pengaruh model pembelajaran problem based...
TRANSCRIPT
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED
LEARNING TERHADAP RETENSI DAN PENINGKATAN
SIKAP ILMIAH PESERTA DIDIK PADA KONSEP SISTEM
EKSKRESI
(Penelitian Kuasi Eksperimen di SMAN 86 Jakarta)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi
Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
Putri Indah Fatmawati
1112016100026
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2019
ABSTRAK
Putri Indah Fatmawati, 1112016100026, Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Retensi dan Peningkatan Sikap Ilmiah Peserta Didik pada Konsep Sistem Gerak (Kuasi Eksperimen di SMA Negeri 86 Jakarta). Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran problem based learning terhadap retensi dan peningkatan sikap ilmiah peserta didik. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 86 Jakarta. Metode penelitian menggunakan quasi eksperimen dan desain penelitian menggunakan Pretest-Posttest Control Grup Design. Sampel berjumlah 33 peserta untuk setiap kelas yaitu kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran PBL dan kelas kontrol dengan menggunakan saintifik learning. Instrumen berupa 24 soal pilihan ganda dan 26 pernyataan angket sikap ilmiah yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Hasil retensi kedua kelas diuji menggunakan uji mann-whitney dengan taraf signifikansi α = 0,05. Hasil angket sikap ilmiah diuji menggunakan uji mann-whitney dengan program SPSS statistics 22. Pada hasil presentase retensi kelas eksperimen diperoleh Sig < α (0,00 > 0,05), yang berarti Ha diterima. Dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran PBL terhadap retensi peserta didik pada konsep sistem ekskresi. Sikap ilmiah prequestionnaire probabilitas sebesar 0,76 dengan α = 0,05. Data menunjukkan Sig > α yang berarti Ho diterima. Sedangkan sikap ilmiah pada postquestionnaire diperoleh probabilitas sebesar 0,00 dengan α = 0,05. Data menunjukkan Sig < α, yang berarti Ha diterima, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran PBL terhadap peningkatan sikap ilmiah peserta didik pada konsep sistem ekskresi. Maka, dari kedua uji hipotesis dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran PBL terhadap retensi dan peningkatan sikap ilmiah peserta didik pada konsep sistem ekskresi.
Kata Kunci : Problem Based Learning, PBL, Retensi, Sikap Ilmiah, Konsep Sistem Ekskresi
ii
ABSTRACT
Putri Indah Fatmawati, 1112016100026, Effect of Problem Based Learning Learning Model on Retention and Enhancement of Students' Scientific Attitudes in the Concept of Motion Systems (Quasi Experiments in 86 Public High Schools Jakarta). Thesis, Biology Education Study Program, Department of Natural Sciences Education, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.
This study aims to determine the effect of learning models problem based learning on retention and improving the scientific attitude of students. This research was conducted at 86 Public High School Jakarta. The research method uses quasi-experimental and research design using Pretest-Posttest Design Group Control. The sample amounted to 33 participants for each class namely the experimental class using PBL learning models and control classes using scientific learning. Instruments in the form of 24 multiple choice questions and 26 scientific attitude questionnaire statements that have been tested for validity and reliability. The retention results of both classes were tested using the Mann-Whitney test with a significance level of α = 0.05. The results of the scientific attitude questionnaire were tested using the Mann-Whitney test with the SPSS program. The statistics 22 results of the retention percentage of the experimental class were obtained Sig <α (0.00> 0.05), which means Ha was accepted. It can be concluded that there is an influence of PBL learning model on student retention in the concept of excretion systems. The scientific attitude of prequestionnaire probability is 0.76 with α = 0.05. Data shows Sig> α which means Ho is accepted. Whereas the scientific attitude on postquestionnaire obtained a probability of 0.00 with α = 0.05. Data shows Sig <α, which means Ha is accepted, it can be concluded that there is an influence of PBL learning model on increasing the scientific attitude of students in the concept of excretion systems. So, from the second hypothesis test it can be concluded that there is an influence of the PBL learning model on retention and an increase in the scientific attitude of students on the concept of excretion systems.
Keywords : Problem Based Learning, PBL, Retention, Scientific Attitude, Concept of Excretion System
iii
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillaahi robbil ‘aalamiin, segala puji dan syukur penulis
panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat, rahmat serta
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah bidang
pendidikan dalam bentuk skripsi sebagai tugas akhir akademis yang berjudul
“Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning terhadap Retensi dan
Sikap Ilmiah Peserta Didik pada Konsep Sistem Ekskresi”. Shalawat teriring
salam selalu tercurah kepada baginda Rasulullah SAW, serta para keluarga dan
sahabatnya. Skripsi ini disusun guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar
sarjana pendidikan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik secara
langsung maupun tidak langsung, ucapan terimakasih penulis ucapkan kepada
semua pihak yang telah membantu dan mendukung skripsi ini, antara lain :
1. Dr. Sururin, M.Ag, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Baiq Hana Susanti, M.Sc., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Yanti Herlanti, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Biologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Yuke Mardiati, M.Si., selaku penasehat akademik Pendidikan Biologi A
2012.
5. Dr. Zulfiani, M.Pd., Dosen Pembimbing I yang telah memberikan segala
saran, perhatian, bimbingan dan kesabaran dalam membimbing penulis
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
6. Sillak Hasiany Siregar, M.Si., Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan waktu, tenaga dan motivasi dalam membimbing penulis
dalam penyusunan skripsi ini.
v
7. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Jurusan Pendidikan IPA, khususnya
Program Studi Pendidikan Biologi, yang telah memberikan ilmu, nasehat,
pengalaman, dan bimbingannya selama penulis mengikuti perkuliahan di
Program Studi Pendidikan Biologi.
8. Kepala SMA Negeri 86 Jakarta, Suharti Latifah M.Pd., yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian skripsi ini.
9. Kepada Drs. Fredrik Siwabessy dan Anneke Makapele, selaku guru
biologi yang telah memberikan bantuannya kepada penulis selama
penelitian, beserta staf administrasi, staf pengajar, dan peserta didik SMA
Negeri 86 Jakarta atas kerja samanya dalam penelitian skripsi ini.
10. Terkhusus dan teristimewa untuk orang tua tercinta, Ayahanda Ali Mashar
dan Ibunda Zubaedah yang dengan sabar mendidik dan memberikan
bantuan moril, materiil, membimbing, mendo’akan serta sabar menanti
penulis dalam menyelesaikan skripsi.
11. Tersayang kakak, adik dan saudara, Helmi Sumo yang selalu rela
mengantar kesana kemari untuk mengurus segala keperluan penulis dalam
menyelesaikan skripsi. Ahmad Reynaldi, Putri Aisyah Ali, Khotimah, dan
Amelatul Qur’ani yang selalu memberi motivasi ketika penulis merasa
malas mengerjakan skripsi.
12. Keluarga besar Resimen Mahasiswa Satuan “Wira Dharma” Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, terkhusus angkatan “Pusaka”
dan “Edelweis” selalu tetap jaya! Komando! Widya Çastrena Dharma
Siddha!.
Semoga hasil karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, dan
memberikan kontribusi dalam dunia pendidikan.
Ciputat, 22 Februari 2019
Penulis,
Putri Indah Fatmawati
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
ABSTRAK .............................................................................................................. ii
ABSTRACT ........................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .................................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah .................................................................................... 6
D. Rumusan Masalah ........................................................................................ 6
E. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 6
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ................................. 8
A. Deskripsi Teoritik......................................................................................... 8
1. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ............................. 8
a. Definisi PBL ........................................................................................ 8
b. Karakteristik PBL .............................................................................. 10
c. Tujuan Pembelajaran PBL ................................................................. 13
d. Tahapan Pembelajaran PBL............................................................... 13
e. Keunggulan dan Kelemahan .............................................................. 16
2. Retensi (Daya Ingat) ............................................................................... 19
a. Pengertian Retensi (Daya Ingat) ........................................................ 19
b. Tipe-tipe Ingatan ................................................................................ 20
c. Ingatan Jangka Panjang (Long Term Memory) .................................. 20
d. Lupa Dalam Belajar ........................................................................... 21
e. Pengukuran Retensi ........................................................................... 22
3. Sikap (Attitude) ....................................................................................... 24
a. Pengertian Sikap (Attitude) ................................................................ 24
vii
b. Pengertian Sikap Ilmiah ..................................................................... 25
c. Ciri-ciri Sikap (Attitude) .................................................................... 25
d. Jenis-jenis Sikap (Attitude) ................................................................ 27
e. Pengukuran Sikap .............................................................................. 27
B. Hasil Penelitian Relevan ............................................................................ 31
C. Kerangka Berpikir ...................................................................................... 33
D. Hipotesis Penelitian .................................................................................... 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 35
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 35
B. Metode dan Desain Penelitian .................................................................... 35
C. Populasi dan Sampel .................................................................................. 37
D. Variabel Penelitian ..................................................................................... 37
E. Prosedur Penelitian..................................................................................... 38
F. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 39
G. Instrumen Penelitian................................................................................... 39
1. Tes Objektif Pilihan Ganda .................................................................... 39
2. Angket Sikap Ilmiah ............................................................................... 40
H. Kalibrasi Instrumen .................................................................................... 41
1. Uji Validitas Tes ..................................................................................... 41
2. Uji Reliabilitas Tes ................................................................................. 42
3. Perhitungan Analisis Butir Pilihan Ganda .............................................. 43
a. Tingkat Kesukaran ............................................................................. 43
b. Daya Beda .......................................................................................... 43
I. Teknik Analisis Data .................................................................................. 44
1. Retensi .................................................................................................... 44
2. Angket Sikap Ilmiah ............................................................................... 44
3. Uji Prasyarat ........................................................................................... 45
a. Uji Normalitas.................................................................................... 45
b. Uji Homogenitas ................................................................................ 46
4. Uji Hipotesis ........................................................................................... 47
viii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 49
A. Hasil Penelitian .......................................................................................... 49
1. Hasil Pretest Peserta Didik Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ........ 49
2. Hasil Posttest Peserta Didik Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ....... 50
3. Hasil Retest Peserta Didik Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen .......... 51
4. Data Presentase Retensi Per Indikator Butir Soal .................................. 51
5. Hasil Retensi Peserta Didik Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ....... 53
6. Hasil Prequestionnaire Sikap Ilmiah ..................................................... 54
7. Hasil Postquestionnaire Sikap Ilmiah .................................................... 55
B. Analisis Data .............................................................................................. 56
1. Hasil Uji Prasyarat Analisis Data Pretest, Posttest, Retest .................... 56
a. Uji Normalitas.................................................................................... 56
b. Uji Homogenitas ................................................................................ 56
2. Hasil Uji Hipotesis Retensi dan Sikap Ilmiah Peserta Didik ................. 57
a. Uji Hipotesis Retensi Peserta Didik .................................................. 57
b. Uji Hipotesis Sikap Ilmiah Peserta Didik .......................................... 58
C. Pembahasan ................................................................................................ 60
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 66
A. Kesimpulan ................................................................................................ 66
B. Saran ........................................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 67
LAMPIRAN .......................................................................................................... 71
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tahap dan Penerapan Strategi PBL di Kelas ........................................ 13
Tabel 2.2 Tahapan Pembelajaran Berdasarkan Masalah....................................... 15
Tabel 2.3 Dimensi Sikap ....................................................................................... 28
Tabel 3.1 Desain Penelitian Retensi Control Group Pretest-Posttest Design ...... 36
Tabel 3.2. Desain Penelitian Sikap Peserta Didik ................................................. 36
Tabel 3.3. Kisi-kisi Instrumen Pilihan Ganda ....................................................... 39
Tabel 3.4. Kisi-kisi Instrumen Sikap Ilmiah ......................................................... 41
Tabel 3.5. Kriteria Tingkat Kesukaran .................................................................. 43
Tabel 3.6. Kriteria Daya Beda............................................................................... 44
Tabel 3.7. Kategori Retensi ................................................................................... 44
Tabel 3.8. Skor Item Skala Likert ......................................................................... 45
Tabel 3.9. Kategori Sikap Ilmiah .......................................................................... 45
Tabel 4.1 Data Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen .............................. 50
Tabel 4.2 Data Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ............................. 50
Tabel 4.3 Data Retest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ................................ 51
Tabel 4.4 Data Presentase Retensi Per Indikator Soal .......................................... 52
Tabel 4.5 Proporsi Retensi Peserta Didik Berdasarkan Kategori Retensi ............ 54
Tabel 4.6 Data Hasil Prequestionnaire Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen .... 54
Tabel 4.7 Data Hasil Postquestionnaire Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 55
Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Pretest, Posttest, dan Retensi.............................. 56
Tabel 4.9 Hasil Uji Homogenitas Pretest, Posttest, dan Retensi .......................... 57
Tabel 4.10 Hasil Uji Hipotesis Pretest, Posttest, dan Retensi .............................. 58
Tabel 4.11 Hasil Uji Mann-Whitney Sikap Ilmiah Prequestionnaire .................. 59
Tabel 4.12 Hasil Uji Mann-Whitney Sikap Ilmiah Prequestionnaire .................. 59
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 RPP Kelas Eksperimen ....................................................................71
Lampiran 2 RPP Kelas Kontrol ..........................................................................86
Lampiran 3 LKPD Kelas Eksperimen ................................................................100
Lampiran 4 LKPD Kelas Kontrol .......................................................................109
Lampiran 5 Lembar Observasi Peserta Didik Kelas Eksperimen .......................117
Lampiran 6 Lembar Observasi Peserta Didik Kelas Kontrol..............................123
Lampiran 7 Lembar Observasi Guru Kelas Eksperimen ....................................129
Lampiran 8 Lembar Observasi Guru Kelas Kontrol ...........................................135
Lampiran 9 Kisi-kisi Instrumen Pilihan Ganda ..................................................141
Lampiran 10 Kisi-kisi Instrumen Sikap Ilmiah ...................................................155
Lampiran 11 Rekapitulasi Analisis Butir Instrumen Pilihan Ganda ...................159
Lampiran 12 Rekapitulasi Analisis Butir Instrumen Sikap Ilmiah .....................161
Lampiran 13 Instrumen Pilihan Ganda ...............................................................163
Lampiran 14 Instrumen Angket Sikap Ilmiah .....................................................169
Lampiran 15 Daftar Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...........172
Lampiran 16 Daftar Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ..........173
Lampiran 17 Daftar Nilai Retest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol .............174
Lampiran 18 Daftar Presentase Retensi Kelas Eksperimen ................................175
Lampiran 19 Daftar Presentase Retensi Kelas Kontrol.......................................176
Lampiran 20 Daftar Nilai Prequestionnaie Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
.............................................................................................................................177
Lampiran 21 Daftar Nilai Postquestionnaire Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
.............................................................................................................................178
Lampiran 22 Rekapitulasi Retensi Soal Posttest dan Retest per Indikator Butir
Soal Kelas Eksperimen ................................................................179
Lampiran 23 Rekapitulasi Retensi Soal Posttest dan Retest per Indikator Butir
Soal Kelas Kontrol ......................................................................181
xi
Lampiran 24 Rekapitulasi Angket Sikap Ilmiah Kelas Eksperimen ...................183
Lampiran 25 Rekapitulasi Angket Sikap Ilmiah Kelas Kontrol .........................187
Lampiran 26 Perhitungan Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol .........................................................................................191
Lampiran 27 Perhitungan Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol .........................................................................................193
Lampiran 28 Perhitungan Uji Normalitas Retest Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol .........................................................................................195
Lampiran 29 Perhitungan Uji Homogenitas Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol .........................................................................................197
Lampiran 30 Perhitungan Uji Homogenitas Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol .........................................................................................198
Lampiran 31 Perhitungan Uji Homogenitas Retest Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol .........................................................................................199
Lampiran 32 Perhitungan Uji Hipotesis Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol .........................................................................................200
Lampiran 33 Perhitungan Uji Hipotesis Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol .........................................................................................201
Lampiran 34 Perhitungan Uji Hipotesis Retest Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol .........................................................................................202
Lampiran 35 Perhitungan Uji Hipotesis Angket Sikap Ilmiah Kelas Kontrol ....203
Lampiran 36 Perhitungan Uji Hipotesis Angket Sikap Ilmiah Kelas Eksperimen
.....................................................................................................204
Lampiran 37 Lembar Wawancara Guru ..............................................................205
Lampiran 38 Dokumentasi Penelitian .................................................................209
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1 Pendidikan harus memberi penekanan
pada mutu peserta didik. Mereka belajar sesuai dengan kebutuhan dan
kecenderungan media yang disukai, semuanya dimaksudkan untuk pencapaian
hasil belajar seoptimal mungkin. Dalam hal ini adanya model atau metode
pembelajaran berkontribusi mendorong antusias peserta didik agar mau belajar.
Keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada
bagaimana proses belajar yang dialami oleh peserta didik. Komponen utama
dalam proses pembelajaran adalah guru dan peserta didik. Agar proses
pembelajaran berhasil, guru harus membimbing peserta didik sedemikian rupa
sehingga dapat mengembangkan pengetahuannya sesuai dengan struktur
pengetahuan bidang yang dipelajarinya. Untuk mencapai keberhasilan tersebut,
guru dituntut mengetahui secara tepat materi yang diajarkan pada posisi
pengetahuan peserta didik sebelum mengikuti proses pembelajaran. Guru yang
efektif bukan hanya mengetahui pokok mata pelajaran mereka, tetapi juga dapat
mengkomunikasikan pengetahuan kepada peserta didik.2 Komunikasi antara guru
dan peserta didik lebih banyak dilakukan di dalam kelas dan pada proses
pembelajaran tidak hanya menekankan pada transfer materi saja, tapi juga sikap
timbal balik antara guru dan peserta didik, seperti saling menghargai, bekerja
sama, mencari solusi dari permasalahan yang dihadapi dalam konsep belajar
bersama. Agar komunikasi antara guru dan peserta didik berlangsung dengan baik
1 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan
Nasional. h. 3. Diakses dari http://kelembagaan.ristekdikti.go.id/wp-
content/uploads/2016/08/UU_no_20_th_2003.pdf. Pada tanggal 18 Oktober 2017. 2 Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktik, Terj. dari Educational
Psychology: Theory and Practice oleh Marianto Samosir, (Jakarta: PT Indeks, 2011), h. 4.
2
dan informasi yang disampaikan guru diterima dengan baik, guru perlu
menggunakan model pembelajaran yang tepat yang sesuai dengan konsep
pelajaran yang akan dipelajari.
Salah satu penentu keberhasilan guru dalam menyampaikan mata pelajaran
adalah pada saat Ulangan Harian (UH), Ujian Tengah Semester (UTS) hingga
Ujian Nasional (UN). Nilai ujian tersebut dapat dijadikan acuan keberhasilan guru
dalam menyampaikan mata pelajaran yang telah disampaikan. Jika nilai peserta
didik tinggi, berarti dia menguasai mata pelajaran atau cara penyampaian dan cara
pembelajaran guru tersebut sudah baik, dan sebaliknya. Walaupun banyak faktor-
faktor lain yang dapat mempengaruhi nilai peserta didik tersebut, misalnya mental
peserta didik yang tidak siap mengikuti ujian dan lain sebagainya. Banyak guru
yang berpendapat bahwa anak-anak yang takut menghadapi ujian karena memang
tidak menguasai materi. Baik karena kurangnya belajar ataupun tidak memahami
materi itu sendiri. Tentu saja hal ini dapat terjadi, karena kita ketahui bahwa ujian
sekolah mulai dari UH, UTS hingga UAS setiap soal mata pelajaran yang diujikan
mencangkup pelajaran yang pernah diajarkan mulai dari hitungan minggu sampai
hitungan tahun. Mereka mungkin tidak dapat mengingat apa yang mereka pelajari
dalam kurun waktu tersebut.
Di SMA Negeri 86 Jakarta, ditemukan beberapa masalah-masalah dalam
proses pembelajaran yang hampir mirip dengan penjelasan sebelumnya, peneliti
berhasil mewawancarai seorang guru biologi kelas XI. Di sekolah ini sistem
penetapan guru dalam mengajar adalah rolling yaitu pergantian guru ajar setiap
tahunnya. Hasil wawancara guru biologi menjelaskan bahwa proses pembelajaran
yang selama ini beliau terapkan sudah menggunakan pendekatan saintifik seperti
yang sudah ditetapkan di kurikulum 2013. Hanya saja tidak semua konsep
diberikan permasalahan di dalam diskusinya. Hanya pada beberapa konsep saja,
seperti bab sistem-sistem yang terdapat banyak kelainan-kelainan yang terjadi di
sekitar kehidupan peserta didik, seperti penyakit diabetes, masalah menstruasi dan
lain-lain.3 Antusias peserta didik dalam pembelajaran yang dilakukan oleh beliau
3 Lampiran 37, h. 206.
3
jika dipersenkan mungkin sekitar 40% sampai 50%,4 sedangkan pada retensi hasil
belajar masih di kisaran 20% sampai 30%. Retensi peserta didik pada konsep
biologi diketahui pada saat dilaksanakan try out dan pendalaman materi untuk
persiapan UN.5 Menurut beliau retensi peserta didik masih kurang baik karena
proses recall yang hanya sepintas dan kurang mendukung cara guru untuk
menstimulus kembali materi yang sudah dipelajari. Selain retensi peserta didik
yang masih rendah, sikap peserta didik yang masih kurang dari yang diharapkan
beliau, seperti pengerjaan tugas individu maupun yang masih banyak menyontek
tugas temannya, mengumpulkannya melewati batas waktu pengumpulan.6 Hal ini
menunjukkan kurangnya kreativitas dan ketekunan peserta didik dalam proses
pembelajaran dan proses pengerjaan tugas. Kurangnya antusias, retensi dan sikap
peserta didik dikarenakan model pembelajaran yang membosankan dan dianggap
kurang menarik penyampaiannya.
Fenomena di lapangan juga menunjukkan umumnya perilaku pembelajaran
guru di sekolah masih terbatas pada pengertian makna mengajar, dimana proses
pengajaran bersifat searah dari guru kepada peserta didik. Akibatnya
pembelajaran seringkali bersifat monoton, kurang menarik dan kurang
memberikan motivasi, serta cenderung menimbulkan sikap pasif pada peserta
didik.7
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat dilihat antusias, retensi dan
sikap peserta didik di SMA Negeri 86 Jakarta dipengaruhi oleh model atau
metode pembelajaran dan kemampuan guru untuk menyampaikan konsep kepada
peserta didik. Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan salah satu
permasalahan diatas adalah Problem Based Learning (PBL). PBL merupakan
pembelajaran yang menekankan pemecahan masalah-masalah autentik seperti
yang terjadi di kehidupan sehari-hari yang mudah ditemukan di masyarakat.
4 Ibid., h. 205. 5 Ibid., h. 207.
6 Ibid., h. 208. 7 Yanti Oktavia, Usaha Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kreativitas Guru Dalam
Pembelajaran Di Sekolah, (Jurnal Administrasi Pendidikan), Vol. 2 No. 1, 2014, h. 809. Diakses
dari http://ejournal.unp.ac.id/index.php/bahana/article/viewFile/3828/3061. Pada tanggal 18
Oktober 2017.
4
Dengan demikian pembelajaran yang dilakukan akan terasa lebih bermakna,
menyenangkan dan tidak membosankan. PBL juga berpotensi meningkatkan
retensi peserta didik, pada langkah-langkah PBL khususnya pada tahap mencari
solusi atas permasalahan yang diberikan karena pada prosesnya melibatkan
peserta didik untuk melakukan pembelajaran langsung yang mandiri, hal tersebut
merangsang pemrosesan informasi bekerja dengan baik dan juga dapat
memunculkan sikap ilmiah peserta didik.
Trianto menyebutkan model pembelajaran PBL dapat berdampak positif
pada proses pembelajaran di kelas karena model pembelajaran ini memiliki
kelebihan (1) realistik dengan kehidupan nyata; (2) konsep sesuai dengan
kebutuhan peserta didik; (3) memupuk sifat inquiry peserta didik; (4) retensi
konsep menjadi kuat; dan (5) memupuk kemampuan pemecahan masalah.8
Model pembelajaran PBL merupakan salah satu model pembelajaran yang
dapat mengaitkan konsep dan konteks sekaligus dapat mengembangkan berpikir
dalam memecahkan masalah. Sedangkan model pembelajaran konvensional hanya
dapat mengetahui konsepnya saja tanpa mengaitkan dengan keterampilan berpikir
dalam memecahkan masalah, sehingga hal ini akan kurang mempengaruhi retensi
peserta didik. PBL diharapkan dapat membantu peserta didik untuk dapat
menyimpan materi dalam ingatan jangka panjang, sehingga hal yang telah
dipelajari dapat diingat dan dimanfaatkan kembali jika membutuhkannya.
Peningkatan retensi peserta didik dapat dilakukan melalui pengalaman belajar
yang membuat peserta didik aktif berpikir tentang apa yang dipelajarinya, misal
dengan cara memecahkan masalah secara mandiri atau kelompok. Pengetahuan
yang dikontruksi sendiri oleh peserta didik akan menjadi pengetahuan yang
bermakna, sedangkan pengetahuan yang hanya diperoleh melalui proses
pemberitahuan tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna. Pengetahuan
tersebut hanya untuk diingat sementara setelah itu dilupakan.9 Menurut Sri
8 Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan
Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2009),
Ed. 1, Cet. 1, h. 96-97. 9 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana, 2008). Ed. 1, Cet. 5, h. 123-124.
5
Ismiani dkk, PBL merupakan pembelajaran dengan menghadapkan peserta didik
pada permasalahan-permasalahan praktis sebagai pijakan dalam belajar. Model
PBL akan melibatkan peserta didik secara aktif karena peserta didik dihadapkan
pada masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Sehingga PBL dapat
mengembangkan sikap ilmiah peserta didik dan mampu memecahkan masalah
pada saat percobaan memecahkan masalah.10
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, model
pembelajaran yang diharapkan dapat mendukung retensi hasil belajar peserta didik
pada konsep biologi dan sikap peserta didik adalah dengan menggunakan PBL,
sedangkan konsep biologi yang ingin digunakan sistem ekskresi. Sistem ekskresi
adalah salah satu konsep biologi yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
dimana masih terdapat permasalahan-permasalahan yang membutuhkan solusi
atau pencegahannya, maka penulis ingin meneliti mengenai “Pengaruh Model
Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Retensi dan Peningkatan Sikap
Ilmiah Peserta Didik pada Konsep Sistem Ekskresi”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, dapat diidentifikasi
beberapa masalah sebagai berikut:
1. Retensi peserta didik masih rendah
2. Sikap ilmiah peserta didik masih kurang dari yang diharapkan
3. Pembelajaran masih berpusat pada guru
4. Pembelajaran yang masih bersifat monoton, membosankan dan kurang
menarik bagi peserta didik, sehingga sulit untuk menyimpan informasi dan
mengingat pelajaran kembali
10 Sri Ismiani, Syukri, dan Dwi Wahyudiati, “Pengaruh Penerapan Metode Problem Based
Learning terhadap Sikap Ilmiah dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VII Mts NW 01 Kembang
Kerang”, (Jurnal Pendidikan Biologi FITK UIN Mataram), Vol. X, No. 1, 2017, h. 109. Diakses
dari https://media.neliti.com/media/publications/53323-ID-pengaruh-model-pembelajaran-
berbasis-mas.pdf. Pada tanggal 17 Januari 2018.
6
C. Pembatasan Masalah
Agar masalah ini dapat dikaji lebih dalam, maka perlu adanya pembatasan
masalah. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Model pembelajaran yang digunakan yaitu PBL menurut Richard I. Arend
2. Hasil yang diukur adalah retensi dan sikap ilmiah peserta didik
3. Tes retensi diujikan 2 minggu setelah aktivitas pembelajaran di kelas
dilakukan
4. Pengambilan data sikap ilmiah peserta didik menggunakan angket
5. Konsep biologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sistem ekskresi
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah
dijelaskan sebelumnya, maka dapat dirumuskan permasalahannya dalam
penelitian ini yaitu “Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran Problem
Based Learning terhadap retensi dan peningkatan sikap ilmiah peserta didik pada
konsep sistem ekskresi?”
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan
model pembelajaran Problem Based Learning pada konsep sistem ekskresi
terhadap retensi dan peningkatan sikap ilmiah peserta didik.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini antara lain:
1. Bagi peserta didik, dapat mengajarkan peserta didik untuk dapat
memecahkan masalah secara individu maupun kelompok, dapat melatih
peserta didik dalam membuat solusi dari permasalahan dan dapat
mengaplikasikan solusi tersebut dalam kehidupan sehari-hari dan dapat
meningkatkan pengetahuan peserta didik terhadap model belajar dalam
meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menyimpan konsep ke
dalam memorinya dan juga meningkatkan sikap ilmiah peserta didik.
7
2. Bagi guru, menambah wawasan mengenai model pembelajaran yang efektif
dan optimal dalam mencapai tujuan pembelajaran serta dapat memberikan
solusi terhadap kendala peserta didik yang mempunyai permasalahan
terhadap kemampuan menyimpan konsep dalam memori dan kurangnya
sikap ilmiah peserta didik.
8
BAB II
DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritis
1. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
a. Definisi PBL
Salah satu model pembelajaran yang termasuk ke dalam pembelajaran
kontekstual adalah model pembelajaran PBL. Seperti kutipan berikut:
“Problem-based learning is a student-centered method of teching that
involves learning through sollving unclear but genuine problems. It is a
constructivist, student-focused approach that promotes reflection, skills in
communication and collaboration, and it requires reflection from multiple
perspektives”.1
Yang dapat diartikan bahwa model pembelajaran PBL merupakan model
pembelajaran kontruktivis yang berpusat pada peserta didik yang melibatkan
permasalahan di kehidupan nyata. Dimana dalam model ini peserta didik dapat
melatih dan meningkatkan kemampuan dalam memecahkan masalah,
berkomunikasi dan berkolaborasi, serta memungkinkan berbagai pemecahan
masalah dalam sudut pandang yang berbeda-beda. Model pengajaran berdasarkan
masalah telah dikenal sejak zaman John Dewey. Dewasa ini, model pembelajaran
ini mulai diangkat sebab ditinjau secara umum pembelajaran berdasarkan masalah
terdiri dari menyajikan kepada peserta didik situasi masalah yang autentik dan
bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan
penyelidikan dan inkuiri. Menurut Dewey dalam Sudjana belajar berdasarkan
masalah adalah interaksi antara stimulus dengan respons, merupakan hubungan
antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberikan masukan kepada
peserta didik berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi
1 Matthew B Etherington, Investigate Primary Science: A Problem-based Learning
Approach, (Australian Journal of Teacher Education), Vol. 36 (9), 2011, h. 54. Diakses dari
https://ro.ecu.edu.au/cgi/viewcontent.cgi?article=1550&context=ajte. Pada tanggal 16 Desember
2017.
