pengaruh penerapan strategi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes...

90
PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMECAHAN MASALAH DRAW A PICTURE TERHADAP KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Oleh SAWATI 106017000490 JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010

Upload: truongnguyet

Post on 03-May-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMECAHAN

MASALAH DRAW A PICTURE TERHADAP KEMAMPUAN

MENYELESAIKAN SOAL CERITA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh

SAWATI

106017000490

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010

Page 2: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

ABSTRAK

SAWATI (106017000490), ”Pengaruh Penerapan Strategi Pemecahan Masalah Draw A Picture Terhadap Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita”. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Januari 2010.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh strategi pemecahan draw a picture terhadap kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa. Penelitian ini dilakukan di SD Islam Ruhama,Cirendeu- Tangerang Selatan Tahun Ajaran 2010/2011. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimen dengan desain penelitian Randomized Subjects Post-test Only Control Group Design. Subyek penelitian ini adalah 50 siswa yang terdiri dari 24 siswa untuk kelas eksperimen dan 26 siswa untuk kelas kontrol yang diperoleh dengan teknik cluster random sampling pada siswa kelas V. Pengumpulan data setelah diberikan perlakuan diperoleh dari nilai tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat. Tes yang diberikan terdiri dari 11 soal bentuk uraian. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa strategi pemecahan masalah draw a picture berpengaruh terhadap kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa. Rata-rata kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa yang diajarkan dengan strategi pemecahan masalah draw a picture lebih tinggi dari rata-rata kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa yang diajarkan dengan strategi konvensional.

i

Page 3: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

ABSTRACT

SAWATI (106017000490), “The Effect of Draw A Picture Problem Solving Strategy to The Ability to Finish The Story’s Question”. Thesis for Math Education, Faculty of Tarbiya and Teaching Science, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, January 2010.

The purpose of this research is to determine the effect of draw a picture problem solving strategy to the ability to finish the story’s question. The research was conducted at SD Islam Ruhama, Cirendeu-South Tangerang City for academic year 2010/2011. The method used in this research is quasi experimental method with Randomized Subjects Post-test Only Control Group Design. Subject for this research are 50 students consist of 24 students for of experimental group and 26 students for of control group which selected in cluster random sampling technique. The data collection after being given treatment obtained from the test scores of the ability to finish the story’s question at the subject of spherical number. Tests consisted of 11 questions in essay. The result of research revealed that there is effect of draw a picture problem solving strategy to the ability to finish the story’s question. The students who taught with draw a picture problem solving strategy have mean score of the ability to finish the story’s question higher than who taught with convensional strategy.

ii

Page 4: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas

rahmat dan hidayah-Nya maka skripsi ini dapat diselesaikan. Penulisan skripsi ini

merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika

pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Disadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan penulis sangat

terbatas, maka adanya bimbingan, pengarahan dan dukungan dari berbagai pihak

sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis

mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya, kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. H. Dede Rosyada, M.A, sebagai Dekan Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan.

2. Ibu Maifalinda Fatra, M.Pd, sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Matematika.

3. Bapak Otong Suhyanto, M.Si, sebagai Sekretaris Jurusan Pendidikan

Matematika.

4. Bapak Dr. Kadir, M.Pd, sebagai pembimbing I dan Ibu Lia Kurniawati, M.Pd,

sebagai pembimbing II yang selalu memberikan bimbingan dan pengarahan

dalam penulisan skripsi ini.

5. Bapak Firdausi, M.Pd, sebagai penasihat akademik yang selalu memberikan

bimbingan dan nasihat kepada penulis selama proses perkuliahan.

6. Seluruh Dosen dan Staff Jurusan Pendidikan Matematika.

7. Bapak Hamidi, S.Pd.I, sebagai kepala SD Islam Ruhama, Cirendeu-Tangerang

Selatan yang telah banyak membantu penulis selama penelitian berlangsung.

8. Bapak Fiqi Ramansyah, S.Pd, dan Ibu Dra.Aan, sebagai guru pamong tempat

penulis mengadakan penelitian.

9. Suamiku tercinta, Agustina Setiawan, S.E, yang senantiasa membantu,

memotivasi, dan memberikan dukungan baik moril maupun materil.

10. Ayahanda dan Ibunda tercinta, Bapak Madsari dan Ibu Murti juga Bapak

Madtolib Yusuf dan Ibu Enat Muhpaeni yang senantiasa memberikan

dukungan moril dan materil kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

iii

Page 5: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

11. Kakak dan adikku tercinta yang senantiasa memberikan motivasi, dukungan

dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Siswa dan siswi kelas V SD Islam Ruhama, Cirendeu-Tangerang Selatan,

khususnya kelas V.A dan V.B yang telah bersikap kooperatif selama penulis

mengadakan penelitian.

13. Teman-temanku tercinta, Adlin Palina, Siti Mariam Juwaeni Ulfah, Rida,dan

seluruh mahasiswa/mahasiswi jurusan pendidikan matematika angkatan 2006,

semoga kebersamaan kita menjadi kenangan terindah untuk menggapai

kesuksesan dimasa mendatang.

14. Teman-teman seperjuanganku, Dwi Ratna Wulandari, Mahmudah, Resti

Restuati Fatimah, Ka Mimin, Ka Mas’udah, Mia Usniati, Nia Kurnia, Siti

Chairunnisa, dan Lidya Ekawati yang selalu memberikan motivasi dan saling

bertukar informasi selama penulisan skripsi ini. Semoga kita bisa wisuda

bersama-sama.

15. Semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan, dorongan dan informasi

serta pendapat yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

Semoga Allah SWT dapat menerima sebagai amal kebaikan atas jasa baik

yang diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan-

kekurangan karena terbatasnya kemampuan penulis. Untuk itu kritik dan saran

yang membangun sangat penulis harapkan. Mudah-mudahan skripsi ini dapat

bermanfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi khazanah ilmu

pengetahuan. Amin.

Jakarta, Oktober 2010

Penulis,

SAWATI

iv

Page 6: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...................................................................................................... i

ABSTRACT ..................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR.................................................................................... iii

DAFTAR ISI................................................................................................... v

DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR...................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1

B. Identifikasi Masalah.................................................................... 6

C. Pembatasan Masalah ................................................................... 6

D. Perumusan Masalah .................................................................... 6

E. Tujuan Penelitian ........................................................................ 7

F. Manfaat Penelitian ...................................................................... 7

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN............. 8

A. Kajian Teoritis............................................................................. 8

1. Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika .......... 8

a. Pengertian Matematika.................................................... 8

b. Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika .... 15

2. Strategi Pemecahan Masalah Matematika ............................ 18

a. Masalah Matematika ....................................................... 18

b. Strategi Pemecahan Masalah........................................... 21

3. Strategi Pemecahan Masalah Draw A Picture ...................... 26

4. Strategi Pembelajaran Konvensional .................................... 34

5. Hasil Penelitian yang Relevan .............................................. 39

B. Kerangka Berpikir....................................................................... 40

C. Hipotesis Penelitian..................................................................... 42

v

Page 7: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 43

A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 43

B. Metode dan Desain Penelitian..................................................... 43

C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ................................. 44

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ........................................... 45

1. Variabel yang Diteliti............................................................ 45

2. Sumber Data.......................................................................... 45

3. Instrumen Penelitian ............................................................. 45

4. Kisi-kisi Instrumen Tes..................................................... .... 46

5. Uji Instrumen Tes Penelitian................................................. 47

a. Uji Validitas .................................................................... 50

b. Uji Reliabilitas ................................................................ 48

c. Taraf Kesukaran Butir Soal............................................. 49

d. Daya Pembeda Butir Soal ............................................... 50

E. Teknik Analisis Data................................................................... 51

1. Uji Normalitas....................................................................... 51

2. Uji Homogenitas ................................................................... 52

3. Uji Hipotesis ......................................................................... 53

F. Hipotesis Statistik ....................................................................... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 55

A. Deskripsi Data............................................................................. 55

1. Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Kelompok

Eksperimen............................................................................ 55

2. Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Kelompok Kontrol 57

B. Pengujian Persyaratan Analisis ................................................... 61

1. Uji Normalitas....................................................................... 61

a. Uji Normalitas Kelompok Eksperimen........................... 61

b. Uji Normalitas Kelompok Kontrol.................................. 61

2. Uji Homogenitas ................................................................... 62

C. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan......................................... 63

1. Pengujian Hipotesis................................................................ 63

vi

Page 8: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

2. Pembahsan ............................................................................ 64

D. Keterbatasan Penelitian............................................................... 70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 71

A. Kesimpulan ................................................................................. 71

B. Saran............................................................................................ 71

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 73

LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................ 76

vii

Page 9: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Perbedaan Strategi Pemecahan Masalah Draw A Picture Dengan

Strategi Konvensional.................................................................... 38

Tabel 3.1. Kisi-kisi Instrumen Tes................................................................... 46

Tabel 3.2. Klasifikasi Interpretasi Taraf Kesukaran ........................................ 49

Tabel 3.3. Klasifikasi Interpretasi Daya Pembeda ........................................... 50

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita

Kelompok Eksperimen .................................................................. 56

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita

Kelompok Kontrol ........................................................................ 58

Tabel 4.3. Perbandingan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Kelompok

Eksperimen dan Kelompok Kontrol.............................................. 60

Tabel 4.4. Hasil Perhitungan Uji Normalitas ................................................... 62

Tabel 4.5. Hasil Perhitungan Uji Homogenitas ............................................... 62

Tabel 4.4. Hasil Uji Perbedaan dengan Statistik Uji t ..................................... 64

viii

Page 10: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Teori Belajar Matematika Menurut M. Gagne............................ 11

Gambar 2.2. Tahapan Pemecahan Masalah Menurut G. Polya........................ 23

Gambar 2.3. Kerangka Berpikir ....................................................................... 41

Gambar 4.1. Grafik Histogram dan Poligon Distribusi Frekuensi Kemampuan

Menyelesaikan Soal Cerita Kelompok Eksperimen ................... 57

Gambar 4.2. Grafik Histogram dan Poligon Distribusi Frekuensi Kemampuan

Menyelesaikan Soal Cerita Kelompok Kontrol .......................... 59

Gambar 4.3. Suasana Kegiatan Belajar Mengajar di Kelas Dengan Strategi

Pemecahan Masalah Draw A Picture ......................................... 65

ix

Page 11: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen 75

Lampiran 2. Lembar Kerja Siswa (LKS)...................................................... 93

Lampiran 3. Melakukan Operasi Hitung Bilangan Bulat Termasuk

Penggunaan Sifat-sifatnya, Pembulatan, dan

Penaksiran................................................................................. 123

Lampiran 4. Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Menyelesaikan Soal

Cerita Matematika .................................................................... 131

Lampiran 5. Kunci Jawaban Uji Coba Instrumen Tes.................................. 133

Lampiran 6. Instrumen Penelitian ................................................................ 138

Lampiran 7. Kunci Jawaban Instrumen Penelitian ....................................... 140

Lampiran 8. Perhitungan Validitas ............................................................... 144

Lampiran 9. Perhitungan Reliabilitas ........................................................... 146

Lampiran 10. Uji Tarap Kesukaran ................................................................ 147

Lampiran 11. Uji Daya Pembeda Butir Soal .................................................. 149

Lampiran 12. Perhitungan Uji Validitas, Reliabilitas, Taraf Kesukaran dan

Daya Pembeda.......................................................................... 151

Lampiran 13. Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika

Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol...................... 153

Lampiran 14. Perhitungan Daftar Distribusi Frekuensi, Mean, Median,

Modus, Quartil, Presentil, Varians, Simpangan Baku,

Kemiringan, dan Kurtosis Kelompok Eksperimen .................. 154

Lampiran 15. Perhitungan Daftar Distribusi Frekuensi, Mean, Median,

Modus, Quartil, Presentil, Varians, Simpangan Baku,

Kemiringan, dan Kurtosis Kelompok Kelompok Kontrol ...... 158

Lampiran 16. Perhitungan Uji Normalitas Kelompok Eksperimen................ 162

Lampiran 17. Perhitungan Uji Normalitas Kelompok Kontrol ...................... 164

Lampiran 18. Perhitungan Uji Homogenitas .................................................. 166

Lampiran 19. Perhitungan Uji Hipotesis Statistik .......................................... 167

Lampiran 20. Pedoman Wawancara Siswa .................................................... 169

x

Page 12: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

xi

Lampiran 21. Hasil Wawancara Siswa........................................................... 170

Lampiran 22. Hasil Pengerjaan LKS Siswa............................................ ......... 173

Lampiran 23. Nilai Koefisien Korelasi ”r” Product Moment......................... 202

Lampiran 24. Luas Kurva Di Bawah Normal................................................. 204

Lampiran 25. Nilai Kritis Distribusi Kai Kuadrat (Chi Square) .................... 205

Lampiran 26. Nilai Kritis Distribusi F............................................................ 207

Lampiran 27. Nilai Kritis Distribusi t............................................................. 209

Page 13: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat

dewasa ini menuntut umat manusia untuk terus mengembangkan wawasan

dan kemampuan diberbagai bidang, terutama dibidang sains dan teknologi.

Oleh karena itu, maka pendidikan menjadi suatu hal penting untuk

dikembangkan. Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka

panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban

manusia di dunia. Oleh sebab itu, hampir semua Negara menempatkan

variabel pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan utama dalam konteks

pembangunan bangsa dan Negara. Begitu juga Indonesia menempatkan

pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan utama. Hal ini dapat dilihat dari

isi pembukaan UUD 1945 alinea IV yang menegaskan bahwa salahsatu

tujuan nasional bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.

Fungsi dan tujuan pendidikan di Indonesia salah satunya adalah untuk

menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, yang cerdas

intelektualnya, dan mempunyai iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa. Sebagaimana tertera dalam undang-undang RI No.20 Tahun 2003

tentang pendidikan nasional menjelaskan:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembanganya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1 Mutu pendidikan yang baik akan menciptakan output yang baik pula

serta dapat memberikan kompetensi yang bermanfaat. Salah satu upaya untuk

1 Badrudin dkk, Media Pendidikan, Jurnal Pendidikan Keagamaan, Vol.XXIV, No.1, (Bandung: Redaksi Media Pendidikan, 2009), h.10

1

Page 14: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

2

meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan mengoptimalkan proses

pembelajaran di kelas. Para ahli pendidikan dan pemerintah tak henti-

hentinya berusaha menyempurnakan sistem pembelajaran melalui

pemutakhiran kurikulum dan pendekatan pembelajaran. Peran pemerintah

sangat besar dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. Pemerintah secara

terus-menerus melakukan upaya-upaya strategis agar mutu pendidikan tiap

tahunnya meningkat. Hal ini ditandai dengan beberapa kali perubahan

kurikulum, tujuan perubahan tersebut tidak lain agar terwujud pendidikan

yang bermutu.

Upaya mewujudkan tujuan pendidikan tersebut diatas, banyak terdapat

permasalahan, salah satunya adalah rendahnya prestasi belajar siswa dalam

bidang studi tertentu termasuk didalamnya bidang studi matematika yang

dirasa sangat sulit, banyak siswa merasa takut, enggan dan kurang tertarik

terhadap mata pelajaran matematika. Banyak siswa yang kurang tertantang

untuk mempelajari dan menyelesaikan soal-soal matematika, terutama soal-

soal cerita. Padahal matematika sangat diperlukan siswa dalam mempelajari

dan memahami mata pelajaran lain.

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

teknologi modern. Selain itu, matematika juga berperan penting dalam

mengembangkan berbagai disiplin ilmu dan dan memajukan daya pikir

manusia. Hal ini terlihat jelas dengan diterapkannya beragam ilmu

matematika seperti teori bilangan, aljabar, teori peluang, dan matematika

diskrit sebagai penunjang utama dalam mengembangkan bidang teknologi

informasi dan komunikasi dewasa ini. Untuk menguasai dan mencipta

teknologi ini tentu saja diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak

dini.

Matematika diajarkan sejak dibangku sekolah dasar sangatlah tepat,

sebab paling tidak jika seseorang belajar matematika maka orang tersebut

mampu melakukan perhitungan-perhitungan sederhana, memiliki persyaratan

untuk belajar ilmu-ilmu yang lain, mampu melakukan perhitungan secara

Page 15: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

3

mudah dan praktis serta diharapkan pula orang mempelajari matematika dapat

menjadi orang yang tekun, kritis, berpikir logis, bertanggung jawab dan

mampu menyelesaikan masalah. Kemampuan dasar berhitung ditingkat

sekolah dasar merupakan kemampuan matematis yang didalamnya termuat

kemampuan melakukan pengerjaan-pengerjaan hitung seperti menjumlah,

mengurang, mengalikan, membagi, memangkatkan, menarik logaritma,

memanipulasi bilangan-bilangan dan lambang-lambang matematika, serta

kemampuan untuk mengubah bahasa verbal kedalam model matematika

(kemampuan menyelesaikan soal cerita). Kemampuan tersebut hingga saat ini

masih belum seperti yang diharapkan.

