pengaruh pemberian ekstrak etanol 96% herba...
TRANSCRIPT
i
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL 96%
HERBA KUMIS KUCING (Orthosiphon stamineus
Benth) TERHADAP PENURUNAN KADAR
KOLESTEROL TOTAL PADA TIKUS JANTAN YANG
DIINDUKSI PAKAN HIPERKOLESTEROL
SKRIPSI
DINI FAUZANA M
1111102000070
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI FARMASI
JAKARTA
JUNI 2015
ii
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL 96%
HERBA KUMIS KUCING (Orthosiphon stamineus
Benth) TERHADAP PENURUNAN KADAR
KOLESTEROL TOTAL PADA TIKUS JANTAN YANG
DIINDUKSI PAKAN HIPERKOLESTEROL
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi
DINI FAUZANA M
1111102000070
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI FARMASI
JAKARTA
JUNI 2015
vi
ABSTRAK
Nama : Dini Fauzana M
Program Studi : Farmasi
Judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol 96% Herba Kumis
Kucing (Orthosiphon stamineus Benth) Terhadap
Penurunan Kadar Kolesterol Total Pada Tikus Jantan Yang
Diinduksi Pakan Hiperkolesterol
Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh pemberian ekstrak etanol 96%
herba kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth) terhadap penurunan kadar
kolesterol total pada tikus jantan yang diinduksi pakan hiperkolesterol. Metode
yang digunakan adalah dengan cara tikus diinduksi pakan hiperkolesterol (kuning
telur ayam, sukrosa 65% dan lemak hewan) selama 14 hari terhadap semua
kelompok perlakuan kecuali kontrol normal.Kemudian tikus diberi ekstrak herba
kumis kucing (kelompok uji dosis 250, 500, dan 1000 mg/kgBB) dan simvastatin
(kelompok kontrol positif) selama 14 hari. Kadar kolesterol darah tikus diukur
sebanyak tiga kali, kadar kolesterol sebelum pemberian pakan hiperkolesterol
(hari ke-0), kadar kolesterol setelah pemberian pakan hiperkolesterol (hari ke-15),
dan kadar kolesterol setelah pemberian ekstrak uji (hari ke-29). Kadar kolesterol
darah tikus diukur menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang 500 nm. Hasil penelitian menunjukkan penurunan kadar kolesterol
total pada kelompok kontrol positif dan uji dosis 250, 500, dan 1000 mg/kgBB
berbeda secara bermakna terhadap kelompok kontrol normal dan kontrol negatif
(p ≤ 0,05).
Kata kunci : Herba Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus Benth), Kolesterol
Total, Hiperkolesterolemia
vii
ABSTRACT
Name : Dini Fauzana M
Study program : Pharmacy
Title : Effect of Ethanol Extract 96% Of Cats Whisker
(Orthosiphon stamineus Benth) Herb Against ADecrease
Total Cholesterol Levels On Male Rats Induced
Hypercholesterolemia Feed.
This study was conducted to examine the effect of ethanol extract 96% of Cats
Whisker (Orthosiphon Stamineus Benth)herbagainst a decrease total cholesterol
levels on male rats induced hypercholesterolemia feed. The Method used is by
rats were induced hypercholesterolemia feed (chicken yolk, sucrose 65% and
animal fat) for 14 days to all treatment groups except normal control. Then, the
rats were given extractsof Orthosiphon Stamineus Benth (test group dose of 250,
500, and 1000 mg / kg body weight) and simvastatin (positive control group) for
14 days. Blood cholesterol levels were measured three times, cholesterol levels
before given hypercholesterolemia feed (day 0), cholesterol levels after given
hypercholesterolemia feed (day 15), and cholesterol levels after given test extract
(day 29). Blood cholesterol levels were measured using a spectrophotometer UV-
Vis at 500 nm. The results showed a decrease total cholesterol levels on the
positive control group and test dose of 250, 500, and 1000 mg / kg body weight
was significantly different against normal control group and negative control
group (p ≤ 0.05).
Keywords: Orthosiphon Stamineus Benth herb, Total Cholesterol,
Hypercholesterolemia
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur selalu terpanjatkan atas
kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala atas segala berkah dan kasih sayang-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini.
Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada keharibaan junjungan Nabi
Besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga
hari akhir nanti semoga kita mendapatkan syafaat dari beliau. Aamiin yaa rabbal
‘alamin.
Skripsi dengan judul “Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol 96% Herba
Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus Benth) Terhadap Penurunan Kadar
Kolesterol Total Tikus Jantan Yang Diinduksi Pakan Hiperkolesterol” ini disusun
dalam rangka memenuhi salah satu syarat menempuh ujian akhir guna
mendapatkan gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Selama proses penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis menyadari
begitu banyak bantuan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya,
mendidik dan membimbing, memberikan secercah harapan, dan mendoakan yang
terbaik kepada penulis. Maka pada kesempatan ini, penulis menyampaikan
penghargaan setinggi-tingginya dan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Bapak Dr. Arif Sumantri, SKM.,M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Drs. Umar Mansur, M.Sc., Apt selaku Ketua Program Studi
Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
ix
3. Prof. Dr. Atiek Soemiati, M.Si., Apt dan ibu Nurmeilis, M.Si., Apt sebagai
Pembimbing I dan Pembimbing II serta Dr.Azrifitria, M.Si., Apt dan Ibu
Eka Putri, M.Si., Apt yang dengan sabar senantiasa meluangkan waktu dan
pikirannya untuk membimbing dan mendidik penulis.
4. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah memberikan ilmunya kepada penulis, semoga ilmu yang diberikan
berberkah dan menjadi ilmu yang bermanfaat bagi kita semua.
5. Papa tercinta Drs.Muhardis, M.M. dan Ibunda tercinta Wendra Wartis,
Adikku Fajri Fauzan M dan Fakhrul Fauzan M serta keluarga besar yang
selalu memberikan do’a, kasih sayang, semangat, dan motivasi kepada
penulis. Semoga segala amalan dan jerih payah semuanya mendapat
balasan yang jauh lebih baik dari-Nya.
6. Sahabat-sahabatku Fitri Rahmadani, Firda Khanifah, Novila Tari, Mazaya
Fadhila, Nurul Hikmah Tanjung, dan Resky Yuliandari yang selalu ada
disisi penulis dan memberikan motivasi, semangat, bantuan kepada
penulis, serta telah memberi pelajaran dan pengalaman baru dan
persahabatan yang hangat.
7. Sahabat-sahabatku “SG-X” Silvia Elzadinita, Asmaul Husna Sholatia,
Bela Islami Putri, Nadia Ibrahim dan Yuni Rafika Rahmi yang selalu
memberi motivasi dan semangat kepada penulis. Mudah-mudahan
persahabatan kita takkan pernah lekang oleh keadaan apapun.
8. Teman seperjuangan penelitian Rizki Hidayanti Rambe yang selalu
bekerja keras saat penelitian dan memberi banyak bantuan kepada penulis.
9. Teman-teman seperjuangan Farmasi Angkatan 2011 yang telah
memberikan pelajaran dan pengalaman baru kepada penulis.
10. Kak Lisna, Kak Tiwi, Kak Eris, Mba Rani, dan Kak Rahmadi yang telah
membantu keseharian penulis selama penelitian di laboratorium.
11. Serta semua pihak yang telah membantu penulis selama ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu per satu.
Semoga Allah swt memberikan balasan yang berlipat ganda atas segala
bantuandan dukungannya kepada penulis. Penulis menyadari bahwa dalam
x
penulisan skripsi ini masih banyak kelemahan dan kekurangan.Maka dari itu,
dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
pembaca agar lebih sempurnanya skripsi ini.
Jakarta, 5 Juni 2015
Penulis
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ................................................................................. i
HALAMAN JUDUL .................................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ....................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iv
ABSTRAK .................................................................................................... vi
ABSTRACT .................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR .................................................................................. viii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ................ ix
DAFTAR ISI ................................................................................................. x
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xvi
DAFTAR SINGKATAN .............................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................... 3
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................. 3
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 4
2.1. Tanaman Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus Benth.) 4
2.1.1. Klasifikasi Tanaman .................................................. 4
2.1.2. Deskripsi Tanaman .................................................... 4
2.1.3. Kandungan Kimia Tanaman ...................................... 5
2.1.4. Khasiat Tanaman ....................................................... 5
2.1.5. Ekologi dan Penyebaran Tanaman ............................. 7
2.2. Simplisia, Ekstrak dan Ekstraksi .......................................... 7
2.2.1. Pengertian Simplisia, Ekstrak dan Ekstraksi.............. 7
2.2.2. Metode Ekstraksi ....................................................... 8
2.3. Kolesterol ........................................................................... 9
2.3.1. Definisi dan Biosintesis Kolesterol ............................ 9
2.3.2. Pengangkutan Kolesterol ........................................... 10
2.3.3. Hiperlipidemia dan Hiperkolesterolemia ................... 14
xiii
2.4. Simvastatin .......................................................................... 15
2.4.1. Definisi ....................................................................... 15
2.4.2. Farmakodinamik ........................................................ 15
2.4.3. Farmakikinetik ........................................................... 16
2.4.4. Efek Samping ............................................................. 16
2.5. Hewan Uji ............................................................................ 16
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 20
3.1. Tempat dan Waktu Penellitian ............................................. 20
3.2. Alat dan Bahan ..................................................................... 20
3.2.1. Alat ............................................................................. 20
3.2.2. Bahan ......................................................................... 20
3.3. Prosedur kerja ...................................................................... 21
3.3.1. Pembuatan Ekstrak ..................................................... 21
3.3.2.Penapisan Fitokimia .................................................... 21
3.3.3.Pengujian Parameter Ekstrak ...................................... 24
3.3.4.Penyiapan Hewan Uji ................................................. 24
3.3.5.Rancangan Penelitian .................................................. 24
3.3.6. Perhitungan Dosis dan Pembuatan Larutan Uji ......... 25
3.3.7. Uji Efek Antihiperkolesterol ...................................... 26
3.3.8. Cara Pengambilan Darah ........................................... 27
3.3.9.PengukuranKadar Kolesterol Total Darah .................. 27
3.3.10.Uji Statistik ............................................................... . 28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 29
4.1. Determinasi Tanaman .......................................................... 29
4.2. Hasil Ekstraksi Herba Kumis Kucing .................................. 29
4.3. Hasil Pengujian Parameter Ekstrak ...................................... 30
4.4. Hasil Uji Penapisan Fitokimia ............................................. 32
4.5. Hasil Uji Pengukuran Kadar Kolesterol............................... 34
BAB V PENUTUP ................................................................................... 40
5.1. Kesimpulan ......................................................................... 40
5.2. Saran ................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 41
LAMPIRAN .................................................................................................. 45
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Kandungan Kimia Kumis Kucing ................................................. 5
Tabel 2.2. Klasifikasi Kolesterol Total, HDL ,LDL dan Trigliserida ............ 14
Tabel 2.3. Nilai Fsiologis Tikus ..................................................................... 17
Tabel 3.1. Pembagian Kelompok Hewan Uji Berdasarkan Perlakuan .......... 25
Tabel 3.2. Analisa Kadar Kolesterol Total .................................................... 27
Tabel 4.1. Hasil Pengujian Parameter Ekstrak ............................................... 30
Tabel 4.2 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Herba Kumis Kucing ............ 32
Tabel 4.3. Rata-Rata Kadar Kolesterol .......................................................... 37
Tabel 4.4. Persentase Penurunan Kadar Kolesterol ....................................... 37
Tabel 6.1. Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak ............................................... 51
Tabel 11.1. Conversion Animal Doses to HED on BSA ................................ 59
Tabel 12.1. Hasil Absorbansi Spektrofotometer Hari Ke-0 ........................... 61
Tabel 12.2. Hasil Absorbansi Spektrofotometer Hari Ke-15 ......................... 62
Tabel 12.3. Hasil Absorbansi Spektrofotometer Hari Ke-29 ......................... 63
Tabel 12.4. Hasil Perhitungan Kadar Kolesterol ........................................... 64
Tabel 15.1. Hasil Uji Normalitas Kadar Kolesterol ....................................... 67
Tabel 15.2. Hasil Uji Homogenitas Kadar Kolesterol ................................... 68
Tabel 15.3. Hasil Uji ANOVA Kadar Kolesterol .......................................... 69
Tabel 15.4. Hasil Uji Post Hoc Kadar Kolesterol .......................................... 70
Tabel 16.1. Hasil Uji Normalitas Berat Badan Tikus .................................... 74
Tabel 16.2. Hasil Uji Homogenitas Berat Badan Tikus ................................. 75
Tabel 16.3. Hasil Uji Anova Berat Badan Tikus ........................................... 75
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Orthosiphon stamineus Benth ...................................................... 4
Gambar 2. Jalur Biosintesis Kolesterol .......................................................... 10
Gambar 3. Jalur Pengangkutan Kolesterol ..................................................... 12
Gambar 4. Simplisia herba kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth.) .. 45
Gambar 5. Pelarut Etanol 96% ....................................................................... 45
Gambar 6. Bejana Maserasi ........................................................................... 45
Gambar 7. Rotary evaporator ........................................................................ 45
Gambar 8. Ekstrak etanol 96% herba kumis kucing (Orthosiphon
stamineus Benth) ............................................................................................ 45
Gambar 9. Sample tube .................................................................................. 45
Gambar 10. Reagen dan standar kolesterol .................................................... 45
Gambar 11. Tube EDTA ................................................................................ 45
Gambar 12. Sentrifugasi ................................................................................ 45
Gambar 13. Spektrofotometer UV-Vis .......................................................... 46
Gambar 14. Tikus putih jantan galur Sprague-dawley .................................. 46
Gambar 15. Proses maserasi .......................................................................... 46
Gambar 16.. Proses pengentalan ekstrak ...................................................... 46
Gambar 17. Penimbangan berat badan tikus .................................................. 46
Gambar 18. Pengambilan darah ..................................................................... 46
Gambar 19. Pemberian larutan melalui oral .................................................. 46
Gambar 20. TLC-Scanner .............................................................................. 46
Gambar 21. Bercak sinensetin pada UV 365 nm ........................................... 54
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Bahan dan Alat Penelitian ......................................................... 45
Lampiran 2. Determinasi Herba Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus
Benth) ............................................................................................................. 47
Lampiran 3. Sertifikat Hewan Uji .................................................................. 48
Lampiran 4. Alur Penelitian ........................................................................... 49
Lampiran 5. Skema Kerja Pembuatan Ekstrak Etanol 96% Herba Kumis
Kucing (Orthosiphon stamineus Benth) ........................................................ 50
Lampiran 6. Hasil Penapisan Fitokimia ......................................................... 51
Lampiran 7. Pemeriksaan Parameter ekstrak ................................................. 52
Lampiran 8. Perhitungan kadar sinensetin ..................................................... 54
Lampiran 9. Skema Kerja Uji Antihiperkolesterolemia ............................... 56
Lampiran 10. Perhitungan Dosis Uji Ekstrak Herba Kumis Kucing ........... 57
Lampiran 11. Perhitungan Dosis Simvastatin ................................................ 59
Lampiran 12. Hasil Spektrofotometer plasma uji ......................................... 61
Lampiran 13. Grafik Rata-Rata Kadar Kolesterol ......................................... 65
Lampiran 14. Grafik Rata-Rata Kenaikan Berat Badan Tikus ...................... 66
Lampiran 15. Hasil Statistik Uji Antikolesterol ............................................ 67
Lampiran 16. Hasil Uji Statistik Berat Badan Tikus ..................................... 74
xvii
DAFTAR SINGKATAN
WHO : World Health Organization
USDA : United States Department of Agriculture
LDL : Low Density Lipoprotein
VLDL : Very Low Density Lipoprotein
HDL : High Density Lipoprotein
IDL : Intermediate Density Lipoprotein
LPL : Lipoprotein lipase
HED : Human Equivalent Dose
VAO : Volume Administrasi Obat
EDTA : Ethylene Diamine Tetraacetic Acid
CYP450 : Cytochrome P450
HMG-Koa : Hidroksi Metil Glutamil Koenzim A
cAMP : Cyclic Adenosine Monophosphate
SREBP : Sterol Regulatory Element Binding Protein
NaCMC : Natrium Carboxy Methyl Cellulose
UV : Ultra Violet
KLT : Kromatografi Lapis Tipis
TLC-Scanner : Thin Layer Chromatography-Scanner
1
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit jantung dan stroke merupakan penyebab kematian tertinggi
di Indonesia yang mengakibatkan kematian 328.500 orang di tahun 2012
(WHO, 2012).
World Health Organization (2008) melaporkan bahwa kolesterol
darah yang tinggi diperkirakan menjadi penyebab 2,6 juta kematian dan
merupakan faktor risiko utama timbulnya penyakit jantung dan stroke di
negara maju dan negara berkembang. Menurut Dipiro et al. (2009) kadar
kolesterol total darah ≥ 200 mg/dl dinyatakan kondisi kolesterol total darah
yang melebihi normal atau sering disebut juga dengan hiperkolesterolemia.
Davison and Bonnie (2012) mengungkapkan bahwa kadar kolesterol
dipengaruhi oleh asupan serat, sayuran, buah, lemak jenuh, karbohidrat, dan
protein. Sedangkan menurut Waloya, Rimbawan dan Nuri (2013) asupan
serat pangan, asupan lemak, aktivitas fisik dan perbedaan jenis kelamin
berpengaruh terhadap kadar kolesterol darah.
Indonesia dan beberapa negara lain, telah menggunakan tanaman obat
secara luas dalam mengatasi berbagai penyakit. Salah satu tanaman yang
sering digunakan sebagai obat adalah tanaman kumis kucing (Orthosiphon
stamineus Benth). Beberapa penelitian telah menyebutkan tentang manfaat
tanaman kumis kucing sebagai agen hipoglikemik (Sriplang et al., 2007),
antihiperlipid (Umbare et al., 2009) anti-angina (Sahib et al., 2009),
hepatoprotektif (Maheswari et al., 2008), hipertensi dan diuretik (Himani et
al., 2013) serta penyakit lainnya.
Menurut Himani et al. (2013) ekstrak daun kumis kucing banyak
mengandung senyawa flavon, polifenol, protein aktif, glikosida, minyak
atsiri dan kalium serta sedikit senyawa terpenoid. Wulandari (2011) juga
menyatakan bahwa kandungan kimia ekstrak daun kumis kucing adalah
saponin, flavonoid, dan polifenol. Rajasekaran, Anandan, and Nishad (2013)
menyebutkan bahwa flavonoid dan polifenol dapat menurunkan kadar
kolesterol LDL dan VLDL, trigliserida serta meningkatkan kadar kolesterol
1
2
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
HDL serum. Utama-ang (2006) juga menyebutkan bahwa saponin memiliki
aktivitas dalam mereduksi kolesterol.
Penelitian yang dilakukan oleh Umbare et a.l (2009) menyatakan
bahwa ekstrak alkohol-air kulit batang kumis kucing dengan dosis 500 dan
750 mg/kgBB menunjukkan aktivitas antihiperlipidemia secara signifikan
pada tikus yang diinduksi diet tinggi lemak. Senyawa utama dari ekstrak
alkohol-air kulit batang kumis kucing adalah senyawa flavonoid yang
diduga memberikan efek antihiperlipidemia.
Pelarut ideal yang sering digunakan dalam mengekstraksi senyawa-
senyawa yang memiliki aktivitas farmakologi adalah alkohol atau
campurannya dengan air, karena merupakan pelarut pengekstraksi yang
terbaik untuk hampir semua senyawa dengan berat molekul rendah seperti
saponin dan flavonoid (Wijasekera,1991 dikutip dari Arifianti et al. 2014).
Arifianti et al. (2014) menyimpulkan dalam penelitiannya bahwa ekstrak
alkohol 96% daun kumis kucing menghasilkan ekstrak dengan kadar
sinensetin tertinggi dibandingkan ekstrak alkohol 50% dan 70%. Sinensetin
merupakan salah satu senyawa golongan flavonoid yang menjadi senyawa
marker karena ditemukan dengan kadar tertinggi pada ekstrak daun kumis
kucing (Himani et al., 2013), selain itu sinensetin juga berperan dalam
metabolisme lipid dalam jaringan adiposa. Penelitian yang dilakukan oleh
Kang S.I., Shin H.S., and Kim S.J. (2015) menyatakan bahwa sinensetin
dapat meningkatkan adipogenesis dan lipolisis dengan meningkatkan kadar
cAMP dalam jaringan adiposa.
Berdasarkan latar belakang tersebut, dilakukan penelitian untuk
menguji ada atau tidaknya pengaruh pemberian ekstrak etanol 96% herba
kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth) yang diberikan secara peroral
terhadap penurunan kadar kolesterol total pada tikus jantan yang diinduksi
pakan hiperkolesterol.
3
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1.2 Perumusan Masalah
Apakah pemberian ekstrak etanol 96% herba kumis kucing (Orthosiphon
stamineus Benth.) dapat menurunkan kadar kolesterol total pada tikus jantan
yang diinduksi pakan hiperkolesterol?
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk menguji aktivitas ekstrak etanol 96% herba kumis kucing
(Orthosiphon stamineus Benth.) terhadap penurunan kadar kolesterol total
pada tikus jantan yang diinduksi pakan hiperkolesterol.
1.4 Manfaat Penelitian
a. Manfaat umum : Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan
di bidang fitofarmaka dan ilmu-ilmu lain yang terkait dalam penggunaan
tanaman obat sebagai terapi, dan sebagai bahan acuan untuk penelitian
selanjutnya dalam rangka mencari dosis yang tepat, aman, dan efektif bagi
manusia serta pengembangan formulasinya.
b. Manfaat khusus : Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi ilmiah
mengenai potensi herba kumis kucing sebagai pilihan terapi alternatif alami
yang mudah didapat dan ekonomis untuk mengurangi resiko penyakit
jantung dan stroke yang disebabkan oleh hiperkolesterol.
4
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Kumis Kucing
2.1.1 Klasifikasi Tanaman
Sinonim : Orthosiphon aristatus Miq., Orthosiphon spicatus B.B.S., dll
Divisi : Spermathophyta
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Tubiflorae
Suku : Labiatae / Lamiaceae
Marga : Orthosipon
Jenis : Orthosipon stamineus Benth.
Nama umum : Kumis Kucing
Nama daerah : Kumis kucing (Melayu – Sumatra), kumis kucing (Sunda),
remujung (Jawa), songkot koceng (Madura) (Depkes, 1980; USDA, 2015).
2.1.2 Deskripsi Tanaman
Tanaman terna yang tumbuh tegak, pada buku-bukunya berakar tetapi
tidak tampak nyata, tinggi tanaman sampai 2 m. Batang bersegi empat agak
beralur. Helai daun berbentuk bundar telur lonjong, lanset, lancip atau
tumpul pada bagian ujungnya, ukuran daun panjang 1-10 cm dan lebarnya
7,5 mm-1,5 cm, urat daun sepanjang pinggir berbulu tipis atau gundul,
dimana kedua permukaan berbintik-bintik karena adanya kelenjar yang
jumlahnya sangat banyak, panjang tangkai daun 7-29 mm. Kelopak bunga
berkelenjar, urat dan pangkal berbulu pendek dan jarang sedangkan di
bagian yang paling atas gundul. Bunga, mahkota berwarna ungu pucat atau
putih, dengan ukuran panjang 13-27 mm, di bagian atas ditutupi oleh bulu
pendek yang berwarna ungu atau putih, panjang tabung 10-18 mm, panjang
bibir 4,5-10 mm, helai bunga tumpul, bundar. Benang sari ukurannya lebih
panjang dari tabung bunga dan melebihi bibir bunga bagian atas. Buah geluk
berwarna coklat gelap, panjang 1,75-2 mm (Depkes, 1980).
4
Gambar 1. Orthosipon stamineus
Benth. (USDA, 2015)
5
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.1.3 Kandungan Kimia Tanaman
Himani et al., (2013) melaporkan tentang beberapa studi yang
menjelaskan tentang kandungan kimia tanaman kumis kucing. Kumis kucing
banyak mengandung flavon, polifenol, protein aktif, glikosida, minyak atsiri
dan kalium. Lebih dari 12 senyawa fenolik yang telah diisolasi dari tanaman
kumis kucing seperti : flavon lipofilik, glikosida flavonol, turunan asam
kafeat (asam rosmarinat dan 2,3-dicaffeoyltartaric acid), asam oleanolat,
asam ursolat dan β-sitosterol. Sinensetin merupakan senyawa fitokimia
paling penting dan menjadi senyawa marker dari tanaman kumis kucing.
Tabel 2.1.Kandungan kimia kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth.)
(Himani et al., 2013).
Senyawa Flavonoid
Sinensetin, Tetramethylscutellarein,
Eupatorin, Salvigenin, Cirsimaritin, Pilloin,
Rhamnazin, Trimethylapigenin,
Tetramethylluteolin.
Senyawa
Diterpen
Orthosiphonone, Orthosiphonone-B,
Orthosiphol-A, Orthosiphol-B, Orthosiphol-
F, Orthosiphol-G, Orthosiphol-H,
Neoorthosiphols-A, Staminol-A.
Benzochromenes Orthochromene-A, Methylripariochromene-
A, Acetovaillochromene
Essential oils
β-elemene, β-caryophyllene, α-humulene, β-
caryophyllene oxide, Can-2-one, Palmitic
acid
2.1.4 Khasiat Tanaman
Beberapa penelitian pra klinik tentang manfaat tanaman kumis kucing
dalam pengobatan beberapa penyakit, seperti berikut :
a. Sebagai antihiperlipidemia (Umbare et al., 2009)
b. Sebagai antimikroba dan antioksidan (Basheer and Abdil, 2010).
c. Sebagai anti-angiogenic agent (Basheer and Abdil, 2010).
6
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
d. Sebagai penyeimbang level nitrat oksida (Basheer and Abdil, 2010).
e. Sebagai antipiretik dan analgesik (Basheer and Abdil, 2010).
f. Sebagai pengatur gula darah sehingga digunakan untuk pengobatan
alternatif diabetes (Himani et al., 2013).
g. Memiliki aktivitas dalam menghambat penempelan platelet-platelet darah
dan memiliki sifat hemolitik kuat yang dapat menurunkan tekanan darah
sehingga dapat menjadi alternatif pengobatan untuk tekanan darah tinggi
serta untuk mengurangi kolesterol, yang sering digunakan dalam obat
tradisional (Himani et al., 2013).
h. Berguna untuk membersihkan racun dalam darah sehingga telah digunakan
sebagai obat herbal tradisional dalam proses detoksifikasi dan juga dapat
menghapus sisa metabolisme di dalam tubuh sehingga berguna dalam upaya
penurunan berat badan (Himani et al., 2013).
i. Sebagai diuretik sehingga bermanfaat dalam pengobatan batu ginjal dan
pembilasan ginjal serta saluran kemih (Himani et al., 2013).
j. Sebagai penghambat produksi asam urat yang dapat digunakan dalam
membantu kondisi seperti gout dan radang sendi karena tingginya kadar
asam urat dalam tubuh (Himani et al., 2013).
k. Sebagai anti-inflamasi yang dapat digunakan dalam pengobatan herbal
untuk arthritis dan rematik (Himani et al., 2013).
Penelitian yang dilakukan oleh Yam et al. (2013) menyatakan bahwa
ekstrak metanol 50% daun kumis kucing tidak menimbulkan kematian dan
tidak memperlihatkan efek samping terhadap kondisi umum, seperti
pertumbuhan, berat badan dan berat organ, hematologi dan nilai biokimia
lain pada dosis 1250, 2500 dan 5000 mg/kg pada tikus jantan dan betina
galur Sprague Dawley. Dosis oral yang dapat menyebabkan kematian pada
tikus jantan dan betina yaitu pada dosis lebih dari 5000 mg/kg.
Committee on Herbal Medicinal Products/HMPC (2010)
menyebutkan tentang manfaat daun kumis kucing yang telah melalui uji
klinik yaitu sebagai diuretik, peningkat sekresi empedu dari hati dan
pengobatan batu ginjal. Ekstrak air daun kumis kucing yang diberikan 5x100
ml sekali sehari selama 10-15 hari, dapat meningkatkan volume urin serta
7
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
meningkatkan eliminasi urea dan klorida pada 14 pasien dengan kondisi
azotaemic ureamia. Ekstrak daun kumis kucing juga dapat meningkatkan
produksi empedu dan eliminasi asam empedu dari kandung empedu pada
sukarelawan sehat.
Kumis kucing telah banyak digunakan dalam pengobatan tradisional
sebagai antihipertensi, hipolipidemik, hipoglikemik rematik, antiinflamasi,
antibakteri, dan antijamur, tetapi belum ada studi farmakologi atau studi
klinis yang mendukung tentang manfaat kumis kucing tersebut (Committee
on Herbal Medicinal Products, 2010).
2.1.5 Ekologi dan Penyebaran Tanaman
Tumbuh di dataran rendah dan daerah ketinggian sedang. Ditemukan
di Indonesia, Asia tengah, Cina, Kepulauan pasifik dan Australia (Depkes.
1980).
2.2 Simplisia, Ekstrak dan Ekstraksi
2.2.1 Pengertian Simplisia, Ekstrak dan Ekstraksi
Simplisia atau herbal adalah bahan alam yang telah dikeringkan yang
digunakan untuk pengobatan dan belum mengalami pengolahan. Simplisia
segar adalah bahan alam segar yang belum dikeringkan. Simplisia nabati
adalah simplisia yang berupa tumbuhan utuh, bagian tumbuhan atau eksudat
tumbuhan (Depkes, 2008).
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari
simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh
cahaya matahari langsung (Depkes, 2008).
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat
larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair.
Simplisia yang diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan
senyawa yang tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein dan lain-
lain. Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat
digolongkan ke dalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid dan lain-
lain. (Depkes, 2000).
8
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.2.2 Metode Ekstraksi
Menurut Depkes (2000), metode ekstraksi menggunakan pelarut
dibagi menjadi dua cara yaitu cara dingin dan cara panas.
1) Cara Dingin
a. Maserasi
Maserasi adalah proses ekstraksi simplisia menggunakan pelarut
dengan beberapa kali pengadukan atau pengocokan pada temperatur ruang
(kamar). Maserasi kinetik merupakan maserasi yang dilakukan dengan cara
pengadukan secara kontinu (terus menerus). Remaserasi berarti
dilakukannya pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan
penyaringan maserat. Prinsip maserasi penyarian zat aktif yang dilakukan
dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai
selama tiga hari pada temperatur kamar, terlindung dari cahaya, cairan
penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut
karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di
luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti
oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa
tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di
luar sel dan di dalam sel. Selama proses maserasi dilakukan pengadukan dan
penggantian cairan penyari setiap tiga hari sekali. Endapan yang diperoleh
dipisahkan dan filtratnya dipekatkan.
b. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai
sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur
ruangan. Prosesnya terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap
maserasi antara, tahap maserasi sebenarnya (penetesan atau penampungan
ekstrak), yang dilakukan terus menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat)
yang jumlahnya 1-5 kali bahan.
2) Cara Panas
a. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik
didihnya, selang waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif
9
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
konstan dengan adanya pendinginan balik. Umumnya dilakukan
pengulangan proses residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk
proses ekstraksi sempurna.
b. Soxhletasi
Soxhletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru
umumnya dilakukan dengan alat khusus (seperangkat alat soxhlet) sehingga
terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan
adanya pendingin balik.
c. Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada
temperatur 40-50oC.
d. Infus
Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air
(bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih), temperatur terukur 96-
98oC selama 15-20 menit.
e. Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur
sampai titik didih air (≥ 30oC).
2.3 Kolesterol
2.3.1 Definisi dan Biosintesis Kolesterol
Kolesterol adalah suatu zat lemak yang dibentuk oleh hati dan
digunakan dalam pencernaan lemak. Selama pencernaan, kolesterol
bergabung dengan garam empedu, fosfolipid dan trigliserida menjadi
suspensi kecil yang disebut misel (Corwin, 2009).
Biosintesis kolesterol melalui jalur Asetil-KoA dengan HMG-KoA
reduktase sebagai rate-limiting enzyme yang membatasi sintesis kolesterol
(Dipiro et al., 2005).
10
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 2. Jalur Biosintesis Kolesterol
2.3.2 Pengangkutan Kolesterol
Lipid plasma yang utama yaitu kolesterol, trigliserida, fosfolipid dan
asam lemak bebas yang tidak larut dalam cairan plasma. Agar lipid plasma
dapat diangkut dalam sirkulasi, maka susunan molekul lipid tersebut
dimodifikasi dalam bentuk lipoprotein yang bersifat larut dalam plasma.
Lipoprotein ini bertugas mengangkut lipid dari tempat sintesisnya ke tempat
penggunaannya (Suyatna, 2011).
Pemeliharaan penyaluran kolesterol darah ke sel melibatkan interaksi
antara kolesterol dari makanan dan sintesis kolesterol oleh hati. Apabila
jumlah kolesterol dari makanan meningkat, sintesis kolesterol oleh hati
dihentikan karena kolesterol dalam darah secara langsung menghambat
suatu enzim hati yang penting untuk sintesis kolesterol. Dengan demikian,
semakin banyak kolesterol yang dimakan, semakin sedikit kolesterol yang
Squalen sintetase
HMG-KoA Reduktase
Asetil-KoA
HMG-KoA
Isopentanil pirofosfat
Mevalonat
Mevalonat pirofosfat
Geranil pirofosfat
Farnesil pirofosfat
Squalen Dolikol Ubikuinon
Kolesterol
11
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dibentuk oleh hati. Sebaliknya, apabila asupan kolesterol melalui makanan
berkurang, hati mensintesis lebih banyak kolesterol karena efek inhibisi
kolesterol pada enzim hati tersebut tidak ada (Sherwood, 2003).
Lipid darah diangkut dengan 2 cara yaitu jalur eksogen dan jalur
endogen (Suyatna, 2011):
a. Jalur eksogen
Trigliserida dan kolesterol yang berasal dari makanan dalam usus
dikemas sebagai kilomikron. Kilomikron ini diangkut ke dalam saluran
limfe lalu ke dalam darah via duktus torasikus. Di dalam jaringan lemak,
trigliserida dalam kilomikron mengalami hidrolisis oleh lipoprotein lipase
yang terdapat di permukaan sel endotel. Akibat hidrolisis ini maka akan
terbentuk asam lemak dan kilomikron remnant. Asam lemak bebas akan
menembus endotel dan masuk ke dalam jaringan lemak atau sel otot untuk
diubah menjadi trigliserida kembali (sebagai cadangan) atau dioksidasi
(sebagai energi).
Kilomikron remnant adalah kilomikron yang telah dihilangkan
sebagian besar trigliseridanya sehingga ukurannya mengecil tapi jumlah
ester kolesterolnya tetap. Kilomikron remnant ini akan dibersihkan oleh hati
dari sirkulasi dengan mekanisme endositosis oleh lisosom. Hasil
metabolisme ini berupa kolesterol bebas yang akan digunakan untuk sintesis
berbagai struktur (membran plasma, mielin, hormon steroid dsb.), disimpan
dalam hati sebagai kolesterol ester lagi, diekskresi ke dalam empedu atau
diubah menjadi lipoprotein endogen yang dikeluarkan ke dalam plasma.
Kolesterol juga dapat disintesis dari asetat dengan pengaruh enzim HMG-
KoA reduktase yang menjadi aktif jika terdapat kekurangan kolesterol
endogen. Asupan kolesterol dari darah juga diatur oleh jumlah reseptor LDL
yang terdapat pada permukaan sel hati.
b. Jalur endogen
Trigliserida dan kolesterol yang disintesis oleh hati diangkut secara
endogen dalam bentuk VLDL kaya trigliserida dan mengalami hidrolisis
oleh LPL menjadi partikel lipoprotein yang lebih kecil yaitu IDL dan LDL.
12
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
LDL mengalami katabolisme melalui jalur reseptor dan non reseptor. Jalur
katabolisme reseptor dapat ditekan oleh produksi kolesterol endogen.
Gambar 3. Jalur Pengangkutan Kolesterol (Suyatna, 2011)
Terdapat 5 golongan besar lipoprotein (Suyatna, 2011):
a. Kilomikron, merupakan lipoprotein dengan berat molekul terbesar yang
terdiri dari 80% trigliserida dan 5% kolesterol ester. Trigliserida dari
kilomikron akan dihidrolisis oleh LPL (lipoprotein lipase) sehingga
diameternya jadi mengecil. Komponen lipid permukaan dan apoprotein akan
ditransfer ke HDL sedangkan kilomikron remnant mengalami endositosis
lewat reseptor di hepatosit. Adanya kilomikron dalam plasma sewaktu puasa
dianggap kondisi abnormal.
b. Lipoprotein berdensitas tinggi (high-density lipoprotein, HDL), memiliki
protein lebih banyak dan kolesterol lebih sedikit. HDL merupakan
lipoprotein protektif yang menurunkan risiko penyakit jantung koroner. Efek
protektifnya diduga karena mengangkut kolesterol dari perifer untuk
13
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dimetabolisme di hati dan menghambat modifikasi oksidatif LDL melalui
paraoksonase (suatu protein antioksidan yang berasosiasi dengan HDL).
c. Lipoprotein berdensitas rendah (low-density lipoprotein, LDL), memiliki
protein lebih sedikit dan kolesterol lebih banyak. LDL merupakan
lipoprotein yang mengangkut kolesterol terbesar pada manusia (70% total).
Partikel LDL mengandung trigliserida sebanyak 10% dan kolesterol 50%.
Jalur utama katabolisme LDL berlangsung lewat receptor mediated
endocytosis di hati dan sel lain. Ester kolesterol dari LDL dihidrolisis
menjadi kolesterol bebas untuk sintesis membran dan hormon steroid.
Produksi enzim HMG-KoA reduktase dan reseptor LDL diatur lewat
transkripsi genetik berdasarkan tinggi rendahnya kadar kolesterol dalam sel.
d. Lipoprotein berdensitas sangat rendah (very low-density lipoprotein, VLDL),
mengandung 60% trigliserida dan 10-15% kolesterol. VLDL disekresi hati
untuk mengangkut trigliserida ke jaringan perifer. Trigliserida VLDL
dihidrolisis oleh LPL menghasilkan asam lemak bebas untuk disimpan
dalam jaringan adiposa serta bahan oksidasi di jantung dan otot skelet.
Karena asam lemak bebas dan gliserol dapat disintesis dari karbohidrat,
maka makanan kaya karbohidrat akan meningkatkan jumlah VLDL.
Hipertrigliseridemia merupakan tanda bahwa kadar HDL kolesterol rendah
dan sering dikaitkan dengan kegemukan, intoleransi glukosa dan
hiperurisemia.
e. Lipoprotein densitas sedang (IDL, Intermediate Density Lipoprotein). IDL
mengandung trigliserida 30% dan kolesterol 20%. IDL adalah zat perantara
yang terbentuk sewaktu VLDL dikatabolisme menjadi LDL. Kadar tidak
terlalu besar kecuali jika terdapat hambatan konversi lebih lanjut.
Kolesterol total plasma tersusun atas turunan kolesterol dari VLDL,
LDL dan HDL. Pemeriksaan kadar dari VLDL, LDL dan HDL dapat
menentukan ada atau tidaknya peningkatan kolesterol plasma. Peningkatan
kadar LDL dan VLDL serta penurunan kadar HDL merupakan indikasi
terjadinya hiperkolesterolemia. VLDL = Trigliserida/5, LDL = kolesterol
total – (VLDL + HDL) (Dipiro et al., 2009).
14
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 2.2. Klasifikasi Kolesterol Total, HDL, LDL dan Trigliserida
(Dipiro et al., 2009).
2.3.3 Hiperlipidemia dan Hiperkolesterolemia
Hiperlipidemia adalah kondisi dimana terjadi akumulasi berlebih
salah satu atau lebih lipid utama dalam plasma, sebagai manifestasi kelainan
metabolisme atau transportasi lipid. Dalam klinis, hiperlipidemia dinyatakan
sebagai hiperkolesterolemia, hipertrigliseridemia, atau kombinasi keduanya.
Hiperlipidemia dapat terjadi karena efek transportasi lipid atau karena
produksi lipid endogen yang berlebihan. Kelainan ini dapat terjadi secara
primer maupun sekunder akibat penyakit lain (Sherwood, 2003).
Hiperkolesterolemia merupakan kondisi saat konsentrasi kolesterol di
dalam darah melebihi batas normal. Kadar kolesterol serum yang tinggi
dapat menyebabkan pembentukan aterosklerosis. Hal ini diawali dengan
oksidasi kolesterol-LDL pada lapisan subendotel arteri kemudian
dilanjutkan dengan berbagai reaksi inflamasi hingga pembentukan lesi
(Corwin, 2009).
Kolesterol Total
< 200 mg/dl
200-239 mg/dl
≥ 240 mg/dl
Diinginkan
Cukup tinggi
Tinggi
Kolesterol HDL
< 40 mg/dl
≥ 60 mg/dl
Rendah
Tinggi
Kolesterol LDL
< 100 mg/dl
100-129 mg/dl
130-159 mg/dl
160-189 mg/dl
≥ 190 mg/dl
Optimal
Jauh dan diatas optimal
Cukup tinggi
Tinggi
Sangat Tinggi
Trigliserida
<150 mg/dl
150-199 mg/dl
200-499 mg/dl
≥ 500 mg/dl
Normal
Cukup tinggi
Tinggi
Sangat tinggi
15
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Hiperkolesterolemia juga dapat disebabkan oleh penghambatan
aktivitas enzim HMG-KoA reduktase. Peningkatan jumlah kolesterol
intraseluler dari katabolisme kolesterol LDL dapat menghambat aktivitas
enzim HMG-KoA reduktase sebagai pembatas biosintesis kolesterol,
sehingga dapat menyebabkan biosintesis kolesterol berlebih dan terjadi
peningkatan kadar kolesterol dalam darah (hiperkolesterolemia) (Dipiro et
al., 2005).
Hiperkolesterolemia juga dapat disebabkan oleh kombinasi faktor
lingkungan dan genetik. Faktor lingkungan termasuk obesitas dan
pengaturan diet. Kontribusi genetik biasanya karena efek aditif dari
beberapa gen, meskipun dapat pula karena cacat gen tunggal seperti dalam
kasus hiperkolesterolemia familial. Sejumlah penyebab sekunder adalah
Diabetes melitus tipe 2, obesitas, alkohol, dialisis, sindrom nefrotik, ikterus
obstruktif, hipotiroid, anoreksia nervosa, obat-obatan (diuretik tiazid,
siklosporin, glukokortikoid, beta bloker, asam retinoat) (Bhatnagar et al.,
2008).
2.4 Simvastatin
2.4.1 Definisi
Simvastatin merupakan obat golongan statin, yang digunakan untuk
menurunkan kolesterol (agen hipolipidemik) dan pada dosis tinggi juga
dapat menurunkan trigliserida yang disebabkan oleh peninggian VLDL.
Statin saat ini merupakan hipolipidemik yang paling efektif dan aman
(Suyatna, 2011). Dosis simvastatin yang lazim diberikan dalam kisaran 5-80
mg/hari (Sweetman, 2009).
2.4.2 Farmakodinamik
Statin bekerja dengan cara menghambat sintesis kolesterol dalam hati,
dengan menghambat enzim HMG-KoA reduktase (Suyatna, 2011). HMG-
KoA reduktase memperantarai langkah pertama biosintesis sterol (Katzung,
1997). Akibat penurunan sintesis kolesterol ini maka SREBP (sterol
regulatory element binding protein) yang terdapat pada membran dipecah
oleh protease, lalu diangkut ke nukleus. Faktor-faktor transkripsi kemudian
16
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
akan berikatan dengan gen reseptor LDL, sehingga terjadi peningkatan
sintesis reseptor LDL. Peningkatan jumlah reseptor LDL pada membran sel
hepatosit akan menurunkan kadar kolesterol darah lebih besar lagi. Selain
LDL, VLDL dan IDL juga menurun, sedangkan HDL meningkat (Suyatna,
2011). Obat ini diekstraksi paling banyak di dalam hati sehingga efek utama
obat ini adalah pada hati (Katzung, 1997).
2.4.3 Farmakokinetik
Semua statin, kecuali lovastatin dan simvastatin berada dalam bentuk
asam β-hidroksi. Kedua statin tersebut merupakan prodrug dalam bentuk
lakton dan harus dihidrolisis lebih dahulu menjadi bentuk aktifnya yaitu
asam β-hidroksi. Statin diabsorpsi sekitar 40-75%, kecuali fluvastatin yang
diabsorpsi hampir sempurna (Suyatna, 2011). Semua obat mengalami
metabolisme lintas pertama di hati oleh CYP450 isoenzim CYP3A4. Obat-
obat ini sebagian besar terikat protein plasma. Sebagian besar produk
degradasi dieksresi melalui feses, via empedu dan kurang dari 10-15%
dalam urin dalam bentuk tidak aktif. Sebesar 95% metabolit simvastatin
terikat protein plasma. Waktu paruh simvastatin adalah 1,9 jam (Sweetman,
2009).
2.4.4 Efek Samping
Efek samping simvastatin meliputi sakit kepala, penglihatan kabur,
insomnia, lemah otot. Reaksi hipersensitivitas, kerusakan hati dan
pankreatitis juga telah dilaporkan. Efek samping statin secara umum lainnya
adalah trombositopenia, proteinuria, gagal ginjal serta disfungsi ereksi
(Sweetman, 2009).
2.5 Hewan Uji
Tikus (Ratus norvegicus) merupakan hewan yang relatif sehat, mudah
dipelihara dan cocok untuk berbagai macam penelitian. Tikus putih jantan
sering digunakan sebagai hewan uji karena tikus putih jantan dapat
memberikan hasil penelitian yang lebih stabil karena tidak dipengaruhi oleh
adanya siklus menstruasi dan kehamilan seperti pada tikus putih betina.
17
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tingginya kadar estrogen pada tikus betina daripada tikus jantan dapat
mempengaruhi metabolisme kolesterol plasma. Tikus putih jantan
mempunyai metabolisme obat yang lebih cepat dan kondisi biologis tubuh
yang lebih stabil dibanding tikus betina. Terdapat beberapa galur tikus yang
memiliki kekhususan tertentu, salah satunya yaitu Sprague Dawley bewarna
putih, berkepala kecil dan ekornya lebih panjang daripada badannya, serta
memiliki sifat yang lebih tenang dibandingkan jenis Wistar. (Malole & Sri,
1989).
Tikus jantan jarang berkelahi seperti mencit jantan. Tikus putih dapat
tinggal sendirian dalam kandang dan hewan ini lebih besar dibandingkan
dengan mencit, sehingga untuk percobaan laboratorium, tikus putih lebih
menguntungkan daripada mencit. Tikus putih sebagai hewan percobaan
relatif resisten terhadap infeksi dan sangat cerdas. Tikus putih memiliki sifat
tenang dan tidak begitu bersifat fotofobik seperti halnya mencit (Harmita &
Maksum, 2004).
Tabel 2.3. Nilai fisiologis tikus (Malole & Sri, 1989).
Kriteria Nilai normal
Berat badan dewasa
Jantan
Betina
450 – 520 gram
250 – 300 gram
Berat lahir 5 – 6 gram
Luas permukaan tubuh 50 gram : 130 cm2
130 gram : 250 cm2
Temperature tubuh 35,9 – 37,5oC
Jumlah diploid 42
Harapan hidup 2,5 – 3,5 tahun
Konsumsi makanan 10 gram/100 gram/ hari
Konsumsi air 10 – 12 ml/100 gram/hari
Saat dikawinkan
Jantan
Betina
65 – 110 hari
65 – 110 hari
18
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(Sambungan)
Lama kehamilan 21 – 23 hari
Lama siklus birahi 4-5 hari
Oestrus postpartum Fertil
Jumlah anak/kelahiran 6 – 12
Umur sapih 21 hari
Waktu pemeliharaan
komersial
4 – 5 bulan
Komposisi air susu Lemak 13%
Protein 9,7%
Laktosa 3,2 %
Jumlah pernapasan 70 – 115/menit
Volume tidal 0,6 – 2 ml
Penggunaan oksigen 0,68 – 1,1 ml/g/hari
Detak jantung 250 – 450/menit
Volume darah 54 – 70 ml/kg
Tekanan darah 84 – 134/60 mmHg
Butir darah merah 7 – 10 x 106/mm
Hematokrit 36 – 48%
Hemoglobin 11 – 18 mg/dl
Leukosit 6 – 17 x 103/mm
Neutrofil 9 – 34%
Limfosit 65 – 85%
Eosinofil 0 – 6%
Monosit 0 – 5%
Basofil 0 – 1,5%
Platelet 500 – 1300 x 103/mm
Protein serum 5,6 – 7,6 g/dl
Globulin 1,8 – 3,0 mg/dl
Kreatinin 0,2 – 0,8 mg/dl
Glukosa serum 50 – 135 mg/dl
19
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(Sambungan)
Nitrogen urea darah 15 – 21 mg/dl
Lemak serum 70 – 415 mg/dl
Fosfolipid 36 – 130 mg/dl
Trigliserida 26 – 145 mg/dl
Kolesterol 40 – 130 mg/dl
Kalsium serum 5,3 – 13 mg/dl
Fosfat serum 5,3 – 8,3 mg/dl
20
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian I, Laboratorium
Biokimia/Patologi Klinik dan Animal House Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada bulan Februari hingga Mei
2015.
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
3.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : blender,
timbangan, rotary evaporator, oven, timbangan analitik, waterbath, hot
plate, bejana maserasi, cawan porselen/penguap, pipet tetes, kertas label,
kapas, kertas saring, aluminium foil, batang pengaduk, spatula, corong,
penjepit kayu, gelas piala, tabung reaksi, erlenmeyer, spatula, gelas ukur,
labu ukur, rak tabung reaksi, sonde, sample tube, tabung EDTA, pipa
kapiler, spuit 3 ml, sentrifugasi, spektrofotometer UV, TLC-Scanner
(Camag), Plat KLT, masker, sarung tangan, kandang tikus, tempat makan
dan botol minum tikus.
3.2.2 Bahan
Bahan Uji : Simplisia herba kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth)
yang diperoleh dari Pusat Pengembangan Tanaman Obat Karyasari.
Hewan Uji : 36 ekor tikus putih galur Sprague-Dawley yang berumur ± 3
bulan dengan berat badan sekitar 150-250 gram.
Bahan Kimia : Reagen Kit Cholesterol PAP SL dari Elitech Clinical
Systems, etanol 96%, toluen, metanol, etil asetat, NaCMC 1%, eter, pereaksi
Libermann-Burchard (2 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes H2SO4 pekat),
FeCl3, HCl pekat, kloroform, amilalkohol, tablet simvastatin 10 mg dari
Kimia Farma.
20
21
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Bahan penginduksi hiperkolesterol : Makanan tinggi kolesterol dibuat
dengan komposisi kuning telur (80%), larutan sukrosa 65% dalam air (15%),
dan lemak hewan (5%) (Purwanti, 2012).
Bahan lainnya : aquadest dan makanan tikus G511
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Pembuatan Ekstrak
Metode pembuatan ekstrak herba kumis kucing adalah dengan cara
maserasi dalam pelarut etanol 96%. Sebelum melakukan proses maserasi,
simplisia herba kumis kucing yang telah di sortasi kering, dihaluskan
terlebih dahulu dengan blender. Serbuk yang diperoleh ditimbang sebanyak
1500 gram dan dimasukkan kedalam bejana maserasi, kemudian
ditambahkan etanol 96% kedalam bejana tersebut kurang lebih hingga 2 cm
di atas permukaan serbuk. Maserat diaduk rata dan kemudian mulut bejana
maserasi ditutup dengan aluminium foil. Perendaman dilakukan selama 3
hari pada suhu kamar dan pengadukan dilakukan setiap harinya 2-3 kali/hari.
Setelah 3 hari, maserat disaring dengan kertas saring dan kapas. Ampas hasil
maserasi direndam lagi dengan etanol 96% selama 3 hari selanjutnya
(perlakuan sama dengan maserasi pertama). Filtrat yang diperoleh dari hasil
penyaringan maserat kentalkan dengan vakum rotary evaporator. Ekstrak
yang didapatkan berupa ekstrak kental. Selanjutnya ekstrak kental
dikeringkan dengan oven vakum di laboratorium fitokimia Universitas
Indonesia selama 5 hari hingga didapatkan ekstrak kering.
3.3.2 Penapisan Fitokimia
1. Identifikasi golongan alkaloid
Sebanyak 0,5 gram ekstrak dilarutkan dalam larutan HCl encer
kemudian disaring. Larutan ammonia sebanyak 2 ml ditambahkan kedalam
filtrat, kemudian ditambahkan kloroform 5 ml dan dikocok perlahan-lahan
untuk mengekstraksi basa alkaloid. Lapisan kloroform diambil lalu
diekstraksi dengan 10 ml asam asetat, kemudian dibagi menjadi 2 bagian.
Pada bagian pertama ditambahkan reagen Mayer dan bagian kedua
22
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ditambahkan reagen Dragendorff. Terbentuk warna krem dengan reagen
Mayer dan endapan coklat kemerahan dengan reagen Dragendorff
menunjukkan adanya senyawa golongan alkaloid (Ayoola et al., 2008)
2. Identifikasi golongan flavonoid
0,5 gram ekstrak ditambah 50 ml air panas, dididihkan selama 5 menit
dan disaring, filtrat digunakan sebagai larutan percobaan. 5 ml larutan
percobaan ditambahkan sedikit serbuk magnesium, 1 ml asam klorida pekat
dan 2 ml amilalkohol, dikocok dengan kuat dan dibiarkan memisah,
terbentuknya warna orange, merah, kuning pada lapisan amilalkohol
menunjukkan adanya senyawa flavonoid (Wijono, 2003).
3. Identifikasi golongan saponin
0,5 gram ekstrak dimasukkan kedalam tabung reaksi dan ditambahkan
aquadest, larutan dikocok secara vertikal selama 3-5 menit. Terbentuknya
busa yang stabil selama 30 menit menunjukkan adanya senyawa golongan
saponin (Farnsworth, 1966)
4. Identifikasi golongan tanin
0,5 gram ekstrak dididihkan dalam 10 ml aquadest dalam tabung
reaksi, lalu disaring. Kemudian kedalam filtrat ditambahkan 3 tetes larutan
FeCl3. Terbentuk warna hijau kecoklatan atau biru kehitaman menunjukkan
adanya tanin (Ayoola et al., 2008)
5. Identifikasi golongan steroid dan triterpenoid
0,5 gram ekstrak ditambahkan 2 ml kloroform, kemudian 2 tetes asam
asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat (pereaksi Libermann-Burchard).
Jika terbentuk warna hijau kehitaman menunjukkan adanya golongan steroid
dan jika terbentuk warna merah yang cepat hilang menunjukkan adanya
senyawa golongan triterpenoid (Ayoola et al., 2008).
23
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.3.3 Pengujian Parameter Ekstrak
1. Parameter Spesifik
a. Identitas
Diidentifikasi dengan tata nama yang meliputi nama ekstrak, nama
latin tumbuhan, bagian tumbuhan yang digunakan, dan nama Indonesia
tumbuhan (Depkes, 2000).
b. Organoleptik
Diidentifikasi menggunakan panca indera untuk mengetahui bentuk,
warna, bau, dan rasa (Depkes, 2000).
c. Pengukuran Kadar Sinensetin
Ekstrak ditimbang sebanyak 0,2 gram dilarutkan dalam etanol 96%
dalam labu ukur 10 ml (larutan ekstrak 2%). Selanjutnya standar sinensetin
10 ppm ditotolkan pada plat KLT (ukuran 6x10 cm) dengan seri volume 10
µL; 30 µL;50µL; dan 70 µL. Masing-masing ditotolkan pada titik totolan 1-
4 secara berurutan dan sampel ekstrak 2% ditotolkan pada titik ke-5 dengan
volume 20 µl. Plat KLT dieluasi dengan eluen metanol : etil asetat : toluen
(5:40:55) yang telah jenuh didalam wadah yang tertutup rapat. Plat KLT
kemudian dikeringkan dan dilihat bercak hasil elusi pada lampu UV dengan
panjang gelombang 365 nm (British Pharmacopoeia Commission, 2009).
Plat KLT dimasukkan ke dalam alat TLC-Scanner (Camag) dan
ditentukan luas area puncak bercak standar dan sampel pada panjang
gelombang maksimum yang dikontrol melalui komputer dengan program
software winCATS. Selanjutnya dibuat kurva kalibrasi dari perbandingan
volume penotolan terhadap luas area puncak dan ditentukan persamaan
regresinya. Persamaan regresi yang diperoleh digunakan untuk menentukan
kadar sinensetin pada sampel ekstrak.
2. Parameter Non-Spesifik
a. Susut Pengeringan
Ekstrak ditimbang sebanyak 1 gram dan dimasukkan kedalam botol
timbang dangkal tertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu
105oC selama 30 menit dan telah ditara. Sebelum ditimbang ekstrak
24
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
diratakan dalam botol timbang dengan bantuan batang pengaduk, kemudian
dimasukkan kedalam oven. Sebelumnya tutup botol timbang dibuka dan
dikeringkan pada suhu 105oC hingga bobot tetap. Sebelum pengeringan,
biarkan botol dalam keadaan tertutup dalam desikator pada suhu kamar
(Depkes, 2000).
b. Kadar Abu Total
1 gram ekstrak yang telah digerus dan ditimbang, dimasukkan
kedalam krus silikat yang telah dipijarkan dan ditara, kemudian diratakan.
Pijarkan perlahan-lahan hingga arang habis, dinginkan, timbang (Depkes,
2000).
3.3.4 Penyiapan Hewan Uji
Sebelum digunakan untuk penelitian, 36 tikus diaklitimasi selama 4
minggu agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Selama
aklitimasi, tikus diberi minum dan makanan standar G511 serta mengontrol
kesehatan dan berat badan tikus.
3.3.5 Rancangan Penelitian
Pada penelitian ini digunakan hewan uji tikus putih jantan yang
dipilih secara acak sebanyak 36 ekor untuk dibagi menjadi 6 kelompok.
Penentuan jumlah tikus dalam tiap kelompok dihitung berdasarkan rumus
federer :
(n-1)(t-1) ≥ 15 Dimana :
(n-1)(6-1) ≥ 15 n = jumlah hewan uji
5n-5 ≥ 15 t = jumlah kelompok
5n ≥ 20
n≥ 4 ekor
Dari jumlah perhitungan tersebut dapat diartikan bahwa pada 6
kelompok percobaan terdapat minimal 4 ekor tikus untuk masing-masing
kelompok. Dalam penelitian ini digunakan 6 ekor tikus pada masing-masing
kelompok.
25
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 3.1. Pembagian Kelompok Hewan Uji Berdasarkan Perlakuan (Raj
C.D. et al., 2012)
Kelompok Jumlah Tikus Perlakuan
I 6 Kontrol normal, diberi minum dan
makanan standar selama 14 hari dan
diberi NaCMC 1% selama 14 hari
berikutnya.
II 6 Kontrol negatif, diberi pakan
hiperkolesterol selama 14 hari dan hanya
diberikan minum dan makanan standar
14 hari berikutnya.
III 6 Kontrol positif, diberi pakan
hiperkolesterol selama 14 hari dan diberi
suspensi simvastatin selama 14 hari
berikutnya.
VI 6 Uji dosis 250 mg/kgBB, diberi pakan
hiperkolesterol selama 14 hari dan diberi
suspensi ekstrak herba kumis kucing
dosis 250 mg/kgBB tikus selama 14 hari
berikutnya.
V 6 Uji dosis 500 mg/kgBB, diberi pakan
hiperkolesterol selama 14 hari dan diberi
suspensi ekstrak herba kumis kucing
dosis 500 mg/kgBB tikus selama 14 hari
berikutnya.
VI 6 Uji dosis 1000 mg/kgBB, diberi pakan
hiperkolesterol selama 14 hari dan diberi
suspensi ekstrak herba kumis kucing
dosis 1000 mg/kgBB tikus selama 14
hari berikutnya.
3.3.6 Perhitungan Dosis dan Pembuatan Larutan Uji
1. Dosis ekstrak etanol 96% herba kumis kucing
Dosis ekstrak etanol 96% herba kumis kucing yang yang digunakan
yaitu 250, 500, dan 1000 mg/kgBB. Volume larutan uji yang diberikan
dibuat ± 2 ml yang disesuaikan dengan berat badan tikus. (Lampiran 10)
26
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Pembuatan suspensi NaCMC 1%
NaCMC 1 g didispersikan dalam aquadest hangat sebanyak 20 ml
hingga homogen di dalam lumpang, kemudian di tambahkan aquadest
hingga 100 ml.
3. Dosis simvastatin sebagai kontrol positif
Dosis simvastatin yang digunakan untuk manusia adalah 5-10
mg/hari. Dosis yang digunakan untuk penelitian yaitu 10 mg/hari. Konversi
dosis manusia ke dosis tikus ditentukan berdasarkan rumus HED adalah 1,03
mg/kgBB (Lampiran 11). Simvastatin diberikan melalui oral dalam bentuk
suspensi.
4. Pembuatan makanan hiperkolesterol
Kuning telur 80%
Larutan sukrosa 65% 15%
Lemak hewan 5%
Makanan hiperkolesterol dibuat dalam bentuk emulsi, semua bahan
dicampur dan diaduk hingga homogen. Makanan dibuat baru setiap hari.
Volume administrasi oral yang diberikan adalah 2 ml/200gramBB tikus.
Pakan dibuat dengan total volume 100 ml, perhitungan komposisi pakan
sebagai berikut :
Kuning telur : 80 g / 100 ml x 100 ml = 80 g
Larutan sukrosa 65% : 15 g / 100 ml x 100 ml = 15 g
Lemak hewan : 5 g / 100 ml x 100 ml = 5 g
3.3.7 Uji Efek Antihiperkolesterolemia
1. Semua tikus setiap hari diberikan makanan standar 20 g/tikus dan aquadest.
2. Sebelum pemberian pakan hiperkolesterol, diambil darah masing-masing
tikus dan dilakukan pengukuran kadar kolesterol total.
3. Selama 14 hari, semua kelompok (kecuali kelompok kontrol normal)
diberikan pakan hiperkolesterol sebanyak 2 ml/200gramBB tikus sekali
sehari, makanan standar 20 g/tikus dan aquadest.
27
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Pada hari ke-15, semua tikus yang telah hiperkolesterolemik diambil
darahnya untuk pemeriksaan kadar kolesterol total darah setelah pemberian
pakan hiperkolesterol.
5. Pada hari selanjutnya semua kelompok diberi perlakuan sesuai dengan
pembagian kelompok hewan uji (Tabel 3.1)
6. Pada hari ke-29, diambil darah masing-masing tikus untuk pemeriksaan
kadar kolesterol total darah setelah pemberian ekstrak.
3.3.8 Cara Pengambilan Darah
Tikus dipuasakan ± 12 jam sebelum pengambilan darah. Pengambilan
darah dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu sebelum pemberian pakan
hiperkolesterol (hari ke-0), setelah pemberian pakan hiperkolesterol (hari ke-
15) dan setelah pemberian ekstrak (hari ke-29).
Darah tikus diambil dengan cara tikus di anastesi menggunakan eter
didalam tempat khusus, kemudian diambil darah tikus pada bagian pleksus
retro-orbital menggunakan mikrohematokrit bersih (Raj C.D. et al., 2012).
Darah yang mengalir melalui mikrohematokrit ditampung dengan tabung
EDTA 3 ml. Darah didiamkan 15 menit dalam suhu ruangan. Kemudian
darah di sentrifugasi pada kecepatan 3000 rpm selama 15 menit untuk
mendapatkan plasma darah. Plasma darah dipindahkan ke dalam sample
tube 1,5 ml dan disimpan dalam lemari pendingin suhu -20oC.
3.3.9 Pengukuran Kadar Kolesterol Total Darah
Kadar kolesterol total tikus diukur menggunakan spektrofotometer
UV-Vis pada panjang gelombang 500 nm.
Tabel 3.2. Analisa kadar kolesterol total (Elitech, 2014):
Blanko Standar Uji
Reagen 1000 µl 1000 µl 1000 µl
Aquadest 10 µl - -
Standar - 10 µl -
Plasma - - 10 µl
28
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Kadar kolesterol total tikus ditentukan dengan rumus :
Keterangan : A = Absorbansi
3.3.10 Uji Statistik
Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif, uji statistik
homogenitas menggunakan Levene dan uji normalitas menggunakan
Kolmogorov-Smirnov test. Apabila hasil sebaran data normal, maka untuk
melihat perbedaan kadar dari masing-masing kelompok perlakuan
dianalisis dengan uji statistik One way ANOVA.
Hipotesis :
Ho : tidak ada perbedaan yang bermakna antara setiap kelompok
Ha : terdapat perbedaan yang bermakna antara setiap kelompok
Pengambilan keputusan :
Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak, berarti terdapat perbedaan
Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima, berarti tidak terdapat perbedaan
(Santoso, 2009).
A sampel
A standar
x 200 mg/dl
29
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Determinasi Tanaman
Berdasarkan hasil determinasi yang dilakukan di Pusat Konservasi
Tumbuhan Kebun Raya Bogor – LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia) menunjukkan bahwa jenis simplisia yang digunakan pada
penelitian adalah Orthosiphon stamineus Benth suku Lamiaceae (Lampiran
2). Determinasi dilakukan dengan tujuan untuk memastikan jenis simplisia
yang digunakan dalam penelitian.
4.2 Hasil Ekstraksi Herba Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus Benth.)
Dari 1500 gram serbuk herba kumis kucing yang diekstraksi,
diperoleh ekstrak kental sebanyak 133 gram dari hasil remaserasi sebanyak
11 kali. Berdasarkan hasil perhitungan, rendemen yang diperoleh yaitu
sebesar 8,87% (lampiran 7).
Metode ekstraksi yang digunakan adalah metode maserasi yang
dipilih karena metode maserasi lebih sederhana dalam preparasi dan
pengerjaannya dibandingkan metode lain. Metode ini juga baik digunakan
untuk mengekstraksi senyawa-senyawa yang tidak tahan dengan pemanasan.
Etanol 96% dipilih sebagai pelarut untuk ekstraksi karena etanol
merupakan pelarut semipolar yang dapat menarik senyawa polar dan non-
polar yang terkandung dalam simplisia serta dapat menarik senyawa-
senyawa dengan bobot molekul rendah seperti saponin dan flavonoid
(Wijasekera, 1991 dikutip dari Arifianti et al. 2014). Selain itu, etanol 96%
dapat menghasilkan ekstrak dengan kadar sinensetin tertinggi dibanding
alkohol 50% dan 70% (Arifianti et al., 2014). Sinensetin merupakan salah
satu senyawa golongan flavonoid yang menjadi senyawa marker dalam
tanaman kumis kucing (Himani et al., 2013) dan juga memiliki peran dalam
metabolisme lipid dalam jaringan adiposa (Kang S.I., Shin H.S., and Kim
S.J., 2015).
29
30
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.3 Hasil Pengujian Parameter Ekstrak
Tabel 4.1. Hasil pengujian parameter ekstrak
No Parameter Ekstrak
1 Spesifik
a. Identitas
Nama latin
Bagian tumbuhan
Nama Indonesia
b. Organoleptik
Bentuk
Warna
Bau
Rasa
c. Susut pengeringan
Orthosiphon stamineus Benth
Herba
Kumis kucing
Kering lengket
Coklat tua
Khas
Agak pahit
0,948%
2 Non-spesifik
Kadar abu total
Kadar sinensetin
12,587%
0,075%
Pengujian parameter spesifik ekstrak yang dilakukan adalah
penentuan identitas, identifikasi organoleptik dan pengukuran kadar
sinensetin ekstrak. Identitas ekstrak dapat diketahui dari hasil determinasi
tanaman. Ekstrak dibuat dari herba kumis kucing yang terdiri dari seluruh
bagian tanaman yang tumbuh diatas tanah. Organoleptis ekstrak
diidentifikasi menggunakan panca indera.
Pengukuran kadar sinensetin dalam ekstrak herba kumis kucing
dilakukan untuk memastikan ekstrak yang digunakan dalam penelitian
mengandung senyawa marker (sinensetin) dengan kadar sesuai standar yang
telah ditetapkan. Kadar sinensetin yang diperoleh dalam ekstrak herba kumis
kucing adalah sebesar 0,075%. Hasil pengukuran kadar sinensetin tersebut
menunjukkan nilai yang lebih rendah dari standar ekstrak daun kumis
kucing yang menurut Depkes (2008) adalah tidak kurang dari 1,10%. Hal ini
dapat disebabkan oleh ekstrak yang digunakan dalam penelitian adalah
31
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ekstrak herba kumis kucing yang terdiri dari semua bagian tanaman yang
berada diatas tanah, sedangkan sinensetin lebih banyak terdapat dalam
ekstrak daun (Olah et al., 2003). Beberapa faktor lain seperti bagian
tanaman yang diambil, umur tanaman, kondisi tempat tumbuh, waktu
pemanenan dan proses pengeringan simplisia juga dapat mempengaruhi
kadar senyawa kimia dalam tanaman (Wulandari, 2011).
Secara kualitatif dapat dilihat bercak yang berfluororesensi biru pada
sinar UV panjang gelombang 365 nm. Bercak sinensetin dalam ekstrak
terletak pada Rf 0,53 dan bercak standar 1, 2, 3 dan 4 sinensetin secara
berurutan terletak pada Rf 0,53; 0,49; 0,49; dan 0,50. Perhitungan kadar
sinensetin dan kurva kalibrasi standar dapat dilihat pada lampiran 8.
Pengujian parameter non-spesifik ekstrak meliputi susut pengeringan
dan kadar abu total. Pengukuran susut pengeringan ekstrak dilakukan untuk
memastikan batasan maksimal (rentang) tentang besarnya senyawa yang
hilang pada proses pengeringan simplisia dan proses pengentalan ekstrak.
Pengukuran kadar abu total bertujuan untuk memberikan gambaran
kandungan mineral internal dan eksternal didalam ekstrak.
Hasil susut pengeringan adalah sebesar 0,948% dan kadar abu total
sebesar 12,587%. Standar susut pengeringan ekstrak kumis kucing adalah
tidak lebih dari 10% dan kadar abu total tidak lebih dari 9% (Depkes, 2008).
Rendahnya nilai susut pengeringan pada ekstrak menjelaskan bahwa
senyawa yang hilang pada proses pengeringan simplisia dan proses
pengentalan ekstrak sangat kecil. Tingginya kadar abu ekstrak dapat
dikarenakan tingginya kandungan mineral internal (seperti kalium) pada
tanaman kumis kucing (Himani et al., 2014), ataupun mineral eksternal yang
bisa saja bercampur dengan ekstrak saat proses pengerjaan pengujian kadar
abu ekstrak. Faktor lain yang dapat mempengaruhi kadar mineral dalam
ekstrak seperti perbedaan genetik, tempat tumbuh, proses sortasi basah dan
sortasi kering. Perhitungan uji parameter ekstrak dapat dilihat pada lampiran
7.
32
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.4 Hasil Uji Penapisan Fitokimia
Penapisan fitokimia dilakukan terhadap ekstrak herba kumis kucing
dengan tujuan untuk mengetahui kandungan senyawa yang ada dalam
ekstrak herba kumis kucing. (Lampiran 6)
Tabel 4.2. Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Herba Kumis Kucing
Golongan Hasil
Alkaloid -
Flavonoid +
Saponin +
Tanin +
Steroid +
Dari hasil pengujian penapisan fitokimia diketahui bahwa ekstrak
herba kumis kucing mengandung senyawa, flavonoid, saponin, steroid,
terpenoid dan tanin. Menurut Himani et al., (2013) tanaman kumis kucing
banyak mengandung flavon, polifenol, protein aktif, glikosida, minyak atsiri
dan kalium serta sedikit senyawa terpenoid. Sedangkan Wulandari (2011)
dalam penelitiannya menyatakan bahwa kandungan kimia ekstrak daun
kumis kucing adalah saponin, flavonoid dan polifenol.
Senyawa golongan flavonoid yang terkandung dalam ekstrak herba
kumis kucing diduga merupakan senyawa utama yang berperan aktif dalam
menurunkan kadar kolesterol. Umbare et al. (2009) menyebutkan bahwa
senyawa utama dari ekstrak hidro-alkohol kumis kucing adalah senyawa
golongan flavonoid yang memberikan efek antihiperlipidemia. Rajasekaran,
Anandan, and Nishad (2013) juga menjelaskan bahwa flavonoid dan
polifenol dapat menurunkan kadar kolesterol LDL dan VLDL, trigliserida
serta meningkatkan kadar kolesterol HDL serum. Faizah et al. (2009)
menyatakan bahwa Trimethylapigenin, Eupatorin dan Tetramethylluteolin
merupakan senyawa fitokimia dari kumis kucing yang paling efektif dalam
menurunkan kadar glukosa plasma, kadar trigliserida dan dapat
meningkatkan kadar kolesterol HDL plasma.
33
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Menurut Nijveldt et al. (2001) reaktivitas yang tinggi dari kelompok
hidroksil flavonoid dapat mengikat radikal dan membuat radikal reaktif
menjadi tidak aktif. Kemampuan flavonoid dalam mengikat radikal dapat
mencegah oksidasi LDL secara invitro dan secara teoritis flavonoid mungkin
memiliki kemampuan preventif terhadap aterosklerosis. Luteolin dapat
menginduksi sekresi kolesterol dan mereduksi kadar kolesterol. Mekanisme
efek secara tidak langsung dari flavonoid diduga mengatur jaringan
kompleks dari aktivitas HMG-Koa reduktase.
Reaksi yang terjadi antara flavonoid dan radikal sebagai berikut
(Nijveldt et al., 2001) :
Flavonoid (OH) + R+> Flavonoid (O
+) + RH
Senyawa golongan polifenol dan saponin juga diketahui dapat
menurunkan kadar kolesterol. Menurut Umarudin dkk. (2012) Tanin
merupakan golongan senyawa polifenol yang berperan sebagai antioksidan.
Polifenol dilaporkan mampu menurunkan kadar kolesterol total dan
menghambat pembentukan aterosklerosis melalui efek antioksidannya
terhadap oksidasi kolesterol LDL serta dapat meningkatkan produksi nitrat
oksida (NO). Nitrat oksida merupakan vasodilator endogen yang
mempunyai kemampuan sebagai antiaterosklerosis. Menurut Chang et al.
(2001), beberapa turunan tanin dari herbal tradisional diketahui efektif
dalam penghambatan HMG-Koa reduktase yang mungkin dapat menjadi
agen hipolipidemia.
Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa saponin menurunkan
kadar kolesterol serum dalam berbagai hewan termasuk manusia (Avci et
al., 2006). Menurut Utama-ang (2006) suatu penelitian menyatakan tentang
beberapa mekanisme efek saponin dalam mereduksi kolesterol. Mekanisme
tersebut adalah pembentukan kompleks tidak larut dengan β-hidroksisteroid
sehingga dapat menurunkan penyerapan kolesterol intestinal dan
meningkatkan ekskresi sterol dalam feses. Saponin juga dapat meningkatkan
adsorpsi asam empedu kedalam serat dengan cara pembentukan kompleks,
sehingga pembentukan bobot misel yang besar dapat mencegah reabsorpsi
34
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
asam empedu dan menyebabkan kehilangan asam empedu yang diimbangi
oleh peningkatan konversi kolesterol menjadi asam empedu dalam hati.
4.5 Hasil Uji Pengukuran Kadar Kolesterol
Pada penelitian ini digunakan tikus putih jantan sebagai hewan uji
karena mudah dipelihara, relatif sehat dan cocok untuk berbagai macam
penelitian (Malole & Sri, 1989) dan tidak begitu fotofobik seperti halnya
mencit (Harmita & Maksum, 2004).
Tikus diaklitimasi selama dua minggu agar dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungan tempat penelitian. Tikus diberikan makanan standar
G511 20 gram/tikus/hari dan aquadest 25 ml/tikus/hari. Selama proses
aklitimasi, dilakukan pemantauan aktivitas dan kondisi fisik tikus,
menimbang berat badan serta membersihkan kandang tikus. Penimbangan
berat badan tikus dilakukan setiap 3 hari sekali selama masa aklitimasi
hingga perlakuan akhir. Selama masa penelitian, berat badan tikus
menunjukkan kenaikan setiap harinya. Grafik kenaikan berat badan tikus
dapat dilihat pada lampiran 14. Kenaikan berat badan tikus setelah diberi
induksi pakan hiperkolesterol dan setelah masa pemberian ekstrak tidak
menunjukkan perbedaan yang bermakna berdasarkan hasil uji statistik
(Lampiran 16). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pakan
hiperkolesterol dan ekstrak uji yang digunakan dalam penelitian, tidak
mempengaruhi kenaikan berat badan tikus.
Setelah masa aklitimasi, tikus dikelompokkan menjadi 6 kelompok
yang terdiri dari kelompok kontrol normal, kontrol negatif, kontrol positif,
uji dosis 250 mg/kgBB, uji dosis 500 mg/kgBB, dan uji dosis 1000
mg/kgBB. Masing-masing kelompok terdiri dari 6 ekor tikus.
Pada penelitian ini digunakan 3 kelompok pembanding yaitu
kelompok kontrol normal, kontrol negatif, kontrol positif. Kelompok kontrol
normal diperlukan untuk membandingkan kenaikan kadar kolesterol total
tikus yang tidak diberi pakan hiperkolesterol dan membandingkan
penurunan kadar kolesterol total tikus setelah diberi ekstrak. Selain itu,
kelompok kontrol normal juga diperlukan untuk melihat pengaruh larutan
35
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
pensuspensi dalam menurunkan kadar kolesterol total tikus. Larutan
pensuspensi simvastatin dan ekstrak yang digunakan dalam penelitian ini
adalah suspensi NaCMC 1%. Kelompok kontrol negatif berguna untuk
membandingkan penurunan kadar kolesterol total tikus setelah pemberian
pakan hiperkolesterol dihentikan pada semua kelompok tikus. Sedangkan
kontrol positif berguna untuk membandingkan efektivitas penurunan kadar
kolesterol oleh simvastatin dengan ekstrak uji. Dosis simvastatin yang
digunakan adalah 10 mg untuk manusia. Dosis ini kemudian dikonversi ke
dosis hewan menggunakan rumus HED (Lampiran 11).
Metode yang digunakan untuk uji penurunan kadar kolesterol darah
tikus yaitu dengan cara tikus dibuat hiperkolesterol yang diinduksi dengan
pemberian makanan hiperkolesterol dengan komposisi makanan yang terdiri
dari kuning telur (80%), larutan sukrosa 65% dalam air (15%), dan lemak
hewan (5%) (Purwanti, 2012). Komposisi makanan hiperkolesterol tersebut
dipilih karena mengandung lemak yang tinggi sehingga dapat meningkatkan
kadar kolesterol dan trigliserida. Ayuningtyas dan Arifah (2012)
menyebutkan pada penelitian sebelumnya, bahwa penambahan lemak dalam
pakan dapat meningkatkan kadar kolesterol total dan trigliserida tikus. Tikus
diinduksi dengan makanan hiperkolesterol selama 14 hari terhadap semua
kelompok perlakuan kecuali kelompok normal. Selanjutnya tikus diberikan
suspensi ekstrak uji dalam berbagai dosis. Metode ini digunakan karena
merupakan metode yang mudah dan umum digunakan pada uji efek
penurunan kadar kolesterol total darah tikus.
Pengukuran kadar kolesterol total darah tikus dilakukan dengan
metode enzimatis menggunakan spektrofotometer. Plasma darah yang
diperoleh setelah disentrifugasi kemudian ditambahkan larutan pereaksi
kolesterol sehingga terjadi reaksi seperti berikut :
Cholesterol ester + H2O
Cholesterol esterase
Cholesterol ester + Fatty acids
Cholesterol ester + O2 Cholesterol oxidase
Cholest-4-en-3-one + H2O2
2H2O2+ Phenol + 4-Aminoantipyrine Poroxidase
Quinoneimine + 4H2O
36
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Warna merah muda yang terbentuk dalam larutan adalah hasil dari
pembetukan kompleks Quinoneimine yang kemudian diukur serapannya
dengan spektrofotometer UV pada panjang gelombang 500 nm (Elitech,
2014).
Pengukuran kadar kolesterol total darah tikus dilakukan sebanyak tiga
kali yaitu kadar kolesterol total sebelum pemberian makanan hiperkolesterol
(hari ke-0), kadar kolesterol total setelah pemberian makanan hiperkolesterol
(hari ke-15), dan kadar kolesterol total setelah pemberian ekstrak uji (hari
ke-29).
Pengukuran kadar kolesterol total darah hari ke-0 dilakukan untuk
membandingkan kadar kolesterol total tikus sebelum diberikan makanan
hiperkolesterol dengan kadar kolesterol total tikus setelah diberikan
makanan hiperkolesterol. Data ini digunakan untuk mengetahui efektivitas
makanan hiperkolesterol yang diberikan kepada tikus dalam menaikkan
kadar kolesterol total tikus yang diberikan makanan hiperkolesterol.
Sedangkan data kadar kolesterol total setelah pemberian makanan
hiperkolesterol digunakan untuk membandingkan penurunan kadar
kolesterol total tikus yang telah hiperkolesterolemik dengan kadar kolesterol
total tikus setelah diberikan ekstrak uji.
Hasil uji normalitas (one-sample Kolmogorov-smirnov Test)
menunjukkan kadar kolesterol total darah tikus terdistribusi normal (p≥0,05)
dan pada uji homogenitas (Levene) menunjukkan kadar kolesterol total
darah bervariasi homogen (p≥0,05), karena syarat normalitas dan
homogenitas sudah terpenuhi maka analisa statistik dilanjutkan dengan uji
One-way ANOVA. Hasil uji statistik One-way ANOVA menunjukkan
terdapat perbedaan yang bermakna (signifikan) pada semua kelompok uji
dengan nilai p≤0,05 pada kadar kolesterol total setelah diberi makanan
hiperkolesterol dan setelah pemberian ekstrak (Lampiran 15). Selanjutnya
uji statistik post hoc menjelaskan tentang perbandingan kadar kolesterol
total antar kelompok.
37
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 4.3. Rata-rata kadar kolesterol
Kelompok Perlakuan Rata-Rata Kadar Kolesterol (mg/dl) ± SD
Hari Ke-0 Hari Ke-15 Hari Ke-29
Normal 97,56 ± 11,246 106,77 ± 17,851 109,73 ± 4,809
Negatif 85,47 ± 17,865 135,94 ± 12,885 113,27 ± 9,225
Positif 64,64 ± 13,488 160,16 ± 12,278 87,80 ± 3,116
Dosis 250 mg/kgBB 87,50 ± 23,526 142,94 ± 15,936 89,05 ± 8,298
Dosis 500 mg/kgBB 76,43 ± 9,840 175,52 ± 6,724 91,20 ± 4,283
Dosis 1000 mg/kgBB 77,74 ± 30,375 131,25 ± 13,258 89,69 ± 9,384
Tabel 4.4. Persentase penurunan kadar kolesterol (%)
Kelompok Perlakuan
% Kenaikan Kadar
Kolesterol Total Darah
Tikus Setelah Pemberian
Pakan Hiperkolesterol
% Penurunan Kadar
Kolesterol Total Darah
Tikus Setelah Pemberian
Ekstrak
Normal 9,438% -2,769%
Negatif 59,040% 16,673%
Positif 147,755% 45,181%
Dosis 250 mg/kgBB 63,365% 37,701%
Dosis 500 mg/kgBB 129,652% 48,042%
Dosis 1000 mg/kgBB 89,694% 31,662%
Berdasarkan data yang diperoleh, pemeriksaan kadar kolesterol total
tikus sebelum diinduksi makanan hiperkolesterol (hari ke-0) menunjukkan
kadar kolesterol total dalam rentang normal. Sedangkan data hasil uji
statistik kenaikan kadar kolesterol total tikus pada hari ke-15 setelah
diberikan makanan hiperkolesterol, menunjukkan bahwa kelompok yang
diinduksi makanan hiperkolesterol memiliki kenaikan kadar kolesterol total
yang bermakna (p≤0,05) dibandingkan dengan kelompok kontrol normal
yang tidak diinduksi makanan hiperkolesterol (Lampiran 15). Persentase
kenaikan kadar kolesterol total tikus menunjukkan nilai lebih dari 50%
38
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dibandingkan kadar awal sebelum diinduksi pakan hiperkolesterol (Tabel
4.4), dan rata-rata kenaikan kadar kolesterol total tikus setelah diinduksi
makanan hiperkolesterol pada masing-masing kelompok perlakuan kecuali
kelompok normal menunjukkan kadar kolesterol total diatas rentang kadar
normal. Malole & Sri (1989) menyebutkan bahwa kadar kolesterol normal
tikus adalah rentang 40–130 mg/dl.
Berdasarkan data persentase (Tabel 4.4) dan uji statistik post hoc
(Lampiran 15) penurunan kadar kolesterol total tikus, diketahui bahwa
semua kelompok uji dosis (250 mg/kgBB, 500 mg/kgBB, 1000 mg/kgBB)
dan kontrol positif menunjukkan penurunan kadar kolesterol total yang
signifikan dibandingkan kontrol normal dan kontrol negatif. Kelompok
kontrol negatif mengalami penurunan kadar kolesterol sebesar 16,673%
setelah penghentian pemberian makanan hiperkolesterol selama 14 hari. Hal
ini menjelaskan bahwa penghentian pakan hiperkolesterol juga dapat
mempengaruhi penurunan kadar kolesterol total tikus, tetapi berdasarkan uji
statistik penurunan tersebut tidak bermakna.
Aktivitas penurunan kadar kolesterol total tertinggi adalah pada dosis
500 mg/kgBB (48,082%) kemudian dosis 250 mg/kgBB (37,701%) dan
dosis 1000 mg/kgBB (31,662%). Suatu penelitian tentang uji praklinik
ekstrak alkohol-air kulit batang kumis kucing yang memiliki aktivitas
hipolipidemik secara signifikan (p≤0,05) pada dosis 500 mg/kgBB dan 750
mg/kgBB pada tikus yang diinduksi diet hiperlipid. Parameter lipid yang
diuji adalah penurunan kadar kolesterol total dan kadar trigliserida.
Persentase penurunan kadar kolesterol total pada dosis 500 mg/kgBB dan
750 mg/kgBB adalah sebesar 20,3% dan 29,0% serta penurunan kadar
trigliserida sebesar 26,6% dan 28,1% (Umbare et al., 2009). Persentase
penurunan kadar kolesterol total tikus pada penelitian yang dilakukan oleh
Umbare et al. (2009) dengan ekstrak kulit batang kumis kucing sebagai
ekstrak uji, memperlihatkan persentase yang lebih rendah dibandingkan
persentase penurunan kadar kolesterol total tikus yang menggunakan ekstrak
herba kumis kucing sebagai ekstrak uji. Hal tersebut menjelaskan bahwa
ekstrak herba kumis kucing yang digunakan dalam penelitian ini, memiliki
39
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
aktivitas antihiperkolesterolemik lebih baik dari pada ekstrak kulit batang
kumis kucing. Menurut Committee on Herbal Medicinal Products/HMPC
(2010), belum ada uji klinis yang dilakukan terkait efek ekstrak kumis
kucing sebagai agen hipolipidemik.
Ekstrak herba kumis kucing menunjukkan persentase penurunan
kadar kolesterol total yang berbeda pada tiap dosis, namun berdasarkan uji
statistik perbedaan tersebut tidak bermakna. Hal ini menjelaskan bahwa
kelompok uji memiliki aktivitas yang sama untuk setiap dosis (250, 500,
1000 mg/kgBB) dalam menurunkan kadar kolesterol total tikus. Hal tersebut
menjelaskan bahwa peningkatan dosis tidak memperlihatkan peningkatan
aktivitas penurunan kadar kolesterol total. Ekstrak herba kumis kucing pada
tiap dosis juga memperlihatkan perbedaan persentase penurunan kadar
kolesterol total terhadap kontrol positif, tetapi perbedaan tersebut tidak
bermakna berdasarkan hasil uji statistik. Hal ini menjelaskan bahwa ekstrak
herba kumis kucing pada tiap dosis menunjukkan aktivitas yang sama
dengan kontrol positif dalam menurunkan kadar kolesterol total tikus.
Perbedaan penurunan kadar koleterol total tikus kemungkinan dapat
terjadi karena faktor individual tikus. Waloya, Rimbawan dan Nuri (2013)
asupan serat pangan, asupan lemak, aktivitas fisik dan perbedaan jenis
kelamin berpengaruh terhadap kadar kolesterol darah.
Penelitian yang dilakukan oleh Priskila (2008) menyatakan bahwa ada
dua faktor yang mempengaruhi kadar kolesterol darah terkait penurunan
kadar kolesterol total tikus yaitu faktor terkendali seperti diet tinggi lemak
jenuh dan kolesterol, genetik, usia, dan jenis kelamin dan faktor yang tidak
terkendali seperti hormon (tiroid, estrogen, insulin), enzim (lipase pankreas),
obstruksi empedu, diabetes mellitus, penyakit hati, dan stres.
40
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian uji pengaruh pemberian ekstrak etanol 96%
herba kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth.) pada tikus jantan
yang diinduksi pakan hiperkolesterol, diperoleh kesimpulan bahwa
pemberian ekstrak dengan dosis 250 mg/kgBB, 500 mg/kgBB dan 1000
mg/kgBB memperlihatkan perbedaan yang bermakna (p ≤ 0,05) terhadap
kontrol normal dan kontrol negatif pada aktivitas penurunan kadar
kolesterol total tikus jantan.
5.2. Saran
Perlu penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh pemberian ekstrak
etanol 96% herba kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth.) terhadap
penurunan kadar kolesterol total darah tikus dengan metode uji yang
berbeda atau dengan menambah parameter uji seperti kadar LDL, HDL
dan Trigliserida agar didapatkan profil penurunan kolesterol yang lebih
spesifik.
40
41
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2014). Cholesterol SL. Brosure. Elitech Clinical System
Arifianti, L., Rice D.O., dan Idha K. (2014). Pengaruh Jenis PelarutPengekstraksi
Terhadap Kadar Sinensetin Dalam Ekstrak Daun Orthosiphon stamineus
Benth.Departemen Farmakognosi dan Fitokimia, Fakultas Farmasi
Universitas Airlangga. E-Journal Planta Husada, 2 (1).
Avci, G., Esra K., Abdullah E., Erdem Y., and Ismail K. (2006).
Antihypercholesterolemic and Antioxidant Activity Assessment of Some
Plants Used As Remedy in Turkish Folk Medicine. Journal of
Ethnopharmacology, 107, 418-423.
Ayoola, Ga., Hab Coker, Sa Adesegun, Aa Adepoju-Bello, K. Obaweya, Ec
Ezennia, To Atangbayila. (2008). Phytochemical Screening and
Antioxidant Activities of Some Selected Medicinal Plants Used For
Malaria Therapy In Southwestern Nigeria. Research Article : Tropical
Journal of Pharmaceutical Research
Ayuningtyas, E.D. dan Arifah S.W. (2012). Profile Trigliserida Serum On
Hypercholesterolemi Rats By Ethanol Extract Of Lingzhi Mushroom.
Jurnal Medika Planta, 2 (1).
Basheer, A., and Abdil M. (2010). Medicinal Potentials Of Orthosiphon
Stamineus Benth. Webmed Central CANCER, 1 (12).
Bhatnagar, Soran H., and Durrington P. (2008). Hypercholesterolaemia and its
management. BMJ, 337
British Pharmacopoeia Commission. (2009). British Pharmacopoeia (Veterinary).
Medicines and Healthcare Products Regulatory Agency (MHRA), p: 7089
Committee on Herbal Medicinal Products/HMPC. (2010). Assessment Report On
Orthosiphon stamineus Benth., folium. European Medicines Agency, p : 9-
48
Corwin, E.J. (2009). Buku Saku Patofisiologi (Terjemahan). Jakarta : EGC, p :
480
Cynthia, N. (2013). Pengaruh Pemberian Ekstrak Kacang Hijau (Phaseolus
radiates) Terhadap Kadar kolesterol LDL Serum Tikus
Hiperkolesterolemia (Skripsi). Semarang : Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro.
Davison, K.M., and Bonnie J.K.( 2012). Food intake and blood cholesterol levels
of community-based adult with mood disorders. BMC psychiatry, 12 (10).
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.(1980). Materia Medika Indonesia
Jilid IV. Jakarta : Dirjen POM, p : 85-91
39 41
42
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2000). Parameter Standar Umum
Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta : Dirjen POM
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2008). Farmakope Herbal Indonesia
Edisi Pertama. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Dipiro, J.T., Barbara G., Gary C., Gary R., Robert L., and Michael P. (2005).
Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 6th
edition. The McGraw-
Hill Companies, Inc, p : 465-472
Dipiro, J.T., Barbara G., Cecily V., and Terry LS. (2009). Pharmacotherapy
Handbook 7th
edition. The McGraw-Hill Companies, Inc, p : 98-101
Faizah M. F., Norhaniza A., Habsah A. K., and Saad T. (2009). Bilirubin
lowering potential of Orthosiphon stamineus in temporarily jaundiced
adult rats. African Journal of Pharmacy and Pharmacology, 3, 359-361.
Farnsworth, N.R. (1996). Biological and Phytochemical Screening of Plant.
Journal of Pharmaceutical Science, 55 (3).
Harmita dan Maksum R. (2004). Buku Ajar Analisis Hayati. Departemen Fakultas
FMIPA Universitas Indonesia.
Himani, B., Bisht S., Nath B., Yadav M., Singh V., and Singh M. (2013). Misai
Kuching: A Glimpse of Maestro. International Journal of Pharmaceutical
Sciences Review and Research, 22 (2), 55-59.
Kang, S.I., Shin H.S., and Kim S.J. (2015). Sinensetin Enhances Adipogenesis
and Lipolysis by Increasing Cyclic Adenosine Monophosphate Levels in
3T3-L1 Adipocytes. Biol. Pharm. Bull, 38 (4) : 552-558.
Katzung, B.G. (1997). Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 6. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC, p : 553-554
Maheswari,C., Maryammal R. and Venkatanarayanan R. (2008). Hepatoprotective
Activity of Orthosiphon stamineus on Liver Damage Caused by
Paracetamol in Rats. Jordan Journal of Biological Sciences, 1 (3), 105-
108
Malole dan Sri U.P. (1989). Penggunaan Hewan-Hewan Percobaan di
Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Bioteknologi Institut
Pertanian Bogor.
Nijveldt, Robert J., Els van Nood, Danny E.C. van Hoorn, Petra G. Boelens,
Klaske van Norren, and Paul A.M. van Leeuwen. (2001). Flavonoid : A
Review of Probable Mechanism of Action and Potential Applications.
American Journal of Clinical Nutrition, 74 ( 4), 418-425
Olah NK, Radu L, Mogosan C, Hanganu D, Gocan S. (2003). Phytochemical and
pharmacological studies on Orthosiphon stamineus Benth. (Lamiaceae)
hydroalcoholic extracts. J Pharm Biomed Anal, 33, 117–123.
43
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Priskila, M. (2008). Pengaruh Pemberian Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum
Linn.) Terhadap Penurunan Rasio Antara Kolesterol Total Dengan
Kolesterol HDL Pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Yang
Hiperkolesteolemik (Skripsi). Surakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret.
Purwanti, S. (2012). Efek Antihiperlipidemia Ekstrak Etanol 70% Buah Oyong
(Luffa acutangula (L.) Roxb.) Pada Tikus Putih Jantan Yang Diberi Diet
Tinggi Kolesterol dan Lemak (Skripsi). Depok : Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam
Rajasekaran, R. Anandan, and Nishad K.M. (2013).Atyhyperlipidemic activity of
Acalypha indica Linn. On Atherogenic Diet Induced Hyperlipidemia.
International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Science, 5 (4)
Raj, C.D., V. Jayanthi, V.S. Manaswini, R. Gayathri, C. Ranjani, P. Brindha.
(2012). Effect of Plyherbal Formulation (OB-^) On High Fat Fiet Induced
Hyperlipidemia In Rats. International Journal of Pharmacy and
Pharmaceutical Science, 4 (2).
Ratnawati, Hana and Wahyu Widowati. (2011). Anticholesteril Activity of Velvet
Bean (Mucuna pruriens L.) toward Hypercholesterolemic Rats. Sains
Malaysiana, 40 (4), 317-321
Sahib, H.B., Ismail Z., Othman N.H, Abdul M. (2009). Orthosiphon stamineus
Benth. methanolic extract enhances the anti-proliferative effects of
tamoxifen on human hormone dependent breast cancer. International
Journal of Pharmacology, 5, 273-276.
Santoso, Singgih. (2009). Panduan Lengkap Menguasai Statistik dengan SPSS.
Jakarta: PT Gramedia
Shaw, S., Minakshi N., and Nihal A. (2007). Dose Translation From Animal To
Human Studies Revisited. FASEB Journal, 22, 659-661.
Sherwood, L. (2003). Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem Edisi 2
(Terjemahan). Jakarta : EGC, p : 669
Sriplang, Adisakwattana S, Rungsipipat A, Yibchok-Anun S. (2007). Effects of
Orthosiphon stamineus aqueous extract on plasma glucose concentration
and lipid profile in normal and streptozotocin-induced diabetic rats.
Journal of Ethnopharmacol, 109, 510-514.
Suyatna, F.D. (2011). Dalam : Sulistia G.G. Farmakologi dan Terapi Edisi 5
(Cetak Ulang Dengan Tambahan). Jakarta : Badan Penerbit FKUI, p :
373-378
Sweetman, Sean C. (2009). Martindale The Complete Drug Reference 36th
.
Pharmaceutical Press
44
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Umarudin, R. Susanti dan Ari Y. (2012). Efektivitas Ekstrak Tanin Seledri
Terhadap Profil Lipid Tikus Putih Hiperkolesterolemi. Unnes J. Life
Science, 1 (2).
Umbare, R.P., Patil S.M.,Mate G.S., and Dongare S.S. (2009). Hypolipidemic
Activity of Orthosiphon stamineus Benth. Bark Extract. Journal of
Pharmacy Research, 2 (11),1735-1738
USDA. (2015). Natural Resources Conservation Service. Available at :
http://plants.usda.gov/core/profile?symbol=ORTHO7
Utama-ang. (2006). Development of Jiaogulan Tea (Gynostemma pentaphyllum)
(Thesis). Graduate School, Kasetsart University, p : 25-26
Waloya, Tunggul, Rimbawan, dan Nuri Andarwulan. (2013). Hubungan Antara
Konsumsi Pangan dan Aktivitas Fisik dengan Kadar Kolesterol Darah Pria
dan Wanita Dewasa di Bogor. Jurnal Gizi dan Pangan, 8 (1) : 9-16.
Wijesekera, R.O.B. (1991). Dalam Arifianti, L., Rice D.O., dan Idha K. (2014).
Pengaruh Jenis PelarutPengekstraksi Terhadap Kadar Sinensetin Dalam
Ekstrak Daun Orthosiphon stamineus Benth.Departemen Farmakognosi
dan Fitokimia, Fakultas Farmasi Universitas Airlangga. E-Journal Planta
Husada, 2 (1).
Wijono, S.S.H. (2003). Isolasi dan Identifikasi Flavonoid Pada Daun Katu
(Sauropus androgynus (L.) Merr.). Makara, Sains. 7 (2)
World Health Organization. (2008). Global Health Observatory (GHO) Data.
http://www.who.int/gho/ncd/risk_factors/cholesterol_prevalence
World Health Organization. (2012). Indonesia : WHO Statistical Profile.
http://www.who.int/gho/countries/idn.pdf
Wulandari, Intan. (2011). Teknologi Ekstraksi dengan Metode Maserasi Dalam
Etanol 70% Pada Daun Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus Benth.)
(Skripsi). Surakarta : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Obat Tradisional (BBPPTO-OT).
Yam, M.F., Chung P.L., Lee F.A., Lip Y.P., Siew T.W., Mohd Z.A., Rusliza
B.,and Mariam A. (2013). Antioxidant and Toxicity Studies of 50%
Methanolic Extract of Orthosiphon stamineus Benth. Research Article :
Biomed Research International
45
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 1. Bahan dan Alat Penelitian
Gambar 4.Simplisia herba
kumis kucing (Orthosiphon
stamineus Benth.)
Gambar 5. Pelarut
etanol 96%
Gambar 6.
Bejana maserasi
Gambar 10. Reagen dan
standar kolesterol
Gambar 11.Tube EDTA
Gambar 8.Ekstrak etanol
96% herba kumis kucing
(Orthosiphon stamineus
Benth.)
Gambar 9.Sample
tube Gambar 7. Vakum Rotary
evaporator
Gambar 12.
Sentrifugasi
46
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(Lanjutan)
Gambar 13.
Spektrofotometer UV
Gambar 14. Tikus
putih jantan galur
Sprague-dawley
Gambar 15. Proses
maserasi
Gambar 17.
Penimbangan berat
badan tikus
Gambar 16. Proses
pengentalan ekstrak
Gambar 18.
Pengambilan darah
Gambar 19. Pemberian
larutan melalui oral
Gambar 20. KLT-
densitometer (TLC-Scanner)
47
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 2. Determinasi Herba Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus
Benth.)
48
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 3.Sertifikat Hewan Uji
49
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 4. Alur Penelitian
Ekstrak cair herba kumis kucing
Pemberian pakan
hiperkolesterolemik
Simplisia dihaluskan dengan blender
Simplisia kering herba kumis
kucing Sortasi kering
Serbuk simplisia herba kumis kucing
Ekstrak kental herba kumis kucing
Maserasi dengan Etanol 96%
Dikentalkan dengan rotary evaporator
Ekstrak kering herba kumis kucing
Dikeringkan dengan oven vakum
Pemberian ekstrak
pada tikus
Tikus
hiperkolesterol
Pemeriksaan kadar
kolesterol hari ke-15
Tikus diaklitimasi
Pembagian kelompok
Pemeriksaan kadar
kolesterol hari ke-0
Pemeriksaan kadar
kolesterol hari ke-29
Pembuatan suspensi ekstrak
Analisa data hasil dengan menggunakan uji
statistik one way ANOVA
50
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 5. Skema Kerja Pembuatan Ekstrak Etanol 96% Herba Kumis
Kucing (Orthosiphon stamineus Benth.)
Simplisia kering herba kumis
kucing
Sortasi kering
Simplisia herba kumis kucing
bersih
Ekstrak cair
Serbuk simplisia herba kumis
kucing
Simplisia dihaluskan dengan blender
Maserasi dengan etanol 96%
Dikentalkan dengan vakum rotary evaporator
Ekstrak kental
Ekstrak kering
Dikeringkan dengan oven vakum
Uji efek
antihiperkolesterolemia
Pembuatan suspensi ekstrak
Penapisan fitokimia dan standarisasi
ekstrak
51
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 6. Hasil Penapisan Fitokimia
Tabel 6.1. Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak
Senyawa Pengamatan Ekstrak
Alkaloid Terbentuk warna krem
dengan reagen Meyer atau
endapan coklat kemerahan
dengan reagen Dragendorff
(-)
Flavonoid Terbentuknya warna merah,
orange atau kuning dalam
larutan amilalkohol (lapisan
bagian atas)
(+)
Saponin Terbentuknya busa yang
stabil selama 30 menit
setelah pengocokan
(+)
Tanin Terbentuknya warna hijau
kehitaman atau biru tua
setelah ditambahkan FeCl3
(+)
Steroid Terbentuknya warna hijau
(steroid)
(+)
52
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 7. Pemeriksaan Parameter ekstrak
1. Perhitungan Rendemen
% Rendemen = x100%
% Rendemen = x 100%
% Rendemen = 8,87%
2. Perhitungan Kadar Air
Berat botol kosong = 23,641 gram
Berat ekstrak = 2,002 gram
Berat botol kosong + ekstrak sebelum dipanaskan (W0) = 25,643 gram
Berat botol kosong + ekstrak setelah dipanaskan (W1) = 25,400 gram
% susut pengeringan = x 100%
% susut pengeringan = x 100%
% susut pengeringan = 0,948%
3. Perhitungan Kadar Abu Total
Berat cawan kosong (A) = 59,139 gram
Berat ekstrak = 2,002 gram
Berat cawan kosong + ekstrak sebelum dipanaskan (B) = 61,141 gram
Berat cawan kosong + ekstrak setelah dipanaskan (C) = 59,391 gram
% kadar abu = x 100%
% kadar abu = x 100%
Bobot ekstrak yang diperoleh
Bobot serbuk simplisia yang diekstraksi
133
1500
W0 - W1
W0
25,643 – 25,400
25,643
C - A
B - A
59,391 - 59,139
61,141 - 59.139
53
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(Lanjutan)
% kadar abu = x 100%
% kadar abu = 12,587%
0,252
2.002
54
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 8. Perhitungan kadar sinensetin
Gambar 21. Bercak sinensetin pada sinar UV 365 nm dengan fase gerak
methanol : etil asetat : toluene (5:40:55)
Luas area sampel ekstrak yang diperoleh adalah 17004,5 AU pada Rf 0,53.
Persamaan regresi yang diperoleh :
y = 11323,215 + 18777,150x
y = 18777.150x + 11323.215 R² = 0.999
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
Are
a
Kadar (µg)
Kurva Kalibrasi Standar Sinensetin
Standar Sinensetin
Ekstrak uji
Rf : 0,53
55
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(Lanjutan)
Kadar Sinensetin dalam sampel ekstrak :
17004,5 = 11323,215 + 18777,150x
5681,285=18777,150x
x = 0,302µg
Volume larutan ekstrak yang ditotolkan adalah 20 µl, sedangkan ekstrak
yang digunakan adalah ekstrak 2% dalam pelarut etanol 96%, maka kadar
ekstrak yang ditotolkan adalah 400 µg/ 20 µl.
Persentase kadar sinensetin dalam ekstrak :
x 100% = 0,075%
56
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 9. Skema Kerja Uji Antihiperkolesterolemia
Tikus diaklitimasi selama 2 minggu
Kontrol
Normal
Induksi pakan hiperkolesterol selama 2 minggu
Periksa kadar kolesterol total hari ke-29
Na-CMC Ekstrak
dosis 250
mg/kgBB
Pengolahan data dengan one way ANOVA
Kontrol
positif
Kontrol
negatif
Uji dosis
250
mg/kgBB
Simvastatin Tanpa
perlakuan
Ekstrak dosis
1000
mg/kgBB
Ekstrak
dosis 500
mg/kgBB
Periksa kadar kolesterol total hari ke-15
Uji dosis
500
mg/kgBB
Uji dosis 1000
mg/kgBB
Tanpa
perlakuan
Periksa kadar kolesterol total hari ke-0
57
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 10. Perhitungan Dosis Uji Ekstrak Herba Kumis Kucing
Untuk perhitungan dosis uji ekstrak herba kumis kucing digunakan rumus
sebagai berikut :
VAO =
VAO yang diberikan adalah 2 ml/200 gramBB tikus.
1. Pembuatan larutan uji dosis 250 mg/kgBB
VAO =
2 ml =
Konsentrasi (mg/ml) =
Konsentrasi (mg/ml) = 25 mg/ml
Larutan ekstrak dibuat 60 ml untuk pemberian selama tiga hari, jumlah
ekstrak yang dibutuhkan adalah :
2. Pembuatan larutan uji dosis 500 mg/kgBB
VAO =
2 ml =
Dosis (mg/kgBB) x Berat Badan (kg)
Konsentrasi (mg/ml)
Dosis (mg/kgBB) x Berat Badan (kg)
Konsentrasi (mg/ml)
250 mg/kgBB x 0,2 kg
Konsentrasi (mg/ml)
50 mg
2 ml
Dosis (mg/kgBB) x Berat Badan (kg)
Konsentrasi (mg/ml)
500 mg/kgBB x 0,2 kg
Konsentrasi (mg/ml)
58
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(Lanjutan)
Konsentrasi (mg/ml) =
Konsentrasi (mg/ml) = 50 mg/ml
Larutan ekstrak dibuat 60 ml untuk pemberian selama tiga hari, jumlah
ekstrak yang dibutuhkan adalah :
3. Pembuatan larutan uji dosis 1000 mg/kgBB
Berat badan tikus = ± 200 gram
VAO =
2 ml =
Konsentrasi =
Konsentrasi = 100 mg/ml
Larutan ekstrak dibuat 60 ml untuk pemberian selama tiga hari, jumlah
ekstrak yang dibutuhkan adalah :
100 mg
2 ml
Dosis (mg/kgBB) x Berat Badan (kg)
Konsentrasi (mg/ml)
1000 mg/kgBB x 0,2 kg
Konsentrasi (mg/ml)
200 mg
2 ml
59
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 11. Perhitungan Dosis Simvastatin
Perhitungan dosis simvastatin berdasarkan rumus HED untuk
mengkonversikan dari dosis manusia ke tikus (Shaw et al., 2007) :
HED (mg/kg) = Animal Dose (mg/kg) x
Tabel 11.1. Conversion Animal Doses to HED on BSA
Spesies Berat Badan
(Kg)
Luas Permukaan
Tubuh
Faktor Km
Manusia
Dewasa
Anak
60
20
1,6
0,8
37
25
Baboon 12 0,6 20
Anjing 10 0,5 20
Monyet 3 0,24 12
Kelinci 1,8 0,15 12
Guines pig 0,4 0,05 8
Tikus 0,15 0,025 6
Hamster 0,08 0,02 5
Mencit 0,02 0,007 3
HED (mg/kg) = Animal Dose (mg/kg) x
10 mg/ 60 kg = Animal Dose (mg/kg) x
Animal Dose = 1 mg/kg
VAO =
2 ml =
Animal Km
Human Km
Animal Km
Human Km
6
37
Dosis (mg/kgBB) x Berat Badan (kg)
Konsentrasi (mg/ml)
1 mg/kgBB x 0,2 kg
Konsentrasi (mg/ml)
60
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(Lanjutan)
Konsentrasi simvastatin dalam larutan = 0,1 mg/ml
Suspensi simvastatin dibuat dalam 100 ml, maka jumlah simvastatin yang
diperlukan adalah :
Dengan pertimbangan bahwa 10 mg simvastatin terdistribusi merata di
dalam satu tablet dengan berat total 100 mg, maka pembuatan dosis
simvastatin dilakukan sebagai berikut :
1. Satu tablet digerus dalam lumpang hingga menjadi serbuk.
2. Ditambahkan larutan NaCMC 1% hingga volume total menjadi 100 ml
3. Campuran diaduk dengan kecepatan konstan hingga semua serbuk
terdistribusi merata dalam larutan.
4. Suspensi simvastatin diberikan 2 ml/200gramBB tikus setiap hari
selama 14 hari.
61
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 12. Hasil Spektrofotometer plasma uji
Tabel 12.1. Hasil Absorbansi Spektrofotometer Hari Ke-0
Kelompok Perlakuan No Standar Hari Ke-0
Normal 1 0,318 0,135
2 0,318 0,156
3 0,318 0,178
4 0,318 0,152
Negatif 1 0,253 0,123
2 0,253 0,106
3 0,253 0,127
4 0,253 0,077
Positif 1 0,210 0,063
2 0,210 0,087
3 0,210 0,128
4 0,210 0,054
Dosis 250 mg/kgBB 1 0,210 0,078
2 0,210 0,104
3 0,210 0,121
4 0,210 0,066
Dosis 500 mg/kgBB 1 0,210 0,093
2 0,210 0,076
3 0,210 0,069
4 0,210 0,084
Dosis 1000 mg/ kgBB 1 0,210 0,085
2 0,210 0,125
3 0,210 0,053
4 0,210 0,064
62
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(Lanjutan)
Tabel 12.2. Hasil Absorbansi Spektrofotometer Hari Ke-15
Kelompok Perlakuan No Standar Hari Ke-15
Normal 1 0,096 0,041
2 0,096 0,048
3 0,096 0,060
4 0,096 0,057
Negatif 1 0,096 0,061
2 0,096 0,067
3 0,096 0,074
4 0,096 0,061
Positif 1 0,096 0,081
2 0,096 0,069
3 0,096 0,081
4 0,096 0,077
Dosis 250 mg/ kgBB 1 0,096 0,067
2 0,096 0,059
3 0,096 0,074
4 0,096 0,076
Dosis 500 mg/ kgBB 1 0,096 0,081
2 0,096 0,082
3 0,096 0,088
4 0,096 0,087
Dosis 1000 mg/ kgBB 1 0,096 0,066
2 0,096 0,071
3 0,096 0,057
4 0,096 0,059
63
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(Lanjutan)
Tabel 12.3. Hasil Absorbansi Spektrofotometer Hari Ke-29
Kelompok Perlakuan No Standar Hari Ke-29
Normal 1 0,275 0,142
2 0,275 0,256
3 0,275 0,155
4 0,275 0,151
Negatif 1 0,275 0,165
2 0,275 0,169
3 0,275 0,148
4 0,275 0,143
Positif 1 0,338 0,156
2 0,338 0,147
3 0,338 0,149
4 0,338 0,143
Dosis 250 mg/ kgBB 1 0,338 0,143
2 0,338 0,144
3 0,338 0,172
4 0,338 0,145
Dosis 500 mg/ kgBB 1 0,338 0,148
2 0,338 0,164
3 0,338 0,155
4 0,338 0,150
Dosis 1000 mg/ kgBB 1 0,338 0,163
2 0,338 0,166
3 0,338 0,131
4 0,338 0,148
Hasil absorban dari spektrofotometer kemudian di masukkan ke dalam
rumus:
Kadar kolesterol = x Kadar kolesterol standar (200 mg/dl) A Sampel
A Standar
64
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(Lanjutan)
Tabel 12.4. Hasil Perhitungan Kadar Kolesterol
Kelompok Perlakuan No Hari Ke-0 Hari Ke-15 Hari Ke-29
Normal 1 84,591 85,417 102,909
2 98,113 98,958 113,455
3 111,950 123,958 112,727
4 95,597 118,750 109,818
Rata-rata 97,563 106,771 109,727
Negatif 1 97,233 126,042 119,636
2 83,794 138,542 122,545
3 100 153,125 107,273
4 60,870 126,042 103,636
Rata-rata 85,474 135,938 113,273
Positif 1 59,524 168,750 92,012
2 82,857 142,708 86,686
3 65,238 168,750 87,870
4 50,952 160,417 84,615
Rata-rata 64,643 160,156 87,796
Dosis 250 mg/ kgBB 1 73,810 139,583 84,320
2 98,571 121,875 84,911
3 114,762 153,125 101,479
4 62,857 157,192 85,503
Rata-rata 87,500 142,944 89,053
Dosis 500 mg/ kgBB 1 88,095 168,750 87,574
2 72,381 170,833 97,041
3 65,238 182,292 91,716
4 80 180,208 88,462
Rata-rata 76,429 175,521 91,198
Dosis 1000 mg/ kgBB 1 80,952 137,500 96,154
2 119,048 146,875 97,929
3 50 118,750 77,515
4 60,952 121,875 87,178
Rata-rata 77,738 131,250 89,694
65
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 13. Grafik Rata-Rata Kadar Kolesterol
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
Kadar Koles tero l Rata -
Rata Har i Ke-0
Kadar Koles tero l Rata -
Rata Har i Ke-15
Kadar Koles tero l Rata -
Rata Har i Ke-29
66
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 14. Grafik Rata-Rata Kenaikan Berat Badan Tikus
0
50
100
150
200
250
300
6-A
pr
9-A
pr
12
-Ap
r
15
-Ap
r
18
-Ap
r
20
-Ap
r
23
-Ap
r
26
-Ap
r
29
-Ap
r
2 m
ei
Induksi pakan hiperkolesterol Perlakuan
Berat Badan Tikus
Normal
Negatif
Positif
Uji dosis 250 mg/kgBB
Uji dosis 500 mg/kgBB
Uji dosis 1000 mg/kgBB
67
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 15. Hasil Statistik Uji Antikolesterol
1. Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Tujuan : Untuk melihat kenormalan distribusi data kadar kolesterol total
darah tikus
Hipotesis :
Ho : Data kadar kolesterol total darah tikus terdistribusi normal
Ha : Data kadar kolesterol total darah tikus tidak terdistribusi normal
Pengambilan keputusan :
Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak
Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima
Tabel 15.1. Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Kadar
Kolesterol Hari
Ke-0
Kadar Kolesterol
Hari Ke-15
Kadar
Kolesterol Hari
Ke-29
N 24 24 24
Normal Parametersa Mean 81.55771 142.09654 96.79017
Std.
Deviation 19.931298 25.299225 12.380437
Most Extreme Differences Absolute .127 .112 .166
Positive .127 .112 .166
Negative -.093 -.104 -.115
Kolmogorov-Smirnov Z .622 .549 .814
Asymp. Sig. (2-tailed) .834 .923 .522
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Keputusan : Data kadar kolesterol total darah tikus terdistribusi normal
2. Uji Homogenitas (Levene)
Tujuan : untuk melihat homogenitas dari data kadar kolesterol total darah
tikus
68
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(Lanjutan)
Hipotesis :
Ho : Data kadar kolesterol total darah tikus bervariasi homogen
Ha : Data kadar kolesterol total darah tikus tidak bervariasi homogen
Pengambilan keputusan :
Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak
Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima
Tabel 15.2. Hasil Uji Homogenitas
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic df1 df2 Sig.
Kadar_Kolesterol_Hari_Ke_0 1.712 5 18 .183
Kadar_Kolesterol_Hari_Ke_29 2.611 5 18 .061
Kadar_Kolesterol_Hari_Ke_15 1.145 5 18 .373
Keputusan : Data kadar kolesterol total darah tikus bervariasi homogen.
3. Uji One-Way ANOVA
Tujuan : untuk melihat data kadar kolesterol darah tikus antar kelompok
terdapat perbedaan secara bermakna atau tidak.
Hipotesis :
Ho : Data kadar kolesterol total darah tikus tidak berbeda secara bermakna
Ha : Data kadar kolesterol total darah tikus berbeda secara bermakna
Pengambilan keputusan :
Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak
Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima
69
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(Lanjutan)
Tabel 15.3. Hasil Uji ANOVA
Keputusan : data kadar kolesterol total darah tikus berbeda secara
bermakna pada hari ke-15 dan hari ke-29.
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Kadar Kolesterol
Hari Ke-0
Between Groups 2535.305 5 507.061 1.383 .277
Within Groups 6601.598 18 366.755
Total 9136.903 23
Kadar Kolesterol
Hari Ke-15
Between Groups 11390.153 5 2278.031 12.310 .000
Within Groups 3331.015 18 185.056
Total 14721.168 23
Kadar Kolesterol
Hari Ke-29
Between Groups 2645.680 5 529.136 10.828 .000
Within Groups 879.650 18 48.869
Total 3525.330 23
70
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel. 15.4. Hasil uji post hoc Multiple Comparisons
LSD
Dependent
Variable
(I) Kelompok
Perlakuan
(J)
Kelompok
Perlakuan
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence
Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
Kadar Kolesterol
Hari Ke-0
normal Negatif 12.088500 1.354170E1 .384 -16.36156 40.53856
Positif 32.920000* 1.354170E1 .026 4.46994 61.37006
dosis 250
mg/kgBB 10.062750 1.354170E1 .467 -18.38731 38.51281
dosis 500
mg/kgBB 21.134250 1.354170E1 .136 -7.31581 49.58431
dosis 1000
mg/kgBB 19.824750 1.354170E1 .160 -8.62531 48.27481
Negatif Normal -12.088500 1.354170E1 .384 -40.53856 16.36156
Positif 20.831500 1.354170E1 .141 -7.61856 49.28156
dosis 250
mg/kgBB -2.025750 1.354170E1 .883 -30.47581 26.42431
dosis 500
mg/kgBB 9.045750 1.354170E1 .513 -19.40431 37.49581
dosis 1000
mg/kgBB 7.736250 1.354170E1 .575 -20.71381 36.18631
Positif Normal -32.920000* 1.354170E1 .026 -61.37006 -4.46994
Negatif -20.831500 1.354170E1 .141 -49.28156 7.61856
dosis 250
mg/kgBB -22.857250 1.354170E1 .109 -51.30731 5.59281
dosis 500
mg/kgBB -11.785750 1.354170E1 .396 -40.23581 16.66431
dosis 1000
mg/kgBB -13.095250 1.354170E1 .346 -41.54531 15.35481
dosis 250
mg/kgBB
Normal -10.062750 1.354170E1 .467 -38.51281 18.38731
Negatif 2.025750 1.354170E1 .883 -26.42431 30.47581
Positif 22.857250 1.354170E1 .109 -5.59281 51.30731
dosis 500
mg/kgBB 11.071500 1.354170E1 .424 -17.37856 39.52156
dosis 1000
mg/kgBB 9.762000 1.354170E1 .480 -18.68806 38.21206
70
71
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dosis 500
mg/kgBB
Normal -21.134250 1.354170E1 .136 -49.58431 7.31581
Negatif -9.045750 1.354170E1 .513 -37.49581 19.40431
Positif 11.785750 1.354170E1 .396 -16.66431 40.23581
dosis 250
mg/kgBB -11.071500 1.354170E1 .424 -39.52156 17.37856
dosis 1000
mg/kgBB -1.309500 1.354170E1 .924 -29.75956 27.14056
dosis 1000
mg/kgBB
Normal -19.824750 1.354170E1 .160 -48.27481 8.62531
Negatif -7.736250 1.354170E1 .575 -36.18631 20.71381
Positif 13.095250 1.354170E1 .346 -15.35481 41.54531
dosis 250
mg/kgBB -9.762000 1.354170E1 .480 -38.21206 18.68806
dosis 500
mg/kgBB 1.309500 1.354170E1 .924 -27.14056 29.75956
Kadar Kolesterol
Hari Ke-15
Normal Negatif -29.167000* 9.619158 .007 -49.37610 -8.95790
Positif -53.385500* 9.619158 .000 -73.59460 -33.17640
dosis 250
mg/kgBB -36.173000
* 9.619158 .001 -56.38210 -15.96390
dosis 500
mg/kgBB -68.750000
* 9.619158 .000 -88.95910 -48.54090
dosis 1000
mg/kgBB -24.479250
* 9.619158 .020 -44.68835 -4.27015
Negatif Normal 29.167000* 9.619158 .007 8.95790 49.37610
Positif -24.218500* 9.619158 .021 -44.42760 -4.00940
dosis 250
mg/kgBB -7.006000 9.619158 .476 -27.21510 13.20310
dosis 500
mg/kgBB -39.583000
* 9.619158 .001 -59.79210 -19.37390
dosis 1000
mg/kgBB 4.687750 9.619158 .632 -15.52135 24.89685
Positif Normal 53.385500* 9.619158 .000 33.17640 73.59460
Negatif 24.218500* 9.619158 .021 4.00940 44.42760
dosis 250
mg/kgBB 17.212500 9.619158 .090 -2.99660 37.42160
dosis 500
mg/kgBB -15.364500 9.619158 .128 -35.57360 4.84460
72
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dosis 1000
mg/kgBB 28.906250
* 9.619158 .008 8.69715 49.11535
dosis 250
mg/kgBB
Normal 36.173000* 9.619158 .001 15.96390 56.38210
Negatif 7.006000 9.619158 .476 -13.20310 27.21510
Positif -17.212500 9.619158 .090 -37.42160 2.99660
dosis 500
mg/kgBB -32.577000
* 9.619158 .003 -52.78610 -12.36790
dosis 1000
mg/kg 11.693750 9.619158 .240 -8.51535 31.90285
dosis 500
mg/kgBB
Normal 68.750000* 9.619158 .000 48.54090 88.95910
Negative 39.583000* 9.619158 .001 19.37390 59.79210
Positif 15.364500 9.619158 .128 -4.84460 35.57360
dosis 250
mg/kgBB 32.577000
* 9.619158 .003 12.36790 52.78610
dosis 1000
mg/kgBB 44.270750
* 9.619158 .000 24.06165 64.47985
dosis 1000
mg/kgBB
Normal 24.479250* 9.619158 .020 4.27015 44.68835
Negatif -4.687750 9.619158 .632 -24.89685 15.52135
Positif -28.906250* 9.619158 .008 -49.11535 -8.69715
dosis 250
mg/kgBB -11.693750 9.619158 .240 -31.90285 8.51535
dosis 500
mg/kgBB -44.270750
* 9.619158 .000 -64.47985 -24.06165
Kadar Kolesterol
Hari Ke 29
normal Negatif -3.545250 4.943150 .482 -13.93042 6.83992
Positif 21.931500* 4.943150 .000 11.54633 32.31667
dosis 250
mg/kgBB 20.674000
* 4.943150 .001 10.28883 31.05917
dosis 500
mg/kgBB 18.529000
* 4.943150 .001 8.14383 28.91417
dosis 1000
mg/kgBB 20.033250
* 4.943150 .001 9.64808 30.41842
negatif Normal 3.545250 4.943150 .482 -6.83992 13.93042
Positif 25.476750* 4.943150 .000 15.09158 35.86192
dosis 250
mg/kgBB 24.219250
* 4.943150 .000 13.83408 34.60442
73
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dosis 500
mg/kgBB 22.074250
* 4.943150 .000 11.68908 32.45942
dosis 1000
mg/kgBB 23.578500
* 4.943150 .000 13.19333 33.96367
positif Normal -21.931500* 4.943150 .000 -32.31667 -11.54633
Negatif -25.476750* 4.943150 .000 -35.86192 -15.09158
dosis 250
mg/kgBB -1.257500 4.943150 .802 -11.64267 9.12767
dosis 500
mg/kgBB -3.402500 4.943150 .500 -13.78767 6.98267
dosis 1000
mg/kgBB -1.898250 4.943150 .705 -12.28342 8.48692
dosis 250
mg/kgBB
Normal -20.674000* 4.943150 .001 -31.05917 -10.28883
Negatif -24.219250* 4.943150 .000 -34.60442 -13.83408
Positif 1.257500 4.943150 .802 -9.12767 11.64267
dosis 500
mg/kgBB -2.145000 4.943150 .669 -12.53017 8.24017
dosis 1000
mg/kgBB -.640750 4.943150 .898 -11.02592 9.74442
dosis 500
mg/kgBB
normal -18.529000* 4.943150 .001 -28.91417 -8.14383
negatif -22.074250* 4.943150 .000 -32.45942 -11.68908
positif 3.402500 4.943150 .500 -6.98267 13.78767
dosis 250
mg/kgBB 2.145000 4.943150 .669 -8.24017 12.53017
dosis 1000
mg/kgBB 1.504250 4.943150 .764 -8.88092 11.88942
dosis 1000
mg/kgBB
Normal -20.033250* 4.943150 .001 -30.41842 -9.64808
negatif -23.578500* 4.943150 .000 -33.96367 -13.19333
positif 1.898250 4.943150 .705 -8.48692 12.28342
dosis 250
mg/kgBB .640750 4.943150 .898 -9.74442 11.02592
dosis 500
mg/kgBB -1.504250 4.943150 .764 -11.88942 8.88092
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
74
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 16. Hasil Uji Statistik Berat Badan Tikus
1. Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Tujuan : Untuk melihat kenormalan distribusi data berat badan tikus
Hipotesis :
Ho : Data berat badan tikus terdistribusi normal
Ha : Data berat badan tikus tidak terdistribusi normal
Pengambilan keputusan :
Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak
Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima
Tabel 16.1. Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Induksi Hiperkolesterol
(14 hari)
Perlakuan
(14 hari)
N 24 24
Normal Parametersa Mean 196.1250 227.5000
Std. Deviation 19.01741 25.01951
Most Extreme Differences Absolute .147 .098
Positive .123 .098
Negative -.147 -.055
Kolmogorov-Smirnov Z .721 .479
Asymp. Sig. (2-tailed) .676 .976
a. Test distribution is Normal.
Keputusan : Data berat badan tikus terdistribusi normal
1. Uji Homogenitas (Levene)
Tujuan : untuk melihat homogenitas dari data berat badan tikus
Hipotesis :
Ho : Data berat badan tikus bervariasi homogen
Ha : Data berat badan tikus tidak bervariasi homogen
Pengambilan keputusan :
Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak
Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima
75
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(Lanjutan)
Tabel 16.2. Hasil Uji Homogenitas
K
eputusan : data berat badan tikus bervariasi homogen.
4. Uji One-Way ANOVA
Tujuan : untuk melihat data berat badan tikus antar kelompok terdapat
perbedaan secara bermakna atau tidak.
Hipotesis :
Ho : Data berat badan tikus tidak berbeda secara bermakna
Ha : Data berat badan tikus berbeda secara bermakna
Pengambilan keputusan :
Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak
Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima
Tabel 16.3. Hasil Uji ANOVA
Keputusan : data berat badan tikus tidak berbeda secara bermakna.
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic df1 df2 Sig.
Induksi Hiperkolesterol
(14 hari) 2.252 5 18 .093
Perlakuan (14 hari) 2.450 5 18 .073
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Induksi
Hiperkolesterol
(14 hari)
Between Groups 3430.595 5 686.119 2.527 .067
Within Groups 4887.630 18 271.535
Total 8318.225 23
Perlakuan
(14 hari)
Between Groups 3959.220 5 791.844 1.365 .283
Within Groups 10438.220 18 579.901
Total 14397.440 23