9
menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat
diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik. 2
Taufiq Amir menjelaskan bahwa PBL merupakan metode instruksional
yang menantang peserta didik agar “belajar untuk belajar”, bekerjasama dalam
kelompok untuk mencari solusi bagi masalah yang nyata. Masalah ini digunakan
untuk mengaitkan rasa keingintahuan serta kemampuan analisis mahasiswa dan
inisiatif atas materi pelajaran. PBL mempersiapkan mahasiswa untuk berpikir
kritis dan analisis, dan untuk mencari serta menggunakan sumber pelajaran yang
sesuai.3
Made Wena merumuskan definisi model PBL merupakan strategi
pembelajaran dengan menghadapkan peserta didik pada permasalahan-
permasalahan praktis sebagai pijakan dalam atau dengan kata lain peserta didik
belajar melalui permasalahan-permasalahan.4 Dalam hal ini, permasalahan
menjadi stimulus sementara guru bertindak sebagai fasilitator. Untuk dapat
memecahkan masalah, peserta didik dituntut untuk mencari informasi dan
memperkaya wawasan melalui upaya aktif dan mandiri. Menurut Trianto, model
pembelajaran berdasarkan masalah juga merupakan salah satu model
pembelajaran terpadu, dimana karakteristik model pembelajaran terpadu menurut
Depdikbud adalah holistik, bermakna, otentik, dan aktif.5
Permasalahan yang disajikan adalah masalah yang memiliki konteks dengan
dunia nyata. Semakin dekat dengan dunia nyata, akan semakin baik pengaruhnya
pada peningkatan kecakapan pemelajar. Dari masalah yang diberikan ini,
pemelajar, bekerja sama dalam berkelompok, mencoba memecahkannya dengan
pengetahuan yang mereka miliki, dan sekaligus mencari informasi-informasi baru
2 Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan
Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2009),
Ed. 1, Cet. 1, h. 91. 3 M. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning: Bagaimana
Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan. (Jakarta: Kencana, 2009), edisi 1, cet.
2, h. 21. 4 Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konsep
Operasional, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014),Ed. 1, Cet. 9, h. 91. 5 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Bumi Aksara, 2010),Ed. 1, Cet. 2, h. 61-
63.
10
yang relevan untuk solusinya. Di sini, tugas pendidik adalah sebagai fasilitator
yang mengarahkan pemelajar untuk dalam mencari dan menemukan solusi yang
diperlukan (hanya mengarahkan, bukan menunjukkan), dan juga sekaligus
menentukan kriteria pencapaian proses pembelajaran itu.6 Arend menambahkan
bahwa PBL tidak didesain untuk membantu guru menyampaikan konsep atau
informasi yang terlalu banyak kepada peserta didik, melainkan untuk membantu
peserta didik mengembangkan kemampuan berpikirnya, kemampuan problem-
solving, dan kemampuan intelektual, belajar berperan seperti layaknya orang
dewasa melalui situasi yang disimulasikan, melatih ketidaktergantungan dan
belajar mandiri.7
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model PBL merupakan
pembelajaran yang menghadapkan peserta didik pada suatu permasalahan yang
memiliki konteks dengan dunia nyata. Dari masalah yang diberikan peserta didik
bekerjasama dalam kelompok, mencoba memecahkannya dengan berbagai macam
pengetahuan dan kemampuannya untuk memecahkan suatu permasalahan dan
sekaligus mencari informasi-informasi baru yang relevan untuk solusinya.
Sementara peranan guru adalah sebagai fasilitator yang dapat membantu peserta
didik dalam belajar. Dengan demikian, peserta didik membangun sendiri
pengetahuannya sekaligus memanfaatkan pengetahuannya untuk memecahkan
permasalahan yang diberikan oleh guru.
b. Karakteristik PBL
Menurut Tan PBL memiliki karakteristik berupa permasalahan diawal
pembelajaran. Masalah yang digunakan merupakan masalah dunia nyata yang
disajikan secara mengambang (ill-structured), masalah biasanya menuntut
perspektif majemuk (multiple perspektive), masalah membuat pemelajar
tertantang untuk mendapatkan pembelajaran diranah pembelajaran yang baru,
sangat mengutamakan belajar mandiri, memanfaatkan sumber pengetahuan yang
bervariasi, pencarian evaluasi serta penggunaan pengetahuan menjadi kunci
penting, pembelajarannya kolaboratif, komunikatif dan kooperatif, pemelajar
6 M. Taufiq Amir, op. cit., h.22. 7 Richard I. Arends, Learning to Teach, (New York: McGraw Hill, 2007), Seventh edition,
h. 381-382.
11
bekerja dalam kelompok, berinteraksi, saling mengajarkan (peer teaching) dan
melakukan presentasi.8
PBL memiliki karakteristik yang digambarkan sebagai berikut:9
1) Pelajaran berfokus pada memecahkan masalah, pelajaran berawal dari satu
masalah dan memecahkan masalah adalah tujuan dari masing-masing
pelajaran.
2) Peserta didik bertanggung jawab untuk menyusun strategi dan memecahkan
masalah. Pelajaran PBL biasanya dilakukan secara berkelompok, yang cukup
kecil tidak lebih dari empat sehingga semua peserta didik terlibat dalam proses
itu.
3) Guru menuntun upaya peserta didik dengan mengajukan pertanyaan dan
memberikan dukungan pengajaran lain saat peserta didik berusaha
memecahkan masalah.
PBL merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan
untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata. Karakteristik PBL
menurut rusman yaitu: a) permasalahan menjadi starting point dalam belajar; b)
permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata; c)
permasalahan membutuhkan perspektif ganda; d) permasalahan yang ada
menantang pengetahuan yang dimiliki peserta didik, sikap, dan kompetensi yang
kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam
belajar; e) belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama; f) pemanfaatan sumber
pengetahuan yang beragam, penggunaannya dan evaluasi sumber informasi
merupakan proses yang esensial dalam PBL; g) belajar adalah kolaboratif,
komunikatif, dan kooperatif; h) pengembangan keterampilan inquiry dan
pemecahan masalah sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk
mencari solusi dari sebuah permasalahan; i) keterbukaan proses dalam PBL
8 Taufiq Amir, op. cit., h. 22. 9 Paul Eggen dan Don Kauchak, Strategi dan Model Pembelajaran: Mengajarkan Konten
dan Keterampilan Berpikir, (Jakarta: Indeks, 2012), Ed. 6, Cet.1, h. 307.
12
meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar; dan j) PBL melibatkan
evaluasi dan review pengalaman peserta didik dan proses belajar.10
Tiga ciri utama model PBL yaitu, pertama, PBL merupakan rangkaian
aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi PBL ada sejumlah kegiatan
yang harus dilakukan peserta didik. PBL tidak mengharapkan peserta didik hanya
sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran, akan
tetapi melalui PBL peserta didik aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan
mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan. Kedua, aktivitas pembelajaran
diarahkan untuk menyelesaikan masalah. PBL menempatkan masalah sebagai
pijakan kata kunci dari proses pembelajaran. Masalah merupakan komponen
penting dalam pelaksanaan PBL, tanpa masalah tidak mungkin ada proses
pembelajaran. Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan
pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah
adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara
sistematis dan empiris. Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui
tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah
didasarkan pada data dan fakta yang jelas.11
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada model PBL, permasalahan
merupakan komponen yang sangat penting. Permasalahan tersebut tentunya harus
mempunyai konteks dengan dunia nyata dan dapat menarik perhatian peserta
didik untuk mempelajari dan memecahkannya. PBL memiliki karakter kerjasama,
peserta didik saling berkolaborasi dan berdiskusi dalam kelompok kecil, berperan
aktif dalam proses belajar mengajar untuk bersama-sama merumuskan,
memutuskan, serta menindaklanjuti pemecahan masalah dari permasalahan yang
mereka dapatkan secara sistematis. Di samping itu, PBL melatih kemampuan
peserta didik bagaimana mencari solusi dari masalah yang mereka hadapi, tidak
hanya satu solusi melainkan berbagai macam solusi yang nantinya menjadikan
cara berpikir mereka lebih terbuka.
10 Rusman, Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2016), Ed. 2, Cet. 6, h. 232-233. 11 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana, 2008), Ed. 1, Cet. 5, h. 214-215.
13
c. Tujuan Pembelajaran PBL
Berdasarkan karakternya, pembelajaran PBL memiliki tujuan:12
1) Membantu peserta didik mengembangkan keterampilan berpikir dan
keterampilan pemecahan masalah.
2) Belajar peranan orang dewasa yang autentik.
3) Menjadi pembelajar yang mandiri.
Jadi tujuan belajar dengan menggunakan PBL adalah terkait degan
penguasaan materi pengetahuan, keterampilan menyelesaikan masalah,
mendorong peserta didik penuh pemikiran, dan keterampilan hidup.
d. Tahapan Pembelajaran PBL
Menurut Wina Sanjaya, sesuai dengan tujuan strategi PBL adalah untuk
menumbuhkan sikap ilmiah, dari beberapa bentuk PBL yang dikemukakan para
ahli maka secara umum PBL bisa dilakukan dengan langkah-langkah: menyadari
masalah; merumuskan masalah; merumuskan hipotesis; mengumpulkan data;
menguji hipotesis dan; menentukan pilihan penyelesaian.13
Sedangkan menurut Fogarty yang ditulis oleh Made Wena, berikut tahap-
tahap strategi PBL dan penerapannya di kelas:14
Tabel. 2.1 Tahap dan Penerapan Strategi PBL di Kelas
No Tahap
Pembelajaran Kegiatan Guru Kegiatan Peserta Didik
1 Menemukan
masalah
Memberikan permasalahan
yang diangkat dari latar
kehidupan sehari-hari
peserta didik. Berikan
masalah yang bersifat tidak
terdefinisikan dengan jelas
(ill-defined).
Memberikan sedikit fakta di
seputar konteks
permasalahan
Berusaha menemukan
permasalahan dengan cara
melakukan kajian dan analisis
secara cermat terhadap
permasalahan yang diberikan.
Melakukan analisis terhadap
fakta sebagai dasar dalam
menemukan permasalahan
2 Mendefinisikan
Masalah
Mendorong dan
membimbing peserta didik
untuk menggunakan
Dengan menggunakan
kecerdasan intrapersonal dan
kemampuan awal berusaha
12 Trianto, op. cit., h. 94-95. 13 Wina Sanjaya, op. cit., h. 218-220. 14 Made Wena, op. cit., h. 94-95.
14
kecerdasan intrapersonal
dan kemampuan awal untuk
memahami masalah.
Membimbing peserta didik
secara bertahap untuk
mendefinisikan masalah
memahami masalah.
Berusaha mendefinisikan
permasalahan dengan
menggunakan parameter yang
jelas
3 Mengumpulkan
fakta
Membimbing peserta didik
untuk melakukan
pengumpulan fakta.
Membimbing peserta didik
melakukan pencarian
informasi dengan berbagai
cara/metode.
Membimbing peserta didik
melakukan pengelolaan
informasi.
Melakukan pengumpulan
fakta dengan menggunakan
pengalaman-pengalaman
yang sudah diperolehnya.
Melakukan pencarian
informasi dengan berbagai
cara serta dengan
menggunakan kecerdasan
majemuk yang dimiliki.
Melakukan
pengelolaan/pengaturan
informasi yang telah
diperoleh.
4 Menyusun
hipotesis (dugaan
sementara)
Membimbing peserta didik
untuk menyusun
jawaban/hipotesis terhadap
permasalahan yang
dihadapi.
Membimbing peserta didik
untuk menggunakan
kecerdasan majemuk dalam
menyusun hipotesis.
Membimbing peserta didik
untuk menggunakan
kecerdasan interpersonal
dalam mengungkapkan
pemikirannya.
Membimbing peserta didik
untuk menyusun alternatif
jawaban sementara.
Membuat hubungan-
hubungan antarberbagai fakta
yang ada.
Menggunakan berbagai
kecerdasan majemuk untuk
menyusun hipotesis,
Menggunakan kecerdasan
interpersonal untuk
mengungkapkan
pemikirannya.
Berusaha menyusun beberapa
jawaban sementara.
5 Melakukan
penyidikan
Membimbing peserta didik
untuk melakukan
penyelidikan terhadap
informasi dan data yang
telah diperolehnya.
Dalam membimbing peserta
Melakukan penyelidikan
terhadap data dan informasi
yang telah diperoleh.
Dalam melakukan
penyelidikan peserta didik
15
didik melakukan
penyelidikan, guru membuat
struktur belajar yang
memungkinkan peserta
didik dapat menggunakan
berbagai cara untuk
mengetahui dan memahami
dunianya.
menggunakan kecerdasan
majemuk yang dimilikinya
untuk memahami dan
memberi makna data dan
informasi yang ada.
6 Menyempurnakan
permasalahan
yang telah
didefinisikan
Membimbing peserta didik
melakukan penyempurnaan
terhadap masalah yang telah
didefinisikan.
Melakukan penyempurnaan
masalah yang telah
dirumuskan.
7 Menyimpulkan
alternatif
pemecahan
masalah secara
kolaboratif
Membimbing peserta didik
untuk menyimpulkan
alternatif pemecahan
masalah secara kolaboratif
Membuat kesimpulan
alternatif pemecahan
masalahan secara kolaboratif
8 Melakukan
pengujian hasil
(solusi)
pemecahan
masalah
Membimbing peserta didik
melakukan pengujian hasil
pemecahan masalah
Melakukan pengujian hasil
pemecahan masalah
Sedangkan menurut Arends, strategi PBL terdiri dari 5 tahapan utama yang
dimulai dengan guru memperkenalkan peserta didik dengan suatu situasi masalah
dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja peserta didik. Kelima
tahapan tersebut dijelaskan berdasarkan pada tabel berikut.15
Tabel. 2.2 Tahapan Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Tahap Tingkah Laku guru
Tahap ke-1
Memberikan orientasi tentang
permasalahan kepada peserta didik
Guru membahas tujuan pembelajaran,
mengajukan fenomena atau demonstrasi
atau cerita untuk memunculkan masalah,
dan memotivasi peserta didik untuk terlibat
dalam kegiatan mengatasi masalah
Tahap ke-2
Mengorganisasikan peserta didik untuk
meneliti
Guru membantu peserta didik untuk
mendefinisikan dan mengorganisasikan
tugas-tugas yang terkait dengan
permasalahannya
15 Richard I. Arends, op. cit., h. 394.
16
Tahap ke-3
Membantu investigasi mandiri dan
kelompok
Guru mendorong peserta didik untuk
mendapatkan informasi yang tepat,
melaksanakan eksperimen, dan mencari
penjelasan dan solusi
Tahap ke-4
Mengembangkan dan
mempresentasikan hasil karya
Guru membantu peserta didik dalam
merencanakan dan meyiapkan hasil karya
yang tepat, seperti laporan dan membantu
mereka untuk menyampaikankannya
kepada orang lain
Tahap ke-5
Menganalisis dan mengevaluasi proses
mengatasi masalah
Guru membantu peserta didik untuk
melakukan refleksi terhadap investigasinya
dan proses-proses yang mereka gunakan
Sedangkan menurut Jhon Dewey seorang ahli pendidikan kebangsaaan
Amerika yang ditulis Wina Sanjaya menjelaskan 6 langkah PBL yang kemudian
dia namakan metode pemecahan masalah (problem solving),yaitu:16
1) Merumuskan masalah, yaitu langkah peserta didik menentukan masalah
yang dipecahkan.
