pengaruh penerapan sistem monitoring pelaporan pembayaran … · 2015-06-05 · 1 pengaruh...

80
1 PENGARUH PENERAPAN SISTEM MONITORING PELAPORAN PEMBAYARAN PAJAK (MP3) DAN PROFESIONALISME TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK Oleh LISA ADHA MELISARI NIM: 104082002692 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H/2008 M

Upload: others

Post on 22-Feb-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

PENGARUH PENERAPAN SISTEM MONITORING

PELAPORAN PEMBAYARAN PAJAK (MP3) DAN

PROFESIONALISME TERHADAP KEPATUHAN

WAJIB PAJAK

Oleh

LISA ADHA MELISARI

NIM: 104082002692

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1429 H/2008 M

2

PENGARUH PENERAPAN SISTEM MONITORING PELAPORAN

PEMBAYARAN PAJAK (MP3) DAN PROFESIONALISME TERHADAP

KEPATUHAN WAJIB PAJAK

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial

Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh

LISA ADHA MELISARI

NIM : 104082002692

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Yahya Hamja, MM Afif Sulfa, SE, Ak, Msi

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1429 H/ 2008 M

3

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Lisa Adha Melisari

2. Tempat & Tgl. Lahir : Tangerang, 5 Juni 1985

3. Alamat : Jl. Cimandiri 4 Rt 003/07 No 44 Cipayung Ciputat

15411

4. Telepon : 08568800428

5. E-mail : [email protected]

II. PENDIDIKAN

1. MI (1992 - 1998) : MI Miftahul Huda

2. SMP (1998 - 2001) : Mts N 1 Pamulang

3. SMA (2001 - 2004) : SMUN 1 Ciputat

4. S1 (2004 - 2008) : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

III. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Abdul Razak UM

2. Tempat & Tgl. Lahir : Tangerang , 22 Januari 1953

3. Alamat : Jl. Cimandiri 4 Rt 003/07 No 44 Cipayung Ciputat

15411

4. Ibu : Yan Suryanah

5. Tempat & Tgl. Lahir : Ciamis, 10 Mei 1956

6. Alamat : Jl. Cimandiri 4 Rt 003/07 No 44 Cipayung Ciputat

15411

4

ABSTRAK

Lisa Adha Melisari, Judul skripsi “Pengaruh Penerapan Sistem Monitoring

Pelaporan Pembayaran Pajak (MP3) dan Profesionalisme Terhadap Kepatuhan

Wajib Pajak”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meneliti pengaruh

pelaksanaan sistem MP3 dan Profesionalisme terhadap kepatuhan wajib pajak.

Studi ini menggunakan teknik analisis jalur untuk menguji hipotesis

penelitian. Data yang digunakan adalah data primer yang dikumpulkan melalui

kuesioner-kuesioner yang terkumpul sejumlah 50 kuesioner. Responden berasal

dari petugas pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Wilayah Jakarta Barat. Variabel dari penelitian ini terdiri dari penerapan Sistem MP3 (X1),

Profesionalisme (X2) dan kepatuhan wajib pajak (Y). Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh langsung dari

sistem MP3 terhadap kepatuhan wajib pajak karena terdapat hasil yang signifikan

namun pelaksanaan MP3 dan Profesionalisme tidak berpengaruh terhadap

kepatuhan wajib pajak karena terdapat hasil yang tidak signifikan.

Kata kunci: Sistem MP3, Profesionalisme, kepatuhan wajib pajak

5

ABSTRACK

Lisa Adha Melisari “ Influnce Implementation of Mp3’s System and profesioalism

of Tax Officer to Taxpayer Compliance”. The objective of this research is to

investigated the influence of implementation MP3’s system and profesionalism to

taxpayer compliance.

This study use technique path analysis to test hypothesis. Data is primary

and obtained through questionnaires. There are 50 questionnaires which can be

analyzed. Respondent are come from Tax Officer in West Jakarta Region. The

variables of this research consisted of: Mp3’s system (X1), Profesionalism (X2)

and taxpayer compliance (Y).

The result of this research shows that there is a significantly direct effect

of implementation MP3’s system to taxpayer compliance. But there is not a

significantly effect of implementation MP3’s system and Profesionalism to

taxpayer compliance.

Keywords : MP3’s system, Profesionalism of Tax Officer , taxpayer compliance.

6

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT. Dengan segala rahmat kasih

sayang, nikmat dan anugerah yang sangat besar penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda

Rasulullah SAW.

Terselesaikannya skripsi ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh

karena itu pada kesempatan yang baik ini penulis mengucapkan terima kasih

sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orang tua yang dengan segenap hati selalu melimpahkan kasih sayang,

doa dan segalanya, semoga Allah SWT selalu melimpahkan segala kebaikan

kepada kedua orang tua penulis.

2. Bapak Dr.Yahya Hamja, MM selaku pembimbing I atas ilmu, nasihat,

kemudahan, dan bimbingannya selama ini.

3. Bapak Afif Sulfa, SE, Ak, MSi. selaku pembimbing II atas kesabaran dan

nasihat Bapak selama membimbing saya.

4. Bapak Amilin SE, Ak, Msi. selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi atas

kemudahan dan perhatian bapak.

5. Kakak-kakak ku : Aa Aan, Mba Citra, Teh Ida, Bang Iyoh, Titi adik-adik ku

Pian, Iman, Wildan serta keponakan ku : Diva dan Alleya. Semoga Allah

selalu menjaga kita dalam kasih sayang- Nya

6. Segenap jajaran akademik FEIS yang telah melayani keperluan akademik.

7. Semua teman-teman yang selalu siap memberikan nasihat dan perhatiannya:

Ai, Dewi, Ningsih, Bekti, Diana, Aulia, Ayu, Rifta, Harti, Dina, Nida, Idris,

dan semua yang tidak tertulis.

8. Teman-teman di Akuntansi C, terima kasih buat semangat kekeluargaan dan

kebersamaan kalian, mudah-mudahan kita selalu tolong-menolong dan

mendoakan semoga kita selalu sukses.

7

9. Teman-teman yang selalu ceria : Mala, Iis, Nina, Lilin, Dwi, Wendi. Makasih

buat semua doa.

10. Teman-teman Akuntansi Perpajakan A.

Hormat saya,

Penulis

8

DAFTAR ISI

Hal.

Daftar Riwayat Hidup ....................................................................................... ii

Abstract ............................................................................................................ iii

Abstrak ............................................................................................................. iv

Kata Pengantar.................................................................................................. v

Daftar Isi........................................................................................................... vii

Daftar Tabel...................................................................................................... ix

Daftar Gambar .................................................................................................. x

Daftar Lampiran................................................................................................ xi

BAB. I. PENDAHULUAN ......................................................................... 1

A. Latar Belakang ......................................................................... 1

B. Perumusan Masalah................................................................. 4

C. Tujuan dan Manfaat.................................................................... 5

BAB. II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 7

A. Tinjauan Pustaka ..................................................................... 7

1. Pemahaman Tentang Sistem Administrasi perpajakan Modern

a. Pengertian Administrasi.................................................... 7

b. Pengertian Administrasi Perpajakan ................................. 8

c. Fungsi Administrasi Pajak............................................... 12

d. Reformasi Administrasi Perpajakan.................................. 13

e. Penerapan Sistem Administrasi Pajak Modern……………15

9

2. Sistem Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak .................. 16

a. Dasar Hukum Sistem Monitoring Pelaporan Pembayaran

Pajak ……………………………………………………….16

b. Pengertian Pelaporan Pembayaran Pajak...………………..17

c. Fungsi Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak (MP3)….19

d. Tata Cara Pelaksanaan Sistem Monitoring Pelaporan

Pembayaran Pajak (MP3)…………………………………..22

3. Modul Penerimaan Negara …………………………….... .....23

4. Profesionalisme……………………………………………….25

5. Kepatuhan Wajib Pajak……………………………………….26

B. Penelitian Terdahulu…………………………………………....29

C. Kerangka Pemikiran …………………………………………...31

D. Pengembangan Hipotesis ………………………………………32

BAB. III. METODELOGI PENELITIAN…………………………………...33

A. Ruang Lingkup Penelitian……………………………………...33

B. Metode Penentuan Sampel……………………………………..33

C. Metode Pengumpulan Data…………………………………….33

D. Metode Analisis Data…………………………………………...34

1. Uji Kualitas Data……………………………………............…34

a. Uji validitas Data………………………………………..….34

b. Uji Reliabilitas Data…………………………………..……35

2. Uji Asumsi Klasik……………………………………………..35

a. Uji Normalitas Data………………………………………..35

10

b. Uji Multikolinieritas………………...……………………. .35

c. Uji Heteroskedasitas……………………………………......36

3. Uji Hipotesis …………………………………………………36

a. Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) ...................... 37

b. Uji F (Fisher)………….........................................................37

c. Uji t………………………………………………………...38

E. Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya ............... 38

1. Variabel Independen…………………………………………...40

a. Sistem Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak (MP3)…..40

b. Profesionalisme Petugas Pajak……………………………..40

2. Variabel Dependen…………………………………………….41

BAB. IV. PENEMUAN DAN PEMBAHASAN ........................................... 42

A. Gambaran Umum Objek Penelitian........................................ 42

1. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................ 42

2. Karakteristik Responden........................................................ 43

B. Uji Kualitas Data……………………………………..............…34

c. Uji validitas Data………………………………………..….34

Uji Reliabilitas Data

C. Uji Hipotesis ............................................................................. 50

1. Koefisien Determinasi (Adjusted R-Square) ........................... 50

2. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F).............................. 51

3. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) ............ 52

BAB. V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI .............................................. 55

11

A. Kesimpulan............................................................................... 55

B. Implikasi ................................................................................... 56

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 57

LAMPIRAN .................................................................................................... 60

12

DAFTAR TABEL

Hal.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu...................................................................... 31

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif.........................................................................45

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Data.............................................................. 52

Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinearitas ............................................................ 52

Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi ................................................................... 53

Tabel 4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas ......................................................... 54

Tabel 4.6 Hasil Uji Koefisien Determinasi ................................................... 54

Tabel 4.10 Hasil Uji F Statistik ..................................................................... 56

Tabel 4.11 Hasil Uji t Statistik ..................................................................... 57

Tabel 4.16 Hasil Uji t Statistik 6 ................................................................... 60

13

DAFTAR GAMBAR

Hal.

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ............................................................. 28

Gambar 2.2 P-Plot Uji Normalitas Data .................................................... 35

Gambar 4.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas...……………………………….. 53

14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Dalam menjalankan roda pemerintahan, pemerintah memerlukan berbagai

macam rencana untuk melaksanakan kegiatan agar pemerintahan dapat

berjalan dengan baik. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

kehidupan berbangsa. Dalam rangka pelaksanaan kegiatan, pemerintah

tentunya harus didukung dengan anggaran yang sesuai dengan kegiatan

tersebut. Dana untuk anggaran pelaksaanaan kegiatan Negara berasal dari

berbagai jenis pemasukan, salah satu sumber pemasukan Negara yang

memberikan kontribusi yang cukup besar adalah pajak.

Dilihat dari segi pendapatan Negara, penerimaan yang berasal dari pajak

terus mengalami peningkatan. Dalam APBN tahun anggaran 2002 penerimaan

Negara yang berasal dari pajak adalah sebesar Rp.210,1 triliun atau sebesar

70% dari total penerimaan pajak. Sampai tahun 2007 penerimaan pajak terus

mengalami peningkatan, total kontribusi pajak terhadap penerimaan Negara

mencapai 426,23 triliun atau 98,5%. Peningkatan yang terjadi di dalam

penerimaan pajak diharapkan terus mengalami perkembangan sehingga

penerimaan pajak dapat memberikan kontribusi yang maksimal terhadap

Anggaran Pendapatan dan Penerimaan Negara ( APBN ).

15

Dalam rangka mewujudkan pemasukan pajak yang sepenuhnya mampu

mendukung APBN, Direktorat Jenderal Pajak ( DJP ) melakukan beberapa

strategi. Strategi yang dilakukan oleh DJP tentunya sesuai dengan visi dan

misi DJP, visinya yaitu menjadi model pelayanan masyarakat yang

menyelenggarakan sistem dan manajemen perpajakan kelas dunia yang

dipercayakan dan dibanggakan masyarakat. Sedangkan salah satu dari empat

misi DJP, yaitu misi fiskal berupa menghimpun penerimaan dalam negeri

yang berasal dari sektor perpajakan yang mampu menunjang pembiayaan

pemerintah berdasarkan undang-undang perpajakan dengan tingkat efektivitas

dan efisiensi yang tinggi. Untuk mencapai visi dan misi tersebut, DJP telah

menetapkan strategi yaitu dengan meningkatkan kepatuhan pajak.

Meskipun penerimaan pajak terus mengalami peningkatan, akan tetapi

penerimaan yang berasal dari perpajakan belum mencapai tingkat maksimal.

Hal ini dapat dilihat dari banyaknya orang pribadi atau pengusaha yang belum

mendaftarkan diri sebagai wajib pajak walaupun berdasarkan ketentuan

perpajakan mereka sudah memenuhi kriteria sebagai wajib pajak. Selain itu,

banyak wajib pajak yang menghilang begitu saja, mereka yang sudah

mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) tetapi tidak melaksanakan

kewajiban perpajakannya. Semua hal tersebut terjadi karena kurangnya system

administrasi perpajakan yang ada serta kurang tegasnya hukum yang berlaku

bagi wajib pajak.

16

Menyadari akan lemahnya sistem administrasi pajak yang berlaku, maka

DJP telah mengambil langkah pembaharuan. Salah satu langkah yang

dilakukan dalam pembaharuan sistem administrasi perpajakan adalah

penerapan sistem Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak (MP3) dalam

bentuk e-payment. Sistem ini merupakan salah satu sistem administrasi yang

cukup canggih dan diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan jasa

kepada wajib pajak. Sekaligus terjadinya transparansi antara kedua belah

pihak, baik wajib pajak maupun petugas pajak.

Penerapan sistem Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak (MP3),

diharapkan mampu memberikan berbagai macam kelebihan seperti

kemudahan di dalam melakukan pembayaran pajak, keakuratan, mengurang

SSP fiktif, mengurangi kontak langsung antara wajib pajak dengan aparat

pajak serta memberikan rasa aman dan nyaman bagi wajib pajak

Selain sistem administrasi perpajakan, profesionalisme petugas pajak juga

dianggap sebagai salah satu yang dapat berpengaruh dalam meningkatkan

kepatuhan wajib pajak. Selama ini banyak wajib pajak yang memandang

petugas pajak dengan arah yang negatif. Seperti ketidakjujuran petugas pajak

dan kurang ramahnya pelayanan yang diberikan petugas pajak. Hal ini

merupakan salah satu anggapan yang menyebabkan wajib pajak tidak mau

melaksanakan kewajiban perpajakan mereka. Penyelenggaraan sistem

administrasi perpajakan saat ini, diharapkan mampu meningkatkan kinerja

17

petugas pajak sehingga wajib pajak memberikan kepercayaan dan pandangan

yang positif terhadap petugas pajak.

Penelitian ini disusun berdasarkan acuan yang berasal dari penelitan –

penelitian sebelumnya. Di antaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh

(Novel Fernando, 2006) dengan judul “ Analisis Perbedaan Tingkat Kepuasan

Wajib Pajak sebelum dan sesudah Administrasi Pajak Modern” hasil dari

penelitian adalah bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kepuasan

wajib pajak setelah dilaksanakannya sistem administrasi pajak modern.

Penelitian lainnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Heru Nur Akhmad,

judul dari penelitian tersebut adalah “Tinjauan Pelaksanaan Sistem

Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak ( MP3 ) Terhadap Penerimaan

Wajib Pajak”. Hasil dari penelitian menyatakan sistem MP3 mampu

meningkatkan penerimaan pajak.

Berdasarkan pernyataan – pernyataan dan hasil penelitian sebelumnya.

Maka penulis mengambil judul penelitian sebagai berikut “PENGARUH

PENERAPAN SISTEM MONITORING PEMBAYARAN PAJAK (MP3)

DAN PROFESIONALISME TERHADAP KEPATUHAN WAJIB

PAJAK”

18

B. Perumusan Permasalahan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang ada, maka penulis merumuskan masalah

penelitian sebagai berikut :

1. Apakah sistem Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak (MP3)

berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak?

2. Apakah profesionalisme petugas pajak berpengaruh terhadap kepatuhan

wajib pajak?

3. Apakah sistem Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak (MP3) dan

profesionalisme petugas pajak secara bersama-sama berpengaruh terhadap

kepatuhan wajib pajak?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan

a. Mengetahui besarnya pengaruh sistem Monitoring Pelaporan

Pembayaran Pajak (MP3) terhadap kepatuhan wajib pajak

b. Mengetahui besarnya pengaruh profesionalisme petugas pajak

terhadap kepatuhan wajib pajak

c. Mengetahui besarnya pengaruh sistem MP3 profesionalisme petugas

pajak terhadap kepatuhan wajib pajak.

19

2 . Manfaat

a. Wajib pajak

Mengetahui berbagai upaya yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal

Pajak (DJP) dalam meningkatkan pelayanan terhadap wajib pajak,

sehingga diharapkan wajib pajak mampu meningkatkan kesadarannya

dalam melaksanakan kewajiban perpajakan

b. Kantor Pelayanan Pajak

Mengetahui berbagai hal yang mampu meningkatkan kepatuhan wajib

pajak

c. Civitas Akademik

Skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya,

dan mahasiswa / i Universitas Islam Negeri pada khususnya.

20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Pemahaman Tentang Sistem Administrasi Perpajakan Modern

a. Pengertian Administrasi

Banyak ahli memberikan definisi administrasi, salah satunya

adalah yang dikemukakan oleh Bintoro Tjokroamidjojo (2001),

”Administrasi menyangkut ilmu dan tata cara pengelolaan, pengurusan

dan tata kelola”. Administrasi adalah usaha bersama untuk mencapai

tujuan bersama secara efektif dan efisien.

Sementara itu, administrasi menurut A.Dunsire yang telah dikutip

oleh Donovon dan Jackson (2004), dikemukakan kembali oleh

Yeremis.T.Keban, administrasi diartikan sebagai arahan, kegiatan,

implementasi, mengarahkan, penciptaan prinsip-prinsip implementasi

kebijakan, kegiatan analisis, menyeimbangkan dan mempresentasikan

keputusan pertimbangan -pertimbangan kebijakan, sebagai pekerjaan

individual dan kelompok dalam menghasilkan barang dan jasa publik

serta area bidang kerja akademik dan teoritis.

Prinsip yang perlu dipegang adalah bahwa ada dua makna

administrasi, yaitu:

1) Administrasi sebagai sebuah kegiatan rutin yang menjadi bagian

dari manajemen

21

2) Administrasi dalam arti luas yang meliputi manajemen dan

interaksi dengan dunia di luar manajemen. Ini berlaku baik oleh

organisasi publik maupun organisasi bisnis.

Definisi – definisi di atas menunjukan beberapa batasan istilah

administrasi yang secara langsung menepis anggapan bahwa

administrasi selalu diartikan sebagai kegiatan ketatausahaan yang

berkaitan dengan pekerjaan mengatur berkas, membuat laporan

administrasi.

b. Pengertian Administrasi Perpajakan

Menurut Mansury (2004), administrasi perpajakan mengandung

tiga pengertian yaitu:

1) suatu instansi atau badan yang mempunyai wewenang dan

tanggung jawab untuk menyelenggarakan pemungutan pajak

2) Orang-orang yang terdiri dari pejabat dan pegawai yang bekerja

pada instansi perpajakan yang secara nyata melaksanakan

kegiatan pemungutan pajak.

3) Proses kegiatan penyelenggaraan pemungutan pajak yang di tata

laksanakan sedemikian rupa sehingga dapat mencapai sasaran yang

telah digariskan dalam kebijakan perpajakan, berdasarkan sarana

hukum yang ditemukan oleh Undang – Undang pajak yang efisien.

Mikesell menyatakan bahwa administrasi perpajakan meliputi

enam langkah umum, yaitu persiapan inventarisasi, dasar penilaian,

22

perhitungan dan pengumpulan pajak, audit, keberatan permohonan dan

penegakan hukum.

Setiap aktivitas khusus di dalam langkah-langkah tersebut

bervariasi mengikuti sifat pajak yang ada. Administrasi perpajakan

merupakan kunci keberhasilan pelaksanaan perpajakan, karenanya

administrasi perpajakan perlu di susun dengan sebaik-baiknya

sehingga mampu menjadi instrumen yang bekerja secara efisien dan

efektif dalam penyelenggaraan pemungutan pajak sesuai dengan

hukum pajak positif.

Menurut Carlos .A. Silvani (2003), administrasi perpajakan

dikatakan efektif bila mampu mengatasi masalah-masalah sebagai

berikut:

1) wajib pajak yang tidak teratur

Administrasi pajak harus mampu mendeteksi dan mengambil

tindakan terhadap anggota masyarakat yang belum terdaftar

sebagai wajib pajak walau seharusnya yang bersangkutan sudah

memenuhi ketentuan untuk menjadi wajib pajak.

2) wajib pajak yang tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan

(SPT)

Administrasi pajak harus dapat menyikapi wajibyang sudah

terdaftar tetapi tidak menyampaikan surat pemberitahuan (SPT),

ataudisebut juga stop filing taxpayers, misalnya dengan

melakukan pemeriksaan pajak.

23

3) Penyelundup pajak

Penyelundup pajak terjadi apabila wajib pajak melaporkan pajak

lebih kecil dari yang seharusnya dibayarkan menurut ketentuan

perundang-undangan.

Kejujuran wajib pajak menjadi kunci keberhasilan sistem self

assessment yang memberi kepercayaan kepada wajib pajak untuk

menghitung, memperhitungkan, menyetor dan melaporkan

sendiri pajak yang terhutang untuk mengetahui apakah wajib

pajak melakukan penyelundupan pajak atau tidak sangat

memerlukanya adanya dukungan bank data tentang wajib pajak

dan seluruh aktivitas usahanya.

4) Penunggak Pajak, tunggakan pajak jumlahnya semakin besar dari

tahun ke tahun, upaya pencairan tunggakan pajak dilakukan

melalui pelaksanaan tindakan penagihan secara intensif.

Dr.Gunaldi (2004), mengutip laporan hasil audit kinerja Direktorat

Jenderal Pajak (DJP)tahun 2000 yang menunjukkan selam periode

1995-1999 terdapat perbedaan yang signifikan antara potensi pajak

teoritis dengan realisasi penerimaan. Penyebab terjadinya perbedaan

tersebut adalah kebijakan perpajakan ( 45,89% ), Peraturan perpajakan

( 0,02% ), dan administrasi perpajakan ( 54,09% ).

Pemerintah sejak tahun 2002 telah melakukan langkah-langkah

reformasi dan modernisasi administrasi perpajakan. Langkah-langkah

tersebut antara lain mencakup:

24

1) Perpajakan penyempurnaan peraturan pelaksanaan undang-undang

2) Perluasan kantor pelayanan pajak, khusus wajib pajak besar antara

lain dengan pembentukan organisasi berdasarkan fungsi,

pengembangan sistem administrasi perpajakan yang terintegrasi

dengan pendekatan fungsi dan implementasi dari prinsip-prinsip

Good Governance

3) Pengembangan KPP khusus bagi wajib pajak menengah dan KPP

khusus wajib kecil di KANWIL DJP.

4) Pengembangan basis data, pembayaran pajak dan penyampaian

SPT

5) Perbaikan manajemen pemeriksaan pajak

6) Peningkatan efektivitas penerapan kode etik di jajaran DJP

Toshiyuki seperti dikutip Gunaldi (2004), menyatakan bahwa

administrasi pajak dapat dianggap sehat setelah memperoleh

kepercayaan serta pengertian dan dukungan dari masyarakat,

disyaratkan seperti: administrasi pajak harus dapat mengamankan

penerimaan negara, berdasarkan peraturan perundang-undangan dan

transparan, merealisasikan perpajakan yang sah dan adil sesuai

ketentuan dan menghilangkan kesewenag-wenangan seperti arogansi

dan perilaku yang dipengaruhi kepentingan pribadi, dapat mencegah

dan memberikan sanksi serta hukuman yang adil atas ketidakjujuran

dan pelanggaran, mampu menyelenggaran sistem perpajakan yang

efektif dan edisien, meningkatkan kepatuhan pembayar pajak,

25

memberikan dukungan terhadap pertumbuhan dan pembangunan usaha

yang sehat, memberikan kontribusi atas pertumbuhan masyarakat.

c. Fungsi Administrasi Pajak

Administrasi perpajakan mempunyai fungsi untuk menghasilkan

kinerja tertentu yaitu penerimaan pajak. Terdapat tiga tolak ukur untuk

menilai kinerja administrasi pajak yaitu:

1) Upaya pajak

Upaya pajak merupakan perbandingan antara hasil suatu

sistem pajak dengan kemampuan masyarakat untuk membayar

pajak, yang biasanya dengan menggunakan penerimaan domestik

bruto. Dengan demikian upaya pajak merupakan perbandingan

antara penerimaan pajak dengan penerimaan domestik bruto yang

merupakan rasio pajak, dan ukuran tersebut dapat digunakan untuk

melihat sejauh mana kontribusi pajak terhadap APBN.

2) Efektivitas Pajak

Efektivitas pajak mengukur hubungan antara hasil pengutan

pajak dengan potensi pajak. Efektivitas pajak merupakan

perbandingan realisasi pemungutan pajak dengan potensi pajak itu

sendiri, istilah yang lebih operasional untuk mengukurnya adalah

Tax Performance Indekx (TPI), yaitu perbandingan antara realisasi

penerimaan pajak dengan rencana penerimaan pajak. Potensi pajak

menyangkut semua tahap administrasi penerimaan pajak, mulai

dari menentukan wajib pajak, menetapkan nilai kena pajak,

26

memungut, menegakkan sistem pajak dan membukukan

penerimaan pajak. Oleh karena itu, potensi pajak akan tergantung

pada sejauh mana kemampuan suatu organisasi pengelola pajak

untuk mengadministrasikan pajak termasuk memberikan pelayanan

kepada wajib pajak.

3) Efesiensi Pajak

Efesiensi Pajak mengukur bagian dari hasil pajak yang

digunakan untuk menutup biaya pemungutan pajak yang

bersangkutan. Efesiensi atau daya guna adalah alat ukur bagian

dari hasil pajak yang digunakan untuk menutup biaya-biaya

pemungutan pajak yang bersangkutan. Dengan demikian dapat

dirumuskan bahwa: Efesiensi sama dengan realisasi penerimaan

pajak berbanding dengan biaya pemungutan pajak.

d. Reformasi Administrasi Perpajakan

Reformasi perpajakan meliputi dua area, yaitu reformasi kebijakan

pajak berupa peraturan dan undang-undang perpajakan dan reformasi

administrasi perpajakan. Reformasi administrasi memiliki tujuan

utama untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam

memenuhi kewajiban perpajakannya. Untuk mengadministrasikan

penerimaan pajak sehingga transparansi dan akuntabilitas mengenai

penerimaan sekaligus pengeluaran pembayaran dana dari pajak setiap

saat dapat diketahui. Selain itu, untuk memberikan suatu pengawsan

27

terhadap pelaksanaan pemungutan pajak, terutama kepada aparat

pengumpul pajak, wajib pajak ataupun wajib pajak.

Definisi reformasi administrasi menurut Gerald.E.Calden (2004),

merupakan kegiatan yang dibuat oleh manusia tidak bersifat

eksidental, otomatis maupun alamiah, reformasi administrasi

merupakan suatu proses dan resistensi beriringan dengan proses.

Sedangkan menurut Dr.Chaizi reformasi administrasi perpajakan

adalah penyempurnaan atau perbaikan kinerja administrasi baik secara

individu, kelompok maupun kelembagaan, agar lebih efisien, ekonmis

dan cepat.

Reformasi perpajakan dikatakan berhasil jika:

1) struktur pajak disederhanakan untuk kemudahan dan kepatuhan

2) strategi reformasi yang cocok harus dikembangkan

3) terdapat komitmen politik yang kuat terhadap peningkatan

administrasi pajak.

Administrasi perpajakan dituntut untuk bersifat dinamik sebagai

upaya peningkatan penerapan kebijakan pajak yang efektif, serta

menuntut agar sistem pajak baru meminimalisirkan biaya administrasi

dan biaya kepatuhan serta menjadikan administrasi pajak sebagai

bagian dari kebijakan pajak.

Elemen dasar dari reformasi perpajakan adalah :

1) Komitmen politik yang berkelanjutan

28

2) Sifat mampu berkonsentrasi terhadap pekerjaan dalam jangka

panjang

3) Strategi yang tepat untuk didefinisikan dengan baik karena tidak

ada strategi yang cocok untuk semua negara

4) Pelatihan dan pendidikan karyawan.

Tujuan utama reformasi perpajakan adalah untuk mencapai

efektifitas yaitu kemampuan untuk mencapai tingkat kepatuhan yang

tinggi, dan efisiensi yaitu berupa kemampuan untuk membuat biaya

administrasi per unit penerimaan pajak sekecil-kecilnya. Serta

bertujuan untuk mengkoordinasi efektivitas dan efesiensi pajak.

e. Penerapan Sistem Administrasi Pajak Modern

Direktorat Jenderal Pajak ( DJP ) telah memulai beberapa langkah

reformasi administrasi pajak jangka menengah sebagai prioritas

reformasi perpajakan yang menjadi landasan bagi terciptanya

administrasi pajak yang modern, efesien dan dipercaya masyarakat

dengan tujuan mencapai tingkat kepatuhan sukarela yang tinggi serta

produktivitas pegawai yang tinggi.

Program-program administrasi pajak jangka menengah adalah:

1) Meningkatkan kepatuhan wajib pajak, diantaranya: meningkatkan

kepatuhan secara sukarela, memelihara tingkat kepatuhan wajib

pajak dan menangkal tingkat ketidak patuhan wajib pajak.

29

2) Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap admiistrasi

perajakan, diantaranya: meningkatkan citra direktorat Jenderal

Pajak(DJP), melanjutkan pengembangan administrasi perpajakan.

3) Meningkatkan produktivitas aparat, diantaranya: meningkatkan

Sumber Daya Manusia (SDM) para petugas pajak, perbaikan

sarana dan prasarana, rencana kerja, kemampuan pengawasan dan

pembinaan serta reorganisasi Direktorat Jenderal Pajak (DJP).

Beberapa ciri penerapan sistem administrasi perpajakan

modern adalah perbaikan pelayanaan melalui pembentukan

Account Refresentativ dan Complaint Center untuk menampung

keberatan wajib pajak. Selain itu, menerapkan berbagai teknologi

terbaru seperti e-filling, e-payment, e-registration dan

e- councelling yang diharapkan mampu meningkatkan mekanisme

pengawasan yang efektif.

2. Sistem Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak

a. Dasar Hukum Sistem Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak (MP3).

Dasar hukum yang mengatur mengenai sistem Monitoring Pelaporan

Pembayaran Pajak (MP3) antara lain:

1) Undang-Undang tahun 1998 Jo. UU No.6 tahun 2000 tentang

ketentuan umum dan tata cara perpajakan

2) Keputusan Menteri Keuangan No.5/KMK.01/93 jo. Keputusan

Menteri Keuangan No.536/KMK.03/2002 tentang penunjukan

30

Bank persepsi dalam rangka pengelolaan setoran penerimaan

negara

3) Keputusan Menteri Keuangan No.493/KMK.03/1996 jo.

Keputusan Menteri Keuangan No. 538/KMK.03/2002 tentang

pengelolaan penerimaan dan pengeluaran negara melalui PT.Pos

Indonesia ( Persero)

4) Keputusan bersama Direktorat Jenderal Anggaran No.Kep-

76/A/2002 dan DJP No.Kep-288/PJ/2002 tentang pentatausahaan

penerimaan setoran pajak melalui Bank persepsi dan Bank devisa

persepsi yang diolah secara online.

5) Keputusan Direktorat Jendaral Pajak No.Kep-383/PJ/2002 tentang

tata cara pembayaran SSP melalui sistem pembayaran online dan

penyampaian SPT dalam bentuk digital

6) Keputusan Direktorat Jenderal Pajak No.Kep-162/PJ/2003 tentang

sistem Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak (MP3) pada DJP.

b. Pengertian Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak.

Monitoring Pelaporan pembayaran Pajak(MP3), merupakan sarana

bagi Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dalam mengawasi pembayaran

pajak secara elektronik yang disebut e- payment. Sistem pembayaran

pajak ini dilakukan oleh PT Pos (Persero), Bank Persepsi/ Bank Devisa

Persepsi yang telah melakukan hubungan pertukaran informasi data

secara online dengan Direktorat Jenderal Pajak, pembayaran setoran

pajak melalui sistem pembayaran online dapat dilaksanakan melalui

31

PT.Pos indonesia (persero) atau teller Bank Persepsi dan Bank Devisa

Persepsi secara online, maupun menggunakan fasilitas alat transaksi

yang disediakan oleh bank persepsi dan Bank Devisa Persepsi online.

Sesuai dengan keputusan Direktorat Jenderal Pajak No/Kep

12/PJ/2003 tentang pelaksanaan Monitoring Pelaporan Pembayaran

Pajak. Tempat pembayaran yang akan memberikan pelayanan

pembayaran pajak secara online wajib mengajukan permohonan

hubungan online dengan Direkorat Jenderal Pajak. Direktorat Jenderal

Pajak akan menghubungi Direkur informasi perpajakan dengan

tembusan Direktorat Jenderal Anggaran. Direktorat Jendaral Informasi

kemudian melakukan kerja sama untuk menyelaraskan sistem

pembayaran pajak online. Setelah penyelarasan sistem pembayaran pajak

berhasil dengan baik, maka Direktorat Jendral Pajak menerbitkan surat

rekomendasi yang disampaikan kepada Direktorat Jendral Anggaran.

Tembusan kepada tempat pembayaran pajak secara online.

Sesuai dengan keputusan Direktorat Jendral Pajak No.Kep

383/PJ/2002 wajib pajak dapat melakukan pembayaran setoran pejak

melalui sistem pembayaran online terhitung mulai tanggal 1 Juli 2002.

sedangkan untuk wajib pajak besar wajib melakukan pembayaran

setoran pajak melalui sistem pembayaran online dan menyampaikan SPT

dalam bentuk digital terhitung mulai tanggal 1 September 2002.

Wajib pajak yang melakukan pembayaran pajak melalui unit Bank

Presepsi, Bank Devisa Presepsi dan Pos Indonesia (Persero) yang belum

32

dapat melakukan administrasi penerimaan pajak secara online namun

masih berhak menerima pembayaran pajak dapat melakukan

pembayaran pajak pada unit tersebut tidak secara online sampai tanggal

31 Desember 2003.

c. Fungsi Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak (MP3)

Adapun fungsi dari Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak (MP3)

adalah sebagai berikut :

1) Meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak

Dengan adanya kemudahan pembayaran pajak melalui sistem

pembayaran pajak secara online serta fasilitas alat pembayaran yang

disediakan, wajib pajak tidak lagi mengalami kesulitan untuk

melkasanakan kewajiban perpajakannya. Selain itu, dengan adanya

fasilitas ini akses wajib pajak semakin mudah dan cepat

2) Memberikan kepastian hukum kepada wajib pajak

Sejak dilakukannya penyetoran pajak oleh wajib pajak melalui

Bank yang sudah online dengan Direktorat Jenderal Pajak, maka

wajib pajak yang sudah menyetor pajak yang harus dibayarkan pada

tanggal tersebut secara otomatis sudah melaporkan kewajiban

perpajakannya kepada Direktorat Jenderal Pajak. Dibandingkan

dengan sistem pelaporan yang sudah ada, melalui sisitem MP3 data

pembayaran pajak wajib pajak dapat langsung terekam dan diolah

dalam database nasional maupun lokal tanpa harus menunggu berkas

wajib pajak yang melewati prosedur administrasi atau tatausaha

33

pajak yang ada. Dengan demikian wajib pajak tidak dirugikan akibat

kesalahan prosedur administrasi atau tatausaha perpajakan.

1) Memonitor Kepatuhan Wajib Pajak

Pengawasan kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan

kewajiban perpajakannya mulai dari penyetoran hingga pelaporan

kewajiban perpajakannya dapat dilakukan dengan bantuan sarana

Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak (MP3). Pengawasan

kewajiban perpajakan dengan sistem ini selalu dilakukan

pengawasan oleh Account Refresentativ pada seksi pengawasan dan

konsultasi di Kantor Pelayanan Pajak Modern terhadap semua wajib

pajak yang menjadi tanggung jawabnya.

2) Menjamin validitas dan akurasi data pembayaran pajak

Dengan pelaksanaan sisitem Monitoring Pelaporan Pembayaran

Pajak (MP3) yang telah diterapkan, maka kesalahan akan

perhitungan atau kurang akuratnya data yang diterima dari masing-

masing pos yang berada dalam alur SSP maupun data pembayaran

pajak semua wajib pajak dapat dihindari. Hal ini karena adanya

sistem yang terintegrasi dari pengelolaan secara otomatis sehingga

sedikit menggunakan cara manual atau pengelolaan langsung melalui

Sumber Daya Manusia. Data yang dikelola dari Bank hingga ke

Kantor Pelayanaan Pajak tidak akan salah akibat human error.

3) Menghindari kejahatan di bidang perpajakan

34

Tidak dapat dihindari sistem manual yang diterapkan selama ini

terdapat banyak kelemahan. Di antaranya pemalsuan atas SSP

sehingga mengurangi kinerja KPP dalam mencapai target

penerimaan. Hal tersebut juga merugikan negara serta menciptakan

tindakan kriminalitas bagi wajib pajak serta oknum yang

bekerjasama.

Dengan penerapan sistem Monitoring Pelaporan Pembayaran

Pajak ini, tindakan kriminal di bidang perpajakan dapat dicegah

dan segera terdeteksi.

4) Mempercepat pengambilan keputusan

Dengan akses informasi, penerimaan pajak yang lebih cepat

dan akurat. Data informasi yang disediakan dari saran Monitoring

Pelaporan Pembayaran Pajak (MP3) ini mempercepat dalam

menghasilkan Laporan Penerimaan Pajak (LPP) bulanan. Laporan

penerimaan pajak yang telah dihasilkan menampung berbagai

informasi tentang perpajakan, mulai dari rencana penerimaan,

realisasi hingga perbandingan rencana dan realisasi. Sehingga

Kantor Pelayanan Pajak dapat membuat analisa atas kinerjanya dan

mengambil langkah kebijaksanaannya untuk meningkatkan

penerimaan pajak. Selain itu, informasi yang diterima dari sistem

Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak (MP3) dapat digunakan

untuk menganalisa kepatuhan wajib pajak atau gambaran

kemampuan perpajakan setiap wajib pajak.

35

d. Tata Cara Pelaksanaan Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak (MP3)

Berikut ini adalah gambaran umum mengenai tata cara pelaksanaan

sistem Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak :

1) Teller Bank memasukkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), kode

KPP, Nomor kode administrasi Pajak, kode mata anggaran pajak dan

kode administrasi pajak. Kemudian data-data tersebut di kirim ke

Direktorat Jenderal Pajak

2) Bank menerima konfirmasi atas data pembayaran yang dikirimkan ke

Direktorat Jenderal Pajak serta menampilkan nama wajib pajak,

alamat, kota kedudukan wajib pajak, uraian MAP dan uraian jenis

setoran.

3) Teller Bank memasukkan masa pajak, tahun pajak, Nomor ketetapan

pajak ( jika membuat STP atau SKP) dan jumlah pembayaran pajak.

4) Pada saat data pembayaran wajib pajak sudah selesai dicatat di

komputer kantor pusat Direktorat Jenderal Pajak, Nomor Transaksi

Pembayaran Pajak (NTPP) di generate oleh sistem yang ada di

Direktorat Jenderal Pajak dan akan muncul dalam layar komputer

teller Bank.

5) Nomor transaksi pembayaran pajak selanjutnya dapat dicetak di SSP

dengan printer atau dikutip oleh Bank dan ditulis ke SSP

6) Bank dan DJP melakukan rekonsiliasi, yaitu proses identifikasi

perbedaan dan persamaan data pembayaran setoran pajak yang

36

tercatat dalam sistem komputer DJP dengan kantor penerima

pembayaran pajak setiap hari pada jam tertentu.

Walaupun pembayaran pajak sudah dilakukan dengan sistem

Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak (MP3), namun pelaporan

pembayaran pajak dengan sarana SSP masih dilakukan dengan prosedur

standar yaitu alur penyampaian SSP lembar ke 2 yang disampaikan olen

Bank melalui kantor penerimaan dan pembendaharaan negara dan kantor

wilayah DJP. Hal ini dilakukan sebagai legalitas terhadap penyetoran

penerimaan negara yang ditangani sepenuhnya oleh Kantor Penerimaan

dan Pembendaharaan Negara (KPPN), kemudian SSP khusus yang

digunakan sebagai SSP lembar ke 3 yang dijadikan sarana pelaporan

pembayaran wajib pajak diterima oleh Kantor Pelayanan Pajak untuk

dilakukan Cross check.

3. Modul Penerimaan Negara

Dalam upaya meningkatkan pendapatan Negara serta memudahkan

pihak-pihak yang terlibat dalam peningkatan pendapatan tersebut, sistem

komputerisasi sudah mulai digunakan. Seperti Sistem Penerimaan Negara

atau SISPEN yang dikelola oleh Jenderal Anggaran. Sistem Monitoring

Pelaporan Pembayaran Pajak (MP3) yang dikelola oleh Direktirat Jenderal

Pajak (DJP) serta sistem Electronic Data Interchange (EDI) yang dikelola

oleh Direktorat Jenderal Bea dan cukai. Keberadaan ketiga sistem tersebut,

SISPEN, MP3, dan EDI menimbulkan kendala, terutama bagi pihak bank

yang harus mengelola mekanisme masing-masing sistem tersebut. Padahal

37

selain teknis pengolahan ketiga sistem tersebut berbeda sehingga

menimbulkan keruwetan.

Pada tahun 2004 dibentuk Ditjen Perbendaharaan yang bertindak sebagai

pencatat sekaligus pemegang kas negara. Akan tetapi, keruwetan yang

dialami oleh pihak bank berimbas terhadap kinerja Ditjen Anggaran yaitu

output dari ketiga sistem tersebut tidak dapat direkonsiliasi.

Terobosan saat ini untuk pencatatan penerimaan negara dilakukan oleh

Departemen Keuangan. Dengan dibantu oleh Ditjen Perbendaharaan, Ditjen

Pajak, Ditjen Bea Cukai, Ditjen Anggaran dan Perimbangan Keuangan, serta

serkertariat Jenderal. Terobosan ini berupa Modul Penerimaan Negara yang

disebut MPN-Prima. Nilai lebih dari MPN-Prima adalah karena terintegrasi

dengan sistem perbankan serta adanya Central Database di Departemen

Keuangan untuk transaksi penerimaan yang dapat diakses oleh unit-unit

terkait di lingkungan DepKeu. Jadi, Modul Penerimaan Negara adalah

modul yang memuat serangkaian prosedur mulai dari penerimaan,

penyetoran, pencatatan, sampai dengan pelaporan. Yang mengintegrasikan

tiga sistem penerimaan yang berjalan selama ini, yaitu sistem MP3, EDI,

dan SISPEN.

Keuntungan MPN- Prima di antaranya adalah memberikan kemudahan

dan memberi kepastian melalui berbagai cara dan fasilitas payment channel,

layanan setoran 24 jam, semua jenis setoran penerimaan negara, kode

penomoran khusus untuk setiap transaksi, jaminan validitas transaksi

penerimaan, dan real time monitoring.

38

4. Profesionalisme

Menurut kamus Poerwadarminta, definisi profesional adalah orang

yang mempunyai keahlian ( Poerwadarminta, 1982 : 769 ). Atau secara

lebih luas profesional juga dapat diartikan sebagai orang yang bekerja

berdasarkan standar kualitas, kuantitas, waktu dan biaya. Sementara,

menurut Tantri Abeng, seorang profesional mempunyai ciri-ciri sebagai

berikut ( Kattopo, 2000 : 124 ) :

a. Penguasaan ilmu yang memadai. Penguasaan ilmu yang memadai

dalam bidang yang ditekuninya merupakan landasan utama seorang

profesional dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dan

dalam mengambil keputusan.

b. Kemampuan dalam menguasai ilmu tersebut harus diimbangi dengan

kemampuan dalam menerapkannya. Ilmu yang dikuasai tidak akan

mempunyai arti jika dipraktekkan. Oleh karena itu, ilmu harus dapat

diaplikasikan dalam bentuk keterampilan (skill).

c. Mempunyai sikap mental yang positif sehingga dapat memotivasi diri.

Sikap mental positif diperlukan untuk menghadapi berbagai

permasalahan dan pengambilan keputusan dengan baik.

d. Wawasan yang luas, baik tentang hal-hal yang berhubungan dengan

pekerjaan atau yang tidak berhubungan dengan pekerjaan. Seorang

profesional dituntut untuk bersikap bijak dalam menghadapi berbagai

permasalahan. Wawasan yang luas akan membuat seseorang bijak

dalam mengambil keputusan.

39

e. Mampu mensenyawakan sudut pandang (Visi), nilai (value) dan

keberanian secara konsisten. Visi memberikan arah kerja yang jelas,

nilai memberikan bobot pada hal yang dikerjakan, dan keberanian

memberikan semangat dan keyakinan pada pelaksanaan pekerjaan.

Perpaduan antara visi, nilai dan keberanian akan membentuk pribadi

yang mempunyai integritas profesional.

Dari beberapa kriteria dan pengertian tentang profesionalisme di

atas dapat disimpulkan bahwa profesionalisme dalam perpajakan adalah

suatu tindakan perpajakan yang dilakukan oleh petugas pajak yang

memenuhi standar kualitas, kuantitas, waktu dan biaya yang telah

ditetapkan serta didasarkan pada peraturan pajak yang berlaku.

5. Kepatuhan Wajib Pajak

Berbagai upaya dilakukan agar tingkat kepatuhan wajib pajak

meningkat. Salah satu tolak ukur untuk mengukur perilaku wajib pajak

adalah tingkat kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban

mengisi dan menyampaikan SPT secara tepat waktu. Semakin tinggi

tingkat pemasukan SPT, diharapkan semakin tinggi pula tingkat kepatuhan

wajib pajak dalam melaksanakan dan memenuhi kewajiban pajaknya

(Asikin, Noorjaya, dan Himawati, 1991 : 263).

Asikin dan kawan-kawan mengatakan bahwa tidak terdapat satu

rumusan yang pasti yang dapat dijabarkan untuk mengatasi problema-

problema tentang kepatuhan wajib pajak. Suatu program perencanaan yang

cermat, berupa program jangka pendek dan jangka panjang, yang meliputi

40

penyederhanaan sistem perpajakan, penanganan aparatur, pemberian

pelayanan kepada wajib pajak, penertiban administrasi, pendidikan pajak

dan penegakan hukum merupakan kegiatan-kegiatan yang akan

memberikan dampak positif pada kepatuhan dan kerelaan wajib pajak

untuk memenuhi kewajibannya.

Dengan dilaksanakannya self assesment, maka kepatuhan wajib

pajak merupakan suatu syarat yang harus dicapai. Dalam hal ini, seluruh

jajaran Ditjen Pajak berusaha untuk mendorong dan mencapai tingkat

kepatuhan wajib pajak setinggi-tingginya dengan cara meraih kepercayaan

dari masyarakat terhadap integritas dan pelayanan pajak yang sebaik-

baiknya. Wajib pajak yang berpendidikan dan memperoleh pengetahuan

pajak berdasarkan kenyataan yang ada, akan lebih patuh dalam memenuhi

kewajiban pajaknya daripada yang kurang memperoleh informasi.

Belakangan ini telah dilakukan pemeriksaan pajak dari wajib

pajak-wajib pajak besar, dimana hasilnya menunjukkan masih banyak

pelanggaran berupa laporan keuangan yang dibuat sedemikian rupa seperti

mengecilkan peredaran atau penghasilan, membuat perkiraan fiktif,

memungut dan menyetorkan PPh 21, PPh 23, dan PPh 26 secara tidak

benar, meninggikan biaya dengan cara memasukkan unsur-unsur bukan

biaya sehingga penghasilan kena pajaknya menjadi lebih kecil dibanding

dengan sebenarnya.

Untuk itu perlu diamati secara sungguh-sungguh tingkat kepatuhan

wajib pajak, misalnya perbedaan antara jumlah pajak yang seharusnya

41

diperkirakan dapat dihimpun dan realisasi penerimaannya, kepatuhan

memasukkan SPT masa dan tahunan, banyaknya pelanggaran dan tindak

pidana fiskal selama masa pemeriksaan/penyelidikan tertentu,

perkembangan kegiatan pelayanan kepada wajib pajak, terutama berupa

informasi mengenai pengetahuan pajak, serta banyaknya keberatan dan

tunggakan pajak.

Dalam hubungan dengan kepatuhan wajib pajak, maka program-

program kerja yang perlu ditangani adalah :

a. Pelayanan kepada wajib pajak dengan sebaik-sebaiknya

b. Penyelenggaraan administrasi yang sesuai dengan perubahan ekonomi

dan teknologi

c. Memperlihatkan faktor sikap laku dan sikap fikir manusia antara lain

tingkat kepercayaan kepada Pemerintah, persepsi tentang perlakuan

yang sama terhadap wajib pajak, persepsi tentang penyelundupan

pajak, persepsi tentang sanksi hukum serta efesiensi petugas pajak

d. Kerjasama dengan berbagai instansi Pemerintah maupun swasta.

Pengembangan kesadaran dan kepatuhan wajib pajak, dari selama ini

diketahui ada enam poin yang sangat mempengaruhi. Dari keenam poin

tersebut, terdapat empat poin yang berada dalam kewenangan Direktorat

Jenderal Pajak, sedangkan dua poin berada di luar kewenangan Direktorat

Jenderal Pajak.

Empat poin yang berada dalam kewenangan Direktorat Jenderal

Pajak adalah:

42

a. Tarif pajak yang ada di Indonesia sudah relatif murah jika

dibandingkan dengan negara lain

b. Pelaksanaan penagihan yang rapi, konsisten dan konsekuen

c. Ada tidaknya sanksi bagi pelanggar

d. Pelaksanaan sanksi secara konsisten, relevan dan adil.

B. Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Daftar Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

1 Noval

Fernando

Analisis Perbedaan Tingkat

Kepuasan Wajib Pajak

Terhadap Pelayanan Sebelum

dan Sesudah Administrasi

Pajak Modern di Kantor

Pelayanan Pajak

Terdapat perbedaan

tingkat kepuasan wajib

pajak setelah

dilaksanakannya

sistem administrasi

perpajakan modern,

sehingga meningkatkan

kepatuhan wajib pajak

2 Heru Nur

Akhmad

Tinjauan Pelaksanaan Sistem

Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak Terhadap

Penerimaan Wajib pajak

Dengan penerapan

sistem Monitoring Pelaporan Pembayaran

Pajak, dapat meningkatkan

penerimaan yang berasal dari wajib

pajak karena sistem ini langsung melaporkan

jumlah yang diterima

secara langsung tanpa

melalui sistem manual

yang memungkinkan

terdapat

penyelewengan

terhadap jumlah

penerimaan yang

berasal dari wajib

43

pajak

3 Hariyatmoko

Nurcahyo

Nugrato

Evaluasi Atas Kualitas

Pelayanan Terhadap Wajib

Pajak

Kualitas pelayanan

yang baik, maka akan

meningkatkan tingkat

kepatuhan wajib pajak,

karena mereka merasakan kepuasan di

dalam melaksanakan kewajiban perpajakan

mereka

4 Aplikasi e-Government Dalam

Perpajakan Di Indonesia, Tinjauan Atas Implementasi

Sistem Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak

Sistem Monitoring

Pelaporan Pembayaran Pajak (MP3),

memudahkan wajib pajak dalam

melaksanakan kewajiban

perpajakannya serta

sudah mulai

terwujudnya sistem e-

Government yang

cukup baik, akan tetapi

sistem ini belum

berjalan maksimal,

karena jika terdapat

penolakan data wajib

pajak di Bank Persepsi,

wajib pajak diharuskan

melapor ke KPP,

sedangkan Bank Persepsi sendiri tidak

memiliki solusi untuk mengatasi masalah

tersebut.

Sumber : Perpustakaan STAN

C. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dari skripsi ini, adalah melihat sejauh mana pengaruh

sistem Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak (MP3) dan Profesionalisme

44

terhadap kepatuhan wajib pajak. Seperti diilustrasikan dengan gambar di

bawah ini:

Gambar 2.1

Pengaruh Penerapan Sistem Monitoring Pelaporan Pembayaran

Pajak dan Profesionalisme Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Berdasarkan gambar di atas peneliti ingin melihat seberapa besarkah

pengaruh penerapan sistem MP3 dan profesionalisme terhadap kepatuhan

wajib pajak.

D. Pengembangan Hipotesis

Pengembangan Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Ha1 : Sistem monitoring pelaporan pembayaran pajak secara signfikan

berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak

Ha2 : Profesionalisme petugas pajak secara signifikan berpengaruh

terhadap kepatuhan wajib pajak

Penerapan system

Monitoring Pelaporan

Pembayaran Pajak

(MP3)

Kepatuhan

Wajib Pajak

Profesionalisme

45

Ha3 : Sistem monitoring pelaporan pembayaran pajak dan

Profesionalisme secara bersama-sama berpengaruh signifikan

terhadap kepatuhan wajib pajak

46

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cengkareng,

yang beralamat di Jalan Lingkar Luar Barat No.10 A cengkareng, Jakarta

Barat. Penelitian ini dilakukan dengan cara menyebarkan kuisioner kepada

petugas pajak yang bekerja di Kantor Pelayanan tersebut, karena di dalam

penelitian ini membutuhkan jawaban yang berasal dari petugas pajak.

B. Metode Penentuan Sampel

Metode penentuan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah

metode probabilitas atau metode pemilihan sampel secara acak. Penulis

menggunakan metode pemilihan sample secara acak sederhana di mana

metode ini memberikan kesempatan yang sama yang bersifat tak terbatas pada

setiap elemen populasi untuk dipilih sebagai sampel. Penulis menjadikan

kumpulan petugas pajak sebagai populasi penelitian dan mengambil sampel

secara acak dari populasi tersebut untuk digunakan dalam melaksanakan

penelitian.

C. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk

memperoleh data yang dibutuhkan. Sumber data yang digunakan dalam

47

penelitian dibagi menjadi dua, yaitu sumber data primer dan data sekunder.

Pengumpulan data sekunder menggunakan dua tehnik atau tipe, yaitu

wawancara dan penyebaran kuesioner.Di dalam penelitian ini, data yang

digunakan adalah sumber data primer dengan menggunakan tehnik kuesioner.

Tehnik kuesioner merupakan bentuk data yang berisi pertanyaan yang

berhubungan dengan permasalahan yang diajukan dengan alternatif pilihan

jawaban dengan menggunakan skala likert.

D. Metode Analisis Data

1. Uji Kualitas data

Dilakukan pengujian kualitas data yang terkumpul dengan

menggunakan pengujian sebagai berikut:

a. Uji Validitas Data

Uji validitas data digunakan untuk mengukur sah atau valid

tidaknya suatu kuisioner, suatu kuisioner dikatakan valid jika

pertanyaan dalam kuisioner mampu mengungkapkan sesuatu yang

diukur pada kuisioner tersebut. Pengujian validitas butir pertanyaan ini

menggunakan pearson correlation, yaitu dengan cara menghitung

korelasi antara skor masing-masing butir pertanyaan dengan total skor.

Jika korelasi antara skor masing-masing butir pertanyaan dengan total

skor mempunyai tingkat signifikan di bawah 0,05 maka butir

pertanyaan tersebut dinyatakan valid atau sebaliknya. (Ghozali, 2005).

48

b. Uji Reliabilitas Data

Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengtahui adanya konsistensi

dari indikator dalam mengindifikasikan sebuah konstruk, suatu

kuisioner dikatakan relibel (andal) jika jawaban terhadap pertanyaan

adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Uji reliabilitas dapat

dilihat pada koefisien (cronbach alpha) jika nilai cronbach alpha > 0,6

maka konstruk dianggap reliabel (Nunnally, 1981).

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas data

Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model

penelitian, variabel independen dan variabel dependen mempunyai

distribusi normal atau tidak. Model yang baik adalah memiliki distribusi

data normal atau mendekati normal. Untuk mengujinya dapat dilakukan

analisis grafik atau dengan melihat normal probability plot yang

membandingkan distribusi komulatif dari distribusi normal. Jika

distribusi normal maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya

akan mengikuti garis diagonalnya ( Ghozali, 2005).

b. Uji Multikolinieritas

Uji multikolineritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

penelitian ini ditemukan adanya korelasi antar variabel independen.

Model yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel

independen. Deteksi ada tidaknya multikolinieritas yaitu dengan

menganalisis matriks korelasi variabel-variabel independen, atau dengan

49

melihat nilai Variance Inflation Faktor (VIF) yaitu di atas 10 sama

dengan nilai tolerance 0,10 ( Ghozali, 2005).

c. Uji Heteroskedasitas

Uji heteroskedasitas bertujuan menguji apakah dalam model

penelitian terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan

ke pengamatan lain. Jika variance residual satu pengamatan ke

pengamatan lain tetap, maka disebut homoroskedasitas dan jika berbeda

disebut heteroskedasitas (Ghozali, 2005).

3. Uji Hipotesis

Untuk menguji penelitian yang telah dirumuskan, penelitian ini

menggunakan analisis jalur path (path analysis). Tehnik ini

digunakan untuk menguji besarnya kontribusi yang ditunjukan oleh

koefisien jalur pada setiap diagram jalur dari hubungan kausal antara

variable X1 (sistem Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak ) dan

X2 (Profesionalisme petugas pajak) terhadap Y (Kepatuhan wajib

pajak). Di mana dalam penelitian ini terdapat dua variabel

independen dan satu variabel dependen, yang dapat dibuat persamaan

sebagai berikut :

Y = A + B1.X1 + B2.X2 + e

Keterangan : Y = Kepatuhan wajib pajak

A = Konstanta

B = Koefisien

X1 = Sistem Monitoring Pembayaran Pajak (MP3)

50

X2 = Profesionalisme petugas pajak

e = error

a. Koefisien Determinasi ( Adjusted R-Square)

Di gunakan untuk membuat persentase variansi variable

independent terhadap variabel dependen serta seberapa besar

pengaruh dari faktor lain yang tidak dimasukkan dalam

penelitian. Jika nilai Adjusted R-Square adalah 1 berarti

kuatnya kemampuan fluktuasi variabel dependen seluruhnya

dapat dijelaskan oleh variable independen dan tidak ada faktor

lain yang menyebabkan fluktuasi variabel dependen, sebaliknya

jika nilainya mendekati angka 0, maka semakin rendah

kemampuan fluktuasi variabel dependen (Santoso, 2004).

b. Uji F (Fisher)

Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh semua

variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi

secara bersama-sama terhadap variable dependen yang diuji

pada tingkat signifikan 0,05. Jika nilai probability F lebih besar

dari 0,05 maka model penelitian dapat digunakan untuk

memprediksi variabel dependen atau dengan kata lain variabel

independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap

variabel dependen (Ghozali, 2005)

51

c. Uji t

Uji t digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

pengaruh masing-masing variabel independen secara individual

terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikan

0,05. Jika nilai probability t lebih kecil dari 0,05 maka ada

pengaruh independen terhadap variabel dependen (Ghozali,

2005).

E. Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya

Tabel 3.1

Operasional Variabel

Variabel Sub Variabel Indikator

Implementasi � Pemberian

informasi

� Menghemat

waktu dan biaya � Menekan

kesalahan dan pemalsuan

� Memiliki pemorsesan

yang cepat

Monitoring Pelaporan

Pembayaran Pajak

(MP3)

(X1)

Pemahaman � Mengetahui dengan pasti alur

kerja � Mengetahui

prosedur sistem

dengan baik

� Mengetahui

dengan cepat

kesalahan yang

terjadi

� Mampu

mengatasi

masalah setiap

52

saat

Pengetahuan � Memiliki

pendidikan

formal

perpajakan

� Mampu menerapkan

ilmu perpajakan � Mengerti sistem

perpajakan � Memiliki

wawasan yang luas dalam

melaksanakan pekerjaan

Pelayanan � Mendengarkan permasalahan

yang dihadapi

wajib pajak

� Memiliki

penjelasan dan

kemampuan

pengkomunikasi

an yang baik

� Memberikan

kemudahan

bagi wajib pajak

dalam

melaksanakan

kewajibannya

Profesionalisme petugas

pajak ( X2)

Peningkatan mutu � Pelatihan bagi

aparat pajak � Memiliki sistem

kepegawaian yang baik

� Sikap tanggung jawab, jujur dan

selalu berpikir positif

� Pengalaman

kerja yang

disertai kualitas

Kepatuhan Wajib Pajak Kesadaran dan kemauan � Mendaftarkan

diri sebagai

wajib pajak

53

� Menyampaikan

SPT tepat waktu

� Membayar pajak

dengan jumlah yang tepat

� Membayar tunggakan pajak

dengan sukarela

(Y)

Penerapan hukum dan

peraturan

� Penerapan

hukum yang adil � Kinerja sanksi

berlaku kesemua wajib pajak

1. Variabel Independen

a. Sistem Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak (MP3)

Sistem monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak (MP3)

merupakan sarana bagi Direktorat Jenderal Pajak dalam

mengawasi pembayaran pajak secara elektronik yang disebut e-

payment. Dalam melaksanakan administrasi perpajakkan modern,

sistem ini diusahakan mampu memberikan fungsinya secara

maksimal. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala likert

lima poin.

b. Profesionalisme Petugas Pajak

Poerwardaminta(1982:769) mendefinisikan profesionalisme

adalah orang yang mempunyai keahlian, atau lebih luas dapat

diartikan sebagai orang yang bekerja berdasarkan standar kualitas,

kuantitas, waktu dan biaya. Kattopo ( 2000: 124) mendefinisikan

profesionalisme adalah seseorang yang menguasai ilmu yang

memadai disertai dengan kemampuan penerapan ilmu tersebut,

54

mempunyai sikap menta positif, wawasan luas dan mampu

mengendepankan visi dan misi secara konsisten. Variabel ini

diukur dengan menggunakan skala likert lima poin.

2. Variabel Dependen ( Kepatuhan Wajib Pajak)

Menurut direktorat Jenderal Pajak kepatuhan merupakan segala

jenis kewajiban perpajakan yang dilaksanakan tepat waktu (penyampaian

SPT), tidak mempunyai tunggakan pembayaran pajak, tidak pernah

dijatuhi hukuman akibat kelalaian dalam melaksanakan kewajiban

perpajakan. variabel ini diukur dengan menggunakan skala likert lima

poin.

55

BAB IV

PENEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian

1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Cengkareng, yang beralamat di Jalan Lingkar Luar Barat No.10 A

Cengkareng, Jakarta Barat. Penelitian ini menganalisa pengaruh

penerapan Sistem Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak (MP3) dan

Profesionalisme Terhadap kepatuhan Wajib Pajak di kawasan KPP

Pratama Cengkareng.

Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuisioner secara

langsung kepada para responden, yang dimulai dari Februari hingga Maret,

akan tetapi penyebaran ini dilakukan secara bertahap.

Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan dalam penelitian,

kuisioner yang dibagikan berjumlah 70. Akan tetapi, hanya 50 karyawan

yang bersedia menjawab atau mengisi kuisioner yang diberikan. Adapun

gambaran karakteristik data kuisioner dapat dilihat pada tabel berikut :

56

Tabel 4.1

Tingkat Pengembalian Kuesioner

Keterangan Frekuensi Persentase

Jumlah kuesioner yang didistribusikan 70 100 %

Jumlah kuesioner yang direspon 50 71,4%

Jumlah kuesioner yang tidak direspon 20 28,6%

Tabel 4.1 menunjukkan tingkat pengembalian kuesioner, dari tabel

tersebut dapat diketahui jumlah kuesioner yang disebarkan sebanyak 70

eksemplar, dari 70 eksemplar yang dikirimkan, yang kembali sebanyak 50

eksemplar (71,4%) dan sebanyak 20 eksemplar yang tidak direspon

(28,6%).

2. Karakteristik Responden

Tabel 4.2

Karakteristik Responden

No. Karakteristik Responden Frekuensi Persentase

1. Jumlah Sampel 50 100%

2. Jenis Kelamin

a. pria 37 74%

b. wanita 13 26%

Jumlah 50 100%

3. Usia Responden

22- 30 Tahun 43 86%

30- 40 Tahun 7 14%

Jumlah 50 100%

57

Tabel 4.2 di atas memperlihatkan jumlah responden sebanyak 50

reponden yang terdiri dari responden wanita sebanyak 13 orang dengan

tingkat persentase 26 %, sedangkan responden pria sebanyak 37 orang

dengan tingkat persentase 74%. Dapat disimpulkan bahwa jumlah

responden pria lebih banyak dari pada responden wanita.

Dilihat pada tabel 4.2 terdapat responden yang berusia antara 22 sampai

dengan 30 tahun mendominasi penelitian ini dengan tingkat persentase

86%.

B. Uji Kualitas Data

1. Uji Validitas

Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan Pearson Correlation.

Pedoman suatu model dikatakan valid jika tingkat signifikasi dibawah 0,05

maka butir pertanyaan tersebut dapat dikatakan valid.

Tabel 4.3

Hasil Uji Validitas (MP3)

Pertanyaan Sig Pearson

Correlation

Keterangan

MP1 0,000 0,808** Valid

MP2 0,000 0,729** Valid

MP3 0,000 0,747** Valid

MP4 0,000 0,849** Valid

MP5 0,000 0,732** Valid

MP6 0,000 0,814** Valid

MP7 0,000 0,488** Valid

MP8 0,000 0,763** Valid

MP9 0,000 0,721** Valid

MP10 0,000 0,662** Valid

58

Pada hasil uji validitas dengan menggunakan Pearson Correlation di atas

memperlihatkan semua nilai korelasi. Seperti terlihat semua pertanyaan dapat

dikatakan valid karena memiliki nilai signifikan dibawah 0,05 yaitu 0,000 .

Berarti item-item dari variabel independensi Pelaporan Pembayaran Pajak

(MP3) adalah valid.

Tabel 4.4

Hasil Uji Validitas ( Profesionalisme)

Pertanyaan Sig Pearson

Correlation

Keterangan

P1 0,000 0,599** Valid

P2 0,000 0,727** Valid

P3 0,000 0,510** Valid

P4 0,000 0,743** Valid

P5 0,000 0,780** Valid

P6 0,000 0,746** Valid

P7 0,000 0,625** Valid

P8 0,000 0,680** Valid

P9 0,000 0,809** Valid

P10 0,000 0,528** Valid

Pada hasil uji validitas dengan menggunakan Pearson Correlation di atas

memperlihatkan semua nilai korelasi. Seperti terlihat semua pertanyaan dapat

dikatakan valid karena memiliki nilai signifikan dibawah 0,05 yaitu 0,000 .

Berarti item-item dari variabel intervening profesionalisme adalah valid.

Tabel 4.5

Hasil Uji Validitas ( Kepatuhan WP)

Pertanyaan Sig Pearson

Correlation

Keterangan

K1 0,000 0,783** Valid

K2 0,000 0,720** Valid

59

K3 0,000 0,612** Valid

K4 0,000 0,695** Valid

K5 0,003 0,418** Valid

K6 0,000 0,728** Valid

K7 0,000 0,635** Valid

K8 0,000 0,620** Valid

K9 0,000 0,446** Valid

K10 0,000 0,678** Valid

Hasil uji validitas dengan menggunakan Pearson Correlation di atas

memperlihatkan semua nilai korelasi. Seperti terlihat semua pertanyaan dapat

dikatakan valid karena memiliki nilai signifikan dibawah 0,05 yaitu 0,000 dan

0,003. Berarti item-item dari variabel dependen kepatuhan adalah valid.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas ini dilakukan untuk menilai konsistensi dari instrument

penelitian, instrument dikatakan reliable jika nilai cronbach alpha diatas 0,6.

Hasil dari uji reliabilitas dapat dilihat pada table 4.6

Tabel 4.6

Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Cronbach alpha

Monitoring Pelaporan Pembayaran

Pajak (MP3)

0,772

Profesionalisme petugas pajak 0,762

Kepatuhan wajib pajak 0,758

60

Tabel 4.6 di atas menunjukan hasil uji yang reliable karena nilai alpha

dari masing-masing pertanyaan yang meliputi, sistem Monitoring Pelaporan

Pembayaran Pajak (MP3), Profesionalisme dan kepatuhan wajib pajak di atas

nilai 0,6 yaitu 0,772; 0,762 dan 0,758.

C. Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan uji normal probability plot yang dapat dilihat pada

penyebaran data yang berupa titik-titik pada sumbu diagonal dari grafik,

jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah diagonal

maka model regresi tersebut memenuhi asumsi normalitas dan sebaliknya,

jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis

diagonal maka model regresi tersebut tidak terdistribusi secara normal.

61

0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0

Observed Cum Prob

0.0

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0

Ex

pe

cte

d C

um

Pro

bDependent Variable: Kepatuhan

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Gambar 4.1

Hasil Uji Normalitas

2. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas digunakan untuk menguji apakah pada model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variable independen. Hasil uji

multikolinieritas dapat dilihat pada tabel 4.7

62

Tabel 4.7

Hasil Uji Multikolinieritas Coefficients(a)

Collinearity Statistics

Model Tolerance VIF

MP3 .727 1.375 1

Profesionalis

me .727 1.375

a Dependent Variable: Kepatuhan

Tabel di atas menunjukkan hasil uji multikolinieritas tampak

bahwa untuk keseluruhan sample tidak terjadi korelasi antar variabel

independent karena nilai Tolerance lebih besar dari 0,10 dan nilai VIF

tidak lebih besar dari angka 10.

C. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model

regresi terjadi heteroskedastisitas dari suatu residual dari pengamatan satu

ke pengamatan lain.

-2 -1 0 1 2

Regression Standardized Predicted Value

-3

-2

-1

0

1

2

3

Regr

essio

n St

uden

tized

Res

idua

l

Dependent Variable: Kepatuhan

Scatterplot

Gambar 4.2

Hasil Uji Heteroskedastisitas

63

Gambar di atas menunjukan tidak adanya heteroskedastisitas

karena titik-titik menyebar secara acak di bawah angka nol pada sumbu Y.

D. Uji Hipotesis

Uji hipotesis digunakan untuk menguji kebenaran hipotesis yang

menyatakan bahwa sistem monitoring pelaporan pembayaran pajak,

profesionalisme mempunyai pengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib

pajak.

1. Uji Koefisien Determinasi ( Adjusted R Square )

Digunakan untuk melihat persentase variansi variable independent

terhadap variable dependen serta seberapa besar pengaruh dari faktor lain

yang tidak dimasukkan dalam penelitian.

Tabel 4.8

Pengujian Koefisien Determinasi 1 Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

1 ,514(a) ,264 ,248 5,00021

a Predictors: (Constant), MP3

Tanpa adanya variabel Profesionalisme sebagai variabel intervening

diperoleh nilai R sebesar 0,514 hal ini menunjukkan bahwa hubungan

variabel independent terhadap variabel dependen di atas 0,05 dan angka

adjusted R square sebesar 26,4%.

64

Tabel 4.9

Pengujian Koefisien Determinasi 2 Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

1 ,551(a) ,303 ,274 4,91518

a Predictors: (Constant), Profesionalisme, MP3

Dengan adanya variabel Profesionalisme sebagai variabel

intervening diperoleh nilai R sebesar 0,551, hal ini menunjukan bahwa

hubungan variabel independen terhadap variabel dependen adalah kuat di

atas 0,05 dan angka adjusted R square sebesar 30,3%, lebih tinggi

dibandingkan uji adjusted R square yang tidak ada variabel

Profesionalisme, hal ini menunjukan bahwa variabel kepatuhan wajib

pajak dapat dijelaskan oleh variabel sistem monitoring pelaporan

pembayaran pajak dan profesionalisme sebesar 30,3%, sedangkan 69,7 %

dijelaskan oleh factor-faktor lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian

ini.

2. Uji F-Statistik

Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh semua variable

independent yang dimasukkan dalam model regresi secara bersama-sama

terhadap variable dependen yang diuji pada tingkat signifikan 0,05. Jika

nilai probability F lebih besar dari 0,05 maka model penelitian dapat

digunakan untuk memprediksi variabel dependen atau dengan kata lain

variable independent secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel

dependen.

65

Tabel 4.10

Pelaksanaan sistem MP3 terhadap kepatuhan wajib pajak ANOVA(1)

Model Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

Regression

429,900 1 429,900 17,195 ,000(a)

Residual 1200,100 48 25,002

1

Total 1630,000 49

a Predictors: (Constant), MP3 b Dependent Variable: Kepatuhan_WP

Tanpa adanya variabel profesionalisme sebagai variabel

intervening dalam tabel di atas, diperoleh hasil nilai F hitung sebesar 17,195

dengan tingkat signifikan 0,000 karena nilai probabilitas (0,000) jauh lebih

kecil dari 0,005 maka model regresi ini dapat dipakai untuk memprediksi

kepatuhan wajib pajak.

Tabel 4.11

Hasil uji profesionalisme terhadap kepatuhan wajib pajak ANOVA(2)

Model Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

Regression

304,188 1 304,188 11,013 ,002(a)

Residual 1325,812 48 27,621

1

Total 1630,000 49

a Predictors: (Constant), Profesionalisme b Dependent Variable: Kepatuhan_WP

Dari tabel diperoleh hasil nilai F hitung sebesar 11,013 dengan tingkat

signifikan 0,002 karena nilai probabilitas (0,002) jauh lebih kecil dari 0,005

maka model regresi ini dapat dipakai untuk memprediksi kepatuhan wajib

pajak.

66

Tabel 4.12

Hasil uji sistem monitoring pelaporan pembayaran pajak dan

profesionalisme terhadap kepatuhan wajib pajak

ANOVA(3)

Model Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Regression

494,528 2 247,264 10,235 ,000(a)

Residual 1135,472 47 24,159

1

Total 1630,000 49

a Predictors: (Constant), Profesionalisme, MP3 b Dependent Variable: Kepatuhan_WP

Dengan adanya variabel profesionalisme sebagai variabel intervening

dalam tabel di atas, diperoleh hasil nilai hitung F hitung sebesar 10,235

dengan tingkat signifikan 0.000 karena nilai probabilitas (0.000) jauh lebih

kecil dari 0.05 maka model regresi ini dapat dipakai untuk memprediksi

kepatuhan wajib pajak.

3. Uji t Statistik

Uji t digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-

masing variable independent secara individual terhadap variable dependen

yang diuji pada tingkat signifikan 0,05. Jika nilai probability t lebih kecil dari

0,05 maka ada pengaruh independent terhadap variabel dependen.

67

Tabel 4.13

Hasil uji sistem monitoring pelaporan pembayaran pajak terhadap

kepatuhan wajib pajak Coefficients(a)

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

(Constant)

10,324 6,136 1,682 ,099 1

MP3 ,605 ,146 ,514 4,147 ,000

a Dependent Variable: Kepatuhan_WP

Tanpa adanya variabel intervening dalam tabel di atas menunjukan

bahwa hubungan antara MP3 dan kepatuhan terjadi hubungan yang signifikan,

hal ini tercermin dari angka signifikansi sebesar 0.000 yang lebih kecil dari

0.005. Hal ini berarti Ha1 diterima

Tabel 4.14

Hasil uji profesionalisme terhadap kepatuhan wajib pajak Coefficients(a)

Model Unstandardized

Coefficients Standardized Coefficients T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 9,473 7,908 1,198 ,237

Profesionalisme

,626 ,189 ,432 3,319 ,002

a Dependent Variable: Kepatuhan_WP

Tabel di atas menunjukan bahwa hubungan antara profesionalisme dan

kepatuhan terjadi hubungan yang signifikan, hal ini tercermin dari angka

signifikansi sebesar 0.002 yang lebih kecil dari 0.05. Hal ini berarti Ha2

diterima.

68

Tabel 4.15

Hasil uji sistem monitoring pelaporan pembayaran pajak dan

profesionalisme terhadap kepatuhan wajib pajak Coefficients(a)

Model Unstandardized

Coefficients Standardized Coefficients T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 2,117 7,846 ,270 ,789

MP3 ,467 ,166 ,396 2,807 ,007

Profesionalisme

,335 ,205 ,231 1,636 ,109

a Dependent Variable: Kepatuhan_WP

Tabel di atas menunjukkan hubungan antara sistem MP3 melalui

profesionalisme sebagai variabel intervening tidak terjadi hubungan yang

signifikan, hal ini tercermin dari angka signifikan sebesar 0.109 yang lebih

besar dari 0.05, berarti Ha3 ditolak. Disebabkan oleh faktor-faktor lain di luar

profesionalime yang dilihat dari sisi petugas pajak, seperti sistem administrasi

di KPP, kesadaran yang dimiliki oleh WP, peraturan yang ada belum dipahami

dengan jelas oleh WP. Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan

bahwa variabel kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh variabel MP3 dan

profesionalisme, dengan demikian persamaan regresi dapat dibuat sebagai

berikut:

Y = 2,117 + 0,467X1 + 0.355X2 + e

Ket: Y = Variabel kepatuhan wajib pajak

X1 = Variabel sistem MP3

X2 = Variabel profesionalisme

e = error (variablel bebas/ lain di luar model regresi)

69

Persamaan tersebut dapat diartikan bahwa nilai konstanta sebesar

2.117 menunjukkan bahwa jika variabel independent dianggap konstan maka

kepatuhan wajib pajak bernilai 2.117.

70

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh langsung pelaksanaan

Sistem Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak (MP3) terhadap kepatuhan

wajib pajak dan pengaruh pelaksanaan Sistem Monitoring Pelaporan

Pembayaran Pajak (MP3) secara tidak langsung melalui Profesionalisme

terhadap kepatuhan wajib pajak. Responden pada penelitian ini berjumlah 50

orang pada wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak di Jakarta Barat. Pengujian

ini menggunakan program analisis jalur (path analysis). Dari hasil pengujian

dan analisis terhadap data, dapat disimpulkan bahwa:

1. Dari hasil Uji R square diperoleh: Nilai R Square dari Penerapan sistem

MP3 terhadap kepatuhan wajib pajak sebesar 26,4%. Penerapan sistem

MP3 dan Profesionalisme terhadap kepatuhan wajib pajak sebesar 30,3%

sedangkan 69,7% dipengaruhi oleh faktor lain.

2. Dari hasil Uji F, Penerapan sistem MP3 terhadap kepatuhan wajib pajak

diperoleh nilai F hitung 17,195 dengan nilai signifikan 0,000.

Profesionalisme terhadap kepatuhan wajib pajak diperoleh nilai F hitung

11,013 dengan nilai signifikan 0,002. Penerapan sistem MP3 dan

Profesionalisme terhadap kepatuhan wajib pajak diperoleh nilai F hitung

sebesar 10,235 dengan nilai signifikan 0,000

71

3. Dari hasil Uji t, Penerapan sistem MP3 terhadap kepatuhan wajib pajak di

peroleh nilai signifikan 0,000. Profesionalisme terhadap kepatuhan wajib

pajak diperoleh nilai t diperoleh nilai signifikan 0,002. Penerapan sistem

MP3 dan Profesionalisme terhadap kepatuhan wajib pajak diperoleh nilai

0,109, hasil ini tidak signifikan.

B. IMPLIKASI

Dari hasil penelitian di atas dapat dilihat bahwa sistem MP3 berpengaruh

signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Sistem MP3 merupakan salah satu

program yang merupakan perbaikan dari sistem Administrasi perpajakan.

Karena sistem ini memberikan kemudahan kepada wajib pajak maka

kepatuhan wajib pajak meningkat sehingga akan meningkatkan penerimaan

yang berasal dari pajak.

C. SARAN

Pada saat ini penerimaan yang berasal dari pajak terus mengalami

peningkatan, salah satu penyebabnya adalah sistem administrasi perpajakan yang

semakin baik. Dalam upaya meningkatkan terus penerimaan yang berasal dari

pajak diharapkan Direktorat Jenderal Pajak selalu meningkatkan sistem

administrasi yang lebih baik dimana kekurangan-kekurangan dari sistem

administrasi dapat di hilangkan dan selalu melihat sampai sejauh mana

perkembangan sistem administrasi perpajakan yang telah ada serta perbaikan-

perbaikan yang diperlukan di dalam administrasi perpajakan tersebut.

72

DAFTAR PUSTAKA

Fernando, Novel.“Perbedaan Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Sebelum dan

Sesudah Penerapan Administrasi Pajak Modern”, Skripsi STAN 2006

Gunandi. “Rasionalitas Reformasi Perpajakan”, artikel diakses tanggal 15 Juni

2008, dari http : ///www.kanwil pajak khusus.depkue.go.id/content.asp

Hamid, Abdul. “Buku Panduan Penulisan Skripsi”,Grafika Karya Utama, Jakarta,

2005.

Keputusan Direktorat Jenderal Pajak. No. KEP-162/PJ/2003, Tentang

“Pelaksanaan Sistem Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak (MP3)

Pada Direktorat Jenderal Pajak”

Keputusan Menteri Keuangan RI. No 536/KMK.03/2002, Tentang Perubahan

ketiga atas Kepmenkue No.5/KMK.01/1993, Tentang Penunjukan Bank

Sebagai Bank Persepsi dalam Rangka Pengelolaan Setoran Negara”.

Nasucha, Chaizi. “Reformasi Administrasi Publik” : Teori dan Aplikasi”, PT

Gramedia Widiasarana Indonesia.2004

Nota Keuangan dan Anggaran APBN tahun 2005, Bab III “Perkembangan

APBN” hal : 40. diakses tanggal 15 Juni 2008, dari http : ///

www.fiskal.depkue.go.id/content asp.

Nurcahyo, Hariyatmoko. “ Evaluasi atas Kualitas Pelayanan Pajak”, Skripsi

STAN 2005

Nursyofah, Siti. “ Analisis Pengaruh Faktor Keahlian dan Independensi Auditor

terhadap Opini Audit”, Skripsi UIN 2007.

Suandy, Erly. “Hukum Pajak”, Jakarta, 2005.

73

Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak. No. SE-02/PJ/2003, Tentang Pelaksanaan

Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak Secara Online”.

Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak. No. SE-22/PJ/2003. Tentang Pelaksanaan

Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak Secara Online”.

Wirawan, Surya. “Realisasi Penerimaan Pajak”, artikel diakses tanggal 15 Juni

2008 dari http:/// www. Antara.co.id/arc/2008.htm

Zauhar, Soesilo. “ Reformasi Admonistrasi Konsep, Dimensi dan Strategi”, Bumi

Aksara, Jakarta, 2002.

74

1

Hasi uji validitas MP3

Correlations Correlations

M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 M9 M10

MP3

M1 Pearson Correlation 1 .723(**) .617(**) .715(**) .533(**) .665(**) .298(*) .482(**) .455(**) .472(**) .808(**)

Sig. (2-tailed) . .000 .000 .000 .000 .000 .036 .000 .001 .001 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

M2 Pearson Correlation .723(**) 1 .456(**) .695(**) .474(**) .507(**) .185 .398(**) .395(**) .616(**) .729(**)

Sig. (2-tailed) .000 . .001 .000 .001 .000 .199 .004 .005 .000 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

M3 Pearson Correlation .617(**) .456(**) 1 .567(**) .459(**) .604(**) .372(**) .612(**) .398(**) .283(*) .747(**)

Sig. (2-tailed) .000 .001 . .000 .001 .000 .008 .000 .004 .047 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

M4 Pearson Correlation .715(**) .695(**) .567(**) 1 .519(**) .641(**) .357(*) .652(**) .552(**) .553(**) .849(**)

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 . .000 .000 .011 .000 .000 .000 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

M5 Pearson Correlation .533(**) .474(**) .459(**) .519(**) 1 .707(**) .234 .613(**) .483(**) .321(*) .732(**)

Sig. (2-tailed) .000 .001 .001 .000 . .000 .102 .000 .000 .023 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

M6 Pearson Correlation .665(**) .507(**) .604(**) .641(**) .707(**) 1 .298(*) .611(**) .496(**) .410(**) .814(**)

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 . .035 .000 .000 .003 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

M7 Pearson Correlation .298(*) .185 .372(**) .357(*) .234 .298(*) 1 .189 .237 .226 .488(**)

2

Sig. (2-tailed) .036 .199 .008 .011 .102 .035 . .189 .098 .115 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

M8 Pearson Correlation .482(**) .398(**) .612(**) .652(**) .613(**) .611(**) .189 1 .599(**) .394(**) .763(**)

Sig. (2-tailed) .000 .004 .000 .000 .000 .000 .189 . .000 .005 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

M9 Pearson Correlation .455(**) .395(**) .398(**) .552(**) .483(**) .496(**) .237 .599(**) 1 .693(**) .721(**)

Sig. (2-tailed) .001 .005 .004 .000 .000 .000 .098 .000 . .000 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

M10 Pearson Correlation .472(**) .616(**) .283(*) .553(**) .321(*) .410(**) .226 .394(**) .693(**) 1 .662(**)

Sig. (2-tailed) .001 .000 .047 .000 .023 .003 .115 .005 .000 . .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

MP3 Pearson Correlation .808(**) .729(**) .747(**) .849(**) .732(**) .814(**) .488(**) .763(**) .721(**) .662(**) 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). * Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

3

Hasil uji Validitas profesionalisme

Correlations Correlations

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 Profesiona

lisme

P1 Pearson Correlation 1 .612(**) .183 .439(**) .224 .250 .343(*) .364(**) .393(**) .185 .599(**)

Sig. (2-tailed) . .000 .202 .001 .118 .080 .015 .009 .005 .197 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

P2 Pearson Correlation .612(**) 1 .409(**) .393(**) .518(**) .483(**) .378(**) .386(**) .453(**) .211 .727(**)

Sig. (2-tailed) .000 . .003 .005 .000 .000 .007 .006 .001 .141 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

P3 Pearson Correlation .183 .409(**) 1 .320(*) .409(**) .302(*) .137 .134 .218 .073 .510(**)

Sig. (2-tailed) .202 .003 . .023 .003 .033 .342 .354 .128 .616 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

P4 Pearson Correlation .439(**) .393(**) .320(*) 1 .586(**) .475(**) .478(**) .632(**) .508(**) .216 .743(**)

Sig. (2-tailed) .001 .005 .023 . .000 .000 .000 .000 .000 .133 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

P5 Pearson Correlation .224 .518(**) .409(**) .586(**) 1 .726(**) .361(**) .457(**) .628(**)

.386(**)

.780(**)

Sig. (2-tailed) .118 .000 .003 .000 . .000 .010 .001 .000 .006 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

P6 Pearson Correlation .250 .483(**) .302(*) .475(**) .726(**) 1 .455(**) .354(*) .595(**)

.428(**)

.746(**)

Sig. (2-tailed) .080 .000 .033 .000 .000 . .001 .012 .000 .002 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

P7 Pearson Correlation .343(*) .378(**) .137 .478(**) .361(**) .455(**) 1 .583(**) .487(**) .167 .625(**)

Sig. (2-tailed) .015 .007 .342 .000 .010 .001 . .000 .000 .247 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

4

P8 Pearson Correlation .364(**) .386(**) .134 .632(**) .457(**) .354(*) .583(**) 1 .619(**) .242 .680(**)

Sig. (2-tailed) .009 .006 .354 .000 .001 .012 .000 . .000 .090 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

P9 Pearson Correlation .393(**) .453(**) .218 .508(**) .628(**) .595(**) .487(**) .619(**) 1

.643(**)

.809(**)

Sig. (2-tailed) .005 .001 .128 .000 .000 .000 .000 .000 . .000 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

P10 Pearson Correlation .185 .211 .073 .216 .386(**) .428(**) .167 .242 .643(**) 1 .528(**)

Sig. (2-tailed) .197 .141 .616 .133 .006 .002 .247 .090 .000 . .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

Profesionalisme

Pearson Correlation

.599(**) .727(**) .510(**) .743(**) .780(**) .746(**) .625(**) .680(**) .809(**) .528(*

*) 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). • Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

5

Hasil Uji Validitas Kepatuhan

Correlations Correlations

K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 K9 K10 Kepatuha

n

K1 Pearson Correlation 1 .622(**) .516(**) .511(**) .087 .541(**) .375(**) .410(**) .269 .498(**) .783(**)

Sig. (2-tailed) . .000 .000 .000 .550 .000 .007 .003 .059 .000 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

K2 Pearson Correlation .622(**) 1 .246 .624(**) .169 .547(**) .266 .261 .257 .384(**) .720(**)

Sig. (2-tailed) .000 . .085 .000 .242 .000 .062 .067 .072 .006 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

K3 Pearson Correlation .516(**) .246 1 .459(**) .085 .356(*) .389(**) .274 .149 .345(*) .612(**)

Sig. (2-tailed) .000 .085 . .001 .559 .011 .005 .054 .303 .014 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

K4 Pearson Correlation .511(**) .624(**) .459(**) 1

.312(*)

.397(**) .331(*) .231 .073 .353(*) .695(**)

Sig. (2-tailed) .000 .000 .001 . .027 .004 .019 .106 .614 .012 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

K5 Pearson Correlation .087 .169 .085 .312(*) 1 .123 .135 .406(**) .316(*) .219 .418(**)

Sig. (2-tailed) .550 .242 .559 .027 . .397 .351 .003 .026 .126 .003

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

K6 Pearson Correlation .541(**) .547(**) .356(*) .397(**) .123 1 .602(**) .284(*) .259 .478(**) .728(**)

Sig. (2-tailed) .000 .000 .011 .004 .397 . .000 .046 .069 .000 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

K7 Pearson Correlation .375(**) .266 .389(**) .331(*) .135 .602(**) 1 .455(**) .151 .468(**) .635(**)

Sig. (2-tailed) .007 .062 .005 .019 .351 .000 . .001 .296 .001 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

K8 Pearson Correlation .410(**) .261 .274 .231 .406( .284(*) .455(**) 1 .346(*) .401(**) .620(**)

6

**)

Sig. (2-tailed) .003 .067 .054 .106 .003 .046 .001 . .014 .004 .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

K9 Pearson Correlation .269 .257 .149 .073

.316(*)

.259 .151 .346(*) 1 .176 .446(**)

Sig. (2-tailed) .059 .072 .303 .614 .026 .069 .296 .014 . .221 .001

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

K10 Pearson Correlation .498(**) .384(**) .345(*) .353(*) .219 .478(**) .468(**) .401(**) .176 1 .678(**)

Sig. (2-tailed) .000 .006 .014 .012 .126 .000 .001 .004 .221 . .000

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

Kepatuhan

Pearson Correlation .783(**) .720(**) .612(**) .695(**)

.418(**)

.728(**) .635(**) .620(**) .446(**) .678(**) 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .003 .000 .000 .000 .001 .000 .

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). * Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).