pengaruh model pembelajaran kontekstual dan … · konsentrasi untuk membuat larutan, dan (3)...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
RINGKASAN TESIS
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
DAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL
TERHADAP KOMPETENSI KIMIA
DITINJAU DARI KECERDASAN EMOSIONAL SISWA
DI SMK NEGERI KABUPATEN KARANGANYAR
Oleh :
Bambang Asihno
NIM. S.810809203
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
DAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL
TERHADAP KOMPETENSI KIMIA
DITINJAU DARI KECERDASAN EMOSIONAL SISWA
DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI
KABUPATEN KARANGANYAR
T E S I S
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Teknologi Pendidikan
Oleh :
Bambang Asihno
NIM. S.810809203
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
ABSTARK
Bambang Asihno, S810809203.2011. Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual dan Pembelajaran Konvensional Terhadap Kompetensi Kimia Ditinjau Dari Kecerdasan Emosional Siswa Di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kabupaten Karanganyar. Tesis,Program Studi Teknologi Pendidikan,Program Pasca Sarjana Uiversitas Sebelas Maret Surakarta. Pembimbing I Prof.Dr.H.Mulyoto,M.Pd, Pembimbing II Prof.Dr.Samsi Haryanto,M.Pd.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Perbedaan pengaruh penerapan model pembelajaran kontekstual dan pembelajaran konvensional terhadap kompetensi kimia dalam membedakan larutan elektrolit dan nonelektrolit serta menggunakan satuan konsentrasi untuk membuat larutan, (2) Perbedaan pengaruh antara siswa yang mempunyai kecerdasan emosional tinggi dengan siswa yang mempunyai kecerdasan emosional rendah terhadap kompetensi kimia dalam membedakan larutan elektrolit dan non elektrolit serta menggunakan satuan konsentrasi untuk membuat larutan, dan (3) Adanya interaksi antara model pembelajaran dengan kecerdasan emosional siswa terhadap kompetensi kimia dalam membedakan larutan elektrolit dan non elektrolit serta menggunakan satuan konsentrasi untuk membuat larutan. Metode Penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen.Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas XI kelompok Teknologi Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Sekabupaten Karanganyar pada tahun pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 23 kelas.Sampel diambil secara cluster random sampling dengan penundian diperoleh sampel sebanyak 5 kelas. Instrumen yang digunakan untuk pengumpul data adalah tes kognitif dan angket.Sebelum instrumen digunakan dilakukan uji coba instrumen terlebih dahulu di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Karanganyar. Uji validitas instrumen tes digunakan product momen, dari 60 butir soal tes kognitif yang dikatakan valid 48 butir soal.Reliabilitas tes kognitif digunakan KR-20 diperoleh hasil ril = 0,9332. Uji validitas angket untuk aspek afektif diukur dengan product momen,dari 40 butir pertanyaan yang dikatakan valid sejumlah 33 butir pertanyaan. Reliabilitas angket aspek afektif menggunakan Alpha diperoleh ril = 0,8691. Untuk angket kecerdasan emosi uji validitas menggunakan product momen,78 butir pertanyaan yang dikatakan valid sebanyak 63 butir.Reliabilitas angket kecerdasan emosi menggunakan Alpha, diperoleh ril = 0,953. Pengujian hipotesis menggunakan Analisis Variansi (Anava) dua jalan dengan sel tak sama, pada taraf signifikansi 5%. Sebelum pengujian hipotesis dilakukan uji kesetaraan atau keseimbangan dan pengujian persyaratan anava yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.Uji kesetaraan dilakukan dengan uji t diperoleh hasil t hitung = -0,04 sehingga t hitung = -0,04 > -1,658, serta t hitung = -0,04< 1,658 dan t hitung = -0,04 berada pada daerah penerimaan Ho artinya dua kelompok setara atau seimbang.Uji normalitas menggunakan metode Lilliefors,untuk kelompok eksperimen diperoleh Lmaks = 0,085 dan L tabel = 0,103 ,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
kelompok kontrol diperoleh Lmaks = 0,091 dan L tabel = 0,113. Karena Lmaks < L tabel maka sampel berada pada populasi distribusi normal.Uji homogenitas menggunakan Uji Bartlett, uji homogenitas untuk kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol diperoleh harga 恐萍ퟨabel挠 实0,03 serta 恐a频贫乒评挠 实0,384 ,karena 恐萍ퟨabel挠 矢 恐a频贫乒评挠 maka Ho diterima artinya sampel ada pada populasi yang homogen. Hasil penelitian diperoleh (1) Pembelajaran kontekstual memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap penguasaan kompetensi kimia dibanding dengan pembelajaran konvensional dengan Fhitung = 200,739 > F tabel = 3,84, (2) Tingkat kecerdasan emosional tinggi yang dimiliki siswa mempunyai pengaruh yang lebih baik dibanding dengan siswa yang memiliki tingkat kecerdasan emosional rendah, dengan Fhitung = 41,133 > F tabel = 3,84 ,dan (3) Pembelajaran kontekstual pada siswa yang memiliki tingkat kecerdasan emosional tinggi mempunyai pengaruh yang lebih baik terhadap penguasaan kompetensi kimia dengan Fhitung = 6,807 > F tabel = 3,84.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
ABSTRACT Bambang Asihno, S810809203. 2011. The Effect of Contextual and Conventional Learning Models on Chemistry Competency Viewed From the Student Emotional Quotient in Public Vocational High School of Karanganyar Regency. Thesis, Education Technology Study Program, Postgraduate Program of Surakarta Sebelas Maret University. Supervisor1st by Prof.Dr.H.Mulyoto,M.Pd. Supervisor 2nd by Prof.Dr.Samsi Haryanto,M.Pd
This research aims to find out: (1) the difference of contextual and
conventional learning models application effect on the chemistry competency in differentiating electrolyte solution from non-electrolyte one as well as using the concentration unit in preparing solution, (2) the difference of effect between the students with high emotional quotient and the ones with low emotional quotient on the chemistry competency in differentiating electrolyte solution from non-electrolyte one as well as using the concentration unit in preparing solution, and (3) the presence of interaction between learning model and student emotional quotient on the chemistry competency in differentiating electrolyte solution from non-electrolyte one as well as using the concentration unit in preparing solution.
The research method employed was an experimental research. The population of research was all Technology group XI graders of Public Vocational High Schools throughout Karanganyar Regency in the school year of 2010/2011 consisting of 23classes. The sample was taken using cluster random sampling with lottery obtaining 5 classes as the sample. The instruments employed for collecting data were cognitive test and questionnaire. Before the instrument was used, the instrument trial was carried out first in SMK Negeri 2 Karanganyar. The test instrument validity examination was done using product moment showing that out of 60 items of cognitive test, 48 of them are valid. The reliability of cognitive test was examined using KR-20 indicating that ri1 = 0.9332. The questionnaire validity test for affective aspect was measured using product moment indicating that out of 40 items, 33 items were valid. The reliability of affective aspect questionnaire was examined using Alpha obtaining ri1 = 0.8691. For the emotional quotient questionnaire, the validity test was carried out using product moment, indicating that out of 78 items, 63 were valid. The reliability of emotional quotient questionnaire was examined using Alpha obtaining ri1 = 0.953.
The hypothesis testing was done using a two-way variance analysis (Anava) with different cell at significance level of 5%. Before the hypothesis testing, the equilibrium and anava requirement tests were carried out including normality and homogeneity tests. The equilibrium test was done using t test providing tstatistic = -0.04 so that tstatistic = -0.04 > -1.658 as well as tstatistic = -0.04 < 1.658 and tstatistic = -0.04 lies in Ho acceptance area meaning that both groups are equal or in equilibrium. The normality test was done using Lilliefors, for the experiment group it can be found Lmax = 0.085 and Ltable = 0.103, while for the control group it can be found Lmax = 0.091 and Ltable = 0.113. Since Lmax <Ltable, the sample is in normally distributed population. The homogeneity test was done using Bartlett test; the homogeneity test for experimental group with control
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
group obtains 2statisticx = 0.03 and 2
tablex = 0.384, since 2statisticx < 2
tablex , Ho is
supported meaning that the sample is in homogenous population.
The result of research shows that (1) the contextual learning gives better effect on the chemistry competency mastery compared with the conventional one with Fstatistic = 200,739 > Ftable = 3.84, (2) the high emotional quotient the students have has better effect compared with the low emotional quotient, with Fstatistic = 41,133 > Ftable = 3.84, and (3) the contextual learning in the students with high emotional quotient has better effect on the chemistry competency mastery with Fstatistic = 6,807 > Ftable = 3.84.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
DAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL
TERHADAP KOMPETENSI KIMIA
DITINJAU DARI KECERDASAN EMOSIONAL SISWA
DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI
KABUPATEN KARANGANYAR
T E S I S
Oleh :
BAMBANG ASIHNO
NIM. S.810809203
Telah Disetujui oleh Tim Pembimbing
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing I Prof.Dr.H.Mulyoto,M.Pd. ...................... 23 Februari 2011
NIP.194307121973011001
Pembimbing II Prof.Dr.Samsi Haryanto,M.Pd ..................... 23 Februari 2011
NIP. 194404041976031001
Mengetahui
Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan
Prof.Dr.H.Mulyoto,M.Pd
NIP.194307121973011001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
DAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL
TERHADAP KOMPETENSI KIMIA
DITINJAU DARI KECERDASAN EMOSIONAL SISWA
DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI
KABUPATEN KARANGANYAR
T E S I S
Oleh :
BAMBANG ASIHNO
NIM. S.810809203
Telah Disetujui oleh Tim Penguji
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Ketua Prof.Dr.Sri Yutmini,M.Pd. ...................... Maret 2011 NIP.-
Sekretaris Dr.Nunuk Suryani,M.Pd ...................... Maret 2011
NIP.196611081990032001
Anggota Prof.Dr.H.Mulyoto,M.Pd ...................... Maret 2011
NIP.194307121973011001
Anggota Prof.Dr.Samsi Haryanto,M.Pd ...................... Maret 2011
NIP.194404041976031001
Mengetahui
Surakarta , Maret 2011
Direktur Ketua Program Studi Program Pasca Sarjana Teknologi Pendidikan Prof. Drs.Suranto,M.Sc,Ph.D Prof.Dr.H.Mulyoto,M.Pd. NIP. 195708201985031004 NIP.194307121973011001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini saya:
Nama : Bambang Asihno
NIM : S.810809203
Program Studi : Teknologi Pendidikan
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul Pengaruh Model
Pembelajaran Kontekstual dan Pembelajaran Konvensional Terhadap
Kompetensi Kimia Ditinjau Dari Kecerdasan Emosional Siswa Di SMK Negeri
Kabupaten Karanganyar adalah betul-betul karya saya sendiri dan belum pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi.
Sepanjang sepengetahuan saya ,dalam tesis ini tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar,maka saya bersedia
menerima sanksi akademik,berupa pencabutan gelar yang saya peroleh dari tesis
ini.
Surakarta, 18 Februari 2011
Yang Membuat pernyataan
Bambang Asihno.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Rasa syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
kekuatan,hidayah ,dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan
penelitian dengan lancar yang selanjutnya hasil penelitian dituangkan dalam
bentuk tesis sebagai salah satu persyaratan untuk mencapai derajad magister pada
Program Studi Teknologi Pendidikan Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Perencanaan penelitian sampai tersusunya tesis ini tidak lepas dari
berbagai pihak yang turut membantu,baik langsung maupun dukungan moril.
Maka pada kesempatan ini penulis sampaikan ucapkan banyak terima kasih
kepada :
1. Prof. Drs. Suranto,M.Sc.Ph.D selaku Direktur Program Pasca Sarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin pada
penyusunan tesis.
2. Prof.Soenarwan semula menjadi pembimbing I , kemudian kedudukan
sebagai pembimbing I digantikan karena beliau sakit (semoga beliau tetap
diberi kesehatan serta kekuatan iman ) yang telah member inspirasi sehingga
tesis dapat terselesaikan dengan baik.
3. Prof,Dr.Mulyoto,M.Pd. selaku Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan
sekaligus Pembimbing I selalu member bantuan secara teknis maupun moril
sehingga tesis dapat terselesaikan.
4. Prof.Dr.Samsi Haryanto,M.Pd selaku Pembimbing II, dengan kesabaran
beliau , bimbingan teknis dan moril akhirnya tesis dapat terselesaikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
5. Para Dosen Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret yang telah
memberi bekal berharga kepada penulis smoga dari ketulusannya dapat
dicatat sebagai amal baik beliau amin.
6. Drs.Sri Suranto,M.Pd selaku Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah raga
Kabupaten Karanganyar atas dukungannya dalam melakukan penelitian di
wilayah Kabupaten Karanganyar.
7. Drs. Wahyu Widodo,S.T selaku Kepala SMK Negeri 2 Karanganyar atas
ijinya melakukan uji coba instrument penelitian yang meliputi instrument
kognitif, instrument afektif dan instrument kecerdasan emosi.
8. Drs Supriyono,M.Hum selaku Kepala SMK Negeri Jatipuro atas ijinnya
untuk melakukan penelitian dengan pembelajaran konvensional.
9. Dra.Hj.Suliyastuti,M.M selaku Kepala SMK Negeri Jumantono atas ijinnya
untuk melakukan penelitian dengan pembelajaran kontekstual.
Penulis menyadari tesis ini masih jauh dari sempuran oleh sebab itu penulis
dengan lapang dada menerima saran dan kritik yang bersifat membangun
sehingga dapat dijadikan bekal untuk melakukan pengembangan profesi
berkelanjutan.
Akhirnya harapan penulis semoga tesis ini dapat memberikan sumbang sih
dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Amin………
Surakarta , 18 Februari 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………i
ABSTRAKSI……………………………………………………………………...ii
ABSTRACT………………………………………………………………………iv
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING…………………………………..vi
HALAMAN PENGESAHAN TESIS……………………………………............vii
HALAMAN PERNYATAAN…………………………………………………. viii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………....ix
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...xi
DAFTAGAMBAR……………………………………………………………….xv
DAFTAR TABEL……………………………………………………………….xvi
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………….. xviii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………………………………………….....1
B. Identifikasi Masalah………………………………………............... 6
C. Pembatasan Masalah………………………………………………...7
D. Rumusan Masalah……………………………………………….......8
E. Tujuan Penelitian……………………………………………………9
F. Manfaat Penelitian…………………………………………............10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
BAB II. KAJIAN TEORI,KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori……………………………………………………… 11
1. Pembelajaran Kontekstual…………………………………….11
2. Pembelajaran Konvensional…………………………………. 21
3. Kecerdasan Emosi……………………………………………..24
4. Kompetensi Kimia………………………………………….....30
B. Penelitian yang Relevan…………………………………………....33
C. Kerangka Berfikir………………………………………………….35
1. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual dan
Pembelajaran Konvensional terhadap Kompetensi Kimia……35
2. Pengaruh Antara Siswa yang Mempunyai kecerdasan Emo
Sional Tinggi dengan Siswa yang Mempunyai Kecerdasan
Emosional Rendah Terhadap Kompetensi Kimia……………. 37
3. Interaksi Antara Model Pembelajaran Kontekstual,Pembe
Lajaran Konvensional dan Kecerdasan Emosional Siswa
Terhadap Kompetensi Kimia………………………………….39
D. Hipotesis…………………………………………………………...41
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian……………………………………...42
1. Tempat Penelitian……………………………………………..42
2. Waktu Penelitian………………………………………………42
B. Metode Penelitian………………………………………………….43
1. Jenis Penelitian………………………………………………..43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
2. Desain Analisis data…………………………………………..44
3. Variabel Penelitian…………………………………………....45
4. Prosedur Penelitian……………………………………………48
C. Populasi,Sampel dan Sampling ……………………………………50
1. Populasi Penelitian …………………………………………50
2. Sampel Penelitian……………………………………………..51
3. Sampling………………………………………………………51
D. Data dan Teknik Pengumpulan Data………………………………54
1. Data……………………………………………………………54
2. Teknik Pengumpulan Data …………………………………56
E. Uji Coba Instrumen ……………………………………………..61
1. Tes Kompetensi Kimia ……………………………………...61
2. Instrumen Afektif……………………………………………..66
3. Instrumen Kecerdasan Emosi…………………………………68
F. Teknik Analisa Data…………………………………………….....70
1. Uji Persyaratan Analisis ……………………………………71
2. Uji Hipotesis…………………………………………………..75
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data …………………………………………………..81
1. Data Nilai Kompetensi Kimia dengan Pembelajaran Kon
tekstual………………………………………………………...83
2. Data Nilai Kompetensi Kimia dengan Pembelajaran Kon
Vensional …………………………………………………... 85
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
3. Data Nilai Kompetensi Kimia dengan Pembelajaran Kon
Tekstual Pada Siswa yang Memiliki Kecerdasan Emosi
onal rendah…………………………………………………… 87
4. Data Nilai Kompetensi Kimia dengan Pembelajaran Kon
Tekstual Pada Siswa yang Memiliki Kecerdasan Emosi
onal Tinggi…………………………………………………… 88
5. Data Kompetensi Kimia dengan Pembelajaran Konven
sional Pada Siswa yang Memiliki Kecerdasan Emosional
rendah……………………………………………………….. 90
6. Data Kompetensi Kimia dengan Pembelajaran Konven
sional Pada Siswa yang Memiliki Kecerdasan Emosional
tinggi………………………………………………………… 92
B. Pengujian Persyaratan Analisis…………………………………… 94
1. Uji Normalitas Data…………………………………………. 95
2. Uji Homogenitas…………………………………………….. 99
C. Pengujian Hipotesis………………………………………………103
1. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Terhadap
kompetensi Kimia……………………………………………104
2. Pengaruh Tingkat Kecerdasan Emosional Siswa Terhadap
Kompetensi Kimia………………………………………… 105
3. Interaksi Pengaruh Antara Model pembelajaran dan
Tingkat Kecerdasan Emosional Siswa terhadap Kom
petensi Kimia……………………………………………… 106
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
D. Pembahasan Hasil Penelitian……………………………………..111
E. Keterbatasan Penelitian………………………………………… 116
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ……………………………………………………… 118
B. Implikasi ……………………………………………………… 119
C. Saran……………………………………………………………. 121
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………. 122
LAMPIRAN……………………………………………………………………126
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1 : Data Hasil Tes Kompetensi Kimia………………………………...3
2. Tabel 2 : Jadwal Kegiatan Penelitian……………………………………….43
3. Tabel 3 : Rincian Jumlah Populasi………………………………………….50
4. Tabel 4 : Rangkuman Hasil analisis Tingkat Kesukaran Soal……………...62
5. Tabel 5 : Hasil Analisis Daya Beda Soal………………………………….. 64
6. Tabel 6 : Rangkuman Data Kompetensi Kimia…………………………… 83
7. Tabel 7 : Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Kompetensi Kimia Pada
Pembelajaran Kontekstual………………………………………. 84
8. Tabel 8 : Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Kopetensi Kimia Pada Pem
belajaran Konvensional…………………………………………. 85
9. Tabel 9 : Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Kompetensi Kimia dengan
Pembelajaran Kontekstual Pada Siswa yang Memiliki Kecer
dasan Emosi Rendah……………………………………………. 87
10. Tabel 10 : Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Kompetensi Kimia dengan
Pembelajaran Kontekstual Pada Siswa yang Memiliki Kecer
dasan Emosi Tinggi………………………………………………89
11. Tabel 11 : Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Kompetensi Kimia dengan
Pembelajaran Konvensional Pada Siswa yang Memiliki Kecer
dasan Emosi Rendah……………………………………………..91
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
12. Tabel 12 : Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Kompetensi Kimia dengan
Pembelajaran Konvensional Pada Siswa yang Memiliki Kecer
dasan Emosi Tinggi………………………………………………93
13. Tabel 13 : Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Normalitas………………….95
14. Tabel 14 : Rangkuman Data Hasil Perhitungan Uji Homogenitas
Pada Metode Pembelajaran……………………………………..100
15. Tabel 15 : Rangkuman Data Hasil Perhitungan Uji Homogenitas
Pada Kecerdasan Emosional…………………………………….101
16. Tabel 16 : Rangkuman Data Hasil Perhitungan Uji Homogenitas
Pada Interaksi Model Pembelajaran dan Kecerdasan Emosi
Terhadap Kompetensi Kimia……………………………………103
17. Tabel 17 : Rangkuman Hasil Perhitungan Anava Dua Jalan dengan Sel
Tak Sama……………………………………………………… 104
18. Tabel 18 : Rerata Masing-Masing Sel……………………………………. 108
19. Tabel 19 : Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Lanjut Pasca Anava
dengan Metode Scheffe………………………………………. 108
20. Tabel 20 : Aspek Kecerdasan Emosi ( dari Bar-On) yang Belum Terwakili
dalam instrument penelitian………………………………….. 117
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 1 : Kerangka Berfikir Antara Model Pembelajaran,Kecerdasan
Emosi dengan Kompetensi Kimia……………………………...40
2. Gambar 2 : Rangkuman Faktorial 2 x 2 ……………………………………44
3. Gambar 3 : Sebaran Nilai Kompetensi Kimia Pada Pembelajarn
Kontekstual…………………………………………………….85
4. Gambar 4 : Sebaran Nilai Kompetensi Kimia Pada Pembelajaran
Konvensional………………………………………………….. 86
5. Gambar 5 : Sebaran Nilai Kompetensi Kimia dengan pembelajaran
Kontekstual Pada Siswa yang Memiliki Kecerdasan
Emosi Rendah………………………………………………… 88
6. Gambar 6 : Sebaran Nilai Kompetensi Kimia dengan pembelajaran
Kontekstual Pada Siswa yang Memiliki Kecerdasan
Emosi Tinggi…………………………………………………...90
7. Gambar 7 : Sebaran Nilai Kompetensi Kimia dengan pembelajaran
Konvensional Pada Siswa yang Memiliki Kecerdasan
Emosi Rendah………………………………………………….92
8. Gambar 8 : Sebaran Nilai Kompetensi Kimia dengan pembelajaran
Konvensional Pada Siswa yang Memiliki Kecerdasan
Emosi Tinggi………………………………………………….. 94
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1 : Uji Kesataraan Data Awal …………………………………126
2. Lampiran 2 : Instrumen Uji Coba Koqnitif……………………………… 134
3. Lampiran 3 : Instrumen Uji Coba Afektif……………………………….. 161
4. Lampiran 4 : Instrumen Uji Coba Kecerdasan Emosi …………………166
5. Lampiran 5 : Analisis Hasil Uji Coba Kognitif Kimia…………………...174
6. Lampiran 6 : Analisis Hasil Uji Coba Afektif……………………………194
7. Lampiran 7 : Analisis Hasil Uji Coba Kecerdasan Emosi………………..204
8. Lampiran 8 : Data Hasil Penelitian……………………………………….216
9. Lampiran 9 : Deskripsi Data Hasil Penelitian…………………………….238
10. Lampiran 10 : Uji Persyaratan Analisis…………………………………..255
11. Lampiran 11 : Uji Hipotesis………………………………………………301
12. Lampiran 12 : Uji Lanjut Pasca Anava…………………………………...315
13. Lampiran 13 : Instrumen Penelitian Tes Kognitif Kimia………………... 330
14. Lampiran 14 : Instrumen Penelitian Tes Afektif…………………………349
15. Lampiran 15 : Instrumen Penelitian Psikomotor…………………………356
16. Lampiran 16 : Instrumrn penelitian kecerdasan Emosi...……………….. 374
17. Lampiran 17 : RPP Model Kontekstual…………………………………..382
18. Lampiran 18 : RPP Model Konvensional………………………………...403
19. Lampiran 19 : Beberapa Tabel Statistika…………………………………421
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 1
BAB I
PENDAHULUAN
Berdasarkan Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional,bab II pasal 3 mengamanatkan bahwa Pendidikan nasional
harus dapat mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dengan
tujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Supaya fungsi dan tujuan pendidikan nasional dapat terwujud maka
penyelenggaraan pendidikan berprinsip (1) Demokratis,berkeadilan serta tidak
diskriminatif dengan menjunjung tingi hak asasi manusia,nilai keagamaan,nilai
kultural dan kemajemukan bangsa.(2)Pendidikan diselenggarakan sebagai satu
kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multimakna.(3) Pendidikan
diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta
didik yang berlangsung sepanjang hayat. (4) Pendidikan diselenggarakan dengan
memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas
peserta didik dalam proses pembelajaran.(5) Pendidikan diselenggarakan dengan
mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga
masyarakat. (6) Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua
komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan
pengendalian mutu layanan pendidikan.
Prinsip penyelenggaraan pendidikan yang disebutkan di atas selain untuk
mewujudkan tujuan pendidikan juga dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan
pendidikan yang sedang terjadi yaitu peningkatan mutu pendidikan di Indonesia.
Dalam upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional banyak hal
yang sudah dilakukan oleh pemerintah antara lain : (1) Penyediaan dana bantuan,
berupa BOS;BOM ataupun block grant. (2) Sertifikasi guru dan dosen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 2
(3)Akreditasi sekolah (4) Standarisasi Pendidikan Nasional (5) Reformasi
dibidang pendidikan (6) Perubahan kurikulum.
Salah satu dari reformasi pendidikan yang dilakukan adalah penyelenggaraan
pendidikan, penyelenggaraan pendidikan menuntut suatu proses pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. di mana dalam proses
tersebut harus ada pendidik yang memberikan keteladanan dan mampu membangun
kemauan, serta mengembangkan potensi dan kreativitas peserta didik. Prinsip tersebut
menyebabkan adanya pergeseran paradigma proses pendidikan, dari paradigma
pengajaran menjadi paradigma pembelajaran.
Guru sebagai ujung tombak atau pelaku pendidikan harus peka dan tanggap
adanya pergeseran paradigma tersebut.Artinya guru harus mempersiapkan diri untuk siap
menjadi agen pembaharu di tingkat sekolah atau pembelajaran di kelas.Pembelajaran
yang tadinya berpusat pada guru harus bergeser menjadi pembelajaran berpusat pada
peserta didik , pembelajaran yang semula menyampaikan materi bahan ajar harus
bergeser menjadi pengajaran yang dapat memberikan pengalaman kepada peserta didik,
pengajaran yang tadinya guru bertindak sebagai aktor harus bergeser menjadi pengajaran
yang memposisikan guru sebagai fasilitator, pembelajaran yang tadinya kurang
memperhatikan perbedaan individu harus bergeser menjadi pengajaran yang
memperhatikan perbedaan individu, pengajaran yang tadinya monoton harus bergeser
menjadi pengajaran yang variatif dan inovatif.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran di SMK Negeri
Jumantono , pembelajaran kimia yang dilakukan masih bersifat monoton kurang
bervariasi sehingga belum semua kecerdasan siswa yang mempunyai latar belakang
berbeda tereksplor dengan baik, kurang optimal dalam mendayagunakan sumber-sumber
belajar, berlangsung satu arah.Hal inilah salah satu penyebab rendahnya prestasi hasil
belajar peserta didik dari tahun ke tahun.Data prestasi hasil tes kompetensi kimia pada
khususnya kelas XI dapat kita lihat sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 3
Tabel 1 : Data Hasil Tes Kompetensi Kimia
Tahun Pelajaran Rata-rataPrestasi belajar
2007/2008
2008/2009
2009/2010
6,03
6,20
6,19
Sumber : Kurikulum SMK Negeri Jumantono.
Salah satu faktor yang dapat menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa
adalah penerapan model pembelajaran oleh guru yang tidak inovatif,Untuk itu perlu
adanya penerapan model pembelajaran yang inovatif salah satunya adalah model
pembelajaran kontekstual.Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang
mendorong siswa untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan situasi
dunia nyata siswa.Dan juga mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka dalam konteks kehidupan
pribadi,kehidupan sosial,dan kehidupan budaya. Dalam pembelajaran kontekstual
menurut Sanjaya yang ditulis oleh Sugiyanto (2007:4) melibatkan tujuh komponen pokok
yaitu(1)konstruktivisme(proses membangun dan menyusun pengetahuan baru) ,(2)
bertanya, (3) Menemukan (inquiri), (4) masyarakat belajar, (5) pemodelan (modeling), (6)
Refleksi dan (7) Penilaian sebenarnya.Dalam rangka untuk menemukan hubungan antar
konsep atau menemukan konsep sendiri (inquiri) yang dipelajari maka guru harus pandai
membuat suatu desain pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk rasa ingin tahu
,menciptakan suatu kerja sama sehingga aktivasi siswa dalam pembelajaran serta interaksi
antar siswa dan dengan sumber belajar meningkat. Untuk mengimplementasikan hal
tersebut dapat digunakan dengan kerja laboratorium atau eksperimen.
Salah satu kompetensi kimia yang ada dikelas XI SMK adalah membedakan larutan
elektrolit dan non elektrolit serta membuat larutan dengan menggunakan satuan
konsentrasi .Kompetensi adalah pernyataan tentang pengetahuan,keterampilan dan sikap
yang harus dikuasai peserta didik serta tingkat penguasaan yang diharapkan dicapai
dalam mempelajari suatu mata pelajaran (Center for Civic education,1997:2)Supaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 4
kompetensi ini dikuasai siswa dengan baik maka akan lebih tepat menerapkan
pembelajaran kontekstual dengan kerja laboratorium, sehingga interaksi antara siswa
dengan siswa serta interaksi antara siswa dengan jenis sumber belajar dan partisipasi
siswa akan meningkat yang selanjutnya akan berpengaruh pada hasil belajar
siswa.Berdasarkan kompetensi yang dipelajari maka hasil belajar dapat berupa aspek
koqnitif ,aspek psikomotor dan aspek afektif.Aspek koqnitif meliputi aspek yang
berkaitan dengan kemampuan berfikir, kemampuan memperoleh pengetahuan,
pengenalan, pemahaman, konseptualisasi, penentuan dan penalaran. Aspek psikomotor
meliputi aspek yang berkaitan dengan kemampuan melakukan pekerjaan dengan
melibatkan anggota badan,kemampuan yang berkaitan dengan gerak fisik.Aspek afektif
aspek yang berkaitan dengan perasaan ,emosi,sikap,derajat penerimaan atau penolakan
terhadap suatu objek.
Selain faktor model pembelajaran,faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau
kesuksesan seseorang menurut Steven J.Stein(2002: 30) adalah kecerdasan emosional
siswa. Kecerdasan Emosional menurut Reuven Bar-On merupakan serangkaian
kemampuan ,kompetensi dan kecakapan non koqnitif,yang mempengaruhi kemampuan
seseorang untuk berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan.Pembelajaran
merupakan proses interaksi antara individu dengan sumber belajar serta interaksi antar
individu siswa dengan individu siswa atau dengan guru.Dalam kaiatanya interaksi
tersebut dibutuhkan kecerdasan emosional yang merupakan kemampuan-kemampuan non
kognitif yang dapat membantu kecakapan kognitif antara lain kemampuan untuk
mengenal dan mengendalikan diri sendiri (kesadaran diri-sendiri); kemampuan
menyampaikan secara jelas pikiran dan perasaan pikiran kita; membela diri dan
mempertahankan pendapat(sikap asertif); sikap kemandirian; aktualisasi diri; kemampuan
bergaul; kemampuan untuk memahami perasaan dan pikiran orang lain; kemampuan
untuk menjadi anggota masyarakat yang dapat bekerja sama dan yang bermanfaat bagi
kelompok masyarakatnya; kemampuan menciptakan hubungan yang saling
menguntungkan; kemampuan untuk bersikap lentur dan realistis; kemampuan untuk
melihat sesuatu sesuai dengan kenyataan; kemampuan untuk tahan menghadapi stress;
kemampuan untuk menahan atau menunda keinginan untuk bertindak; kemampuan untuk
mempertahankan sikap positif yang realistis; kemampuan untuk mensyukuri kehidupan;
menyukai diri sendiri dan orang lain; dan untuk bersemangat serta bergairah dalam
melakukan setiap kegiatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 5
Makalah ini merupakan intisari dari penelitian penulis yang berjudul ”Pengaruh
model pembelajaran kontekstual dan Pembelajaran Konvensional terhadap Kompetensi
Kimia Ditinjau Dari Kecerdasan Emosional Siswa.” Isi Makalah ini adalah membahas
A. Pengertian Pembelajaran Kontekstual,Pembelajaran Konvensional,
Kompetensi,dan Kecerdasan Emosi.
B. Metodologi Penelitian yang digunakan.
C. Hasil Uji coba instrumen
D. Hasil Penelitian
E. Analisa Data.
F. Pengujian Hipotesis
G. Kesimpulan.
Dalam makalah ini akan menjawab pertanyaan sebagai berikut :
1. Apakah ada perbedaan pengaruh penerapan model pembelajaran
kontekstual dan pembelajaran konvensional terhadap kompetensi kimia
dalam membedakan larutan elektrolit dan non elektrolit serta menggunakan
satuan konsentrasi untuk membuat larutan?
2. Apakah ada perbedaan pengaruh antara siswa yang mempunyai kecerdasan
emosional tinggi dengan siswa yang mempunyai kecerdasan emosional
rendah terhadap kompetensi kimia dalam membedakan larutan elektrolit
dan non elektrolit serta menggunakan satuan konsentrasi untuk membuat
larutan?
3. Apakah ada interaksi pengaruh antara model pembelajaran dengan
kecerdasan emosional siswa terhadap kompetensi kimia dalam
membedakan larutan elektrolit dan non elektrolit serta menggunakan satuan
konsentrasi untuk membuat larutan?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pembelajaran Kontekstual,Pembelajaran Konvensional ,
Kompetensi , dan Kecerdasan Emosi.
Kata kunci dari penelitian penulis yang berjudul ”Pengaruh model
pembelajaran kontekstual dan Pembelajaran Konvensional terhadap Kompetensi
Kimia Ditinjau Dari Kecerdasan Emosional Siswa.” adalah (1) Pembelajaran
Kontekstual (2) Pembelajaran Konvensional (3) Kompetensi ( 4 ) Kecerdasan
Emosi.
Pembelajaran Kontekstual. Pembelajaran kontekstual menurut Trianto
(2010:107) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi
yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan enam komponen utama
pembelajaran kontekstual yakni : (1) kontruktivisme, (constructivisme),
(2)bertanya(questioning), (3)inkuiri (inquiry),(4) masyarakat belajar (learning
community), (5) pemodelan (modeling), dan (6) penilaian autentik (authentic
assessment).
Nurhadi (2003) yang ditulis oleh Sugiyanto(2007:1) Pembelajaran
Kontekstual adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan
antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa.Dan juga mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya
dalam kehidupan mereka sendiri-sendiri. Masih menurut sugiyanto untuk
mencapai tujuan dalam pembelajaran kontekstual maka pembelajarannya harus
meliputi tujuh komponen berikut : (1) membuat keterkaitan-keterkaitan yang
bermakna, (2) Melakukan pekerjaan yang berarti, (3) melakukan pembelajaran
yang diatur sendiri, (4) melakukan kerja sama, (5) membantu individu untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 7
tumbuh dan berkembang, (6) berfikir kritis dan kreatif untuk mencapai standar
yang tinggi, dan (7) menggunakan penilaian autentik.
Direktorat Pembinaan SMK ( 2008: 32) mengatakan Pembelajaran
kontekstual (Contextual Teaching and Learning) disingkat CTL merupakan suatu
proses belajar yang holistik yang bertujuan membantu peserta didik untuk
memahami makna materi pembelajaran yang dipelajari dengan mengaitkan materi
tersebut dengan konteks kehidupan peserta didik sehari-hari( konteks pribadi,
sosial dan kultural). Komponen CTL menurut Direktorat Pembinaan SMK ada
tujuh : (1) merumuskan masalah (inquiry), (2) bertanya (questioning), (3)
konstruktivisme, (4) masyarakat belajar (learning community), (5) penialian yang
sebenarnya(authentic assessment), (6) pemodelan ( modeling), (7) refleksi
(reflection).
Menurt Akhmad Sudrajat (http://akhmadsudrajat. wordpress. Com
/2008/01/29/ pembelajaran-kontekstual/ ), Pembelajaran Kontekstual adalah
Merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa
untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan
materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi,
sosial dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang
secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke
permasalahan/ konteks lainnya. Masih menurut Akhmad Sudrajat Pembelajaran
kontekstual juga dapat diartikan Suatu konsep
belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkannya
dengan situasi dunia nyata dan mendorong pebelajar membuat hubungan antara
materi yang diajarkannya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga dan masyarakat.
Mengenai pembelajaran kontekstual Arif Rohman (2009:184)
berpendapat bahwa Pembelajaran kontekstual.( contextual teaching and learning)
merupakan proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa
untuk memahami materi pembelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan
materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari ( konteks pribadi,
sosial dan kultural),sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 8
secara fleksibel dapat diterapkan dari suatu permasalahan /konteks ke
permaslahan /konteks lainya. Masih menurut Arif Rohman Komponen dalam
pembelajaran kontekstual meliputi : (1) Membuat hubungan yang bermakna
(making meaning ful connections), (2) Melakukan pekerjaan yang signifikan (
doing significant work),(3) Pembelajaran mandiri( selft-regulated learning),(3)
Bekerja sama ( collaborating),(4) Berfikir kritis dan kreatif ( critical and creative
thinking),(4) Pendewasaan individu (nurturing individual), (5) Pencapain standar
yang tinggi (reaching high standards), dan (6) Menggunaka penilaian autentik (
using authentic assessment).
Sementara Johnson B.Elaine (2007: 58) mengatakan Contextual Teaching
and Learning adalah sistem pengajaran yang merangsang otak untuk menyusun
pola yang menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademik
dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa.
Pembelajaran kontekstual dalam penelitian penulis adalah proses belajar
yang bersifat holistik untuk membantu peserta didik dalam memahami makna
materi dengan cara mengaitkan antara materi pengetahuan yang telah dimiliki
maupun pengetahuan yang sedang dipelajari dengan kehidupan nyata yang ada
disekitar atau dialami oleh peserta didik, dengan melibatkan komponen-komponen
seperti : (1) konstruktivisme, (2) inkuiri, (3) masyarakat belajar, (4) bertanya, (5)
pemodelan, dan (6) penilaian autentik.
Pembelajaran Konvensional. Menurut Rooijakkers yang ditulis
Dwijastuti (2001:60) menjelaskan bahwa pembelajaran konvensional merupakan
pendekatan pembelajaran satu arah yang berpusat pada guru.Dalam prakteknya
guru sebagai sumber informasi utama yang mengambil peranan sentral dalam
pembelajaran. Oleh sebab itu pembelajaran konvensional banyak dilaksanakan
dengan metode ceramah, pembelajaran berjalan dengan satu arah, pemanfaatan
sumber-sumber belajar yang ada di sekitar kita kurang apalagi pemanfaatan
tehnologi sebagai pengajaran.Menurut Neil yang ditulis Dwijastuti (2001: 58)
menyebut pembelajaran konvensional sebagai pendekatan pembelajaran yang
menekankan hubungan stimulus respons teramati.Kondisi ini kurang
memanfaatkan sumber-sumber belajar yang ada.dengan demikian kerja guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 9
sebagai seorang ilmuwan ditinggalkan. Peserta didik dianggap sebagai botol
kosong yang harus diisi oleh guru dengan informasi sebanyak –banyaknya.
Orientasi guru dalam pembelajaran konvensional ini terletak pada tercapainya
tujuan belajar bukan pada proses pembelajaran sehingga peserta didik menjadi
pasif.
Pembelajaran Konvensional oleh Winkel (1991:178) disebut dengan
pembelajaran dengan prosedur didaktik. Kegiatan guru dikelompokkan dalam
tiga pola yaitu pola narasi, pola perundingan bersama dan pola pemberian tugas.
Narasi merupakan pemaparan materi pembelajaran oleh guru yang dilakukan
secara ceramah, materi yang disajikan berupa konsep, hukum atau dalil,
perundingan bersama dilaksanakan hanya sesekali serta diakhiri dengan
pemberian tugas –tugas , begitu pola pembelajaran secara konvensional yang
dilakukan secara mekanitis, sehingga membuat peserta didik cepat mengalami
kejenuhan dalam pembelajaran.
Woolfok & Nicolich(1984:240) berpendapat bahwa:
The conventional approach is appropriate for teaching the concepts,certain
problem arise. ( Pendekatan konvensional sesuai untuk mengajarkan
konsep,masalah yang timbul).
Menurut Muhibbun Syah ( 1995:203) Ceramah adalah sebuah metode
mengajar yang paling klasik,tetapi masih dipakai orang dimana-mana hingga
sekarang. Metode ceramah ialah metode mengajar dengan menyampaikan
informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada
umumnya mengikuti secara pasif. Metode ceramah sebuah cara melaksanakan
pengajaran yang dilakukan guru secara monolog dan hubungan satua arah.
Aktivitas siswa menyimak sesekali mencatat. metode ceramah mempunyai ciri
khas sebagai berikut : (1) Sifat materi Informative,factual,(2) Tujuan untuk
pemahaman dan pengetahuan,(3) Keunggulannya lebih banyak materi yang
tersaji,(4) Kelemahannya siswa pasif. Menurut Hassibuan (2004:13)metode
ceramah adalah cara penyampaian materi bahan pelajaran dengan komunikasi
lisan. Masih menurut Hasibuan ,langkah-langkah dalam metode ceramah adalah
(1) Rumuskan tujuan pembelajaran (2) Susun bahan ceramah. (3) Penyampaian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 10
bahan. (4) Adakan rencana penilaian.Metode ceramah menjadi pilihan dalam
pengajaran jika (1) Untuk menyampaikan informasi. (2)Bila bahan ceramah
langka.(3) Kalau organisasi sajian harus disesuaikan dengan sifat penerima.(4)
Bila perlu membangkitkan minat.(5) Kalau bahan cukup diingat sebentar.(6)
Untuk memberi pengantar atau petunjuk bagi format lain.
Pembelajaran konvensional dalam penelitian penulis adalah pembelajaran
dengan paradigma lama dimana guru menyampaikan informasi dengan metode
ceramah, memberikan contoh ,dan diakhiri dengan pemberikan soal atau tugas.
Kompetensi. Menurut McAshan dan Mulyasa (2004:38) kompetensi
merupakan pengetahuan,keterampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh
seseorang yang telah menjadi bagian dirinya sehingga ia dapat melakukan
perilaku-perilaku kognitif,afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya.
Depdiknas (2003:13) mengatakan kompetensi adalah kemampuan yang
dapat dilakukan peserta didik yang mencakup pengetahuan,keterampilan,dan
perilaku.
Menurut Surat Keputusan Menteri pendidikan Nasional Nomor 045
/U/2002 tentang kurikulum inti perguruan tinggi, mengatakan kompetensi adalah
seperangkat tindakan cerdas,penuh tanggung jawab,yang dimiliki seseorang
sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan
tugas-tugas dibidang tertentu (pasal 1).
Sementara Association K.U. leven mendefinisikan kompetensi yang ditulis
dalam : http://my.opera.com/winsolu/blog/pengertian-kompetensi , mengatakan
bahwa kompetensi adalah pengintegrasian dari pengetahuan, keterampilan, dan
sikap yang memungkinkan untuk melaksanakan satu cara efektif.
Definisi kompetensi oleh RobertA.Roe (2001) yang ditulis dalam :
http://my.opera.com/winsolu/blog/pengertian-kompetensi, mengatakan bahwa:
“Competence is defined as the ability to adequately perform a task, duty or role. Competence integrates knowledge, skills, personal values and attitudes. Competence builds on knowledge and skills and is acquired through work experience and learning by doing”. (Kompetensi didefinisikan sebagai kemampuan untuk menampilkan performans suatu pekerjaan, tugas atau peran secara wajar. Kompetensi merupakan perpaduan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 11
antara pengetahuan ,keterampilan, nilai kepribadian dan sikap.Kompetensi dibentuk berdasarkan pengetahuan dan keterampilan dan dibentuk melalui pengalaman kerja dan belajar dengan tindakan. ) Depdiknas,Pembinaan SMK (2008: iv ) kompetensi adalah kemampuan
bersikap,berfikir, dan bertindak secara konsisten sebagai perwujudan dari
pengetahuan,sikap, dan keterampilan yang dimiliki oleh peserta didik.
Arif Rohman (2009:151) mengatakan kompetensi adalah seperangkat
pengetahuan,keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki ,dihayati, dan
dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.
Pengertian kompetensi dalam penelitian penulis adalah seperangkat
tindakan cerdas,penuh tanggung jawab yang meliputi perilaku kognitif,afektif dan
psikomotor dan telah menjadi bagian dari dirinya sebagai syarat untuk dianggap
mampu oleh masyarakat dalam bidangnya.
B. Metodologi Penelitian yang digunakan.
Penulis melakukan penelitian di SMK Negeri sekabupaten Karanganyar kelas
XI kelompok Teknologi Industri pada semester-1 tahun pelajaran 2010/2011.
Waktu penelitian dimulai dari penyusunan proposal dan survei lapangan
dilakukan selama 3 bulan dimulai bulan Juni sampai dengan bulan Agustus tahun
2010. Pengambilan data dilakukan selama 3 bulan dimulai bulan September
sampai bulan November 2010. Analisa data dan pelaporan bulan Desember 2010
sampai dengan bulan Januari 2011.
Jenis penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian eksperimen dengan
desaian analisa data faktorial 2 x 2 .
Populasi pada penelitian penulis adalah siswa kelas XI kelompok teknologi
di SMK Negeri sekabupaten Karanganyar dengan jumlah 831 siswa yang
mempunyai kompetensi fisika,kimia,biologi,kejuruan,kewirausahaan, dan lain-
lain. Populasi targetnya adalah siswa kelas XI kelompok teknologi di SMK Negeri
sekabupaten Karanganyar dengan jumlah 831 siswa yang mempunyai kompetensi
kimia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 12
Sampling yang digunakan penulis dalam penelitian adalah teknik multi stage
cluster random sampling. Teknik cluster random sampling memandang satuan-
satuan sampel tidak terdiri dari individu-individu melainkan dari kelompok –
kelompok individu atau cluster (Sutrisno Hadi, 2004: 94).
Dari hasil sampling yang telah dilakukan, sampel dalam penelitian terdiri 74 siswa
merupakan kelompok eksperimen dengan pembelajaran kontekstual dilaksanakan di
SMK Negeri Jumantono dan 62 siswa merupakan kelompok kontrol dengan pembelajaran
konvensional dilaksanakan di SMK Negeri Jatipuro dan 69 siswa sebagai kelompok
uji coba instrumen di SMK Negeri 2 Karanganyar.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian meliputi (1) Tes kognitif kimia
digunakan untuk memperoleh data kognitif kimia, (2) Angket pertama untuk
memperoleh data afektif (3) Angket kedua untuk memperoleh data kecerdasan
emosi. (4) Dokumen untuk .memperoleh data awal kompetensi kimia
C. Hasil Uji coba instrumen
Uji coba instrumen yang dilakukan meliputi(1) uji coba instrumen tes
kognitif kimia (2) Uji coba instrumen afektif, dan (3) Uji coba instrumen
kecerdasan emosi.Uji coba instrumen dilaksanakan di SMK Negeri 2
Karanganyar.
Uji coba instrumen tes kognitif kimia dari 60 butir soal setelah dilakukan
pengolahan data dan dilakukana uji beda soal,tingkat kesukaran soal dan validitas
butir soal diperoleh 48 butir soal dikatakan valid dan 12 butir soal dikatakan tidak
valid, dengan reliabilitas 0,9332. Reliabilitas soal diukur dengan KR-20
Uji coba instrumen afektif dari 40 butir soal setelah dilakukan pengolahan
data dan dilakukan validitas instrumen dengan produk momen yang dikatakan
valid berjumlah 33 butir soal dan dilakukan uji reliabilitas dengan rumus Alph
diperoleh harga reliabilitas 0,442 . Dikatakan instrumen reliabel karena harga r
hitung lebih besar dari r tabel.
Uji coba instrumen kecerdasan emosi dari 78 butir soal setelah dilakukan
pengolahan data dan dilakukan validitas instrumen dengan pproduk momen dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 13
uji reliabilitas dengan rumus alpha , maka dikatakan instrumen dikatakan valid
dan reliabel berjumlah 63 butir soal dengan harga reliabilitas 0,953 . Butir soal
yang tidak valid berjumlah 15 butir soal.
D. Hasil penelitian
Data hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut :
1. Nilai kompetensi kimia dari 74 siswa, hasil mengikuti pembelajaran
kontekstual dengan nilai tertinggi 100, nilai terendah 52,1 ,nilai rata-rata
78,58 dan standar deviasi 14,83.
2. Nilai kompetensi kimia dari 62 siswa, hasil pembelajaran konvensional
dengan nilai tertinggi 83,3 nilai terendah 20,8 nilai rata-rata 51,44 dan standar
deviasi 15,15.
3. Nilai kompetensi kimia dari 40 siswa yang mempunyai tingkat kecerdasan
emosional rendah setelah mengikuti pembelajaran kontekstual dengan nilai
tertinggi 97,9 nilai terendah 52,1 nilai rata-rata 70,4 dan standar deviasi
13,82.
4. Nilai kompetensi kimia dari 34 siswa yang mempunyai tingkat kecerdasan
emosional tinggi setelah mengikuti pembelajaran kontekstual dengan nilai
tertinggi 100 nilai terendah 72,9 nilai rata-rata 88,24 dan standar deviasi
16,49.
5. Nilai kompetensi kimia dari 29 siswa yang mempunyai tingkat kecerdasan
emosional rendah setelah mengikuti pembelajaran konvensional dengan nilai
tertingi 62,5 nilai terendah 20,8 nilai rata-rata 47,41 dan standar deviasi
12,41.
Nilai kompetensi kimia dari 33 siswa yang mempunyai tingkat kecerdasan
emosional tinggi setelah mengikuti pembelajaran konvensional dengan nilai
tertingi 83,3 nilai terendah 20,8 nilai rata-rata 55 dan standar deviasi 16,58.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 14
E. Analisa Data
Data yang diperoleh dilakukan uji persyaratan yang meliputi (1) Uji
normalitas , dan (2 ) Uji homogenitas. Uji normalitas menggunakan uji lilifors.
Hasil perhitungan dengan uji Lilifors dapat dilihat tabel sebagai berikut :
Tabel : Rangkuman Hasil Perhitungan Normalitas.
No Populasi Yang diuji N α L
maks.
L
tabel Kesimpulan
1
Pembelajaran
Kontekstual 74 0,05 0,085 0,103
Populasi
berdistribusi
Normal
2
Pembelajaran
Konvensional 62 0,05 0,091 0,113
Populasi
berdistribusi
Normal
3
Pembelajaran
Kontekstual,Kecerdasan
Emosi rendah
40 0,05 0,132 0,140
Populasi
berdistribusi
Normal
4
Pembelajaran
Kontekstual,Kecerdasan
Emosi Tinggi.
34 0,05 0,120 0,152
Populasi
berdistribusi
Normal
5
Pembelajaran
Konvensional,Kecerdasan
Emosi rendah
29 0,05 0,130 0,165
Populasi
berdistribusi
Normal
6
Pembelajaran
Konvensional,Kecerdasan
Emosi tinggi.
33 0,05 0,136 0,154
Populasi
berdistribusi
Normal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 15
Uji selanjutnya dengan uji homogenitas dengan menggunakan uji Bartllet. Uji
homogenitas untuk (1) pembelajaran kontekstual dengan pembelajaran
konvensional diperoleh x2 = 0,03 serta tidak termasuk daerah kritis sehingga data
dikatakan homogen (2) kelompok siswa yang kecerdasan emosi rendah dan
kelompok siswa yang kecerdasan emosinya tinggi diperoleh harga diperoleh x2 =
0,717 serta tidak termasuk daerah kritis sehingga data dikatakan homogen. (3)
kelompok interaksi antara model pembelajaran dengan kecerdasan emosi
diperoleh harga x2 = 3,55 serta tidak termasuk daerah kritis maka dikatakan data
dikatakan homogen.
F. Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis digunakan uji anava dua jalan dengan sel tak sama.
Hasil perhitungan anava dua jalan dengan sel tak sama dapat dilihat pada tabel
dibawah ini .
Sumber Variansi JK dk RK Fhitung F tabel Keputusan
Uji
ModelPembelajaran (A) 26497,527 1 26497,527 200,739 3,84 Ho di tolak
Kecerdasan Emosi(B) 5429,589 1 5429,587 41,133 3,84 Ho di tolak
Interaksi Antara Model Pembelajaran dan Kecerdasan Emosi(AB) 898,589 1 898,576 6,807
3,84 Ho ditolak
Galat 23289,62 132 176,437 - - -
Total 56115,324 135 - - - -
Karena Ho di tolak maka perlu dilakukan uji lanjut pasca anava dengan
menggunakan metode Scheef. Rangkuman hasil metode scheef adalah sebagai
berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 16
Jenis Komparasi Nilai F F tabel Keputusan Uji Kesimpulan
Baris ( F1.-2.) 141,252 3,84 HoA ditolak Untuk menentukan mana yang lebih baik dilihat dari
harga reratanya.
Kolom ( F.1-.2) 24,1675 3,84 HoB ditolak
Sel (Interaksi) ( F11-21) 50,4053 2,36 HoAB ditolak
Sel (Interaksi) ( F12-22) 104,6178 2,36 HoAB ditolak
Sel (Interaksi) ( F11-12) 33,0034 1,96 HoAB ditolak
Sel (Interaksi) ( F21-22) 5,0531 1,40 HoAB ditolak
Hasil uji lanjut Ho ditolak maka untuk melihat mana yang lebih baik dilihat
reraratanya. Rangkuman rerata masing-masing sel sebagai berikut :
Model Pembelajaran Tingkat Kecerdasan Emosi Siswa Rerata
Marginal Rendah (Bo) Tinggi (B1)
Kontekstual (Ao) 70,4 ( N=40) 88,2 (N=34) 78,58
Konvensional (A1) 47,4 (N=29) 55 (N=33) 51,4
Rerata Marginal 60,7 71,9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 17
BAB III
KESIMPULAN
Pertama pembelajaran kontekstual mempunyai pengaruh yang lebih baik
terhadap penguasaan kompetensi kimia pada membedakan larutan elektrolit dan
non elektrolit serta membuat larutan dengan satuan konsentrasi dibanding dengan
pembelajaran konvensional.Indikator yang digunakan adalah rerata nilai
kompetensi kimia pada pembelajaran kontekstual lebih tinggi dibanding dengan
rerata nilai kompetensi kimia pada pembelajaran konvensional.
Kedua, tingkat kecerdasan emosional siswa mempunyai pengaruh terhadap
penguasaan kompetensi kimia.Siswa dengan tingkat kecerdasan emosional tinggi
mempunyai penguasaan kompetensi kimia pada membedakan larutan elektrolit
dan non elektrolit serta membuat larutan dengan satuan konsentrasi lebih baik
dibanding dengan siswa yang mempunyai tingkat kecerdasan emosional rendah.
Ketiga ada pengaruh interaksi antara model pembelajaran dan kecerdasan
emosional siswa dengan penguasaan kompetensi kimia.Pembelajaran kontekstual
pada siswa yang memiliki tingkat kecerdasan emosional tinggi mempunyai
tingkat penguasaan kompetensi kimia pada membedakan larutan elektrolit dan
non elektrolit serta membuat larutan dengan menggunakan satuan konsentrasi
lebih baik dibanding dengan pembelajaran konvensional pada siswa yang
memiliki tingkat kecerdasan emosional rendah. Indikator yang digunakan adalah
rerata nilai kompetensi kimia. Rerata nilai kompetensi kimia yang diperoleh
dalam pembelajaran kontekstual pada siswa yang tingkat kecerdasan
emosionalnya tinggi lebih baik dibanding dengan rerata nilai kompetensi kimia
yang diperoleh dalam pembelajaran konvensinal pada siswa yang tingkat
kecerdasan emosionalnya rendah.