengan hakikat biologi yang merupakan salah satu mata pelajaran yang
bisa diintegrasikan dengan pengajaran kecakapan berpikir, karena kita
menyadari bahwa pelajaran biologi berkaitan dengan cara mencari tahu dan
memahami tentang alam secara sistematis sehingga pembelajaran biologi
bukan hanya untuk penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-
fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan, sehingga siswa dituntut untuk dapat berpikir kritis dan kreatif.
Pembelajaran dengan problem posing merupakan salah satu
pendekatan yang efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif
siswa. Jadi, pembelajaran problem posing diharapkan berpengaruh terhadap
berpikir kreatif siswa kelas IX SMP Negeri 2 Ciruas pada mata pelajaran
biologi konsep pewarisan sifat. Pembelajaran ini juga diharapkan dapat
meningkatkan tanggung jawab, menumbuhkan kerjasama antar siswa dan
memotivasi siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran biologi.
31
D. Pengajuan Hipotesis
Berdasarkan deskripsi teoritis dan kerangka berpikir dapat diajukan
hipotesis sebagai berikut: Ada pengaruh pembelajaran problem posing
terhadap berpikir kreatif siswa pada konsep pewarisan sifat. Secara
operasional dapat dinyatakan “ kemampuan berpikir kreatif siswa pada konsep
pewarisan sifat yang diajarkan dengan pendekatan problem posing lebih tinggi
dibanding dengan metode konvensional.”
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 05 – 23 November 2010 pada
semester ganjil tahun ajaran 2010/2011. Adapun tempat pelaksanaan
penelitian bertempat di SMP Negeri 2 Ciruas.
B. Metode dan Desain Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan metode quasi eksperimen
(eksperimen semu). Metode quasi eksperimen disebut juga dengan Pre
Experimental Design (eksperimental yang belum baik).52 Quasi eksperimen
hampir sama dengan eksperimen sebenarnya. Perbedaannya pada penggunaan
subjek yaitu pada quasi eksperimen tidak dilakukan penugasan random,
melainkan menggunakan kelompok yang ada. Metode ini bertujuan untuk
menyelidiki pengaruh langsung (sebab-akibat) dari perlakuan atau kondisi
yang dimanipulasi.
2. Desain Penelitian
Desain penelitian ini yaitu nonrandomized control group pretest-
posttest design. Desain ini menggunakan dua kelas subjek yaitu kelas kontrol
(tidak diberikan perlakuan, menggunakan metode konvensional) dan kelas
eksperimen (diberikan perlakuan, menggunakan pendekatan problem posing).
Dua kelas dianggap sama dalam semua aspek yang relevan dan perbedaan
hanya terdapat dalam perlakuan. Desain penelitian ini sebagai berikut:53
52 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik Cet.III, (Jakarta:Rineka Cipta, 2006), hal. 84
53 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hal 186
33
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Grup Pretes Variabel terikat Postes
Eksperimen Y1 X Y2
Kontrol Y1 - Y2
Keterangan:
Y1: Nilai pretes
Y2: Nilai postes
X: Perlakuan (penggunaan pendekatan problem posing).
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian peneliti dalam
suatu ruang lingkup dan waktu yang ditentukan.54 Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh siswa kelas IX SMP Negeri 2 Ciruas.
Sedangkan sampel adalah sebagai bagian dari populasi.55 Sampel
dianggap mewakili populasi dan diambil dengan menggunakan teknik
sampling. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari dua kelas. Satu kelas sebagai
kelas eksperimen yaitu kelas IX F, dan satu kelas lainnya sebagai kelas kontrol
yaitu kelas IX B. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
purposive sampling. Pemilihan kelompok pada teknik ini didasarkan atas ciri-
ciri tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-
ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya.56 Pemilihan sampel
berdasarkan tujuan peneliti dengan cara melihat nilai rata-rata kelas hasil tugas,
dan pertimbangan guru karena kedua kelas tersebut memiliki kemampuan
kognitif yang mendekati sama.
D. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu pendekatan problem posing.
54 Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan cet.6, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hal.118
55 Ibid, hal. 12156 Ibid, hal. 128
34
2. Variabel terikat
Variabel terikatnya adalah berpikir kreatif siswa.
Tabel 3.2 Variabel Penelitian
Variabel Penelitian Definisi Konseptual Definisi Operasional
Variabel X(Pendekatan problem
posing)
Problem posing adalahteknik pembelajaran yangmelatih siswa untukmembuat soal sendiri danmengerjakannya, sehinggadiharapkan siswa akan lebihaktif untuk belajar, lebihmengenal dan menghayativariasi-variasi soal danmahir dalam memahamisubstansi soal yangdiberikan oleh guru.
Penerapan problem posingdalam kegiatan pembelajarandapat dilakukan secaraklasikal maupun kelompok disekolah, yaitu diawali denganpendahuluan, pengembangan,penerapan dan penutup.
Variabel Y(Berpikir kreatif
siswa)
Berpikir kreatif adalah suatukemampuan berpikir yangberawal dari adanyakepekaan terhadap situasiyang yang sedang dihadapi,bahwa di dalam situasi ituterlihat atau teridentifikasiadanya masalah yang inginatau harus diselesaikan.
Ada empat indikator berpikirkreatif, yaitu:
(5) Fluence(6) Flexibility(7) Originality(8) Elaboration
E. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan dua teknik dalam pengumpulan data, yaitu
dengan tes dan pengamatan (observasi). Tes adalah serangkaian pertanyaan
atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan,
pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu
atau kelompok.57 Tes yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tes
kemampuan berpikir kreatif yang meliputi pretes dan postes.
Sedangkan observasi adalah melakukan pengamatan langsung terhadap
objek. Jenis observasi yang digunakan adalah observasi sistematis yaitu
57Suharsimi Arikunto, Op. cit., hal. 150
35
menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan. Pedoman observasi
berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang timbul dan akan diamati.58 Adapun
yang menjadi observer adalah guru bidang studi dan teman sejawat.
F. Instrumen Penelitian
1. Tes kemampuan berpikir kreatif
Tes ini terdiri dari 7 butir soal essay. Penyusunan tes ini mengacu pada
tes berpikir divergen yang menjajaki berbagai macam kemungkinan jawaban.
Tujuan dari penyusunan soal-soal ini adalah untuk mengukur kemampuan
berpikir lancar (fluency), berpikir luwes (flexibility), keaslian (originality),
dan merinci (elaboration).
Tabel 3.3 Kisi-kisi Soal Kemampuan Berpikir Kreatif
Komponenberpikir kreatif
Aspek yang diukur Indikator JenjangKognitif
NoSoal
- Lancar dalammengemukakanjawaban
- Mampumemberikanjawaban secara tepatdan cepat mengenaiobjek yang diamati
- Menyebutkanbagian-bagiankromosom danfungsinya
C1 1Kelancaran(fluency)
- Lancar dalammengemukakanpertanyaan
- Mengajukanbanyak pertanyaanmengenai wacanatentang iktiosis
C3 3
- Mampumemberikanpenafsiran terhadapgambar/masalah
- Menafsirkangambar tentanghubungan sel,kromosom danDNA
C2 2Berpikir luwes(flexibility)
58 Ibid, hal 156-157
36
Komponenberpikir kreatif
Aspek yang diukur Indikator JenjangKognitif
NoSoal
- Mencari banyakalternatif atau arahyang berbeda-beda
- Mencari alternatifuntuk menjawabkemungkinanmendapatkanketurunan laki-lakinormal padaperkawinanhemofilia
C4 4Berpikir luwes(flexibility)
- Menghasilkangagasan, jawaban,atau pertanyaanyang bervariasi
- Memberikanjawaban yangberbeda tentangperkawinanhemofilia yangakan menghasilkanketurunan laki-lakinormal
C4 5
Keaslian(originality)
- Mampu membuatkombinasi-kombinasi daribagian atau unsur
- Membuatkombinasihubungangolongan darah,aglutinogen,aglutinin, genotipedan macam gametgolongan darah
C3 6
Merinci(elaboration)
- Menambahkan ataumemperinci detil-detil dari suatuobjek, gagasan, atausituasi sehinggamenjadi lebihmenarik dan jelas
- Menambahkangaris-garis, warna-warna, dan bagian-bagian terhadappeta silsilahgolongan darah
C2 7
37
2. Lembar Observasi
Lembar observasi yang digunakan berupa daftar cek atau Check-list.
Daftar cek adalah suatu set daftar karakteristik atau kriteria yang memerlukan
jawaban sederhana dengan memberikan tanda cek (√) apabila setiap item
daftar telah terpenuhi. Instrumen ini berupa lembar observasi yang berisi
daftar kegiatan yang timbul dan akan diamati.
Lembar observasi ini terdiri dari lembar aktivitas guru dan siswa.
Tujuannya adalah untuk mengobservasi dan mengukur tingkat keberhasilan
atau ketercapaian tujuan pembelajaran pada kegiatan belajar mengajar dengan
pendekatan problem posing di kelas.
G. Kalibrasi Instrumen
Sebelum instrumen diberikan kepada sampel, instrumen terlebih dahulu
diuji coba kepada responden, dalam hal ini di luar sampel yang sudah
ditentukan. Data hasil uji coba yang dianalisis yaitu dengan validitas butir
soal, reliabilitas instrumen, tingkat kesukaran butir soal dan daya pembeda
butir soal.
1. Validitas Butir Soal
Validitas adalah ketepatan atau kesahihan suatu alat ukur dalam
melakukan fungsi ukurnya.59 Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan
rumus korelasi product moment pearson karena skor butir soal yang diukur
bersifat kontinum. Adapun rumus korelasi product moment pearson yaitu:
rit = ∑∑∑ −
22ti
ti
xx
xx
59 Ahmad Sofyan, dkk , Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UINJakarta Press, 2006), hal. 105
38
Keteranganrit = Koefisien korelasi antara skor butir dengan skor total
∑ 2ix = Jumlah kuadrat deviasi skor dari Xi
2
∑ 2tx = Jumlah kuadrat deviasi skor dari Xt
2
tixx∑ = Jumlah deviasi skor dari Xi Xt
Berdasarkan pengujian validitas instrumen penelitian yang telah
disesuaikan dengan r tabel dari 13 butir soal, didapatkan soal yang valid
sebanyak 7 butir soal. Nomor soalnya yaitu 1, 2, 6, 8, 9, 10, dan 11.60
2. Reliabilitas
Reliabilitas adalah konsistensi atau keajegan. Suatu instrumen penelitian
dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang tinggi, apabila tes yang dibuat
mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur yang hendak diukur.61
Pengujian realibilitas ini menggunakan rumus koefisien Alpha Cronbach
karena skor butir soal yang akan diujikan berbentuk soal kontinum(uraian).
Rumus Alpha Cronbach yaitu:
rii =
−
−∑
2
2
11 t
i
S
S
k
k
Keteranganrii = Koefisien reliabilitas tesk = Jumlah butirSi
2 = Varians skor butirSt
2 = Varians skor total
Adapun kriteria pengujiannya, yaitu:
rii = 0,91 – 1,00 = Sangat tinggi
rii = 0,71 – 0,90 = Tinggi
rii = 0,41 – 0,70 = Cukup
rii = 0,21 – 0,40 = Rendah
rii = <0,21 = Sangat rendah
60 Perhitungan lengkap terdapat pada lampiran 7, hal. 12061 Sukardi, Op. Cit, hal. 127
39
Berdasarkan pengujian reliabilitas instrumen penelitian yang telah
disesuaikan dengan r tabel, didapatkan besarnya reliabilitas soal sebesar 0,6
dan tergolong dalam klasifikasi cukup reliabel.62
3. Tingkat Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu
sulit. Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal, maka soal-soal tersebut
diujikan taraf kesukarannya terlebih dahulu. Rumus dari uji ini yaitu: 63
P =N
B
Keterangan :P = Indeks kesukaranB = Banyaknya siswa yang menjawab soal yang benarN = Jumlah seluruh siswa peserta tes
Kriteria tingkat kesukaran diklasifikasikan sebagai berikut :
0,00 < p < 0,25 = soal sukar
0,26 < p < 0,75 = soal sedang
0,76< p < 1,00 = soal mudah
Hasil perhitungan lengkap tingkat kesukaran soal dapat dilihat pada
lampiran 7 halaman 122.
4. Daya Pembeda
Daya beda digunakan untuk mengetahui kemampuan butir dalam
membedakan kelompok siswa antara kelompok siswa yang pandai dengan
kelompok siswa yang kurang pandai. Cara perhitungannya dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:64
No
BBD BA
5,
−=
Keterangan:
D = Daya Pembeda
BA = Jumlah yang menjawab benar pada kelompok atas
BB = jumlah yang menjawab benar paa kelompok bawah
62 Perhitungan lengkap terdapat pada lampiran 7, hal. 12163 Ahmad Sofyan, dkk, Op. Cit., hal. 10364 Ibid, hal. 104
40
N = Jumlah peserta tes
Klasifikasi daya pembeda, yaitu:65
0,00 – 0,20 : jelek
0,20 – 0,40 : cukup
0,40 – 0,70 : baik
0,70 – 1,00 : baik sekali
Hasil perhitungan lengkap daya pembeda dapat dilihat pada lampiran 7
halaman 124.
H. Teknik Analisis Data Kuantitatif
Pengolahan data merupakan bagian penting dalam penelitian, karena
dengan melakukan pengolahan data, data tersebut dapat diberi arti dan makna
yang berguna dalam pemecahan masalah penelitian. Pengolahan data
kuantitatif menggunakan analisis statistik. Sedangkan data yang diperoleh dari
hasil observasi akan dianalisis dengan menggunakan analisis data deskriptif.
Analisis statistik yang digunakan untuk mengetahui pengaruh pendekatan
pembelajaran problem posing terhadap berpikir kreatif siswa yaitu:
1. Penskoran dan Penilaian Hasil Tes Berpikir Kreatif
Penskoran dan penilaian yang digunakan untuk mengukur berpikir
kreatif siswa menggunakan rumus berikut:
Nilai = Skor total yang dikerjakan x 100%
Skor total yang diharapkan
Peningkatan kemampuan berpikir kreatif dapat dilihat dari skor yang
diperoleh siswa. Pedoman yang digunakan untuk klasifikasi kategori berpikir
kreatif siswa, diadopsi dari buku Suharsimi Arikunto dengan perubahan
seadanya:66
65 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006),hal. 218
15Ibid. hal. 245
41
81 – 100 % : tinggi sekali
61 – 80 % : tinggi
41 – 60 % : cukup
21 – 40 % : rendah
0 – 20 % : rendah sekali
2. Normal Gain
Gain adalah selisih antara nilai pre-test dan post-test, gain menunjukkan
peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa setelah pembelajaran
dilakukan guru.67
Untuk mengetahui selisih nilai tersebut, menggunakan rumus berikut:68
N gain = skor post test – skor pre test
Skor ideal – skor pre-test
Dengan kategorisasi perolehan
g-tinggi : nilai (< g >) > 0,7
g-sedang : nilai 0,70 > (< g >) > 0,3
g-rendah : nilai (< g >) > 0,3
3. Uji Prasyarat
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang
diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji kenormalan yang digunakan
adalah uji Liliefors. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai
berikut:69
Lo = F(Zi) - S(Zi)
67 Yanti Herlanti, Tanya Jawab Seputar Penelitian dalam Pendidikan Sains, (Jakarta:Jurusan Pendidikan IPA, FITK UIN Syahid, 2008), hal. 53
68 David Meltzer, The Relationship Between Mathematics Preparation an ConceptualLearning Gains in Physics: A Possible” Hidden Variable in Diagnostic Pretes Scores,”(Departemen of Physics and Astronomy, Lowa State University, 2002), hal. 1260
69 Darwyan Syah, dkk, Pengantar Statistika Pendidikan ( Jakarta: UIN Jakarta Press,2006), hal. 67-68
42
Keterangan :Lo = Harga mutlak terbesarF(Zi) = Peluang angka baku S(Zi) = Proporsi angka baku
Kriteria pengujian normalitas yaitu:
Lhitung < Ltabel , maka data berdistribusi normal
Lhitung > Ltabel , maka data tidak berdistribusi normal
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan dengan melihat keadaan kehomogenan
populasi. Uji homogenitas yang digunakan adalah uji Fisher, dengan
rumus sebagai berikut:70
Fhitung =terkecil
terbesar
ians
ians
var
var
Kriteria pengujiannya yaitu:
Jika Fhitung ≤ Ftabel, maka Ho diterima, yang berarti varians kedua populasi
homogen.
Jika Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak, yang berarti varians kedua populasi
tidak homogen.
4. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan setelah dilakukan uji prasyarat dan jika data
dinyatakan berdistribusi normal, maka untuk menguji hipotesis digunakan uji t.
Rumus untuk uji t yaitu:71
to =
70 Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2010), hal. 14071 Subana dan Sudrajat, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, (Bandung: CV. Pustaka Setia,
2005), hal. 162
43
Keterangan:
t0 = t hitung
M1 = mean atau rata-rata kelompok 1
M2 = mean atau rata-rata kelompok 2
SEM1 = Standar Error Mean kelompok 1
SEM2 = Standar Error Mean kelompok 2
Namun, jika data berdistribusi normal dan tidak homogen, maka
dilakukan uji hipotesis dengan rumus sebagai berikut:72
Dengan kriteria pengujian yaitu tolak Ho jika:
Keterangan:
= rata-rata kelompok 1
= rata-rata kelompok 2
= varians kelompok 1
= varians kelompok 2
= jumlah siswa kelompok 1
= jumlah siswa kelompok 1
= S12/n1
= S22/n2
= t (1 - α), (n1 - 1)
= t (1 - α), (n2 - 1)
I. Analisis Data Kualitatif
Hasil observasi direkapitulasi dan dijumlahkan skor masing-masing
siswa untuk setiap aspek. Skor yang diperoleh kemudian dihitung
persentasenya dengan menggunakan rumus:
72 Sudjana, Metode Statistika cetakan 6, (Bandung: tarsito, 2001), hal. 241
44
P = x 100 %
Kemudian persentase yang didapat dikategorikan sesuai interpretasi
sebagai berikut:73
Tabel 3.5 Kategori Hasil Observasi
Persentase Kategori
90 % ≤ A < 100 % Sangat baik
75 % ≤ B < 90 % Baik
55 % ≤ C < 75 % Sedang
40 % ≤ D < 55 % Kurang
0 % ≤ E < 40 % Jelek
73 Ahmad Sofyan, dkk. Op. cit, hal. 89
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Data Hasil Pretes
Sebelum melakukan penelitian terhadap kelas IX E dan IX B, peneliti
melakukan pretes untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Data hasil pretes
dari kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada tabel 4.1.74
Tabel 4.1 Hasil Nilai Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Data Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Nilai maksimum 58 58
Nilai minimum 17 17
Mean 35,3 35
Median 36,3 34,87
Modus 40,13 26,7
Standar Deviasi 9,4 10,6
Berdasarkan hasil perhitungan data pretes siswa pada kelas eksperimen
diperoleh nilai tertinggi 58 dan nilai terendah 17. Nilai rata-ratanya 35,3 adalah
dengan standar deviasi 9,4, nilai tengah (median) adalah 36,3 dan nilai modusnya
adalah 40,13.
Sedangkan hasil perhitungan data pretes siswa pada kelas kontrol diperoleh
nilai tertinggi dan nilai terendah yang sama dengan kelas eksperimen yaitu 58 dan
17. Nilai rata-ratanya adalah 35 dengan standar deviasi 10,6, nilai tengah (median)
adalah 34,87 dan nilai modusnya adalah 26,7.
Berdasarkan hasil pretes, dilakukan juga klasifikasi siswa berdasarkan
kategori tingkat berpikir kreatif siswa. Berikut tabel 4.2 yang menunjukkan data
tersebut:
74 Perhitungan lengkap terdapat pada lampiran 10 dan 11. hal. 135 dan 138
46
Tabel 4.2 Persentase Tingkat Berpikir Kreatif Awal Siswa
Kelas
eksperimen
Kelas
Kontrol
Penggolongan
Tingkat
Berpikir Kreatif N % N %
Sangat rendah 27 75 23 62,16
Rendah 8 22,22 13 35,14
Sedang 1 2,78 1 2,7
Tinggi 0 0 0 0
Sangat tinggi 0 0 0 0
Keterangan : N = Jumlah siswa dalam setiap kategori
Berdasarkan tabel 4.2, penggolongan tingkat berpikir kreatif siswa pada
kelas kontrol dan kelas eksperimen beragam. Dari 36 siswa pada kelas eksperimen
diperoleh hasil bahwa 75% masuk dalam kategori sangat rendah, 22,22% kategori
rendah, dan 2,78% dengan kategori sedang. Sedangkan dari 37 siswa pada kelas
kontrol diperoleh hasil bahwa 62,16% masuk dalam kategori sangat rendah,
35,14% kategori rendah, dan 2,7% dengan kategori sedang.
2. Data Hasil Postes
Data hasil postes dari kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada tabel
4.3:75
Tabel 4.3 Hasil Nilai Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Data Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Nilai maksimum 96 75
Nilai minimum 46 25
Mean 67,4 55,7
Median 62,6 52
Modus 55,95 53,75
Standar Deviasi 14,6 18,3
75 Perhitungan lengkap terdapat pada lampiran 10 dan 11. hal. 136 dan 139
47
Berdasarkan hasil perhitungan data postes siswa pada kelas eksperimen
diperoleh nilai tertinggi 96 dan nilai terendah 46. Nilai rata-ratanya adalah 67,4
dengan standar deviasi 14,6, nilai tengah (median) adalah 62,6 dan nilai
modusnya adalah 55,95.
Sedangkan hasil perhitungan data postes siswa pada kelas kontrol diperoleh
nilai tertinggi 75 dan nilai terendah 25. Nilai rata-ratanya adalah 55,7 dengan
standar deviasi 18,3, nilai tengah (median) adalah 52 dan nilai modusnya adalah
53,75.
Berdasarkan hasil postes siswa, dilakukan juga klasifikasi siswa berdasarkan
kategori tingkat berpikir kreatif siswa. Berikut tabel 4.4 yang menunjukkan data
tersebut:
Tabel 4.4 Persentase Tingkat Berpikir Kreatif Akhir Siswa
Kelaseksperimen
KelasKontrol
PenggolonganTingkat
Berpikir Kreatif N % N %Sangat rendah 0 0 2 5,4
Rendah 9 25 16 43,24
Sedang 10 27,78 13 35,14
Tinggi 9 25 6 16,22
Sangat tinggi 8 23,22 0 0
Keterangan : N = Jumlah siswa dalam setiap kategori
Berdasarkan tabel di atas, dari 36 siswa pada kelas eksperimen diperoleh
hasil bahwa tidak ada yang termasuk dalam kategori sangat rendah, 25% masuk
dalam kategori rendah, 27,78% kategori sedang, 25% kategori tinggi dan 23,22%
dengan kategori sangat tinggi. Sedangkan dari 37 siswa pada kelas kontrol
diperoleh hasil bahwa masih terdapat siswa yang tergolong dalam kategori sangat
rendah yaitu 5,4%, 43,24% masuk dalam kategori rendah, 35,14% kategori
rendah, 16,22% dengan kategori tinggi, dan 0% atau tidak ada yang masuk dalam
kategori sangat tinggi.
48
3. Data Nilai N-Gain
a. Data Nilai N-Gain Kelas Eksperimen
Peningkatan berpikir kreatif siswa kelas eksperimen secara langsung dapat
dilihat dari nilai rerata N-gain sebesar 0,496. Nilai tersebut termasuk dalam
kategori sedang. Berikut rekapitulasi N-gain kelas eksperimen:76
Tabel 4.5 Rekapitulasi N-Gain Kelas Eksperimen
Data Pretes Postes N-Gain
Mean 35,3 67,42 0,49
SD 9,4 14,6 0,23
Varians 88,51 200,51 0,05
Berdasarkan hasil perhitungan N-gain pada kelompok eksperimen, 22,22%
atau 8 orang termasuk dalam kategori rendah, 55,56% atau 20 orang termasuk
dalam kategori sedang, dan 22,22% termasuk dalam kategori tinggi.
