pengaruh pendidikan pengurangan resiko bencana gunungapi kelud terhadap tingkat efikasi diri siswa...

Upload: rizal-anggara

Post on 16-Oct-2015

32 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Metodologi Penelitian Umum

TRANSCRIPT

PENGARUH PENDIDIKAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA GUNUNGAPI KELUD TERHADAP TINGKAT EFIKASI DIRI SISWA SDN PENATARAN VI DI DUSUN KALIBLADAK, DESA PENATARAN KECAMATAN NGLEGOK, KABUPATEN BLITARBAB IA. Latar BelakangNegara Indonesia adalah negara dengan bentuk kepulauan. Letak geografisnya berada diantara dua benua dan samudra besar, yaitu antara benua australia dan asia, serta antara samudra pasifik dan samudra hindia. Dilihat dari letak astronomis yang dilewati garis khatulistiwa, Indonesia memiliki iklim tropis. Bentuk kepulauan ini menjadikan Indonesia punya beragam suku, budaya, dan bentuk lahan yang berbeda-beda. Suku budaya ini menghasilkan berbagai kearifan lokal yang khas disetiap daerahnya.Indonesia sebagai negara kepulauan berada pada posisi geografis, geologis, hidrologis, dan demografis yang rawan bencana. Posisi geografi s Indonesia masuk dalam pertemuan tiga lempengan bumi, yaitu Eurasia, Pasifik, dan Indo - Australia. Posisi pertemuan itu membuat wilayah Indonesia diberkahi dengan kesuburan dan kekayaan mineral di perut bumi, tetapi pada sisi lain posisi negara kita labil, mudah bergeser, dan tentu saja rawan bencana. Disamping itu, posisi geografi s Indonesia pun berada pada daerah yang ditandai dengan gejolak cuaca dan fluktuasi iklim dinamis yang menyebabkan Indonesia rawan bencana alam kebumian seperti badai guruh, siklon tropis, El Nino disertai kekeringan, La Nina disertai banjir dan tanah longsor. Sementara itu, jika ditinjau berdasarkan letak geologisnya, wilayah Indonesia rentan terhadap bencana gempa bumi, kecuali Kalimantan. Gempa-gempa tektonik banyak dijumpai di jalur subduksi Sunda (Sumatra-Jawa-Bali-Nusa Tenggara), subduksi Banda (wilayah Laut Banda), Zone Tumbukan Maluku dan Papua. Indonesia adalah negeri yang telah dipastikan rawan bencana. Berbagai bencana alam, khususnya gempa bumi dan tsunami telah memakan korban jiwa yang besar, karena penduduk di daerah yang terkena bencana tersebut tidak siap dalam menghadapi bencana. (KEMDIKNAS, Strategi Pengarusutamaan Pengurangan Resiko Bencana di Sekolah, 2010)Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (UU 24/2007)Indonesia merupakan salah satu negara yang dilewati cincin api pasifik. Cincin api ini berada di batas tepi lempeng besar. Batas tepi yang dilalui oleh cincin api pasifik ini memiliki ciri-ciri banyak terdapat gunung vulkanik aktif. Lempeng-lempeng pada daerah ini gerakannya pun sangat aktif, selain tenaga vulkanisme juga terdapat tenaga tektonisme di daerah cincin api. Jadi negara indonesia rawan dengan bencana gunungapi. Bencana gunungapi memiliki tahapan ketika akan meletus. Mulai dengan kenaikan status keaktifan. Gunungapi mempunyai siklus dalam erupsi. Dengan tipe bencana yang memiliki berbagai status, masyarakat diharapkan untuk tidak panik menghadapi bencana gunungapi. Karena kepanikan merupakan sesuatu yang berbahaya saat bencana terjadi. Berbagai arahan serta upaya telah dilakukan untuk mengurangi kepanikan dalam masyakarakat ketika bencana.Erupsi Gunung api dapat membuat tanah disekitar gunung subur dalam jangka panjang. Oleh karena itu masyarakat daerah gunungapi bermata pencaharian sebagai petani. Pemukiman mereka yang dekat dengan gunungapi, hal ini karena tidak ingin jauh dari lahan garapan mereka. selain pertanian tambang pasir juga menjadi komoditas populer masyarakat sekitar. Gunung api erupsi membawa dampak kepada masyarakat, terlebih masyarakat terdekat dari gunung api tersebut. Setiap kali terjadi erupsi, masyarakat harus pergi dan meninggal kan harta benda mereka. Rumah yang hancur, kematian ternak, gagal panen dan rusaknya fasilitas umum merupakan dampak rutin yang dialami saat gunungapi erupsi. Dengan demikian kerugian ekonomi dapat berkali-kali menimpa masyarakat sekitar gunungapi. Anak-anak merupakan termasuk golongan orang rentan saat bencana. Kemampuan mereka dalam menghadapi bencana masih sangat kurang. Mereka masih belum mengerti hal yang harus dilakukan saat gunung mengalami erupsi. Kepanikan serta tekanan mental dapat menimpa anak-anak. Hal ini karena mereka melihat harta benda keluarga hancur karena erupsi. Hal itu menandakan efikasi diri anak rendah.Efikasi diri berpengaruh besar terhadap perilaku. Efikasi diri berarti percaya bahwa seseorang dapat mengorganisir dan menjalankan pelajaran yang diberikan dari perilaku yang disyaratkan untuk berhadapan dengan situasi prospektif. Individu dengan ekspektasi Efikasi diri yang tinggi dalam beberapa situasi menjadi percaya diri dapat menguasainya. (Bandura, 1997)Pendidikan merupakan alat utama untuk memberikan keterampilan kepada anak-anak. Anak-anak banyak menghabiskan waktu mereka disekolah untuk menuntut ilmu. Dengan pendidikan dapat mengubah anak-anak untuk menjadi lebih baik serta berkarakter tangguh. Karena fungsi pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Bukan hanya cerdas dalam teori tetapi dapat mempraktekan dalam kehidupan sehari-hari dalam keluarga di rumah.Pengurangan Resiko Bencana adalah sebuah proses pembelajaran bersama yang bersifat interaktif di tengah masyarakat dan lembaga-lembaga yang ada. Cakupan pendidikan pengurangan risiko bencana lebih luas daripada pendidikan formal di sekolah dan universitas. Termasuk di dalamnya adalah pengakuan dan penggunaan kearifan tradisional dan pengetahuan lokal bagi perlindungan terhadap bencana alam. (UN-ISDR)Pengurangan resiko bencana (PRB) merupakan langkah untuk mengurangi dampak bencana kepada masyarakat. PRB ini berbentuk aplikatif. Jadi hal yang dipelajari dapat secara langsung diterapkan. Tentunya PRB ini harus dikolaborasikan dengan budaya setempat. Maka dengan demikian PRB dapat diterima dengan mudah di masyakarakat lokal. Karena tidak menghilangkan sisi kearifan lokal dalam proses pengurangan resiko bencana. Pendidikan Pengurangan resiko bencana untuk anak-anak perlu dilakukan. Karena anak-anak merupakan golongan rentan, jadi harus diberikan kemampuan pengurangan resiko bencana. Diharapkan dengan kemampuan itu minimal anak-anak mengerti tentang bencana disekitar mereka, serta hal apa yang harus mereka lakukan. Dengan mengetahui tentang kesiapsiagaan, anak-anak dapat terbentuk karakter kesiapsiagaan, tangguh, pengamanan dan budaya sadar bencana. Pendidikan merupakan membentuk pola pikir anak, jadi penanaman pola pikir kesiapsiagaan bencana harus ada pada anak-anak di daerah yang beresiko ancaman bencana tinggi. Dengan demikian mental anak dapat terbentuk untuk tidak panik, serta mengerti tahapan yang dilakukan saat erupsi gunungapi Kelud terjadi. Bentuk pembelajaran pengurangan resiko bencana untuk anak-anak harus menyenangkan dan tidak teoritis. Anak-anak lebih suka pembelajaran dengan pratek maupun permainan. Memalui permainan maka anak lebih mudah untuk menangkap serta mengaplikasikan dalam diri mereka. jadi secara tidak langsung akan membentuk karakter sigap dalam diri anak tersebut. anak-anak menjadi dapat mengenali resiko serta ancaman bencana di daerah mereka berada. Dalam penelitian ini memilih siswa SD Negeri Penataran VI karena terletak di dusun Kali Bladak pada radius 5 kilometer dari kawah gunung Kelud. Siswa SD Negeri Penataran VI sudah mempunyai dasar pengalaman yang sama saat gunung Kelud mengalami erupsi. Dengan demikian sesuai untuk diketahui tingkat efikasi diri terhadap bencana erupsi saat sebelum pendidikan PRB dan sesudah pendidikan.

