pengaruh penerapan sistem pengendalian ......syukur alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat allah...

112
PENGARUH PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PEMERINTAH TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD ATAS PENGELOLAAN DANA BANTUAN SOSIAL DI KABUPATEN BONE SKRIPSI LISNAWATI NIM 105731127716 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2021

Upload: others

Post on 16-Feb-2021

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • PENGARUH PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL

    PEMERINTAH TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD ATAS

    PENGELOLAAN DANA BANTUAN SOSIAL

    DI KABUPATEN BONE

    SKRIPSI

    LISNAWATI NIM 105731127716

    JURUSAN AKUNTANSI

    FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

    MAKASSAR

    2021

  • ii

    HALAMAN JUDUL

    PENGARUH PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL

    PEMERINTAH TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD ATAS

    PENGELOLAAN DANA BANTUAN SOSIAL

    DI KABUPATEN BONE

    LISNAWATI

    NIM 105731127716

    Untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar

    Sarjana Ekonomi Akuntansi pada

    Universitas Muhammadiyah Makassar

    PROGRAM STUDI AKUNTANSI

    FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

    MAKASSAR

    2021

  • iii

    HALAMAN PERSEMBAHAN

    Karya Ilmiah ini Saya Persembahkan Kepada :

    1. Kedua orang tua tercinta Ayahanda Fudding dan Ibunda Nurasia, yang telah

    memberikan semangat dan doa sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini.

    2. Saudara saya Sulfiana, Febriadi dan Fadli yang telah memberikan dukungan

    untuk proses penyelesaian karya ilmiah ini.

    3. Bapak dan Ibu dosen, terkhusus kedua pembimbing yang selama ini tulus dan

    ikhlas dalam meluangkan waktunya menuntut dan memberi arahan dalam

    menyelesaikan karya ilmiah ini.

    4. Sahabat sahabat yang selalu memberikan bantuan dan memberi semangat

    dalam penyelesaian karya ilmiah ini.

    MOTTO HIDUP

    “jangan batasi doamu dengan menggunakan nalar dan pikiranmu karena yang

    kau anggap mustahil, bisa dengan mudah Allah wujudkan”

  • iv

  • v

  • vi

  • vii

    KATA PENGANTAR

    Syukur alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala

    rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat dan

    salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para

    keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Merupakan nikmat yang tiada ternilai

    manakala penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Penerapan Sistem

    Pengendalian Internal Pemerintah terhadap Pencegahan Fraud atas

    Pengelolaan Dana Bantuan Sosial di Kabupaten Bone”.

    Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam

    menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

    Universitas Muhammadiyah Makassar.

    Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada

    kedua orang tua penulis bapak Fudding dan ibu Nurasia yang senantiasa memberi

    harapan, semangat, perhatian, kasih sayang dan doa tulus tak pamrih. Dan

    saudara saudaraku tercinta yang yang senantiasa mendukung dan memberikan

    semangat hingga akhir studi ini. Dan seluruh keluarga besar atas segala

    pengorbanan, dukungan dan doa restu yang telah diberikan demi keberhasilan

    penulis dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada

    penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan di akhirat.

    Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa

    adanya bantuan dan dorongan dari berbagaI pihak. Begitu pula penghargaan yang

    setinggi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan dengan hormat kepada :

  • viii

    1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag selaku Rektor Universitas Muhammadiyah

    Makassar.

    2. Bapak Ismail Rasulong, SE., MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

    Universitas Muhammadiyah Makassar.

    3. Bapak Dr. Ismail Badhollahi, SE., M.Si., Ak., CA. CSP, selaku Ketua Program

    Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Makassar.

    4. Bapak Dr. Agus Salim HR, SE., MM, selaku penasehat akademik yang

    senantiasa memberikan bimbingan kepada peneliti.

    5. Bapak Jamaluddin M, SE., M.Si, selaku pembimbing I yang senantiasa

    meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga

    skripsi selesai dengan baik.

    6. Ibu Endang Winarsih, SE., M.Ak, selaku pembimbing II yang telah berkenan

    membantu selama dalam penyusunan skripsi hingga ujian skripsi.

    7. Bapak/Ibu dan asisten dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

    Muhammadiyah Makassar yang telah meluangkan waktu dalam memberikan

    ilmunya kepada penulis selama mengikuti kuliah.

    8. Segenap staf dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

    Muhammadiyah Makassar.

    9. Segenap staf dan pegawai Dinas Kesejahteraan Sosial yang telah

    memberikan bantuan dalam proses penelitian.

    10. Terima kasih kepada sahabat dari kelas Akuntansi 16.G yang selalu

    memberikan bantuan serta semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

    11. Semua pihak yang telah membantu peneliti baik secara langsung maupun

    tidak langsung dalam seluruh proses selama berada di Fakultas Ekonomi dan

    Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

  • ix

    Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih sangat

    jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya para

    pembaca yang budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritiknya

    dami kesempurnaan skripsi ini.

    Mudah-mudahan skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua

    pihak utamanya kepada Almamater Biru Universitas Muhammadiyah Makassar

    Billahi fii Sabilil Haq, Fastabiqul khairat, Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

    Makassar, 16 Januari 2021

    Lisnawati

  • x

    ABSTRAK

    Lisnawati, 2020. “Pengaruh Penerapan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah terhadap Pencegahan Fraud atas Pengelolaan Dana Bantuan Sosial di Kabupaten Bone”. Skripsi Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi da Bisnis. Dibimbing oleh Jamaluddin M dan Endang Winarsih.

    Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Pengaruh Penerapan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah terhadap Pencegahan Fraud atas Pengelolaan Dana Bantuan Sosial di Kabupaten Bone. Penelitian ini dilakukan di Dinas Kesejahteraan Sosial Kabupaten Bone. Jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan eksplanatory research. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner. Skala pengukuran data dengan skala Likert. Data dianalisis dengan menggunakan analisis regresi linear sederhana dengan bantuan program SPSS versi 25.0.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sistem Pengendalian Internal pemerintah berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Pencegahan Fraud. Hasil uji koefisien determinasi menunjukkan bahwa 88,3% pencegahan fraud dipengaruhi oleh Penerapan Sistem pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) dan 11,7% pencegahan fraud dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Sistem pengendalian Internal pemerintah berkontribusi dalam meminimalisir tingkat terjadinya fraud dalam pengelolaan dana bantuan sosial di kabupaten Bone. Oleh sebab itu, semakin baik penerapan sistem pengendalian internal pemerintah maka akan menyebabkan pencegahan fraud pengelolaan dana bantuan sosial akan menjadi semakin baik dan menimbulkan dampak yang baik bagi instansi pemerintah.

    Kata kunci : Penerapan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah, Pencegahan Fraud, Pengelolaan Dana Bantuan Sosial.

  • xi

    ABSTRACT

    Lisnawati, 2020. "The Effect of the Implementation of Government Internal Control Systems on Fraud Prevention on Management of Social AssistanceFunds in Bone Regency". Thesis Accounting Study Program, Faculty of Economics and Business. Supervised by Jamaluddin M and Endang Winarsih.

    The purpose of this study was to determine the effect of the implementation of the government internal control system on fraud prevention on the management of social assistance funds in Bone Regency. This research was conducted at the Social Welfare Office of Bone Regency. This type of research uses quantitative methods with an explanatory research approach. The data collection technique used a questionnaire. Data measurement scale with a Likert scale. Data were analyzed using simple linear regression analysis with the help of the SPSS program version 25.0.

    The results showed that the Government's Internal Control System had a positive and significant effect on fraud prevention. The coefficient of determination test results showed that 88.3% of fraud prevention was affected by the Implementation of the Government Internal Control System (SPIP) and 11.7% of fraud prevention was influenced by other variables not included in this research model. Thus, it can be concluded that the government's internal control system contributes to minimizing the level of fraud occurring in the management of social assistance funds in Bone district. Therefore, the better the implementation of the government's internal control system, the better the prevention of social assistance funds management will be and have a good impact on government agencies.

    Keywords: Implementation of Government Internal Control Systems, Fraud Prevention, Management of Social Assistance Funds.

  • xii

    DAFTAR ISI

    SAMPUL .. ....................................................................................................... i

    HALAMAN JUDUL .......................................................................................... ii

    HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iii

    HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................... iv

    HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................ V

    HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................... Vi

    KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii

    ABSTRAK ...................................................................................................... x

    ABSTRACK ................................................................................................... xi

    DAFTAR ISI .................................................................................................. xii

    DAFTAR TABEL ........................................................................................... xv

    DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvi

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvii

    BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

    A. Latar Belakang ...................................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ................................................................................ 7

    C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 8

    D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 8

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 9

    A. Tinjauan Teori ....................................................................................... 9

    1. Fraud Triangle Theory ..................................................................... 9

    2. Pengendalian Intern......................................................................... 9

    3. Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) .......................... 12

  • xiii

    4. Pencegahan Fraud ........................................................................ 17

    5. Pengelolaan Dana Bantuan Sosial ................................................ 21

    B. Tinjauan Empiris .................................................................................. 25

    C. Kerangka Konsep ................................................................................ 33

    D. Hipotesis Penelitian ............................................................................. 34

    BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 35

    a. Jenis penelitian .................................................................................... 35

    b. Lokasi dan waktu penelitian ................................................................ 35

    c. Definisi Operasional Variabel .............................................................. 35

    d. Populasi dan Sampel ........................................................................... 40

    e. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 41

    f. Teknik analisis data ............................................................................ 42

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 46

    A. Gambaran Umum dan Objek Penelitian ................................................ 46

    1. profil singkat dinas sosial kabupaten bone ..................................... 46

    2. Realisasi pengelolaan anggaran APBD dinas sosial

    Kabupatenbone ............................................................................. 54

    B. Hasil Penelitian Dan Pembahasan ........................................................ 55

    1. Deskriptif data .................................................................................. 55

    2. Hasil uji statistik deskriptif ................................................................ 58

    3. Hasil uji instrumen penelitian ............................................................ 59

    4. Hasil uji asumsi klasik ...................................................................... 62

    5. Hasil uji hipotesis ............................................................................. 64

    6. Pembahasan .................................................................................... 67

  • xiv

    BAB V PENUTUP ......................................................................................... 72

    A. Kesimpulan ........................................................................................... 72

    B. Saran .................................................................................................... 73

    DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 75

    BIOGRAFI .................................................................................................... 95

  • xv

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu................................................ 29

    Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabe ............................................ 36

    Tabel 4.1 Realisasi penggunaan anggaran APBD dinas sosial

    Kabupaten bone ............ .................................................. 54

    Tabel 4.2 Data Penyebaran Kuesioner ............................................ 55

    Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...... 56

    Tabel 4.4 Karaktersitik Responden Berdasarkan Usia ..................... 56

    Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja .......... 57

    Tabel 4.6 karakteristik responden berdasarkan pendidikan .............. 57

    Tabel 4.7 Hasil Uji Statistk Deskriptif ............................................... 58

    Tabel 4..8 Hasil Uji Validitas Data ..................................................... 60

    Tabel 4.9 Hasil Uji Reliabilitas .......................................................... 61

    Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas Data ................................................. 63

    Tabel 4.11 Hasil Uji Regresi Linear Sederhana .................................. 64

    Tabel 4.12 Hasil Uji Koefisien Determinasi ........................................ 65

    Tabel 4.13 Hasil Uji T Parsial ............................................................. 66

  • xvi

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Segitiga Kecurangan .... .................................................. 18

    Gambar 2.2 Kerangka konsep ........ .................................................. 34

    Gambar 4.1 Struktur Organisasi Dinas Sosial Kabupaten Bone ......... 49

    Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas P-P Plot Regresi ............................. 63

  • xvii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Kuesioner ..................... .................................................. 78

    Lampiran 2 Data Responden .......... .................................................. 83

    Lampiran 3 Jawaban Responden .... .................................................. 85

    Lampiran 4 Hasil Output Spss ........ .................................................. 88

    Lampiran 5 Surat Penelitian ........... .................................................. 92

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Pemerintah indonesia telah melaksanakan berbagai program bantuan sosial

    dalam upaya untuk memenuhi hak dasar, mengurangi beban hidup, serta

    memperbaiki kualitas hidup masyarakat tidak mampu. Program pemberian dana

    bantuan sosial yang diselenggarakan oleh pemerintah bertujuan untuk

    menciptakan program kesejahteraan sosial. Dalam UU Nomor 11 tahun 2009

    tentang Kesejahteraan Sosial dijelaskan bahwa pancasila dan UUD Negara

    Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan negara mempunyai tanggung

    jawab untuk melindungi masyarakat dari risiko risiko sosial yang mungkin timbul.

    Berdasarkan Permendagri Nomor 39 tahun 2012 program bansos

    merupakan salah satu bantuan yang bersifat sosial kemasyarakatan yang

    diberikan dalam bentuk uang dan/atau barang kepada kelompok /anggota

    masyarakat, individu, dan keluarga yang bertujuan untuk melindungi masyarakat

    dari risiko sosial. Bantuan sosial dapat berupa tunjangan uang, pelayanan sosial

    atau barang yang diberikan untuk melindungi setiap individu, keluarga dan

    komunitas yang paling rentan, sehingga kebutuhan dasar dapat terpenuhi dan

    kualitas hidup dapat meningkat (Suharto, 2009).

    Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)

    menunjukkan bahwa angka kemiskinan penduduk indonesia menurun dari 11,22%

    pada tahun 2015, menjadi 9,82% pada tahun 2018, terendah sejak era krisis

    moneter pada tahun 1998 silam. Sementara itu indeks pembangunan manusia

    naik dari 68,90% pada tahun 2014 menjadi 70,81% pada tahun 2017. Dari data

  • 2

    tersebut menunjukkan bahwa program bantuan sosial mampu mengurangi tingkat

    kemiskinan dan dapat melindungi masyarakat dari kemungkinan terjadinya risiko

    sosial (www.mediaIndonesia.com).

    Dana bansos yang disediakan pemerintah tidak sedikit dan cenderung terus

    bertambah. Kementerian keuangan (Kemenkeu) mencatat realisasi dana bantuan

    sosial pada Januari sampai Juni 2019 sebesar RP 70,49 triliun. Realisasi ini

    mencapai 72,63% dari target pagu APBN 2019 sebesar 97,06 triliun. Jika

    dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018 sebesar RP 45,08 triliun,

    angka ini meningkat hingga 56,37%. Dari jumlah dana yang besar tersebut,

    penyaluran dana bantuan sosial rawan disalahgunakan dari tujuan awalnya, yaitu

    untuk kesejahteraan sosial (kementerian Keuangan, juli 2019).

    Peraturan pemerintah No. 58 tahun 2005 menjadi dasar dalam pengelolaan

    keuangan daerah. Dasar dalam penyalurannya didasarkan pada Permendagri

    N0.13 Tahun 2006. Peraturan tersebut memberikan wewenang kepada kepala

    daerah tanpa adanya kontrol, sehingga menimbulkan adanya perbedaan regulasi

    mengenai bantuan sosial (Darmastuti dan setyaningrum, 2009). Perbedaan

    regulasi terhadap dana bansos menyebabkan banyak terjadi penyelewengan dana

    Bansos yang dilakukan oleh kepala daerah.

    Banyaknya kasus fraud yang terjadi di indonesia akhir-akhir ini, menjadi

    perhatian khusus pemerintah dan masyarakat. Berdasarkan kajian yang dibuat

    Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyebutkan 10 temuan perihal

    pengelolaan dana bantuan sosial di pemerintah daerah yang berpotensi

    menimbulkan praktek korupsi. Temuan KPK tersebut dibagi ke dalam dua aspek

    utama, yaitu regulasi, (tiga temuan) dan tata laksana (tujuh temuan). Ketujuh

    temuan pada pada lingkup tata laksana terbagi pada proses penganggaran,

    http://www.mediaindonesia.com/

  • 3

    penyaluran, serta pertanggungjawaban dan pengawasan (Tempo.com.2016).

    Tuanakotta (2010: 159) mengatakan bahwa upaya mencegah fraud dimulai

    dengan penerapan sistem pengendalian yang efektif.

    Penerapan SPIP yang baik mendorong terciptanya laporan keuangan yang

    andal. SPIP dilakukan secara terus-menerus oleh pimpinan dan pegawai untuk

    memberikan sinyal yang baik kepada masyarakat. SPIP harus dijalankan secara

    efektif karena efektifitas SPIP merupakan salah satu kriteria penilaian untuk

    memberikan opini laporan keuangan pemerintah oleh BPK (UU No 15 tahun 2004).

    Potensi terjadi penyimpangan atau korupsi sangat tinggi mengingat alokasi

    dana bantuan sosial yang sangat besar. Menurut G.jack Balogna dan Robert

    dalam Kaaryono (2013) fraud adalah penipuan yang disengaja umumnya

    diterapkan sebagai kebohongan, penjiplakan, dan pencurian. Terjadinya

    kecurangan dalam pengelolaan keuangan disebabkan adanya tiga kondisi yang

    biasa disebut Fraud Triangle (segitiga kecurangan) (Zimbelman dan Albercht

    (2014: 43), yaitu tekanan, kesempatan, dan sikap/rasionalisasi.

    Berdasarkan hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia

    (BPK RI) telah menemukan adanya penyimpangan pengelolaan anggaran bansos

    yang tidak tepat sasaran dalam pemberian bantuan sosial, baik di pemerintah

    pusat maupun pemerintah daerah. Dari hasil pemeriksaan Data Terpadu

    Kesejahteraan Sosial (DTKS) tahun 2018 terdapat 514 kabupaten/kota hanya ada

    29 kabupaten yang tertib melakukan updating (pembaharuan data) setiap 6 bulan

    yang menyebabkan banyak data yang tidak sepadan, tanpa Nomor Induk

    Kependudukan (NIK) yang menjadi syarat bantuan sosial dan terdapat 20 juta

    lebih tanpa NIK tapi menjadi KPM, dan sisanya hanya mengesahkan yang ada dan

    dominan unsur politik di daerah.

  • 4

    Dalam ikhtisar hasil pemeriksaan semester (IHPS) II tahun 2019. BPK

    memeriksa kinerja pengelolaan DTKS dalam penyaluran bantuan sosial tahun

    2018-2019 dilaksanakan pada Kementerian Sosial dan DKI Jakarta, Jawa Barat,

    Jawa Tengah, Jawa Timur, serta Nusa Tenggara Timur. BPK menemukan

    sejumlah permasalahan dalam penyaluran bantuan sosial di pemerintah daerah

    diantaranya pelaksanaan verifikasi dan validitas belum memadai dalam

    menghasilkan data input yang berkualitas serta belum mempunyai mekanisme

    untuk memastikan pelaksanaan verifikasi dan validitas sesuai dengan standar

    yang ditetapkan untuk penyaluran bantuan sosial. Hal ini menyebabkan DTKS

    yang ditetapkan oleh kemensos sebagai dasar penyaluran program bantuan sosial

    menjadi kurang andal dan tidak akurat. (IHPS II 2019 BPK RI).

    BPK memberikan catatan atas ketidakwajaran pengelolaan dana Bansos

    disebabkan karena sistem pengendalian intern yang tidak memadai dan ketidak

    patuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang selanjutnya dirumuskan

    dalam temuan audit. Berdasarkan temuan pemeriksaan BPK tersebut

    menunjukkan bahwa laporan keuangan pengelolaan dana bantuan sosial belum

    sepenuhnya andal karena tidak memenuhi karakteristik penyajian yang jujur

    berdasarkan PP Nomor 71 Tahun 2010 dalam kriteria andal, bebas dari pengertian

    yang menyesatkan dan kesalahan material.

    Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008, pengendalian

    Internal Pemerintah sangat penting dilakukan karena menyangkut bentuk

    pengawasan dan pencegahan terhadap segala bentuk kelalaian yang disengaja

    dan tidak sengaja yang merugikan negara. Pengendalian internal adalah suatu

    sistem dalam organisasi untuk mencegah semua tindakan pemborosan,

    kecurangan dan ketidakefisienan penggunaan sumber daya. Sistem pengendalian

  • 5

    internal pemerintah dibuat untuk memberikan pengamanan terhadap aset serta

    untuk meningkatkan ketelitian dan tingkat kepercayaan dalam laporan keuangan.

    Berdasarkan hal tersebut diharapkan adanya sistem pengendalian internal yang

    baik dapat memberikan akuntabilitas atau pertanggungjawaban yang baik atas

    pengelolaan dana bantuan sosial.

    Dalam prakteknya penganggaran dan pelaksanaan bansos di Kabupaten

    Bone masih dalam kondisi yang belum optimal. Pertama, penganggaran bansos

    yang seharusnya sudah pasti nama penerima dan besarannya, namun tidak

    sedikit penentuan peruntukan bansos biasanya masih ditetapkan dalam

    keputusan kepala daerah yang terpisah dengan Peraturan Daerah (Perda) tentang

    APBD belum menjadi bagian dari Rencana Kerja Anggaran (RKA). Kedua

    sebagian dana bansos masih belum ditetapkan siapa penerimanya, seiring waktu

    pelaksanaan APBD, baru akan ditentukan peruntukan dan siapa penerimanya.

    Selain itu lambatnya penyaluran dana bansos di Kabupaten Bone juga masih

    menjadi masalah di tengah masyarakat hal ini disebabkan oleh pemda yang

    terlambat dalam merealisasikan anggaran dana bansos.

    Pencairan dana bantuan sosial berupa uang dilakukan dengan cara

    Pembayaran Langsung (LS). Dalam hal bantuan sosial berupa uang dengan nilai

    sampai dengan Rp5.000.000.00 pencairannya dapat dilakukan melalui

    mekanisme Tambah Uang (TU), dengan dilengkapi kuitansi bukti penerimaan

    uang bantuan sosial. Pelaksanaan anggaran bantuan sosial berupa uang

    berdasarkan atas Dokumen Pelaksanaan Anggaran PPKD (DPA-PPKD).

    Sedangkan pelaksanaan anggaran bantuan sosial berupa barang berdasarkan

    atas Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA-SKPD) dengan catatan bahwa

  • 6

    pengadaan barang dan jasa dalam rangka bantuan sosial berpedoman pada

    peraturan perundang-undangan.

    Berdasarkan data dari dinas sosial Kabupaten Bone pada bulan Maret 2020,

    sekitar 20.726 orang yang ter data sebagai Jaringan Pengaman Sosial (JPS)

    APBD tidak ter cover oleh bantuan sosial tunai kemensos dan bantuan lainnya.

    Jumlah anggaran dana JPS yang disiapkan sebesar RP 27 miliar dengan tiga

    tahap penyaluran (Fajar.co.id). Hal ini berarti anggaran dana sudah tersedia

    namun pemerintah daerah lambat dalam menyalurkan anggaran dana bantuan

    tersebut ke masyarakat sehingga menyebabkan pelaksanaan penerima bantuan

    masih kurang dirasakan masyarakat, adanya penolakan atau protes dari berbagai

    elemen masyarakat dan masih adanya tumpang tindih dalam pembagian bansos

    sehingga terkesan mendidik masyarakat korupsi dan nepotisme.

    Penelitian Dini Pramesti Putri (2018) mengemukakan bahwa unsur-unsur

    SPIP yang terdiri dari lingkungan pengendalian, penilaian risiko dan aktivitas

    pengendalian terbukti berpengaruh signifikan positif terhadap keterandalan

    laporan keuangan pengelolaan dana bansos. Oleh sebab itu, semakin baik

    pelaksanaan SPIP diinstansi pemerintahan, maka laporan keuangan pengelolaan

    dana bansos yang dihasilkan akan semakin handal. Dengan adanya pemahaman

    yang bagus mengenai SPIP pada pengelolaan dana Bansos maka dapat

    meminimalisir terjadinya penyimpangan pada praktek pengelolaan maupun pada

    pelaporan penggunaan dana bansos. Sehingga diharapkan tidak terjadi kembali

    kasus penyalahgunaan penyaluran dana bansos pada instansi pemerintah yang

    berakibat pada tindakan pelanggaran hukum.

    Berbagai penelitian mengenai pencegahan fraud telah dilakukan oleh

    beberapa peneliti antara lain Penelitian yang dilakukan Yosua Palentino (2019)

  • 7

    juga melakukan penelitian pencegahan fraud pada pemerintah daerah dan

    hasilnya menunjukkan bahwa SPIP mempunyai pengaruh yang signifikan positif

    terhadap pencegahan fraud. Penelitian Hilmi Faiqoh (2019) hasil penelitiannya

    juga menunjukkan bahwa SPIP berpengaruh signifikan terhadap pencegahan

    fraud.

    penelitian yang dilakukan oleh Suryo Irawan (2016) yang menyatakan

    bahwa sistem pengendalian internal pemerintah berpengaruh signifikan terhadap

    pencegahan fraud. Adapun yang membedakan penelitian ini dengan penelitian

    terdahulu adalah perbedaan mengenai objek penelitian, metode analisis data, dan

    sasaran penelitian, di mana pada penelitian terdahulu menggunakan objek

    sekolah dengan menggunakan metode analisis data deskriptif dan sasarannya

    pada pengelolaan dana BOS. Sedangkan pada penelitian ini menggunakan objek

    penelitian dinas sosial, jenis penelitian eksplanatori dengan metode kuantitatif,

    adapun sasaran penelitian terfokus pada pengelolaan dana Bantuan sosial.

    Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk

    melakukan penelitian yang berjudul “PENGARUH PENERAPAN SISTEM

    PENGENDALIAN INTERNAL PEMERINTAH (SPIP) TERHADAP

    PENCEGAHAN FRAUD ATAS PENGELOLAAN DANA BANTUAN SOSIAL DI

    KABUPATEN BONE”.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka penulis

    merumuskan masalah yang akan diteliti terkait dengan sub variabel sistem

    pengendalian internal pemerintah, yaitu : “Apakah Penerapan Sistem

    Pengendalian Internal Pemerintah berpengaruh terhadap Pencegahan Fraud atas

    Pengelolaan Dana Bantuan Sosial di Kabupaten Bone?”.

  • 8

    C. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah yang disebutkan diatas, maka tujuan dari

    penelitian ini adalah : “Untuk mengetahui pengaruh Penerapan Sistem

    Pengendalian Internal Pemerintah terhadap Pencegahan Fraud atas Pengelolaan

    Dana Bantuan Sosial di Kabupaten Bone.

    D. Manfaat Penelitian

    Penelitian ini mempunyai empat manfaat yaitu sebagai berikut:

    a. Bagi Penulis

    Memberikan pengetahuan dan menambah wawasan mengenai peran

    Sistem Pengendalian Internal Pemerintah terhadap pencegahan fraud.

    b. Bagi Pemerintah Daerah

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu menentukan kebijakan

    terkait dengan unsur SPIP yang berpengaruh terhadap pencegahan fraud

    pengelolaan dana Bansos.

    c. Bagi Masyarakat

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan dan wawasan

    tentang peranan program Bansos.

    d. Bagi Mahasiswa

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menambah

    wawasan pengetahuan, gambaran, dan bukti empiris tentang unsur SPIP

    yang berpengaruh terhadap pencegahan fraud pengelolaan dana

    Bansos.

  • 9

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Tinjauan Teori

    1. Fraud Triangel Theory

    Menurut Zimbelman dan Albercht (2014: 43), terdapat tiga elemen yang

    muncul secara bersamaan untuk mendorong terjadinya kecurangan yaitu:

    1. Tekanan (Pressure) tekanan ini adalah suatu dorongan untuk dapat

    melakukan fraud yang terjadi pada karyawan dan manajer. Dorongan itu

    yang terjadi karena adanya tekanan keuangan, kebiasaan buruk, tekanan

    lingkungan kerja ataupun dengan tekanan lainnya.

    2. Peluang atau kesempatan (Opportunity) kesempatan yang timbul dengan

    adanya kelemahan pengendalian internal dalam mencegah atau mendeteksi

    kecurangan ataupun bisa terjadi jika lemahnya sanksi atau ketidakmampuan

    dalam menilai kualitas kinerja.

    3. Pembenaran (rationalization) pelaku kecurangan akan mencari pembenaran

    dengan menganggap bahwa yang telah dilakukan itu sudah biasa untuk

    dilakukan orang lain juga, pelaku pun juga akan menganggap dirinya berjasa

    besar di dalam organisasi.

    2. Pengendalian Internal

    a. Pengertian Pengendalian Internal

    Menurut Romney dan Steinbart (2015: 226), pengendalian internal adalah

    sebuah proses yang menyebar keseluruh aktivitas pengoperasian perusahaan

    dan merupakan bagian integral dari aktivitas manajemen di mana pengendalian

    internal memberikan jaminan yang memadai untuk tujuan pengendalian berupa

  • 10

    mengamankan aset, mengelola catatan secara detail yang baik untuk melaporkan

    aset perusahaan secara akurat dan wajar, memberikan informasi yang akurat dan

    reliabel, menyiapkan laporan keuangan yang sesuai dengan kriteria yang

    ditetapkan dan mendorong dan memperbaiki efisiensi operasional.

    Menurut Committe Of Sponsoring Organization (COSO) dalam Susanto

    (2008: 95), menyatakan bahwa pengendalian internal menjadi dorongan yang

    diberikan kepada seseorang atau karyawan dari bagian tertentu dari organisasi

    secara keseluruhan agar berjalan sesuai dengan tujuan perusahaan yang telah

    ditentukan.

    Menurut Mulyadi (2016: 129) sistem pengendalian intern merupakan: Sistem

    pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran ukuran yang

    dikoordinasikan untuk menjaga aset organisasi, mengecek ketelitian dan

    keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong di patuhinya

    kebijakan manajemen.

    Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengendalian

    internal adalah rencana organisasi yang dipengaruhi oleh dewan direktur,

    manajemen, dan personil lain dalam sebuah entitas yang bertujuan untuk

    memberikan dorongan kepada seseorang atau karyawan guna mencapai tujuan

    atau strategi perusahaan yang yang telah ditetapkan.

    b. Tujuan Pengendalian Internal

    Dari pengertian sistem pengendalian intern diatas, terdapat pula tujuan

    pengendalian intern itu sendiri yang menurut Mulyadi (2016: 129) yaitu:

    a. Menjaga keamanan harta milik suatu organisasi.

    b. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi.

    c. Mendorong efisiensi kerja atau operasional perusahaan.

  • 11

    d. Mendorong di patuhinya kebijakan manajemen agar.

    Menurut Committe Of Sponsoring Organization (COSO) (2013: 15)

    pengendalian internal memiliki tiga kategori tujuan yaitu

    a. Tujuan Operasi

    Tujuan ini berkaitan dengan efektifitas dan efisiensi operasi entitas,

    termasuk tujuan kinerja operasional dan keuangan, serta menjaga aset

    terhadap kerugian.

    b. Tujuan Pelaporan

    Tujuan ini berkaitan dengan pelaporan keuangan dan non keuangan untuk

    internal maupun eksternal yang mencakup keandalan, ketepatan waktu,

    transparansi atau ketepatan lain yang ditetapkan oleh regulator, persyaratan

    yang diakui oleh pembuat standar, atau kebijakan entitas itu sendiri.

    c. Tujuan Kepatuhan

    Tujuan ini berkaitan dengan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan di

    mana entitas tunduk.

    c. Keterbatasan Pengendalian Internal

    Berikut ini adalah keterbatasan pengendalian intern menurut Mulyadi (2002

    :181) adalah:

    1. kesalahan dalam pertimbangan

    2. Gangguan

    3. Kolusi

    4. Pengabaian oleh manajemen

    5. Biaya lawan manfaat

    Sebagaimana disebutkan bahwa salah satu komponen pengendalian

    internal adalah tentang lingkungan pengendalian, maka dalam hal ini pemerintah

  • 12

    sebagai pengelola negara, merupakan manajemen sekaligus top leader bagi

    lembaga-lembaga pemerintah yang ada dibawahnya yang berwenang untuk

    menetapkan rambu-rambu serta aturan tentang pengendalian internal di lembaga

    lembaga pemerintahan, dan berdasarkan Undang-undang nomor 01 tahun 2004

    tentang perbendaharaan negara, maka melalui PP Nomor 60 Tahun 2008 lahirlah

    apa yang dinamakan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah yang dijadikan

    acuan lembaga-lembaga pemerintah dalam mengelola keuangan yang bersumber

    dari negara.

    3. Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP)

    a. Pengertian Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP)

    Dalam suatu entitas atau organisasi diperlukan adanya suatu sistem

    pengendalian intern. Menurut Angelina dkk (2017) sistem pengendalian ini sangat

    penting dalam pelaksanaan kegiatan operasional pemerintah, karena dengan

    adanya sistem pengendalian internal maka kecurangan yang mungkin dilakukan

    pegawai dapat di minimalisir. Oleh karena itu setiap entitas pemerintah membuat

    dan menjalankan sistem pengendalian internal demi kelancaran dan kemajuan

    organisasi.

    Pengertian Sistem Pengendalian Intern menurut PP Nomor 60 Tahun 2008

    adalah: “Proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara

    terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan

    memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan

    efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan

    terhadap peraturan perundang-undangan”. Substansi yang mendasar dari

    Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2008 ini adalah terwujudnya satu sistem

  • 13

    pengendalian intern pada pemerintah yang dapat mewujudkan suatu praktik-

    praktik yang baik dalam tata kelola (good governance) pada sektor publik.

    Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sistem

    pengendalian internal pemerintah adalah proses yang dirancang oleh manajemen

    untuk memberikan keyakinan atau jaminan yang memadai atas tercapainya tujuan

    organisasi melalui kegiatan yang efektif, efisien, keandalan pelaporan keuangan,

    pengamanan aset negara, dan ketaatan peraturan perundang-undangan sehingga

    tujuan organisasi pemerintah dapat tercapai dan kerugian atau kemungkinan

    ancaman keamanan dalam informasi dapat dikurangi.

    b. Tujuan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah

    Menurut Peraturan Pemerintah No 60 tahun 2008 tujuan sistem

    pengendalian internal pemerintah adalah memberikan keyakinan yang memadai

    tentang :

    1. Kegiatan yang efektif dan efisien

    2. Laporan keuangan yang dapat diandalkan

    3. Pengamanan aset negara

    4. Ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

    Tujuan tersebut mengisyaratkan bahwa jika dilaksanakan dengan baik dan

    benar, SPIP akan memberi jaminan di mana seluruh penyelenggaraan negara,

    mulai dari pimpinan hingga pegawai di instansi akan melaksanakan tugasnya

    dengan jujur dan taat pada peraturan. Untuk mencapai tujuan dari SPIP dimaksud

    ODP yang terdiri dari lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan

    pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pemantauan. Akibat dari tujuan

    SPIP tersebut maka akan memberikan manfaat yaitu mendeteksi kesalahan dan

    fraud dalam pelaksanaan aktivitas organisasi dan membantu pengamanan aset

  • 14

    terkait dari kemungkinan terjadinya kecurangan, pemborosan dan salah

    penggunaan yang tidak sesuai dengan tujuan organisasi.

    c. Indikator Sistem Pengendalian Internal Pemerintah

    Kerangka pengendalian internal yang telah diterima di sebagian besar

    lingkup Amerika Serikat adalah kerangka pengendalian internal COSO yang

    memiliki lima komponen kerangka pengendalian internal yaitu lingkungan

    pengendalian, penilaian risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi,

    serta pemantauan (Elder dalam Nurul, 2017). Kerangka pengendalian internal

    COSO tertuang dalam PP Nomor 60 tahun 2008 yaitu sebagai berikut:

    1. Lingkungan Pengendalian (Environment Control)

    Lingkungan pengendalian merupakan tindakan, kebijakan, dan prosedur

    yang mencerminkan sikap pimpinan instansi atau lembaga tentang

    pengendalian intern yang dapat menimbulkan kesadaran seluruh pegawai

    mengenai pentingnya pengendalian bagi instansi atau lembaga yang

    bersangkutan melalui:

    a. Penegakan integritas dan nilai etika;

    b. Komitmen terhadap kompetensi;

    c. Kepemimpinan yang kondusif;

    d. Pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan;

    e. Pendelegasian wewenang dan tanggungjawab yang tepat;

    f. Penyusunan dan penerapan kebijakan pembinaan SDM;

    g. Perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif;

    h. Hubungan kerja yang baik dengan instansi pemerintah.

  • 15

    2. Penilaian Risiko (Risk Valution)

    Hal pertama yang dilakukan berkaitan dengan pengendalian internal dalam

    sub ini yaitu melihat kesesuaian antara tujuan kegiatan yang dilaksanakan

    dengan tujuan sasarannya, serta kesesuaian dengan tujuan strategi yang

    ditetapkan. Setelah penetapan tujuan telah dilaksanakan, tahap selanjutnya

    adalah melakukan identifikasi risiko intern dan ekstern yang dapat

    mempengaruhi keberhasilan pencapaian tujuan tersebut, kemudian

    menganalisis risiko yang mungkin terjadi serta dampak yang mungkin

    ditimbulkan mulai dari yang tertinggi sampai dengan risiko yang sangat

    rendah.

    3. Kegiatan Pengendalian (Activity Control)

    Kegiatan pengendalian adalah tindakan yang diperlukan untuk mengatasi

    risiko serta penetapan dan pelaksanaan kebijakan dan prosedur untuk

    memastikan bahwa tindakan mengatasi risiko telah dilaksanakan secara

    efektif. Berdasarkan PP No. 60 tahun 2008 kegiatan pengendalian yang

    diselenggarakan oleh instansi pemerintah dapat berupa:

    a. Review atas kinerja instansi pemerintah yang bersangkutan;

    b. Pembinaan sumber daya manusia;

    c. Pengendalian atas pengelolaan sistem informasi;

    d. Pengendalian fisik atas aset;

    e. Penetapan dan review atas indikator dan ukuran kinerja;

    f. Otoritas atas transaksi dan kejadian yang penting;

    g. Pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian;

    h. Pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya;

    i. Akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya;

  • 16

    j. Dokumentasi yang baik atas SPI serta transaksi dan kejadian penting.

    4. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)

    Informasi harus dicatat dan dilaporkan kepada pimpinan instansi pemerintah

    dan pihak lain yang ditentukan. Informasi disajikan dalam suatu bentuk dan

    sarana tertentu serta tepat waktu sehingga memungkinkan pimpinan instansi

    pemerintah melaksanakan pengendalian dan tanggung jawabnya.

    5. Pemantauan ( Monitoring)

    Pemantauan harus dapat menilai kualitas kinerja dari waktu ke waktu dan

    memastikan bahwa rekomendasi hasil audit dan review lainnya dapat segera

    ditindak lanjuti.

    d. Faktor Penentu Keberhasilan Penyelenggaraan SPIP

    Menurut Wibisono (2010: 85) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

    keberhasilan penetapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), antara

    lain:

    1. Sumber Daya Manusia

    Sumber daya manusia adalah merupakan modal utama dan penggerak

    dalam suatu organisasi, dan merupakan soft control dalam penerapan SPIP

    ini. Sumber daya manusia yang dimaksudkan adalah SDM yang memiliki

    integritas dan mentaati nilai etika.

    2. Komitmen

    Komitmen merupakan keterikatan untuk melaksanakan suatu kegiatan

    (Usman, 2010). Keberhasilan dan kata kunci sukses tercapainya tujuan

    organisasi sangat dipengaruhi oleh komitmen dari seluruh pimpinan dan

    pegawai dalam menjalankan organisasi.

  • 17

    3. Ketersediaan Infrastruktur

    Keberadaan infrastruktur mencakup antara lain: pedoman, kebijakan, dan

    prosedur yang terintegrasi dengan unsur-unsur SPIP lainnya, sesuai dengan

    proses bisnis dan karakteristik suatu instansi pemerintah terkait dengan

    penyelenggaraan SPIP.

    4. Keteladanan dari Pimpinan

    Lingkungan pekerjaan sangat mempengaruhi pemebentukan karakter dan

    budaya kerja dalam suatu organisasi. Pimpinan dalam bersikap dan

    bertingkah laku akan dapat mendorong terciptanya budaya kerja yang selalu

    mengedepankan nilai-nilai kejujuran, etika dan disiplin.

    4. Pencegahan fraud (kecurangan)

    a. Pengertian Fraud

    Tugiman (2008: 3) menjelaskan pengertian kecurangan adalah sebagai

    berikut: “kecurangan di definisikan sebagai suatu penyimpangan atau perbuatan

    melanggar hukum yang dilakukan secara sengaja untuk tujuan tertentu. Menipu

    atau memberikan yang keliru untuk keuntungan pribadi atau kelompok secara

    tidak fair, baik secara langsung maupun tidak langsung merugikan pihak lain.

    Menurut The Institute of Internal Auditor (IIA) dalam karyono (2013) fraud

    adalah sekumpulan tindakan yang tidak diizinkan dan melanggar hukum yang

    ditandai dengan adanya unsur kecurangan yang disengaja. Dalam pengertian ini

    diartikan bahwa fraud mengandung makna suatu penyimpangan dan perbuatan

    melanggar hukum (illegal act), yang dilakukan dengan sengaja untuk tujuan

    tertentu seperti menipu atau memberikan gambaran keliru kepada pihak-pihak lain

    baik dalam organisasi maupun luar organisasi.

  • 18

    Dari beberapa uraian diatas dapat diketahui bahwa fraud berarti suatu item

    tidak dimasukkan sehingga menyebabkan informasi tidak benar, apabila suatu

    kesalahan adalah disengaja maka kesalahan tersebut merupakan fraud

    (fraudulent).

    b. Faktor Terjadinya Fraud

    Menurut SAS 99 (AU 316) yang dikutip oleh Amin Widjaja Tunggal (2014: 9)

    terdapat tiga faktor seseorang melakukan kecurangan yang dikenal sebagai fraud

    triangle, yaitu:

    pressure

    opportunity Rationalization

    Gambar 2.1

    Segitiga Kecurangan (Fraud Triangle)

    Sumber : Amin Widjaja Tunggal 2014

    1. Pressure (tekanan)

    Tekanan ekonomi merupakan salah satu faktor yang mendorong

    seseorang berani melakukan tindakan kecurangan. Faktor ini berasal dari

    individu si pelaku di mana ia merasa bahwa tekanan kehidupan yang

    begitu berat memaksa si pelaku melakukan kecurangan untuk

    keuntungan pribadinya. Hal ini terjadi biasanya dikarenakan jaminan

    kesejahteraan yang ditawarkan perusahaan atau organisasi tempat ia

    bekerja kurang atau pola hidup yang serba mewah sehingga si pelaku

  • 19

    terus-menerus merasa kekurangan. Namun tekanan juga dapat berasal

    dari lingkungan tempatnya bekerja, karyawan merasa tidak diperlakukan

    secara adil, adanya proses penerimaan pegawai yang tidak fair.

