pengaruh penambahan kawat galvanis bentuk ‘c’ …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileta/ta ari irawan...
TRANSCRIPT
i
PENGARUH PENAMBAHAN KAWAT GALVANIS BENTUK
‘C’ PADA KUAT TEKAN BETON
TUGAS AKHIR
ARI IRAWAN SAPUTRA
NIM : 140309239792
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
BALIKPAPAN
2017
ii
PENGARUH PENAMBAHAN KAWAT GALVANIS BENTUK
‘C’ PADA KUAT TEKAN BETON
TUGAS AKHIR
KARYA TULIS INI DI AJUKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT
UNTUK MEMPEROLEH GELAR AHLI MADYA DARI POLITEKNIK
NEGERI BALIKPAPAN
ARI IRAWAN SAPUTRA
NIM : 140309239792
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
BALIKPAPAN
2017
LEMBAR PENGESAHAN
iii
PERENCANAAN SISTEM INSTALASI AIR KOTOR PADA
RUKO 3 LANTAI DI KELURAHAN SEPINGGAN
BALIKPAPAN
Disusun oleh :
ARI IRAWAN SAPUTRA
NIM : 140309239792
Pembimbing I Pembimbing II
Totok Sulistyo,ST.,MT. Candra Irawan,ST,.Msi.
NIP. 19720902 200012 1 003 NIP. 19770124 200701 1 010
Penguji I Penguji II
Drs. Sunarno, M.Eng Mersianty, ST., MT.
NIP. 19640413 199003 1 015 NIP. 8827320016
Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Sipil
Drs. Sunarno, M.Eng
NIP. 19640413 199003 1 015
iv
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH
KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas akademik Politeknik Negeri Balikpapan, saya yang bertanda
tangan dibawah ini:
Nama : Ari Irawan Saputra
NIM : 140309239792
Program Studi : Teknik Sipil
Judul TA : PENGARUH PENAMBAHAN KAWAT GALVANIS BENTUK „C‟
PADA KUAT TEKAN BETON
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui untuk
memberikan hak kepada Politeknik Negeri Balikpapan untuk menyimpan,
mengalih media atau format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data
(database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Dibuat di : Balikpapan
Pada tanggal : 26 Juli 2017
Yang Menyatakan
ARI IRAWAN SAPUTRA
NIM. 140309239792
v
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Ari Irawan Saputra
Tempat/Tgl Lahir : Samboja, 19 juni 1996
NIM : 140309239392
Menyatakan bahwa tugas akhir yang berjudul “PENGARUH
PENAMBAHAN KAWAT GALVANIS BENTUK „C‟ PADA KUAT TEKAN
BETON” adalah bukan merupakan hasil karya tulis orang lain, baik sebagian
maupun keseluruhan, kecuali dalam kutipan yang disebutkan sumbernya.
Demikian surat pernyataan saya buat dengan sebenar-benarnya tanpa
paksaan dari pihak manapun dan apabila pernyataan ini tidak benar, maka saya
siap mendapat sanksi akademis.
Balikpapan, 26 Juli 2017
Mahasiswa,
ARI IRAWAN S.
NIM. 140309239792
vi
LEMBAR PERSEMBAHAN
Alhamdulillah kupanjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
kesempatan untuk menyelesaikan tugas akhir ini dan telah
menghadirkan mereka yang selalu memberi semangat dan doa yang
tiada henti-hentinya
Tugas akhir ini kupersembahkan untuk Ayah dan Ibu Tersayang
Ashari dan Nurdiyawanti
Tiada kata yang bisa menggantikan segala kasih sayang yang telah di
berikan kepada putranya ini
Serta kepada saudara dan saudariku tercinta
Ferdi dan Nisa
Dan juga kepada pacar saya Nurbalqis Ramly dan teman saya yang
selama ini mendukungku mengerjakan Tugas Akhir ini kepada Angga
Saputra, Cindi Harianti, Erna Saiyah dan Dina Ocktavia
Seluruh rekan-rekan 3 Teknik Sipil 2 2014 yang kusayangi yang telah
membantuku dalam pelaksanaan penelitian tugas akhir ini
vii
ABSTRACT
Fiber concrete is a admixture of concrete plus fiber. Selection of galvanized
wire fiber as a admixture of concrete because this material is easy to found in the
market, strong, easily formed and resistant to corrosion. With a galvanized C
pattern as an added material on fiber concrete is expected to produce a
compressive strength and strong bending of concrete.
This study used a galvanized wire variation of 8% and 10% by weight of
cement with
C pattern 0,5 cm with code C14 8%, C1410%, and normal concrete with code
BN14 1, BN14 2, BN14 3 and BN28 1, BN28 2, BN28 3 for test of compressive
strength of 14 day, compressive strength test 28 days,for 14 compressive test as
much 9 a 9 sample specimen 3 normal concrete and 6 fiber concrete and 28 day
compressive strength test as much a 9 sample specimen 3 normal concrete and 6
fiber concrete.
From the test results obtained value of compressive strength 271,111 kg/cm2,
248,889 kg/cm2 and 291,852 kg/cm
2 for test object OB, S06B, S1B. Changes in
compressive strength decreased by 8,196% and on concrete 28 days three was an
increase in compressive strength of concrete by 7,650%.
Keywords: fiber concrete, galvanized wire, compressive strength
viii
ABSTRAK
Beton serat merupakan campuran beton ditambah serat. Pemilihan serat
kawat galvanis sebagai campuran beton karena material ini mudah didapat
dipasaran, kuat, mudah dibentuk dan tahan terhadap korosi. Dengan pola kawat
galvanis bentuk „C‟ sebagai bahan tambah pada beton serat diharapkan mampu
menghasilkan kuat tekan beton.
Penelitian ini menggunakan kawat galvanis dengan variasi kawat galvanis
dari 8% dan 10% berat semen dengan pola C diameter 0,5 cm dengan kode C14
8%, C14 10%, dan beton normal dengan kode BN14 1 BN14 2 dan BN14 3 dan
BN28 1 BN28 2 dan BN28 3, untuk uji kuat tekan umur 14 hari sebanyak 9
sampel benda uji 3 beton normal dan 6 beton serat, uji kuat tekan umur 28 hari
sebanyak 9 sampel benda uji 3 beton normal dan 6 beton serat.
Dari hasil pengujian diperoleh nilai kuat tekan 271,111 kg/cm2, 248,889
kg/cm2, dan 291,852 kg/cm
2 untuk benda uji BN28, C28 8%, dan C28 10%.
Perubahan kuat tekan menurun sebesar 8,196% dan pada beton 28 hari terjadi
penigkatan kuat tekan beton sebesar 7,650%.
Kata kunci: beton serat, kawat galvanis, kuat tekan
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT karena Rahmat dan
KaruniaNya-lah Penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir yang berjudul
“Pemakaian serat kawat galvanis berbentuk “C” pada kuat tekan beton”. Tugas
akhir ini di susun untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan diploma (D3) pada jurusan Teknik Sipil di Politeknik Negeri
Balikpapan
. Penyusunan tuas akhir ini tidak terlepas dari kendala-kendala yang ada,
namun berkat dukungan dan arahan dari berbagai pihak, akhirnya tugas akhir ini
dapat di selesaikan dengan baik, oleh karena itu penulias menyampaikan terima
kasih pada
1. Bapak Ramli,S.E, M.M, selaku direktur Politeknik Negeri Balikpapan.
2. Bapak Drs. Sunarno, M.Eng, selaku ketua jurusan teknik sipil Politeknik
Negeri Balikpapan.
3. Bapak Totok Sulistyo, S.T, M.T selaku dosen pembimbing 1 yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan tugas akhir.
4. Bapak Candra Irawan S.T, M.Si selaku dosen pembimbing 2 yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan tugas akhir.
5. Seluruh dosen dan staff karyawan jurusan politeknik negeri Balikpapan.
6. Bapak Ashari dan Ibu Nurdiyawanti selaku orang tua serta kedua adik yaitu
Ferdi Dermawan Saputra dan Nur Khairunnisa Putri Ramadhani yang telah
memberikan dukungan moril dalam keluarga.
7. Buat Nurbalqis Ramly yang telah membantu dan kepada seluruh teman-teman
angkatan 2014 Teknik Sipil khususnya teman-teman kelas 3 TS 2 yang telah
banyak membantu selama penyusunan tugas akhir ini hingga selesai.
8. Serta seluruh pihak yang tidak bias di sebutkan satu persatu, yang telah
membantu dalam penyusunan tugas akhir ini hingga selesai.
Penulis menyadari, Tugas Akhir ini masih banyak kelemahan dan
kekurangan nya dalam menyusun tugas akhir ini. Oleh karena itu penulis
sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi
kesempurnaan tugas akhir. Dengan tugas akhir ini di tulis, semoga dapat
x
bermanfaat bagi penulis maupun pihak yang membaca terutama yang
berkecimpung di dalam, bidang Teknik Sipil.
Balikpapan 26 Juli 2017
Ari Irawan Saputra
xi
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ..................................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN....................................................................................... iv
LEMBAR PERSEMBAHAN .................................................................................. v
ABSTRACT ........................................................................................................... vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
1.3 Batasan Masalah ........................................................................................ 2
1.4 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 2
1.5 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 2
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Beton .......................................................................................................... 3
2.1.1 Proses Terjadinya Beton ............................................................................ 4
2.1.2 Bahan Pembentuk Beton ............................................................................ 4
2.1.2.1 Semen Portland .......................................................................................... 4
2.1.2.2 Air .............................................................................................................. 5
2.1.2.3 Agregat ....................................................................................................... 6
2.2 Beton Serat (Fiber) .................................................................................... 6
2.2.1 Mekanisme Kerja Beton Serat ................................................................... 8
2.2.2 Kelebihan dan Kekurangan Beton Serat .................................................... 8
2.3 Kawat Galvanis .......................................................................................... 9
2.4 Umur Beton .............................................................................................. 10
2.5 Kuat Tekan ............................................................................................... 11
xii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................. 12
3.2 Alat ........................................................................................................... 12
3.3 Bahan ....................................................................................................... 13
3.4 Metodologi Pengujian .............................................................................. 14
3.5 Proses Pengolahan Serat Kawat Galvanis................................................ 15
3.6 Prosedur Penelitian .................................................................................. 16
3.6.1 Pemeriksaan Bahan Pada Agregat Kasar ................................................. 18
3.7 Pengujian Slump Tes ................................................................................ 22
3.8 Pembuatan Benda Uji .............................................................................. 22
3.9 Perawatan Benda Uji................................................................................ 23
3.10 Kuat Tekan Beton .................................................................................... 23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Umum ...................................................................................................... 25
4.2 Pemeriksaan Pasir Samboja ..................................................................... 25
4.2.1 Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Air Pasir Samboja .................. 25
4.2.2 Pemeriksaan Kadar Air Pasir Samboja .................................................... 26
4.2.3 Pemeriksaan Kadar Lumpur Samboja ..................................................... 27
4.2.4 Pemeriksaan Berat Isi Pasir Samboja ...................................................... 27
4.2.5 Pemeriksaan Gradasi Pasir Samboja ........................................................ 28
4.3 Pemeriksaan Kerikil Palu ......................................................................... 30
4.3.1 Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Air Kerikil Palu ..................... 31
4.3.2 Pemeriksaan Kadar Air Kerikil Palu........................................................ 32
4.3.3 Pemeriksaan Kadar Lumpur Kerikil Palu ................................................ 33
4.3.4 Pemeriksaan Berat Isi Kerikil Palu .......................................................... 33
4.3.5 Pemeriksaan Gradasi Kerikil Palu ........................................................... 34
4.3.6 Pemeriksaan Keausan Kerikil Palu .......................................................... 36
4.4 Perencanaan Campuran Beton ................................................................. 37
4.5 Perhitungan Kebutuhan Serat Kawat Galvanis ........................................ 38
4.6 Pembuatan Benda Uji .............................................................................. 38
4.7 Pengujian Slump ...................................................................................... 39
4.8 Perawatan Benda Uji................................................................................ 39
xiii
4.9 Pengujian Kuat Tekan Beton ................................................................... 40
4.10 Persentase Peningkatan Kuat Tekan Beton ............................................. 43
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 44
5.2 Saran ........................................................................................................ 44
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 45
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Proses terjadinya beton ..................................................................... 4
Gambar 3.1 Diagram alir metodologi penelitian .................................................. 15
Gambar 3.2 Pola C kawat galvanis ...................................................................... 16
Gambar 4.1 Grafik Gradasi Pasir Samboja Zona 1 ...............................................29
Gambar 4.2 Grafik Gradasi Pasir Samboja Zona 2 ...............................................29
Gambar 4.3 Grafik Gradasi Pasir Samboja Zona 3 ...............................................30
Gambar 4.4 Grafik Gradasi Pasir Samboja Zona 4 ...............................................30
Gambar 4.5 Grafik Gradasi Kerikil Palu Zona 1 ..................................................35
Gambar 4.6 Grafik Gradasi Kerikil Palu Zona 2 ..................................................35
Gambar 4.7 Grafik Gradasi Kerikil Palu Zona 3 ..................................................35
Gambar 4.8 Diagram Kuat Tekan Beton 14 Hari .................................................41
Gambar 4.9 Diagram Kuat Tekan Beton 28 Hari .................................................42
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Waktu Penelitian 12
Tabel 3.2 Ukuran Saringan Pada Penelitian Gradasi Agregat 13
Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan
Air Pasir Samboja 26
Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Kadar Air Pasir Samboja 27
Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Kadar Lumpur Pasir Samboja 27
Tabel 4.4 Hasil Pemeriksaan Berat Isi Pasir Samboja 28
Tabel 4.5 Hasil Pemeriksaan Gradasi Pasir Samboja 28
Tabel 4.6 Hasil Pemeriksaan Berat Jenis dan
Penyerapan Air Kerikil Palu 32
Tabel 4.7 Hasil Pemeriksaan Kadar Air Kerikil Palu 32
Tabel 4.8 Hasil Pemeriksaan Kadar Lumpur Kerikil Palu 33
Tabel 4.9 Hasil Pemeriksaan Berat Isi Kerikil Palu 33
Tabel 4.10 Hasil Pemeriksaan Gradasi Kerikil Palu 34
Tabel 4.11 Hasil Pemeriksaan Keausan Kerikil Palu 36
Tabel 4.12 Hasil Perencanaan Campuran Beton per Benda uji Kubus 37
Tabel 4.13 Data Kebutuhan Material m3 37
Tabel 4.14 Kebutuhan Serat Kawat Galvanis 38
Tabel 4.15 Hasil Pengujian Slump 39
Tabel 4.16 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton 14 Hari 40
Tabel 4.17 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton 28 Hari 41
1
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang 1.1
Beton adalah sebuah bahan bangunan komposit yang terbuat dari kombinasi
aggregat dan pengikat semen. Bentuk paling umum dari beton adalah beton semen
Portland, yang terdiri dari agregat mineral (biasanya kerikil dan pasir), semen dan
air dan Beton serat merupakan campuran beton ditambah serat. Bahan serat dapat
berupa serat asbestos, serat plastik atau potongan kawat baja, serat tumbuh-
tumbuhan (rami, sabut kelapa, bamboo, ijuk) (Trimulyono, 2004). Beton serat
adalah komposit yang terdiri dari beton biasa dan bahan lain yang berupa serat,
serat dalam beton ini berfungsi mencegah retak-retak sehingga menjadikan beton
lebih daktail daripada beton biasa.dalam pembuatannya beton ditambahkan serat
kedalamnya, yang betujuan untuk meningkatkan kuat tarik dan kuat lentur beton
agar tahan terhadap gaya tarik dan lentur yang di akibatkan pengaruh iklim,
temperature dan perubahan cuaca yan dialami oleh permukaan yang luas.
