pengaruh penambahan aroma daun pandan …digilib.unila.ac.id/24939/3/skripsi tanpa bab...

41
PENGARUH PENAMBAHAN AROMA DAUN PANDAN TERHADAP KARAKTER BERAS ANALOG BERBAHAN BAKU TEPUNG SINGKONG YANG DIPERKAYA DENGAN DAGING IKAN LELE (Skripsi) Oleh ANITA TRI HANDAYANI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016

Upload: hoanghanh

Post on 20-Mar-2019

230 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

PENGARUH PENAMBAHAN AROMA DAUN PANDAN TERHADAP

KARAKTER BERAS ANALOG BERBAHAN BAKU TEPUNG

SINGKONG YANG DIPERKAYA DENGAN DAGING IKAN LELE

(Skripsi)

Oleh

ANITA TRI HANDAYANI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2016

ABSTRAK

PENGARUH PENAMBAHAN AROMA DAUN PANDAN TERHADAP

KARAKTER BERAS ANALOG BERBAHAN BAKU TEPUNG

SINGKONG YANG DIPERKAYA DENGAN DAGING IKAN LELE

Oleh

ANITA TRI HANDAYANI

Diversifikasi pangan adalah memvariasikan bahan makanan pokok dengan bahan

makanan lain yang kandungannya sama dengan beras, salah satunya dengan beras

analog yang biasanya terbuat dari umbi-umbian seperti singkong. Beras analog

dengan bahan baku tepung singkong memiliki kandungan protein lebih rendah

dari beras padi, sehingga perlu penambahan daging ikan lele untuk meningkakan

kandungan gizi. Penambahan daging ikan lele ini menimbulkan aroma khas ikan

yang kuat, sehingga perlu penambahan bahan pangan penghilang atau pengurang

bau seperti penggunaan daun pandan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengkaji pengaruh penambahan daun pandan pada saat pengukusan beras analog

yang berbahan baku tepung singkong yang diperkaya dengan daging ikan lele.

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Daya Alat dan Mesin Pertanian dan

Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen, Jurusan Teknik Pertanian,

Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Bahan yang digunakan adalah tepung

singkong, tepung ikan lele, daun pandan, dan air. Pembuatan beras analog

memiliki dua perlakuan, yaitu perbedaan campuran tepung singkong dengan

tepung lele (95% : 5%, 92,5% : 7,5%, dan 90% : 10%) dan perbedaan

penambahan daun pandan (5 g, 10 g, 15 g) per 1000 g beras analog. Pembuatan

beras analog terdiri dari pembuatan tepung singkong, pembuatan tepung ikan lele,

dan pembuatan beras analog dengan pengulangan sebanyak dua kali.

Penambahan aroma daun pandan pada pembuatan beras analog berbahan baku

tepung sigkong yang diperkaya tepung ikan lele berdasarkan analisis sidik ragam

tidak berpengaruh terhadap parameter yang diamati, meliputi densitas, daya serap

kekerasan, dan kadar air akhir. Beras analog yang dihasilkan dominan berwarna

coklat pada perlakuan penambahan daun pandan maupun pada perlakuan tanpa

penambahan daun pandan. Beras analog yang paling disukai adalah perlakuan

dengan komposisi penambahan daging ikan lele sebesar 5% (perlakuan terendah)

dengan penambahan daun pandan sebesar 15 g/ 1000 g beras analog (perlakuan

tertinggi).

Kata kunci : Beras analog, tepung singkong, daging ikan lele, daun pandan

ABSTRACT

EFFECT OF ADDITION FLAVOUR OF PANDAN LEAVES CHARACTER

BASED ANALOG RICE WITH CASSAVA FLOUR ENRICHED WITH MEAT

CATFISH

By

ANITA TRI HANDAYANI

Food diversification is to vary the staple food with other foods that implies the

same with rice, one with analog rice is usually made of such as cassava. Analog

rice to the raw materials of cassava flour have a less protein content than rice,

necessitating the addition of meat catfish for improved its nutritional content. The

addition of catfish meat raises the distinctive aroma of a strong fish, so the need to

increase food relief or deduction smell like the use pandan leaves. The purpose of

this study was to examine the effect of adding flavour of pandan leaves at the time

of steaming rice analog raw material cassava flour enriched with meat catfish.

This research was conducted at the Laboratory of Power Tools and Agricultural

Engineering and the Laboratory of Bioprocess Engineering and Post Harvest,

Agricultural Engineering Department, Faculty of Agriculture, University of

Lampung. Materials used are cassava flour, flour catfish, pandan leaves, and

water. Making analog rice has two treatment, the difference in cassava flour

mixture to the flour catfish (95%: 5%, 92.5%: 7.5%, and 90%: 10%) and

differences in the addition of pandan leaves (5 g, 10 g , 15 g) per 1000 g analog

rice. Making analog rice consists of making cassava flour, flour-making catfish,

and manufacture of analog rice with repetition twice.

Extra aroma of pandan leaves in the manufacture of analog rice made from

cassava flour enriched flour catfish is based on the analysis of variance did not

affect the observed parameters, including density, absorption of violence, and the

final moisture content. Analog rice color generating dominant is brown at

treatment addition pandan leaves or not. The most preferred analog rice is treated

at the composition of the addition of catfish meat by 5% (the low treatment) with

the addition of pandan leaves by 15 g /1000 g rice analog (the most treatment).

