pengaruh penerapan pajak progresif terhadap kepatuhan
TRANSCRIPT
i
PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP
KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MEMBAYAR PAJAK
KENDARAAN BERMOTOR PADA SAMSAT
KOTA MAKASSAR
SKRIPSI
SRI YATNI
105731105616
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR
2021
i
PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP
KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MEMBAYAR PAJAK
KENDARAAN BERMOTOR PADA SAMSAT
KOTA MAKASSAR
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Strata Satu (S1) Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar
SRI YATNI
105731105616
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR
2021
ii
PERSEMBAHAN
Tugas akhir ini saya persembahkan untuk orang tua, keluarga, sahabat,
teman, dan semua pihak yang telah bertanya “kapan sidang?”, “kapan
wisuda?”, “kapan nyusul?” dan lain sejenisnya. Kalian adalah alasanku
segera menyelesaikan tugas akhir ini.
MOTTO
Kegagalan dan kesalahan mengajari kita untuk mengambil pelajaran dan
menjadi lebih baik.
iv
v
vi
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Wr. Wb.
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah yang tiada henti di berikan kepada hambanya, shalawat serta salam tak lupa penulis
kirimkan kepada Rasulullh Muhammad SAW beserta orang tua dan keluarga, manakala
penulis skripsi yang “Pengaruh Penerapan Pajak Progresif terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak dalam Membayar Pajak Kendaraan Bermotor pada SAMSAT kota
Makassar” Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam
penyelsain program sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Makassar.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya
bantuan dan dorongan dari berbaga pihak. Begitu pula penghargaan yang setinggi-
tingginya dan terima kasih banyak disampaikan dengan hormat kepada:
1. Bapak prof. Dr H. Ambo Asse, M.Ag, Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar.
2. Bapak Ismail Rasulong, SE,. MM., Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak Dr. Ismail Badollahi, S.E., M.Si., CA.CSP. Selaku Ketua Program Studi
Akutansi Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Bapak Dr. Ansyarif Khalid, SE., M.Si. Ak. CA Selaku Pembimnimg I yang
senantiasa meluangkan waktuya membimbing dan mengarahkan penulis sehingga
skripsi ini selesai dengan baik.
5. Bapak Faidhul Adzim, SE., M.Si Selaku pembimbing II yang telah berkenan
membantu selama dalam penyusunan skripsi hingga ujian skripsi.
v
6. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah
Makassar yang tak kenal lelah dan telah banyak memberikan ilmunya kepada
penulis selama mengikuti kuliah.
7. Segenap Staf dan Karyawan fakultas Ekonomi dan Bisnis universita
Muhammadiyah Makassar.
8. Keluarga Besar Akutansi B Angkatan 2016 yang telah bersama-sama belajar dan
berbagi cerita di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Teruslah berjuang dan berkarya.
9. Terimah kasih teruntuk semua kerabat yang tidak bisa saya sebut satu persatu yang
telah ikut serta membantu dan memberi semangat, kesabaran, motivasi, dan
dukungannya sehingga penulis dapat merampunkan penulisan skrispsi ini.
Akhirnya sungguh penulis sangat menyadari bahwa Skripsi ini masih
bayak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kepada semua
pihak utamanya para pembacanya, penulis senantiasa mengharapkan saran dan
kritiknya demi kesempurnaan skripsi ini. Mudah-mudahan Skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak utamanya kepada Almamater Kampus Biru
Universitas Muhammadiyah Makassar. Billahi Fii Sabilil Haq Fastabiqul Khairat.
Wassalamu Alaikum Wr.Wb.
Makassar, Februari 2021
Sri Yatni
vii
ABSTRAK
SRI YATNI, Tahun 2021. Pengaruh Penerapan Pajak Progresif Terhadap
Kepatuhan Wajib Paja Dalam Membayar Pajak Kendaraan Bermotor Pada Samsat
Kota Makassar, Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar. Di bimbing oleh pembimbing I Ansyarif
Khalid dan pembimbing II Faidhul Adzim.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan pajak progresif
terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak kendaraan bermotor.
Sampel dalam penelitian ini adalanh wajib pajak kendaraan bermotor yang
terdaftar di Samsat Kota Makassa dan pengambilan sampel dengan 100
Responden. Data yang diambil diolah dengan menggunakan analisis regresi linear
sederhana dengan menggunakan Program SPSS 22 for Windows.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Penerapan Pajak Progresif
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam
membayar pajak kendaraan bermotor pada Samsat kota Makassar.
Kata Kunci : Penerapan Pajak Progresif, Kepatuhan Wajib Pajak
viii
ABSTRACT
SRI YATNI, 2021. The Effect of Progressive Tax Application on Taxpayers'
Compliance in Paying Motor Vehicle Taxes in Makassar City Samsat, Thesis of
Accounting Study Program, Faculty of Economics and Business, Muhammadiyah
University of Makassar. Supervised by mentor I Ansyarif Khalid and mentor II
Faidhul Adzim.
This study aims to determine the application of progressive taxes on taxpayer
compliance in paying motorized vehicle taxes. The sample in this study were motor
vehicle taxpayers registered in Samsat City of Makassa and the sampling was 100
respondents.
The data taken were processed using simple linear regression analysis using
the SPSS 22 for Windows program. The results show that: The application of
Progressive Tax has a positive and significant effect on taxpayer compliance in
paying motorized vehicle taxes on the Makassar City Samsat.
Keywords: Progressive Tax Application, Taxpayer Compliance in Paying
Motor Vehicle Tax.
xi
DAFTAR ISI
SAMPUL ....................................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ iii
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ iv
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. v
SURAT PERNYATAAN ................................................................................ vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
ABSTRAK ..................................................................................................... ix
ABSTRACT .................................................................................................. x
DAFTAR ISI .................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis ................................................................................ 6
B. Pajak Progresif .................................................................................. 13
C. Sistem dan Prosedur ......................................................................... 15
D. Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak .............................. 22
E. Pajak Kendaraan Bermotor ............................................................... 24
F. Penelitian Terdahulu ......................................................................... 30
G. Kerangka Konseptual ........................................................................ 32
H. Hipotesis ........................................................................................... 33
BAB III METODE PENELITIAN
xii
A. Pendekatan Penelitian ...................................................................... 34
B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 34
C. Populasi dan Sampel ........................................................................ 35
D. Metode Pengumpulan Data .............................................................. 36
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ................................. 38
F. Uji Instrumen ..................................................................................... 39
G. Uji Asumsi Klasik ............................................................................... 40
H. Metode Analisis ................................................................................. 41
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 43
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kota Makassar sebagai kota terbesar di Sulawesi Selatan yang sedang
berkembang memiliki tingkat perkembangan kendaraan bermotor yang sangat
meningkat pesat. Dengan adanya perkembangan kendaraan seperti ini tentu
saja dapat dimanfaatkan oleh pemerintah Kota Makassar untuk menarik pajak
kepada pemilik kendaraan bermotor tersebut demi meningkatkan sumber
pendapatan asli daerah kota Makassar, selain itu Pengenaan pajak progresif
kendaraan bermotor juga digunakan untuk menghambat pembelian kendaraan
bermotor di kota Makassar.
Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor (BBNKB) memiliki peranan penting bagi pendapatan daerah, pajak
memiliki peran penting karena memberi kontribusi yang cukup besar bagi
pendapatan Asli Daerah, selain berfungsi sebagai sumber pendapatan negara
juga memiliki fungsi distribusi (pemerataan) pendapatan. Pajak Penghasilan
orang pribadi merupakan salah satu instrumen dalam rangka mengatasi
kesenjangan distribusi pendapatan antara orang (masyarakat) yang memiliki
penghasilan tinggi dan yang memiliki penghasilan rendah. Oleh karena itu, tarif
Pajak Penghasilan pribadi di Indonesia mengenal tarif pajak progresif di mana
semakin tinggi penghasilan maka semakin tinggi pula tarif Pajak
Penghasilannya.
Pajak progresif adalah pajak yang sistem pemungutannya dengan cara
menaikkan persentase kena pajak yang harus dibayar sesuai dengan kenaikan
objek pajak. Pungutan pajak progresif kendaraan di kota Makassar diterapkan
mulai 3 Maret 2014 berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 10/2010 tentang
2
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Penerapan pajak progresif ini diharapkan
bisa menekan volume kendaraan dan mengurangi angka kemacetan yang di
sebabkan padatnya kendaraan bermotor pribadi, Dengan pajak ini, pemilik
kendaraan pribadi membayar pajak lebih mahal untuk pemilikan kendaraan
kedua dan selanjutnya.
Kendaraan milik pribadi pertama hanya akan dikenai PKB 1,5 persen
terhadap nilai jual, untuk kendaraan kedua dan selanjutnya, tarif PKB
ditetapkan 2-10 persen tergantung keputusan pemerintah provinsi. Selain itu
dengan penerapan pajak progresif ini diharapkan meningkatkan Pendapatan
Asli Daerah di Kota Makassar, karena dengan meningkatnya jumlah pajak
yang harus dibayarkan oleh wajib pajak, tentu saja berpengaruh terhadap PAD
di Kota Makassar. Akan tetapi, karena banyak yang tidak mengerti sepenuhnya
tentang penerapan pajak progresif ini, menyebabkan tidak sedikit terjadi
permasalahan pada saat warga akan membayar pajak kendaraan bermotor
mereka. Ternyata mereka harus membayar nominal lebih banyak di sebabkan
jumlah kendaraan yang terdaftar atas nama warga tersebut walaupun
sebenarnya kendaraan tersebut sudah tidak di kuasai lagi. Hal ini sering terjadi
karena warga telah menjual kendaraan bermotor namun kendaraan tersebut
masih atas nama pemilik sebelumnya sehingga di kenakan pajak progresif
terhadap kendaraan yang tidak dikuasainya lagi.
Mengacu pada pasal 6 ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,
kepemilikan kendaraan bermotor didasarkan atas nama dan/atau alamat yang
sama. Akan tetapi dalam undang-undang tersebut tidak ada penjelasan
terhadap “penguasaan” yang dimaksud dalam definisi pajak kendaraan
bermotor. Tidak jarang ada yang menafsirkan bahwa yang dimaksud
menguasai kendaraan bermotor adalah orang atau badan yang memiliki
3
kendaraan bermotor tersebut. Akan tetapi tidak sedikit yang menafsirkan
bahwa yang dimaksud menguasai dilihat dari Bukti Pemilikan Kendaraan
Bermotor (BPKB) dan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK). Hal ini tidak
akan menimbulkan masalah jika saja pemerintah dapat melakukan sosialisasi
dengan baik kepada masyarakat.
Tabel 1.1. Data Jumlah Kendaraan Bermotor SAMSAT Kota Makassar
Tahun Jumlah (12unit) Jumlah Pembayaran (PKB)
2017 463.596 819,101,090,190
2018 455.697 817,918,872,002
32eeeeSumber: SAMSAT Kota Makassar (2018)
Berdasarkan dari tabel di atas jumlah kendaraan yang terdaftar dan
Terbayar di SAMSAT Kota Makassar yaitu, pada tahun 2017 jumlah
kepemilikan kendaraan sebanyak 463.596-unit kendaraan dan jumlah PKB
yang terbayar sebanyak Rp 819,101,090,190 dan setelah di berlakukannya
pajak progresif 2018 sebanyak 455.697 ribu unit sedangkan jumlah PKB yang
terbayar sebanyak Rp 817,918,872,002. Dari data tersebut menunjukkan
bahwa terjadi peningkatan kepemilikan kendaraan di tahun 2017, dan
mengalami penurunan pada tahun 2018, penurunan ini terjadi setelah di
berlakukannya pajak progresif.
Berlakunya penerapan pajak progresif atas pajak kendaraan bermotor
menimbulkan dampak bagi masyarakat, baik itu dampak positif maupun
dampak negatif. Dampak positif dari diberlakukannya pajak progresif
kendaraan bermotor ini diantaranya berkurangnya jumlah kendaraan
bermotor. Sedangkan bagi pemerintah daerah, dengan berlakunya pajak
progresif untuk kendaraan bermotor menyebabkan bertambahnya jumlah
pendapatan daerah dari sektor pajak daerah. Dampak negatif yang terjadi
4
dalam masyarakat yaitu masyarakat sebagai wajib pajak melakukan
penyelundupan hukum untuk menghindari pembayaran pajak kendaraan
bermotor yang lebih besar. Artinya seseorang yang memiliki kendaraan lebih
dari satu dapat mengatasnamakan keluarganya ataupun pihak lain agar
terhindar dari pajak progresif.
Berlakunya pajak progresif tersebut, banyak masyarakat yang tidak
nyaman dengan adanya penerapan pajak progresif tersebut sehingga banyak
yang bertanya kenapa mereka membayar lebih banyak dari yang seharusnya.
Hal ini disebabkan karena masyarakat tidak mendapatkan informasi yang jelas
dan detail mengenai pengenaan Pajak Progresif Kendaraan Bermotor ini.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis akan meneliti penerapan pajak
progresif di kota Makassar, tujuannya penulis ingin mengetahui bagaimana
bentuk dan ideal dalam penerapan pajak progresif kendaraan bermotor dalam
sistem perpajakan. Oleh karena itu peneliti menarik judul: Pengaruh
Penerapan Pajak Progresif Terhadap Kesadaran Wajib Pajak Kendaraan
Bermotor Pada Samsat Kota Makassar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang seperti diuraikan sebelumnya, maka
masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut: Apakah Penerapan Pajak
Progresif Berpengaruh Terhadap Kesadaran Wajib Pajak Kendaraan Bermotor
Pada Samsat Kota Makassar?
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah Untuk mengetahui apakah Penerapan Pajak Progresif Berpengaruh
5
Terhadap Kesadaran Wajib Pajak Kendaraan Bermotor Pada Samsat Kota
Makassar.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi peneliti sendiri, bagi
masyarakat, bagi pihak-pihak yang terkait dengan masalah yang diteliti
tersebut adapun manfaatnya dari penelitian ini antara lain:
1. Manfaat teoritis: Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
tambahan pengetahuan dan wawasan kedepannya di bidang perpajakan
khususnya tentang pajak kendaraan bermotor.
2. Manfaat praktis: Hasil penelitian ini akan menjadi bahan perbandingan
dan acuan untuk penelitian selanjutnya, khususnya di bidang perpajakan.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Pengertian sejarah pajak
Pajak, sebuah intrumen yang menandai relasi negara dengan warga
negara dan segala subyek hukum yang dikenai kewajiban pajak menurut
undang-undang. Sebagai instrumen relasional, disana ada soal hak, kewajiban
dan keadilan (Mustaqiem ,2014:25) Tujuan pembangunan nasional adalah
untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur dalam rangka untuk
mencapai tujuan pembangunan tersebut, untuk itu pemerintah secara intensif
melakukan berbagai macam kebijakan strategis yang berkaitan dengan
program pembangunan baik pembangunan jangka pendek maupun program
pembangunan jangka panjang, dan untuk keberhasilan program
pembangunan yang cukup banyak jumlahnya.
Indonesia merupakan negara yang menganggap peran pajak
memberikan kontribusi sangat besar dalam menopang pembangunan
nasional, penerimaan negara dari sektor pajak sendiri pada kenyataannya dari
tahun ke tahun semakin meningkat dan sejalan dengan hal tersebut dengan
peranan pajak sebagai penopang program pembangunan nasional semakin
meningkat.
Ditinjau mengenai sejarahnya masalah pajak ini sudah ada sejak jaman
dahulu kala, namun pada saat itu belum disebut dengan pajak. Pada jaman
dahulu pajak merupakan suatu pemberian yang bersifat sukarela yang
diberikan oleh rakyat kepada rajanya (Pramukti, 2015:02). Besar kecil
pemberian sukarela tersebut ditentukan oleh rakyat itu sendiri, sehingga terjadi
7
perkembangan selanjutnya pemberian itu berubah menjadi pemberian yang
sifatnya dipaksakan dalam arti pembelian tersebut bersifat wajib.
Upeti yaitu sebutan dari pemberian yang bersifat wajib, yang semula
merupakan pemberian kemudian berubah menjadi pungutan, namun menurut
negara itu sendiri pungutan yang dikenakan tersebut adalah suatu hal yang
wajar karena kebutuhan Negara akan dana pungutan tersebut untuk
memelihara kepentingan Negara yang meliputi kebutuhan untuk
mempertahankan negara dan melindungi rakyatnya dari serangan musuh
selain itu untuk melaksanakan pembangunan.
Dalam sejarah pemungutan pajak mengalami perubahan sesuai
dengan perkembangan masyarakat dan Negara baik di bidang ekonomi sosial
maupun kenegaraan, dan perkembangan pemungutan pajak hingga kini yang
disebut pungutan tersebut tetap ada yaitu, yang sering disebut dengan pajak.
Dimana segala ketentuan tentang pemungutan pajak tidak lagi ditentukan oleh
masyarakat atau ditentukan oleh pemerintah Negara secara sepihak namun
ditentukan oleh pemerintah negara secara bersama-sama.
Definisi pajak itu sendiri terdapat bermacam-macam batasan atau
definisi tentang pajak menurut para ahli:
Menurut Rochmat Soemitro pajak adalah iuran rakyat kepada kas
Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak
mendapat jasa timbal yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan
untuk membayar pengeluaran umum.
Menurut P. J. A. Andriani, pajak adalah iuran masyarakat kepada
Negara yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut aturan-aturan
umum undang-undang dengan tidak mendapat prestasi kembali yang dapat
ditunjuk langsung dan yang digunakan adalah untuk membiayai pengeluaran-
8
pengeluaran umum yang berhubungan dengan tugas Negara untuk
menyelenggarakan pemerintahan.
Menurut Soemitro pemahaman pajak dari perspektif hukum merupakan
suatu perikatan yang timbul karena adanya undang-undang yang
menyebabkan timbulnya kewajiban warga Negara untuk menyetorkan
sejumlah penghasilan tertentu kepada Negara. Untuk penyelenggaraan
pemerintahan Negara mempunyai kekuatan untuk memaksa dan uang pajak
tersebut dipergunakan sebagaimana mestinya. Dari pendekatan hukum ini
memperlihatkan bahwa pajak yang dipungut harus berdasarkan undang-
undang sehingga dapat menjamin adanya kepastian hukum, baik bagi fiksus
sebagai pengumpul pajak maupun wajib pajak sebagai pembayar pajak.
Dapat disimpulkan devenisi di atas bahwa pajak setidaknya
mengandung beberapa unsur antara lain yaitu iuran/kontribusi rakyat kepada
Negara dimana pihak lain atau pihak swasta tidak berhak memungut,
berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dan mempunyai
kekuatan hukum tanpa kontraprestasi atau dalam kata lain tanpa balas jasa
dari Negara yang dapat langsung ditunjuka, yang digunakan untuk membiayai
rumah tangga negara atau pengeluaran pemerintah dan apabila terdapat
surplus dapat dipakai untuk membiayai public investment.
2. Tujuan Dan Fungsi Pajak
Membahas mengenai fungsi dan tujuan dari pajak maka fungsi Pajak
tidak terlepas dari tujuan pajak. Sedangkan tujuan pajak tidak terlepas dari
tujuan Negara dengan demikian tujuan pajak harus diselaraskan dengan
tujuan Negara yang menjadi landasan tujuan pemerintah. Baik tujuan pajak
maupun tujuan Negara semua berakar pada tujuan masyarakat dan tujuan
masyarakat inilah yang menjadi falsafah bangsa dan negara. Oleh sebab itu
tujuan dan fungsi pajak tidak mungkin lepas dari tujuan fungsi yang
9
mendasarinya, sehingga pajak yang dipungut dari masyarakat selain
digunakan untuk proses pembangunan hendaknya digunakan untuk keperluan
dan kesejahteraan masyarakat itu sendiri, berdasarkan hal di atas maka pajak
mempunyai beberapa fungsi, yaitu:
a. Fungsi mengatur (regulerend)
Pajak sebagai alat untuk mengatur struktur pendapatan di tengah
masyarakat dan struktur kekayaan antara para pelaku ekonomi, sebagai
alat untuk mencapai tujuan tertentu di luar bidang keuangan, terutama
banyak ditujukan terhadap sektor swasta. Contohnya pemerintah
menetapkan bea masuk yang tinggi untuk produk luar negeri, pajak yang
lebih tinggi untuk minuman keras, ketersediaan minuman keras dapat
ditekan, demikian pula dengan barang mewah.
b. Fungsi penerimaan (Budgetair)
Pajak berfungsi untuk menghimpun dana dari masyarakat bagi kas
Negara, yang diperuntukan bagi pembiayaan serta pengeluaran-
pengeluaran pemerintah. Untuk menjalankan tugas-tugas rutin negara dan
melaksanakan pembangunan, Negara membutuhkan biaya.
3. Syarat Pemungutan Pajak
Penentuan pembebanan pajak pada masyarakat agar tidak terjadi
hambatan dan berbagai masalah lainnya. Bila terlalu tinggi masyarakat akan
enggan membayar pajak. Namun jika terlalu rendah maka pembangunan tidak
akan berjalan karena dana yang akan digunakan kurang. Agar tidak
menimbulkan berbagai masalah maka pemungutan pajak harus memenuhi
syarat-syarat berikut:
a. Pemungutan pajak harus adil
10
Tujuan hukum, yakni mencapai keadilan, undang-undang dan
pelaksanaan pemungutan harus adil. Adil dalam perundang-undangan
maupun adil dalam pelaksanaannya.
1) Dengan mengatur hak dan kewajiban para wajib pajak
2) pajak diberlakukan bagi setiap warga negara yang memenuhi isyarat
sebagai wajib pajak
3) sanksi atas pelanggaran pajak diberlakukan secara umum sesuai
dengan berat ringannya pelanggaran. Pemungutan pajak harus
berdasarkan undang-undang (syarat yuridis). Di Indonesia, pajak diatur
dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2. Hal ini memberikan jaminan hukum
untuk menyatakan keadilan, baik bagi Negara maupun warganya.
b. Tidak mengganggu perekonomian (syarat ekonomis) pemungutan tidak
boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi maupun perdagangan,
sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian masyarakat.
c. Pemungutan pajak harus efisien (syarat ekonomi) Sesuai fungsi budget air,
biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan sehingga lebih rendah dari
hasil pemungutannya.
d. Sistem pemungutannya pajak harus sederhana Sistem pemungutan yang
sederhana akan memudahkan dan mendorong masyarakat dalam
memenuhi kewajiban perpajakan. Syarat ini telah dipenuhi oleh undang-
undang perpajakan yang baru. Contoh:
1) Bea Materai disederhanakan dari 167 macam tarif
2) Tarif PPN yang beragam disederhanakan menjadi hanya satu tarif,
yaitu 10%.
3) Pajak perseroan untuk badan dan pajak pendapatan untuk
perseorangan disederhanakan menjadi pajak penghasilan (pph) yang
berlaku bagi badan maupun perseorangan.
11
4. Perbedaan Pajak dan Jenis Pungutan Pajak
a. Retribusi
Pengertian retribusi pada umumnya mempunyai hubungan
langsung dengan kembalinya prestasi, karena pembayaran tersebut
ditujukan semata-mata untuk mendapatkan suatu prestasi tertentu dari
pemerintah, misalnya seperti pembayaran retribusi sampah, retribusi
parkir, dan lain-lain sedangkan pajak tidak mendapat imbalan langsung.
b. Sumbangan
Pengertian dari sumbangan ini tidak boleh dicampur adukkan
dengan retribusi. Dalam retribusi dapat ditunjuk seseorang yang menikmati
kontra prestasi dari pemerintah sedangkan pada sumbangan seseorang
mendapatkan prestasi justru tidak dapat ditunjuk tetapi golongan yang
dapat menikmati kontraprestasi, sebagai contoh sumbangan bencana
alam.
5. Perlawanan Terhadap Pajak
Terlepas dari kesadaran sebagai warga Negara pada sebagian besar
masyarakat tidak memenuhi kewajiban untuk membayar pajak. Dalam hal ini
timbul perlawanan terhadap pajak. Perlawanan terhadap pajak dapat
dibedakan menjadi perlawanan pasif dan perlawanan aktif.
a. Perlawanan pasif
Perlawanan pasif merupakan hambatan yang mempersulit
pemungutan pajak dan mempunyai hubungan erat dengan struktur
ekonomi. Contoh: Wajib pajak dituntut untuk menghitung sendiri
pendapatan nettonya. Untuk itu perlunya di adanya pembukuan. Namun,
menghitung pendapatan netto akan sulit dilakukan oleh masyarakat
agraris, karena tidak mampu melakukan pembukuan, sehingga
pembayaran pajaknya lebih kecil dari yang seharusnya.
12
b. Perlawanan aktif
Perlawanan aktif yaitu semua usaha dan pembuatan yang secara
langsung ditunjukkan kepada pemerintah dengan tujuan untuk
menghindari pajak.
6. Azas Pengenaan pajak
Asas pemungutan pajak terdiri atas tiga macam, yaitu sebagai berikut:
a. Asas tempat tinggal (Asas domisili)
Dengan asas ini Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh
penghasilan Wajib Pajak (WP) yang bertempat tinggal di wilayahnya. Baik
penghasilan yang berasal dari dalam Negeri maupun luar Negeri.
b. Asas Sumber
Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang
bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal Wajib Pajak
(WP)
c. Asas Kebangsaan
Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu Negara.
Misalnya pajak bangsa asing di Indonesia dikenakan pada setiap orang
yang bukan berkebangsaan Indonesia yang bertempat tinggal di Indonesia.
Asas ini berlaku untuk Wajib Pajak Luar Negeri (WPLN)
7. Sistem Pemungutan Pajak
Sistem pemungutan pajak yang dikemukakan oleh Waluyo (2010)
sebagai berikut:
a. Assesment System
Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang pemerintah untuk menentukan besarnya pajak yang terutang.
Ciri-ciri Official Assesment antara lain:
13
1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada
fiksus
2) Wajib pajak bersifat pasif
3) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh
fiskus.
b. Selft Assesment system
Selama ini merupakan pemungutan pajak yang memberi
wewenang, kepercayaan, dan tanggung jawab kepada Wajib Pajak untuk
menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri
besarnya pajak yang harus dibayar.
c. With Holding System
Sistem merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya
pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.
8. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor
Menurut Mardiasmo (2013), tarif pajak kendaraan bermotor sebagai
berikut:
a. 1,5% untuk kepemilikan kendaraan bermotor pribadi dan badan
b. 1,0% untuk kendaraan bermotor angkatan umum
c. 0,5% untuk kendaraan ambulance, pemadam kebakaran, sosial
keagamaan, lembaga sosial keagamaan dan instansi pemerintah.
B. Pajak Progresif
1. Penger tian Pajak Progresif
Menurut Koswara, pajak progresif yaitu pajak yang diterapkan bagi
pengguna kendaraan pribadi baik roda dua dan roda empat dengan nama
pemilik dan alamat tempat tinggal yang sama. Jika nama pemilik dan
14
alamatnya berbeda, maka tidak dikenakan pajak progresif. Dan untuk
kendaraan pribadi roda dua, pajak progresif ini juga berlaku yang berkekuatan
mesin di atas 500cc, pajak proresif ini juga berlaku untuk kendaraan dinas
pemerintahan dan kendaraan angkutan umum. Kendaraan bermotor
kepemilikan orang pribadi berdasarkan nama atau alamat yang sama
dikenakan tarif pajak proresif pada umumnya.
Berdasarkan peraturan daerah Provinsi Sulawesi Selatan No.82 tahun
2011 tentang tata cara penghitungan pajak progresif kendaraan bermotor yaitu
sebagai berikut:
a. Tata cara perhitungan PKB pajak progresif untuk kendaraan bermotor
pribadi diuraikan sebagai berikut.
1) Kepemilikan kedua sebesar 2,5% x dasar pengenaan PKB
2) Kepimilikan ketiga sebesar 3,5% x dasar pengenaan PKB
3) Kepemilikan keempat sebesar 4,5% x dasar pengenaan PKB
4) Kepemilikan kelima dan seterusnya sebesar 5,5% x dasar pengenaan
PKB.
b. Kendaraan bermotor angkutan umum sebesar 1% (satu persen).
c. Kendaraan milik badan sosial atau keagamaan, pemerintah/TNI/POLRI,
ambulance dan pemadam kebakaran sebesar 0,5% (nol koma lima
persen).
d. Alat-alat berat dan alat-alat besar sebesar) 0,2% (nol koma dua persen).
e. Pajak proresif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku hanya untuk:
1) Kendaraan bermotor pribadi atas nama pribadi
2) Kendaraan roda 4 (empat) keatas
3) Kendaraan roda 2(dua) dengan kapasitas 500cc ke atas.
f. Ketentuan teknis pemungutan pajak progresif ditetapkan lebih lanjut
dengan keputusan kepala dinas.
15
Menurut Rizki Mahesar (2014) pajak progresif yaitu pajak yang sistem
pemungutannya dengan cara menaikkan persentase kena pajak yang harus
dibayar sesuai dengan kenaikan objek pajak. Semakin besar jumlah yang di
gunakan sebagai dasar pengenaan pajak dan kenaikan presentase untuk
setiap jumlah tertentu setiap kali naik. Di Indonesia pajak progresif diterapkan
pada pajak penghasilan untuk wajib pajak orang pribadi, yaitu:
1. Untuk lapisan penghasilan kena pajak (PKP) sampai dengan Rp 50 juta,
tarif pajaknya 5%.
2. Untuk lapisan PKP di atas Rp 50 juta hingga Rp 250 juta, tarif pajaknya
15%.
3. Untuk lapisan PKP di atas Rp 250 juta hingga Rp 500 juta, tarif pajaknya
25%
4. Untuk lapisan PKP di atas Rp 500 juta, tarif pajaknya 30%.
C. Sistem dan Prosedur
1. Pengertian Sistem dan Prosedur
Menurut Mulyadi (2016) , pengertian dari sistem dan prosedur yaitu,
sistem adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut pola yang terpadu
untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan. Sedangkan pengertian
prosedur adalah suatu aturan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa
orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin
penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-
ulang.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa suatu sistem terdiri dari
jaringan prosedur, sedangkan prosedur merupakan urutan kegiatan klerikal.
2. Prosedur dan Persyaratan Pengurusan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)
16
Prosedur dan persyaratan pengurusan pembayaran pajak kendaraan
bermotor, sesuai dengan instruksi bersama Menteri Pertahanan Keamanan.
Menteri dalam negeri Dan Menteri keuangan Nomor Ins/03/M/X/1999, Nomor
29 tahun 19999 dan Nomor 6/IMK.014/1999 Jo. Surat keputusan Bersama
Kapolri, Dirjen pemerintah Umum dan Otonomi Daerah dan Direktur PT Jasa
Raharja Nomor Skep/06/X/1999, Nomor 973-128 Nomor SKEP/02/XI/1999
adalah sebagai berikut.
Pengesahan ulang (satu tahun)
a. Persyaratan
1) identitas.
a) Program
b) Badan hukum
c) Instansi Pemerintah (termasuk BUMN dan BUMD)
2) STNK asli dan satu lembar fotocopy.
3) BPKB asli dan satu lembar fotocopy.
b. Prosedur Pengurusan
1) Penyerahan berkas di loket pendaftaran
2) Pengambilan resi penetapan di loket penetepan
3) Pembayaran biaya dil loket kasir
4) Pengambilan STNK di loket pengambilan STNK
c. Persyaratan
1) Identitas
2) STNK asli dan satu lembar fotocopy
3) BPKB asli dan satu lembar fotocopy
4) Bukti hasil pemeriksaan fisik kendaraan bermotor
d. Prosedur Pengurusan
1) Cek fisik kendaraan bermotor
17
2) Pengambilan formulir di loket pendaftaran
3) Penyerahan berkas di loket pendaftaran
4) Penetapan penyerahan resi di loket penetapan
5) Pembayaran di loket kasir
6) Penyerahan STNK dan plat nomor di loket pengembalian STNK
e. Penggantian STNK hilang/rusak
1) Persyaratan
a) Mengisi formulir SPPKB
b) Identitas
c) STNK yang rusak atau tanda bukti pelaporan kehilangan dari
kepolisian
d) BPKB asli
e) SKPD (Surat Keterangan Pajak Daerah) tahun terakhir (yang telah
divelidasi) bagi yang rusak dan tanda bukti kehilangan dari
kepolisian.
f) Tanda bukti iklan kehilangan dari berita radio
g) Tanda bukti iklan kehilangan dari berita surat kabar
h) Bukti hasil pemeriksaan fisik kendaraan bermotor
2) Prosedur Pengurusan
a) pengambilan formulit loket pembayaran
b) cek fisik No. Rangka dan No. Mesin di loket pendaftaran
c) Penyerahan berkas di loket pendaftaran
d) Penyerahan resi di loket penetapan
e) Pembayaran di loket kasir
f) Pengesahan STNK di loket pengembalian STNK
g) 6. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Baru (Pendaftaran
Kendaraan Baru)
18
3) Persyaratan
a) mengisi formulir SPPKB
b) Identitas
c) Faktur
d) Sertifikat NIK/VIN dan tanda pendaftaran tipe
e) Kendaraan yang berubah bentuk melampirkan surat keterangan
dari perusahaan
f) Untuk kendaraan umum melampirkan:
(1) izin usaha
(2) izin prinsip
4) Prosedur Pengurusan
a) Pembelian formulir di loket pendaftaran
b) Cek fisik nomor rangka dan nomor mesin loket pendaftaran
c) Penetapan di loket penetapan
d) Penyerahan resi di loket penetapan
e) Pembayaran di loket kasir
f) Pengesahan STNK di loket pengambilan STNK
f. Bea Balik Nama/Heregistrasi Kendaraan dari dalam Kab/Kota
1) Persyaratan
a) Mengisi formulir SPPKB
b) Identitas
c) STNK asli
d) BPKB asli
e) Kwitansi Pembelian Asli
f) SKPD (Surat Keterangan Pajak Daerah) tahun terakhir
g) Bukti Hasil Pemeriksaan fisik kendaraan bermotor
2) Prosedur Pengurusan
19
a) Pembelian formulir di loket pendaftaran
b) Cek fisik nomor rangka dan nomor mesin loket pendaftaran
c) Penyerahan berkas di loket pendaftaran
d) Penetapan di loket penetapan
e) Penyerahan resi di loket penetapan
f) Pembayaran di loket kasir
g) Pengambilan STNK di loket pengambilan STNK
h) Penulisan BPKB di Polres
g. Bea Balik Nama/registrasi antar kab/kota dan mutasi dari luar provinsi
1) Persyaratan
a) Mengisi formulir SPPKB
b) Identitas
c) STNK asli
d) BPKB asli
e) Kwitansi pembelian Asli
f) SKPD (Surat Keterangan Pajak Daerah) tahun terakhir
g) Bukti Hasil Pemeriksaan fisik kendaraan bermotor
2) Prosedur Pengurusan
a) Pengurusan BPKB di Polres
b) Pembelian formulir di loket pendaftaran
c) Cek fisik nomor rangka dan nomor mesin di loket pendaftaran
d) Penyerahan berkas di loket pendaftaran
e) Penempatan di loket penetapan
f) Penyerahan resi di loket penetapan
g) Pembayaran di loket kasir
h) Pengesahan STNK di loket pengembalian STNK
i) Pengembalian BPKB di Polres
20
3) Mutasi ke luar Provinsi
a) Persyaratan
(1) Mengisi formulir SPPKB
(2) Identitas
(3) STNK asli
(4) BPKB asli
(5) Kwitansi Pembelian Asli
(6) SKPD (Surat Keterangan Pajak Daerah)
(7) Bukti hasil pemeriksaan fisik kendaraan bermotor
(8) Fiskal Antar Daerah
4) Prosedur Pengurusan
a) Pendaftaran di loket Pendaftaran
b) Penetapan di loket penetapan
c) Penyerahan berkas di loket penetapan
d) Pengurusan BPKB di Polri.
21
Gambar 2.1 Sistem dan prosedur PK
PENDAFTARAN RANMOR BARU, PERPANJANGAN, MUTASI MASUK,
RUBAH BENTUK WARNA, DUPLIKAT, PERSYARATAN KHUSUS
ENTRY DATA
PENERIMAAN
PEMBAYARAN
PENETAPAN
KOREKTO
ORDER STNK/TNK
PENELITIAN DOKUMEN
PENCETAKAN
ARSIP PENYERAHAN
22
D. Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak
1. Pengertian kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak
Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010) Kepatuhan wajib pajak dalam hal
perpajakan berani keadaan wajib pajak yang melaksanakan hak dan
khususnya kewajiban, secara di siplin sesuai peraturan perundang-undangan
serta tata cara perpajakan yang berlaku dan tidak menyimpan dari ketentuan
perpajakan. Wajib pajak yang patuh adalah wajib pajak yang taat dan
memenuhi serta melaksanakan keajaiban perpajakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
2. Pengertian wajib pajak
Menurut Suprianto Wajib pajak (disingkat WP) dalam perpajakan
Indonesia merupakan istilah yang sangat populer. Istilah ini secara umum
biasa diartikan sebagai orang atau badan yang dikenakan wajib pajak. Dalam
undang-undang KUP lama, istilah wajib pajak di devenisikan sebagai orang
pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk
pemungutan pajak atau pemotongan pajak tertentu. Dari devenisi ini kita dapat
memahami bahwa wajib pajak ini terdiri dari dua jenis yaitu wajib pajak orang
pribadi dan wajib pajak badan. Berdasarkan ketentuan dalam pajak
penghasilan yang di sebut wajib pajak yaitu orang pribadi atau badan yang
memenuhi defenisi sebagai subjek pajak dan menerima atau memperoleh
penghasilan yang merupakan objek pajak. Wajib pajak sangatlah memegang
peranan yang sangat penting bagi kelancaran sistem dan peraturan
perundang-undangan perpajakan. Menurut Undang-undang No. 28 Tahun
2007 pasal 1 ayat (1) tentang tata cara perpajakan bahwa yang dimaksud
dengan wajib pajak adalah sebagai berikut.
23
Ada beberapa hak yang bisa di ciptakan oleh wajib pajak dan juga
kewajiban-kewajiban yang harus di laksanakan, menurut Suprianto (2011)
bahwa kewajiban wajib pajak antara lain sebagai berikut:
a. Mendaftrkan diri sebagai wajib pajak. Setiap wajib pajak yang telah
memenuhi syarat sebagai wajib pajak, wajib mendaftarkan diri untuk
memperolah Nomor Pokok Wajib Pajak dan Nomor Pengukuhan
pengusaha Kena Pajak.
b. Mengisi dan menyampaikan SPT. Setiap orang mempunyai Nomor pokok
Wajib pajak wajib mengisi, menghitung dan melaporkan sendiri pajak yang
terutang dalam satu masa pajak dan menyampaikan SPT yang telah di isi
dan di tanda tangani oleh kepala KPP setempat dalam batasan waktu
yang ditentukan.
c. Membayar atau menyetor pajak. Besarnya pajak harus dibayar oleh wajib
pajak menurut sistem self asessment ditentukan sendiri oleh wajib pajak
yang bersangkutan.
d. Membuat pembukuan atau pencatatan. Wajib pajak yang melakukan
kegiatan usaha wajib pajak menyelenggarakan pembukuan yang dapat
menyajikan keterangan-keterangan yang cukup untuk menghitung
penghasilan kena pajak.
e. Memberikan keterangan. Dirjen pajak berwenang untuk melakukan
pemeriksaan terhadap wajib pajak dalam rangka menetapkan besarnya
jumlah pajak yang terutang, maka wajib pajak tersebut harus
memperlihatkan dan meminjamkan pembukuan atau pencatatan yang
berhubungan dengan kegiatan usaha yang dijalankan.
24
3. Jenis-jenis wajib pajak
a. Wajib pajak orang pribadi
Wajib pajak orang pribadi adalah setiap orang pribadi yang memiliki
penghasilan di atas penghasilan tidak kena pajak. Di Indonesia setiap
orang wajib mendaftarkan diri dan mempunyai nomor pokok wajib pajak
(NPWP), kecuali ditentukan dalam undang-undang.
b. Wajib pajak badan
Wajib pajak badan adalah setiap badan yang memiliki kewajiban
perpajakan sebagai pembayar pajak, pemotong dan/atau pemungut pajak,
termasuk bentuk usaha tetap dan kontraktor atau operator di bidang usaha
hulu minyak dan gas bumi.
E. Pajak Kendaraan Bermotor
1. Pengertian pajak kendaraan Bermotor
Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) adalah pajak atas kepemilikan atau
penguasaan kendaraan bermotor, yaitu kendaraan beroda dua atau lebih
beserta gandengannya yang digunakan disemua jenis jalan darat dan
digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang
berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga
gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat besar yang
bergerak.
Menurut Muhammad Djafar Saidi (2010) Pajak kendaraan bermotor
atau yang di singkat PKB merupakan salah satu jenis pajak daerah provinsi,
pengertian dari pajak kendaraan bermotor menurut pasal 1 angka 12 Undang-
Undang PDRD adalah pajak atas kepemilikan dan/atau penguasaan
kendaraan bermotor, dalam arti pajak kendaraan bermotor merupakan pajak
yang bersifat objektif, bergantung pada objek yang dikenakan pajak dan
25
berada dalam kepemilikan dan/atau penguasaan wajib pajak.
2. Subjek Pajak Kendaraan Bermotor
Subjek pajak kendaraan bermotor adalah orang pribadi atau badan
yang memiliki dan/atau menguasai kendaraan bermotor (pasal 4 ayat (1) UU
PDRD).
Makna yang terkandung dalam pengertian memiliki dan/atau
menguasai adalah sebagai berikut:
a. Subjek pajak memiliki kendaraan bermotor
b. Subjek pajak memiliki dan menguasai kendaraan bermotor atau
c. Subjek pajak hanya menguasai dan tidak memiliki kendaraan bermotor.
Ketiga makna tersebut, harus tercermin dalam substansi pengertian
wajib pajak kendaraan bermotor sehingga dapat dikenakan pajak kendaraan
bermotor.
Menurut Siahaan (2010) pada PKB subjek pajak adalah orang pribadi
atau badan yang memiliki dan atau menguasai kendaraan bermotor,
sementara itu yang menjadi wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang
memiliki kendaraan bermotor. Jika wajib pajak berupa badan, kewajiban
perpajakan di wakili oleh pengurus atau kuasa badan tersebut, dengan
demikian, pada PKB subjek pajak sama dengan wajib pajak, yaitu orang atau
badan yang memiliki atau menguasai kendaraan bermotor.
3. Objek Pajak Kendaraan Bermotor
Menurut Saidi (2010) mengemukakan bahwa pajak kendaraan
bermotor merupakan salah satu pajak daerah provinsi, sebagai pajak daerah
provinsi pada hakikatnya tidak dapat berfungsi bila tidak memiliki objek yang
dapat dikenakan pajak. Objek pajak kendaraan bermotor adalah kepemilikan
dan/atau penguasaan kendaraan bermotor.
26
Kendaraan bermotor menurut pasal 1 ayat (13) UU PDRD adalah
semua kendaraan beroda beserta gandengannya yang digunakan di semua
jenis jalan darat dan di gerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau
peralatan lainnya yang berfunsi untuk mengubah sesuatu sumber daya energi
menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-
alat berat dan alat-alat besar yang dalam operasinya menggunakan roda dan
motor dan tidak melekat secara permanen serta kendaraan bermotor yang di
opersikan di air.
Adapun kendaraan yang dikecualikan dari kendaraan bermotor adalah
sebagai berikut:
a. Kereta api
b. Kendaraan bermotor semata-mata digunakan untuk keperluan pertahanan
dan keamanan negara
c. Kendaraan bermotor yang dimiliki dan/atau dikuasa kedutaan, konsulat,
perwakilan negara asing dengan asas timbal balik dari lembaga-lembaga
internasional yang memperoleh fasilitas pembebasan pajak dari
pemerintah
d. Objek pajak lainnya yang diterapkan peraturan daerah
e. Adapun pengecualian sebagai kendaraan bermotor tidak terbatas karena
dapat bertambah berdasarkan kebutuhan daerah yang diatur dengan
peraturan daerah, pengecualian sebagai kendaraan bermotor berarti tidak
boleh dikenakan pajak, jika pengecualian ini dilanggar pejabat pajak telah
melakukan pelanggaran hukum yang dapat dipersoalkan pada lembaga
peradilan pajak.
4. Dasar Hukum Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Saidi)
pemungutan pajak yang hendak dilakukan agar tidak menimbulkan polemik
27
hukum dikalangan wajib pajak dengan pejabat pajak, terlebih dahulu diketahui
dan dipahami mengenai dasar hukum mengapa negara berkehendak
memungut pajak pada warganya.
Saidi (2010) sebelum di amandemen Undang-Undang Dasar 1945
(UUD 1945), ketentuan mengenai pajak di atuir pada pasal 23 ayat (2) UUD
1945 yang berbunyi: “segala pajak untuk keperluan negara harus berdasarkan
undang-undang”.
Ketentuan ini mengandung asas legalitas yang meletakkan
kewenangan pada negara untuk memungut pajak kalau negara sedang
membutuhkannya, tetapi dengan syarat harus berdasarkan undang-undang
yang sudah diterapkan, sebenarnya tidak ada pajak tanpa persetujuan antara
rakyat melalui wakilnya didalam DPR dengan Presiden yang diatur dengan
undang-undang.
Saidi (2010) ketentuan mengenai pajak mengalami perubahan yang
sangat prinsipil setalah amandemen UUD 1945, hal ini dapat dilihat pada pasal
23A Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang
berbunyi “pajak dan pungutan yang bersifat memaksa untuk keperluan negara
diatur dengan undang-undang”. Pasal 23A UUD NRI 1945 tetap melanjutkan
asas legalitas yang awalnya dari pasal 23 ayat (2) UUD 1945.
Undang-undang pajak tersebut tetap di berlakukan walaupun
ketentuan induknya telah mengalami pergantian dari pasal 23 ayat (2) UUD
1945 menjadi pasal 23A UUD NRI 1945, dasar hukum diberlakukannya adalah
pasal 1 aturan peralihan UUD 1945 NRI yang menyatakan bahwa segala
peraturan perundang-undangan yang ada masih tetap berlaku selama belum
diadakan yang baru menurut undang-undang dasar ini dan bertujuan untuk
menjaga kekosongan atau kevakuman hukum di bidang perpajakan sebagai
konsekuensi dari amandemen UUD 1945.
28
5. Dasar Pengenaan, Tarif dan Cara Perhitungan Pajak Kendaraan Bermotor
Berdasarkan Peraturan daerah Provinsi Sulawesi Selatan No.10 Tahun
2010 tentang Pajak Daerah
Berdasarkan peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan No.10 Tahun
2010 tentang pajak daerah dasar pengenaan, tarif dan cara perhitungan pajak
kendaraan bermotor sebagai berikut:
Dalam pasal 6 angka (1) dasar pengenaan PKB adalah hasil perkalian
dari 2 (dua) unsur pokok yaitu sebagai berikut.
a. Nilai jual kendaraan bermotor
b. Bobot yang mencerminkan secara relatif tingkat kerusakan jalan dan/atau
pencemaran lingkungan akibat penggunaan kendaraan bermotor.
Dalam pasal 6 angka (3) bobot sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dihitung berdasarkan faktor-faktor seperti berikut:
a. Tekanan gandar, yang dibedakan atas dasar jumlah sumbu/as, roda dan
berat kendaraan bermotor.
b. Jenis bahan bakar kendaraan bermotor yang dibedakan menurut solar,
bensin, gas, listrik, tenaga surga atau jenis bahan bakar lainnya.
c. Jenis, pengangguran, tahun pembuatan dan ciri-ciri mesin kendaraan
bermotor yang dibedakan berdasarkan jenis mesin 2 tak atau 4 tak, dan isi
silinder.
Peraturan daerah Provinsi Sulawesi Selatan No.10 Tahun 2010
tentang pajak daerah juga membahas mengenai kendaraan bermotor yang di
gunakan diluar jalan umum, hal tersebut diatur dalam pasal 7 ayat (1), (2), (3),
(4), yakni sebagai berikut.
a. Khusus untuk kendaraan bermotor yang digunakan di luar jalan umum,
termasuk alat-alat besar, dasar pengenaan PKB adalah NJKB.
29
b. NJKB ditentukan berdasarkan harga pasaran umum atas suatu kendaraan
bermotor.
c. Harga pasaran umum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yaitu harga
rata-rata yang diperoleh dari sumber data yang akurat.
d. NJKB sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan berdasarkan harga
pasaran umum pada minggu pertama bulan desember tahun pajak
sebelumnya.
e. Dalam hal harga pasaran umum suatu kendaraan bermotor tidak diketahui,
NJKB dapat ditentukan berdasarkan sebagian atau seluruh faktor-faktor.
1) Harga kendaraan bermotor dengan isi silinder dan/atau satuan tenaga
yang sama
2) Penggunaan kendaraan bermotor untuk umum atau pribadi
3) Harga kendaraan bermotor dengan merek kendaraan bermotor yang
sama
4) Harga kendaraan bermotor dengan tahun pembuatan kendaraan
bermotor yang sama
5) Harga kendaraan bermotor dengan pembuat kendaraan bermotor
6) Harga kendaraan bermotor dengan kendaraan bermotor sejenis
7) Harga kendaraan bermotor berdasarkan dokumen pemberitahuan
impor barang (IPB).
6. Tata Cara Pembayaran dan Penagihan Pajak Kendaraan Bermotor
a. Pembayaran PKB
PKB terutang harus dilunasi/dibayar sekaligus dimuka untuk masa
dua belas bulan, PKB dilunasi selambat-lambatnya 30 hari sejak diterbitkan
SKPD, SKPDKB, SKPDKB, STPD, surat keputusan pembetulan, surat
keputusan keberatan, dan putusan banding yang menyebabkan jumlah
pajak yang harus dibayar bertambah. Pembayaran PKB dilakukan ke kas
30
daerah bank, atau temapt lain yang ditunjuk oleh gubernur, dengan
menggunakan surat setoran pajak daerah.
Wajib pajak yang melakukan pembayaran pajak diberikan tanda
bukti pelunasan atau pembayaran pajak dan penning, wajib pajak yang
terlambat melakukan pembayaran pajak akan dikenakan sanksi yaitu:
Keterlambatan pembayaran pajak yang melampaui saat jatuh tempo yang
ditetapkan dalam SKPD dikenakan sanksi administrasi berupa denda
sebesar 25% dari pokok pajak.
b. Penagihan PKB
Pajak yang terutang tidak dilunasi setelah jatuh tempo pembayaran,
gubernur atau pejabat yang ditunjuk akan melakukan tindakan penagihan
pajak. Penagihan pajak dilakukan terhadap pajak terutang dalam SKPD,
SKPDKB, SKPDKBT, STPD, surat keputusan pembetulan, surat
keputusan keberatan, dan putusan banding yang menyebabkan jumlah
pajak yang harus dibayar bertambah.
F. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1. Matrik Penelitian-penelitian Terdahulu
No Nama
Peneliti/Tahun
Judul
Penelitian
Variabel
Penelitian
Metode
Analisis
Hasil
Penelitian
1. Mujiati (2013) Dampak
Pengenaan
Tarif Pajak
Progresif
Kendaraan
Bermotor Di
Jepara
Variabel
terikat:
Pengenaan
tarif pajak
Variabel
Bebas:
kendaraan
bermotor
Analisis
regresi
linier
berganda
Pengenaan
tarif pajak
progresif (X)
berpengaruh
positif
terhadap
perilaku
penghindaran
31
pajak (Y) di
Jepara.
2. Komang
Yunita Sari,1
Made Ari
Wahyuni, 2
Nyoman
Trisna
Herawati
(2017)
Analisis
Dampak
Penerapan
Pajak
Progresif
Pada
Kendaraan
Bermotor
Roda Empat
Terhadap
Tingkat
Penjualan
Mobil Baru
Di
Kecamatan
Buleleng
Variabel
terikat:
penerapan
pajak
progresif
Variabel
Bebas:
tingkat
penjualan
mobil
Kuesioner Penerapan
pajak proresif
ini mengalami
perubahan
dari sistem KK
(Kartu
Keluarga)
menjadi sistem
KTP (Kartu
Tanda
Penduduk),
penerapan
pajak progresif
mendapat
tanggapan dari
masyarakat,
baik
tanggapan
positif maupun
tanggapan
negative
3. Margareth
Angraini
1. Anton
Arisman 2.
Cristina
Yunita3 (2014)
Pengaruh
Penerimaan
Pajak
Kendaraan
Bermotor
Dan Bea
Balik Nama
Kendaraan
Bermotor
Terhadap
Pendapatan
Variabel
terikat:
penerapan
pajak
kendaraan
bermotor
dan bea
balik nama
Variabel
Bebas:
Analisis
regresi
linier
berganda
Variabel Pajak
Kendaraan
Bermotor
(PKB)
berpengaruh
secara
signifikan
terhadap
Pendapatan
Asli Daerah
(PAD) di
32
Asli Daerah
Di Provinsi
Sumatera
Selatan
pendapatan
asli daerah
provinsi
Sumatera
selatan tahun
2012-2014,
sedangkan
variabel Bea
Balik nama
kendaraan
bermotor tidak
mempunyai
pengaruh
secara
signifikan
terhadap
Pendapatan
Asli Daerah
(PAD) di
provinsi
Sumatera
Selatan tahun
2012-2014
G. Kerangka Pikir
Kerangka konseptual merupakan penjelasan sementara gejala-gejala yang
menjadi objek permasalahan tentang hubungan antar variabel bebas dan variabel
terikat yang disusun dari berbagai teori yang telah diuraikan. Seperti yang telah
dijelaskan dari pembahasan sebelumnya bahwa dasar pengenaan pajak progresif
ini merupakan penerapan pasal 6 Undang-Undang nomor 28 Tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang pelaksanaannya ditetapkan mengacu
pada peraturan Daerah Sulawesi Selatan Nomor 10 Tahun 2010 tentang pajak
Daerah. Hubungan antara pajak progresif dan wajib pajak dapat digambarkan
dalam kerangka 1 pada gambar 2.2 berikut:
33
H. Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan sementara tentang rumusan masalah penelitian
yang belum dibuktikan kebenarannya. Berdasarkan kerangka konseptual yang
telah dimasukkan maka dapat diajukan hipotesis yaitu: Penerapan pajak progresif
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam
membayar pajak kendaraan bermotor.
Kepatuhan wajib pajak
dalam Membayar Pajak
Kendaraan Bermotor (Y)
Penerapan Pajak
Progresif (X)
INDIKATOR
1.Tarif pajak kendaraan bermotor.
2. Undang-undang PKB.
3. Dasar Penanganan PKB.
CLAUDYA 2014
INDIKATOR
1. Tepat waktu dalam pembayaran
pajaknya.
2. Tidak melakukan penundaan
dengan sengaja.
KMK NO554/KMK.O4/2000
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, pendekatan yang di gunakan adalah pendekatan
kuantitatif. Menurut Sugiyono (2015), penelitian kuantitatif digunakan untuk
meneliti pada proposal atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan
instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan
untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Variabel-variabel ini diukur
biasanya dengan instrumen penelitian sehingga data yang terdiri dari angka-
angka dapat di analisis berdasarkan prosedur statistic.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Pengertian penelitian
deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk memberikan detail-detail
spesifik dari sebuah situasi lingkungan sosial atau hubungan fokus dari
penelitian ini adalah menjawab “bagaimana (how)”. Misalnya “bagaimana
terjadi” dalam penelitian ini, peneliti hendak menggambarkan apakah
sosialisasi sanksi dan presepsi akuntabilitas berpengaruh secara
signifikan/tidak signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar
pajak kendaraan bermotor.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi
Penelitian ini dilakukan pada kantor Sistem Administrasi Manunggal
Satu Atap (SAMSAT) kota Makassar yang beralamat Jl. Andi Mappanyukki No.
27 selain dikantor SAMSAT, tempat penelitian juga bisa dilakukan dimana saja
karena dalam penelitian ini menggunakan kuesioner untuk mengetahui tingkat
kesadaran wajib pajak dalam pembayaran pajak kendaraan bermotor.
35
2. Waktu Penelitian
Dimana waktu dan penyusunan penelitian akan dlakukan pada bulan
Desember dan Januari 2021.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
kuantitatif. Menurut Sugiyono (2015) populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas objek/subjek yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian di tarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah wajib
pajak kendaraan bemotor yang terdaftar pada tahun 2018 sebanyak 1.425.150
wajib pajak.
2. Sampel
Menurut Sugiyono (2015) Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar dan
peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya
keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan
sampel yg diambil dari populasi itu. Pengambilan sampel dalam penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan teknik nonprobability sampling yakni
incidental sampling atau sampling incidencial. Sampling incidental adalah
teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja secara
kebetulan/incidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai
sampel, bila di pandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai
sumber data.
Rumus yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel adalah
menggunakan Rumus Slovin (Sevilla et. Al. 2007), sebagai berikut:
36
𝑛 =𝑁
1 + (N x 𝑒2
Dimana :
n : Jumlah sampel
N : Jumlah populasi
e : persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan
sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan, (kesalahan maksimum
yang biasa di toleransi sebesar 10%)
Adapun jumlah sampel yang akan dijadikan responden dalam penelitian
ini adalah sebanyak 100 (seratus) wajib pajak PKB (Pajak Kendaraan
Bermotor). Dapat dilihat pada perhitungan di bawah ini:
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan
sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan dalam penelitian ini
adalah 0,1= 99,9 dibulatkan menjadi 100 wajib pajak.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif
dimana data kuantitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk angka. Data
ini diperoleh dari pengukuran langsung maupun angka-angka yang diperoleh
dengan mengubah data kualitatif menjadi kuantitatif. (Sugiyono, 2015).
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu primer. Data
primer yaitu data yang berasal langsung dari sumber data yang dikumpulkan
37
secara khusus dan berhubungan langsung dengan permasalahan yang diteliti.
Sumber data primer pada penelitian ini diperoleh langsung dari wajib pajak
kendaraan bermotor yang terdaftar di SAMSAT Kota Makassar
3. Metode pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis memperoleh data yang diperlukan dengan
menggunakan cara sebagai berikut:
a. Kuesioner
Pengumpulan data primer dilakukan dengan metode survey
menggunakan media angket (kuesioner). Sejumlah pertanyaan akan di
ajukan sebagai responden dan kemudian responden diminta menjawab
sesuai dengan pendapat mereka. Untuk mengukur pendapat responden,
digunakan Skala Likert lima angka yaitu mulai dari angka lima untuk
mendapat sangat setuju (SS) dan angka satu untuk mendapat sangat
setuju (STS) (Santi), perinciannya adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Penilaian Skor Pertanyaan
Jenis pernyataan Jenis Jawaban Skor
Positif Sangat Setuju (SS)
Setuju (S)
Netral (N)
Tidak Setuju (TS)
Sangat Tidak Setuju (STS)
5
4
3
2
1
b. Tinjauan kepustakaan
Metode ini dilakukan dengan mempelajari teori-teori dan konsep
yang sehubungan dengan masalah yang diteliti penulis pada buku dan
jurnal guna memperoleh landasan teoritis yang memadai
38
c. Mengakses website dan situs-situs
Mencari website maupun situs yang menyediakan informasi
sehubungan dengan masalah dalam penelitian.
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Penelitian ini dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang
diharapkan, maka perlu dipahami konsep operasional dan indikator variabel
penelitian, variabel penelitian terdiri dari:
1. Pajak Progresif (X)
Pajak progresif adalah pajak diterapkan bagi kendaraan pribadi
baik roda dua dan roda empat dengan nama pemilik dan alamat tempat
tinggal yang sama. Jika nama pemilik dan alamatnya berbeda, maka tidak
dikenakan pajak progresif. Untuk kendaraan pribadi roda dua.
2. Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak (Y)
Kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak adalah pemenuhan
kewajiban perpajakan yang dilakukan oleh pembayar pajak dalam rangka
memberikan kontribusi, Melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan.
Tabel 3.2
No Variabel Indikator Variabel Skala
pengukuran
1 Penerapan pajak
progresif (X)
1. Tarif PKB
2. UU PKB
3. Dasar pengenaan PKB
Ordinal
2
Kepatuhan wajib
pajak dalam
membayar PKB (Y)
1.Tepat waktu dalam
pembayaran pajaknya
2. Tidak melakukan penundaan
dengan sengaja
Ordinal
39
F. Uji Instrumen
Ada dua syarat yang berlaku untuk sebuah kuesioner yaitu valid dan
reabilitasnya instrumen yang ada dalam kuesioner tersebut, untuk itu perlu
dilakukan uji validitas dan uji reabilitas. Uji validitas dilakukan untuk mengukur
apa yang mana seharusnya di ukur, sedangkan uji reabilitas digunakan untuk
melihat sejauh mana instrumen yang bisa digunakan beberapa kali untuk
mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. (Sugiyono)
1. Uji Validitas
Pengujian validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya
suatu kuesioner, instrument yang valid berarti alat ukur yang digunakan
untuk mendapatkan data itu valid. Valid berarti instrumen tersebut
digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti
instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya
diukur. Pengujian validasi ini menggunakan fasilitas dalam program SPSS.
Kriteria yang digunakan untuk menyatukan suatu instrumen dianggap valid
atau layak digunakan dalam pengujian hipotesis adalah:
a. Apabila kofesiensi korelasi lebih besar atau sama dengan 0,30 maka
valid demikian sebaliknya
b. Jika nilai korelasinya signifikan maka indicator pertanyaan dikatakan
valid demikian sebaliknya
2. Uji Reabilitas
Uji reabilitas digunakan untuk mengetahui apakah indicator atau
kuesioner yang digunakan dapat dipercaya sebagai alat ukur variabel.
Reabilitas suatu indikator atau kuisioner dapat dilihat dari nilai Cronbach
Alpha yaitu apabila nilai Croncbach Alph lebih besar (>) 0,06 maka
40
indicator atau kuesioner adalah reliabel, sedangkan apabila nilai
Croncbach Alpha lebih kecil (<) 0,60 maka indicator atau kuesioner tidak
riabel.
G. Uji Asumsi Klasik
Terdapat 2 jenis Uji asumsi klasik sebagai berikut:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah uji asumsi yang akan menguji data variabel
bebas (X) dan tata variabel terikat (Y) pada persamaan regresi yang
dihasilkan, apakah berdistribusi normal atau apakah berdistribusi tidak
normal.
Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas yaitu :
a. Jika nilai signifikan lebih besar dari 0,5 maka tata tersebut berdistribusi
normal.
b. Sebaliknya, jika nilai signifikan kurang dari 0,05 maka data tersebut tidak
berdistribusi normal.
2. Uji heteroskedastisitas
Menurut (Sugiono, 2017) mengemukakan bahwa uji
heteroskedastisitas menguji terjadinya adanya perbedaan residual suatu
periode pengamatan lainnya atau hubungan gambaran antara nilai yang
diprediksi dengan Studentized Residual nilai tersebut. Tujuannya untuk
mengetahui ada tidaknya penyimpanan asumsi klasik heteroskedastisitas
yaitu adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan
pada modal regresi, semua analisis diatas dihitung untuk menggunakan
program spss.
41
H. Metode Analisis
Sehubungan pendekatan penelitian adalah penelitian kuantitatif maka
analisis yang digunakan adalah:
1. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif menggambarkan karakteristik umum dari sampel
yang digunakan dalam penelitian ini dengan lebih rinci sehingga dapat
diketahui nilai minum, nilai maksimum, nilai rata-rata, dan standar deviasi
dari masing-masing variabel yaitu penerapan pajak Progresif, dan wajib
pajak.
2. Uji Hipotesis
a. Uji persial (t-test)
Uji signifikansi secara persial atau sering kali disebut uji t
bertujuan untuk melihat pengaruh variabel-variabel independen secara
individual terhadap variabel dependen.
Dasar pengambilan keputusan:
1) Dengan membandingkan nilai t hitung dengan nilai t tabel apabila t
hitung < t tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak, Apabila t hitung >
t tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima
2) Dengan melihat nilai probabilitas signifikan apabila nilai probabilitas
signifikan > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak, apabila nilai
probabilitas signifikan < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima
3. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Uji koefisien determinasi (R2), digunakan untuk melihat besarnya
pajak progresif sebagai variabel independen terhadap wajib pajak sebagai
variabel dependen. Nilai R2 ini terletak antara 0 dan 1. Bila nilai R2
42
mendekati 0, berarti sedikit sekali variabel dependen yang dapat
diterangkan oleh varibel independen jika ternyata dalam perhitungan nilai
R2 sama dengan 0 maka ini menunjukkan bahwa variabel dependen tidak
bisa dijelaskan oleh variabel independen dengan formula sebagai berikut:
R2 = (R2) × 100%.
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Peneitian
1. Gambaran Umum Objek Penelitian
a. Sejarah Singkat Kantor Samsat Kota Makassar
Samsat Makassar merupakan salah satu unit pelayanan teknis daerah
yang berada dibawah Dinas Pendapatan daerah Provinsi Sulawesi Selatan
yang berdiri sejak tahun 1976, yang merupakan hasil realisasi Kantor
bersama Samsat di Indonesia berdasarkan keputusan bersama
Menhankam/Pangab, Menteri Dalam Negeri tanggal 28 Desember 1976
Nomor Pol.Kep. 1693/MK/1976 dan Nomor 311 tahun 1976 tentang
peningkatan kerja sama antara pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan,
Kepala Daerah Kepolisian, dan Aparat Departemen Keuangan dalam rangka
peningkatan pelayanan kepada masyarakat, serta peningkatan daerah
khusus mengenai pajak kendaraan bermotor.
Pelaksanaan Samsat oleh Pemerintah Sulawesi Selatan dalam
penertiban STNK terkait dengan pembayaran PKB dan BBNKB serta
SWDKLLJyang dilaksanakan terpusat di Makassar, dimulai pada tanggal 16
oktober 1978. Samsat Wilayah I Makassar telah memiliki kantor pelayanan
sebanyak dua unit masing-masing terletak dijalan Andi Mappanyukki dan AP
Pettarani sehingga pelayanan kepada wajib pajak di daerah ini semakin
meningkat, kemudian didirikan Kantor Samsat pembantu sebanyak delapan
unit se Sulawesi Selatan. Didirikan lima belas cabang Kantor Samsat untuk
melayani masyarakat pemilik kendaraan bermotor yang tersebar di dua
puluh tiga daerah tingkat II Kabupaten/Kota Madya.
44
Pada Tahun 2009 Nomor 141 tentang organisasi dan tata kerja unit
pelaksanaan teknis dinas (UPTD) merupakan unit operasional dinas
pendapatan dan pengelolah asset daerah Provinsi Sulawesi Selatan yang
berada disetiap kabupaten/kota, dalam pelaksanaan tugas pokoknya selain
melayani pemungutan pajak daerah juga melayani pemungutan retribusi
daerah dan pendapatan lain-lain yang sah. Kemudian pada Tahun 2011
muncul peraturan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 82 Tahun 2011
tentang pemungutan pajak progresif. Maksud dan tujuan pengenaan pajak
progresif di Sulawesi Selatan adalah untuk memenuhi rasa keadilan dan
pertimbangan azas kemampuan wajib pajak atas kepemilikan kedua dan
seterusnya, di mana orang yang memiliki kemampuan ekonomi lebih besar
yang presentasikan dengan jumlah kendaraan yang dimiliki oleh wajib pajak.
b. Visi dan Misi Samsat Makassar
Adapun visi dari Samsat yaitu “terwujudnya pelayanan prima
sebagaibukti pengabdian kepada masyarakat”. Sedangkan misinya yaitu :
1) Memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan menjunjung tinggi
etika profesi.
2) Melaksanakan proses administrasi kendaraan bermotor secaracepat dan
tepat.
3) Mewujudkan aparat pelaksana SAMSAT yang bersih, jujur, dan cakap,
bertanggung jawab dan professional.
4) Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar pajak.
5) Penatapan arsip kendaraan yang tertib untuk memudahkan identifikasi
dan keamanan dokumen.
c. Struktur organisasi Samsat Makassar
45
Struktur organisasi dapat didefinisikan sebagai suatu susunan dan
hubungan antara bagian dengan komponen yang terdapat dalam suatu
instansi. Dengan adanya struktur maka pembagian kerja dapat
dispesifikasikan. Selain itu, struktur juga dapat menunjukkan fungsi dan
kegiatan yang berbeda antara satu bagian dengan bagian yang lainnya.
Susunan organisasi SAMSAT Kota Makassar adalah:
a. Kepala UPTD SAMSAT Kota Makassar.
b. Kasubang Tata Usaha.
c. Kasi pendapatan dan penetapan.
d. Adpel wilayah Makassar.
e. Adpel Pemd. Wilayah Makassar.
f. Kasi Penagihan dan Penatapan.
Struktur organisasi menunjukkan pengaturan antar hubungan bagian
bagian dari komponen dan posisi dalam suatu organisasi. Struktur
organisasi menspesifikasikan pembagian kerja dan menunjukkan
bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan saling terkait. Disamping itu juga
menunjukkan hirarki dan kewenangan dan tata hubungan laporan. Struktur
organisasi SAMSAT Kota Makassar adalah sebagai berikut:
46
GAMBAR 4.1
STRUKTUR ORGANISASI UPDT SAMSAT KOTA MAKASSAR
d. Uraian Tugas dalam Organisasi SAMSAT Kota Makassar
Uraian tugas dalam organisasi SAMSAT Kota Makassar adalah sebagai
berikut:
a. Kepala UPTD
Melaksanakan sebagian tugas teknis operasional dinas dalam bidang
menjalankan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh kepala dinas. Dalam
melaksanakan tugas pokoknya, kepala UPTD mempunyai 6 fungs, yaitu
sebagai berikut.
1. Pengordinasian pelaksanaan kegiatan.
2. Pengelolaan urusan umumdan administrasi kepegawaian.
3. Pengelolaan pendapatan.
4. Pengordinasian dan penyusunan program serta pengolaan dan
penyajian data.
5. Pengelolaan dan pembinaan organisasi dan tatalaksana.
KA. UPTD
SEKSI PENDAPATAN DAN PENETAPAN
SUB BAGIAN TATA USAHA
SEKSI PENAGIAN & PENERIMAAN
47
6. Pelaksanaan tugas kedinasaan lain sesuai dengan bidang usahanya.
b. Kepala Sub Bagian tata usaha
Melakukan administrasi ketatausahaan, koordinasi dan pengendalian,
monitoring, dan evaluasi, dan pengukuran kinerja lingkup UPTD pada
Dinas Pendapatan Daerah serta penyusunan laporan. Kepala Sub bagian
tata usaha mempunyai fungsi sebagai berikut.
1. Menyusun rencana kegiatan tatausaha dan mendistribusikan serta
mengevaluasi pelaksanaan tugas kepada bawahan.
2. Melaksanakan urusan administrasi kepagawaian, organisasi dan
tatalaksana.
3. Melaksanakan urusan administrasi umum dan rumah tangga.
4. Melaksanakan urusan penyusunan laporan UPTD.
5. Melaksanakan penatausahan keuangan.
6. Melaksanakan urusan dokumentasi perkantoran.
c. Kepala seksi pendataan dan penetapan
Melaksanakan sebagian tugas UPTD dalam bidang pendataan dan
penetapan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan lainnya. Dan
dalam pelaksanaan tugas pokok tersebut, kepala seksi pendataan dan
penetapan mempunyai beberapa fungsi, yaitu:
1. Menyampaikan surat ketetapan kepada wajib pajak dan retribusi.
2. Menyelenggarakan inventarisasi data potensi obyek dan subyek pajak
daerah, penetapan dan penginventarisasian wajib pajak yang tidak
memenuhi kewajiban tepat waktu.
3. Membuat laporan hasil pendataan dan penetapan setiap bulannya.
d. Seksi penagihan dan penerimaan
48
Melaksanakan sebagian tugas UPTD didalam bidang penagihan dan
penerimaan. Yang dimaksud dalam tugas pokok seksi penagihan dan
penerimaan sebagai berikut.
a. Melaksanakan penagihan dan penerimaan pajak daerah, retribusi
daerah dan pendapatan lainnya.
b. Menyiapkan surat penagihan dan surat tegur terhadap wajib pajak yang
tidak memenuhi kewajiban tepat waktu.
c. Membuat laporan pelaksanaan penagihan dan penerimaan setiap
bulannya.
d. Melaksanakan tugas operasional pemeriksaan pelunasan pajak
kendaraan bermotor (PKB) dan Beabalik Nama Kendaraan Bermotor
(BBN KB) dijalan raya bekerja sama dengan instansi terkait.
SAMSAT Kota Makassar sebagai suatu organisasi merupakan suatu
kesatuan kerja yang dikordinasikan secara sadar, dengan suatu batasan
relatif jelas, yang berfungsi secara teratur dalam rangka mencapai suatu
tujuan. Organisasi merupakan suatu kumpulan orang yang dikelompokkan
dalam suatu kerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Pengelompokkan
orang-orang tersebut di dasarkan kepada prinsip-prinsip pembagian kerja,
peranan dan fungsi, hubungan, prosedur, aturan, standar kerja, tanggung
jawab, dan otoritas tertentu. Wujud pengelompokan tersebut dapat diamati
dari struktur dan hirarki, karena itu menyusun suatu struktur sering
didefinisikan dengan membuat desain organisasi dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
49
2. Karakteristik Responden
Karakteristik responden yaitu menguraikan deskripsi identitas responden
menurut sampel peneltian yang telah ditetapkan. Tujuannya yaitu untuk
memberikan gambaran yang menjadi sampel dalam penelitian ini.
Karakteristik responden dikelompokkan menurut jenis kelamin, tingkat usia,
tingkat pendidikan dan masa kerja. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan pada kantor Samsat Kota Makassar, maka dapat dilihat dalam
tabel berikut:
Tabel 4.1
Jenis Kelamin Responden
Jenis_Kelamin
Frequency Percent
Valid LAKI-LAKI 73 73.0
PEREMPUAN 27 27.0
Total 100 100.0
Sumber : Hasil Olah Data SPSS Versi 22, 2020
Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa karakteritisk responden berdasarkan
jenis kelamin, untuk jenis kelamin laki-laki berjumlah 73 orang dengan
persentase sebesar 73.0 %, sedangkan untuk jenis kelamin perempuan
berjumlah 27 orang dengan persentase 27,0 % dari data tersebut dapat
disimpulkan bahwa yang dominan adalah Laki-laki.
50
Tabel 4.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Umur
Frequency Percent
Valid 20-25 TAHUN 23 23.0
26-30 TAHUN 30 30.0
>30 TAHUN 47 47.0
Total 100 100.0
Sumber : Hasil Olah Data SPSS Versi 22, 2020
Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa karateristik responden berdasarkan
usia. Untuk responden usia 20-25 tahun berjumlah 23 orang tingkat
persentase sebesar 23,0 %, untuk usia 26-30 tahun berjumlah 30 orang
dengan persentase 30.0 %, sedangkan untuk usia >30 tahun berjumlah 47
orang tingkat persentase 47,0 % dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa
data yang dominan yaitu >30 tahun, hal ini disebabkan karena pada usia
tersebut merupakan usia yang paling tertua dan memiliki pekerjaan terlebih
dahulu..
Tabel 4.3
Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan
Frequency Percent
Valid Karyawan/PNS 58 58.0
TNI/Polri 24 24.0
Wirausaha 18 18.0
Total 100 100.0
Berdasarkan tabel 4.3 menjelaskan bahwa rata-rata tingkat
pekerjaan yaitu karyawan/PNS berjumlah 58 orang dengan tingkat
persentase 58,0 %, untuk status pekerjaan TNI/POLRI berjumlah 24
51
orang dengan tingkat persentase 24,0 %, sedangkan untuk status
pekerjaan Wirausaha berjumlah 18 orang dengan persentase 18,0 %.
dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa data yang dominan
dengan status pekerjaan adalah karyawan/PNS.
3. Deskriptif Data Atas Variabel Penelitian
Variabel penelitian terdiri dari 2 (dua) yaitu: variabel independent yaitu
Penerapan Pajak Progresif (X), dan variabel dependent yaitu Kepatuhan
Pajak (Y). Survey ini menggunakan skala pengukuran dengan skala Likert
dengan bobot tertinggi disetiap pertanyaan adalah 5 (lima) dan bobot
terendah adalah 1 (satu) dengan jumlah responden sebanyak 100 orang.
a. Deskripsi Variabel Penerapan Pajak Progresif (X)
Adapun deskripsi data tanggapan responden mengenai Penerapan Pajak
Progresif pada Kantor Samsat Kota Makassar dapat dilihat pada tabel 4.4
sebagai berikut:
Tabel 4.4
Deskripsi Variabel Penerapan Pajak Progresif (X)
Pernyataan
Frekuensi Jawaban Responden (F) & Persentase (%) Rerata (Mean)
STS (1) TS (2) N (3) ST (4) SS (5)
F % F % F % F % F %
X111 0 0.00 3 3.00 28 28.00 56 56.00 13 13.00 3.79
X112 0 0.00 4 4.00 36 36.00 50 50.00 10 10.00 3.66
X113 0 0.00 0 0.00 32 32.00 60 60.00 8 8.00 3.76
Nilai Rata-Rata Tanggapan Responden (X11) 3.73
X121 0 0.00 0 0.00 33 33.00 54 54.00 13 13.00 3.80
X122 0 0.00 2 2.00 29 29.00 58 58.00 11 11.00 3.78
X123 0 0.00 2 2.00 35 35.00 54 54.00 9 9.00 3.70
Nilai Rata-Rata Tanggapan Responden (X12) 3.76
X131 0 0.00 2 2.00 31 31.00 56 56.00 11 11.00 3.76
X132 0 0.00 3 3.00 34 34.00 47 47.00 16 16.00 3.76
X133 0 0.00 2 2.00 29 29.00 53 53.00 16 16.00 3.83
Nilai Rata-Rata Tanggapan Responden (X13) 3.78
52
Nilai Rata-Rata Tanggapan Responden Pada Variabel (X) 3.76
Tanggapan responden yang tertinggi nilainya dibuktikan melalui
indikator (X13) dengan nilai rerata sebesar 3,78, untuk nilai rerata tertinggi
kedua dalam menjelaskan indikator (X12) dengan nilai rerata sebesar
3,76, dan untuk nilai rerata terendah ditunjukkan pada indikator (X11)
dengan nilai rerata sebesar 3,73 hasil deskripsi tersebut menyatakan jika
penerapan pajak progresif diterapkan dengan baik, maka perilaku bagi
pengendara bermotor juga akan baik, sebagai contoh prosedur
pelayanan pembayaran pajak kendaraan bermotor.
b. Deskripsi Variabel Kepatuhan Wajib Pajak (Y)
Adapun deskripsi data tanggapan responden mengenai Penerapan Pajak
Progresif pada Kantor Samsat Kota Makassar dapat dilihat pada tabel 4.5
sebagai berikut :
Tabel 4.5
Deskripsi Variabel Kepatuhan Wajib Pajak (Y)
Pernyataan
Frekuensi Jawaban Responden (F) & Persentase (%) Rerata (Mean
) STS (1) TS (2) N (3)
ST (4)
SS (5)
F % F % F % F % F %
Y111 0
0.00 1
1.00
31
31.00 54
54.00
14
14.00 3.81
Y112 0
0.00 6
6.00
39
39.00 45
45.00
10
10.00 3.59
Y113 0
0.00 1
1.00
33
33.00 54
54.00
12
12.00 3.76
Nilai Rata-Rata Tanggapan Responden (Y11) 3.72
Y121 0
0.00 2
2.00
35
35.00 52
52.00
11
11.00 3.72
Y122 0
0.00 4
4.00
23
23.00 58
58.00
15
15.00 3.83
Y123 0
0.00 1
1.00
38
38.00 46
46.00
15
15.00 3.75
Nilai Rata-Rata Tanggapan Responden (Y12) 3.76
Nilai Rata-Rata Tanggapan Responden Pada Variabel Kepuasan Kerja (Y) 3.74
53
Tanggapan responden yang tertinggi nilainya dibuktikan melalui
indikator (Y12) dengan nilai rerata sebesar 3,76, untuk nilai rerata terendah
dalam menjelaskan indikator (X11) dengan nilai rerata sebesar 3,72, hasil
menujukkan bahwa responden yang tertinggi adalah indicator (X11). Hasil
ini menjelaskan bahwa kepatuhan wajib pajak itu sangat penting bagi
pemilik kendaraan bermotoritu sendir, kemudian pihak kantor Samsat
juga harus memberikan pelaan dengan baik, tujuannya adalah agra wajjib
pajak merasa nyaman dengan apa yang diberikan oleh samsat dan
memberikan penghargaan terhadap pemilik kendaraan dengan
mengucapkan terima kasih.
4. Hasil Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
Uji instrument penelitian digunakan untuk menguji tingkat keakuratan
data dalam pengujian hipotesis. Sehingga dalam uji instrument diterapkan
uji validitas dan reliabilitas.
a. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk menguji validasi data yang merupakan
suatu ukuran yang menujukkan tingkat keandalan atau kesahilan alat
ukur. Validasi data dalam suatu penelitian dilakukan dengan teknis
analisis item, yaitu dengan cara mengkolerasi skor tiap-tiap item
pernyataan dengan total skor untuk masing-masing variabel. Suatu
indikator dikatakan valid jika nilai person correlation (r = >0.30) dan tingkat
signifikansnya (α = < 0.05).
54
Untuk mengetahui valid tidaknya pernyataan-pernyataan yang
digunakan dalam penelitian ini, maka hasil pengujian validitas dapat di
lihat pada tabel 4.9 yaitu :
Tabel 4.6
Uji validitas untuk variabel (X)
Indikator Variabel
Corellation Sig Batas Minimal Correlasi
Keterangan
X11 0.828 0.000 0.30 Valid
X12 0.880 0.000 0.30 Valid
X13 0.861 0.000 0.30 Valid
Sumber : hasil olah data SPSS versi 22 (2020)
Berdasarkan pada tabel 4.7 menujukkan bahwa semua indikator dari
variabel kepemimpinan transformasional mempunyai nilai correlation
>0.30 dan signifikan <0.05 sehingga demikian dapat dikatakan bahwa
semua indikator dari penerapan pajak progresif yang dipergunakan dalam
penelitian ini memiliki validitas yang layak dan signifikan.
Tabel 4.7
Uji validitas untuk variabel (Y)
Indikator Variabel
Corellation Sig Batas Minimal Correlasi
Keterangan
Y11 0.864 0.000 0.30 Valid
Y12 0.846 0.000 0.30 Valid Sumber : hasil olah data SPSS versi 22 (2020)
Berdasarkan pada tabel 4.7 menujukkan bahwa semua indikator dari
variabel motivasi kerja mempunyai nilai correlation > 0.30 dan signifikan
<0.05 sehingga dengan demikian dapat dikatakan bahwa semua indikator
dari kepatuhan wajib pajak yang dipergunakan dalam penelitian ini
memiliki validitas yang layak dan signifikan.
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dipakai untuk mengukur keandalan suatu instrument
yang digunakan untuk memprediksi, pada penelitian ini digunakan
55
koefisien standar Alpha Croncbach = > 0,60. Pengujian reliabilitas dalam
penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.8
Tabel 4.8
Pengujian reliablitas variabel peneltian
Variabel Penelitian
Cronbach's Alpha
Batas Minimal Cronbach's
Alpha Keterangan
Penerapan Pajak Progresif (X)
0.817 0.60 Realible
Kepatuhan Wajib Pajak (Y) 0.632 0.60 Realible
Sumber : hasil olah data SPSS versi 22 (2020)
Pada tabel 4.8 menujukkan bahwa variabel Penerapan Pajak Progresif
(X) memiliki nilai Cronbach’s alpha 0.817 > 0.60, dan variabel Kepatuhan
Wajib Pajak (Y) memiliki nilai cronbach’s alpha 0.632 > 0.60 Sehingga
dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa ke dua variabel dalam
penelitian ini yang terdiri dari pernyataan memenuhi standar realibilitas.
5. Hasil Uji Asumsi Klasik
Sebuah model regresi dikatakan baik sebagai model empirik jika telah
memenuhi serangkaian pengujian asumsi klasik. Uji asumsi klasik dalam
penelitian ini yaitu:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mendeteksi untuk mengetahui model
terebut memiliki distribusi normal. Dapat dilakukan dengan menggunakan
analisis Kolmogorov-Smirnov (K-S). Jika nilai signifikan uji Kolmogorov-
Smimov > 0.05 berarti data terdistribusi normal.
Tabel 4.9
Hasil Uji Normalitas Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
56
Unstandardiz
ed Residual
N 100
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std.
Deviation .36760440
Most Extreme
Differences
Absolute .083
Positive .083
Negative -.058
Test Statistic .083
Asymp. Sig. (2-tailed) .087c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction. Sumber : hasil olah data SPSS versi 22 (2020)
Berdasarkan tabel 4.9, menjelaskan bahwa nilai test statistic yaitu
0.083 > 0.05 serta nilai signifikansi yaitu 0.87 > 0.05, maka dapat
disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini terdistribusi normal.
Berdasarkan pengujian normalitas pada tabel 4.10, hasil pengujian
normalitas lainnya dapat dilihat pada gambar 4.2 dibawah ini:
Gambar 4.1 Hasil Pengujian Normal P-P Plot
Sumber: hasil olah data SPSS versi 22 (2020)
57
Pada gambar 4.2 menunjukkan bahwa terlihat titik-titik menyebar
disekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah g aris
diagonal hal ini menunjukkan bahwa model tegresi layak dipakai karena
asumsi normalitas terpenuhi.
b. Uji Heterokedastisitas
Menurut Ghozali ( 2012 : 139) uji heterosdastisitas bertujuan
menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari
residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari
residul satu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka disebut
heteroskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Hasil uji
heteroskedastisitas dapat diliat pada gambar dibawah ini:
Tabel 5.10
Hasil uji Heterokedastisitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .139 .177 .782 .436
PENERAPAN
PAJAK
PROGRESIF
.040 .047 .086 .858 .393
Sumber : hasil olah data SPSS versi 22 (2020)
Berdasarkan hasil tabel diatas menunjukkan variabel Penerapan Pajak
Progresif memiliki nilai sig 0,393 > 0,05. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa variabel yang di uji tidak terjadi heterokedastisitas, sehingga model
regresi yang dilakukan layak dipakai.
58
A. PEMBAHASAN
1. Analisis Data Penelitian
a. Analisis statistik deskriptif
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan atau
memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau
populasi. Penjelasan data melalui statistik deskriptif diharapkan memberikan
gambaran awal tentang masalah yang diteliti. Hasil analisis statistik deskriptif
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.11
Statistik deskriptif variabel
Descriptive Statistics
N
Minimu
m
Maxim
um Mean
Std.
Deviation
PENERAPAN PAJAK
PROGRESIF 100 2.78 5.00 3.7604 .48179
KEPATUHAN WAJIB
PAJAK 100 2.83 5.00 3.7469 .50166
Valid N (listwise) 100
Sumber : hasil olah data SPSS versi 22 (2020)
Hasil analisis statistic deskriptif pada tabel 5.11 dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a) Penerapan Pajak Progresif (X)
Penerapan Pajak Progresif dalam penelitian ini menujukan nilai mean
yaitu 3.7604 dan nilai standar deviasi yaitu 0,48197 dari hasil tesebut
memberikan penjelasan nilai mean > dari nilai standar deviasi sehingga
dapat disimpulkan bahwa tingkat variabel Penerapan Pajak Progresif dalam
penelitian ini baik digunakan sebagai representasi data.
59
b) Kepatuhan Wajib Pajak (Y)
Kepatuhan Wajib Pajak dalam penelitian ini menujukan nilai mean yaitu
3.7469 dan nilai standar deviasi yaitu 0,50166, dari hasil tesebut
memberikan penjelasan nilai mean > dari nilai standar deviasi sehingga
dapat disimpulkan bahwa tingkat variabel Kepatuhan Wajib Pajak dalam
penelitian ini baik digunakan sebagai representasi data.
b. Hasil Analisis Regresi Linear Sederhana
Pada penelitian ini regresi linear sederhana digunakan untuk
mengetahui pengaruh antara variabel bebas leverage terhadap variabel
terikat nilai perusahaan. Maka untuk mengetahui nilai persamaan regresi
dipergunakan tabel berikut :
Tabel 5.12
Hasil Analisis Regresi Linear Sederhana
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B
Std.
Error Beta
1 (Constant) 1.083 .292 3.705 .000
PENERAPAN
PAJAK
PROGRESIF
.709 .077 .680 9.193 .000
a. Dependent Variable: KEPATUHAN WAJIB PAJAK
Sumber : hasil olah data SPSS versi 22 (2020)
Dari tabel 5.12 diatas, dengan memperhatikan angka yang berada
pada kolom Unstandardized Coefficients Beta, maka dapat dilihat hasil
perhitungan program SPSS 22 di diketahui persamaan regresi berganda
adalah sebagai berikut:
60
Y = a + bX
Y = 1.083 + 0,709
Y = Kepatuhan Wajib Pajak
X = Penerapan Pajak Progresif
a = Bilangan konstanta regresi untuk X = 0 (nilai y pada saat x nol)
b = Koefisien arah regeresi yang menunjukkan angka peningkatan
atau penurunan variabel Y bila bertambah atau berkurang 1 unit.
Setelah nilai a dan b ditemukan, maka persamaan regresi linier
sederhana dapat disusun.Persamaan regresi yang telah ditemukan dapat
digunakan untuk melakukan prediksi dalam variabel independen.
Persamaan regresi diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Berdasarkan persamaan diatas Angka konstanta sebesar 1.083
menyatakan jika Penerapan Pajak Progresif (X) konstan atau sama
dengan nol (0), maka besarnya Kepatuhan wajib pajak (Y) nilainya
sebesar 1.083.
2) Koefisien Penerapan Pajak Progresif (X) sebesar 0,709 menyatakan
bahwa setiap penambahan 1% Penerapan Pajak Progresif, maka
akan meningkatkan Kepatuhan wajib pajak (Y) sebesar 1.083 pada
saat variabel lainnya tidak berubah (konstan).
2. Hasil Pegujian Hipotesis
a. Uji Statistik T (Uji Parsial)
Uji parsial (t test) dimaksudkan untuk melihat apakah variabel
bebas (independen) secara individu mempunyai pengaruh terhadap
variabel terikat (dependen), dengan asumsi variabel bebas lainnya
konstan (Sujarweni, 2012: 93). Apabila nilai signifikan <0,05 maka
secara individu variabel independen mempengaruhi variabel
dependen secara signifikan. Sedangkan apabila nilai signifikan >0,05
61
maka variable independen secara individu tidak mempengaruhi
variable dependen secara signifikan. Selain itu juga dengan
membandingkan thitung dengan ttabel dengan kriteria sebagai berikut.
1. Jika thitung > ttabel, maka H0 ditolak
2. Jika thitung < ttabel, maka H0 diterima
Hasil analisis uji t dapat diketahui pada tabel berikut ini.
Tabel 5.13
Hasil Statistik Uji T (Uji Parsial)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B
Std.
Error Beta
1 (Constant) 1.083 .292 3.705 .000
PENERAPAN
PAJAK
PROGRESIF
.709 .077 .680 9.193 .000
a. Dependent Variable: KEPATUHAN WAJIB PAJAK
Sumber : hasil olah data SPSS versi 22 (2020)
Berdasarkan tabel 5.13 diatas maka Penjelasan hasil uji t untuk
masing-masing variabel bebas adalah Pengaruh Penerapan Pajak Progresif
terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Kriteria pengujian t pada table 5.13 di atas
Nilai t-hitung Penerapan Pajak Progresif sebesar 9.193 dan signifikan pada
tingkat kepercayaan (α=0,05), p-value sebesar 0,000 < 0,05. Nilai t-tabel pada
α=0,05, sehingga diperoleh nilai t-tabel 1.984. Nilai t-hitung 9.193 > t-tabel 1.984.
Hal ini memberikan bukti bahwa hipotesis yang diajukan diterima bahwa
Penerapan Pajak Progresif berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar pajak kendaraan bermotor .
c. Koefisien Determinasi (R2)
62
Koefisien Determinan (R2) digunakan untuk mengetahui kontribusi
variabel bebas dalam menjelaskan variabel terikat. Semakin besar nilai
koefisien determinasi, maka menunjukkan semakin besar pula pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen. Nilai R2 yang kecil berarti
kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi
variabel dependen amat terbatas. Nilai R2 yang mendekati satu berarti
variabel – variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Hasil uji koefisien
determinasi (R2) dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.14
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Model Summaryb
Model R
R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .680a .463 .458 .36948
Sumber : hasil olah data SPSS versi 22 (2020)
Berdasarkan pada table 5.14 diatas bahwa uji koefisien determinasi
(R2) sebesar 0.680 atau 68,00% yang berarti bahwa hubungan antar variabel
independen yaitu Penerapan pajak progresif terhadap variabel dependen
yaitu Kepatuhan wajib pajak memiliki hubungan yang dalam kategori
sedang. Nilai R Square sebesar 0.463 atau 46,30% Hal ini mengartikan
bahwa Kepathan wajib pajak (Y) dapat dijelaskan oleh Penerapan pajak
progresif sedangkan 53,70% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang
mempengaruhi Kepatuhan wajib pajak yang berada diluar model penelitian.
63
3. Interpretasi Hasil Penelitian
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan dengan menggunakan
teknik analisi regresi linear sederhana untuk memperoleh gambaran yang
menyeluruh mengenai pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen. Maka diperoleh hasil sebagi berikut:
Penerapan Pajak Progresif dalam penelitian ini menujukan nilai mean
yaitu 3.7604 dan nilai standar deviasi yaitu 0,48197 dari hasil tesebut
memberikan penjelasan nilai mean > dari nilai standar deviasi sehingga
dapat disimpulkan bahwa tingkat variabel Penerapan Pajak Progresif dalam
penelitian ini baik digunakan sebagai representasi data.
Kepatuhan Wajib Pajak dalam penelitian ini menujukan nilai mean yaitu
3.7469 dan nilai standar deviasi yaitu 0,50166, dari hasil tesebut
memberikan penjelasan nilai mean > dari nilai standar deviasi sehingga
dapat disimpulkan bahwa tingkat variabel Kepatuhan Wajib Pajak dalam
penelitian ini baik digunakan sebagai representasi data.
Hasil analisis statistik untuk hipotesis menunjukkan bahwa variabel
Penerapan pajak progresif dengan nilai t-hitung 9.193 > t-tabel 1.984 dengan
nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05. Dapat disimpulkan
bahwa secara parsial Penerapan pajak progresif (X) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Kepatuhan wajib pajak (Y) pada kantor Samsat kota
Makassar.
Hasil penelitian ini di dukung oleh dengan penelitian yang dilakukan
Komang Yunita Sari (2017) mendapatkan hasil bahwa Penerapan pajak
progresif berpengaruh positif terhadap perilaku konsumtif wajib pajak dalam
pembelian kendaraan bermotor. Artinya Penerapan pajak progresif yang
64
telah diterapkan ternyata sangat efektif untuk meningkatkan kepatuhan wajib
pajak dalam membayar pajak kendaraan bermotor, serta wajib pajak dalam
memenuhi kewajiban pembayaran pajak sangat diharapkan. kepatuhan
wajib pajak dalam membayar pajak merupakan posisi strategis dalam
peningkatan penerimaan pajak. pendapat ini didasarkan atas pandangan
bahwa jika tingkat kepatuhan tinggi maka penerimaan pajak juga tinggi.
65
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Penerimaan wajib pajak kendaraan bermototor setiap tahunnya mengalami
peningkatan yang cukup signifikan maka peranan pajak progresif memberikan
pengaruh positif terhadap pendapatan asli daerah kota makassar terutama
pada penerimaan pajak kendaraan bermotor.
2. maka dapat di simpulkan bahwa secara parsial penerapan pajak progresif
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam
membayar pajak kendaraan bermotor pada Samsat kota Makassar.
3. Hal ini ditunjukkan dari hasil perhitungan yaitu nilai t-hitung 9.193 lebih besar
dari t-tabel 1984 ( 9.193 > 1.984), dan nilai signifikan yaitu 0.000 lebih kecil dari
0.05 (0.000 < 0.05) sehingga dapat di simpulkan hipotesis di terima.
B. Saran
Penelitian ini masih membutuhkan beberapa item perbaikan untuk
dilakukan pada penelitian-penelitian selanjutnya yang memiliki keterkaitan
dengan objek penelitian yang sejenis sehingga dapat menjadikan penelitian ini
lebh baik. Adapun beberapa saran perbaikan yaitu sebagai berikut:
1. Bagi kantor Samsat Makassar Diperlukan adanya sosialisasi ataupun
edukasi pajak terhadap wajib pajak secara rutin dalam meningkatkan
penerapan pajak progresif dan kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor.
2. Bagi pemerintah Kota Makassar sebagaiknya mengeluarkan suatu
kebijakan yang dapat mengendalkan pertumbuhan kepemilikan kendaraan
bermotor pada kota makassar. Dapat dilakukan dengan membuat alternatif
kebijakan diantaranya pembatasan usia kendaraan bermotor,
66
pengendalian produksi kendaraan bermotor guna mengurangi tingkat
kemacetan.
3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti faktor-faktor lain dapat
mempengaruhi kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor seperti
kesadaran wajib pajak, sangsi denda, dll.
67
DAFTAR PUSTAKA
Admin, 2016. Dispenda Sulsel Target Pendapatan Daerah Capai RP6,85 Triliun,
Daniel. Sulawesi Terapkan Pajak Progresif Kendaraan, (online) (http://makassar.antaranews.com/berita/35227/sulsel-terapkan-pajakprogresif-kendaraan ).
Mardiasmo. 2013. Perpajakan Edisi Revisi. Yogyakarta: Andi. Muhammad Djafar Saidi. 2010. Pembaruan Hukum pajak, Jakarta: Rajawali Pers.
Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Nomor 10 Tahun 2010 Peraturan Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan. Nomor 82 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pemungutan Pajak Progresif.
Rizki Mahesar, 2014. Kendaraan Bermotor roda Dua. Artikel. Siahaan, marihot P. 2010. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Edisi revisi.
Jakarta: Rajawali pers. Siti Kurnia Rahayu, 2010. Perpajakan Indonesia: Konsep dan aspek formal,
Yogyakarta. Soemitro, Rocmat. 2011. Asas dan Dasar Perpajakan. Rafika Aditima, Bandung
Tentang Pajak Daerah. Peraturan Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan. Nomor 141 tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksanaan Teknis Dinas (UPTD) Pada Dinas Pendapatan Daerah Sulawesi Selatan.
Waluyo 2010. Perpajakan Indonesia, Edis (online)
(http://www.jurnalpost.com/2016-dispenda-sulsel-target-penepatandaerah-capai-rp685-triliun/1222/).
68
LEMBAR KUESIONER
Responden yang terhormat
Saya adalah mahasiswi fakultas Ekonomi Dan Bisnis Jurusan Akuntansi
Universitas Muhammadiya Makassar yang sedang melakukan penlitian tentang
“Pengaruh penerapan pajak progresif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam
membayar pajak kendaraan bermotor pada Samsat kota Makassar”. Dalam
rangka pengumpulan data untuk sebuah penelitian dan kepentingan ilmiah, saya
mohon partisipasi dan kesediaan sdr/sdri menjawabnya dengan sejujurnya dan
sebaik-baiknya saya mengucapkan terima kasih.
Indentitas Responden :
No. responden :
Jenis Kelamin :
Umur :
Jenis Pekerjaan :
Keterangan :
STS (1) : Sangat Tidak Setuju
TS (2) : Tidak Setuju
KS (3) : Kurang Setuju
S (4) : Setuju
SS (5) : Sangat Setuju
Cara Pengisian Kuesioner :
c) Isilah kuesioner ini dengan tanda (√) pada kolom yang tersedia
d) Setiap pernyataan membutuhkan satu jawaban saja
e) Setelah selesai melakukan pengisian , mohon kuesioner dikembalikan
kembali
69
c. Penerapan pajak progresif (X)
NO PERNYATAAN STS TS KS S SS
Tarif PKB
1 Bapak ibu mengetahui membayar PKB perlu
dilakukan untuk pembayaran daerah
2 Bapak/Ibu membayar PKB dengan sukarela
3 Tarif dalam PKB sangat di perlukan bagi
masyarakat
Undang-Undang PKB
1 Bapak/ibu mengetahui bahwa terdapat Undang-
Undang yang mengatur ketentuan pajak kendaraan
bermotor (PKB)
2 Bapak/Ibu memahami bahwa kewajban perpajakan
harus dilakukan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku
3 Pajak bersifat memaksa sehingga apabila terjadi
pelanggaran maka akan dikenakan sanksi
Dasar Penanganan PKB
1 Penanganan PKB sangat di perlukan untuk
kepentingan masyarakat
2 Masyarakat wajib mengetahui bagaimana cara
membayar pajak dengan benar
3 Memiliki system informasi cara membuat
penanganan data pajak kendaraan bermotor
70
d. Kepatuhan wajib pajak (Y)
NO PERNYATAAN STS TS KS S SS
Tepat waktu dalam pembayaran pajak
1 Saya sering membayar pajak tepat pada waktunya
2 saya selalu membayar kekurangan pajak yang ada
sebelum pemeriksaan
3 Saya sering membayar pajak kendaraan bermotor
sebelum jatuh tempo
Tidak melakukan penundaan dengan sengaja
1 Saya sering lupa waktu jatuh tempo pembayaran
pajak kendaraan bermotor
2 Saya sering tidak sengaja melewati batas waktu
pembayaran pajak kendaraan bermotor
3 Saya sering terlambat membayar pajak kendaraan
bermotor di karenakan sibuk dengan pekerjaan
71
Tabel Tabulasi Identitas Responden
No Jenis Kelamin Umur Kode Pekerjaan Kode
1 1 20-25 Tahun 1 Karyawan/PNS 1
2 1 26-30 Tahun 2 TNI/Polri 2
3 1 >30 Tahun 1 TNI/Polri 2
4 1 >30 Tahun 1 TNI/Polri 2
5 1 >30 Tahun 1 TNI/Polri 2
6 1 20-25 Tahun 1 Karyawan/PNS 1
7 1 20-25 Tahun 1 Karyawan/PNS 1
8 1 20-25 Tahun 1 Karyawan/PNS 1
9 1 >30 Tahun 3 Karyawan/PNS 1
10 1 >30 Tahun 3 TNI/Polri 2
11 1 >30 Tahun 3 Karyawan/PNS 1
12 1 >30 Tahun 3 TNI/Polri 2
13 1 >30 Tahun 3 TNI/Polri 2
14 1 26-30 Tahun 2 Karyawan/PNS 1
15 1 26-30 Tahun 2 Karyawan/PNS 1
16 1 26-30 Tahun 2 Karyawan/PNS 1
17 1 26-30 Tahun 2 Karyawan/PNS 1
18 1 26-30 Tahun 2 Karyawan/PNS 1
19 1 26-30 Tahun 2 Karyawan/PNS 1
20 1 26-30 Tahun 2 TNI/Polri 2
21 1 26-30 Tahun 2 TNI/Polri 2
22 1 26-30 Tahun 2 TNI/Polri 2
23 1 >30 Tahun 3 Karyawan/PNS 1
24 1 >30 Tahun 3 Karyawan/PNS 1
25 1 >30 Tahun 3 Karyawan/PNS 1
26 1 >30 Tahun 3 Karyawan/PNS 1
27 1 >30 Tahun 3 Karyawan/PNS 1
28 1 20-25 Tahun 1 Karyawan/PNS 1
29 1 20-25 Tahun 1 Karyawan/PNS 1
30 1 20-25 Tahun 1 Karyawan/PNS 1
31 1 20-25 Tahun 1 Karyawan/PNS 1
32 1 20-25 Tahun 1 Karyawan/PNS 1
33 1 20-25 Tahun 1 Karyawan/PNS 1
34 1 >30 Tahun 3 Karyawan/PNS 1
35 1 >30 Tahun 3 TNI/Polri 2
36 1 >30 Tahun 3 TNI/Polri 2
37 1 >30 Tahun 3 TNI/Polri 2
72
38 1 >30 Tahun 3 TNI/Polri 2
39 1 20-25 Tahun 1 Karyawan/PNS 1
40 1 20-25 Tahun 1 Karyawan/PNS 1
41 1 20-25 Tahun 1 Karyawan/PNS 1
42 1 >30 Tahun 3 Karyawan/PNS 1
43 1 >30 Tahun 3 Karyawan/PNS 1
44 1 >30 Tahun 3 Karyawan/PNS 1
45 1 >30 Tahun 3 Karyawan/PNS 1
46 1 26-30 Tahun 2 Karyawan/PNS 1
47 1 26-30 Tahun 2 TNI/Polri 2
48 1 >30 Tahun 3 TNI/Polri 2
49 1 >30 Tahun 3 Wirausaha 3
50 1 >30 Tahun 3 Wirausaha 3
51 1 20-25 Tahun 1 Karyawan/PNS 1
52 1 20-25 Tahun 1 Karyawan/PNS 1
53 1 20-25 Tahun 1 Karyawan/PNS 1
54 1 26-30 Tahun 2 Karyawan/PNS 1
55 1 26-30 Tahun 2 Wirausaha 3
56 1 26-30 Tahun 2 Wirausaha 3
57 1 26-30 Tahun 2 Karyawan/PNS 1
58 1 26-30 Tahun 2 Karyawan/PNS 1
59 1 26-30 Tahun 2 Wirausaha 3
60 1 26-30 Tahun 2 Karyawan/PNS 1
61 1 26-30 Tahun 2 Karyawan/PNS 1
62 1 >30 Tahun 3 Karyawan/PNS 1
63 1 >30 Tahun 3 Karyawan/PNS 1
64 1 >30 Tahun 3 TNI/Polri 2
65 1 >30 Tahun 3 TNI/Polri 2
66 1 >30 Tahun 3 Wirausaha 3
67 1 >30 Tahun 3 Wirausaha 3
68 1 >30 Tahun 3 Wirausaha 3
69 1 >30 Tahun 3 Wirausaha 3
70 1 >30 Tahun 3 TNI/Polri 2
71 1 >30 Tahun 3 TNI/Polri 2
72 1 >30 Tahun 3 Karyawan/PNS 1
73 1 >30 Tahun 3 Karyawan/PNS 1
74 2 20-25 Tahun 1 Karyawan/PNS 1
75 2 20-25 Tahun 1 Karyawan/PNS 1
76 2 20-25 Tahun 1 Karyawan/PNS 1
73
77 2 >30 Tahun 3 Karyawan/PNS 1
78 2 >30 Tahun 1 Wirausaha 3
79 2 >30 Tahun 3 Wirausaha 3
80 2 >30 Tahun 3 Wirausaha 3
81 2 >30 Tahun 3 Karyawan/PNS 1
82 2 26-30 Tahun 2 Karyawan/PNS 1
83 2 26-30 Tahun 2 Karyawan/PNS 1
84 2 26-30 Tahun 2 Karyawan/PNS 1
85 2 26-30 Tahun 2 Wirausaha 3
86 2 26-30 Tahun 2 Wirausaha 3
87 2 26-30 Tahun 2 Karyawan/PNS 1
88 2 26-30 Tahun 2 Karyawan/PNS 1
89 2 26-30 Tahun 2 Karyawan/PNS 1
90 2 26-30 Tahun 2 Karyawan/PNS 1
91 2 26-30 Tahun 2 Karyawan/PNS 1
92 2 >30 Tahun 3 Karyawan/PNS 1
93 2 >30 Tahun 3 TNI/Polri 2
94 2 >30 Tahun 3 TNI/Polri 2
95 2 >30 Tahun 3 TNI/Polri 2
96 2 >30 Tahun 3 TNI/Polri 2
97 2 >30 Tahun 3 Wirausaha 3
98 2 >30 Tahun 3 Wirausaha 3
99 2 >30 Tahun 3 Wirausaha 3
100 2 >30 Tahun 3 Wirausaha 3
Variabel (X)
X111 X112 X113 X11 X121 X122 X123 X12 X131 X132 X133 X13 X
5 4 4 4.33 4 3 3 3.33 4 4 3 3.67 3.78
4 4 5 4.33 5 5 5 5.00 4 5 4 4.33 4.56
4 2 3 3.00 4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 3.67
4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 3 2 2 2.33 3.44
5 4 4 4.33 4 3 3 3.33 4 4 3 3.67 3.78
4 4 3 3.67 4 4 4 4.00 4 4 3 3.67 3.78
4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 5 5 5 5.00 4.33
4 4 3 3.67 4 3 3 3.33 3 4 4 3.67 3.56
2 3 3 2.67 4 4 4 4.00 3 4 3 3.33 3.33
4 4 4 4.00 3 4 3 3.33 4 4 4 4.00 3.78
5 4 5 4.67 4 5 4 4.33 4 4 3 3.67 4.22
4 4 4 4.00 3 4 4 3.67 4 4 4 4.00 3.89
74
3 3 4 3.33 4 3 3 3.33 4 3 5 4.00 3.56
4 3 4 3.67 3 4 4 3.67 3 3 4 3.33 3.56
3 2 3 2.67 3 3 3 3.00 4 3 3 3.33 3.00
4 4 3 3.67 4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 3.89
5 4 4 4.33 3 4 4 3.67 5 3 5 4.33 4.11
4 3 4 3.67 3 2 4 3.00 4 4 5 4.33 3.67
3 4 4 3.67 4 3 3 3.33 4 3 3 3.33 3.44
4 4 3 3.67 4 4 3 3.67 4 3 4 3.67 3.67
5 5 5 5.00 5 5 4 4.67 5 3 4 4.00 4.56
4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.00
4 5 4 4.33 4 4 4 4.00 4 5 4 4.33 4.22
4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.00
2 4 4 3.33 4 4 4 4.00 5 4 4 4.33 3.89
4 3 3 3.33 3 4 4 3.67 2 2 3 2.33 3.11
3 3 3 3.00 3 3 3 3.00 3 4 3 3.33 3.11
2 2 3 2.33 3 4 4 3.67 4 4 4 4.00 3.33
4 4 4 4.00 3 4 3 3.33 4 3 3 3.33 3.56
3 4 4 3.67 3 2 2 2.33 3 2 3 2.67 2.89
4 3 4 3.67 4 4 4 4.00 4 5 5 4.67 4.11
4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.00
3 3 3 3.00 3 3 3 3.00 3 3 3 3.00 3.00
4 3 4 3.67 3 5 4 4.00 3 3 2 2.67 3.44
4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.00
4 3 4 3.67 3 4 3 3.33 3 3 3 3.00 3.33
4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.00
3 3 3 3.00 3 3 3 3.00 3 3 3 3.00 3.00
3 3 3 3.00 3 3 3 3.00 3 3 3 3.00 3.00
3 3 4 3.33 4 4 2 3.33 3 4 3 3.33 3.33
3 3 3 3.00 3 3 3 3.00 3 3 3 3.00 3.00
5 5 5 5.00 5 5 5 5.00 5 5 5 5.00 5.00
4 4 4 4.00 4 4 3 3.67 4 3 4 3.67 3.78
3 3 3 3.00 3 3 3 3.00 3 3 3 3.00 3.00
4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.00
3 4 4 3.67 4 3 3 3.33 4 3 3 3.33 3.44
5 3 4 4.00 5 5 5 5.00 5 5 5 5.00 4.67
4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.00
3 4 4 3.67 4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 3.89
4 4 3 3.67 3 4 4 3.67 4 4 4 4.00 3.78
4 3 4 3.67 3 3 3 3.00 4 3 3 3.33 3.33
75
3 2 3 2.67 3 3 3 3.00 2 3 3 2.67 2.78
4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 5 5 5 5.00 4.33
5 4 4 4.33 4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.11
3 3 4 3.33 4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 3.78
3 4 4 3.67 4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 3.89
3 3 3 3.00 3 3 3 3.00 3 3 3 3.00 3.00
4 3 3 3.33 3 3 3 3.00 3 3 3 3.00 3.11
4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 3 3 3 3.00 3.67
4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.00
4 3 3 3.33 3 3 3 3.00 4 3 4 3.67 3.33
4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.00
3 3 3 3.00 3 3 3 3.00 3 3 3 3.00 3.00
4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.00
4 4 3 3.67 3 3 3 3.00 4 4 5 4.33 3.67
4 3 3 3.33 3 3 3 3.00 3 3 3 3.00 3.11
4 3 3 3.33 3 3 3 3.00 4 3 4 3.67 3.33
3 4 4 3.67 4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 3.89
4 3 3 3.33 3 4 3 3.33 3 3 3 3.00 3.22
4 3 3 3.33 4 3 4 3.67 4 4 4 4.00 3.67
4 4 4 4.00 3 3 4 3.33 3 4 4 3.67 3.67
4 3 3 3.33 4 3 4 3.67 4 4 4 4.00 3.67
3 3 5 3.67 4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 3.89
5 5 5 5.00 4 5 5 4.67 5 5 5 5.00 4.89
4 4 4 4.00 5 4 4 4.33 4 4 4 4.00 4.11
4 4 3 3.67 4 4 4 4.00 4 3 4 3.67 3.78
3 3 3 3.00 3 4 3 3.33 3 3 3 3.00 3.11
3 4 4 3.67 4 4 3 3.67 4 4 3 3.67 3.67
3 3 4 3.33 4 3 4 3.67 3 3 4 3.33 3.44
5 5 4 4.67 5 4 5 4.67 4 5 4 4.33 4.56
4 3 4 3.67 5 4 3 4.00 3 5 5 4.33 4.00
4 3 4 3.67 5 4 3 4.00 3 5 5 4.33 4.00
4 3 4 3.67 5 4 3 4.00 3 5 5 4.33 4.00
4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.00
4 5 5 4.67 5 5 5 5.00 5 4 4 4.33 4.67
3 3 4 3.33 4 4 4 4.00 3 4 4 3.67 3.67
4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.00
5 5 5 5.00 5 5 5 5.00 5 5 5 5.00 5.00
5 5 4 4.67 3 4 3 3.33 4 3 4 3.67 3.89
3 4 4 3.67 4 4 4 4.00 3 3 4 3.33 3.67
76
3 4 4 3.67 4 4 4 4.00 3 3 4 3.33 3.67
4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.00
4 3 3 3.33 4 3 3 3.33 4 4 4 4.00 3.56
3 3 4 3.33 4 3 4 3.67 3 3 4 3.33 3.44
4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.00
5 4 3 4.00 3 3 4 3.33 4 4 4 4.00 3.78
4 4 4 4.00 5 5 5 5.00 5 5 5 5.00 4.67
3 5 4 4.00 4 5 4 4.33 4 5 5 4.67 4.33
4 5 3 4.00 5 4 5 4.67 3 5 4 4.00 4.22
4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.00
3.79 3.66 3.76 3.73 3.80 3.78 3.70 3.76 3.76 3.76 3.83 3.78 3.76
Variabel Y
Y111 Y112 Y113 Y11 Y121 Y122 Y123 Y12 Y
3 2 3 2.67 3 4 3 3.33 3.00
4 3 3 3.33 5 5 5 5.00 4.17
4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.00
4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.00
5 3 4 4.00 4 4 3 3.67 3.83
4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.00
4 2 3 3.00 3 5 5 4.33 3.67
3 3 3 3.00 3 4 3 3.33 3.17
3 3 4 3.33 4 4 4 4.00 3.67
4 3 4 3.67 3 3 4 3.33 3.50
4 4 5 4.33 5 5 5 5.00 4.67
4 3 4 3.67 4 4 3 3.67 3.67
3 3 4 3.33 4 4 3 3.67 3.50
5 4 4 4.33 4 4 4 4.00 4.17
3 4 4 3.67 4 4 4 4.00 3.83
3 4 3 3.33 4 4 4 4.00 3.67
4 4 4 4.00 4 4 5 4.33 4.17
5 5 5 5.00 5 5 5 5.00 5.00
3 3 4 3.33 3 4 3 3.33 3.33
4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.00
5 5 5 5.00 3 5 5 4.33 4.67
4 4 4 4.00 3 4 4 3.67 3.83
4 4 5 4.33 4 4 5 4.33 4.33
4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.00
4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.00
77
3 3 4 3.33 4 4 4 4.00 3.67
3 3 3 3.00 3 3 3 3.00 3.00
4 3 4 3.67 5 3 5 4.33 4.00
4 4 3 3.67 4 4 4 4.00 3.83
4 3 2 3.00 4 3 2 3.00 3.00
5 5 4 4.67 4 5 4 4.33 4.50
4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.00
3 3 3 3.00 3 3 3 3.00 3.00
4 3 5 4.00 3 4 4 3.67 3.83
3 3 4 3.33 4 4 3 3.67 3.50
3 3 3 3.00 3 3 3 3.00 3.00
3 3 3 3.00 3 3 3 3.00 3.00
3 3 3 3.00 3 3 3 3.00 3.00
3 3 3 3.00 3 3 3 3.00 3.00
4 3 3 3.33 3 4 4 3.67 3.50
3 3 3 3.00 3 3 3 3.00 3.00
5 5 5 5.00 5 5 5 5.00 5.00
4 3 4 3.67 3 4 4 3.67 3.67
3 3 3 3.00 3 3 3 3.00 3.00
4 4 4 4.00 3 4 4 3.67 3.83
3 3 4 3.33 3 4 3 3.33 3.33
4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.00
4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.00
4 4 4 4.00 5 4 4 4.33 4.17
4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.00
4 5 4 4.33 3 4 3 3.33 3.83
4 2 3 3.00 3 2 3 2.67 2.83
5 5 5 5.00 5 5 5 5.00 5.00
4 4 4 4.00 4 4 3 3.67 3.83
4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.00
4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.00
3 3 3 3.00 3 3 3 3.00 3.00
4 4 3 3.67 3 3 3 3.00 3.33
3 3 3 3.00 3 4 3 3.33 3.17
4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.00
3 3 3 3.00 5 4 4 4.33 3.67
4 4 3 3.67 4 4 3 3.67 3.67
3 3 3 3.00 3 3 3 3.00 3.00
4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.00
78
2 2 3 2.33 5 4 4 4.33 3.33
3 3 3 3.00 3 3 3 3.00 3.00
3 3 3 3.00 3 3 4 3.33 3.17
4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.00
4 4 4 4.00 4 5 3 4.00 4.00
4 3 4 3.67 3 4 3 3.33 3.50
3 3 4 3.33 4 3 4 3.67 3.50
4 3 4 3.67 4 4 3 3.67 3.67
4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.00
5 5 5 5.00 2 2 3 2.33 3.67
4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.00
4 3 3 3.33 4 2 3 3.00 3.17
3 3 3 3.00 3 3 3 3.00 3.00
3 2 3 2.67 4 4 3 3.67 3.17
3 4 3 3.33 3 4 4 3.67 3.50
5 5 5 5.00 4 4 4 4.00 4.50
4 4 3 3.67 3 5 5 4.33 4.00
4 4 3 3.67 3 5 5 4.33 4.00
4 2 3 3.00 3 5 5 4.33 3.67
4 3 4 3.67 4 4 4 4.00 3.83
4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.00
4 3 4 3.67 4 4 5 4.33 4.00
4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.00
5 5 5 5.00 5 5 5 5.00 5.00
4 4 4 4.00 4 3 3 3.33 3.67
3 4 4 3.67 4 4 3 3.67 3.67
3 4 4 3.67 4 3 3 3.33 3.50
4 3 4 3.67 4 3 4 3.67 3.67
5 4 4 4.33 5 4 4 4.33 4.33
3 3 3 3.00 3 2 4 3.00 3.00
4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.00
5 5 5 5.00 2 3 3 2.67 3.83
4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.00
5 4 4 4.33 4 3 3 3.33 3.83
5 4 4 4.33 4 5 3 4.00 4.17
4 4 5 4.33 4 5 4 4.33 4.33
3.81 3.59 3.76 3.72 3.72 3.83 3.75 3.76 3.74
79
HASIL OLAH DATA SPSS 22
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
VARIABEL KEPATUHAN WAJIB PAJAK (Y)
Correlations
Y11 Y12 KEPATUHAN WAJIB PAJAK
Y11 Pearson Correlation 1 .463** .864**
Sig. (2-tailed) .000 .000
N 100 100 100
Y12 Pearson Correlation .463** 1 .846**
Sig. (2-tailed) .000 .000
N 100 100 100
KEPATUHAN WAJIB PAJAK
Pearson Correlation .864** .846** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000
N 100 100 100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
UJI INSTRUMEN
UJI VALIDITAS
VARIABEL PENERAPAN PAJAK PROGRESIF (X)
X11 X12 X13
PENERAPAN PAJAK
PROGRESIF
X11 Pearson Correlation 1 .618** .537** .828**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 100 100 100 100
X12 Pearson Correlation .618** 1 .645** .880**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 100 100 100 100
X13 Pearson Correlation .537** .645** 1 .861**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 100 100 100 100
PENERAPAN PAJAK
PROGRESIF
Pearson Correlation .828** .880** .861** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 100 100 100 100
80
UJI REABILITAS PENERAPAN PAJAK PROGRESIF (X)
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 100 100.0
Excludeda 0 .0
Total 100 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.817 3
KEPATUHAN WAJIB PAJAK (Y)
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 100 100.0
Excludeda 0 .0
Total 100 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.632 2
81
UJI T DAN KOEFISIEN DETERMINASI
Model Summaryb
Model R
R Squar
e Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Change Statistics
R Square Change
F Change df1
1 .680a .463 .458 .36948 .463 84.508 1
ANOVAa
Model
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 11.536 1 11.536 84.508 .000b
Residual 13.378 98 .137
Total 24.915 99
a. Dependent Variable: KEPATUHAN WAJIB PAJAK
b. Predictors: (Constant), PENERAPAN PAJAK PROGRESIF
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.083 .292
3.705 .000
PENERAPAN PAJAK
PROGRESIF .709 .077 .680 9.193 .000
82
83
UJI NORMALITAS
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardize
d Residual
N 100
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation .36760440
Most Extreme Differences Absolute .083
Positive .083
Negative -.058
Test Statistic .083
Asymp. Sig. (2-tailed) .087c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
UJI HETERO
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .139 .177
.782 .436
PENERAPAN PAJAK
PROGRESIF .040 .047 .086 .858 .393
a. Dependent Variable: HETERO
84
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
PENERAPAN
PAJAK PROGRESIF 100 2.78 5.00 3.7604 .48179
KEPATUHAN WAJIB
PAJAK 100 2.83 5.00 3.7469 .50166
Valid N (listwise) 100
85
BIOGRAFI
Sri Yatni panggilan Jumi, lahir di Wonorejo pada tanggal 15
September 1996 dari pasangan suami istri Bapak Daliman
dan Ibu Purwani. Peneliti adalah anak ke-Delapan dari 9
bersaudara. Peneliti sekarang bertempat tinggal di jln.
Talasalapang 1, Kelurahan Gunung Sari, Kecematan
Rappocini, Kota Makassar.
Pendidikan yang telah ditempuh oleh peneliti yaitu pendidikan Sekolah Dasar di
SDN 147 Wonorejo lulus tahun 2009, melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah
Pertama di SMPN Mangkutana lulus tahun 2012, kemudian melanjutkan Sekolah
Menengah Atas di SMAN Mangkutana lulus pada tahun 2015. Pada tahun 2016
peneliti melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi swasta, tepatnya di Universitas
Muhammadiyah Makassar (UNISMUH) Fakultas Ekonomi dan Bisnis pada
Program Studi Akuntansi. Dan akhirnya peneliti menyelesaikan pendidikan strata
1 (satu) di jurusan Akuntansi pada tahun 2021