pengaruh npf, fdr, ni, bopo & car terhadap...
TRANSCRIPT
PENGARUH NPF, FDR, NI, BOPO & CAR TERHADAP PERTUMBUHAN
LABA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
oleh:
Ikhwan Ridho Suwito Jati
NIM. 1113085000027
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2018 M
i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Informasi Pribadi
Nama : Ikhwan Ridho Suwito Jati
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 4 Juni 1995
Jenis Kelamin : Laki - laki
Agama : Islam
Kebangsaan : Indonesia
Alamat : Komplek Zeni TNI AD Rt 002/07 Kelurahan
Tengah, Kecamatan Kramat Jati, Jaktim. DKI
Jakarta
Telepon : 0878 75436183
Email : [email protected]
B. Pendidikan Formal
SDN 09 Gedong Pagi Negeri : Tahun 2000-2006
SMP 103 Jakarta Negeri : Tahun 2006-2009
SMA 62 Jakarta : Tahun 2009-2013
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta : Tahun 2013-2018
C. Pengalaman Organisasi
1. Anggota Karang Taruna Komplek Zeni 2006-2012.
2. Anggota Pencak Silat Merpati Putih SMA 62 Jakarta Periode 2010-2013.
3. Anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan Perbankan Syariah 2013-2014
4. Anggota Himpunan Mahasiswa Islam KAFEIS Periode 2013-2017.
D. Keahlian
1. Mampu mengoperasikan Microsoft Office (Word, Excel, dan Powerpoint)
2. Mampu bekerja secara tim maupun individu.
3. Mampu memperbaiki software computer
vi
INFLUENCES OF NPF, FDR, NI, BOPO & CAR TOWARDS PROFIT GROWTH
OF SHARIA BANKS IN INDONESIA
ABSTRACT
This study analyzed the effect of Non Performing Finance (NPF), Capital
Adequacy Ratio (CAR), Finance to Deposit Ratio (FDR), Net Rewards (NI) and
Operational Efficiency Ratio (BOPO) towards Profit Growth Sharia Commercial
Bank in Indonesia. The data used in this study is secondary data taken on an
annual basis during the period 2012-2016. Sampling technique used in this
research is purposive sampling. The analytical method used in this research is
Data Panel Regression Analysis by using computer program Eviews (Software)
version 9 and Microsoft Excel 2009.
The results in this study indicate that NPF, CAR, FDR, NI and BOPO
simultaneously have a significant influence on the growth of Islamic bank profit.
The results in this study show NPFand BOPO partially have a significant
influence on Profit Growth. CAR, FDR and NI partially have no significant effect
on Profit Growth.
Key Word: Non Performing Finance (NPF), Capital Adequacy Ratio (CAR),
Finance to Deposit Ratio (FDR), Return on Asset (ROA), Net Imbalan (NI),
Operational Efficiency Ratio (BOPO) dan Profit Growth Sharia Commercial
Bank in Indonesia
vii
PENGARUH NPF, FDR, NI, BOPO & CAR TERHADAP PERTUMBUHAN LABA
BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA
ABSTRAK
Penelitian ini menganalisis pengaruh Non Performing Finance (NPF), Capital
Adequacy Ratio (CAR), Finance to Deposit Ratio (FDR), Return on Asset (ROA),
Net Imbalan (NI) dan Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional
(BOPO) terhadap Pertumbuhan Laba Bank Umum Syariah di Indonesia. Data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diambil secara
tahunan selama periode 2012-2016. Teknik penarikan sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Metode analisis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Analisis Regresi Data Panel dengan menggunakan
program komputer Eviews (Software) versi 9 dan Microsoft Excel 2009.
Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa NPF, CAR, FDR, NI dan
BOPO secara simultan memiliki pengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Laba
bank syariah. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan NPF dan BOPO secara
parsial memiliki pengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Laba. CAR, FDR dan
NI secara parsial tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Laba.
Kata Kunci: Non Performing Finance (NPF), Capital Adequacy Ratio (CAR),
Finance to Deposit Ratio (FDR), Return on Asset (ROA), Net Imbalan (NI),
Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) dan Pertumbuhan
Laba Bank Syariah di Indonesia
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahhi Robbil ‘Alamin, segala puji dan syukur Kehadirat Allah
Ta’alaa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh NPF, FDR, NI,
BOPO & CAR terhadap Pertumbuhan Laba bank umum syariah di
indonesia”. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Baginda Nabi
Muhammad, teladan bagi seluruh umat manusia, yang telah memperjuangkan
Islam di muka bumi.
Selama proses penulisan dan penyusunan skripsi ini, penulis tentu
mengalami berbagai kendala dan penulis menyadari sepenuhnya bahwa
keberhasilan yang diperoleh bukan semata-mata hasil usaha sendiri, melainkan
berkat bantuan, dorongan, bimbingan, dan arahan yang tidak ternilai harganya
dari pihak lain. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada:
1. Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan FEB, Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si.,
Ca., QIA., BKP selaku Wakil Dekan I Bid. Akademik, Dr. Ade Sofyan
Mulazid, S.Ag., M.H selaku Wakil Dekan II Bid. Administrasi Umum, dan
Dr. Desmadi Saharuddin, M.A selaku Wakil Dekan III Bid. Kemahasiswaan
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini sebagai syarat meraih gelar Sarjana Ekonomi.
2. Cut Erika Ananda Fatimah, SE dan Fitri Damayanti, SE., M.Si selaku Ketua
dan Sekretaris Program Studi Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu pemenuhan
berkas-berkas administrasi penulis.
3. Endra Kasni Laila Yudha, S.Ag., M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang telah membimbing penulis selama masa studi.
4. Umiyati, SEI., M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan
waktu, ilmu, dan tidak henti-hentinya memberikan arahan, masukan, nasihat,
dan motivasi yang sangat berharga kepada penulis selama penulisan hingga
selesai penyusunan skripsi ini.
ix
5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis
selama menempuh masa studi.
6. Kedua orang tua tercinta, Bapak Paija dan Ibu Suwantinem yang selalu
memberikan dukungan moril maupun materil, kasih sayang, dan doa terbaik
untuk anak-anaknya, serta selalu memberikan nasihat agar selalu kuat dan
tabah dalam hidup.
7. Mas Halim, Ghifar dan yang paling penting Ghania yang selalu berbagi dan
mewarnai kehidupan penulis, selalu menjadi penyemangat hidup serta
pemberi motivasi dikala malas menyerang.
8. Teman-teman Kosjod Institute yang telah sudi menjadi tempat tertawa,
tempat sharing, cela-mencela, saling menasehati, menolong, memotivasi, dan
menjadi keluarga baru bagi penulis.
9. Teman-teman Perbankan Syariah angkatan 2013 yang selalu kompak,
memberikan semangat, doa, dan cerita penuh warna selama masa kuliah.
10. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
membantu penulis selama masa studi hingga menyelesaikan skripsi.
Semoga Allah swt senantiasa memberikan balasan pahala yang berlipat
ganda kepada semua pihak atas bantuan dan amal baik yang telah diberikan
kepada penulis dalam penulisan dan penyusunan skipsi ini. Akhir kata, penulis
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan.
Jakarta, April 2018
Ikhwan Ridho Suwito
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ........................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................. v
ABSTRACT ........................................................................................................... vi
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvii
BAB I ...................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah .................................................................................. 9
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 9
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 9
BAB II .................................................................................................................. 11
A. Landasan Teori ........................................................................................ 11
1. Kinerja Keuangan ................................................................................ 11
2. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank .................................................... 12
xi
3. Peraturan Penilaian Tingkat Kesehatan Bank .................................. 13
4. Faktor Penilaian Tingkat Kesehatan Bank ....................................... 17
5. Pertumbuhan Laba .............................................................................. 24
B. Hubungan Variabel Independen dengan Variabel Dependen ............. 25
C. Penelitian Terdahulu ............................................................................... 29
Kerangka Berpikir .......................................................................................... 31
BAB III ................................................................................................................. 32
A. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................... 32
B. Metode Penentuan Sampel ...................................................................... 33
C. Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 34
D. Metode Analisis Data ............................................................................... 35
1. Analisis Statistik Deskriptif ................................................................. 36
2. Uji Asumsi Klasik ................................................................................. 36
3. Model Regresi Data Panel ................................................................... 38
4. Pengujian Model ................................................................................... 41
5. Pengujian Hipotesis .............................................................................. 42
6. Persamaan Model Regresi Data Panel ............................................... 43
E. Operasional Variabel Penelitian ............................................................. 44
1. Variabel Y (Dependent Variable) ........................................................ 44
2. Variabel X (Independent Variable) ...................................................... 45
xii
BAB IV ................................................................................................................. 50
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ......................................... 50
1. Deskripsi Objek Penelitian .................................................................. 50
2. Profil Perusahaan ................................................................................. 50
B. Analisis Statistik Deskriptif .................................................................... 55
C. Uji Asumsi Klasik .................................................................................... 65
1. Statistik Deskriptif ............................................................................... 65
2. Uji Normalitas ...................................................................................... 66
3. Uji Multikolinearitas ............................................................................ 67
4. Uji Heteroskedastisitas ........................................................................ 67
5. Uji Autokorelasi .................................................................................... 68
D. Pengujian Model Regresi Data Panel ..................................................... 68
1. Common Effect ...................................................................................... 69
2. Fixed Effect ........................................................................................... 69
3. Uji Chow ................................................................................................ 71
E. Pengujian Hipotesis dengan Analisis Regresi Data Panel .................... 71
1. Pengaruh Variabel NPF, FDR, CAR, NI, dan BOPO terhadap
Pertumbuhan Laba secara Parsial (Uji t) ................................................. 71
2. Pengaruh Variabel NPF, FDR, CAR, NI, dan BOPO terhadap
Pertumbuhan Laba secara Simultan (Uji F) ............................................. 73
xiii
3. Koefisien Determinasi (Adjusted R2) ................................................... 74
F. Persamaan Model Regresi ....................................................................... 74
G. Persamaan Model Regresi Tiap Bank .................................................... 76
H. Interpretasi Hasil Penelitian ................................................................... 79
BAB V .................................................................................................................. 86
A. Kesimpulan ............................................................................................... 86
B. Saran ......................................................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 89
LAMPIRAN ......................................................................................................... 93
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 Rasio NPF, FDR, NI, dan BOPO Bank Syariah ......................................... 5
Tabel 1. 2 Laba Bank Syariah 2013-2016 .................................................................. 7
Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu .............................................................................. 29
Tabel 3. 1 Proses Pengambilan Sampel ................................................................... 34
Tabel 3. 2 Sampel Penelitian .................................................................................. 34
Tabel 3. 3 Operasional variabel penelitian ............................................................... 48
Tabel 4. 1 Deskripsi Rata-rata Pertumbuhan Laba Bank Umum Syariah .................... 56
Tabel 4. 2 Deskripsi Rata-rata NPF Bank Umum Syariah ......................................... 58
Tabel 4. 3 Deskripsi Rata-rata FDR Bank Umum Syariah ........................................ 59
Tabel 4. 4 Deskripsi Rata-rata CAR Bank Syariah ................................................... 61
Tabel 4. 6 Deskripsi Rata-rata NI Bank Umum Syariah ............................................ 62
Tabel 4. 7 Deskripsi Rata-rata BOPO Bank Umum Syariah ...................................... 64
Tabel 4. 8 Hasil Statistik Deskriptif ........................................................................ 65
Tabel 4. 9 Hasil Uji Normalitas .............................................................................. 66
Tabel 4. 10 Hasil Uji Multikolinearitas ................................................................... 67
Tabel 4. 11 Hasil Uji White .................................................................................... 67
Tabel 4. 13 Hasil Uji Autokorelasi .......................................................................... 68
xv
Tabel 4. 14 Hasil Regresi Data Panel Menggunakan Model Common Effect .............. 69
Tabel 4. 15 Hasil Regresi Data Panel Menggunakan Model Fixed Effect ................... 70
Tabel 4. 16 Hasil Uji Chow .................................................................................... 71
Tabel 4. 19 Uji t ..................................................... Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. 20 Uji F .................................................... Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. 21 Koefisien Determinasi ........................... Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. 22 Model Regresi Common Effect.............................................................. 74
Tabel 4. 23 Model Regresi Tiap Bank ..................................................................... 76
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ………………………………………………..32
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Tahunan PL, BOPO, CAR, NPF, FDR, dan NI…….103
Lampiran 2 Uji Asumsi Klasik ..……………………………………..………104
Lampiran 3 Model Regresi Data Panel ……………………………………...106
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perbankan merupakan inti dari sistem keuangan pada tiap negara,
Indonesia telah memiliki beberapa Undang-undang yang mengatur tentang
perbankan, diantaranya yaitu Pasal 1 angka 1 Undang-undang RI No. 10
Tahun 1998 menjelaskan bahwa perbankan merupakan segala sesuatu yang
menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara
dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya (Syukur, 2015). Menurut
Indriyo (2006) tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk
memaksimumkan keuntungan dan meningkatkan kemakmuran pemiliknya.
Dari dua tujuan utama perusahaan tersebut maka pihak manajemen harus
menghasilkan keuntungan yang optimal serta pengendalian yang seksama
terhadap kegiatan operasionalnya terutama yang berkaitan dengan keuangan
perusahaan.
Krisis keuangan yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun
1997 memiliki dampak yang sangat buruk bagi perbankan. Keadaan seperti
ini membuat sistem perbankan pada umumnya mengalami masalah likuiditas
jangka panjang. Krisis ini mempunyai dampak yang cukup luas, seperti
banyaknya bank yang tidak mampu membayar kewajibannya karena
menurunnya nilai tukar rupiah. Hal-hal tersebut memicu para pemilik dana
untuk menarik kembali dana yang mereka simpan, karena khawatir akan
keamanan harta yang mereka simpan di bank.
2
Perekonomian Indonesia tidak luput dari imbas dinamika pasar
keuangan global. Salah satu imbas dari dinamika ini adalah krisis ekonomi
yang terjadi pada tahun 2008 yang berakibat pada sektor perbankan di
Indonesia, terutama untuk bank konvensional. Hal ini dikarenakan bank
konvensional memiliki tingkat integritas yang tinggi dengan sistem keuangan
global. Dapat dilihat pada Oktober 2008 Bank Mandiri Tbk, Bank Negara
Indonesia Tbk, dan Bank Rakyat Indonesia Tbk meminta bantuan likuiditas
dari Bank Indonesia (Ihsan dan Kartika, 2015).
Berbeda dengan bank konvensional, perbankan syariah tidak terlalu
mengalami dampak negatif dari krisis ekonomi global yang terjadi. Meski
pada masa krisis keuangan tersebut perbankan syariah dapat bertahan dan
dapat mengatasi masalah-masalah yang terjadi dalam kegiatan usahanya,
namun bank syariah sebagai lembaga keuangan yang berorientasi terhadap
keuntungan tentu akan tetap menghadapi berbagai risiko yang tidak menutup
kemungkinan mengancam eksistensinya (Ihsan dan Kartika, 2015).
Bank syariah merupakan bank yang secara operasional berbeda
dengan bank konvensional. Salah satu ciri khas bank syariah yaitu tidak
menerima atau membebani bunga kepada nasabah, akan tetapi menerima atau
membebankan bagi hasil serta imbalan lain sesuai dengan akad-akad yang
diperjanjikan. Konsep dasar bank syariah didasarkan pada al-Qur’an dan
hadits. Semua produk dan jasa yang ditawarkan tidak boleh bertentangan
dengan isi al-Qur’an dan hadits Rasulullah SAW (Ismail, 2011:29).
3
Persaingan dalam sektor perbankan syariah memicu para pelaku bisnis
untuk bersaing mendapatkan laba sebesar-besarnya dengan selalu
mengedepankan pelayanan kepada masyarakat. Pihak manajemen bank akan
berupaya untuk mempertahankan kinerja bank dalam memenuhi kebutuhan
dan mempertahankan kepercayaan masyarakat terhadap bank. Hidup atau
tidaknya suatu bank tergantung dari bagaimana bank dapat memberikan
pelayanan dan mendapatkan kepercayaan yang tinggi dari masyarakat serta
mampu menghadapi berbagai risiko bisnis yang ada. Apabila bank tidak
mendapatkan kepercayaan yang tinggi dan tidak mampu bersaing, maka bank
akan sulit untuk mempertahankan keberadaannya. Oleh karena itu, diperlukan
penilaian kinerja bank sebagai tolak ukur kesehatan bank yang dilakukan
dalam kurun waktu periode tertentu (Novitasari, 2015).
Sejak kehadiran bank syariah hingga saat ini, belum ada satu pun bank
syariah yang telah dinyatakan bangkrut. Bukan berarti perbankan syariah
tidak dapat mengalami kebangkrutan karena bank syariah tetaplah sebuah
perusahaan dan perusahaan manapun bisa mengalami kebangkrutan (Endri,
2009). Untuk mengetahui kondisi suatu bank dan potensi terjadinya
kebangkrutan maka perlu dilakukan penilaian terhadap kinerja dan kesehatan
bank tersebut.
Kinerja keuangan bank adalah gambaran kondisi keuangan bank pada
saat periode tertentu baik menyangkut aspek penghimpunan dana maupun
pengeluaran dana yang biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal,
likuiditas dan profitabilitas bank (Abdullah dalam Setiyono, 2013).
4
Kinerja keuangan melihat pada laporan keuangan yang dimiliki oleh
perusahaan atau badan usaha yang bersangkutan dan itu tercermin dari
informasi yang diperoleh pada balancesheet (neraca), income statement
(laporan laba rugi), dan cash flow statement (laporan arus kas) serta hal-hal
lain yang turut mendukung sebagai penguatan penilaian financial
performance tersebut (Fahmi dalam Rumondor, 2013). Salah satu tujuan dari
pelaporan keuangan adalah untuk memberikan informasi bagi para pengguna
laporan keuangan untuk pengambilan keputusan (Sabir dkk, 2012)
Otoritas Jasa Keuangan telah mengeluarkan peraturan terkait dengan
penilaian kesehatan bank syariah yang dimuat dalam POJK No.
8/POJK.03/2014 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah
dan Unit Usaha Syariah. Berdasarkan POJK No.8/POJK.03/2014 dalam
rangka meningkatkan efektivitas penilaian tingkat kesehatan bank untuk
menghadapi perubahan kompleksitas usaha maka diperlukan penilaian tingkat
kesehatan bank dengan pendekatan berdasarkan risiko (Risk Based Bank
Rating). Penilaian tingkat kesehatan yang dimaksud peraturan tersebut adalah
penilaian dengan menggunakan metode RBBR.
Berdasarkan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.
10/SEOJK.03/2014 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
Syariah dan Unit Usaha Syariah dalam melakukan penilaian terhadap tingkat
kesehatan bank, manajemen bank perlu memperhatikan prinsip-prinsip
berorientasi risiko, proporsionalitas, materialitas signifikansi dan
komprehensif terstruktur
5
Proses penilaian dilakukan secara menyeluruh dan sistematis serta
difokuskan pada permasalahan utama bank. Analisis dilakukan secara
terintegrasi dengan mempertimbangkan keterkaitan antar risiko dan antar
faktor penilaian tingkat kesehatan bank serta perusahaan anak yang wajib
dikonsolidasikan. Analisis harus didukung oleh fakta-fakta pokok dan rasio-
rasio yang relevan untuk menunjukkan tingkat, trend, dan tingkat
permasalahan yang dihadapi oleh bank, berikut adalah tren dan tingkat
permasalahan Non Performing Finance (NPF), Finance to Deposit Ratio
(FDR), Net Imbalan (NI), Beban Operasional, Pendapatan Operasional
(BOPO) dan Capital Adequacy Ratio (CAR).
Tabel 1. 1 Rasio NPF, FDR, NI, dan BOPO Bank Syariah
Tahun NPF (%) FDR (%) NI (%) BOPO (%) CAR (%)
2013 2.62 100.32 0.08 78.21 14.42
2014 3.38 86.66 0.52 96.97 15.74
2015 3.19 88.03 0.52 97.01 15.02
2016 4.42 85.99 0.94 96.23 15.95
Sumber: Laporan BI dan OJK (data diolah)
Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa trend kinerja keuangan
bank syariah mengalami penurunan. Hal ini ditandai dengan peningkatan
rasio NPF pada 2013 menuju 2014 dari 2.62 % naik menjadi 3.38% dan terus
mengalami kenaikan pada 2015 menjadi 3.19% kemudian naik lagi menjadi
4.42% pada Juni 2016. Semakin tinggi rasio NPF maka semakin banyak
kerugian yang ditimbulkan untuk menutup pembiayaan macet dll (Adyani
dalam Rahman dan Rochmanika, 2012).
6
Bukan hanya rasio NPF yang mengalami penurunan kinerja, akan
tetapi hal ini juga diikuti dengan penurunan rasio FDR sejak tahun 2013-
2016. Pada 2013 menuju 2014 rasio FDR bank syariah mengalami penurunan
dari 100.32% menjadi 86.66%, pada 2015 mengalami kenaikan sedikit
menjadi 88.03%. Kemudian pada 2016 kembali mengalami penurunan
menjadi 85.99%. Rasio FDR yang tinggi akan menunjukkan profitabilitas
yang besar, karena kredit yang disalurkan oleh bank dapat dijalankan secara
efektif (Pransanjaya dan Ramantha, 2013).
Rasio NI dari tahun 2013-2016 cenderung mengalami kenaikan,
dapat dilihat pada 2013 nilai NI sebesar 0.06% naik menjadi 0.52% pada
2014, kemudian pada 2015 stabil di 0.52%. Sedangkan pada 2016 mengalami
kenaikan menjadi 0.94%. Rasio NI yang relatif kecil menunjukkan bahwa
bank syariah lebih efisien dalam mengelola aktiva produktifnya.
Rasio BOPO kurang lebih mengalami peningkatan dari tahun 2013-
2016, pada tahun naik 2013 sebesar 78.21% dan mengalami peningkatan pada
2014 menjadi 96.97% dan naik lagi menjadi 97.01% pada tahun 2015.
Setelah itu stabil di angka 96.23% pada tahun 2016. Bank Indonesia
menetapkan besarnya rasio BOPO tidak melebihi 90 persen, apabila melebihi
90 persen, maka bank tersebut dikategorikan tidak efisien (Pransanjaya dan
Ramantha, 2013).
Rasio CAR cenderung stabil, pada 2013 terdapat kenaikan sebesar
14.42% sedangkan pada tahun 2014 sebesar 15.74% dan terus stabil di angka
15.02% pada 2015 dan 15.95% di 2016. Bank yang memiliki modal yang
7
tinggi cenderung menunjukkan tingginya profitabilitas (Naceur dalam
Pransanjaya dan Ramantha, 2013).
Kondisi ekonomi Indonesia yang kurang baik akan sangat berdampak
terhadap kinerja keuangan bank syariah. Oleh karena itu, bank syariah perlu
memperhatikan banyak aspek untuk mengurangi risiko yang dihadapi. Untuk
itu, penelitian ini ingin mengungkapkan faktor penyebab perlambatan
pertumbuhan laba bank syariah dengan menganalisis pengaruh rasio NPF,
FDR, NI, CAR dan BOPO terhadap pertumbuhan laba bank syariah.
Tabel 1.2 menunjukkan pertumbuhan laba bank syariah dari tahun
2013-2016.
Tabel 1. 2 Laba Bank Syariah 2013-2016
Tahun Laba (miliar
rupiah)
Pertumbuhan
Laba
2013 3186 68.00%
2014 3758 17.95%
2015 2767 -26.37%
2016 2490 -10.01%
Sumber: Laporan BI dan OJK (data diolah)
Berdasarkan tabel 1.2 dapat dilihat bahwa laba yang diperoleh oleh
bank syariah mengalami fluktuasi sejak 2013 hingga 2016. Pada 2013, bank
syariah mengalami peningkatan laba secara drastis sekitar 68% dari 2012.
Pada 2014 bank syariah mengalami kenaikan laba yang cukup signifikan
sebesar 17.95%.
Pada 2015 bank syariah mengalami penurunan laba sebesar -26.37%,
kemudian mengalami penurunan kembali menjadi -10.01% pada 2016.
8
Berdasarkan data tersebut dapat kita simpulkan bahwa terdapat faktor-faktor
yang mempengaruhi kenaikan maupun penurunan laba yang diperolah oleh
bank syariah.
Berdasarkan penelitian oleh Amelia (2015) mengemukakan bahwa
rasio NPF tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap perubahan laba,
sedangkan hasil penelitian Novitasari (2015) menyatakan bahwa rasio NPF
memiliki pengaruh signifikan terhadap perubahan laba. Penelitian yang
dilakukan oleh Mukhlis (2012) menemukan bahwa rasio FDR memiliki
pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba, sedangkan penelitian oleh
Novitasari (2015) menyimpulkan bahwa rasio FDR memiliki pengaruh tidak
signifikan terhadap pertumbuhan laba.
Penelitian oleh Tristiningtyas (2016) menemukan bahwa NI memiliki
pengaruh negatif tidak signifikan terhadap pertumbuhan laba, sedangkan
temuan oleh Sabir (2012) bahwa NI memiliki pengaruh positif tidak
signifikan terhadap pertumbuhan laba.
Penelitian oleh Emilda (2016) menunjukkan bahwa BOPO memiliki
pengaruh tidak signifikan terhadap perubahan laba sedangkan penelitian oleh
Ramadhan (2017) menyimpulkan bahwa BOPO memiliki pengaruh
signifikan terhadap perubahan laba. Penelitian yang dilakukan oleh
Novitasari (2015) bahwa rasio CAR berpengaruh positif signifikan terhadap
pertumbuhan laba. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Emilda (2016)
menyimpulkan bahwa rasio CAR tidak berpengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap perubahan laba.
9
Oleh karena itu, peneliti termotivasi melakukan penelitian ini untuk
mengetahui fakta mengenai seberapa besar pengaruh Risk Profile (NPF dan
FDR), Earnings (NI dan BOPO) serta Capital (CAR) terhadap Pertumbuhan
Laba Bank Umum Syariah di Indonesia. Adanya hasil penelitian terdahulu
membuat penulis ingin melakukan pengujian kembali dengan menambah
variabel dan tahun penelitian yang berbeda dari sebelumnya, maka peneliti
mengambil judul “PENGARUH NPF, FDR, NI, BOPO & CAR
TERHADAP PERTUMBUHAN LABA BANK UMUM SYARIAH DI
INDONESIA”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah NPF, FDR, NI, BOPO & CAR berpengaruh terhadap
pertumbuhan laba secara parsial?
2. Apakah NPF, FDR, NI, BOPO & CAR berpengaruh terhadap
pertumbuhan laba secara simultan?
C. Tujuan Penelitian
1. Menganalisa apakah terdapat pengaruh NPF, FDR, NI, BOPO & CAR
terhadap pertumbuhan laba secara parsial.
2. Menganalisa apakah terdapat pengaruh NPF, FDR, NI, BOPO & CAR
terhadap pertumbuhan laba secara simultan.
D. Manfaat Penelitian
10
1. Bagi Penulis
Untuk mengetahui lebih dalam penggunaan rasio tingkat
kesehatan bank yang diproyeksikan dengan pendekatan RBBR untuk
mengetahui pengaruhnya terhadap pertumbuhan laba.
2. Bagi Akademisi
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
laba bank umum syariah di Indonesia.
3. Bagi Perbankan
Sebagai bahan informasi dan bahan pertimbangan dalam
membuat keputusan manajemen sebagai langkah evaluasi untuk
meningkatkan kinerja manajemen perusahaan.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan adalah gambaran tentang setiap hasil ekonomi
yang mampu diraih oleh perusahaan perbankan pada saat periode tertentu
melalui aktivitas-aktivitas perusahaan untuk menghasilkan keuntungan
secara efesien dan efektif, yang dapat diukur perkembangannya dengan
mengadakan analisis terhadap terhadap data-data keuangan yang tercermin
dalam laporan keuangan (Chandra dkk, 2016).
Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses
pencatatan, serta ringkasan dari transaksi keuangan yang disusun untuk
menyediakan informasi keuangan mengenai suatu perusahaan kepada
pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan ekonomi (Wardiah, 2013:285).
Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk
melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan keuangannya
dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan
benar. Kinerja keuangan juga merupakan suatu gambaran tentang kondisi
keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat analisis keuangan,
sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu
perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu
(Fahmi dalam Setiawan, 2016).
12
Penilaian kinerja keuangan merupakan suatu cara yang dapat
dilakukan oleh pihak manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya
terhadap para pemangku kepentingan dan juga untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan oleh perusahaan (Setiawan, 2016). Selain itu, kinerja
suatu bank perlu diketahui oleh berbagai pihak dalam rangka
mengevaluasi dan mengetahui tingkat kesehatan bank.
Informasi mengenai kesehatan bank dapat digunakan oleh pihak-
pihak tersebut untuk mengevaluasi kinerja bank dalam menerapkan prinsip
kehati-hatian, kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku dan menejemen
resiko. Ketentuan penilaian tingkat kesehatan bank digunakan sebagai
bahan untuk menilai, menetapkan arah pembinaan dan pengembangan
bank agar bank-bank dapat dikelola menjadi bank-bank yang layak dan
sehat untuk terus berkembang di dunia perbankan (Lubis, 2013).
2. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Kesehatan bank adalah kemampuan bank untuk melakukan
kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi
semua kewajibannya dengan baik dengan cara yang sesuai dengan
peraturan perbankan yang berlaku (Wardiah, 2013:238).
Dengan semakin meningkatnya kompleksitas usaha dan profil
risiko, bank perlu mengidentifikasi permasalahan yang mungkin timbul
dari operasional bank. Bagi perbankan, hasil akhir penilaian kondisi bank
tersebut dapat digunakan sebagai salah satu sarana dalam menetapkan
strategi usaha di waktu yang akan datang (IBI, 2016:9-10). Tingkat
13
kesehatan bank merupakan hasil penilaian atas berbagai aspek yang
berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank (IBI, 2016:10).
Pada prinsipnya, tingkat kesehatan, pengelolaan bank, dan
kelangsungan usaha bank merupakan tanggung jawab sepenuhnya dari
manajemen bank. Oleh karena itu, bank wajib memelihara, memperbaiki,
dan meningkatkan tingkat kesehatannya dengan menerapkan prinsip
kehasi-hatian dan manajemen risiko dalam melaksanakan kegiatan
usahanya (IBI, 2016:10).
3. Peraturan Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Berdasarkan UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas UU
No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan pembinaan dan pengawasan Bank
dilakukan oleh bank Indonesia. UU tersebut lebih lanjut menetapkan
bahwa (Wardiah, 2013:238-239):
a. Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan
ketentuan kecukupan modal, kualitas asset, kualitas manajemen,
likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan
dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai
dengan prinsip kehati-hatian.
b. Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah dan melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh
cara-cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang
mempercayakan dananya kepada bank.
14
c. Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia, segala keterangan
dan penjelasan mengenai usahanya menurut tata cara yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia.
d. Bank atas permintaan Bank Indonesia wajib memberikan kesempatan
bagi pemerikasaan buku-buku dan berkas-berkas yang ada padanya,
serta wajib memberikan bantuan yang diperukan dalam rangka
memperoleh kebenaran dan segala keterangan, dokumen dan
penjelasan yang dilaporkan oleh bank yang bersangkutan.
e. Bank Indonesia melakukan pemeriksaan terhadap bank, baik secara
berkala maupun setiap waktu apabia diperlukan. Bank Indonesia dapat
menugaskan Akuntan Publik untuk dan atas nama Bank Indonesia
melaksanakan pemeriksaan terhadap bank.
f. Bank Wajib menyampakan kepada Bank Indonesia neraca dan
perhitungan laba/rugi tahunan serta penjelasannya serta laporan
berkala lainnya, dalam waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia. Neraca serta perhitungan laba/rugi tahunan tersebut wajib
terlebih dahulu diaudit oleh akuntan public.
g. Bank wajib mengumumkan neraca dan perhitungan laba/rugi dalam
waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Menyadari akan pentingnya kesehatan suatu bank untuk menjaga
kepercayaan nasabah dan kelangsungan industri perbankan. Bank
Indonesia merasa perlu untuk menetapkan peraturan tentang penilaian
kesehatan bank. Dengan menerapkan aturan tersebut, diharapkan
15
perbankan selalu dalam kondisi baik dan sehat sehingga tidak merugikan
masyarakat yang memiliki kepentingan dengan kegiatan perbankan.
Pokok-pokok pengaturan tingkat kesehatan bank diuraikan pada
PBI No.13/01/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Umum, peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 8/POJK.03/2014 tentang
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah, dengan ketentuan dasar sebagai berikut (IBI, 2016:10-11):
a. Meningkatnya inovasi dalam produk, jasa, dan aktivitas perbankan
berpengaruh pada peningkatan kompleksitas usaha dan profil risiko
bank yang apabila tidak diimbangi dengan penerapan manajemen
risiko yang memadai dapat menimbulkan berbagai permasalahan
mendasar pada bank maupun terhadap system keuangan secara
keseluruhan.
b. Pada prinsipnya, tingkat kesehatan, pengelolaan bank, dan
kelangsungan usaha bank merupakan tanggung jawab sepenuhnya dari
manajemen bank. Oleh karena itu, bank wajib memelihara,
memperbaiki, dan meningkatkan tingkat kesehatannya dengan
menerapkan prinsip kehasi-hatian dan manajemen risiko dalam
melaksanakan kegiatan usahanya.
c. Di sisi lain, pengawasan akan mengevaluasi, menilai tingkat kesehatan
bank, dan melakukan tindakan penawasan yang diperlukan dalam
rangka menjaga stabilitas system perbankan dan keuangan.
16
d. Penilaian tingkat kesehatan bank secara konsolidasi dilakukan bagi
bank yang melakukan pengendalian terhadap perusahaan anak.
e. Dalam melakukan penilaian tingkat kesehatan secara konsolidari,
meknisme penetapan peringkat setiap factor penilaian, penetapan
peringkat komposit, serta pengkategorian peringkat setiap faktor
penilaian dan peringkat komposit, mengacu pada mekanisme
penetapan dan pengkategorian peringkat secara individual.
Prinsip umum penilaian tingkat kesehatan bank oleh pengawas
sebagai berikut (IBI, 2016:11):
a. Berorientasi Risiko dan Forwarding Looking
Peniaian tingkat kesehatan didasarkan pada risiko-risiko bank dan
dampak pada kinerja bank secara keseluruhan. Hal ini dilakukan
dengan cara mengidentifikasi faktor internal maupun eksternal yang
dapat meningkatkan risiko atau memperngaruhi kinerja keuangan bank
pada saat ini dan di masa yang akan datang.
b. Proporsionalitas
Penggunaan parameter/indicator dalam tiap faktor penilaian tingkat
kesehatan bank dilakukan dengan memperhatikan karakteristik dan
kompleksitas usaha bank.
c. Materialitas dan Signifikansi
Bank perlu memperhatikan materialitas dan signifikansi faktor
penilaian tingkat kesehatan bank.
d. Komprehensif dan Terstruktur
17
Proses penilaian harus dilakukan secara menyeluruh dan sistematis
serta difokuskan pada permasalahan utama bank.
4. Faktor Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 8/POJK.03/2014
tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah, bank wajib melakukan penilaian Tingkat Kesehatan Bank dengan
menggunakan pendekatan berdasarkan Risiko (Risk-Based Bank Rating).
Indikator dari tiap penilaian tersebut berdasarkan SE OJK No.
10/SEOJK.03/2014 adalah sebagai berikut:
a. Risk Profile (Profil Risiko)
Penilaian faktor profil risiko merupakan penilaian terhadap risiko
inheren dan kualitas penerapan manajemen risiko dalam aktivitas
operasional bank (IBI, 2016:13). Risiko yang wajib dinilai berdasarkan
SE OJK No.10/SEOJK.03/2014 terdiri atas 10 (sepuluh) jenis risiko
yaitu:
1) Risiko Kredit
Risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan nasabah atau
pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada bank sesuai dengan
perjanjian yang disepakati. Risiko kredit pada umumnya melekat
pada seluruh aktivitas penanaman dana yang dilakukan oleh bank
yang kinerjanya bergantung pada kinerja pihak lawan
(counterparty), penerbit (issuer) atau kinerja peminjam dana
(borrower). Risiko kredit juga dapat diakibatkan oleh
18
terkonsentrasinya penyediaan dana pada debitur, wilayah geografis,
produk, jenis pembiayaan, atau lapangan usaha tertentu.
Dalam penelitian ini risiko kredit dihitung dengan
menggunakan rasio NPF dengan rumus berikut:
2) Risiko Pasar
Risiko pasar adalah risiko pada posisi neraca dan rekening
administratif akibat perubahan harga pasar, antara lain risiko berupa
perubahan nilai dari aset yang dapat diperdagangkan atau disewakan.
Risiko pasar meliputi antara lain risiko benchmark suku bunga
(benchmark interest rate risk), risiko nilai tukar, risiko ekuitas, dan
risiko komoditas. Risiko pasar dapat dihitung dengan menggunakan
rasio PDN dengan perumusan sebagai berikut:
3) Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas adalah risiko akibat ketidakmampuan bank
untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber
pendanaan arus kas dan/atau aset likuid berkualitas tinggi yang dapat
diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan bank.
Risiko ini disebut juga risiko likuiditas pendanaan (funding liquidity
risk). Risiko likuiditas juga dapat disebabkan oleh ketidakmampuan
bank melikuidasi asset tanpa terkena diskon yang material karena
19
tidak adanya pasar aktif atau adanya gangguan pasar (market
disruption) yang parah. Risiko ini disebut sebagai risiko likuiditas
pasar (market liquidity risk). Dalam penelitian ini risiko likuiditas
dihitung dengan menggunakan rasio FDR dengan rumus berikut:
4) Risiko Operasional
Risiko operasional adalah risiko kerugian yang diakibatkan
oleh proses internal yang kurang memadai, kegagalan proses
internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan/atau adanya
kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional bank. Sumber
risiko operasional dapat disebabkan antara lain oleh sumber daya
manusia, proses, sistem, dan kejadian eksternal.
5) Risiko Hukum
Risiko hukum adalah risiko yang timbul akibat tuntutan
hukum dan/atau kelemahan aspek yuridis. Risiko ini juga dapat
timbul antara lain karena ketiadaan peraturan perundang-undangan
yang mendasari atau kelemahan perikatan, seperti tidak dipenuhinya
syarat sahnya perjanjian atau agunan yang tidak memadai.
6) Risiko Stratejik
Risiko stratejik adalah risiko akibat ketidaktepatan dalam
pengambilan dan/atau pelaksanaan suatu keputusan stratejik serta
kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.
Sumber risiko stratejik antara lain dapat berasal dari kelemahan
20
dalam proses formulasi strategi dan ketidaktepatan dalam perumusan
strategi, ketidaktepatan dalam implementasi strategi, dan kegagalan
mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.
7) Risiko Kepatuhan
Risiko kepatuhan adalah risiko akibat bank tidak mematuhi
dan/atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan
ketentuan yang berlaku, serta prinsip syariah. Sumber risiko
kepatuhan antara lain dapat disebabkan oleh kurangnya pemahaman
atau kesadaran hukum terhadap ketentuan, prinsip syariah, maupun
standar bisnis yang berlaku umum.
8) Risiko Reputasi
Risiko reputasi adalah risiko akibat menurunnya tingkat
kepercayaan stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif
terhadap bank.
9) Risiko Imbal Hasil
Risiko imbal hasil (Rate of Return Risk) adalah risiko akibat
perubahan tingkat imbal hasil yang dibayarkan bank kepada
nasabah, karena terjadi perubahan tingkat imbal hasil yang diterima
bank dari penyaluran dana, yang dapat mempengaruhi perilaku
nasabah dana pihak ketiga bank.
10) Risiko Investasi
Risiko investasi (Equity Investment Risk) adalah risiko akibat
bank ikut menanggung kerugian usaha nasabah yang dibiayai dalam
21
pembiayaan berbasis bagi hasil baik yang menggunakan metode net
revenue sharing maupun yang menggunakan metode profit and loss
sharing.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan risiko kredit (NPF) dan
risiko likuiditas (FDR).
b. Good Corporate Governance (GCG)
Penilaian faktor GCG merupakan penilaian terhadap kualitas
manajemen Bank atas pelaksanaan prinsip-prinsip GCG. Prinsip-prinsip
GCG dan fokus penilaian terhadap pelaksanaan prinsip-prinsip GCG
berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia mengenai Pelaksanaan
GCG bagi bank umum dengan memperhatikan karakteristik dan
kompleksitas usaha Bank (SEBI No. 13/24/DPNP/2011).
Penilaian faktor good corporate governance bagi bank umum
syariah merupakan penilaian terhadap kualitas manajemen bank atas
pelaksanaan 5 (lima) prinsip good corporate governance yaitu
transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, profesional, dan
kewajaran. Prinsip-prinsip good corporate governance dan fokus
penilaian terhadap pelaksanaan prinsip-prinsip good corporate
governance tersebut berpedoman pada ketentuan good corporate
governance yang berlaku bagi bank umum syariah dengan
memperhatikan karakteristik dan kompleksitas usaha bank. (SEOJK
No.10/POJK.03/2014). Dalam rangka penerapan prinsip-prinsip good
corporate governance tersebut, bank umum syariah harus melakukan
22
penilaian sendiri (self assessment) secara berkala sesuai dengan periode
penilaian tingkat kesehatan bank.
Pada penelitian ini peneliti tidak menggunakan variabel good
corporate governance dalam model penelitian, hal ini dikarenakan good
corporate governance merupakan hasil self assessment bank yang
bersangkutan dan merupakan penilaian kualitatif.
c. Earning (Rentabilitas)
Penilaian faktor rentabilitas meliputi evaluasi terhadap kinerja
rentabilitas, sumber-sumber rantabilitas, dan sustainability rentabilitas
bank dengan mempertimbankan aspek tingkat, tren, struktur, dan
stabilitas dengan memperhatikan kinerja peer grup serta menajemen
rentabilitas bank (IBI, 2016:142).
Berdasarkan SE OJK No.10/SEOJK.03/2014 penilaian terhadap
faktor earnings didasarkan pada empat rasio, yaitu:
1) Return on Assets (ROA)
2) Net Operating Margin (NOM)
3) Net Imbalan (NI/NIM)
23
4) Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan 3 rasio dalam
perhitungan faktor earning yaitu rasio NI, dan BOPO.
d. Capital (Permodalan)
Bank Indonesia menetapkan peraturan kecukupan permodalan
minimum bagi bank. Tujuan dari aturan ini antara lain untuk
melindungi pada deposan (IBI, 2016:158). Manajemen bank perlu
memperhatikan aspek permodalan dalam kegiatan usahanya, bukan
hanya sekedar untuk melaksanakan peraturan akan tetapi bank juga
perlu untuk merencanakan struktur permodalan.
Modal merupakan sumber daya terpenting yang dimiliki bank
untuk menjaga solvabilitas, dan sebagai sumber daya keuangan yang
siap pakai untuk menyerap kerugian (IBI, 2015:227). Setiap bank harus
memiliki permodalan yang cukup dalam melakukan kegiatan
operasionalnya, sehingga manajemen bank dapat bekerja dengan efisien
dalam mencapai tujuan perusahaan.
Pada bank untuk menghitung rasio permodalan dapat
menggunakan rasio CAR dengan rumus sebagai berikut:
24
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan rasio CAR dalam
perhitungan faktor earning.
5. Pertumbuhan Laba
Laba adalah perbedaan antara pendapatan (revenue) yang
direalisasi yang timbul dari transaksi pada periode tertentu dengan biaya-
biaya yang dikeluarkan pada periode tersebut (Wardiah, 2013:300). Laba
merupakan indikator penting dan laporan keuangan yang memiliki
berbagai kegunaan.
Laba pada umumnya dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan
investasi, dan prediksi untuk meramalkan perbahan laba yang akan datang
(Wardiah. 2013:282). Laba merupakan elemen yang menjadi pusat
perhatian utama oleh para pemakai laporan keuangan. Angka laba
diharapkan dapat merepresentasikan kinerja suatu perusahaan secara
keseluruhan. Informasi yang terkandung dalam laba memiliki peran yang
sangat penting bagi pihak – pihak yang berkepentingan terhadap suatu
perusahaan. Pihak internal dan eksternal perusahaan menggunakan laba
sebagai dasar pengambilan keputusan seperti pemberian kompensasi dan
pembagian bonus kepada manajer, pengukur prestasi atau kinerja
manajemen, dan dasar penentuan besarnya pengenaan pajak (Wijayanti
dalam Rosanti, 2016).
Perhitungan pertumbuhan laba pada penelitian ini merupakan
replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Lubis (2013), Emilda (2016),
dan Setiawan dan Hanryono (2016). Pertumbuhan laba dihitung dari
25
selisih antara laba tahun bersangkutan dengan tahun sebelumnya dibagi
dengan laba tahun sebelumnya. Laba yang digunakan adalah laba setelah
pajak. Rumus Pertumbuhan laba berdasarkan penelitian oleh Lubis (2013),
Emilda (2016), dan Setiawan dan Hanryono (2016) adalah sebagai berikut:
Keterangan:
∆Yt : Pertumbuhan Laba
Yt : Laba pada periode t
Yt-1 : Laba pada periode sebelum t
B. Hubungan Variabel Independen dengan Variabel Dependen
1. Hubungan Non Performing Financing (NPF) terhadap Pertumbuhan Laba
NPF merupakan rasio keuangan yang menunjukkan seberapa besar
aktiva produktif bermasalah yang dimiliki oleh bank. NPF menunjukkan
kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit/pembiayaan
bermasalah yang diberikan oleh bank, semakin tinggi rasio ini maka
semakin buruk kualitas kredit bank (Emilda, 2016).
Penelitian yang dilakukan oleh Novitasari (2015) menunjukkan
bahwa rasio NPF memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
pertumbuhan laba. Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis pertama
(Ha1) adalah NPF memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhna
laba.
Ha1: NPF memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba
26
2. Hubungan Financing to Desposit Ratio (FDR) terhadap Pertumbuhan
Laba
FDR adalah rasio keuangan perbankan yang berhubungan dengan
aspek likuiditas. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas
(Wardiah, 2013:298). Rasio yang tinggi menunjukkan bahwa suatu bank
meminjamkan seluruh dananya atau relatif tidak likuid. Sebaliknya, rasio
yang rendah menunjukkan bank yang likuid dengan kelebihan kapasitas
dana yang siap untuk dipinjamkan (Latumarissa dalam Wardiah,
2013:298).
Penyaluran kredit merupakan kegiatan utama bank. Oleh karena
itu, sumber pendapatan utama bank berasal dari kegiatan ini. Semakin
besar penyaluran dana dalam bentuk kredit dibandingkan dengan deposit
atau simpanan masyarakat pada suatu bank, semakin besar risiko yang
harus ditanggung oleh bank yang bersangkutan (Wardiah, 2013:298).
Akan tetapi semakin tinggi kredit/pembiayaan yang diberikan kepada
masyarakat akan semakin besar pendapatan yang diperoleh oleh bank.
Penelitian yang dilakukan oleh Mukhlis (2012) menunjukkan
bahwa FDR memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba.
Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis kedua (Ha2) pada penelitian ini
adalah FDR memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba.
Ha2: FDR memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba
3. Hubungan Net Imbalan (NI) terhadap Pertumbuhan Laba
27
NI/NOM adalah perbandingan antara pendapatan bunga/bagi hasil
terhadap rata-rata aktiva produktifnya (IBI, 2015:303). NI/NOM
merupakan ukuran spread atau gross margin dari aktiva kredit dan
investasi dari bank (IBI, 2015:148). Rasio NI menunjukkan seberapa besar
tingkat efisiensi bank dalam mengelola aktiva produktifnya. Semakin
tinggi rasio NI maka akan semakin tinggi perndapatan/laba yang diterima
oleh bank, namun semakin besar pula kewajiban bagi hasil kepada
nasabah.
Penelitian yang dilakukan oleh Ramadhan (2017) menunjukkan
bahwa rasio NI/NOM memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
laba. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis keempat (Ha4) pada
penelitian ini adalah NI memiliki pengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan laba.
Ha3: NI memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba
4. Hubungan Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Pertumbuhan Laba
CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh
aktiva bank yang mengandung risiko ikut dibiayai dari dana modal sendiri
bank disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank
(Dendawijaya, 2005). Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor
9/24/DPbS/2007 besarnya CAR yang ditetapkan adalah 8%.
Penelitian yang dilakukan oleh Wijaya (2014) menunjukkan bahwa
CAR memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba.
28
Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis kelima (Ha5) pada penelitian
ini adalah CAR memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba.
Ha4: CAR memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba
5. Hubungan Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
terhadap Pertumbuhan Laba
Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasioanal
(BOPO) sering disebut rasio efisiensi yang digunakan untuk mengukur
kemampuan bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap
pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien
biaya operasional yang dikeluarkan oleh bank bersangkutan (Lubis, 2013).
Penelitian yang dilakukan oleh Amelia (2015) menunjukkan bahwa
BOPO memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba.
Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis keenam (Ha6) pada penelitian
ini adalah BOPO memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
laba.
Ha5: BOPO memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
laba
29
C. Penelitian Terdahulu
Hasil dari penelitian - penelitian terdahulu mengenai topik yang
berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 2.1.
Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu
No Peneliti/
tahun
Judul
penelitian Variabel
Metodologi penelitian Hasil
penelitian Persamaan perbedaan
1. Novita
sari
Rahma
(2015)
Pengaruh
Tingkat
Kesehatan
Bank dengan
Metode
CAMELS
Terhadap
Pertumbuha
n Laba Pada
Bank Umum
Syariah
Independ
en: CAR
ROA
NPF FDR
Dependen
:
Pertumbu
han Laba
objek
penelitian
bank
umum
syariah
variabel x
digunakan
CAR,
NPF, ROA
dan FDR.
Variabel y
pertumbuh
an laba
metode
yang
digunakan
regresi
linear
berganda
tahun
penelitian
yang
diambil
CAR dan
FDR tidak
berpengaru
h signifikan
terhadap
pertumbuha
n laba tetapi
NPF dan
ROA
berpengaru
h
2. Astutik
dan
Atim
Djazuli
(2014)
Pengaruh
Tingkat
Kesehatan
Bank
Menurut
Risk Based
Bank Rating
terhadap
Kinerja
Keuangan
(Studi pada
Bank Umum
Syariah di
Indonesia)
Independ
en:
BOPO
NPF FDR
CAR
NOM
GCG
Dependen
: ROA
objek
penelitian
bank
syariah
variabel x
yang
digunakan
BOPO
NPF FDR
CAR
metode
yang
digunakan
regresi
linear
berganda
variabel y
yang
digunakan
ROA
variabel x
yang
digunakan
GCG
tahun
penelitian
yang
diambil
FDR dan
NOM
berpengaru
h signifikan
terhadap
ROA akan
tetapi GCG
BOPO NPF
CAR tidak
berpengaru
h
30
Lanjutan Tabel 2.1
No Peneliti/
tahun
Judul
penelitian Variabel
Metodologi penelitian Hasil
penelitian Persamaan perbedaan
3. Fitri
Zulifah
dan Joni
Susilowi
bowo
(2014)
pengaruh
inflasi, bi
rate, CAR
NPF BOPO
terhadap
profitabilitas
bank umum
syariah
periode
2008-2012
Independ
en:
inflasi, bi
rate, CAR
BOPO
NPF
Dependen
: ROA
objek
penelitian
bank
syariah
variabel x
yang
digunakan
CAR
BOPO
NPF
metode
yang
digunakan
regresi
linear
berganda
variabel y
yang
digunakan
ROA
variabel x
inflasi, bi
rate
tahun
penelitian
yang
diambil
BI rate
CAR
BOPO NPF
berpengaru
h signifikan
terhadap
ROA
sedangkan
inflasi tidak
berpengaru
h
4. Dwi Nur
Aini
Ihsan
dan
Sharfina
Putri
Kartika
(2015)
potensi
kebangkruta
n pada
sektor
perbankan
syariah
untuk
menghadapi
perubahan
lingkungan
bisnis
Independ
en: NPF
LR risk
profile
ROA
NCOM
CAR
objek
penelitian
bank
syariah
variabel
NPF ROA
CAR
metode
yang
digunakan
altman z-
score
variabel
NCOM LR
risk profile
tahun
penelitian
Bank
syariah
terbukti
bagus dan
fit untuk
masuk
kategori
sehat pada
periode
2010-2014
5. Imam
Mukhlis
(2012)
kinerja
keuangan
bank dan
stabilitas
makroekono
mi terhadap
profitabilitas
bank syariah
di indonesia
Independ
en: CAR
FDR NPF
inflasi,
pertumbu
han
ekonomi
Dependen
:
profitabili
tas bank
syariah
metode
yang
digunakan
regresi
data panel
variabel
CAR FDR
NPF dan
profitabilit
as bank
syariah
variabel
inflasi dan
pertumbuh
an
ekonomi
tahun
penelitian
yang
diambil
FDR NPF
inflasi dan
pertumbuha
n ekonomi
berpengaru
h positif
terhadap
profitabilita
s bank
syariah
sedangkan
CAR tidak
berpengaru
h
Sumber : diolah dari berbagai sumber
31
Gambar 2. 1
Kerangka berpikir yang digunakan di dalam penelitian ini dapat
dilihat dalam tabel 2.1
Kerangka Berpikir
Uji Asumsi Klasik
Common
Effect
Fixed
Effect
Fixed
Effect
Pertumbuhan Laba
(Y)
Random
Effect
Uji Chow Uji Hausman
Hasil Pengujian
Model
Uji t Uji F Koefisien
Determinasi
Hasil dan
Kesimpulan
BOPO
(X6)
Laporan Keuangan Bank Umum Syariah 2013-2016
NPF
(X1)
CAR
(X2)
FDR
(X3)
ROA
(X4)
NI
(X5)
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, yaitu penelitian
dengan memperoleh data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang
diangkakan. (Sugiyono, 2016). Semua data dalam bentuk tahunan pada
periode 2012-2016 yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, OJK serta data
yang dikeluarkan oleh official website bank yang dijadikan sampel dalam
penelitian ini.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kausalitas yang
menjelaskan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Jenis
penelitian ini adalah penelitian asosiatif. Menurut Sugiyono (2016), penelitian
asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh
ataupun juga hubungan antara dua variabel atau lebih. Metode yang
digunakan adalah metode kausal-asosiatif yang dilakukan terhadap data yang
dikumpulkan setelah terjadinya suatu peristiwa.
Identifikasi terhadap peristiwa tersebut berkenaan dengan variabel
independen yaitu: Non Performing Assets (NPF), Financial to Deposit Ratio
(FDR), Net Imbalan (NI), Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Beban
Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), dengan variabel
dependen yaitu Pertumbuhan Laba (PL). Tempat penelitian ini adalah Bank
Umum Syariah di Indonesia.
33
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi peneitian merupakan keseluruhan (universum) dari objek
yang penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara,
gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup dan sebagainya. Sehingga objek-objek ini
dapat menjadi sumber data penelitian (Bungin dalam Siregar, 2015:30).
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah bank umum
syariah di Indonesia yang laporan keuangannya telah dilaporkan kepada Bank
Indonesia dan atau Otoritas Jasa Keuangan dalam kurun waktu penelitian
yaitu tahun 2012-2016 yaitu sebanyak 12 bank.
Sampel adalah suatu prosedur pengambilan data dimana hanya
sebagian populasi saja yang diambil dan dipergunakan untuk menentukan
sifat serta ciri yang dikehendaki dari suatu populasi (Siregar, 2015:30).
Adapun metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode purposive sampling yaitu metode penetapan responden untuk
dijdikan sampel berdasarkan pada kriteria tertentu (Siregar, 2015:33). Kriteria
bank umum syariah yang ditetapkan dalam pemilihan sampel adalah sebagai
berikut:
1. Bank umum syariah yang terdaftar di Bank Indonesia dan atau Otoritas
Jasa Keuangan.
2. Bank umum syariah yang telah menerbitkan laporan keuangan secara
berturut-turut yaitu tahun 2012 sampai dengan 2016 yang telah
dilaporkan kepada Bank Indonesia dan atau Otoritas Jasa Keuangan.
3. Bank tersebut memiliki data yang lengkap selama periode penelitian.
34
Berdasarkan kriteria tersebut, maka jumlah sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah 10 bank. Keterangan mengenai proses
pengambilan sampel disajikan pada Tabel 3.1 berikut:
Tabel 3. 1 Proses Pengambilan Sampel
Keterangan Jumlah Bank
Bank umum syariah yang terdaftar di Bank Indonesia
dan Otoritas Jasa Keuangan
12
Bank umum syariah yang tidak menyampaikan data
secara lengkap selama periode penelitian (2013-2016)
(2)
Bank umum syariah yang memenuhi kriteria sampel
peneliti
10
Bank umum syariah yang memenuhi kriteria sampel
peneliti
10 x 5
Jumlah data sampel yang diobservasi 50
Sumber: diolah
Bank umum syariah yang termasuk dalam sampel penelitian dapat
dilihat pada Tabel 3.2 berikut:
Tabel 3. 2 Sampel Penelitian
No. Nama Bank Kode
1 Bank Rakyat Indonesia Syariah BRIS
2 Bank Syariah Bukopin BSB
3 Bank Jabar Banten Syariah BJBS
4 Bank Central Asia Syariah BCAS
5 Bank Panin Syariah PANINS
6 Bank Victoria Syariah VICTORIAS
7 Bank Nasional Indonesia Syariah BNIS
8 Bank Syariah Mandiri BSM
9 Bank Mega Syariah BMS
10 Bank Muamalat Indonesia BMI
Sumber: Bank Indonesia (data diolah)
C. Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data
kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang berupa angka. Sesuai dengan
35
bentuknya, data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis dengan menggunakan
perhitungan statistik (Siregar, 2015:17).
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan data sekunder. Data sekunder adalah data yang diterbitkan atau
digunakan oleh organisasi yang bukan pengolahnya (Siregar, 2015:16). Data
yang diambil berupa data laporan keuangan tahunan yang diperoleh dari
website Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, dan website resmi bank
yang dijadikan sampel selama periode 2012-2016.
Penelitian ini juga dilakukan melalui studi pustaka. Studi pustaka
dilakukan sebagai usaha untuk memperoleh informasi maupun data-data yang
bersifat teori. Data-data tersebut diperoleh dari buku-buku dan jurnal-jurnal
yang berkaitan dengan penelitian ini.
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis regresi dengan menggunakan data panel untuk menguji pengaruh-
pengaruh Non Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio
(FDR), Net Imbalan (NI), Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Beban
Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap
Pertumbuhan Laba.
Sedangkan untuk pengujian hipotesis dilakukan secara parsial (Uji t)
dan juga pengujian secara simultan (Uji F). Pengolahan data dalam penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel 2013 dan
36
Eviews versi 9 untuk windows 8.1. Langkah-langkah dalam pengujian
hipotesis tersebut adalah sebagai berikut:
1. Analisis Statistik Deskriptif
Menurut Ghozali (2016:19) statistik deskriptif merupakan
gambaran atau deskripsi suatu data yang dapat dilihat dari nilai rata-rata
(mean). Pada bagian ini peneliti akan melakukan analisis variabel
dependen maupun variabel independen yang digunakan dalam penelitian
guna mengetahui gambaran umum variabel-variabel yang digunakan.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual mempunyai distribusi
normal (Ghozali, 2013:168). Terdapat dua cara mendeteksi apakah
residual memiliki distribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis
grafik dan uji statistik. Dalam penelitian ini pengujian normalitas
data yang digunakan adalah uji Jarque-Bera (JB). Hipotesis pada uji
ini adalah (Ghozali, 2013:166):
H0 : residual terdistribusi normal
Ha : residual tidak terdistribusi normal
Apabila nilai probabilitas < nilai signifikansi (α = 0.05) maka
H0 ditolak atau data berdistribusi tidak normal. Sedangkan jika nilai
probabilitas > nilai signifikansi (α = 0.05) maka H0 diterima atau
data berdistribusi normal.
37
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi ditemukan adanya kolerasi yang tinggi atau sempurna
antar variabel independen (Ghozali, 2013:77). Cara yang digunakan
untuk melihat ada tidaknya multikolinearitas dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan matrik korelasi. Jika nilai korelasi
berada di atas 0.90 maka diduga terjadi multikolinearitas dalam
model. Sedangkan jika koefisien di bawah 0.90 maka diduga dalam
model tidak terjadi multikolinearitas.
c. Uji Heteroskedastitas
Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual
satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Jika variance dalam model
regresi adalah sama, maka disebut homoskedastisitas. Cara
mendeteksi heteroskedastisitas yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah menggunakan uji white. Hipotesis uji white adalah (Ghozali,
2013:106):
H0 : tidak ada heteroskedastisitas
Ha : ada heteroskedastisitas
Apabila nilai probabilitas Obs*R2
> nilai signifikansi (α =
0.05) maka H0 diterima atau dapat disimpulkan tidak ada
heteroskedastisitas. Sedangkan jika nilai probabilitas Obs*R2
< nilai
38
signifikansi (α = 0.05) maka H0 ditolak atau dapat disimpulkan
bahwa ada heteroskedastisitas dalam model.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu
model regresi linier ada korelasi antarkesalahan pengganggu
(residual) pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1
(sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada masalah
autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan
sepanjang waktu yang berkaitan satu sama lain (Ghozali, 2013:137).
Guna menguji ada tidaknya autokorelasi dalam penelitian ini
menggunakan Uji Lagrange Multiplier (LM Test) dengan hipotesis
sebagai berikut (Ghozali, 2013:144):
H0 : tidak ada autokorelasi
Ha : ada autokorelasi
Apabila nilai probabilitas Obs*R-squared < nilai signifikansi
(α = 0.05) maka H0 ditolak atau dapat disimpulkan bahwa dalam
model terjadi autokorelasi. Jika nilai probabilitas Obs*R-squared >
nilai signifikansi (α = 0.05) maka H0 diterima atau dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi autokorelasi dalam model.
3. Model Regresi Data Panel
Estimasi regresi data panel dapat dilakukan melalui beberapa
model pendekatan:
a. Common Effect
39
Regresi data panel dengan metode common effect adalah
asumsi yang menganggap bahwa intersep dan slope selalu tetap baik
antar waktu maupun antar individu. Setiap individu (n) yang diregresi
untuk mengetahui hubungan antara variabel dependen dengan
variabel independennya akan memberikan nilai intersep maupun
slope yang sama besarnya. Begitu pula dengan waktu (t), nilai
intersep dan slope dalam persamaan regresi yang menggambarkan
hubungan antara variabel dependen dan variabel-variabel
independennya adalah sama untuk setiap waktu. Hal ini dikarenakan
dasar yang dgunakan dalam regresi data panel ini yang mengabaikan
pengaruh indovidu dan waktu pada model yang dibentuknya
(Sriyana, 2013:107).
Persamaan untuk pendekatan model common effect adalah
sebagai berikut:
Dimana:
Yti : variabel dependen pada unit observasi ke-i dan waktu ke-t
β : koefisien arah
Xti : variabel independen pada waktu ke-t dan observasi ke-i
εti : komponen eror pada unit observasi ke-i dan waktu ke-t
Kelemahan asumsi ini adalah ketidaksesuaian model dengan
keadaan yang sesungguhnya. Kondisi tiap objek saling berbeda,
40
bahkan satu objek pada suatu waktu akan sangat berbeda dengan
kondisi objek tersebut pada waktu yang lain (Winarno, 2015:9.15).
b. Fixed Effect
Model fixed effect memiliki konstanta yang tetap besarnya
untuk berbagai periode waktu. Demikian juga dengan koefisien
regresinya, besarnya tetap dari waktu ke waktu (time invariant).
Untuk membedakan satu objek dengan objek lainnya, digunakan
variabel semu (dummy) (Winarno, 2015:9.15).
Persamaan untuk pendekatan dengan menggunakan model
fixed effect adalah sebagai berikut:
Dimana:
Yti : variabel dependen pada unit observasi ke-i dan waktu ke-t
β0 : intersep model regresi
Xit : variabel independen pada observasi ke-i dan waktu ke-t
εit : komponen eror pada unit observasi ke-i dan waktu ke-t
Kelemahan asumsi dengan model fixed effect adalah masih
adanya kemungkinan ketidaksesuaian model dengan keadaan yang
sesungguhnya (Sriyana, 2014:126).
c. Random Effect
Tidak seperti pada model fixed effect, pada model random
effect diasumsikan bahwa perbedaan intersep dan konstanta
disebabkan oleh residual/error sebagai akibat perbedaan antar unit
41
dan antar periode waktu yang terjadi secara random (Sriyana,
2014:153).
Persamaan model dengan menggunakan estimasi random
effect adalah sebagai berikut:
Dimana:
Yti : variabel dependen pada unit observasi ke-i dan waktu ke-t
β : koefisien arah
Xit : variabel independen pada observasi ke-i dan waktu ke-t
ui : komponen error pada unit observasi ke-i
εit : komponen eror pada unit observasi ke-i dan waktu ke-t
4. Pengujian Model
Guna menentukan model pendekatan regresi data panel yang
tepat, maka perlu dilakukan pengujian terhadap tiga model regresi data
panel tersebut dengan uji berikut:
a. Uji Chow
Uji Chow digunakan untuk menentukan apakah model
pendekatan yang akan digunakan common effect atau fixed effect
dengan melihat nilai probabilitasnya. Hipotesis yang digunakan dalam
uji ini adalah (Sriyana, 2014:190):
H0 : menggunakan pendekatan common effect
Ha : menggunakan pendekatan fixed effect
42
Apabila nilai probabilitas > nilai signifikansi (α = 0.05) maka
H0 diterima atau model yang digunakan adalah pendekatan common
effect. Jika nilai probabilitas < nilai signifikansi (α = 0.05) maka H0
ditolak atau model yang digunakan adalah pendekatan fixed effect.
b. Uji Hausman
Uji Hausman dilakukan untuk menentukan apakah model
yang akan digunakan fixed effect atau random effect. Hipotesis yang
digunakan dalam uji ini adalah sebagai berikut (Sriyana, 2014:193):
H0 : menggunakan pendekatan random effect
Ha : menggunakan pendekatan fixed effect
Apabila nilai probabilitas > nilai signifikansi (α = 0.05) maka
H0 diterima atau model yang digunakan adalah pendekatan random
effect. Jika nilai probabilitas < nilai signifikansi (α = 0.05) maka H0
ditolak atau model yang digunakan adalah pendekatan fixed effect.
5. Pengujian Hipotesis
a. Uji t
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel independen terhadap variabel dependen
dengan menganggap variabel independen lainnya konstan (Ghozali,
2013:62). Uji statistik t dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh
pengaruh NPF, CAR, FDR, NI dan BOPO secara individual dalam
menerangkan variasi pertumbuhan laba.
43
b. Uji F
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua
variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama atau simultan terhadap variabel
dependen (Ghozali, 2013:61).
c. Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa
jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen (Ghozali, 2013:60). Namun penggunaan koefisien
determinasi ini memiliki kelemahan jika dalam model ditambahkan
variabel independen maka nilai R2 akan terus meningkat tidak
perduli variabel tersebut signifikan ataupun tidak.
Oleh karena itu banyak peneliti yang menganjurkan untuk
menggunakan nilai adjusted R2
pada saat mengevaluasi mana model
regresi terbaik. Tidak seperti R2, nilai adjusted R
2 dapat naik atau
turun apabila satu variabel independen ditambahkan kedalam model
(Ghozali, 2013:60).
6. Persamaan Model Regresi Data Panel
Model regresi data panel dalam penelitian ini adalah:
Yit = β0i + β1 X1it + β2 X2it + β3 X3it + β4 X4it + β5 X5it + β6 X6it + β7 X7it +
εit
Dimana:
β0i = konstanta model regresi pada unit observasi ke i
44
β1 – β7 = koefisien regresi
εit = standar error pada unit observasi ke i dan waktu ke t
Yit = Pertumbuhan Laba
X1it = NPF pada unit observasi ke i dan waktu ke t
X2it = FDR pada unit observasi ke i dan waktu ke t
X3it = CAR pada unit observasi ke i dan waktu ke t
X4it = NI pada unit observasi ke i dan waktu ke t
X5it = BOPO pada unit observasi ke i dan waktu ke t
E. Operasional Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel Y (Dependent Variable)
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pertumbuhan laba. Laba adalah perbedan antara pendapatan (revenue)
yang direalisasi yang timbul dari transaksi pada periode tertentu dengan
biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tersebut (Wardiah, 2013:300).
Semakin tinggi tingkat laba yang diperoleh oleh bank maka semakin tinggi
keuntungan bagi bank tersebut.
Rumus yang digunakan untuk menghitung pertumbuhan laba
mengikuti pengukuran yang dilakukan oleh Lubis (2013), Emilda (2016),
dan Setiawan dan Hanryono (2016), yaitu sebagai berikut:
Keterangan:
∆Yt : Pertumbuhan Laba
45
Yt : Laba pada periode t
Yt-1 : Laba pada periode sebelum t
2. Variabel X (Independent Variable)
Variabel independen dalam penelitian ini adalah Non Performing
Finance (NPF), Capital Adequacy Ratio (CAR) Finance to Deposit Ratio
(FDR), Net Imbalan (NI), dan Beban Operasional terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO).
a. NPF (Non Performing Finance)
Non Performing Finance adalah kredit (pembiayaan)
bermasalah dari nasabah kepada bank dengan kategori kredit kurang
lancar, kredit diragukan, dan kredit macet. Semakin tinggi NPF maka
semakin menurun kinerja perbankan. Hal ini sejalan dengan dimana
adanya pembiayaan bermasalah yang semakin besar dibandinkan
dengan aktiva produktifnya dapat mengakibatkan kesempatan untuk
memperoleh pendapatan (income) dari pembiayaan yang diberikan,
sehingga mengurangi laba dan berpengaruh buruk pada rentabilitas
bank. (Rahmaniah dan Wibowo, 2015)
Rumus yang digunakan dalam penelitiann ini mengacu pada
SE OJK No. 10/SEOJK.03/2014, yaitu sebagai berikut:
b. CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh
aktiva bank yang mengandung risiko ikut dibiayai dari dana modal
sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari sumber-
46
sumber di luar bank (Dendawijaya, 2005). Berdasarkan Surat
Edaran Bank Indonesia Nomor 9/24/DPbS/2007 besarnya CAR
yang ditetapkan adalah 8%.
Perhitungan rasio ini mengacu pada SE OJK No.
10/SEOJK.03/2014, yaitu sebagai berikut:
c. FDR (Finance to Deposit Ratio)
Finance to Deposit Ratio adalah rasio pembiayaan terhadap
dana pihak ketiga yang diterima oleh bank (IBI, 2015:251). Rasio ini
digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas. Rasio yag tinggi
menunjukkan bahwa suatu bank meminjamkan seluruh dananya atau
tidak likuid. Sebaliknya, rasio yang rendah menunjukkan bank yang
likuid (Wardiah, 2013:298).
Perhitungan FDR mengacu pada SE OJK No.
10/SEOJK.03/2014, yaitu sebagai berikut:
d. NI (Net Imbalan)
NI merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui
kemampuan aktiva produktif dalam menghasilkan laba dengan cara
membandingkan pendapatan operasional dikurangi imbalan dan bonus
dengan rata-rata aktiva produktif. NI merupakan ukuran spread atau
47
gross margin dari aktiva kredit dan investasi dari bank (IBI,
2015:148).
Perhitungan rasio NI mengacu pada SE OJK No.
10/SEOJK.03/2014, yaitu sebagai berikut:
e. BOPO (Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional)
BOPO adalah rasio perbandingan antara biaya operasional
dengan pendapatan operasional. Semakin besar BOPO maka akan
semakin kecil atau menurun kinerja keuangan perbankan. Begitu juga
sebaliknya, jika BOPO semakin kecil, maka dapat disimpulkan bahwa
kinerja keuangan perbankan semakin meningkat atau membaik. Rasio
BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan
bank dalam melakukan kegiatan operasinya (Dendawijaya dalam Aini,
2013).
Perhitungan rasio BOPO mengacu pada SE OJK No.
10/SEOJK.03/2014, yaitu sebagai berikut:
Untuk lebih memahami operasional variabel penelitian, berikut
adalah tabel yang berisi operasional variable.
48
Tabel 3. 3 Operasional variabel penelitian
No Variabel Definisi Pengukuran variabel Sumber Jenis
1
Non
Performin
g Finance
(NPF)
Pembiayaan
bermasalah
dari nasabah
kepada bank
dengan
kategori
pembiayaan
kurang lancar,
kredit
diragukan, dan
kredit macet
Rahmani
ah dan
Wibowo
, 2015
Persen
2
Capital
Adequacy
Ratio
(CAR)
rasio yang
memperlihatka
n seberapa jauh
seluruh aktiva
bank yang
mengandung
risiko ikut
dibiayai dari
dana modal
sendiri bank
disamping
memperoleh
dana-dana dari
Dendawi
jaya,
2005
Persen
3
Finance
to Deposit
Ratio
(FDR)
Finance to
Deposit Ratio
adalah rasio
pembiayaan
terhadap dana
pihak ketiga
yang diterima
oleh bank
IBI,
2015:25
1
Persen
49
Lanjutan Tabel 3. 3
No Variabel Definisi Pengukuran variabel Sumber Jenis
5
Net
Imbalan
(NI)
rasio yang
digunakan
untuk
mengetahui
kemampuan
aktiva produktif
dalam
menghasilkan
laba dengan
cara
membandingkan
pendapatan
operasional
dikurangi
imbalan dan
bonus dengan
rata-rata aktiva
produktif
IBI,
2015:148 Persen
6
Beban
operasional
terhadap
pendapatan
operasional
(BOPO)
rasio
perbandingan
antara biaya
operasional
dengan
pendapatan
operasional
Dendawija
ya dalam
Aini, 2013
Persen
7
Pertumbuh
an laba
(PL)
Laba adalah
perbedan antara
pendapatan
(revenue) yang
direalisasi yang
timbul dari
transaksi pada
periode tertentu
dengan biaya-
biaya yang
dikeluarkan
pada periode
tersebut
Wardiah,
2013:300 Persen
Sumber: diolah dari berbagai sumber
50
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Deskripsi Objek Penelitian
Rintisan praktek perbankan Islam di Indonesia dimulai pada awal
periode 1980-an namun perkembangan bank syariah yang pesat baru
terasa semenjak era reformasi pada akhir 1990-an, setelah pemerintah dan
Bank Indonesia memberikan komitmen besar dan menempuh berbagai
kebijakan untuk mengembangkan bank syariah, khususnya sejak
perubahan undang-undang perbankan dengan UU No. 10 tahun 1998
Bank syariah merupakan bank yang secara operasional berbeda
dengan bank konvensional. Salah satu ciri khas bank syariah yaitu tidak
menerima atau membebani bunga kepada nasabah, akan tetapi menerima
atau membebankan bagi hasil serta imbalan lain sesuai dengan akad-akad
yang diperjanjikan. Konsep dasar bank syariah didasarkan pada al-Qur’an
dan hadits. Semua produk dan jasa yang ditawarkan tidak boleh
bertentangan dengan isi al-Qur’an dan hadits Rasulullah SAW (Ismail,
2011:29).
2. Profil Perusahaan
a. Bank Rakyat Indonesia Syariah
Berawal dari akuisisi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk.,
terhadap Bank Jasa Arta pada 19 Desember 2007 dan setelah mendapatkan
izin dari Bank Indonesia pada 16 Oktober 2008 melalui suratnya
51
o.10/67/KEP.GBI/DpG/2008, maka pada tanggal 17 November 2008 PT.
Bank BRISyariah secara resmi beroperasi. Kemudian PT. Bank
BRISyariah merubah kegiatan usaha yang semula beroperasional secara
konvensional, kemudian diubah menjadi kegiatan perbankan berdasarkan
prinsip syariah Islam. (www.brisyariah.co.id)
b. Bank Syariah Bukopin
PT. Bank Syariah Bukopin sebagai bank yang beroperasi dengan
prinsip syariah yang bermula masuknya konsorsium PT Bank Bukopin,
Tbk diakuisisinya PT Bank Persyarikatan Indonesia (sebuah bank
konvensional) oleh PT Bank Bukopin, Tbk., proses akuisisi tersebut
berlangsung secara bertahap sejak 2005 hingga 2008. PT Bank Syariah
Bukopin sebagai bank yang beroperasi dengan prinsip syariah yang
bermula masuknya konsorsium PT Bank Bukopin, Tbk diakuisisinya PT
Bank Persyarikatan Indonesia (sebuah bank konvensional) oleh PT Bank
Bukopin, Tbk., proses akuisisi tersebut berlangsung secara bertahap sejak
2005 hingga 2008. (www.syariahbukopin.co.id)
c. Bank BCA Syariah
Perkembangan perbankan syariah yang tumbuh cukup pesat dalam
beberapa tahun terakhir menunjukkan minat masyarakat mengenai
ekonomi syariah semakin bertambah. Untuk memenuhi kebutuhan nasabah
akan layanan syariah, maka berdasarkan akta Akuisisi No. 72 tanggal 12
Juni 2009 yang dibuat dihadapan Notaris Dr. Irawan Soerodjo, S.H., Msi,
.PT.Bank Central Asia, Tbk (BCA) mengakuisisi PT Bank Utama
52
Internasional Bank (Bank UIB) yang nantinya menjadi PT. Bank BCA
Syariah. (www.bcasyariah.co.id)
d. Bank Panin Syariah
PT Bank Panin Dubai Syariah Tbk (“Panin Dubai Syariah Bank”),
berkedudukan di Jakarta dan berkantor pusat di Gedung Panin Life Center,
Jl. Letjend S. Parman Kav. 91, Jakarta Barat. Sesuai dengan pasal 3
Anggaran Dasar Panin Dubai Syariah Bank, ruang lingkup kegiatan Panin
Dubai Syariah Bank adalah menjalankan kegiatan usaha di bidang
perbankan dengan prinsip bagi hasil berdasarkan syariat Islam. Panin
Dubai Syariah Bank mendapat ijin usaha dari Bank Indonesia berdasarkan
Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia No.11/52/KEP.GBI/DpG/2009
tanggal 6 Oktober 2009 sebagai bank umum berdasarkan prinsip syariah
dan mulai beroperasi sebagai Bank Umum Syariah pada tanggal 2
Desember 2009. (www.paninbanksyariah.co.id)
e. Bank Victoria Syariah
Menghadapi kompetisi antarbank yang semakin ketat, sektor
perbankan dituntut untuk terus berinovasi baik dari sisi produk, layanan
maupun operasional, yang berujung pada peningkatan kinerja usaha.
Untuk itu, di tahun 2013 Bank Victoria Syariah berkomitmen untuk
memperkokoh pondasi perusahaan sebagai bank ritel syariah dengan
melakukan pengembangan produk dan segmen bisnis baru untuk
percepatan pertumbuhan aset perusahaan.
(www.bankvictoriasyariah.co.id)
53
f. Bank BJB Syariah
Pendirian bank bjb syariah diawali dengan pembentukan Divisi/Unit
Usaha Syariah oleh PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten
Tbk. pada tanggal 20 Mei 2000. PT Bank Pembangunan Daerah Jawa
Barat dan Banten Tbk. berpandangan bahwa untuk mempercepat
pertumbuhan usaha syariah serta mendukung program Bank Indonesia
yang menghendaki peningkatan share perbankan syariah, maka dengan
persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham PT Bank Pembangunan
Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. diputuskan untuk menjadikan
Divisi/Unit Usaha Syariah menjadi Bank Umum Syariah.
(www.bjbsyariah.co.id)
g. Bank Mega Syariah
Berawal dari PT Bank Umum Tugu (Bank Tugu). Bank umum yang
didirikan pada 14 Juli 1990 melalui Keputusan Menteri Keuangan RI
No.1046/KMK/013/1990 tersebut, diakuisisi CT Corpora (d/h Para Group)
melalui Mega Corpora (d/h PT Para Global Investindo) dan PT Para
Rekan Investama pada 2001. Sejak awal, para pemegang saham memang
ingin mengonversi bank umum konvensional itu menjadi bank umum
syariah. Keinginan tersebut terlaksana ketika Bank Indonesia mengizinkan
Bank Tugu dikonversi menjadi bank syariah melalui Keputusan Deputi
Gubernur Bank Indonesia No.6/10/KEP.DpG/2004 menjadi PT Bank
Syariah Mega Indonesia (BSMI) pada 27 Juli 2004, sesuai dengan
Keputusan Deputi Gubernur Bank Indonesia No.6/11/KEP.DpG/2004.
54
Pengonversian tersebut dicatat dalam sejarah perbankan Indonesia sebagai
upaya pertama pengonversian bank umum konvensional menjadi bank
umum syariah. (www.megasyariah.co.id)
h. Bank BNI Syariah
Berdasarkan Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor
12/41/KEP.GBI/2010 tanggal 21 Mei 2010 mengenai pemberian izin
usaha kepada PT Bank BNI Syariah. Dan di dalam Corporate Plan UUS
BNI tahun 2003 ditetapkan bahwa status UUS bersifat temporer dan akan
dilakukan spin off tahun 2009. Disamping itu, komitmen Pemerintah
terhadap pengembangan perbankan syariah semakin kuat dan kesadaran
terhadap keunggulan produk perbankan syariah juga semakin meningkat.
Juni 2014 jumlah cabang BNI Syariah mencapai 65 Kantor Cabang, 161
Kantor Cabang Pembantu, 17 Kantor Kas, 22 Mobil Layanan Gerak dan
20 Payment Point. (www.bnisyariah.co.id)
i. Bank Syariah Mandiri
PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank
yang mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang
melandasi kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan
nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah
Mandiri dalam kiprahnya di perbankan Indonesia. BSM hadir untuk
bersama membangun Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik.
(www.syariahmandiri.co.id)
j. Bank Muamalat Indonesia
55
PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani
1412 H atau 1 Nopember 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia
(MUI) dan Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada
27 Syawwal 1412 H atau 1 Mei 1992. Dengan dukungan nyata dari
eksponen Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) dan beberapa
pengusaha Muslim, pendirian Bank Muamalat juga menerima dukungan
masyarakat, terbukti dari komitmen pembelian saham Perseroan senilai Rp
84 miliar pada saat penandatanganan akta pendirian Perseroan.
Selanjutnya, pada acara silaturahmi peringatan pendirian tersebut di Istana
Bogor, diperoleh tambahan komitmen dari masyarakat Jawa Barat yang
turut menanam modal senilai Rp 106 miliar. (www.bankmuamalat.co.id)
B. Analisis Statistik Deskriptif
Pada bagian ini akan digambarkan ataupun dideskripsikan dari data
masing-masing variabel yang menampilkan karakteristik dari sampel yang
digunakan dalam penelitian ini. Karakteristik sampel tersebut meliputi: nilai
rata-rata sampel (mean), nilai maksimum dan minimum untuk masing-masing
variabel. Deskripsi dalam penelitian ini meliputi 7 variabel, yaitu
Pertumbuhan Laba (PLaba), Non Performing Finance (NPF), Finance to
Deposit Ratio (FDR), Capital Adequacy Ratio (CAR), Net Imbalan (NI), dan
Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO). Perhitungan
data variabel pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Pertumbuhan Laba
56
Laba adalah perbedaan antara pendapatan (revenue) yang
direalisasi yang timbul dari transaksi pada periode tertentu dengan biaya-
biaya yang dikeluarkan pada periode tersebut (Wardiah, 2013:300). Pada
perusahan dibidang perbankan, laba yang diterima merupakan imbal hasil
dari jasa yang diberikan kepada nasabah.
Tabel 4. 1 Deskripsi Rata-rata Pertumbuhan Laba Bank Umum Syariah
Nama Bank Pertumbuhan Laba(dalam persen)
2012 2013 2014 2015 2016
BRI
SYARIAH 7.7427 0.2716 -0.9782 0.4245 0.3879
BCA
SYARIAH 0.2352 0.5119 0.0157 0.8139 0.5726
VICTORIA
SYARIAH -.5065 -0.599 -5.7523 -.2382 -0.2303
BANK MEGA
SYARIAH 2.432 -.1911 -0.8939 -.2292 8.0587
BANK
SYARIAH
MANDIRI
0.462 0.1923 -1.0752 7.4444 0.1238
BANK
SYARIAH
BUKOPIN
0.4168 0.13 -0.5652 2.2685 0.1775
PANIN
SYARIAH 2.4035 -.4249 2.3254 -.2427 -0.6352
BJB
SYARIAH -.0116 0.555 -0.1967 -.6645 -57.974
BNI
SYARIAH 0.5355 0.1528 0.3898 0.3998 0.2138
BANK
MUAMALAT
INDONESIA
0.4231 2.5869 0.7531 0.2542 0.0945
Rata rata 1.41327 0.31855 -0.59775 1.02307 -4.92107
Minimum -0.5065 -0.599 -5.7523 -0.6645 -57.974
Maksimum 7.7427 2.5869 2.3254 7.4444 8.0587
Sumber: data diolah
57
Berdasarkan hasil perhitungan pertumbuhan laba masing-masing
bank, pertumbuhan laba terendah terjadi pada 2016 sebesar -5797.4% oleh
BJB Syariah, sedangkan pertumbuhan laba tertinggi terjadi pada 2016
sebesar 800.058% oleh Bank Mega Syariah.
Rata-rata tingkat pertumbuhan laba bank syariah pada tahun 2012-
2016 mengalami penurunan. Penurunan ini dapat terjadi karena beberapa
hal, antara lain: adanya kenaikan biaya penghapusan kredit/pembiayaan
karena kualitas kredit/pembiayaan yang mengalami pemburukan. Selain
itu penurunan laba bank juga disebabkan oleh faktor likuiditas yang ketat
dan menurunnya prospek bisnis memaksa bank untuk mengurangi
penyaluran kredit/pembiayaannya untuk menjaga kualitas asset produktif.
b. NPF (Non Performing Finance)
NPF adalah kredit (pembiayaan) bermasalah dari nasabah kepada
bank dengan kategori kredit kurang lancar, kredit diragukan, dan kredit
macet. Semakin tinggi NPF maka semakin menurun kinerja perbankan.
Hal ini sejalan dengan dimana adanya pembiayaan bermasalah yang
semakin besar dibandingkan dengan aktiva produktifnya dapat
mengakibatkan menurunnya kesempatan untuk memperoleh pendapatan
dari pembiayaan yang diberikan, sehingga mengurangi laba dan
berpengaruh buruk pada rentabilitas bank (Rahmaniah dan Wibowo,
2015).
58
Tabel 4. 2 Deskripsi Rata-rata NPF Bank Umum Syariah
Nama Bank Non Performing Finance (dalam persen)
2012 2013 2014 2015 2016
BRI
SYARIAH 0.0209 0.0326 0.0365 0.0389 0.0319
BCA
SYARIAH 0.001 0.01 0.001 0.005 0.002
VICTORIA
SYARIAH 0.0241 0.0331 0.0475 0.0482 0.0435
BANK MEGA
SYARIAH 0.0132 0.0145 0.0181 0.0316 0.0281
BANK
SYARIAH
MANDIRI
0.0114 0.0229 0.0429 0.0405 0.0313
BANK
SYARIAH
BUKOPIN
0.0459 0.0427 0.0334 0.0274 0.0272
PANIN
SYARIAH 0.0019 0.0077 0.0029 0.0194 0.0186
BJB
SYARIAH 0.0101 0.0116 0.0584 0.0693 0.1791
BNI
SYARIAH 0.0142 0.0113 0.0104 0.0146 0.0164
BANK
MUAMALAT
INDONESIA
0.0181 0.0156 0.0485 0.042 0.014
Rata rata 0.01608 0.0202 0.02996 0.03369 0.03921
minimum 0.001 0.0077 0.001 0.005 0.002
maksimum 0.0459 0.0427 0.0584 0.0693 0.1791
Sumber: data diolah
Berdasarkan hasil perhitungan rasio NPF masing-masing bank,
diketahui rasio NPF terendah terjadi pada 2012 sebesar 0.01% oleh Bank
BCA Syariah, sedangkan rasio NPF tertinggi terjadi pada 2016 sebesar
59
17.91% oleh BJB Syariah. Rata-rata rasio NPF pada tahun 2012-2016
terus mengalami peningkatan sehingga menyebabkan penurunan tingkat
pertumbuhan laba bank syariah. Bank yang baik adalah bank yang mampu
memelihara rasio NPF nya di bawah 5%, hal ini mengacu pada SEBI No.
9/24/DPbs tahun 2007.
Penyebab meningkatnya rasio NPF ini karena semakin
memburuknya kualitas aktiva produktif sehingga banyak
kredit/pembiayaan nasabah yang mengalami macet. Meningkatnya rasio
NPF akan menyebabkan industri perbankan menyiapkan dana cadangan
untuk menjaga kualitas kredit/pembiayaannya.
c. FDR (Finance to Deposit Ratio)
Rasio FDR adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat
likuiditas bank yang menunjukkan kemampuan bank untuk memenuhi
permintaan kredit dengan menggunakan total aset yang dimiliki bank
(Rahmaniah dan Wibowo, 2015).
Tabel 4. 3
Deskripsi Rata-rata FDR Bank Umum Syariah
Nama
Bank
Finance to Deposit Ratio (dalam persen)
2012 2013 2014 2015 2016
BRI
SYARIAH 1.0307 1.027 0.939 0.8416 0.8142
BCA
SYARIAH 0.799 0.835 0.912 0.914 0.901
VICTORIA
SYARIAH 0.4608 0.8465 0.9519 0.9529 1.0067
BANK
MEGA
SYARIAH
0.8888 0.9337 0.9361 0.9849 0.9524
60
Lanjutan Tabel 4. 3
BANK
SYARIAH
MANDIRI
0.944 0.8937 0.8213 0.8199 0.7919
BANK
SYARIAH
BUKOPIN
0.9198 1.0029 0.9289 0.9056 0.8818
PANIN
SYARIAH 1.0566 0.904 0.9404 0.9643 0.9199
BJB
SYARIAH 0.8799 0.974 0.8402 1.0475 0.9873
BNI
SYARIAH 0.8499 0.9786 0.926 0.9194 0.8457
BANK
MUAMALAT
INDONESIA
0.9415 0.9999 0.8414 0.903 0.9513
Rata rata 0.8771 0.93953 0.90372 0.92531 0.90522
Minimum 0.4608 0.835 0.8213 0.8199 0.7919
Maksimum 1.0566 1.027 0.9519 1.0475 1.0067
Sumber: data diolah
Berdasarkan hasil perhitungan rasio FDR masing-masing bank,
rasio FDR terendah terjadi pada 2016 sebesar 79.19% oleh Bank Syariah
Mandiri, sedangkan rasio FDR tertinggi terjadi pada 2015 sebesar
104.75% oleh BJB Syariah. Rata-rata rasio FDR pada tahun 2012-2016
mengalami penurunan, hal ini terjadi karena bank syariah mengalami
kualitas aktiva produktif yang memburuk dan bank syariah lebih bersifat
defense demi menjaga likuditasnya. Bank dikatakan mampu mengelola
aktiva produktifnya dengan baik jika rasio FDR minimal 80%, hal ini
sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No. 17/40/DPM tahun 2015.
d. CAR (Capital Adequacy Ratio)
CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh
aktiva bank yang mengandung risiko ikut dibiayai dari dana modal sendiri
61
bank disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank
(Dendawijaya, 2005).
Tabel 4. 4 Deskripsi Rata-rata CAR Bank Syariah
Nama Bank Capital Adequacy Ratio (dalam persen)
2012 2013 2014 2015 2016
BRI
SYARIAH 0.1191 0.1449 0.1289 0.1394 0.2063
BCA
SYARIAH 0.315 0.224 0.296 0.343 0.367
VICTORIA
SYARIAH 0.2808 0.184 0.1527 0.1614 0.1598
BANK
MEGA
SYARIAH
0.1351 0.1299 0.1926 0.1874 0.2353
BANK
SYARIAH
MANDIRI
0.1382 0.141 0.1412 0.1285 0.1401
BANK
SYARIAH
BUKOPIN
0.1278 0.111 0.148 0.1631 0.17
PANIN
SYARIAH 0.322 0.2083 0.2569 0.203 0.1817
BJB
SYARIAH 0.2109 0.1799 0.1578 0.2253 0.1825
BNI
SYARIAH 0.1929 0.1654 0.1876 0.1816 0.1781
BANK
MUAMALAT
INDONESIA
0.1157 0.1405 0.1415 0.12 0.1274
Rata rata 0.19575 0.16289 0.18032 0.18527 0.19482
Minimum 0.1157 0.111 0.1289 0.12 0.1274
Maksimum 0.322 0.224 0.296 0.343 0.367
Sumber: data diolah
Berdasarkan hasil perhitungan rasio CAR masing-masing bank,
diketahui bahwa rasio CAR terendah terjadi pada 2013 sebesar 11.5% oleh
Bank Syariah Bukopin, dan rasio CAR tertinggi terjadi pada 2016 sebesar
36.7% oleh BCA Syariah.
62
Rata-rata nilai CAR bank syariah pada tahun 2012-2016
mengalami kenaikan yg cukup signifikan. Hal ini terjadi karena naiknya
dana pihak ketiga yang dikumpulkan bank syariah. Pengelolaan bank yang
baik akan menunjukkan rasio CAR berada pada angka > 8%, pengukuran
ini berdasarkan pada SEBI No. 9/24/DPbS/2007.
e. NI (Net Imbalan)
NI merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui
kemampuan aktiva produktif dalam menghasilkan laba dengan cara
membandingkan rata-rata total aktiva produktif dengan pendapatan
penyaluran dana setelah bagi hasil dikurangi dengan bonus.
Tabel 4. 5 Deskripsi Rata-rata NI Bank Umum Syariah
Nama Bank
Net Imbalan (dalam persen)
2012 2013 2014 2015 2016
BCA
SYARIAH 0.054 0.05 0.042 0.049 0.048
VICTORIA
SYARIAH 0.0236 0.0296 0.0334 0.0008 0.0006
BANK
MEGA
SYARIAH
0.1394 0.1066 0.0833 0.0934 0.0756
BANK
SYARIAH
MANDIRI
0.0725 0.0725 0.062 0.0575 0.0616
BANK
SYARIAH
BUKOPIN
0.0981 0.0386 0.0275 0.0314 0.0331
PANIN
SYARIAH 0.0667 0.0103 0.0199 0.0114 0.0037
BJB
SYARIAH 0.0741 0.0665 0.0834 0.0568 0.0516
63
Lanjutan Tabel 4.6
BNI
SYARIAH 0.1103 0.0951 0.0815 0.0825 0.0832
BANK
MUAMALAT
INDONESIA
0.0464 0.0464 0.0336 0.0409 0.0321
Rata rata 0.07584 0.05783 0.0527 0.04875 0.04532
Minimum 0.0236 0.0103 0.0199 0.0008 0.0006
Maksimum 0.1394 0.1066 0.0834 0.0934 0.0832
Sumber: data diolah
Berdasarkan hasil perhitungan rasio NI masing-masing bank, rasio
NI terendah terjadi pada 2016 sebesar 0.006% oleh Victoria Syariah, dan
rasio NI tertinggi terjadi pada 2012 sebesar 13.94% oleh Bank Mega
Syariah. Rata-rata rasio NI pada tahun 2012 – 2016 cenderung stabil dan
masih berada pada batas normal pada angka > 3%. Perhitungan tersebut
berdasarkan SEBI No. 9/24/DPbs tahun 2007. Menurunnya rasio NI ini
menunjukkan bahwa bank melakukan kegiatan usahanya dengan efisien,
karena bank dapat menawarkan pembiayaan yang lebih murah kepada
nasabah sebagai akibat dari sumber dana bank syariah yang banyak dan
murah.
f. BOPO (Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional)
BOPO digunakan untuk mengukur kemampuan efisiensi bank
terhadap operasionalnya. Semakin tinggi rasio BOPO, maka akan semakin
tidak efisien biaya operasional bank tersebut (Dendawijaya dalam Amelia,
2015).
64
Tabel 4. 6 Deskripsi Rata-rata BOPO Bank Umum Syariah
Nama Bank
Beban operasional terhadap pendapatan operasional
(dalam persen)
2012 2013 2014 2015 2016
BRI
SYARIAH 0.9131 0.9042 0.9977 0.9379 0.9133
BCA
SYARIAH 0.914 0.902 0.929 0.925 0.922
VICTORIA
SYARIAH 0.879 0.9195 1.4331 1.1919 1.3134
BANK
MEGA
SYARIAH
0.7728 0.8609 0.9761 0.9951 0.8816
BANK
SYARIAH
MANDIRI
0.4792 0.5508 0.9849 0.9478 0.9412
BANK
SYARIAH
BUKOPIN
0.9159 0.9229 0.9677 0.9199 0.9176
PANIN
SYARIAH 0.476 0.8131 0.8258 0.8929 0.9617
BJB
SYARIAH 1.1034 0.8576 0.9101 0.9878 1.2277
BNI
SYARIAH 0.8879 0.8811 0.898 0.8963 0.8767
BANK
MUAMALAT
INDONESIA
0.8447 0.9386 0.9733 0.9736 0.9776
Rata rata 0.8186 0.85507 0.98957 0.96682 0.99328
Minimum 0.476 0.5508 0.8258 0.8929 0.8767
Maksimum 1.1034 0.9386 1.4331 1.1919 1.3134
Sumber: data diolah
Berdasarkan hasil perhitungan rasio BOPO masing-masing bank,
rasio BOPO terendah terjadi pada 2012 sebesar47.6% oleh Bank Syariah
Mandiri, dan rasio BOPO tertinggi terjadi pada 2014 sebesar 143.31%
oleh Bank Victoria Syariah. Rata-rata rasio BOPO pada tahun 2012-2016
terus mengalami peningkatan, artinya bank syariah mengalami inefisiensi
dalam kegiatan usahanya.
65
Meningkatnya rasio BOPO ini dapat disebabkan karena penaikan
provisi atau pencadangan seiring dengan naiknya pembiayaan bermasalah.
Perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berdampak pada
nasabah yang mengalami kesulitan pada usahanya sehingga mengalami
pembiayaan bermasalah. Berdasarkan SEBI No. 9/24/DPbs tahun 2007,
rata-rata rasio BOPO bank syariah pada tahun 2013-2014 masih efisien
karena rasio BOPO berada pada level ≤ 94%.
C. Uji Asumsi Klasik
1. Statistik Deskriptif
Tabel 4. 7
Hasil Statistik Deskriptif
Mean -0.552786 0.027828 0.058372 0.910176 0.183810 0.924668
Median 0.203050 0.021900 0.057150 0.919850 0.167700 0.918550
Maximum 8.058700 0.179100 0.139400 1.056600 0.367000 1.433100
Minimum -57.97400 0.001000 0.000600 0.460800 0.111000 0.476000
Tabel 4.11 menggambarkan statistik deskripsi seluruh variabel
dalam penelitian ini yang meliputi minimum, maksimum dan mean (rata-
rata).
66
2. Uji Normalitas
Tabel 4. 8 Hasil Uji Normalitas
0
2
4
6
8
10
12
14
16
-15 -10 -5 0 5 10 15
Series: ResidualsSample 1 50Observations 50
Mean 6.57e-16Median -0.609653Maximum 13.75065Minimum -14.61403Std. Dev. 4.606174Skewness 0.385998Kurtosis 5.334767
Jarque-Bera 12.59816Probability 0.001838
Sumber: output Eviews (data diolah)
Berdasarkan tabel uji normalitas di atas dapat diketahui bahwa
nilai probability Jarque-Bera lebih < nilai signifikansi (0.001838 < 0.05)
sehingga dapat disimpulkan bahwa data tidak terdistribusi normal dan
harus diobati.
Untuk mengatasi terjadinya masalah normalitas dalam model,
peneliti menggunakan metode transformasi log yang digunakan untuk
menaikkan nilai probability Jarque-Bera. Berikut table uji normalitas yang
telah di transformasi log:
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
-3 -2 -1 0 1 2 3
Series: ResidualsSample 1 43Observations 32
Mean -7.77e-16Median -0.152616Maximum 2.879746Minimum -3.138154Std. Dev. 1.304637Skewness 0.174605Kurtosis 3.051881
Jarque-Bera 0.166186Probability 0.920265
67
Berdasarkan tabel uji normalitas di atas dapat diketahui bahwa
nilai probability Jarque-Bera lebih > nilai signifikansi (0.920265 > 0.05)
sehingga dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal dan dapat
dilanjutkan untuk pengujian selanjutnya.
3. Uji Multikolinearitas
Tabel 4. 9 Hasil Uji Multikolinearitas
Sumber: output Eviews (data diolah)
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa hubungan antar
variabel independen (NPF, FDR, CAR, NI, dan BOPO) tidak ada yang
menunjukkan nilai korelasi > 0.9. Nilai korelasi tertinggi sebesar 0.480523
yaitu antara NPF dengan BOPO. Karena 0.482773 < 0.9 maka diputuskan
bahwa H0 diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa dalam model tidak
terjadi gejala multikolinearitas.
4. Uji Heteroskedastisitas
Tabel 4. 10 Hasil Uji White
Heteroskedasticity Test: White F-statistic 0.549909 Prob. F(5,26) 0.7369
Obs*R-squared 3.060412 Prob. Chi-Square(5) 0.6907
Scaled explained SS 2.072759 Prob. Chi-Square(5) 0.8390
Sumber: eviews (data diolah)
Berdasarkan tabel hasil uji white dapat diketahui bahwa nilai
probability Chi-square Obs*R-squared>nilai signifikansi (0.8390>0.05),
CAR FDR NI NPF BOPO CAR 1.000000 -0.172854 -0.113324 -0.301711 -0.141468
FDR -0.172854 1.000000 0.061915 0.100935 0.047417
NI -0.113324 0.061915 1.000000 -0.155724 -0.392754
NPF -0.301711 0.100935 -0.155724 1.000000 0.482773
BOPO -0.141468 0.047417 -0.392754 0.482773 1.000000
68
dengan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa H0 diterima. Artinya tidak
terjadi heterokedastisitas dan dapat dilanjutkan ke pengujian selanjutnya.
5. Uji Autokorelasi
Tabel 4. 11 Hasil Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 0.572282 Prob. F(2,24) 0.5717
Obs*R-squared 1.456618 Prob. Chi-Square(2) 0.4827
Sumber: output Eviews (data diolah)
Berdasarkan tabel hasil uji autokorelasi di atas dapat diketahui
bahwa nilai probability Chi-Square Obs*R-squared > nilai signifikansi
(0.4827 > 0.05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala
autokorelasi dalam model.
D. Pengujian Model Regresi Data Panel
Regresi data panel dalam penelitian ini dilakukan dengan tiga model
yaitu, common effect, fixed effect, dan random effect. Pemilihan model
dilakukan dengan menggunakan uji chow untuk memilih alternatif pilihan
antara model common effect dan fixed effect. Setelah didapatkan model yang
terbaik berdasarkan uji Chow kemudian dilakukan uji t (pengaruh secara
parsial) dan uji F (pengaruh secara simultan) antara variabel-variabel
independen terhadap variabel dependen, serta koefisien determinasi (Adjusted
R-Squared) untuk mengetahui seberapa besar variabel independen dapat
menjelaskan pengaruhnya terhadap variabel dependen.
69
1. Common Effect
Langkah pertama yang perlu dilakukan untuk melakukan pemilihan
model dengan melakukan uji chow adalah dengan meregresikan data panel
menggunakan bentuk model common effect.
Tabel 4. 12 Hasil Regresi Data Panel Menggunakan Model Common Effect
Dependent Variable: PL?
Method: Pooled Least Squares
Date: 05/28/18 Time: 05:31
Sample: 1 5
Included observations: 5
Cross-sections included: 10
Total pool (balanced) observations: 50
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
BOPO? 7.042246 4.601996 1.530259 0.1330
FDR? 7.084670 5.252389 1.348847 0.1841
NI? -3.342156 27.17665 -0.122979 0.9027
NPF? -291.2837 31.07483 -9.373622 0.0000
CAR? -28.88609 11.31946 -2.551896 0.0142
Sumber: ouput Eviews (data diolah)
2. Fixed Effect
Langkah kedua adalah dengan meregresikan data panel dengan
model fixed effect.
70
Tabel 4. 13 Hasil Regresi Data Panel Menggunakan Model Fixed Effect
Dependent Variable: PL?
Method: Pooled Least Squares
Date: 05/28/18 Time: 05:29
Sample: 1 5
Included observations: 5
Cross-sections included: 10
Total pool (balanced) observations: 50 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 3.616871 14.25958 0.253645 0.8013
BOPO? 4.423571 7.136526 0.619849 0.5394
FDR? 0.987783 8.719312 0.113287 0.9105
NI? -7.748046 56.99487 -0.135943 0.8926
NPF? -314.4574 36.66339 -8.576879 0.0000
CAR? 0.239062 23.66085 0.010104 0.9920
Fixed Effects (Cross)
BCAS--C -6.613540
BJBS--C 0.419571
BMI--C 1.094093
BMS--C 0.686585
BNIS--C -3.234044
BRIS--C 3.484998
BSB--C 3.270183
BSM--C 3.358244
PANINS--C -3.918362
VICTORIAS--C 1.452272 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.767397 Mean dependent var -0.552786
Adjusted R-squared 0.674356 S.D. dependent var 8.568104
S.E. of regression 4.889406 Akaike info criterion 6.255344
Sum squared resid 836.7203 Schwarz criterion 6.828951
Log likelihood -141.3836 Hannan-Quinn criter. 6.473777
F-statistic 8.247940 Durbin-Watson stat 1.987378
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: output Eviews (data diolah)
71
3. Uji Chow
Setelah memperoleh hasil dari model common effect dan fixed effect,
untuk menentukan model yang akan dipilih maka dilakukan Uji Chow.
Dengan kriteria pengambilan keputusan jika probabilitas > nilai
signifikansi (0.05) maka H0 diterima dan Ha ditolak, maka model yang
dipilih adalah common effect. Jika nilai probabilitas < 0.05 maka H0
ditolak dan H1 diterima, maka yang dipilih adalah model fixed effect.
Tabel 4. 14 Hasil Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Pool: BUS
Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 0.943056 (9,35) 0.5015
Cross-section Chi-square 10.856279 9 0.2857
Sumber: output Eviews (data diolah)
Berdasarkan tabel hasil uji Chow di atas dapat dilihat bahwa niai
Cross-section Chi-square > nilai signifikansi (0.2857 > 0.05), maka H0
diterima dan Ha ditolak. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa model
yang dipilih adalah model common effect.
E. Pengujian Hipotesis dengan Analisis Regresi Data Panel
1. Pengaruh Variabel NPF, FDR, CAR, NI, dan BOPO terhadap
Pertumbuhan Laba secara Parsial (Uji t)
Guna mengetahui besarnya pengaruh variabel NPF, FDR, CAR,
NI, dan BOPO secara parsial terhadap pertumbuhan laba digunakan uji t.
72
Pengujian secara parsial digunakan untuk menguji pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen. Jika probabilitas < 0.05 maka H0
ditolak dan Ha diterima sehingga disimpulkan bahwa variabel independen
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Sedangkan apabila
probabilitas > 0.05 maka H0 diterima dan Ha ditolak sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel independen berpengaruh tidak signifikan
terhadap variabel dependen.
a. Pengaruh Non Performing Finance (NPF) terhadap Pertumbuhan Laba
Hasil pengujian dengan analisis regresi data panel di atas menunjukkan
probabilitas NPF < nilai signifikansi 5% (0.004 < 0.05) maka H0
ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa NPF
memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba.
b. Pengaruh Finance to Deposit Ratio (FDR) terhadap Pertumbuhan Laba
Hasil pengujian dengan analisis regresi data panel di atas menunjukkan
probabitas FDR > nilai signifikansi 5% (0.0667 > 0.05) maka Ha
ditolak dan H0 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa FDR
memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap pertumbuhan laba.
c. Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Pertumbuhan Laba
Hasil pengujian dengan analisis regresi data panel di atas menunjukkan
probabitas CAR < nilai signifikansi 5% (0.0142 < 0.05) maka Ha
diterima dan H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa CAR
memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba.
d. Pengaruh Net Imbalan (NI) terhadap Pertumbuhan Laba
73
Hasil pengujian dengan analisis regresi data panel di atas menunjukkan
probabilitas NI > nilai signifikansi 5% (0.1219 > 0.05) maka Ha ditolak
dan H0 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa NI memiliki
pengaruh tidak signifikan terhadap pertumbuhan laba.
e. Pengaruh Beban Operasional terhadap Biaya Operasional (BOPO)
terhadap Pertumbuhan Laba
Hasil pengujian dengan analisis regresi data panel di atas menunjukkan
probabilitas BOPO .> nilai signifikansi 5% (0.1330 > 0.05) maka Ha
ditolak dan H0 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa BOPO
memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba.
2. Pengaruh Variabel NPF, FDR, CAR, NI, dan BOPO terhadap
Pertumbuhan Laba secara Simultan (Uji F)
Guna mengetahui besarnya pengaruh variabel NPF, FDR, CAR,
NI, dan BOPO secara simultan terhadap pertumbuhan laba digunakan uji
F. Pengujian secara simultan atau uji F digunakan untuk menguji pengaruh
variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen.
Apabila probabilitas < nilai signifikansi, maka H0 ditolak dan Ha diterima,
sehingga disimpulkan bahwa variabel independen berpengaruh signifikan
secara simultan terhadap variabel dependen. Sedangkan apabila nilai
probabilitas > nilai signifikansi maka H0 diterima dan Ha ditolak sehingga
dapat disimpulkan bahwa variabel independen secara simultan
berpengaruh tidak signifikan terhadap variabel independen.
74
Berdasarkan hasil uji F di atas dapat dilihat bahwa nilai
probabilitas F-statistic < nilai signifikansi 5% (0.000000 < 0.05), sehingga
H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel independen (NPF, FDR,
CAR, NI, dan BOPO) terhadap variabel dependen (pertumbuhan laba)
secara simultan.
3. Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar
kemampuan model dalam penelitian menerangkan variabel dependen.
Berdasarkan tabel di atas besarnya niai Adjusted R-squared adalah
0.861676. Hal ini menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan laba (PL)
dapat dijelaskan oleh variabel independen (NPF, FDR, CAR, NI, dan
BOPO) sebesar 86.16%. Sedangkan sisanya (100% - 86.16% = 13.84%)
dijelaskan oleh variabel lain diluar model regresi penelitian seperti GWM,
ROE dan lain lain.
F. Persamaan Model Regresi
Tabel 4. 15
Model Regresi Fixed Effect
Dependent Variable: PL?
Method: Pooled Least Squares
Date: 05/28/18 Time: 05:31
Sample: 1 5
Included observations: 5
Cross-sections included: 10
Total pool (balanced) observations: 50 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. BOPO? 7.042246 4.601996 1.530259 0.1330
FDR? 7.084670 5.252389 1.348847 0.1841
NI? -3.342156 27.17665 -0.122979 0.9027
NPF? -291.2837 31.07483 -9.373622 0.0000
75
CAR? -28.88609 11.31946 -2.551896 0.0142
Sumber: output Eviews (data diolah)
Berdasarkan tabel di atas, maka diperoleh persamaan model regresi
antara variabel dependen (PL) dan variabel independen (NPF, FDR, CAR, NI,
dan BOPO) sebagai berikut:
PLit = - 29.84650 - 138.0678 NPFit – 11.05159 FDRit - 2.067758 CARit – 60.31959 NIit +
25.62106 BOPOit + e
Dari persamaan regresi tersebut dapat dijelaskan bahwa:
1. Konstanta sebesar 0.052730 menunjukkan bahwa jika variabel independen
(NPF, FDR, NI, BOPO, CAR) pada observasi ke i dan periode ke t adalah
konstan, maka nilai Pertumbuhan Laba adalah 29.84650.
2. Jika nilai NPF pada observasi ke i dan periode ke t naik sebesar 1%,
sedangkan variabel independen lainnya dianggap tetap. Maka akan
meningkatkan nilai Pertumbuhan Laba pada observasi ke i dan periode ke t
sebesar 138.0678.
3. Jika nilai FDR pada observasi ke i dan periode ke t naik sebesar 1%,
sedangkan variabel independen lainnya dianggap tetap. Maka akan
menurunkan nilai Pertumbuhan Laba pada observasi ke i dan periode ke t
sebesar 11.05159.
4. Jika nilai CAR pada observasi ke i dan periode ke t naik sebesar 1%,
sedangkan variabel independen lainnya dianggap tetap. Maka akan
menurunkan nilai Pertumbuhan Laba pada observasi ke i dan periode ke t
sebesar 2.067758
76
5. Jika nilai NI pada observasi ke i dan periode ke t naik sebesar 1%, maka
akan menurunkan nilai Pertumbuhan Laba pada observasi ke i dan periode
ke t sebesar 60.31959.
6. Jika nilai BOPO pada observasi ke i dan periode ke t naik sebesar 1%,
sedangkan variabel independen lainnya dianggap tetap. Maka akan
menaikkan nilai Pertumbuhan Laba pada observasi ke i dan periode ke t
sebesar 25.62106.
G. Persamaan Model Regresi Tiap Bank
Tabel 4. 16 Model Regresi Tiap Bank
Fixed Effects (Cross)
BCAS--C -3.585004
BJBS--C 1.978570
BMI--C -1.261944
BMS--C -1.564084
BNIS--C -1.692297
BRIS--C 2.165805
BSB--C 1.265091
BSM--C 5.193764
PANINS--C -3.575935
VICTORIAS--C 1.076034
Sumber: output Eviews (data diolah)
Berdasarkan output Eviews tersebut, maka didapat persamaan model
regresi tiap bank umum syariah sebagai berikut:
1. Persamaan model regresi BCA Syariah
Pertumbuhan Laba BCA Syariahit = - 3.583004 - 138.0678 NPFit –
11.05159 FDRit - 2.067758 CARit – 60.31959 NIit + 25.62106 BOPOit +
e
77
Jika variabel independen pada observasi ke i dan periode ke t adalah
tetap, maka pertumbuhan laba pada BCA Syariah turun sebesar
3.585004.
2. Persamaan model regresi BJB Syariah
Pertumbuhan Laba BJB Syariahit = 1.978570 - 138.0678 NPFit –
11.05159 FDRit - 2.067758 CARit – 60.31959 NIit + 25.62106 BOPOit +
e
Jika variabel independen pada observasi ke i dan periode ke t adalah
tetap, maka pertumbuhan laba pada BJB Syariah naik sebesar 1.978570.
3. Persamaan model regresi Bank Muamalat Indonesia
Pertumbuhan Laba Bank Muamalat Indonesiait = -1.216944 - 138.0678
NPFit – 11.05159 FDRit - 2.067758 CARit – 60.31959 NIit + 25.62106
BOPOit + e
Jika variabel independen pada observasi ke i dan periode ke t adalah
tetap, maka pertumbuhan laba pada Bank Muamalat Indonesia turun
sebesar 1.216944.
4. Persamaan model Regresi Bank Mega Syariah
Pertumbuhan Laba Bank Mega Syariahit = -1. 564084 - 138.0678 NPFit
– 11.05159 FDRit - 2.067758 CARit – 60.31959 NIit + 25.62106
BOPOit + e
Jika variabel independen pada observasi ke i dan periode ke t adalah
tetap, maka pertumbuhan laba pada Bank Mega Syariah turun sebesar
1.564084.
78
5. Persamaan model regresi BNI Syariah
Pertumbuhan Laba BNI Syariahit = - 1.692297 - 138.0678 NPFit –
11.05159 FDRit - 2.067758 CARit – 60.31959 NIit + 25.62106 BOPOit
+ e
Jika variabel independen pada observasi ke i dan periode ke t adalah
tetap, maka pertumbuhan laba pada BNI Syariah turun sebesar 1.692297.
6. Persamaan model regresi BRI Syariah
Pertumbuhan Laba BRI Syariahit = 2.165805 - 138.0678 NPFit –
11.05159 FDRit - 2.067758 CARit – 60.31959 NIit + 25.62106 BOPOit
+ e
Jika variabel independen pada observasi ke i dan periode ke t adalah
tetap, maka pertumbuhan laba pada BRI Syariah naik sebesar 2.165805.
7. Persamaan model regresi Bank Syariah Bukopin
Pertumbuhan Laba Bank Syariah Bukopinit = 1.265091 - 138.0678
NPFit – 11.05159 FDRit - 2.067758 CARit – 60.31959 NIit + 25.62106
BOPOit + e
Jika variabel independen pada observasi ke i dan periode ke t adalah
tetap, maka pertumbuhan laba pada Bank Syariah Bukopin naik sebesar
1.265091.
8. Persamaan model regresi Bank Syariah Mandiri
Pertumbuhan Laba Bank Syariah Mandiriit = 5.193764 - 138.0678
NPFit – 11.05159 FDRit - 2.067758 CARit – 60.31959 NIit + 25.62106
BOPOit + e
79
Jika variabel independen pada observasi ke i dan periode ke t adalah
tetap, maka pertumbuhan laba pada Bank Syariah Mandiri naik sebesar
5.193764.
9. Persamaan model regresi Bank Panin Syariah
Pertumbuhan Laba Bank Panin Syariahit = -3.575935 - 138.0678 NPFit
– 11.05159 FDRit - 2.067758 CARit – 60.31959 NIit + 25.62106
BOPOit + e
Jika variabel independen pada observasi ke i dan periode ke t adalah
tetap, maka pertumbuhan laba pada Bank Panin Syariah turun sebesar
3.57535.
10. Persamaan model regresi Bank Victoria Syariah
Pertumbuhan Laba Bank Victoria Syariahit = 1.076094 - 138.0678
NPFit – 11.05159 FDRit - 2.067758 CARit – 60.31959 NIit + 25.62106
BOPOit + e
Jika variabel independen pada observasi ke i dan periode ke t adalah
tetap, maka pertumbuhan laba pada Bank Victoria Syariah naik sebesar
1.076094.
H. Interpretasi Hasil Penelitian
1. Pengaruh NPF (Non Performing Finance) terhadap Pertumbuhan Laba
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel NPF memiliki
pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. Dengan demikian
penelitian ini menerima hipotesis pertama (Ha1) yang menyatakan bahwa
NPF berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. Hal ini
80
dibuktikan dengan hasil uji hipotesis dengan nilai probability yang lebih
kecil dari nilai signifikansi 5% (0.0004 < 0.05).
Non Performing Finance (NPF) memiliki pengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan laba menandakan bahwa perubahan yang
ditunjukkan oleh NPF akan diikuti oleh pertumbuhan laba secara
signifikan. Artinya, bank syariah perlu memberikan perhatian lebih
terhadap perubahan nilai NPF.
Hal ini dapat disebabkan karena adanya pembiayaan bermasalah
yang semakin besar dibandingkan dengan aktiva produktifnya dapat
mengakibatkan hilangnya kesempatan untuk memperoleh pendapatan
(income) dari pembiayaan yang diberikan, sehingga mengurangi laba dan
berpengaruh buruk pada rentabilitas bank (Rahmaniah dan Wibowo,
2015).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Novitasari (2015) yang menyatakan bahwa NPF berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan laba, akan tetapi hasil penelitian ini bertentangan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Astutik dkk. (2014) yang
menyatakan bahwa NPF memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap
pertumbuhan laba.
2. Pengaruh CAR (Capital Adequacy Ratio) terhadap Pertumbuhan Laba
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel CAR memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan laba. Dengan demikian
penelitian ini menerima hipotesis kedua (Ha2) yang menyatakan bahwa
81
CAR berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. Hal ini
dibuktikan dengan hasil uji hipotesis dengan nilai probability yang lebih
kecil dari nilai signifikansi 5% (0.0142 <0.05).
Capital Adequacy Ratio (CAR) memiliki pengaruh tidak signifikan
terhadap pertumbuhan laba menunjukkan bahwa setiap perubahan yang
terjadi pada CAR diikuti oleh pertumbuhan laba secara signifikan. Tingkat
rata-rata CAR pada periode 2012-2016 pada seluruh bank syariah
mencapai 18.38% menunjukkan bahwa bank selalu menjaga tingkat CAR
minimal sebesar 8% sesuai ketentuan bank Indonesia serta senantiasa
melakukan pengendalian risiko sehingga dalam kegiatan operasionalnya
bank cenderung mengoptimalkan modal. Sehingga tinggi rendahnya CAR
pada bank syariah sangat mempengaruhi pertumbuhan laba (Astutik dkk,
2014).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Aini (2013), Margaretha & Marsheilly (2013), dan Novitasari (2015) yang
menyatakan bahwa CAR berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
laba. Namun, hasil tersebut bertentangan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Mukhlis (2012), Sugiani & Werastuti (2015) yang menyatakan hasil
penelitian bahwa rasio CAR berpengaruh tidak signifikan terhadap
pertumbuhan laba.
3. Pengaruh FDR (Finance to Deposit Ratio) terhadap Pertumbuhan Laba
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel FDR memiliki
pengaruh yang tidak signifikan terhadap pertumbuhan laba. Dengan
82
demikian penelitian ini menolak hipotesis kedua (Ha3) yang menyatakan
bahwa FDR berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. Hal ini
dibuktikan dengan hasil uji hipotesis dengan nilai probability yang lebih
besar dari nilai signifikansi 5% (0.0667 >0.05).
Finance to Deposit Ratio (FDR) memiliki pengaruh tidak
signifikan terhadap pertumbuhan laba menunjukkan bahwa setiap
perubahan yang terjadi pada FDR diikuti oleh pertumbuhan laba namun
tidak signifikan. Rasio FDR menyatakan seberapa besar bank dapat
melakukan penyaluran dana dalam bentuk kredit. Pada penelitian ini, FDR
mampu mengimbangi pembiayaan yang diberikan oleh bank kepada
masyarakat dengan penambahan jumlah dana pihak ketiga (DPK) yang
dihimpun. DPK yang dihimpun tidak semua dialokasikan untuk
pembiayaan, sehingga bank dapat menjaga likuiditasnya dan dapat
membayar kewajiban, terutama kewajiban jangka pendek. Oleh karena itu,
FDR tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan bank karena
Bank Umum Syariah masih dinyatakan mampu menjaga likuditasnya.
Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Astutik dkk. (2014) yang menyatakan bahwa FDR berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan laba. Namun, hasil tersebut sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Emilda (2016) yang menyatakan
hasil penelitian bahwa rasio FDR berpengaruh tidak signifikan terhadap
pertumbuhan laba.
4. Pengaruh NI (Net Imbalan) terhadap Pertumbuhan Laba
83
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel NI memiliki
pengaruh tidak signifikan terhadap pertumbuhan laba. Dengan demikian
penelitian ini menolak hipotesis kelima (Ha5) yang menyatakan bahwa NI
berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. Hal ini dibuktikan
dengan hasil uji hipotesis dengan nilai probability lebih besar dari nilai
signifikansi 5% (0.1219 > 0.05).
Net Imbalan (NI) memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap
pertumbuhan laba menunjukkan bahwa setiap perubahan yang terjadi pada
rasio NI diikuti oleh pertumbuhan laba namun tidak signifikan. Net
Imbalan adalah pendapatan penyaluran dana setelah bagi hasil dikurangi
imbalan dan bonus. Pendapatan yang dihimpun setelah dikurangi imbalan
dan bonus tidak terlalu besar dibandingkan DPK. Semakin kecil tingkat NI
maka semakin bagus bank mengelola aktiva.
Penelitian ini ditentang oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh
Ramadhan (2017) yang menyatakan bahwa NI memiliki pengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan laba, akan tetapi hasil ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Tristiningtyas (2016) yang menyatakan
bahwa NI memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap pertumbuhan laba.
5. Pengaruh BOPO (Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional)
terhadap Pertumbuhan Laba
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel BOPO memiliki
pengaruh tidak signifikan terhadap pertumbuhan laba. Dengan demikian
penelitian ini menolak hipotesis keenam (Ha6) yang menyatakan bahwa
84
BOPO berpengaruh tidak signifikan terhadap pertumbuhan laba. Hal ini
dibuktikan dengan hasil uji hipotesis dengan nilai probabilitas yang lebih
besar dari nilai nilai signifikansi 5% (0.1330 > 0.05).
Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap pertumbuhan laba. Hal ini
mengindikasikan bahwa setiap perubahan yang terjadi pada rasio BOPO
diikuti dengan pertumbuhan laba namun tidak signifikan, bank syariah
tidak perlu memberikan perhatian lebih terhadap perubahan nilai BOPO.
Nilai BOPO yang kecil di dalam portofolio bank syariah menyebabkan
tidak berpengaruh dalam pertumbuhan laba bank syariah.
Penelitian ini ditentang oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh
Ramadhan (2017) yang menyatakan bahwa rasio BOPO berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan laba. Namun, hasil ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Emilda (2016) yang mengemukakan bahwa
rasio BOPO berpengaruh tidak signifikan terhadap pertumbuhan laba.
6. Pengaruh BOPO, NPF, FDR, CAR dan NI secara simultan
Uji F atau uji simultan merupakan uji koefisien regresi secara
bersama-sama yang digunakan untuk mengetahui apakah variabel
independen berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen
(Priyatno D. 2012). Dalam hal ini pengujian simultan dilakukan untuk
mengetahui pengaruh secara simultan dari variabel CAR, NPF, BOPO,
FDR, dan NI terhadap pertumbuhan laba perbankan syariah. Berdasarkan
analisa data yang telah dilakukan diketahui bahwa secara simultan NPF,
85
CAR, FDR, NI dan BOPO berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan
laba pada Bank Umum Syariah di Indonesia tahun 2012-2016, yang
artinya artinya jika terjadi perubahan terhadap NPF, CAR, FDR, NI dan
BOPO akan berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba bank syariah di
Indonesia.
86
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil uji regresi data penel secara parsial (uji t) diketahui
bahwa pengaruh antara masing-masing variabel independen (NPF, CAR
FDR, NI, dan BOPO) terhadap Pertumbuhan Laba sebagai berikut:
a. Variabel NPF memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
laba.
b. Variabel CAR memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
laba.
c. Variabel FDR tidak memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan laba.
d. Variabel NI tidak memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan laba.
e. Variabel BOPO tidak memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan laba.
2. Berdasarkan hasil uji regresi data panel secara simultan (uji F) ditemukan
bahwa terdapat pengaruh signifikan antara variabel independen (NPF,
CAR, FDR, NI, dan BOPO) terhadap pertumbuhan laba bank umum
syariah di Indonesia.
B. Saran
Berkaitan dengan penelitian ini penulis menyarankan beberapa hal, yaitu:
1. Bagi Perbankan Syariah
87
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa CAR dan NPF
berpengaruh terhadap pertumbuhan laba pada Bank Umum Syariah. Oleh
karena itu pihak Bank Syariah disarankan untuk memperhatikan faktor
tersebut dengan cara meningkatkan kinerja yang memadai untuk
menunjang kegiatan operasionalnya dan cadangan modal untuk menyerap
kerugian yang mungkin terjadi, sehingga kinerja keuangan dapat dicapai
dengan maksimal.
Kondisi pertumbuhan laba perbankan syariah cenderung naik turun
pada setiap periodenya, dalam hal ini bank diharapkan terus dapat
memperbaiki kinerja dengan terus meningkatkan pelayanan nasabah agar
masyarakat dapat terus mempercayakan uangnya untuk disimpan di bank.
2. Nasabah dan Investor
Bagi nasabah dan investor apabila ingin melakukan pembiayaan
dan menginvestasikan dananya kepada bank syariah tidak harus melihat
berapa besar tingkat inflasi dan Financing to Deposit Ratio (FDR) yang
terjadi, karena inflasi dan Financing to Deposit Ratio (FDR) tidak
memberikan pengaruh terhadap alokasi pertumbuhan laba bank syariah.
Sedangkan bagi nasabah dan investor apabila ingin melakukan
pembiayaan dan menginvestasikan dananya harus melihat seberapa besar
ROA dan NPF yang terjadi, karena ROA dan NPF memberikan pengaruh
terhadap pertumbuhan laba bank syariah.
3. Akademisi
Penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi tambahan bagi
kepustakaan pihak kampus. Untuk peneliti selanjutnya sebaiknya
88
memperbanyak jumlah variabel seperti : Giro Wajib Minimum (GWM),
Inflasi, pembiayaan produk dan lainnya. Periode penelitian dapat
diperbaharui atau lebih lama agar hasil yang didapat lebih dapat
menjelaskan berbagai fenomena yang terjadi berkaitan dengan penelitian
ini.
89
DAFTAR PUSTAKA
Aini, Nur. Pengaruh CAR, NIM, LDR, NPL, BOPO, dan Kualitas Aktiva
Produktif Terhadap Perubahan Laba (Studi Empiris pada Perusahaan
Perbankan yang terdaftar di BEI Tahun 2009-2011). Dinamika Akuntansi,
Keuangan dan Perbankan, Vol.2 No.2. (2013): 14-25
Amelia, Erika. "Financial Ratio and Its Influence to Profitability in Islamic
Banks." Al-Iqtishad: Journal of Islamic Economics Vol 7(2) (2015): 229-
240.
Astutik, Puji, and Atim Djazuli. "Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank Menurut
Risk Based Bank Rating terhadap Kinerja Keuangan (Studi pada Bank
Umum Syariah di Indonesia)." Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB Vol 3.1
(2014): 45-52
Chandra, Riandi, dkk. Analisis Kinerja Keuangan PT Bank Syariah Mandiri dan
PT Bank Mandiri Tbk dengan Menggunakan Metode CAMEL. Jurnal
Berkala Ilmiah Efisiensi, Vol. 16 No. 02. (2016): 429-435
Dewi, Luh Eprima, dkk, Analisis Pengaruh NIM, BOPO, LDR, dan NPL
Terhadap Profitabilitas (Studi Kasus pada Bank Umum Swasta Nasional
yang Terdaftar pada Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013). e-journal
S1 Ak. Universitas Pendidikan Ganesha, Vol. 3 No.1. (2015):30-41
Emilda. Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Perubahan Laba pada Bank Syariah
di Indonesia. Jurnal Media Wahana Ekonomika, Vol.12 No.4. (2016): 60-
80
Endri. Prediksi Kebangkrutan Bank untuk Menghadapi dan Mengelola Perubahan
Lingkungan Bisnis: Analisis Model Altman’s Z-Score. Perbanas
Quarterly Review, Vol.2 No.1. (2009): 34-50
Fathoni, Muhammad Isnaini, dkk. Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank Terhadap
Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Sektor Perbankan. Jurnal Ekonomi
Manajemen Sumber Daya, Vol.13 No.1. (2013): 40-41
Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariete dengan Program IBM SPSS 23.
Semarang: Badan Penerbit Diponegoro. (2016).
Ghozali, Imam dan Dwi Ratmono. Analisis Multivariat dan Ekonometrika Teori,
Konsep, dan Aplikasi dengan Eviews 8. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro: Semarang. (2013).
Hadiwidjaja, Rini Dwiyani. The Influence of the Banks’s Performance Ratio to
Profit Growth on Banking Companies in Indonesia. Review of Integrative
Business & Economics Research, Vol.5 No.1. (2016): 106-117
90
Hidayatullah, Roby Febrianto. Analisis Pengaruh Rasio CAMELS terhadap
Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Binus Business Review, Vol.3 No.2. (2012).
Ihsan, Dwi Nuraini dan Sharfina Putri Kartika. Potensi Kebangkrutan pada Sektor
Perbankan Syariah untuk Menghadapi Perubahan Lingkungan Bisnis.
Jurnal Etikonomi, Vol. 14 No.2. (2015): 113-146
Ikatan Bankir Indonesia. Manajemen Kesehatan Bank Berbasis Risiko. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka. (2016).
Ikatan Bankir Indonesia. Manajemen Risiko 3: Modul Sertifikasi Manajemen
Risiko Tingkat III. Jakarta: PT Gramedia Pustaka. (2015).
Ismail. 2011.Perbankan Syariah. Jakarta: Kencana
Lubis, Anisah. Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank Terhadap Pertumbuhan Laba
pada BPR di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Keuangan, Vol.1 No.4.
(2013): 1-11
Margaretha, Farah dan Marsheilly Pingkan Zai. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kinerja Keuangan Perbankan Indonesia. Jurnal Bisnis dan
Akuntansi, Vol. 15 No.2. (2013): 133-141
Mukhlis, Imam. "Kinerja Keuangan Bank dan Stabilitas Makroekonomi terhadap
Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia." Jurnal Keuangan dan
Perbankan 16.2 (2012): 275-285
Ngadlan dan R.M. Riadi. Pengaruh CAMEL terhadap Size pada Bank yang
Listing pada Bursa Efek Indonesia. Pekbis Jurnal, Vol. 2, No.3. (2010):
382-390
Novitasari, Dian Rahma. "Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank Dengan Metode
Camels Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Bank Umum Syariah Periode
2011-2014." Sumber 163.402 (2015): Jurnal Akuntansi Unesa Vol. 3 No. 2
50-70
Priyatno, D. Cara Kilat Belajar Analisis Data dengan SPSS 20. Yogyakarta:
Penerbit ANDI. (2012).
Prasanjaya, AA Yogi, and I. Wayan Ramantha. "Analisis pengaruh rasio CAR,
BOPO, LDR dan ukuran perusahaan terhadap profitabilitas bank yang
terdaftar di BEI." E-Jurnal Akuntansi (2013): 230-245.
Rahman, Aulia Fuad, and Ridha Rochmanika. "Pengaruh Pembiayaan Jual Beli,
Pembiayaan Bagi Hasil, dan Rasio Non Performing Financing terhadap
Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia." IQTISHODUNA (2012):
60-72
91
Rahmaniah, Melan dan Hendro Wibowo. Analisis Potensi Terjadinya Financial
Distress pada Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia. Jurnal Ekonomi
dan Perbankan Syariah, Vol. 3 No.1. (2015): 1-20
Ramadhan, Achmad Angri. Pengaruh Rasio Tingkat Kesehatan Bank Terhadap
Pertumbuhan Laba Bank Umum Syariah Di Indonesia. BS thesis. Jakarta:
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah.
Rumondor, Risca Fransisca. Perbandingan Kinerja Keuangan Bank mandiri, BRI,
dan BNI yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal EMBA, Vol.1
No.3. (2013): 782-792
Rosanti, Nur Aini & Zulaikha. Pengaruh Book Tax Differences Terhadap
Perubahan Laba. Diponegoro Journal of Accounting, Vol.1 No.1. (2012):
1-13
Sabir, Muh dkk. Pengaruh Rasio Kesehatan Bank Terhadap Kinerja Keuangan
Bank Umum Syariah dan Bank Konvensional di Indonesia. Jurnal
Analisis, Vol.1 No.1. (2012): 79-86
Setiawan, Daniel Imanuel & Hanryono. Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan
Bank, Tingkat Inflasi dan BI Rate Terhadap Pertumbuhan Laba (Studi
pada Bank Swasta Devisa yang Terdaftar pada Bursa Efek Indonesia
Periode 2009-2014). Journal of Accounting and Business Studies, Vol.1
No.1. (2016): 30-47
Setiyono, Yusup dkk. Penggunaan Analisis Rasio Keuangan Perbankan Sebagai
Alat Ukur Kinerja Keuangan Bank Studi pada Pt. Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk. Jurnal Administrasi Bisnis, Vol.1 No.2. (2013).
Siregar, Syofian. Metode Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi Perbandingan
Perhitungan Manual & SPSS. Jakarta: Kencana. (2015).
Sugiyono. "Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND. Bandung: Alfabeta.
2016
Sriyana, Jaka. Metode Regresi Data Panel. Yogyakarta: EKONISIA. (2014).
Sugiani, L., D. N. Werastuti, and N. A. Darmawan. "Pengaruh NPL, LDR, Nilai
Komposit GCG, NIM, BOPO, dan CAR terhadap Pertumbuhan Laba
Perbankan." Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi. Universitas Pendidikan
Ganesha Denpasar. Volume 3 (2015).
Sukarno, K. W., & Syaichu, M. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
Bank umum di Indonesia. Jurnal Studi Manajemen Organisasi, 3(2), 46-
58. (2006).
92
Syukur, Mahmudin. Analisis Perbandingan Kinerja Bank Syariah dengan Bank
Konvensional. Jurnal Studia Akuntansi dan Bisnis, Vol. 2 No.2, STIE La
Tansa Mashiro, Rangkasbitung. (2015): 95-122
Tristiningtyas, Vita, and Osmad Mutaher. "Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kinerja Keuangan pada Bank Umum Syariah di
Indonesia." Jurnal Akuntansi Indonesia 2.2 (2016): 131-145.
Wardiah, Mia Lasmi. Dasar – Dasar Perbankan. Bandung: Pustaka Setia. (2013).
Wijaya, Errin Yani. "Pengaruh rasio keuangan terhadap pertumbuhan laba bank
pembangunan daerah di indonesia dengan pertumbuhan kredit sebagai
variabel intervening (Studi Pada Bank-Bank Pembangunan Daerah Di
Sumatera)." Jurnal Tepak Manajemen Bisnis 6.2 (2014): 73-85.
Winarno, Wing Wahyu. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN. (2015).
_____. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 8/POJK.03/2014 tentang
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah.
_____. Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 10/SEOJK.03/2014 tentang
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah.
www.bi.go.id
www.ojk.go.id
www.bcasyariah.co.id
www.bjbsyariah.co.id
www.bankmuamalat.co.id
www.megasyariah.co.id
www.bnisyariah.co.id
www.brisyariah.co.id
www.syariahbukopin.co.id
www.syariahmandiri.co.id
www.paninbanksyariah.co.id
www.bankvictoriasyariah.co.id
93
LAMPIRAN
Lampiran 1
Data Tahunan PL, BOPO, ROA, FDR, CAR, NPF dan NI
BUS TAHUN PL BOPO FDR CAR NPF NI
BRIS 2012 7.7427 0.9131 1.0307 0.1191 0.0209 0.0733
2013 0.2716 0.9042 1.027 0.1449 0.0326 0.0627
2014 -0.9782 0.9977 0.939 0.1289 0.0365 0.0604
2015 0.4245 0.9379 0.8416 0.1394 0.0389 0.0638
2016 0.3879 0.9133 0.8142 0.2063 0.0319 0.0637
BMI 2012 0.4231 0.8447 0.9415 0.1157 0.0181 0.0464
2013 2.5869 0.9386 0.9999 0.1405 0.0156 0.0464
2014 0.7531 0.9733 0.8414 0.1415 0.0485 0.0336
2015 0.2542 0.9736 0.903 0.12 0.042 0.0409
2016 0.0945 0.9776 0.9513 0.1274 0.014 0.0321
BSM 2012 0.462 0.4792 0.944 0.1382 0.0114 0.0725
2013 0.1923 0.5508 0.8937 0.141 0.0229 0.0725
2014 -1.0752 0.9849 0.8213 0.1412 0.0429 0.062
2015 7.4444 0.9478 0.8199 0.1285 0.0405 0.0575
2016 0.1238 0.9412 0.7919 0.1401 0.0313 0.0616
BMS 2012 2.432 0.7728 0.8888 0.1351 0.0132 0.1394
2013 -0.1911 0.8609 0.9337 0.1299 0.0145 0.1066
2014 -0.8939 0.9761 0.9361 0.1926 0.0181 0.0833
2015 -0.2292 0.9951 0.9849 0.1874 0.0316 0.0934
2016 8.0587 0.8816 0.9524 0.2353 0.0281 0.0756
BNIS 2012 0.5355 0.8879 0.8499 0.1929 0.0142 0.1103
2013 0.1528 0.8811 0.9786 0.1654 0.0113 0.0951
2014 0.3898 0.898 0.926 0.1876 0.0104 0.0815
2015 0.3998 0.8963 0.9194 0.1816 0.0146 0.0825
2016 0.2138 0.8767 0.8457 0.1781 0.0164 0.0832
BCAS 2012 0.2352 0.914 0.799 0.315 0.001 0.054
2013 0.5119 0.902 0.835 0.224 0.01 0.05
2014 0.0157 0.929 0.912 0.296 0.001 0.042
2015 0.8139 0.925 0.914 0.343 0.005 0.049
2016 0.5726 0.922 0.901 0.367 0.002 0.048
BSB 2012 0.4168 0.9159 0.9198 0.1278 0.0459 0.0981
2013 0.13 0.9229 1.0029 0.111 0.0427 0.0386
2014 -0.5652 0.9677 0.9289 0.148 0.0334 0.0275
2015 2.2685 0.9199 0.9056 0.1631 0.0274 0.0314
94
2016 0.1775 0.9176 0.8818 0.17 0.0272 0.0331
BJBS 2012 -0.0116 1.1034 0.8799 0.2109 0.0101 0.0741
2013 0.555 0.8576 0.974 0.1799 0.0116 0.0665
2014 -0.1967 0.9101 0.8402 0.1578 0.0584 0.0834
2015 -0.6645 0.9878 1.0475 0.2253 0.0693 0.0568
2016 -57.974 1.2277 0.9873 0.1825 0.1791 0.0516
PANIN
S 2012 2.4035 0.476 1.0566 0.322 0.0019 0.0667
2013 -0.4249 0.8131 0.904 0.2083 0.0077 0.0426
2014 2.3254 0.8258 0.9404 0.2569 0.0029 0.0438
2015 -0.2427 0.8929 0.9643 0.203 0.0194 0.0382
2016 -0.6352 0.9617 0.9199 0.1817 0.0186 0.0349
VICTO
RIAS 2012 -0.5065 0.879 0.4608 0.2808 0.0241 0.0236
2013 -0.599 0.9195 0.8465 0.184 0.0331 0.0296
2014 -5.7523 1.4331 0.9519 0.1527 0.0475 0.0334
2015 -0.2382 1.1919 0.9529 0.1614 0.0482 0.0008
2016 -0.2303 1.3134 1.0067 0.1598 0.0435 0.0006
Lampiran 2
Uji Asumsi Klasik
1. Statistik Deskriptif
Mean -0.552786 0.027828 0.058372 0.910176 0.183810 0.924668
Median 0.203050 0.021900 0.057150 0.919850 0.167700 0.918550
Maximum 8.058700 0.179100 0.139400 1.056600 0.367000 1.433100
Minimum -57.97400 0.001000 0.000600 0.460800 0.111000 0.476000
2. Uji Normalitas sebelum diobati
0
2
4
6
8
10
12
14
16
-15 -10 -5 0 5 10 15
Series: ResidualsSample 1 50Observations 50
Mean 6.57e-16Median -0.609653Maximum 13.75065Minimum -14.61403Std. Dev. 4.606174Skewness 0.385998Kurtosis 5.334767
Jarque-Bera 12.59816Probability 0.001838
3. Uji Normalitas setelah diobati
95
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
-3 -2 -1 0 1 2 3
Series: ResidualsSample 1 43Observations 32
Mean -7.77e-16Median -0.152616Maximum 2.879746Minimum -3.138154Std. Dev. 1.304637Skewness 0.174605Kurtosis 3.051881
Jarque-Bera 0.166186Probability 0.920265
4. Uji Multikolinearitas
CAR FDR NI NPF BOPO CAR 1.000000 -0.172854 -0.113324 -0.301711 -0.141468
FDR -0.172854 1.000000 0.061915 0.100935 0.047417
NI -0.113324 0.061915 1.000000 -0.155724 -0.392754
NPF -0.301711 0.100935 -0.155724 1.000000 0.482773
BOPO -0.141468 0.047417 -0.392754 0.482773 1.000000
5. Uji Hetero
Heteroskedasticity Test: White F-statistic 2.988639 Prob. F(6,43) 0.0157
Obs*R-squared 14.71467 Prob. Chi-Square(6) 0.0226
Scaled explained SS 11.12725 Prob. Chi-Square(6) 0.0845
6. Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 0.218016 Prob. F(2,41) 0.8050
Obs*R-squared 0.526150 Prob. Chi-Square(2) 0.7687
96
Lampiran 3
Model Regresi Data Panel
1. Common Effect
Cross-sections included: 10
Total pool (balanced) observations: 50 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. BOPO? 7.042246 4.601996 1.530259 0.1330
FDR? 7.084670 5.252389 1.348847 0.1841
NI? -3.342156 27.17665 -0.122979 0.9027
NPF? -291.2837 31.07483 -9.373622 0.0000
CAR? -28.88609 11.31946 -2.551896 0.0142 R-squared 0.686077 Mean dependent var -0.552786
Adjusted R-squared 0.658173 S.D. dependent var 8.568104
S.E. of regression 5.009429 Akaike info criterion 6.155160
Sum squared resid 1129.247 Schwarz criterion 6.346363
Log likelihood -148.8790 Hannan-Quinn criter. 6.227971
Durbin-Watson stat 1.742885
2. Fixed Effect
Dependent Variable: PL?
Method: Pooled Least Squares
Date: 05/28/18 Time: 05:29
Sample: 1 5
Included observations: 5
Cross-sections included: 10
Total pool (balanced) observations: 50 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 3.616871 14.25958 0.253645 0.8013
BOPO? 4.423571 7.136526 0.619849 0.5394
FDR? 0.987783 8.719312 0.113287 0.9105
NI? -7.748046 56.99487 -0.135943 0.8926
NPF? -314.4574 36.66339 -8.576879 0.0000
CAR? 0.239062 23.66085 0.010104 0.9920
Fixed Effects (Cross)
BCAS--C -6.613540
BJBS--C 0.419571
BMI--C 1.094093
BMS--C 0.686585
BNIS--C -3.234044
BRIS--C 3.484998
BSB--C 3.270183
BSM--C 3.358244
PANINS--C -3.918362
VICTORIAS--C 1.452272
97
Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.767397 Mean dependent var -0.552786
Adjusted R-squared 0.674356 S.D. dependent var 8.568104
S.E. of regression 4.889406 Akaike info criterion 6.255344
Sum squared resid 836.7203 Schwarz criterion 6.828951
Log likelihood -141.3836 Hannan-Quinn criter. 6.473777
F-statistic 8.247940 Durbin-Watson stat 1.987378
Prob(F-statistic) 0.000000
3. Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Pool: BUS
Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 2.036894 (9,34) 0.0652
Cross-section Chi-square 21.562418 9 0.0104