Keywords: analog rice, cassava flour, meat catfish, pandan leaves

PENGARUH PENAMBAHAN AROMA DAUN PANDAN TERHADAP

KARAKTER BERAS ANALOG BERBAHAN BAKU TEPUNG SINGKONG

YANG DIPERKAYA DENGAN DAGING IKAN LELE

Oleh

Anita Tri Handayani

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada

Jurusan Teknik Pertanian

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2016

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Sidorejo, Kecamatan

Bangunrejo, Kabupaten Lampung Tengah pada tanggal

09 Februari 1993, anak ke-3 dari 3 bersaudara keluarga

dari Bapak Gunawan dan Ibu Sutiyem. Penulis

menyelesaikan pendidikan mulai dari Pendidikan

Taman Kanak-kanak di TK Pertiwi Sidorejo

diselesaikan pada tahun 1998. Sekolah Dasar di SD Negeri 2 Sidorejo Kecamatan

Bangunrejo diselesaikan pada tahun 2004, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di

SMP Negeri 1 Bangunrejo diselesaikan pada tahun 2007, Sekolah Menengah Atas

di SMA Negeri 1 Bangunrejo diselesaikan pada tahun 2010.

Pada tahun 2012 penulis terdaftar sebagai mahasiswa S1 Teknik Pertanian di

Universitas Lampung melalui jalur SBMPTN. Selama menjadi Mahasiswa,

Penulis Pernah aktif menjadi anggota Pengembangan Sumber Daya Manusia

(PSDM) di Persatuan Mahasiswa Teknik Pertanian (PERMATEP) pada tahun

2013 – 2014. Pada bulan Juli – Agustus 2015 penulis melaksanakan Praktik

Umum (PU) di PTPN VII Pematang Kiwah Natar, Lampung Selatan dengan judul

“Proses Pengolahan Limbah Cair Di PTPN VII Unit Pabrik Karet Pematang

Kiwah Natar, Lampung Selatan”. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata

(KKN)Tematik pada bulan Januari – Maret 2016 di Desa Sedayu, Kecamatan

Semaka, Kabupaten Tanggamus. Penulis berhasil mencapai gelar Sarjana

Teknologi Pertanian (S.TP.) S1 Teknik Pertanian pada tahun 2016 dengan

menghasilkan skripsi yang berjudul “Pengaruh Penambahan Aroma Daun Pandan

Terhadap Karakter Beras Analog Berbahan Baku Tepung Singkong Yang

Diperkaya Dengan Daging Ikan Lele’’.

i

Segala Puji bagi Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Segala puji bagi Allah atas nilai-Nya yang tidak dapat diuraikan, nikmat dan

anugrah-Nya yang tidak dapat terhitung serta ilmunya-Nya yang tidak dapat

dibatasi oleh apapun.

Kupersembahkan karya kecil ini untuk :

Orang tuaku dan

Mamas dan Mbak ku tersayang

ii

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya

sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir perkuliahan dalam penyusunan

skripsi ini. Sholawat teriring salam semoga selalu tercurah kepada syuri tauladan

Nabi Muhammad SAW dan keluarga serta para sahabatnya. Aamiin.

Skripsi yang berjudul “PENGARUH PENAMBAHAN AROMA DAUN

PANDAN TERHADAP KARAKTER BERAS ANALOG BERBAHAN BAKU

TEPUNG SINGKONG YANG DIPERKAYA DENGAN DAGING IKAN

LELE” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi

Pertanian (S.TP.) di Universitas Lampung.

Penulis memahami dalam penyusunan skripsi ini banyak suka dan duka yang

dihadapi, namun berkat ketulusan doa, semangat, bimbingan, motivasi, dan

dukungan orang tua serta berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik. Maka pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan

terimakasih kepada :

1. Dr. Ir. Tamrin, M.S., selaku pembimbing pertama yang telah memberikan

bimbingan dan saran sehingga terselesaikanya skripsi ini.

iii

2. Ir. Budianto Lanya M.T., selaku pembimbing kedua sekaligus pembimbing

akademik, yang telah memberikan berbagai masukan dan bimbingannya dalam

penyelesaian skripsi ini.

3. Dr. Siti Suharyatun, S.TP., M.Si., selaku pembahas yang telah memberikan

saran dan masukan sebagai perbaikan selama penyusunan skripsi ini.

4. Dr. Ir. Agus Haryanto, M.P., selaku ketua jurusan Teknik Pertanian yang telah

membantu dalam administrasi penyelesaian skripsi ini.

5. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.S., selaku dekan Fakultas Pertanian yang

telah membantu dalam administrasi skripsi ini.

6. Seluruh Dosen TEP Unila yang telah memberikan ilmunya selama ini.

7. Seluruh teman-teman TEP 2012 yang telah bersama-sama selama ini.

8. Ayah dan Ibu tercinta serta kakakku Eko Agus Setiawan dan Lina Dwi

Indriawati yang telah memberikan kasih sayang, dukungan moral, material

dan doa.

9. Agus Windu Santoso yang telah membantu dalam segala hal sampai skripsi ini

selesai.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan. Semoga

skripsi ini dapat bermanfaat untuk kita semua.

Bandar Lampung, 14 Desember 2016

Penulis,

Anita Tri Handayani

iv

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ............................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... vii

I. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang .................................................................................... 1

1.2. Tujuan Penelitian ................................................................................ 3

1.3. Manfaat Penelitian .............................................................................. 3

1.4. Hipotesis Penelitian ............................................................................ 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 4

2.1. Beras Analog ...................................................................................... 4

2.2. Singkong ............................................................................................. 5

2.3. Tepung Singkong ................................................................................ 7

2.4. Ikan Lele ............................................................................................. 7

2.5. Daun Pandan ....................................................................................... 9

III. METODOLOGI PENELITIAN ................................................................. 11

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................ 11

3.2. Alat dan Bahan .................................................................................. 11

3.3. Rancangan Penelitian ........................................................................ 11

3.4. Prosedur Penelitian ............................................................................ 12

v

3.5. Parameter Pengamatan ...................................................................... 17

3.6. Analisis Data...................................................................................... 19

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 20

4.1. Densitas ............................................................................................. 20

4.2. Daya Serap Air .................................................................................. 22

4.3. Kekerasan .......................................................................................... 24

4.4. Kadar Air ........................................................................................... 26

4.5. Warna ................................................................................................. 28

4.6. Sensorik ............................................................................................. 32

V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 39

5.1. Kesimpulan ........................................................................................ 39

5.2. Saran .................................................................................................. 39

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 40

LAMPIRAN ...................................................................................................... 43

Tabel 9 – 13 ................................................................................................ 43