Data hasil tes berpikir kreatif (pretes dan postes) diperoleh ketercapaian
indikator berpikir kreatif sebagai berikut:
Tabel 4.6 Persentase Pencapaian Indikator Berpikir Kreatif
Kelas Eksperimen
Indikator BerpikirKreatif
Pretes Postes N-Gain
Berpikir Lancar 63 76 0,35
Berpikir Luwes 29 65 0,5
Berpikir Asli 22 67 0,57
Elaborasi 20 63 0,53
Berdasarkan tabel 4.6, diperoleh hasil bahwa indikator berpikir lancar
sebelum perlakuan 63%, dan mengalami peningkatan menjadi 76% dengan N-
Gain 0,35 yang termasuk dalam kategori sedang. Indikator berpikir luwes sebelum
76 Perhitungan lengkap terdapat pada lampiran 10. hal. 137
49
perlakuan 29%, dan mengalami peningkatan menjadi 65% dengan N-Gain 0,5
yang termasuk dalam kategori sedang. Peningkatan juga terjadi pada indikator
berpikir asli yaitu dari 22% menjadi 67% dengan N-Gain 0,57 yang termasuk
dalam kategori sedang. Begitu juga dengan indikator elaborasi, sebelum perlakuan
20% dan setelah perlakuan menjadi 63%, dengan N-Gain sebesar 0,53 yang
termasuk dalam kategori sedang.
b. Data Nilai N-Gain Kelas Kontrol
Peningkatan berpikir kreatif siswa kelas kontrol secara langsung dapat dilihat
dari nilai rerata N-gain sebesar 0,28. Nilai tersebut termasuk dalam kategori
rendah. Berikut rekapitulasi N-gain kelas kontrol:77
Tabel 4.7 Rekapitulasi N-Gain Kelas Kontrol
Data Pretes Postes N-Gain
Mean 35 55,6 0,28
SD 10,56 18,3 0,15
Varians 111,17 336,83 0,02
Berdasarkan hasil perhitungan N-gain pada kelompok kontrol, 54,05% atau
20 orang termasuk dalam kategori rendah, dan 45,95% atau 17 orang termasuk
dalam kategori sedang.
Data hasil tes berpikir kreatif (pretes dan postes) diperoleh ketercapaian
indikator berpikir kreatif sebagai berikut:
Tabel 4.8 Persentase Pencapaian Indikator Berpikir Kreatif Kelas Kontrol
IndikatorBerpikir Kreatif
Pretes Postes N-Gain
Berpikir Lancar 33,7 62,5 0,43
Berpikir Luwes 29,2 39,4 0,14
Berpikir Asli 43,1 65 0,38
Elaborasi 17,4 35 0,21
77 Perhitungan lengkap terdapat pada lampiran 11. hal. 140
50
Berdasarkan tabel 4.8, diperoleh hasil bahwa indikator berpikir lancar
sebelum perlakuan 33,7%, dan mengalami peningkatan menjadi 62,5% dengan N-
Gain 0,43 yang termasuk dalam kategori sedang. Indikator berpikir luwes sebelum
perlakuan 29,2%, dan mengalami peningkatan menjadi 39,4% dengan N-Gain
0,14 yang termasuk dalam kategori rendah. Peningkatan juga terjadi pada
indikator berpikir asli yaitu dari 43,1% menjadi 65% dengan N-Gain 0,38 yang
termasuk dalam kategori sedang. Begitu juga dengan indikator elaborasi, sebelum
perlakuan 17,4% dan setelah perlakuan menjadi 35%, dengan N-Gain sebesar 0,21
yang termasuk dalam kategori rendah.
Dari hasil perhitungan N-Gain ketercapaian indikator berpikir kreatif,
dapat diketahui bahwa indikator yang paling tinggi kenaikannya untuk kelas
eksperimen adalah indikator berpikir asli, dan untuk kontrol adalah indikator
berpikir lancar.
4. Hasil Uji Prasyarat Analisis Data
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh
berasal dari subjek penelitian yang berdistribusi normal atau tidak. Uji ini
dilakukan dengan uji liliefors. Kriteria uji normalitas adalah Ho diterima jika L
hitung < L tabel dan Ho ditolak jika L hitung > L tabel. Dengan diterimanya Ho
berarti data penelitian berasal dari populasi berdistribusi normal, begitupun
sebaliknya. Hasil uji normalitas kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.78
78 Perhitungan lengkap terdapat pada lampiran 15. hal. 150-155
51
Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kontrol
KelasEksperimen
Kelas Kontrol N-GainStatistik
Pretes Postes Pretes PostesKelas
EksperimenKelas
Kontrol
N 36 36 37 37 36 37
35,3 67,4 35 55,7 0,49 0,28
SD 9,4 14,6 10,6 10,5 0,23 0,15
L hitung 0,01393 0,04572 0,01567 0,01572 0,0477 0,0886
L tabel 0,14767 0,14767 0,14566 0,14566 0,14767 0,14566
Kesimpulan Normal Normal Normal Normal Normal Normal
Pada pengujian normalitas pretes dan postes baik pada kelas eskperimen
maupun kontrol, didapatkan hasil bahwa semua data terdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Setelah kedua sampel kelompok dinyatakan berdistribusi normal,
selanjutnya dilakukan pengujian homogenitas. Tujuan pengujian ini adalah untuk
mengetahui apakah data penelitian memiliki varians yang homogen atau tidak.
Dalam penelitian ini, uji homogentias dilakukan dengan uji Fisher pada
taraf signifikansi 0,05. Kriteria pengujiannya yaitu: jika F hitung < F tabel maka
data dari dua kelompok mempunyai varians yang sama atau homogen,begitupun
sebaliknya. Hasil pengujian homogenitas dapat dilihat pada tabel 4.10:79
79 Perhitungan lengkap pada lampiran 16. hal . 156-161
52
Tabel 4.10 Hasil Uji Homogenitas Kelas Eksperimen dan Kontrol
Pretes Postes N-GainStatistik Kelas
EksperimenKelas
KontrolKelas
EksperimenKelas
KontrolKelas
EksperimenKelas
Kontrol
S2 88,51 111,17 200,51 336,83 0,05 0,02
F hitung 1,26 1,68 2,46
F tabel 1,75 1,76 1,75
Kesimpulan Homogen Homogen Tidak homogen
Berdasarkan tabel 4.10, hasil pengujian homogenitas data pretes dan postes
baik pada kelas eskperimen maupun kontrol, didapatkan hasil bahwa kedua
sampel tersebut berasal dari populasi yang homogen. Sedangkan untuk data N-
Gain tidak homogen.
5. Hasil Pengujian Hipotesis
Setelah dilakukan uji prasyarat analisis data, diketahui bahwa data pretes
dan postes kedua kelompok berdistribusi normal dan homogen. Oleh karena itu,
pengujian data dilanjutkan pada analisis berikutnya yaitu uji hipotesis. Dalam
penelitian ini, uji hipotesis menggunakan uji “t” dengan kriteria pengujian yaitu:
jika t hitung < t tabel maka Ho diterima, Ha ditolak. Begitupun sebaliknya.
Hasil perhitungan uji hipotesis kelas pretes dan postes dapat dilihat pada
tabel 4.11 berikut:80
80 Perhitungan lengkap pada lampiran 17. hal . 162-167
53
Tabel 4.11 Hasil Uji Hipotesis Pretes-postes Kelas Eksperimen dan Kontrol
Pretes PostesStatistik Kelas
EksperimenKelas
KontrolKelas
EksperimenKelas
Kontrol
N 36 37 36 37
35,27 34,9 67,4 55,67
S2 88,51 111,17 200,51 336,83
thitung 0,2063 5,62
t tabel 1,99 1,99
Keputusan Ho diterima Ho ditolak
Berdasarkan hasil perhitungan uji hipotesis pretes diperoleh thitung = 0,2063,
sedangkan ttabel pada taraf signifikansi 5% untuk db 71 adalah 1,99. Hal ini berarti
thitung < ttabel, sehingga Ho diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat perbedaaan antara pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Berdasarkan hasil perhitungan uji hipotesis pretes diperoleh thitung = 5,62,
sedangkan ttabel pada taraf signifikansi 5% untuk db 71 adalah 1,99. Hal ini berarti
thitung > ttabel, sehingga Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaaan yang signifikan antara postes kelas eksperimen dan kelas
kontrol.
Sedangkan untuk uji hipotesis N-Gain, digunakan uji “t” yang berbeda. Hal
ini dikarenakan data tersebut berdistribusi normal, namun tidak homogen. Kriteria
pengujian yaitu . Berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan t′
yaitu 2,06 yang mempunyai nilai lebih besar dibanding 1,68, yang artinya Ho
ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara N-Gain kelas eksperimen dan kelas kontrol.
54
6. Hasil Analisis Data Observasi
a. Data Observasi Aktivitas Guru
Observasi dilakukan untuk mengetahui kegiatan belajar mengajar selama
pembelajaran telah sesuai dengan tahapan pada pembelajaran dengan pendekatan
problem posing. Guru bidang studi Biologi berperan sebagai observer atau
pengamat selama proses pembelajaran berlangsung.
Pada umumnya, tahapan-tahapan pada pembelajaran dengan pendekatan
problem posing dapat terlaksana dengan baik, persentase keterlaksanaannya
mencapai 100%. Hal tersebut ditunjukkan dari hasil observasi yang dilakukan
observer dengan memberikan tanda centang (√) pada setiap pernyataan. Hanya
saja pada pertemuan pertama, masih terdapat kendala dalam memulai mengajukan
pertanyaan dikarenakan kurang jelasnya pengarahan guru terhadap siswa,
sehingga siswa kurang memahami. Tetapi pada pertemuan-pertemuan selanjutnya,
terlihat adanya perubahan positif yang sangat baik. Terjadi situasi yang sangat
baik antara siswa dengan siswa, maupun siswa dengan guru. Pengelolaan kelas
pada pertemuan selanjutnya juga baik, terjadi peningkatan dari pertemuan pertama
sampai pertemuan terakhir.
b. Data Observasi Aktivitas Siswa
Hasil observasi aktivitas siswa setiap pertemuan dapat dilihat pada grafik
berikut:81
81 Perhitungan dan hasil lebih lengkap terdapat pada lampiran 18, hal. 168
Grafik 4.1 Hasil Observasi Aktivitas Siswa
55
Dari grafik 4.1 dapat diketahui bahwa aspek yang mengalami peningkatan
tiap pertemuannya adalah aspek merespon. Sedangkan aspek yang lainnya,
terdapat kesamaan hasil yang sama pada beberapa pertemuan.
Berdasarkan perhitungan hasil observasi aktivitas siswa secara
menyeluruh, juga didapatkan persentase tiap aspeknya yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.12 Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Aspek yang diukur Persentase Kategori
Aspek menerima atau
memperhatikan 65 Sedang
Aspek merespon 68,3 Sedang
Aspek menghargai 65 Sedang
Aspek mengorganisasikan nilai 55 Sedang
Aspek mewatak 77,5 Tinggi
Berdasarkan tabel 4.12 di atas, dapat diketahui bahwa empat aspek
aktivitas siswa termasuk dalam kategori sedang, dan satu aspek yaitu aspek
mewatak termasuk dalam kategori tinggi.
Pada pertemuan pertama siswa masih bingung ketika menjalankan
pembelajaran dengan pendekatan problem posing. Hal ini dikarenakan siswa tidak
terbiasa dengan pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa untuk memahami
suatu konsep dengan memberikan pertanyaan sebanyak-banyaknya yang mengacu
pada tujuan pembelajaran tanpa banyak mendapatkan intervensi dari guru.
Pada pembelajaran yang biasa siswa hadapi, siswa hanya diberikan materi
atau konsep baru kemudian diberikan pertanyaan serta contoh-contoh yang
relevan dengan konsep yang telah diajarkan. Siswa juga tidak terbiasa dengan
belajar dalam kelompok, berdiskusi, bertukar pikiran dengan teman-teman dalam
kelompoknya, serta mempresentasikan hasil diskusinya. Hal tersebut membuat
siswa kurang berkoordinasi secara baik dengan kelompoknya, sehingga
pembelajaran pada pertemuan pertama pun berjalan kurang maksimal. Pada
pertemuan kedua dan ketiga aktivitas siswa berangsur-angsur membaik, sudah
mulai terjadi interaksi sehingga tujuan pembelajaran pun dapat tercapai. Puncak
56
dari antusiasme siswa terjadi pada pertemuan keempat, siswa sudah benar-benar
memahami aturan main dari pembelajaran dengan pendekatan problem posing.
B. Pembahasan
Berdasarkan pengujian hipotesis terhadap data pretes kelas eksperimen dan
kontrol dengan menggunakan uji-t menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif
awal siswa pada kedua kelas tidak berbeda secara signifikan. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa kemampuan awal kedua kelas adalah sama. Hal ini juga diperkuat
dengan persentase pengkategorian berpikir kreatif siswa yaitu kategori sedang, dan
rendah yang hampir sama pada kedua kelas. Dari semua siswa di kelas kontrol
maupun eksperimen tidak terdapat siswa yang memiliki kemampuan berpikir
kreatif dengan kategori tinggi.
Dalam data hasil pretes baik kelas kontrol maupun eksperimen, banyak
siswa yang termasuk dalam kategori berpikir kreatif sangat rendah. Hal ini
menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa sebelumnya kurang dilatih
oleh guru. Kemampuan berpikir kreatif sangat dipengaruhi oleh faktor
lingkungan, misalnya dalam hal ini adalah sekolah. Menurut Munandar,
pendidikan formal sampai saat ini terutama melatih proses berpikir konvergen,
sehingga kebanyakan siswa terhambat dan tidak berdaya menghadapi masalah-
masalah yang menuntut pemikiran dan pemecahan masalah secara kreatif.82
Berdasarkan hasil pengolahan data postes, didapatkan bahwa terdapat
perbedaan kemampuan berpikir kreatif yang signifikan setelah penerapan
pembelajaran dengan pendekatan problem posing pada kelas eksperimen, dan
pembelajaran dengan metode diskusi biasa pada kelas kontrol. Nilai rata-rata
postes kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol. Pada kelas
eksperimen, siswa telah mencapai nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu
60, sebesar 61,11% atau 22 siswa, sedangkan pada kelas kontrol hanya 32,43%
atau 12 siswa. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh penggunaan pendekatan
problem posing terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada konsep
pewarisan sifat. Pernyataan tersebut diperkuat dengan pendapat Suryosubroto
82 Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, Petunjuk BagiPara Guru dan Orang Tua, (Jakarta: Gramedia Widiasarana, 2002), hal. 79
57
dalam bukunya, dikatakan bahwa salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat
memotivasi siswa untuk berpikir kritis sekaligus ideologis, kreatif dan interaktif
yakni problem posing atau pengajuan masalah yang dituangkan dalam bentuk
pertanyaan.83
Dalam hasil postes siswa di kelas kontrol, kenaikan nilai kemampuan
berpikir luwes atau flexibility mereka masih kurang (N-Gain = 0,14). Hal tersebut
disebabkan antara lain karena siswa masih belum terbiasa untuk memunculkan
konsep dan konteks yang berbeda dari soal. Siswa lebih sering dilatih dengan
pertanyaan dalam bentuk pilihan ganda yang tidak merangsang daya berpikir
mereka. Sehingga siswa tidak memunculkan pertanyaan atau jawaban yang
divergen, membuat hubungan antar konsep, dan belum mampu memberikan data
yang ada pada pertanyaan. Pada kelas eksperimen juga demikian sebelum
diberikan perlakuan dengan pendekatan problem posing. Namun setelah
perlakuan, mereka diajarkan untuk mencari data yang ada dalam soal dan
membuat soal maupun jawaban yang divergen, nilai kemampuan berpikir luwes
mereka meningkat (N-Gain = 0,51).
Nilai LKS dalam aspek struktur kalimat mengalami peningkatan, sehingga
kemampuan siswa membuat soal juga mengalami peningkatan.84 Hal ini
dikarenakan pada pertemuan pertama buku bacaan yang dimiliki siswa terbatas,
sehingga siswa tidak dapat mengembangkan kalimat dalam membuat pertanyaan.
Siswa belum terbiasa membuat soal yang baik, misalnya siswa tidak
menggunakan kata tanya dalam soal yang dibuatnya dan struktur bahasa kalimat
soal belum sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia yang benar. Namun,
pertemuan selanjutnya sudah diantisipasi oleh guru dengan menyediakan buku
paket pendamping sebagai referensi, sehingga siswa dapat membuat pertanyaan
menjadi lebih baik.
Hasil ini dicapai karena dalam beberapa tahapan pendekatan problem
posing, guru selalu memberikan motivasi dan kesempatan lebih banyak kepada
siswa untuk belajar lebih aktif dalam membangun pengetahuannya sendiri. Seperti
pada tahap mengajukan masalah dari situasi yang sudah ada, siswa diminta untuk
83 Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hal. 20384 Perhitungan lengkap terdapt pada hal. 169
58
mencari data yang dapat dijadikan pertanyaan, dan menyelesaikannya. Dengan
membangun pengetahuannya sendiri, dapat melatih kemampuan berpikir siswa
menjadi lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Imam wahyudi,
penerapan pembelajaran kooperatif model round table dan problem posing
memiliki tingkat keefektifan relatif besar dibanding dengan pembelajaran
konvensional di kelas. Dalam hal ini membuktikan bahwa kemampuan membuat
soal akan menambah wawasan dan pola pikir siswa karena dengan kemampuan
membuat soal berarti siswa sudah mampu menyelesaikannya.85
Hasil observasi terhadap aktivitas siswa dalam pembelajaran menunjukkan
bahwa penggunaaan pendekatan problem posing memberikan strategi yang bervariasi
untuk digunakan. Sehingga siswa tidak merasa cepat bosan dan jenuh, sebaliknya
siswa terlihat antusias dan lebih berani mengungkapkan pendapatnya saat mengikuti
pembelajaran. Hal ini berdampak pada kemampuan berpikir keratif siswa lebih tinggi
pada kelas eksperimen dibanding kelas kontrol. Ketut Sukarma dalam jurnalnya juga
mengungkapkan hal serupa, pembelajaran dengan pendekatan problem posing
memberi peran yang besar kepada siswa untuk beraktivitas dalam pembelajaran.
Siswa dapat lebih berperan dalam mengkonstruksi pengetahuan bagi dirinya, selain
memberikan peningkatan aktivitas sosialnya.86
Dalam kegiatan diskusi pada pembelajaran problem posing, berisi aktivitas
siswa menganilisis pertanyaan dari suatu kelompok tertentu. Kriteria analisisnya
yaitu solvabilitas soal atau pertanyaan. Lembar pertanyaan suatu kelompok akan
diberikan kepada kelompok lain untuk dicari jawabannya. Diskusi berjalan dengan
tidak menjenuhkan karena siswa diajak untuk mengkritisi pertanyaan tersebut. Jika
pertanyaan tersebut mempunyai tingkat pertanyaan yang sulit, maka kelompok lain
yang bertugas mengisi lembar jawaban, tidak mampu menjawab dengan alasan yang
disampaikan dalam forum diskusi. Menurut hasil observasi, biasanya siswa tidak
mampu menjawab karena memang soal tidak mempunyai struktur bahasa yang baik,
sehingga siswa rancu dalam menjawab soal tersebut. Dapat juga karena soal yang
85 Imam Wahyudi, Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Round Table dan ProblemPosing untuk Peningkatan Hasil Belajar Matematika di SLTPN 2 Sumberjambe Jember, (Teknobel, ,September 2001, Volume 2, No.2), hal. 96
86 Ketut Sukarma, Pembelajaran dengan Pendekatan Problem Solving dan Problem Posinguntuk Meningkatkan Aktivitas Siswa, (Jurnal Kependidikan, Mei 2004, Volume 3, No. 1), hal. 54
59
dibuat memang sulit untuk dikerjakan, karena tidak sesuai dengan situasi atau
informasi yang diberikan, harus mencarinya dengan beberapa konsep lain.
Dengan demikian, pendekatan problem posing berpengaruh terhadap berpikir
kreatif siswa. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Tatag Yuli Eko Siswono
yang menunjukkan bahwa pengajuan masalah (problem posing) dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif, terutama pada aspek kefasihan dan kebaruan.87
87 Tatag Yuli Eko Siswono, Model Pembelajaran matematika Berbasis Pengajuan danPemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif, (Surabaya: UnesaUniversity Press, 2008), hal. 50
60
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa penerapan pendekatan Problem Posing memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap berpikir kreatif siswa konsep pewarisan sifat. Hal ini
didapatkan dari hasil analisis data menggunakan uji t. Data hasil perhitungan
perbedaan rata-rata postes kedua kelompok diperoleh t hitung lebih besar dari
t tabel sebesar (5,62 > 1,99). Indikator berpikir kreatif yang paling tinggi
kenaikannya adalah berpikir asli (originality) yaitu N-Gain 0,57, dan yang
paling rendah kenaikannya adalah berpikir lancar (fluency) yaitu N-Gain 0,35.
B. Saran
Pembelajaran dengan pendekatan problem posing merupakan
pendekatan yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.
Oleh karena itu, pendekatan problem posing perlu diterapkan. Dalam
penelitian ini, yang diukur hanya aspek kognitif dari kreativitas (berpikir
kreatif). Penelitian selanjutnya, disarankan untuk mengukur aspek afektif dari
kreativitas, dan mengukur indikator berpikir kreatif yang lain, berupa
evaluasi. Peneliti juga menyarankan untuk mencoba melihat hubungan antara
kemampuan kognitif siswa yang tinggi dengan kemampuan berpikir kreatif
berdasarkan penerapan pendekatan problem posing.
61
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, Nyimas. Problem Posing. Jurnal Forum MIPA UNSRI, Vol. 5. 2000
Amalia, Ulfah. Upaya Peningkatan Berpikir Kreatif Siswa pada KonsepKeanekaragaman Hayati yang Bernuansa Imtak melalui PendekatanSains Teknologi dan Masyarakat (STM). Skripsi Sarjana Pendidikan,Jakarta: Perpustakaan UIN. 2009
Amelia, Nurul. Peningkatan Hasil Belajar Siswa dengan Metode Problem posingpada Konsep Ekosistem, Skripsi Sarjana Pendidikan. Jakarta:Perpustakaan UIN. 2008
Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), Jakarta:Bumi Aksara. 2006
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:Rineka Cipta. 2006.
Arnyana, Ida Bagus Putu. Pengaruh Penerapam Strategi Pembelajaran InovatifPada Pelajaran Biologi Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif. JurnalPendidikan dan Pengajaran IKIP Singaraja, No. 3. 2009.
Bahri, Syaiful dan Zain, Aswan. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: RinekaCipta. 2006
Bono, de Edward. Revolusi berpikir. Bandung: Kaifa. 2007
Habibah. Pengaruh Metode Eksperimen Terhadap Berpikir Kreatif Siswa dalamPembelajaran Fisika Bernuansa Nilai pada Konsep Cahaya. SkripsiSarjana Pendidikan. Jakarta: Perpustakaan UIN. 2009
Haetami, Aceng, Maysara. Meningkatkan Kualitas Proses dan HasilPembelajaran Kimia Dasar I Melalui Model Pembelajaran PencapaianKonsep dan Problem Posing. Jurnal MIPMIPA, Volume 6, No. 1,Februari. 2007.
Hatimah, Ihat. Strategi dan Metode Pembelajaran. Bandung: Andira. 2000.
