pengaruh pengelolaan modal kerja,...
TRANSCRIPT
PENGARUH PENGELOLAAN MODAL KERJA, LIKUIDITAS,
SOLVABILITAS, DAN AKTIVITAS TERHADAP RENTABILITAS PADA
PERUSAHAAN PROPERTY DAN REAL ESTATE DI BURSA EFEK
INDONESIA
Oleh
Arisyi Masturina
NIM : 106081002388
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431/2010 M
PENGARUH PENGELOLAAN MODAL KERJA, LIKUIDITAS,
SOLVABILITAS, DAN AKTIVITAS TERHADAP RENTABILITAS PADA
PERUSAHAAN PROPERTY DAN REAL ESTATE DI BURSA EFEK
INDONESIA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Arisyi Masturina
NIM: 106081002388
Di bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM
NIP. 19620203 200112 1 003
Indo Yama Nasaruddin, SE, MAB
NIP. 19741127 200112 1 002
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431/2010
Hari ini Kamis Tanggal 2 Bulan Desember Tahun Dua Ribu Sepuluh telah
dilakukan Ujian Sidang atas nama Arisyi Masturina NIM: 106081002388 dengan
judul skripsi “PENGARUH PENGELOLAAN MODAL KERJA,
LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, DAN AKTIVITAS TERHADAP
RENTABILITAS PADA PERUSAHAAN PROPERTY DAN REAL
ESTATE DI BURSA EFEK INDONESIA“. Memperhatikan penampilan
mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat
diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 2 Desember 2010
Tim Penguji Ujian Sidang Skripsi
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Indo Yama Nasarudin, SE, MAB
Ketua Sekretaris
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Herni Ali, HT, SE, MM
Penguji Ahli I Penguji Ahli II
Ela Patriana, MM, AAAIJ
Penguji Seminar Proposal
Hari ini Jumat, Tanggal Tigabelas Bulan Agustus Tahun Dua Ribu Sepuluh telah
dilakukan dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Arisyi Masturina NIM:
106081002388 dengan judul skripsi “Pengaruh Pengelolaan Modal Kerja,
Likuiditas, Solvabilitas dan Aktivitas Terhadap Rentabilitas Pada
Perusahaan Property dan Real Estate di Bursa Efek Indonesia”.
Memperhatikan penampilan dan kemampuan keilmuan mahasiswa tersebut
selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 13 Agustus 2010
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Amir Syarifuddin, SH, MM Titi Dewi Warninda, SE, M.Si
Ketua Sekretaris
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM
Penguji Ahli
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama Mahasiswa : Arisyi Maturina
NIM : 106081002388
Jurusan : Manajemen
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri yang
merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan
merupakan replikasi maupun saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang
lain.
Apabila terbukti skripsi ini merupakan plagiat atau replikasi, maka skripsi
dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi
baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul dikemudian hari
menjadi tanggungjawab saya.
Jakarta, 18 November 2010
(Arisyi Masturina)
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
Nama : Arisyi Masturina
Nim : 106081002388
Tempat & Tgl Lahir : Jakarta, 4 Desember 1988
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Perumahan Batan Indah Blok N-47
Setu – Tangerang Selatan 15313
Telepon : 085618749583 / 95345702
II. PENDIDIKAN FORMAL
1. SDN Batan Indah : 1994 s/d 2000
2. SMPN 4 Serpong : 2000 s/d 2003
3. SMAN 1 Cisauk : 2003 s/d 2006
4. Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta : 2006 s/d 2010
ii
ABSTRACT
The purpose of this research is analyzing the influence between working capital of management, liquidity, solvency, and activity concerning level of rentability on property and real estate companies. This research use secondary data of financial statement on 37 kind of property and real estate companies that registered on Bursa Efek Indonesia (BEI) during 2005 till 2009 years periode. Company’s samples are obtained by applying purposive sampling. Data analysis with multi linier regression of ordinary least square and hypotheses test used partial t - test, simultan F – test at level of significance 5% and R2. Based on multi linear regression results show that there are significant solvency’s (debt to equity ratio) and activity (total assets turnover), while variable working capital of management (working capital turnover), and liquidity (current ratio) does not significantly influence rentability. This research also show that solvency’s ratio have a most dominant influence concerning level of rentability property and real estate company. Keywords : working capital of management, liquidity, solvency, activity, rentability
iii
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh antara
pengelolaan modal kerja, likuiditas, solvabilitas, dan aktivitas terhadap rentabilitas pada perusahaan property dan real estate. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan dari 37 perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode tahun 2005 sampai tahun 2009. Sampel perusahaan diperoleh dengan menggunakan teknik purposive sampling. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda dan uji hipotesis menggunakan uji t secara parsial, uji F secara simultan dengan level of significance 5% dan uji koefisien determinasi Berdasarkan hasil regresi berganda menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan varibel solvabilitas (debt to equity ratio) dan aktivitas (total assets turnover terhadap rentabilitas (return on equity). Sedangkan variabel pengelolaan modal kerja (working capital turnover), dan likuiditas (current ratio) tidak berpengaruh signifikan rentabilitas (return on equity). Penelitian ini menunjukkan bahwa rasio solvabilitas memiliki pengaruh paling dominan terhadap rentabilitas perusahaan property dan real estate. Kata Kunci: Pengelolaan Modal Kerja, Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas,
Rentabilitas.
iv
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini
dengan judul “Pengaruh Pengelolaan Modal Kerja, Likuiditas, Solvabilitas,
dan Aktivitas Terhadap Tingkat Rentabilitas Pada Perusahaan Property dan
Real Estate di Bursa Efek Indonesia”. Skripsi ini diajukan umtuk memenuhi
salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Sarjana Strata-1 (S1) pada
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi
ini jauh dari sempurna, hal ini dikarenakan terbatasnya pengetahuan dan
kemampuan yang dimiliki oleh penulis. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan
penulisan skripsi ini.
Selama menyusun skripsi ini maupun dalam mengikuti kegiatan akademik di
lingkungan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, banyak pihak yang turut
memberikan bantuan kepada penulis. Pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terimakasih yang tulus kepada semua pihak yang telah
memberikan bimbingan, dukungan, motivasi, doa, serta semangat yang sangat
berarti dalam penyusunan skripsi ini.
v
Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada:
1. Mama dan Papa tercinta yang selama ini selalu mendo’akan, memberikan
cinta dan kasih sayang, inspirasi, motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM, selaku dosen pembimbing I yang telah
banyak memberikan saran, petunjuk, ilmu pengetahuan, dan meluangkan
waktunya hingga terselesaikannya skripsi ini.
4. Bapak Indoyama Nasaruddin, SE, MAB, selaku dosen pembimbing II yang
telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran untuk membimbing serta
memberikan petunjuk dan nasihat yang sangat berarti dalam penyusunan
skripsi ini.
5. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmunya
kepada penulis selama belajar di bangku kuliah. Kepada seluruh staff bagian
Akademik dan Keuangan, serta staff Perpustakaan, terima kasih atas segala
bantuannya.
6. Abang ku tersayang Iska Diantoro dan M. Williem Asri Hasibuan, my special..
terimakasih atas motivasi, doa, inspirasi, pengertiannya, serta dukungan yang
sangat berarti selama proses penyusunan skripsi ini
7. Sahabat-sahabat terdekat Dhania, Syahrani, dan Lily yang telah mengisi hari-
hari indah dikampus tercinta. Terimakasih untuk kalian yang selalu
vi
mendengarkan keluh kesah, serta selalu memberikan motivasi, ide, dan do’a.
Semoga kita tetap terus bersama.
8. Kawan-kawan terdekat yang telah menemani di masa-masa akhir kuliah Hana,
Mia, Sesy, Wulan, tetap semangat kawan, berusaha dan terus berusaha. Citra,
Chandra, dan Dhea yang telah banyak membantu dan memberikan motivasi.
K’ana dan Arie yang telah berjasa tak henti-hentinya membantu dan
memberikan ide penulis dalam penyusunan skripsi.
9. Teman-teman tercinta Manajemen A, Manajemen B, Manajemen Keuangan
dan semua teman seperjuangan Manajemen 2006 terima kasih telah
memberikan rasa kebersamaan, keakraban, kepedulian dan silaturahmi yang
telah terjalin selama ini.
10. Sahabat-sahabat kecil Tya, Renti, Tina terimakasih atas motivasi dan do’anya.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
memberikan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.
Akhir kata, semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
untuk membalas kebaikan dari semua pihak yang telah membantu penulis selama
ini dan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak.
Jakarta, Oktober 2010
Penulis
vii
DAFTAR ISI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................... i
ABSTRACT ................................................................................................... ii
ABSTRAK ...................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xii
Bab I : PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang Penelitian ............................................................ 1
B. Perumusan Masalah ..................................................................... 14
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 14
Bab II : TINJUAN PUSTAKA ..................................................................... 17
A. Modal Kerja .................................................................................. 17
B. Likuiditas ...................................................................................... 27
C. Solvabilitas ................................................................................... 34
D. Aktivitas ....................................................................................... 37
E. Rentabilitas ................................................................................... 41
F. Penelitian Terdahulu ..................................................................... 49
G. Kerangka Pemikiran ..................................................................... 53
viii
H. Rumusan Hipotesis ....................................................................... 56
Bab III : METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 58
A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................ 58
B. Metode Penentuan Sampel ........................................................... 58
C. Metode Pengumpulan Data .......................................................... 59
D. Metode Analisis Data ................................................................... 60
E. Definisi Operasional Variabel ...................................................... 65
Bab IV : HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 68
A. Gambaran Umum Objek Penelitian .............................................. 68
1. Sejarah singkat Bursa Efek Indonesia .................................... 68
2. Lembaga-lembaga yang terkait di Bursa Efek Indonesia ...... 73
3. Perusahaan Property dan Real Estate...................................... 76
B. Analisis Deskriptif ........................................................................ 77
C. Hasil dan Pembahasan .................................................................. 88
1. Uji Asumsi Klasik ................................................................... 88
a. Uji Normalitas .................................................................... 88
b. Uji Multikolinearitas .......................................................... 89
c. Uji Heterokedastisitas ........................................................ 90
d. Uji Autokerelasi ................................................................. 91
2. Pengujian Regresi Linier Berganda ........................................ 93
3. Pengujian Hipotesis ................................................................ 95
a. Uji Simultan (Uji-F) ........................................................... 96
b. Uji Parsial (Uji-t) ................................................................ 96
ix
c. Uji Koefisien Determinasi (R2) .......................................... 98
4. Interpetasi ................................................................................ 99
BAB V : KESIMPULAN DAN IMPLIKASI .............................................. 104
A. Kesimpulan ................................................................................... 104
B. Implikasi ....................................................................................... 105
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 107
LAMPIRAN .................................................................................................... 110
x
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Hal
4.1 Perusahaan Property dan Real Estate .................................................... 76
4.2 Working Capital Turnover Tiap Perusahaan Selama Periode Penelitian 79
4.3 Current Ratio Tiap Perusahaan Selama Periode Penelitian .................. 81
4.4 Debt to Equity Ratio Tiap Perusahaan Selama Periode Penelitian ........ 83
4.5 Total Assets Turnover Tiap Perusahaan Selama Periode Penelitian ..... 85
4.6 Return on Equity Tiap Perusahaan Selama Periode Penelitian ............... 87
4.7 Hasil Uji Normalitas Data ..................................................................... 89
4.8 Hasil Matrix Correlation ........................................................................ 89 4 .9 Hasil Uji Heterokedastisitas ................................................................... 90 4.10 Hasil Uji Autokorelasi ........................................................................... 92 4.11 Hasil Uji Regresi Linier Berganda ........................................................ 93
xi
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Hal
1 .1 Return Indeks Saham Sektoral BEI 2007 .............................................. 7
2.1 Kerangka Pemikiran .............................................................................. 55
xii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1 Rasio Keuangan Tahun 2005 ................................................................. 110 2 Rasio Keuangan Tahun 2006 ................................................................ 111
3 Rasio Keuangan Tahun 2007 ................................................................. 112
4 Rasio Keuangan Tahun 2008 ................................................................. 113
5 Rasio Keuangan Tahun 2009 .................................................................. 114
6 Uji Asumsi Klasik ................................................................................. 115
7 Analisis Regresi Berganda ...................................................................... 118
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Perekonomian Indonesia pada saat ini sedang menuju pada era
globalisasi yang memberikan peluang bagi perusahaan-perusahaan untuk
mengembangkan usahanya. Dengan bertambah dewasanya perusahaan,
perusahaan juga berkembang untuk dapat memenuhi kebutuhan pasar yang
berubah-ubah dan bersaing memperoleh manajemen berkemampuan terbaik.
Kondisi finansial dan perkembangan perusahaan yang sehat dan
mencerminkan efisiensi dalam kinerja perusahaan menjadi tuntutan utama
untuk bisa bersaing dengan perusahaan lainnya.
Pada dasarnya masyarakat luas mengukur keberhasilan perusahaan
berdasarkan kemampuan perusahaan yang dilihat dari kinerja manajemen.
Dari sudut pandang investor, analisis laporan keuangan digunakan untuk
memprediksi masa depan, sedangkan dari sudut pandang manajemen, analisis
laporan keuangan digunakan untuk membantu mengantisipasi kondisi di masa
depan dan yang lebih penting, sebagai titik awal untuk perencanaan tindakan
yang akan mempengaruhi peristiwa di masa depan (Brigham dan Houston,
2006: 94).
Analisis rasio keuangan didasarkan pada data keuangan historis yang
tujuan utamanya adalah memberi suatu indikasi kinerja perusahaan pada masa
yang akan datang. Laporan keuangan dimanfaatkan oleh investor dalam
pengambilan keputusan ekonominya. Dalam menanamkan modalnya,
2
investor terlebih dahulu melihat bagaimana keadaan perusahaan tersebut
terutama yang berhubungan dengan pengelolaan modal kerja, likuiditas,
solvabilitas, dan aktivitas. Investor akan menghubungkan pengelolaan modal
kerja, likuiditas, solvabilitas, dan aktivitas perusahaan, apakah berpengaruh
dengan tingkat rentabilitas dari perusahaan yang bersangkutan. Rentabilitas
disini adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama
periode tertentu (Abdullah Amrin, 2009:206).
Hubungan antara pengelolaan modal kerja, likuiditas, solvabilitas, dan
aktivitas dengan tingkat rentabilitas adalah sebagai berikut:
1. Modal Kerja.
Modal kerja diperlukan perusahaan untuk membiayai kegiatan
operasional. Perusahaan yang tidak mempunyai cukup modal kerja, tidak
akan mampu membayar kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya.
Investasi modal kerja merupakan proses terus-menerus selama perusahaan
beroperasi. Karenanya, perusahaan perlu menjaga agar modal kerja tetap
tersedia (Husein Umar, 2003:162).
Apabila perusahaan tidak dapat memperhitungkan tingkat modal
kerja yang memuaskan, maka perusahaan kemungkinan mengalami
insolvency (tak mampu memenuhi kewajiban jatuh tempo) dan bahkan
mungkin terpaksa harus dilikuidasi. Aktiva lancar harus cukup besar untuk
dapat menutup hutang lancar sedemikian rupa, sehingga menggambarkan
adanya tingkat keamanan (margin safeti) yang memuaskan. Sementara itu,
jika perusahaan menetapkan modal kerja yang berlebih akan menyebabkan
perusahaan overlikuid sehingga menimbulkan dana mengaggur yang akan
3
mengakibatkan inefisiensi perusahaan, dan membuang kesempatan
memperoleh laba. (Lukman Syamsuddin, 2007:201).
Indikator adanya manajemen modal kerja yang baik adalah adanya
efisiensi modal kerja. Modal kerja dapat dilihat dari perputaran modal
kerja (working capital turnover), perputaran piutang (receivable turnover),
perputaran persediaaan (inventori turnover). Perputaran modal kerja
dimulai dari saat kas diinvestasikan dalam komponen modal kerja sampai
saat kembali menjadi kas. Makin pendek periode perputaran modal kerja,
makin cepat perputarannya sehingga perputaran modal kerja makin tinggi
dan perusahaan makin efisien yang pada akhirnya rentabilitas semakin
meningkat (Tunggal:1995) dikutip oleh Ima Hernawati (2007:2).
2. Likuiditas.
Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban jangka pendeknya. Rasio Likuiditas membandingkan
kewajiban jangka pendek dengan sumber daya jangka pendek (atau
lancar) yang tersedia untuk memenuhi kewajiban tersebut (James Van
Horne dan John Wachowicz, 2009:206).
Dalam penentuan kebijakan modal kerja yang efisien, perusahaan
dihadapkan pada masalah adanya pertukaran (trade off) antara faktor
likuiditas dan profitabilitas. Jika perusahaan memutuskan menetapkan modal
kerja dalam jumlah yang besar, kemungkinan tingkat likuiditas akan terjaga
namun kesempatan untuk memperoleh laba yang besar akan menurun yang
pada akhirnya berdampak pada menurunnya laba perusahaan (rentabilitas).
Sebaliknya jika perusahaan ingin memaksimalkan rentabilitas, kemungkinan
4
dapat mempengaruhi tingkat likuiditas perusahaan. Makin tinggi likuiditas,
maka makin baiklah posisi perusahaan di mata kreditur. Oleh karena terdapat
kemungkinan yang lebih besar bahwa perusahaan akan dapat membayar
kewajibannya tepat pada waktunya. Di lain pihak ditinjau dari segi sudut
pemegang saham, likuiditas yang tinggi tak selalu menguntungkan karena
berpeluang menimbulkan dana-dana yang menganggur yang sebenarnya
dapat digunakan untuk berinvestasi dalam proyek-proyek yang
menguntungkan perusahaan (Tunggal:1995) dikutip oleh Ima Hernawati
(2007:3).
3. Solvabilitas
Solvabilitas dimaksudkan sebagai kemampuan suatu perusahaan untuk
membayar semua hutang-hutangnya (baik jangka pendek maupun jangka
panjang) apabila sekiranya pada saat tersebut perusahaan dilikuidasi. Suatu
perusahaan yang solvabel berarti bahwa perusahaan tersebut mempunyai
aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar hutang-hutangnya
(Bambang Riyanto, 2001:36).
Solvabilitas menunjukkan proporsi atas penggunaan uang sebagai
modal untuk membiayai aktiva perusahaan yang berasal dari modal pemilik
atau modal pinjaman. Perusahaan dengan rasio utang yang relatif tinggi
memiliki pengembalian yang lebih tinggi dalam situasi perekonomian normal,
tetapi mereka menghadapi resiko kerugian ketika perekonomian berada dalam
masa resesi. Dilihat dari rasio modal asing (pinjaman) dengan total aktiva,
semakin tinggi rasio ini berarti semakin kecil modal sendiri yang digunkan
untuk membiayai aktiva perusahaan, jika rasio 75% berarti 25% aktiva
5
perusahaan dibiayai dari modal sendiri. Dengan proporsi penggunaan hutang
(modal pinjaman) yang tepat maka aktiva perusahaan dapat dibiayai secara
efisien sehingga dapat memaksimalkan laba perusahaan/ rentabilitas (Ayu
Astrea, 2008:5).
4. Aktivitas
Aktivitas perusahaan menggambarkan tingkat pendayagunaan harta
atau sarana modal yang dimiliki perusahaan. Atau dengan kata lain rasio
ini bertujuan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam
mengoperasikan dana. (Arief Sugiono, 2009:73).
Jika perusahaan memiliki terlalu banyak aktiva, maka biaya
modalnya akan menjadi terlalu tinggi dan akibatnya laba akan menurun.
Disisi lain jika aktiva terlalu rendah maka penjualan yang menguntungkan
akan hilang dan berakibat menurunya tingkat laba/rentabilitas (Brigham
dan Houston, 2006: 97).
Alasan mengapa topik ini menarik untuk diteliti, karena perusahaan
pada umumnya lebih mengutamakan masalah laba daripada masalah
rentabilitas, laba yang besar bukan berarti bahwa perusahaan itu telah bekerja
dengan efisien. Efisiensi barulah dapat diketahui dengan membandingkan
laba yang diperoleh itu dengan kekayaan modal yang menghasilkan laba,
dengan kata lain menghitung rentabilitasnya. Dengan demikian maka yang
harus diperhatikan oleh perusahaan ialah tidak hanya bagaimana usaha untuk
memperbesar laba, tetapi yang lebih penting ialah usaha mempertinggi
rentabilitas. Berhubung dengan itu maka bagi perusahaan pada umumnya
6
usaha lebih diarahkan untuk mendapatkan titik rentabilitas maksimal daripada
laba maksimal (Bambang Riyanto 2001:37).
Penulis memilih untuk meneliti perusahaan property dan real estate
dikarenakan investasi di sektor properti banyak diminati masyarakat, hal ini
dikarenakan harga tanah yang cenderung naik. Penyebab kenaikan adalah
supply tanah bersifat tetap, sedangkan demand akan selalu terus meningkat
seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Kenaikan yang terjadi pada
harga tanah diperkirakan sekitar 40%, selain itu tanah bersifat rigid, artinya
penentu harga bukanlah pasar melainkan orang yang memiliki tanah. Pada
umumnya investasi di sektor properti dan real estate memiliki sifat jangka
panjang dan akan terus bertumbuh sejalan dengan pertumbuhan ekonomi,
sehingga menarik investor untuk menanamkan modalnya (Rachbini dalam
Minda, 2006).
Perkembangan industri properti saat ini menunjukkan pertumbuhan
yang sangat meyakinkan. Hal ini ditandai dengan maraknya pembangunan
perumahan, apartemen, perkantoran dan perhotelan. Disamping itu,
perkembangan sektor properti juga dapat dilihat dari menjamurnya real estate
di kota-kota besar. Para pelaku bisnis tetap optimistis peluang bisnis properti
masih tetap terbuka lebar. Keyakinan ini dilandasi oleh masih banyaknya
wilayah bisnis properti yang belum disentuh dan para usahawan masih
mempunyai energi cukup untuk menggarap peluang tersebut. Para investor
asing pun tengah menanti giliran menggarap sejumlah proyek besar yang
disukai pasar. Dari perspektif makro ekonomi, industri properti memiliki
cakupan usaha yang amat luas sehingga bergairahnya bisnis properti pada
7
gilirannya akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dan terbukanya
lapangan kerja. Properti juga menjadi indikator penting kesehatan ekonomi
sebuah negara. Sebab, ia yang pertama memberi sinyal jatuh atau sedang
bangunnya perekonomian sebuah negara (Budi Santosa, 2005)
Gambar 1.1
Sumber: Economic Review, No. 210, Desember 2007.
Sektor perumahan masih cukup dilirik, mengingat akumulasi
pertumbuhan tahun lalu sektor konstruksi, properti dan real estate adalah
sebesar 103,26%, Meskipun hal ini lebih disebabkan oleh banyaknya
perusahaan saham di sektor ini yang IPO. Pada kenyataannya harga-harga
saham disektor ini justru tertekan cukup dalam pada tahun lalu akibat krisis
subprime mortgage di Amerika. Sektor ini tetap direkomendasikan karena
harga sahamnya yang sudah tertekan cukup dalam, sedangkan secara riil
sektor properti di Indonesia pada umumnya memiliki kinerja yang baik.
Sementara pengaruh dari krisis subprime mortgage juga dirasakan semakin
berkurang dengan banyaknya negara-negara yang membantu Amerika untuk
8
mengurangi dampak krisis yang ditimbulkannya. Secara khusus sektor
konstruksi juga perlu diperhatikan karena diprediksikan pada tahun ini
banyak proyek-proyek pemerintah yang akan direalisasikan untuk
mendukung kemajuan sektor ini (Tryfino:2007).
Penelitian ini mengambil perusahaan yang listed di Bursa Efek
Indonesia sebagai sampel. Karena Bursa Efek Indonesia dianggap sebagai
tempat yang tepat bagi peneliti untuk memperoleh data yang diperlukan
berupa laporan keuangan dan secara rasionalisme bahwa Bursa Efek
Indonesia merupakan pasar saham atau pasar modal terbesar yang paling
representative yang ada di Indonesia. Dalam hal ini perusahaan yang
dijadikan sampel penelitian adalah perusahaan yang listed di Bursa Efek
Indonesia pada periode tahun 2005 sampai dengan 2009.
Aminatuzzahra (2010) menguji pengaruh variabel Current Ratio (CR),
Debt to Equity Ratio (DER), Total Asset Trunover (TAT), dan Net Profit Margin
(NPM) terhadap Return on Equity (ROE) pada perusahaan manufaktur yang
listed di BEI. Hasil analisis menunjukkan bahwa data CR, DER, TAT, NPM
secara parsial berpengaruh signifikan positif terhadap ROE perusahaan
manufaktur di BEI periode 2005-2009. Sementara secara simultan (CR, DER,
TAT, dan NPM) terbukti signifikan berpengaruh terhadap ROE perusahaan
manufaktur di BEI .
Gill et all (2010) melakukan penelitian tentang hubungan antara
manajemen modal kerja dengan profibilitas, dengan mengambil sampel 88
perusahaan-perusahaan Amerika terpilih yang terdaftar di New York Stock
Exchange periode 2005-2007. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat
9
hubungan yang signifikan antara manajemen modal kerja (cash conversion
cycle) dengan profitabilitas (gross operating profit). Dan temuan ini
menyimpulkan bahwa profitabilitas dapat ditingkatkan dengan cara
mengelola modal kerja secara efisien.
Nazir dan Afza (2009) penelitian ini menyelidiki hubungan antara
tingkat agresivitas investasi modal kerja dan kebijakan pembiayaan dan
dampaknya terhadap profitabilitas, sampel 204 perusahaan Pakistan yang
dibagi menjadi 16 kelompok industri untuk periode 1998-2005. Studi ini
menemukan hubungan negatif antara profitabilitas perusahaan dengan
tingkat agresivitas investasi modal kerja dan kebijakan pembiayaan. Hasil
penelitian ini bertentangan dengan penelitian-penelitian sebelumnya,
fenomena ini mungkin disebabkan oleh kondisi perekonomi Pakistan yang
tidak konsisten.
Mutia Desanti (2008) melakukan penelitian tentang pengaruh antara
perputaran modal kerja, profit margin, operating assets turnover, dan ukuran
perusahaan terhadap tingkat rentabilitas pada perusahaan manufaktur selama
periode 2003 hingga 2007. Hasil uji regresi ini menunjukkan bahwa
perputaran modal kerja memiliki pengaruh negatif terhadap tingkat
rentabilitas, sementara varibel independen lainnya (profit margin, operating
assets turnover, dan ukuran perusahaan) memiliki pengaruh positif terhadap
tingkat rentabilitas. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa profit margin
memiliki pengaruh paling dominan terhadap tingkat rentabilitas perusahaan
manufaktur.
10
Epri Ayu (2007) meneliti pengaruh variabel Working Capital to Total
Asset (WCTA), Current Liabilities To Inventory (CLI), Operating Income to
Total Assets (OITL), Total Asset Turnover (TAT), Net Profit Margin (NPM)
dan Gross Profit Margin (GPM) terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) periode penelitian
2001 sampai dengan 2005. Dari hasil analisis regresi menunjukkan bahwa
variabel Total Asset Turnover (TAT), Net Profit Margin (NPM) dan Gross
Profit Margin (GPM) secara persial berpengaruh positif signifikan terhadap
pertumbuhan laba. Sedangkan variabel Working Capital to Total Asset
(WCTA), Current Liabilities To Inventory (CLI) dan Operating Income to
Total Assets (OITL) tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba.
Keenam variabel yang digunakan dalam penelitian ini (WCTA, CLI, OITL,
TAT, NPM dan GPM) secara bersama-sama berpengaruh terhadap
pertumbuhan laba.
Ima Hernawati (2007) melakukan penelitian tentang analisis pengaruh
efisiensi modal kerja, likuiditas, dan solvabilitas terhadap profitabilitas pada
perusahaan barang konsumsi di BEI periode 2002-2005. Rasio-rasio yang
digunakan adalah rasio Working Capital Turnover (WCT), Current Ratio
(CR), Debt to Equity Ratio (DTA) dan Return on Investment (ROI). Dalam
penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda linier yang hasilnya
menunjukkan bahwa secara parsial hanya variabel efisiensi modal kerja
(working capital turnover) yang mempunyai pengaruh terhadap profitabilitas
(return on investment) sedangkan variabel likuiditas (current ratio) dan
solvabilitas (total debt to total capital assets) tidak mempunyai pengaruh
11
terhadap profitabilitas (return on investment). Sedangkan secara simultan
semua variabel tidak berpengaruh terhadap profitabilitas.
Ni Putu Era dan Agung (2007) melakukan pengujian tentang pengaruh
pemoderasi pertumbuhan laba terhadap hubungan antara ukuran perusahaan,
debt to equity ratio dengan profitabilitas pada perusahaan perbankan yang
terdaftar di BEI. Hasil pengujian menunjukkan bahwa pertumbuhan laba
tidak berpengaruh terhadap hubungan antara ukuran perusahaan dengan
profitabilitas, sedangkan pertumbuhan laba berpengaruh terhadap hubungan
antara Debt To Equity Ratio (DER) dengan profitabilitas.
Vedavinayagam Ganesan (2007) dalam penelitiannya tentang analisa
efisiensi pengelolaan modal kerja pada industri perlengkapan telekomunikasi
selama periode 2001 – 2006 dengan menggunakan Uji ANOVA pada analisis
regresi, mengemukakan bahwa efisiensi pengelolaan modal kerja memiliki
hubungan negatif dengan tingkat profitabilitas pada perusahaan industri
perlengkapan telekomunikasi di USA.
Yuni Nurmala (2007) meneliti pengaruh CR, DER, dan TATO secara
simultan dan parsial terhadap perubahan laba pada perusahaan manufaktur di
Bursa Efek Jakarta tahun 2001 sampai dengan tahun 2004. Hasil penelitian
menyimpulkan bahwa CR, DER, dan TATO secara bersama-sama
mempunyai pengaruh terhadap perubahan laba pada perusahaan manufaktur
di Bursa Efek Jakarta. Dari keempat rasio tersebut, secara parsial CR dan
DER yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan laba. Sedangkan TATO
tidak mempunyai pengaruh terhadap perubahan laba.
12
Kesseven Padachi (2006) melakukan penelitian tentang trend dalam
pengelolaan modal kerja dan implikasinya terhadap perusahaan manufaktur di
Mauritius, Afrika selama periode 1998-2003. Hasil analisis regresi
menunjukkan bahwa tingginya tingkat investasi dalam persediaan dan piutang
usaha berhubungan dengan rendahnya tingkat profitabilitas pada perusahaan
manufaktur.
Sasangko dan Silfia (2004) meneliti tentang pengaruh perubahan modal
kerja terhadap perubahan profitabilitas pada 50 perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEJ periode 1999-2001. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
secara statistik perubahan modal kerja berpengaruh terhadap perubahan
profitabilitas, dimana perubahan modal kerja berpengaruh signifikan terhadap
rasio Gross Profit Margin (GPM) dan Operating Income Ratio (OPM)
sedangkan perubahan modal kerja tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap perubahan Net Profit Margin (NPM), Return On Investment (ROI),
dan Return On Equity (ROE).
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang telah
dilakukan oleh Ima Hernawati (2007). Adapun perbedaan dalam penelitian ini
terletak pada:
1. Penambahan variabel dependen, yaitu ratio aktivitas yang diukur
menggunakan Total Assets Turnover (TAT).
2. Variabel independen yang diteliti oleh Ima Hernawati (2007) adalah Return
On Investment (ROI) sedangkan pada penelitian ini menggunakan rasio
Return On Equity (ROE)
13
3. Periode observasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah tahun 2005 –
2009. Periode ini merupakan lanjutan dari periode penelitian yang telah
dilakukan oleh Ima Hernawati (2007) yang melakukan penelitian pada
periode tahun 2002 – 2005.
4. Perusahan yang diteliti oleh Ima Hernawati (2007) merupakan perusahaan
barang konsumsi sedangkan dalam penelitian ini menggunakan perusahaan
property dan real estate.
Dengan dasar itulah maka penulis merasa tertarik untuk menganalisa
masalah diatas. Untuk itu penulis memberi judul skripsi ini “PENGARUH
PENGELOLAAN MODAL KERJA, LIKUIDITAS, SOLVABILITAS,
DAN AKTIVITAS TERHADAP RENTABILITAS PADA
PERUSAHAAN PROPERTY DAN REAL ESTATE DI BURSA EFEK
INDONESIA”.
Penulis mengidentifikasi beberapa masalah yang terdapat pada
penelitian ini, yaitu antara lain: rentabilitas perusahaan dipengaruhi oleh
beberapa variabel diantaranya modal kerja, likuditas, solvabilitas, dan
aktivitas; serta mengidentifikasi dari keempat variabel independen tersebut
yang paling dominan dalam mempengaruhi tingkat rentabilitas perusahaan
property dan real estate.
Dalam penulisan ini, terdapat batasan-batasan yang perlu ditentukan
agar pembahasan penelitian ini lebih terfokus dan tidak mencakup hal yang
lebih luas. Pembatasan masalah dalam penelitian ini antara lain: menganalisis
tingkat rentabilitas perusahaan yang tergolong ke dalam sektor property dan
real estate selama periode penelitian, yaitu mulai tahun 2005 hingga 2009;
14
kemudian menganalisis pengaruh variabel pengelolaan modal kerja, likuditas,
solvabilitas, dan aktivitas terhadap tingkat rentabilitas perusahaan property
dan real estate dengan menggunakan metode regresi linier berganda;
selanjutnya data keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
laporan keuangan tahunan pada perusahaan property dan real estate yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh pengelolaan modal kerja, likuiditas, solvabilitas,
dan aktivitas secara parsial dan simultan terhadap rentabilitas dan
seberapa besar pengaruhnya ?
2. Variabel independen mana yang paling dominan berpengaruh terhadap
rentabilitas?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Untuk dapat melaksanakan penelitian ini dengan baik dan mengenai
sasaran, maka peneliti harus mempunyai tujuan, adapun tujuan dari
penelitian ini adalah:
a. Untuk menganalisis pengaruh pengelolaan modal kerja, likuiditas,
solvabilitas, dan aktivitas terhadap rentabiltas, baik secara simultan
maupun secara parsial pada perusahaan.
15
b. Menganalisis variabel independen yang paling dominan
mempengaruhi tingkat rentabilitas perusahaan.
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat diambil manfaat oleh beberapa
pihak sebagai berikut:
a. Bagi internal perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan berguna
dalam mengevaluasi pengelolaan modal kerja, aktivitas, likuiditas, dan
solvabilitas dalam meningkatkan rentabilitas perusahaan dan sebagai
informasi untuk menilai kinerja manajemen dalam memaksimalkan
sumber daya ekonomi yang dimiliki perusahaan secara efektif dan
efisien.
b. Bagi pihak eksternal, penelitian ini diharapkan berguna untuk dapat
mengevaluasi sampai sejauh mana perusahaan mengelola modal kerja,
aktivitas, likuiditas, dan solvabilitas serta hubungannya dengan tingkat
rentabilitas perusahaan, sehingga dapat memberikan informasi yang
relevan kepada pihak investor sebagai dasar pertimbangan dalam
pengambilan keputusan investasi suatu perusahaan.
c. Bagi penulis, untuk mengetahui lebih jauh mengenai pengaruh
pengelolaan modal kerja, aktivitas, likuiditas, dan solvabilitas terhadap
tingkat rentabilitas perusahaan, serta sebagai bahan perbandingan atau
referensi khususnya untuk pengkajian topik-topik yang berkaitan
dengan masalah pengelolaan modal kerja, aktivitas, likuiditas, dan
solvabilitas dan rentabilitas perusahaan.
16
d. Bagi akademisi, sebagai bahan referensi yang dapat membantu dalam
penelitian sejenis serta menambah wawasan pembaca.
e. Bagi peneliti berikutnya, sebagai perbandingan dan acuan untuk
penelitian-penelitian yang akan datang.
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Modal Kerja
Setiap perusahaan membutuhkan modal kerja untuk membiayai
kegiatan operasionalnya sehari-hari. Modal kerja tersebut diharapkan dapat
kembali dalam jangka pendek, biasanya kurang dari satu tahun, sehingga
dapat dipergunakan kembali untuk membiayai kegiatan operasional
selanjutnya. Dengan demikian modal kerja tersebut terus menerus akan
berputar selama perusahaan itu berjalan.
Pengelolaan modal kerja meliputi usaha mendapatkan dan menyediakan
dana yang dibutuhkan serta usaha untuk menggunakan dana tersebut secara
efektif dan efisien dengan tetap mempertahankan arus pendapatan guna
kelangsungan perusahaan dalam membiayai operasi selanjutnya. Oleh karena
itu, diperlukan manajemen yang baik terhadap pengelolaan modal kerja.
Banyak perusahaan mengalami kesulitan karena pimpinan perusahaan
kurang mengetahui pergertian modal kerja dan fungsinya dalam suatu
perusahaan, dimana modal kerja sering sekali digunakan untuk membeli
aktiva tetap sehingga akan menimbulkan kesulitan bagi perusahaan. Untuk
menghindari hal yang demikian, maka perlu diketahui pengertian dari modal
kerja.
18
1. Pengertian modal kerja
Definisi modal kerja banyak dijelaskan oleh para ahli ekonomi.
Menurut J.Fred Weston dan Thomas E.Copeland dalam Syahsunan (2003)
memberikan pengertian modal kerja sebagai berikut, “Working capital is
defined as curreilt assets minus current liabilities. Thus, working capital
represents the firm's investment in cash, marketable securities, accounts
receivable, and inventories less the current liabilities used to finance the
current assets.” Dari pengertian diatas, modal kerja adalah selisih antara
aktiva lancar dan hutang lancar. Dengan demikian modal kerja merupakan
investasi dalam kas, surat-surat berharga, piutang dan persediaan dikurangi
hutang lancar yang digunakan untuk melindungi aktiva lancar.
Weston dan Brigham (1993) dalam Hadori Yunus (2005), “Working
Capital is a firm’s investment in short term asset-cash, marketable
securities, inventory, and account receivables, working capital is current
asset minus current liabilities while gross working capital is defined as
current assets”. Dan Wild, etc (2004) mengemukakan bahwa “Working
capital is defined as the excess of current assets over current liabilities”.
Definisi-definisi di atas menjelaskan net working capital, yaitu
aktiva yang benar-benar dapat digunakan oleh perusahaan tanpa
mengurangi likuiditasnya. Prinsip modal kerja yang dimaksud adalah
selisih aktiva lancar (current assets) di atas hutang lancar (current
liabilities). Secara umum, aktiva lancar terdiri dari: kas atau uang tunai,
surat-surat berharga (marketable securities), piutang (account receivable),
19
dan persediaan (inventory). Sedangkan hutang lancar terdiri dari: hutang-
hutang jangka pendek (short-term liabilities), hutang wesel (notes), hutang
usaha, dan hutang-hutang pada bank yang berusia kurang dari satu tahun,
serta hutang jangka panjang (long-term liabilities) yang jatuh tempo.
Berkaitan dengan pengertian modal kerja ini dapat dikemukakan
beberapa konsep modal kerja. Bambang Riyanto (2001:57-58)
mengemukakan tiga konsep pengertian modal kerja, yaitu: konsep
kuantitatif, konsep kualitatif, dan konsep fungsional.
a. Konsep kuantitatif
Konsep kuantitatif berdasarkan pada kuantitas yang dipergunakan
untuk mencukupi kebutuhan perusahaan dalam membiayai operasinya
yang bersifat rutin, atau menunjukkan jumlah dana (fund) yang
tersedia untuk tujuan operasi jangka pendek. Dalam konsep ini
menganggap bahwa modal kerja merupakan keseluruhan dari jumlah
aktiva lancar (gross working capital).
b. Konsep kualitatif
Menurut konsep kualitatif modal kerja merupakan sebagian dari aktiva
lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi
perusahan tanpa menunggu likuiditasnya, yaitu yang merupakan
kelebihan aktiva lancar di atas utang lancarnya. Modal kerja dalam
pengertian ini sering disebut modal kerja netto (net working capital).
20
c. Konsep fungsional
Modal kerja menurut konsep ini menitikberatkan pada fungsi dari
dana dalam menghasilkan pendapatan (income). Setiap dana yang
digunakan dalam perusahaan dimaksudkan untuk menghasilkan
pendapatan. Ada sebagian dana yang digunakan dalam satu periode
akuntansi tertentu yang menghasilkan pendapatan pada periode
tersebut (current income). Sementara itu, ada pula dana yang
dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan pada periode-periode
selanjutnya atau dimasa yang akan datang, misalnya bangunan, mesin-
mesin, alat-alat kantor dan aktiva tetap lainnya yang disebut future
income. Jadi modal kerja menurut konsep ini adalah dana yang
digunakan untuk menghasilkan pendapatan pada saat ini sesuai
dengan maksud utama didirikannya perusahaan.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa modal kerja
merupakan kekayaan atau aktiva yang diperlukan perusahaan sehari-hari
dan selalu berputar. Dengan demikian modal kerja berupa investasi dari
aktiva jangka pendek perusahaan yaitu kas, efek-efek jangka pendek,
piutang dagang dan persediaan. Perlu diperhatikan bahwa kebutuhan akan
jumlah modal kerja setiap perusahaan tidak sama, umumnya perusahaan
yang berhasil menyediakan modal kerja lebih dari cukup.
Menurut Munawir (2004:116-117) keuntungan yang lain dari modal
kerja sebagai berikut:
21
a. Melindungi perusahaan terhadap krisis modal hanya karena turunnya
nilai dari aktiva lancar.
b. Memungkinkan untuk dapat membayar semua kewajiban – kewajiban
tepat pada waktunya.
c. Menjamin dimilikinya kredit standing perusahaan, semakin besar dan
memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat menghadapi bahaya atau
kesulitan keuangan yang mungkin terjadi.
d. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup
untuk melayani para konsumen.
e. Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang
lebih menguntungkan kepada para pelanggan.
f. Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih
efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang atau jasa
yang dibutuhkan.
2. Jenis-jenis modal kerja
Penetapan besarnya modal kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan
berbeda-beda, salah satunya tergantung pada jenis perusahaan. W.B Taylor
dikutip oleh Sawir (2001:132) menggolongkan jenis-jenis modal kerja:
a. Modal kerja permanen (permanent working capital)
Modal kerja permanen merupakan modal kerja yang harus tetap ada
pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya, atau dengan kata
lain modal kerja secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran
usaha. Modal kerja permanen dibedakan dalam:
22
1) Modal kerja primer (primary working capital)
Modal kerja primer merupakan jumlah modal kerja minimum yang
harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usaha.
2) Modal kerja normal (normal working capital)
Modal kerja normal merupakan jumlah modal kerja yang diperlukan
untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal dalam artian
yang dinamis.
b. Modal kerja variabel (variable working capital)
Modal kerja variabel merupakan modal kerja yang jumlahnya berubah-
ubah sesuai dengan perubahan keadaan. Modal kerja ini dibedakan
dalam:
1) Modal kerja musiman (seasonal working capital)
Modal kerja musiman merupakan modal kerja yang jumlahnya
berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musim.
2) Modal kerja siklis (cyclical working capital)
Modal kerja siklis merupakan modal kerja yang jumlahnya berubah-
ubah disebabkan karena fluktuasi konjungtur.
3) Modal kerja darurat (emergency working capital)
Modal kerja darurat merupakan modal kerja yang jumlahnya
berubah-ubah disebabkan karena keadaan darurat yang tidak
diketahui sebelumnya (misalnya: pemogokan buruh, banjir,
perubahan keadaan ekonomi yang mendadak).
23
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi modal kerja
Modal kerja suatu perusahaan harus cukup jumlahnya, atau dalam
arti harus mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran atau operasi
perusahaan sehari-hari. Penentuan besarnya jumlah modal kerja yang
cukup bagi perusahaan merupakan hal yang tidak mudah, karna modal
kerja yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan dipengaruhi oleh beberapa
faktor sebagaimana dikemukakan oleh Munawir (2004:134-135) sebagai
berikut :
a. Sifat atau type dari perusahaan
Modal kerja dari suatu perusahaan jasa akan lebih rendah bila
dibandingkan dengan perusahaan industri. Sifat dari perusahan jasa
biasanya memiliki atau harus menginvestasikan modal-modalnya
sebagian besar pada aktiva tetap yang digunakan untuk memberikan
pelayanan atau jasanya kepada masyarakat.
Sedangkan perusahaan industri harus mengadakan investasi yang cukup
besar dalam aktiva lancar agar perusahaan tidak mengalami kesulitan
dalam operasinya sehari-hari. Oleh karena itu apabila dibandingkan
dengan perusahaan jasa, perusahaan industri membutuhkan modal kerja
yang lebih besar. Perusahaan yang memproduksi barang akan
membutuhkan modal kerja yang lebih besar daripada perusahaan
perdagangan.
b. Waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh barang yang akan dijual
serta harga per satuan dari barang tersebut.
24
Makin panjang waktu yang diperlukan untuk memproduksi atau
memperoleh barang tersebut, maka makin besar pula modal kerja yang
dibutuhkan. Disamping itu harga pokok produksi barang juga akan
mempengaruhi besar kecilnya modal kerja yang dibutuhkan, semakin
besar harga pokok produksi barang yang dijual akan semakin besar pula
kebutuhan akan modal kerja.
c. Syarat pembelian bahan atau barang dagangan
Jika syarat kredit yang diterima pada waktu pembelian menguntungkan,
semakin sedikit uang kas yang harus diinvestasikan dalam persediaan
bahan atau barang dagangan.
d. Syarat penjualan
Semakin lunak kredit yang diberikan oleh perusahaan kepada para
pembelinya akan mengakibatkan semakin besarnya jumlah modal kerja
yang harus diinvestasikan dalam piutang.
e. Tingkat perputaran persediaan
Tingkat perputaran persediaan menunjukkan beberapa kali persediaan
tersebut diganti dalam arti dijual kembali. Semakin tinggi tingkat
perputaran persediaan maka modal kerja yang dibutuhkan (terutama
yang diinvestasikan pada perusahaan) semakin rendah.
4. Sumber dan Penggunaan Modal Kerja
Analisa sumber dan penggunaan modal kerja sangat penting bagi
penganalisa intern dan ekstern. Maksud utama dari analisa ini adalah untuk
mengetahui dari mana modal tersebut dipergunakan. Dengan kata lain,
25
analisa sumber dan penggunaan modal kerja erat kaitannya dengan dana
yang diperoleh dan dapat dipergunakan oleh perusahaan dalam kegiatan
operasinya sehari-hari dalam suatu periode tertentu. Sumber modal kerja
perusahaan pada umumnya diperoleh melalui (Syahyunan, 2003):
a. Penambahan jumlah hutang tidak lancar
Pengeluaran obligasi misalnya akan mengakibatkan pertambahan kas
(harta lancar) tanpa diikuti oleh pertambahan dalam hutang jangka
pendek.
b. Penambahan modal saham.
Pengeluaran saham biasanya akan mengakibatkan pertambahan kas atau
harta lancar tanpa dibarengi oleh pertambahan dalam hutang jangka
pendek. Pengecualian dalam hal ini ialah bila pengeluaran saham baru
disertai dengan penurunan dalam hutang jangka panjang misalnya
obligasi dikonversikan kepada modal saham.
c. Penambahan jumlah laba yang ditahan.
Suatu pertambahan dalam jumlah laba yang ditahan akan
mengakibatkan penambahan dalam modal kerja. Dalam hal ini
pendapatan atau laba bersih merupakan sumber modal kerja.
d. Pengurangan harta tidak lancar.
Suatu pengurangan dalam jumlah harta tidak lancar biasanya akan
merupakan suatu pertambahan dalam jumlah modal kerja. Penjualan
gedung, mesin, dan peralatan berat lainnya akan mengakibatkan
26
pertambahan kas tanpa diikuti oleh pertambahan dalam jumlah hutang
jangka pendek.
Sedangkan penggunaan-penggunaan modal kerja perusahaan secara
umum meliputi (Syahyunan, 2003):
a. Pengurangan jumlah hutang tidak lancar
Pengurangan dalam jumlah hutang tidak lancar biasanya akan
mengurangi jumlah modal kerja. Misalnya pelunasan hutang jangka
panjang akan mengurangi kas tanpa diikuti oleh pengurangan dalam
hutang jangka pendek.
b. Pengurangan jumlah modal saham
Suatu pengurangan jumlah modal saham akan mengakibatkan
berkurangnya modal kerja. Pembelian dan pemilikan kembali saham-
sahamnya oleh perusahaan akan memerlukan penggunaan modal kerja.
c. Pengurangan jumlah laba yang tidak dibagi
Pengurangan dalam jumlah laba yang tidak dibagi biasanya
mengakibatkan pengurangan jumlah modal kerja. Misalnya pembayaran
dividen akan mengurangi modal kerja, tetapi pengeluaran stock dividen
tidak akan mempengaruhi jumlah modak kerja karena hanya akan
mengurangi jumlah laba yang tidak dibagi di satu pihak dan
penambahan modal saham di lain pihak dengan jumlah yang sama.
d. Penambahan harta tidak lancar
Suatu pertambahan dalam harta tidak lancar akan mengakibatkan
pengurangan modal kerja, misalnya pembelian mesin dan peralatan-
27
peralatan baru akan mengurangi kas atau harta lancar tanpa diikuti
pengurangan yang sama dalam jumlah hutang jangka pendek.
Jika jumlah modal kerja pada suatu saat lebih besar dari pada jumlah
modal kerja pada saat sebelumnya berarti ada kenaikan modal kerja. Hal
ini disebabkan karena sumber-sumbernya lebih besar dari penggunaannya
sehingga mempunyai efek netto yang positif terhadap modal kerja.
Sebaliknya kalau penggunaannya lebih besar dari sumbernya maka efek
nettonya akan memperkecil modal kerja. Kalau besarnya sumber persis
sama dengan besarnya penggunaan berarti tidak ada efek nettonya
terhadap modal kerja sehingga besarnya modal kerja tidak berubah.
Rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur efisiensi modal kerja adalah :
1. Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turnover)
Rasio ini memperlihatkan adanya keefektifan modal kerja dalam
pencapaian penjualan.
Formulasi dari working capital turnover adalah sebagai berikut:
(Bambang Riyanto,2001: 335)
B. Likuiditas
Likuiditas suatu usaha bisnis didefinisikan sebagai kemampuan
perusahaan untuk memenuhi semua kewajibannya yang sudah jatuh tempo.
Yaitu, apakah perusahaan memiliki sumber dana yang cukup untuk
Penjualan Working Capital Turnover = (Aktiva Lancar - Hutang Lancar)
28
membayar kreditur saat kewajiban tersebut jatuh tempo (Keown et all,
92:2001).
Rasio likuiditas (liquidity ratio) digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini
membandingkan kewajiban jangka pendek dengan sumber daya jangka pendek
(atau lancar) yang tersedia untuk memenuhi kewajiban tersebut (James Van
Horne dan John Wachowicz, 2009:205)
Bambang Riyanto (2001) menerangkan definisi likuiditas adalah
berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi
kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi. Jumlah alat-alat pembayaran
(alat likuid) yang dimiliki oleh suatu perusahaan pada suatu saat merupakan
kekuatan membayar dari perusahaan yang bersangkutan. Suatu perusahaan yang
mempunyai kekuatan membayar belum tentu dapat memenuhi segala kewajiban
finansialnya yang segera harus dipenuhi atau dengan kata lain perusahaan
tersebut belum tentu memiliki kemampuan membayar.
Kemampuan membayar baru terdapat pada perusahaan apabila kekuatan
membayarnya adalah demikian besarnya sehingga dapat memenuhi semua
kewajiban finansiilnya yang segera harus dipenuhi. Dengan demikian maka
kemampuan membayar itu dapat diketahui setelah membandingkan kekuatan
membayar-nya di satu pihak dengan kewajiban-kewajiban finansiilnya yang
segera harus dipenuhi di lain pihak.
Suatu perusahaan yang mempunyai kekutan membayar sedemikian
besarnya sehingga mampu memenuhi segala kewajiban finansialnya yang segera
29
harus dipenuhi, dikatakan bahwa perusahaan tersebut adalah likuid, dan
sebaliknya yang tidak mempunyai kemampuan membayar adalah illikuid.
Sedangkan menurut Munawir (2004:31) likuiditas adalah menunjukkan
kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang
harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
keuangan pada saat ditagih. Sehingga dapat disimpulkan bahwa likuiditas adalah
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendeknya
yang segera harus dipenuhi.
Untuk menilai likuiditas perusahaan terdapat beberapa rasio yang dapat
digunakan sebagai alat untuk menganalisa dan menilai posisi likuiditas
perusahaan, yaitu :
1. Current Ratio
Current ratio merupakan salah satu indikator dari rasio likuiditas.
Current ratio merupakan rasio antara lancar dengan hutang lancar yang
dimiliki oleh perusahaan. rasio ini mengukur aktiva yang dimiliki perusahaan
dalam hutang lancar perusahaan (Suad Husnan, 1998).
Menurut Weston dan Copeland (1995) dikutip oleh Aminatuzzahra
(2010) bahwa Current ratio digunakan untuk mengukur penyelesaian jangka
pendek. Sejauh mana tagihan kreditur jangka pendek dapat dipenuhi oleh
aktiva yang diharapkan dapat dikonversi ke kas dalam jangka waktu yang
kira-kira sama dengan jatuh tempo tagihan. Current yang terlalu tinggi
menunjukkan kelebihan uang kas atau aktiva lancar lainnya di bandingkan
dengan yang dibutuhkan sekarang.
30
Tunggal (1995) dikutip oleh Ima Hernawati (2007) Current Ratio
biasanya digunakan sebagai alat untuk mengukur keadaan likuiditas suatu
perusahaan, dan juga merupakan petunjuk untuk dapat megetahui dan
menduga sampai dimanakah kiranya kita, apabila memberikan kredit
berjangka pendek kepada seorang nasabah, dapat merasa aman atau tidak.
Dasar perbandingan tersebut dipergunakan sebagai alat petunjuk, apakah
perusahaan yang mandapat kredit itu kira-kira akan mampu ataupun tidak
untuk memenuhi kewajibannya untuk melakukan pembayaran kembali
atau pada pelunasan pada tanggal yang sudah ditentukan. Dasar
perbandingan itu menunjukan apakah jumlah aktiva lancar itu cukup
melampaui besarnya kewajiban lancar, sehingga dapatlah kiranya
diperkirakan bahwa, sekiranya pada suatu ketika dilakukan likuiditas dari
aktiva lancar dan ternyata hasilnya dibawah nilai dari yang tercantum di
neraca, namun masih tetap akan terdapat cukup kas ataupun yang dapat
dikonversikan menjadi uang kas di dalam waktu singkat, sehingga dapat
memenuhi kewajibannya.
Current ratio yang tinggi maka makin baiklah posisi para kreditor,
oleh karena terdapat kemungkinan yang lebih besar bahwa utang
perusahaan itu akan dapat dibayar pada waktunya. Hal ini terutama berlaku
bila pimpinan perusahaan menguasai pos-pos modal kerja dengan
ketat/dengan semestinya. Dilain pihak ditinjau dari sudut pemegang saham
suatu current ratio yang tinggi tak selalu paling menguntungkan, terutama
31
bila terdapat saldo kas yang kelebihan dan jumlah piutang dan persediaan
adalah terlalu besar.
Munawir (2004:72) menyatakan current ratio 200% kadang sudah
memuaskan bagi suatu perusahaan, tetapi jumlah modal kerja dan besarnya
rasio tergantung pada beberapa faktor, suatu standar atau rasio yang umum
tidak dapat ditentukan untuk seluruh perusahaan. Current ratio 200%
hanya merupakan kebiasaan atau rule of thumb dan akan digunakan
sebagai titik tolak untuk mengadakan penelitian atau analisa yang lebih
lanjut.
Current ratio ini menunjukkan tingkat keamanan (margin of safety)
kreditor jangka pendek, atau kemampuan perusahaan untuk membayar
hutang-hutang tersebut. Tetapi suatu perusahaan dengan current ratio yang
tinggi belum tentu menjamin akan dapat dibayarnya hutang perusahaan
yang sudah jatuh tempo karena proporsi atau distribusi dari aktiva lancar
yang tidak menguntungkan, misalnya jumlah persediaan yang relatif tinggi
dibandingkan taksiran tingkat penjualan yang akan datang sehingga tingkat
perputaran persediaan rendah dan menunjukkan adanya over investment
dalam persediaan tersebut atau adanya saldo piutang yang besar yang
mungkin sulit untuk ditagih.
Bambang Riyanto (2001:26-27) menyatakan bahwa bagi perusahaan
bukan kredit, current ratio kurang dari 2:1 dianggap kurang baik, sebab
apabila aktiva lancar turun misalnya sampai lebih dari 50% maka jumlah
aktiva lancarnya tidak akan cukup lagi menutup utang lancarnya. Pedoman
32
current ratio 2 : 1, sebenarnya hanya didasarkan pada prinsip “hati-hati”.
Pedoman current ratio 200% bukanlah pedoman mutlak.
Apabila pedoman current ratio 2 : 1 atau 200% sudah ditetapkan
sebagai ratio minimum yang akan dipertahankan oleh suatu perusahaan,
maka perusahaan dalam penarikan kredit jangka pendeknya juga harus
selalu didasarkan pada pedoman tersebut. Setiap saat perusahaan harus
mengetahui berapa kredit jangka pendek maksimum yang boleh ditarik
supaya pedoman current ratio tersebut tidak dilanggar. Batas maksimum
kredit jangka pendek yang boleh diambil supaya tidak mengganggu atau
melanggar pedoman current ratio tertentu ialah apa yang disebut “the line
of credit” atau “maximum current indebtedness”
Apabila perusahaan menetapkan bahwa current ratio yang harus
dipertahankan adalah 3:1 atau 300% ini berarti bahwa setiap utang lancar
sebesar Rp.1,00 harus dijamin dengan aktiva lancar sebesar Rp.3,00 atau
dijamin dengan net working capital sebesar Rp.2,00. Dengan demikian
maka ratio modal kerja dengan utang lancar adalah 2:1, karena modal
kerja tak lain adalah kelebihan aktiva lancar diatas hutang lancar.
Formulasi dari current ratio adalah sebagai berikut:
(Sawir, 2001: 8)
Aktiva Lancar Current Ratio = Hutang Lancar
33
2. Quick Ratio
Rasio ini disebut juga sebagai acid test ratio, yaitu perbandingkan
antara aktiva lancar dikurangi persediaan dengan utang lancar (Munawir
2001: 74).
Lukman Syamsuddin (2007:45-46) menyatakan acid-test ratio
hampir sama dengan current ratio hanya saja jumlah persediaan
(inventory) sebagai salah satu komponen dari aktiva lancar harus
dikeluarkan. Alasan yang melatarbelakangi hal tersebut adalah persediaan
merupakan komponen aktiva lancar yang paling tidak likuid atau sulit
diuangkan dengan segera tanpa menurunkan nilainya, sementara dengan
acid-test ratio dimaksudkan untuk membandingkan aktiva yang lebih
lancar (Quick assets) dengan utang lancar.
Acid-test ratio sebesar 1,0 pada umumnya sudah dianggap baik,
berapa besar acid test ratio yangseharusnya, sangat tergantung pada jenis
usaha dari masing-masing perusahaan. Acid-test ratio ini akan
memberikan gambaran likuiditas yang lebih tepat hanya apabila inventory
sulit untuk dijual dengan segera tanpa menurunkan nilainya, maka
penggunaan current ratio lebih disukai sebagai pengukuran tingkat
likuiditas perusahaan secara menyeluruh (overall liquidity of the firm).
Formulasi dari quick ratio adalah sebagai berikut:
(Sawir, 2001: 10)
Aktiva Lancar - Persediaan Quick Ratio = Hutang Lancar
34
C. Solvabilitas
Menurut Ross, et all (2010:51) mengemukakan “Long-term solvency
ratios are intended to address the firm's long-run ability to meet its
obligations or, more generally, its financial leverage. These ratios are
sometimes called financial leverage ratios or just leverage ratios”.
Solvabilitas suatu perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan
untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya apabila perusahaan sekiranya
saat ini dilikuidasikan (Bambang Riyanto, 2001: 32).
Rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Perusahaan yang tidak
solvabel adalah perusahaan yang total hutangnya lebih besar dibandingkan
total asetnya. Rasio ini mengukur likuiditas jangka panjang perusahaan dan
dengan demikian memfokuskan pada sisi kanan neraca (Hanafi dan Halim,
2005:81).
Sedangkan menurut Munawir (2002: 32) solvabilitas adalah
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila
perusahaan tersebut dilikuidasikan, baik kewajiban jangka pendek maupun
jangka panjang.
Suatu perusahaan yang solvabel berarti bahwa perusahaan tersebut
mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua utang-
utangnya, tetapi tidak dengan sendirinya berarti bahwa perusahaan tersebut
likuid. Sebaliknya perusahaan yang insolvabel (tidak solvabel) tidak dengan
35
sendirinya bahwa perusahaan tersebut adalah juga likuid. Dalam hubungan
antara likuiditas dan solvabilitas terdapat 4 kemungkinan yang dapat dialami
perusahaan yaitu (Bambang Riyanto, 2001: 32):
1. Perusahaan yang likuid tetapi insolvable.
2. Perusahaan yang likuid dan solvable.
3. Perusahaan yang solvabel tetapi illikuid
4. Perusahaan yang insolvabel dan illikuid
Baik perusahaan yang insolvabel maupun illikuid, kedua-duanya pada
suatu waktu akan menghadapi kesukaran finansiil yaitu pada waktu tiba
saatnya untuk memenuhi kewajibannya.
Perusahaan yang insolvabel tetapi likuid tidak segera dalam keadaan
kesukaran finansiil, tetapi perusahaan yang illikuid akan segera dalam
kesukaran karena segera menghadapi tagihan-tagihan dari krediturnya.
Perusahaan yang insolvable tapi likuid masih dapat bekerja dengan baik, dan
sementara itu masih mempunyai kesempatan atau waktu untuk memperbaiki
solvabilitasnya. Tetapi apabila usahanya tidak berhasil, maka pada akhir
perusahaan tersebut akan menghadapi kesukaran juga (Bambang Riyanto, 2001:
33).
Solvabilitas dapat diukur dengan rasio antara lain:
1. Debt to Equity Ratio
Rasio ini menggambarkan perbandingan utang dan ekuitas dalam
pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri
36
perusahaan tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibannya (Sawir,2001:
13).
Para kreditor secara umum akan lebih suka jika rasio ini lebih rendah.
Semakin rendah rasio in, semakin tinggi tingkat pendanaan perusahaan yang
disediakan oleh pemegang saham, dan semakin besar perlindungan bagi
kreditor jika terjadi penyusutan nilai aktivaatau kerugian besar (James Van
Horne dan John Wachowicz, 2009:209).
Formulasi dari debt to equity ratio adalah sebagai berikut:
(Sawir, 2001: 13)
2. Debt to Total Asset
Rasio ini memperlihatkan proporsi antara kewajiban yang dimiliki
dan seluruh kekayaan yang dimiliki. Semakin tinggi hasil presentasenya,
cenderung semakin besar risiko keuangannya bagi kreditor maupun
pemegang saham (Sawir, 2001: 13).
Sedangkan Menurut James Van Horne dan John Wachowicz
(2009:129), rasio debt to total asset menekankan pada peran penting
pendanaan utang bagi perusahaan untuk menunjukkan presentase aktiva
perusahaan yang didukung oleh pendanaan utang. Jadi, 45% dari aktiva
perusahaan didanai oleh utang (dari berbagai jenis), sementara 55%
pendanaan berasal dari ekuitas pemegang saham. Semakin besar
persentase pendanaan yang disediakan oleh ekuitas pemegang saham,
semakin besar jaminan perlindungan yang didapat oleh kreditor
Total Hutang Debt Equity Ratio = Modal Sendiri
37
perusahaan. Sehingga semakin tinggi rasio debt to total asset, semakin
besar risiko keuangannya, semain rendah rasio ini maka akan semakin
rendah risiko keuangannya.
Formulasi dari debt to total asset adalah sebagai berikut:
(Sawir,2001: 13)
D. Aktivitas
Menurut Lawrence (59:2006), “Activity ratios measure the speed with
which various accounts are converted into sales or cash-inflows or outflows”.
Rasio ini melihat pada beberapa aset kemudian menentukan berapa
tingkat aktivitas aktiva-aktiva tersebut pada tingkat kegiatan tertentu.
Aktivitas yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan
semakin besarnya dana kelebihan yang tertanam pada aktiva-aktiva tersebut.
Dana berlebih tersebut akan lebih baik bila ditanamkan pada aktiva lain yang
lebih produktif (Hanafi dan Halim, 2005:78).
Rasio aktivitas menunjukkan seberapa efektif perusahaan menggunakan
sumber daya (harta modal) yang dimilikinya. Penggunaan sumber saya
perusahaan untuk menghasilkan penjuaalan. Sebaliknya jika rendah maka
menandakan ketidakefektifan perusahaan dalam menggunakan sumber daya,
sehingga dapat dikatakan kinerja perusahaan rendah (Rodoni dan Herni,
2010:180).
Rasio Aktivitas bertujuan untuk mengukur sampai seberapa jauh
aktivita perusahaan dalam menggunakan dana-dan secara efektif dan efisien,
Total Hutang Debt to Total Asset = Total Aktiva
38
Rasio ini dapat mengukur efisiensi kegiatan operasional suatu perusahaan
karena rasio ini didasarkan pada perbandingan antara pendapatan dengan
pengeluaran pada periode waktu tertentun (Fredy Rangkuti, 2004:74).
Brigham dan Houston (2006: 97) menyatakan jika perusahaan memiliki
terlalu banyak aktiva, maka biaya modalnya akan menjadi terlalu tinggi dan
akibatnya laba akan menurun. Disisi lain jika aktiva terlalu rendah maka
penjualan yang menguntungkan akan hilang. Rasio aktivitas berisikan
perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi dalam berbagai harta.
Untuk mengukur rasio aktivitas dapat digunakan rasio sebagai berikut:
1. Total Assets Turnover (Rasio Perputaran Total aktiva)
Hanafi dan Halim (2005:81), rasio ini menghitung efektivitas
penggunaan total aktiva. Rasio yang tinggi biasanya menunjukkan
manajemen yang baik, sebaliknya rasio yang rendah harus membuat
manajemen mengevaluasi strategi, pemasarannya dan pengeluaran
modalnya (investasi).
Total Assets Turnover menunjukkan kemampuan dana yang tertanam
dalam keseluruhan aktiva berputar dalam suatu periode tertentu atau
kemampuan modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan “revenue”
(Bambang Riyanto, 2001:334)
Formulasi dari total asset turnover adalah sebagai berikut:
(Hanafi dan Halim, 2005:81)
Penjualan Total Asset Turnover = Total Aktiva
39
2. Fixed Assets Turnover (Rasio Perputaran Aktiva Tetap)
Fixed Assets Turnover mengukur sejauh mana kemampuan
perusahaan menghasikan penjualan berdasarkan aktiva tetap yang dimiliki
perusahaan. Rasio ini memperlihatkan sejauh mana efektivitas perusahaan
menggunakan aktiva tetapnya. Semakin tinggi rasio ini berarti akan
semakin efektif penggunaan aktiva tetap tersebut. Pada beberapa industri
seperti industri yang mempunyai proporsi aktiva tetap yang tinggi, rasio
ini cukup penting diperhatikan. Sedangkan pada beberapa industri yang
lain seperti industri jasa yang mempunyai proporsi aktiva tetap yang kecil,
rasio ini mungkin relatif tidak begitu penting untuk diperhatikan (Hanafi
dan Halim, 2005:81).
Formulasi dari fixed asset turnover adalah sebagai berikut:
(Hanafi dan Halim, 2005:81)
3. Inventory Turnover (Rasio Perputaran Persediaan)
Inventory Turnover adalah kemampuan dana yang tertanam dalam
inventory berputar dalam suatu periode tertentu, atau likuiditas dari
inventory dan tendensi untuk adanya “overstock” (Bambang Riyanto,
2001: 334).
Lukman Syamsuddin (2007:48) menyatakan, semakin tinggi
turnover yang diperoleh, semakin efisien perusahaan di dalam
melaksanakan operasinya. Hal ini dapt diterima sampai titik tertentu, tetapi
Penjualan Fixed Asset Turnover = Aktiva Tetap
40
diluar itu, tingginya turnover dapat menimbulkan problem. Misalkan
inventory turnover dapat ditingkatkan dengan menahan persediaan sekecil
mungkin. Keadaaan seperti ini tentu saja mengandung resiko yang tidak
kecil, karena adanya kekurangan persediaan sehingga permintaan-
permintaan terhadap produk perusahaan tidak lagi dapat dipenuhi. Lebih
jauh lagi hal ini akan dapat menyebabkan hilangnya kepercayaan dari para
pelanggan perusahaan sehingga akan mengganggu volume penjualan
dimasa-masa akan datang.
Untuk masing-masing jenis usaha biasanya ada suatu skala inventory
turnover yang dianggap baik sehingga jika inventory berada dibawah titik
ini akan menandakan keadaan yang illikuid atau “inactive inventory”
sedangkan di atas titik ini akan menunjukkan jumlah inventory yang
terlalu kecil, sehingga bisa menyebabkan kekurangan persediaan.
Formulasi dari inventory turnover adalah sebagai berikut:
(Hanafi dan Halim, 2000:80)
4. Day’s Receivable for Collection Period (Rasio Rata-rata Penagihan
Piutang).
Rata-rata umur piutang melihat berapa lama yang diperlukan untuk
melunasi piutang (merubah piutang menjadi kas). Semakin lama rata-rata
piutang berarti semakin besar dana yang tertanam pada piutang (Hanafi
dan Halim, 2005:78).
Harga Pokok Penjualan Inventory Turnover = Persediaan
41
Formulasi dari day’s receivable for collection period adalah sebagai
berikut:
(Hanafi dan Halim, 2005:79)
E. Rentabilitas
Rentabilitas adalah kemampuan dalam menghasilkan laba, baik dengan
menggunakan data eksternal maupun dengan data internal. Dari kedua
pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulan, bahwa rentabilitas adalah
kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode
tertentu yang dinyatakan dalam prosentase Bawsir (1997) dalam Puji
Ananingsih (2007).
Menurut Bambang Riyanto (2001) rentabilitas suatu perusahaan
menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang
menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain rentabilitas adalah kemampuan
suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode.
Jumlah modal yang diperoleh secara teratur serta kecenderungan
keuntungan yang semakin meningkat merupakan suatu faktor yang sangat
perlu diperhatikan dalam menganalisis nilai rentabilitas suatu perusahaan.
Rentabilitas sering digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi penggunaan
modal kerja dalam suatu perusahaan dengan membandingkan antara laba
dengan modal yang digunakan dalam operasi. Oleh karena itu, keuntungan
yang besar tidak menjamin bahwa perusahaan tersebut rentabel, sehingga
Piutang Day’s Receivable for Collection Period = Penjualan / 365
42
bagi manajemen atau pihak-pihak lain, rentabilitas yang tinggi lebih penting
daripada keuntungan yang besar.
Berhubungan dengan pernyataan tersebut maka bagi perusahaan pada
umumnya dalam menjalankan kegiatan lebih diarahkan untuk mendapatkan
titik rentabilitas maksimal daripada laba maksimal. Jadi yang penting bagi
perusahaan adalah bagaimana caranya untuk meningkatkan rentabilitas
perusahaan.
Berbeda dengan pengertian laba, maka rentabilitas di dalam faktor
modal atau aktiva telah diperhitungkan juga sehingga dengan demikian bahwa
rentabilitas ekonomi menunjukkan efisiensi penggunaan modal dalam
perusahaan. Rasio ini mencerminkan keuntungan yang diperoleh tanpa
mengingat dari mana sumber modal dan menunjukkan tingkat efisiensi
perusahaan dalam melaksanakan operasi perusahaan. Dua cara penilaian
rentabilitas:
1. Rentabilitas Ekonomi
Rentabilitas ekonomis adalah perbandingan antara laba usaha dengan
modal sendiri dan modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan
laba tersebut yang dinyatakan dalam persentase.
Oleh karena pengertian rentabilitas sering digunakan untuk
mengukur efisiensi suatu perusahaan maka rentabilitas ekonomis
dimaksudkan sebagai kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh
modalnya yang ada untuk menghasilkan laba.
43
Tinggi rendahnya rentabilitas ekonomis ditentukan oleh 2 (dua)
faktor yaitu:
a. Profit margin yaitu perbandingan antara net operating income dengan
net sales.
b. Turnover of operating assets (tingkat perputaran aktiva usaha) yaitu
kecepatan perputarannya operating assets dalam suatu periode tertentu.
Turnover tersebut dapat ditentukan dengan membagi antara net sales
dengan operating assets.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa profit margin dimaksudkan
untuk mengetahui efisiensi perusahaaan dengan melihat kepada besar
kecilnya laba usahan dalam hubungannya dengan sales, sedangkan
operating assets turnover dimaksudkan untuk mengetahui esisiensi
perusahaan dengan melihat kepada kecepatan perputaran operating assets
dalam suatu periode tertentu. Hasil akhir dari percampuran kedua efisiensi
profit margin dan operating assets turnover menentukan tinggi rendahnya
earning power. Oleh karena ini makin tinggi tingkat profit margin atau
operating assets turnover masing-masing atau kedua-duanya akan
mengakibatkan naiknya earning power.
2. Rentabilitas Modal Sendiri
Rentabilitas modal sendiri adalah perbandingan antara jumlah laba
dengan modal sendiri di pihak lain. Atau dengan kata lain bahwa
rentabilitas modal sendiri adalah kemampuan suatu perusahaan dengan
modal sendiri yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan keuntungan.
44
Namun dalam perhitungan laba di sini ada perbedaan dengan rentabilitas
ekonomis, yaitu laba yang diperhitungkan adalah laba yang berasal dari
operasi perusahaan. Sedangkan laba yang diperhitungkan dalam
rentabilitas modal sendiri adalah laba usaha setelah dikurangi dengan
bunga modal asing atau bunga pinjaman dan pajak perseroan.
Masalah penggunaan modal asing maupun modal sendiri mempunyai
pengaruh besar terhadap besar kecilnya rentabilitas ekonomis dan rentabilitas
modal sendiri, karena dengan menghitung kedua rentabilitas tersebut dapat
diketahui apakah perusahaan telah menggunakan modal secara efisien atau
tidak.
Pengaruh dari perubahan rentabilitas ekonomi terhadap rentabilitas
modal sendiri pada berbagai tingkat penggunaan modal asing, secara teoritis
dapatlah dikatakan bahwa semakin tinggi rentabilitas ekonomi (dengan
tingkat bunga tetap), penggunaan modal asing yang lebih besar akan
mengakibatkan kenaikan rentabilitas modal sendiri. Dengan kata lain dapat
dikatakan bahwa dalam keadaan yang demikian suatu perusahaan yang
menggunakan modal asing lebih besar akan memperoleh kenaikan rentabilitas
modal sendiri yang lebih besar daripada perusahaan lain yang mempunya
jumlah modal asing yang lebih kecil. Sebaliknya dalam situasi ekonomi yang
memburuk dimana rentabilitas ekonomi perusahaan pada umumnya menurun,
perusahaan yang mempunya modal asing yang besar akan mengalami
penurunan rentabilitas modal sendiri yang lebih besae daripada perusahaan
lain yang mempunyai jumlah modal asing yang lebih sedikit.
45
Dengan demikian maka jelaslah perbedaan antara rentabilitas ekonomis
dengan rentabilitas modal sendiri baik dari segi modal yang diperhitungkan
ataupun dari laba yang dipergunakan untuk menentukan tingkat rentabilitas
bagi suatu perusahaan.
Semua perusahaan dalam menjalankan usaha baik dalam industri
maupun jasa akan selalu memerlukan modal kerja. Modal kerja merupakan
jumlah yang digunakan oleh perusahaan untuk melakukan kegiatan usaha
perusahaan. Tujuan dari usaha tersebut adalah mendapatkan laba setinggi-
tingginya. Laba yang dihasilkan dari kegiatan/perputaran modal kerja tersebut
yang akan dijadikan dasar penentuan tingkat rentabilitas perusahaan.
Menurut Munawir (2004), hubungan rendahnya rentabilitas dengan
modal kerja dapat ditunjukkan dengan kemungkinan sebagai berikut:
1. Adanya over investment dalam aktiva yang digunakan dalam hubungannya
dengan volume penjualan yang diperoleh dalam aktiva tersebut.
2. Adanya efisiensi baik dalam produksi, pembelian maupun pemasaran.
3. Adanya kegiatan ekonomi yang menurun.
Karena tingkat rentabilitas mencerminkan kemampuan modal
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan, maka dengan demikian tingkat
rentabilitas yang tinggi merupakan pencerminan efisiensi yang tinggi pula.
Berikut ini adalah beberapa rasio yang digunakan untuk mengukur
rentabilitas adalah sebagai berikut
1. Gross Profit Margin (GPM)
46
Gross Profit Margin merupakan presentase dari laba kotor (sales-cost of
goods sold) dibandingkan dengan sales. Semakin besar gross profit margin
semakin baik keadaan operasi perusahaan, karena hal ini menunjukkan bahwa
cost of goods sold relatif lebih rendah dibandingkan dengan sales. Demikian
sebaliknya, semakin rendah gross profit margin semakin kurang baik operasi
perusahaan (Lukman Syamsuddin, 2007:61).
Menurut Sawir (2001:18) rasio gross profit margin atau margin
keuntungan kotor berguna untuk mengukur efisirnsi pengendalian harga
pokok atau biaya produksinya, mengindikasikan kemampuan perusahaan
untuk berproduksi secara efisien. Dalam memgevaluasi dapat dilihat margin
per unit produk, bila rendah maka perusahaan tersebut sensitif terhadap
pesaingnya.
Formulasi dari gross profit margin adalah sebagai berikut:
(Sawir, 2001:18)
2. Net Profit Margin (NPM)
Net Profit Margin (NPM) merupakan ratio antar laba bersih (net profit)
yaitu penjualan sesudah dikurangi dengan seluruh expenses termasuk pajak
dibandingkan dengan penjualan. Semakin tinggi net profit margin, semakin
baik operasi suatu perusahaan. Suatu net profit margin yang dikatakan baik
akan sangat tergantung dari jenis industri di dalam mana perusahaan berusaha
(Lukman Syamsuddin, 2007:62).
Penjualan – Harga Pokok Penjualan Gross Profit Margin = Penjualan
47
Margin Laba Bersih adalah ukuran laba perusahaan dari penjualan
setelah memperhitungkan semua biaya dan pajak penghasilan. Margin
tersebut memberitahu kita penghasilan bersih perusahaan per satu dolar
penjualan (James Van Horne dan John Wachowicz, 2009:224)
Formulasi dari net profit margin adalah sebagai berikut:
(Sawir, 2001:18)
3. Return on Investment (ROI)
Return on Investment atau return on assets merupakan pengukuran
kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam menghasilkan
keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam
perusahaan. Semakin tinggi ratio ini, semakin baik keadaan suatu perusahaan
(Lukman Syamsuddin, 2007:63).
Analisa Return On Investment (ROI) dalam analisa keuangan
mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisa
keuangan yang bersifat menyeluruh/komprehensif. Analisa Return On
Investment (ROI) ini sudah merupakan tehnik analisa yang lazim digunakan
oleh pimpinan perusahaan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan
operasi perusahaan. Return On Investment (ROI) itu sendiri adalah salah satu
bentuk dari ratio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur
kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam
aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan untuk menghasilkan
keuntungan. Dengan demikian Return On Investment (ROI) menghubungkan
Laba Setelah Pajak Net Profit Margin = Penjualan
48
keuntungan yang diperoleh dari operasi perusahaan (Net Operating Income)
dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan
keuntungan operasi tersebut (Net Operating Assets). Sebutan lain untuk ROI
adalah “Net Operating profit Rate Of Return” atau “Operating Earning
Power” (Munawir, 2004:89).
Formulasi dari return on investment adalah sebagai berikut:
(Sawir, 2001:19)
2. Return on Equity (ROE)
Rasio ini memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal
sendiri (net worth) secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari
investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham
perusahaan. ROE menunjukkan rentabilitas modal sendiri atau yang sering
disebut sebagai rentabilitas usaha (Sawir, 2001:20).
Pengukuran ringkasan lainnya atas kinerja keseluruhan perusahaan
adalah pengembalian atas ekuitas (return on equity). ROE membandingkan
laba bersih setelah pajak (dikurangi deviden saham biasa) dengan ekuitas
yang telah diinvestasikan pemegang saham perusahaan. Rasio ini
menunjukkan daya untuk menghasilkan laba atas investasi berdasarkan nilai
buku para pemegang saham, dan sering kali digunakan dalam
membandingkan dua atau lebih perusahaan dalam sebuah industri yang
sama. ROE yang tinggi sering kali mencerminkan permintaan perusahaan
atas peluang investasi yang baik dan manajemen biaya yang efektif. Akan
Laba Setelah Pajak Return on Investment = Total Aktiva
49
tetapi, jika perusahaan tersebut telah memilih untuk menerapkan tingkat
utang yang tinggio berdasarkan standar industri, ROE yang tinggi hanyalah
merupakan hasil dari asumsi resiko keuangan yang berlebihan (James Van
Horne dan John Wachowicz, 2009:226).
Menurut Lukman Syamsuddin (2007:64) ROE merupakan suatu
pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik
perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen)
atas modal yang mereka investasikan di dala perusahaan. Semakin tinggi
return penghasilan yang diperoleh semakin baik kedudukan pemilik
perusahaan.
Formulasi dari return on equity adalah sebagai berikut:
(Sawir, 2001:20)
F. Penelitian Terdahulu
Aminatuzzahra (2010) menguji pengaruh variabel Current Ratio (CR),
Debt to Equity Ratio (DER), Total Asset Trunover (TAT), dan Net Profit Margin
(NPM) terhadap Return on Equity (ROE) pada perusahaan manufaktur yang
listed di BEI. Hasil analisis menunjukkan bahwa data CR, DER, TAT, NPM
secara parsial berpengaruh signifikan positif terhadap ROE perusahaan
manufaktur di BEI periode 2005-2009. Sementara secara simultan (CR, DER,
TAT, dan NPM) terbukti signifikan berpengaruh terhadap ROE perusahaan
manufaktur di BEI .
Laba Setelah Pajak Return on Equity = Modal Sendiri
50
Gill et all (2010) melakukan penelitian tentang hubungan antara
manajemen modal kerja dengan profibilitas, dengan mengambil sampel 88
perusahaan-perusahaan Amerika terpilih yang terdaftar di New York Stock
Exchange periode 2005-2007. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat
hubungan yang signifikan antara manajemen modal kerja (cash conversion
cycle) dengan profitabilitas (gross operating profit). Dan temuan ini
menyimpulkan bahwa profitabilitas dapat ditingkatkan dengan cara
mengelola modal kerja secara efisien.
Nazir dan Afza (2009) penelitian ini menyelidiki hubungan antara
tingkat agresivitas investasi modal kerja dan kebijakan pembiayaan dan
dampaknya terhadap profitabilitas, sampel 204 perusahaan Pakistan yang
dibagi menjadi 16 kelompok industri untuk periode 1998-2005. Studi ini
menemukan hubungan negatif antara profitabilitas perusahaan dengan
tingkat agresivitas investasi modal kerja dan kebijakan pembiayaan. Hasil
penelitian ini bertentangan dengan penelitian-penelitian sebelumnya,
fenomena ini mungkin disebabkan oleh kondisi perekonomi Pakistan yang
tidak konsisten.
Mutia Desanti (2008) melakukan penelitian tentang pengaruh antara
perputaran modal kerja, profit margin, operating assets turnover, dan ukuran
perusahaan terhadap tingkat rentabilitas pada perusahaan manufaktur selama
periode 2003 hingga 2007. Hasil uji regresi ini menunjukkan bahwa
perputaran modal kerja memiliki pengaruh negatif terhadap tingkat
rentabilitas, sementara varibel independen lainnya (profit margin, operating
51
assets turnover, dan ukuran perusahaan) memiliki pengaruh positif terhadap
tingkat rentabilitas. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa profit margin
memiliki pengaruh paling dominan terhadap tingkat rentabilitas perusahaan
manufaktur.
Epri Ayu (2007) meneliti pengaruh variabel Working Capital to Total
Asset (WCTA), Current Liabilities To Inventory (CLI), Operating Income to
Total Assets (OITL), Total Asset Turnover (TAT), Net Profit Margin (NPM)
dan Gross Profit Margin (GPM) terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) periode penelitian
2001 sampai dengan 2005. Dari hasil analisis regresi menunjukkan bahwa
variabel Total Asset Turnover (TAT), Net Profit Margin (NPM) dan Gross
Profit Margin (GPM) secara persial berpengaruh positif signifikan terhadap
pertumbuhan laba. Sedangkan variabel Working Capital to Total Asset
(WCTA), Current Liabilities To Inventory (CLI) dan Operating Income to
Total Assets (OITL) tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba.
Keenam variabel yang digunakan dalam penelitian ini (WCTA, CLI, OITL,
TAT, NPM dan GPM) secara bersama-sama berpengaruh terhadap
pertumbuhan laba.
Ima Hernawati (2007) melakukan penelitian tentang analisis pengaruh
efisiensi modal kerja, likuiditas, dan solvabilitas terhadap profitabilitas pada
perusahaan barang konsumsi di BEI periode 2002-2005. Rasio-rasio yang
digunakan adalah rasio Working Capital Turnover (WCT), Current Ratio
(CR), Debt to Equity Ratio (DTA) dan Return on Investment (ROI). Dalam
52
penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda linier yang hasilnya
menunjukkan bahwa secara parsial hanya variabel efisiensi modal kerja
(working capital turnover) yang mempunyai pengaruh terhadap profitabilitas
(return on investment) sedangkan variabel likuiditas (current ratio) dan
solvabilitas (total debt to total capital assets) tidak mempunyai pengaruh
terhadap profitabilitas (return on investment). Sedangkan secara simultan
semua variabel tidak berpengaruh terhadap profitabilitas.
Ni Putu dan Agung (2007) melakukan pengujian tentang pengaruh
pemoderasi pertumbuhan laba terhadap hubungan antara ukuran perusahaan,
debt to equity ratio dengan profitabilitas pada perusahaan perbankan yang
terdaftar di BEI. Hasil pengujian menunjukkan bahwa pertumbuhan laba
tidak berpengaruh terhadap hubungan antara ukuran perusahaan dengan
profitabilitas, sedangkan pertumbuhan laba berpengaruh terhadap hubungan
antara Debt To Equity Ratio (DER) dengan profitabilitas.
Vedavinayagam Ganesan (2007) dalam penelitiannya tentang analisa
efisiensi pengelolaan modal kerja pada industri perlengkapan telekomunikasi
selama periode 2001 – 2006 dengan menggunakan Uji ANOVA pada analisis
regresi, mengemukakan bahwa efisiensi pengelolaan modal kerja memiliki
hubungan negatif dengan tingkat profitabilitas pada perusahaan industri
perlengkapan telekomunikasi di USA.
Yuni Nurmala (2007) meneliti pengaruh CR, DER, dan TATO secara
simultan dan parsial terhadap perubahan laba pada perusahaan manufaktur di
Bursa Efek Jakarta tahun 2001 sampai dengan tahun 2004. Hasil penelitian
53
menyimpulkan bahwa CR, DER, dan TATO secara bersama-sama
mempunyai pengaruh terhadap perubahan laba pada perusahaan manufaktur
di Bursa Efek Jakarta. Dari keempat rasio tersebut, secara parsial CR dan
DER yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan laba. Sedangkan TATO
tidak mempunyai pengaruh terhadap perubahan laba.
Kesseven Padachi (2006) melakukan penelitian tentang trend dalam
pengelolaan modal kerja dan implikasinya terhadap perusahaan manufaktur di
Mauritius, Afrika selama periode 1998-2003. Hasil analisis regresi
menunjukkan bahwa tingginya tingkat investasi dalam persediaan dan piutang
usaha berhubungan dengan rendahnya tingkat profitabilitas pada perusahaan
manufaktur.
Sasangko dan Silfia (2004) meneliti tentang pengaruh perubahan modal
kerja terhadap perubahan profitabilitas pada 50 perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEJ periode 1999-2001. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
secara statistik perubahan modal kerja berpengaruh terhadap perubahan
profitabilitas, dimana perubahan modal kerja berpengaruh signifikan terhadap
rasio Gross Profit Margin (GPM) dan Operating Income Ratio (OPM)
sedangkan perubahan modal kerja tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap perubahan Net Profit Margin (NPM), Return On Investment (ROI),
dan Return On Equity (ROE).
G. Kerangka Berpikir
Dalam penelitian ini akan membahas mengenai pengaruh pengelolaan
modal kerja (working capital turnover), likuiditas (quick ratio), solvabilitas (debt
54
equity ratio), aktivitas (total assets turnover) terhadap tingkat rentabilitas
(return on equity) perusahaan. Salah satu upaya untuk menganalisa hubungan
tersebut adalah dengan melakukan analisa rasio keuangan. Dimana dengan
penerapan tersebut, terdapat beberapa hal yang diketahui yaitu apakah
pengelolaan modal kerja sudah efisien atau belum dalam memperoleh laba.
Selain itu juga untuk mengetahui apakah likuiditas (current ratio), solvabilitas
(debt equity ratio), aktivitas (total assets turnover) mempengaruhi tingkat
rentabilitas bagi perusahaan.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji t yaitu mengetahui apakah ada
pengaruh atau tidak secara parsial (secara individu) variabel independen
terhadap variabel dependen dan uji F dilakukan untuk mengetahui apakah
secara bersama-sama (simultan) ada pengaruh atau tidak antara variabel
independen terhadap variabel dependen. Uji normalitas dilakukan untuk
menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel independen, variabel
dependen, atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Uji
multikoliniearitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antara satu variable bebas dengan variable bebas
yang lain. Uji heterokedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dari model
regresi tidak terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan
dengan pengamatan yang lain. Uji autokorelasi dilakukan untuk menguji
apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 atau
sebelumnya.
55
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Perusahaan Property dan Real Estate di Bursa Efek Indonesia
Laporan Keuangan Perusahaan Tahun 2005 - 2009
Modal kerja
(WCT)
Likuiditas
(CR)
Solvabilitas
(DER)
Aktivitas
(TAT)
Analisis Uji Asumsi Klasik Regresi Berganda
Normalitas
Multikolinieritas
Heteroskedastisitas
Autokorelasi
Analisis Uji Statistik Regresi Berganda
Uji Simultan (Uji F)
Uji Parsial (Uji t)
Uji Koefiseien Determinasi (R2)
Rentabilitas
(ROE)
BEI
56
H. Rumusan Hipotesis
Berdasarkan landasan teori, penelitian terdahulu, dan kerangka
pemikiran di atas, maka hipotesis yang ada pada dasarnya merupakan jawaban
sementara terhadap suatu masalah yang harus dibuktikan kebenarannya.
Adapun hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Ho : βi = 0, pengelolaan modal kerja tidak mempunyai pengaruh positif
terhadap tingkat rentabilitas perusahaan.
Ha : βi ≠ 0, pengelolaan modal kerja mempunyai pengaruh positif terhadap
tingkat rentabilitas perusahaan.
2. Ho : βi = 0, likuiditas tidak mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat
rentabilitas perusahaan.
Ha : βi ≠ 0, likuiditas mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat
rentabilitas perusahaan.
3. Ho : βi = 0, solvabilitas tidak mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat
rentabilitas perusahaan.
Ha : βi ≠ 0, solvabilitas mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat
rentabilitas perusahaan.
4. Ho : βi = 0, aktivitas tidak mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat
rentabilitas perusahaan.
Ha : βi ≠ 0, aktivitas mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat
rentabilitas perusahaan.
57
5. Ho : βi = 0, pengelolaan modal kerja, likuiditas, solvabilitas, dan aktivitas
tidak mempunyai pengaruh positif bersama-sama terhadap tingkat
rentabilitas perusahaan.
Ha : βi ≠ 0, pengelolaan modal kerja, likuiditas, solvabilitas, dan aktivitas
mempunyai pengaruh positif bersama-sama terhadap tingkat rentabilitas
perusahaan.
58
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
pengelolaan modal kerja (working capital turnover), likuiditas (current ratio),
solvabilitas (debt equity ratio), aktivitas (total assets turnover) sebagai variabel
independen terhadap tingkat rentabilitas (return on equity) sebagai variabel
dependen. Dalam penelitian ini mengambil populasi seluruh perusahaan go
public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005 - 2009. Objek
yang diteliti adalah perusahaan property dan real estate pada Bursa Efek
Indonesia. Adapun metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode analisis regresi berganda.
Data yang digunakan adalah data historis keuangan berupa laporan
keuangan tahunan pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini, yaitu perusahaan property dan real estate
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan periode observasi tahun 2005
hingga 2009. Dasar pertimbangan dalam menentukan populasi dalam
penelitian ini yaitu karena perusahaan property dan real estate merupakan
perusahaan yang dalam kegiatan operasionalnya banyak membutuhkan dana
59
investasi yang cukup besar sehingga dengan sendirinya modal kerja yang
digunakan juga sangat besar. Berpijak dengan kondisi perusahaan saat ini
banyak memerlukan modal kerja yang cukup besar, maka diperlukan evaluasi
terhadap efektivitas pengelolaan modal kerja tersebut dan faktor-faktor
lainnya yang dapat mempengaruhi tingkat rentabilitas perusahaan.
Metode penentuan sampel dalam penelitian ini adalah purposive
sampling dimana populasi yang akan dijadikan sampel penelitian adalah
populasi yang memenuhi kriteria sampel tertentu sesuai dengan yang
dikehendaki oleh peneliti dan sampel yang dipilih dengan cermat sehingga
relevan dengan rancangan penelitian, peneliti akan berusaha agar dalam
sampel terdapat wakil-wakil segala lapisan populasi. Sample dalam penelitian
ini berjumlah 37 perusahaan property dan real estate.
Adapun kriteria dalam pengambilan sampel adalah :
1. Perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
pada periode tahun 2005-2009.
2. Perusahaan property dan real estate yang menerbitkan laporan
keuangannya selama periode 2005-2009.
3. Laporan keuangan telah diaudit oleh Auditor Independent dan telah
dipublikasikan di Pusat Referensi Pasar Modal di Bursa Efek Indonesia
C. Metode Pengumpulan Data
Sumber data sebagai salah satu bagian penelitian yang merupakan salah
satu bagian terpenting. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data
60
sekunder, yaitu berupa laporan keuangan tahunan pada perusahaan property
dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2005-
2009. Data variabel-variabel perusahaan tersebut diperoleh dari PT. Bursa
Efek Indonesia, yaitu antara lain dari Indonesian Capital Market Directory,
JSX Financial Report, dan JSX Annual Report. Data-data pendukung juga
diperoleh dari internet (www.idx.co.id).
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
studi kepustakaan. Studi kepustakaan ini dilakukan untuk menunjang materi
pembahasan pada penelitian ini. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan dengan
cara mengumpulkan informasi-informasi melalui buku-buku, jurnal, literatur-
literatur lain yang berkaitan dan mendukung penelitian ini.
D. Metode Analisis Data
1. Uji Asumsi Klasik
Dalam penelitian ini memakai beberapa uji asumsi klasik yang harus
dipenuhi sebagai prasyarat untuk melakukan uji regresi sehingga nantinya
dapat diperoleh penelitian yang bersifat BLUE (Best Linier Unbiased
Estimators). Berbagai uji asusmsi yang digunakan dalam penelitian ini
antara lain adalah (Agus Widarjono, 2007:109) :
a. Uji Normalitas
Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi, variabel independen, variabel dependen, atau keduanya
mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik
61
adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Ada beberapa
metode yang bisa digunakan untuk mendeteksi apakah residual
mempunyai distribusi normal atau tidak, salah satu salah metode yang
dapat digunakan adalah dengan menggunakan uji Jarque-Bera (J-B).
Uji normalitas residual metode OLS secara formal dapat dideteksi
dari metode yaang dikembangkan oleh Jarque-Bera (J-B). Metode JB
ini didasarkan pada sampel besar yang diasumsikan bersifat asymptotic.
Uji statistik dari J-B ini menggunakan perhitungan skewness dan
kurtosis.
Rumus yang digunakan dalam uji statistik Jarque-Bera adalah:
Dimana S adalah skewness, K adalah kurtosis, dan k
menggambarkan banyaknya koefisien yang digunakan dalam
persamaan.
b. Multikolinearitas.
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi ditemukan adanya korelasi antara satu variabel bebas
dengan variabel bebas yang lain. Pengujian ini dilakukan dengan cara
melihat gejala-gejala yang biasa dipakai untuk melihat adanya
multikolinearitas yaitu dengan melihat koefisien korelasinya.
Multikolinearitas terjadi apabila nilai korelasi antar variabel independen
JB = N – k K - 3 S2 + 6 4
62
di dalam koefisien persamaan regresi yang dapat dilihat dari matriks
korelasi lebih dari 0,8.
c. Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dari model
regresi tidak terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu
pengamatan dengan pengamatan yang lain. Model regresi yang baik
adalah model regresi yang homokedastisitas, dimana nilai variable
independen tertentu masing-masing kesalahan mempunyai varians yang
sama. Jika nilai model yang diperoleh ternyata tidak memenuhi asumsi
tersebut maka dalam model tersebut terjadi heterokedastisitas.
Pada penelitian ini, pengujian dilakukan dengan menggunakan uji
White. Suatu model dikatakan terdapat gejala heterokedastisitas jika
nilai chi square hitung lebih kecil dibandingkan dengan nilai chi square
kritis. Sebaliknya suatu model dikatakan tidak terdapat masalah
heterokedastisitas jika nilai chi square hitung lebih kecil dari nilai kritis
chi square, dan dapat juga dilihat dari nilai probabilitas chi square yang
lebih besar dari α=5%.
d. Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu
model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pada periode t-1 atau sebelumnya. Jika
terjadi korelasi, maka dinamakan ada masalah autokorelasi.
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu
63
berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena ada masalah
residual atau kesalahan pengganggu tidak bebas dari satu observasi ke
observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu atau
time series karena “gangguan” pada seorang individu/kelompok
cenderung mempengaruhi gangguan” pada individu/kelompok yang
sama pada periode berikutnya. Pada data crosssection atau silang
waktu, masalah autokorelasi relativ jarang terjadi karena “gangguan”
pada observasi yang berbeda berasal dari individu atau kelompok yang
berbeda. Model regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi.
Pada penelitian ini, masalah autokorelasi dilakukan dengan
menggunakan uji Breusch Godfrey (LM test). Jika nilai probabilitas
obs*R2 uji LM < 0.05, maka tidak terdapat masalah autokorelasi. Dan
dapat dilihat dari nilai chi square hitung yang lebih besar kecil
dibandingkan chi square kritis.
2. Metode Analisis Data
Analisis data dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan
statistik analisis regresi berganda untuk melakukan analisis terhadap
variabel independen yaitu pengelolaan modal kerja, likuiditas, solvabilitas,
dan aktivitas terhadap variabel dependen yaitu tingkat rentabilitas, maka
digunakan persamaan regresi berganda seperti di bawah ini:
Y = a +β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + ε
64
Dimana:
Y = Variabel dependen Rentabilitas
a = Konstanta
βi
= Koefisien regresi dari variabel independen ke i.
X1
= Variabel Independen Pengelolaan Modal Kerja
X2
= Variabel Independen Likuiditas
X3
= Variabel Independen Solvabilitas
X4
= Variabel Independen Aktivitas
ε = Estimasi Error
3. Pengujian Hipotesis Penelitian
a. Uji Statistik F
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen
secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen dalam
regresi. Adapun rumus dari F hitung adalah sebagai berikut :
b. Uji Statistik t
Uji t digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel
independen berpengaruh terhadap variabel dependen dalam regresi.
Adapun rumus dari uji t adalah sebagai berikut :
R2/k F hitung = (1 – R)/(n – k – 1)
r√ n – k – 1 t hitung = √ 1 – r2
65
c. Uji R2 (Koefisien Determinasi)
Koefisien Determinasi yang dinotasikan dengan R2, merupakan
suatu ukuran yang penting dalam regresi, karena dapat
menginformasikan baik atau tidaknya model regresi yang terestimasi.
Atau dengan kata lain, angka tersebut dapat mengukur seberapa
dekatkah garis regresi yang terestimasi dengan data sesungguhnya.
Koefisien Determinasi (R2) menunjukan kemampuan model untuk
menjelaskan hubungan antara variabel independen dan variabel
dependen. Nilai R2 akan selalu berada di antara 0 dan 1. Semakin
mendekati 1, berarti semakin besar kemampuan variabel independen
untuk menjelaskan (pengaruhnya) kepada variabel dependen.
R2 dihitung dengan rumus:
R2 = TSSESS =
TSSRSS
−1
E. Definisi Operasional Variabel
Untuk lebih memperjelas variabel yang akan diuji, maka dibawah ini
diterangkan variabel-variabel yang akan digunakan :
1. Variabel Bebas (independent variable)
a. Pengelolaan Modal Kerja (X1)
Modal kerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah modal
kerja konsep kualitatif yaitu kelebihan aktiva lancar diatas utang lancar
yang harus dibayar. Variabel pengelolaan modal kerja ini diukur dengan
melihat tingkat perputaran modal kerja (working capital turnover).
66
Working Capital Turnover, yaitu rasio yang memperlihatkan adanya
keefektifan modal kerja dalam pencapaian penjualan.
b. Likuiditas (X2 )
Variabel likuiditas dalam penelitian ini diukur dengan current ratio
(CR). Current ratio ini menunjukkan tingkat keamanan (margin of
safety) kreditor jangka pendek, atau kemampuan perusahaan untuk
membayar hutang-hutang tersebut.
c. Solvabilitas (X3)
Variabel solvabilitas dalam penelitian ini diukur dengan debt to
equity ratio (DER). Rasio ini menggambarkan perbandingan utang dan
ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan
modal sendiri perusahaan tersebut untuk memenuhi seluruh
kewajibannya. :
Hutang Lancar + Hutang Jangka Panjang Debt Equity Ratio = Modal Sendiri
Aktiva Lancar Current Ratio = Hutang Lancar
Penjualan Working Capital Turnover = (Aktiva Lancar - Hutang Lancar)
67
d. Aktivitas (X4)
Variabel aktivitas dalam penelitian ini diukur dengan total assets
turnover (TAT). Total assets turnover menunjukkan bagaimana tingkat
efektivitas perusahaan dalam menggunakan seluruh aktiva untuk
menciptakan dan mendapatkan laba.
2. Variabel Terikat (dependent variable)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat rentabilitas.
Tingkat rentabilitas yaitu membandingkan antara laba dengan jumlah
modal yang digunakan. Variabel rentabilitas dalam penelitian ini diukur
menggunakan return on equity (ROE). Return on equity merupakan
pengukuran kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi
investor.
Penjualan Total Assets Turnover = Total Aktiva
Laba Setelah Pajak Return on Equity = Modal Sendiri
68
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia
Objek penelitian ini adalah laporan keuangan tahunan yang berakhir
setiap tanggal 31 Desember pada perusahaan-perusahaan property dan real
estate yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia dan telah diaudit oleh
mauditor independen. Alasan Bursa Efek Indonesia dipilih sebagai sumber
dari objek penelitian ini karena Bursa Efek Indonesia merupakan Bursa
tertua yang ada di Indonesia.
Sejarah Bursa Efek Indonesia awalnya pada saat pemerintahan
Hindia Belanda mendirikan di Batavia pada tanggal 14 Desember 1912
yang diselenggarakan oleh Vereniging Voor de Effectenhandel. Pada
tanggal 11 Januari 1925 dibuka Bursa Efek di Surabaya, dan disusul
dengan pembukaan Bursa Efek di Semarang pada tanggal 1 Agustus 1925.
Kemudian pada tahun 1956 pemerintah mengaktifkan pasar modal sebagai
sarana pembiayaan ekonomi.
Pada tanggal 13 Juli 1992 Bursa Efek Indonesia diswastakan
kemudian pada tahun 1995 Bursa Efek Indonesia meluncurkan sistem
perdagangan yang disebut JATS (Jakarta Automated Trading System)
sistem ini memberikan fasilitas pada perdagangan saham secara fair dan
transparan sehingga informasi dapat diserap oleh investor dengan cepat,
69
dan pada tahun 2002 Bursa Efek Indonesia juga mulai menerapkan sistem
perdagangan jarak jauh yang disebut Remote Trading System (RTS),
sebagai upaya meningkatkan akses pasar, kecepatan, dan frekuensi
perdagangan.
Pada tahun 2007 dilakukan penggabungan Bursa Efek Jakarta (BEJ)
dan Bursa Efek Surabaya (BES) yang kemudian berubah nama menjadi
Bursa Efek Indonesia (BEI). Bursa Efek Indonesia dipimpin oleh Direktur
Utama Erry Firmansyah, mantan direktur utama BEJ. Mantan Direktur
Utama BES Guntur Pasaribu menjabat sebagai Direktur Perdagangan
Fixed Income dan Derivatif, Keanggotaan dan Partisipan.
Menurut Jogianto (2003) era pasar modal di Indonesia dibagi
menjadi enam periode:
a. Periode Pertama (1912-1942): Periode Zaman Belanda.
Pada tanggal 14 Desember 1912, suatu asosiasi 13 broker
dibentuk di Jakarta. Asosiasi ini diberi nama Belandanya sebagai
“Vereniging voor Effectenhandel” yang merupakan cikal bakal pasar
modal pertama di Indonesia. Setelah perang dunia I, pasar modal di
Surabaya mendapat giliran dibuka pada tanggal 1 Januari 1925 dan
disusul di Semarang pada tanggal 1 Agustus 1925. karena masih dalam
zaman penjajahan Belanda dan pasar-pasar modal ini juga didirikan
oleh Belanda, mayoritas saham-saham yang diperdagangkan di sana
juga merupakan saham-saham perusahaan Belanda dan afiliasinya yang
tergabung dalam Dutch East Indies Trading Agencies.
70
b. Periode Kedua (1952-1960): Periode Orde Lama.
Setelah Jepang meninggalkan Indonesia, pada tanggal 1
September 1951 dikeluarkan Undang-Undang Darurat no. 12 yang
kemudian dijadikan Undang-Undang No. 15 tahun 1952 tentang Pasar
Modal.Melalui keputusan Menteri Keuangan No. 289737/UU tanggal 1
Nopember 1951, Bursa Efek Jakarta (BEJ) akhirnya dibuka kembali
pada tanggal 3 Juni 1952.
Tujuan dibuka kembali bursa efek ini untuk menampung obligasi
pemerintah yang sudah dikeluarkan pada tahun-tahun sebelumnya.
Tujuan lainnya adalah untuk mencegah saham-saham perusahaan
Belanda yang dulunya diperdagangkan di pasar modal di Jakarta pergi
ke luar negeri. Kepengurusan bursa efek ini kemudian diserahkan
kepada Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek-efek (PPUE) yang
terdiri dari 3 bank dengan Bank Indonesia sebagai anggota kehormatan.
c. Periode Ketiga (1977-1988): Periode Orde Baru.
Bursa Efek Jakarta dikatakan lahir kembali pada tahun 1977
dalam periode orde baru sebagai hasil Keputusan Presiden No. 52 tahun
1976. Keputusan ini menetapkan pendirian Pasar Modal, pembentukan
Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) dan PT. Danareksa.
Presiden Soeharto meresmikan kembali Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada
tanggal 10 Agustus 1977. PT. Semen Cibinong merupakan perusahaan
pertama yang tercatat di BEJ.
71
d. Periode Keempat (1988-1995): Periode Bangun dari Tidur yang
Panjang.
Setelah tahun 1988, selama tiga tahun yaitu sampai tahun 1990,
jumlah perusahaan yang terdaftar di BEJ meningkat sampai dengan 127
perusahaan. Kemudian pada tahun 1996 jumlah perusahaan yang
terdaftar meningkat menjadi 238 perusahaan. Pada periode ini, Initial
Public Offering (IPO) menjadi peristiwa nasional.
e. Periode Kelima (mulai 1995): Periode Otomatisasi.
Peningkatan kegiatan transaksi yang dirasakan sudah melebihi
kapasitas manual, maka BEJ memutuskan untuk mengotomatisasikan
kegiatan transaksi di bursa. System otomatisasi yang diterapkan di
Bursa Efek Jakarta (BEJ) di beri nama Jakarta Automated Trading
System (JATS) dan mulai beroperasi pada hari senin tanggal 22 Mei
1995.
Selain itu, untuk mengantisipasi jumlah anggota bursa dan
transaksi yang meningkat, maka pada tanggal 19 September 1996 BES
menerapkan system otomatisasi yang disebut Surabaya Market
Information and Automated Trading System (S-MART).
f. Periode Keenam (mulai Agustus 1997): Kritis Moneter.
Pada bulan Agustus 1997, krisis moneter melanda Negara-negara
di Asia, termasuk Indonesia. Krisis moneter yang terjadi ini dimulai
dari penurunan nilai-nilai mata uang Negara-negara Asia tersebut relatif
terhadap Dolar Amerika. Untuk mencegah permintaan dolar Amerika
72
yang berlebihan dan mengakibatkan nilainya meningkat, serta pengaruh
turunnya nilai Rupiah, Bank Indonesia menaikkan suku bunga Sertifikat
Bank Indonesia (SBI). Tingginya suku bunga deposito berakibat negatif
terhadap pasar modal. Investor tidak tertarik lagi untuk menanamkan
dananya di pasar modal, karena total return yang diterima lebih kecil
dibandingkan dengan pendapatan dari bunga deposito. Akibatnya,
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun, begitupun halnya dengan
harga saham-saham di pasar modal.
Untuk mengurangi kelesuan permintaan sekuritas di pasar modal
Indonesia, pemerintah berusaha meningkatkan aktivitas
perdagangannya melalui transaksi investor asing. Pada tanggal 3
September 1997 pemerintah tidak lagi memberlakukan pembatasan
49% pemilikan asing. Ini berarti investor asing boleh memiliki saham-
saham yang jumlahnya tidak terbatas. Selain itu, untuk memperbaiki
perekonomian yang bergejolak, pemerintah pada tanggal 1 Nopember
1997 mengumumkan likuidasi 16 bank swasta nasional. Pengumuman
yang mengejutkan ini tidak banyak membantu memperbaiki lesunya
pasar saham. Bahkan IHSG untuk bulan Nopember merosot tajam.
BEJ proaktif memantau pergerakan harga saham dan melakukan
tindakan-tindakan yang diperlukan terhadap transaksi-transaksi saham
yang mengalami fluktuasi harga yang signifikan tanpa didukung
informasi yang jelas. Perbaikan dalam hal tingkat respon BEJ
mencerminkan komitmen BEJ dalam menjalankan mekanisme
73
kepengawasan maupun pengendalian, untuk senantiasa menjaga
integritas dan kredibilitas Bursa.
2. Lembaga-lembaga yang terkait di Bursa Efek Indonesia
Bursa Efek Indonesia melibatkan banyak lembaga, masing-masing
pihak mempunyai peranan dan fungsi yang berbeda-beda dan saling
menunjang kepentingan pihak lain. Pihak-pihak yang terkait dalam
kegiatan Bursa Efek Indonesia adalah :
a. Perusahaan yang go public (Emiten)
Adalah perusahaan yang melakukan emisi atau yang telah melakukan
penawaran dalam surat berharga. Pihak ini membutuhkan dana guna
membelanjai operasi rencana investasi.
b. Perusahaan Efek
Perusahaan efek adalah perusahaan yang telah memperoleh izin usaha
untuk beberapa kegiatan seperti penjamin emisi efek, perantara
perdagangan efek, manajer investasi, atau penasehat investasi.
c. Lembaga kliring dan penyelesaian penyimpanan
Adalah suatu lembaga yang menyelenggarakan kliring dan penyelesaian
transaksi yang terjadi di Bursa Efek, penyimpanan efek serta penitipan
harta untuk pihak lain.
d. Perusahaan Reksadana
Adalah pihak yang kegiatan utamanya melakukan investasi, investasi
kembali (reinvestasi).
74
e. Lembaga Penunjang Pasar Modal
Lembaga penunjang meliputi tempat penitipan harta, wali amanat atau
penanggung yang menyediakan jasa. Tempat penitipan harta adalah
pihak yang menyelenggarakan penyimpanan harta dalam penitipan
untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak tanpa
mempunyai hak kepemilikan atas harta tersebut.
f. Profesi Penunjang.
Terdiri dari Akuntan publik, notaris, perusahaan penilai (appraisal)
dan konsultan hukum. Akuntan publik adalah pihak yang memiliki
keahlian dalam bidang akuntansi dan pemeriksaan (auditing). Fungsi
akuntan adalah memberi pendapat atas kewajaran laporan keuangan
emiten dan calon emiten. Notaris adalah pejabat yang berwenang
membuat akte otentik sebagaimana dimaksudkan dalam Staad Glad
1860 No.3 tentang pengaturan jabatan notaris. Peranan notaris adalah
membuat perjanjian, menyusun anggaran dasar dan perubahannya,
perubahan milik modal dan lain-lain.
Penilaian appraisal adalah pihak yang menerbitkan dan
menandatangani laporan penilai. Laporan penilai mencakup
pendapatan atas aktiva yang disusun berdasarkan pemeriksaan menurut
keahlian penilai. Konsultan hukum adalah ahli hukum yang
memberikan dan menandatangani pendapat hukum mengenai emisi
atau emiten. Fungsi utama konsultan hukum adalah melindungi
75
pemodal atau calon pemodal dari segi hukum. Tugasnya antara lain
meneliti akte pendirian, izin usaha dan lain-lain.
g. Pemodal (investor)
Adalah pihak perorangan maupun lembaga yang menanamkan
modalnya dalam efek-efek yang diperdagangkan.
h. Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM)
Badan Pengawasan Pasar Modal (BAPEPAM) merupakan lembaga
pemerintah yang mempunyai tugas sebagai berikut :
1) Memonitor dan mengatur pasar modal sebagai tempat sekuritas-
sekuritas dapat diterbitkan dan diperdagangkan secara teratur, wajar,
dan efesien dengan maksud untuk melindungi kepentingan para
pemodal dan masyarakat.
2) Mengawasi dan memonitor pertukaran sekuritas, kliring, dan
lemabaga-lembaga penyimpanan reksadana, perusahaan sekuritas
dan para pialang, berbagai lembaga pendukung pasar modal dan para
professional.
3) Untuk memberikan rekomendasi tentang pasar modal kepada
menteri keuangan.
Dengan fungsi tersebut diharapkan Badan Pengawas Pasar Modal
(BAPEPAM) lebih bisa melaksanakan fungsi pengawasan karena
kegiatan pendanaan efek dan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan
yang diselenggarakan oleh Bursa Efek sendiri, selain itu peraturan
76
mulai dilakukan oleh Badan Pengawasan Pasar Modal (BAPEPAM)
secara konsisten.
3. Perusahaan Property dan Real Estate
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan-perusahaan property dan
real estate yang laporan keuangannya dipublikasikan di BEI. Laporan
keuangan yang digunakan sebagai objek penelitian berasal dari neraca dan
laporan laba (rugi).
Perusahaan-perusahaan property dan real estate manufaktur yang
dijadikan sampel dalam penelitian ini sebanyak 37 perusahaan, antara lain:
Tabel 4.1. Perusahaan Property dan Real Estate
NO Nama Perusahaan
1 Bakrieland Development Tbk.
2 Bhuwanatala Indah Permata Tbk.
3 Bintang Mitra Semestaraya Tbk.
4 Bukit Darmo Property Tbk.
5 Bumi Serpong Damai Tbk.
6 Ciputra Property Tbk.
7 Ciputra Surya Tbk.
8 Citra Kebun Raya Agri Tbk.
9 Dayaindo Resources Internasional Tbk.
10 Duta Anggada Realty Tbk.
11 Duta Pertiwi Tbk.
12 Gowa Makassar Tourism Tbk.
13 Indonesia Prima Property Tbk.
14 Jakarta Internasional Hotel & Development Tbk.
15 Jakarta Setiabudi Internasional Tbk.
77
B. Analisis Deskriptif Statistik
Penelitian ini menggunakan jumlah sampel sebanyak 37 perusahaan.
Data deskriptif dari penelitian ini adalah seluruh data baik itu variabel terikat
maupun variabel bebas dengan periode pengamatan 2005-2009. Berikut akan
disajikan descriptive statistics data variabel independen dan variabel
dependen yang dipakai dalam penelitian:
16 Jaya Real Property Tbk.
17 Kawasan Industri Jababeka Tbk.
18 Laguna Cipta Griya Tbk.
19 Lamicitra Nusantara Tbk.
20 Lippo Cikarang Tbk.
21 Lippo Karawaci Tbk.
22 Mas Murni Indonesia Tbk.
23 Metro Supermarket Realty
24 Modernland Realty Tbk.
25 New Century Development Tbk.
26 Pakuwon Jati Tbk.
27 Pembangunan Jaya Ancol Tbk.
28 Perdana Gapuraprima Tbk.
29 Pudjiadi & Sons Tbk
30 Pudjiadi Prestige Limited Tbk.
31 Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk.
32 Royal Oak Development Asia Tbk.
33 Sentul City Tbk.
34 Summarecon Agung Tbk.
35 Surya Semesta Internusa Tbk.
36 Surya Inti Permata Tbk
37 Suryamas Duta Makmur Tbk.
78
1. Varibel Pengelolaan Modal Kerja (Working Capital Turnover)
Pada Tabel 4.2. menunjukkan besarnya working capital turnover
(WCT) setiap perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada
periode penelitian. Besarnya working capital turnover (WCT) tertinggi
tahun 2005 pada penelitian dimiliki oleh Surya Inti Permata Tbk yakni
sebesar 457,661. Tahun 2006 oleh Mas Murni Indonesia Tbk yakni
sebesar 7,194. Tahun 2007 oleh Metro Supermarket Realty Tbk yakni
sebesar 5,159. Tahun 2008 oleh Metro Supermarket Realty Tbk yakni
sebesar 65,028. Tahun 2009 oleh Jakarta Setiabudi Internasional Tbk
yakni sebesar 96,938. Besarnya working capital turnover (WCT) terendah
selama tahun 2005 pada penelitian dimiliki oleh Surya Semesta Internusa
Tbk yakni sebesar -17,761. Tahun 2006 oleh Surya Semesta Internusa Tbk
yakni sebesar -25,618. Tahun 2007 oleh Pakuwon Jati Tbk yakni sebesar -
101,087. Tahun 2008 oleh Surya Semesta Internusa Tbk yakni sebesar -
42,839. Tahun 2009 oleh Pakuwon Jati Tbk yakni sebesar -37,634.
Working capital turnover (WCT) pada tahun 2005 memiliki nilai
mean sebesar 12,3343 dan nilai standar deviasi sebesar 75,668 . Nilai
mean pada tahun 2006 sebesar -1,406 dan nilai standar deviasi sebesar
5,528. Nilai mean pada tahun 2007 sebesar -3,031 dan nilai standar deviasi
sebesar 16,838. Nilai mean pada tahun 2008 sebesar 1,040 dan nilai
standar deviasi sebesar 13,636. Nilai mean pada tahun 2009 sebesar 4,474
dan nilai standar deviasi sebesar 19,707.
79
Tabel 4.2. Working Capital Turnover
Tiap Perusahaan Selama Periode Penelitian
NO
Nama Perusahaan Working Capital Turnover (WCT)
2005 2006 2007 2008 20091 Bakrieland Development Tbk. 0,369 3,149 0,036 0,036 0,5902 Bhuwanatala Indah Permata Tbk. ‐0,419 ‐1,585 ‐0,577 ‐0,424 ‐0,4313 Bintang Mitra Semestaraya Tbk. 3,160 ‐1,667 1,631 0,285 45,8624 Bukit Darmo Property Tbk. ‐1,509 0,095 ‐0,025 1,329 0,1765 Bumi Serpong Damai Tbk. ‐10,030 ‐2,633 ‐4,570 1,845 1,2926 Ciputra Property Tbk. ‐13,321 ‐14,195 0,192 0,212 0,2367 Ciputra Surya Tbk. 0,856 0,763 0,903 1,192 0,7068 Citra Kebun Raya Agri Tbk. 0,081 0,189 0,328 0,059 0,0179 Dayaindo Resources Internasional Tbk. 0,972 ‐2,677 ‐2,142 3,031 ‐8,28410 Duta Anggada Realty Tbk. ‐0,903 ‐0,840 ‐0,334 ‐0,253 ‐0,18911 Duta Pertiwi Tbk. ‐1,020 ‐2,031 ‐2,601 5,333 ‐2,36912 Gowa Makassar Tourism Tbk. ‐0,896 ‐1,088 ‐1,250 ‐1,300 ‐1,870 13 Indonesia Prima Property Tbk. ‐0,609 ‐0,504 ‐0,627 ‐0,511 ‐0,69614 akarta Internasional Hotel & Development Tbk. 0,828 2,229 ‐0,783 ‐1,345 96,93815 Jakarta Setiabudi Internasional Tbk. ‐5,136 ‐9,368 ‐2,559 ‐15,615 ‐9,13116 Jaya Real Property Tbk. 2,050 2,998 4,722 7,297 5,46217 Kawasan Industri Jababeka Tbk. 0,991 0,833 ‐1,015 ‐0,684 ‐0,47818 Laguna Cipta Griya Tbk. 0,404 0,798 0,271 0,096 0,09219 Lamicitra Nusantara Tbk. 0,467 0,335 0,759 0,949 1,01720 Lippo Cikarang Tbk. 2,994 0,235 0,322 0,557 0,68721 Lippo Karawaci Tbk. 2,966 1,232 0,923 0,943 1,06622 Mas Murni Indonesia Tbk. 4,305 7,194 3,630 5,598 6,45923 Metro Supermarket Realty Tbk. ‐1,906 ‐3,975 5,159 65,028 24,80424 Modernland Realty Tbk. ‐2,014 ‐0,238 ‐1,028 ‐1,353 ‐1,23625 New Century Development Tbk. 0,284 0,241 0,185 0,011 0,00926 Pakuwon Jati Tbk. 35,681 ‐1,634 ‐101,087 ‐11,917 ‐37,63427 Pembangunan Jaya Ancol Tbk. 4,910 3,504 2,246 2,077 2,71528 Perdana Gapuraprima Tbk. 0,664 0,732 0,639 0,492 0,53829 Pudjiadi & Sons Tbk 8,309 3,558 ‐4,757 6,374 4,06230 Pudjiadi Prestige Limited Tbk. ‐0,722 ‐5,656 2,543 1,667 1,83931 Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk. 0,197 0,292 0,440 0,404 0,15532 Royal Oak Development Asia Tbk. 0,082 0,128 0,073 0,067 0,15533 Sentul City Tbk. 0,167 0,070 0,304 0,053 0,10934 Summarecon Agung Tbk. ‐15,711 ‐6,841 ‐1,093 9,915 2,98735 Surya Semesta Internusa Tbk. ‐17,761 ‐25,618 ‐13,409 ‐42,839 30,21536 Surya Inti Permata Tbk 457,661 0,075 0,574 0,267 0,00537 Suryamas Duta Makmur Tbk. ‐0,071 ‐0,119 ‐0,162 ‐0,386 ‐0,356Nilai Minimum ‐17,761 ‐25,618 ‐101,087 ‐42,839 ‐37,634Nilai Maximum 457,661 7,194 5,159 65,028 96,938Nilai Mean 12,334 ‐1,406 ‐3,031 1,040 4,474Nilai Std. Deviasi 75,668 5,528 16,838 13,636 19,707
Sumber : Data diolah
80
2. Varibel Likuiditas (Current Ratio)
Pada Tabel 4.3. menunjukkan besarnya current ratio (CR) setiap
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode penelitian.
Besarnya current ratio (CR) tertinggi selama tahun 2005 pada penelitian
dimiliki oleh Citra Kebun Raya Agri Tbk yakni sebesar 80,16. Tahun 2006
oleh Citra Kebun Raya Agri Tbk yakni sebesar 22,89. Tahun 2007 oleh
Bintang Mitra Semestaraya Tbk yakni sebesar 113,60. Tahun 2008 oleh
Citra Kebun Raya Agri Tbk yakni sebesar 77,83. Tahun 2009 oleh Ristia
Bintang Mahkotasejati Tbk dan Royal Oak Development Asia Tbk yakni
sebesar 21,08. Besarnya current ratio (CR) terendah selama tahun 2005
pada penelitian dimiliki oleh Surya Inti Permata Tbk yakni sebesar 0,01.
Tahun 2006 oleh Suryamas Duta Makmur, Tbk yakni sebesar 0,07. Tahun
2007 dan tahun 2008 oleh Indonesia Prima Property Tbk yakni sebesar
0,11. Tahun 2009 oleh Indonesia Prima Property Tbk yakni sebesar 0,17 .
Current ratio (CR) pada tahun 2005 memiliki nilai mean sebesar
3,94 dan nilai standar deviasi sebesar 13,301. Nilai mean pada tahun 2006
sebesar 2,99 dan nilai standar deviasi sebesar 5,424. Nilai mean pada tahun
2007 sebesar 5,48 dan nilai standar deviasi sebesar 18,526. Nilai mean
pada tahun 2008 sebesar 4,32 dan nilai standar deviasi sebesar 12,653.
Nilai mean pada tahun 2009 sebesar 3,38 dan nilai standar deviasi sebesar
5,407.
81
Tabel 4.3.
Current Ratio Tiap Perusahaan Selama Periode Penelitian
Sumber : Data diolah
NO Nama Perusahaan Current Ratio (CR)
2005 2006 2007 2008 20091 Bakrieland Development Tbk. 2,10 1,15 3,14 2,49 1,662 Bhuwanatala Indah Permai Tbk. 0,14 0,79 0,44 0,16 0,233 Bintang Mitra Semestaraya Tbk. 1,30 0,89 113,60 4,14 1,094 Bukit Darmo Property Tbk. 0,31 13,91 2,82 1,97 4,295 Bumi Serpong Damai Tbk. 0,95 0,83 0,85 1,37 1,546 Ciputra Property Tbk. 0,81 0,83 11,82 9,66 11,947 Ciputra Surya Tbk. 1,70 2,24 2,53 1,79 1,848 Citra Kebun Raya Agri Tbk. 80,16 22,89 4,70 77,83 16,509 Dayaindo Resources Internasional Tbk 1,74 0,46 0,54 1,85 0,8310 Duta Anggada Realty Tbk. 0,53 0,41 0,23 0,25 0,2911 Duta Pertiwi Tbk. 0,64 0,76 0,78 1,12 0,7712 Gowa Makassar Tourism Tbk. 0,70 0,71 0,75 0,76 0,8313 Indonesia Prima Property Tbk. 0,21 0,11 0,11 0,11 0,1714 Jakarta Inernasional Hotel & Development Tbk. 1,29 1,04 0,75 0,74 1,0115 Jakarta Setiabudi Internasional Tbk. 0,78 0,85 0,61 0,90 0,8516 Jaya Real Property Tbk. 1,46 1,26 1,18 1,11 1,1217 Kawasan Industri Jababeka Tbk. 2,63 2,96 0,70 0,50 0,4318 Laguna Cipta Griya Tbk. 1,85 1,40 4,56 9,60 7,2719 Lamicitra Nusantara Tbk. 1,87 1,50 1,30 1,29 1,3620 Lippo Cikarang Tbk. 1,07 3,54 2,58 2,13 1,8021 Lippo Karawaci Tbk. 1,22 1,35 1,44 1,45 1,3922 Mas Murni Indonesia Tbk. 2,92 2,01 2,63 1,86 1,4723 Metro Supermarket Realty Tbk. 0,26 0,47 1,56 1,03 1,13 24 Modernland Realty Tbk. 0,69 0,62 0,71 0,78 0,6625 New Century Development Tbk. 1,15 1,16 1,37 1,35 1,3526 Pakuwon Jati Tbk. 1,04 0,51 0,98 0,91 0,9527 Pembangunan Jaya Ancol Tbk. 1,63 2,38 2,65 3,17 1,9728 Perdana Gapuraprima Tbk. 1,46 1,41 2,07 1,93 1,9929 Pudjiadi & Sons Tbk 1,36 1,69 0,74 1,42 1,4930 Pudjiadi Prestige Limited Tbk. 0,35 0,86 1,56 1,94 1,6131 Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk. 7,25 10,47 4,93 8,10 21,0832 Royal Oak Development Asia Tbk. 20,11 22,04 14,81 5,34 21,0833 Sentul City Tbk. 2,22 3,88 6,57 5,56 4,0734 Summarecon Agung Tbk. 0,94 0,86 0,76 1,12 1,3135 Surya Semesta Internusa Tbk. 0,87 0,90 0,83 0,95 1,0836 Surya Inti Permata Tbk 0,01 1,52 5,02 2,80 6,3537 Suryamas Duta Makmur Tbk. 0,07 0,07 0,18 0,36 0,35Nilai Minimum 0,01 0,07 0,11 0,11 0,17Nilai Maximum 80,16 22,89 113,60 77,83 21,08Nilai Mean 3,94 2,99 5,48 4,32 3,38Nilai Std. Deviasi 13,301 5,424 18,526 12,653 5,407
82
3. Varibel Solvabilitas (Debt to Equity Ratio)
Pada Tabel 4.4. menunjukkan besarnya debt to equity ratio (DER)
setiap perusahaan yang terdaftar di BEI pada periode penelitian. Besarnya
debt to equity ratio (DER) tertinggi selama tahun 2005 pada penelitian
dimiliki oleh Perdana Gapura Prima Tbk yakni sebesar 36,51. Tahun 2006
oleh Bukit Darmo Property Tbk yakni sebesar 28,80. Tahun 2007 oleh
Suryamas Duta Makmur Tbk yakni sebesar 6,32. Tahun 2008 oleh Duta
Anggada Realty Tbk yakni sebesar 3,35. Tahun 2009 oleh Duta Anggada
Realty Tbk yakni sebesar 3,83. Besarnya debt to equity ratio (DER)
terendah selama tahun 2005 pada penelitian dimiliki oleh Citra Kebun
Raya Agri Tbk yakni sebesar 0,02. Tahun 2006 oleh Mas Murni Indonesia
yakni sebesar 0,02. Tahun 2007 oleh Bintang Mitra Semestaraya Tbk
yakni sebesar 0,01. Tahun 2008 Royal Oak Development Asia oleh Tbk
yakni sebesar 0,02. Tahun 2009 oleh Ristia Bintang Mahkotasejati yakni
sebesar 0,05.
Debt to equity ratio (DER) pada tahun 2005 memiliki nilai mean
sebesar 3,40 dan nilai standar deviasi sebesar 7,902. Nilai mean pada tahun
2006 sebesar 2,06 dan nilai standar deviasi sebesar 4,731. Nilai mean pada
tahun 2007 sebesar 1,24 dan nilai standar deviasi sebesar 1,266. Nilai
mean pada tahun 2008 sebesar 1,09 dan nilai standar deviasi sebesar 0,946.
Dan nilai mean pada tahun 2009 sebesar 1,01 dan nilai standar deviasi
sebesar 0,810.
83
Tabel 4.4.
Debt to Equity Ratio Tiap Perusahaan Selama Periode Penelitian
NO Nama Perusahaan Debt to Equity Ratio (DER)
2005 2006 2007 2008 20091 Bakrieland Development Tbk. 1,01 0,79 0,36 0,70 1,252 Bhuwanatala Indah Permai Tbk. 0,58 0,72 0,67 0,81 0,963 Bintang Mitra Semestaraya Tbk. 0,11 0,12 0,01 0,04 0,604 Bukit Darmo Property Tbk. 28,94 28,80 0,15 0,45 0,365 Bumi Serpong Damai Tbk. 1,83 2,18 1,84 1,11 0,966 Ciputra Property Tbk. 0,17 0,65 0,12 0,08 0,077 Ciputra Surya Tbk. 0,97 0,64 0,41 0,44 0,468 Citra Kebun Raya Agri Tbk. 0,02 0,03 0,23 0,04 0,059 Dayaindo Resources Internasional Tbk 0,48 0,44 1,82 0,46 0,9610 Duta Anggada Realty Tbk. 4,05 2,77 4,04 3,35 3,8311 Duta Pertiwi Tbk. 1,65 1,48 1,37 0,81 0,6212 Gowa Makassar Tourism Tbk. 2,54 2,33 2,21 2,09 1,9213 Indonesia Prima Property Tbk. 2,38 1,96 1,80 2,51 1,4714 Jakarta Inernasional Hotel & Development Tbk. 1,03 1,87 2,53 3,16 1,7515 Jakarta Setiabudi Internasional Tbk. 1,20 1,31 1,37 1,46 1,1516 Jaya Real Property Tbk. 0,41 0,55 0,63 0,75 0,8717 Kawasan Industri Jababeka Tbk. 0,24 0,18 0,52 0,86 0,9818 Laguna Cipta Griya Tbk. 0,51 0,70 0,13 0,12 0,1519 Lamicitra Nusantara Tbk. 1,31 2,01 2,81 2,62 2,2020 Lippo Cikarang Tbk. 1,50 1,60 1,80 1,96 2,1121 Lippo Karawaci Tbk. 1,21 1,76 1,43 1,54 1,4022 Mas Murni Indonesia Tbk. 0,05 0,02 0,05 0,05 0,0623 Metro Supermarket Realty Tbk. 0,47 0,32 0,29 0,26 0,2824 Modernland Realty Tbk. 1,06 1,36 1,36 0,77 0,6725 New Century Development Tbk. 2,46 2,31 1,67 1,75 1,7426 Pakuwon Jati Tbk. 20,00 1,93 1,99 2,46 1,9427 Pembangunan Jaya Ancol Tbk. 0,40 0,32 0,57 0,51 0,5828 Perdana Gapuraprima Tbk. 36,51 7,07 1,45 1,64 1,3329 Pudjiadi & Sons Tbk 1,95 1,81 1,72 1,81 1,2830 Pudjiadi Prestige Limited Tbk. 0,67 0,31 0,25 0,17 0,2531 Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk. 0,12 0,08 0,20 0,10 0,0532 Royal Oak Development Asia Tbk. 0,05 0,03 0,05 0,02 0,0833 Sentul City Tbk. 0,44 0,21 0,12 0,16 0,2234 Summarecon Agung Tbk. 1,23 1,25 1,01 1,31 1,5935 Surya Semesta Internusa Tbk. 1,42 1,24 1,51 2,02 1,8736 Surya Inti Permata Tbk 0,15 0,10 1,14 1,27 0,9637 Suryamas Duta Makmur Tbk. 6,60 4,84 6,32 0,50 0,52Nilai Minimum 0,02 0,02 0,01 0,02 0,05Nilai Maximum 36,51 28,80 6,32 3,35 3,83Nilai Mean 3,40 2,06 1,24 1,09 1,01Nilai Std. Deviasi 7,902 4,731 1,266 0,946 0,810
Sumber : Data diolah
84
4. Varibel Aktivitas (Total Asset Turnover)
Pada Tabel 4.6. menunjukkan besarnya total asset turnover (TAT)
setiap perusahaan yang terdaftar di BEI pada periode penelitian. Besarnya
total asset turnover (TAT) tertinggi selama tahun 2005 pada penelitian
dimiliki oleh Lamicitra Nusantara Tbk yakni sebesar 1,15, tahun 2006 oleh
Surya Semesta Internusa Tbk yakni sebesar 0,81. Tahun 2007 oleh Surya
Semesta Internusa Tbk yakni sebesar 0,79. Tahun 2008 oleh Surya
Semesta Internusa Tbk yakni sebesar 0,78. Tahun 2009 oleh Bintang Mitra
Semestaraya Tbk yakni sebesar 1,55. Besarnya total asset turnover (TAT)
terendah selama tahun 2005 pada penelitian dimiliki oleh Perdana
Gapuraprima Tbk yakni sebesar 0,002. Tahun 2006 oleh Bintang Mitra
Semestaraya Tbk yakni sebesar 0,001. Tahun 2007 oleh Bukit Darmo
Property Tbk yakni sebesar 0,030. Tahun 2008 dan tahun 2009 oleh New
Century Development Tbk yakni sebesar 0,002.
Total asset turnover (TAT) pada tahun 2005 memiliki nilai mean
sebesar 0,23 dan nilai standar deviasi sebesar 0,233. Nilai mean pada tahun
2006 sebesar 0,20 dan nilai standar deviasi sebesar 0,176. Nilai mean pada
tahun 2007 sebesar 0,24 dan nilai standar deviasi sebesar 0,176. Nilai
mean pada tahun 2008 sebesar 0,22 dan nilai standar deviasi sebesar 0,190.
Dan nilai mean pada tahun 2009 sebesar 0,24 dan nilai standar deviasi
sebesar 0,275.
85
Tabel 4.5. Total Asset Turnover
Tiap Perusahaan Selama Periode Penelitian
NO
Nama Perusahaan Total Asset Turnover (TAT)
2005 2006 2007 2008 20091 Bakrieland Development Tbk. 0,13 0,16 0,14 0,13 0,092 Bhuwanatala Indah Permai Tbk. 0,06 0,07 0,08 0,14 0,163 Bintang Mitra Semestaraya Tbk. 0,01 0,001 0,61 0,04 1,554 Bukit Darmo Property Tbk. 0,01 0,01 0,03 0,21 0,035 Bumi Serpong Damai Tbk. 0,31 0,29 0,40 0,32 0,286 Ciputra Property Tbk. 0,21 0,19 0,08 0,09 0,097 Ciputra Surya Tbk. 0,13 0,17 0,16 0,14 0,178 Citra Kebun Raya Agri Tbk. 0,07 0,15 0,21 0,03 0,029 Dayaindo Resources Internasional Tbk 0,22 0,10 0,48 0,72 0,6110 Duta Anggada Realty Tbk. 0,25 0,30 0,19 0,13 0,1011 Duta Pertiwi Tbk. 0,19 0,24 0,28 0,24 0,2312 Gowa Makassar Tourism Tbk. 0,19 0,22 0,22 0,21 0,2113 Indonesia Prima Property Tbk. 0,21 0,23 0,29 0,25 0,2714 Jakarta Inernasional Hotel & Development Tbk. 0,10 0,04 0,10 0,18 0,4115 Jakarta Setiabudi Internasional Tbk. 0,21 0,25 0,30 0,34 0,3716 Jaya Real Property Tbk. 0,24 0,24 0,28 0,29 0,2617 Kawasan Industri Jababeka Tbk. 0,29 0,23 0,15 0,16 0,1218 Laguna Cipta Griya Tbk. 0,12 0,13 0,15 0,06 0,0719 Lamicitra Nusantara Tbk. 1,15 0,09 0,15 0,18 0,2220 Lippo Cikarang Tbk. 0,13 0,10 0,12 0,20 0,2021 Lippo Karawaci Tbk. 0,32 0,22 0,20 0,22 0,2122 Mas Murni Indonesia Tbk. 0,06 0,07 0,07 0,08 0,0923 Metro Supermarket Realty Tbk. 0,35 0,37 0,34 0,24 0,2424 Modernland Realty Tbk. 0,31 0,05 0,16 0,13 0,1725 New Century Development Tbk. 0,03 0,03 0,04 0,00 0,00226 Pakuwon Jati Tbk. 0,21 0,14 0,14 0,13 0,2027 Pembangunan Jaya Ancol Tbk. 0,68 0,70 0,60 0,64 0,5928 Perdana Gapuraprima Tbk. 0,002 0,19 0,32 0,22 0,2329 Pudjiadi & Sons Tbk 0,53 0,45 0,58 0,62 0,4130 Pudjiadi Prestige Limited Tbk. 0,18 0,17 0,26 0,20 0,2131 Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk. 0,11 0,16 0,22 0,23 0,1032 Royal Oak Development Asia Tbk. 0,06 0,12 0,11 0,03 0,0233 Sentul City Tbk. 0,06 0,03 0,18 0,03 0,0634 Summarecon Agung Tbk. 0,43 0,44 0,34 0,35 0,2735 Surya Semesta Internusa Tbk. 0,77 0,81 0,79 0,78 0,6636 Surya Inti Permata Tbk 0,25 0,35 0,16 0,06 0,00237 Suryamas Duta Makmur Tbk. 0,04 0,07 0,08 0,06 0,06Nilai Minimum 0,002 0,001 0,030 0,002 0,002Nilai Maximum 1,15 0,81 0,79 0,78 1,55Nilai Mean 0,23 0,20 0,24 0,22 0,24Nilai Std. Deviasi 0,233 0,175 0,176 0,190 0,275
Sumber : Data diolah
86
5. Variabel Rentabilitas (Return On Equity)
Pada Tabel 4.6. menunjukkan besarnya return on equity (ROE)
setiap perusahaan yang terdaftar di BEI pada periode penelitian. Besarnya
return on equity (ROE) tertinggi selama tahun 2005 pada penelitian
dimiliki oleh Pakuwon Jati Tbk yakni sebesar 7,97. Tahun 2006 oleh Duta
Anggada Realty Tbk yakni sebesar 0,307. Tahun 2007 oleh Duta Anggada
Realty Tbk yakni sebesar 0,201. Tahun 2008 oleh Pudjiadi & Sons Tbk
yakni sebesar 0,246. Tahun 2009 oleh Pudjiadi & Sons Tbk yakni sebesar
0,279. Besarnya return on equity (ROE) terendah selama tahun 2005 pada
penelitian dimiliki oleh New Century Development Tbk yakni sebesar -
2,018. Tahun 2006 oleh Bhuwanatala Indah Permai Tbk yakni sebesar -
0,244. Tahun 2007 oleh Suryamas Duta Makmur Tbk yakni sebesar -
0,583. Tahun 2008 oleh Pudjiadi & Sons Tbk yakni sebesar 0,364. Tahun
2009 oleh Pudjiadi & Sons Tbk yakni sebesar -0,220.
Return on equity (ROE) pada tahun 2005 memiliki nilai mean
sebesar 0,206 dan nilai standar deviasi sebesar 1,363. Nilai mean pada
tahun 2006 sebesar 0,053 dan nilai standar deviasi sebesar 0,093. Nilai
mean pada tahun 2007 sebesar 0,028 dan nilai standar deviasi sebesar
0,125. Nilai mean pada tahun 2008 sebesar 0,018 dan nilai standar deviasi
sebesar 0,098. Dan nilai mean pada tahun 2009 sebesar 0,053 dan nilai
standar deviasi sebesar 0,089.
87
Tabel 4.6. Return on Equity
Tiap Perusahaan Selama Periode Penelitian
NO Nama Perusahaan Return on Equity (ROE)
2005 2006 2007 2008 2009
1 Bakrieland Development Tbk. 0,074 0,051 0,033 0,060 0,029 2 Bhuwanatala Indah Permai Tbk. ‐0,073 ‐0,244 ‐0,032 ‐0,364 ‐0,2203 Bintang Mitra Semestaraya Tbk. ‐0,010 ‐0,017 0,014 ‐0,052 ‐0,0404 Bukit Darmo Property Tbk. 0,006 0,005 0,005 0,001 ‐0,0115 Bumi Serpong Damai Tbk. 0,040 0,071 0,084 0,108 0,1326 Ciputra Property Tbk. ‐0,0004 0,000 0,026 0,058 0,0227 Ciputra Surya Tbk. 0,127 0,156 0,136 0,103 0,0398 Citra Kebun Raya Agri Tbk. 0,001 0,005 0,010 0,012 ‐0,0019 Dayaindo Resources Internasional Tbk 0,004 ‐0,006 0,050 0,012 0,02510 Duta Anggada Realty Tbk. 0,712 0,307 0,201 0,158 0,04511 Duta Pertiwi Tbk. 0,039 0,044 0,034 0,018 0,08612 Gowa Makassar Tourism Tbk. 0,088 0,092 0,091 0,086 0,12913 Indonesia Prima Property Tbk. ‐0,102 0,091 0,057 ‐0,182 0,27814 Jakarta Inernasional Hotel & Development Tbk. ‐0,100 ‐0,043 ‐0,180 ‐0,037 0,21115 Jakarta Setiabudi Internasional Tbk. ‐0,115 ‐0,035 0,026 ‐0,057 0,07516 Jaya Real Property Tbk. 0,068 0,080 0,097 0,120 0,14217 Kawasan Industri Jababeka Tbk. 0,084 0,023 0,019 ‐0,039 0,01018 Laguna Cipta Griya Tbk. 0,020 0,015 0,015 ‐0,004 ‐0,00719 Lamicitra Nusantara Tbk. 0,010 0,006 0,018 0,053 0,06820 Lippo Cikarang Tbk. 0,008 0,007 0,024 0,030 0,05221 Lippo Karawaci Tbk. 0,133 0,110 0,084 0,082 0,07922 Mas Murni Indonesia Tbk. 0,008 0,020 ‐0,088 0,006 0,00523 Metro Supermarket Realty Tbk. 0,071 0,060 0,042 ‐0,015 0,01324 Modernland Realty Tbk. 0,035 ‐0,004 0,041 0,002 0,00225 New Century Development Tbk. ‐2,018 0,038 ‐0,011 ‐0,023 0,00526 Pakuwon Jati Tbk. 7,970 0,235 0,083 ‐0,009 0,12727 Pembangunan Jaya Ancol Tbk. 0,193 0,175 0,173 0,150 0,14228 Perdana Gapuraprima Tbk. 0,310 0,067 0,067 0,022 0,05629 Pudjiadi & Sons Tbk 0,043 0,133 0,171 0,246 0,27930 Pudjiadi Prestige Limited Tbk. 0,017 0,002 0,034 0,019 0,03131 Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk. ‐0,015 0,001 0,006 0,009 0,00132 Royal Oak Development Asia Tbk. ‐0,021 0,003 ‐0,004 ‐0,008 0,000333 Sentul City Tbk. ‐0,022 0,007 0,038 ‐0,007 0,00134 Summarecon Agung Tbk. 0,018 0,172 0,106 0,060 0,09735 Surya Semesta Internusa Tbk. 0,126 0,036 0,019 ‐0,016 0,02336 Surya Inti Permata Tbk 0,146 0,150 0,149 0,070 0,05237 Suryamas Duta Makmur Tbk. ‐0,242 0,133 ‐0,583 ‐0,017 0,002Nilai Minimum ‐2,018 ‐0,244 ‐0,583 ‐0,364 ‐0,220Nilai Maximum 7,970 0,307 0,201 0,246 0,279Nilai Mean 0,206 0,053 0,028 0,018 0,053Nilai Std. Deviasi 1,363 0,093 0,125 0,098 0,089
Sumber : Data diolah
88
C. Hasil dan Pembahasan
Sebelum melakukan pengujian dengan analisis regresi berganda terlebih
dahulu dilakukan uji asumsi dasar klasik yaitu uji Normalitas data,
Autokorelasi, Multikolinieritas, dan Heteroskedastisitas untuk menghindari
penyimpangan dalam model regresi.
1. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik diperlukan agar model regresi yang diperoleh
memenuhi kriteria BLUE (best linier unbiased estimator). Adapun uji
asumsi klasik meliputi normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas,
dan autokorelasi.
a. Uji Normalitas
Uji signifikansi variabel independen terhadap variabel dependen
melalui uji t hanya akan valid jika residual yang kita dapatkan
mempunyai distribusi normal. Dalam penelitian ini uji normalitas data
menggunakan metode Jarque-Bera(J-B). Jika residual didistribusikan
secara normal maka diharapkan nilai statistik J-B akan sama dengan
nol. Jika nilai probabilitas dari statistik J-B besar atau dengan kata lain
jika nilai statistik dari J-B ini tidak signifikan maka kita menerima
hipotesis bahwa residual mempunyai distribusi normal karena nilai
statistik J-B mendekati nol. Sebaliknya jika nilai probabilitas dari
statistic JB kecil atau signifikan maka kita menolak hipotesis bahwa
residual mempunyai distribusi normal karena nilai statistic J-B tidak
sama dengan nol (Agus Widarjono, 2007:54).
89
Tabel 4.7. Hasil Uji Normalitas Data
Jarque Bera Probabilitas
1.372151 0.503548
Sumber: Data diolah, Output Eviews
Berdasarkan uji statistik J-B, nilai statistiknya sebesar 1.372151
dengan probabilitas sebesar 50.35%. Oleh karena itu, berarti hipotesis
nol diterima karena residual didistribusikan secara normal.
b. Uji Multikolineritas
Multikolinearitas adalah adanya hubungan antara variabel
independen dalam satu regresi. Model regresi yang baik adalah model
yang tidak mempunyai masalah multikolinearitas. Penelitian ini
membahas masalah multikolinearitas dengan melakukan uji korelasi
parsial antar variabel independent dengan bantuan Eviews 5.
Masalah multikolinearitas dengan uji korelasi parsial antar
variabel independen dapat dilihat dengan nilai korelasi antar variabel.
Jika koefisen korelasi lebih dari 0.8 dapat disimpulkan terdapat
multikolinearitas pada model. Sebaliknya jika nilai koefisien korelasi
lebih kecil dari 0.8 maka diduga model tidak mengandung masalah
multikolinearitas (Agus Widarjono, 114:2007).
Tabel 4.8. Hasil Matrix Correlation LOG(WCT) LOG(CR) LOG(DER) LOG(TAT)LOG(WCT) 1.000000 0.604689 0.175039 0.617812
LOG(CR) 0.604689 1.000000 ‐0.535327 ‐0.230509
LOG(DER) 0.175039 0.535327 1.000000 0.016408
LOG(TAT) 0.617812 0.230509 0.016408 1.000000 Sumber: Data diolah, Output Eviews
90
Tabel 4.8. Terlihat bahwa nilai korelasi antar variabel independen
tidak lebih dari 0.8. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat masalah
multikolinearitas pada model regresi tersebut.
c. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut
homokedastisitas, dan jika berbeda disebut heterokedastisitas.
Pada penelitian ini uji heterokedastisitas dilakukan dengan
menggunakan uji White untuk mengidentifikasi masalah
heterokedastisitas. Hasil uji White dengan bantuan software Eviews 5.0
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.9. Hasil Uji Heterokedastisitas
White Heteroskedasticity Test:
F-statistic 1.593153 Probability 0.138896Obs*R-squared 12.25688 Probability 0.140105
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 08/31/10 Time: 14:07 Sample (adjusted): 1 184 Included observations: 94 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.643297 0.850299 0.756553 0.4514LOG(WCT) 0.032531 0.218294 0.149026 0.8819
(LOG(WCT))^2 0.115039 0.054884 2.096036 0.0391
91
Sumber: Data diolah, Output Eviews
Tabel 4.9. Menunjukkan bahwa model tidak mengandung
heterokedastisitas, karena nilai probabilitas chi squares sebesar 14.01%
lebih besar dari 0.05 atau 5%. Selain itu nilai chi square hitung sebesar
12.25688 sedangkan nilai kritis chi square pada α = 5% dengan df
sebesar 8 adalah 15.5073. Karena nilai chi squares hitung lebih kecil
dari nilai kritis chi square maka dapat disimpulkan tidak ada masalah
heterokedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah adanya korelasi antara anggota observasi
dengan observasi lain yang berlainan waktu. Jika terjadi korelasi antara
satu residual dengan residual yang lain maka model mengandung
masalah autokorelasi (Agus Widarjono, 155:2007).
Penelitian ini menggunakan Metode Breusch-godfrey atau yang
lebih dikenal dengan metode Langrange Multiplier (LM) untuk
mendeteksi adanya masalah autokorelasi jika probabilitas obs*R2 uji
LOG(CR) 0.709292 0.384949 1.842560 0.0689(LOG(CR))^2 -0.102695 0.081573 -1.258938 0.2115LOG(DER) 0.353448 0.196598 1.797815 0.0758
(LOG(DER))^2 0.087228 0.092643 0.941548 0.3491LOG(TAT) -0.058475 0.608163 -0.096150 0.9236
(LOG(TAT))^2 -0.018980 0.099315 -0.191114 0.8489
R-squared 0.130392 Mean dependent var 1.468220Adjusted R-squared 0.048547 S.D. dependent var 2.078059S.E. of regression 2.026989 Akaike info criterion 4.341826Sum squared resid 349.2383 Schwarz criterion 4.585333Log likelihood -195.0658 F-statistic 1.593153Durbin-Watson stat 1.754161 Prob(F-statistic) 0.138896
92
LM < 0.05 maka terdapat gejala autokorelasi dalam model yang
digunakan. Hasil deteksi autokorelasi dengan menggunakan metode
LM dapat dilihat pada tabel 4.10. Berikut:
Tabel 4.10. Hasil Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 1.927507 Probability 0.151674Obs*R-squared 3.988456 Probability 0.136119
Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 08/31/10 Time: 14:26 Presample and interior missing value lagged residuals set to zero.
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.011810 0.329297 0.035866 0.9715LOG(WCT) -0.015826 0.108866 -0.145369 0.8848LOG(CR) -0.015298 0.165720 -0.092309 0.9267
LOG(DER) 0.016186 0.101993 0.158697 0.8743LOG(TAT) -0.007418 0.141795 -0.052316 0.9584RESID(-1) 0.228191 0.133683 1.706957 0.0914RESID(-2) -0.014223 0.137764 -0.103239 0.9180
R-squared 0.042430 Mean dependent var 4.72E-17Adjusted R-squared -0.023609 S.D. dependent var 1.218198S.E. of regression 1.232495 Akaike info criterion 3.327507Sum squared resid 132.1567 Schwarz criterion 3.516901Log likelihood -149.3928 F-statistic 0.642502Durbin-Watson stat 2.046835 Prob(F-statistic) 0.695913
Sumber: Data diolah, Output Eviews
Tabel 4.10. Tersebut diatas menunjukkan probabilitas obs*R2 uji
LM sebesar 0.136119 lebih besar dari α sebesar 0.05. Selain itu dapat
pula dilihat dari nilai chi square kritis dengan df 4 pada α=5% sebesar
9.43773 sedangkan nilai chi square hitung sebesar 3.988456 lebih kecil
93
dari nilai chi square kritis artinya model tidak mempunyai masalah
autokorelasi.
2. Pengujian Regresi Linier Berganda
Adapun hasil regresi linier berganda dengan pengaruh pengelolaan
modal kerja, likuiditas, solvabilitas, dan aktivitas terhadap rentabilitas
pada perusahaan property dan real estate di Bursa Efek Indonesia adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.11. Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Dependent Variable: LOG(ROE) Method: Least Squares Date: 08/31/10 Time: 14:52 Sample (adjusted): 1 184 Included observations: 94 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -2.450502 0.332382 -7.372547 0.0000LOG(WCT) 0.147325 0.109238 1.348659 0.1809LOG(CR) -0.174905 0.166196 -1.052405 0.2955
LOG(DER) 0.434160 0.100622 4.314768 0.0000LOG(TAT) 0.291765 0.142685 2.044813 0.0438
R-squared 0.405558 Mean dependent var -3.429932Adjusted R-squared 0.378841 S.D. dependent var 1.580022S.E. of regression 1.245273 Akaike info criterion 3.328311Sum squared resid 138.0127 Schwarz criterion 3.463592Log likelihood -151.4306 F-statistic 15.18003Durbin-Watson stat 1.630602 Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Data diolah, Output Eviews
Berdasarkan Tabel 4.11 dapat dirumuskan suatu persamaan regresi
untuk tingkat rentabilitas perusahaan property dan real estate di Bursa
Efek Indonesia sebagai berikut:
94
Persamaan:
Y = -2.450502 + 0.147325 X1 – 0.174905 X2 + 0.434160 X3 +
0.291765 X4 + ε
Keterangan:
Y1 = Variabel dependen Rentabilitas
a = Konstanta
βi
= Koefisien regresi dari variabel independen ke i.
X1 = Variabel Independen Pengelolaan Modal Kerja
X2 = Variabel Independen Likuiditas
X3 = Variabel Independen Solvabilitas
X4 = Variabel Independen Aktivitas
ε = Estimasi Error
Koefisien-koefisien pada persamaan regresi linier berganda di atas
dapat diartikan sebagai berikut:
a. Tanda pada koefisien regresi mencerminkan hubungan antara variabel
independen (pengelolaan modal kerja, likuiditas, solvabilitas, dan
aktivitas) dengan variabel dependen (rentabilitas) pada perusahaan
property dan real estate di Bursa Efek Indonesia. Tanda (+) berarti
terdapat hubungan yang positif atau searah antara variabel independen
dengan variabel dependen. Semakin meningkat nilai variabel
independen (pengelolaan modal kerja, likuiditas, solvabilitas, dan
aktivitas) maka semakin meningkat pula nilai variabel dependen
95
(rentabilitas) pada perusahaan property dan real estate di Bursa Efek
Indonesia, begitu juga sebaliknya.
b. Nilai konstanta pada persamaan regresi sebesar -2.450502
menunjukkan bahwa jika variabel dependen lainnya bernilai nol, maka
tingkat rentabilitas mengalami penurunan sebesar 245.0502 %.
c. Koefisien regresi variabel solvabilitas (X3) sebesar 0.434160
menunjukkan bahwa jika variabel solvabilitas (X3) meningkat satu kali
perputaran maka tingkat rentabilitas mengalami peningkatan sebesar
43.4160 % dengan ketentuan variabel lain konstan.
d. Koefisien regresi variabel aktivitas (X4) sebesar 0.291765 menunjukkan
bahwa jika variabel aktivitas (X4) meningkat satu kali perputaran maka
tingkat rentabilitas mengalami peningkatan sebesar 29.1765 % dengan
ketentuan variabel lain konstan.
3. Pengujian Hipotesis
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis yang
telah ditetapkan diterima atau ditolak secara statistik. Pengujian hipotesis
penelitian dilakukan dengan menggunakan Uji Statistik F dan Uji
Statistik t. Uji F digunakan untuk menguji apakah semua variabel
independen secara bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap variabel
dependen, sedangkan Uji t digunakan untuk menguji apakah variabel
independen secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen.
96
a. Uji Simultan (Uji F)
Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen
yang terdiri dari pengelolaan modal kerja, likuiditas, solvabilitas, dan
aktivitas terhadap variabel independen yaitu rentabilitas pada
perusahaan property dan real estate di Bursa Efek Indonesia secara
simultan atau bersama-sama.
Berdasarkan hasil pengujian regresi simultan pada tabel 4.11
tersebut menunjukkan bahwa variabel independen (pengelolaan modal
kerja, likuiditas, solvabilitas, dan aktivitas) berpengaruh secara simultan
terhadap variabel dependen (rentabilitas). Pernyataan ini didukung oleh
hasil pengujian hipotesis, bahwa nilai F hitung sebesar 15.18003
dengan probabilitas (sig-F) sebesar 0.000000. Sedangkan F tabel
sebesar 2.42. Dengan demikian F hitung lebih besar dibandingkan
dengan F tabel, ,maka Ha diterima. Dengan adanya hal itu, hasil
pengujian dengan Uji F dapat disimpulkan bahwa variabel independen
(pengelolaan modal kerja, likuiditas, solvabilitas, dan aktivitas) secara
bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen (rentabilitas)
pada perusahaan property dan real estate di Bursa Efek Indonesia
b. Uji Parsial (Uji t)
Uji t bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen
(modal kerja, likuiditas, solvabilitas, dan aktivitas) terhadap rentabilitas
pada perusahaan property dan real estate di Bursa Efek Indonesia secara
parsial.
97
Dengan interval keyakinan α = 5%, maka akan diperoleh t-tabel
senilai 1,684. Dengan melihat nilai estimasi pada tabel sebesar 1,684
serta melihat hasil regresi pada tabel diatas maka akan ditarik
kesimpulan :
1) Uji t terhadap variabel Pengelolaan Modal Kerja (WCT)
Hasil regresi tabel 4.11. Nilai t-hitung WCT lebih kecil
daripada yang dihasilkan t-tabel (1.348659 < 1.684). Nilai
probabilitas t-hitung WCT lebih besar dari α (0.1809 > 0,05).
Dengan demikian H0 diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak
signifikan. Variabel WCT tidak sesuai dengan hipotesis, sehingga
dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel modal kerja (WCT) secara
statistik tidak mempengaruhi rentabilitas pada perusahaan property
dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2) Uji t terhadap variabel Likuiditas (CR)
Hasil regresi tabel 4.11. Nilai t-hitung CR lebih kecil daripada
yang dihasilkan t-tabel (-1.0524405 < 1.684). Nilai probabilitas t-
hitung CR lebih besar dari α (0.1809 > 0,05). Dengan demikian H0
diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak signifikan. Variabel CR
tidak sesuai dengan hipotesis, sehingga dapat ditarik kesimpulan
bahwa variabel liquiditas (CR) secara statistik tidak mempengaruhi
rentabilitas pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia.
3) Uji t terhadap variabel Solvabilitas (DER)
98
Hasil regresi tabel 4.11. Nilai t-hitung DER lebih besar
daripada yang dihasilkan t-tabel (4.314769 > 1.684). Nilai
probabilitas t-hitung DER lebih kecil dari α (0.0000 < 0,05). Dengan
demikian H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti berpengaruh
signifikan. Variabel DER sesuai dengan hipotesis, sehingga dapat
ditarik kesimpulan bahwa variabel solvabilitas (DER) secara statistik
mempengaruhi rentabilitas pada perusahaan property dan real estate
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
4) Uji t terhadap variabel Aktivitas (TAT)
Hasil regresi tabel 4.11. Nilai t-hitung TAT lebih besar
daripada yang dihasilkan t-tabel (2.044813 > 1.684). Nilai
probabilitas t-hitung CR lebih kecil dari α (0.0438 < 0,05). Dengan
demikian H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti berpengaruh
signifikan. Variabel TAT sesuai dengan hipotesis, sehingga dapat
ditarik kesimpulan bahwa variabel aktivitas (TAT) secara statistik
mempengaruhi rentabilitas pada perusahaan property dan real estate
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
c. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) menunjukkan kemampuan model
untuk menjelaskan hubungan antara variabel independen dan variabel
dependen. Semakin mendekati 1, berarti semakin besar kemampuan
variabel independen untuk menjelaskan (pengaruhnya) kepada varibel
dependen (Wing Wahyu W, 2007:4.21).
99
Berdasarkan hasil output pada tabel 4.11, menunjukkan bahwa
koefisien determinasi (R2) adalah sebesar 0.405558, hal ini berarti
kemampuan variabel independen (pengelolaan modal kerja, likuiditas,
solvabilitas, dan aktivitas) dalam menjelaskan variabel dependen
(rentabilitas) sebesar 40.56%, sedangkan sisanya sebesar 59,44%
dijelaskan oleh faktor lain di luar model.
4. Interprestasi
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah variabel independen
(pengelolaan modal kerja, likuiditas, solvabilitas, dan aktivitas) secara parsial
dan simultan berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas, serta mengetahui
variabel yang paling berpengaruh terhadap rentabilitas. Pengujian ini
menggunakan perhitungan statistik dengan program EVIEWS 5. Hasil
penelitian dapat diuraikan sebagai berikut:
Variabel Pengelolaan modal kerja (WCT) pada perusahaan property
dan real estate yang terdaftar di BEI adalah tidak signifikan terlihat dari nilai
t-statistik WCT yang lebih kecil dari t-tabel (1.348659 < 1.684), serta nilai
probabilitas t-statistik WCT lebih besar dari α = 5% (0.1809 > 0,05). Hasil
uji tersebut konsisten dengan hasil penelitian Nazir dan Afza (2009) terdapat
hubungan negatif antara profitabilitas perusahaan dengan tingkat agresivitas
investasi modal kerja dan kebijakan pembiayaan pada 204 perusahaan di
Pakistan, Mutia Desanti (2008) menyatakan terdapat hubungan negatif antara
variabel working capital turnover dengan tingkat rentabilitas pada perusahaan
manufaktur yg terdaftar di BEI periode 2003-2007. Ganesan (2007) bahwa
100
efisiensi pengelolaan modal kerja memiliki hubungan negatif dengan tingkat
profitabilitas pada perusahaan industri perlengkapan telekomunikasi. Hasil
penelitian ini juga sependapat dengan hasil penelitian Padachi (2006) bahwa
tingginya investasi dalam pengelolaan modal kerja berhubungan dengan
rendahnya tingkat profitabilitas pada perusahaan manufaktur. Sedangkan
hasil temuan Gill et all (2010) menunjukkan terdapat hubungan yang
signifikan antara manajemen modal kerja (cash conversion cycle) dengan
profitabilitas (gross operating profit) dan hasil penelitian Ima Hernawati
(2007) menunjukkan bahwa secara parsial variabel efisiensi modal kerja
(working capital turnover) mempunyai pengaruh terhadap profitabilitas.
Perbedaan ini dimungkinkan karena perbedaan perusahaan yang diteliti,
perbedaan analisis data, dan perbedaan tahun penelitian. Hasil penelitian ini
mengindikasikan bahwa modal kerja yang berlebih menunjukkan adanya dana
yang tidak produktif, dan hal ini akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan
karena adanya kesempatan memperoleh keuntungan telah disia-siakan sehingga
akan berdampak pada menurunnya tingkat rentabilitas (Munawir, 2004:114).
Variabel Likuiditas (CR) pada perusahaan property dan real estate yang
terdaftar di BEI adalah tidak signifikan terlihat dari nilai t-statistik CR yang
lebih kecil dari t-tabel (-1.0524405 < 1.684), serta nilai probabilitas t-statistik
CR lebih besar dari α = 5% (0.2955 > 0.05). Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian Puji Ananingsih (2007) yang menyatakan variabel
likuiditas yang dilihat dari Current ratio tidak berpengaruh signifikan
terhadap rentabilitas pada Koperasi Republik Indonesia (KPRI) Unit Simpan
101
Pinjam di Kabupaten Temanggung Tahun 2003-2005 . Ima Hernawati (2007)
menyatakan secara parsial likuiditas (CR) tidak berpengaruh signifikan terhadap
profitabilitas pada perusahaan industri barang konsumsi yang terdafatar di BEJ
dari tahun 2002-2005 .Sedangkan hasil penelitian Aminatuzzahra (2010)
berbanding terbalik dengan hasil penelitian diatas CR menunjukkan secara
parsial berpengaruh signifikan positif terhadap ROE, dan menurut Yuni
Nurmala (2007) menyatakan CR secara parsial berpengaruh positif terhadap
perubahan laba pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Likuiditas
dengan indikator current ratio tidak berpengaruh terhadap Rentabilitas.
Current Ratio menunjukkan tingkat keamanan (margin of safety) kreditor
jangka pendek, atau kemampuan perusahaaan untuk membayar hutang-
hutang tersebut. Tetapi suatu perusahaan dengan current ratio yang tinggi
belum tentu menjamin akan dapat dibayarnya hutang perusahaan yang sudah
jatuh tempo karena proporsi atau distribusi dari aktiva lancar yang tidak
menguntungkan, misalnya jumlah persediaan yang relatif tinggi dibandingkan
taksiran tingkat penjualan yang akan datang sehingga menimbulkan over
investment dalm persediaan atau adanya saldo piutang yang besar yang sulit
untuk ditagih, hal-hal tersebut akan berdampak pada tingkat laba/rentabilitas
(Munawir, 2004:72).
Varibel Solvabilitas (DER) pada perusahaan property dan real estate
yang terdaftar di BEI adalah berpengaruh signifikan terlihat dari nilai t-hitung
DER yang lebih besar dari t-tabel (4.314768 > 1.684), serta nilai probabilitas
t-hitung DER lebih kecil dari α = 5% (0.0000 < 0.05). Penelitian ini
102
konsisten dengan penelitian Aminatuzzahra (2010) yang menyatakan bahwa
secara parsial variabel DER berpengaruh signifikan positif terhadap ROE . Yuni
Nurmala (2007) menyatakan DER secara parsial berpengaruh positif terhadap
perubahan laba pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Hasil
pengujian Ni Putu dan Agung (2007) menunjukkan bahwa pertumbuhan laba
berpengaruh terhadap hubungan antara Debt To Equity Ratio dengan
profitabilitas. Sedangkan menurut Ima Hernawati (2007) menyatakan secara
parsial solvabilitas (DTA) tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas
pada perusahaan industri barang konsumsi yang terdafatar di BEJ dari tahun
2002-2005. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa, perusahaan dengan
DER yang tinggi akan mengalami kesulitan untukn mendapatkan tambahan
dana dari luar. Kewajiban bukan sesuatu yang jelek jika dapat memberikan
keuntungan kepada pemiliknya dan dimanfaatkan dengan efektif serta laba
yang didapat cukup untuk membayar biaya bunga secara periodik. Dengan
DER yang tinggi perusahaan menanggung resiko kerugian yang tinggi tetapi
juga berkesempatan untuk memperoleh laba yang meningkat. DER yang
tinggi berdampak pada peningkatan perubahan laba, berarti memberikan efek
keuntungan bagi perusahaan (Kuswadi 2005:90) dikutip oleh Yuni Nurmala
(2007).
Varibel Aktivitas (TAT) pada perusahaan property dan real estate yg
terdaftar di Bursa Efek Indonesia adalah berpengaruh signifikan terlihat dari
nilai t-hitung TAT yang lebih besar dari t-tabel (2.044813 > 1.684), serta
nilai probabilitas t-hitung TAT lebih kecil dari α = 5% (0.0438 < 0.05). Hasil
103
penelitian ini sesuai dengan penelitian Epri Ayu (2007) TAT berpengaruh
positif signifikan terhadap pertumbuhan laba. Dan menurut Aminatuzzahra
(2010) menyatakan terdapat pengaruh signifikan positif antara TAT dengan
ROE. Sedangkan menurut Puji Ananingsih (2007) menyatakan baik secara
simultan maupun secara parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan
antara rasio aktivitas terhadap rentabilitas. Yuni Nurmala (2007) menyatakan
TATO secara parsial tidak berpengaruh terhadap perubahan laba pada
perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian ini
mengindikasikan manajer perusahaan perlu menambah asset karena perputaran
asset perusahaan dalam menghasilkan laba sangat efektif, dimana perubahan TAT
mempunyai pengaruh yang positif terhadap perubahan ROE. Hal ini
mengindikasikan bahwa semakin tinggi ratio total assets turnover berarti
semakin efisien penggunaan keseluruhan aktiva di dalam menghasilkan
penjualan, dan berdampak pada meningkatnya laba perusahaan (Lukman
Syamsuddin, 2007:62).
104
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis hasil penelitian yang meguji pengaruh pengelolaan
modal kerja, likuiditas, solvabilitas, dan aktivitas terhadap rentabilitas pada
perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia,
maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Berdasarkan pengujian secara parsial dengan menggunakan Uji t
menunjukkan bahwa variabel solvabilitas (debt to equity ratio) dan
aktivitas (total asset turnover) berpengaruh signifikan terhadap tingkat
rentabilitas (return on equity), sedangkan variabel pengelolaan modal
kerja (working capital turnover) dan likuiditas (current ratio) tidak
berpengaruh signifikan terhadap tingkat rentabilitas (return on equity)
pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Dan berdasarkan pengujian simultan dengan menggunakan Uji
F menunjukkan bahwa variabel independen yaitu modal kerja (working
capital turnover), likuiditas (current ratio), solvabilitas (debt to equity
ratio) dan aktivitas (total asset turnover) secara bersama-sama
berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu rentabilitas (return on
equity).
2. Dari keempat variabel independen, yaitu modal kerja (working capital
turnover), likuiditas (current ratio), solvabilitas (debt to equity ratio) dan
aktivitas (total asset turnover) hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
105
solvabilitas (debt to equity ratio) merupakan variabel yang paling dominan
dan signifikan mempengaruhi tingkat rentabilitas perusahaan property dan
real estate di Bursa Efek Indonesia
B. Implikasi
Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian, penulis
mengemukakan implikasi yang bisa bermanfaat yaitu antara lain:
1. Pengelolaan modal kerja berdasarkan rasio working capital turnover dan
likuiditas berdasarkan rasio current ratio memiliki pengaruh negatif
terhadap tingkat rentabilitas perusahaan property dan real estate, sehingga
kecepatan perputaran modal kerja dan likuiditas memiliki hubungan
berbanding terbalik dengan tingkat rentabilitas perusahaan. Hal ini dapat
memberikan pertimbangan bagi investor dalam pengelolaan modal kerja
dan pengelolaan utang jangka pendek guna pengaruhnya terhadap tingkat
rentabilitas perusahaan property dan real estate di Bursa Efek Indonesia.
2. Solvabilitas berdasarkan rasio debt to equity ratio memiliki pengaruh
paling dominan terhadap tingkat rentabilitas perusahaan, selain variabel
aktivitas berdasarkan rasio total asset turnover yang juga memiliki
pengaruh positif terhadap tingkat rentabilitas perusahaan property dan real
estate. Hal ini mengindikasikan bahwa solvabilitas (debt to equity ratio)
merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam peningkatan
rentabilitas perusahaan property dan real estate di Bursa Efek Indonesia.
3. Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi potensial bagi para
pengguna laporan keuangan dan investor khususnya yang berkaitan
106
dengan pengelolaan modal kerja dan likuiditas terhadap tingkat rentabilitas
perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Oleh karena itu,
diharapkan untuk penelitian selanjutnya diarahkan pada faktor-faktor lain
yang mampengaruhi tingkat rentabilitas, seperti: kebijakan investasi modal
kerja, aktiva tetap, serta strategi penjualan.
107
DAFTAR PUSTAKA
Aminatuzzahra. “Pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Total Asset Turnover, Net Profit Margin Terhadap ROE”, Skripsi Universitas Diponegoro. 2010.
Amrin, Abdullah. “Bisnis, Ekonomi, Asuransi, dan Keuangan Syariah”, PT.
Gramedia Widiasaran Indonesia, 2009. Ananingsih, Puji. “Analisis Rasio Likuiditas dan Rasio Aktivitas Terhadap
Rentabilitas Ekonomi Ekonomi Pada Koperasi Republik Indonesia (KPRI) Unit Simpan Pinjam di Kabupaten Temanggung Tahun 2003-2005”, Skripsi Universitas Negeri Semarang. 2007.
Astrea, Ayu. “Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas, Solvabilitas, dan Aktivitas
Terhadap Pertumbuhan Laba Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Periode 2002-2005”, Skripsi Universitas Muhamaddiyah Surakarta. 2008.
Ayu, Epri. “Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Pertumbuhan Laba”,
Tesis Universitas Diponegoro. 2007. Brigham dan Hauston. “Dasar-dasar Manajemen Keuangan”, Edisi Kesepuluh.
Jakarta, Salemba Empat, 2006. Desanti, Mutia. “Analisis Pengelolaan Modal Kerja, Profit Margin, Operating
Assets Turnover, dan Ukuran Perusahaan Serta Pengaruhnya Terhadap Tingkat Rentabilitas Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”, Skripsi UIN Jakarta. 2008.
Flora, Minda. “Analisis Faktor-Faktor Fundamental yang Mempengaruhi Hrga
Saham Industri Property dan Real Estate” Thesis Universitas Terbuka.2006.
Ganesan, Vedavinayagam. “An Analysis of Working Capital Management
Efficiency in Telecommunication Equipment Industry”, Rivier Academic Journal, Volume 3, Number 2, Fall 2007.
Gill Amarjit, Biger Nahum, Mathur Neil. “The Relationship Between Working
Capital Management And Profitability: Evidence From The United States”, Business and Economics Journal, Volume 2010: BEJ-10, Juli 2010.
Hamid, Abdul. “Buku Panduan Skripsi”, Jakarta, FEIS UIN Pers. 2007. Hanafi, Mamduh dan Abdul Halim. ”Analisis Laporan Keuangan”, UPP AMP-
YKPN, Yogyakarta, 2004.
108
Hartono, Jogiyanto. “Pasar Efisien Secara Keputusan”, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 2005. Hernawati, Ima, “Analisis Pengaruh Efisiensi Modal Kerja, Likuiditas, dan
Solvabilitas Terhadap Profitabilitas”,Skripsi Universitas Negeri Semarang. 2007.
Husnan, Suad. “Manajemen Keuangan : Teori dan Penerapan Keputusan Jangka
Pendek”, BPFE, Yogyakarta, 1998. James Van Horne dan John M Wachomicz,JR. “Fundamentals of Financial
Management: Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan”, Salemba Empat, Jakarta, 2009.
Keown, Martin, Petty, Scott,JR. “Dasar-dasar Manajemen Keuangan”. Edisi
Ketujuh, Jilid 1, Salemba Empat, Jakarta, 2001. Lawrence, J.Gitman. “Principles of Managerial Finance”, Addison Weasley,
Pearson, 2006. Marberya, Ena, Ni Putu dan Suaryana, Agung. “Pengaruh Pemoderasi
Pertumbuhan Laba Terhadap Hubungan Antara Ukuran Perusahaan, Debt to Equity Ratio, Dengan Profitabilitas Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di PT. Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Ekonomi Akuntansi Universitas Udayana. 2007.
Munawir. “Analisis Laporan Keuangan”, Liberty, Yogyakarta, 2004. Nachrowi D, “Ekonometrika”. Cetakan Pertama. LP-FEUI, 2006. Nazir, Sajid, Mian dan Talat Afza. “Impact of Aggressive Working Capital
Management Policy on Firms’ Profitability”, The IUP Journal of Applied Finance, Vol. 15, No. 8, 2009.
Nurmala, Yuni. “Pengaruh Current Ratio, dan Total Assets Turn Over Terhadap
Laba Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta”, Skripsi Universitas Negeri Semarang. 2007.
Padachi, Kesseven. “Trends in Working Capital Management and It’s Impact on
Firms’ Performance: An Analysis of Mauritian Small Manufacturing Firms”, International Review of Business Research Papers Vol.2 No.2, October 2006.
Rangkuti, Freddy. “Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis”, PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta, 2004.
109
Rodoni, Ahmad dan Herni Ali. “Manajemen Keuangan”, Mitra Wacana Media,
Jakarta, 2010. Ross, Westerfield, Jaffe. “Corporate Finance”, Ninth Edition, The Mc Graw-Hill
Companies, 2010. Riyanto, Bambang. “Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan”, BPFE,
Yogyakarta, 2001. Santosa, Budi. “Prospek Kredit Properti 2005”, Economic Review Journal,
No.199, Maret 2005. Sasangko, Noer dan Silfia Kusumangtyas. “Pengaruh Perubahan Modal Kerja
Terhadap Perubahan Profitabilitas Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol.8.No.2, Desember 2004.
Sawir, Agnes. “Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan
Perusahaan”, Gramedia, Jakarta, 2004. Sugiono, Arief. “Manajemen Keuangan Untuk Praktisi Keuangan”, PT.
Gramedia Widiasaran Indonesia, 2009. Syahyunan. “Analisis Modal Kerja”, Digitized by USU digital library, 2003. Syamsuddin, Lukman.”Manajemen Keuangan Perusahaan”, PT RajaGrafindo
Persada, Jakarta, 2007. Tryfino. “Prospek Investasi di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008”, Economic
Review, No.210, Desember 2007. Umar Husein. “Business an Introduction”, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
2003. Widarjono, Agus. “Ekonometrika Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan Bisnis”, Ekonisia Fakultas Ekonomi UII, Yogyakarta, 2007. Wild, John J., Submanyam, K.R., Halsey, Robert F. “Financial Statement
Analysis”, Mc Graw-Hill, New York, 2004. Wing Wahyu W. “Analisis Ekonometrika den Statistika dengan Eviews”, UPP
STIM YKPN, 2007. Yunus, Hadori. “Pengaruh Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada
Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, 2005.
110
Lampiran 1: Rasio Keuangan Tahun 2005
N Nama Perusahaaan Variabel
WCT CR DER TAT ROE
1 Bakrieland Development Tbk. 0,369 2,10 1,01 0,13 0,074
2 Bhuwanatala Indah Permai Tbk. ‐0,419 0,14 0,58 0,06 ‐0,073
3 Bintang Mitra Semestaraya Tbk. 3,160 1,30 0,11 0,01 ‐0,010
4 Bukit Darmo Property Tbk. ‐1,509 0,31 28,94 0,01 0,006
5 Bumi Serpong Damai Tbk. ‐10,030 0,95 1,83 0,31 0,040
6 Ciputra Property Tbk. ‐13,321 0,81 0,17 0,21 ‐0,0004
7 Ciputra Surya Tbk. 0,856 1,70 0,97 0,13 0,127
8 Citra Kebun Raya Agri Tbk. 0,081 80,16 0,02 0,07 0,001
9 Dayaindo Resources Internasional Tbk 0,972 1,74 0,48 0,22 0,004
10 Duta Anggada Realty Tbk. ‐0,903 0,53 4,05 0,25 0,712
11 Duta Pertiwi Tbk. ‐1,020 0,64 1,65 0,19 0,039
12 Gowa Makassar Tourism Tbk. ‐0,896 0,70 2,54 0,19 0,088
13 Indonesia Prima Property Tbk. ‐0,609 0,21 2,38 0,21 ‐0,102
14 Jakarta Inernasional Hotel & Development Tbk 0,828 1,29 1,03 0,10 ‐0,100
15 Jakarta Setiabudi Internasional Tbk. ‐5,136 0,78 1,20 0,21 ‐0,115
16 Jaya Real Property Tbk. 2,050 1,46 0,41 0,24 0,068
17 Kawasan Industri Jababeka Tbk. 0,991 2,63 0,24 0,29 0,084
18 Laguna Cipta Griya Tbk. 0,404 1,85 0,51 0,12 0,020
19 Lamicitra Nusantara Tbk. 0,467 1,87 1,31 1,15 0,010
20 Lippo Cikarang Tbk. 2,994 1,07 1,50 0,13 0,008
21 Lippo Karawaci Tbk. 2,966 1,22 1,21 0,32 0,133
22 Mas Murni Indonesia Tbk. 4,305 2,92 0,05 0,06 0,008
23 Metro Supermarket Realty Tbk. ‐1,906 0,26 0,47 0,35 0,071
24 Modernland Realty Tbk. ‐2,014 0,69 1,06 0,31 0,035
25 New Century Development Tbk. 0,284 1,15 2,46 0,03 ‐2,018
26 Pakuwon Jati Tbk. 35,681 1,04 20,00 0,21 7,970
27 Pembangunan Jaya Ancol Tbk. 4,910 1,63 0,40 0,68 0,193
28 Perdana Gapuraprima Tbk. 0,664 1,46 36,51 0,002 0,310
29 Pudjiadi & Sons Tbk 8,309 1,36 1,95 0,53 0,043
30 Pudjiadi Prestige Limited Tbk. ‐0,722 0,35 0,67 0,18 0,017
31 Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk. 0,197 7,25 0,12 0,11 ‐0,015
32 Royal Oak Development Asia Tbk. 0,082 20,11 0,05 0,06 ‐0,021
33 Sentul City Tbk. 0,167 2,22 0,44 0,06 ‐0,022
34 Summarecon Agung Tbk. ‐15,711 0,94 1,23 0,43 0,018
35 Surya Semesta Internusa Tbk. ‐17,761 0,87 1,42 0,77 0,126
36 Surya Inti Permata Tbk 457,661 0,01 0,15 0,25 0,146
37 Suryamas Duta Makmur Tbk. ‐0,071 0,07 6,60 0,04 ‐0,242
111
Lampiran 2: Rasio Keuangan Tahun 2006
N Nama Perusahaaan Variabel
WCT CR DER TAT ROE
1 Bakrieland Development Tbk. 3,149 1,15 0,79 0,16 0,051
2 Bhuwanatala Indah Permai Tbk. ‐1,585 0,79 0,72 0,07 ‐0,244
3 Bintang Mitra Semestaraya Tbk. ‐1,667 0,89 0,12 0,001 ‐0,017
4 Bukit Darmo Property Tbk. 0,095 13,91 28,80 0,01 0,005
5 Bumi Serpong Damai Tbk. ‐2,633 0,83 2,18 0,29 0,071
6 Ciputra Property Tbk. ‐14,195 0,83 0,65 0,19 0,000
7 Ciputra Surya Tbk. 0,763 2,24 0,64 0,17 0,156
8 Citra Kebun Raya Agri Tbk. 0,189 22,89 0,03 0,15 0,005
9 Dayaindo Resources Internasional Tbk ‐2,677 0,46 0,44 0,10 ‐0,006
10 Duta Anggada Realty Tbk. ‐0,840 0,41 2,77 0,30 0,307
11 Duta Pertiwi Tbk. ‐2,031 0,76 1,48 0,24 0,044
12 Gowa Makassar Tourism Tbk. ‐1,088 0,71 2,33 0,22 0,092
13 Indonesia Prima Property Tbk. ‐0,504 0,11 1,96 0,23 0,091
14 Jakarta Inernasional Hotel & Development Tbk 2,229 1,04 1,87 0,04 ‐0,043
15 Jakarta Setiabudi Internasional Tbk. ‐9,368 0,85 1,31 0,25 ‐0,035
16 Jaya Real Property Tbk. 2,998 1,26 0,55 0,24 0,080
17 Kawasan Industri Jababeka Tbk. 0,833 2,96 0,18 0,23 0,023
18 Laguna Cipta Griya Tbk. 0,798 1,40 0,70 0,13 0,015
19 Lamicitra Nusantara Tbk. 0,335 1,50 2,01 0,09 0,006
20 Lippo Cikarang Tbk. 0,235 3,54 1,60 0,10 0,007
21 Lippo Karawaci Tbk. 1,232 1,35 1,76 0,22 0,110
22 Mas Murni Indonesia Tbk. 7,194 2,01 0,02 0,07 0,020
23 Metro Supermarket Realty Tbk. ‐3,975 0,47 0,32 0,37 0,060
24 Modernland Realty Tbk. ‐0,238 0,62 1,36 0,05 ‐0,004
25 New Century Development Tbk. 0,241 1,16 2,31 0,03 0,038
26 Pakuwon Jati Tbk. ‐1,634 0,51 1,93 0,14 0,235
27 Pembangunan Jaya Ancol Tbk. 3,504 2,38 0,32 0,70 0,175
28 Perdana Gapuraprima Tbk. 0,732 1,41 7,07 0,19 0,067
29 Pudjiadi & Sons Tbk 3,558 1,69 1,81 0,45 0,133
30 Pudjiadi Prestige Limited Tbk. ‐5,656 0,86 0,31 0,17 0,002
31 Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk. 0,292 10,47 0,08 0,16 0,001
32 Royal Oak Development Asia Tbk. 0,128 22,04 0,03 0,12 0,003
33 Sentul City Tbk. 0,070 3,88 0,21 0,03 0,007
34 Summarecon Agung Tbk. ‐6,841 0,86 1,25 0,44 0,172
35 Surya Semesta Internusa Tbk. ‐25,618 0,90 1,24 0,81 0,036
36 Surya Inti Permata Tbk 0,075 1,52 0,10 0,35 0,150
37 Suryamas Duta Makmur Tbk. ‐0,119 0,07 4,84 0,07 0,133
112
Lampiran 3: Rasio Keuangan Tahun 2007
N Nama Perusahaaan Variabel
WCT CR DER TAT ROE
1 Bakrieland Development Tbk. 0,036 3,14 0,36 0,14 0,033
2 Bhuwanatala Indah Permai Tbk. ‐0,577 0,44 0,67 0,08 ‐0,032
3 Bintang Mitra Semestaraya Tbk. 1,631 113,60 0,01 0,61 0,014
4 Bukit Darmo Property Tbk. ‐0,025 2,82 0,15 0,03 0,005
5 Bumi Serpong Damai Tbk. ‐4,570 0,85 1,84 0,40 0,084
6 Ciputra Property Tbk. 0,192 11,82 0,12 0,08 0,026
7 Ciputra Surya Tbk. 0,903 2,53 0,41 0,16 0,136
8 Citra Kebun Raya Agri Tbk. 0,328 4,70 0,23 0,21 0,010
9 Dayaindo Resources Internasional Tbk ‐2,142 0,54 1,82 0,48 0,050
10 Duta Anggada Realty Tbk. ‐0,334 0,23 4,04 0,19 0,201
11 Duta Pertiwi Tbk. ‐2,601 0,78 1,37 0,28 0,034
12 Gowa Makassar Tourism Tbk. ‐1,250 0,75 2,21 0,22 0,091
13 Indonesia Prima Property Tbk. ‐0,627 0,11 1,80 0,29 0,057
14 Jakarta Inernasional Hotel & Development Tbk. ‐0,783 0,75 2,53 0,10 ‐0,180
15 Jakarta Setiabudi Internasional Tbk. ‐2,559 0,61 1,37 0,30 0,026
16 Jaya Real Property Tbk. 4,722 1,18 0,63 0,28 0,097
17 Kawasan Industri Jababeka Tbk. ‐1,015 0,70 0,52 0,15 0,019
18 Laguna Cipta Griya Tbk. 0,271 4,56 0,13 0,15 0,015
19 Lamicitra Nusantara Tbk. 0,759 1,30 2,81 0,15 0,018
20 Lippo Cikarang Tbk. 0,322 2,58 1,80 0,12 0,024
21 Lippo Karawaci Tbk. 0,923 1,44 1,43 0,20 0,084
22 Mas Murni Indonesia Tbk. 3,630 2,63 0,05 0,07 ‐0,088
23 Metro Supermarket Realty Tbk. 5,159 1,56 0,29 0,34 0,042
24 Modernland Realty Tbk. ‐1,028 0,71 1,36 0,16 0,041
25 New Century Development Tbk. 0,185 1,37 1,67 0,04 ‐0,011
26 Pakuwon Jati Tbk. ‐101,087 0,98 1,99 0,14 0,083
27 Pembangunan Jaya Ancol Tbk. 2,246 2,65 0,57 0,60 0,173
28 Perdana Gapuraprima Tbk. 0,639 2,07 1,45 0,32 0,067
29 Pudjiadi & Sons Tbk ‐4,757 0,74 1,72 0,58 0,171
30 Pudjiadi Prestige Limited Tbk. 2,543 1,56 0,25 0,26 0,034
31 Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk. 0,440 4,93 0,20 0,22 0,006
32 Royal Oak Development Asia Tbk. 0,073 14,81 0,05 0,11 ‐0,004
33 Sentul City Tbk. 0,304 6,57 0,12 0,18 0,038
34 Summarecon Agung Tbk. ‐1,093 0,76 1,01 0,34 0,106
35 Surya Semesta Internusa Tbk. ‐13,409 0,83 1,51 0,79 0,019
36 Surya Inti Permata Tbk 0,574 5,02 1,14 0,16 0,149
37 Suryamas Duta Makmur Tbk. ‐0,162 0,18 6,32 0,08 ‐0,583
113
Lampiran 4: Rasio Keuangan Tahun 2008
N Nama Perusahaaan Variabel
WCT CR DER TAT ROE
1 Bakrieland Development Tbk. 0,036 2,49 0,70 0,13 0,060
2 Bhuwanatala Indah Permai Tbk. ‐0,424 0,16 0,81 0,14 ‐0,364
3 Bintang Mitra Semestaraya Tbk. 0,285 4,14 0,04 0,04 ‐0,052
4 Bukit Darmo Property Tbk. 1,329 1,97 0,45 0,21 0,001
5 Bumi Serpong Damai Tbk. 1,845 1,37 1,11 0,32 0,108
6 Ciputra Property Tbk. 0,212 9,66 0,08 0,09 0,058
7 Ciputra Surya Tbk. 1,192 1,79 0,44 0,14 0,103
8 Citra Kebun Raya Agri Tbk. 0,059 77,83 0,04 0,03 0,012
9 Dayaindo Resources Internasional Tbk 3,031 1,85 0,46 0,72 0,012
10 Duta Anggada Realty Tbk. ‐0,253 0,25 3,35 0,13 0,158
11 Duta Pertiwi Tbk. 5,333 1,12 0,81 0,24 0,018
12 Gowa Makassar Tourism Tbk. ‐1,300 0,76 2,09 0,21 0,086
13 Indonesia Prima Property Tbk. ‐0,511 0,11 2,51 0,25 ‐0,182
14 Jakarta Inernasional Hotel & Development Tbk. ‐1,345 0,74 3,16 0,18 ‐0,037
15 Jakarta Setiabudi Internasional Tbk. ‐15,615 0,90 1,46 0,34 ‐0,057
16 Jaya Real Property Tbk. 7,297 1,11 0,75 0,29 0,120
17 Kawasan Industri Jababeka Tbk. ‐0,684 0,50 0,86 0,16 ‐0,039
18 Laguna Cipta Griya Tbk. 0,096 9,60 0,12 0,06 ‐0,004
19 Lamicitra Nusantara Tbk. 0,949 1,29 2,62 0,18 0,053
20 Lippo Cikarang Tbk. 0,557 2,13 1,96 0,20 0,030
21 Lippo Karawaci Tbk. 0,943 1,45 1,54 0,22 0,082
22 Mas Murni Indonesia Tbk. 5,598 1,86 0,05 0,08 0,006
23 Metro Supermarket Realty Tbk. 65,028 1,03 0,26 0,24 ‐0,015
24 Modernland Realty Tbk. ‐1,353 0,78 0,77 0,13 0,002
25 New Century Development Tbk. 0,011 1,35 1,75 0,00 ‐0,023
26 Pakuwon Jati Tbk. ‐11,917 0,91 2,46 0,13 ‐0,009
27 Pembangunan Jaya Ancol Tbk. 2,077 3,17 0,51 0,64 0,150
28 Perdana Gapuraprima Tbk. 0,492 1,93 1,64 0,22 0,022
29 Pudjiadi & Sons Tbk 6,374 1,42 1,81 0,62 0,246
30 Pudjiadi Prestige Limited Tbk. 1,667 1,94 0,17 0,20 0,019
31 Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk. 0,404 8,10 0,10 0,23 0,009
32 Royal Oak Development Asia Tbk. 0,067 5,34 0,02 0,03 ‐0,008
33 Sentul City Tbk. 0,053 5,56 0,16 0,03 ‐0,007
34 Summarecon Agung Tbk. 9,915 1,12 1,31 0,35 0,060
35 Surya Semesta Internusa Tbk. ‐42,839 0,95 2,02 0,78 ‐0,016
36 Surya Inti Permata Tbk 0,267 2,80 1,27 0,06 0,070
37 Suryamas Duta Makmur Tbk. ‐0,386 0,36 0,50 0,06 ‐0,017
114
Lampiran 5: Rasio Keuangan Tahun 2009
N Nama Perusahaaan Variabel
WCT CR DER TAT ROE
1 Bakrieland Development Tbk. 0,590 1,66 1,25 0,09 0,029
2 Bhuwanatala Indah Permai Tbk. ‐0,431 0,23 0,96 0,16 ‐0,220
3 Bintang Mitra Semestaraya Tbk. 45,862 1,09 0,60 1,55 ‐0,040
4 Bukit Darmo Property Tbk. 0,176 4,29 0,36 0,03 ‐0,011
5 Bumi Serpong Damai Tbk. 1,292 1,54 0,96 0,28 0,132
6 Ciputra Property Tbk. 0,236 11,94 0,07 0,09 0,022
7 Ciputra Surya Tbk. 0,706 1,84 0,46 0,17 0,039
8 Citra Kebun Raya Agri Tbk. 0,017 16,50 0,05 0,02 ‐0,001
9 Dayaindo Resources Internasional Tbk ‐8,284 0,83 0,96 0,61 0,025
10 Duta Anggada Realty Tbk. ‐0,189 0,29 3,83 0,10 0,045
11 Duta Pertiwi Tbk. ‐2,369 0,77 0,62 0,23 0,086
12 Gowa Makassar Tourism Tbk. ‐1,870 0,83 1,92 0,21 0,129
13 Indonesia Prima Property Tbk. ‐0,696 0,17 1,47 0,27 0,278
14 Jakarta Inernasional Hotel & Development Tbk. 96,938 1,01 1,75 0,41 0,211
15 Jakarta Setiabudi Internasional Tbk. ‐9,131 0,85 1,15 0,37 0,075
16 Jaya Real Property Tbk. 5,462 1,12 0,87 0,26 0,142
17 Kawasan Industri Jababeka Tbk. ‐0,478 0,43 0,98 0,12 0,010
18 Laguna Cipta Griya Tbk. 0,092 7,27 0,15 0,07 ‐0,007
19 Lamicitra Nusantara Tbk. 1,017 1,36 2,20 0,22 0,068
20 Lippo Cikarang Tbk. 0,687 1,80 2,11 0,20 0,052
21 Lippo Karawaci Tbk. 1,066 1,39 1,40 0,21 0,079
22 Mas Murni Indonesia Tbk. 6,459 1,47 0,06 0,09 0,005
23 Metro Supermarket Realty Tbk. 24,804 1,13 0,28 0,24 0,013
24 Modernland Realty Tbk. ‐1,236 0,66 0,67 0,17 0,002
25 New Century Development Tbk. 0,009 1,35 1,74 0,002 0,005
26 Pakuwon Jati Tbk. ‐37,634 0,95 1,94 0,20 0,127
27 Pembangunan Jaya Ancol Tbk. 2,715 1,97 0,58 0,59 0,142
28 Perdana Gapuraprima Tbk. 0,538 1,99 1,33 0,23 0,056
29 Pudjiadi & Sons Tbk 4,062 1,49 1,28 0,41 0,279
30 Pudjiadi Prestige Limited Tbk. 1,839 1,61 0,25 0,21 0,031
31 Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk. 0,155 21,08 0,05 0,10 0,001
32 Royal Oak Development Asia Tbk. 0,155 21,08 0,08 0,02 0,0003
33 Sentul City Tbk. 0,109 4,07 0,22 0,06 0,001
34 Summarecon Agung Tbk. 2,987 1,31 1,59 0,27 0,097
35 Surya Semesta Internusa Tbk. 30,215 1,08 1,87 0,66 0,023
36 Surya Inti Permata Tbk 0,005 6,35 0,96 0,002 0,052
37 Suryamas Duta Makmur Tbk. ‐0,356 0,35 0,52 0,06 0,002
115
Lampiran 6 :Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Uji Multikolinearitas
0
2
4
6
8
10
12
14
-2.50 -1.25 0.00 1.25 2.50
Series: ResidualsSample 1 184Observations 94
Mean 4.72e-17Median 0.074726Maximum 3.161108Minimum -3.316179Std. Dev. 1.218198Skewness -0.295808Kurtosis 2.981931
Jarque-Bera 1.372151Probability 0.503548
LOG(WCT) LOG(CR) LOG(DER) LOG(TAT)
LOG(WCT) 1.000000 0.604689 0.175039 0.617812
LOG(CR) 0.604689 1.000000 ‐0.535327 ‐0.230509
LOG(DER) 0.175039 0.535327 1.000000 0.016408
LOG(TAT) 0.617812 0.230509 0.016408 1.000000
116
Uji Heteroskedastisitas
White Heteroskedasticity Test:
F-statistic 1.593153 Probability 0.138896 Obs*R-squared 12.25688 Probability 0.140105
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 08/31/10 Time: 14:07 Sample (adjusted): 1 184 Included observations: 94 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.643297 0.850299 0.756553 0.4514 LOG(WCT) 0.032531 0.218294 0.149026 0.8819
(LOG(WCT))^2 0.115039 0.054884 2.096036 0.0391 LOG(CR) 0.709292 0.384949 1.842560 0.0689
(LOG(CR))^2 -0.102695 0.081573 -1.258938 0.2115 LOG(DER) 0.353448 0.196598 1.797815 0.0758
(LOG(DER))^2 0.087228 0.092643 0.941548 0.3491 LOG(TAT) -0.058475 0.608163 -0.096150 0.9236
(LOG(TAT))^2 -0.018980 0.099315 -0.191114 0.8489
R-squared 0.130392 Mean dependent var 1.468220 Adjusted R-squared 0.048547 S.D. dependent var 2.078059 S.E. of regression 2.026989 Akaike info criterion 4.341826 Sum squared resid 349.2383 Schwarz criterion 4.585333 Log likelihood -195.0658 F-statistic 1.593153 Durbin-Watson stat 1.754161 Prob(F-statistic) 0.138896
117
Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 1.927507 Probability 0.151674 Obs*R-squared 3.988456 Probability 0.136119
Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 08/31/10 Time: 14:26 Presample and interior missing value lagged residuals set to zero.
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.011810 0.329297 0.035866 0.9715 LOG(WCT) -0.015826 0.108866 -0.145369 0.8848 LOG(CR) -0.015298 0.165720 -0.092309 0.9267
LOG(DER) 0.016186 0.101993 0.158697 0.8743 LOG(TAT) -0.007418 0.141795 -0.052316 0.9584 RESID(-1) 0.228191 0.133683 1.706957 0.0914 RESID(-2) -0.014223 0.137764 -0.103239 0.9180
R-squared 0.042430 Mean dependent var 4.72E-17 Adjusted R-squared -0.023609 S.D. dependent var 1.218198 S.E. of regression 1.232495 Akaike info criterion 3.327507 Sum squared resid 132.1567 Schwarz criterion 3.516901 Log likelihood -149.3928 F-statistic 0.642502 Durbin-Watson stat 2.046835 Prob(F-statistic) 0.695913
118
Lampiran 7: Analisis Regresi Berganda Dependent Variable: LOG(ROE) Method: Least Squares Date: 08/31/10 Time: 14:52 Sample (adjusted): 1 184 Included observations: 94 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -2.450502 0.332382 -7.372547 0.0000 LOG(WCT) 0.147325 0.109238 1.348659 0.1809 LOG(CR) -0.174905 0.166196 -1.052405 0.2955
LOG(DER) 0.434160 0.100622 4.314768 0.0000 LOG(TAT) 0.291765 0.142685 2.044813 0.0438
R-squared 0.405558 Mean dependent var -3.429932 Adjusted R-squared 0.378841 S.D. dependent var 1.580022 S.E. of regression 1.245273 Akaike info criterion 3.328311 Sum squared resid 138.0127 Schwarz criterion 3.463592 Log likelihood -151.4306 F-statistic 15.18003 Durbin-Watson stat 1.630602 Prob(F-statistic) 0.000000