pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing …digilib.unila.ac.id/32366/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING
DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI
MATEMATIS SISWA
(Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 17 Pesawaran
Semester Genap Tahun Pelajaran 2016/2017)
(Skripsi)
Oleh
PEGGY NURIDA ASRI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
ABSTRAK
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKURI TERBIMBINGDALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI
MATEMATIS SISWA(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 17 Pesawaran
Tahun Pelajaran 2016/2017)
Oleh:
PEGGY NURIDA ASRI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Inkuiri
Terbimbing dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa pada
materi lingkaran. Penelitian ini menggunakan pretest posttest control group
design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 17
Pesawaran tahun pelajaran 2016/2017 yang terdistribusi dalam 8 kelas. Sampel
dari penelitian adalah seuruh siswa kelas VIII-D dan VIII-E yang dipilih melalui
teknik purposive sampling. Hasil analisis data menunjukkan bahwa model Inkuiri
Terbimbing berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematis
siswa.
Kata kunci: Inkuiri Terbimbing, Komunikasi Matematis.
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING
DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI
MATEMATIS SISWA
(Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 17 Pesawaran
Semester Genap Tahun Pelajaran 2016/2017)
Oleh
Peggy Nurida Asri
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Matematika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Karangrejo, Kota Metro, Lampung pada tanggal 7 April
1996. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara pasangan dari Bapak
Heri Wiyanto dan Ibu Nur Setyaningsih. Penulis beralamatkan di RT/RW 016/004
Karangrejo, Kecamatan Metro Utara, Kota Metro Nomor penulis 089698124399.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 7 Metro Utarapada tahun
2007, pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 3 Metro pada tahun 2010,
dan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Metro pada tahun 2013. Pada
tahun 2013, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan
Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung melalui jalur tes
Penerimaan Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).
Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT)
di Pekon Gaya Baru 2, Kecamatan Seputih Surabaya, Kabupaten Lampung
Tengahserta melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri
1 Seputih Surabaya, Kabupaten Lampung Tengah, dan melakukan penelitian
pendidikan di SMP Negeri 17 Pesawaran untuk meraih gelar sarjana pendidikan
tahun 2017.
MOTTO
Life isn't about getting and having, it's about giving and being.
–Kevin Kruse–
Everyone is a genius. But if you judge a fish by its ability to climb a tree, it will
live its whole life believing that it is stupid.
– Albert Einstein–
Aku tak akan memaksa secangkir kopi ini menjadi manis ketika pahit telah
menjadi pilihan dan ketika aku merasakan pahitnya maka aku tak akan sekalipun
memohon untuk ditambahkan gula pada kopiku.
– KangdeBar–
i
Persembahan
Segala Puji Bagi Allah SWT, Dzat Yang Maha SempurnaSholawat serta Salam selalu tercurah kepada Uswatun Hasanah Rasulullah
Muhammad SAW
Kupersembahkan karya kecil ini sebagai tanda cinta dan kasih sayangku kepada:
Papaku tercinta (Heri Wiyanto) dan Mamaku tercinta (Nur Setyaningsih) yang telahmembesarkan dan mendidik dengan penuh cinta kasih dan pengorbanan yang tulus
serta selalu mendoakan yang terbaik untuk keberhasilan dan kebahagiaanku
Saudari-saudariku tercinta Herning Tiara Ayu dan Tasya Herastri Imanda yang telahmemberikan dukungan dan semangatnya padaku
Sahabat-sahabatku Alex Sulaksono, Hamidun, Indra Gunawan, Ahmad Zuber Yusuf,Akhmad Kurniawan, Medy Adha Riansyah, Diana Anggraini dkk, Cyndya Ferianadkk, fitri Anita Sari dkk, Eka May Widyastuti dkk, Mohamad Ghozali dkk, Arifit
Raih Nur Fadhilla dkk, Rosita Aryani dkk, Levi Rachmawati dkk, Desti Faulia yangterus memberikan do’anya, terima kasih
Para pendidik yang telah mengajar dan mendidik dengan penuh kesabaran.
Semua sahabat-sahabatku yang begitu tulus menyayangiku dengan segalakekuranganku, dari kalian aku belajar memahami arti ukhuwah. Sesungguhnya
ukhwah yang tulus merupakan mata uang yang sangat langka di zaman ini.
Almamater Universitas Lampung tercinta
ii
SANWACANA
Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat
diselesaikan. Sholawat serta salam selalu tercurah pada junjungan kita yang
membawa kita dari zaman Jahiliah ke zaman yang terang benderang, yaitu
Rasulullah Muhammad SAW.
Skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dalam
Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa pada Materi Lingkaran
(Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 17 Pesawaran Semester Genap Tahun
Pelajaran 2016/ 2017)”, disusun untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
Penyusunan skripsi ini disadari sepenuhnya tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak. Oleh karena itu,penulis mengucapkan terima kasih yang tulus ikhlas
kepada:
1. Ayahku (Heri Wiyanto) dan Ibuku (Nur Setyaningsih) tercinta yang tak
pernah lelah mendoakanku, memberiku semangat dan kasih sayang;
2. Bapak Dr. H. Muhammad Fuad, M. Hum., selaku dekan FKIP Universitas
Lampung beserta staf dan jajarannya yang telah memberikan bantuan kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;
iii
3. Bapak Dr. Haninda Bharata, M. Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini;
4. Bapak Dr. Caswita, M. Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA yang telah
memberikan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;
5. Ibu Dr. Tina Yunarti, M.Si., selaku Dosen Pembimbing I yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan sumbangan pemikiran,
kritik, saran, memotovasi, dan semangat kepada penulis selama penyusunan
skripsi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik;
6. Ibu Widyastuti, S.Pd., M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II dan pembimbing
akademik yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing,
memberikan sumbangan pemikiran, perhatian, kritik, saran, memotovasi, dan
semangat kepada penulis selama penyusunan skripsi sehingga skripsi ini
dapat diselesaikan dengan baik;
7. Bapak Drs. M. Coesamin, M.Pd., selaku Pembahas yang telah memberikan
masukandansaran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;
8. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis;
9. Ibu Rita Seprida Sari, S. Pd., selaku guru mitra yang telah banyak membantu
dalam penelitianserta seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 17 Pesawaran
Tahun Pelajaran 2016/ 2017, khususnya siswa kelas VIII-D dan VIII-E atas
perhatian dan kerjasama yang telah terjalin;
10. Kepala SMP Negeri 17 Pesawaran beserta Wakil, staf, dan karyawan yang
telah memberikan kemudahan selama penelitian;
iv
11. Saudari-saudariku tercinta Herning Tiara Ayu dan Tasya Herastri Imanda
yang telah memberikan doa, semangat, dan motivasi kepadaku;
12. Teman-teman karibku tersayang: Fitri Anita Sari, Eka May Widyastuti,
Mohamad Ghozali, Wahyu Setiawan, Verko Hadi Yusuf, Chintya Martanovi,
Cinta Octaviani, Destrianto Padang Pamungkas, Djakia Ulfa, Afria
Wulandari, Shinta Khairunisa, Siti Hotijah, Maulana Eka Pratikta, dan Evi
Tirto Nanda;
13. Pak Liyanto dan Pak Mariman, penjaga gedung G, terima kasih atas bantuan
dan perhatiannya selama ini.
14. Almamater Universitas Lampung tercinta yang telah mendewasakanku.
15. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga dengan kebaikan, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan kepada
penulis mendapat balasan pahala dari Allah SWT, dan semoga skripsi ini
bermanfaat. Aamiin ya Robbal ‘Alamin.