Herlanti, Yanti. Tanya Jawab Seputar Penelitian dalam Pendidikan Sains,Jakarta: Jurusan Pendidikan IPA, FITK UIN Syahid. 2006
Hidayati, Rina Nur. Aplikasi Pembelajaran Problem posing dalam MeningkatkanHasil Belajar Biologi Pokok Bahasan Ekosistem, Skripsi SarjanaPendidikan. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Malang Surakarta.2008
62
Jamz, Queen. Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Problem posing.htpp:// queenjamz.blogspot.com., diakses pada tanggal 19 Agustus 2010pukul 15.50 WIB
Johnson, Elaine. Contextual Teching & Learning, Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna,cet. 8. Bandung: MizanLearning Center. 2009
Lisnaini. Pengaruh Strategi Problem posing Terstruktur terhadap Hasil BelajarBiologi Siswa. Skripsi Sarjana Pendidikan. Jakarta: Perpustakaan UIN.2010
Maimunah, Siti. Perbedaan Hasil Belajar Kimia siswa dengan MenggunakanMetode Problem posing Secara Kelompok dan Metode Problem posingSecara Individu. Skripsi Sarjana Pendidikan. Jakarta: Perpustakaan UIN.2010
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan cet.6, Jakarta: Rineka Cipta. 2007
Mc. Ananey, Donal, dkk. Teaching and Learning in Further and HigherEducation: A handbook by The Education for Employment Project.Eropa: The ESF EQUAL Community Initiative. 2007
Muljatiningrum, Anny, dkk. Pembelajaran Inkuiri untuk MengembangkanKemampuan Dasar Bekerja Ilmiah dan Berpikir Kreatif pada KonsepBioteknologi. Proceeding The Second International Seminar on ScienceEducation, ISBN: 978-979-98546-4-2
Munandar, Utami. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta:PT. Gramedia Widiasarana. 2001
Munandar, Utami. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat cet. Ke-3. Jakarta:PT. Rineka Cipta. 2004
Ni’am, Asrorun. Membangun Profesionalitas Guru. Jakarta : eLSAS. 2006
Nixon, Sarah. Using Problem Posing Dialogue in Adult Literacy Education.Literacy Resourch. 2004
Sakroni, Imam dan Purwanto, Swida. Perbedaan Hasil Belajar Matematikaantara Siswa yang Belajar dengan Metode Problem Solving denganSiswa yang Diajar dengan Pendekatan Problem posing. JurnalMatematika, Aplikasi dan Pembelajarannya, Vol. 4 No. 1. 2005
Saleh, Taufikurrahman. Membangun Pendidikan Indonesia. Jakarta: LembagaPers dan Penerbitan PP IPNU. 2009
63
Siswono, Tatag Yuli Eko. Model Pembelajaran matematika Berbasis Pengajuandan Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan BerpikirKreatif. Surabaya: Unesa University Press. 2008
Siswono, Tatag Yuli Eko, dan Kurniawati,Yeva. Penerapan Model Wallas untukMengidentifikasi Proses Berpikir Kreatif Siswa dalam PengajuanMasalah Matematika dengan Informasi Berupa Gambar. JurnalNasional MATEMATIKA. Jurnal Matematika atau Pembelajarannya.ISSN: 0852-7792
Siswono, Tatag Yuli Eko. Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir KreatifSiswa Melalui Pengajuan Masalah. Jurnal Pendidikan Matematika danSains, FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta. Tahun X, No. 1, Juni .2005
Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengruhinya. Jakarta: PT RinekaCipta. 2003.
Sofyan, Ahmad, dkk. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta:UIN Jakarta Press. 2006.
Subana dan Sudrajat. Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: CV. PustakaSetia. 2005
Sudjana. Metode Statistika cetakan 6. Bandung: Tarsito. 2001
Sugiyono. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. 2010
Suharta, I Gusti Putu. Pengembangan Strategi Problem posing dalamPembelajaran Kalkulus untuk Memperbaiki Kesalahan Konsepsi. JurnalMatematika atau Pembelajarannya, Tahun IV, No. 2, Agustus. 2000
Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. 2003.
Sukarma, Ketut. Pembelajaran dengan Pendekatan Problem Solving dan ProblemPosing Untuk Meningkatkan Aktivitas Siswa. Jurnal Kependidikan,Volume 3, No. 1, Mei. 2004
Surtini, Sri, dkk. Implementasi Problem Posing pada Pembelajaran OperasiHitung Bilangan Cacah Siswa Kelas IV SD di Salatiga.LaporanPenelitian, Lembaga Penelitian Universitas Terbuka Salatiga. 2003
Suryosubroto. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. 2009
Syah, Darwyan, dkk. Pengantar Statistika Pendidikan. Jakarta: UIN Jakarta Press.2006
64
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:Remaja Rosdakarya. 2004
Trapsilasiwi, Dinawati. Pengajuan Soal (Problem Posing) sebagai UpayaMeningkatkan Pemahaman Siswa dalam Belajar Matematika di Sekolah.Jurnal Teknobel, Volume 2, No. 1, Maret. 2001,
Wahyudi, Imam. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Round Table danProblem posing untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika diSLTPN 2 Sumberjambe Jember. Jurnal Teknobel, Volume 2, No. 2,September. 2001
Widyastuti, Eva. Perbandingan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa padaPembelajaran Sistem Peredaran Darah dengan Pembelajaran Analogidi SMP X Bandung. Skripsi Sarjana Pendidikan. Bandung: PerpustakaanUPI. 2005
65
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Kelas Eksperimen
Nama Sekolah : SMP Negeri 2 Ciruas
Mata Pelajaran : IPA Terpadu (Biologi)
Kelas/Semester : IX/1
Pertemuan Ke- : 1
Alokasi Waktu : 2 × 40 menit (2 jam pelajaran)
Standar Kompetensi : 2. Memahami kelangsungan hidup makhluk hidup
Kompetensi Dasar : 2.2. Mendeskripsikan konsep pewarisan sifat pada
makhluk hidup
Indikator :
1. Mendeskripsikan materi genetis yang bertanggung jawab dalam
pewarisan sifat (gen, kromosom) dan istilah-istilah dalam genetika
2. Menyebutkan bagian-bagian dari kromosom serta fungsinya
3. Menentukan gamet dari genotipe tetua
A. Tujuan Pembelajaran
Siswa mampu:
1. Menjelaskan pengertian gen dan kromosom
2. Menyebutkan bagian-bagian kromosom
3. Menyebutkan fungsi bagian-bagian kromosom
4. Membedakan pengertian dari genotipe dan fenotipe
5. Membedakan pengertian dari dominan, resesif dan intemediet
6. Menentukan gamet dari genotipe tetua
7. Menghubungkan antara sifat beda dengan jumlah macam gamet,
genotipe dan fenotipe F2
66
B. Materi Ajar
C. Pendekatan, Metode dan Model Pembelajaran
Problem posing
D. Langkah-Langkah Pembelajaran
KEGIATAN TAHAP KEGIATAN GURU KEGIATANSISWA
WAKTU
Kegiatanawal
Pendahuluan 1. Guru memberikanapersepsi denganmenunjukkan fotobeberapa anak danotang tua.Kemudianmemberikanpertanyaan : “manakah diantaragambar berikutyang merupakansatu keluarga?”
2. Guru menanggapijawaban siswa
3. Guru menjelaskantujuanpembelajaran danmetode yang akandigunakan yaituproblem posing
• Siswamenyimakpertanyaan gurudanmenjawabnya
• Siswamemperhatikan
• Siswamemperhatikan
5 menit
5 menit
5 menit
Pewarisan sifat
Materigenetik
Sifat resesif, dominan,dan intermediet
Gen
Sifat fenotip dangenotip
Kromosom
DNA dan RNA
Ditentukan
oleholeh
Terdiri
dari
Terdapatdalam
67
KEGIATAN TAHAPKEGIATAN
GURUKEGIATAN
SISWA WAKTU
Pengembangan 1. Guru membagikelompok siswamenjadi limakelompok (Untukmempermudahguru telahmembuatkelompok danmenuliskannya dipapan tulis)
2. Guru menjelaskanmateri tentangkonsep pewarisansifat
3. Guru memberikancontoh pembuatansoal yang berkaitandengan materiyang sudahdisampaikan
• Siswaberkumpulsesuai dengankelompoknya
• Siswamemperhatikanpenjelasan guru
• Siswamemperhatikancontohpembuatan soalyang diberikanguru
5 menit
15 menit
5 menit
Kegiatan Inti
Penerapan 1. Guru membagikanLKS ke tiapkelompok. DalamLKS tersebutterdapat peraturanpembuatan soal
2. Guru memintasiswa untukmenyelesaikantugas pada LKSsecaraberkelompok
3. Gurumengarahkan danmembimbingsiswa untukmengembangkankreativitasnyadalammengerjakan soal
• Siswa menerimaLKS
• Siswamengajukan soaldari situasi yangtersedia
• Siswa bertanyadan memintabimbinganapabila terdapatketidakjelasan
5 menit
15 menit
5 menit
68
KEGIATAN TAHAP KEGIATANGURU
KEGIATANSISWA
WAKTU
Kegiatanpenutup
Penutup 1. Guru membahasbeberapa soal yangdibuat setiapkelompok
2. Gurumenyimpulkanhasil pembelajaran
3. Guru memintasiswa untukmempersiapkan dirumah tentangmateri pertemuanselanjutnya
• Siswamemperhatikandan bertanyaapabila ada yangbelum jelas
• Siswamemperhatikan
• Siswa mencatatmateri yangakan dibahaspada pertemuanselanjutnya
10 menit
5 menit
E. Sumber/Alat Pembelajaran
Sumber/bahan pembelajaran berupa:
1. Agung Sulistyono, dkk. 2007. Inspirasi Sains Biologi Kelas IX. Jakarta: Ganeca Exact
2. Diana Puspita, Iip Rohima. 2009. Alam Sekitar, IPA Terpadu untuk SMP/Mts Kelas
IX. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional
3. Wasis, Sugeng Yuli Irianto. 2009. Ilmu Pengetahuan Alam 3: SMP dan MTs Kelas IX.
Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional
4. Lembar Kerja Siswa
F. Penilaian
Penilaian meliputi:
1. Observasi kegiatan siswa saat berdiskusi
2. Hasil LKS
Ciruas, 2010
Mengetahui, Dilaksanakan,Guru Bidang Studi Peneliti
(___________________) (___________________) Adeng Daenuri, S. Pd Ika Rifqiawati
69
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Kelas Eksperimen
Nama Sekolah : SMP Negeri 2 Ciruas
Mata Pelajaran : IPA Terpadu (Biologi)
Kelas/Semester : IX/1
Pertemuan Ke- : 2
Alokasi Waktu : 2 × 40 menit (2 jam pelajaran)
Standar Kompetensi : 2. Memahami kelangsungan hidup makhluk hidup
Kompetensi Dasar : 2.3. Mendeskripsikan proses pewarisan dan hasil
pewarisan sifat dan penerapannya
Indikator :
1. Mendeskripsikan pengertian persilangan monohibrida dan dihibrida
2. Menghitung persilangan monohibrida dan dihibrida
3. Membandingkan fenotipe dan genotipe keturunan dengan persilangan
monohibrida, monohibrida intermediet dan dihibrida
A. Tujuan Pembelajaran
Siswa mampu:
1. Menjelaskan tentang persilangan monohibrida
2. Menjelaskan tentang persilangan monohibrida Intermediet
3. Menjelaskan tentang persilangan dihibrida
4. Menghitung persilangan monohibrida
5. Menghitung persilangan dihibrida
6. Membandingkan fenotipe keturunan dengan persilangan monohibrida,
monohibrida intermediet dan dihibrida
7. Membandingkan genotipe keturunan dengan persilangan monohibrida,
monohibrida intermediet dan dihibrida
70
B. Materi Ajar
Terbagi
menjadi
terbagi pengertian menjadi
pengertian
pengertian
C. Pendekatan, Metode dan Model Pembelajaran
Problem posing
D. Langkah-Langkah Pembelajaran
KEGIATAN TAHAP KEGIATAN GURU KEGIATANSISWA
WAKTU
Kegiatanawal
Pendahuluan 1. Guru memberikanapersepsi denganmemberikandemonstrasisederhana tentangmonohibrid penuhdan intermediet,dengan cara:a. Mencampurkan
cairan sirupmerah denganair putih
b. Mencampurkansirup merahdengan air susu
2. Guru menanggapijawaban siswa
3. Guru menjelaskantujuanpembelajaran
• Siswamenyimakpertanyaan gurudanmenjawabnya
• Siswamemperhatikan
• Siswamemperhatikan
5 menit
5 menit
5 menit
Persilangandua individu
Persilangandengan satu sifatbeda(monohibrid)
Persilangandengan dua sifatbeda (dihibrid)
Dominan penuh
Dominan tidakpenuh(intermediet)
Suatu persilangan yang apabilapada keturunannya sifatdominan menguasai sifat resesif
Suatu persilangan yangapabila kedua gen induksaling mempengaruhisehingga menghasilkan sifatantara
Persilangan antara dua individudengan dua sifat yang berbeda
71
KEGIATAN TAHAP KEGIATAN GURU KEGIATANSISWA
WAKTU
Kegiatan Inti Pengembangan 1. Guru memintasiswa berkumpulsesuai dengankelompok yangsudah dibagi
2. Guru menjelaskanmateri tentangmonohibrida dandihibrida
3. Guru memberikancontoh pembuatansoal yang berkaitandengan materiyang sudahdisampaikan
• Siswaberkumpulsesuai dengankelompoknya
• Siswamemperhatikanpenjelasan guru
• Siswamemperhatikancontohpembuatan soalyang diberikanguru
5 menit
15 menit
5 menit
Penerapan 1. Guru membagikanLKS ke tiapkelompok. DalamLKS tersebutterdapat peraturanpembuatan soal
2. Guru memintasiswa untukmenyelesaikantugas pada LKSsecaraberkelompok
3. Guru mengarahkandan membimbingsiswa untukmengembangkankreativitasnyadalammengerjakan soal
• Siswa menerimaLKS
• Siswamengajukan soaldari situasi yangtersedia dalamLKS
• Siswa bertanyadan memintabimbinganapabila terdapatketidakjelasan
5 menit
15 menit
5 menit
Kegiatanpenutup
Penutup 1. Guru membahasbeberapa soal yangdibuat setiapkelompok
2. Gurumenyimpulkan
• Siswamemperhatikandan bertanyaapabila ada yangbelum jelas
• Siswamemperhatikan
10 menit
5 menit
72
hasil pembelajaran3. Guru meminta
siswa untukmempersiapkan dirumah tentangmateri pertemuanselanjutnya
• Siswa mencatatmateri yangakan dibahaspada pertemuanselanjutnya
E. Sumber/Alat Pembelajaran
Sumber/bahan pembelajaran berupa:
1. Agung Sulistyono, dkk. 2007. Inspirasi Sains Biologi Kelas IX. Jakarta:
Ganeca Exact
2. Diana Puspita, Iip Rohima. 2009. Alam Sekitar, IPA Terpadu untuk
SMP/Mts Kelas IX. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan
Nasional
3. Wasis, Sugeng Yuli Irianto. 2009. Ilmu Pengetahuan Alam 3: SMP dan
MTs Kelas IX. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan
Nasional
4. Lembar Kerja Siswa
F. Penilaian
Penilaian meliputi:
1. Observasi kegiatan siswa saat berdiskusi
2. Hasil LKS
Ciruas, 2010
Mengetahui, Dilaksanakan,Guru Bidang Studi Peneliti
(___________________) (___________________) Adeng Daenuri, S. Pd Ika Rifqiawati
73
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Kelas Eksperimen
Nama Sekolah : SMP Negeri 2 Ciruas
Mata Pelajaran : IPA Terpadu
Kelas/Semester : IX/1
Pertemuan Ke- : 3
Alokasi Waktu : 2 × 40 menit (2 jam pelajaran)
Standar Kompetensi : 2. Memahami kelangsungan hidup makhluk hidup
Kompetensi Dasar : 2.3. Mendeskripsikan proses pewarisan sifat danpenerapannya
Indikator :
1. Mendeskripsikan penerapan pewarisan sifat pada hewan dan tumbuhan
2. Menyebutkan contoh kelainan/penyakit yang bersifat menurun
3. Memahami penyebab dan cara pewarisan sifat penyakit yang bersifat menurun
4. Membuat digram penurunan sifat untuk buta warna, hemofilia, dan albino
5. Menghitung peluang keturunan normal dan tidak dari perkawinan buta warna,
hemofilia dan albino
A. Tujuan Pembelajaran
Siswa mampu:
1. Menjelaskan keunggulan mengembangbiakkan tumbuhan dan hewan dengan
memperhatikan sifat unggul
2. Menyebutkan contoh kelainan/penyakit yang bersifat menurun
3. Menjelaskan penyebab terjadinya buta warna, hemofilia, dan albino
4. Menjelaskan cara pewarisan sifat kelainan.penyakit yang bersifat menurun
5. Membuat digram penurunan sifat untuk buta warna, hemofilia, dan albino
6. Menghitung peluang keturunan normal dan tidak dari perkawinan buta warna,
hemofilia dan albino
74
B. Materi Ajar
Terjadi pada
C. Pendekatan, Metode dan Model Pembelajaran
Problem posing
D. Langkah-Langkah Pembelajaran
KEGIATAN TAHAP KEGIATAN GURU KEGIATANSISWA
WAKTU
Kegiatanawal
Pendahuluan 1. Guru memberikanapersepsi denganmemberikanpertanyaan :Apakah kalianpernah melihatorang yangmenderita albino disekitar kalian?Kenapa dia dapatmenderita penyakittersebut?
2. Guru menanggapijawaban siswa
3. Guru menjelaskantujuanpembelajaran
• Siswamenyimakpertanyaan gurudanmenjawabnya
• Siswamemperhatikan
• Siswamemperhatikan
5 menit
5 menit
5 menit
misalnya
untuk
misalnya
Tumbuhandan hewan
Mendapatkansifat unggul
Albino
Hemofilia
Buta warna
Pewarisansifat padamakhluk hidup
Manusia Penyakitmenurun
Golongandarah
Penyakit-penyakitlain. Sepertibibirsumbing daniktiosis.
75
KEGIATANTAHAP
KEGIATAN GURU KEGIATANSISWA
WAKTU
Pengembangan 1. Guru memintasiswa berkumpulsesuai dengankelompok yangsudah dibagi
2. Guru menjelaskanmateri tentangpenerapanpewarisan sifatpada tumbuhandan hewan, danpenyakit-penyakitmenurun
3. Guru memberikancontoh pembuatansoal yang berkaitandengan materiyang sudahdisampaikan
• Siswaberkumpulsesuai dengankelompoknya
• Siswamemperhatikanpenjelasan guru
• Siswamemperhatikancontohpembuatan soalyang diberikanguru
5 menit
15 menit
5 menit
Kegiatan Inti
Penerapan 1. Guru membagikanLKS ke tiapkelompok. DalamLKS tersebutterdapat peraturanpembuatan soal
2. Guru memintasiswa untukmenyelesaikantugas pada LKSsecaraberkelompok
3. Guru mengarahkandan membimbingsiswa untukmengembangkankreativitasnyadalammengerjakan soal
• Siswa menerimaLKS
• Siswamendiskusikantugas
• Siswa bertanyadan memintabimbinganapabila terdapatketidakjelasan
5 menit
15 menit
5 menit
76
KEGIATAN TAHAP KEGIATAN GURU KEGIATANSISWA
WAKTU
Kegiatanpenutup
Penutup 1. Guru membahasbeberapa soal yangdibuat setiapkelompok
2. Gurumenyimpulkanhasil pembelajaran
3. Guru memintasiswa untukmempersiapkan dirumah tentangmateri pertemuanselanjutnya
• Siswamemperhatikandan bertanyaapabila ada yangbelum jelas
• Siswamemperhatikan
• Siswa mencatatmateri yangakan dibahaspada pertemuanselanjutnya
10 menit
5 menit
E. Sumber/Alat PembelajaranSumber/bahan pembelajaran berupa:
1. Agung Sulistyono, dkk. 2007. Inspirasi Sains Biologi Kelas IX. Jakarta:
Ganeca Exact
2. Diana Puspita, Iip Rohima. 2009. Alam Sekitar, IPA Terpadu untuk SMP/Mts
Kelas IX. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional
3. Wasis, Sugeng Yuli Irianto. 2009. Ilmu Pengetahuan Alam 3: SMP dan MTs
Kelas IX. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional
4. Lembar Kerja Siswa
F. Penilaian
Penilaian meliputi:
1. Observasi kegiatan siswa saat berdiskusi
2. Hasil LKS
Ciruas, 2010
Mengetahui, Dilaksanakan,Guru Biologi Peneliti
(___________________) (___________________) Adeng Daenuri, S. Pd Ika Rifqiawati
77
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Kelas Eksperimen
Nama Sekolah : SMP Negeri 2 Ciruas
Mata Pelajaran : IPA Terpadu
Kelas/Semester : IX/1
Pertemuan Ke- : 4
Alokasi Waktu : 2 × 40 menit (2 jam pelajaran)
Standar Kompetensi : 2. Memahami kelangsungan hidup makhluk hidup
Kompetensi Dasar : 2.3. Mendeskripsikan proses pewarisan sifat danpenerapannya
Indikator :
1. Mendeskripsikan penurunan sifat golongan darah
2. Memahami hubungan antara fenotipe golongan darah, genotipe dan
macam gamet
3. Membuat diagram perkawinan golongan darah
4. Menyebutkan manfaat persilangan
A. Tujuan Pembelajaran
Siswa mampu:
1. Menjelaskan tentang pewarisan golongan darah ABO
2. Menjelaskan tentang pewarisan golongan darah MN
3. Menjelaskan tentang pewarisan golongan darah Rhesus
4. Memahami hubungan antara fenotipe golongan darah, genotipe dan
macam gamet
5. Membuat diagram perkawinan golongan darah
6. Menjelaskan manfaat persilangan bagi manusia
78
B. Materi Ajar
C. Pendekatan, Metode dan Model Pembelajaran
Metode : Problem posing
D. Langkah-Langkah Pembelajaran
KEGIATAN TAHAP KEGIATAN GURU KEGIATANSISWA
WAKTU
Kegiatanawal
Pendahuluan 1. Guru memberikanapersepsi denganmemberikanpertanyaan :
Apakah golongandarah kalian samadengan golongandarah orang tua?Bagaimana dengananggota keluargalain?
2. Guru menanggapijawaban siswa
3. Guru menjelaskantujuanpembelajaran
• Siswamenyimakpertanyaan gurudanmenjawabnya
• Siswamemperhatikan
• Siswamemperhatikan
5 menit
5 menit
5 menit
Terbagi Berdasarkan
Berdasarkan
BerdasarkanPewarisansifat padamakhluk hidup
Manusia
Penyakitmenurun
Golongandarah
Golongandarah ABO
Golongandarah MN
Golongandarah rhesus
Ada tidaknya antigen dan antibodi
Ada tidaknyaantigen
Ada tidaknyafaktor rhesus(antigen Rh)
menjadi
Terjadi pada
misalnya
manfaatnya
1. Menghasilkan keturunandengan sifat-sifat baik
2. Menghasilkan bibit unggul
79
TAHAP
Pengembangan
KEGIATANGURU
1. Guru memintasiswa berkumpulsesuai dengankelompok yangsudah dibagi
2. Guru menjelaskanmateri tentangpewarisangolongan darahpada manusia danmanfaatpersilangan bagimanusia
3. Guru memberikancontoh pembuatansoal yang berkaitandengan materiyang sudahdisampaikan
KEGIATANSISWA
• Siswaberkumpulsesuai dengankelompoknya
• Siswamemperhatikanpenjelasan guru
• Siswamemperhatikancontoh soal yangdiberikan guru
WAKTU
5 menit
15 menit
5 menit
KEGIATAN
Kegiatan Inti
Penerapan 1. Guru membagikanLKS ke tiapkelompok. DalamLKS tersebutterdapat peraturanpembuatan soal
2. Guru memintasiswa untukmenyelesaikantugas pada LKSsecaraberkelompok
3. Guru mengarahkandan membimbingsiswa untukmengembangkankreativitasnyadalammengerjakan soal
• Siswa menerimaLKS
• Siswamendiskusikantugas
• Siswa bertanyadan memintabimbinganapabila terdapatketidakjelasan
5 menit
15 menit
5 menit
80
KEGIATAN
Kegiatanpenutup
TAHAP
Penutup
KEGIATANGURU
1. Guru membahasbeberapa soal yangdibuat setiapkelompok
2. Gurumenyimpulkanhasil pembelajaran
KEGIATANSISWA
• Siswamemperhatikandan bertanyaapabila ada yangbelum jelas
• Siswamemperhatikan
WAKTU
10 menit
5 menit
E. Sumber/Alat Pembelajaran
Sumber/bahan pembelajaran berupa:
1. Agung Sulistyono, dkk. 2007. Inspirasi Sains Biologi Kelas IX. Jakarta:
Ganeca Exact
2. Diana Puspita, Iip Rohima. 2009. Alam Sekitar, IPA Terpadu untuk
SMP/Mts Kelas IX. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan
Nasional
3. Wasis, Sugeng Yuli Irianto. 2009. Ilmu Pengetahuan Alam 3: SMP dan
MTs Kelas IX. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan
Nasional
4. Lembar Kerja Siswa
F. Penilaian
Penilaian meliputi:
1. Observasi kegiatan siswa saat berdiskusi
2. Hasil LKS
Ciruas, 2010
Mengetahui, Dilaksanakan,Guru Biologi Peneliti
(___________________) (___________________) Adeng Daenuri, S. Pd Ika Rifqiawati
81
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Kelas Kontrol
Nama Sekolah : SMP Negeri 2 Ciruas
Mata Pelajaran : IPA Terpadu (Biologi)
Kelas/Semester : IX/1
Pertemuan Ke- : 1
Alokasi Waktu : 2 × 40 menit (2 jam pelajaran)
Standar Kompetensi : 2. Memahami kelangsungan hidup makhluk hidup
Kompetensi Dasar : 2.2. Mendeskripsikan konsep pewarisan sifat padamakhluk hidup
Indikator :
1. Mendeskripsikan materi genetis yang bertanggung jawab dalam
pewarisan sifat (gen, kromosom) dan istilah-istilah dalam genetika
2. Menyebutkan bagian-bagian dari kromosom serta fungsinya
3. Menentukan gamet dari genotipe tetua
A. Tujuan Pembelajaran
Siswa mampu:
1. Menjelaskan pengertian gen dan kromosom
2. Menyebutkan bagian-bagian kromosom
3. Menyebutkan fungsi bagian-bagian kromosom
4. Membedakan pengertian dari genotipe dan fenotipe
5. Membedakan pengertian dari dominan, resesif dan intemediet
6. Menentukan gamet dari genotipe tetua
7. Menghubungkan antara sifat beda dengan jumlah macam gamet,
genotipe dan fenotipe F2
82
B. Materi Ajar
C. Pendekatan/ Metode Pembelajaran
Metode : Ceramah, diskusi dan tanya jawab
D. Langkah-Langkah Pembelajaran
NO KEGIATAN KEGIATANGURU
KEGIATANSISWA
WAKTU
1. Kegiatan awal 4. Guru memberikanapersepsi denganmenunjukkan fotobeberapa anak dan otangtua. Kemudianmemberikan pertanyaan : “manakah diantara gembarberikut yang merupakansatu keluarga?”
5. Guru menanggapi jawabansiswa
6. Guru menjelaskan tujuanpembelajaran
• Siswamenyimakpertanyaan gurudanmenjawabnya
• Siswamemperhatikan
• Siswamemperhatikan
10 menit
Ditentukan
oleholeh
Terdiri
dari
Terdapatdalam
Pewarisan sifat
Materigenetik
Sifat resesif, dominan,dan intermediet
Gen
Sifat fenotip dangenotip
Kromosom
DNA dan RNA
83
2. Kegiatan Inti 4. Guru membagi kelompoksiswa menjadi limakelompok (Untukmempermudah guru telahmembuat kelompok danmenuliskannya di papantulis)
5. Guru menjelaskan materitentang konsep pewarisansifat
6. Guru meminta siswa untukmenyelesaikan soal padabuku paket secaraberkelompok
7. Guru meminta siswa untukmendiskusikan hasil kerjakelompok dengankelompok lain
• Siswaberkumpulsesuai dengankelompoknya
• Siswamemperhatikanpenjelasan guru
• Siswamendiskusikantugas yangdiberikan
• Siswa berdiskusidengankelompok lain
5 menit
15 menit
15 menit
30 menit
3. Kegiatanpenutup
Guru menyimpulkan hasilpembelajaran
• Siswamemperhatikandan bertanyaapabila ada yangbelum jelas
5 menit
E. Sumber/Alat Pembelajaran
Sumber/bahan pembelajaran berupa:
1. Agung Sulistyono, dkk. 2007. Inspirasi Sains Biologi Kelas IX. Jakarta: Ganeca
Exact
2. Diana Puspita, Iip Rohima. 2009. Alam Sekitar, IPA Terpadu untuk SMP/Mts Kelas
IX. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional
3. Wasis, Sugeng Yuli Irianto. 2009. Ilmu Pengetahuan Alam 3: SMP dan MTs Kelas
IX. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional
F. Penilaian
Penilaian meliputi:
1. Observasi kegiatan siswa saat berdiskusi
2. Hasil diskusi
Ciruas, 2010Mengetahui, Dilaksanakan,Guru Bidang Studi Peneliti
(___________________) (___________________) Adeng Daenuri, S. Pd Ika Rifqiawati
84
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Kelas Kontrol
Nama Sekolah : SMP Negeri 2 Ciruas
Mata Pelajaran : IPA Terpadu
Kelas/Semester : IX/1
Pertemuan Ke- : 2
Alokasi Waktu : 2 × 40 menit (2 jam pelajaran)
Standar Kompetensi : 2. Memahami kelangsungan hidup makhluk hidup
Kompetensi Dasar : 2.3. Mendeskripsikan proses pewarisan sifat danpenerapannya
Indikator :
a. Mendeskripsikan pengertian persilangan monohibrida dan dihibrida
b. Menghitung persilangan monohibrida dan dihibrida
c. Membandingkan fenotipe dan genotipe keturunan dengan persilangan
monohibrida, monohibrida intermediet dan dihibrida
A. Tujuan Pembelajaran
Siswa mampu:
1. Menjelaskan tentang persilangan monohibrida
2. Menjelaskan tentang persilangan monohibrida Intermediet
3. Menjelaskan tentang persilangan dihibrida
4. Menghitung persilangan monohibrida
5. Menghitung persilangan dihibrida
6. Membandingkan fenotipe keturunan dengan persilangan monohibrida,
monohibrida intermediet dan dihibrida
7. Membandingkan genotipe keturunan dengan persilangan monohibrida,
monohibrida intermediet dan dihibrida
85
B. Materi Ajar
Terbagi
menjadi
terbagi pengertian menjadi
pengertian
pengertian
C. Pendekatan/Metode Pembelajaran
Metode : Ceramah, diskusi dan tanya jawab
D. Langkah-Langkah Pembelajaran
NO KEGIATAN KEGIATANGURU
KEGIATANSISWA
WAKTU
1. Kegiatan awal 4. Guru memberikanapersepsi denganmemberikan pertanyaan :“Jika kalian mempunyaicat warna merah dicampurdengan cat warna putihmaka apa yang terjadi?”
5. Guru menanggapi jawabansiswa
6. Guru menjelaskan tujuanpembelajaran
• Siswamenyimakpertanyaan gurudanmenjawabnya
• Siswamemperhatikan
• Siswamemperhatikan
10 menit
Persilangandua individu
Persilangandengan satu sifatbeda(monohibrid)
Persilangandengan dua sifatbeda (dihibrid)
Dominan penuh
Dominan tidakpenuh(intermediet)
Suatu persilangan yang apabilapada keturunannya sifatdominan menguasai sifat resesif
Suatu persilangan yang apabilakedua gen induk salingmempengaruhi sehinggamenghasilkan sifat antara
Persilangan antara dua individudengan dua sifat yang berbeda
86
2. Kegiatan Inti 4. Guru meminta siswaberkumpul sesuai dengankelompok yang sudahdibagi
5. Guru menjelaskan materitentang monohibrida dandihibrida
6.Guru meminta siswa untukmenyelesaikan soal padabuku paket secaraberkelompok
7. Guru meminta siswa untukmendiskusikan hasil kerjakelompok dengankelompok lain
• Siswaberkumpulsesuai dengankelompoknya
• Siswamemperhatikanpenjelasan guru
• Siswa menerimamendiskusikantugas yangdiberikan
• Siswa berdiskusidengankelompok lain
5 menit
15 menit
15 menit
30 menit
3. Kegiatanpenutup
Guru menyimpulkan hasilpembelajaran
• Siswamemperhatikandan bertanyaapabila ada yangbelum jelas
5 menit
E. Sumber/Alat Pembelajaran
Sumber/bahan pembelajaran berupa:
1. Agung Sulistyono, dkk. 2007. Inspirasi Sains Biologi Kelas IX. Jakarta: Ganeca
Exact
2. Diana Puspita, Iip Rohima. 2009. Alam Sekitar, IPA Terpadu untuk SMP/Mts Kelas
IX. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional
3. Wasis, Sugeng Yuli Irianto. 2009. Ilmu Pengetahuan Alam 3: SMP dan MTs Kelas
IX. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional
F. Penilaian
Penilaian meliputi:
1. Observasi kegiatan siswa saat berdiskusi
2. Hasil diskusi
Ciruas, 2010Mengetahui, Dilaksanakan,Guru Biologi Peneliti
(___________________) (___________________)Adeng Daenuri, S. Pd Ika Rifqiawati
87
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Kelas Kontrol
Nama Sekolah : SMP Negeri 2 Ciruas
Mata Pelajaran : IPA Terpadu
Kelas/Semester : IX/1
Pertemuan Ke- : 3
Alokasi Waktu : 2 × 40 menit (2 jam pelajaran)
Standar Kompetensi : 2. Memahami kelangsungan hidup makhluk hidup
Kompetensi Dasar : 2.3. Mendeskripsikan proses pewarisan sifat danpenerapannya
Indikator :
a. Mendeskripsikan penerapan pewarisan sifat pada hewan dan tumbuhan
b. Menyebutkan contoh kelainan/penyakit yang bersifat menurun
c. Memahami penyebab dan cara pewarisan sifat penyakit yang bersifat
menurun
d. Membuat digram penurunan sifat untuk buta warna, hemofilia, dan albino
e. Menghitung peluang keturunan normal dan tidak dari perkawinan buta
warna, hemofilia dan albino
A. Tujuan Pembelajaran
Siswa mampu:
a. Menjelaskan keunggulan mengembangbiakkan tumbuhan dan hewan
dengan memperhatikan sifat unggul
b. Menyebutkan contoh kelainan/penyakit yang bersifat menurun
c. Menjelaskan penyebab terjadinya buta warna, hemofilia, dan albino
d. Menjelaskan cara pewarisan sifat kelainan.penyakit yang bersifat menurun
e. Membuat digram penurunan sifat untuk buta warna, hemofilia, dan albino
f. Menghitung peluang keturunan normal dan tidak dari perkawinan buta
warna, hemofilia dan albino
88
B. Materi Ajar
Terjadi pada
C. Pendekatan/Metode Pembelajaran
Metode : Ceramah, diskusi dan tanya jawab
D. Langkah-Langkah Pembelajaran
NO KEGIATAN KEGIATANGURU
KEGIATANSISWA
WAKTU
1. Kegiatan awal 1. Guru memberikanapersepsi denganmemberikan pertanyaan :Apakah kalian pernahmelihat orang yangmenderita albino disekitar kalian? Kenapadia dapat menderitapenyakit tersebut?
2. Guru menanggapijawaban siswa
3. Guru menjelaskan tujuanpembelajaran
• Siswa menyimakpertanyaan gurudanmenjawabnya
• Siswamemperhatikan
• Siswamemperhatikan
10 menit
misalnya
untuk
misalnya
Tumbuhandan hewan
Mendapatkansifat unggul
Albino
Hemofilia
Buta warna
Pewarisansifat padamakhluk hidup
Manusia Penyakitmenurun
Golongandarah
Penyakit-penyakitlain. Sepertibibirsumbing daniktiosis.
89
2. Kegiatan Inti 1. Guru meminta siswaberkumpul sesuai dengankelompok yang sudahdibagi
2. Guru menjelaskan materitentang penerapanpewarisan sifat padatumbuhan dan hewan, danpenyakit-penyakitmenurun
3. Guru meminta siswauntuk menyelesaikantugas pada buku paketsecara berkelompok
4. Guru meminta siswauntuk mendiskusikanhasil kerja kelompokdengan kelompok lain
• Siswa berkumpulsesuai dengankelompoknya
• Siswamemperhatikanpenjelasan guru
• Siswamendiskusikantugas yangdiberikan
• Siswa berdiskusidengan kelompoklain
5 menit
15 menit
15 menit
30 menit
3. Kegiatanpenutup
Guru menyimpulkan hasilpembelajaran
• Siswamemperhatikandan bertanyaapabila ada yangbelum jelas
5 menit
E. Sumber/Alat Pembelajaran
Sumber/bahan pembelajaran berupa:
1. Agung Sulistyono, dkk. 2007. Inspirasi Sains Biologi Kelas IX. Jakarta: Ganeca
Exact
2. Diana Puspita, Iip Rohima. 2009. Alam Sekitar, IPA Terpadu untuk SMP/Mts Kelas
IX. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional
3. Wasis, Sugeng Yuli Irianto. 2009. Ilmu Pengetahuan Alam 3: SMP dan MTs Kelas
IX. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional
F. Penilaian
Penilaian meliputi:
1. Observasi kegiatan siswa saat berdiskusi
2. Hasil diskusi
Ciruas, 2010Mengetahui, Dilaksanakan,Guru Biologi Peneliti
(___________________) (___________________) Adeng Daenuri, S. Pd Ika Rifqiawati
90
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Kelas Kontrol
Nama Sekolah : SMP Negeri 2 Ciruas
Mata Pelajaran : IPA Terpadu
Kelas/Semester : IX/1
Pertemuan Ke- : 4
Alokasi Waktu : 2 × 40 menit (2 jam pelajaran)
Standar Kompetensi : 2. Memahami kelangsungan hidup makhluk hidup
Kompetensi Dasar : 2.3. Mendeskripsikan proses pewarisan sifat danpenerapannya
Indikator :
a. Mendeskripsikan penurunan sifat golongan darah
b. Memahami hubungan antara fenotipe golongan darah, genotipe dan
macam gamet
c. Membuat diagram perkawinan golongan darah
d. Menyebutkan manfaat persilangan
A. Tujuan Pembelajaran
Siswa mampu:
1. Menjelaskan tentang pewarisan golongan darah ABO
2. Menjelaskan tentang pewarisan golongan darah MN
3. Menjelaskan tentang pewarisan golongan darah Rhesus
4. Memahami hubungan antara fenotipe golongan darah, genotipe dan
macam gamet
5. Membuat diagram perkawinan golongan darah
6. Menjelaskan manfaat persilangan bagi manusia
91
B. Materi Ajar
C. Pendekatan/Metode Pembelajaran
Metode : Ceramah, diskusi dan tanya jawab
D. Langkah-Langkah Pembelajaran
NO KEGIATAN KEGIATANGURU
KEGIATANSISWA
WAKTU
1. Kegiatan awal 1. Guru memberikanapersepsi denganmemberikan pertanyaan :Apakah golongan darahkalian sama dengangolongan darah orangtua? Bagaimana dengananggota keluarga lain?
2. Guru menanggapijawaban siswa
3. Guru menjelaskan tujuanpembelajaran
• Siswa menyimakpertanyaan gurudanmenjawabnya
• Siswamemperhatikan
• Siswamemperhatikan
10 menit
Terbagi Berdasarkan
Berdasarkan
BerdasarkanPewarisansifat padamakhluk hidup
Manusia
Penyakitmenurun
Golongandarah
Golongandarah ABO
Golongandarah MN
Golongandarah rhesus
Ada tidaknya antigen dan antibodi
Ada tidaknyaantigen
Ada tidaknyafaktor rhesus(antigen Rh)
menjadi
Terjadi pada
misalnya
manfaatnya
4. Menghasilkan keturunandengan sifat-sifat baik
5. Menghasilkan bibit unggul
92
2. Kegiatan Inti 1. Guru meminta siswaberkumpul sesuai dengankelompok yang sudahdibagi
2. Guru menjelaskan materitentang pewarisangolongan darah padamanusia dan manfaatpersilangan bagi manusia
3. Guru meminta siswauntuk menyelesaikantugas pada buku paketsecara berkelompok
4. Guru meminta siswauntuk mendiskusikanhasil kerja kelompokdengan kelompok lain
• Siswa berkumpulsesuai dengankelompoknya
• Siswamemperhatikanpenjelasan guru
• Siswamendiskusikantugas yangdiberikan
• Siswa berdiskusidengan kelompoklain
5 menit
15 menit
15 menit
30 menit
3. Kegiatanpenutup
Guru menyimpulkan hasilpembelajaran
• Siswamemperhatikandan bertanyaapabila ada yangbelum jelas
5 menit
E. Sumber/Alat Pembelajaran
Sumber/bahan pembelajaran berupa:
1. Agung Sulistyono, dkk. 2007. Inspirasi Sains Biologi Kelas IX. Jakarta: Ganeca Exact
2. Diana Puspita, Iip Rohima. 2009. Alam Sekitar, IPA Terpadu untuk SMP/Mts Kelas IX.
Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional
3. Wasis, Sugeng Yuli Irianto. 2009. Ilmu Pengetahuan Alam 3: SMP dan MTs Kelas IX.
Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional
F. Penilaian
Penilaian meliputi:
1. Observasi kegiatan siswa saat berdiskusi
2. Hasil diskusi
Ciruas, 2010
Mengetahui, Dilaksanakan,Guru Biologi Peneliti
(___________________) (___________________) Adeng Daenuri, S. Pd Ika Rifqiawati
93
Lembar Kerja Siswa (LKS) Problem Posing 1
Pertemuan Ke-1
A. Tujuan Pembelajaran1. Siswa dapat membuat soal berdasarkan metode problem posing2. Siswa dapat menjawab soal/permasalahan yang sudah disampaikan3. Siswa dapat menyebutkan bagian-bagian dari kromosom serta fungsinya4. Siswa dapat menjelaskan pengertian istilah-istilah dalam genetikaB. Teori/Situasi
Kromosom merupakan zat yang mudah mengikat zat warna sehingga mudah diamatisewaktu sel membelah.
Dalam kromosom terdapat gen yang membawa sifat-sifatketurunan atau disebut juga faktor keturunan. Gen tersusun berada didalam lokus. Fungsi gen adalah mengatur metabolisme danperkembangan setiap individu dan sebagai pemberi informasi genetikpada generasi selanjutnya. Bagian-bagian dari kromosom adalah sebagai berikut:a. Sentromer (Kinetokor)
Sentromer adalah bagian yang menyempit dan tampak lebih terang.Sentromer membagi kromosom menjadi dua lengan dan dianggapsebagai kepala kromosom.b. Lengan Kromosom
Lengan kromosom merupakan badan kromosom yang mengandung kromonema,yaitu struktur berbentuk benang halus berpilin, tempat gen-gen berderet.
Istilah-istilah dalam genetika yaitu: Pariental (P), artinya induk atau orang tua. Filial (F), artinya keturunan. Keturunan pertama (F1) = anak. Keturunan
kedua (F2) = cucu Genotipe adalah sifat-sifat menurun yang tidak nampak dari luar,
disimbolkan dengan pasangan huruf. Contoh: AA, Aa, aa, AABB,dan AaBB. Gamet adalah sel kelamin dan berasal dari genotipe. Contoh: genotipe Aa,
gametnya A dan a. Fenotipe adalah sifat menurun yang nampak dari luar. Contoh: buah besar,
buah kecil, rasa manis, rasa asam, batang tinggi, dan batang pendek. Dominan adalah sifat-sifat gen yang selalu nampak atau muncul, disimbolkan
dengan huruf besar. Contoh: AA, BB, dan CC. Gen resesif adalah sifat-sifat gen yang tidak selalu nampak baru muncul
apabila bersama-sama gen resesif lain, disimbolkan dengan huruf kecil.Contoh: aa, bb, dan cc.
Homozigot adalah pasangan gen yang sifatnya sama.Contoh: AA, aa, BB, bb,CC, dan cc.
Heterozigot adalah pasangan gen yang tidak sama. Contoh: Aa, Bb, dan Cc
94
C. Tugas
Buatlah 5 soal dan jawaban berdasarkan teori/situasi di atas!
D. Soal dan Jawaban
1. …………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………...
.........................................................................................................................
2. …………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
..............................................................................................................................
3. …………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
.............................................................................................................................
4. …………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………...............................
5. …………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
95
LKS PROBLEM POSING 2
Tulislah jawaban dari soal kelompok lain yang kamu terima!
1. ............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
2. ............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
3. ............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
4. ............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
5. ............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
96
Lembar Kerja Siswa (LKS) Problem Posing
Pertemuan ke-2
A. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat membuat soal berdasarkan metode problem posing
2. Siswa dapat menjawab soal/permasalahan yang sudah disampaikan
3. Siswa dapat membedakan pengertian persilangan monohibrida dominan,
intermediet dan dihibrida
4. Siswa dapat menghitung persilangan monohibrida dan dihibrida
5. Siswa dapat membandingkan fenotipe dan genotipe keturunan dengan
persilangan monohibrida, monohibrida intermediet dan dihibrida
B. Teori/Situasi
1. Monohibrida adalah persilangan dua individu dengan satu sifat beda.
Monohibrid ada yang bersifat dominan penuh dan tidak penuh. Suatu
persilangan disebut dominan penuh apabila pada keturunannya sifat
dominan menguasai sifat resesif. Sedangkan dominan tidak penuh terjadi
jika kedua gen induk saling mempengaruhi sehingga menghasilkan sifat
antara atau disebut juga dengan intermediet. Perbandingan fenotip F2 adalah 1
: 2 : 1. Perbandingan ini diperoleh karena sifat merah yang tidak dominan penuh
terhadap sifat putih, disebut dengan sifat intermediet, dan warna merah muda
disebut warna intermediet. Persilangan antara dua individu dengan dua sifat beda
ini disebut dengan persilangan dihibrida. Perbandingan fenotip F2 adalah 9 : 3 : 3 :
1.
2. Diketahui B adalah gen yang menentukan kacang berbiji bulat, sedangkan b
berbiji kisut. Kacang berbiji bulat dominan terhadap kacang berbiji kisut.
Kemudian dilakukan persilangan antara tanaman kacang berbiji bulat
homozigot dan kacang berbiji kisut homozigot.
97
3. Tanaman mangga berbuah besar dan berasa asam (BBmm) disilangkan
dengan mangga yang berbuah kecil dan berasa manis (bbMM) menghasilkan
F1 (BbMm) dengan fenotip buah besar rasa manis.
C. Tugas
Buatlah soal dan jawaban berdasarkan teori/situasi di atas!