2) Menganalisis masalah, yaitu langkah peserta didik meninjau masalah
secara kritis dari berbagai sudut pandang.
3) Merumuskan hipotesis, yaitu langkah peserta didik merumuskan berbagai
kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.
4) Mengumpulkan data, yaitu langkah peserta didik mencari dan
menggambarkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.
5) Pengujian hipotesis, yaitu langkah peserta didik mengambil atau
merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan
hipotesis yang diajukan.
6) Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah peserta
didik menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan
hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan
e. Keunggulan dan Kelemahan PBL
Setiap model ataupun strategi pembelajaran memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing. Hal penting yang harus diperhatikan dalam
penerapan model itu sendiri harus menyesuaikan dengan konsep atau materi yang
16 Wina Sanjaya, op. cit., h. 217.
17
akan disampaikan dan tujuan pembelajaran. Adapun keunggulan dan kelemahan
pembelajaran berdasarkan masalah sebagai berikut:
1) Keunggulan
Pembelajaran dengan memecahkan masalah merupakan teknik yang cukup
bagus untuk memahami isi pelajaran, menantang kemampuan peserta didik untuk
menemukan pengetahuan baru bagi peserta didik, meningkatkan aktivitas belajar,
membantu peserta didik bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk
memahami masalah dalam kehidupan nyata, dapat membantu peserta didik untuk
mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam
pembelajaran yang mereka lakukan. Disamping itu, pemecahan masalah itu juga
dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil belajar
maupun proses belajarnya. Bisa memperlihatkan kepada peserta didik bahwa
setiap mata pelajaran pada dasarnya merupakan cara berfikir dan sesuatu yang
harus dimengerti oleh peserta didik, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau
dari buku buku saja. Dianggap lebih menyenangkan dan disukai peserta didik,
dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan mengembangkan
kemampuan untuk menyesuaikan pengetahuan baru, mengaplikasikan
pengetahuan yang dimiliki di dunia nyata, dan mengembangkan minat secara
terus menerus sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.17 Dengan
demikian, permasalahan yang ada dalam pembelajaran dapat meningkatkan
keingintahuan peserta didik untuk menentukan minat yang ada pada dirinya agar
kelak sehingga lebih mudah di masa depannya.
Kelebihan dari PBL antara lain sebagai berikut: menjadi lebih ingat dan
meningkatkan pemahamannya atas materi ajar, meningkatkan fokus pada
pengetahuan yang relevan, mendorong untuk berpikir, membangun kerja tim,
kepemimpinan, dan keterampilan sosial, membangun kecakapan belajar, dan
memotivasi pembelajar.18 Sedangkan menurut Trianto keunggulan PBL yaitu: a)
realistic dengan kehidupan nyata; b) konsep sesuai dengan kebutuhan peserta
17 Ibid., h. 220-221. 18 M. Taufiq Amir, op. cit., h. 27-29.
18
didik; c) memupuk sifat inquiry peserta didik; d) retensi konsep menjadi lebih
kuat; dan e) memupuk kemampuan problem-solving (pemecahan masalah).19
Jadi, sebagai model pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik,
strategi PBL tidak hanya menjadikan peserta didik cakap secara kognitif dan
meningkatkan aktivitas pembelajaran peserta didik di dalam kelas. Lebih dari itu
PBL mampu mengembangkan berbagai keterampilan lain peserta didik seperti
keterampilan pemecahan masalah, keterampilan dalam berkomunikasi,
kemampuan berpikir ilmiah, serta melatih peserta didik untuk belajar melihat
sesuatu secara komperhensif dan mendalam. Selain itu, dengan menghadirkan
permasalahan-permasalahan kontekstual di dalam pembelajaran dapat membantu
peserta didik untuk mentransfer pengetahuan yang mereka dapatkan ke dalam
kehidupan sehari-hari sehingga peserta didik dapat merasakan manfaat dari
pembelajaran yang mereka lakukan di kelas secara nyata, baik untuk masa
sekarang maupun di masa yang akan datang dalam menghadapi permasalahan di
lingkungan masyarakat.
2) Kelemahan
Disamping keunggulan, Strategi PBL juga mwmiliki kelemahan,
diantaranya:20
1) Manakala peserta didik tidak memiliki minat dan tidak mempunyai
kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka
peserta didik akan merasa enggan untuk mencoba.
2) Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving
membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
3) Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan
masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang
mereka ingin pelajari.
Kelemahan yang ada dapat diminimalisir dengan harus lebih
memperhatikan komponen belajarnya. Penggunaan masalah yang nyata dalam
kehidupan peserta didik dan mudah dipahami dalam proses pembelajaran. Karena
19 Trianto, op. cit., h. 96-97. 20 Wina Sanjaya, op. cit., h. 221
19
jika komponen yang ada tidak mendukung semua pelaksanaan pembelajaran,
maka hasil yang diperoleh peserta didik pun kurang memuaskan. Semua
komponen tersebut disesuaikan dengan minat peserta didik dalam meracik
kegiatan pembelajaran agar menghindari adanya miss-konsepsi diakhir
pembelajaran.
2. Retensi (Daya Ingat)
a. Pengertian Retensi (Daya Ingat)
Ingatan didefinisikan sebagai kecakapan untuk menerima, menyimpan dan
mereproduksikan kesan-kesan.21 Ingatan merupakan tempat penyimpanan data
fisik dalam otak kita. Ingatan bersifat pribadi dan menyimpan sejarah hidup kita.
Ingatan memberitahu kita apa yang kita lakukan kemarin, sepuluh tahun lalu, atau
bahkan apa yang akan kita lakukan besok. Kenangan masa kecil dapat dipicu oleh
sebuah lagu anak-anak. Kenangan romantis dapat terngiang kembali saat kita
mencium wangi bunga tertentu. Ingatan menggunakan petunjuk untuk
memberikan pemahaman mengenai diri sendiri.22 Ingatan merupakan aspek
belajar yang penting. Ingatan sangat diperlukan dalam kehidupan dan komunikasi
kita sehari-hari. Seringkali kita harus menggunakan informasi yang pernah
dipelajari (atau diajarkan) beberapa waktu lalu guna menguasai informasi yang
baru.23 Retensi ialah memelihara kesan pada waktu yang berubah-ubah, atau
sampai mana bahan yang telah dipelajari sebelumnya tetap diingat.24 Memori atau
ingatan adalah retensi informasi. Para psikolog pendidikan mempelajari
bagaimana informasi diletakkan atau disimpan dalam memori, bagaimana ia
dipertahankan atau disimpan setelah disandikan (encoded), dan bagaimana ia
ditemukan atau diungkapkan kembali untuk tujuan tertentu di kemudian hari.
Memori membuat diri kita terasa berkesinambungan. Tanpa memori, Anda tidak
21 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), Ed. 5,
Cet. 13, h. 44. 22 Jo Iddon dan Huw Williams, Memory Booster Penguat Ingatan, Terj. Widyananto,
(Jakarta: Erlangga, 2005), h. 8. 23 Abd. Rachman Abror, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1993),
cet. 4, h. 98. 24 Ibid., h. 99.
20
mampu menghubungkan apa yang terjadi kemarin dengan apa yang Anda alami
sekarang.25
Pada pembelajaran, ingatan berarti usaha untuk menerima, menyimpan dan
memproduksi kegiatan-kegiatan pembelajaran yang berlangsung pada tiap
harinya. Untuk memastikan terjadinya retensi jangka panjang guru dapat
menyediakan waktu pelatihan, yang memungkinkan peserta didik mengulang
keterampilan baru secara bergiliran, baik secara fisik maupun mental.26
b. Tipe-tipe Ingatan
Ingatan memiliki tiga tipe yang bervariasi sesuai dengan kerangka
waktunya, yaitu:27
1) Memori sensoris, mempertahankan informasi dari dunia dalam bentuk
sensoris aslinya hanya selama beberapa saat, tidak lebih lama dari waktu
peserta didik menerima sensasi/informasi visual, suara, dan sensasi lainnya.
2) Memori jangka pendek (short term memory) adalah sistem memori kapasitas
terbatas dimana informasi dipertahankan sekitar 30 detik, kecuali informasi itu
diulangi atau diproses lebih lanjut, dimana dalam kasus itu daya tahan
simpananya dapat lebih lama.
3) Ingatan jangka panjang (long term memory) adalah tipe memori yang
menyimpan banyak informasi selama periode waktu yang lama secara relatif
permanen.
c. Ingatan Jangka Panjang (Long Term Memory)
Menurut Adi W. Gunawan Long Term Memory (LTM) adalah kemampuan
untuk menyimpan informasi secara permanen untuk rentang waktu beberapa
bulan, tahun dan bahkan seumur hidup. Kemungkinan informasi disimpan di LTM
sangat mungkin terjadi bila proses pembelajaran bersifat “masuk akal “dan juga
“berarti” bagi peserta didik. “Masuk akal” disini mempunyai arti bahwa peserta
didik dapat memahami materi pelajaran dengan menghubungkan materi itu
dengan pengalaman yang telah dialami peserta didik sebelumnya. Sedangkan
25 John W. Santrock, Psikologi Pendidikan Edisi Kedua, Terj. Educational Psycology oleh
Tri Wibowo B.S., (Jakarta: Kencana, 2007), h. 312. 26 Trianto, op. cit., h. 78. 27 John W. Santrock, op. cit., h. 320-322.
21
“berarti” maksudnya materi pelajaran mempunyai relevansi terhadap peserta
didik.28
Menurut Dough Rohrer dan Harold Pashler mengemukakan bahwa LTM
dapat diujikan setelah 1 atau 4 minggu setelah aktivitas belajar terakhir.29
Kemudian, menurut Tulving dalam jurnal yang ditulis Jeffrey D. Karpicke dan
Henry L. Roediger mangatakan bahwa LTM dapat diujikan 1 minggu setelah
aktivitas belajar terakhir dikelas.30
d. Lupa Dalam Belajar
Lupa merupakan pengalaman manusia yang universal dan sekaligus menjadi
pertanda atas ketidaksempurnaan daya ingatan manusia.31 Lupa (forgetting) ialah
hilangnya kemampuan untuk menyebut atau memproduksi kembali apa-apa
sebelumnya yang telah dipelajari.32 Dari pengalaman sehari-hari, kita memiliki
kesan seakan-akan apa-apa yang kita alami dan kita pelajari tidak seluruhnya
tersimpan dalam akal kita. Padahal, menurut teori kognitif apapun yang kita alami
dan kita pelajari, kalau memang dalam sistem akal kita mengolahnya degan cara
yang memadai, semuanya akan tersimpan dalam subsistem akal permanen kita.33
Psikolog telah mengajukan beberapa penjelasan mengapa orang secara
aktual lupa pada hal-hal yang sebelumnya telah disimpan dalam memori jangka
panjang. Terdapat empat kemungkinan penyebab lupa, yaitu:34
1) Kegagalan untuk memanggil kembali. Kegagalan untuk menemukan informasi
yang ada dalam memori jangka panjang.
28 Adi W. Gunawan, Genius Learning Strategi Petunjuk Praktis untuk Menerapkan
Accelerated Learning, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003), h. 74-77. 29 Dough Rohrer dan Harold Pashler, “Increasing Retention Without Increasing Study
Time”, (Journal of Current Directions in Psychological Science), Vol. 16 No. 4, 2007, h. 184.
Diakses dari http://www.pashler.com/Articles/RohrerPashler2007CDPS.pdf. Pada tanggal 29
November 2017. 30 Jeffrey D. Karpicke dan Henry L. Roediger, “Repeated Retrieval during Learning is the
Key to Long Term Retention”, (Journal of Memory and Language), 2007, h. 153. Diakses dari
http://memory.psych.purdue.edu/downloads/2007_Karpicke_Roediger_JML.pdf. Pada tanggal 29
November 2017. 31 Abd. Rahman Abror, op. cit., h. 102. 32 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2010), Cet. 15. h. 155. 33 Ibid. 34 Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang
Jilid 1, (Jakarta: Erlangga, 2009), Ed. 6, h. 307-309.
22
2) Kesalahan rekonstruksi. Konstruksi “memori” yang logis namun salah dengan
menggabungkan informasi yang dipanggil dari memori jangka panjang dengan
pengetahuan dan keyakinan umum seseorang tentang dunia.
3) Interferensi. Fenomena terhadap sesuatu yang disimpan dalam memori jangka
panjang menghambat kemampuan seseorang untuk mengingat sesuatu yang
lain dengan benar. Atau, kegagalan dalam menggali informasi karena
terhalang oleh informasi lain.
4) Kerusakan informasi. Pelemahan bertahap informasi yang disimpan dalam
memori jangka panjang, terutama jika informasi tersebut jarang digunakan.
Menurut Muhibbin Syah, faktor-faktor penyebab lupa terjadi, pertama lupa
dapat terjadi karena gangguan konflik antara item-item informasi atau materi yang
ada dalam sistem memori peserta didik. Kedua, adanya tekanan terhadap item
yang telah ada, baik disengaja ataupun tidak. Penekanan ini terjadi karena
beberapa kemungkinan yaitu: 1) karena item informasi (berupa pengetahuan,
tanggapan, kesan, dan sebagainya) yang diterima peserta didik kurang
menyenangkan, item informasi yang baru menekan item informasi yang telah ada,
dan item informasi yang direproduksi itu tertekan ke alam ketidaksadaran; 2)
karena item informasi yang baru secara otomatis menekan item informasi yang
telah ada, jadi sama dengan fenomena retroaktif; 3) karena item informasi yang
akan direproduksi (diingat kembali) itu tertekan ke alam bawah sadar dengan
sendirinya lantaran tidak pernah dipergunakan. Ketiga, perubahan situasi
lingkungan antara waktu belajar dengan waktu mengingat kembali. Keempat,
perubahan sikap dan minat peserta didik terhadap proses dan situasi dan belajar
tertentu. Kelima, materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah digunakan atau
dihafalkan peserta didik. Dan keenam, perubahan urat syaraf otak, seperti
keracunan, kecanduan alkohol, dan gegar otak akan kehilangan ingatan atas item-
item informasi yang ada dalam memori permanennya.35
e. Pengukuran Retensi
Pemanggilan kembali informasi terkait suatu peristiwa atau suatu objek
secara sadar disebut sebagai memori eksplisit, yang dapat diukur melalui dua
35 Muhibbin Syah, op. cit., h. 156-157.
23
metode. 1) Recall, yakni kemampuan menggali kembali dan memproduksi
informasi yang telah dimiliki sebelumnya. Soal ujian esai dan isian singkat, serta
permainan memori seperti Trivial Pursuit atau Jeopardy membutuhkan
kemampuan penggalian kembali (recall). 2) Recognition (pengenalan), yakni
kemampuan mengenali informasi yang telah di observasi, dibaca, atau didengar
sebelumnya. Pada metode kedua ini, informasi diberikan pada subjek pelaksana
tes, yang diminta menjawab apakah informasi tersebut baru atau tidak, benar atau
salah, atau memilih alternatif lain. Dengan kata lain, tugas tersebut menuntut
pelaksana tes membandingkan informasi yang disajikan dengan informasi yang
telah tersimpan dalam memori. Soal ujian pilihan ganda atau ujian soal benar-
salah adalah jenis soal yang menuntut kemampuan recognition. Terkadang,
informasi yang kita dapatkan pada masa lalu mempengaruhi pikiran dan tindakan
kita sekalipun kita tidak berusaha mengingatnya secara sadar, fenomena ini
disebut memori implisit. Salah satu metode yang lazim digunakan dalam
mengukur memori implisit adalah 1) Metode priming, metode ini meminta Anda
untuk membaca atau mendengarkan suatu informasi dan kemudian menguji
apakah informasi tersebut akan mempengaruhi kinerja anda dalam tugas lainnya.
2) Metode relearning method, yaitu metode pembelajaran ulang yang meminta
kita untuk mempelajari ulang informasi atau tugas yang telah kita pelajari
sebelumnya. Apabila kita dapat menguasai informasi atau tugas tersebut lebih
cepat pada proses pembelajaran kedua, artinya kita telah mengingat sesuatu dari
proses pembelajaran yang pertama.36
Pengukuran retensi menurut Robert yaitu:37
1) The Free Recall Method
Tes yang diberikan pada metode ini dapat berbentuk uraian singkat (uraian
tertutup) atau dalam bentuk soal melengkapi.
36 Carole Wade dan Carol Tavris, Psikologi edisi ke-9, jilid 2, (Jakarta: Erlangga, 2007), h.
65-67. 37 Robert M. V. Travers, Essentials of Learning: The New Cognitive Learning for Student
of Education, (Canada: Collier Macmilan Publisher, 1982), h. 92-94.
24
2) The Recognition Method
Tes dalam metode ini dilakukan lebih dari satu kali pada satu waktu yang
berlainan menggunakan soal yang sama. Subjek yang diberikan tes diberikan
alternatif jawaban yang telah tersedia untuk dipilih.
3) The Relearning, or Saving, Method
Tes dalam metode ini dilakukan dengan meminta peserta didik untuk
menghafal terlebih dahulu daftar kata-kata yang diberikan dengan cara
membacanya berkali-kali. Kemudian pada selang waktu tertentu, peserta didik
diuji dengan menyebutkan kembali dengan kata-kata yang telah dihafalnya.
3. Sikap (Attitude)
a. Pengertian Sikap (Attitude)
Sikap merupakan sesuatu yang dipelajari, dan sikap menentukan bagaimana
individu bereaksi terhadap situasi serta menentukan apa yang dicari individu dala
kehidupan.38 Menurut Muhibbin Syah, sikap adalah gejala internal yang
berdimensi aktif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (response
tendency) dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang dan
sebagainya baik secara positif maupun negatif. Sikap (attitude) peserta didik yang
positif terutama kepada guru dan mata pelajaran yang disajikan merupakan
pertanda awal yang baik bagi proses belajar peserta didik tersebut. Sebaliknya,
sikap negatif perserta didik terhadap gurudan mata pelajaran, apalagi diiringi
kebencian kepada guru atau mata pelajaran, dapat menimbulkan kesulitan belajar
peserta didik tersebut.39 Begitu juga dengan Ngalim Purwanto yang berpendapat
bahwa sikap merupakan kecenderungan untuk bereaksi dengan cara tertentu
terhadap suatu perangsang atau situasi yang dihadapi.40
Sikap dan persepsi perserta didik sangat memengaruhi proses belajar. Sikap
dapat memengaruhi belajar secara positif, sehingga belajar menjadi mudah,
sebaliknya sikap juga dapat membuat belajar menjadi sulit.41 Dari beberapa
38 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
2010),Ed. Revisi, Cet, 5, h. 188. 39 Muhibbin Syah, op. cit., h. 132. 40 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1985), Cet.2,
h.136. 41 Made Wena, op. cit., h. 225.
25
pendapat tentang pengertian sikap tersebut, dapat disimpulkan bahwa sikap
merupakan kecenderungan seseorang untuk bereaksi terhadap suatu objek
tertentu, reaksi tersebut bisa penolakan (negatif), atau pun penerimaan (positif).
Dengan demikian, sikap terhadap lingkungan merupakan respon (kecenderungan)
seseorang untuk bereaksi terhadap suatu objek.
b. Pengertian Sikap Ilmiah
Sikap ilmiah diartikan sebagai suatu kecenderungan, kesiapan, kesediaan,
seseorang untuk memberikan respon/tindakan/tingkah laku secara ilmu
pengetahuan dan memenuhi syarat (hukum) ilmu pengetahuan yang telah diakui
kebenarannya. Dalam IPA sikap ilmiah penting karena pertama, sikap peserta
didik membawa kondisi mental kesiapan terhadap mata pelajaran. Dengan sikap
positif, anak akan melihat objek ilmu, topik, kegiatan, dan orang-orang secara
positif. Kedua, sikap bukanlah perilaku bawaan atau keturunan. Sikap peserta
didik dapat diubah melalui pengalaman. Ketiga, sikap bersifat dinamis
berdasarkan hasil pengalaman yang bertindak sebagai faktor pengarah ketika
seorang peserta didik memasuki pengalaman baru.42
c. Ciri-ciri Sikap (Attitude)
Menurut Luthfi dkk, ciri-ciri sikap diantranya sebagai berikut:43
1) Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa
dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi
merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu
terhadap objek.
2) Sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi. Sikap bukan sekedar
rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah orang harus pro atau
kontra terhadap sesuatu.
42 Ipa Ida Rosita dan Evi Sapinatul Bahriah, “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis
Masalah Terhadap Sikap Ilmiah Siswa pada Materi Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit”,
(Proceeding Seminar Nasional Pendidikan IPA-Biologi, 2016), h. 96-97. Diakses dari
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34014/1/Ipa%20Ida%20Rosita.pdf. Pada
tanggal 17 Januari 2018. 43 Ikhwan Luthfi, dkk, Psikologi Sosial, (Jakarta, Lembaga Penelelitian UIN Jakarta, 2009),
Cet.1, h. 59-60.
26
3) Sikap relatif mudah berubah. Karena sikap adalah hal yang dapat dipelajari,
atau sebaliknya. Sikap dapat dipelajari sehingga dapat berubah pada
seseorang bila terdapat keadaan-keadaan dan syara-syarat tertentu yang
mempermudah merubahnya. Walaupun secara umum sikap relative mudah
berubah, untuk objek khusus (spesifik) ternyata sikap relative cenderung
agak menetap.
4) Sikap mengandung aspek evaluatif, artinya mengandung nilai
menyenangkan atau tidak menyenangkan, suka atau tidak suka.
5) Sikap timbul dari pengalaman, tidak dibawa sejak lahir, tetapi merupakan
hasil belajar. Karena itu sikap dapat diperteguh atau diubah.
Menurut W.A gerungan, ciri-ciri sikap (attitude), diantaranya:44
1) Bukan dibawa seseorang sejak ia dilahirkan, melainkan dibentuk atau
dipelajarinya sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan
objeknya.
2) Dapat berubah-ubah, oleh karena itu attitude dapat dipelajari orang; atau
sebaliknya, attitude-attitude itu dapat dipelajari, karena itu attitude-attitude
dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dengan
syarat-syarat tertentu yang mempermudah berubahnya attitude pada orang
itu.
3) Tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mengandung relasi tertentu terhadap
suatu objek. Dengan kata lain, attitude terbentuk, dipelajari, atau berubah
senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan
dengan jelas.
4) Objek attitude itu dapat merupakan satu hal tertentu, tetapi dapat juga
merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.
5) Mempunyai segi-segi motivasi dari segi-segi perasaaan. Sifat inilah yang
membeda-bedakan attitude dari kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-
pengetahuan yang dimiliki orang.
44 W.A Gerungan, Psikolog Sosial, (Bandung: Refika Aditama, 1996), Ed. 2, Cet. 13, h.
151-152.
27
d. Jenis-jenis Sikap (Attitude)
Sikap dapat dibedakan atas bentuknya dalam sikap positif dan sikap negatif,
yaitu:45
1) Sikap Positif
Merupakan perwujudan nyata dari intensitas perasaan yang
memperhatikan hal-hal yang positif. Suasana jiwa yang lebih mengutamakan
kegiatan kreatif daripada kegiatan yang menjemukan, kegembiraan daripada
kesedihan, harapan daripada keputusasaan. Sesuatu yang indah dan membawa
seseorang untuk selalu dikenang, dihargai, dihormati oleh orang lain. Untuk
menyatakan sikap positif, seseorang tidak hanya mengekspresikannya melalui
wajah, tetapi juga dapat melalui bagaimana cara ia berbicara, berjumpa dengan
orang lain, dan cara mengahadapi masalah. Usaha yang dapat dilakukan untuk
menuju sikap positif adalah (a) tumbuhkan pada diri sendiri suatu motif yang
kuat. Selalu mengingatkan diri bahwa sesuatu yang positif akan diperoleh dari
kebiasaan baru, (b) jangan biarkan perkecualian sebelum kebiasaaan baru
mengakar dari kehidupan pribadi, (c) berlatih dan berlatih terus dalam setiap
kesempatan, tanpa rasa jenuh dan bosan.
2) Sikap Negatif
Sikap negatif harus dihindari, karena hal ini mengarahkan seseorang pada
kesulitan diri dan kegagalan. Sikap ini tercermin pada muka yang suram, sedih,
suara parau, penampilan diri yang tidak bersahabat. Sesuatu yang menunjukkan
ketidakramahan, ketidak menyenangkan, dan tidak memiliki kepercayaan diri.
Untuk menghilangkan sikap negatif adalah (a) belajar mengenali sifat diri,
bersikap jujur terhadap diri atau tanyalah pada seseorang yang dipercaya dan
dihormati mngenai sifat negatif diri, (b) akui bahwa sikap negatif itu memang
dilakukan.
e. Pengukuran Sikap
Pengukuran sikap ilmiah peserta didik dapat didasarkan pada
pengelompokkan sikap sebagai dimensi sikap selanjutnya dikembangkan
45 Inge Hutagalung, Pengembangan Kepribadian Tinjauan Praktis Menuju Pribadi Positif,
(Jakarta: Indeks, 2007), h. 56-57.
28
indikator-indikator sikap untuk setiap dimensi sehingga memudahkan menyusun
instrumen sikap ilmiah. Untuk lebih memudahkan, dapat digunakan
pengelompokkan/ dimensi sikap yang dikembangkan oleh Harlen seperti dikutip
oleh Herson Anwar yang dapat dilihat pada tabel 2.3:46
Tabel. 2.3 Dimensi sikap
Dimensi Indikator
Sikap Ingin Tahu
Antusias mencari jawaban
Perhatian pada objek yang diamati
Antusias pada proses sains
Menanyakan setiap langkah kegiatan
Sikap Respek Terhadap
Data/ Fakta
Objektif/ Jujur
Tidak memanipulasi data
Tidak purbasangka
Mengambil keputusan sesuai fakta
Tidak mencampur fakta dengan pendapat
Sikap Berpikir Kritis
Meragukan temuan teman
Menanyakan setiap perubahan/ hal baru
Mengulangi kegiatan yang dilakukan
Tidak mengabaikan data meskipun kecil
Sikap Penemuan dan
Kreativitas
Menggunakan fakta-fakta untuk dasar konklusi
Menunjukkan laporan berbeda dengan teman kelas
Merubah pendapat dalam merespon terhadap fakta
Menggunakan alat tidak seperti biasanya
Menyarankan percobaan-percobaan baru
Menguraikan konklusi baru hasil pengamatan
Sikap Berpikiran terbuka
dan kerjasama
Menghargai Pendapat/temuan orang lain
Mau merubah pendapat jika data kurang
Menerima saran dari teman
Tidak merasa selalu benar
Menganggap setiap kesimpulan adalah tentatif
Berpartisipasi aktif dalam kelompok
Sikap Ketekunan
Melanjutkan meneliti setelah penemuannya hilang
Mengulangi percobaan meskipun berakibat kegagalan
Melengkapi satu kegiatan meskipun teman kelasnya selesai lebih
awal
Sikap Peka Terhadap
Lingkungan Sekitar
Perhatian terhadap peristiwa sekitar
Partisipasi pada kegiatan sosial
Menjaga kebersihan lingkungan sosial
Sedangkan menurut inge Hutagalung, teknik mengukur sikap ada beberapa
jenis, yaitu:47
46 Herson Anwar, “Penilaian Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Sains”, (Jurnal Pelangi
Ilmu), Vol. 2 No. 5, 2009, h. 108. Diakses dari
http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/JPI/article/download/593/544. Pada tanggal 16 Desember 2017. 47 Inge Hutagalung, op. cit., h. 58-59.
29
1) Teknik Perbandingan Fisik (Judgement Technique)
Teknik yang paling awal adalah masih menggunakan perbandingan fisik
untuk menentukan sikap terhadap objek sikap tertentu (A lebih berat dari B, X
lebih keras dari Y, fitnah lebih kejam dari pembunuhan, dan lain sebagainya).
Menurut Thurstone, penilaian (judgement) orang sebagai hasil perbandingan ini
dapat diukur dalam bentuk skala.
2) Teknik Psikologik (Method of Summated Rating)
Teknik pengukuran lain adalah yang sepenuhnya psikologik. Yaitu, teknik
yang tidak menggunakan perbandingan fisik yang dianggap terlalu rumit. Dasar
dari teknik ini adalah bahwa evaluasi seseorang terhadap sebuah objek sikap dapat
diskalakan tanpa harus membuat perbandingan fisik terlebih dulu. Caranya adalah
dengan mengumpulkan sejumlah pernyataan tentang suatu sikap. Pertanyaan-
pertanyaan ini terdiri atas pernyataan positif maupun negatif dan meliputi
komponen kognitif (misalnya, X adalah sesuatu yang bermanfaat, X memudahkan
saya melakukan Y, X, berbahaya jika dalam keadaan Z, dan sebagainya),
komponen afektif (misalnya, saya suka X, atau saya tidak senang Y), dan
komponen konatif (misalnya, saya berusaha mendapatkan X, atau saya
menghindari Y). Selanjutnya, melalui prosedur tertentu, dari sejumlah
pertanyaaan tertentu itu dipilih mana yang valid, dan mana yang tidak valid.
Butir-butir pernyataan yang valid dirangkai dalam suatu alat ukur. Hasil
pengukuran adalah skor rata-rata dari jawaban subjek terhadap setiap pernyataan.
Semakin tinggi skor, makin positif sikapnya dan semakin kecil skornya semakin
negatif sikapnya. Teknik ini dikembangkan oleh Likert dan dinamakan Method of
Summated Rating.
3) Teknik Skala Jarak Sosial (Social Distance Scale)
Gabungan dari pengukuran fisik dan psikologik terdapat pada skala
Borgardus. Teknik yang dikembangkan dalam ilmu sosiologi ini dinamakan skala
jarak sosial, yang dimaksud disini adalah skala untuk mengukur sikap antar ras.
4) Teknik Skala Guttman
Penilaian sikap dengan menggunakan pengukuran fisik dan psikologik juga
dilakukan oleh Guttman. Teknik ini dinamakan skala Guttman dengan dasar
30
pemikiran bahwa sejumlah perilaku terhadap sebuah objek sikap dapat disusun
dalam peringkat. Sebuah perilaku pada peringkat paling bawah dilakukan oleh
hampir semua orang. Perilaku pada peringkat lebih atas dari peringkat
sebelumnya akan dilakukan oleh lebih sedikit orang. Demikian seterusnya,
semakin tinggi peringkat semakin sedikit yang melakukannya, dan pada peringkat
tertinggi hanya sebagian kecil orang yang melakukan.
Sedangkan Ikwan Luthfi dkk menguraikan metode pengukuran sikap yang
secara historik telah dilakukan orang:48
1) Observasi Perilaku
Untuk dapat mengetahui sikap seseorang terhadap sesuatu, kita dapat
memperhatikan perilakunya, sebab perilaku merupakan salah satu indikator setiap
individu. Pengukuran dengan metode ini dilakukan dengan mengamati tindakan
yang ditampilkan. Teknik observasi yang dapat dilakukan adalah observasi secara
langsung maupun tidak langsung dengan perilaku.
2) Pertanyaan Langsung
Asumsi yang mendasari metode penanyaan langsung untuk mengungkap
sikap adalah bahwa individu adalah pihak yang paling tahu mengenai dirinya
sendiri.
3) Pengukuran Terselubung
Metode pengukuran ini sebenarnya berorientasi ke metode obsevasi
perilaku, akan tetapi sebagai objek pengamatan bukan lagi perilaku yang tampak
disadari dan disengaja dilakukan seseorang tetapi reaksi-reaksi disiologis yang
terjadi di luar kendali orang tersebut.
4) Pengungkapan Langsung
Dalam hal ini responden diminta menjawab langsung suatu pertanyaan sikap
tertulis dengan memberi tanda setuju, penyajian dan pemberian respon yang
dilakukan diusahakan untuk individu menyetakan sikap secara lebih jujur dengan
cara tidak perlu menuliskan nama dan identitasnya.
48Ikhwan Luthfi dkk, op. cit., h. 62-64.
31
B. Hasil Penelitian Relevan
Sebagai bahan acuan tentang penelitian “Pengaruh Model Pembelajaran
Problem Based Learning Terhadap Retensi dan Sikap Peserta Didik pada Konsep
Sistem Ekskresi”, penulis mengutip beberapa penelitian relevan diantaranya:
Venisha Elisabeth A Pardede (2016), mahasiswi Program Studi
Pendidikan Biologi Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan dengan tesis
berjudul “Pengaruh Strategi Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Biologi,
Kemampuan Berpikir Kritis dan Retensi Siswa Materi Sistem Ekskresi Manusia
di kelas VIII SMP Markus Medan”. Hasil belajar peserta didik yang dibelajarkan
dengan strategi Discovery secara signifikan lebih tinggi dibanding strategi PBL
maupun strategi Konvensional. Retensi peserta didik yang dibelajarkan dengan
strategi pembelajaran PBL secara signifikan lebih tinggi dibandingkan strategi
Discovery maupun strategi konvensional.49
Ulfa Masamah (2017), pada jurnal Konstanta, pengajaran matematika
STAIN Kudus Jawa Tengah, berjudul “Retensi Kemampuan Berpikir Reflektif
Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Ditinjau dari Kemampuan Awal
Matematika Siswa MAN Ngawi”. Dimana kesimpulan dari jurnal tersebut
mengatakan bahwa terdapat perbedaan retensi kemampuan berpikir reflektif
matematis yang signifikan peserta didik yang memperoleh pembelajaran berbasis
masalah lebih baik secara signifikan dibanding dengan peserta didik yang
memperoleh pembelajaran konvensional.50
Rosdiana Meliana Situmorang (2015), Mahasiswi Program Studi Magister
Pendidikan Biologi Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh dengan tesis
berjudul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning
pada materi Sistem Ekskresi Manusia terhadap Hasil belajar dan Sikap Ilmiah
49 Venisha Elisabeth A Pardede, “Pengaruh Strategi Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar
Biologi, Kemampuan Berpikir Kritis dan Retensi Siswa Materi Sistem Ekskresi Manusia di kelas
VIII SMP Markus Medan”, Tesis Program Pascasarjana Pendidikan Biologi Program Pascasarjana
Universitas Negeri Medan. 2016, h. 74. Diakses dari http://digilib.unimed.ac.id/5698/. Pada
tanggal 16 Desember 2017. 50 Ulfa Masamah, “Retensi Kemampuan Berpikir Reflektif Melalui Pembelajaran Berbasis
Masalah Ditinjau dari Kemampuan Awal Matematika Siswa MAN Ngawi”, (Jurnal Konstanta),
Vol. 1, No. 1, 2017, h. 69-70. Diakses dari
http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/Konstanta/article/viewFile/3495/2470. Pada Tanggal 20
Desember 2017.
32
pada Siswa kelas XI SMA Negeri 11 Banda Aceh”. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa penerapan model pembelajaran Problem Based Learning pada materi
sistem ekskresi manusia berpengaruh terhadap hasil belajar dan sikap ilmiah
peserta didik.51
Seminar Nasional Pendidikan IPA-Biologi oleh Ipa Ida Rosita dan Evi
Sapinatul Bahriah (2016), Mahasiswi Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Sikap
Ilmiah Siswa Pada Materi Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit”. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa presentase rata-rata ketercapaian sikap ilmiah di kelas
eksperimen sebesar 83,85% termasuk dalam kategori sangat tinggi, sedangkan di
kelas kontrol hanya 56,85% dan termasuk dalam kategori cukup. Hal ini
menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis masalah pada materi elektrolit dan
nonelektrolit berpengaruh terhadap peningkatan sikap ilmiah peserta didik.52
Sri Ismiani, Syukri dan Dwi Wahyudiati (2017), pada jurnal Pendidikan
Biologi FITK UIN Mataram yang berjudul “Pengaruh Penerapan Metode Problem
Based Learning terhadap Sikap Ilmiah dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VII
Mts NW 01 Kembang Kerang”. Kesimpulan yang didapat dari penelitian tersebut
bahwa terdapat pengaruh metode PBL terhadap sikap ilmiah peserta didik.53
51 Rosdiana Meliana Situmorang, “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Problem
Based Learning pada materi Sistem Ekskresi Manusia terhadap Hasil belajar dan Sikap Ilmiah
pada Siswa kelas XI SMA Negeri 11 Banda Aceh”. Program Studi Magister Pendidikan Biologi
Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh, 2015, h. 54. Diakses dari
http://etd.unsyiah.ac.id/baca/index.php?id=20015&page=68. Pada tanggal 17 Desember 2017. 52 Ipa Ida Rosita dan Evi Sapinatul Bahriah, op. cit., h. 104. 53 Sri Ismiani, Syukri, dan Dwi Wahyudiati, “Pengaruh Penerapan Metode Problem Based
Learning terhadap Sikap Ilmiah dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VII Mts NW 01 Kembang
Kerang”, (Jurnal Pendidikan Biologi FITK UIN Mataram), Vol. X, No. 1, 2017, h. 109. Diakses
dari https://media.neliti.com/media/publications/53323-ID-pengaruh-model-pembelajaran-
berbasis-mas.pdf. Pada tanggal 17 Januari 2018.
33
C. Kerangka Pikir
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan
banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh peserta
didik. Komponen utama dalam proses pembelajaran adalah guru dan peserta
didik. Guru yang efektif bukan hanya mengetahui pokok mata pelajaran mereka,
tetapi juga dapat mengkomunikasikan pengetahuan kepada peserta didik. Agar
komunikasi antara guru dan peserta didik berlangsung dengan baik dan informasi
yang disampaikan guru diterima dengan baik, guru perlu menggunakan model
pembelajaran yang tepat yang sesuai dengan konsep pelajaran yang akan
dipelajari.
Namun fakta di lapangan menunjukkan bahwa guru masih kurang
mengoptimalkan penggunaan model pembelajaran terhadap konsep yang
disampaikan serta cara penyampaian dan komunikasi guru yang masih dianggap
monoton, membosankan, juga kurang menarik bagi peserta didik sehingga untuk
meningkatkan keberhasilan proses pembelajaran demi mencapai hasil retensi
peserta didik masih kurang dari yang diharapkan. Dengan pembelajaran yang
monoton dan tidak menarik membuat peserta didik malas mengerjakan tugas yang
diberikan guru yang akhirnya menyebabkan beberapa peserta didik hanya
menyalin atau mencontek tugas temannya, hal ini menunjukkan kurangnya sikap
ilmiah peserta didik seperti misalnya kurangnya antusias, kurangnya rasa ingin
tahu, kurangnya sikap kreativitas dan lain sebagainya. Pembelajaran PBL
merupakan pembelajaran yang menekankan pemecahan masalah-masalah autentik
seperti yang terjadi di kehidupan sehari-hari yang mudah ditemukan di
masyarakat. Dengan demikian pembelajaran yang dilakukan akan terasa lebih
bermakna, menyenangkan dan tidak membosankan. PBL juga berpotensi
meningkatkan retensi peserta didik, pada langkah-langkah PBL prosesnya
melibatkan peserta didik untuk melakukan pembelajaran langsung yang mandiri,
34
hal tersebut merangsang pemrosesan informasi pada peserta didik dapat bekerja
dengan baik.
Pembelajaran PBL diharapkan dapat membantu peserta didik untuk dapat
menyimpan materi dalam ingkatan jangka panjang, sehingga hal yang telah
dipelajari dapat diingat dan dimanfaatkan kembali jika membutuhkannya. Dan
dengan adanya tahapan proses pembelajaran PBL diharapkan dapat meningkatkan
sikap ilmiah peserta didik.
D. Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah adanya pengaruh penerapan
model pembelajaran PBL pada konsep sistem ekskresi terhadap retensi dan
peningkatan sikap ilmiah peserta didik.
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 86 Jakarta yang beralamat di Jl.
Bintaro Permai IV No. 36, Komplek Depsos, Pesanggrahan, Kota Jakarta Selatan,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12330. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan
pada pada tanggal 26 April – 25 Mei 2018 semester genap tahun ajaran
2017/2018.
B. Metode dan Desain Penelitian
Metode yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen semu (quasi
eksperimen design). Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat
berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang
mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. 1 Dalam pelaksanaan penelitian ini,
sampel dibagi menjadi dua bagian yaitu kelas eksperimen yang diberikan
perlakuan dengan penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) dan kelas kontrol yang diberikan perlakuan dengan menggunakan saintifik
learning. Penelitian eksperimen semu ini digunakan karena pada kenyataannya
tidak memungkinkan peneliti melakukan kontrol penuh terhadap sampel
penelitian. Hal ini karena setiap peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda
dalam setiap pemahamannya. Meskipun perlakuan yang diberikan sama, tingkat
pemahaman yang dicapai peserta didik akan beragam di setiap kelasnya.
Perbedaan pemahaman pada kedua kelas dapat dilihat dengan diberikannya
pretest sebelum proses pembelajaran dimulai, tujuannya adalah untuk mengetahui
sejauh mana pengetahuan awal peserta didik tentang materi yang akan diajarkan.
Kemudian dilakukan posttest setelah proses pembelajaran berakhir, tujuannya
untuk mengetahui perubahan hasil belajar peserta didik setelah pembelajaran.
Selanjutnya retest, tujuannya untuk mengukur kemampuan peserta didik untuk
1 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan Kombinasi (Mixed Methods),
(Bandung: Alfabeta, 2012). Cet. 3, h. 116.
36
menyimpan konsep dalam memorinya (retensi) terhadap materi yang telah
diberikan.
Desain penelitian retensi peserta didik yang digunakan pada penelitian ini
adalah Pretest-Posttest Control Group Design2, yang telah dimodifikasi dengan
pola sebagai berikut:
Tabel 3.1. Desain Penelitian Retensi Control Group Pretest-Posttest
Design
Group Pretest Perlakuan Posttest Selang waktu Retest
E O1 XE O2
2 minggu O3
K O1 XK O2 O3
Keterangan:
E : Kelas Eksperimen
K : Kelas Kontrol
XE : Perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran PBL
XK : Perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran Konvensional
O1 : Tes awal yang diberikan sebelum proses belajar mengajar dilaksanakan
O2 : Tes yang diberikan setelah proses belajar mengajar dilaksanakan
O3 : Tes yang diberikan 2 minggu setelah proses belajar mengajar
dilaksanakan
Sedangkan desain penelitian sikap peserta didik yaitu dengan kelas kontrol
menggunakan model pembelajaran konvensional dan kelas eksperimen
menggunakan model PBL. Rancangan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.2. Desain Penelitian Sikap Peserta Didik
Group Prequestionnaire Perlakuan Postquestionnaite
E O1 XE O2
K O1 XK O2
Keterangan:
E : Kelas Eksperimen
K : Kelas Kontrol
2 Ibid., h. 114.
37
XE : Perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran PBL
XK : Perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran Konvensional
O1 : Pemberian angket kepada peserta didik sebelum proses belajar mengajar
dilaksanakan
O2 : Pemberian angket kepada peserta didik setelah proses belajar mengajar
dilaksanakan
C. Populasi dan Sampel
Populasi atau universe adalah keseluruhan objek yang diteliti, baik berupa
orang, benda, kejadian, nilai maupun hal-hal yang terjadi. Sedangkan sampel
adalah sebagian dari populasi yang diselidiki atau dapat juga dikatakan bahwa
sampel adalah populasi dalam bentuk mini (miniatur population). 3 Populasi
umum dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik SMAN 86 Jakarta,
sedangkan populasi target pada penelitian ini adalah peserta didik kelas XI SMAN
86 Jakarta.
Sampel dalam penelitian ini adalah dua kelas peserta didik kelas XI jurusan
matematika dan ilmu pengetahuan alam (MIPA), yaitu XI MIPA 2 dan XI MIPA
3. XI MIPA 2 sebagai kelas kontrol, dan XI MIPA 3 sebagai kelas eksperimen
yang diberikan model PBL . Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive
sampling, yaitu suatu cara pengambilan sampel yang berdasarkan pada
pertimbangan dan atau tujuan tertentu, serta berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat
tertentu yang sudah diketahui sebelumnya.4
D. Variabel Penelitian
Pada penelitian ini terdapat tiga variabel yaitu satu variabel bebas dan dua
variabel terikat. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi variabel
terikat (dependen), sedangkan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi
oleh variabel bebas. Variabel-variabe tersebut adalah sebagai berikut:
1. Variabel bebas (X), yaitu model pembelajaran Problem Based Learning.
2. Variabel terikat (Y), yaitu retensi dan peningkatan sikap ilmiah peserta didik.
3 Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru, (Bandung, Remaja
Rosdakarya Offset, 2011), Cet 1, h. 215. 4 Ibid., h. 221.