Bandarlampung, Mei 2017Penulis
Peggy Nurida Asri
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ............................................................................................ ….. vi
DAFTAR TABEL .................................................................................... ….. viii
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………….. x
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………. xi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1B. Rumusan Masalah ................................................................................. 8C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 8D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 8E. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................... 9
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing .............................................. 10B. Kemampuan Komunikasi Matematis .................................................... 14C. Penelitian yang Relevan ......................................................................... 18D. Kerangka Pikir ................................................................... ................... 19E. Anggapan Dasar ..................................................................................... 21F. Hipotesis ................................................................................................ 21
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel ............................................................................. 22B. Desain Penelitian .................................................................................... 22C. Prosedur Penelitian ................................................................................ 23D. Data Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data .................................... 24E. Instrumen Penelitian .............................................................................. 25F. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ...................................... 29
vii
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ..................................................................................... 35B. Pembahasan ........................................................................................... 40
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ............................................................................................... 48B. Saran ...................................................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Desain Penelitian.............................................................................. 23
Tabel 3.2 Interpretasi Nilai Koefisien Reliabilitas........................................... 27
Tabel 3.3 Interpretasi Nilai Daya Pembeda...................................................... 28
Tabel 3.4 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran ............................................... 29
Tabel 3.5 Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba ...................................................... 30
Tabel 3.6 Kriteria Indeks Gain......................................................................... 31
Tabel 3.7 Rekapitulasi Uji Normalitas Data Gain KemampuanKomunikasi Matematis .................................................................... 32
Tabel 3.8 Rekapitulasi Uji Homogenitas Data Gain KemampuanKomunikasi Matematis .................................................................... 33
Tabel 3.9 Rekapitulasi Uji t’Kemampuan Komunikasi Matematis ................. 35
Tabel 4.1 Data Skor Awal Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa.......... 37
Tabel 4.2 Data Skor Akhir Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ......... 38
Tabel 4.3 Data IndeksGain Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ........ 39
Tabel 4.4 Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-rata Data Gain KemampuanKomunikasi Matematis .................................................................... 40
Tabel 4.5 Pencapaian Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis ............ 42
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A.1 Silabus Pembelajaran................................................................. 51
Lampiran A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)Kelas Eksperimen...................................................................... 55
Lampiran A.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ....... 75
Lampiran A.4 Lembar Kerja Kelompok (LKK)............................................... 95
Lampiran B.1 Kisi-Kisi Soal Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ......... 119
Lampiran B.2 Soal Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ......................... 120
Lampiran B.3 Rubrik Penskoran Tes Kemampuan KomunikasiMatematis.................................................................................. 121
Lampiran B.4 Form Penilaian Validitas........................................................... 124
Lampiran C.1 Analisis Reliabilitas Hasil Tes Kemampuan KomunikasiMatematis Siswa pada Kelas Uji Coba ..................................... 126
Lampiran C.2 Analisis Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran HasilTes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa padaKelas Uji Coba .......................................................................... 128
Lampiran C.3 Skor Tes Awal dan Akhir Kemampuan Komunikasi MatematisSiswa Kelas Eksperimen ........................................................... 129
Lampiran C.4 Skor Tes Awal dan Akhir Kemampuan Komunikasi MatematisSiswa Kelas Kontrol.................................................................. 132
Lampiran C.5 Skor Gain Kemampuan Komunikasi Matematis SiswaKelas Eksperimen...................................................................... 135
Lampiran C.6 Skor Gain Kemampuan Komunikasi Matematis SiswaKelas Kontrol ............................................................................ 136
xi
Lampiran C.7 Uji Normalitas Data Gain Kemampuan Komunikasi MatematisSiswa Kelas Eksperimen ........................................................... 137
Lampiran C.8 Uji Normalitas Data Gain Kemampuan Komunikasi MatematisSiswa Kelas Kontrol.................................................................. 141
Lampiran C.9 Uji Homogenitas Data Gain Kemampuan Komunikasi MatematisSiswa ........................................................................................ 145
Lampiran C.10 Uji Kesamaan Dua Rata-rata t’ Kelas Eksperimen dan KelasKontrol ...................................................................................... 147
Lampiran C.11 Uji Proporsi Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa KelasEksperimen................................................................................150
Lampiran C.12 Analisis Indikator Tes Kemampuan AwalKomunikasi Matematis Siswa Kelas Eksperimen .................... 152
Lampiran C.13 Analisis Indikator Tes Kemampuan AwalKomunikasi Matematis Siswa Kelas Kontrol ........................... 154
Lampiran C.14 Analisis Indikator Tes Kemampuan AkhirKomunikasi Matematis Siswa Kelas Eksperimen .................... 156
Lampiran C.15 Analisis Indikator Tes Kemampuan AkhirKomunikasi Matematis Siswa Kelas Kontrol ........................... 158
Lampiran D.1 Surat Izin Penelitian .................................................................. 161
Lampiran D.2 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian......................... 162
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi
sepanjang hayat. Tanpa pendidikan tidak mungkin suatu kelompok manusia dapat
hidup berkembang mencapai ataupun memenuhi cita-cita untuk maju, sejahtera dan
bahagia sesuai dengan tujuan dan pandangan hidup mereka. Begitu juga dalam suatu
negara, akan menjadi hal yang mustahil bagi suatu negara untuk maju tanpa adanya
pendidikan sebagai alat untuk mencapai dan meraih suatu kemajuan ataupun
kemakmuran. Hal ini selaras dengan pendapat Joesoef (2011) yang mengatakan
bahwa pendidikan merupakan kunci kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu, perlu
adanya pendidikan yang berkualitas untuk menghasilkan sumber daya manusia
sebagai subjek yang berperan penting dalam melakukan pembangunan negara agar
menjadi lebih baik.
Pendidikan yang berkualitas dapat dicapai apabila setiap pelakunya dapat berpegang
teguh pada suatu tujuan yang sama yaitu tujuan pendidikan nasional. Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003, mengatakan bahwa pendidikan
nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
2
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab. Salah satu langkah untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional adalah dengan diadakannya suatu proses pembelajaran pada berbagai bidang
studi, salah satunya adalah pembelajaran matematika.
Pembelajaran matematika merupakan salah satu pembelajaran yang sangat penting
untuk diberikan di sekolah. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Indonesia Nomor
23 tahun 2006 (BNSP, 2013) mengatakan bahwa mata pelajaran matematika perlu
diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali
peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan
kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Hal ini juga telah dibahas sebelumnya oleh
Depdiknas (2009: 387) untuk dapat menguasai dan menciptakan teknologi serta
bertahan di masa depan diperlukan penguasaan ilmu pendidikan matematika yang
kuat sejak dini. Dengan demikian, pelajaran matematika penting untuk diberikan
karena pelajaran matematika dapat mengembangkan kemampuan serta keterampilan
yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari dan masa depan yang selalu
berubah.
Kemampuan komunikasi adalah salah satu keterampilan yang patut untuk
dikembangkan dalam pembelajaran matematika. NCTM (2007) mengungkapkan
beberapa keterampilan yang harus dikembangkan dalam pembelajaran matematika
yaitu: 1) komunikasi matematis; 2) penalaran matematis; 3) pemecahan matematis; 4)
koneksi matematis; 5) representasi matematis. Menurut Baroody dalam Yonandi
(2010), ada dua alasan kemampuan komunikasi matematis penting untuk dikem-
3
bangkan. Pertama, matematika merupakan sebuah bahasa bagi matematika itu sendiri
dan yang kedua, pembelajaran matematika merupakan hal yang penting sebagai
aktivitas sosial.
Meskipun kemampuan komunikasi matematis merupakan salah satu kemampuan
yang harus dimiliki oleh siswa, namun kenyataan di lapangan masih banyak siswa
yang belum terampil menyelesaikan suatu masalah matematika yang berkaitan
dengan kemampuan komunikasi matematis. Indonesia menduduki peringkat ke 64
dunia dengan skor 375 dari skor rata-rata matematika dunia 494 (OECD, 2013: 19).
Dapat dilihat bahwa skor tersebut merupakan skor yang cukup rendah. Hal itu juga
telah diukur melalui penelitian pada Programme for International Student Assesment
(PISA) tahun 2000, 2003, 2006, 2009 dan 2012. Hasil penelitian pada tahun 2012,
menunjukan rata-rata kemampuan membaca, matematika, dan sains untuk siswa
Indonesia menduduki peringkat kedua terbawah dari 65 negara di dunia dan pada
tahun 2015 menduduki peringkat ke 69 dari 76 negara yang ikut serta. Dalam
kemampuan matematika tentunya kemampuan komunikasi matematis merupakan
bagian yang cukup penting sehingga dengan rendahnya kemampuan matematika itu
maka kemampuan komunikasi matematis yang dimiliki juga akan rendah. Oleh sebab
itu kemampuan matematika siswa terutama kemampuan komunikasi matematis masih
harus mendapatkan banyak perhatian.