Penambahan serat itu sendiri dapat mereduksi retak-retak yang timbul akibat
perubahan cuaca tersebut.
Penelitian ini mengaplikasikan penggunaan serat dalam campuran beton,
dengan bahan tambah (admixture) serat jenis kawat galvanis. Penelitian ini
mengaplikasikan penggunaan serat dalam campuran beton dengan bahan tambah
berupa serat kawat galvanis pola C. Pemilihan serat kawat galvanis sebagai
campuran beton karena material ini mudah didapat dipasaran, kuat, mudah
dibentuk dan tahan terhadap korusi. Dengan pola galvanis C sebagai bahan
tambah pada beton serat diharapkan mampu menghasilkan kuat tekan pada beton.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini yaitu :
1. Berapa besar pengaruh penambahan kawat galvanis pola C terhadap kuat
tekan beton.
2. Berapa persen peningkatan kuat tekan dengan menggunakan kawat galvanis
pola C terhadap beton kubus.
2
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka batasan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Bahan yang digunakan dalam pembuatan beton :
a. Kawat galvanis Ø0,5mm berbentuk C dengan ukuran 5 cm panjangnya dan
bendingnya masing-masing 1 cm.
b. Air yang dipakai dalam penelitian ini adalah air yang memenuhi syarat
yaitu air PDAM yang berasal dari work shop teknik sipil Politeknik
Negeri Balikpapan.
c. Agregat halus yang di gunakan adalah pasir Samboja.
d. Semen yang digunakan adalah semen Portland tipe I yaitu merk semen
Tonasa.
e. Agregat kasar yang digunakan adalah krikil Palu.
f. Proporsi Kawat Galvanis sebanyak 8% dan 10%
2. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan benda uji berupa kubus
sebanyak 18 sampel.
3. Pengujian kuat tekan beton dilakukan pada umur 14 dan 28 hari.
4. Metode mix design yang digunakan adalah standar SNI 03-2834-2000.
Tujuan penelitian 1.2
Tujuan penelitian ini antara lain :
1. Mengetahui persentase peningkatan kuat tekan terhadap penambahan kawat
galvanis bentuk C.
2. Mengetahui peningkatan kuat tekan beton dengan cetakan kubus.
Manfaat Penelitian 1.3
Manfaat yang di harapkan untuk dapat di peroleh melalui penelitian ini adalah :
1. Menambah pengetahuan dan wawasan tentang beton serat kawat galvanis.
2. Dapat di jadikan refrensi untuk penelitian selanjutnya
3
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Beton
Menurut SNI 03-2847-2002, beton adalah bahan yang di dapat dengan
mencampurkan semen Portland, agregat halus, agregat kasar dan air (dan
terkadang menggunakan bahan tambah yang bervariasi mulai dari bahan kimia
tambahan, serat, sampai bahan buangan non-kimia) pada perbandingan tertentu.
Campuran tersebut dituang ke dalam cetakan kemudian dibiarkan maka akan
mengeras seperti batuan. Pengerasan ini terjadi akibat reaksi kimia antara air dan
semen, yang berlangsung selama waktu yang panjang dan akibatnya campuran itu
selalu bertambah keras setara dengan umurnya.
Kekuatan tekan beton akan bertambah dengan naiknya umur beton. kekuataan
beton akan naik secara cepat sampai umur 28 hari, tetapi setelah itu kenaikannya
akan mengecil. Perancangan beton harus memenuhi kriteria perancangan yang
berlaku perancangan sendiri bertujuan untuk mendapatkan mutu beton yang baik
dimana harus memiliki kuat tekan yag tinggi dan pengerjaan yang mudah, tahan
lama, murah, dan tahan aus.
Menurut (SNI 03-2847-2002) beton memiliki kelebihan dan kekurangan
sebagai berikut:
a. Kelebihan pada beton:
- Harga relatif murah karena menggunakan bahan lokal.
- Biaya perawatan yang rendah, karena beton termasuk tahan aus dan tahan
kebakaran.
- Mempunyai kuat tekan yang tinggi serta mempunyai sifat tahan terhadap
pengkaratan dan pembusukan oleh kondisi lingkungan.
- Beton mudah dicetak sesuai dengan kebutuhan konstruksi dilapangan.
- Beton dapat memikul beban yang berat.
b. Kekurangan pada beton:
- Bentuk beton tidak dapat diubah jika sudah mengeras dan memerlukan
waktu jika ingin merubahnya.
- Beton lemah terhadap kuat tarik sehingga mudah retak.
- Beton sulit kedap air secara sempurna, sehingga selalu dimasuki air.
4
- Pada pelaksanaan pekerjaan beton membutuhkan ketelitian yang tinggi.
- Perlu dibuat dilatasi (expansion joint) untuk mencegah terjadinya retak
akibat kembang susut karna perubahan suhu
2.1.1 Proses terjadinya beton
Proses terjadinya beton adalah pasta semen yaitu proses hidrasi antara air
dan semen. selanjutnya jika ditambahkan dengan agregat halus menjadi mortar
dan jika ditambahkan dengan agregat kasar menjadi beton. Adapun proses
terbentuknya beton dapat dilihat pada Gambar 2.1 Diagram Proses Terjadinya
Beton.
Gambar 2.1 Proses Terjadinya Beton
Sumber: Mulyono, 2004
2.1.2 Bahan Pembentuk Beton
Pada umumnya beton terbentuk melalui proses pencampuran antara semen
Portland, air, dan agregat.
2.1.2.1 Semen Portland
Semen portland (Portland cement) merupakan bahan ikat yang sangat
penting dalam konstruksi beton, yang bersifat hidrolis, yaitu akan mengalami
proses pengerasan jika dicampur air yang digunakan untuk mengikat bahan
material menjadi satu kesatuan yang kuat. Suatu semen jika diaduk dengan semen
air akan menjadi adukan pasta semen, Sedangkan jika diaduk dengan air
kemudian ditambah pasir menjadi mortar semen, dan jika ditambah dengan kerikil
menjadi beton. Semen portland berfungsi sebagai pengikat bahan-bahan
bangunan yang lain (batu bata, batu kali, pasir). Selain itu juga untuk mengisi
5
rongga-rongga di antara butiran agregat, sesuai dengan pemakaiannya semen
Portland dibagi menjadi 5 jenis, yaitu:
a. Jenis I, merupakan semua semen portland untuk tujuan umum, biasa tidak
memerlukan sifat-sifat khusus misalnya, gedung trotoar, jembatan, dan lain-
lain.
b. Jenis II, merupakan semen portland yang tahan terhadap sulfat dan panas
hidrasi sedang dan ketahanan terhadap sulfat lebih baik, penggunaannya
pada pir (tembok di laut dermaga), dinding penahan tanah tebal dan lain.
c. Jenis III, merupakan semen portland dengan kekuatan awal tinggi.
Kekuatan dicapai umumnya dalam satu minggu. Umumnya dipakai ketika
acuan harus dibongkar secepat mungkin atau ketika struktur harus cepat
dipakai.
d. Jenis IV, merupakan semen portland tahan sulfat, dipakai untuk beton
dimana menghadapi aksi sulfat yang panas. Umumnya dimana air tanah
mengandung kandungan sulfat yang tinggi.
e. Jenis V, merupakan semen portland dengan panas hidrasi rendah. Dipakai
untuk kondisi dimana kecepatan dan jumlah panas yang timbul harus
minimum.
2.1.2.2 Air
Air merupakan bahan dasar pembuat beton yang penting. Air diperlukan
agar bereaksi dengan semen (proses pengikatan) serta sebagai bahan pelumas
antara butir-butir agregat agar dapat mudah dikerjakan dan dipadatkan. Proses
pengikatan berawal beberapa menit setelah pencampuran yang disebut initial set
(pengikatan awal) dan berakhir setelah beberapa jam disebut final set (akhir
pengikatan). Waktu pengikatan adalah jangka waktu dari mulai mengikatnya
semen setelah berhubungan dengan air sampai adukan semen menunjukkan
kekentalan yang tidak memungkinkan lagi untuk dikerjakan lebih lanjut.
Kelebihan air yang ada digunakan sebagai pelumas. Penambahan air untuk
pelumas tidak boleh terlalu banyak karena kekuatan beton akan berkurang. Selain
itu, akan menimbulkan bleeding. Hasil bleeding ini berupa lapisan tipis yang
mengurangi lekatan antara lapis-lapis beton.
6
2.1.2.3 Agregat
Agregat adalah material granular, seperti pasir, kerikil, batu pecah,
dan tungku pijar yang dipakai bersama-sama dengan suatu media pengikat untuk
membentuk suatu beton atau adukan semen hidraulik. Proporsi agregat di dalam
campuran beton sangat tinggi, menempati 70 – 75% dari total volume beton.
kualitas agregat sangat berpengaruh terhadap kualitas suatu beton. Kualitas
agregat yang baik berpengaruh pada kelecakan, durabilitas, kekuatan, dan nilai
ekonomi pada beton. Sifat yang paling penting dari suatu agregat adalah kekuatan
hancur dan ketahanan terhadap benturan yang dapat mempengaruhi ikatannya
dengan pasta semen, porositas, dan karakteristik absorbsi yang mempengaruhi
daya tahan terhadap penyusutan. Berdasarkan jenisnya agregat dibedakan menjadi
2 yaitu:
a. Agregat kasar
Menurut SNI - 03 - 2847 – 2002, agregat kasar adalah kerikil sebagai hasil
disintegrasi 'alami' dari batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari
industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir lebih dari 5mm.
b. Agregat halus
Menurut SNI - 03 - 2847 – 2002, agregat halus adalah pasir alam sebagai
hasil disintegrasi 'alami' batuan atau pasir yang dihasilkan oleh industri
pemecah batu dan mempunyai ukuran butir terbesar 5mm.
Adapun ukuran ayakan yang digunakan menurut ISO (Internasional
Standaris Organization Geneva) yaitu: 37.5mm, 19mm, 9.5mm, 4.75mm,
3.36mm, 1.18mm, 0.60mm, 0.30mm, 0.15mm, dan 0.075mm. Agregat
umumnya dalam keadaan kering.
2.2 Beton Serat (fiber)
Kekuatan tarik beton sangat kecil sehingga kontribusi beton dalam menahan
tarik diabaikan. Gaya tarik yang timbul pada beton bertulang semuanya ditahan
oleh tulangan (baja) yang dipasang. Oleh karena itu, guna meningkatkan kekuatan
tarik dan mengurangi sifat getas, serta meningkatkan ketahanan retak awal (first
crack) beton, maka dapat ditempuh di antaranya dengan menambahkan serat
7
(fiber) dalam campuran beton. Serat pada campuran beton dapat menunda
retaknya beton, membatasi penambahan retak dan juga membantu
ketidakmampuan semen portland yang tidak dapat menahan regangan dan
benturan menjadi ikatan komposit kuat dan lebih tahan retak.
Beton serat adalah bahan komposit yang terdiri dari beton biasa dan bahan
lain yang berupa serat. Serat dalam beton ini berfungsi mencegah retak-retak
sehingga menjadikan beton lebih daktail dan bertujuan untuk meningkatkan kuat
tarik beton. Mengingat beton mempunyai gaya tarik yang rendah pada beton
bertulang bagian yang mengalami tegangan tarik akan retak terlebih dahulu. Hal
ini terjadi sebelum tulangan baja memberikan dukungan terhadap tarikan secara
optimal yang mengakibatnya terjadi retak-retak rambut yang secara struktur tidak
berbahaya, tapi apabila ditinjau dari segi keawetan bangunan akan berkurang.
Untuk mendapatkan hasil terbaik dianjurkan menggunakan rasio 50 – 100 di
mana jika diameter serat 1mm, panjangnya berkisar 50 – 100 mm. Beton dengan
serat membuatnya menjadi lebih kaku sehingga memperkecil nilai slump serta
membuat waktu ikat awal (initial setting) lebih cepat. Penambahan serat sampai
batas optimum umumnya meningkatkan kuat tarik dan kuat lentur, tetapi
menurunkan kekuatan tekan. Jenis serat tertentu meningkatkan kinerja beton
seperti serat baja dan serat tembaga.
Serat yang ditambahkan dapat dari berbagai tipe, bentuk permukaan,
panjang serat dan persentase jumlah serat (fiber volume fraction,Vf). Umumnya
serat yang digunakan dari bahan dengan kekuatan tarik yang relatif besar.
