pengaruh nikah di bawah tangan terhadap...

128
PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP PSIKOLOGIS ISTRI DAN ANAK (Studi Kasus Di Kelurahan Cinere Depok) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy) Oleh: Nur Khofifah Syarif 1110044100046 K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A PROGAM STUDI HUKUM KELUARGA (AHWAL SYAKHSIYYAH) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1436 H/2015 M

Upload: dinhdat

Post on 26-Aug-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP PSIKOLOGIS ISTRI DAN ANAK

(Studi Kasus Di Kelurahan Cinere Depok)

Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:

Nur Khofifah Syarif 1110044100046

K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A PROGAM STUDI HUKUM KELUARGA (AHWAL SYAKHSIYYAH)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A

1436 H/2015 M

Page 2: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

ii

PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP PSIKOLOGIS ISTRI DAN ANAK

(Studi Kasus Di Kelurahan Cinere Depok)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

oleh:

Nur Khofifah Syarif NIM: 1110044100046

Di Bawah Bimbingan:

Drs. H. A. Basiq Djalil, SH., MA NIP: 195003061976031001

K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA (AHWAL SYAKHSIYYAH) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A 1436 H/2015 M

Page 3: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas
Page 4: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas
Page 5: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

v

ABSTRAK

Nur Khofifah Syarif, NIM 1110044100046. Judul Skripsi “Pengaruh Nikah di Bawah Tangan Terhadap Psikologis Istri dan Anak (Studi Kasus di Kelurahan Cinere Depok)”. Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas Syari’ah dan Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, 1436 H/2015 M, x + 87 halaman + 30 halaman lampiran.

Fokus studi ini adalah bagaimana dampak praktik nikah di bawah tangan yang

banyak terjadi pada masyarakat kelurahan Cinere Depok terhadap psikologis istri dan anak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana dampak negatif yang ditimbulkan terhadap psikologis istri dan anak, apa sebenarnya yang menjadi motif seorang perempuan mau dinikahi secara nikah di bawah tangan, kemudian bagaimana pengetahuan hukum masyarakat tentang pencatatan perkawinan.

Metodologi penelitian yang digunakan adalah metodologi penelitian kualitatif. Data yang diperoleh bersumber dari buku atau literatur kepustakaan, serta diperoleh dari penelitian lapangan berupa wawancara. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif kualitatif.

Studi menunjukkan bahwa faktor penyebab masyarakat kelurahan Cinere Depok melakukan nikah di bawah tangan diantaranya, faktor ekonomi (tingginya biaya pencatatan perkawinan), proses administrasi yang berbelit-belit serta lama, karena poligami, karena hamil di luar nikah, serta kurangnya kesadaran hukum masyarakat. Dampak dari pernikahan di bawah tangan terhadap istri dan anak sangat besar, dimana istri tidak akan pernah dianggap sebagai istri sah dan akibatnya tidak berhak atas hak nafkah dan waris, begitu juga dengan anak, anak tidak memiliki akta kelahiran dan akibatnya anak sulit untuk mendaftarkan sekolah dan ini menjadi beban psikis tersendiri bagi diri anak tersebut. Nikah di bawah tangan adalah sah menurut hukum Islam jika memenuhi rukun dan syarat nikah, tetapi tidak sah menurut hukum Positif karena tidak sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang mengharuskan tercatatnya pernikahan di Pegawai Pencatat Nikah (PPN). Walaupun Undang-Undang yang dibuat sudah sedemikian rupa namun masih banyak masyarakat yang tidak taat hukum, dan masih adanya anggapan dari mereka bahwa sah atau tidaknya sebuah perkawinan bukan ditentukan dari dicatat atau tidaknya perkawinan. Kata Kunci : Pernikahan, Pencatatan, Nikah di bawah tangan, Psikologi. Pembimbing : Drs. H. A. Basiq Djalil, SH., MA Daftar Pustaka : 1970-2014.

Page 6: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

vi

KATA PENGANTAR

بسم هللا الر حمن الر حیم

Alhamdulillah Puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah dan inayahNya kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan penelitian skripsi dengan judul “Pengaruh Nikah di Bawah Tangan

Terhadap Psikologis Istri dan Anak (Studi Kasus di Kelurahan Cinere Depok)”

sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Syariah (S.Sy), pada Fakultas

Syariah dan Hukum. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah atas junjungan

besar kita Nabi Muhammad Saw, beserta keluarga dan para sahabatnya.

Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Asep Saepudin Jahar, M. A., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. H. Abdul Halim, M. Ag., Ketua Program Studi dan Arip Purkon, M. A.,

sekretaris Progam Studi Hukum Keluarga (Ahwal Syakhsiyyah).

3. Drs. H. A. Basiq Djalil, SH., MA, dosen pembimbing skripsi yang telah dengan

sabar membimbing dalam meyelesaikan skripsi ini.

4. Segenap dosen di Fakultas Syariah dan Hukum yang dengan tulus telah

memberikan ilmunya selama menuntut ilmu di kampus tercinta ini, dengan segala

rasa ta’dzim “semoga apa yang telah diajarkan menjadi ilmu yang bermanfaat di

dunia dan akhirat”.

Page 7: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

vii

5. Segenap pengelola Perpustakaan Fakulatas Syariah dan Hukum dan Perpustakaan

Utama (UIN) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah

memberikan fasilitas kepada penulis dalam mencari data pustaka.

6. Teruntuk Ayahanda Syarifudin HM, dan Ibunda Siti Khodijah kupersembahkan

karyaku ini untuk kalian berdua yang selalu aku cintai lebih dari apapun, yang

selalu memberikan dukungan moril kasih sayang, perhatian, serta nasehat dengan

penuh keikhlasan dan tiada henti selalu mendoakan penulis serta dukungan

materil yang tak terhingga, untuk Ayahanda H. Mursidih dan Ibunda Hj.

Mulyanah Semoga Allah Swt selalu memberikan rahmat dan kesehatan, serta

membalas kebaikan Ayahanda dan Ibunda, amin ya rabbal ‘alamin. Untuk nenek

Hanifah yang sangat aku sayangi, yang selalu mendoakan penulis dengan ikhlas

dan menjadi pengganti orang tua selama penulis menuntut ilmu dan harus tinggal

dirumahnya, hanya Allah SWT yang bisa membalas kebaikan nenek dan semoga

Allah selalu mengkaruniakan nikmat sehat dan keberkahan rizki, amiin ya rabbal

‘alamin.

7. Teruntuk suamiku tercinta Rizka Hidayat S.Pd.I yang selalu memberikan support

agar tidak mudah menyerah dalam menyelesaikan studi ini, i do love...

8. Sahabat seperjuangan yang selalu ada dalam suka dan duka Siti Rachmah, Siti

Nurjanah dan teman-teman jurusan Peradilan Agama (Syariah dan Hukum)

angkatan 2010, terima kasih untuk kalian semua atas kebersamaannya selama

penulis belajar di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, semoga silaturrahim kita akan

tetap terus terjalin.

Page 8: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ................................................. iii

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ iv

ABSTRAK ........................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... x

BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1

B. Rumusan dan Batasan Masalah .................................................... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 8

D. Metode Penelitian ......................................................................... 9

E. Studi Review Terdahulu ............................................................... 13

F. Sistematika Penulisan ................................................................... 14

BAB II : PERNIKAHAN DI BAWAH TANGAN DAN HAKIKAT

PSIKOLOGI ..................................................................................... 16

A. Pengertian, Rukun dan Syarat, Tujuan dan Hikmah, serta Hak

dan Kewajiban dalam Pernikahan ................................................ 16

B. Pengertian Pencatatan Nikah, Pencatatan Nikah Menurut

Page 9: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

ix

Hukum Islam, dan Pencatatan Nikah Menurut PerUndang-

Undangan ..................................................................................... 32

C. Pengertian Nikah di Bawah Tangan, Nikah di Bawah Tangan

Menurut Hukum Islam, dan Nikah di Bawah Tangan Menurut

Perundang-Undangan ................................................................... 41

D. Hakikat Psikologi ......................................................................... 46

BAB III : POTRET WILAYAH DAN PENDUDUK KELURAHAN

CINERE KOTA DEPOK ................................................................ 61

A. Kondisi Geografis Kelurahan Cinere ........................................... 61

B. Kondisi Demografis Kelurahan Cinere ........................................ 62

C. Kondisi Sosiologis Kelurahan Cinere .......................................... 64

BAB IV : NIKAH DI BAWAH TANGAN DAN PENGARUH

PSIKOLOGIS BAGI ISTRI DAN ANAK ..................................... 66

A. Kasus Nikah di Bawah Tangan di Kelurahan Cinere Depok ....... 66

B. Faktor Penyebab Nikah di Bawah Tangan ................................... 70

C. Dampak Psikologis Istri dan Anak karena Nikah di Bawah

Tangan .......................................................................................... 75

BAB V : PENUTUP ......................................................................................... 78

A. Kesimpulan................................................................................... 78

B. Saran ............................................................................................. 80

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 82

LAMPIRAN-LAMPIRAN :

Page 10: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

x

A. DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Kelurahan Cinere Berdasarkan Usia .......... 62

Tabel 3.4 Jumlah Penduduk Kelurahan Cinere Berdasarkan Tingkat

Pendidikan ............................................................................... 63

Tabel 3.5 Jumlah Penduduk Kelurahan Cinere Berdasarkan Pekerjaan . 64

Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Warga Negara Asing .................................. 65

Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Kelurahan Cinere Berdasarkan Agama ...... 65

B. DAFTAR LAMPIRAN

1. Lembar Permohonan Dosen Pembimbing Skripsi .................................... 86

2. Lembar Permohonan Data/Wawancara Kantor Kelurahan Cinere ........... 87

3. Lembar Permohonan Data/Wawancara KUA Kecamatan Limo .............. 88

4. Lembar Keterangan Hasil Penelitian di Kelurahan Cinere ....................... 89

5. Lembar Keterangan Hasil Penelitian di KUA Kecamatan Limo .............. 90

6. Peta Wilayah Penelitian ............................................................................ 91

7. Lembar Pernyataan Wawancara ................................................................ 92

8. Pertanyaan Wawancara ............................................................................ 93

9. Hasil Wawancara ....................................................................................... 97

10. Photo Wawancara Dengan Responden...................................................... 116

11. Photo Kantor Kelurahan Dan Kantor Urusan Agama ............................... 118

Page 11: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia diciptakan Allah Swt mempunyai naluri manusiawi yang perlu

mendapat pemenuhan untuk mengabdikan dirinya kepada khaliq, penciptanya

dengan segala aktivitas hidupnya. Pemenuhan naluri manusiawi seorang manusia

antara lain adalah kebutuhan biologisnya, agar manusia mengetahui tujuan

kejadiannya, Allah Swt mengatur hidup manusia dengan aturan perkawinan.1

Allah memilih perkawinan sebagai jalan bagi manusia untuk berkembang

biak, dan melestarikan hidupnya setelah masing-masing pasangan siap melakukan

perannya yang positif dalam mewujudkan tujuan perkawinan. Allah tidak

menjadikan manusia seperti makhluk lainnya yang hidup bebas mengikuti

nalurinya dan berhubungan tanpa aturan. Demi menjaga kehormatan dan martabat

kemuliaan manusia, Allah mengadakan hukum sesuai dengan martabatnya,

sehingga hubungan antara laki-laki dan perempuan diatur secara terhormat dan

berdasarkan rasa saling meridhai, dengan upacara ijab kabul sebagai lambang

adanya rasa saling ridha, dan dengan dihadiri para saksi yang menyaksikan bahwa

pasangan laki-laki dan perempuan itu telah saling terikat.2

Dalam membangun ikatan perkawinan diperlukan adanya cinta lahir batin

antara pasangan suami isteri agar dapat terbentuk keluarga yang sakinah,

1 Abd. Rahman Ghazaly, Fiqih Munakahat (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2003), h. 22-23.

2 Abd. Rahman Ghazaly, Fiqih Munakahat, h. 10-11.

Page 12: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

2

mawaddah, dan rahmah seperti yang diimpikan oleh setiap pasangan suami isteri.

Artinya, ada 3 kunci yang harus dipegang dalam mengarungi kehidupan berumah

tangga yaitu Sakinah, Mawaddah, dan Rahmah. Pertama, Sakinah merupakan

kata kunci yang amat penting, dimana pasangan suami istri merasakan kebutuhan

untuk mendapatkan kedamaian, keharmonisan,dan ketenangan hidup yang

dilandasi oleh keadilan, keterbukaan, kejujuran, kekompakan, keserasian, serta

berserah diri kepada Allah SWT. Kedua, Mawaddah bukanlah sekedar cinta

terhadap lawan jenis dengan keinginan untuk selalu berdekatan tetapi lebih dari

itu, mawaddah adalah cinta plus karena cintanya disertai dengan penuh dengan

keikhlasan dalam menerima kekurangan dan kelebihan orang yang dicintai.

Ketiga, Rahmah merupakan perasaan saling simpati, menghormati, menghargai

antara satu dengan yang lainnya, saling mengagumi, memiliki kebanggaan pada

pasangannya sebagaimana ia memperlakukan yang terbaik untuk dirinya sendiri.3

Perkawinan merupakan perbuatan hukum yang akan menimbulkan

hubungan hukum privat seperti hubungan nasab, kewarisan, dan lain-lain,

maupun hubungan hukum publik seperti hubungan dengan masyarakat dan

Negara. Campur tangan (intervensi) Negara terhadap lembaga perkawinan dapat

dipahami, karena dampak hubungan hukum yang dilahirkannya sangat luas.

Negara menginginkan semua hubungan hukum warganya berjalan teratur dan

pasti.4

3 Mufidah Ch, Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender (Malang: UIN Malang Press,

2008), h. 48-50. 4 Agustina Bilondatu, Optimalisasi Peran Kua Dalam Mengatasi Illegal Wedding, artikel di

akses pada 23 Januari 2014 dari http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/JL/article/view/882/823.

Page 13: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

3

Situasi, kondisi, dan kebutuhan zaman telah berubah, apa yang dahulu

tidak penting sekarang ini menjadi penting, apa yang dahulu sia-sia sekarang

menjadi bermanfaat. Jika zaman dahulu pencatatan perkawinan adalah suatu hal

yang tidak penting, namun ketika zaman telah berubah seperti sekarang ini justru

pencatatan perkawinan menjadi suatu hal yang sangat penting dan harus

dilakukan.5

Berdasarkan pasal 2 ayat (2) Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang

Pencatatan Perkawinan menyebutkan bahwa “Tiap-tiap perkawinan dicatat

menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku”.6 Dengan demikian, jelas

bahwa spirit yang dianut oleh Undang-Undang Perkawinan kita adalah

meletakkan perkawinan sebagai sesuatu yang erat kaitannya dengan pengamalan

ajaran agama dan kepercayaan masyarakat dan bukan hanya sebagai suatu

peristiwa perdata biasa sebagaimana yang dianut oleh KUHPerdata (Burgerlijke

wetboek) sehingga yang dipentingkan adalah pencatatannya oleh negara.7

Dipertegas dalam pasal 5 ayat (1) Kompilasi Hukum Islam (KHI) tentang

Dasar-Dasar Perkawinan menyebutkan “Agar terjamin ketertiban perkawinan

bagi masyarakat Islam setiap perkawinan harus dicatat”. Ayat (2) “Pencatatan

perkawinan tersebut pada ayat (1), dilakukan oleh Pegawai Pencatat Nikah

5 Yayan Sopyan, Islam Negara, (Jakarta: PT. Semesta Rakyat Merdeka, 2012), h. 130. 6 Undang-Undang Perkawinan :UU No. 1Th 1974, PP No. 9 Th 1975, PP No. 10 Th 1983

(Semarang: Beringin Jaya), h. 8. 7 H. M. Atho Mudzhar, Sajida. S. Alvi, dan Saparinah Sadli, ed., Wanita Dalam Masyarakat

Indonesia, (Yogyakarta : Sunan Kalijaga Press, 2001), h.133.

Page 14: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

4

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 22 Tahun 1946 tentang

Pencatatan Nikah, Talak, Cerai, dan Rujuk jo Undang-undang No. 32 Tahun 1954

tentang Penetapan Berlakunya Undang-Undang RI No. 22 tahun 1946 tentang

Pencatatan Nikah, Talak, Cerai, dan Rujuk di seluruh daerah luar Jawa dan

Madura”. Pasal 6 ayat (1) “Untuk memenuhi ketentuan pada pasal (5), setiap

perkawinan harus dilangsungkan dihadapan dan di bawah pengawasan Pegawai

Pencatat Nikah”. Ayat (2) “Perkawinan yang dilakukan diluar pengawasan

Pegawai Pencatat Nikah tidak mempunyai kekuatan Hukum”.8

Namun, jika kita lihat pada kenyataannya dalam praktik perkawinan yang

terjadi di lingkungan masyarakat berbeda, karena tidak sepenuhnya mengacu

kepada Undang-Undang Perkawinan No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan yang

mengharuskan adanya pencatatan, sehingga mereka melakukan nikah di bawah

tangan yang hanya sah menurut hukum Agama tetapi tidak sah dalam hukum

Negara.

Menurut Huzaemah Tahido Yanggo, nikah sirri dengan nikah di bawah

tangan (urfi) berbeda, nikah sirri adalah nikah yang dirahasiakan supaya orang

lain tidak mengetahui, sedangkan nikah di bawah tangan adalah nikah yang secara

fikih memenuhi syarat dan rukun nikah, namun dalam pernikahan tidak dicatat

secara resmi oleh Pegawai Pencatat Nikah.9 Dan pelaksanaan akad tersebut

adalah benar dan sah dengan rukun dan syarat nikah yang sesuai dengan syari’at

8 Tim Redaksi Nuansa Aulia, Kompilasi Hukum Islam, (Bandung: Nuansa Aulia, 2011), h. 2-3. 9 Yayan Sopyan, Islam Negara, h. 133.

Page 15: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

5

Islam.10

Jika perkawinan tersebut dilakukan secara sembunyi-sembunyi maka ada

suatu hal yang tidak wajar yang tidak ingin diketahui banyak orang seperti ada

suatu aib dan perkawinan yang disembunyikan tentu saja bertentangan dengan

syara’,11 Menurut jumhur ulama hukum mengadakan walimah dan menyiarkan

atau mempublikasikan perkawinan adalah sunnah muakaddah.12 Maksud adanya

publikasi ini adalah diketahuinya oleh umum bahwa sebuah perkawinan telah

terjadi dan tidak disembunyikan, karena menyembunyikan perkawinan

merupakan perbuatan yang diharamkan.13

Bagi sebagian orang mungkin akan menjawab nikah di bawah tangan itu

sah, karena menurut mereka sah atau tidaknya suatu pernikahan bukan ditentukan

oleh dicatat atau tidaknya pernikahan, tetapi dengan kelengkapan syarat dan

rukun nikahlah yang menjadi sah atau tidaknya pernikahan.

Mereka berusaha menghindari diri dari sistem dan cara pengaturan

pelaksanaan perkawinan menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan, yang birokratis dan berbelit-belit, serta lama pengurusannya. Untuk

itu mereka menempuh cara sendiri yang tidak bertentangan dengan Hukum Islam.

Dalam Ilmu Hukum cara seperti itu dikenal dengan istilah “Penyelundupan

Hukum”, yaitu suatu cara menghindari diri dari persyaratan hukum yang

10 Muhammad Fuad Syakir, Perkawinan Terlarang , (Jakarta: Cendikiawan Muslim, 2002), h. 46. 11 Yayan Sopyan, Islam Negara, h. 133. 12 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, (Bandung: PT. Al Ma’arif, jilid 7, 1987), h. 166 13 Yayan Sopyan, Islam Negara, h. 128.

Page 16: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

6

ditentukan oleh Undang-Undang dan peraturan yang berlaku dengan tujuan

perbuatan yang bersangkutan dapat menghindarkan suatu akibat hukum yang

tidak dikehendaki atau untuk mewujudkan suatu akibat hukum yang

dikehendaki.14

Masyarakat di Indonesia masih belum mamiliki kesadaran akan

pentingnya pencatatan perkawinan, mereka seringkali menganggap mudah

persoalan nikah di bawah tangan. Dan pada akhirnya dampak negatif yang

ditimbulkan akan meluas, kaum perempuan dan anak-anak yang pada akhirnya

menjadi korban dan sangat dirugikan.

Seorang laki-laki yang menikahi perempuan dengan cara nikah di bawah

tangan bisa saja dengan seenaknya meninggalkan istri tanpa dibebani tanggung

jawab apapun terhadap istri dan anaknya karena tidak adanya bukti otentik dalam

pernikahannya, terbukanya peluang bagi laki-laki untuk melakukan tindakan

KDRT (kekerasan dalam rumah tangga), terhalangnya pembagian waris dan hak

nafkah, kesulitan untuk membuat akte kelahiran anak karena tidak ada bukti

otentik bahwa pernikahan tersebut sah menurut hukum negara, dampak psikis

tentunya yang dirasakan oleh anak-anak, yang tidak jarang dari mereka menjadi

topik perbincangan masyarakat yang menganggap negatif perkawinan orang

tuanya yang tidak dicatatkan dan masih banyak lagi dampak yang ditimbulkan.

Hal ini terjadi karena masih ada asumsi gender dan nilai-nilai patriarki

baik dalam substansi hukum (legal substance), struktur hukum (legal structure),

14 M. Idris Ramulyo, Tinjauan Beberapa Pasal, (Jakarta: IND-HILL-CO, Edisi Revisi 1990),

h. 227.

Page 17: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

7

dan sikap kaum perempuan itu sendiri (legal culture).15Dan hal ini masih banyak

terjadi dalam masyarakat kita yang awam terhadap hukum, berpendidikan rendah

serta berpenghasilan lemah sehingga mengambil jalan pintas yang mudah dan

cepat demi ketenangan batin. Itulah bentuk perkawinan yang telah menjadi mode

masa kini yang timbul dan berkembang di Indonesia seperti fenomena gunung es.

Berdasarkan uraian di atas, yakni banyaknya dampak negatif terhadap istri

dan anak-anak terutama terhadap psikologisnya sehingga membuat penulis untuk

meneliti lebih lanjut dan mengangkatnya dalam skripsi “Pengaruh Nikah Di

Bawah Tangan Terhadap Psikologis Istri dan Anak (Studi Kasus Di

Kelurahan Cinere Depok)”.

B. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan dalam skripsi ini tidak meluas, maka perlu

diadakannya pembatasan masalah. Selanjutnya penulis membatasi masalah

pada skripsi ini hanya fokus pada dampak negatif dari nikah dibawah tangan

terhadap psikologis istri dan anak yang dihasilkan dari pernikahan tersebut.

2. Perumusan Masalah

Adapun fokus studi ini adalah:

• Bagaimana dampak psikologis yang dirasakan oleh istri dan anak-anak

akibat nikah di bawah tangan?

15 H. M. Atho Mudzhar, Sajida. S. Alvi, dan Saparinah Sadli, ed., Wanita Dalam Masyarakat

Indonesia, h. 138.

Page 18: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

8

Namun, sebelum menjawab persoalan di atas perlu diungkap beberapa

hal yang berhubungan dengan persoalan tersebut, yaitu:

• Apa yang menyebabkan seorang perempuan mau dinikahi secara di bawah

tangan?

• Bagaimana pengetahuan hukum masyarakat Kelurahan Cinere terhadap

pencatatan perkawinan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pembatasan dan perumusan masalah di atas, maka tujuan

dari penelitian ini adalah:

• untuk mengetahui bagaimana dampak psikologis yang dirasakan istri

dan anak akibat nikah di bawah tangan.

Namun, sebelum menjawab persoalan tersebut perlu diungkap

beberapa hal.

• untuk mengetahui apa sebenarnya yang menjadi motif seorang

perempuan sehingga ia mau dinikahkan secara di bawah tangan.

• untuk mengetahui bagaimana pengetahuan hukum masyarakat

Kelurahan Cinere terhadap pencatatan perkawinan.

2. Manfaat Penelitian

Adapun dalam penelitian skripsi ini diharapkan dapat memberi manfaat

sebagai berikut: Pertama, menambah ilmu pengetahuan dan memperluas

informasi permasalahan yang ada di masyarakat. Kedua, penulis berharap

penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan teori maupun

Page 19: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

9

praktik hukum. Ketiga, Semoga hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai

informasi di berbagai kalangan. Keempat, dapat juga dijadikan bahan acuan

pada penelitian selanjutnya berkenaan dengan masalah yang terkait.

D. Metode Penelitian

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

a. Pendekatan

Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologis-empiris,

sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat,

dan menyelidiki ikatan-ikatan antara manusia yang menguasai kehidupan

itu. Sementara soerjono Sukamto mengartikan sosiologi sebagai sutu ilmu

pengetahuan yang membatasi diri terhadap persoalan penilaian.

Pendekatan sosiologis adalah suatu landasan kajian sebuah studi atau

penelitian untuk mempelajari hidup bersama dalam masyarakat.16

pendekatan empiris adalah suatu pendekatan yang digunakan apabila ada

perbedaan antara hukum positif yang tertulis dengan hukum yang hidup di

masyarakat, ini merupakan fakta sosial.17 Empiris artinya bersifat nyata.

Jadi, yang dimaksudkan dengan pendekatan empiris adalah usaha

mendekati masalah yang diteliti dengan sifat hukum yang nyata atau

sesuai dengan kenyataan yang hidup dalam masyarakat. Jadi, penelitian

16 Prof.Dr. musakkir, Karakteristik Kajian Sosiologi Hukum dan Psikologi Hukum, artikel ini di akses dari M. Musakkir.page.tl/home.htm, pada 7 September 2015.

17 Fahmi Muhammad Ahmadi dan Jaenal Aripin, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2010), h. 47-48.

Page 20: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

10

dengan pendekatan sosiologis-empiris harus dilakukan di lapangan,

dengan menggunakan metode dan teknik penelitian lapangan. Peneliti

mengadakan kunjungan kepada masyarakat dan berkomunikasi dengan

para anggota masyarakat terutama yang melakukan nikah di bawah

tangan.18

b. Jenis Penelitian

Pada dasarnya penelitian ini merupakan gabungan antara penelitian:

1) Kepustakaan (Library Research), yaitu penelitian yang kajiannya

dilaksanakan dengan menelaah dan menusuri berbagai literatur, karena

memang pada dasarnya sumber data yang hendak digali terfokus

kepada studi pustaka.19

2) Penelitian lapangan (Field Research), yaitu penelitian yang dilakukan

dengan mendatangi langsung objek yang akan diteliti guna

mendapatkan data-data yang valid. Langkah yang digunakan dalam

penelitian lapangan melalui teknik wawancara dan alat lainnya.20

Dengan demikian penelitian ini merupakan penelitian Kualitatif

bersifat Deskriptif, dan data yang terkumpul berbentuk kata-kata,

gambar bukan angka.21

18 Mudjia Rahardjo, Penelitian Sosiologis Hukum Islam, artikel ini di akses dari

http://mudjiarahardjo.uin-malang.ac.id/artikel/134-penelitian-sosiologis-hukum-islam.html, pada 23 Januari 2014.

19 Fahmi Muhammad Ahmadi dan Jaenal Aripin, Metode Penelitian Hukum, h. 17-18. 20Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h.

52. 21 Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2001), h. 18.

Page 21: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

11

2. Sumber Data

Karena penelitian ini merupakan gabungan antara studi pustaka dan

lapangan, maka sumber yang diambil oleh penulis meliputi:

a. Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari beberapa

narasumber yaitu masyarakat di kelurahan Cinere Depok yang melakukan

nikah di bawah tangan, instrumen yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah melalui wawancara dan alat lainnya.

b. Data sekunder adalah data yang berasal dari bahan pustaka yang berkaitan

dengan pokok bahasan karya tulis ini yaitu mengenai perkawinan di

bawah tangan.

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk dapat mengumpulkan data-data yang diperlukan maka penulis

menggunakan alat pengumpulan data atau instrument penelitian yakni alat

atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data, agar

pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti lebih cermat,

lengkap dan sistematis sehingga mudah diolah.

Adapun instrument atau alat pengumpulan data yang digunakan oleh

peneliti berupa:

a. Data Primer, yaitu:

1) Penentuan Informan, penentuan informan dalam penelitian ini

menggunakan teknik snow ball atau teknik lempar bola salju, yaitu

dengan cara menentukan satu orang atau beberapa orang informan

Page 22: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

12

yang akan diwawancara dan merupakan sumber utama dalam

penelitian di sekitar wilayah kelurahan Cinere Depok, kemudian baru

mencari sumber lain dari informan sebelumnya yang mereka ketahui.22

2) Wawancara (interview), yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh

peneliti untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan

menggunakan pertanyaan-pertanyaan pada informan, yang nantinya

akan penulis olah sebagai bahan skripsi.23 Peneliti menggunakan

teknik ini dalam mengumpulkan data yang menjadi bahan dalam

penulisan skripsi. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber utama

yang penulis wawancara selain pelaku nikah di bawah tangan itu

sendiri, kemudian anak dari pelaku nikah di bawah tangan, penulis

juga mewawancarai kepala KUA kec. Limo, dan tokoh masyarakat di

wilayah kelurahan Cinere Depok.

4. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif

kualitatif. Deskriptif, yaitu penelitian yang bersifat untuk menggambarkan

kejadian yang berlangsung berdasarkan fakta yang diperoleh di lapangan.

Kualitatif, yaitu suatu metode yang berfungsi sebagai prosedur penelusuran

masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan subjek dan

objek penelitian (seseorang, lembaga, dan masyarakat), berdasarkan fakta-

22 Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 86. 23 Wachid Setya, Metode Wawancara dalam Penelitian, artikel di akses dari

http://wachidsetya.blogspot.com/, pada 23 Januari 2014.

Page 23: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

13

fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.24 Jadi, penggunaan teknik

analisis deskriptif kualitatif disini merupakan penelitian yang lebih banyak

menggunakan kualitas objek, artinya bahwa objek yang akan menjadi sumber

penelitian merupakan tokoh kunci dalam pokok permasalahan penelitian,dan

tokoh kunci dalam penelitian ini adalah para pelaku nikah di bawah tangan.

5. Pedoman Penulisan Skripsi

Dalam penulisan skripsi ini berpedoman kepada buku “Pedoman

Penulisan Karya Ilmiah Skripsi, Tesis, dan Disertasi” yang diterbitkan oleh

Pusat Peningkatan dan Jaminan Mutu (PPJM) Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan harapan bahwa

penulisan ini tidak hanya baik dari segi isi tetapi juga dari segi penulisan.25

E. Review Studi Terdahulu

Penelitian mengenai Perkawinan tidak tercatat sudah banyak dilakukan oleh

peneliti sebelumnya, di antaranya:

Komarudin Beta : “Praktek Perkawinan Yang Tidak Tercatat di Desa

Kertanegara, Indramayu (Analisis Hukum Islam dan Hukum Positif) ”. Skripsi

Tahun 2010. Membahas praktek perkawinan yang tidak dicatat di Desa

Kertanegara dan mencari apa yang melatarbelakangi masyarakat Desa

Kertanegara melakukan perkawinan yang tidak tercatat serta akibat dari

perkawinan tersebut.

24 Macam-Macam Metode Penelitian, artikel ini di akses dari http://koffieenco.blogspot.com/ 2013/08/macam-macam-metode-penelitian.html, pada 23 Januari 2014.

25 Tim Penyusun. Pedoman Penulisan Skripsi. (Jakarta: PPJM,2012).

Page 24: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

14

Muhammad Bakhreni : “Perilaku Nikah Bodong pada Masyarakat Pondok

Aren (Study pada Kelurahan Jurang Mangu Timur Kecamatan Pondok Aren

Periode 2009-2010)”. Banyak masyarakat di sekitar Kelurahan Jurang Mangu

Timur yang melakukan praktik nikah bodong atau yang disebut nikah sirri dan

akibat hukum dari perilaku nikah bodong sejak tahun 2009-2010.

Muhammad Rizky Prasetya : “Hilangnya Hak Anak dan Isteri Akibat Nikah

di Bawah Tangan, Studi Kasus Kelurahan Kebon Sirih Kecamatan Menteng”,

Skripsi Tahun 2010. Menjelaskan nikah di bawah tangan sebagai penyebab

hilangnya hak anak dan istri.

Sedangkan yang membedakan penulisan skripsi penulis dengan skripsi lain

adalah permasalahan mengenai dampak psikologis yang dirasakan istri dan anak

akibat dari nikah di bawah tangan.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambasran yang jelas dan sistematis tentang materi

yang terkandung dalam skripsi ini, maka penulis menyusun sistematika penulisan

kedalam lima (5) bab dengan urutan sebagai berikut:

Bab Pertama berisikan pendahuluan, meliputi latar belakang masalah,

pembatasan masalah dan rumusan masalah, tujuan penulisan dan manfaat

penelitian, metodologi penelitian, studi/kajian terdahulu, dan sistematika

penulisan.

Bab Kedua berisikan kajian teorotis tentang pernikahan, pencatatan nikah,

nikah di bawah tangan, dan hakikat psikologi meliputi pengertian pernikahan

Page 25: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

15

secara umum, rukun dan tujuan nikah, tujuan dan hikmah nikah serta hak dan

kewajiban suami istri, pengertian pencatatan pernikahan, pencatatan pernikahan

menurut hukum Islam dan pencatatan pernikahan menurut perundang-undangan,

pengertian nikah di bawah tangan, nikah di bawah tangan menurut hukum Islam

dan nikah di bawah tangan menurut perundang-undangan, serta membahas

psikologi dan aspek-aspek psikologi.

Bab Ketiga berisikan Potret wilayah dan penduduk kelurahan Cinere

Depok, meliputi kondisi geogrfis kelurahan Cinere, kondisi demografis kelurahan

Cinere, serta kondisi sosiologis kelurahan Cinere.

Bab Keempat berisikan tentang nikah di bawah tangan dan pengaruh bagi

istri dan anak yang meliputi, kasus nikah di bawah tangan di kelurahan Cinere,

faktor penyebab nikah di bawah tangan, serta dampak terhadap psikologis istri

dan anak karena nikah di bawah tangan.

Bab Kelima berisikan penutup, meliputi kesimpulan dan saran.

Page 26: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

16

BAB II

PERNIKAHAN DI BAWAH TANGAN DAN HAKIKAT PSIKOLOGI

A. Pengertian, Rukun dan Syarat, Tujuan dan Hikmah, serta Hak dan

Kewajiban dalam Pernikahan

1. Pengertian Pernikahan

Kata nikah berasal dari bahasa Arab “نكح“ yang berarti kawin atau

nikah.P0F

1P Nikah menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah ikatan (akad)

perkawinan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan ajaran

agama.P1F

2

Nikah menurut bahasa, al-jam’u dan adh-dhamu yang artinya kumpul

atau bercampur. Makna nikah (zawaj) bisa diartikan dengan aqdu al-tazwij

yang artinya akad nikah, juga bisa diartikan wath’u al zaujah yang bermakna

menyetubuhi istri.3 Adapun menurut syara’ nikah adalah akad serah terima

antara laki-laki dan perempuan dengan tujuan untuk saling memuaskan satu

sama lainnya dan untuk membentuk sebuah bahtera rumah tangga yang

sakinah, mawaddah, dan rahmah.4

Pernikahan menurut Islam dapat ditinjau dari tiga sudut : pertama, dari

sudut hukum yaitu suatu perjanjian antara pria dan wanita agar dapat

1 A.W. Munawwir, Kamus Al Munawwir, (Surabaya : Pustaka Progressif, 1997, Edisi Kedua), h. 1461.

2 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008, Edisi Keempat), h. 962.

3 Amiur Nurudin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 37.

4 M. Ali Hasan, Pedoman Hidup Berumah Tangga dalam Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2003), h. 12.

Page 27: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

17

melakukan hubungan kelamin secara sah dalam waktu yang tidak tertentu

(lama, kekal, abadi). Kedua, dari sudut keagamaan yaitu suatu lembaga yang

suci di mana antara suami dan istri agar dapat hidup tenteram, saling

mencintai, dan mengasihi antara satu terhadap yang lain dengan tujuan

mengembangkan keturunan. Ketiga, dari sudut kemasyarakatan yaitu bahwa

orang yang telah kawin atau berkeluarga telah memenuhi salah satu bagian

syarat dari kehendak masyarakat, serta mempunyai kedudukan yang lebih

tinggi dan lebih dihargai dari yang belum menikah.5

Pendapat lain mengatakan Lafaz nikah mengandung tiga macam arti:

Pertama, arti menurut bahasa lafaz nikah adalah berkumpul. Kedua, arti

menurut Ahli Ushul (Ushul al Fiqh) berkembang tiga macam pendapat

tentang arti lafaz nikah:

a. Menurut Ahli Ushul golongan Imam Hanafi, Nikah menurut arti aslinya

(arti hakiki) adalah setubuh, dan menurut arti majazi (metaforis) adalah

akad yang menghalalkan hubungan kelamin antara seorang pria dan

seorang wanita.

b. Sedangkan sebaliknya menurut Ahli Ushul golongan Imam Syafi’i, Nikah

menurut arti aslinya adalah akad, yang dengan akad ini menghalalkan

hubungan kelamin antara seorang pria dengan seorang wanita, dan

menurut arti majazi adalah setubuh.

5 M. Idris Ramulyo, Beberapa Masalah Tentang Hukum Acara Perdata Peradilan Agama,

(Jakarta: IND-HILL, CO, 1985), h. 175-176.

Page 28: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

18

c. Berbeda menurut Abu al Qasam Az Zajjad, Imam Yahya, Ibnu Hazm, dan

sebagian Ahli Ushul dari sahabat Abu Hanifah, Nikah adalah bersyarikat

artinya antara akad dan setubuh.

Ketiga, menurut ulama Fikih tidak ada perbedaan pengertian di antara ulama

Fikih mengenai definisi nikah hanya terdapat perbedaan pada redaksi. Jadi,

para ulama Fikih sependapat bahwa nikah adalah akad yang diatur oleh agama

untuk memberikan kepada pria hak memiliki penggunaan faraj (kemaluan)

wanita dan seluruh tubuhnya untuk penikmatan sebagai tujuan primer.6

Para ahli fikih berkata, zawwaj atau nikah adalah akad yang secara

keseluruhan di dalamnya mengandung kata, inkah atau tazwij dan

sebagaimana pendapat yang telah disebutkan oleh golongan ulama Syafi’iyah

yang memaknai nikah dengan dihalalkannya hubungan kelamin maka

rumusannya sebagai berikut :

ام ا ه ن ع م و أ ج ي و ز التـ و أ ا ح ك الن ظ ف ل ب ئ ط و ة ا ح ب ا ن م ض ت يـ د ق ع 7

“Akad yang mengandung ketentuan hukum kebolehan hubungan kelamin

dengan lafadz nikah atau tazwij atau yang semakna keduanya”.

Ulama golongan Syafi’iyah memberikan definisi di atas melihat kepada

hakikat dari akad itu bila dihubungkan dengan kehidupan suami istri yang

6 Ibrahim Hosen, Fiqih Perbandingan Masalah Pernikahan, (Jakarta: Pustaka Firdaus, Jilid.

I, 2003), h. 115-116. 7 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 37.

Page 29: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

19

berlaku sesudahnya, yaitu boleh bergaul sedangkan sebelum akad tersebut

dilakukan diantara keduanya tidak boleh bergaul.8 Beranjak dari makna

etimologis inilah para ulama Fikih mendefinisikan perkawinan dalam konteks

hubungan biologis.9

Dalam pasal 1 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

menyebutkan “Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria

dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga

(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha

Esa”. P9F

10P Pencantuman berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa adalah karena

negara Indonesia berdasarkan kepada Pancasila yang sila pertamanya

berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa. Sampai disini tegas dinyatakan bahwa

perkawinan mempunyai hubungan yang erat sekali dengan agama,

kerohanian, sehingga perkawinan bukan saja mempunyai unsur lahir atau

jasmani tetapi juga memiliki unsur batin atau rohani. P10F

11

Sedangkan dalam pasal 2 Kompilasi Hukum Islam tentang Dasar-

Dasar Perkawinan menyebutkan “Perkawinan menurut Hukum Islam adalah

pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau mitsaqan ghalidzan untuk

mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah”.12 Kata

Mitsaqan ghalidzan ini diambil dari firman Allah Swt dalam QS. An Nisa

8 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, h. 38. 9 Amiur Nurudin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, h. 38. 10 Undang-Undang Perkawinan :UU No. 1Th 1974, PP No. 9 Th 1975, PP No. 10 Th 1983

(Semarang: Beringin Jaya), h. 7. 11 Amiur Nurudin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indones, h. 43. 12 Tim Redaksi Nuansa Aulia, Kompilasi Hukum Islam (Bandung : Nuansa Aulia, 2011), h. 2.

Page 30: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

20

[04] : 21;

)٢١):٤ ( ( ا لنسا ءArtinya : “Bagaimana kamu akan mengambil mahar yang telah kamu

berikan kepada istrimu, padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami istri. Dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat (mitsaqan ghalidzan)”.

Menurut hemat saya, dari beberapa definisi nikah yang diterangkan di

atas maka yang dimaksud dengan nikah adalah sebuah ikatan perjanjian yang

sangat kuat atas dasar perintah Allah untuk membentuk sebuah rumah tangga

agar dapat memenuhi kebutuhan jasmani (lahir) dan rohani (batin) dan

pernikahan adalah peristiwa hukum yang berakibat hukum.

2. Rukun dan Syarat Nikah

Menurut Jumhur Ulama rukun nikah ada lima (5) dan masing-masing

rukun memiliki syarat-syarat tertentu, yaitu :

a. Adanya calon suami, syaratnya :

1) Islam.

2) Laki-laki.

3) Jelas orangnya.

4) Dapat memberikan persetujuan.

5) Tidak terdapat halangan perkawinan.

b. Adanya calon istri, syaratnya :

1) Islam.

Page 31: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

21

2) Perempuan.

3) Jelas orangnya.

4) Dapat dimintai persetujuannya.

5) Tidak terdapat halangan perkawinan.

c. Adanya wali nikah dari pihak perempuan, syaratnya :

1) Laki-laki.

2) Dewasa.

3) Mempunyai hak perwalian.

4) Tidak terdapat halangan perwaliannya.

d. Saksi nikah, syaratnya :

1) Islam.

2) Dewasa.

3) Minimal dua orang laki-laki.

4) Hadir dalam ijab qabul.

5) Dapat mengerti maksud akad (berakal).

e. Ijab qabul, syaratnya :

1) Adanya pernyataan mengawinkan dari wali pihak perempuan (ijab).

2) Adanya pernyataan penerimaan dari calon mempelai pria (qabul).

3) Memakai kata-kata nikah, tazwij atau terjemahan dari kedua kata

tersebut.

4) Antara ijab dan qabul bersambungan.

5) Antara ijab dan qabul jelas maksudnya.

6) Orang yang terkait dengan ijab dan qabul tidak sedang ihram haji atau

Page 32: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

22

umrah.

7) Majlis ijab dan qabul itu harus di hadiri minimum empat orang yaitu

calon mempelai atau wakilnya, wali dari mempelai wanita dan dua

orang saksi. 13

Mengenai mahar para ulama sepakat untuk menempatkan mahar

sebagai syarat sahnya suatu pernikahan karena hukumnya yang wajib, karena

apabila sebelum dibayar mahar, seorang istri belum boleh dicampuri kecuali

mahar tersebut ditangguhkan pada saat pengucapan lafaz ijab qabul, yang

berarti pembayarannya di belakang hari.14

Berbeda dengan Jumhur Ulama, Undang-Undang No. 1 Tahun 1974

tentang Perkawinan tidak mengenal adanya rukun nikah, hanya memuat syarat

nikah, yaitu :

a. Perkawinan barulah sah jika dilakukan menurut hukum masing-masing

agama dan kepercayaannya (pasal 2 ayat 1).

b. Pekawinan harus didasarkan atas persetujuan kedua calon mempelai.

c. Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21

tahun harus mendapat izin dari kedua orang tuanya.

d. Perkawinan hanya diperkenankan apabila pihak pria sudah mencapai umur

19 tahun dan perempuan telah mencapai umur 16 tahun.

e. Perkawinan yang akan dilakukan untuk kedua kali atau kesekian kalinya

13 Amiur Nurudin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, h. 62-63. 14 M. Idris Ramulyo, Beberapa Masalah Tentang Hukum Acara Perdata, h. 179.

Page 33: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

23

dari seorang perempuan yang bercerai karena kematian suami, harus telah

lewat tenggang waktu 130 hari terhitung sejak hari kematian suami (pasal

39 ayat 2 Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan

Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan).

f. Bilamana perempuan putus perkawinannya yang dahulu karena

perceraian, karena putusan pengadilan atau karena talaq maka harus

menunggu lampau tenggang waktu 90 (sembilan puluh) hari, sejak

putusnya perkawinan itu. (pasal 39 ayat 3 Peraturan Pemerintah No. 9

tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974

tentang Perkawinan).

g. Bilamana seorang perempuan yang putus perkawinannya karena sesuatu

sebab yang syah sedang dia dalam keadaan hamil akan kawin lagi, harus

menunggu bayi yang dikandungnya lahir. (pasal 39 ayat 1 Huruf C

Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-

Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan).

h. Tidak ada waktu tunggu bagi janda yang putus perkawinan karena

perceraian, sedang antara janda tersebut dengan bekas suaminya belum

pernah terjadi hubungan kelamin.

i. Perkawinan seorang laki-laki dengan isteri kedua, ketiga, dan keempat

harus ada izin dari Pengadilan Agama bagi orang-orang Islam, Pengadilan

Negeri bagi non Islam harus pula memenuhi beberapa persyaratan khusus

yang diatur dalam pasal 3 jo pasal 4 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974

Page 34: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

24

tentang Perkawinan jo pasal 41 Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975

tentang Pelaksanaan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan. 15

3. Tujuan dan Hikmah Nikah

a. Tujuan Nikah

Seseorang yang melakukan pernikahan pasti memiliki tujuan agar

rumah tangganya dapat kekal abadi sampai maut memisahkan, maka

tujuan dari nikah adalah untuk membentuk keluarga yang sakinah,

mawaddah, dan rahmah sebagaimana yang terdapat di dalam QS. Ar

Ruum ayat 21, serta untuk mendapatkan keturunan yang baik agar dapat

melanjutkan kehidupan, agar teraturnya nasab karena dengan adanya

pernikahan yang sah maka keturunan yang dilahirkan akan jelas siapa

nasab keturunannya, dan agar teraturnya pembagian harta waris karena

pernikahan adalah peristiwa hukum yang akan berakibat hukum, dan

dengan pernikahan yang sah maka akan menimbulkan pembagian hak

waris kepada pasangan dan keturunan yang sah.

Tujuan nikah menurut perintah Allah Swt adalah untuk

memperoleh turunan yang sah dalam masyarakat, dengan mendirikan

rumah tangga yang teratur. Selain itu ada pula yang mengatakan bahwa

tujuan pernikahan dalam Islam selain untuk memenuhi kebutuhan hidup

jasmani dan rohani manusia, juga sekaligus untuk membentuk keluarga

15 M. Idris Ramulyo, Beberapa Masalah Tentang Hukum Acara Perdata, h. 182-184.

Page 35: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

25

dan memelihara serta meneruskan keturunan dalam menjalani hidupnya di

dunia ini, juga mencegah perzinahan, agar tercipta ketenangan dan

ketentraman jiwa bagi yang bersangkutan, juga ketentraman keluarga dan

masyarakat. 16

Dalam beberapa literatur tujuan dari nikah , yaitu :

1) Untuk membentuk kehidupan yang tenang, rukun, dan bahagia.

2) untuk menimbulkan saling cinta dan saling menyayangi.

3) untuk mendapatkan keturunan yang sah.

4) untuk menimbulkan keberkahan hidup.

5) menenangkan hati orang tua dan keluarga.17

Sedangkan tujuan dari nikah menurut Undang-Undang No. 1

Tahun 1974 tentang Perkawinan adalah untuk membentuk keluarga yang

bahagia kekal abadi berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Untuk itu

suami istri harus ada saling pengertian, saling bantu membantu dan

lengkap-melengkapi satu sama lain, agar masing-masing dapat

mengembangkan kepribadiannya untuk membantu dan mencapai

kesejahteraan baik spiritual maupun material. Karena tujuan dari nikah

adalah membentuk keluarga bahagia dan kekal, maka Undang-Undang

No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan ini menganut prinsip mempersukar

16 M. Idris Ramulyo, Beberapa Masalah Tentang Hukum Acara Perdata, h. 26. 17 H. Moh. Anwar, Fiqih Islam: Mu’amalah, Munakahat, Faro’id & Jinayah, (Bandung: PT. Al

Ma’arif, cet. II, 1988), h. 114.

Page 36: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

26

terjadinya perceraian.18

b. Hikmah Nikah

Islam sangat menganjurkan pernikahan dalam rangka mewujudkan

tatanan keluarga yang tenang, damai, tenteram, dan penuh kasih sayang.

Selain itu pernikahan merupakan salah satu sarana untuk melahirkan

generasi yang baik. Dengan adanya pernikahan sebagaimana diatur oleh

agama, maka anak-anak dan keturunan akan terpelihara nasab

keturunannya, dan salah satu harapan adanya pernikahan juga untuk

memperoleh keturunan yang baik, sholeh dan sholeha.19

Dengan demikian, pernikahan dalam Islam mempunyai hikmah

dan manfaat yang sangat besar, baik bagi kehidupan individu, keluarga,

masyarakat, bahkan agama, bangsa dan negara serta kelangsungan umat

manusia, berikut ini beberapa hikmah dari pernikahan:

1) Pernikahan sejalan dengan fitrah manusia untuk berkembang biak, dan

keinginan untuk melampiaskan syahwat secara manusiawi dan syar’i.

2) Upaya menghindarkan diri dari perbuatan maksiat akibat penyaluran

hawa nafsu yang tidak benar seperti perzinaan.

3) Terwujudnya kehidupan yang tenang dan tenteram.

4) Membuat ritme kehidupan seseorang menjadi lebih tertib dan teratur.

5) Pernikahan dan adanya keturunan akan mendatangkan rizki yang halal

18 M. Idris Ramulyo, Beberapa Masalah Tentang Hukum Acara Perdata, h. 181. 19 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah (Bandung: PT. Al Ma’arif, jilid 6, 1990), h. 18.

Page 37: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

27

dan berkah.

6) Nikah memiliki kontribusi di dalam membentuk pribadi untuk

berperilaku disiplin.

7) Memperkokoh tali persaudaraan antar masyarakat, terutama antar

kedua keluarga sehingga terwujud solidaritas sosial (takaful ijtima’i)

dengan memperluas hubungan persaudaraan.

8) Dapat menghasilkan keturunan yang baik dan jelas nasabnya.20

4. Hak dan Kewajiban Suami Istri

Akad nikah yang sah, akan menimbulkan akibat hukum baik bagi suami

maupun istri dan dengan demikian akan menimbulkan pula hak dan kewajiban

suami kepada istri dan sebaliknya dan akan menimbulkan pula hak bersama

suami istri.

Supaya rumah tangga bahagia dan kekal, diperlukan syarat-syarat tertentu.

Salah satu di antaranya adalah dipenuhinya hak masing-masing dari suami

dan istri dan dilaksanakannya apa yang menjadi kewajiban, baik oleh suami

maupun oleh istri. Tanpa dipenuhinya hak dan tanpa dihiraukannya

kewajiban, mustahil rumah tangga bisa bahagia dan kekal. Kalau suami dan

istri masing-masingnya hanya pandai menuntut hak tetapi tidak melaksanakan

apa yang menjadi kewajibannya pertanda rumah tangga suami istri seperti ini

bukannya surga yang menyenangkan tetapi neraka dunia yang menyedihkan

20 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, h. 47.

Page 38: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

28

yang pada gilirannya akan berakhir dengan perceraian.21 Berikut ini adalah

hak dan kewajiban suami istri menurut hukum Islam:

Kewajiban Suami dan Hak Istri :

a. Sebagai pemimpin keluarga

Keluarga sangat memerlukan pemimpin, dan oleh Islam yang

ditentukan sebagai peminpin adalah suami bukan istri. Laki-laki

memimpin perempuan adalah sesuai dengan kenyataan, dalam Qur’an

dikemukakan dua alasan mengapa suami menjadi pemimpin bagi istri.

Pertama, karena Allah memang melebihkan laki-laki atas perempuan,

misalnya dalam segi kemampuan fisik. Dan kedua, karena laki-lakilah

yang menanggung belanja istri, seperti yang dikemukakan di dalam QS.

An Nisa ayat 34 yang artinya “laki-laki adalah pemimpin bagi kaum

wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki)

dengan sebagian yang lain (wanita), dan oleh karena mereka (laki-laki)

telah menafkahkan sebagian dari harta mereka...”.

b. Memberi nafkah

Rumah tangga mempunyai sejumlah kebutuhan seperti pangan,

sandang, dan papan dan suamilah yang menanggung kebutuhan rumah

tangga ini. Bagi suami memberi nafkah keluarga adalah kewajiban yang

harus ditunaikan dan adalah hak istri untuk menerimanya. Karena menurut

21 Humaidi Tatapangarsa, Hak dan Kewajiban Suami Istri Menurut Islam, (Jakarta: Kalam

Mulia, 1993), h. 2.

Page 39: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

29

Islam yang wajib bekerja mencari penghidupan adalah suami.

Sebagaimana dalam firman Allah dalam QS. Al Baqarah ayat 233 yang

artinya “Dan kewajiban ayah adalah memberi makan dan pakaian kepada

para ibu dengan cara yang ma’ruf...”. Sayyid sabiq dalam bukunya Fiqih

Sunnah menyebutkan bahwa diwajibkannya suami memberi nafkah

kepada istri karena adanya ikatan perkawinan yang sah.

c. Memberi mahar

Mahar adalah suatu pemberian wajib dari suami kepada istri sebagai

hadiah yang tulus berkenaan dengan perkawinan antara keduanya. Mahar

atau maskawin menjadi hak penuh istri, ia berhak mempergunakan hak

miliknya menurut kehendaknya dan tidak boleh dihalangi oleh siapapun

termasuk wali dan suami.22

Kewajiban Istri dan Hak Suami :

a. Taat kepada suami

Taat adalah kewajiban istri dan sekaligus merupakan hak suami.

Artinya istri wajib taat kepada suami dalam hal kebaikan, dan suami

mempunyai hak untuk ditaati. Bahkan hak dari suami yang paling besar.

Ketaatan inilah yang menjadi syarat berhaknya istri menerima nafkah dari

suami dan suami berkewajiban memenuhinya.

b. Menyelenggarakan urusan rumah tangga

22 Humaidi Tatapangarsa, Hak dan Kewajiban Suami Istri Menurut Islam, h. 4-34.

Page 40: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

30

Selain taat kepada suami, istri wajib menyelenggarakan urusan rumah

tangga dengan baik. Yang termasuk dalam penyelenggaraan rumah tangga

adalah melaksanakan tugas kerumah tanggaan di rumah seperti

menyiapkan keperluan sehari-hari, membuat suasana rumah tangga

menyenangkan dan penuh ketentraman baik bagi suami maupun anak-

anak, mengasuh dan mendidik anak-anak.23

Hak Bersama Suami Istri :

a. Hubungan seksual

Suami istri keduanya berhak saling bergaul dan melakukan hubungan

kenikmatan seksual. Hubungan ini dihalalkan bagi suami istri secara

timbal balik.

b. Harta waris

Suami dan istri saling mempunyai hak antara yang satu dengan yang

lain untuk mendapat harta waris sebagai akibat dari ikatan perkawinan

yang sah jika salah seorang meninggal dunia.

c. Perlakuan yang baik

Suami dan istri saling mempunyai hak untuk mendapat perlakuan yang

baik. Hanya dengan pergaulan yang baik antara keduanya maka

dimungkinkan bahtera rumah tangga berjalan dengan baiak, bahagia, dan

kekal.

23 Humaidi Tatapangarsa, Hak dan Kewajiban Suami Istri Menurut Islam, h. 18-25.

Page 41: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

31

d. Perlindungan rahasia seksual

Masing-masing suami istri sama-sama mempunyai hak untuk tidak

diberitahukan kepada orang lain rahasia seksualnya, kecuali jika ada

alasan yang dapat dibenarkan. Yang dimaksud dengan rahasia seksual

adalah segenap rahasia di tempat tidur yang menyangkut hubungan intim

suami istri. Baik suami maupun istri tidak boleh memberitahukannya

kepada orang lain.24

Sedangkan menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan memberikan alasan yang jelas berkenaan dengan hak dan

kewajiban suami istri yang diatur dalam pasal 31 sampai 34. Sesuai dengan

prinsip yang dikandung oleh pasal 31 ayat (1) Undang-Undang No. 1 Tahun

1974 tentang Perkawinan menyebutkan “kedudukan suami istri adalah sama

dan seimbang baik dalam kehidupan rumah tangga maupun dalam pergaulan

hidup bermasyarakat”.25 Menurut Yahya Harahap, khusus menyangkut ayat 1

merupakan spirit of the age (semangat tuntutan zaman) dan merupakan hal

yang sangat wajar untuk mendudukkan suasana harmonis dalam kehidupan

keluarga, dan ini merupakan perjuangan emansipasi yang sudah lama

berlangsung.26

Beranjak dari Undang-Undang Perkawinan tersebut, menurut Sayuti

Thalib setidaknya ada lima hal yang sangat penting. Pertama, pergaulan hidup

24 Humaidi Tatapangarsa, Hak dan Kewajiban Suami Istri Menurut Islam, h. 27-34. 25 Undang-Undang Perkawinan :UU No. 1Th 1974, PP No. 9 Th 1975, PP No. 10 Th 1983

(Semarang: Beringin Jaya), h. 15. 26 Amiur Nurudin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, h. 186.

Page 42: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

32

suami istri yang baik dan tentram dengan rasa cinta dan mencintai santun

menyantuni. Kedua, suami memiliki kewajiban sebagai kepala keluarga dan

istri juga memiliki kewajiban sebagai ibu rumah tangga. Ketiga, rumah

kediaman disediakan suami dan suami istri wajib tinggal dalam satu kediaman

tersebut. Keempat, belanja kehidupan menjadi tanggung jawab suami. Kelima,

istri bertanggung jawab mengurus rumah tangga dan membelanjakan biaya

rumah tangga yang diusahakan suaminya dengan cara-cara yang benar, wajar,

dan dapat dipertanggung jawabkan.27

Berbeda dengan Undang-Undang Perkawinan, Kompilasi Hukum

Islam mengatur masalah hak dan kewajiban suami istri sangat rinci, karena

mengatur kedudukan suami istri serta kewajiban suami istri. Kompilasi

Hukum Islam begitu merinci hal-hal yang di jelaskan secara umum dalam

Undang-Undang Perkawinan seperti bentuk kebutuhan yang harus dipenuhi

suami, nafkah, kiswah, dan kediaman atau sandang, pangan, dan papan.

Demikian juga dengan biaya perawatan, pengobatan, istri, dan anak serta

pendidikan anak.28

B. Pengertian Pencatatan Nikah, Pencatatan Nikah Menurut Hukum Islam,

dan Pencatatan Nikah Menurut Perundang-Undangan

1. Pengertian Pencatatan Nikah

27 Amiur Nurudin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, h. 187. 28 Amiur Nurudin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, h. 193.

Page 43: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

33

Di dalam kamus besar bahasa Indonesia Pencatatan adalah proses atau

cara perbuatan mencatat.29 Pencatatan perkawinan adalah suatu pencatatan

yang dilakukan oleh pejabat negara terhadap peristiwa perkawinan, dalam hal

ini Pegawai Pencatat Nikah (PPN) yang melakukan pencatatan, ketika akan

melangsungkan suatu akad perkawinan antara calon suami dan calon istri.30

Dalam Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1975 tentang pelaksanaan

Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan pasal 2 ayat 1

menyebutkan “pencatatan perkawinan dari mereka yang melangsungkan

perkawinannya menurut agama Islam, dilakukan oleh Pegawai Pencatat Nikah

sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang No. 32 tahun 1954

tentang Pencatatan Nikah, talak, cerai, dan rujuk”.31

Kesimpulannya adalah bahwa pencatatan perkawinan adalah proses

pendataan atau penulisan administrasi perkawinan yang dilakukan oleh

Pegawai Pencatat Nikah (PPN) agar terciptanya ketertiban hukum.

2. Pencatatan Perkawinan Menurut Hukum Islam

Pada dasarnya, baik Qur’an maupun Hadis tidak mengatur secara jelas

mengenai pencatatan perkawinan. Pelaksanaan Pencatatan perkawinan ini

didasarkan kepada “maslahah mursalah”, karena pencatatan perkawinan

29 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa indonesia, h. 247. 30 Muhammad Zain dan Mukhtar Alshodiq, Membangun Keluarga Humanis, (Jakarta: Graha

Cipta, 2005), h. 38. 31 Undang-Undang Perkawinan :UU No. 1Th 1974, PP No. 9 Th 1975, PP No. 10 Th 1983

(Semarang: Beringin Jaya), h. 36.

Page 44: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

34

sangat penting untuk dilaksanakan oleh pasangan mempelai, sebab buku nikah

yang didapatkan merupakan bukti otentik tentang keabsahan pernikahan baik

menurut agama maupun negara. Dengan buku nikah tersebut, mereka dapat

membuktikan keturunan yang sah yang dihasilkan dari perkawinan yang sah

dan dapat memperoleh hak-haknya sebagai ahli waris terlebih lagi di era

globalisasi seperti sekarang ini.32

Walaupun ada ayat Qur’an yang menganjurkan untuk mencatat segala

bentuk transaksi muamalah. Pada masa Rasulullah Saw maupun sahabat

memang belum dikenal adanya pencatatan perkawinan, pada waktu itu

perkawinan sah apabila telah memenuhi syarat dan rukunnya. Pertama,

larangan untuk menulis sesuatu selain Qur’an, akibatnya kultur tulis tidak

begitu berkembang dibanding dengan kultur hafalan (oral). Kedua, mereka

sangat mengandalkan hafalan (ingatan) dan mengingat sebuah peristiwa

perkawinan bukanlah sebuah hal yang sulit untuk dilakukan. Ketiga, tradisi

walimatul ‘urusy walaupun dengan seekor kambing merupakan saksi

disamping saksi syar’i tentang sebuah perkawinan, sebagaimana sabda Nabi

Saw :

ها عن النبي ص.م قال و عن عا ئشة أعلنوا هذا النكاح واضربوا عليه بالغربال رضي اهللا عنـ )۳۳رواه ابن ماجة عن عائشة (

32 Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Prenada

Media Group, 2006), h. xix-xx. 33 Nailul Authar, Penerjemah Mu’ammal Hamidy dkk, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2001), h.

2258.

Page 45: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

35

Artinya: “Dari Aisyah ra, Nabi Saw bersabda : Umumkanlah pernikahan dan pukullah rebana” (HR. Ibnu Majah dari 'Aisyah).

۳٤ )رواه البخارى( أولم ولو بش قال النبي ص.م لعبد الرحمن

Artinya: “Nabi Saw bersabda: Laksanakanlah walimah (atas pernikahan) sekalipun hanya dengan meyembelih kambing” (HR. al-Bukhari dari 'Abdurrahman bin 'Auf).

Keempat, ada kesan perkawinan yang berlangsung pada masa awal

Islam belum terjadi antar wilayah negara berbeda. Biasanya perkawinan pada

masa itu berlangsung dimana calon suami dan calon istri berada dalam satu

wilayah yang sama, sehingga alat bukti kawin selain saksi belum

dibutuhkan.35

Dengan alasan-alasan yang telah disebut di atas, dapatlah dikatakan

bahwa pencatatan perkawinan belum dipandang sesuatu yang sangat penting

sekaligus belum dijadikan sebagai sebuah alat bukti autentik terhadap sebuah

perkawinan. Sejalan dengan perkembangan zaman dengan dinamika yang

terus berubah maka banyak sekali perubahan-perubahan yang terjadi.

Pergeseran kultur lisan (oral) kepada kultur tulis sebagai ciri masyarakat

modern. Menuntut dijadikannya akta, surat sebagai bukti autenti, saksi hidup

tidak lagi bisa diandalkan. Tidak saja karena bisa hilang dengan sebab

kematian, manusia dapat juga mengalami kelupaan dan kehilapan. Atas dasar

34 Nailul Authar, Penerjemah Mu’ammal Hamidy dkk, h. 2242. 35 Amiur Nurudin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, h. 121.

Page 46: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

36

ini diperlukan sebuah bukti yang abadi itulah yang disebut dengan akta.36

Atas pertimbangan demi kemaslahatan, ketertiban pelaksanaan

perkawinan dalam masyarakat, adanya kepastian hukum, dan untuk

melindungi pihak-pihak yang melakukan perkawinan untuk itulah pencatatan

menjadi sesuatu yang sangat diperlukan, selain itu akan banyak mudharat

yang ditimbulkan apabila tidak dilakukan pencatatan perkawinan. Sedangkan

dalam Islam sebisa mungkin untuk menghilangkan kemudharatan,

sebagaimana dalam sebuah kaidah fiqih :

۳۷ال ز يـ ر ر لض ا Artinya: “kemudharatan harus dihilangkan”.

Maksud kaidah tersebut adalah, menghilangkan kemudharatan atau

bahaya lebih diutamakan dari yang lainnya. Untuk itulah kepentingan

pencatatan harus didahulukan daripada membawa mudharat (dampak negatif)

yang ditimbulkan nantinya,38 sebagaimana dalam firman Allah Swt dalam QS.

Al Baqarah [02]: 282;

)۲۸۲ )٢(: البقرة(

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan , hendaklah kamu menuliskannya...”.

Ayat tersebut memerintahkan kepada kita untuk menuliskan atau

mencatatkan segala bentuk urusan mu’amalah seperti jual beli, hutang

36Amiur Nurudin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, h. 122. 37 Basiq Djalil, Ilmu Ushul Fiqih 1 dan 2, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 138. 38 Basiq Djalil, Ilmu Ushul Fiqih 1 dan 2, h. 138.

Page 47: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

37

piutang, sewa menyewa, dan sebagainya. Bagaimana dengan hal perkawinan

yang dinilai sangat sakral, sebuah perjanjian yang sangat kuat (mitsaqan

ghalidza), dan banyak menimbulkan akibat hukum, tentunya sangat

memerlukan pencatatan perkawinan. Dengan demikian salah satu bentuk

pembaruan hukum kekeluargaan Islam adalah dimuatnya pencatatan

perkawinan sebagai salah satu ketentuan perkawinan yang harus dipenuhi. Di

katakan pembaharuan hukum Islam karena masalah tersebut tidak ditemukan

di dalam kitab-kitab fiqih ataupun fatwa-fatwa ulama.39

3. Pencatatan Perkawinan Menurut Perundang-Undangan

Di Indonesia, ketentuan mengenai pencatatan perkawinan telah diatur

dalam Perundang-undangan, baik Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan maupun melalui Kompilasi Hukum Islam. Meskipun pencatatan

perkawinan telah terisolasikan dalam pasal 2 ayat (2) Undang-Undang No. 1

Tahun 1974 tentang Perkawinan selama 23 tahun lebih, tetapi sampai saat ini

masih didasarkan adanya kendala dalam pelaksanaannya, hal ini mungkin

sebagian masyarakat muslim masih ada yang berpegang teguh pada perspektif

fikih tradisional. Menurut pemahaman sebagian masyarakat tersebut bahwa

perkawinan sudah sah apabila ketentuan yang tersebut dalam hukum Islam

sudah terpenuhi tidak perlu ada pencatatan di Kantor Urusan Agama.40

Dalam pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan menyebutkan “perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut

39 Ahmad Jauhari, Problematika dan Implikasi Perkawinan di Bawah Tangan, artikel ini diakses dari http://www.lbh-apik.or.id/fact51-bwh%20tangan.htm, pada tanggal 2 Februari 2014.

40 Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, h. 47.

Page 48: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

38

hukum masing-masing agama dan kepercayaannya itu”.41 Jadi, orang-orang

yang beragama Islam perkawinannya baru sah apabila dilakukan menurut

hukum Islam, tetapi di samping itu ada keharusan pencatatan menurut

peraturan perundangan yang berlaku.

Ayat 2 menyebutkan “bahwa tiap-tiap perkawinan dicatat menurut

peraturan perundang-undangan yang berlaku”.42 Ini adalah satu-satunya ayat

yang mengatur tentang pencatatan perkawinan, di dalam penjelasannya tidak

ada uraian yang lebih rinci kecuali yang dimuat di dalam pasal 3 ayat (1)

Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang

Perkawinan “bahwa setiap orang yang akan melangsungkan perkawinan

memberitahukan kehendaknya kepada Pegawai Pencatat Nikah di tempat

perkawinan akan dilangsungkan”.43

Undang-Undang Perkawinan kita meletakkan perkawinan sebagai

sesuatu yang erat kaitannya dengan pengamalan ajaran agama dan

kepercayaan masyarakat dan bukan hanya sebagai suatu peristiwa perdata

biasa sebagaimana yang dianut oleh KUHPerdata (Burgerlijke wetboek)

sehingga yang dipentingkan adalah pencatatannya oleh negara.44 Dengan

41 Undang-Undang Perkawinan :UU No. 1Th 1974, PP No. 9 Th 1975, PP No. 10 Th 1983,

(Semarang: Beringin Jaya), h. 7. 42 Undang-Undang Perkawinan :UU No. 1Th 1974, PP No. 9 Th 1975, PP No. 10 Th 1983,

h. 8. 43 Undang-Undang Perkawinan :UU No. 1Th 1974, PP No. 9 Th 1975, PP No. 10 Th 1983,

h. 36. 44 H. M. Atho Mudzhar, Sajida. S. Alvi, dan Saparinah Sadli, ed., Wanita Dalam Masyarakat

Indonesia, h.133.

Page 49: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

39

demikian, pencatatan perkawinan ini walaupun di dalam Undang-Undang

Perkawinan hanya diatur oleh satu ayat, namun sebenarnya masalah

pencatatan ini sangat dominan. Ini tampak dengan jelas menyangkut tata cara

perkawinan itu sendiri yang kesemuanya berhubungan dengan pencatatan,

maka tidaklah berlebihan jika ada pakar hukum yang menempatkan

pencatatan sebagai syarat administratif yang juga menentukan sah atau

tidaknya sebuah perkawinan.45

Dipertegas dalam pasal 5 ayat (1) Kompilasi Hukum Islam (KHI)

“Agar terjamin ketertiban perkawinan bagi masyarakat Islam setiap

perkawinan harus dicatat”. Ayat (2) “Pencatatan perkawinan tersebut pada

ayat (1), dilakukan oleh Pegawai Pencatat Nikah sebagaimana diatur dalam

Undang-Undang No. 22 Tahun 1946 tentang Pencatatan Nikah, Talak, Cerai,

dan Rujuk jo Undang-Undang No. 32 Tahun 1954 tentang Penetapan

berlakunya Undang-Undang RI No. 22 tahun 1946 tentang Pencatatan Nikah,

Talak, Cerai, dan Rujuk diseluruh daerah luar Jawa dan Madura”. Pasal 6 ayat

(1) “Untuk memenuhi ketentuan pada pasal (5), setiap perkawinan harus

dilangsungkan dihadapan dan di bawah pengawasan Pegawai Pencatat

Nikah”. Ayat (2) “Perkawinan yang dilakukan di luar pengawasan Pegawai

Pencatat nikah tidak mempunyai kekuatan Hukum”.46 Dalam kenyataannya,

praktik perkawinan yang terjadi di lingkungan masyarakat berbeda karena

tidak sepenuhnya mengacu kepada undang-undang.

45 Amiur Nurudin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, h. 123. 46 Tim Redaksi Nuansa Aulia, Kompilasi Hukum Islam, h. 2-3.

Page 50: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

40

Pencatatan perkawinan ini menjadi sebuah keharusan, bila kita telusuri

eksistensinya secara luas dan agak mendalam, direnungkan dalam konteks

kehidupan, masyarakat, bangsa, dan Negara, baik secara sosiologis,

psikologis, maupun yuridis dengan segala akibat hukum dan konsekuensinya,

tentulah sangat luas obyek yang ditimbulkan sangat besar pengaruhnya dalam

perkembangan peradaban manusia dengan teknologi tinggi dewasa ini, baik

dalam hubungan individu sesamanya, maupun dalam kaitan hubungan sebagai

anggota masyarakat, bahkan dapat mempengaruhi bentuk masyarakat serta

sistem hukum yang berlaku dalam suatu Negara. Karena hukum menentukan

bentuk masyarakat, masyarakat yang belum mengenal hukum dapat dicoba

mengenalnya dengan mempelajari hukum yang berlaku dalam masyarakat itu,

sebab hukum mencerminkan masyarakat itu sendiri. Dari seluruh sistem

hukum, maka hukum perkawinanlah yang menentukan dan mencerminkan

sistem kekeluargaan dan hukum yang berlaku dalam masyarakat.47

Pernikahan yang tidak tecatat tumbuh dan berkembang pada

masyarakat Islam di Indonesia, sangat besar dampaknya bagi istri dan anak,

posisi mereka sangat lemah di hadapan hukum. Bagi istri akan kehilangan hak

nafkah, hak waris jika suatu saat suami meninggal dunia, dan jika terjadi

perceraian pihak istri tidak akan bisa menuntut haknya karena tidak ada bukti

otentik bahwa pasangan tersebut pernah menikah. Memiliki dampak negatif

juga bagi status anak yang dilahirkan di mata hukum, status anak yang

47 M. Idris Ramulyo, Tinjauan Beberapa Pasal UU No. 1 Tahun 1974, h. 226-227.

Page 51: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

41

dilahirkan dianggap sebagai anak tidak sah, konsekuensinya anak hanya

mempunyai hubungan perdata dengan ibu dan keluarga ibu. Ketidakjelasan

status anak di muka hukum, mengakibatkan hubungan antara ayah dan anak

tidak kuat, sehingga bisa saja suatu waktu ayahnya menyangkal bahwa anak

tersebut adalah bukan anak kandungnya. Yang jelas merugikan adalah, anak

tidak berhak atas biaya kehidupan dan pendidikan, nafkah dan warisan dari

ayahnya jika suatu saat sang ayah meninggal dunia, belum lagi diskriminasi

dari pihak luar yang menganggap mereka sebagai anak hasil hubungan gelap

karena orang tua yang menikah di bawah tangan.

C. Pengertian Nikah di Bawah Tangan, Nikah di Bawah Tangan Menurut

Hukum Islam, Nikah di Bawah Tangan Menurut Perundang-Undangan

1. Pengertian Nikah di Bawah Tangan

Istilah nikah di bawah tangan lebih banyak dikenal masyarakat dengan

nikah sirri atau nikah yang dirahasiakan, Menurut Huzaemah Tahido Yanggo,

nikah sirri dengan nikah di bawah tangan (urfi) berbeda, nikah sirri adalah

nikah yang dirahasiakan supaya orang lain tidak mengetahui, sedangkan nikah

di bawah tangan adalah nikah yang secara fikih memenuhi syarat dan rukun

nikah, namun dalam pernikahan tidak dicatat secara resmi oleh Pegawai

Pencatat Nikah.48 Dan pelaksanaan akad tersebut adalah benar dan sah dengan

48 Yayan Sopyan, Islam Negara, (Jakarta: PT. Semesta Rakyat Merdeka, 2012), h. 133.

Page 52: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

42

rukun dan syarat nikah yang sesuai dengan syari’at Islam.49

Menurut hemat penulis yang dimaksud dengan nikah di bawah tangan

adalah nikah yang dilakukan berdasarkan syari’at Islam yaitu dengan

terpenuhinya rukun dan syarat nikah tetapi tidak didaftarkan atau dicatatkan

pada Pegawai Pencatat Nikah (PPN) sehingga tidak ada bukti otentik bahwa

telah dilangsungkannya sebuah pernikahan. Nikah di bawah tangan pada

dasarnya adalah kebalikan dari nikah yang dilakukan menurut hukum. Nikah

menurut hukum adalah nikah yang diatur dalam Undang-Undang Perkawinan.

Dengan demikian, bahwa nikah di bawah tangan adalah nikah yang dilakukan

tidak menurut hukum. Nikah yang dilakukan tidak menurut hukum dianggap

nikah illegal, sehingga tidak mempunyai akibat hukum berupa pengakuan dan

perlindungan hukum.

2. Nikah di Bawah Tangan Menurut Hukum Islam

Dalam Islam tidak mengenal adanya nikah di bawah tangan, nikah di

bawah tangan baru dikenal setelah adanya Undang-Undang Perkawinan No. 1

Tahun 1974, karena menurut Islam sah atau tidaknya pernikahan bukan

ditentukan oleh pencatatan perkawinan tetapi dari kelengkapan rukun dan

syarat nikah.50

Namun, pada masa Imam Malik bin Anas telah dikenal istilah nikah

sirri atau nikah yang dirahasiakan bukan nikah di bawah tangan, hanya saja

49 Muhammad Fuad Syakir, Perkawinan Terlarang, (Jakarta: Cendikiawan Muslim, 2002), h.

46. 50 Iskandar, Nikah Sirri dan Nikah di Bawah Tangan, artikel ini diakses dari http://iskandar-

islam-indonesia.blogspot.com/2013/01/nikah-sirri-nikah-di-bawah-tangan-dan.html, tanggal 2 Februari 2014.

Page 53: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

43

nikah sirri yang dikenal pada masa dahulu berbeda pengertiannya dengan

pada masa sekarang. Pada masa dahulu yang dimaksud dengan nikah sirri

yaitu pernikahan yang memenuhi unsur-unsur atau rukun dan syarat sahnya

perkawinan menurut syari'at, yaitu adanya mempelai laki-laki dan mempelai

perempuan, adanya ijab qabul yang dilakukan oleh wali dengan mempelai

laki-laki dan disaksikan oleh dua orang saksi, hanya saja si saksi diminta

untuk merahasiakan atau tidak memberitahukan terjadinya pernikahan

tersebut kepada khalayak ramai, dengan sendirinya tidak ada i’lanun nikah

dalam bentuk walimatul ‘ursy.51

Adapun nikah di bawah tangan yang dikenal oleh masyarakat

Indonesia sekarang ini ialah pernikahan yang dilakukan oleh wali atau wakil

wali dan disaksikan oleh para saksi, tetapi tidak dilakukan di hadapan Petugas

Pencatat Nikah sebagai aparat resmi pemerintah atau perkawinan yang tidak

dicatatkan di Kantor Urusan Agama bagi yang beragama Islam, sehingga

dengan sendirinya tidak mempunyai Akta Nikah yang dikeluarkan oleh

pemerintah.52 Bukankah kita diperintahkan oleh Allah untuk mentaati

pemimpin, sebagaimana firman Allah Swt dalam QS. An Nisa’ [4]: 59;

51 Ahmad Jauhari, Problematika dan Implikasi Perkawinan di Bawah Tangan, artikel ini

diakses dari http://www.lbh-apik.or.id/fact51-bwh%20tangan.htm, pada tanggal 2 Februari 2014. 52 Iskandar, Nikah Sirri dan Nikah di Bawah Tangan, artikel ini diakses dari http://iskandar-

islam-indonesia.blogspot.com/2013/01/nikah-sirri-nikah-di-bawah-tangan-dan.html, tanggal 2 Februari 2014.

Page 54: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

44

)٥٩: )٤ ( النساء(

Artinya :“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya".

Menurut penulis maksud dari ayat tersebut adalah memerintahkan

kepada manusia untuk mentaati pemimpin dan mendidik manusia agar tercipta

masyarakat yang sadar dan taat hukum agama dan hukum negara, demi

terwujudnya kebaikan hidup di dunia dan di akhirat.

Pencatatan nikah merupakan salah satu yang harus dipenuhi dalam hal

anjuran pemerintah, ulil amri yang dalam hal ini mencakup urusan duniawi.

Sementara beberapa kalangan masyarakat muslim, lebih memandang

keabsahan pernikahan dari sisi agama saja yang lebih penting karena

mengandung unsur ukhrawi karena lebih menentramkan, sementara sisi

duniawi tadi adalah unsur pelengkap saja setelah unsur utama terpenuhi,

dalam hal ini unsur duniawi yaitu nikah dengan dicatatkan adalah langkah

kedua setelah ketenangan batin didapatkan.53

Dalam hal ini para ulama telah mengeluarkan Fatwa pada tahun 2006

53 Agustina Bilondatu, Optimalisasi Peran Kua Dalam Mengatasi Illegal Wedding, artikel di

akses dari http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/JL/article/view/882/823, pada 23 Januari 2014.

Page 55: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

45

tentang nikah di bawah tangan, yaitu:

a. Pernikahan di bawah tangan hukumnya sah karena telah terpenuhinya

syarat dan rukun nikah, tetapi haram jika terdapat madharat.

b. Pernikahan harus dicatat secara resmi pada instansi berwenang, sebagai

langkah preventif untuk menolak dampak negatif atau madharat (sa’ddud

dzari’ah).54

Berdasarkan fatwa Majlis Ulama di atas maka saya mengambil

kesimpulan bahwa, haram hukumnya apabila pernikahannya dikemudian hari

menimbulkan perselisihan sampai pengingkaran terjadinya perkawinan yang

disebabkan tidak tercatat perkawinannya, karena tidak dapat memperlihatkan

alat bukti pernikahannya semisal akta nikah dalam pernikahannya, sehingga

menyebabkan dampak negatif dari pernikahan tersebut seperti untuk

pemenuhan hak isteri dan anak menjadi terlantar atau terbengkalai.

3. Nikah di Bawah Tangan Menurut Perundang-Undangan

Sistem hukum Indonesia tidak mengenal istilah “kawin bawah tangan”

dan semacamnya serta tidak mengatur secara khusus dalam sebuah peraturan.

Istilah “nikah di bawah tangan” muncul setelah Undang-Undang No. 1 Tahun

1974 tentang perkawinan dan berlaku secara efektif tanggal 1 Oktober 1975

yaitu setelah diundangkannya Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan dan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975

tentang Pelaksanaan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan,

54 Asrorun Ni’am Sholeh, Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan, (Jakarta: Graha Paramuda,

2008), h. 49.

Page 56: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

46

dalam kedua peraturan tersebut disebutkan bahwa tiap-tiap perkawinan selain

harus dilakukan menurut ketentuan agama juga harus dicatatkan. Namun,

secara sosiologis istilah ini diberikan bagi perkawinan yang tidak dicatatkan

dan dianggap dilakukan tanpa memenuhi ketentuan undang-undang yang

berlaku.55

Khususnya tentang pencatatan perkawinan yang diatur dalam pasal 2

ayat (1) Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan disebutkan

“Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing

agama dan kepercayaannya itu”. Ayat (2) “Tiap-tiap perkawinan dicatat

menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku”.56 Peraturan

perundang-undangan mengatur perkawinan dari formalitasnya yaitu

perkawinan sebagai sebuah peristiwa hukum yang harus dilaksanakan

menurut peraturan agar terjadi ketertiban dan kepastian hukumnya.57

D. Hakikat Psikologi

1. Pengertian Psikologi

Psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche yang artinya jiwa,

sedangkan Logos yang berarti ilmu pengetahuan. Jadi, secara etimologi

psikologi berarti “Ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai gejala,

55 Iskandar, Nikah Sirri dan Nikah di Bawah Tangan, artikel ini diakses dari http://iskandar-

islam-indonesia.blogspot.com/2013/01/nikah-sirri-nikah-di-bawah-tangan-dan.html, tanggal 2 Februari 2014.

56 Undang-Undang Perkawinan :UU No. 1Th 1974, PP No. 9 Th 1975, PP No. 10 Th 1983, h. 7-8.

57 Iskandar, Nikah Sirri dan Nikah di Bawah Tangan, artikel ini diakses dari http://iskandar-islam-indonesia.blogspot.com/2013/01/nikah-sirri-nikah-di-bawah-tangan-dan.html, tanggal 2 Februari 2014.

Page 57: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

47

proses, maupun latar belakangnya”. Namun, pengertian antara ilmu jiwa dan

psikologi sebenarnya berbeda karena :

a. Ilmu jiwa adalah ilmu jiwa secara luas termasuk khayalan dan spekulasi

tentang jiwa itu.

b. Ilmu psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai jiwa yang diperoleh

secara sistematis dengan metode-metode ilmiah.58

Psikologi didefinisikan sebagai kajian saintifik tentang tingkah laku

dan proses mental organisme. Berdasarkan definisi psikologi tersebut, maka

psikologi dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari dan

mengkaji tingkah laku manusia dalam hubungan dengan lingkungan, dalam

pengertian tersebut, terdapat beberapa unsur yaitu :

a. Ilmu pengetahuan, yaitu suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun

secara sistematis dan mempunyai metode tertentu yang bersifat ilmiah.

b. Tingkah laku, yaitu segala manifestasi hayati yang meliputi tingkah laku

kognitif, afektif, dan motorik.

c. Lingkungan, yaitu tempat di mana manusia hidup, berinteraksi,

menyesuaikan dan mengembangkan dirinya. Secara garis besar,

lingkungan dibedakan atas lingkungan dalam (internal environment) dan

lingkungan luar (external environment).59

Psikologi tidak mempelajari jiwa atau mental secara langsung karena

58 Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 7 59 Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, h. 7-8.

Page 58: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

48

sifatnya yang abstrak, tetapi psikologi membatasi pada manifestasi dan

ekspresi dari jiwa atau mental tersebut yakni berupa tingkah laku dan proses

atau kegiatannya, sehingga psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu

pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses mental. Jadi,

pengertian psikologi secara harfiah adalah ilmu tentang jiwa.60

2. Ruang Lingkup Psikologi

Kajian psikologi tentang manusia secara integral meliputi beberapa

dimensi yaitu Bio-Psiko-Sosio-Spiritual sebagai penentu utama perilaku dan

kepribadian manusia. Bidang-bidang psikologi cukup luas, dimana ada

manusia disitulah psikologi bekerja, diantaranya adalah psikologi

perkembangan, psikologi sosial, dan psikologi kepribadian, psikologi klinis,

psikologi sekolah, dan psikologi pendidikan, psikologi industri dan organisasi

dan masih banyak lagi bidang-bidang psikologi antara lain psikologi keluarga

yang merupakan bagian dari psikologi sosial.61

3. Sejarah Singkat Psikologi

Istilah psikologi digunakan pertama kali oleh seorang ahli

berkebangsaan Jerman yang bernama Philip Melancchton pada tahun 1530.

Istilah psikologi sebagai ilmu jiwa tidak digunakan lagi sejak tahun 1878 yang

dipelopori oleh J.B. Watson sebagai ilmu yang mempelajari perilaku karena

ilmu pengetahuan menghendaki objeknya dapat diamati, dicatat dan diukur,

sedangkan jiwa dipandang terlalu abstrak, dan jiwa hanyalah salah satu aspek

60 Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, h. 2. 61 Mufidah Ch, Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender, h. 59.

Page 59: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

49

kehidupan individu.62

4. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja

a. Pengertian Tumbuh Kembang Anak

Pengertian perkembangan menunjukan pada suatu proses kearah

yang lebih sempurna dan tidak begitu saja dapat di ulang kembali.

Perkembangan menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak

dapat diputar kembali. Sementara ahli psikologi tidak membedakan

perkembangan dan pertumbuhan, menurutnya seorang anak yang

berkembang akan bertambah kemampuannya dalam berbagai hal. Istilah

pertumbuhan menunjukkan bertambah besarnya ukuran badan dan fungsi

fisik yang murni. Menurut banyak ahli psikologi, perkembangan lebih

dapat mencerminkan sifat yang khas mengenai gejala psikologis yang

muncul.63 Sebagaimana firman Allah Swt dalam QS. Al Hajj [22]: 05;

) ۰ ۵ : ) ٢٢ (الحج ( Artinya : “Dan kami tetapkan dalam rahim, apa yang kami kehendaki

sampai waktu yang sudah ditentukan, Kemudian kami keluarkan kamu sebagai bayi, Kemudian (dengan berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan”.

Ayat tersebut mengisyaratkan bahwa hak tumbuh kembang anak

menjadi perhatian Islam. Allah memberikan pemeliharaan dan

62 Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, h. 2. 63 Mufidah Ch, Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender, h. 313.

Page 60: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

50

perlindungan anak mulai dari rahim ibu, dan Allah pula yang memberikan

hidayah dan bimbingan ketika anak tumbuh kembang setelah dilahirkan

ibunya hingga menjadi dewasa secara fisik maupun psikis. Menurut

Atkinson, pertumbuhan dan perkembangan dibedakan dari segi pemakaian

katanya, yaitu:

1) Pertumbuhan sering digunakan pada aspek verbal pada manusia yang

sering berlaku pada ukuran tubuh beserta kondisi serta keadaan fisik

manusia.

2) Perkembangan sering dipakai untuk membahas tingkat-tingkat atau

masa-masa tumbuh kembang manusia yang meliputi kognitif (perspsi

atau kesadaran dll), kepribadian dan juga aspek klinis biologis pada

psikis manusia.64

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak dan

Remaja

1) Peran dan Fungsi Keluarga

Keluarga memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam

upaya mengembangkan pribadi anak. Keluarga juga dipandang

sebagai institusi (lembaga) pertama yang dapat memenuhi kebutuhan

manusiawi, terutama kebutuhan bagi pengembangan kepribadiannya

dan pengembangan ras manusia. Iklim keluarga yang sehat atau

perhatian orang tua yang penuh kasih sayang merupakan faktor

64 Mufidah Ch, Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender, h. 314.

Page 61: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

51

esensial yang memfasilitasi perkembangan psikologis anak tersebut.65

Fungsi dasar keluarga adalah memberikan rasa memiliki, rasa

aman, kasih sayang, dan mengembangkan hubungan yang baik di

antara anggota keluarga. Keluarga yang hubungan antar anggotanya

tidak harmonis, penuh konflik, atau gap communication dapat

mengembangkan masalah kesehatan mental bagi anak. Fungsi

keluarga secara psikososiologis adalah sebagai:

a) Pemberi rasa aman bagi anak dan anggota keluarga lainnya.

b) Sumber pemenuhan kebutuhan, baik fisik maupun psikis.

c) Sumber kasih sayang dan penerimaan.

d) Model pola perilaku yang tepat bagi anak untuk belajar menjadi

anggota masyarakat yang baik.

e) Pemberi bimbingan bagi pengembangan perilaku yang secara

sosial dianggap tepat.

f) Pembentuk anak dalam memecahkan masalah yang dihadapinya

dalam rangka menyesuaikan dirinya terhadap kehidupan.

g) Pemberi bimbingan dalam belajar keterampilan motorik, verbal,

dan sosial yang dibutuhkan untuk penyesuaian diri.

h) Stimulator bagi pengembangan kemampuan anak untuk mencapai

prestasi, baik di sekolah maupun di masyarakat.

65 Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Jakarta: PT. Remaja

Rosdakarya, 2000), h. 37.

Page 62: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

52

i) Pembimbing dalam mengembangkan aspirasi.

j) Sumber persahabatan/teman bagi anak sampai cukup usia untuk

mendapatkan teman di luar rumah, atau apabila teman di luar

rumah tidak memungkinkan.66

Sedangkan fungsi keluarga secara sosiologis adalah sebagai:

a) Fungsi Biologis meliputi, a. Pangan, sandang, papan; b. Hubungan

seksual suami istri; c. Reproduksi atau pengembangan keturunan

yang dibangun melalui ikatan pernikahan.

b) Fungsi Ekonomis, dalam hal ini kewajiban seorang kepala

keluarga dalam menafkahi anggota keluarganya.

c) Fungsi Edukatif, keluarga merupakan lingkungan pendidikan

pertama dan utama bagi anak.

d) Fungsi Sosialisasi, keluarga berfungsi sebagai miniatur masyarakat

yang mensosialisasikan nilai-nilai atau peran-peran hidup dalam

masyarakat yang harus dilaksanakan oleh para anggotanya.

e) Fungsi Perlindungan, keluarga sebagai pelindung bagi para

anggotanya dari gangguan dan ancaman atau kondisi yang

menimbulkan ketidaknyamanan baik fisik maupun psikis para

anggotanya.

f) Fungsi Rekreatif, keluarga berfungsi untuk menciptakan

lingkungan yang menyenangkan dan penuh dengan kehangatan

bagi para anggotanya.

66 Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, h. 38.

Page 63: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

53

g) Fungsi Agama, keluarga sebagai penanam nilai-nilai agama

kepada anak agar mereka memiliki pedoman hidup yang benar.

Dalam QS. At Tahrim ayat 6 yang artinya “Hai orang-orang yang

beriman jagalah dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka”.

Maksud dari ayat ini adalah perintah untuk para orang tua bahwa

mereka wajib menjaga dan memelihara diri serta keluarganya dari

siksa api neraka dengan cara mempelajari dan mengamalkan ajaran

agama yang dianutnya.67

Apabila di dalam suatu keluarga tidak mampu menerapkan

atau melaksanakan fungsi-fungsi dari keluarga yang telah disebutkan

di atas maka keluarga tersebut mengalami stagnasi atau kemandegan

artinya tidak ada kemajuan di dalamnya atau disfungsi yang nantinya

akan merusak kekokohan keluarga tersebut khususnya terhadap

perkembangan anak.

Menurut Dadang Hawari, anak yang dibesarkan dalam

keluarga yang mengalami disfungsi mempunyai resiko yang lebih

besar untuk bergantung tumbuh kembang jiwanya (misal,

berkepribadian anti sosial), daripada anak yang dibesarkan dalam

keluarga yang harmonis dan utuh (sakinah).68

Faktor dari disfungsi tersebut adalah, Pertama, hubungan

67 Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, h. 38-42. 68 Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, h. 43-44.

Page 64: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

54

orang tua yang tidak baik, hal tersebut memberikan dampak yang

kurang baik terhadap perkembangan anak. Kedua, keadaan keluarga

yang tidak harmonis, tidak stabil, atau berantakan (broken home)

merupakan faktor penentu bagi perkembangan kepribadian anak yang

menjadi tidak sehat.69

2) Pola Hubungan Orang Tua dengan Anak (Sikap atau Perlakuan

Orang Tua terhadap Anak)

Terdapat beberapa pola sikap atau perlakuan orang tua terhadap

anak yang masing-masing mempunyai pengaruh tersendiri terhadap

kepribadian anak :

a) Pertama, overprotection (terlalu melindungi) maksudnya adalah

peran orang tua disini sangat berlebihan dengan anak seperti

memberikan bantuan kepada anak secara terus-menerus walaupun

anak sudah mampu, mengawasi kegiatan anak secara berlebihan,

dan selalu ikut campur dalam memecahkan masalah anak sehingga

perilaku anak menjadi merasa tidak nyaman, bersifat agresif, tidak

mandiri, mudah menyerah, kurang percaya diri, mudah

terpengaruh, serta egois.

b) Kedua, permissiveness (pembolehan) maksudnya adalah orang tua

sangat memberikan kebebasan kepada anak untuk berfikir dan

berusaha dan bersikap toleransi serta memahami kelemahan anak

69 Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, h. 44.

Page 65: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

55

sehingga anak berperilaku pandai mencari jalan keluar, serta

percaya diri.

c) Ketiga, rejection (penolakan) maksudnya adalah orang tua bersikap

masa bodo, kaku, dan kurang memperdulikan kesejahteraan anak,

sehingga anak berperilaku agresif, mudah tersinggung, serta sulit

bergaul karena cenderung pendiam.

d) Keempat, acceptance (penerimaan) maksudnya adalah orang tua

selalu memberikan perhatian dan kasih sayang yang tulus kepada

anak, selalu berkomunikasi dengan anak secara terbuka dan mau

mendengarkan masalahnya sehingga anak berperilaku friendly

(bersahabat), optimis, dan dapat memahami kekurangan dan

kelebihan yang ada dalam dirinya.

e) Kelima, domination (dominasi) maksudnya adalah orang tua

mendominasi anak sehingga anak berperilaku sopan dan hati-hati,

pemalu dan mudah bingung, serta tidak dapat bekerjasama.

f) Keenam, submission (penyerahan) maksudnya adalah orang tua

senantiasamemberikan sesuatu yang diminta anak dan membiarkan

anak berperilaku semaunya di rumah sehingga anak berperilaku

tidak patuh, tidak bertanggung jawab, agresif dan teledor, bersikap

otoriter dan terlalu percaya diri.

g) Ketujuh, punitiveness/overdiscipline (terlalu disiplin) maksudnya

Page 66: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

56

adalah orang tua memberikan kedisplinan secara keras sehingga

anak berperilaku tidak dapat mengambil keputusan, nakal, dan

sikap bermusuhan atau agresif.70

Dari ketujuh sikap atau perlakuan orang tua kepada anak

tampak bahwa sikap “acceptance” atau penerimaan merupakan yang

baik untuk dimiliki dan dikembangkan oleh orang tua karena dapat

memberikan kontribusi untuk mengembangkan kepribadian anak yang

sehat.71

3) Kelas Sosial dan Status Ekonomi

Selain sikap perlakuan orang tua terhadap anak yang telah

disebutkan di atas, kelas sosial juga mempengaruhi cara orang tua

memperlakukan anak. Mc Coby dan Mc Loyd telah membandingkan

orang tua kelas bawah atau pekerja, Hasilnya menunjukkan :

a) Orang tua kelas bawah (Lower Class) cenderung menekankan

kepatuhan dan respek terhadap otoritas, lebih restriktif (keras) dan

otoriter, dan kurang bersikap hangat dan kasih sayang kepada

anak. Sehingga anak-anak lebih agresif dan independen.

b) Orang tua kelas menengah (Middle Class) cenderung lebih

memberikan pengawasan dan perhatian sebagai orang tua.

c) Orang tua kelas atas (Upper Class) cenderung lebih memanfaatkan

70 Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, h. 49-50. 71 Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, h. 50.

Page 67: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

57

waktu luang untuk kegiatan yang bermanfaat, dan lebih memiliki

reputasi pendidikan yang tinggi. Sehingga anak-anak memiliki rasa

percaya diri.72

Adapun pengaruh status ekonomi terhadap kepribadian remaja

adalah orang tua dari status ekonomi rendah atau perasaan tidak

mampu mengatasi masalah ekonomi rendah cenderung depresi,

mengalami konflik keluarga yang akhirnya mempengaruhi masalah

remaja seperti kurang harga diri, prestasi belajar rendah, kurang dapat

bergaul dengan teman, mengalami masalah penyesuaian diri.73

5. Pengertian dan Karakteristik Perempuan

Perempuan adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah Swt

dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia disebutkan bahwa, perempuan adalah orang (manusia)

yang mempunyai vagina, dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak dan

menyusui.74

Seorang perempuan mempunyai karakteristik yang berbeda dari

laki-laki, yaitu:

1) Keibuan, tipe karakter wanita yang keibuan adalah wanita yang

pikirannya sudah dewasa. Wanita yang sudah mempunyai karakter

keibuan ini, biasanya dikarenakan adanya pengaruh dari keluarganya.

72 Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, h. 53. 73 Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, h. 54. 74 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa indonesia, h. 1054.

Page 68: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

58

2) Mandiri, tipe karakter wanita yang tergolong kuat. Karena wanita

dengan tipe karakter seperti ini biasanya percaya pada diri sendiri,

tidak mudah menangis atau tegar walaupun terkadang menangis di hati

tetapi wajahnya tetap menampakkan bahwa tidak ada apa-apa dalam

hidupnya.

3) Langsung, karakter wanita yang berkarakter langsung tidak suka

sesuatu yang berbelit-belit, dan menginginkan menyelesaikan semua

masalah tanpa bertele-tele.

4) Manja, termasuk karakteristik wanita juga. Biasanya wanita manja

kebalikan dari karakter wanita langsung, wanita manja cenderung

cerewet.

5) Secara psikologis, wanita lebih suka disentuh atau diberikan kasih

sayang melalui sentuhan.

6) Kasar, Lemah Lembut, Rasional, Agresif, Emosional, Teliti,

Menyusui, Hemat.

7) Wanita menggunakan banyak bahasa isyarat, relatif tertutup, dan lebih

banyak menggunakan perasaan.75

a. Ciri-Ciri Perempuan

Ciri-ciri pubertas remaja pada perempuan, dapat ditinjau dari segi

75 Yaya, Pemahaman Sifat pada Perempuan, artikel ini diakses dari http://yayaasweetstar.

blogspot.com/2013/05/pemahaman-individu-sifat-dan_31.html, pada tanggal 15 November 2014.

Page 69: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

59

fisik dan psikis, Pubertas secara fisik dapat dilihat dari perubahan tubuh,

meliputi perubahan tanda kelamin primer dan sekunder. Perkembangan

tubuh perempuan menghasilkan hormon estrogen, Ciri-ciri pubertas secara

fisik dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Ciri kelamin primer, organ kelamin telah mampu memproduksi sel-sel

kelamin, perempuan mulai menghasilkan sel telur di dalam indung

telur (ovarium). Organ kelamin mulai berfungsi, yaitu ditandai dengan

mengalami menstruasi yang pertama kali.

2) Ciri Kelamin Sekunder, membesarnya payudara dan puting susu mulai

timbul, Pinggul melebar, tumbuh rambut di ketiak dan sekitar organ

kelamin, kadang-kadang diikuti munculnya jerawat di daerah muka,

perubahan proporsi tubuh, tampak dari bertambahnya tinggi badan,

berat badan, panjang kaki dan tangan, sehingga ukuran seluruh badan

bertambah.76

Sedangkan dari sisi psikologis ciri-ciri perempuan secara umum

juga cukup menonjol, seperti yang diungkap oleh Michael G. Cooner

Psikolog dari University of Oregon, antara lain adalah:

1) Wanita melihat situasi secara lokal dan menyandarkan pemikiran pada

hal-hal kecil dan detail.

2) Wanita memilih pengetahuan yang paling berharga dan

76 Yaya, Pemahaman Sifat pada Perempuan, artikel ini diakses dari http://yayaasweetstar.

blogspot.com/2013/05/pemahaman-individu-sifat-dan_31.html, pada tanggal 15 November 2014.

Page 70: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

60

mewariskannya pada generasi selanjutnya.

3) Wanita lebih mengikuti suara terbanyak.

4) Penilaian wanita tentang dirinya umumnya lebih rendah, dan wanita

senang mengkritik diri sendiri.

5) Wanita lebih peduli terhadap kesehatannya.

6) Wanita lebsih dekat dan sayang terhadap anak-anaknya.

7) Wanita memiliki sifat yang lemah lembut, cerewet, bijaksana, peka

terhadap perasaan orang lain, tertarik pada penampilan diri, mudah

menangis, kebutuhan akan rasa aman yang besar menurut Rosenkrantz

dkk.77

77 Wanita Single Parent Wanita yang Tangguh, artikel ini diakses dari http://sosbud.kompasiana.

com/2012/05/06/wanita-single-parent-wanita-yang-tangguh-460953.html, pada tanggal 15 Desember 2014.

Page 71: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

61

BAB III

POTRET WILAYAH DAN PENDUDUK KELURAHAN CINERE DEPOK

A. Kondisi Geografis Kelurahan Cinere

Cinere merupakan salah satu kelurahan yang ada di kecamatan Cinere

kota Depok, Jawa Barat, Indonesia.Kelurahan Cinere adalah pemukiman yang

komposisinya adalah perumahan kompleks dan pemukiman padat penduduk yang

dilengkapi dengan fasilitas dan prasarana yang sangat memadai. Wilayah Cinere

terkenal dengan kemacetannya, karena banyak prasarana seperti mall, perumahan,

serta apartemen yang dibangun.

Secara geografis sebelah utara kelurahan Cinere berbatasan langsung

dengan kelurahan Pangkalan Jati, sebelah selatan dengan kelurahan Limo, sebelah

timur dengan kelurahan Gandul, dan sebelah barat dengan DKI Jakarta, karena

berbatasan langsung dengan DKI Jakarta inilah yang menyebabkan Cinere sangat

strategis sebagai lokasi usaha. Luas wilayah kelurahan Cinere adalah 403,00

ha/m2, yang terdiri dari 18 rukun warga (RW) dan 89 rukun tetangga (RT) dengan

jumlah penduduk sebesar 34584 jiwa pada tahun 2014, yang terdiri dari laki-laki

sebesar 19695 jiwa dan sisanya perempuan sebesar 14889 jiwa.1 Berdasarkan data

dari kelurahan Cinere, di bawah ini tabel jumlah penduduk berdasarkan usia :

1Sumber Statistik Kantor Kelurahan Cinere Tahun 2014.

Page 72: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

62

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Kelurahan Cinere Berdasarkan Usia

Usia Penduduk

Laki-Laki Perempuan Jumlah

0-4 tahun 974 766 1740 orang

5-9 tahun 1641 1452 3093 orang

10-14 tahun 2740 2230 4970 orang

15-19 tahun 2738 2099 4837 orang

20-24 tahun 1528 1178 2706 orang

25-29 tahun 1275 941 2216 orang

30-34 tahun 1414 1034 2448 orang

35-39 tahun 1375 981 2356 orang

40-44 tahun 1389 990 2379 orang

45-49 tahun 1224 850 2074 orang

50-54 tahun 1062 865 1927 orang

55-59 tahun 1093 752 1854 orang

60-64 tahun 567 339 906 orang

65-69 tahun 310 215 525 orang

70-74 tahun 217 118 335 orang

75-79 tahun 112 59 171 orang

80 tahun ke atas 36 20 56 orang

Jumlah 19695 14889 34584 orang

*Sumber : Data Kelurahan Cinere-Depok, Tahun 2014.

B. Kondisi Demografi Kelurahan Cinere

Pendidikan merupakan kebutuhan vital yang harus diberikan untuk

mengembangkan cara berfikirnya seseorang atau pengetahuan seseorang sehingga

orang tersebut memiliki bekal keterampilan serta kepribadian yang baik di

Page 73: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

63

masyarakat. Suatu daerah dapat dikatakan maju jika di dalamnya terdapat

masyarakat yang berkualitas, lebih lagi jika masyarakat tersebut berpendidikan

tinggi minimal tingkat SLTA/sederajat.2

Di wilayah kelurahan Cinere banyak terdapat lembaga pendidikan yang

cukup bagus, sehingga masyarakat bisa dengan mudah mengakses pendidikan,

berikut ini tabel jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan:

Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Kelurahan Cinere Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Belum Sekolah 1568

Tidak Tamat Sekolah 1671

Tamat SD/Sederajat 5144

Tamat SLTP/Sederajat 4250

Tamat SLTA/Sederajat 8477

Tamat Akademi/Sederajat 5826

Tamat Perguruan Tinggi/Sederajat 7648

Jumlah 34584

*Sumber: Data Kelurahan Cinere-Depok, Tahun 2014.

Berdasarkan tabel di atas, tingkat pendidikan masyarakat di kelurahan

Cinere didominasi oleh tingkat pendidikan SLTA/sederajat, dan tidak sedikit pula

sebagian dari masyarakat yang memperoleh tingkat pendidikan di perguruan

tinggi/sederajat.

2 Mufidah Ch, Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender (Malang: UIN Malang Press,

2008), h.

Page 74: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

64

C. Kondisi Sosiologis Kelurahan Cinere

Kelurahan Cinere yang berbatasan langsung dengan DKI Jakarta

menyebabkan wilayahnya sangat strategis sebagai lokasi usaha, baik usaha

dibidang jasa maupun perdagangan. Karenanya tidak sedikit masyarakat yang

bermata pencaharian sebagai wiraswasta dan pedagang, walaupun tenaga buruh

masih mendominasi mata pencaharian sebagian masyarakat. Dan tidak sedikit

pula masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani, karena masih ada

lokasi pertanian yang dikelola masyarakat sekitar. Berikut ini tabel jumlah

penduduk berdasarkan pekerjaan:

Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Kelurahan Cinere Berdasarkan Pekerjaan

Petani 28

Wiraswasta 3527

Pengrajin 3

Buruh 7213

Pedagang 2464

PNS 2738

TNI/POLRI 1321

Pensiun 1170

Lain-lain 16120

*Sumber: Data Kelurahan Cinere-Depok, Tahun 2014.

Karena letak wilayah kelurahan Cinere yang sangat strategis untuk

berwiraswasta dan sebagian wilayahnya masih terbilang asri sehingga

menyebabkan banyak Warga Negara Asing yang menetap di wilayah Cinere .

Page 75: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

65

Dan ada bermacam-macam agama di wilayah kelurahan Cinere, Keberagaman

warga negara dan Agama ini tidak menghalangi masyarakatnya hidup rukun,

berikut ini tabel jumlah penduduk Warga Negara Asing dan tabel penduduk

berdasarkan agama yang dianut :

Tabel 3.4

Jumlah Penduduk Warga Negara Asing

Jumlah Penduduk

Laki-laki Perempuan Jumlah Jumlah KK

32 18 50 17

*Sumber: Data Kelurahan Cinere-Depok, Tahun 2014.

Tabel 3.5

Jumlah Penduduk Kelurahan Cinere Berdasarkan Agama

Agama Islam Kristen

Katolik

Kristen

Protestan

Hindu Budha Konghucu

Jumlah 21765 5872 5114 888 930 15

Jumlah

Keseluruhan 34584

*Sumber: Data Kelurahan Cinere-Depok, Tahun 2014.

Page 76: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

66

BAB IV

NIKAH DI BAWAH TANGAN DAN PENGARUH PSIKOLOGIS

BAGI ISTRI DAN ANAK

A. Kasus Pernikahan di Bawah Tangan di Kelurahan Cinere Depok

Pernikahan yang sah menurut Undang-Undang adalah perkawinan yang

mengacu pada Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan

Kompilasi Hukum Islam yaitu dengan melakukan pencatatan perkawinan.

Menurut Hukum positif yang berlaku di Indonesia pencatatan perkawinan

menentukan keabsahan dari sebuah pernikahan, karena tanpa pencatatan

perkawinan maka seorang yang menikah tidak akan mendapat bukti otentik dari

pernikahannya dan pernikahannya tidak pernah dianggap terjadi.

Jika kita hanya mengandalkan kesaksian dari manusia maka tidak akan

kuat, terkecuali jika saksi manusia tersebut akan terus hidup sepanjang zaman dan

ingatannya tidak diragukan lagi. Dari pernikahan yang sah akan menimbulkan hak

dan kewajiban suami istri. Dari penilitian yang penulis lakukan pada masyarakat

kelurahan Cinere Depok, perempuan yang menikah di bawah tangan di tinggalkan

oleh suaminya tanpa ada nafkah sama sekali. Seorang suami seenaknya saja pergi

meninggalkan istri karena ia merasa pernikahannya tidak resmi, sehingga

menurutnya tidak memenuhi hak dan kewajiban tidak apa-apa, kalaupun seorang

istri tersebut menuntut apa yang menjadi haknya maka tidak akan bisa, karena

tidak ada bukti kuat dari pernikahan tersebut. Oleh karena itu betapa pentingnya

pencatatan dari sebuah perkawinan.

Page 77: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

67

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada masyarakat kelurahan Cinere

Depok terdapat beberapa orang informan yang berhasil diwawancara, ada 6 orang

pelaku nikah di bawah tangan dari jumlah keseluruhan sebanyak 15 orang yang

penulis anggap cukup memberikan informasi dalam penelitian ini. Selain itu,

untuk menambah akurasi data juga mewawancarai anak dari pelaku nikah di

bawah tangan sebanyak 2 orang.

Pertama, Lili seorang ibu rumah tangga berusia 32 tahun, ia menikah pada

tahun 2014, alasannya melakukan nikah di bawah tangan karena kegagalan rumah

tangga yang pertama, perceraiannya dilakukan di luar pengadilan dan ia

ditinggalkan begitu saja, kemudian menurutnya proses pendaftaran yang

memakan waktu lama karena perlu mengurus surat perceraian dahulu di

pengadilan agama sehingga ia memilih untuk menikah di bawah tangan. Namun,

di tengah pernikahannya yang secara bawah tangan ia sering mendapat perlakuan

kasar dari suaminya seperti memaki dan pukulan sehingga ia merasa tertekan

selama pernikahannya yang ke 2, dari pernikahannya tersebut ia belum dikaruniai

anak. Ia juga mengatakan belum tau apa akan mencatatkan pernikahannya agar

menjadi resmi secara negara.1

Kedua, Lulu seorang ibu rumah tangga berusia 38 tahun, ia menikah pada

tahun 2010, alasannya sama dengan ibu Lili yaitu proses pendaftaran yang

memakan waktu lama, dan ditambah dengan keadaannya pada saat itu hamil di

luar nikah sehingga ia malu untuk mendaftarkan pernikahannya di KUA dan

1 Wawancara Pribadi dengan Lili, di Kediaman Responden, 22 Oktober 2014.

Page 78: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

68

memberitahu pada khalayak bahwa ia telah menikah. Ia sangat menyesal dan

sedih karena pernikahannya tidak berlangsung lama, karena saat usia

kehamilannya menginjak 7 bulan ia ditinggalkan suami begitu saja sampai

sekarang, ia mengetahui dampak dari nikah di bawah tangan adalah sulit untuk

membuat akte kelahiran karena tidak ada bukti nikah, namun pada saat itu

keadaan yang mengharuskan ia untuk cepat menikah sehingga memilih nikah di

bawah tangan.2

Ketiga, Lala seorang ibu rumah tangga berusia 37 tahun, ia menikah pada

tahun 1998, alasan ia menikah di bawah tangan adalah karena poligami, pekerjaan

suami yang sebagai TNI menyulitkan keduanya untuk mendaftarkan nikah di

KUA karena tidak ada izin dari istri pertama dari pada nantinya berzina jadi lebih

baik nikah di bawah tangan saja. dari pernikahan tersebut pasangan ini dikaruniai

1 orang anak, tetapi pernikahannya tidak berlangsung lama karena istri

pertamanya mengetahui suaminya melakukan poligami dengan jalan nikah di

bawah tangan tanpa sepengetahuan istri pertama akhirnya suami tersebut memilih

untuk kembali kepada istri pertama dan istri keduanya ditinggalkan begitu saja.

Dalam kesempatan yang sama, penulis juga mewawancarai anak dari ibu Lala

yang bernama Nana yang berusia 15 tahun, ia mengatakan sebagai seorang anak

sangat kecewa atas pernikahan orang tuanya yang tidak resmi berdasarkan hukum

negara karena ia merasa status ia sebagai anak dipertanyakan, apakah jelas atau

2 Wawancara Pribadi dengan Lulu, di Kediaman Responden, 25 Oktober 2014.

Page 79: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

69

tidak karena tidak memiliki akta lahir, ia hanya memiliki surat bukti kelahiran

dari tempat ia dilahirkan.3

Keempat, Intan seorang ibu rumah tangga berusia 42 tahun, ia sudah

menikah di bawah tangan sebanyak 2 kali. Alasannya, pernikahan yang pertama

karena hamil di luar nikah sehingga harus cepat menikah, tetapi pernikahannya

tersebut tidak berlangsung lama karena suami yang tidak jujur dengan istri, tidak

pernah memberi nafkah dan sering meninggalkan istri tanpa alasan yang jelas

dalam waktu lama. Ia mengatakan ada perasaan kecewa karena harus menerima

nasib seperti itu. Walaupun pernah merasakan kekecewaan akibat nikah di bawah

tangan, namun ia melakukan hal yang sama di pernikahannya yang kedua.

Alasannya karena sama-sama sudah berumur dan sama-sama membutuhkan

pendamping hidup untuk hari tua jadi menurutnya tidak memerlukan pencatatan

karena tidak akan mungkin lagi memiliki anak. Dari pernikahan pertama ibu Intan

memiliki 1 anak bernama iyus berusia 18 tahun, ia sudah menikah dan

pernikahannya sama dengan ibunya secara bawah tangan dengan alasan hamil di

luar nikah. Pergaulan yang bebas serta tidak ada perhatian dari orang tua sehingga

ia seperti itu. Ia mengatakan sebagai anak sangat kecewa dan malu dengan orang

tuanya karena banyak cemoohan dari orang sekitar mengenai orang tua dan

dirinya, dan ia juga merasa bersalah karena sudah melakukan hal yang sama

seperti orang tuanya dahulu. Tetapi ia menyatakan bahwa secepatnya akan

mencatatkan pernikahannya di KUA.4

3 Wawancara Pribadi dengan Lala, di Kediaman Responden, 25 Oktober 2014. 4 Wawancara Pribadi dengan Intan, di Kediaman Responden, 22 Oktober 2014.

Page 80: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

70

Kelima, Ajeng seorang karyawan swasta berusia 30 tahun ia menikah pada

tahun 2009. Alasannya menikah di bawah tangan karena dijadikan istri kedua atau

poligami, mereka saling menyukai tetapi istri pertama tidak menyetujui untuk

diduakan. Walaupun dalam pernikahan tersebut tidak terjadi kekerasan, namun

ada rasa penyesalan dalam dirinya. Pertama karena pernikahannya tidak tercatat

di KUA dan keabsahannya diragukan oleh negara karena tidak memiliki bukti

otentik, kedua ia menjadi istri kedua yang perasaan cintanya terbagi dua,

pernikahannya belum dikaruniai anak.5

Keenam, Inah seorang ibu rumah tangga berusia 62 tahun ia menikah pada

tahun 2007. Alasan ia menikah di bawah tangan adalah karena usia pasangan

tersebut sama-sama sudah lanjut, dan ketidaktahuan mengenai prosedur

pencatatan, bahkan ia tidak mengetahui dampak dari nikah di bawah tangan itu

sendiri karena ia hidup dalam keadaan tenang dan bahagia bersama suami.6

B. Faktor Penyebab Nikah di Bawah Tangan

Seorang perempuan yang mau dinikahi secara bawah tangan berarti ia

sudah siap dengan berbagai resiko yang harus di hadapi untuk kedepannya.

Berikut ini pemaparan beberapa faktor seorang perempuan mau dinikahi secara

bawah tangan di wilayah kelurahan Cinere;

Pertama, bahwa motif mereka mau dinikahi secara bawah tangan adalah

untuk menghindari dari zina dan fitnah.7 Kedua, karena hamil di luar nikah

5 Wawancara Pribadi dengan Ajeng, di Kediaman Responden, 25 Oktober 2014. 6 Wawancara Pribadi dengan Inah, di Kediaman Responden, 23 Oktober 2014. 7 Wawancara Pribadi dengan Bpk. KH. Muhammad Hamzah, Tokoh Masyarakat di Cinere,

di Kediaman Responden, 13 November 2014.

Page 81: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

71

sehingga mereka malu untuk mencatatkan pernikahannya di KUA, prosedur yang

diberikan oleh Kantor Urusan Agama dalam administrasi pencatatan perkawinan

berbelit-belit; tetapi dari wawancara yang penulis lakukan kepada pihak KUA

menyatakan prosedur yang mereka berikan sangat mudah hanya perlu melengkapi

data dari para calon mempelai. Ketiga, karena poligami, mereka tidak

mencatatkan pernikahannya apalagi jika yang berpoligami adalah salah satu

aparatur negara; negara memberikan syarat kepada warganya yang menginginkan

poligami; yang diatur dalam Undang-Undang Perkawinan No. 1 tahun 1974

tentang Perkawinan pasal 3 ayat 1 menyebutkan “ pada asasnya dalam suatu

perkawinan seorang pria hanya boleh mempunyai seorang istri dan seorang

wanita hanya boleh mempunyai seorang suami”, ayat 2 “ pengadilan dapat

memberi izin kepada seorang suami untuk beristri lebih dari seorang apabila

dikehendaki oleh pihak-pihak yang bersangkutan”. Pasal 4 ayat 1 “ dalam hal

seorang suami akan beristri lebih dari seorang, sebagaimana tersebut dalam pasal

3 ayat 2, maka ia wajib mengajukan permohonan kepada pengadilan di daerah

tempat tinggalnya”, ayat 2 “pengadilan dimaksud dalam ayat 1 pasal ini hanya

memberikan izin kepada seorang suami yang akan beristri lebih dari seorang

apabila: istri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai istri, istri mendapat

cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan, istri tidak dapat

melahirkan keturunan. pasal 5 “untuk dapat mengajukan permohonan kepada

pengadilan, sebagaimana diatur dalam pasal 4 ayat 1, harus dipenuhi syarat-syarat

sebagai berikut: adanya persetujuan dari istri/istri-istri, adanya kepastian bahwa

suami mampu menjamin keperluan hidup istri-istri dan anak-anak mereka, adanya

Page 82: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

72

jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap istri-istri dan anak-anak

mereka”.8

Undang-Undang Perkawinan No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan sudah

sangat diatur sedemikian rupa untuk menekan angka poligami, karena

berdasarkan Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan pada pasal 3

ayat 1 yang telah disebutkan di atas bahwa Negara Indonesia menganut asas

monogami bukan asas poligami. Poligami boleh saja dilakukan asal para pihak

yang bersangkutan dapat menyetujui dan hanya dapat dilakukan jika seorang istri

tidak lagi dapat menjalankan kewajibannya, dengan kata lain poligami sebagai

jalan akhir seperti yang terlihat dari prosedur pengajuan izin menikah lagi yang

sangat rumit dan sulit.

Alasan yang terkhir Keempat, karena usia yang sudah lanjut sehingga

mereka tidak mendaftarkan pernikahannya; mereka hanya berfikir yang terpenting

adalah pernikahannya sah berdasarkan agama dan sudah sah menjadi suami istri

daripada ia berbuat zina walaupun tidak mencatatkan, hal tersebut sebenarnya

sah-sah saja namun ada yang perlu di garis bawahi bahwa pencatatan sebuah

pernikahan adalah hal yang sangat penting sekali pada zaman sekarang ini,

bagaimana tidak jika tidak memiliki bukti otentik berupa akta nikah pernikahan

itu tidak memiliki kekuatan hukum dan akan menyulitkan diri orang tersebut

ketika ia sedang berurusan untuk membuat surat-surat resmi seperti paspor

terlebih lagi terhadap anaknya. Selebihnya dari mereka sedikit sekali yang

8 Undang-Undang Perkawinan :UU No. 1Th 1974, PP No. 9 Th 1975, PP No. 10 Th 1983

(Semarang: Beringin Jaya), h. 8.

Page 83: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

73

beralasan tidak mengetahui prosedur pencatatan karena sangat buta terhadap

pengetahuan seperti yang menikah dalam usia lanjut, karena mereka sebelumnya

tidak mengenyam bangku pendidikan sama sekali.

Disini terdapat perbedaan pendapat dari pihak masyarakat yang tidak

menginginkan adanya pencatatan karena memakan waktu lama dan pemerintah

yang mengharuskan pencatatan demi ketertiban masyarakat di mata hukum. Dari

berbagai alasan yang dikemukakan, alasan mereka lebih dominan kepada masalah

kebutuhan personality, artinya mereka melakukan nikah di bawah tangan

berdasarkan masalah pribadi mereka jadi bukan berdasarkan masalah yang ada di

dalam lembaga pencatatan nikah atau aparaturnya. Syarat administrasi yang

diberikan pemerintah kepada masyarakat dalam hal pencatatan perkawinan adalah

sesuatu yang memang sangat diperlukan demi ketertiban masyarakat dalam

hukum. Dari pernyataan yang mereka kemukakan menandakan mereka masih

rendah kesadaran hukumnya, walaupun mereka menyadari bahwa pernikahan

yang mereka lakukan berdampak negatif bagi mereka, mereka hanya sebatas

menyadari tetapi tidak bergerak untuk melakukan hal yang seharusnya dilakukan

khususnya pada pencatatan nikah ini.

Pengetahuan mereka mengenai peraturan-peraturan yang di buat oleh

pemerintah masih sangat minim. Ini terbukti dengan pertanyaan penulis saat

melakukan wawancara yaitu mengenai dampak dari nikah di bawah tangan dan

biaya pencatatan. Mereka memang lebih banyak yang mengetahui dampaknya

namun ada juga yang masih tidak mengetahui dampak dari nikah di bawah tangan

Page 84: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

74

karena dari pernikahan yang mereka lakukan ada yang tidak berdampak sama

sekali tapi ada juga yang sangat berdampak besar. Mengenai biaya rata-rata

mereka lebih memilih untuk nikah di bawah tangan karena terhambat dari biaya

yang harus dikeluarkan untuk mendaftarkan nikah di KUA. Ketika penulis

menanyakan berapa biaya yang harus dikeluarkan seseorang untuk mencatatkan

pernikahannya menurut peraturan yang di buat oleh pemerintah. Jawaban yang

penulis dapat sangat beragam, mulai dari jawaban tidak tahu, kemudian biaya

sebesar Rp 300.000 sampai Rp 1.500.000. Namun, menurut para petugas KUA

bahwa biaya yang harus dikeluarkan untuk pencatatan nikah yang dilakukan di

luar KUA dan jam kerja sebesar Rp 600.000.9

Jawaban dari pihak KUA tersebut adalah Sebagaimana Peraturan

Pemerintah No. 47 tahun 2004 tentang tarif atas jenis penerimaan negara bukan

pajak yang berlaku pada Departemen Agama menyatakan bahwa besaran biaya

pencatatan nikah sebesar Rp 30.000, kemudian pemerintah mengeluarkan

peraturan baru untuk menghindari agar tidak terjadi lagi gratifikasi oleh oknum-

oknum tertentu yaitu berupa Peraturan Pemerintah No. 48 tahun 2014 tentang

perubahan atas Peraturan Pemerintah No 47 tahun 2004 tentang tarif atas jenis

penerimaan bukan pajak yang berlaku pada Departemen Agama menyatakan

biaya pencatatan nikah yang dilaksanakan di KUA pada hari dan jam kerja adalah

Rp 0 dan biaya-biaya pencatatan perkawinan yang dilaksanakan di luar KUA

9 Wawancara Pribadi dengan Bpk. Asnawi, Kepala KUA Kecamatan Limo Depok, di Kantor

KUA Kecamatan Limo, 27 Oktober 2014.

Page 85: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

75

adalah Rp 600.000.10 Pernyataan yang mereka kemukakan menandakan

ketidaktahuan mereka terhadap peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemerintah,

rendahnya keingintahuan mereka terhadap hal tersebut, dan para aparatur lembaga

pencatatan nikah yang kurang mensosialisasikannya dalam masyarakat sehingga

hanya sebagian masyarakat yang mengetahui hal tersebut. Jadi, sekarang setelah

dikeluarkannya peraturan tersebut tidak ada lagi masyarakat yang beralasan nikah

di bawah tangan karena mahalnya biaya yang dikeluarkan untuk pencatatan nikah.

C. Dampak Psikologis Istri dan Anak karena Nikah di Bawah Tangan

Dampak psikologis dari istri (yang melakukan nikah di bawah tangan) dan

anak (hasil dari nikah di bawah tangan), kita mengetahui bahwa nikah di bawah

tangan adalah pernikahan yang hanya memenuhi rukun dan syarat secara agama

tetapi tidak tercatat di lembaga pencatat nikah, dan hasilnya tidak ada bukti

pencatatan nikah yang secara resmi diberikan oleh lembaga pencatat nikah,

otomatis pernikahan tersebut dianggap tidak resmi oleh pemerintah karena

kurangnya syarat administrasi yang harus dipenuhi, hal ini pasti akan merugikan

sang perempuan yang dinikahi dan terhadap anak yang dihasilkan dari pernikahan

tersebut. Karena akibat hukum dari pernikahan yang tidak dicatat adalah pertama,

sebagai seorang istri yang menikah di bawah tangan tidak dapat menuntut suami

untuk memberikan nafkah baik kebutuhan secara lahir maupun kebutuhan batin.

Kedua, seorang istri tidak dianggap sebagai istri sah karena tidak memiliki bukti

otentik berupa buku nikah dan bisa saja suatu waktu suami meninggalkan istri

10 Wawancara Pribadi dengan Bpk. Asnawi, Kepala KUA Kecamatan Limo Depok, di Kantor KUA Kecamatan Limo, 27 Oktober 2014.

Page 86: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

76

begitu saja karena suami merasa perkawinannya tidak sah di mata hukum

sehingga jika istri menuntut tidak akan bisa, kemudian nikah di bawah tangan

juga memicu adanya konflik keluarga, dan terjadinya kekerasan dalam rumah

tangga. Ketiga, seorang istri tidak berhak atas nafkah dan warisan dari suami jika

suatu saat suami meninggal dunia. Keempat, seorang istri tidak berhak atas harta

gono gini jika suatu saat terjadi perceraian karena pernikahan tersebut tidak

pernah dianggap ada.

Dengan akibat-akibat tersebut di atas para informan banyak menyesali

pernikahannya yang dianggap tidak resmi, mereka banyak menerima perlakuan

kasar, tidak menerima nafkah, ditinggalkan begitu saja, hasilnya mereka tidak

bisa berbuat apa-apa karena tidak memiliki bukti bahwa nikahnya adalah sah.

Sedangkan akibat yang diterima oleh seorang anak adalah pertama, untuk

hubungan keperdataan maupun tanggung jawab sebagai seorang suami sekaligus

ayah terhadap anak pun tidak ada, karena secara otomatis anak yang lahir dari

hasil nikah di bawah tangan hubungan keperdataannya kepada ibu bukan ayah,

walaupun secara agama pernikahan tersebut sah namun secara negara tidak sah

karena tidak adanya bukti otentik dari pernikahan tersebut sehingga anak yang

dilahirkan tidak bisa dibuktikan sebagai anak dari hasil pernikahan yang sah,

ketidakjelasan status si anak di muka hukum tersebut mengakibatkan hubungan

antara ayah dan anak menjadi tidak kuat, sehingga bisa saja suatu waktu ayahnya

menyangkal bahwa anak tersebut bukanlah anak kandungnya. Sedangkan seorang

anak berhak mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari kedua orang tua yang

utuh. Kedua, anak yang dilahirkan pun sulit untuk membuat akta kelahiran karena

Page 87: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

77

tidak adanya buku nikah. Sedangkan sekarang ini semua sekolah mensyaratkan

akta kelahiran untuk pendaftaran masuk sekolah. Ketiga, dalam hal pewarisan,

anak-anak yang lahir dari nikah di bawah tanganakan sulit untuk menuntut

haknya, karena tidak ada bukti yang menunjang tentang adanya hubungan hukum

antara anak tersebut dengan bapaknya.

Dari bermacam akibat tersebut yang menyebabkan adanya beban psikis

terhadap diri perempuan sebagai istri maupun anak dari hasil pernikahan tersebut.

Ada bermacam perasaan yang mereka kemukakan; seperti rasa malu, minder,

kecewa, walaupun mereka menganggap pernikahannya sah secara agama namun

mereka yang hidup bermasyarakat pasti memiliki perasaan-perasaan seperti itu

dan jika dibiarkan berlarut-larut akan berdampak tidak sehat terhadap mental

seseorang.

Terlebih lagi terhadap anak-anak yang rata-rata informan ditinggal oleh

sang ayah, bukan tidak mungkin jika mereka menjadi anak yang selalu merasa

kurang percaya diri karena kehilangan sosok ayah. Rusaknya pergaulan anak-

anak juga menjadi akibatnya, hal yang sama juga terjadi terhadap anak dari hasil

nikah di bawah tangan, ini terbukti dari anak seorang informan yang nasibnya

sama seperti ibunya. Pergaulan anak tersebut bebas, kurangnya pengawasan dan

perhatian dari orang tua yang single menjadi penyebabnya. Hal ini seharusnya

menjadi perhatian masyarakat yang masih belum menyadari akibat-akibat dari

nikah di bawah tangan, jangan hanya memperhatikan diri sendiri dan memenuhi

hawa nafsu yang pada akhirnya akan merusak mental bukan hanya perempuan

tapi yang lebih penting adalah anak.

Page 88: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

78

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Begitu besarnya beban psikis yang dirasakan oleh istri, yaitu dimana ada

perasaan kecewa, tekanan batin karena cemoohan dari masyarakat yang

menganggap mereka menikah tidak resmi atau sebagai istri simpanan dan

sebagainya, sehingga mereka merasa minder untuk beradaptasi dan

bersosialisasi dengan masyarakat. Sedangkan beban psikis yang dirasakan

oleh anak, yaitu seorang anak dari hasil nikah di bawah tangan akan merasa

tersisih dari pergaulan karena statusnya sebagai anak kandung mulai

dipertanyakan. Apalagi di saat-saat usia sekolah, ketidakjelasan statusnya

secara hukum tersebut mengakibatkan hubungan antara ayah dan anak

menjadi tidak harmonis. Seperti pendapat Dadang Hawari, bahwa anak yang

dibesarkan dalam keluarga disfungsi memiliki resiko lebih besar terhadap

tumbuh kembang jiwanya dibanding anak yang berasal dari keluarga

harmonis. Seorang anak memiliki perasaan yang lebih peka terhadap sesuatu

yang akhirnya akan merusak pergaulan anak tersebut, seperti tidak memiliki

rasa percaya diri yang tinggi sehingga ia malu untuk bersosialisasi dengan

masyarakat. Jika hal seperti ini dibiarkan terus menerus akan berakibat kurang

baik terhadap perkembangan mental mereka.

Page 89: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

79

2. Pada dasarnya perkawinan di bawah tangan dilakukan karena ada hal-hal yang

dirasa tidak memungkinkan bagi pasangan untuk menikah secara resmi. Ada

beberapa faktor dari hasil wawancara penulis dengan informan yang

menyebabkan seorang perempuan mau dinikahi oleh seorang laki-laki secara

tidak resmi atau nikah di bawah tangan. Pertama, karena ingin menghindari

zina. Kedua, menghindari prosedur pendaftaran nikah yang memakan waktu

yang lama, serta biaya pencatatan nikah yang relatif mahal. Ketiga, karena

hamil sebelum menikah, sehingga seseorang merasa malu untuk mendaftarkan

pernikahannya kepada Pegawai Pencatat Nikah. Keempat, karena poligami

dan tidak ada persetujuan dari istri sebelumnya serta suaminya adalah seorang

anggota TNI sehingga melakukan nikah di bawah tangan, karena bagi anggota

TNI/POLRI tidak diperbolehkan untuk beristri lebih dari satu, kalaupun ingin

beristri lebih dari satu harus melakukan prosedur yang sangat rumit. Kelima,

karena faktor sudah berumur lanjut, sehingga terfikir untuk apa pernikahannya

dicatat.

Dari faktor-faktor tersebut para informan melakukan nikah di bawah tangan

berdasarkan masalah pribadi yang ada pada mereka bukan kesalahan dari

lembaga terkait yang mengurusi tentang pencatatan nikah atau aparatnya,

akibatnya masih banyak masyarakat yang melakukan nikah tanpa dicatat di

KUA.

3. Selain dengan tingkat pendidikan para pelaku nikah di bawah tangan yang

Page 90: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

80

rendah, pola pikir masyarakat juga yang masih awam terhadap hukum dan

masih rendahnya kesadaran hukum yang dimiliki masyarakat sehingga

pencatatan perkawinan bukanlah hal utama yang harus dilakukan, karena hal

yang harus diutamakan dari sebuah perkawinan adalah keabsahan dalam

hukum agama terlebih dahulu baru setelah itu sistem administrasi yang di

penuhi. Di samping itu mereka tetap menyadari bahwa apa yang mereka

lakukan akan berdampak negatif sangat besar terhadap kehidupan mereka,

tetapi karena berbagai macam alasan mereka untuk melakukan nikah di bawah

tangan serta rendah terhadap kesadaran hukum sehingga mereka melakukan

nikah di bawah tangan.

B. Saran-Saran

Pada kesempatan ini penulis memberikan saran-saran yang diharapkan

dapat bermanfaat:

1. Perlu adanya penegakkan hukum khususnya mengenai pencatatan perkawinan

dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan agar ketentuan

tersebut lebih diperhatikan dengan cara memberikan tugas kepada para

penghulu atau pemuka agama dan tokoh masyarakat untuk lebih intensif

mensosialisasikan kepada masyarakat, melalui khutbah jum’at, kuliah subuh,

serta dengan upaya memasukkan kurikulum sekolah, dan yang paling penting

adalah kesadaran hukum dari dalam diri masyarakat itu sendiri yang perlu

ditingkatkan agar semua dapat terlaksana dengan baik.

Page 91: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

81

2. Melihat akibat nikah di bawah tangan terhadap perempuan dan anak, maka

kepada para pihak khususnya yang mengatur urusan nikah agar dengan bijak

dan serius untuk dapat mengatasi masalah ini. Sehingga tidak lagi dijumpai

problem-problem yang menyangkut status keabsahan anak yang

mengakibatkan tidak terpenuhinya hak dan kewajiban dari anak tersebut.

3. Kepada para pelaku nikah di bawah tangan agar segera mencatatkan

pernikahannya agar tidak ada lagi keragu-raguan dalam pernikahannya

dengan melakukan itsbat nikah pada Pengadilan Agama.

Page 92: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

82

DAFTAR PUSTAKA

Al Qur’anul Karim Ahmadi, Fahmi Muhammad., Jaenal Aripin. Metode Penelitian Hukum. Jakarta:

Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2010.

Anwar, Moh. Fiqih Islam: Mu’amalah, Munakahat, Faro’id & Jinayah (Hukum Perdata dan Pidana Islam) Beserta Kaedah-Kaedah Hukumnya. Bandung: PT. Al Ma’arif, cet. II, 1988.

Asmawi, Mohammad. Nikah Dalam Perbincangan dan Perbedaan. Yogyakarta: Darussalam, 2004.

Basrowi., Suwandi. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta, 2008.

Ch, Mufidah. Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender. Malang: UIN Malang Press, 2008.

Djalil, Basiq. Ilmu Ushul Fiqih 1 dan 2. Jakarta: Kencana, 2010.

Ghazaly, Abd. Rahman. Fiqih Munakahat . Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2003.

Hasan, M. Ali. Pedoman Hidup Berumah Tangga dalam Islam . Jakarta: Prenada Media, 2003.

Hosen, Ibrahim. Fiqih Perbandingan Masalah Pernikahan . Jakarta: Pustaka Firdaus, Jilid. I, 2003.

J. Meleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001.

Jahja, Yudrik, Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana, 2011.

Manan, Abdul. Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006.

Mudzhar, M.Atho, S. Alvi, Sajida, Sadli, dan Saparinah. ed., Wanita Dalam Masyarakat Indonesia Akses, Pemberdayaan, dan Kesempatan. Yogyakarta : Sunan Kalijaga Press.

Munawwir. A.W. Kamus Al Munawwir. Surabaya : Pustaka Progressif, 1997, Edisi Kedua.

Page 93: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

83

Nailul Authar. Penerjemah Mu’ammal Hamidy dkk. Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2001.

Ni’am Sholeh, Asrorun. Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan dan Keluarga. Jakarta: Graha Paramuda, 2008.

Nurudin, Amiur., Azhari Akmal Tarigan. Hukum Perdata Islam di Indonesia : Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fikih, UU No. 1/1974 sampai KHI. Jakarta: Kencana, 2004.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008, Edisi Keempat.

Ramulyo, M. Idris. Tinjauan Beberapa Pasal Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Dari Segi Hukum Perkawinan Islam . Jakarta: IND-HILL-CO, Edisi Revisi 1990.

Ramulyo, M. Idris. Beberapa Masalah Tentang Hukum Acara Perdata Peradilan Agama dan Hukum Perkawinan Islam. Jakarta: IND-HILL, CO, 1985.

Sabiq, Sayyid. Fikih Sunnah jilid 7. Bandung: PT. Al Ma’arif, 1987.

Sopyan, Yayan. Islam Negara Transformasi Hukum Perkawinan Islam dalam Hukum Nasional. Jakarta: PT. Semesta rakyat Merdeka, 2012.

Syakir, Muhammad Fuad. Perkawinan Terlarang. Jakarta: Cendikiawan Muslim, 2002.

Syarifuddin, Amir. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fiqih Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan. Jakarta: Kencana, 2006.

Tatapangarsa, Humaidi. Hak dan Kewajiban Suami Istri Menurut Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 1993.

Tim Penyusun. Pedoman Penulisan Skripsi. Jakarta: PPJM,2012.

Tim Redaksi Nuansa Aulia, Kompilasi Hukum Islam. Bandung : Nuansa Aulia, 2011.

Undang-Undang Perkawinan :UU No. 1Th 1974, PP No. 9 Th 1975, PP No. 10 Th 1983. Semarang: Beringin Jaya.

Yusuf, Syamsu. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2000.

Zain, Muhammad., Mukhtar Alshodiq. Membangun Keluarga Humanis. Jakarta: Graha Cipta, 2005.

Page 94: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

84

Wawancara Pribadi dengan Ibu Lili (nama di samarkan). Depok, 22 Oktober 2014. Wawancara Pribadi dengan Ibu Lulu (nama disamarkan). Depok, 25 Oktober 2014.

Wawancara Pribadi dengan Ibu Lala (nama disamarkan). Depok, 25 Oktober 2014. Wawancara Pribadi dengan Ibu Ajeng (nama disamarkan). Depok, 25 Oktober 2014. Wawancara Pribadi dengan Ibu Inah (nama disamarkan). Depok, 23 Oktober 2014. Wawancara Pribadi dengan Ibu Intan (nama disamarkan). Depok, 22 Oktober 2014.

Wawancara Pribadi dengan Kepala KUA Kecamatan Limo. Depok, 27 Oktober 2014.

Wawancara Pribadi dengan Tokoh Masyarakat Cinere. Depok, 13 November 2014.

Wawancara Pribadi dengan Tokoh Masyarakat/Amil Cinere. Depok, 23 Oktober 2014.

Data Kelurahan Cinere Depok Tahun 2014.

INTERNET : Yaya, Pemahaman Sifat pada Perempuan, artikel ini diakses pada tanggal 15 November

2014 dari http://yayaasweetstar.blogspot.com/2013/05/pemahaman-individu-sifat-dan_31.html.

Wanita Single Parent Wanita yang Tangguh, artikel ini diakses pada tanggal 15

Desember 2014 dari http://sosbud.kompasiana.com/2012/05/06/wanita-single-parent-wanita-yang-tangguh-460953.html.

Setya, Wachid, Metode wawancara dalam penelitian, artikel di akses dari

http://wachidsetya.blogspot.com/, pada 23 Januari 2014. Jauhari, Ahmad, Problematika dan Implikasi Perkawinan di Bawah Tangan, artikel ini

diakses pada tanggal 2 Februari 2014 dari http://www.lbh-apik.or.id/fact51-bwh%20tangan.htm.

Bilondatu, Agustina, Optimalisasi Peran Kua Dalam Mengatasi Illegal Wedding,

artikel di akses pada 23 Januari 2014 dari http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/JL/article/view/882/823.

Page 95: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

85

Rahardjo, Mudjia, Penelitian Sosiologis Hukum Islam, artikel ini di akses dari http://mudjiarahardjo.uin-malang.ac.id/artikel/134-penelitian-sosiologis-hukum-islam.html, pada 23 Januari 2014.

Macam-Macam Metode Penelitian, artikel ini di akses dari

http://koffieenco.blogspot.com/2013/08/macam-macam-metode-penelitian.html, pada 23 Januari 2014.

Iskandar, Nikah Sirri dan Nikah di Bawah Tangan, artikel ini diakses pada tanggal 2

Februari 2014 dari http://iskandar-islam-indonesia.blogspot.com/2013/01/nikah-sirri-nikah-di-bawah-tangan-dan.html.

Page 96: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

86

Page 97: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

87

Page 98: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

88

Page 99: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

89

Page 100: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

90

Page 101: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

91

Page 102: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

92

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini

Nama :

Usia :

Pekerjaan :

Dengan ini saya memberikan pernyataan, bahwa saya telah diwawancara sebagai

narasumber untuk memenuhi atau melengkapi data yang dibutuhkan penulis, saya telah

memberikan jawaban-jawaban yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan seperti yang telah saya

alami dan saya ketahui kepada saudara :

Nama : Nur Khofifah Syarif

Nim : 1110044100046

Jurusan / Konsentrasi : Peradilan Agama

Fakultas : Syari’ah dan Hukum

Universitas : UIN Syarif Hidayatullah

Wawancara ini dilakukan pada

Hari/ tgl :

Pukul :

Tempat :

Demikian surat pernyataan ini, sebagai bukti yang bersangkutan benar-benar telah

mewawancarai saya.

Depok, Oktober 2014

Page 103: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

93

Pertanyaan Wawancara Untuk Kepala KUA Kecamatan Cinere Depok

1. Kapan KUA Kecamatan Limo ini berdiri ?

2. Selain mengurusi perihal perkawinan, pelayanan apa saja yang dilakukan KUA ?

3. Syarat apa saja yang harus dipenuhi oleh seseorang yang ingin melakukan pendaftaran

nikah ?

4. Berapa biaya pencatatan perkawinan ?

5. Bagaimana pendapat anda mengenai nikah di bawah tangan ?

6. Bagaimana kedudukan nikah di bawah tangan dalam hukum Islam dan hukum Positif?

7. Jika dilihat dari beberapa kasus, faktor apa saja yang melatarbelakangi masyarakat

melakukan nikah di bawah tangan ?

8. Apakah pihak KUA pernah mengadakan sosialisasi tentang pentingnya pencatatan

perkawinan ?

9. Bagaimana pihak KUA menanggapi masyarakat yang banyak melakukan nikah di bawah

tangan ?

10. Apakah pihak KUA memiliki cara-cara tertentu agar dapat mengatasi nikah di bawah

tangan ?

Page 104: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

94

Pertanyaan Wawancara Untuk Tokoh Masyarakat

1. Apa yang anda ketahui tentang nikah di bawah tangan ?

2. Bagaimana pandangan anda mengenai nikah di bawah tangan ?

3. Menurut anda faktor apa saja yang mendorong masyarakat untuk melakukan nikah di

bawah tangan ?

4. Bagaimana peranan anda dalam mengantisipasi praktek nikah di bawah tangan ?

5. Apa yang anda lakukan jika ada orang yang ingin dinikahkan secara bawah tangan?

Page 105: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

95

Pertanyaan Wawancara Untuk Pelaku Nikah di Bawah Tangan

1. Apa yang anda ketahui tentang pernikahan ?

2. Apakah anda mengetahui apa itu KUA dan apa fungsinya ?

3. Bagaimana pandangan anda mengenai nikah di bawah tangan ?

4. Apakah yang menyebabkan anda melakukan nikah di bawah tangan ?

5. Apakah anda mengetahui biaya nikah menurut undang-undang ?

6. Kapan dan di mana tepatnya anda melakukan nikah di bawah tangan ?

7. Siapa yang menikahkan anda ?

8. Sudah punya anak berapa dari hasil nikah di bawah tangan ?

9. Apakah anda mengetahui dampak dari nikah di bawah tangan ?

10. Apa yang anda rasakan sekarang setelah menikah di bawah tangan ?

11. Apa ada keinginan untuk mengesahkan pernikahan anda di Petugas Pencatat Nikah ?

Page 106: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

96

Pertanyaan Wawancara Untuk Anak Dari Pelaku Nikah di Bawah Tangan

1. Apa yang anda ketahui tentang nikah di bawah tangan ?

2. Bagaimana pandanganmu mengenai nikah di bawah tangan ?

3. Bagaimana perasaanmu ketika mengetahui bahwa orang tuamu ternyata menikah di

bawah tangan ?

4. Apa yang akan kamu lakukan jika ada seseorang yang berniat ingin melakukan nikah di

bawah tangan ?

Page 107: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

97

Nama : Bpk H. Asnawi, S.Ag. Pekerjaan : Kepala KUA Kec. Limo Kota Depok. Hari/Tgl : Senin/ 27 Oktober 2014 Pukul : 08.00 WIB Tempat : Kantor KUA Kec. Limo Kota Depok.

1. Kapan KUA Kecamatan Limo ini berdiri ?

Jawab: tahun 1994.

2. Selain mengurusi perihal perkawinan, pelayanan apa saja yang dilakukan KUA ?

Jawab: ada kegiatan agama seperti masalah kemasjidan, perwakafan, ta’lim dan

penyuluhan.

3. Syarat apa saja yang harus dipenuhi oleh seseorang yang ingin melakukan pendaftaran

nikah ?

Jawab:

• melengkapi data N1, yaitu surat keterangan nikah

• N2, yaitu surat keterangan asal usul.

• N3, yaitu surat keterangan mempelai.

• N4, yaitu surat keterangan orang tua.

• N5, yaitu surat izin orang tua apabila calon pengantin di bawah umur 21 tahun.

• N6, yaitu surat keterangan kematian suami/istri untuk janda/duda mati.

4. Berapa biaya pencatatan perkawinan ?

Jawab: biaya pendaftaran sekarang Rp 600.000, sudah termasuk transportasi untuk

penghulu yang nikahin di luar KUA dan di luar jam kerja, dan administrasi tersebut

dibayarkan di bank bukan di KUA lagi.

5. Bagaimana pendapat anda mengenai nikah di bawah tangan ?

Page 108: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

98

Jawab: nikah di bawah tangan itu nikah yang jelas telah melanggar Undang-Undang

Perkawinan, dan Peraturan Pemerintah. Dan disini ada oknum-oknum tertentu, siapa

oknum itu yaitu seperti tokoh agama setempat atau amil, di luar pengawasan dari KUA

menikahkan orang secara agama yang penting ada rukun yang terpenuhi kemudian

dilaksanakanlah nikah itu.

6. Bagaimana kedudukan nikah di bawah tangan dalam hukum Islam dan hukum Positif ?

Jawab: nikah di bawah tangan sah secara agama apabila terpenuhinya rukun dan syarat

nikah, tetapi tidak dianggap sah oleh hukum positif karena tidak mengacu pada Undang-

Undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam.

Di dalam al Qur’an surat Al Baqarah ayat 282 dari kata ” فا كتبوه” yang memerintahkan

untuk menuliskan jika sedang bermu’amalah, lebih lagi dalam pernikahan karena

peristiwa yang sangat penting.

7. Jika dilihat dari beberapa kasus, faktor apa saja yang melatarbelakangi masyarakat

melakukan nikah di bawah tangan ?

Jawab: biasanya faktornya adalah mencari jalan aman untuk menghindari zina.

8. Apakah pihak KUA pernah mengadakan sosialisasi tentang pentingnya pencatatan

perkawinan ?

Jawab: pernah, dengan melakukan penyuluhan oleh amil yang ditugaskan, materi yang

disampaikan berkaitan dengan isi dari Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang

Perkawinan di lingkungan RT, RW, dan Kelurahan.

9. Bagaimana pihak KUA menanggapi masyarakat yang banyak melakukan nikah di bawah

tangan ?

Page 109: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

99

Jawab: sangat menyayangkan sekali, karena pada akhirnya perempuan dan anak yang

menjadi korban dari pernikahan tersebut.

10. Apakah pihak KUA memiliki cara-cara tertentu agar dapat mengatasi nikah di bawah

tangan ?

Jawab: melakukan sosialisasi pada acara penyuluhan yang objeknya adalah para Rt, Rw,

dan amil di masing-masing kelurahan dalam bentuk penyajian materi mengenai Undang-

Undang No.1 Tahun 1974 tentang persyaratan nikah. Dan melakukan SUSCATIN

(kursus calon pengantin) yang dilakukan rutin di kantor KUA dan dilaksanakan 3 kali

dalam seminggu karena keadaan kantor yang tidak memungkinkan.

Depok, 27 Oktober 2014

H. Asnawi, S.Ag (Kepala KUA Kecamatan Limo)

Page 110: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

100

Nama : Bpk KH. Muhammad Hamzah Usia : 65 tahun. Pekerjaan : Tokoh Masyarakat Hari/Tgl : Kamis/ 13 November 2014. Pukul : 15.30 WIB. Tempat : Di rumah Bpk KH. Muhammad Hamzah

1. Apa yang anda ketahui tentang nikah di bawah tangan ?

Jawab: nikah yang tidak mencatatkan diri ke KUA.

2. Bagaimana pandangan anda mengenai nikah di bawah tangan ?

Jawab: nikah di bawah tangan adalah sah menurut hukum Islam, tetapi menurut hukum

negara tidak dibenarkan.

3. Menurut anda faktor apa saja yang mendorong masyarakat untuk melakukan nikah di

bawah tangan ?

Jawab: biasanya poligami, karena tidak ada izin dari istri pertama dan menghindari zina.

4. Bagaimana peranan anda dalam mengantisipasi praktek nikah di bawah tangan ?

Jawab: mengingatkan untuk tidak nikah di bawah tangan karena mengandung resiko di

kemudian hari dan merugikan keturunan, seperti sulit untuk proses pembuatan akte.

5. Apa yang anda lakukan jika ada orang yang ingin dinikahkan bawah tangan?

Jawab: saya tidak pernah diminta untuk menikahkan orang apalagi nikah di bawah

tangan, tetapi jika suatu hari ada yang meminta saya tidak akan menerimanya.

Depok, 13 November 2014

KH. Muhammad Hamzah

Page 111: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

101

Nama : Bpk H. Abdul Kholik Usia : 62 tahun. Pekerjaan : Tokoh Masyarakat/ Amil. Hari/Tgl : Kamis/ 23 Oktober 2014. Pukul : 10.30 WIB. Tempat : Di rumah Bpk. H. Abdul Kholik.

1. Apa yang anda ketahui tentang nikah di bawah tangan ?

Jawab: nikah yang tidak tercatat atau tidak resmi.

2. Bagaimana pandangan anda mengenai nikah di bawah tangan ?

Jawab: nikah di bawah tangan boleh-boleh saja asal sudah memenuhi rukun dan

syarat nikah secara agama.

3. Menurut anda faktor apa saja yang mendorong masyarakat untuk melakukan nikah di

bawah tangan ?

Jawab: karena kurang biaya, dan lebih cepat mengurusnya karena tidak berbelit-belit.

4. Bagaimana peranan anda dalam mengantisipasi praktek nikah di bawah tangan ?

Jawab: selalu menganjurkan untuk nikah resmi.

5. Apa yang anda lakukan jika ada orang yang ingin dinikahkan secara bawah tangan ?

Jawab: di beri nasihat bagaimana akibatnya nanti kalau nikah di bawah tangan.

Depok, 23 Oktober 2014

H. Abdul Kholik

Page 112: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

102

Nama : Ibu Intan (nama disamarkan). Usia : 42 tahun. Pekerjaan : Ibu rumah tangga. Hari/Tgl : Rabu/ 22 Oktober 2014. Pukul : 12.26 WIB. Tempat : Di rumah Ibu Intan.

1. Apa yang anda ketahui tentang pernikahan ?

Jawab: nikah itu sakral dan untuk membina rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan

rahmah.

2. Apakah anda mengetahui apa itu KUA dan apa fungsinya ?

Jawab: Kantor Urusan Agama, fungsinya buat mendaftarkan nikah.

3. Bagaimana pandangan anda mengenai nikah di bawah tangan ?

Jawab: nikah di bawah tangan sebenarnya sah menurut Islam aja tapi kalau tidak ada

surat dari negara tetep tidak sah.

4. Apakah yang menyebabkan anda melakukan nikah di bawah tangan ?

Jawab: saya sudah 2 kali nikah di bawah tangan, yang pertama buat menutupi sesuatu

yang tidak diinginkan karena sudah hamil duluan, yang kedua karena sudah sama-sama

lanjut usia dan suami butuh pendamping untuk hari tua jadi nikah di bawah tangan karena

untuk apa pernikahannya dicatat toh sudah tidak mungkin memiliki anak.

5. Apakah anda mengetahui biaya nikah menurut undang-undang ?

Jawab: tidak, yang saya tau biaya nikah yang diminta dari KUA sebesar Rp 300.000.

6. Kapan dan di mana tepatnya anda melakukan nikah di bawah tangan ?

Jawab: untuk yang pertama di rumah orang tua, yang kedua di rumah pak Rw.

7. Siapa yang menikahkan anda ?

Jawab: yang pertama Alm. Bapak H. Syukur, yang kedua Bapak H. Bentong.

Page 113: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

103

8. Sudah punya anak berapa dari hasil nikah di bawah tangan ?

Jawab: dari nikah yang pertama satu aja, yang kedua ini belum punya.

9. Apakah anda mengetahui dampak dari nikah di bawah tangan ?

Jawab: iya saya tau, karena tidak ada surat dari KUA jadi susah untuk ngurus akte

kelahiran anak.

10. Apa yang anda rasakan sekarang setelah menikah di bawah tangan ?

Jawab: dari pernikahan yang pertama tidak ada nafkah, suka pergi ninggalin dalam waktu

lama tanpa alasan dan tidak jujur sama saya, saya sering banget di bohongin atau di tipu

soal uang, karena tidak tahan dengan perkataannya yang kasar dan suka bikin ngebatin

jadi cerai aja, itu juga secara kekeluargaan, setelah itu di tinggal gitu aja ngga pernah di

tengok-tengok. Ada perasaan kecewa tapi udah takdirnya kalau saya harus menjalani hal

itu. Buat yang kedua ini ngga ada masalah.

11. Apa ada keinginan untuk mengesahkan pernikahan anda di Pegawai Pencatat Nikah ?

Jawab: iya pengen nanti.

Depok, 22 Oktober 2014

Ibu Intan (nama disamarkan)

Page 114: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

104

Nama : Ibu Lili (nama disamarkan). Usia : 32 tahun. Pekerjaan : Ibu rumah tangga. Hari/Tgl : Rabu/ 22 Oktober 2014. Pukul : 19.42 WIB. Tempat : Di rumah Ibu Lili.

1. Apa yang anda ketahui tentang pernikahan ?

Jawab: untuk membentuk keluarga.

2. Apakah anda mengetahui apa itu KUA dan apa fungsinya ?

Jawab: tempat orang nikah dan untuk mendaftar nikah.

3. Bagaimana pandangan anda mengenai nikah di bawah tangan ?

Jawab: ngga enak, karena tanpa surat atau akta nikah.

4. Apakah yang menyebabkan anda melakukan nikah di bawah tangan ?

Jawab: karena kegagalan berumah tangga yang pertama atau cerai tapi tidak di

pengadilan di tinggal begitu aja, jadi sekarang nikahnya cari jalan pintas aja supaya tidak

berbelit-belit urus surat kesana kesini ya jadi putusin buat nikah di bawah tangan.

5. Apakah anda mengetahui biaya nikah menurut undang-undang ?

Jawab: tidak tahu.

6. Kapan dan di mana tepatnya anda melakukan nikah di bawah tangan ?

Jawab: 26 Juni 2014, di daerah Limo tepatnya di rumah amilnya.

7. Siapa yang menikahkan anda ?

Jawab: Pak Syaiful.

8. Sudah punya anak berapa dari hasil nikah di bawah tangan ?

Jawab: belum punya.

9. Apakah anda mengetahui dampak dari nikah di bawah tangan ?

Page 115: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

105

Jawab: iya tau, dampaknya ngga bagus karena ngga ada bukti nikah jadi ngga bisa buat

akte kelahiran kalau suatu saat punya anak.

10. Apa yang anda rasakan sekarang setelah menikah di bawah tangan ?

Jawab: ada perasaan minder, dan sering mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari

suaminya, seperti suka berkata kasar dan memaki, jadi saya merasa tertekan.

11. Apa ada keinginan untuk mengesahkan pernikahan anda di Pegawai Pencatat Nikah ?

Jawab: belum tau.

Depok, 22 Oktober 2014

Ibu Lili (nama disamarkan)

Page 116: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

106

Nama : Ibu Lala (nama disamarkan). Usia : 37 tahun. Pekerjaan : Ibu rumah tangga. Hari/Tgl : Sabtu/ 25 Oktober 2014. Pukul : 13.23 WIB. Tempat : Di rumah Ibu Lala.

1. Apa yang anda ketahui tentang pernikahan ?

Jawab: untuk meresmikan suatu hubungan dan mendapatkan akta nikah.

2. Apakah anda mengetahui apa itu KUA dan apa fungsinya ?

Jawab: tempat untuk nikahin orang.

3. Bagaimana pandangan anda mengenai nikah di bawah tangan ?

Jawab: ngga enak, rugi.

4. Apakah yang menyebabkan anda melakukan nikah di bawah tangan ?

Jawab: karena poligami, kebetulan suami TNI jadi sulit urusnya karena ngga dapet izin

juga dari istri pertama, jadi ya nikah aja daripada zina.

5. Apakah anda mengetahui biaya nikah menurut undang-undang ?

Jawab: ngga tau, yang saya tau bayar Rp 750.000.

6. Kapan dan di mana tepatnya anda melakukan nikah di bawah tangan ?

Jawab: udah 16 tahun dari tahun 1998, di rumah.

7. Siapa yang menikahkan anda ?

Jawab: Alm. Bapak H. Syukur.

8. Sudah punya anak berapa dari hasil nikah di bawah tangan ?

Jawab: punya anak 1.

9. Apakah anda mengetahui dampak dari nikah di bawah tangan ?

Page 117: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

107

Jawab: iya saya tau, susah untuk bikin akta kelahiran, ngga dapet hak waris kalau suatu

saat suami meninggal.

10. Apa yang anda rasakan sekarang setelah menikah di bawah tangan ?

Jawab: batin kesiksa karena selalu denger kata-kata kasar, dan sekarang ditinggal begitu

aja karena istri pertama mengetahui pernikahan kita, sehingga suami akhirnya memilih

untuk kembali sama istri pertama.

11. Apa ada keinginan untuk mengesahkan pernikahan anda di Pegawai Pencatat Nikah ?

Jawab: ngga ada.

Depok, 25 Oktober 2014

Ibu Lala (nama disamarkan)

Page 118: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

108

Nama : Ibu Lulu (nama disamarkan). Usia : 38 tahun. Pekerjaan : Ibu rumah tangga. Hari/Tgl : Sabtu/ 25 Oktober 2014. Pukul : 14.00 WIB. Tempat : Di rumah Ibu Lulu.

1. Apa yang anda ketahui tentang pernikahan ?

Jawab: menyatukan 2 manusia yang berlawanan jenis.

2. Apakah anda mengetahui apa itu KUA dan apa fungsinya ?

Jawab: Kantor Urusan Agama, untuk nikahin orang.

3. Bagaimana pandangan anda mengenai nikah di bawah tangan ?

Jawab: nikah di bawah tangan sah menurut agama tapi ngga sah menurut negara.

4. Apakah yang menyebabkan anda melakukan nikah di bawah tangan ?

Jawab: karena sudah hamil duluan trus klo daftar di KUA juga lama dan berbelit-belit,

jadi terpaksa harus nikah di bawah tangan.

5. Apakah anda mengetahui biaya nikah menurut undang-undang ?

Jawab: saya ngga tau.

6. Kapan dan di mana tepatnya anda melakukan nikah di bawah tangan ?

Jawab: tahun 2010, di rumah.

7. Siapa yang menikahkan anda ?

Jawab: Bapak Hasbullah.

8. Sudah punya anak berapa dari hasil nikah di bawah tangan ?

Jawab: punya anak 1.

9. Apakah anda mengetahui dampak dari nikah di bawah tangan ?

Jawab: iya saya tahu, dampaknya sulit untuk membuat akte kelahiran.

Page 119: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

109

10. Apa yang anda rasakan sekarang setelah menikah di bawah tangan ?

Jawab: Merasa tekanan batin, karena sejak habis nikah di usia 7 bulan kandungan sampai

sekarang ditinggal begitu aja ngga pernah dateng, ngga pernah kirim uang untuk anak,

sedih rasanya tapi mau gimana lagi di jalanin aja.

11. Apa ada keinginan untuk mengesahkan pernikahan anda di Pegawai Pencatat Nikah ?

Jawab: ngga ada, karena suami udah ngga tau di mana tempat tinggalnya sekarang.

Depok, 25 Oktober 2014

Ibu Lulu (nama disamarkan)

Page 120: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

110

Nama : Ibu Inah (nama disamarkan). Usia : 62 tahun. Pekerjaan : Ibu rumah tangga. Hari/Tgl : Kamis/ 23 Oktober 2014. Pukul : 20.00 WIB. Tempat : Di rumah Ibu Inah.

1. Apa yang anda ketahui tentang pernikahan ?

Jawab: menyebut 2 kalimat syahadat.

2. Apakah anda mengetahui apa itu KUA dan apa fungsinya ?

Jawab: buat ngeresmiin nikah dan dapet surat nikah.

3. Bagaimana pandangan anda mengenai nikah di bawah tangan ?

Jawab: nikah menurut syari’at yang penting sah daripada jadi fitnah.

4. Apakah yang menyebabkan anda melakukan nikah di bawah tangan ?

Jawab: karena sudah tua jadi nikah di bawah tangan.

5. Apakah anda mengetahui biaya nikah menurut undang-undang ?

Jawab: ngga tau, klo ngga salah Rp 1.500.000.

6. Kapan dan di mana tepatnya anda melakukan nikah di bawah tangan ?

Jawab: 2007, di rumah.

7. Siapa yang menikahkan anda ?

Jawab: Bpk. Alm. H. Syukur.

8. Sudah punya anak berapa dari hasil nikah di bawah tangan ?

Jawab: ngga punya anak.

9. Apakah anda mengetahui dampak dari nikah di bawah tangan ?

Jawab: ngga ada dampaknya.

10. Apa yang anda rasakan sekarang setelah menikah di bawah tangan ?

Jawab: ngga ada perasaan apa-apa, biasa aja.

Page 121: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

111

11. Apa ada keinginan untuk mengesahkan pernikahan anda di Pegawai Pencatat Nikah ?

Jawab: ngga tau.

Depok, 23 Oktober 2014

Ibu Inah (nama disamarkan)

Page 122: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

112

Nama : Ibu Ajeng (nama disamarkan). Usia : 30 tahun. Pekerjaan : Ibu rumah tangga. Hari/Tgl : Sabtu/ 25 Oktober 2014. Pukul : 14.24 WIB. Tempat : Di rumah Ibu Ajeng.

1. Apa yang anda ketahui tentang pernikahan ?

Jawab: untuk mencari pasangan hidup dan mencari ketenangan.

2. Apakah anda mengetahui apa itu KUA dan apa fungsinya ?

Jawab: untuk mencatat nikah supaya sah menurut agama dan negara.

3. Bagaimana pandangan anda mengenai nikah di bawah tangan ?

Jawab: tidak tercatat di KUA dan untuk menghindari zina.

4. Apakah yang menyebabkan anda melakukan nikah di bawah tangan ?

Jawab: karena seneng sama suami tapi suami sudah beristri, daripada nanti timbul hal

tidak diinginkan lebih baik nikah.

5. Apakah anda mengetahui biaya nikah menurut undang-undang ?

Jawab: ngga tau.

6. Kapan dan di mana tepatnya anda melakukan nikah di bawah tangan ?

Jawab: 2009, di rumah.

7. Siapa yang menikahkan anda ?

Jawab: Ustadz Kholik.

8. Sudah punya anak berapa dari hasil nikah di bawah tangan ?

Jawab: belum punya.

9. Apakah anda mengetahui dampak dari nikah di bawah tangan ?

Jawab: udah tau, sulit buat bikin akte, sulit buat bikin surat-surat karena ngga ada bukti

nikah resmi.

Page 123: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

113

10. Apa yang anda rasakan sekarang setelah menikah di bawah tangan ?

Jawab: ada perasaan menyesal tapi karena sama-sama suka jadi di jalanin aja.

11. Apa ada keinginan untuk mengesahkan pernikahan anda di Pegawai Pencatat Nikah ?

Jawab: iya ada nanti.

Depok, 25 Oktober 2014

Ibu Ajeng (nama disamarkan)

Page 124: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

114

Nama : iyus anak dari Ibu Intan (nama disamarkan). Usia : 18 tahun. Pekerjaan : Ibu rumah tangga. Hari/Tgl : Rabu/ 22 Oktober 2014. Pukul : 12.26 WIB. Tempat : Di rumah Ibu Intan.

1. Apa yang kamu ketahui tentang nikah di bawah tangan ?

Jawab: nikah yang ngga diakui hukum.

2. Bagaimana pandanganmu mengenai nikah di bawah tangan ?

Jawab: ngga bener, karena ngga ada persetujuan.

3. Bagaimana perasaanmu ketika mengetahui bahwa orang tuamu ternyata menikah di

bawah tangan ?

Jawab: sedih, malu dan minder.

4. Apa yang akan kamu lakukan jika ada seseorang yang berniat ingin melakukan nikah di

bawah tangan ?

Jawab: di cegah dan di kasih nasihat oleh orang tuanya.

Depok, 22 Oktober 2014

iyus anak dari Ibu Intan (nama disamarkan)

Page 125: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

115

Nama : nana anak dari Ibu Lala (nama disamarkan). Usia : 15 tahun. Pekerjaan : Ibu rumah tangga. Hari/Tgl : Sabtu/ 25 Oktober 2014. Pukul : 13.23 WIB. Tempat : Di rumah Ibu Lala.

1. Apa yang kamu ketahui tentang nikah di bawah tangan ?

Jawab: nikah ngga di catet.

2. Bagaimana pandanganmu mengenai nikah di bawah tangan ?

Jawab: bingung, statusnya ngga jelas.

3. Bagaimana perasaanmu ketika mengetahui bahwa orang tuamu ternyata menikah di

bawah tangan ?

Jawab: kecewa.

4. Apa yang akan kamu lakukan jika ada seseorang yang berniat ingin melakukan nikah di

bawah tangan ?

Jawab: di beri arahan oleh orang tua.

Depok, 25 Oktober 2014

nana anak dari Ibu Lala (nama disamarkan)

Page 126: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

116

Photo dengan responden (pelaku nikah di bawah tangan)

Photo dengan responden (pelaku nikah di bawah tangan)

Page 127: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

117

Photo dengan responden (pelaku nikah di bawah tangan)

Photo dengan narasumber (tokoh masyarakat/amil)

Page 128: PENGARUH NIKAH DI BAWAH TANGAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30004/1/NUR... · Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas

118

Photo Kantor Urusan Agama Kecamatan Limo

Photo kantor Kelurahan Cinere