Rendahnya kemampuan komunikasi matematis siswa tentunya disebabkan oleh
banyak faktor. Salah satunya adalah guru lebih terfokus untuk mengejar materi agar
selesai tepat waktu dan memberikan contoh-contoh soal yang sekiranya akan muncul
4
pada ujian. Pembelajaran seperti ini menyebabkan kemampuan matematis siswa
kurang terasah, terutama kemampuan komunikasi matematis siswa karena siswa
hanya dilatih untuk menyelesaikan soal-soal rutin saja dan kurang diberikan
kesempatan untuk berinteraksi antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru,
maupun interaksi siswa dengan lingkungan belajar.
Hal yang sama juga terjadi di SMP Negeri 17 Pesawaran. Berdasarkan wawancara
yang dilakukan dengan guru SMP Negeri 17 Pesawaran diketahui bahwa guru masih
menggunakan pembelajaran yang lebih mengarahkankan siswa untuk mengingat atau
menghafal dan kurang melatih siswa untuk menyampaikan dan mengekspresikan
gagasan/idenya dalam bahasa matematis yang tepat. Hasil observasi menunjukan
bahwa dari proses pembelajarannya banyak siswa masih mengalami kesulitan dalam
menggambarkan dan menyatakan solusi masalah menggunakan gambar, sulit
menjelaskan ide, solusi, dan relasi matematika secara tulisan, menggunakan bahasa
matematika dan simbol secara tepat. Hasil analisis nilai siswa kelas VIII pada
Ulangan Semester Tahun Pelajaran 2016/2017 di SMP Negeri 17 Pesawaran
menunjukan bahwa rata-rata nilai yang diperoleh siswa dalam mengerjakan soal rutin
masih terbilang rendah yaitu hanya 50,75 dengan kriteria ketuntasan minimum 65.
Kemampuan komunikasi matematis mereka masih perlu mendapat perhatian lebih.
Hal itu dapat terlihat pada jawaban siswa dalam menjawab salah satu soal ulangan
harian terakhir mereka yang memuat beberapa indikator kemampuan komunikasi
matematis dengan soal seperti berikut:
“Johan ingin memetik kelapa di pohon yang tingginya 12 m, karena ia takutkelapa itu akan megenai kepalanya maka ia menjauh dari pohon kelapa tersebut
5
sejauh 5 m. Johan ingin mengambil kelapa tersebut dengan bambu lalu iamengukur bambu tersebut dengan menggunakan ukuran rentangan tangannya. Jikarentangan tangan Johan memiliki panjang 100 cm, maka berapa kali rentangantanngan untuk mengukur bambu agar dapat mencapai kelapa tersebut darikejauhan? Gambarlah Sketsanya!”
Setelah diberikan soal seperti di atas dari 53 siswa hanya 28,3% siswa yang hampir
menjawab dengan benar dan 71,7% lainnya salah atau tidak menjawab pertanyaan
tersebut. Berikut adalah contoh jawaban siswa dalam menjawab soal di atas.
Gambar 1.1. Foto jawaban siswa
Terlihat pada gambar di atas cara menjawab pertanyaan siswa pun belum cukup baik
dan penggunaan bahasa matematis baik simbol ataupun istilahnya masih perlu banyak
diperbaiki. Siswa belum dapat menggunakan ekspresi matematika dengan membuat
simbol matematika yang tepat, belum mampu menggambar dengan tepat, belum
mampu menjelaskan situasi dan relasi matematika mereka secara tepat serta
menyatakan solusi masalah tersebut dengan baik. Jawaban tersebut menunjukan
bahwa siswa belum memenuhi indikator komunikasi matematis yaitu
menggambarkan situasi masalah dan menyatakan solusi masalah menggunakan
6
gambar, bagan, tabel, dan secara aljabar; menjelaskan ide, situasi, dan relasi
matematika secara tulisan; dan menggunakan bahasa matematika dan simbol secara
tepat. Berdasarkan persentase siswa yang menjawab beserta jawaban mereka maka
dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematis SMP Negeri 17
Pesawaran masih belum cukup baik. Informasi tersebut mengindikasikan perlunya
pembelajaran yang menekankan pada pengembangan kemampuan komunikasi
matematis bagi siswa kelas VIII di SMP Negeri 17 Pesawaran.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah di atas
adalah dengan menginovasikan pembelajaran yang lebih baik untuk memperbaiki dan
meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa dalam penggunaan model
pembelajaran. Siswa SMP Negeri 17 Pesawaran sebenarnya memiliki potensi jika
dilihat dari keaktifan dan kreativitas mereka. Kemampuan komunikasi matematis
akan lebih mudah ditingkatkan jika siswa tertarik untuk memperhatikan serta
merespon dengan baik saat pembelajaran. Keaktifan mereka harus didukung oleh
model pembelajaran yang mampu membuat siswa terlibat lebih aktif dan memiliki
kesempatan lebih banyak dalam mengeksplorasi diri mereka. Salah satu model yang
dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa tersebut adalah model
pembelajaran Inkuiri Terbimbing.
Model pembelajaran Inkuiri Terbimbing adalah model penemuan yang dirancang
untuk menyesuaikan kemampuan dan tingkat perkembangan intelektual peserta didik,
mengurangi ketergantungan kepada guru dan memberi pengalaman seumur hidup
melalui proses mental mengasimilasikan konsep dan prinsip. Model pembelajaran
7
Inkuiri Terbimbing melibatkan proses penelitian yang didorong oleh pertanyaan demi
pertanyaan dan membuat penemuan dalam usaha mencari pemahaman atau jawaban
yang baru. Dalam proses pembelajaran dengan metode Inkuiri Terbimbing, siswa
dituntut untuk menemukan konsep melalui petunjuk-petunjuk seperlunya dari seorang
guru. Petunjuk-petunjuk itu pada umumnya berupa pertanyaan-pertanyaan yang
bersifat membimbing (Wartono, 2009). Selain memberikan pertanyaan, guru juga
dapat memberikan penjelasan-penjelasan seperlunya pada saat siswa akan melakukan
percobaan, misalnya penjelasan tentang cara-cara melakukan percobaan. Model
pembelajaran Inkuiri Terbimbing bertujuan untuk memberikan cara dan kebebasan
siswa dalam membangun konsep dengan bahasa dan kemampuan komunikasi
matematis dalam diri mereka. Dengan begitu siswa akan dengan sendirinya mengasah
serta melatih kemampuan komunikasi matematis mereka. Artinya melalui
pembelajaran ini siswa diharapkan untuk dapat mengomunikasikan tentang apa yang
telah ia pelajari lalu kemudian membangun suatu pengetahuan dengan konsep yang
sudah ia dapatkan melalui proses pembelajaran. Hal ini didukung oleh penelitian
yang dilakukan oleh Novrian Eriantas Haqiqi tahun 2016 mengenai pengaruh model
pembelajaran Inkuiri Terbimbing dalam meningkatkan kemampuan komunikasi
matematis siswa yang menunjukan bahwa model pembelajaran Inkuiri Terbimbing
ini dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.
Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh
model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dalam meningkatkan kemampuan
8
komunikasi matematis siswa. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 17 Pesawaran
kelas VIII semester genap Tahun Pelajaran 2016/2017.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian adalah:“Apakah model pembelajaran Inkuiri Terbimbing
berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa kelas
VIII SMP Negeri 17 Pesawaran?”
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dalam meningkatkan
kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 17 Pesawaran.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap
perkembangan pembelajaran matematika, terutama terkait kemampuan
komunikasi matematis siswa dan pembelajaran Inkuiri Terbimbing.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini secara praktis diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan bagi guru dalam memilih model pembelajaran yang dapat
9
meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Selainitu, bagi peneliti
diharapkan dapat menambah dan melengkapi wawasan yang berkaitan dengan
pengaruh pembelajaran Inkuiri Terbimbing dalam meningkatkan kemampuan
komunikasi matematis siswa.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Dengan memperhatikan judul penelitian, ada beberapa istilah yang perlu dijelaskan
agar tidak terjadi perbedaan persepsi antara peneliti dengan pembaca.
1. Model pembelajaran Inkuiri Terbimbing adalah pembelajaran yang menekankan
pada proses berpikir siswa untuk mencari dan menemukan konsep mereka
sendiri, sehingga nantinya mereka dapat membuat kesimpulan yang mereka
dapatkan dengan menggunakan konsep dan bahasa mereka. Langkah-langkah
yang dilakukan ialah: 1) Orientasi; 2) Merumuskan masalah; 3) Merumuskan
hipotesis; 4) Mengumpulkan data; 5) Menguji hipotesis; 6) Merumuskan
kesimpulan.
2. Kemampuan komunikasi matematis siswa adalah kemampuan siswa dalam
mengekspresikan gagasan-gagasan, ide-ide, dan pemahamannya tentang konsep
dan proses matematika yang mereka pelajari.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Model pembelajaran Inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang
menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analisis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan (Sanjaya,
2009:194). Inkuiri Terbimbing (guided inquiry) merupakan model pembelajaran
yang dapat melatih keterampilan siswa dalam melaksanakan proses investigasi
untuk mengumpulkan data berupa fakta dan memproses fakta tersebut sehingga
siswa mampu membangun kesimpulan secara mandiri guna menjawab pertanyaan
atau permasalahan yang diajukan oleh guru (Bell dan Smetana dalam Maguire dan
Lindsay, 2010: 55).
Model pembelajaran Inkuiri Termimbing berorientasi pada siswa yang bertujuan
mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis atau
mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.
Dengan demikian, dalam pembelajaran Inkuiri Terbimbing siswa tak hanya
dituntut agar menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat
menggunakan potensi yang dimilikinya secara optimal (Sanjaya, 2009:195).
Dalam penerapan model pembelajaran ini, Ibrahim (dalam Paidi, 2007: 8) mene-
rangkan guided inquiry sebagai kegiatan inkuiri di mana siswa diberikan
11
kesempatan untuk bekerja merumuskan prosedur, menganalisis hasil, dan
mengambil kesimpulan secara mandiri, sedangkan dalam hal menentukan topik,
pertanyaan, dan bahan penunjang, guru hanya sebagai fasilitator. Pada dasarnya
model pembelajaran Inkuiri Terbimbing lebih menekankan kepada proses mencari
dan menemukan, dimana materi pelajaran tidak diberikan secara langsung kepada
siswa.
Menurut Sanjaya (2009:202) langkah-langkah model pembelajaran Inkuiri
Terbimbing dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Orientasi Masalah
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim
pembelajaran yang responsif dengan menggiring siswa untuk mengetahui dan
mengenal permasalahan yang terjadi baik dalam pembelajaran maupun
lingkungan sekitar.
2. Merumuskan masalah
Merumuskan masalah adalah langkah yang membawa siswa kepada persoalan
yang mengandung teka-teki sehingga mereka lebih tertarik dan penasaran.
Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir
memecahkan teka-teki itu.
3. Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu pemasalahan yang sedang dikaji.
Karena hipotesis merupakan jawaban sementara, maka hipotesis perlu diuji
kembali kebenarannya melalui kegiatan pengumpulan data. Siswa diminta untuk
12
membuat jawaban sementara dari pertanyaan yang sudah diberikan pada
sebelumnya.
4. Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk
menguji hipotesis yang diajukan. Siswa melakukan kegiatan seperti yang tertera
dalam LKK dan mulai mengumpulkan hasil berupa data berdasarkan pada
kegiatan yang telah mereka lakukan.
5. Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima
sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.
Disini siswa menyesuaikan data yan mereka peroleh dengan jawaban sementara
yang sudah mereka buat.
6. Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh
berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Siswa membuat ringkasan menentukan
intisari dari rangkaian kegiatan yang telah mereka lakukan.
Keunggulan dan kelemahan model pembelajran Inkuiri Terbimbing diantaranya
sebagai berikut.
1. Keunggulan
Model pembelajaran Inkuiri merupakan model pembelajaran yang banyak
dianjurkan dan digunakan di sekolah khususnya sekolah dasar. Menurut Sanjaya
(2009) ada beberapa keunggulan dari model pembelajaran ini diantaranya:
13
a. Model pembelajaran Inkuiri merupakan model pembelajaran yang
menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor
secara seimbang sehingga pembelajaran melalui model ini dianggap lebih
bermakna.
b. Model pembelajaran Inkuiri dapat memberikan ruang kepada siswa untuk
belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
c. Model pembelajaran Inkuiri merupakan model pembelajaran yang dianggap
sesuai dengan perkembangan psikoogi modern yang menganggap belajar
adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
d. Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata,
artinya siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat
oleh siswa yang lemah dalam belajar.
2. Kelemahan
Model pembelajaran Inkuiri juga memiliki kelemahan. Sebagaimana
dikemukakan oleh Sanjaya (2009) kelemahannya antara lain:
a. Jika model pembelajaran Inkuiri digunakan sebagai model pembelajaran,
maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
b. Model ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur
dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
c. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya memerlukan waktu yang
panjang sehingga guru sulit menyesuaikan waktu.
d. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa
menguasai materi pelajaran, maka model pembelajaran Inkuiri akan sulit
diimplementasikan oleh setiap guru.
14
Dengan demikian, dalam penelitian ini model pembelajaran Inkuiri Terbimbing
merupakan proses investigasi yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
siswa dalam merumuskan prosedur, menganalisis hasil, dan mengambil
kesimpulan secara mandiri dan guru sebagai fasilitator.
B. Kemampuan Komunikasi Matematis
Komunikasi merupakan cara berbagi gagasan dan mengklasifikasikan pemaham-
an. Melalui komunikasi, gagasan menjadi objek-objek refleksi, penghalusan,
diskusi, dan perombakan (Wahyudin, 2008).Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (Depdiknas, 2005: 585) disebutkan bahwa komunikasi merupakan
pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga
pesan yang dimaksud dapat dipahami. Lebih lanjut, Azizah (2011: 17) mengata-
kan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian, pemberitahuan, dan peneri-
maan ide-ide dari seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan) mela-
lui media yang menimbulkan efek baik berupa lisan, tulisan, maupun gerakan
dimana melalui komunikasi ide-ide direfleksikan, diperbaiki dan didiskusikan
sehingga ide-ide yang disampaikan memiliki kesamaan makna diantara keduanya.
Untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi, orang dapat menyampaikan
informasi dengan berbagai bahasa termasuk bahasa matematika.
Menurut Priyatno dkk. (2013: 385) komunikasi matematis adalah suatu cara siswa
untuk menyatakan dan menafsirkan gagasan-gagasan metematika secara lisan
maupun tertulis, baik dalam bentuk gambar, tabel, diagram, rumus maupun
demonstrasi. Pengertian yang lebih luas tentang komunikasi matematis
15
dikemukakan oleh Romberg dan Chair (dalam Izzati, 2010:725), yaitu:
menghubungkan benda nyata, gambar dan diagram ke dalam ide amatematika;
menjelaskan ide, situasi dan relasi matematik secara lisan atau tulisan dengan
benda nyata, gambar, grafik dan aljabar; menyatakan masalah sehari-hari dalam
bahasa dan simbol matematika; mendengarkan, berdiskusi dan menulis tentang
matematika; membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika tertulis,
membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi dan generalisasi;
menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah dipelajari.
Turmudi (2008: 55) mengungkapkan bahwa komunikasi merupakan bagian
esensial dalam matematika dan pendidikan metematika. NCTM (2006: 67)
menetapkan lima standar kemampuan metematis yang harus dimiliki oleh siswa,
yaitu kemampuan pemecahan masalah (problem solving), kemampuan
komunikasi (communication), kemampuan koneksi (connection), kemampuan
penalaran (resoning), dan kemampuan representasi (representation). Hasil survei
PISA tahun 2015 (William, 2012) mengatakan bahwa komunikasi merupakan
salah satu dari tujuh kemampuan yang diperlukan dalam pembelajaran
matematika. Tujuh kemampuan tersebut yaitu: a) comonication; b) mathematic
abbility; c) representation; d) resoning and argument; e) devising strategies; f)
using symbolic, formal and technical language and operations, dan; g) using
mathematical tools. (Ansari, 2003) menelaah kemampuan komunikasi dari dua
aspek yaitu komunikasi lisan (talking), dan komunikasi tulisan (writing).
Komuniksai lisan diungkap melalui intensitas keterlibatan siswa dalam kelompok
kecil selama berlangsungnya proses pembelajaran. Kemampuan komunikasi lisan
siswa sulit diukur sehingga untuk mendapatkan informasi tersebut dibutuhkan
16
lembar observasi untuk mengamati kualitas diskusi siswa selama proses
pembelajaran berlangsung. Sementara kemampuan komunikasi tulisan adalah
kemampuan dan keterampilan siswa menggunakan kosa kata (vocabulary), notasi
dan struktur matematika untuk menyatakan hubungan dan gagasan serta
memahaminya dalam memecahkan masalah. Komunikasi matematika tertulis
dapat diukur melalui soal (Mufrika, 2011). Berdasarkan hasil survey PISA tahun
2012 (William, 2012), hubungan antara pembelajaran matematika dengan
kemampuan komunikasi matematis siswa sebagai berikut.
a. Merumuskan situasi matematis dengan cara membaca, memecahkan kode, dan
membuat pengertian kalimat, pertanyaan, tugas, objek, gambar, atau animasi
dalam bentuk sebuah model mental dari situasi
b. Memanfaatkan konsep matematis , fakta, prosedur dan alasan dengan cara
mengeluarkan sebuah solusi, menunjukan pada saat pengerjaan melibatkan
pencapaian solusi atau meringkas dan menyajikan hasilnya secara matematis
c. Menginterprestasikan, menerapkan, dan mengevaluasi hasil secara matematis
dengan cara membangun dan mengomunikasikan penjelasan dan pendapat-
pendapat dalam kaitan dengan masalah.
Selanjutnya menurut NCTM (Mahmudi Ali, 2009: 3) terkait dengan komunikasi
matematika, dalam Principles and Standards for School Mathematics disebutkan
bahwa standar kemampuan yang seharusnya dikuasai oleh siswa adalah sebagai
berikut.
1. Mengorganisasi dan mengonsolidasi pemikiran matematika dan
mengomunikasikan kepada siswa lain
17
2. Mengekspresikan ide-ide matematika secara koheren dan jelas kepada siswa
lain, guru, dan lainnya
3. Meningkatkan atau memperluas pengetahuan metematika siswa dengan cara
memikirkan pemikiran dan strategi siswa lain
4. Menggunakan bahasa matematika secara tepat dalam berbagai ekspresi
matematika. Uraian di atas menunjukan bahwa komunikasi matematis terjadi
jika siswa belajar aktif baik secara lisan maupun secara tertulis. Kemampuan
komunikasi matematis siswa dapat dikembangkan jika siswa mampu
menghubungkan benda nyata, gambar, diagram dan peristiwa kehidupan
sehari-hari kedalam ide dan simbol matematika.
Baroody dalam Saragih (2007: 37) mengemukakan, terdapat lima aspek dalam
komunikasi sebagai berikut: 1) representasi (representing), diartikan sebagai
bentuk baru dari hasil perubahan suatu masalah atau ide, atau perubahan suatu
diagram dari model fisik kedalam simbol dan kata-kata; 2) mendengar (listening),
dalam diskusi mendengar adalah aspek yang sangat penting, kemampuan siswa
dalam memberikan pendapat atau komentar sangat terkait dengan kemampuan
mendengarkan topik utama atau konsep esensial yang didiskusikan; 3) membaca
(reading), kemampuan membaca merupakan kemampuan yang kompleks, karena
di dalamnya terdapat aspek mengingat, memahami, membandingkan, menemu-
kan, menganalisis, mengorganisasikan, dan mengaplikasikan apa yang terkandung
dalam bacaan; 4) diskusi (discussing), merupakan sarana bagi seseorang untuk
mengungkapkan dan merefleksikan pikirannya berkaitan dengan materi yang
diajarkan; dan 5) menulis (writing), kegiatan mengungkapkan dan merefleksikan
18
pikiran, hal ini dipandang sebagai proses berpikir keras yang dituangkan di atas
kertas.
Berdasarkan uraian di atas maka pada penelitian ini, kemampuan komunikasi
matematis memiliki indikator sebagai berikut.
1. Menggambarkan situasi masalah dan menyatakan solusi masalah
menggunakan gambar, bagan, tabel, dan secara aljabar
2. Menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika secara tulisan;
3. Menggunakan bahasa matematika dan simbol secara tepat.
C. Penelitian yang Relevan
Setelah membaca hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan pada dasarnya
suatu penelitian tidak akan murni berjalan dari nol, mereka tentunya sudah
mendapatkan pengetahuan jauh sebelum diadakannya penelitian. Kesamaan hasil
penelitian yang terdahulu inilah yang menyebabkan penting bagi kita untuk
melakukan kajian ulang dan mengetahui penelitian terdahulu ini.
Berdasarkan hasil penelitian Novrian Eriantas Haqiqi (2016) kemampuan
komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model
pembelajaran Inkuiri Terbimbing lebih tinggi daripada siswa yangmengikuti
pembelajaran konvensional ditinjau juga dari keefektifan penerapan pembelajaran.
Hal yang sama juga diperoleh dari penelitian yang sebelumnya dilakukan oleh
Sonni Permana Sakti (2014) pada kelas VIII SMP N 10 Prambanan Sleman tahun
ajaran 2013/2014, dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa Inkuiri Terbimbing
dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.
19
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Inkuiri
Terbimbing berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematis
siswa. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu untuk lebih mengembangkan
penelitian-penelitian yang ada sehingga memberikan hasil yang lebih baik, model
pembelajaran Inkuiri Terbimbing akan diterapkan dalam pembelajaran kelas VIII
SMP Negeri 17 Pesawaran semester genap tahun pelajaran 2016/2017.
D. Kerangka Pikir
Komunikasi matematis merupakan kemampuan yang paling mendasar yang harus
dimiliki oleh siswa. Komunikasi matematis yang baik akan sangat membantu
siswa dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan matematis dalam
kegiatan pembelajaran maupun dalam masalah dikehidupan sehari-hari yang
berkaitan dengan matematika. Komunikasi matematis memiliki beberapa
indikator yaitu menyatakan, mengekspresikan, melukiskan ide-ide matematika
kedalam bentuk gambar atau model matematika lain, menggunakan istilah-istilah,
notasi-notasi matematika untuk menyajikan ide, dan menyusun argumen secara
tertulis dalam menyelesaikan suatu masalah matematis. Komunikasi merupakan
aspek penting dari suatu pembelajaran, penekanan terhadap kemampuan
komunikasi dalam suatu model pembelajaran akan berakibat baik bagi siswa.
Model yang cukup mampu mengefektifkan kemampuan komunikasi matematis
siswa dalam pengaplikasiannya ialah model pembelajaran Inkuiri Terbimbing.
Inkuiri Terbimbing merupakan pembelajaran yang diawali dengan menghadapkan
siswa pada suatu permasalahan dan penelitian matematika. Proses pembelajaran
20
dimulai dengan orientasi masalah lalu kemudian merumuskan masalah setelah itu
siswa diajak untuk bersama-sama mengajukan hipotesis dan mengumpulkan data
setelah data terkumpul mereka menguji hipotesis, dan terakhir merumuskan
kesimpulan.
Proses pembelajaran dilakukan dengan mengorganisasikan siswa untuk belajar
secara berkelompok. Guru membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok
heterogen dan siswa diberikan Lembar Kerja Siswa (LKS). Kemudian, siswa
berdiskusi dengan anggota kelompoknya untuk memecahkan permasalahan-
permasalahan yang terdapat pada LKS tersebut.Dalam aktivitas diskusi tersebut,
siswa dituntut untuk dapat mengomunikasikan ide-ide yang mereka miliki ke
dalam simbol matematis maupun ilustrasi gambar dengan baik serta dengan
penjelasan yang logis, hal tersebut tentunya dapat mengembangkan kemampuan
komunikasi matematis siswa dengan baik.Kemudian mereka diminta untuk
mengembangkan dan menyajikan hasil kerja kelompok masing-masing.
Dalam tahap ini, beberapa kelompok mempresentasikan hasil diskusi didepan
kelas dengan bimbingan dari guru dan kelompok lain menanggapi. Melalui proses
pembelajaran ini, siswa terlihat aktif dan diberikan kesempatan untuk mengemu-
kakan ide-ide serta pendapatnya. Aktivitas ini mengembangkan kemampuan
komunikasi matematis siswa. Dan sebelum proses belajar mengajar berakhirguru
dan siswa akan bersama-sama menyimpulkan, menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah. Dalam fase ini guru membantu siswa untuk
melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang
mereka gunakan. Dari penjabaran di atas Inkuiri Terbimbing berpeluang untuk
21
meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.
E. Anggapan Dasar
Penelitian ini mempunyai anggapan dasar sebagai berikut.
1. Semua siswa kelas VIII semester genap SMP Negeri 17 Pesawaran tahun
pelajaran 2016-2017 memperoleh materi yang sama dan sesuai dengan kuri-
kulum tingkat satuan pendidikan.
2. Faktor lain yang mempengaruhi kemampuan komunikasi matematis selain
model pembelajaran dikontrol sehingga memberikan pengaruh yang sangat
kecil dan dapat diabaikan.
F. Hipotesis
Berdasarkan pertanyaan dalam rumusan masalah yang diuraikan sebelumnya,
maka hipotesis dari penelitian ini adalah:
1. Hipotesis Umum
Model pembelajaran Inkuiri Terbimbing berpengaruh dalam meningkatkan
kemampuan komunikasi matematis siswa.
2. Hipotesis Khusus
Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti
pembelajaran Inkuiri Terbimbing lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan
kemampuan komunikasi matematis siswa yang tidak mengikuti model pembe-
lajaran Inkuiri Terbimbing.
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 17 Pesawaran. Populasi penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas VIII tahun ajaran 2016/2017 yang terdistribusi dalam
delapan kelas, yaitu kelas VIII-A sampai dengan VIII-H. Pengambilan sampel
dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yaitu pengambilan
sampel secara selektif melalui pertimbangan tertentu dengan harapan sampel
dapat mewakili representasi keseluruhan populasi. Dari delapan kelas tersebut
dipilih dua kelas sebagai sampel penelitian, kelas VIII-E dengan jumlah 22 siswa
sebagai kelas kontrol dan kelas VIII-D dengan jumlah 22 siswa sebagai kelas
eksperimen.
B. Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah pretest-postest control
group design agar data peningkatan yang diperoleh lebih valid meskipun dengan
kemampuan awal yang tidak sama. Kedua kelas diberi tes awal (pretest) yang
sama. Kelas eksperimen adalah kelas yang diberikan perlakuan berupa model
pembelajaraan Inkuiri Terbimbing, sedangkan kelas kontrol tidak menggunakan
model pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada saat pembelajaran. Hasil pretest dan
23
posttest pada masing-masing kelas dihitung dengan penghitungan N-Gain.
Perbedaan nilai N-Gain pada kedua kelas menunjukkan peningkatan hasil
perlakuan yang diberikan. Desain pada penelitian ini diadaptasi dari Frankel dan
Wallen (2009: 268) seperti berikut.
Tabel 3.1. Desain Penelitian
KelasPerlakuan
Pre Pembelajaran PostE Y1 X Y2
P Y1 C Y2
Keterangan:E : Kelas eksperimenP : Kelas KontrolY1 : Pengambilan data awal (tes)Y2 : Pengambilan data akhir (tes)C : Pembelajaran KonvensionalX : Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
C. Prosedur Penelitian
Adapun prosedur pada penelitian ini, yaitu:
1. Tahap persiapan
a. Melakukan observasi untuk melihat karakteristik populasi yang ada.
b. Memilih sampel penelitian.
c. Menyusun proposal penelitian, perangkat pembelajaran dan instrumen tes.
d. Menguji validitas instrumen penelitian.
2. Tahap pelaksanaan
a. Mengadakan pretest pada kedua kelas yaitu kelas eksperimen dan juga
kelas kontrol.
24
b. Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
Inkuiri Terbimbing pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional
pada kelas kontrol.
c. Mengadakan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
3. Tahap akhir
a. Mengolah data hasil penelitian.
b. Melakukan analisis hasil penelitian dalam pengambilan kesimpulan.
c. Membahas hasil penelitian serta menarik kesimpulan dan saran.
D. Data Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
1. Data Penelitian
Data dalam penelitian ini adalah data kemampuan komunikasi matematis siswa,
berupa data kuantitatif yaitu skor yang diperoleh pada sebelum dilakukan proses
pembelajaran (pretest) dan sesudah (posttest) dilakukan proses pembelajaran de-
ngan dua model yang berbeda yaitu model pembelajaran Inkuiri Terbimbing di
kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional di kelas kontrol.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes. Tes pertama
dilakukan sebelum pembelajaran (pretest) baik pada kelas kontrol maupun
eksperimen. Lalu tes diberikan sesudah pembelajaran (posttest) pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Pretest dan posttest diberikan dengan tujuan untuk
mengetahui nilai N-gain sebagai dasar untuk melihat pengaruh model
pembelajaran Inkuiri Terbimbing dalam meningkatkan kemampuan komunikasi
25
matematis siswa. Soal tes yang diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
sama.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perangkat tes
kemampuan komunikasi matematis berbentuk uraian. Materi yang diujikan adalah
pokok bahasan lingkaran. Untuk memperoleh data yang akurat maka instrumen
tes yang digunakan harus sudah diuji validitas tes, reliabilitas, daya pembeda, dan
tingkat kesukarannya.
1. Validitas
Dalam penelitian ini, validitas yang dilakukan adalah validitas isi. Validitas isi
dari tes komunikasi matematis ini dapat diketahui dengan cara membandingkan isi
yang terkandung dalam tes komunikasi matematis dengan indikator pembelajaran
yang hendak diukur dan indikator kemampuan komunikasi matematis, dengan
anggapan bahwa guru mata pelajaran matematika kelas VIII SMP Negeri 17
Pesawaran mengetahui dengan benar kurikulum SMP, maka validitas instrumen
tes ini didasarkan atas penilaian guru mata pelajaran matematika. Tes yang
dikategorikan valid adalah yang telah dinyatakan sesuai dengan kompetensi dasar
dan indikator yang diukur berdasarkan penilaian guru mitra. Penilaian tersebut
dilakukan dengan menggunakan daftar ceklis (√) oleh guru. Hasil penilaian
terhadap tes menunjukkan bahwa tes yang digunakan telah memenuhi validitas
isi. Setelah semua soal dinyatakan valid, maka soal diujicobakan pada siswa yang
berada di luar sampel yaitu kelas IX-A. Kemudian, langkah selanjutnya adalah
26
mengolah data yang telah diperoleh dengan menggunakan bantuan Software
Microsoft Excel 2010 untuk mengetahui reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat
kesukaran. Perhitungan lebih lanjut dapat dilihat selengkapnya pada lampiran B.5.
2. Reliabilitas
Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini soal tes yang berbentuk uraian.
Menurut Erman (2003: 153) untuk mencari koefisien reliabilitas (r11) bentuk urai-
an dikenal dengan rumus Alpha sebagai berikut:
r11 =
Keterangan:r 11 = Koefisien reliabilitas alat evaluasi
= Banyaknya butir soal
= Jumlah varians skor tiap soal= Varians skor total
Menurut Guilford (Erman, 2003: 139) koefisien reliabilitas diinterpretasikan
seperti yang disajikan pada tabel 3.4 berikut.
Tabel 3.2 Interpretasi Reliabilitas
Koefisien Reliabilitas Interpretasi0,00 ≤ r11≤0,20 Sangat rendah0,20 <r11≤ 0,40 Rendah0,40 <r11≤ 0,60 Sedang0,60 <r11≤ 0,80 Tinggi0,80 <r11≤ 1,00 Sangat tinggi
Berdasarkan hasil perhitungan uji instrumen tes diperoleh bahwa nilai koefisien
reliabilitas soal sebesar 0,82535 yang berarti instrumen tes yang digunakan
memiliki kriteria sangat tinggi. Oleh karena itu, instrumen tes dianggap layak
27
digunakan. Hasil perhitungan reliabilitas uji coba instrumen tes dapat dilihat pada
Lampiran C.1.
3. Daya Pembeda
Daya pembeda dari sebuah soal menyatakan kemampuan soal untuk membedakan
siswa yang memiliki kemampuan yang tinggi dan rendah. Untuk menentukan
daya pembeda dapat dilakukan pengurutan dari siswa yang memiliki nilai
tertinggi hingga terendah. Setelah itu dibagi 27% untuk siswa di urutan atas
merupakan siswa dengan kemampuan tinggi (kelompok atas) dan 27% di urutan
bawah merupakan siswa dengan kemampuan rendah (kelompok bawah). Arifin,
(2011: 133) menjelaskan bahwa untuk menghitung daya pembeda ditentukan
dengan rumus:
Keterangan :DP : nilai daya pembeda suatu butir soal
: rata-rata skor suatu butir soal dari kelompok atas: rata-rata skor suatu butir soal dari kelompok bawah
Skor maks : skor maksimum suatu butir soal
Hasil perhitungan daya pembeda diinterpretasi berdasarkan klasifikasi yang
tertera dalam tabel berikut.