Gambar 15 – 18 ......................................................................................... 48

vi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Perbandingan kandungan zat gizi dalam 100 g beras siger dan 100 g beras

padi ......................................................................................................... 5

2. Kadar HCN pada beberapa jenis ubi kayu .............................................. 6

3. Komposisi kandungan gizi ikan segar per 100 gram bahan .................... 8

4. Perbandingan komposisi perlakuan ....................................................... 12

5. Analisis sidik ragam terhadap densitas .................................................. 22

6. Analisis sidik ragam terhadap daya serap air ......................................... 24

7. Analisis sidik ragam terhadap kekerasan ............................................... 26

8. Analisis sidik ragam terhadap kadar air ................................................. 28

9. Data pengukuran densitas beras analog ................................................. 44

10. Data pengukuran daya serap air ........................................................... 45

11. Data pengukuran kekerasan beras analog ............................................ 46

12. Data pengukuran kadar air beras analog .............................................. 47

13. Data pengamatan warna beras analog .................................................. 48

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Pembuatan tepung singkong .................................................................. 13

2. Pembuatan tepung ikan lele ..................................................................... 1

3. Pembuatan beras analog ......................................................................... 16

4. Densitas pada masing-masing perlakuan ............................................... 21

5. Daya serap air pada masing-masing perlakuan ...................................... 23

6. Kekerasan pada masing-masing perlakuan ............................................ 25

7. Kadar air pada masing-masing perlakuan .............................................. 28

8. Warna beras analog setelah dijemur ...................................................... 31

9. Grafik nilai R, G, B pada beras analog .................................................. 30

10. Uji organoleptik terhadap warna .......................................................... 33

11. Uji organoleptik terhadap rasa ............................................................. 34

12. Uji organoleptik terhadap aroma .......................................................... 35

13. Uji organoleptik terhadap tekstur ......................................................... 36

14. Uji organoleptik terhadap penerimaan keseluruhan ............................. 38

15. Peimbangan beras analog untuk pengukuran densitas ......................... 49

16. Perendaman beras analog untuk pengukuran daya serap air ................ 49

17. Alat rheometer untuk pengukuran kekerasan ....................................... 50

18. Pengisisn kuisioner oleh panelis pada uji organoleptik ....................... 50

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Beras merupakan makanan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia.

Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2016) kepadatan penduduk meningkat setiap

tahunnya, seperti di Lampung pada tahun 2007 sebanyak 193 jiwa/km2 menjadi

235 jiwa/km2

pada tahun 2014, hal ini mengakibatkan konsumsi beras juga

meningkat, jika pertumbuhan penduduk tidak diimbangi dengan peningkatan

produksi beras maka akan terjadi kekurangan pasokan beras dalam waktu dekat.

Salah satu cara untuk menanggulangi masalah kekurangan bahan pangan pokok

adalah dengan difersivikasi pangan. Difersivikasi pangan adalah memvariasikan

bahan makanan pokok dengan bahan makanan lain yang kandungannya hampir

sama dengan beras. Pangan alternatif yang menyerupai beras dinamakan beras

analog yang terbuat dari bahan baku tepung singkong, tepung jagung, tepung

gandum, dan lain sebagainya

Bahan baku pembuatan beras analog yang cukup dikenal masyarakat adalah

menggunakan tepung singkong. Singkong atau ubi kayu merupakan salah satu

sumber karbohidrat lokal Indonesia yang menduduki urutan ketiga terbesar setelah

padi dan jagung. Tanaman ini merupakan bahan baku yang paling potensial untuk

diolah menjadi tepung. Berdasarkan Badan Litbang Pertanian (2011) singkong

2

segar mempunyai komposisi kimiawi terdiri dari kadar air 60%, pati 35%, serat

kasa 2,5%, kadar protein 1%, kadar lemak 0,5%, dan kadar abu 1%. Singkong

merupakan sumber karbohidrat dan serat yang baik namun sedikit kandungan zat

gizi seperti protein.

Sedikitnya kandungan gizi seperti protein di dalam singkong mengakibatkan

sedikitnya kandungan protein pada beras analog yang dibuat dari tepung

singkong, maka dari itu perlu dilakukan penambahan protein untuk menyamakan

kandungan beras analog dengan beras padi. Penambahan gizi seperti protein

dapat dilakukan dengan penambahan ikan ke dalam pembuatan beras analog,

salah satunya adalah ikan lele. Ikan lele merupakan salah satu ikan dengan

kandungan gizi seperti protein yang tinggi, ikan ini banyak dibudidayakan di

Indonesia karena banyak masyarakat yang menyukainya, disamping itu harga ikan

lele cukup terjangkau bagi masyarakat.

Penambahan tepung ikan lele yang memiliki protein tinggi kedalam beras analog

yang terbuat dari bahan baku tepung singkong akan dapat melengkapi kandungan

proteinnya sehingga beras analog ini mempunyai kandungan yang sama dengan

beras padi yang biasa dikonsumsi masyarakat. Penambahan tepung ikan kedalam

pembuatan beras analog ini akan menimbulkan aroma ikan yang kuat, seperti

dalam Nurlina, dkk (2015), beras analog yang ditambahkan dengan tepung ikan

tuna memiliki aroma ikan yang amis sehingga perlu penambahan aroma lain untuk

menghilangkan atau mengurangi aroma ikan tersebut. Salah satu bahan alami

yang sering dipakai dalam menghasilkan aroma dalam bidang pangan adalah

penggunaan daun pandan. Perlu dilakukan penelitian apakah penambahan

3

potongan daun pandan kedalam pengukusan beras analog yang diperkaya daging

ikan lele, dapat mengurangi aroma ikan yang dihasilkan atau tidak.

