pengaruh penerapan pajak progresif terhadap kepatuhan

99
i PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MEMBAYAR PAJAK KENDARAAN BERMOTOR PADA SAMSAT KOTA MAKASSAR SKRIPSI SRI YATNI 105731105616 PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2021

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

i

PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP

KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MEMBAYAR PAJAK

KENDARAAN BERMOTOR PADA SAMSAT

KOTA MAKASSAR

SKRIPSI

SRI YATNI

105731105616

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

MAKASSAR

2021

Page 2: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

i

PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP

KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MEMBAYAR PAJAK

KENDARAAN BERMOTOR PADA SAMSAT

KOTA MAKASSAR

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Strata Satu (S1) Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Makassar

SRI YATNI

105731105616

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

MAKASSAR

2021

Page 3: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

ii

PERSEMBAHAN

Tugas akhir ini saya persembahkan untuk orang tua, keluarga, sahabat,

teman, dan semua pihak yang telah bertanya “kapan sidang?”, “kapan

wisuda?”, “kapan nyusul?” dan lain sejenisnya. Kalian adalah alasanku

segera menyelesaikan tugas akhir ini.

MOTTO

Kegagalan dan kesalahan mengajari kita untuk mengambil pelajaran dan

menjadi lebih baik.

Page 4: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

iv

Page 5: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

v

Page 6: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

vi

Page 7: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

iv

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Wr. Wb.

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan

hidayah yang tiada henti di berikan kepada hambanya, shalawat serta salam tak lupa penulis

kirimkan kepada Rasulullh Muhammad SAW beserta orang tua dan keluarga, manakala

penulis skripsi yang “Pengaruh Penerapan Pajak Progresif terhadap Kepatuhan

Wajib Pajak dalam Membayar Pajak Kendaraan Bermotor pada SAMSAT kota

Makassar” Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam

penyelsain program sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Makassar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya

bantuan dan dorongan dari berbaga pihak. Begitu pula penghargaan yang setinggi-

tingginya dan terima kasih banyak disampaikan dengan hormat kepada:

1. Bapak prof. Dr H. Ambo Asse, M.Ag, Rektor Universitas Muhammadiyah

Makassar.

2. Bapak Ismail Rasulong, SE,. MM., Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Dr. Ismail Badollahi, S.E., M.Si., CA.CSP. Selaku Ketua Program Studi

Akutansi Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Bapak Dr. Ansyarif Khalid, SE., M.Si. Ak. CA Selaku Pembimnimg I yang

senantiasa meluangkan waktuya membimbing dan mengarahkan penulis sehingga

skripsi ini selesai dengan baik.

5. Bapak Faidhul Adzim, SE., M.Si Selaku pembimbing II yang telah berkenan

membantu selama dalam penyusunan skripsi hingga ujian skripsi.

Page 8: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

v

6. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah

Makassar yang tak kenal lelah dan telah banyak memberikan ilmunya kepada

penulis selama mengikuti kuliah.

7. Segenap Staf dan Karyawan fakultas Ekonomi dan Bisnis universita

Muhammadiyah Makassar.

8. Keluarga Besar Akutansi B Angkatan 2016 yang telah bersama-sama belajar dan

berbagi cerita di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Teruslah berjuang dan berkarya.

9. Terimah kasih teruntuk semua kerabat yang tidak bisa saya sebut satu persatu yang

telah ikut serta membantu dan memberi semangat, kesabaran, motivasi, dan

dukungannya sehingga penulis dapat merampunkan penulisan skrispsi ini.

Akhirnya sungguh penulis sangat menyadari bahwa Skripsi ini masih

bayak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kepada semua

pihak utamanya para pembacanya, penulis senantiasa mengharapkan saran dan

kritiknya demi kesempurnaan skripsi ini. Mudah-mudahan Skripsi ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak utamanya kepada Almamater Kampus Biru

Universitas Muhammadiyah Makassar. Billahi Fii Sabilil Haq Fastabiqul Khairat.

Wassalamu Alaikum Wr.Wb.

Makassar, Februari 2021

Sri Yatni

Page 9: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

vii

ABSTRAK

SRI YATNI, Tahun 2021. Pengaruh Penerapan Pajak Progresif Terhadap

Kepatuhan Wajib Paja Dalam Membayar Pajak Kendaraan Bermotor Pada Samsat

Kota Makassar, Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Makassar. Di bimbing oleh pembimbing I Ansyarif

Khalid dan pembimbing II Faidhul Adzim.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan pajak progresif

terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak kendaraan bermotor.

Sampel dalam penelitian ini adalanh wajib pajak kendaraan bermotor yang

terdaftar di Samsat Kota Makassa dan pengambilan sampel dengan 100

Responden. Data yang diambil diolah dengan menggunakan analisis regresi linear

sederhana dengan menggunakan Program SPSS 22 for Windows.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Penerapan Pajak Progresif

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam

membayar pajak kendaraan bermotor pada Samsat kota Makassar.

Kata Kunci : Penerapan Pajak Progresif, Kepatuhan Wajib Pajak

Page 10: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

viii

ABSTRACT

SRI YATNI, 2021. The Effect of Progressive Tax Application on Taxpayers'

Compliance in Paying Motor Vehicle Taxes in Makassar City Samsat, Thesis of

Accounting Study Program, Faculty of Economics and Business, Muhammadiyah

University of Makassar. Supervised by mentor I Ansyarif Khalid and mentor II

Faidhul Adzim.

This study aims to determine the application of progressive taxes on taxpayer

compliance in paying motorized vehicle taxes. The sample in this study were motor

vehicle taxpayers registered in Samsat City of Makassa and the sampling was 100

respondents.

The data taken were processed using simple linear regression analysis using

the SPSS 22 for Windows program. The results show that: The application of

Progressive Tax has a positive and significant effect on taxpayer compliance in

paying motorized vehicle taxes on the Makassar City Samsat.

Keywords: Progressive Tax Application, Taxpayer Compliance in Paying

Motor Vehicle Tax.

Page 11: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

xi

DAFTAR ISI

SAMPUL ....................................................................................................... i

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ iii

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ iv

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. v

SURAT PERNYATAAN ................................................................................ vi

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii

ABSTRAK ..................................................................................................... ix

ABSTRACT .................................................................................................. x

DAFTAR ISI .................................................................................................. xi

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................ 4

C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 4

D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis ................................................................................ 6

B. Pajak Progresif .................................................................................. 13

C. Sistem dan Prosedur ......................................................................... 15

D. Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak .............................. 22

E. Pajak Kendaraan Bermotor ............................................................... 24

F. Penelitian Terdahulu ......................................................................... 30

G. Kerangka Konseptual ........................................................................ 32

H. Hipotesis ........................................................................................... 33

BAB III METODE PENELITIAN

Page 12: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

xii

A. Pendekatan Penelitian ...................................................................... 34

B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 34

C. Populasi dan Sampel ........................................................................ 35

D. Metode Pengumpulan Data .............................................................. 36

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ................................. 38

F. Uji Instrumen ..................................................................................... 39

G. Uji Asumsi Klasik ............................................................................... 40

H. Metode Analisis ................................................................................. 41

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 43

Page 13: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kota Makassar sebagai kota terbesar di Sulawesi Selatan yang sedang

berkembang memiliki tingkat perkembangan kendaraan bermotor yang sangat

meningkat pesat. Dengan adanya perkembangan kendaraan seperti ini tentu

saja dapat dimanfaatkan oleh pemerintah Kota Makassar untuk menarik pajak

kepada pemilik kendaraan bermotor tersebut demi meningkatkan sumber

pendapatan asli daerah kota Makassar, selain itu Pengenaan pajak progresif

kendaraan bermotor juga digunakan untuk menghambat pembelian kendaraan

bermotor di kota Makassar.

Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan

Bermotor (BBNKB) memiliki peranan penting bagi pendapatan daerah, pajak

memiliki peran penting karena memberi kontribusi yang cukup besar bagi

pendapatan Asli Daerah, selain berfungsi sebagai sumber pendapatan negara

juga memiliki fungsi distribusi (pemerataan) pendapatan. Pajak Penghasilan

orang pribadi merupakan salah satu instrumen dalam rangka mengatasi

kesenjangan distribusi pendapatan antara orang (masyarakat) yang memiliki

penghasilan tinggi dan yang memiliki penghasilan rendah. Oleh karena itu, tarif

Pajak Penghasilan pribadi di Indonesia mengenal tarif pajak progresif di mana

semakin tinggi penghasilan maka semakin tinggi pula tarif Pajak

Penghasilannya.

Pajak progresif adalah pajak yang sistem pemungutannya dengan cara

menaikkan persentase kena pajak yang harus dibayar sesuai dengan kenaikan

objek pajak. Pungutan pajak progresif kendaraan di kota Makassar diterapkan

mulai 3 Maret 2014 berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 10/2010 tentang

Page 14: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

2

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Penerapan pajak progresif ini diharapkan

bisa menekan volume kendaraan dan mengurangi angka kemacetan yang di

sebabkan padatnya kendaraan bermotor pribadi, Dengan pajak ini, pemilik

kendaraan pribadi membayar pajak lebih mahal untuk pemilikan kendaraan

kedua dan selanjutnya.

Kendaraan milik pribadi pertama hanya akan dikenai PKB 1,5 persen

terhadap nilai jual, untuk kendaraan kedua dan selanjutnya, tarif PKB

ditetapkan 2-10 persen tergantung keputusan pemerintah provinsi. Selain itu

dengan penerapan pajak progresif ini diharapkan meningkatkan Pendapatan

Asli Daerah di Kota Makassar, karena dengan meningkatnya jumlah pajak

yang harus dibayarkan oleh wajib pajak, tentu saja berpengaruh terhadap PAD

di Kota Makassar. Akan tetapi, karena banyak yang tidak mengerti sepenuhnya

tentang penerapan pajak progresif ini, menyebabkan tidak sedikit terjadi

permasalahan pada saat warga akan membayar pajak kendaraan bermotor

mereka. Ternyata mereka harus membayar nominal lebih banyak di sebabkan

jumlah kendaraan yang terdaftar atas nama warga tersebut walaupun

sebenarnya kendaraan tersebut sudah tidak di kuasai lagi. Hal ini sering terjadi

karena warga telah menjual kendaraan bermotor namun kendaraan tersebut

masih atas nama pemilik sebelumnya sehingga di kenakan pajak progresif

terhadap kendaraan yang tidak dikuasainya lagi.

Mengacu pada pasal 6 ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,

kepemilikan kendaraan bermotor didasarkan atas nama dan/atau alamat yang

sama. Akan tetapi dalam undang-undang tersebut tidak ada penjelasan

terhadap “penguasaan” yang dimaksud dalam definisi pajak kendaraan

bermotor. Tidak jarang ada yang menafsirkan bahwa yang dimaksud

menguasai kendaraan bermotor adalah orang atau badan yang memiliki

Page 15: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

3

kendaraan bermotor tersebut. Akan tetapi tidak sedikit yang menafsirkan

bahwa yang dimaksud menguasai dilihat dari Bukti Pemilikan Kendaraan

Bermotor (BPKB) dan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK). Hal ini tidak

akan menimbulkan masalah jika saja pemerintah dapat melakukan sosialisasi

dengan baik kepada masyarakat.

Tabel 1.1. Data Jumlah Kendaraan Bermotor SAMSAT Kota Makassar

Tahun Jumlah (12unit) Jumlah Pembayaran (PKB)

2017 463.596 819,101,090,190

2018 455.697 817,918,872,002

32eeeeSumber: SAMSAT Kota Makassar (2018)

Berdasarkan dari tabel di atas jumlah kendaraan yang terdaftar dan

Terbayar di SAMSAT Kota Makassar yaitu, pada tahun 2017 jumlah

kepemilikan kendaraan sebanyak 463.596-unit kendaraan dan jumlah PKB

yang terbayar sebanyak Rp 819,101,090,190 dan setelah di berlakukannya

pajak progresif 2018 sebanyak 455.697 ribu unit sedangkan jumlah PKB yang

terbayar sebanyak Rp 817,918,872,002. Dari data tersebut menunjukkan

bahwa terjadi peningkatan kepemilikan kendaraan di tahun 2017, dan

mengalami penurunan pada tahun 2018, penurunan ini terjadi setelah di

berlakukannya pajak progresif.

Berlakunya penerapan pajak progresif atas pajak kendaraan bermotor

menimbulkan dampak bagi masyarakat, baik itu dampak positif maupun

dampak negatif. Dampak positif dari diberlakukannya pajak progresif

kendaraan bermotor ini diantaranya berkurangnya jumlah kendaraan

bermotor. Sedangkan bagi pemerintah daerah, dengan berlakunya pajak

progresif untuk kendaraan bermotor menyebabkan bertambahnya jumlah

pendapatan daerah dari sektor pajak daerah. Dampak negatif yang terjadi

Page 16: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

4

dalam masyarakat yaitu masyarakat sebagai wajib pajak melakukan

penyelundupan hukum untuk menghindari pembayaran pajak kendaraan

bermotor yang lebih besar. Artinya seseorang yang memiliki kendaraan lebih

dari satu dapat mengatasnamakan keluarganya ataupun pihak lain agar

terhindar dari pajak progresif.

Berlakunya pajak progresif tersebut, banyak masyarakat yang tidak

nyaman dengan adanya penerapan pajak progresif tersebut sehingga banyak

yang bertanya kenapa mereka membayar lebih banyak dari yang seharusnya.

Hal ini disebabkan karena masyarakat tidak mendapatkan informasi yang jelas

dan detail mengenai pengenaan Pajak Progresif Kendaraan Bermotor ini.

Berdasarkan uraian tersebut, penulis akan meneliti penerapan pajak

progresif di kota Makassar, tujuannya penulis ingin mengetahui bagaimana

bentuk dan ideal dalam penerapan pajak progresif kendaraan bermotor dalam

sistem perpajakan. Oleh karena itu peneliti menarik judul: Pengaruh

Penerapan Pajak Progresif Terhadap Kesadaran Wajib Pajak Kendaraan

Bermotor Pada Samsat Kota Makassar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang seperti diuraikan sebelumnya, maka

masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut: Apakah Penerapan Pajak

Progresif Berpengaruh Terhadap Kesadaran Wajib Pajak Kendaraan Bermotor

Pada Samsat Kota Makassar?

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini

adalah Untuk mengetahui apakah Penerapan Pajak Progresif Berpengaruh

Page 17: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

5

Terhadap Kesadaran Wajib Pajak Kendaraan Bermotor Pada Samsat Kota

Makassar.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi peneliti sendiri, bagi

masyarakat, bagi pihak-pihak yang terkait dengan masalah yang diteliti

tersebut adapun manfaatnya dari penelitian ini antara lain:

1. Manfaat teoritis: Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan

tambahan pengetahuan dan wawasan kedepannya di bidang perpajakan

khususnya tentang pajak kendaraan bermotor.

2. Manfaat praktis: Hasil penelitian ini akan menjadi bahan perbandingan

dan acuan untuk penelitian selanjutnya, khususnya di bidang perpajakan.

Page 18: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Pengertian sejarah pajak

Pajak, sebuah intrumen yang menandai relasi negara dengan warga

negara dan segala subyek hukum yang dikenai kewajiban pajak menurut

undang-undang. Sebagai instrumen relasional, disana ada soal hak, kewajiban

dan keadilan (Mustaqiem ,2014:25) Tujuan pembangunan nasional adalah

untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur dalam rangka untuk

mencapai tujuan pembangunan tersebut, untuk itu pemerintah secara intensif

melakukan berbagai macam kebijakan strategis yang berkaitan dengan

program pembangunan baik pembangunan jangka pendek maupun program

pembangunan jangka panjang, dan untuk keberhasilan program

pembangunan yang cukup banyak jumlahnya.

Indonesia merupakan negara yang menganggap peran pajak

memberikan kontribusi sangat besar dalam menopang pembangunan

nasional, penerimaan negara dari sektor pajak sendiri pada kenyataannya dari

tahun ke tahun semakin meningkat dan sejalan dengan hal tersebut dengan

peranan pajak sebagai penopang program pembangunan nasional semakin

meningkat.

