pengaruh model pembelajaran dan kecerdasan …

173
i PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PEMAHAMAN AKUNTANSI (STUDI EKSPERIMEN PADA SISWA SMK NEGERI 1 MEDAN) Tesis Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Akuntansi Oleh: Anggono 167017062 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Upload: others

Post on 15-Oct-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN KECERDASAN

EMOSIONAL TERHADAP PEMAHAMAN AKUNTANSI

(STUDI EKSPERIMEN PADA SISWA

SMK NEGERI 1 MEDAN)

Tesis

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Program Studi Magister Akuntansi

Oleh:

Anggono

167017062

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

iii

TIM PENGUJI TESIS

Telah Diuji dan Dinyatakan LULUS di Depan Tim Penguji

Pada Hari Kamis Tanggal 27 Desember 2018

Judul Tesis : Pengaruh Model Pembelajaran Dan Kecerdasan

Emosional Terhadap Pemahaman Akuntansi (Studi

Eksperimen Pada Siswa SMK Negeri 1 Medan)

Nama Mahasiswa : Anggono

NIM : 167017062

Program Studi : Magister (S2) Akuntansi

Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA Ketua Penguji / Pembimbing

Dr. Rina Bukit, M.Si, Ak, CA Anggota Penguji / Pembimbing

Prof. Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak, CA, CMA Anggota Penguji

Dr. Erwin Abubakar, MBA, Ak, CA Anggota Penguji

Prof. Lic. rer. reg. Sirojuzilam, SE Anggota Penguji

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

iv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

v

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Anggono lahir di Tanjung Pura pada tanggal 15

Desember 1992 merupakan anak ke tiga dari

pasangan Alm. Ong Ho Hin (Erwin Budiman)

dan Tan Gek Kie. Pendidikan sekolah dasar

ditempuh pada tahun 1997 – 2005 di SD

Sutomo 1 Medan. Setelah menyelesaikan

sekolah dasar penulis melanjutkan pendidikan

di SMP Sutomo 1 Medan dari tahun 2005 – 2008. Sesudah menyelesaikan sekolah

menegah pertama (SMP), penulis melanjutkan jenjang pendidikan di SMA

Sutomo 1 Medan dari 2008 – 2011. Pada tahun 2012, penulis melanjutkan

pendidikan di Universitas Negeri Medan (UNIMED) dengan mengambil sarjana

pada program studi pendidikan akuntansi dan menyelesaikannya pada tahun 2016.

Pada tahun 2016, penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang magister di

Universitas Sumatera Utara (USU) dengan program studi akuntansi dan

menyelesaikannya pada tahun 2018. Pekerjaan yang dilakukan penulis adalah

sebagai guru bimbel akuntansi dan ekonomi di Quantum Learning dari tahun 2016

sampai sekarang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

vii

ABSTRAK

Pengaruh Model Pembelajaran Dan Kecerdasan Emosional Terhadap Pemahaman

Akuntansi (Studi Eksperimen Pada Siswa SMK Negeri 1 Medan)

Anggono1, Ade Fatma Lubis2, Rina Br Bukit3

Tujuan penelitian adalah untuk menguji (1) perbedaan pemahaman akuntansi

antara siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran problem

based learning (PBL) dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan

menggunakan model pembelajaran direct instruction (DI), (2) perbedaan

pemahaman akuntansi antara siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi

dengan siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah, (3) pengaruh interaksi

antara model pembelajaran dan kecerdasan emosional terhadap pemahaman

akuntansi.

Lokasi penelitian berada di SMK Negeri 1 Medan. Populasi penelitian adalah

seluruh siswa kelas X - SMK akuntansi angkatan tahun 2018 / 2019 yang terdiri

dari 144 siswa. Pengambilan sampel menggunakan cluster random sampling,

sehingga sampel penelitian sebesar 61 siswa. Jenis penelitian adalah kuasi

eksperimen dengan rancangan penelitian faktorial 2 X 2. Pengumpulan data

penelitian menggunakan kuestioner dan tes hasil belajar. Teknik analisis data

menggunakan anava dua jalur.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) ada perbedaan signifikan pemahaman

akuntansi antara siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran

problem based learning (PBL) dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan

menggunakan model pembelajaran direct instruction (DI). (2) Ada perbedaan

signifikan pemahaman akuntansi antara siswa yang memiliki kecerdasan

emosional tinggi dengan siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah. (3)

Ada pengaruh interaksi antara model pembelajaran dan kecerdasan emosional

terhadap pemahaman akuntansi.

Kata Kunci: Pemahaman Akuntansi, Model Pembelajaran, Kecerdasan

Emosional

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

viii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Sanghyang Adi Buddha karena penulis dapat

menyelesaikan penulisan tesis ini dengan baik yang berjudul “Pengaruh Model

Pembelajaran Dan Kecerdasan Emosional Terhadap Pemahaman Akuntansi

(Studi Eksperimen Pada Siswa SMK Negeri 1 Medan)” disusun untuk memenuhi

salah satu syarat mencapai jenjang pada jenjang magister pada program studi

Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sumatera Utara. Dalam

proses penyelesaian tesis ini, penulis banyak menemukan kendala, namun berkat

dukungan berupa bimbingan serta saran dari berbagai pihak, semua dapat

diselesaikan dengan baik. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH. M.Hum, selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Dr. Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak, CA, CMA selaku Ketua Program

Studi, Magister Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas

Sumatera Utara yang juga selaku dosen pembanding yang telah

memberikan saran untuk perbaikan hingga selesainya penyusunan tesis ini.

4. Bapak Dr. Iskandar Muda, SE, M.Si, Ak, CA, selaku Sekretaris Program

Studi, Magister Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas

Sumatera Utara.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

x

5. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA selaku Dosen

Pembimbing yang telah bersedia menyediakan waktu dan memberikan

petunjuk dan saran kepada peneliti dalam proses penelitian dan

penyusunan tesis ini.

6. Ibu Dr. Rina Bukit, M.Si, Ak, CA selaku Dosen Pembimbing yang telah

bersedia menyediakan waktu dan memberikan petunjuk dan saran kepada

peneliti dalam proses penelitian dan penyusunan tesis ini.

7. Bapak Dr. Erwin Abubakar, MBA, Ak, CA selaku Dosen Pembanding

yang telah memberikan saran dan masukan dalam penyusunan tesis ini.

8. Bapak Prof. Dr. Lic. rer. reg. Sirojuzilam, S.E. selaku Dosen Pembanding

yang telah memberikan saran dan masukan dalam penyusunan tesis ini.

9. Kedua orang tua peneliti yaitu Bapak Alm. Ong Ho Hin dan Ibu Tan Gek

Kie yang telah memberikan semangat kepada penulis.

10. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Administrasi Program Studi Magister

Akuntansi atas segala ilmu dan bantuan yang diberikan.

11. Bapak Assistant Prof. Dr. Noppakao Na Phattalung selaku dosen

Universitas Thaksin, Thailand yang telah memberikan bantuan berupa

ilmu statistik dan ilmu metodologi penelitian kepada peneliti dalam

menyelesaikan tesis ini.

12. Ibu Dra. Effi Aswita Lubis, M.Pd, M.Si selaku selaku Ketua Program

Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Ekonomi UNIMED yang

memberikan motivasi kepada peneliti untuk mengambil jenjang magister.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

xi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

xii

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ........................................................................................... i

Halaman Pengesahan ................................................................................. ii

Halaman Tim Penguji ................................................................................ iii

Halaman Pernyataan Persetujuan Publikasi Ilmiah ............................... iv

Halaman Pernyataan Originalitas ............................................................. v

Daftar Riwayat Hidup ................................................................................ vi

Abstrak ....................................................................................................... vii

Abstrack ........................................................................................................ viii

Kata Pengantar ........................................................................................... ix

Daftar Isi ..................................................................................................... xii

Daftar Tabel ................................................................................................. xiv

Daftar Gambar ............................................................................................ xv

Daftar Lampiran ......................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 6

1.3 Pertanyaan Penelitian ............................................................... 7

1.4 Tujuan Penelitian ..................................................................... 8

1.5 Kontribusi Penelitian ................................................................ 8

1.6 Ruang Lingkup Dan Batasan Penelitian .................................. 9

1.7 Originalitas Penelitian .............................................................. 10

BAB II LANDASAN TEORI DAN TELAAH LITERATUR ................. 11

2.1 Landasan Teori ......................................................................... 11

2.1.1 Teori Taksonomi Bloom Revisi Anderson ........................ 11

2.1.2 Pemahaman Akuntansi ...................................................... 14

2.1.3 Model Pembelajaran Problem Based Learning

(PBL) .................................................................................. 15

2.1.4 Model Pembelajaran Direct Instruction (DI) ..................... 19

2.1.5 Kecerdasan Emosional ....................................................... 23

2.2Telaah Literatur ......................................................................... 27

BAB III KERANGKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN ...................... 36

3.1 Kerangka Penelitian ................................................................. 36

3.2 Hipotesis Penelitian .................................................................. 41

BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................ 42

4.1 Desain Penelitian ..................................................................... 42

4.2 Definisi Operasional Variabel ................................................. 46

4.3 Populasi, Sampel Dan Teknik Pengambilan Sampel ............... 49

4.4 Instrumen Penelitian................................................................. 50

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

xiii

4.5 Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 51

4.6 Teknik Analisa Data ................................................................ 54

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 57

5.1 Deskripsi Data Penelitian ........................................................ 57

5.2 Pengujian Instrumen Penelitian ............................................... 63

5.3 Pengujian Persyaratan Analisis Data ....................................... 66

5.4 Pengujian Hipotesis ................................................................. 71

5.5 Pembahasan .............................................................................. 79

BAB VI SIMPULAN .................................................................................. 98

6.1 Simpulan ............................................................................... 98

6.2 Keterbatasan ............................................................................ 98

6.3 Implikasi .................................................................................. 99

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 102

LAMPIRAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

1.1 Rekapitulasi Nilai Ulangan Harian (UH) 1, 2 Dan 3 Kelas X

Akuntansi SMK Negeri 1 Medan T.P. 2018/2019 .............................. 2

1.2 Originalitas Penelitian .......................................................................... 10

2.1 Taksonomi Bloom Sebelum Revisi Dan Taksonomi Bloom

Sesudah Revisi ..................................................................................... 13

2.2 Telaah Penelitian Terdahulu ................................................................ 31

4.1 Desain Penelitian .................................................................................. 42

4.2 Penjabaran Desain Faktorial 2 X 2....................................................... 43

4.3 Definisi Operasional Variabel .............................................................. 47

4.4 Populasi Penelitian ............................................................................... 49

4.5 Kerangka Sampel Penelitian ................................................................ 50

5.1 Karakteristik Sampel Penelitian Berdasarkan Usia.............................. 58

5.2 Karakteristik Sampel Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin .............. 58

5.3 Karakteristik Sampel Penelitian Berdasarkan Kecerdasan Emosional 59

5.4 Statistik Deskriptif Pre – Test ............................................................. 59

5.5 Statistik Deskriptif Post – Test ............................................................ 61

5.6 Hasil Uji Reliabilitas Kuestioner Penelitian ....................................... 64

5.7 Hasil Uji Reliabilitas Tes Hasil Belajar ............................................... 65

5.8 Hasil Uji Normalitas Model Pembelajaran ......................................... 67

5.9 Hasil Uji Normalitas Kecerdasan Emosional ...................................... 68

5.10 Hasil Uji Normalitas Grup Model Pembelajaran Dan Kecerdasan

Emosional ............................................................................................. 69

5.11 Hasil Uji Homogenitas Model Pembelajaran ...................................... 70

5.12 Hasil Uji Homogenitas Kecerdasan Emosional ................................. 71

5.13 Hasil Uji Homogenitas Grup Model Pembelajaran Dan

Kecerdasan Emosional ....................................................................... 71

5.14 Hasil Uji Anava Dua Jalur .................................................................. 72

5.15 Hasil Uji Post Hoc ............................................................................... 75

5.16 Hasil Ringkasan Uji Post Hoc ............................................................. 76

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

3.1 Kerangka Penelitian ............................................................................ 36

5.1 Pengaruh Interaksi Antara Model Pembelajaran Dan Kecerdasan

Emosional ............................................................................................ 78

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Silabus .................................................................................................. 106

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ......................................... 112

3. Materi Pembelajaran ............................................................................ 124

4. Kuestioner Penelilitian ......................................................................... 129

5. Tes Hasil Belajar .................................................................................. 132

6. Hasil Uji Instrumen Penelitian ............................................................. 139

7. Perhitungan Skor Ideal Kecerdasan Emosional Dan Daftar Sampel

Penelitian .............................................................................................. 135

8. Hasil Pengolahan Data Penelitian Dengan SPSS Versi 17 .................. 149

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

1

BAB I

PENDAHULUAN

1 . 1 Latar Belakang

Sekolah menengah kejuruan bisnis dan manajemen (SMK BM) merupakan

sekolah menengah yang memfokuskan para siswa untuk mempelajari ilmu

ekonomi, manajemen dan akuntansi. Salah satu program studi favorit yang di

minati para siswa adalah program studi akuntansi. Lulusan dari program studi

akuntansi di harapkan mampu langsung bekerja di bidang keuangan, pemerintah,

perpajakan, perbankan dan sektor lain yang berhubungan dengan bidang akuntansi.

Lulusan dari SMK ini dikatakan berkualitas dan baik apabila siswa yang lulus dari

program studi akuntansi memiliki pemahaman akuntansi yang tinggi.

Namun pada keadaan nyata, tidak semua siswa memiliki pemahaman

akuntansi yang tinggi. Padahal pemahaman akuntansi yang tinggi sangat

diperlukan ketika mereka bekerja pada bidang akuntansi. Apabila siswa SMK

lulusan akuntansi tidak paham akan akuntansi, kedepannya siswa lulusan SMK

akuntansi akan mengalami kesulitan dalam melakukan pekerjaanya di dunia kerja

yang berhubungan dengan akuntansi. Berdasarkan hasil observasi pra - penelitian,

siswa - siswa di SMK Negeri 1 Medan memiliki pemahaman akuntansi yang

rendah. Hal ini dibuktikan dari hasil belajar akuntansi yang rendah pada tiga kali

ulangan harian (UH), banyak siswa yang tidak mencapai kriteria ketuntasan

minimal (KKM). Permasalahan dapat lebih jelasnya dilihat pada tabel 1.1. sebagai

berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2

Tabel 1.1

Rekapitulasi Nilai Ulangan Harian (UH) 1, 2 dan 3

Kelas X Akuntansi SMK Negeri 1 Medan T.P 2018/2019

Kelas Jumlah

Siswa

KKM Jumlah Siswa Yang

Mencapai KKM

Jumlah Siswa Yang

Tidak Mencapai KKM

UH 1 UH 2 UH 3 UH 1 UH 2 UH 3

X Ak 1 36 75 17 14 11 19 22 25

X Ak 2 36 75 13 11 15 23 25 21

X Ak 3 36 75 11 13 17 25 23 19

X Ak 4 36 75 15 14 10 21 22 26

Jumlah 146 - 56 52 53 88 92 91

Persentase (%) 38,9 36,1 36,8 61,1 63,9 63,2

(Sumber: Daftar Nilai Pelajaran Akuntansi Dasar Kelas X Akuntansi SMK Negeri

I Medan)

Dari tabel diatas, pada ulangan harian pertama dari 144 siswa, hanya 38,9

% siswa yang lulus dengan jumlah 56 siswa, sedangkan 61,1 % siswa tidak

mampu mencapai kriteria ketuntasan minimal sebanyak 88 siswa. Pada ulangan

harian kedua dari 144 siswa, jumlah siswa yang mencapai nilai diatas 75

sebanyak 52 siswa dengan persentase 36,1 % , sedangkan jumlah siswa yang tidak

mencapai nilai diatas 75 adalah 92 dengan persentase 63,9 %. Keadaan ini juga

tidak jauh berbeda pada ulangan harian ketiga dari 144 siswa, jumlah siswa yang

mencapai nilai diatas 75 sebanyak 53 siswa dengan persentase 36,8 %, sedangkan

jumlah siswa yang tidak mencapai nilai diatas 75 adalah 91 dengan 63,2 %.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa banyak siswa tidak memiliki

pemahaman akuntansi yang tinggi, sehingga siswa banyak yang tidak berhasil

dalam mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM)

Bila di tinjau dari hasil observasi di kelas, banyak siswa memiliki motivasi

belajar dan minat belajar yang rendah, hal di ini ditunjukkan ketika guru sedang

memaparkan materi pembelajaran akuntansi, banyak siswa melakukan hal – hal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

3

yang tidak relevan dengan pembelajaran, seperti berbicara dengan siswa lain,

melakukan akses internet yang tidak berhubungan dengan pembelajaran,

mengerjakan tugas mata pelajaran lain, berisitirahat sebelum waktunya dan

sebagainya. Dari keterangan beberapa siswa, siswa mengatakan sering jenuh

terhadap cara mengajar guru dikarenakan guru hanya memaparkan materi di

papan tulis atau melalui infokus dengan waktu yang lama, selain itu contoh soal

yang diberikan guru kurang banyak ketika memaparkan materi pembelajaran.

Ketika tanya jawab dengan guru dilakukan, guru binggung mengatasi

pemahaman akuntansi siswa yang rendah. Guru sudah berusaha memperbaiki

kualitas pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran direct

instruction (DI), model pembelajaran ini didapatkan guru ketika mengikuti

pelatihan yang diselengarakan dinas pendidikan maupun universitas tentang

peningkatan kualitas pembelajaran.

Model pembelajaran direct instruction merupakan model pembelajaran

yang bersifat prosedural dimana guru mengajari siswa secara selangkah demi

selangkah menggunakan metode ceramah, latihan, diskusi dan demostrasi di kelas.

Namun dalam praktiknya, model pembelajaran direct instruction ini belum

mampu meningkatkan pemahaman akuntansi siswa, hal ini dapat dilihat dari hasil

belajar akuntansi siswa yang rendah. Apabila merujuk penelitian sebelumnya, Sari

(2015) menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran direct instruction

atau model pembelajaran langsung mampu meningkatkan pemahaman akuntansi.

Dengan demikian, ada kesenjangan antara praktik yang dilakukan guru dengan

penelitian sebelumnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

4

Salah satu model pembelajaran yang diperkirakan berpengaruh terhadap

pemahaman akuntansi siswa adalah model pembelajaran problem based learning.

Model pembelajaran ini diduga cocok dengan cara belajar siswa karena model

pembelajaran ini berdasarkan pendekatan saintifik dimana mengunakan metode

ilmiah dalam pembelajarannya. Istilah model pembelajaran problem based

learning apabila diterjemahkan ke bahasa Indonesia, maka nama model ini adalah

model pembelajaran berbasis masalah. Sesuai dengan nama model pembelajaran

ini, cara belajar model pembelajaran ini dilakukan dengan cara menghadapkan

permasalahan kepada siswa untuk dipecahkan secara kritis melalui tahapan

metode ilmiah.

Apabila model pembelajaran ini diterapkan pada pembelajaran akuntansi,

maka siswa akan diberikan problem yang dapat berupa permasalahan akuntansi

atau dapat berupa soal hitungan akuntansi untuk diselesaikan oleh siswa. Dengan

memecahkan soal atau kasus akuntansi yang diberikan diharapkan pemahaman

akuntansi siswa meningkat. Dugaan bahwa penerapan model pembelajaran ini

berpengaruh terhadap pemahaman akuntansi diperkuat oleh riset sebelumnya,

berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Martanti dan Priantinah (2014)

bahwa penerapan model problem based learning mampu meningkatkan

pemahaman akuntansi dan motivasi belajar akuntansi.

Selain pemilihan model pembelajaran yang sesuai, salah satu faktor yang

diduga mempengaruhi pemahaman akuntansi adalah kecerdasan emosional.

Dugaan ini diperkuat oleh pernyataan Goleman (2017) bahwa kesuksesan

seseorang lebih dipengaruhi oleh kecerdasan emosional daripada kecerdasan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

5

intelektual. Selain itu, Goleman (2017) menyatakan kecerdasan emosional adalah

kemampuan seseorang untuk mengendalikan perasaaan dan emosi dalam

membina hubungan dengan orang lain. Kecerdasan emosional diduga diperlukan

untuk memahami akuntansi dikarenakan sifat mata pelajaran akuntansi tidak

hanya berupa teori namun juga terdiri dari hitungan. Soal hitungan dalam

akuntansi memerlukan kesabaran dan pengendalian emosi yang tinggi dalam

mempelajarinya, apabila siswa sulit mengendalikan emosi dan perasaannya, maka

diperkirakan siswa akan kehilangan motivasi dan minatnya dalam belajar

sehingga akan berdampak pada pemahaman akuntansi mahasiswa.

Hasil penelitian Kusnita (2014), Rokhana dan Sutirsno (2016), Zulhawati

dan Ariani (2016), Satria (2017), Wardani dan Ratnadi (2017) serta Widhiyani

ddk (2017) menyimpulkan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh positif dan

signifikan terhadap pemahaman akuntansi, namun penelitian mereka bertolak

belakang terhadap hasil penelitian Utami dan Sumaryanto (2013) serta Puttri, dkk

(2017) yang menyimpulkan bahwa kecerdasan emosional tidak berpengaruh

terhadap pemahaman akuntansi, selain itu penelitian Napitupulu (2009)

menyatakan kecerdasan emosional berpengaruh negatif dan tidak signifikan

terhadap pemahaman akuntansi. Dengan demikian, ada kesenjangan antara

peneletian terhadulu.

Pemilihan instrumen penelitian yang tepat merupakan hal yang penting

dalam mendapatkan hasil penelitian yang dapat digeneraliasasi secara luas.

Apabila merujuk penelitian terhadulu yang dilakukan peneliti sebelumnya,

penelitian yang dilakukan Saputra dkk (2017) menggunakan angket dalam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

6

mengukur pemahaman akuntansi forensik yang merupakan hasil perlakukan

metode cased based learning, pengukuran ini diduga kurang sesuai dikarenakan

mengukur pemahaman lebih cocok menggunakan tes hasil belajar. Tes hasil

belajar diduga lebih objektif dalam mengukur pemahaman siswa maupun

mahasiswa dalam melihat sejauh mana pemahaman akuntansi mereka. Hal ini

sesuai pernyataan akademisi pendidikan yaitu Arikunto (2012), Susetyo (2015),

Sudjana (2016) dan Purwanto (2016) yang menyatakan bahwa mengukur

pemahaman itu menggunakan tes hasil belajar. Bila menggunakan angket dalam

mengukur pemahaman, maka hasil penelitian akan menjadi subjektif dimana

siswa maupun mahasiswa mengunakan persepsinya masing – masing dalam

menilai pemahaman mereka.

Dikarenakan adanya kesenjangan di lapangan dan hasil penelitian yang

tidak konsisten maka judul penelitian ini adalah “Pengaruh Model

Pembelajaran Dan Kecerdasan Emosional Terhadap Pemahaman Akuntansi

(Studi Eksperimen Pada Siswa SMK Negeri 1 Medan)”.

1 . 2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini dapat diuraikan yaitu sebagai

berikut:

1. Siswa kelas X – Akuntansi SMK Negeri 1 Medan tahun pelajaran

2018/2019 memiliki pemahaman akuntansi yang rendah dimana banyak

siswa yang tidak mencapai kriteria ketuntasan minimal pada tiga kali

ulangan harian.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

7

2. Siswa kelas X – Akuntansi SMK Negeri 1 Medan tahun pelajaran

2018/2019 memiliki motivasi dan minat belajar yang rendah.

3. Guru sudah menerapkan model pembelajaran direct instruction (DI),

namun guru belum berhasil meningkat pemahaman akuntansi siswa, bila

ditinjau dari penelitian terdahulu yang dilakukan Sari (2015), model

pembelajaran direct instruction (DI) mampu meningkatkan pemahaman

akuntansi.

4. Ada kesenjangan penelitian terdahulu yang dilakukan peneliti sebelumnya

dimana ada lima penelitian yang mengatakan bahwa kecerdasan emosional

berpengaruh positif, sedangkan dua penelitan mengatakan bahwa

kecerdasan emosional tidak berpengaruh terhadap pemahaman akuntansi

dan ada satu penelitian yang mengatakan bahwa kecerdasan emosional

berpengaruh negatif terhadap pemahaman akuntansi.

5. Pengunaan angket dalam mengukur pemahaman akuntansi yang digunakan

penelitian Saputtra ddk (2017) diduga kurang objektif dalam mengukur

pemahaman akuntansi.

1 . 3 Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian yang dapat dirumuskan pada peneltiian yaitu sebagai

berikut:

1. Apakah ada perbedaan pemahaman akuntansi antara siswa yang diajarkan

dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning (PBL)

dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan menggunakan model

pembelajaran direct instruction (DI) ?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

8

2. Apakah ada perbedaan pemahaman akuntansi antara siswa yang memiliki

kecerdasan emosional tinggi dengan siswa yang memiliki kecerdasan

emosional rendah ?

3. Apakah ada pengaruh interaksi antara model pembelajaran dan kecerdasan

emosional terhadap pemahaman akuntansi ?

1 . 4 Tujuan Penelitian

Adapun beberapa tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menguji perbedaan pemahaman akuntansi antara siswa yang

diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran problem based

learning (PBL) dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan

menggunakan model pembelajaran direct instruction (DI).

2. Untuk menguji perbedaan pemahaman akuntansi antara siswa yang

memiliki kecerdasan emosional tinggi dengan siswa yang memiliki

kecerdasan emosional rendah.

3. Untuk menguji pengaruh interaksi antara model pembelajaran dan

kecerdasan emosional terhadap pemahaman akuntansi.

1 . 5 Kontribusi Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan beberapa kontribusi yaitu

sebagai berikut:

1. Kontribusi Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan rekomendasi kepada

guru dalam upaya meningkat pemahaman akuntansi siswa dan guru

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

9

mampu memilih model pembelajaran yang sesuai dengan tingkat

kecerdasan emosional siswa.

2. Kontribusi Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu mengkonfirmasi kebenaran

efektivitas model pembelajaran problem based learning (PBL) dan model

pembelajaran direct instruction (DI) terhadap pemahaman akuntansi,

selain itu penelitian ini diharapkan mampu membuktikan kebenaran dari

teori kecerdasan emosional yang diajukan oleh Goleman (2017) serta hasil

penelitian diharapkan ini dapat membuktikan bahwa efektivitas penerapan

model pembelajaran dalam meningkatkan pemahaman akuntansi siswa

mempertimbangkan aspek tingkat kecerdasan emosional siswa.

1 . 6 Ruang Lingkup Penelitian Dan Batasan Penelitian

Ruang lingkup dan batasan penelitian pada penelitian ini yaitu sebagai

berikut:

1. Penelitian ini yang dilakukan di kelas X – Akuntansi SMK Negeri 1

Medan, sedangkan waktu penelitian berada pada semester ganjil

2018/2019.

2. Model pembelajaran yang diteliti adalah model pembelajaran problem

based learning (PBL) dan model pembelajaran direct instructions (DI).

3. Kecerdasan emosional yang diteliti pada penelitian ini adalah kecerdasan

emosional tinggi dan kecerdasan emosional rendah. Indikator kecerdasan

emosional yang digunakan adalah indikator yang dicetukan oleh Goleman

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

10

(2017) yaitu pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi, empati dan

ketrampilan diri.

4. Pemahaman akuntansi yang diteliti adalah pemahaman akuntansi siswa

kelas X – Akuntansi SMK Negeri 1 Medan tahun pelajaran 2018/2019.

1 . 7 Originalitas Penelitian

Penelitian ini merupakan replikasi dari Saputra dkk (2017) yang meneliti

tentang “Pengaruh Penerapan Metode Case Based Learning Dan Motivasi

Terhadap Pemahaman Akuntansi Forensik Dengan Kecerdasan Emosional

Sebagai Variabel Moderasi”. Variabel independen metode cased based learning

dan motivasi pada penelitian Saputra dkk (2017) diganti menjadi model

pembelajaran problem based learning yang diadopsi dari penelitian Martanti dan

Priantinah (2014) dan model pembelajaran direct instruction yang diadopsi dari

penelitian Sari (2015). Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1.2

Originalitas Penelitian

No Kriteria Peneliti Terdahulu Peneliti Sekarang

1 Variabel Dependen Pemahaman Akuntansi Pemahaman Akuntansi

2 Variabel Independen 1. Metode Case Based

Learning

2. Motivasi

1. Model Pembelajaran

Problem Based

Learning

2. Model Pembelajaran

Direct Instruction

3 Variabel Moderator Kecerdasan Emosional Kecerdasan Emosional

4 Tahun Penelitian 2017 2018

5 Lokasi Penelitian Universitas Pendidikan

Ganesha

SMK Negeri 1 Medan

6 Metode Penelitian Survey Eksperimen

7 Tingkat Eksplanasi Assosiatif Komparatif

8 Teknik Pengambilan

Sampel

Purposive Sampling Cluster Random

Sampling

9 Instrumen Penelitian Kuestioner Kuestioner dan Tes Hasil

Belajar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

11

BAB II

LANDASAN TEORI DAN TELAAH LITERATUR

2 . 1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Taksonomi Bloom Revisi Anderson

Pada tahun 1956, Benjamin Bloom yang merupakan seorang ahli psikologi

merumuskan tahap – tahap kemampuan kognitif yang dimiliki seseorang dalam

bentuk hierarki atau tingkatan. Tahap – tahap kemampuan ini terdiri dari enam

menurut Bloom (dalam Arikunto, 2012) yaitu sebagai berikut:

1. Knowledge (kemampuan mengingat kembali) adalah kemampuan kognitif

yang terendah dibanding kemampuan kognitif lainnya dimana kemampuan

ini hanya mengingat kembali fakta – fakta yang telah disimpan dalam

ingatan.

2. Comprehension (kemampuan pemahaman) adalah kemampuan yang lebih

tinggi dari knowledge dimana kemampuan ini tidak hanya cukup dengan

hanya mengingat kembali fakta – fakta yang didalam ingatan namun

mampu melihat hubungan dan memahaminya.

3. Application (kemampuan penerapan) adalah kemampuan yang lebih

tinggi dari pemahaman dimana kemampuan ini menuntut untuk memilih

suatu konsep, hukum, aturan, prosedur, metode, maupun gagasan yang

tepat agar mampu diterapkan pada situasi tertentu.

4. Analysis (kemampuan analysis) adalah kemampuan yang lebih tinggi dari

kemampuan penerapan, kemampuan analisis menuntut agar adanya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

12

analisis suatu hubungan atau situasi yang rumit maupun dapat berupa

konsep – konsep dasar.

5. Syntesis (kemampuan sintesis) adalah kemampuan yang lebih tinggi dari

analysis dimana kemampuan sintesis menuntut untuk menyusun kembali

yang hal – hal yang spesifik agar dapat menjadi struktur yang baru.

6. Evaluation (kemampuan evaluasi) adalah kemampuan yang lebih tinggi

dari sintesis, kemampuan evaluasi mampu membuat penilaian dan

mengambil keputusan dari penilaiannya.

Pada tahun 1990, Anderson merevisi kemampuan kognitif yang di

cetuskan oleh Bloom. Berikut merupakan beberapa tahap kemampuan kognitif

Bloom yang direvisi oleh Anderson (dalam Susetyo, 2015) yaitu sebagai berikut:

1. Remembering (kemampuan mengingat) adalah kemampuan untuk

mengulangi kembali segala informasi yang telah di pelajari yang dapat

berupa mengidentifikasi, mengurutkan, menamai, mengulangi kembali dan

sebagainya.

2. Understanding (kemampuan memahami) adalah kemampuan untuk

menafsirkan, meringkas, mengklasifikasi, membandingkan, dan

menjelaskan kembali suatu informasi yang sudah dipelajari.

3. Applying (kemampuan menerapkan) adalah kemampuan untuk

melaksanakan, menggunakan, menjalankan, dan mempratikkan apa yang

sudah dipelajari ke dalam suatu kondisi lapangan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

13

4. Analysing (kemampuan menganalisis) adalah kemampuan menalar logika

seseorang yang dapat berupa kemampuan untuk menguraikan, menyusun

ulang, membandingkan, mengorganisasi, mengintegrasi dan sebagainya.

5. Evaluating (kemampuan mengevaluasi) adalah kemampuan menilai

sesuatu yang dapat berupa kemampuan mengkritik, menguji, menilai,

menyalahkan serta membenarkan dan sebagainya.

6. Creating (kemampuan berkreasi) adalah kemampuan yang tertinggi dari

klasifikasi kemampuan kognitif versi Anderson dimana kemampuan ini

berupa kemampuan untuk menciptakan, menemukan, memperbaharui, dan

menyempurnakan sesuatu yang baru.

Dari uraian sebelumnya, perbedaan taksonomi Bloom sesudah dan

sebelum revisi terletak pada bagain sintesis, evaluasi dan berkreasi. Untuk lebih

jelasnya dapat di lihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 2.1

Taksonomi Bloom Sebelum Revisi Dan Taksonomi Bloom Sesudah Revisi

No Taksonomi Bloom Sebelum Revisi Taksonomi Bloom Sesudah Revisi

1 Knowledge Remembering

2 Comprehension Understanding

3 Application Applying

4 Analysis Analysis

5 Synthesis Evaluating

6 Evaluation Creating

(Sumber: Dikutip dari Susetyo, 2015, “Gambar Domain Kognitif Taksonomi

Bloom Sebelum Dan Sesudah Melalui Revisi”, dimodifikasi)

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa setiap tingkatan kognitif

harus dilalui dari tingkatan kognitif terendah ke tingkat kognitif tertinggi, dengan

kata lain tidak mungkin terjadi lompatan tingkatan kognitif. Apabila dikaitkan

teori ini dengan pembelajaran akuntansi di SMK, maka sebelum lulusan SMK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

14

mampu menerapkan ilmu akuntansi di pekerjaan mereka yang berhubungan

dengan bidang akuntansi, maka mereka harus memiliki pengetahuan dan

pemahaman akuntansi yang tinggi agar mereka mampu menerapkan ilmu

akuntansi dengan baik dan tidak mengalami kesulitan dalam pekerjaan mereka.

2.1.2 Pemahaman Akuntansi

Setelah mengikuti proses belajar mengajar, maka siswa akan mendapatkan

pemahaman dari sejumlah pengetahuan yang diajarkan. Susetyo (2015)

menyatakan pemahaman adalah kemampuan yang bukan hanya mengingat fakta

atau pengetahuan melainkan kapabilitas untuk menjelaskan, menerangkan,

menafsirkan, dan mengeplorasi suatu objek atau subjek dalam pembelajaran.

Selanjutnya menurut Sudjana (2016) pemahaman adalah hasil belajar yang lebih

tinggi daripada pengetahuan dimana kemampuan pemahaman terdiri dari

penerjemahan, penafsiran, dan ekstrapolasi. Berikutnya, Purwanto (2016)

mengatakan pemahaman adalah kemampuan yang tidak lagi cukup dengan

menghafal fakta karena pemahaman membutuhkan pengetahuan fakta berserta

hubungan fakta.

Dengan demikian, maka dapat disimpulkan pemahaman adalah

kemampuan untuk menerjemah, menafsirkan, dan mengekstrapolasikan suatu

objek pembelajaran dimana didahului oleh sejumlah pengetahuan yang didapatkan

pada proses belajar mengajar.

Akuntansi merupakan salah ilmu yang diajarkan di sekolah menegah

kejuruan. Menurut Reeve dkk (2009) akuntansi adalah sistem informasi yang

memberikan informasi tentang kondisi ekonomi dan aktivitas perusahaan dalam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

15

bentuk laporan keuangan kepada pihak yang berkepentingan. Selanjutnya,

Weygandt dkk (2009) menyatakan akuntansi adalah sistem informasi yang terdiri

dari proses mengidentifikasi, mencatat dan melaporkan peristiwa ekonomi yang

dialami suatu organisasi kepada para pengguna informasi yang berkepentingan.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa akuntansi adalah suatu sistem

informasi yang terdiri dari pencatatan, pengiktisaran, dan pelaporan atas kejadian

ekonomi persuahaan dan kondisi perusahaan yang tertuang dalam bentuk laporan

keuangan untuk digunakan informasinya kepada para pemangku kepentingan.

Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dapat disimpulkan pemahaman

akuntansi adalah kemampuan untuk menerjemah, menafsirkan, dan

mengekstrapolasikan kejadian – kejadian ekonomi perusahaan yang kemudian

dilanjutkan kepada proses pencatatan, pengiktisaran, dan pelaporan.

2.1.3 Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Salah satu model pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik

adaah model pembelajaran problem based learning. Lubis (2015) mengatakan

bahwa model pembelajaran problem based learning merupakan model

pembelajaran yang memperkenalkan suatu masalah kepada siswa untuk dilatih

kemampuannya agar mampu berpikir kritis serta memecahkan masalah yang

diberikan pada pembelajaran. Selanjutnya, Oon (dalam Fatthurrohman, 2015)

menyatakan model problem based learning adalah model pembelajaran yang

mengajak siswa untuk aktif dalam memecahkan suatu masalah melalui tahapan

metode ilmiah, sehingga siswa mampu mempelajari ketrampilan problem solving

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

16

dan sekaligus memjelajari pengetahuan baru yang berhubung dengan masalah

yang dipecahkan.

Dengan demikian, dapat disimpulkan model pembelajaran problem based

learning adalah model pembelajaran yang menghadapkan suatu masalah kepada

siswa untuk dipecahkan melalui langkah – langkah metode ilmiah sehingga siswa

mampu berpikir kritis untuk memecahkan masalah dan memperoleh pengetahuan

baru atas masalah yang dipecahkan.

Agar dapat menerapkan model pembelajaran ini dengan baik, maka perlu

mengetahui langkah – langkah model pembelajaran ini, langkah – langkah model

pembelajaran problem based learning menurut Shoimin (2014) yaitu sebagai

berikut:

1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan diajarkan dan

memberikan motivasi kepada siswa.

2. Guru membantu siswa untuk mengatur tugas belajar yang berhubungan

dengan masalah yang diberikan.

3. Guru mengarahkan siswa untuk mengumpulkan informasi yang relevan

dan kemudian memecahkan masalah dengan metode ilmiah.

4. Guru memberi petunjuk dalam menyiapkan karya akhir yang dapat berupa

laporan kepada siswa.

5. Guru memberikan evaluasi atas proses dan hasil penyelidikan siswa

terhadap masalah yang diberikan.

Selanjutnya, langkah – langkah model pembelajaran problem based

learning menurut Lubis (2015:86) yaitu sebagai berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

17

1. Guru memberikan pengarahan terhadap kompetensi yang ingin dicapai

pada pembelajaran dan memotivasi siswa.

2. Guru membantu siswa dengan menyusun tugas yang berkaitan dengan

masalah yang diberikan.

3. Guru membimbing siswa dalam mengumpulkan informasi, mengajukan

hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data dan menyimpulkan hasil

pemecahan masalah.

4. Guru memberi arahan berupa bantuan kepada siswa dalam melaporkan

hasil pemecahan masalah yang diberikan.

5. Guru melakukan refleksi dan evaluasi terhadap eksperimen dan proses

yang mereka gunakan.

Dengan demikian, dapat disimpulkan langkah – langkah model problem

based learning yaitu sebagai berikut:

1. Guru menjelaskan kompetensi yang akan dicapai siswa .

2. Guru memotivasi siswa untuk memecahkan masalah yang diberikan.

3. Guru merangkai tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang

akan dipecahkan.

4. Guru mendorong siswa untuk melakukan metode ilmiah dalam

memecahkan masalah.

5. Guru membantu siswa menyiapkan hasil laporan dari masalah yang

dipecahkan.

6. Guru memberikan evaluasi atas laporan hasil kerja siswa.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

18

Setiap penerapan model pembalajaran pasti ada kelebihan dan

kelemahannya. Kelebihan model pembelajaran problem based learning ada

beberapa menurut Lubis (2015) yaitu sebagai berikut:

1. Model pembelajaran ini mampu melatih kemampuan berpikir siswa.

2. Model ini memberikan pengalaman pemecahan masalah untuk dipecahkan

masalah kehidupan nyata.

3. Mampu menumbuhkan minat dan dorongan diri agar melanjutkan

pembelajaran.

Ada beberapa kelemahan model pembelajaran problem based learning

menurut Lubis (2015:87) yaitu sebagai berikut:

1. Sukar untuk mencari dan menentukan tingkat kesukaran masalah yang

sesuai dengan kemampuan para siswa.

2. Model pembelajaran banyak menghabiskan waktu dan langkah – langkah

model pembelajaran tidak bisa disingkat karena merupakan suatu proses.

3. Guru harus sering memberikan motivasi agar siswa bersemangat dalam

memecahkan masalah yang diberikan guru.

Berdasarkan uraian sebelumnya, maka kelebihan model pembelajaran

problem based learning bahwa siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir

kritis dan kemampuan memecahkan masalah dengan mengunakan metode limiah

serta menerapkannya dalam kehidupan sehari - hari, selain itu menimbulkan minat

dan motivasi untuk terus belajar meski pendidikan formal sudah berakhir.

Kelemahan model pembelajaran ini adalah sulit menentukan tingkat kesulitan

yang sesuai dengan kemampuan siswa, selain itu waktu yang diperlukan untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

19

melaksanakan model pembelajaran ini tidak singkat, melainkan menghabiskan

banyak waktu serta guru harus memberikan motivasi agar mendorong siswa

memecahkan masalah yang diberikan.

Untuk mengatasi kelemahan pada model pembelajaran ini, guru harus

mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam memecahkan masalah sehingga

masalah yang diberikan untuk pembelajaran dapat diselesaikan dengan baik.

Selajutnya, guru harus sering mengatur waktu dan motivasi siswa agar tujuan

pembelajaran dapat tercapai melalui model pembelajaran ini.

2.1.4 Model Pembelajaran Direct Instruction (DI)

Model pembelajaran langsung (direct instruction) merupakan model

pembelajaran yang dikembangkan melalui teori behavioristik, teori behavoristik

adalah teori yang berfokus pada tingkah laku manusia (Fathurrohman, 2015).

Fathurrohman (2015) menyatakan model pembelajaran langsung adalah model

pembelajaran yang memberikan peluang kepada siswa untuk mengamati, meniru,

dan mengingat apa yang telah diajari gurunya pada pembelajaran. Selanjutnya,

menurut Arends (dalam Fathurrohman, 2014) model pembelajaran langsung

merupakan model yang didesain untuk pembelajaran siswa yang dengan

pengetahuan prosedural dan deklaratif yang diajarkan secara terstruktur melalui

setahap demi setahap.

Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dapat disimpulkan model

pembelajaran langsung (direct instruction) adalah model pembelajaran terstruktur

yang membantu siswa mempelajari pengetahuan dan ketrampilan dasar melalui

selangkah demi selangkah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

20

Untuk menerapkan model pembelajaran ini dengan baik, maka diperlukan

pemahaman atas langkah – langkah model pembelajaran ini, Shoimin (2014)

menyatakan bahwa ada lima fase dalam model pembelajaran langsung yaitu

sebagai berikut:

1. Pada fase pertama, guru memberikan orientasi dan tujuan pembelajaran

terhadap materi pelajaran yang akan diajarkan.

2. Pada fase kedua, guru memberikan presentasi dan demonstrasi materi

pembelajaran kepada siswa yang berkaitan dengan materi pelajaran.

3. Pada fase ketiga, guru memberikan latihan terbimbing kepada siswa yang

berhubungan dengan materi pembelajaran.

4. Pada fase keempat, guru memeriksa sampai sejauh mana pemahaman

siswa dan memberikan umpan balik kepada siswa.

5. Pada fase kelima, guru mengadakan latihan mandiri terhadap siswa, fase

akhir ini dikatakan berhasil jika siswa mampu menguasai 85 % - 90 %

materi pembelajaran yang diajarkan.

Selanjutnya, Fathurrohman (2015) menyebutkan ada lima tahapan dalam

model pembelajaran langsung yaitu:

1. Pada tahap pertama, guru menyampaikan latar belakang pentingnya

pelajaran dan mempersiapkan siswa dalam mempelajarinya.

2. Pada tahap kedua, guru memberikan demonstrasi materi pembelajaran

kepada siswa secara bertahap kepada siswa.

3. Pada tahap ketiga, guru merancang dan memberikan pelatihan awal

kepada siswa.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

21

4. Pada tahap keempat, guru melakukan kegiatan pengecekan tingkat

pemahaman siswa dan memberikan tanggapan pada siswa.

5. Pada tahap kelima, guru memberikan latihan yang lebih sulit sehingga

siswa mampu menerapkan materi pembelajaran yang diajarkan pada

kehidupan sehari – hari.

Dengan demikian, dapat disimpulkan langkah – langkah model

pembelajaran langsung adalah sebagai berikut:

1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa.

2. Guru menyajikan materi pembelajaran yang diberikan secara bertahap

kepada siswa.

3. Guru merencanakan dan memberikan latihan awal kepada siswa.

4. Guru memeriksa seberapa jauh kemampuan siswa dan memberikan umpan

balik.

5. Guru memberikan pelatihan lanjutan dengan masalah yang lebih

kompleks.

6. Guru memberikan evaluasi atas pelatihan – pelatihan yang dilakukan.

Penarapan model pembelajaran langsung memiliki kelebihan dan

kekurangan, menurut Shoimin (2014) adapun kelebihan model pembelajaran

direct instruction yaitu sebagai berikut:

1. Dapat digunakan secara efektif pada kelas besar maupun kecil.

2. Guru lebih mudah dalam mengendalikan isi materi dan urutan informasi

yang hendak disampaikan.

3. Efektif dalam mengajari konsep dan ketrampilan kepada siswa.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

22

4. Waktu pembelajaran dapat dikontrol dengan baik.

5. Dapat dengan mudah mendapatkan umpan balik dari siswa

Shoimin (2014) menyatakan ada beberapa kekurangan dari model

pembelajaran direct instruction yaitu sebagai berikut:

1. Guru memainkan peran yang penting dalam model ini, sehingga

kesuksesan penerapan model pembelajaran ini tergantung kepada

kemampuan guru.

2. Jika model ini terlalu sering digunakan maka siswa akan memiliki

ketergantungan kepada guru.

3. Materi yang sangat kompleks akan sulit diajarkan melalui model ini,

dikarenakan tidak akan memberikan kesempatan yang cukup kepada siswa

untuk memproses informasi.

4. Sangat bergantung pada gaya komunikasi guru dalam membawakan

pembelajaran.

Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dapat disimpulkan kelebihan model

pembelajaran langsung yaitu guru dapat mengendalikan isi materi yang akan

diajarkan, selanjutnya efektif digunakan pada kelas besar maupun kecil, mudah

memantau kinerja siswa, dan dapat menekankan poin – poin penting yang tidak

dimengerti siswa. Kelemahan model pembelajaran ini yaitu guru memegang peran

penting atas keberhasilan pembelajaran, selain itu sulit menerapkan model

pembelajaran ini jika materi yang disampaikan bersifat kompleks serta siswa akan

cepat bosan apabila guru terus berperan dalam pembelajaran.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

23

Untuk mengatasi kelemahan model pembelajaran ini, guru dapat

menggunakan metode diskusi dan gaya komunikasi yang dapat menarik perhatian

siswa, selain itu guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mendemonstrasikan ketrampilan dan pengetahuan yang telah dipelajari.

2.1.5 Kecerdasan Emosional

Kesuksesan seseorang dalam dunia karier, rumah tangga dan

bermasyarakat ternyata tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan intelektual,

banyak orang yang memiliki kecerdasan intelektual tinggi mengalami kegagalan

dalam hal tersebut, malah orang yang memiliki kecerdasan intelektual sedang

menjadi sangat sukses, penyebab keberhasilan orang - orang tersebut adalah

kecerdasan emosional (Goleman, 2017). Hamid (2007) mengatakan kecerdasan

emosional adalah sebuah konsep ketangkasan yang berkaitan dengan kesadaraan

atas perasaan dan emosi serta interaksinya terhadap kecerdasan mental (IQ).

Selanjutnya, Goleman (2017) menyatakan kecerdasan emosional merupakan

ketrampilan membina hubungan dengan orang lain dan kemampuan untuk

memahami persaaan orang lain serta kapabilitas seseorang dalam pengenalan diri,

pengendalian diri, dan motivasi diri sendiri.

Dengan demikian, dapat disimpulkan kecerdasan emosional adalah

kapabilitas seseorang yang berkaitan dengan emosi dan hubungan sosial dimana

terdiri dari ketrampilan mengenal, mengontrol, dan memotivasi diri sendiri serta

kemampuan untuk berempati dan membina hubungan dengan orang lain.

Faktor – faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional ada beberapa

menurut Goleman (2017) yaitu sebagai berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

24

1. Lingkungan keluarga adalah lingkungan yang pertama yang berinteraksi

dengan seseorang ketika seseorang dilahirkan sampai tumbuh menjadi

dewasa. Oleh sebab itu, lingkungan keluarga merupakan pendidikan

pertama bagi seseorang dalam membentuk kecerdasan emosionalnya.

Tinggi rendahnya kecerdasan emosional seseorang akan tergantung kepada

bagaimana seseorang diperlakukan oleh keluarganya, bagaimana

komunikasi dengan keluarganya, bagaimana cara sebuah keluarga dalam

menyelesaikan masalah, pola asuh orang tua dan kejadian – kejadian

emosional yang terjadi pada seseorang ketika berada dalam lingkungan

keluarga.

2. Lingkungan non keluarga adalah lingkungan selanjutnya yang beriteraksi

kepada seseorang setelah lingkungan keluarga. Sebagai ilustrasi

lingkungan diluar keluarga adalah lingkungan kerja, lingkungan sekolah,

lingkungan masyarakat dan sebagainya. Tinggi rendahnya kecerdasan

emosional seseorang dipengaruhi perlakuan dan kejadian – kejadian

emosional yang terjadi dalam diri seseorang di lingkungan diluar keluarga.

Dengan demikian, faktor – faktor yang mempengaruhi kecerdasan

emosional seseorang ada dua yaitu faktor lingkungan keluarga dan faktor

lingkungan non keluarga.

Menurut Goleman dalam (Wibowo, 2015) ada lima indikator dimensi

kecerdasan emosional yaitu:

1. Pengenalan diri merupakan kecerdasan untuk memahami kondisi diri

sendiri yang terdiri. Ada beberapa indikator pengendalian diri yaitu:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

25

mengenali perasaan diri sendiri berserta dampaknya, mengetahui batas

kemampuan diri sendiri, dan kepercayaan atas kemampuan diri serta

keyakinan terhadap diri sendiri.

2. Pengendalian diri adalah kemampuan untuk mengontrol perasaan untuk

mencapai tujuan dengan cara mengelola kondisi dan emosi diri sendiri.

Ada beberapa indikator pengendalian diri yaitu: kapabilitas dalam

mengatur emosi serta desakan hati yang emosional, mampu beradaptasi

dan bertanggung jawab atas kinerja sendiri, dan terbuka terhadap

perubahan baru.

3. Motivasi diri adalah dorongan perasaan yang memudahkan untuk meraih

tujuan yang hendak dicapai. Ada beberapa indikator motivasi diri yaitu:

semangat untuk berprestasi dan kemampuan untuk berpikir positif dan

optimis.

4. Empati merupakan kemampuan seseorang dalam membaca serta

memahami perasaan, kebutuhan dan kepentingan orang lain. Indikator –

indikator motivasi diri terdiri dari kemampuan untuk menerima sudut

pandang orang lain dan peka terhadap perasaaan orang lain.

5. Ketrampilan sosial adalah kecerdasan dalam mengatur perasaan emosi

orang lain dan kemampuan dalam berhubungan dengan orang lain. Ada

beberapa indikatornya yaitu: mampu memberikan pesan yang jelas kepada

orang lain, mampu memberi semangat dan inspirasi kepada orang lain,

memiliki keberanian untuk memulai sesuatu, dan memiliki kemampuan

negosiasi dan mediasi jika terjadi perbedaan pendapat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

26

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional

memiliki beberapa indikator yaitu pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi diri,

empati dan ketrampilan sosial.

Orang yang memiliki kecerdasan emosional tinggi memilki beberapa

kebaikan menurut Goleman (2007) yaitu sebagai berikut:

1. Sukses dalam karir dan hubungan berumah tangga.

2. Menjadi orang yang menonjol dalam kehidupan.

3. Mampu menyelesaikan masalah.

4. Mampu mengendalikan diri sendiri ketika berinteraksi dengan orang lain.

5. Memiliki karakter disiplin diri, altruisme, serta belas kasih.

Goleman (2017) menyatakan ada beberapa kerugian apabila seseorang

memiliki kecerdasan emosional yang rendah yaitu sebagai berikut:

1. Menghambat pertimbangan intelektual.

2. Menghambat dan menghancurkan karier.

3. Mengalami agresivitas, depresi, dan kekerasan.

4. Mengalami kesehatan jasmani yang buruk.

5. Mengalami kesulitan dalam hubungan berumah tangga.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki

kecerdasan emosional tinggi mampu mengendalikan diri, memotivasi diri,

mengenal diri sendiri dalam megikuti proses belajar mengajar serta mampu

memahami perasaan orang lain dan terampil dalam berinteraksi pada orang lain.

Kerugian bagi siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah akan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

27

menghambat pertimbangan intelektual, menghambat karier, mengalami agretivitas,

depresi, dan kekerasan dalam proses belajar mengajar.

2 . 2 Telaah Literatur

Beberapa peneliti terdahulu sudah meneliti pemahaman akuntansi antara

lain sebagai berikut:

Napitupulu (2009) meneliti tentang “Kecerdasan Intelektual Dan

Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman Pelajaran Akuntansi

Dengan Minat Sebagai Variabel Moderating (Studi Pada SMK Bisnis Dan

Manajemen Di Kota Sibolga Kelas XII Jurusan Akuntansi)”. Hasil penelitian

membuktikan kecerdasan intelektual berpengaruh signifikan terhadap pemahaman

akuntansi, selanjutnya kecerdasan emosional berpengaruh negative dan tidak

signifikan terhadap pemahaman akuntansi dan minat tidak mampu memoderasi

pengaruh kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional terhadap pemahaman

akuntansi.

Utami dan Sumaryanto (2013) meneliti tentang “Pengaruh Kecerdasan

Emosional, Kecerdasan Spiritual, Perilaku Belajar, Dan Lingkungan Belajar

Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi Dengan Perkembangan Teknologi

Sebagai Variabel Pemoderasi”. Hasil penelitian menyatakan bahwa kecerdasan

emosional, kecerdasan spiritual, perilaku belajar, dan lingkungan belajar tidak

berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi, serta perkembangan

teknologi bukan merupakan variabel moderator.

Kusnita (2014) meneliti tentang “Pengaruh Kecerdasan Emosional, Status

Sosial Ekonomi Orang Tua, Dukungan Sosial Teman Sekolah Pada Tingkat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

28

Pemahaman Pelajaran Akuntansi Di SMK Negeri 2 Tuban”. Hasil penelitian

menunjukkan kecerdasan emosional dan dukungan sosial teman sekolah secara

parsial berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi, sedangkan status

sosial ekonomi orang tua secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap

tingkat pemahaman akuntansi.

Martanti dan Priantinah (2014) meneliti tentang “Penerapan Model

Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Pemahaman Konsep Dan

Motivasi Belajar”. Hasil penelitian memperlihatkan penerapan model

pembelajaranp problem based learning mampu meningkatkan pemahaman konsep

dan motivasi belajar akuntansi.

Sari (2015) meneliti tentang “Upaya Peningkatan Pemahaman Siswa Pada

Kompetensi Dasar Membuat Jurnal Penyesuaian Melalui Kertas Kerja”. Hasil

penelitian menunjukkan penerapan model pembelajaran Direct Instruction pada

meningkatkan pemahaman belajar akuntansi siswa.

Rokhana dan Sutrisno (2016) meneliti tentang “Pengaruh Kecerdasan

Emosional, Perilaku Belajar, Dan Minat Belajar Terhadap Tingkat Pemahaman

Akuntansi (Studi Empiris Pada Mahasiswa Akuntansi Fakultas Ekonomika Dan

Bisnis UNTAG Semarang)”. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa kecerdasan

emosional, perilaku belajar dan minat belajar berpengaruh positif dan signifikan

terhadap tingkat pemahaman akuntansi.

Zulhawati dan Ariani (2016) research about “Effect Learning Behavior,

Emotional Intelligence, And Thinking Ability Towards Accounting Understanding

Level”. The research outcome state that learning behavior, emotional intelligence,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

29

and thinking ability simultaneously effected accounting understanding level.

Terjemahannya, Zulhawati dan Ariani (2016) meneliti tentang “Pengaruh Perilaku

Belajar, Kecerdasan Emosional Dan Kemampuan Berpikir Terhadap Tingkat

Pemahaman Akuntansi”. Hasil penelitian menyimpulkan perilaku belajar,

kecerdasan emosional dan kemampuan Berpikir secara simultan mempengaruhi

tingkat pemahaman akuntani.

Satria (2017) meneliti tentang “Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap

Tingkat Pemahaman Akuntansi Pada Mahasiswa Akuntansi Di Kota Bandung”.

Hasil penelitian memperlihatkan kecerdasan emosional berpengaruh positif dan

signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi.

Wardani dan Ratnadi (2017) meneliti tentang “Pengaruh Kecerdasan

Emosional, Kecerdasan Intelektual, Dan Perilaku Belajar Pada Tingkat

Pemahaman Akuntansi”. Hasil penelitian menunjukkan kecerdasan emosional,

kecerdasan intelektual, dan perilaku belajar berpengaruh positif terhadap tingkat

pemahaman akuntansi.

Puttri dkk (2017) meneliti tentang “Sinkronisasi Komponen Kecerdasan

Emosional Dan Pengaruhnya Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi Dalam

Sistem Pendidikan Tinggi Akuntansi”. Hasil penelitian memperlihatkan

kecerdasan emosional tidak berpengaruh singnifikan terhadap tingkat pemahaman

pakuntansi.

Widhiyani et al. (2017) researched about “The Influence Of Emotional

Quotient And Internal Locus Of Control On The Level Of Accounting

Understanding”. The research result state that emotional quotient and internal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

30

locus of control have positive effect on the level of accounting understanding.

Terjemahannya, Widhiyani dkk (2017) meneliti tentang “Pengaruh Kecerdasan

Emosional Dan Internal Locus Of Control Terhadap Tingkat Pemahaman

Akuntansi”. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa kecerdasan emosional dan

internal locus of control memiliki pengaruh positif terhadap tingkat pemahaman

akuntansi.

Saputra dkk (2017) meneliti tentang “Pengaruh Penerapan Metode Case

Based Learning Dan Motivasi Terhadap Pemahaman Akuntansi Forensik Dengan

Kecerdasan Emosional Sebagai Variabel Pemoderasi”. Hasil penelitian

menyimpulkan metode case based learning dan motivasi berpengaruh positif dan

signifikan terhadap pemahaman akuntansi forensik, serta kecerdasan emosional

merupakan variabel moderasi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

31

Tabel 2.2

Telaah Penelitian Terdahulu

No Nama

Penelitian

Judul Penelitian Variabel

Penelitian

Hasil Penelitian

1 Napitupulu

(2009)

Pengaruh

Kecerdasan

Intelektual Dan

Kecerdasan

Emosional

Terhadap Tingkat

Pemahaman

Pelajaran

Akuntansi

Dengan Minat

Sebagai Variabel

Moderating

(Studi Pada SMK

Bisnis Dan

Manajemen Di

Kota Sibolga

Kelas XII

Jurusan

Akuntansi)

Variabel

Independen:

1. Kecerdasan

Intelektual

2. Kecerdasan

Emosional

Variabel

Moderating:

1. Minat

Variabel

Dependen:

1. Tingkat

Pemahaman

Akuntansi

1. Kecerdasan

intelektual

berpengaruh

signifikan terhadap

pemahaman

akuntansi.

2. Kecerdasan

emosional

berpengaruh

negatif dan tidak

signifikan terhadap

pemahaman

akuntansi.

3. Minat tidak mampu

memoderasi

pengaruh

kecerdasan

intelektual dan

kecerdasan

emosional terhadap

pemahaman

akuntansi.

2 Utami dan

Sumaryanto

(2013)

Pegaruh

Kecerdasan

Emosional,

Kecerdasan

Spiritual,

Perilaku Belajar,

Dan Lingkungan

Belajar Terhadap

Tingkat

Pemahaman

Akuntansi

Dengan

Perkembangan

Teknologi

Sebagai Variabel

Pemoderasi

Variabel

Independen:

1. Kecerdasan

Emosional

2. Kecerdasan

Spiritual

3. Perilaku

Belajar

4. Lingkungan

Belajar

Variabel

Dependen:

1. Tingkat

Pemahaman

Akuntansi

Variabel

Moderator:

1. Perkembangan

Teknologi

1. Kecerdasan

emosional,

kecerdasan

spiritual, perilaku

belajar, dan

lingkungan belajar

tidak berpengaruh

terhadap tingkat

pemahaman

akuntansi.

2. Perkembangan

teknologi bukan

merupakan variabel

moderator.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

32

Lanjutan tabel 2.1

No Nama

Penelitian

Judul Penelitian Variabel

Penelitian

Hasil Penelitian

3 Kusnita

(2014)

Pengaruh

Kecerdasan

Emosional,

Status Sosial

Ekonomi Orang

Tua, Dukungan

Sosial Teman

Sekolah Pada

Tingkat

Pemahaman

Pelajaran

Akuntansi Di

SMK Negeri 2

Tuban

Variabel

Independen:

1. Kecerdasan

Emosional

2. Status Sosial

Ekonomi

Orang Tua

3. Dukungan

Sosial Teman

Sekolah

Variabel

Dependen:

1. Tingkat

Pemahaman

Akuntansi

1. Kecerdasan

emosional

berpengaruh

terhadap tingkat

pemahaman

akuntansi.

2. Status sosial

ekonomi orang tua

tidak berpengaruh

sterhadap tingkat

pemahaman

akuntansi.

3. Dukungan sosial

teman sekolah

secara parsial

berpengaruh

tingkat pemahaman

akuntansi.

4 Martanti

dan

Priantinah

(2014)

Penerapan Model

Pembelajaran

Problem Based

Learning

Terhadap

Pemahaman

Konsep Dan

Motivasi Belajar

Variabel

Independen:

1. Model

Pembelajaran

Problem

Based

Learning

Variabel

Dependen:

1. Pemahaman

Konsep

2. Motivasi

Belajar

1. Penerapan model

pembelajaran

problem based

learning mampu

meningkatkan

pemahaman konsep

dan motivasi

belajar akuntansi.

5 Sari (2015) Upaya

Peningkatan

Pemahaman

Siswa Pada

Kompetensi

Dasar Membuat

Jurnal

Penyesuaian

Melalui Kertas

Kerja

Variabel

Independen:

1. Model

Pembelajaran

Direct

Instruction

Variabel

Dependen:

1. Pemahaman

Membuat

Jurnal

Penyesuaian

1. Penerapan model

pembelajaran direct

instruction dapat

meningkatkan

pemahaman belajar

akuntansi siswa

kelas XI IPS 2

SMA Negeri

Karangpandan,

Kabupaten

Karanganyar tahun

pelajaran

2012/2013.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

33

Lanjutan tabel 2.1

No Nama

Penelitian

Judul Penelitian Variabel

Penelitian

Hasil Penelitian

6 Rokhana

dan Sutrisno

(2016)

Pengaruh

Kecerdasan

Emosional,

Perilaku Belajar,

Dan Minat

Belajar Terhadap

Tingkat

Pemahaman

Akuntansi (Studi

Empiris Pada

Mahasiswa

Akuntansi

Fakultas

Ekonomika Dan

Bisnis UNTAG

Semarang)

Variabel

Independen:

1. Kecerdasan

Emosional

2. Perilaku

Belajar

3. Minat Belajar

Varibel Dependen:

1. Tingkat

Pemahaman

Akuntansi

1. Kecerdasan

emosional, perlaku

belajar, dan minat

belajar berpengaruh

signifikan dan

positif terhadap

tingkat pemahaman

akauntansi

7 Zulhawati

dan Ariani

(2016)

Pengaruh

Perilaku Belajar,

Kecerdasan

Emosional Dan

Kemampuan

Berpikir

Terhadap Tingkat

Pemahaman

Akuntansi

Variabel

Independen :

1. Perilaku

Belajar

2. Kecerdasan

Emosional

3. Kemampuan

Berpikir

Variabel

Dependen:

1. Tingkat

Pemahaman

Akuntansi

1. Perilaku belajar,

kecerdasan

emosional dan

kemampuan

berpikir secara

simultan

mempengaruhi

tingkat pemahaman

akuntansi.

8 Satria

(2017)

Pengaruh

Kecerdasan

Emosional

Terhadap Tingkat

Pemahaman

Akuntansi Pada

Mahasiswa

Akuntansi Di

Kota Bandung

Variabel

Independen:

1. Kecerdasan

Emosional

Variabel

Dependen:

1. Tingkat

Pemahaman

Akuntansi

1. Kecerdasan

emosional

berpengaruh positif

dan signifikan

terhadap tingkat

pemahaman

akuntansi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

34

Lanjutan tabel 2.1

No Nama

Penelitian

Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian

9 Wardani

dan Ratnadi

(2017)

Pengaruh

Kecerdasan

Emosional,

Kecerdasan

Intelektual, Dan

Perilaku Belajar

Pada Tingkat

Pemahaman

Akuntansi

Variabel

Independen:

1. Kecerdasan

Emosional

2. Kecerdasan

Intelektual

3. Perilaku

Belajar

Variabel

Dependen:

1. Tingkat

Pemahaman

Akuntansi

1. Kecerdasan

emosional,

kecerdasan

intelektual, dan

perilaku belajar

berpengaruh positif

terhadap tingkat

pemahaman

akuntansi.

10 Puttri dkk

(2017)

Sinkronisasi

Komponen

Kecerdasan

Emosional Dan

Pengaruhnya

Terhadap Tingkat

Pemahaman

Akuntansi Dalam

Sistem

Pendidikan

Tinggi Akuntansi

Variabel

Independen:

1. Kecerdasan

Emosional

Variabel

Dependen:

1. Tingkat

Pemahaman

Akuntansi

1. Kecerdasan

emosional tidak

berpengaruh

singnifikan

terhadap tingkat

pemahaman

akuntansi.

11 Widhiyani

dkk (2017)

Pengaruh

Kecerdasan

Emosional Dan

Internal Locus Of

Control Terhadap

Tingkat

Pemahaman

Akuntansi”.

Variabel Bebas:

1. Kecerdasan

Emosional

2. Internal Locus

Of Control

Variabel Terikat:

1. Tingkat

Pemahaman

Akuntansi

1. Kecerdasan

emosional dan

internal locus of

control memiliki

pengaruh positif

terhadap tingkat

pemahaman

akuntansi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

35

Lanjutan tabel 2.1

No Nama

Penelitian

Judul Penelitian Variabel

Penelitian

Hasil Penelitian

12 Saputra dkk

(2017)

Pengaruh

Penerapan

Metode Case

Based Learning

Dan Motivasi

Terhadap

Pemahaman

Akuntansi

Forensik Dengan

Kecerdasan

Emosional

Sebagai Variabel

Pemoderasi

Variabel

Independen:

1. Metode Case

Based

Learning

2. Motivasi

Variabel

Moderasi:

1. Kecerdasan

Emosional

Variabel

Dependen:

1. Pemahaman

Akuntansi

1. Metode case based

learning dan

motivasi

berpengaruh positif

dan signifikan

terhadap

pemahaman

akuntansi forensik.

2. Kecerdasan

emosional mampu

memoderasi

penerapan metode

cased based

learning dan

motivasi terhadap

pemahaman

akuntansi forensik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

36

Kecerdasan Emosional

Tinggi

(Z1)

2

BAB III

KERANGKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3 . 1 Kerangka Penelitian

Berikut merupakan gambar kerangka konsep pada penelitian ini yaitu

sebagai berikut:

Gambar 3.1

Kerangka Penelitian

3 . 1 . 1 Perbedaan Pemahaman Akuntansi Antara Siswa Yang Diajarkan

Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning

(PBL) Dibandingkan Dengan Siswa Yang Diajarkan Dengan

Menggunakan Model Pembelajaran Direct Instruction (DI).

Model pembelajaran problem based learning merupakan model

pembelajaran yang berbasis pendekatan saintifik dimana langkah – langkah

Model Pembelajaran

Problem Based

Learning

(X1)

Model Pembelajaran

Direct Instruction

(X2)

Pemahaman

Akuntansi

(Y)

Kecerdasan Emosional

Rendah

(Z2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

37

pembelajaran ini mirip langkah – langkah metode ilmiah. Model pembelajaran ini

dimulai dengan menghadapkan siswa pada permasalahan akuntansi yang

diberikan guru, kemudian siswa mengumpulkan informasi yang relevan untuk

memecahkan masalah tersebut dan menyimpulkannya. Bila merujuk pada hasil

penelitian Martanti dan Priantinah menyatakan bahwa model pembelajaran

problem based learning mampu meningkatkan pemahaman konsep akuntansi dan

meningkatkan motivasi belajar akuntansi, sehingga kelebihan model pembelajaran

ini yaitu membuat siswa dapat memecahkan permasalahan yang diberikan oleh

guru secara mandiri dan melatih kemampuan berpikir kritis siswa serta

meningkatkan motivasi belajar akuntansi.

Model pembelajaran langsung (direct instruction) adalah model

pembelajaran yang dilakukan secara bertahap dimana dimulai dari penyampaian

tujuan belajar, menyampaikan informasi pembelajaran secara bertahap,

memberikan latihan kepada siswa dan diakhiri dengan mengevaluasi hasil latihan

siswa. Jika merujuk pada penelitian yang dilakukan Sari (2015), hasil penelitianya

menyimpulkan bahwa model pembelajaran langsung mampu meningkatkan

pemahaman akuntansi, sehingga kelebihan dari model pembelajaran ini adalah

penyampaian materi secara tersturktur, dapat diterapkan di kelas yang jumlah

siswanya banyak, waktu pembelajaran dapat di kontrol dengan baik dan

sebagainya.

Dengan demikian, karena ada perbedaan langkah – langkah pembelajaran

pada kedua model pembelajaran tersebut, maka diduga ada perbedaan pemahaman

akuntansi antara siswa yang diajarkan dengan menggunkan model pembelajaran

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

38

problem based learning dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan

menggunakan model pembelajaran direct instruction.

3 . 1 . 2 Perbedaan Pemahaman Akuntansi Antara Siswa Yang Memiliki

Kecerdasan Emosional Tinggi Dengan Siswa Yang Memiliki

Kecerdasan Emosional Rendah.

Kecerdasan emosional merupakan kecerdasan yang ada pada setiap diri

manusia. Goleman (2017) menyatakan rendahnya kecerdasan emosional dapat

menghambat pekerjaan, mengalami kesehatan yang buruk, depresi, dan

menghambat hubungan sosial. Apabila dikaitkan dengan pemahaman akuntansi,

siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi diduga akan memiliki

pengendalian diri, motivasi, dan pengenalan diri yang lebih baik dari siswa yang

memiliki kecerdasan emosional rendah dalam melakukan aktivitas belajar

mengajar. Siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi akan memiliki

kesabaran dalam mempelajari akuntansi yang sifat pembelajaran merupakan

proses yang berkaitan dengan siklus akuntansi, selain itu ketika dihadapkan dalam

pembelajaran kelompok atau tugas kelompok, siswa yang memiliki kecerdasan

emosional tinggi akan memiliki empati dan hubungan sosisal yang lebih baik

daripada siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah. Dengan demikian,

siswa yang mempunyai kecerdasan emosional tinggi mampu menyelesaikan

masalah dengan baik.

Siswa yang mempunyai kecerdasan emosional rendah diduga akan

mengalami kesulitan dalam memahami akuntansi, hal ini dikarenakan siswa yang

mempunyai kecerdasan emosional rendah memiliki kesabaran dan pengendalian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

39

diri yang kurang baik, kesabaran dan pengendalian diri yang kurang baik akan

berdampak pada menurunnya motivasi belajar siswa, sehingga siswa akan cepat

bosan dan depresi dalam belajar akuntansi. Apabila ditugaskan dalam

pembelajaran kelompok, siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah akan

sulit berkerjasama dengan siswa lain dalam menyelesaikan tugas kelompok.

Jika merujuk hasil penelitian yang dilakukan oleh Kusnita (2014),

Rokhana dan Sutirsno (2016), Zulhawati dan Ariani (2016), Satria (2017),

Wardani dan Ratnadi (2017) serta Widhiyani ddk (2017) menyimpulkan bahwa

kecerdasan emosional berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemahaman

akuntansi, maka dapat dikatakan bahwa dengan adanya kenaikan pada kecerdasan

emosional siswa mampu meningkatkan pemahaman akuntansi. Namun penelitian

mereka bertolak belakang terhadap hasil penelitian Utami dan Sumaryanto (2013)

serta Puttri, dkk (2017) yang menyimpulkan bahwa kecerdasan emosional tidak

berpengaruh terhadap pemahaman akuntansi, selain itu penelitian Napitupulu

(2009) menyatakan kecerdasan emosional berpengaruh negatif dan tidak

signifikan terhadap pemahaman akuntansi. Dari hasil penelitian terdahulu yang

tidak konsisten, diduga bahwa siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi

akan memiliki pemahaman akuntansi yang tinggi, sedangkan siswa yang memiliki

kecerdasan emosional rendah akan memiliki pemahaman akuntansi yang rendah.

Dari uraian sebelumnya, diduga ada perbedaan pemahaman akuntansi

siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi dengan siswa yang memiliki

kecerdasan emosional rendah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

40

3 . 1 . 3 Pengaruh Interaksi Antara Model Pembelajaran Dan Kecerdasan

Emosional Terhadap Pemahaman Akuntansi.

Bila dikaitkan antara model pembelajaran dengan kecerdasan emosional,

maka diduga adanya pengaruh interaksi antara model pembelajaran dengan

kecerdasan emosional. Dugaan ini diperkuat oleh penelitian Saputra dkk (2017)

yang menyimbulkan bahwa kecerdasan emosional mampu memoderasi pengaruh

antara metode pembelajaran dengan pemahaman akuntansi. Siswa yang memiliki

kecerdasan emosional tinggi diduga akan lebih sesuai belajar dengan model

pembelajaran problem based learning. Hal ini dikarenakan siswa mampu

mengikuti langkah – langkah metode ilmiah dengan sabar serta mampu belajar

dengan mandiri ketika diberikan masalah atau kasus akuntansi yang diselesaikan

siswa. Apabila siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi diajarkan

dengan model pembelajaran langsung, maka pengalaman belajar dan kemampuan

berpikir kritis mereka tidak akan terlatih dengan baik, hal ini disebabkan guru

selalu membimbing mereka tahap demi tahap, sehingga siswa akan menjadi pasif.

Siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah apabila diajari dengan

model pembelajaran problem based learning akan mengalami kesulitan sebab

untuk mengikuti model pembelajaran ini diperlukan kesabaran dan pengendalian

emosi yang tinggi dalam mengkuti model pembelajaran yang berbasis pendekatan

saintifik. Siswa yang mempunyai kecerdasan emosional rendah diduga lebih

cocok belajar dengan model pembelajaran direct instruction. Pada model

pembelajaran ini, siswa diajari secara bertahap melalui bimbingan guru setelah

diberikan materi dengan metode ceramah dan demonstrasi, kemudian diberikan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

41

latihan untuk memantapkan apa yang diajarkan sebelumnya. Model pembelajaran

ini tidak serumit model pembelajaran problem based learning. Oleh sebab itu,

model pembelajaran direct instruction lebih sesuai.

Dari uraian sebelumnya, diduga ada pengaruh interaksi antara model

pembelajaran dan kecerdasan emosional terhadap pemahaman akuntansi.

3 . 2 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian kerangka penelitian, maka hipotesis pada penelitian ini

terdiri dari sebagai berikut:

H1: Ada perbedaan pemahaman akuntansi antara siswa yang diajarkan

dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning (PBL)

dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan menggunakan model

direct instruction (DI).

H2: Ada perbedaan pemahaman akuntansi antara siswa yang memiliki

kecerdasan emosional tinggi dengan siswa yang memiliki kecerdasan

emosional rendah.

H3: Ada pengaruh interaksi antara model pembelajaran dan kecerdasan

emosional terhadap pemahaman akuntansi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

42

BAB IV

METODE PENELITIAN

4 . 1 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan tingkat eksplanasi

komparatif sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah metode kuasi

ekperimen dengan desain penelitian factorial design 2X2 (Nahartyo, 2012).Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah.

Tabel 4.1

Desain Penelitian

Kecerdasan Emosional

(B)

Model Pembelajaran (A)

Problem Based Learning

(PBL)

(A1)

Direct Instruction (DI)

(A2)

Tinggi (B1) A1B1 A2B1

Rendah (B2) A1B2 A2B2

Keterangan:

A1 : Problem based learning (PBL)

A2 : Direct instruction (DI)

B1 : Kecerdasan emosional tinggi

B2 : Kecerdasan emosional rendah

A1B1: Pemahaman akuntansi mahasiswa yang diajarkan dengan model

pembelajaran problem based learning (PBL) dan memiliki kecerdasan

emosional tinggi.

A1B2: Pemahaman akuntansi mahasiswa yang diajarkan dengan model

pembelajaran problem based learning (PBL) dan memiliki kecerdasan

emosional rendah.

A2B1: Pemahaman akuntansi mahasiswa yang diajarkan dengan model

pembelajaran direct instruction (DI) dan memiliki kecerdasan emosional

tinggi.

A2B2: Pemahaman akuntansi mahasiswa yang diajarkan dengan model

pembelajaran direct instruction (DI) dan memiliki kecerdasan emosional

rendah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

43

Berdasarkan uraian factorial design 2 x 2, sampel penelitian dapat dibagi

menjadi beberapa grup menurut Nahartyo (2012) pyaitu:

1. Grup 1 (A1B1) adalah kelompok siswa yang diajarkan dengan model

pembelajaran problem based learning (PBL) dan memiliki kecerdasan

emosional tinggi selaku kelompok ekperimen.

2. Grup 2 (AIB2) adalah kelompok siswa yang diajarkan dengan model

pembelajaran problem based learning (PBL) dan memiliki kecerdasan

emosional rendah selaku kelompok ekperimen.

3. Grup 3 (A2B1) adalah kelompok siswa yang diajarkan dengan model

pembelajaran direct instruction (DI) dan memiliki kecerdasan .tinggi

selaku kelompok kontrol.

4. Grup 4 (A2B2) adalah kelompok siswa yang diajarkan dengan model

pembelajaran direct instruction (DI) dan memiliki kecerdasan emosional

rendah selaku kelompok kontrol.

Apabila desain penelitian factorial design 2x2 dijabarkan, maka

rancangannya seperti ini menurut Sugiono (2013) yaitu:

Tabel 4.2

Penjabaran Desain Penelitian Faktorial 2 X 2

R O1 X Z1 O2

R O3 Z1 O4

R O5 X Z2 O6

R O7 Z2 O8

Keterangan: R = Random

O1, O3, O5, dan O7 = Pre – Test

X = Model Pembelajaran PBL

Z1 = Kecerdasan Emosional Tinggi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

44

Z2 = Kecerdasan Emosional Rendah

O2, O4, O6, dan O8 = Post – Test

Agar hasil penelitian dapat digeneralisasi secara luas, maka perlu

mengontrol validitas eksternal dan internal pada rancangan tersebut. Menurut Ary

dkk (1975) validitas eksternal dapat dikendalikan dengan cara sebagai berikut:

1) Validitas Populasi: Pengendalian sukjek penelitian diusahakan agar sampel

penelitian dapat mewakili gejala yang ditimbulkan akibat perlakukan

eksperimen kepada populasi

2) Validitas Ekologi: Pengendalian ini sangat penting dilakukan agar hasil

penelitian dapat digeneralisasi pada lingkungan lain. Validitas ekologi

dapat dikendalikan melalui beberapa hal yaitu:

a) Tidak mengubah kondisi keseharian yang terjadi pada sampel penelitian

seperti: tidak mengubah bentuk kelas, menggunakan kurikulum yang

sama, memberi perlakuan yang sama kepada seluruh siswa yang ada di

dalam kelas, tidak mengubah jadwal pelajaran, tidak membentuk kelas

– kelas khusus untuk perlakuan ekperimen.

b) Tidak memberitahu kepada siswa bahwa mereka merupakan sampel

penelitian yang sedang diamati, begitu juga kepada siswa yang bukan

sampel penelitian tidak diberi tahu bahwa mereka bukan sampel

penelitian.

Ada beberapa faktor validitas internal menurut Nahartyo (2012) yang harus

dikontrol agar hasil penelitian yang diperoleh merupakan akibat nyata dari

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

45

perlakukan ekperimen yang diberikan kepada sampel penelitian yaitu sebagai

berikut:

1) Pengaruh Histori: Pengaruh ini dapat dikendalikan dengan cara

mempersingkat waktu ekperimen agar dapat mencegah hal – hal yang tidak

diinginkan terjadi dimana mampu mempengaruhi perlakukan ekperimen.

2) Pengaruh Maturasi: Pengaruh ini dapat dikendalikan dengan cara tidak

memperlama perlakuan ekperimen sehingga sampel penelitian tidak

mengalami perubahan fisik maupun mental seperti: bosan, lapar maupun

lelah.

3) Pengaruh Testing: Pengendalian pengaruh testing ini dengan cara tidak

memberi tahu kepada siswa bahwa tes hasil belajar yang diberikan di pre –

test akan diujikan kembali di post - test.

4) Pengaruh Instrumentasi: Pengendalian pengaruh ini dapat dilakukan

dengan cara tidak merubah alat ukur yang akan diujikan pada pre – test dan

post – test.

5) Pengaruh Moralitas: Pengaruh ini dikontrol dengan cara mempersingkat

waktu perlakuan ekperimen agar siswa tidak bosan, sehingga siswa tidak

meninggalkan kelas pada saat penelitian dilakukan serta memberikan

sangsi kepada siswa yang tidak hadir pada saat perlakukan ekperimen.

6) Pengaruh Regresi Statistik: Pengaruh ini dikendalikan melalui pemilihan

sampel penelitian secara acak dan mengindari sampel penelitian yang

memiliki nilai ekstrem yang amat tinggi dan yang amat rendah, sehingga

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

46

hasil penelitian benar merupakan akibat dari perlakuan ekperimen dan

bukan merupakan dikarenakan sampel yang terpilih secara khusus.

7) Pengaruh Seleksi Sampel Penelitian: Pemilihan sampel penelitian harus

memiliki karakteristik yang ekuivalen dan sama agar hasil penelitian

merupakan hasil dari perlakuan ekperimen.

4 . 2 Defenisi Operasional Variabel

Berikut merupakan definisi operasional beberapa variabel dalam penelitian

ini yaitu sebagai berikut:

1. Variabel dependen (Y) pada penelitian ini adalah pemahaman akuntansi.

Pemahaman Akuntansi diukur dengan tes hasil belajar yang valid dan

reliabel dimana soal berbentuk pilihan berganda yang terdiri dari lima

pilihan jawaban yaitu A, B, C, D, & E.

2. Variabel bebas (X1) pada penelitian ini adalah model pembelajaran

problem based learning (PBL). Variabel ini diukur dengan tes hasil belajar

yang sudah valid dan reliabel dimana dilakukan dua kali tes yaitu pre –

test dan post - test agar mengetahui pengaruh model pembelajaran ini

sebelum diterapkan dan pengaruh model pembelajaran ini sesudah

diterapkan.

3. Variabel kontrol (X2) pada penelitian ini adalah model pembelajaran

direct instruction (DI) atau model pembelajaran langsung. Model

pembelajaran ini diukur dengan tes hasil belajar yang sudah valid dan

reliabel dimana dilakukan dua kali tes yaitu pre – test dan post - test agar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

47

mengetahui pengaruh model pembelajaran ini sebelum diterapkan dan

pengaruh model pembelajaran ini sesudah diterapkan.

4. Variabel Moderator (Z1) pada penelitian ini adalah kecerdasan emosional

tinggi. Kecerdasan emosional tinggi diukur menggunakan kuestioner yang

berskala likert dengan bobot satu sampai lima dimana pilihan jawaban

terdiri dari lima yaitu: sangat tidak setuju, tidak setuju, netral, setuju, dan

sangat setuju.

5. Variabel Moderator (Z2) pada penelitian ini adalah kecerdasan emosional

rendah. Kecerdasan emosional rendah diukur menggunakan kuestioner

yang berskala likert dengan bobot satu sampai lima dimana pilihan

jawaban terdiri dari lima yaitu: sangat tidak setuju, tidak setuju, netral,

setuju, dan sangat setuju.

Pembagian kecerdasan emosional ini menjadi tinggi dan rendah

menggunakan rumus Lestika dan Kristian (2015) yaitu sebagai berikut:

Kriteria: Skor EQ > Mi (Skor Ideal) = Kecerdasan emosional siswa tinggi.

Skor EQ < Mi (Skor Ideal) = Kecerdasan emosional siswa rendah.

Tabel 4.3

Definisi Operasional Variabel

Nama / Jenis

Variabel

Definisi Operasional Variabel Skala

Variabel Dependen:

- Pemahaman

Akuntansi (Y)

Kemampuan untuk menerjemah, menafsirkan,

dan mengekstrapolasikan materi – materi

akuntansi yang diberikan di kelas yang diukur

dengan tes hasil belajar.

Interval

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

48

Lanjutan tabel 4.3

Variabel

Independen:

- Model

Pembelajaran

Problem Based

Learning (X1)

Model pembelajaran yang menghadapkan

suatu masalah kepada peserta didik dimana

dimulai dari memperkenalkan kompetensi

yang hendak di capai, kemudian memberikan

masalah yang hendak diselesaikan dengan

metode ilmiah, setelah masalah yang

diberikan selesai, selanjutnya diakhiri dengan

evaluasi dengan tes hasil belajar.

Interval

Variabel Kontrol:

- Model

Pembelajaran

Direct

Instruction (X2)

Model pembelajaran terstruktur yang dimulai

dengan menyampaikan tujuan pembelajaran,

menyampaikan materi pembelajaran,

memberikan latihan dan mengevaluasi

pembelajaran menggunakan tes hasil belajar.

Interval

Variabel

Moderator:

- Kecerdasan

Emosional

Tinggi (Z1)

Kapabilitas siswa yang berkaitan dengan

mengenal, mengontrol, memotivasi diri dan

berempati kepada orang lain serta mampu

membina hubungan baik dengan orang lain

yang diukur dengan kuestioner dengan

kriteria skor EQ lebih besar dari skor ideal,

maka dikategorikan sebagai siswa yang

memiliki kecerdasan emosional tinggi.

Interval

- Kecerdasan

Emosional

Rendah (Z2)

Ketrampilan siswa yang berkaitan dengan

mengenal, mengontrol, memotivasi diri dan

berempati kepada orang lain serta mampu

membina hubungan baik dengan orang lain

yang diukur dengan kuestioner dengan

kriteria skor EQ lebih kecil dari skor ideal,

maka dikategorikan sebagai siswa yang

memiliki kecerdasan emosional rendah.

Interval

Indikator Kecerdasan Emosional

1. Pengenalan Diri Ketrampilan siswa untuk mengetahui

perasaan emosional yang ada di dalam

dirinya.

Interval

2. Pengendalian

Diri

Kapabilitas siswa untuk mengontrol perasaan

emosinal yang ada di dalam dirinya.

Interval

3. Motivasi Diri Kemampuan siswa untuk memuncul

dorongan pada diri sendiri untuk mencapai

sesuatu yang lebih baik.

Interval

4. Empati Kemampuan siswa untuk memahami perasaan

dan kondisi yang terjadi pada orang lain.

Interval

5. Ketrampilan

Sosial

Kapabilitas siswa untuk membangun

hubungan baik dengan orang lain.

Interval

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

49

4 . 3 Populasi, Sampel Dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X - SMK

akuntansi angkatan tahun 2018 / 2019 yang terdiri dari 144 siswa yang terbagi

menjadi empat kelas yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.4

Populasi Penelitian

Kelas Jumlah Mahasiswa

X – Ak 1 36

X – Ak 2 36

X – Ak 3 36

X – Ak 4 36

Jumlah Keseluruhan 144

(Sumber: Data Jumlah Siswa SMK Negeri 1 Medan Tahun Pelajaran 2018/2019)

Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik cluster

random sampling yang terdiri dari dua tahap. Tahap pertama adalah menentukan

kelas secara acak dengan undian. Dari empat kelas terpilih dua kelas yaitu X – Ak

2 dan X – Ak 4, kelas X – Ak 4 akan menggunakan model pembelajaran langsung,

sedangkan kelas X - Ak 2 akan diajarkan menggunakan model problem based

learning, selanjutnya pada tahap kedua yaitu memilih siswa secara acak melalui

undian dari 62 siswa. Untuk mentukan ukuran sampel yang diteleti pada tiap kelas,

maka rumus Yamane digunakan yaitu sebagai berikut:

(Thoifah, 2016)

Keterangan: n = Jumlah Sampel

N = Jumlah Populasi

= Presisi yang ditetapkan (tingkat kesalahan) = 5 %

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

50

Dengan demikian, sampel penelitian pada penelitian ini dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 4.5

Kerangka Sampel Penelitian

Kelas Jumlah Mahasiswa Perlakuan

X – Ak 2 31 Model Pembelajaran

Problem Based Learning

X – Ak 4 30 Model Pembelajaran Direct

Instruction

Jumlah Keseluruhan 61

4 . 4 Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan data primer yang dikumpulkan melalui dua

instrumen penelitian yaitu sebagai berikut:

1. Kuestioner digunakan untuk mengukur kecerdasan emosional dimana

kuestioner ini akan diberikan kepada responden. Kuestioner pada

penelitian ini merupakan gabungan dan modifikasi dari dua peneliti

sebelumnya yaitu: Pasek (2015) dan Sari (2015) yang kemudian akan di

uji lagi validitas dan reliabilitas.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

51

2. Tes hasil belajar digunakan untuk mengukur pemahaman akuntansi yang

diajarkan dengan model pembelajaran Problem Based Learning dan model

pembelajaran Direct Instruction. Tes hasil belajar ini berbentuk pilihan

berganda dengan jumlah 20 butir soal, sebelum tes ini diberikan pada

responden sebenarnya, maka dilakukan uji validitas, reliabilitas, daya

pembeda soal dan tingkat kesukaran soal.

4 . 5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data menggunakan kuestioner dan tes hasil belajar

yang diberikan kepada sampel sebenarnya. Adapun proses pembuatan kedua

intrumen penelitian yaitu sebagai berikut:

1. Kuestioner penelitian disusun dengan mengadopsi dan memodifikasi

kuestioner penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Pasek (2015) dan Sari

(2015) serta dilakukan penyesuaian kembali dengan indikator – indikator

kecerdasan emosional yang diajukan oleh Goleman (2017).

2. Tes hasil belajar yang digunakan untuk mengukur pemahaman akuntansi

disusun dengan cara berkonsultasi dengan guru bidang studi akuntansi di

kelas X – Akuntansi SMK Negeri 1 Medan.

3. Setelah penyusunan kedua instrumen selesai, kedua instrumen ini akan

dilakukan uji coba kepada siswa kelas X – Ak 3 di SMK Negeri 1 Medan.

4. Setelah selesai dilakukan uji coba, tahap selanjutnya adalah melakukan uji

validitas dan uji reliabilitas pada kuestioner penelitian dan tes hasil belajar.

Khusus tes hasil belajar sesudah dilakukan uji validitas dan reliabilitas

akan di lakukan uji daya pembeda soal dan tingkat kesukaran soal.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

52

5. Setelah lulus uji instrumen penelitian, kedua instrumen penelitian ini akan

diberikan kepada sampel sebenarnya agar data penelitian dapat di

kumpulkan.

4.5.1 Uji Validitas

Sebelum kuestioner yang sebenarnya diberikan kepada responden, maka

perlu dilakukan uji validitas untuk mengetahui seberapa jauh tingkat kesahihan

instrumen penelitian. Untuk kuestioner penelitian diuji dengan bantuan perangkat

lunak SPSS versi 17, sedangkan tes hasil belajar menggunakan perangkat lunak

Anates versi 4.09. Agar mengetahui butir soal angket dan tes hasil belajar

dikatakan valid, maka nilai koefisien validitas tersebut dikonsultasikan ke tabel

nilai tabel product moment dengan kriteria jika kritik rhitung > rtabel untuk taraf

nyata α = 0,05 maka butir soal tersebut dikatakan valid.

Kriteria koefisien korelasi untuk penguji validitas menurut Arikunto

(2012) yaitu sebagai berikut :

0,800 sampai dengan 1,00 : Sangat Tinggi

0,600 sampai dengan 0,800 : Tinggi

0,400 sampai dengan 0,600 : Sedang / Cukup

0,200 sampai dengan 0,400 : Rendah

0,000 sampai dengan 0,200 : Sangat Rendah

4.5.2 Uji Reliabilitas

Suatu angket dikatakan layak digunakan untuk penelitian apabila, angket

tersebut sudah handal. Untuk menguji kuestioner penelitian menggunakan

perangkat lunak SPSS versi 17, sedangkan tes hasil belajar diuji menggunakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

53

Anates versi 4.09. Untuk menafsirkan keberartian nilai koefisien reliabilitas tiap

butir soal angket dan tes maka nilai tersebut dikonsultasikan ke tabel nilai tabel

product moment dengan kriteria jika kritik rhitung > rtabel untuk taraf nyata α = 0,05

maka butir soal tersebut dikatakan reliabel.

Klasifikasi keofisien reliabilitas dapat dibagi menjadi lima tingkat menurut

Guilford (1956) yaitu sebagai berikut:

0,00 ≤ r < 0,20 = Sangat rendah

0,20 ≤ r < 0,40 = Rendah

0,40 ≤ r < 0,60 = Sedang / Cukup

0,60 ≤ r < 0,80 = Tinggi

0,80 ≤ r ≤ 1,00 = Sangat Tinggi

4.5.3 Daya Pembeda Soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu item soal tes membedakan

antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan

rendah. Untuk mempermudah penentuan daya beda soal, pengujian daya beda soal

mengunakan perangkat lunak Anates versi 4.09 dan Ms. Excel 2013. Berikut

merupakan klasifikasi daya pembeda soal menurut Sundayana (2014) adalah

sebagai berikut:

DP ≤ 0,00 = Sangat Jelek

0,00 < DP ≤ 0,20 = Jelek

0,30 < TK ≤ 0,70 = Cukup

0,70 < TK ≤ 1,00 = Baik

TK = 1,00 = Sangat Baik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

54

4.5.4 Tingkat Kesukaran Soal

Soal yang baik adalah soal yang memiliki tingkat kesukaran sedang atau

cukup. Untuk dapat mengetahui sejauh mana tingkat kesulitan soal, maka

digunakan bantuan program Ms. Excel 2013 dan Anates versi 4.0.9. Indeks

kesukaran diklasifikasikan sebagai berikut menurut Sundayana (2014) :

TK = 0,00 = Sangat Sukar

0,00 < TK ≤ 0,30 = Sukar

0,30 < TK ≤ 0,70 = Sedang / Cukup

0,70 < TK ≤ 1,00 = Mudah

TK = 1,00 = Sangat Mudah

4 . 6 Teknik Analisa Data

Pada penelitian ini, metode analisis data terdiri dari dua yaitu analisis

statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial. Analisis statistik deskriptif

terdiri dari mean, standar deviasi, varian, nilai maksimum dan nilai minimum.

Analisis statistik inferensial yang digunakan pada penelitian ini adalah anava dua

jalur. Apabila ditemukan ada perbedaan yang signifikan pada masing – masing

kelompok dari hasil uji anava dua jalur, maka dilanjutkan ke uji lanjutan (post hoc

test) yang berupa uji Tukey atau uji Scheffe. Sebelum anava dua jalur digunakan,

terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis data yaitu uji normalitas dan uji

homogenitas.

4.6.1 Uji Persyaratan Analisis Data

Uji persyaratan analisis data untuk menggunakan anava dua jalur adalah

uji normalitas dan uji homogenitas.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

55

4.6.1.1 Uji Normalitas

Salah satu syarat menggunakan statistik parametrik adalah data

berdistribusi normal. Menurut Sundayana (2014) untuk mengetahui suatu data

berdistribusi normal atau tidak maka digunakan uji Shapiro – Wilk dengan kriteria

penggujian:

Nilai sig. > 0,05 maka data berdistribusi normal

Nilai sig < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal

Untuk mempermudah perhitungan uji Shapiro – Wilk, maka digunakan

perangkat lunak SPPS versi 17.

4.6.1.2 Uji Homogenitas

Selain data harus berdistribusi normal, syarat selanjutnya untuk

menggunakan statistik parametrik adalah data memiliki varians yang homogen.

Menurut Ghozali (2016) untuk mengetahui data memiliki varians yang homogen

atau tidak dapat menggunakan uji Levene dengan kriteria pengujian:

Nilai sig. > 0,05 maka data memiliki varians yang homogen

Nilai sig. < 0,05 maka data memiliki varians yang tidak homogen

Untuk mempermudah perhitungan uji homogenitas, maka digunakan

perangkat lunak SPPS versi 17.

4.6.2 Pengujian Hipotesis

Penggujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan anava dua jalur

dengan main effect dan interaction effect melalui perangkat lunak SPSS versi 17.

Pengujian main effect untuk menguji hipotesis pertama dan kedua, sedangkan

hipotesis ketiga diuji dengan interaction effect. Apabila ditemukan ada perbedaan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

56

yang signifikan masing – masing kelompok dari hasil uji anava dua jalur, maka

dilanjutkan ke uji lanjutan (post hoc test) yang berupa uji Tukey atau uji Scheffe

dengan SPSS versi 17 untuk melihat kelompok mana yang berbeda signifikan.

Untuk perumusan hipotesis statistik pada penelitian ini ada beberapa yaitu:

Hipotesis 1 :

Hipotesis 2 :

Hipotesis 3 :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

57

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5 . 1 Deskripsi Data Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 1 Medan pada tahun pembelajaran

2018 / 2019. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuasi ekperimen dengan desain

factorial 2x2. Sampel penelitian berjumlah 61 siswa dimana 61 siswa ini dibagi

menjadi dua kelas yaitu kelas X Ak 2 berjumlah 31 siswa yang belajar dengan

model pembelajaran problem based learning (PBL), sedangkan kelas X Ak 4

berjumlah 30 siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran direct instruction

(DI).

Intrumen penelitian terdiri dari dua yaitu kuestioner penelitian dan tes

hasil belajar. Kuestioner penelitian digunakan untuk mengukur kecerdasan

emosional siswa yang terdiri dari 22 butir soal dengan lima indikator yaitu:

pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi, empati dan ketrampilan sosial,

sedangkan tes hasil belajar digunakan untuk mengukur pemahaman akuntansi dan

pengaruh perlakuan dari model pembelajaran. Tes hasil belajar yang diberikan

berbentuk pilihan berganda dengan jumlah 20 soal. Sebelum intrumen penelitian

diberikan kepada sampel yang sebenarnya, kedua intrumen penelitian dilakukan

uji coba instrumen penelitian. Kuestioner penelitian dilakukan uji validitas dan uji

reliabilitas, sedangkan tes hasil belajar juga dilakukan uji validitas, uji reliabilitas,

daya pembeda soal, serta tingkat kesukaran soal. Pengujian intrumen penelitian

dilakukan pada kelas X – Ak 3 yang berjumlah 34 siswa. Pemilihan kelas ini

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

58

didasari oleh siswa yang berada di kelas X – Ak 3 memiliki karakteristik yang

hampir sama dengan sampel penelitian yang sebenarnya.

Setelah uji instrumen penelitian selesai dilakukan, selanjutnya dilakukan

pengambilan data pada sampel sebenarnya. Berikut merupakan data karakteristik

siswa yang ada dilapangan penelitian:

Tabel 5.1

Karakteristik Sampel Penelitian Berdasarkan Usia

No Usia (Tahun) Jumlah (Siswa) Persentase (%)

1 14 Tahun 5 8.20

2 15 Tahun 52 85.25

3 16 Tahun 4 6.56

- Total 61 100.00

(Sumber: Data Sampel Penelitian, Lampiran Tujuh)

Tabel diatas memperlihatkan siswa yang berusia 14 tahun berjumlah lima

orang siswa dengan persentase 8.20 persen, selanjutnya siswa yang berusia15

tahun berjumlah 52 orang siswa, dan siswa yang berusia 16 tahun berjumlah

empat orang siswa. Dengan demikian, siswa yang menjadi sampel penelitian tidak

memiliki perbedaan usia yang jauh.

Tabel 5.2

Karakteristik Sampel Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah (Siswa) Persentase (%)

1 Laki – Laki 3 4.92

2 Perempuan 58 95.08

- Total 61 100.00

(Sumber: Data Sampel Penelitian, Lampiran Tujuh)

Tabel diatas memperlihatkan siswa yang berjenis kelamin laki – laki

berjumlah tiga orang siswa dengan persentase 4.92 persen, sedangkan siswa yang

berjenis kelamin perempuan berjumlah 58 orang dengan persentase 95.08 persen.

Dengan demikian, sampel penelitian mayoritas berjenis kelamin perempuan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

59

Tabel 5.3

Karakteristik Sampel Penelitian Berdasarkan Kecerdasan Emosional

No Kecerdasan Emosional Jumlah (Siswa) Persentase (%)

1 Tinggi 31 50.82

2 Rendah 30 49.18

- Total 61 100.00

(Sumber: Data Sampel Penelitian, Lampiran Tujuh)

Tabel di atas memperlihatkan bawha siswa yang memiliki kecerdasan

emosional tinggi berjumlah 31 orang siswa dengan persentase 50.82 persen,

sedangkan siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah berjumlah 58 orang

dengan persentase 49.18 persen. Dengan demikian, jumlah siswa yang memiliki

kecerdasan emosional tinggi dengan jumlah siswa yang memiliki kecerdasan

emosional rendah tidak jauh berbeda.

Sebelum dilakukan uji persyaratan analisis data, statistik deskriptif pada

penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu: (1) statistik deskriptif pre – test dimana

menunjukkan data pemahaman akuntansi sebelum dilakukan treatment model

pembelajaran, (2) statistik deskriptif post – test dimana menunjukkan data

pemahaman akuntansi sesudah dilakukan treatment model pembelajaran. Berikut

dibawah ini merupakan hasil statistik deskriptif dari pre – test siswa kelas X Ak 2

dan X Ak 4 yaitu sebagai berikut:

Tabel 5.4

Statistik Deskriptif Pre – Test

N Mean Nilai

Min.

Nilai

Mak.

Jumlah

Siswa EQ

Tinggi

Jumlah

Siswa EQ

Rendah

Kelas X Ak 2 31 53.06 35 80 16 15

Kelas X Ak 4 30 52.83 30 70 15 15

Kelas X Ak 2 & X

Ak 4 (EQ Tinggi)

31 56.48 35 80 - -

Kelas X Ak 2 & X

Ak 4 (EQ Rendah)

30 50.33 30 70 - -

Jumlah sampel penelitian secara keseluruhan sebesar 61 siswa.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

60

(Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian Dengan SPSS Versi 17, Lampiran

Delapan)

Melalui tabel diatas, rata – rata nilai pre – test kelas X Ak 2 sebesar 53.06,

nilai terendah yang diperoleh siswa sebesar 35, sedangkan nilai maksimun yang

diperoleh siswa sebesar 80. Selanjutnya, jumlah siswa dengan kecerdasan

emosional tinggi di kelas Ak 2 sebanyak 16 siswa, sedangkan jumlah siswa

dengan kecerdasan emosional rendah 15 siswa. Rata – rata nilai pre – test kelas X

Ak 4 sebesar 52.83, nilai terendah yang diperoleh oleh siswa adalah 30,

sedangkan nilai maksimum sebesar 70. Selanjutnya, jumlah siswa dengan

kecerdasan emosional tinggi di kelas Ak 4 sebanyak 15 siswa, sedangkan jumlah

siswa dengan kecerdasan emosional rendah 15 siswa.

Bila ditinjau dari aspek kecerdasan emosional, siswa yang memiliki

kecerdasan emosional tinggi (kelas X Ak 2 dan kelas X Ak 4) memiliki rata –

rata nilai pre – test sebesar 56.48 dengan nilai maksimum sebesar 80, sedangkan

nilai minimum yang diperoleh siswa sebesar 35. Selanjutnya, siswa yang memiliki

kecerdasan emosional rendah (kelas X Ak 2 dan kelas X Ak 4) memiliki rata –

rata nilai pre - test sebesar 50.33 dengan nilai tertinggi yang diperoleh siswa

sebesar 70, sedangkan yang terendah sebesar 30.

Dengan demikian, kemampuan akuntansi awal kelas X Ak 2 dan

kemampuan akuntansi awal kelas X Ak 4 tidak memiliki perbedaan yang terlalu

jauh karena rata – rata nilai pre - test kelas X Ak 2 sebesar 53.06, sedangkan kelas

X Ak 4 mempunyai rata – rata nilai pre - test sebesar 52.83, sehingga penelitian

ini dapat dilaksanakan ke perlakuan model pembelajaran.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

61

Setelah perlakuan (treatment) model pembelajaran selesai dilakukan, maka

selanjutnya dilakukan post - test untuk mengetahui kemampuan akhir siswa.

Berikut dibawah ini merupakan hasil statistik deskriptif yang diperoleh yaitu

Tabel 5.5

Statistik Deskriptif Post – Test

N Mean Standar

Deviasi

Varians Nilai

Min.

Nilai

Mak.

PBL 31 75.81 8.77 76.83 60 95

DI 30 79.83 8.04 64.63 60 95

EQ Tinggi 31 80.32 7.85 61.56 65 95

EQ Rendah 30 75.17 8.66 74.97 60 95

PBL & EQ Tinggi 16 80.31 8.26 68.23 65 95

PBL & EQ Rendah 15 71.00 6.60 43.57 60 80

DI & EQ Tinggi 15 80.33 7.67 58.81 70 95

DI & EQ Rendah 15 79.33 8.63 74.52 60 90

(Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian Dengan SPSS Versi 17, Lampiran

Delapan)

Berdasarkan tabel diatas, siswa yang diajarkan dengan menggunakan

model problem based learning (PBL) memiliki rata – rata nilai post – test sebesar

75.81, kemudian standar deviasinya sebesar 8.77, sedangkan variannya sebesar

76.83. Nilai minimum yang diperoleh siswa yang diajarkan dengan menggunakan

model problem based learning sebesar 60, sedangkan nilai maksimumnya sebesar

95. Siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran direct

instruction (DI) memiliki rata – rata nilai post – test sebesar 79.83, standar

deviasnya sebesar 8.05, sedangkan variansnya sebesar 64.63. Nilai minimum yang

diperoleh siswa adalah 60, sedangkan nilai maksimum yang diperoleh siswa

sebesar 95.

Siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi mempunyai nilai rata –

rata post – test sebesar 80.32, standar deviasi sebesar 7.85, sedangkan variansnya

sebesar 61.56. Nilai minimum yang diperoleh siswa yang memiliki kecerdasan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

62

emosional tinggi sebesar 65, sedangkan nilai maksimumnya besar 95. Siswa yang

memiliki kecerdasan emosional rendah memiliki nilai rata – rata post – test

sebesar 75.17, standar deviasi sebesar 8.66, sedangkan variansnya sebesar 74.97.

Nilai minimum yang diperoleh siswa sebesar 60, sedangkan nilai maksimum yang

diperoleh siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah sebesar 95.

Siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran problem

based learning (PBL) dan memiliki kecerdasan emosional tinggi mempunyai nilai

rata – rata post - test sebesar 80.31, selanjutnya standar deviasi sebesar 8.26,

sedangkan variansnya sebesar 68.23. Nilai minimum yang didapatkan siswa

sebesar 65, sedangkan nilai maksimum yang diperoleh siswa sebesar 95. Siswa

yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran direct instruction (DI)

dan kecerdasan emosional rendah mempunyai nilai rata – rata post – test sebesar

71.00, standar deviasi sebesar 6.60, sedangkan variansnya 43.57. Nilai minimum

yang didapatkan oleh siswa sebesar 60, sedangkan nilai maksimumnya sebesar 80.

Siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran direct

instruction (DI) dan memiliki kecerdasan emosional rendah mempunyai nilai

rata – rata post – test sebesar 80.33, standar deviasinya sebesar 7.67, sedangkan

variansnya 58.81. Nilai minimumnya sebesar 70, sedangkan nilai maksimum yang

diperoleh siswa sebesar 95. Siswa yang diajarkan dengan menggunakan model

pembelajaran direct instruction (DI) dan memiliki kecerdasan emosional rendah

mempunyai nilai rata – rata post – test sebesar 79.33, standar deviasinya sebesar

8.63, sedangkan variansnya 74.52. Nilai minimum yang diperoleh oleh siswa 60,

sedangkan nilai maksimum yang diperoleh siswa sebesar 90.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

63

5 . 2 Pengujian Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, data diperoleh dari dua instrumen penelitian yaitu

kuestioner penelitian dan tes hasil belajar. Data yang telah diperoleh dengan

intrumen penelitian akan di uji validitas, reabilitas, daya beda soal, dan tingkat

kesukaran soal.

5 . 2 . 1 Uji Validitas

Uji validitas adalah uji yang dilakukan agar dapat mengetahui apakah

instrumen penelitian mampu mengukur apa yang hendak diukur. Dalam penelitian

ini, instrumen terdiri dari kuestioner penelitian dan tes hasil belajar. Dari hasil uji

validitas kuesioner penelitian yang menggunakan bantuan perangkat lunak SPSS

versi 17, diketahui bahwa dari 25 butir pertanyaan yang diujikan kepada

responden uji coba intrumen penelitian pada kelas X – Ak 3 yang berjumlah 34

siswa, ada tiga butir soal tidak valid yaitu sebagai berikut:

1 . Butir soal pertama pada indikator pengendalian diri.

2 . Butir soal kedua pada indikator motivasi.

3 . Butir soal kelima pada indikator ketrampilan sosial.

Dengan demikian, ketiga butir soal tidak digunakan pada sampel

sebenarnya, sehingga jumlah soal yang akan diuji lanjut adalah 22 soal. Untuk

lebih jelasnya, dapat dilihat pada lampiran enam.

Melalui hasil uji validitas tes hasil belajar dengan Anates versi 4.09,

diketahui bahwa dari 30 soal yang diujikan kepada reponden uji coba, terdapat 10

butir soal yang tidak valid. yaitu butir soal nomor 01, 04, 05, 06, 07, 08, 09,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

64

11,14,dan 27. Dengan demikian, hanya 20 soal yang akan diuji lanjut. Untuk lebih

jelasnya, dapat dilihat pada lampiran enam.

5 . 2 . 2 Uji Reliabilitas

Setelah kuestioner penelitian dan tes hasil belajar di uji validitas,

selanjutnya dilakukan uji reliabilitas. Uji reliabilitas adalah uji yang dilakukan

untuk mengetahui kehandalan suatu instrumen penelitian. Berikut dibawah ini

merupakan hasil uji reliabilitas kuestioner penelitian dengan SPPS versi 17.

Tabel 5.6

Hasil Uji Reliabilitas Kuestioner Penelitian

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.862 22

(Sumber: Hasil Uji Intrumen Penelitian, Lampiran Enam)

Hadil uji Cronbach’s Alpha menunjukkan sebesar 0,862, sedangkan

untuk 34 responden dengan taraf signifikan 0,05 adalah 0,339. Dengan

demikian, 0,862 lebih tinggi dari 0,339, sehingga kuestioner ini dikatakan reliabel.

Bila mengacu pada kriteria klasifikasi koefisien reliabilitas menurut Guilford

(1956), maka kuestioner ini dikategorikan memiliki reliabilitas sangat tinggi

karena koefisien Cronbach’s Alpha sebesar 0,862 berada pada

Setelah tes hasil belajar dinyatakan valid, selanjutnya tes hasil belajar di uji

reabilitas dengan perangkat Anates versi 4.09. Berikut dibawah ini merupakan

hasil uji reliabilitas dengan rumus split half.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

65

Tabel 5.7

Hasil Uji Reliabilitas Tes Hasil Belajar

Mean 14.32

Simpangan Baku 5.12

Korelasi XY 0.69

Reliabilitas Tes 0.82

Interpretasi Sangat Tinggi

(Sumber: Hasil Uji Intrumen Penelitian, Lampiran Enam)

Reliabilitas tes menunjukkan angka sebesar 0.82, jika nilai ini

dibandingkan dengan untuk 34 responden dengan taraf signifikan 0.05

adalah 0.339. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tes hasil belajar ini

reliabel dikarenakan lebih tinggi dari . Bila mengacu pada kriteria

klasifikasi koefisien reliabilitas menurut Guilford (1956), maka tes hasil belajar

ini dikategorikan memiliki reliabilitas sangat tinggi karena koefisien uji split half

sebesar 0.82 berada pada Dengan demikian, kedua intrumen

penelitian dinyatakan sudah reliabel dan layak diujikan kepada sampel yang

sebenarnya.

5 . 2 . 3 Uji Daya Pembeda Soal

Sebuah soal akan dikatakan baik jika soal tersebut memiliki kemampuan

untuk membedakan mana siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa mana yang

berkemampuan rendah. Oleh sebab itu, uji daya beda soal dilakukan. Pengujian

daya beda soal dilakukan dengan bantuan perangkat lunak Anates versi 4.09. Dari

hasil uji daya pembeda soal, soal yang akan diujikan kepada sampel penelitian

berjumlah 20 soal dengan 18 soal memiliki daya pembeda soal berkriteria baik

dan dua soal yang memiliki daya pembeda soal berkriteria sangat baik. Untuk

lebih jelasnya, dapat dilihat pada lampiran enam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

66

5 . 2 . 4 Uji Tingkat Kesukaran Soal

Untuk mengetahui setiap tingkat kesukaran soal yang di uji kepada siswa,

maka uji tingkat kesukaran soal dilakukan. Uji tingkat kesukaran soal dilakukan

dengan perangkat lunak Anates versi 4.09. Dari hasil uji tingkat kesukaran soal,

ada tiga soal yang bertaraf mudah yaitu pada soal 10, 11 dan 13, sedangkan soal

yang bertaraf sedang berjumlah 14 soal yaitu pada soal

3,4,5,6,7,8,9,12,14,15,16,17,18 dan 19. Untuk soal bertaraf sukar terdiri dari tiga

soal yaitu 1, 2, dan 20. Dengan demikian, jumlah soal yang diujikan pada sampel

yang sebernarnya berjumlah 20 butir soal. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada

lampiran enam.

5 . 3 Pengujian Persyaratan Analisis Data

Pengujian persyaratan analisis data digunakan untuk memenuhi syarat

pengunaan statistik parametrik. Ada dua uji pra – syarat yang digunakan yaitu uji

normalitas dan homogenitas.

5 . 3 . 1 Uji Normalitas

Salah satu syarat menggunakan statistik parametrik adalah data

berdistribusi normal. Untuk mengetahui data berdistribusi normal, maka

pengujiannya dapat mengunakan uji Spahiro – Wilk dengan bantuan perangkat

lunak SPSS versi 17. Berikut dibawah ini merupakan hasil dari uji normalitas

yaitu sebagai berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

67

Tabel 5.8

Hasil Uji Normalitas Model Pembelajaran

Tests of Normality

Model

Pembelajaran

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Pemahaman

Akuntansi

PBL .150 31 .075 .964 31 .362

DI .175 30 .020 .952 30 .193

a. Lilliefors Significance Correction

(Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian Dengan SPSS Versi 17, Lampiran

Delapan)

Dari tabel diatas, berdasarkan uji Shapiro – Wilk, data post – test yang

diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning

(PBL) memiliki nilai sig. sebesar 0.362 lebih tinggi dari taraf signifikan α = 0.05.

Dengan demikian, data post – test yang diajarkan dengan menggunakan model

pembelajaran problem based learning (PBL) berdistribusi normal. Berikutnya,

data post – test yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran direct

instruction (DI) mempunyai nilai sig. 0.193 lebih tinggi dari taraf signifikan α =

0.05. Jadi dapat dikatakan bahwa data post – test yang diajarkan dengan

menggunakan model pembelajaran direct instruction (DI) sudah berdistribusi

normal.

Setelah dilakukan uji normalitas antar model pembelajaran, maka

selanjutnya akan dilakukan uji normalitas untuk data post – test untuk kecerdasan

emosional tinggi dan kecerdasan emosional rendah. Berikut merupakan hasil uji

homogenitas untuk kecerdasan emosional yaitu:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

68

Tabel 5.9

Hasil Uji Normalitas Kecerdasan Emosional

Tests of Normality

Kecerdasan

Emosional

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Pemahaman

Akuntansi

EQ Tinggi .129 31 .200* .954 31 .202

EQ Rendah .192 30 .006 .934 30 .064

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

(Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian Dengan SPSS Versi 17, Lampiran

Delapan)

Dari data diatas, data post – test siswa yang memiliki kecerdasan

emosional tinggi mempunyai nilai sig. sebesar 0.202 lebih tinggi dari taraf

signifikan α = 0.05. Dengan demikian, data post – test siswa yang memiliki

kecerdasan emosional tinggi berdistribusi normal. Selanjutnya, data post – test

siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah mempunyai nilai sig. sebesar

0.064 lebih tinggi dari taraf signifikan α = 0.05. Dengan demikian, dapat

dikatakan bawah data post – test siswa yang memiliki kecerdasan emosional

rendah berdistribusi normal.

Berikut dibawah ini merupakan hasil dari uji normalitas antar grup yang

merupakan kombinasi antara model pembelajaran problem based learning (PBL)

dan model pembelajaran direct instruction (DI) terhadap kecerdasan emosional

tinggi serta kecerdasan emosional rendah, sehingga terbentuk empat kombinasi

grup. Untuk lebih jelas dalam mengetahui kombinasi tersebut, perhatikan tabel

dibawah ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

69

Tabel 5.10

Hasil Uji Normalitas Grup Model Pembelajaran Dan Kecerdasan Emosional

Tests of Normality

Grup Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Pemahaman

Akuntansi

PBL & EQ

Tinggi

.152 16 .200* .968 16 .807

PBL & EQ

Rendah

.261 15 .007 .890 15 .067

DI & EQ

Tinggi

.184 15 .183 .932 15 .295

DI & EQ

Rendah

.197 15 .120 .903 15 .105

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

(Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian Dengan SPSS Versi 17, Lampiran

Delapan)

Dari uraian tabel diatas, maka dapat diketahui data post – test siswa yang

diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning

(PBL) dan memiliki kecerdasan emosional tinggi memiliki nilai sig. 0.807 lebih

tinggi dari taraf signifikan α = 0.05. Dengan demikian, data post – test siswa yang

diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning

(PBL) dan memiliki kecerdasan emosional tinggi memiliki distribusi normal.

Selanjutnya, data post – test siswa yang diajarkan dengan menggunakan model

pembelajaran problem based learning (PBL) dan memiliki kecerdasan emosional

rendah memiliki distribusi normal dikarenakan nilai sig. 0.067 lebih tinggi taraf

signifikan α = 0.05.

Dari uji Saphiro Wilk, nilai sig untuk data post – test siswa yang memiliki

kecerdasan emosional tinggi dan diajarkan dengan menggunakan model

pembelajaran direct instruction (DI) memiliki nilai sig. sebesar 0.295 lebih tinggi

dari taraf signifikan α = 0.05. Dengan demikian, maka data post - test siswa yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

70

memiliki kecerdasan emosional tinggi dan diajarkan dengan menggunakan model

pembelajaran direct instruction (DI) memiliki distribusi normal. Data post – test

siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah dan diajarkan dengan

menggunakan model pembelajaran direct instruction (DI) juga berdistribusi

normal karena nilai sig. 0.105 lebih tinggi dari taraf signifikan α = 0.05. Dengan

demikian,syarat distribusi normal untuk penggunakan statistik parametrik

terpenuhi.

5 . 3 . 2 Uji Homogenitas

Setelah dilakukan uji normalitas, syarat penggunaan statistik parametrik

berikutnya adalah data harus memiliki varians yang sama. Untuk mengetahui data

memiliki varians yang sama atau tidak, maka digunakan uji homogenitas dengan

uji Levene melalui perangkat lunak SPSS versi 17. Berikut dibawah ini hasil dari

uji homogenitas model pembelajaran yaitu sebagai berikut:

Tabel 5.11

Hasil Uji Homogenitas Model Pembelajaran

Test of Homogeneity of Variances

Pemahaman Akuntansi

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.433 1 59 .513

(Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian Dengan SPSS Versi 17, Lampiran

Delapan)

Dari tabel diatas, diketahui bahwa nilai sig. sebesar 0.513 lebih tinggi dari

taraf signifikan α = 0.05. Jadi data post – test yang diajarkan dengan

menggunakan model pembelajaran problem based learning (PBL) dan data post –

test yang diajarkan dengan model pembelajaran direct instruction (DI) memiliki

varians yang sama. Selanjutnya, dibawah ini adalah hasil uji homogenitas untuk

kecerdasan emosional yaitu:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

71

Tabel 5.12

Hasil Uji Homogentitas Kecerdasan Emosional

Test of Homogeneity of Variances

Pemahaman Akuntansi

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.064 1 59 .801

(Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian Dengan SPSS Versi 17, Lampiran

Delapan)

Dari tabel diatas, diketahui bahwa nilai sig. sebesar 0.801 lebih tinggi dari

taraf signifikan α = 0.05. Dengan demikian, maka dapat dikatakan bahwa data

post – test kecerdasan emosional tinggi dan kecerdasan emosional rendah

memiliki varians yang homogen. Berikut dibawah ini merupakan, hasil uji

homogenitas antar grup model pembelajaran dan kecerdasan emosional yaitu:

Tabel 5.13

Hasil Uji Homogenitas Grup Model

Pembelajaran Dan Kecerdasan Emosional

Levene's Test of Equality of Error Variancesa

Dependent Variable:Pemahaman Akuntansi

F df1 df2 Sig.

.144 3 57 .933

a. Design: Intercept + Model + Kecerdasan + Model * Kecerdasan

(Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian Dengan SPSS Versi 17, Lampiran

Delapan)

Dari tabel diatas, diketahui bahwa nilai sig. sebesar 0.933 lebih tinggi dari

taraf signifikan α = 0.05. Dengan demikian, diketahui bahwa semua kombinasi

model pembelajaran dan kecerdasan emosional yang dikelompokan memiliki

varians yang sama. Karena syarat data berdistribusi normal dan data memiliki

varian yang sama, selanjutnya dilakukan uji hipotesis.

5 . 4 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis untuk desain faktorial 2 x 2 menggunakan anava dua

jalur dengan bantuan perangkat lunak SPSS versi 17. Uji anava dua jalur

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

72

dilakukan untuk mengetahui efek utama dari model pembelajaran dan kecerdasan

emosional, selain itu penggunaan anava dua jalur juga dapat untuk mengetahui

efek interaksi antara model pembelajaran dan kecerdasan emosional. Untuk lebih

jelas dalam mengetahui mengetahui efek utama dan efek interaksi dari variabel –

variabel peneltian ini, berikut dibawah ini hasil pengujian anava dua jalur yaitu

sebagai berikut:

Tabel 5.14

Hasil Uji Anava Dua Jalur

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Pemahaman Akuntansi

Source Type III

Sum of

Squares

df Mean Square F Sig.

Corrected Model 926.125a 3 308.708 5.027 .004

Intercept 368411.589 1 368411.589 5999.667 .000

Model Pembelajaran 265.875 1 265.875 4.330 .042

Kecerdasan Emosional 405.134 1 405.134 6.598 .013

Model Pembelajaran *

Kecerdasan Emosional

263.229 1 263.229 4.287 .043

Error 3500.104 57 61.405

Total 373525.000 61

Corrected Total 4426.230 60

a. R Squared = ,209 (Adjusted R Squared = ,168)

(Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian Dengan SPSS Versi 17, Lampiran

Delapan)

5 . 3 . 1 Pengujian Hipotesis Pertama

Pengujian hipotesis pertama dilakukan untuk mengetahui antara perbedaan

pemahaman akuntansi siswa yang diajarkan dengan menggunakan model

pembelajaran problem based learning (PBL) dibandingkan dengan siswa yang

diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran direct instruction (DI). Dari

tabel hasil uji anava dua jalur, diketahui bahwa nilai sig. model pembelajaran

sebesar 0.042 lebih rendah dari taraf signifikan α = 0.05. Dengan demikian, maka

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

73

dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan signifikan pemahaman akuntansi siswa

yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran problem based

learning (PBL) dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan menggunakan

model pembelajaran direct instruction (DI), sehingga hipotesis alternatif diterima,

sedangkan hipotesis nol ditolak.

Perbedaan ini dapat terlihat pada rata – rata siswa yang diajarkan dengan

menggunakan model pembelajaran problem based learning (PBL) sebesar 75.81,

sedangkan rata – rata siswa yang diajarkan dengan menggunakan model

pembelajaran direct instruction (DI) sebesar 79.83. Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa pemahaman akuntansi siswa yang diajarkan dengan

menggunakan model pembelajaran direct instruction lebih tinggi dibandingkan

dengan pemahaman akuntansi siswa yang diajarkan dengan menggunakan model

problem based learning (PBL).

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa model pembelajaran problem

based learning (PBL) berpengaruh terhadap pemahaman akuntansi, hal ini

dibuktikan sebelum dilakukan perlakuan (treatment), rata – rata pre – test siswa

sebesar 53.06. Setelah dilakukan perlakuan model pembelajaran problem based

learning (PBL), rata – rata post – test sebesar 75.81. Dengan demikian, ada

peningkatan pemahaman akuntansi setelah diterapkan model pembelajaran

problem based learning (PBL).

Model pembelajaran direct instruction (DI) juga berpengaruh terhadap

pemahaman akuntansi, hal ini dibuktikan sebelum diterapkan model pembelajaran

ini rata – rata pre – test siswa sebesar 52.83, namun sesudah diterapkan model

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

74

pembelajaran ini rata – rata post - test 79.83. Dengan demikian, maka dapat

disimpulkan kedua model pembelajaran ini berpengaruh terhadap pemahaman

akuntansi siswa.

5 . 3 . 2 Pengujian Hipotesis Kedua

Pengujian hipotesis kedua dilakukan untuk mengetahui perbedaan

pemahaman akuntansi siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi dengan

siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah. Dari tabel hasil uji anava dua

jalur, diketahui bahwa nilai sig. kecerdasan emosional sebesar 0.013 lebih rendah

dari taraf signifikan α = 0.05. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa

ada perbedaan signifikan pemahaman akuntansi siswa yang memiliki kecerdasan

emosional tinggi dengan siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah. Jadi

hipotesis alternatif diterima, sehinga hipotesis nol ditolak.

Perbedaan pemahaman akuntansi siswa yang memiliki kecerdasan

emosional tinggi dengan pemahaman akuntansi siswa yang memiliki kecerdasan

emosional rendah dapat dilihat dari hasil rata – rata post – test siswa yang

memiliki kecerdasan emosional tinggi sebesar 80.32, sedangkan rata – rata post –

test kecerdasan emosional rendah sebesar 75.17. Dengan demikian, maka dapat

disimpulkan bahwa siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi mempunyai

pemahaman akuntansi yang lebih tinggi dari siswa yang memiliki kecerdasan

emosional rendah. Dari uraian sebelumnya, juga dapat disimpulkan bahwa

kecerdasan emosional berpengaruh terhadap pemahaman akuntansi dikarenakan

perbedaan tingkat kecerdasan emosional menyebabkan perbedaan pemahaman

akuntansi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

75

5 . 3 . 3 Pengujian Hipotesis Ketiga

Pengujian hipotesis ketiga dilakukan untuk mengetahui pengaruh interaksi

antara model pembelajaran dan kecerdasan emosional terhadap pemahaman

akuntansi. Dari tabel uji anava dua jalur, diketahui bahwa nilai sig. model

pembelajaran * kecerdasan emosional adalah sebesar 0.043 lebih rendah dari nilai

taraf signifikan α = 0.05. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa ada

pengaruh interaksi antara model pembelajaran dan kecerdasan emosional terhadap

pemahaman akuntansi.Jadi hipotesis alternatif teruji kebenarannya, sehingga

hipotesi nol ditolak.

Untuk lebih jelas dalam mengetahui pengaruh interaksi model

pembelajaran dan kecerdasan emosional terhadap pemahaman akuntansi. Berikut

dibawah ini merupakan hasil uji post hoc dari perangkat lunak SPSS versi 17

yaitu:

Tabel 5. 15

Hasil Uji Post Hoc Multiple Comparisons

Pemahaman Akuntansi

Scheffe

(I) Grup (J) Grup Mean

Difference

(I-J)

Std. Error Sig. 95% Confidence

Interval

Lower

Bound

Upper

Bound

PBL &

EQ Tinggi

PBL & EQ Rendah 9.31250* 2.81630 .018 1.1992 17.4258

DI & EQ Tinggi -.02083 2.81630 1.000 -8.1342 8.0925

DI & EQ Rendah .97917 2.81630 .989 -7.1342 9.0925

PBL &

EQ

Rendah

PBL & EQ Tinggi -9.31250* 2.81630 .018 -17.4258 -1.1992

DI & EQ Tinggi -9.33333* 2.86136 .020 -17.5765 -1.0902

DI & EQ Rendah -8.33333* 2.86136 .047 -16.5765 -.0902

DI & EQ

Tinggi

PBL & EQ Tinggi .02083 2.81630 1.000 -8.0925 8.1342

PBL & EQ Rendah 9.33333* 2.86136 .020 1.0902 17.5765

DI & EQ Rendah 1.00000 2.86136 .989 -7.2432 9.2432

DI & EQ

Rendah

PBL & EQ Tinggi -.97917 2.81630 .989 -9.0925 7.1342

PBL & EQ Rendah 8.33333* 2.86136 .047 .0902 16.5765

DI & EQ Tinggi -1.00000 2.86136 .989 -9.2432 7.2432

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

76

(Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian Dengan SPSS Versi 17, Lampiran Delapan)

Sebelum menginterpretasi tabel diatas, untuk memudahkan interpretasi

hasil uji post hoc, kombinasi – kombinasi perbandingan diatas dapat diringkas

menjadi enam kombinasi perbandingan. Peringkasan ini dilakukan dengan alasan

bahwa beberapa kombinasi perbandingan merupakan kombinasi yang berulang.

Untuk lebih jelas dalam mengetahui enam kombinasi perbandingan tersebut,

berikut merupakan ringkasan hasil uji post hoc yaitu

Tabel 5.16

Hasil Ringkasan Uji Post Hoc Grup Mean Grup Mean Sig. Keterangan

PBL & EQ

Tinggi

80.31 PBL & EQ

Rendah

71.00 0.018

Signifikan

PBL & EQ

Rendah

71.00 DI & EQ Tinggi 80.33 0.020

PBL & EQ

Rendah

71.00 DI & EQ Rendah 79.33 0.047

PBL & EQ

Tinggi

80.31 DI & EQ Tinggi 80.33 1.000

Tidak Signifikan PBL & EQ

Tinggi

80.31 DI & EQ Rendah 79.33 0.989

DI & EQ Tinggi 80.33 DI & EQ Rendah 79.33 0.989

(Sumber: Hasil Pengolahan Data Peneltian Dengan SPSS Versi 17, Lampiran Delapan)

Melalui tabel ringkasan hasil uji post hoc, diketahui bahwa ada perbedaan

signifikan pemahaman akuntansi antara siswa yang diajarkan dengan

menggunakan model pembelajaran problem based learning (PBL) dan memiliki

kecerdasan emosional tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan

menggunakan model pembelajaran problem based learning (PBL) dan memiliki

kecerdasan emosional rendah. Hal ini dibuktikan dari nilai sig. perbandingan

tersebut sebesar 0.018 lebih rendah dari taraf signifikan α = 0.05. Berikutnya,

ditemukan bahwa ada perbedaan signifikan pemahaman akuntansi antara siswa

yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran problem based

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

77

learning (PBL) dan memiliki kecerdasan emosional rendah dibandingkan dengan

siswa yang diajarkan menggunakan model pembelajaran direct instruction (DI)

dan memiliki kecerdasan emosional tinggi. Hal ini diketahui dari nilai sig

perbandingan tersebut sebesar 0.020 lebih rendah dari taraf signifikan α = 0.05.

Selanjutnya, diketahui bahwa ada perbedaan signifikan pemahaman akuntansi

antara siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran problem

based learning (PBL) dan memiliki kecerdasan emosional rendah dibandingkan

dengan siswa yang diajarkan menggunakan model pembelajaran direct instruction

(DI) dan memiliki kecerdasan emosional rendah. Hal ini diketahui dari nilai sig

perbandingan tersebut sebesar 0.047 lebih rendah dari taraf signifikan α = 0.05.

Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa ketiga kombinasi perbandingan

mempunyai perbedaan signifikan.

Hasil uji post hoc (uji lanjut) diketahui bahwa tidak ada perbedaan

signifikan pemahaman akuntansi antara siswa yang diajarkan dengan

menggunakan model pembelajaran problem based learning (PBL) dan memiliki

kecerdasan emosional tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan

menggunakan model pembelajaran direct instruction (DI) dan memiliki

kecerdasan emosional tinggi. Hal ini dibuktikan, dari nilai sig. sebesar 1.000 lebih

tinggi dari taraf signifikan α = 0.05. Selanjutnya, diketahui bahwa tidak ada

perbedaan signifikan pemahaman akuntansi antara siswa yang diajarkan dengan

menggunakan model pembelajaran problem based learning (PBL) dan memiliki

kecerdasan emosional tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan

menggunakan model pembelajaran direct instruction (DI) dan memiliki

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

78

kecerdasan emosional rendah. Hal ini dibuktikan, dari nilai sig. sebesar 0.989

lebih tinggi dari taraf signifikan α = 0.05. Berikutnya, diketahui tidak ada

perbedaan signifikan pemahaman akuntansi antara siswa yang diajarkan dengan

menggunakan model pembelajaran direct instruction (DI) dan memiliki

kecerdasan emosional tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan

menggunakan model pembelajaran direct instruction (DI) dan memiliki

kecerdasan emosional rendah. Hal ini dibuktikan dari nilai sig. sebesar 0.989 lebih

tinggi dari taraf signifikan α = 0.05. Dengan demikian, ketiga kombinasi

perbandingan yang diuraikan sebelumnya, tidak memiliki perbedaan signifikan.

Untuk melihat interaksi antara model pembelajaran dan kecerdasan

emosional terhadap pemahaman akuntansi dapat dilihat dari gambar dibawah ini:

Gambar 5.1

Pengaruh Interaksi Model Pembelajaran Dan Kecerdasan Emosional

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

79

5 . 5 Pembahasan

5 . 5 . 1 Perbedaan Pemahaman Akuntansi Antara Siswa Yang Diajarkan

Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning

(PBL) Dibandingkan Dengan Siswa Yang Diajari Dengan

Menggunakan Model Pembelajaran Direct Instruction (DI)

Dari pengujian hipotesis, ditemukan bahwa ada perbedaan signifikan

pemahaman akuntansi antara siswa yang diajarkan dengan menggunakan model

pembelajaran problem based learning (PBL) dengan siswa yang diajarkan dengan

menggunakan model pembelajaran direct instruction (DI). Hal ini dibuktikan dari

hasil uji anava dua jalur, bahwa nilai sig. model pembelajaran sebesar 0.042 lebih

rendah dari taraf signifikan α = 0.05.

Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan langkah – langkah model

pembelajaran masing – masing. Model pembelajaran problem based learning

(PBL) dimulai dari guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai siswa,

selanjutnya guru memotivasi siswa untuk memecahkan masalah yang dalam

bentuk kasus atau soal akuntansi yang diberikan oleh guru, kemudian siswa

memecahkan masalah dengan metode ilmiah, berikutnya guru membantu

mempersiapkan laporan dari masalah yang dipecahkan siswa dan diakhiri dengan

pengevaluasian oleh guru. Bila dibandingkan dengan model pembelajaran direct

instruction (DI), model pembelajaran ini diawali dengan guru menyampaikan

tujuan pembelajaran kepada siswa, selanjutnya guru menyajikan materi

pembelajaran secara bertahap kepada siswa, berikutnya guru memberikan latihan

awal kepada siswa dan memberikan umpan balik terhadap siswa, kemudian guru

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

80

memberikan latihan lanjutan dengan masalah yang lebih rumit dan diakhiri

dengan pengevaluasian atas latihan – latihan yang diberikan.

Selain berbeda dalam langkah – langkah model pembelajaran, perbedaan

pendekatan pembelajaran dalam setiap model pembelajaran juga mempengaruhi

perbedaaan pemahaman akuntansi siswa. Dari langkah – langkah model

pembelajaran problem based learning (PBL) mengandung pendekatan student

center learning dimana siswa lebih dituntut mandiri dalam pembelajaran, dengan

kata lain pembelajaran lebih berpusat pada siswa dimana siswa sendiri yang harus

aktif dalam pembelajaran. Berbeda dengan model pembelajaran direct instruction

(DI), dari langkah – langkah model pembelajaran ini mengandung pendekatan

teacher learning center dimana guru yang berperan aktif dalam memberikan

materi pembelajaran, dengan kata lain peran guru lebih dominan dalam

pembelajaran daripada siswa.

Jika kedua model pembelajaran ini dibandingkan, model pembelajaran

direct instruction (DI) lebih baik daripada model pembelajaran problem based

learning (PBL). Hal ini dibuktikan dari rata – rata nilai post – test siswa yang

diajari dengan model pembelajaran direct instruction (DI) sebesar 79.83 lebih

tinggi daripada rata – rata nilai post – test siswa yang diajari dengan model

pembelajaran problem based learning (PBL) yaitu sebesar 75.81. Dengan

demikian, maka dapat disimpulkan model pembelajaran direct instruction (DI)

lebih baik dari model pembelajaran problem based learning (PBL).

Model pembelajaran direct instruction (DI) lebih baik dari model

pembelajaran problem based learning (PBL) dikarenakan model pembelajaran ini

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

81

menuntut guru lebih aktif dalam pembelajaran. Hal ini dibuktikan pada saat

observasi dimana siswa yang belajar dengan model direct instruction (DI) lebih

banyak berinteraksi dengan guru dari awal pembelajaran sampai akhir

pembelajaran, interaksi siswa dengan guru yang paling banyak terjadi ketika

latihan terbimbing dimana siswa tidak takut akan bertanya kepada guru tentang

materi akuntansi yang siswa kurang paham. Berbeda dengan model pembelajaran

problem based learning (PBL), siswa yang belajar dengan model pembelajaran ini

hanya berinteraksi kepada guru ketika diawal pembelajaran dan di akhir

pembelajaran pada saat pengevaluasian hasil kerja siswa. Ketika pada saat siswa

berusaha menyelesaikan soal – soal akuntansi yang diberikan guru, guru hanya

sebagai fasilitator dan pengawas kegiatan penyelesaian soal – soal tersebut. Oleh

karena itu, model pembelajaran direct instruction (DI) lebih baik daripada model

pembelajaran problem based learning (PBL).

Penelitian ini membuktikan bahwa model pembelajaran problem based

learning (PBL) berpengaruh terhadap pemahaman akuntansi, hal ini dibuktikan

sebelum dilakukan perlakuan (treatment), rata –rata pre – test siswa sebesar 53.06.

Setelah dilakukan perlakuan model pembelajaran problem based learning (PBL),

rata – rata post – test sebesar 75.81. Dengan demikian, ada peningkatan

pemahaman akuntansi setelah diterapkan model pembelajaran problem based

learning (PBL). Peningkatan pemahaman akuntansi ini disebabkan oleh pada saat

pembelajaran siswa – siswa diberikan soal – soal dalam bentuk kasus atau

masalah akuntansi yang dibahas secara mandiri oleh siswa yang bersangkutan.

Karena adanya kemandirian diri belajar, siswa sendiri yang melakukan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

82

pemecahan masalah terhadap soal – soal yang diberikan, sehingga siswa

mengetahui sendiri bagaimana proses penyelesaian soal yang diberikan guru

tersebut. Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan

Martanti dan Priantinah (2014) yang menyatakan bahwa penerapan model

problem based learning (PBL) mampu meningkatkan motivasi dan pemahaman

konsep akuntansi.

Model pembelajaran direct instruction (DI) juga berpengaruh terhadap

pemahaman akuntansi, hal ini dibuktikan adanya perbedaan antara rata – rata

pre – test dan post – test. Sebelum diterapkan model pembelajaran ini rata – rata

pre – test siswa sebesar 52.83, sesudah diterapkan model pembelajaran ini rata –

rata post - test 79.83. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa ada peningkatkan

pemahaman akuntansi setelah dilakukan model pembelajaran direct instruction

(DI).

Model pembelajaran direct instruction (DI) berpengaruh terhadap

pemahaman akuntansi dikarenakan pada kegiatan belajar mengajar dengan model

pembelajaran ini, siswa – siswa mendapatkan latihan – latihan terbimbing oleh

guru sesudah guru memberikan materi – materi akuntansi. Dari hasil observasi,

komunikasi guru dengan siswa sangat dekat dimana pada saat latihan siswa tidak

takut untuk bertanya kepada guru ketika tidak paham akan materi pembelajaran

akuntansi. Pada saat latihan terbimbing dengan model pembelajaran ini, jika siswa

keliru dalam memahami materi akuntansi, guru akan langsung memberikan

penjelasan terhadap kekeliruan tersebut, sehingga siswa dapat memperbaiki

pemahaman akuntansinya. Bila merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

83

peneliti sebelumnya, Sari (2015) menyatakan bahwa model pembelajaran direct

instruction mampu meningkatkan pemahaman akuntansi. Dengan demikian, hasil

penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu.

Pada awalnya guru sudah menerapkan model pembelajaran direct

instruction (DI) sebelum penelitian ini. Namun dari hasil dari penerapan model

pembelajaran ini belum berhasil dikarena tiga kali ulangan harian banyak siswa

yang tidak mencapai kriteria ketuntasan minimal sebesar 75. Bila dibandingkan

penerapan model pembelajaran ini yang dilakukan guru sebelum penelitian

dengan hasil penelitian setelah ekperimen dan penelitian terdahulu yang dilakukan

Sari (2015), maka hasil penelitian sekarang dan penelitian sebelumnya tidak

sejalan dengan hasil penerapan model pembelajran direct instruction (DI) yang

dilakukan guru. Setelah ditelusuri penyebabnya, ternyata guru salah menerapkan

langkah – langkah model pembelajaran ini, ternyata guru pada penerapan model

pembelajaran ini sebelum penelitian ini dilakukan, hanya melakukan ceramah

materi pembelajaran dan membahas soal – soal akuntansi, tanpa melakukan

latihan – latihan terbimbing sesuai dengan langkah – langkah model pembelajaran

direct instruction (DI). Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa

penerapan model pembelajaran direct instruction (DI) dengan benar dan tepat

mampu meningkatkan pemahaman akuntansi siswa.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

84

5 . 5 . 2 Perbedaan Pemahaman Akuntansi Antara Siswa Yang Memiliki

Kecerdasan Emosional Tinggi Dengan Siswa Yang Memiliki

Kecerdasan Emosional Rendah

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa ada perbedaan signifikan

pemahaman akuntansi siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi dengan

siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah. Hal ini dikarenakan,

berdasarkan hasil uji anava dua jalur, diketahui bahwa nilai sig. model

pembelajaran sebesar 0.013 lebih rendah dari taraf signifikan α = 0.05. Perbedaan

pemahaman akuntansi siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi dengan

pemahaman akuntansi siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah dapat

dilihat dari hasil rata – rata post – test siswa yang memiliki kecerdasan emosional

tinggi sebesar 80.32, sedangkan rata – rata post – test kecerdasan emosional

rendah sebesar 75.17.

Penyebab perbedaan ini adalah siswa yang memiliki kecerdasan emosional

tinggi memiliki pengenalan diri yang lebih baik daripada siswa yang memiliki

kecerdasan emosional rendah. Siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi

mampu mengenali perasaan dalam dirinya dan mengetahui batas – batas

kemampuan diri sendiri, sehingga siswa berani bertanya kepada guru ketika siswa

tidak mengerti materi akuntansi yang diajarkan guru. Berbeda dengan siswa yang

memiliki kecerdasan emosional rendah, siswa tidak mampu mengenali perasaan

dalam dirinya, tidak mengetahui batas – batas kemampuannya, selain itu siswa

tidak percaya diri dalam belajar akuntansi, sehingga ketika mengerjakan soal –

soal akuntansi siswa tidak percaya diri dengan kemampuannya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

85

Perbedaan selanjutnya adalah siswa yang memiliki kecerdasan emosional

tinggi mempunyai pengendalian diri yang lebih baik daripada siswa yang

memiliki kecerdasan emosional rendah. Hal ini dibuktikan, ketika pembelajaran

akuntansi sedang berlangsung, siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi

lebih sabar dalam mengerjakan soal – soal akuntansi yang diberikan guru, ketika

siswa yang mempunyai kecerdasan emosional tinggi melakukan kesalahan, siswa

tersebut tidak langsung emosi dan mencoba kembali mengerjakan soal tersebut

sampai tepat. Berbeda dengan siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah,

ketika siswa tersebut melakukan kesalahan, siswa merasa kesal dan emosional

karena hasil kerja yang dikerjakan siswa keliru.

Jika dilihat dari aspek motivasi, siswa yang memiliki kecerdasan

emosional tinggi mempunyai motivasi yang lebih tinggi daripada siswa yang

memiliki kecerdasan emosional rendah. Siswa yang memiliki kecerdasan

emosional tinggi mampu memberi dorongan kepada diri sendiri agar menjadi

lebih baik dari sebelumnya, hal ini diperlihatkan siswa ketika waktu belajar

akuntansi, siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi tidak patah semangat

dalam belajar akuntansi dan ingin mendapatkan hasil belajar yang baik sehingga

siswa selalu meningkatkan pemahaman akuntansinya secara terus menerus dengan

cara belajar. Berbeda dengan siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah,

siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah tidak mempunyai motivasi

tinggi, sehingga dorongan untuk menjadi lebih baik dari keadaan sebelumnya

sangat sedikit, hal ini dibuktikan, ketika pembelajaran guru harus memotivasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

86

siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah agar mempunyai semangat

untuk menyelesaikan soal – soal akuntansi yang diberikan.

Bila ditinjau dari indikator empati, siswa yang memiliki kecerdasan

emosional tinggi mampu menerima sudut pandang siswa lain ketika berdiskusi,

serta peka terhadap perasaan siswa lain, selain itu siswa yang memiliki kecerdasan

emosional tinggi mampu membantu siswa lain yang mengalami kesulitan dalam

belajar akuntansi dengan cara mengajari dan memberi petunjuk kepada siswa

yang mengalami kesulitan. Berbeda dengan siswa yang memiliki kecerdasan

emosional rendah, siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah sulit

menerima sudut pandang siswa lain ketika berdiskusi, hal ini dibuktikan pada saat

diskusi berkelompok, siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah sulit

mendegarkan pendapat siswa lain dan cenderung mengutamakan pendapatnya,

sehingga ketika ada pembelajaran kelompok siswa yang memiliki kecerdasan

emosional rendah lebih cenderung berkerja sendiri dan emosional ketika

berdiskusi.

Bila ditinjau dari indikator ketrampilan sosial, siswa yang memiliki

kecerdasan emosional tinggi mampu mengkomunikasikan pesan kepada orang

lain dengan baik serta menyakinkan orang lain, hal ini dibuktikan ketika siswa

melakukan presentasi hasil pembahasan kelompok, siswa yang memiliki

kecerdasan emosional tinggi sangat percaya diri dan dapat menyampaikan

informasi akuntansi dengan baik kepada siswa lain. Ketika kerja kelompok

dilakukan, siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi mampu

membangkitkan semangat anggota kelompok untuk melakukan diskusi, dan dapat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

87

menjadi penegah yang baik ketika terjadi perbedaan pendapat antar siswa pada

saat kerja kerlompok. Berbeda dengan siswa yang memiliki kecerdasan emosional

rendah, siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah mengalami kesulitan

untuk mengkomunikasikan infromasi dan tidak percaya diri ketika tampil

melakukan presentasi hasil kerja kelompok maupun individu. Selain itu, siswa

yang memiliki kecerdasan emosional rendah tidak mampu memotivasi anggota

kelompok ketika dilakukan kerja kelompok serta tidak mampu menjadi penegah

yang baik ketika terjadi silang pendapat antar anggota kelompok, hal ini

dikarenakan siswa yang memiliki kercerdasan emosional rendah sulit menerima

pandangan siswa lain terhadap suatu permasalahan. Dengan demikian, maka dapat

disimpulkan bahwa siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi memiliki

pemahaman akuntansi yang lebih tinggi daripada siswa yang memiliki kecerdasan

emosional rendah.

Hasil penelitian juga menemukan bahwa ada pengaruh kecerdasan

emosional terhadap pemahaman akuntansi. Hal ini dibuktikan dari hasil rata – rata

post – test siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi sebesar 80.32 lebih

tinggi daripada rata – rata post – test siswa yang memiliki kecerdasan emosional

rendah sebesar 75.17. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan perbedaan

tingkat kecerdasan emosional menyebabkan perbedaan pemahaman akuntansi.

Dengan kata lain, semakin tinggi kecerdasan emosional siswa maka akan semakin

tinggi pemahaman akuntansinya. Bila ditinjau dari penelitian terhadahulu, hasil

penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan Kusnita (2014),

Rokhana dan Sutirsno (2016), Zulhawati dan Ariani (2016), Satria (2017),

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

88

Wardani dan Ratnadi (2017) serta Widhiyani dkk (2017) menyatakan bahwa

kecerdasan emosional berpengaruh signifikan dan positif terhadap pemahaman

akuntansi.

Namun hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang

dilakukan Utami dan Sumaryanto (2013) serta Puttri dkk (2017) menyatakan tidak

ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap pemahaman akuntansi. Utami dan

Sumaryanto (2013) menyatakan bahwa kecerdasan emosional bukan faktor utama

yang menentukan pemahaman akuntansi, hal ini juga didukung oleh Puttri dkk

(2017) yang menyatakan bahwa masih banyak faktor kecerdasan lain yang

menentukan pemahaman akuntansi seperti kecerdasan intelektual, kecerdasan

spiritual dan sebagainya.

Bila dibandingkan dengan hasil penelitian ini, menyimpulkan bahwa ada

pengaruh kecerdasan emosional terhadap pemahaman akuntansi. Hal ini

dikarenakan ketika siswa belajar akuntansi membutuhkan kesabaran yang tinggi

dalam mempelajarinya. Oleh sebab itu, ketika siswa salah dalam mengerjakan

soal akuntansi, siswa yang bersangkutan harus mengulangi dari awal agar

mendapatkan hasil yang sebenarnya. Karena siswa harus mengulangi pengerjaan

soal dari awal, sering sekali siswa kehilangan motivasinya dan frustasi untuk

mencoba kembali soal yang dikerjakan keliru oleh siswa. Dari hasil observasi,

siswa yang frustasi sering sekali meminta jawaban soal dari siswa yang pintar

agar tidak perlu lagi untuk mengerjakan soal yang dikerjakan keliru oleh siswa.

Siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi akan mengetahui

batas – batas kemampuan yang dimilikinya dalam belajar akuntansi, sehingga

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

89

siswa tersebut tidak malu bertanya kepada guru maupun siswa yang lebih pintar

dalam akuntansi. Selain itu, siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi

mudah bergaul dengan orang lain, sehingga siswa dengan mudah mendapatkan

akses infromasi tentang pembelajaran akuntansi. Siswa yang memiliki kecerdasan

emosional tinggi akan mengajari siswa – siswa yang memiliki pemahaman

akuntansi rendah. Hal ini dikarenakan, siswa yang memiliki kecerdasan emosional

tinggi mampu merasakan perasaan frustasi siswa yang belum paham akuntansi,

sehingga siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi akan mengajari siswa

yang mengalami kesulitan dalam belajar akuntansi. Oleh sebab itu, kecerdasan

emosional tinggi sangat diperlukan dalam belajar akuntansi agar tabah dan

termotivasi untuk meningkatkan pemahaman akuntansinya.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan

Napitupulu (2009) yang menyimpulkan kecerdasan emosional berpengaruh

negatif terhadap pemahaman akuntansi. Dengan kata lain, semakin tinggi

kecerdasan emosional, semakin berkurang pemahaman akuntansi. Bila merujuk

pada hasil penelitian ini, hasil penelitian ini menemukan ada pengaruh positif dan

signifikan kecerdasan emosional terhadap pemahaman akuntansi. Hal ini

dibuktikan, hasil rata – rata post – test siswa yang memiliki kecerdasan emosional

tinggi sebesar 80.32, sedangkan rata – rata post – test kecerdasan emosional

rendah sebesar 75.17. Dengan demikian, semakin tinggi kercerdasan emosional

siswa, semakin tinggi pemahaman akuntansi siswa.

Hasil penelitian sekarang, didukung oleh penelitian terdahulu yang

dilakukan Kusninta (2014) menyatakan bahwa siswa yang memiliki kecerdasan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

90

emosional tinggi mampu mengetahui perasaan sendiri beserta dampak yang

ditimbulkan dari perasaannya, sehingga siswa mampu membawa diri lebih baik

ketika bergaul, selain itu siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi tidak

akan mudah emosi dalam mengerjakan soal – soal akuntansi yang diberikan guru,

demikian juga dalam berinteraksi dengan siswa lain, siswa yang memiliki

kecerdasan emosional tinggi mampu mendukung siswa yang kurang pandai

dengan cara mengajarinya, sehingga siswa yang kurang pandai menjadi lebih

paham.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan Wardani dan Ratnadi (2017) juga

mendukung hasil penelitian sekarang yang menyatakan bahwa siswa yang

memiliki kercerdasan emosional tinggi akan lebih termotivasi dalam belajar

akuntansi dan ketrampilan sosial yang dimiliki siswa akan memudah siswa dalam

berhubungan dengan orang lain yang bisa menjadi sumber informasi dalam

mempelajari akuntansi. Dari uraian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa

kecerdasan emosional berpengaruh positif terhadap pemahaman akuntansi.

Indikator kecerdasan emosional yang digunakan peneliti terdahulu dengan

indikator yang digunakan penelitian sekarang berbeda. Penelitan Napitupulu

(2009) mengunakan indikator pendorong, pembatas dan pembisa yang diajukan

oleh Ree dan McBain (dalam Napitupulu, 2009), sedangkan penelitian sekarang

menggunakan indikator kecerdasan emosional yang dikemukan oleh Goleman

(2017) yaitu pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi, empati dan ketrampilan

sosial. Dari uraian sebelumnya, disimpulkan bahwa penggunaan indikator

kecerdasan emosional yang berbeda menghasilkan hasil penelitian yang berbeda

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

91

5 . 5 . 3 Pengaruh Interaksi Antara Model Pembelajaran Dan Kecerdasan

Emosional Terhadap Pemahaman Akuntansi

Melalui hasil pengujian hipotesis ditemukan bahwa ada pengaruh interaksi

antara model pembelajaran dan kecerdasan emosional terhadap pemahaman

akuntansi. Hal ini dibuktikan dari uji anava dua jalur bahwa nilai sig. model

pembelajaran * kecerdasan emosional sebesar 0.043 lebih rendah dari nilai taraf

signifikan taraf signifikan α = 0.05.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa ada perbedaan signifikan

pemahaman akuntansi antara siswa yang diajarkan dengan menggunakan model

pembelajaran problem based learning (PBL) dan memiliki kecerdasan emosional

tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan menggunakan model

pembelajaran problem based learning (PBL) dan memiliki kecerdasan emosional

rendah. Perbedaan ini disebabkan oleh siswa yang diajarkan dengan menggunakan

model pembelajaran problem based learning (PBL) dan memiliki kecerdasan

emosional tinggi lebih mampu mengikuti model pembelajaran problem based

learning (PBL). Siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi lebih sabar

dalam mengikuti langkah – langkah model pembelajaran ini dan mampu

membahas soal – soal akuntansi secara mandiri, sedangkan siswa yang memiliki

kecerdasan emosional rendah tidak termotivasi untuk mengikuti langkah –

langkah model pembelajaran ini sebab siswa yang memiliki kecerdasan emosional

rendah sulit untuk mandiri dalam belajar.

Berdasarkan uraian sebelumnya, model pembelajaran problem based

learning (PBL) adalah model yang menuntut kemandirian belajar siswa dalam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

92

mempelajari materi pembelajaran akuntansi, sehingga model ini lebih cocok

digunakan untuk mengajari siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi

daripada digunakan kepada siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah.

Hasil uji post hoc memperlihatkan bahwa ada perbedaan signifikan

pemahaman akuntansi antara siswa yang diajarkan dengan menggunakan model

pembelajaran problem based learning (PBL) dan memiliki kecerdasan emosional

rendah dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan menggunakan model

pembelajaran direct instruction (DI) dan memiliki kecerdasan emosional tinggi.

Penyebab perbedaan ini adalah penggunaan model pembelajaran yang tidak sama

dan siswa memiliki tingkat kecerdasan emosional yang berbeda.

Siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah mengalami kesulitan

dalam belajar menggunakan model pembelajaran problem based learning (PBL).

Hal ini disebabkan pendekatan pembelajaran yang digunakan pada model

pembelajaran ini adalah pendekatan pembelajaran yang berpusat kepada siswa

dimana siswa sendiri yang harus mencari materi akuntansi secara mandiri, pada

model pembelajaran ini guru hanya memperkenalkan masalah dan mengevaluasi

hasil belajar siswa, sedangkan proses mencari pengetahuan seluruhnya merupakan

tanggung jawab siswa masing – masing.

Siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi tidak bermasalah

belajar dengan menggunakan model pembelajaran direct instruction (DI). Hal ini

disebabkan oleh siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi memiliki

motivasi untuk belajar dan sangat sabar dalam mengerjakan soal – soal akuntansi.

Selain itu, model pembelajaran direct instruction (DI) menuntut guru aktif dalam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

93

memberikan materi pembelajaran dan banyak memberikan latihan termbimbing

kepada siswa. Oleh sebab itu, siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi

sesuai belajar dengan model pembelajaran ini.

Hasil uji post hoc (uji lanjut) memperlihatkan bahwa ada perbedaan

signifikan pemahaman akuntansi antara siswa yang diajarkan dengan

menggunakan model pembelajaran direct instruction (DI) dan memiliki

kecerdasan emosional rendah dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan

model pembelajaran direct instruction (DI) dan memiliki kecerdasan emosional

rendah.

Perbedaan pemahaman akuntansi ini disebabkan oleh perbedaan model

pembelajaran yang digunakan pada siswa yang memiliki kecerdasan emosional

rendah. Siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah sesuai belajar dengan

model direct instruction (DI) dibandingkan dengan model pembelajar problem

based learning (PBL). Hal ini disebabkan, pada model pembelajaran model direct

instruction (DI), siswa mendapatkan perhatian yang cukup dari guru dimana guru

memberikan banyak latihan terbimbing kepada siswa, selain ini guru yang aktif

dalam pembelajaran senantiasa mengawasi siswa. Hal ini dilakukan karena siswa

yang memiliki kecerdasan emosional rendah tidak memiliki motivasi yang tinggi

untuk belajar akuntansi, sulit bekerja sama dengan siswa lain jika pembelajaran

dilakukan secara berkelompok dengan siswa lain, tidak mengenali perasaan

sendiri dan tidak sabar dalam mengerjakan soal – soal akuntansi.

Jika siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah diajarkan dengan

menggunakan model pembelajaran problem based learning (PBL), maka siswa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

94

akan mengalami kesulitan dalam belajar sebab siswa yang memiliki kecerdasan

emosional rendah akan kurang menyukai model pembelajaran ini dimana guru

hanya memberikan soal – soal akuntansi yang berupa kasus atau problem tanpa

menjelaskan bagaimana cara mengerjakan soal – soal tersebut, dengan kata lain

siswa yang dituntut mandiri dalam mencari jawaban sendiri dari soal – soal yang

diberikan guru dan diakhir pembelajaran guru mengevaluasi hasil kerja siswa. Jadi

interaksi siswa dan guru hanya terjadi di awal pembelajaran dan di akhir

pembelajaran. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki

kecerdasan emosional rendah lebih baik belajar menggunakan model

pembelajaran direct instruction (DI) daripada model pembelajaran problem based

learning (PBL).

Hasil uji post hoc dapat diketahui bahwa tidak ada perbedaan signifikan

pemahaman akuntansi antara siswa yang diajarkan menggunakan dengan model

pembelajaran problem based learning (PBL) dan memiliki kecerdasan emosional

tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan menggunakan model

pembelajaran direct instruction (DI) dan memiliki kecerdasan emosional tinggi.

Tidak ada perbedaan signifikan pemahaman akuntansi disebabkan oleh siswa

yang memiliki kecerdasan emosional tinggi dapat menyesuaikan diri dengan

menggunakan model pembelajaran problem based learning (PBL) dan model

pembelajaran direct instruction (DI).

Siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi mampu mengendalikan

diri dalam belajar dengan kedua model pembelajaran tersebut, selain itu siswa

yang memiliki kecerdasan emosional tinggi sudah memiliki motivasi yang tinggi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

95

dalam dirinya, sehingga siswa tidak masalah belajar dengan menggunakan model

pembelajaran problem based learning (PBL) yang menuntut kemandirian belajar

siswa dan siswa juga tidak masalah belajar dengan menggunakan model

pembelajaran direct instruction (DI) yang dimana guru lebih berperan aktif dalam

pembelajaran.

Siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi mampu mengenal diri

sendiri, mampu mengerti perasaan orang lain dan mampu berkomunikasi dengan

orang lain dengan baik. Hal ini dibuktikan ketika siswa yang memiliki kecerdasan

emosional tinggi belajar dengan menggunakan model problem based learning

(PBL), siswa mampu berinteraksi dengan baik terhadap guru maupun siswa lain.

Hal ini juga tidak berbeda jauh ketika siswa yang memiliki kecerdasan emosional

tinggi belajar dengan menggunakan model pembelajaran direct instruction (DI).

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki kecerdasan

emsional tinggi mampu diajari dengan menggunkan model pembelajaran problem

based learning (PBL), maupun dengan menggunakan model pembelajaran direct

instruction (DI).

Hasil uji post hoc dapat diketahui bahwa tidak ada perbedaan signifikan

pemahaman akuntansi antara siswa yang diajarkan dengan menggunakan model

pembelajaran problem based learning (PBL) dan memiliki kecerdasan emosional

tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan menggunakan model

pembelajaran direct instruction (DI) dan memiliki kecerdasan emosional rendah.

Tidak ada perbedaan signifikan ini disebabkan siswa yang memiliki kecerdasan

emosional rendah yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

96

direct instruction (DI) mendapatkan ceramah materi pembelajaran akuntansi

diawal pembelajaran dan kemudian mendapatkan latihan pendahuluan dan latihan

lanjutan serta diakhir pertemuan pembelajaran siswa dievaluasi oleh guru. Dengan

kata lain, guru mengendalikan penuh materi pembelajaran yang akan diajarkan,

sehingga pembelajaran siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah lebih

terarah dan sesuai dengan kehendak guru.

Berdasarkan uraian sebelumnya, disimpulkan meskipun siswa yang

memiliki kecerdasan emosional tinggi sesuai belajar dengan menggunakan model

problem based learning (PBL), siswa yang memiliki kecerdasan emosional

rendah mampu mengimbangi pemahaman akuntansi siswa yang memiliki

kecerdasan emosional tinggi dan diajarkan dengan menggunakan model problem

based learning (PBL). Hal ini dikarenakan, siswa yang memiliki kecerdasan

emosional rendah dan diajarkan dengan model pembelajaran direct instruction (DI)

mendapatkan perhatian yang lebih dari guru.

Hasil uji post hoc memperlihatkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan

pemahaman akuntansi antara siswa yang diajarkan dengan menggunakan model

pembelajaran direct instruction (DI) dan memiliki kecerdasan emosional tinggi

dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan menggunakan model

pembelajaran direct instruction (DI) dan memiliki kecerdasan emosional rendah.

Tidak ada perbedaan signifikan pemahaman akuntansi ini disebabkan siswa yang

memiliki kecerdasan emosional rendah mendapatkan perlakuan yang sama dengan

siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi ketika diajari dengan model

pembelajaran direct instruction (DI).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

97

Siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah meski memiliki

motivasi yang rendah dalam belajar akuntansi, tidak sabar dalam mengerjakan

soal – soal akuntansi dan tidak memiliki empati terhadap siswa lain serta sulit

bekerja sama dengan siswa lain ketika diadakan kerja kelompok. Kelemahan –

kelemahan yang dimiliki siswa tersebut dapat diatasi guru karena pada model

pembelajaran direct instruction (DI), guru aktif dalam memberikan bimbingan

belajar serta mengawasi kegiatan pembelajaran. Selain itu, keaktifkan dan

pengawasan guru yang baik juga membuat siswa menjadi lebih dekat kepada guru,

sehingga siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah mengetahui batas –

batas kemampuan siswa tersebut.

Berdasarkan uraian pembahasan pengaruh interaksi antara model

pembelajaran dan kecerdasan emosional terhadap pemahaman akuntansi,

diketahui beberapa hal yang dapat diuraikan yaitu sebagai berikut:

1. Siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi dapat diajarkan dengan

menggunakan model pembelajaran problem based learning (PBL) dan

model pembelajaran direct instruction (DI).

2. Siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah tidak sesuai diajarkan

dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning (PBL).

3. Siswa yang memiliki kecerdaan emosional rendah lebih baik diajarkan

dengan menggunakan model pembelajaran direct instruction (DI).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

98

BAB VI

SIMPULAN

6 . 1 Simpulan

Dari uraian hasil dan pembahasan penelitian, ada beberapa kesimpulan

yang dapat diuraikan yaitu sebagai berikut:

1. Ada perbedaan signifikan pemahaman akuntansi antara siswa yang

diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran problem based

learning (PBL) dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan

menggunakan model pembelajaran direct instruction (DI).

2. Ada perbedaan signifikan pemahaman akuntansi antara siswa yang

memiliki kecerdasan emosional tinggi dengan siswa yang memiliki

kecerdasan emosional rendah.

3. Ada pengaruh interaksi antara model pembelajaran dan kecerdasan

emosional terhadap pemahaman akuntansi.

6 . 2 Keterbatasan

Penelitian ini sudah dilakukan secara teliti dan cermat, namun penelitian

ini juga tidak terlepas dari keterbatasan penelitian yaitu sebagai berikut:

1. Pada pertemuan pertama sampai pertemuan ketiga guru masih belum

menguasai dengan sempurna bagaimana melakukan treatment model

pembelajaran problem based learning (PBL) dan model pembelajaran

direct instruction (DI). Hal ini dibuktikan ketika guru sedang mengajar,

guru selalu membuka rencana pelaksanaan pembelajaran untuk melihat

langkah – langkah model pembelajaran, sehingga penerapan treatment

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

99

model pembelajaran baru berjalan efektif ketika memasuki pertemuan

keempat.

2. Penelitian ini memiliki keterbatasan dimana hanya mampu menjelaskan

pengaruh model pembelajaran dan kecerdasan emosional terhadap

pemahaman akuntansi, oleh sebab itu masih banyak variabel lain yang

mempengaruhi pemahaman akuntansi.

3. Sampai sekarang belum ada tes yang terstandarisasi untuk mengukur

kecerdasan emosional, sehingga penelitian ini menggunakan kuestioner

yang di adopsi dari dua penelitian terdahulu yang kemudian di uji kembali

validitas dan reliabilitasnya.

6 . 3 Implikasi

Adapun implikasi praktis dan implikasi teoritis yang dapat diuraikan

sebagai berikut:

1 . Impilikasi Praktis

a) Guru dapat meningkatkan pemahaman akuntansi siswa dengan

menggunakan model pembelajaran direct instruction (DI) untuk siswa

yang memiliki kecerdasan emosional tinggi dan siswa yang memiliki

kecerdasan emosional rendah.

b) Penggunaan model pembelajaran problem based learning (PBL) hanya

dapat digunakan pada siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi.

c) Penggunaan model pembelajaran problem based learning (PBL) tidak

sesuai dengan siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

100

2 . Implikasi Teoritis

a) Penelitian ini membuktikan bahwa ada perbedaan pemahaman akuntansi

antara siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran

problem based learning (PBL) dibandingkan dengan siswa yang diajarkan

dengan menggunakan model pembelajaran direct instruction (DI). Dengan

kata lain, penerapan model pembelajaran yang berbeda menghasilkan

pemahaman akuntansi siswa yang berbeda, selain itu penelitian ini

mengkonfrimasi kebenaran penelitian terdahulu yang dilakukan oleh

Martanti dan Priantinah (2014) yang menyimpulkan bahwa penerapan

model pembelajaran problem based learning (PBL) mampu meningkatkan

pemahaman akuntansi serta penelitian yang dilakukan Sari (2015) yang

menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran direct instruction

(DI) mampu meningkatkan pemahaman akuntansi

b) Penelitian ini mengkonfirmasi kebenaran teori Goleman (2017) yang

menyatakan bahwa orang yang memiliki kecerdasan emosional tinggi jauh

lebih sukses dibandingkan orang yang memiliki kecerdasan emosional

rendah. Hal ini dibuktikan dalam penelitian ini bahwa siswa yang

memiliki kecerdasan emosional tinggi memiliki pemahaman akuntansi

yang lebih tinggi daripada siswa yang memiliki kecerdasan emsoional

rendah.

c) Penelitian ini menemukan bahwa ada interaksi antara model pembelajaran

dan kecerdasan emosional. Dengan demikian, keberhasilan suatu model

pembelajaran sangat tergantung kepada tingkat kecerdasan emosional

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

101

siswa, sehingga pemilihan model pembelajaran harus mempertimbangkan

tingkat kecerdasan emosional siswa.

Ada beberapa rekomendasi yang dapat diberikan berdasarkan hasil

penelitian yaitu sebagai berikut:

1. Bagi guru yang mengajari akuntansi dasar sebelum menerapkan model

pembelajaran disarankan agar menguasai langkah – langkah model

pembelajaran dengan baik sehingga penerapan model pembelajaran dapat

dilakukan secara efektif.

2. Bagi peneliti selanjutnya yang berminat melakukan penelitian sejenis

dapat menambahkan variabel kecerdasan intelektual, kecerdasan

emosional sedang, kecerdasan spiritual, fasilitas belajar, minat belajar,

gaya belajar, potensi akademik dan sebagainya.

3. Bagi peneliti selanjutnya yang hendak menggunakan kuestioner penelitian

ini dalam mengukur kecerdasan emosional, peneliti selanjutnya di

sarankan untuk menguji kembali kuestioner penelitian ini terutama pada

validitas bahasa dan validitas konstrak atau berkonsultasi langsung dengan

psikolog agar mendapatkan kuestioner yang standar dan hasil pengukuran

yang optimal.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

102

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L.W. Revisi Taksonomi Bloom. Dikutip 03 Maret (2014) dari website:

http:/www.atcontent.com. Dalam Susetyo, B. (2015). Prosedur

Penyusunan Dan Analisis Tes Untuk Penilaian Hasil Belajar Bidang

Kognitif. Bandung: Refika Aditama.

Arends, R. I. (2004). Learning To Teach. New York and San Francisco: McGraw-

Hill Companies. Dalam Fathurrohman, M. (2015). Model – Model

Pembelajaran Inovatif Alternatif Desain Pembelajaran Yang

Menyenangkan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Arikunto, S. (2012). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Ary, Donald et.al. (1979). Introduction to Research In Education. New York: Holt

Reinhart and Wiston. Terjemahan Furchan, A. (2011). Pengantar

Penelitian Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Belajar

.

Bloom, B.S., J.T. Hastings, and G. F. Mardaus. (1971). Handbook on Formative

and Summative Evaluation of Student Learning, Volume L. BP3K in

Collaboration with The British Council and IIEP UNESCO. Jakarta:

BP3K Dep. P. dan K. Dalam Arikunto, S. (2012). Dasar-Dasar Evaluasi

Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Fathurrohman, M. (2015). Model – Model Pembelajaran Inovatif Alternatif

Desain Pembelajaran Yang Menyenangkan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Ghozali, I. (2016). Desain Penelitian Eksperimental Untuk Ilmu Akuntansi,

Manajemen Dan Bisnis Analisa Data Dengan Program IBM SPSS 23.

Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Goleman, D. (2000). Working With Emosional Intelligence. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama. Dalam. Wibowo, C. T. (2015). Analisis Pengaruh

Kecerdasan Emosional Dan Kecerdasan Spiritual Pada Kinerja Karyawan.

Jurnal Bisnis Dan Manajemen, 15 (1), 1-16.

…………….. (2017). Emotional Intelligence Kecerdasan Emosional Mengapa EI

Lebih Penting Daripada IQ. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Guilford, J.P. (1956). Fundamental Statistics in Psychology and Education. New

York: Mc Graw – Hill Book Co. Inc.

Hamid, M. A. A. (2007). EQ: Panduan Meningkatkan Kecerdasan Emosi

(Electronic Google Book Version). Kuala Lumpur: PTS Professional

Publising Sdn. Bhd.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

103

Kusnita, E. (2014). Pengaruh Kecerdasan Emosional, Status Sosial Ekonomi

Orang Tua, Dukungan Sosial Teman Sekolah Pada Tingkat Pemahaman

Pelajaran Akuntansi Di SMK Negeri 2 Tuban. Jurnal Ekonomi Pendidikan

Dan Kewirausahaan, 2 (1), 3-15.

Lestika, C. S. dan Kristian. (2015). Pengaruh Metode Latihan Dan Kecerdasan

Emosional Terhadap Hasil Belajar Mata Diklat Ilmu Statistika Dan

Tegangan Siswa Kelas X SMK Binaan Provinsi Sumatera Utara. Jurnal

Educational Building, 1 (1), 51-61.

Lubis, E. A. (2015). Strategi Belajar Mengajar. Medan: Perdana Publising.

Martanti, I. W. M. dan D. Priantinah. (2014). Penerapan Model Pembelajaran

Problem Based Learning Terhadap Pemahaman Konsep Dan Motivasi

Belajar. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, 12 (1), 93-105.

Nahartyo, E. (2012). Desain Dan Implementasi Riset Ekperimen. Yogyakarta.

UPP STIM YKPN.

Napitupulu, I. H. (2009). Pengaruh Kecerdasan Intelektual Dan Kecerdasan

Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman Pelajaran Akuntansi Dengan

Minat Sebagai Variabel Moderating (Studi Pada SMK Bisnis Dan

Manajemen Di Kota Sibolga Kelas XII Jurusan Akuntansi). Tesis. Sekolah

Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara. Medan.

Oon S. T. (2009). Problem Based Learning And Creativity. Singapore: Song Lee

Press. Dalam Fathurrohman, Muhammad. 2015. Model – Model

Pembelajaran Inovatif Alternatif Desain Pembelajaran Yang

Menyenangkan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Pasek, N. S. (2015). Pengaruh Kecerdasan Intelektual Pada Pemahaman

Akuntansi Dengan Kecerdasan Emosi Dan Kecerdasan Spiritual Sebagai

Variabel Moderasi. Tesis.Universitas Udayana. Bali.

Purwanto. (2016). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Puttri, D., D. Rifa dan Y. Darmayanti. (2017). Sinkronisasi Komponen

Kecerdasan Emosional Dan Pengaruhnya Terhadap Tingkat Pemahaman

Akuntansi Dalam Sistem Pendidikan Tinggi Akuntansi. Jurnal

EKOBISTEK Fakultas Ekonomi, 6 (2), 349-259.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

104

Ree, D. and Richard McBain. (2007). People Management Theory and Strategy.

Jakarta: Kencana. Dalam Napitupulu, I. H. (2009). Pengaruh Kecerdasan

Intelektual Dan Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman

Pelajaran Akuntansi Dengan Minat Sebagai Variabel Moderating (Studi

Pada SMK Bisnis Dan Manajemen Di Kota Sibolga Kelas XII Jurusan

Akuntansi). Tesis. Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.

Medan.

Reeve, J. M et al. (2009).Pengantar Akuntansi Adaptasi Indonesia. Jakarta:

Salemba Empat.

Rokhana, L. A. dan S. Sutrisno. (2016). Kecerdasan Emosional, Perilaku Belajar,

Dan Minat Belajar Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi (Studi

Empiris Pada Mahasiswa Akuntansi Fakultas Ekonomika Dan Bisnis

UNTAG Semarang). Media Ekonomi Dan Manjemen, 31 (1). 26-38.

Saputra, K. A.K., M. K. Koswara dan A. T. Atmadja. (2017). Pengaruh Penerapan

Metode Case Based Learning Dan Motivasi Terhadap Pemahaman

Akuntansi Forensik Dengan Kecerdasan Emosional Sebagai Variabel

Pemoderasi. Simposium Nasional Akuntansi XX Jember. 27-30 September

2017.

Sari, D. E. (2015). Upaya Peningkatan Pemahaman Siswa Pada Kompetensi Dasar

Membuat Jurnal Penyesuaian Melalui Kertas Kerja. Prosiding Semiar

Nasional Pendidikan Ekonomi & Bisnis, 1 (1), 07 November 2015.

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret.

Sari, P. N. (2015). Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan Kecerdasan Spiritual

Terhadap Pemahaman Akuntansi Siswa Kelas XII IPS MA AL ASROR

Tahun Pelajaran 2014/2015. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.

Semarang.

Satria. (2017). Pengaruh Kecerdasan Emosinal Terhadap Tingkat Pemahaman

Akuntansi Pada Mahasiswa Akuntansi Di Kota Bandung. Amwaluna, 1 (1),

66-80.

Shoimin, A. (2014). 68 Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum 2013.

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Sudjana, N. (2016).Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.

Ramaja Rosdakarya.

Sugiono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sundayana, R. (2014). Statistika Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

105

Susetyo, B. (2015). Prosedur Penyusunan Dan Analisis Tes Untuk Penilaian

Hasil Belajar Bidang Kognitif. Bandung: Refika Aditama.

Thoifah, I. (2016). Statistika Pendidikan Dan Metode Penelitian Kuantitatif.

Malang: Madani.

Utami, M. T. dan Sumaryanto. (2013). Pegaruh Kecerdasan Emosional,

Kecerdasan Spiritual, Perilaku Belajar, Dan Lingkungan Belajar Terhadap

Tingkat Pemahaman Akuntansi Dengan Perkembangan Teknologi Sebagai

Variabel Pemoderasi. Jurnal REKSA: Rekayasa Keuangan, Syariah, dan

Audit, 2 (2), 139 – 157.

Wardani, N. W. R. dan N. M. D. Ratnadi (2017). Pengaruh Kecerdasan Emosional,

Kecerdasan Intelektual, Dan Perilaku Belajar Pada Tingkat Pemahaman

Akuntansi. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 20 (2), 1133-1161.

Weygandt, J. J., D. E. Kieso dan P. D. Kimmel. (2009). Pengantar Akuntansi.

Jakarta. Salemba Empat.

Widhiyani, N. L. S, et. al. (2017). The Influence of Emotional Quotient and

Internal Locus of Control on the Level of Accounting Understanding.

European Journal of Business and Management, 9 (9), 86-92.

Zulhawati and M. Ariani. (2016). Effect of Learning Behavior, Emotional

Intelligence and Thinking Ability towards Accounting Understanding

Level. International Journal of Bio-Science and Bio-Technology, 8 (5),

289-300.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

106

Lampiran 1

Silabus

Nama Sekolah : SMK Negeri 1 Medan

Kelas/Semester : X / Ganjil

Mata Pelajaran : Akuntansi Dasar

Tahun Pelajaran : 2018 / 2019

A. Kompetensi Inti

- KI 3: Memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi tentang pengetahuan faktual, konseptual, operasional dasar,

dan metakognitif sesuai dengan bidang dan lingkup kerja Akuntansi dan Keuangan Lembaga pada tingkat teknis, spesifik,

detil, dan kompleks, berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam konteks

pengembangan potensi diri sebagai bagian dari keluarga, sekolah, dunia kerja, warga masyarakat nasional, regional, dan

internasional.

- KI 4:

Melaksanakan tugas spesifik dengan menggunakan alat, informasi, dan prosedur kerja yang lazim dilakukan serta

memecahkan masalah sesuai dengan bidang Akuntansi dan Keuangan Lembaga.

Menampilkan kinerja di bawah bimbingan dengan mutu dan kuantitas yang terukur sesuai dengan standar kompetensi kerja.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

107

Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara efektif,kreatif, produktif, kritis, mandiri,

kolaboratif, komunikatif, dan solutif dalam ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah,

serta mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung.

Menunjukkan ketrampilan mempresepsi, kesiapan, meniru, membiasakan, gerak mahir, menjadikan gerak alami dalam ranah

konkret terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu melaksanakan tugas spesifik dibawah

pengawasan langsung

Kompetensi

Dasar

Indikator

Pencapaian

Kompetensi

Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi

Waktu

Sumber

Belajar

3.6 Menerapkan

persamaan dasar

akuntansi

4.6 Membuat

persamaan dasar

akuntansi

3.6.1 Menggolongk

an persamaan dasar

akuntansi

4.6.1 Menjabarkan

persamaan dasar

akuntansi

Konsep dasar

persamaan

akuntansi

Analisis

Transasksi

Dalam

Persamaan

Dasar

Akuntansi

Mengidentifikasi

dan merumuskan

masalah

tentang persamaan

dasar akuntansi

Mengumpulkan

data tentang

persamaan dasar

akuntansi

Mengolah data

tentang persamaan

dasar akuntansi

Tes Tertulis

Tes

Ketrampilan

Observasi

30 P x 45

Menit

Buku

Referensi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

108

Mengomunikasikan

tentangpersamaan

dasar akuntansi

3.7 Memahami

transakasi bisnis

perusahaan baik

perusahaahn jasa,

dagang dan

manufaktur

4.7 Mengelompok

kan transakasi

bisnis perusahaan

baik perusahaahn

jasa, dagang dan

manufaktur

3.7.1 Menjelaskan

transakasi bisnis

perusahaan jasa

3.7.2 Menjelaskan

transakasi bisnis

perusahaan dagang

3.7.3 Menjelaskan

transakasi bisnis

perusahaan

manufaktur

4.7.1 Menerapkan

transakasi bisnis

perusahaan jasa

4.7.2 Menjelaskan

transakasi bisnis

perusahaan dagang

4.7.3 Menjelaskan

transakasi bisnis

perusahaan

manufaktur

Transakasi bisnis

perusahaan baik

perusahaahn jasa,

dagang dan

manufaktur

Mengamati untuk

mengidentifikasi

dan merumuskan

masalah

tentang transakasi

bisnis perusahaan

baik perusahaahn

jasa, dagang dan

manufaktur

Mengumpulkan

data tentang

transakasi bisnis

perusahaan baik

perusahaahn jasa,

dagang dan

manufaktur

Mengolah data

tentang transakasi

bisnis perusahaan

baik perusahaahn

jasa, dagang dan

manufaktur

Tes Tertulis

Tes

Ketrampilan

Observasi

10 P x 45

Menit

Buku

Referensi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

109

Mengomunikasikan

tentangtransakasi

bisnis perusahaan

baik perusahaahn

jasa, dagang dan

manufaktur

3.8 Menerapkan

buku jurnal,

konsep debet dan

kredit, saldo

normal,

sistematika

pencatatan, dan

bentuk jurnal

4.8Mengelompok

kan buku jurnal,

konsep debet dan

kredit, saldo

normal,

sistematika

pencatatan, dan

bentuk jurnal

3.8.1 Menjelaskan

buku jurnal

3.8.2 Menjelaskan

konsep debet dan

kredit

3.8.3 Menguraikan

saldo normal

3.8.4 Menjelaskan

sistematika

pencatatan

3.8.5 Menjelaskan

bentuk jurnal

4.8.1 Menerapkan

buku jurnal

4.8.2 Melaksanakan

Buku jurnal,

konsep debet dan

kredit, saldo

normal,

sistematika

pencatatan, dan

bentuk jurnal

Mengamati untuk

mengidentifikasi

dan merumuskan

masalah

tentang buku jurnal,

konsep debet dan

kredit, saldo

normal, sistematika

pencatatan, dan

bentuk jurnal

Mengumpulkan

data tentang buku

jurnal, konsep debet

dan kredit, saldo

normal, sistematika

pencatatan, dan

bentuk jurnal

Tes Tertulis

Tes

Ketrampilan

Observasi

30 JP x

45 Menit

Buku

Referensi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

110

konsep debet dan

kredit

4.8.3 Melaksanakan

saldo normal

4.8.4 Melaksanakan

sistematika

pencatatan

4.8.5 Melaksanakan

bentuk jurnal

Mengolah data

tentang buku jurnal,

konsep debet dan

kredit, saldo

normal, sistematika

pencatatan, dan

bentuk jurnal

Mengomunikasikan

tentang buku jurnal,

konsep debet dan

kredit, saldo

normal, sistematika

pencatatan, dan

bentuk jurnal

3.9 Menerapkan

posting

4.9 Melakukan

posting

3.9.1 Menafsirkan

posting

4.9.1 Menyalin

posting

Posting Mengamati untuk

mengidentifikasi

dan merumuskan

masalah

tentang posting.

Mengumpulkan

data tentang

posting.

Mengolah data

tentang posting.

Tes Tertulis

Tes

Ketrampilan

Observasi

30 JP x

45 Menit

Buku

Referensi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

111

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

112

Lampiran 2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan : SMK Negeri 1 Medan

Mata Pelajaran : Akuntansi Dasar

Kelas / Semester : X Akuntansi / Ganjil (Kelas Ekperimen)

Pertemuan Ke- : 1 - 20

Alokasi Waktu : 20 Pertemuan x 45 Menit

B. Kompetensi Inti

- KI 3: Memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi tentang

pengetahuan faktual, konseptual, operasional dasar, dan metakognitif

sesuai dengan bidang dan lingkup kerja Akuntansi dan Keuangan

Lembaga pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan kompleks, berkenaan

dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam

konteks pengembangan potensi diri sebagai bagian dari keluarga, sekolah,

dunia kerja, warga masyarakat nasional, regional, dan internasional.

- KI 4:

Melaksanakan tugas spesifik dengan menggunakan alat, informasi, dan

prosedur kerja yang lazim dilakukan serta memecahkan masalah sesuai

dengan bidang Akuntansi dan Keuangan Lembaga.

Menampilkan kinerja di bawah bimbingan dengan mutu dan kuantitas

yang terukur sesuai dengan standar kompetensi kerja.

Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara

efektif,kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, komunikatif, dan

solutif dalam ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang

dipelajarinya di sekolah, serta mampu melaksanakan tugas spesifik di

bawah pengawasan langsung.

Menunjukkan ketrampilan mempresepsi, kesiapan, meniru, membiasakan,

gerak mahir, menjadikan gerak alami dalam ranah konkret terkait dengan

pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu

melaksanakan tugas spesifik dibawah pengawasan langsung

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

113

C. Kompetensi Dasar

- KD III

3.9 Menerapkan pencatatan buku besar.

- KD IV

4.9 Melasanakan pencatatan buku besar.

D. Indikator Pencapaian Kompetensi

- Indikator KD pada KI-3

3.9.1 Menelaah bentuk kolom posting

3.9.2 Menfokuskan kode kode akun

3.9.3 Menafsirkan posting

3.9.4 Mengidentifikasikan melakukan posting ke buku besar

- Indikator KD pada KI-4

4.9.1 Menerapkan bentuk kolom posting

4.9.2 Mematuhi kode kode akun

4.9.3 Menyalin posting

4.9.4 Menerapkan posting ke buku besar

E. Tujuan Pembelajaran

Ada beberapa tujuan pembelajaran pada kegiatan belajar mengajar ini yaitu

sebagai berikut:

1. Siswa mampu memposting transaksi – transaksi jurnal umum ke buku

besar.

2. Siswa mampu untuk menyelesaikan kasus – kasus akuntansi yang

berhubungan dengan buku besar.

F. Materi Pembelajaran

- Pengertian buku besar

- Jenis dan bentuk buku besar

- Fungsi buku besar

- Posting buku besar

G. Model Pembelajaran

- Model pembelajaran problem based learning (PBL)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

114

H. Kegiatan Pembelajaran

Deskripsi: 20 pertemuan X 45 Menit = 900 Menit

Kegiatan Deskripsi Alokasi

Waktu

Pendahuluan Guru menjelaskan kompetensi yang akan dicapai.

Guru memotivasi siswa untuk memecahkan

masalah yang diberikan.

10

Menit

Inti Guru merangkai tugas belajar yang berhubungan

dengan masalah yang akan dipecahkan.

Guru mendorong siswa untuk melakukan metode

ilmiah dalam memecahkan masalah.

Guru membantu siswa untuk melakukan metode

ilmiah dalam memecahkan masalah.

790

Menit

Penutup Guru memberikan evaluasi atas laporan hasil

kerja siswa.

100

Menit

I. Alat dan Sumber Belajar

Berikut merupakan sumber belajar yang digunakan yaitu sebagai berikut:

No Alat dan Sumber Belajar

1 Sumber Belajar:

Puspitasari, Dian. 2018. Akuntansi Dasar Program Keahlian Bisnis

Dan Pemasaran SMK / MAK Kelas X. Jakarta: Bumi Aksara.

Mulyono, Agus, R.M.M. Puspitasari dan J. Pramono. 2018. Akuntansi

Dasar SMK / MAK Kelas X. Yogyakarta: Penerbit Andi.

J. Penilaian Proses dan Hasil Belajar

Aspek Penilaian Teknik Penilaian Bentuk Instrument

Kognitif Tes Tertulis Tes Uraian

Psikomotorik Tes Ketrampilan Tes Simulasi

Afektif Observasi Lembar Observasi

LEMBAR UJIAN TERTULIS

Nama Siswa :

Sekolah : SMK Negeri 1 Medan

Mata Pelajaran : Akuntansi Dasar

Kelas : X Akuntansi

Materi Pembelajaran : Buku Besar

Aspek Penilaian : Kognitif

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

115

Soal tes tertulis:

1. Tuliskan pengertian buku besar ? (Skor 100)

Kunci jawaban :

1. Buku besar adalah catatan yang berisi kumpulan –kumpulan akun – akun

dari jurnal umum perusahaan.

LEMBAR UJIAN SIMULASI

Nama Siswa :

Sekolah : SMK Negeri 1 Medan

Mata Pelajaran : Akuntansi Dasar

Kelas : X Akuntansi

Materi : Buku Besar

Aspek Penilaian : Psikomotorik

Soal keterampilan:

Bengkel Sipa memiliki jurnal yaitu sebagai berikut dan buat lah buku besar

bentuk stafel

Bengkel Sipa

Jurnal Umum

Halaman : 01

Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit

01 – 01 - 18 Kas Rp. 3.000 -

01 – 01 - 18 Modal - Rp. 3.000

02 – 01 - 18 Perlengkapan Rp. 500 -

02 – 01 - 18 Kas - Rp. 500

10 – 01 – 18 Kas Rp. 3.000 -

10 – 01 – 18 Pendapatan Jasa - Rp.3.000

25 – 01 – 18 Beban Listrik Rp. 1.000 -

25 – 01 – 18 Kas - Rp. 1.000

30 – 01 - 18 Beban Gaji Rp. 500 -

30 – 01 - 18 Hutang Gaji - Rp. 500

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

116

Jawaban:

Bengkel Sipa

Buku Besar

Nama Akun : Kas Kode Akun: 111

Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit D /K Saldo 01 – 01 - 18 Saldo Awal Ju.1 Rp. 3.000 - D Rp. 3.000

02 – 01 - 18 Pembelian Ju.1 - Rp. 500 D Rp. 2.500

10 – 01 – 18 Pendapatan Ju.1 Rp. 3.000 - D Rp. 5.500

25 – 01 – 18 Beban Listrik Ju 1 - Rp. 1.000 D Rp. 4.500

Nama Akun : Perlengkapan Kode Akun: 113

Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit D /K Saldo 02 – 01 - 18 Pembelian Ju.1 Rp. 500 - D Rp. 500

Nama Akun : Hutang Gaji Kode Akun: 212

Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit D /K Saldo 30 – 01 - 18 Beban Gaji Ju.1 - Rp. 500 K Rp. 500

Nama Akun : Modal Kode Akun: 311

Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit D /K Saldo 01 – 01 - 18 Saldo Awal Ju.1 - Rp. 3.000 K Rp. 3.000

Nama Akun : Pendapatan Jasa Kode Akun: 411

Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit D /K Saldo 10 – 01 - 18 Pendapatan Ju.1 - Rp. 3.000 K Rp. 3.000

Nama Akun : Beban Gaji Kode Akun: 511

Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit D /K Saldo 10 – 01 - 18 Beban Gaji Ju.1 Rp. 1.000 - D Rp. 1.000

Nama Akun : Beban Listrik Kode Akun: 512

Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit D /K Saldo 25 – 01 - 18 Beban Listrik Ju.1 Rp. 1.000 - D Rp. 1.000

LEMBAR OBSERVASI

Nama Siswa :

Mata Pelajaran : Akuntansi Dasar

Materi Pembelajaran : Buku Besar

Guru Mata Pelajaran :

Aspek Penilaian : Afektif

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

117

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

118

Lampiran 2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan : SMK Negeri 1 Medan

Mata Pelajaran : Akuntansi Dasar

Kelas / Semester : X Akuntansi / Ganjil (Kelas Kontrol)

Pertemuan Ke- : 1 - 20

Alokasi Waktu : 20 Pertemuan x 45 Menit

A. Kompetensi Inti

- KI 3: Memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi tentang

pengetahuan faktual, konseptual, operasional dasar, dan metakognitif

sesuai dengan bidang dan lingkup kerja Akuntansi dan Keuangan

Lembaga pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan kompleks, berkenaan

dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam

konteks pengembangan potensi diri sebagai bagian dari keluarga, sekolah,

dunia kerja, warga masyarakat nasional, regional, dan internasional.

- KI 4:

Melaksanakan tugas spesifik dengan menggunakan alat, informasi, dan

prosedur kerja yang lazim dilakukan serta memecahkan masalah sesuai

dengan bidang Akuntansi dan Keuangan Lembaga.

Menampilkan kinerja di bawah bimbingan dengan mutu dan kuantitas

yang terukur sesuai dengan standar kompetensi kerja.

Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara

efektif,kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, komunikatif, dan

solutif dalam ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang

dipelajarinya di sekolah, serta mampu melaksanakan tugas spesifik di

bawah pengawasan langsung.

Menunjukkan ketrampilan mempresepsi, kesiapan, meniru, membiasakan,

gerak mahir, menjadikan gerak alami dalam ranah konkret terkait dengan

pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu

melaksanakan tugas spesifik dibawah pengawasan langsung

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

119

B. Kompetensi Dasar

- KD III

3.9 Menerapkan pencatatan buku besar.

- KD IV

4.9 Melasanakan pencatatan buku besar.

C. Indikator Pencapaian Kompetensi

- Indikator KD pada KI-3

3.9.1 Menelaah bentuk kolom posting

3.9.2 Menfokuskan kode kode akun

3.9.3 Menafsirkan posting

3.9.4 Mengidentifikasikan melakukan posting ke buku besar

- Indikator KD pada KI-4

4.9.1 Menerapkan bentuk kolom posting

4.9.2 Mematuhi kode kode akun

4.9.3 Menyalin posting

4.9.4 Menerapkan posting ke buku besar

D. Tujuan Pembelajaran

Ada beberapa tujuan pembelajaran pada kegiatan belajar mengajar ini yaitu

sebagai berikut:

3. Siswa mampu memposting transaksi – transaksi jurnal umum ke buku

besar.

4. Siswa mampu untuk menyelesaikan kasus – kasus akuntansi yang

berhubungan dengan buku besar.

E. Materi Pembelajaran

- Pengertian buku besar

- Jenis dan bentuk buku besar

- Fungsi buku besar

- Posting buku besar

F. Model Pembelajaran

- Model pembelajaran direct instruction (DI)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

120

G. Kegiatan Pembelajaran

Deskripsi: 20 pertemuan X 45 Menit = 900 Menit

Kegiatan Deskripsi Alokasi

Waktu

Pendahuluan Guru menjelaskan kompetensi yang akan

dicapai.

Guru memotivasi siswa untuk memecahkan

masalah yang diberikan.

10 Menit

Inti Guru merangkai tugas belajar yang

berhubungan dengan masalah yang akan

dipecahkan.

Guru mendorong siswa untuk melakukan

metode ilmiah dalam memecahkan masalah.

Guru membantu siswa untuk melakukan

metode ilmiah dalam memecahkan masalah.

790 Menit

Penutup Guru memberikan evaluasi atas laporan hasil

kerja siswa.

100 Menit

H. Alat dan Sumber Belajar

Berikut merupakan sumber belajar yang digunakan yaitu sebagai berikut:

No Alat dan Sumber Belajar

1 Sumber Belajar:

Puspitasari, Dian. 2018. Akuntansi Dasar Program Keahlian Bisnis

Dan Pemasaran SMK / MAK Kelas X. Jakarta: Bumi Aksara.

Mulyono, Agus, R.M.M. Puspitasari dan J. Pramono. 2018. Akuntansi

Dasar SMK / MAK Kelas X. Yogyakarta: Penerbit Andi.

I. Penilaian Proses dan Hasil Belajar

Aspek Penilaian Teknik Penilaian Bentuk Instrument

Kognitif Tes Tertulis Tes Uraian

Psikomotorik Tes Ketrampilan Tes Simulasi

Afektif Observasi Lembar Observasi

LEMBAR UJIAN TERTULIS

Nama Siswa :

Sekolah : SMK Negeri 1 Medan

Mata Pelajaran : Akuntansi Dasar

Kelas : X Akuntansi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

121

Materi Pembelajaran : Buku Besar

Aspek Penilaian : Kognitif

Soal tes tertulis:

1. Tuliskan pengertian buku besar ? (Skor 100)

Kunci jawaban :

2. Buku besar adalah catatan yang berisi kumpulan –kumpulan akun – akun

dari jurnal umum perusahaan.

LEMBAR UJIAN SIMULASI

Nama Siswa :

Sekolah : SMK Negeri 1 Medan

Mata Pelajaran : Akuntansi Dasar

Kelas : X Akuntansi

Materi : Buku Besar

Aspek Penilaian : Psikomotorik

Soal keterampilan:

Bengkel Sipa memiliki jurnal yaitu sebagai berikut dan buat lah buku besar

bentuk stafel

Bengkel Sipa

Jurnal Umum

Halaman : 01

Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit

01 – 01 - 18 Kas Rp. 3.000 -

01 – 01 - 18 Modal - Rp. 3.000

02 – 01 - 18 Perlengkapan Rp. 500 -

02 – 01 - 18 Kas - Rp. 500

10 – 01 – 18 Kas Rp. 3.000 -

10 – 01 – 18 Pendapatan Jasa - Rp.3.000

25 – 01 – 18 Beban Listrik Rp. 1.000 -

25 – 01 – 18 Kas - Rp. 1.000

30 – 01 - 18 Beban Gaji Rp. 500 -

30 – 01 - 18 Hutang Gaji - Rp. 500

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

122

Jawaban:

Bengkel Sipa

Buku Besar

Nama Akun : Kas Kode Akun: 111

Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit D /K Saldo 01 – 01 - 18 Saldo Awal Ju.1 Rp. 3.000 - D Rp. 3.000

02 – 01 - 18 Pembelian Ju.1 - Rp. 500 D Rp. 2.500

10 – 01 – 18 Pendapatan Ju.1 Rp. 3.000 - D Rp. 5.500

25 – 01 – 18 Beban Listrik Ju 1 - Rp. 1.000 D Rp. 4.500

Nama Akun : Perlengkapan Kode Akun: 113

Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit D /K Saldo 02 – 01 - 18 Pembelian Ju.1 Rp. 500 - D Rp. 500

Nama Akun : Hutang Gaji Kode Akun: 212

Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit D /K Saldo 30 – 01 - 18 Beban Gaji Ju.1 - Rp. 500 K Rp. 500

Nama Akun : Modal Kode Akun: 311

Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit D /K Saldo 01 – 01 - 18 Saldo Awal Ju.1 - Rp. 3.000 K Rp. 3.000

Nama Akun : Pendapatan Jasa Kode Akun: 411

Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit D /K Saldo 10 – 01 - 18 Pendapatan Ju.1 - Rp. 3.000 K Rp. 3.000

Nama Akun : Beban Gaji Kode Akun: 511

Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit D /K Saldo 10 – 01 - 18 Beban Gaji Ju.1 Rp. 1.000 - D Rp. 1.000

Nama Akun : Beban Listrik Kode Akun: 512

Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit D /K Saldo 25 – 01 - 18 Beban Listrik Ju.1 Rp. 1.000 - D Rp. 1.000

LEMBAR OBSERVASI

Nama Siswa :

Mata Pelajaran : Akuntansi Dasar

Materi Pembelajaran : Buku Besar

Guru Mata Pelajaran :

Aspek Penilaian : Afektif

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

123

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

124

Lampiran 3

Materi Pembelajaran

A . Pengertian Buku Besar

Buku besar adalah catatan yang menyimpan infromasi tentang perubahan

saldo akun – akun yang digunakan oleh perusahaan (Weygandt, 2009).

B . Tujuan Buku Besar

Ada beberapa tujuan buku besar menurut Mulyono (2018) yaitu sebagai

berikut:

1. Untuk mencatat transaksi bisnis secara tepat dan akurat.

2. Untuk memposting transaksi – transaksi ke akun yang tepat.

3. Untuk menjaga keseimbangan debit dan kredit pada akun.

4. Untuk mengakomodasi entry jurnal penyesuaian yang dibutuhkan.

5. Untuk menghasilkan laporan keuangan.

C . Bentuk – Bentuk Buku Besar

Ada beberapa bentuk buku besar yang dikenal secara umum menurut

Mulyono (2018) yaitu sebagai berikut:

1. Bentuk T adalah buku besar yang paling sederhana yang berbentuk huruf

T besar. Berikut dibawah ini merupakan contoh buku besar bentuk T.

Nama Akun :………… Kode Akun:……

Debit Kredit

2. Bentuk skontro adalah buku besar yang terbagi menjadi dua kolom yaitu

sebelah debit dan sebelah kredit Berikut dibawah ini merupakan contoh

buku besar bentuk skontro.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

125

Nama Akun Kode Akun:…….

Tanggal Keterangan Ref Debit Tanggal Keterangan Ref Kredit

3. Bentuk Stafel adalah bentuk berkolom saldo tunggal dan digunakan untuk

memperjelas transaksi. Berikut dibawah ini merupakan contoh buku besar

bentuk stafel.

Nama Akun :………… Kode Akun:…….

Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit D /K Saldo

4. Bentuk stafel berkolom saldo rangkap adalah buku besar yang mirip

dengan bentuk stafel, namun perbedaannya terletak pada pembagian dua

kolom yaitu debet dan kredit. Berikut dibawah ini merupakan contoh buku

besar bentuk stafel berkolom saldo rangkap.

Nama Akun :………… Kode Akun:…….

Tanggal Keteragan Ref Debit Kredit Saldo

Debit Kredit

D . Neraca Saldo

Neraca saldo adalah daftar yang berisi kumpulan akun beserta saldonya

pada periode tertentu (Weygandt, 2009).

E . Tujuan Neraca Saldo

Tujuan neraca saldo adalah untu membuktikan apakah buku besar yang

dibuat jumlah debit sama dengan jumlah kredit (Weygandt, 2009).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

126

F . Bentuk Neraca Saldo

Bentuk neraca saldo menurut Mulyono (2018) yaitu sebagai berikut :

Nama Perusahaan

Neraca Saldo

Periode Akuntansi

Nomor Nama Akun Debit Kredit

Jumlah

G . Contoh Soal Buku Besar

Salon Jenny

Jurnal Umum

Halaman : 01

Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit

01 – 04 - 18 Kas Rp. 3.000 -

01 – 04 - 18 Modal - Rp. 3.000

02 – 04 - 18 Perlengkapan Rp. 500 -

02 – 04 - 18 Kas - Rp. 500

10 – 04 – 18 Kas Rp. 1.000 -

10 – 04 – 18 Pendapatan Jasa - Rp.1.000

20 – 04 – 18 Piutang Rp. 1.000 -

20 – 04 – 18 Pendapatan Jasa - Rp. 1.000

25 – 04 – 18 Beban Iklan Rp. 500 -

25 – 04 – 18 Kas - Rp. 500

30 – 04 - 18 Beban Gaji Rp. 1.000 -

30 – 04 - 18 Hutang Gaji - Rp. 1.000

Buatlah buku besar salon Jenny bentuk stafel berkolom saldo rangkap !

Salon Jenny

Buku Besar

Nama Akun : Kas Kode Akun: 111

Tanggal Keteragan Ref Debit Kredit Saldo

Debit Kredit 01 – 04 - 18 Saldo Awal Ju .1 Rp. 3.000 - Rp. 3.000 - 02 – 04 - 18 Pembelian Ju .1 - Rp. 500 Rp. 2.500 -

10 – 04 – 18 Pendapatan Ju. 1 Rp. 1.000 - Rp. 3.500 -

25 – 04 – 18 Beban Iklan Ju. 1 - Rp. 500 Rp. 3.000 -

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

127

Nama Akun : Piutang Kode Akun: 112

Tanggal Keteragan Ref Debit Kredit Saldo

Debit Kredit 20 – 04 - 18 Pendapatan Ju .1 Rp. 1.000 - Rp. 1.000 -

Nama Akun : Perlengkapan Kode Akun: 113

Tanggal Keteragan Ref Debit Kredit Saldo

Debit Kredit 02 – 04 - 18 Pembelian Ju .1 Rp. 500 - Rp. 500 -

Nama Akun : Hutang Gaji Kode Akun: 212

Tanggal Keteragan Ref Debit Kredit Saldo

Debit Kredit 30 – 04 - 18 Beban Gaji Ju .1 - Rp. 1.000 - Rp. 1.000

Nama Akun : Modal Kode Akun: 311

Tanggal Keteragan Ref Debit Kredit Saldo

Debit Kredit 01 – 04 - 18 Saldo Ju .1 - Rp. 3.000 Rp. 3.000

Nama Akun : Pendapatan Jasa Kode Akun: 411

Tanggal Keteragan Ref Debit Kredit Saldo

Debit Kredit 10 – 04 - 18 Pendapatan Ju .1 - Rp. 1.000 - Rp. 1.000 20 – 04 – 18 Pendapatan Ju. 1 - Rp. 1.000 - Rp. 2.000

Nama Akun : Beban Gaji Kode Akun: 511

Tanggal Keteragan Ref Debit Kredit Saldo

Debit Kredit 30 – 04 - 18 Beban Gaji Ju .1 Rp. 1.000 - Rp. 1.000 -

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

128

Nama Akun : Beban Iklan Kode Akun: 512

Tanggal Keteragan Ref Debit Kredit Saldo

Debit Kredit 25 – 04 - 18 Beban Iklan Ju .1 Rp.500 - Rp. 500 -

H . Contoh Neraca Saldo

Berdasarkan soal buku besar diatas, buatlah neraca saldo salon Jenny !

Salon Jenny

Neraca Saldo

Untuk Akhir Periode 30 April 2018

Nomor Nama Akun Debit Kredit

111 Kas Rp. 3.000 -

112 Piutang Rp. 1.000 -

113 Perlengkapan Rp. 500 -

211 Hutang Gaji - Rp. 1.000

311 Modal - Rp. 3.000

411 Pendapatan - Rp. 2.000

511 Beban Gaji Rp. 1.000 -

512 Beban Iklan Rp. 500 -

Jumlah Rp. 6.000 Rp. 6.000

I . Sumber Bacaan

Mulyono, Agus, R.M.M. Puspitasari dan J. Pramono. 2018. Akuntansi Dasar SMK

/ MAK Kelas X. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Weygandt, J. J., D. E. Kieso dan P. D. Kimmel. (2009). Pengantar Akuntansi.

Jakarta. Salemba Empat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

129

Lampiran 4

Kuestioner Penelitian

Identitas Responden:

Nama Siswa :

NIS :

Kelas :

Usia :

Jenis Kelamin : ( L / P )

Petunjuk Pengisian :

1) Mohon saudara / saudari bersedia mengisi daftar isian berikut dengan cara

memberikan jawaban menggunakan tanda centang pada salah satu pilihan

yang sesuai dengan keadaan saudara / saudari yang sebenarnya.

2) Pilihan jawaban terdiri dari lima yaitu:

SS : Sangat Setuju

S : Setuju

N : Netral

TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju

3) Isilah semua nomor pada kuestioner ini dan jangan ada yang terlewatkan.

No

Pernyataan Tanggapan

Kecerdasan Emosional (EQ) SS S N TS STS

Pengenalan Diri

1 Saya selalu mengintropeksi diri saya

2 Saya mempunyai kemampuan untuk

mendapatkan apa yang saya inginkan.

3 Saya menyukai diri saya apa adanya

4 Saya percaya dengan kemampuan diri

saya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

130

No

Pernyataan Tanggapan

Kecerdasan Emosional (EQ) SS S N TS STS

Pengendalian Diri

1 Saya mampu mengendalikan emosi diri

dalam situasi apapun.

2 Saya mampu menerima kritik dan

rekomendasi.

3 Saya mampu bertanggung jawab atas

hasil kerja sendiri.

4 Saya dapat menghargai pendapat atau

gagasan yang berbeda dari orang lain

5 Saya mudah beradaptasi pada situasi

baru yang dpaat berupa lingungan,

gagasan dan informasi baru.

No

Pernyataan Tanggapan

Kecerdasan Emosional (EQ) SS S N TS STS

Motivasi Diri

1 Saya mampu memberikan dorongan

untuk selalu maju kepada diri saya

sendiri.

2 Saya pantang menyerah jika saya gagal

berkali – kali.

3 Saya selalu memiliki sikap optimis untuk

meraih tujuan yang saya inginkan

4 Saya memiliki dorongan untuk

berprestasi.

No

Pernyataan Tanggapan

Kecerdasan Emosional (EQ) SS S N TS STS

Empati

1 Saya mampu merasakan perasaan orang

lain ketika sedih maupun bahagia.

2 Saya mampu menjadi pendegar yang

baik.

3 Saya mampu menerima sudut pandang

orang lain.

4 Saya memahami perasaan orang lain.

5 Saya siap membantu apabila orang lain

membutuhkan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

131

No

Pernyataan Tanggapan

Kecerdasan Emosional (EQ) SS S N TS STS

Ketrampilan Sosial

1 Saya mampu memberikan pesan dengan

jelas kepada orang lain.

2 Saya mampu meyakinkan dan

bernegosiasi terhadap orang lain dengan

ide saya.

3 Saya mampu membangkitkan motivasi

kepada orang lain.

4 Saya berani memulai suatu perubahan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

132

Lampiran 5

Tes Hasil Belajar

Nama Siswa :

No :

Sekolah : SMK Negeri 1 Medan

Kelas : X – Akuntansi

1. Jika beban perlengkapan untuk suatu periode tertentu sebesar Rp. 6.000, maka

ayat jurnal umum yang benar adalah sebagai berikut:

a) Beban perlengkapan (D) Rp. 6000 dan Beban perlengkapan (K) Rp. 6000.

b) Perlengkapan (D) Rp. 6.000 dan Beban perlengkapan (K) Rp. 6.000.

c) Perlengkapan (D) Rp. 6.000 dan Beban perlengkapan (K) Rp. 6000.

d) Beban perlengkapan (D) Rp. 6.000 dan perlengkapan (K) Rp. 6.000.

e) Perlengkapan (D) Rp. 6.000 dan perlengkapan (K) Rp. 6000.

2. Dibawah ini yang bukan merupakan bagian dari siklus akuntansi adalah …..

a) Membuat jurnal umum d) Membuat posting ke buku besar

b) Menganalisis laporan keuangan e) Membuat neraca saldo

c) Membuat laporan keuangan

3. Pendapatan jasa perusahaan Rp20.000. beban usaha Rp7.000. dan prive

Rp3.000. Jika modal awal Rp55.000., maka modal akhir pada laporan

perubahan ekuitas pemilik adalah

a) Rp 65.000 c) Rp. 79.000 e) Rp. 50.000

b) Rp 45.000 d) Rp. 55.000

4. Perusahaan membayar liabilitas jangka pendek yang sudah jatuh tempo

sebesar Rp50.000 dengan tunai, sementara modal sendiri masih tetap sebesar

Rp 70.000. maka ....

a) aktiva berkurang sebesar Rp50.000.

b) aktiva berkurang sebesar Rp20.000.

c) pasiva berkurang sebesar Rp70.000.

d) pasiva berkurang sebesar Rp20.000.

e) aktiva lancar berkurang sebesar Rp 20.000.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

133

5. Aset perusahaan akan berkurang apabila terjadi ……

1) Liabilitas bertambah. 3) Pendapatan bertambah

2) Ekuitas bertambah. 4) Beban bertambah

Pilihlah jawaban yang benar….

a) Jika jawaban (1), (2), dan (3) benar.

b) Jika jawaban (1) dan (3) benar.

c) Jika jawaban (2) dan (4) benar.

d) Jika jawaban (4) saja yang benar.

e) Jika semua jawaban benar.

6. Berikut ini merupakan akun yang memiliki saldo normal di kredit yaitu:

1) Aset 3) Beban 5) Rugi Bersih

2) Laba Bersih 4) Kewajiban

Pilihlah jawaban yang benar….

a) Jika jawaban (1), (2), dan (3) benar.

b) Jika jawaban (1) dan (3) benar.

c) Jika jawaban (2) dan (4) benar.

d) Jika jawaban (4) saja yang benar.

e) Jika semua jawaban benar.

7. Informasi akuntansi yang dihasilkan perusahaan akan digunakan oleh pihak

internal dan eksternal perusahaan. Pihak internal perusahaan berupa…..

a) Kreditor dan pedagang d) Pemegang saham dan bank.

b) Manajemen dan akuntan publik. e) Akuntan dan pemerintah.

c) Karyawan dan pemegang saham

8. Berikut ini merupakan bentuk buku besar yang benar KECUALI….

a) Bentuk 1 kolom c) Bentuk 3 kolom e) Bentuk T

b) Bentuk 2 kolom d) Bentuk 4 kolom

9. Manfaat neraca saldo yang benar adalah…

a) Untuk pelaporan keuangan

b) Sebagai data keuangan

c) Untuk pemeriksaan saldo buku besar

d) Untuk sebagai pedoman hasil transasksi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

134

e) Tidak ada jawaban yang benar

10. Dalam posting jurnal ke buku besar perusahaan jasa akan menerima postingan

dari …..

a) Jurnal pembelian c) Jurnal pengeluaran kas e) Jurnal penyesuaian

b) Jurnal penjualan d) Jurnal penerimaan kas

11. Posting ke buku besar yang tepat adalah …..

Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit

09 Mei Peralatan 121 50.000 -

09 Mei Kas 101 - 8.000

09 Mei Utang Usaha 201 - 42.000

a) .

Peralatan Kas Utang Usaha

46.000 8.000 42.000

b) .

Peralatan Kas Utang Usaha

50.000 42.000 8.000

c) .

Peralatan Kas Utang Usaha

50.000 42.000 8.000

d) .

Peralatan Kas Utang Usaha

50.000 8.000 42.000

e)

Peralatan Kas Utang Usaha

50.000 42.000 8.000

12. Kak Julia salah menerapkan posisi akun – akun di neraca saldonya, sesuai

dengan hukum likuiditas, akun – akun selalu disusun sesuai prinsip tersebut,

maka penerapan yang benar adalah….

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

135

Neraca Saldo

Nama Rekening No. Rek Debet Kredit

Aktiva Lancar - -

Aktiva Intagible - -

Investasi Jangka Panjang - -

Aktiva Tetap - -

a) Aktiva Lancar, Aktiva Tetap, Aktiva Intangible, & Investasi Jangka

Panjang

b) Aktiva Lancar, Investasi Jangka Panjang, Aktiva Tetap, & Aktiva

Intangible

c) Aktiva Lancar, Investasi Jangka Panjang, Aktiva Intangible ,& Aktiva

Tetap

d) Aktiva Intangible, Aktiva Lancar, Investasi Jangka Panjang, & Aktiva

Tetap

e) Aktiva Lancar , Aktiva Intangible, Aktiva Tetap, & Investasi Jangka

Panjang

13. Perhatikan buku besar berikut !

Kas Piutang Pendapatan

40 160 200

Posting tersebut berasal dari transaksi ….

a) Penerimaan jasa Rp. 200, diterima tunai Rp. 40 dan dibayar kemudian Rp.

160.

b) Penerimaan jasa secara tunai Rp. 200.

c) Penerimaan pelunasan piutang jasa Rp. 160.

d) Penerimaan kas atas piutang jasa sebesar Rp. 200.

e) Penerimaan pelunasan piutang jasa sebesar Rp. 40.

14. Setiap akun memiliki saldo normal, saldo normal rugi berada di …..

a) Kredit c) Ref e) Debet

b) Tanggal d) Keterangan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

136

15. Dari sebuah perusahaan diperoleh informasi bahwa awal periode, modal awal

pemilik tercatat sebesar Rp. 64,00 milyar dan asset total sebesar Rp. 158,00

milyar. Selama periode berjalan asset meningkat sebesar 50 %, sementara

utang turun sebesar 60 %. Berapakah modal pemilik pada akhir periode.

a) Rp. 86,60 Milyar c) Rp. 199,40 Milyar e) Rp 218,80 Milyar

b) Rp. 94,00 Milyar d) Rp. 210,00 Milyar

16. Neraca saldo suatu perusahaan ini tidak lengkap, pilihlah jawaban yang benar

untuk mengisi X, Y dan Z ….

NERACA SALDO

Nama Rekening No. Rekening Debet Kredit

Kas 3.000 -

Piutang 1.000 -

Kendaraan 5.000 -

Peralatan 2.000 -

Kewajiban - -

Modal - 10.000

Pendapatan Jasa - Y

Beban Gaji 500 -

Beban Asuransi Z -

Total 12.000 X

a) 500, 2.000, & 12.000 c) 500, 12.000 & 2.000 e) 12.000, 2.000 & 500

b) 2.000, 500, & 12.000 d) 12.000, 500, & 2000

17. Berikut dibawah ini merupakan format jurnal umum,

PT Sinar Maju

Jurnal Umum

XXX

Tanggal Keterangan YYY Debet Kredit

bagian XXX & YYY lebih baik diisi dengan….

a. Per tanggal sekian dan Ref c. Ref dan Halaman e. Tidak usah diisi

b. Ref dan tanggal d. Halaman dan Ref

18. Nurul Pijah salah memposting buku besar. Berikut merupakan buku besar

buku besar yang dikerjakan Nurul, kesalahan posting Nurul terdiri dari:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

137

Perlengkapan 114

Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit D/K Saldo

01 – Jun Saldo Awal - 100 - D 100

04 – Jun Pembelian Ju 1 - 50 K 150

06 – Jun Pembelian Ju 1 50 - D 100

21 – Jun Pembelian Ju 1 50 - D 250

25 – Jun Penjualan Ju 1 50 D 300

a) Tanggal 01, 25, dan 04 d) Tanggal, 01, 21, dan 25

b) Tanggal 04, 06, dan 25 e) Tanggal 06, dan 25

c) Tanggal 04, 06, dan 21

19. Suatu daftar yang berisi kumpulan – kumpulan saldo akhir dari perkiraan –

perkiraan dari buku besar disebut…..

a) Neraca d) Neraca setelah penutupan

b) Neraca setelah penyesuaian e) Neraca saldo

c) Neraca konsolidasi

20. Berikut merupakan neraca saldo PT X, diminta menemukan bagian – bagain

yang salah yaitu:

PT X

Neraca Saldo

Per 30 Mei 2018

No Akun Nama Akun Debet Kredit

111 Kas 2000 -

112 Piutang Jasa 100 -

113 Perlengkapan - 500

211 Komputer 1000 -

212 Aku. Peny. Komputer 100 -

311 Modal X - 3000

411 Pendapatan Jasa - 600

511 Beban Gaji 50 -

512 Beban Listrik, dan Air 50 -

- Total 3300 4100

a) Piutang jasa, Aku. Peny komputer, dan Perlengkapan.

b) Komputer, Aku. Peny. Komputer, dan Total

c) Perlengkapan, Aku. Peny. Komputer dan Modal

d) Perlengapan, Aku. Peny. Komputer, dan Total

e) Perlengkapan, Aku. Peny. Komputer, dan Beban Gaji

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

138

Kunci Jawaban

No Soal Kunci Jawaban No Soal Kunci Jawaban

1 D 11 D

2 B 12 B

3 A 13 A

4 A 14 E

5 D 15 C

6 C 16 E

7 C 17 D

8 A 18 B

9 C 19 E

10 E 20 B

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

139

Lampiran 6

Hasil Uji Instrumen Penelitian

A . Hasil Uji Validitas Kuestioner Penelitian

Jumlah responden: 34 siswa Taraf Signifikan = 5 %

Jumlah butir soal: 25 soal

Nomor

Soal

Indikator Interpretasi

1

Pengenalan Diri

0,126 0,339 Tidak Valid

2 0,544 0,339 Valid

3 0,445 0,339 Valid

4 0,492 0,339 Valid

5 0,446 0,339 Valid

1

Pengendalian Diri

0,437 0,339 Valid

2 0,342 0,339 Valid

3 0,369 0,339 Valid

4 0,444 0,339 Valid

5 0,404 0,339 Valid

1

Motivasi Diri

0,521 0,339 Valid

2 0,296 0,339 Tidak Valid

3 0,543 0,339 Valid

4 0,569 0,339 Valid

5 0,521 0,339 Valid

1

Empati

0,741 0,339 Valid

2 0,667 0,339 Valid

3 0,627 0,339 Valid

4 0,578 0,339 Valid

5 0,488 0,339 Valid

1

Ketrampilan Sosial

0,427 0,339 Valid

2 0,566 0,339 Valid

3 0,401 0,339 Valid

4 0,504 0,339 Valid

5 0,253 0,339 Tidak Valid

(Sumber: Hasil Uji Validitas SPSS versi 17)

Dari 25 soal yang diujikan kepada responden uji coba intrumen penelitian

pada kelas X – Ak 3 yang berjumlah 34 siswa, ada tiga butir soal tidak valid yaitu

sebagai berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

140

1 . Butir soal pertama pada indikator pengendalian diri.

2 . Butir soal kedua pada indikator motivasi.

3 . Butir soal kelima pada indikator ketrampilan sosial.

Dengan demikian, ketiga butir soal tersebut tidak diujikan, sehingga

jumlah soal yang akan diuji lanjut adalah 22 soal.

B . Hasil Uji Reliabilitas Kuestioner Penelitian

Jumlah responden: 34 siswa Taraf Signifikan = 5 %

Jumlah butir soal: 22 soal

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.862 22

(Sumber: Hasil Uji Reliabilitas SPSS versi 17)

Dari uji Cronbach’s Alpha menunjukan sebesar 0,862, sedangkan

untuk 34 responden dengan taraf signifikan 0,05 adalah 0,339. Dengan

demikian, 0,862 lebih tinggi dari 0,339, sehingga kuestioner ini dikatakan reliabel.

Bila mengacu pada kriteria klasifikasi koefisien reliabilitas menurut Guilford

(1956), maka kuestioner ini dikategorikan memiliki reliabilitas sangat tinggi

karena koefisien Cronbach’s Alpha sebesar 0,862 berada pada

C . Hasil Uji Validitas Tes Hasil Belajar

Jumlah responden: 34 siswa Taraf Signifikan = 5 %

Jumlah butir soal: 30 soal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

141

Nomor Soal Interpretasi

1 -0,198 0,339 Tidak Valid

2 0,674 0,339 Valid

3 0,524 0,339 Valid

4 0,286 0,339 Tidak Valid

5 0,335 0,339 Tidak Valid

6 0,247 0,339 Tidak Valid

7 0,144 0,339 Tidak Valid

8 0,303 0,339 Tidak Valid

9 0,158 0,339 Tidak Valid

10 0,554 0,339 Valid

11 0,304 0,339 Tidak Valid

12 0,423 0,339 Valid

13 0,397 0,339 Valid

14 -0,287 0,339 Tidak Valid

15 0,366 0,339 Valid

16 0,574 0,339 Valid

17 0,470 0,339 Valid

18 0,442 0,339 Valid

19 0,395 0,339 Valid

20 0,436 0,339 Valid

21 0,424 0,339 Valid

22 0,381 0,339 Valid

23 0,504 0,339 Valid

24 0,511 0,339 Valid

25 0,441 0,339 Valid

26 0,441 0,339 Valid

27 0,313 0,339 Tidak Valid

28 0,604 0,339 Valid

29 0,393 0,339 Valid

30 0,543 0,339 Valid

(Sumber: Hasil Uji Validitas Anates versi 4.09)

Dari 25 soal yang diujikan kepada responden uji coba intrumen penelitian

pada kelas X – Ak 3 yang berjumlah 34 siswa, ada 10 soal yang tidak vaid yaitu

butir soal nomor 01, 04, 05, 06, 07, 08, 09, 11,14,dan 27. Dengan demikian, hanya

20 soal yang akan diuji lanjut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

142

D . Hasil Uji Reliabilitas Tes Hasil Belajar

Jumlah responden: 34 siswa Taraf Signifikan = 5 %

Mean 14.32

Simpangan Baku 5.12

Korelasi XY 0.69

Reliabilitas Tes 0.82

Interpretasi Sangat Tinggi

(Sumber: Hasil Uji Reliabilitas Anates versi 4.09)

Dari hasil uji split half, reliabilitas tes menunjukkan angka

sebesar 0.82, jika nilai ini dibandingkan dengan untuk 34 responden

dengan taraf signifikan 0.05 adalah 0.339. Dengan demikian, dapat disimpulkan

bahwa tes hasil belajar ini reliabel dikarenakan lebih tinggi dari . Bila

mengacu pada kriteria klasifikasi koefisien reliabilitas menurut Guilford (1956),

maka tes hasil belajar ini dikategorikan memiliki reliabilitas sangat tinggi karena

koefisien Cronbach’s Alpha sebesar 0,82 berada pada

E . Hasil Uji Daya Beda Soal

Jumlah responden: 34 siswa Taraf Signifikan = 5 %

Nomor Soal Kelompok

Atas

Kelompok

Bawah Beda

Indeks DP

(%) Interpretasi

1 5 0 5 55,56 Baik

2 5 1 4 44,44 Baik

3 9 3 6 66,67 Baik

4 7 2 5 55,56 Baik

5 8 4 4 44,44 Baik

6 5 1 4 44,44 Baik

7 7 0 7 77,78 Sangat Baik

8 9 5 4 44,44 Baik

9 7 3 4 44,44 Baik

10 9 5 4 44,44 Baik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

143

Lanjutan tabel hasil uji daya beda

Nomor Soal Kelompok

Atas

Kelompok

Bawah Beda

Indeks DP

(%) Interpretasi

11 9 5 4 44,44 Baik

12 7 2 5 55,56 Baik

13 9 5 4 44,44 Baik

14 6 1 5 55,56 Baik

15 9 2 7 77,78 Sangat Baik

16 7 2 5 55,56 Baik

17 7 2 5 55,56 Baik

18 7 1 6 66,67 Baik

19 8 4 4 44,44 Baik

20 6 1 5 55,56 Baik

Dari hasil uji daya pembeda soal, soal yang akan diujikan kepada sampel

penelitian berjumlah 20 soal dengan 18 soal memiliki daya pembeda soal

berkriteria baik dan dua soal yang memiliki daya pembeda soal berkriteria sangat

baik.

F . Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal

Jumlah responden: 34 siswa Taraf Signifikan = 5 %

Nomor Soal Jumlah Benar Tingkat Kesukaran (%) Interpretasi

1 6 17,65 Sukar

2 8 23,53 Sukar

3 21 61,76 Sedang

4 18 52,94 Sedang

5 20 58,82 Sedang

6 15 44,12 Sedang

7 14 41,18 Sedang

8 21 61,76 Sedang

9 16 47,06 Sedang

10 25 73,53 Mudah

11 27 79,41 Mudah

12 15 44,12 Sedang

13 28 82,35 Mudah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

144

Lanjutan tabel hasil uji tingkat kesukaran

Nomor Soal Jumlah Benar Tingkat Kesukaran (%) Interpretasi

14 11 32,35 Sedang

15 22 64,71 Sedang

16 13 38,24 Sedang

17 13 38,24 Sedang

18 11 32,35 Sedang

19 23 67,65 Sedang

20 9 26,47 Sukar

Dari hasil uji tingkat kesukaran soal, ada tiga soal yang bertaraf mudah

yaitu pada soal 10, 11 dan 13, sedangkan soal yang bertaraf sedang berjumlah 14

soal yaitu pada soal 3,4,5,6,7,8,9,12,14,15,16,17,18 dan 19. Untuk soal bertaraf

sukar terdiri dari tiga soal yaitu 1,2, dan 20. Dengan demikian, jumlah soal yang

diujikan pada sampel yang sebernarnya berjumlah 20 butir soal.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

145

Lampiran 7

Perhitungan Skor Ideal Kecerdasan Emosional

Dan Daftar Sampel Penelitian

A . Perhitungan Skor Ideal Kecerdasan Emosional

Pembagian kecerdasan emosional tinggi dan rendah menggunakan rumus

dan kriteria dari Lestika dan Kristian (2015) yaitu sebagai berikut:

Kriteria: Skor EQ > Mi (Skor Ideal) = Kecerdasan emosional siswa tinggi

Skor EQ < Mi (Skor Ideal) = Kecerdasan emosional siswa rendah

B . Daftar Sampel Penelitian Siswa Yang Diajarkan Dengan

Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Dan Memiliki Kecerdasan Emosional Tinggi

No Usia Jenis

Kelamin

Model

Pembelajaran

Kecerdasan

Emosional

Pemahaman

Akuntansi

Skor

EQ

Tingkat

EQ

Pre

-

Test

Post

-

Test

1 15 Perempuan PBL 97 Tinggi 70 80

2 16 Perempuan PBL 107 Tinggi 70 85

3 15 Perempuan PBL 100 Tinggi 60 80

4 15 Perempuan PBL 93 Tinggi 55 75

5 15 Perempuan PBL 99 Tinggi 60 75

6 15 Perempuan PBL 99 Tinggi 60 85

7 15 Laki – Laki PBL 101 Tinggi 80 90

8 15 Laki - Laki PBL 100 Tinggi 45 85

9 15 Perempuan PBL 93 Tinggi 55 80

10 15 Perempuan PBL 100 Tinggi 45 85

11 15 Perempuan PBL 90 Tinggi 35 75

12 14 Perempuan PBL 92 Tinggi 65 90

13 16 Perempuan PBL 94 Tinggi 45 70

14 14 Perempuan PBL 104 Tinggi 40 95

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

146

Lanjutan tabel sebelumnya

No Usia Jenis

Kelamin

Model

Pembelajaran

Kecerdasan

Emosional

Pemahaman

Akuntansi

Skor

EQ

Tingkat

EQ

Pre

-

Test

Post

-

Test

15 15 Perempuan PBL 89 Tinggi 65 70

16 15 Perempuan PBL 101 Tinggi 40 65

C . Daftar Sampel Penelitian Siswa Yang Diajarkan Dengan

Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Dan Memiliki Kecerdasan Emosional Rendah

No Usia Jenis

Kelamin

Model

Pembelajaran

Kecerdasan

Emosional

Pemahaman

Akuntansi

Skor

EQ

Tingkat

EQ

Pre

-

Test

Post

-

Test

17 15 Perempuan PBL 85 Rendah 35 65

18 14 Perempuan PBL 79 Rendah 40 65

19 15 Perempuan PBL 79 Rendah 40 70

20 15 Perempuan PBL 87 Rendah 60 80

21 15 Laki - Laki PBL 86 Rendah 60 75

22 15 Perempuan PBL 70 Rendah 65 75

23 15 Perempuan PBL 79 Rendah 45 60

24 15 Perempuan PBL 87 Rendah 65 75

25 15 Perempuan PBL 83 Rendah 45 60

26 15 Perempuan PBL 79 Rendah 60 80

27 15 Perempuan PBL 75 Rendah 50 75

28 15 Perempuan PBL 72 Rendah 50 65

29 15 Perempuan PBL 81 Rendah 50 70

30 14 Perempuan PBL 79 Rendah 55 75

31 15 Perempuan PBL 84 Rendah 35 75

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

147

D . Daftar Sampel Penelitian Siswa Yang Diajarkan Dengan

Menggunakan Model Pembelajaran Direct Instruction (DI) Dan

Memiliki Kecerdasan Emosional Tinggi

No Usia Jenis

Kelamin

Model

Pembelajaran

Kecerdasan

Emosional

Pemahaman

Akuntansi

Skor

EQ

Tingkat

EQ

Pre

-

Test

Post

-

Test

32 15 Perempuan DI 90 Tinggi 40 90

33 15 Perempuan DI 92 Tinggi 60 85

34 15 Perempuan DI 102 Tinggi 50 70

35 15 Perempuan DI 100 Tinggi 55 95

36 15 Perempuan DI 94 Tinggi 60 90

37 15 Perempuan DI 101 Tinggi 45 80

38 16 Perempuan DI 95 Tinggi 60 70

39 15 Perempuan DI 98 Tinggi 50 70

40 15 Perempuan DI 91 Tinggi 55 75

41 15 Perempuan DI 92 Tinggi 50 75

42 15 Perempuan DI 94 Tinggi 55 80

43 15 Perempuan DI 97 Tinggi 65 80

44 15 Perempuan DI 89 Tinggi 65 85

45 15 Perempuan DI 90 Tinggi 50 80

46 15 Perempuan DI 93 Tinggi 70 80

E . Daftar Sampel Penelitian Siswa Yang Diajarkan Dengan

Menggunakan Model Pembelajaran Direct Instruction (DI) Dan

Memiliki Kecerdasan Emosional Rendah

No Usia Jenis

Kelamin

Model

Pembelajaran

Kecerdasan

Emosional

Pemahaman

Akuntansi

Skor

EQ

Tingkat

EQ

Pre

-

Test

Post

-

Test

47 15 Perempuan DI 79 Rendah 45 75

48 15 Perempuan DI 88 Rendah 45 80

49 15 Perempuan DI 82 Rendah 55 75

50 15 Perempuan DI 78 Rendah 70 80

51 15 Perempuan DI 85 Rendah 55 80

52 14 Perempuan DI 70 Rendah 50 90

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

148

Lanjutan tabel sebelumnya

53 16 Perempuan DI 85 Rendah 50 85

54 15 Perempuan DI 78 Rendah 65 90

55 15 Perempuan DI 83 Rendah 30 65

56 15 Perempuan DI 87 Rendah 55 85

57 15 Perempuan DI 78 Rendah 60 90

58 15 Perempuan DI 81 Rendah 35 60

59 15 Perempuan DI 79 Rendah 30 80

60 15 Perempuan DI 88 Rendah 55 75

61 15 Perempuan DI 73 Rendah 55 80

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

149

Lampiran 8

Hasil Pengolahan Data Penelitian Dengan SPSS Versi 17

A . Statistik Deskriptif Pre - Test

N Mean Nilai

Min.

Nilai

Mak.

Jumlah

Siswa EQ

Tinggi

Jumlah

Siswa EQ

Rendah

Kelas X Ak 2 31 53.06 35 80 16 15

Kelas X Ak 4 30 52.83 30 70 15 15

Kelas X Ak 2 & X

Ak 4 (EQ Tinggi)

31 56.48 35 80 - -

Kelas X Ak 2 & X

Ak 4 (EQ Rendah)

30 50.33 30 70 - -

Jumlah sampel penelitian secara keseluruhan sebesar 61 siswa.

B . Statistik Deskriptif Post - Test

N Mean Standar

Deviasi

Varians Nilai

Min.

Nilai

Mak.

PBL 31 75.81 8.77 76.83 60 95

DI 30 79.83 8.04 64.63 60 95

EQ Tinggi 31 80.32 7.85 61.56 65 95

EQ Rendah 30 75.17 8.66 74.97 60 95

PBL & EQ Tinggi 16 80.31 8.26 68.23 65 95

PBL & EQ Rendah 15 71.00 6.60 43.57 60 80

DI & EQ Tinggi 15 80.33 7.67 58.81 70 95

DI & EQ Rendah 15 79.33 8.63 74.52 60 90

C . Uji Normalitas Model Pembelajaran

Tests of Normality

Model

Pembelajaran

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Pemahaman

Akuntansi

PBL .150 31 .075 .964 31 .362

DI .175 30 .020 .952 30 .193

a. Lilliefors Significance Correction

Untuk lebih jelas dalam mengetahui apakah data post – test siswa yang

diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning

(PBL) berdisitribusi normal atau tidak dapat dilihat dari grafik dibawah ini yaitu:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

150

Untuk lebih jelas dalam mengetahui apakah data post – test siswa yang

diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran direct instruction (DI)

berdisitribusi normal atau tidak dapat dilihat dari grafik dibawah ini yaitu:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

151

D . Uji Normalitas Kecerdasan Emosional

Tests of Normality

Kecerdasan

Emosional

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Pemahaman

Akuntansi

EQ Tinggi .129 31 .200* .954 31 .202

EQ Rendah .192 30 .006 .934 30 .064

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Untuk lebih jelas dalam mengetahui apakah data post – test siswa yang

memiliki kecerdasan emosional tinggi berdisitribusi normal atau tidak dapat

dilihat dari grafik dibawah ini yaitu:

Untuk lebih jelas dalam mengetahui apakah data post – test siswa yang

memiliki kecerdasan emosional kecerdasan berdisitribusi normal atau tidak dapat

dilihat dari grafik dibawah ini yaitu:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

152

E . Uji Normalitas Grup Model Pembelajaran Dan Kecerdasan

Emosional

Tests of Normality

Grup Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Pemahaman

Akuntansi

PBL & EQ

Tinggi

.152 16 .200* .968 16 .807

PBL & EQ

Rendah

.261 15 .007 .890 15 .067

DI & EQ

Tinggi

.184 15 .183 .932 15 .295

DI & EQ

Rendah

.197 15 .120 .903 15 .105

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Untuk lebih jelas dalam mengetahui data post – test siswa yang diajarkan

dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning (PBL) dan

memiliki kecerdasan emosional tinggi, dapat dilihat pada grafik dibawah ini yaitu:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

153

Agar lebih jelas dalam mengetahui data post – test siswa yang diajarkan

dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning (PBL) dan

memiliki kecerdasan emosional rendah, dapat dilihat pada grafik dibawah ini yaitu:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

154

Distribusi normal data post – test siswa yang diajarkan dengan model

pembelajaran direct instruction (DI) dan memiliki kecerdasan emosional tinggi

dapat dilihat pada grafik dibawah ini:

Distribusi normal data post – test siswa yang diajarkan dengan model

pembelajaran direct instruction (DI) dan memiliki kecerdasan emosional rendah

dapat dilihat pada grafik dibawah ini:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

155

F . Uji Homogentitas Model Pembelajaran

Test of Homogeneity of Variances

Pemahaman Akuntansi

Levene

Statistic

df1 df2 Sig.

.433 1 59 .513

G . Uji Homogentitas Kecerdasan Emosional

Test of Homogeneity of Variances

Pemahaman Akuntansi

Levene

Statistic

df1 df2 Sig.

.064 1 59 .801

H . Uji Homogentitas Grup Model Pembelajaran Dan Kecerdasan

Emosional

Levene's Test of Equality of Error Variancesa

Dependent Variable:Pemahaman Akuntansi

F df1 df2 Sig.

.144 3 57 .933

a. Design: Intercept + Model + Kecerdasan + Model * Kecerdasan

I . Pengujian Anava Dua Jalur

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Pemahaman Akuntansi

Source Type III

Sum of

Squares

df Mean Square F Sig.

Corrected Model 926.125a 3 308.708 5.027 .004

Intercept 368411.589 1 368411.589 5999.667 .000

Model Pembelajaran 265.875 1 265.875 4.330 .042

Kecerdasan Emosional 405.134 1 405.134 6.598 .013

Model Pembelajaran *

Kecerdasan Emosional

263.229 1 263.229 4.287 .043

Error 3500.104 57 61.405

Total 373525.000 61

Corrected Total 4426.230 60

a. R Squared = ,209 (Adjusted R Squared = ,168)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

156

Untuk lebih jelas dalam melihat pengaruh interaksi antara model

pembelajaran dan kecerdasan emosional, dapat dilihat dibawah ini:

J . Uji Post Hoc

Multiple Comparisons

Pemahaman Akuntansi

Scheffe

(I) Grup (J) Grup

Mean

Difference

(I-J)

Std. Error Sig.

95% Confidence

Interval

Lower

Bound

Upper

Bound

PBL &

EQ

Tinggi

PBL & EQ Rendah 9.31250* 2.81630 .018 1.1992 17.4258

DI & EQ Tinggi -.02083 2.81630 1.000 -8.1342 8.0925

DI & EQ Rendah .97917 2.81630 .989 -7.1342 9.0925

PBL &

EQ

Rendah

PBL & EQ Tinggi -9.31250* 2.81630 .018 -17.4258 -1.1992

DI & EQ Tinggi -9.33333* 2.86136 .020 -17.5765 -1.0902

DI & EQ Rendah -8.33333* 2.86136 .047 -16.5765 -.0902

DI & EQ

Tinggi

PBL & EQ Tinggi .02083 2.81630 1.000 -8.0925 8.1342

PBL & EQ Rendah 9.33333* 2.86136 .020 1.0902 17.5765

DI & EQ Rendah 1.00000 2.86136 .989 -7.2432 9.2432

DI & EQ

Rendah

PBL & EQ Tinggi -.97917 2.81630 .989 -9.0925 7.1342

PBL & EQ Rendah 8.33333* 2.86136 .047 .0902 16.5765

DI & EQ Tinggi -1.00000 2.86136 .989 -9.2432 7.2432

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

157

Untuk mempermudah pembahasan, berikut merupakan ringkasan dari uji

pos hoc dibawah ini:

Grup Mean Grup Mean Sig. Keterangan

PBL & EQ

Tinggi

80.31 PBL & EQ

Rendah

71.00 0.018

Signifikan

PBL & EQ

Rendah

71.00 DI & EQ Tinggi 80.33 0.020

PBL & EQ

Rendah

71.00 DI & EQ

Rendah

79.33 0.047

PBL & EQ

Tinggi

80.31 DI & EQ

Tinggi

80.33 1.000

Tidak

Signifikan

PBL & EQ

Tinggi

80.31 DI & EQ

Rendah

79.33 0.989

DI & EQ

Tinggi

80.33 DI & EQ

Rendah

79.33 0.989

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA