pengaruh pemberian terapi musik klasik terhadap …eprints.ums.ac.id/86219/6/naskah...
TRANSCRIPT
-
1
PENGARUH PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK
TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA
PENDERITA PENDERITA HIPERTENSI
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata I
Pada Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Oleh :
MICHO FAJAR PRATAMA
J 210 160 120
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2020
-
i
HALAMAN PERSETUJUAN
PENGARUH PEMBERIAN TERAPI MUSIK
KLASIK TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH
PADA PENDERITA HIPERTENSI
PUBLIKASI ILMIAH
oleh:
MICHO FAJAR PRATAMA
J210160120
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:
Dosen Pembimbing
Ns. Dian Hudiyawati, S.Kep.,M.Kep.
NIK/NIDN : 1775/06.2411.8605
-
ii
KLASIK TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT
KECEMASAN PENDERITA HIPERTENSI
OLEH
MICHO FAJAR PRATAMA
J210160120
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari Selasa, 30 Juni 2020
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Dewan Penguji:
1. Ns. Dian Hudiyawati, S.Kep.,M.Kep. (.…………...)
(Ketua Dewan Penguji)
2. Arum Pratiwi, S.Kp.,M.Kes.,Ph.D (.…………...)
(Anggota I Dewan Penguji)
3. Irdawati, S.Kep., Ns., M.Si.Med (.…………...)
(Anggota II Dewan Penguji)
Dekan,
Dr. Mutalazimah, SKM., M.Kes
PERNYATAAN
PERNYATAAN
-
iii
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di
suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat
karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali
secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di
atas, maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.
Surakarta, 13 Maret 2020
Penulis
MICHO FAJAR PRATAMA
J210160120
-
1
PENGARUH PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP
PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI
Abstrak
Latar belakang : Hipertensi adalah penyakit yang sering diderita oleh semua
orang, hipertensi sendiri kadang memiliki gejala yang tidak diketahui oleh
penderita. Tujuan : Tujuan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
pengaruh terapi musik klasik terhadap perubahan tekanan darah pada penderita
hipertensi. Metode : Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan
desain penelitian (Quasy eksperiment) pre and post test, analisa data yang
digunakan adalah uji Wicoxon. Sampel pada penelitian ini diambil menggunakan
teknik purposive sampling, responden merupakan para penderita hipertensi di
desa Lengking sebanyak 81 responden. Instrumen dalam penelitian ini
menggunakan tensimeter, dan musik klasik. Teknik pengolahan data
menggunakan uji univariat dan bivariat Hasil : penderita hipertensi paling banyak
diderita oleh responden yang berusia 56-65 tahun, dengan penderita paling banyak
diderita oleh perempuan, rata-rata responden tingkat pendidikanya SD, responden
lebih banyak yang tidak bekerja, sebagian besar responden tidak memiliki riwayat
merokok. Sebelum dan sesudah dilakukan terapi terdapat perubahan tekanan
darah dengan nilai p-value sebesar 0,000. Diharapkan pelayanan kesehatan dapat
memberikan informasi dan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat,
khususnya mereka yang belum atau kurang pahan tentang hipertensi.
Kata kunci : Hipertansi, Terapi Musik Klasik
Abstrak
Background: Hypertension is a disease that is often suffered by everyone,
hypertension itself sometimes has symptoms that are not known by sufferers.
Objective: The purpose of this study aims to determine how the influence of
classical music therapy on changes in blood pressure in people with hypertension.
Methods: This study used a quantitative method with a pre-post test research
design (Quasy experiment), the data analysis used was the Wicoxon test. The
sample in this study was taken using a purposive sampling technique, respondents
were hypertension sufferers in Lengking village with 81 respondents. The
instruments in this study used tensimeter, and classical music. Data processing
techniques using univariate and bivariate tests Results: hypertension sufferers
mostly suffered by respondents aged 56-65 years, with sufferers mostly suffered
by women, the average respondents were elementary school level, more
respondents were not working, most respondents no history of smoking. Before
and after therapy there is a change in blood pressure with a p-value of 0,000. It is
expected that health services can provide maximum information and services to
community, especially those who do not or do not understand hypertension.
Keywords: Hypertension, Classical Music Therapy
-
2
1. PENDAHULUAN
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang dapat menyebabkan kematian
di dunia. Sebanyak 9,4 juta orang meninggal setiap tahunnya, dan terdapat
lebih dari 1 miliar orang mempunyai tekanan darah tinggi, 40% diantaranya
pada usia 25 tahun keatas. Pada tahun 2013 25,8% orang Indonesia mengidap
hipertensi. (Astuti dkk., 2019).
Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 sebanyak 1,3 miliar
orang didunia menderita hipertensi. Artinya 1 dari 3 orang didunia. Jumlah
orang yang mengidap hipertensi pada setiap tahunya meningkat, diperkirakan
pada tahun 2025 akan ada sekitar 1,5 miliar orang akan mengidap hipertensi.
Berdasarkan riset kesehatan dasar (RISKESDAS) pada tahun 2018 angka
kejadian hipertensi di Indonesia yang terjadi pada usia ≥ 18 tahun sebesar
34,1% tertinggi pada provinsi Kalimantan Selatan dengan angka kejadian
(44,1%), sedangkan angka kejadian terendah terjadi di provinsi Papua sebesar
(22,2%). Provinsi Jawa Tengah sendiri jumlah penderita hipertensi pada tahun
2017 menunjukan 35,53% orang menderita hipertensi,dengan presentasi laki-
laki lebih besar yaitu sebanyak 13,16% sedangkan wanita sebanyak 13,10%.
Hipertensi yang terjadi pada usia 31-44 tahun (31,6%), usia 45-54 tahun
(45,3%), usia 55-64 tahun (55,2%). Angka kejadian di Sukoharjo Kecamatan
Bulu sebesar 25,62%. Dari angka kejadian tersebut sebanyak 34,1% diketahui
bahwa sebesar 8,8% terdiagnosis hipertensi dan 13,3% lainya terdiagnosis
hipertensi tidak minum obat serta 32,3% tidak rutin minum obat. Hal tersebut
menunjukan bahwa para penderita hipertensi tidak menyadari bahwa mereka
menderita hipertensi dan akhirnya tidak mendapatkan pengobatan (Riskesdas,
2018).
Pengobatan hipertensi sendiri bisa dilakukan dengan dua cara, yang
pertama yaitu pengobatan farmakologi dan pengobatan non-farmakologi.
Dengan pengobatan farmakologi penderita dapat menggunakan obat-obatan
antihipertensi, pengobatan secara farmakologis selain mempunyai efek positif
juga mempunyai efek negatif. Salah satu efek negatif yang muncul adalah,
-
3
rebound hypertension yaitu dimana kondisi tekanan darah mengalami
peningkatan apabila konsumsi obat berhenti (Nidahyah dkk., 2015).
Selain itu terdapat juga pengobatan non farmakologi yang menggunakan
terapi komplementer, ada banyak macam terapi komplementer untuk
menutunkan tekanan darah. Beberapa contohnya adalah Penelitian yang
dilakukan Hudiyawati dkk., (2018) didapatkan hasil terdapat perbedaan antara
sebelum dan sesudah dilakukan terapi yoga pada penderita hipertensi dan
hasilya adalah positif, yaitu terdapat perbedaan skor rata-rata kualitas hidup
pada kelompok yang diberikan terapi yoga.
Salah satu terapi komplementer yang bisa digunakan adalah terapi musik
klasik. Musik klasik adalah sebuah bunyi-bunyian, suara melodi, ritme, dan
harmoni yang dapat membangkitkan emosi dan dapat membuat perasaan
menjadi bahagia. Mengurangi bahkan menghilangkan stres, mengiringi proses
belajar, dan mengurangi rasa nyeri (Mahatidanar & Nisa, 2017).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 02 Oktober
2019 di Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo, diperoleh data hipertensi
dengan jumlah terbanyak berada di Puskesmas Bulu sebanyak 25,62%, kedua
Puskesmas Baki sebesar 9,12%. Berdasarkan data yang diperoleh dari
Puskesmas Bulu dari bulan Agustus 2018 hingga Agustus 2019, diperoleh
angka hipertensi di Wilayah kerja Puskesmas Bulu pada tahun 2019 yaitu
sebesar 981 jiwa.
Berdasarkan data yang ditampilkan diatas peneliti akan melakukan
penelitian di wilayah kerja Puskesmas Bulu tentang pengaruh terapi relaksasi
musik klasik, karena musik banyak disukai orang, dan mudah dilakukan secara
mandiri. Maka dari itu peneliti akan melakukan penelitian dengan judul
“Pengaruh Pemberian Terapi Musik Klasik Terhadap Perubahan Tekanan
Darah Pada Penderita Hipertensi”.
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
pemberian terapi relaksasi musik klasik terhadap perubahan tekanan darah
pada penderita hipertensi.
-
4
2. METODE
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain penelitian pre
eksperimen pre and post test tes dilakukan sebelum diberi perlakuan dan
sesudah diberi perlakuan, dalam penelitian ini tidak ada kelompok pembanding
atau kelompok kontrol.analisa data dalam penelitian ini menggunakan uji
Wilcoxon. Perlakuan diberikan sebanyak 2 kali dalam 2 minggu masing-masing
perlakuan diberikan pada tanggal 15 Desember dan 22 Desember 2019. Sampel
pada penelitian ini diambil menggunakan teknik purposive sampling, sampel
yang dibutuhkan sebanyak 81 responden. Instrumen dalam penelitian ini
menggunakan tensimeter, dan musik klasik. Teknik pengolahan data
menggunakan uji univariat dan bivariat
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Karakteristik Reponden
Tabel 1. Karakteristik responden
Komponen Frekuensi Persentase (%)
Umur
17-35 tahun
36-45 tahun
46-55 tahun
56-65 tahun
5
17
20
39
6,1
21
24,7
48,1
Tingkat Pendidikan
SD
SMP
SMK/SMA
Perguruan Tinggi
44
16
14
7
54,3
19,8
17,3
8,6
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
26
55
32,1
67,9
Pekerjaan
Bekerja
Tidak bekerja
38
43
46,9
53,1
Riwayat merokok
Tidak merokok
Sudah berhenti
Masih merokok
57
6
18
70,4
7,4
22,2
-
5
Data hasil analisis diatas dapat disimpulkan bahwa penderita
hipertensi paling banyak diderita oleh responden yang berusia 56-65 tahun
dengan jumlah 42 orang (51,9%) usia 17-35 tahun sebanyak 5 orang (6,1%)
usia 26-35 tahun 4 orang (4,9%) usia 36-45 dan 46-55 tahun masing-masing
sebanyak 17 orang (21%). Data hasil analisis diatas juga didapatkan hasil
tingkat pendidikan terbanyak adalah SD dengan jumlah 44 orang (54,3%),
dan yang paling sedikit adalah Perguruan Tinggi dengan jumlah 7 orang
(8,6%) sianya adalah mereka yang berpendidikan SMP sebanyak 16 orang
(19,8%) serta SMK/SMA sebanyak 14 orang (17,3%).
Data hasil analisis tabel diatas didapatkan hasil bahwa perempuan
paling banyak menderita hipertensi dengan jumlah 55 responden (67,9%),
dan laki-laki dengan jumlah 26 responden (32,1%). Data hasil analisis tabel
diatas juga didapatkan hasil bahwa sebanyak 38 responden (46,9%) bekerja
dan sisanya sebanyak 43 responden (53,1%) tidak bekerja. Dari hasil analisis
tabel diatas didapatkan hasil responden memiliki riwayat merokok yang
berbeda-beda 57 orang (70,4%) tidak merokok, 6 orang (7,4%) sudah
berhenti merokok, dan 18 orang (22,2%) masih merokok.
3.2 Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Diberikan Terapi
Tabel 2. Perbandingan Terapi
Klasifikasi tekanan darah Frekuensi Persentase (%)
Tekanan darah sebelum
Hipertensi derajat 2
Urgency
72
9
88,9
11,1
Tekanan darah sesudah
Hipertensi derajat 1
Hipertensi derajat 2
Urgency
32
44
5
39,5
54,3
6,2
Berdasarkan tabel diatas pada tanggal 15 didapatkan hasil tekanan
darah responden paling banyak responden mengalami hipertensi derajat 2,
dengan jumlah 72 responden (88,9%) sisanya menderita hipertensi urgency
sebanyak 9 responden (11,1%). Setelah diberikan terapi musik klasik pada
pengukuran tekanan darah pada tanggal 22 didapatkan hasil, pada tekanan
responden paling banyak menderita hipertensi derajat 2 dengan jumlah
-
6
responden sebanyak 44 responden (54,3%) sisanya mengalami hipertensi
derajat 1 sebanyak 32 responden (39,5%) dan hipertensi urgency sebanyak 5
responden (6,2%).
Rata-rata tekanan darah responden sebelum dilakukan terapi relaksasi
musik klasik untuk tekanan darah sistoliknya sebesar 153,70 mmHg, untuk
rata-rata tekanan darah diastolik sebelum dilakukan terapi relaksasi musik
klasik sebesar 92,10 mmHg. Hipertensi yang diderita responden bisa saja
disebabkan oleh beberapa faktor seperti konsumsi garam yang berlebih,
konsumsi gula berlebih, atau makanan lainya yang dapat memicu
bertambahnya tekanan darah. Faktor lain bisa jadi karena kurangngnya
aktivitas fisik yang cukup dan gaya hidup yang tidak sehat. Pada saat sebelum
dilakukan terapi musik klasik para responden cenderung bertanya penyebab
kenapa tekanan darahnya bisa tinggi, dan juga menanyakan faktor apa saja
yang dapat mempengaruhi tekanan darah sehingga bisa terjadi hipertensi.
Rata-rata tekanan darah responden setelah dilakukan terapi relaksasi
musik klasik untuk tekanan darah sistoliknya sebesar 144,32 mmHg, untuk
rata-rata tekanan darah diastolik setelah dilakukan terapi relaksasi musik
klasik sebesar 90,74 mmHg. Dari hasil setelah diberikanya terapi musik
klasik dan ada beberapa responden mengalami penurunan tekanan darah
banyak responden yang merasa senang karena tekanan darahnya berkurang,
dan kebanyakan dari mereka mengatakan setelah diberikanya terapi relaksasi
musik klasik tubuhnya merasa lebih rileks dan tenang itu pertanya mereka
dapat mengikuti instruksi dengan benar.
Penelitian yang dilakukan oleh (Soesanto, 2018) rata-rata tekanan
darah sistolik sebelum diberikan terapi musik adalah 161 mmHg yang mana
tekanan darah tersebut masuk kedalam kategori hipertensi derajat 2, untuk
tekanan diastolik rata-rata sebelum diberikan terapi musik adalah sebesar 92
mmHg dan juga termasuk kedalam kategori hipertensi derajat 2. Dalam
penelitian lain yang dilakukan oleh (Hidayat, Nahariani, & Mubarrok, 2016)
dengan judul pengaruh terapi musik klasik jawa terhadap penurunan tekanan
darah pada lansia hipertensi di UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto
-
7
tekana darah sistolik rata-rata responden sebelum di berikan terapi msik
klasik jawa adalah 153 mmHg yang mana itu termasuk kedalam hipertensi
derajat 2 dan tekanan darah diastolik rata-rata sebesar 101 mmHg yang juga
termasuk kedalam hipertensi derajat 2.
Penelitian yang dilakukan oleh (Sahrir, 2019) setelah diberikanya
terapi instrumental tekanan darah responden mengalami penurunan berkisar
100-140 mmHg sebanyak 9 responden dengan persentase 90% dan tekanan
lebih dari 140 mmHg hanya 1 orang dengan persentase 10% hal tersebut
menunjukan bahwa ada penurunan tekanan darah setelah diberikanya terapi.
Penelitian lain yang dilakukan oleh (Asmaravan, Munawaroh, & Nasriati,
2017) dari 18 responden didapatkan hasil bahwa sebagian besar dari
responden yaitu sebanyak 9 responden (55%) tekanan darah menjadi normal
setelah diberikanya terapi musik.
3.3 Rata-Rata Tekanan Darah Sebelum Diberikan Terapi
Tabel 3. Central Tendency Sebelum Terapi
Tekanan
Darah
Mean Median Modus SD Min Max
Sistolik 153,70 150,00 140 15,284 140 200
Diastolik 92,10 90,00 90 6,465 80 110
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa tekanan darah rata-
rata responden penderita hipertensi pada tekanan darah sistolik sebesar
153,70 mmHg. Sedangkan tekanan darah rata-rata responden penderita
hipertensi pada tekanan darah diastolik adalah sebesar 92,10 mmHg.
3.4 Rata-Rata Tekanan Darah Setelah Diberikan Terapi
Tabel 4. Central Tendency Setelah Terapi
Tekanan
Darah
Mean Median Modus SD Min Max
Sistolik 144,32 140,00 130 15,964 130 190
Diastolik 90,74 90,00 90 5,652 80 100
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa tekanan darah rata-
rata responden penderita hipertensi pada tekanan darah sistolik sebesar
144,32 mmHg. Sedangkan tekanan darah rata-rata responden penderita
hipertensi pada tekanan darah diastolik adalah sebesar 90,74 mmHg.
-
8
Sebelum diberikan terapi relaksasi musik klasik rata-rata tekanan
darah sistolik responden penderita hipertensi adalah 153,70 mmHg,
sedangkan pada rata-rata tekanan darah diastolik responden adalah sebesar
92,10 mmHg. Setelah diberikan terapi relaksasi musik klasik rata-rata tekanan
darah sistolik responden sebesar 144,32 mmHg, sedangkan untuk rata-rata
tekanan darah diastolik responden setelah diberikan terapi relaksasi musik
klasik adalah sebesar 90,74 mmHg. Berdasarkan hasil sebelum dan sesudah
dilakukan terapi relaksasi musik klasik diketahui terdapat perubahan yaitu
dengan terjadi penurunan pada tekanan sistolik maupun diastolik, pada
tekanan sistolik terjadi rata-rata penurunan sebesar 9,38 mmHg dan pada
tekanan darah diastolik terjadi rata-rata penurunan sebesar 1,36 mmHg. Hal
tersebut dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh pemberian terapi musik
terhadap perubahan tekanan darah sistolik maupun diastolik pada responden
dengan hipertensi.
Penelitian yang dilakukan oleh Ayuningsih, et al (2019) didapatkan
hasil ada pengaruh pemberian terapi musik (Mozart) terhadap penurunan
tekanan darah di posyandu lansia Desa Waleng dengan nilai 0,000 kurang
dari 0,05. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Asmaravan et al.,
2017) didapatkan hasil bahwa ada pengaruh pemberian terapi musik klasik
terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di Dusun 4, Desa
Demangan, Kecamatan Siman, Kabupaten Ponorogo.
Pengaruh terapi musik dapat mempengaruhi tekanan darah juga
dijelaskan oleh (Mulyati & Sudirman, 2017) terapi musik mempunyai tujuan
untuk menurunkan stres dan membuat tubuh menjadi rileks. Secara fisiologis
efek dari relaksasi musik nantinya akan membuat mekanisme hipotalamik-
pituitari dan sistem adrenal. Tubuh ketika mendapat rangsangan atau
mendengar dengan ritme meditative, tubuh akan terjadi stimulasi yang akan
mengakibatkan penurunan corticotropin releasing hormone (CTRH) di
bagian hipotalamus, dengan kondisi tersebut akan menyebabkan juga
menurunya adenocorticotropin hormone (ACTH) pada bagian pituitary
anterior sampai akhirnya terjadi penurunan kortisol dalam darah. Menurunya
-
9
kortisol tersebut akan menyebabkan juga menurunya tekana darah, frekuensi
pernapasan dan vasodilatasi, karena terjadi penurunan kontraktilitas jantung
dan resistensi pembuluh darah.
4. PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, sebelum diberikan terapi musik
klasik penderita hipertensi paling banyak menderita hipertensi derajat 2,
sesudah diberikan terapi musik klasik penderita hipertensi paling banyak juga
menderita hipertensi derajat 2 namun jumlahnya mengalami penurunan. Rata-
rata tekanan darah sistolik penderita hipertensi sebelum diberikan terapi musik
klasik sebesar 153,70 mmHg dan tekanan diastolik sebesar 92,10 mmHg, rata-
rata tekanan darah sistolik sesudah diberikan terapi musik klasik sebesar
144,32 mmHg dan tekanan darah diastolik sebesar 90,74 mmHg.
Hasil dari analisa data menunjukan bahwa terdapat pengaruh pemberian
terapi musik klasik terhadap perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi
dengan nilai p-value sebesar 0,000.
DAFTAR PUSTAKA
Asmaravan, B. A., Munawaroh, S., & Nasriati, R. (2017). Pengaruh Terapi Musik
Klasik Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi.
Repository Muhammadiyah University of Ponorogo, 25–37.
Astuti, N. F., Rekawati, E., & Wati, D. N. K. (2019). Decreased blood pressure
among community dwelling older adults following progressive muscle
relaxation and music therapy (RESIK). BMC Nursing, 18(Suppl 1), 36.
https://doi.org/10.1186/s12912-019-0357-8
Ayuningsih, R., Fajarini, Y. I., & Hermawati, E. (2019). Pengaruh Terapi Musik
Klasik Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Desa Waleng
Girimarto Wonogiri. Ilmu Kesehatan STIKES Duta Gama Klaten, 10(2), 20–
30. https://doi.org/https://www.e-journal.stikesdutagama.ac.id/index.php/e-
journal/article/view/428
Hidayat, M. F., Nahariani, P., & Mubarrok, A. S. (2016). Werdha Mojopahit
Mojokerto The Effect Of Java Classical Music Therapy To The Decrease Of
Blood Pressure For Hypertensive Elderly People At UPT Panti Werdha
Mojopahit , Mojokerto. Ilmiah Keperawatan, 31–36.
Hudiyawati, D., Partita, M. D., & Wahyuningsih, H. (2018). Yoga sebagai
-
10
intervensi gangguan tidur pada pasien hipertensi. Jurnal Komunikasi
Kesehatan, 1(1), 11–21.
Mahatidanar, A., & Nisa, K. (2017). Pengaruh Musik Klasik Terhadap Penurunan
Tekanan Darah pada Lansia Penderita Hipertensi Effect of Classical Music to
Decrease of Blood Pressure in Elderly Patients with Hypertension. Agromed
Unila, 4, 264–268.
Mulyati, L., & Sudirman, R. M. (2017). Efektivitas Terapi Musik Degung Sunda
Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi. Jurnal Ilmu-
Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Kuningan, 06(2013), 1–6.
Nidahyah, N., Rahmalia, S., & Elita, V. (2015). Perbandingan Efektivitas Terapi
Musik Klasik dengan Aromaterapi Mawar Terhadap Penderita Hipertensi.
Jurnal Keperawatan Universitas Riau, 2(2), 2.
Riskesdas. (2018). Hasil Utama Riskesdas Tentang Prevalensi Diabetes Mellitus
di Indonesia 2018. Hasil Utama Riskesdas Tentang Prevalensi Diabetes
Melitus Di Indonesia 2018, 8.
Sahrir, S. (2019). Pemberian Terapi Musik Instumental untuk Menurunkan
Tekanan Darah Lansia di Negeri Herlauw Pauni Seram Utara Barat
Kabupaten Maluku Tengah. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes,
Vol.10(2), 45–48.
Soesanto, E. (2018). Relaksasi dan Terapi Musik terhadap Tekanan Darah pada
Hipertensi Lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang
Relaxation and Musical Therapy of Blood Pressure for the Elderly with
Hypertension at Social Rehabilitation Unit of Pucang Gading ,. Prosiding
Seminar Nasonal Mahasiswa Unimus, 1, 212–217.