Tabel 3.3 Interpretasi Nilai Daya Pembeda
Daya Pembeda Kriteria0,40 ≤ daya pembeda ≤ 1,00 Sangat baik0,30 ≤ daya pembeda ≤ 0,39 Baik0,20 ≤ daya pembeda ≤ 0,29 Sedang-1,00 ≤ daya pembeda ≤ 0,19 Jelek
28
Setelah dilakukan perhitungan diperoleh bahwa nilai daya pembeda tes antara
0,38 sampai dengan 0,63. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen tes yang
diujicobakan memiliki kriteria baik dan sangat baik. Hasil perhitungan daya
pembeda uji coba instrumen tes dapat dilihat pada Lampiran C.2.
4. Tingkat Kesukaran Butir Soal
Tingkat kesukaran digunakan untuk menentukan derajat kesukaran suatu butir
soal. Sudijono (2011: 372) berpendapat bahwa perhitungan tingkat kesukaran
suatu butir soal ditentukan dengan rumus berikut.
Keterangan:P : tingkat kesukaran suatu butir soalB : jumlah skor yang diperoleh siswa pada suatu butir soal yang diperolehJS : jumlah skor maksimum yang dapat diperoleh siswa pada suatu butir soal
Jenis tingkat kesukaran yang digunakan pada butir soal penelitian ini adalah soal-
soal yang memiliki kriteria mudah, sedang, dan sukar.
Untuk menginterpretasi tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan kriteria
indeks kesukaran menurut Sudijono (2011: 372) seperti terlihat pada Tabel 3.5
yang ada dibawah ini.
Tabel 3.4 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran
Tingkat Kesukaran (TK) InterpretasiSangat Sukar
SukarSedangMudah
Sangat Mudah
29
Berdasarkan hasil perhitungan instrumen tes diperoleh bahwa tingkat kesukaran
tes sebesar 0,51 sampai dengan 0,69 yang berarti instrumen tes yang digunakan
memiliki kriteria sedang. Hasil perhitungan secara rinci dapat dilihat pada
Lampiran C.2.
Setelah dilakukan analisis reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran
terhadap soal tes kemampuan komunikasi matematis siswa diperoleh rekapitulasi
hasil tes uji coba dan kesimpulan yang disajikan pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5 Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba
NoSoal
Reliabilitas Daya Pembeda TingkatKesukaran
Kesimpulan
10,82535
(Reliabilitastinggi)
0,63 (sangat baik) 0,69 (sedang) Dipakai2 0,38 (baik) 0,51 (sedang) Dipakai3 0,50 (sangat baik) 0,60 (sedang) Dipakai4 0,49 (sangat baik) 0,62 (sedang) Dipakai
Dari Tabel 3.5 terlihat bahwa koefisien reliabilitas soal adalah 0,82535 yang
berarti soal memiliki reliabilitas yang tinggi. Daya pembeda untuk soal nomor 2
dikategorikan baik dan untuk soal nomor 1, 3, dan 4 dikategorikan sangat baik,
sedangkan tingkat kesukaran untuk nomor 1, 2, 3, dan 4 dikategorikan sedang.
Dengan demikian, semua soal dikatakan valid dan memenuhi kriteria reliabilitas,
daya pembeda dan tingkat kesukaran yang telah ditentukan maka soal tes
kemampuan komunikasi matematis yang disusun layak digunakan untuk
mengumpulkan data kemampuan komunikasi matematis.
F. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
Analisis data yang diambil dengan cara melakukan pretest-posttest. Analisis ini
bertujuan untuk mengetahui besarnya peningkatan kemampuan komunikasi
30
matematis siswa yang mengikuti model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan
pembelajaran konvensional. Menurut Meltzer (2007: 3) besarnya skor
peningkatan (g) dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Hasil perhitungan N-gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan
klasifikasi sebagai berikut.
Tabel 3.6 Kriteria Indeks N-Gain
Indeks Gain (g) Kriteriag 0,7 Tinggi
0,3 g 0,7 Sedangg 0,3 Rendah
Hasil perhitungan skor N-gain kemampuan komunikasi matematis siswa se-
lengkapnya dapat dilihat pada lampiran C.5 dan C.6.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan agar dapat mengetahui apakah distribusi data yang
didapat berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji Normalitas
dalam penelitian ini menggunakan uji Chi-Kuadrat. Uji Normalitas dalam
penelitian ini menggunakan uji Chi Kuadrat Sudjana (2005: 273). Rumusan
hipotesis untuk uji ini adalah.
H0 : data berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
H1 : adalah data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.
Kemudian taraf signifikan yang digunakan α = 0,05 dan Statistik uji yang
digunakan untuk Chi-Kuadrat adalah sebagai berikut.
31
Keterangan :: frekuensi pengamatan: frekuensi yang diharapkan: banyaknya pengamatan
Dalam penelitian ini, terima H0 jika dengan
Sudjana (2009: 273). Hasil uji normalitas data N-gain kemampuan komunikasi
matematis disajikan dalam tabel 3.7 dan data selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran C.7 dan C.8.
Tabel 3.7 Hasil Uji Normalitas Data N-Gain Kemampuan KomunikasiMatematis
Sumber Data Pembelajaran Keputusan ujiH0
Kemampuankomunikasi
Matematis Siswa
InkuiriTerbimbing
5,0770 7,815 Diterima
Konvensional 7,5166 7,815 Diterima
Berdasarkan Tabel 3.7 diperoleh bahwa kedua data N-gain berdistribusi normal
sehingga perlu dilakukan langkah selanjutnya yaitu uji homogenitas. Karena nilai
x2 hitung < x2 tabel maka kedua data N-gain berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dalam penelitian ini digunakan untuk melihat apakah kedua
kelompok data N-gain memiliki varians yang homogen atau tidak. Uji Normalitas
dalam penelitian ini menggunakan uji Chi Kuadrat Sudjana (2005: 273). Rumusan
hipotesis untuk uji ini adalah.
32
Ho : (kedua kelompok data N-gain memiliki varians yang homogen)
H1 : (kedua kelompok data N-gain memiliki varians yang tak homogen)
Kemudian taraf signifikan yang digunakan α = 0,05 dan statistik uji yang
digunakan adalah sebagai berikut.
Keterangan:= varians terbesar
= varians terkecil
Dalam penelitian ini, Tolak H0 jika dengan
yang diperoleh dari daftar distribusi F dengan taraf
signifikan sebesar 0,05 dan dk pembilang = n1 – 1 dan dk penyebut = n2 – 1
Sudjana (2005: 273). Hasil uji homogenitas data N-gain kemampuan komunikasi
matematis disajikan pada Tabel 3.8.
Tabel 3.8 Hasil Uji Homogenitas Data N-Gain Kemampuan KomunikasiMatematis
Kelas Varians Keputusan UjiInkuiri Terbimbing 0,62
20,667 2,09 H0 DitolakKonvensional 0,03
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data kemampuan komunikasi
matematis pada kelas Inkuiri Terbimbing dan kelas konvensional memiliki
varians yang tak homogen. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran C.9.
33
3. Uji Hipotesis
a. Uji Kesamaan Dua Rata-rata
Setelah melakukan uji normalitas dan homogenitas data, analisis berikutnya ada-
lah menguji hipotesis, yaitu uji kesamaan rata-rata skor N-gain kedua kelompok.
Karena data yang diperoleh berasal dari populasi yang berditribusi normal, tetapi
tidak homogen maka digunakan uji-t’ menurut Sudjana (2005: 241) dengan
hipotesis sebagai berikut.
(peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang
mengikuti model pembelajaran Inkuiri Terbimbing sama dengan
peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang
mengikuti pembelajaran konvensional)
H1: µ1 > µ2 (peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang
mengikuti model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih tinggi
dari peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang
mengikuti pembelajaran konvensional)
Rumus yang digunakan untuk pengujian hipotesis yang dilakukan dengan
menggunakan Uji-t’ menurut Sudjana (2005: 239) sebagai berikut.
t’ =
Keterangan:= skor rata-rata posttest dari
kelas eksperimen= skor rata-rata posttest dari
kelas kontrol
34
n1 = banyaknya subyek kelaseksperimen
n2 = banyaknya subyek kelaskontrol
= varians kelompokeksperimen
= varians kelompok kontrol
Dalam pengujian ini digunakan taraf signifikan α = 0,05, dengan kriteria uji
terima hipotesis Ho jika t’ < t kritis dengan t kritis = (W1t1 + W2t2)/(W1 + W2), dan
W1 = S12/n W2 = S2
2/n2; t1=t(1-α), (n1-1); t2=t(1-α), (n2-1). Peluang untuk
penggunaan daftar distribusi t ialah (1 – α) sedangkan derajat kebebasannya
masing-masing (n1 – 1) dan (n2 – 1). Rekapitulasi Uji-t data kemampuan
kemampuan komunikasi matematis disajikan pada Tabel 3.9.
Tabel 3.9. Rekapitulasi Uji-t Data Kemampuan Komunikasi Matematis
thitung tuji Keputusan Uji
11,83496 1,721 ditolak
Berdasarkan data pada Tabel 3.9 diketahui bahwa thitung > tuji , yang berarti H0
ditolak maka ada perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematis
siswa yang mengikuti model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan
peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran C.10.
48
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan bahwa model
pembelajaran dengan model Inkuiri Terbimbing berpengaruh dalam
meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Hal ini dapat dilihat dari
skor peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan model Inkuiri Terbimbing lebih tinggi daripada peningkatan
kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran
konvensional.
B. Saran
Berdasarkan hasil dalam penelitian ini, saran-saran yang dapat dikemukan yaitu:
1. Kepada guru, dalam upaya meningkatkan kemampuan komunikasi matematis,
hendaknya menggunakan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dalam
pembelajaran matematika di kelas karena model pembelajaran tersebut efektif
dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.
2. Kepada peneliti lain yang akan melakukan penelitian tentang pengaruh
pembelajaran dengan model Inkuiri Terbimbing terhadap kemampuan
komunikasi matematis siswa agar dalam prosesnya dapat berjalan dengan
lancar disarankan melakukan penelitian dengan terlebih dahulu mengkaji
49
permasalahan serta kendala pada penelitian kemampuan komunikasi matematis
siswa dengan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk mengantisipasi
kendala-kendala serupa sehingga dalam penerapannya hasil yang diperoleh
serta efisiensi waktu dalam proses pembelajaran dapat lebih optimal.
DAFTAR PUSTAKA
A. Hasan Saragih. 2007. Kompetensi Minimal Seorang Guru dalam Mengajar.
Tabularasa. Jurnal Pendidikan PPS UNIMED. vol. 1, hal: 23-54.
Ansari, B. I. 2003. Menumbuh kembangkan Kemampuan Pemahaman Dan
Komunikasi Matematik Siswa SMU Melalui Strategi Think-Talk-Write.
Disertasi PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Azizah, H. 2014. Penerapan Model Problem Based Learning Untuk
Meningkatkan Pemahaman Matematis Dalam Menyelesaikan Masalah
Pada Bilangan pecahan. Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan.
Azizah, Nur. 2011. Pendidikan Inklusi bagi Anak Berkebutuhan Khusus. Dalam
Jurnal Perempuan.com. Diakses pada 5 Februari 2017
BSNP. 2013. Permendiknas RI No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: 2013
Cai, J.L, dan Jakabcsin, M.S. 2010. Communication in Mathematics K-12 and
Beyond. Virginia: NCTM
Depdiknas.2007. Panduan Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis.
Kompetensi. Jakarta: Direktorat PPTK dan KPT Dirjen Dikti.
Depdiknas. 2009. Garis-garis Besar Program Pengajaran dan Penilaian pada
Sistem Semester tentang Satuan Pendidikan SD. Jakarta: Depdiknas Dirjen
Dikdasmen
Depdiknas. 2009. Kurikulum Pendidikan Dasar. Jakarta: depdiknas
Dewi, Puspa. 2016. Efektivitas Model Guided Inquiry Untuk Meningkatkan
Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa. Skripsi. Lampung: Unila.
diakses dari http://digilib.unila.ac.id/ pada 18 September 2016
Emran S. Ar. H. 2003. Evaluasi Pembelajaran Matematika Untuk Guru dan.
Mahasiswa Calon Guru Matematika. Bandung. FMIPA UPI. Tidak
diterbitkan.
Haqiqi, Novrian Eriantas. 2016. Penerapan Model Guided Inquiry Untuk
Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa (Studi pada Siswa
Kelas VIII Semester Genap MTs Hidayatul Islamiyah Bandar Lampung
Tahun Pelajaran 2014/2015). Skripsi. Lampung: Unila. diakses dari
http://digilib.unila.ac.id/ pada 18 September 2016
Joesoef, D. 2011. Pembodohan Siswa Tersistematis. Jakarta. Pinus Cetakan III
Maguire, L. dan M. Lindsay. 2010. Exploring Osmosis and Diffusion in Cells.
Diakses dari http://ctge_5634.wikispaces.com/file/view/Difusion.Osmosis.
pdf pada Jum’at, 30 November 2016 09:00 a.m.
Mahmudi, A. 2009. Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal
MIPMIPA UNHALU. Vol. 8 (No. 1 Februari 2009).
Mufrika, Tika. 2011. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Metode Student
Facilitator and Expalining (SFE) Terhadap Kemampuan Komunikasi
Matematika Siswa MTs. Manaratul Islam Jakarta Tahun Ajaran 2010/2011.
Jakarta : Universitas Islam Negeri Jakarta.
NCTM, 2007. Curriculum and Evaluation Standards for Scool Mathematics.
[online]. Tersedia:http//www.nctm.org/standards/content.aspx?id=270. [15
Januari 2017].
Paidi. 2007. Peningkatan Scientific Skill Siswa Melalui Implementasi Metode
Guided Inquiry pada Pembelajaran Biologi di SMAN 1 Sleman. Diakses
dari http://staff.uny.ac.id/20Paidi/UNY.pdf pada Jum’at, 30 November 2015
09:35 a.m.
Priyatno dkk. 2013. Cara Kilat Belajar Analisis Data dengan SPSS 20.
Yogyakarta: Andi
Puspaningtyas, Nicky Dwi. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Think Pair Share (TPS) Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi
Matematis Siswa. Skripsi. Lampung: Unila. Tidak diterbitkan.
Romberg, T.A, Chair, 2010. Curriculum and Evaluation Standards for School
Mathematics. Reston, Virginia: NCTM
Sakti, Sonni Permana. 2014. Efektivitas Pembelajaran Dengan Pendekatan
Pembelajaran Kooperatif Ditinjau Dari Peningkatan Pemahaman Konsep
Dan Komunikasi Matematis Siswa Smp. Skripsi. Lampung: Universitas
Negeri Yogyakarta. diakses dari
http://eprints.uny.ac.id/13588/1/skripsi%20sonni%20permana%20sakti%20
%2808301244030%29. Diakses pada 18 September 2016
Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Yang Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Saragih. 2007. Problem solving, reasoning, and communicating, K-8. Helping
Children think mathematically. New York : Macmillan Publishing
Company.
Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: PT Tasito.Edisi keenam.
Sujarweni, V. Wiratna. dkk. 2012. Statistika untuk penelitian. Yogyakarta:
graham ilmu.
Sumarmo, U. 2002. Berpikir dan Disposisi Matematik: Apa, Mengapa, dan
Bagaimana Dikembangkan Pada Peserta Didik. Makalah disajikan dalam
Seminar Nasional. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
Turmudi, 2008. Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika
(Berparadigma Eksploratif dan Investigatif). Jakarta: Leuser Cita Pustaka.
Wahyudin 2002. Matematika dan Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jurnal
Kependidikan Metalogika Bidang Kependidikan MIPA UNPAS Bandung
(5) 69-78.
Wartono, 2009. Materi pelatihan terintegrasi sains (buku 4), Jakarta: Proyek
PSPP depdiknas
Williams, Brian K., dan Sawyer, Stacey C. (2012). Using Information
Technology: Pengenalan Praktis Dunia Komputer dan Komunikasi. (Edisi
8). Yogyakarta: ANDI.
Yonandi, 2010. Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah
melalui Pembelajaran Kontekstual Berbantuan Komputer pada siswa
SMA.Disertasi pada PPs UPI, tidak dipublikasikan.
Zein, R., Suhaili R, Novita L, Mukhlis, Ningsih S, Swesty N, Novrian H. 2016.
Novel two stage vertical flow biofilter system for efficiency treatment of
restaurant wastewater.Accepted for publish on Research J of Pharm. Bio
and Chem . Sci. (RJPBCS). 7(5).