D. Soal dan Jawaban
1. …………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
.………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………
.…………………………………………………………………………………………
2. …………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
3. …………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
98
Lembar Kerja Siswa (LKS) Problem Posing
Pertemuan Ke-3
A. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat membuat soal berdasarkan metode problem posing
2. Siswa dapat menjawab soal/permasalahan yang sudah disampaikan
3. Siswa dapat mendeskripsikan penerapan pewarisan sifat pada hewan dan
tumbuhan
4. Siswa dapat memahami penyebab dan cara pewarisan sifat penyakit yang
bersifat menurun
5. Siswa dapat membuat digram penurunan sifat untuk buta warna, hemofilia,
dan albino
B. Teori/Situasi
1. Pewarisan sifat pada tumbuhan dan hewan dimanfaatkan oleh manusia
untuk mendapatkan bibit unggul. Sifat unggul adalah sifat-sifat yang baik
yang ada pada organisme, dipandang dari sudut kebutuhan manusia. Bibit
unggul tidak dapat disilangkan lagi karena akan muncul sifat-sifat yang
resesif yang akan merugikan. Bibit unggul dapat diperoleh dengan cara
hibridisasi. Hibridisasi adalah mengawinkan dua jenis hewan atau
tumbuhan yang berbeda varietas dan memiliki sifat-sifat unggul. Selain itu
juga bisa didapat dengan cara mutasi gen dan inseminasi buatan (kawin
suntik).
2. Diketahui seorang wanita normal namun bersifat karier terhadap penyakit
hemofilia. Kemudian wanita tersebut menikah dengan laki-laki normal.
3. Menurut dokter orang yang buta warna disebabkan oleh gangguan salah
satu tipe sel kerucut (sensor warna), untuk mendeteksi warna merah, hijau,
atau biru. Gejala buta warna yang paling umum adalah buta warna hijau
dan merah yaitu ketidakmampuan untuk membedakan kedua warna
tersebut.
99
C. Tugas
Buatlah soal dan jawaban berdasarkan teori/situasi di atas!
D. Soal dan Jawaban
1. ………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
……………………
2. ………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
……………………
………………………………………………………………………………
…………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
……………………
3. ………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
……………………
100
Lembar Kerja Siswa (LKS) Problem Posing
Pertemuan Ke-4
A. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat membuat soal berdasarkan metode problem posing
2. Siswa dapat menjawab soal/permasalahan yang sudah disampaikan
3. Siswa dapat menjelaskan tentang pewarisan golongan darah ABO, MN,
dan Rhesus
4. Siswa dapat membuat diagram perkawinan golongan darah
B. Teori/Situasi
1. Ada tiga tipe golongan darah pada manusia, yaitu ABO, MN, dan rhesus.a. Golongan Darah ABO
Golongan darah manusia dalam sistem ABO ditentukan oleh adatidaknya antigen (aglutinogen) dan antibodi (aglutinin) dalam sel darah. Genpenentu golongan darah terletak pada kromosomautosom dan diberi simbol I (Isohemaglutinogen) sehingga alel-alelnyadisimbolkan IA menghasilkan antigen A, IB menghasilkan antigen B, dan IO
yang tidak menghasilkan antigen.b. Golongan Darah MN
Penggolongan darah MN didasarkan pada ada tidaknya antigen dalam seldarah merah seseorang. Menurut para ahli, golongan darah MN ditentukanoleh gen yang mengandung dua alel. Satu alel menentukan faktor M dan yanglainnya menentukan faktor N. Jadi, orang yang bergenotip MM akanbergolongan darah M. Golongan darah N mempunyai genotip NN, sedangkangolongan darah MN mempunyai genotip MN.
c. Golongan Darah RhesusGolongan darah ini dipengaruhi oleh ada tidaknya faktor rhesus (antigen
Rh) pada sel darah seseorang. Seseorang yang mengandung antigen Rh padaeritrositnya disebut Rh+ (rhesus positif). Sedangkan, yang tidak mempunyaiantigen rhesus disebut Rh– (rhesus negatif). Seseorang yang mengandungantigen rhesus pada darah merahnya (Rh+) tidak dapat membentuk antibodiyang melawan antigen Rh–. Antibodi terhadap rhesus akan terbentuk padaorang yang bergolongan darah Rh–. Jadi, jika orang bergolongan darah Rh–
diberi transfusi darah dari orang bergolongan darah Rh+, maka pada darahpenerima tersebut akan membentuk antibodi yang melawan antigen rhesus.
2. Diketahui Nina menikah dengan Anton. Golongan darah Nina adalah A dan Antonbergolongan darah AB.
101
C. Tugas
Buatlah soal dan jawaban berdasarkan teori/situasi di atas!
D. Soal dan Jawaban
1. ………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
……………………
2. ………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
……………………
………………………………………………………………………………
…………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
……………………
102
MODUL MATERIPROSES PEWARISAN SIFAT
A. Monohibrida dan Dihibrida
1. Persilangan Monohibrida Persilangan dua individu dengan satu sifat beda disebut dengan
monohibrida. Monohibrida terbagi menjadi dua, yaitu dominan penuh dandominan tidak penuh. Suatu persilangan disebut dominan penuh apabila padaketurunannya sifat dominan menguasai sifat resesif.Contoh:
Persilangan antara biji kacang polong berwarna kuning dengan biji kacangpolong berwarna hijau, dihasilkan biji kacang polong berwarna kuning. Hal inimenunjukkan bahwa warna kuning bersifat dominan, dan hijau bersifat resesif.Skema persilangannya:P : kacang polong berwarna kuning × kacang polong berwarna hijauFenotip : Kuning × HijauGenotip : KK × kkGamet : Kk Kk (Jika hanya satu sifat beda, homozigot bisa ditulis satu huruf
saja)F1 : Kk, KkFenotip keseluruhan adalah biji kacang polong berwarna kuning. Jika F1disilangkan dengan F1, skema persilangannya adalah:F2 : F1 × F1Fenotip : Kuning × KuningGenotip : Kk × KkGamet : K × K
k × k Hasil : KK, Kk, Kk, kk Dengan salah satu induk yang bersifat dominan, diperoleh perbandingan biji warnakuning : hijau = 3:1.
Dominan tidak penuh terjadi jika kedua gen induk saling mempengaruhisehingga menghasilkan sifat antara. Sebagai contoh adalah persilangan antaratanaman bunga pukul empat (mirabilis jalapa) warna merah homozigot (genotipMM) dengan bunga pukul empat warna putih (genotip mm), diperoleh tanamanF1 heterozigot berbunga warna merah jambu (genotip Mm). Jika tanaman F1disilangkan dengan F1, diperoleh keturunan F2 yang memperlihatkan
Persilangan
dua individu
Persilangan dengansatu sifat beda(monohibrid)
Persilangan dengandua sifat beda(dihibrid)
Dominan penuh
Dominan tidakpenuh(intermediet)
103
perbandingan fenotip merah : merah jambu : putih = 1 : 2 : 1. Perbandingan inidiperoleh karena sifat merah yang tidak dominan penuh terhadap sifat putih,disebut dengan sifat intermediet, dan warna merah muda disebut warnaintermediet. Tanaman bunga merah (MM) dan bunga putih (mm) merupakangalur murni karena memberikan keturunan yang selalu tetap. Galur murni adalahgaris keturunan yang bergenotip homozigot untuk semua sifat unggul. Untuklebih jelasnya, pahami bagan persilangan berikut:
P : MM × mm: merah × putih
Gamet : M × mF1 : Mm
: Merah mudaF2 : F1 × F1
Mm × MmGamet : M × M
m × mF2 : MM (merah) Mm (merah muda)
Mm (merah muda) mm (putih)Perbandingan fenotip warna merah : merah muda : putih adalah 1 : 2 : 1.
2. Persilangan Dihibrida Persilangan antara dua individu dengan dua sifat beda ini disebut denganpersilangan dihibrida. Misalnya, beda antara bentuk dan warna biji kapri. Jikadisilangkan antara tanaman kapri biji bulat warna kuning homozigot (BBKK)dengan tanaman kapri biji kerut warna hijau homozigot (bbkk). Dihasilkansemua tanaman F1 (dihibrida) adalah sama, yaitu berbiji bulat kuning(BbKk). B : sifat bulat, K : sifat kuning, b : sifat kerut dan k : sifat hijau. Biladisilangkan antara F1 dengan F1, maka dihasilkan keturunan F2 yangmemperlihatkan 16 kombinasi yang terdiri atas 4 macam fenotip, yaituberbiji bulat kuning, bulat hijau, kerut kuning, dan kerut hijau. Perhatikanlahbagan persilangan berikut:P : BBKK × bbkk
bulat, kuning × kerut, hijauGamet : BK × bkF1 : BbKkF2 : F1 × F1
BbKk × BbKkGamet : BK × BK
Bk × Bk bK × bK
bk × bk
104
Berdasarkan tabel di atas dapat diperoleh kemungkinan genotip dan fenotipnya.Individu yang mengandung gen B mempunyai biji bulat, sedangkan individu yangmengandung K memiliki biji berwarna kuning. Oleh karena itu, terdapat empatfenotip pada F2, yaitu:(1) bulat-kuning : nomor 1,2,3,4,5,7,9,10,13(2) bulat-hijau : nomor 6,8,14(3) keriput-kuning : nomor 11,12,15(4) keriput-hijau : nomor 16
Genotip BBKK mempunyai sifat homozigot dominan, disebut galur murnidominan. Sedangkan, genotip bbkk bersifat homozigot resesif, disebut galurmurni resesif. Perbandingan fenotip F2 adalah bulat kuning : bulat hijau : keriputkuning : keriput hijau adalah 9 : 3 : 3 : 1.
B. Penerapan Pewarisan Sifat pada Tumbuhan dan Hewan
Pewarisan sifat pada tumbuhan dan hewan dimanfaatkan oleh manusiauntuk mendapatkan bibit unggul. Sifat unggul adalah sifat-sifat yang baik yang adapada organisme, dipandang dari sudut kebutuhan manusia. Sifat-sifat unggultersebut umumnya dilihat dari fenotip organisme tersebut.
Sifat-sifat unggul yang terdapat pada hewan adalah:a) Tidak mudah terserang penyakit.b) Pemeliharaannya mudah.c) Pada jenis hewan pedaging menghasilkan daging dengan mutu baik.d) Pada unggas petelur dihasilkan telur yang banyak dengan mutu baik.e) Umur pendek, tapi cepat diperoleh hasil sehingga mengurangi biayapemeliharaan.f) Mudah dan cepat dikembangbiakkan.g) Dapat menyesuaikan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan.
Sifat-sifat unggul yang terdapat pada tanaman adalah:a) Tidak mudah terserang hama dan penyakit tanaman.b) Pemeliharaannya mudah.c) Mudah tumbuh di kondisi yang tidak menguntungkan.d) Mempunyai umur pendek dan cepat dipanen.e) Batang, ranting dapat tumbuh dengan kokoh.
Pewarisansifat padamakhluk hidup
Tumbuhandan hewan
Manusia
Mendapatkansifat unggul
Penyakitmenurun
Golongandarah
Albino
Hemofilia
Buta warna
105
f) Dapat menghasilkan buah yang bermutu tinggi (rasa manis, besar, banyak, tidakberbiji).g) Mudah untuk dikembangbiakkan.
C. Pewarisan Sifat pada Manusia Cacat dan penyakit menurun pada manusia, yaitu:a. Albino Orang albino adalah orang dengan ciri-ciri memiliki mata, bulu mata, dankulit berwarna putih. Hal ini terjadi karena penderita albino tidak memilikipigmen warna melanin. Pigmen melanin dihasilkan oleh enzim pembentukmelanin. Sedangkan, orang albino tidak dapat menghasilkan enzim melanin.Enzim melanin diproduksi berdasarkan perintah gen melanin. Jadi, penderitaalbino, gen melaninnya tidak dapat memerintah untuk memproduksi enzim. Genalbino tidak terletak pada kromosom kelamin, melainkan pada autosom. Olehkarena itu, penderita albino dapat berjenis kelamin laki-laki atau perempuan.b. Buta Warna Penderita buta warna tidak dapat melihat warna tertentu karena tidak dapatmenangkap panjang gelombang cahaya tertentu. Buta warna terdiri daribermacam-macam tipe, yaitu:1) buta warna biru - hijau2) buta warna biru - merah3) buta warna merah - hijau (paling umum) Penyakit ini diturunkan secara resesif pada kromosom X nonhomolog(kromosom X yang tidak memiliki pasangan gen di kromosom Y). Penyakit inijarang diderita oleh wanita. Wanita pembawa mewariskan cacat tersebut kepadaanak laki-lakinya.c. Hemofilia
Hemofili ialah penyakit keturunan pada manusia yang menyebabkan darahsukar membeku ketika terjadi luka. Hal ini disebabkan karena tidak adanya faktorpembeku darah. Genotipe yang mungkin terjadi ialah sebagai berikut:XHY : pria normalXhY : pria hemofiliXHXH : wanita normalXHXh : wanita pembawa sifat hemofili (karier hemofili)XhXh : wanita hemofili (bersifat letal/mati)D. Pewarisan Golongan Darah pada Manusia
Pewarisangolongan darahpada manusia
Golongandarah ABO
Golongandarah MN
Golongandarah rhesus
Ada tidaknya antigen dan antibodi
Ada tidaknyaantigen
Ada tidaknyafaktor rhesus(antigen Rh)
106
Ada tiga tipe golongan darah pada manusia, yaitu ABO, MN, dan rhesus.a. Golongan Darah ABO Golongan darah manusia dalam sistem ABO ditentukan oleh ada tidaknyaantigen (aglutinogen) dan antibodi (aglutinin) dalam sel darah. Berikut ini adalahtabel kandungan aglutinin dan aglutinogen dalam masing-masing golongan darah.
Aglutinogen dan Aglutinin pada Golongan Darah
Gen penentu golongan darah terletak pada kromosom autosom dan diberisimbol I (Isohemaglutinogen) sehingga alel-alelnya disimbolkan IA menghasilkanantigen A, IB menghasilkan antigen B, dan IO yang tidak menghasilkan antigen.b. Golongan Darah MN Penggolongan darah MN didasarkan pada ada tidaknya antigen dalam seldarah merah seseorang. Apabila seseorang bergolongan darah M, sedangkan orangyang di dalam sel darah merahnya mengandung antigen N, maka orang tersebutbergolongan darah N. Jadi, orang yang bergolongan darah MN dalam sel darahmerahnya mengandung antigen M dan N sehingga orang tersebut bergolongandarah MN. Menurut para ahli, golongan darah MN ditentukan oleh gen yangmengandung dua alel. Satu alel menentukan faktor M dan yang lainnyamenentukan faktor N. Jadi, orang yang bergenotip MM akan bergolongan darah M.Golongan darah N mempunyai genotip NN, sedangkan golongan darah MNmempunyai genotip MN.c. Golongan Darah Rhesus Golongan darah ini dipengaruhi oleh ada tidaknya faktor rhesus (antigen Rh)pada sel darah seseorang. Seseorang yang mengandung antigen Rh padaeritrositnya disebut Rh+(rhesus positif). Sedangkan, yang tidak mempunyai antigenrhesus disebut Rh– (rhesus negatif). Seseorang yang mengandung antigen rhesuspada darah merahnya (Rh+) tidak dapat membentuk antibodi yang melawanantigen Rh–. Antibodi terhadap rhesus akan terbentuk pada orang yangbergolongan darah Rh–. Jadi, jika orang bergolongan darah Rh– diberi transfusidarah dari orang bergolongan darah Rh+, maka pada darah penerima tersebut akanmembentuk antibodi yang melawan antigen rhesus.
E. Manfaat Persilangan bagi Manusiaa) Menghasilkan keturunan dengan sifat-sifat yang baikb) Menghasilkan bibit unggul baik pada tumbuhan maupun hewan, misalnya
varietas tanaman jenis unggul hasil persilangan PB5, PB8, IR22, IR24, jugapada ternak, misalnya sapi Santa gertrudis, hasil persilangan sapi brahmandengan sapi shorthorn.
107
Spesifikasi Soal Kemampuan Berpikir Kreatif
KomponenBerpikir Kreatif
Aspek yang Diukur Indikator NoSoal
Aspekkognitif
- Lancar dalammengemukakan jawaban
- Mampu memberikanjawaban secara tepat dancepat mengenai objekyang diamati
Menyebutkan bagian-bagian kromosom danfungsinya
1 C1
- Lancar dalammengemukakanpertanyaan
- Mengajukan banyakpertanyaan mengenaiwacana tentang bibirsumbing
- Mengajukan banyakpertanyaan mengenaiwacana tentang iktiosis
3*
6
C3
C3
Kelancaran(fluency)
- Memberikan banyak caraatau saran untukmelakukan berbagai hal
- Memberikan sarantentang pencegahanbibir sumbing
- Memberikan sarantentang pencegahaniktiosis
4*
7*
C3
C3
- Mampu memberikanpenafsiran terhadapgambar/masalah
- Menafsirkan gambartentang hubungan sel,kromosom dan DNA
2 C2
- Mencari banyak alternatifatau arah yang berbeda-beda
- Mencari alternatifuntuk menjawabkemungkinanmendaparkanketurunan laki-lakinormal padaperkawinan hemofilia
8 C4
Berpikir luwes(flexibility)
- Menghasilkan gagasan,jawaban, atau pertanyaanyang bervariasi
- Memberikan jawabanyang berbeda tentangperkawinan hemofiliayang akanmenghasilkanketurunan laki-lakinormal
9 C4
108
KomponenBerpikir Kreatif
Aspek yang Diukur Indikator NoSoal
AspekKognitif
- Mampu membuatkombinasi-kombinasidari bagian atau unsur
- Membuat kombinasihubungan golongandarah, aglutinogen,aglutinin, genotipe danmacam gametgolongan darah
10 C3Keaslian(originality)
- Mampu melahirkanungkapan yang baru danunik
- Melahirkan/membuatsingkatan danungkapan yang unikuntuk istilah-istilahdalam pewarisan sifat
13* C3
- Mampu memperkaya danmengembangkan suatugagasan atau produk
- Mengembangkangagasan atau informasitentang perkawinanbibit pohon manggarasa asam buah besaragar menghasilkanpohon mangga denganrasa manis dan berbuahbesar
- Mengembangkangagasan atau informasitentang perbandinganfenotipe persilangandua individu
5*
12*
C3
C3
Merinci(elaboration)
- Menambahkan ataumemperinci detil-detildari suatu objek, gagasan,atau situasi sehinggamenjadi lebih menarikdan jelas
- Menambahkan garis-garis, warna-warna,dan bagian-bagianterhadap peta silsilahgolongan darah
11C2
Keterangan:
Tanda (*) untuk soal yang tidak digunakan
109
KemampuanBerpikirKreatif
IndikatorSoal Jawaban Pedoman penilaian
SkorMax
Berpikir lancar(fluency)
Menyebutkan bagian-bagian kromosomdan fungsinya
Mengajukan banyakpertanyaan mengenaiwacana tentang bibir
Lengkapi gambarbagian kromosom diatas (a&b), dansebutkan fungsinya!
*Buatlah pertanyaansebanyak-banyaknya
a. Sentromer/kinetekorBerfungsi sebagai tempatmenggantungnya kromosom padagelendong sel (spindle) ketika selmembelah
b. Lengan kromosom.Berfungsi sebagai tempat kandungankromonema
- Apa penyebab penyakit bibir sumbing?- Apa akibat dari penyakit bibir sumbing?- Bagaimana ciri-ciri orang yang
• Jika menyebutkanbagian-bagian kromosomdan fungsinya dengantepat = 4
• Jika menyebutkanbagian-bagian kromosomdan fungsinya, tapi tidaklengkap = 3
• Jika hanya menyebutkanbagian-bagiankromosom/fungsinyasaja = 2
• Jika menjawab, namunsalah = 1
• Jika tidak menjawabsama sekali = 0
• Jika membuat pertanyaansebanyak tiga atau lebih
4
3
1
ab
2
3
KISI-KISI DAN PEDOMAN PENILAIAN INSTRUMEN BERPIKIR KREATIF
110
KemampuanBerpikirKreatif
IndikatorSoal Jawaban Pedoman penilaian
SkorMax
sumbing
Memberikan sarantentang pencegahanbibir sumbing
berdasarkan wacanadi atas!
* Apa saran kamuuntuk mencegahbibir sumbing?(berikan saransebanyak-banyaknya)
menderita bibir sumbing?
Dengan cara:- Melengkapi nutrisi dan gizi ketika hamil- Tidak menikah dengan kerabat dekat- Tidak menikah dengan penderita bibir
sumbing
= 3• Jika membuat pertanyaan
sebanyak 2 pertanyaan =2
• Jika hanya membuat satupertanyaan = 1
• Jika tidak membuatpertanyaan sama sekali= 0
• Jika memberikan saransebanyak tiga atau lebihdan tepat = 4
• Jika memberikansebanyak 2 saran dantepat = 3
• Jika hanya memberikansatu saran dan tepat = 2
• Jika memberikan saran,namun tidak tepat = 1
• Jika tidak memberikansaran apapun= 0
4
KISI-KISI DAN PEDOMAN PENILAIAN INSTRUMEN BERPIKIR KREATIF
111
KemampuanBerpikirKreatif
IndikatorSoal Jawaban Pedoman penilaian
SkorMax
Mengajukan banyakpertanyaan mengenaiwacana tentang iktiosis
Memberikan sarantentang pencegahaniktiosis
Buatlah pertanyaansebanyak-banyaknyaberdasarkan wacana diatas!
* Apa saran kamuuntuk mencegahiktiosis? (berikansaran sebanyak-banyaknya)
- Apa penyebab penyakit iktiosis?- Apa akibat dari penyakit iktiosis?- Bagaimana gejala orang yang menderita
iktiosis?
Dengan cara:- Melengkapi nutrisi dan gizi ketika hamil- Tidak menikah dengan kerabat dekat- Tidak menikah dengan penderita iktiosis
• Jika membuat pertanyaansebanyak tiga atau lebih= 3
• Jika membuat pertanyaansebanyak 2 pertanyaan =2
• Jika hanya membuat satupertanyaan = 1
• Jika tidak membuatpertanyaan sama sekali= 0
• Jika memberikan saransebanyak tiga atau lebihdan tepat = 4
• Jika memberikansebanyak 2 saran dantepat = 3
• Jika hanya memberikansatu saran dan tepat = 2
• Jika memberikan saran,namun tidak tepat = 1
• Jika tidak memberikan
3
KISI-KISI DAN PEDOMAN PENILAIAN INSTRUMEN BERPIKIR KREATIF
112
KemampuanBerpikirKreatif
IndikatorSoal Jawaban Pedoman penilaian
SkorMax
Berpikir luwes(flexibility)
Berpikir asli(originility)
Menafsirkan gambartentang hubungan sel,kromosom dan DNA
Menghasilkan/membuatsingkatan dan ungkapanyang unik untuk istilah-istilah dalam pewarisansifat
Berdasarkan gambar diatas (pada soal no.1)Berilah penjelasantentang hubungangambar (1), (2), dan(3)!
*Buatlah singkatan danungkapan untuk setiapistilah-istilah dalampewarisan sifatberikut: Haploid,Diploid, Genotipe,Fenotipe, Dominan,
Dalam sel, atau inti sel terdapat kromosom.Setiap kromosom memiliki dua buah lenganyang dihubungkan oleh sentromer. Padakromosom terdapat benang-benang halusyang melingkat. Di sepanjang benang-benang inilah terletak gen (pengendalipewarisan sifat). Dan gen terdiri dariuntaian-untaian DNA.
Singkatan = HaDi GeDoR HiFiUngkapan :Haploid = SatuDiploid = PoligamiGenotipe = PemaluFenotipe = EksisDominan = Menang
saran apapun= 0
• Jika menghubungkanketiga gambar (1), (2)dan (3) dengan benar dantepat = 3
• Jika menghubungkan 2gambar dengan benardan tepat = 2
• Jika menghubungkan 2atau 3 gambar, namunkurang tepat = 1
• Jika tidak memberikanjawaban = 0
• Jika membuat singkatandan ungkapan mencakupsemua istilah dengankreatif = 3
• Jika membuat singkatandan ungkapan tidakmencakup semua istilah= 2
3
3
KISI-KISI DAN PEDOMAN PENILAIAN INSTRUMEN BERPIKIR KREATIF
113
KemampuanBerpikirKreatif
IndikatorSoal Jawaban Pedoman penilaian
SkorMax
Berpikir luwes(flexibility)
Mencari alternatifuntuk menjawabkemungkinanmendaparkan keturunanlaki-laki normal padaperkawinan hemofilia
Resesif, Intermediet,dan Hibrid!
