pengaruh modal psikologis dan keadilan terhadap...

127
PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KEADILAN TERHADAP TOTALITAS KERJA PADA KARYAWAN BANK SYARIAH Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) Oleh : ANNISA SHAFIRA 1112070000007 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H / 2019 M

Upload: others

Post on 10-Nov-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS DAN KEADILAN

TERHADAP TOTALITAS KERJA PADA

KARYAWAN BANK SYARIAH

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

Oleh :

ANNISA SHAFIRA

1112070000007

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H / 2019 M

iii

MOTTO

“ The brick walls are there to give us a chance to show how

badly we want something. “

(Randy Pausch)

iv

ABSTRAK

A) Fakultas Psikologi

B) Juli 2019

C) Annisa Shafira

D) Pengaruh Modal Psikologis dan Keadilan terhadap Totalitas Kerja pada

Karyawan Bank Syariah

E) xiv + 94 halaman + 20 lampiran

F) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh modal psikologis (efikasi

diri, optimisme, harapan, dan resiliensi) dan keadilan pada kekuatan karakter

(citizenship, fairness, dan leadership) terhadap totalitas kerja. Populasi

penelitian ini adalah karyawan bank syariah di wilayah Jabodetabek. Jumlah

sampel sebanyak 183 karyawan yang diambil dengan teknik nonprobability

sampling. Uji validitas alat ukur menggunakan teknik confirmatory factor

analysis (CFA). Teknik analisis data penelitian menggunakan multiple

regression analysis. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdapat

tiga skala, yaitu Utrecht Work Engagement Scale (UWES) untuk pengukuran

totalitas kerja, Psychological Capital Questionnaire (PCQ) untuk mengukur

modal psikologis, dan skala Values in Action Inventory of Strengths (VIA-IS)

untuk mengukur keadilan.

Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa harapan, resiliensi dan leadership

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap totalitas kerja pada karyawan

Bank Syariah. Hasil penelitian juga menunjukan proporsi varians dari totalitas

kerja yang dijelaskan oleh seluruh variabel independen adalah sebesar 59.9%,

sedangkan 40.1% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini.

Penulis berharap implikasi dari hasil penelitian ini dapat dikaji kembali pada

penelitian selanjutnya. Misalnya, dengan menambahkan variabel lain yang

berkaitan dengan totalitas kerja dan dapat dibandingkan dengan faktor lain

yang belum sempat diteliti. Selanjutnya, disarankan kepada para karyawan

untuk memiliki bekal dalam diri seperti keyakinan diri, optimisme, harapan.

Sehingga karyawan selalu berfikiran positif dan terdorong untuk

menyelesaikan tugas serta memili tekad yang kuat untuk mencapai tujuan.

Lebih lanjut, karyawan diharapkan terlibat dalam kerjasama tim sesuai arahan

atasan, sehingga tujuan yang ingin dicapai dapat segera tercapai.

G) Bahan bacaan: 53; buku: 8 + jurnal: 39 + thesis: x + disertasi: x + web link: 7

H) Kata kunci: totalitas kerja, modal psikologis, keadilan

v

ABSTRACT

A) Faculty of Psychology

B) July 2019

C) Annisa Shafira

D) The influence of Psychological Capital and Justice toward Work Engagement

in Employee of Bank Sharia

E) xiv + 94 page + 20 appendix

F) The study aims to determine the influence of psychological capital (self-

efficacy, optimism, hope, and resilience) and justice (citizenship,

fairness, and leadership) toward the work engagement. The population the

research are employees of Bank Sharia in the Jabodetabek area. The total amount

of samples are 183 employees taken with the nonprobability sampling technique.

The validity test of measuring instruments using Confirmatory Factor Analysis

(CFA) technique. Research data analysis technique using multiple regression

analysis. Instrument used in this study were three scales, that is Utrecht Work

Engagement Scale(Uwes) for measuring the work engagement, Psychological

Capital Questionnaire (PCQ) for measuring psychological capital, and the Values

in Action Inventory of Strengths (VIA-IS) to measure justice.

The hypothesis test results showed that hope, resiliency and leadership had a

significant influence on work engagement of sharia Bank employees. The results

of the study also showed the proportion of variance of the work engagement

described by the entire independent variables are 59.9%, while the the remaining

40.1% is affected by other variables outside of this study.

The author hope the implications of the research can be reviewed again on

subsequent studies. For example, by adding other variables related to the work

engagement and can be compared with other factors that have not been

researched. Furthermore, it is advisable for employees to have provision in

themselves such as confidence, optimism, hope. So the employees are always

positive thinking and encouraged to complete the task and have a strong

determination to achieve the goal. Furthermore, employees are expected to engage

in teamwork as directed by supervisor, so the goals that they want to achieve can

be reached immediately.

G) Reading: 53; books: 8 + journals: 39 + thesis: x + disertation: x + web link: 7

H) Keywords: work engagement, psychological capital, character strengths

justice

vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmannirrahiim.

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, segala puji dan rasa syukur untuk segala anugerah yang tiada

terkira kepada Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya,

kasih saying-Nya, pemberi pertolongan dan penerima segala do’a. Tidak terlupa

shalawat serta salam yang selalu tercurah kepada suri tauladan kita, Nabi

Muhammad SAW. beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya, yang telah membawa

ilmu kepada umat manusia di dunia. Sehingga saat ini penulis dapat melalui

proses studi dan menyelesaikan sebagian syarat untuk mengakhiri pendidikannya

di jenjang S1, yakni skripsi. Karena terselesaikannya skripsi ini tidak pernah luput

dari campur tangan-Nya

Terwujudnya skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan banyak pihak

yang senantiasa membimbing penulis, baik dalam bentuk sumbangan pikiran,

tenaga, dan waktu kepada penulis. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis untuk

menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Ibu Dr. Zahrotun Nihayah, M.Si ,selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta seluruh

jajaran dekanat lainnya yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas

terbaik kepada seluruh mahasiswa Psikologi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, untuk menjadi lulusan Sarjana Psikologi.

2. Bapak Dr. Abdul Rahman Shaleh, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi.

Penulis mengucapkan terima kasih atas segala bimbingan, kritikan,

masukan, dan nasihat yang diterima selama pembuatan skripsi ini.

3. Ibu Dr. Diana Mutiah, M.Si. selaku dosen pembimbing akademik kelas A

2012 beserta seluruh dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan dan

pembelajaran kepada penulis, serta staff pegawai juga staff Civitas

Akademika yang telah memudahkan penulis dalam proses administrasi.

Penulis mengucapkan terimakasih atas segala bimbingan selama

perkuliahan serta dukungan dalam menuntaskan skripsi. Semoga Allah

SWT. Selalu memberikan keberkahan ilmu kepada mereka.

4. Kedua orang tua penulis, Mamah dan Papah, Uwa Nia beserta

keluarganya, juga adik-adik, serta seluruh keluarga besar yang selalu

memberikan dukungan tiada hentinya juga mendo’akan penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

5. Keluarga besar Cinere garis keras, Jey, Restu, Zikrina, Abduh dan Firas,

yang telah menemani penulis semasa kuliah semenjak semester pertama

hingga membantu penulis sampai sekarang untuk menuntaskan skripsi,

yang selalu memberikan nasihat dan menyediakan waktunya di Cinere.

vii

6. Riani Amalia, serta semua sahabat SMA yang terlibat di dalamnya yang

selalu mengingatkan, memberikan semangat, dukungan, bantuan tenaga,

waktu, serta mendo’akan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Ahmad Abdat, yang telah memberikan dukungan dan motivasi terhadap

penulis. Terimakasih Amat sudah menjadi seseorang yang mendukung

pada masanya.

8. Semua pihak yang terlibat terutama responden penelitian yang sudah

meluangkan waktu dan tenaga dalam pengisian kuisioner.

Semoga segala bantuan yang telah diberikan dibalas berlipat ganda oleh Allah

SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu, segala kritik dan saran yang membangun akan sangat berguna agar

pada penulisan selanjutnya dapat menghasilkan karya yang lebih baik lagi.

Semoga skripsi ini dapat memberi manfaat, tidak hanya bagi penulis namun bagi

siapapun yang membacanya.

Jakarta, July 2019

Penulis

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ iii

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ iv

ABSTRAK ........................................................................................................... vi

ABSTRACT ......................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ x

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiiv

BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1

1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................................. 12

1.2.1 Pembatasan Masalah ................................................................. 12

1.2.2 Perumusan Masalah .................................................................. 13

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... 14

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................. 14

BAB 2 LANDASAN TEORI ............................................................................. 16 2.1 Totalitas Kerja .................................................................................... 16

2.1.1 Definisi Totalitas Kerja ............................................................. 16

2.1.2 Komponen Totalitas Kerja ........................................................ 18

2.1.3 Ciri-ciri Totalitas Kerja ............................................................. 20

2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Totalitas Kerja ................... 23

2.1.5 Pengukuran Totalitas Kerja ........................................................ 26

2.2 Modal Psikologis ................................................................................. 27

2.2.1 Definisi Modal Psikologis .......................................................... 27

2.2.2 Komponen Modal Psikologis ..................................................... 29

2.2.3 Pengukuran Modal Psikologis ................................................... 32

2.3 Keadilan .............................................................................................. 33

2.3.1 Definisi Keadilan ....................................................................... 34

2.3.2 Komponen Keadilan................................................................... 34

2.3.3 Pengukuran Keadilan ................................................................. 36

2.4 Kerangka Berpikir .............................................................................. 36

2.5 Hipotesis Penelitian ............................................................................ 42

BAB 3 METODE PENELITIAN ...................................................................... 43 3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel .......................... 43

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ..................... 43

ix

3.3 Instrumen Pengumpulan Data ............................................................ 45

3.3.1 Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 45

3.3.2 Instrumen Penelitian................................................................... 46

3.4 Uji Validitas Konstruk ....................................................................... 50

3.4.1 Uji Validitas Konstruk Totalitas Kerja ...................................... 50

3.4.2 Uji Validitas Konstruk Modal Psikologis .................................. 56

3.4.2.1 Efikasi Diri ...................................................................... 56

3.4.2.2 Optimisme ....................................................................... 57

3.4.2.3 Harapan ........................................................................... 58

3.4.2.4 Resiliensi ......................................................................... 59

3.4.3 Uji Validitas Konstruk Keadilan ................................................ 60

3.4.3.1 Citizenship ....................................................................... 60

3.4.3.2 Fairness ........................................................................... 61

3.4.3.3 Leadership ....................................................................... 62

3.5 Teknik Analisis Data .......................................................................... 63

3.6 Prosedur Penelitian ............................................................................. 66

3.6.1 Tahapan Persiapan ..................................................................... 66

3.6.2 Tahapan Pelaksanaan ................................................................. 66

3.6.3 Tahapan Pengolahan Data .......................................................... 67

BAB 4 HASIL PENELITIAN ........................................................................... 69 4.1 Karakteristik Subjek Penelitian ........................................................... 69

4.2 Hasil Analisis Deskriptif Variabel Penelitian .................................... 71

4.2.1 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian ....................................... 72

4.3 Hasil Uji Hipotesis Penelitian ............................................................ 73

4.3.1 Analisis Regresi Variabel Penelitian .......................................... 73

4.3.2 Pengujian Proporsi Varians Independent Variable .................... 79

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN .................................................... 81 5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 81

5.2 Diskusi ............................................................................................... 82

5.3 Saran ................................................................................................... 86

5.3.1 Saran Teoritis ............................................................................ 86

5.3.2 Saran Praktis .............................................................................. 87

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 91

LAMPIRAN ........................................................................................................ 95

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir .................................................................. 41

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Blueprint Skala Totalitas Kerja ............................................................ 47

Tabel 3.3 Blueprint Skala Modal Psikologis......................................................... 48

Tabel 3.4 Blueprint Keadilan ................................................................................ 49

Tabel 3.5 Muatan Faktor Item Totalitas Kerja ...................................................... 56

Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Efikasi Diri .......................................................... 57

Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Optimisme ............................................................ 58

Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Harapan ................................................................ 58

Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Resiliensi .............................................................. 59

Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Citizenship .......................................................... 61

Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Fairness .............................................................. 62

Tabel 3.12 Muatan Faktor Item Leadership .......................................................... 63

Tabel 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ..................................................... 69

Tabel 4.2 Hasil Analisis Deskriptif ....................................................................... 71

Tabel 4.3 Norma Kategorisasi Skor Variabel Penelitian ...................................... 72

Tabel 4.4 Tabel Kategorisasi Skor Variabel Penelitian ........................................ 72

Tabel 4.5 Model Summary Analisis Regresi ......................................................... 74

Tabel 4.6 Anova Pengaruh Keseluruhan IV terhadap DV .................................... 75

Tabel 4.7 Koefisien Regresi .................................................................................. 76

Tabel 4.8 Proporsi Varians tiap IV terhadap DV .................................................. 79

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner ........................................................................................... 95

Lampiran 2 Syntax dan Path Diagram ................................................................ 103

Lampiran 3 Tabel Regresi ................................................................................... 113

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bank memiliki andil yang cukup besar terhadap jalannya pertumbuhan ekonomi

bangsa ini. Bank di Indonesia tidak hanya bank konvensional saja yang bergerak,

namun bank syariah mulai memainkan peranannya.

Perbankan syariah tumbuh dengan pesat dan telah menunjukkan

pertumbuhannya dengan ekspansi yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam

dua dekade. Pada akhir tahun 2008, pendapatan perbankan syariah telah mencapai

US $ 951 Miliar dengan operasi di lebih dari 50 negara (Hanif, 2011). Penelitian

Abd. Majid, Musnadi, & Putra (2014) mengatakan pada tahun 2009-2011 bahwa

bank syariah di Indonesia memiliki kualitas manajemen aset bank yang lebih baik

dibandingkan bank konvensional. Keberadaan Bank Syariah di Indonesia sendiri

mengacu pada hukum Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan

Syariah. Undang-undang tersebut bertujuan untuk memperkuat ruang lingkup bagi

pertumbuhan pasar keuangan Islam di Indonesia (Ika & Abdullah, 2011). Ini

menggambarkan bahwa Bank Syariah juga dapat menikmati keberadaannya di

Indonesia.

Dengan fakta bahwa negara Indonesia merjadi salah satu negara yang

memiliki jumlah penduduk muslim terbanyak. Hal ini yang menjadi perhatian

khusus bagi pihak-pihak yang bekerja di Bank Syariah. Dengan melimpahnya

masyarakat muslim, harapan yang tinggi akan pelayanan Bank Syariah terhadap

masyarakat menjadi penting untuk ditingkatkan.

2

Dilihat dari fenomena yang terjadi Bank Syariah tidak hanya dipengaruhi

faktor ekonomi, sumber daya manusia terlibat dalam pergerakan di dalam sistem

dan menjadi hal yang patut diperhatikan. Karyawan harus memiliki standarisasi

yang layak untuk mewujudkan visi & misi Bank Syariah. Seberapa besar curahan

yang mereka tumpahkan pada pekerjaannya. Sejauh mana keterlibatan para

karyawan terhadap pekerjaannya. Apakah karyawan sudah memberikan kontribusi

yang cukup pada perusahaan? Sehingga hasil yang di dapat menjadi sumbangsih

penting bagi perkembangan Bank Syariah.

Bank Syariah sendiri merupakan perusahaan yang menjunjung tinggi

tujuan sosial dan mempromosikan nilai-nilai Islam terhadap staf, klien dan

masyarakat umum mereka. Penulis fokus ingin melihat totalitas kerja pada

karyawan Bank Syariah di area Jabodetabek. Karyawan ini menjadi salah satu

faktor penentu keberhasilan suatu perusahaan, karena karyawan menjadi pelaku di

setiap aktivitas yang terjadi di dalam perusahaan tersebut.

Namun ditemukan data dalam indeks Global Human Capital, kualitas

SDM (Sumber Daya Manusia) Indonesia berada di peringkat ke-65 dari 130

negara. Sama dengan versi Bank Dunia, posisi Indonesia lebih buruk dari lima

negara ASEAN dan lebih baik dibandingkan dengan tiga negara ASEAN lainnya

(http://www3.weforum.org). Tidak lain bahwa sebuah perusahaan membutuhkan

karyawan dengan kualitas yang baik, yang energik dan berdedikasi tinggi terhadap

pekerjaannya.

Suatu perusahaan mencari karyawan yang dapat menginvestasikan dirinya

dalam pekerjaan, bersikap proaktif, menunjukkan inisiatif yang tinggi,

3

bertanggung jawab untuk mengembangkan keprofesionalan dirinya, serta

berkomitmen teguh pada standar kinerja yang berkualitas (Bakker & Demerouti,

2007). Sikap positif karyawan pada setiap aktivitas yang dijalankan akan berbuah

feedback yang positif pula terhadap masing-masing individu (Bakker & Leiter,

2010). Van Scotter, Cross, & Motowidlo (2000) mengemukakan bahwa individu

yang memiliki kinerja tinggi akan dipromosikan, diberikan penghargaan, dan

dihormati.

Schaufeli & Bakker (2004) mengatakan bahwa individu perlu secara aktif

memfasilitasi dirinya dalam menjalankan pekerjaannya, sehingga dapat maksimal

dalam bekerja dan memberi kontribusi untuk keberhasilan suatu perusahaan.

Karena menurut (Bakker & Leiter, 2010), individu yang terlibat secara aktif

dengan pekerjaannya akan merasa terdorong untuk berusaha maju dan ingin

meraih kesuksesan.

Karyawan yang berkomitmen teguh dan memiliki dedikasi tinggi akan

terikat pula dengan pekerjaan yang harus diselesaikan. Dedikasi tinggi terhadap

pekerjaan ini yang akan diangkat oleh penulis, biasa disebut dengan totalitas

kerja. Bakker & Leiter (2010) mendefinisikan totalitas kerja sebagai keadaan yang

berhubungan dengan kesejahteraan dalam bekerja, dipenuhi semangat, serta

kelekatan yang kuat terhadap pekerjaan.

Totalitas kerja tidak sama dengan pecandu kerja (workaholic). Bakker &

Leiter (2010) menjelaskan bahwa workaholic cenderung menganggap pekerjaan

sebagai hal yang paling menyenangkan. Dalam (Bakker, Schaufeli, Leiter, &

Taris, 2008) menyatakan bahwa workaholic senang menghabiskan waktunya

4

dengan setumpuk pekerjaan. Ketika memiliki waktu longgar untuk melakukan hal

selain bekerja, mereka lebih memilih untuk bekerja dengan giat. Workaholic

kesulitan dalam melepaskan tanggungan pekerjaan, sehingga dimana pun mereka

berada hanya pekerjaan yang diingat kembali. Workaholic terlihat begitu ambisius

terhadap pekerjaan yang mereka miliki, sedangkan totalitas kerja berbeda dengan

workaholic.

Melanjutkan dari pemaparan tersebut, terdapat data mengenai jam kerja

yang berlebih. Menurut angka terbaru Organisasi Buruh Internasional

(International Labor Organization, ILO), di Asia lebih banyak orang bekerja

dengan jam kerja panjang: sebagian besar negara (32%) tidak memiliki batas

nasional universal untuk jam kerja maksimum mingguan dan 29% lainnya

memiliki ambang batas tinggi (60 jam atau lebih per minggu)

(https://www.bbc.com).

Data lain serupa mengatakan yang dilansir dari statista.com, Rabu (7/2),

penelitian Organisation For Economic Co-Operation And Development (OECD)

telah menjelaskan negara-negara dengan jam kerja lebih dari 60 jam setiap

pekannya atau 12 jam sehari. Indonesia berada di posisi 3 dengan negara yang

paling buruk keseimbangan antara kerja dan kehidupan dengan angka mencapai

14,3%, setelah Turki dan Korea Selatan, yang masing-masing mencapai 23,3%

dan 22,6%. Hal ini terjadi rata-rata pada negara-negara Asia, seperti Jepang

(9,2%) dan China (5,8%) (https://www.kumparan.com).

Hal ini menjadi satu dari lainnya hal yang mengurangi totalitas kerja

karyawan terhadap pekerjaannya, bahkan dapat mengganggu worlife balance

5

karyawan. Dalam Harter & Blacksmith (2012), Gallup menemukan bahwa setiap

individu di seluruh dunia mencari maksud sebenarnya dari “pekerjaan yang baik”.

Pekerjaan yang baik itu didapat darimana? Dari totalitas atau tidaknya seorang

karyawan.

Totalitas kerja relatif baru di bidang psikologi yang membahas kesehatan

kerja, sehingga dipandang sebagai bagian dari fenomena yang sedang

berkembang, yaitu mengarah pada pembahasan psikologi positif yang fokus pada

kelebihan dan fungsi optimal seorang karyawan ketimbang membahas kelemahan

dan kekurangannya (Seligman & Csikszentmihalyi, dalam Coetzer & Rothmann,

2007). Sebagai salah satu konstruk yang dimasukkan ke dalam psikologi positif,

totalitas kerja menekankan pada kondisi karyawan yang sejahtera. Dorongan

positif pada diri individu tersebut yang berpotensi meningkatkan produktivitas

suatu perusahaan. Namun sebaliknya pula ketika kesejahteraan bahkan kesehatan

akan karyawan tidak setara antara yang satu dengan yang lain, hal tersebut dapat

mempengaruhi karyawan dengan pekerjaannya

Ditemukan contoh kasus mengenai minimnya kesetaraan yang terjadi pada

karyawan bank, salah satunya merupakan upah kerja. Contoh kasus dari PT Bank

Permata Tbk., dimana Ketua Umum Serikat Pekerja bank tersebut mengatakan

bahwa pekerja di sektor perbankan di beberapa wilayah bahkan masih menerima

gaji di bawah standar upah minimum provinsi. Contoh kasus yang dirasakan di

Kota Depok dalam penetapan upah minimum sektoral, para pekerja di industri

jasa perbankan bersama dengan jasa perdagangan diputuskan mendapatkan upah

Rp3,69 juta per bulan. Upah tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan gaji

6

pekerja di sektor pasar modern, supermarket, dan hypermarket, yang ditetapkan

Rp3,98 juta per bulan. Upah pegawai bank jauh di bawah gaji pekerja di sektor

kimia dasar, industri kimia organik, energi, dan logam yang ditetapkan Rp4,17

juta per bulan (http://www.finansial.bisnis.com).

Kesetaraan akan keadilan terhadap karyawaan bank menjadi salah satu

kesenjangan yang menjadi penting untuk diperhatikan, pihak perusahaan harus

menemukan solusi dalam menimalisir pemicu berkurangnya totalitas kerja para

karyawannya, karena hal tersebut akan memberi dampak pada tujuan yang ingin

dicapai oleh suatu perusahaan. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan

(Chaudhary & Rangnekar, 2017) bahwa penghasilan pada karyawan ini menjadi

penting dalam mempengaruhi totalitas kerja karyawan tersebut. Harter et.al (2002)

menyimpulkan bahwa totalitas (engagement) berkaitan dengan hasil bisnis yang

berarti pada besaran yang penting untuk berbagai organisasi.

Menurut Schaufeli, Salanova, Gonzales-Roma, & Bakker (2002), totalitas

kerja merupakan konstruk motivasional yang diartikan sebagai keadaan positif

juga merasa terpenuhi, berhubungan dengan pemikiran dalam pekerjaan yang

ditandai dengan semangat (vigor), dedikasi (dedicaton), dan penyerapan

(absorption). Schaufeli & Bakker (2004) menyebut vigor sebagai energi yang

tercurah tinggi dan ketahanan mental saat bekerja beserta usaha yang kuat serta

tekun dalam menyelesaikannya, dedication sebagai keterlibatan penuh yang

mengacu pada identifikasi yang kuat terhadap pekerjaan mencakup rasa

kebermaknaan, bangga, antusiasme, inspirasi, juga tantangan, dan absorption

yang berupa konsentrasi tinggi serta memperlihatkan kesungguhan terhadap

7

pekerjaan sehingga sering merasa tenggelam dalam pekerjaan dan waktu terasa

cepat berlalu.

Terdapat beberapa penelitian yang mengindikasikan bahwa totalitas kerja

memiliki konsekuensi yang positif pada setiap individu dan tingkatan tiap

organisasi (Bakker, Demerouti, Hakanen, & Xanthopoulou, 2007). Salah satu

perusahaan konsultan di bidang tenaga kerja merilis survei terbarunya mengenai

Global Workforce Study 2012 yang mengikutkan 29 negara termasuk Indonesia

dengan total responden sebanyak 32.000 karyawan. Sekitar dua pertiga karyawan

di Indonesia tidak memiliki engagement yang tinggi dan berpengaruh terhadap

perusahaannya. Pertumbuhan pendapatan per share (EPS) pada perusahaan yang

memiliki level engagement yang tinggi lebih cepat (28%), sementara perusahaan

yang memliki penurunan engagement juga mengalami penurunan EPS ke tingkat

11,2% (Towers Perrin, Menutup Gap Engagement: Studi Tenaga Kerja Global)

(Krisbiyanto, 2013).

Studi terkait State of the Global Workplace juga dilakukan Gallup di 142

negara, satu dari delapan karyawan dari sekitar 180 juta karyawan di masing-

masing negara yang diteliti secara psikologis berkomitmen terhadap pekerjaan

mereka dan mungkin memberikan kontribusi positif bagi organisasi mereka.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap 300 karyawan yang telah dilakukan oleh

Gallup tahun 2011-2012, menunjukkan bahwa karyawan di Indonesia 8%

engaged, 77% not engaged, dan 15% actively disengaged yang persentase

engaged nya termasuk rendah dari 93 negara lainnya (Crabtree, 2013). Ini

menunjukkan seberapa penting peran totalitas kerja di dalam perusahaan, karena

8

data dari survei menujukkan bahwa presentase karyawan Indonesia yang engaged

rendah sekali dibandingkan dengan negara lain.

Shimazu & Schaufeli (2008) mengatakan bahwa konsep yang berfokus

pada psikologi positif dicetuskan oleh Wilmar Schaufeli (Utrecht University, the

Netherlands) tahun 2001, 54 artikel akademik yang fokus pada pengukuran

totalitas kerja (work engagement) sudah di publish dan dapat dilihat di

(www.schaufeli.com). Pada awal bulan Februari tahun 2018, hasil dari

penelusuran Google Scholar menunjukkan 3.300.000 pembahasan yang terkait

totalitas kerja. Sedangkan pada akhir bulan Juni 2019, penelusuran Google

Scholar mengenai totalitas kerja meningkat menjadi 3.680.000 jurnal yang

tersebar. Terbukti dari hasil temuan tersebut bahwa totalitas kerja masih hangat

untuk didiskusikan dan terus digunakan untuk pengembangan dari kekurangan

penelitian-penelitian sebelumnya, sesuai dengan perkembangan jaman dan

perbedaan ruang lingkup.

Berdasarkan pencarian tersebut, hal terkait dengan totalitas kerja ini telah

dibahas pada penelitian-penelitian sebelumnya yang dikaitkan dengan beberapa

hal pencetus munculnya totalitas kerja. Penulis menemukan bahwa beberapa

penelitian sebelumnya sudah membahas hal apa saja yang dapat mengidentifikasi

totalitas kerja pada karyawan. Beberapa faktor yang mempengaruhi totalitas kerja

berupa psychological capital dalam penelitian yang dilakukan Luthans, Youssef,

& Avolio (2007), meaning of work dalam penelitian yang dilakukan Beukes &

Botha (2013)¸ kekuatan karakter keadilan dalam penelitian yang dilakukan He,

Zhu, & Zheng (2013), job resources sebagai faktor situasi dan personal resources

9

sebagai faktor individu berdasarkan penelitian Bakker & Demerouti (2008),

workplace spirituality yang dikaitkan dengan work engagement berdasarkan

penelitian Petchsawang & McLean (2017), GRIT yang dihubungkan dengan work

engagement pada penelitian Suzuki, Tamesue, Asahi, & Ishikawa (2015), dan

masih ada faktor lainnya.

Dalam kesempatan ini, penulis akan melihat beberapa faktor yang

mempengaruhi totalitas kerja. Faktor pertama yang akan dibahas mengenai modal

psikologis (psychological capital). Modal psikologis merupakan konstruk yang

sedang berkembang saat ini (Shahnawaz & Jafri, 2009) yang diajukan sebagai

salah satu konsep penting yang dapat membantu menjelaskan masalah manusia

dalam organisasi. Modal psikologis (psychological capital atau yang disingkat

dengan PsyCap) menjadi salah satu faktor internal yang ingin penulis uji

pengaruhnya terhadap Totalitas Kerja. Modal psikologis (psychological capital)

atau lebih sering dikenal sebagai PsyCap merupakan sumber daya dalam diri

setiap manusia yang dapat memprediksikan totalitas kerja seorang karyawan,

dimana totalitas kerja dapat memberikan gambaran mengenai kinerja tugas dari

karyawan tersebut.

Luthans (2011) memberikan definisi modal psikologis sebagai suatu

kondisi/state psikologis yang positif pada individu dan dengan karakteristik:

pertama, memiliki kepercayaan diri (self-efficacy) melakukan tindakan yang perlu

untuk mencapai sukses dalam tugas-tugas yang menantang. Kedua, memiliki

atribusi yang positif (optimism) akan kesuksesan sekarang dan di masa depan.

Ketiga, berusaha keras untuk mencapai tujuan, dan jika dibutuhkan, individu

10

tersebut akan mengarahkan arah pergerakannya ke arah tujuan tersebut agar bisa

mencapai kesuksesan. Keempat, ketika mendapatkan masalah, individu tersebut

akan mampu bertahan dan berusaha lebih baik lagi (reciliency) agar bisa mencapai

kesuksesan.

Avolio (dalam Luthans et al.,2007) menjelaskan bahwa modal psikologis

dapat digunakan untuk meningkatkan kompetisi dalam mencapai keuntungan dan

kesuksesan perusahaan. Modal psikologis dianggap dapat menawarkan sebuah

potensi yang dinamis dan mampu berkembang sepanjang masa (Luthans, Youssef,

& Avolio, 2007). Agar tercapai keunggulan kompetitif, setiap organisasi perlu

beradaptasi pada pengembangan modal psikologis yang membuat organisasi itu

unik dan spesifik (Luthans & Youssef, 2004). Menurut Luthans, Youssef dan

Avolio (2007), keunggulan kompetitif yang harus dimiliki oleh organisasi

diperoleh melalui investasi, memanfaatkan, mengembangkan dan mengelola

modal psikologis (PsyCap).

Beberapa penelitian menyebutkan pentingnya konsep psychological

capital dalam suatu organisasi. Penelitian yang dilakukan Ferreira (2015)

menemukan adanya pengaruh yang signifikan modal psikologis terhadap totalitas

kerja. Dalam penelitian yang disusun oleh (Hodges, 2010) menemukan bahwa

terdapat pengaruh yang signifikan modal psikologis terhadap totalitas kerja.

Selain modal psikologis, faktor lain yang juga penting dapat berpengaruh

terhadap totalitas kerja adalah keadilan. Bekerja ini menjadi salah satu bidang

yang berpontesial untuk dijelaskan dan di implementasikan pada kekuatan

karakter (Littman-Ovadia & Steger, 2010) (Peterson & Park, 2006). Peterson &

11

Seligman (2004) mengatakan bahwa tugas, organisasi, dan hal lainnya yang

berkaitan dengan kondisi bekerja (demands, resources, stressors) dapat

mempengaruhi kesehatan mental karyawan, motivasi nya, dan well-being masing-

masing individu. Dan totalitas kerja sebagai hasil dari kondisi kerja itu sendiri,

dapat menimbulkan dampak yang negatif atau positif. Dalam hal ini, totalitas

kerja berkontribusi positif. Kekuatan karakter termasuk juga dalam konsep positif,

sebagai kestabilan dalam mempengaruhi seseorang total dalam bekerja.

Setidaknya kekuatan karakter terdapat beberapa dalam diri setiap individu, salah

satunya keadilan.

Keadilan pada character strengths menurut (Peterson & Seligman, 2004)

merupakan hal yang interpersonal bagi individu dalam cakupan yang luas, relevan

dengan optimalnya interaksi antar individu dengan kelompok atau komunitas.

Ketika ukuran kelompok yang ditemui lebih kecil, cakupannya menjadi lebih

personal. Keadilan merupakan kekuatan yang timbul di antara individu yang satu

dengan individu lainnya. Terdapat tiga sifat positif yang termasuk dalam

klasifikasi keadilan, yaitu citizenship sebagai seseorang yang bekerja dengan baik

dalam tim dan bakti penuh kepada tim nya dengan melaksanakan tugas bersama,

fairness sebagai perlakuan sama terhadap semua orang yang mengacu pada

gagasan keadilan, tidak membiarkan perasaan personal membiaskan keputusan

terhadap suatu hal, serta memberikan kesempatan yang sama kepada yang lain,

dan leadership sebagai pengaturan aktivitas terhadap tim dan mendorong tim nya

untuk segera menuntaskan tugas yang diberikan.

12

Mengenai keterkaitan keadilan (justice) sebagai kekuatan karakter dengan

totalitas kerja didapati dalam penelitian sebelumnya bahwa totalitas kerja sebagai

work-related outcomes berasosisasi secara positif dengan kekuatan karakter itu

sendiri (Littman-Ovadia, Lavy, & Boiman-Meshita, 2016). Dalam Littman, Lavy,

dan Boiman (2016) mengatakan bahwa beberapa penelitian telah menghubungkan

kekuatan karakter dengan pengalaman positif pada lingkup pekerjaan (Harzer &

Ruch, 2012) (Forest, Mageau, Crevier-Braud, Bergeron, Dubreuil, & Lavigne,

2012) (Littman-Ovadia & Lavy, 2015) (Littman-Ovadia & Steger, 2010)

(Peterson, Stephens, Park, Lee, & Seligman, 2009). Penelitian lain mengatakan

bahwa adanya pengaruh dari penggunaan kekuatan karakter pada totalitas kerja

(Lavy & Littman-Ovadia, 2016).

Beranjak dari penjelasan dan keterangan yang telah dipaparkan, totalitas

kerja dianggap penting untuk diteliti. Sejauh ini, penulis tidak banyak menemukan

studi literatur yang mengukur modal psikologis dan keadilan terhadap totalitas

kerja, khususnya pada karyawan Bank Syariah. Hal ini menjadi menarik dan

penulis akan melakukan penelitian mengenai ”Pengaruh Modal Psikologis dan

Keadilan terhadap Totalitas Kerja pada Karyawan Bank Syariah”.

1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah

1.2.1 Pembatasan Masalah

Agar permasalahan tidak meluas maka dari itu perlu adanya pembatasan

penelitian. Penelitian ini dibatasi pada pengaruh variabel bebas (modal psikologis

dan keadilan) dengan variabel terikat (totalitas kerja). Untuk lebih jelasnya, maka

penulis membatasi penelitian ini hanya kepada:

13

1. Totalitas kerja didefinisikan sebagai keaktifan dalam memfasilitasi diri dalam

menjalankan pekerjaannya, sehingga maksimal dalam bekerja dan memberi

kontribusi bagi keberhasilanm suatu perusahaan (Schaufeli dan Bakker,

2004). Totalitas kerja memiliki 3 komponen, yaitu semangat, dedikasi, dan

keterlarutan.

2. Modal Psikologis didefinisikan sebagai keadaan berkembangnya psikologis

individu yang positif dan terdiri dari karakteristik memiliki keyakinan

terhadap kemampuan diri, membuat atribusi yang positif tentang kesuksesan

di masa kini dan masa depan, memiliki harapan untuk mencapai tujuan, dan

ketika dihadapkan pada masalah dan tantangan dapat bertahan dan bangkit.

Modal psikologis memiliki 4 komponen, yaitu efikasi diri, opimisme,

harapan, dan resiliensi (Luthans et al., 2007).

3. Kekuatan karakter (character strengths) terdiri dari 6 aspek. Keadilan

(justice) menjadi salah satu yang digunakan dalam penelitian sebagai

kekuatan dalam aktivitas bersama yang akan mendasari sehat atau tidaknya

suatu komunitas. Keadilan memiliki 3 komponen, yaitu citizenship, fairness,

dan leadership (Peterson & Seligman, 2004).

4. Sampel dalam penelitian ini adalan Karyawan-karyawan di Bank Syariah.

1.2.2 Perumusan Masalah

1. Apakah ada pengaruh yang signifikan variabel modal psikologis (efikasi diri,

optimisme, harapan, dan resiliensi) dan keadilan (citizenship, fairness, dan

leadership) terhadap totalitas kerja pada karyawan Bank Syariah?

14

2. Apakah ada pengaruh yang signifikan variabel modal psikologis yang terdiri

dari dimensi efikasi diri, opimisme, harapan, dan resiliensi terhadap totalitas

kerja pada karyawan Bank Syariah?

3. Apakah ada pengaruh yang signifikan variabel keadilan yang terdiri dari

dimensi citizenship, fairness, dan leadership terhadap totalitas kerja pada

karyawan Bank Syariah?

4. Berapa besar pengaruh modal psikologis dan keadilan terhadap totalitas kerja

pada karyawan Bank Syariah?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui pengaruh variabel modal psikologis dan keadilan terhadap

totalitas kerja pada karyawan Bank Syariah.

2. Mengetahui pengaruh masing-masing dimensi dari variabel modal psikologis

yang meliputi efikasi diri, opimisme, harapan, dan resiliensi, serta masing-

masing dimensi dari variabel keadilan yang meliputi citizenship, fairness, dan

leadership terhadap totalitas kerja pada karyawan Bank Syariah.

3. Mengatahui besar sumbangan modal psikologis dan keadilan terhadap

totalitas kerja pada karyawan Bank Syariah.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian terbagi menjadi 2, yaitu:

a. Manfaat teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam

pengembangan ilmu psikologi, khususnya di bidang Psikologi Industri dan

15

Organisasi mengenai gambaran pengaruh modal psikologis dan keadilan

terhadap totalitas kerja pada karyawan Bank Syariah.

b. Manfaat Praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan untuk

mengatasi atau memberi solusi yang tepat kepada pihak terkait, seperti pihak

perusahaan untuk memperhatikan totalitas kerja di kalangan karyawan Bank

Syariah.

16

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Totalitas Kerja

2.1.1 Definisi totalitas kerja

Totalitas kerja memiliki istilah yang cukup beragam. Beberapa akademisi

menjelaskan totalitas kerja menggunakan istilah personal engagement (Kahn,

1990), work engagement (Schaufeli & Bakker, 2004) dan employee engagement

(Saks, 2006). Istilah work engagement dalam Bahasa Indonesia diartikan sebagai

keterlibatan kerja, keterikatan kerja, keterlarutan kerja dan totalitas kerja. Dalam

penelitian ini digunakan istilah totalitas kerja dari (Shaleh, 2016) yang

mengemukakan istilah totalitas kerja merupakan padanan kata yang sesuai untuk

mengartikan work engagement.

Totalitas kerja pada dasarnya adalah konsep motivasional yang mewakili

pembagian sumber daya personal terhadap tugas yang terkait dengan peran kerja

(Kanfer, 1990 dan Rich et al., 2010 dalam Christian, Garza dan Slaughter, 2011).

Bakker dan Leiter (2010) mendefinisikan totalitas kerja sebagai keadaan yang

penuh semangat dan mempunyai kelekatan yang kuat dengan pekerjaannya.

Karyawan yang totalitas kerja memiliki tingkat energi yang tinggi, sangat antusias

dalam pekerjaannya, dan ia biasanya sepenuhnya tenggelam dalam pekerjaannya

sehingga waktu terasa berjalan cepat (May et al., 2004 dalam Bakker &

Demerouti, 2008).

Kahn (1990) mendefinisikan totalitas kerja sebagai pekerjaan yang

simultan dan mengekspresikan diri terhadap apa yang disukai seseorang dalam

17

bertugas yang berhubungan terhadap pekerjaan dan orang lain, pribadi (fisik,

kognitif, emosional) dan kinerja aktif. Orang-orang memiliki dimensi pada diri

sendiri dengan syarat yang tepat bahwa orang-orang lebih suka mengekspresikan

perannya masing-masing. Menggunakan dimensi diri sendiri adalah untuk

mengarahkan energi pribadi ke dalam pekerjaan fisik, kognitif, dan emosional.

Schaufeli dan Bakker (2004) mendefinisikan totalitas kerja sebagai

keadaan positif, pemenuhan, kerja dari pusat pikiran yang dicirikan dengan

semangat, dedikasi dan keterlarutan. Lebih lanjut Schaufeli dan Bakker (2004)

menjelaskan ketiga aspek totalitas kerja, yang pertama adalah semangat.

Semangat merupakan curahan energi dan mental yang kuat selama bekerja,

keberanian untuk berusaha sekuat tenaga dalam menyelesaikan suatu pekerjaan,

dan tekun dalam menghadapai kesulitan kerja. Kedua adalah dedikasi yaitu

merasa terlibat sangat kuat dalam suatu pekerjaan dan mengalami rasa

kebermaknaan, antusiasme, kebanggaan, inspirasi dan tantangan. Ketiga adalah

keterlarutan, dalam bekerja individu selalu penuh konsentrasi dan serius terhadap

suatu pekerjaan. Dalam bekerja waktu terasa terlalu begitu cepat dan menemukan

kesulitan dalam memisahkan diri dengan pekerjaan.

Menurut Bakker dan Demerouti (2008), karyawan yang totalitas dalam

bekerja sering juga terlibat dalam hal-hal di luar kantor seperti olahraga, hobi

kreatif dan menjadi sukarelawan. Karyawan yang totalitas dalam bekerja juga

dapat merasakan lelah setelah bekerja namun dapat menjadikan kelelahan itu

sebagai sesuatu yang menyenangkan karena diasosiasikan dengan pencapaian

positif. Karyawan menikmati hal-hal di luar pekerjaan namun tidak seperti

18

workaholic, tidak bekerja keras karena dorongan batin yang kuat dan tak

tertahankan, tetapi karena bagi mereka bekerja itu menyenangkan.

Banyak organisasi yang tertarik mengenai bagaimana karyawan berpikir,

merasakan pekerjaan mereka dan apakah karyawan bersedia untuk

mendedikasikan untuk organisasi karena totalitas kerja adalah sebuah konsep

motivasional yang dapat dimiliki oleh tiap karyawan di tempat kerja. Totalitas

kerja pada dasarnya adalah konsep motivasional yang mewakili pembagian

sumber daya personal terhadap tugas yang terkait dengan peran kerja (Kanfer,

1990; Rich et al., 2010 dalam Christian, Garza & Slaughter, 2011).

Berdasarkan beberapa definisi totalitas kerja yang diungkapkan oleh

tokoh-tokoh di atas, maka digunakan pendapat Schaufeli dan Bakker (2004) yang

mendefinisikan totalitas kerja sebagai keadaan positif, pemenuhan kerja dari pusat

pikiran yang dikarakteristikan dengan semangat, dedikasi dan keterlarutan. Teori

Schaufeli dan Bakker (2004) digunakan dengan alasan karena pengertian totalitas

kerja menurut Schaufeli dan Bakker cocok dengan sampel yang akan diteliti.

Berdasarkan penelitian sebelumnya dengan teori Schaufeli dan Bakker terdapat

sampel guru seperti penelitian yang dilakukan oleh Bakker dan Bal (2010).

2.1.2 Komponen totalitas kerja

Schaufeli dan Bakker (2004) secara ringkas menjelaskan tiga komponen yang

terdapat dalam totalitas kerja, yaitu:

1. Semangat (vigor)

Semangat ditandai oleh tingginya tingkat energi yang kuat selama bekerja.

Keberanian untuk berusaha sekuat tenaga dalam menyelesaikan suatu pekerjaan,

19

dan ketekunan dalam menghadapai setiap kesulitan dalam pekerjaan. Jika

karyawan semangat dan penuh energi, maka karyawan cenderung lebih responsif

terhadap tindakan para pemimpinnya, sehingga memperkuat kepercayaan

karyawan terhadap kemampuan diri sendiri untuk memimpin, maka dari itu

karyawan akan lebih merasa terlibat ketika menerima umpan balik yang positif.

2. Dedikasi (dedication)

Dedikasi ditandai dengan adanya perasaan terlibat sangat kuat dalam suatu

pekerjaan dan mengalami rasa kebermaknaan, antusiasme, kebanggaan, inspirasi

dan tantangan. Dedikasi juga ditandai oleh tingginya tingkat seseorang dalam

memiliki visi, memiliki komitmen kuat untuk tugas dan peran, dan ketekunan

pada saat menghadapi tantangan dan kesulitan. Tingginya dedikasi terhadap tugas

membuat anggota tim secara menyeluruh dan dapat bertukar informasi secara

teratur, menggunakan gaya komunikasi seperti bahasa inklusif, dan aktif

mendengarkan untuk memastikan tingginya partisipasi tim.

3. Keterlarutan (absorption)

Keterlartan adalah kondisi dimana individu selalu penuh konsentrasi dan serius

terhadap suatu pekerjaan. Dalam bekerja waktu terasa terlalu begitu cepat dan

menemukan kesulitan dalam memisahkan diri dengan pekerjaan. Individu tidak

menyadari waktu berlalu. Penyerapan ini mengacu pada sejauh mana individu

merasa tenggelam dalam pekerjaannya dan kognitif mereka ikut terlibat dengan

pekerjaannya sehingga tidak begitu memperhatikan sekitarnya.

20

2.1.3 Ciri-ciri totalitas kerja

Individu yang memiliki totalitas bekerja terhadap organisasi memiliki

karakteristik tertentu. Berbagai pendapat mengenai karakteristik karyawan yang

memiliki totalitas kerja yang tinggi banyak dikemukakan dalam berbagai literatur,

diantaranya pendapat Lockwood (2007), totalitas kerja mempunyai tiga perilaku

utama, yaitu:

1. Membicarakan hal-hal positif mengenai organisasi pada rekannya dan

mereferensikan organisasi tersebut pada karyawan.

2. Memiliki keinginan yang kuat untuk menjadi anggota organisasi tersebut,

meskipun terdapat kesempatan untuk bekerja di tempat lain.

3. Memberikan upaya dan menunjukkan perilaku yang keras untuk berkontribusi

dalam kesuksesan perusahaan

Menurut Cook (2008) terdapat beberapa identifikasi karyawan yang total, yaitu :

1. Cognitive engagement

Sejauhmana karyawan dapat 20nerg pada pekerjaan, karyawan total akan

berusaha keras untuk terfokus dan menyatu dengan pekerjaan mereka.

2. Emotional engagement

Sejauhmana karyawan merasa menikmati pekerjaan. Karyawan yang total

akan menikmati apa yang mereka lakukan dan sejauhmana mereka tidak akan

terganggu lingkungan sekitar.

21

3. Physical engagement

Sejauhmana karyawan bersedia bekerja keras, tidak hanya untuk organisasi,

akan tetapi untuk diri sendiri.

4. Advocacy

Sejauhmana karyawan merekomendasikan organisasi untuk keluarga mereka

dan teman-teman dalam hal kesempatan kerja dan melakukan bisnis dengan

organisasi.

Federman (2009) mengemukakan bahwa karyawan yang memiliki totalitas

kerja yang tinggi dicirikan sebagai berikut:

1. Fokus dalam menyelesaikan suatu pekerjaan juga pada pekerjaan selanjutnya.

2. Merasakan dirinya adalah bagian dari sebuah tim dan lebih besar daripada diri

mereka sendiri.

3. Merasa mampu dan tidak merasa tertekan dalam membuat sebuah lompatan

pekerjaan.

4. Dapat bekerja dengan perubahan dan meghadapi tantangan dengan cara yang

dewasa.

Menurut Macey, Schneider, Barbera dan Young (2009), totalitas kerja

mencakup hal penting, yaitu:

1. Totalitas kerja sebagai energi psikis

Totalitas kerja merupakan pengalaman tertinggi karyawan untuk tetap bertahan di

lingkungan pekerjaan yang berasal dari dalam diri individu dalam pekerjaan

22

(immersion), berjuang dalam pekerjaan (striving), penyerapan (absorption),

22nerg (focus) dan juga keterlibatan (involvement).

2. Totalitas kerja sebagai energi tingkah laku

Bagaimana totalitas kerja terlihat oleh orang lain. Tingkah laku yang terlihat

dalam pekerjaan berupa :

a. Karyawan akan berfikir dan bekerja secara proaktif, akan mengantisipasi

kesempatan untuk mengambil tindakan dan akan mengambil tindakan

dengan cara yang sesuai dengan tujuan organisasi.

b. Karyawan yang engaged tidak terikat pada “job description”, mereka

fokus pada tujuan dan mencoba untuk mencapai secara konsisten

mengenai kesuksesan organisasi.

c. Karyawan secara aktif mencari jalan untuk dapat memperluas

kemampuan yang dimiliki dengan jalan yang sesuai dengan yang penting

bagi visi dan misi perusahaan.

d. Karyawan pantang menyerah walau dihadapkan dengan rintangan atau

situasi yang membingungkan.

e. Karyawan dapat beradaptasi terhadap perubahan.

Dickson (2011), mencirikan totalitas kerja dengan menciptakan dan

mempertahankan suatu organisasi dari tingkat turnover sehingga karyawan

memiliki produktivitas yang tinggi yang ditandai oleh rasa berkomitmen,

semangat dan energi yang dijelaskan sebagai :

Tingkat level berusaha

23

Kegigihan dalam menghadapi tugas yang sulit

Melebihi harapan

Meningkatkan inovasi

2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi totalitas kerja

Menurut Lockwood (2007) totalitas merupakan konsep yang kompleks dan

dipengaruhi banyak faktor, diantaranya adalah budaya di dalam tempat bekerja,

komunikasi organisasional, gaya manajerial yang memicu kepercayaan dan

penghargaan serta kepemimpinan yang dianut dan reputasi perusahaan itu sendiri.

Totalitas juga dipengaruhi karakteristik organisasional, seperti reputasi untuk

integritas, komunikasi internal yang baik dan inovasi budaya.

Ada 10 faktor yang mendorong totalitas kerja pada karyawan (Perrin,

2003), yaitu :

1. Senior Management yang memperhatikan keberadaan karyawan.

2. Pekerjaan yang memberikan tantangan.

3. Wewenang dalam mengambil keputusan.

4. Perusahaan atau organisasi yang fokus pada kepuasan pelanggan.

5. Memiliki kesempatan yang terbuka lebar untuk berkarir.

6. Reputasi perusahaan.

7. Tim kerja yang solid dan saling mendukung.

8. Kepemilikan sumber yang dibutuhkan untuk dapat menunjukkan performa

kerja yang prima.

9. Memiliki kesempatan untuk memberikan pendapat pada saat pengambilan

keputusan.

24

10. Penyampaian visi organisasi yang jelas oleh senior management mengenai

target jangka panjang organisasi.

Beberapa penelitian sebelumnya meyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi

totalitas kerja, antara lain:

1. Organizational citizenship behavior dan Counterproductive work behavior

Dalam penelitian yang dilakukan Ariani (2013) yang bertujuan untuk mengetahui

hubungan antara totalitas kerja, organizational citizenship behavior, dan

counterproductive work behavior. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa ada

hubungan positif yang signifikan antara organizational citizenship behavior

dengan totalitas kerja, dan hubungan negatif yang signifikan antara

counterproductive work behavior dengan totalitas kerja. Hasil penelitian juga

menunjukkan tidak ada perbedaan antara totalitas kerja laki-laki dengan totalitas

kerja perempuan.

2. Authentic leadership dan interpersonal trust

Penelitian yang dilakukan oleh Hassan dan Ahmed (2011) membahas pentingnya

kredibilitas kepemimpinan yang dipaparkan dalam model authentic leadership.

Pemimpin yang autentik menunjukkan integritas yang tinggi, memiliki tujuan

yang mendalam, dan berkomitmen pada nilai-nilai inti. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa authentic leadership dan interpersonal trust memiliki

pengaruh signifikan terhadap totalitas kerja.

3. Social capital

Penelitian yang dilakukan oleh Setiabudhi dan Rachmah (2017) bertujuan untuk

melihat keterlibatan social capital di tempat kerja. Social capital diharapkan dapat

25

memberi pengaruh terhadap totalitas kerja karyawan, sehingga karyawan dapat

lebih aktif dan lebih banyak berpartisipasi untuk mengembangkan perusahaan.

Hasil penelitian menujukkan bahwa social capital memiliki pengaruh signifikan

terhadap totalitas kerja.

4. Modal psikologis

Saat ini modal psikologis dipandang sebagai konsep penting dalam membantu

karyawan mengatasi lingkungan kerja yang dapat menghasilkan keberhasilan

organisasi. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk melihat pengaruh modal

psikologis terhadap totalitas kerja. Dalam penelitian Ferreira (2015) dan Hodges

(2010) menunjukkan bahwa modal psikologis memilki pengaruh signifikan

terhadap totalitas kerja.

5. Sumber daya pekerjaan

Lingkungan kerja yang menawarkan banyak sumber daya menumbuhkan

kemauan untuk mendedikasikan usaha dan kemampuan seseorang untuk tugas

kerja seperti tugas tersebut akan selesai dengan sukses dan tujuan kerja akan

dicapai. Misalnya, dukungan rekan kerja dan umpan balik yang tepat

meningkatkan kesuksesan dalam mencapai tujuan. Dalam penelitian Bakker dan

Bal (2010), Schaufeli dan Bakker (2004), Bakker, Schaufeli, Leiter, dan Taris

(2008) menunjukkan bahwa sumber daya pekerjaan memilki pengaruh signifikan

terhadap totalitas kerja.

6. Spiritualitas di tempat kerja

Penelitian yang dilakukan oleh Petchsawang dan McLean (2017) meneliti

spiritualitas di tempat kerja dalam konteks historis dan membandingkannya

26

dengan keyakinan agama dan dengan teori etika dan prinsip moral. Penelitian juga

membahas organisasi dimana penekanan pada nilai-nilai spiritual berdampak pada

produktivitas kerja. Hasil penelitian menunjukan bahwa spiritualitas di tempat

kerja memiliki pengaruh signifikan terhadap totalitas kerja.

7. Keadilan

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan (Peterson & Park, 2006) melihat

seberapa penting kekuatan karakter untuk diimplementasikan ke dalam organisasi,

dimana menjadi suberdaya besar yang jarang dibahas oleh tipikalnya organisasi.

Peneliti percaya bahwa individu dengan karakter yang baik akan totalitas dalam

bekerja dan akan mencari signifikansi di luar dari dirinya sendiri dalam kegiatan

sehari-hari.

2.1.5 Pengukuran totalitas kerja

Terdapat beberapa alat pengukuran yang dapat digunakan untuk mengukur

totalitas kerja. Diantaranya adalah Oldenburg Burnout Inventory (OLBI) yang

dikembangkan oleh Demerouti & Bakker (2008); Demerouti, Bakker, Nachreiner,

& Ebbinghaus (2002). Skala ini pada dasarnya disusun untuk mengukur burnout,

namun seiring perkembangannya dapat digunakan untuk mengukur totalitas kerja.

Dalam hal ini, digunakan pengukuran totalitas kerja berdasarkan skala dari

Utrecht Work Engagement Scale (UWES) yang dikembangkan oleh Schaufeli dan

Bakker (2004). Skala ini terdiri dari tiga sub-skala yaitu semangat, dedikasi, dan

keterlarutan. Berisi tujuh belas item pernyataan, namun dalam kebutuhan

penelitian jumlah item disesuaikan menjadi dua belas item yang masing-masing

27

komponen terdiri dari empat item pada semangat, dedikasi dan keterlarutan dalam

bekerja.

2.2 Modal Psikologis

2.2.1 Definisi modal psikologis

Definisi psychological capital (modal psikologis) menurut Luthans, Youssef, dan

Avolio (2007) adalah

“an individual’s positive psychological state of development and is

characterized by: (1) having confidence (self-efficacy) to take on and put in the

necessary effort to succeed at challenging tasks; (2) making a positive attribution

(optimism) about succeeding now and in the future; (3) persevering toward goals

and, when necessary, redirecting paths to goals (hope) in order to succeed; and

(4) when beset by problems and diversity, sustaining and bouncing back and even

beyond (resiliency) to attain success”

(Luthans, Youssef, & Avolio, 2007 : 3)

Definisi di atas menjelaskan bahwa modal psikologis adalah keadaan

perkembangan psikologis individu yang positif dan terdiri dari karakteristik: (1)

memiliki keyakinan terhadap kemampuan diri dalam mengambil dan memberikan

usaha yang cukup agar berhasil dalam melakukan tugas yang menantang (Self-

efficacy), (2) membuat atribusi yang positif tentang kesuksesan di masa kini dan

masa depan (optimism), (3) memiliki harapan untuk mencapai tujuan dan bila

perlu mengalihkan jalan atau mencari jalan lain untuk mencapai tujuan (hope),

dan (4) ketika dihadapkan pada masalah dan tantangan dapat bertahan dan bangkit

kembali bahkan lebih dalam meraih kesukesan (resiliency) (Luthans, Youssef, dan

Avolio, 2007).

28

Menurut Gohel, 2012 (dalam Nafei, 2015) modal psikologis adalah ciri

pribadi yang berkontribusi terhadap produktivitas individu. Modal psikologis

merupakan penerapan kekuatan sumber daya manusia yang positif dan kapasitas

psikologis yang dapat diukur, dikembangkan, dan dikelola secara efektif untuk

peningkatan kinerja di tempat kerja. Avolio (dalam Luthans et al,. 2007)

menjelaskan bahwa modal psikologis dapat digunakan untuk meningkatkan

kompetensi dalam mencapai keuntungan dan kesuksesan perusahaan. Modal

psikologis dianggap dapat menawarkan sebuah potensi dinamis dan mampu

berkembang sepanjang masa.

Dalam penelitian ini menggunakan definisi modal psikologis yang

disampaikan oleh Luthans, et al. (2007) bahwa modal psikologis adalah kondisi

psikologis individu yang positif dan terdiri dari karakteristik: (1) memiliki

keyakinan terhadap kemampuan diri dalam mengambil dan memberikan usaha

yang cukup agar berhasil dalam melakukan tugas yang menantang (Self-efficacy),

(2) membuat atribusi yang positif tentang kesuksesan di masa kini dan masa

depan (optimism), (3) memiliki harapan untuk mencapai tujuan dan bila perlu

mengalihkan jalan atau mencari jalan lain untuk mencapai tujuan (hope), dan (4)

ketika dihadapkan pada masalah dan tantangan dapat bertahan dan bangkit

kembali bahkan lebih dalam meraih kesukesan (resiliency) (Luthans, Youssef, dan

Avolio, 2007).

29

2.2.2 Komponen modal psikologis

Dalam bukunya yang berjudul Psychological Capital: Developing the Human

Competitive Edge, Luthans, Youssef, dan Avolio (2007) menjelaskam 4

komponen yang terdapat pada modal psikologis, yaitu:

1. Efikasi diri

Efikasi diri adalah keyakinan seseorang akan kemampuan yang dimiliki untuk

dapat mendorongnya menjadi termotivasi dan sebagai jalan individu tersebut

bertindak untuk dapat menjadi sukses di dalam melakukan suatu pekerjaan

tertentu. Stajkovic dan Luthans (dalam Luthans et al., 2007) mendefinisikan

efikasi diri berdasarkan teori Albert Bandura (1997) sebagai sebuah keyakinan

individu terhadap kemampuan dirinya untuk mengerahkan motivasi, sumber-

sumber kognitif dan tindakan yang diperlukan untuk melakukan dengan sukses

tugas yang spesifik dalam konteks tertentu. Efikasi diri menentukan bagaimana

orang-orang merasa, berpikir, memotivasi diri, dan berperilaku.

2. Optimisme

Optimisme adalah model pemikiran dimana individu mengatribusikan kejadian

positif ke dalam diri sendiri, bersifat tetap, dan penyebabnya bersifat pervasive,

dan di lain hal menginterpretasikan kejadian negatif kepada aspek eksternal,

bersifat sementara, dan merupakan faktor yang diakibatkan pada situasi tertentu.

Berbeda dengan orang yang optimis, orang yang pesimis tidak memberikan pujian

pada diri sendiri atau peristiwa positif yang terjadi dalam hidup mereka.

Optimisme tidak hanya memprediksi sesuatu yang baik yang akan terjadi di masa

depan, namun lebih penting lagi optimisme bergantung pada alasan dan atribusi

30

yang digunakan untuk menjelaskan mengapa kejadian tersebut terjadi, baik positif

atau negatif, masa lampau, sekarang, atau mendatang.

3. Harapan

Harapan adalah kondisi motivasi positif yang didasari oleh interaksi agency

(energi untuk mencapai tujuan) dan pathways (perencanaan untuk mencapai

tujuan). Agency atau kekuatan keinginan merupakan kondisi kognitif dimana

individu mampu menetapkan tujuan dan ekspektasi yang realistis tetapi

menantang dan berusaha mencapai tujuan tersebut melalui determinasi terarah,

energi, dan locus of control internal. Sedangkan pathways adalah kondisi dimana

individu mampu menemukan cara alternatif untuk mencapai tujuan yang

diinginkan ketika cara pertama mengalami kendala.

Luthans et al. (2007) menjelaskan bahwa harapan merupakan suatu

keadaan yang dapat dikembangkan melalui beberapa cara, yaitu:

a. Menyusun tujuan yang sesuai dan juga dapat menstimulasi tingkat

motivasi seseorang, pengambilan pilihan dalam usaha mencapai tujuan,

peningkatan usaha dalam mencapai tujuan, kegigihan dan juga kemauan

dan kemampuan untuk mendesain cara yang unik dalam usaha pencapaian

tujuan (Latham dalam Luthans et.al, 2007).

b. Menyusun tujuan yang sulit namun masih dalam jangkauan kemampuan.

Tujuan ini harus mampu menstimulasi kesenangan dan kemampuan untuk

mengeksplorasi dan mampu membuat individu memberikan usaha lebih

dalam mencapainya, sehingga bisa menggali potensi terseembunyi dari

individu tersebut.

31

c. Menspesifikasikan detail cara dalam pencapaian tujuan, seperti proses,

kesulitan, jangka waktu dan hal lainnya sehingga cara untuk mencapai

tujuan menjadi lebih jelas dan meningkatkan kemungkinan tercapainya

tujuan.

d. Meningkatkan keterlibatan dalam suatu pekerjaan sehingga bisa

meningkatkan keterikatan dan identifikasi psikologis terhadap pekerjaan

yang dijalaninya.

e. Membuat sistem reward sehingga memacu peningkatan motivasi individu

tersebut.

f. Menyediakan sumber daya yang cukup sehingga ketika seseorang

menghadapu kebuntuan ataupun hambatan dalam mencapai tujuan maka

orang tersebut akan dapat lebih mudah dalam mencapai tujuan tersebut.

g. Menempatkan sumber daya secara strategis, yaitu menempatkan dengan

tepat sehingga sumber daya yang ada dapat dimanfaatkan dengan baik

dalam pencapaian tujuan.

h. Mengadakan pelatihan yang bermanfaat dan dapat mengembangkan

seseorang secara utuh, yaitu pelatihan yang berorientasi pada

pengembangan kompetensi umum dan juga pengembangan bakat menjadi

sebuah kekuatan yang kemudian dapat diadaptasi ke dalam situasi yang

bervariasi.

4. Resiliensi

Resiliensi adalah kapasitas psikologis seseorang yang bersifat positif, dengan

menghindarkan diri dari ketidakbaikan, ketidakpastian, konflik, kegagalan

32

sehingga dapat menciptakan perubahan positif, kemajuan dan peningkatan

tanggung jawab. Masten dan Reed (dalam Luthans et al., 2007) mendefinisikan

resiliensi sebagai suatu fenomena yang memiliki karakteristik pola adaptasi positif

dalam konteks kesulitan atau resiko. Resiliensi bukan hanya mampu bangkit dari

kesulitan tetapi juga sangat positif, menantang kejadian-kejadian, dan keinginan

untuk melebihi batas normal.

2.2.3 Pengukuran modal psikologis

Dalam penelitian ini, pengukuran modal psikologis menggunakan Psychological

Capital Questionnaire (PCQ). PCQ dikembangkan oleh Luthans, et.al (2007)

yang diambil dan dari berbagai alat ukur yang telah diuji dan diterbitkan di

banyak penelitian sebelumnya. Item dalam komponen hope diadaptasi dari Synder

et al. (1996). Item dalam komponen self efficacy diadaptasi dari alat ukur Measure

of Self-Efficacy In the Work Situation yang dikembangkan oleh Parker (1998).

Item dalam komponen resiliency diadaptasi dari alat ukur yang dikembangkan

oleh Wagnild dan Young (1993). Sedangkan item dalam komponen optimism

diadaptasi dari alat ukur Measure of Optimism yang dikembangkan oleh Scheier

dan Carver (1985). Setelah melakukan adaptasi itulah tercipta alat ukur mengenai

psychological capital yaitu Psychological Capital Questionnaire-24 (PCQ-24)

(dalam Luthans, et.al 2007).

Namun Avey, Luthans dan Mhatre (2008) mengurangi item PCQ-24

menjadi 12 item (PCQ-12). PCQ-12 telah teruji kevaliditasannya. Dalam

penelitian ini penulis menggunakan PCQ yang disusun Avey, Luthans, dan

Mhatre (2008) dengan jumlah item 12. Masing-masing terdiri dari 3 item dari

33

setiap dimensinya, yaitu efikasi diri, optimisme, harapan, dan resiliensi. Alat ukur

PCQ (Psychological Capital Questionnaire) ini telah banyak digunakan di dalam

penelitian lingkungan kerja (Luthans et al., 2007) di mana item-item dalam alat

ukur tersebut berupa pernyataan yang menggambarkan kondisi partisipan

berkaitan dengan masing-masing karakteristik dalam modal psikologi

2.3 Keadilan

Variabel Keadilan penulis ambil dari kekuatan karakter (character

strengths). Karakter menurut Baumrind (1998) dalam (Peterson & Park, 2006)

mengarah kepada kualitas yang ada pada individu dan akan mengarahkan mereka

kepada keinginan dan mengacu pada hal yang baik. Karakter ini menjadi hal

penting karena menuntun individu kepada hal yang benar, dan hal yang benar itu

pula yang membuat individu menjadi produktif dan profitable (Peterson dan Park,

2006). Untuk keadilan, istilah keadilan (iustitia) berasal dari kata “adil” yang

berarti: tidak berat sebelah, tidak memihak, berpihak kepada yang benar,

sepatutnya tidak sewenang-wenang (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,

2001).

Sedangkan kekuatan karakter (character strengths) berdasarkan Peterson

dan Seligman (2004) merupakan komponen psikologis, dimana terjadinya proses

atau sebuah mekanisme yang menjelaskan inti dari nilai pada karakter tersebut.

Berdasarkan uraian tersebut, penulis fokus pada komponen keadilan (justice) yang

terdapat pada kekuatan karakter (character strengths).

34

2.3.1 Definisi keadilan

Keadilan didefinisikan sebagai suatu kekuatan yang muncul ketika bersama

dengan kelompok, dimana individu merasa kekuatan akan keberadaan dirinya

dalam kelompok akan melandasi kesehatan pada kehidupan kelompok itu sendiri

(Peterson dan Seligman, 2004).

Menurut (Peterson & Seligman, 2004) keadilan memerlukan identifikasi

dan rasa akan kewajiban untuk kebaikan bersama yang mencakup diri sendiri

namun melampaui dirinya dan melibatkan kelompok, dimana dirinya merupakan

anggota dari kelompok tersebut. Individu dengan kekuatan keadilan memiliki rasa

kewajiban kepada kelompok yang bersangkutan dan menarik dirinya sendiri

masuk ke dalam kelompok tersebut. Bukan karena keadaan eksternal yang

memaksa, namun karena mereka menganggapnya sebagai apa yang harus

dilakukan sebagai bagian dari kelompok. Individu merasa bertanggungjawab akan

kelompoknya dan berkomitmen pada keadilan ini yang menjadi salah satu

hubungan sosial bagi dirinya, dimana terdapat proses dalam diri individu dalam

menentukan hal yang benar atau salah. Kualitas personal yang mengarahkan

dirinya pada kognitif dan atribut temperamen sebagai pengembangan orientasi

dalam mempengaruhi, menolong orang lain, mengarahkan, dan memotivasi

anggotanya dalam mencapai keberhasilan.

2.3.2 Komponen keadilan

Dalam buku yang berjudul Character Strengths and Virtues: A Handbook and

Classification yang ditulis oleh Peterson & Seligman (2004) terdapat keadilan

(justice) yang menjabarkan 3 komponen, yaitu:

35

1. Citizenship

Citizenship adalah semangat individu akan kebersamaan dalam kelompok dan

memiliki rasa tanggungjawab terhadap kelompok tersebut. Individu akan aktif

dalam berbagai kegiatan yang bersangkutan dengan kelompoknya. Umumnya

individu ini akan mengalihkan minat yang ada pada kelompok menjadi minat pada

dirinya sendiri sebagai nilai hidupnya dalam mencapai suatu tujuan. Kesetiaan

kepada kelompok atau citizenship sendiri terkadang diikuti dengan meremehkan

kelompok lain dan dengan demikian menjadi kontribusi pada pelaku itu sendiri

(Sherif, 1966). Wrzesniewski, McCauley, Rozin dan Schwartz (1997) mengatakan

bahwa individu yang berada pada kelompok yang lebih besar cenderung melihat

dirinya sebagai seseorang yang lebih baik (Peterson & Seligman, 2004).

2. Fairness

Fairness mengacu pada perlakuan yang sama terhadap orang lain dengan cara

yang identik atau tidak membiarkan perasaan atau isu personal membiaskan

keputusan terhadap orang lain. Fairness menjadi dasar bagi segala sistem yang

berkaitan dengan keadilan, dan segala tatanan masyarakat memiliki sistem

tersebut, nilainya akan dihargai ketika muncul ke permukaan. Keberadaan akan

fairness dapat meningkatkan individu tersebut atau setidaknya tidak mengurangi

keyakinan pada diri, akan muncul karena ditopang dari pihak lainnya.

3. Leadership

Seorang individu berada pada beberapa kelompok sosial, dan dari setiap

kelompok tersebut secara hierarki memiliki pemimpin, dalam hal ini sebuah

organisasi, dimana mengarahkan aktivitas yang terjadi di dalam organisasi

36

tersebut. Pemimpin bertugas untuk memastikan anggotanya melakukan hal yang

sudah menjadi tugasnya serta membentuk hubungan dan moral yang baik dengan

sesama anggota. Salah satu cara menjadi pemimpin yang baik dengan

menginspirasi anggota dalam kelompoknya. Kepemimpinan yang efektif dinilai

baik, karena menjadi salah satu jaminan dalam mencapai tujuan.

2.3.3 Pengukuran keadilan

Dalam penelitian ini, pengukuran keadilan menggunakan Values in Action

Inventory of Strengths (VIA-IS). VIA-IS ini mengukur 24 karakter, justice

(keadilan) menjadi salah satunya. Terdapat beberapa versi yaitu VIA-240 dan

VIA-120. Item VIA-IS ini dibuat oleh Christopher Peterson dan Martin Seligman,

dengan sedikit bantuan dari koleganya.

Namun, pada penelitian ini penulis menggunakan short version dari VIA-

240 yaitu versi English VIA-120 item yang diambil dan dikembangkan dari alat

ukur sebelumnya oleh (Littman-Ovadia, 2015) dengan masing-masing berjumlah

lima item dari tiap dimensi karakter pada Character Strengths. Sesuai dengan

kebutuhan penelitian, penulis hanya menggunakan keadilan (justice) dari

character strengths yaitu citizenship, fairness, dan leadership.

2.4 Kerangka Berpikir

Berdasarkan berbagai sumber yang telah dipaparkan serta penjelasan yang telah

disampaikan, dapat diketahui bahwa totalitas kerja merupakan fenomena yang

semestinya diberikan perhatian lebih. Hal ini menjadi penting khususnya untuk

sumber daya manusia (SDM). Perusahaan memiliki harapan tinggi pada

karyawan, dimana karyawan menjadi salah satu kunci keberhasilan akan capaian-

37

capaian yang ingin dituju perusahaan. Harapan perusahaan, dalam hal ini bank

syariah, adalah untuk mendapatkan karyawan yang mampu berdedikasi lebih

akan pekerjaannya, berkomitmen pada standar kerja tinggi, dan berfokus pada

tujuan-tujuan yang ingin dicapai dengan karyawan yang totalitas dalam bekerja.

Keberadaan totalitas kerja akan memberikan dampak yang positif terhadap

organisasi atau perusahaan. Perusahaan juga ingin apa yang direncanakan dan

diusahakan berbanding lurus dengan apa yang dihasilkan.

Konsep dari Schaufeli dan Bakker (2004) mendefinisikan totalitas kerja

sebagai keadaan positif, pemenuhan, kerja dari pusat pikiran yang

dikarakteristikan dengan semangat, dedikasi dan keterlarutan. Lebih lanjut

Schaufeli dan Bakker (2004) menjelaskan ketiga aspek totalitas kerja, yang

pertama adalah semangat. Semangat merupakan curahan energi dan mental yang

kuat selama bekerja, keberanian untuk berusaha sekuat tenaga dalam

menyelesaikan suatu pekerjaan, dan tekun dalam menghadapai kesulitan kerja.

Kedua adalah dedikasi yang merupakan perasaan terlibat sangat kuat dalam suatu

pekerjaan dan mengalami rasa kebermaknaan, antusiasme, kebanggaan, inspirasi

dan tantangan. Ketiga adalah keterlarutan, dalam bekerja individu yang diartikan

dengan penuh konsentrasi dan serius terhadap suatu pekerjaan. Dalam bekerja

waktu terasa terlalu begitu cepat dan menemukan kesulitan dalam memisahkan

diri dengan pekerjaan.

Saat ini, penelitian pada totalitas kerja sudah banyak diminati oleh para

peneliti. Beberapa penelitian sebelumnya yang sudah dilakukan, banyak

menjelaskan berbagai faktor yang mempengaruhi totalitas kerja. Bakker,

38

Xanthopoulou, Bakker, Demerouti, dan Schaufeli (2007), menemukan beberapa

penelitian yang menunjukkan bahwa totalitas kerja memiliki dampak positif pada

tingkat individu dan organisasi. Dari beberapa faktor yang mempengaruhi totalitas

kerja dalam suatu organisasi, penulis berfokus dalam menguji pengaruh dari

modal psikologi dan keadilan terhadap totalitas kerja yang ada pada karyawan.

Pada penelitian ini variabel modal psikologis menjadi salah satu variabel

yang diuji pengaruhnya terhadap totalitas kerja. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Ferreira (2015) dan Hodges (2010) menemukan adanya pengaruh

modal psikologis terhadap totalitas kerja.

Modal psikologis sendiri merupakan keadaan perkembangan psikologis

individu dengan karakteristik: (1) memiliki keyakinan terhadap kemampuan diri

dalam mengambil dan memberikan usaha yang cukup agar berhasil dalam

melakukan tugas yang menantang (Self-efficacy), (2) membuat atribusi yang

positif tentang kesuksesan di masa kini dan masa depan (optimism), (3) memiliki

harapan untuk mencapai tujuan dan bila perlu mengalihkan jalan atau mencari

jalan lain untuk mencapai tujuan (hope), dan (4) ketika dihadapkan pada masalah

dan tantangan dapat bertahan dan bangkit kembali bahkan lebih dalam meraih

kesukesan (resiliency) (Luthans, Youssef, dan Avolio, 2007).

Selanjutnya, dalam penelitian ini juga ingin menguji pengaruh variabel

keadilan terhadap totalitas kerja. Perhatian akan karakter ini sudah mulai dilihat

penting dalam work organization sama halnya dengan institusi sosial lainnya

(Peterson dan Park, 2006). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh

39

(Huber, Strecker, Hausler, Kachel, Hoge, & Hofer, 2019) bahwa kekuatan

karakter dapat membantu perkembangan akan hasil yang baik dalam pekerjaan

maupun kehidupan pribadi. Kekuatan karakter ini merupakan pegangan dari

berbagai kondisi seseorang dimana kegiatan dari kekuatan itu sendiri

menampilkan pentingnya jalan menuju kehidupan psikologis yang lebih baik.

Dengan ini keadilan dalam (Peterson dan Seligman, 2004) mengatakan bahwa

kekuatan yang mendasari kesehatan kelompok didasari dengan bekerja dengan

baik sebagai anggota kelompok (citizenship), memperlakukan setiap orang dengan

gagasan yang sama (fairness), serta mendorong setiap anggota kelompok untuk

segera menyelesaikan tugas masing-masing dan secara bersamaan tetap menjaga

hubungan baik dirinya di dalam kelompok (leadership).

Dalam penelitian ini ingin mengetahui seberapa besar proporsi varians

pada tingkat pendidikan, penghasilan, pengeluaran, dan status dalam

mempengaruhi totalitas kerja karyawan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan

oleh (Tuan, Rowley, & Thao, 2018) menemukan bahwa tingkat pendidikan

terdapat pada expertise diversity, dimana mengindikasikan perbedaan

pengetahuan seseorang, skill, dan pengalaman. Dapat dikatakan bahwa tingkat

pendidikan menjadi salah satu yang diperhitungkan. Dalam penelitian lainnya

juga telah membahas proporsi varians socio-demographic terhadap totalitas kerja

(Chaudhary & Rangnekar, 2017).

Berdasarkan dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa modal psikologis

dan keadilan sangat diperlukan untuk membentuk karyawan yang berkualitas,

yang totalitas dalam pekerjaannya. Banyak hal yang akan membantu para

40

karyawan apabila memiliki faktor-faktor yang telah diuraikan di atas, salah

satunya dapat terhindar dari kelelahan dan kejenuhan dalam bekerja. Hal ini akan

membantu karyawan untuk dapat memberikan kontribusi yang maksimal bagi

perusahaan. Lebih singkatnya hubungan antara masing-masing independent

variable terhadap dependent variable dapat dijelaskan pada skema berikut:

41

Gambar 2.1

Skema Kerangka Berpikir

Modal Psikologis

Efikasi Diri

Optimisme

Harapan

Keadilan

Citizenship

Fairness

Leadership

Reseliensi

TOTALITAS

KERJA

42

2.5 Hipotesis penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir penelitian, maka hipotesis penelitian ini sebagai berikut :

Hipotesis mayor:

Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan modal psikologis dan keadilan terhadap totalitas

kerja pada karyawan Bank Syariah.

Hipotesis minor:

H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan efikasi diri terhadap totalitas kerja.

H2 : Terdapat pengaruh yang signifikan optimisme terhadap totalitas kerja.

H3 : Terdapat pengaruh yang signifikan harapan terhadap totalitas kerja.

H4 : Terdapat pengaruh yang signifikan resiliensi terhadap totalitas kerja.

H5 : Terdapat pengaruh yang signifikan citizenship terhadap totalitas kerja.

H6 : Terdapat pengaruh yang signifikan fairness terhadap totalitas kerja.

H7 : Terdapat pengaruh yang signifikan leadership terhadap totalitas kerja.

43

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini populasi disesuaikan dengan tujuan penelitian yaitu

karyawan Bank Syariah di Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan

Bekasi). Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 183 orang. Penulis

menggunakan teknik non-probability sampling dalam pengambilan sampel, yang

berarti sampel dalam penelitian ini tidak memiliki peluang yang sama untuk

menjadi sampel. Pengambilan data di mulai pada akhir bulan Juni 2019 sampai

dengan awal bulan Juli 2019.

Hal tersebut dilakukan karena keterbatasan dalam melakukan penelitian,

keterbatasan tersebut antara lain keterbatasan waktu dengan menyebarkan

kuisioner google form secara online, karena tidak berkesempatan membagikan

kuisioner langsung kepada karyawan Bank tersebut. Kuisioner google form

disebarkan kepada karyawan aktif yang bekerja di kantor Bank Syariah.

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

Dalam penelitian ini yang menjadi dependent variable (outcome variable) adalah

totalitas kerja. Sedangkan modal psikologis (efikasi diri, optimisme, harapan,

resiliensi), dan keadilan (citizenship, fairness, leadership) sebagai independent

variable (predictor variable).

Setelah menentukan dependent variable dan independent variable, dalam

langkah selanjutnya penulis menentukan definisi operasional dari variabel yang

44

akan digunakan dalam penelitian ini. Adapun definisi operasional masing-masing

variabel dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Totalitas Kerja

Totalitas kerja adalah perasaan atau sikap yang menunjukkan antusiasme, hasrat

yang nyata mengenai pekerjaan, menikmati pekerjaan yang dilakukan dan

berkeinginan untuk memberikan segala bantuan untuk dapat mensukseskan

organisasi dimana individu tersebut bekerja. Totalitas kerja terdiri dari tiga aspek,

yaitu semangat (vigor), dedikasi (dedication), dan keterlarutan (absorption).

2. Modal psikologis adalah kondisi perkembangan psikologi individu yang

positif. Modal psikologis terdiri dari empat komponen, yaitu:

a) Efikasi diri sebagai kemampuan dalam meyakinkan diri sendiri.

b) Optimisme sebagai keadaan positif dalam diri sendiri dan mengatribusi hal

positif tersebut.

c) Harapan sebagai perencanaan dalam mencapai tujuan dengan mengharap

pada diri sendiri.

d) Resiliensi sebagai kekuatan dalam mempertahankan energi positif pada

diri ketika dihadapkan dengan masalah.

3. Keadilan adalah kekuatan yang datangnya dari tugas dalam menjaga keutuhan

organisasi dan mengusahakan hal-hal untuk kebaikan organisasi. Keadilan

terdiri dari tiga komponen, yaitu:

a) Citizenship sebagai keaktifan dan pemenuhan tanggung jawab anggota

kepada tim.

b) Fairness sebagai persamaan hak sesama anggota di dalam tim.

45

c) Leadership sebagai kemampuan dalam mengarahkan pekerjaan setiap

anggota agar segera terselesaikan.

3.3 Instrumen Pengumpulan Data

3.3.1 Teknik Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik kuisoner. Kuisioner

adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan yang harus dijawab atau

pernyataan yang harus ditanggapi mengenai salah satu masalah atau bidang yang

akan diteliti, yang akan disebarkan kepada responden.

Instrumen penelitian yang digunakan berbentuk kuesioner dengan

menggunakan skala Likert yang memiliki rentangan berbeda-beda sesuai dengan

skala baku yang telah digunakan dalam penelitian-penelitian sebelumnya, dan

juga kebutuhan serta adaptasi. Skala Likert memiliki empat kategori jawaban,

yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai

(STS), dengan tidak memasukkan alternatif jawaban ragu-ragu atau netral, dengan

tujuan untuk melihat kecenderungan ke arah sesuai atau tidak sesuai. Tiap

pernyataan dalam instrumen penelitian dilengkapi dengan pilihan nilai 1 sampai

dengan 4 serta diberikan dengan bobot nilai sebagai berikut, nilai 1 = penyataan

tidak sesuai dengan diri responden dan 4 = pernyataan sangat sesuai dengan diri

responden, Item disusun dalam bentuk pernyataan favorable (positif).

46

3.3.2 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat tiga instrumen penelitian utama, yaitu:

1. Instrumen totalitas kerja

Dalam pengukuran totalitas kerja terdapat alat ukur baku yang telah disusun oleh

Schaufeli & Bakker (2004) yaitu Utrecht Work Engagement Scale (UWES). Alat

ukur ini mengukur 3 aspek totalitas kerja yaitu semangat, dedikasi, dan

keterlarutan. Skala ini diadaptasi menyesuaikan kepentingan penelitian, yang

berisi duabelas item pernyataan dengan masing-masing komponen terdiri empat

item semangat, empat item dedikasi dan empat item keterlarutan.

Instrumen yang asli berbahasa Inggris kemudian diterjemahkan ke dalam

bahasa Indonesia. Skala aslinya berbentuk skala Likert dengan rentang lima poin

yang kemudian dimodifikasi menjadi rentang skala empat poin, yaitu dari SS

(Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju) dan STS (Sangat Tidak Setuju).

Hal tersebut dilakukan agar menghindari kecenderungan jawaban pada skala di

tengah-tengah dan mempermudah subjek dalam pengisian alat ukur. Pernyataan-

pernyataan dalam skala ini bersifat favorable (positif), yaitu pernyataan yang

mendukung objek sikap dengan bobot nilai SS = 4, S = 3, TS = 2, STS = 1.

Adapun pembagian item-item tiap dimensi dapat dilihat pada tabel 3.1. berikut:

47

Tabel 3.1.

Blue print skala Totalitas Kerja

Dimensi Indikator No.Item

Jumlah Contoh item

Semangat Curahan energi yang kuat

Semangat dalam bekerja

Keberanian untuk berusaha

sekuat tenaga dalam

menyelesaikan pekerjaan

1,2,5,10 4 Di tempat kerja, saya

merasa penuh dengan

energy

Dedikasi Memiliki rasa keterlibatan

yang besar dalam bekerja

Bangga akan pekerjaannya

Antusias dalam bekerja

3,4,7,11 4 Saya merasa bahwa

pekerjaan yang saya lakukan

penuh dengan makna dan

tujuan

Keterlarutan Larut dalam pekerjaan

Sulit lepas dari pekerjaan

Waktu terasa berlalu begitu

cepat ketika bekerja

6,8,9,12 4 Saya merasa waktu berlalu

begitu cepat ketika saya

sedang bekerja

Jumlah 12

2. Instrumen modal psikologis

Pengukuran modal psikologis menggunakan alat ukur baku yang telah disusun

oleh (Avey, Luthans, & Mhatre, 2008) yaitu Psychological Capital Questionnaire

(PCQ). Alat ukur ini berisi 12 item pernyataan yang mengukur 4 dimensi modal

psikologis yaitu efikasi diri, optimisme, harapan, dan resiliensi. Psychological

capital questionare (PCQ) menunjukkan reliabilitas dan konstruk validitas dan

dengan menggunakan confirmatory factor analysis didapati bahwa PCQ

memenuhi kriteria untuk struktur empat faktor memiliki loading factor yang

signifikan bila dibandingkan dengan masing-masing dimensi (p < 0,05). Dengan

menggunakan chi square significance test, maka dibuktikan bahwa “the four

factor second order structure” merupakan “the best fitting model” (Luthans,

Avolio, Avey & Norman, 2006).

48

Instrumen yang asli berbahasa Inggris kemudian diterjemahkan ke dalam

bahasa Indonesia. Skala aslinya berbentuk skala Likert dengan rentang enam poin

yang kemudian dimodifikasi menjadi rentang skala empat poin, yaitu dari SS

(Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju) dan STS (Sangat Tidak Setuju).

Hal tersebut dilakukan agar menghindari kecenderungan jawaban pada skala

ditengah-tengah dan mempermudah subjek dalam pengisian alat ukur. Pernyataan-

pernyataan dalam skala ini bersifat favorable, yaitu pernyataan yang mendukung

objek sikap dengan bobot nilai SS = 4, S = 3, TS = 2, STS = 1. Adapun

pembagian item-item tiap dimensi dapat dilihat pada tabel 3.2. berikut:

Tabel 3.2.

Blue print skala Modal Psikologis

Dimensi Indikator

No.Item Jumlah Contoh item

Efikasi

diri Keyakinan atau rasa

percaya diri seseorang

Kemampuan

menggerakkan motivasi

1,2,3

3 Saya merasa percaya diri untuk

memberikan ide terkait strategi

pekerjaan

Optimisme Atribusi positif dalam

diri

Keadaan atau hal positif

sesuai kontrol diri

4,5,6 3 Bila saya menemukan masalah

dalam pekerjaan, saya dapat

mencari jalan keluarnya

Harapan Harapan positif dalam

diri

Perencanaan untuk

mencapai tujuan

7,8,9 3 Pada saat ini, saya sedang

berusaha mencapai target dan

sasaran kerja yang telah saya

buat sendiri

Resiliensi Ketabahan dalam

menghadapi masalah

Kemampuan untuk

mempertahankan energi

positif dalam diri

10,11,12

3 Saya biasanya mengatasi

kesulitan dengan satu atau

beberapa cara dalam pekerjaan

Jumlah 12

3. Instrumen keadilan

Pengukuran keadilan menggunakan skala Values in Action Inventory of Strengths

(VIA-IS) yang diadaptasi oleh (Littman-Ovadia, 2015) menjadi versi English

49

VIA-120 item dengan masing-masing item tiap dimensi Character Strengths

berjumlah lima item, diadaptasi dari (Peterson & Seligman, 2004). Keadilan

terdiri dari tiga komponen, yaitu citizenship, fairness, dan leadership. Skala ini

berisi lima belas item pernyataan yang masing-masing komponen terdiri dari

citizenship lima item, fairness lima item, dan leadership lima item yang masing-

masing item diambil dari English VIA-120 version (Littman-Ovadia, 2015).

Adapun pembagian item-item tiap dimensi dapat dilihat pada tabel 3.3. berikut:

Tabel 3.3.

Blue print skala Keadilan

Dimensi Indikator No.Item Jumlah Contoh item

Citizenship

Seseorang yang aktif

Responsibel secara

sosial

Setia juga patuh

sebagai bagian dari

tim

1,2,3,4,5

5 Saya tidak pernah

melewatkan rapat

di kantor

Fairness Membela pendapat

sesama individu

Membela rekannya

ketika diperlakukan

tidak adil atau tidak

sepantasnya

6,7,8,9,10

5 Saya berpegang

teguh pada

prinsip keadilan

dan kesetaraan

Leadership Unggul dalam

mengarahkan tugas

Mengatur kegiatan

dalam tim

11,12,13,14,15 5 Saya berusaha

agar rekan kerja

dapat terlibat di

dalam tim kerja

Jumlah 15

Instrumen asli yang berbahasa Inggris kemudian diterjemahkan ke dalam

bahasa Indonesia. Skala aslinya berbentuk skala Likert dengan rentang lima poin

yang kemudian dimodifikasi menjadi rentang skala empat poin, yaitu dari SS

(Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju) dan STS (Sangat Tidak Setuju).

50

Hal tersebut dilakukan agar menghindari kecenderungan jawaban pada skala

ditengah-tengah dan mempermudah subjek dalam pengisian alat ukur. Skala

Likert digunakan untuk mengungkap dimensi fairness, judgement, dan leadership.

Pernyataan–pernyataan dalam skala ini bersifat favorable , yaitu pernyataan yang

mendukung objek sikap dengan bobot nilai SS = 4, S = 3, TS = 2, dan STS = 1.

3.4 Uji Validitas Konstruk

Dalam sebuah penelitian, penting untuk melakukan uji validitas konstruk.

Validitas adalah kemampuan instrument untuk mengukur apa yang ingin diukur.

Instrumen yang valid merupakan instrumen yang dibuat untuk mengukur hal yang

ingin diukur. Setelah mendapatkan data yang diinginkan, kemudian penulis

menguji validitas konstruk maupun reliabilitas masing-masing alat ukur.

Pengujian validitas konstruk menggunakan metode Confirmatory Factor

Analysis (CFA) dengan software LISREL 8.70 yang bertujuan untuk mengetahui

apakah item pada setiap variabel valid dalam mengukur apa yang hendak diukur.

CFA digunakan dalam proses pengembangan skala untuk memeriksa struktur

laten dari suatu alat tes. Dalam konteks ini, CFA digunakan untuk verifikasi

jumlah dimensi yang mendasari instrument (faktor) dan pola hubungan item

dengan faktor (factor loading).

Pada pengujian validitas digunakaan CFA (Confirmatory Factor Analysis)

dengan metode ini dapat diketahui apakah seluruh item mengukur apa yang

hendak diukur dan apakah masing-masing item signifikan dalam mengukur hal

tersebut. Adapun logikanya adalah dengan cara membandingkan sejauh mana

51

matriks korelasi hasil estimasi menggunakan teori dengan matriks korelasi yang

diperoleh dari data. Dalam hal ini, yang dimaksud adalah konsep bahwa seluruh

item mengukur satu hal yang sama (unidimensional) yaitu konstruk yang hendak

diukur.

Dalam Confirmatory Factor Analysis (CFA), peneliti harus memiliki

gambaran yang spesifik mengenai: (a) jumlah faktor, (b) variabel yang

mencerminkan suatu faktor, dan (c) faktor yang saling berkolerasi. Tahapan dalam

CFA diawali merumuskan model teoritis (hipotesis) tentang pengukuran variabel

laten, kemudian model tersebut diuji kebenarannya secara statistik menggunakan

data. CFA lebih tepat digunakan pada pengujian teori karena : (a) langsung

menguji teori dan (b) tingkat fit pada model dapat diukur dalam berbagai cara.

Adapun logika dari CFA (Umar, 2011) adalah:

1. Dibuat atau disusun suatu definisi operasional tentang konsep atau trait yang

hendak diukur. Untuk mengukur trait atau faktor tersebut diperlukan item

(stimulus) sebagai indikatornya.

2. Disusun hipotesis/teori bahwa seluruh item yang disusun (dibuat) adalah valid

mengukur konstruk yang didefinisikan. Dengan kata lain diteorikan (hipotesis)

bahwa hanya ada 1 faktor yang diukur yaitu konstruk yang didefinisikan

(model unidimensional).

3. Berdasarkan data yang diperoleh kemudian dihitung matriks korelasi antar

item. Matriks korelasi ini disebut sigma (Ʃ), kemudian dibandingkan dengan

matriks dari data empiris, yang disebut matriks S. Jika teori tersebut benar

52

(model unidimensional), maka tentunya tidak ada perbedaan antara matriks Ʃ –

matriks S atau bisa juga dinyatakan dengan;

Ʃ – S = 0

4. Matriks korelasi tersebut digunakan untuk mengestimasi matriks korelasi yang

seharusnya terjadi menurut teori/model yang ditetapkan. Jika teori/hipotesis

pada butir 2 adalah benar, maka semestinya semua item hanya mengukur satu

faktor saja (unidimensional).

5. Adapun langkah-langkahnya adalah:

a. Dihitung (diestimasi) parameter dari model/teori yang diuji yang dalam hal ini

terdiri dari dari koefisien muatan faktor dan varian kesalahan pengukuran

(residual)

b. Setelah nilai parameter diperoleh kemudian diestimasi (dihitung) korelasi antar

setiap item sehingga diperoleh matriks korelasi antar item berdasarkan

hipotesis/teori yang diuji (matriks korelasi ini disebut sigma).

6. Uji validitas konstruk dilakukan dengan menguji hipotesis bahwa S=∑ atau

dapat dituliskan Ho : S - ∑ = 0. Uji hipotesis ini misalnya dilakukan

menggunakan uji chi square, dimana jika chi square tidak signifikan (p>0.05)

maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis nihil (Ho) tidak ditolak. Artinya, teori

yang mengatakan bahwa semua item hanya mengukur satu konstruk saja

terbukti sesuai (fit) dengan data.

7. Jika telah terbukti model unidimensional (satu faktor) fit dengan data maka

dapat dilakukan seleksi terhadap item dengan menggunakan 3 kriteria, yaitu:

53

a. Item yang koefisien muatan faktornya tidak signifikan dieliminasi karena tidak

memberikan informasi yang secara statistik bermakna.

b. Item yang memiliki koefisien muatan faktor negatif juga dieliminasi karena

mengukur hal yang berlawanan dengan konsep yang didefinisikan. Namun

demikian, harus diperiksa dahulu apakah item yang pernyataannya unfavorable

atau negatif sudah disesuaikan (direverse) skornya sehingga menjadi positif.

Hal ini berlaku khusus untuk item dimana tidak ada jawaban yang benar

ataupun salah (misalnya, alat ukur individual, motivasi, persepsi, dsb).

c. Item dapat juga didrop jika residualnya (kesalahan pengukuran) berkorelasi

dengan banyak residual item yang lainnya, karena ini berarti bahwa item

tersebut mengukur juga hal lain selain konstruk yang hendak diukur.

Kriteria item yang baik pada CFA sebagai berikut :

1. Melihat signifikan tidaknya item tersebut mengukur faktornya dengan

melihat nilai t bagi koefisien muatan faktor item. Perbandingannya adalah t

> 1,96 maka item tersebut sigifikan dan sebaliknya. Apabila item tersebut

signikan maka item tidak akan di drop, dan sebaliknya.

2. Melihat koefisien muatan faktor dari item. Jika item tersebut sudah di

skoring dengan favorable (pada skala likert 1-4), maka nilai koefisien

muatan faktor pada item harus bermuatan positif, dan sebaliknya. Apabila

item tersebut favorable, namun koefisien muatan faktor item bernilai negatif

maka item tersebut di drop dan sebaliknya.

54

3. Terakhir, apabila kesalahan pengukuran item terlalu banyak berkorelasi,

maka item tersebut di drop. Sebab, yang demikian selain mengukur apa

yang hendak diukur, ia juga mengukur hal lain.

Jika langkah-langkah di atas telah dilakukan, maka diperoleh item-item

yang valid untuk mengukur apa yang hendak diukur. Dalam penelitian ini tidak

menggunakan raw score/skor mentah (hasil menjumlahkan skor item). Item-item

inilah yang diolah untuk mendapatkan faktor skor pada tiap skala. Dengan

demikian perbedaan kemampuan masing-masing item dalam mengukur apa yang

hendak diukur ikut menentukan dalam menghitung faktor skor (true score). True

score inilah yang dianalisis dalam penelitian ini.

Untuk kemudahan di dalam penafsiran hasil analisis maka

ditransformasikan faktor skor yang diukur dalam skala baku (Z score) menjadi T

score yang memiliki mean = 50 dan standar deviasi (SD) = 10 sehingga tidak ada

responden yang mendapat skor negatif. Adapun rumus T score adalah:

T score = (10 x skor faktor) + 50

Dalam hal ini, T-score akan memiliki mean = 50 dan SD = 10 dan

diharapkan seluruh skor merupakan bilangan positif yang memiliki renrangan

diperkiraan antara 0 dan 100. Setelah didapatkan faktor skor yang telah diubah

menjadi T-score, nilai baku inilah yang akan dianalisis dalam uji regresi. Adapun

pengujian analisis CFA seperti ini dilakukan dengan bantuan software LISREL

8.70.

55

3.4.1 Uji Validitas Konstruk Totalitas Kerja

Dalam penelitian ini menguji apakah dua belas item yang ada bersifat

unidimensional, artinya benar hanya mengukur totalitas kerja. Dari hasil awal

analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit, dengan

Chi-Square = 183.12, df = 54, P-value = 0,00000, RMSEA = 0.115. Namun

setelah dilakukan modifikasi terhadap model, kesalahan pengukuran pada

beberapa item dibebaskan untuk berkorelasi satu sama lain, maka diperoleh model

fit dengan nilai Chi-Square = 61.21, df = 46, P-value = 0.06598, RMSEA = 0.043.

Nilai Chi-Square menghasilkan P-value > 0,05 (tidak signifikan), yang artinya

model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima di mana seluruh item

mengukur satu faktor saja yaitu efikasi diri.

Tahapan selanjutnya, untuk melihat apakah signifikansi dari item tersebut

memang mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item

tersebut perlu digugurkan/di-drop atau tidak. Maka dari itu dilakukan pengujian

hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari setiap item. Pengujiannya

dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika

diketahui nilai t > 1.96, maka item tersebut signifikan dan begitu juga sebaliknya,

jika diketahui nilai t < 1.96 maka item tersebut tidak signifikan. Koefisien muatan

faktor untuk item kepuasan pernikahan dapat dilihat pada tabel Pengujiannya

dilakukan dengan melihat nilai-t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada

tabel 3.4. berikut :

56

Tabel 3.4.

Muatan faktor item Totalitas Kerja No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

1.

2.

5.

10.

3.

4.

7.

11.

6.

8.

9.

12.

0.45

0.62

0.65

0.68

0.80

0.77

0.76

0.77

0.74

0.72

0.67

0.68

0.07

0.07

0.07

0.07

0.06

0.06

0.06

0.06

0.07

0.07

0.07

0.07

6.29

8.97

9.79

10.25

12.64

12.29

11.98

11.89

11.32

10.85

9.99

10.25

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

Keterangan : tanda V = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan (t<1.96)

Berdasarkan Tabel 3.4. dapat diketahui bahwa dari duabelas item,

keseluruhan item signifikan karena memiliki nilai ( t > 1,96) dan semua koefisien

bermuatan positif. Dengan demikian item-item tersebut tidak perlu digugurkan

atau di drop.

3.4.2 Uji Validitas Konstruk Modal Psikologis

Modal psikologis dalam penelitian ini memiliki empat dimensi, keempat dimensi

tersebut yaitu: efikasi diri, optimisme, harapan, dan resiliensi. Adapun hasil dari

uji validitas konstruk pada setiap dimensi dari modal psikologis dijelaskan pada

setiap subbab berikut :

3.4.2.1 Efikasi Diri

Dalam subbab ini peneliti menguji apakah ketiga item yang ada bersifat

unidimensional, artinya benar hanya mengukur efikasi diri. Dari hasil awal

analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata langsung

diperoleh model fit, dengan Chi-Square = 0.00, df = 0, P-value = 1.00000,

RMSEA = 0.000. Nilai Chi-Square menghasilkan P-value > 0,05 (tidak

57

signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat

diterima di mana seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu efikasi diri.

Tabel 3.5.

Muatan faktor item Efikasi Diri No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

1.

2.

3.

0.68

0.65

0.98

0.07

0.07

0.07

9.38

8.92

13.83

V

V

V

Keterangan : tanda V = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan (t<1.96)

Berdasarkan tabel 3.5. di atas, dapat dilihat juga signifikansi item dan

menentukan apakah item tersebut perlu didrop atau tidak. Oleh karena itu, perlu

dilakukan pengujian hipotesis tentang koefisien muatan faktor dari item.

Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai-t bagi setiap koefisien muatan

faktor. Dari tabel 3.5. dapat dilihat bahwa seluruh item signifikan ( t > 1,96) dan

semua koefisien bermuatan positif. Dengan demikian item-item tersebut tidak

akan didrop.

3.4.2.2 Optimisme

Dalam subbab ini peneliti menguji apakah ketiga item yang ada bersifat

unidimensional, artinya benar hanya mengukur optimisme. Dari hasil awal

analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata langsung

diperoleh model fit, dengan Chi-Square = 0.00, df = 0, P-value = 1.00000,

RMSEA = 0.000. Nilai Chi-Square menghasilkan P-value > 0,05 (tidak

signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat

diterima di mana seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu optimisme.

58

Tabel 3.6.

Muatan faktor item Optimisme No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

1.

2.

3.

0.75

0.80

0.70

0.07

0.07

0.07

10.33

11.04

9.59

V

V

V

Keterangan : tanda V = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan (t<1.96)

Berdasarkan tabel 3.6. di atas, dapat dilihat juga signifikansi item dan

menentukan apakah item tersebut perlu didrop atau tidak. Oleh karena itu, perlu

dilakukan pengujian hipotesis tentang koefisien muatan faktor dari item.

Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai-t bagi setiap koefisien muatan

faktor. Dari tabel 3.6. dapat dilihat bahwa seluruh item signifikan ( t > 1,96) dan

semua koefisien bermuatan positif. Dengan demikian item-item tersebut tidak

akan didrop.

3.4.2.3 Harapan

Dalam subbab ini peneliti menguji apakah ketiga item yang ada bersifat

unidimensional, artinya benar hanya mengukur harapan. Dari hasil awal analisis

CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata langsung diperoleh model

fit, dengan Chi-Square = 0.00, df = 0, P-value = 1.00000, RMSEA = 0.000. Nilai

Chi-Square menghasilkan P-value > 0,05 (tidak signifikan), yang artinya model

dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima di mana seluruh item

mengukur satu faktor saja yaitu harapan.

Tabel 3.7.

Muatan faktor item Harapan No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

1.

2.

3.

0.67

0.76

0.41

0.10

0.11

0.09

6.52

6.89

4.80

V

V

V

Keterangan : tanda V = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan (t<1.96)

59

Berdasarkan tabel 3.7. di atas, dapat dilihat juga signifikansi item dan

menentukan apakah item tersebut perlu didrop atau tidak. Oleh karena itu, perlu

dilakukan pengujian hipotesis tentang koefisien muatan faktor dari item.

Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai-t bagi setiap koefisien muatan

faktor. Dari tabel 3.7. dapat dilihat bahwa seluruh item signifikan ( t > 1,96) dan

semua koefisien bermuatan positif. Dengan demikian item-item tersebut tidak

akan didrop.

3.4.2.4 Resiliensi

Dalam subbab ini peneliti menguji apakah ketiga item yang ada bersifat

unidimensional, artinya benar hanya mengukur resiliensi. Dari hasil awal analisis

CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata langsung diperoleh model

fit, dengan Chi-Square = 0.00, df = 0, P-value = 1.00000, RMSEA = 0.000. Nilai

Chi-Square menghasilkan P-value > 0,05 (tidak signifikan), yang artinya model

dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima di mana seluruh item

mengukur satu faktor saja yaitu resiliensi.

Tabel 3.8.

Muatan faktor item Resiliensi No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

1.

2.

3.

0.61

0.62

0.74

0.09

0.09

0.09

7.07

7.17

8.14

V

V

V

Keterangan : tanda V = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan (t<1.96)

Berdasarkan tabel 3.8. dapat dilihat signifikansi item dan menentukan

apakah item tersebut perlu didrop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan

pengujian hipotesis tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya

dilakukan dengan melihat nilai-t bagi setiap koefisien muatan faktor. Dari tabel

60

3.8. dapat dilihat bahwa seluruh item signifikan ( t > 1,96) dan semua koefisien

bermuatan positif. Dengan demikian item-item tersebut tidak akan didrop.

3.4.3 Uji Validitas Konstruk Keadilan

Keadilan dalam penelitian ini memiliki tiga dimensi, ketiga dimensi tersebut

yaitu; citizenship, fairness, dan leadership. Adapun hasil dari uji validitas

konstruk pada setiap komponen dari keadilan dijelaskan pada setiap subbab

berikut :

3.4.3.1 Citizenship

Dalam subbab ini peneliti menguji apakah lima item yang ada bersifat

unidimensional, artinya bahwa seluruh item-item tersebut benar-benar hanya

mengukur citizenship. Dalam perhitungan data CFA model satu faktor dari

citizenship diperoleh skor awal perhitungan Chi-Square = 27.37, df = 5, P-value =

0.00005, RMSEA = 0.157. Dari hasil tersebut nilai P-value < 0.05 sehingga dapat

dikatakan model ini belum fit. Oleh karena itu, peneliti melakukan modifikasi

terhadap model ini, yaitu dengan membebaskan setiap item agar berkorelasi satu

sama lainnya. Setelah dilakukan modifikasi diperoleh model yang fit dengan Chi-

square = 1.50, df = 3, P-value = 0.68167, RMSEA = 0.000.

Tahapan selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut

mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut

perlu digugurkan/di-drop atau tidak, maka dari itu dilakukan pengujian hipotesis

nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan

melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika diketahui nilai t > 1.96,

maka item tersebut signifikan dan begitu juga sebaliknya, jika diketahui nilai t <

61

1.96, maka item tersebut tidak signifikan. Koefisien muatan faktor untuk item

citizenship dapat dilihat pada tabel 3.9. berikut:

Tabel 3.9.

Muatan faktor item Citizenship No. Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

1.

2.

3.

4.

5.

0.69

0.16

0.63

0.60

0.54

0.10

0.09

0.08

0.10

0.08

7.19

1.93

7.40

6.17

6.61

V

X

V

V

V

Keterangan : tanda V = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan (t<1.96)

Berdasarkan Tabel 3.9 diatas, dapat diketahui bahwa terdapat empat item

yang signifikan (t > 1,96) dan satu item yang tidak signifikan (t < 1,96) yaitu item

nomor 2. Dengan demikian item nomor 2 akan di-drop yang berarti item tersebut

tidak akan ikut dianalisis dalam perhitungan faktor skor.

3.4.3.2 Fairness

Dalam subbab ini peneliti menguji apakah lima item yang ada bersifat

unidimensional, artinya item-item tersebut benar-benar hanya mengukur fairness.

Hasil perhitungan data CFA model satu faktor dari fairness diperoleh skor awal

perhitungan Chi-Square = 12.57, df = 5, P-value = 0.02771, RMSEA = 0.091.

Dari hasil tersebut nilai P-value < 0.05 sehingga dikatakan model ini belum fit.

Oleh karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model ini, yaitu dengan

membebaskan setiap item untuk berkorelasi satu sama lainnya. Setelah dilakukan

modifikasi diperoleh model yang fit dengan Chi-square = 1.77, df = 3 , P- value =

0.62125, RMSEA = 0.000.

Tahapan selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut

mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut

62

perlu digugurkan atau tidak, maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang

koefisien muatan faktor dari item. Pengujianya dilakukan dengan melihat nilai t

bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96, maka item tersebut

signifikan dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item

fairness dapat dilihat pada tabel 3.10. berikut:

Tabel 3.10.

Muatan faktor item Fairness No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

1.

2.

3.

4.

5.

0.65

0.64

0.69

0.32

0.49

0.08

0.08

0.08

0.09

0.08

8.05

7.93

8.55

3.48

5.89

V

V

V

V

V

Keterangan : tanda V = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan (t<1.96)

Berdasarkan Tabel 3.10. diatas, dapat diketahui kelima item signifikan

karena memiliki nilai (t > 1.96) dan semua koefisien bermuatan positif. Dengan

demikian item-item tersebut tidak ada yang perlu untuk di-drop.

3.4.3.3 Leadership

Dalam subbab ini peneliti menguji apakah lima item yang ada bersifat

unidimensional, artinya item-item tersebut benar-benar hanya mengukur

leadership. Hasil perhitungan data CFA model satu faktor dari leadership

diperoleh skor awal perhitungan Chi-Square = 16.96, df = 5, P-value = 0.00457,

RMSEA = 0.115. Dari hasil tersebut nilai P-value < 0.05 sehingga dikatakan

model ini belum fit. Oleh karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap

model ini, yaitu dengan membebaskan setiap item untuk berkorelasi. Setelah

dilakukan modifikasi diperoleh model yang fit dengan Chi-square = 3.19, df = 3,

P-value = 0.36370, RMSEA = 0.019.

63

Tahapan selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut

mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut

perlu digugurkan atau tidak, maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang

koefisien muatan faktor dari item. Pengujianya dilakukan dengan melihat nilai t

bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96, maka item tersebut

signifikan dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item

leadership dapat dilihat pada tabel 3.11. berikut:

Tabel 3.11.

Muatan faktor item Leadership No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

11.

12.

13.

14.

15.

0.69

0.68

0.52

0.63

0.69

0.08

0.08

0.08

0.08

0.10

8.67

8.58

6.86

8.31

7.29

V

V

V

V

V

Keterangan : tanda V = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan (t<1.96)

Berdasarkan Tabel 3.11. diatas, dapat diketahui kelima item signifikan

karena memiliki nilai (t > 1.96) dan semua koefisien bermuatan positif. Dengan

demikian item-item tersebut tidak ada yang perlu untuk di-drop.

3.5 Teknik Analisis Data

Penelitian ini memiliki variabel independen sebanyak tujuh variabel, dan satu

variabel dependen. Data yang diperoleh akan dianalisis untuk mengetahui

pengaruh dari modal psikologis dan keadilan terhadap totalitas kerja.

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah multiple

regression atau analisis regresi berganda. Analisis regresi berganda adalah sebuah

64

pendekatan yang digunakan untuk mendefinisikan hubungan antara variabel

dependen (Y) dengan satu atau beberapa variabel independen (X). Digunakan

untuk memprediksi nilai Y berdasarkan nilai X tertentu. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui arah hubungan modal psikologis dan keadilan terhadap totalitas

kerja, apakah memiliki pengaruh positif atau negatif.

Metode ini juga dipilih karena ingin menguji pengaruh secara parsial

modal psikologis dan keadilan terhadap totalitas kerja serta berapa besar

presentase hubungan sumbangan pengaruh modal psikologis dan keadilan secara

bersama-sama terhadap totalitas kerja. Apakah hasilnya dapat digeneralisir untuk

seluruh populasi. Perhitungan regresi pada penelitian ini menggunakan sistem

komputerisasi program IBM SPSS Statistics versi 20.

Persamaan regresi pada penelitian ini adalah:

Y = a + b₁X₁ + b₂X₂ + b₃X₃ + b₄X₄ + b₅X₅ + b₆X₆ + b₇X₇ + b₈X₈+ b9X9 + e

Keterangan:

Y = Totalitas kerja

a = Intercept (Konstan)

b = Koefisien regresi yang distandarisasikan untuk masing-masing X

X₁ = Efikasi diri

X₂ = Optimisme

X₃ = Harapan

X₄ = Resiliensi

X₅ = Citizenship

X₆ = Fairness

65

X₇ = Leadership

e = Residu

Untuk dapat melihat apakah model regresi yang dihasilkan merupakan

model yang paling sesuai dengan memiliki error terkecil pada penelitian ini, maka

dibutuhkan beberapa pengujian dan analisis sebagai berikut:

1. Uji R² (koefisien determinasi berganda)

Dari pengujian regresi berganda ini akan diperoleh nilai R, dalam penelitian ini

adalah pengujian multiple regression modal psikologis (efikasi diri, optimisme,

harapan, resiliensi), keadilan (citizenship, fairness, leadership) terhadap totalitas

kerja. Tingginya totalitas kerja ini ditunjukan oleh koefisien determinasi berganda

R². R² digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen (X)

terhadap variabel dependen (Y) atau merupakan perkiraan proporsi varians dari

IV. Untuk mendapatkan R², akan di menggunakan sistem komputerisasi progam

IBM SPSS Statistics versi 20.

2. Uji F

Uji F dilakukan untuk membuktikan signifikansi regresi Y pada X. Dengan

melakukan Uji F akan terlihat pengaruh IV terhadap DV. Untuk membuktikan hal

tersebut dilakukan uji F dengan sistem komputerisasi program IBM SPSS

Statistics versi 20.

3. Uji t

Setelah melakukan Uji F, selanjutnya penelitian ini melakukan Uji t yang

berfungsi untuk melihat signifikansi pengaruh yang diberikan variabel independen

(X) terhadap variabel dependen (Y) secara sendiri-sendiri atau parsial, apakah

66

pengaruh yang diberikan independent variable (X) signifikan terhadap dependent

variable (Y). Untuk mendapatkan hasil uji t, dilakukan dengan sistem

komputerisasi program IBM SPSS Statistics versi 20.

3.6. Prosedur Penelitian

Penelitian ini melalui beberapa tahapan dalam proses pengumpulan data, yaitu

sebagai berikut :

3.6.1. Tahapan Persiapan

1. Persiapan penelitian

a. Dimulai dengan mengamati fenomena-fenomena yang terjadi dan menentukan

permasalahan yang akan diteliti serta judul penelitian.

b. Melakukan observasi terhadap karyawan Bank Syariah pada saat training

tahunan karyawan.

c. Melaporkan hasil temuan kepada dosen pembimbing untuk kemudian

menentukan dependent variable dan independent variable apa saja yang sesuai

dengan temuan di lapangan.

d. Menentukan judul dan melakukan studi pustaka terlebih dahulu untuk

merumuskan penelitian, mengumpulkan materi yang membahas mengenai

variabel penelitian dan menentukan teori yang relevan dengan variabel

penelitian.

e. Menetapkan lokasi dan karakteristik populasi yang akan dijadikan sampel

penelitian.

67

3.6.2. Tahapan pelaksanaan

a. Menyiapkan, membuat, dan menyusun alat ukur yang akan digunakan dalam

penelitian ini yaitu untuk mengukur totalitas kerja, meliputi skala modal

psikologis dan keadilan. Instrument yang digunakan disusun berdasarkan

teori dari variabel yang diangkat dan disesuaikan dengan kondisi sampel

penelitian.

b. Menentukan jumlah sampel penelitian dan meminta izin untuk kesediaan

responden dalam pengisian skala dalam penelitian.

c. Melaksanakan pengambilan data penelitian dengan cara menyebarkan

kuesioner kepada karyawan-karyawan Bank Syariah yang menjadi sampel

dalam penelitian ini dalam bentuk google doc dengan penyebaran secara

online.

d. Pengumpulan data dilakukan tanggal 30 Juni sampai dengan 13 Juli 2019,

dengan total sampel yang diperoleh sebanyak 183 karyawan.

3.6.3. Tahapan pengolahan data

a. Memberikan nilai atau skoring terhadap hasil respon yang telah diberikan

responden pada instrument penelitian.

b. Meng-input data hasil skoring.

c. Menguji validitas item yang digunakan dengan menentukan apakah item

tersebut benar hanya mengukur apa yang hendak diukur dalam penelitian ini

dan menentukan item mana saja yang perlu didrop dengan syarat t-value >1.96.

68

d. Item-item yang fit digunakan untuk menentukan apakah ada pengaruh dari

independent variable dalam penelitian ini terhadap dependent variabel.

e. Melakukan interpretasi terhadap data yang diperoleh secara statistik sehingga

dapat digunakan untuk menguji hipotesis penelitian.

f. Membuat kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan dan melaporkan

hasilnya.

69

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteridstik Subjek Penelitian

Total sampel pada penelitian ini berjumlah 183 orang karyawan Bank Syariah

Jabodetabek. Untuk mendapatkan gambaran umum mengenai latar belakang

subjek penelitian, maka pada sub bab ini ditampilkan gambaran banyaknya subjek

penelitian berdasarkan data karyawan Bank Syariah Jabodetabek. Selanjutnya

akan dijelaskan gambaran subjek lebih rinci pada tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1

Gambaran Umum Subjek Penelitian

TINGKAT PENDIDIKAN

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

SMP 1 .5 .5 .5

SMA 45 24.6 24.6 25.1

DIPLOMA 30 16.4 16.4 41.5

S1 104 56.8 56.8 98.4

S2 3 1.6 1.6 100.0

Total 183 100.0 100.0

PENGHASILAN

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

,00 28 15,3 15,3 15,3

1,00 137 74,9 74,9 90,2

2,00 9 4,9 4,9 95,1

3,00 9 4,9 4,9 100,0

Total 183 100,0 100,0

70

PENGELUARAN

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

,00 78 42,6 42,6 42,6

1,00 99 74,9 54,1 96,7

2,00 4 4,9 2,2 98,9

3,00 2 4,9 1,1 100,0

Total 183 100,0 100,0

STATUS

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

single 82 44.8 44.8 44.8

menikah 101 55.2 55.2 100.0

Total 183 100.0 100.0

Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa jumlah sampel sebanyak

183 karyawan Bank Syariah, tingkat pendidikan terdapat 1 orang lulusan SMP

atau 0.5% , SMA terdapat 45 orang atau 24,6%, Diploma sebanyak 30 orang atau

16,4%, S1 sebanyak 104 orang atau 56,8% dan S2 sebanyak 3 orang atau 1,6%,

dengan rincian tiap sampel karyawan dilihat dari status terdapat 82 orang atau

44,8% yang belum menikah dan 101 orang atau 55,2% yang sudah menikah.

Sedangkan dilihat dari penghasilan, penghasilan terbanyak yaitu kisaran Rp.

3.000.000,- sampai Rp. 5.000.000,- terdapat 137 orang atau 74,9%, dan kedua

terbanyak terbanyak yaitu kisaran Rp. 0,- sampai Rp. 3.000.000.- terdapat 28

orang atau 15,3%. Selanjutnya pada pengeluaran, pengeluaran terbanyak yaitu

kisaran Rp. 3.000.000.- sampai Rp. 5.000.000,- terdapat 99 orang atau 74,9% dan

kedua terbanyak terbanyak yaitu kisaran Rp. 0,- sampai Rp. 3.000.000.- terdapat

78 orang atau 42,6%

71

4.2 Hasil Analisis Deskriptif Variabel Penelitian

Hasil analisis deskriptif adalah gambaran umum tentang statistik deskriptif dari

variabel-variabel dalam penelitian ini. Dalam hasil analisis deskriptif ini akan

disajikan nilai minimum, maksimum, dan standar deviasi variabel serta

kategorisasi tinggi dan rendahnya skor variabel penelitian. Gambaran hasil

analisis deskriptif ini dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 4.2

Hasil Analisis Deskriptif

N

Minimum

Maximum

Mean

Std. Deviation

Variance

TOTAL 183 12,00 48,00 39,3388 5,47070 29,929

SELF 183 3,00 12,00 9,8579 1,59723 2,551

OPTM 183 4,00 12,00 9,6940 1,59818 2,554

HOPE 183 4,00 12,00 9,4699 1,50381 2,261

RESIL 183 4,00 12,00 9,4536 1,65641 2,744

CITIZ 183 5,00 20,00 16,3224 2,06751 4,275

FAIR 183 5,00 20,00 16,0109 2,30620 5,319

LEAD 183 5,00 20,00 16,2022 2,25018 5,063

Valid N (listwise

) 183

Berdasarkan data dari tabel 4.2 di atas dapat diketahui pertama bahwa nilai

minimum dari variabel totalitas kerja adalah 12.00 dengan nilai

maksimum 48.00, Kedua, efikasi diri memiliki nilai minimum = 3,00,

nilai maksimum = 12,00 dan Ketiga, optimisme memiliki nilai minimum =

4,00, nilai maksimum = 12,00 Keempat, harapan memiliki nilai minimum

= 4,00, nilai maksimum = 12,00. Kelima, resiliensi memiliki nilai

minimum = 4,00 nilai maksimum = 12,00. Keenam, citizenship memiliki

nilai minimum = 5,00 nilai maksimum = 20,00, fairness memiliki nilai

minimum = 5,00 nilai maksimum = 20,00 , Kedelapan leadership

72

memiliki nilai minimum = 5,00 nilai maksimum = 20,00.

4.2.1 Kategorisasi Skor Variabel

Setelah melakukan deskripsi statistik dari masing-masing variabel

penelitian, maka hal yang perlu dilakukan adalah kategorisasi data

penelitian dengan menggunakan standar deviasi dan mean dari t-score.

Dalam hal ini, ditetapkan norma pada tabel berikut:

Tabel 4.3

Norma Kategorisasi Skor Variabel Penelitian Kategori Norma

Tinggi X > Mean + 1SD

Sedang Mean-1SD ≤ X ≤ Mean+1SD

Rendah X < Mean - 1SD

Kategorisasi skor masing-masing variabel yang digunakan dalam

penelitian ini dapat diamati pada tabel 4.4 berikut ini.

Tabel 4.4

Tabel Kategorisasi Skor Variabel Penelitian Variabel Rendah (%) Sedang (%) Tinggi (%)

Totalitas Kerja 30 (13.0) 155 (67.4) 45 (19.6)

Efikasi Diri 26 (11.3) 170 (73.9) 34 (14.8)

Optimisme 22 (9.6) 167 (72.6) 41 (17.8)

Harapan 24 (10.4) 162 (70.4) 44 (19.1)

Resiliensi 17 (7.4) 168 (73.0) 45 (19.6)

Citizenship 15 (6.5) 174 (75.7) 41 (17.8)

Fairness 41 (17.8) 159 (16.1) 30 (13.0)

Leadership 16 (7.0) 178 (77.4) 36 (15.7)

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa skor variabel totalitas kerja

cenderung pada kategori tinggi yaitu sebesar 19.6%. Pada skor variabel

efikasi diri cenderung pada kategori tinggi dengan presentase 14.8%.

73

Selanjutnya, pada skor optimisme cenderung pada kategori tinggi yaitu

sebesar 17.8%. Skor variabel harapan cenderung pada kategori tinggi yaitu

sebesar 19.1%. Sedangkan untuk skor variabel resiliensi diketahui

cenderung pada kategori tinggi dengan skor sebesar 19.6%. Untuk skor

variabel citizenship cenderung pada kategori tinggi yaitu sebesar 17.8%.

Selanjutnya untuk skor variabel fairness cenderung pada kategori rendah

yaitu sebesar 13.0%. Untuk skor variabel leadership cenderung pada

kategori tinggi yaitu sebesar 15.7%.

4.3 Hasil Uji Hipotesis Penelitian

Selanjutnya, uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-

masing independent variable terhadap dependent variable dalam penelitian

ini, analisisnya dilakukan dengan teknik multiple regression analysis. Data

yang dianalisis ialah faktor skor atau true score yang diperoleh dari hasil

analisis faktor. Lalu dipindahkan skala faktor skor tersebut menjadi T

score dengan berdasarkan rumus yang telah dipaparkan pada bab 3.

Alasan digunakan T score ini ialah untuk menghindari dampak negatif dari

kesalahan pengukuran dan juga agar tidak ada responden yang

mendapatkan nilai negatif.

4.3.1 Analisis Regresi Variabel Penelitian

Pada tahapan ini dilakukan uji hipotesis dengan multiple regression

analysis dengan menggunakan software SPSS 20. Dalam melakukan

analisis regresi, ada tiga hal yang dilihat, yaitu melihat besaran R square

untuk mengetahui berapa persen varians dependent variable yang

74

dijelaskan oleh independent variable, kedua apakah secara keseluruhan

independent variable berpengaruh secara signifikan terhadap dependent

variable, kemudian terakhir melihat signifikan atau tidaknya koefisien

regresi dari masing-masing independent variable. Pengujian hipotesis

dilakukan dengan beberapa tahapan. Langkah pertama melihat besaran R2

untuk mengetahui berapa persen varians dependent variable yang

dijelaskan oleh independent variable. Selanjutnya untuk tabel yang berisi

R2, dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini:

Tabel 4.5

Model Summary Analisis Regresi

Model

R

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate

1 .774a .599 .582 5.6943

Berdasarkan data pada tabel 4.5 dapat di lihat bahwa perolehan R2 sebesar

0.599 atau 59,9%. Artinya proporsi varians dari totalitas kerja yang

dijelaskan oleh efikasi diri, optimisme, harapan, resiliensi, citizenship,

fairness ,leadership sebagai independent variable dalam penelitian ini

adalah sebesar 59,9% sedangkan 40,1% lainnya dipengaruhi oleh variabel

lain di luar penelitian ini.

Langkah kedua adalah menganalisis dampak dari seluruh independent

variable terhadap totalitas kerja. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada

tabel 4.6

Tabel 4.6

Anova Pengaruh Keseluruhan IV terhadap DV Model Sum of

Squares

df Mean Square F Sig.

75

Regression 84.597 7 12.085 37.271 ,000b

Residual 56.744 175 324

Total 141.341 182

a. Dependent Variable: TTOTAL b. Predictors: (Constant), TLEAD, THOPE, TSELF, TFAIR, TRESIL, TOPTM, TCITIZ

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa nilai Sig sebesar 0.000

dengan demikian diketahui bahwa nilai Sig < 0.05, maka hipotesis nol

(nihil) yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan seluruh

independent variable terhadap totalitas kerja ditolak. Oleh karenanya

hipotesis H1 yang menyatakan ada pengaruh yang signifikan dari seluruh

independent variable terhadap totalitas kerja diterima. Artinya, ada

pengaruh yang signifikan dari modal psikologis (efikasi diri, optimisme,

harapan, resiliensi), keadilan (citizenship, fairness, leadership) dan jenis

kelamin, tingkat pendidikan serta status pernikahan terhadap totalitas

kerja.

Langkah terakhir adalah melihat koefisien regresi tiap independent

variable modal psikologis yang terdiri dari efikasi diri, optimisme,

harapan, dan resiliensi, dan independent variable keadilan (citizenship,

fairness, leadership) Jika nilai Sig < 0.05 maka koefisien regresi tersebut

signifikan yang berarti bahwa variabel bebas tersebut memiliki dampak

yang signifikan terhadap totalitas kerja. Adapun besarnya koefisien regresi

dari masing-masing variabel bebas terhadap totalitas kerja dapat dilihat

pada tabel 4.7.

Tabel 4.7

Koefisien Regresi

76

Model Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

(Constan) .308 .087 3.528 .001

TSELF .156 .080 .142 1.940 .054

TOPTM .169 .089 .157 1.904 .059

THOPE .196 .067 .194 2.914 .004*

TRESIL .389 .073 .364 5.325 .000*

TCITIZ -.099 .069 -.093 -1.429 .155

TFAIR -.010 .073 -.010 -.139 .889

TLEAD .207 .070 .201 2.951 .004*

a. Dependent Variable: TTOTAL

Berdasarkan koefisien regresi pada tabel 4.7 dapat diketahui persamaan

regresi sebagai berikut:

Totalitas kerja' = 0,308 + 0,156 (efikasidiri) + 0,169 (optimisme) + 0,196

(harapan) +0,389 (resilensi) -0,099 (citizenship) – 0,010 (fairness) + 0,

207 (leadership).

Dari persamaan regresi di atas, dapat dijelaskan bahwa dari tujuh

independent variable hanya tiga variabel yang signifikan mempengaruhi

totalitas kerja, yaitu harapan, resiliensi serta leadership. Sedangkan empat

variabel lainnya tidak berpengaruh secara signifikan terhadap totalitas

kerja. Adapun penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh pada

variabel bebas adalah sebagai berikut:

1. Dimensi efikasi diri pada variabel modal psikologis diperoleh nilai

koefisien regresi sebesar 0,156 dengan nilai Sig. sebesar 0.054

(Sig. < 0.05), dengan demikian hipotetsis nihil menyatakan ada

pengaruh yang signifikan efikasi diri terhadap totalitas kerja

diterima. Hal ini berarti tidak ada pengaruh yang signifikan efikasi

diri terhadap totalitas kerja.

77

2. Dimensi optimisme pada variabel modal psikologis diperoleh nilai

koefisien regresi sebesar 0,169 dengan nilai Sig. sebesar 0.059

(Sig. < 0.05), dengan demikian hipotetsis nihil menyatakan ada

pengaruh yang signifikan optimisme terhadap totalitas kerja

diterima. Hal ini berarti tidak ada pengaruh yang signifikan

optimisme terhadap totalitas kerja.

3. Dimensi harapan pada variabel modal psikologis diperoleh nilai

koefisien regresi sebesar 0,196 dengan nilai Sig. sebesar 0.004

(Sig. < 0.05), berarti bahwa hipotesis H3 yang menyatakan ada

pengaruh yang signifikan harapan pada modal psikologis terhadap

totalitas kerja karyawan diterima. Dengan adanya arah positif

koefisien regresi menunjukkan bahwa semakin tinggi harapan

karyawan maka akan semakin tinggi totalitas kerja. Begitupula

sebaliknya, semakin rendah harapan maka semakin rendah totalias

kerja.

4. Dimensi resiliensi pada variabel modal psikologis diperoleh nilai

koefisien regresi sebesar 0,389 dengan nilai Sig. sebesar 0.000

(Sig. < 0.05), berarti bahwa hipotesis H4 yang menyatakan ada

pengaruh yang signifikan resiliensi pada modal psikologis terhadap

totalitas kerja karyawan diterima. Dengan adanya arah positif

koefisien regresi menunjukkan bahwa semakin tinggi resiliensi

karyawan maka akan semakin tinggi totalitas kerja. Begitupula

sebaliknya, semakin rendah resiliensi maka semakin rendah

78

totalias kerja.

5. Dimensi citizenship pada variabel keadilan diperoleh nilai

koefisien regresi sebesar -0.099 dengan nilai Sig. sebesar 0.155

(Sig. > 0.05), dengan demikian hipotetsis nihil menyatakan ada

pengaruh yang signifikan citizenship terhadap totalitas kerja

diterima. Hal ini berarti tidak ada pengaruh yang signifikan

citizenship terhadap totalitas kerja.

6. Dimensi fairness pada variabel keadilan diperoleh nilai koefisien

regresi sebesar -0.010 dengan nilai Sig. sebesar 0.889 (Sig. > 0.05),

dengan demikian hipotetsis nihil menyatakan ada pengaruh yang

signifikan fairness terhadap totalitas kerja diterima. Hal ini berarti

tidak ada pengaruh yang signifikan fairness terhadap totalitas

kerja.

7. Dimensi leadership pada variabel keadilan diperoleh nilai

koefisien regresi sebesar 0.207 dengan nilai Sig. sebesar 0.004

(Sig. > 0.05), berarti bahwa hipotesis H7 yang menyatakan ada

pengaruh yang signifikan leadership pada variabel keadilan

terhadap totalitas kerja karyawan diterima. Dengan adanya arah

positif koefisien leadership, menunjukkan bahwa semakin tinggi

leadership karyawan maka akan semakin tinggi totalitas kerja.

Begitupula sebaliknya, semakin rendah leadership maka semakin

rendah totalias kerja.

4.3.2 Pengujian Proporsi Varians Independent Variable

79

Selanjutnya, akan dilihat bagaimana penambahan proporsi varian dari

masing-masing efikasi diri, optimisme, harapan, resiliensi, citizenship,

fairness, dan leadership sebagai independent variable terhadap totalitas

kerja. Tujuannya adalah agar terlihat penambahan (incremented) proporsi

varians dari tiap variabel bebas apakah signifikan atau tidak. Bila nilai

Sig. < 0.05 berarti variabel tersebut signifikan. Sedangkan sumbangan

varians yang diberikan variabel bebas terhadap variabel terikat bisa

dilihat pada baris Rsquare change. Besarnya proporsi varians pada

totalitas kerja dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut.

Tabel 4.8

Proporsi Varians tiap IV terhadap DV Model R R

Square Adjusted R Square

Std. Error of

the Estimate

Change Statistics

R Square Change

F Change

df1 df2 Sig. F Change

1 .606a .367 .363 .70314 .367 216,623 1

181

,000

2 .679b .461 .455 .65076 .094 58,163 1

180

,000

3 .713c .509 .500 .62292 .048 1,554 1

179

,214

4 .758d .575 .565 .58099 .066 1,565 1

178

,213

5 .758e .575 .563 .58262 .000 14,823 1

177

,000

6 .761f .579 .564 .58176 .004 ,533 1

176

,466

7 .774g .599 .582 .56943 .020 4,320 1

175

,039

Predictors: (Constant), efikasi diri, optimisme, harapan, resiliensi, citizenship, fairness, leadership

Dari tabel 4.8 dapat diketahui proporsi varians dari masing-masing independent

variable terhadap totalitas kerja. Berikut informasi yang dapat dijelaskan:

80

1. Dimensi efikasi diri pada variabel modal psikologis memberikan

sumbangan sebesar 36,7% terhadap varians totalitas kerja.

2. Dimensi optimisme pada variabel modal psikologis memberikan

sumbangan sebesar 9,4 % terhadap varians totalitas kerja.

3. Dimensi harapan pada variabel modal psikologis memberikan sumbangan

sebesar 4,8% terhadap varians totalitas kerja.

4. Dimensi resiliensi pada variabel modal psikologis memberikan sumbangan

sebesar 6,6 % terhadap varians totalitas kerja.

5. Dimensi citizenhip pada variabel kekuatan karakter memberikan

sumbangan sebesar 0 % terhadap varians totalitas kerja.

6. Dimensi fairness pada variabel kekuatan karakter memberikan sumbangan

sebesar 0,4% terhadap varians totalitas kerja.

7. Dimensi leadership pada variabel kekuatan karakter memberikan

sumbangan sebesar 2 % terhadap varians totalitas kerja.

Dari kedelapan variabel yang sudah diuraikan diatas, ketujuh variabel

diprediksi mempengaruhi totalitas kerja karyawan, semua variabel memberikan

sumbangannya dalam memprediksi pengaruh nya terhadap totalitas kerja. Dimulai

dari yang memiliki sumbangan terbesar hingga yang terkecil, yaitu efikasi diri

sebesar 36,7%, optimisme sebesar 9,4%, resiliensi sebesar 6,6%, harapan sebesar

4,8%, leadership sebesar 2%, fairness sebesar 0,4%, dan citizenship sebesar 0%.

81

BAB 5

KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data penelitian maka kesimpulan yang dapat diambil

dari penelitian ini ada pengaruh yang signifikan secara bersama dari modal

psikologis (harapan, resiliensi) dan keadilan (leadership) terhadap totalitas kerja

karyawan Bank Syariah di area Jabodetabek. Berdasarkan proporsi varians

seluruhnya, totalitas kerja dipengaruhi oleh variabel independen sebesar 59,9%

dan sisanya terdapat variabel lain yang mempengaruhi totalitas kerja diluar

bahasan penelitian ini.

Berdasarkan hasil dari uji hipotesis yang telah dilakukan, terdapat tiga

variabel yang pengaruhnya signifikan terhadap totalitas kerja yaitu harapan,

resiliensi, dan leadership. Artinya ketiga variabel tersebut memberi pengaruh

yang signifikan terhadap totalitas kerja. Selanjutnya, terdapat empat variabel yang

pengaruhnya tidak signifikan terhadap totalitas kerja karyawan yaitu efikasi diri,

optimisme, citizenship, dan fairness. Variabel yang dominan mempengaruhi

dependent variabel dilihat dari besarnya standardized coefficients (beta). Pada

penelitian ini didapatkan independent variabel yang paling besar pengaruhnya

terhadap totalitas kerja adalah variabel efikasi diri dan variabel optimisme

menjadi terbesar kedua, diikuti dengan prediktor lainnya yang mempengaruhi

totalitas kerja yaitu resiliensi, harapan, leadership, fairness, dan terakhir

cittizenship.

82

5.2 Diskusi

Penelitian ini merupakan sebuah usaha untuk menjawab masalah yang telah

dirumuskan, khususnya untuk melihat totalitas kerja pada karyawan Bank

Syariah. Totalitas kerja merupakan keadaan positif, pemenuhan, kerja dari pusat

pikiran yang dikarakteristikan dengan semangat, dedikasi dan keterlarutan

(Schaufeli dan Bakker 2004).

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hal-hal yang mempengaruhi

ketotalitasan karyawan dengan pekerjaannya. Berdasarkan hasil penelitian yang

telah dilakukan, hasil telah menunjukan bahwa dari tujuh independent variable

yang diteliti terdapat tiga variabel yang mempengaruhi totalitas kerja para

karyawan secara signifikan. Ketiga variabel tersebut antara lain harapan,

resiliensi, dan leadership.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan pada

variabel modal psikologis (harapan dan resiliensi) terhadap totalitas kerja pada

karyawan Bank Syariah di area Jabodetabek. Sedangkan variabel keadilan

menunjukan dimensi leadership secara signifikan mempengaruhi totalitas kerja

pada karyawan Bank Syariah di area Jabodetabek.

Seperti yang telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya, variabel harapan

dan resiliensi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap totalitas kerja dan

memiliki korelasi yang positif. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh (Ferreira, 2015) yang menemukan bahwa modal psikologis

berpengaruh signifikan terhadap totalitas kerja. Berdasarkan koefisien regresi,

variabel harapan dan resiliensi bernilai positif yang dapat disimpulkan bahwa

83

semakin tinggi harapan dan resiliensi seseorang, maka semakin tinggi totalitas

kerjanya. Hal ini dikarenakan karyawan yang memiliki harapan akan bertekad

untuk mencapai tujuan pekerjaannya dengan merencanakan tujuan pekerjaannya

terlebih dahulu, sehingga mereka mampu total dalam bekerja.

Cukup banyak penelitian yang meneliti mengenai hubungan yang positif

antara harapan dan performa di tempat kerja (Luthans et al., 2007), dimana salah

satunya adalah penelitian Adams yang menemukan bahwa karyawan yang

memiliki harapan dapat meningkatkan keuntungan dari sebuah organisasi. Sesuai

dengan penelitian lainnya, seperti penelitian dari Youssef menemukan bahwa

tingkat harapan pada manajer dan karyawan berkorelasi positif dengan performa

kerja, kepuasan kerja, kesenangan dalam bekerja, dan komitmen organisasi

(dalam Luthans, Youssef & Avolio, 2007). Lebih lanjut, penelitian dari

(Sweetman & Luthans, 2010) yang menyatakan bahwa totalitas kerja dengan

harapan menumbuhkan kekuatan yang besar dalam membantu pengembangan

jalan pintas dalam mencapai tujuan. Penelitian (Simons & Buitendach, 2013) juga

mengatakan adanya hubungan positif diantara dimensi totalitas kerja (vigor)

dengan harapan.

Harapan tersebut sebagai keadaan motivasi positif yang didasarkan pada

sesuatu yang secara interaktif berasal dari keberhasilan (1) badan (energi tujuan

secara langsung) (2) persiapan (berencana untuk memenuhi tujuan) (Synder,

Irving, & Anderson, 1991). Dengan kata lain, harapan terdiri dari kemauan

(lembaga individu, atau tekad untuk mencapai tujuan mereka) dan waypower

84

pemikiran (mampu merancang jalur alternatif dan rencana darurat untuk mencapai

suatu tujuan dalam menghadapi rintangan) (Avey et al, 2009).

Selanjutnya, karyawan yang memiliki resiliensi akan mengatribusi

kejadian positif ke dalam etos kerja, mampu bertahan serta dapat ditempa dari

segala permasalahan yang ada. Sehingga mereka bisa terus maju ke depan dalam

menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi dan kembali total dalam bekerja.

Menurut Luthans et al. (2007), resiliensi sering disebut sebagai antusiasme untuk

bertahan menghadapi tantangan. Resiliensi merupakan kapasitas yang dapat

dikembangkan untuk pulih atau bangkit kembali dari keterpurukan, konflik,

kegagalan, atau bahkan peristiwa yang positif, kemajuan, dan peningkatan

tanggung jawab (Luthans, 2002) ini bisa dibilang sumber daya positif yang paling

penting untuk menavigasi hal yang bergolak atau stress kerja (Avey, Luthans, &

Jensen, 2009). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian (Ferreira, 2015) yang

mengatakan bahwa resiliensi hampir selalu mengindikasikan individu untuk

kembali bangun lagi ketika dihadapkan dengan tantangan yang sulit.

Berbeda dengan penelitian (Indrianti & Hadi, 2012) yang menyatakan

bahwa modal psikologis tidak memiliki pengaruh secara signifikan terhadap

totalitas kerja. Sesuai dengan penelitian ini bahwa hanya terdapat dua dimensi

yang mempengaruhi totalitas kerja secara signifikan. Dengan demikian, setiap

komponen dari modal psikologis (efikasi diri, optimisme, harapan, resiliensi)

tidak sepenuhnya memberikan pengaruh secara signifikan pada keseluruhan

dimensi terhadap totalitas kerja karyawan.

85

Dalam penelitian ini, variabel keadilan tidak berpengaruh secara

siginifikan terhadap totalitas kerja. Dari ketiga dimensi keadilan, hanya satu

dimensi yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap totalitas kerja. Pada

penelitian ini, dimensi keadilan yang mempengaruhi totalitas kerja adalah

leadership. Seperti penelitian yang dilakukan (Littman-Ovadia dan Lavy, 2015)

bahwa leadership termasuk yang berkorelasi positif dan signifikan terhadap

perilaku bekerja dan kinerja itu sendiri.

Berikutnya untuk tingkat pendidikan, penghasilan, pengeluaran, dan

status. Hasil penelitian dari (Kim, Shin, & Swanger, 2008) mengatakan bahwa

karakteristik demografi tidak berasosiasi secara signifikan dengan totalitas kerja,

dalam hal ini marital status dan education yang digunakan dalam penelitian ini.

Pada penelitian (Chaudhary & Rangnekar, 2017) juga mengatakan bahwa hasil

penelitiannya pada tingkat pendidikan terhadap totalitas kerja tidak memberikan

sumbangan, hanya sedikit memberi sumbangan pada dimensi semangat (vigor),

namun pada demografi penghasilan dan pengeluaran memberi sumbangan yang

cukup signifikan terhadap totalitas kerja.

Pada penelitian ini, diasumsikan variabel modal psikologis sebagai faktor

internal yang sejatinya dapat dimunculkan dari dalam diri seseorang, dan variabel

kekauatan karakter keadilan sebagai faktor eksternal yang hadir dari luar diri

seseorang, dimunculkan oleh lingkungan yang mengkondisikan. Dalam penelitian

ini yang memiliki pengaruh lebih besar terhadap totalitas kerja adalah modal

psikologis. Artinya, faktor eksternal (kekuatan karakter kedilan) tidak memiliki

86

pengaruh sebesar modal psikologis terhadap totalitas kerja karyawan Bank

Syariah.

Secara keseluruhan, ditemukan adanya perbedaan hasil penelitian dengan

hasil penelitian terdahulu, seperti adanya perbedaan jumlah sampel (jumlah,

kriteria, budaya), tempat penelitian, maupun alat ukut yang digunakan, dan

keterbatasan waktu. Hal yang terpenting adalah tanggungjawab secara profesional

dalam menyelesaikan tugas.

5.3 Saran

Berdasarkan temuan dalan penelitian ini, disadari bahwa masih banyak

kekurangan di dalamnya. Maka dari itu, terdapat beberapa saran untuk bahan

pertimbangan metodologis sebagai penyempurna penelitian selanjutnya yang

terkait dengan pennelitian serupa. Penulis akan menyampaikan sara-saran sebagai

berikut:

5.3.1 Saran Teoritis

1. Dalam penelitian ini terdapat tujuh variabel independen tetapi hanya tiga

variabel yang signifikan. Dimana proporsi varians dari totalitas kerja yang

dijelaskan oleh semua independen variabel adalah sebesar 59.9%. Sedangkan

40.1% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini. Disarankan

agar pada penelelitian selanjutnya dapat dipilih variabel independen yang

mungkin secara teoritis lebih menentukan totalitas kerja namun tidak terdapat

pada penelitian ini. Sebagai contoh, job demands (Bakker dan Demerouti, 2006),

personal resources (Xanthopolou et al., 2009), dan GRIT (Suzuki, Tamesue,

Asahi, dan Ishikawa, 2015), dapat dijadikan variabel independen, sehingga

87

didapatkan proporsi varians yang lebih tinggi dibandingkan penelitian ini, dan

dapat menakar totalitas kerja yang dibutuhkan di masa depan.

2. Penulis menyarankan untuk penelitian selanjutnya yang membahas

kekuatan karakter (character strengths), agar menggunakan ke-24 strengths

dalam penelitian. Penulis tidak menyarankan untuk memisahkan keenam virtues

atau dalam hal ini hanya menggunakan salah satunya. Sebaiknya dalam

penelitian selanjutnya menggunakan keseluruhan character strengths.

3. Disarankan agar penelitian di masa mendatang mengenai totalitas kerja

dilakukan dengan menggunakan sampel yang dipilih secara purposive.

Kemungkinan dengan identifikasi jobdesk karyawan, akan didapati hasil

penelitian yang berbeda.

4. Saran lainnya terhadap sampel, dapat menggunakan sampel yang berbeda

dengan skala yang lebih besar. Subjek dapat diubah disesuaikan dengan

kebutuhan penelitian. Misal, orang-orang yang bekerja di advertising dan di

backstage, atau manager bahkan sales marketing sebuah perusahan, karena

tuntutan kerja yang lebih, pekerjaan yang terus dikejar deadline, dan sumber

daya manusia yang berbeda akan menghasilkan hasil penelitian yang bervariasi.

5.3.2 Saran praktis

Berdasarkan hasil penelitian, variabel yang secara signifikan mempengaruhi

totalitas kerja adalah; a) Harapan, b) Resiliensi, dan c) Leadership pada karyawan

Bank Syariah. Maka saran yang dapat diberikan secara aplikatif pada suatu

organisasi sebagai berikut:

88

1. Berdasarkan hasil penelitian ini, terkait dengan modal psikologis bahwa

harapan dan resiliensi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap totalitas

kerja. Jika harapan seseorang tinggi maka totalitas karyawan terhadap

pekerjaannya semakin tinggi pula, dan jika harapan-nya rendah maka

sebaliknya ketotalitasan pada pekerjaan juga rendah. Hal ini juga terdapat

dalam hasil penelitian (Ferreira, 2015) yang mengatakan bahwa dimensi

harapan mempengaruhi totalitas kerja pada dimensi semangat (vigour).

Disarankan kepada karyawan agar selalu memiliki harapan, dimana

dengan harapan karyawan akan selalu memiliki tekad untuk mencapai tujuan

dalam setiap pekerjaan dan mampu membuat rencana dari tujuan tersebut,

sehingga akan muncul totalitas dalam bekerja. Untuk menumbuhkan harapan

dalam diri seorang karyawan, disarankan agar karyawan tersebut

menghidupkan tujuannya. Memiliki tujuan membuat seseorang memiliki

alasan untuk hidup. Kemudian, berfokuslah pada upaya yang berada dalam

kendali diri sendiri. Ketika berfokus kepada sesuatu yang berada dalam

tanggungjawab dan kendali diri sendiri, hal itu akan menstimulasi otak untuk

mulai berpikir kreatif. Tahapan berikutnya adalah merumuskan hasil dari

tujuan yang diinginkan secara lebih detail dan spesifik. Dengan adanya

harapan dapat memicu hal lainnya yang memberikan dampak positif pada

karyawan.

Selanjutnya, jika resiliensi seseorang tinggi maka totalitas karyawan

terhadap pekerjaannya juga semakin tinggi dan sebaliknya jika resiliensi

rendah maka ketotalitasan pada pekerjaan juga rendah. Hal ini juga terdapat

89

dalam hasil penelitian (Ferreira, 2015) yang mengatakan bahwa resiliensi

proporsi varians yang signifikan pada totalitas kerja.

Dengan ini, penulis menyarankan kepada karyawan agar memiliki

resiliensi yang kuat, dimana dengan resiliensi karyawan akan selalu memiliki

kemampuan untuk tetap tenang dan dapat mengendalikan diri dibawah

tekanan pekerjaan. Dengan adanya resiliensi pada diri individu dapat

meningkatkan aspek positif dalam hidup, dimana gaya berfikir individu

dalam menganalisa hal yang baik dan buruk menjadi lebih mudah. Lebih

lanjutnya, resiliensi dapat mengembalikan fungsi psikologis seseorang setelah

kembali dari kondisi yang menekan. Sehingga di masa depan individu

tersebut lebih berkembang dalam menyelesaikan suatu masalah jika

dihadapkan pada kondisi yang sulit.

2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan yang positif bagi

organisasi atau suatu perusahaan untuk lebih memperhatikan faktor-faktor

yang dapat mempengaruhi totalitas kerja, khususnya modal psikologis.

Perusahaan dapat mengadakan program yang dapat meningkatkan kesadaran

akan pentingnya memunculkan modal psikologis dalam diri seseorang, dalam

hal ini karyawan, dengan mengadakan acara seperti training rutin minimal

setahun sekali sebagai sasaran untuk meningkatkan kesadaran akan

pentingnya memiliki modal psikologis yang memumpuni diri seorang

karyawan, yang akan meningkatkan kualitas diri individu tersebut maupun

kualitas dari pekerjaan itu sendiri.

90

3. Berdasarkan hasil penelitian ini, terkait dengan keadilan bahwa leadership

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap totalitas kerja. Jika leadership

seseorang tinggi maka totalitas karyawan terhadap pekerjaannya semakin

tinggi pula, dan jika harapan-nya rendah maka sebaliknya ketotalitasan pada

pekerjaan juga rendah.

Penulis menyarankan kepada karyawan dan pemimpinnya agar terus

menjaga hubungan satu sama lain, menjaga kombinasi antara kepercayaan

seorang aggota dengan pemimpinnya. Sebagai anggota kelompok layaknya

manusia biasa ingin diperhatikan apa-apa yang mencerminkan posisi mereka

dalam kelompok. Dengan ini, pemimpin disarankan agar tidak hentinya

memberikan inspirasi kepada karyawannya agar terus termotivasi dalam

menyelesaikan tugas masing-masing.

4. Penulis menyarankan agar pihak perusahaan lebih terlibat lagi dalam

peningkatan kinerja karyawan. Kinerja karyawan yang total ini pula yang

akan memberikan output yang baik untuk perusahaan serta lebih peduli akan

kesejahteraan karyawan, sehingga karyawan lebih termotivasi dan berprestasi

dalam melaksanakan tugas.

91

DAFTAR PUSTAKA

Abd. Majid, M., Musnadi, S., & Putra, I. Y. (2014). A Comparative Analysis of the

Quality of Islamic and Conventional Banks' Asset Management in Indonesia.

Gadjah Mada International Journal of Business, 185-200.

Ariani, D.W. (2013). The relationship between employee engagement, organizational

citizenship behavior, and counterproductive work behavior. International

Journal of Business Administration. Vol. 4, No. 2; 2013.

Doi:10.5430/ijba.v4n2p46

Avey, J., B., Luthans, F., & Mhatre, K., H. (2008). A call for longitudinal research in

positive organizational behavior. Journal of Organizational Behavior, 29 (5),

705-711.

Bakker, A.B., & Bal, P.M. (2010). Weekly work engagement and performance: A study

among starting teachers. Journal of Ocupational and Organizational

Psychology, 83,189-206.

Bakker, A. B., & Demerouti, E. (2008). Towards a model of work engagement. Career

Development International.

Bakker, A., & Leiter, M. (2010). Work Engagement: A Handbook of Essential Theory

and Research. New York: Psychology Press.

Bakker, A., Demerouti, E., Hakanen, J., & Xanthopoulou, D. (2007). Job Resources

Boost Work Engagement, Particularly When Job Demands Are High. Journal of

Educational Psychology, Vol. 99, No. 2, 274-284.

Bakker, A., Schaufeli, W., Leiter, M., & Taris, T. (2008). Work engagement: An

emerging concept in occupational health psychology. Work & Stress: An

International Journal of Work, Health & Organisations, 187-200.

Christian, M.S., Garza, A.S., & Slaughter, J.E. (2011). Work engagement: A

quantitative review a test of its relations with task and contextual performance.

Personnel Psychology, 64(1), 89-136.

Cook, S. (2008). The Essential Guide to Employee Engagement : Better Business

Performance Thought Staff Satisfaction. U.S: Replika Press PvtLtd

Crabtree, S. (2013, October 8). Worldwide, 13% of Employees Are Engaged at Work.

p. Retrieved from http://news.gallup.com/poll.

Dickson, D. A. (2011). Fostering employee engagement. Amherst: HRD Press.

Duarte, F. (2018, Juni 5). Negara mana yang jam kerjanya paling lama? Retrieved Juli

2019, from www.bbc.com: https://www.bbc.com/indonesia/vert-cap-44264175

92

Federman, B. (2009). Employee Engagement: A Road For Creating Profits, Optimizing

Perfomance, And Increasing Loyalty. San Fransisco: Jossey Bas

Ferreira, T. (2015). The Relationship Between Psychological Capital and Work

Engagement amongst Correctional Officers at A Correctional Facility in the

Western Cape.

Forest, J., Mageau, G. A., Crevier-Braud, L., Bergeron, E., Dubreuil, P., & Lavigne, G.

L. (2012). Harmonious passion as an explanation of the relation between

signature strenghts' use and well-being at work: Test of an intervention program.

Human Relations.

Hanif, M. (2011). Differences and Similarities in Islamic and Conventional Banking.

International Journal of Business and Social Science, Vol. 2 No. 2.

Harzer, C., & Ruch, W. (2012). When the job is a calling: The role of applying one's

signature Strengths at Work. The Journal of Positive Psychology.

Hasan, A., & Ahmed. F. (2011). Authentic Leadership, Trust and Work

Engagement. International Journal of Human and Social Sciences, 6(3), 164-

170

He, H., Zhu, W., & Zheng, X. (2013). Procedural Justice and Employee Engagement :

Roles of Organizational Identification and Moral Identity Central . Journal

Business Ethics.

Hodges, T. D. (2010). An Experimental Study of the Impact of Psychological Capital on

Performance, Engagement, and the Contagion Effect.

Ika, S. R., & Abdullah, N. (2011). A Comparative Study of Financial Performance of

Islamic Banks and Conventional Banks in Indonesia. International Journal of

Business and Social Science, Vol. 2 No. 15.

Indrianti, R., & Hadi, C. (2012). Hubungan antara Modal Psikologis dengan Keterikatan

Kerja pada Perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya.

Jurnal Psikologi Industri dan Organisasi.

Kahn, W. A. (1990). Psychological conditions of personal engagement and

disengagement at work. Academy of Management Journal, 33(4), 692–724

Krisbiyanto, N. (2013, Agustus 3). Perjalanan Mencari Makna Engagement bagi

Organisasi. Retrieved from http://portalhr.com.

Kusuma, D. R., & Latif, A. (2018, Februari 7). Indonesia Menempati Urutan ke-3

Negara dengan Jam Kerja Paling Banyak. Retrieved Juli 2019, from

www.kumparan.com: https://kumparan.com/@kumparanbisnis/indonesia-

menempati-urutan-ke-3-negara-dengan-jam-kerja-paling-banyak

Lavy, S., & Littman-Ovadia, H. (2016). My Better Self: Using Strenghts at Work and

Work Productivity, Organizational Citizenship Behavior, and Satisfaction.

Journal of Career Development.

93

Littman-Ovadia, H., & Lavy, S. (2015). Going the Extra Mile: Perseverance as a Key

Character Strength at Work. Journal of Career Assessment.

Littman-Ovadia, H., & Steger, M. (2010). Character strenghts and well-being among

volunteers and employees: Toward an integrative model. Journal of Positive

Psychology.

Littman-Ovadia, H., & Steger, M. (2010). Character Strengths and Well-Being among

volunteers and employees: Toward an integrative model. The Journal of Positive

Psychology.

Littman-Ovadia, H., Lavy, S., & Boiman-Meshita, M. (2016). When Theory and

Research Collide: Examining Correlates of Signature Strengths Use at Work. J

Happiness Stud.

Lockwood, N. (2007). Leveraging employee engagement for competitive advantage HR

Strategic Role. SHRM Research. Retrieved from 20 April 2014 dari

http://www.shrm.org/research/articles/articles/documents/07marresearchquarterl

y.pdf

Luthans, F., & Youssef, C. M. (2004). Human, Social, and Now Positive Psychological

Capital Management: Investing in People for Competitive Advantage.

Organization Dynamics.

Luthans, F., Youssef, C. M., & Avolio, J. B. (2007). Psychological Capital: Developing

the Human Competitive Edge. Oxford University Press.

Macey, W.H., Scheinder, B., Barbera, K.M., & Young, S.A. 2009. Employee

engagement: Tools For Analysis, Practice And Competitive Advantages.

Singapore: Willey Blackwell.

Mokhtar, H. A., Abdullah, N., & Al-Habshi, S. (2006). Efficiency of Islamic Banking in

Malaysia: A Stochastic Frontier Approach. Jurnal of Economic Cooperation ,

37-70.

Nafei, W. (2015). The Effects of psychological capital on employee attitudes and

employee performance: A study on teaching hospitals in Egypt. International

Journal of Business and Management. 10(3), 249-270. ISSN 1833-3850. E-ISSN

1833-8119

Perrin, T. 2003. Working Today: Understanding What Drives Employee Engagement

The 2003. Towers Perrin Talent Report: U.S Report.

Petchsawang, P., & McLean, N. G. (2017). Workplace Spirituality, Mindfulness

Meditation, and Work Engagement. Journal of Management, Spirituality &

Religion.

Peterson, C., & Park, N. (2006). Character Strengths in Organization. Journal of

Organizational Behavior.

94

Peterson, C., & Seligman, M. E. (2004). Character Strengths and Virtues: A Handbook

and Classification. Oxford University Press.

Peterson, C., Stephens, J., Park, N., Lee, F., & Seligman, M. E. (2009). Strengths of

Character and Work. In P. Linley, S. Harrington, & N. Page, Handbook of

positive psychology and work. New York: Oxford University Press.

Rahman, A. (2018). Gaji Pegawai Bank di Depok Kalah Dengan Gaji Pegawai

Indomaret. Retrieved July 2019, from

https://finansial.bisnis.com/read/20180221/90/740575/gaji-pegawai-bank-di-

depok-kalah-dengan-gaji-pegawai-indomaret

Saks, A.M. (2006). Antecedents and consequences of employee engagement.

Journal of Managerial Psychologyi, 21(6), 600-619

Setiabudhi., & Rachmah, E. N. (2017). Effect of social capital and workplace

spirituality to employe engagement. International Multidisciplinary Conference

and Call for Papers, 309-321

Shaleh, A.R. (2016). Analisis faktor skala totalitas kerja (work engagement). Seminar

ASEAN 2𝑛𝑑 Psychology & Humanity. Retrieved from

http://mpsi.umm.ac.id/files/file/12-17%20Abdul%20Rahman%20Shaleh.pdf

Shahnawaz , M., & Jafri, M. H. (2009). Psychological Capital as Predictors of

Organizational Commitment and Organizational Citizenship Behaviour. Journal

of the Indian Academy of Applied Psychology.

Simons, J., & Buitendach, J. (2013). Psychological Capital, Work Engagement and

Organisational Commitment amongst call centre employees in South Africa.

Journal of Industrial Psychology.

Sufian, F., & Mohamad Noor, M. N. (2009). The Determinants of Islamic banks'

efficiency changes. International Journal of Islamic and Middle Eastern

Finance and Management, Vol. 2 No.2.

Suzuki, Y., Tamesue, D., Asahi, K., & Ishikawa, Y. (2015). Grit and Work

Engagement: A Cross-Sectional Study. PLOS ONE.

Sweetman, D., & Luthans, F. (2010). The power of positive psychology: Psychological

capital and work engagement. In A. Bakker, & M. Leiter, Work Engagement: A

Handbook of Essential Theory and Research. Madison Avenue, New York,

NY.: Psychology Press.

Xanthopoulou, D., Bakker, A. B., Demerouti, E., & Schaufeli, W. B. (2007). The role of

personal resources in the job demands-resources model. International Journal of

Stress Management, 14, 121–141.

(www3.weforum.org/docs/WEF_Global_Human_Capital_Report_2017.pdf)

95

1. Lampiran Kuisioner

Skala Totalitas Kerja, Modal Psikologis dan Keadilan

Informed Consent

KUESIONER

PROGRAM SARJANA

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Bismillahirahmanirahiim...

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Salam silaturahmi saya ucapkan, semoga Anda selalu mendapatkan

perlindungan Allah SWT sehingga dapat melaksanakan aktifitas sehari-hari dengan

baik. Saya Annisa Shafira, Mahasiswa S1 Fakultas Psikologi UIN Jakarta. Saya sedang

melakukan penelitian untuk menyusun tugas akhir (skripsi) tentang Totalitas Kerja,

Modal Psikologi, dan Keadilan Karyawan.

Dengan ini saya mengharapkan kesediaan Sdr/i menjadi responden penelitian

kami untuk mengisi dengan jujur dan terbuka sesuai dengan keadaan dan pengalaman

Sdr/i. Silahkan mengisi kuisioner dengan mengikuti petunjuk pengisian yang diberikan

96

dan TIDAK ADA JAWABAN BENAR MAUPUN SALAH. Informasi atau data yang

Sdr/i berikan akan sangat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya

bidang ilmu perilaku (psikologi). Data yang diberikan, baik data pribadi maupun

jawaban Sdr/i dipastikan KERAHASIAANNYA dan hanya digunakan peneliti untuk

kepentingan penelitian.

Terima kasih atas kesediaan waktu yang Sdr/i berikan untuk mengisi kuisioner

penelitian ini.

Wassalamua’laikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Hormat Peneliti,

Annisa Shafira

97

PERNYATAAN PERSETUJUAN PARTISIPAN

Dengan ini saya menyatakan bersedia untuk menjadi responden dan akan memberikan

jawaban dengan sejujur-jujurnya.

Nama/Inisial :

Email :

Pendidikan Terakhir :

SD/SMP/SMA/DIPLOMA/S1/S2/S3 (*)

Status : Belum Menikah/Menikah/Janda/Duda (*)

Penghasilan :

Rp .............................../bulan

Jumlah Pengeluaran :

Rp ............................... /bulan

*Lingkari pilihan yang sesuai

Partisipan

(………………………..)

98

PETUNJUK PENGISIAN

Kuesioner ini berisi beberapa pernyataan. Jawaban dipilih dengan jujur sesuai dengan

diri Sdr/i, tidak ada jawaban benar atau salah. Sebelum mengisi pernyataan tersebut,

baca dan pahamilah terlebih dahulu. Kemudian, pilihlah pernyataan yang paling

menggambarkan diri Sdr/i dengan melingkari angka pada salah satu dari keempat kolom

disamping kanan pernyataan.

Pilihan kolom ada disamping pernyataan, keterangan sebagai berikut :

Sangat Tidak Sesuai Sangat Sesuai

1 2 3 4

Contoh :

No Pernyataan

Sangat Tidak Sesuai –

Sangat Sesuai

1 Saya bisa menyelesaikan tugas dengan cepat 1 2 3 4

Pernyataan di atas menunjukkan bahwa :

Pernyataan “Saya bisa menyelesaikan tugas dengan cepat”, sesuai dengan keadaan

diri saya.

99

SKALA 1

Pilihlah angka yang paling sesuai menggambarkan diri anda pada kolom pilihan

jawaban. Semakin besar angkanya, semakin sesuai dengan pengalaman terhadap

pernyataan berdasarkan situasi dan kondisi keseharian Sdr/i.

No Pernyataan

Sangat Tidak Sesuai –

Sangat Sesuai

1 Saya merasa bersemangat dalam melakukan pekerjaan

1 2 3 4

2 Saya dapat mencapai tujuan saya meskipun ada banyak

kendala.

1 2 3 4

3 Ketika bangun di pagi hari, saya bersemangat untuk

pergi bekerja

1 2 3 4

4 Saya merasa antusias dengan pekerjaan saya 1 2 3 4

5 Pekerjaan saya dapat memberikan saya inspirasi 1 2 3 4

6 Saya merasa bangga dengan pekerjaan yang saya

lakukan sekarang

1 2 3 4

7 Saya merasa senang ketika bekerja dengan intens 1 2 3 4

8 Saya tenggelam dalam pekerjaan saya 1 2 3 4

9 Saya merasa hanyut dalam pekerjaan ketika saya

bekerja

1 2 3 4

10 Saya memiliki mental yang sangat kuat dalam

bidang pekerjaan saya

1 2 3 4

11 Saya telah menemukan satu pekerjaan yang sangat

bermakna dan penuh harapan 1 2 3 4

12 Saya sangat menyelami pekerjaan saya 1 2 3 4

100

SKALA 2

Pilihlah angka yang paling sesuai menggambarkan diri anda pada kolom pilihan

jawaban. Semakin besar angkanya, semakin sesuai dengan pengalaman terhadap

pernyataan berdasarkan situasi dan kondisi keseharian Sdr/i.

No Pernyataan

Sangat Tidak Sesuai –

Sangat Sesuai

1 Pada masa sulit saya berharap yang terbaik

1 2 3 4

2 Saya dapat mencapai tujuan saya meskipun ada banyak

kendala

1 2 3 4

3 Saya yakin pada hidup saya 1 2 3 4

4 Saya yakin dapat menangani peristiwa yang tidak

terduga

1 2 3 4

5 Saya optimis ketika memikirkan masa depan saya 1 2 3 4

6 Meskipun ada yang tidak beres, saya tidak menyerah. 1 2 3 4

7 Saya pikir setiap hari berharga 1 2 3 4

8 Apa pun yang terjadi, saya bisa mengatasinya. 1 2 3 4

9 Saya berharap lebih banyak hal baik terjadi pada saya 1 2 3 4

10 Saya dapat membuat keputusan yang sulit 1 2 3 4

11 Saya merasa hidup saya memiliki nilai dan berharga 1 2 3 4

12 Saya dapat memecahkan masalah, jika saya berusaha

cukup keras.

1 2 3 4

101

SKALA 3

Pilihlah angka yang paling sesuai menggambarkan diri anda pada kolom pilihan

jawaban. Semakin besar angkanya, semakin sesuai dengan pengalaman terhadap

pernyataan berdasarkan situasi dan kondisi keseharian Sdr/i.

No Pernyataan

Sangat Tidak Sesuai –

Sangat Sesuai

1

Saya melakukan yang terbaik ketika saya menjadi

seorang anggota kelompok 1 2 3 4

2

Tanpa pengecualian, saya mendukung rekan satu tim

saya atau sesama anggota kelompok

1 2 3 4

6

Bahkan jika saya tidak setuju dengan mereka, saya

selalu menghormati para pemimpin kelompok saya

1 2 3 4

4

Penting bagi saya untuk menghormati keputusan yang

dibuat oleh kelompok saya

1 2 3 4

5

Saya dengan senang hati mengorbankan kepentingan

pribadi untuk kepentingan kelompok yang saya ikuti

1 2 3 4

6

Saya memperlakukan semua orang sama tanpa

memandang siapa mereka

1 2 3 4

8 Hak semua orang sama-sama penting bagi saya 1 2 3 4

8 Saya memberikan semua orang kesempatan 1 2 3 4

9

Bahkan jika saya tidak menyukai seseorang, saya tetap

memperlakukan dia dengan adil

1 2 3 4

10 Saya percaya bahwa mendengarkan pendapat semua 1 2 3 4

102

orang adalah hal yang layak

11

Sebagai seorang pemimpin, saya memperlakukan

semua orang sama baiknya terlepas dari pengalamnya 1 2 3 4

12

Salah satu kekuatan saya adalah membantu

sekelompok orang untuk bekerja sama dengan baik

bahkan saat mereka memiliki banyak perbedaan

1 2 3 4

13

Untuk menjadi pemimpin yang efektif, saya

memperlakukan semua orang sama 1 2 3 4

14

Teman-teman saya selalu bilang saya seorang

pemimpin yang kuat tapi adil

1 2 3 4

15

Sebagi seorang pemimpin, saya mencoba untuk

membuat semua anggota kelompok bahagia

1 2 3 4

*Mohon diperiksa kembali untuk memastikan semua pernyataan sudah

ditanggapi

============TERIMA KASIH============

103

2. Lampiran Syntax dan Path Diagram

TOTALITAS KERJA

Model Awal

Model Fit

104

SYNTAX TOTALITAS KERJA

DA NI=12 NO=183 MA=KM

LA

TK1 TK2 TK3 TK4 TK5 TK6 TK7 TK8 TK9 TK10 TK11 TK12 TK13

KM SY FI=TK.COR

MO NX=12 NK=1 TD=SY

LK

SA

FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1

FR LX 8 1 LX 9 1 LX 10 1 LX 11 1 LX 12 1

FR TD 9 7 TD 10 5 TD 8 5 TD 11 4 TD 9 5 TD 5 2 TD 10 8 TD 8 4

PD

OU SS TV MI

SELF EFFICACY

Model Fit

105

SYNTAX SELF EFFICACY

DA NI=3 NO=183 MA=KM

LA

SEF1 SEF2 SEF3

KM SY FI=SEF.COR

MO NX=3 NK=1 TD=SY

LK

SA

FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1

PD

OU SS TV MI

OPTIMISME

Model Fit

106

SYNTAX OPTIMISM

DA NI=3 NO=183 MA=KM

LA

OPT1 OPT2 OPT3

KM SY FI=OPTM.COR

MO NX=3 NK=1 TD=SY

LK

SA

FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1

PD

OU SS TV MI

HARAPAN

Model Fit

107

SYNTAX HARAPAN

DA NI=3 NO=183 MA=KM

LA

HOPE1 HOPE2 HOPE3

KM SY FI=HOPE.COR

MO NX=3 NK=1 TD=SY

LK

SA

FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1

PD

OU SS TV MI

RESILIENSI

Model Fit

108

SYNTAX RESILIENSI

DA NI=3 NO=183 MA=KM

LA

RES1 RES2 RES3

KM SY FI=RESIL.COR

MO NX=3 NK=1 TD=SY

LK

SA

FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1

PD

OU SS TV MI

CITIZENSHIP

Model Awal

109

Model Fit

SYNTAX CITIZENSHIP

DA NI=5 NO=183 MA=KM

LA

CTZ1 CTZ2 CTZ3 CTZ4 CTZ5

KM SY FI=CITIZ.COR

MO NX=5 NK=1 TD=SY

LK

SA

FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1

FR TD 3 2 TD 4 1

PD

OU SS TV MI

110

FAIRNESS

Model Awal

Model Fit

111

SYNTAX FAIRNESS

DA NI=5 NO=183 MA=KM

LA

FAIR1 FAIR2 FAIR3 FAIR4 FAIR5

KM SY FI=FAIR.COR

MO NX=5 NK=1 TD=SY

LK

SA

FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1

FR TD 5 4 TD 4 1

PD

OU SS TV MI

LEADERSHIP

Model Awal

112

Model Fit

SYNTAX LEADERSHIP

DA NI=5 NO=183 MA=KM

LA

LEAD1 LEAD2 LEAD3 LEAD4 LEAD5

KM SY FI=LEAD.COR

MO NX=5 NK=1 TD=SY

LK

SA

FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1

FR TD 5 2 TD 5 1

PD

OU SS TV MI

113

3. Lampiran Tabel Regresi

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardiz

ed

Coefficien

ts

t Sig. 95.0% Confidence

Interval for B

B Std. Error Beta Lower

Bound

Upper

Bound

(Constant

) .308 .087

3.528 .001 .136 .481

Efikasidir

i .156 .080 .142 1.940 .054 -.003 .314

Optimis

m .169 .089 .157 1.904 .059 -.006 .344

harapan .196 .067 .194 2.914 .004 .063 .328

resiliensi .389 .073 .364 5.325 .000 .245 .533

Citizensh

ip -.099 .069 -.093 -1.429 .155 -.236 .038

fairness -.010 .073 -.010 -.139 .889 -.154 .134

Leadershi

p .207 .070 .201 2.951 .004 .068 .345

a. Dependent Variable: totalitaskerja

Model Summary

Mod

el

R R

Squar

e

Adjusted

R Square

Std. Error

of the

Estimate

Change Statistics

R Square

Change

F

Chang

e

df1 df2 Sig. F

Change

1 .606

a

.367 .363 .70314 .367 104.87

8 1 181 .000

2 .679

b

.461 .455 .65076 .094 31.315 1 180 .000

3 .713

c

.509 .500 .62292 .048 17.446 1 179 .000

4 .758

d

.575 .565 .58099 .066 27.768 1 178 .000

114

5 .758

e

.575 .563 .58262 .000 .009 1 177 .926

6 .761f .579 .564 .58176 .004 1.519 1 176 .219

7 .774

g

.599 .582 .56943 .020 8.706 1 175 .004

a. Predictors: (Constant), efikasidiri

b. Predictors: (Constant), efikasidiri, optimism

c. Predictors: (Constant), efikasidiri, optimisme, harapan

d. Predictors: (Constant), efikasidiri, optimisme, harapan, resiliensi

e. Predictors: (Constant), efikasidiri, optimisme, harapan, resiliensi, citizenship

f. Predictors: (Constant), efikasidiri, optimisme, harapan, resiliensi, citizenship, fairness

g. Predictors: (Constant), efikasidiri, optimisme, harapan, resiliensi, citizenship, fairness,

leadership