B. Rumusan Masalah1. Bagaimanakah proses pendidikan pengurangan resiko bencana di sekolah?2. Bagaimanakah pendidikan pengurangan resiko bencana dapat mempengaruhi tingkat efikasi diri siswa?3. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat efikasi diri siswa dalam menghadapi bencana?

C. Tujuan Penelitian1. Untuk mengetahui proses pendidikan pengurangan resiko bencana di sekolah.2. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan pengurangan resiko bencana terhadap tingkat efikasi diri siswa.3. Untuk mengetauhi faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat efikasi siswa dalam menghadapi bencana.

D. Hipotesis1. Pendidikan pengurangan resiko bencana dapat mempengaruhi tingkat efikasi diri siswa.2. Pengalaman siswa dapat mempengaruhi tingkat efikasi diri siswa.3. Motivasi siswa dapat meningkatkan efikasi diri siswa.4. Ketersediaan sarana dan prasarana dapat meningkatkan efikasi siswa.5. Lingkungan dapat mempengaruhi tingkat efikasi siswa.

E. Manfaat Penelitian Bagi PemerintahHasil penelitian dapat menjadi bahan pertimbangkan untuk melaksanakan pendidikan pengurangan resiko bencana di daerah yang mempunyai kerentanan bencana. Bagi MasyarakatMelalui hasil penelitian masyarakat dapat mengetahui serta menyadari akan pentingnya mengetahui pengurangan resiko bencana terhadap pembentukan pola perilaku masyarakat.

F. Definisi Operasional1. Efikasi diri adalah sebagai keyakinan seseorang tentang kemampuan mereka untuk mengatur dan melaksanakan program tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan.2. Pengurangan Resiko Bencana adalah kegiatan jangka panjang, sebagai bagian dari pembangunan berkelanjutan, dengan cara menggunakan pengetahuan, inovasi, dan pengetahuan untuk membangun budaya selamat bencana dan tangguh bencana pada semua satuan pendidikan.3. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.G. Ruang Lingkup Penelitian1. Variabel dalam penelitian ini adalah pendidikan pengurangan resiko bencana serta tingkat efikasi diri siswa terhadap bencana erupsi gunungapi Kelud.2. Subjek penelitian ini adalah 20 siswa di kelas III SD Negeri Penataran VI. siswa tersebut memiliki pengalaman yang sama. Siswa ini dibagi menjadi dua kelas yaitu 10 siswa kelas kontrol dan 10 siswa kelas eksperimen. Hal ini diberlakukan karena SD Negeri Penataran VI hanya memiliki satu kelas saja.