Swafford dan Langrall sebagaimana yang dikutip oleh Lia Kurniawati

dalam pendekatan baru dalam proses pembelajaran matematika dan sains

dasar menyatakan bahwa “dari hasil penelitian terhadap siswa kelas 6 yang

diberikan soal-soal cerita/word problem dengan berbagai macam/tingkatan

soal cerita tersebut, hanya 20% siswa yang dapat menginterpretasikan soal

cerita kedalam bentuk symbol. Akibatnya hanya sedikit sekali yang mampu

menggunakan persamaan untuk memecahkan soal-soal yang berkaitan”.2 Hal

ini selaras dengan hasil penelitian Soedjadi menyatakan bahwa daya serap

rata-rata siswa SD untuk mata pelajaran matematika hanya sebesar 42%.

Kenyataan ini juga didukung oleh Jailani yang menyatakan bahwa

kemampuan siswa untuk membuat model matematika dan menyelesaikan soal

cerita masih sangat rendah. Rendahnya penguasaan siswa akan soal cerita ini

disebabkan oleh kurangnya penguasaan materi pengait dan prosedur

penyelesaian.3

Kenyataan itu menunjukkan bahwa dalam pembelajaran matematika

soal-soal yang berbentuk cerita perlu dikembangkan. Soal cerita merupakan

penerapan keterampilan berhitung dalam kehidupan sehari-hari. Disamping

itu juga soal cerita dapat melatih siswa untuk berpikir secara deduktif,

2 Gelar Dwirahayu dkk, pendekatan Baru Dalam Pembelajaran Sains dan Matematika Dasar: Sebuah Antologi, Cet.I, (Jakarta: PIC UIN Jakarta, 2007), h. 46

3 Winihasih dkk, Sekolah Dasar (Kajian Teori dan Praktik Pendidikan), (Malang: Unit Pelaksana Program Guru Kelas Sekolah Dasar, 2000), h. 55

Page 16: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

4

membiasakan siswa untuk melihat hubungan antara kehidupan sehari-hari

dengan pengetahuan matematika yang telah mereka peroleh di sekolah, dan

memperkuat pemahaman terhadap konsep matematika tertentu.

Menurut Bahri, rendahnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan

soal cerita matematika disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:4

1. Metode belajar yang dipilih guru dinilai kurang tepat karena masih

menggunakan metode konvensional yang masih belum dapat

mengakomodasi peningkatan kemampuan siswa dalam memahami soal

cerita.

2. Kurangnya interaksi antar siswa dalam kelompok dan

3. Rendahnya motivasi siswa dalam menyelesaikan soal cerita.

Berdasarkan pada beberapa penyebab permasalahan di atas, maka

dapat diketahui bahwa sebenarnya daya analisis siswalah yang menjadi letak

permasalahan tersebut. Siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami

masalah, membuat model matematika, menyelesaikan masalah, serta

menafsirkan masalah untuk menentukan solusinya. Untuk mengatasi

permasalahan tersebut, pemecahan masalah (problem solving) merupakan

salah satu strategi pembelajaran yang dianggap efisien dalam usaha untuk

mencapai tujuan pengajaran.

Menurut Darwis, pembelajaran pemecahan masalah merupakan salah

satu strategi belajar yang dapat menolong siswa dalam meningkatkan daya

analisisnya.5 Sedangkan Gagne dalam Suwangsih, menyatakan bahwa

“keterampilan intelektual tingkat tinggi dapat dikembangkan melalui

pemecahan masalah”. Hal ini dapat dipahami sebab pemecahan masalah

4 Saeful Bahri, Peningkatan Kemampuan Menyelesaikan Soal cerita Sistem Persamaan

Linear Dua Variabel Melalui Strategi Problem Solving, Jurnal Pendidikan Inovatif, Jilid 4, Nomor 2, (Balik Papan: YSN-KPS, 2009), h. 78 Dari http://www.saskschool.ca/curr_content/mathcatch/problem_solve/pdf. 18 Agustus 2010, 19.27 WIB.

5 Ibid, h. 79

Page 17: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

5

merupakan tipe belajar yang paling tinggi dari tipe-tipe belajar yang

dikemukakan Gagne, yaitu : belajar isyarat, stimulus respon, rangkaian gerak,

rangkaian verbal, membedakan, pembentukan konsep, pembentukan aturan

dan pemecahan masalah.

Lebih spesifik lagi, bahwa strategi pembelajaran pemecahan masalah

yang diberikan adalah dengan membuat gambar (draw a picture). Strategi ini

berkait dengan pembuatan sket atau gambar, sehingga dengan strategi ini,

hal-hal yang diketahui tidak hanya dibayangkan di dalam otak saja namun

bisa dituangkan ke atas kertas. Penggunaan gambar dalam pembelajaran

matematika juga memungkinkan siswa secara visual mengkonstruksi

masalahnya. Beberapa masalah dapat diselesaikan lebih mudah setelah ada

gambarnya. Penggunaan gambar membantu siswa menemukan hubungan.

Antar komponen dalam masalah serta dengan menggunakan gambar pula,

siswa terbantu belajar menemukan informasi kunci di dalam suatu masalah

serta mengabaikan informasi yang tidak perlu.

Strategi ini dapat membantu siswa untuk mengungkapkan informasi

yang terkandung dalam masalah sehingga hubungan antar komponen dalam

masalah tersebut dapat telihar dengan lebih jelas. Hal yang perlu digambar

adalah bagian-bagian terpenting yang diperkirakan mampu memperjelas

permasalahan yang dihadapi. Menurut Krismanto, Strategi pemecahan

masalah dengan membuat gambar dapat mempermudah memahami

masalahnya dan mempermudah mendapatkan gambaran umum

penyelesaiannya.6

Menurut teori belajar Peaget seorang ahli psikologi berkebangsaan

Swiss, anak SD (usia 7 – 11 tahun) termasuk kepada tahap perkembangan

operasi Konkrit. Umumnya anak-anak pada tahap ini belum mampu berpikir

secara abstrak tetapi mampu memahami operasi logis dengan bantuan benda-

6Krismanto, Beberapa Teknik, Model, Dan Strategi Pembelajaran Matematika,( Yogyakarta:

DEPDIKNAS, 2003), Dari http://matemarso.files.wordpress.com/2008/04/strategi pembelajaran-matematika.pdf, h. 6. 5 Agustus 2010 16.00 WIB

Page 18: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

6

benda konkrit. Berdasarkan hal ini Adjie dan Maulana dalam bukunya

Pemecahan Masalah Matematika mengatakan, bahwa bagi siswa yang belum

dapat berpikir abstrak pendekatan pembelajaran dengan membuat gambar

terlebih dahulu akan sangat membantu. Hal tersebut dapat dilakukan secara

konkrit atau dengan gambaran obyek yang dimaksud.

Dengan adanya penerapan straegi pembelajaran pemecahan masalah

draw a picture diharapkan dapat membantu siswa sekolah dasar dalam

memahami konsep matematika dan menganalisis setiap soal yang diberikan

serta dapat terlibat lebih jauh dalam proses belajar mengajar secara efektif

sehingga siswa terdorong untuk memahami setiap materi yang diajarkan guru.

Berdasarkan uraian-uraian yang dipaparkan, penulis tertarik untuk

melakukan penelitian tentang pembelajaran matematika dengan judul

“Pengaruh Penerapan Strategi Pemecahan Masalah Draw A Picture

Terhadap Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan

dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Hasil belajar Matematika rendah.

2. Siswa beranggapan bahwa matematika adalah pelajaran yang menakutkan.

3. Proses pembelajaran matematika di kelas masih monoton.

4. Rendahnya motivasi dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal

cerita.

C. Pembatasan Masalah

Brdasarkan identifikasi masalah diatas, maka pada penelitian ini

dibatasi pada poin kelima yaitu pada masalah perbandingan kemampuan

Page 19: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

7

siswa dalam menyelesaikan soal cerita yang diajar menggunakan strategi

pemecahan masalah draw a picture dengan siswa yang diajar menggunakan

pembelajaran konvensional di kelas V SD Islam Ruhama.

D. Perumusan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada rumusan masalah yaitu, (1) Apakah terdapat

pengaruh penerapan strategi pemecahan masalah draw a picture dalam

pembelajaran di kelas terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal

cerita, dan (2) Bagaimana kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita

dengan strategi pemecahan masalah draw a picture.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memperoleh strategi

pembelajaran yang cocok bagi siswa SD/MI kelas V yang dapat

meningkatkan kemampuan matematika siswa, serta untuk mengetahui apakah

strategi pemecahan masalah draw a picture dapat meningkatkan kemampuan

siswa dalam menyelesaikan soal cerita?

F. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan:

1. Siswa merasa senang dalam mengikuti proses pembelajaran matematika

sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan minat belajarnya terhadap

matematika.

2. Siswa aktif dalam kelas sehingga hasil belajarnya akan meningkat.

Page 20: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

8

3. Memberikan alternatif kepada guru untuk menentukan strategi yang

sesuai dalam pembelajaran matematika di kelas.

4. Memberikan kontribusi penerapan pembelajaran dengan strategi

pemecahan masalah draw a picture terhadap peningkatan kemampuan

siswa dalam menyelesaikan soal cerita.

5. Dapat memberikan motivasi untuk memahami bahan materi yang

diajarkan.

6. Dapat memberikan alternatif pembelajaran untuk diterapkan dan

dikembangkan di sekolah serta dapat menjadi informasi untuk

mengenalkan lebih dalam tentang penerapan strategi pembelajaran

pemecahan masalah dengan membuat gambar (draw a picture).

Page 21: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kajian Teoritis

1. Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika

a. Pengertian Matematika

Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang berkaitan erat

dengan fenomena kehidupan, mulai dari fenomena yang sederhana sampai

fenomena yang kompleks. Penguasaan matematika sangat diperlukan dalam

kehidupan, hal ini karena ilmu matematika memberikan sumbangan yang

cukup besar dalam pembentukan manusia unggul dimana salah satu kriteria

manusia unggul adalah manusia yang dapat menggunakan nalarnya untuk

kemajuan umatnya, berfikir kreatif dan produktif, mampu mengambil

keputusan, mampu memcahkan masalah, dan mampu

mengelola/mengendalikan diri.

Soedjadi memberikan enam definisi atau pengertian tentang

matematika, yaitu: (1) matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak

dan terorganisir dengan baik, (2) matematika adalah pengetahuan tntang

bilangan dan kalkulasi, (3) matematika adalah pengetahuan tentang

penalaran logika dan berhubungan dengan bilangan, (4) matematika adalah

pengetahuan tetang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan

bentuk, (5) matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang

logik, dan (6) matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang

ketat.1

Reys dkk berpendapat bahwa matematika adalah telaahan tentang

pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berfikir, suatu seni, suatu bahasa

dan suatu alat. Hal ini selaras dengan pendapatnya Johnson dan Rising yang

mengemukakan bahwa matematika adalah pola berfikir, pola

1 Nahrowi Adjie dan Maulana, Pemecahan Masalah Matematika, Ed.I. Cet.I, (Bandung :

UPI PRESS, 2006), h. 34

8

Page 22: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

9

mengorganisasikan, pembuktian yang logis, matematika itu adalah bahasa

yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan

akurat representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol

mengenai ide daripada mengenai bunyi. Matematika adalah pengetahuan

struktur yang terorganisasi, sifat-sifat dalam teori-teori dibuat secara

deduktif berdasarkan kepada unsur yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat

atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya. Matematika adalah ilmu

tentang keteraturan pola atau ide, dan matematika itu adalah suatu seni,

keindahannya terdapat pada keterurutan dan keharmonisannya.2

Dari beberapa definisi matematika yang dikemukakan oleh para ahli

diatas, maka jelas sekali bahwa matematika merupakan salah satu bagian

yang terpenting dalam bidang ilmu pengetahuan. Apabila dilihat dari sudut

pengklasifikasian bidang ilmu pengetahuan, matematika termasuk ke dalam

kelompok ilmu-ilmu eksakta, yang lebih banyak memerlukan pemahaman

daripada hapalan. Untuk dapat memahami suatu pokok bahasan dalam

matematika, siswa harus mampu menguasai konsep-konsep matematika dan

keterkaitannya serta mampu menerapkan konsep-konsep tersebut untuk

memecahkan masalah yang dihadapinya.

Dalam kurikulum SD 2004, matematika berfungsi mengembangkan

kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus

matematika sederhana yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui

materi bilangan, pengukuran dan geometri. Matematika juga berfunsi

mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa

melalui model matematika yang dapat berupa kalimat dan persamaan

matematika, diagram, grafik, atau tabel. Dan tujuan pembelajaran

matematika adalah :3

1) Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya

melalui kegiatan penyalidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukan

kesamaan, perbedaan, konsisten, dan inkonsisten.

2 Erna Suwangsih dan Tiurlina, Model Pembelajaran Matematika, Cet.I, (Bandung: UPI PRESS, 2006) , h.4

3 Nahrowi Adji dan Maulana, Op.Cit, h. 34-35

Page 23: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

10

2) Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan

penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa

ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan serta mencoba-coba.

3) Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.

4) Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau

mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan,

catatan, grafik, peta, dan diagram dalam menjelaskan gagasan.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan, bahwa

matematika adalah suatu ilmu pengetahuan tentang bilangan, logika

mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang

direpresentasikan menggunakan simbol-simbol, yang dipandang dapat

menstrukturkan pola berpikir yang sistematis, kritis, logis, cermat dan

konsisten dalam menyelesaikan suatu masalah.

Menurut Gagne dalam Suwangsih, mengemukakan bahwa dalam

belajar matematika ada dua objek yang dapat diperoleh siswa, yaitu objek

langsung dan objek tidak langsing. Objek tidak langsung antara lain

kemampuan menyelidiki dan memecahkan masalah, belajar mandiri,

bersikap positif terhadap matematika, dan tahu bagaimana semestinya

belajar. Sedangkan objek langsung berupa fakta, keterampilan, konsep, dan

aturan.

1) Fakta

Fakta adalah objek matematika yang tinggal menerimanya, seperti

lambang bilangan, sudut, dan notasi-notasi matematika liannya.

2) Keterampilan

Keterampilan yaitu berupa kemampuan memberikan jawaban dengan

cepat dan tepat.

3) Konsep

Konsep adalah ide abstrak yang memungkinkan kita dapat

megelompokkan objek kedalam contoh dan non contoh.

4) Aturan

Aturan adalah objek paling abstrak yang berupa sifat atau teorema.

Page 24: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

11

Gagne yakin bahwa belajar dapat ditingkatkan jika subtugas-

subtugas yang dibutuhkan untuk menuntaskan tugas-tugas yang lebih luas

sudah secara jelas diidentifikasi dan diurutkan. Agar lebih jelas, perhatikan

diagram berikut :

Sumber: Suwangsih dan Tiurlina (2006: 80)

Gambar 2.1 Teori belajar matematika menurut M. Gagne

Kemampuan

Dalam hal ini a dan b merupakan sub tugas, sedangkan c, d, e, f, dan g

merupakan subtugas yang lebih kecil dari subtugas a dan b. Sebagai contoh,

untuk menjelaskan konsep atau tugas utama tentang perpangkatan, kita

membutuhkan subtugas konsep perkalian. Sedangkan konsep perkalian

membutuhkan konsep penambahan. Misalnya

Adjie dan Maulana dalam bukunya yang berjudul pemecahan

masalah matematika mengatakan bahwa:

Belajar matematika tidaklah bermakna jika tidak dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari. Karena dalam kegiatan kehidupan sehari-hari manusia sering membutuhkan bantuan ilmu matematika, misalnya dalam jual beli, bertani dan lain-lain. Karena memang matematika tumbuh dan berkembang dari kehidupan sehari-hari manusia dengan segala aktivitasnya. Misalnya saja dalam perkembangan bilangan, yang dimulai dari bilangan asli, bilangan cacah, bilangan bulat, bilangan rasional/irrasional, bilangan khayal, dan bilangan kompleks muncul secara bertahap sesuai dengan kebutuhan manusia terhadap bilangan.4

4 Ibid, h. 45

a

c

b

f g d e

Page 25: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

12

Hal ini tercermin bahwa belajar matematika pada hakikatnya adalah

belajar tentang kehidupan manusia sehari-hari, karena dalam kehidupan

sehari-hari manusia sering melakukan aktivitas-aktivitas yang brhubungan

dengan kegiatan yang membutuhkan suatu cara untuk melakukannya dengan

penalaran yang melibatkan ilmu matematika. Dengan demikian, belajar

matematika memberikan sumbangan yang cukup besar dalam membantu

manusia untuk mampu berkompetisi dalam memenuhi segala kebutuhan

hidupnya.

Menurut Suwangsih dan Tiurlina, Sifat-sifat proses belajar

matematika adalah:

1) Belajar matematika merupakan suatu interaksi antara anak dengan

lingkungan. Dari lingkungannya si anak memilih apa yang ia butuhkan

dan apa yang dapat ia pergunakan untuk pertumbuhan dan

perkembangannya.

2) Belajar berarti berbuat

Belajar matematika adalah suatu kegiatan, dengan bermain, berbuat,

bekerja dengan alat-alat. Dengan berbuat anak menghayati sesuatu

dengan seluruh indera dan jiwanya. Konsep-konsep matematika menjadi

lebih jelas dan mudah dipahami oleh anak sehingga konsep itu benar-

benar tahan lama didalam ingatan siswa.

3) Belajar matematika berarti mengalami

Mengalami berarti menghayati sesuatu aktual penghayatan. Dengan

mengalami berulang-ulang perbuatan maka belajar matematika akan

menjadi efektif, teknik akan menjadi lancar, konsep makin lama makin

jelas dan generalisasi makin mudah disimpulkan. Belajar matematika

adalah suatu aktivitas yang bertujuan supaya tujuan matematika yang

dirumuskan tercapai, maka pembelajaran harus menimbulkan aktivitas

pada anak didik. Dengan meningkatnya aktivitas anak maka semakin

meningkat pula pengalaman anak.

Page 26: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

13

4) Belajar matematika memerlukan motivasi

Anak didik adalah manusia yang membutuhkan bantuan dari sekitarnya

sehingga dapat berkembang secara harmonis. Anak didik membutuhkan

kemampuan untuk berkembang, misalnya kebutuha untuk mengetahui

dan menyelidiki , memperbaiki prestasi dan mendapatkan kepuasan atas

hasil pekerjaannya. Dengan memenuhi kebutuhan anak akan merupakan

motivasi untuk mendorong atau melakukan suatu kegiatan. Motivasi itu

dapat dirangsang melalui:

a) Merencanakan kegiatan belajar matematika dengan memperhitungkan

kebutuhan minat dan kesanggupan anak didik.

b) Menggunakan perencanaan pembelajaran matematika bersama dengan

anak didik.

5) Belajar matematika memerlukan kesiapan anak didik

Kesiapan artinya bahwa anak sudah matang dan sudah menguasai apa

yang diperlukan. Anak yang belum siap tidak bolah dipaksa untuk belajar

matematika karena akan membuat anak itu malas belajar dan merasa

tidak mampu belajar.

6) Belajar matematika harus menggunakan daya pikir

Berpikir konkrit pada prinsipnya hanya pada jenjang SD dan setelah itu

akan beralih ke taraf berpikir abstrak. Hal ini disebabkan matematika

merupakan ilmu yang abstrak. Untuk membantu anak berpikir abstrak,

harus banyak dinerikan pengalaman-pengalaman dengan berbagai alat

peraga. Pengalaman-pengalamn berpikir akan memberikan kesanggupan

kepada anak untuk memecahkan persoalan dalam kehidupan sehari-hari.

7) Belajar matematika melalui latihan (drill)

Untuk memperoleh keterampilan dalam matematika dipeoleh latihan

berkali-kali atau terus menerus.

Belajar matematika menurut paham konstruktivisme yaitu ketika

siswa mencoba menyelesaikan tugas-tugas di kelas, maka pengetahuan

matematika dikonstruksi secara aktif. Para ahli konstruktivisme yang lain

mengatakan bahwa dari perspektifnya konstruktivis, belajar matematika

Page 27: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

14

bukanlah suatu proses ’pengepakan’ pengetahuan secara hati-hati,

melainkan hal mengorganisir aktivitas, dimana kegiatan ini diinterpretasikan

secara luas termasuk aktivitas dan berfikir konseptual. Selanjutnya

didefinisikan oleh Cobb bahwa belajar matematika merupakan proses

dimana siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuan matematika.5

Hal ini nampak bahwa para ahli konstruktivis setuju bahwa belajar

matematika melibatkan manipulasi aktif dari pemaknaan bukan hanya

bilangan dan rumus-rumus saja. Setiap tahap dari pembelajaran harus

melibatkan suatu proses penelitian terhadap makna dan penyampaian

keterampilan hafalan dengan cara yang tidak ada jaminan bahwa siswa akan

menggunakan keterampilan intellegennya dalam setting matematika.

Dalam pembelajaran matematika ini beberapa ahli konstruktivisme

telah menguraikan indikator belajar mengajar berdasarkan konstruktivisme.

Confrey menyatakan :

...sebagai seorang konstruktivisme ketika saya mengajarkan matematika, saya tidak mengajarkan tentang struktur matematika yang objeknya ada di dunia ini. Saya mengajar mereka, bagaimana mengembangkan kognisi mereka, bagaimana melihat dunia melalui sekumpulan lensa kuantitatif yang saya percaya akan menyediakan suatu cara yang powerful untuk memahami dunia, bagaimana mereflesikan lensa-lensa itu untuk menciptakan lensa-lensa yang lebih kuat, dan bagaimana mengapresiasi peranan dari lensa dalam memainkan pengembangan kultur mereka. Saya mencoba untuk mengajarkan untuk mengembangkan satu alat intelektual yaitu matematika.6

Hal ini tercermin bahwa matematika hanyalah sebagai alat untuk berfikir,

fokus utama mengajar matematika adalah memberdayakan siswa untuk

berfikir mengkonstruksi pengetahuan matematika yang pernah ditemukan

oleh ahli-ahli sebelumnya.

Dari uraian diatas, maka dapat dikatan bahwa belajar matematika

merupakan suatu interaksi antara anak dengan lingkungan, belajar

menggunakan daya pikir, dan belajar matematika merupakan belajar yang

5 Erna Suwangsih dan Tiurlina, Model Pembelajaran Matematika, Cet.I, (Bandung: UPI

PRESS, (2006),h.114 6 Ibid, h.116

Page 28: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

15

cenderung melatih dan membimbing siswa yang mengarah pada

kemampuan kognitif, yaitu berkenaan dengan kemampuan berpikir,

mengetahui, memahami, bernalar, dan memecahkan masalah.

b. Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kata ‘mampu’ mempunyai

arti “kuasa, bisa, dapat, dan sanggup untuk melakukan sesuatu”. Sedangkan

‘kemampuan’ yaitu “kesanggupan, kekuatan, dan kecakapan seseorang

dalam melakukan sesuatu”.7

Jadi, kemampuan adalah kesanggupan seseorang untuk dapat

melakukan sesuatu dengan baik dan terampil. Kesanggupan dan kecakapan

sangat dibutuhkan untuk menemukan ide-ide baru dalam menghadapi suatu

permasalahan. Kemampuan merupakan perwujudan dari bakat yang telah

dilatih melalui pembelajaran berupa tindakan yang terencana dan dapat

dilakukan pada saat diperlukan. Kemampuan juga dapat diartikan sebagai

kesanggupan seseorang dalam melakukan sesuatu usaha atau tindakan

sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. Kemampuan yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam mengerjakan soal

cerita matematika.

Salah satu tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa

dalam pelajaran matematika adalah tes yang berbentuk uraian, tes ini dapat

berupa soal cerita yang dapat berfungsi untuk memperlancar daya pikir atau

nalar siswa dalam menginterpretasikan pengertian-pengertian yang dimiliki

siswa. Hal itu penting sekali diberikan dalam pembelajaran matematika,

karena pada umumnya soal cerita dapat digunakan untuk melatih siswa

dalam menyelesaikan masalah. Masalah timbul ketika siswa berhadapan

dengan kesulitan yang tidak dapat menemui jawaban atau pemecahan secara

langsung.

7 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ed. 3 – cet.2,

(Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 707

Page 29: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

16

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, ‘soal’ mempunyai arti

“suatu pertanyaan yang menuntut jawaban atau sesuatu hal atau masalah

yang harus dipecahkan”.8 Sedangkan ‘cerita’ adalah “tuturan yang

membentangkan bagaimana terjadinya suatu hal, peristiwa, atau kejadian”.9

Dari pengertian mengenai ‘soal’ dan ‘cerita’ diatas, maka dapatlah

diartikan bahwa soal cerita matematika adalah soal matematika yang

diungkapkan melalui kalimat yang bermakna. Kebermaknaan berarti soal

tersebut mengandung masalah yang menuntut pemecahan. Bobot masalah

yang diungkapkan akan mempengaruhi panjang pendeknya cerita tersebut.10

Selain itu, dapat diartikan pula bahwa soal cerita dalam matematika adalah

soal yang disajikan dalam bentuk kalimat sehari-hari dan umumnya

merupakan aplikasi dari konsep matematika yang dipelajari.11

Selaras dengan hal diatas, Schwarzkopf menyatakan bahwa “soal

cerita sebagai kebutuhan terjemahan antara dunia nyata (real world) dan

matematika, dua bingkai tentang pemecahan soal cerita : disatu sisi ada ‘real

world’ tersusun, memberi suatu pemahaman sehari-hari tentang soal cerita.

Pada sisi yang lain adalah ‘matematika’ tersusun, mungkin dalam bentuk

pertanyaan atau konteks dari pelajaran matematika. untuk memecahkan

suatu soal cerita, para siswa akan menghubungkan pengetahuan yang

terbentuk dari dua hal tadi”.12

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa soal cerita adalah

uraian kalimat yang dituangkan dalam bahasa verbal yang menguraikan

suatu masalah yang mengandung suatu pertanyaan yang harus dipecahkan,

serta merupakan suatu bentuk masalah yang memiliki prosedur yang

terpola. Bahasa verbal dalam matematika adalah suatu bentuk kalimat

dimana kalimat terakhirnya merupakan kalimat pertanyaan yang

8 Ibid, h. 1080 9 Ibid, h. 210 10 Winihasih dkk, Sekolah Dasar (Kajian Teori dan Praktik Pendidikan), (Malang: Unit

Pelaksana Program Guru Kelas Sekolah Dasar, 2000), h. 55 11 Gelar Dwirahayu dkk, Pendekatan Baru Dalam Pembelajaran Sains dan Matematika

Dasar: Sebuah Antologi, Cet.I, (Jakarta: PIC UIN Jakarta, 2007), h. 48 12 Ibid, h. 49

Page 30: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

17

memerlukan jawaban. Sedangkan yang dimaksud memiliki prosedur terpola

adalah menyelesaikan masalah sesuai dengan konsep-konsep atau stuktur-

struktur matematika yang telah didapat dan dipelajari.

Jadi, kemampuan menyelesaikan soal cerita adalah kesanggupan

seseorang dalam menyelesaikan soal matematika yang disajikan dengan

kalimat yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari serta memuat masalah

yang menuntut pemecahan dengan baik dan terampil sebagai hasil dari

latihan selama proses pembelajaran.

Karakteristik soal cerita adalah sebagai berikut:13

1) Soal dalam bentuk ini merupakan suatu uraian yang memusat

satu/beberapa konsep matematika sehingga siswa ditugaskan untuk

merinci konsep-konsep yang terkandung dalam soal tersebut.

2) Umumnya uraian soal merupakan aplikasi konsep matematika dalam

kehidupan sehari-hari /keadaan nyata/real world, sehingga siswa seakan-

akan menghadapi kenyataan sebenarnya.

3) Siswa dituntut menguasai materi test dan bisa mengungkapkannya

dalam bahasa tulisan yang baik dan benar.

4) Baik untuk menarik hubungan antara pengetahuan yang telah dimiliki

siswa dengan materi yang sedang dipikirkannya.

Penyelesaian soal cerita memerlukan keterampilan memilah apa

yang diketahui, apa yang ditanyakan, dan pengerjaan apa yang diperlukan.14

Keterampilan memilah apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan

merupakan keterampilan dalam memahami persoalan. Untuk memahami

persoalan siswa diminta untuk membaca soal, menyatakan kembali dengan

kata-kata sendiri, mengungkap makna dari setiap kalimat, apa yang

diketahui, dan apa yang ditanyakan. Sedangkan melakukan pengerjaan apa

yang diperlukan merupakan keterampilan siswa dalam membuat model atau

kalimat matematika dan menghubungkan jenis operasi bilangan yang

diperlukan dari soal cerita dan menyelesaikan kalimat matematika tersebut

13 Ibid, h. 48 14 Winihasih dkk, Sekolah Dasar (Kajian Teori dan Praktik Pendidikan), (Malang: Unit

Pelaksana Program Guru Kelas Sekolah Dasar, 2000), h. 57

Page 31: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

18

serta melihat kembali jawabannya untuk mengetahui benar atau salah hasil

pengerjaannya itu.

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa untuk dapat

menyelesaikan soal cerita matematika diperlukan kemampuan menetukan

kalimat yang diketahui dalam soal, kemampuan menentukan kalimat yang

ditanyakan dalam soal, kemampuan membuat model matematika,

kemampuan melakukan komputasi, dan kemampuan menginterpretasi

jawaban model pada permasalahan semula.

Terkait dengan hal di atas, Marsudi Raharjo dalam Pembelajaran

Soal Cerita Berkait Penjumlahan Dan Pengurangan di SD mengemukakan,

bahwa penyelesaian soal cerita dengan membuat gambar dari materi yang

sedang diceritakan itu jelas akan menurunkan tingkat kesulitan soal dari

gambaran semula yang terasa gelap menjadi terang, yakni dari sulit menjadi

mudah dan menarik.15 Dengan demikian, penggunaan strategi pemecahan

masalah draw a picture (dengan membuat gambar) merupakan suatu cara

belajar yang dianggap efisien dalam usaha untuk membantu siswa dalam

memahami maksud dan isi dalam soal cerita di sekolah dasar (SD) yang

belum dapat berpikir abstrak.

2. Strategi Pemecahan Masalah Matematika

a. Masalah Matematika Dalam kehidupan sehari-hari kita sering dihadapkan kepada

masalah-masalah yang menuntut kita untuk menyelesaikannya. Kata

”masalah” mengandung arti yang komprehensif. Oleh karenanya akan

terjadi berbagai tanggapan yang berbeda dalam menghadapi masalah

tertentu. Dalam hal ini terjadi perbedaan sikap terhadap sesuatu kejadian

15 Marsudi Raharjo, Pembelajaran Soal Cerita Berkait Penjumlahan Dan Pengurangan di SD, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan, (Yogyakarta: Pusat Pengembangan Dan Pemberdayaan Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Matematika, 2008), Dari http://www.saskschool.ca/curr_content/mathcatch/PAKEM/str.pdf h.10. 25 Juli 2010 WIB

Page 32: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

19

atau kondisi tertentu. Misalnya, sesuatu akan menjadi masalah bagi anak-

anak, tetapi belum tentu menjadi masalah bagi orang dewasa.

Biasanya masalah muncul pada saat /situasi yang tidak diharapakan

atau muncul karena akibat kita melakukan suatu pekerjaan, atau jika

merencanakan suatu kegiatan (proyek) kita akan menemukan berbagai

permasalahan yang muncul. Munculnya masalah tersebut dapat dikatakan

/dijadikan sebagai masalah jika kita mau menerimanya sebagai tantangan

unutuk diselesaikan, tetapi jika kita tidak mau menerimanya sebagai

tantangan berarti masalah tersebut menjadi bukan masalah yang

terselesaikan.

Masalah atau problem menurut Heys adalah suatu kesenjangan (gap)

antara diamana anda berada sekarang dengan tujuan yang anda inginkan,

sedangkan anda tidak tahu proses apa yang akan dikerjakan.16 Webster

mendefinisikan masalah sebagai berikut:17

Definition 1: "In mathematics, anything required to be done, or requiring

the doing of something."

Definition 2: "A question... that is perplexing or difficult."

Dari definisi pertama dapat dikatakan bahwa masalah dalam matematika

adalah segala sesuatu yang memerlukan pengerjaan atau dengan kata lain

segala sesuatu yang memerlukan pemecahan. Sedangkan dari definisi kedua,

masalah merupakan pertanyaan yang membingungkan atau sulit.

Menurut Shadiq, Suatu pertanyaan akan menjadi masalah hanya jika

pertanyaan itu menunjukan adanya suatu tantangan (challenge) yang tidak

dapat dipecahkan oleh suatu prosedur rutin (routine procedure) yang sudah

diketahui si pelaku, seperti yang dinyatakan Cooney, et al. (1975: 242)

berikut: ”... for a question to be a problem, it must present a challenge that

16Erna Suwangsih dan Tiurlina, Model Pembelajaran Matematika, Cet.I, (Bandung: UPI

PRESS, (2006),h.126 17 Alan H. Schoenfeld, “learning to think mathematically: problem solving, metacognition,

and sense-making in mathematics”,dari http://gse.berkeley.edu/faculty/ahschoenfeld/schoenfeld_MathThinking.pdf, h. 10. 15 Agustus 2010 18.25 WIB

Page 33: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

20

cannot be resolved by some routine procedure known to the student”.18 Hal

ini sejalan dengan pendapatnya Nahrowi dan Maulana yang mengemukakan

bahwa Permasalahan yang kita hadapi dapat dikatan masalah jika masalah

tersebut tidak bisa dijawab secara langsung, karena harus menyeleksi

informasi (data) yang diperoleh. Dan tentunya jawaban yang diperoleh

bukanlah kategori masalah yang rutin (tidak sekedar memindahkan/

mentransformasi dari bentuk kalimat biasa kepada kalimat matematika).19

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa masalah

matematika adalah sesuatu persoalan matematika yang memerlukan

pemecahan. Suatu masalah dapat dipandang sebagai ”masalah”, merupakan

hal yang sangat relatif. Suatu soal yang dianggap masalah bagi seseorang,

bagi orang lain mungkin hanya merupakan hal yang rutin belaka.

Menurut Nahrowi dan Maulana, permasalahan dalam matematika

dapat dibedakan menjadi masalah yang berhubungan dengan masalah

translasi, masalah aplikasi, masalah proses, dan masalah teka-teki.

1) Masalah Translasi

Masalah translasi merupakan masalah kehidupan sehari-hari yang untuk

menyelesaikannya perlu adanya translasi (perpindahan) dari bentuk

verbal ke bentuk matematika. Dalam memindahkan bentuk verbal

(kalimat/kata) ke bentuk /model matematika membutuhkan kemampuan

menafsirkan atau menterjemahkan kata atau kalimat biasa kedalam

simbol-simbol matematika yang selanjutnya dicari cara penyelesaiannya

berdasarkan aturan yang berlaku.

2) Masalah Aplikasi

Masalah aplikasi merupakan penerapan berbagai teori /konsep yang

dipelajari pada matematika. Sebagai guru perlu memberikan kesempatan

kepada siswa untuk menyelesaikan masalah dengan menggunakan

18Fadjar Shadiq, Pemecahan Masalah, Penalaran dan Komunikasi, (Yogyakarta : Pusat

Pengembangan penataran guru (PPPG) Matematika, 2004), Dari www.fadjarp3g.files.wordpress.com. h.10. 25 Juli 2010 13.40 WIB

19 Nahrowi dan Maulana, Pemecahan Masalah Matematika, Ed.I. Cet.I. (Bandung : UPI PRESS, 2006), h. 4

Page 34: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

21

bermacam-macam keterampilan dan prosedur matematika. Dengan

menyelesaikan masalah semacam itu siswa dapat menyadari kegunaan

matematika dalam kehidupan sehari-hari.

3) Masalah Proses

Masalah proses biasanya untuk menyusun langkah-langkah merumuskan

pola dan strategi khusus dalam menyelesaikan masalah. Masalah

semacam ini memberikan kesempatan siswa sehingga dalam diri siswa

terbentuk keterampilan menyelesaikan masalah sehingga dapat

membantu siswa menjadi terbiasa menyeleksi masalah dalam berbagai

situasi. Dengan demikian siswa terbiasa dengan strategi penyelesaian

masalah khusus, misalnya menyusun tabel, dan akan menggunakan

waktu beberapa saat dalam menyelidiki suatu permasalahn sehingga

strategi tersebut dapat digunakan untuk mengembangkan penyelesaian

terhadap permasalahan yang dihadapi.

4) Masalah Teka-teki

Masalah ini dimaksudkan untuk rekreasi dan kesenangan serta sebagai

alat yang bermanfaat untuk mencapai tujuan efektif dalam pengajaran

matematika. Masalah teka-teki dapat digunakan untuk pengantar suatu

pembelajaran, seperti untuk memusatkan perhatian, untuk memberikan

ganjaran (penguatan ) atau mengisi waktu kelas yang sedang tidak ada

pelajaran (waktu luang). Dalam masalah teka-teki biasanya buka rumus

atau cara khusus yang digunakan, akan tetapi apakah teka-teki masuk

akal atau tidak.

b. Strategi Pemecahan Masalah Berbicara tentang pemecahan masalah tidak bisa dilepaskan dari

tokoh utamanya, yaitu Polya. Menurut Polya, dalam pemecahan suatu

masalah terdapat empat langkah yang harus dilakukan yaitu : (1) memahami

masalah, (2) merencanakan pemecahannya, (3) menyelesaikan masalah

Page 35: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

22

sesuai rencana langkah kedua, dan (4) memeriksa kembali hasil yang

diperoleh (looking back). 20

1) Memahami Masalah

Pada langkah ini, para pemecah masalah (siswa atau guru) harus dapat

menentukan dengan jeli apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan.

Namun yang perlu diingat, kemampuan otak manusia sangatlah terbatas,

sehingga hal-hal penting hendaknya dicatat, dibuat tabelnya, ataupun

dibuat sket atau grafiknya.

2) Merencanakan Pemecahannya

Pada langkah ini, para pemecah masalah (siswa atau guru) harus dapat

mengaitkan masalah yang ada menjadi masalah matematika. Pada tahap

ini para siswa akan belajar untuk dapat mengaitkan masalah yang ada

dengan konsep atau pengetahuan matematika dan mengubah masalah

tersebut menjadi masalah matematika. Istilah lain yang digunakan untuk

langkah ini adalah pemodelan (modelling), membuat alternatif

pemecahan, dan menyusun prosedur kerja untuk dipergunakan dalam

pemecahan masalah. Ada banyak cara atau strategi untuk menyelesaikan

suatu masalah. Jika seseorang telah menguasai berbagai cara untuk

menyelesaikan suatu masalah maka ia akan semakin terampil dalam

menentukan strategi yang tepat dan cepat untuk menyelesaikan masalah

tersebut.

3) Menyelesaikan Masalah Sesuai Rencana Langkah Kedua

Pada langkah ini, para pemecah masalah (siswa atau guru) harus dapat

memecahkan masalah yang sudah diubah menjadi masalah murni

matematika. Setelah menentukan strategi apa yang cocok untuk

peyelesaian suatu masalah, langkah selanjutnya adalah mencari solusi

dari permasalahn tersebut sesuai dengan strategi yang direncanakan.

20 Erman Suherman dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung:

JICA-UPI, 2001), h. 91

Page 36: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

23

4) Memeriksa Kembali Hasil yang Diperoleh (Looking Back)

Pada tahap ini dilakukan interpretasi jawaban melalui perwujudan

kembali, memeriksa jawaban dan permasalahannya, serta mengevaluasi

langkah-langkah pengerjaan secara keseluruhan.

Empat langkah pemecahan masalah menurut Polya diatas lebih jelasnya

seperti terlihat pada diagram berikut:

1. Apa yang diketahui dan data apa yang diberikan? 2. Bagaimana kondisi soal, dapatkah soal dinyatakan kedalam

benuk persamaan atau hubungan lainnya? 3. Apakah kondisi yang diberikan cukup atau kondisi

berlebihan untuk mencari jawaban atau saling bertentangan?

Tahap memahami

masalah

Tahap melakukan

perhitungan

1. Penahkah sebelumnya kamu menjumpai soal seperti ini, yang sama atau serupa dalam bentuk lain?

2. Tahukah kamu soal yang mirip dengan soal ini, dan teori mana yang dapat digunakan untuk dapat menjawab masalah ini?

3. Perhatikan apa yang ditanyakan. Coba pikirkan soal yang pernah dikenal dengan pertanyaan sama atau serupa. Misalkan ada soal yang mirip pernah diselesaikan, dapatkah pengalaman itu digunakan kembali dalam masalah sekarang atau dapatkah hasil dan metode yang lalui digunakan disini?

4. Apakah harus dicari unsure lain agar dapat memanfaatkan soal semula?, Dapatkah mengulang soal tadi?, dapatkah kamu menyatakan dalam bentuk yang lain?, dan kembali

Tahap

merencanakan

penyelesaian

pada definisi.

1. Melakukan rencana penyelesaian dan memeriksa setiap

langkah apakah sudah benar, bagaimana membuktikan

bahwa langkah yang dipilih sudah benar?

Tahap memeriksa

kembali proses dan

1. Bagaimana cara memeriksa kebenaran hasil yang diperoleh?

2. Dapatkah diperiksa bantahannya, dapatkah diseleaikan

dengan cara yang lain?

3. Dapatkah kamu melihatnya secara sekilas dan dapatkah cara

tersebut digunakan untuk soal-soal yang lain?

Gambar 2.2 Tahapan Pemecahan Masalah Menurut Polya

hasil

Sumber : ALGORITMA jurnal matematika dan pend. Matematika (2006: 84)

Page 37: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

24

Empat tahap pemecahan masalah dari Polya tersebut merupakan satu

kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Pada pelaksanaan keempat langkah

tersebut , tugas utama guru adalah membantu dan memfasilitasi siswa untuk

dapat mengoptimalkan kemampuannya mencapai terselesaikannya masalah

yang dihadapi secara logis, trstruktur, cermat, dan tepat.

Beberapa strategi pemecahan masalah yang mungkin diperkenalkan

pada anak sekolah antara lain:

a) Strategi Act It Out

Strategi ini dapat membantu siswa dalam proses visualisasi masalah yang

tercakup dalam soal yang dihadapi. Dalam pelaksanaanya. Strategi ini

dilakukan dengan melakukan gerakan-gerakan fisik atau dengan

menggerakan benda-benda konkrit. Gerakan bersifat fisik ini dapat

membentu atau mempermudah siswa dalam menemukan hubunagn

antara komponen-komponen yang tercakup dalam sebuah masalah.

b) Membuat Gambar (draw a picture)

Strategi ini dapat membantu siswa untuk mengungkapkan informasi yang

terkandung dalam masalah sehingga hubungan antar komponen dalam

masalah tersebut dapat terlihat dengan lebih jelas.

c) Menemukan pola

Kegiatan matematika yang terkait dengan proses menemukan suatu pola

dari sejumlah data yang diberikan, dapat mulai dilakukan melalui

sekumpulan gambar tau bilangan. Kegiatan yang mungkin dilakukan

antara lain dengan mengobservasi sifat-sifat yang dimiliki bersama oleh

sekumpulan gambar atau bilangan yang tersedia. Sebagai suatu strategi

untuk pemecahan maslah, pencarian pola yang pada awalnya hanya

dilakukan secara pasif malalui klu yang diberikan guru, pada suatu saat

ketermapilan itu akan terbentuk dengan sendirinya sehingga pada saat

menghadapi permasalahan tertentu, salah satu pertanyaan yang mungkin

muncul pada benak seseorangantara lain adalah : ”adakah pola atau

keteraturan tertentu yang mengaitkan tiap data yang diberikan?”. tanpa

Page 38: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

25

melalui latihan, sangat sulit bagi seseoarang untuk menyadari bahwa

dalam permasalahan yang dihadapinya terdapat pola yang bisa diungkap.

d) Membuat tabel

Mengorganisasi data kedalam sebuah tabel dapat membantu kia dalam

mengungkapkan suatu pola tertentu serta dalam mengidentifikasi

informasi yang tidak lengkap. Penggunaan tabel merupakan langkah

yang snagt efisien untuk melakukan klasifikasi serta menyusun sejumlah

besar data sehingga apabila muncul pertanyaan baru berkenaan dengan

data tersebut, maka kita akan dengan mudah menggunakan data tersebut,

sehingga jawaban pertanyaan tadi dapat diselesaikan dengan baik.

e) Memperhatika semua kemungkinan secara sistematik

Strategi ini biasanya digunakan bersamaan dengan strategi mencari pola

dan menggambar tabel. Dalam menggunakan strategi ini kita mungkin

tidak perlu memperhatikan keseluruhan kemungkinan yang bisa terjadi.

Yang kita perhatikan adalah semua kemungkinan yang diperoleh dengan

cara yang sistematik. Yang dimaksud sistematik disini misalnya dengan

mengorganisasikan data berdasarkan kategori tertentu. Namun demikian,

untuk masalah-masalah tertentu, mungkin kita harus memperhatikan

semua kemungkinan yang bisa terjadi.

f) Tebak Periksa (Guess and Chek)

Strategi menebak yang dimaksudkan disini adalh menebak yang

didasrkan pada alasan tertentu serta kehati-hatian. Selain itu, untuk dapat

melakukan tebakan dengan baik seseorang perlu memiliki pengalaman

cukup yang berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi.

g) Strategi Kerja Mundur

Suatu masalah kadang-kadang disajikan dalam suatu cara sehingga yang

diketahui itu sebenarnya merupakan hasil dari proses tertentu, sedangkan

komponen yang ditanyakan merupakan komponen yang seharusnya

muncul lebih awal. Penyelesaian masalah seperti biasanya dapat

dilakukan dengan strategi mundur.

Page 39: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

26

h) Menentukan yang diketahui, yang ditanyakan, dan informasi yang

diperlukan

Strategi ini merupakan cara penyelesaian yang sangat terkenal sehingga

seringkali muncul dalam buku-buku matematika sekolah. Tugas-tugas

dan masalah matematika yang diberikan kepada matematika sehingga

mereka harus bekerja dengan bilanganbilangan yang ada pada soal

tersebut. Akan tetapi, di dalam dunia di luar sekolah kejadian semacam

itu sangat jarang terjadi, sehingga diperlukan kemampuan untuk

mengidentifikasi informasi mana yang penting dan mana yang tidak.

i) Menggunakan Kalimat Terbuka

Strategi ini juga sering diberikan dalam buku-buku matematika sekolah

dasar. Walaupun strategi ini termasuk sering digunakan, akan tetapi pada

langkah awal anak seringkali mendapat kesulitan untuk menentukan

kalimat terbuka yang sesuai. Untuk sampai pada kalimat yang dicari,

seringkali harus melalui penggunaan strategi lain, dengan maksud agar

hubungan antar unsur yang terkandung didalam masalah dapt dillihat

secara jelas. Setelah itu bar dibuat kalimat terbukanya.

j) Mengubah Sudut Pandang

Strategi ini seringkali digunakan setelah kita gagal menyelesaikan

masalah dengan menggunakan strategi lainnya. Waktu kita mencoba

menyelesaikan masalah, sebenarnya kita mulai dengan suatu sudut

pandang tertentu atau mencoba menggunakan asumsi-asumsi tertentu.

Pada penelitian ini peneliti akan mengambil fokus pada strategi

pemecahan masalah dengan menggunakan gambar (Draw a Picture).

3. Strategi Draw A Picture Ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung, tidak semua anak didik

mampu berkonsentrasi dalam waktu yang relatif lama. Daya serap anak didik

terhadap bahan pelajaran juga bermacam-macam. Hal ini menuntut guru

untuk cakap memilih dan menerapkan strategi pengajaran yang bervariasi dan

tepat sesuai dengan materi yang sedang diajarkan.

Page 40: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

27

Secara harfiah, kata strategi dapat diartikan sebagi seni (art),

melaksanakn, stragem, yakni siasat atau rencana. Banyak padanan kata

strategi dalam bahasa inggris, dan yang dianggap relevan dalam pembahasan

ini ialah kata approach (pendekatan) dan kata procedure (tahapan

kegia

angkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan

pendi

er belajar sampai kepada menetapkan

peran

kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah

diteta

tan).21

Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a plan, method, or

series of activities designed to achieves a particular educational goal.22 Jadi,

dengan demikian strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan

yang berisi tentang r

dikan tertentu.

Strategi pembelajaran menurut Kemp adalah suatu kegiatan

pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran

dapat dicapai secara efektif dan efisien. Dick and Carey menyebutnya suatu

set materi dan prosedur pembelajaran yang dipergunakan secara bersama-

sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa. Sedangkan Garlach dan

Ely menyebutnya sebagai suatu pendekatan guru terhadap penggunaan

informasi, mulai dari pemilihan sumb

an siswa dalam pembelajaran.23

Jadi, secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis

besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah

ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan

sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam rangka

mewujudkan

pkan.

Kita mungkin pernah mendengar pepatah mengatakan "Satu gambar

bernilai seribu kata ". Makna kata tersebut senada dengan "Satu televisi

bernilai ribuan radio "Hari ini. kita mengakui bahwa televisi memberikan

21 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Cet. XI, (Bandung : PT.

Remaja Rosdakarya, 2008), h. 214 22Wina Sanjaya, Perencanaan Dan Desain System Pembelajaran, Ed.I. Cet.I, (Jakarta:

Kencana, 2008),h. 126 23 Dewi dan Eveline, Mozaik Teknologi Pendidikan, Ed.I. Cet.II, (Jakarta: Kencana, 2007),

h.67

Page 41: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

28

gambar yang lebih jelas dan jauh lebih memberikan informasi dari deskripsi

verbal sebuah radio. Untuk itu jelaslah bahwa gambar atau diagram dapat

digunakan untuk memecahkan masalah yang lebih baik dan untuk

berkomunikasi yang lebih efektif.

Setiap gagasan yang dapat diwakili dengan gambar dapat

dikomunikasikan lebih efektif dengan gambar itu, oleh karena itu gambar atau

diagram menjadi salah atu strategi pemecahan masalah. Sebuah gambar atau

diagram menjelaskan ide-ide dan mengkomunikasikan ide-ide. Banyak orang

menggunakan diagram sebagai bagian dari pekerjaan mereka, terutama yang

membutuhkan tahap perencanaan untuk menyelesaikan proyek, Seperti

grafik proyek aliran, dan representasi visual konsep. Diagram sering

digunakan untuk menunjukkan posisi dan arah karena konsep ini dapat

dikomunikasikan dengan lebih mudah dan jelas dengan diagram daripada

dengan kata-kata.

Draw A Picture atau Membuat gambar merupakan salah satu strategi

dalam pemecahan masalah yang terkait dengan pembuatan sket atau gambar

corat-coret untuk mempermudah memahami masalahnya dan mempermudah

mendapatkan gambaran umum penyelesaiannya. Menurut Andri, pembuatan

sket gambar merupak salah satu strategi heuristik yang bertujuan untuk

membantu siswa dalam memahami suatu masalah. Membuat sket gambar

merupakan hal yang sangat penting untuk membantu siswa dalam memahami

masalah sebenarnya, dan mampu merencanakan suatu pemecahan masalah

yang ada. Heuristik yang diberikan guru seperti: buatlah sketsa gambar dari

soal (bagaimana membuat sketsa gambarnya? Objek mana yang pertama di

gamb

sehingga kita dapat merumuskan rencana untuk memecahkan masalah

ar?).24

Musser dkk berpendapat, bahwa masalah matematika Sering

melibatkan kondisi fisik, gambar dapat membantu lebih memahami masalah

24Andri, “Strategi Heuristik Pada Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Pembelajaran

Matematika”, Skripsi Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Jakarta, 2008), h. 19. t.d.