Doni menderitahemofilia (XhY). Diatidak ingin anak laki-lakinya kelakmenderita hal yangsama dengannya. Jadi,wanita yangbagaimanakah yangdapat dia nikahi untukmenghasilkanketurunan laki-lakinormal (XHY)?
Resesif = KalahIntermediet = SeriHibrid = Anak
Dik: Xh Y Menginginkan F1:XH YDit: ...... ?Jawab: P: Xh Y >< XH XH G: Xh, Y danXH
F: Xh XH = XH Xh
XH YY
Kemungkinan anaknya adalah perempuanpembawa (XH Xh) dan laki-laki normal (XH
Y).Jadi, Doni harus menikah denganperempuan normal.
• Jika membuat singkatanatau ungkapan saja = 1
• Jika tidak memberikanjawaban = 0
• Jika memberikanjawaban dan penjelasandengan benar dan tepat =3
• Jika memberikanjawaban tapi tidakdijelaskan = 2
• Jika menjawab, namunkurang benar = 1
• Jika tidak memberikanjawaban = 0
3.
KISI-KISI DAN PEDOMAN PENILAIAN INSTRUMEN BERPIKIR KREATIF
114
KemampuanBerpikirKreatif
IndikatorSoal Jawaban Pedoman penilaian
SkorMax
Merinci(elaboration)
Memberikan jawabanyang berbeda tentangperkawinan hemofiliayang akanmenghasilkanketurunan laki-laki
Mengembangkangagasan atau informasitentang perkawinanbibit pohon manggarasa asam buah besaragar menghasilkanpohon mangga denganrasa manis dan berbuah
Apakah soal no.8mempunyai jawabanganda? Jika iya,berikan jawaban laindari soal tersebut!
* Seorang petanimempunyai bibitpohon mangga rasaasam dengan buahbesar. Petani iniingin sekalimendapatkan pohonmangga dengan rasa
Iya. Doni dapat pula menikahi perempuanpembawa (karier)P: Xh Y >< XHXh
G: Xh, Y dan XH, Xh
F:Gamet XH Xh
Xh XHXh XhXh
Y XHY XhY
Jadi, kemungkinan anaknya:- XHXh (perempuan pembawa)- XhXh (perempuan hemofilia)- XHY (laki-laki normal)- XhY (laki-laki hemofilia)
Dapat dilakukan persilangan dengan bibitpohon mangga buah kecil berasa asamkarena akan mendapatkan keturtunan yangdiharapkan. Berikut persilangannya:P1:Besar,asam >< Kecil,manis(BBmm) (bbMM)G: Bm dan bM
• Jika memberikanjawaban dan penjelasandengan benar dan tepat =3
• Jika memberikanjawaban tapi tidakdijelaskan = 2
• Jika menjawab, namunkurang benar = 1
• Jika tidak memberikanjawaban = 0
• Jika memberikanjawaban dan penjelasandengan benar dan tepat =3
• Jika memberikanjawaban tapi tidakdijelaskan = 2
• Jika menjawab, namun
3
3
KISI-KISI DAN PEDOMAN PENILAIAN INSTRUMEN BERPIKIR KREATIF
115
KemampuanBerpikirKreatif
IndikatorSoal Jawaban Pedoman penilaian
SkorMax
besar
Mengembangkangagasan atau informasitentang perbandinganfenotipe persilangandua individu
manis dan berbuahbesar. Menurut kamubagaimanamewujudkankeinginan petanitersebut?
* Dari perbandinganfenotipe di bawahini, buatlahketeranganhubungannya denganpersilangan duaindividu dalambentuk paragraf!a. 3 : 1b. 9 : 3 : 3 : 1c. 1 : 2 : 1
F1: BbMm (Besar Manis)P2: BbMm >< BbMmG: BM BM Bm Bm bM bM bm bmF2:BBMM (Besar Manis) = 9BBmm (Besar Asam) = 3bbMM (Kecil Manis) = 3bbmm (Kecil Asam) = 1
a. Rasio ini adalah perbandingan fenotipeketurunan kedua pada persilanganmonohibrid penuh
b. Rasio perbandingan fenotipe 9 : 3 : 3 : 1adalah perbandingan fenotipe keturunankedua pada persilangan dihibrid
c. Rasio ini adalah perbandingan fenotipeketurunan kedua pada persilanganmonohibrid intermediet. Terjadi karenaadanya pengaruh gen dominan yangtidak sempurna.
kurang benar = 1• Jika tidak memberikan
jawaban = 0
• Jika mengembangkansemua gagasan denganbenar = 3
• Jika mengembangkangagasan < 2 = 2
• Jika engembangkangagasan, namun kurangtepat = 1
• Jika tidak memberikanjawaban = 0
3
KISI-KISI DAN PEDOMAN PENILAIAN INSTRUMEN BERPIKIR KREATIF
116
KemampuanBerpikirKreatif
IndikatorSoal Jawaban Pedoman penilaian
SkorMax
Berpikir asli(originility)
Menambahkan garis-garis, warna-warna, danbagian-bagian terhadappeta silsilah golongan darah
Membuat kombinasihubungan golongandarah, aglutinogen,aglutinin, genotipe danmacam gamet golongandarah
Lengkapi peta silsilahdi bawah ini danjelaskan jawabanmu!
Di bawah ini disediakangolongan darah,aglutinogen, aglutinin,dan genotipe golongandarah. Buat kombinasidari empat kategori
P : IAIB >< IBI0
G : IA, I0 IB, I0
F : IAIB, IAI0, IBI0, I0I0
AB, A heterozigot, B heterozigot, OJadi, X1 = AB
IAIB >< IAIB
IA, IB IA, IB
IAIA, IAIB, IBIB
Jadi, X2 = A X3 = AB X4 = B
Golongandarah
aglutinin aglutinogen Genotipe
a. Ab. Bc.ABd. O
dbca
cabd
dabc
• Jika menjawab semuapertanyaan danmemberikan penjelasandengan benar = 4
• Jika menjawab tidaksemua pertanyaan danmemberikan penjelasandengan benar = 3
• Jika menjawab semuapertanyaan dengan benar,namun tidak disertaipenjelasan = 2
• Jika menjawab dengansalah = 1
• Jika tidak memberikanjawaban = 0
• Jika semua susunanbenar = 4
• Jika menyusunkombinasi 7-9 =3
• Jika menyusunkombinasi 4-6 = 2
3
B A
AB
B
B
X
A
X X
XX
KISI-KISI DAN PEDOMAN PENILAIAN INSTRUMEN BERPIKIR KREATIF
117
KemampuanBerpikirKreatif
IndikatorSoal Jawaban Pedoman penilaian
SkorMax
tersebut!Golongan darah:a. Ab. Bc. ABd. O
Aglutinin:a. α.βb. αc. –d. β
• Jika menyusunkombinasi sebanyak 1-3= 1
• Jika susunan tidak benar= 0
4
Keterangan: Tanda (*) adalah soal yang tidak digunakan
Genotipe:
a. IB IB, IBI0
b. IA IB
c. I0I0
d. IA IA,IAI0
Aglutinogen:
a. Bb. A
Bc. Ad. –
KISI-KISI DAN PEDOMAN PENILAIAN INSTRUMEN BERPIKIR KREATIF
REKAPITULASI ANALISIS BUTIR SOAL
No Kemampuan Validasi Daya Pembeda Tingkat Kesukaran
Soal BerpikirKreatif Indeks Kategori Indeks Kategori Indeks Kategori
Keterangan
1BerpikirLancar
0,718 Valid 0,5 Baik 0,523 Sedang Soal digunakan
2BerpikirLuwes
0,545 Valid 0,3 Cukup 0,288 Sukar Soal digunakan
3BerpikirLancar
0,0804Tidakvalid
0 Jelek 0,4621 SedangSoal tidakdigunakan
4BerpikirLancar
0,1221Tidakvalid
0 Jelek 0,4318 SedangSoal tidakdigunakan
5 Merinci -0,016Tidakvalid
-0,1 Jelek 0,4621 SedangSoal tidakdigunakan
6BerpikirLancar
0,349 Valid 0,22 Cukup 0,462 Sedang Soal digunakan
7BerpikirLancar
0,0103Tidakvalid
0 Jelek 0,4602 SedangSoal tidakdigunakan
8BerpikirLuwes
0,3391 Valid 0,14 Jelek 0,5 Sedang Soal digunakan
9BerpikirLuwes
0,3663 Valid 0,2 Jelek 0,2424 Sukar Soal digunakan
10 Keaslian 0,5367 Valid 0,27 Cukup 0,4432 Sedang Soal digunakan
11 Merinci 0,536 Valid 0,3 Cukup 0,2159 Sukar Soal digunakan
12 Merinci 0,0721Tidakvalid
0,03 Jelek 0,05303SangatSukar
Soal tidakdigunakan
13 Keaslian 0,2077Tidakvalid
0,11 Jelek 0,364 SedangSoal tidakdigunakan
119
INSTRUMEN BERPIKIR KREATIF
Untuk soal no.1 dan 2, perhatikan gambar di atas!
1. Lengkapi gambar bagian kromosom di atas (a&b), dan sebutkan fungsinya!
2. Berilah penjelasan tentang hubungan gambar (1), (2), dan (3)!
Untuk soal no.3 berdasarkan wacana berikut!
Sampai bulan November 2006, di daerah Bali
terdapat 26 penderita iktiosis. Selain di Bali, juga
pernah dijumpai di Probolinggo, Jawa Timur.
Penderita mempunyai kulit bersisik di sekujur
tubuh, mirip kulit ular. Kulit itu terasa gatal,
1
ab
2
3
SEMANGAT! KAMU PASTIBISA MENGERJAKANNYA.Jangan lupa baca basmalah.
120
memerah, mengeras, dan mengelupas terutama di musim kemarau. Jika kulit
yang gatal itu digaruk, akan terkelupas dan berdarah. Kondisi ini timbul sejak
lahir dan konsisten selama bertahun-tahun.
Menurut dr AAGP Wiraguna, spesialis penyakit kulit dari RSUP Sanglah,
Denpasar, penyakit kulit itu diturunkan secara genetis. Materi genetis orang tua
mengalami mutasi (perubahan struktur dan sifat) dan diturunkan kepada anaknya
sehingga mengganggu jaringan yang mendukung kulit. Jenis iktiosis bermacam-
macam, ada yang ringan dan ada yang parah. Pada jenis iktiosis parah, dapat
menyebabkan kematian beberapa hari setelah bayi dilahirkan. Sampai saat ini
iktiosis belum dapat disembuhkan. Tetapi ada obat penghambat agar kulit tidak
mudah mengelupas. Berdasarkan penelurusan silsilah keturunan, diketahui
bahwa hampir semua orang tua penderita iktiosis memiliki pertalian darah
(suami – istri berasal dari kerabat dekat). Menurut Wiraguna, perkawinan
antarkerabat dekat memang cenderung berdampak negatif.
Sumber: Tempo, 13 – 19 November 2006
3. Buatlah pertanyaan sebanyak-banyaknya berdasarkan wacana di atas!
4. Doni menderita hemofilia (XhY). Dia tidak ingin anak laki-lakinya kelak
menderita hal yang sama dengannya. Jadi, wanita yang bagaimanakah yang
dapat dia nikahi untuk menghasilkan keturunan laki-laki normal (XHY)?
5. Apakah soal no.4 mempunyai jawaban ganda? Jika iya, berikan jawaban lain
dari soal tersebut!
6. Di bawah ini disediakan golongan darah, aglutinogen, aglutinin, dan genotipegolongan darah. Buat kombinasi dari empat kategori tersebut
Golongan darah: Aglutinin:
e. A a. α.βf. B b. αg. AB c. -h. O d. β
Aglutinogen:
a. Bb. ABc. Ad. -
Genotipe golongan darah:
a. IB IB, IBI0
b. IA IB
c. I0I0
d. IA IA, IAI0
121
Golongan darah Aglutinin Aglutinogem GenotipeA ..... ..... .....B ..... ..... .....
AB ..... ..... .....O ..... ..... .....
7. Lengkapi peta silsilah di bawah ini dan jelaskan jawabanmu!
B A
AB
B
B
X
A
X X
XX
Setelah selesai,bacahamdallah,yah!
122
LEMBAR OBSERVASI
Aktivitas Guru Selama Pembelajaran
Pertemuan : ………………
Nama Sekolah/Kelas : SMP Negeri 2 Ciruas/IX
Konsep : Pewarisan Sifat
Berilah tanda cek (√) pada kolom yang telah disediakan.
No Uraian Kegiatan Penilaian
KEGIATAN GURU Ya TidakCatatan
Tahap Pendahuluan
a. Guru memberikan apersepsi kepada siswa
b. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran
Tahap Pengembangan
a. Guru membagi kelompok siswa
b.Guru memberikan informasi tentang konsep yangdipelajari
c.Guru memberikan contoh pembuatan soal yang berkaitandengan materi yang sudah disampaikan
Tahap Penerapan
a.Guru menguji pemahaman siswa atas konsep yangdiajarkan dengan memberikan LKS Problem Posing
b.Guru meminta siswa untuk menyelesaikan tugas pada LKSsecara berkelompok
c.Guru mengarahkan dan membimbing siswa untukmengembangkan kreativitasnya dalam mengerjakan soal
Tahap Penutup
a.Guru membahas beberapa soal yang dibuat setiapkelompok
b. Guru menyimpulkan hasil pembelajaran
Dilaksanakan,Ciruas, November 2010
Observer
123
LEMBAR OBSERVASIAktivitas Siswa Selama Pembelajaran
Pertemuan : ………………Nama Sekolah/Kelas : SMP Negeri 2 Ciruas/IX FKonsep : Pewarisan Sifat
Berilah tanda cek (√) pada kolom yang telah disediakan!PenilaianASPEK KEGIATAN SISWA YANG DIUKUR
1 2 3 4 5Aspek Menerima atau Memperhatikan
a. Siswa memperhatikan penjelasan dari guru
b.Siswa memperhatikan penjelasan contohpembuatan soal
c.Siswa memperhatikan pembahasan hasil diskusikelompok
d.Siswa menerima atau memperhatikan tanggapandari siswa/kelompok lain
Aspek Merespona. Siswa menanggapi apersepsi yang diberikan guru
b.Siswa bertanya dan meminta bimbingan apabilaterdapat ketidakjelasan
c.Siswa menanggapi pernyataan atau pertanyaankelompok lain dalam diskusi
Aspek MenghargaiSiswa menghormati pendapat siswa/kelompok lain
Aspek Mengorganisasikan NilaiSiswa mampu memahami perbedaan pendapatdalam diskusi
Aspek Mewataka. Siswa mengabungkan diri dengan kelompoknya
b.Siswa mampu mengkondisikan kelompoknya danmenanggapi hal-hal yang terjadi dalamkelompoknya
Ket :1 = sangat kurang2 = kurang3 = cukup4 = baik5 = amat baik
Ciruas, November 2010
Observer
124
NILAI PRETEST KELAS EKSPERIMEN
SKOR KATEGORI
1 2 3 4 5 6 7 BERPIKIRNONAMASISWA
La Lu La Lu Lu As Ri
DAYASERAP
KREATIF
1 A 1 1 1 1 1 1 1 7 29 Sangat rendah
2 B 2 1 2 1 0 1 0 7 29 Sangat rendah
3 C 1 1 3 1 1 1 1 9 38 Sangat rendah
4 D 1 1 3 2 1 0 1 9 38 Sangat rendah
5 E 1 2 3 2 1 0 1 10 42 Rendah
6 F 1 1 2 1 1 1 1 8 33 Sangat rendah
7 G 1 1 3 1 0 1 1 8 33 Sangat rendah
8 H 2 1 2 2 1 1 1 10 42 Rendah
9 I 2 1 3 1 0 1 1 9 38 Sangat rendah
10 J 4 2 3 1 2 1 1 14 58 Sedang
11 K 4 1 3 1 1 1 1 12 50 Rendah
12 L 1 1 3 1 1 1 1 9 38 Sangat rendah
13 M 1 1 3 1 1 1 1 9 38 Sangat rendah
14 N 1 0 3 0 0 1 1 6 25 Sangat rendah
15 O 2 0 3 0 0 1 1 7 29 Sangat rendah
16 P 1 2 3 2 0 1 1 10 42 Rendah
17 Q 0 1 2 0 0 1 0 4 17 Sangat rendah
18 R 1 2 3 2 2 1 2 13 54 Rendah
19 S 1 2 3 1 2 1 1 11 46 Rendah
20 T 1 2 3 0 0 1 1 8 33 Sangat rendah
21 U 1 1 3 1 0 0 1 7 29 Sangat rendah
22 V 1 2 3 1 0 1 0 8 33 Sangat rendah
23 W 1 1 3 0 1 1 1 8 33 Sangat rendah
24 X 2 1 2 1 1 1 1 9 38 Sangat rendah
25 Y 3 1 0 0 1 1 1 7 29 Sangat rendah
26 Z 3 1 3 0 1 0 1 9 38 Sangat rendah
27 AA 1 1 3 0 1 1 1 8 33 Sangat rendah
28 BB 1 1 3 1 1 1 1 9 38 Sangat rendah
29 CC 1 1 3 0 0 1 1 7 29 Sangat rendah
30 DD 1 1 3 0 0 1 0 6 25 Sangat rendah
31 EE 2 1 3 1 1 2 0 10 42 Rendah
32 FF 1 1 2 0 0 1 0 5 21 Sangat rendah
33 GG 1 2 3 2 1 1 1 11 26 Sangat rendah
34 HH 1 1 3 0 0 0 1 6 25 Sangat rendah
35 II 0 1 3 1 0 1 0 6 25 Sangat rendah
36 JJ 4 1 3 2 1 1 1 13 54 Rendah
125
JUMLAH 52 41 96 30 23 31 29 309 1270RATA-RATA 1.4 1.1 2.7 0.8 0.6 0.9 0.8 8.58 35.27777778
Ketercapaian indikator per soal 36 38 89 28 21 22 20 254 36.24338624
Berpikir Lancar 63
Berpikir Luwes 29
Keaslian 22
Merinci 20 Ket: La = Berpikir Lancar
Lu = Berpikir Luwes
As = Keaslian
Ri = Merinci
126
NILAI POSTES KELAS EKSPERIMENSKOR KATEGORI
La Lu La Lu Lu As Ri BERPIKIRNONAMASISWA
1 2 3 4 5 6 7
Daya Serap
KREATIF1 A 1 1 3 3 2 4 2 16 67 Tinggi2 B 4 1 2 2 0 2 3 14 58 Sedang3 C 4 1 3 2 1 2 1 14 58 Sedang4 D 1 0 3 3 2 4 2 15 63 Sedang5 E 4 1 2 2 1 2 3 15 63 Sedang6 F 1 1 2 1 1 4 2 12 50 Rendah7 G 2 1 2 2 1 2 3 13 54 Rendah8 H 2 1 2 3 1 4 3 16 67 Tinggi9 I 2 1 1 2 1 3 2 12 50 Rendah
10 J 4 3 3 3 3 3 4 23 96 Sangat tinggi11 K 4 1 3 1 1 2 2 14 58 Sedang12 L 2 2 2 3 3 4 3 19 79 Tinggi13 M 2 1 3 1 2 3 1 13 54 Rendah14 N 2 3 3 0 2 2 3 15 63 Sedang15 O 2 3 3 2 2 1 3 16 63 Sedang16 P 1 1 3 3 1 1 1 11 46 Rendah17 Q 3 1 3 3 3 2 2 17 71 Tinggi18 R 3 3 3 3 3 4 4 23 96 Sangat tinggi19 S 3 2 3 3 3 4 3 21 88 Sangat tinggi20 T 3 1 3 3 3 3 2 18 75 Tinggi21 U 3 1 3 2 3 2 2 16 67 Tinggi22 V 3 3 3 2 2 2 3 18 75 Tinggi23 W 1 0 2 2 1 4 2 12 50 Rendah24 X 4 3 3 3 3 2 4 22 92 Sangat tinggi25 Y 4 1 1 2 1 1 3 13 54 Rendah26 Z 1 1 3 1 1 4 2 13 54 Rendah27 AA 1 1 3 3 2 4 2 16 67 Tinggi28 BB 2 1 3 2 1 2 1 12 50 Rendah29 CC 3 3 3 3 4 3 4 23 96 Sangat tinggi30 DD 1 1 3 3 2 2 2 14 58 Sedang31 EE 3 2 3 3 3 4 2 20 83 Sangat tinggi32 FF 4 2 2 3 2 4 3 20 83 Sangat tinggi33 GG 2 2 3 2 2 1 3 15 63 Sedang34 HH 4 1 3 3 3 2 4 20 83 Sangat tinggi35 II 2 1 3 2 2 1 3 14 58 Sedang36 JJ 4 2 3 3 3 2 1 18 75 Tinggi
JUMLAH 92 54 96 84 71 96 90 583 2427RATA-RATA 2.6 1.5 2.67 2.3 1.97 2.7 2.5 16.19 67.4166667
Ketercapaian indikator per soal 64 50 88.9 78 65.7 67 63 475.5 67.9232804Berpikir Lancar 76Berpikir Luwes 65Keaslian 67Merinci 63 Ket: La = Berpikir Lancar
Lu = Berpikir LuwesAs = KeaslianRi = Merinci
127
N-GAIN KELAS EKSPERIMEN
No Nama Siswa Nilai Pretest (X) Nilai Postest (Y) Gain (Y-X) N-Gain Kategori
1 A 29 67 38 0.53521127 sedang2 B 29 58 29 0.4084507 sedang3 C 38 58 20 0.32258065 sedang
4 D 38 63 25 0.40322581 sedang
5 E 42 63 21 0.36206897 sedang6 F 33 50 17 0.25373134 rendah7 G 33 54 21 0.31343284 sedang
8 H 42 67 25 0.43103448 sedang
9 I 38 50 12 0.19354839 rendah
10 J 58 96 38 0.9047619 tinggi11 K 50 58 8 0.16 rendah12 L 38 79 41 0.66129032 sedang13 M 38 54 16 0.25806452 rendah
14 N 25 63 38 0.50666667 sedang
15 O 29 63 34 0.47887324 sedang
16 P 42 46 4 0.06896552 rendah
17 Q 17 71 54 0.65060241 sedang
18 R 54 96 42 0.91304348 tinggi
19 S 46 88 42 0.77777778 tinggi
20 T 33 75 42 0.62686567 sedang
21 U 29 67 38 0.53521127 sedang
22 V 33 75 42 0.62686567 sedang
23 W 33 50 17 0.25373134 rendah
24 X 38 92 54 0.87096774 tinggi
25 Y 29 54 25 0.35211268 sedang
26 Z 38 54 16 0.25806452 rendah
27 AA 33 67 34 0.50746269 sedang
28 BB 38 50 12 0.19354839 rendah
29 CC 29 96 67 0.94366197 tinggi
30 DD 25 58 33 0.44 sedang
31 EE 42 83 41 0.70689655 tinggi
32 FF 21 83 62 0.78481013 tinggi
33 GG 26 63 37 0.5 sedang
34 HH 25 83 58 0.77333333 tinggi
35 II 25 58 33 0.44 sedang
36 JJ 54 75 21 0.45652174 sedang
Jumlah 1270 2427 1157 17.873384
Rata-rata 35.27777778 67.41666667 32.13888889 0.49648289 sedang
SD 9.416129357 14.60014677 15.39415989 0.23265564
128
NILAI PRETES KELAS KONTROL
Skor Butir Soal/Indikator Berpikir Kreatif KATEGORI1 2 3 4 5 6 7 BERPIKIRNo Nama Siswa
La Lu La Lu Lu As Ri
DayaSerap
KREATIF1 A 1 1 3 2 1 3 1 12 50 Rendah2 B 1 1 3 2 1 3 1 12 50 Rendah3 C 1 2 1 2 1 3 0 10 42 Rendah4 D 1 2 1 0 1 2 1 8 33 Sangat rendah5 E 0 2 3 0 1 2 1 9 38 Rendah6 F 1 2 1 0 1 0 1 6 25 Sangat rendah7 G 0 0 3 0 1 0 1 5 21 Sangat rendah8 H 1 2 1 2 1 2 1 10 42 Rendah9 I 0 2 1 1 1 2 0 7 29 Sangat rendah
10 J 1 2 2 0 1 2 1 9 38 Sangat rendah11 K 0 2 1 1 1 2 0 7 29 Sangat rendah12 L 1 2 1 0 1 0 1 6 25 Sangat rendah13 M 0 2 3 0 0 2 0 7 33 Sangat rendah14 N 1 1 1 1 0 1 0 5 21 Sangat rendah15 O 0 1 3 0 1 1 1 7 29 Sangat rendah16 P 1 1 1 1 0 2 1 7 29 Rendah17 Q 0 2 1 2 1 0 0 6 25 Sangat rendah18 R 1 3 3 2 1 3 1 14 58 Sedang19 S 1 2 2 2 1 1 0 9 38 Sangat rendah20 T 1 0 3 2 1 3 1 11 46 Rendah21 U 0 2 2 0 1 0 0 5 21 Sangat rendah22 V 1 2 1 0 0 1 0 5 21 Sangat rendah23 W 0 2 1 2 1 2 0 8 33 Sangat rendah24 X 2 2 3 0 1 0 1 9 38 Sangat rendah25 Y 0 2 1 1 0 0 0 4 17 Sangat rendah26 Z 1 1 2 2 1 3 2 12 50 Rendah27 AA 1 1 2 2 1 3 2 12 50 Rendah28 BB 1 2 2 2 0 3 1 11 46 Rendah29 CC 1 1 2 2 0 0 0 6 25 Sangat rendah30 DD 1 0 3 2 1 3 1 11 46 Rendah31 EE 1 2 1 2 1 3 1 11 46 Rendah32 FF 0 2 3 1 0 1 0 7 29 Sangat rendah33 GG 1 0 3 2 1 3 1 11 46 Rendah34 HH 2 2 2 1 0 1 0 8 33 Sangat rendah35 II 1 1 0 1 0 1 2 6 25 Sangat rendah36 JJ 0 2 3 0 1 0 1 7 29 Sangat rendah37 KK 1 2 1 2 0 3 0 9 38 Sangat rendah
Jumlah 27 58 70 42 26 61 25 309 1294Rata-rata 0.73 1.57 1.89 1.14 0.7 1.65 0.676 8.351 35Ketercapaian indikator persoal 18.8 40.3 48.6 29.2 18.1 42.4 17.36
Berpikir Lancar 33.7Berpikir Luwes 29.2Keaslian 43.1Merinci 17.4 Ket: La = Berpikir Lancar
Lu = Berpikir LuwesAs = Keaslian
Ri = Merinci
129
NILAI POSTES KELAS KONTROLSkor Butir Soal KATEGORI
La Lu La Lu Lu As Ri BERPIKIRNo Nama Siswa1 2 3 4 5 6 7
DayaSerap
KREATIF1 A 3 1 3 2 1 3 2 15 63 Sedang2 B 3 2 1 2 1 3 1 13 54 Rendah3 C 4 2 2 2 1 3 2 16 67 Tinggi4 D 4 2 3 2 1 3 1 16 67 Tinggi5 E 2 2 2 3 3 4 3 18 75 Tinggi6 F 2 1 3 2 1 2 1 12 50 Rendah7 G 4 1 2 2 1 3 1 14 58 Sedang8 H 4 2 1 2 1 3 1 14 58 Sedang9 I 4 2 3 3 1 3 1 17 71 Tinggi
10 J 2 2 2 2 1 3 1 13 54 Rendah11 K 4 2 2 2 1 2 2 15 63 Sedang12 L 2 1 3 1 1 2 1 11 46 Rendah13 M 4 2 1 2 1 2 2 14 58 Sedang14 N 1 1 1 1 0 1 1 6 25 Sangat rendah15 O 2 1 0 1 1 2 1 8 33 Sangat rendah16 P 1 2 2 2 1 3 1 12 50 Rendah17 Q 4 2 1 2 1 1 1 12 50 Rendah18 R 3 3 3 2 2 3 2 18 75 Tinggi19 S 1 2 1 2 1 3 1 11 46 Rendah20 T 4 1 2 2 0 2 2 13 54 Rendah21 U 4 1 1 2 0 3 1 12 50 Rendah22 V 4 2 2 2 1 2 2 15 63 Sedang23 W 1 2 1 2 1 2 1 10 42 Rendah24 X 4 1 1 2 0 3 1 12 50 Rendah25 Y 4 2 1 2 1 2 2 14 58 Sedang26 Z 3 2 3 2 1 3 1 15 63 Sedang27 AA 3 1 3 2 1 3 3 16 67 Tinggi28 BB 3 2 3 2 1 3 1 15 63 Sedang29 CC 2 1 3 2 1 1 1 11 46 Rendah30 DD 1 2 2 2 1 3 1 12 50 Rendah31 EE 2 2 2 2 1 3 2 14 58 Sedang
32 FF 4 1 1 2 0 2 1 11 46 Rendah33 GG 3 1 3 2 1 3 1 14 58 Sedang34 HH 4 2 1 2 1 3 1 14 58 Sedang35 II 4 2 1 2 1 3 2 15 63 Sedang36 JJ 2 1 3 3 1 2 1 13 54 Rendah37 KK 4 2 1 2 1 2 1 13 54 Rendah
Jumlah 110 61 70 74 35 94 51 494 2060Rata-rata 2.97 1.65 1.89 2 0.95 2.5 1.4 13.35 55.67568Ketercapaian indikator persoal 76.4 42.4 48.6 51 24.3 65 35Berpikir Lancar 62.5Berpikir Luwes 39.4Keaslian 65Merinci 35 Ket: La = Berpikir Lancar
Lu = Berpikir LuwesAs = KeaslianRi = Merinci
130
N-GAIN KELAS KONTROL
No Nama Siswa Nilai Pretest (X) Nilai Postest (Y) Gain (Y-X) N-Gain Kategori
1 A 50 63 13 0.26 Rendah2 B 50 54 4 0.08 Rendah3 C 42 67 25 0.43103448 Sedang4 D 33 67 34 0.50746269 Sedang5 E 38 75 37 0.59677419 Sedang
F 25 50 25 0.33333333 Sedang7 G 21 58 37 0.46835443 Sedang8 H 42 58 16 0.27586207 Rendah9 I 29 71 42 0.5915493 Sedang10 J 38 54 16 0.25806452 Rendah11 K 29 63 34 0.47887324 Sedang12 L 25 46 21 0.28 Rendah13 M 33 58 25 0.37313433 Sedang14 N 21 25 4 0.05063291 Rendah15 O 29 33 4 0.05633803 Rendah16 P 29 50 21 0.29577465 Rendah17 Q 25 50 25 0.33333333 Sedang18 R 58 75 17 0.4047619 Sedang19 S 38 46 8 0.12903226 Rendah20 T 46 54 8 0.14814815 Rendah21 U 21 50 29 0.36708861 Sedang22 V 21 63 42 0.53164557 Sedang23 W 33 42 9 0.13432836 Rendah24 X 38 50 12 0.19354839 Rendah25 Y 17 58 41 0.4939759 Sedang26 Z 50 63 13 0.26 Rendah27 AA 50 67 17 0.34 Sedang28 BB 46 63 17 0.31481481 Rendah29 CC 25 46 21 0.28 Rendah30 DD 46 50 4 0.07407407 Rendah31 EE 46 58 12 0.22222222 Rendah32 FF 29 46 17 0.23943662 Rendah33 GG 46 58 12 0.22222222 Rendah34 HH 33 58 25 0.37313433 Sedang35 II 25 63 38 0.50666667 Sedang36 JJ 29 54 25 0.35211268 Sedang37 KK 38 54 16 0.25806452 Rendah
Jumlah 1294 2060 766 10.51
Rata-rata 34.97297297 55.67567568 20.7027027 0.284054 rendahSd 10.56326572 10.47498092 11.45732387 0.15
131
Peningkatan Indikator Berpikir Kreatif Siswa Kelas Eksperimen
IndikatorNo
Berpikir Kreatif Pretest
(X)Postest
(Y)Gain (Y-
X) N-Gain Kategori
Berpikir lancar1. (fluency) 63 76 13 0.351351 sedang
Berpikir luwes2. (flexibility) 29 65 36 0.507042 sedang
Berpikir asli3. (originality) 22 67 45 0.576923 sedang
Merinci4. (elaboration) 20 63 43 0.5375 sedang
Peningkatan Indikator Berpikir Kreatif Siswa Kelas Kontrol
No Indikator Pretest (X) Postest (Y) Gain (Y-X) N-Gain KategoriBerpikir Kreatif
1. Berpikir lancar 33.7 62.5 28.8 0.434389 sedang(fluency)
2. Berpikir luwes 29.2 39.4 10.2 0.144068 rendah(flexibility)
3. Berpikir asli 43.1 65 21.9 0.384886 sedang(originality)
4. Merinci 17.4 35 17.6 0.213075 rendah(elaboration)
132
DISTRIBUSI FREKUENSI KELAS EKSPERIMEN
1. Pretesa. Banyak Data
17 21 25 25 25 25 26 2929 29 29 29 29 33 33 3333 33 33 38 38 38 38 3838 38 38 42 42 42 42 4650 54 54 58
b. Nilai Terbesar : 58 Nilai Terkecil : 17 Rentang kelas : 58 - 17 = 41
c. Banyaknya kelas (K): K = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 36 = 1 +3,3 x 1,56 = 1+ 5,15 = 6,15 = 6
d. Panjang kelas = R K = 41
6 = 6,8 = 7
e. Tabel Distribusi Frekuensi
NoKelas
Interval f Nilai tengah (Xi) Xi2 fiXi fiXi2
1 17-23 2 20 400 40 8002 24-30 11 27 729 297 80193 31-37 6 34 1156 204 69364 38-44 12 41 1681 492 201725 45-51 2 48 2304 96 46086 52-58 3 55 3025 165 9075
Jumlah 36 225 9295 1294 49610
133
Rerata ( ) = ∑fiXi
∑fi
= 129436
= 35,4
Median = L2 + C
= 30,5 + 7
= 30,5 + 7
= 30,5 + 5,8 = 36,3
Modus = L + C
= 37,5 + 7
= 37,5 + 7 (0,37)
= 37,5 + 2,63 = 40,13Varian S² = n. ∑fXi2 – ( ∑f . Xi )2
n (n-1)
= (36 . 49610) – (1294)2
36 (36 - 1)
= (1785960) – (1674436)1260
= 1115241260
= 88,51
S = √88,51= 9,
134
2. Postesa. Banyak Data
46 50 50 50 50 54 54 5454 58 58 58 58 58 63 6363 63 63 67 67 67 67 7175 75 75 79 83 83 83 8892 96 96 96
b. Nilai Terbesar : 96 Nilai Terkecil : 46 Rentang kelas : 96 - 46 = 50
c. Banyaknya kelas (K): K = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 36 = 1 +3,3 x 1,56 = 1+ 5,15 = 6,15 = 6
d. Panjang kelas :R = 50
K 6 = 8,3
= 9
e. Tabel Distribusi Frekuensi
No Kelas Interval f Nilai tengah (Xi) Xi2 fiXi fiXi2
1 46-54 9 50 2500 450 225002 55-63 10 59 3481 590 348103 64-72 5 68 4624 340 231204 73-81 4 77 5929 308 237165 82-90 4 86 7396 344 295846 91-99 4 95 9025 380 36100
Jumlah 36 435 32955 2421 169830
135
Rerata ( ) = ∑fiXi
∑fi
= 242136
= 67,3
Median = L2 + C
= 54,5 + 9
= 54,5 + 9
= 54,5 + (8,1) = 62,6
Modus = L + C
= 54,5 + 9
= 54,5 + 9 (0,16)
= 54,5 + 1,44 = 55,95
Varian S² = n. ∑fXi2 – ( ∑f . Xi )2
n (n-1)
= (36 . 169830) – (2421)2
36 (36 - 1)
= 6113880 – 58612411260
= 2526391260
= 200,51
S = √200,51 = 14,1
136
DISTRIBUSI FREKUENSI KELAS KONTROL
1. Pretesa. Banyak Data
17 21 21 21 21 25 25 2525 25 29 29 29 29 29 2933 33 33 33 38 38 38 3838 42 42 46 46 46 46 4650 50 50 50 58
b. Nilai Terbesar : 58 Nilai Terkecil : 17 Rentang kelas : 58 – 17 = 41
c. Banyaknya kelas (K): K = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 37 = 1 +3,3 x 1,57 = 1+ 5,18 = 6,18 = 6
d. Panjang kelas = R K
= 416
= 6,8 = 7
e. Tabel Distribusi Frekuensi
No Kelas Interval f Nilai tengah (Xi) Xi2 f.Xi f.Xi2
1 17-23 5 20 400 100 20002 24-30 11 27 729 297 80193 31-37 4 34 1156 136 46244 38-44 7 41 1681 287 117675 45-51 9 48 2304 432 207366 52-58 1 55 3025 55 3025
Jumlah 37 225 9295 1307 50171
137
Rerata ( ) = ∑fiXi
∑fi
= 130737
= 35,3
Median = L2 + C
= 30,5 + 7
= 30,5 + 7
= 30,5 + 4,37 = 34,87
Modus = L + C
= 23,5 + 7
= 23,5 + 7 (0,46)
= 23,5 + 3,2 = 26,7
Varian S² = n. ∑fXi2 – ( ∑f . Xi )2
n (n-1)
= (37.50171) – (1307)2
37 (37 - 1)
= (1856327) – (1708249)1332
= 1480781332
= 111,17
S = √111,17
138
= 10,5
2. Postesa. Banyak Data
25 33 42 46 46 46 46 5050 50 50 50 50 54 54 5454 54 58 58 58 58 58 5858 63 63 63 63 63 63 6767 67 71 75 75
b. Nilai Terbesar : 75 Nilai Terkecil : 25 Rentang kelas : 75 - 25 = 50
c. Banyaknya kelas (K): K = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 37 = 1 +3,3 x 1,57 = 1+ 5,18 = 6,18 = 6
d. Panjang kelas :R = 50
K 6 = 8,3 = 9
e. Tabel Distribusi Frekuensi
No Kelas Interval f Nilai tengah (Xi) Xi2 f.Xi f.Xi2
1 25-33 2 29 841 58 16822 34-42 1 38 1444 38 14443 43-51 10 47 2209 470 220904 52-60 12 56 3136 672 376325 61-69 6 65 4225 390 253506 70-78 3 74 5476 222 16428
Jumlah 37 309 17331 1850 104626
139
Rerata (X) = ∑fiXi
∑fi
= 185037
= 50
Median = L2 + C
= 51,5 + 9
= 51,5 + 9
= 51,5 + (0,5) = 52
Modus = L + C
= 51,5 + 9
= 51,5 + 9 (0,25)
= 51,5 + 2,25 = 53,75
Varian S² = n. ∑fXi2 – ( ∑f . Xi )2
n (n-1)
= (37 . 104626) – (1850)2
37 (37 - 1)
= 3871162– 34225001332
= 4486621332
= 336,83
S = √336,83 = 18,3
140
Uji Normalitas Kelas Eksperimen1. Pretes
Xi f Zn Zi Ztabel F(Zi) S(Zi) F(Zi)-S(Zi)17 1 1 -1.94681 0.4783 0.0217 0.027778 -0.00607821 1 2 -1.52128 0.4452 0.0548 0.055556 -0.00075625 4 6 -1.09574 0.379 0.121 0.166667 -0.04566726 1 7 -0.98936 0.3389 0.1611 0.194444 -0.03334429 6 12 -0.67021 0.2704 0.2296 0.333333 -0.10373333 6 18 -0.24468 0.1217 0.3783 0.5 -0.1217
38 8 26 0.287234 0.0832 0.5832 0.722222 -0.139022
42 4 30 0.712766 0.2357 0.7357 0.833333 -0.097633
46 1 32 1.138298 0.3554 0.8554 0.888889 -0.033489
50 1 33 1.56383 0.4306 0.9306 0.916667 0.01393
54 2 35 1.989362 0.4719 0.9719 0.972222 -0.000322
58 1 36 2.414894 0.4904 0.9904 1 -0.0096
Rata-rata 35.3Sd 9.4
L hitung 0.01393L tabel 0.14767
L hitung < L tabel
0.01393 < 0,14767, artinya data berdistribusi normal
2. Postes Xi f Zn Zi Ztabel F(Zi) S(Zi) F(Zi)-S(Zi)46 1 1 -1.46575 0.4265 0.0735 0.027778 0.0457250 4 5 -1.19178 0.3849 0.1151 0.138889 -0.02378954 4 9 -0.91781 0.3238 0.1762 0.25 -0.0738
58 5 14 -0.64384 0.2486 0.2514 0.388889 -0.137489
63 5 19 -0.30137 0.1293 0.3707 0.527778 -0.157078
67 4 23 -0.0274 0.0279 0.4721 0.638889 -0.166789
71 1 24 0.246575 0.0793 0.5793 0.666667 -0.087367
75 3 27 0.520548 0.1808 0.6808 0.75 -0.0692
79 1 28 0.794521 0.2673 0.7673 0.777778 -0.010478
83 3 31 1.068493 0.3413 0.8413 0.861111 -0.019811
88 1 32 1.410959 0.4082 0.9082 0.888889 0.0193111
92 1 33 1.684932 0.4452 0.9452 0.916667 0.0285333
96 3 36 1.958904 0.4693 0.9693 1 -0.0307Rata-rata 67.4Sd 14.6
L hitung 0.04572L tabel 0.14767
L hitung < L tabel
0.045722 < 0,14767, artinya data berdistribusi normal
141
Uji Normalitas Kelas Kontrol
1. PretesXi f Zn Zi Ztabel F(Zi) S(Zi) F(Zi)-S(Zi)17 1 1 -1.69811 0.4545 0.0455 0.027027 0.01847321 4 5 -1.32075 0.4066 0.0934 0.135135 -0.0417425 5 10 -0.9434 0.3264 0.1736 0.27027 -0.0966729 6 16 -0.56604 0.2123 0.2877 0.432432 -0.1447333 4 20 -0.18868 0.0714 0.4286 0.540541 -0.1119438 5 25 0.283019 0.1103 0.6103 0.675676 -0.0653842 2 27 0.660377 0.2454 0.7454 0.72973 0.0156746 5 32 1.037736 0.3413 0.8413 0.864865 -0.0235650 4 36 1.415094 0.4207 0.9207 0.972973 -0.0522758 1 37 2.169811 0.4846 0.9846 1 -0.0154
Rata-rata 35Sd 10.6
L hitung 0.01567L tabel 0.14566
L hitung < L tabel
0.01567< 0,14566, artinya data berdistribusinormal
2. PostesXi f Zn Zi Ztabel F(Zi) S(Zi) F(Zi)-S(Zi)25 1 1 -2.92381 0.4982 0.0018 0.027027 -0.02523
33 1 2 -2.1619 0.4846 0.0154 0.054054 -0.03865
42 1 3 -1.30476 0.4032 0.0968 0.081081 0.0157246 4 7 -0.92381 0.3212 0.1788 0.189189 -0.01039
50 6 13 -0.54286 0.2054 0.2946 0.351351 -0.05675
54 5 18 -0.1619 0.0636 0.4364 0.486486 -0.05009
58 7 25 0.219048 0.0832 0.5832 0.675676 -0.09248
63 6 31 0.695238 0.2549 0.7549 0.837838 -0.08294
67 3 34 1.07619 0.3577 0.8577 0.918919 -0.06122
71 1 35 1.457143 0.4265 0.9265 0.945946 -0.01945
75 2 37 1.838095 0.4664 0.9664 1 -0.0336
Rata-rata 55.7
Sd 10.5
L hitung 0.01572L tabel 0.14566
L hitung < L tabel
0.01572< 0,145658, artinya data berdistribusinormal
142
Persiapan Uji Normalitas N-gain Kelas Eksperimen
No Xi f Xi² fXi fXi²1 0.068966 1 0.004756 0.068966 0.004756
2 0.16 1 0.0256 0.16 0.0256
3 0.193548 2 0.037461 0.387097 0.074922
4 0.253731 2 0.06438 0.507463 0.128759
5 0.258065 2 0.066597 0.516129 0.133195
6 0.313433 1 0.09824 0.313433 0.09824
7 0.322581 1 0.104058 0.322581 0.104058
8 0.352113 1 0.123983 0.352113 0.123983
9 0.362069 1 0.131094 0.362069 0.131094
10 0.403226 1 0.162591 0.403226 0.162591
11 0.408845 1 0.167154 0.408845 0.167154
12 0.431034 1 0.185791 0.431034 0.185791
13 0.44 2 0.1936 0.88 0.3872
14 0.456522 1 0.208412 0.456522 0.208412
15 0.478873 1 0.22932 0.478873 0.22932
16 0.5 1 0.25 0.5 0.25
17 0.506667 1 0.256711 0.506667 0.256711
18 0.507463 1 0.257518 0.507463 0.257518
19 0.535211 2 0.286451 1.070423 0.572902
20 0.626866 2 0.392961 1.253731 0.785921
21 0.650602 1 0.423283 0.650602 0.423283
22 0.66129 1 0.437305 0.66129 0.437305
23 0.706897 1 0.499703 0.706897 0.499703
24 0.773333 1 0.598044 0.773333 0.598044
25 0.777778 1 0.604938 0.777778 0.604938
26 0.78481 1 0.615927 0.78481 0.615927
27 0.870968 1 0.758585 0.870968 0.758585
28 0.904762 1 0.818594 0.904762 0.818594
29 0.913043 1 0.833648 0.913043 0.833648
30 0.943662 1 0.890498 0.943662 0.890498
Jumlah 0 36 9.7272 17.8738 10.7687Rata-rata 0
SD 0.23266Varians 0.05412
143
Uji Normalitas N-gain Kelas Eksperimen
Xi f Zn Zi Ztabel F(Zi) S(Zi) F(Zi)-S(Zi)0.068966 1 1 -1.83756 0.4664 0.0336 0.027778 0.005822
0.16 1 2 -1.44627 0.4251 0.0749 0.055556 0.0193440.193548 2 4 -1.30207 0.4032 0.0968 0.111111 -0.014310.253731 2 6 -1.04339 0.3508 0.1492 0.166667 -0.017470.258065 2 8 -1.02477 0.3461 0.1539 0.222222 -0.068320.313433 1 9 -0.78678 0.2823 0.2177 0.25 -0.03230.322581 1 10 -0.74746 0.2704 0.2296 0.277778 -0.048180.352113 1 11 -0.62053 0.2324 0.2676 0.305556 -0.037960.362069 1 12 -2.49981 0.4936 0.0064 0.333333 -0.326930.403226 1 13 -0.40083 0.1554 0.3446 0.361111 -0.016510.408845 1 14 -0.37668 0.1443 0.3557 0.388889 -0.033190.431034 1 15 -0.28131 0.1103 0.3897 0.416667 -0.02697
0.44 2 17 -2.16484 0.4846 0.0154 0.472222 -0.456820.456522 1 18 -0.17176 0.0675 0.4325 0.5 -0.06750.478873 1 19 -0.07569 0.0279 0.4721 0.527778 -0.05568
0.5 1 20 0.015121 0.004 0.504 0.555556 -0.051560.506667 1 21 0.043776 0.016 0.516 0.583333 -0.067330.507463 1 22 0.047197 0.016 0.516 0.611111 -0.095110.535211 2 24 0.166467 0.0636 0.5636 0.666667 -0.103070.626866 2 26 0.560416 0.2123 0.7123 0.722222 -0.009920.650602 1 27 0.662442 0.2454 0.7454 0.75 -0.00460.66129 1 28 0.708381 0.258 0.758 0.777778 -0.019780.706897 1 29 0.904406 0.3159 0.8159 0.805556 0.0103440.773333 1 30 1.189965 0.381 0.881 0.833333 0.047670.777778 1 31 1.209068 0.3849 0.8849 0.861111 0.0237890.78481 1 32 1.239295 0.3907 0.8907 0.888889 0.0018110.870968 1 33 1.609618 0.4452 0.9452 0.916667 0.0285330.904762 1 34 1.754873 0.4599 0.9599 0.944444 0.0154560.913043 1 35 1.790469 0.4638 0.9638 0.972222 -0.008420.943662 1 36 1.922073 0.4726 0.9726 1 -0.0274
Rata-rata 0.49648SD 0.23266L hitung 0.0477L tabel 0.14767
L hitung < L tabel0.0477 < 0,14767, artinya data berdistribusi normal
144
Persiapan Uji Normalitas N-gain Kelas Kontrol
No Xi f Xi² fXi fXi²1 0.05063 1 0.002563 0.05063 0.002563
2 0.05633 1 0.003173 0.05633 0.003173
3 0.07407 1 0.005486 0.07407 0.005486
4 0.08 1 0.0064 0.08 0.0064
5 0.12903 1 0.016649 0.12903 0.016649
6 0.13432 1 0.018042 0.13432 0.018042
7 0.14814 1 0.021945 0.14814 0.021945
8 0.19354 1 0.037458 0.19354 0.037458
9 0.22222 2 0.049382 0.44444 0.098763
10 0.23943 1 0.057327 0.23943 0.057327
11 0.25806 2 0.066595 0.51612 0.13319
12 0.26 2 0.0676 0.52 0.1352
13 0.27586 1 0.076099 0.27586 0.076099
14 0.28 2 0.0784 0.56 0.1568
15 0.29577 1 0.08748 0.29577 0.08748
16 0.31481 1 0.099105 0.31481 0.099105
17 0.33333 2 0.111109 0.66666 0.222218
18 0.34 1 0.1156 0.34 0.1156
19 0.35211 1 0.123981 0.35211 0.123981
20 0.36708 1 0.134748 0.36708 0.134748
21 0.37313 2 0.139226 0.74626 0.278452
22 0.40476 1 0.163831 0.40476 0.163831
23 0.43103 1 0.185787 0.43103 0.185787
24 0.46835 1 0.219352 0.46835 0.219352
25 0.47887 1 0.229316 0.47887 0.229316
26 0.49397 1 0.244006 0.49397 0.244006
27 0.50666 1 0.256704 0.50666 0.256704
28 0.50746 1 0.257516 0.50746 0.257516
29 0.53164 1 0.282641 0.53164 0.282641
30 0.59154 1 0.34992 0.59154 0.34992
31 0.59677 1 0.356134 0.59677 0.356134
Jumlah 10.51 37 3.86358 11.5157 4.87589Rata-rata 0.28405
SD 0.15Varians 0.022
145
Uji Normalitas N-gain Kelas Kontrol
Xi f Zn Zi Ztabel F(Zi) S(Zi) F(Zi)-S(Zi)
0.05063 1 1 0.337533 0.4394 0.0606 0.027027 0.033573
0.05633 1 2 0.375533 0.4345 0.0655 0.054054 0.011446
0.07407 1 3 0.4938 0.4177 0.0823 0.081081 0.001219
0.08 1 4 0.533333 0.4131 0.0869 0.108108 -0.02121
0.12903 1 5 0.8602 0.3485 0.1515 0.135135 0.016365
0.13432 1 6 0.895467 0.3389 0.1611 0.162162 -0.00106
0.14814 1 7 0.9876 0.3159 0.1841 0.189189 -0.00509
0.19354 1 8 1.290267 0.2258 0.2742 0.216216 0.057984
0.22222 2 10 1.481467 0.1591 0.3409 0.27027 0.07063
0.23943 1 11 1.5962 0.1141 0.3859 0.297297 0.08860.25806 2 13 1.7204 0.0675 0.4325 0.351351 0.081149
0.26 2 15 1.733333 0.0636 0.4364 0.405405 0.030995
0.27586 1 16 1.839067 0.0199 0.4801 0.432432 0.047668
0.28 2 18 1.866667 0.08 0.42 0.486486 -0.06649
0.29577 1 19 1.9718 0.0279 0.5279 0.513514 0.014386
0.31481 1 20 2.098733 0.0793 0.5793 0.540541 0.038759
0.33333 2 22 2.2222 0.1255 0.6255 0.594595 0.030905
0.34 1 23 2.266667 0.1443 0.6443 0.621622 0.022678
0.35211 1 24 2.3474 0.1736 0.6736 0.648649 0.024951
0.36708 1 25 2.4472 0.2088 0.7088 0.675676 0.033124
0.37313 2 27 2.487533 0.2224 0.7224 0.72973 -0.00733
0.40476 1 28 2.6984 0.2881 0.7881 0.756757 0.031343
0.43103 1 29 2.873533 0.334 0.834 0.783784 0.050216
0.46835 1 30 3.122333 0.3888 0.8888 0.810811 0.077989
0.47887 1 31 3.192467 0.4015 0.9015 0.837838 0.063662
0.49397 1 32 3.293133 0.4117 0.9117 0.864865 0.046835
0.50666 1 33 3.377733 0.4306 0.9306 0.891892 0.038708
0.50746 1 34 3.383067 0.4306 0.9306 0.918919 0.011681
0.53164 1 35 3.544267 0.4505 0.9505 0.945946 0.004554
0.59154 1 36 3.9436 0.4793 0.9793 0.972973 0.006327
0.59677 1 37 3.978467 0.4812 0.9812 1 -0.0188Rata-rata 0SD 0.15L hitung 0.0886L tabel 0.14566L hitung < L tabel
0.0886< 0,14566 , Artinya data berdistribusinormal
146
Perhitungan Uji Homogenitas Pretes
Perhitungan homogenitas yang dilakukan adalah uji homogenitas duavarians atau Uji Fisher. Rumus yang digunakan adalah:
F hitung = S₁² = terbesar
S2² terkecil
Dimana :
S2 = n. ∑fXi2 – ( ∑f . Xi )2
n (n-1)
1. Hipotesis
Ho : data memiliki varian homogen
Ha : data tidak memiliki varian homogen
2. Kriteria pengujian
a. Jika F hitung < F tabel maka Ho diterima, yang berarti varian keduapopulasi homogen
b. Jika F hitung > F tabel maka Ha diterima, yang berarti varian keduapopulasi tidak homogen
3. Tentukan dk pembilang (varian terbesar) dan dk penyebut (varian terkecil)
dk 1 (pembilang) : n – 1 = 37 – 1 = 36
dk2 (penyebut) : n – 1 = 36 – 1 = 35
4. Tentukan nilai F hitung
Berdasarkan data pada tabel persiapan uji homogenitas diperoleh S₁² =
111,17 dan S2² = 88,51, sehingga dengan menggunakan rumus di atas diperoleh:
F hitung = S₁² = 111,17 = 1,26 S2² 88,51
5. Tentukan nilai F tabel
Taraf nyata yang digunakan adalah α = 0,05. Untuk dk pembilang = 36 dan
dk penyebut = 35, dari daftar tabel distribusi F tidak didapat. Bila demikian
147
diambil nilai kritis untuk derajat kebebasan yang lebih kecil. Cara ini
menyebabkan daerah penolakan hipotesis menjadi sedikit lebih luas, maka
cara yang lebih tepat ialah dilakukan dengan interpolasi:
30 36 40 34 35 36
6 4 1 1
(pembilang) (penyebut)
Dari tabel F diperoleh nilai F (0,05;dk = 30,34) adalah 1,8; F (0,05;dk =
30,36) adalah 1,78; F (0,05;dk = 40,34) adalah 1,74; F
(0,05;dk = 40,36) adalah 1,72; maka:
F (30;34) = 1,8 – F (40;34) = 1,74 –
= 1,8 – 0,012 = 1,74 –
0,012
= 1,788 = 1,728
F tabel = F (0,05;dk = 36,35)
=
= 1,76
Karena Fhitung < F tabel (1,26 < 1,76), artinya Ho diterima. Sehingga dapat
disimpulkan kedua data memiliki varian populasi yang homogen.
148
Perhitungan Uji Homogenitas Postes
Perhitungan homogenitas yang dilakukan adalah uji homogenitas dua
varians atau Uji Fisher. Rumus yang digunakan adalah:
F hitung = S₁² = terbesar
S2² terkecil
Dimana :
S2 = n. ∑fXi2 – ( ∑f . Xi )2
n (n-1)
1. Hipotesis
Ho : data memiliki varian homogen
Ha : data tidak memiliki varian homogen
2. Kriteria pengujian
c. Jika F hitung < F tabel maka Ho diterima, yang berarti varian kedua
populasi homogen
d. Jika F hitung > F tabel maka Ha diterima, yang berarti varian kedua
populasi tidak homogen
3. Tentukan dk pembilang (varian terbesar) dan dk penyebut (varian terkecil)
dk1 (pembilang) : n – 1 = 37 – 1 = 36
dk2 (penyebut) : n – 1 = 36 – 1 = 35
4. Tentukan nilai F hitung
Berdasarkan data pada tabel persiapan uji homogenitas diperoleh S₁² =
200,51 dan S2² = 336,83, sehingga dengan menggunakan rumus di atas
diperoleh:
F hitung = S₁² = = 336,83 = 1,68 S2² 200,51
5. Tentukan nilai F tabel
6. Taraf nyata yang digunakan adalah α = 0,05. Untuk dk pembilang = 35 dan
dk penyebut = 36, dari daftar tabel distribusi F tidak didapat. Bila demikian
diambil nilai kritis untuk derajat kebebasan yang lebih kecil. Cara ini
149
menyebabkan daerah penolakan hipotesis menjadi sedikit lebih luas, maka
cara yang lebih tepat ialah dilakukan dengan interpolasi:
30 36 40 34 35
36
6 4 1 1
(pembilang) (penyebut)
Dari tabel F diperoleh nilai F (0,05;dk = 30,34) adalah 1,8; F (0,05;dk =
30,36) adalah 1,78; F (0,05;dk = 40,34) adalah 1,74; F
(0,05;dk = 40,36) adalah 1,72; maka:
F (30;34) = 1,8 – F (40;34) = 1,74 –
= 1,8 – 0,012 = 1,74 –
0,012
= 1,788 = 1,728
F tabel = F (0,05;dk = 36,35)
=
= 1,76
Karena Fhitung < F tabel (1,68 < 1,76), artinya Ho diterima. Sehingga dapat
disimpulkan kedua data memiliki varian populasi yang homogen.
150
Perhitungan Uji Homogenitas N-gain
Perhitungan homogenitas yang dilakukan adalah uji homogenitas dua
varians atau Uji Fisher. Rumus yang digunakan adalah:
F hitung = S₁² = terbesar
S2² terkecil
Dimana :
S2 = n. ∑fXi2 – ( ∑f . Xi )2
n (n-1)
1. Hipotesis
Ho : data memiliki varian homogen
Ha : data tidak memiliki varian homogen
2. Kriteria pengujian
e. Jika F hitung < F tabel maka Ho diterima, yang berarti varian kedua
populasi homogen
f. Jika F hitung > F tabel maka Ha diterima, yang berarti varian kedua
populasi tidak homogen
3. Tentukan dk pembilang (varian terbesar) dan dk penyebut (varian terkecil)
dk 1 (pembilang) : n – 1 = 36 – 1 = 35
dk2 (penyebut) : n – 1 = 37 – 1 = 36
4. Tentukan nilai F hitung
Berdasarkan data pada tabel persiapan uji homogenitas diperoleh S₁² =
0,05412 dan S2² = 0,022 , sehingga dengan menggunakan rumus di atas
diperoleh:
F hitung = S₁² = 0,05412 = 2,46
S2² 0,022
5. Tentukan nilai F tabel
Taraf nyata yang digunakan adalah α = 0,05. Untuk dk pembilang = 35 dan
dk penyebut = 36, dari daftar tabel distribusi F tidak didapat. Bila demikian
151
diambil nilai kritis untuk derajat kebebasan yang lebih kecil. Cara ini
menyebabkan daerah penolakan hipotesis menjadi sedikit lebih luas, maka
cara yang lebih tepat ialah dilakukan dengan interpolasi:
30 35 40 36
5 6
(pembilang) (penyebut)
Dari tabel F diperoleh nilai F (0,05;dk = 30,36) adalah 1,78; F (0,05;dk =
40,36) adalah 1,72, maka :
F tabel = F (0,05;dk = 35,36)
=
= 1,75
Karena Fhitung > F tabel (2,46 > 1,75), artinya Ho diterima. Sehingga dapat
disimpulkan kedua data memiliki varian populasi yang tidak homogen.
152
Uji Hipotesis Data Pretes
Uji hipotesis dilakukan untuk melihat ada tidaknya perbedaan pada hasil
pretes siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pengujian hipotesis
dalam penelitian ini menggunakan uji t, karena berdasakan hasil perhitungan
secara statistik data pretes terdistribusi normal dan homogen. Berikut langkah-
langkah pengujiannya:
a. Mencari mean, yaitu : Mean =
b. Mencari Standar Deviasi (SD), yaitu : SD =
c. Mencari Standar Error Mean (SEM), yaitu : SEM =
d. Mencari Standar Error dari perbedaan mean
(SEM1-M2) antarvariabel, yaitu:
e. Mencarai “t” atau “to”, yaitu to =
Tabel Penghitungan Uji-t Pretes Kelas Kontrol
No Xi f Xi2 fiXi fiXi2
1 17 1 289 17 2892 21 4 441 84 17643 25 5 625 125 31254 29 6 841 174 50465 33 4 1089 132 43566 38 5 1444 190 72207 42 2 1764 84 35288 46 5 2116 230 105809 50 4 2500 200 1000010 58 1 3364 58 3364
Jumlah 37 12142 1294 49272
153
Tabel Penghitungan Uji-t Pretes Kelas Eksperimen
No Xi F Xi2 fiXi fiXi2
1 17 1 289 17 2892 21 1 441 21 4413 25 4 625 100 25004 26 1 676 26 6765 29 6 841 174 50466 33 6 1089 198 65347 38 8 1444 304 115528 42 4 1764 168 70569 46 1 2116 46 211610 50 1 2500 50 250011 54 2 2916 108 583212 58 1 3364 58 3364
Jumlah 36 18065 1270 47906
df = N – 2 dengan N = 36 + 37 = 73, jadi df = 71. Nilai df dikonsultasikan pada
tabel nilai “t” ternyata tidak didapatkan nilai df sebesar 71. Maka dapat dilakukan
interpolasi antara 70 dan 80. Dengan df 70 dan 80 itu diperoleh harga kritik “t”
pada tabel atau ttabel sebagai berikut:
Pada taraf signifikansi 5%
70 = 2,00
80 = 1,99
Maka : ttabel (71) = 2,00 – = 1,999
Dengan demikian to lebih kecil dari ttabel yaitu 0,2063 < 1,999. Kesimpulannya,
tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kelas eksperimen dan kontrol sebelum
diberikan perlakuan.
MI 0,496 M2 0,284
SDI 0,2326 SD2 0,1483
SEMI 1,591 SEM2 1,76StandarError
1,8304
to 0,206391
154
Uji Hipotesis Data Postes
Uji hipotesis dilakukan untuk melihat ada tidaknya perbedaan pada hasil
pretes siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pengujian hipotesis
dalam penelitian ini menggunakan uji t, karena berdasakan hasil perhitungan
secara statistik data postes terdistribusi normal dan homogen. Berikut langkah-
langkah pengujiannya:
a. Mencari mean, yaitu : Mean =
b. Mencari Standar Deviasi (SD), yaitu : SD =
c. Mencari Standar Error Mean (SEM), yaitu : SEM =
d. Mencari Standar Error dari perbedaan mean (SEM1-M2) antar variabel,yaitu:
e. Mencarai “t” atau “to”, yaitu to =Tabel Penghitungan Uji-t Postes Kelas Eksperimen
No Xi f Xi2 fiXi fiXi2
1 46 1 2116 46 21162 50 4 2500 200 100003 54 4 2916 216 116644 58 5 3364 290 168205 63 5 3969 315 198456 67 4 4489 268 179567 71 1 5041 71 50418 75 3 5625 225 168759 79 1 6241 79 624110 83 3 6889 249 2066711 88 1 7744 88 774412 92 1 8464 92 846413 96 3 9216 288 27648
Jumlah 36 68574 2427 1710810
155
Tabel Penghitungan Uji-t Pretes Kelas Kontrol
No Xi F Xi2 fiXi fiXi2
1 25 1 625 25 6252 33 1 1089 33 10893 42 1 1764 42 17644 46 4 2116 184 84645 50 6 2500 300 15006h 54 5 2916 270 145807 58 7 3364 406 235488 63 6 3969 378 238149 67 3 4489 201 1346710 71 1 5041 71 504111 75 2 5625 150 11250
Jumlah 37 33498 2060 118642
MI 67,4 M2 55,67
SDI 15,4 SD2 10,5
SEMI 2,601 SEM2 1,75
Standar Error 2,086
to 5,62
df = N – 2 dengan N = 36 + 37 = 73, jadi df = 71. Nilai df
dikonsultasikan pada tabel nilai “t” ternyata tidak didapatkan nilai df sebesar 71.
Maka dapat dilakukan interpolasi antara 70 dan 80. Dengan df 70 dan 80 itu
diperoleh harga kritik “t” pada tabel atau ttabel sebagai berikut:
Pada taraf signifikansi 5%
70 = 2,00
80 = 1,99
Maka : ttabel (71) = 2,00 – = 1,999
Dengan demikian to lebih besar dari ttabel yaitu 5,62 > 1,999. Kesimpulannya,
terdapat perbedaan yang signifikan pada kelas eksperimen dan kontrol setelah
diberikan perlakuan.
156
Uji Hipotesis N-gain
Uji hipotesis dilakukan untuk melihat ada tidaknya perbedaan pada hasil
pretes siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pengujian hipotesis
dalam penelitian ini menggunakan uji t, karena berdasakan hasil perhitungan
secara statistik data pretes terdistribusi normal dan homogen. Berikut langkah-
langkah pengujiannya:
a. Mencari mean, yaitu : Mean =
b. Mencari “t” yaitu t’ =
t’ =
=
= = = 2,06
c. Mencari nilai W1, W2, t1, dan t2 yaitu:
= S12/n1 = 0,23/36 = 0,0064
= S22/n2 = 0,15/37 = 0,004
0,49 0,28
0,23 0,15
t’ 2,06
157
= t (1 - α), (n1 - 1) = t(0,975 (35) = 1,7
= t (1 - α), (n2 - 1) = t(0,975 (36) = 1,68
d. Menghitung , yaitu:
=
=
=
= 1,69
e. Menentukan hipotesis
Kriteria pengujiannya yaitu tolak Ho jika .
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, didapatkan t’ yaitu 2,06 dan hasil
perhitungan dari poin (e) yaitu 1,69. Sehingga sesuai dengan kriteria di atas,
maka 2,06 > 1,68, yang artinya Ho ditolak. Kesimpulannya, terdapat perbedaan
yang signifikan.
158
REKAPITULASI HASIL OBSERVASI SISWANilai Jumlah
NO Aspek Kegiatan Siswa yang diukurPertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3 Pertemuan 4
per Aspek
Persentase Kategori
Aspek Menerima atau Memperhatikana. Siswa memperhatikan penjelasan guru 3 3 4 4 14
b. Siswa memperhatikan penjelasan contoh 3 3 4 4 14
pembuatan soalc. Siswa memperhatikan pembahasan hasil 2 2 4 4 12
diskusi kelompokd. Siswa atau memperhatikan tanggapan 2 2 4 4 12
dari siswa/kelompok lainJumlah 10 10 16 16
1.
Persentase 50 50 80 80
52 65 Sedang
Aspek Merespona. Siswa menanggapi apersepsi yang 3 4 4 4 15
diberikan gurub. Siswa bertanya dan meminta bimbingan 3 3 4 4 14
apabila terdapat ketidakjelasanc. Menanggapi pertanyaan atau pernyataan 2 3 3 4 12
kelompok lain dalam diskusiJumlah 8 10 11 12
2.
Persentase 53.333333 66.6666667 73.333333 80
41 68.3 Sedang
Aspek MenghargaiSiswa menghormati pendapat siswa/kelompok 2 3 4 4 13
lainJumlah 2 3 4 4
3.
Persentase 40 60 80 80
13 65 Sedang
4. Aspek Mengorganisasikan Nilai 11 55 Sedang
159
Siswa mampu memahami perbedaan pendapat 1 3 3 4 11
dalam diskusiJumlah 1 3 3 4Persentase 20 60 60 80Aspek Mewataka. Siswa menggabungkan diri dalam kelompoknya 4 4 5 5 18
b. Siswa mampu mengkondisikan kelompoknya 3 3 4 3 13
dan menanggapi hal-hal yang terjadi dalam kelompoknyaJumlah 7 7 9 8
5.
Persentase 70 70 90 80
31 77.5 Tinggi
Jumlah Keseluruhan Aspek 28 33 43 44Persentase Keseluruhan Aspek 50.909091 60 78.181818 80
160
REKAPITULASI PENILAIAN LKS PROBLEM POSINGSkor
Pertemuan 1Pertemuan 2 Pertemuan 3
No Aspek yang diukur
Kel.1
Kel.2
Kel.3
Kel.4
Kel.5
Kel.1
Kel.2
Kel.3
Kel.4
Kel.5
Kel. 1 Kel. 2 Kel. 3 Kel. 4 Kel. 5
1 Solvabilitas soal 10 10 10 10 10 10 5 10 10 5 10 8 10 5 5 10 10 8
2Tingkat
kesukaran 7 7 7 7 7 7 7 7 10 10 7 8.2 7 7 7 7 10 7.6
3 Struktur kalimat 10 10 8 5 8 8.2 10 10 8 5 10 8.6 10 8 8 8 10 8.8
4 Banyaknya soal 15 15 15 15 15 15 15 10 15 10 15 13 15 15 15 10 15 14Jumlah 42 42 40 37 40 40 37 37 43 30 42 38 42 35 35 35 45 38.4
Nilai 84 84 80 74 80 80 74 74 86 60 84 76 84 70 70 70 90 76.8
Skor Keterangan sistem penilaian:
Pertemuan 4 No. Aspek yang diukurNilai
SkoridealNo Aspek yang diukur
Kel.1
Kel.2
Kel.3
Kel.4
Kel.5 1.
Solvabilitas soal10
1 Solvabilitas soal 10 10 10 10 5 9 Terpecahkan 10
2Tingkat
kesukaran10 10 10 7 7 8.8
Tidak terpecahkan 5
3 Struktur kalimat 10 8 10 8 8 8.8 2.Tingkat kesukaran
15
4 Banyaknya soal 15 15 15 15 10 14 Mudah 7
161
Jumlah 45 43 45 40 30 41 Sedang 10
Nilai 90 86 90 80 60 81 Sukar 15
3.Struktur kalimat
10
Baik 10
Sedang 8
Kurang 5
4.Banyaknya soal
15
Mengajukan 1-2 soal 5
Mengajukan 2-4 soal 10
Mengajukan > 4 soal 15
Jumlah 100 50
Niai = skor/skor ideal x100%