38
E. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang dilakukan terdiri dari dari tahap persiapan, tahap
pelaksanaan, dan tahap akhir. Pada tahap persiapan hal pertama yang dilakukan
adalah mengurus surat izin penelitian, setelah itu melakukan wawancara dengan
guru biologi kelas XI MIPA di sekolah terkait, kemudian menyusun perangkat
pembelajaran dan instrumen penelitian. Setelah perangkat pembelajaran dan
instrumen selesai dibuat dan disetujui peneliti mengkoordinasikan perangkat
pembelajaran dan instrumen penelitian dengan guru biologi di sekolah terkait
untuk persetujuan perangkat pembelajaran dan menentukan jadwal uji coba
instrumen penelitian. Setelah instrumen diuji coba tahapan terakhir dari tahap
persiapan ini adalah dilakukannya analisis data hasil uji coba instrumen agar dapat
diuji cobakan sesungguhnya kepada peserta didik nantinya.
Setelah tahap persiapan telah selesai, tahap selanjutnya yaitu tahap
pelaksanaan. Pada tahap ini pertama, peneliti menentukan kelas eksperimen dan
kelas kontrol, kemudian memberikan arahan mengenai model pembelajaran yang
digunakan. Setelah kelas eksperimen dan kelas kontrol ditentukan adalah
memberikan pretest berupa soal pilihan ganda dan prequestionnaire berupa
angket sikap ilmiah. Selanjutnya adalah melaksanakan pembelajaran di kelas
ekperimen dan kontrol dengan perlakuan yang berbeda. Setelah perlakuan selesai
dilakukan berikutnya adalah memberikan posttest berupa pilihan ganda dan
postquestionnaire berupa angket sikap ilmiah. Dua minggu kemudian setelah
posttest dilaksanakan peneliti memberikan retest kepada peserta didik.
Tahap akhir adalah tahapan yang dilakukan setelah tahapan pelaksanakan
selesai dilakukan. Pada tahap ini yang pertama dilakukan adalah mengolah data
dan mengkonversi data penelitian dalam bentuk angka. Kemudian dilanjutkan
dengan menganalisis hasil penelitian dan membuat pembahasan. Setelah itu
peneliti menarik kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan.
39
F. Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini melalui teknik pengumpulan data
tes (tes objektif berupa pilihan ganda), untuk pengambilan data hasil tes retensi
peserta didik dan nontes (angket sikap ilmiah) untuk pengambilan data sikap
peserta didik.
G. Instrumen Penelitian
1. Tes Objektif Pilihan Ganda
Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar
pada ranah kognitif. Bentuk tes yang digunakan berupa pilihan ganda dengan lima
alternatif pilihan jawaban pada setiap butir soal, yaitu a, b, c, d dan e pada konsep
sistem ekskresi. Tes ini diberikan sebelum dan setelah pembelajaran (pretest,
posttest, dan retest). Soal pretest, posttest, dan retest adalah soal yang sama
dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan pemahaman konsep
dan retensi peserta didik dalam konsep sistem ekskresi. Kisi-kisi instrumen tes
objektif pada penelitian ini terdapat pada tabel berikut.
Tabel 3.3. Kisi-kisi Instrumen Pilihan Ganda5
No Indikator Aspek Kognitif
Jumlah
Soal
C1 C2 C3 C4 C5
1.
Menjelaskan pengertian
konsep sistem ekskresi 2
5*
7*
1
4
3
6 7
2.
Menyebutkan macam-macam
organ sistem ekskresi pada
manusia
8
9*
13*
14
12*
15
16
10 11* 9
3.
Menjelaskan struktur masing-
masing organ ekskresi
beserta fungsinya
18*
19
22
20*
21*
24*
17
23* 8
5 Lampiran 9, h. 141-154.
40
4.
Menjelaskan proses kerja
dari masing-masing organ
ekskresi pada manusia 32*
26*
27
28
31*
25
29* 30 8
5.
Mengaitkan proses kerja
organ ekskresi dengan
fenomena sehari-hari 37
33*
35
36
38
34* 6
6.
Menjelaskan gangguan atau
kelainan yang terjadi pada
sistem ekskresi pada manusia 40
39*
41
42*
43*
44
45
7
7.
Menjelaskan organ ekskresi
pada hewan invertebrata dan
vertebrata 49 46*
47*
50* 48* 5
jumlah 6 9 15 12 8 50
Jumlah valid 3 4 8 5 3 24
Keterangan: *) soal yang valid
2. Angket Sikap Ilmiah
Angket atau kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya.6 Angket sikap ilmiah merupakan lembar yang berisi
penilaian terhadap aktivitas yang menunjukkan sikap ilmiahnya. Angket yang
digunakan pada penelitian ini bersifat tertutup, dimana responden tinggal memilih
alternatif jawaban yang telah disediakan dari pertanyaan atau pernyataan-
pernyataan dalam angket.
Jawaban setiap butir instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai
gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif yang dapat berupa kata-kata
antara lain, SS jika sangat setuju, S jika setuju, R jika ragu-ragu, TS jika tidak
setuju, dan STS jika sangat tidak setuju.7 Angket diberikan sebelum dan setelah
pelaksanaan pembelajaran selesai. Berikut tabel kisi-kisi instrumen sikap ilmiah.
6 Sugiyono, op. cit., h. 192. 7 Ibid., h. 136.
41
Tabel 3.4. Kisi-kisi Instrumen Sikap Ilmiah8
No Indikator Nomor Pernyataan
Positif Negatif
1 Sikap ingin tahu 1*, 3,* 7*, 8*, 20, 4, 19, 21, 30*
2 Sikap respek terhadap
data/fakta 2, 5*, 28, 31* 9, 17*, 29, 33*
3 Sikap berpikir terbuka 14*, 16, 18, 22*, 13 10*, 23*, 32*, 34*,
36*, 37*
4 Sikap berpikir kritis 26*, 27* 6*, 11*, 12*, 15
5 Sikap peka terhadap lingkungan
sekitar 24*, 38*, 39*, 40 25, 35*
Jumlah 20 20
Jumlah valid 13 13
Keterangan: *) pernyataan yang valid
H. Kalibrasi Instrumen
Instrumen atau soal tes objektif pilihan ganda yang akan digunakan sebagai
soal pretest, posttest, dan retest harus dilakukan uji coba terlebih dahulu.
Instrumen tes soal objektif dikalibrasikan dengan cara menguji validitas,
reliabilitas, tingkat kesukaran instrumen dan daya pembeda butir soal. Sedangkan
instrumen berupa angket terlebih dahulu dikalibrasikan dengan cara menguji
validitas dan reliabilitas instrumen. Pengujian instrumen menggunakan software
ANATES ver 4.0.9 yang dikembangkan oleh Drs Karno To, MPd. dan Yudi
Wibisono, ST. sehingga dapat menjadi pertimbangan apakah instrumen tersebut
dapat dipakai atau tidak.
1. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu
daftar pernyataan dalam mendefinisikan suatu variabel.9 Instrumen yang valid
berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid.
Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur.10
8 Lampiran 10, h. 155-158. 9 V. Wiratna Sujarweni dan Poly Endrayanto, Statistika Untuk Penelitian. (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2012). Ed. 1, Cet. 1. h. 177. 10 Sugiyono, op. cit., h. 168.
42
Pengujian validitas diuji dengan mengkolerasikan nilai tiap butir pertanyaan
atau pernyataan dengan nilai total menggunakan software ANATES ver 4.0.9
yang dikembangkan oleh Drs Karno To, MPd. dan Yudi Wibisono, ST. Dari hasil
perhitungan, diperoleh data dari 50 soal pilihan ganda yang diujikan terdapat 24
soal yang dinyatakan valid.11 Sedangkan untuk angket sikap ilmiah diperoleh data
dari 40 butir pernyataan angket sikap ilmiah terdapat 26 pernyataan yang valid.12
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah derajat konsistensi instrumen yang bersangkutan.
Reliabilitas berkenaan dengan pertanyaan, apakah suatu instrumen dapat
dipercaya sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Suatu instrumen dapat
dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil yang sama jika diuji pada
kelompok yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda.13
Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat
dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat
memberikan hasil yang tetap.14 Untuk mengetahui reliabilitas instrumen dapat
menggunakan software ANATES ver 4.0.9 yang dikembangkan oleh Drs Karno
To, MPd. dan Yudi Wibisono, ST. Uji reliabilitas dapat dilakukan secara
bersama-sama terhadap seluruh butir pertanyaan. Jika nilai Alpha > 0,60 maka
reliabel.15 Dari hasil uji reliabilitas menggunakan anates diperoleh 0,7916 untuk
instrumen pilihan ganda, sedangkan hasil uji reliabilitas angket sikap ilmiah
memperoleh 0,81.17
11 Lampiran 11, h. 159-160. 12 Lampiran 12, h. 161-162. 13 Zainal Arifin, op. cit., h. 248. 14 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi), (Jakarta: Bumi
Aksara, 2006). Cet. 6, h. 86. 15 V. Wiratna Sujarweni dan Poly Endrayanto, op. cit., h. 186. 16 Lampiran 11, loc. cit. 17 Lampiran 12, loc. cit.
43
3. Perhitungan Analisis Butir Pilihan Ganda
a. Tingkat Kesukaran
Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal apakah soal itu tergolong sukar,
sedang, atau mudah maka soal-soal tersebut lebih dahulu diujikan taraf
kesukarannya dengan menggunakan software ANATES ver 4.0.9 yang
dikembangkan oleh Drs Karno To, MPd. dan Yudi Wibisono, ST. Hasil dari
perhitungan menggunakan anates terdapat 3 soal kategori sangat mudah, 2 soal
kategori mudah, 7 soal kategori sedang, 5 soal kategori sukar, dan 6 kategori
sangat sukar.18 Adapun Kriteria tingkat kesukaran dapat dilihat pada tabel berikut
ini19:
Tabel 3.5. Kriteria Tingkat Kesukaran
Interval Kriteria
0,00 – 0,30 Sukar
0,31 – 0,70 Sedang
0,71 – 1,00 Mudah
b. Daya Beda
Daya beda adalah kemampuan suatu butir soal yang dapat membedakan
antara peserta didik yang telah menguasai materi yang ditanyakan dan peserta
didik yang belum menguasai materi yang ditanyakan. Jika tes atau soal mengukur
hal yang sama, dapat diharapkan bahwa setiap peserta tes mampu menjawab soal
dengan benar dan yang tidak mampu akan menjawab salah.20 Untuk menghitung
daya beda peneliti menggunakan software ANATES ver 4.0.9 yang
dikembangkan oleh Drs Karno To, MPd. dan Yudi Wibisono, ST. Hasil
perhitungan diperoleh 6 soal berkriteria jelek, 11 soal berkriteria cukup, 6 soal
berkategori baik, dan 1 soal berkategori baik sekali.21
18 Lampiran 11, loc. cit. 19 Kunandar, Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan
Kurikulum 2013) Suatu Pendekatan Praktis Disertai dengan Contoh, (Jakarta: Rajawali Press,
2014). Ed. Revisi, Cet. 3, h. 240. 20 Sudaryono, Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012) Ed.1,
Cet. 1, h. 178. 21 Lampiran 11, loc. cit.
44
Adapun kriteria daya beda soal dapat dilihat pda tabel berikut:22
Tabel 3.6. Kriteria Daya Beda
Indeks Daya Beda Kriteria
0,00 – 0,20 Jelek
0,21 – 0,40 Cukup
0,41 – 0,70 Baik
0,71 – 1,00 Baik Sekali
I. Teknik Analisis Data
1. Retensi
Tes retensi dilakukan untuk mengukur daya ingat peserta didik terhadap
materi yang telah diberikan. Penilaian retensi ditentukan dengan rumus:23
Adapun untuk kategori retensi dapat dilihat dari Tabel berikut24:
Tabel 3.7. Kategori Retensi
Tingkat Retensi (%) Kriteria
R ≥ 70 Tinggi
60 < R < 70 Sedang
R ≤ 60 Rendah
2. Angket Sikap Ilmiah
Angket sikap ilmiah yang digunakan dalam penelitian ini dianalisis dengan
memberikan skor pada setiap pernyataan peserta didik. Pada pernyataan terdapat
kategori pernyataan positif dan negatif. Skor penyataan positif dan negatif dapat
dilihat pada tabel berikut:
22 Kunandar, op. cit., h. 241. 23 Yanti Herlanti, Nuryani Y. Rustaman, dan Wawan Setiawan, Konstribusi Wacana
Multimedia Terhadap Retensi Siswa, (Jurnal Pendidikan IPA: Metamorfosa), Vol. 2, No. 1, 2007,
h. 6. Diakses dari https://anzdoc.com/download/kontribusi-wacana-multimedia-terhadap-
pemahaman-dan-retensi-.html. Pada tanggal 16 Desember 2017. 24 Agung Setiawan, Sutarto, dan Indrawati, Metode Praktikum Dalam Pembelajaran
Pengantar Fisika SMA: Studi Pada Konsep Besaran dan Satuan tahun ajaran 2012-2013, (Jurnal
Pembelajaran Fisika), Vol. 1, No. 3, 2012, h. 287. Diakses dari
http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/458/Agung%2bSetiawan.pdf?sequence=1.
Pada tanggal 16 Desember 2017.
45
Tabel 3.8. Skor Item Skala Likert25
Sifat Pernyataan SS S RR TS STS
Positif 5 4 3 2 1
Negatif 1 2 3 4 5
Setelah pemberi skor, kemudian skor tersebut dikonversi dalam bentuk
presentase dengan rumus:
Presentase sikap ilmiah peserta didik dianalisis dan dikategorikan dengan
mengacu kepada teori berikut ini:26
Tabel 3.9. Kategori Sikap Ilmiah
Indeks Daya Beda (%) Kriteria
0 – 20 Sangat Kurang
21 – 40 Kurang
41 – 60 Cukup
61 – 80 Baik
81 – 100 Sangat Baik
Data angket sikap ilmiah yang diperoleh selanjutnya dilakukan uji hipotesis
dengan menggunakan uji Mann-Whitney dengan SPSS 22.
3. Uji Prasyarat
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dan uji-t maka perlu dilakukan uji
prasyarat terlebih dahulu. Uji prasyarat yang perlu dibutuhkan adalah uji
normalitas dan uji homogenitas untuk memeriksa keabsahan subjek penelitian.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas data berfungsi untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti
berdistribusi normal atau tidak. Untuk uji normalitas pilihan ganda peneliti
menghitung dengan perhitungan manual menggunakan microsoft excel. Dengan
menggunakan rumus uji Liliefors.