Page 42: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

29

tersebut.25 Hal serupa dikemukakan oleh Suwangsih dan Tiurlina, bahwa

Strategi membuat gambar ini dapat membantu siswa untuk mengungkapkan

informasi yang terkandung dalam masalah sehingga hubungan antar

komponen dalam masalah tersebut dapat terlihat dengan lebih jelas. Pada saat

guru mencoba mengajarkan strategi ini, penekanan perlu dilakukan bahwa

gambar yang dibuat tidak perlu sempurna, terlalu bagus atau terlalu detail.

Hal ini perlu digambar atau dibuat diagramnya adalah bagian-bagian

terpenting yang diperkirakan mampu memperjelas pemasalahan yang di

hadapi.

Pendapat yang sama juga diungkapkan dalam program MBE–USAID,

bahwa Penggunaan strategi pemecahan masalah dengan membuat gambar

juga memungkinkan siswa secara visual mengkonstruksi masalahnya.

Beberapa masalah dapat diselesaikan lebih mudah setelah ada gambarnya.

Penggunaan gambar membantu siswa menemukan hubungan antar komponen

dalam suatu masalah. Dengan menggunakan gambar, siswa terbantu belajar

menemukan informasi kunci di dalam suatu masalah serta mengabaikan

informasi yang tidak perlu. Adapun Yang perlu diperhatikan oleh guru dalam

menerapkan strategi pemecahan masalah dengan membuat gambar ini adalah: 26 a. Ketika menggunakan strategi ini, perlu ditekankan kepada siswa bahwa

mereka tidak boleh menghabiskan waktu untuk membuat gambar detil.

b. Mereka hanya perlu menyediakan informasi yang secukupnya agar bisa

tergambarkan kondisi masalahnya.

Berkaitan dengan strategi pemecahan masalah dengan penggunaan

gambar, Shadiq berpendapat, bahwa dalam memecahkan masalah khususnya

dalam memahami suatu masalah kemampuan manusia sangatlah terbatas,

sehingga hal-hal penting hendaklah dicatat, dibuat tabelnya, ataupun dibuat

sket atau grafiknya. Tabel serta gambar ini dimaksudkan untuk

25Garry L. Musser dkk, Essentials of Mathematics for Elementary Teachers, (America :

WILEY, 2004), h.10 26Managing Basic education-USAID, Asyik Belajar dengan PAKEM: MATEMATIKA,

(Jakarta : Program MBE, 2006), Dari www.uoregon.edu/~moursund/Books/ElMath/K8-Math.pdf. h.58. 20 Juli 2010 15.00 WIB

Page 43: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

30

mempermudah memahami masalah dan mempermudah mendapatkan

gambaran umum penyelesaiannya. Dengan membuat gambar,diagram, atau

table, hal-hal yang diketahui tidak hanya dibayangkan didalam otak yang

sangat terbatas kemampuannya, namun dapat diruangkan ke atas kertas.

Keunggulan strategi pemecahan masalah dengan membuat gambar

(darw a picture) ini dikemukakan pula oleh Danie, menurutnya gambar

selalu lebih memiliki kekuatan daripada kata, Danie mengatakan:

“Sebuah ‘gambar’ memiliki kemampuan untuk menyampaikan banyak informasi dengan ringkas dan dapat lebih mudah diingat daripada penjelasan yang panjang. Itulah sebabnya para politisi dan para pembuat iklan menggali seni penciptaan ‘gambar’ yang dapat meyakinkan calon pemilih atau para konsumen. Ada pepatah mengatakan ‘sebuah gambar bermakna ribuan kata’. Hal itupun berlaku bagi anak-anak dan remaja. Bagi mereka ‘gambar’ mampu berbicara, meringkas, sekaligus mengingatkan mereka kembali pada inti sebuah informasi baru. Semakin cepat sebuah gambar bisa dipakai untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi oleh seorang anak, maka semakin dalam kesadaran barunya akan makna gambar tersebut, dan akan semakin mudah baginya untuk mengubah perilakunya”.27

Dengan demikian, jelas bahwa dengan membuat gambar dalam

memcahkan suatu masalah sangat memungkinkan siswa secara visual

mengkonstruksi masalahnya. Heinich, et al mengemukakan, bahwa peran

visual sangat penting dalam proses belajar mengajar, yaitu sebagai acuan

pemikiran. Peran penyajian secara visual dapat menyederhanakan informasi,

serta “mengulang” informasi untuk mendukung penjelasan verbal. Gardner

merumuskan kecerdasan terkait dengan persepsi visual sebagai visual-seatial

intelligence. Kemampuan ini tercermin dalam menggambar (gambar biasa

dan bagan, seperti struktur organisasi), membaca peta, grafik, menyusun

komposisi warna, dan sebagainya.28

Menurut Musser dkk, strategi pemecahan masalah Draw a picture ini

cocok digunakan dalam pembelajaran apabila:

a. Melibatkan Situasi fisik.

27 Danie beaulieu, teknik-teknik yang berpengaruh di ruang kelas, Cet.I, (Jakarta : Indeks, 2008), h.17

28 Dewi dan Eveline, Mzaik Teknologi Pendidikan, Ed.I. Cet.II, (Jakarta: Kencana, 2007), h.133

Page 44: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

31

Saat suatu masalah melibatkan situasi fisik, strategi membuat gambar atau

diagram dapat membantu untuk memvisualisasikan hubungan yang

terkandung dalam masalah tersebut.

b. Melibatkan Geometri, angka atau pengukuran.

Selain itu, Ketika melakukan pengukuran terhadap suatu benda akan lebih

baik jika dilakukan dengan membuat gambaranya. Dengan melakukan

pengukuran secara visual, siswa dapat mulai memikirkan masalah

matematis. Membuat Gambar atau diagram juga baik untuk

menggambarkan solusi dari suatu masalah, karena itu membuat gambar

merupakan bagian penting dari komunikasi matematika.

c. Ketika menginginkan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dari

suatu masalah.

Dalam sebuah penelitian disebutkan Training children in the process of

using pictures to solve problems results in more improved problem-solving

performance than training students in any other strategy (yancey,

Thompson, & yancey ,1989).29 Pelatihan anak-anak dengan proses

menggunakan gambar untuk memecahkan masalah mendapatkan hasil

yang lebih baik dibandingkan dengan pemecahan masalah dengan

menggunakan strategi lain.

d. Memungkinkan adanya sebuah representasi visual dari suatu masalah

Strategi membuat gambar adalah teknik pemecahan masalah di mana

siswa membuat representasi visual dari masalah. Menggambar sebuah

diagram atau jenis representasi visual seringkali merupakan titik awal yang

baik untuk menyelesaikan segala macam masalah.

Langkah-langakah penyelesaian masalah dengan strategi draw a picture

(membuat gambar), yitu:30

29 Garry L. Musser dkk, Essentials of Mathematics for Elementary Teachers, (America :

WILEY, 2004), h.10 30Monica Yuskaitis, Problem Solving Draw a Picture, dari

http://gse.berkeley.edu/faculty/ahyuskaitis/yuskaitis_MathThinking.ppt. 28 Juli 2010 19.20 WIB

Page 45: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

32

a. Memahami masalah, meliputi:

1) Bacalah masalah dengan hati-hati atau teliti.

2) Temukan atau cari informasi penting.

3) Tuliskan informasi penting tersebut.

4) Identifikasi masalah apa yang ingin di selesaikan.

b. Merencanakan pemecahan masalah

1) Temukan dan tuliskan kata kunci dari soal untuk dipergunakan dalam

menyelesaikan masalah.

2) Pilih strategi membuat gambar (draw a picture) sebagai alat untuk

menyelesaikan masalah.

c. Menyelesaikan masalah

1) Buatlah sketsa gambar dari soal untuk memecahkan masalah sesuai

dengan informasi yang diperoleh pada langkah pertama.

d. Memeriksa kembali jawaban

1) Periksalah jawaban atau baca kembali jawaban dari langkah awal

hingga langkah terakhir.

2) Periksa apakah jawaban telah sesuai dengan masalah yang ingin

diselesaikan.

Langkah-langkah pembelajaran matematika dengan strategi Draw a

picture yang akan diterapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Siswa dibagi kedalam beberapa kelompok yang masing-masing kelompok

terdiri dari 4-5 orang siswa.

b. Siswa diberikan LKS yang telah disusun berdasarkan langkah-langkah

dalam penyelesaian masalah menurut Polya dan soal-soal yang diberikan

menuntut pengerjaannya menggunakan strategi draw a picture.

c. Siswa mengerjakan LKS yang diberikan secara berkelompok dan guru

memantau jalannya diskusi serta memberikan bantua kepada kelompok

yang mengalami kesulitan.

d. Perwakilan siswa dari masing-masing kelompok mempresentasikan hasil

diskusi kelompoknya.

Page 46: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

33

e. Diskusi kelas, dimana anggota kelompok lain menaggapi hasil presentasi

temannya. Dalam hal ini guru mengoreksi apabila ada jawaban siswa yang

salah atau kurang tepat.

Berikut adalah contoh permasalahan yang berkaitan dengan bilangan

bulat yang penyelesaiannya menggunakan strategi draw a picture.

“Di kelas lima ada 20 meja yang disusun secara teratur, barisan terdepan ada

4 meja. Ada berapa meja setiap baris ke belakang?”.

Penyelesaian:

Memahami Masalah

Apakah yang diketahui dari soal diatas?

Di kelas lima ada 20 meja.

Barisan terdepan ada 4 meja.

Apakah yang ingin dicari (tujuan) dari soal diatas?

Mencari jumlah meja setiap baris ke belakang.

Merencanakan penyelesaian masalah

Apakah yang menjadi kata kunci untuk menyelesaikan soal tersebut?

Barisan terdepan ada 4 meja. Selanjutnya akan dibuat gambar sesuai dengan

informasi yang diperoleh pada langkah memahami masalah.

Menyelesaikan Masalah

Membuat gambar meja barisan terdepan sebanyak 4 meja, kemudian

membuat gambar meja ke belakang sambil menghitung sampai 20 meja.

Sehingga gambar akan tampak seperti di bawah ini:

Barisan terdepan

Page 47: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

34

Meja sebanyak 5 ke belakang merupakan jawaban dari soal di atas.

Pemeriksaan kebanaran jawaban

Periksa kembali langkah pengerjaan dari awal sampai akhir. Dengan melihat

gambar, hitung jumlah meja pada barisan ke belakang, ternyata ada 5 meja.

Jadi, benar bahwa setiap baris meja ke belakang ada 5 meja.

4. Pembelajaran Konvensional Pembelajaran konvensional merupakan salah satu model pembelajaran

yang selama ini masih banyak digunakan oleh guru di sekolah dimana ia

mengajar. Menurut Roestiyah, cara mengajar yang paling tradisional dan

telah lama dijalankan dalam sejarah Pendidikan ialah cara mengajar dengan

ceramah.31 Pembelajaran konvensional yang dimaksud adalah pembelajaran

yang biasa dilakukan oleh para guru. Bahwa, pembelajaran konvensional

(tradisional) pada umumnya memiliki kekhasan tertentu, misalnya lebih

mengutamakan hapalan daripada pengertian, menekankan kepada

keterampilan berhitung, mengutamakan hasil daripada proses, dan pengajaran

berpusat pada guru. Guru biasanya mengajar hanya menggunakan buku teks

atau LKS, dengan mengutamakan metode ceramah dan kadang-kadang tanya

jawab. Tes atau evaluasi yang bersifat sumatif dengan maksud untuk

mengetahui perkembangan jarang dilakukan. Siswa harus mengikuti cara

31Sambas Salim, Model Pembelajaran Konvensional dari http://www.pgsd.co.cc/2010/04/model-pembelajaran konvensional.html 14 September 2010 16.17 WIB

Page 48: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

35

belajar yang dipilih oleh guru, dengan patuh mempelajari urutan yang

ditetapkan guru, dan kurang sekali mendapat kesempatan untuk menyatakan

pendapat.

Dalam penelitian ini strategi yang digunakan dalam model

pembelajaran konvensional adalah strategi pembelajaran Eksposirtori.

Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang

menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang

guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai

materi pelajaran secara optimal. Dalam strategi ini materi pelajaran

disampaikan lansung oleh guru. Siswa tidak dituntut untuk menemukan

materi itu. Materi pelajaran seakan-akan sudah jadi. Oleh karena strategi

ekspositori lebih menekankan kepada proses bertutur, maka sering juga

dinamakan istilah strategi “chalk and talk”.32

Terdapat beberapa karakteristik strategi ekspositori diantaranya:33

a. Strategi ekspositori dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran

secara verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dalam

melakukan strategi ini, oleh karena itu sering orang mengidentikannya

dengan ceramah.

b. Biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang

sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus

dihafal sehingga tidak menuntut siswa untuk berfikir ulang.

c. Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pembelajaran itu

sendiri. Artinya setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan

dapat memahaminya dengan benmar dengan cara dapat mengungkapkan

kembali materi yang telah diuraikan.

Strategi pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan

pembelajaran yang berorientasi pada guru (teacher centered approach).

Dikatakan demikian, sebab dalam strategi ini guru memegang peran yang

sangat dominan. Melalui strategi ini guru menyampaikan materi pembelajaran

32 Asep Herry Hernawan dkk, Belajar dan Pembelajaran Sekolah Dasar, Ed.I. Cet.I, (Bandung: UPI PRESS, 2007), h. 105

33 Ibid, h. 106

Page 49: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

36

secara terstruktur dengan harapan materi pelajaran yang disampaikan itu

dapat dikuasai siswa dengan baik. Fokus utama strategi ini adalah

kemampuan akademik (academic achievement) siswa. Metode pembelajaran

dengan kuliah (ceramah) merupakan bentuk strategi ekspositori.

Metode ceramah merupakan cara yang digunakan untuk

mengimplementasikan strategi pembelajaran ekspositori. Metode

pembelajaran ini merupakan penuturan bahan pelajaran secara lisan, yaitu

guru menerangkan pelajaran didepan kelas dan biasanya mengajar hanya

menggunakan buku teks atau LKS dan siswa harus mengikuti cara belajar

yang dipilih oleh guru, dengan patuh mempelajari urutan yang ditetapkan

guru, dan kurang sekali mendapat kesempatan untuk menyatakan pendapat.

Metode ceramah senantiasa bagus bila penggunaannya betul-betul disiapkan

dengan baik, didukung alat dan media serta memperhatikan batas-batas

kemungkinan penggunaannya.

Metode ceramah merupakan metode yang sampai saat ini sering

digunakan oleh setiap guru atau instruktur. Hal ini selain disebabkan oleh

beberapa pertimbangan tertentu, juga adanya faktor kebiasaan baik dari guru

atupun siswa. Guru biasanya belum merasa puas manakala dalam proses

pengelolaan pembelajaran tidak melakukan ceramah. Demikian juga dengan

siswa mereka akan belajar manakala ada guru yang memberikan materi

pelajaran melalui ceramah, sehingga ada guru yang berceramah berarti ada

proses belajar dan tidak ada guru berarti tidak belajar.

Menurut Zulfiani dkk, metode ceramah sebaiknya digunakan apabila:34

a. Bahan ajar yang akan disampaikan banyak, sedangkan waktu yang tersedia

relatif singkat.

b. Bahan ajar berupa instruksi.

c. Peserta didik yang akan diajar jumlahnya juga banyak.

d. Guru memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik (metode ini sangat

menuntut kemampuan berbicara).

34 Zulfiani dkk, Strategi Pembelajaran Sains, Cet.I, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN

Jakarta, 2009), h.97

Page 50: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

37

Secara garis besar, prosedur pembelajaran dengan strategi ekspositori

adalah sebagai berikut:35

a. Persiapan (Preparation)

Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan siswa untuk menerima

pelajaran. Dalam strategi ekspositori, langkah persiapan merupakan

langkah yang sangat penting. Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran

dengan menggunakan strategi ekspositori sangat tergantung pada langkah

persiapan.

b. Penyajian (Presentation)

Langkah penyajian adalah langkah penyampaian materi pelajaran sesuai

dengan persiapan yang telah dilakukan. Yang harus dipikirkan oleh setiap

guru dalam penyajian ini adalah bagaimana agar materi pelajaran dapat

dengan mudah ditangkap dan dipahami oleh siswa.

c. Korelasi (Correlation)

Langkah korelasi adalah langkah menghubungkan materi pelajaran dengan

pengalaman siswa atau dengan hal-hal lain yang memungkinkan siswa

dapat menangkap keterkaitannya dalam struktur pengetahuan yang telah

dimilikinya. Langkah korelasi dilakukan tiada lain untuk memberikan

makna terhadap materi pelajaran, baik makna untuk memperbaiki struktur

pengetahuan yang telah dimilikinya maupun makna untuk meningkatkan

kualitas kemampuan berpikir dan kemampuan motorik siswa.

d. Menyimpulkan (Generalization)

Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti (core) dari materi

pelajaran yang telah disajikan. Langkah menyimpulkan merupakan

langkah yang sangat penting dalam strategi ekspositori. Sebab melalui

langkah menyimpulkan siswa akan dapat mengambil inti sari dari proses

penyajian.

e. Mengaplikasikan (Application)

Langkah aplikasi adalah langkah untuk kemampuan siswa setelah mereka

menyimak penjelasan guru. Lankah ini merupakan langkah yang sangat

35 Asep Herry Hernawan dkk, Loc.Cit.

Page 51: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

38

penting dalam proses pembelajaran ekspositori, sebab melalui langkah ini

guru akan dapat mengumpulkan informasi tentang penguasaan dan

pemahaman materi pelajaran oleh siswa. Teknik yang bisa dilakukan pada

langkah ini diantaranya, pertama, dengan membuat tugas yang relevan

dengan materi yang telah disajikan. Kedua, dengan memberikan tes yang

sesuai dengan materi pelajaran yang telah disajikan.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dibuat beberapa perbedaan

antara pembelajaran yang menggunakan strategi pemecahan masalah draw a

picture dengan pembelajaran yang menggunakan strategi ekspositori dengan

metode ceramah, diantaranya :

Tabel 2.1 Perbedaan strategi pemecahan masalah darw a picture dengan

strategi konvensional

Strategi pemecahan masalah draw

a picture Strategi Konvensional

Berpusat pada siswa Berpusat pada guru

Siswa lebih aktif Siswa umumnya bersifat pasif

Penekanan siswa pada menyelidik

dan menemukan pengetahuan

Penekanan siswa menerima

pengetahuan

Melatih dan mengembangkan

kemampuan berpikir dan penalaran

siswa

Kurang melatih penalaran siswa

karena siswa hanya menerima

informasi yang diberikan guru

Dapat memberdayakan semua siswa Kurang memberdayakan semua siswa

Siswa diposisikan memiliki

kemampuan berbeda dan dapat

melakukan sharing pada diskusi

kelompok

Seluruh siswa diposisikan memiliki

kemampuan dan kecepatan belajar

yang sama

Aktivitas kelas lebih interaktif Aktivitas kelas cenderung pasif dan

monoton

Dapat memicu adanya semangat, Siswa cenderung merasa bosan

Page 52: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

39

minat dan motivasi siswa dalam

belajar mengingat selalu

digunakannya gambar-gambar dalam

proses pembelajaran

mengingat hanya mendengarkan

ceramah yang diberikan guru saat

proses pembelajaran di kelas

berlangsung

5. Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian yang dilakukan didukung oleh beberapa hasil penelitian

sebelumnya. Penelitian Yudaningsih yang berjudul “Upaya Meningkatkan

Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD Melalui Pendekatan Pemecahan

Masalah Matematika”, dalam temuan penelitiannya didapat bahwa penggunaan

lembar soal pemecahan masalah yang brgambar lebih disukai siswa

dibandingkan soal biasa (tanpa gambar). Penerapan pendekatan pemecahan

masalah matematika di kelas IV SD Negeri Ciputat VI dapat meningkatkan

hasil belajar matematika siswa. Hal ini terlihat dari peningkatan hasil belajar

matematika siswa yang ditunjukan dengan nilai rata-rata siswa dari 46,34 pada

kegiatan pendahuluan, 55,30 pada siklus I dan 68,60 pada siklus II meningkat

menjadi 70,15 pada tes keseluruhan siklus.36

Penelitian Bahri yang berjudul “Peningkatan Kemampuan

Menyelesaikan Soal Cerita Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)

Melalui Strategi Problem Solving”. menunjukan bahwa aktivitas siswa yang

terbentuk melalui pembelajaran problem solving mampu meningkatkan

pemahaman siswa dalam menyelesaikan soal-soal aplikasi berbentuk cerita

atau soal-soal pemecahan masalah Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.37

Hal ini terlihat dari peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita

matematika siswa yang ditunjukan dengan nilai rata-rata siswa dari 59,13 pada

36 Rosy Yudaningsih, “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD

Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah Matematika”, Skripsi Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Jakarta, 2007), h.76. t.d.

37 Saeful Bahri, Peningkatan Kemampuan Menyelesaikan Soal cerita Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Melalui Strategi Problem Solving, Jurnal Pendidikan Inovatif, Jilid 4, Nomor 2, (Balik Papan: YSN-KPS, 2009), h.82. http://www.saskschool.ca/curr_content/mathcatch/problem_solve/pdf. 18 Agustus 2010, 19.27 WIB.

Page 53: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

40

kegiatan pendahuluan, 63,75 pada siklus I dan 65,75 pada siklus II meningkat

menjadi 69,88 pada tes keseluruhan siklus.

B. Kerangka Berfikir Kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika memerlukan

keterampilan dalam menentukan kalimat yang diketahui dalam soal,

menentukan kalimat yang ditanyakan, membuat model matematika,

kemampuan melakukan komputasi, dan kemampuan menginterpretasi jawaban

pada permasalahan semula. Hal ini sangat sesuai dengan tahapan pemecahan

masalah menurut Polya, sehingga kemampuan seperti itu dapat diperoleh

dengan menerapkan strategi pemecahan masalah dalam pembelajaran di kelas.

Strategi draw a picture merupakan salah satu satrategi pemecahan masalah

yang dapat membantu untuk meningkatkan pemahaman siswa SD yang belum

dapat berpikir abstrak terhadap suatu masalah dalam upaya meningkatkan

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita.

Strategi draw a picture memuat beberapa langkah penyelesaian yang

pada hakikatnya sama dengan langkah penyelesaian masalah menurut Polya.

Langkah yang pertama, memahami masalah. Pada langkah ini siswa dilatih

untuk dapat menemukan sendiri informasi yang diberikan, termasuk

menemukan kata kunci dari soal tersebut serta hal yang ditanyakan dalam soal.

Langkah kedua, merencanakan penyelesaian masalah. Pada langkah ini siswa

dilatih untuk menggunakan/memanfaatkan kata kunci yang diperoleh pada

langkah pertama yang dapat digunakan untuk menyelesaikan soal serta

bagaimana cara menyelesaikannya, sehingga siswa tidak harus menghafal

rumus-rumus untuk menyelesakan. Langkah ini sangat membantu siswa dalam

meningkatkan kemampuan penalarannya. Langkah ketiga, menyelesaikan

masalah sesuai dengan rencana. Pada langkah ini siswa dilatih unutuk

menggunakan kemampuan spatial dan perhitungannya serta menerapkan

konsep dasar yang telah diajarkan hingga memperoleh solusi dari soal yang

diberikan. Langkah terakhir, solusi yang telah diperoleh dari langkah ketiga

Page 54: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

41

diperiksa kembali kebenarannya dengan bergerak maju dari hal-hal yang

diketahui di awal.

Tiap-tiap langkah pada strategi draw a picture ini dapat meningkatkan

pemahaman siswa, meningkatkan kemampuan penalaran siswa, serta

meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. Sehubungan

dengan itu dan didukung oleh beberapa hasil penelitian terdahulu yang relevan,

maka dapat diasumsikan bahwa pembelajaran matematika dengan strategi draw

a picture dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal

cerita. Uraian tersebut dapat direpresentasikan melalui bagan berikut:

Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita

Prinsip Polya

Strategi pemecahan Masalah

Memahami Merencanakan Menyelesaikan Memeriksa kembali

Pemahaman konsep

Pemecahan Masalah

Penalaran

Page 55: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

42

C. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka berpikir diatas, maka hipotesis penelitian yang

diajukan peneliti adalah “Kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita

matematika yang dalam pembelajarannya menggunakan strategi pemecahan

masalah draw a picture lebih tinggi daripada kemampuan siswa yang dalam

pembelajarannya menggunakan strategi konvensional”.

Page 56: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempa dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Islam Ruhama yang beralamat di Jl.

Tarumanegara No.67 Cirendeu, Tangerang Selatan.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2010/2011 pada

bulan Juni sampai dengan bulan Agustus 2010.

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian quasi

eksperimen. Metode ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat

berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang

mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Tujuan penelitian quasi eksperimen

adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi

informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam

keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan/atau

memanipulasikan semua variabel yang relevan.1

Penelitian akan menguji coba strategi pemecahan masalah draw a

picture untuk meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita

matematika siswa, kemudian membandingkan kemampuan menyelesaikan

soal cerita matematika siswa yang dalam pembelajarannya menggunakan

strategi pemecahan masalah draw a picture (kelompok eksperimen) dengan

1Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Cet.XVIII, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h.92

43

Page 57: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

44

siswa yang dalam pembelajarannya menggunakan strategi konvensional

(kelompok kontrol).

Desain penelitian yang digunakan adalah randomized subjects postest

only control group design.2

Group Variabel Terikat Postes

(R) Eksperimen X (R) Kontrol -

Keterangan:

R : Random

X : Perlakuan

: Hasil Post-test kelompok eksperimen

: Hasil Post-test kelompok kontrol

C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi Target

Seluruh siswa SD Islam Ruhama

2. Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah siswa kelas V semester

ganjil tahun ajaran 2010/2011 yang terbagi ke dalam tiga kelas.

3. Sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan cluster

random sampling yaitu pengambilan sampel secara berkelompok dengan

2 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, Cet.I, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 185

Page 58: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

45

cara merandom ketiga kelas tersebut yang selanjutnya satu kelas akan

dijadikan sebagai kelas eksperimen dan satu kelas lagi sebagai kelas

kontrol. Setelah dilakukan sampling terhadap tiga kelas yang ada,

diperoleh sampel adalah kelas V-A (Al-Khalik) sebagai kelompok kontrol

(yang dalam pembelajarannya menggunakan strategi konvensional) dan

kelas V-B (Al-Adlu) sebagai kelompok eksperimen (yang dalam

pembelajarannya menggunakan strategi pemecahan masalah draw a

picture).

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Data diperoleh dari tes kemampuan menyelesaikan soal cerita

matematika siswa pada kedua kelompok sampel dengan pemberian tes yang

sama.

Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengumpulan data tersebut

sebagai berikut:

1. Variabel yang Diteliti

Variabel bebas : Strategi pemecahan masalah draw a picture

Varibel terikat : Kemampuan menyelesaikan soal cerita pmatematika siswa

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa yang menjadi sampel

penelitian, guru, dan peneliti.

3. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes berbentuk

uraian soal cerita sebanyak 14 butir soal untuk mengukur kemampuan

siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika pada pokok bahasan

operasi hitung bilangan bulat.

Sebelum digunakan, instrumen penelitian tersebut telah diujicobakan

terlebih dahulu setelah mendapat arahan dan persetujuan pembimbing

Page 59: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

46

berkenaan dengan validitas isi. Instrumen penelitian yang diujicobakan

terdiri dari 14 butir soal berbentuk uraian. Uji coba dilakukan pada siswa

kelas VI.A (Al-Latief) yang terdiri dari 30 siswa . Kemudian data hasil uji

coba tersebut dianalisis untuk mengetahui karakteristik setiap butir soal,

meliputi validitas, reliabilitas, taraf kesukaran butir soal, dan daya

pembeda butir soal.

Kisi-Kisi Instrumen Tes

Kelas/Semester : V/Ganjil

Mata Diktat : Matematika

Materi Pokok : Operasi Hitung Bilangan Bulat

Standar Kompetensi :Melakukan operasi hitung bilangan bulat dan

menggunakannya dalam pemecahan masalah.

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Tes

Kompetensi Dasar Indikator Soal No. Soal

1.1. Melakukan

operasi hitung

bilangan bulat

termasuk

penggunaan sifat-

sifatnya,

pembulatan dan

1. Melakukan

operasi penjumlahan dan pengurangan

bilangan bulat.

2. Melakukan

operasi perkalian dan pembagian

bilangan bulat.

3. Melakukan

1 dan 3

2 dan 6

5 dan 8

Page 60: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

47

penaksiran.

operasi hitung campuran bilangan

bulat.

4. Menggunakan

sifat komutatif (pertukaran), asosiatif

(pengelompokkan) dan distributif

(penyebaran) untuk melakukan

perhitungan secara efisien.

5. Membulatkan

bilangan dalam puluhan, ratusan, dan

ribuan terdekat serta menaksir hasil

operasi hitung dua bilangan.

6. Memecahkan

masalah sehari-hari yang melibatkan

bilangan bulat.

4, 10, dan

12

9, 11 dan

13

7 dan 14

Jumlah 14

Untuk memenuhi persyaratan tes yang baik, sebelum digunakan,

instrumen penelitian tersebut harus diujicobakan terlebih dahulu.

Kemudian data hasil uji coba tersebut dianalisis untuk mengetahui

karakteristik setiap butir soal, meliputi validitas, reliabilitas, taraf

kesukaran butir soal, dan daya pembeda butir soal.

4. Uji instrumen tes penelitian

a. Uji Validitas

Validitas suatu instrumen penelitian adalah derajat yang

menunjukan dimana suatu tes mengukur apa yang hendak diukur.

Page 61: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

48

Prinsip suatu tes adalah valid, tidak universal.3 Tes yang digunakan

dalam penelitian perlu dilakukan uji validitas agar ketepatan alat

penilaian terhadap konsep yang dinilai sesuai, sehingga betul-betul

menilai apa yang seharusnya dinilai.

Untuk mengukur validitas butir soal atau validitas item pada tes

kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika digunakan korelasi

product moment pearson sebagai berikut:4

Keterangan:

Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

Banyaknya subjek

Skor item

Skor total

Setelah diperoleh harga rxy, kita lakukan pengujian validitas

dengan membandingkan harga rxy dan rtabel product moment, dengan

terlebih dahulu menetapkan degrees of freedomnya atau derajat

kebebasannya, dengan rumus dk = n – 2. Dengan diperolehnya dk,

maka dapat dicari harga rtabel product moment pada taraf signifikansi

5%. Kriteria pengujiannya adalah jika rxy ≥ rtabel, maka soal tersebut

valid dan jika rxy < rtabel maka soal tersebut tidak valid.

Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas instrumen penelitian,

dari 14 Soal yang diujicobakan diperoleh 11 butir soal yang valid,

3 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, Cet.I, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 122

4 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Cet. VI, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 72

Page 62: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

49

sehingga kesebelas soal yang valid tersebutlah yang digunakan sebagai

instrumen penelitian.

b. Uji reliabilitas

Suatu alat ukur mememiliki reliabilitas yang baik jika alat ukur

itu memiliki konsistensi yang handal walau dikerjakan oleh siapapun

(dalam level yang sama), dimanapun dan kapanpun. Untuk mengukur

koefisien reliabilitas instrumen tes hasil belajar matematika digunakan

rumus alpha cronbach sebagai berikut:5

Keterangan:

= koefisien reliabilitas instrumen

K = banyaknya butir soal yang valid

= jumlah varians skor tiap-tiap item

= varians skor total

Berdasarkan hasil perhitungan uji reliabilitas instrumen

penelitian, diperoleh skor reliabilitas sebesar 0,82. Dengan skor

reliabilitas demikian, maka instrumen penelitian tersebut dapat

dikatakan memiliki konsistensi yang handal dan memenuhi persyaratan

instrumen tes yang baik.

c. Taraf kesukaran butir soal

5 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Cet. VI, (Jakarta: Bumi

Aksara, 2006), h. 109

Page 63: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

50

Tingkat kesukaran untuk setiap item soal menunjukan apakah

butir soal itu tergolong sukar, sedang, atau rendah. Untuk menghitung

tingkat kesukaran tiap butir soal berbentuk uraian digunakan rumus:6

Keterangan:

P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar

JS = jumlah seluruh siswa

Tolak ukur untuk menginterpretasikan taraf kesukaran tiap butir

soal digunakan kriteria sebagai berikut:7

Tabel 3.2 Klasifikasi Interpretasi Taraf Kesukaran

Nilai P Interpretasi

P = 0,00

0,00

0,30

0,70

P = 1,00

Sangat sukar

Sukar

Sedang

Mudah

Sangat mudah

Berdasarkan hasil perhitungan taraf kesukaran butir soal,

diperoleh 1 butir soal termasuk dalam kriteria mudah, 6 butir soal

termasuk dalam kriteria sedang, dan 4 butir soal termasuk dalam

kriteria sukar.

6 Ibid, h. 208 7M. Subana dan Sudrajat, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah, Cet.II, (Bandung: Pustaka

Setia, 2005), h. 134

Page 64: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

51

d. Daya pembeda butir soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan sebuah soal untuk

membedakan antara siswa yang menjawab dengan benar

(berkemampuan tinggi) dengan siswa yang menjawab salah

(berkemampuan rendah). Untuk mengetahui daya pembeda tiap butir

soal digunakan rumus:8

Keterangan:

indeks daya pembeda suatu butir soal

= banyaknya siswa kelompok atas yang menjawab benar

= banyaknya siswa kelompok bawah yang menjawab benar

banyaknya siswa pada kelompok atas

banyaknya siswa pada kelompok bawah

Tolak ukur untuk menginterpretasikan daya pembeda tiap butir

soal digunakan kriteria sebgai berikut:9

Tabel 3.3 Klasifikasi Interpretasi Daya Pembeda

Nilai Interpretasi

0,00

0,20

0,40

0,70

Sangat jelek

Jelek

Cukup

Baik

Sangat baik

8 Suharsimi arikunto, Op.Cit, h.213 9 M. Subana dan sudrajat, Op.Cit, h. 135

Page 65: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

52

Berdasarkan hasil perhitungan daya pembeda butir soal,

diperoleh 2 butir soal termasuk dalam kriteria baik, 7 butir soal

termasuk dalam kriteria cukup, dan 2 butir soal termasuk dalam kriteria

jelek.

E. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif, yaitu suatu teknik

analisis yang penganalisisannya dilakukan dengan perhitungan, karena

berhubungan dengan angka, yaitu kemampuan menyelesaikan soal cerita

matematika yang diberikan. Penganalisisan dilakukan dengan

membandingkan hasil tes kelompok kontrol yang dalam pembelajarannya

menggunakan strategi konvensional dan kelompok eksperimen yang dalam

pembelajarannya menggunakan strategi pemecahan masalah draw a picture.

Data yang sudah diperoleh, kemudian dilakukan perhitungan statistik

dan melakukan perbandingan terhadap dua kelompok tersebut untuk

mengetahui kontribusi strategi pemecahan masalah draw a picture terhadap

kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa. Perhitungan

statistik yang digunakan, yitu:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data pada dua

kelompok sampel yang diteliti berasal dari populasi yang berdistribusi

normal atau tidak. Dalam penelitian ini, pengujian normalitas

Page 66: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

53

menggunakan uji kai kuadrat (chi square). Adapun prosedur pengujiannya

adalah sebgai berikut:10

a. Perumusan hipotesis

: Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

: Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

b. Data dikelompokkan ke dalam distribusi frekuensi.

c. Menentukan proporsi ke-j (Pj)

d. Menentukan 100 Pj yaitu prosentase luas interval ke-j dari suatu

distribusi normal melalui transformasi ke skor baku:

e. Mencari nilai dengan rumus:

f. Menentukan dengan derajat kebebasan (dk) = K – 3, dimana

K banyaknya kelompok dan taraf kepercayaan 95% atau taraf

signifikansi = 5%.

g. Kriteri pengujian:

Jika , maka diterima

Jika , maka ditolak

h. Kesimpulan

10 Kadir, Statistika Untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Cet.I, (Jakarta: Rosemata

Sampurna, 2010), h. 111

Page 67: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

54

: Sampel berasal dari populasi berdistribusi

normal

: Sampel berasal dari populasi berdistribusi

tidak normal

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah kedua

kelompok sampel berasal dari populasi yang sama (homogen) atau tidak.

Dalam penelitian ini, pengujian homogenitas menggunakan uji Fisher (F).

Adapun prosedur pengujiannya adalah sebagai berikut:11

a. Menentukan hipotesis

b. Cari dengan rumus

c. Tetapkan taraf signifikansi

d. Hitung dengan rumus:

=

e. Tentunkan kriteria pengujian , yaitu:

Jika , maka diterima dan H1 ditolak

11 Sudjana, Metode Statistika, Cet.III, (Bandung: Tarsito, 2005), h. 249

Page 68: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

55

Jika , maka ditolak H1 diterima

Adapun pasangan hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut:

Kedua kelompok sampel berasal dari populasi yang sama

Kedua kelompok sampel berasal dari populasi yang berbeda

3. Uji hipotesis

Untuk uji hipotesis, peneliti menggunakan rumus uji t. Rumus yang

digunakan, yaitu:12

Dengan dan

Sedangkan

Keterangan:

: harga t hitung

: nilai rata-rata hitung data kelompok eksperimen

: nilai rata-rata hitung data kelompokkontrol

: Varians data kelompok eksperimen

: Varians data kelompok kontrol

: simpangan baku kedua kelompok

: jumlah siswa pada kelompok eksperimen

12 Ibid, h. 239

Page 69: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

56

: jumlah siswa pada kelompok kontrol

Setelah harga t hitung diperoleh, kita lakukan pengujian kebenaran

kedua hipotesis dengan membandingkan besarnya thitung dengan ttabel, dengan terlebih dahulu menetapkan degrees of freedomnya atau derajat

kebebasannya, dengan rumus:

dk = (n1 + n2) – 2

Dengan diperolehnya dk, maka dapat dicari harga ttabel pada taraf

kepercayaan 95 % atau taraf signifikansi (α) 5%. Kriteria pengujiannya

adalah sebagai berikut: 13

Jika maka diterima

Jika maka ditolak

Adapun hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut:

: Rata-rata kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa

pada kelompok eksperimen sama dengan rata-rata hasil belajar

matematika siswa pada kelompok kontrol

: Rata-rata kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa

pada kelompok eksperimen lebih tinggi dari rata-rata hasil belajar

matematika siswa pada kelompok kontrol.

F. Hipotesis Statistik

Perumusan hipotesis statistik adalah sebagai berikut:

:

:

13 Anas Sudijono,pengantar Statistik Pendidikan, Cet.XVI, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2006), h.308.

Page 70: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

57

Keterangan:

: rata-rata kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada

kelompok eksperimen

: rata-rata kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada

kelompok kontrol

Page 71: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes

kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika yang terdiri dari 11 butir

soal cerita berbentuk uraian. Instrumen tersebut telah diujicobakan dan telah

dianalisis karakteristiknya, meliputi validitas, reliabilitas, taraf kesukaran butir

soal, dan daya pembeda butir soal. Tes kemampuan menyelesaikan soal cerita

tersebut diberikan setelah kedua kelompok sampel menyelesaikan pokok

bahasan operasi hitung bilangan bulat, dimana dalam proses pembelajarannya

kedua kelompok sampel diberikan perlakuan yang berbeda, yaitu kelompok

kontrol diajarkan dengan strategi konvensional dan kelompok eksperimen

diajarkan dengan strategi pemecahan masalah draw a picture.

Setelah diberikan tes, maka diperoleh kemampuan menyelesaikan soal

cerita matematika dari kedua kelompok sampel tersebut untuk kemudian

dilakukan perhitungan pengujian persyaratan analisis dan pengujian hipotesis.

Kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika yang diperoleh oleh kedua

kelompok tersebut adalah sebagai berikut.

1. Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Kelompok

Eksperimen Dari hasil tes yang diberikan kepada kelompok eksperimen yang dalam

pembelajarannya menggunakan strategi pemecahan masalah draw a picture ,

diperoleh nilai terendah adalah 36 dan nilai tertinggi adalah 100. Untuk lebih

jelasnya, data kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa

kelompok eksperimen disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi

berikut:

55

Page 72: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

56

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita

Kelompok Eksperimen

Frekeunsi

Nilai Titik

Tengah Absolut Relatif

(%) Kumulatif

35 - 45 40 2 8,33 2

46 - 56 51 5 20,83 7

57 - 67 62 6 25,00 13

68 - 78 73 3 12,50 16

79 - 89 84 4 16,67 20

90 - 100 95 4 16,17 24

Tabel 4.1 menunjukan bahwa banyak kelas interval adalah 6 kelas

dengan panjang tiap interval kelas adalah 11. Nilai yang paling banyak

diperoleh oleh siswa kelompok eksperimen terletak pada interval 57 – 67 yaitu

sebesar 25% (6 orang siswa dari 24 siwa). Sedangkan nilai yang paling sedikit

diperoleh terletak pada interval 35 – 45 yaitu sebesar 8,33% (2 orang siswa

dari 24 siwa). Untuk perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran

13. Distribusi frekuensi kemampuan menyelesaikan soal cerita kelompok

eksperimen tersebut dapat disajikan dalam grafik histogram dan poligon

berikut:

Page 73: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

57

Gambar 4.1 Grafik Histogram dan Poligon

Distribusi Frekuensi Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Kelompok

Eksperimen

2. Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Kelompok Kontrol Dari hasil tes yang diberikan kepada kelompok kontrol yang dalam

pembelajarannya menggunakan strategi konvensional, diperoleh nilai terendah

adalah 32 dan nilai tertinggi adalah 100. Untuk lebih jelasnya, data

kemampuan menyelesaikan soal cerita kelompok kontrol disajikan dalam

bentuk tabel distribusi frekuensi berikut:

3

45,5 56,5 67,5 78,5 89,5 100,5

2

4

5

6

Frekuensi

Nilai 34,5

Page 74: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

58

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Hasil belajar Matematika

Kelompok Kontrol

Frekeunsi

Nilai

Titik

Tengah

Absolut Relatif f

(%) Kumulatif

29 - 40 34,5 6 23,08 6

41 - 52 46,5 6 23,08 12

53 - 64 58,5 7 26,92 19

65 - 76 70,5 2 7,69 21

77 - 88 82,5 3 11,54 24

89 - 100 100,5 2 7,69 26

Tabel 4.2 menunjukan bahwa banyak kelas interval adalah 6 kelas

dengan panjang tiap interval kelas adalah 12. Nilai yang paling banyak

diperoleh oleh siswa kelompok kontrol terletak pada interval 53-64 yaitu

sebesar 26,92% (7 orang siswa dari 26 siwa). Sedangkan nilai yang paling

sedikit diperoleh terletak pada interval 65-76 dan 89-100 yaitu masing-masing

sebesar 7,69% (2 orang siswa dari 26 siwa). Untuk perhitungan selengkapnya

dapat dilihat pada lampiran 14. Distribusi frekuensi kemampuan

menyelesaikan soal cerita kelompok kontrol tersebut dapat disajikan dalam

grafik histogram dan poligon berikut:

Page 75: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

59

7

3

40,5 52,5 64,5 76,5 88,5 100,5

Nilai

2

6

Frekuensi

28,5

Gambar 4.2 Grafik Histogram dan Poligon

Distribusi Frekuensi Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Kelompok

Kontrol

Perbandingan kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika

antara kelompok eksperimen (kelompok yang dalam pembelajarannya

menggunakan strategi draw a picture) dengan kelompok kontrol (kelompok

yang dalam pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional),

dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 76: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

60

Tabel 4.3 Perbandingan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita

Matematika Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Statistik Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

Banyak sampel 24 26

Mean 68,42 56,65

Median 65,67 54,21

Modus 59,25 54,20

Varians 314,78 353,58

Simpangan Baku 17,74 18,80

Kemiringan 0,52 0,11

Ketajaman/Kurtosis 0,312 0,248

Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa, pada kelompok eksperimen

diperoleh nilai rata-rata kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika

sebesar 68,42 median sebesar 65,67, modus sebesar 59,25, simpangan baku

sebesar 17,74, varians sebesar 314,78, kemiringan sebesar 0,52 (kurva model

positif atau kurva menceng ke kanan) dengan kata lain kecenderungan data

mengumppul dibawah rata-rata, dan ketajaman atau kurtosis sebesar 0,312

(model kurvanya runcing atau leptokurtis).

Dari tabel tersebut dapat pula dilihat pada kelompok kontrol diperoleh

nilai rata-rata kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika sebesar

56,65, median sebesar 54,21, modus sebesar 54,50, simpangan baku sebesar

18,80, varians sebesar 353,58, kemiringan sebesar 0,11 (kurva model positif

atau kurva menceng ke kanan) dengan kata lain kecenderungan data

mengumppul dibawah rata-rata, dan ketajaman atau kurtosis sebesar 0,248

(distribusi platikurtis atau bentuk kurvanya mendatar).

Berdasarkan uraian mengenai kemampuan menyelesaikan soal cerita

matematika siswa kelompok eksperimen dan kemampuan menyelesaikan soal

Page 77: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

61

cerita matematika siswa kelompok kontrol di atas, terlihat adanya perbedaan.

Perbedaan yang paling nyata terletak pada nilai rata-rata kelas. Pada kelas

eksperimen nilai rata-rata kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika

lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata kemampuan menyelesaikan

soal cerita matematika pada kelas kontrol.

B. Pengujian Persyaratan Analisis

1. Uji Normalitas Dalam penelitian ini, uji normalitas yang digunakan adalah uji kai

kuadrat (chi square). Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah

data berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak, dengan

ketentuan bahwa data berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika

memenuhi kriteria χ2hitung < χ2

tabel diukur pada taraf signifikansi dan tingkat

kepercayaan tertentu.

a. Uji Normalitas Kelompok Eksperimen

Dari hasil perhitungan uji normalitas kemampuan

menyelesaikan soal cerita matematika kelompok eksperimen, diperoleh

harga χ2hitung = 4,23 (lampiran 15), sedangkan dari tabel harga kritis uji

kai kuadrat (chi square) diperoleh χ2tabel untuk jumlah sampel 24 pada

taraf signifikansi α = 5% dengan derajat kebebasan dk = 3 adalah 7,82.

Karena χ2hitung kurang dari sama dengan χ2

tabel (4,23 ≤ 7,82), maka H0

diterima, artinya data pada kelompok eksperimen berasal dari populasi

yang berdistribusi normal.

b. Uji Normalitas Kelompok Kontrol

Dari hasil perhitungan uji normalitas hasil belajar matematika

kelompok Kontrol, diperoleh harga χ2hitung = 5,35 (lampiran 16),

sedangkan dari tabel harga kritis uji kai kuadrat (chi square) diperoleh

χ2tabel untuk jumlah sampel 26 pada taraf signifikansi α = 5% dengan

derajat kebebasan dk = 3 adalah 7,82. Karena χ2hitung kurang dari sama

Page 78: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

62

dengan χ2tabel (5,35 ≤ 7,82), maka H0 diterima, artinya data pada

kelompok kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan uji normalitas antara

kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Uji Normalitas

Kelompok N χ2hitung

χ2tabel

(α = 5%)Kesimpulan

Eksperimen 24 4,23 7,82

Kontrol 26 5,35 7,82

Data berasal dari populasi

yang berdistribusi normal

2. Uji Homogenitas Uji homogenitas atau uji kesamaan dua varians digunakan untuk

mengetahui apakah kedua kelompok sampel berasal dari populasi yang

sama (homogen) atau tidak. Dalam penelitian ini, uji homogenitas yang

digunakan adalah uji Fisher. Kriteria pengujian yang digunakan yaitu,

kedua kelompok dikatakan homogen apabila Fhitung ≤ Ftabel diukur pada

taraf signifikansi dan tingkat kepercayaan tertentu.

Dari hasil perhitungan uji homogenitas diperoleh harga Fhitung =

1,12 (lampiran 17), sedangkan Ftabel = 1,97 pada taraf signifikasi α = 5%

dengan derajat kebebasan pembilang 25 dan derajat kebebasan penyebut

23. Lebih jelasnya, hasil perhitungan uji homogenitas dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas

Kelompok n Fhitung Ftabel Kesimpulan

Eksperimen 24

Kontrol 26 1,12 1,97

Sampel berasal dari populasi

yang sama atau homogen

Karena Fhitung Ftabel maka H0 diterima, artinya kedua kelompok sampel

berasal dari populasi yang sama atau homogen.

<

Page 79: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

63

C. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan

1. Pengujian Hipotesis Setelah dilakukan uji persyaratan analisis, selanjutnya dilakukan

pengujian hipotesis. Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah rata-

rata kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada

kelompok eksperimen yang dalam pembelajarannya menggunakan strategi

pemecahan masalah draw a picture lebih tinggi dibandingkan dengan

rata-rata kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada

kelompok kontrol yang dalam pembelajarannya menggunakan strategi

konvensional. Untuk pengujian tersebut diajukan hipotesis sebagai berikut:

H0 : 21 μμ ≤

H1 : 21 μμ >

Keterangan:

1μ : rata-rata kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa

pada kelompok eksperimen

2μ : rata-rata kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa

pada kelompok kontrol

Pengujian hipotesis tersebut diuji dengan uji t, dengan kriteria

pengujian yaitu, jika thitung < ttabel maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Sedangkan, jika thitung ≥ ttabel maka H1 diterima dan H0 ditolak, pada taraf

kepercayaan 95% atau taraf signifikansi α = 5%. Berdasarkan hasil

perhitungan, diperoleh thitung sebesar 2,24 dan ttabel sebesar 2,01 (lampiran

18). Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa thitung ≥ ttabel (2,24 ≥

2,01). Dengan demikian, H0 ditolak dan H1 diterima, atau dengan kata lain

rata-rata kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada

kelompok eksperimen lebih tinggi dari rata-rata kemampuan

menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada kelompok kontrol.

Secara ringkas, hasil perhitungan uji t tersebut dapat dilihat pada tabel

berikut:

Page 80: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

64

Tabel 4.6 Hasil Uji Perbedaan Dengan Statistik Uji t

thitung ttabel Kesimpulan

2,24 2,01 Tolak H0 dan Terima H1

2. Pembahasan Dari hasil wawancara terhadap beberapa orang siswa yang diambil

secara acak dan hasil pengamatan selama berlangsungnya proses

pembelajaran diperoleh kesimpulan bahwa terdapat respon positif terhadap

diterapkannya strategi pemecahan masalah draw a picture dalam

pembelajaran matematika. Dari hasil wawancara ini diperoleh pula

informasi, bahwa sebelum dilakukan pembelajaran dengan strategi

pemecahan masalah draw a picture, kegiatan pembelajaran berpusat pada

guru (teacher centered).

Setelah diterapkan strategi pemecahan masalah draw a picture

pada kelompok eksperimen, siswa dapat berpikir secara sistematis, siswa

juga terlatih untuk memahami sendiri dan menggunakan penalaran mereka

dalam menyelesaikan soal-soal matematika yang diberikan, terutama soal-

soal yang berbentuk cerita dengan terlebih dahulu dibuat sketsa gambar

dari soal tersebut untuk mempermudah pemahaman siswa dalam

menyelesaikan soal. Hasil wawancara dapat dilihat pada lampiran 20.

Dalam pembelajaran pemecahan masalah draw a picture ini siswa

juga terlihat lebih semangat belajar, berani mengemukakan pendapat dan

mau mengerjakan soal yang diberikan serta belajar secara sama-sama

dengan adanya diskusi kelompok. Berikut adalah suasana kegiatan belajar

mengajar di kelas dengan strategi pemecahan masalah draw a picture:

Page 81: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

65

Gambar Gambar

Gambar Gambar

Gambar 4.3 Suasana Kegiatan Belajar Mengajar di Kelas

Dengan Strategi Pemecahan Masalah Draw A Picture

Gambar a menunjukkan kegiatan belajar siswa setelah diberikan

LKS, ketua kelompok langsung membagi soal-soal yang ada dalam LKS

kepada anggota kelompoknya masing-masing untuk selanjutnya

dikerjakan secara individu. Gambar b, setelah soal-soal dalam LKS

dikerjakan secara individu selanjutnya didiskusikan kembali dalam

kelompok masing-masing untuk mencapai kesepakatan seluruh jawaban

soal dalam LKS. Gambar c, jika ada soal yang dianggap sulit dan tidak

dapat dipecahkan dalam diskusi kelompok maka siswa langsung bertanya

kepada guru. Gambar d, setelah diskusi kelompok selesai selanjutnya

terjadilah diskusi kelas dimana perwakilan masing-masing kelompok maju

kedepan kelas mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya sedangkan

kelompok lain menanggapi. Berikut ini adalah contoh hasil pengerjaan

siswa pada LKS pertemuan ke-5.

Page 82: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

66

Jika pembelajaran dengan strategi konvensional berpusat pada guru

(teacher centered) maka dengan strategi pemecahan masalah draw a

picture pembelajaran menjadi berpusat pada siswa (student centered), guru

menjadi fasilitator yang berperan sebagai pembimbing dalam kegiatan

belajar mengajar di kelas. Penggunaan strategi pemecahan masalah draw a

picture ini lebih berhasil dibandingkan dengan strategi konvensional, hal

ini dapat terlihat dari hasil perhitungan mengenai rata-rata kemampuan

menyelesaikan soal cerita matematika siswa yang diajar dengan

menggunakan strategi pemecahan masalah draw a picture jauh lebih tinggi

daripada siswa yang diajar dengan strategi konvensional.

Perbedaan rata-rata kemampuan menyelesaikan soal cerita

matematika siswa antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan strategi

pemecahan masalah draw a picture lebih baik dari pada pembelajaran

dengan strategi konvensional. Hal ini dikarenakan strategi pemecahan

masalah draw a picture memuat beberapa langkah penyelesaian yang pada

prinsipnya sama dengan langkah pemecahan masalah menurut Polya.

Langkah yang pertama, memahami masalah. Pada langkah ini

siswa dilatih untuk dapat menemukan sendiri informasi yang diberikan

serta hal yang ditanyakan dalam soal, sehingga pada langkah ini siswa

semakin terlatih untuk membaca dan memahami sendiri soal yang

diberikan serta memahami apa yang mereka tulis. Langkah kedua,

merencakan penyelesaian masalah. Pada langkah ini siswa dilatih untuk

menemukan sendiri kata kunci yang dapat digunakan untuk menyelesaikan

soal, membuat sketsa gambar untuk mempermudah memahami soal serta

membuat model matematika dari soal yang diberikan untuk selanjutnya

memikirkan bagaimana cara menyelesaikannya, sehingga siswa tidak

harus menghafal rumus-rumus untuk menyelesaikannya. Langkah ini

sangat membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan penalarannya.

Langkah ketiga, menyelesaikan masalah sesuai dengan rencana. Pada

langkah ini siswa dilatih untuk menggunakan kemampuan berhitungnya

Page 83: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

67

serta menerapkan konsep dasar yang telah diajarkan sehingga memperoleh

solusi dari soal yang diberikan. Langkah terakhir, solusi yang telah

diperoleh pada langkah ketiga diperiksa kembali kebenarannya dengan

bergerak maju dari hal-hal yang diketahui di awal. Langkah ini melatih

ketelitian siswa dalam melakukan perhitungan pada proses penyelesaian

soal. Pada langkah ini siswa juga dilatih untuk menerjemahkan kembali

hasil perhitungan yang diperoleh ke dalam konteks yang sebenarnya

(konteks asli).

Tiap-tiap langkah dalam strategi pemecahan masalah draw a

picture tersebut dapat meningkatkan pemahaman siswa, meningkatkan

kemampuan penalaran, meningkatkan aktivitas belajar dan komunikasi

siswa, serta meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-

soal aplikasi (cerita) atau soal-soal pemecahan masalah. Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian Saeful Bahri (2008) yang menyebutkan bahwa

aktivitas siswa yang terbentuk melalui pembelajaran problem solving

mampu meningkatkan pemahaman siswa dalam menyelesaikan soal-soal

aplikasi berbentuk cerita atau soal-soal pemecahan masalah.

Karena penelitian dilakukan di sekolah yang tidak ada

pengklasifikasian kelas (pembedaan kelas antara siswa pintar dengan

siswa kurang pintar), maka hanya siswa yang memiliki kemampuan lebih

cepat yang dapat langsung mengikuti proses pembelajaran, sedangkan

siswa yang lain masih merasa tegang dan lebih banyak diam saat

pembelajaran dengan strategi draw a picture, sehingga pada pertemuan

pertama aktivitas belajar belum bisa dikondisikan dan belum tercapai

secara optimal, bahkan pembagian kelompok diskusipun masih sulit

dilakukan.

Pada diskusi kelompok yang pertama, siswa masih bingung dalam

mengerjakan lembar kerja siswa (LKS) yang diberikan karena mereka

tidak terbiasa mencari sendiri informasi yang diberikan dalam soal.

Mereka kesulitan dalam menentukan apa saja yang diketahui, apa yang

ditanyakan dalam soal, enggan membuat sketsa gambar serta kesulitan

Page 84: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

68

bagaimana cara menyelesaikannya. Bagi siswa yang senang menggambar

maka yang dikerjakan dalam LKS hanya gambarnya saja. Bahkan siswa

yang pintar pun lebih senang mengerjakan sendiri dan tidak mau bekerja

sama dengan anggota lainnya.

Pada saat perwakilan kelompok diminta untuk mempresentasikan

hasil diskusinya di depan kelas, siswa terlihat masih malu-malu, takut

salah dan masih sulit untuk menyampaikan kepada siswa lainnya

mengenai hasil diskusi kelompoknya, sehingga siswa lain lebih banyak

mengobrol dan enggan menanggapi presentasi temannya. Hal ini

disebabkan kebiasaan siswa pada pembelajaran sebelumnya yang berpusat

pada guru, siswa hanya mendengarkan dan mencatat apa yang ditulis guru

di depan kelas, mengerjakan soal yang mirip dengan contoh dan kurang

adanya interaksi antar siswa sehingga mereka belum terbiasa untuk

menyampaikan pendapat ataupun bertanya jika ada penjelasan yang belum

di pahami. Dari hasil diskusi siswa belum terlihat adanya peningkatan

pada kemampuan menyelesaikan soal cerita dan dari presentasi kelompok

beberapa kelompok masih kurang rasa percaya diri dalam menyampaikan

pendapatnya.

Pada pertemuan selanjutnya sedikit demi sedikit ada perubahan

yang baik pada kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita, hal ini

terlihat dari hasil diskusi siswa dan hasil latihan soal cerita setiap kali

pertemuan pada LKS yang diberikan guru.

Akhirnya, dari tes kemampuan menyelesaikan soal cerita dapat

dilihat bahwa siswa yang dalam pembelajarannya menggunakan strategi

pemecahan masalah draw a picture 70,83% mendapatkan nilai lebih dari

atau sama dengan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang

ditetapkan oleh sekolah dimana dilakukan penelitian (17 siswa dari 24

siswa mendapat nilai ≥ 60). Ini berarti bahwa lebih dari 60% tujuan

pembelajaran yang direncanakan pada standar kompetensi dan kompetensi

dasar telah tercapai (termasuk dalam kategori baik/minimal). Sedangkan,

siswa yang dalam pembelajarannya menggunakan strategi konvensional

Page 85: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

69

hanya 50% yang mendapatkan nilai lebih dari atau sama dengan nilai

Kriteria Ketuntasan Minimal (13 siswa dari 26 siswa mendapat nilai ≥ 60),

artinya tujuan pembelajaran yang direncanakan pada standar kompetensi

dan kompetensi dasar belum tercapai (termasuk dalam kategori kurang).

Selain itu, terbukti pula bahwa nilai rata-rata kemampuan menyelesaikan

soal cerita matematika siswa yang dalam pembelajarannya menggunakan

strategi pemecahan masalah draw a picture lebih tinggi dari rata-rata

kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa yang dalam

pembelajarannya menggunakan strategi konvensional.

D. Keterbatasan Penelitian Penulis menyadari penelitian ini belum sempurna. Berbagai upaya

telah dilakukan dalam pelaksanaan penelitian ini agar diperoleh hasil yang

optimal. Kendati demikian, masih ada beberapa faktor yang sulit dikendalikan

sehingga membuat penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan

diantaranya.:

1. Penelitian ini hanya dilakukan pada pokok bahasan operasi hitung

bilangan bulat saja, sehingga belum bisa digeneralisasikan pada pokok

bahasan lain.

2. Kondisi siswa yang merasa tegang pada awal proses pembelajaran dengan

strategi pemecahan masalah draw a picture, karena siswa belum terbiasa.

3. Alokasi waktu yang kurang sehingga diperlukan persiapan dan pengaturan

kelompok yang baik.

4. Kemampuan berhitung siswa, seperti penjumlahan, pengurangan,

perkalian dan pembagian masih rendah sehingga cukup menghambat

jalannya proses pembelajaran selama penelitian.

5. Kontrol terhadap kemampuan subjek penelitian hanya meliputi variabel

strategi pemecahan masalah draw a picture, kemampuan pemecahan

masalah soal cerita, dan hasil belajar matematika siswa. Variabel lain

seperti minat, motivasi, inteligensi, lingkungan belajar, dan lain-lain tidak

terkontrol. Karena hasil penelitian dapat saja dipengaruhi variabel lain di

luar variabel yang ditetapkan dalam penelitian ini.

Page 86: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 1. Kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada kelompok

eksperimen (yang dalam pembelajarannya menggunakan strategi pemecahan

masalah draw a picture) lebih tinggi dari rata-rata kemampuan

menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada kelompok kontrol (yang

dalam pembelajarannya menggunakan strategi konvensional). Perolehan

nilai rata-rata kelompok eksperimen adalah sebesar 68,42 dengan ketuntasan

belajar 70,83% (termasuk dalam kategori baik/minimal). Sedangkan, nilai

rata-rata kelompok kontrol adalah sebesar 56,65 dengan ketuntasan belajar

50% (termasuk dalam kategori kurang). Dengan demikian, “strategi

pemecahan masalah draw a picture berpengaruh nyata terhadap kemampuan

menyelesaikan soal cerita matematika siswa”.

2. Terdapat respon positif terhadap diterapkannya strategi pemecahan masalah

draw a picture dalam pembelajaran matematika. Siswa dapat berpikir secara

sistematis, terlatih untuk memahami sendiri dan menggunakan penalaran

mereka dalam menyelesaikan soal-soal cerita matematika yang diberikan.

Dengan demikian, strategi pemecahan masalah draw a picture dapat

digunakan sebagai salah satu alternatif strategi pembelajaran yang dapat

diterapkan dalam pembelajaran matematika di kelas tentunya dengan

memperhatikan kekurangan-kekurangan yang terdapat pada penelitian.

B. Saran Terdapat beberapa saran peneliti terkait hasil penelitian pada skripsi ini,

diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Guru yang hendak menggunakan strategi pemecahan masalah draw a

picture dalam pembelajaran matematika di kelas diharapkan dapat

71

Page 87: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

72

menyajikan soal-soal matematika yang akan diberikan dalam bentuk

permainan, karena berdasarkan pengamatan penulis selama proses

pembelajaran berlangsung, siswa lebih antusias dan lebih mudah memahami

soal ketika soal yang diberikan disajikan dalam bentuk permainan.

2. Strategi pemecahan masalah draw a picture sebaiknya lebih sering

digunakan dalam proses pembelajaran matematika terutama materi soal

cerita agar siswa dapat terbiasa menggunakan penalaran mereka dan

berpikir secara sistematis.

3. Dengan adanya beberapa keterbatasan dalam melaksanakan penelitian ini,

maka disarankan ada penelitian lanjut yang meneliti tentang pembelajaran

dengan strategi pemecahan masalah draw a picture pada pokok bahasan

lain atau mengukur aspek yang lain, seperti meneliti secara lebih mendalam

tentang “Bagaimana pengaruh strategi pemecahan masalah draw a picture

terhadap kemampuan penalaran siswa?”

Page 88: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

73

DAFTAR PUSTAKA

Adjie, Nahrowi dan Maulana. 2006. Pemecahan Masalah Matematika. Ed.I. Cet.I. Bandung: UPI PRESS

Andri. 2008. “Strategi Heuristik Pada Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Pembelajaran Matematika”. Skripsi Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Jakarta

Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Cet.VI. Jakarta: Bumi Aksara

Badrudin dkk. 2009. Media Pendidikan. Jurnal Pendidikan Keagamaan. Vol.XXIV, No.1. Bandung: Redaksi Media Pendidikan

Bahri, Saeful. 2009. Peningkatan Kemampuan Menyelesaikan Soal cerita Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Melalui Strategi Problem Solving. Jurnal Pendidikan Inovatif. Jilid 4. Nomor 2. Balik Papan: YSN-KPS. Dari http://www.saskschool.ca/curr_content/mathcatch/problem_solve/pdf. 18 Agustus 2010, 19.27 WIB.

Beaulieu, Danie. 2008. Teknik-Teknik yang Berpengaruh di Ruang Kelas. Cet.I. Jakarta: Indeks

Dewi dan Eveline. 2007. Mozaik Teknologi Pendidikan. Ed.I. Cet.II. Jakarta: Kencana

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Cet. III. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Dwirahayu, Gelar dkk. 2007. Pendekatan Baru Dalam Pembelajaran Sains dan Matematika Dasar: Sebuah Antologi. Cet.I. Jakarta: PIC UIN Jakarta

Hernawan, Asep Herry dkk. 2007. Belajar dan Pembelajaran Sekolah Dasar. Ed.I. Cet.I. Bandung: UPI PRESS

Kadir. 2010. Statistika Untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial. Cet.I. Jakarta: Rosemata Sampurna

Kadir dkk. 2006. ALGORITMA. Jurnal Matematika Dan Pendidikan Matematika. Vol.1. No.1. Jakarta : CeMED UIN Jakarta

Page 89: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

74

Krismanto. 2003. Beberapa Teknik, Model, dan Strategi Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: DEPDIKNAS. Dari http://matemarso.files.wordpress.com/2008/04/strategi pembelajaran-matematika.pdf.

Managing Basic Education-USAID. 2006. Asyik Belajar dengan PAKEM: MATEMATIKA. Jakarta: Program MBE. Dari www.uoregon.edu/~moursund/Books/ElMath/K8-Math.pdf.

Musser, Garry L. dkk. 2004. Essentials of Mathematics for Elementary Teachers. America : WILEY

Polya, G. 1973. How To Solve It. A New Aspect of Mathematical Method. Second Edition. America: Princeton University Press

Raharjo, Marsudi. 2008. Pembelajaran Soal Cerita Berkait Penjumlahan dan Pengurangan di SD. Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika. Dari http://www.saskschool.ca/curr_content/mathcatch/PAKEM/str.pdf.

Salim, Sambas. Model Pembelajaran Konvensional. dari http://www.pgsd.co.cc/2010/04/model-pembelajaran konvensional.html

Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Ed.I. Cet.I. Jakarta: Kencana.

Schoenfeld, Alan H. “learning to think mathematically: problem solving, metacognition, and sense-making in mathematics”. dari http://gse.berkeley.edu/faculty/ahschoenfeld/schoenfeld_MathThinking.pdf.

Shadiq, Fadjar. 2004. Pemecahan Masalah, Penalaran dan Komunikasi. Yogyakarta: Pusat Pengembangan penataran guru (PPPG) Matematika. Dari www.fadjarp3g.files.wordpress.com.

Subana, M. dan Sudrajat. 2005. Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah. Cet.II. Bandung: Pustaka Setia

Sudijono, Anas. 2006. Pengantar Statistik Pendidikan. Cet.XVI. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Sudjana. 2005. Metode Statistika. cet.III. Bandung: Tarsito

Suherman, Erman dkk. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA-UPI

Page 90: PENGARUH PENERAPAN STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1104/...tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat

75

Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Cet.I. Jakarta: Bumi Aksara

Suryabrata, Sumadi. 2006. Metodologi Penelitian. Cet.XVIII. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Suwangsih, Erna dan Tiurlina. 2006. Model Pembelajaran Matematika. Cet.I. Bandung: UPI PRESS

Syah, Muhibbin. 2008. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Cet. XI. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi.3. Cet.2. Jakarta: Balai Pustaka

Winihasih dkk. 2000. Sekolah Dasar (Kajian Teori dan Praktik Pendidikan). Malang: Unit Pelaksana Program Guru Kelas Sekolah Dasar

Yudaningsih, Rosy. 2007. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah Matematika. Skripsi Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Jakarta

Yuskaitis, Monica. Problem Solving Draw a Picture. Dari http://gse.berkeley.edu/faculty/ahyuskaitis/yuskaitis_MathThinking.ppt.

Zulfiani dkk. 2009. Strategi Pembelajaran Sains. Cet.I. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta