pengaruh model pembelajaran dan kecerdasan …
TRANSCRIPT
i
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN KECERDASAN
EMOSIONAL TERHADAP PEMAHAMAN AKUNTANSI
(STUDI EKSPERIMEN PADA SISWA
SMK NEGERI 1 MEDAN)
Tesis
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Magister Akuntansi
Oleh:
Anggono
167017062
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
iii
TIM PENGUJI TESIS
Telah Diuji dan Dinyatakan LULUS di Depan Tim Penguji
Pada Hari Kamis Tanggal 27 Desember 2018
Judul Tesis : Pengaruh Model Pembelajaran Dan Kecerdasan
Emosional Terhadap Pemahaman Akuntansi (Studi
Eksperimen Pada Siswa SMK Negeri 1 Medan)
Nama Mahasiswa : Anggono
NIM : 167017062
Program Studi : Magister (S2) Akuntansi
Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA Ketua Penguji / Pembimbing
Dr. Rina Bukit, M.Si, Ak, CA Anggota Penguji / Pembimbing
Prof. Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak, CA, CMA Anggota Penguji
Dr. Erwin Abubakar, MBA, Ak, CA Anggota Penguji
Prof. Lic. rer. reg. Sirojuzilam, SE Anggota Penguji
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Anggono lahir di Tanjung Pura pada tanggal 15
Desember 1992 merupakan anak ke tiga dari
pasangan Alm. Ong Ho Hin (Erwin Budiman)
dan Tan Gek Kie. Pendidikan sekolah dasar
ditempuh pada tahun 1997 – 2005 di SD
Sutomo 1 Medan. Setelah menyelesaikan
sekolah dasar penulis melanjutkan pendidikan
di SMP Sutomo 1 Medan dari tahun 2005 – 2008. Sesudah menyelesaikan sekolah
menegah pertama (SMP), penulis melanjutkan jenjang pendidikan di SMA
Sutomo 1 Medan dari 2008 – 2011. Pada tahun 2012, penulis melanjutkan
pendidikan di Universitas Negeri Medan (UNIMED) dengan mengambil sarjana
pada program studi pendidikan akuntansi dan menyelesaikannya pada tahun 2016.
Pada tahun 2016, penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang magister di
Universitas Sumatera Utara (USU) dengan program studi akuntansi dan
menyelesaikannya pada tahun 2018. Pekerjaan yang dilakukan penulis adalah
sebagai guru bimbel akuntansi dan ekonomi di Quantum Learning dari tahun 2016
sampai sekarang.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
vii
ABSTRAK
Pengaruh Model Pembelajaran Dan Kecerdasan Emosional Terhadap Pemahaman
Akuntansi (Studi Eksperimen Pada Siswa SMK Negeri 1 Medan)
Anggono1, Ade Fatma Lubis2, Rina Br Bukit3
Tujuan penelitian adalah untuk menguji (1) perbedaan pemahaman akuntansi
antara siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran problem
based learning (PBL) dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan
menggunakan model pembelajaran direct instruction (DI), (2) perbedaan
pemahaman akuntansi antara siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi
dengan siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah, (3) pengaruh interaksi
antara model pembelajaran dan kecerdasan emosional terhadap pemahaman
akuntansi.
Lokasi penelitian berada di SMK Negeri 1 Medan. Populasi penelitian adalah
seluruh siswa kelas X - SMK akuntansi angkatan tahun 2018 / 2019 yang terdiri
dari 144 siswa. Pengambilan sampel menggunakan cluster random sampling,
sehingga sampel penelitian sebesar 61 siswa. Jenis penelitian adalah kuasi
eksperimen dengan rancangan penelitian faktorial 2 X 2. Pengumpulan data
penelitian menggunakan kuestioner dan tes hasil belajar. Teknik analisis data
menggunakan anava dua jalur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) ada perbedaan signifikan pemahaman
akuntansi antara siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran
problem based learning (PBL) dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan
menggunakan model pembelajaran direct instruction (DI). (2) Ada perbedaan
signifikan pemahaman akuntansi antara siswa yang memiliki kecerdasan
emosional tinggi dengan siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah. (3)
Ada pengaruh interaksi antara model pembelajaran dan kecerdasan emosional
terhadap pemahaman akuntansi.
Kata Kunci: Pemahaman Akuntansi, Model Pembelajaran, Kecerdasan
Emosional
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Sanghyang Adi Buddha karena penulis dapat
menyelesaikan penulisan tesis ini dengan baik yang berjudul “Pengaruh Model
Pembelajaran Dan Kecerdasan Emosional Terhadap Pemahaman Akuntansi
(Studi Eksperimen Pada Siswa SMK Negeri 1 Medan)” disusun untuk memenuhi
salah satu syarat mencapai jenjang pada jenjang magister pada program studi
Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sumatera Utara. Dalam
proses penyelesaian tesis ini, penulis banyak menemukan kendala, namun berkat
dukungan berupa bimbingan serta saran dari berbagai pihak, semua dapat
diselesaikan dengan baik. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH. M.Hum, selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Prof. Dr. Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak, CA, CMA selaku Ketua Program
Studi, Magister Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas
Sumatera Utara yang juga selaku dosen pembanding yang telah
memberikan saran untuk perbaikan hingga selesainya penyusunan tesis ini.
4. Bapak Dr. Iskandar Muda, SE, M.Si, Ak, CA, selaku Sekretaris Program
Studi, Magister Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas
Sumatera Utara.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
x
5. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA selaku Dosen
Pembimbing yang telah bersedia menyediakan waktu dan memberikan
petunjuk dan saran kepada peneliti dalam proses penelitian dan
penyusunan tesis ini.
6. Ibu Dr. Rina Bukit, M.Si, Ak, CA selaku Dosen Pembimbing yang telah
bersedia menyediakan waktu dan memberikan petunjuk dan saran kepada
peneliti dalam proses penelitian dan penyusunan tesis ini.
7. Bapak Dr. Erwin Abubakar, MBA, Ak, CA selaku Dosen Pembanding
yang telah memberikan saran dan masukan dalam penyusunan tesis ini.
8. Bapak Prof. Dr. Lic. rer. reg. Sirojuzilam, S.E. selaku Dosen Pembanding
yang telah memberikan saran dan masukan dalam penyusunan tesis ini.
9. Kedua orang tua peneliti yaitu Bapak Alm. Ong Ho Hin dan Ibu Tan Gek
Kie yang telah memberikan semangat kepada penulis.
10. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Administrasi Program Studi Magister
Akuntansi atas segala ilmu dan bantuan yang diberikan.
11. Bapak Assistant Prof. Dr. Noppakao Na Phattalung selaku dosen
Universitas Thaksin, Thailand yang telah memberikan bantuan berupa
ilmu statistik dan ilmu metodologi penelitian kepada peneliti dalam
menyelesaikan tesis ini.
12. Ibu Dra. Effi Aswita Lubis, M.Pd, M.Si selaku selaku Ketua Program
Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Ekonomi UNIMED yang
memberikan motivasi kepada peneliti untuk mengambil jenjang magister.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
xii
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ........................................................................................... i
Halaman Pengesahan ................................................................................. ii
Halaman Tim Penguji ................................................................................ iii
Halaman Pernyataan Persetujuan Publikasi Ilmiah ............................... iv
Halaman Pernyataan Originalitas ............................................................. v
Daftar Riwayat Hidup ................................................................................ vi
Abstrak ....................................................................................................... vii
Abstrack ........................................................................................................ viii
Kata Pengantar ........................................................................................... ix
Daftar Isi ..................................................................................................... xii
Daftar Tabel ................................................................................................. xiv
Daftar Gambar ............................................................................................ xv
Daftar Lampiran ......................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 6
1.3 Pertanyaan Penelitian ............................................................... 7
1.4 Tujuan Penelitian ..................................................................... 8
1.5 Kontribusi Penelitian ................................................................ 8
1.6 Ruang Lingkup Dan Batasan Penelitian .................................. 9
1.7 Originalitas Penelitian .............................................................. 10
BAB II LANDASAN TEORI DAN TELAAH LITERATUR ................. 11
2.1 Landasan Teori ......................................................................... 11
2.1.1 Teori Taksonomi Bloom Revisi Anderson ........................ 11
2.1.2 Pemahaman Akuntansi ...................................................... 14
2.1.3 Model Pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) .................................................................................. 15
2.1.4 Model Pembelajaran Direct Instruction (DI) ..................... 19
2.1.5 Kecerdasan Emosional ....................................................... 23
2.2Telaah Literatur ......................................................................... 27
BAB III KERANGKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN ...................... 36
3.1 Kerangka Penelitian ................................................................. 36
3.2 Hipotesis Penelitian .................................................................. 41
BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................ 42
4.1 Desain Penelitian ..................................................................... 42
4.2 Definisi Operasional Variabel ................................................. 46
4.3 Populasi, Sampel Dan Teknik Pengambilan Sampel ............... 49
4.4 Instrumen Penelitian................................................................. 50
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
xiii
4.5 Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 51
4.6 Teknik Analisa Data ................................................................ 54
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 57
5.1 Deskripsi Data Penelitian ........................................................ 57
5.2 Pengujian Instrumen Penelitian ............................................... 63
5.3 Pengujian Persyaratan Analisis Data ....................................... 66
5.4 Pengujian Hipotesis ................................................................. 71
5.5 Pembahasan .............................................................................. 79
BAB VI SIMPULAN .................................................................................. 98
6.1 Simpulan ............................................................................... 98
6.2 Keterbatasan ............................................................................ 98
6.3 Implikasi .................................................................................. 99
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 102
LAMPIRAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
1.1 Rekapitulasi Nilai Ulangan Harian (UH) 1, 2 Dan 3 Kelas X
Akuntansi SMK Negeri 1 Medan T.P. 2018/2019 .............................. 2
1.2 Originalitas Penelitian .......................................................................... 10
2.1 Taksonomi Bloom Sebelum Revisi Dan Taksonomi Bloom
Sesudah Revisi ..................................................................................... 13
2.2 Telaah Penelitian Terdahulu ................................................................ 31
4.1 Desain Penelitian .................................................................................. 42
4.2 Penjabaran Desain Faktorial 2 X 2....................................................... 43
4.3 Definisi Operasional Variabel .............................................................. 47
4.4 Populasi Penelitian ............................................................................... 49
4.5 Kerangka Sampel Penelitian ................................................................ 50
5.1 Karakteristik Sampel Penelitian Berdasarkan Usia.............................. 58
5.2 Karakteristik Sampel Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin .............. 58
5.3 Karakteristik Sampel Penelitian Berdasarkan Kecerdasan Emosional 59
5.4 Statistik Deskriptif Pre – Test ............................................................. 59
5.5 Statistik Deskriptif Post – Test ............................................................ 61
5.6 Hasil Uji Reliabilitas Kuestioner Penelitian ....................................... 64
5.7 Hasil Uji Reliabilitas Tes Hasil Belajar ............................................... 65
5.8 Hasil Uji Normalitas Model Pembelajaran ......................................... 67
5.9 Hasil Uji Normalitas Kecerdasan Emosional ...................................... 68
5.10 Hasil Uji Normalitas Grup Model Pembelajaran Dan Kecerdasan
Emosional ............................................................................................. 69
5.11 Hasil Uji Homogenitas Model Pembelajaran ...................................... 70
5.12 Hasil Uji Homogenitas Kecerdasan Emosional ................................. 71
5.13 Hasil Uji Homogenitas Grup Model Pembelajaran Dan
Kecerdasan Emosional ....................................................................... 71
5.14 Hasil Uji Anava Dua Jalur .................................................................. 72
5.15 Hasil Uji Post Hoc ............................................................................... 75
5.16 Hasil Ringkasan Uji Post Hoc ............................................................. 76
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
3.1 Kerangka Penelitian ............................................................................ 36
5.1 Pengaruh Interaksi Antara Model Pembelajaran Dan Kecerdasan
Emosional ............................................................................................ 78
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Silabus .................................................................................................. 106
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ......................................... 112
3. Materi Pembelajaran ............................................................................ 124
4. Kuestioner Penelilitian ......................................................................... 129
5. Tes Hasil Belajar .................................................................................. 132
6. Hasil Uji Instrumen Penelitian ............................................................. 139
7. Perhitungan Skor Ideal Kecerdasan Emosional Dan Daftar Sampel
Penelitian .............................................................................................. 135
8. Hasil Pengolahan Data Penelitian Dengan SPSS Versi 17 .................. 149
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1
BAB I
PENDAHULUAN
1 . 1 Latar Belakang
Sekolah menengah kejuruan bisnis dan manajemen (SMK BM) merupakan
sekolah menengah yang memfokuskan para siswa untuk mempelajari ilmu
ekonomi, manajemen dan akuntansi. Salah satu program studi favorit yang di
minati para siswa adalah program studi akuntansi. Lulusan dari program studi
akuntansi di harapkan mampu langsung bekerja di bidang keuangan, pemerintah,
perpajakan, perbankan dan sektor lain yang berhubungan dengan bidang akuntansi.
Lulusan dari SMK ini dikatakan berkualitas dan baik apabila siswa yang lulus dari
program studi akuntansi memiliki pemahaman akuntansi yang tinggi.
Namun pada keadaan nyata, tidak semua siswa memiliki pemahaman
akuntansi yang tinggi. Padahal pemahaman akuntansi yang tinggi sangat
diperlukan ketika mereka bekerja pada bidang akuntansi. Apabila siswa SMK
lulusan akuntansi tidak paham akan akuntansi, kedepannya siswa lulusan SMK
akuntansi akan mengalami kesulitan dalam melakukan pekerjaanya di dunia kerja
yang berhubungan dengan akuntansi. Berdasarkan hasil observasi pra - penelitian,
siswa - siswa di SMK Negeri 1 Medan memiliki pemahaman akuntansi yang
rendah. Hal ini dibuktikan dari hasil belajar akuntansi yang rendah pada tiga kali
ulangan harian (UH), banyak siswa yang tidak mencapai kriteria ketuntasan
minimal (KKM). Permasalahan dapat lebih jelasnya dilihat pada tabel 1.1. sebagai
berikut:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2
Tabel 1.1
Rekapitulasi Nilai Ulangan Harian (UH) 1, 2 dan 3
Kelas X Akuntansi SMK Negeri 1 Medan T.P 2018/2019
Kelas Jumlah
Siswa
KKM Jumlah Siswa Yang
Mencapai KKM
Jumlah Siswa Yang
Tidak Mencapai KKM
UH 1 UH 2 UH 3 UH 1 UH 2 UH 3
X Ak 1 36 75 17 14 11 19 22 25
X Ak 2 36 75 13 11 15 23 25 21
X Ak 3 36 75 11 13 17 25 23 19
X Ak 4 36 75 15 14 10 21 22 26
Jumlah 146 - 56 52 53 88 92 91
Persentase (%) 38,9 36,1 36,8 61,1 63,9 63,2
(Sumber: Daftar Nilai Pelajaran Akuntansi Dasar Kelas X Akuntansi SMK Negeri
I Medan)
Dari tabel diatas, pada ulangan harian pertama dari 144 siswa, hanya 38,9
% siswa yang lulus dengan jumlah 56 siswa, sedangkan 61,1 % siswa tidak
mampu mencapai kriteria ketuntasan minimal sebanyak 88 siswa. Pada ulangan
harian kedua dari 144 siswa, jumlah siswa yang mencapai nilai diatas 75
sebanyak 52 siswa dengan persentase 36,1 % , sedangkan jumlah siswa yang tidak
mencapai nilai diatas 75 adalah 92 dengan persentase 63,9 %. Keadaan ini juga
tidak jauh berbeda pada ulangan harian ketiga dari 144 siswa, jumlah siswa yang
mencapai nilai diatas 75 sebanyak 53 siswa dengan persentase 36,8 %, sedangkan
jumlah siswa yang tidak mencapai nilai diatas 75 adalah 91 dengan 63,2 %.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa banyak siswa tidak memiliki
pemahaman akuntansi yang tinggi, sehingga siswa banyak yang tidak berhasil
dalam mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM)
Bila di tinjau dari hasil observasi di kelas, banyak siswa memiliki motivasi
belajar dan minat belajar yang rendah, hal di ini ditunjukkan ketika guru sedang
memaparkan materi pembelajaran akuntansi, banyak siswa melakukan hal – hal
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3
yang tidak relevan dengan pembelajaran, seperti berbicara dengan siswa lain,
melakukan akses internet yang tidak berhubungan dengan pembelajaran,
mengerjakan tugas mata pelajaran lain, berisitirahat sebelum waktunya dan
sebagainya. Dari keterangan beberapa siswa, siswa mengatakan sering jenuh
terhadap cara mengajar guru dikarenakan guru hanya memaparkan materi di
papan tulis atau melalui infokus dengan waktu yang lama, selain itu contoh soal
yang diberikan guru kurang banyak ketika memaparkan materi pembelajaran.
Ketika tanya jawab dengan guru dilakukan, guru binggung mengatasi
pemahaman akuntansi siswa yang rendah. Guru sudah berusaha memperbaiki
kualitas pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran direct
instruction (DI), model pembelajaran ini didapatkan guru ketika mengikuti
pelatihan yang diselengarakan dinas pendidikan maupun universitas tentang
peningkatan kualitas pembelajaran.
Model pembelajaran direct instruction merupakan model pembelajaran
yang bersifat prosedural dimana guru mengajari siswa secara selangkah demi
selangkah menggunakan metode ceramah, latihan, diskusi dan demostrasi di kelas.
Namun dalam praktiknya, model pembelajaran direct instruction ini belum
mampu meningkatkan pemahaman akuntansi siswa, hal ini dapat dilihat dari hasil
belajar akuntansi siswa yang rendah. Apabila merujuk penelitian sebelumnya, Sari
(2015) menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran direct instruction
atau model pembelajaran langsung mampu meningkatkan pemahaman akuntansi.
Dengan demikian, ada kesenjangan antara praktik yang dilakukan guru dengan
penelitian sebelumnya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4
Salah satu model pembelajaran yang diperkirakan berpengaruh terhadap
pemahaman akuntansi siswa adalah model pembelajaran problem based learning.
Model pembelajaran ini diduga cocok dengan cara belajar siswa karena model
pembelajaran ini berdasarkan pendekatan saintifik dimana mengunakan metode
ilmiah dalam pembelajarannya. Istilah model pembelajaran problem based
learning apabila diterjemahkan ke bahasa Indonesia, maka nama model ini adalah
model pembelajaran berbasis masalah. Sesuai dengan nama model pembelajaran
ini, cara belajar model pembelajaran ini dilakukan dengan cara menghadapkan
permasalahan kepada siswa untuk dipecahkan secara kritis melalui tahapan
metode ilmiah.
Apabila model pembelajaran ini diterapkan pada pembelajaran akuntansi,
maka siswa akan diberikan problem yang dapat berupa permasalahan akuntansi
atau dapat berupa soal hitungan akuntansi untuk diselesaikan oleh siswa. Dengan
memecahkan soal atau kasus akuntansi yang diberikan diharapkan pemahaman
akuntansi siswa meningkat. Dugaan bahwa penerapan model pembelajaran ini
berpengaruh terhadap pemahaman akuntansi diperkuat oleh riset sebelumnya,
berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Martanti dan Priantinah (2014)
bahwa penerapan model problem based learning mampu meningkatkan
pemahaman akuntansi dan motivasi belajar akuntansi.
Selain pemilihan model pembelajaran yang sesuai, salah satu faktor yang
diduga mempengaruhi pemahaman akuntansi adalah kecerdasan emosional.
Dugaan ini diperkuat oleh pernyataan Goleman (2017) bahwa kesuksesan
seseorang lebih dipengaruhi oleh kecerdasan emosional daripada kecerdasan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5
intelektual. Selain itu, Goleman (2017) menyatakan kecerdasan emosional adalah
kemampuan seseorang untuk mengendalikan perasaaan dan emosi dalam
membina hubungan dengan orang lain. Kecerdasan emosional diduga diperlukan
untuk memahami akuntansi dikarenakan sifat mata pelajaran akuntansi tidak
hanya berupa teori namun juga terdiri dari hitungan. Soal hitungan dalam
akuntansi memerlukan kesabaran dan pengendalian emosi yang tinggi dalam
mempelajarinya, apabila siswa sulit mengendalikan emosi dan perasaannya, maka
diperkirakan siswa akan kehilangan motivasi dan minatnya dalam belajar
sehingga akan berdampak pada pemahaman akuntansi mahasiswa.
Hasil penelitian Kusnita (2014), Rokhana dan Sutirsno (2016), Zulhawati
dan Ariani (2016), Satria (2017), Wardani dan Ratnadi (2017) serta Widhiyani
ddk (2017) menyimpulkan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pemahaman akuntansi, namun penelitian mereka bertolak
belakang terhadap hasil penelitian Utami dan Sumaryanto (2013) serta Puttri, dkk
(2017) yang menyimpulkan bahwa kecerdasan emosional tidak berpengaruh
terhadap pemahaman akuntansi, selain itu penelitian Napitupulu (2009)
menyatakan kecerdasan emosional berpengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap pemahaman akuntansi. Dengan demikian, ada kesenjangan antara
peneletian terhadulu.
Pemilihan instrumen penelitian yang tepat merupakan hal yang penting
dalam mendapatkan hasil penelitian yang dapat digeneraliasasi secara luas.
Apabila merujuk penelitian terhadulu yang dilakukan peneliti sebelumnya,
penelitian yang dilakukan Saputra dkk (2017) menggunakan angket dalam
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6
mengukur pemahaman akuntansi forensik yang merupakan hasil perlakukan
metode cased based learning, pengukuran ini diduga kurang sesuai dikarenakan
mengukur pemahaman lebih cocok menggunakan tes hasil belajar. Tes hasil
belajar diduga lebih objektif dalam mengukur pemahaman siswa maupun
mahasiswa dalam melihat sejauh mana pemahaman akuntansi mereka. Hal ini
sesuai pernyataan akademisi pendidikan yaitu Arikunto (2012), Susetyo (2015),
Sudjana (2016) dan Purwanto (2016) yang menyatakan bahwa mengukur
pemahaman itu menggunakan tes hasil belajar. Bila menggunakan angket dalam
mengukur pemahaman, maka hasil penelitian akan menjadi subjektif dimana
siswa maupun mahasiswa mengunakan persepsinya masing – masing dalam
menilai pemahaman mereka.
Dikarenakan adanya kesenjangan di lapangan dan hasil penelitian yang
tidak konsisten maka judul penelitian ini adalah “Pengaruh Model
Pembelajaran Dan Kecerdasan Emosional Terhadap Pemahaman Akuntansi
(Studi Eksperimen Pada Siswa SMK Negeri 1 Medan)”.
1 . 2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini dapat diuraikan yaitu sebagai
berikut:
1. Siswa kelas X – Akuntansi SMK Negeri 1 Medan tahun pelajaran
2018/2019 memiliki pemahaman akuntansi yang rendah dimana banyak
siswa yang tidak mencapai kriteria ketuntasan minimal pada tiga kali
ulangan harian.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
7
2. Siswa kelas X – Akuntansi SMK Negeri 1 Medan tahun pelajaran
2018/2019 memiliki motivasi dan minat belajar yang rendah.
3. Guru sudah menerapkan model pembelajaran direct instruction (DI),
namun guru belum berhasil meningkat pemahaman akuntansi siswa, bila
ditinjau dari penelitian terdahulu yang dilakukan Sari (2015), model
pembelajaran direct instruction (DI) mampu meningkatkan pemahaman
akuntansi.
4. Ada kesenjangan penelitian terdahulu yang dilakukan peneliti sebelumnya
dimana ada lima penelitian yang mengatakan bahwa kecerdasan emosional
berpengaruh positif, sedangkan dua penelitan mengatakan bahwa
kecerdasan emosional tidak berpengaruh terhadap pemahaman akuntansi
dan ada satu penelitian yang mengatakan bahwa kecerdasan emosional
berpengaruh negatif terhadap pemahaman akuntansi.
5. Pengunaan angket dalam mengukur pemahaman akuntansi yang digunakan
penelitian Saputtra ddk (2017) diduga kurang objektif dalam mengukur
pemahaman akuntansi.
1 . 3 Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian yang dapat dirumuskan pada peneltiian yaitu sebagai
berikut:
1. Apakah ada perbedaan pemahaman akuntansi antara siswa yang diajarkan
dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning (PBL)
dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan menggunakan model
pembelajaran direct instruction (DI) ?
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
8
2. Apakah ada perbedaan pemahaman akuntansi antara siswa yang memiliki
kecerdasan emosional tinggi dengan siswa yang memiliki kecerdasan
emosional rendah ?
3. Apakah ada pengaruh interaksi antara model pembelajaran dan kecerdasan
emosional terhadap pemahaman akuntansi ?
1 . 4 Tujuan Penelitian
Adapun beberapa tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menguji perbedaan pemahaman akuntansi antara siswa yang
diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran problem based
learning (PBL) dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan
menggunakan model pembelajaran direct instruction (DI).
2. Untuk menguji perbedaan pemahaman akuntansi antara siswa yang
memiliki kecerdasan emosional tinggi dengan siswa yang memiliki
kecerdasan emosional rendah.
3. Untuk menguji pengaruh interaksi antara model pembelajaran dan
kecerdasan emosional terhadap pemahaman akuntansi.
1 . 5 Kontribusi Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan beberapa kontribusi yaitu
sebagai berikut:
1. Kontribusi Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan rekomendasi kepada
guru dalam upaya meningkat pemahaman akuntansi siswa dan guru
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
9
mampu memilih model pembelajaran yang sesuai dengan tingkat
kecerdasan emosional siswa.
2. Kontribusi Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu mengkonfirmasi kebenaran
efektivitas model pembelajaran problem based learning (PBL) dan model
pembelajaran direct instruction (DI) terhadap pemahaman akuntansi,
selain itu penelitian ini diharapkan mampu membuktikan kebenaran dari
teori kecerdasan emosional yang diajukan oleh Goleman (2017) serta hasil
penelitian diharapkan ini dapat membuktikan bahwa efektivitas penerapan
model pembelajaran dalam meningkatkan pemahaman akuntansi siswa
mempertimbangkan aspek tingkat kecerdasan emosional siswa.
1 . 6 Ruang Lingkup Penelitian Dan Batasan Penelitian
Ruang lingkup dan batasan penelitian pada penelitian ini yaitu sebagai
berikut:
1. Penelitian ini yang dilakukan di kelas X – Akuntansi SMK Negeri 1
Medan, sedangkan waktu penelitian berada pada semester ganjil
2018/2019.
2. Model pembelajaran yang diteliti adalah model pembelajaran problem
based learning (PBL) dan model pembelajaran direct instructions (DI).
3. Kecerdasan emosional yang diteliti pada penelitian ini adalah kecerdasan
emosional tinggi dan kecerdasan emosional rendah. Indikator kecerdasan
emosional yang digunakan adalah indikator yang dicetukan oleh Goleman
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
10
(2017) yaitu pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi, empati dan
ketrampilan diri.
4. Pemahaman akuntansi yang diteliti adalah pemahaman akuntansi siswa
kelas X – Akuntansi SMK Negeri 1 Medan tahun pelajaran 2018/2019.
1 . 7 Originalitas Penelitian
Penelitian ini merupakan replikasi dari Saputra dkk (2017) yang meneliti
tentang “Pengaruh Penerapan Metode Case Based Learning Dan Motivasi
Terhadap Pemahaman Akuntansi Forensik Dengan Kecerdasan Emosional
Sebagai Variabel Moderasi”. Variabel independen metode cased based learning
dan motivasi pada penelitian Saputra dkk (2017) diganti menjadi model
pembelajaran problem based learning yang diadopsi dari penelitian Martanti dan
Priantinah (2014) dan model pembelajaran direct instruction yang diadopsi dari
penelitian Sari (2015). Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1.2
Originalitas Penelitian
No Kriteria Peneliti Terdahulu Peneliti Sekarang
1 Variabel Dependen Pemahaman Akuntansi Pemahaman Akuntansi
2 Variabel Independen 1. Metode Case Based
Learning
2. Motivasi
1. Model Pembelajaran
Problem Based
Learning
2. Model Pembelajaran
Direct Instruction
3 Variabel Moderator Kecerdasan Emosional Kecerdasan Emosional
4 Tahun Penelitian 2017 2018
5 Lokasi Penelitian Universitas Pendidikan
Ganesha
SMK Negeri 1 Medan
6 Metode Penelitian Survey Eksperimen
7 Tingkat Eksplanasi Assosiatif Komparatif
8 Teknik Pengambilan
Sampel
Purposive Sampling Cluster Random
Sampling
9 Instrumen Penelitian Kuestioner Kuestioner dan Tes Hasil
Belajar
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
11
BAB II
LANDASAN TEORI DAN TELAAH LITERATUR
2 . 1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Taksonomi Bloom Revisi Anderson
Pada tahun 1956, Benjamin Bloom yang merupakan seorang ahli psikologi
merumuskan tahap – tahap kemampuan kognitif yang dimiliki seseorang dalam
bentuk hierarki atau tingkatan. Tahap – tahap kemampuan ini terdiri dari enam
menurut Bloom (dalam Arikunto, 2012) yaitu sebagai berikut:
1. Knowledge (kemampuan mengingat kembali) adalah kemampuan kognitif
yang terendah dibanding kemampuan kognitif lainnya dimana kemampuan
ini hanya mengingat kembali fakta – fakta yang telah disimpan dalam
ingatan.
2. Comprehension (kemampuan pemahaman) adalah kemampuan yang lebih
tinggi dari knowledge dimana kemampuan ini tidak hanya cukup dengan
hanya mengingat kembali fakta – fakta yang didalam ingatan namun
mampu melihat hubungan dan memahaminya.
3. Application (kemampuan penerapan) adalah kemampuan yang lebih
tinggi dari pemahaman dimana kemampuan ini menuntut untuk memilih
suatu konsep, hukum, aturan, prosedur, metode, maupun gagasan yang
tepat agar mampu diterapkan pada situasi tertentu.
4. Analysis (kemampuan analysis) adalah kemampuan yang lebih tinggi dari
kemampuan penerapan, kemampuan analisis menuntut agar adanya
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
12
analisis suatu hubungan atau situasi yang rumit maupun dapat berupa
konsep – konsep dasar.
5. Syntesis (kemampuan sintesis) adalah kemampuan yang lebih tinggi dari
analysis dimana kemampuan sintesis menuntut untuk menyusun kembali
yang hal – hal yang spesifik agar dapat menjadi struktur yang baru.
