pengaruh pendekatan problem solving terhadap … · surat pernyataan saya yang bertanda tangan...
TRANSCRIPT
PENGARUH PENDEKATAN PROBLEM SOLVING TERHADAP
KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIKA PADA SISWA
KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 12 MAKASSAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
ASMAWATI
NIM 10536 5175 15
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
2020
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Kantor: Jl. Sultan Alauddin No. 259, Telp. (0411)-866132, Fax. (0411)-860132
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : ASMAWATI
Stambuk : 10536 5175 15
Program Studi : Pendidikan Matematika
Dengan Judul
: PENGARUH PENDEKATAN PROBLEM SOLVING
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF
MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VIII SMP
MUHAMMADIYAH 12 MAKASSAR
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim
penguji adalah hasil karya saya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau
dibuatkan oleh siapapun.
Demikian pernyataan ini saya buat dan saya bersedia menerima sanksi
apabila pernyataan ini tidak benar.
Makassar, Januari 2020
Yang membuat pernyataan
ASMAWATI
10536 5175 15
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Kantor: Jl. Sultan Alauddin No. 259, Telp. (0411)-866132, Fax. (0411)-860132
SURAT PERJANJIAN
Saya bertanda tangan di bawah ini:
Nama : ASMAWATI
NIM : 10536 5175 15
Program Studi : Pendidikan Matematika
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya
akan menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).
2. Dalam menyusun skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan
pembimbing yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.
3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (Plagiat) dalam penyusunan skripsi.
4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3, saya
bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.
Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.
Makassar, Januari 2020
Yang Membuat Perjanjian
ASMAWATI
10536 5175 15
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, Maka apabila
kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), Kerjakanlah dengan sungguh-
sungguh (urusan yang lain), Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu
berharap”
(QS. Al-Insyirah : 6-8)
“Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita”
(QS. At Taubah : 40)
“Jika orang lain bisa, maka saya juga termasuk bisa”
Karya ini kupersembahkan untuk :
Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya,
baik berupa nikmat kesehatan maupun kesempatan sehingga karya ini
dapat terselesaikan. Selanjutnya kepada kedua orang tuaku Bapak H.
Ambo Aco dan Ibu Hj. Indo Batari tercinta, yang senantiasa
memberikan do’a dalam setiap langkahku serta tetesan keringat
perjuangan, mendidik dengan penuh kasih sayang tanpa mengenal lelah.
Selanjutnya kepada kedua adikku tercinta Muhlisa dan Nafla Syakira
yang selalu memberikan dukungan penuh. Dan karya ini juga saya
persembahkan kepada sahabat seperjuanganku yang tercinta, tanpa
mereka semua ini takkan berarti bagi penulis.
ABSTRAK
Asmawati, 2020. Pengaruh Pendekatan Problem Solving terhadap
Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika pada Siswa Kelas VIII SMP
Muhammadiyah 12 Makassar. Skripsi. Program Studi Pendidikan
Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Bapak Rukli dan Pembimbing II
Ibu Mutmainnah.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif
matematika siswa sebelum dan setelah diterapkan pendekatan problem solving,
dan untuk mengetahui perbedaan antara kemampuan berpikir kreatif matematika
siswa sebelum dan setelah diterapkan pendekatan problem solving pada siswa
kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar semester ganjil tahun ajaran
2019/2020 dengan satuan eksperimen adalah kelas VIII sebanyak 26 siswa yang
terdiri dari 11 orang laki-laki dan 15 orang perempuan. Jenis penelitian ini adalah
penelitian pra-eksperimen dengan desain The One Group Pretest-Posttest Design.
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan cara teknik
sampling jenuh. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes kemampuan
berpikir kreatif siswa.
Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis
inferensial. Analisis hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Hasil kemampuan
berpikir kreatif matematika siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar
sebelum diterapkan pendekatan problem solving yaitu dengan nilai rata-rata 2,65
dari skor ideal 8,00 sehingga berada dalam kategori kurang kreatif dengan
standar deviasi 1,384. (2) Hasil kemampuan berpikir kreatif matematika siswa
kelas kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar setelah diterapkan
pendekatan problem solving yaitu dengan nilai rata-rata 6,27 dari skor ideal 8,00
sehingga berada dalam kategori sangat kreatif dengan standar deviasi 1,218.
(3) Hasil analisis deskriptif dan inferensial yang diperoleh menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kreatif
matematika siswa antara sebelum dan setelah diterapkan pendekatan problem
solving pada siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar. Ini didasarkan
pada hasil analisis deskriptif dan inferensial yang diperoleh sehingga pendekatan
problem solving berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif
matematika siswa. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan
bahwa pendekatan problem solving berpengaruh terhadap kemampuan berpikir
kreatif matematika siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar.
Kata Kunci: Kemampuan Berpikir Kreatif, Pendekatan Problem Solving.
ABSTRACT
Asmawati, 2020. The Effect of Problem Solving Approach on Mathematical
Creative Thinking Ability in Class VIII Students of SMP Muhammadiyah 12
Makassar. Thesis. Mathematics Department, Faculty of Teacher Training
and Education, Muhammadiyah University of Makasar. Supervised I by Awi
Dassa and Supervised II by Mutmainnah.
The purpose of this study was to study the students 'creative thinking skills
before and after they were applied to get problem solving, and to get problems
between students' creative thinking abilities before and after applying to get
problem solving in class VIII students of SMP Muhammadiyah 12 semester odd
semester 2019/2020 The experimental unit was class VIII of 26 students
consisting of 11 men and 15 women. This type of research is a pre-experimental
research with One Group Pretest-Posttest Design. The sampling technique in this
study is the saturation sampling technique. The research instrument used was a
test of students' creative thinking abilities.
Analysis of the data used is descriptive analysis and inferential analysis.
Analysis of the results of the study showed: (1) The results of the creative
thinking abilities of VIII grade students of SMP Muhammadiyah 12 Makassar
before applying problem solving, with an average value of 2.65 from an ideal
score of 8.00 so that it fits in the less creative category with a standard deviation
of 1.384. (2) The results of tests of creative abilities of VIII grade students of
SMP Muhammadiyah 12 Makassar after applying problem solving with an
average value of 6.27 from an ideal score of 8.00 so that they fit in the very
creative category with a standard deviation of 1.218. (3) The results of the
descriptive and inferential analysis obtained show that there is a significant effect
on students' creative thinking skills between before and after problem solving is
applied to students of class VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar. This is based
on the results of descriptive and inferential analysis obtained so as to solve
problems related to students' creative thinking abilities. Based on the results of
this study it can be concluded that it is a solution to the creative thinking abilities
of students of class VIII SMP 12 Muhammadiyah Makassar.
.
Keywords: Creative Thinking Ability, Problem Solving Approach.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala
nikmat dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga penelitian ini yang berjudul
"Pengaruh Pendekatan Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir
Kreatif Matematika Pada Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 12
Makassar", dapat terselesaikan dengan baik dalam bentuk skripsi. Skripsi ini
dibuat sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Dalam pelaksanaan penelitian hingga penyusunan laporan penelitian
terdapat banyak tantangan dan hambatan yang dialami oleh penulis, namun berkat
dorongan dan bantuan dari berbagai pihak semua hambatan dapat diatasi. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis menghaturkan ucapan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada Ayahanda tercinta H. Ambo Aco dan Ibunda tercinta
Hj. Indo Batari yang telah memberikan nasehat, doa, dan mencurahkan cinta dan
kasih sayangnya serta keikhlasan dalam mendidik dan membesarkan serta
memberikan dorongan moral maupun material.
Selain itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima
kasih kepada pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, yaitu
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Rahman Rahim, MM., selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
xii
2. Bapak Erwin Akib, M.Pd., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak Mukhlis, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar.
4. Bapak Dr. Rukli, M.Pd., M.Cs., selaku dosen pembimbing yang dengan sabar
telah membimbing, menasehati, dan memotivasi penulis selama menyusun
skripsi ini.
5. Ibu Mutmainnah, S.Pd., M.Pd., selaku dosen pembimbing dan Penasehat
Akademik yang membimbing penulis selama mengikuti proses perkuliahan di
Program Studi Pendidikan Matematika hingga penyelesaian skripsi ini.
6. Bapak Ma’rup, S.Pd., M.Pd., selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan
Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar.
7. Bapak Prof. Usman Mulbar, M.Pd., dan Bapak Dr. Ilham Minggi, M.Si.,
selaku validator I dan validator II yang telah bersedia memberikan kritik dan
saran yang membangun kepada penulis serta meluangkan waktunya untuk
memeriksa dan memberikan saran perbaikan instrumen penelitian.
8. Bapak dan Ibu Dosen serta para staf Program Studi Pendidikan Matematika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Makassar yang tidak dapat penulis satu persatu, atas bimbingan, arahan dan
jasa-jasa beliau selama penulis berada di kampus utamanya dalam mengikuti
perkuliahan.
xiii
9. Ibu Nurmiati Halim, S.Ag., selaku Kepala SMP Muhammadiyah 12 Makassar
yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
10. Bapak Tamrin, S.Pd., selaku guru mata pelajaran Matematika yang telah
membantu penulis dalam melakukan penelitian.
11. Siswa-siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar atas kerjasama dan
partisipasinya selama penulis melakukan penelitian.
12. Rekan-rekan Mahasiswa Jurusan Matematika angkatan 2015, khususnya kelas
2015 F yang menjadi sahabat luar biasa dan bersedia menemani peneliti
selama proses penelitian, untuk bantuannya dalam memberikan ide dan
motivasi selama penyusunan skripsi ini.
13. Kepada seluruh pihak yang tidak sempat penulis sebutkan yang telah
membantu baik secara langsung maupun tidak langsung selama penulisan
skripsi ini.
Semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapat
imbalan yang berlimpah dari Tuhan Yang Maha Esa. Walaupun demikian, dalam
laporan penelitian ini, peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari
kekurangan. Maka dari itu peneliti mengharapkan saran dan kritik demi
kesempurnaan penelitian ini. Demikianlah, semoga karya tulis ini dapat
memberikan manfaat terutama bagi penulis, Amin.
Makassar, Januari 2020
Penulis
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN .................................................................................. iv
SURAT PERJANJIAN ..................................................................................... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... vi
ABSTRAK ......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 6
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ................................................................................ 8
1. Kemampuan Berpikir Kreatif .............................................. 8
2. Pendekatan Problem Solving ................................................ 15
3. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel................................ 19
4. Hasil Penelitian Relevan ....................................................... 21
B. Kerangka Pikir ............................................................................ 22
C. Hipotesis Penelitian .................................................................... 24
xv
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian ................................................................. 26
B. Populasi dan Sampel .................................................................. 27
C. Definisi Operasional Variabel ..................................................... 29
D. Instrumen Penelitian ................................................................... 29
E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 30
F. Teknik Analisis Data ................................................................... 32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ........................................................................... 37
B. Pembahasan ................................................................................. 47
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ..................................................................................... 51
B. Saran ........................................................................................... 52
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Tahap-Tahap Strategi Operasional Problem Solving ..................................... 18
3.1 Desain One Grup Pretest-Posttest Design ..................................................... 27
3.2 Pedoman Penilaian Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika ..................... 30
3.3 Kategori Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika ..................................... 32
3.4 Kriteria Nilai N-Gain ................................................................................... 33
4.1 Statistik Skor Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Siswa Kelas VIII
SMP Muhammadiyah 12 Makassar Sebelum Penerapan Pendekatan
Problem Solving ............................................................................................ 38
4.2 Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Siswa
Sebelum Diterapkan Pendekatan Problem Solving ................................... 39
4.3 Statistik Skor Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Siswa Kelas VIII
SMP Muhammadiyah 12 Makassar Setelah Penerapan Pendekatan
Problem Solving ............................................................................................ 40
4.4 Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Siswa
Setelah Diterapkan Pendekatan Problem Solving ...................................... 41
4.5 Deskripsi Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Siswa
Setelah Diterapkan Pendekatan Problem Solving ...................................... 42
4.6 Rekapitulasi Hasil Uji-t ............................................................................... 45
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A
A.1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
A.2. Lembar Kerja Siswa (LKS)
LAMPIRAN B
B.1. Kisi-Kisi
B.2. Rubrik Penilaian Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika
B.3. Tes Kemampuan Berpikir Kreatif (Pretest dan Posttest)
LAMPIRAN C
C.1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
C.2. Daftar Hadir Siswa
C.3. Daftar Nama Kelompok
C.4. Daftar Nilai Pretest dan Posttest
LAMPIRAN D
D.1. Hasil Analisis Data Kemampuan Berpikir Kreatif (Pretest-Posttest)
LAMPIRAN E
E.1. Lembar Jawaban Pretest dan Posttest
E.2. Lembar Hasil Rubrik Penilaian Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematika
E.3. Lembar Kerja Siswa
LAMPIRAN F
F.1. Lembar Validasi Instrumen
F.2. Lembar Persuratan
F.3. Dokumentasi
Gambar Halaman
2.1 Bagan Kerangka Pikir ..............................................................................24
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan pondasi pokok dalam kelangsungan hidup suatu
bangsa. Pendidikan dapat dijadikan sebagai alat ukur keberhasilan suatu
bangsa dalam hal pemeliharaan dan perbaikan kehidupan masyarakat. Hal ini
karena pendidikan memegang peranan penting untuk meningkatkan dan
mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM). Sistem pendidikan yang baik
pada suatu negara akan mampu menghasilkan SDM yang berkualitas, dapat
diandalkan, kompeten, dan profesional dalam bidangnya, serta memiliki
kemandirian sebagai modal untuk bersaing dengan dunia luar.
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU Nomor
20 tahun 2003). Oleh karena itu peningkatan mutu pendidikan harus diikuti
peningkatan mutu peserta didik yang menjadi subjek didik.
Salah satu mata pelajaran di sekolah yang dapat mengajak siswa untuk
mengasah otaknya adalah matematika. Menurut Permendiknas No. 22 Tahun
2006 (Syarif, 2016: 93) mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada
2
semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik
dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta
kemampuan bekerjasama. Dari tujuan tersebut, terlihat bahwa matematika
sangat penting untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kreatif serta sikap
positif siswa yang berguna dalam mempelajari ilmu pengetahuan maupun
dalam penerapan matematika di kehidupan sehari-hari.
Salah satu tujuan pembelajaran matematika menurut Wardhani
(Harahap, 2017: 44) adalah agar siswa mempunyai kemampuan memecahkan
masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model
matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan model yang diperoleh.
Permasalahan yang sering muncul bahwa cara berpikir kreatif siswa dalam
pembelajaran matematika masih sangat rendah dan mampu mempengaruhi
hasil belajar matematika. Menurut Putra dkk (Waluyo, S., & Surya, E. : 02),
salah satu tujuan pembelajaran matematika adalah agar siswa memiliki
kemampuan berpikir kreatif.
Ruseffendi (Akbar, 2010: 02) menyatakan salah satu tujuan kurikuler
pembelajaran sekolah menengah pertama dan atas adalah siswa memiliki
keterampilan menyelesaikan soal-soal matematika, baik yang berhubungan
dalam kehidupan sehari-hari, bidang studi lain, maupun dalam matematika itu
sendiri. Salah satu masalah dalam bidang pendidikan di Indonesia yang
banyak diperbincangkan adalah rendahnya kemampuan berpikir kreatif
matematika siswa. Untuk mengatasi rendahnya kemampuan berpikir kreatif
matematika siswa yang diakibatkan oleh kurang mampunya siswa dalam
3
mengutarakan ide–idenya dalam proses pembelajaran, peranan guru sangat
diperlukan dalam upaya pembaharuan pada proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada kegiatan Magang III di
kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar, diperoleh bahwa dalam
kenyataan sehari-hari pada kegiatan belajar mengajar di sekolah sering
dijumpai beberapa masalah. Prestasi belajar yang dicapai belum memuaskan
mengingat masih banyak siswa yang memperoleh nilai di bawah standar yang
ditetapkan. Dari hasil pengamatan pada kegiatan pembelajaran di dalam kelas,
pada saat guru memberikan soal kepada siswa terlihat ada beberapa siswa
belum dapat menentukan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan,
kemampuan siswa dalam memaknai bahasa soal masih kurang, serta
kemampuan siswa dalam menentukan model matematika yang digunakan
dalam penyelesaian soal masih kurang. Hal ini disebabkan kemampuan
berpikir kreatif matematika siswa masih tergolong rendah.
Kemampuan berpikir kreatif merupakan kemampuan individu untuk
mencari cara, strategi, ide atau gagasan baru bagaimana memperoleh
penyelesaian terhadap suatu permasalahan yang dihadapi. Dalam keberhasilan
pembelajaran tidak hanya dipengaruhi oleh metode pembelajaran tetapi juga
dipengaruhi oleh kemampuan berpikir kreatif siswa. Melihat permasalahan
rendahnya kemampuan berpikir kreatif matematika siswa diperlukan suatu
inovasi dalam pembelajaran. Oleh karena itu, perlu diterapkan pendekatan
pembelajaran inovatif yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif
siswa.
4
Salah satu pendekatan tersebut adalah pendekatan problem solving.
Pendekatan problem solving memiliki beberapa keunggulan yang diantaranya
dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematika siswa. Problem
solving merupakan suatu cara menyajikan pelajaran dengan mendorong siswa
untuk mencari dan memecahkan suatu masalah atau persoalan dalam rangka
pencapaian tujuan pengajaran. Pendekatan problem solving dimulai dengan
adanya pemberian masalah.
Melalui pemberian masalah, siswa akan terlatih untuk memiliki sikap
ulet, kritis, kreatif, dan rasa ingin tahu yang tinggi dalam memecahkan
masalah. Kegiatan pemecahan masalah ini dapat dilakukan dengan berdiskusi
dan bekerja sama dengan teman-temanya. Kemudian siswa akan mencari data
atau informasi yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah. Siswa
dilatih berpikir kreatif dalam membuat suatu solusi atau jawaban sementara
yang kemudian akan dibuktikan kebenarannya melalui observasi, eksperimen,
tugas, dan diskusi.
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, yaitu menurut Siti Zalikha
(2018) Pelaksanaan pembelajaran matematika menggunakan pendekatan
problem solving dapat meningkatkan kemampuan berfikir kreatif siswa pada
Materi Teorema Pythagoras di kelas VIII MTsN 2 Banda Aceh tahun 2018.
Sedangkan menurut Septi Ayuningsih (2013) menyimpulkan bahwa terdapat
perbedaan kemampuan berpikir kreatif matematika siswa yang belajar
menggunakan metode pembelajaran problem solving dengan siswa yang
belajar menggunakan metode konvensional pada siswa SMA Handayani
Pekanbaru.
5
Dari beberapa penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan
pembelajaran matematika menggunakan pendekatan problem solving mampu
meningkatkan kreativitas siswa. Hal inilah yang menarik minat peneliti untuk
mengadakan penelitian pada siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 12
Makassar dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana perbedaan antara
kemampuan berpikir kreatif matematika siswa sebelum dan setelah diterapkan
pendekatan problem solving.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis termotivasi untuk melaksanakan
penelitian dengan judul “Penerapan Pendekatan Problem Solving
Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Pada Siswa Kelas
VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah :
1. Bagaimana kemampuan berpikir kreatif matematika siswa kelas VIII SMP
Muhammadiyah 12 Makassar sebelum diterapkan pendekatan problem
solving?
2. Bagaimana kemampuan berpikir kreatif matematika siswa kelas VIII SMP
Muhammadiyah 12 Makassar setelah diterapkan pendekatan problem
solving?
3. Apakah terdapat perbedaan antara kemampuan berpikir kreatif matematika
siswa sebelum dan setelah diterapkan pendekatan problem solving pada
siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar?
6
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif matematika siswa kelas
VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar sebelum diterapkan pendekatan
problem solving.
2. Untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif matematika siswa kelas
VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar setelah diterapkan pendekatan
problem solving.
3. Untuk mengetahui perbedaan antara kemampuan berpikir kreatif
matematika siswa sebelum dan setelah diterapkan pendekatan problem
solving pada siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagi siswa, dapat memberikan pengalaman langsung mengenai adanya
kebebasan berpikir kreatif dalam belajar matematika secara aktif, kreatif
dan menyenangkan melalui kegiatan yang sesuai dengan perkembangan
pemikirannya.
2. Bagi guru matematika, dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif pada pembelajaran matematika.
3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini memberikan masukan yang membangun
dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran.
7
4. Bagi peneliti, sebagai bahan pertimbangan dan referensi pada penelitian
selanjutnya guna mengkaji masalah yang serumpun dengan penelitian ini.
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Kemampuan Berpikir Kreatif
a. Kemampuan
Kemampuan merupakan hal telah ada dalam diri kita sejak lahir.
Kemampuan yang ada pada diri manusia juga bisa disebut dengan potensi.
Potensi yang ada pada manusia pada dasarnya bisa diasah. Dalam hal ini
banyak para ahli mengartikan kemampuan secara bervariasi akan tetapi
pada dasarnya masih memiliki konteks yang sama. Kemampuan adalah
suatu kapasitas individu untuk melaksanakan tugas dalam pekerjaan
terrtentu.
Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan kita berusaha
dengan diri sendiri. Sedangkan Anggiat M. Sinaga dan Sri Hadiati
(Haeruman, L. D., Rahayu, W., & Ambarwati, L., 2017: 160)
mendefenisikan kemampuan sebagai suatu dasar seseorang yang dengan
sendirinya berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan secara efektif atau
sangat berhasil. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
kemampuan adalah kecakapan atau potensi seseorang individu untuk
menguasai keahlian dalam melakukan atau mengerrjakan beragam tugas
dalam suatu pekerjaan atau suatu penilaian atas tindakan seseorang.
9
Pada dasarnya kemampuan terdiri atas dua kelompok faktor yaitu:
1) Kemampuan intelektual (intelectual ability) yaitu kemampuan yang
dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktifitas mental-berfikir,
menalar dan memecahkan masalah.
2) Kemampuan fisik (physical ability) yaitu kemampuan melakukan
tugas-tugas yang menuntut stamina, keterampilan, kekuatan, dan
karakteristik serupa.
b. Berpikir Kreatif
Berpikir asal katanya adalah pikir. Menurut kamus besar indonesia,
pikir berarti akal budi, ingatan, angan-angan, pendapat atau pertimbangan.
Berpikir merupakan sebuah proses yang membuahkan pengetahuan.
Proses ini merupakan serangkaian gerak pemikiran dengan mengikuti jalan
pemikiran tertentu agar sampai pada sebuah kesimpulan yaitu berupa
pengetahuan. Berpikir artinya menggunakan akal budi untuk
mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu, serta menimbang-nimbang
dalam ingatan. Berpikir sebagai suatu kemampuan mental seseorang dapat
dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain berpikir logis, analitis,
sistematis, kritis, dan kreatif.
Kreatifitas adalah kemampuan berpikir tentang sesuatu dengan cara
baru dan tidak biasa dan menghasilkan solusi yang unik atas suatu
masalah. Kreativitas adalah suatu proses yang menuntut keseimbangan dan
aplikasi dari ketiga aspek esensial kecerdasan analitis, kreatif dan praktis,
beberapa aspek yang ketika digunakan secara kombinatif dan seimbang
10
akan melahirkan kecerdasan kesuksesan. Kreatifitas yang dimiliki oleh
setiap orang itu berbeda-beda. Setiap orang itu mempunyai kreativitas
dalam diri mereka masing-masing. Kreatifitas itu dapat berkembang jika
orang tersebut dapat mengolah apa yang tersimpan dalam diri mereka
tersebut.
Menurut Sternberg (Sudarma, 2013: 20) seseorang yang kreatif
adalah seorang yang dapat berpikir secara sintesis, artinya dapat melihat
hubungan-hubungan di mana orang lain tidak mampu melihatnya, dan
mempunyai kemampuan untuk menganalisis ide-idenya sendiri serta
mengevaluasi nilai ataupun kualitas karya pribadinya, mampu
menerjemahkan teori dan hal-hal yang abstrak ke dalam ide-ide praktis,
sehingga individu mampu meyakinkan orang lain mengenai ide-ide yang
akan dikerjakannya.
Evans (Siswono, 2007: 03) menjelaskan bahwa berpikir kreatif
adalah suatu aktivitas mental untuk membuat hubungan-hubungan
(conections) yang terus menerus, sehingga ditemukan kombinasi yang
“benar” atau sampai seseorang itu menyerah. Asosiasi kreatif terjadi
melalui kemiripan-kemiripan sesuatu atau melalui pemikiran analogis.
Asosasi ide-ide membentuk ide-ide baru. Jadi, berpikir kreatif
mengabaikan hubungan-hubungan yang sudah mapan, dan menciptakan
hubungan-hubungan tersendiri. Pengertian ini menunjukkan bahwa
berpikir kreatif merupakan kegiatan mental untuk menemukan suatu
kombinasi yang belum dikenal sebelumnya.
11
Berpikir kreatif merupakan suatu proses yang digunakan ketika kita
mendatangkan/ memunculkan suatu ide baru. Hal itu menggabungkan ide-
ide yang sebelumnya yang belum dilakukan. Kreativitas merupakan
produk berpikir kreatif seseorang. Menurut Pehkonen (Saefudin, 2012: 40)
menyatakan bahwa berpikir kreatif sebagai kombinasi dari berpikir logis
dan berpikir divergen yang berdasarkan pada intuisi dalam kesadaran.
Ketika seseorang menerapkan berpikir kreatif dalam suatu praktek
pemecahan masalah, pemikiran divergen menghasilkan banyak ide-ide.
Hal ini akan berguna dalam menemukan penyelesaiannya.
Pandangan lain tentang berpikir kreatif diajukan oleh Krulik dan
Rudnick (Siswono, 2007: 02), yang menjelaskan bahwa berpikir kreatif
merupakan pemikiran yang bersifat keaslian dan reflektif dan
menghasilkan suatu produk yang komplek. Berpikir tersebut melibatkan
sintesis ide-ide, membangun ide-ide baru dan menentukan efektivitasnya.
Juga melibatkan kemampuan untuk membuat keputusan dan menghasilkan
produk yang baru. Berdasar pendapat-pendapat tersebut, maka berpikir
kreatif dapat diartikan sebagai suatu kegiatan mental yang digunakan
untuk membangun ide atau gagasan yang baru.
Krutetski (Siswono, 2007: 02) mengutip gagasan Shaw dan Simon
memberikan indikasi berpikir kreatif, yaitu (1) produk aktivitas mental
mempunyai sifat kebaruan (novelty) dan bernilai baik secara subjektif
maupun objektif; (2) proses berpikir juga baru, yaitu meminta suatu
transformasi ide-ide awal yang diterimanya maupun yang ditolak; (3)
proses berpikir dikarakterisasikan oleh adanya sebuah motivasi yang kuat
12
dan stabil, serta dapat diamati melebihi waktu yang dipertimbangkan atau
dengan intensitas yang tinggi.
c. Kemampuan Berpikir Kreatif
Kemampuan berpikir kreatif merupakan aspek penting dalam
kehidupan, tidak terkecuali dalam pendidikan matematika. Dikarenakan
dengan kemampuan berpikir kreatif siswa dapat menyelesaikan masalah
yang diberikan dengan berbagai penyelesaian. Dengan kemampuan
berpikir kreatif juga siswa berani untuk mengungkapkan gagasan yang
dimilikinya. Untuk menumbuh kembangkan kemampuan berpikir kreatif
tidaklah mudah, tetapi kemampuan berpikir kreatif dapat ditumbuh
kembangkan dengan pembelajaran, yaitu pembelajaran yang bersifat non
otoriter dan guru juga memberikan kebebasan kepada siswa untuk berani
mengungkapkan gagasan-gagasan yang dimilikinya.
Menurut Mahmudi (Khoiri, W., Rochmad, R., & Cahyono, A. N.,
2013: 115), pengembangan kemampuan berpikir kreatif perlu dilakukan
karena kemampuan ini merupakan salah satu kemampuan yang
dikehendaki dalam dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan
kemampuan berpikir kreatif merupakan salah satu fokus pembelajaran
matematika. Akan tetapi, dalam pembelajaran matematika masih jarang
sekali memperhatikan kreativitas. Guru biasanya menempatkan logika
sebagai titik incar pembicaraan dan menganggap kreativitas merupakan
hal yang tidak penting dalam pembelajaran matematika. Sehingga hal ini
akan mengakibatkan rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa.
13
Ratnaningsih (Sunaryo, 2013: 32) menyatakan bahwa berpikir
kreatif memiliki lima indikator. Kelima indikator tersebut meliputi:
sensitivity (kepekaan), fluency (kelancaran), flexibility (keluwesan),
elaboration (elaborasi), dan originality (keaslian). Sedangkan Wardani
(Sunaryo, 2013: 32) menyatakan “Kreativitas matematik siswa adalah
kemampuan matematik yang mencerminkan kemampuan kefasihan/
kelancaran, keluwesan, hal yang relatif baru dan keterincian/elaborasi.”
Penjelasan dari setiap indikator kemampuan berpikir kreatif
diungkapkan oleh Wardani (Sunaryo, 2013: 32-33) yakni sebagai berikut:
1) Kefasihan adalah kemampuan dalam mengajukan sejumlah masalah
atau pertanyaan matematika dan jawaban yang tepat.
2) Keluwesan adalah kemampuan menghasilkan jawaban yang bervariasi,
beragam/beberapa cara.
3) Keaslian/hal yang relative baru adalah kemampuan memberikan
gagasan atau jawaban dengan bahasa dan cara sendiri.
4) Keterincian/elaborasi adalah kemampuan menjelaskan,
mengembangkan, memperkaya atau menguraikan lebih rinci jawaban
atau gagasan yang diberikan.
Dengan demikian, kemampuan berpikir kreatif matematika dapat
dirumuskan sebagai kemampuan mengungkapkan jawaban dan gagasan
beragam yang dianggap tepat dan baik dalam menyelesaikan suatu
masalah dan gagasan tersebut asli atau berasal dari pemikirannya sendiri
meskipun merupakan gabungan dari beberapa gagasan yang telah ada
sebelumnya.
14
Silver (Siswono, 2007: 03) menjelaskan bahwa untuk menilai
kemampuan berpikir kreatif anak-anak dan orang dewasa sering digunakan
“The Torrance Tests of Creative Thinking (TTCT)”. Tiga komponen kunci
yang dinilai dalam kreativitas menggunakan TTCT adalah kefasihan
(fluency), fleksibilitas dan kebaruan (novelty). Kefasihan mengacu pada
banyaknya ide-ide yang dibuat dalam merespon perintah. Fleksibilitas
tampak pada perubahan-perubahan pendekatan ketika merespon perintah.
Kebaruan merupakan keaslian ide yang dibuat dalam merespon perintah.
Dalam masing-masing komponen, apabila respon perintah disyaratkan
harus sesuai, tepat atau berguna dengan perintah yang diinginkan, maka
indikator kelayakan, kegunaan atau bernilai berpikir kreatif sudah
dipenuhi. Indikator keaslian dapat ditunjukkan atau merupakan bagian dari
kebaruan.
Indikator atau komponen berpikir yang digunakan dalam penelitian
ini adalah indikator menurut Silver (Siswono, 2007: 03) yang meliputi
kefasihan (fluency) dan fleksibilitas (flexibility). Indikator kebaruan tidak
digunakan karena apabila siswa diberikan soal non rutin kemudian ada
beberapa siswa yang sudah mendapatkan atau mengerjakan soal tersebut
misal pada saat mereka bimbingan belajar atau mereka pernah melihat di
internet, maka itu tidak dapat disebut memenuhi indikator kebaruan.
Karena kebaruan yang dimaksud disini adalah baru bagi siswa. Oleh
karena itu, indikator kebaruan tidak digunakan dalam penelitian ini sebab
sulit untuk diterapkan.
15
2. Pendekatan Problem Solving
Hanlie Murray, Alwyn Olivier, dan Piet Human (Huda, 2016: 273)
menjelaskan bahwa Pembelajaran Penyelesaian-Masalah (Problem-Solving
Learning/PSL) merupakan salah satu dasar teoretis dari berbagai strategi
pembelajaran yang menjadikan masalah (problem) sebagai isu utamanya,
termasuk juga PBL (Problem-Based Learning) dan PPL (Problem-Posing
Learning). Akan tetapi dalam praktiknya, PSL lebih banyak diterapkan untuk
pelajaran matematika.
Problem solving bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga
merupakan metode berpikir sebab metode mengajar adalah problem solving
dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencari
data sampai kepada menarik kesimpulan. Haylock & Thangata (Melianingsih,
2015: 214) menyatakan bahwa pemecahan masalah adalah situasi dimana
siswa menggunakan pengetahuan dan penalaran matematika untuk
menyelesaikan permasalahan.
Menurut Polya (Herman, 2000: 01), solusi soal pemecahan masalah
memuat empat langkah fase penyelesaian, yaitu memahami masalah,
merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah sesuai rencana, dan
melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah yang telah
dikerjakan. Fase pertama adalah memahami masalah. Tanpa adanya
pemahaman terhadap masalah yang diberikan, siswa tidak mungkin mampu
menyelesaikan masalah tersebut dengan benar. Setelah siswa dapat memahami
masalahnya dengan benar, selanjutnya mereka harus mampu menyusun
16
rencana penyelesaian masalah. Kemampuan melakukan fase kedua ini sangat
tergantung pada pengalaman siswa dalam menyelesaikan masalah.
Pada umumnya, semakin bervariasi pengalaman mereka, ada
kecenderungan siswa lebih kreatif dalam menyusun rencana penyelesaian
suatu masalah. Jika rencana penyelesaian suatu masalah telah dibuat, baik
secara tertulis atau tidak, selanjutnya dilakukan penyelesaian masalah sesuai
dengan rencana yang dianggap paling tepat. Dan langkah terahir dari proses
penyelesaian masalah menurut Polya adalah melakukan pengecekan atas apa
yang telah dilakukan mulai dari fase pertama sampai fase penyelesaian ketiga.
Dengan cara seperti ini maka berbagai kesalahan yang tidak perlu dapat
terkoreksi kembali sehingga siswa dapat sampai pada jawaban yang benar
sesuai dengan masalah yang diberikan.
Menurut Vinacke (Suhendri, 2015: 108) bahwa: “Problem solving
mencakup tiga tahap kegiatan yaitu tahap pertama penyajian masalah dimana
siswa dihadapkan pada suatu tujuan yang harus dicapai melalui beberapa
kesulitan/hambatan, tahap kedua kegiatan ke arah pemecahan dimana siswa
akan mengalami proses mental atau simbolik, seperti mengamati, mengingat
kembali hal-hal yang telah lampau, mengemukakan pertanyaan,
mengungkapkan gagasan dan tahap ke tiga pemecahan yaitu siswa mungkin
berhasil atau tidak berhasil mencapai tujuannya”.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
pendekatan problem solving adalah pendekatan pembelajaran yang sistematis
terdiri dari tahapan penyajian masalah kepada siswa, kemudian siswa
memecahkan masalah tersebut secara tepat, serta dapat mengkomunikasikan
17
atau mengungkapkan pendapat secara lisan tentang analisis masalah dan
pemecahannya.
Tahap-tahap pendekatan problem solving menurut Depdiknas yaitu
meliputi :
a. Mengorientasikan siswa pada masalah.
b. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan
masalah tersebut. Misalnya, dengan jalan membaca buku-buku, meneliti,
bertanya dan lain-lain.
c. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini
tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada tahap kedua
di atas.
d. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam tahap ini siswa
harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa
jawaban tersebut itu betul-betul cocok. Apakah sesuai dengan jawaban
sementara atau sama sekali tidak sesuai. Untuk menguji kebenaran
jawaban ini tentu saja diperlukan model model lainnya seperti
demonstrasi, tugas, diskusi, dan lain-lain.
e. Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan
terakhir tentang jawaban dari masalah tadi.
Menurut Kramers, dkk (Ristiani, 2014: 114), secara operasional tahap-
tahap pemecahan masalah sistematis terdiri atas empat tahap sebagai berikut:
a. Memahami masalah.
b. Membuat rencana penyelesaian.
c. Melaksanakan rencana penyelesaian.
18
d. Memeriksa kembali, mengecek hasilnya.
Adapun kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran dapat
dijabarkan sebagai berikut.
Tabel 2.1 Tahap-Tahap Strategi Operasional Problem Solving (menurut
Polya)
No. Tahap
Pembelajaran
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1 Identifikasi
permasalahan
Memberi permasalahan
pada siswa
Memahami permasalahan
Membantu siswa untuk
merumuskan dan
memahami masalah
secara benar
Melakukan identifikasi
terhadap masalah yang
dihadapi
2 Perencanaan
penyelesaian
Membimbing siswa
melakukan
perencanaan
pemecahan masalah
Melakukan rencana
penyelesaian
3 Pelaksanaan
pemecahan
Membimbing siswa
menerapkan
perencanaan yang telah
dibuat
Menerapkan rencana
penyelesaian masalah
4 Pemeriksaan
kembali proses
dan hasil
pemecahan
Membimbing siswa
dalam melakukan
pemeriksaan kembali
hasil pemecahan
masalah
Memeriksa kembali
jawaban yang diperoleh
Membimbing siswa
melakukan penilaian
terhadap hasil
pemecahan masalah
Melakukan penilaian
terhadap hasil pemecahan
masalah
19
Pendekatan problem solving memiliki beberapa kelebihan dan
kekurangan, seperti yang diungkapkan oleh Hariyanti (Yusuf, 2017: 284)
menyatakan bahwa kelebihan pembelajaran problem solving adalah a)
mendidik siswa untuk berpikir sistematis, b) mampu mencari jalan keluar
terhadap situasi yang dihadapi, c) belajar menganalisis suatu masalah dari
berbagai aspek, d) mendidik siswa percaya diri sendiri, e) berpikir dan
bertindak kreaktif, f) memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis, g)
dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan
khususnya dunia kerja, h) merangsang perkembangan kemajuan berpikir siswa
untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.
Sedangkan kekurangan pendekatan problem solving adalah a)
memerlukan waktu yang cukup banyak, b) kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah berbeda beda ada yang sempurna dalam memecahkan
masalah tetapi ada juga yang kurang dalam memecahkan masalah.
3. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
Sistem persamaan linear dua variabel adalah satu kesatuan (sistem) dari
dua atau lebih persamaan linear dua variabel. Bentuk umum sistem persamaan
linear dua variabel adalah ax + by + c = 0 dan mx + ny + p = 0 dengan x dan y
sebagai variabel dengan a, b, m dan n sebagai koefisien sedangkan c dan p
sebagai konstanta. Penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel
merupakan pasangan berurutan yang mengakibatkan kedua persamaan bernilai
benar.
20
Untuk mencari penyelesaian dari sebuah sistem persamaan linear dua
variabel, dapat dilakukan dengan metode-metode berikut ini:
a. Metode grafik
Untuk menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel dengan
menggunakan metode grafik dapat dilaksanakan langkah-langkah sebagai
berikut:
1) Gambarlah grafik himpunan penyelesaian dari masing-masing
persamaan pada bidang Cartesius.
2) Tentukan titik potong kedua grafik tersebut (jika ada).
3) Titik potong kedua grafik inilah yang merupakan penyelesaian dari
sistem persamaan linear dua variabel tersebut.
b. Metode substitusi
Substitusi artinya mengganti. Menyelesaikan sistem persamaan linear
dengan metode substitusi berarti menyelesaikan sistem persamaan linear
dengan cara mengganti suatu variabel dengan variabel yang lain.
c. Metode eliminasi
Eliminasi dapat diartikan sebagai proses menghilangkan atau
melenyapkan. Metode eliminasi adalah suatu metode penyelesaian sistem
persamaan linear dengan cara menghilangkan salah satu variabel persamaan.
Langkah awal yang ditempuh adalah dengan menyamakan koefisien salah satu
variabel persamaan tersebut (jika belum sama), lalu mengeliminasi dengan
cara menjumlahkan atau mengurangkan kedua persamaan. Kemudian
mengulangi langkah ini untuk variabel yang lain.
21
4. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Eriska Fitri Kurniawati (2008)
menyimpulkan bahwa model pambelajaran matematika menggunakan
pendekatan problem solving mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam
berpikir kritis dan keaktifan pada bidang studi matematika. Sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Rais (2015) menyimpulkan bahwa
hasil belajar matematika siswa kelas VI MIN Maros Baru Kab Maros sebelum
penerapan metode problem solving berada pada kategori rendah sedangkan
setelah penerapan metode problem solving berada pada kategori sangat tinggi.
Jadi penerapan metode problem solving efektif terhadap peningkatan hasil
belajar matematika siswa kelas VI MIN Maros Baru Kab Maros.
Penelitian yang dilakukan oleh Fiqi Ibnu Muzaki (2010) menyimpulkan
bahwa kreativitas dan motivasi belajar berpengaruh terhadap kemampuan
siswa menyelesaikan masalah di dalam model pembelajaran problem solving
di SMP Muhammadiyah I Kota Tegal, yang diperoleh dari hasil uji F. Hal ini
menunjukkan bahwa kreativitas dan motivasi belajar yang ada pada diri siswa
yang tinggi maka kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah juga akan
baik.
Penelitian yang dilakukan oleh Mayang Putri Perdana (2014)
menyimpulkan bahwa hasil belajar siswa kelas VIII MTs. Assyafi’iyah
Gondang pada materi hubungan sudut pusat, panjang busur, dan luas juring
dengan metode problem solving sangat baik. Dapat dilihat dari nilai rata-rata
85,0806, median untuk kelas eksperimen adalah 87,5. Jumlah siswa yang
mampu mencapai nilai diatas kriteria ketuntasan minimal sebanyak 28 siswa
22
dan yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal sebanyak 3 siswa.
Dengan demikian hipotesis pada penelitian ini diterima yang menyatakan
bahwa ada pengaruh metode problem solving terhadap hasil belajar siswa
kelas VIII MTs. Assyafiiyah Gondang pada materi hubungan sudut pusat,
panjang busur, luas juring.
Penelitian yang dilakukan oleh Eni Rahmawati (2010) menyimpulkan
bahwa model pembelajaran problem solving lebih efektif dari pada model
pembelajaran langsung dengan tidak menggunakan model problem solving
terhadap hasil belajar matematika peserta didik pada materi pokok sistem
persamaan linier dua variabel di MTs Negeri Tanjung Tani prambon Nganjuk.
B. Kerangka Pikir
Proses pembelajaran di kelas merupakan upaya yang sangat penting agar
siswa mampu mencapai tujuan belajar yang nantinya akan terlihat dari
pencapaian hasil belajar siswa yang optimal. Salah satu pemikiran yang
memegang peranan penting dalam kehidupan dan perkembangan manusia
adalah kemampuan berpikir kreatif. Kemampuan berpikir kreatif merupakan
kemampuan yang dimiliki setiap manusia untuk bisa menyelesaikan masalah
dengan menggunakan pemikiran secara kreatif. Berpikir kreatif merupakan
suatu proses yang digunakan ketika seorang individu mendatangkan atau
memunculkan banyak ide baru.
Dalam mempelajari matematika, kemampuan menyelesaikan atau
memecahkan masalah matematika memerlukan kemampuan berpikir secara
kreatif. Melalui kegiatan pemecahan masalah peserta didik mampu
23
mengembangkan kreativitas belajar yang dimilikinya. Untuk itu
menumbuhkan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam proses pembelajaran
diperlukan metode pembelajaran yang tepat. Salah satu pendekatan
pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif
matematika siswa adalah dengan pendekatan problem solving.
Pendekatan problem solving memiliki beberapa kelebihan, seperti yang
diungkapkan oleh Hariyanti (Yusuf, 2017: 284) menyatakan bahwa kelebihan
pembelajaran problem solving adalah 1) mendidik siswa untuk berpikir
sistematis, 2) mampu mencari jalan keluar terhadap situasi yang dihadapi, 3)
belajar menganalisis suatu masalah dari berbagai aspek, 4) mendidik siswa
percaya diri sendiri, 5) berpikir dan bertindak kreaktif, 6) memecahkan
masalah yang dihadapi secara realistis, 7) dapat membuat pendidikan sekolah
lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja, 8) merangsang
perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi dengan tepat.
Pendekatan problem solving digunakan guru bertujuan untuk
merangsang proses berpikir kreatif siswa melalui pemberian masalah yang
harus dipecahkan. Berdasarkan penjelasan tersebut, peneliti mengharapkan
dengan penelitian ini dapat mengetahui apakah terdapat perbedaan antara
kemampuan berpikir kreatif matematis siswa sebelum dan setelah diterapkan
pendekatan problem solving pada kelas VIII SMP Muhammadiyah 12
Makassar.
24
Berikut disajikan bagan kerangka pikir sebagaimana telah diuraikan:
Gambar 2.1: Bagan Kerangka Pikir
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara dari rumusan
masalah yang telah dikemukakan.
Pembelajaran Matematika di SMP Muhammadiyah 12
Makassar
Kurangnya kemampuan berpikir kreatif matematika siswa
pada materi sistem persamaan linear dua variabel
Pretest
Penerapan pendekatan problem solving dalam proses
pembelajaran
Guru Siswa
Tes kemampuan berpikir
kreatif matematika siswa
Posttest
Hasil Analisis
Ada perbedaan antara rata-rata kemampuan berpikir kreatif
matematika siswa sebelum dan setelah diterapkan pendekatan
problem solving
25
Hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
“Ada perbedaan antara rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematika siswa
sebelum dan setelah diterapkan pendekatan problem solving pada kelas VIII
SMP Muhammadiyah 12 Makassar”.
Statistik uji:
H0 : = melawan H1 : ≠
Atau:
H0: Tidak ada perbedaan antara rata-rata kemampuan berpikir kreatif
matematika siswa sebelum dan setelah diterapkan pendekatan problem
solving pada kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar
H1: Ada perbedaan antara rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematika
siswa sebelum dan setelah diterapkan pendekatan problem solving pada
kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar
Keterangan:
= Rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematika siswa sebelum diajar
dengan pendekatan problem solving.
= Rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematika siswa setelah diajar
dengan pendekatan problem solving.
26
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
pra-eksperimen yang melibatkan satu kelas dalam satu sekolah yang diteliti
sebagai kelas eksperimen, bertujuan untuk mengetahui perbedaan kemampuan
berpikir kreatif matematika siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 12
Makassar sebelum diberi perlakuan melalui pendekatan problem solving dan
setelah diberi perlakuan melalui pendekatan problem solving.
Menurut Sugiyono (2016: 61) variabel penelitian adalah suatu atribut
atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang
lainnya, variabel penelitian dapat dibedakan menjadi variabel independent /
variabel bebas dan variabel dependent atau variabel terikat.
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Variabel terikat
merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena
adanya variabel bebas (Sugiyono, 2016: 61). Dalam penelitian ini terdapat
satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Sebagai variabel bebas adalah
pembelajaran yang menggunakan pendekatan problem solving. Sebagai
variabel terikat adalah kemampuan berpikir kreatif matematika.
27
Penelitian ini menggunakan One Group Pretest – Posttest Design yaitu
desain pra eksperimen dengan melihat perbedaan pretest dan posttest dari
kelompok eksperimen. Pada kelompok eksperimen diberikan perlakuan
berupa pendekatan problem solving. Untuk lebih jelasnya desain penelitian ini
dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 3.1 Desain One Group Pretest – Posttest Design
Pretest Perlakuan Posttest
O1 T O2
(Sumber : Sugiyono,2016:111)
Keterangan:
O1 = Pretest (sebelum diberi perlakuan)
T = Perlakuan, penerapan pendekatan Problem Solving
O2 = Posttest (setelah diberi perlakuan)
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2016:117). Karena dalam penelitian ini, penulis mengambil judul penerapan
pendekatan problem solving terhadap kemampuan berpikir kreatif matematika
pada siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar. Maka yang menjadi
populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP
Muhammadiyah 12 Makassar tahun ajaran 2019/2020 yang berjumlah 35
siswa.
28
Siswa tersebut merupakan satu kesatuan populasi, karena adanya
kesamaan-kesamaan sebagai berikut:
a. Siswa-siswa tersebut berada dalam tingkatan kelas yang sama, yaitu
kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar.
b. Siswa-siswa tersebut berada dalam semester yang sama, yaitu semester
ganjil.
c. Dalam pelaksanaan pengajarannya, siswa-siswa tersebut diajar dengan
kurikulum yang sama (Kurikulum 2013).
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari
semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan
waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi
itu (Sugiyono, 2016: 118). Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini
menggunakan teknik sampling jenuh. Sampling jenuh adalah teknik penentuan
sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono,
2016: 124). Hal ini dilakukan karena jumlah populasi yang kecil. Jadi sampel
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 12
Makassar yang berjumlah 35 orang.
29
C. Definisi Operasional Variabel
Variabel yang dilibatkan dalam penelitian ini secara operasional
didefinisikan sebagai berikut.
1. Kemampuan Berpikir Kreatif
Kemampuan berpikir kreatif matematika dapat dirumuskan sebagai
kemampuan mengungkapkan jawaban dan gagasan beragam yang dianggap
tepat dan baik dalam menyelesaikan suatu masalah dan gagasan tersebut asli
atau berasal dari pemikirannya sendiri meskipun merupakan gabungan dari
beberapa gagasan yang telah ada sebelumnya.
2. Pendekatan Problem Solving
Pendekatan problem solving adalah suatu pendekatan yang sistematis
terdiri dari tahapan penyajian masalah kepada siswa, kemudian siswa
memecahkan masalah tersebut secara tepat, serta dapat mengkomunikasikan
atau mengungkapkan pendapat secara lisan tentang analisis masalah dan
pemecahannya.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan data. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
1. Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
Tes kemampuan berpikir kreatif pada penelitian ini digunakan untuk
memperoleh data tentang kemampuan berpikir kreatif siswa secara
keseluruhan terhadap materi yang telah disampaikan. Tes kemampuan berpikir
30
kreatif pada penelitian ini dilakukan dua kali yaitu pretest dan posttest yang
digunakan untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif siswa sebelum dan
sesudah diberi perlakuan. Tes yang digunakan berbentuk soal konstruk
respons (essay) yang dibuat berdasarkan materi yang diberikan selama
penelitian ini berlangsung. Sebelum digunakan tes tersebut divalidasi.
Aspek kemampuan berpikir kreatif yang diukur dalam penelitian ini
adalah kelancaran (fluency) dan keluwesan (flexibility). Adapun pedoman
penilaian kemampuan berpikir kreatif, yaitu sebagai berikut.
Tabel 3.2 Pedoman Penilaian Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika
Aspek yang
diukur
Respon Siswa pada Masalah
Kelancaran
(fluency)
Mampu memberikan bermacam-macam solusi atau jawaban
yang benar
Keluwesan
(flexibility)
Mampu menggunakan pendekatan, metode atau cara
penyelesaian yang berbeda dalam menghadapi masalah
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data yang
dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara
(Sugiyono, 2016:308). Tes disini digunakan untuk mengumpulkan data
kuantitatif serta untuk menganalisis informasi tentang kemampuan siswa.
31
Adapun teknik pengumpulan datanya dilakukan dengan prosedur sebagai
berikut:
1. Tahap Persiapan
a. Meminta izin kepada kepala sekolah SMP Muhammadiyah 12
Makassar.
b. Melakukan kesepakatan dengan guru bidang studi matematika.
c. Menentukan kelas eksperimen dengan menggunakan teknik sampling
jenuh.
d. Memberikan tes awal (pretest) untuk kelas eksperimen.
e. Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai
perangkat pembelajaran yang akan digunakan dalam melaksanakan
proses pembelajaran.
f. Menyusun dan menyiapkan instrumen penelitian berupa tes.
g. Melakukan validasi instrumen penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah :
a. Melaksanakan pembelajaran pada kelas eksperimen dengan
pendekatan problem solving.
b. Memberikan tes akhir (post test) untuk kelas eksperimen.
3. Tahap Analisis
Pada tahap ini, hal yang dilakukan adalah melakukan pengolahan
data terhadap data yang diperoleh dari hasil penelitian disekolah dengan
menggunakan teknik melalui analisis deskriptif dan inferensial.
32
F. Teknik Analisis Data
Untuk menentukan dan menemukan kesimpulan yang tepat dari
penelitian ini, maka kita terlebih dahulu harus menganalisis data yang telah
diperoleh untuk mendapatkan hasil hipotesis tersebut. Data dalam penelitian
ini dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan inferensial.
1. Analisis Statistik Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis data kemampuan
berpikir kreatif matematika siswa. Data hasil tes kemampuan berpikir kreatif
matematika siswa dilakukan secara kuantitatif menggunakan bantuan program
SPSS dan Microsoft Office Excel 2007, dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
a) Menghitung rata-rata skor hasil pretest dan posttest
b) Menghitung standar deviasi pretest dan posttest
c) Untuk pengkategorian kemampuan berpikir kreatif matematika siswa,
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.3 Kategori Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika
Interval Skor Berpikir Kreatif Kategori
6,25 ≤ TKBK ≤ 8,00 Sangat Kreatif (SK)
4,50 ≤ TKBK < 6,25 Kreatif (K)
2,75 ≤ TKBK < 4,50 Cukup Kreatif (CK)
0,75 ≤ TKBK < 2,75 Kurang Kreatif (KK)
0 ≤ TKBK < 0,75 Tidak Kreatif (TK)
33
Kemampuan berpikir kreatif matematika siswa dikatakan cukup
kreatif apabila siswa minimal berada pada skor ketuntasan 2,75 ≤ TKBK <
4,50.
d) Untuk mengetahui adanya peningkatan kemampuan berpikir kreatif
matematika siswa dengan pendekatan problem solving antara sebelum dan
setelah pembelajaran yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Gain Ternormalisasi (g) =
Tingkat perolehan gain score ternormalisasi dikategorikan dalam tiga
kategori, yaitu:
Tabel 3.4 Kriteria Nilai N-Gain
g > 0,7 Tinggi
0,3 ≤ g ≤ 0,7 Sedang
g < 0,3 Rendah
Sumber : Archambault (Ariyati, E., 2010: 05)
Kemampuan berpikir kreatif siswa dikatakan meningkat apabila minimal
berada pada kategori sedang yaitu 0,3 ≤ g ≤ 0,7.
2. Analisis Statistik Inferensial
Analisis statistik inferensial dimaksudkan untuk keperluan pengujian
hipotesis penelitian. Teknik statistik ini digunakan untuk menguji hipotesis
penelitian dengan menggunakan uji-t. Sebelum melakukan pengujian hipotesis
penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji gain.
a) Uji Normalitas
34
Uji normalitas merupakan langkah awal dalam menganalisis data
secara spesifik. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data
terdistribusi normal atau tidak. Pada penelitian ini akan digunakan uji
Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan taraf signifikan 5% atau 0,05.
Kriteria pengujiannya adalah data terdistribusi normal jika PVALUE ≥ 0,05.
Sedangkan, jika PVALUE < 0,05 maka data dikatakan tidak berdistribusi
normal.
b) Uji Hipotesis
1) Pengujian Hipotesis Berdasarkan Kemampuan Berpikir Kreatif
Siswa
Pengujian hipotesis penelitian dimaksudkan untuk menjawab
hipotesis penelitian yang telah dilakukan. Untuk pengujian hipotesis
pada penelitian ini menggunakan Software IBM SPSS 23. Setelah data
dinyatakan berdistribusi normal, maka memenuhi syarat dilakukan
analisis statistika inferensial untuk menguji hipotesis dengan
menggunakan uji t yaitu uji paired sample t-test dengan taraf
signifikansi .
Adapun hipotesis penelitian yang akan diuji adalah :
“Ada perbedaan antara rata-rata kemampuan berpikir kreatif
matematika siswa sebelum dan setelah diterapkan pendekatan problem
solving pada kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar”.
Statistik uji:
H0 : = melawan H1 : ≠
Atau:
35
H0: Tidak ada perbedaan antara rata-rata kemampuan berpikir kreatif
matematika siswa sebelum dan setelah diterapkan pendekatan
problem solving pada kelas VIII SMP Muhammadiyah 12
Makassar
H1: Ada perbedaan antara rata-rata kemampuan berpikir kreatif
matematika siswa sebelum dan setelah diterapkan pendekatan
problem solving pada kelas VIII SMP Muhammadiyah 12
Makassar
Keterangan:
= Rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematika siswa
sebelum diajar dengan pendekatan problem solving.
= Rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematika siswa setelah
diajar dengan pendekatan problem solving.
2) Pengujian Hipotesis Berdasarkan Gain (peningkatan)
Uji N-gain adalah sebuah uji yang bisa memberikan gambaran
umum peningkatan skor hasil pembelajaran antara sebelum dan
sesudah diterapkan metode tersebut. Perhitungan N-Gain diperoleh
dari skor pretest dan posttest siswa. Data N-Gain dianalisis dengan
melakukan uji normalitas dan uji lanjutan. Jika data berdistribusi
normal maka uji hipotesis N-Gain menggunakan statistik parametrik
yaitu dengan menggunakan uji-t, tetapi apabila data tidak berdistribusi
normal, maka digunakan statistik non parametrik, yaitu salah satunya
dengan menggunakan U Mann-Whitney test. Uji hipotesis dibuat
dalam situasi ini, yaitu:
36
Kriteria pengambilan keputusan adalah:
ditolak jika dan diterima jika
dimana . Jika berarti rata-rata gain
ternormalisasi siswa mencapai 0,30 (kategori sedang).
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Data kuantitatif diperoleh melalui hasil pretest dan posttest kemampuan
berpikir kreatif matematika siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar,
di mana pretest kemampuan berpikir kreatif diadakan sebelum pembelajaran
menggunakan pendekatan problem solving diberikan yang tujuannya untuk
mengetahui kemampuan awal siswa. Sedangkan posttest kemampuan berpikir
kreatif diadakan setelah siswa memperoleh pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan problem solving yang tujuannya untuk mengetahui kemampuan akhir
siswa setelah diberikan perlakuan. Perbedaan antara kemampuan berpikir kreatif
matematika siswa sebelum dan setelah diterapkan pendekatan problem solving
pada siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar dapat dilihat dari
pencapaian skor ketuntasan minimal serta skor gain ternormalisasi (N-gain).
1. Hasil Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif dimaksudkan untuk menggambarkan
karakteristik subjek penelitian sebelum dan setelah pembelajaran matematika
dengan menerapkan pendekatan problem solving. Berikut disajikan gambaran
umum data hasil pretest, posttest dan nilai gain dari kemampuan berpikir
kreatif matematika siswa.
38
a. Deskripsi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Siswa Sebelum
Penerapan Pendekatan Problem Solving
Data hasil kemampuan berpikir kreatif matematika siswa sebelum
diterapkan pendekatan problem solving pada siswa kelas VIII SMP
Muhammadiyah 12 Makassar disajikan secara lengkap pada lampiran D,
selanjutnya analisis deskriptif terhadap nilai tes kemampuan berpikir kreatif
matematika siswa sebelum penerapan pendekatan problem solving dapat
dilihat pada tabel berikut:
Table 4.1 Statistik Skor Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika
Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar Sebelum
Penerapan Pendekatan Problem Solving
Statistik Nilai Statistik
Ukuran sampel 26
Skor terendah 0
Skor tertinggi 5
Skor ideal 8
Rentang skor 5
Rata-rata skor 2,65
Standar deviasi Variansi
Pada tabel 4.1 diatas dapat dilihat bahwa skor rata-rata kemampuan
berpikir kreatif matematika siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 12
Makassar sebelum proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan
problem solving adalah 2,69 dari skor ideal 8 yang mungkin dicapai siswa
dengan standar deviasi 1,384. Skor yang dicapai siswa tersebut dari skor
terendah 0 sampai dengan skor tertinggi 5 dengan rentang skor 5. Skor rata-
rata kemampuan berpikir kreatif matematika siswa tersebut tidak mencapai
skor ketuntasan minimal kemampuan berpikir kreatif matematika siswa =
2,75 agar termasuk dalam kategori cukup kreatif. Jika kemampuan berpikir
39
kreatif siswa dikelompokkan kedalam 5 kategori maka dapat diperoleh
distribusi frekuensi sebagai berikut:
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematika Siswa Sebelum Diterapkan Pendekatan Problem Solving
No. Skor Kategori Frekuensi Persentase
(%)
1 6,25 ≤ TKBK ≤ 8,00 Sangat Kreatif
(SK)
- -
2 4,50 ≤ TKBK < 6,25 Kreatif (K) 2 8
3 2,75 ≤ TKBK < 4,50 Cukup Kreatif
(CK)
12 46
4 0,75 ≤ TKBK < 2,75 Kurang Kreatif
(KK)
10 38
5 0 ≤ TKBK < 0,75 Tidak Kreatif
(TK)
2 8
Jumlah 26 100
Pada tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa dari 26 siswa kelas VIII
SMP Muhammadiyah 12 Makassar, terdapat 2 orang atau 8% dari jumlah
siswa termasuk dalam kategori kreatif, 12 orang atau 46% dari jumlah siswa
termasuk dalam kategori cukup kreatif, 10 orang atau 38% dari jumlah siswa
termasuk dalam kategori kurang kreatif, 2 orang atau 8% dari jumlah siswa
termasuk dalam kategori tidak kreatif.
Berdasarkan deskripsi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa skor
rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematika siswa tidak mencapai skor
ketuntasan minimal = 2,75 sesuai pengkategorian kemampuan berpikir
kreatif matematika siswa yang telah dibahas pada bab III dan tergolong
kurang kreatif.
40
b. Deskripsi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Siswa Setelah
Penerapan Pendekatan Problem Solving
Data hasil kemampuan berpikir kreatif matematika siswa setelah
diterapkan pendekatan problem solving pada siswa kelas VIII SMP
Muhammadiyah 12 Makassar disajikan secara lengkap pada lampiran D,
selanjutnya analisis deskriptif terhadap nilai tes kemampuan berpikir kreatif
matematika siswa setelah penerapan pendekatan problem solving dapat
dilihat pada tabel berikut:
Table 4.3 Statistik Skor Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika
Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar Setelah
Penerapan Pendekatan Problem Solving
Statistik Nilai Statistik
Ukuran sampel 26
Skor terendah 4
Skor tertinggi 8
Skor ideal 8
Rentang skor 4
Rata-rata skor 6,27
Standar deviasi Variansi
Pada tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa skor rata-rata kemampuan
berpikir kreatif matematika siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 12
Makassar setelah proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan
problem solving adalah 6,27 dari skor ideal 8 yang mungkin dicapai siswa
dengan standar deviasi 1,218. Skor yang dicapai siswa tersebut dari skor
terendah 4 sampai dengan skor tertinggi 8 dengan rentang skor 4. Skor rata-
rata kemampuan berpikir kreatif matematika siswa tersebut telah melebihi
skor ketuntasan minimal kemampuan berpikir kreatif matematika siswa =
2,75 agar termasuk dalam kategori cukup kreatif. Jika kemampuan berpikir
41
kreatif siswa dikelompokkan kedalam 5 kategori maka dapat diperoleh
distribusi frekuensi sebagai berikut:
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematika Siswa Setelah Diterapkan Pendekatan Problem Solving
No. Skor Kategori Frekuensi Persentase
(%)
1 6,25 ≤ TKBK ≤ 8,00 Sangat Kreatif
(SK)
11 42
2 4,50 ≤ TKBK < 6,25 Kreatif (K) 13 50
3 2,75 ≤ TKBK < 4,50 Cukup Kreatif
(CK)
2 8
4 0,75 ≤ TKBK < 2,75 Kurang Kreatif
(KK)
- -
5 0 ≤ TKBK < 0,75 Tidak Kreatif
(TK)
- -
Jumlah 26 100
Pada tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa dari 26 siswa kelas VIII
SMP Muhammadiyah 12 Makassar, terdapat 11 orang atau 42% dari jumlah
siswa termasuk dalam kategori sangat kreatif, 13 orang atau 50% dari
jumlah siswa termasuk dalam kategori kreatif, 2 orang atau 8% dari jumlah
siswa termasuk dalam kategori cukup kreatif.
Berdasarkan deskripsi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa skor
rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematika siswa melebihi skor
ketuntasan minimal = 2,75 sesuai pengkategorian kemampuan berpikir
kreatif matematika siswa yang telah dibahas pada bab III dan tergolong
sangat kreatif.
42
c. Deskripsi Normalized Gain atau Peningkatan Kemampuan Berpikir
Kreatif Matematika Siswa Setelah Diterapkan Pendekatan Problem
Solving
Data pretest dan posttest siswa dihitung dengan menggunakan rumus
normalized gain. Tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa besar
peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematika siswa setelah
diterapkan pendekatan problem solving pada pembelajaran matematika.
Hasil analisis statistik peningkatan (gain) kemampuan berpikir kreatif
matematika siswa setelah diterapkan pendekatan problem solving
dikategorikan berdasarkan tingkat kemampuan berpikir kreatif matematika
siswa yang dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.5 Deskripsi Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematika Siswa Setelah Diterapkan Pendekatan Problem Solving
Nilai Kategori Frekuensi Persentase (%)
Tinggi 11 42
Sedang 15 58
Rendah - -
Jumlah 26 100
Dari tabel 4.5 diatas dapat dilihat bahwa bahwa ada 11 atau 42% siswa
yang nilai gainnya yang artinya peningkatan hasil belajarnya berada
ada kategori tinggi kemudian ada 15 atau 58% siswa yang nilai
yang artinya peningkatan hasil belajarnya berada pada
kategori sedang dan tidak ada satupun atau 0% siswa yang peningkatan hasil
belajarnya berada pada kategori rendah. Dari hasil perhitungan rata-rata skor
43
gain ternormalisasi kemampuan berpikir kreatif matematika siswa setelah
pembelajaran dengan penerapan pendekatan problem solving memperoleh
peningkatan sebesar 0,67 dan berada dalam kategori sedang.
Berdasarkan uraian diatas, rata-rata kemampuan berpikir kreatif
matematika siswa sebelum pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
problem solving sebesar 2,65 yang tidak memenuhi ketuntasan minimal = 2,75
sehingga tergolong kurang kreatif, sedangkan rata-rata kemampuan berpikir
kreatif matematika siswa setelah pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan problem solving mencapai skor 6,27 yang telah memenuhi
ketuntasan minimal = 2,75 dan termasuk dalam kategori sangat kreatif. Selain
itu, terjadi peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematika siswa sebesar
0,67 dengan kategori sedang.
Dari deskripsi data di atas, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata tes
kemampuan berfikir kreatif matematika siswa sebelum dan setelah
diterapkan pendekatan problem solving memiliki perbedaan. Untuk
melihat apakah perbedaan antara kedua kelas cukup berarti atau tidak,
maka akan dilakukan uji statistik lebih lanjut.
2. Hasil Analisis Statistik Inferensial
Analisis statistik inferensial pada bagian ini digunakan untuk pengujian
hipotesis yang telah dikemukakan pada bab II. Sebelum dilakukan uji
hipotesis maka terlebih dahulu dilakukan uji normalitas sebagai uji prasyarat.
Berdasarkan hasil perhitungan komputer dengan bantuan program SPSS 23
diperoleh hasil sebagai berikut:
44
a. Uji Normalitas
Pengujian normalitas bertujuan untuk meliahat apakah data skor
kemampuan berpikir kreatif matematika siswa kelas VIII SMP
Muhammadiyah 12 Makassar setelah penerapan pendekatan problem solving
serta skor gain kemampuan berpikir kreatif siswa terdistribusi normal. Pada
penelitian ini menggunakan taraf signifikan atau 0,05 dengan
syarat: Jika taraf signifikansi maka data berdistribusi
normal. Jika taraf signifikansi maka data tidak
berdistribusi normal.
Dengan menggunakan uji Kolmogorof-smirnov, hasil analisis skor
pretest menunjukkan nilai yaitu 0,181 > 0,05, hasil analisis skor
posttest menunjukkan nilai yaitu dan hasil
analisis nilai gain tingkat kemampuan berpikir kreatif matematika siswa
menunjukkan nilai yaitu . Hal ini menunjukkan
bahwa skor pretest, posttest dan gain termasuk kategori normal. Untuk data
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran D.
b. Pengujian Hipotesis
Karena data berdistribusi normal maka memenuhi kriteria
digunakannya uji-t untuk menguji hipotesis penelitian. Pengujian hipotesis
pada penelitian ini menggunakan uji paired sample t test dengan bantuan
software SPSS 23. Uji t ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada
perbedaan antara kemampuan berpikir kreatif matematika siswa sebelum
45
dan setelah diterapkan pendekatan problem solving pada siswa kelas VIII
SMP Muhammadiyah 12 Makassar.
Taraf kesalahan yang digunakan adalah 5% atau 0.05. Pedoman
pengambilan keputusan dalam uji paired sample t test ini dilihat berdasarkan
nilai probabilitas Sig. 2-tailed, apabila nilai Sig. 2 tailed < 0,05 maka
terdapat perbedaan yang rerata hasil pretest dan posttest. Artinya terdapat
perbedaan antara kemampuan berpikir kreatif matematika siswa sebelum
dan setelah diterapkan pendekatan problem solving pada siswa kelas VIII
SMP Muhammadiyah 12 Makassar. Sebaliknya jika nilai probabilitas atau
Sig. (2-tailed) > 0.05, maka tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
hasil pretest dan posttest. Artinya tidak terdapat perbedaan antara
kemampuan berpikir kreatif matematika siswa sebelum dan setelah
diterapkan pendekatan problem solving pada siswa kelas VIII SMP
Muhammadiyah 12 Makassar. Hasil uji-t tertera pada tabel berikut:
Tabel 4.6 Rekapitulasi Hasil Uji-t
Jenis Data Sig.(2-tailed) Α Keputusan Keterangan
Pretest - Posttest 0,000 0,05 Tolak H0 Berbeda
signifikan
Dari tabel 4.6 di atas menunjukkan untuk nilai Sig. (2-tailed) pada data
pretest dan posttest diperoleh hasil 0,000 < 0,05. Keputusan yang diperoleh
adalah tolak H0, yang artinya terdapat perbedaan kemampuan berpikir
kreatif matematika siswa antara sebelum dan setelah diterapkan pendekatan
problem solving.
c. Uji N – Gain
46
Data N-Gain dianalisis dengan melakukan uji normalitas dan uji
lanjutan. Jika data berdistribusi normal maka uji hipotesis N-Gain
menggunakan statistik parametrik yaitu dengan menggunakan uji-t, tetapi
apabila data tidak berdistribusi normal, maka digunakan statistik non
parametrik, yaitu salah satunya dengan menggunakan U Mann-Whitney test.
Karena data N-Gain diketahui berdistribusi normal, maka dapat
diambil keputusan untuk melakukan uji lanjutan yaitu uji one sample t test,
dengan kriteria pengujian hipotesis H0 diterima atau H1 ditolak jika nilai
sig. (2 tailed) > 0,05, artinya rata-rata gain ternormalisasi siswa ≤ 0,29.
Sebaliknya, H0 ditolak dan H1 diterima jika nilai sig. (2 tailed) < 0,05,
artinya rata-rata gain ternormalisasi siswa > 0,29.
Pengujian peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematika siswa
dengan taraf kesignifikanan = 5% dan df = 25. Berdasarkan output tabel
one sample t test diketahui nilai sig. (2 tailed) adalah dan nilai
, maka sesuai dengan dasar pengambilan
keputusan di atas dapat disimpulkan bahwa ditolak artinya rata-rata gain
ternormalisasi siswa > 0,29. Dari analisis diatas dapat disimpulkan bahwa
peningkatan (gain) kemampuan berpikir kreatif matematika siswa kelas VIII
SMP Muhammadiyah 12 Makassar setelah pembelajaran dengan penerapan
pendekatan problem solving memperoleh peningkatan > 0,29. Untuk data
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran D.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
47
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bagian A, maka pada
bagian ini akan diuraikan pembahasan hasil penelitian yang meliputi pembahasan
hasil analisis deskriptif serta pembahasan hasil analisis inferensial.
1. Pembahasan Hasil Analisis Deskriptif
Berdasarkan hasil analisis deskriptif tentang (1) kemampuan berpikir
kreatif matematika siswa sebelum penerapan pendekatan problem solving,
(2) kemampuan berpikir kreatif matematika siswa setelah penerapan
pendekatan problem solving, dan (3) peningkatan kemampuan berpikir
kreatif matematika siswa. Ketiga aspek ini akan diuraikan sebagai berikut:
a. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Siswa Sebelum
Diterapkan Pendekatan Problem Solving
Hasil analisis data skor kemampuan berpikir kreatif matematika siswa
menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematika siswa
sebelum pembelajaran dengan menerapkan pendekatan problem solving
sebesar 2,65 yang tidak memenuhi ketuntasan minimal = 2,75 sehingga
tergolong kurang kreatif.
b. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Siswa Setelah
Diterapkan Pendekatan Problem Solving
Hasil analisis data skor kemampuan berpikir kreatif matematika siswa
setelah diterapkan pembelajaran melalui pendekatan problem solving
menunjukkan bahwa skor rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematika
siswa mencapai skor 6,27 dan telah melebihi skor ketuntasan minimal =
18,75 sesuai pengkategorian kemampuan berpikir kreatif matematika siswa
yang telah dibahas pada bab III, sehingga kemampuan berpikir kreatif
48
matematika siswa setelah diterapkan pembelajaran melalui pendekatan
problem solving termasuk dalam kategori sangat kreatif.
Pada pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata
kemampuan berpikir kreatif matematika siswa sebelum diterapkan
pendekatan problem solving termasuk dalam kategori kurang kreatif,
sedangkan setelah diberi pembelajaran menerapkan pendekatan problem
solving termasuk dalam kategori sangat kreatif. Hal ini sesuai dengan hasil
analisis uji hipotesis yang telah dilakukan yaitu menunjukkan untuk nilai
Sig. (2-tailed) pada data pretest dan posttest diperoleh hasil 0,000 < 0,05.
Keputusan yang diperoleh adalah tolak H0, yang artinya terdapat perbedaan
antara kemampuan berpikir kreatif matematika siswa sebelum dan setelah
diterapkan pendekatan problem solving.
c. Normalized Gain atau Peningkatan Kemampuan berpikir kreatif
matematika siswa setelah diterapkan pendekatan problem solving
Hasil pengolahan data yang telah dilakukan (Lampiran D) dengan
bantuan Microsoft Office Excel 2007 menunjukkan bahwa hasil normalized
gain atau rata-rata gain ternormalisasi siswa setelah diajar dengan
menggunakan pendekatan problem solving adalah 0,67. Itu artinya
peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematika siswa kelas VIII SMP
Muhammadiyah 12 Makassar setelah pembelajaran menggunakan
pendekatan problem solving umumnya berada pada kategori sedang karena
nilai gainnya berada pada interval 0,30 ≤ g < 0,70. Pada pembelajaran
49
tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan problem solving
dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematika siswa.
2. Pembahasan Hasil Analisis Inferensial
Hasil analisis inferensial menunjukkan hahwa data pretest, posttest
telah memenuhi uji normalitas yang merupakan uji prasyarat sebelum
melakukan uji hipotesis. Data pretest dan posttest telah terdistribusi normal
karena nilai taraf signifikansi (Lampiran D), karena data
terdistribusi normal, maka memenuhi kriteria untuk digunakannya uji-t
untuk menguji hipotesis penelitian.
Dari hasil analisis uji hipotesis yang telah dilakukan yaitu
menunjukkan untuk nilai Sig. (2-tailed) pada data pretest dan posttest
diperoleh hasil 0,000 < 0,05. Keputusan yang diperoleh adalah tolak H0,
yang artinya terdapat perbedaan antara kemampuan berpikir kreatif
matematika siswa sebelum dan setelah diterapkan pendekatan problem
solving.
Selanjutnya, pada pengujian hipotesis normalized gain yang bertujuan
untuk mengetahui seberapa besar peningkatan kemampuan berpikir kreatif
matematika siswa setelah penerapan pendekatan problem solving dengan
menggunakan uji-t one sample test, telah diperoleh nilai = 11,424
lebih dari = 1,708 yang berarti ditolak dan diterima, artinya
bahwa terjadi peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematika pada
siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar berada pada kategori
sedang.
50
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, yaitu menurut Septi
Ayuningsih (2013) menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan
berpikir kreatif matematika siswa yang belajar menggunakan metode
pembelajaran problem solving dengan siswa yang belajar menggunakan
metode konvensional pada siswa SMA Handayani Pekanbaru. Hal ini dapat
dilihat dari nilai , dari hasil pengolahan data diperoleh nilai
sebesar 4,88 dan nilai pada taraf signifikan 5% dan 1%
sebesar 1,99 dan 2,64.
Dari hasil pembahasan analisis deskriptif dan inferensial yang
diperoleh, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
terhadap tingkat kemampuan berpikir kreatif matematika siswa antara
sebelum dan setelah diterapkan pendekatan problem solving dan penelitian
ini relevan dengan beberapa penelitian-penelitian yang pernah dilakukan
sebelumnya.
51
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan,
maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Hasil kemampuan berpikir kreatif matematika siswa kelas VIII SMP
Muhammadiyah 12 Makassar menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan
berpikir kreatif matematika siswa sebelum pembelajaran dengan
menerapkan pendekatan problem solving sebesar 2,65 dari skor ideal 8,00
sehingga berada dalam kategori kurang kreatif dengan standar deviasi
1,384 dimana skor terendah adalah 0 dan skor tertinggi adalah 5.
2. Hasil kemampuan berpikir kreatif matematika siswa kelas kelas VIII
SMP Muhammadiyah 12 Makassar menunjukkan bahwa rata-rata
kemampuan berpikir kreatif matematika siswa sebesar 6,27 dari skor ideal
8,00 sehingga berada dalam kategori sangat kreatif dengan standar
deviasi 1,218 dimana skor terendah adalah 4 dan skor tertinggi adalah 8.
Terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kemampuan berpikir
kreatif matematika siswa antara sebelum dan setelah diterapkan
pendekatan problem solving pada siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah
12 Makassar. Ini didasarkan pada hasil analisis deskriptif dan inferensial
yang diperoleh bahwa terdapat perbedaan rata-rata kemampuan berpikir
kreatif matematika siswa antara sebelum dan setelah penerapan
51
pendekatan problem solving dan terjadi peningkatan kemampuan berpikir
kreatif matematika siswa yang peningkatannya berada dalam kategori
sedang.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini, maka peneliti
mengajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan problem solving dapat
diterapkan guru sebagai salah satu upaya meningkatkan kemampuan
berpikir kreatif matematika siswa dalam proses pembelajaran.
2. Keberhasilan peneliti untuk mengetahui perbedaan antara kemampuan
berpikir kreatif matematika siswa sebelum dan setelah diterapkan
pendekatan problem solving hanya pada materi sistem persamaan linear
dua variabel sehingga diharapkan pada peneliti yang ingin melakukan
penelitian dengan pendekatan problem solving agar menerapkannya pada
materi yang lain agar kita dapat mengetahui bersama materi apa saja yang
cocok dengan pendekatan problem solving untuk meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif matematika siswa.
51
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, R. O., & Imroni, M. 2010. Pengaruh Pemahaman Konsep Turunan
Terhadap Kecepatan dan Percepatan Dalam Mata Pelajaran Fisika Pada
Siswa di MAN Buntet Pesantren Kabupaten Cirebon, (Online) Vol.2 No.1
(https://edumajournal.files.wordpress.com, di akses 20 Oktober 2018).
Ariyati, E. 2010. Pembelajaran Berbasis Praktikum Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa, (Online) Vol.1 No.2
(https://www.researchgate.net, di akses 29 Juli 2019).
Ayuningsih, Septi. 2013. Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran Problem
Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Siswa SMA
Handayani. Skripsi tidak diterbitkan. Riau: Universitas Islam Negeri
Sultan Syarif Kasim Riau.
Haeruman, L. D., Rahayu, W., & Ambarwati, L. 2017. Pengaruh Model
Discovery Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis dan Self-Confidence Ditinjau dari Kemampuan Awal
Matematis Siswa SMA di Bogor Timur. (Online) Vol.10 No.2
(http://jurnal.untirta.ac.id, di akses 29 Juli 2019).
Harahap, E. R., & Surya, E. 2017. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Siswa Kelas VII Dalam Menyelesaikan Persamaan Linear Satu Variabel.
(Online) Vol.7 No.1 (http://digilib.unimed.ac.id, di akses 20 Oktober
2018).
Herman, T. 2000. Strategi Pemecahan Masalah (Problem Solving) Dalam
Pembelajaran Matematika, (Online) (http://file.upi.edu, di akses 22
Oktober 2018).
Huda, Miftahul. 2016. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran Isu-Isu
Metodis dan Paradigmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Khoiri, W., Rochmad, R., & Cahyono, A. N. 2013. Problem Based Learning
Berbantuan Multimedia Dalam Pembelajaran Matematika Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif, (Online)
(http://journal.unnes.ac.id, di akses 20 Oktober 2018).
Kurniawati, E. F. 2008. Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan
Keaktifan Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem
Solving Dalam Pembelajaran Matematika (Ptk Pembelajaran Matematika
51
Di Kelas Iv Sd Negeri Pabelan 01). Skripsi tidak diterbitkan. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Melianingsih, N., & Sugiman, S. 2015. Keefektifan Pendekatan Open-Ended Dan
Problem Solving Pada Pembelajaran Bangun Ruang Sisi Datar Di SMP,
(Online) Vol.2 No.2 (https://journal.uny.ac.id, di akses 22 Oktober 2018).
Muzaki, F. I. 2010. Pengaruh Kreativitas Dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap
Kemampuan Siswa Memecahkan Masalah Matematika Di Dalam Model
Pembelajaran Problem Solving Materi Ajar Perbandingan Di Smp
Muhammadiyah I Kota Tegal Kelas Vii Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi
tidak diterbitkan. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Perdana, P. M. 2014. Pengaruh Metode Problem Solving Terhadap Hasil Belajar
Siswa Kelas VIII MTs. Assyafiiyah Gondang Pada Materi Hubungan
Sudut Pusat, Panjang Busur, Luas Juring dalam Pemecahan Masalah.
Skripsi tidak diterbitkan. Tulungagung: Institut Agama Islam Negeri
Tulungagung.
Rahmawati, E. 2010. Efektivitas model pembelajaran problem solving dalam
materi sistem persamaan linier dua variabel di kelas VIII MTsN Tanjung
Tani Prambon Nganjuk tahun pelajaran 2009/2010). Skripsi tidak
diterbitkan. Semarang: Institut Agama Islam Negeri Walisongo.
Rais, M. 2015. Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Metode Problem
Solving pada Siswa MIN Maros Baru Kab. Maros. Skripsi tidak
diterbitkan. Makassar: Universitas Islam Negri Alauddin Makassar.
Ristiani, H. 2014. Perbandingan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Siswa Antara Siswa Yang Mendapatkan Model Pembelajaran Two Stay –
Two Stray (TS-TS) Dengan Konvensional, (Online)
(https://journal.institutpendidikan.ac.id, di akses 14 Februari 2019).
Saefudin, A. A. 2012. Pengembangan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Dalam
Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Pendidikan Matematika
Realistik Indonesia (PMRI), (Online) Vol.4 No.1
(https://s3.amazonaws.com, di akses 22 Oktober 2018).
Siswono, T. Y. E. 2004. Mendorong Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pengajuan
Masalah (Problem Posing). Makalah dipresentasikan pada Konferensi
Nasional Matematika XI, (Online) (https://s3.amazonaws.com, di akses 22
Oktober 2018).
51
Siswono, T. Y. E. 2007. Desain Tugas untuk Mengidentifikasi Kemampuan
Berpikir Kreatif Siswa dalam Matematika, (Online)
(https://s3.amazonaws.com, di akses 22 Oktober 2018).
Siswono, T. Y. E. 2007. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
Melalui Pengajuan Masalah dan Pemecahan Masalah Matematika,
(Online) (https://s3.amazonaws.com, di akses 22 Oktober 2018).
Sudarma, Momon. 2013. Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kreatif.
Bandung: PT Raja Grafindo Persada.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suhendri, H. 2015. Pengaruh Metode Pembelajaran Problem Solving terhadap
Hasil Belajar Matematika Ditinjau dari Kemandirian Belajar, (Online)
Vol.3 No.2 (http://journal.lppmunindra.ac.id, di akses 23 Oktober 2018).
Sunaryo, Y. 2013. Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Matematik Siswa SMA Di Kota
Tasikmalaya. Skripsi tidak diterbitkan. Jakarta: Universitas Terbuka.
Syarif, Mohamad. 2016. Pembelajaran Dengan Pendekatan Problem Solving
Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Matematika
Siswa SMA, (Online), (https://docplayer.info, diakses 22 Oktober 2018).
Tim Penyusun FKIP Unismuh Makassar. 2014. Pedoman Penulisan Skripsi.
Makassar: FKIP Unismuh Makassar.
Waluyo, S., & Surya, E. Pengaruh Pendekatan Open Ended Terhadap
Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika. (Online)
(https://www.researchgate.net, di akses 20 Oktober 2018).
Yusuf, O. L., & Sutiarso, S. 2017. Problem Solving Dalam Pembelajaran
Matematika. In Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan
Matematika, (Online) Vol.1 No.1 (http://ejournal.radenintan.ac.id, di akses
23 Oktober 2018).
Zalikha, Siti. 2018. Pengaruh Pendekatan Problem Solving Terhadap
Kemampuan Berfikir Kreatif Siswa Pada Materi Teorema Pythagoras Di
Kelas VIII MTsN 2 Banda Aceh. Skripsi tidak diterbitkan. Banda Aceh:
Universitas Islam Negeri Ar-Raniry.
51
51
51