    2. Oopportunity (kesempatan)

    Merupakan faktor yang sepenuhnya berasal dari luar individu, yakni

    berasal dari organisasi korban perbuatan kecurangan. Kesempatan

    melakukan kecurangan selalu ada pada setiap kedudukan. Dengan

    kedudukan yang dimiliki si pelaku merasa memiliki kesempatan untuk

    mengambil keuntungan. Ditambah lagi dengan sistem pengendalian dari

    organisasi yang kurang memadai.

    3. Rationalization (rasionalisasi)

    Si pelaku merasa memiliki alasan yang kuat yang menjadi dasar untuk

    membenarkan apa yang dia lakukan. Serta mempengaruhi pihak lain

    untuk menyetujui apa yang dia lakukan.

    c. Klasifikasi Fraud

    Siti dan Ely (2010: 64) mengklasifikasikan fraud ke dalam dua kelompok

    utama, yaitu:

    1. Kecurangan laporan keuangan (fraudulent financial reporting) merupakan

    salah saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan

    dalam laporan keuangan, untuk mengelabui pemakai laporan keuangan,

    yang menyebabkan laporan keuangan menjadi menyesatkan secara

    material.

    2. Penyalahgunaan aset (missappropriation of assets) merupakan salah saji

    yang timbul dari pencurian aset entitas.

  • 20

    d. Pengertian pencegahan Fraud

    Pencegahan fraud adalah aktivitas yang dilaksanakan manajemen dalam hal

    penetapan kebijakan, sistem dan prosedur yang membantu meyakinkan bahwa

    tindakan yang diperlukan sudah dilakukan dewan komisaris, manajemen, dan

    personil lain perusahaan untuk memberikan keyakinan memadai dalam mencapai

    tiga tujuan pokok yaitu keandalan pelaporan keuangan, efektivitas dan efisiensi

    operasi serta kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku (Zabibollah

    Rezaee, Richard Riley, 2005 : 7).

    Amin Widjaja Tunggal (2012: 59) mengemukakan bahwa terdapat beberapa

    tata kelola untuk mencegah fraud diantaranya adalah sebagai berikut:

    a. Budaya jujur dan etika yang tinggi.

    b. Tanggung jawab manajemen untuk mengevaluasi pencegahan fraud.

    c. Pengawasan oleh komite audit.

    e. Tujuan Pencegahan Fraud

    Pencegahan Fraud yang efektif memiliki lima tujuan, menurut Diaz Priantara

    (2013: 183) adalah sebagai berikut:

    a. Prevention, mencegah terjadinya fraud secara nyata pada semua lini

    organisasi.

    b. Deterrence, menangkal pelaku potensial bahkan tindakan yang bersifat

    coba-coba karena pelaku potensial melihat sistem pengendalian risiko fraud

    efektif berjalan dan telah memberi sanksi tegas dan tuntas sehingga

    membantu jera (takut) pelaku potensial.

    c. Disruption, mempersulit gerak langkah pelaku fraud sejauh mungkin.

    d. Identification, mengidentifikasi kegiatan berisiko tinggi dan kelemahan

    pengendalian.

  • 21

    e. Civil action prosecution, melakukan tuntunan dan penjatuhan sanksi yang

    setimpal atau perbuatan curang kepada pelakunya.

    f. Indikator Pencegahan Fraud

    Dalam menilai pencegahan fraud dibutuhkan suatu indikator sebagai ukuran

    dalam pencegahan fraud. Menurut the Institut of Internal Auditor, pencegahan

    fraud melibatkan unsur-unsur yang diambil untuk mencegah pelaksanaan

    kecurangan dan membatasi ekspour kecurangan itu ketika terjadi (Widiyarta,

    Herawati, dan Atmadja, 2017).

    5. Pengelolaan Dana Bantuan Sosial (Bansos)

    a. Pengertian Pengelolaan Dana Bantuan Sosial

    Menurut Kementerian Sosial (2011:15) bantuan sosial adalah bantuan yang

    sifatnya sementara yang diberikan kepada masyarakat miskin, dengan maksud

    agar mereka dapat meningkatkan kehidupannya secara wajar. Program bantuan

    sosial merupakan salah satu komponen program jaminan sosial yang menjadi

    bentuk realisasi tanggung jawab pemerintah atau pemerintah daerah yang sangat

    peduli terhadap kondisi masyarakat yang miskin dan terlantar ditingkat bawah.

    Pengertian bantuan sosial berdasarkan Permendagri Nomor 32 Tahun 2011

    tentang pedoman pemberian bantuan sosial yang bersumber dari APBD

    sebagaimana diubah dengan Permendagri Nomor 39 Tahun 2012, pasal 1 angka

    15, “Bantuan sosial adalah pemberian berupa uang/barang dari pemerintah

    daerah kepada individu, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat yang sifatnya

    tidak secara terus menerus dan selektif yang bertujuan untuk melindungi dari

    kemungkinan terjadinya risiko sosial”.

    Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa bantuan sosial

    adalah pemberian bantuan yang sifatnya tidak secara terus menerus dan selektif

  • 22

    dalam bentuk uang/barang kepada masyarakat yang bertujuan untuk

    meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

    b. Jenis dan Tujuan Bantuan Sosial

    Berdasarkan Permendagri Nomor 39 Tahun 2012, jenis dan tujuan

    pemberian bantuan sosial dapat di rinci sebagai berikut:

    1) Rehabilitas sosial, yaitu untuk memulihkan dan mengembangkan

    kemampuan seseorang yang mengalami disfungsi sosial agar dapat

    melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar.

    2) Perlindungan sosial, yaitu untuk mencegah dan menangani risiko dari

    guncangan dan kerentanan sosial seseorang, keluarga, kelompok

    masyarakat agar kelangsungan hidupnya dapat dipenuhi sesuai dengan

    kebutuhan dasar minimal.

    3) Pemberdayaan sosial, yaitu untuk menjadikan seseorang atau kelompok

    masyarakat yang mengalami masalah sosial mempunyai daya, sehingga

    mampu memenuhi kebutuhan dasarnya.

    4) Jaminan sosial, merupakan skema yang melembaga untuk menjamin

    penerima bantuan agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang

    layak.

    5) Penanggulangan kemiskinan, merupakan kebijakan, program, dan kegiatan

    yang dilakukan terhadap orang, keluarga, kelompok masyarakat yang tidak

    mempunyai sumber mata pencaharian dan tidak dapat memenuhi

    kebutuhan yang layak bagi kemanusiaan.

    6) Penanggulangan bencana, merupakan serangkaian upaya yang ditujukan

    untuk rehabilitas.

  • 23

    c. Sifat dan Kriteria Bantuan Sosial

    Sifat dan kriteria bantuan sosial diatur dalam Bab IV Permendagri No. 32

    Tahun 2011 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Permendagri No. 39

    Tahun 2012 sebagai berikut:

    1. bantuan sosial dapat diberikan kepada anggota/kelompok masyarakat oleh

    pemerintah daerah sesuai kemampuan keuangan daerah, setelah

    meproritaskan pemenuhan belanja urusan wajib dengan

    mempertimbangkan asas keadilan, kepatuhan, rasionalitas dan manfaat

    untuk masyarakat.

    2. Anggota/kelompok masyarakat yang dapat diberikan bantuan sosial

    meliputi:

    a) Individu, keluarga, dan/atau masyarakat yang mengalami keadaan

    yang tidak stabil sebagai akibat dari krisis sosial, ekonomi, politik,

    bencana, atau fenomena alam agar dapat memenuhi kebutuhan hidup

    minimum;

    b) Lembaga non pemerintah bidang pendidikan, keagamaan, dan bidang

    lain yang berperan untuk melindungi individu, kelompok, dan/atau

    masyarakat dari kemungkinan terjadinya risiko sosial.

    3. Bantuan sosial berupa uang kepada individu dan/atau keluarga terbagi atas:

    a) Bantuan sosial yang direncanakan sebelumnya

    b) Bantuan sosial yang tidak dapat direncanakan sebelumnya

    4. Kriteria minimal pemberian bantuan sosial sebagai berikut:

    a) Selektif

    b) Memenuhi persyaratan penerima bantuan

    c) Bersifat sementara dan tidak terus menerus

  • 24

    d) Sesuai tujuan penggunaan

    5. Bantuan sosial dapat berupa uang dan atau barang yang diterima langsung

    oleh penerima bantuan sosial.

    d. Pelaporan dan Pertanggungjawaban

    Untuk mewujudkan tata kelola pemerintah yang baik (good governance)

    maka seluruh transaksi keuangan pada pemerintah daerah harus akuntabel (dapat

    dipertanggungjawabkan), oleh karena itu, setiap penerima bantuan harus

    bertanggung jawab atas penggunaan dana bantuan sosial. Pelaporan dan

    pertanggungjawaban bantuan sosial dalam Permendagri No. 32 Tahun 2011

    sebagaimana telah diubah terakhir dengan Permendagri N0. 39 Tahun 2012 diatur

    dalam pasal 34 s.d. pasal 39 dengan penjelasan sebagai berikut:

    1. penerima bantuan sosial berupa uang menyampaikan laporan penggunaan

    bantuan sosial kepada kepala daerah melalui Pejabat Pengelolaan

    Keuangan Daerah (PPKD) dengan tembusan kepada SKPD terkait.

    Penerima bantuan sosial berupa barang menyampaikan laporan

    penggunaan bantuan sosial kepada kepala daerah melalui kepala SKPD

    terkait.

    2. Bantuan sosial berupa uang dicatat sebagai realisasi jenis belanja bantuan

    sosial pada PPKD dalam tahun anggaran berkenaan. Bantuan sosial berupa

    barang dicatat sebagai realisasi obyek belanja bantuan sosial pada jenis

    barang dan jasa dalam program dan kegiatan pada SKPD terkait.

    3. PPKD membuat rekapitulasi penyaluran bantuan sosial kepada individu

    dan/atau keluarga yang tidak dapat direncanakan sebelumnya paling lambat

    tanggal 5 januari tahun anggaran berikutnya.

  • 25

    4. Pertanggungjawaban pemerintah daerah atas pemberian bantuan sosial

    berupa keputusan kepala daerah tentang penetapan daftar penerima

    bantuan sosial dan pakta integritas penerima bantuan sosial dikecualikan

    terhadap bantuan sosial bagi individu dan/atau keluarga yang tidak dapat

    direncanakan sebelumnya.

    5. Penerima bantuan sosial bertanggungjawab secara formal dan material atas

    penggunaan bantuan sosial yang diterimanya.

    6. Realisasi bantuan sosial dicantumkan pada laporan keuangan pemerintah

    daerah dalam tahun anggaran berkenaan. Bantuan sosial berupa barang

    yang belum diserahkan kepada penerima bantuan sosial sampai akhir tahun

    anggaran berkenaan dilaporkan sebagai persediaan dalam neraca.

    7. Realisasi bantuan sosial berupa barang di konversikan sesuai standar

    akuntansi pemerintahan pada laporan realisasi anggaran dan diungkapkan

    pada catatan atas laporan keuangan dalam penyusunan laporan keuangan

    pemerintah daerah.

    B. Tinjauan Empiris

    Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan di

    sejumlah tempat. Hasil penelitian tersebut dijadikan landasan dan pembanding

    dalam penelitian ini. Beberapa hasil penelitian dalam bentuk skripsi atau jurnal

    yang dijadikan acuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

    Penelitian Suryo Irawan (2016) yang berjudul Pengaruh Penerapan Sistem

    Pengendalian Internal Pemerintah terhadap Pencegahan Fraud Pengelolaan

    Dana Operasional Sekolah (BOS) (Studi pada Sekolah Dasar Di Kecamatan Andir

    Kota Bandung). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penerapan

    sistem pengendalian internal pemerintah terhadap pencegahan fraud pengelolaan

  • 26

    dana bantuan operasional sekolah. Metode yang digunakan penelitian ini adalah

    deskriptif kuantitatif dengan menggunakan analisis regresi linear sederhana. Hasil

    penelitian menunjukkan bahwa peranan sistem pengendalian internal pemerintah

    berpengaruh terhadap pencegahan fraud pengelolaan dana BOS. Hal ini berarti

    semakin baik peranan sistem pengendalian internal pemerintah akan

    menyebabkan pencegahan fraud pengelolaan dana BOS yang semakin baik juga.

    Penelitian Ni Kadek dwi Ariastini, Gede Adi Yuniarta, Putu Sukma Kurniawan

    (2017) yang berjudul Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia, Sistem

    Pengendalian Internal Pemerintah, Proactive Fraud Audit, dan Whisteblowing

    System terhadap Pencegahan Fraud pada Pengelolaan Dana Bos Se Kabupaten

    Klungkung. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh Kompetensi Sumber

    Daya Manusia, Sistem Pengendalian Internal Pemerintah, Proactive Fraud Audit,

    dan Whiste blowing System secara parsial dan simultan terhadap Pencegahan

    Fraud pada Pengelolaan Dana Bos di Kabupaten Klungkung. Metode yang

    digunakan penelitian ini adalah kuantitatif dengan analisis regresi linear berganda.

    Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi sumber daya manusia,

    SPIP, Proactive fraud audit, dan whisteblowing system berpengaruh positif secara

    parsial dan simultan terhadap pencegahan fraud pada pengelolaan dana BOS di

    Kabupaten Klungkung.

    Penelitian Gilang Noor Alamsyah (2017) yang berjudul Pengaruh Sistem

    Pengendalian Intern Pemerintah dan Kompensasi terhadap Pencegahan Fraud

    pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk

    menguji adanya pengaruh sistem pengendalian intern pemerintah dan

    kompensasi terhadap pencegahan fraud pada SKPD Kota Bandung. Metode

    analisis yang digunakan adalah metode explanatory dengan analisis regresi linear

  • 27

    berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa SPIP dan kompensasi secara

    parsial maupun simultan berpengaruh negatif terhadap fraud pada SKPD Kota

    Bandung. Kontribusi pengaruh dari SPIP dan kompensasi terhadap fraud pada

    SKPD Kota Bandung adalah sebesar 53,1% sedangkan 46,9% dipengaruhi oleh

    faktor lain diluar kedua variabel independen dalam penelitian ini.

    Penelitian Asep Brata Muji dan Endah Nurhawaeny (2018) yang berjudul

    Pengaruh Pengendalian Internal terhadap Bantuan Sosial (Studi Kasus pada

    Bandan Pengelolaan Lingkungan Hidup di kabupaten Cirebon). Penelitian ini

    bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengendalian internal terhadap bantuan

    sosial pada Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Kabupaten Cirebon. Metode

    yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan analisis regresi linear berganda.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa otorisasi dan prosedur pencatatan dengan

    tingkat bantuan sosial di Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten

    Cirebon membuktikan adanya hubungan yang cukup kuat (sedang) dan memiliki

    signifikan.

    Penelitian Hilmi Faiqoh (2019) yang berjudul Pengaruh Sistem Pengendalian

    Internal dan Good Corporate Governance terhadap Pencegahan Fraud. Penelitian

    ini bertujuan untuk bagaimana pengaruh sistem pengendalian internal pemerintah

    dan good corporate governance terhadap pencegahan fraud. Metode yang

    digunakan adalah metode kuantitatif dengan analisis regresi linear berganda. Hasil

    penelitian menunjukkan bahwa sistem pengendalian internal pemerintah

    berpengaruh terhadap pencegahan fraud. Sedangkan good corporate governance

    tidak berpengaruh terhadap pencegahan fraud.

    Penelitian Yosua Palentino (2019) yang berjudul Pengaruh Sistem

    Pengendalian Internal Pemerintah dan Komitmen Organisasi terhadap

  • 28

    Pencegahan Fraud (Studi Kasus pada Pemerintah Kota Medan). Penelitian ini

    bertujuan untuk mengetahui apakah SPIP dan komitmen organisasi berpengaruh

    terhadap pencegahan fraud pada pemerintah kota Medan. Metode yang

    digunakan adalah metode kuantitatif dengan analisis regresi linear berganda. Hasil

    penelitian ini menunjukkan bahwa SPIP dan komitmen organisasi secara

    bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap pencegahan fraud pada

    pemerintah kota Medan.

    Penelitian dwi Nur Huljanah (2019) yang berjudul Pengaruh kompetensi

    aparatur, sistem pengendalian internal, dan moralitas individu terhadap

    pencegahan fraud pengelolaan keuangan desa. Tujuan penelitian ini untuk

    menganalisis pengaruh kompetensi aparatur, sistem pengendalian internal, dan

    moralitas individu terhadap pencegahan fraud pengelolaan keuangan desa pada

    desa-desa di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo. Metode penelitian yang

    digunakan adalah kuantitatif dengan analisis regresi linear berganda. Hasil

    penelitian menunjukkan bahwa bahwa kompetensi aparatur dan sistem

    pengendalian internal tidak berpengaruh terhadap pencegahan fraud pengelolaan

    keuangan desa di pemerintahan desa Kecamatan Baki. Moralitas individu

    berpengaruh terhadap pencegahan fraud pengelolaan keuangan desa di

    pemerintahan desa Kecamatan Baki.

    Penelitian Mochamad Rahmat Armansyah, R Muchamad Noch, dan yana

    Rohdiana (2019) yang berjudul Pengaruh Sistem Akuntansi Keuangan Daerah

    (SAKD) dan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) terhadap

    Pencegahan Fraud (Studi Kasus pada Kantor Pemerintah Kota Cimahi). Penelitian

    ini bertujuan untuk menganalisis dan mengetahui SAKD, SPIP dan pencegahan

    fraud pada Kantor Pemerintah Kota Cimahi, serta untuk menganalisis dan

  • 29

    mengetahui seberapa besar pengaruh SAKD dan SPIP terhadap pencegahan

    fraud pada Kantor Pemerintah Kota Cimahi baik parsial dan simultan. Metode yang

    digunakan adalah kuantitatif dengan analisis regresi linear berganda. Hasil

    penelitian menunjukkan bahwa pengaruh SAKD terhadap pencegahan fraud

    secara parsial pada Pemerintah Kota Cimahi sebesar 27,2% dan pengaruh SPIP

    terhadap pencegahan fraud secara parsial pada Kantor Pemerintah Kota Cimahi

    sebesar 61,1%. Sedangkan pengaruh SAKD dan SPIP terhadap pencegahan

    fraud secara simultan pada Kantor Pemerintah Kota Cimahi sebesar 88,3%.

    Sistem akuntansi keuangan daerah dan sistem pengendalian internal pemerintah

    pada kantor pemerintah kota cimahi cukup baik, sementara pencegahan fraud

    pada kantor pemerintah kota cimahi cukup baik.

    Adapun perbedaan penelitian yang dilakukan peneliti saat ini dan penelitian

    sebelumnya terletak pada objek penelitian di mana yang menjadi objek penelitian

    dalam penelitian ini berdasarkan latar belakang ialah pengelolaan dana bantuan

    sosial di Kabupaten Bone. Selain itu peneliti hanya menggunakan variabel sistem

    pengendalian internal pemerintah untuk mengetahui pengaruhnya terhadap

    pencegahan fraud atas pengelolaan dana bantuan sosial.

    Tabel 2.1

    Hasil Penelitian Terdahulu

    NO Nama

    Peneliti

    Judul Penelitian Metode

    Penelitian

    Hasil Penelitian

    1. Suryo

    Irawan

    (2016)

    Pengaruh

    Penerapan

    Sistem

    Pengendalian

    Internal

    Kuantitatif Hasil penelitian

    menunjukkan bahwa

    peranan sistem

    pengendalian internal

    pemerintah berpengaruh

  • 30

    Pemerintah

    terhadap

    Pencegahan

    Fraud

    Pengelolaan

    Dana Bantuan

    Operasional

    Sekolah (BOS)

    (Studi pada

    Sekolah Dasar Di

    Kecamatan Andir

    Kota Bandung

    terhadap pencegahan

    fraud pengelolaan dana

    bantuan operasional

    sekolah. Hal ini berarti

    semakin baik peranan

    sistem pengendalian

    internal pemerintah akan

    menyebabkan

    pencegahan fraud

    pengelolaan dana BOS

    yang semakin baik juga.

    2. Ni Kadek

    Dwi

    Ariastini,

    Gede Adi

    Yuniarta,

    Putu

    Sukma

    Kurniawan

    (2017)

    Pengaruh

    Kompetensi

    sumber Daya

    Manusia, sistem

    Pengendalian

    Iternal

    Pemerintah,

    Proactive fraud

    audit, dan

    whisteblowing

    System terhadap

    Pencegahan

    Fraud pada

    Pengelolaan

    Dana BOS se-

    Kecamatan

    Kabupaten

    Klungkung

    Kuantitatif Hasil penelitian

    menunjukkan

    kompetensi sumber

    daya manusia, SPIP.

    Proactive fraud audit,

    dan whisteblowing

    system berpengaruh

    positif secara parsial dan

    simultan terhadap

    pencegahan fraud pada

    pengelolaan dana BOS

    di Kabupaten Klungkung

    3. Gilang

    Noor

    Pengaruh sistem

    pengendalian

    intern pemerintah

    Kuantitatif Hasil penelitian

    menunjukkan bahwa

    SPIP dan kompensasi

  • 31

    Alamsyah

    (2017)

    dan kompensasi

    terhadap fraud

    pada satuan kerja

    perangkat daerah

    kota Bandung

    secara parsial maupun

    simultan berpengaruh

    negatif terhadap fraud

    pada SKPD daerah

    kabupaten Bandung.

    Kontribusi pengaruh dari

    SPIP dan kompensasi

    terhadap fraud pada

    SKPD kota Bandung

    adalah 53,1%

    sedangkan 46,9%

    dipengaruhi oleh faktor

    lain di luar kedua

    variabel independen

    dalam penelitian ini

    4. Asep

    Brata Muji

    dan Endah

    Nurhawae

    ny (2018)

    Pengaruh

    pengendalian

    internal terhadap

    bantuan sosial

    (studi kasus pada

    badan

    pengelolaan

    lingkungan hidup

    di Kabupaten

    Cirebon)

    Kuantitatif Hasil penelitian

    menunjukkan bahwa

    otorisasi dan prosedur

    pencatatan sebagai

    (subvariabel X1) dengan

    tingkat bantuan sosial

    sebagai (variabel Y) di

    Badan Pengelolaan

    Lingkungan Hidup

    (BPLH) Kab. Cirebon

    membuktikan adanya

    hubungan yang cukup

    kuat (sedang) dan

    memiliki signifikan.

    5. Hilmi

    Faiqoh

    (2019)

    Pengaruh Sistem

    Pengendalian

    Internal dan Good

    Corporate

    Kuantitatif Hasil penelitian

    menunjukkan bahwa

    sistem pengendalian

    internal pemerintah

  • 32

    Governance

    terhadap

    Pencegahan

    Fraud

    berpengaruh terhadap

    pencegahan fraud.

    Sedangkan good

    corporate governance

    tidak berpengaruh

    terhadap pencegahan

    fraud.

    6. Yosua

    Palentino

    (2019)

    Pengaruh sistem

    pengendalian

    internal

    pemerintah dan

    komitmen

    organisasi

    terhadap

    pencegahan fraud

    (studi kasus pada

    pemerintah kota

    Medan)

    Kuantitatif Hasil penelitian

    menunjukkan bahwa

    SPIP dan komitmen

    organisasi secara

    bersama-sama

    berpengaruh signifikan

    terhadap pencegahan

    fraud pada pemerintah

    kota medan

    7. Dwi Nur

    Huljanah

    (2019)

    Pengaruh

    kompetensi

    aparatur, sistem

    pengendalian

    internal, dan

    moralitas individu

    terhadap

    pencegahan fraud

    pengelolaan

    keuangan desa

    Kuantitatif Hasil penelitian

    menunjukkan bahwa

    kompetensi aparatur dan

    SPI tidak berpengaruh

    terhadap pencegahan

    fraud pengelolaan

    keuangan desa di

    pemerintah desa

    kecamatan Baki.

    Sedangkan moralitas

    individu berpengaruh

    terhadap pencegahan

    fraud pengelolaan

    keuangan desa di

  • 33

    pemerintah desa

    Kecamatan Baki

    8. Mochama

    d Rahmat

    Armansya

    h, R

    Muchama

    d Noch. M

    AK. Dan

    Yana

    Rohdiana

    (2019)

    Pengaruh sistem

    akuntansi

    keuangan daerah

    (SAKD) dan

    sistem

    pengendalian

    internal

    pemerintah

    (SPIP) terhadap

    pencegahan fraud

    (studi kasus pada

    kantor pemerintah

    kota Cimahi)

    Kuantitatif Hasil penelitian

    menunjukkan bahwa

    pengaruh SAKD

    terhadap pencegahan

    fraud secara parsial

    pada kantor pemerintah

    kota Cimahi sebesar

    27,2% dan pengaruh

    SPIP terhadap

    pencegahan fraud

    secara parsial pada

    kantor pemerintah kota

    Cimahi sebesar 61,1%.

    Sedangkan pengaruh

    SAKD dan SPIP

    terhadap pencegahan

    fraud secara simultan

    pada Kantor Pemerintah

    Kota Cimahi sebesar

    88,3%

    C. Kerangka Konseptual

    Kerangka konseptual merupakan suatu bentuk kerangka berpikir yang dapat

    digunakan sebagai pendekatan dalam memecahkan masalah. Biasanya kerangka

    penelitian ini menggunakan pendekatan ilmiah dan memperlihatkan hubungan

    antara variabel dalam proses analisisnya. Adapun gambar kerangka konseptual

    dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar di bawah.

  • 34

    Gambar 2.2

    Kerangka Konsep

    Dari kerangka konseptual diatas memperlihatkan bahwa pencegahan fraud

    sebagai variabel dependen diduga akan dipengaruhi oleh variabel independennya

    berupa penerapan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah. Salah satu cara

    yang paling efektif untuk mencegah timbulnya fraud pada pengelolaan dana

    bantuan sosial di Kabupaten Bone yaitu melalui peningkatan sistem pengendalian

    intern sesuai dengan PP No. 60 Tahun 2008. Semakin baik pengendalian internal

    yang diterapkan, semakin mudah bagi kita untuk mencegah terjadinya fraud,

    sebaliknya semakin buruk pengendalian internal yang diterapkan, maka semakin

    sulit untuk mencegah terjadinya fraud.

    D. Hipotesis Penelitian

    Hipotesis merupakan jawaban sementara yang kebenarannya masih harus

    di uji, atau rangkuman kesimpulan teoritis yang diperoleh dari tinjauan pustaka

    (Martono, 2011). Berdasarkan kerangka pemikiran dan hasil penemuan beberapa

    penelitian, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: “Penerapan

    Sistem Pengendalian Internal Pemerintah berpengaruh Positif dan Signifikan

    terhadap Pencegahan Fraud atas Pengelolaan Dana Bantuan Sosial di

    Kabupaten Bone”.

    Pencegahan Fraud

    (Y)

    Sistem Pengendalian

    Internal Pemerintah

    (X)

  • 35

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian ini adalah penelitian eksplanatori yaitu penelitian yang

    bertujuan untuk menganalisis pengaruh antara satu variabel dengan variabel

    lainnya. Menurut Sugiyono, (2015) penelitian Eksplanatori adalah penelitian yang

    menjelaskan hubungan kausal antara variabel yang saling berpengaruh,

    sedangkan metode pada penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Metode

    kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada

    filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu,

    pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat

    kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan

    (Sugiyono, 2018:35-36)

    B. Lokasi dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di Kantor Dinas Kesejahteraan Sosial Kabupaten

    Bone yang berlokasi di Jalan Jeppee, Tanete Riattang Barat, Kabupaten Bone,

    sulawesi selatan. Sedangkan waktu dalam penelitian ini direncanakan selama dua

    bulan.

    C. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran

    Berdasarkan judul penelitian diatas, maka variabel yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah variabel independen dan variabel dependen. Operasional

    untuk pengujian hipotesis yang dilakukan adalah :

  • 36

    1. Variabel independen atau variabel bebas

    Menurut Sugiyono (2017:68) variabel independen/bebas adalah variabel

    yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

    variabel terikat. Variabel independen dalam penelitian ini adalah Sistem

    Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP). Sub variabel dari variabel

    independen adalah unsur-unsur dari sistem pengendalian internal

    pemerintah, yaitu lingkungan pengendalian, penilaian risiko, aktivitas

    pengendalian, informasi dan komunikasi, dan pemantauan.

    2. Variabel dependen atau variabel terikat

    Menurut Sugiyono (2017:68) variabel dependen/terikat adalah variabel yang

    dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.

    Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pencegahan fraud yang di

    ukur dengan skala likert skor 1-5.

    Untuk memudahkan dalam pengumpulan data dan pengukurannya, maka

    variabel variabel dalam penelitian ini dapat di operasionalkan sebagai berikut:

    Tabel 3.1

    Operasional Variabel

    Variabel Dimensi

    Variabel

    Indikator Variabel Skala

    Sistem

    Pengendalian

    Internal Pemerintah

    (X)

    “SPIP adalah

    proses yang

    integral pada

    Unsur-unsur

    SPIP terdiri

    dari:

    Lingkungan

    pengendalian

    1. Penegakan integritas dan nilai

    etika.

    2. Komitmen terhadap

    kompetensi

    Likert

  • 37

    tindakan dan

    kegiatan yang

    dilakukan secara

    terus menerus oleh

    pimpinan dan

    seluruh pegawai

    untuk memberikan

    keyakinan

    memadai atas

    tercapainya tujuan

    organisasi melalui

    kegiatan yang

    efektif dan efisien,

    keandalan

    pelaporan

    keuangan,

    pengamanan ase

    negara, dan

    ketaatan terhadap

    peraturan

    perundang-

    undangan (PP No.

    60 Tahun 2008 )

    Penilaian risiko

    Kegiatan

    Pengendalian

    3. Kepemimpinan yang kondusif

    4. Pembentukan struktur

    organisasi sesuai dengan

    kebutuhan.

    5. Pendelegasian wewenang

    dan tanggungjawab yang

    tepat.

    6. Kebijakan dan praktik

    pembinaan SDM.

    7. Perwujudan peran aparat

    pengawasan intern

    pemerintah yang efektif.

    8. Hubungan kerja yang baik

    dengan instansi pemerintah.

    1. Tujuan instansi pemerintah.

    2. Tujuan pada tingkat kegiatan.

    1. Review atas kinerja instansi.

    2. Pembinaan SDM.

    3. Pengendalian pengelolaan

    sistem.

    4. pengendalian fisik atas aset.

    5. Pendapatan dan review atas

    indikator dan ukuran kinerja.

    6. Pemisahan fungsi

    7. Otorisasi atas transaksi dan

    kejadian penting.

    8. pencatatan yang akurat dan

    tepat waktu atas transaksi

    dan kejadian yang penting.

  • 38

    Informasi dan komunikasi

    Pemantauan (PP Nomor. 60 Tahun 2008)

    9. Pembatasan dan akses atas

    sumber daya dan

    pencatatannya.

    10. Dokumentasi yang baik atas

    SPI serta transaksi dan

    kejadian yang penting.

    1. Menyediakan, memanfaatkan

    berbagai bentuk dan sarana

    komunikasi.

    2. Mengelola, mengembangkan,

    dan memperbarui sistem

    infomasi secara terus

    menerus.

    1. Pemantauan berkelanjutan.

    2. Evaluasi terpisah.

    3. Penyelesaian audit.

    Pencegahan fraud

    (Y)

    “mencegah fraud

    merupakan segala

    upaya untuk

    menangkal pelaku

    potensial,

    mempersempit

    ruang gerak, dan

    mengidentifikasi

    kegiatan yang

    berisiko terjadinya

    kecurangan (fraud)

    1. Fraud

    awarenes

    2. Swakelola

    dan

    Partisipatif

    3. Transparan

    1. Memberikan sanksi yang

    tegas kepada mereka yang

    melakukan kecurangan.

    2. Dinas sosial melibatkan

    masyarakat dalam

    perencanaan, pelaksanaan

    dan evaluasi program.

    3. Masyarakat memberikan

    saran dan kritik terhadap

    pengawasan program dana

    bantuan sosial yang

    dilakukan di dinas sosial.

    Likert

  • 39

    (Karyono, 2013:47)

    4. Akuntabel

    5. Demokratis

    6. Tertib

    administrasi

    dan

    pelaporan

    7. Saling

    percaya

    (Widiyarta,

    Herawati, dan

    Atmadja, 2017)

    4. Dinas sosial sebagai

    penerima dana bansos

    mempertanggungjawabkan

    pengelolaan dana kepada

    pemerintah dalam bentuk

    laporan pertanggungjawaban

    setiap akhir tahun.

    5. Pimpinan dan pegawai

    diberikan kesempatan untuk

    mengajukan kritik saat

    pemecahan masalah terkait

    pengelolaan dana bantuan

    sosial

    6. Dinas sosial sebagai

    penerima dana bantuan

    sosial membuat laporan

    pelaksanaan program

    keseluruhan pada akhir

    periode

    7. Saya percaya kepada

    pemerintah selaku pihak

    pemberi dana bantuan sosial

    telah melaksanakan tugas

    dengan sebaik mungkin

    tanpa melakukan tindak

    kecurangan (Fraud).

    Ukuran yang digunakan untuk menilai jawaban jawaban yang diberikan

    dalam menguji variabel yaitu lima tingkatan, bergerak dari satu sampai lima.

  • 40

    Skor 5 untuk jawab Sangat Setuju (SS)

    Skor 4 untuk jawaban Setuju (S)

    Skor 3 untuk jawaban kurang Setuju (KS)

    Skor 2 untuk jawaban Tidak Setuju (TS)

    Skor 1 untuk jawaban Sangat Tidak Setuju (STS)

    D. Populasi dan Sampel

    1. Populasi

    Populasi penelitian menurut Sugiyono (2017:136) adalah wilayah

    generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan

    karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan

    kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

    pegawai yang terdaftar di dinas sosial kabupaten bone. Menurut kepala bagian

    umum dan kepegawaian di dinas sosial kabupaten bone seluruh pegawainya

    berjumlah 41 orang, jadi populasi dalam penelitian ini yaitu 41 pegawai.

    2. Sampel

    Sampel adalah sebagian populasi yang diteliti. Sampel penelitian menurut

    Sugiyono (2017:137) adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

    populasi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    non probability sampling, yaitu pengambilan sampel yang memberi peluang atau

    kesempatan sama bagi setiap anggota populasi untuk dijadikan sampel (Suliyanto,

    2009). Penentuan sampel menggunakan sampling jenuh di mana semua anggota

    populasi dijadikan sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai

    dinas sosial kabupaten Bone yang berjumlah 41 orang.

  • 41

    E. Teknik Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data merupakan suatu cara yang digunakan peneliti

    untuk mengumpulkan data terkait permasalahan penelitian yang diambil. Adapun

    cara untuk memperoleh data dan informasi dalam penelitian ini, yaitu sebagai

    berikut:

    1. Tinjauan Kepustakaan (Library Research)

    Metode ini dilakukan dengan mempelajari teori dan konsep yang

    berhubungan dengan masalah yang diteliti pada buku, majalah, dan jurnal

    guna memperoleh landasan teoritis yang memadai untuk melakukan

    pembahasan.

    2. Penelitian lapangan (Field Research)

    Adapun alat-alat pengumpulan data yang dilakukan peneliti dalam

    penelitian lapangan adalah:

    1. Observasi

    Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

    dengan mengamati secara langsung keadaan atau situasi subjek.

    2. Dokumentasi

    Dokumentasi yaitu mengumpulkan bahan-bahan yang tertulis berupa

    data yang diperoleh dari perpustakaan maupun dari Kantor Dinas

    Sosial Kabupaten Bone.

    3. Kuesioner (Angket)

    Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

    dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan tertulis kepada subjek

    penelitian terkait topik yang diteliti.

  • 42

    Pada penelitian ini peneliti menggunakan data primer. Data primer

    merupakan data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber data

    (Suliyanto, 2009). Data primer dalam penelitian ini meliputi jawaban responden

    melalui penyebaran kuesioner yang dibagikan kepada seluruh pegawai yang ada

    di dinas sosial kabupaten Bone. Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner

    penelitian yang berisi tentang penilaian atas variabel x (Penerapan Sistem

    Pengendalian Internal Pemerintah) yang ditetapkan dalam PP No. 60 Tahun 2008

    mengadopsi dari COSO Framework. Di mana dimensi penilaian mencakup 5

    aspek pengendalian yaitu lingkungan pengendalian, penilaian risiko, aktivitas

    pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pemantauan.

    F. Teknik Analisis Data

    1. Uji Instrumen Penelitian

    a. Uji Validitas

    Uji validitas merupakan sejauh mana variabel yang digunakan benar-

    benar mengukur apa yang seharusnya diukur. Kuesioner riset dikatakan

    valid apabila instrumen tersebut benar benar mampu mengukur besarnya

    nilai variabel yang diteliti (Suliyanto, 2009). Uji validitas digunakan untuk

    mengetahui kelayakan butir-butir dalam daftar pertanyaan. Pengujian

    validitas dalam penelitian ini menggunakan Pearson Correlation yang di

    dapat, jika nilai signifikan dibawah 0,05 berarti data yang diperoleh adalah

    valid (Latan, dan Temalagi, 2012)

    b. Uji reliabilitas

    uji reliabilitas untuk mengukur variabel yang digunakan bebas dari

    kesalahan dan menunjukkan hasil yang konsisten, menunjukkan sejauh

    mana pengukuran dapat dipercaya (Suliyanto, 2009). Hasil uji reliabilitas

  • 43

    dengan SPSS akan menghasilkan Cronbach Alpha. Suatu instrumen

    dikatakan reliabel jika nilai Cronbach Alpha lebih dari 0,70 (Latan, dan

    Temalagi, 2012).

    2. Uji Asumsi Klasik

    Untuk melakukan uji asumsi klasik data primer, peneliti melakukan uji

    normalitas data. Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data dari

    model regresi linear memiliki distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik

    adalah jika data terdistribusi normal. Jika data tidak terdistribusi secara normal

    maka kesimpulan statistik menjadi tidak valid atau bias. Cara untuk mendeteksi

    apakah residual data terdistribusi normal atau tidak dengan melihat grafik normal

    probability plot dan uji statistik One Sample Kolmogrov-Smirnov Test. Jika di dapat

    nilai signifikan >0,05 maka data terdistribusi normal secara multivariate (Latan dan

    Temalagi, 2012).

    3. Uji Ketepatan Model

    a. Uji t (secara Parsial)

    Uji t bertujuan untuk menguji koefisien regresi masing-masing variabel

    independen terhadap variabel dependen untuk mengetahui seberapa besar

    pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen (Purwitasari,

    2013). Uji t untuk melihat besarnya pengaruh sistem pengendalian internal

    pemerintah secara parsial terhadap pencegahan fraud. Jika nilai t statistik <

    0,05 atau 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 >𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka menolak H0, sedangkan jika t statistik > 0,05

    atau 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔

  • 44

    regresi digunakan nilai adjusted 𝑅2 di mana nilainya dapat naik dan turun

    apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model. Nilai

    adjusted 𝑅2dapat negatif, walaupun yang dikehendaki harus bernilai positif.

    Jika dalam uji regresi di dapat nilai adjusted 𝑅2 negatif, maka nilai tersebut

    dianggap nol (Latan dan Temalagi, 2012).

    4. Analisis Regresi Linear Sederhana

    Analisis regresi sederhana digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel

    independen terhadap variabel dependen, yaitu dengan mencari persamaan

    regresi yang bermanfaat untuk meramal nilai variabel dependen berdasarkan nilai-

    nilai variabel independennya serta menganalisis hubungan antara variabel

    dependen dengan dua atau lebih variabel independen baik secara parsial maupun

    simultan. Untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen yaitu

    sistem pengendalian internal pemerintah (X) secara parsial terhadap variabel

    dependen yaitu pencegahan fraud (Y), maka digunakan analisis regresi linier

    sederhana. Menurut (Sugiyono, 2017:261), persamaan umum regresi linier

    sederhana adalah sebagai berikut:

    Untuk nilai α dan b menurut Sugiyono, (2017:262), ditentukan dengan

    menggunakan persamaan sebagai berikut :

    a= (∑𝑌)(∑𝑋2)−(∑𝑋)(∑𝑋𝑌)

    𝑛∑𝑋2−(∑𝑋)2

    b= 𝑛∑𝑋𝑌−(∑𝑋)(∑𝑌)

    𝑛∑𝑋2−(∑𝑋)2

    Keterangan :

    Ŷ = (dibaca Y topi), subjek variabel terikat yang diproyeksikan

    Ŷ=a+bX

  • 45

    X = Variabel independen (Perputaran Modal Kerja)

    Y = Variabel dependen (Likuiditas)

    a = Nilai konstanta harga Y jika X = 0

    b = Nilai arah sebagai penentu ramalan (prediksi) yang menunjukkan

    nilai peningkatan (+) atau nilai penurunan (-) variabel Y

    ɳ = Banyaknya sampel

    X dikatakan mempengaruhi Y, jika berubahnya X akan menyebabkan

    adanya perubahan nilai Y, artinya naik turunnya X akan bervariasi. Namun nilai Y

    juga naik turun, dengan demikian nilai Y ini akan bervariasi. Namun nilai Y

    bervariasi tersebut tidak semata-mata disebabkan ol