Ditinjau mengenai sejarahnya masalah pajak ini sudah ada sejak jaman

dahulu kala, namun pada saat itu belum disebut dengan pajak. Pada jaman

dahulu pajak merupakan suatu pemberian yang bersifat sukarela yang

diberikan oleh rakyat kepada rajanya (Pramukti, 2015:02). Besar kecil

pemberian sukarela tersebut ditentukan oleh rakyat itu sendiri, sehingga terjadi

Page 19: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

7

perkembangan selanjutnya pemberian itu berubah menjadi pemberian yang

sifatnya dipaksakan dalam arti pembelian tersebut bersifat wajib.

Upeti yaitu sebutan dari pemberian yang bersifat wajib, yang semula

merupakan pemberian kemudian berubah menjadi pungutan, namun menurut

negara itu sendiri pungutan yang dikenakan tersebut adalah suatu hal yang

wajar karena kebutuhan Negara akan dana pungutan tersebut untuk

memelihara kepentingan Negara yang meliputi kebutuhan untuk

mempertahankan negara dan melindungi rakyatnya dari serangan musuh

selain itu untuk melaksanakan pembangunan.

Dalam sejarah pemungutan pajak mengalami perubahan sesuai

dengan perkembangan masyarakat dan Negara baik di bidang ekonomi sosial

maupun kenegaraan, dan perkembangan pemungutan pajak hingga kini yang

disebut pungutan tersebut tetap ada yaitu, yang sering disebut dengan pajak.

Dimana segala ketentuan tentang pemungutan pajak tidak lagi ditentukan oleh

masyarakat atau ditentukan oleh pemerintah Negara secara sepihak namun

ditentukan oleh pemerintah negara secara bersama-sama.

Definisi pajak itu sendiri terdapat bermacam-macam batasan atau

definisi tentang pajak menurut para ahli:

Menurut Rochmat Soemitro pajak adalah iuran rakyat kepada kas

Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak

mendapat jasa timbal yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan

untuk membayar pengeluaran umum.

Menurut P. J. A. Andriani, pajak adalah iuran masyarakat kepada

Negara yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut aturan-aturan

umum undang-undang dengan tidak mendapat prestasi kembali yang dapat

ditunjuk langsung dan yang digunakan adalah untuk membiayai pengeluaran-

Page 20: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

8

pengeluaran umum yang berhubungan dengan tugas Negara untuk

menyelenggarakan pemerintahan.

Menurut Soemitro pemahaman pajak dari perspektif hukum merupakan

suatu perikatan yang timbul karena adanya undang-undang yang

menyebabkan timbulnya kewajiban warga Negara untuk menyetorkan

sejumlah penghasilan tertentu kepada Negara. Untuk penyelenggaraan

pemerintahan Negara mempunyai kekuatan untuk memaksa dan uang pajak

tersebut dipergunakan sebagaimana mestinya. Dari pendekatan hukum ini

memperlihatkan bahwa pajak yang dipungut harus berdasarkan undang-

undang sehingga dapat menjamin adanya kepastian hukum, baik bagi fiksus

sebagai pengumpul pajak maupun wajib pajak sebagai pembayar pajak.

Dapat disimpulkan devenisi di atas bahwa pajak setidaknya

mengandung beberapa unsur antara lain yaitu iuran/kontribusi rakyat kepada

Negara dimana pihak lain atau pihak swasta tidak berhak memungut,

berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dan mempunyai

kekuatan hukum tanpa kontraprestasi atau dalam kata lain tanpa balas jasa

dari Negara yang dapat langsung ditunjuka, yang digunakan untuk membiayai

rumah tangga negara atau pengeluaran pemerintah dan apabila terdapat

surplus dapat dipakai untuk membiayai public investment.

2. Tujuan Dan Fungsi Pajak

Membahas mengenai fungsi dan tujuan dari pajak maka fungsi Pajak

tidak terlepas dari tujuan pajak. Sedangkan tujuan pajak tidak terlepas dari

tujuan Negara dengan demikian tujuan pajak harus diselaraskan dengan

tujuan Negara yang menjadi landasan tujuan pemerintah. Baik tujuan pajak

maupun tujuan Negara semua berakar pada tujuan masyarakat dan tujuan

masyarakat inilah yang menjadi falsafah bangsa dan negara. Oleh sebab itu

tujuan dan fungsi pajak tidak mungkin lepas dari tujuan fungsi yang

Page 21: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

9

mendasarinya, sehingga pajak yang dipungut dari masyarakat selain

digunakan untuk proses pembangunan hendaknya digunakan untuk keperluan

dan kesejahteraan masyarakat itu sendiri, berdasarkan hal di atas maka pajak

mempunyai beberapa fungsi, yaitu:

a. Fungsi mengatur (regulerend)

Pajak sebagai alat untuk mengatur struktur pendapatan di tengah

masyarakat dan struktur kekayaan antara para pelaku ekonomi, sebagai

alat untuk mencapai tujuan tertentu di luar bidang keuangan, terutama

banyak ditujukan terhadap sektor swasta. Contohnya pemerintah

menetapkan bea masuk yang tinggi untuk produk luar negeri, pajak yang

lebih tinggi untuk minuman keras, ketersediaan minuman keras dapat

ditekan, demikian pula dengan barang mewah.

b. Fungsi penerimaan (Budgetair)

Pajak berfungsi untuk menghimpun dana dari masyarakat bagi kas

Negara, yang diperuntukan bagi pembiayaan serta pengeluaran-

pengeluaran pemerintah. Untuk menjalankan tugas-tugas rutin negara dan

melaksanakan pembangunan, Negara membutuhkan biaya.

3. Syarat Pemungutan Pajak

Penentuan pembebanan pajak pada masyarakat agar tidak terjadi

hambatan dan berbagai masalah lainnya. Bila terlalu tinggi masyarakat akan

enggan membayar pajak. Namun jika terlalu rendah maka pembangunan tidak

akan berjalan karena dana yang akan digunakan kurang. Agar tidak

menimbulkan berbagai masalah maka pemungutan pajak harus memenuhi

syarat-syarat berikut:

a. Pemungutan pajak harus adil

Page 22: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

10

Tujuan hukum, yakni mencapai keadilan, undang-undang dan

pelaksanaan pemungutan harus adil. Adil dalam perundang-undangan

maupun adil dalam pelaksanaannya.

1) Dengan mengatur hak dan kewajiban para wajib pajak

2) pajak diberlakukan bagi setiap warga negara yang memenuhi isyarat

sebagai wajib pajak

3) sanksi atas pelanggaran pajak diberlakukan secara umum sesuai

dengan berat ringannya pelanggaran. Pemungutan pajak harus

berdasarkan undang-undang (syarat yuridis). Di Indonesia, pajak diatur

dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2. Hal ini memberikan jaminan hukum

untuk menyatakan keadilan, baik bagi Negara maupun warganya.

b. Tidak mengganggu perekonomian (syarat ekonomis) pemungutan tidak

boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi maupun perdagangan,

sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian masyarakat.

c. Pemungutan pajak harus efisien (syarat ekonomi) Sesuai fungsi budget air,

biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan sehingga lebih rendah dari

hasil pemungutannya.

d. Sistem pemungutannya pajak harus sederhana Sistem pemungutan yang

sederhana akan memudahkan dan mendorong masyarakat dalam

memenuhi kewajiban perpajakan. Syarat ini telah dipenuhi oleh undang-

undang perpajakan yang baru. Contoh:

1) Bea Materai disederhanakan dari 167 macam tarif

2) Tarif PPN yang beragam disederhanakan menjadi hanya satu tarif,

yaitu 10%.

3) Pajak perseroan untuk badan dan pajak pendapatan untuk

perseorangan disederhanakan menjadi pajak penghasilan (pph) yang

berlaku bagi badan maupun perseorangan.

Page 23: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

11

4. Perbedaan Pajak dan Jenis Pungutan Pajak

a. Retribusi

Pengertian retribusi pada umumnya mempunyai hubungan

langsung dengan kembalinya prestasi, karena pembayaran tersebut

ditujukan semata-mata untuk mendapatkan suatu prestasi tertentu dari

pemerintah, misalnya seperti pembayaran retribusi sampah, retribusi

parkir, dan lain-lain sedangkan pajak tidak mendapat imbalan langsung.

b. Sumbangan

Pengertian dari sumbangan ini tidak boleh dicampur adukkan

dengan retribusi. Dalam retribusi dapat ditunjuk seseorang yang menikmati

kontra prestasi dari pemerintah sedangkan pada sumbangan seseorang

mendapatkan prestasi justru tidak dapat ditunjuk tetapi golongan yang

dapat menikmati kontraprestasi, sebagai contoh sumbangan bencana

alam.

5. Perlawanan Terhadap Pajak

Terlepas dari kesadaran sebagai warga Negara pada sebagian besar

masyarakat tidak memenuhi kewajiban untuk membayar pajak. Dalam hal ini

timbul perlawanan terhadap pajak. Perlawanan terhadap pajak dapat

dibedakan menjadi perlawanan pasif dan perlawanan aktif.

a. Perlawanan pasif

Perlawanan pasif merupakan hambatan yang mempersulit

pemungutan pajak dan mempunyai hubungan erat dengan struktur

ekonomi. Contoh: Wajib pajak dituntut untuk menghitung sendiri

pendapatan nettonya. Untuk itu perlunya di adanya pembukuan. Namun,

menghitung pendapatan netto akan sulit dilakukan oleh masyarakat

agraris, karena tidak mampu melakukan pembukuan, sehingga

pembayaran pajaknya lebih kecil dari yang seharusnya.

Page 24: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

12

b. Perlawanan aktif

Perlawanan aktif yaitu semua usaha dan pembuatan yang secara

langsung ditunjukkan kepada pemerintah dengan tujuan untuk

menghindari pajak.

6. Azas Pengenaan pajak

Asas pemungutan pajak terdiri atas tiga macam, yaitu sebagai berikut:

a. Asas tempat tinggal (Asas domisili)

Dengan asas ini Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh

penghasilan Wajib Pajak (WP) yang bertempat tinggal di wilayahnya. Baik

penghasilan yang berasal dari dalam Negeri maupun luar Negeri.

b. Asas Sumber

Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang

bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal Wajib Pajak

(WP)

c. Asas Kebangsaan

Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu Negara.

Misalnya pajak bangsa asing di Indonesia dikenakan pada setiap orang

yang bukan berkebangsaan Indonesia yang bertempat tinggal di Indonesia.

Asas ini berlaku untuk Wajib Pajak Luar Negeri (WPLN)

7. Sistem Pemungutan Pajak

Sistem pemungutan pajak yang dikemukakan oleh Waluyo (2010)

sebagai berikut:

a. Assesment System

Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi

wewenang pemerintah untuk menentukan besarnya pajak yang terutang.

Ciri-ciri Official Assesment antara lain:

Page 25: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

13

1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada

fiksus

2) Wajib pajak bersifat pasif

3) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh

fiskus.

b. Selft Assesment system

Selama ini merupakan pemungutan pajak yang memberi

wewenang, kepercayaan, dan tanggung jawab kepada Wajib Pajak untuk

menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri

besarnya pajak yang harus dibayar.

c. With Holding System

Sistem merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi

wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya

pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

8. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor

Menurut Mardiasmo (2013), tarif pajak kendaraan bermotor sebagai

berikut:

a. 1,5% untuk kepemilikan kendaraan bermotor pribadi dan badan

b. 1,0% untuk kendaraan bermotor angkatan umum

c. 0,5% untuk kendaraan ambulance, pemadam kebakaran, sosial

keagamaan, lembaga sosial keagamaan dan instansi pemerintah.

B. Pajak Progresif

1. Penger tian Pajak Progresif

Menurut Koswara, pajak progresif yaitu pajak yang diterapkan bagi

pengguna kendaraan pribadi baik roda dua dan roda empat dengan nama

pemilik dan alamat tempat tinggal yang sama. Jika nama pemilik dan

Page 26: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

14

alamatnya berbeda, maka tidak dikenakan pajak progresif. Dan untuk

kendaraan pribadi roda dua, pajak progresif ini juga berlaku yang berkekuatan

mesin di atas 500cc, pajak proresif ini juga berlaku untuk kendaraan dinas

pemerintahan dan kendaraan angkutan umum. Kendaraan bermotor

kepemilikan orang pribadi berdasarkan nama atau alamat yang sama

dikenakan tarif pajak proresif pada umumnya.

Berdasarkan peraturan daerah Provinsi Sulawesi Selatan No.82 tahun

2011 tentang tata cara penghitungan pajak progresif kendaraan bermotor yaitu

sebagai berikut:

a. Tata cara perhitungan PKB pajak progresif untuk kendaraan bermotor

pribadi diuraikan sebagai berikut.

1) Kepemilikan kedua sebesar 2,5% x dasar pengenaan PKB

2) Kepimilikan ketiga sebesar 3,5% x dasar pengenaan PKB

3) Kepemilikan keempat sebesar 4,5% x dasar pengenaan PKB

4) Kepemilikan kelima dan seterusnya sebesar 5,5% x dasar pengenaan

PKB.

b. Kendaraan bermotor angkutan umum sebesar 1% (satu persen).

c. Kendaraan milik badan sosial atau keagamaan, pemerintah/TNI/POLRI,

ambulance dan pemadam kebakaran sebesar 0,5% (nol koma lima

persen).

d. Alat-alat berat dan alat-alat besar sebesar) 0,2% (nol koma dua persen).

e. Pajak proresif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku hanya untuk:

1) Kendaraan bermotor pribadi atas nama pribadi

2) Kendaraan roda 4 (empat) keatas

3) Kendaraan roda 2(dua) dengan kapasitas 500cc ke atas.

f. Ketentuan teknis pemungutan pajak progresif ditetapkan lebih lanjut

dengan keputusan kepala dinas.

Page 27: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

15

Menurut Rizki Mahesar (2014) pajak progresif yaitu pajak yang sistem

pemungutannya dengan cara menaikkan persentase kena pajak yang harus

dibayar sesuai dengan kenaikan objek pajak. Semakin besar jumlah yang di

gunakan sebagai dasar pengenaan pajak dan kenaikan presentase untuk

setiap jumlah tertentu setiap kali naik. Di Indonesia pajak progresif diterapkan

pada pajak penghasilan untuk wajib pajak orang pribadi, yaitu:

1. Untuk lapisan penghasilan kena pajak (PKP) sampai dengan Rp 50 juta,

tarif pajaknya 5%.

2. Untuk lapisan PKP di atas Rp 50 juta hingga Rp 250 juta, tarif pajaknya

15%.

3. Untuk lapisan PKP di atas Rp 250 juta hingga Rp 500 juta, tarif pajaknya

25%

4. Untuk lapisan PKP di atas Rp 500 juta, tarif pajaknya 30%.

C. Sistem dan Prosedur

1. Pengertian Sistem dan Prosedur

Menurut Mulyadi (2016) , pengertian dari sistem dan prosedur yaitu,

sistem adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut pola yang terpadu

untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan. Sedangkan pengertian

prosedur adalah suatu aturan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa

orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin

penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-

ulang.

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa suatu sistem terdiri dari

jaringan prosedur, sedangkan prosedur merupakan urutan kegiatan klerikal.

2. Prosedur dan Persyaratan Pengurusan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)

Page 28: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

16

Prosedur dan persyaratan pengurusan pembayaran pajak kendaraan

bermotor, sesuai dengan instruksi bersama Menteri Pertahanan Keamanan.

Menteri dalam negeri Dan Menteri keuangan Nomor Ins/03/M/X/1999, Nomor

29 tahun 19999 dan Nomor 6/IMK.014/1999 Jo. Surat keputusan Bersama

Kapolri, Dirjen pemerintah Umum dan Otonomi Daerah dan Direktur PT Jasa

Raharja Nomor Skep/06/X/1999, Nomor 973-128 Nomor SKEP/02/XI/1999

adalah sebagai berikut.

Pengesahan ulang (satu tahun)

a. Persyaratan

1) identitas.

a) Program

b) Badan hukum

c) Instansi Pemerintah (termasuk BUMN dan BUMD)

2) STNK asli dan satu lembar fotocopy.

3) BPKB asli dan satu lembar fotocopy.

b. Prosedur Pengurusan

1) Penyerahan berkas di loket pendaftaran

2) Pengambilan resi penetapan di loket penetepan

3) Pembayaran biaya dil loket kasir

4) Pengambilan STNK di loket pengambilan STNK

c. Persyaratan

1) Identitas

2) STNK asli dan satu lembar fotocopy

3) BPKB asli dan satu lembar fotocopy

4) Bukti hasil pemeriksaan fisik kendaraan bermotor

d. Prosedur Pengurusan

1) Cek fisik kendaraan bermotor

Page 29: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

17

2) Pengambilan formulir di loket pendaftaran

3) Penyerahan berkas di loket pendaftaran

4) Penetapan penyerahan resi di loket penetapan

5) Pembayaran di loket kasir

6) Penyerahan STNK dan plat nomor di loket pengembalian STNK

e. Penggantian STNK hilang/rusak

1) Persyaratan

a) Mengisi formulir SPPKB

b) Identitas

c) STNK yang rusak atau tanda bukti pelaporan kehilangan dari

kepolisian

d) BPKB asli

e) SKPD (Surat Keterangan Pajak Daerah) tahun terakhir (yang telah

divelidasi) bagi yang rusak dan tanda bukti kehilangan dari

kepolisian.

f) Tanda bukti iklan kehilangan dari berita radio

g) Tanda bukti iklan kehilangan dari berita surat kabar

h) Bukti hasil pemeriksaan fisik kendaraan bermotor

2) Prosedur Pengurusan

a) pengambilan formulit loket pembayaran

b) cek fisik No. Rangka dan No. Mesin di loket pendaftaran

c) Penyerahan berkas di loket pendaftaran

d) Penyerahan resi di loket penetapan

e) Pembayaran di loket kasir

f) Pengesahan STNK di loket pengembalian STNK

g) 6. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Baru (Pendaftaran

Kendaraan Baru)

Page 30: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

18

3) Persyaratan

a) mengisi formulir SPPKB

b) Identitas

c) Faktur

d) Sertifikat NIK/VIN dan tanda pendaftaran tipe

e) Kendaraan yang berubah bentuk melampirkan surat keterangan

dari perusahaan

f) Untuk kendaraan umum melampirkan:

(1) izin usaha

(2) izin prinsip

4) Prosedur Pengurusan

a) Pembelian formulir di loket pendaftaran

b) Cek fisik nomor rangka dan nomor mesin loket pendaftaran

c) Penetapan di loket penetapan

d) Penyerahan resi di loket penetapan

e) Pembayaran di loket kasir

f) Pengesahan STNK di loket pengambilan STNK

f. Bea Balik Nama/Heregistrasi Kendaraan dari dalam Kab/Kota

1) Persyaratan

a) Mengisi formulir SPPKB

b) Identitas

c) STNK asli

d) BPKB asli

e) Kwitansi Pembelian Asli

f) SKPD (Surat Keterangan Pajak Daerah) tahun terakhir

g) Bukti Hasil Pemeriksaan fisik kendaraan bermotor

2) Prosedur Pengurusan

Page 31: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

19

a) Pembelian formulir di loket pendaftaran

b) Cek fisik nomor rangka dan nomor mesin loket pendaftaran

c) Penyerahan berkas di loket pendaftaran

d) Penetapan di loket penetapan

e) Penyerahan resi di loket penetapan

f) Pembayaran di loket kasir

g) Pengambilan STNK di loket pengambilan STNK

h) Penulisan BPKB di Polres

g. Bea Balik Nama/registrasi antar kab/kota dan mutasi dari luar provinsi

1) Persyaratan

a) Mengisi formulir SPPKB

b) Identitas

c) STNK asli

d) BPKB asli

e) Kwitansi pembelian Asli

f) SKPD (Surat Keterangan Pajak Daerah) tahun terakhir

g) Bukti Hasil Pemeriksaan fisik kendaraan bermotor

2) Prosedur Pengurusan

a) Pengurusan BPKB di Polres

b) Pembelian formulir di loket pendaftaran

c) Cek fisik nomor rangka dan nomor mesin di loket pendaftaran

d) Penyerahan berkas di loket pendaftaran

e) Penempatan di loket penetapan

f) Penyerahan resi di loket penetapan

g) Pembayaran di loket kasir

h) Pengesahan STNK di loket pengembalian STNK

i) Pengembalian BPKB di Polres

Page 32: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

20

3) Mutasi ke luar Provinsi

a) Persyaratan

(1) Mengisi formulir SPPKB

(2) Identitas

(3) STNK asli

(4) BPKB asli

(5) Kwitansi Pembelian Asli

(6) SKPD (Surat Keterangan Pajak Daerah)

(7) Bukti hasil pemeriksaan fisik kendaraan bermotor

(8) Fiskal Antar Daerah

4) Prosedur Pengurusan

a) Pendaftaran di loket Pendaftaran

b) Penetapan di loket penetapan

c) Penyerahan berkas di loket penetapan

d) Pengurusan BPKB di Polri.

Page 33: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

21

Gambar 2.1 Sistem dan prosedur PK

PENDAFTARAN RANMOR BARU, PERPANJANGAN, MUTASI MASUK,

RUBAH BENTUK WARNA, DUPLIKAT, PERSYARATAN KHUSUS

ENTRY DATA

PENERIMAAN

PEMBAYARAN

PENETAPAN

KOREKTO

ORDER STNK/TNK

PENELITIAN DOKUMEN

PENCETAKAN

ARSIP PENYERAHAN

Page 34: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

22

D. Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak

1. Pengertian kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010) Kepatuhan wajib pajak dalam hal

perpajakan berani keadaan wajib pajak yang melaksanakan hak dan

khususnya kewajiban, secara di siplin sesuai peraturan perundang-undangan

serta tata cara perpajakan yang berlaku dan tidak menyimpan dari ketentuan

perpajakan. Wajib pajak yang patuh adalah wajib pajak yang taat dan

memenuhi serta melaksanakan keajaiban perpajakan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan

2. Pengertian wajib pajak

Menurut Suprianto Wajib pajak (disingkat WP) dalam perpajakan

Indonesia merupakan istilah yang sangat populer. Istilah ini secara umum

biasa diartikan sebagai orang atau badan yang dikenakan wajib pajak. Dalam

undang-undang KUP lama, istilah wajib pajak di devenisikan sebagai orang

pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk

pemungutan pajak atau pemotongan pajak tertentu. Dari devenisi ini kita dapat

memahami bahwa wajib pajak ini terdiri dari dua jenis yaitu wajib pajak orang

pribadi dan wajib pajak badan. Berdasarkan ketentuan dalam pajak

penghasilan yang di sebut wajib pajak yaitu orang pribadi atau badan yang

memenuhi defenisi sebagai subjek pajak dan menerima atau memperoleh

penghasilan yang merupakan objek pajak. Wajib pajak sangatlah memegang

peranan yang sangat penting bagi kelancaran sistem dan peraturan

perundang-undangan perpajakan. Menurut Undang-undang No. 28 Tahun

2007 pasal 1 ayat (1) tentang tata cara perpajakan bahwa yang dimaksud

dengan wajib pajak adalah sebagai berikut.

Page 35: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

23

Ada beberapa hak yang bisa di ciptakan oleh wajib pajak dan juga

kewajiban-kewajiban yang harus di laksanakan, menurut Suprianto (2011)

bahwa kewajiban wajib pajak antara lain sebagai berikut:

a. Mendaftrkan diri sebagai wajib pajak. Setiap wajib pajak yang telah

memenuhi syarat sebagai wajib pajak, wajib mendaftarkan diri untuk

memperolah Nomor Pokok Wajib Pajak dan Nomor Pengukuhan

pengusaha Kena Pajak.

b. Mengisi dan menyampaikan SPT. Setiap orang mempunyai Nomor pokok

Wajib pajak wajib mengisi, menghitung dan melaporkan sendiri pajak yang

terutang dalam satu masa pajak dan menyampaikan SPT yang telah di isi

dan di tanda tangani oleh kepala KPP setempat dalam batasan waktu

yang ditentukan.

c. Membayar atau menyetor pajak. Besarnya pajak harus dibayar oleh wajib

pajak menurut sistem self asessment ditentukan sendiri oleh wajib pajak

yang bersangkutan.

d. Membuat pembukuan atau pencatatan. Wajib pajak yang melakukan

kegiatan usaha wajib pajak menyelenggarakan pembukuan yang dapat

menyajikan keterangan-keterangan yang cukup untuk menghitung

penghasilan kena pajak.

e. Memberikan keterangan. Dirjen pajak berwenang untuk melakukan

pemeriksaan terhadap wajib pajak dalam rangka menetapkan besarnya

jumlah pajak yang terutang, maka wajib pajak tersebut harus

memperlihatkan dan meminjamkan pembukuan atau pencatatan yang

berhubungan dengan kegiatan usaha yang dijalankan.

Page 36: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

24

3. Jenis-jenis wajib pajak

a. Wajib pajak orang pribadi

Wajib pajak orang pribadi adalah setiap orang pribadi yang memiliki

penghasilan di atas penghasilan tidak kena pajak. Di Indonesia setiap

orang wajib mendaftarkan diri dan mempunyai nomor pokok wajib pajak

(NPWP), kecuali ditentukan dalam undang-undang.

b. Wajib pajak badan

Wajib pajak badan adalah setiap badan yang memiliki kewajiban

perpajakan sebagai pembayar pajak, pemotong dan/atau pemungut pajak,

termasuk bentuk usaha tetap dan kontraktor atau operator di bidang usaha

hulu minyak dan gas bumi.

E. Pajak Kendaraan Bermotor

1. Pengertian pajak kendaraan Bermotor

Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) adalah pajak atas kepemilikan atau

penguasaan kendaraan bermotor, yaitu kendaraan beroda dua atau lebih

beserta gandengannya yang digunakan disemua jenis jalan darat dan

digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang

berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga

gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat besar yang

bergerak.

Menurut Muhammad Djafar Saidi (2010) Pajak kendaraan bermotor

atau yang di singkat PKB merupakan salah satu jenis pajak daerah provinsi,

pengertian dari pajak kendaraan bermotor menurut pasal 1 angka 12 Undang-

Undang PDRD adalah pajak atas kepemilikan dan/atau penguasaan

kendaraan bermotor, dalam arti pajak kendaraan bermotor merupakan pajak

yang bersifat objektif, bergantung pada objek yang dikenakan pajak dan

Page 37: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

25

berada dalam kepemilikan dan/atau penguasaan wajib pajak.

2. Subjek Pajak Kendaraan Bermotor

Subjek pajak kendaraan bermotor adalah orang pribadi atau badan

yang memiliki dan/atau menguasai kendaraan bermotor (pasal 4 ayat (1) UU

PDRD).

Makna yang terkandung dalam pengertian memiliki dan/atau

menguasai adalah sebagai berikut:

a. Subjek pajak memiliki kendaraan bermotor

b. Subjek pajak memiliki dan menguasai kendaraan bermotor atau

c. Subjek pajak hanya menguasai dan tidak memiliki kendaraan bermotor.

Ketiga makna tersebut, harus tercermin dalam substansi pengertian

wajib pajak kendaraan bermotor sehingga dapat dikenakan pajak kendaraan

bermotor.

Menurut Siahaan (2010) pada PKB subjek pajak adalah orang pribadi

atau badan yang memiliki dan atau menguasai kendaraan bermotor,

sementara itu yang menjadi wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang

memiliki kendaraan bermotor. Jika wajib pajak berupa badan, kewajiban

perpajakan di wakili oleh pengurus atau kuasa badan tersebut, dengan

demikian, pada PKB subjek pajak sama dengan wajib pajak, yaitu orang atau

badan yang memiliki atau menguasai kendaraan bermotor.

3. Objek Pajak Kendaraan Bermotor

Menurut Saidi (2010) mengemukakan bahwa pajak kendaraan

bermotor merupakan salah satu pajak daerah provinsi, sebagai pajak daerah

provinsi pada hakikatnya tidak dapat berfungsi bila tidak memiliki objek yang

dapat dikenakan pajak. Objek pajak kendaraan bermotor adalah kepemilikan

dan/atau penguasaan kendaraan bermotor.

Page 38: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

26

Kendaraan bermotor menurut pasal 1 ayat (13) UU PDRD adalah

semua kendaraan beroda beserta gandengannya yang digunakan di semua

jenis jalan darat dan di gerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau

peralatan lainnya yang berfunsi untuk mengubah sesuatu sumber daya energi

menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-

alat berat dan alat-alat besar yang dalam operasinya menggunakan roda dan

motor dan tidak melekat secara permanen serta kendaraan bermotor yang di

opersikan di air.

Adapun kendaraan yang dikecualikan dari kendaraan bermotor adalah

sebagai berikut:

a. Kereta api

b. Kendaraan bermotor semata-mata digunakan untuk keperluan pertahanan

dan keamanan negara

c. Kendaraan bermotor yang dimiliki dan/atau dikuasa kedutaan, konsulat,

perwakilan negara asing dengan asas timbal balik dari lembaga-lembaga

internasional yang memperoleh fasilitas pembebasan pajak dari

pemerintah

d. Objek pajak lainnya yang diterapkan peraturan daerah

e. Adapun pengecualian sebagai kendaraan bermotor tidak terbatas karena

dapat bertambah berdasarkan kebutuhan daerah yang diatur dengan

peraturan daerah, pengecualian sebagai kendaraan bermotor berarti tidak

boleh dikenakan pajak, jika pengecualian ini dilanggar pejabat pajak telah

melakukan pelanggaran hukum yang dapat dipersoalkan pada lembaga

peradilan pajak.

4. Dasar Hukum Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Saidi)

pemungutan pajak yang hendak dilakukan agar tidak menimbulkan polemik

Page 39: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

27

hukum dikalangan wajib pajak dengan pejabat pajak, terlebih dahulu diketahui

dan dipahami mengenai dasar hukum mengapa negara berkehendak

memungut pajak pada warganya.

Saidi (2010) sebelum di amandemen Undang-Undang Dasar 1945

(UUD 1945), ketentuan mengenai pajak di atuir pada pasal 23 ayat (2) UUD

1945 yang berbunyi: “segala pajak untuk keperluan negara harus berdasarkan

undang-undang”.

Ketentuan ini mengandung asas legalitas yang meletakkan

kewenangan pada negara untuk memungut pajak kalau negara sedang

membutuhkannya, tetapi dengan syarat harus berdasarkan undang-undang

yang sudah diterapkan, sebenarnya tidak ada pajak tanpa persetujuan antara

rakyat melalui wakilnya didalam DPR dengan Presiden yang diatur dengan

undang-undang.

Saidi (2010) ketentuan mengenai pajak mengalami perubahan yang

sangat prinsipil setalah amandemen UUD 1945, hal ini dapat dilihat pada pasal

23A Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang

berbunyi “pajak dan pungutan yang bersifat memaksa untuk keperluan negara

diatur dengan undang-undang”. Pasal 23A UUD NRI 1945 tetap melanjutkan

asas legalitas yang awalnya dari pasal 23 ayat (2) UUD 1945.

Undang-undang pajak tersebut tetap di berlakukan walaupun

ketentuan induknya telah mengalami pergantian dari pasal 23 ayat (2) UUD

1945 menjadi pasal 23A UUD NRI 1945, dasar hukum diberlakukannya adalah

pasal 1 aturan peralihan UUD 1945 NRI yang menyatakan bahwa segala

peraturan perundang-undangan yang ada masih tetap berlaku selama belum

diadakan yang baru menurut undang-undang dasar ini dan bertujuan untuk

menjaga kekosongan atau kevakuman hukum di bidang perpajakan sebagai

konsekuensi dari amandemen UUD 1945.

Page 40: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

28

5. Dasar Pengenaan, Tarif dan Cara Perhitungan Pajak Kendaraan Bermotor

Berdasarkan Peraturan daerah Provinsi Sulawesi Selatan No.10 Tahun

2010 tentang Pajak Daerah

Berdasarkan peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan No.10 Tahun

2010 tentang pajak daerah dasar pengenaan, tarif dan cara perhitungan pajak

kendaraan bermotor sebagai berikut:

Dalam pasal 6 angka (1) dasar pengenaan PKB adalah hasil perkalian

dari 2 (dua) unsur pokok yaitu sebagai berikut.

a. Nilai jual kendaraan bermotor

b. Bobot yang mencerminkan secara relatif tingkat kerusakan jalan dan/atau

pencemaran lingkungan akibat penggunaan kendaraan bermotor.

Dalam pasal 6 angka (3) bobot sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dihitung berdasarkan faktor-faktor seperti berikut:

a. Tekanan gandar, yang dibedakan atas dasar jumlah sumbu/as, roda dan

berat kendaraan bermotor.

b. Jenis bahan bakar kendaraan bermotor yang dibedakan menurut solar,

bensin, gas, listrik, tenaga surga atau jenis bahan bakar lainnya.

c. Jenis, pengangguran, tahun pembuatan dan ciri-ciri mesin kendaraan

bermotor yang dibedakan berdasarkan jenis mesin 2 tak atau 4 tak, dan isi

silinder.

Peraturan daerah Provinsi Sulawesi Selatan No.10 Tahun 2010

tentang pajak daerah juga membahas mengenai kendaraan bermotor yang di

gunakan diluar jalan umum, hal tersebut diatur dalam pasal 7 ayat (1), (2), (3),

(4), yakni sebagai berikut.

a. Khusus untuk kendaraan bermotor yang digunakan di luar jalan umum,

termasuk alat-alat besar, dasar pengenaan PKB adalah NJKB.

Page 41: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

29

b. NJKB ditentukan berdasarkan harga pasaran umum atas suatu kendaraan

bermotor.

c. Harga pasaran umum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yaitu harga

rata-rata yang diperoleh dari sumber data yang akurat.

d. NJKB sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan berdasarkan harga

pasaran umum pada minggu pertama bulan desember tahun pajak

sebelumnya.

e. Dalam hal harga pasaran umum suatu kendaraan bermotor tidak diketahui,

NJKB dapat ditentukan berdasarkan sebagian atau seluruh faktor-faktor.

1) Harga kendaraan bermotor dengan isi silinder dan/atau satuan tenaga

yang sama

2) Penggunaan kendaraan bermotor untuk umum atau pribadi

3) Harga kendaraan bermotor dengan merek kendaraan bermotor yang

sama

4) Harga kendaraan bermotor dengan tahun pembuatan kendaraan

bermotor yang sama

5) Harga kendaraan bermotor dengan pembuat kendaraan bermotor

6) Harga kendaraan bermotor dengan kendaraan bermotor sejenis

7) Harga kendaraan bermotor berdasarkan dokumen pemberitahuan

impor barang (IPB).

6. Tata Cara Pembayaran dan Penagihan Pajak Kendaraan Bermotor

a. Pembayaran PKB

PKB terutang harus dilunasi/dibayar sekaligus dimuka untuk masa

dua belas bulan, PKB dilunasi selambat-lambatnya 30 hari sejak diterbitkan

SKPD, SKPDKB, SKPDKB, STPD, surat keputusan pembetulan, surat

keputusan keberatan, dan putusan banding yang menyebabkan jumlah

pajak yang harus dibayar bertambah. Pembayaran PKB dilakukan ke kas

Page 42: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

30

daerah bank, atau temapt lain yang ditunjuk oleh gubernur, dengan

menggunakan surat setoran pajak daerah.

Wajib pajak yang melakukan pembayaran pajak diberikan tanda

bukti pelunasan atau pembayaran pajak dan penning, wajib pajak yang

terlambat melakukan pembayaran pajak akan dikenakan sanksi yaitu:

Keterlambatan pembayaran pajak yang melampaui saat jatuh tempo yang

ditetapkan dalam SKPD dikenakan sanksi administrasi berupa denda

sebesar 25% dari pokok pajak.

b. Penagihan PKB

Pajak yang terutang tidak dilunasi setelah jatuh tempo pembayaran,

gubernur atau pejabat yang ditunjuk akan melakukan tindakan penagihan

pajak. Penagihan pajak dilakukan terhadap pajak terutang dalam SKPD,

SKPDKB, SKPDKBT, STPD, surat keputusan pembetulan, surat

keputusan keberatan, dan putusan banding yang menyebabkan jumlah

pajak yang harus dibayar bertambah.

F. Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1. Matrik Penelitian-penelitian Terdahulu

No Nama

Peneliti/Tahun

Judul

Penelitian

Variabel

Penelitian

Metode

Analisis

Hasil

Penelitian

1. Mujiati (2013) Dampak

Pengenaan

Tarif Pajak

Progresif

Kendaraan

Bermotor Di

Jepara

Variabel

terikat:

Pengenaan

tarif pajak

Variabel

Bebas:

kendaraan

bermotor

Analisis

regresi

linier

berganda

Pengenaan

tarif pajak

progresif (X)

berpengaruh

positif

terhadap

perilaku

penghindaran

Page 43: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

31

pajak (Y) di

Jepara.

2. Komang

Yunita Sari,1

Made Ari

Wahyuni, 2

Nyoman

Trisna

Herawati

(2017)

Analisis

Dampak

Penerapan

Pajak

Progresif

Pada

Kendaraan

Bermotor

Roda Empat

Terhadap

Tingkat

Penjualan

Mobil Baru

Di

Kecamatan

Buleleng

Variabel

terikat:

penerapan

pajak

progresif

Variabel

Bebas:

tingkat

penjualan

mobil

Kuesioner Penerapan

pajak proresif

ini mengalami

perubahan

dari sistem KK

(Kartu

Keluarga)

menjadi sistem

KTP (Kartu

Tanda

Penduduk),

penerapan

pajak progresif

mendapat

tanggapan dari

masyarakat,

baik

tanggapan

positif maupun

tanggapan

negative

3. Margareth

Angraini

1. Anton

Arisman 2.

Cristina

Yunita3 (2014)

Pengaruh

Penerimaan

Pajak

Kendaraan

Bermotor

Dan Bea

Balik Nama

Kendaraan

Bermotor

Terhadap

Pendapatan

Variabel

terikat:

penerapan

pajak

kendaraan

bermotor

dan bea

balik nama

Variabel

Bebas:

Analisis

regresi

linier

berganda

Variabel Pajak

Kendaraan

Bermotor

(PKB)

berpengaruh

secara

signifikan

terhadap

Pendapatan

Asli Daerah

(PAD) di

Page 44: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

32

Asli Daerah

Di Provinsi

Sumatera

Selatan

pendapatan

asli daerah

provinsi

Sumatera

selatan tahun

2012-2014,

sedangkan

variabel Bea

Balik nama

kendaraan

bermotor tidak

mempunyai

pengaruh

secara

signifikan

terhadap

Pendapatan

Asli Daerah

(PAD) di

provinsi

Sumatera

Selatan tahun

2012-2014

G. Kerangka Pikir

Kerangka konseptual merupakan penjelasan sementara gejala-gejala yang

menjadi objek permasalahan tentang hubungan antar variabel bebas dan variabel

terikat yang disusun dari berbagai teori yang telah diuraikan. Seperti yang telah

dijelaskan dari pembahasan sebelumnya bahwa dasar pengenaan pajak progresif

ini merupakan penerapan pasal 6 Undang-Undang nomor 28 Tahun 2009 tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang pelaksanaannya ditetapkan mengacu

pada peraturan Daerah Sulawesi Selatan Nomor 10 Tahun 2010 tentang pajak

Daerah. Hubungan antara pajak progresif dan wajib pajak dapat digambarkan

dalam kerangka 1 pada gambar 2.2 berikut:

Page 45: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

33

H. Hipotesis

Hipotesis adalah dugaan sementara tentang rumusan masalah penelitian

yang belum dibuktikan kebenarannya. Berdasarkan kerangka konseptual yang

telah dimasukkan maka dapat diajukan hipotesis yaitu: Penerapan pajak progresif

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam

membayar pajak kendaraan bermotor.

Kepatuhan wajib pajak

dalam Membayar Pajak

Kendaraan Bermotor (Y)

Penerapan Pajak

Progresif (X)

INDIKATOR

1.Tarif pajak kendaraan bermotor.

2. Undang-undang PKB.

3. Dasar Penanganan PKB.

CLAUDYA 2014

INDIKATOR

1. Tepat waktu dalam pembayaran

pajaknya.

2. Tidak melakukan penundaan

dengan sengaja.

KMK NO554/KMK.O4/2000

Page 46: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

34

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, pendekatan yang di gunakan adalah pendekatan

kuantitatif. Menurut Sugiyono (2015), penelitian kuantitatif digunakan untuk

meneliti pada proposal atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan

instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan

untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Variabel-variabel ini diukur

biasanya dengan instrumen penelitian sehingga data yang terdiri dari angka-

angka dapat di analisis berdasarkan prosedur statistic.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Pengertian penelitian

deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk memberikan detail-detail

spesifik dari sebuah situasi lingkungan sosial atau hubungan fokus dari

penelitian ini adalah menjawab “bagaimana (how)”. Misalnya “bagaimana

terjadi” dalam penelitian ini, peneliti hendak menggambarkan apakah

sosialisasi sanksi dan presepsi akuntabilitas berpengaruh secara

signifikan/tidak signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar

pajak kendaraan bermotor.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi

Penelitian ini dilakukan pada kantor Sistem Administrasi Manunggal

Satu Atap (SAMSAT) kota Makassar yang beralamat Jl. Andi Mappanyukki No.

27 selain dikantor SAMSAT, tempat penelitian juga bisa dilakukan dimana saja

karena dalam penelitian ini menggunakan kuesioner untuk mengetahui tingkat

kesadaran wajib pajak dalam pembayaran pajak kendaraan bermotor.

Page 47: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

35

2. Waktu Penelitian

Dimana waktu dan penyusunan penelitian akan dlakukan pada bulan

Desember dan Januari 2021.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

kuantitatif. Menurut Sugiyono (2015) populasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri atas objek/subjek yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian di tarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah wajib

pajak kendaraan bemotor yang terdaftar pada tahun 2018 sebanyak 1.425.150

wajib pajak.

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2015) Sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar dan

peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya

keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan

sampel yg diambil dari populasi itu. Pengambilan sampel dalam penelitian ini

dilakukan dengan menggunakan teknik nonprobability sampling yakni

incidental sampling atau sampling incidencial. Sampling incidental adalah

teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja secara

kebetulan/incidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai

sampel, bila di pandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai

sumber data.

Rumus yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel adalah

menggunakan Rumus Slovin (Sevilla et. Al. 2007), sebagai berikut:

Page 48: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

36

𝑛 =𝑁

1 + (N x 𝑒2

Dimana :

n : Jumlah sampel

N : Jumlah populasi

e : persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan

sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan, (kesalahan maksimum

yang biasa di toleransi sebesar 10%)

Adapun jumlah sampel yang akan dijadikan responden dalam penelitian

ini adalah sebanyak 100 (seratus) wajib pajak PKB (Pajak Kendaraan

Bermotor). Dapat dilihat pada perhitungan di bawah ini:

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan

sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan dalam penelitian ini

adalah 0,1= 99,9 dibulatkan menjadi 100 wajib pajak.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif

dimana data kuantitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk angka. Data

ini diperoleh dari pengukuran langsung maupun angka-angka yang diperoleh

dengan mengubah data kualitatif menjadi kuantitatif. (Sugiyono, 2015).

2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu primer. Data

primer yaitu data yang berasal langsung dari sumber data yang dikumpulkan

Page 49: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

37

secara khusus dan berhubungan langsung dengan permasalahan yang diteliti.

Sumber data primer pada penelitian ini diperoleh langsung dari wajib pajak

kendaraan bermotor yang terdaftar di SAMSAT Kota Makassar

3. Metode pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis memperoleh data yang diperlukan dengan

menggunakan cara sebagai berikut:

a. Kuesioner

Pengumpulan data primer dilakukan dengan metode survey

menggunakan media angket (kuesioner). Sejumlah pertanyaan akan di

ajukan sebagai responden dan kemudian responden diminta menjawab

sesuai dengan pendapat mereka. Untuk mengukur pendapat responden,

digunakan Skala Likert lima angka yaitu mulai dari angka lima untuk

mendapat sangat setuju (SS) dan angka satu untuk mendapat sangat

setuju (STS) (Santi), perinciannya adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Penilaian Skor Pertanyaan

Jenis pernyataan Jenis Jawaban Skor

Positif Sangat Setuju (SS)

Setuju (S)

Netral (N)

Tidak Setuju (TS)

Sangat Tidak Setuju (STS)

5

4

3

2

1

b. Tinjauan kepustakaan

Metode ini dilakukan dengan mempelajari teori-teori dan konsep

yang sehubungan dengan masalah yang diteliti penulis pada buku dan

jurnal guna memperoleh landasan teoritis yang memadai

Page 50: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

38

c. Mengakses website dan situs-situs

Mencari website maupun situs yang menyediakan informasi

sehubungan dengan masalah dalam penelitian.

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Penelitian ini dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang

diharapkan, maka perlu dipahami konsep operasional dan indikator variabel

penelitian, variabel penelitian terdiri dari:

1. Pajak Progresif (X)

Pajak progresif adalah pajak diterapkan bagi kendaraan pribadi

baik roda dua dan roda empat dengan nama pemilik dan alamat tempat

tinggal yang sama. Jika nama pemilik dan alamatnya berbeda, maka tidak

dikenakan pajak progresif. Untuk kendaraan pribadi roda dua.

2. Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak (Y)

Kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak adalah pemenuhan

kewajiban perpajakan yang dilakukan oleh pembayar pajak dalam rangka

memberikan kontribusi, Melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai

dengan ketentuan perundang-undangan.

Tabel 3.2

No Variabel Indikator Variabel Skala

pengukuran

1 Penerapan pajak

progresif (X)

1. Tarif PKB

2. UU PKB

3. Dasar pengenaan PKB

Ordinal

2

Kepatuhan wajib

pajak dalam

membayar PKB (Y)

1.Tepat waktu dalam

pembayaran pajaknya

2. Tidak melakukan penundaan

dengan sengaja

Ordinal

Page 51: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

39

F. Uji Instrumen

Ada dua syarat yang berlaku untuk sebuah kuesioner yaitu valid dan

reabilitasnya instrumen yang ada dalam kuesioner tersebut, untuk itu perlu

dilakukan uji validitas dan uji reabilitas. Uji validitas dilakukan untuk mengukur

apa yang mana seharusnya di ukur, sedangkan uji reabilitas digunakan untuk

melihat sejauh mana instrumen yang bisa digunakan beberapa kali untuk

mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. (Sugiyono)

1. Uji Validitas

Pengujian validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya

suatu kuesioner, instrument yang valid berarti alat ukur yang digunakan

untuk mendapatkan data itu valid. Valid berarti instrumen tersebut

digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti

instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya

diukur. Pengujian validasi ini menggunakan fasilitas dalam program SPSS.

Kriteria yang digunakan untuk menyatukan suatu instrumen dianggap valid

atau layak digunakan dalam pengujian hipotesis adalah:

a. Apabila kofesiensi korelasi lebih besar atau sama dengan 0,30 maka

valid demikian sebaliknya

b. Jika nilai korelasinya signifikan maka indicator pertanyaan dikatakan

valid demikian sebaliknya

2. Uji Reabilitas

Uji reabilitas digunakan untuk mengetahui apakah indicator atau

kuesioner yang digunakan dapat dipercaya sebagai alat ukur variabel.

Reabilitas suatu indikator atau kuisioner dapat dilihat dari nilai Cronbach

Alpha yaitu apabila nilai Croncbach Alph lebih besar (>) 0,06 maka

Page 52: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

40

indicator atau kuesioner adalah reliabel, sedangkan apabila nilai

Croncbach Alpha lebih kecil (<) 0,60 maka indicator atau kuesioner tidak

riabel.

G. Uji Asumsi Klasik

Terdapat 2 jenis Uji asumsi klasik sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah uji asumsi yang akan menguji data variabel

bebas (X) dan tata variabel terikat (Y) pada persamaan regresi yang

dihasilkan, apakah berdistribusi normal atau apakah berdistribusi tidak

normal.

Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas yaitu :

a. Jika nilai signifikan lebih besar dari 0,5 maka tata tersebut berdistribusi

normal.

b. Sebaliknya, jika nilai signifikan kurang dari 0,05 maka data tersebut tidak

berdistribusi normal.

2. Uji heteroskedastisitas

Menurut (Sugiono, 2017) mengemukakan bahwa uji

heteroskedastisitas menguji terjadinya adanya perbedaan residual suatu

periode pengamatan lainnya atau hubungan gambaran antara nilai yang

diprediksi dengan Studentized Residual nilai tersebut. Tujuannya untuk

mengetahui ada tidaknya penyimpanan asumsi klasik heteroskedastisitas

yaitu adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan

pada modal regresi, semua analisis diatas dihitung untuk menggunakan

program spss.

Page 53: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

41

H. Metode Analisis

Sehubungan pendekatan penelitian adalah penelitian kuantitatif maka

analisis yang digunakan adalah:

1. Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif menggambarkan karakteristik umum dari sampel

yang digunakan dalam penelitian ini dengan lebih rinci sehingga dapat

diketahui nilai minum, nilai maksimum, nilai rata-rata, dan standar deviasi

dari masing-masing variabel yaitu penerapan pajak Progresif, dan wajib

pajak.

2. Uji Hipotesis

a. Uji persial (t-test)

Uji signifikansi secara persial atau sering kali disebut uji t

bertujuan untuk melihat pengaruh variabel-variabel independen secara

individual terhadap variabel dependen.

Dasar pengambilan keputusan:

1) Dengan membandingkan nilai t hitung dengan nilai t tabel apabila t

hitung < t tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak, Apabila t hitung >

t tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima

2) Dengan melihat nilai probabilitas signifikan apabila nilai probabilitas

signifikan > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak, apabila nilai

probabilitas signifikan < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima

3. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Uji koefisien determinasi (R2), digunakan untuk melihat besarnya

pajak progresif sebagai variabel independen terhadap wajib pajak sebagai

variabel dependen. Nilai R2 ini terletak antara 0 dan 1. Bila nilai R2

Page 54: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

42

mendekati 0, berarti sedikit sekali variabel dependen yang dapat

diterangkan oleh varibel independen jika ternyata dalam perhitungan nilai

R2 sama dengan 0 maka ini menunjukkan bahwa variabel dependen tidak

bisa dijelaskan oleh variabel independen dengan formula sebagai berikut:

R2 = (R2) × 100%.

Page 55: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Peneitian

1. Gambaran Umum Objek Penelitian

a. Sejarah Singkat Kantor Samsat Kota Makassar

Samsat Makassar merupakan salah satu unit pelayanan teknis daerah

yang berada dibawah Dinas Pendapatan daerah Provinsi Sulawesi Selatan

yang berdiri sejak tahun 1976, yang merupakan hasil realisasi Kantor

bersama Samsat di Indonesia berdasarkan keputusan bersama

Menhankam/Pangab, Menteri Dalam Negeri tanggal 28 Desember 1976

Nomor Pol.Kep. 1693/MK/1976 dan Nomor 311 tahun 1976 tentang

peningkatan kerja sama antara pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan,

Kepala Daerah Kepolisian, dan Aparat Departemen Keuangan dalam rangka

peningkatan pelayanan kepada masyarakat, serta peningkatan daerah

khusus mengenai pajak kendaraan bermotor.

Pelaksanaan Samsat oleh Pemerintah Sulawesi Selatan dalam

penertiban STNK terkait dengan pembayaran PKB dan BBNKB serta

SWDKLLJyang dilaksanakan terpusat di Makassar, dimulai pada tanggal 16

oktober 1978. Samsat Wilayah I Makassar telah memiliki kantor pelayanan

sebanyak dua unit masing-masing terletak dijalan Andi Mappanyukki dan AP

Pettarani sehingga pelayanan kepada wajib pajak di daerah ini semakin

meningkat, kemudian didirikan Kantor Samsat pembantu sebanyak delapan

unit se Sulawesi Selatan. Didirikan lima belas cabang Kantor Samsat untuk

melayani masyarakat pemilik kendaraan bermotor yang tersebar di dua

puluh tiga daerah tingkat II Kabupaten/Kota Madya.

Page 56: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

44

Pada Tahun 2009 Nomor 141 tentang organisasi dan tata kerja unit

pelaksanaan teknis dinas (UPTD) merupakan unit operasional dinas

pendapatan dan pengelolah asset daerah Provinsi Sulawesi Selatan yang

berada disetiap kabupaten/kota, dalam pelaksanaan tugas pokoknya selain

melayani pemungutan pajak daerah juga melayani pemungutan retribusi

daerah dan pendapatan lain-lain yang sah. Kemudian pada Tahun 2011

muncul peraturan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 82 Tahun 2011

tentang pemungutan pajak progresif. Maksud dan tujuan pengenaan pajak

progresif di Sulawesi Selatan adalah untuk memenuhi rasa keadilan dan

pertimbangan azas kemampuan wajib pajak atas kepemilikan kedua dan

seterusnya, di mana orang yang memiliki kemampuan ekonomi lebih besar

yang presentasikan dengan jumlah kendaraan yang dimiliki oleh wajib pajak.

b. Visi dan Misi Samsat Makassar

Adapun visi dari Samsat yaitu “terwujudnya pelayanan prima

sebagaibukti pengabdian kepada masyarakat”. Sedangkan misinya yaitu :

1) Memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan menjunjung tinggi

etika profesi.

2) Melaksanakan proses administrasi kendaraan bermotor secaracepat dan

tepat.

3) Mewujudkan aparat pelaksana SAMSAT yang bersih, jujur, dan cakap,

bertanggung jawab dan professional.

4) Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar pajak.

5) Penatapan arsip kendaraan yang tertib untuk memudahkan identifikasi

dan keamanan dokumen.

c. Struktur organisasi Samsat Makassar

Page 57: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

45

Struktur organisasi dapat didefinisikan sebagai suatu susunan dan

hubungan antara bagian dengan komponen yang terdapat dalam suatu

instansi. Dengan adanya struktur maka pembagian kerja dapat

dispesifikasikan. Selain itu, struktur juga dapat menunjukkan fungsi dan

kegiatan yang berbeda antara satu bagian dengan bagian yang lainnya.

Susunan organisasi SAMSAT Kota Makassar adalah:

a. Kepala UPTD SAMSAT Kota Makassar.

b. Kasubang Tata Usaha.

c. Kasi pendapatan dan penetapan.

d. Adpel wilayah Makassar.

e. Adpel Pemd. Wilayah Makassar.

f. Kasi Penagihan dan Penatapan.

Struktur organisasi menunjukkan pengaturan antar hubungan bagian

bagian dari komponen dan posisi dalam suatu organisasi. Struktur

organisasi menspesifikasikan pembagian kerja dan menunjukkan

bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan saling terkait. Disamping itu juga

menunjukkan hirarki dan kewenangan dan tata hubungan laporan. Struktur

organisasi SAMSAT Kota Makassar adalah sebagai berikut:

Page 58: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

46

GAMBAR 4.1

STRUKTUR ORGANISASI UPDT SAMSAT KOTA MAKASSAR

d. Uraian Tugas dalam Organisasi SAMSAT Kota Makassar

Uraian tugas dalam organisasi SAMSAT Kota Makassar adalah sebagai

berikut:

a. Kepala UPTD

Melaksanakan sebagian tugas teknis operasional dinas dalam bidang

menjalankan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh kepala dinas. Dalam

melaksanakan tugas pokoknya, kepala UPTD mempunyai 6 fungs, yaitu

sebagai berikut.

1. Pengordinasian pelaksanaan kegiatan.

2. Pengelolaan urusan umumdan administrasi kepegawaian.

3. Pengelolaan pendapatan.

4. Pengordinasian dan penyusunan program serta pengolaan dan

penyajian data.

5. Pengelolaan dan pembinaan organisasi dan tatalaksana.

KA. UPTD

SEKSI PENDAPATAN DAN PENETAPAN

SUB BAGIAN TATA USAHA

SEKSI PENAGIAN & PENERIMAAN

Page 59: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

47

6. Pelaksanaan tugas kedinasaan lain sesuai dengan bidang usahanya.

b. Kepala Sub Bagian tata usaha

Melakukan administrasi ketatausahaan, koordinasi dan pengendalian,

monitoring, dan evaluasi, dan pengukuran kinerja lingkup UPTD pada

Dinas Pendapatan Daerah serta penyusunan laporan. Kepala Sub bagian

tata usaha mempunyai fungsi sebagai berikut.

1. Menyusun rencana kegiatan tatausaha dan mendistribusikan serta

mengevaluasi pelaksanaan tugas kepada bawahan.

2. Melaksanakan urusan administrasi kepagawaian, organisasi dan

tatalaksana.

3. Melaksanakan urusan administrasi umum dan rumah tangga.

4. Melaksanakan urusan penyusunan laporan UPTD.

5. Melaksanakan penatausahan keuangan.

6. Melaksanakan urusan dokumentasi perkantoran.

c. Kepala seksi pendataan dan penetapan

Melaksanakan sebagian tugas UPTD dalam bidang pendataan dan

penetapan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan lainnya. Dan

dalam pelaksanaan tugas pokok tersebut, kepala seksi pendataan dan

penetapan mempunyai beberapa fungsi, yaitu:

1. Menyampaikan surat ketetapan kepada wajib pajak dan retribusi.

2. Menyelenggarakan inventarisasi data potensi obyek dan subyek pajak

daerah, penetapan dan penginventarisasian wajib pajak yang tidak

memenuhi kewajiban tepat waktu.

3. Membuat laporan hasil pendataan dan penetapan setiap bulannya.

d. Seksi penagihan dan penerimaan

Page 60: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

48

Melaksanakan sebagian tugas UPTD didalam bidang penagihan dan

penerimaan. Yang dimaksud dalam tugas pokok seksi penagihan dan

penerimaan sebagai berikut.

a. Melaksanakan penagihan dan penerimaan pajak daerah, retribusi

daerah dan pendapatan lainnya.

b. Menyiapkan surat penagihan dan surat tegur terhadap wajib pajak yang

tidak memenuhi kewajiban tepat waktu.

c. Membuat laporan pelaksanaan penagihan dan penerimaan setiap

bulannya.

d. Melaksanakan tugas operasional pemeriksaan pelunasan pajak

kendaraan bermotor (PKB) dan Beabalik Nama Kendaraan Bermotor

(BBN KB) dijalan raya bekerja sama dengan instansi terkait.

SAMSAT Kota Makassar sebagai suatu organisasi merupakan suatu

kesatuan kerja yang dikordinasikan secara sadar, dengan suatu batasan

relatif jelas, yang berfungsi secara teratur dalam rangka mencapai suatu

tujuan. Organisasi merupakan suatu kumpulan orang yang dikelompokkan

dalam suatu kerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Pengelompokkan

orang-orang tersebut di dasarkan kepada prinsip-prinsip pembagian kerja,

peranan dan fungsi, hubungan, prosedur, aturan, standar kerja, tanggung

jawab, dan otoritas tertentu. Wujud pengelompokan tersebut dapat diamati

dari struktur dan hirarki, karena itu menyusun suatu struktur sering

didefinisikan dengan membuat desain organisasi dalam mencapai tujuan

yang telah ditetapkan.

Page 61: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

49

2. Karakteristik Responden

Karakteristik responden yaitu menguraikan deskripsi identitas responden

menurut sampel peneltian yang telah ditetapkan. Tujuannya yaitu untuk

memberikan gambaran yang menjadi sampel dalam penelitian ini.

Karakteristik responden dikelompokkan menurut jenis kelamin, tingkat usia,

tingkat pendidikan dan masa kerja. Berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan pada kantor Samsat Kota Makassar, maka dapat dilihat dalam

tabel berikut:

Tabel 4.1

Jenis Kelamin Responden

Jenis_Kelamin

Frequency Percent

Valid LAKI-LAKI 73 73.0

PEREMPUAN 27 27.0

Total 100 100.0

Sumber : Hasil Olah Data SPSS Versi 22, 2020

Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa karakteritisk responden berdasarkan

jenis kelamin, untuk jenis kelamin laki-laki berjumlah 73 orang dengan

persentase sebesar 73.0 %, sedangkan untuk jenis kelamin perempuan

berjumlah 27 orang dengan persentase 27,0 % dari data tersebut dapat

disimpulkan bahwa yang dominan adalah Laki-laki.

Page 62: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

50

Tabel 4.2

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Umur

Frequency Percent

Valid 20-25 TAHUN 23 23.0

26-30 TAHUN 30 30.0

>30 TAHUN 47 47.0

Total 100 100.0

Sumber : Hasil Olah Data SPSS Versi 22, 2020

Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa karateristik responden berdasarkan

usia. Untuk responden usia 20-25 tahun berjumlah 23 orang tingkat

persentase sebesar 23,0 %, untuk usia 26-30 tahun berjumlah 30 orang

dengan persentase 30.0 %, sedangkan untuk usia >30 tahun berjumlah 47

orang tingkat persentase 47,0 % dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa

data yang dominan yaitu >30 tahun, hal ini disebabkan karena pada usia

tersebut merupakan usia yang paling tertua dan memiliki pekerjaan terlebih

dahulu..

Tabel 4.3

Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan

Frequency Percent

Valid Karyawan/PNS 58 58.0

TNI/Polri 24 24.0

Wirausaha 18 18.0

Total 100 100.0

Berdasarkan tabel 4.3 menjelaskan bahwa rata-rata tingkat

pekerjaan yaitu karyawan/PNS berjumlah 58 orang dengan tingkat

persentase 58,0 %, untuk status pekerjaan TNI/POLRI berjumlah 24

Page 63: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

51

orang dengan tingkat persentase 24,0 %, sedangkan untuk status

pekerjaan Wirausaha berjumlah 18 orang dengan persentase 18,0 %.

dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa data yang dominan

dengan status pekerjaan adalah karyawan/PNS.

3. Deskriptif Data Atas Variabel Penelitian

Variabel penelitian terdiri dari 2 (dua) yaitu: variabel independent yaitu

Penerapan Pajak Progresif (X), dan variabel dependent yaitu Kepatuhan

Pajak (Y). Survey ini menggunakan skala pengukuran dengan skala Likert

dengan bobot tertinggi disetiap pertanyaan adalah 5 (lima) dan bobot

terendah adalah 1 (satu) dengan jumlah responden sebanyak 100 orang.

a. Deskripsi Variabel Penerapan Pajak Progresif (X)

Adapun deskripsi data tanggapan responden mengenai Penerapan Pajak

Progresif pada Kantor Samsat Kota Makassar dapat dilihat pada tabel 4.4

sebagai berikut:

Tabel 4.4

Deskripsi Variabel Penerapan Pajak Progresif (X)

Pernyataan

Frekuensi Jawaban Responden (F) & Persentase (%) Rerata (Mean)

STS (1) TS (2) N (3) ST (4) SS (5)

F % F % F % F % F %

X111 0 0.00 3 3.00 28 28.00 56 56.00 13 13.00 3.79

X112 0 0.00 4 4.00 36 36.00 50 50.00 10 10.00 3.66

X113 0 0.00 0 0.00 32 32.00 60 60.00 8 8.00 3.76

Nilai Rata-Rata Tanggapan Responden (X11) 3.73

X121 0 0.00 0 0.00 33 33.00 54 54.00 13 13.00 3.80

X122 0 0.00 2 2.00 29 29.00 58 58.00 11 11.00 3.78

X123 0 0.00 2 2.00 35 35.00 54 54.00 9 9.00 3.70

Nilai Rata-Rata Tanggapan Responden (X12) 3.76

X131 0 0.00 2 2.00 31 31.00 56 56.00 11 11.00 3.76

X132 0 0.00 3 3.00 34 34.00 47 47.00 16 16.00 3.76

X133 0 0.00 2 2.00 29 29.00 53 53.00 16 16.00 3.83

Nilai Rata-Rata Tanggapan Responden (X13) 3.78

Page 64: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

52

Nilai Rata-Rata Tanggapan Responden Pada Variabel (X) 3.76

Tanggapan responden yang tertinggi nilainya dibuktikan melalui

indikator (X13) dengan nilai rerata sebesar 3,78, untuk nilai rerata tertinggi

kedua dalam menjelaskan indikator (X12) dengan nilai rerata sebesar

3,76, dan untuk nilai rerata terendah ditunjukkan pada indikator (X11)

dengan nilai rerata sebesar 3,73 hasil deskripsi tersebut menyatakan jika

penerapan pajak progresif diterapkan dengan baik, maka perilaku bagi

pengendara bermotor juga akan baik, sebagai contoh prosedur

pelayanan pembayaran pajak kendaraan bermotor.

b. Deskripsi Variabel Kepatuhan Wajib Pajak (Y)

Adapun deskripsi data tanggapan responden mengenai Penerapan Pajak

Progresif pada Kantor Samsat Kota Makassar dapat dilihat pada tabel 4.5

sebagai berikut :

Tabel 4.5

Deskripsi Variabel Kepatuhan Wajib Pajak (Y)

Pernyataan

Frekuensi Jawaban Responden (F) & Persentase (%) Rerata (Mean

) STS (1) TS (2) N (3)

ST (4)

SS (5)

F % F % F % F % F %

Y111 0

0.00 1

1.00

31

31.00 54

54.00

14

14.00 3.81

Y112 0

0.00 6

6.00

39

39.00 45

45.00

10

10.00 3.59

Y113 0

0.00 1

1.00

33

33.00 54

54.00

12

12.00 3.76

Nilai Rata-Rata Tanggapan Responden (Y11) 3.72

Y121 0

0.00 2

2.00

35

35.00 52

52.00

11

11.00 3.72

Y122 0

0.00 4

4.00

23

23.00 58

58.00

15

15.00 3.83

Y123 0

0.00 1

1.00

38

38.00 46

46.00

15

15.00 3.75

Nilai Rata-Rata Tanggapan Responden (Y12) 3.76

Nilai Rata-Rata Tanggapan Responden Pada Variabel Kepuasan Kerja (Y) 3.74

Page 65: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

53

Tanggapan responden yang tertinggi nilainya dibuktikan melalui

indikator (Y12) dengan nilai rerata sebesar 3,76, untuk nilai rerata terendah

dalam menjelaskan indikator (X11) dengan nilai rerata sebesar 3,72, hasil

menujukkan bahwa responden yang tertinggi adalah indicator (X11). Hasil

ini menjelaskan bahwa kepatuhan wajib pajak itu sangat penting bagi

pemilik kendaraan bermotoritu sendir, kemudian pihak kantor Samsat

juga harus memberikan pelaan dengan baik, tujuannya adalah agra wajjib

pajak merasa nyaman dengan apa yang diberikan oleh samsat dan

memberikan penghargaan terhadap pemilik kendaraan dengan

mengucapkan terima kasih.

4. Hasil Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Uji instrument penelitian digunakan untuk menguji tingkat keakuratan

data dalam pengujian hipotesis. Sehingga dalam uji instrument diterapkan

uji validitas dan reliabilitas.

a. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk menguji validasi data yang merupakan

suatu ukuran yang menujukkan tingkat keandalan atau kesahilan alat

ukur. Validasi data dalam suatu penelitian dilakukan dengan teknis

analisis item, yaitu dengan cara mengkolerasi skor tiap-tiap item

pernyataan dengan total skor untuk masing-masing variabel. Suatu

indikator dikatakan valid jika nilai person correlation (r = >0.30) dan tingkat

signifikansnya (α = < 0.05).

Page 66: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

54

Untuk mengetahui valid tidaknya pernyataan-pernyataan yang

digunakan dalam penelitian ini, maka hasil pengujian validitas dapat di

lihat pada tabel 4.9 yaitu :

Tabel 4.6

Uji validitas untuk variabel (X)

Indikator Variabel

Corellation Sig Batas Minimal Correlasi

Keterangan

X11 0.828 0.000 0.30 Valid

X12 0.880 0.000 0.30 Valid

X13 0.861 0.000 0.30 Valid

Sumber : hasil olah data SPSS versi 22 (2020)

Berdasarkan pada tabel 4.7 menujukkan bahwa semua indikator dari

variabel kepemimpinan transformasional mempunyai nilai correlation

>0.30 dan signifikan <0.05 sehingga demikian dapat dikatakan bahwa

semua indikator dari penerapan pajak progresif yang dipergunakan dalam

penelitian ini memiliki validitas yang layak dan signifikan.

Tabel 4.7

Uji validitas untuk variabel (Y)

Indikator Variabel

Corellation Sig Batas Minimal Correlasi

Keterangan

Y11 0.864 0.000 0.30 Valid

Y12 0.846 0.000 0.30 Valid Sumber : hasil olah data SPSS versi 22 (2020)

Berdasarkan pada tabel 4.7 menujukkan bahwa semua indikator dari

variabel motivasi kerja mempunyai nilai correlation > 0.30 dan signifikan

<0.05 sehingga dengan demikian dapat dikatakan bahwa semua indikator

dari kepatuhan wajib pajak yang dipergunakan dalam penelitian ini

memiliki validitas yang layak dan signifikan.

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dipakai untuk mengukur keandalan suatu instrument

yang digunakan untuk memprediksi, pada penelitian ini digunakan

Page 67: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

55

koefisien standar Alpha Croncbach = > 0,60. Pengujian reliabilitas dalam

penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.8

Tabel 4.8

Pengujian reliablitas variabel peneltian

Variabel Penelitian

Cronbach's Alpha

Batas Minimal Cronbach's

Alpha Keterangan

Penerapan Pajak Progresif (X)

0.817 0.60 Realible

Kepatuhan Wajib Pajak (Y) 0.632 0.60 Realible

Sumber : hasil olah data SPSS versi 22 (2020)

Pada tabel 4.8 menujukkan bahwa variabel Penerapan Pajak Progresif

(X) memiliki nilai Cronbach’s alpha 0.817 > 0.60, dan variabel Kepatuhan

Wajib Pajak (Y) memiliki nilai cronbach’s alpha 0.632 > 0.60 Sehingga

dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa ke dua variabel dalam

penelitian ini yang terdiri dari pernyataan memenuhi standar realibilitas.

5. Hasil Uji Asumsi Klasik

Sebuah model regresi dikatakan baik sebagai model empirik jika telah

memenuhi serangkaian pengujian asumsi klasik. Uji asumsi klasik dalam

penelitian ini yaitu:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mendeteksi untuk mengetahui model

terebut memiliki distribusi normal. Dapat dilakukan dengan menggunakan

analisis Kolmogorov-Smirnov (K-S). Jika nilai signifikan uji Kolmogorov-

Smimov > 0.05 berarti data terdistribusi normal.

Tabel 4.9

Hasil Uji Normalitas Data

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Page 68: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

56

Unstandardiz

ed Residual

N 100

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std.

Deviation .36760440

Most Extreme

Differences

Absolute .083

Positive .083

Negative -.058

Test Statistic .083

Asymp. Sig. (2-tailed) .087c

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction. Sumber : hasil olah data SPSS versi 22 (2020)

Berdasarkan tabel 4.9, menjelaskan bahwa nilai test statistic yaitu

0.083 > 0.05 serta nilai signifikansi yaitu 0.87 > 0.05, maka dapat

disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini terdistribusi normal.

Berdasarkan pengujian normalitas pada tabel 4.10, hasil pengujian

normalitas lainnya dapat dilihat pada gambar 4.2 dibawah ini:

Gambar 4.1 Hasil Pengujian Normal P-P Plot

Sumber: hasil olah data SPSS versi 22 (2020)

Page 69: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

57

Pada gambar 4.2 menunjukkan bahwa terlihat titik-titik menyebar

disekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah g aris

diagonal hal ini menunjukkan bahwa model tegresi layak dipakai karena

asumsi normalitas terpenuhi.

b. Uji Heterokedastisitas

Menurut Ghozali ( 2012 : 139) uji heterosdastisitas bertujuan

menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari

residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari

residul satu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka disebut

heteroskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Hasil uji

heteroskedastisitas dapat diliat pada gambar dibawah ini:

Tabel 5.10

Hasil uji Heterokedastisitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) .139 .177 .782 .436

PENERAPAN

PAJAK

PROGRESIF

.040 .047 .086 .858 .393

Sumber : hasil olah data SPSS versi 22 (2020)

Berdasarkan hasil tabel diatas menunjukkan variabel Penerapan Pajak

Progresif memiliki nilai sig 0,393 > 0,05. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan

bahwa variabel yang di uji tidak terjadi heterokedastisitas, sehingga model

regresi yang dilakukan layak dipakai.

Page 70: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

58

A. PEMBAHASAN

1. Analisis Data Penelitian

a. Analisis statistik deskriptif

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan atau

memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau

populasi. Penjelasan data melalui statistik deskriptif diharapkan memberikan

gambaran awal tentang masalah yang diteliti. Hasil analisis statistik deskriptif

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.11

Statistik deskriptif variabel

Descriptive Statistics

N

Minimu

m

Maxim

um Mean

Std.

Deviation

PENERAPAN PAJAK

PROGRESIF 100 2.78 5.00 3.7604 .48179

KEPATUHAN WAJIB

PAJAK 100 2.83 5.00 3.7469 .50166

Valid N (listwise) 100

Sumber : hasil olah data SPSS versi 22 (2020)

Hasil analisis statistic deskriptif pada tabel 5.11 dapat dijelaskan sebagai

berikut:

a) Penerapan Pajak Progresif (X)

Penerapan Pajak Progresif dalam penelitian ini menujukan nilai mean

yaitu 3.7604 dan nilai standar deviasi yaitu 0,48197 dari hasil tesebut

memberikan penjelasan nilai mean > dari nilai standar deviasi sehingga

dapat disimpulkan bahwa tingkat variabel Penerapan Pajak Progresif dalam

penelitian ini baik digunakan sebagai representasi data.

Page 71: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

59

b) Kepatuhan Wajib Pajak (Y)

Kepatuhan Wajib Pajak dalam penelitian ini menujukan nilai mean yaitu

3.7469 dan nilai standar deviasi yaitu 0,50166, dari hasil tesebut

memberikan penjelasan nilai mean > dari nilai standar deviasi sehingga

dapat disimpulkan bahwa tingkat variabel Kepatuhan Wajib Pajak dalam

penelitian ini baik digunakan sebagai representasi data.

b. Hasil Analisis Regresi Linear Sederhana

Pada penelitian ini regresi linear sederhana digunakan untuk

mengetahui pengaruh antara variabel bebas leverage terhadap variabel

terikat nilai perusahaan. Maka untuk mengetahui nilai persamaan regresi

dipergunakan tabel berikut :

Tabel 5.12

Hasil Analisis Regresi Linear Sederhana

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B

Std.

Error Beta

1 (Constant) 1.083 .292 3.705 .000

PENERAPAN

PAJAK

PROGRESIF

.709 .077 .680 9.193 .000

a. Dependent Variable: KEPATUHAN WAJIB PAJAK

Sumber : hasil olah data SPSS versi 22 (2020)

Dari tabel 5.12 diatas, dengan memperhatikan angka yang berada

pada kolom Unstandardized Coefficients Beta, maka dapat dilihat hasil

perhitungan program SPSS 22 di diketahui persamaan regresi berganda

adalah sebagai berikut:

Page 72: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

60

Y = a + bX

Y = 1.083 + 0,709

Y = Kepatuhan Wajib Pajak

X = Penerapan Pajak Progresif

a = Bilangan konstanta regresi untuk X = 0 (nilai y pada saat x nol)

b = Koefisien arah regeresi yang menunjukkan angka peningkatan

atau penurunan variabel Y bila bertambah atau berkurang 1 unit.

Setelah nilai a dan b ditemukan, maka persamaan regresi linier

sederhana dapat disusun.Persamaan regresi yang telah ditemukan dapat

digunakan untuk melakukan prediksi dalam variabel independen.

Persamaan regresi diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :

1) Berdasarkan persamaan diatas Angka konstanta sebesar 1.083

menyatakan jika Penerapan Pajak Progresif (X) konstan atau sama

dengan nol (0), maka besarnya Kepatuhan wajib pajak (Y) nilainya

sebesar 1.083.

2) Koefisien Penerapan Pajak Progresif (X) sebesar 0,709 menyatakan

bahwa setiap penambahan 1% Penerapan Pajak Progresif, maka

akan meningkatkan Kepatuhan wajib pajak (Y) sebesar 1.083 pada

saat variabel lainnya tidak berubah (konstan).

2. Hasil Pegujian Hipotesis

a. Uji Statistik T (Uji Parsial)

Uji parsial (t test) dimaksudkan untuk melihat apakah variabel

bebas (independen) secara individu mempunyai pengaruh terhadap

variabel terikat (dependen), dengan asumsi variabel bebas lainnya

konstan (Sujarweni, 2012: 93). Apabila nilai signifikan <0,05 maka

secara individu variabel independen mempengaruhi variabel

dependen secara signifikan. Sedangkan apabila nilai signifikan >0,05

Page 73: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

61

maka variable independen secara individu tidak mempengaruhi

variable dependen secara signifikan. Selain itu juga dengan

membandingkan thitung dengan ttabel dengan kriteria sebagai berikut.

1. Jika thitung > ttabel, maka H0 ditolak

2. Jika thitung < ttabel, maka H0 diterima

Hasil analisis uji t dapat diketahui pada tabel berikut ini.

Tabel 5.13

Hasil Statistik Uji T (Uji Parsial)

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B

Std.

Error Beta

1 (Constant) 1.083 .292 3.705 .000

PENERAPAN

PAJAK

PROGRESIF

.709 .077 .680 9.193 .000

a. Dependent Variable: KEPATUHAN WAJIB PAJAK

Sumber : hasil olah data SPSS versi 22 (2020)

Berdasarkan tabel 5.13 diatas maka Penjelasan hasil uji t untuk

masing-masing variabel bebas adalah Pengaruh Penerapan Pajak Progresif

terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Kriteria pengujian t pada table 5.13 di atas

Nilai t-hitung Penerapan Pajak Progresif sebesar 9.193 dan signifikan pada

tingkat kepercayaan (α=0,05), p-value sebesar 0,000 < 0,05. Nilai t-tabel pada

α=0,05, sehingga diperoleh nilai t-tabel 1.984. Nilai t-hitung 9.193 > t-tabel 1.984.

Hal ini memberikan bukti bahwa hipotesis yang diajukan diterima bahwa

Penerapan Pajak Progresif berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar pajak kendaraan bermotor .

c. Koefisien Determinasi (R2)

Page 74: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

62

Koefisien Determinan (R2) digunakan untuk mengetahui kontribusi

variabel bebas dalam menjelaskan variabel terikat. Semakin besar nilai

koefisien determinasi, maka menunjukkan semakin besar pula pengaruh

variabel independen terhadap variabel dependen. Nilai R2 yang kecil berarti

kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi

variabel dependen amat terbatas. Nilai R2 yang mendekati satu berarti

variabel – variabel independen memberikan hampir semua informasi yang

dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Hasil uji koefisien

determinasi (R2) dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.14

Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

Model Summaryb

Model R

R

Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .680a .463 .458 .36948

Sumber : hasil olah data SPSS versi 22 (2020)

Berdasarkan pada table 5.14 diatas bahwa uji koefisien determinasi

(R2) sebesar 0.680 atau 68,00% yang berarti bahwa hubungan antar variabel

independen yaitu Penerapan pajak progresif terhadap variabel dependen

yaitu Kepatuhan wajib pajak memiliki hubungan yang dalam kategori

sedang. Nilai R Square sebesar 0.463 atau 46,30% Hal ini mengartikan

bahwa Kepathan wajib pajak (Y) dapat dijelaskan oleh Penerapan pajak

progresif sedangkan 53,70% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang

mempengaruhi Kepatuhan wajib pajak yang berada diluar model penelitian.

Page 75: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

63

3. Interpretasi Hasil Penelitian

Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan dengan menggunakan

teknik analisi regresi linear sederhana untuk memperoleh gambaran yang

menyeluruh mengenai pengaruh variabel independen terhadap variabel

dependen. Maka diperoleh hasil sebagi berikut:

Penerapan Pajak Progresif dalam penelitian ini menujukan nilai mean

yaitu 3.7604 dan nilai standar deviasi yaitu 0,48197 dari hasil tesebut

memberikan penjelasan nilai mean > dari nilai standar deviasi sehingga

dapat disimpulkan bahwa tingkat variabel Penerapan Pajak Progresif dalam

penelitian ini baik digunakan sebagai representasi data.

Kepatuhan Wajib Pajak dalam penelitian ini menujukan nilai mean yaitu

3.7469 dan nilai standar deviasi yaitu 0,50166, dari hasil tesebut

memberikan penjelasan nilai mean > dari nilai standar deviasi sehingga

dapat disimpulkan bahwa tingkat variabel Kepatuhan Wajib Pajak dalam

penelitian ini baik digunakan sebagai representasi data.

Hasil analisis statistik untuk hipotesis menunjukkan bahwa variabel

Penerapan pajak progresif dengan nilai t-hitung 9.193 > t-tabel 1.984 dengan

nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05. Dapat disimpulkan

bahwa secara parsial Penerapan pajak progresif (X) berpengaruh positif dan

signifikan terhadap Kepatuhan wajib pajak (Y) pada kantor Samsat kota

Makassar.

Hasil penelitian ini di dukung oleh dengan penelitian yang dilakukan

Komang Yunita Sari (2017) mendapatkan hasil bahwa Penerapan pajak

progresif berpengaruh positif terhadap perilaku konsumtif wajib pajak dalam

pembelian kendaraan bermotor. Artinya Penerapan pajak progresif yang

Page 76: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

64

telah diterapkan ternyata sangat efektif untuk meningkatkan kepatuhan wajib

pajak dalam membayar pajak kendaraan bermotor, serta wajib pajak dalam

memenuhi kewajiban pembayaran pajak sangat diharapkan. kepatuhan

wajib pajak dalam membayar pajak merupakan posisi strategis dalam

peningkatan penerimaan pajak. pendapat ini didasarkan atas pandangan

bahwa jika tingkat kepatuhan tinggi maka penerimaan pajak juga tinggi.

Page 77: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

65

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Penerimaan wajib pajak kendaraan bermototor setiap tahunnya mengalami

peningkatan yang cukup signifikan maka peranan pajak progresif memberikan

pengaruh positif terhadap pendapatan asli daerah kota makassar terutama

pada penerimaan pajak kendaraan bermotor.

2. maka dapat di simpulkan bahwa secara parsial penerapan pajak progresif

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam

membayar pajak kendaraan bermotor pada Samsat kota Makassar.

3. Hal ini ditunjukkan dari hasil perhitungan yaitu nilai t-hitung 9.193 lebih besar

dari t-tabel 1984 ( 9.193 > 1.984), dan nilai signifikan yaitu 0.000 lebih kecil dari

0.05 (0.000 < 0.05) sehingga dapat di simpulkan hipotesis di terima.

B. Saran

Penelitian ini masih membutuhkan beberapa item perbaikan untuk

dilakukan pada penelitian-penelitian selanjutnya yang memiliki keterkaitan

dengan objek penelitian yang sejenis sehingga dapat menjadikan penelitian ini

lebh baik. Adapun beberapa saran perbaikan yaitu sebagai berikut:

1. Bagi kantor Samsat Makassar Diperlukan adanya sosialisasi ataupun

edukasi pajak terhadap wajib pajak secara rutin dalam meningkatkan

penerapan pajak progresif dan kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor.

2. Bagi pemerintah Kota Makassar sebagaiknya mengeluarkan suatu

kebijakan yang dapat mengendalkan pertumbuhan kepemilikan kendaraan

bermotor pada kota makassar. Dapat dilakukan dengan membuat alternatif

kebijakan diantaranya pembatasan usia kendaraan bermotor,

Page 78: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

66

pengendalian produksi kendaraan bermotor guna mengurangi tingkat

kemacetan.

3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti faktor-faktor lain dapat

mempengaruhi kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor seperti

kesadaran wajib pajak, sangsi denda, dll.

Page 79: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

67

DAFTAR PUSTAKA

Admin, 2016. Dispenda Sulsel Target Pendapatan Daerah Capai RP6,85 Triliun,

Daniel. Sulawesi Terapkan Pajak Progresif Kendaraan, (online) (http://makassar.antaranews.com/berita/35227/sulsel-terapkan-pajakprogresif-kendaraan ).

Mardiasmo. 2013. Perpajakan Edisi Revisi. Yogyakarta: Andi. Muhammad Djafar Saidi. 2010. Pembaruan Hukum pajak, Jakarta: Rajawali Pers.

Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Nomor 10 Tahun 2010 Peraturan Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan. Nomor 82 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pemungutan Pajak Progresif.

Rizki Mahesar, 2014. Kendaraan Bermotor roda Dua. Artikel. Siahaan, marihot P. 2010. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Edisi revisi.

Jakarta: Rajawali pers. Siti Kurnia Rahayu, 2010. Perpajakan Indonesia: Konsep dan aspek formal,

Yogyakarta. Soemitro, Rocmat. 2011. Asas dan Dasar Perpajakan. Rafika Aditima, Bandung

Tentang Pajak Daerah. Peraturan Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan. Nomor 141 tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksanaan Teknis Dinas (UPTD) Pada Dinas Pendapatan Daerah Sulawesi Selatan.

Waluyo 2010. Perpajakan Indonesia, Edis (online)

(http://www.jurnalpost.com/2016-dispenda-sulsel-target-penepatandaerah-capai-rp685-triliun/1222/).

Page 80: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

68

LEMBAR KUESIONER

Responden yang terhormat

Saya adalah mahasiswi fakultas Ekonomi Dan Bisnis Jurusan Akuntansi

Universitas Muhammadiya Makassar yang sedang melakukan penlitian tentang

“Pengaruh penerapan pajak progresif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam

membayar pajak kendaraan bermotor pada Samsat kota Makassar”. Dalam

rangka pengumpulan data untuk sebuah penelitian dan kepentingan ilmiah, saya

mohon partisipasi dan kesediaan sdr/sdri menjawabnya dengan sejujurnya dan

sebaik-baiknya saya mengucapkan terima kasih.

Indentitas Responden :

No. responden :

Jenis Kelamin :

Umur :

Jenis Pekerjaan :

Keterangan :

STS (1) : Sangat Tidak Setuju

TS (2) : Tidak Setuju

KS (3) : Kurang Setuju

S (4) : Setuju

SS (5) : Sangat Setuju

Cara Pengisian Kuesioner :

c) Isilah kuesioner ini dengan tanda (√) pada kolom yang tersedia

d) Setiap pernyataan membutuhkan satu jawaban saja

e) Setelah selesai melakukan pengisian , mohon kuesioner dikembalikan

kembali

Page 81: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

69

c. Penerapan pajak progresif (X)

NO PERNYATAAN STS TS KS S SS

Tarif PKB

1 Bapak ibu mengetahui membayar PKB perlu

dilakukan untuk pembayaran daerah

2 Bapak/Ibu membayar PKB dengan sukarela

3 Tarif dalam PKB sangat di perlukan bagi

masyarakat

Undang-Undang PKB

1 Bapak/ibu mengetahui bahwa terdapat Undang-

Undang yang mengatur ketentuan pajak kendaraan

bermotor (PKB)

2 Bapak/Ibu memahami bahwa kewajban perpajakan

harus dilakukan sesuai dengan ketentuan yang

berlaku

3 Pajak bersifat memaksa sehingga apabila terjadi

pelanggaran maka akan dikenakan sanksi

Dasar Penanganan PKB

1 Penanganan PKB sangat di perlukan untuk

kepentingan masyarakat

2 Masyarakat wajib mengetahui bagaimana cara

membayar pajak dengan benar

3 Memiliki system informasi cara membuat

penanganan data pajak kendaraan bermotor

Page 82: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

70

d. Kepatuhan wajib pajak (Y)

NO PERNYATAAN STS TS KS S SS

Tepat waktu dalam pembayaran pajak

1 Saya sering membayar pajak tepat pada waktunya

2 saya selalu membayar kekurangan pajak yang ada

sebelum pemeriksaan

3 Saya sering membayar pajak kendaraan bermotor

sebelum jatuh tempo

Tidak melakukan penundaan dengan sengaja

1 Saya sering lupa waktu jatuh tempo pembayaran

pajak kendaraan bermotor

2 Saya sering tidak sengaja melewati batas waktu

pembayaran pajak kendaraan bermotor

3 Saya sering terlambat membayar pajak kendaraan

bermotor di karenakan sibuk dengan pekerjaan

Page 83: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

71

Tabel Tabulasi Identitas Responden

No Jenis Kelamin Umur Kode Pekerjaan Kode

1 1 20-25 Tahun 1 Karyawan/PNS 1

2 1 26-30 Tahun 2 TNI/Polri 2

3 1 >30 Tahun 1 TNI/Polri 2

4 1 >30 Tahun 1 TNI/Polri 2

5 1 >30 Tahun 1 TNI/Polri 2

6 1 20-25 Tahun 1 Karyawan/PNS 1

7 1 20-25 Tahun 1 Karyawan/PNS 1

8 1 20-25 Tahun 1 Karyawan/PNS 1

9 1 >30 Tahun 3 Karyawan/PNS 1

10 1 >30 Tahun 3 TNI/Polri 2

11 1 >30 Tahun 3 Karyawan/PNS 1

12 1 >30 Tahun 3 TNI/Polri 2

13 1 >30 Tahun 3 TNI/Polri 2

14 1 26-30 Tahun 2 Karyawan/PNS 1

15 1 26-30 Tahun 2 Karyawan/PNS 1

16 1 26-30 Tahun 2 Karyawan/PNS 1

17 1 26-30 Tahun 2 Karyawan/PNS 1

18 1 26-30 Tahun 2 Karyawan/PNS 1

19 1 26-30 Tahun 2 Karyawan/PNS 1

20 1 26-30 Tahun 2 TNI/Polri 2

21 1 26-30 Tahun 2 TNI/Polri 2

22 1 26-30 Tahun 2 TNI/Polri 2

23 1 >30 Tahun 3 Karyawan/PNS 1

24 1 >30 Tahun 3 Karyawan/PNS 1

25 1 >30 Tahun 3 Karyawan/PNS 1

26 1 >30 Tahun 3 Karyawan/PNS 1

27 1 >30 Tahun 3 Karyawan/PNS 1

28 1 20-25 Tahun 1 Karyawan/PNS 1

29 1 20-25 Tahun 1 Karyawan/PNS 1

30 1 20-25 Tahun 1 Karyawan/PNS 1

31 1 20-25 Tahun 1 Karyawan/PNS 1

32 1 20-25 Tahun 1 Karyawan/PNS 1

33 1 20-25 Tahun 1 Karyawan/PNS 1

34 1 >30 Tahun 3 Karyawan/PNS 1

35 1 >30 Tahun 3 TNI/Polri 2

36 1 >30 Tahun 3 TNI/Polri 2

37 1 >30 Tahun 3 TNI/Polri 2

Page 84: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

72

38 1 >30 Tahun 3 TNI/Polri 2

39 1 20-25 Tahun 1 Karyawan/PNS 1

40 1 20-25 Tahun 1 Karyawan/PNS 1

41 1 20-25 Tahun 1 Karyawan/PNS 1

42 1 >30 Tahun 3 Karyawan/PNS 1

43 1 >30 Tahun 3 Karyawan/PNS 1

44 1 >30 Tahun 3 Karyawan/PNS 1

45 1 >30 Tahun 3 Karyawan/PNS 1

46 1 26-30 Tahun 2 Karyawan/PNS 1

47 1 26-30 Tahun 2 TNI/Polri 2

48 1 >30 Tahun 3 TNI/Polri 2

49 1 >30 Tahun 3 Wirausaha 3

50 1 >30 Tahun 3 Wirausaha 3

51 1 20-25 Tahun 1 Karyawan/PNS 1

52 1 20-25 Tahun 1 Karyawan/PNS 1

53 1 20-25 Tahun 1 Karyawan/PNS 1

54 1 26-30 Tahun 2 Karyawan/PNS 1

55 1 26-30 Tahun 2 Wirausaha 3

56 1 26-30 Tahun 2 Wirausaha 3

57 1 26-30 Tahun 2 Karyawan/PNS 1

58 1 26-30 Tahun 2 Karyawan/PNS 1

59 1 26-30 Tahun 2 Wirausaha 3

60 1 26-30 Tahun 2 Karyawan/PNS 1

61 1 26-30 Tahun 2 Karyawan/PNS 1

62 1 >30 Tahun 3 Karyawan/PNS 1

63 1 >30 Tahun 3 Karyawan/PNS 1

64 1 >30 Tahun 3 TNI/Polri 2

65 1 >30 Tahun 3 TNI/Polri 2

66 1 >30 Tahun 3 Wirausaha 3

67 1 >30 Tahun 3 Wirausaha 3

68 1 >30 Tahun 3 Wirausaha 3

69 1 >30 Tahun 3 Wirausaha 3

70 1 >30 Tahun 3 TNI/Polri 2

71 1 >30 Tahun 3 TNI/Polri 2

72 1 >30 Tahun 3 Karyawan/PNS 1

73 1 >30 Tahun 3 Karyawan/PNS 1

74 2 20-25 Tahun 1 Karyawan/PNS 1

75 2 20-25 Tahun 1 Karyawan/PNS 1

76 2 20-25 Tahun 1 Karyawan/PNS 1

Page 85: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

73

77 2 >30 Tahun 3 Karyawan/PNS 1

78 2 >30 Tahun 1 Wirausaha 3

79 2 >30 Tahun 3 Wirausaha 3

80 2 >30 Tahun 3 Wirausaha 3

81 2 >30 Tahun 3 Karyawan/PNS 1

82 2 26-30 Tahun 2 Karyawan/PNS 1

83 2 26-30 Tahun 2 Karyawan/PNS 1

84 2 26-30 Tahun 2 Karyawan/PNS 1

85 2 26-30 Tahun 2 Wirausaha 3

86 2 26-30 Tahun 2 Wirausaha 3

87 2 26-30 Tahun 2 Karyawan/PNS 1

88 2 26-30 Tahun 2 Karyawan/PNS 1

89 2 26-30 Tahun 2 Karyawan/PNS 1

90 2 26-30 Tahun 2 Karyawan/PNS 1

91 2 26-30 Tahun 2 Karyawan/PNS 1

92 2 >30 Tahun 3 Karyawan/PNS 1

93 2 >30 Tahun 3 TNI/Polri 2

94 2 >30 Tahun 3 TNI/Polri 2

95 2 >30 Tahun 3 TNI/Polri 2

96 2 >30 Tahun 3 TNI/Polri 2

97 2 >30 Tahun 3 Wirausaha 3

98 2 >30 Tahun 3 Wirausaha 3

99 2 >30 Tahun 3 Wirausaha 3

100 2 >30 Tahun 3 Wirausaha 3

Variabel (X)

X111 X112 X113 X11 X121 X122 X123 X12 X131 X132 X133 X13 X

5 4 4 4.33 4 3 3 3.33 4 4 3 3.67 3.78

4 4 5 4.33 5 5 5 5.00 4 5 4 4.33 4.56

4 2 3 3.00 4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 3.67

4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 3 2 2 2.33 3.44

5 4 4 4.33 4 3 3 3.33 4 4 3 3.67 3.78

4 4 3 3.67 4 4 4 4.00 4 4 3 3.67 3.78

4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 5 5 5 5.00 4.33

4 4 3 3.67 4 3 3 3.33 3 4 4 3.67 3.56

2 3 3 2.67 4 4 4 4.00 3 4 3 3.33 3.33

4 4 4 4.00 3 4 3 3.33 4 4 4 4.00 3.78

5 4 5 4.67 4 5 4 4.33 4 4 3 3.67 4.22

4 4 4 4.00 3 4 4 3.67 4 4 4 4.00 3.89

Page 86: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

74

3 3 4 3.33 4 3 3 3.33 4 3 5 4.00 3.56

4 3 4 3.67 3 4 4 3.67 3 3 4 3.33 3.56

3 2 3 2.67 3 3 3 3.00 4 3 3 3.33 3.00

4 4 3 3.67 4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 3.89

5 4 4 4.33 3 4 4 3.67 5 3 5 4.33 4.11

4 3 4 3.67 3 2 4 3.00 4 4 5 4.33 3.67

3 4 4 3.67 4 3 3 3.33 4 3 3 3.33 3.44

4 4 3 3.67 4 4 3 3.67 4 3 4 3.67 3.67

5 5 5 5.00 5 5 4 4.67 5 3 4 4.00 4.56

4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.00

4 5 4 4.33 4 4 4 4.00 4 5 4 4.33 4.22

4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.00

2 4 4 3.33 4 4 4 4.00 5 4 4 4.33 3.89

4 3 3 3.33 3 4 4 3.67 2 2 3 2.33 3.11

3 3 3 3.00 3 3 3 3.00 3 4 3 3.33 3.11

2 2 3 2.33 3 4 4 3.67 4 4 4 4.00 3.33

4 4 4 4.00 3 4 3 3.33 4 3 3 3.33 3.56

3 4 4 3.67 3 2 2 2.33 3 2 3 2.67 2.89

4 3 4 3.67 4 4 4 4.00 4 5 5 4.67 4.11

4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.00

3 3 3 3.00 3 3 3 3.00 3 3 3 3.00 3.00

4 3 4 3.67 3 5 4 4.00 3 3 2 2.67 3.44

4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.00

4 3 4 3.67 3 4 3 3.33 3 3 3 3.00 3.33

4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.00

3 3 3 3.00 3 3 3 3.00 3 3 3 3.00 3.00

3 3 3 3.00 3 3 3 3.00 3 3 3 3.00 3.00

3 3 4 3.33 4 4 2 3.33 3 4 3 3.33 3.33

3 3 3 3.00 3 3 3 3.00 3 3 3 3.00 3.00

5 5 5 5.00 5 5 5 5.00 5 5 5 5.00 5.00

4 4 4 4.00 4 4 3 3.67 4 3 4 3.67 3.78

3 3 3 3.00 3 3 3 3.00 3 3 3 3.00 3.00

4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.00

3 4 4 3.67 4 3 3 3.33 4 3 3 3.33 3.44

5 3 4 4.00 5 5 5 5.00 5 5 5 5.00 4.67

4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.00

3 4 4 3.67 4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 3.89

4 4 3 3.67 3 4 4 3.67 4 4 4 4.00 3.78

4 3 4 3.67 3 3 3 3.00 4 3 3 3.33 3.33

Page 87: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

75

3 2 3 2.67 3 3 3 3.00 2 3 3 2.67 2.78

4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 5 5 5 5.00 4.33

5 4 4 4.33 4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.11

3 3 4 3.33 4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 3.78

3 4 4 3.67 4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 3.89

3 3 3 3.00 3 3 3 3.00 3 3 3 3.00 3.00

4 3 3 3.33 3 3 3 3.00 3 3 3 3.00 3.11

4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 3 3 3 3.00 3.67

4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.00

4 3 3 3.33 3 3 3 3.00 4 3 4 3.67 3.33

4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.00

3 3 3 3.00 3 3 3 3.00 3 3 3 3.00 3.00

4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.00

4 4 3 3.67 3 3 3 3.00 4 4 5 4.33 3.67

4 3 3 3.33 3 3 3 3.00 3 3 3 3.00 3.11

4 3 3 3.33 3 3 3 3.00 4 3 4 3.67 3.33

3 4 4 3.67 4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 3.89

4 3 3 3.33 3 4 3 3.33 3 3 3 3.00 3.22

4 3 3 3.33 4 3 4 3.67 4 4 4 4.00 3.67

4 4 4 4.00 3 3 4 3.33 3 4 4 3.67 3.67

4 3 3 3.33 4 3 4 3.67 4 4 4 4.00 3.67

3 3 5 3.67 4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 3.89

5 5 5 5.00 4 5 5 4.67 5 5 5 5.00 4.89

4 4 4 4.00 5 4 4 4.33 4 4 4 4.00 4.11

4 4 3 3.67 4 4 4 4.00 4 3 4 3.67 3.78

3 3 3 3.00 3 4 3 3.33 3 3 3 3.00 3.11

3 4 4 3.67 4 4 3 3.67 4 4 3 3.67 3.67

3 3 4 3.33 4 3 4 3.67 3 3 4 3.33 3.44

5 5 4 4.67 5 4 5 4.67 4 5 4 4.33 4.56

4 3 4 3.67 5 4 3 4.00 3 5 5 4.33 4.00

4 3 4 3.67 5 4 3 4.00 3 5 5 4.33 4.00

4 3 4 3.67 5 4 3 4.00 3 5 5 4.33 4.00

4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.00

4 5 5 4.67 5 5 5 5.00 5 4 4 4.33 4.67

3 3 4 3.33 4 4 4 4.00 3 4 4 3.67 3.67

4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.00

5 5 5 5.00 5 5 5 5.00 5 5 5 5.00 5.00

5 5 4 4.67 3 4 3 3.33 4 3 4 3.67 3.89

3 4 4 3.67 4 4 4 4.00 3 3 4 3.33 3.67

Page 88: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

76

3 4 4 3.67 4 4 4 4.00 3 3 4 3.33 3.67

4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.00

4 3 3 3.33 4 3 3 3.33 4 4 4 4.00 3.56

3 3 4 3.33 4 3 4 3.67 3 3 4 3.33 3.44

4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.00

5 4 3 4.00 3 3 4 3.33 4 4 4 4.00 3.78

4 4 4 4.00 5 5 5 5.00 5 5 5 5.00 4.67

3 5 4 4.00 4 5 4 4.33 4 5 5 4.67 4.33

4 5 3 4.00 5 4 5 4.67 3 5 4 4.00 4.22

4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.00

3.79 3.66 3.76 3.73 3.80 3.78 3.70 3.76 3.76 3.76 3.83 3.78 3.76

Variabel Y

Y111 Y112 Y113 Y11 Y121 Y122 Y123 Y12 Y

3 2 3 2.67 3 4 3 3.33 3.00

4 3 3 3.33 5 5 5 5.00 4.17

4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.00

4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.00

5 3 4 4.00 4 4 3 3.67 3.83

4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.00

4 2 3 3.00 3 5 5 4.33 3.67

3 3 3 3.00 3 4 3 3.33 3.17

3 3 4 3.33 4 4 4 4.00 3.67

4 3 4 3.67 3 3 4 3.33 3.50

4 4 5 4.33 5 5 5 5.00 4.67

4 3 4 3.67 4 4 3 3.67 3.67

3 3 4 3.33 4 4 3 3.67 3.50

5 4 4 4.33 4 4 4 4.00 4.17

3 4 4 3.67 4 4 4 4.00 3.83

3 4 3 3.33 4 4 4 4.00 3.67

4 4 4 4.00 4 4 5 4.33 4.17

5 5 5 5.00 5 5 5 5.00 5.00

3 3 4 3.33 3 4 3 3.33 3.33

4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.00

5 5 5 5.00 3 5 5 4.33 4.67

4 4 4 4.00 3 4 4 3.67 3.83

4 4 5 4.33 4 4 5 4.33 4.33

4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.00

4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.00

Page 89: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

77

3 3 4 3.33 4 4 4 4.00 3.67

3 3 3 3.00 3 3 3 3.00 3.00

4 3 4 3.67 5 3 5 4.33 4.00

4 4 3 3.67 4 4 4 4.00 3.83

4 3 2 3.00 4 3 2 3.00 3.00

5 5 4 4.67 4 5 4 4.33 4.50

4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.00

3 3 3 3.00 3 3 3 3.00 3.00

4 3 5 4.00 3 4 4 3.67 3.83

3 3 4 3.33 4 4 3 3.67 3.50

3 3 3 3.00 3 3 3 3.00 3.00

3 3 3 3.00 3 3 3 3.00 3.00

3 3 3 3.00 3 3 3 3.00 3.00

3 3 3 3.00 3 3 3 3.00 3.00

4 3 3 3.33 3 4 4 3.67 3.50

3 3 3 3.00 3 3 3 3.00 3.00

5 5 5 5.00 5 5 5 5.00 5.00

4 3 4 3.67 3 4 4 3.67 3.67

3 3 3 3.00 3 3 3 3.00 3.00

4 4 4 4.00 3 4 4 3.67 3.83

3 3 4 3.33 3 4 3 3.33 3.33

4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.00

4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.00

4 4 4 4.00 5 4 4 4.33 4.17

4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.00

4 5 4 4.33 3 4 3 3.33 3.83

4 2 3 3.00 3 2 3 2.67 2.83

5 5 5 5.00 5 5 5 5.00 5.00

4 4 4 4.00 4 4 3 3.67 3.83

4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.00

4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.00

3 3 3 3.00 3 3 3 3.00 3.00

4 4 3 3.67 3 3 3 3.00 3.33

3 3 3 3.00 3 4 3 3.33 3.17

4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.00

3 3 3 3.00 5 4 4 4.33 3.67

4 4 3 3.67 4 4 3 3.67 3.67

3 3 3 3.00 3 3 3 3.00 3.00

4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.00

Page 90: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

78

2 2 3 2.33 5 4 4 4.33 3.33

3 3 3 3.00 3 3 3 3.00 3.00

3 3 3 3.00 3 3 4 3.33 3.17

4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.00

4 4 4 4.00 4 5 3 4.00 4.00

4 3 4 3.67 3 4 3 3.33 3.50

3 3 4 3.33 4 3 4 3.67 3.50

4 3 4 3.67 4 4 3 3.67 3.67

4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.00

5 5 5 5.00 2 2 3 2.33 3.67

4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.00

4 3 3 3.33 4 2 3 3.00 3.17

3 3 3 3.00 3 3 3 3.00 3.00

3 2 3 2.67 4 4 3 3.67 3.17

3 4 3 3.33 3 4 4 3.67 3.50

5 5 5 5.00 4 4 4 4.00 4.50

4 4 3 3.67 3 5 5 4.33 4.00

4 4 3 3.67 3 5 5 4.33 4.00

4 2 3 3.00 3 5 5 4.33 3.67

4 3 4 3.67 4 4 4 4.00 3.83

4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.00

4 3 4 3.67 4 4 5 4.33 4.00

4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.00

5 5 5 5.00 5 5 5 5.00 5.00

4 4 4 4.00 4 3 3 3.33 3.67

3 4 4 3.67 4 4 3 3.67 3.67

3 4 4 3.67 4 3 3 3.33 3.50

4 3 4 3.67 4 3 4 3.67 3.67

5 4 4 4.33 5 4 4 4.33 4.33

3 3 3 3.00 3 2 4 3.00 3.00

4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.00

5 5 5 5.00 2 3 3 2.67 3.83

4 4 4 4.00 4 4 4 4.00 4.00

5 4 4 4.33 4 3 3 3.33 3.83

5 4 4 4.33 4 5 3 4.00 4.17

4 4 5 4.33 4 5 4 4.33 4.33

3.81 3.59 3.76 3.72 3.72 3.83 3.75 3.76 3.74

Page 91: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

79

HASIL OLAH DATA SPSS 22

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

VARIABEL KEPATUHAN WAJIB PAJAK (Y)

Correlations

Y11 Y12 KEPATUHAN WAJIB PAJAK

Y11 Pearson Correlation 1 .463** .864**

Sig. (2-tailed) .000 .000

N 100 100 100

Y12 Pearson Correlation .463** 1 .846**

Sig. (2-tailed) .000 .000

N 100 100 100

KEPATUHAN WAJIB PAJAK

Pearson Correlation .864** .846** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000

N 100 100 100

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

UJI INSTRUMEN

UJI VALIDITAS

VARIABEL PENERAPAN PAJAK PROGRESIF (X)

X11 X12 X13

PENERAPAN PAJAK

PROGRESIF

X11 Pearson Correlation 1 .618** .537** .828**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000

N 100 100 100 100

X12 Pearson Correlation .618** 1 .645** .880**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000

N 100 100 100 100

X13 Pearson Correlation .537** .645** 1 .861**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000

N 100 100 100 100

PENERAPAN PAJAK

PROGRESIF

Pearson Correlation .828** .880** .861** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000

N 100 100 100 100

Page 92: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

80

UJI REABILITAS PENERAPAN PAJAK PROGRESIF (X)

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 100 100.0

Excludeda 0 .0

Total 100 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.817 3

KEPATUHAN WAJIB PAJAK (Y)

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 100 100.0

Excludeda 0 .0

Total 100 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.632 2

Page 93: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

81

UJI T DAN KOEFISIEN DETERMINASI

Model Summaryb

Model R

R Squar

e Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

Change Statistics

R Square Change

F Change df1

1 .680a .463 .458 .36948 .463 84.508 1

ANOVAa

Model

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 11.536 1 11.536 84.508 .000b

Residual 13.378 98 .137

Total 24.915 99

a. Dependent Variable: KEPATUHAN WAJIB PAJAK

b. Predictors: (Constant), PENERAPAN PAJAK PROGRESIF

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 1.083 .292

3.705 .000

PENERAPAN PAJAK

PROGRESIF .709 .077 .680 9.193 .000

Page 94: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

82

Page 95: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

83

UJI NORMALITAS

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardize

d Residual

N 100

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation .36760440

Most Extreme Differences Absolute .083

Positive .083

Negative -.058

Test Statistic .083

Asymp. Sig. (2-tailed) .087c

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

UJI HETERO

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) .139 .177

.782 .436

PENERAPAN PAJAK

PROGRESIF .040 .047 .086 .858 .393

a. Dependent Variable: HETERO

Page 96: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

84

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

PENERAPAN

PAJAK PROGRESIF 100 2.78 5.00 3.7604 .48179

KEPATUHAN WAJIB

PAJAK 100 2.83 5.00 3.7469 .50166

Valid N (listwise) 100

Page 97: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN

85

BIOGRAFI

Sri Yatni panggilan Jumi, lahir di Wonorejo pada tanggal 15

September 1996 dari pasangan suami istri Bapak Daliman

dan Ibu Purwani. Peneliti adalah anak ke-Delapan dari 9

bersaudara. Peneliti sekarang bertempat tinggal di jln.

Talasalapang 1, Kelurahan Gunung Sari, Kecematan

Rappocini, Kota Makassar.

Pendidikan yang telah ditempuh oleh peneliti yaitu pendidikan Sekolah Dasar di

SDN 147 Wonorejo lulus tahun 2009, melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah

Pertama di SMPN Mangkutana lulus tahun 2012, kemudian melanjutkan Sekolah

Menengah Atas di SMAN Mangkutana lulus pada tahun 2015. Pada tahun 2016

peneliti melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi swasta, tepatnya di Universitas

Muhammadiyah Makassar (UNISMUH) Fakultas Ekonomi dan Bisnis pada

Program Studi Akuntansi. Dan akhirnya peneliti menyelesaikan pendidikan strata

1 (satu) di jurusan Akuntansi pada tahun 2021

Page 98: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN
Page 99: PENGARUH PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP KEPATUHAN