Terdapat 5 jenis beton dengan bahan tambah serat yang digunakan yakni beton
serat baja (Steel Fiber Reinforced Concrete, SFRC), beton serat kaca (Glass Fiber
Reinforced Concrete,GFRC), beton serat sintetis–plastik (Synthetic Fiber
Reinforced Concrete, SFRC), beton serat karbon (Carbon Fiber Reinforced
Concrete, CFRC), dan beton serat alam (Natural Fiber Reinforced Concrete,
NFRC).
Beton serat dapat digunakan pada konstruksi yang harus mempunyai
permukaan luas di mana temperatur, oksidasi dan penguapan mempunyai
pengaruh besar terhadap besarnya susut muai, seperti landasan pacu di bandar
udara, plat atap, jalan, dan lain-lain. Beban kejut dapat dihasilkan melalui benda
8
jatuh dan bertumbukan dengan suatu struktur beton sehingga menghasilkan gaya
yang bekerja secara tiba-tiba. Beban dinamik yang berulang–ulang juga dapat
menyebabkan hal yang sama.
2.2.1 Mekanisme Kerja Beton Serat
Banyak sekali penelitian mengenai mekanisme kerja beton serat sehingga
dapat memperbaiki sifat beton tersebut antara lain:
1. Specing concept
Dengan mendekatkan jarak antara serat dalam campuran beton akan
membuat beton lebih mampu membatasi ukuran retak dan mencegah
berkembangnya retak menjadi lebih besar. Kerja serat akan lebih efektif jika
diletakan berjajar dan seragam tidak tumpeng tindih (over lapping).
2. Composit material concept
Pendekatan untuk memperkirakan kuat tarik dan kuat lentur beton, dengan
asumsi bahan penyusun beton saling melekat sempurna, dengan
mempertimbangkan kekuatan material komposit saat timbul retak pertama. Hal-
hal yang perlu diperhatikan pada beton serat:
a. Kelecekan adukan beton yang sering diukur dengan nilai slump berpengaruh
besar terhadap sifat workability campuran beton segar.
b. Teknik pencampuran serat yang ditambahkan kedalam adukan beton segar
segera dapat tersebar rata dengan cara memperkecil ukuran maksimum
agregat. Teknik ini dilakukan dengan menaburkan serat sedikit demi sedikit
kedalam adukan yang sudah tercampur.
2.2.2 Kelebihan dan Kekurangan Serat
Sebagaimana jenis bahan tambah lainnya, serat dalam campuan beton juga
memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan beton serat yaitu:
a. Serat terdistribusi secara acak di dalam volume beton pada jarak yang relatif
dekat satu sama lain. Hal ini akan memberi tahanan berimbang ke segala
arah dan memberi keuntungan material struktur yang dipersiapkan untuk
menahan beban gempa dan angin.
9
b. Perbaikan perilaku deformasi seperti ketahanan terhadap impak, daktilitas
yang lebih besar, kuat lentur, dan kapasitas torsi yang lebih baik.
c. Meningkatkan ketahanan beton terhadap formasi dan pembentukan retak.
d. Peningkatan ketahanan pengelupasan (spalling) dan retak pada selimut
beton akan membantu menghambat korosi besi tulangan dari serangan
kondisi lingkungan yang berpotensi korosi.
Kekurangan beton serat yaitu:
a. Biaya menjadi lebih mahal karena adanya penambahan material yang
berupa serat.
b. Proses pengerjaan beton lebih sulit dari beton biasa dan harus lebih detail
pada saat pengerjaannya.
2.3 Kawat Galvanis
Kawat galvanis adalah kawat yang dilapisi oleh kandungan seng yang
bertujuan untuk mencegah terjadinya korosi, karena seng merupakan logam yang
relative tahan karat dan kawat galvanis mempunyai kelenturan yang lebih baik
dibandingkan kawat lainnya sehingga tidak mudah patah pada saat dibentuk
dengan berbagai macam pola. Selain itu kawat galvanis mudah didapat dengan
harga yang ekonomis sehingga kawat jenis ini menjadi alternatif jenis serat yang
digunakan dalam campuran beton.
Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan diperoleh bahwa
penambahan fiber kedalam adukan akan menurunkan kelecakan (workability)
secara cepat sejalan dengan pertambahan konsentrasi fiber dan aspek rasio
fiber. Sehingga untuk mendapatkan hasil yang optimal ada dua hal yang
harus diperhatikan dengan seksama yaitu:
1. Fiber aspect ratio adalah perbandingan antar panjang fiber ( l ) dan
diameter ( d ).
2. Fiber volume fraction adalah volume fiber yang ditambahkan pada setiap
satuan volume beton. Namun porsi serat yang terlalu besar akan
mengganggu proses pengikatan pasta semen pada agregat kasar dan agregat
halus dari beton tersebut.
10
Dari penelitian terdahulu (Sudarmoko) penggunaan aspek rasio serat
yang tinggi akan mengakibatkan terjadi balling effect, yaitu penggumpalan
serat membentuk suatu bola serat dimana serat tidak tersebar merata. Oleh
karena itu disarankan penggunaan serat dengan aspek rasio rendah (l/d
antara 50-100), tetapi bila panjang fiber terlalu pendek pengaruh fiber akan
kurang signifikan.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Ananta Aritama (2005) Penggunaan
kawat galvanis sebagai bahan fiber pada campuran beton dapat meningkatkan
persentase kuat tekan beton sebesar 14,67%.
Purwanto (2011) meneliti tentang studi kuat lentur beton ringan berserat
kawat galvanis. Pada penelitian ini digunakan variasi 0%, 0,3%, 0,75%, 1 %
dengan panjang serat 60 mm. Dari pengujian tersebut dihasilkan kuat lentur
untuk masing-masing serat 0%, 0,3%, 0,75% dan 1% berturut-turut adalah 2.76
Mpa, 3,71 Mpa, 3,78 Mpa, 4,37 Mpa. Dengan peningkatan kuat tekan optimum
terjadi pada variasi serat 1 % yaitu 58,32 %. Penambahan serat galvanis kedalam
beton dapat meningkatkan kemampuan menyerap energy dan daktilitas
2.4 Umur Beton
Kekuatan beton akan bertambah dengan naiknya umur beton. Kekuatan
beton akan naik secara cepat sampai umur 28 hari, akan tetapi setelah itu
kenaikannya akan kecil. Laju kenaikan umur beton sanagat tergantung dari
penggunaan bahan semen karna cendrung secara langsung memperbaiki kinerja
beton tersebut (Mulyono, 2004).
Menurut (Tjokrodimuljo, 1996) yang dimaksud umur disini adalah sejak
beton dicetak. Laju kenaikan kuat beton mula-mula cepat lama-lama laju
kenaikannya akan semakin lambat dan laju kenaikan itu akan relatif sangat kecil
setelah berumur 28 hari.
2.5 Kuat Tekan
11
Kekuatan tekan beton merupakan salah satu dari kinerja utama beton. Kuat
tekan merupakan kemampuan dari beton untuk dapat menerima gaya tekan
persatuan luas. Pengujian kuat tekan dilakukan untuk mengetahui kekuatan dari
beton yang diinginkan hasilnya sesuai dengan yang sudah direncanakan.
Pengujian dilakukan dengan benda uji berbentuk kubus ukuran 150x150x150mm.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil uji kuat tekan beton meliputi;
kondisi ujung benda uji, ukuran benda uji, rasio diameter benda uji terhadap
ukuran maksimum agregat, rasio panjang terhadap benda uji, kondisi kelembaban
dan suhu benda uji, dan pembebanan terhadap benda uji. Masing-masing benda
uji minimal 3 benda uji digunakan rumus sebagai berikut.
…………………………………………………………(2.1)
Dimana :
f’c = kuat tekan beton benda uji kubus (kg/cm2)
P = Gaya Desak (N)
A = Luas Permukaan Benda Uji (mm²)
Nilai kuat tekan beton beragam sesuai dengan umurnya dan biasanya
ditentukan ketika beton berumur 28 hari setelah pengecoran. Umumnya pada
umur 7 hari kuat tekan beton mencapai 70% dan pada umur 14 hari mencapai
85% sampai 90% dari kuat tekan beton umur 28 hari.
12
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di laboratorium uji bahan jurusan teknik sipil
Politehnik Negeri Balikpapan. Pengujian yang akan dibuat adalah beton kubus
dengan menggunakan campuran kawat galvanis berbentuk C. Jadwal kegiatan
yang telah direncanakan dapat dilihat pada tabel.
Tabel 3.1 Waktu Peneltian
Jenis Kegiatan
Waktu
Maret April Mei
1 2 3 4 1 2 3 4 1
Proposal
Persiapan Alat dan Bahan
Perencanaan Campuran
Pembuatan Benda Uji
Perawatan Benda Uji
Pengujian Benda Uji kubus
(14 hari)
Pengujian Benda uji kubus
(28 hari)
3.2 Alat
Alat yang akan digunakan dalam pengujian ini adalah sebagai berikut:
a. Satu set saringan, alat ini digunakan untuk mengukur gradasi agregat
sehingga mendapatkan nilai modulus butir agregat kasar dan agregat halus,
ukuran saringan dapat dilihat pada table 3.2
13
Tabel 3.2 Ukuran Saringan Pada Penelitian Gradasi Agregat Jenis
Agregat Ukuran Saringan (mm)
Agregat
Halus 19,1 12,7 9,5 4,76 2,38 1,19 0,59 0,297 0,149 0,075 PAN
Agregat
Kasar 37,5 25,40 19,1 12,7 9,5 4,76 2,38 1,19 0,59 0,297 PAN
b. Timbangan digital kapasitas maksimum 30 kg dan 5 kg untuk menimbang
bahan campuran beton dan menimbang beton sebelum dilakukan pengujian.
c. Oven digunakan untuk mengeringkan bahan uji pada saat pengujian material
yang membutuhkan kondisi kering.
d. Kerucut Abram’s beserta talam baja dan tongkat besi digunakan untuk uji
slump dengan ukuran kerucut diameter atas 10 cm, diameter bawah 20 cm,
dan tinggi 30 cm.
e. Piknometer digunakan untuk mengukur berat jenis agregat halus.
f. Cetakan beton yang digunakan untuk mencetak beton terbuat dari baja
berbentuk kubus ukuran 150x150x150mm
g. Mesin pengaduk beton (Concrete Mixer) digunakan untuk mencampur
bahan adukan beton.
h. Meteran digunakan untuk mengukur nilai slump.
i. Mesin uji tekan digunakan untuk mengekur kuat tekan beton.
j. Alat abrasi yang digunakan untuk menguji abrasi agregat kasar.
3.3 Bahan
Bahan yang digunakan dalam pengujian ini antara lain:
a. Agregat halus yang digunakan adalah pasir samboja.
b. Semen yang digunakan adalah semen PC type 1.
c. Air yang digunakan dalam penelitian adalah air PDAM dari workshop
teknik sipil Politeknik Negeri Balikpapan.
d. Agregat kasar yang digunakan adalah krikil palu.
3.4 Metode Pengujian
14
Pengujian ini adalah pengujian pembuatan beton dengan menggunakan
benda uji berupa silinder dan balok untuk pengujian kuat tekan dan kuta lentur.
Tahap penelitian dapat dilihat pada langkah kerja berikut ini.
mulai
Persiapan Alat dan Bahan
Pembuatan Benda Uji
Air
Bersih
Agregat
Kasar
Agregat
Halus
Semen
Perbaikan
Campuran
Penambahan Kawat
Galvanis
Tidak
Pemeriksaan Bahan Bau, Rasa
dan Warna
Ya
A
Pembuatan Adukan Beton
A
Test Slump
Syarat slump
15
Gambar 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian
3.5 Proses Pengolahan Serat kawat Galvanis
Bahan tambah berupa serat kawat galvanis yang dapat dibeli di toko
bangunan, kawat di bentuk berpola ‘C’ dengan ukuran 5 cm dan ukuran bending
masing-masing 1 cm.
?
Gambar 3.2 pola ‘C’ kawat galvanis
3.6 Prosedur Penelitian
Pemeriksaan bahan ini bertujuan untuk memperoleh bahan-bahan yang
Perawatan Beton
Pengujian Kuat Tekan
Beton
Kesimpulan dan Saran
Selesai
Analisa Data dan
Pembahasan
16
memenuhi persyaratan. Dalam tahap ini difokuskan pada bahan campuran beton
diantaranya agregat halus dan agregat kasar. Persiapan dan pemeriksaan bahan
susunan beton, bahan dan pemeriksaan beton sebagai berikut:
A. Berat Jenis Agregat Halus
Pemeriksaan berat jenis ini bertujuan untuk menentukan berat jenis (Bluk
Specific Gravity), berat jenis jenuh kering permukaan jenuh (SSD), berat jenis
semu (Apparent Specific Gravity) dan penyerapan (absortion) dari agregat halus .
(SK SNI. T-15-1990:1). Langkah-langkah pemeriksaan berat jenis adalah sebagai
berikut :
1. Pasir dikeringkan dalam oven dengan suhu 110˚ sampai beratnya tetap.
2. Pasir direndam dengan air sampai beratnya tetap.
3. Air bekas rendaman dibuang dengan sangat hati-hati sehingga butiran pasir
tidak ikut terbuang, pasir di biarkan diatas talam dikeringkan sampai
tercapai keadaan jenuh kering muka. Pemeriksaan kondisi jenuh kering
muka dilakukan dengan memasukan pasir kedalam kerucut terpancu dan
dipadatkan dengan menumbuk sebanyak 25 kali. Pada saat kerucut diangkat
pasir akan runtuh tetapi pasir masih berbentuk kerucut.
4. Pasir diatas sebanyak 500 gr (Bo) di masukan kedalam piknometer
kemudian dimasukan air sampai 90% penuh. Untuk mengeluarkan udara
yang terjebak dalam butiran pasir, piknometer di putar dan diguling-
gulingkan.
5. Air di tambah hingga piknometer penuh kemudian piknometer ditimbang
(B1).
6. Pasir dikeluarkan dari piknometer kemudian dimasukan kedalam oven
selama 1 x 24 jam sampai beratnya tetap (B2).
7. Piknometer dibersihkan lalu diisi air sampai penuh kemudian ditimbang
(B3).
Berat Jenis Bluk =
……………………………...............(3.1)
Berat Jenis Semu =
.............................................................(3.2)
Penyerapan =
........................................................(3.3)
17
B. Pemeriksaan gradasi pasir
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui distribusi ukuran agregat kasar
maupun halus dengan menggunakan saringan-saringan standart tertentu yang
ditunjukan dengan lubang saringan (mm) dan untuk nilai butiran, apakah agregat
halus yang digunakan tersebut cocok untuk campuran beton (SNI 03-1968-1990).
Langkah-langkah pemeriksaan agregat halus sebagai berikut:
1. Pasir yang di periksa dikeringkan dalam oven dengan suhu 110˚ sampai
beratnya tetap.
2. Ayakan disusun berdasarkan urutannya, ukuran terbesar diletakkan pada
bagian paling atas yaitu 4, 8 mm diikuti dengan ukuran ayakan yang lebih
kecil berturut-turut.
3. Pasir dimasukan kedalam ayakan yang paling atas dan ayakan digetarkan
mulai getarkan selama 5 menit.
4. Pasir yang tertinggal pada masing-masing ayakan dipindah ketempat atau
wadah yang tersedia seperti talam, kemudian ditimbang.
5. Gradasi pasir dihitung dengan menghitung jumlah kumulatif presentasi
butiran yang lolos pada masing-masing ayakan. Nilai butiran halus dihitung
dengan menjumlahkan persentasi kumulatif butiran tertinggal, kemudian
dibagi seratus.
C. Pengujian kadar lumpur
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui kandungan lumpur
dalam pasir (SNI-4141-1996). Langkah-langkah pemeriksaan kandungan lumpur
untuk agregat halus pasir sebagai berikut:
1. Pasir kering oven ditimbang beratnya (B1).
2. Pasir dicuci di atas ayakan no. 200.
3. Pasir yang tertinggal diatas ayakan no. 200 dipindah kedalam wadah talam
dan dimasukan kedalam oven selama 1x24 jam .
4. Pasir dikeluarkan dari oven dan ditimbang.
D. Pemeriksaan kadar air
18
Tujuan penelitian ini adala untuk mengetahui kandungan air dalam pasir
(SNI 03-1971-1990). Langkah-langkah pemeriksaan adalah sebagai berikut:
1. timbang cawan yang digunakan.
2. masukan pasir di cawan.
3. timbang pasir dalam cawan, kemudian oven selama 1 x 24 jam.
4. kemudian keluarkan dari oven lalu timbang.
E. Pemeriksaan berat satuan volume agregat halus.
langkah-langkah pemeriksaan adalah sebagai berikut:
1. Memasukan pasir kering kedalanm silinder baja sebanyak 3 lapisan(masing-
masing lapisan di isi 1/3 dari tinggi silinder). Tiap lapis ditumbuk dengan
tongkat baja sebanyak 25 kali hingga penuh.
2. Lalu hidupkan mesin penggetar. Bila kurang masukan secara bertahap pasir.
3. Matikan mesin ketika sudah tidak ad ruang, lalu ratakan kemudian
ditimbang.
3.6.1 Pemeriksaan Bahan Pada Agregat Kasar
Pemeriksaan bahan unutk agregat kasar adalah pemeriksaan berat jenis
kasar, pemeriksaan gradasi, pemeriksaan kadar lumpur, kadar air, dan
pemeriksaan keausan krikil. Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut:
A. pemeriksaan berat jenis agregat kasar
Pemeriksaan berat jenis ini bertujuan untuk menetukan berat jenis (bulk
specific grafity), berat jenis jenuh kering permukaan (SSD), berat jenis
semu(apparent specific grafity) dan penyerapan (absorption) dari agregat
kasar(SK SNI. T-15-1990:1) langkah-langkah pemeriksaan berat jenis agregat
kasar adalah sebagai berikut:
1. Siapkan benda uji yang tertahan saringan no. 4 kurang lebih 5 kg.
2. Cuci benda uji tersebut lalu keringkan dalam oven selama 24 jam pada suhu
110˚c.
3. Dinginkan dalam ruangan terbuka selama 2 jam lalu rendam air minimal
selama 15 menit.
19
4. Buang air perendamannya lalu tumpahkan diatas kain yang menyerap air,
agregat yang besar dikeringkan masing-masing dengan lap kain untuk
kering permukaan.
5. Timbang agregat yang kering permukaan itu (BJ) kg. Dngan memasukan
steker adaptor kedalam stop kontak yang bertegangan 220 volt, hubungkan
songket kabel adaptor pada digital balance. Tekan saklar on pada panel
digital balance, kemudian tekan sekitar T (tera) hingga pada digital segmen
menunjukan 0 gr, kapasitas maksimum pada balance 6100 gr.
6. Letakkan benda uji pada plat from sehingga beratnya akan terbaca pada
digital segmen.
7. Pasang kait (A) pada cicin timbangan dibagian bawah kemudian letakkan
timbamgan pada maunting table pada posisi kait benda di tengah lubangnya,
kemudian pasang kait (B) dan sampel basket. Isi water countener air dengan
air hingga 5 cm di bawah pipa over flow, hidupkan digital balance ikuti
langkah (e).
8. Masukan benda uji kedalam sampel basket, celupkan kedalam countener
berisi air goyang-goyanglah sampel basket tersebut dalam air untuk
mengeluarkan gelembung-gelembung udara yang terperangkap didalamnya.
9. Timbangan agregat dalam air (BA) kg. Dengan cara mengaitkan tangkai
sampel basket pada kait (B), putar handle (12) kekanan hingga sampel
basket terendam air hal ini terjadi proses penimbangan yang terlihat pada
dinding segmen.
Adapun rumus-rumus yang dipakai untuk menghitung berat jenis dan penyerapan
agregat kasar adalah sebagai berikut :
Bk = berat benda uji kering oven
Bj = berat piknometer berisi air
Ba = berat piknometer berisi benda uji dan air
Berat Jenis Curah =
…………………………………………….........(3.4)
Berat Jenis Jenuh Kering Permukaan =
...............................................(3.5)
Berat Jenis Semu =
…………………................................................(3.6)
Penyerapan =
.....................................................................(3.7)
20
B. Pemeriksaan gradasi agregat kasar
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui distribusi ukuran agregat kasar
maupun halus dengan menggunakan saringan- saringan standart tertentu yang di
tunjukan dengan lubang saringan (mm) dan untuk nilai apakah agregat kasar atau
halus yang digunakan tersebut cocok untuk campuran pembuatan beton (SNI 03-
1968-1990). Langkah-langkah pemeriksaan gradasi agregat kasar sebagai berikut:
1. Agregat kasar yang akan diperiksa dikeringkan dalam oven dengan suhu
110˚ sampai beratnya tetap.
2. Ayakan disusun sesui dengan urutannya, ukuran terbesar diletakkan pada
bagian paling atas, yaitu 76 mm diikuti dengan ukuran ayakan yang lebih
kecil berturut-turut.
3. Agregat kasar dimasukan kedalam ayakan yang paling atas dan ayakan
digetarkan selama 5 menit.
4. Agregat kasar yang tertinggal pada masing-masing ayakan dipindahkan
ketempat atau wadah yang tersedia kemudian di timbang .
5. Gradasi agregat kasar diperoleh dengan menghitung jumlah kumulatif
presentasi butiran yang lolos pada masing –masing ayakan. Nilai butiran di
hitung dengan menjumlahkan presentasi kumulatif butirang tertinggal,
kemudian dibagi seratus.
C. Pemeriksaan kadar lumpur agregat kasar
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui kandungan lumpur
dalam agregat kasar. Langkah-langkah pemeriksaan kandungan lumpur untuk
agregat kasar adalah sebagai berikut (SNI 03-4141-1996):
1. Agregat kasar kering oven ditimbang beratnya(B1).
2. Agregat kasar dicuci diatas ayakan no. 200.
3. Agregat kasar yang tertinggal diatas ayakan dipindahkan ke dalam wadah
dan dimasukan e dalam oven selama 1x24 jam
4. Agregat kasar dikeluarkan dari oven dan ditimbang
D. Pemeriksaan kadar air agregat kasar.
21
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui kandungan air dalam
kerikil (SNI 03-1971-1990). Langkah-langkah pemeriksaan adalah sebai berikut.
1. Timbang cawan yang akan digunakan.
2. Masukan kerikil di cawan.
3. Timbang kerikil dalam cawan, kemudian di oven selama 1x24 jam.
4. Kemudian dikeluarkan dari oven lalu ditimbang.
E. Pemeriksaan berat satuan volume agregat kasar. Langkah-langkah
pemeriksan sebagai berikut:
1. Memasukan kerikil kering kedalam silinder baja sebanyak 3 bagian
(masimg-masing lapisan di isi 1/3 dari tinggi silinder). Tiap lapis ditumbuk
dengan tongkat baja sebanyak 25 kali hingga penuh.
2. Lalu hidupkan mesin penggetar, selama masi ada kurang masukan secara
bertahap kerikil.
3. Matikan ketika sudah tidak ada ruang lalu di timbang.
F. Pemeriksaan keausan batu. Langkah-langkah pemeriksaan sebagai berikut:
1. Menyiapkan material sebanyak 5000 gram.
2. Memasukan bola-bola baja dan kerikil kedalam mesin los angeles.
3. Memutar mesin los angeles dengan kecepatan 30-35 Rpm sebanyak 50
putaran, lalu benda uji di keluarkan dan di saring dengan ukuran saringan
2,36 mm.
4. Menimbang kerikil yang tertahan pada saringan 2,36 mm dan menghitung
keausannya.
Adapun rumus-rumus yang dipakai untuk menghitung berat jenis dan penyerapan
agregat kasar adalah sebagai berikut:
Ket: A = Berat agregat
B = Berat setelah 500 putaran
Rumus perhitungan batu yaitu :
Keausan =
…………………………….................................(3.8)
22
3.7 Pengujian slump test
Peralatan yang diperlukan untuk melakukan test slump adalah kerucut slump
dengan tinggi 30 cm dengan ukuran diameter atas 10 cm dan diameter bawah 20
cm (ASTM C143), batang baja penumbuk dengan ukuran 16 mm dengan panjang
60 cm dengan ujung berbentuk seperti peluru, dasar bujur sangkar yang kedap air
dengan lebar 50 cm, sekop kecil, cetok besi, penggaris dan kain lap pembersih.
Cara pengujiannya adalah kerucut di berdirikan di alas yang telah dibersihkan,
kemudian beton segar di masukan kedalam kerucut menggunakan sekop kecil,
kira-kira sepertiga tinggi kerucut. Dengan menggunakan batang besi, beton di
tumbuk sebanyak 25 kali sampai dasar. Tambahkan lapisan kedua dan tumbuk
sebanyak 25 kali lagi hingga sedikit menyentuh lapisan pertama (tidak sampai
dasar). Lalu tambahkan lapisan ketiga dan tumbuk lagi 25 kali hingga sedikit
menyentuh lapisan kedua.
Setelah lapisan ketiga di tumbuk, permukaan atas kerucut diratakan dengan
cetok besi dan kelebihan beton dibersihkan. Angkat kerucut perlahan keatas
dengan memegang kupingnya dalam waktu 5-7 detik. Balikan kerucut dan
letakkan disamping sempel beton segar rebahkan batas penumbuk di atas kerucut.
Ukurlah perbedaan tinggi antara kerucut dan beton segar. Inilah tinggi dari slump.
Misalnya perbedaan tingginya adalah 5 cm. Nilai slump bisa bervariasi dari nol
untuk campuran yang kakau, sampai runtuh total untuk beton yang sangat cair.
3.8 Pembuatan Benda Uji
Pembuatan benda uji dilakukan setelah tahap persiapan telah dilaksanakan.
Dalam tahap ini alat maupun bahan dalam kondisi yang baik. Pembuatan benda
uji di lakukan dalam satu adukan. Jadi didalam satu adukan di dapat 3 sempel,
dengan variasi umur 14 dan 28 hari, masing-masing umur sebanyak 6 sempel, dan
beton normalnya sebanyak 6 sampel dengan total keseluruhan yaitu 18 sampel.
Berikut adalah langkah-langkah pembuatan benda uji :
1. Memberikan oli pada cetakan kubus agar mudah pada saat cetakan dibuka.
2. Mempersiapkan semen, pasir, kerikil dan bahan tambah berupa kawat
galvanis bentuk C sesuai dengan proporsi campuran yang telah ditentukan.
23
3. Mencampurkan semen, pasir dan kerikil terlebih dahulu, setelah tercampur
ratakan lalu masukan air sesuai dengan porsi yang telah ditentukan. Lalu
ditambahkan bahan tambah berupa kawat galvanis sesuai dengan rencana
campuran.
4. Melakukan uji slump sebelum memasukan campuran yang sudah jadi
kedalam kubus.
5. Lalu ditambahkan kawat galvanis sesuai dengan rencana campuran kedalam
kubus. Pengisian dilakukan dengan 3 kali pengisian hingga memenuhi kubus.
6. Setiap memasukan 1/3 bagian, dilakukan penumbukan 25 kali untuk
mendapatkan campuran sehingga tak ada rongga udara dalam adukan beton
tersebut.
7. Setelah padat, beton dibiarkan selama 24 jam untuk pengerasan. Lalu
dilepaskan dari cetakan kubus.
3.9 Perawatan Benda Uji
Benda uji yang telah mengeras dan kering pada permukaannya akan
dilakukan proses perendaman dalam bak yang berisi air bersih. Perendaman ini
dilakukan untuk perawatan beton pasca pengecoran agar tidak terjadi keretakan
permukaan beton akibat panas. Perendaman ini juga berguna untuk
memaksimalkan kekuatan beton, sehingga beton dapat kering secara sempurna.
Pada penelitian ini benda uji di angkat pada saat sehari sebelum pengujian benda
uji dilakukan.
3.10 Kuat Tekan
Sebelum pengujian kuat tekan dimulai, maka dilakukan penimbangan
sempel beton yang akan diuji dan mencatat hasilnya. Setelah ditimbang dilakukan
pengujian kuat tekan beton, pengujian kuat tekan dilakukan terhadap benda uji
kubus dengan menggunakan mesin uji tekan Compression Testing Machine.
Pengujian Kuat tekan beton dilakukan setelah umur beton mencapai 14 dan
28 hari. Pertama-tama mengambil benda uji beton dalam satu komposisi
pencampuran yang sama sebanyak 3 buah, lalu diuji satu persatu dengan cara
meletakannya pada mesin uji tekan kemudian menjalankan mesin uji tersebut.
24
Lakukan pembacaan pembebanan pada kondisi beton hancur. Hasil kuat tekan
benda uji dicatat saat jarum penunjuk kuat tekan mencapai nilai tertinggi, ulangi
langkah-langkah tersebut untuk berbagai komposisi pencampuran hingga selesai.
25
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Umum
Pada bab hasil dan pembahasan ini di jelaskan mengenai hasil dan
pembahasan dari pemeriksaan bahan peyusun beton, hasil perencanaan campuran
beton (mix design) dan hasil pengujian beton (kuat tekan), seperti yang telah di
uraikan dalam flowchart penelitian dalam bab 3. Pemeriksaan material beton
meliputi pemeriksaan pasir samboja dan pemeriksaan kerikil palu.
4.2 Pemeriksaan Pasir Samboja
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi : pemeriksaan berat jenis dan
penyerapan air, pemeriksaan kadar lumpur, pemeriksaan kadar air, pemeriksaan
berat isi dan pemeriksaan gradasi.
4.2.1 Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Air Pasir Samboja
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendapatkan nilai berat jenis curah, berat
jenis jenuh kering permukaan (SSD), berat jenis semu, dan penyerapan air pada
pasir samboja. Pengolahan data berat jenis dan penyerapan air pasir samboja
adalah sebagai berikut :
BK = Berat benda uji kering oven (461,23)
B = Berat piknometer di isi air (1171)
BT = Berat piknometer berisi pasir dan air (1479)
500 = Berat benda uji dalam keadaan SSD (500)
Adapun rumus yang digunakn untuk menghitung berat jenis dan
penyerapan air pasir adalah sebagai berikut:
Berat jenis curah = K
( 500 - )
= 461,23
= 2,402 gr
Berat jenis jenuh kering permukaan = 500
( 500 - )
26
= 500
( 500 - )
= 2,604 gr
Berat jenis semu = K
( K - )
= 461,23
(1171 461,23 - 11479)
= 3,010 gram
= (500 - 461,23)
461,23 x 100 = 8,406 %
Keluaran (output) data hasil dari perhitungan diatas disajikan dalam
bentuk tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Air Pasir Samboja
No Keterangan Nilai
1 Berat Benda Uji Jenuh Kering Permukaan (500) 500 gr
2 Berat Benda Uji Kering Oven (BK) 461,23 gr
3 Berat Piknometer Diisi Air (B) 1171 gr
4 Berat Piknometer + Benda Uji SSD + Air pada suhu kamar (BT) 1479 gr
5 Berat Jenis Curah 2,402 gr
6 Berat Jenis Jenuh Kering Permukaan 2,604 gr
7 Berat Jenis Semu 3,010 gr
8 Penyerapan Air 8,406%
Jadi dari hasil pemeriksaan berat jenis dan penyerapan air pada pasir
Samboja didapatkan berat jenis curah 2,402 gr, berat jenis jenuh kering
permukaan 2,604 gr, berat jenis semu 3,010 gr dan penyerapan air 08,406 %.
4.2.2 Pemeriksaan Kadar Air Pasir Samboja
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendapatkan nilai presentase kadar air
yang terkandung pada pasir samboja. Hasil pemeriksaan kadar air pasir samboja
dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut :
27
Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Kadar Air Pasir Samboja
No Uraian Sampel
A B
1 Berat Cawan (W1) 13,26 13,21
2 Berat Cawan + Contoh Basah (W2) 51,94 56,68
3 Berat Cawan + Contoh Kering (W3) 48,71 53,32
4 Berat Air (W4 = W2 - W3) 3,23 3,36
5 Berat Agregat Kering Permukaan (W5 = W3 - W1) 38,68 43,47
6 Kadar Air (W6 = W4 / W5 x 100 %) 8,35 7,72
7 Kadar Air Rata-rata = Total W6 / Banyak Sample 8,040
Jadi dari hasil pemeriksaan kadar air pada pasir Samboja didapat nilai rata-
rata 8,040 %.
4.2.3 Pemeriksaan Kadar Lumpur Pasir Samboja
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui presentase pasir Samboja
yang lolos saringan no.200. Hasil pemeriksaan kadar lumpur pasir Samboja dapat
diihat pada tabel 4.3 berikut :
Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Kadar Lumpur Pasir Samboja
No Uraian Sampel 1 Sampel 2
1 Ukuran maksimal agregat yang diperiksa 4,76 mm 4,76 mm
2 Berat agregat semula (kering oven) W1 486,55 435
3 Berat agregat setelah dicuci (kering oven) W2 484,24 391,46
4 Berat butir yang lewat ayakan no. 200 W3 1,57 1,54
5 Kadar Lumpur = (W3 / W1) x 100% 0,32 0,35
Rata-rata 0,34
Jadi dari hasil pemeriksaan kadar lumpur pasir didapatkan nilai kadar air
pasir samboja sebesar 0,34% Pasir Samboja dapat digunakan sebagai campuran
pada beton karena hasil pemeriksaan kadar lumpur kurang dari 5%.
4.2.4 Pemeriksaan Berat Isi Pasir Samboja
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendapatkan nilai berat isi dari pasir
Samboja. Hasil dari pemeriksaan berat isi pasir samboja dapat dilihat pada tabel
4.4 berikut:
28
Tabel 4.4 Hasil Pemeriksaan Berat Isi Pasir Samboja
No Keterangan Nilai
Rodding Shoveling
1 Berat Takaran (W1) 2,420 gr 2,420 gr
2 Berat Takaran + Benda Uji (W2) 5,965 gr 5,355 gr
3 Berat Benda Uji (W3=W2-W1) 3,545 gr 2,935 gr
4 Berat Takaran + Air (W4) 4,485 gr 4,485 gr
5 Berat Air/Volume Takaran (V=W4-W1) 2,065 gr 2,065 gr
6 Berat Isi Agregat (W3/V) 1,716 gr/cm3
1,421 gr/cm3
Jadi dari hasil pemeriksaan bert isi pasir didapatkan nilai berat isi pasir
dengan metode Rodding 1,716 gr/cm3 dan metode shoveling 1,421 gr/cm
3
4.2.5 Pemeriksaan Gradasi Pasir Samboja
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetaui modulus halus butir pasir.
Hasil pemeriksaan gradasi Samboja dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut:
Tabel 4.5 Hasil Pemeriksaan Gradasi Pasir Samboja
Lubang Saringan
Pasir Samboja
Berat Tertinggal Persentase Komulatif
tertinggal lolos
No Mm gram % % %
¾ 19,1 0 0 0 100
½ 12,7 0 0 0 100
3/8 9,5 0 0 0 100
4 4,76 0 0 0 100
8 2,38 0,04 0,006 0 100
16 1,19 0,55 0,084 0,063 99,916
30 0,59 5,05 0,772 0,642 99,144
50 0,297 114,96 17,573 13,824 81,571
100 0,149 525,61 80,346 74,094 1,224
Pan 7,97 99,995 98,782
Total 654,18 118,145
MHB 1,181
Keterangan:
a. Lubang Saringan ialah lubang yg dimiliki oleh ayakan yang dinyatakan
dengan nomer dan bisa juga dinyatakan dengan satuan mm.
29
b. Berat tertinggal ialah berat agregat yg tertinggal pada ayakan mempunyai
satuan gram dan dinyatakan dalam persentase.
c. Persentase komulatif tertinggal ialah agregat yang tertinggal pada saringan
dan dinyatakan dalam bentuk persen.
d. Persentase komulatif lolos ialah agregat yang lolos dari ayakan dan
dinyatakan dalam bentuk persen.
Berikut adalah pembagian daerah gradasi agregat halus yang terdapat di SNI :
Gambar 4.1 Grafik Gradasi Pasir Samboja Zona 1
Gambar 4.2 Grafik Gradasi Pasir Samboja Zona 2
30
Gambar 4.3 Grafik Gradasi Pasir Samboja Zona 3
Gambar 4.4 Grafik Gradasi Pasir Samboja Zona 4
Jadi dari hasil pemeriksaan gradasi pasir Samboja didapatkan nilai
modulus halus butir sebesar 1,181 mm dan yang paling mendekati hasil pengujian
gradasi adalah grafik gradasi pasir daerah no.4
4.3 Pemeriksaan Kerikil Palu
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi : pemeriksaan berat jenis dan
penyerapan air, pemeriksaan kadar lumpur, pemeriksaan kadar air, pemeriksaan
berat isi, pemeriksaan gradasi, dan pemeriksaan keausan (abrasi).
31
4.3.1 Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Air Kerikil Palu
Penyerapan ini bertujuan untuk mendapatkan nilai berat jenis curah, berat
jenih jenuh kering permukaan (SSD), berat jenis semu, dan penyerapan air pada
kerikil palu. Pengolahan data berat jenis dan penyerpan air kerikil palu adalah
sebagai berikut:
BK = Berat benda uji kering oven (4909,23)
BJ = Berat kerikil jenuh kering permukaan SSD (4958,59)
BA = Benda uji kering SSD didalam air (3077)
Adapun rumus yang digunakn untuk menghitung berat jenis dan penyerpan
air kerikil sebagai berikut :
Berat jenis curah = K
( - A)
= 4909,23
(4958,59 - )
= 3,046 gram
Berat jenis jenuh kering permukaan =
( - )
= 4958
(4958 - )
= 2,635 gram
Berat jenis semu = K
( - A)
= 4909,23
(4909 - 3077)
= 2,679 gram
Penyerapan air = - K
K x 100%
= 4958,59- 4909,23
4909,23 x 100%
= 0,269 %
Keluaran (output) data hasil dari perhitungan diatas disajikan dalam
bentuk tabel 4.6 berikut:
32
Tabel 4.6 Hasil Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Air Kerikil Palu
No Keterangan Nilai
1 Berat Benda Uji Jenuh Kering Permukaan SSD (BJ) 4958,59 gr
2 Berat Benda Uji Kering Oven (BK) 4909,23 gr
4 Benda Uji SSD didalam Air (BA) 3077 gr
5 Berat Jenis Curah 3,046 gr
6 Berat Jenis Jenuh Kering Permukaan 2,635 gr
7 Berat Jenis Semu 2,679 gr
8 Penyerapan Air 0,269 %
Jadi dari hasil pemeriksaan berat jenis dan penyerapan air pada kerikil
Palu didapatkan berat jenis curah 3,046, berat jenis jenuh kering permukaan
2,635, berat jenis semu 2,679 dan penyerapan air 0,269 %.
4.3.2 Pemeriksaan Kadar Air Kerikil Palu
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mmendapatkan nilai presentase kadar air
yang terkandung pada kerikil Palu. Hasil pemeriksaan kadar air kerikil palu dapat
dilihat pada tabel 4.7 berikut :
Tabel 4.7 Hasil Pemeriksaan Kadar Air Kerikil Palu
No Uraian Sampel
A B
1 Berat Cawan (W1) 13,55 13,08
2 Berat Cawan + Contoh Basah (W2) 76,29 83,95
3 Berat Cawan + Contoh Kering (W3) 75,31 83,2
4 Berat Air (W4) = (W2 - W3) 0,98 0,75
5 Berat Agregat Kering Permukaan (W5) = (W3 - W1) 61,76 70,12
6 Kadar Air (W6) = (W4 / W5 x 100 %) 1,586 1,069
7 Kadar Air Rata-rata = Total W6 / Banyak Sampel 0,88%
Jadi dari hasil pemeriksaan kadar air pada Kerikil Palu didapat nilai rata-
rata 0,88%.
33
4.3.3 Pemeriksaan Kadar Lumpur Kerikil Palu
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui presentase kerikil Palu yang
lolos saringan no.200. Hasil pemeriksaan kadar lumpur kerikil Palu dapat dilihat
pada tabel 4.8 berikut :
Tabel 4.8 Hasil Pemeriksaan Kadar Lumpur Kerikil Palu
No Uraian Sampel 1 Sampel 2
1 Ukuran maksimal agregat yang diperiksa 4,67 mm 4,76 mm
2 Berat agregat semula (kering oven) W1 499,75 498,93
3 Berat agregat setelah dicuci (kering oven) W2 493,42 489,05
4 Berat butir yang lewat ayakan no. 200 W3 1,59 2,27
5 Kadar Lumpur = (W3 / W1) x 100% 0,32 0,45
Rata – rata 0,39
Jadi dari hasil pemeriksaan kadar lumpur kerikil didapatkan nilai kadar
lumpur kerikil Palu sebesar 0,39 %. Kerikil palu dapat digunakan sebagai
campuran pada beton karena hasil pemeriksaan kadar lumpur kurang dari 5%.
4.3.4 Pemeriksaan Berat Isi Kerikil Palu
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendapatkan nilai berat isi dari kerikil
Palu. Hasil dari pemeriksaan berat isi kerikil Palu dapat dilihat pada tabel 4.9
berikut:
Tabel 4.9 Hasil Pemeriksaan Berat Isi Kerikil Palu
No Keterangan
Nilai
Rodding
(kg/cm3)
Shoveling
(kg/cm3)
1 Berat Takaran (W1) 2,82 2,82
2 Berat Takaran + Benda Uji (W2) 7,655 5,615
3 Berat Benda Uji (W3=W2-W1) 4,835 2,795
4 Berat Takaran + Air (W4) 5,615 5,615
5 Berat Air/Volume Takaran (V=W4-W1) 2,795 2,795
6 Berat Isi Agregat (W3/V) 1,729 1
Jadi dari hasil pemeriksaan berat isi pasir didapatkan nilai berat isi kerikil
dengan metode Rodding 1,729 kg/cm3
dan metode Shoveling 1 kg/cm3.
34
4.3.5 Pemeriksaan Gradasi Kerikil Palu
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui pembagian ukuran butir
kerikil Palu. Hasil pemeriksaan gradasi kerikil Palu dapat dilihat pada tabel 4.10
berikut:
Tabel 4.10 Hasil Pemeriksaan Gradasi Kerikil Palu
Lubang Saringan
Kerikil Palu
Berat Tertinggal Persentase Komulatif
tertinggal lolos
No mm gram % % %
1,5 38,1 0 0 0 100,000
1 25,4 0 0 0 100,000
¾ 19,1 1101,95 15,027 15,032 84,968
½ 12,7 2405,91 32,808 47,851 52,149
3/8 9,5 2812,92 38,358 86,223 13,777
4 4,76 839,53 11,448 97,675 2,325
8 2,38 145,12 1,979 99,655 0,345
16 1,19 14,41 0,197 99,851 0,149
30 0,59 4,14 0,056 99,908 0,092
50 0,297 5,11 0,070 99,977 0,023
100 0,075 0,11 0,002 99,979 0,021
Pan 1,54 0,021 100,000 0,000
Total 7330,74 746,152
MHB 7,462
Keterangan:
a. Lubang Saringan ialah lubang yg dimiliki oleh ayakan yang dinyatakan
dengan nomer dan bisa juga dinyatakan dengan satuan mm.
b. Berat tertinggal ialah berat agregat yg tertinggal pada ayakan mempunyai
satuan gram dan dinyatakan dalam persentase.
c. Persentase komulatif tertinggal ialah agregat yang tertinggal pada saringan
dan dinyatakan dalam bentuk persen.
d. Persentase komulatif lolos ialah agregat yang lolos dari ayakan dan
dinyatakan dalam bentuk persen.
35
Gambar 4.5 Grafik Gradasi Kerikil Palu Zona 1
Gambar 4.6 Grafik Gradasi Kerikil Palu Zona 2
Gambar 4.7 Grafik Gradasi Kerikil Palu Zona 3
36
Jadi dari hasil pemeriksaan gradasi pasir Samboja didapatkan nilai
modulus halus butir sebesar 7,462 mm
.
4.3.6 Pemeriksaan Keausan Kerikil Palu
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui angka keausan kerikil Palu,
yang dinyatakan dengan perbandingan antara berat bahan yang aus yaitu lolos
saringan No. 12 (1,7 mm) terhadap berat mula-mula, dalam persen (%) dan juga
sebagai pegangan untuk menentukan ketahanan agregat kasar terhadap keausan
dengan menggunakan mesin Abrasi Los Angeles. Hasil Pemeriksaan keausan
kerikil Palu adalah sebagai berikut:
Asal Bahan = Palu
Berat Sample = 10000 gram
Jumlah Bola Besi = 12
Kecepatan Mesin = 33 RPM
Jumlah Putaran = 500 Putaran
Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung keausan kerikil adalah
sebagai berikut:
Keausan Agregat Kasar = (A - )
A x 100%
Tabel 4.11 Hasil Pemeriksaan Keausan Kerikil Palu
Ukuran Ayakan
Berat dan Gradasi Benda
Uji
(gram)
Lolos Tertahan B C
¾ ½ 2500
½ 3/8 2500
3/8 ¼ 2500
¼ No. 4 (4,75) 2500
Jumlah Bola 11 8
Berat yang tertahan diatas ayakan no. 12 4222 4042
Keterangan B (gram) C (gram)
Berat Agregat (A) 5000 5000
Berat Setelah 500 Putaran (B) 4222 4042
Keausan = -
x 100 = % 15,56 19,16
37
Keterangan:
A = Berat benda uji mula-mula (5000 gram)
B = Berat benda uji setelah 500 putaran (gram)
Jadi hasil dari pemeriksaan keausan kerikil Palu didapatkan nilai keausan
dengan metode Srandar Nasional Indonesia (SNI 2417-2008), sampel B sebesar
15,56 % dan sampel C sebesar 19,16 %.
4.4 Perencanan Campuran Beton
Perencanaan campuran beton pada penelitian ini menggunakan metode
Standar Nasional Indonesia (SNI 03-2834-2000). Dengan membuat 9 sampel
untuk kuat tekan 14 hari, 9 sampel untuk kuat tekan 28 hari sehingga total sampel
sebanyak 18 buah. Hasil dari perencanaan campuran beton
Berikut adalah perhitungan kebutuhan campuran beton yang akan
digunakan untuk membuat 1 benda uji:
Tabel 4.12 Hasil Perencanaan Campuran Beton per Benda Uji Kubus
No Kebutuhan Perhitungan Total Satuan
1 Semen 355,77 1,210 Kg
2 Air 191,832 0,652 Kg
3 Pasir 621,659 2,114 Kg
4 Kerikil 1883,26 6,403 Kg
5 Volume Kubus 0,45 0,0034 m³
Jadi hasil perhitungan mix design dengan metode SNI 03-2834-2000
didapatkan jumlah kebutuhan material per benda uji Kubus adalah semen 1,210
kg, air 0,652 kg, pasir 2,114 kg dan kerikil 6,403 kg.
Tabel 4.13 Data Kebutuhan Material m3
No Material Jumlah Sampel Total Satuan
1 Semen 18 21,773 Kg
2 Air 18 11,736 Kg
3 Pasir 18 38.052 Kg
4 Kerikil 18 115,254 Kg
38
Jadi hasil perhitungan kebutuhan material per m3 adalah semen 21,773 kg,
air 11,736 kg, pasir 38,052 kg, dan kerikil 115,254 kg.
4.5 Perhitungan Kebutuhan Serat Kawat Galvanis
Berikut adalah perhitungan proporsi serat kawat galvanis pada campuran
beton dengan variasi 8% dan 10 % dari berat semen:
Spesifikasi kawat yang di gunakan : menggunakan besi alumunium,
Ø 0,5mm, panjang kawat yang akan di bentuk 5 cm dan masing masing
ujung di bending 1 cm, berat satuan kawat 0,27 gr, variasi penambahan
kawat 8% dan 10%.
Tabel 4.14 Kebutuhan Serat Kawat Galvanis
Pola serat Variasi
(%)
Sampel Kebutuhan (gr) Total
Kubus (gr)
C 0,5 mm 8 6 78.075 140,535
C 0,5 mm 10 6 62,46
Jadi hasil perhitungan kebutuhan serat kawat galvanis untuk Kubus pola C
0,5mm masing-masing dengan berat 8% dan 10% total 140,535gram.
4.6 Pembuatan Benda Uji
Pada penelitian ini jumlah benda uji yang dibuat sebanyak 9 untuk kuat
tekan beton 14 hari, 9 untuk kuat tekan beton 28 hari. dimana jumlah tiap variasi
sebanyak 3 buah. Pembuatan benda uji dilakukan secara manual.
Bahan yang digunakan pada pembuatan benda uji yaitu semen, pasir,
kerikil dan air untuk beton normal, dan ditambahkan serat kawat galvanis dengan
pola C untuk beton serat. Agregat yang digunakan yaitu pasir Samboja dan kerikil
Palu yang telah diperiksa dan diuji sebelumnya. Pembuatan benda uji dimulai
dengan mencampurkan bahan tersebut diatas dengan proporsi yang telah di
koreksi, kemudian melakukan pengujian slump.
Selanjutnya memasukkan campuran beton kedalam cetakan Kubus
Penambahan serat dilakukan pada saat penuangan campuran beton, yaitu dengan
menebar serat pola C dengan persentase 8% dan 10% dari berat semen pada 3
lapisan penuangan, setiap lapisan yaitu 1/3 dari volume beton yang kemudian
ditusuk-tusuk sampai serat tercampur rata dengan campuran beton. Pembuatan
39
benda uji untuk kuat tekan 14 hari, kuat tekan 28 hari, masing-masing
membutuhkan 18 cetakan Kubus. Benda uji di keluarkan dari cetakan dan
dilakukan perawatan.
4.7 Pengujian Slump
Penguian slump dilakukan pada adukan beton segar yang diambil langsung
setelah proses pencampuran adukan. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengukur
tingkat kekentalan atau keenceran adukan beton, yang mana hal ini mempunyai
pengaruh terhadap kemudahan dalam proses pekerjaan beton. Pada penelitian ini
nilai slump ditentukan yaitu 10 ± 2. Untuk lebih jelasnya hasil dari pengujian
slump dapat dilihat pada tabel 4.16 berikut
Tabel 4.15 Hasil Pengujian Slump
No Umur Beton Benda Uji Nilai Slump Keterangan
1 14 Hari BN14
10 cm
Kuat Tekan
2 14 Hari BN14
3 14 Hari BN14
4 14 Hari C14 8% 1
9 cm
5 14 Hari C14 8% 2
6 14 Hari C14 8% 3
7 14 Hari C14 10% 1
10 cm
8 14 Hari C1410% 2
9 14 Hari C14 10% 3
10 28 Hari BN28
9 cm
11 28 Hari BN28
12 28 Hari BN28
13 28 Hari C28 8% 1
10 cm
14 28 Hari C28 8% 2
15 28 Hari C28 8% 3
16 28 Hari C28 10% 1
10 Cm
17 28 Hari C28 10% 2
18 28 Hari C28 10% 3
Hasil nilai slump berkisar antara 8 cm sampai 11 cm, maka nilai slump
sesuai dengan rencana.
40
4.8 Perawatan Benda Uji
Dalam penelitian ini dilakukan perawatan benda uji kubus dengan cara
direndam dalam bak berisi air. Hal ini dilakukan untuk menjaga kelembapan,
agar tidak terjadi keretakan permukaan beton akibat panas dan memaksimalkan
kekuatan beton. Perawatan ini dilakukan hingga uji tekan akan dilakukan. Untuk
memastikan benda uji kering pada saat dilakukan pengujian, maka benda uji
diangkat terlebih dahulu ±24 jam dari bak perendam sebelum dilakukannya
pengujian kuat tekan.
4.9 Pengujian Kuat Tekan Beton
Pengujian ini bertujuan untuk memperoleh nilai kuat tekan beton dari
material pasir Samboja, kerikil Palu dan serat kawat galvanis. Pengujian ini
dilakukan pada saat beton mencapai umur 14 dan 28 hari.
Rumus Kuat Tekan :
…………………………………………………………(4.1)
Dimana :
f’c = kuat tekan beton benda uji kubus (kg/cm2)
P = Gaya Desak (N)
A = Luas Permukaan Benda Uji (mm²)
Hasil pengujian kuat tekan beton dapat dilihat pada tabel 4.16 sebagai
berikut:
Tabel 4.16 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton 14 Hari
Kode
Beton
Luas
Penampang
(cm)
Berat
Beton
(kg)
Beban
(kn)
Konversi
Umur
Beton
Kuat
Tekan
(kg/cm2)
Rata-
rata
(kg)
BN 14 1 225 8.190 550 0.88 277.778
291.246 BN 14 2 225 8.295 650 0.88 328.283
BN 14 3 225 8.435 530 0.88 267.677
C14 8% 1 225 8.370 580 0.88 292.929
331.650 C14 8% 2 225 8.485 800 0.88 404.040
C14 8% 3 225 8.350 590 0.88 297.980
C14 10%1 225 8.465 650 0.88 328.283
309.764 C14 10%2 225 8.588 510 0.88 257.576
C14 10%3 225 8.720 680 0.88 343.434
41
Berdasarkan dari hasil perhitungan data pengujian kuat tekan beton 14 hari
dengan luas penampang 225 mm2 diperoleh nilai kuat tekan untuk beton normal
adalah 277,778 kg/cm2, 328,283 kg/cm
2, dan 267,677 kg/cm
2 sehingga didapat
nilai rata-rata kuat tekan beton normal sebesar 291,246 kg/cm2. Untuk beton
dengan kode C14 8% diperoleh nilai kuat tekan sebesar 292,929 kg/cm2, 404,040
kg/cm2, dan 297,980 kg/cm
2 sehingga didapat nilai rata-rata kuat tekan beton
sebesar 331,650 kg/cm2. Dan beton C14 10% diperoleh nilai kuat tekan sebesar
328,283 kg/cm2, 257,576 kg/cm
2, dan 343,434 kg/cm
2 sehingga didapat nilai rata-
rata kuat tekan beton sebesar 309,764 kg/cm2. Dari hasil tersebut dapat dibuat
grafik pengujian kuat tekan beton 14 hari pada gambar 4.8.
Gambar 4.8 Diagram kuat tekan beton 14 Hari.
Ditinjau dari grafik kuat tekan beton 14 hari dapat disimpulkan bahwa
beton C14 8% memiliki kuat tekan yang lebih tinggi dibandingkan dengan beton
BN14 dan C14 10%, dan untuk beton C14 10%, kuat tekan nya lebih tinggi dari
beton BN14.
Rumus Uji Tekan :
27
28
29
30
31
32
33
34
PERBANDINGAN BETON YANG BERUMUR 14 HARI
BN 14
C 14 8%
C 14 10%
42
…………………………………………………………(4.2)
Dimana :
f’c = kuat tekan beton benda uji kubus (kg/cm2)
P = Gaya Desak (N)
A = Luas Permukaan Benda Uji (mm²)
Tabel 4.17 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton 28 Hari
Berdasarkan dari hasil perhitungan data pengujian kuat tekan beton 28 hari
dengan luas penampang 225 mm2 diperoleh nilai kuat tekan untuk beton normal
adalah 213,333 kg/cm2, 333,333 kg/cm
2, dan 266,667 kg/cm
2 sehingga didapat
nilai rata-rata kuat tekan beton normal sebesar 271,111 kg/cm2. Untuk beton
dengan C28 8% diperoleh nilai kuat tekan sebesar 266,667 kg/cm2, 240,000
kg/cm2, dan 240,000 kg/cm
2 sehingga didapat nilai rata-rata kuat Tekan 248,889
kg/cm2. Dan beton C28 10% diperoleh nilai kuat tekan sebesar 284,444 kg/cm
2,
280,000 kg/cm2, dan 311,111 kg/cm
2 sehingga didapat nilai rata-rata kuat tekan
beton sebesar 291,852 kg/cm2.
Hasil kuat tekan beton rata-rata C28 10% lebih tinggi dibandingkan
dengan kuat tekan rata-ratanya beton normal. namun selisihnya cukup jauh kuat
tekan BN28 dan C28 8%. Hal ini terjadi karena pada saat pemadatan benda uji
tidak merata sehingga agregat kasar menggumpal pada satu tempat, pada saat
penebaran bahan tambah kawat tidak merata, air yang kelebihan pada saat
penambahan air dan pada saat perawatan benda uji tidak sesuai standar seperti air
dalam bak yang menyusut sehingga beton bagian atas terkena panas dan bagian
Kode
Beton
Luas
Penampang
(cm)
Berat
Beton
(kg)
Beban
(kn)
Konversi
Umur
Beton
Kuat
Tekan
(kg/cm2)
Rata-rata
(kg)
BN 28 1 225 8.295 480 1 213.333
271.111 BN 28 2 225 8.240 750 1 333.333
BN 28 3 225 8.310 600 1 266.667
C28 8% 1 225 8.150 600 1 266.667
248.889 C28 8% 2 225 8.345 540 1 240.000
C28 8% 3 225 8.475 540 1 240.000
C28 10% 225 8.445 640 1 284.444
291.852 C28 10% 225 8.495 630 1 280.000
C28 10% 225 8.335 700 1 311.111
43
bawah masih dalam keadaan terendam air. Dari uraian diatas dapat dibuat grafik
pengujian kuat tekan beton 28 hari pada gambar 4.9.
Gambar 4.9 Diagram Kuat Tekan Beton 28 Hari
4.10 Persentase Peningkatan Kuat Tekan Beton
Berikut adalah tabel peningkatan kuat tekan beton pada umur 14 hari dan 28
hari dari variasi pola C kawat galvanis.
Tabel 4.19 Persentase Peningkatan Kuat Tekan Beton
No Kode Beton
Kuat Tekan
f’c
Persentase
Peningkatan
Kuat Tekan
Kg/cm2 %
Umur 14 Hari
1 BN 14 291,246
2 C14 8% 331,650 13,872
3 C14 10% 309,764 6,358
Umur 28 Hari
4 BN 28 271,111
5 C28 8% 248,889 8,196
6 C28 10% 291,852 7,650
Persentase peningkatan kuat tekan beton dihitung terhadap kuat tekan beton
normal. persentase peningkatan kuat tekan beton C14 8% dan C14 10% pada
22
23
24
25
26
27
28
29
30
PERBANDINGAN BETON YANG BERUMUR 28 HARI
BN 28
C28 8%
C28 10%
44
umur 14 hari terhadap beton BN 14 atau beton normal mengalami peningkatan
yakni 13,872% dan 6,358%. Sedangkan untuk persentase peningkatan kuat tekan
beton pada umur 28 hari beton C28 8% mengalami penurunan kuat tekan sebesar
8,196% akan tetapi untuk beton C28 10% mengalami peningkatan sebesar
7,650%.
45
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian ini, penulis dapat
menarik kesimpulan antara lain:
1. Hasil nilai kuat tekan beton serat kawat galvanis pola C terhadap kuat tekan
beton normal pada umur 28 hari adalah mengalami penurunan 8,196 dengan
kode benda uji C28 8% dan kenaikan 7,650 dengan kode benda uji C28 10%
2. Terjadi peningkatan kuat tekan sebesar 13,872% dan 6,358% untuk benda uji
C14 8% dan C14 10%. Pada umur 28 hari pengaruh penambahan kawat
galvanis terhadap kuat tekan beton mengalami penurunan sebesar 8,196%
terhadap beton dengan kode benda uji BN28.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka ada beberapa saran
yang dapat dipertimbangkan untuk penelitian sejenis berikutnya sebagai berikut:
1. Perlu ada kontrol yang ketat mulai dari tahap perencanaan campuran sampai
dengan pelaksanaan. Hal ini dilakukan untuk menghindari timbulnya efek
negative pada hasil pengujian.
2. Pada saat penyimpanan agregat yang dipakai untuk pembuatan beton perlu
diperhatikan dengan benar. Sehingga pada saat pencampuran kadar airnya
tidak mempengaruhi perhitungan mix design.
3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut mengenai pola yang mampu
menghasilkan kuat tekan beton.
DAFTA R PUSTAKA
ASTM C496-96. Standart Test Method for Splitting Tensile Strength of
Cylindrical Concrete Specimens, ASTM Internasional, USA.
Tjokrodimuljo, K.1996. Teknologi Beton, Nafiri, Yogyakarta.
Ananta Aritama,(2005). Pengaruh Pemakaian Serat Kawat Berkait Pada
Kekuatan Beton Mutu Tinggi Berdasarkan Optimasi Diameter Serat.
SNI 03-2847-2002. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan
Gedung, Badan Standar Nasional Indonesia, Jakarta.
SNI 03-1968-1990. Pemeriksaan Gradasi Agregat.
SNI-4141-1996. Pengujian Kadar Lumpur Agregat.
SNI 03-1971-1990. Pemeriksaan Kadar Air Agregat
Annual Book of ASTM Standards, 2002, ASTM C39-86 Standard Test Methode
For Compressive Strengh of Cylindrical Concrete Specimens, ASTM
International. West Conshohocken. PA.
_, 1990, Pemeriksaan Gradasi Agregat, SNI 03-1968, Badan Standar Nasional
Indonesia, Jakarta.
_, 1996, Pengujian Kadar Lumpur Agregat, SNI-03-4142, Badan Standar
Nasional Indonesia, Jakarta.
Annual Book of ASTM Standards, 2002, ASTM C39-86 Standard Test Methode
For Compressive Strengh of Cylindrical Concrete Specimens, ASTM
International. West Conshohocken. PA.
_, 2008, Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air, SNI 03-1970, Badan Standar
Nasional Indonesia, Jakarta.
LAMPIRAN 1
HASIL PENGUJIAN BAHAN
HASIL PEMERIKSAAN KADAR AIR
Pemeriksaan : Pasir Samboja
Tanggal Pemeriksaan : 29 Maret 2017
Laboran Balikpapan, 29 Maret 2017
Peneliti
SAJALI, A.Md Ari Irawan Saputra
NIM: 140309239792
No Uraian Sampel
A B
1 Berat Cawan (W1) 13,26 13,21
2 Berat Cawan + Contoh Basah (W2) 51,94 56,68
3 Berat Cawan + Contoh Kering (W3) 48,71 53,32
4 Berat Air (W4 = W2 - W3) 3,23 3,36
5 Berat Agregat Kering Permukaan (W5 = W3 - W1) 38,68 43,47
6 Kadar Air (W6 = W4 / W5 x 100 %) 8,35 7,72
7 Kadar Air Rata-rata = Total W6 / Banyak Sample 8,040
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
JURUSAN TEKIK SIPIL
LABOLATORIUM TEKNIK SIPIL
JL. Soekarno Hatta Km. 8 Balikpapan Utara 76126
Telp. (0542) 860895, 862305 Fax. 861107
Email. [email protected] Web:http://www.poltekba.ac.id
HASIL PEMERIKSAAN KADAR LUMPUR PASIR SAMBOJA
Pemeriksaan : Pasir Samboja
Tanggal Pemeriksaan : 29 Maret 2017
No Uraian Sampel 1 Sampel 2
1 Ukuran maksimal agregat yang diperiksa 4,76 mm 4,76 mm
2 Berat agregat semula (kering oven) W1 486,55 435
3 Berat agregat setelah dicuci (kering oven) W2 484,24 391,46
4 Berat butir yang lewat ayakan no. 200 W3 1,57 1,54
5 Kadar Lumpur = (W3 / W1) x 100% 0,32 0,35
Laboran Balikpapan, 29 Maret 2017
Peneliti
SAJALI, A.Md Ari Irawan Saputra
NIM: 140309239792
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
JURUSAN TEKIK SIPIL
LABOLATORIUM TEKNIK SIPIL
JL. Soekarno Hatta Km. 8 Balikpapan Utara 76126
Telp. (0542) 860895, 862305 Fax. 861107
Email. [email protected] Web:http://www.poltekba.ac.id
HASIL PEMERIKSAAN BERAT ISI PASIR SAMBOJA
Pemeriksaan : Pasir Samboja
Tanggal Pemeriksaan : 29 Maret 2017
Metode Rodding Shoveling
5 Berat Takaran 2,42 2,42
6 Berat Takaran + Benda Uji 5,965 5,355
7 Berat Benda Uji = 6 – 5 3,545 2,935
8 Berat Isi Agregat Halus = 7 / 4 4,154 3,440
Laboran Balikpapan, 29 Maret 2017
Peneliti
SAJALI, A.Md Ari Irawan Saputra
NIM: 140309239792
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
JURUSAN TEKIK SIPIL
LABOLATORIUM TEKNIK SIPIL
JL. Soekarno Hatta Km. 8 Balikpapan Utara 76126
Telp. (0542) 860895, 862305 Fax. 861107
Email. [email protected] Web:http://www.poltekba.ac.id
HASIL PEMERIKSAAN GRADASI PASIR SAMBOJA
Pemeriksaan : Pasir Samboja
Tanggal Pemeriksaan : 29 Maret 2017
Lubang Saringan
Pasir Samboja
Berat Tertinggal Persentase Komulatif
tertinggal lolos
No mm gram % % %
3/4 19,1 0 0 0 100
1/2 12,7 0 0 0 100
3/8 9,5 0 0 0 100
4 4,76 0 0 0 100
8 2,38 0,04 0,006 0 100
16 1,19 0,55 0,084 0,063 99,916
30 0,59 5,05 0,772 0,642 99,144
50 0,297 114,96 17,573 13,824 81,571
100 0,149 525,61 80,346 74,094 1,224
Pan 7,97 99,995 98,782
Total 654,18 118,145
MHB 1,181
Laboran Balikpapan, 29 Maret 2017
Peneliti
SAJALI, A.Md Ari Irawan Saputra
NIM: 140309239792
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
JURUSAN TEKIK SIPIL
LABOLATORIUM TEKNIK SIPIL
JL. Soekarno Hatta Km. 8 Balikpapan Utara 76126
Telp. (0542) 860895, 862305 Fax. 861107
Email. [email protected] Web:http://www.poltekba.ac.id
HASIL PEMERIKSAAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AIR
Pemeriksaan : Pasir Samboja
Tanggal Pemeriksaan : 29 Maret 2017
No Keterangan Nilai
1 Berat Benda Uji Jenuh Kering Permukaan (500) 500 gr
2 Berat Benda Uji Kering Oven (BK) 461,23 gr
3 Berat Piknometer Diisi Air (B) 1171 gr
4 Berat Piknometer + Benda Uji SSD + Air pada suhu kamar (BT) 1479 gr
5 Berat Jenis Curah 2,402 gr
6 Berat Jenis Jenuh Kering Permukaan 2,604 gr
7 Berat Jenis Semu 3,010 gr
8 Penyerapan Air 8,406%
Laboran Balikpapan, 29 Maret 2017
Peneliti
SAJALI, A.Md Ari Irawan Saputra
NIM: 140309239792
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
JURUSAN TEKIK SIPIL
LABOLATORIUM TEKNIK SIPIL
JL. Soekarno Hatta Km. 8 Balikpapan Utara 76126
Telp. (0542) 860895, 862305 Fax. 861107
Email. [email protected] Web:http://www.poltekba.ac.id
HASIL PEMERIKSAAN KADAR AIR KERIKIL PALU
Pemeriksaan : Kerikil Palu
Tanggal Pemeriksaan : 29 Maret 2017
No Uraian Sampel
A B
1 Berat Cawan (W1) 13,55 13,08
2 Berat Cawan + Contoh Basah (W2) 76,29 83,95
3 Berat Cawan + Contoh Kering (W3) 75,31 83,2
4 Berat Air (W4) = (W2 - W3) 0,98 0,75
5 Berat Agregat Kering Permukaan
(W5) = (W3 - W1) 61,76 70,12
6 Kadar Air (W6) = (W4 / W5 x 100 %) 1,586 1,069
7 Kadar Air Rata-rata = Total W6 / Banyak Sample 0,88%
Laboran Balikpapan, 29 Maret 2017
Peneliti
SAJALI, A.Md Ari Irawan Saputra
NIM: 140309239792
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
JURUSAN TEKIK SIPIL
LABOLATORIUM TEKNIK SIPIL
JL. Soekarno Hatta Km. 8 Balikpapan Utara 76126
Telp. (0542) 860895, 862305 Fax. 861107
Email. [email protected] Web:http://www.poltekba.ac.id
HASIL PEMERIKSAAN KADAR LUMPUR KERIKIL PALU
Pemeriksaan : Kerikil Palu
Tanggal Pemeriksaan : 29 Maret 2017
No Uraian Sampel 1 Sampel
2
1 Ukuran maksimal agregat yang diperiksa 4,67 mm 4,76
mm
2 Berat agregat semula (kering oven) W1 499,75 498,93
3 Berat agregat setelah dicuci (kering oven) W2 493,42 489,05
4 Berat butir yang lewat ayakan no. 200 W3 1,59 2,27
5 Kadar Lumpur = (W3 / W1) x 100% 0,32 0,45
Rata – rata 0,39
Laboran Balikpapan, 29 Maret 2017
Peneliti
SAJALI, A.Md Ari Irawan Saputra
NIM: 140309239792
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
JURUSAN TEKIK SIPIL
LABOLATORIUM TEKNIK SIPIL
JL. Soekarno Hatta Km. 8 Balikpapan Utara 76126
Telp. (0542) 860895, 862305 Fax. 861107
Email. [email protected] Web:http://www.poltekba.ac.id
HASIL PEMERIKSAAN BERAT ISI KERIKIL PALU
Pemeriksaan : Kerikil Palu
Tanggal Pemeriksaan : 29 Maret 2017
Metode Rodding Shoveling
5 Berat Takaran 2,82 gr 2,82 gr
6 Berat Takaran + Benda Uji 7,655 gr 7,15 gr
7 Berat Benda Uji = 6 – 5 4,835 gr 4,33 gr
8 Berat Isi Agregat Halus = 7 / 4 4,8791 gr 4,369 gr
Berat Isi:
Rodding : 4,87 gr/cm3
Shoveling : 4,36 gr/cm3
Laboran Balikpapan, 29 Maret 2017
Peneliti
SAJALI, A.Md Ari Irawan Saputra
NIM: 140309239792
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
JURUSAN TEKIK SIPIL
LABOLATORIUM TEKNIK SIPIL
JL. Soekarno Hatta Km. 8 Balikpapan Utara 76126
Telp. (0542) 860895, 862305 Fax. 861107
Email. [email protected] Web:http://www.poltekba.ac.id
HASIL PEMERIKSAAN KEAUSAN KERIKIL PALU
Pemeriksaan : Kerikil Palu
Tanggal Pemeriksaan : 29 Maret 2017
Ukuran Ayakan
Berat dan Gradasi Benda
Uji
(gram)
Lolos Tertahan B C
¾ ½ 2500
½ 3/8 2500
3/8 ¼ 2500
¼ No. 4 (4,75) 2500
Jumlah Bola 11 8
Berat yang tertahan diatas ayakan no. 12 4222 4042
Keterangan B (gram) C (gram)
Berat Agregat (A) 5000 5000
Berat Setelah 500 Putaran (B) 4222 4042
Keausan = -
x 100 = % 15,56 19,16
Laboran Balikpapan, 29 Maret 2017
Peneliti
SAJALI, A.Md Ari Irawan Saputra
NIM: 140309239792
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
JURUSAN TEKIK SIPIL
LABOLATORIUM TEKNIK SIPIL
JL. Soekarno Hatta Km. 8 Balikpapan Utara 76126
Telp. (0542) 860895, 862305 Fax. 861107
Email. [email protected] Web:http://www.poltekba.ac.id
\
MIX DESIGN
Mix design
Laboran Balikpapan, 29 Maret 2017
Peneliti
SAJALI, A.Md Ari Irawan Saputra
NIM: 140309239792
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
JURUSAN TEKIK SIPIL
LABOLATORIUM TEKNIK SIPIL
JL. Soekarno Hatta Km. 8 Balikpapan Utara 76126
Telp. (0542) 860895, 862305 Fax. 861107
Email. [email protected] Web:http://www.poltekba.ac.id
DATA KEBUTUHAN MATERIAL PER M3
Tanggal Pemeriksaan : 29 Maret 2017
No Material Jumlah Sampel Total Satuan
1 Semen 18 21,773 Kg
2 Air 18 11,736 Kg
3 Pasir 18 38.052 Kg
4 Kerikil 18 115,254 Kg
Laboran Balikpapan, 29 Maret 2017
Peneliti
SAJALI, A.Md Ari Irawan Saputra
NIM: 140309239792
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
JURUSAN TEKIK SIPIL
LABOLATORIUM TEKNIK SIPIL
JL. Soekarno Hatta Km. 8 Balikpapan Utara 76126
Telp. (0542) 860895, 862305 Fax. 861107
Email. [email protected] Web:http://www.poltekba.ac.id
KEBUTUHAN SERAT KAWAT GALVANIS
Tanggal Pemeriksaan : 29 Maret 2017
Pola
serat
Variasi
(%)
Sampel Kebutuhan (gr) Total
Kubus (gr)
C 0,5 mm 8 6 78.075 140,535
C 0,5 mm 10 6 62,46
Total Kebutuhan Kawar Galvanis : 140,535 gr.
Laboran Balikpapan, 29 Maret 2017
Peneliti
SAJALI, A.Md Ari Irawan Saputra
NIM: 140309239792
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
JURUSAN TEKIK SIPIL
LABOLATORIUM TEKNIK SIPIL
JL. Soekarno Hatta Km. 8 Balikpapan Utara 76126
Telp. (0542) 860895, 862305 Fax. 861107
Email. [email protected] Web:http://www.poltekba.ac.id
HASIL PENGUJIAN SLUMP
Tanggal Pemeriksaan : 29 Maret 2017
Laboran Balikpapan, 29 Maret 2017
Peneliti
SAJALI, A.Md Ari Irawan Saputra
NIM: 140309239792
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
JURUSAN TEKIK SIPIL
LABOLATORIUM TEKNIK SIPIL
JL. Soekarno Hatta Km. 8 Balikpapan Utara 76126
Telp. (0542) 860895, 862305 Fax. 861107
Email. [email protected] Web:http://www.poltekba.ac.id
Laboran Balikpapan, 29 Maret 2017
Peneliti
HASIL PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON 14 HARI
Kode
Beton
Luas
Penampang
(cm)
Berat
Beton
(kg)
Beban
(kn)
Konversi
Umur
Beton
Kuat
Tekan
(kg/cm2)
Rata-
rata
(kg)
BN 14 1 225 8.190 550 0.88 277.778
291.246 BN 14 2 225 8.295 650 0.88 328.283
BN 14 3 225 8.435 530 0.88 267.677
C14 8% 1 225 8.370 580 0.88 292.929
331.650 C14 8% 2 225 8.485 800 0.88 404.040
C14 8% 3 225 8.350 590 0.88 297.980
C14 10% 1 225 8.465 650 0.88 328.283
309.764 C14 10% 2 225 8.588 510 0.88 257.576
C14 10% 3 225 8.720 680 0.88 343.434
Laboran Balikpapan, 29 Maret 2017
Peneliti
SAJALI, A.Md Ari Irawan Saputra
NIM: 140309239792
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
JURUSAN TEKIK SIPIL
LABOLATORIUM TEKNIK SIPIL
JL. Soekarno Hatta Km. 8 Balikpapan Utara 76126
Telp. (0542) 860895, 862305 Fax. 861107
Email. [email protected] Web:http://www.poltekba.ac.id
HASIL PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON 28 HARI
Laboran Balikpapan, 29 Maret 2017
Peneliti
SAJALI, A.Md Ari Irawan Saputra
NIM: 140309239792
Kode
Beton
Luas
Penampang
(mm)
Berat
Beton Beban
Konversi
Umur
Beton
Kuat
Tekan
(kg/cm2)
Rata-rata
(kg)
BN 28 1 225 8.295 480 1 213.333
271.111 BN 28 2 225 8.240 750 1 333.333
BN 28 3 225 8.310 600 1 266.667
C28 8% 1 225 8.150 600 1 266.667
248.889 C28 8% 2 225 8.345 540 1 240.000
C28 8% 3 225 8.475 540 1 240.000
C28 10% 1 225 8.445 640 1 284.444
291.852 C28 10% 2 225 8.495 630 1 280.000
C28 10% 3 225 8.335 700 1 311.111
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
JURUSAN TEKIK SIPIL
LABOLATORIUM TEKNIK SIPIL
JL. Soekarno Hatta Km. 8 Balikpapan Utara 76126
Telp. (0542) 860895, 862305 Fax. 861107
Email. [email protected] Web:http://www.poltekba.ac.id
LAMPIRAN 2
MIX DESIGN
`MIX DESIGN
No Uraian Tabel / Grafik /
Perhitungan Nilai Ket.
1 Kuat lentur yang disyaratkan Ditetapkan 20 Mpa
2 Deviasi Standar Diketahui 4.2 Mpa
3 Nilai Tambah (margin) M = 1,64 x Sr 6.888 Mpa
4 Kekuatan Rata-rata di targetkan 1 + 3 26.888 Mpa
5 Jenis Semen Ditetapkan Semen Tipe 1
6 Jenis agregat : - kasar Ditetapkan Batu Pecah
- halus Ditetapkan Alami
7 Faktor air semen bebas Tabel 2, grafik 1 0.52
8 Faktor air semen maksimum Ditetapkan 0.60
9 Slump Ditetapkan Slump 10±2 Cm
10 Ukuran Agregat Maksimum Ditetapkan 40 Mm
11 Kadar air bebas Tabel 3 185
12 Kadar semen 11 ; 7 185 ; 7 = 355.77 Kg/m3
13 Kadar semen maksimum 11; 8 185 ; 8 = 308.33 Kg/m3
14 Kadar Semen minimum Tabel 4 275 Kg/m3
15 Faktor air semen Diabaikan
16 Susunan besar butiran agregat
halus Grafik 6
Daerah gradasi
sususnan butiran 4
17 Susunan agregat kasar atau
gabungan
Tabel 7. Grafik
16
Daerah gradasi
sususnan butiran 2
18 Persen agregat halus Grafik 15 25 %
19 Berat Jenis relatif, agregat
(kering permukaan)
(0.35 x Bj H) +
(0.65 x Bj K) 2.624 diketahui
20 Berat Isi Beton Grafik 16 2325
21 Kadar air agregat gabungan (11+12)-20 2495.77 Kg/m3
22 Kadar air agregat halus 18 x 21 623.9425 Kg/m3
23 Kadar Agregat kasar 21 - 22 1871.8275 Kg/m3
24 Proporsi Campuran
Semen (kg) 12 355.77 Kg
Air (kg/lt) 11 185 Liter
Agregat Halus (kg) 22 623.9425 Kg
Agregat Kasar (kg) 23 1871.8275 Kg
25 Koreksi campuran
Semen (kg) Tetap 355.77 Kg
Air (kg/lt)
191.832 Liter
Agregat Halus (kg)
621.659 Kg
Agregat Kasar (kg)
1883.264 Kg
LAMPIRAN 3
ALAT DAN BAHAN
LAMPIRAN 3
ALAT
Ayakan No.200
Set Ayakan
Timbangan Digital
Piknometer
Oven
Kerucut Abram’s dan
Tongkat Baja
Penggaris / Meteran
Cetakan Beton (Kubus)
Sieve Shaker
Mesin Uji Tekan
Bak Perendam Benda
Uji
Los Angeles
Kepe, Kuas, dan palu
Karet
Timbangan Berat Jenis
Krikil
Sekop
Gerobak
BAHAN
Air
Semen Tonasa
Pasir Samboja
Kerikil Palu
Bahan Tambah Kawat Galvanis
(Pola C)
LAMPIRAN 4
FOTO PEMERIKSAAN BAHAN
LAMPIRAN 4
PEMERIKSAAN BAHAN
1. Pemeriksaan Gradasi Agregat
Pengambilan benda uji pasir Samboja dan kerikil
Palu untuk di oven
Masukkan benda uji ke
dalam Oven ±24 Jam
Ayak agregat
Timbang agregat yang
ada di setiap ayakan
2. Pemeriksaan Kadar Air
Timbang cawan
Masukkan pasir dan kerikil di cawan dan timbang
Masukkan benda uji ke
dalam oven ±24 Jam
Keluarkan dari oven lalu
timbang
3. Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan
Cuci benda uji
Masukkan benda uji ke
dalam Oven ±24 Jam
Dinginkan Benda Uji
dan rendam selama 24
jam
Keluarkan benda uji dan
Lap dengan kain
Timbang Benda Uji
permukaan jenuh
Letakkan benda uji di
dalam keranjang
Rendam dan guncang benda uji untuk
mengeluarkan udara
Tentukan berat didalam
air
4. Pemeriksaan Kadar Lumpur Agregat
Siapkan benda uji
Oven benda uji
Siapkan benda uji yang
sudah di oven
Cuci Benda Uji Hingga
Bersih Menggunakan
Ayakan No.200
Letakan benda uji
kedalam cawan dan
masukkan ke dalam oven
dan timbang kembali
5. Pemeriksaan Berat Isi Agregat
Tumbuk sebanyak 25
kali per lapisan
Ratakan benda uji
Timbang benda uji
6. Pemeriksaan Keausan Batu ( Agregat Kasar)
Menyiapkan Material ( ertinggal ayakan ½ dan ⅜)
Menyiapkan Material (Tertinggal ayakan ⅟₄ dan no.4)
Memasukkan Bola Baja Masukkan Kerikil
Memutar Mesin Los
Angeles sebanyak 500
Putaran
Saring kerikil
menggunakan saringan
No.12
Timbang Kerikil yang
Tertahan di atas Saringan
No.12
LAMPIRAN 5
PENGUJIAN SLUMP
LAMPIRAN 5
PENGUJIAN NILAI SLUMP
Nilai slump 9 cm
Nilai slump 10 cm
Nilai slump 10 cm
Nilai slump 10 cm
Nilai slump 9 cm
Nilai slump 9 cm
LAMPIRAN 6
PEMBUATAN BENDA UJI
LAMPIRAN 6
PEMBUATAN BENDA UJI
Persiapkan cetakan
Persiapkan peralatan penunjang
Timbang Material yang
dibutuhkan
Campurkan pasir dan air dan kerikil
Oleskan oli pada cetakan
beton
Masukkan beton
kedalam
cetakan
Padatkan beton
Diamkan selama 24 jam hingga
mengering dan buka cetakan
LAMPIRAN 7
PERAWATAN BENDA UJI
LAMPIRAN 7
PERAWATAN BENDA UJI
Benda uji di rendam didalam air
Benda uji di angkat 1-2 hari sebelum
dilakukan pengujian
LAMPIRAN 8
PENGUJIAN KUAT TEKAN
LAMPIRAN 8
PENGUJIAN KUAT TEKAN 14 HARI
Benda Uji OA-1
Timbang Benda Uji
Letakkan benda uji tepat pada
posisi pembebanan
Pola Retak
Benda Uji
Letakkan benda uji tepat pada
posisi pembebanan
Pola Retak
Benda Uji
Timbang Benda Uji
Letakkan benda uji tepat pada
posisi pembebanan
Pola Retak
PENGUJIAN KUAT TEKAN 28 HARI
Benda Uji
Timbang Benda Uji
Letakkan benda uji tepat pada
posisi pembebanan
Pola Retak
Benda Uji
Timbang Benda Uji
Letakkan benda uji tepat pada
posisi pembebanan
Pola Retak
Benda Uji
Timbang Benda Uji
Letakkan benda uji tepat pada
posisi pembebanan
Pola Retak