25 Sugiyono, op. cit., h. 137. 26 Riduwan dan Akdon, Rumus dan Data dalam Analisis Statistika: Untuk Penelitian
(Administrasi Pendidikan-Bisnis-Pemerintahan-Sosial-Kebijakan-Ekonomi-Hukum-Managemen-
Kesehatan), (Bandung, Alfabeta, 2013), cet. 5, h. 18.
46
Keterangan:
: harga mutlak terbesar
: peluang angka baku
: proporsi angka baku
Kriteria pengujian:
Lhitung ≤ Ltabel maka sampel berdistribusi normal
Lhitung > Ltabel maka sampel berdistribusi tidak normal
Sedangkan untuk uji normalitas angket sikap ilmiah, uji normalitas yang
digunakan adalah uji Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk dengan SPSS 22.
Hasil SPSS dan interprestasi Test of Normality Output sebagai berikut, distribusi
populasi normal jika, α (probabilitas) > 0,05, Ho diterima dan distribusi tidak
normal jika, α (probabilitas) ≤ 0,05, Ho ditolak.27 Namun data angket sikap ilmiah
bersifat non parametrik sehingga uji normalitas bukanlah suatu keharusan.
b. Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah objek (tiga
sampel atau lebih) yang diteliti mempunyai varian yang sama. Bila objek yang
diteliti tidak mempunyai varian yang sama, maka uji anova tidak dapat
diberlakukan.28 Untuk hasil data atau nilai pilihan ganda uji homogenitas yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Uji F (One Way ANOVA), dengan rumus:
27 Kadir, Statistika Terapan: Konsep, Contoh dan Analisis Data dengan Program
SPSS/Lisrel dalam Penelitian, (Jakarta: Rajawali Press, 2015), Ed. 2, Cet. 2, h. 156-157. 28 Syofian Siregar, Statistika Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi dengan
Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h. 167-169.
47
Kriteria pengujian:
Fhitung ≤ Ftabel maka H0 diterima, kedua kelas berasal dari populasi yang homogen.
Fhitung > Ftabel maka Ha diterima, kedua kelas tidak berasal dari populasi yang
homogen.
Sedangkan untuk uji homogenitas angket sikap ilmiah, perhitungan uji
homogenitas menggunakan One-Way ANOVA SPSS 22. Output data dan
interprestasi pada Test of Homogeneity of Variances data homogen apabila nilai
Sig > α.29 Namun data angket sikap ilmiah bersifat non parametrik sehingga uji
homogenitas juga bukanlah suatu keharusan.
c. Uji Hipotesis
Pada data nilai pilihan ganda Jika sampel berdistribusi normal dan
homogen, maka dilakukan uji parametrik dengan menguji hipotesis statistik
dengan menggunakan rumus uji-t dengan taraf signifikan α = 0,05. Adapun rumus
uji-t sebagai berikut:30
a) Menentukan nilai thitung, dengan rumus:
Keterangan:
: rata-rata skor kelompok eksperimen
: rata-rata skor kelompok kontrol
: jumlah sampel kelompok eksperimen
: jumlah sampel kelompok kontrol
2 : nilai varians kelompok eksperimen
2 : nilai varians kelompok kontrol
: nilai varians gabungan
b) Menentukan derajat kebebasan (dB)
29 Kadir, op. cit., h. 169-170. 30 Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Pengantar Statistik, (Jakarta: Bumi Aksara,
2008), Ed. 2, Cet. 3, h. 142.
48
c) Menentukan nilai ttabel dengan taraf signifikan (α) = 5%
d) Menentukan kriteria pengujian
Jika thitung < ttabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak
Jika thitung ≥ ttabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima
e) Menarik kesimpulan
Sedangkan untuk data nilai angket sikap ilmiah dilakukan dengan
menggunakan uji Mann-Whitney karena skala sikap yang digunakan dalam
penelitian termasuk skala ordinal dan bersifat non parametrik dengan data berasal
dari kelompok yang berbeda. Hasil pengukuran yang didapat dari angket sikap
ilmiah disebut berada pada level ordinal karena angkanya berfungsi menunjukkan
adanya perjenjangan atau rangking. Perbedaan angka yang dimiliki suatu objek
lain tidaklah menunjukkan adanya perbedaan kuantitatif melainkan perbedaan
kualitatif saja.31 Uji hipotesis dengan uji Mann-Whitney menggunakan SPSS 22
pada taraf signifikan α = 0,05. Output SPSS dan interprestasi apabila Sig < α
maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dimana H0 berarti tidak terdapat pengaruh
penerapan model PBL terhadap peningkatan sikap ilmiah peserta didik, dan Ha
berarti terdapat pengaruh penerapan model PBL terhadap peningkatan sikap
ilmiah peserta didik.
31 Kadir, op. cit., h. 11.
66
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan, maka dapat diketahui
bahwa terdapat pengaruh dari model pembelajaran Problem Based Learning terhadap retensi
peserta didik. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji hipotesis menggunakan uji mann-whitney
pada taraf signifikansi 5% (α = 0,05) didapat Sig < α (0.00 < 0.05) dengan demikian Ha
diterima, dan berarti bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning
terhadap retensi peserta didik.
Selain itu juga dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran Problem
Based Learning terhadap peningkatan sikap ilmiah peserta didik. Hal ini dapat dilihat dari
hasil uji hipotesis menggunakan uji Mann-Whitney postquestionnaire pada taraf signifikansi
5% (α = 0,05) didapatkan hasil hitung Sig < α () sehingga Ha diterima. Sedangkan hasil
analisis data sikap ilmiah prequestionnaire menunjukkan Sig > α (0,76 < 0,05) yang berarti
Ho diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran
Problem Based Learning terhadap peningkatan sikap ilmiah peserta didik. Jadi, dari kedua uji
hipotesis dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran Problem Based
Learning terhadap retensi dan peningkatan sikap ilmiah peserta didik.
B. Saran
Bedasarkan kesimpulan dari penelitian ini, penulis mengajukan beberapa saran sebagai
berikut:
1. Diharapkan model pembelajaran Problem Based Learning dapat digunakan dalam proses
pembelajaran biologi di sekolah. Namun juga perlu disesuaikan dengan konsep biologi
yang akan diajarkan.
2. Disarankan agar permasalahan yang disajikan benar-benar sesuai dengan permasalahan
yang ada di lingkungan sebagai wujud aplikasi di luar sekolah melalui materi yang
dipelajari.
67
67
DAFTAR PUSTAKA
Abror, Abd. Rachman. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.
cet. 4, 1993.
Amir, M. Taufik. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning:
Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan.
Jakarta: Kencana. Edisi 1, Cet. 2, 2009.
Anwar, Herson. Penilaian Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Sains, Jurnal
Pelangi Ilmu, Vol. 2 No 5, 2009.
http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/JPI/article/download/593/544. 16
Desember 2017.
Arends, Richard I. Learning to Teach. New York: McGraw Hill. Seventh edition,
2007.
Arifin, Zainal. Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru. Bandung,
Remaja Rosdakarya Offset, 2011), Cet 1, h. 215.
Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi). Jakarta:
Bumi Aksara. Cet. 6, 2006.
Eggen, Paul dan Don Kauchak. Strategi dan Model Pembelajaran: Mengajarkan
Konten dan Keterampilan Berpikir. Jakarta: Indeks. Ed. 6, Cet.1, 2012.
Etherington, Matthew B. Investigate Primary Science: A Problem-based Learning
Approach. Australian Journal of Teacher Education, Vol. 36 (9), 2011.
https://ro.ecu.edu.au/cgi/viewcontent.cgi?article=1550&context=ajte. 16
Desember 2017.
Gerungan, W.A. Psikolog Sosial. Bandung: Refika Aditama. Ed. 2, Cet.6, 1996.
Gunawan, Adi W. Genius Learning Strategi Petunjuk Praktis untuk Menerapkan
Accelerated Learning. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003.
Herlanti, Yanti. Nuryani Y. Rustaman, dan Wawan Setiawan, Konstribusi
Wacana Multimedia Terhadap Retensi Siswa, Jurnal Pendidikan IPA:
Metamorfosa. Vol. 2, No. 1, 2007. https://anzdoc.com/download/kontribusi-
wacana-multimedia-terhadap-pemahaman-dan-retensi-.html. 16 Desember
2017.
Hutagalung, Inge. Pengembangan Kepribadian Tinjauan Praktis Menuju Pribadi
Positif. Jakarta: Indeks, 2007.
Iddon, Jo dan Huw Williams. Memory Booster Penguat Ingatan, Terj.
Widyananto. Jakarta: Erlangga. 2005.
68
Ismiani, Sri. Syukri, dan Dwi Wahyudiati, “Pengaruh Penerapan Metode
Problem Based Learning terhadap Sikap Ilmiah dan Hasil Belajar Biologi
Siswa Kelas VII Mts NW 01 Kembang Kerang”, Jurnal Pendidikan Biologi
FITK UIN Mataram, Vol. X, No. 1, 2017.
https://media.neliti.com/media/publications/53323-ID-pengaruh-model-
pembelajaran-berbasis-mas.pdf. 17 Januari 2018.
Kadir, Statistika Terapan: Konsep, Contoh Analisis Data dan Analisis dengan
Program SPSS/Lisrel dalam Penelitian. Jakarta: Rajawali Press. Ed. 2, Cet.
2, 2015.
Karpicke, Jeffrey D. dan Henry L. Roediger, Reapeated Retrieval during
Learning is the Key to Long Term Retention, Journal of Memory and
Language, 2007.
http://memory.psych.purdue.edu/downloads/2007_Karpicke_Roediger_JML
.pdf. 29 November 2017.
Kunandar. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik
Berdasarkan Kurikulum 2013) Suatu Pendekatan Praktis Disertai dengan
Contoh. Jakarta: Rajawali Press. Ed. Revisi, Cet. 3, 2014.
Luthfi, Ikhwan dkk. Psikologi Sosial. Jakarta: Lembaga Penelelitian UIN Jakarta.
Cet. 1, 2009.
Masamah, Ulfa. “Retensi Kemampuan Berpikir Reflektif Melalui Pembelajaran
Berbasis Masalah Ditinjau dari Kemampuan Awal Matematika Siswa MAN
Ngawi”, Jurnal Konstanta, Vol. 1, No. 1, 2017.
http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/Konstanta/article/viewFile/3495/24
70. 20 Desember 2017.
Oktavia, Yanti. Usaha Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kreativitas Guru
Dalam Pembelajaran Di Sekolah. Jurnal Administrasi Pendidikan, Vol. 2
No. 1, 2014.
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/bahana/article/viewFile/3828/3061. 18
Oktober 2017.
Ormrod, Jeanne Ellis. Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan
Berkembang Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Ed. 6, 2009.
Pardede, Venisha Elisabeth A. Pengaruh Strategi Pembelajaran Terhadap Hasil
Belajar Biologi, Kemampuan Berpikir Kritis dan Retensi Siswa Materi
Sistem Ekskresi Manusia di kelas VIII SMP Markus Medan. Tesis, Program
Pascasarjana Pendidikan Biologi Program Pascasarjana Universitas Negeri
Medan. 2016. http://digilib.unimed.ac.id/5698/. 16 Desember 2017.
Purwanto, Ngalim. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Cet. 2,
1985.
69
Riduwan dan Akdon, Rumus dan Data dalam Analisis Statistika: Untuk
Penelitian (Administrasi Pendidikan-Bisnis-Pemerintahan-Sosial-
Kebijakan-Ekonomi-Hukum-Managemen-Kesehatan). Bandung, Alfabeta.
cet. 5, 2013.
Rohrer, Dough dan Harold Pashler. Increasing Retention Without Increasing
Study Time, Journal of Current Directions in Psychological Science. Vol. 16
No. 4, 2007. http://www.pashler.com/Articles/RohrerPashler2007CDPS.pdf.
29 November 2019.
Rosita, Ipa Ida dan Evi Sapinatul Bahriah, Pengaruh Model Pembelajaran
Berbasis Masalah Terhadap Sikap Ilmiah Siswa pada Materi Larutan
Elektrolt dan Nonelektrolit. Proceeding Seminar Nasional Pendidikan IPA-
Biologi. 2016.
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34014/1/Ipa%20I
da%20Rosita.pdf. 17 Januari 2018.
Rusman. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru.
Jakarta: Rajawali Pers. Ed. 2, Cet. 6, 2016.
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana, Ed. 1, Cet. 5, 2008.
Santrock, John W. Psikologi Pendidikan Edisi Kedua, Terj. Educational
Psycology oleh Tri Wibowo B.S. Jakarta: Kencana, 2007.
Setiawan, Agung. Sutarto dan Indrawati. Metode Praktikum Dalam Pembelajaran
Pengantar Fisika SMA: Studi Pada Konsep Besaran dan Satuan tahun
ajaran 2012-2013, Jurnal Pembelajaran Fisika. Vol. 1, No. 3, 2012.
http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/458/Agung%2bSeti
awan.pdf?sequence=1. 16 Desember 2017.
Siregar, Syofian. Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi dengan
Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17. Jakarta: Bumi Aksara.
2013.
Situmorang, Rosdiana Meliana. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran
Problem Based Learning pada materi Sistem Ekskresi Manusia terhadap
Hasil belajar dan Sikap Ilmiah pada Siswa kelas XI SMA Negeri 11 Banda
Aceh. Program Studi Magister Pendidikan Biologi Universitas Syiah Kuala
Darussalam Banda Aceh. 2015.
http://etd.unsyiah.ac.id/baca/index.php?id=20015&page=68. 17 Desember
2017.
Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta. Ed. Revisi, Cet, 5, 2010.
70
Slavin, Robert E. Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktik, Terj. dari Educational
Psychology: Theory and Practice oleh Marianto Samosir. Jakarta: PT
Indeks, 2011.
Sudaryono. Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Graha Ilmu. Ed.1,
Cet. 1, 2012.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan Kombinasi (Mixed
Methods). Bandung: Alfabeta. Cet. 3, 2012.
Sujarweni, V. Wiratna dan Poly Endrayanto. Statistika Untuk Penelitian.
Yogyakarta: Graha Ilmu. Ed. 1, Cet. 1, 2012.
Suryabrata, Sumadi. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Ed. 5, Cet. 13, 2005.
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:
Remaja Rosdakarya. Cet. 15, 2010.
Travers, Robert M. V. Essentials of Learning: The New Cognitive Learning for
Student of Education. Canada: Collier Macmilan Publisher, 1982.
Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan,
dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Jakarta: Kencana. Ed. 1, Cet. 1, 2009.
Trianto. Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan Implementasinya
dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Bumi
Aksara. Ed. 1, Cet. 2, 2010.
Undang-undang No. 20. Tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2003.
http://sumberdaya.ristekdikti.go.id/wp-content/uploads/2016/02/uu-nomor-
20-tahun-2003-tentang-Sisdiknas.pdf. 18 Oktober 2017.
Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. Pengantar Statistik. Jakarta: Bumi
Aksara. Ed. 2, Cet. 3, 2008.
Wade, Carole dan Carol Tavris. Psikologi Edisi ke-9 Jilid 2. Jakarta: Erlangga,
2007.
Wena, Made. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan
Konsep Operasional. Jakarta: Bumi Aksara. Ed. 1, Cet. 9, 2014.