1.2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan potongan daun

pandan pada saat pengukusan beras analog yang berbahan baku tepung singkong

yang diperkaya daging ikan lele.

1.3. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan informasi kepada masyarakat tentang

penambahan aroma daun pandan dapat mengurangi aroma ikan yang kuat pada

beras analog berbahan baku tepung singkong yang diperkaya dengan daging ikan

lele, sehingga masyarakat dapat lebih menyukai beras analog yang dihasilkan.

1.4. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah penambahan potongan daun pandan kedalam

pengukusan beras analog dengan bahan baku tepung singkong yang diperkaya

daging ikan lele dapat menghilangkan atau mengurangi aroma ikan yang kuat.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Beras Analog

Beras analog merupakan salah satu alternatif pengganti beras. Beras analog dapat

dibuat dari bahan baku tepung tapioka, tepung terigu, tepung sagu, tepung

singkong, tepung jagung, dan lain-lain. Beras analog yang berbahan baku tepung

jagung dapat berpeluang besar karena dapat dijadikan sebagai makanan pokok.

Beras analog dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu beras analog tepung jagung

murni dan beras analog tepung jagung campuran.

Beras analog dari tepung jagung menurut Santoso, dkk (2013) yang banyak

disukai adalah campuran tepung jagung 95% dan tepung tapioka 5%. Dengan

kadar air antara 10,37% sampai 13,79% dengan lama pemasakan berkisar antara

46 hingga 68 jam, dengan lama simpan nasi selama 24 sampai 26 jam.

Beras analog berbahan baku tepung singkong yang diperkaya dengan protein ikan

tuna dengan penambahan daun suji memiliki kandungan protein sebesar 4,4687%,

kadar air beras analog berkisar 10,48 - 12,61%, semakin lama perendaman dan

tingginya konsentrasi semakin tinggi pula kadar air beras analog. Warna yang

dihasilkan dominan adalah warna gelap (coklat), dengan keseragaman butiran

terbanyak yang dihasilkan berkisar 1,7 - 3,33 mesh (Nurlina dkk, 2015).

5

Beras analog dari tepung ubi kayu mengandung karbohidrat lebih besar dibanding

dengan beras padi dan menghasilkan energi yang hampir sama. Perbandingan

jumlah kandungan gizi dalam 100 g beras analog (beras siger) dan 100 g beras

padi dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perbandingan kandungan zat gizi dalam 100 g beras siger dan 100 g

beras padi

Kandungan Gizi Beras Siger Beras Padi

Air (g)

Abu (g)

Serat kasar (g)

Lemak (g)

Protein (g)

Karbohidrat (g)

10,57

0,23

2,37

0,23

4,58

82,02

8,92

0,31

4,78

0,09

0,58

85,32

Sumber : Hidayat (2016)

Dilihat dari Tabel 1 di atas, diperoleh bahwa perbandingan kandungan zat gizi

beras padi dan beras analog tidak memiliki perbedaan yang besar. Perbedaan

mencolok terlihat pada kandungan protein yang lebih besar pada beras padi.

2.2. Singkong

Menurut Djuwardi (2009) tanaman ketela pohon atau singkong atau ubi kayu

umumnya dikenal dan tersebar luas di Indonesia. Ketela pohon lazim disebut

dengan nama latin Manihot utilissima Pohl atau Manihot esculeta Crantz. Nama

lain ketela pohon atau ubi kayu antara lain cassava (Inggris), yuka (Spanyol),

mandioca (Portugal), dan nama lokal seperti kaspe (Jawa Tengah), telo puhung

(Jawa Timur), dan singkong (Jawa Barat).

6

Umbi singkong yang terbentuk merupakan akar yang berubah bentuk dan

fungsinya sebagai tempat penyimpanan makanan cadangan. Bentuk ubi biasanya

bulat memanjang, daging ubi mengandung zat pati, berwarna putih gelap atau

kuning gelap, dan tiap tanaman menghasilkan 5 - 20 umbi. Ubi kayu

menggandung HCN dari rendah sampai tinggi. Kadar kandungan HCN pada

beberapa jenis ubi kayu dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kadar HCN pada beberapa jenis ubi kayu

No. Jenis atau Varietas Rasa Ubi Kadar HCN mg/kg

Ubi Daun

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Mangi (di tanah subur)

Mangi (di tanah tandus)

Betawi

Valenka

Singapura

Basiorao

Bogor

Tapikuru

SPP

Enak

Pahit

Enak

Enak

Enak

Agak pahit

Agak pahit

Pahit

Pahit

32

289

33

39

60

82

90

130

206

139

542

146

158

201

230

324

230

468

Sumber : Djuwardi (2009)

Aneka makanan yang dibuat dari ubi kayu atau singkong, selain mensuplai energi

(kalori) cukup tinggi, kandungan gizinya juga berguna bagi kesehatan tubuh. Hal

yang penting diperhatikan dalam menghidangkan aneka macam makanan dari ubi

kayu adalah memilih jenis atau varietas ubi kayu yang berkadar sianida (HCN)

rendah. Cara menghilangkan kadar HCN adalah dengan dibilas air sebelum

dimakan atau dimasak sampai matang (Rukmana, 1997).

Singkong atau kasava bisa menjadi salah satu pilihan penompang keberagaman

dan kemandirian pangan. Singkong segar bisa menjadi produk olahan langsung

untuk dikonsumsi dengan cara direbus, dikukus, digoreng, atau dibakar. Produk

7

olahan singkong yang dikenal baik masyarakat, yaitu keripik singkong, getuk,

tape, combro, dan sebagainya. Manfaat dan kegunaan ubi kayu cukup luas,

terutama untuk industri makanan dan sebagai produk antara seperti gaplek,

sawut/chips, pellet tepung tapioka, dan tepung kasava (Djuwardi, 2009).

2.3. Tepung Singkong

Tepung singkong dan tepung tapioka berbeda, dalam hal proses produksi dan cara

membuatnya, tepung tapioka dibuat dari ubi kayu segar, yang diambil patinya

saja, sedangkan ampas atau onggoknya dijadikan pakan ternak. Sementara,

tepung singkong atau tepung cassava memanfaatkan semua kandungan nutrisi

umbi kayu segar, dari kandungan pati dan seratnya.

Tepung cassava atau tepung ubi kayu dibuat dari umbi/ubi kayu segar yang

melalui proses pengupasan, pencucian, lalu di-slicer atau diiris tipis menjadi chips

atau sawut. Setelah itu, chips direndam selama dua hari dengan PH 5 (proses

fermentasi) lalu ditiriskan. Selanjutnya dikeringkan dengan mesin atau dibawah

sinar matahari kemudian ditepungkan, dikemas, dan siap didistribusikan sebagai

produk olahan modern (Djuwardi, 2009).

2.4. Ikan Lele

Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sangat digemari

masyarakat. Berdasarkan bentuk tubuh dan sifatnya, ikan lele diklasifikasikan

dalam satu tata nama sehingga mudah dalam mengidentifikasi. Ikan lele termasuk

dalam family Clariidae, yaitu jenis ikan yang mempunyai bentuk kepala gepeng

dan mempunyai alat pernafasan tambahan. Ikan lele banyak ditemukan di Benua

8

Afrika dan Asia Tenggara. Komoditas perikanan ini terdapat di perairan umum

yang berair tawar. Penyebaran lele di Asia, yaitu di Negara Indonesia, Thailand,

Filipina, dan Cina (Mahyuddin, 2008).

Menurut Djarijah (2004) ikan lele merupakan salah satu bahan pangan bergizi

yang mudah untuk dihidangkan sebagai lauk. Kandungan gizi ikan lele sebanding

dengan daging ikan lainnya. Ikan lele mengandung protein lebih tinggi dan lebih

baik dibandingkan dengan hewan lain. Protein menjadi salah satu unsur

terpenting dalam tubuh yang membuat sebagian besar dari semua struktur sel dan

jaringan tubuh manusia, khususnya pada jaringan otot, organ dalam tubuh,

persendian, tulang, kulit, rambut, dan darah manusia. Pada tubuh manusia,

hamper 20% dari berat badannya berupa struktur protein (Lau, 2009). Nilai gizi

ikan lele meningkat apabila diolah dengan baik. Kandungan gizi ikan segar

(termasuk ikan lele) per 100 gram dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Komposisi kandungan gizi ikan segar per 100 gram bahan

Kandungan gizi Jumlah

Protein (g) 17

Lemak (g) 4,5

Karbohidrat (g) 0

Fosfor (mg) 200

Kalsium (mg) 20

Zat besi (mg) 1

Vitamin A (IU) 150

Vitamin B1 (mg) 0,05

Sumber : Djarijah (2004)

Adapun beberapa keunggulan kandungan gizi daging ikan dibandingkan dengan

daging hewan lain adalah sebagai berikut :

1. Komponen gizi daging ikan mudah dicerna dan diserap oleh tubuh manusia.

9

2. Daging ikan mengandung semua unsur asam amino termasuk 8 macam asam

amino esensial.

3. Daging ikan mengandung asam lemak omega-3 yang sangat dibutuhkan untuk

membantu perkembangan dan pemeliharaan sel otak.

4. Daging ikan mengandung asam lemak tidak jenuh yang lebih banyak

dibanding asam lemak jenuh.

5. Daging ikan mengandung kadar kolesterol sangat rendah.

2.5. Daun Pandan

Pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) tumbuh di daerah tropis dan

banyak ditanam di halaman atau kebun-kebun. Pandan kadang tumbuh liar di tepi

sungai, tepi rawa, dan di tempat yang agak lembab. Pandan wangi selain sebagai

rempah-rempah juga digunakan sebagai bahan baku minyak wangi. Daunnya

yanhg harum kalau diremas dan diiris-iris, sering digunakan sebagai bahan

penyedap, pewangi, dan pemberi warna hijau pada masakan atau penganan. Daun

pandan berkhasiat mengatasi lemah saraf, tidak nafsu makan, rematik, pegal linu,

sakit disertai gelisah, rambut rontok, menghitamkan rambut, dan ketombe

(Dalimartha, 2005).

Berdasarkan Penelitian Prameswari dan Widjanarko (2014) menunjukan bahwa

ekstrak daun pandan wangi mengandung tannin, alkaloid, flavonoid, dan

polivenol. Keempat senyawa yang terkandung dalam ekstrak daun pandan

merupakan senyawa aktif bahan alami yang telah diteliti memiliki aktivitas

hipoglikemik sedangkan tannin berfungsi sebagai antioksidan dan penghambat sel

kanker. Daun tanaman pandan wangi memiliki kemampuan sebagai antikanker,

10

anti mikroba, menurunkan kadar kolesterol, dan kadar glukosa darah, bersifat

antibiotik, dan dapat memberikan peningkatan kekebalan tubuh.

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni hingga September 2016, bertempat di

Laboratorium Daya Alat dan Mesin Pertanian dan Laboratorium Rekayasa

Bioproses dan Pasca Panen, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,

Universitas Lampung.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah granulator, sprayer, timbangan

digital, timbangan manual, baskom, nampan, tampah, ayakan manual, cawan,

stopwatch, oven, mesin penggiling tepung (disk mill), rheometer, gelas ukur.

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah tepung singkong, tepung ikan

lele, dan air.

3.3. Rancangan Penelitian

Penelitian ini diawali dengan pembuatan tepung singkong sebagai bahan baku dan

tepung ikan lele sebagai bahan penambah protein dalam pembuatan beras analog.

Beras analog yang dibuat dan diuji karakteristiknya memiliki 2 perlakuan, yaitu

perbedaan campuran tepung singkong dengan tepung ikan lele dan perbedaan

penambahan potongan daun pandan.

12

3.4. Prosedur Penelitian

Penelitian ini diawali dengan pembuatan bahan baku dari tepung singkong dan

bahan tambahan tepung ikan lele. Selanjutnya tepung singkong dan tepung lele

dicampur dengan komposisi tepung singkong : tepung ikan lele adalah 95% : 5%,

92,5% : 7,5%, 90% : 10%. Setelah dicampur kemudian tepung campuran atau

komposit di granulasi menggunakan alat granulator. Saat pembuatan granul diberi

tambahan air dengan disemprotkan menggunakan sprayer, bertujuan untuk

mengikat tepung. Jumlah tepung komposit setiap perlakuan pada pembuatan

granul adalah 1000 g.

Perlakuan selanjutnya adalah pengukusan dengan penambahan potongan daun

pandan sebanyak 5 g, 10 g, dan 15 g per 1000 g beras analog. Setelah itu dijemur

di bawah sinar matahari sampai kering, kemudian dianalisis untuk mengetahui

densitas, daya serap air, kekerasan, kadar air dan warna dan dikukus untuk diuji

organoleptik yaitu rasa, aroma, warna, tekstur, dan penerimaan keseluruhan.

Komposisi tepung komposit dan daun pandan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Perbandingan komposisi perlakuan

Sampel A B C

a b a b a b

1 A1a A1b B1a B1b C1a C1b

2 A2a A2b B2a B2b C2a C2b

3 A3a A3b B3a B3b C3a C3b

Keterangan :

A : Tepung Singkong 95% Tepung Ikan Lele 5%

B : Tepung Singkong 92,5% Tepung Ikan Lele 7,5%

C : Tepung Singkong 90% Tepung Ikan Lele 10%

1 : Penambahan potongan daun pandan (5 g/1000 g beras analog)

2 : Penambahan potongan daun pandan (10 g/1000 g beras analog)

3 : Penambahan potongan daun pandan (15 g/1000 g beras analog)

a,b : Ulangan

13

Mulai

Pengupasan

Pengirisan dengan alat sawut

Pengeringan dengan dijemur

di bawah sinar matahari

Pencucian

Pengilingan

Pengayakan

3.4.1. Pembuatan Tepung Singkong

Pembuatan tepung ubi kayu (Cassava Flour) dilakukan dengan cara mengupas

singkong lalu cuci bersih. Kemudian singkong disawut tipis-tipis kira-kira setebal

1 - 2 mm menggunakan alat sawut, setelah itu singkong dijemur dibawah sinar

matahari sampai kering yang dengan penjemuran selama 2 - 3 hari, penjemuran

sehari sama dengan 8 jam penjemuran (Zulaidah, 2011). Setelah kering singkong

digiling sampai menjadi tepung kemudian diayak. Diagram alir pembuatan

tepung singkong dapat dilihat pada Gambar 1, tepung singkong yang dihasilkan

selanjutnya akan digunakan dalam diagram alir pembuatan beras analog.

Gambar 1. Pembuatan tepung singkong

Tepung

singkong

14

Mulai

Pembersihan ikan lele

Pencucian ikan lele

Pengirisan daging ikan lele

Penjemuran

Penggilingan menjadi tepung

Pengayakan

3.4.2. Pembuatan Tepung Ikan Lele

Pembuatan tepung lele dilakukan dengan cara membersihkan ikan lele kemudian

dicuci bersih. Ikan kemudian diiris tipis-tipis dan dimasukan ke dalam oven

hingga ±3 hari untuk memudahkan dalam penggilingan, kemudian daging ikan

digiling untuk menghasilkan tepung ikan lele menggunakan disk mill, selanjutnya

diayak menggunakan ayakan manual. Diagram alir pembuatan tepung lele dapat

dilihat pada Gambar 2, tepung ikan lele yang dihasilkan akan dilanjutkan pada

diagram alir pembuatan beras analog.

Gambar 2. Pembuatan tepung ikan lele

Tepung

ikan lele

15

3.4.3. Pembuatan Beras Analog

Pembuatan beras analog diawali dengan mengayak tepung singkong dan tepung

ikan lele terlebih dahulu untuk mendapatkan partikel yang halus. Setelah itu

tepung singkong dan tepung ikan lele dicampur dengan perbandingan 95% tepung

singkong : 5% tepung ikan lele, 92,5% tepung singkong : 7,5% tepung ikan lele,

dan 90% tepung singkong : 10% tepung ikan lele. Proses selanjutnya adalah

pembuatan granula menggunakan mesin granulator yang dilakukan selama ±10

menit (Jannah dkk, 2015). Pada saat granulator berputar diberi penambahan air

sedikit demi sedikit menggunakan sprayer untuk mengikat tepung namun air tidak

boleh mengenai pan karena akan menyebabkan tepung lengket pada pan. Adonan

tepung yang diletakkan pada bidang granulator tersebut dengan sendirinya akan

mengelompok dan membentuk butiran-butiran beras analog setelah diberi gerakan

putar. Butiran yang terlalu besar akan dihancurkan dan diproses kembali. Proses

ini dilakukan terus-menerus sampai didapatkan diameter yang lebih seragam.

Setelah menjadi granul, beras analog dikukus dengan diberi penambahan

potongan daun pandan dengan komposisi 5 g, 10 g, dan 15 g per perlakuan 1000 g

beras analog. Setelah dikukus kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari.

Butiran atau granul yang sudah kering dianalisis serta diuji densitas, daya serap

air, kekerasan, kadar air, warna, dan uji organoleptik setelah dilakukan

pemasakan. Diagram alir pembuatan beras analog dapat dilihat pada Gambar 3.

16

Selesai

Pencampuran tepung singkong :

tepung lele

Granulasi

Pengukusan dengan penambahan daun

pandan

Pengeringan

Pengujian dan pengamatan

Analisis data

Gambar 3. Pembuatan beras analog

Beras analog

Tepung

ikan lele

Tepung

singkong

Penambahan

air

17

3.5. Parameter Pengamatan

Uji fisik beras yang dihasilkan dilakukan kepada semua perlakuan yang meliputi

densitas, daya serap air, kekerasan, warna dan sensorik.

3.5.1. Densitas

Densitas atau kerapatan curah dipengaruhi oleh kerapatan padat, ukuran, cara

pengukuran, bentuk geometri dan sifat permukaan. Cara mengukur densitas beras

analog adalah dengan menimbang gelas ukur yang volumenya diketahui,

kemudian beras analog dimasukan hingga garis batas ukur tertentu. Beras analog

ditimbang serta ditentukan massanya dengan cara gelas ukur + beras analog

dikurangi dengan massa gelas ukur kosong. Densitas dapat dihitung dengan

Persamaan 1 :

......................................................................... (1)

dimana : W1 Berat gelas ukur (g)

W2 Berat gelas ukur + beras analog (g)

V Volume gelas ukur (cm3)

3.5.2. Daya Serap Air

Kemampuan menyerap kembali air, diperlukan untuk mengetahui seberapa besar

menyerap air, khususnya untuk desain beras instan. Pengukuran daya serap air

pada butiran beras analog 10 g, lalu direndam dalam air selama 5 menit. Daya

serap air dapat dihitung menggunakan Persamaan 2:

18

....................................................... (2)

dimana : WA = Berat sampel sebelum perendaman (g)

WB = Berat sampel setelah perendaman (g)

3.5.3. Kekerasan

Menurut Marlina, dkk (2014) pengukuran kekerasan dilakukan menggunakan

Rheometer, dengan cara menusukan beras analog kering dengan jarum yang

menempel pada alat tersebut. Dengan nilai Hold 0,5 mm dan Press 30 mm/m.

Nilai kekerasan beras analog akan ditampilkan dalam satuan Newton.

3.5.4. Kadar Air

Pengukuran kadar air dilakukan dengan mengeringkan 5 g beras analog setiap

sampel, kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 105 oC selama 24 jam.

Setelah itu sampel didinginkan dalam desikator selama 15 menit, kemudian

ditimbang. Kadar air dihitung menggunakan Persamaan 3 :

................................................................. (3)

dimana : Wo = Berat sampel awal/basah (g)

Wt = Berat sampel akhir/kering (g)

3.5.5. Warna

Uji warna dalam penelitian ini menggunakan tabel warna flat design color chart.

Cara penggunaannya dengan membandingkan warna beras analog yang dihasilkan

dan mencocokan warna pada tabel warna flat design color chart yang sesuai,

selanjutnya dihitung nilai R, G, B yang diperoleh dari chart warna tersebut.

19

3.5.6. Sensorik

Uji sensorik yang dilakukan meliputi rasa, aroma,warna, tekstur dan penerimaan

keseluruhan menggunakan uji organoleptik. Uji organoleptik yang dilakukan

pada produk beras analog adalah uji hedonik atau uji kesukaan. Uji hedonik

dilakukan oleh 25 panelis semi terlatih di Jurusan Teknik Pertanian Fakultas

Pertanian Universitas Lampung. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui

pendapat panelis terhadap produk beras analog yang telah dibuat. Parameter yang

diuji pada uji hedonik ini adalah rasa, aroma, warna, tekstur, dan penerimaan

keseluruhan terhadap beras analog.

3.6. Analisis Data

Data-data hasil pengamatan dianalisis menggunakan program SAS dan disajikan

dalam bentuk tabel, gambar, dan grafik.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah :

1. Penambahan aroma daun pandan pada pembuatan beras analog berbahan baku

tepung sigkong yang diperkaya tepung ikan lele berdasarkan analisis sidik

ragam tidak berpengaruh terhadap parameter yang diamati, meliputi densitas,

daya serap kekerasan, dan kadar air akhir.

2. Beras analog yang dihasilkan dominan berwarna coklat pada perlakuan dengan

penambahan daun pandan dan perlakuan tanpa penambahan daun pandan.

3. Beras analog yang paling disukai adalah perlakuan pada komposisi

penambahan daging ikan lele sebesar 5% (perlakuan terendah) dengan

penambahan daun pandan sebesar 15 g/1000 g beras analog (perlakuan

tertinggi).

5.2. Saran

Saran yang dapat diajukan adalah pada penelitian selanjutnya yang serupa, adalah

penggunaan bahan penambah aroma lebih banyak komposisinya agar bau khas

dari penambahan daging ikan dapat lebih tersamarkan.

DAFTAR PUSTAKA

Agusman, S.N.K. Apriani, dan Murdinah. 2015. Penggunaan Tepung Rumput

Laut Eucheuma cottoni Pada Pembuatan Beras Analog Dari Tepung Modified

Cassava Flour (MOCAF). Jurnal JPB Perikanan. Vol. 9, No. 1: 1 – 10.

Amurwani, R. 2016. Pengaruh Cara Penambahan dan Konsentrasi Sodium

Tripolyphosphate (STPP) Terhadap Tingkat Hidrolisis Pati, Daya Serap Air,

Sifat Sensori Dan Respon Glikemik Nasi Instan. Skripsi Jurusan Teknologi

Hasil Pertanian. Universitas Lampung.

Badan Litbang Pertanian. 2011. Inovasi Pengolahan Singkong Meningkatkan

Pangan dan Diversivikasi Pangan. Agro Inovasi. No. 3404.

Badan Pusat Statistik. 2016. Kepadatan Penduduk Menurut Provinsi.

https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/842. [Diakses 22 Mei 2016]

Dalimartha. 2005. Tumbuhan Obat di Lingkungan Sekitar. Niaga Swadaya.

Jakarta: 66 hal.

Dinarki A., S. Waluyo, dan Warji. 2014. Uji Karakteristik Fisik Beras Analog

Berbahan Dasar Tepung Talas Dan Tepung Onggok. Jurnal Teknik

Pertanian Lampung. Vol. 3, No. 2: 155 – 162.

Dixon dan Moe. Flat Design Color Chart. 2016. Htmlcolorcodes.com/color-

chart/. Diakses pada 16 September 2016.

Djarijah, A.S. 2004. Teknologi Tepat Guna Sale Ikan Lele. Penerbit Kanisius.

Yogyakarta: 61 hal.

Djuwardi, A. 2009. Cassava Solusi Pemberagaman Kemandirian Pangan.

Grasindo. Jakarta: 183 hal.

Fitriyanto, M., dan S.R. Putra. 2013. Karakterisasi Beras Buatan (Artificial Rice)

dari Campuran Tepung Sagu (Metroxylon sp.) dan Tepung Kacang Hijau.

Jurnal Sains Dan Seni Pomits. Vol. 2, No. 1: 1 – 3.

Franciska, S.Y., Tamrin, S. Waluyo, dan Warji. 2015. Pembuatan dan Uji

Karakteristik Fisik Beras Analog Dengan Bahan Baku Tepung Cassava yang

41

Diperkaya Dengan Protein Ikan Tuna. Artikel Ilmiah Teknik Pertanian

Lampung: 39 - 44.

Herawati H. dan S. Widowati. 2009. Karakteristik Beras Mutiara Dari Ubi Jalar

(Ipomea batatas). Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian. Vol.5

Hidayat, B. 2016. Prospek Pengembangan dan Teknologi Pengolahan Beras

Siger. Pidato Ilmiah. Politeknik Negeri Lampung: 29 hal.

Jannah, M., Tamrin, C. Sugianti, dan Warji. 2015. Pembuatan dan Uji

Karkteristik Fisik Beras Analog Berbahan Baku Tepung Singkong Yang

Diperkaya Dengan Protein Udang. Jurnal Teknik Pertanian Lampung. Vol.

4 No. 1: 51 - 56.

Karouw, S., F.J. Polnaja, dan R. Barlina. 2015. Formulasi Beras Analog

Berbahan Pati Sagu. Jurnal B. Palma. Vol. 16, No. 2: 211 – 217.

Lau, E. 2009. Healty Express Super Sehat dalam 2 Minggu. Gramedia Pustaka

Utama. Jakarta: 224 hal.

Lisnan, V. 2008. Pengembangan Beras Artificial Dari Ubi Kayu (Manihot

Esculenta Crant.) Dan Ubi Jalar (Ipomoea Batatas) Sebagai Upaya

Diversifikasi Pangan. Skripsi Jurusan Teknologi Hasil Pertanian. Institut

Pertanian Bogor.

Mahyuddin, K. 2008. Panduan Lengkap Agribisnis Lele. Penebar Swadaya.

Yogyakarta: 176 hal.

Marlina, L., Y.A. Purwanto, dan U. Ahmad. 2014. Aplikasi Pelapisan Kitosan

dan Lilin Lebah untuk Meningkatkan Umur Simpan Salak Pondoh. JTEP

Jurnal Keteknikan Pertanian. Vol. 2, No. 1.

Nurlina, Tamrin, dan C. Sugianti. 2015. Pengaruh Waktu dan Konsentrasi

Penambahan Zat Aditif Daun Suji (Pleomele Angustifolia) terhadap

karateristik beras analog yang diperkaya protein ikan tuna. Jurnal Teknik

Pertanian Lampung. Vol. 4, No. 3: 177 - 184.

Prameswari, O.M. dan S.B. Widjanarko. 2014. Uji Efek Ekstrak Daun Pandan

Wangi terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah dan Histopatologi Tikus

Diabetes Mellitus. Jurnal Pangan dan Agroindustri. Vol.2 No.2 p.16 - 27.

Rahmadi, I. 2015. Pengaruh Ekstrak Daun Salam (Syzygium Polyanthum

(Wight.) Walp.) Terhadap Tingkat Hidrolisis Pati, Aktivitas Antioksidan Dan

Sifat Sensori Nasi Instan. Skripsi Jurusan Teknologi Hasil Pertanian.

Universitas Lampung.

Rukmana, R. 1997. Ubi Kayu, Budidaya dan Pascapanen. Kanisius.

Yogyakarta: 68 hal.

42

Santoso, A.D., Warji, D.D. Novita, dan Tamrin. 2013. Pembuatan dan Uji

Karakteristik Beras Sintetis Berbahan Dasar Tepung Jagung. Jurnal Teknik

Pertanian Lampung. Vol.2, No.1: 27-34.

Yudanti, Y.R., S. Waluyo, dan Tamrin. 2015. Pembuatan Beras Analog

Berbahan Baku Tepung Pisang (Musa paradiciaca). Jurnal Teknik Pertanian

Lampung. Vol. 4, No. 2: 117-126.

Zulaidah, A. 2011. Modifikasi Ubi Kayu Secara Biologi Menggunakan Starter

Bimo-CF Menjadi Tepung Termodifikasi Pengganti Gandum. Thesis

Magister Teknik Kimia. Universitas Diponegoro.