6. Evaluation (kemampuan evaluasi) adalah kemampuan yang lebih tinggi
dari sintesis, kemampuan evaluasi mampu membuat penilaian dan
mengambil keputusan dari penilaiannya.
Pada tahun 1990, Anderson merevisi kemampuan kognitif yang di
cetuskan oleh Bloom. Berikut merupakan beberapa tahap kemampuan kognitif
Bloom yang direvisi oleh Anderson (dalam Susetyo, 2015) yaitu sebagai berikut:
1. Remembering (kemampuan mengingat) adalah kemampuan untuk
mengulangi kembali segala informasi yang telah di pelajari yang dapat
berupa mengidentifikasi, mengurutkan, menamai, mengulangi kembali dan
sebagainya.
2. Understanding (kemampuan memahami) adalah kemampuan untuk
menafsirkan, meringkas, mengklasifikasi, membandingkan, dan
menjelaskan kembali suatu informasi yang sudah dipelajari.
3. Applying (kemampuan menerapkan) adalah kemampuan untuk
melaksanakan, menggunakan, menjalankan, dan mempratikkan apa yang
sudah dipelajari ke dalam suatu kondisi lapangan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
13
4. Analysing (kemampuan menganalisis) adalah kemampuan menalar logika
seseorang yang dapat berupa kemampuan untuk menguraikan, menyusun
ulang, membandingkan, mengorganisasi, mengintegrasi dan sebagainya.
5. Evaluating (kemampuan mengevaluasi) adalah kemampuan menilai
sesuatu yang dapat berupa kemampuan mengkritik, menguji, menilai,
menyalahkan serta membenarkan dan sebagainya.
6. Creating (kemampuan berkreasi) adalah kemampuan yang tertinggi dari
klasifikasi kemampuan kognitif versi Anderson dimana kemampuan ini
berupa kemampuan untuk menciptakan, menemukan, memperbaharui, dan
menyempurnakan sesuatu yang baru.
Dari uraian sebelumnya, perbedaan taksonomi Bloom sesudah dan
sebelum revisi terletak pada bagain sintesis, evaluasi dan berkreasi. Untuk lebih
jelasnya dapat di lihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 2.1
Taksonomi Bloom Sebelum Revisi Dan Taksonomi Bloom Sesudah Revisi
No Taksonomi Bloom Sebelum Revisi Taksonomi Bloom Sesudah Revisi
1 Knowledge Remembering
2 Comprehension Understanding
3 Application Applying
4 Analysis Analysis
5 Synthesis Evaluating
6 Evaluation Creating
(Sumber: Dikutip dari Susetyo, 2015, “Gambar Domain Kognitif Taksonomi
Bloom Sebelum Dan Sesudah Melalui Revisi”, dimodifikasi)
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa setiap tingkatan kognitif
harus dilalui dari tingkatan kognitif terendah ke tingkat kognitif tertinggi, dengan
kata lain tidak mungkin terjadi lompatan tingkatan kognitif. Apabila dikaitkan
teori ini dengan pembelajaran akuntansi di SMK, maka sebelum lulusan SMK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
14
mampu menerapkan ilmu akuntansi di pekerjaan mereka yang berhubungan
dengan bidang akuntansi, maka mereka harus memiliki pengetahuan dan
pemahaman akuntansi yang tinggi agar mereka mampu menerapkan ilmu
akuntansi dengan baik dan tidak mengalami kesulitan dalam pekerjaan mereka.
2.1.2 Pemahaman Akuntansi
Setelah mengikuti proses belajar mengajar, maka siswa akan mendapatkan
pemahaman dari sejumlah pengetahuan yang diajarkan. Susetyo (2015)
menyatakan pemahaman adalah kemampuan yang bukan hanya mengingat fakta
atau pengetahuan melainkan kapabilitas untuk menjelaskan, menerangkan,
menafsirkan, dan mengeplorasi suatu objek atau subjek dalam pembelajaran.
Selanjutnya menurut Sudjana (2016) pemahaman adalah hasil belajar yang lebih
tinggi daripada pengetahuan dimana kemampuan pemahaman terdiri dari
penerjemahan, penafsiran, dan ekstrapolasi. Berikutnya, Purwanto (2016)
mengatakan pemahaman adalah kemampuan yang tidak lagi cukup dengan
menghafal fakta karena pemahaman membutuhkan pengetahuan fakta berserta
hubungan fakta.
Dengan demikian, maka dapat disimpulkan pemahaman adalah
kemampuan untuk menerjemah, menafsirkan, dan mengekstrapolasikan suatu
objek pembelajaran dimana didahului oleh sejumlah pengetahuan yang didapatkan
pada proses belajar mengajar.
Akuntansi merupakan salah ilmu yang diajarkan di sekolah menegah
kejuruan. Menurut Reeve dkk (2009) akuntansi adalah sistem informasi yang
memberikan informasi tentang kondisi ekonomi dan aktivitas perusahaan dalam
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
15
bentuk laporan keuangan kepada pihak yang berkepentingan. Selanjutnya,
Weygandt dkk (2009) menyatakan akuntansi adalah sistem informasi yang terdiri
dari proses mengidentifikasi, mencatat dan melaporkan peristiwa ekonomi yang
dialami suatu organisasi kepada para pengguna informasi yang berkepentingan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa akuntansi adalah suatu sistem
informasi yang terdiri dari pencatatan, pengiktisaran, dan pelaporan atas kejadian
ekonomi persuahaan dan kondisi perusahaan yang tertuang dalam bentuk laporan
keuangan untuk digunakan informasinya kepada para pemangku kepentingan.
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dapat disimpulkan pemahaman
akuntansi adalah kemampuan untuk menerjemah, menafsirkan, dan
mengekstrapolasikan kejadian – kejadian ekonomi perusahaan yang kemudian
dilanjutkan kepada proses pencatatan, pengiktisaran, dan pelaporan.
2.1.3 Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Salah satu model pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik
adaah model pembelajaran problem based learning. Lubis (2015) mengatakan
bahwa model pembelajaran problem based learning merupakan model
pembelajaran yang memperkenalkan suatu masalah kepada siswa untuk dilatih
kemampuannya agar mampu berpikir kritis serta memecahkan masalah yang
diberikan pada pembelajaran. Selanjutnya, Oon (dalam Fatthurrohman, 2015)
menyatakan model problem based learning adalah model pembelajaran yang
mengajak siswa untuk aktif dalam memecahkan suatu masalah melalui tahapan
metode ilmiah, sehingga siswa mampu mempelajari ketrampilan problem solving
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
16
dan sekaligus memjelajari pengetahuan baru yang berhubung dengan masalah
yang dipecahkan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan model pembelajaran problem based
learning adalah model pembelajaran yang menghadapkan suatu masalah kepada
siswa untuk dipecahkan melalui langkah – langkah metode ilmiah sehingga siswa
mampu berpikir kritis untuk memecahkan masalah dan memperoleh pengetahuan
baru atas masalah yang dipecahkan.
Agar dapat menerapkan model pembelajaran ini dengan baik, maka perlu
mengetahui langkah – langkah model pembelajaran ini, langkah – langkah model
pembelajaran problem based learning menurut Shoimin (2014) yaitu sebagai
berikut:
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan diajarkan dan
memberikan motivasi kepada siswa.
2. Guru membantu siswa untuk mengatur tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah yang diberikan.
3. Guru mengarahkan siswa untuk mengumpulkan informasi yang relevan
dan kemudian memecahkan masalah dengan metode ilmiah.
4. Guru memberi petunjuk dalam menyiapkan karya akhir yang dapat berupa
laporan kepada siswa.
5. Guru memberikan evaluasi atas proses dan hasil penyelidikan siswa
terhadap masalah yang diberikan.
Selanjutnya, langkah – langkah model pembelajaran problem based
learning menurut Lubis (2015:86) yaitu sebagai berikut:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
17
1. Guru memberikan pengarahan terhadap kompetensi yang ingin dicapai
pada pembelajaran dan memotivasi siswa.
2. Guru membantu siswa dengan menyusun tugas yang berkaitan dengan
masalah yang diberikan.
3. Guru membimbing siswa dalam mengumpulkan informasi, mengajukan
hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data dan menyimpulkan hasil
pemecahan masalah.
4. Guru memberi arahan berupa bantuan kepada siswa dalam melaporkan
hasil pemecahan masalah yang diberikan.
5. Guru melakukan refleksi dan evaluasi terhadap eksperimen dan proses
yang mereka gunakan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan langkah – langkah model problem
based learning yaitu sebagai berikut:
1. Guru menjelaskan kompetensi yang akan dicapai siswa .
2. Guru memotivasi siswa untuk memecahkan masalah yang diberikan.
3. Guru merangkai tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang
akan dipecahkan.
4. Guru mendorong siswa untuk melakukan metode ilmiah dalam
memecahkan masalah.
5. Guru membantu siswa menyiapkan hasil laporan dari masalah yang
dipecahkan.
6. Guru memberikan evaluasi atas laporan hasil kerja siswa.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
18
Setiap penerapan model pembalajaran pasti ada kelebihan dan
kelemahannya. Kelebihan model pembelajaran problem based learning ada
beberapa menurut Lubis (2015) yaitu sebagai berikut:
1. Model pembelajaran ini mampu melatih kemampuan berpikir siswa.
2. Model ini memberikan pengalaman pemecahan masalah untuk dipecahkan
masalah kehidupan nyata.
3. Mampu menumbuhkan minat dan dorongan diri agar melanjutkan
pembelajaran.
Ada beberapa kelemahan model pembelajaran problem based learning
menurut Lubis (2015:87) yaitu sebagai berikut:
1. Sukar untuk mencari dan menentukan tingkat kesukaran masalah yang
sesuai dengan kemampuan para siswa.
2. Model pembelajaran banyak menghabiskan waktu dan langkah – langkah
model pembelajaran tidak bisa disingkat karena merupakan suatu proses.
3. Guru harus sering memberikan motivasi agar siswa bersemangat dalam
memecahkan masalah yang diberikan guru.
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka kelebihan model pembelajaran
problem based learning bahwa siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir
kritis dan kemampuan memecahkan masalah dengan mengunakan metode limiah
serta menerapkannya dalam kehidupan sehari - hari, selain itu menimbulkan minat
dan motivasi untuk terus belajar meski pendidikan formal sudah berakhir.
Kelemahan model pembelajaran ini adalah sulit menentukan tingkat kesulitan
yang sesuai dengan kemampuan siswa, selain itu waktu yang diperlukan untuk
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
19
melaksanakan model pembelajaran ini tidak singkat, melainkan menghabiskan
banyak waktu serta guru harus memberikan motivasi agar mendorong siswa
memecahkan masalah yang diberikan.
Untuk mengatasi kelemahan pada model pembelajaran ini, guru harus
mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam memecahkan masalah sehingga
masalah yang diberikan untuk pembelajaran dapat diselesaikan dengan baik.
Selajutnya, guru harus sering mengatur waktu dan motivasi siswa agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai melalui model pembelajaran ini.
2.1.4 Model Pembelajaran Direct Instruction (DI)
Model pembelajaran langsung (direct instruction) merupakan model
pembelajaran yang dikembangkan melalui teori behavioristik, teori behavoristik
adalah teori yang berfokus pada tingkah laku manusia (Fathurrohman, 2015).
Fathurrohman (2015) menyatakan model pembelajaran langsung adalah model
pembelajaran yang memberikan peluang kepada siswa untuk mengamati, meniru,
dan mengingat apa yang telah diajari gurunya pada pembelajaran. Selanjutnya,
menurut Arends (dalam Fathurrohman, 2014) model pembelajaran langsung
merupakan model yang didesain untuk pembelajaran siswa yang dengan
pengetahuan prosedural dan deklaratif yang diajarkan secara terstruktur melalui
setahap demi setahap.
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dapat disimpulkan model
pembelajaran langsung (direct instruction) adalah model pembelajaran terstruktur
yang membantu siswa mempelajari pengetahuan dan ketrampilan dasar melalui
selangkah demi selangkah.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
20
Untuk menerapkan model pembelajaran ini dengan baik, maka diperlukan
pemahaman atas langkah – langkah model pembelajaran ini, Shoimin (2014)
menyatakan bahwa ada lima fase dalam model pembelajaran langsung yaitu
sebagai berikut:
1. Pada fase pertama, guru memberikan orientasi dan tujuan pembelajaran
terhadap materi pelajaran yang akan diajarkan.
2. Pada fase kedua, guru memberikan presentasi dan demonstrasi materi
pembelajaran kepada siswa yang berkaitan dengan materi pelajaran.
3. Pada fase ketiga, guru memberikan latihan terbimbing kepada siswa yang
berhubungan dengan materi pembelajaran.
4. Pada fase keempat, guru memeriksa sampai sejauh mana pemahaman
siswa dan memberikan umpan balik kepada siswa.
5. Pada fase kelima, guru mengadakan latihan mandiri terhadap siswa, fase
akhir ini dikatakan berhasil jika siswa mampu menguasai 85 % - 90 %
materi pembelajaran yang diajarkan.
Selanjutnya, Fathurrohman (2015) menyebutkan ada lima tahapan dalam
model pembelajaran langsung yaitu:
1. Pada tahap pertama, guru menyampaikan latar belakang pentingnya
pelajaran dan mempersiapkan siswa dalam mempelajarinya.
2. Pada tahap kedua, guru memberikan demonstrasi materi pembelajaran
kepada siswa secara bertahap kepada siswa.
3. Pada tahap ketiga, guru merancang dan memberikan pelatihan awal
kepada siswa.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
21
4. Pada tahap keempat, guru melakukan kegiatan pengecekan tingkat
pemahaman siswa dan memberikan tanggapan pada siswa.
5. Pada tahap kelima, guru memberikan latihan yang lebih sulit sehingga
siswa mampu menerapkan materi pembelajaran yang diajarkan pada
kehidupan sehari – hari.
Dengan demikian, dapat disimpulkan langkah – langkah model
pembelajaran langsung adalah sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa.
2. Guru menyajikan materi pembelajaran yang diberikan secara bertahap
kepada siswa.
3. Guru merencanakan dan memberikan latihan awal kepada siswa.
4. Guru memeriksa seberapa jauh kemampuan siswa dan memberikan umpan
balik.
5. Guru memberikan pelatihan lanjutan dengan masalah yang lebih
kompleks.
6. Guru memberikan evaluasi atas pelatihan – pelatihan yang dilakukan.
Penarapan model pembelajaran langsung memiliki kelebihan dan
kekurangan, menurut Shoimin (2014) adapun kelebihan model pembelajaran
direct instruction yaitu sebagai berikut:
1. Dapat digunakan secara efektif pada kelas besar maupun kecil.
2. Guru lebih mudah dalam mengendalikan isi materi dan urutan informasi
yang hendak disampaikan.
3. Efektif dalam mengajari konsep dan ketrampilan kepada siswa.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
22
4. Waktu pembelajaran dapat dikontrol dengan baik.
5. Dapat dengan mudah mendapatkan umpan balik dari siswa
Shoimin (2014) menyatakan ada beberapa kekurangan dari model
pembelajaran direct instruction yaitu sebagai berikut:
1. Guru memainkan peran yang penting dalam model ini, sehingga
kesuksesan penerapan model pembelajaran ini tergantung kepada
kemampuan guru.
2. Jika model ini terlalu sering digunakan maka siswa akan memiliki
ketergantungan kepada guru.
3. Materi yang sangat kompleks akan sulit diajarkan melalui model ini,
dikarenakan tidak akan memberikan kesempatan yang cukup kepada siswa
untuk memproses informasi.
4. Sangat bergantung pada gaya komunikasi guru dalam membawakan
pembelajaran.
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dapat disimpulkan kelebihan model
pembelajaran langsung yaitu guru dapat mengendalikan isi materi yang akan
diajarkan, selanjutnya efektif digunakan pada kelas besar maupun kecil, mudah
memantau kinerja siswa, dan dapat menekankan poin – poin penting yang tidak
dimengerti siswa. Kelemahan model pembelajaran ini yaitu guru memegang peran
penting atas keberhasilan pembelajaran, selain itu sulit menerapkan model
pembelajaran ini jika materi yang disampaikan bersifat kompleks serta siswa akan
cepat bosan apabila guru terus berperan dalam pembelajaran.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
23
Untuk mengatasi kelemahan model pembelajaran ini, guru dapat
menggunakan metode diskusi dan gaya komunikasi yang dapat menarik perhatian
siswa, selain itu guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mendemonstrasikan ketrampilan dan pengetahuan yang telah dipelajari.
2.1.5 Kecerdasan Emosional
Kesuksesan seseorang dalam dunia karier, rumah tangga dan
bermasyarakat ternyata tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan intelektual,
banyak orang yang memiliki kecerdasan intelektual tinggi mengalami kegagalan
dalam hal tersebut, malah orang yang memiliki kecerdasan intelektual sedang
menjadi sangat sukses, penyebab keberhasilan orang - orang tersebut adalah
kecerdasan emosional (Goleman, 2017). Hamid (2007) mengatakan kecerdasan
emosional adalah sebuah konsep ketangkasan yang berkaitan dengan kesadaraan
atas perasaan dan emosi serta interaksinya terhadap kecerdasan mental (IQ).
Selanjutnya, Goleman (2017) menyatakan kecerdasan emosional merupakan
ketrampilan membina hubungan dengan orang lain dan kemampuan untuk
memahami persaaan orang lain serta kapabilitas seseorang dalam pengenalan diri,
pengendalian diri, dan motivasi diri sendiri.
Dengan demikian, dapat disimpulkan kecerdasan emosional adalah
kapabilitas seseorang yang berkaitan dengan emosi dan hubungan sosial dimana
terdiri dari ketrampilan mengenal, mengontrol, dan memotivasi diri sendiri serta
kemampuan untuk berempati dan membina hubungan dengan orang lain.
Faktor – faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional ada beberapa
menurut Goleman (2017) yaitu sebagai berikut:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
24
1. Lingkungan keluarga adalah lingkungan yang pertama yang berinteraksi
dengan seseorang ketika seseorang dilahirkan sampai tumbuh menjadi
dewasa. Oleh sebab itu, lingkungan keluarga merupakan pendidikan
pertama bagi seseorang dalam membentuk kecerdasan emosionalnya.
Tinggi rendahnya kecerdasan emosional seseorang akan tergantung kepada
bagaimana seseorang diperlakukan oleh keluarganya, bagaimana
komunikasi dengan keluarganya, bagaimana cara sebuah keluarga dalam
menyelesaikan masalah, pola asuh orang tua dan kejadian – kejadian
emosional yang terjadi pada seseorang ketika berada dalam lingkungan
keluarga.
2. Lingkungan non keluarga adalah lingkungan selanjutnya yang beriteraksi
kepada seseorang setelah lingkungan keluarga. Sebagai ilustrasi
lingkungan diluar keluarga adalah lingkungan kerja, lingkungan sekolah,
lingkungan masyarakat dan sebagainya. Tinggi rendahnya kecerdasan
emosional seseorang dipengaruhi perlakuan dan kejadian – kejadian
emosional yang terjadi dalam diri seseorang di lingkungan diluar keluarga.
Dengan demikian, faktor – faktor yang mempengaruhi kecerdasan
emosional seseorang ada dua yaitu faktor lingkungan keluarga dan faktor
lingkungan non keluarga.
Menurut Goleman dalam (Wibowo, 2015) ada lima indikator dimensi
kecerdasan emosional yaitu:
1. Pengenalan diri merupakan kecerdasan untuk memahami kondisi diri
sendiri yang terdiri. Ada beberapa indikator pengendalian diri yaitu:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
25
mengenali perasaan diri sendiri berserta dampaknya, mengetahui batas
kemampuan diri sendiri, dan kepercayaan atas kemampuan diri serta
keyakinan terhadap diri sendiri.
2. Pengendalian diri adalah kemampuan untuk mengontrol perasaan untuk
mencapai tujuan dengan cara mengelola kondisi dan emosi diri sendiri.
Ada beberapa indikator pengendalian diri yaitu: kapabilitas dalam
mengatur emosi serta desakan hati yang emosional, mampu beradaptasi
dan bertanggung jawab atas kinerja sendiri, dan terbuka terhadap
perubahan baru.
3. Motivasi diri adalah dorongan perasaan yang memudahkan untuk meraih
tujuan yang hendak dicapai. Ada beberapa indikator motivasi diri yaitu:
semangat untuk berprestasi dan kemampuan untuk berpikir positif dan
optimis.
4. Empati merupakan kemampuan seseorang dalam membaca serta
memahami perasaan, kebutuhan dan kepentingan orang lain. Indikator –
indikator motivasi diri terdiri dari kemampuan untuk menerima sudut
pandang orang lain dan peka terhadap perasaaan orang lain.
5. Ketrampilan sosial adalah kecerdasan dalam mengatur perasaan emosi
orang lain dan kemampuan dalam berhubungan dengan orang lain. Ada
beberapa indikatornya yaitu: mampu memberikan pesan yang jelas kepada
orang lain, mampu memberi semangat dan inspirasi kepada orang lain,
memiliki keberanian untuk memulai sesuatu, dan memiliki kemampuan
negosiasi dan mediasi jika terjadi perbedaan pendapat.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
26
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional
memiliki beberapa indikator yaitu pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi diri,
empati dan ketrampilan sosial.
Orang yang memiliki kecerdasan emosional tinggi memilki beberapa
kebaikan menurut Goleman (2007) yaitu sebagai berikut:
1. Sukses dalam karir dan hubungan berumah tangga.
2. Menjadi orang yang menonjol dalam kehidupan.
3. Mampu menyelesaikan masalah.
4. Mampu mengendalikan diri sendiri ketika berinteraksi dengan orang lain.
5. Memiliki karakter disiplin diri, altruisme, serta belas kasih.
Goleman (2017) menyatakan ada beberapa kerugian apabila seseorang
memiliki kecerdasan emosional yang rendah yaitu sebagai berikut:
1. Menghambat pertimbangan intelektual.
2. Menghambat dan menghancurkan karier.
3. Mengalami agresivitas, depresi, dan kekerasan.
4. Mengalami kesehatan jasmani yang buruk.
5. Mengalami kesulitan dalam hubungan berumah tangga.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki
kecerdasan emosional tinggi mampu mengendalikan diri, memotivasi diri,
mengenal diri sendiri dalam megikuti proses belajar mengajar serta mampu
memahami perasaan orang lain dan terampil dalam berinteraksi pada orang lain.
Kerugian bagi siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah akan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
27
menghambat pertimbangan intelektual, menghambat karier, mengalami agretivitas,
depresi, dan kekerasan dalam proses belajar mengajar.
2 . 2 Telaah Literatur
Beberapa peneliti terdahulu sudah meneliti pemahaman akuntansi antara
lain sebagai berikut:
Napitupulu (2009) meneliti tentang “Kecerdasan Intelektual Dan
Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman Pelajaran Akuntansi
Dengan Minat Sebagai Variabel Moderating (Studi Pada SMK Bisnis Dan
Manajemen Di Kota Sibolga Kelas XII Jurusan Akuntansi)”. Hasil penelitian
membuktikan kecerdasan intelektual berpengaruh signifikan terhadap pemahaman
akuntansi, selanjutnya kecerdasan emosional berpengaruh negative dan tidak
signifikan terhadap pemahaman akuntansi dan minat tidak mampu memoderasi
pengaruh kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional terhadap pemahaman
akuntansi.
Utami dan Sumaryanto (2013) meneliti tentang “Pengaruh Kecerdasan
Emosional, Kecerdasan Spiritual, Perilaku Belajar, Dan Lingkungan Belajar
Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi Dengan Perkembangan Teknologi
Sebagai Variabel Pemoderasi”. Hasil penelitian menyatakan bahwa kecerdasan
emosional, kecerdasan spiritual, perilaku belajar, dan lingkungan belajar tidak
berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi, serta perkembangan
teknologi bukan merupakan variabel moderator.
Kusnita (2014) meneliti tentang “Pengaruh Kecerdasan Emosional, Status
Sosial Ekonomi Orang Tua, Dukungan Sosial Teman Sekolah Pada Tingkat
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
28
Pemahaman Pelajaran Akuntansi Di SMK Negeri 2 Tuban”. Hasil penelitian
menunjukkan kecerdasan emosional dan dukungan sosial teman sekolah secara
parsial berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi, sedangkan status
sosial ekonomi orang tua secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap
tingkat pemahaman akuntansi.
Martanti dan Priantinah (2014) meneliti tentang “Penerapan Model
Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Pemahaman Konsep Dan
Motivasi Belajar”. Hasil penelitian memperlihatkan penerapan model
pembelajaranp problem based learning mampu meningkatkan pemahaman konsep
dan motivasi belajar akuntansi.
Sari (2015) meneliti tentang “Upaya Peningkatan Pemahaman Siswa Pada
Kompetensi Dasar Membuat Jurnal Penyesuaian Melalui Kertas Kerja”. Hasil
penelitian menunjukkan penerapan model pembelajaran Direct Instruction pada
meningkatkan pemahaman belajar akuntansi siswa.
Rokhana dan Sutrisno (2016) meneliti tentang “Pengaruh Kecerdasan
Emosional, Perilaku Belajar, Dan Minat Belajar Terhadap Tingkat Pemahaman
Akuntansi (Studi Empiris Pada Mahasiswa Akuntansi Fakultas Ekonomika Dan
Bisnis UNTAG Semarang)”. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa kecerdasan
emosional, perilaku belajar dan minat belajar berpengaruh positif dan signifikan
terhadap tingkat pemahaman akuntansi.
Zulhawati dan Ariani (2016) research about “Effect Learning Behavior,
Emotional Intelligence, And Thinking Ability Towards Accounting Understanding
Level”. The research outcome state that learning behavior, emotional intelligence,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
29
and thinking ability simultaneously effected accounting understanding level.
Terjemahannya, Zulhawati dan Ariani (2016) meneliti tentang “Pengaruh Perilaku
Belajar, Kecerdasan Emosional Dan Kemampuan Berpikir Terhadap Tingkat
Pemahaman Akuntansi”. Hasil penelitian menyimpulkan perilaku belajar,
kecerdasan emosional dan kemampuan Berpikir secara simultan mempengaruhi
tingkat pemahaman akuntani.
Satria (2017) meneliti tentang “Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap
Tingkat Pemahaman Akuntansi Pada Mahasiswa Akuntansi Di Kota Bandung”.
Hasil penelitian memperlihatkan kecerdasan emosional berpengaruh positif dan
signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi.
Wardani dan Ratnadi (2017) meneliti tentang “Pengaruh Kecerdasan
Emosional, Kecerdasan Intelektual, Dan Perilaku Belajar Pada Tingkat
Pemahaman Akuntansi”. Hasil penelitian menunjukkan kecerdasan emosional,
kecerdasan intelektual, dan perilaku belajar berpengaruh positif terhadap tingkat
pemahaman akuntansi.
Puttri dkk (2017) meneliti tentang “Sinkronisasi Komponen Kecerdasan
Emosional Dan Pengaruhnya Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi Dalam
Sistem Pendidikan Tinggi Akuntansi”. Hasil penelitian memperlihatkan
kecerdasan emosional tidak berpengaruh singnifikan terhadap tingkat pemahaman
pakuntansi.
Widhiyani et al. (2017) researched about “The Influence Of Emotional
Quotient And Internal Locus Of Control On The Level Of Accounting
Understanding”. The research result state that emotional quotient and internal
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
30
locus of control have positive effect on the level of accounting understanding.
Terjemahannya, Widhiyani dkk (2017) meneliti tentang “Pengaruh Kecerdasan
Emosional Dan Internal Locus Of Control Terhadap Tingkat Pemahaman
Akuntansi”. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa kecerdasan emosional dan
internal locus of control memiliki pengaruh positif terhadap tingkat pemahaman
akuntansi.
Saputra dkk (2017) meneliti tentang “Pengaruh Penerapan Metode Case
Based Learning Dan Motivasi Terhadap Pemahaman Akuntansi Forensik Dengan
Kecerdasan Emosional Sebagai Variabel Pemoderasi”. Hasil penelitian
menyimpulkan metode case based learning dan motivasi berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pemahaman akuntansi forensik, serta kecerdasan emosional
merupakan variabel moderasi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
31
Tabel 2.2
Telaah Penelitian Terdahulu
No Nama
Penelitian
Judul Penelitian Variabel
Penelitian
Hasil Penelitian
1 Napitupulu
(2009)
Pengaruh
Kecerdasan
Intelektual Dan
Kecerdasan
Emosional
Terhadap Tingkat
Pemahaman
Pelajaran
Akuntansi
Dengan Minat
Sebagai Variabel
Moderating
(Studi Pada SMK
Bisnis Dan
Manajemen Di
Kota Sibolga
Kelas XII
Jurusan
Akuntansi)
Variabel
Independen:
1. Kecerdasan
Intelektual
2. Kecerdasan
Emosional
Variabel
Moderating:
1. Minat
Variabel
Dependen:
1. Tingkat
Pemahaman
Akuntansi
1. Kecerdasan
intelektual
berpengaruh
signifikan terhadap
pemahaman
akuntansi.
2. Kecerdasan
emosional
berpengaruh
negatif dan tidak
signifikan terhadap
pemahaman
akuntansi.
3. Minat tidak mampu
memoderasi
pengaruh
kecerdasan
intelektual dan
kecerdasan
emosional terhadap
pemahaman
akuntansi.
2 Utami dan
Sumaryanto
(2013)
Pegaruh
Kecerdasan
Emosional,
Kecerdasan
Spiritual,
Perilaku Belajar,
Dan Lingkungan
Belajar Terhadap
Tingkat
Pemahaman
Akuntansi
Dengan
Perkembangan
Teknologi
Sebagai Variabel
Pemoderasi
Variabel
Independen:
1. Kecerdasan
Emosional
2. Kecerdasan
Spiritual
3. Perilaku
Belajar
4. Lingkungan
Belajar
Variabel
Dependen:
1. Tingkat
Pemahaman
Akuntansi
Variabel
Moderator:
1. Perkembangan
Teknologi
1. Kecerdasan
emosional,
kecerdasan
spiritual, perilaku
belajar, dan
lingkungan belajar
tidak berpengaruh
terhadap tingkat
pemahaman
akuntansi.
2. Perkembangan
teknologi bukan
merupakan variabel
moderator.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
32
Lanjutan tabel 2.1
No Nama
Penelitian
Judul Penelitian Variabel
Penelitian
Hasil Penelitian
3 Kusnita
(2014)
Pengaruh
Kecerdasan
Emosional,
Status Sosial
Ekonomi Orang
Tua, Dukungan
Sosial Teman
Sekolah Pada
Tingkat
Pemahaman
Pelajaran
Akuntansi Di
SMK Negeri 2
Tuban
Variabel
Independen:
1. Kecerdasan
Emosional
2. Status Sosial
Ekonomi
Orang Tua
3. Dukungan
Sosial Teman
Sekolah
Variabel
Dependen:
1. Tingkat
Pemahaman
Akuntansi
1. Kecerdasan
emosional
berpengaruh
terhadap tingkat
pemahaman
akuntansi.
2. Status sosial
ekonomi orang tua
tidak berpengaruh
sterhadap tingkat
pemahaman
akuntansi.
3. Dukungan sosial
teman sekolah
secara parsial
berpengaruh
tingkat pemahaman
akuntansi.
4 Martanti
dan
Priantinah
(2014)
Penerapan Model
Pembelajaran
Problem Based
Learning
Terhadap
Pemahaman
Konsep Dan
Motivasi Belajar
Variabel
Independen:
1. Model
Pembelajaran
Problem
Based
Learning
Variabel
Dependen:
1. Pemahaman
Konsep
2. Motivasi
Belajar
1. Penerapan model
pembelajaran
problem based
learning mampu
meningkatkan
pemahaman konsep
dan motivasi
belajar akuntansi.
5 Sari (2015) Upaya
Peningkatan
Pemahaman
Siswa Pada
Kompetensi
Dasar Membuat
Jurnal
Penyesuaian
Melalui Kertas
Kerja
Variabel
Independen:
1. Model
Pembelajaran
Direct
Instruction
Variabel
Dependen:
1. Pemahaman
Membuat
Jurnal
Penyesuaian
1. Penerapan model
pembelajaran direct
instruction dapat
meningkatkan
pemahaman belajar
akuntansi siswa
kelas XI IPS 2
SMA Negeri
Karangpandan,
Kabupaten
Karanganyar tahun
pelajaran
2012/2013.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
33
Lanjutan tabel 2.1
No Nama
Penelitian
Judul Penelitian Variabel
Penelitian
Hasil Penelitian
6 Rokhana
dan Sutrisno
(2016)
Pengaruh
Kecerdasan
Emosional,
Perilaku Belajar,
Dan Minat
Belajar Terhadap
Tingkat
Pemahaman
Akuntansi (Studi
Empiris Pada
Mahasiswa
Akuntansi
Fakultas
Ekonomika Dan
Bisnis UNTAG
Semarang)
Variabel
Independen:
1. Kecerdasan
Emosional
2. Perilaku
Belajar
3. Minat Belajar
Varibel Dependen:
1. Tingkat
Pemahaman
Akuntansi
1. Kecerdasan
emosional, perlaku
belajar, dan minat
belajar berpengaruh
signifikan dan
positif terhadap
tingkat pemahaman
akauntansi
7 Zulhawati
dan Ariani
(2016)
Pengaruh
Perilaku Belajar,
Kecerdasan
Emosional Dan
Kemampuan
Berpikir
Terhadap Tingkat
Pemahaman
Akuntansi
Variabel
Independen :
1. Perilaku
Belajar
2. Kecerdasan
Emosional
3. Kemampuan
Berpikir
Variabel
Dependen:
1. Tingkat
Pemahaman
Akuntansi
1. Perilaku belajar,
kecerdasan
emosional dan
kemampuan
berpikir secara
simultan
mempengaruhi
tingkat pemahaman
akuntansi.
8 Satria
(2017)
Pengaruh
Kecerdasan
Emosional
Terhadap Tingkat
Pemahaman
Akuntansi Pada
Mahasiswa
Akuntansi Di
Kota Bandung
Variabel
Independen:
1. Kecerdasan
Emosional
Variabel
Dependen:
1. Tingkat
Pemahaman
Akuntansi
1. Kecerdasan
emosional
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap tingkat
pemahaman
akuntansi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
34
Lanjutan tabel 2.1
No Nama
Penelitian
Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian
9 Wardani
dan Ratnadi
(2017)
Pengaruh
Kecerdasan
Emosional,
Kecerdasan
Intelektual, Dan
Perilaku Belajar
Pada Tingkat
Pemahaman
Akuntansi
Variabel
Independen:
1. Kecerdasan
Emosional
2. Kecerdasan
Intelektual
3. Perilaku
Belajar
Variabel
Dependen:
1. Tingkat
Pemahaman
Akuntansi
1. Kecerdasan
emosional,
kecerdasan
intelektual, dan
perilaku belajar
berpengaruh positif
terhadap tingkat
pemahaman
akuntansi.
10 Puttri dkk
(2017)
Sinkronisasi
Komponen
Kecerdasan
Emosional Dan
Pengaruhnya
Terhadap Tingkat
Pemahaman
Akuntansi Dalam
Sistem
Pendidikan
Tinggi Akuntansi
Variabel
Independen:
1. Kecerdasan
Emosional
Variabel
Dependen:
1. Tingkat
Pemahaman
Akuntansi
1. Kecerdasan
emosional tidak
berpengaruh
singnifikan
terhadap tingkat
pemahaman
akuntansi.
11 Widhiyani
dkk (2017)
Pengaruh
Kecerdasan
Emosional Dan
Internal Locus Of
Control Terhadap
Tingkat
Pemahaman
Akuntansi”.
Variabel Bebas:
1. Kecerdasan
Emosional
2. Internal Locus
Of Control
Variabel Terikat:
1. Tingkat
Pemahaman
Akuntansi
1. Kecerdasan
emosional dan
internal locus of
control memiliki
pengaruh positif
terhadap tingkat
pemahaman
akuntansi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
35
Lanjutan tabel 2.1
No Nama
Penelitian
Judul Penelitian Variabel
Penelitian
Hasil Penelitian
12 Saputra dkk
(2017)
Pengaruh
Penerapan
Metode Case
Based Learning
Dan Motivasi
Terhadap
Pemahaman
Akuntansi
Forensik Dengan
Kecerdasan
Emosional
Sebagai Variabel
Pemoderasi
Variabel
Independen:
1. Metode Case
Based
Learning
2. Motivasi
Variabel
Moderasi:
1. Kecerdasan
Emosional
Variabel
Dependen:
1. Pemahaman
Akuntansi
1. Metode case based
learning dan
motivasi
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap
pemahaman
akuntansi forensik.
2. Kecerdasan
emosional mampu
memoderasi
penerapan metode
cased based
learning dan
motivasi terhadap
pemahaman
akuntansi forensik.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
36
Kecerdasan Emosional
Tinggi
(Z1)
2
BAB III
KERANGKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3 . 1 Kerangka Penelitian
Berikut merupakan gambar kerangka konsep pada penelitian ini yaitu
sebagai berikut:
Gambar 3.1
Kerangka Penelitian
3 . 1 . 1 Perbedaan Pemahaman Akuntansi Antara Siswa Yang Diajarkan
Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) Dibandingkan Dengan Siswa Yang Diajarkan Dengan
Menggunakan Model Pembelajaran Direct Instruction (DI).
Model pembelajaran problem based learning merupakan model
pembelajaran yang berbasis pendekatan saintifik dimana langkah – langkah
Model Pembelajaran
Problem Based
Learning
(X1)
Model Pembelajaran
Direct Instruction
(X2)
Pemahaman
Akuntansi
(Y)
Kecerdasan Emosional
Rendah
(Z2)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
37
pembelajaran ini mirip langkah – langkah metode ilmiah. Model pembelajaran ini
dimulai dengan menghadapkan siswa pada permasalahan akuntansi yang
diberikan guru, kemudian siswa mengumpulkan informasi yang relevan untuk
memecahkan masalah tersebut dan menyimpulkannya. Bila merujuk pada hasil
penelitian Martanti dan Priantinah menyatakan bahwa model pembelajaran
problem based learning mampu meningkatkan pemahaman konsep akuntansi dan
meningkatkan motivasi belajar akuntansi, sehingga kelebihan model pembelajaran
ini yaitu membuat siswa dapat memecahkan permasalahan yang diberikan oleh
guru secara mandiri dan melatih kemampuan berpikir kritis siswa serta
meningkatkan motivasi belajar akuntansi.
Model pembelajaran langsung (direct instruction) adalah model
pembelajaran yang dilakukan secara bertahap dimana dimulai dari penyampaian
tujuan belajar, menyampaikan informasi pembelajaran secara bertahap,
memberikan latihan kepada siswa dan diakhiri dengan mengevaluasi hasil latihan
siswa. Jika merujuk pada penelitian yang dilakukan Sari (2015), hasil penelitianya
menyimpulkan bahwa model pembelajaran langsung mampu meningkatkan
pemahaman akuntansi, sehingga kelebihan dari model pembelajaran ini adalah
penyampaian materi secara tersturktur, dapat diterapkan di kelas yang jumlah
siswanya banyak, waktu pembelajaran dapat di kontrol dengan baik dan
sebagainya.
Dengan demikian, karena ada perbedaan langkah – langkah pembelajaran
pada kedua model pembelajaran tersebut, maka diduga ada perbedaan pemahaman
akuntansi antara siswa yang diajarkan dengan menggunkan model pembelajaran
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
38
problem based learning dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan
menggunakan model pembelajaran direct instruction.
3 . 1 . 2 Perbedaan Pemahaman Akuntansi Antara Siswa Yang Memiliki
Kecerdasan Emosional Tinggi Dengan Siswa Yang Memiliki
Kecerdasan Emosional Rendah.
Kecerdasan emosional merupakan kecerdasan yang ada pada setiap diri
manusia. Goleman (2017) menyatakan rendahnya kecerdasan emosional dapat
menghambat pekerjaan, mengalami kesehatan yang buruk, depresi, dan
menghambat hubungan sosial. Apabila dikaitkan dengan pemahaman akuntansi,
siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi diduga akan memiliki
pengendalian diri, motivasi, dan pengenalan diri yang lebih baik dari siswa yang
memiliki kecerdasan emosional rendah dalam melakukan aktivitas belajar
mengajar. Siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi akan memiliki
kesabaran dalam mempelajari akuntansi yang sifat pembelajaran merupakan
proses yang berkaitan dengan siklus akuntansi, selain itu ketika dihadapkan dalam
pembelajaran kelompok atau tugas kelompok, siswa yang memiliki kecerdasan
emosional tinggi akan memiliki empati dan hubungan sosisal yang lebih baik
daripada siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah. Dengan demikian,
siswa yang mempunyai kecerdasan emosional tinggi mampu menyelesaikan
masalah dengan baik.
Siswa yang mempunyai kecerdasan emosional rendah diduga akan
mengalami kesulitan dalam memahami akuntansi, hal ini dikarenakan siswa yang
mempunyai kecerdasan emosional rendah memiliki kesabaran dan pengendalian
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
39
diri yang kurang baik, kesabaran dan pengendalian diri yang kurang baik akan
berdampak pada menurunnya motivasi belajar siswa, sehingga siswa akan cepat
bosan dan depresi dalam belajar akuntansi. Apabila ditugaskan dalam
pembelajaran kelompok, siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah akan
sulit berkerjasama dengan siswa lain dalam menyelesaikan tugas kelompok.
Jika merujuk hasil penelitian yang dilakukan oleh Kusnita (2014),
Rokhana dan Sutirsno (2016), Zulhawati dan Ariani (2016), Satria (2017),
Wardani dan Ratnadi (2017) serta Widhiyani ddk (2017) menyimpulkan bahwa
kecerdasan emosional berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemahaman
akuntansi, maka dapat dikatakan bahwa dengan adanya kenaikan pada kecerdasan
emosional siswa mampu meningkatkan pemahaman akuntansi. Namun penelitian
mereka bertolak belakang terhadap hasil penelitian Utami dan Sumaryanto (2013)
serta Puttri, dkk (2017) yang menyimpulkan bahwa kecerdasan emosional tidak
berpengaruh terhadap pemahaman akuntansi, selain itu penelitian Napitupulu
(2009) menyatakan kecerdasan emosional berpengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap pemahaman akuntansi. Dari hasil penelitian terdahulu yang
tidak konsisten, diduga bahwa siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi
akan memiliki pemahaman akuntansi yang tinggi, sedangkan siswa yang memiliki
kecerdasan emosional rendah akan memiliki pemahaman akuntansi yang rendah.
Dari uraian sebelumnya, diduga ada perbedaan pemahaman akuntansi
siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi dengan siswa yang memiliki
kecerdasan emosional rendah.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
40
3 . 1 . 3 Pengaruh Interaksi Antara Model Pembelajaran Dan Kecerdasan
Emosional Terhadap Pemahaman Akuntansi.
Bila dikaitkan antara model pembelajaran dengan kecerdasan emosional,
maka diduga adanya pengaruh interaksi antara model pembelajaran dengan
kecerdasan emosional. Dugaan ini diperkuat oleh penelitian Saputra dkk (2017)
yang menyimbulkan bahwa kecerdasan emosional mampu memoderasi pengaruh
antara metode pembelajaran dengan pemahaman akuntansi. Siswa yang memiliki
kecerdasan emosional tinggi diduga akan lebih sesuai belajar dengan model
pembelajaran problem based learning. Hal ini dikarenakan siswa mampu
mengikuti langkah – langkah metode ilmiah dengan sabar serta mampu belajar
dengan mandiri ketika diberikan masalah atau kasus akuntansi yang diselesaikan
siswa. Apabila siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi diajarkan
dengan model pembelajaran langsung, maka pengalaman belajar dan kemampuan
berpikir kritis mereka tidak akan terlatih dengan baik, hal ini disebabkan guru
selalu membimbing mereka tahap demi tahap, sehingga siswa akan menjadi pasif.
Siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah apabila diajari dengan
model pembelajaran problem based learning akan mengalami kesulitan sebab
untuk mengikuti model pembelajaran ini diperlukan kesabaran dan pengendalian
emosi yang tinggi dalam mengkuti model pembelajaran yang berbasis pendekatan
saintifik. Siswa yang mempunyai kecerdasan emosional rendah diduga lebih
cocok belajar dengan model pembelajaran direct instruction. Pada model
pembelajaran ini, siswa diajari secara bertahap melalui bimbingan guru setelah
diberikan materi dengan metode ceramah dan demonstrasi, kemudian diberikan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
41
latihan untuk memantapkan apa yang diajarkan sebelumnya. Model pembelajaran
ini tidak serumit model pembelajaran problem based learning. Oleh sebab itu,
model pembelajaran direct instruction lebih sesuai.
Dari uraian sebelumnya, diduga ada pengaruh interaksi antara model
pembelajaran dan kecerdasan emosional terhadap pemahaman akuntansi.
3 . 2 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian kerangka penelitian, maka hipotesis pada penelitian ini
terdiri dari sebagai berikut:
H1: Ada perbedaan pemahaman akuntansi antara siswa yang diajarkan
dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning (PBL)
dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan menggunakan model
direct instruction (DI).
H2: Ada perbedaan pemahaman akuntansi antara siswa yang memiliki
kecerdasan emosional tinggi dengan siswa yang memiliki kecerdasan
emosional rendah.
H3: Ada pengaruh interaksi antara model pembelajaran dan kecerdasan
emosional terhadap pemahaman akuntansi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
42
BAB IV
METODE PENELITIAN
4 . 1 Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan tingkat eksplanasi
komparatif sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah metode kuasi
ekperimen dengan desain penelitian factorial design 2X2 (Nahartyo, 2012).Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah.
Tabel 4.1
Desain Penelitian
Kecerdasan Emosional
(B)
Model Pembelajaran (A)
Problem Based Learning
(PBL)
(A1)
Direct Instruction (DI)
(A2)
Tinggi (B1) A1B1 A2B1
Rendah (B2) A1B2 A2B2
Keterangan:
A1 : Problem based learning (PBL)
A2 : Direct instruction (DI)
B1 : Kecerdasan emosional tinggi
B2 : Kecerdasan emosional rendah
A1B1: Pemahaman akuntansi mahasiswa yang diajarkan dengan model
pembelajaran problem based learning (PBL) dan memiliki kecerdasan
emosional tinggi.
A1B2: Pemahaman akuntansi mahasiswa yang diajarkan dengan model
pembelajaran problem based learning (PBL) dan memiliki kecerdasan
emosional rendah.
A2B1: Pemahaman akuntansi mahasiswa yang diajarkan dengan model
pembelajaran direct instruction (DI) dan memiliki kecerdasan emosional
tinggi.
A2B2: Pemahaman akuntansi mahasiswa yang diajarkan dengan model
pembelajaran direct instruction (DI) dan memiliki kecerdasan emosional
rendah.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
43
Berdasarkan uraian factorial design 2 x 2, sampel penelitian dapat dibagi
menjadi beberapa grup menurut Nahartyo (2012) pyaitu:
1. Grup 1 (A1B1) adalah kelompok siswa yang diajarkan dengan model
pembelajaran problem based learning (PBL) dan memiliki kecerdasan
emosional tinggi selaku kelompok ekperimen.
2. Grup 2 (AIB2) adalah kelompok siswa yang diajarkan dengan model
pembelajaran problem based learning (PBL) dan memiliki kecerdasan
emosional rendah selaku kelompok ekperimen.
3. Grup 3 (A2B1) adalah kelompok siswa yang diajarkan dengan model
pembelajaran direct instruction (DI) dan memiliki kecerdasan .tinggi
selaku kelompok kontrol.
4. Grup 4 (A2B2) adalah kelompok siswa yang diajarkan dengan model
pembelajaran direct instruction (DI) dan memiliki kecerdasan emosional
rendah selaku kelompok kontrol.
Apabila desain penelitian factorial design 2x2 dijabarkan, maka
rancangannya seperti ini menurut Sugiono (2013) yaitu:
Tabel 4.2
Penjabaran Desain Penelitian Faktorial 2 X 2
R O1 X Z1 O2
R O3 Z1 O4
R O5 X Z2 O6
R O7 Z2 O8
Keterangan: R = Random
O1, O3, O5, dan O7 = Pre – Test
X = Model Pembelajaran PBL
Z1 = Kecerdasan Emosional Tinggi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
44
Z2 = Kecerdasan Emosional Rendah
O2, O4, O6, dan O8 = Post – Test
Agar hasil penelitian dapat digeneralisasi secara luas, maka perlu
mengontrol validitas eksternal dan internal pada rancangan tersebut. Menurut Ary
dkk (1975) validitas eksternal dapat dikendalikan dengan cara sebagai berikut:
1) Validitas Populasi: Pengendalian sukjek penelitian diusahakan agar sampel
penelitian dapat mewakili gejala yang ditimbulkan akibat perlakukan
eksperimen kepada populasi
2) Validitas Ekologi: Pengendalian ini sangat penting dilakukan agar hasil
penelitian dapat digeneralisasi pada lingkungan lain. Validitas ekologi
dapat dikendalikan melalui beberapa hal yaitu:
a) Tidak mengubah kondisi keseharian yang terjadi pada sampel penelitian
seperti: tidak mengubah bentuk kelas, menggunakan kurikulum yang
sama, memberi perlakuan yang sama kepada seluruh siswa yang ada di
dalam kelas, tidak mengubah jadwal pelajaran, tidak membentuk kelas
– kelas khusus untuk perlakuan ekperimen.
b) Tidak memberitahu kepada siswa bahwa mereka merupakan sampel
penelitian yang sedang diamati, begitu juga kepada siswa yang bukan
sampel penelitian tidak diberi tahu bahwa mereka bukan sampel
penelitian.
Ada beberapa faktor validitas internal menurut Nahartyo (2012) yang harus
dikontrol agar hasil penelitian yang diperoleh merupakan akibat nyata dari
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
45
perlakukan ekperimen yang diberikan kepada sampel penelitian yaitu sebagai
berikut:
1) Pengaruh Histori: Pengaruh ini dapat dikendalikan dengan cara
mempersingkat waktu ekperimen agar dapat mencegah hal – hal yang tidak
diinginkan terjadi dimana mampu mempengaruhi perlakukan ekperimen.
2) Pengaruh Maturasi: Pengaruh ini dapat dikendalikan dengan cara tidak
memperlama perlakuan ekperimen sehingga sampel penelitian tidak
mengalami perubahan fisik maupun mental seperti: bosan, lapar maupun
lelah.
3) Pengaruh Testing: Pengendalian pengaruh testing ini dengan cara tidak
memberi tahu kepada siswa bahwa tes hasil belajar yang diberikan di pre –
test akan diujikan kembali di post - test.
4) Pengaruh Instrumentasi: Pengendalian pengaruh ini dapat dilakukan
dengan cara tidak merubah alat ukur yang akan diujikan pada pre – test dan
post – test.
5) Pengaruh Moralitas: Pengaruh ini dikontrol dengan cara mempersingkat
waktu perlakuan ekperimen agar siswa tidak bosan, sehingga siswa tidak
meninggalkan kelas pada saat penelitian dilakukan serta memberikan
sangsi kepada siswa yang tidak hadir pada saat perlakukan ekperimen.
6) Pengaruh Regresi Statistik: Pengaruh ini dikendalikan melalui pemilihan
sampel penelitian secara acak dan mengindari sampel penelitian yang
memiliki nilai ekstrem yang amat tinggi dan yang amat rendah, sehingga
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
46
hasil penelitian benar merupakan akibat dari perlakuan ekperimen dan
bukan merupakan dikarenakan sampel yang terpilih secara khusus.
7) Pengaruh Seleksi Sampel Penelitian: Pemilihan sampel penelitian harus
memiliki karakteristik yang ekuivalen dan sama agar hasil penelitian
merupakan hasil dari perlakuan ekperimen.
4 . 2 Defenisi Operasional Variabel
Berikut merupakan definisi operasional beberapa variabel dalam penelitian
ini yaitu sebagai berikut:
1. Variabel dependen (Y) pada penelitian ini adalah pemahaman akuntansi.
Pemahaman Akuntansi diukur dengan tes hasil belajar yang valid dan
reliabel dimana soal berbentuk pilihan berganda yang terdiri dari lima
pilihan jawaban yaitu A, B, C, D, & E.
2. Variabel bebas (X1) pada penelitian ini adalah model pembelajaran
problem based learning (PBL). Variabel ini diukur dengan tes hasil belajar
yang sudah valid dan reliabel dimana dilakukan dua kali tes yaitu pre –
test dan post - test agar mengetahui pengaruh model pembelajaran ini
sebelum diterapkan dan pengaruh model pembelajaran ini sesudah
diterapkan.
3. Variabel kontrol (X2) pada penelitian ini adalah model pembelajaran
direct instruction (DI) atau model pembelajaran langsung. Model
pembelajaran ini diukur dengan tes hasil belajar yang sudah valid dan
reliabel dimana dilakukan dua kali tes yaitu pre – test dan post - test agar
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
47
mengetahui pengaruh model pembelajaran ini sebelum diterapkan dan
pengaruh model pembelajaran ini sesudah diterapkan.
4. Variabel Moderator (Z1) pada penelitian ini adalah kecerdasan emosional
tinggi. Kecerdasan emosional tinggi diukur menggunakan kuestioner yang
berskala likert dengan bobot satu sampai lima dimana pilihan jawaban
terdiri dari lima yaitu: sangat tidak setuju, tidak setuju, netral, setuju, dan
sangat setuju.
5. Variabel Moderator (Z2) pada penelitian ini adalah kecerdasan emosional
rendah. Kecerdasan emosional rendah diukur menggunakan kuestioner
yang berskala likert dengan bobot satu sampai lima dimana pilihan
jawaban terdiri dari lima yaitu: sangat tidak setuju, tidak setuju, netral,
setuju, dan sangat setuju.
Pembagian kecerdasan emosional ini menjadi tinggi dan rendah
menggunakan rumus Lestika dan Kristian (2015) yaitu sebagai berikut:
Kriteria: Skor EQ > Mi (Skor Ideal) = Kecerdasan emosional siswa tinggi.
Skor EQ < Mi (Skor Ideal) = Kecerdasan emosional siswa rendah.
Tabel 4.3
Definisi Operasional Variabel
Nama / Jenis
Variabel
Definisi Operasional Variabel Skala
Variabel Dependen:
- Pemahaman
Akuntansi (Y)
Kemampuan untuk menerjemah, menafsirkan,
dan mengekstrapolasikan materi – materi
akuntansi yang diberikan di kelas yang diukur
dengan tes hasil belajar.
Interval
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
48
Lanjutan tabel 4.3
Variabel
Independen:
- Model
Pembelajaran
Problem Based
Learning (X1)
Model pembelajaran yang menghadapkan
suatu masalah kepada peserta didik dimana
dimulai dari memperkenalkan kompetensi
yang hendak di capai, kemudian memberikan
masalah yang hendak diselesaikan dengan
metode ilmiah, setelah masalah yang
diberikan selesai, selanjutnya diakhiri dengan
evaluasi dengan tes hasil belajar.
Interval
Variabel Kontrol:
- Model
Pembelajaran
Direct
Instruction (X2)
Model pembelajaran terstruktur yang dimulai
dengan menyampaikan tujuan pembelajaran,
menyampaikan materi pembelajaran,
memberikan latihan dan mengevaluasi
pembelajaran menggunakan tes hasil belajar.
Interval
Variabel
Moderator:
- Kecerdasan
Emosional
Tinggi (Z1)
Kapabilitas siswa yang berkaitan dengan
mengenal, mengontrol, memotivasi diri dan
berempati kepada orang lain serta mampu
membina hubungan baik dengan orang lain
yang diukur dengan kuestioner dengan
kriteria skor EQ lebih besar dari skor ideal,
maka dikategorikan sebagai siswa yang
memiliki kecerdasan emosional tinggi.
Interval
- Kecerdasan
Emosional
Rendah (Z2)
Ketrampilan siswa yang berkaitan dengan
mengenal, mengontrol, memotivasi diri dan
berempati kepada orang lain serta mampu
membina hubungan baik dengan orang lain
yang diukur dengan kuestioner dengan
kriteria skor EQ lebih kecil dari skor ideal,
maka dikategorikan sebagai siswa yang
memiliki kecerdasan emosional rendah.
Interval
Indikator Kecerdasan Emosional
1. Pengenalan Diri Ketrampilan siswa untuk mengetahui
perasaan emosional yang ada di dalam
dirinya.
Interval
2. Pengendalian
Diri
Kapabilitas siswa untuk mengontrol perasaan
emosinal yang ada di dalam dirinya.
Interval
3. Motivasi Diri Kemampuan siswa untuk memuncul
dorongan pada diri sendiri untuk mencapai
sesuatu yang lebih baik.
Interval
4. Empati Kemampuan siswa untuk memahami perasaan
dan kondisi yang terjadi pada orang lain.
Interval
5. Ketrampilan
Sosial
Kapabilitas siswa untuk membangun
hubungan baik dengan orang lain.
Interval
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
49
4 . 3 Populasi, Sampel Dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X - SMK
akuntansi angkatan tahun 2018 / 2019 yang terdiri dari 144 siswa yang terbagi
menjadi empat kelas yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.4
Populasi Penelitian
Kelas Jumlah Mahasiswa
X – Ak 1 36
X – Ak 2 36
X – Ak 3 36
X – Ak 4 36
Jumlah Keseluruhan 144
(Sumber: Data Jumlah Siswa SMK Negeri 1 Medan Tahun Pelajaran 2018/2019)
Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik cluster
random sampling yang terdiri dari dua tahap. Tahap pertama adalah menentukan
kelas secara acak dengan undian. Dari empat kelas terpilih dua kelas yaitu X – Ak
2 dan X – Ak 4, kelas X – Ak 4 akan menggunakan model pembelajaran langsung,
sedangkan kelas X - Ak 2 akan diajarkan menggunakan model problem based
learning, selanjutnya pada tahap kedua yaitu memilih siswa secara acak melalui
undian dari 62 siswa. Untuk mentukan ukuran sampel yang diteleti pada tiap kelas,
maka rumus Yamane digunakan yaitu sebagai berikut:
(Thoifah, 2016)
Keterangan: n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi
= Presisi yang ditetapkan (tingkat kesalahan) = 5 %
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
50
Dengan demikian, sampel penelitian pada penelitian ini dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 4.5
Kerangka Sampel Penelitian
Kelas Jumlah Mahasiswa Perlakuan
X – Ak 2 31 Model Pembelajaran
Problem Based Learning
X – Ak 4 30 Model Pembelajaran Direct
Instruction
Jumlah Keseluruhan 61
4 . 4 Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan data primer yang dikumpulkan melalui dua
instrumen penelitian yaitu sebagai berikut:
1. Kuestioner digunakan untuk mengukur kecerdasan emosional dimana
kuestioner ini akan diberikan kepada responden. Kuestioner pada
penelitian ini merupakan gabungan dan modifikasi dari dua peneliti
sebelumnya yaitu: Pasek (2015) dan Sari (2015) yang kemudian akan di
uji lagi validitas dan reliabilitas.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
51
2. Tes hasil belajar digunakan untuk mengukur pemahaman akuntansi yang
diajarkan dengan model pembelajaran Problem Based Learning dan model
pembelajaran Direct Instruction. Tes hasil belajar ini berbentuk pilihan
berganda dengan jumlah 20 butir soal, sebelum tes ini diberikan pada
responden sebenarnya, maka dilakukan uji validitas, reliabilitas, daya
pembeda soal dan tingkat kesukaran soal.
4 . 5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data menggunakan kuestioner dan tes hasil belajar
yang diberikan kepada sampel sebenarnya. Adapun proses pembuatan kedua
intrumen penelitian yaitu sebagai berikut:
1. Kuestioner penelitian disusun dengan mengadopsi dan memodifikasi
kuestioner penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Pasek (2015) dan Sari
(2015) serta dilakukan penyesuaian kembali dengan indikator – indikator
kecerdasan emosional yang diajukan oleh Goleman (2017).
2. Tes hasil belajar yang digunakan untuk mengukur pemahaman akuntansi
disusun dengan cara berkonsultasi dengan guru bidang studi akuntansi di
kelas X – Akuntansi SMK Negeri 1 Medan.
3. Setelah penyusunan kedua instrumen selesai, kedua instrumen ini akan
dilakukan uji coba kepada siswa kelas X – Ak 3 di SMK Negeri 1 Medan.
4. Setelah selesai dilakukan uji coba, tahap selanjutnya adalah melakukan uji
validitas dan uji reliabilitas pada kuestioner penelitian dan tes hasil belajar.
Khusus tes hasil belajar sesudah dilakukan uji validitas dan reliabilitas
akan di lakukan uji daya pembeda soal dan tingkat kesukaran soal.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
52
5. Setelah lulus uji instrumen penelitian, kedua instrumen penelitian ini akan
diberikan kepada sampel sebenarnya agar data penelitian dapat di
kumpulkan.
4.5.1 Uji Validitas
Sebelum kuestioner yang sebenarnya diberikan kepada responden, maka
perlu dilakukan uji validitas untuk mengetahui seberapa jauh tingkat kesahihan
instrumen penelitian. Untuk kuestioner penelitian diuji dengan bantuan perangkat
lunak SPSS versi 17, sedangkan tes hasil belajar menggunakan perangkat lunak
Anates versi 4.09. Agar mengetahui butir soal angket dan tes hasil belajar
dikatakan valid, maka nilai koefisien validitas tersebut dikonsultasikan ke tabel
nilai tabel product moment dengan kriteria jika kritik rhitung > rtabel untuk taraf
nyata α = 0,05 maka butir soal tersebut dikatakan valid.
Kriteria koefisien korelasi untuk penguji validitas menurut Arikunto
(2012) yaitu sebagai berikut :
0,800 sampai dengan 1,00 : Sangat Tinggi
0,600 sampai dengan 0,800 : Tinggi
0,400 sampai dengan 0,600 : Sedang / Cukup
0,200 sampai dengan 0,400 : Rendah
0,000 sampai dengan 0,200 : Sangat Rendah
4.5.2 Uji Reliabilitas
Suatu angket dikatakan layak digunakan untuk penelitian apabila, angket
tersebut sudah handal. Untuk menguji kuestioner penelitian menggunakan
perangkat lunak SPSS versi 17, sedangkan tes hasil belajar diuji menggunakan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
53
Anates versi 4.09. Untuk menafsirkan keberartian nilai koefisien reliabilitas tiap
butir soal angket dan tes maka nilai tersebut dikonsultasikan ke tabel nilai tabel
product moment dengan kriteria jika kritik rhitung > rtabel untuk taraf nyata α = 0,05
maka butir soal tersebut dikatakan reliabel.
Klasifikasi keofisien reliabilitas dapat dibagi menjadi lima tingkat menurut
Guilford (1956) yaitu sebagai berikut:
0,00 ≤ r < 0,20 = Sangat rendah
0,20 ≤ r < 0,40 = Rendah
0,40 ≤ r < 0,60 = Sedang / Cukup
0,60 ≤ r < 0,80 = Tinggi
0,80 ≤ r ≤ 1,00 = Sangat Tinggi
4.5.3 Daya Pembeda Soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu item soal tes membedakan
antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan
rendah. Untuk mempermudah penentuan daya beda soal, pengujian daya beda soal
mengunakan perangkat lunak Anates versi 4.09 dan Ms. Excel 2013. Berikut
merupakan klasifikasi daya pembeda soal menurut Sundayana (2014) adalah
sebagai berikut:
DP ≤ 0,00 = Sangat Jelek
0,00 < DP ≤ 0,20 = Jelek
0,30 < TK ≤ 0,70 = Cukup
0,70 < TK ≤ 1,00 = Baik
TK = 1,00 = Sangat Baik
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
54
4.5.4 Tingkat Kesukaran Soal
Soal yang baik adalah soal yang memiliki tingkat kesukaran sedang atau
cukup. Untuk dapat mengetahui sejauh mana tingkat kesulitan soal, maka
digunakan bantuan program Ms. Excel 2013 dan Anates versi 4.0.9. Indeks
kesukaran diklasifikasikan sebagai berikut menurut Sundayana (2014) :
TK = 0,00 = Sangat Sukar
0,00 < TK ≤ 0,30 = Sukar
0,30 < TK ≤ 0,70 = Sedang / Cukup
0,70 < TK ≤ 1,00 = Mudah
TK = 1,00 = Sangat Mudah
4 . 6 Teknik Analisa Data
Pada penelitian ini, metode analisis data terdiri dari dua yaitu analisis
statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial. Analisis statistik deskriptif
terdiri dari mean, standar deviasi, varian, nilai maksimum dan nilai minimum.
Analisis statistik inferensial yang digunakan pada penelitian ini adalah anava dua
jalur. Apabila ditemukan ada perbedaan yang signifikan pada masing – masing
kelompok dari hasil uji anava dua jalur, maka dilanjutkan ke uji lanjutan (post hoc
test) yang berupa uji Tukey atau uji Scheffe. Sebelum anava dua jalur digunakan,
terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis data yaitu uji normalitas dan uji
homogenitas.
4.6.1 Uji Persyaratan Analisis Data
Uji persyaratan analisis data untuk menggunakan anava dua jalur adalah
uji normalitas dan uji homogenitas.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
55
4.6.1.1 Uji Normalitas
Salah satu syarat menggunakan statistik parametrik adalah data
berdistribusi normal. Menurut Sundayana (2014) untuk mengetahui suatu data
berdistribusi normal atau tidak maka digunakan uji Shapiro – Wilk dengan kriteria
penggujian:
Nilai sig. > 0,05 maka data berdistribusi normal
Nilai sig < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal
Untuk mempermudah perhitungan uji Shapiro – Wilk, maka digunakan
perangkat lunak SPPS versi 17.
4.6.1.2 Uji Homogenitas
Selain data harus berdistribusi normal, syarat selanjutnya untuk
menggunakan statistik parametrik adalah data memiliki varians yang homogen.
Menurut Ghozali (2016) untuk mengetahui data memiliki varians yang homogen
atau tidak dapat menggunakan uji Levene dengan kriteria pengujian:
Nilai sig. > 0,05 maka data memiliki varians yang homogen
Nilai sig. < 0,05 maka data memiliki varians yang tidak homogen
Untuk mempermudah perhitungan uji homogenitas, maka digunakan
perangkat lunak SPPS versi 17.
4.6.2 Pengujian Hipotesis
Penggujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan anava dua jalur
dengan main effect dan interaction effect melalui perangkat lunak SPSS versi 17.
Pengujian main effect untuk menguji hipotesis pertama dan kedua, sedangkan
hipotesis ketiga diuji dengan interaction effect. Apabila ditemukan ada perbedaan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
56
yang signifikan masing – masing kelompok dari hasil uji anava dua jalur, maka
dilanjutkan ke uji lanjutan (post hoc test) yang berupa uji Tukey atau uji Scheffe
dengan SPSS versi 17 untuk melihat kelompok mana yang berbeda signifikan.
Untuk perumusan hipotesis statistik pada penelitian ini ada beberapa yaitu:
Hipotesis 1 :
Hipotesis 2 :
Hipotesis 3 :
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
57
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5 . 1 Deskripsi Data Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 1 Medan pada tahun pembelajaran
2018 / 2019. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuasi ekperimen dengan desain
factorial 2x2. Sampel penelitian berjumlah 61 siswa dimana 61 siswa ini dibagi
menjadi dua kelas yaitu kelas X Ak 2 berjumlah 31 siswa yang belajar dengan
model pembelajaran problem based learning (PBL), sedangkan kelas X Ak 4
berjumlah 30 siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran direct instruction
(DI).
Intrumen penelitian terdiri dari dua yaitu kuestioner penelitian dan tes
hasil belajar. Kuestioner penelitian digunakan untuk mengukur kecerdasan
emosional siswa yang terdiri dari 22 butir soal dengan lima indikator yaitu:
pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi, empati dan ketrampilan sosial,
sedangkan tes hasil belajar digunakan untuk mengukur pemahaman akuntansi dan
pengaruh perlakuan dari model pembelajaran. Tes hasil belajar yang diberikan
berbentuk pilihan berganda dengan jumlah 20 soal. Sebelum intrumen penelitian
diberikan kepada sampel yang sebenarnya, kedua intrumen penelitian dilakukan
uji coba instrumen penelitian. Kuestioner penelitian dilakukan uji validitas dan uji
reliabilitas, sedangkan tes hasil belajar juga dilakukan uji validitas, uji reliabilitas,
daya pembeda soal, serta tingkat kesukaran soal. Pengujian intrumen penelitian
dilakukan pada kelas X – Ak 3 yang berjumlah 34 siswa. Pemilihan kelas ini
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
58
didasari oleh siswa yang berada di kelas X – Ak 3 memiliki karakteristik yang
hampir sama dengan sampel penelitian yang sebenarnya.
Setelah uji instrumen penelitian selesai dilakukan, selanjutnya dilakukan
pengambilan data pada sampel sebenarnya. Berikut merupakan data karakteristik
siswa yang ada dilapangan penelitian:
Tabel 5.1
Karakteristik Sampel Penelitian Berdasarkan Usia
No Usia (Tahun) Jumlah (Siswa) Persentase (%)
1 14 Tahun 5 8.20
2 15 Tahun 52 85.25
3 16 Tahun 4 6.56
- Total 61 100.00
(Sumber: Data Sampel Penelitian, Lampiran Tujuh)
Tabel diatas memperlihatkan siswa yang berusia 14 tahun berjumlah lima
orang siswa dengan persentase 8.20 persen, selanjutnya siswa yang berusia15
tahun berjumlah 52 orang siswa, dan siswa yang berusia 16 tahun berjumlah
empat orang siswa. Dengan demikian, siswa yang menjadi sampel penelitian tidak
memiliki perbedaan usia yang jauh.
Tabel 5.2
Karakteristik Sampel Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah (Siswa) Persentase (%)
1 Laki – Laki 3 4.92
2 Perempuan 58 95.08
- Total 61 100.00
(Sumber: Data Sampel Penelitian, Lampiran Tujuh)
Tabel diatas memperlihatkan siswa yang berjenis kelamin laki – laki
berjumlah tiga orang siswa dengan persentase 4.92 persen, sedangkan siswa yang
berjenis kelamin perempuan berjumlah 58 orang dengan persentase 95.08 persen.
Dengan demikian, sampel penelitian mayoritas berjenis kelamin perempuan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
59
Tabel 5.3
Karakteristik Sampel Penelitian Berdasarkan Kecerdasan Emosional
No Kecerdasan Emosional Jumlah (Siswa) Persentase (%)
1 Tinggi 31 50.82
2 Rendah 30 49.18
- Total 61 100.00
(Sumber: Data Sampel Penelitian, Lampiran Tujuh)
Tabel di atas memperlihatkan bawha siswa yang memiliki kecerdasan
emosional tinggi berjumlah 31 orang siswa dengan persentase 50.82 persen,
sedangkan siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah berjumlah 58 orang
dengan persentase 49.18 persen. Dengan demikian, jumlah siswa yang memiliki
kecerdasan emosional tinggi dengan jumlah siswa yang memiliki kecerdasan
emosional rendah tidak jauh berbeda.
Sebelum dilakukan uji persyaratan analisis data, statistik deskriptif pada
penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu: (1) statistik deskriptif pre – test dimana
menunjukkan data pemahaman akuntansi sebelum dilakukan treatment model
pembelajaran, (2) statistik deskriptif post – test dimana menunjukkan data
pemahaman akuntansi sesudah dilakukan treatment model pembelajaran. Berikut
dibawah ini merupakan hasil statistik deskriptif dari pre – test siswa kelas X Ak 2
dan X Ak 4 yaitu sebagai berikut:
Tabel 5.4
Statistik Deskriptif Pre – Test
N Mean Nilai
Min.
Nilai
Mak.
Jumlah
Siswa EQ
Tinggi
Jumlah
Siswa EQ
Rendah
Kelas X Ak 2 31 53.06 35 80 16 15
Kelas X Ak 4 30 52.83 30 70 15 15
Kelas X Ak 2 & X
Ak 4 (EQ Tinggi)
31 56.48 35 80 - -
Kelas X Ak 2 & X
Ak 4 (EQ Rendah)
30 50.33 30 70 - -
Jumlah sampel penelitian secara keseluruhan sebesar 61 siswa.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
60
(Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian Dengan SPSS Versi 17, Lampiran
Delapan)
Melalui tabel diatas, rata – rata nilai pre – test kelas X Ak 2 sebesar 53.06,
nilai terendah yang diperoleh siswa sebesar 35, sedangkan nilai maksimun yang
diperoleh siswa sebesar 80. Selanjutnya, jumlah siswa dengan kecerdasan
emosional tinggi di kelas Ak 2 sebanyak 16 siswa, sedangkan jumlah siswa
dengan kecerdasan emosional rendah 15 siswa. Rata – rata nilai pre – test kelas X
Ak 4 sebesar 52.83, nilai terendah yang diperoleh oleh siswa adalah 30,
sedangkan nilai maksimum sebesar 70. Selanjutnya, jumlah siswa dengan
kecerdasan emosional tinggi di kelas Ak 4 sebanyak 15 siswa, sedangkan jumlah
siswa dengan kecerdasan emosional rendah 15 siswa.
Bila ditinjau dari aspek kecerdasan emosional, siswa yang memiliki
kecerdasan emosional tinggi (kelas X Ak 2 dan kelas X Ak 4) memiliki rata –
rata nilai pre – test sebesar 56.48 dengan nilai maksimum sebesar 80, sedangkan
nilai minimum yang diperoleh siswa sebesar 35. Selanjutnya, siswa yang memiliki
kecerdasan emosional rendah (kelas X Ak 2 dan kelas X Ak 4) memiliki rata –
rata nilai pre - test sebesar 50.33 dengan nilai tertinggi yang diperoleh siswa
sebesar 70, sedangkan yang terendah sebesar 30.
Dengan demikian, kemampuan akuntansi awal kelas X Ak 2 dan
kemampuan akuntansi awal kelas X Ak 4 tidak memiliki perbedaan yang terlalu
jauh karena rata – rata nilai pre - test kelas X Ak 2 sebesar 53.06, sedangkan kelas
X Ak 4 mempunyai rata – rata nilai pre - test sebesar 52.83, sehingga penelitian
ini dapat dilaksanakan ke perlakuan model pembelajaran.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
61
Setelah perlakuan (treatment) model pembelajaran selesai dilakukan, maka
selanjutnya dilakukan post - test untuk mengetahui kemampuan akhir siswa.
Berikut dibawah ini merupakan hasil statistik deskriptif yang diperoleh yaitu
Tabel 5.5
Statistik Deskriptif Post – Test
N Mean Standar
Deviasi
Varians Nilai
Min.
Nilai
Mak.
PBL 31 75.81 8.77 76.83 60 95
DI 30 79.83 8.04 64.63 60 95
EQ Tinggi 31 80.32 7.85 61.56 65 95
EQ Rendah 30 75.17 8.66 74.97 60 95
PBL & EQ Tinggi 16 80.31 8.26 68.23 65 95
PBL & EQ Rendah 15 71.00 6.60 43.57 60 80
DI & EQ Tinggi 15 80.33 7.67 58.81 70 95
DI & EQ Rendah 15 79.33 8.63 74.52 60 90
(Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian Dengan SPSS Versi 17, Lampiran
Delapan)
Berdasarkan tabel diatas, siswa yang diajarkan dengan menggunakan
model problem based learning (PBL) memiliki rata – rata nilai post – test sebesar
75.81, kemudian standar deviasinya sebesar 8.77, sedangkan variannya sebesar
76.83. Nilai minimum yang diperoleh siswa yang diajarkan dengan menggunakan
model problem based learning sebesar 60, sedangkan nilai maksimumnya sebesar
95. Siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran direct
instruction (DI) memiliki rata – rata nilai post – test sebesar 79.83, standar
deviasnya sebesar 8.05, sedangkan variansnya sebesar 64.63. Nilai minimum yang
diperoleh siswa adalah 60, sedangkan nilai maksimum yang diperoleh siswa
sebesar 95.
Siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi mempunyai nilai rata –
rata post – test sebesar 80.32, standar deviasi sebesar 7.85, sedangkan variansnya
sebesar 61.56. Nilai minimum yang diperoleh siswa yang memiliki kecerdasan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
62
emosional tinggi sebesar 65, sedangkan nilai maksimumnya besar 95. Siswa yang
memiliki kecerdasan emosional rendah memiliki nilai rata – rata post – test
sebesar 75.17, standar deviasi sebesar 8.66, sedangkan variansnya sebesar 74.97.
Nilai minimum yang diperoleh siswa sebesar 60, sedangkan nilai maksimum yang
diperoleh siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah sebesar 95.
Siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran problem
based learning (PBL) dan memiliki kecerdasan emosional tinggi mempunyai nilai
rata – rata post - test sebesar 80.31, selanjutnya standar deviasi sebesar 8.26,
sedangkan variansnya sebesar 68.23. Nilai minimum yang didapatkan siswa
sebesar 65, sedangkan nilai maksimum yang diperoleh siswa sebesar 95. Siswa
yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran direct instruction (DI)
dan kecerdasan emosional rendah mempunyai nilai rata – rata post – test sebesar
71.00, standar deviasi sebesar 6.60, sedangkan variansnya 43.57. Nilai minimum
yang didapatkan oleh siswa sebesar 60, sedangkan nilai maksimumnya sebesar 80.
Siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran direct
instruction (DI) dan memiliki kecerdasan emosional rendah mempunyai nilai
rata – rata post – test sebesar 80.33, standar deviasinya sebesar 7.67, sedangkan
variansnya 58.81. Nilai minimumnya sebesar 70, sedangkan nilai maksimum yang
diperoleh siswa sebesar 95. Siswa yang diajarkan dengan menggunakan model
pembelajaran direct instruction (DI) dan memiliki kecerdasan emosional rendah
mempunyai nilai rata – rata post – test sebesar 79.33, standar deviasinya sebesar
8.63, sedangkan variansnya 74.52. Nilai minimum yang diperoleh oleh siswa 60,
sedangkan nilai maksimum yang diperoleh siswa sebesar 90.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
63
5 . 2 Pengujian Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, data diperoleh dari dua instrumen penelitian yaitu
kuestioner penelitian dan tes hasil belajar. Data yang telah diperoleh dengan
intrumen penelitian akan di uji validitas, reabilitas, daya beda soal, dan tingkat
kesukaran soal.
5 . 2 . 1 Uji Validitas
Uji validitas adalah uji yang dilakukan agar dapat mengetahui apakah
instrumen penelitian mampu mengukur apa yang hendak diukur. Dalam penelitian
ini, instrumen terdiri dari kuestioner penelitian dan tes hasil belajar. Dari hasil uji
validitas kuesioner penelitian yang menggunakan bantuan perangkat lunak SPSS
versi 17, diketahui bahwa dari 25 butir pertanyaan yang diujikan kepada
responden uji coba intrumen penelitian pada kelas X – Ak 3 yang berjumlah 34
siswa, ada tiga butir soal tidak valid yaitu sebagai berikut:
1 . Butir soal pertama pada indikator pengendalian diri.
2 . Butir soal kedua pada indikator motivasi.
3 . Butir soal kelima pada indikator ketrampilan sosial.
Dengan demikian, ketiga butir soal tidak digunakan pada sampel
sebenarnya, sehingga jumlah soal yang akan diuji lanjut adalah 22 soal. Untuk
lebih jelasnya, dapat dilihat pada lampiran enam.
Melalui hasil uji validitas tes hasil belajar dengan Anates versi 4.09,
diketahui bahwa dari 30 soal yang diujikan kepada reponden uji coba, terdapat 10
butir soal yang tidak valid. yaitu butir soal nomor 01, 04, 05, 06, 07, 08, 09,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
64
11,14,dan 27. Dengan demikian, hanya 20 soal yang akan diuji lanjut. Untuk lebih
jelasnya, dapat dilihat pada lampiran enam.
5 . 2 . 2 Uji Reliabilitas
Setelah kuestioner penelitian dan tes hasil belajar di uji validitas,
selanjutnya dilakukan uji reliabilitas. Uji reliabilitas adalah uji yang dilakukan
untuk mengetahui kehandalan suatu instrumen penelitian. Berikut dibawah ini
merupakan hasil uji reliabilitas kuestioner penelitian dengan SPPS versi 17.
Tabel 5.6
Hasil Uji Reliabilitas Kuestioner Penelitian
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.862 22
(Sumber: Hasil Uji Intrumen Penelitian, Lampiran Enam)
Hadil uji Cronbach’s Alpha menunjukkan sebesar 0,862, sedangkan
untuk 34 responden dengan taraf signifikan 0,05 adalah 0,339. Dengan
demikian, 0,862 lebih tinggi dari 0,339, sehingga kuestioner ini dikatakan reliabel.
Bila mengacu pada kriteria klasifikasi koefisien reliabilitas menurut Guilford
(1956), maka kuestioner ini dikategorikan memiliki reliabilitas sangat tinggi
karena koefisien Cronbach’s Alpha sebesar 0,862 berada pada
Setelah tes hasil belajar dinyatakan valid, selanjutnya tes hasil belajar di uji
reabilitas dengan perangkat Anates versi 4.09. Berikut dibawah ini merupakan
hasil uji reliabilitas dengan rumus split half.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
65
Tabel 5.7
Hasil Uji Reliabilitas Tes Hasil Belajar
Mean 14.32
Simpangan Baku 5.12
Korelasi XY 0.69
Reliabilitas Tes 0.82
Interpretasi Sangat Tinggi
(Sumber: Hasil Uji Intrumen Penelitian, Lampiran Enam)
Reliabilitas tes menunjukkan angka sebesar 0.82, jika nilai ini
dibandingkan dengan untuk 34 responden dengan taraf signifikan 0.05
adalah 0.339. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tes hasil belajar ini
reliabel dikarenakan lebih tinggi dari . Bila mengacu pada kriteria
klasifikasi koefisien reliabilitas menurut Guilford (1956), maka tes hasil belajar
ini dikategorikan memiliki reliabilitas sangat tinggi karena koefisien uji split half
sebesar 0.82 berada pada Dengan demikian, kedua intrumen
penelitian dinyatakan sudah reliabel dan layak diujikan kepada sampel yang
sebenarnya.
5 . 2 . 3 Uji Daya Pembeda Soal
Sebuah soal akan dikatakan baik jika soal tersebut memiliki kemampuan
untuk membedakan mana siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa mana yang
berkemampuan rendah. Oleh sebab itu, uji daya beda soal dilakukan. Pengujian
daya beda soal dilakukan dengan bantuan perangkat lunak Anates versi 4.09. Dari
hasil uji daya pembeda soal, soal yang akan diujikan kepada sampel penelitian
berjumlah 20 soal dengan 18 soal memiliki daya pembeda soal berkriteria baik
dan dua soal yang memiliki daya pembeda soal berkriteria sangat baik. Untuk
lebih jelasnya, dapat dilihat pada lampiran enam
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
66
5 . 2 . 4 Uji Tingkat Kesukaran Soal
Untuk mengetahui setiap tingkat kesukaran soal yang di uji kepada siswa,
maka uji tingkat kesukaran soal dilakukan. Uji tingkat kesukaran soal dilakukan
dengan perangkat lunak Anates versi 4.09. Dari hasil uji tingkat kesukaran soal,
ada tiga soal yang bertaraf mudah yaitu pada soal 10, 11 dan 13, sedangkan soal
yang bertaraf sedang berjumlah 14 soal yaitu pada soal
3,4,5,6,7,8,9,12,14,15,16,17,18 dan 19. Untuk soal bertaraf sukar terdiri dari tiga
soal yaitu 1, 2, dan 20. Dengan demikian, jumlah soal yang diujikan pada sampel
yang sebernarnya berjumlah 20 butir soal. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada
lampiran enam.
5 . 3 Pengujian Persyaratan Analisis Data
Pengujian persyaratan analisis data digunakan untuk memenuhi syarat
pengunaan statistik parametrik. Ada dua uji pra – syarat yang digunakan yaitu uji
normalitas dan homogenitas.
5 . 3 . 1 Uji Normalitas
Salah satu syarat menggunakan statistik parametrik adalah data
berdistribusi normal. Untuk mengetahui data berdistribusi normal, maka
pengujiannya dapat mengunakan uji Spahiro – Wilk dengan bantuan perangkat
lunak SPSS versi 17. Berikut dibawah ini merupakan hasil dari uji normalitas
yaitu sebagai berikut:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
67
Tabel 5.8
Hasil Uji Normalitas Model Pembelajaran
Tests of Normality
Model
Pembelajaran
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Pemahaman
Akuntansi
PBL .150 31 .075 .964 31 .362
DI .175 30 .020 .952 30 .193
a. Lilliefors Significance Correction
(Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian Dengan SPSS Versi 17, Lampiran
Delapan)
Dari tabel diatas, berdasarkan uji Shapiro – Wilk, data post – test yang
diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning
(PBL) memiliki nilai sig. sebesar 0.362 lebih tinggi dari taraf signifikan α = 0.05.
Dengan demikian, data post – test yang diajarkan dengan menggunakan model
pembelajaran problem based learning (PBL) berdistribusi normal. Berikutnya,
data post – test yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran direct
instruction (DI) mempunyai nilai sig. 0.193 lebih tinggi dari taraf signifikan α =
0.05. Jadi dapat dikatakan bahwa data post – test yang diajarkan dengan
menggunakan model pembelajaran direct instruction (DI) sudah berdistribusi
normal.
Setelah dilakukan uji normalitas antar model pembelajaran, maka
selanjutnya akan dilakukan uji normalitas untuk data post – test untuk kecerdasan
emosional tinggi dan kecerdasan emosional rendah. Berikut merupakan hasil uji
homogenitas untuk kecerdasan emosional yaitu:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
68
Tabel 5.9
Hasil Uji Normalitas Kecerdasan Emosional
Tests of Normality
Kecerdasan
Emosional
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Pemahaman
Akuntansi
EQ Tinggi .129 31 .200* .954 31 .202
EQ Rendah .192 30 .006 .934 30 .064
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
(Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian Dengan SPSS Versi 17, Lampiran
Delapan)
Dari data diatas, data post – test siswa yang memiliki kecerdasan
emosional tinggi mempunyai nilai sig. sebesar 0.202 lebih tinggi dari taraf
signifikan α = 0.05. Dengan demikian, data post – test siswa yang memiliki
kecerdasan emosional tinggi berdistribusi normal. Selanjutnya, data post – test
siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah mempunyai nilai sig. sebesar
0.064 lebih tinggi dari taraf signifikan α = 0.05. Dengan demikian, dapat
dikatakan bawah data post – test siswa yang memiliki kecerdasan emosional
rendah berdistribusi normal.
Berikut dibawah ini merupakan hasil dari uji normalitas antar grup yang
merupakan kombinasi antara model pembelajaran problem based learning (PBL)
dan model pembelajaran direct instruction (DI) terhadap kecerdasan emosional
tinggi serta kecerdasan emosional rendah, sehingga terbentuk empat kombinasi
grup. Untuk lebih jelas dalam mengetahui kombinasi tersebut, perhatikan tabel
dibawah ini.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
69
Tabel 5.10
Hasil Uji Normalitas Grup Model Pembelajaran Dan Kecerdasan Emosional
Tests of Normality
Grup Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Pemahaman
Akuntansi
PBL & EQ
Tinggi
.152 16 .200* .968 16 .807
PBL & EQ
Rendah
.261 15 .007 .890 15 .067
DI & EQ
Tinggi
.184 15 .183 .932 15 .295
DI & EQ
Rendah
.197 15 .120 .903 15 .105
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
(Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian Dengan SPSS Versi 17, Lampiran
Delapan)
Dari uraian tabel diatas, maka dapat diketahui data post – test siswa yang
diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning
(PBL) dan memiliki kecerdasan emosional tinggi memiliki nilai sig. 0.807 lebih
tinggi dari taraf signifikan α = 0.05. Dengan demikian, data post – test siswa yang
diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning
(PBL) dan memiliki kecerdasan emosional tinggi memiliki distribusi normal.
Selanjutnya, data post – test siswa yang diajarkan dengan menggunakan model
pembelajaran problem based learning (PBL) dan memiliki kecerdasan emosional
rendah memiliki distribusi normal dikarenakan nilai sig. 0.067 lebih tinggi taraf
signifikan α = 0.05.
Dari uji Saphiro Wilk, nilai sig untuk data post – test siswa yang memiliki
kecerdasan emosional tinggi dan diajarkan dengan menggunakan model
pembelajaran direct instruction (DI) memiliki nilai sig. sebesar 0.295 lebih tinggi
dari taraf signifikan α = 0.05. Dengan demikian, maka data post - test siswa yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
70
memiliki kecerdasan emosional tinggi dan diajarkan dengan menggunakan model
pembelajaran direct instruction (DI) memiliki distribusi normal. Data post – test
siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah dan diajarkan dengan
menggunakan model pembelajaran direct instruction (DI) juga berdistribusi
normal karena nilai sig. 0.105 lebih tinggi dari taraf signifikan α = 0.05. Dengan
demikian,syarat distribusi normal untuk penggunakan statistik parametrik
terpenuhi.
5 . 3 . 2 Uji Homogenitas
Setelah dilakukan uji normalitas, syarat penggunaan statistik parametrik
berikutnya adalah data harus memiliki varians yang sama. Untuk mengetahui data
memiliki varians yang sama atau tidak, maka digunakan uji homogenitas dengan
uji Levene melalui perangkat lunak SPSS versi 17. Berikut dibawah ini hasil dari
uji homogenitas model pembelajaran yaitu sebagai berikut:
Tabel 5.11
Hasil Uji Homogenitas Model Pembelajaran
Test of Homogeneity of Variances
Pemahaman Akuntansi
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.433 1 59 .513
(Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian Dengan SPSS Versi 17, Lampiran
Delapan)
Dari tabel diatas, diketahui bahwa nilai sig. sebesar 0.513 lebih tinggi dari
taraf signifikan α = 0.05. Jadi data post – test yang diajarkan dengan
menggunakan model pembelajaran problem based learning (PBL) dan data post –
test yang diajarkan dengan model pembelajaran direct instruction (DI) memiliki
varians yang sama. Selanjutnya, dibawah ini adalah hasil uji homogenitas untuk
kecerdasan emosional yaitu:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
71
Tabel 5.12
Hasil Uji Homogentitas Kecerdasan Emosional
Test of Homogeneity of Variances
Pemahaman Akuntansi
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.064 1 59 .801
(Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian Dengan SPSS Versi 17, Lampiran
Delapan)
Dari tabel diatas, diketahui bahwa nilai sig. sebesar 0.801 lebih tinggi dari
taraf signifikan α = 0.05. Dengan demikian, maka dapat dikatakan bahwa data
post – test kecerdasan emosional tinggi dan kecerdasan emosional rendah
memiliki varians yang homogen. Berikut dibawah ini merupakan, hasil uji
homogenitas antar grup model pembelajaran dan kecerdasan emosional yaitu:
Tabel 5.13
Hasil Uji Homogenitas Grup Model
Pembelajaran Dan Kecerdasan Emosional
Levene's Test of Equality of Error Variancesa
Dependent Variable:Pemahaman Akuntansi
F df1 df2 Sig.
.144 3 57 .933
a. Design: Intercept + Model + Kecerdasan + Model * Kecerdasan
(Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian Dengan SPSS Versi 17, Lampiran
Delapan)
Dari tabel diatas, diketahui bahwa nilai sig. sebesar 0.933 lebih tinggi dari
taraf signifikan α = 0.05. Dengan demikian, diketahui bahwa semua kombinasi
model pembelajaran dan kecerdasan emosional yang dikelompokan memiliki
varians yang sama. Karena syarat data berdistribusi normal dan data memiliki
varian yang sama, selanjutnya dilakukan uji hipotesis.
5 . 4 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis untuk desain faktorial 2 x 2 menggunakan anava dua
jalur dengan bantuan perangkat lunak SPSS versi 17. Uji anava dua jalur
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
72
dilakukan untuk mengetahui efek utama dari model pembelajaran dan kecerdasan
emosional, selain itu penggunaan anava dua jalur juga dapat untuk mengetahui
efek interaksi antara model pembelajaran dan kecerdasan emosional. Untuk lebih
jelas dalam mengetahui mengetahui efek utama dan efek interaksi dari variabel –
variabel peneltian ini, berikut dibawah ini hasil pengujian anava dua jalur yaitu
sebagai berikut:
Tabel 5.14
Hasil Uji Anava Dua Jalur
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:Pemahaman Akuntansi
Source Type III
Sum of
Squares
df Mean Square F Sig.
Corrected Model 926.125a 3 308.708 5.027 .004
Intercept 368411.589 1 368411.589 5999.667 .000
Model Pembelajaran 265.875 1 265.875 4.330 .042
Kecerdasan Emosional 405.134 1 405.134 6.598 .013
Model Pembelajaran *
Kecerdasan Emosional
263.229 1 263.229 4.287 .043
Error 3500.104 57 61.405
Total 373525.000 61
Corrected Total 4426.230 60
a. R Squared = ,209 (Adjusted R Squared = ,168)
(Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian Dengan SPSS Versi 17, Lampiran
Delapan)
5 . 3 . 1 Pengujian Hipotesis Pertama
Pengujian hipotesis pertama dilakukan untuk mengetahui antara perbedaan
pemahaman akuntansi siswa yang diajarkan dengan menggunakan model
pembelajaran problem based learning (PBL) dibandingkan dengan siswa yang
diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran direct instruction (DI). Dari
tabel hasil uji anava dua jalur, diketahui bahwa nilai sig. model pembelajaran
sebesar 0.042 lebih rendah dari taraf signifikan α = 0.05. Dengan demikian, maka
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
73
dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan signifikan pemahaman akuntansi siswa
yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran problem based
learning (PBL) dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan menggunakan
model pembelajaran direct instruction (DI), sehingga hipotesis alternatif diterima,
sedangkan hipotesis nol ditolak.
Perbedaan ini dapat terlihat pada rata – rata siswa yang diajarkan dengan
menggunakan model pembelajaran problem based learning (PBL) sebesar 75.81,
sedangkan rata – rata siswa yang diajarkan dengan menggunakan model
pembelajaran direct instruction (DI) sebesar 79.83. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa pemahaman akuntansi siswa yang diajarkan dengan
menggunakan model pembelajaran direct instruction lebih tinggi dibandingkan
dengan pemahaman akuntansi siswa yang diajarkan dengan menggunakan model
problem based learning (PBL).
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa model pembelajaran problem
based learning (PBL) berpengaruh terhadap pemahaman akuntansi, hal ini
dibuktikan sebelum dilakukan perlakuan (treatment), rata – rata pre – test siswa
sebesar 53.06. Setelah dilakukan perlakuan model pembelajaran problem based
learning (PBL), rata – rata post – test sebesar 75.81. Dengan demikian, ada
peningkatan pemahaman akuntansi setelah diterapkan model pembelajaran
problem based learning (PBL).
Model pembelajaran direct instruction (DI) juga berpengaruh terhadap
pemahaman akuntansi, hal ini dibuktikan sebelum diterapkan model pembelajaran
ini rata – rata pre – test siswa sebesar 52.83, namun sesudah diterapkan model
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
74
pembelajaran ini rata – rata post - test 79.83. Dengan demikian, maka dapat
disimpulkan kedua model pembelajaran ini berpengaruh terhadap pemahaman
akuntansi siswa.
5 . 3 . 2 Pengujian Hipotesis Kedua
Pengujian hipotesis kedua dilakukan untuk mengetahui perbedaan
pemahaman akuntansi siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi dengan
siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah. Dari tabel hasil uji anava dua
jalur, diketahui bahwa nilai sig. kecerdasan emosional sebesar 0.013 lebih rendah
dari taraf signifikan α = 0.05. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa
ada perbedaan signifikan pemahaman akuntansi siswa yang memiliki kecerdasan
emosional tinggi dengan siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah. Jadi
hipotesis alternatif diterima, sehinga hipotesis nol ditolak.
Perbedaan pemahaman akuntansi siswa yang memiliki kecerdasan
emosional tinggi dengan pemahaman akuntansi siswa yang memiliki kecerdasan
emosional rendah dapat dilihat dari hasil rata – rata post – test siswa yang
memiliki kecerdasan emosional tinggi sebesar 80.32, sedangkan rata – rata post –
test kecerdasan emosional rendah sebesar 75.17. Dengan demikian, maka dapat
disimpulkan bahwa siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi mempunyai
pemahaman akuntansi yang lebih tinggi dari siswa yang memiliki kecerdasan
emosional rendah. Dari uraian sebelumnya, juga dapat disimpulkan bahwa
kecerdasan emosional berpengaruh terhadap pemahaman akuntansi dikarenakan
perbedaan tingkat kecerdasan emosional menyebabkan perbedaan pemahaman
akuntansi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
75
5 . 3 . 3 Pengujian Hipotesis Ketiga
Pengujian hipotesis ketiga dilakukan untuk mengetahui pengaruh interaksi
antara model pembelajaran dan kecerdasan emosional terhadap pemahaman
akuntansi. Dari tabel uji anava dua jalur, diketahui bahwa nilai sig. model
pembelajaran * kecerdasan emosional adalah sebesar 0.043 lebih rendah dari nilai
taraf signifikan α = 0.05. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa ada
pengaruh interaksi antara model pembelajaran dan kecerdasan emosional terhadap
pemahaman akuntansi.Jadi hipotesis alternatif teruji kebenarannya, sehingga
hipotesi nol ditolak.
Untuk lebih jelas dalam mengetahui pengaruh interaksi model
pembelajaran dan kecerdasan emosional terhadap pemahaman akuntansi. Berikut
dibawah ini merupakan hasil uji post hoc dari perangkat lunak SPSS versi 17
yaitu:
Tabel 5. 15
Hasil Uji Post Hoc Multiple Comparisons
Pemahaman Akuntansi
Scheffe
(I) Grup (J) Grup Mean
Difference
(I-J)
Std. Error Sig. 95% Confidence
Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
PBL &
EQ Tinggi
PBL & EQ Rendah 9.31250* 2.81630 .018 1.1992 17.4258
DI & EQ Tinggi -.02083 2.81630 1.000 -8.1342 8.0925
DI & EQ Rendah .97917 2.81630 .989 -7.1342 9.0925
PBL &
EQ
Rendah
PBL & EQ Tinggi -9.31250* 2.81630 .018 -17.4258 -1.1992
DI & EQ Tinggi -9.33333* 2.86136 .020 -17.5765 -1.0902
DI & EQ Rendah -8.33333* 2.86136 .047 -16.5765 -.0902
DI & EQ
Tinggi
PBL & EQ Tinggi .02083 2.81630 1.000 -8.0925 8.1342
PBL & EQ Rendah 9.33333* 2.86136 .020 1.0902 17.5765
DI & EQ Rendah 1.00000 2.86136 .989 -7.2432 9.2432
DI & EQ
Rendah
PBL & EQ Tinggi -.97917 2.81630 .989 -9.0925 7.1342
PBL & EQ Rendah 8.33333* 2.86136 .047 .0902 16.5765
DI & EQ Tinggi -1.00000 2.86136 .989 -9.2432 7.2432
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
76
(Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian Dengan SPSS Versi 17, Lampiran Delapan)
Sebelum menginterpretasi tabel diatas, untuk memudahkan interpretasi
hasil uji post hoc, kombinasi – kombinasi perbandingan diatas dapat diringkas
menjadi enam kombinasi perbandingan. Peringkasan ini dilakukan dengan alasan
bahwa beberapa kombinasi perbandingan merupakan kombinasi yang berulang.
Untuk lebih jelas dalam mengetahui enam kombinasi perbandingan tersebut,
berikut merupakan ringkasan hasil uji post hoc yaitu
Tabel 5.16
Hasil Ringkasan Uji Post Hoc Grup Mean Grup Mean Sig. Keterangan
PBL & EQ
Tinggi
80.31 PBL & EQ
Rendah
71.00 0.018
Signifikan
PBL & EQ
Rendah
71.00 DI & EQ Tinggi 80.33 0.020
PBL & EQ
Rendah
71.00 DI & EQ Rendah 79.33 0.047
PBL & EQ
Tinggi
80.31 DI & EQ Tinggi 80.33 1.000
Tidak Signifikan PBL & EQ
Tinggi
80.31 DI & EQ Rendah 79.33 0.989
DI & EQ Tinggi 80.33 DI & EQ Rendah 79.33 0.989
(Sumber: Hasil Pengolahan Data Peneltian Dengan SPSS Versi 17, Lampiran Delapan)
Melalui tabel ringkasan hasil uji post hoc, diketahui bahwa ada perbedaan
signifikan pemahaman akuntansi antara siswa yang diajarkan dengan
menggunakan model pembelajaran problem based learning (PBL) dan memiliki
kecerdasan emosional tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan
menggunakan model pembelajaran problem based learning (PBL) dan memiliki
kecerdasan emosional rendah. Hal ini dibuktikan dari nilai sig. perbandingan
tersebut sebesar 0.018 lebih rendah dari taraf signifikan α = 0.05. Berikutnya,
ditemukan bahwa ada perbedaan signifikan pemahaman akuntansi antara siswa
yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran problem based
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
77
learning (PBL) dan memiliki kecerdasan emosional rendah dibandingkan dengan
siswa yang diajarkan menggunakan model pembelajaran direct instruction (DI)
dan memiliki kecerdasan emosional tinggi. Hal ini diketahui dari nilai sig
perbandingan tersebut sebesar 0.020 lebih rendah dari taraf signifikan α = 0.05.
Selanjutnya, diketahui bahwa ada perbedaan signifikan pemahaman akuntansi
antara siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran problem
based learning (PBL) dan memiliki kecerdasan emosional rendah dibandingkan
dengan siswa yang diajarkan menggunakan model pembelajaran direct instruction
(DI) dan memiliki kecerdasan emosional rendah. Hal ini diketahui dari nilai sig
perbandingan tersebut sebesar 0.047 lebih rendah dari taraf signifikan α = 0.05.
Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa ketiga kombinasi perbandingan
mempunyai perbedaan signifikan.
Hasil uji post hoc (uji lanjut) diketahui bahwa tidak ada perbedaan
signifikan pemahaman akuntansi antara siswa yang diajarkan dengan
menggunakan model pembelajaran problem based learning (PBL) dan memiliki
kecerdasan emosional tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan
menggunakan model pembelajaran direct instruction (DI) dan memiliki
kecerdasan emosional tinggi. Hal ini dibuktikan, dari nilai sig. sebesar 1.000 lebih
tinggi dari taraf signifikan α = 0.05. Selanjutnya, diketahui bahwa tidak ada
perbedaan signifikan pemahaman akuntansi antara siswa yang diajarkan dengan
menggunakan model pembelajaran problem based learning (PBL) dan memiliki
kecerdasan emosional tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan
menggunakan model pembelajaran direct instruction (DI) dan memiliki
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
78
kecerdasan emosional rendah. Hal ini dibuktikan, dari nilai sig. sebesar 0.989
lebih tinggi dari taraf signifikan α = 0.05. Berikutnya, diketahui tidak ada
perbedaan signifikan pemahaman akuntansi antara siswa yang diajarkan dengan
menggunakan model pembelajaran direct instruction (DI) dan memiliki
kecerdasan emosional tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan
menggunakan model pembelajaran direct instruction (DI) dan memiliki
kecerdasan emosional rendah. Hal ini dibuktikan dari nilai sig. sebesar 0.989 lebih
tinggi dari taraf signifikan α = 0.05. Dengan demikian, ketiga kombinasi
perbandingan yang diuraikan sebelumnya, tidak memiliki perbedaan signifikan.
Untuk melihat interaksi antara model pembelajaran dan kecerdasan
emosional terhadap pemahaman akuntansi dapat dilihat dari gambar dibawah ini:
Gambar 5.1
Pengaruh Interaksi Model Pembelajaran Dan Kecerdasan Emosional
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
79
5 . 5 Pembahasan
5 . 5 . 1 Perbedaan Pemahaman Akuntansi Antara Siswa Yang Diajarkan
Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) Dibandingkan Dengan Siswa Yang Diajari Dengan
Menggunakan Model Pembelajaran Direct Instruction (DI)
Dari pengujian hipotesis, ditemukan bahwa ada perbedaan signifikan
pemahaman akuntansi antara siswa yang diajarkan dengan menggunakan model
pembelajaran problem based learning (PBL) dengan siswa yang diajarkan dengan
menggunakan model pembelajaran direct instruction (DI). Hal ini dibuktikan dari
hasil uji anava dua jalur, bahwa nilai sig. model pembelajaran sebesar 0.042 lebih
rendah dari taraf signifikan α = 0.05.
Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan langkah – langkah model
pembelajaran masing – masing. Model pembelajaran problem based learning
(PBL) dimulai dari guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai siswa,
selanjutnya guru memotivasi siswa untuk memecahkan masalah yang dalam
bentuk kasus atau soal akuntansi yang diberikan oleh guru, kemudian siswa
memecahkan masalah dengan metode ilmiah, berikutnya guru membantu
mempersiapkan laporan dari masalah yang dipecahkan siswa dan diakhiri dengan
pengevaluasian oleh guru. Bila dibandingkan dengan model pembelajaran direct
instruction (DI), model pembelajaran ini diawali dengan guru menyampaikan
tujuan pembelajaran kepada siswa, selanjutnya guru menyajikan materi
pembelajaran secara bertahap kepada siswa, berikutnya guru memberikan latihan
awal kepada siswa dan memberikan umpan balik terhadap siswa, kemudian guru
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
80
memberikan latihan lanjutan dengan masalah yang lebih rumit dan diakhiri
dengan pengevaluasian atas latihan – latihan yang diberikan.
Selain berbeda dalam langkah – langkah model pembelajaran, perbedaan
pendekatan pembelajaran dalam setiap model pembelajaran juga mempengaruhi
perbedaaan pemahaman akuntansi siswa. Dari langkah – langkah model
pembelajaran problem based learning (PBL) mengandung pendekatan student
center learning dimana siswa lebih dituntut mandiri dalam pembelajaran, dengan
kata lain pembelajaran lebih berpusat pada siswa dimana siswa sendiri yang harus
aktif dalam pembelajaran. Berbeda dengan model pembelajaran direct instruction
(DI), dari langkah – langkah model pembelajaran ini mengandung pendekatan
teacher learning center dimana guru yang berperan aktif dalam memberikan
materi pembelajaran, dengan kata lain peran guru lebih dominan dalam
pembelajaran daripada siswa.
Jika kedua model pembelajaran ini dibandingkan, model pembelajaran
direct instruction (DI) lebih baik daripada model pembelajaran problem based
learning (PBL). Hal ini dibuktikan dari rata – rata nilai post – test siswa yang
diajari dengan model pembelajaran direct instruction (DI) sebesar 79.83 lebih
tinggi daripada rata – rata nilai post – test siswa yang diajari dengan model
pembelajaran problem based learning (PBL) yaitu sebesar 75.81. Dengan
demikian, maka dapat disimpulkan model pembelajaran direct instruction (DI)
lebih baik dari model pembelajaran problem based learning (PBL).
Model pembelajaran direct instruction (DI) lebih baik dari model
pembelajaran problem based learning (PBL) dikarenakan model pembelajaran ini
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
81
menuntut guru lebih aktif dalam pembelajaran. Hal ini dibuktikan pada saat
observasi dimana siswa yang belajar dengan model direct instruction (DI) lebih
banyak berinteraksi dengan guru dari awal pembelajaran sampai akhir
pembelajaran, interaksi siswa dengan guru yang paling banyak terjadi ketika
latihan terbimbing dimana siswa tidak takut akan bertanya kepada guru tentang
materi akuntansi yang siswa kurang paham. Berbeda dengan model pembelajaran
problem based learning (PBL), siswa yang belajar dengan model pembelajaran ini
hanya berinteraksi kepada guru ketika diawal pembelajaran dan di akhir
pembelajaran pada saat pengevaluasian hasil kerja siswa. Ketika pada saat siswa
berusaha menyelesaikan soal – soal akuntansi yang diberikan guru, guru hanya
sebagai fasilitator dan pengawas kegiatan penyelesaian soal – soal tersebut. Oleh
karena itu, model pembelajaran direct instruction (DI) lebih baik daripada model
pembelajaran problem based learning (PBL).
Penelitian ini membuktikan bahwa model pembelajaran problem based
learning (PBL) berpengaruh terhadap pemahaman akuntansi, hal ini dibuktikan
sebelum dilakukan perlakuan (treatment), rata –rata pre – test siswa sebesar 53.06.
Setelah dilakukan perlakuan model pembelajaran problem based learning (PBL),
rata – rata post – test sebesar 75.81. Dengan demikian, ada peningkatan
pemahaman akuntansi setelah diterapkan model pembelajaran problem based
learning (PBL). Peningkatan pemahaman akuntansi ini disebabkan oleh pada saat
pembelajaran siswa – siswa diberikan soal – soal dalam bentuk kasus atau
masalah akuntansi yang dibahas secara mandiri oleh siswa yang bersangkutan.
Karena adanya kemandirian diri belajar, siswa sendiri yang melakukan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
82
pemecahan masalah terhadap soal – soal yang diberikan, sehingga siswa
mengetahui sendiri bagaimana proses penyelesaian soal yang diberikan guru
tersebut. Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan
Martanti dan Priantinah (2014) yang menyatakan bahwa penerapan model
problem based learning (PBL) mampu meningkatkan motivasi dan pemahaman
konsep akuntansi.
Model pembelajaran direct instruction (DI) juga berpengaruh terhadap
pemahaman akuntansi, hal ini dibuktikan adanya perbedaan antara rata – rata
pre – test dan post – test. Sebelum diterapkan model pembelajaran ini rata – rata
pre – test siswa sebesar 52.83, sesudah diterapkan model pembelajaran ini rata –
rata post - test 79.83. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa ada peningkatkan
pemahaman akuntansi setelah dilakukan model pembelajaran direct instruction
(DI).
Model pembelajaran direct instruction (DI) berpengaruh terhadap
pemahaman akuntansi dikarenakan pada kegiatan belajar mengajar dengan model
pembelajaran ini, siswa – siswa mendapatkan latihan – latihan terbimbing oleh
guru sesudah guru memberikan materi – materi akuntansi. Dari hasil observasi,
komunikasi guru dengan siswa sangat dekat dimana pada saat latihan siswa tidak
takut untuk bertanya kepada guru ketika tidak paham akan materi pembelajaran
akuntansi. Pada saat latihan terbimbing dengan model pembelajaran ini, jika siswa
keliru dalam memahami materi akuntansi, guru akan langsung memberikan
penjelasan terhadap kekeliruan tersebut, sehingga siswa dapat memperbaiki
pemahaman akuntansinya. Bila merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
83
peneliti sebelumnya, Sari (2015) menyatakan bahwa model pembelajaran direct
instruction mampu meningkatkan pemahaman akuntansi. Dengan demikian, hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu.
Pada awalnya guru sudah menerapkan model pembelajaran direct
instruction (DI) sebelum penelitian ini. Namun dari hasil dari penerapan model
pembelajaran ini belum berhasil dikarena tiga kali ulangan harian banyak siswa
yang tidak mencapai kriteria ketuntasan minimal sebesar 75. Bila dibandingkan
penerapan model pembelajaran ini yang dilakukan guru sebelum penelitian
dengan hasil penelitian setelah ekperimen dan penelitian terdahulu yang dilakukan
Sari (2015), maka hasil penelitian sekarang dan penelitian sebelumnya tidak
sejalan dengan hasil penerapan model pembelajran direct instruction (DI) yang
dilakukan guru. Setelah ditelusuri penyebabnya, ternyata guru salah menerapkan
langkah – langkah model pembelajaran ini, ternyata guru pada penerapan model
pembelajaran ini sebelum penelitian ini dilakukan, hanya melakukan ceramah
materi pembelajaran dan membahas soal – soal akuntansi, tanpa melakukan
latihan – latihan terbimbing sesuai dengan langkah – langkah model pembelajaran
direct instruction (DI). Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa
penerapan model pembelajaran direct instruction (DI) dengan benar dan tepat
mampu meningkatkan pemahaman akuntansi siswa.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
84
5 . 5 . 2 Perbedaan Pemahaman Akuntansi Antara Siswa Yang Memiliki
Kecerdasan Emosional Tinggi Dengan Siswa Yang Memiliki
Kecerdasan Emosional Rendah
Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa ada perbedaan signifikan
pemahaman akuntansi siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi dengan
siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah. Hal ini dikarenakan,
berdasarkan hasil uji anava dua jalur, diketahui bahwa nilai sig. model
pembelajaran sebesar 0.013 lebih rendah dari taraf signifikan α = 0.05. Perbedaan
pemahaman akuntansi siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi dengan
pemahaman akuntansi siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah dapat
dilihat dari hasil rata – rata post – test siswa yang memiliki kecerdasan emosional
tinggi sebesar 80.32, sedangkan rata – rata post – test kecerdasan emosional
rendah sebesar 75.17.
Penyebab perbedaan ini adalah siswa yang memiliki kecerdasan emosional
tinggi memiliki pengenalan diri yang lebih baik daripada siswa yang memiliki
kecerdasan emosional rendah. Siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi
mampu mengenali perasaan dalam dirinya dan mengetahui batas – batas
kemampuan diri sendiri, sehingga siswa berani bertanya kepada guru ketika siswa
tidak mengerti materi akuntansi yang diajarkan guru. Berbeda dengan siswa yang
memiliki kecerdasan emosional rendah, siswa tidak mampu mengenali perasaan
dalam dirinya, tidak mengetahui batas – batas kemampuannya, selain itu siswa
tidak percaya diri dalam belajar akuntansi, sehingga ketika mengerjakan soal –
soal akuntansi siswa tidak percaya diri dengan kemampuannya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
85
Perbedaan selanjutnya adalah siswa yang memiliki kecerdasan emosional
tinggi mempunyai pengendalian diri yang lebih baik daripada siswa yang
memiliki kecerdasan emosional rendah. Hal ini dibuktikan, ketika pembelajaran
akuntansi sedang berlangsung, siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi
lebih sabar dalam mengerjakan soal – soal akuntansi yang diberikan guru, ketika
siswa yang mempunyai kecerdasan emosional tinggi melakukan kesalahan, siswa
tersebut tidak langsung emosi dan mencoba kembali mengerjakan soal tersebut
sampai tepat. Berbeda dengan siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah,
ketika siswa tersebut melakukan kesalahan, siswa merasa kesal dan emosional
karena hasil kerja yang dikerjakan siswa keliru.
Jika dilihat dari aspek motivasi, siswa yang memiliki kecerdasan
emosional tinggi mempunyai motivasi yang lebih tinggi daripada siswa yang
memiliki kecerdasan emosional rendah. Siswa yang memiliki kecerdasan
emosional tinggi mampu memberi dorongan kepada diri sendiri agar menjadi
lebih baik dari sebelumnya, hal ini diperlihatkan siswa ketika waktu belajar
akuntansi, siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi tidak patah semangat
dalam belajar akuntansi dan ingin mendapatkan hasil belajar yang baik sehingga
siswa selalu meningkatkan pemahaman akuntansinya secara terus menerus dengan
cara belajar. Berbeda dengan siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah,
siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah tidak mempunyai motivasi
tinggi, sehingga dorongan untuk menjadi lebih baik dari keadaan sebelumnya
sangat sedikit, hal ini dibuktikan, ketika pembelajaran guru harus memotivasi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
86
siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah agar mempunyai semangat
untuk menyelesaikan soal – soal akuntansi yang diberikan.
Bila ditinjau dari indikator empati, siswa yang memiliki kecerdasan
emosional tinggi mampu menerima sudut pandang siswa lain ketika berdiskusi,
serta peka terhadap perasaan siswa lain, selain itu siswa yang memiliki kecerdasan
emosional tinggi mampu membantu siswa lain yang mengalami kesulitan dalam
belajar akuntansi dengan cara mengajari dan memberi petunjuk kepada siswa
yang mengalami kesulitan. Berbeda dengan siswa yang memiliki kecerdasan
emosional rendah, siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah sulit
menerima sudut pandang siswa lain ketika berdiskusi, hal ini dibuktikan pada saat
diskusi berkelompok, siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah sulit
mendegarkan pendapat siswa lain dan cenderung mengutamakan pendapatnya,
sehingga ketika ada pembelajaran kelompok siswa yang memiliki kecerdasan
emosional rendah lebih cenderung berkerja sendiri dan emosional ketika
berdiskusi.
Bila ditinjau dari indikator ketrampilan sosial, siswa yang memiliki
kecerdasan emosional tinggi mampu mengkomunikasikan pesan kepada orang
lain dengan baik serta menyakinkan orang lain, hal ini dibuktikan ketika siswa
melakukan presentasi hasil pembahasan kelompok, siswa yang memiliki
kecerdasan emosional tinggi sangat percaya diri dan dapat menyampaikan
informasi akuntansi dengan baik kepada siswa lain. Ketika kerja kelompok
dilakukan, siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi mampu
membangkitkan semangat anggota kelompok untuk melakukan diskusi, dan dapat
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
87
menjadi penegah yang baik ketika terjadi perbedaan pendapat antar siswa pada
saat kerja kerlompok. Berbeda dengan siswa yang memiliki kecerdasan emosional
rendah, siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah mengalami kesulitan
untuk mengkomunikasikan infromasi dan tidak percaya diri ketika tampil
melakukan presentasi hasil kerja kelompok maupun individu. Selain itu, siswa
yang memiliki kecerdasan emosional rendah tidak mampu memotivasi anggota
kelompok ketika dilakukan kerja kelompok serta tidak mampu menjadi penegah
yang baik ketika terjadi silang pendapat antar anggota kelompok, hal ini
dikarenakan siswa yang memiliki kercerdasan emosional rendah sulit menerima
pandangan siswa lain terhadap suatu permasalahan. Dengan demikian, maka dapat
disimpulkan bahwa siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi memiliki
pemahaman akuntansi yang lebih tinggi daripada siswa yang memiliki kecerdasan
emosional rendah.
Hasil penelitian juga menemukan bahwa ada pengaruh kecerdasan
emosional terhadap pemahaman akuntansi. Hal ini dibuktikan dari hasil rata – rata
post – test siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi sebesar 80.32 lebih
tinggi daripada rata – rata post – test siswa yang memiliki kecerdasan emosional
rendah sebesar 75.17. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan perbedaan
tingkat kecerdasan emosional menyebabkan perbedaan pemahaman akuntansi.
Dengan kata lain, semakin tinggi kecerdasan emosional siswa maka akan semakin
tinggi pemahaman akuntansinya. Bila ditinjau dari penelitian terhadahulu, hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan Kusnita (2014),
Rokhana dan Sutirsno (2016), Zulhawati dan Ariani (2016), Satria (2017),
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
88
Wardani dan Ratnadi (2017) serta Widhiyani dkk (2017) menyatakan bahwa
kecerdasan emosional berpengaruh signifikan dan positif terhadap pemahaman
akuntansi.
Namun hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang
dilakukan Utami dan Sumaryanto (2013) serta Puttri dkk (2017) menyatakan tidak
ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap pemahaman akuntansi. Utami dan
Sumaryanto (2013) menyatakan bahwa kecerdasan emosional bukan faktor utama
yang menentukan pemahaman akuntansi, hal ini juga didukung oleh Puttri dkk
(2017) yang menyatakan bahwa masih banyak faktor kecerdasan lain yang
menentukan pemahaman akuntansi seperti kecerdasan intelektual, kecerdasan
spiritual dan sebagainya.
Bila dibandingkan dengan hasil penelitian ini, menyimpulkan bahwa ada
pengaruh kecerdasan emosional terhadap pemahaman akuntansi. Hal ini
dikarenakan ketika siswa belajar akuntansi membutuhkan kesabaran yang tinggi
dalam mempelajarinya. Oleh sebab itu, ketika siswa salah dalam mengerjakan
soal akuntansi, siswa yang bersangkutan harus mengulangi dari awal agar
mendapatkan hasil yang sebenarnya. Karena siswa harus mengulangi pengerjaan
soal dari awal, sering sekali siswa kehilangan motivasinya dan frustasi untuk
mencoba kembali soal yang dikerjakan keliru oleh siswa. Dari hasil observasi,
siswa yang frustasi sering sekali meminta jawaban soal dari siswa yang pintar
agar tidak perlu lagi untuk mengerjakan soal yang dikerjakan keliru oleh siswa.
Siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi akan mengetahui
batas – batas kemampuan yang dimilikinya dalam belajar akuntansi, sehingga
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
89
siswa tersebut tidak malu bertanya kepada guru maupun siswa yang lebih pintar
dalam akuntansi. Selain itu, siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi
mudah bergaul dengan orang lain, sehingga siswa dengan mudah mendapatkan
akses infromasi tentang pembelajaran akuntansi. Siswa yang memiliki kecerdasan
emosional tinggi akan mengajari siswa – siswa yang memiliki pemahaman
akuntansi rendah. Hal ini dikarenakan, siswa yang memiliki kecerdasan emosional
tinggi mampu merasakan perasaan frustasi siswa yang belum paham akuntansi,
sehingga siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi akan mengajari siswa
yang mengalami kesulitan dalam belajar akuntansi. Oleh sebab itu, kecerdasan
emosional tinggi sangat diperlukan dalam belajar akuntansi agar tabah dan
termotivasi untuk meningkatkan pemahaman akuntansinya.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Napitupulu (2009) yang menyimpulkan kecerdasan emosional berpengaruh
negatif terhadap pemahaman akuntansi. Dengan kata lain, semakin tinggi
kecerdasan emosional, semakin berkurang pemahaman akuntansi. Bila merujuk
pada hasil penelitian ini, hasil penelitian ini menemukan ada pengaruh positif dan
signifikan kecerdasan emosional terhadap pemahaman akuntansi. Hal ini
dibuktikan, hasil rata – rata post – test siswa yang memiliki kecerdasan emosional
tinggi sebesar 80.32, sedangkan rata – rata post – test kecerdasan emosional
rendah sebesar 75.17. Dengan demikian, semakin tinggi kercerdasan emosional
siswa, semakin tinggi pemahaman akuntansi siswa.
Hasil penelitian sekarang, didukung oleh penelitian terdahulu yang
dilakukan Kusninta (2014) menyatakan bahwa siswa yang memiliki kecerdasan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
90
emosional tinggi mampu mengetahui perasaan sendiri beserta dampak yang
ditimbulkan dari perasaannya, sehingga siswa mampu membawa diri lebih baik
ketika bergaul, selain itu siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi tidak
akan mudah emosi dalam mengerjakan soal – soal akuntansi yang diberikan guru,
demikian juga dalam berinteraksi dengan siswa lain, siswa yang memiliki
kecerdasan emosional tinggi mampu mendukung siswa yang kurang pandai
dengan cara mengajarinya, sehingga siswa yang kurang pandai menjadi lebih
paham.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan Wardani dan Ratnadi (2017) juga
mendukung hasil penelitian sekarang yang menyatakan bahwa siswa yang
memiliki kercerdasan emosional tinggi akan lebih termotivasi dalam belajar
akuntansi dan ketrampilan sosial yang dimiliki siswa akan memudah siswa dalam
berhubungan dengan orang lain yang bisa menjadi sumber informasi dalam
mempelajari akuntansi. Dari uraian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa
kecerdasan emosional berpengaruh positif terhadap pemahaman akuntansi.
Indikator kecerdasan emosional yang digunakan peneliti terdahulu dengan
indikator yang digunakan penelitian sekarang berbeda. Penelitan Napitupulu
(2009) mengunakan indikator pendorong, pembatas dan pembisa yang diajukan
oleh Ree dan McBain (dalam Napitupulu, 2009), sedangkan penelitian sekarang
menggunakan indikator kecerdasan emosional yang dikemukan oleh Goleman
(2017) yaitu pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi, empati dan ketrampilan
sosial. Dari uraian sebelumnya, disimpulkan bahwa penggunaan indikator
kecerdasan emosional yang berbeda menghasilkan hasil penelitian yang berbeda
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
91
5 . 5 . 3 Pengaruh Interaksi Antara Model Pembelajaran Dan Kecerdasan
Emosional Terhadap Pemahaman Akuntansi
Melalui hasil pengujian hipotesis ditemukan bahwa ada pengaruh interaksi
antara model pembelajaran dan kecerdasan emosional terhadap pemahaman
akuntansi. Hal ini dibuktikan dari uji anava dua jalur bahwa nilai sig. model
pembelajaran * kecerdasan emosional sebesar 0.043 lebih rendah dari nilai taraf
signifikan taraf signifikan α = 0.05.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa ada perbedaan signifikan
pemahaman akuntansi antara siswa yang diajarkan dengan menggunakan model
pembelajaran problem based learning (PBL) dan memiliki kecerdasan emosional
tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan menggunakan model
pembelajaran problem based learning (PBL) dan memiliki kecerdasan emosional
rendah. Perbedaan ini disebabkan oleh siswa yang diajarkan dengan menggunakan
model pembelajaran problem based learning (PBL) dan memiliki kecerdasan
emosional tinggi lebih mampu mengikuti model pembelajaran problem based
learning (PBL). Siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi lebih sabar
dalam mengikuti langkah – langkah model pembelajaran ini dan mampu
membahas soal – soal akuntansi secara mandiri, sedangkan siswa yang memiliki
kecerdasan emosional rendah tidak termotivasi untuk mengikuti langkah –
langkah model pembelajaran ini sebab siswa yang memiliki kecerdasan emosional
rendah sulit untuk mandiri dalam belajar.
Berdasarkan uraian sebelumnya, model pembelajaran problem based
learning (PBL) adalah model yang menuntut kemandirian belajar siswa dalam
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
92
mempelajari materi pembelajaran akuntansi, sehingga model ini lebih cocok
digunakan untuk mengajari siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi
daripada digunakan kepada siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah.
Hasil uji post hoc memperlihatkan bahwa ada perbedaan signifikan
pemahaman akuntansi antara siswa yang diajarkan dengan menggunakan model
pembelajaran problem based learning (PBL) dan memiliki kecerdasan emosional
rendah dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan menggunakan model
pembelajaran direct instruction (DI) dan memiliki kecerdasan emosional tinggi.
Penyebab perbedaan ini adalah penggunaan model pembelajaran yang tidak sama
dan siswa memiliki tingkat kecerdasan emosional yang berbeda.
Siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah mengalami kesulitan
dalam belajar menggunakan model pembelajaran problem based learning (PBL).
Hal ini disebabkan pendekatan pembelajaran yang digunakan pada model
pembelajaran ini adalah pendekatan pembelajaran yang berpusat kepada siswa
dimana siswa sendiri yang harus mencari materi akuntansi secara mandiri, pada
model pembelajaran ini guru hanya memperkenalkan masalah dan mengevaluasi
hasil belajar siswa, sedangkan proses mencari pengetahuan seluruhnya merupakan
tanggung jawab siswa masing – masing.
Siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi tidak bermasalah
belajar dengan menggunakan model pembelajaran direct instruction (DI). Hal ini
disebabkan oleh siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi memiliki
motivasi untuk belajar dan sangat sabar dalam mengerjakan soal – soal akuntansi.
Selain itu, model pembelajaran direct instruction (DI) menuntut guru aktif dalam
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
93
memberikan materi pembelajaran dan banyak memberikan latihan termbimbing
kepada siswa. Oleh sebab itu, siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi
sesuai belajar dengan model pembelajaran ini.
Hasil uji post hoc (uji lanjut) memperlihatkan bahwa ada perbedaan
signifikan pemahaman akuntansi antara siswa yang diajarkan dengan
menggunakan model pembelajaran direct instruction (DI) dan memiliki
kecerdasan emosional rendah dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan
model pembelajaran direct instruction (DI) dan memiliki kecerdasan emosional
rendah.
Perbedaan pemahaman akuntansi ini disebabkan oleh perbedaan model
pembelajaran yang digunakan pada siswa yang memiliki kecerdasan emosional
rendah. Siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah sesuai belajar dengan
model direct instruction (DI) dibandingkan dengan model pembelajar problem
based learning (PBL). Hal ini disebabkan, pada model pembelajaran model direct
instruction (DI), siswa mendapatkan perhatian yang cukup dari guru dimana guru
memberikan banyak latihan terbimbing kepada siswa, selain ini guru yang aktif
dalam pembelajaran senantiasa mengawasi siswa. Hal ini dilakukan karena siswa
yang memiliki kecerdasan emosional rendah tidak memiliki motivasi yang tinggi
untuk belajar akuntansi, sulit bekerja sama dengan siswa lain jika pembelajaran
dilakukan secara berkelompok dengan siswa lain, tidak mengenali perasaan
sendiri dan tidak sabar dalam mengerjakan soal – soal akuntansi.
Jika siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah diajarkan dengan
menggunakan model pembelajaran problem based learning (PBL), maka siswa
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
94
akan mengalami kesulitan dalam belajar sebab siswa yang memiliki kecerdasan
emosional rendah akan kurang menyukai model pembelajaran ini dimana guru
hanya memberikan soal – soal akuntansi yang berupa kasus atau problem tanpa
menjelaskan bagaimana cara mengerjakan soal – soal tersebut, dengan kata lain
siswa yang dituntut mandiri dalam mencari jawaban sendiri dari soal – soal yang
diberikan guru dan diakhir pembelajaran guru mengevaluasi hasil kerja siswa. Jadi
interaksi siswa dan guru hanya terjadi di awal pembelajaran dan di akhir
pembelajaran. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki
kecerdasan emosional rendah lebih baik belajar menggunakan model
pembelajaran direct instruction (DI) daripada model pembelajaran problem based
learning (PBL).
Hasil uji post hoc dapat diketahui bahwa tidak ada perbedaan signifikan
pemahaman akuntansi antara siswa yang diajarkan menggunakan dengan model
pembelajaran problem based learning (PBL) dan memiliki kecerdasan emosional
tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan menggunakan model
pembelajaran direct instruction (DI) dan memiliki kecerdasan emosional tinggi.
Tidak ada perbedaan signifikan pemahaman akuntansi disebabkan oleh siswa
yang memiliki kecerdasan emosional tinggi dapat menyesuaikan diri dengan
menggunakan model pembelajaran problem based learning (PBL) dan model
pembelajaran direct instruction (DI).
Siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi mampu mengendalikan
diri dalam belajar dengan kedua model pembelajaran tersebut, selain itu siswa
yang memiliki kecerdasan emosional tinggi sudah memiliki motivasi yang tinggi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
95
dalam dirinya, sehingga siswa tidak masalah belajar dengan menggunakan model
pembelajaran problem based learning (PBL) yang menuntut kemandirian belajar
siswa dan siswa juga tidak masalah belajar dengan menggunakan model
pembelajaran direct instruction (DI) yang dimana guru lebih berperan aktif dalam
pembelajaran.
Siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi mampu mengenal diri
sendiri, mampu mengerti perasaan orang lain dan mampu berkomunikasi dengan
orang lain dengan baik. Hal ini dibuktikan ketika siswa yang memiliki kecerdasan
emosional tinggi belajar dengan menggunakan model problem based learning
(PBL), siswa mampu berinteraksi dengan baik terhadap guru maupun siswa lain.
Hal ini juga tidak berbeda jauh ketika siswa yang memiliki kecerdasan emosional
tinggi belajar dengan menggunakan model pembelajaran direct instruction (DI).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki kecerdasan
emsional tinggi mampu diajari dengan menggunkan model pembelajaran problem
based learning (PBL), maupun dengan menggunakan model pembelajaran direct
instruction (DI).
Hasil uji post hoc dapat diketahui bahwa tidak ada perbedaan signifikan
pemahaman akuntansi antara siswa yang diajarkan dengan menggunakan model
pembelajaran problem based learning (PBL) dan memiliki kecerdasan emosional
tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan menggunakan model
pembelajaran direct instruction (DI) dan memiliki kecerdasan emosional rendah.
Tidak ada perbedaan signifikan ini disebabkan siswa yang memiliki kecerdasan
emosional rendah yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
96
direct instruction (DI) mendapatkan ceramah materi pembelajaran akuntansi
diawal pembelajaran dan kemudian mendapatkan latihan pendahuluan dan latihan
lanjutan serta diakhir pertemuan pembelajaran siswa dievaluasi oleh guru. Dengan
kata lain, guru mengendalikan penuh materi pembelajaran yang akan diajarkan,
sehingga pembelajaran siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah lebih
terarah dan sesuai dengan kehendak guru.
Berdasarkan uraian sebelumnya, disimpulkan meskipun siswa yang
memiliki kecerdasan emosional tinggi sesuai belajar dengan menggunakan model
problem based learning (PBL), siswa yang memiliki kecerdasan emosional
rendah mampu mengimbangi pemahaman akuntansi siswa yang memiliki
kecerdasan emosional tinggi dan diajarkan dengan menggunakan model problem
based learning (PBL). Hal ini dikarenakan, siswa yang memiliki kecerdasan
emosional rendah dan diajarkan dengan model pembelajaran direct instruction (DI)
mendapatkan perhatian yang lebih dari guru.
Hasil uji post hoc memperlihatkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan
pemahaman akuntansi antara siswa yang diajarkan dengan menggunakan model
pembelajaran direct instruction (DI) dan memiliki kecerdasan emosional tinggi
dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan menggunakan model
pembelajaran direct instruction (DI) dan memiliki kecerdasan emosional rendah.
Tidak ada perbedaan signifikan pemahaman akuntansi ini disebabkan siswa yang
memiliki kecerdasan emosional rendah mendapatkan perlakuan yang sama dengan
siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi ketika diajari dengan model
pembelajaran direct instruction (DI).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
97
Siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah meski memiliki
motivasi yang rendah dalam belajar akuntansi, tidak sabar dalam mengerjakan
soal – soal akuntansi dan tidak memiliki empati terhadap siswa lain serta sulit
bekerja sama dengan siswa lain ketika diadakan kerja kelompok. Kelemahan –
kelemahan yang dimiliki siswa tersebut dapat diatasi guru karena pada model
pembelajaran direct instruction (DI), guru aktif dalam memberikan bimbingan
belajar serta mengawasi kegiatan pembelajaran. Selain itu, keaktifkan dan
pengawasan guru yang baik juga membuat siswa menjadi lebih dekat kepada guru,
sehingga siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah mengetahui batas –
batas kemampuan siswa tersebut.
Berdasarkan uraian pembahasan pengaruh interaksi antara model
pembelajaran dan kecerdasan emosional terhadap pemahaman akuntansi,
diketahui beberapa hal yang dapat diuraikan yaitu sebagai berikut:
1. Siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi dapat diajarkan dengan
menggunakan model pembelajaran problem based learning (PBL) dan
model pembelajaran direct instruction (DI).
2. Siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah tidak sesuai diajarkan
dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning (PBL).
3. Siswa yang memiliki kecerdaan emosional rendah lebih baik diajarkan
dengan menggunakan model pembelajaran direct instruction (DI).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
98
BAB VI
SIMPULAN
6 . 1 Simpulan
Dari uraian hasil dan pembahasan penelitian, ada beberapa kesimpulan
yang dapat diuraikan yaitu sebagai berikut:
1. Ada perbedaan signifikan pemahaman akuntansi antara siswa yang
diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran problem based
learning (PBL) dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan
menggunakan model pembelajaran direct instruction (DI).
2. Ada perbedaan signifikan pemahaman akuntansi antara siswa yang
memiliki kecerdasan emosional tinggi dengan siswa yang memiliki
kecerdasan emosional rendah.
3. Ada pengaruh interaksi antara model pembelajaran dan kecerdasan
emosional terhadap pemahaman akuntansi.
6 . 2 Keterbatasan
Penelitian ini sudah dilakukan secara teliti dan cermat, namun penelitian
ini juga tidak terlepas dari keterbatasan penelitian yaitu sebagai berikut:
1. Pada pertemuan pertama sampai pertemuan ketiga guru masih belum
menguasai dengan sempurna bagaimana melakukan treatment model
pembelajaran problem based learning (PBL) dan model pembelajaran
direct instruction (DI). Hal ini dibuktikan ketika guru sedang mengajar,
guru selalu membuka rencana pelaksanaan pembelajaran untuk melihat
langkah – langkah model pembelajaran, sehingga penerapan treatment
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
99
model pembelajaran baru berjalan efektif ketika memasuki pertemuan
keempat.
2. Penelitian ini memiliki keterbatasan dimana hanya mampu menjelaskan
pengaruh model pembelajaran dan kecerdasan emosional terhadap
pemahaman akuntansi, oleh sebab itu masih banyak variabel lain yang
mempengaruhi pemahaman akuntansi.
3. Sampai sekarang belum ada tes yang terstandarisasi untuk mengukur
kecerdasan emosional, sehingga penelitian ini menggunakan kuestioner
yang di adopsi dari dua penelitian terdahulu yang kemudian di uji kembali
validitas dan reliabilitasnya.
6 . 3 Implikasi
Adapun implikasi praktis dan implikasi teoritis yang dapat diuraikan
sebagai berikut:
1 . Impilikasi Praktis
a) Guru dapat meningkatkan pemahaman akuntansi siswa dengan
menggunakan model pembelajaran direct instruction (DI) untuk siswa
yang memiliki kecerdasan emosional tinggi dan siswa yang memiliki
kecerdasan emosional rendah.
b) Penggunaan model pembelajaran problem based learning (PBL) hanya
dapat digunakan pada siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi.
c) Penggunaan model pembelajaran problem based learning (PBL) tidak
sesuai dengan siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
100
2 . Implikasi Teoritis
a) Penelitian ini membuktikan bahwa ada perbedaan pemahaman akuntansi
antara siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran
problem based learning (PBL) dibandingkan dengan siswa yang diajarkan
dengan menggunakan model pembelajaran direct instruction (DI). Dengan
kata lain, penerapan model pembelajaran yang berbeda menghasilkan
pemahaman akuntansi siswa yang berbeda, selain itu penelitian ini
mengkonfrimasi kebenaran penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Martanti dan Priantinah (2014) yang menyimpulkan bahwa penerapan
model pembelajaran problem based learning (PBL) mampu meningkatkan
pemahaman akuntansi serta penelitian yang dilakukan Sari (2015) yang
menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran direct instruction
(DI) mampu meningkatkan pemahaman akuntansi
b) Penelitian ini mengkonfirmasi kebenaran teori Goleman (2017) yang
menyatakan bahwa orang yang memiliki kecerdasan emosional tinggi jauh
lebih sukses dibandingkan orang yang memiliki kecerdasan emosional
rendah. Hal ini dibuktikan dalam penelitian ini bahwa siswa yang
memiliki kecerdasan emosional tinggi memiliki pemahaman akuntansi
yang lebih tinggi daripada siswa yang memiliki kecerdasan emsoional
rendah.
c) Penelitian ini menemukan bahwa ada interaksi antara model pembelajaran
dan kecerdasan emosional. Dengan demikian, keberhasilan suatu model
pembelajaran sangat tergantung kepada tingkat kecerdasan emosional
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
101
siswa, sehingga pemilihan model pembelajaran harus mempertimbangkan
tingkat kecerdasan emosional siswa.
Ada beberapa rekomendasi yang dapat diberikan berdasarkan hasil
penelitian yaitu sebagai berikut:
1. Bagi guru yang mengajari akuntansi dasar sebelum menerapkan model
pembelajaran disarankan agar menguasai langkah – langkah model
pembelajaran dengan baik sehingga penerapan model pembelajaran dapat
dilakukan secara efektif.
2. Bagi peneliti selanjutnya yang berminat melakukan penelitian sejenis
dapat menambahkan variabel kecerdasan intelektual, kecerdasan
emosional sedang, kecerdasan spiritual, fasilitas belajar, minat belajar,
gaya belajar, potensi akademik dan sebagainya.
3. Bagi peneliti selanjutnya yang hendak menggunakan kuestioner penelitian
ini dalam mengukur kecerdasan emosional, peneliti selanjutnya di
sarankan untuk menguji kembali kuestioner penelitian ini terutama pada
validitas bahasa dan validitas konstrak atau berkonsultasi langsung dengan
psikolog agar mendapatkan kuestioner yang standar dan hasil pengukuran
yang optimal.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
102
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, L.W. Revisi Taksonomi Bloom. Dikutip 03 Maret (2014) dari website:
http:/www.atcontent.com. Dalam Susetyo, B. (2015). Prosedur
Penyusunan Dan Analisis Tes Untuk Penilaian Hasil Belajar Bidang
Kognitif. Bandung: Refika Aditama.
Arends, R. I. (2004). Learning To Teach. New York and San Francisco: McGraw-
Hill Companies. Dalam Fathurrohman, M. (2015). Model – Model
Pembelajaran Inovatif Alternatif Desain Pembelajaran Yang
Menyenangkan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Arikunto, S. (2012). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Ary, Donald et.al. (1979). Introduction to Research In Education. New York: Holt
Reinhart and Wiston. Terjemahan Furchan, A. (2011). Pengantar
Penelitian Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Belajar
.
Bloom, B.S., J.T. Hastings, and G. F. Mardaus. (1971). Handbook on Formative
and Summative Evaluation of Student Learning, Volume L. BP3K in
Collaboration with The British Council and IIEP UNESCO. Jakarta:
BP3K Dep. P. dan K. Dalam Arikunto, S. (2012). Dasar-Dasar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Fathurrohman, M. (2015). Model – Model Pembelajaran Inovatif Alternatif
Desain Pembelajaran Yang Menyenangkan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Ghozali, I. (2016). Desain Penelitian Eksperimental Untuk Ilmu Akuntansi,
Manajemen Dan Bisnis Analisa Data Dengan Program IBM SPSS 23.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Goleman, D. (2000). Working With Emosional Intelligence. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama. Dalam. Wibowo, C. T. (2015). Analisis Pengaruh
Kecerdasan Emosional Dan Kecerdasan Spiritual Pada Kinerja Karyawan.
Jurnal Bisnis Dan Manajemen, 15 (1), 1-16.
…………….. (2017). Emotional Intelligence Kecerdasan Emosional Mengapa EI
Lebih Penting Daripada IQ. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Guilford, J.P. (1956). Fundamental Statistics in Psychology and Education. New
York: Mc Graw – Hill Book Co. Inc.
Hamid, M. A. A. (2007). EQ: Panduan Meningkatkan Kecerdasan Emosi
(Electronic Google Book Version). Kuala Lumpur: PTS Professional
Publising Sdn. Bhd.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
103
Kusnita, E. (2014). Pengaruh Kecerdasan Emosional, Status Sosial Ekonomi
Orang Tua, Dukungan Sosial Teman Sekolah Pada Tingkat Pemahaman
Pelajaran Akuntansi Di SMK Negeri 2 Tuban. Jurnal Ekonomi Pendidikan
Dan Kewirausahaan, 2 (1), 3-15.
Lestika, C. S. dan Kristian. (2015). Pengaruh Metode Latihan Dan Kecerdasan
Emosional Terhadap Hasil Belajar Mata Diklat Ilmu Statistika Dan
Tegangan Siswa Kelas X SMK Binaan Provinsi Sumatera Utara. Jurnal
Educational Building, 1 (1), 51-61.
Lubis, E. A. (2015). Strategi Belajar Mengajar. Medan: Perdana Publising.
Martanti, I. W. M. dan D. Priantinah. (2014). Penerapan Model Pembelajaran
Problem Based Learning Terhadap Pemahaman Konsep Dan Motivasi
Belajar. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, 12 (1), 93-105.
Nahartyo, E. (2012). Desain Dan Implementasi Riset Ekperimen. Yogyakarta.
UPP STIM YKPN.
Napitupulu, I. H. (2009). Pengaruh Kecerdasan Intelektual Dan Kecerdasan
Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman Pelajaran Akuntansi Dengan
Minat Sebagai Variabel Moderating (Studi Pada SMK Bisnis Dan
Manajemen Di Kota Sibolga Kelas XII Jurusan Akuntansi). Tesis. Sekolah
Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara. Medan.
Oon S. T. (2009). Problem Based Learning And Creativity. Singapore: Song Lee
Press. Dalam Fathurrohman, Muhammad. 2015. Model – Model
Pembelajaran Inovatif Alternatif Desain Pembelajaran Yang
Menyenangkan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Pasek, N. S. (2015). Pengaruh Kecerdasan Intelektual Pada Pemahaman
Akuntansi Dengan Kecerdasan Emosi Dan Kecerdasan Spiritual Sebagai
Variabel Moderasi. Tesis.Universitas Udayana. Bali.
Purwanto. (2016). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Puttri, D., D. Rifa dan Y. Darmayanti. (2017). Sinkronisasi Komponen
Kecerdasan Emosional Dan Pengaruhnya Terhadap Tingkat Pemahaman
Akuntansi Dalam Sistem Pendidikan Tinggi Akuntansi. Jurnal
EKOBISTEK Fakultas Ekonomi, 6 (2), 349-259.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
104
Ree, D. and Richard McBain. (2007). People Management Theory and Strategy.
Jakarta: Kencana. Dalam Napitupulu, I. H. (2009). Pengaruh Kecerdasan
Intelektual Dan Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman
Pelajaran Akuntansi Dengan Minat Sebagai Variabel Moderating (Studi
Pada SMK Bisnis Dan Manajemen Di Kota Sibolga Kelas XII Jurusan
Akuntansi). Tesis. Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.
Medan.
Reeve, J. M et al. (2009).Pengantar Akuntansi Adaptasi Indonesia. Jakarta:
Salemba Empat.
Rokhana, L. A. dan S. Sutrisno. (2016). Kecerdasan Emosional, Perilaku Belajar,
Dan Minat Belajar Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi (Studi
Empiris Pada Mahasiswa Akuntansi Fakultas Ekonomika Dan Bisnis
UNTAG Semarang). Media Ekonomi Dan Manjemen, 31 (1). 26-38.
Saputra, K. A.K., M. K. Koswara dan A. T. Atmadja. (2017). Pengaruh Penerapan
Metode Case Based Learning Dan Motivasi Terhadap Pemahaman
Akuntansi Forensik Dengan Kecerdasan Emosional Sebagai Variabel
Pemoderasi. Simposium Nasional Akuntansi XX Jember. 27-30 September
2017.
Sari, D. E. (2015). Upaya Peningkatan Pemahaman Siswa Pada Kompetensi Dasar
Membuat Jurnal Penyesuaian Melalui Kertas Kerja. Prosiding Semiar
Nasional Pendidikan Ekonomi & Bisnis, 1 (1), 07 November 2015.
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret.
Sari, P. N. (2015). Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan Kecerdasan Spiritual
Terhadap Pemahaman Akuntansi Siswa Kelas XII IPS MA AL ASROR
Tahun Pelajaran 2014/2015. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.
Semarang.
Satria. (2017). Pengaruh Kecerdasan Emosinal Terhadap Tingkat Pemahaman
Akuntansi Pada Mahasiswa Akuntansi Di Kota Bandung. Amwaluna, 1 (1),
66-80.
Shoimin, A. (2014). 68 Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum 2013.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Sudjana, N. (2016).Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.
Ramaja Rosdakarya.
Sugiono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sundayana, R. (2014). Statistika Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
105
Susetyo, B. (2015). Prosedur Penyusunan Dan Analisis Tes Untuk Penilaian
Hasil Belajar Bidang Kognitif. Bandung: Refika Aditama.
Thoifah, I. (2016). Statistika Pendidikan Dan Metode Penelitian Kuantitatif.
Malang: Madani.
Utami, M. T. dan Sumaryanto. (2013). Pegaruh Kecerdasan Emosional,
Kecerdasan Spiritual, Perilaku Belajar, Dan Lingkungan Belajar Terhadap
Tingkat Pemahaman Akuntansi Dengan Perkembangan Teknologi Sebagai
Variabel Pemoderasi. Jurnal REKSA: Rekayasa Keuangan, Syariah, dan
Audit, 2 (2), 139 – 157.
Wardani, N. W. R. dan N. M. D. Ratnadi (2017). Pengaruh Kecerdasan Emosional,
Kecerdasan Intelektual, Dan Perilaku Belajar Pada Tingkat Pemahaman
Akuntansi. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 20 (2), 1133-1161.
Weygandt, J. J., D. E. Kieso dan P. D. Kimmel. (2009). Pengantar Akuntansi.
Jakarta. Salemba Empat.
Widhiyani, N. L. S, et. al. (2017). The Influence of Emotional Quotient and
Internal Locus of Control on the Level of Accounting Understanding.
European Journal of Business and Management, 9 (9), 86-92.
Zulhawati and M. Ariani. (2016). Effect of Learning Behavior, Emotional
Intelligence and Thinking Ability towards Accounting Understanding
Level. International Journal of Bio-Science and Bio-Technology, 8 (5),
289-300.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
106
Lampiran 1
Silabus
Nama Sekolah : SMK Negeri 1 Medan
Kelas/Semester : X / Ganjil
Mata Pelajaran : Akuntansi Dasar
Tahun Pelajaran : 2018 / 2019
A. Kompetensi Inti
- KI 3: Memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi tentang pengetahuan faktual, konseptual, operasional dasar,
dan metakognitif sesuai dengan bidang dan lingkup kerja Akuntansi dan Keuangan Lembaga pada tingkat teknis, spesifik,
detil, dan kompleks, berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam konteks
pengembangan potensi diri sebagai bagian dari keluarga, sekolah, dunia kerja, warga masyarakat nasional, regional, dan
internasional.
- KI 4:
Melaksanakan tugas spesifik dengan menggunakan alat, informasi, dan prosedur kerja yang lazim dilakukan serta
memecahkan masalah sesuai dengan bidang Akuntansi dan Keuangan Lembaga.
Menampilkan kinerja di bawah bimbingan dengan mutu dan kuantitas yang terukur sesuai dengan standar kompetensi kerja.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
107
Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara efektif,kreatif, produktif, kritis, mandiri,
kolaboratif, komunikatif, dan solutif dalam ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah,
serta mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung.
Menunjukkan ketrampilan mempresepsi, kesiapan, meniru, membiasakan, gerak mahir, menjadikan gerak alami dalam ranah
konkret terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu melaksanakan tugas spesifik dibawah
pengawasan langsung
Kompetensi
Dasar
Indikator
Pencapaian
Kompetensi
Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
3.6 Menerapkan
persamaan dasar
akuntansi
4.6 Membuat
persamaan dasar
akuntansi
3.6.1 Menggolongk
an persamaan dasar
akuntansi
4.6.1 Menjabarkan
persamaan dasar
akuntansi
Konsep dasar
persamaan
akuntansi
Analisis
Transasksi
Dalam
Persamaan
Dasar
Akuntansi
Mengidentifikasi
dan merumuskan
masalah
tentang persamaan
dasar akuntansi
Mengumpulkan
data tentang
persamaan dasar
akuntansi
Mengolah data
tentang persamaan
dasar akuntansi
Tes Tertulis
Tes
Ketrampilan
Observasi
30 P x 45
Menit
Buku
Referensi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
108
Mengomunikasikan
tentangpersamaan
dasar akuntansi
3.7 Memahami
transakasi bisnis
perusahaan baik
perusahaahn jasa,
dagang dan
manufaktur
4.7 Mengelompok
kan transakasi
bisnis perusahaan
baik perusahaahn
jasa, dagang dan
manufaktur
3.7.1 Menjelaskan
transakasi bisnis
perusahaan jasa
3.7.2 Menjelaskan
transakasi bisnis
perusahaan dagang
3.7.3 Menjelaskan
transakasi bisnis
perusahaan
manufaktur
4.7.1 Menerapkan
transakasi bisnis
perusahaan jasa
4.7.2 Menjelaskan
transakasi bisnis
perusahaan dagang
4.7.3 Menjelaskan
transakasi bisnis
perusahaan
manufaktur
Transakasi bisnis
perusahaan baik
perusahaahn jasa,
dagang dan
manufaktur
Mengamati untuk
mengidentifikasi
dan merumuskan
masalah
tentang transakasi
bisnis perusahaan
baik perusahaahn
jasa, dagang dan
manufaktur
Mengumpulkan
data tentang
transakasi bisnis
perusahaan baik
perusahaahn jasa,
dagang dan
manufaktur
Mengolah data
tentang transakasi
bisnis perusahaan
baik perusahaahn
jasa, dagang dan
manufaktur
Tes Tertulis
Tes
Ketrampilan
Observasi
10 P x 45
Menit
Buku
Referensi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
109
Mengomunikasikan
tentangtransakasi
bisnis perusahaan
baik perusahaahn
jasa, dagang dan
manufaktur
3.8 Menerapkan
buku jurnal,
konsep debet dan
kredit, saldo
normal,
sistematika
pencatatan, dan
bentuk jurnal
4.8Mengelompok
kan buku jurnal,
konsep debet dan
kredit, saldo
normal,
sistematika
pencatatan, dan
bentuk jurnal
3.8.1 Menjelaskan
buku jurnal
3.8.2 Menjelaskan
konsep debet dan
kredit
3.8.3 Menguraikan
saldo normal
3.8.4 Menjelaskan
sistematika
pencatatan
3.8.5 Menjelaskan
bentuk jurnal
4.8.1 Menerapkan
buku jurnal
4.8.2 Melaksanakan
Buku jurnal,
konsep debet dan
kredit, saldo
normal,
sistematika
pencatatan, dan
bentuk jurnal
Mengamati untuk
mengidentifikasi
dan merumuskan
masalah
tentang buku jurnal,
konsep debet dan
kredit, saldo
normal, sistematika
pencatatan, dan
bentuk jurnal
Mengumpulkan
data tentang buku
jurnal, konsep debet
dan kredit, saldo
normal, sistematika
pencatatan, dan
bentuk jurnal
Tes Tertulis
Tes
Ketrampilan
Observasi
30 JP x
45 Menit
Buku
Referensi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
110
konsep debet dan
kredit
4.8.3 Melaksanakan
saldo normal
4.8.4 Melaksanakan
sistematika
pencatatan
4.8.5 Melaksanakan
bentuk jurnal
Mengolah data
tentang buku jurnal,
konsep debet dan
kredit, saldo
normal, sistematika
pencatatan, dan
bentuk jurnal
Mengomunikasikan
tentang buku jurnal,
konsep debet dan
kredit, saldo
normal, sistematika
pencatatan, dan
bentuk jurnal
3.9 Menerapkan
posting
4.9 Melakukan
posting
3.9.1 Menafsirkan
posting
4.9.1 Menyalin
posting
Posting Mengamati untuk
mengidentifikasi
dan merumuskan
masalah
tentang posting.
Mengumpulkan
data tentang
posting.
Mengolah data
tentang posting.
Tes Tertulis
Tes
Ketrampilan
Observasi
30 JP x
45 Menit
Buku
Referensi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
112
Lampiran 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan Pendidikan : SMK Negeri 1 Medan
Mata Pelajaran : Akuntansi Dasar
Kelas / Semester : X Akuntansi / Ganjil (Kelas Ekperimen)
Pertemuan Ke- : 1 - 20
Alokasi Waktu : 20 Pertemuan x 45 Menit
B. Kompetensi Inti
- KI 3: Memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi tentang
pengetahuan faktual, konseptual, operasional dasar, dan metakognitif
sesuai dengan bidang dan lingkup kerja Akuntansi dan Keuangan
Lembaga pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan kompleks, berkenaan
dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam
konteks pengembangan potensi diri sebagai bagian dari keluarga, sekolah,
dunia kerja, warga masyarakat nasional, regional, dan internasional.
- KI 4:
Melaksanakan tugas spesifik dengan menggunakan alat, informasi, dan
prosedur kerja yang lazim dilakukan serta memecahkan masalah sesuai
dengan bidang Akuntansi dan Keuangan Lembaga.
Menampilkan kinerja di bawah bimbingan dengan mutu dan kuantitas
yang terukur sesuai dengan standar kompetensi kerja.
Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara
efektif,kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, komunikatif, dan
solutif dalam ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah, serta mampu melaksanakan tugas spesifik di
bawah pengawasan langsung.
Menunjukkan ketrampilan mempresepsi, kesiapan, meniru, membiasakan,
gerak mahir, menjadikan gerak alami dalam ranah konkret terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu
melaksanakan tugas spesifik dibawah pengawasan langsung
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
113
C. Kompetensi Dasar
- KD III
3.9 Menerapkan pencatatan buku besar.
- KD IV
4.9 Melasanakan pencatatan buku besar.
D. Indikator Pencapaian Kompetensi
- Indikator KD pada KI-3
3.9.1 Menelaah bentuk kolom posting
3.9.2 Menfokuskan kode kode akun
3.9.3 Menafsirkan posting
3.9.4 Mengidentifikasikan melakukan posting ke buku besar
- Indikator KD pada KI-4
4.9.1 Menerapkan bentuk kolom posting
4.9.2 Mematuhi kode kode akun
4.9.3 Menyalin posting
4.9.4 Menerapkan posting ke buku besar
E. Tujuan Pembelajaran
Ada beberapa tujuan pembelajaran pada kegiatan belajar mengajar ini yaitu
sebagai berikut:
1. Siswa mampu memposting transaksi – transaksi jurnal umum ke buku
besar.
2. Siswa mampu untuk menyelesaikan kasus – kasus akuntansi yang
berhubungan dengan buku besar.
F. Materi Pembelajaran
- Pengertian buku besar
- Jenis dan bentuk buku besar
- Fungsi buku besar
- Posting buku besar
G. Model Pembelajaran
- Model pembelajaran problem based learning (PBL)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
114
H. Kegiatan Pembelajaran
Deskripsi: 20 pertemuan X 45 Menit = 900 Menit
Kegiatan Deskripsi Alokasi
Waktu
Pendahuluan Guru menjelaskan kompetensi yang akan dicapai.
Guru memotivasi siswa untuk memecahkan
masalah yang diberikan.
10
Menit
Inti Guru merangkai tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah yang akan dipecahkan.
Guru mendorong siswa untuk melakukan metode
ilmiah dalam memecahkan masalah.
Guru membantu siswa untuk melakukan metode
ilmiah dalam memecahkan masalah.
790
Menit
Penutup Guru memberikan evaluasi atas laporan hasil
kerja siswa.
100
Menit
I. Alat dan Sumber Belajar
Berikut merupakan sumber belajar yang digunakan yaitu sebagai berikut:
No Alat dan Sumber Belajar
1 Sumber Belajar:
Puspitasari, Dian. 2018. Akuntansi Dasar Program Keahlian Bisnis
Dan Pemasaran SMK / MAK Kelas X. Jakarta: Bumi Aksara.
Mulyono, Agus, R.M.M. Puspitasari dan J. Pramono. 2018. Akuntansi
Dasar SMK / MAK Kelas X. Yogyakarta: Penerbit Andi.
J. Penilaian Proses dan Hasil Belajar
Aspek Penilaian Teknik Penilaian Bentuk Instrument
Kognitif Tes Tertulis Tes Uraian
Psikomotorik Tes Ketrampilan Tes Simulasi
Afektif Observasi Lembar Observasi
LEMBAR UJIAN TERTULIS
Nama Siswa :
Sekolah : SMK Negeri 1 Medan
Mata Pelajaran : Akuntansi Dasar
Kelas : X Akuntansi
Materi Pembelajaran : Buku Besar
Aspek Penilaian : Kognitif
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
115
Soal tes tertulis:
1. Tuliskan pengertian buku besar ? (Skor 100)
Kunci jawaban :
1. Buku besar adalah catatan yang berisi kumpulan –kumpulan akun – akun
dari jurnal umum perusahaan.
LEMBAR UJIAN SIMULASI
Nama Siswa :
Sekolah : SMK Negeri 1 Medan
Mata Pelajaran : Akuntansi Dasar
Kelas : X Akuntansi
Materi : Buku Besar
Aspek Penilaian : Psikomotorik
Soal keterampilan:
Bengkel Sipa memiliki jurnal yaitu sebagai berikut dan buat lah buku besar
bentuk stafel
Bengkel Sipa
Jurnal Umum
Halaman : 01
Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit
01 – 01 - 18 Kas Rp. 3.000 -
01 – 01 - 18 Modal - Rp. 3.000
02 – 01 - 18 Perlengkapan Rp. 500 -
02 – 01 - 18 Kas - Rp. 500
10 – 01 – 18 Kas Rp. 3.000 -
10 – 01 – 18 Pendapatan Jasa - Rp.3.000
25 – 01 – 18 Beban Listrik Rp. 1.000 -
25 – 01 – 18 Kas - Rp. 1.000
30 – 01 - 18 Beban Gaji Rp. 500 -
30 – 01 - 18 Hutang Gaji - Rp. 500
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
116
Jawaban:
Bengkel Sipa
Buku Besar
Nama Akun : Kas Kode Akun: 111
Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit D /K Saldo 01 – 01 - 18 Saldo Awal Ju.1 Rp. 3.000 - D Rp. 3.000
02 – 01 - 18 Pembelian Ju.1 - Rp. 500 D Rp. 2.500
10 – 01 – 18 Pendapatan Ju.1 Rp. 3.000 - D Rp. 5.500
25 – 01 – 18 Beban Listrik Ju 1 - Rp. 1.000 D Rp. 4.500
Nama Akun : Perlengkapan Kode Akun: 113
Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit D /K Saldo 02 – 01 - 18 Pembelian Ju.1 Rp. 500 - D Rp. 500
Nama Akun : Hutang Gaji Kode Akun: 212
Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit D /K Saldo 30 – 01 - 18 Beban Gaji Ju.1 - Rp. 500 K Rp. 500
Nama Akun : Modal Kode Akun: 311
Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit D /K Saldo 01 – 01 - 18 Saldo Awal Ju.1 - Rp. 3.000 K Rp. 3.000
Nama Akun : Pendapatan Jasa Kode Akun: 411
Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit D /K Saldo 10 – 01 - 18 Pendapatan Ju.1 - Rp. 3.000 K Rp. 3.000
Nama Akun : Beban Gaji Kode Akun: 511
Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit D /K Saldo 10 – 01 - 18 Beban Gaji Ju.1 Rp. 1.000 - D Rp. 1.000
Nama Akun : Beban Listrik Kode Akun: 512
Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit D /K Saldo 25 – 01 - 18 Beban Listrik Ju.1 Rp. 1.000 - D Rp. 1.000
LEMBAR OBSERVASI
Nama Siswa :
Mata Pelajaran : Akuntansi Dasar
Materi Pembelajaran : Buku Besar
Guru Mata Pelajaran :
Aspek Penilaian : Afektif
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
118
Lampiran 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan Pendidikan : SMK Negeri 1 Medan
Mata Pelajaran : Akuntansi Dasar
Kelas / Semester : X Akuntansi / Ganjil (Kelas Kontrol)
Pertemuan Ke- : 1 - 20
Alokasi Waktu : 20 Pertemuan x 45 Menit
A. Kompetensi Inti
- KI 3: Memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi tentang
pengetahuan faktual, konseptual, operasional dasar, dan metakognitif
sesuai dengan bidang dan lingkup kerja Akuntansi dan Keuangan
Lembaga pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan kompleks, berkenaan
dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam
konteks pengembangan potensi diri sebagai bagian dari keluarga, sekolah,
dunia kerja, warga masyarakat nasional, regional, dan internasional.
- KI 4:
Melaksanakan tugas spesifik dengan menggunakan alat, informasi, dan
prosedur kerja yang lazim dilakukan serta memecahkan masalah sesuai
dengan bidang Akuntansi dan Keuangan Lembaga.
Menampilkan kinerja di bawah bimbingan dengan mutu dan kuantitas
yang terukur sesuai dengan standar kompetensi kerja.
Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara
efektif,kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, komunikatif, dan
solutif dalam ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah, serta mampu melaksanakan tugas spesifik di
bawah pengawasan langsung.
Menunjukkan ketrampilan mempresepsi, kesiapan, meniru, membiasakan,
gerak mahir, menjadikan gerak alami dalam ranah konkret terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu
melaksanakan tugas spesifik dibawah pengawasan langsung
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
119
B. Kompetensi Dasar
- KD III
3.9 Menerapkan pencatatan buku besar.
- KD IV
4.9 Melasanakan pencatatan buku besar.
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
- Indikator KD pada KI-3
3.9.1 Menelaah bentuk kolom posting
3.9.2 Menfokuskan kode kode akun
3.9.3 Menafsirkan posting
3.9.4 Mengidentifikasikan melakukan posting ke buku besar
- Indikator KD pada KI-4
4.9.1 Menerapkan bentuk kolom posting
4.9.2 Mematuhi kode kode akun
4.9.3 Menyalin posting
4.9.4 Menerapkan posting ke buku besar
D. Tujuan Pembelajaran
Ada beberapa tujuan pembelajaran pada kegiatan belajar mengajar ini yaitu
sebagai berikut:
3. Siswa mampu memposting transaksi – transaksi jurnal umum ke buku
besar.
4. Siswa mampu untuk menyelesaikan kasus – kasus akuntansi yang
berhubungan dengan buku besar.
E. Materi Pembelajaran
- Pengertian buku besar
- Jenis dan bentuk buku besar
- Fungsi buku besar
- Posting buku besar
F. Model Pembelajaran
- Model pembelajaran direct instruction (DI)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
120
G. Kegiatan Pembelajaran
Deskripsi: 20 pertemuan X 45 Menit = 900 Menit
Kegiatan Deskripsi Alokasi
Waktu
Pendahuluan Guru menjelaskan kompetensi yang akan
dicapai.
Guru memotivasi siswa untuk memecahkan
masalah yang diberikan.
10 Menit
Inti Guru merangkai tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah yang akan
dipecahkan.
Guru mendorong siswa untuk melakukan
metode ilmiah dalam memecahkan masalah.
Guru membantu siswa untuk melakukan
metode ilmiah dalam memecahkan masalah.
790 Menit
Penutup Guru memberikan evaluasi atas laporan hasil
kerja siswa.
100 Menit
H. Alat dan Sumber Belajar
Berikut merupakan sumber belajar yang digunakan yaitu sebagai berikut:
No Alat dan Sumber Belajar
1 Sumber Belajar:
Puspitasari, Dian. 2018. Akuntansi Dasar Program Keahlian Bisnis
Dan Pemasaran SMK / MAK Kelas X. Jakarta: Bumi Aksara.
Mulyono, Agus, R.M.M. Puspitasari dan J. Pramono. 2018. Akuntansi
Dasar SMK / MAK Kelas X. Yogyakarta: Penerbit Andi.
I. Penilaian Proses dan Hasil Belajar
Aspek Penilaian Teknik Penilaian Bentuk Instrument
Kognitif Tes Tertulis Tes Uraian
Psikomotorik Tes Ketrampilan Tes Simulasi
Afektif Observasi Lembar Observasi
LEMBAR UJIAN TERTULIS
Nama Siswa :
Sekolah : SMK Negeri 1 Medan
Mata Pelajaran : Akuntansi Dasar
Kelas : X Akuntansi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
121
Materi Pembelajaran : Buku Besar
Aspek Penilaian : Kognitif
Soal tes tertulis:
1. Tuliskan pengertian buku besar ? (Skor 100)
Kunci jawaban :
2. Buku besar adalah catatan yang berisi kumpulan –kumpulan akun – akun
dari jurnal umum perusahaan.
LEMBAR UJIAN SIMULASI
Nama Siswa :
Sekolah : SMK Negeri 1 Medan
Mata Pelajaran : Akuntansi Dasar
Kelas : X Akuntansi
Materi : Buku Besar
Aspek Penilaian : Psikomotorik
Soal keterampilan:
Bengkel Sipa memiliki jurnal yaitu sebagai berikut dan buat lah buku besar
bentuk stafel
Bengkel Sipa
Jurnal Umum
Halaman : 01
Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit
01 – 01 - 18 Kas Rp. 3.000 -
01 – 01 - 18 Modal - Rp. 3.000
02 – 01 - 18 Perlengkapan Rp. 500 -
02 – 01 - 18 Kas - Rp. 500
10 – 01 – 18 Kas Rp. 3.000 -
10 – 01 – 18 Pendapatan Jasa - Rp.3.000
25 – 01 – 18 Beban Listrik Rp. 1.000 -
25 – 01 – 18 Kas - Rp. 1.000
30 – 01 - 18 Beban Gaji Rp. 500 -
30 – 01 - 18 Hutang Gaji - Rp. 500
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
122
Jawaban:
Bengkel Sipa
Buku Besar
Nama Akun : Kas Kode Akun: 111
Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit D /K Saldo 01 – 01 - 18 Saldo Awal Ju.1 Rp. 3.000 - D Rp. 3.000
02 – 01 - 18 Pembelian Ju.1 - Rp. 500 D Rp. 2.500
10 – 01 – 18 Pendapatan Ju.1 Rp. 3.000 - D Rp. 5.500
25 – 01 – 18 Beban Listrik Ju 1 - Rp. 1.000 D Rp. 4.500
Nama Akun : Perlengkapan Kode Akun: 113
Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit D /K Saldo 02 – 01 - 18 Pembelian Ju.1 Rp. 500 - D Rp. 500
Nama Akun : Hutang Gaji Kode Akun: 212
Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit D /K Saldo 30 – 01 - 18 Beban Gaji Ju.1 - Rp. 500 K Rp. 500
Nama Akun : Modal Kode Akun: 311
Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit D /K Saldo 01 – 01 - 18 Saldo Awal Ju.1 - Rp. 3.000 K Rp. 3.000
Nama Akun : Pendapatan Jasa Kode Akun: 411
Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit D /K Saldo 10 – 01 - 18 Pendapatan Ju.1 - Rp. 3.000 K Rp. 3.000
Nama Akun : Beban Gaji Kode Akun: 511
Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit D /K Saldo 10 – 01 - 18 Beban Gaji Ju.1 Rp. 1.000 - D Rp. 1.000
Nama Akun : Beban Listrik Kode Akun: 512
Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit D /K Saldo 25 – 01 - 18 Beban Listrik Ju.1 Rp. 1.000 - D Rp. 1.000
LEMBAR OBSERVASI
Nama Siswa :
Mata Pelajaran : Akuntansi Dasar
Materi Pembelajaran : Buku Besar
Guru Mata Pelajaran :
Aspek Penilaian : Afektif
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
124
Lampiran 3
Materi Pembelajaran
A . Pengertian Buku Besar
Buku besar adalah catatan yang menyimpan infromasi tentang perubahan
saldo akun – akun yang digunakan oleh perusahaan (Weygandt, 2009).
B . Tujuan Buku Besar
Ada beberapa tujuan buku besar menurut Mulyono (2018) yaitu sebagai
berikut:
1. Untuk mencatat transaksi bisnis secara tepat dan akurat.
2. Untuk memposting transaksi – transaksi ke akun yang tepat.
3. Untuk menjaga keseimbangan debit dan kredit pada akun.
4. Untuk mengakomodasi entry jurnal penyesuaian yang dibutuhkan.
5. Untuk menghasilkan laporan keuangan.
C . Bentuk – Bentuk Buku Besar
Ada beberapa bentuk buku besar yang dikenal secara umum menurut
Mulyono (2018) yaitu sebagai berikut:
1. Bentuk T adalah buku besar yang paling sederhana yang berbentuk huruf
T besar. Berikut dibawah ini merupakan contoh buku besar bentuk T.
Nama Akun :………… Kode Akun:……
Debit Kredit
2. Bentuk skontro adalah buku besar yang terbagi menjadi dua kolom yaitu
sebelah debit dan sebelah kredit Berikut dibawah ini merupakan contoh
buku besar bentuk skontro.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
125
Nama Akun Kode Akun:…….
Tanggal Keterangan Ref Debit Tanggal Keterangan Ref Kredit
3. Bentuk Stafel adalah bentuk berkolom saldo tunggal dan digunakan untuk
memperjelas transaksi. Berikut dibawah ini merupakan contoh buku besar
bentuk stafel.
Nama Akun :………… Kode Akun:…….
Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit D /K Saldo
4. Bentuk stafel berkolom saldo rangkap adalah buku besar yang mirip
dengan bentuk stafel, namun perbedaannya terletak pada pembagian dua
kolom yaitu debet dan kredit. Berikut dibawah ini merupakan contoh buku
besar bentuk stafel berkolom saldo rangkap.
Nama Akun :………… Kode Akun:…….
Tanggal Keteragan Ref Debit Kredit Saldo
Debit Kredit
D . Neraca Saldo
Neraca saldo adalah daftar yang berisi kumpulan akun beserta saldonya
pada periode tertentu (Weygandt, 2009).
E . Tujuan Neraca Saldo
Tujuan neraca saldo adalah untu membuktikan apakah buku besar yang
dibuat jumlah debit sama dengan jumlah kredit (Weygandt, 2009).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
126
F . Bentuk Neraca Saldo
Bentuk neraca saldo menurut Mulyono (2018) yaitu sebagai berikut :
Nama Perusahaan
Neraca Saldo
Periode Akuntansi
Nomor Nama Akun Debit Kredit
Jumlah
G . Contoh Soal Buku Besar
Salon Jenny
Jurnal Umum
Halaman : 01
Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit
01 – 04 - 18 Kas Rp. 3.000 -
01 – 04 - 18 Modal - Rp. 3.000
02 – 04 - 18 Perlengkapan Rp. 500 -
02 – 04 - 18 Kas - Rp. 500
10 – 04 – 18 Kas Rp. 1.000 -
10 – 04 – 18 Pendapatan Jasa - Rp.1.000
20 – 04 – 18 Piutang Rp. 1.000 -
20 – 04 – 18 Pendapatan Jasa - Rp. 1.000
25 – 04 – 18 Beban Iklan Rp. 500 -
25 – 04 – 18 Kas - Rp. 500
30 – 04 - 18 Beban Gaji Rp. 1.000 -
30 – 04 - 18 Hutang Gaji - Rp. 1.000
Buatlah buku besar salon Jenny bentuk stafel berkolom saldo rangkap !
Salon Jenny
Buku Besar
Nama Akun : Kas Kode Akun: 111
Tanggal Keteragan Ref Debit Kredit Saldo
Debit Kredit 01 – 04 - 18 Saldo Awal Ju .1 Rp. 3.000 - Rp. 3.000 - 02 – 04 - 18 Pembelian Ju .1 - Rp. 500 Rp. 2.500 -
10 – 04 – 18 Pendapatan Ju. 1 Rp. 1.000 - Rp. 3.500 -
25 – 04 – 18 Beban Iklan Ju. 1 - Rp. 500 Rp. 3.000 -
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
127
Nama Akun : Piutang Kode Akun: 112
Tanggal Keteragan Ref Debit Kredit Saldo
Debit Kredit 20 – 04 - 18 Pendapatan Ju .1 Rp. 1.000 - Rp. 1.000 -
Nama Akun : Perlengkapan Kode Akun: 113
Tanggal Keteragan Ref Debit Kredit Saldo
Debit Kredit 02 – 04 - 18 Pembelian Ju .1 Rp. 500 - Rp. 500 -
Nama Akun : Hutang Gaji Kode Akun: 212
Tanggal Keteragan Ref Debit Kredit Saldo
Debit Kredit 30 – 04 - 18 Beban Gaji Ju .1 - Rp. 1.000 - Rp. 1.000
Nama Akun : Modal Kode Akun: 311
Tanggal Keteragan Ref Debit Kredit Saldo
Debit Kredit 01 – 04 - 18 Saldo Ju .1 - Rp. 3.000 Rp. 3.000
Nama Akun : Pendapatan Jasa Kode Akun: 411
Tanggal Keteragan Ref Debit Kredit Saldo
Debit Kredit 10 – 04 - 18 Pendapatan Ju .1 - Rp. 1.000 - Rp. 1.000 20 – 04 – 18 Pendapatan Ju. 1 - Rp. 1.000 - Rp. 2.000
Nama Akun : Beban Gaji Kode Akun: 511
Tanggal Keteragan Ref Debit Kredit Saldo
Debit Kredit 30 – 04 - 18 Beban Gaji Ju .1 Rp. 1.000 - Rp. 1.000 -
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
128
Nama Akun : Beban Iklan Kode Akun: 512
Tanggal Keteragan Ref Debit Kredit Saldo
Debit Kredit 25 – 04 - 18 Beban Iklan Ju .1 Rp.500 - Rp. 500 -
H . Contoh Neraca Saldo
Berdasarkan soal buku besar diatas, buatlah neraca saldo salon Jenny !
Salon Jenny
Neraca Saldo
Untuk Akhir Periode 30 April 2018
Nomor Nama Akun Debit Kredit
111 Kas Rp. 3.000 -
112 Piutang Rp. 1.000 -
113 Perlengkapan Rp. 500 -
211 Hutang Gaji - Rp. 1.000
311 Modal - Rp. 3.000
411 Pendapatan - Rp. 2.000
511 Beban Gaji Rp. 1.000 -
512 Beban Iklan Rp. 500 -
Jumlah Rp. 6.000 Rp. 6.000
I . Sumber Bacaan
Mulyono, Agus, R.M.M. Puspitasari dan J. Pramono. 2018. Akuntansi Dasar SMK
/ MAK Kelas X. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Weygandt, J. J., D. E. Kieso dan P. D. Kimmel. (2009). Pengantar Akuntansi.
Jakarta. Salemba Empat.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
129
Lampiran 4
Kuestioner Penelitian
Identitas Responden:
Nama Siswa :
NIS :
Kelas :
Usia :
Jenis Kelamin : ( L / P )
Petunjuk Pengisian :
1) Mohon saudara / saudari bersedia mengisi daftar isian berikut dengan cara
memberikan jawaban menggunakan tanda centang pada salah satu pilihan
yang sesuai dengan keadaan saudara / saudari yang sebenarnya.
2) Pilihan jawaban terdiri dari lima yaitu:
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
N : Netral
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
3) Isilah semua nomor pada kuestioner ini dan jangan ada yang terlewatkan.
No
Pernyataan Tanggapan
Kecerdasan Emosional (EQ) SS S N TS STS
Pengenalan Diri
1 Saya selalu mengintropeksi diri saya
2 Saya mempunyai kemampuan untuk
mendapatkan apa yang saya inginkan.
3 Saya menyukai diri saya apa adanya
4 Saya percaya dengan kemampuan diri
saya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
130
No
Pernyataan Tanggapan
Kecerdasan Emosional (EQ) SS S N TS STS
Pengendalian Diri
1 Saya mampu mengendalikan emosi diri
dalam situasi apapun.
2 Saya mampu menerima kritik dan
rekomendasi.
3 Saya mampu bertanggung jawab atas
hasil kerja sendiri.
4 Saya dapat menghargai pendapat atau
gagasan yang berbeda dari orang lain
5 Saya mudah beradaptasi pada situasi
baru yang dpaat berupa lingungan,
gagasan dan informasi baru.
No
Pernyataan Tanggapan
Kecerdasan Emosional (EQ) SS S N TS STS
Motivasi Diri
1 Saya mampu memberikan dorongan
untuk selalu maju kepada diri saya
sendiri.
2 Saya pantang menyerah jika saya gagal
berkali – kali.
3 Saya selalu memiliki sikap optimis untuk
meraih tujuan yang saya inginkan
4 Saya memiliki dorongan untuk
berprestasi.
No
Pernyataan Tanggapan
Kecerdasan Emosional (EQ) SS S N TS STS
Empati
1 Saya mampu merasakan perasaan orang
lain ketika sedih maupun bahagia.
2 Saya mampu menjadi pendegar yang
baik.
3 Saya mampu menerima sudut pandang
orang lain.
4 Saya memahami perasaan orang lain.
5 Saya siap membantu apabila orang lain
membutuhkan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
131
No
Pernyataan Tanggapan
Kecerdasan Emosional (EQ) SS S N TS STS
Ketrampilan Sosial
1 Saya mampu memberikan pesan dengan
jelas kepada orang lain.
2 Saya mampu meyakinkan dan
bernegosiasi terhadap orang lain dengan
ide saya.
3 Saya mampu membangkitkan motivasi
kepada orang lain.
4 Saya berani memulai suatu perubahan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
132
Lampiran 5
Tes Hasil Belajar
Nama Siswa :
No :
Sekolah : SMK Negeri 1 Medan
Kelas : X – Akuntansi
1. Jika beban perlengkapan untuk suatu periode tertentu sebesar Rp. 6.000, maka
ayat jurnal umum yang benar adalah sebagai berikut:
a) Beban perlengkapan (D) Rp. 6000 dan Beban perlengkapan (K) Rp. 6000.
b) Perlengkapan (D) Rp. 6.000 dan Beban perlengkapan (K) Rp. 6.000.
c) Perlengkapan (D) Rp. 6.000 dan Beban perlengkapan (K) Rp. 6000.
d) Beban perlengkapan (D) Rp. 6.000 dan perlengkapan (K) Rp. 6.000.
e) Perlengkapan (D) Rp. 6.000 dan perlengkapan (K) Rp. 6000.
2. Dibawah ini yang bukan merupakan bagian dari siklus akuntansi adalah …..
a) Membuat jurnal umum d) Membuat posting ke buku besar
b) Menganalisis laporan keuangan e) Membuat neraca saldo
c) Membuat laporan keuangan
3. Pendapatan jasa perusahaan Rp20.000. beban usaha Rp7.000. dan prive
Rp3.000. Jika modal awal Rp55.000., maka modal akhir pada laporan
perubahan ekuitas pemilik adalah
a) Rp 65.000 c) Rp. 79.000 e) Rp. 50.000
b) Rp 45.000 d) Rp. 55.000
4. Perusahaan membayar liabilitas jangka pendek yang sudah jatuh tempo
sebesar Rp50.000 dengan tunai, sementara modal sendiri masih tetap sebesar
Rp 70.000. maka ....
a) aktiva berkurang sebesar Rp50.000.
b) aktiva berkurang sebesar Rp20.000.
c) pasiva berkurang sebesar Rp70.000.
d) pasiva berkurang sebesar Rp20.000.
e) aktiva lancar berkurang sebesar Rp 20.000.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
133
5. Aset perusahaan akan berkurang apabila terjadi ……
1) Liabilitas bertambah. 3) Pendapatan bertambah
2) Ekuitas bertambah. 4) Beban bertambah
Pilihlah jawaban yang benar….
a) Jika jawaban (1), (2), dan (3) benar.
b) Jika jawaban (1) dan (3) benar.
c) Jika jawaban (2) dan (4) benar.
d) Jika jawaban (4) saja yang benar.
e) Jika semua jawaban benar.
6. Berikut ini merupakan akun yang memiliki saldo normal di kredit yaitu:
1) Aset 3) Beban 5) Rugi Bersih
2) Laba Bersih 4) Kewajiban
Pilihlah jawaban yang benar….
a) Jika jawaban (1), (2), dan (3) benar.
b) Jika jawaban (1) dan (3) benar.
c) Jika jawaban (2) dan (4) benar.
d) Jika jawaban (4) saja yang benar.
e) Jika semua jawaban benar.
7. Informasi akuntansi yang dihasilkan perusahaan akan digunakan oleh pihak
internal dan eksternal perusahaan. Pihak internal perusahaan berupa…..
a) Kreditor dan pedagang d) Pemegang saham dan bank.
b) Manajemen dan akuntan publik. e) Akuntan dan pemerintah.
c) Karyawan dan pemegang saham
8. Berikut ini merupakan bentuk buku besar yang benar KECUALI….
a) Bentuk 1 kolom c) Bentuk 3 kolom e) Bentuk T
b) Bentuk 2 kolom d) Bentuk 4 kolom
9. Manfaat neraca saldo yang benar adalah…
a) Untuk pelaporan keuangan
b) Sebagai data keuangan
c) Untuk pemeriksaan saldo buku besar
d) Untuk sebagai pedoman hasil transasksi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
134
e) Tidak ada jawaban yang benar
10. Dalam posting jurnal ke buku besar perusahaan jasa akan menerima postingan
dari …..
a) Jurnal pembelian c) Jurnal pengeluaran kas e) Jurnal penyesuaian
b) Jurnal penjualan d) Jurnal penerimaan kas
11. Posting ke buku besar yang tepat adalah …..
Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit
09 Mei Peralatan 121 50.000 -
09 Mei Kas 101 - 8.000
09 Mei Utang Usaha 201 - 42.000
a) .
Peralatan Kas Utang Usaha
46.000 8.000 42.000
b) .
Peralatan Kas Utang Usaha
50.000 42.000 8.000
c) .
Peralatan Kas Utang Usaha
50.000 42.000 8.000
d) .
Peralatan Kas Utang Usaha
50.000 8.000 42.000
e)
Peralatan Kas Utang Usaha
50.000 42.000 8.000
12. Kak Julia salah menerapkan posisi akun – akun di neraca saldonya, sesuai
dengan hukum likuiditas, akun – akun selalu disusun sesuai prinsip tersebut,
maka penerapan yang benar adalah….
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
135
Neraca Saldo
Nama Rekening No. Rek Debet Kredit
Aktiva Lancar - -
Aktiva Intagible - -
Investasi Jangka Panjang - -
Aktiva Tetap - -
a) Aktiva Lancar, Aktiva Tetap, Aktiva Intangible, & Investasi Jangka
Panjang
b) Aktiva Lancar, Investasi Jangka Panjang, Aktiva Tetap, & Aktiva
Intangible
c) Aktiva Lancar, Investasi Jangka Panjang, Aktiva Intangible ,& Aktiva
Tetap
d) Aktiva Intangible, Aktiva Lancar, Investasi Jangka Panjang, & Aktiva
Tetap
e) Aktiva Lancar , Aktiva Intangible, Aktiva Tetap, & Investasi Jangka
Panjang
13. Perhatikan buku besar berikut !
Kas Piutang Pendapatan
40 160 200
Posting tersebut berasal dari transaksi ….
a) Penerimaan jasa Rp. 200, diterima tunai Rp. 40 dan dibayar kemudian Rp.
160.
b) Penerimaan jasa secara tunai Rp. 200.
c) Penerimaan pelunasan piutang jasa Rp. 160.
d) Penerimaan kas atas piutang jasa sebesar Rp. 200.
e) Penerimaan pelunasan piutang jasa sebesar Rp. 40.
14. Setiap akun memiliki saldo normal, saldo normal rugi berada di …..
a) Kredit c) Ref e) Debet
b) Tanggal d) Keterangan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
136
15. Dari sebuah perusahaan diperoleh informasi bahwa awal periode, modal awal
pemilik tercatat sebesar Rp. 64,00 milyar dan asset total sebesar Rp. 158,00
milyar. Selama periode berjalan asset meningkat sebesar 50 %, sementara
utang turun sebesar 60 %. Berapakah modal pemilik pada akhir periode.
a) Rp. 86,60 Milyar c) Rp. 199,40 Milyar e) Rp 218,80 Milyar
b) Rp. 94,00 Milyar d) Rp. 210,00 Milyar
16. Neraca saldo suatu perusahaan ini tidak lengkap, pilihlah jawaban yang benar
untuk mengisi X, Y dan Z ….
NERACA SALDO
Nama Rekening No. Rekening Debet Kredit
Kas 3.000 -
Piutang 1.000 -
Kendaraan 5.000 -
Peralatan 2.000 -
Kewajiban - -
Modal - 10.000
Pendapatan Jasa - Y
Beban Gaji 500 -
Beban Asuransi Z -
Total 12.000 X
a) 500, 2.000, & 12.000 c) 500, 12.000 & 2.000 e) 12.000, 2.000 & 500
b) 2.000, 500, & 12.000 d) 12.000, 500, & 2000
17. Berikut dibawah ini merupakan format jurnal umum,
PT Sinar Maju
Jurnal Umum
XXX
Tanggal Keterangan YYY Debet Kredit
bagian XXX & YYY lebih baik diisi dengan….
a. Per tanggal sekian dan Ref c. Ref dan Halaman e. Tidak usah diisi
b. Ref dan tanggal d. Halaman dan Ref
18. Nurul Pijah salah memposting buku besar. Berikut merupakan buku besar
buku besar yang dikerjakan Nurul, kesalahan posting Nurul terdiri dari:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
137
Perlengkapan 114
Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit D/K Saldo
01 – Jun Saldo Awal - 100 - D 100
04 – Jun Pembelian Ju 1 - 50 K 150
06 – Jun Pembelian Ju 1 50 - D 100
21 – Jun Pembelian Ju 1 50 - D 250
25 – Jun Penjualan Ju 1 50 D 300
a) Tanggal 01, 25, dan 04 d) Tanggal, 01, 21, dan 25
b) Tanggal 04, 06, dan 25 e) Tanggal 06, dan 25
c) Tanggal 04, 06, dan 21
19. Suatu daftar yang berisi kumpulan – kumpulan saldo akhir dari perkiraan –
perkiraan dari buku besar disebut…..
a) Neraca d) Neraca setelah penutupan
b) Neraca setelah penyesuaian e) Neraca saldo
c) Neraca konsolidasi
20. Berikut merupakan neraca saldo PT X, diminta menemukan bagian – bagain
yang salah yaitu:
PT X
Neraca Saldo
Per 30 Mei 2018
No Akun Nama Akun Debet Kredit
111 Kas 2000 -
112 Piutang Jasa 100 -
113 Perlengkapan - 500
211 Komputer 1000 -
212 Aku. Peny. Komputer 100 -
311 Modal X - 3000
411 Pendapatan Jasa - 600
511 Beban Gaji 50 -
512 Beban Listrik, dan Air 50 -
- Total 3300 4100
a) Piutang jasa, Aku. Peny komputer, dan Perlengkapan.
b) Komputer, Aku. Peny. Komputer, dan Total
c) Perlengkapan, Aku. Peny. Komputer dan Modal
d) Perlengapan, Aku. Peny. Komputer, dan Total
e) Perlengkapan, Aku. Peny. Komputer, dan Beban Gaji
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
138
Kunci Jawaban
No Soal Kunci Jawaban No Soal Kunci Jawaban
1 D 11 D
2 B 12 B
3 A 13 A
4 A 14 E
5 D 15 C
6 C 16 E
7 C 17 D
8 A 18 B
9 C 19 E
10 E 20 B
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
139
Lampiran 6
Hasil Uji Instrumen Penelitian
A . Hasil Uji Validitas Kuestioner Penelitian
Jumlah responden: 34 siswa Taraf Signifikan = 5 %
Jumlah butir soal: 25 soal
Nomor
Soal
Indikator Interpretasi
1
Pengenalan Diri
0,126 0,339 Tidak Valid
2 0,544 0,339 Valid
3 0,445 0,339 Valid
4 0,492 0,339 Valid
5 0,446 0,339 Valid
1
Pengendalian Diri
0,437 0,339 Valid
2 0,342 0,339 Valid
3 0,369 0,339 Valid
4 0,444 0,339 Valid
5 0,404 0,339 Valid
1
Motivasi Diri
0,521 0,339 Valid
2 0,296 0,339 Tidak Valid
3 0,543 0,339 Valid
4 0,569 0,339 Valid
5 0,521 0,339 Valid
1
Empati
0,741 0,339 Valid
2 0,667 0,339 Valid
3 0,627 0,339 Valid
4 0,578 0,339 Valid
5 0,488 0,339 Valid
1
Ketrampilan Sosial
0,427 0,339 Valid
2 0,566 0,339 Valid
3 0,401 0,339 Valid
4 0,504 0,339 Valid
5 0,253 0,339 Tidak Valid
(Sumber: Hasil Uji Validitas SPSS versi 17)
Dari 25 soal yang diujikan kepada responden uji coba intrumen penelitian
pada kelas X – Ak 3 yang berjumlah 34 siswa, ada tiga butir soal tidak valid yaitu
sebagai berikut:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
140
1 . Butir soal pertama pada indikator pengendalian diri.
2 . Butir soal kedua pada indikator motivasi.
3 . Butir soal kelima pada indikator ketrampilan sosial.
Dengan demikian, ketiga butir soal tersebut tidak diujikan, sehingga
jumlah soal yang akan diuji lanjut adalah 22 soal.
B . Hasil Uji Reliabilitas Kuestioner Penelitian
Jumlah responden: 34 siswa Taraf Signifikan = 5 %
Jumlah butir soal: 22 soal
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.862 22
(Sumber: Hasil Uji Reliabilitas SPSS versi 17)
Dari uji Cronbach’s Alpha menunjukan sebesar 0,862, sedangkan
untuk 34 responden dengan taraf signifikan 0,05 adalah 0,339. Dengan
demikian, 0,862 lebih tinggi dari 0,339, sehingga kuestioner ini dikatakan reliabel.
Bila mengacu pada kriteria klasifikasi koefisien reliabilitas menurut Guilford
(1956), maka kuestioner ini dikategorikan memiliki reliabilitas sangat tinggi
karena koefisien Cronbach’s Alpha sebesar 0,862 berada pada
C . Hasil Uji Validitas Tes Hasil Belajar
Jumlah responden: 34 siswa Taraf Signifikan = 5 %
Jumlah butir soal: 30 soal
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
141
Nomor Soal Interpretasi
1 -0,198 0,339 Tidak Valid
2 0,674 0,339 Valid
3 0,524 0,339 Valid
4 0,286 0,339 Tidak Valid
5 0,335 0,339 Tidak Valid
6 0,247 0,339 Tidak Valid
7 0,144 0,339 Tidak Valid
8 0,303 0,339 Tidak Valid
9 0,158 0,339 Tidak Valid
10 0,554 0,339 Valid
11 0,304 0,339 Tidak Valid
12 0,423 0,339 Valid
13 0,397 0,339 Valid
14 -0,287 0,339 Tidak Valid
15 0,366 0,339 Valid
16 0,574 0,339 Valid
17 0,470 0,339 Valid
18 0,442 0,339 Valid
19 0,395 0,339 Valid
20 0,436 0,339 Valid
21 0,424 0,339 Valid
22 0,381 0,339 Valid
23 0,504 0,339 Valid
24 0,511 0,339 Valid
25 0,441 0,339 Valid
26 0,441 0,339 Valid
27 0,313 0,339 Tidak Valid
28 0,604 0,339 Valid
29 0,393 0,339 Valid
30 0,543 0,339 Valid
(Sumber: Hasil Uji Validitas Anates versi 4.09)
Dari 25 soal yang diujikan kepada responden uji coba intrumen penelitian
pada kelas X – Ak 3 yang berjumlah 34 siswa, ada 10 soal yang tidak vaid yaitu
butir soal nomor 01, 04, 05, 06, 07, 08, 09, 11,14,dan 27. Dengan demikian, hanya
20 soal yang akan diuji lanjut.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
142
D . Hasil Uji Reliabilitas Tes Hasil Belajar
Jumlah responden: 34 siswa Taraf Signifikan = 5 %
Mean 14.32
Simpangan Baku 5.12
Korelasi XY 0.69
Reliabilitas Tes 0.82
Interpretasi Sangat Tinggi
(Sumber: Hasil Uji Reliabilitas Anates versi 4.09)
Dari hasil uji split half, reliabilitas tes menunjukkan angka
sebesar 0.82, jika nilai ini dibandingkan dengan untuk 34 responden
dengan taraf signifikan 0.05 adalah 0.339. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa tes hasil belajar ini reliabel dikarenakan lebih tinggi dari . Bila
mengacu pada kriteria klasifikasi koefisien reliabilitas menurut Guilford (1956),
maka tes hasil belajar ini dikategorikan memiliki reliabilitas sangat tinggi karena
koefisien Cronbach’s Alpha sebesar 0,82 berada pada
E . Hasil Uji Daya Beda Soal
Jumlah responden: 34 siswa Taraf Signifikan = 5 %
Nomor Soal Kelompok
Atas
Kelompok
Bawah Beda
Indeks DP
(%) Interpretasi
1 5 0 5 55,56 Baik
2 5 1 4 44,44 Baik
3 9 3 6 66,67 Baik
4 7 2 5 55,56 Baik
5 8 4 4 44,44 Baik
6 5 1 4 44,44 Baik
7 7 0 7 77,78 Sangat Baik
8 9 5 4 44,44 Baik
9 7 3 4 44,44 Baik
10 9 5 4 44,44 Baik
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
143
Lanjutan tabel hasil uji daya beda
Nomor Soal Kelompok
Atas
Kelompok
Bawah Beda
Indeks DP
(%) Interpretasi
11 9 5 4 44,44 Baik
12 7 2 5 55,56 Baik
13 9 5 4 44,44 Baik
14 6 1 5 55,56 Baik
15 9 2 7 77,78 Sangat Baik
16 7 2 5 55,56 Baik
17 7 2 5 55,56 Baik
18 7 1 6 66,67 Baik
19 8 4 4 44,44 Baik
20 6 1 5 55,56 Baik
Dari hasil uji daya pembeda soal, soal yang akan diujikan kepada sampel
penelitian berjumlah 20 soal dengan 18 soal memiliki daya pembeda soal
berkriteria baik dan dua soal yang memiliki daya pembeda soal berkriteria sangat
baik.
F . Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal
Jumlah responden: 34 siswa Taraf Signifikan = 5 %
Nomor Soal Jumlah Benar Tingkat Kesukaran (%) Interpretasi
1 6 17,65 Sukar
2 8 23,53 Sukar
3 21 61,76 Sedang
4 18 52,94 Sedang
5 20 58,82 Sedang
6 15 44,12 Sedang
7 14 41,18 Sedang
8 21 61,76 Sedang
9 16 47,06 Sedang
10 25 73,53 Mudah
11 27 79,41 Mudah
12 15 44,12 Sedang
13 28 82,35 Mudah
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
144
Lanjutan tabel hasil uji tingkat kesukaran
Nomor Soal Jumlah Benar Tingkat Kesukaran (%) Interpretasi
14 11 32,35 Sedang
15 22 64,71 Sedang
16 13 38,24 Sedang
17 13 38,24 Sedang
18 11 32,35 Sedang
19 23 67,65 Sedang
20 9 26,47 Sukar
Dari hasil uji tingkat kesukaran soal, ada tiga soal yang bertaraf mudah
yaitu pada soal 10, 11 dan 13, sedangkan soal yang bertaraf sedang berjumlah 14
soal yaitu pada soal 3,4,5,6,7,8,9,12,14,15,16,17,18 dan 19. Untuk soal bertaraf
sukar terdiri dari tiga soal yaitu 1,2, dan 20. Dengan demikian, jumlah soal yang
diujikan pada sampel yang sebernarnya berjumlah 20 butir soal.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
145
Lampiran 7
Perhitungan Skor Ideal Kecerdasan Emosional
Dan Daftar Sampel Penelitian
A . Perhitungan Skor Ideal Kecerdasan Emosional
Pembagian kecerdasan emosional tinggi dan rendah menggunakan rumus
dan kriteria dari Lestika dan Kristian (2015) yaitu sebagai berikut:
Kriteria: Skor EQ > Mi (Skor Ideal) = Kecerdasan emosional siswa tinggi
Skor EQ < Mi (Skor Ideal) = Kecerdasan emosional siswa rendah
B . Daftar Sampel Penelitian Siswa Yang Diajarkan Dengan
Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Dan Memiliki Kecerdasan Emosional Tinggi
No Usia Jenis
Kelamin
Model
Pembelajaran
Kecerdasan
Emosional
Pemahaman
Akuntansi
Skor
EQ
Tingkat
EQ
Pre
-
Test
Post
-
Test
1 15 Perempuan PBL 97 Tinggi 70 80
2 16 Perempuan PBL 107 Tinggi 70 85
3 15 Perempuan PBL 100 Tinggi 60 80
4 15 Perempuan PBL 93 Tinggi 55 75
5 15 Perempuan PBL 99 Tinggi 60 75
6 15 Perempuan PBL 99 Tinggi 60 85
7 15 Laki – Laki PBL 101 Tinggi 80 90
8 15 Laki - Laki PBL 100 Tinggi 45 85
9 15 Perempuan PBL 93 Tinggi 55 80
10 15 Perempuan PBL 100 Tinggi 45 85
11 15 Perempuan PBL 90 Tinggi 35 75
12 14 Perempuan PBL 92 Tinggi 65 90
13 16 Perempuan PBL 94 Tinggi 45 70
14 14 Perempuan PBL 104 Tinggi 40 95
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
146
Lanjutan tabel sebelumnya
No Usia Jenis
Kelamin
Model
Pembelajaran
Kecerdasan
Emosional
Pemahaman
Akuntansi
Skor
EQ
Tingkat
EQ
Pre
-
Test
Post
-
Test
15 15 Perempuan PBL 89 Tinggi 65 70
16 15 Perempuan PBL 101 Tinggi 40 65
C . Daftar Sampel Penelitian Siswa Yang Diajarkan Dengan
Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Dan Memiliki Kecerdasan Emosional Rendah
No Usia Jenis
Kelamin
Model
Pembelajaran
Kecerdasan
Emosional
Pemahaman
Akuntansi
Skor
EQ
Tingkat
EQ
Pre
-
Test
Post
-
Test
17 15 Perempuan PBL 85 Rendah 35 65
18 14 Perempuan PBL 79 Rendah 40 65
19 15 Perempuan PBL 79 Rendah 40 70
20 15 Perempuan PBL 87 Rendah 60 80
21 15 Laki - Laki PBL 86 Rendah 60 75
22 15 Perempuan PBL 70 Rendah 65 75
23 15 Perempuan PBL 79 Rendah 45 60
24 15 Perempuan PBL 87 Rendah 65 75
25 15 Perempuan PBL 83 Rendah 45 60
26 15 Perempuan PBL 79 Rendah 60 80
27 15 Perempuan PBL 75 Rendah 50 75
28 15 Perempuan PBL 72 Rendah 50 65
29 15 Perempuan PBL 81 Rendah 50 70
30 14 Perempuan PBL 79 Rendah 55 75
31 15 Perempuan PBL 84 Rendah 35 75
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
147
D . Daftar Sampel Penelitian Siswa Yang Diajarkan Dengan
Menggunakan Model Pembelajaran Direct Instruction (DI) Dan
Memiliki Kecerdasan Emosional Tinggi
No Usia Jenis
Kelamin
Model
Pembelajaran
Kecerdasan
Emosional
Pemahaman
Akuntansi
Skor
EQ
Tingkat
EQ
Pre
-
Test
Post
-
Test
32 15 Perempuan DI 90 Tinggi 40 90
33 15 Perempuan DI 92 Tinggi 60 85
34 15 Perempuan DI 102 Tinggi 50 70
35 15 Perempuan DI 100 Tinggi 55 95
36 15 Perempuan DI 94 Tinggi 60 90
37 15 Perempuan DI 101 Tinggi 45 80
38 16 Perempuan DI 95 Tinggi 60 70
39 15 Perempuan DI 98 Tinggi 50 70
40 15 Perempuan DI 91 Tinggi 55 75
41 15 Perempuan DI 92 Tinggi 50 75
42 15 Perempuan DI 94 Tinggi 55 80
43 15 Perempuan DI 97 Tinggi 65 80
44 15 Perempuan DI 89 Tinggi 65 85
45 15 Perempuan DI 90 Tinggi 50 80
46 15 Perempuan DI 93 Tinggi 70 80
E . Daftar Sampel Penelitian Siswa Yang Diajarkan Dengan
Menggunakan Model Pembelajaran Direct Instruction (DI) Dan
Memiliki Kecerdasan Emosional Rendah
No Usia Jenis
Kelamin
Model
Pembelajaran
Kecerdasan
Emosional
Pemahaman
Akuntansi
Skor
EQ
Tingkat
EQ
Pre
-
Test
Post
-
Test
47 15 Perempuan DI 79 Rendah 45 75
48 15 Perempuan DI 88 Rendah 45 80
49 15 Perempuan DI 82 Rendah 55 75
50 15 Perempuan DI 78 Rendah 70 80
51 15 Perempuan DI 85 Rendah 55 80
52 14 Perempuan DI 70 Rendah 50 90
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
148
Lanjutan tabel sebelumnya
53 16 Perempuan DI 85 Rendah 50 85
54 15 Perempuan DI 78 Rendah 65 90
55 15 Perempuan DI 83 Rendah 30 65
56 15 Perempuan DI 87 Rendah 55 85
57 15 Perempuan DI 78 Rendah 60 90
58 15 Perempuan DI 81 Rendah 35 60
59 15 Perempuan DI 79 Rendah 30 80
60 15 Perempuan DI 88 Rendah 55 75
61 15 Perempuan DI 73 Rendah 55 80
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
149
Lampiran 8
Hasil Pengolahan Data Penelitian Dengan SPSS Versi 17
A . Statistik Deskriptif Pre - Test
N Mean Nilai
Min.
Nilai
Mak.
Jumlah
Siswa EQ
Tinggi
Jumlah
Siswa EQ
Rendah
Kelas X Ak 2 31 53.06 35 80 16 15
Kelas X Ak 4 30 52.83 30 70 15 15
Kelas X Ak 2 & X
Ak 4 (EQ Tinggi)
31 56.48 35 80 - -
Kelas X Ak 2 & X
Ak 4 (EQ Rendah)
30 50.33 30 70 - -
Jumlah sampel penelitian secara keseluruhan sebesar 61 siswa.
B . Statistik Deskriptif Post - Test
N Mean Standar
Deviasi
Varians Nilai
Min.
Nilai
Mak.
PBL 31 75.81 8.77 76.83 60 95
DI 30 79.83 8.04 64.63 60 95
EQ Tinggi 31 80.32 7.85 61.56 65 95
EQ Rendah 30 75.17 8.66 74.97 60 95
PBL & EQ Tinggi 16 80.31 8.26 68.23 65 95
PBL & EQ Rendah 15 71.00 6.60 43.57 60 80
DI & EQ Tinggi 15 80.33 7.67 58.81 70 95
DI & EQ Rendah 15 79.33 8.63 74.52 60 90
C . Uji Normalitas Model Pembelajaran
Tests of Normality
Model
Pembelajaran
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Pemahaman
Akuntansi
PBL .150 31 .075 .964 31 .362
DI .175 30 .020 .952 30 .193
a. Lilliefors Significance Correction
Untuk lebih jelas dalam mengetahui apakah data post – test siswa yang
diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning
(PBL) berdisitribusi normal atau tidak dapat dilihat dari grafik dibawah ini yaitu:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
150
Untuk lebih jelas dalam mengetahui apakah data post – test siswa yang
diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran direct instruction (DI)
berdisitribusi normal atau tidak dapat dilihat dari grafik dibawah ini yaitu:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
151
D . Uji Normalitas Kecerdasan Emosional
Tests of Normality
Kecerdasan
Emosional
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Pemahaman
Akuntansi
EQ Tinggi .129 31 .200* .954 31 .202
EQ Rendah .192 30 .006 .934 30 .064
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Untuk lebih jelas dalam mengetahui apakah data post – test siswa yang
memiliki kecerdasan emosional tinggi berdisitribusi normal atau tidak dapat
dilihat dari grafik dibawah ini yaitu:
Untuk lebih jelas dalam mengetahui apakah data post – test siswa yang
memiliki kecerdasan emosional kecerdasan berdisitribusi normal atau tidak dapat
dilihat dari grafik dibawah ini yaitu:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
152
E . Uji Normalitas Grup Model Pembelajaran Dan Kecerdasan
Emosional
Tests of Normality
Grup Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Pemahaman
Akuntansi
PBL & EQ
Tinggi
.152 16 .200* .968 16 .807
PBL & EQ
Rendah
.261 15 .007 .890 15 .067
DI & EQ
Tinggi
.184 15 .183 .932 15 .295
DI & EQ
Rendah
.197 15 .120 .903 15 .105
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Untuk lebih jelas dalam mengetahui data post – test siswa yang diajarkan
dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning (PBL) dan
memiliki kecerdasan emosional tinggi, dapat dilihat pada grafik dibawah ini yaitu:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
153
Agar lebih jelas dalam mengetahui data post – test siswa yang diajarkan
dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning (PBL) dan
memiliki kecerdasan emosional rendah, dapat dilihat pada grafik dibawah ini yaitu:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
154
Distribusi normal data post – test siswa yang diajarkan dengan model
pembelajaran direct instruction (DI) dan memiliki kecerdasan emosional tinggi
dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
Distribusi normal data post – test siswa yang diajarkan dengan model
pembelajaran direct instruction (DI) dan memiliki kecerdasan emosional rendah
dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
155
F . Uji Homogentitas Model Pembelajaran
Test of Homogeneity of Variances
Pemahaman Akuntansi
Levene
Statistic
df1 df2 Sig.
.433 1 59 .513
G . Uji Homogentitas Kecerdasan Emosional
Test of Homogeneity of Variances
Pemahaman Akuntansi
Levene
Statistic
df1 df2 Sig.
.064 1 59 .801
H . Uji Homogentitas Grup Model Pembelajaran Dan Kecerdasan
Emosional
Levene's Test of Equality of Error Variancesa
Dependent Variable:Pemahaman Akuntansi
F df1 df2 Sig.
.144 3 57 .933
a. Design: Intercept + Model + Kecerdasan + Model * Kecerdasan
I . Pengujian Anava Dua Jalur
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:Pemahaman Akuntansi
Source Type III
Sum of
Squares
df Mean Square F Sig.
Corrected Model 926.125a 3 308.708 5.027 .004
Intercept 368411.589 1 368411.589 5999.667 .000
Model Pembelajaran 265.875 1 265.875 4.330 .042
Kecerdasan Emosional 405.134 1 405.134 6.598 .013
Model Pembelajaran *
Kecerdasan Emosional
263.229 1 263.229 4.287 .043
Error 3500.104 57 61.405
Total 373525.000 61
Corrected Total 4426.230 60
a. R Squared = ,209 (Adjusted R Squared = ,168)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
156
Untuk lebih jelas dalam melihat pengaruh interaksi antara model
pembelajaran dan kecerdasan emosional, dapat dilihat dibawah ini:
J . Uji Post Hoc
Multiple Comparisons
Pemahaman Akuntansi
Scheffe
(I) Grup (J) Grup
Mean
Difference
(I-J)
Std. Error Sig.
95% Confidence
Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
PBL &
EQ
Tinggi
PBL & EQ Rendah 9.31250* 2.81630 .018 1.1992 17.4258
DI & EQ Tinggi -.02083 2.81630 1.000 -8.1342 8.0925
DI & EQ Rendah .97917 2.81630 .989 -7.1342 9.0925
PBL &
EQ
Rendah
PBL & EQ Tinggi -9.31250* 2.81630 .018 -17.4258 -1.1992
DI & EQ Tinggi -9.33333* 2.86136 .020 -17.5765 -1.0902
DI & EQ Rendah -8.33333* 2.86136 .047 -16.5765 -.0902
DI & EQ
Tinggi
PBL & EQ Tinggi .02083 2.81630 1.000 -8.0925 8.1342
PBL & EQ Rendah 9.33333* 2.86136 .020 1.0902 17.5765
DI & EQ Rendah 1.00000 2.86136 .989 -7.2432 9.2432
DI & EQ
Rendah
PBL & EQ Tinggi -.97917 2.81630 .989 -9.0925 7.1342
PBL & EQ Rendah 8.33333* 2.86136 .047 .0902 16.5765
DI & EQ Tinggi -1.00000 2.86136 .989 -9.2432 7.2432
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
157
Untuk mempermudah pembahasan, berikut merupakan ringkasan dari uji
pos hoc dibawah ini:
Grup Mean Grup Mean Sig. Keterangan
PBL & EQ
Tinggi
80.31 PBL & EQ
Rendah
71.00 0.018
Signifikan
PBL & EQ
Rendah
71.00 DI & EQ Tinggi 80.33 0.020
PBL & EQ
Rendah
71.00 DI & EQ
Rendah
79.33 0.047
PBL & EQ
Tinggi
80.31 DI & EQ
Tinggi
80.33 1.000
Tidak
Signifikan
PBL & EQ
Tinggi
80.31 DI & EQ
Rendah
79.33 0.989
DI & EQ
Tinggi
80.33 DI & EQ
Rendah
79.33 0.989
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA