pengaruh pembelajaran kooperatif , faradila pratama, fkip ump, …repository.ump.ac.id/5135/3/bab...

19
BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization) 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Menurut Slavin, kooperatif adalah suatu pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerjasama dalam kelompok yang anggotanya 4-6 siswa dengan kelompok heterogen. Sedangkan, Sunal dan Hans mengemukakan kooperatif merupakan suatu strategi yang bertujuan untuk memberi dorongan kepada siswa agar bekerjasama dalam proses pembelajaran. Dan menurut Anita Lie menyebutkan kooperatif dengan istilah pembelajaran gotong-royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas yang terstuktur. (Isjoni, 2010) Berdasarkan pengertian para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran dimana siswa bekerja bersama dalam kelompok yang heterogen, dan saling membantu untuk memahami suatu pelajaran, memeriksa dan memperbaiki jawaban teman serta kegiatan lainnya dengan tujuan untuk membantu siswa yang satu dengan siswa yang lainnya agar dapat menguasai pembelajaran secara optimal. 6 Pengaruh Pembelajaran Kooperatif…, Faradila Pratama, FKIP UMP, 2014

Upload: others

Post on 25-Nov-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif , Faradila Pratama, FKIP UMP, …repository.ump.ac.id/5135/3/BAB II_FARADILA PRATAMA... · 2017. 11. 6. · lain dalam tugas yang terstuktur. (Isjoni,

6

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization)

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Menurut Slavin, kooperatif adalah suatu pembelajaran dimana

siswa belajar dan bekerjasama dalam kelompok yang anggotanya 4-6

siswa dengan kelompok heterogen. Sedangkan, Sunal dan Hans

mengemukakan kooperatif merupakan suatu strategi yang bertujuan untuk

memberi dorongan kepada siswa agar bekerjasama dalam proses

pembelajaran. Dan menurut Anita Lie menyebutkan kooperatif dengan

istilah pembelajaran gotong-royong, yaitu sistem pembelajaran yang

memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan siswa

lain dalam tugas yang terstuktur. (Isjoni, 2010)

Berdasarkan pengertian para ahli di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran dimana siswa

bekerja bersama dalam kelompok yang heterogen, dan saling membantu

untuk memahami suatu pelajaran, memeriksa dan memperbaiki jawaban

teman serta kegiatan lainnya dengan tujuan untuk membantu siswa yang

satu dengan siswa yang lainnya agar dapat menguasai pembelajaran secara

optimal.

6

Pengaruh Pembelajaran Kooperatif…, Faradila Pratama, FKIP UMP, 2014

Page 2: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif , Faradila Pratama, FKIP UMP, …repository.ump.ac.id/5135/3/BAB II_FARADILA PRATAMA... · 2017. 11. 6. · lain dalam tugas yang terstuktur. (Isjoni,

7

2. Pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization)

Menurut Slavin (2009), pembelajaran TAI termasuk dalam

pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran kooperatif tipe TAI, siswa

dikelompokan menjadi 4 sampai 5 siswa yang heterogen untuk

menyelesaikan tugas kelompok, dan guru memberikan bantuan secara

individu bagi siswa yang memerlukannya.

Dasar pemikiran dari TAI adalah mengadaptasi pengajaran

terhadap perbedaan individual berkaitan dengan kemampuan siswa

maupun pencapaian prestasi siswa. Adapun perbedaan tersebut adalah para

siswa memasuki kelas dengan pengetahuan, kemampuan, dan motivasi

yang sangat beragam. (Slavin, 2009)

Menurut Slavin (2009), ada 8 unsur dalam pembelajaran kooperatif

tipe TAI (Team Assisted Individualization), antara lain sebagai berikut: (1)

Tim. Para siswa dalam TAI dibagi ke dalam tim yang beranggotakan 4-5

orang, (2) Tes Penempatan. Sebelum guru menjelaskan materi, para siswa

diberikan tes awal terkait dengan materi yang akan diajarkan, (3) Materi-

Materi Kurikulum. Strategi penyelesaian ditekankan pada seluruh materi,

(4) Belajar Kelompok. Siswa memulai menyelesaikan soal-soal yang

telah dipersiakan guru bersama kelompoknya, (5) Skor Tim Dan

Rekognisi Tim. Pada tiap akhir minggu, guru menghitung jumlah skor

tim. Skor didasarkan pada jumlah rata-rata unit yang dicapai oleh tiap

anggota tim dan jumlah tes-tes unit yang dicapai oleh tiap individu, (6)

Kelompok Pengajaran. Setiap hari guru memberikan pengajaran selama

Pengaruh Pembelajaran Kooperatif…, Faradila Pratama, FKIP UMP, 2014

Page 3: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif , Faradila Pratama, FKIP UMP, …repository.ump.ac.id/5135/3/BAB II_FARADILA PRATAMA... · 2017. 11. 6. · lain dalam tugas yang terstuktur. (Isjoni,

8

sepuluh sampai lima belas menit kepada dua atau tiga kelompok kecil

siswa yang terdiri dari siswa-siswa dari tim yang berbeda, (7) Tes Fakta.

Seminggu dua kali, siswa diminta mengerjakan tes-tes fakta selama tiga

menit, (8) Unit Seluruh Kelas. Pada akhir tiap minggu, guru

menghentikan program individual dan menghabiskan satu minggu

mengajari seluruh kelas.

Menurut Suyatno (2009) sintak pembelajaran kooperatif tipe TAI

adalah (1) membentuk kelompok heterogen dan memberikan bahan

belajar, (2) siswa belajar kelompok dengan dibantu oleh siswa pandai dari

anggota kelompoknya secara individu, saling tukar jawaban, saling berbagi

sehingga terjadi diskusi, (3) penghargaan kelompok dan refleksi serta tes

formatif.

Menurut Slavin (2009), langkah-langkah pembelajaran kooperatif

tipe TAI adalah:

a. Guru menyiapkan materi ajar yang akan disajikan oleh para siswanya

dengan mengadopsi pembelajaran TAI.

b. Guru menjelaskan kepada seluruh siswa tentang diterapkannya

pembelajaran TAI.

c. Guru mengadakan tes awal kepada siswa tentang materi yang akan

diajarkan. Nilai tes awal dapat diganti dari nilai ulangan harian.

d. Guru menjelaskan materi.

e. Guru membentuk kelompok kecil yang heterogen berdasarkan nilai tes

awal, setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa.

Pengaruh Pembelajaran Kooperatif…, Faradila Pratama, FKIP UMP, 2014

Page 4: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif , Faradila Pratama, FKIP UMP, …repository.ump.ac.id/5135/3/BAB II_FARADILA PRATAMA... · 2017. 11. 6. · lain dalam tugas yang terstuktur. (Isjoni,

9

f. Setiap kelompok mengerjakan soal latihan dari guru dan jika ada

hambatan, guru memberikan bantuan secara individual bagi siswa

yang memerlukan.

g. Ketua kelompok melaporkan keberhasilan kelompoknya dan siap

untuk diberi kuis oleh guru.

h. Guru memberikan kuis untuk dikerjakan secara individual.

i. Guru memasukan nilai kelompok dan kuis yang telah dikerjakan siswa

secara individu.

j. Menjelang akhir waktu, guru memberikan latihan pendalaman dengan

menekankan strategi penyelesaian masalah.

Menurut Slavin (2009), pembelajaran TAI memiliki kelebihan

antara lain:

a. Memotivasi siswa untuk saling membantu anggota kelompoknya

sehingga tercipta semangat dalam sistem kompetisi.

b. Siswa yang berkemampuan rendah tidak perlu malu bertanya karena

berhadapan dengan teman kelompok bukan dengan guru, sehingga

antar sesama siswa tidak perlu segan untuk saling bertanya dan

menjawab.

c. Programnya mudah dipelajari baik oleh guru maupun siswa, tidak

mahal, dan fleksibel.

d. Dengan membuat para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok

kooperatif dengan status yang sejajar, program ini akan membangun

kondisi untuk terbentuknya sikap-sikap positif terhadap siswa-siswa

Pengaruh Pembelajaran Kooperatif…, Faradila Pratama, FKIP UMP, 2014

Page 5: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif , Faradila Pratama, FKIP UMP, …repository.ump.ac.id/5135/3/BAB II_FARADILA PRATAMA... · 2017. 11. 6. · lain dalam tugas yang terstuktur. (Isjoni,

10

yang berkemampuan rendah dan di antara para siswa dari latar

belakang ras atau etnik yang berbeda.

Menurut Slavin (2009), kekurangan pembelajaran TAI diantaranya

adalah

a. Sulit memastikan bahwa setiap anggotanya telah memahami materi

yang diberikan guru.

b. Siswa yang pandai akan merasa dimanfaatkan tanpa mengambil

manfaat apa-apa dalam kegiatan belajar koperatif karena anggota

mereka dalam satu kelompok tidak lebih pandai dari dirinya,

sedangkan pada siswa yang kurang pandai akan merasa hanya seperti

benalu dalam kelompoknya.

B. Pembelajaran Konvensional

Nasution (2010) mengemukakan bahwa dalam pembelajaran

konvensional proses pembelajaran diberikan secara keseluruhan tanpa

memperhatikan siswa secara individu. Penyampaian materi kebanyakan

menggunakan metode ceramah. Pembelajaran konvensional berorientasi pada

kegiatan guru dengan mengutamakan proses mengajar, sehingga guru lebih

mendominasi dan bersikap otoriter dalam kegiatan belajar mengajar. Pola

mengajar pada pembelajaran konvensional adalah guru secara langsung

mengajar atau menyampaikan materi matematika, memberikan contoh soal,

sedangkan siswa hanya memperhatikan dan meniru.

Pengaruh Pembelajaran Kooperatif…, Faradila Pratama, FKIP UMP, 2014

Page 6: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif , Faradila Pratama, FKIP UMP, …repository.ump.ac.id/5135/3/BAB II_FARADILA PRATAMA... · 2017. 11. 6. · lain dalam tugas yang terstuktur. (Isjoni,

11

C. Prestasi Belajar Matematika

Menurut Arifin (2009) kata “prestasi” berasal dari bahasa Belanda

yaitu prestatie. Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang

berarti “hasil usaha”. Istilah “prestasi belajar” (achivement) berbeda dengan

“hasil belajar” (learning outcome). Prestasi belajar pada umumnya berkenan

dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek

pembentukan watak peserta didik. Sedangkan menurut Cronbach (dalam

Arifin, 2009) prestasi belajar berguna sebagai umpan balik bagi guru dalam

mengajar, untuk keperluan diagnostik, untuk keperluan bimbingan dan

penyuluhan, untuk keperluan seleksi, untuk keperluan penempatan atau

penjurusan, untuk menentukan isi kurikulum, dan untuk menentukan

kebijakan sekolah.

Matematika adalah bahasa simbolis untuk mengekspresikan hubungan

kuantitatif dan keruangan, yang memudahkan manusia berpikir dalam

memecahkan masalah kehidupan sehari-hari. Sedangkan menurut Lerner,

matematika merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia

memikirkan, mencatat, dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan

kuantitas. (Abdurrahman, 2003)

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar

matematika adalah hasil usaha yang diperoleh siswa setelah mengalami

proses belajar di sekolah berupa perubahan atau pengembangan aspek

pengetahuan yang dinyatakan dengan angka.

Pengaruh Pembelajaran Kooperatif…, Faradila Pratama, FKIP UMP, 2014

Page 7: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif , Faradila Pratama, FKIP UMP, …repository.ump.ac.id/5135/3/BAB II_FARADILA PRATAMA... · 2017. 11. 6. · lain dalam tugas yang terstuktur. (Isjoni,

12

D. Efikasi Diri

1. Pengertian Efikasi Diri

Menurut Bandura (dalam Santrock, 2009), bahwa efikasi diri

merupakan faktor penting yang menentukan apakah siswa akan berprestasi

atau tidak. Dale Schunck telah menerapkan konsep efikasi diri pada

berbagai aspek prestasi para siswa. Para siswa yang memiliki efikasi diri

yang rendah, mungkin akan menghindari berbagai tugas belajar,

khususnya tugas yang menantang. Sebaliknya, para siswa dengan efikasi

diri tinggi akan menghadapi tugas tersebut dengan antusias. Para siswa

dengan efikasi diri tinggi cenderung akan melakukan usaha dan bertahan

lebih lama dalam menyelesaikan tugas dibandingkan para siswa dengan

efikasi diri rendah. Sedangkan menurut Alwisol (dalam Anasia, 2011),

bahwa efikasi diri sebagai penilaian kemampuan diri, apakah dapat

melakukan tindakan yang baik atau buruk, tepat atau salah, mampu atau

tidak mampu mengerjakan sesuai dengan yang dipersyaratkan.

Berdasarkan pengertian para ahli di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa efikasi diri adalah keyakinan seseorang mengenai kemampuannya

berdasarkan penilaian kemampuan diri, dalam megelola, dan

melaksanakan tindakan yang dibutuhkan serta menguasai situasi untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Pengaruh Pembelajaran Kooperatif…, Faradila Pratama, FKIP UMP, 2014

Page 8: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif , Faradila Pratama, FKIP UMP, …repository.ump.ac.id/5135/3/BAB II_FARADILA PRATAMA... · 2017. 11. 6. · lain dalam tugas yang terstuktur. (Isjoni,

13

2. Dimensi-Dimensi Efikasi Diri

Menurut Bandura (dalam Pinasti, 2011), bahwa kemampuan

keyakinan akan kemampuan diri seseorang dapat bervariasi pada masing-

masing dimensi. Dimensi-dimensi tersebut yaitu:

a. Level/magnitude

Dimensi ini berkaitan dengan kesulitan tugas dimana

seseorang merasa mampu atau tidak untuk melakukannya, sebab

kemampuan diri seseorang berbeda-beda. Konsep dalam dimensi ini

terletak pada keyakinan seseorang atas kemampuannya terhadap

tingkat kesulitan tugas. Jika seseorang dihadapkan pada tugas-tugas

yang disusun menurut tingkat kesulitannya, maka keyakinannya

seseorang akan terbatas pada tugas yang mudah, sedang, hingga tugas

yang paling sulit, sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

Keyakinan seseorang berimplikasi pada pemilihan tingkah

laku sesuai dengan tingkat kesulitan suatu tugas. Seseorang terlebih

dahulu akan mencoba tingkah laku yang dirasa mampu dilakukannya

dan menghindari tingkah laku yang berada di luar batas

kemampuannya. Rentang kemampuan seseorang dapat dilihat dari

tingkat kesulitan yang bervariasi dari suatu tugas tertentu.

b. Strength

Dimensi ini berkaitan dengan tingkat kekuatan dari keyakinan

seseorang mengenai kemampuannya. Efikasi diri yang lemah mudah

digoyahkan oleh pengalaman yang tidak mendukung, sebaliknya

Pengaruh Pembelajaran Kooperatif…, Faradila Pratama, FKIP UMP, 2014

Page 9: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif , Faradila Pratama, FKIP UMP, …repository.ump.ac.id/5135/3/BAB II_FARADILA PRATAMA... · 2017. 11. 6. · lain dalam tugas yang terstuktur. (Isjoni,

14

efikasi diri yang tinggi mendorong seseorang tetap bertahan dalam

usahanya. Meskipun pernah mengalami pengalaman yang kurang

mendukung.

c. Generality

Dimensi ini berkaitan dengan keyakinan seseorang akan

kemampuannya melaksanakan tugas di berbagai aktivitas dan situasi

tertentu. Aktivitas dan situasi yang bervariasi menuntut, apakah

seseorang merasa yakin atau tidak yakin atas kemampuannya dalam

melaksanakan tugas.

3. Fungsi Efikasi Diri

Menurut Bandura (dalam Anasia, 2011), bahwa efikasi diri

memiliki fungsi dan berbagai dampak dari penilaian efikasi diri sebagai

berikut:

a. Pemilihan aktivitas

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia seringkali dihadapkan

dengan pengambilan keputusan, meliputi pemilihan tindakan dan

lingkungan sosial yang ditentukan dari penilaian efikasi dirinya

sendiri. Seseorang cenderung untuk menghindar dari tugas dan situasi

yang diyakini melampaui kemampuan diri mereka, dan sebaliknya

mereka akan mengerjakan tugas-tugas yang dinilai mampu. Efikasi

diri yang tinggi akan dapat memacu keterlibatan aktif dalam suatu

kegiatan atau tugas yang akan meningkatkan kompetensi seseorang.

Sebaliknya, seseorang yang memiliki efikasi diri rendah akan

Pengaruh Pembelajaran Kooperatif…, Faradila Pratama, FKIP UMP, 2014

Page 10: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif , Faradila Pratama, FKIP UMP, …repository.ump.ac.id/5135/3/BAB II_FARADILA PRATAMA... · 2017. 11. 6. · lain dalam tugas yang terstuktur. (Isjoni,

15

menghidar dari lingkungan dan kegiatan sehingga dapat menghambat

perkembangan potensi yang dimilikinya.

b. Usaha dan daya tahan

Penilaian terhadap efikasi juga menentukan seberapa besar

usaha yang dilakukan seseorang dan seberapa lama akan bertahan

dalam menghadapi hambatan atau pengalaman yang tidak

menyenangkan. Semakin tinggi efikasi diri seseorang maka semakin

besar dan gigih pula usaha yang dilakukan. Ketika menghadapi

kesulitan, seseorang yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan

mengeluarkan usaha yang besar untuk mengatasi tantangan tersebut,

sedangkan orang yang meragukan kemampuannya akan mengurangi

usahanya atau bahkan menyerah sama sekali.

c. Pola berpikir dan reaksi emosional

Penilaian seseorang mengenai kemampuan dirinya sendiri

akan mempengaruhi pola berpikir dan reaksi emosional orang

tersebut. Selain itu, dipengaruhi pula oleh interaksi aktual dan

lingkungannya. Seseorang yang menilai dirinya memiliki efikasi diri

rendah merasa tidak mampu dalam mengatasi masalah, hanya akan

terpaku pada kekurangannya sendiri dan berpikir kesulitan yang

mungkin terjadi lebih berat dari kenyataannya.

Efikasi diri juga dapat membentuk pola berpikir kausal. Dalam

mengatasi kesulitan, seseorang yang memiliki efikasi diri yang tinggi

akan menganggap kegagalan terjadi karena kurangnya usaha yang

Pengaruh Pembelajaran Kooperatif…, Faradila Pratama, FKIP UMP, 2014

Page 11: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif , Faradila Pratama, FKIP UMP, …repository.ump.ac.id/5135/3/BAB II_FARADILA PRATAMA... · 2017. 11. 6. · lain dalam tugas yang terstuktur. (Isjoni,

16

dilakukan, sedangkan orang yang memiliki efikasi diri rendah lebih

menganggap kegagalan disebabkan kurangnya kemampuan yang

dimiliki.

d. Perwujudan kemampuan

Efikasi diri dapat ditingkatkan dari fungsi psikososial

seseorang. Seseorang yang merasa memiliki efikasi diri tinggi akan

membentuk tantangan-tantangan terhadap dirinya sendiri yang

menunjukkan minat dan keterlibatan dalam kegiatan. Jika mengalami

kegagalan maka akan meningkatkan usaha dalam mencapai tujuan,

dan menjadikan kegagalan sebagai pendorong untuk mencapai

keberhasilan, serta memiliki tingkat stres yang rendah bila

menghadapi situasi yang menekan. Seseorang yang merasa memiliki

efikasi diri rendah biasanya akan menghindari tugas yang sulit, sedikit

usaha dan mudah menyerah ketika menghadapi kesulitan, dan mudah

mengalami stres dalam situasi yang menekan.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efikasi Diri

Menurut Bandura (dalam Anasia, 2011), bahwa efikasi diri dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:

a. Pengalaman penguasaan (Mastery experiences)

Pengalaman masa lalu memiliki pengaruh yang paling kuat

terhadap pengubah efikasi diri. Keberhasilan dalam prestasi (masa

lalu) akan membangun efikasi diri yang kuat, sedangkan kegagalan

Pengaruh Pembelajaran Kooperatif…, Faradila Pratama, FKIP UMP, 2014

Page 12: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif , Faradila Pratama, FKIP UMP, …repository.ump.ac.id/5135/3/BAB II_FARADILA PRATAMA... · 2017. 11. 6. · lain dalam tugas yang terstuktur. (Isjoni,

17

(masa lalu) akan melemahkan efikasi diri, khususnya jika kegagalan

terjadi sebelum keyakinan pada diri terbentuk.

b. Pengalaman orang lain (Vicarious experiences)

Pengalaman orang lain yang diperoleh melalui model sosial.

Efikasi diri seseorang akan meningkat ketika mengamati (melihat)

keberhasilan orang lain yang memiliki kemampuan yang sama dengan

dirinya. Begitu pula sebaliknya, efikasi diri akan menurun ketika

melihat kegagalan seseorang yang memiliki kemampuan yang sama

dengan dirinya. Kesan yang ditimbulkan oleh modeling pada efikasi

diri dipengaruhi dengan kuat oleh kesamaan akan kemampuan yang

dimiliki orang lain dan dirinya. Semakin besar kesamaan yang

dimiliki seorang model maka akan semakin mempengaruhi pada

efikasi diri dari orang yang mengamati. Jika seseorang melihat model

sosial yang diamati sangat berbeda dengan dirinya maka efikasi diri

mereka tidak akan terpengaruh.

c. Persuasi sosial (Social persuasion)

Persuasi sosial berupa pemaparan mengenai penilaian secara

verbal dan tindakan dari orang lain, baik secara disengaja maupun

tidak disengaja. Sumber yang dipercaya sangat penting pengaruhnya

dalam meningkatkan efikasi diri, semakin dipercaya sumber persuasi

sosial maka akan semakin berpengaruh pada efikasi diri begitu pun

sebaliknya.

Pengaruh Pembelajaran Kooperatif…, Faradila Pratama, FKIP UMP, 2014

Page 13: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif , Faradila Pratama, FKIP UMP, …repository.ump.ac.id/5135/3/BAB II_FARADILA PRATAMA... · 2017. 11. 6. · lain dalam tugas yang terstuktur. (Isjoni,

18

d. Kondisi fisik dan emosi (Somatic and emotional state)

Faktor terakhir yang mempengaruhi efikasi diri adalah kondisi

fisik dan emosi (somatic and emotional state). Seseorang juga

mengandalkan pada kondisi fisik dan emosi untuk menilai

kemampuannya. Reaksi stres dan ketegangan akan dianggap sebagai

tanda bahwa ia akan memiliki penampilan yang buruk, sehingga

akan menurunkan efikasi diri mereka. Dalam aktivitas seseorang

membutuhkan kekuatan dan stamina, jika seseorang menampilkan

rasa kelelahan, dan rasa sakit, maka orang akan menilai kelelahan dan

rasa sakit sebagai tanda dari kelemahan. Dalam hal ini bukan reaksi

fisik dan emosi yang penting, tetapi bagaimana seseorang mengetahui

kondisi fisik dan emosi. Seseorang yang yakin akan kondisi emosi dan

fisik, akan mempunyai efikasi diri yang lebih besar, sedangkan

mereka yang ragu dengan keadaan mereka maka akan melemahkan

efikasi diri mereka.

Efikasi diri memiliki empat komponen pokok yaitu (1)

pengalaman penguasaan merupakan sumber yang paling berpengaruh

karena kegagalan atau kesuksesan pengalaman yang lalu akan

menurunkan atau meningkatkan efikasi diri seseorang; (2)

pengalaman orang lain merupakan sumber informasi melalui

mengamati keberhasilan orang lain yang memiliki kemampuan sama

dengan dirinya yang dapat dijadikan contoh dan motivasi pribadi; (3)

persuasi sosial yaitu penilaian dari orang lain yang dapat membantu

Pengaruh Pembelajaran Kooperatif…, Faradila Pratama, FKIP UMP, 2014

Page 14: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif , Faradila Pratama, FKIP UMP, …repository.ump.ac.id/5135/3/BAB II_FARADILA PRATAMA... · 2017. 11. 6. · lain dalam tugas yang terstuktur. (Isjoni,

19

mendorong untuk mencapai kesuksesan, dan (4) kondisi fisik dan

emosi merupakan status fisik dan emosi yang akan mempengaruhi

kemampuan seseorang.

Dengan demikian efikasi diri dapat ditingkatkan dengan

menggunkan empat sumber informasi efikasi diri yaitu pengalaman

penguasaan, pengalaman orang lain, persuasi sosial, serta kondisi fisik

dan emosi.

5. Kendala Efikasi Diri

Menurut Partini (2012), kendala efikasi diri dalam proses belajar

banyak ditemui siswa yang malas belajar, cepat bosan sehingga tidak

mampu berlangsung lama. Menurut Marthinu (2013) kendala efikasi diri

juga dapat ditemui dari guru yaitu kurangnya kreativitas guru dalam

memilih strategi mengajar sehingga pencapaian tujuan pembelajaran masih

jauh dari harapan.

Menurut Endang (2012), siswa merasakan ketakutan. Rasa takut

akan menimbulkan rasa cemas pada dirinya. Siswa yang diliputi oleh

rasa takut ini, tidak yakin dan tidak percaya diri mengenai pemikirannya

sehingga akan mencari tugas yang biasa. Sehingga siswa menjadi cepat

menyerah, tergantung pada orang lain, memiliki pemikiran dangkal, dan

menampilkan respon menghindar karena ketidakyakinannya mengenai

pemikiran dan perasaanya atau merasa cemas.

Menurut Anasia (2011), siswa akan mengeluarkan usaha yang

sedikit ketika menghadapi kesulitan untuk menyelesaikan soal dan

Pengaruh Pembelajaran Kooperatif…, Faradila Pratama, FKIP UMP, 2014

Page 15: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif , Faradila Pratama, FKIP UMP, …repository.ump.ac.id/5135/3/BAB II_FARADILA PRATAMA... · 2017. 11. 6. · lain dalam tugas yang terstuktur. (Isjoni,

20

memiliki kecenderungan menunda yang tinggi. Sehingga dapat mendorong

siswa untuk menarik diri dari kegiatan sehingga dapat menghambat

perkembangan potensi yang dimilikinya. Dan, merasa tidak mampu dalam

mengatasi masalah, hanya akan terpaku pada kekurangannya dan berpikir

kesulitan yang mungkin akan terjadi lebih berat dari kenyataannya.

Menurut Widanarti (2002), tidak adanya perhatian, penerimaan,

bantuan dan dukungan dari keluarga membuat seseorang merasa tidak

aman dan tidak yakin dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

Pengalaman gagal dalam menyelesaikan suatu tugas karena rendahnya

dukungan dari keluarga menyebabkan semakin rendahnya keyakinan

dalam diri dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya. Dan kurangnya

teman sebaya yang memiliki kompetensi yang sama yang dapat dijadikan

model yang sukses. Ketika siswa melihat kesuksesan siswa lain yang

mempunyai kompetensi yang sama dengannya maka efikasi diri-nya

meningkat. Namun ketika siswa melihat siswa lain yang memiliki

kompetensi yang sama dengannya mengalami kegagalan maka efikasi diri-

nya menurun.

Menurut pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

kendala efikasi diri antara lain adanya siswa yang malas belajar, cepat

bosan, mudah menyerah, suka menunda, menarik diri dari kegiatan,

memiliki rasa takut, kurangnya teman sebaya yang memiliki kompetensi

yang sama, tidak adanya perhatian dan dukungan dari keluarga, serta

kurangnya kreativitas guru dalam memilih strategi mengajar.

Pengaruh Pembelajaran Kooperatif…, Faradila Pratama, FKIP UMP, 2014

Page 16: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif , Faradila Pratama, FKIP UMP, …repository.ump.ac.id/5135/3/BAB II_FARADILA PRATAMA... · 2017. 11. 6. · lain dalam tugas yang terstuktur. (Isjoni,

21

E. Kerangka Berpikir

Berdasarkan landasan teori yang telah dijelaskan diatas salah satu

yang diharapkan dalam belajar matematika adalah prestasi belajar. Dalam

belajar matematika banyak pembelajaran yang dapat digunakan diantaranya

pembelajaran koopertif tipe TAI (Team Assisted Individualization) dan

konvensional. Pembelajaran kooperatif tipe TAI merupakan pembelajaran

yang mengkombinasikan pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran

individual. Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok yang bekerjasama dalam

satu perencanaan kegiatan pembelajaran, sedangkan konvensional adalah

pembelajaran yang berpusat pada guru.

Pembelajaan kooperatif tipe TAI (Team Assisted Individualization)

dapat mendorong siswa untuk lebih aktif atau lebih telibat dalam kegiatan

belajar mengajar di kelas. Dalam pembelajaran kooperatif tipe TAI, siswa

ditempatkan dalam kelompok heterogen, dimana siswa yang kurang pandai

dapat bertanya pada teman sekelompoknya yang lebih pandai untuk

menyelesaikan tugas yang dihadapinya. Melalui teman sendiri, siswa akan

merasa nyaman dan tidak perlu malu. Di samping itu, guru dapat memberikan

bantuan individual kepada siswa yang membutuhkan. Dengan pembelajaran

kooperatif tipe TAI diharapkan siswa dapat meningkatkan prestasi belajar

yang lebih baik, karena mendorong siswa untuk terampil bekerjasama dalam

menyelesaikan tugas matematika.

Efikasi diri adalah keyakinan siswa akan kemampuan dirinya untuk

mengatur dan melakukan suatu tindakan. Efikasi diri sebagai salah satu faktor

Pengaruh Pembelajaran Kooperatif…, Faradila Pratama, FKIP UMP, 2014

Page 17: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif , Faradila Pratama, FKIP UMP, …repository.ump.ac.id/5135/3/BAB II_FARADILA PRATAMA... · 2017. 11. 6. · lain dalam tugas yang terstuktur. (Isjoni,

22

yang memiliki pengaruh terhadap prestasi belajar siswa dalam menghadapi

tugasnya. Efikasi diri ditentukan antara lain: pengalaman penguasaan,

pengalaman orang lain, persuasi sosial, serta keadaan fisik dan emosi.

Pengalaman penguasaan adalah pengalaman masa lalu atas

kesuksesan atau kegagalan yang dirasakan oleh siswa. Keberhasilan yang

pernah terjadi menyebabkan siswa melakukan usaha, bertahan lebih lama,

memiliki perasaan tenang dalam menghadapi tugas, serta siswa lebih percaya

diri untuk menyelesaikan tugas-tugas, sedangkan kegagalan menjadikan

siswa menilai dirinya tidak mampu dalam mengatasi masalah dan berpikir

kesulitan yang akan timbul lebih berat dari kenyataanya akibatnya siswa

mudah cemas, atau tertekan. Persuasi sosial digunakan untuk meyakinkan

bahwa siswa memiliki kemampuan untuk dapat menyelesaikan tugas sebaik

mungkin. Siswa yang berhasil diyakinkan secara verbal akan menunjukkan

usaha ketika menghadapi kesulitan. Pengalaman orang lain bertujuan untuk

melihat atau mengamati keberhasilan siswa lain yang memiliki kemampuan

sama, sehingga dapat meyakinkan diri bahwa jika siswa lain dapat

melakukannya maka siswa tersebut harus dapat melakukannya.

Siswa yang memiiki efikasi rendah, mungkin akan menghindari

berbagai tugas, khususnya tugas yang menantang. Sebaliknya, para siswa

dengan efikasi tinggi akan menghadapi tantangan-tantangan tugas tersebut

dengan antusias. Jadi siswa yang memiliki efikasi tinggi akan lebih merasa

yakin untuk mengerjakan tugas matematika yang dihadapinya, sehingga

Pengaruh Pembelajaran Kooperatif…, Faradila Pratama, FKIP UMP, 2014

Page 18: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif , Faradila Pratama, FKIP UMP, …repository.ump.ac.id/5135/3/BAB II_FARADILA PRATAMA... · 2017. 11. 6. · lain dalam tugas yang terstuktur. (Isjoni,

23

siswa yang memiliki efikasi tinggi akan memperbesar usahanya agar dapat

meningkatkan prestasi.

Siswa yang memiliki efikasi tinggi dalam mengikuti proses

pembelajaran kooperatif tipe TAI menjadi siswa lebih aktif dan siswa secara

individu membangun keyakinan diri terhadap kemampuannya untuk

menyelesaikan tugas matematika, sehingga akan mengurangi rasa cemas atau

takut terhadap pelajaran matematika yang banyak dialami oleh siswa, dan

berakibat pada meningkatnya prestasi belajar. Sedangkan pembelajaran

konvensional guru lebih aktif dalam proses pembelajaran, tanpa

memperhatikan siswa secara individu, sehingga siswa kurang memahami

materi dan siswa pasif dalam mengikuti proses pembelajaran, mengakibatkan

prestasi belajar siswa menjadi kurang optimal.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif

tipe TAI (Team Assisted Individualization) dan efikasi diri berperan penting

dalam meningkatkan prestasi belajar matematika.

F. Materi Garis dan Sudut

Standar Kompetensi: 5. Memahami hubungan garis dan sudut, garis dengan

sudut, sudut dengan sudut, serta menentukan ukurannya

Kompetensi Dasar:

5.1 Menentukan hubungan antara dua garis, serta besar dan jenis sudut

5.2 memahami sifat-sifat sudut yang terbentuk jika dua garis berpotongan

atau dua garis sejajar berpotongan dengan garis lain

Pengaruh Pembelajaran Kooperatif…, Faradila Pratama, FKIP UMP, 2014

Page 19: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif , Faradila Pratama, FKIP UMP, …repository.ump.ac.id/5135/3/BAB II_FARADILA PRATAMA... · 2017. 11. 6. · lain dalam tugas yang terstuktur. (Isjoni,

24

Indikator:

5.1.1 Menyebutkan pasangan sudut yang saling berpenyiku, berpelurus, dan

bertolak belakang.

5.1.2 Menentukan besar sudut yang saling berpenyiku

5.2.1 Menyatakan pasangan sudut sehadap, dalam berseberangan, luar

berseberangan, dalam sepihak, dan luar sepihak jika dua garis sejajar

berpotongan dengan garis lain.

5.2.2 Menyebutkan sudut yang sama besar jika dua garis berpotongan atau

dua garis sejajar berpotongan dengan garis lain.

5.2.3 Menentukan besar sudut dari dua garis sejajar yang dipotong oleh garis lain

dengan menggunakan sifat sudut yang terbentuk jika dua garis berpotongan

atau dua garis sejajar berpotongan dengan garis lain.

G. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Ada pengaruh pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assisted

Individualization) terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas VII

SMP Negeri 1 Purwanegara.

2. Ada pengaruh perbedaan efikasi diri terhadap prestasi belajar matematika

siswa kelas VII SMP Negeri 1 Purwanegara.

3. Ada interaksi pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assisted

Individualization) dan pembelajaran konvensional terhadap prestasi belajar

matematika ditinjau dari efikasi diri siswa kelas VII SMP Negeri 1

Purwanegara.

Pengaruh Pembelajaran Kooperatif…, Faradila Pratama, FKIP UMP, 2014