pengaruh mekanisme corporate governance dan...
TRANSCRIPT
i
PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE DAN
KUALITAS KANTOR AKUNTAN PUBLIK TERHADAP INTEGRITAS
LAPORAN KEUANGAN
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada Tahun 2009-2011)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh:
Defriandio RahiimNIM: 107082002049
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013 M
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Data Pribadi
Nama : Defriandio Rahiim
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 8 Desember 1989
Jenis Kelamin : Laki-laki
Nama Ayah : Budi Irianto
Nama Ibu : Ony Maryana
Anak Ke Dari : 1 dari 3 bersaudara
Status : Belum Menikah
Agama : Islam
Alamat : Komplek Pondok Kacang Prima Blok F1 No. 20,
RT/RW 003/08, Jl. Melati. Pondok Aren – Tangerang
Selatan. Banten.
No. Telp : 0898-995-7909 / 0888-0836-6767
E-mail : [email protected]
II. Pendidikan Formal
1994 – 1995 : TK Islam Bustanul Atfal Aisiyah
1995 – 2001 : SD Islam Al-Hasanah
2001 – 2004 : SMP Islam Al-Hasanah
2004 – 2007 : SMAN 1 Pondok Aren / sekarang SMAN 5 Tangsel
2007 – 2013 : S1 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
III. Pengalaman Organisasi
2009 – 2010 : Ketua Forum Halaqah Qur’an Al-Ishlah
2011 – 2013 : Ketua Karang Taruna RW 08 Pondok Aren
vi
IV. Seminar dan Training
1. Training Motivasi “Sukses Kuliah dan Organisasi”, UIN Syarif Hidayatullah
2. Training Tahsin Tilawah bersama Ust. H. Ahmad Muzammil, Al-Hafidz.
vii
THE EFFECTS OF CORPORATE GOVERNANCE MECHANISMS, ANDTHE QUALITY OF PUBLIC ACCOUNTING FIRMS ON THE INTEGRITY
OF FINANCIAL STATEMENTS
ABSTRACT
The purposes of this research was to analyze the effect of corporategovernance mechanisms and the quality of public accounting firms on theintegrity of financial statements. This research used a sample of companies listedon the Indonesia Stock Exchange during the period 2009 to 2011. Number ofmanufacturing firms sampled this research were 66 companies with over 3 yearsof observation. Based on purposive sampling method, the total sample was 198financial statements or annual reports. But the researchers reduced the number ofsamples to discard as many as 28 pieces of data outliers to improve the normalityof the data, so that the end of the research the total sample is 170 financialstatements or annual reports. Testing this hypothesis using multiple regressionanalysis.
The result showed that the manajerial ownership and firm size influencessignificantly on the integrity of financial statements. On the other hand,institutional ownership, audit committee, independent commissioner and qualitypublic accounting firm business entity (number of patners accountant permission)had no significant effect on the integrity of financial statements.
Keywords: Manajerial ownership, firm size, institutional ownership, auditcommittee, independent commissioner, quality public accounting firmbusiness entity (number of patners accountant permission), and theintegrity of financial statements.
viii
PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE DANKUALITAS KANTOR AKUNTAN PUBLIK TERHADAP INTEGRITAS
LAPORAN KEUANGAN
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh mekanismecorporate governance dan kualitas kantor akuntan publik terhadap integritaslaporan keuangan. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufakturyang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009 sampai 2011. Jumlahperusahaan manufaktur yang dijadikan sampel penelitian ini adalah 66 perusahaandengan pengamatan selama 3 tahun. Berdasarkan metode purposive sampling,total sampel penelitian adalah 198 laporan keuangan atau laporan tahunan. Namunpeneliti mengurangi jumlah sampel dengan membuang data outlier sebanyak 28buah untuk memperbaiki normalitas data, sehingga total sampel akhir penelitianadalah 170 laporan keuangan atau laporan tahunan. Pengujian hipotesis dalampenelitian ini menggunakan metode analisis regresi berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial dan ukuranperusahaan berpengaruh signifikan terhadap integritas laporan keuangan.Sedangkan kepemilkan institusional, komite audit, komisaris independen dankualitas kantor akuntan publik badan usaha (jumlah patner izin akuntan) tidakberpengaruh signifikan terhadap integritas laporan keuangan.
Kata kunci: Kepemilikan manajerial, ukuran perusahaan, kepemilikaninstitusional, komite audit, komisaris independen, kualitas kantorakuntan publik badan usaha (jumlah patner dan izin akuntan),integritas laporan keuangan
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil’alamin, segala puji dan syukur hanya milik Allah
SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan kasih sayang-Nya kepada kita
semua karena hanya dengan ridho-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Dan Kualitas
Kantor Akuntan Publik Terhadap Integritas Laporan Keuangan (Studi
Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Pada Tahun 2009-2011)” ini. Shalawat dan salam semoga selalu
tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar kita Muhammad SAW beserta keluarga
dan para sahabatnya
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis juga tidak luput dari berbagai
masalah dan menyadari sepenuhnya bahwa keberhasilan yang diperoleh bukanlah
semata-mata hasil usaha penulis sendiri, melainkan berkat bantuan, dorongan,
bimbingan dan pengarahan yang tidak ternilai harganya dari pihak lain, yakni
ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Bapak dan Ibu yang dengan keringatnya dan tetesan air matanya dalam
mendoakan kebaikan untuk anaknya, serta nasehat dan arahan penuh kasih
sayang dalam keadaan susah dan senang. Beliau berdualah yang menjadi
tali kasih sayang Allah SWT kepada penulis di dunia ini. Yang selalu sabar
membimbing dan memberi semangat anaknya untuk sabar dan semangat
dalam menyelesaikan masalah apapun yang dalam hal ini adalah skripsi.
Semoga Allah SWT membalas jasa tanpa pamrih mu bapak dan ibu ku
tercinta. Semoga Allah SWT memberikan berkah untuk masa depan penulis
dengan diakhirinya skripsi ini T_T.
2. Ridho Rianfo dan Alda Nurarian Dhea adik-adik ku tersayang yang sangat
berharap agar penulis dapat segera lulus dan membangun masa depan yang
lebih baik. Terimakasih atas sindiran dan motivasi yang diberikan. Walau
emosi tapi cukup menendang sekali. Terimakasih adik-adik ku tersayang.
3. Pakde Budi Safari, Pakde Glendy, Pakde Budiman, Pakde Darmanto, Bibi
Asih, Om Didit dan keluarga yang luar biasa mendukung penulis T_T.
x
4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS sebagai dosen pembimbing I yang
memberikan bimbingan mengenai pembahasan hasil penelitian ini. Terima
kasih pak.
5. Ibu Soliyah Wulandari SE, MSi sebagai dosen pembimbing II yang
memberikan banyak masukan dan arahan serta dengan sabar menghadapi
penulis yang cukup lama dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih ya
mba wulan..
6. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Ibu Rahmawati SE, M.M selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis.
8. Segenap jajaran pengajar atau dosen yang telah memberikan ilmu dan
motivasi bagi penulis yang sangat bermanfaat sebagai bekal menjalani
hidup ke depan.
9. Teman-teman Akuntansi UIN Jakarta segala angkatan. Herdis Setiawan,
Rahayu Suminarni, Ani, Imam, Andry, Lalu, Ahdi, Hendra, Joni, Wildan,
Febri, Saepul Mansyur, Eko, Faisal, Doni dll yang tidak bisa disebutkan
satu persatu.
10. Teman-Teman Ikhwah dan Liqo Salman Al-Farisi, akhi Deni, Danu (Alm),
Aris, Wahyu, Alter, Anggoro, Bang Dedi yang kucintai, Bang Awang,
Bang Malik Mujahid biru, Mas Sofyan, Widi teman dalam iman dll.
11. Larasati, perempuan yang kucintai yang dengan sabar menemani dan
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga selesainya
skripsi ini menjadi pembuka jalan dalam hubungan kami. Terimakasih
ayas.
12. Bos terbaik Bpk. Dongan Butar-Butar SE, MM. Pembuka wawasan penulis
tentang dunia audit, pembuka rezeki Allah, dan tangan yang penuh rasa
kasih sayang dan kedermawanan. Kawanku Resi Abdullah Arfi dan
Frengky Lumbantoruan yang menjadi rekan kerja terbaik dalam hidupku.
Terimakasih kawan, tanpamu apalah diriku.
xi
13. Mba Shella dan Lucia Eka Putri yang sangat perhatian dengan skripsi
penulis ini.
14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada
semua pihak atas bantuan dan amal baik yang telah diberikan kepada penulis
dalam penyusunan skripsi ini sampai dengan selesai. Akhir kata, penulis
mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
memerlukan.
Tangerang Selatan, 21 Mei 2012
Defriandio Rahiim
xii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ..................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI..................................................... iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .............................................. iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ v
ABSTRACT ...................................................................................................... vii
ABSTRAK ..................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xviii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Perumusan Masalah ................................................................... 11
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 10
A. Landasan Teori .......................................................................... 14
1. Teori Agensi (Agency Theory) ............................................... 14
2. Teori Sinyal (Signaling Theory) ............................................ 16
xiii
3. Integritas Laporan Keuangan...................................................18
a. Pengertian Integritas Laporan Keuangan ..........................18
b. Konservatisme Akuntansi .................................................22
4. Mekanisme Corporate Governance .........................................27
a. Kepemilikan Institusional .................................................32
b. Kepemilikan Manajerial ...................................................33
c. Komite Audit ...................................................................34
d. Komisaris Independen ......................................................35
5. Kualitas Kantor Akuntan Publik..............................................36
6. Ukuran Perusahaan (Firm Size) .............................................. 37
B. Penelitian Sebelumnya.................................................................38
C. Kerangka Pemikiran ....................................................................42
D. Hipotesis......................................................................................43
1. Mekanisme Corporate Governance .........................................43
a. Kepemilikan Institusional .................................................43
b. Kepemilikan Manajerial ...................................................44
c. Komite Audit ...................................................................45
d. Komisaris Independen ......................................................46
2. Kualitas Kantor Akuntan Publik..............................................47
3. Ukuran Perusahaan (Firm Size) .............................................. 47
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................49
A. Ruang Lingkup Penelitian ...........................................................49
B. Metode Penentuan Sampel ..........................................................50
xiv
C. Metode Pengumpulan Data ........................................................ 51
D. Metode Analisis Data ................................................................. 51
1. Statistik Deskriptif ................................................................ 52
2. Uji Dasar Asumsi Klasik ....................................................... 53
a. Uji Normalitas Data ........................................................ 53
b. Uji Multikolonieritas ...................................................... 54
c. Uji Autokorelasi ............................................................. 54
d. Uji Heteroskedastisitas ................................................... 54
3. Uji Hipotesis ........................................................................ 55
a. Uji Adi R2 ....................................................................... 56
b. Uji F ............................................................................... 56
c. Uji t ................................................................................ 57
E. Operasional Variabel ................................................................. 57
1. Variabel Dependen ................................................................ 57
2. Variabel Independen ...............................................................58
a. Kepemilikan Institusional ................................................59
b. Kepemilikan Manajerial ..................................................59
c. Komite Audit ...................................................................59
d. Komisaris Independen ......................................................59
e. Kualitas Kantor Akuntan Publik Badan Usaha Jumlah
Patner dan Izin Akuntan ....................................................59
f. Ukuran Perusahaan (Firm Size) ....................................... 60
xv
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 65
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ................................ 65
B. Analisis Hasil dan Pembahasan .................................................. 66
1. Statistik Deskriptif ................................................................ 66
2. Hasil Uji Asumsi Klasik ........................................................ 69
a. Hasil Uji Normalitas ....................................................... 69
b. Hasil Uji Multikolonieritas ............................................. 73
c. Hasil Uji Autokorelasi .................................................... 74
d. Hasil Uji Heterokedastisitas ............................................ 75
3. Hasil Uji Hipotesis ................................................................ 77
a. Hasil Adj R2 ................................................................... 77
b. Hasil Uji F ...................................................................... 79
c. Hasil Uji t ....................................................................... 79
BAB V PENUTUP........................................................................................ 88
A. Kesimpulan ................................................................................ 88
B. Implikasi .................................................................................... 89
C. Saran …...................................................................................... 91
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 92
LAMPIRAN .................................................................................................... 95
xvi
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Penelitian sebelumnya 38
3.1 Operasional variabel 61
4.1 Rincian sampel penelitian 65
4.2 Hasil uji statistik deskriptif 66
4.3 Hasil uji normalitas 70
4.4 Hasil uji statistik deskriptif (skewness dan kurtosis) 71
4.5 Hasil uji normalitas (Data Baru) 73
4.6 Hasil uji multikolonieritas 74
4.7 Hasil uji autokorelasi 75
4.8 Hasil uji heteroskedastisitas 76
4.9 Hasil Uji Adjusted R Square 78
4.10 Hasil uji F 79
4.11 Hasil uji t 80
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Halaman
1 Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur 97
2 Daftar Tabulasi Data Penelitian 102
3 Grafik Histogram 112
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Setiap perusahaan menyajikan laporan keuangan sebagai bentuk
pertanggungjawaban kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Di dalam
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) tahun 2009 dijelaskan
bahwa tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang
bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan
keputusan ekonomi. Informasi dalam laporan keuangan hendaknya
menyajikan informasi yang benar, jujur, dan dapat dipertanggungjawabkan
kepada stakeholder dan shareholder. Dengan demikian, laporan keuangan
dituntut untuk disajikan dengan integritas yang tinggi.
Financial Accounting Standard Board (FASB) dalam Statement of
Financial Accounting Concept No. 2 (SFAC No. 2) mendefinisikan informasi
akuntansi sebagai informasi yang disediakan melalui pelaporan keuangan dan
berbagai penjelasan yang digunakan sebagai laporan. Informasi akuntansi
merupakan informasi keuangan yang digunakan oleh pihak eksternal
perusahaan sebagai pemegang saham, investor, kreditor, lembaga keuangan,
pemerintah, masyarakat umum, dan pihak-pihak lainnya untuk menentukan
kepentingan mereka terhadap perusahaan.
1
2
Dalam mewujudkan integritas informasi laporan keuangan, di dalam
PSAK tahun 2009 ditetapkanlah karakteristik kualitatif yang harus dimiliki
laporan keuangan agar dapat digunakan dalam proses pengambilan keputusan.
Karakteristik kualitatif yang harus dimiliki laporan keuangan adalah dapat
dipahami, relevan, keandalan, dan dapat diperbandingkan. Sedangkan menurut
Hanafi dan Halim (2003) dalam Indriani dan Khoiriyah (2010:2-3),
karakteristik kualitatif yang harus dimiliki laporan keuangan adalah
bermanfaat untuk pengambilan keputusan, relevan (mempunyai nilai prediksi,
nilai umpan balik, dan tepat waktu), reliabel (bisa didiversifikasi, netral, dan
representatif), bisa diperbandingkan (termasuk konsistensi), manfaat lebih
besar dibandingkan biaya.
Di dalam PSAK tahun 2009 dijelaskan bahwa informasi akuntansi yang
mudah dipahami akan memberikan kemudahannya segera kepada pengguna,
sedangkan informasi akuntansi dikatakan relevan apabila dapat mempengaruhi
keputusan ekonomi pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi
peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa depan, menegaskan, atau
mengoreksi, hasil evaluasi pengguna di masa yang lalu. Kemudian informasi
itu adalah andal (reliable) jika bebas dari pengertian yang menyesatkan,
kesalahan material, dan dapat diandalkan penggunanya sebagai penyajian
yang tulus atau jujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan
atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. Sedangkan karakteristik
kualitatif dapat diperbandingkan adalah bahwa pengguna harus mendapat
informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan
3
laporan keuangan dan perubahan kebijakan serta pengaruh perubahan tersebut.
Para pengguna harus memperoleh kemampuan untuk mengidentifikasi
perbedaan kebijakan akuntansi yang diberlakukan untuk transaksi serta
peristiwa lain yang sama dalam sebuah perusahaan dari satu periode ke
periode dan dalam perusahaan yang berbeda. Ketaatan pada standar akuntansi
keuangan, termasuk pengungkapan kebijakan akuntansi yang digunakan oleh
perusahaan, membantu pencapaian daya banding.
Integritas adalah jujur dan apa adanya. Laporan keuangan yang memiliki
integritas adalah laporan keuangan yang menampilkan kondisi suatu
perusahaan yang sebenarnya, tanpa ada yang ditutup-tutupi atau disembuyikan
(Hardiningsih, 2010:65). Sedangkan menurut Statement of Financial
Accounting Concepts (SFAC No. 2) adalah kualitas informasi yang menjamin
bahwa informasi secara wajar bebas dari kesalahan dan bias serta secara jujur
menyajikan apa yang dimaksudkan untuk dinyatakan.
Untuk dapat menghasilkan laporan keuangan yang dapat
dipertanggungjawabkan dan bermanfaat bagi setiap penggunanya maka
lahirlah konsep konservatisme untuk menyempurnakan laporan keuangan
tersebut. Konsep penggunaan konservatisme akuntansi dalam laporan
keuangan adalah berupa mengakui biaya dan rugi lebih cepat, mengakui
pendapatan dan untung lebih lambat, menilai aktiva dengan nilai yang
terendah, dan kewajiban dengan nilai yang tertinggi (Sari dan Adhariani,
2009:1). Karakteristik informasi dalam prinsip konservatisme ini dapat
4
menjadi salah satu faktor untuk mengurangi manipulasi laporan keuangan dan
meningkatkan integritas laporan keuangan.
Namun pada kenyataannya mewujudkan integritas laporan keuangan itu
adalah hal yang berat. Terbukti banyak sekali terjadi kasus-kasus manipulasi
akuntansi. Banyak perusahaan menyajikan informasi dalam laporan keuangan
dengan tidak adanya integritas, di mana informasi yang disampaikan tidak
benar dan tidak adil bagi beberapa pihak pengguna laporan keuangan. Dimulai
pada akhir tahun 2001 di mana Wall Street, pusat keuangan Amerika, dibuat
tercengang setelah dikejutkan dengan berita bangkrutnya perusahaan raksasa
bisnis energi Amerika, Enron, yang kemudian disusul dengan kasus penipuan
miliaran dolar yang melibatkan raksasa telekomunikasi Amerika, WorldCom.
Apa sesungguhnya yang melatarbelakangi skandal akuntansi yang melibatkan
begitu banyak perusahaan besar dan membuat begitu besar kerugian-kerugian
bagi pemegang saham publik? Kenapa yang terkena adalah perusahaan publik
seperti Enron, WorldCom, Xerox, Merck, Tyco Intl, dan sebelumnya Global
Crossing, dan yang terakhir Adelthin (Widijanto, 2009:2).
Salah satu contohnya pada kasus Enron, kasus yang banyak mengejutkan
banyak pihak, karena kecurangan yang dilakukan Enron juga melibatkan
kantor akuntan publik (KAP) internasional Arthur Andersen (AA). Banyak
pihak yang menempatkan auditor sebagai pihak yang paling bertanggung-
jawab terhadap masalah ini. AA telah melakukan tugas pengauditan keuangan
Enron hampir 20 tahun, seharusnya AA dapat mengetahui masalah yang
dihadapi kliennya, Enron. Mengapa KAP sebesar AA tidak mampu
5
mengungkap permasalahan di dalam organisasi Enron dan secara sadar atau
tidak sadar ikut terlibat dalam suatu konspirasi dengan Enron (Giri, 2010:1).
Namun ada juga pihak yang menyesalkan sikap yang dilakukan manajemen
yang melakukan kecurangan tersebut. Seperti yang diungkapkan Widijanto
(2009:3) yang mengungkapkan kekecewaannya dengan berkata, Mengapa
orang-orang yang menjadi kunci dalam perusahaan bertindak tidak beretika
(mementingkan diri sendiri, oportunis, self serving), sehingga banyak pihak
yang dirugikan? Apa yang melatar belakangi tindakan mereka tersebut?
Apakah pembelajaran yang mereka jalani selama ini telah membentuknya
demikian?
Beberapa skandal akuntansi juga terjadi di Indonesia. Pertama adalah
PT. Kimia Farma yang diaudit oleh KAP Hans Tuanakotta dan Mustofa di
mana manajemen menggelembungkan laba bersih pada laporan keuangan
senilai Rp 32.400.000.000. Jumlah laba yang seharusnya adalah sebesar Rp
99.600.000.000 namun dinyatakan sebesar Rp 132.000.000.000. Kesalahan
itu timbul pada unit Industri Bahan Baku, yaitu kesalahan berupa overstated
penjualan sebesar Rp 2,7 miliar, pada unit Logistik Sentral berupa overstated
persediaan barang sebesar Rp 23,9 miliar, pada unit Pedagang Besar Farmasi
berupa overstate persediaan sebesar Rp 8,1 miliar dan overstate penjualan
sebesar Rp 10,7 miliar. Kedua, adalah kasus Bank Lippo di mana pada 28
November 2002 disebutkan bahwa total aktivanya sebesar Rp
24.000.000.000.000 dengan laba bersih Rp 98.000.000.000. Namun dalam
laporan ke BEJ 27 Desember 2002, total aktivanya berkurang menjadi
6
22.800.000.000.000 dan rugi bersih Rp 1.300.000.000.000. Kasus ketiga
adalah PT. Great River International Tbk (2003) yang diaudit oleh KAP
Johan Molanda dan Rekan yang diduga melakukan overstatement di mana
pencatatan untuk akun penjualan menggunakan metode yang berbeda dari
ketentuan yang ada, indikasi penggelembungan akun penjualan, piutang dan
asset hingga ratusan miliar rupiah, serta penipuan dalam penyajian laporan
keuangan. Kasus keempat adalah komisaris PT. Kereta Api mengungkapkan
adanya manipulasi laporan keuangan BUMN tersebut di mana seharusnya
perusahaan merugi namun dilaporkan memperoleh keuntungan. Dan yang
terbaru adalah Allianz (2012) yang diaudit oleh KAP Siddharta dan Widjaja:
KPMG. SEC menduga sebanyak 295 kontrak asuransi terkait proyek
pemerintah berhasil diperoleh Allianz dengan menyuap oknum pejabat di
beberapa instansi pemerintah hingga $ 650.626 atau sekitar Rp
6.270.000.000, dengan melakukan penyuapan tersebut perusahaan meraup
laba sebesar lebih dari US$ 5.300.000, penyuapan tersebut dilakukan selama
kurun waktu 2001-2008.
Hancurnya integritas informasi laporan keuangan, memicu tumbangnya
perusahaan-perusahaan besar di atas, akibat dari banyaknya kasus dari auditor
yang mengaudit laporan keuangan perusahaan tidak bekerja di bawah
pengawasan langsung komite audit dan tidak bebas dari pengaruh kepentingan
manajerial senior perusahaan (CEO, dewan komisaris, komite audit, internal
auditor).
7
Kasus-kasus tersebut menimbulkan berbagai pertanyaan bagi banyak
pihak terutama terhadap tata kelola perusahaan (corporate governance).
Amerika Serikat yang selama ini dikenal sebagai negara acuan penerapan tata
kelola perusahaan yang baik, menjadi diragukan dengan merebaknya kasus-
kasus manipulasi akuntansi di negara tersebut. Di Indonesia, corporate
governance sedang menjadi isu yang hangat. Terutama sejak terjadi krisis
ekonomi yang melanda negara-negara Asia termasuk Indonesia, dan semakin
menjadi perhatian akibat banyak terungkapnya kasus-kasus manipulasi
laporan keuangan.
Di Indonesia dan negara-negara Asia lainnya yang mengalami krisis
ekonomi sejak pertengahan tahun 1997, isu mengenai good corporate
governance (GCG) telah menjadi bahasan penting dalam rangka mendukung
pemulihan kegiatan dunia usaha dan pertumbuhan perekonomian setelah
masa-masa krisis tersebut seperti yang diungkapkan Hidayah (2008) dalam
(Haryani et al., 2011:8). Berbagai pihak menyatakan bahwa lemahnya
corporate governance menjadi salah satu penyebab krisis ekonomi tersebut.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa GCG merupakan faktor penting
dalam pemulihan krisis ekonomi, mengingat GCG merupakan alat terpenting
dalam menciptakan organisasi yang efisien dan efektif.
GCG digunakan sebagai sistem dan struktur yang mengatur hubungan
antara manajemen dengan pemilik baik mayoritas maupun minoritas suatu
perusahaan dengan kata lain sebagai bentuk perlindungan investor atas adanya
perbedaan kepentingan pemegang saham (principle) dengan pihak manajemen
8
(agent). Penerapan corporate governance menuntut adanya perlindungan yang
kuat terhadap hak-hak pemegang saham terutama pemegang saham minoritas
(Sulistiyowati et al., 2010:3).
Mekanisme tata kelola perusahaan yang diterapkan oleh perusahaan
haruslah mampu mengurangi asimetri informasi melalui pengungkapan
informasi dalam laporan keuangan dengan benar dan jelas. Sistem keuangan
yang baik akan menghasilkan hal-hal positif yaitu, pertama adalah informasi
yang luas dan murah yang dapat memfasilitasi pemonitoran oleh pemegang
saham secara efektif, dan kedua memungkinkan bagi dewan komisaris untuk
meningkatkan nilai pemegang saham melalui pemberian saran, penentuan
keputusan-keputusan dan aktivitas-aktivitas manajerial. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa pelaporan keuangan merupakan salah satu kunci dalam
mekanisme perusahaan yang berfungsi meningkatkan akuntabilitas dan nilai
perusahaan.
Laporan tahunan adalah sebuah produk informasi yang sangat penting
yang berkaitan dengan kondisi perusahaan, keandalan dari informasi yang
terkandung sangatlah penting bagi pihak yang mempunyai kepentingan
terhadap perusahaan. Almilia (2007) dalam Haryani et al., (2011:2)
menyatakan bahwa perusahaan diharapkan lebih transparan dalam
mengungkapkan informasi mengenai corporate governance, sehingga dapat
membantu dalam pengambilan keputusan oleh investor, kreditor, dan pemakai
informasi lainnya.
9
Semakin baik penerapan corporate governance yang dilakukan
perusahaan maka akan diharapkan mengurangi perilaku manajemen
perusahaan yang bersifat oportunistik sehingga laporan keuangan dapat
disajikan dengan integritas yang tinggi, yaitu laporan keuangan yang disajikan
menunjukkan informasi yang benar dan jujur.
Fenomena skandal keuangan yang terjadi juga dapat menunjukkan suatu
bentuk kegagalan integritas laporan keuangan untuk memenuhi kebutuhan
infomasi pengguna laporan keuangan. Penyajian laba dalam laporan keuangan
tidak menunjukkan kondisi ekonomi perusahaan yang sebenarnya. Menurut
Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 1, informasi laba
merupakan perhatian utama untuk menaksir kinerja atau pertanggungjawaban
manajemen. Selain itu informasi laba juga membantu pemilik atau pihak lain
dalam menaksir earnings power perusahaan di masa yang akan datang.
Menurut Komite Nasional Good Corporate Governance (KNGCG),
memonitor kualitas kerja auditor eksternal dalam melaksanakan tugasnya dan
memilih Kantor Akuntan Publik (KAP) yang tepat merupakan tugas dari
komite audit. Dalam melaksanakan tugasnya, auditor memerlukan
kepercayaan terhadap kualitas jasa yang diberikan pada pengguna. Penting
bagi pemakai laporan keuangan untuk memandang KAP sebagai pihak yang
independen dan kompeten, karena akan mempengaruhi berharga atau tidaknya
jasa yang telah diberikan oleh KAP kepada pemakai. Jika pemakai merasa
KAP memberikan jasa yang berguna dan berharga, maka nilai audit atau
10
kualitas audit juga meningkat, sehingga KAP dituntut untuk bertindak dengan
profesionalisme tinggi.
Giri (2010:2) menjelaskan bahwa KAP yang berkualitas akan menjaga
independensi auditornya dalam melaksanakan tugas audit. KAP besar identik
dengan KAP yang bereputasi tinggi dalam hal ini menunjukkan kemampuan
auditor untuk bersikap independen dalam melaksanakan audit secara
profesional, sebab KAP menjadi kurang tergantung secara ekonomi kepada
klien, sehingga klien juga kurang dapat mempengaruhi opini auditor.
Penyebab dari hal tersebut adalah kelebihan yang dimiliki oleh KAP besar
yaitu besarnya jumlah dan ragam klien yang ditangani KAP, banyaknya ragam
jasa yang ditawarkan, adanya afiliasi internasional, dan banyaknya jumlah staf
audit dalam suatu KAP.
Setiap auditor harus mempertahankan integritas dan objektivitas dalam
menjalankan tugas dengan bertindak jujur, tegas tanpa pretensi sehingga
auditor dapat bertindak adil tanpa dipengaruhi tekanan atau permintaan pihak
tertentu untuk memenuhi kepentingan pribadinya (Komsiyah dan Indriantoro,
1998) dalam (Jama’an, 2008:7). Informasi yang diperoleh dari laporan auditor
yang profesional akan memberikan kepastian yang lebih memadai sehingga
dapat memberikan tingkat reliabilitas yang lebih tinggi terhadap laporan
keuangan yang akan diterbitkan (Widarjo et al., 2010:8).
Atas dasar latar belakang di atas, maka penulis mengangkat judul
“Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Kualitas Kantor
Akuntan Publik Terhadap Integritas Laporan Keuangan.”
11
B. Perumusan Masalah
1. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap integritas laporan
keuangan?
2. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap integritas laporan
keuangan?
3. Apakah komite audit berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan?
4. Apakah komisaris independen berpengaruh terhadap integritas laporan
keuangan?
5. Apakah kualitas kantor akuntan publik badan usaha jumlah patner izin
akuntan berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan?
6. Apakah variabel kontrol ukuran perusahaan (firm size) berpengaruh
terhadap integritas laporan keuangan?
7. Apakah variabel kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial,
komite audit, komisaris independen, kualitas kantor akuntan publik badan
usaha (jumlah patner dan izin akuntan) dan variabel kontrol ukuran
perusahaan secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap
integritas laporan keuangan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh:
a. Bukti empiris bahwa kepemilikan institusional berpengaruh terhadap
integritas laporan keuangan.
12
b. Bukti empiris bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap
integritas laporan keuangan.
c. Bukti empiris bahwa komite audit berpengaruh terhadap integritas
laporan keuangan.
d. Bukti empiris bahwa komisaris independen berpengaruh terhadap
integritas laporan keuangan.
e. Bukti empiris bahwa kualitas Kantor Akuntan Publik (KAP), badan
usaha jumlah patner dan izin akuntan berpengaruh terhadap integritas
laporan keuangan.
f. Bukti empiris bahwa variabel kontrol ukuran perusahaan (firm size)
berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.
g. Bukti empiris bahwa variabel kepemilikan institusional, kepemilikan
manajerial, komite audit, komisaris independen, kualitas kantor
akuntan publik badan usaha (jumlah patner dan izin akuntan) dan
variabel kontrol ukuran perusahaan secara bersama-sama (simultan)
berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
1) Melalui penelitian ini, peneliti mencoba memberikan bukti empiris
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi integritas laporan
keuangan.
13
2) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan sumbangan
konseptual bagi peneliti sejenis maupun civitas akademika lainnya
dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan untuk
perkembangan dan kemajuan dunia pendidikan khususnya di
bidang pengauditan.
3) Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
khasanah keilmuan bagi penulis dalam konsep-konsep, teori-teori
mengenai pengaruh mekanisme corporate governance, kualitas
kantor akuntan publik dan reputasi auditor terhadap integritas
laporan keuangan.
b. Manfaat Praktis
1) Penelitian ini menjadi motivasi bagi auditor agar senantiasa
meningkatkan profesionalitasnya dalam audit, dan menjaga
reputasi dirinya sendiri dan profesinya, dan KAP terus
meningkatkan kualitasnya. Juga bagi manajemen perusahaan agar
meningkatkan penerapan prinsip corporate governance di
lingkungan perusahaannya.
2) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
perusahaan untuk lebih memperhatikan pelaksanaan Good
Corporate Governance.
3) Dapat menjadi spirit baru bagi profesi auditor yang mulia dan
terhormat untuk terus menjadi pengawal aktivitas pemeriksaan
akuntansi secara professional.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Teori Agensi (Agency Theory)
Teori keagenan (agency theory) yaitu hubungan antara pemilik
(principal) dan manajemen (agent). Agen (manajer) mempunyai
kewenangan untuk mengelola perusahaan dan mengambil keputusan atas
nama investor. Masalah keagenan adalah munculnya konflik kepentingan
antara harapan investor (memperoleh return maksimal) dan harapan para
manajer. Manajer yang seharusnya mengelola organisasi bisnis dengan
baik agar kepentingan investor menjadi optimal, ternyata dalam faktanya
sering kali lebih mengedepankan kepentingan dirinya sendiri yang sering
disebut tindakan moral hazard (Haryani et al., 2011:3).
Salah satu masalah keagenan (agency problem) yang terjadi antara
manajer dengan pemegang saham adalah pemegang saham lebih menyukai
pembayaran dividen daripada diinvestasikan lagi. Sebaliknya, manajer
menginginkan dividen yang dibayarkan diinvestasikan kembali untuk
menambah modal perusahaan (Mursalim, 2011:2).
Uraian di atas terkait dengan teori keagenan (agency theory), di mana
antara manajer sebagai agen dan pemegang saham sebagai prinsipal
masing-masing ingin memaksimumkan kemakmurannya. Namun, manajer
lebih menguasai informasi dibanding pemegang saham karena manajer
14
15
mengelola perusahaan secara langsung sedangkan pemegang saham sulit
memperoleh informasi secara efektif tentang operasionalisasi perusahaan
sehingga terjadi information asymmetry. Hal ini memicu manajer sebagai
agen untuk melakukan tindakan-tindakan oportunistik seperti; melakukan
inefisiensi, investasi pada proyek dengan net present value yang negatif
dan sebagainya. Tindakan manajer demi kepentingannya dan mengabaikan
kepentingan para pemegang saham perusahaan, sehingga menimbulkan
terjadinya agency problem dalam perusahaan (Mursalim, 2011:2).
Untuk mengurangi agency problem antara manajer dengan pemegang
saham dapat dilakukakan dengan berbagai cara. Pertama, adanya
monitoring oleh investor institusional, seperti dana pensiun, perusahaan
asuransi dan perseroan terbatas maupun institusi independen yang
memiliki otoritas menilai kinerja manajemen perusahaan. Kedua, tidak
cukup kepemilikan saham saja, akan tetapi diperlukan adanya aktivisme
institusi untuk menekan manajer agar tidak melakukan tindakan
opportunistic. Ketiga, adanya peningkatan kepemilikan manajerial atas
saham perusahaan sebagai insentif dalam upaya menekan tindakan
oportunistiknya. Keempat, adanya kebijakan dividen perusahaan. Kelima,
adanya kebijakan utang. (Mursalim, 2011:3).
Menanggapi adanya konflik kepentingan antara pemegang saham
dengan manajer dengan menyatakan bahwa corporate governance
merupakan respon perusahaan terhadap konflik tersebut. Aspek-aspek
corporate governance seperti kepemilikan manajerial, kepemilikan
16
institusional, proporsi komisaris independen, dan jumlah anggota komite
audit dipandang sebagai mekanisme kontrol yang tepat untuk mengurangi
konflik keagenan.
2...Teori Sinyal (Signaling Theory)
Signaling Theory mengemukakan tentang bagaimana seharusnya
sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan
keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan
oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat
berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan
tersebut lebih baik daripada perusahaan lain (Jama’an, 2008:4).
Signaling theory menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai
dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak
eksternal, karena terdapat asimetri informasi (Asymmetric Information)
antara perusahaan dan pihak luar. Perusahaan (agent) mengetahui lebih
banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang daripada
pihak luar (investor, kreditor). Kurangnya informasi pihak luar mengenai
perusahaan menyebabkan mereka melindungi diri mereka dengan
memberikan harga yang rendah untuk perusahaan. Perusahaan dapat
meningkatkan nilai perusahaan, dengan mengurangi asimetri informasi.
Salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan
memberikan sinyal pada pihak luar, salah satunya berupa informasi
17
keuangan yang dapat dipercaya dan akan mengurangi ketidakpastian
mengenai prospek perusahaan yang akan datang.
Hal ini senada dengan pendapat Rustiarini (2010:3) yang
mengungkapkan bahwa teori sinyal membahas mengenai dorongan
perusahaan untuk memberikan informasi kepada pihak eksternal.
Dorongan tersebut disebabkan karena terjadinya asimetri informasi antara
pihak manajemen dan pihak eksternal. Untuk mengurangi asimetri
informasi maka perusahaan harus mengungkapkan informasi yang
dimiliki, baik informasi keuangan maupun non keuangan.
Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh
manajer untuk mengurangi asimetri informasi. Manajer memberikan
informasi melalui laporan keuangan bahwa mereka menerapkan kebijakan
akuntansi konservatisme yang menghasilkan laba yang lebih berkualitas
karena prinsip ini mencegah perusahaan melakukan tindakan membesar-
besarkan laba dan membantu pengguna laporan keuangan dengan
menyajikan laba dan aktiva yang tidak overstate. (Jama’an, 2008:4-5).
Teori signal juga dapat membantu pihak perusahaan (agent), pemilik
(prinsipal), dan pihak luar perusahaan mengurangi asimetri informasi
dengan menghasilkan kualitas atau integritas informasi laporan keuangan.
Untuk memastikan pihak-pihak yang berkepentingan menyakini keandalan
informasi keuangan yang disampaikan pihak perusahaan (agent), perlu
mendapatkan opini dari pihak lain yang bebas memberikan pendapat
tentang laporan keuangan.
18
Sinyal opini bebas yang diberikan oleh kantor akuntan publik (KAP)
merupakan signal yang mencerminkan keandalan informasi keuangan
yang dihasilkan perusahaan yang telah di audit. Kualitas kantor akuntan
publik (KAP) juga dapat memberikan signal kepercayaan pihak
perusahaan (agent), pemilik (prinsipal), dan pihak-pihak lain yang
berkepentingan atas legalitas dan integritas opini bebas yang dikeluarkan
akuntan.
Integritas informasi laporan keuangan yang mencerminkan nilai
perusahaan merupakan sinyal positif yang dapat mempengaruhi opini
investor dan kreditor atau pihak-pihak lain yang berkepentingan. Laporan
keuangan seharusnya memberikan informasi yang berguna bagi investor
dan kreditor untuk membuat keputusan investasi, kredit dan keputusan
sejenis. (Jama’an, 2008:5).
Oleh karena itu sebagai pengelola, manajer berkewajiban memberikan
sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik (principal). Sinyal
yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi
akuntansi seperti laporan keuangan. Akan tetapi sinyal informasi yang
disampaikan agent terkadang diterima principal tidak sesuai dengan
kondisi dan ukuran keberhasilan perusahaan sebenarnya. Kondisi ini
dikenal sebagai informasi yang tidak simetris atau asimetri informasi
(information asymmetric) yang sudah dijelaskan di atas.
19
3. Integritas Laporan Keuangan
a. Pengertian Integritas Laporan Keuangan
Integritas secara terminologi berarti mutu, sifat, atau keadaaan
yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan
kemampuan yang memancarkan kewibawaan, kejujuran. Integritas
laporan keuangan adalah sejauh mana laporan keuangan disajikan
menunjukkan informasi yang benar dan jujur.
Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses
akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi
antara manajemen dengan pihak luar perusahaan tentang data
keuangan atau aktivitas perusahaan tersebut selama periode tertentu.
Di dalam PSAK tahun 2009 disebutkan bahwa tujuan laporan
keuangan adalah untuk memberikan informasi tentang posisi
keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan
yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan
keputusan ekonomi.
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam membuat keputusan ekonomi oleh
para pengguna laporan keuangan apabila informasi yang tercantum
dalam laporan keuangan tersebut memenuhi karakteristik kualitatif
informasi akuntansi. Dalam Statement of Financial Accounting
Concept (SFAC) No. 2 mengenai Qualitative Characteristic Of
Accounting Information, terdapat dua hal yang menjadi kualitas primer
20
dalam suatu laporan keuangan, yaitu relevansi (relevance) dan
keandalan (reliability).
Relevansi merujuk pada kemampuan informasi akuntansi untuk
mempengaruhi keputusan pembaca laporan keuangan dengan
mengubah atau membantu mengkonfirmasi harapan merek tentang
hasil atau konsekuensi suatu tindakan/kejadian. Relevansi informasi
dapat diukur dalam kaitannya dengan maksud penggunaan informasi
tersebut. Artinya jika sutu informasi tidak relevan dengan kebutuhan
pengambil keputusan, maka informasi akuntansi yang dapat
diandalkan, yaitu informasi akuntansi yang bebas dari kesalahan dan
penyimpangan serta merupakan suatu penyajian yang jujur.
Laporan keuangan dikatakan berintegritas apabila laporan
keuangan tersebut memenuhi kualitas reliability dan sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berterima umum. Menurut Schroeder (2001)
dalam Saputri (2010:48-49) reliability memiliki kualitas sebagai
berikut:
1) Verifiability
Laporan keuangan suatu entitas yang mempunyai kondisi yang
sama dengan laporan keuangan entitas lain, akan mendapat opini
yang sama jika diaudit oleh auditor yang berbeda.
2) Representational faithfullness
Angka dan keterangan yang disajikan sesuai dengan apa yang ada
dan benar-benar terjadi.
21
3) Neutrality
Informasi dari laporan keuangan harus diarahkan pada kebutuhan
umum pemakai, dan tidak bergantung pada kebutuhan dan
keinginan pihak tertentu. Tidak boleh ada usaha untuk menyajikan
informasi yang menguntungkan beberapa pihak, sementara hal
tersebut akan merugikan pihak lain yang mempunyai kepentingan
berlawanan.
Terkait dengan integritas laporan keuangan, dapat disimpulkan
bahwa laporan keuangan yang memiliki integritas yang tinggi maka
telah memenuhi dua karakteristik utama dalam suatu laporan
keuangan. Informasi akuntansi yang memiliki integritas yang tinggi
akan dapat diandalkan karena merupakan suatu penyajian yang jujur
sehingga memungkinkan pengguna informasi akuntansi bergantung
pada informasi tersebut. Oleh karena itu, informasi yang memiliki
integritas yang tinggi memiliki kemampuan untuk mempengaruhi
keputusan pembaca laporan keuangan untuk membantu membuat
keputusan.
Ukuran integritas laporan keuangan selama ini belum ada
walaupun demikian secara intuitif dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
diukur dengan konservatisme serta keberadaan manipulasi laporan
keuangan yang biasanya diukur dengan manajemen laba. Laporan
keuangan yang reliable atau berintegritas dapat dinilai dengan cara
penggunaan prinsip konservatisme dan penggunaan earning
22
management karena informasi dalam laporan keuangan akan lebih
reliable apabila laporan keuangan tersebut konservatif dan laporan
keuangan tersebut tidak overstate supaya tidak ada pihak yang
dirugikan akibat informasi dalam laporan keuangan tersebut.
b. Konservatisme Akuntansi
Konservatisme menurut FASB Statement of Concept No. 2
didefinisikan dengan reaksi hati-hati (prudent reaction) menghadapi
ketidakpastian. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa
ketidakpastian dan resiko yang melekat pada situasi bisnis telah cukup
dipertimbangkan.
Konservatisme identik dengan kehati-hatian dalam pelaporan
keuangan di mana perusahaan tidak terburu-buru dalam mengakui dan
mengukur aktiva dan laba serta segera mengakui kerugian dan hutang
yang mempunyai kemungkinan akan terjadi. Penerapan prinsip ini
mengakibatkan pilihan metode akuntansi ditunjukkan pada metode
yang melaporkan laba atau aktiva lebih rendah serta melaporkan
hutang lebih tinggi. Dengan demikian, pemberi pinjaman akan
menerima perlindungan atas resiko menurun (downside risk) dari
neraca yang menyajikan aset bersih understatement dan laporan
keuangan yang melaporkan berita buruk secara tepat waktu.
Para kreditur mendesak agar laporan keuangan disusun dengan
berpedoman pada konsep konservatisme. Maksud utama mereka
adalah untuk menetralisir optimisme para usahawan yang terlalu
23
berlebihan dalam melaporkan hasil usahanya. Jika ditinjau lebih jauh
ke dalam laporan keuangan, setiap metode akuntansi yang dipilih oleh
perusahaan memiliki tingkat konservatisme yang berbeda-beda. PSAK
tahun 2009, menyebutkan ada berbagai metode yang menerapkan
prinsip konservatisme, diantaranya PSAK No. 14 mengenai persediaan
yang terkait dengan pemilihan perhitungan biaya persediaan, PSAK
No. 16 mengenai aktiva tetap dan penyusutan, PSAK No. 19 mengenai
aktiva tidak berwujud yang berkaitan dengan amortisasi dan PSAK
No. 20 tentang biaya riset dan pengembangan.
Pilihan metode tersebut akan berpengaruh terhadap angka yang
disajikan dalam laporan keuangan. Sehingga dapat dikatakan bahwa
secara tidak langsung konsep konservatisme ini akan mempengaruhi
hasil dari laporan keuangan tersebut. Penerapan konsep ini juga akan
menghasilkan laba yang berfluktuatif, dimana laba yang berfluktuatif
akan mengurangi daya prediksi laba untuk memprediksi aliran kas
perusahaan pada masa yang akan datang (Sari dan Adhariani, 2009:2).
Terdapat pro dan kontra sehubungan dengan penerapan prinsip
konservatisme. Pengkritik konsep konservatisme menyatakan bahwa
prinsip ini mengakibatkan laporan keuangan menjadi bias sehingga
tidak dapat dijadikan sebagai alat untuk mengevaluasi resiko
perusahaan. Semakin tinggi konservatisme, maka nilai buku yang
dilaporkan akan semakin bias. Di lain pihak, terdapat pihak yang
mendukung konsep konservatisme ini, diantaranya adalah Ahmed et
24
al., (2002:867-890) dalam Haniati dan Fitriany (2010:3) yang
menyatakan bahwa konservatisme dapat mengurangi konflik antara
bondholders-shareholders seputar kebijakan dividen. Pembayaran
dividen yang terlalu tinggi menjadi ancaman bagi debtholders karena
akan mengurangi aktiva yang seharusnya tersedia untuk pelunasan
utang. Untuk mengatasi masalah ini, tindakan yang biasa dilakukan
adalah dengan melakukan pembatasan pembagian dividen berdasarkan
perolehan laba perusahaan. Untuk itu dibutuhkan penyajian laba yang
konservatif demi membatasi pembayaran dividen yang terlalu tinggi
serta penyajian aktiva yang konservatif untuk memberikan gambaran
kepada debtholders tentang ketersediaan aktiva untuk pembayaran
hutang.
Watts (2003) dalam Haniati dan Fitriany (2010:3-4) yang juga
merupakan pendukung konsep konservatisme berpendapat bahwa
konservatisme merupakan salah satu karakteristik yang sangat penting
dalam mengurangi biaya agensi dan meningkatkan kualitas laporan
keuangan sehingga pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan
dan harga sahamnya. Para pemegang saham mempunyai harapan agar
manajemen bertindak atas kepentingan mereka. Untuk itu dibutuhkan
pengawasan seperti pemeriksaan laporan keuangan serta pembatasan
keputusan yang dapat diambil manajemen. Biaya yang dikeluarkan
untuk kegiatan pengawasan tersebut disebut sebagai biaya agensi.
25
Peneliti lain yang mendukung konservatisme adalah LaFond dan
Watts (2006) dalam Haniati dan Fitriany (2010:4) yang berpendapat
bahwa laporan keuangan yang mengaplikasikan prinsip konservatisme
dapat mengurangi kemungkinan manajer melakukan manipulasi
laporan keuangan serta mengurangi deadweight loss (biaya agensi)
yang muncul sebagai akibat dari asimetri informasi (kondisi dimana
pihak manajemen memiliki informasi lebih banyak dibandingkan
dengan pihak investor). Asimetri informasi merupakan salah satu
faktor yang dapat menyebabkan manipulasi laporan keuangan.
Manipulasi yang paling sering dilakukan adalah overstate laba. Hal ini
karena laba dapat mencerminkan kinerja operasional perusahaan dan
menjadi perhatian bagi pengguna laporan keuangan dalam menilai
perusahaan. Kinerja perusahaan akan mempengaruhi harga saham,
sehingga menjadi alasan tambahan bagi manajemen melakukan
manipulasi laporan keuangan apabila tidak mampu mencapai apa yang
diinginkan. Kesempatan untuk dapat memilih beberapa metode
akuntansi membuka peluang manajer melakukan manipulasi laporan
keuangan. Oleh karena itu, salah satu cara untuk menghindari
manipulasi laporan keuangan adalah dengan menggunakan prinsip
akuntansi konservatif.
26
4. Mekanisme Corporate Governance
Dalam Kurniawan (2012:20-21) terdapat beberapa definisi mengenai
corporate governance. Diantaranya sebagai berikut:
Menurut OECD (Organisation for Economic Co-operation and
Development) yang menyatakan bahwa:
“Corporate governance relates to the internal means by whichcorporations are operated and controlled. While governments play acentral role and shaping the legal, institutional and regulatoryclimate within which individual corporate governance systems aredeveloped, the main responsibility lies with the private sector”.
Sedangkan Berlin Initiative Code berpendapat bahwa corporate
governance adalah:
“Corporate governance describe the legal and factual regulatoryframework for managing and supervising a company”.
Kemudian menurut Recommendation of Federation of Companies,
Corporate Governance adalah:
“The organization of the administration and management ofcompanies, which is better known under the term “corporategovernance,” has to meet the expectations of the shareholders andthe requirements of the economic process”.
Selanjutnya definisi corporate governance menurut Cadbury Comitte
dalam Jama’an (2008:36) adalah:
“seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegangsaham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah,karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnyayang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengankata lain suatu system yang mengatur dan mengendalikanperusahaan”. Tujuan corporate governance adalah “untukmenciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan(stakeholders)”.
27
Corporate governance merupakan serangkaian mekanisme yang dapat
melindungi pihak-pihak minoritas (outside investors/minority
shareholders) dari ekspropriasi yang dilakukan para manajer dan
pemegang saham pengendali (insider) dengan penekanan pada mekanisme
legal Shleiver dan Vishny (1997) dalam (Wawo, 2010:3). Pendekatan
legal dari corporate governance memiliki arti bahwa mekanisme kunci
dari corporate governance adalah proteksi investor eksternal (outside
investors), baik pemegang saham maupun kreditor, melalui sistem legal
yang dapat diartikan dengan hukum dan pelaksanaannya (Wawo, 2010:3).
Menurut baridwan dalam Jama’an (2008:37) prinsip-prinsip pokok
corporate governance yang perlu diperhatikan untuk terselenggaranya
praktik good corporate governance adalah sebagai berikut:
a. Transparancy
Yaitu mengelola perusahaan secara transparan dengan semua
stakeholders perusahaan baik yang terlibat secara langsung di dalam
perusahaan atau yang tidak terlibat langsung. Di sini para pengelola
perusahaan harus berbuat secara transparan kepada pemegang saham,
jujur apa adanya dalam membuat laporan usaha dan tidak manipulatif.
Keterbukaan informasi dalam proses pengambilan keputusan dan
pengungkapan informasi yang dianggap penting dan relevan.
b. Accountability
Yaitu kejelasan fungsi, struktur, sistem dan pertanggungjawaban
dalam perusahaan, sehingga pengelolaan perusahaan dapat terlaksana
28
secara efektif dan efisien. Manajemen harus membuat job description
yang jelas kepada semua karyawan dan menegaskan fungsi-fungsi
dasar setiap bagian. Dari sini perusahaan akan menjadi jelas hak dan
kewajibannya, fungsi dan tanggung jawabnya serta kewenangannya
dalam setiap kebijakan perusahaan.
c. Responsibility
Yaitu menyadari bahwa ada bagian-bagian perusahaan yang
membawa dampak pada lingkungan dan masyarakat pada umumnya.
Di sini perusahaan harus memperhatikan amdal, keamanan
lingkungan, dan kesesuaian diri dengan norma-norma yang berlaku di
masyarakat setempat. Perusahaan harus apresiatif dan proaktif
terhadap setiap gejolak sosial masyarakat dan setiap yang berkembang
di masyarakat.
d. Independency
Yaitu berjalan tegak dengan bergandengan bersama masyarakat.
Perusahaan harus memiliki otonominya secara penuh sehingga
pengambilan-pengambilan keputusan dilakukan dengan pertimbangan
otoritas yang ada secara penuh. Perusahaan harus berjalan dengan
menguntungkan supaya bisa memelihara keberlangsungan bisnisnya,
namun demikian bukan keuntungan yang tanpa melihat orang lain
yang juga harus untung. Semuanya harus untung dan tidak ada satu
pun yang dirugikan.
29
e. Fairness
Yaitu semacam kesetaraan atau perlakuan yang adil di dalam
memenuhi hak dan kewajibannya terhadap stake holder yang timbul
berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Perusahaan harus membuat sistem yang solid untuk membuat
pekerjaan semuanya seperti yang diharapkan. Dengan pekerjaan yang
fair tersebut diharapkan semua peraturan yang ada ditaati guna
melindungi semua orang yang punya kepentingan terhadap
keberlangsungan bisnis kita.
Mekanisme corporate governance merupakan suatu aturan main,
prosedur dan hubungan yang jelas antara pihak yang mengambil
keputusan dengan pihak yang melakukan kontrol/pengawasan terhadap
keputusan tersebut. Walsh dan Seward (1990) dalam Jama’an (2008:36)
menyatakan bahwa terdapat 2 (dua) mekanisme untuk dapat membantu
menyamakan perbedaan kepentingan antara pemegang saham dan manajer
dalam rangka penerapan GCG, diantaranya mekanisme pengendalian
internal perusahaan dan mekanisme pengendalian eksternal berdasarkan
pasar.
Mekanisme pengendalian internal perusahaan adalah pengendalian
perusahaan yang dilakukan dengan membuat seperangkat aturan yang
mengatur tentang mekanisme bagi hasil, baik yang berupa keuntungan,
return, maupun risiko-risiko yang disetujui oleh prinsipal dan agen. Salah
satu pilihan mekanisme pengendalian internal untuk menyamakan
30
kepentingan pemegang saham dan manajer adalah kontrak insentif jangka
panjang. Kontrak jangka panjang ini dilakukan dengan memberikan
insentif pada manajer apabila nilai perusahaan atau kemakmuran
pemegang saham meningkat, salah satunya dengan cara memberikan
kepemilikan saham kepada manajer. Dengan demikian, manajer akan
termotivasi untuk meningkatkan nilai perusahaan atau meningkatkan
kemakmuran pemegang saham karena hal tersebut juga akan
meningkatkan kekayaan manajer sendiri.
Mekanisme pengendalian eksternal berdasarkan pasar adalah
pengendalian perusahaan yang dilakukan oleh pasar menurut teori pasar
untuk pengendalian perusahaan (market for corporate control), pada saat
diketahui bahwa manajemen berperilaku menguntungkan diri sendiri,
kinerja perusahaan akan menurun yang direfleksikan oleh nilai saham
perusahaan. Pada kondisi tersebut, kelompok manajer lain akan
menggantikan manajer yang sedang memegang jabatan. Dengan demikian
bekerjanya market for corporate control bisa menghambat tindakan
menguntungkan diri manajer sendiri.
Mekanisme pengendalian lain yang secara luas digunakan dan
diharapkan dapat menyelaraskan tujuan prinsipal dan agen adalah
mekanisme melalui pelaporan keuangan. Melalui laporan keuangan yang
merupakan tanggungjawab manajer, pemilik dapat menilai, mengukur
sekaligus dapat mengawasi kinerja manajer untuk mengetahui sejauh mana
manajer telah bertindak untuk meningkatkan kesejahteraan pemilik. Selain
31
itu pemilik dapat memberikan kompensasi kepada manajer berdasarkan
laporan keuangan. Laporan keuangan yang dibuat berdasarkan angka-
angka akuntansi diharapkan berperan besar dalam meminimalkan konflik
antara berbagai pihak yang berkepentingan dalam perusahaan (Arifin,
2005) dalam (Jama’an, 2008).
Dalam hubungannya dengan jenis informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan perusahaan, terdapat dua jenis sifat informasi yang
diungkapkan, diantaranya adalah informasi yang bersifat mandatory
disclosure, yaitu merupakan informasi yang harus diungkapkan dalam
laporan keuangan kerena memang diwajibkan oleh peraturan atau undang-
undang. Kemudian informasi yang bersifat voluntary disclosure, yaitu
merupakan jenis informasi yang secara sukarela diungkapkan di dalam
laporan keuangan yang bertujuan untuk menambah kegunaan informasi
mengenai kekayaan dan hasil operasi suatu perusahaan kepada para
pemakai laporan keuangannya.
Dewan komisaris dan komite audit, sebagai struktur corporate
governance, mempunyai peran yang sangat penting dan strategis dalam
rangka memelihara kredibilitas proses penyusunan laporan keuangan
seperti halnya menjaga terciptanya sistem pengawasan perusahaan yang
memadai serta dilaksanakannya good corporate governance. Berjalannya
fungsi dewan komisaris dan komite audit secara efektif, maka kontrol
terhadap perusahaan akan lebih baik sehingga konflik keagenan yang
terjadi antara pemegang saham mayoritas dan manajemen dengan
32
pemegang saham minoritas dapat diminimalisasi. Oleh karena itu untuk
menghindari penyalahgunaan wewenang antara pihak manajemen dengan
kepentingan pemegang saham, perusahaan menyepakati penerapan good
corporate governance sebagai suatu sistem pengelolaan perusahaan yang
baik untuk mencapai tujuan dan mengawasi kinerja perusahaan
(Sulistiyowati et al., 2010:2-3).
Mekanisme tata kelola perusahaan yang diterapkan oleh perusahaan
haruslah mampu mengurangi asimetri informasi melalui pengungkapan
informasi dalam laporan keuangan dengan benar dan jelas. Sistem
keuangan yang baik akan menghasilkan yaitu: pertama, informasi yang
luas dan murah yang dapat memfasilitasi pemonitoran oleh pemegang
saham secara efektif, dan kedua, memungkinkan bagi dewan komisaris
untuk meningkatkan nilai pemegang saham melalui pemberian saran,
penentuan keputusan-keputusan dan aktivitas-aktivitas manajerial.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pelaporan keuangan merupakan salah
satu kunci dalam mekanisme perusahaan yang berfungsi meningkatkan
akuntabilitas dan nilai perusahaan.
Dalam penelitian ini, elemen-elemen yang terkandung dalam
pengukuran mekanisme tata kelola perusahaan adalah:
a. Kepemilikan Institusional
Jumlah persentase hak suara yang dimiliki oleh institusi atau
perusahaan. Organisasi memiliki kemampuan untuk bertahan apabila
terdapat pemisahan antara pemilik dan pengendalinya. Struktur
33
kepemilikan saham dalam suatu perusahaan dapat terdiri atas
kepemilikan saham yang dimiliki oleh institusi dan kepemilikan
saham oleh manajerial. Institusi sebagai pemilik saham dianggap
lebih mampu dalam mendeteksi kesalahan yang terjadi. Hal ini
dikarenakan investor institusi lebih berpengalaman dibandingkan
dengan investor individual. Dengan demikian akan semakin
membatasi manajemen dalam memainkan angka-angka dalam laporan
keuangan. (Sriwedari, 2009:31).
b. Kepemilikan Manajerial
Jumlah kepemilikan saham oleh pihak manajemen dari seluruh
modal saham yang dikelola. Kepemilikan manajerial merupakan salah
satu isu penting dalam teori keagenan sejak dipublikasikan oleh
Jensen dan Meckling (1976) dalam Sriwedari (2009:32-33), yang
menyatakan bahwa dengan semakin besarnya proporsi kepemilikan
manajerial dalam suatu perusahaan maka manajemen akan berupaya
lebih giat untuk memenuhi kepentingan pemegang saham yang juga
adalah dirinya sendiri. Sedangkan menurut Widarjo et al., (2010:10)
kepemilikan manajerial adalah situasi di mana manajer memiliki
saham perusahaan atau dengan kata lain manajer tersebut sekaligus
pemilik atau pemegang saham perusahaan. Manajer yang memiliki
saham dalam perusahaan akan berusaha meningkatkan kinerja
perusahaan, karena dengan meningkatnya laba perusahaan maka
insentif yang diterima oleh manajer akan meningkat pula. Sebaliknya
34
apabila kepemilikan manajer turun, maka biaya keagenannya akan
meningkat. Hal ini dikarenakan manajer akan melakukan tindakan
yang tidak memberikan banyak manfaat bagi perusahaan, manajer
akan cenderung memanfaatkan sumber-sumber perusahaan untuk
kepentingannya sendiri.
c. Komite Audit
Komite audit merupakan komite yang ditunjuk oleh perusahaan
sebagai penghubung antara dewan direksi dan audit eksternal, internal
auditor serta anggota independen, yang memiliki tugas untuk
memberikan pengawasan auditor, memastikan manajemen melakukan
tindakan korektif yang tepat terhadap hukum dan regulasi (Jati, 2009)
dalam (Suryono dan Prastiwi, 2011:10). Peraturan mengenai komite
audit dikeluarkan oleh Bapepam pada Mei 2000, melalui
SE/03/PM/2000, Keputusan Ketua Bapepam Kep-29/PM/2004,
Peraturan Bapepam-LK No. IX. 1.5, Peraturan Bank Indonesia No.
8/4/PBI/2006, Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara
Nomor : PER-09/MBU/2012. Berdasarkan peraturan ini dijelaskan
bahwa komite audit harus memiliki sekurang-kurangnya 3 (tiga)
orang anggota, seorang diantaranya merupakan komisaris independen
yang sekaligus merangkap sebagai ketua komite audit, sedang
anggota lainnya merupakan pihak ekstern yang independen di mana
sekurang-kurangnya satu diantaranya memiliki kemampuan di bidang
akuntansi dan atau keuangan (Wardhani et al., 2010:5).
35
Tujuan pembentukan komite audit adalah memastikan laporan
keuangan yang dikeluarkan tidak menyesatkan dan sesuai dengan
praktik akuntansi yang berlaku umum, memastikan bahwa internal
kontrol perusahaan memadai, menindaklanjuti dugaan adanya
penyimpangan yang material di bidang keuangan dan implikasi
hukumnya, dan merekomendasikan seleksi auditor eksternalnya
(Jama’an, 2008:47).
d. Komisaris Independen
Di dalam Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
perseroan terbatas komisaris independen adalah anggota dewan
komisaris yang tidak terafiliasi dengan direksi, anggota dewan
komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali serta bebas dari
hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi
kemampuannya untuk bertindak semata-mata demi kepentingan
perusahaan (Task Force Komite Nasional Kebijakan Corporate
Governance). Dewan komisaris adalah pihak yang berperan penting
dalam menyediakan laporan keuangan perusahaan yang reliable.
Proporsi anggota independen dalam dewan komisaris dapat dikatakan
sebagai indikator independensi dewan dari manajemen. Kehadiran
komisaris independen dalam dewan dapat menambah kualitas
aktivitas pengawasan dalam perusahaan, karena mereka tidak
terafiliasi dengan perusahaan sebagai pegawai (Andarini dan Januarti,
2010:8).
36
Beasley (1996) menguji hubungan antara proporsi dewan
komisaris dengan kecurangan pelaporan keuangan. Dengan
membandingkan perusahaan yang melakukan kecurangan dengan
perusahaan yang tidak melakukan kecurangan, mereka menemukan
bahwa perusahaan yang melakukan kecurangan memiliki persentase
dewan komisaris eksternal yang secara signifikan lebih rendah
dibandingkan dengan perusahaan yang tidak melakukan kecurangan.
Komisaris independen merupakan posisi terbaik untuk melaksanakan
fungsi monitoring agar tercipta perusahaan yang good corporate
governance.
5. Kualitas Kantor Akuntan Publik
Kantor Akuntan Publik (KAP), yang dimaksud berkualitas dalam
penelitian ini mengacu pada Keputusan Menteri Keuangan Nomor
423/KMK.06/2002 yang mengatur Jasa Akuntan Publik sebagaimana telah
diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 359/KMK.06/2003
yang mengatur kembali Jasa Akuntan Publik dengan mengganti Keputusan
Menteri Keuangan dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 17 Tahun
2008 tentang Jasa Akuntan Publik pasal 1 dan termaktub pula di dalam
UU Nomor 5 Tahun 2011 tentang akuntan publik. Akuntan Publik adalah
akuntan yang telah memperoleh izin dari Menteri untuk memberikan jasa
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan ini. Sehingga
dalam penelitian ini jumlah patner (sekutu) yang mempunyai izin akuntan
37
dalam badan usaha menjadi ukuran kualitas kantor akuntan publik yang
menjadi sampel penelitian.
6. Ukuran Perusahaan (Firm Size)
Para peneliti masih belum memiliki tolak ukur yang jelas mengenai
ukuran perusahaan. Kim et al., (2003) dalam Jama’an (2008:50) membagi
ukuran perusahaan menjadi 3 yaitu small (kecil), medium (sedang) dan
large (besar) berdasarkan market value perusahaan. Sedangkan Jama’an
(2008:56) melihat ukuran perusahaan dari nilai total asset.
38
B. Penelitian Sebelumnya
Tabel 2.1Penelitian Sebelumnya
Peneliti/JudulPenelitian/Tahun
Variabel dan Metode PenelitianSebelumnya Hasil Penelitan
Persamaan PerbedaanDian Tri Lestari,Dharma Tintri/
“Effect ofCorporate
GovernanceMechanism andQuality AuditReport on The
Integrity ofFinancial State
OwnedEnterprises
(SOEs) Listed inIndonesia Stock
Exchange (IDX)”,2010
1. Menggunakanvariabelindependenmekanismecorporategovernance
2. Menggunakandata sekunder
1. Menambahkanvariabelindependenkualitas KAPdan variabelkontrolLnAsset
2. Menggunakanvariabeldependenintegritaslaporankeuangandenganpengukuran C-skor indekskonservatisme
3. Menggantiperiodepenelitian daritahun 2002-2008 menjaditahun 2009-2011
4. Menggantidata sampelperusahaanpublik dariBUMNmenjadiperusahaanmanufaktur diBEI
1. KepemilikanManajerial tidakmempengaruhi secarasignifikan terhadapIntegritas LaporanKeuangan
2. KepemilikanInstitusional tidakmempengaruhi IntegritasLaporan Keuanganperusahaan BUMN
3. Komisaris Independentidak mempengaruhiIntegritas LaporanKeuangan perusaahaanBUMN
4. Komite Auditmempengaruhi IntegritasLaporan Keuanganperusahaan BUMN
5. Kualitas Audit tidakmempengaruhi terhadapIntegritas LaporanKeuangan perusahaanBUMN
Bersambung pada halaman berikutnya
39
Peneliti/JudulPenelitian/Tahun
Variabel dan Metode PenelitianSebelumnya Hasil Penelitan
Persamaan PerbedaanIndah
Saputri/PengaruhReputasi Auditor,dan Mekanisme
CorporateGovernance
TerhadapIntegritas LaporanKeuangan, 2010
1. Menggunakanvariabelindependenmekanismecorporategovernance
2. Menggunakanvariabeldependenintegritaslaporankeuangandenganpengukuranindekskonservatisme
3. Menggunakandata sekunder
1. Menambahkan variabelindependenkualitas KAPdan variabelkontrolLnAsset
2. Menggantiperiodepenelitian daritahun 2004-2009 menjaditahun 2009-2011
3. Merubahsampelpenelitian dariperusahaanproperti danreal estateyang terdaftardi BEImenjadiperusahaanmanufaktur diyang terdaftarBEI
1. Variabelkepemilikaninstitusional tidakberpengaruh secarasignifikan terhadapintegritas laporankeuangan.Sedangkan reputasiauditor, kepemilikanmanajerial danukuran dewandireksi berpengaruhsignifikan terhadapintegritas laporankeuangan
2. Secara bersama-sama (simultan)reputasi auditor,kepemilikanmanajerial,kepemilikaninstitusional danukuran dewandireksi berpengarihsignifikan terhadapintegritas laporankeuangan
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Bersambung pada halaman berikutnya
40
Peneliti/JudulPenelitian/Tahun
Variabel dan Metode PenelitianSebelumnya Hasil Penelitan
Persamaan PerbedaanPancawati
Hardiningsih“Pengaruh
Independensi,Corporate
Governance, danKualitas Audit
TerhadapIntergritasLaporan
Keuangan”,2010
1. Variabelindependencorporategovernance
2. Menggunakanvariabeldependenintegritaslaporankeuangandenganpengukurankonservatisme
3. Menggunakandata sekunder
1. Menambahkan variabelindependenkualitas KAPdan variabelkontrolLnAsset
2. Menggantiperiodepenelitian daritahun 2005-2008 menjaditahun 2009-2011
3. Merubahsampelpenelitian dariperusahaanmanufakturyang tidakteregulasiyang terdaftardi BEImenjadiperusahaanmanufakturseluruhnya diyang terdaftarBEI
1. Independensiauditor (lamanyahubungan auditeeauditor), keberadaankomite audit,keberadaankomisarisindependen, ukurandewan komisarisdan kualitas audittidak berpengaruhterhadap integritaslaporan keuangan
2. Hanya variabelkepemilikanmanajerial yangberpengaruhsignifikan terhadapkonservatisme(integritas laporankeuangan)
Bersambung pada halaman berikutnya
Tabel 2.1 (Lanjutan)
41
Peneliti/JudulPenelitian/Tahun
Variabel dan Metode PenelitianSebelumnya Hasil Penelitan
Persamaan PerbedaanJama’an/
“PengaruhMekanismeCorporate
Governance, danKualitas KantorAkuntan Publik
TerhadapIntegritas LaporanKeuangan” (2008)
1. Menggunakanvariableindependenmekanismecorporategovernancedan kualitasKAP danvariabelkontrol ukuranperusahaan(firm size)
2. Menggunakanvariabeldependenintegritaslaporankeuangandenganpengukurankonservatisme
3. Menggunakandata sekunder
1. Menggantiperiodepenelitian daritahun 2003-2006 menjaditahun 2009-2011
2. Merubahsampelpenelitian dariseluruhperusahaanyang terdaftardi BEImenjadiperusahaanmanufakturseluruhnyayang terdaftardi BEI
1. (KepemilikanInsttusional,KomisarisIndependen danKomite Audit)menunjukkan hasilyang positifsignifikan
2. Kualitas KAP(SpesialisasiAuditor)menunjukkan hasilyang positifsignifikan
3. Variabel kontrolfirm sizemenunjukkanterdapat pengaruhyang signifikan
4. Selain itu AuditBrand Name danjumlah patner danizin akuntan Hogagal ditolak, atautidak signifikan
Sumber: Data dari berbagai referensi
Tabel 2.1 (Lanjutan)
42
C. Kerangka Pemikiran
Dari uraian di atas, dituangkan dalam kerangka pemikiran sebagai berikut:
Gambar 2.1Skema Kerangka Pemikiran
JudulPengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Kualitas Kantor Akuntan Publik
Terhadap Integritas Laporan Keuangan
Bursa Efek Indonesia (BEI)
Variabel Independen
Variabel Dependen
IntegritasLaporan
Keuangan (Y)
Metode Analisis:Regresi Berganda
Paired Sampel T Test
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan, Implikasi, dan Saran
Perusahaan Sektor Manufaktur di BEI
Kualitas Kantor Akuntan PublikTerdiri dari 1 Dimensi Variabel:
1. Kualitas KAP Badan Usaha(Jumlah Patner IzinAkuntan) (X5)
Mekanisme Corporate GovernanceTerdiri dari 4 dimensi variabel:
1. Kepemilikan Institusional(X1)
2. Kepemilikan Manajerial(X2)
3. Komite Audit (X3)4. Komisaris Independen (X4)
Variabel Kontrol:Firm Size (Ukuran Perusahaan) /
(X6)
43
D. Hipotesis
1. Mekanisme Corporate Governance
Corporate governance digunakan sebagai sistem dan struktur yang
mengatur hubungan antara manajemen dengan pemilik baik mayoritas
maupun minoritas. Penerapan Corporate governance menuntut adanya
perlindungan yang kuat terhadap hak-hak pemegang saham terutama
pemegang saham minoritas.
Pelaksanaan corporate governance diharapkan dapat meningkatkan
kualitas laporan keuangan yang akhirnya dapat meningkatkan daya
informasi akuntansi. Kualitas laporan keuangan dapat diukur dari reaksi
pasar atas pengumuman laporan keuangan (Wawo, 2010:2).
a. Kepemilikan Institusional
Komposisi kepemilikan saham memiliki dampak yang penting
pada sistem kendali perusahaan Adhi (2002) dalam (Rawi, 2010:4).
Namun sebagaimana dalam teori keagenan (Agency theory),
perusahaan yang memisahkan fungsi pengelolaan dengan fungsi
kepemilikan akan rentan terhadap konflik keagenan.
Kepemilikan institusional meningkatkan tindakan pengawasan
perusahaan oleh pihak investor institusional yang dapat mendorong
manajer untuk lebih memfokuskan perhatiannya terhadap kinerja
perusahaan sehingga akan mengurangi perilaku opportunistic atau
mementingkan diri sendiri dan juga dapat membatasi perilaku para
manajer untuk melakukan pengelolaan laba. Hal senada juga
44
diungkapkan oleh Rustiarini (2010:6) yang menyatakan bahwa dalam
proporsi yang besar kepemilikan intitusional dapat mempengaruhi
nilai perusahaan yang diwujudkan dengan terciptanya pengawasan
yang efektif sehingga laporan keuangan yang dibuat memiliki
integritas yang tinggi.
Ha1: Proporsi kepemilikan institusional berpengaruh terhadap
integritas laporan keuangan.
b. Kepemilikan Manajerial
Menurut Widarjo et al., (2010:10) kepemilikan manajerial adalah
situasi di mana manajer memiliki saham perusahaan atau dengan kata
lain manajer tersebut sekaligus pemilik atau pemegang saham
perusahaan. Manajer yang memiliki saham dalam perusahaan akan
berusaha meningkatkan kinerja perusahaan, karena dengan
meningkatnya laba perusahaan maka insentif yang diterima oleh
manajer akan meningkat pula. Sebaliknya apabila kepemilikan
manajer turun, maka biaya keagenannya akan meningkat. Hal ini
dikarenakan manajer akan melakukan tindakan yang tidak
memberikan banyak manfaat bagi perusahaan, manajer akan
cenderung memanfaatkan sumber-sumber perusahaan untuk
kepentingannya sendiri.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Safiq (2010:18)
menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara kepemilikan
45
manajerial dengan konservatisme akuntansi (integritas laporan
keuangan).
Ha2: Proporsi kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap
integritas laporan keuangan.
c. Komite Audit
Menurut Komite Nasional Good Corporate Governance
(KNGCG) (2002) dalam Jama’an (2008:14), Komite audit merupakan
komite yang dibentuk oleh dewan direksi yang bertugas
melaksanakan pengawasan independen atas proses laporan keuangan
dan audit ekstern. Dalam hal pelaporan keuangan, peran dan
tanggungjawab komite audit adalah memonitor dan mengawasi audit
laporan keuangan dan memastikan agar standar dan kebijaksanaan
keuangan yang berlaku terpenuhi, memeriksa ulang laporan keuangan
apakah sudah sesuai dengan standar dan kebijaksanaan tersebut dan
apakah sudah konsisten dengan informasi lain yang diketahui oleh
anggota komite audit, serta menilai mutu pelayanan dan kewajaran
biaya yang diajukan auditor eksternal. Klien (2002:375-400)
memberikan bukti secara empiris bahwa perusahaan yang membentuk
komite audit independen melaporkan laba dengan kandungan akrual
dikrisioner yang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang
tidak membentuk komite audit independen. Hal ini senada dengan Mc
Mullen (1996) dalam Wawo (2010:4) yang menemukan bahwa
46
perusahaan yang tidak ada kecurangan lebih mungkin memiliki
komite audit dibanding yang ada kecurangan.
Ha3: Keberadaan dan jumlah komite audit berpengaruh terhadap
integritas laporan keuangan.
d. Komisaris Independen
Proporsi anggota independen dalam dewan komisaris dikatakan
sebagai indikator independensi dewan. Kehadiran komisaris
independen dapat meningkatkan kualitas pengawasan karena tidak
terafiliasi dengan perusahaan sehingga bebas dalam pengambilan
keputusan. Teori ini sering disebut dengan the monitoring effect
theory Fama dan Jensen (1983) dalam (Maizaroh et al., 2011:7).
Penelitian Beasley (1996) dalam Maizaroh et al., (2011:7-8)
menunjukkan adanya hubungan terbalik antara proporsi komisaris
independen dengan tingkat kecurangan pelaporan keuangan.
Perusahaan dengan proporsi komisaris independen yang tinggi
cenderung lebih memperhatikan risiko perusahaan dibandingkan
proporsi komisaris independen yang rendah O’Sullivan (1997) dalam
(Maizaroh et al., 2011:8).
Ha4: Proporsi komisaris independen berpengaruh terhadap integritas
laporan keuangan.
47
2. Kualitas Kantor Akuntan Publik
Kualitas kantor akuntan publik, didasarkan pada Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 423/KMK.06/2002 yang mengatur Jasa Akuntan Publik
sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
359/KMK.06/2003 yang mengatur kembali Jasa Akuntan Publik dengan
mengganti Keputusan Menteri Keuangan dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor: 17 Tahun 2008 tentang Jasa Akuntan Publik pasal 1.
Akuntan Publik adalah akuntan yang telah memperoleh izin dari Menteri
untuk memberikan jasa sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
Keuangan ini. Sehingga dalam penelitian ini jumlah patner (sekutu) yang
mempunyai izin akuntan dalam badan usaha menjadi ukuran kualitas kantor
akuntan publik yang diduga berpengaruh terhadap integritas laporan
keuangan.
Berdasarkan uraian di atas, hipotesis kualitas KAP badan usaha
(jumlah patner izin akuntan) diharapkan dapat diterima. Dengan demikian,
maka hipotesis yang dikemukakan adalah sebagai berikut:
Ha5: Kualitas kantor akuntan publik, badan usaha (jumlah patner izin
akuntan) berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.
3. Firm Size (Variabel Kontrol)
Para peneliti masih belum memiliki tolak ukur yang jelas mengenai
ukuran perusahaan. Kim et al., (2003) dalam Jama’an (2008:50) membagi
ukuran perusahaan menjadi 3 yaitu small (kecil), medium (sedang) dan large
48
(besar) berdasarkan market value perusahaan. Sedangkan Jama’an
(2008:56) melihat ukuran perusahaan dari nilai total asset.
Seperti yang disarankan oleh Smith dan Watts (1992) dalam Jama’an
(2008:50) bahwa ukuran perusahaan berhubungan positif dengan berbagai
macam tipe corporate governance control seperti debt covenant, kebijakan
dividen dan kompensasi manajemen.
Berdasarkan uraian di atas, hipotesis firm size, diharapkan berpengaruh
dan diterima. Dengan demikian maka hipotesis alternatif yang dikemukakan
adalah sebagai berikut:
Ha6: Ukuran Perusahaan (firm size) berpengaruh terhadap integritas
laporan keuangan.
Ha7: Kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit,
komisaris independen, kualitas kantor akuntan publik badan usaha
(jumlah patner izin akuntan) dan ukuran perusahaan secara bersama-
sama (simultan) berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.
49
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian asosiatif, yaitu penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui hubungan serta pengaruh antara dua variabel atau
lebih. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari sumbernya
melainkan melalui media perantara. Data tersebut dapat berupa laporan
keuangan yang dipublikasikan oleh perusahaan, laporan tahunan perusahaan,
laporan hasil RUPS, dan lain-lain. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan
bukti empiris mengenai pengaruh dari mekanisme corporate governance dan
kualitas kantor akuntan publik sebagai variabel independen terhadap integritas
laporan keuangan sebagai variabel dependen.
Adapun data sekunder dalam penelitian ini adalah laporan keuangan
tahunan dan laporan tahunan perusahaan yang dipublikasikan setiap tahun
pada periode tahun 2009 sampai dengan tahun 2011. Data diperoleh dari
laporan keuangan tahunan perusahaan dan laporan tahunan perusahaan yang
diambil dari situs www.BEI5000.com, kemudian situs Bursa Efek Indonesia
(BEI) yaitu www.idx.co.id, Indonesian Capital Market Directory (ICMD),
Fact Book dan diambil langsung dari Indonesian Capital Market Electronic
Library (ICMEL) yang terdapat di Bursa Efek Indonesia. Dan sebagai data
49
50
tambahan berupa daftar KAP yang diambil dari situs Institut Akuntan Publik
Indonesia (IAPI).
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Populasi dalam penelitian
ini adalah perusahaan manufaktur yang listing di BEI. Dengan periode
pengamatan dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011. Sampel adalah
sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Pemilihan sampel berdasarkan
metode purposive sampling atau judgement sampling yang merupakan tipe
pemilihan sampel yang didasarkan atas pertimbangan pribadi (Nazir, 2011).
Untuk memenuhi pembahasan permasalahan dalam penelitian ini maka
sampel yang dipilih adalah sampel dengan kriteria sebagai berikut:
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI, dengan kriteria terdaftar
sebagai perusahan publik selama periode 1 Januari 2009 sampai 31
Desember 2011.
2. Perusahaan memiliki data yang lengkap terkait dengan variabel yang
digunakan dalam penelitian ini. Yang dimaksud lengkap adalah
perusahaan harus memiliki data sebagai berikut:
a. Laporan keuangan (audited) atau laporan tahunan (apabila laporan
keuangan tidak diperoleh) untuk periode yang berakhir pada tanggal
31 Desember 2009 sampai dengan 31 Desember 2011.
b. Data susunan dewan komisaris dan komite audit.
51
c. Nama akuntan publik yang mengaudit laporan keuangan perusahaan,
tertera dengan jelas pada laporan keuangan yang dipublikasikan di
BEI.
3. Perusahaan yang terdaftar di BEI tidak melakukan transaksi akuisisi dan
merger selama 1 Januari 2009 sampai 31 Desember 2011.
4. Laporan keuangan disajikan dalam mata uang rupiah.
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pengumpulan data sekunder, yaitu data diperoleh dari beberapa literatur yang
berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti, penelusuran data ini diperoleh
dengan cara:
1. Penelusuran secara manual, untuk data dalam bentuk kertas hasil cetakan.
Data yang disajikan dalam bentuk kertas hasil cetakan yang digunakan
dalam penelitian ini antara lain berupa buku dan jurnal ilmiah.
2. Penelusuran dengan menggunakan komputer untuk data berbentuk data
elektronik. Data ini antara lain berupa laporan keuangan yang terdapat di
ICMEL BEI dan yang dipublikasikan di situs BEI yang berupa data
elektronik dari internet.
D. Metode Analisis
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis statistik yang perhitungannya dilakukan dengan menggunakan SPSS
52
versi 16. Analisis ini bertujuan untuk menentukan pengaruh antara variabel
mekanisme corporate governance dan kualitas kantor akuntan publik.
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah metode-metode yang berkaitan dengan
pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan
informasi yang berguna. Statistik deskriptif hanya memberikan informasi
mengenai data yang dipunyai dan sama sekali tidak menarik inferensia atau
kesimpulan apapun tentang gugus induknya yang lebih besar. Contoh
statistik deskriptif yang sering muncul adalah tabel, diagram, grafik, dan
besaran-besaran lain di majalah atau koran. Dengan statistika deskriptif,
kumpulan data yang diperoleh akan tersaji dengan ringkas dan rapih serta
dapat memberikan informasi-informasi inti dari kumpulan data yang ada.
Informasi yang dapat diperoleh dari statistika deskriptif ini adalah ukuran
pemusatan data, ukuran penyebaran data, serta kecendrungan suatu gugus
data.
Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan informasi mengenai
karakteristik variabel penelitian dengan demografi responden. Statistik
deskriptif menjelaskan skala jawaban pada setiap variabel yang diukur dari
minimum, maksimum rata-rata dan standar deviasi, juga untuk mengetahui
demografi responden yang terdiri dari kategori, jenis kelamin, pendidikan,
posisi, dan lama bekerja (Ghozali, 2009:19).
53
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti
diketehui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual
mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik
menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil (Ghozali, 2011:160).
Screening terhadap normalitas data merupakan langkah awal yang
harus dilakukan untuk setiap analisis multivariate, khususnya jika
tujuannya adalah inferensi. Jika terdapat normalitas, maka residual akan
terdistribusi secara normal dan independen. Yaitu perbedaan antara nilai
prediksi dengan skore yang sesungguhnya atau error akan terdistribusi
secara simetri di sekitar nilai means sama dengan nol (Ghozali, 2011: 29-
30).
Cara lain adalah dengan melihat distribusi dari variabel-variabel yang
akan diteliti. Walaupun normalitas suatu variabel tidak selalu diperlukan
dalam analisis akan tetapi hasil uji statistik akan lebih baik jika semua
variabel berdistribusi normal. Jika variabel tidak terdistribusi dengan
normal (menceng ke kiri atau menceng ke kanan) maka hasil uji statistik
akan terdegradasi. Normalitas suatu variabel umumnya dideteksi dengan
grafik atau uji statistik sedangkan normalitas nilai residual dideteksi
dengan metode grafik.
54
Dalam penelitian ini digunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov
yang merupakan salah satu alat pendeteksi normalitas data (Ghozali,
2011:30-32).
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel
independen. Multikolinieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan
lawannya variance inflation factor (VIF). Tolerance mengukur
variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh
variabel independen lainnya. Nilai cut off yang umum dipakai untuk
menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai Tolerance ≤ 0,10 atau
sama dengan nilai VIF ≥ 10 (Ghozali, 2011: 105-106).
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi
korelasi, maka ada dinamakan problem autokorelasi (Ghozali, 2011:110).
Dalam penelitian ini digunakan uji Durbin-Watson (DW test) yang
merupakan salah satu alat pendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi
(Ghozali, 2011:111).
d. Uji Heteroskedastisitas
55
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas, jika berbeda
disebut heteroskedastisitas (Ghozali, 2011:139). Model regresi yang baik
adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.
Dalam penelitian ini digunakan uji statistik Glejser yang merupakan
salah satu alat pendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas (Ghozali,
2011:139-143).
3. Uji Hipotesis
Metode analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah metode
regresi berganda, yaitu regresi yang digunakan untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Adapun
rumus regresi berganda sebagai berikut.
Y = α + βX1 + βX2 + βX3 + βX4 + βX5 + βX6 + e
Dimana:
Y= Integritas Laporan Keuangan
α = Konstanta, harga Y bila X= 0
β= Koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan ataupun
penurunan variabel terikat (Y) yang didasarkan pada variabel bebas
(X)
X1= Kepemilikan Instituisonal
X2= Kepemilikan Manajerial
56
X3= Komite Audit
X4= Komisaris Independen
X5=Kualitas KAP Badan Usaha Jumlah Patner dan Izin Akuntan
X6= Ukuran Perusahaan (Firm Size) sebagai Variabel Kontrol
e = Error
Pengujian hipotesis dilakukan melalui uji koefisien determinan
Adjusted R Square (Adj R2), uji F dan uji t.
a. Uji Adj R2
Koefisien determinasi (Adj R2) pada intinya adalah mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Nilai Adj R2 adalah diantara nol dan satu. Jika nilai Adj R2
berkisar hampir satu, berarti semakin kuat kemampuan variabel
independen dalam menjelaskan variabel dependen dan sebaliknya jika
nilai Adj R2 semakin mendekati angka nol, berarti semakin lemah
kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen
(Ghozali, 2011:97).
b. Uji F
Uji ini pada dasarnya menunujukkan apakah semua variabel
independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh
secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen (Ghozali,
2011:98). Jika nilai signifikansi < 0,05 maka Ha diterima dan
sebaliknya, jika nilai signifikansi > 0,05 maka Ha ditolak.
57
c. Uji t
Uji ini pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen secara individual (parsial) dalam menerangkan
variasi-variabel dependen (Ghozali, 2011:98). Langkah yang digunakan
untuk menguji hipotesis ini adalah dengan menentukan level of
significance-nya. Level of significance yang digunakan adalah sebesar 5
% atau (α) = 0,05. Jika sign. t > 0,05 maka Ha ditolak namun jika sign. t
< 0,05 maka Ha diterima dan berarti terdapat pengaruh yang signifikan
antara variabel independen dengan variabel dependen (Ghozali,
2011:99).
D. Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah integritas laporan
keuangan. Dalam penelitian ini integritas laporan keuangan diukur dengan
menggunakan konservatisme. Alasan untuk menggunakan konservatisme
sebagai proksi integritas laporan keuangan adalah konservatisme identik
dengan laporan keuangan yang understate yang resikonya lebih kecil
daripada laporan keuangan yang overstate sehingga laporan keuangan
yang dihasilkan akan lebih reliabel, memenuhi kriteria karakteristik
kualitatif informasi akuntansi sesuai dengan ketentuan SFAC No. 2
Penman dan Zhang (2002) dalam (Jama’an, 2008:18).
58
Instrumen penelitian menggunakan model indeks conservatism yang
dikemukakan oleh Penman dan Zhang (2002) dan diadopsi oleh Jama’an
(2008:18) yang menjelaskan kualitas laba yang dihasilkan tergantung dari
pertumbuhan investasi perusahaan. Variabel pengukuran integritas laporan
keuangan memiliki rumus sebagai berikut:
C it = (RP resit + DEPR res
it)NOA it
Keterangan:
C it = Indeks conservatism perusahaan i pada tahun t.
RP it = jumlah biaya riset dan pengembangan yang ada dalam laporan
keuangan perusahaan i pada tahun t.
DEPR it = biaya depresiasi yang terdapat dalam laporan keuangan
perusahaan i pada tahun t.
NOA it = net operating assets, yang diukur dengan rumus kewajiban
keuangan bersih (total utang + total saham + total dividen) – (kas + total
investasi ) perusahaan i pada tahun t.
2. Variabel Independen
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
mekanisme corporate governance yang didefinisikan sebagai suatu sistem
yang terdiri dari proses pengelolaan dan proses pengawasan terhadap
pengelolaan (Kurniawan, 2012:22). Variabel ini merupakan variabel yang
59
tidak diukur secara mandiri, tetapi diukur dengan menggunakan empat
dimensi variabel, yaitu:
a. Kepemilikan Institusional (X1)
Diukur dengan persentase jumlah saham yang dimiliki institusi
dari seluruh modal saham yang beredar.
b. Kepemilikan Manajerial (X2)
Diukur dengan persentase kepemilikan saham yang dimiliki
oleh manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan
keputusan perusahaan (komisaris dan direksi) dari seluruh modal
saham perusahaan yang beredar (Saputri, 2010:64).
c. Komite Audit (X3)
Diukur dengan persentase jumlah komite audit yang berasal
dari komisaris independen dari seluruh jumlah komite audit.
d. Komisaris Independen (X4)
Diukur dengan persentase anggota dewan komisaris
independen dari seluruh jumlah komisaris perusahaan.
Variabel independen selanjutnya adalah kualitas Kantor Akuntan
Publik (KAP) yang terbagi dalam:
e. Kualitas KAP Badan Usaha (Jumlah patner izin akuntan) (X5)
Variabel ini menggunakan ukuran KAP proporsi jumlah patner
dalam badan usaha persekutuan paling sedikit 3 (tiga) rekan yang
mempunyai nomor izin akuntan dan atau 75 % dari jumlah patner
60
adalah akuntan publik yang diukur dengan menggunakan variabel
dummy dan diberi nilai 1 jika patner sekutu mempunyai nomer izin
akuntan lebih dari 3 (tiga) orang dan 0 jika jumlah sekutu akuntan
kurang dari 3 (tiga) rekan dan atau kurang dari 75 % jumlah patner
adalah akuntan publik (Jama’an, 2008:55-56).
Variabel independen yang merupakan variabel kontrol selanjutnya
adalah:
f. Ukuran Perusahaan (firm size) (X6)
Variabel ini merupakan variabel kontrol dalam penelitian ini.
Variabel ini peneliti masukkan ke dalam model, karena peneliti
percaya atau menduga bahwa variabel-variabel tersebut juga
berpengaruh terhadap variabel terikat dan variabel bebas. Firm size
diproksi ke dalam LnAsset perusahaan pada tiap akhir tahun
pengamatan. Ukuran perusahaan diwakili dengan nilai logaritma
dari assets. Logaritma natural dari total aset perusahaan dapat
menunjukkan bahwa semakin besar ukuran atau aset perusahaan
berarti semakin besar juga angka ekponesial atau logaritmanya.
61
Tabel 3.1Operasionalisasi Variabel
VARIABEL KONSEP PROKSI SKALAUKUR
Variabel
Dependen (Y):
Integritas
Laporan
Keuangan
(Lestari dan
Tintri, 2010),
(Jama’an,
2008), (Saputri,
2010) dan
(Hardiningsih,
2010)
Integritas laporan
keuangan di proksikan
dengan konservatisme.
Karena konservatisme
sendiri identik dengan
laporan keuangan yang
understate yang
resikonya lebih kecil
dibanding laporan
keuangan yang
overstate. jadi laporan
keuangan yang
memenuhi karakteristik
di atas akan lebih
reliabel.
Konservatisme dengan
rumus:
C it = (RP resit + DEPR res
it)
NOA it
Keterangan:
C it = Indeks
conservatism perusahaan i
pada tahun t.
RP it = jumlah biaya riset
dan pengembangan yang ada
dalam laporan keuangan
perusahaan i pada tahun t.
DEPR it = biaya depresiasi
yang terdapat dalam laporan
keuangan perusahaan i pada
tahun t.
NOA it = net operating
assets, yang diukur dengan
rumus kewajiban keuangan
bersih (total utang + total
saham + total dividen) – (kas
+ total investasi )
perusahaan i pada tahun t.
Rasio
Bersambung pada halaman berikutnya
62
Tabel 3.1 (Lanjutan)
VARIABEL KONSEP PROKSI SKALAUKUR
VariabelIndependen (X)
MekanismeCorporate
GovernanceX1:
KepemilikanInstitusional
X2:KepemilikanManajerialX3: Komite
AuditX4: Komisaris
Independen
(Lestari danTintri, 2010),
(Jama’an,2008), (Saputri,
2010) dan(Hardiningsih,
2010)
Mekanisme Corporate
Governance merupakan
sistem pengelolaan dan
pengawasan dari
pengelolaan yang
dilakukan. Dengan
upaya mewujudkan
Good Corporate
Governance diharapkan
perusahaan akan
memiliki akuntanbilitas
yang baik sehingga
integritas laporan
keuangan yang menjadi
inti krusial dari dunia
akuntansi dapat
terwujud.
1. Proporsi kepemilikan
institusional yang diukur
dengan Persentase saham
yang dimiliki oleh institusi
dari seluruh modal saham
yang beredar.
2. Proporsi kepemilikan
manajemen diukur dengan
Persentase saham yang
dimiliki oleh manajemen
dari seluruh modal saham
yang beredar.
3. Keberadaan dan jumlah
komite audit, diukur dengan
persentase jumlah komite
audit yang berasal dari
komisaris independen dari
seluruh jumlah komite audit.
4. Keberadaan komisaris
independen, yang diukur
dengan persentase anggota
dewan komisaris independen
dari seluruh jumlah
komisaris perusahaan.
Rasio
Rasio
Rasio
Rasio
Bersambung pada halaman berikutnya
63
Tabel 3.1 (Lanjutan)
VARIABEL KONSEP PROKSI SKALAUKUR
Kualitas Kantor
Akuntan Publik:
X5: Kualitas
KAP Badan
Usaha Jumlah
Patner dan Izin
Akuntan
Jama’an (2008)
Kualitas Kantor
Akuntan Publik
diwujudkan dengan
jumlah patner (sekutu)
yang mempunyai izin
akuntan publik
dianggap dapat
mempengaruhi
integritas laporan
keuangan perusahaan.
Kualitas KAP badan usaha,
variabel ini menggunakan
ukuran KAP proporsi jumlah
patner dalam badan usaha
persekutuan paling sedikit 3
(tiga) rekan yang
mempunyai nomor izin
akuntan dan atau 75% dari
jumlah patner adalah
akuntan publik yang diukur
dengan menggunakan
variabel dummy dan diberi
nilai 1 jika patner sekutu
mempunyai nomor izin
akuntan lebih dari 3 (tiga)
orang dan nilai 0. Jika
jumlah sekutu akuntan
kurang dari 3 (tiga) rekan
dan atau kurang dari 75%
jumlah patner adalah
akuntan publik.
Nominal
Bersambung pada halaman berikutnya
64
Tabel 3.1 (Lanjutan)
VARIABEL KONSEP PROKSI SKALAUKUR
Variabel
Independen
Kontrol:
Ukuran
Perusahaan
(Firm Size)
Jama’an (2008)
Variabel kontrol dalam
penelitian ini adalah
variabel yang
dimasukkan ke dalam
model yang peneliti
percaya atau menduga
bahwa variabel-
variabel tersebut juga
berpengaruh terhadap
variabel terikat dan
variabel bebas. Dalam
penelitian ini variabel
kontrol adalah ukuran
perusahaan (FIRM
SIZE) dimasukan
kedalam model untuk
memperoleh bukti-
bukti empiris apakah
variabel tersebut
berinteraksi secara
positif signifikan
terhadap integritas
informasi laporan
keuangan perusahaan.
Firm size diproksi ke dalam
LnAsset perusahaan pada
tiap akhir tahun pengamatan.
Ukuran perusahaan diwakili
dengan nilai logaritma dari
assets. Logaritma atau
eksponen dari total aset
perusahaan dapat
menunjukkan bahwa
semakin besar ukuran atau
aset perusahaan berarti
semakin besar juga angka
ekponensial atau angka
logaritmanya.
Rasio
Data yang diolah 2013
65
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
Penelitian ini mengambil sampel perusahaan yang tergolong dalam
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari
tahun 2009 sampai dengan tahun 2011. Pemilihan perusahaan-perusahaan
publik yang masuk kategori perusahaan manufaktur ini didasarkan pada
pertimbangan akan homogenitas dalam aktivitas produksinya dan kelompok
industri ini yang relatif lebih besar jika dibandingkan dengan kelompok
industri yang lain di BEI. Perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian
ini adalah sebanyak 66 perusahaan manufaktur yang listing di BEI dengan
periode pengamatan selama 3 tahun sehingga diperoleh data observasi
sebanyak 198. Kriteria-kriteria perusahaan yang djadikan sampel dalam
penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 4.1 dibawah ini:
Tabel 4.1Rincian Sampel Penelitian
No Kriteria Jumlah
1Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI dari Tahun 2009sampai dengan 2011
123
2Perusahaan tersebut memiliki data lengkap terkait dengan variabelyang diteliti
94
3Perusahaan melakukan transaksi akuisisi dan merger selama 1 Januari2009 sampai 31 Desember 2011
(20)
4Perusahaan menyajikan laporan keuangan selain dalam bentukRupiah
(8)
5 Perusahaan yang memenuhi kriteria 666 Total sampel penelitian selama 3 periode 198
Sumber: Data sekunder yang diolah 2013
65
66
B. Analisis Hasil dan Pembahasan
1. Statistik Deskriptif
Sebelum melakukan pengujian secara kemaknaan pengaruh variabel
mekanisme corporate governance dan kualitas kantor akuntan publik
terhadap integritas laporan keuangan terlebih dahulu akan ditinjau
mengenai deskripsi variabel penelitian dengan analisis statistik deskriptif.
Statistik deskriptif memberikan gambaran suatu data yang dapat dilihat
dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, nilai maksimum dan minimum.
Selengkapnya mengenai hasil statistik deskriptif penelitian dapat dilihat
pada tabel 4.2 sebagai berikut:
Tabel 4.2Hasil Uji Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std.Deviation
CONINSTMANJKAKIKKAPPIZALNASSETValid N(Listwise)
198198198198198198198198
-2.0085.0000.0000.2500.2000.0000
24.9700
5.5194.9818.7000.5000
1.00001.0000
31.3000
.086634
.688177
.040344
.332882
.411320
.9848482.7505E1
.4776410
.1902788
.1028563
.0330541
.1252263
.12246511.2667957
Sumber: Data sekunder diolah 2013
Tabel 4.2 di atas menunjukkan statistik deskriptif masing-masing
variabel penelitian. Berdasarkan Tabel 4.2, hasil analisis dengan
menggunakan statistik deskriptif terhadap integritas laporan keuangan
(CON) menunjukkan nilai minimum sebesar -2,0085, nilai maksimum
sebesar 5,5194 dengan rata-rata sebesar 0,086634 dan standar deviasi
67
0,4776410. Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif
terhadap kepemilikan institusional (INST) menunjukkan nilai minimum
sebesar 0,0000, nilai maksimum sebesar 0,9818 dengan rata-rata sebesar
0,688177 dan standar deviasi 0,1902788. Hasil analisis dengan
menggunakan statistik deskriptif terhadap kepemilikan manajerial
(MANJ) menunjukkan nilai minimum sebesar 0,0000, nilai maksimum
sebesar 0,7000 dengan rata-rata sebesar 0,040344 dan standar deviasi
0,1252263.
Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap
komite audit (KA) menunjukkan nilai minimum sebesar 0,2500, nilai
maksimum sebesar 0,5000 dengan nilai rata-rata 0,332882 dan standar
deviasi 0,0330541. Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif
terhadap komisaris independen (KI) menunjukkan nilai minimum sebesar
0,2000, nilai maksimum sebesar 1,0000 dengan nilai rata-rata 0,411320
dan standar deviasi 0,0330541.
Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap
kualitas kantor akuntan publik badan usaha jumlah patner dan izin
akuntan (KKAPPIZA) menunjukkan nilai minimum sebesar 0,0000, nilai
maksimum sebesar 1,0000 dengan nilai rata-rata 0,984848 dan standar
deviasi 0,1224651.
Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap
variabel kontrol LNASSET menunjukkan nilai minimum sebesar 24,9700,
68
nilai maksimum sebesar 31,3000 dengan nilai rata-rata 2.7505E1 dan
standar deviasi 1.2667957.
Variabel integritas laporan keuangan, kepemilikan institusional,
kepemilikan manajerial, komite audit, komisaris independen dan LnAsset
menggunakan skala pengukuran rasio. Dari variabel di atas tersebut,
terdapat variabel yang memiliki nilai rata-rata yang lebih besar dari nilai
standar deviasinya, yang menunjukkan bahwa kualitas data dari variabel
tersebut cukup baik, karena nilai rata-rata yang lebih besar dari nilai
standar deviasinya. Variabel tersebut diantaranya adalah kepemilikan
institusional, komite audit, komisaris independen dan LnAsset. Sedangkan
variabel integritas laporan keuangan dan kepemilikan manajemen
memiliki nilai rata-rata yang lebih rendah dari standar deviasinya, yang
menunjukkan bahwa kualitas data dari variabel tersebut kurang baik.
Sedangkan untuk variabel kualitas kantor akuntan publik badan usaha
jumlah patner dan izin akuntan yang menggunakan skala pengukuran
nominal, nilai rata-rata dan standar deviasi tidak tepat digunakan sebagai
alat analisis kualitas data, karena kode angka yang digunakan dalam skala
pengukuran nominal hanya berfungsi sebagai label kategori semata tanpa
nilai instrinsik dan tidak memiliki arti apa-apa (Ghozali, 2011:4).
69
2. Hasil Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik diperlukan agar model regresi menjadi suatu
model yang lebih reperesentatif. Analisis data uji asumsi klasik dalam
penelitian ini antara lain melalui uji normalitas, multikolonieritas,
autokorelasi dan heteroskedastisitas.
a. Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji statistik
Kolmogorov-Smirnov. Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki
distribusi normal. Seperti diketahui uji t dan F mengasumsikan bahwa
nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar,
maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil
(Ghozali, 2011:160).
Screening terhadap normalitas data merupakan langkah awal yang
harus dilakukan untuk setiap analisis multivariate, khususnya jika
tujuannya adalah inferensi. Jika terdapat normalitas, maka residual
akan terdistribusi secara normal dan independen. Yaitu perbedaan
antara nilai prediksi dengan score yang sesungguhnya atau error akan
terdistribusi secara simetri di sekitar nilai means sama dengan nol
(Ghozali, 2011: 29-30). Model regresi yang baik adalah model regresi
yang memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Di
bawah ini adalah hasil dari uji Kolmogorov-Smirnov.
70
Tabel 4.3Hasil Uji Normalitas Data
One Sample Kolmogorov-Smirnov TestUnstandardized
ResidualNNormal Parameters Mean
Std. DeviationMost Extreme Differences Absolute
PositiveNegatif
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
198.0000000
.46504049.290.290
-.2554.081
.000a. Test distribution is Normalb. Calculated from data
Sumber: Data sekunder diolah 2013
Berdasarkan tabel 4.3 hasil uji normalitas data untuk tahun 2009
sampai dengan 2011, dapat dilihat bahwa data dalam penelitian ini
tidak terdistribusi dengan normal dengan Asymp. Sig. (2-tailed) 0,000
atau lebih kecil dari 0,05.
Di bawah ini adalah langkah screening dan perbaikan terhadap
normalitas data yang kemudian dimaksudkan untuk menjadikan data
yang residualnya tidak terdistribusi dengan normal menjadi data yang
residualnya terdistribusi dengan normal. Berikut langkah yang
dilakukan oleh peneliti:
1) Peneliti melakukan screening secara statistik melalui dua
komponen normalitas yaitu skewness dan kurtosis (Ghozali,
2011: 30). Berikut adalah hasil uji statistik deskriptifnya:
71
Tabel 4.4
Hasil Uji Statistik Deskriptif(Skewness dan Kurtosis)
Descriptive Statistics
N Skewness Kurtosis
ZSkewness ZKurtosisStatistic Statistic Std. Error Statistic Std. Error
CON 198 7.195 .173 87.759 .344 41.33213 252.0685
INST 198 -.624 .173 .057 .344 -3.58461 0.16372
MANJ 198 4.476 .173 24.408 .344 25.71266 70.10664
KA 198 2.424 .173 16.326 .344 13.92482 46.89286
KI 198 2.234 .173 6.683 .344 12.83335 19.19546
KKAPPIZA 198 -7.999 .173 62.616 .344 -45.9508 179.8508
LNASSET 198 .368 .173 .242 .344 3.682265 0.695092
Valid N (listwise) 198
Diketahui bahwa data untuk alpha 0,05 nilai kritisnya +
1,96. Dari hasil screening secara statistik di atas, dapat kita
lihat bahwa variabel yang terdistribusi dengan normal
adalah variabel INST dan LNASSET karena zskewness atau
zkurtosisnya mendekati nilai kritis 1,96. Sedangkan variabel
yang lain berada jauh dari titik kritis 1,96 sehingga variabel
tersebut tidak terdistribusi dengan normal.
2) Peneliti melakukan screening normalitas dengan grafik
histogram. Peneliti melakukan hal ini sebagai dasar untuk
melakukan transformasi data untuk memperbaiki normalitas
Sumber: Output SPSS dan data sekunder diolah 2013
72
data yang ada (Ghozali, 2011:34). (Output grafik histogram
akan dilampirkan di bagian belakang).
3) Untuk memperbaiki distribusi variabel CON, maka
dilakukan tindakan transformasi Ln, sehingga menjadi
LNCON, kemudian variabel MANJ dilakukan tindakan
transformasi SQRT, sehingga menjadi SQRTMANJ,
selanjutnya variabel KA dilakukan tindakan transformasi
Ln, sehingga menjadi LNKA, kemudian variabel KI
dilakukan tindakan transformasi SQRT, sehingga menjadi
SQRTKI, dan yang terakhir adalah variabel KKAPPIZA
dilakukan tindakan transformasi SQRT, sehingga menjadi
SQRTKKAPPIZA.
4) Setelah peneliti melakukan transformasi data pada variabel
yang tidak terdistribusi normal, peneliti melakukan langkah
penting yang menjadikan data dalam penelitian ini menjadi
terdistribusi dengan normal. Yaitu peneliti melakukan
pembuangan data outlier atau data yang memiliki
karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari
observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai
ekstrim baik untuk sebuah variabel tunggal atau variabel
kombinasi. Panduan dalam melakukan hal ini terdapat
dalam Ghozali (2011:41) yang sangat membantu peneliti
dalam mendapatkan data yang terdistribusi dengan normal.
73
Setelah peneliti melakukan screening dan langkah perbaikan di
atas, sebanyak 28 sampel data dibuang oleh peneliti. Sehingga jumlah
sampel tidak lagi 198 melainkan 170 sampel data.
Tabel 4.5Hasil Uji Normalitas Data
One Sample Kolmogorov-Smirnov TestUnstandardized
ResidualNNormal Parameters Mean
Std. DeviationMost Extreme Differences Absolute
PositiveNegatif
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
170.0000000
1.20355323.092.088
-.0921.202
.111a. Test distribution is Normalb. Calculated from dataSumber: Data sekunder diolah 2013
Berdasarkan tabel 4.5 hasil uji normalitas data untuk tahun 2009
sampai dengan 2011, dapat dilihat bahwa data dalam penelitian ini telah
terdistribusi dengan normal dengan Asymp. Sig. (2-tailed) 0,111 atau
lebih besar dari 0,05.
b. Hasil Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen
dan model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari
masalah tersebut. Selengkapnya mengenai hasil uji multikolonieritas
dapat dilihat pada tabel 4.6 di bawah ini.
74
Tabel 4.6Hasil Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
INST .741 1.350
SQRTMANJ .696 1.437
LNKA .977 1.023
SQRTKI .909 1.100
SQRTKKAPPIZA .938 1.066
LNASSET .808 1.237
a. Dependent Variable: LNCONSumber: Data sekunder diolah 2013
Dari tabel 4.6 di atas dapat diketahui nilai tolerance masing-
masing variabel di atas 0,1 dan nilai VIF masing-masing variabel juga
di bawah 10 dan mendekati 1. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi multikolonieritas antar variabel independen dalam model
regresi dalam penelitian ini.
c. Hasil Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji Durbin
Watson (D-W). Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah
dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode tertentu dengan periode sebelumnya. Model
regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari masalah
autokorelasi. Selengkapnya mengenai hasil uji autokorelasi penelitian
dapat dilihat pada tabel 4.7 di bawah ini.
75
Tabel 4.7Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .352a .124 .092 1.22550 1.897
a. Predictors: (Constant), LNASSET, SQRTKKAPPIZA, LNKA, INST, SQRTKI, SQRTMANJb. Dependent Variable: LNCON
Sumber: Data sekunder diolah 2013
Dari tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa nilai D-W adalah
sebesar 1,897. Dengan jumlah predictors sebanyak 6 (enam) buah dan
sampel penelitian sebanyak 170 perusahaan (n=170). Berdasarkan
tabel di atas nilai D-W berada pada area tidak ada autokorelasi, di
mana perhitungan yang bersumber dari tabel 13 Durbin-Watson
(Ghozali, 2011:433) adalah sebagai berikut. Syarat dikatakan tidak
ada autokorelasi adalah du < d < 4-du. Diketahui du = 1,831 dan d =
1,897, selanjutnya 4-du adalah 4 – 1,831 = 2,169. apabila
diperhatikan, terlihat bahwa nilai d lebih besar dari nilai du, dan nilai
d lebih kecil dari nilai 4-du. Jadi kesimpulannya bahwa model regresi
dalam penelitian ini tidak terjadi autokorelasi.
d. Hasil Uji Heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
76
homoskedastisitas, jika berbeda disebut heteroskedastisitas (Ghozali,
2011: 139).
Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak
terjadi heteroskedastisitas. Uji yang digunakan adalah uji Glejser. Uji
Glejser dilakukan dengan cara meregresikan antara variabel
independen dengan nilai absolut residualnya. Jika nilai signifikansi
antara variabel independen dengan absolut residual lebih dari 0,05
maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas. Selengkapnya
mengenai hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada tabel 4.8 di
bawah ini:
Tabel 4.8Hasil Uji Heterokedastisitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant) 3.242 2.022 1.603 .111
INST .023 .458 .005 .051 .959
SQRTMANJ -.585 .539 -.101 -1.087 .279
LNKA .208 1.021 .016 .204 .839
SQRTKI -.879 .964 -.074 -.912 .363
SQRTKKAPPIZA -.245 .535 -.037 -.458 .648
LNASSET -.049 .060 -.070 -.817 .415
a. Dependent Variable: ABS_RESSumber: Data sekunder diolah 2013
77
Dari tabel 4.8 dengan jelas menunjukkan bahwa 6 (enam) variabel
independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel
dependen nilai Absolut Residual (ABS_RES).
Variabel independen yang signifikan secara statistik
mempengaruhi variabel dependen nilai Absolut Residual (ABS_RES)
dapat dilihat dari probabilitas signifikansinya di atas tingkat
kepercayaan 5%. Jadi dapat disimpulkan model regresi tidak terjadi
Heteroskedastisitas.
3. Hasil Uji Hipotesis
a. Hasil Adj R2
Pada model regresi berganda penggunaan adjusted R2 (Adj R2),
atau koefisien determinasi yang telah disesuaikan, lebih baik dalam
melihat seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi
variabel dependen bila dibandingkan dengan R2 (koefisien
determinasi). Kelemahan dalam menggunakan nilai R2 adalah karena
adanya bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke
dalam model. Selengkapnya mengenai hasil uji Adj R2 penelitian
dapat dilihat pada tabel 4.9 sebagai berikut:
78
Tabel 4.9Hasil Uji Adj R2
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .352a .124 .092 1.22550 1.897
a. Predictors: (Constant), LNASSET, SQRTKKAPPIZA, LNKA, INST, SQRTKI, SQRTMANJ
b. Dependent Variable: LNCON
Dari tabel 4.9 di atas diketahui bahwa koefisien determinasi yang
disesuaikan (Adjusted R Square) sebesar 0,092 atau sebesar 9,2%. Hal
ini berarti 9,2% dari variabel dependen yaitu integritas laporan
keuangan dapat dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen
(kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit,
komisaris independen, kualitas kantor akuntan publik badan usaha
jumlah patner dan izin akuntan, serta variabel kontrol LNASSET).
Sedangkan sisanya yaitu sebesar 90,8% dijelaskan oleh faktor-faktor
lain yang tidak dimasukkan ke dalam penelitian ini seperti
independensi auditor dan kualitas audit Hardiningsih (2010:61-76),
ukuran dewan direksi dan reputasi auditor Saputri (2010:91), kualitas
kantor akuntan publik audit brand name, kualitas kantor akuntan
publik spesialisasi auditor, ukuran dewan komisaris Jama’an
(2008:32) dan lain-lain.
Dari tabel 4.9 di atas juga diketahui bahwa nilai R adalah 0,352
yang berarti bahwa terjadi hubungan yang tidak kuat antara
kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit,
79
komisaris independen, kualitas kantor akuntan publik badan usaha
jumlah patner dan izin akuntan dan variabel kontrol LNASSET
terhadap integritas laporan keuangan karena memiliki nilai R < 0,5.
b. Hasil Uji F
Uji F bertujuan untuk mengetahui apakah seluruh variabel
independen secara bersama-sama (simultan) memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap variabel dependen. Selengkapnya mengenai hasil
uji F penelitian dapat dilihat di tabel 4.10 di bawah ini:
Tabel 4.10Hasil Uji F
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 34.637 6 5.773 3.844 .001a
Residual 244.803 163 1.502
Total 279.440 169
a. Predictors: (Constant), LNASSET, SQRTKKAPPIZA, LNKA, INST, SQRTKI, SQRTMANJ
b. Dependent Variable: LNCON
Sumber: Data sekunder diolah 2013
Dari tabel 4.10 di atas menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar
3,844 dengan nilai sig. sebesar 0,001. Hal ini menunjukkan bahwa
model regresi dapat digunakan untuk memprediksi integritas laporan
keuangan karena nilai sig. < alpha (α = 5%). Maka hal ini
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh simultan antara variabel
independen dengan variabel dependen dalam penelitian ini.
c. Hasil Uji t
80
Uji t bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh variabel
independen secara individual (parsial), yaitu kepemilikan institusional,
kepemilikan manajerial, komite audit, komisaris independen, kualitas
kantor akuntan publik badan usaha jumlah patner dan izin akuntan dan
LNASSET dalam menerangkan variabel dependen, yaitu integritas
laporan keuangan. Selengkapnya mengenai hasil uji t penelitian dapat
dilihat di tabel 4.11 sebagai berikut:
Tabel 4.11Hasil Uji t
Coefficientsa
Model
UnstandardizedCoefficients
StandardizedCoefficients
t Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant) -14.636 2.784 -5.258 .000
INST 1.161 .630 .157 1.843 .067
SQRTMANJ 1.770 .742 .210 2.387 .018
LNKA -1.743 1.405 -.092 -1.241 .217
SQRTKI -2.246 1.327 -.130 -1.693 .092
SQRTKKAPPIZA .561 .737 .058 .762 .447
LNASSET .342 .083 .335 4.114 .000
a. Dependent Variable: LNCON
Sumber: Data sekunder diolah 2013
Dari tabel 4.11 di atas menunjukkan bahwa koefisien model
regresi memiliki nilai konstanta sebesar -14,636 dengan nilai t hitung
sebesar -5,258 dan nilai sig. sebesar 0,000. Konstanta sebesar -14,636
81
menandakan bahwa jika variabel independen konstan maka rata-rata
integritas laporan keuangan adalah sebesar -14,636.
Kepemilikan institusional (INST) mempunyai t hitung sebesar
1,843 dengan probabilitas signifikansi adalah 0,067. Hal tersebut
menunjukkan bahwa probabilitas signifikansinya di atas 0,05. Hal ini
dapat disimpulkan bahwa (INST) tidak bepengaruh terhadap integritas
laporan keuangan. Hal ini berarti Ha1 ditolak. Hasil penelitian ini tidak
sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Jama’an
(2008:31-32) yang memperoleh hasil bahwa kepemilikan institusional
berpengaruh secara signifikan terhadap integritas laporan keuangan.
Namun, hasil penelitian mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Lestari dan Tintri (2010:14), Saputri (2010:95) dan Hardiningsih
(2010:70) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional tidak
berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Hasil penelitian ini
sejalan dengan pandangan atau konsep yang menyatakan bahwa
institusional adalah pemilik yang lebih memfokuskan pada current
earning (Porter, 1992 dalam Hardiningsih, 2010:70). Akibatnya
manajer terpaksa melakukan tindakan yang dapat meningkatkan laba
jangka pendek, misalnya dengan melakukan manipulasi laba (Saputri,
2010:93). Kepemilikan institusional menjadikan manajer menjadi
terikat dengan sebuah target yang diinginkan oleh investor dalam
mendapatkan laba sehingga manajer apabila terdesak besar
kemungkinan akan melakukan tindakan manipulasi.
82
Hasil ini tidak membuktikan hipotesis yang dikemukakan peneliti
bahwa kepemilikan institusional berpengaruh signifikan dengan
integritas laporan keuangan dikarenakan investor institusional akan
mendorong manajer untuk lebih memfokuskan perhatiannya pada
kinerja perusahaan sehingga akan mengurangi perilaku opportunistic
atau mementingkan diri sendiri serta membatasi perilaku manajemen
seperti melakukan pengelolaan laba.
Kepemilkan manajerial (MANJ) mempunyai t hitung sebesar
2,387 dengan probabilitas signifikansi 0,018. Hal tersebut
menunjukkan bahwa probabilitas signifikansinya di bawah 0,05. Hal
ini dapat disimpulkan bahwa (MANJ) berpengaruh secara signifikan
terhadap integritas laporan keuangan. Hal ini berarti Ha2 diterima.
Hasil dari penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Lestari dan Tintri (2010:14) dan menyimpulkan bahwa
variabel kepemilikan manajemen tidak bepengaruh secara signifikan
terhadap integritas laporan keuangan. Namun hasil penelitian ini
sejalan dan mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Saputri
(2010:89-90) dan Hardiningsih (2010:69-71) yang memperoleh hasil
bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap integritas
laporan keuangan.
Hasil penelitian mengenai pengaruh persentase kepemilikan
saham manajerial ini berpengaruh terhadap integritas laporan
keuangan, sehingga hipotesis yang diajukan peneliti diterima.
83
Kepemilikan saham oleh manajerial terkadang menjadi opsi yang
diberikan dalam pembagian dividen berupa hak untuk memiliki saham
perusahaan kepada manajemen perusahaan. Hal ini memiliki maksud
besar agar pihak manajemen memiliki rasa tanggung jawab dalam
memiliki perusahaan dengan mengelola perusahaan dengan baik untuk
mendapatkan nilai lebih (dividen) dari apa yang telah mereka
investasikan.
Di Indonesia, perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
menurut data yang dikumpulkan peneliti memiliki rata-rata jumlah
kepemilikan manajerial yang kecil. Jumlah persentase yang kecil
memberikan dampak positif bagi integritas laporan keuangan, dan
jumlah persentase yang besar justru memberikan dampak yang negatif
bagi integritas laporan keuangan. Positif dikarenakan, persentase
kepemilikan manajerial dalam jumlah kecil akan menekan manajerial
untuk bertindak tidak opportunistic, self serving dan manipulasi.
Selain itu dampak positif ini dikarenakan juga, kepemilikan yang ada
walaupun kecil menjadikan manajerial merasa bertanggungjawab
dalam mengelola perusahaan untuk memberikan nilai lebih (dividen)
bagi investasinya dalam perusahaan. Dampak negatif justru akan
terjadi apabila jumlah persentase kepemilikan saham oleh manajerial
besar. Karena manajer perusahaan lebih banyak mengetahui informasi
internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang
dibandingkan pemilik. Sehingga manajer diwajibkan memberikan
84
sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik berupa
pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan.
Berdasarkan teori agensi di atas menunjukkan bahwa semakin besar
kepemilikan saham yang dimiliki oleh manajemen ada kecendrungan
akan semakin rendahnya integritas laporan keuangan (Hardiningsih,
2010:70-71).
Keberadaan komite audit (KA) mempunyai t hitung sebesar -
1,241 dengan probabilitas signifikansi sebesar 0,217. Hal ini
menunjukkan bahwa keberadaaan komite audit tidak berpengaruh
terhadap integritas laporan keuangan karena probabilitasnya di atas
0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Ha3 ditolak. Secara intuitif
sebenarnya hasil penelitian ini meragukan mengingat fungsi dari
komite audit yang secara eksplisit seharusnya dapat meningkatkan
integritas laporan keuangan yang disajikan.
Hasil pengujian ini bertentangan dengan Keputusan Ketua
BAPEPAM, Keputusan Menteri BUMN, dan Undang-undang BUMN
yang menyatakan bahwa pembentukan komite audit merupakan suatu
keharusan, dimana komite audit merupakan salah satu komite yang
memiliki peranan penting dalam corporate governance. Hal ini
disebabkan oleh kenyataan bahwa peran komite audit belum efektif
pada rentang waktu penelitian ini. Hasil penelitian ini tidak
mendukung hasil penelitian dari Lestari dan Tintri (2010:14) dan
85
Jama’an (2008:31-32), namun mendukung hasil penelitian
Hardiningsih (2010:69-71).
Keberadaan komisaris independen (KI) mempunyai t hitung
sebesar -1,693 dengan probabilitas signifikansi sebesar 0,092. Hal ini
menunjukkan bahwa keberadaaan komisaris independen tidak
berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan karena
probabilitasnya di atas 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Ha4
ditolak. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian dari
Jama’an (2008:31-32), yang menyatakan bahwa semakin besar
proporsi komisaris independen maka semakin tinggi nilai integritas
laporan keuangan. Dan hasil ini juga tidak mendukung hasil penelitian
dari Beasley (1996) dalam Hardiningsih (2010:69) yang menyatakan
bahwa masuknya dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan
meningkatkan efektifitas dewan tersebut dalam mengawasi manajemen
untuk mencegah terjadinya kecurangan pelaporan keuangan dan lebih
efektif daripada kehadiran komite audit. Kemudian, hasil penelitian ini
mendukung hasil penelitian dari Lestari dan Tintri (2010:14) dan
Hardiningsih (2010:69-71) didukung oleh penelitian Asean
Development Bank yang menyatakan bahwa pemegang saham
mayoritas (pengendali/founders) masih memegang peranan penting
sehingga menjadikan dewan komisaris tidak independen dan fungsi
pengawasan yang seharusnya menjadi tanggung jawab anggota dewan
komisaris menjadi tidak efektif. Sylvia dan Siddharta (2005) dalam
86
Hardiningsih (2010:70) juga menyatakan bahwa keberadaan dan
pengangkatan dewan komisaris independen oleh perusahaan mungkin
saja dilakukan untuk pemenuhan regulasi saja tetapi tidak
dimaksudkan untuk menegakkan Good Corporate Governance (GCG)
di dalam perusahaan.
Kualitas kantor akuntan publik badan usaha izin akuntan
(KKAPPIZA) mempunyai t hitung sebesar 0,762 dengan probabilitas
signifikansi 0,447. Hal tersebut menunjukkan bahwa probabilitas
signifikansinya di atas 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
(KKAPPIZA) tidak berpengaruh terhadap integritas laporan
keuangan. Hal ini berarti Ha5 ditolak. Hasil penelitian ini tidak sejalan
dengan hipotesis yang diajukan penulis yang menduga bahwa kantor
akuntan publik yang memiliki jumlah minimal 3 rekan yang memiliki
izin akuntan dan atau 75% dari jumlah patner adalah akuntan publik
berpengaruh signifikan terhadap integritas laporan keuangan.
Sehingga diduga memiliki kadar yang cukup untuk menjalankan
tugasnya dalam mengaudit laporan keuangan yang berkualitas pada
perusahaan yang menjadi kliennya. Hasil penelitian ini mendukung
hasil penelitian dari Jama’an (2008:31-32) yang memperoleh hasil
yang tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.
Menurut analisa penulis, kualitas kantor akuntan publik badan
usaha izin akuntan (KKAPPIZA) memperoleh hasil yang tidak
signifikan terhadap integritas laporan keuangan karena KAP yang
87
yang memiliki jumlah patner minimal 3 orang yang memiliki izin
akuntan dan atau 75% dari jumlah patner adalah akuntan publik,
sebagai pengukuran kualitas KAP pada penelitian ini tidak menjamin
kualitas dari masing-masing patner dalam tataran praktek dalam
mengaudit. Faktor lain seperti independensi auditor, review berjenjang
di KAP, spesialisasi auditor yang mengaudit dan kemampuan auditor
mendeteksi kesalahan atau kecurangan menjadi bagian yang terpisah
namun sangat penting dalam menjaga integritas laporan keuangan.
Oleh karena itu izin akuntan publik yang dimiliki tidak menjamin
sepenuhnya kualitas audit yang maksimal dapat terpenuhi.
Ukuran perusahaan (LNASSET) mempunyai t hitung sebesar
4,114 dengan probabilitas signifikansi adalah 0,000. Hal tersebut
menunjukkan bahwa probabilitas signifikansinya di bawah 0,05. Hal
ini dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan (LNASSET)
berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Hal ini berarti Ha7
diterima. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian dari Jama’an
(2008:31-32). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Smith dan
Watts (1992) dalam Jama’an (2008:31-32) yang menyarankan bahwa
ukuran perusahaan berhubungan positif dengan berbagai macam tipe
corporate governance control seperti debt covenant, kebijakan
dividen, dan kompensasi manajemen.
88
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dan pengujian yang telah
dilakukan dengan menggunakan model regresi berganda, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap integritas laporan
keuangan.
2. Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap integritas laporan
keuangan.
3. Komite audit tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.
4. Komisaris independen tidak berpengaruh terhadap integritas laporan
keuangan.
5. Kualitas kantor akuntan publik badan usaha (jumlah patner izin akuntan)
tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.
6. Ukuran Perusahaan (Firm Size) berpengaruh terhadap integritas laporan
keuangan.
7. Secara bersama-sama (simultan), kepemilikan institusional, kepemilikan
manajerial, komite audit, komisaris independen, kualitas kantor akuntan
publik badan usaha jumlah patner dan izin akuntan serta variabel kontrol
ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap integritas laporan
88
89
keuangan dengan tingkat signifikansi sebesar 0,001. dimana nilai tersebut
lebih kecil dari 0,05.
B. Implikasi
Peneliti mengharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi
pada pengembangan ilmu akuntansi yang khususnya membahas mengenai
integritas laporan keuangan. Di bawah ini adalah kontribusi dan implikasi
tersebut, yaitu:
1. Pihak pemegang saham harus meningkatkan penerapan Good Corporate
Governance (GCG) dalam perusahaan dengan memaksimalkan instrumen-
instrumen GCG seperti kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial,
komite audit, komisaris independen, sekretaris perusahaan, komite GCG
dan lain-lain, serta menjamin peran dari fungsi-fungsi instrumen di atas
berjalan dengan efektif.
2. Pihak manajemen perusahaan harus bersikap profesional atas segala
tanggung jawabnya walaupun mereka memiliki ataupun tidak memiliki
saham pada perusahaan.
3. Bagi Kantor Akuntan Publik (KAP), harus terus meningkatkan kompetensi
dan kecakapan profesinya seperti mengikuti Pendidikan Profesional
Berkelanjutan (PPL) yang diadakan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia
(IAPI) karena melihat belum sepenuhnya integritas laporan keuangan yang
baik dapat diwujudkan, dan melihat tantangan audit ke depan yang
membutuhkan tenaga akuntan publik yang tidak hanya profesional tetapi
90
juga menjunjung tinggi kode etik profesi akuntan publik yang harus
dijaganya.
4. Pihak kreditor, investor, supplier dapat menganalisis tingkat integritas
laporan keuangan yang dibuat perusahaan, karena jika tingkat integritas
laporan keuangan perusahaan sudah dianalisis maka keputusan dapat
diambil dengan tepat.
C. Saran
1. Untuk penelitian selanjutnya, objek penelitian dapat dirubah menjadi
perusahaan pada jenis yang lain seperti perbankan, properti dan real estate
atau dan lain-lain guna melengkapi khasanah hasil penelitian ilmiah yang
dilakukan terhadap integritas laporan keuangan pada perusahaan pada
jenis yang lainnya atau ditambah menjadi seluruh perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sehingga mendapatkan hasil
penelitian yang lebih baik lagi.
2. Untuk penelitian selanjutnya, indikator penelitian dapat diganti dengan
proxy yang lain ataupun ditambah dengan variabel yang lain seperti
mekanisme ukuran dewan direksi, ukuran dewan komisaris, sekretaris
perusahaan, spesialisasi auditor, kualitas audit, independensi auditor,
ukuran perusahaan dan lain sebagainya.
3. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya menggunakan periode penelitian
yang lebih panjang.
91
4. Bagi perusahaan agar dapat memberikan informasi laporan keuangan yang
disajikan secara benar dan apa adanya.
5. Bagi para investor dan calon investor yang hendak melakukan investasi
sebaiknya berhati-hati dalam memilih perusahaan.
92
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno. “Auditing (Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh AkuntanPublik)”, Salemba Empat, Jakarta, 2012.
Andarini, Putri dan Indira Januarti. “Hubungan Karakteristik Dewan Komisarisdan Perusahaan Terhadap Pengungkapan Risk Management Committee(RMC) Pada Perusahaan Go Public Indonesia”, Simposium NasionalAkuntansi XIII Purwokerto, 2010.
Arens, Alvin A., et al. “Auditing and Assurance Service, An IntegratedApproach”, Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey, 2011.
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19”,Badan Pusat Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2011.
Giri, Efraim Ferdinan. “Pengaruh Tenur Kantor Akuntan Publik (KAP) danReputasi KAP Terhadap Kualitas Audit: Kasus Rotasi Wajib Auditor diIndonesia”, Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto, 2010.
Hardiningsih, Pancawati. “Pengaruh Independensi, Corporate Governance, danKualitas Audit Terhadap Integritas Laporan Keuangan”, KajianAkuntansi, Februari 2010, hal 61-76, 2010.
Haryani, et al. “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Kinerja:Transparansi sebagai Variabel Intervening”, Simposium NasionalAkuntansi XIV Aceh, 2011.
Horngren, Charles T., et al. “Akuntansi”, Edisi ke-6, Jilid 1, Indeks, Jakarta, 2009.
Ikatan Akuntan Indonesia, “Standar Akuntansi Keuangan”, Salemba Empat,Jakarta, 2009.
Indriani, Rini dan Wahiddatul Khoiriyah. “Pengaruh Kualitas PelaporanKeuangan Terhadap Informasi Asimetri”, Simposium Nasional AkuntansiXIII Purwokerto, hal 2, 2010.
Jama’an. “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, dan Kualitas KantorAkuntan Publik Terhadap Integritas Informasi Laporan Keuangan (StudiKasus Perusahaan Publik yang Listing di BEJ) ”, Jurnal Akuntansi danKeuangan, Universitas Diponegoro, Semarang, 2008.
Kurniawan, Wahyu. “Corporate Governance (Dalam Aspek HukumPerusahaan)”, PT. Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, 2012.
93
Lestari, Dian Tri dan Dharma Tintri. “Effect of Corporate GovernanceMechanism and Quality Audit Report on The Integrity of Financial StateOwned Enterprises (SOEs) Listed in Indonesia Stock Exchange (IDX)”,Ungraduate Programe, Faculty of Economics Gunadarma University,Depok, 2010.
Mulyadi, “Auditing”, Salemba Empat, Jakarta, 2011.
Mursalim. “Simultanitas Aktivisme Institusional, Struktur Kepemilikan, KebijakanDeviden dan Utang Dalam Mengurangi Konflik Keagenan (Studi EmpirisPada Perusahaan Go Publik di Indonesia”, Simposium NasionalAkuntansi XII Palembang, 2009.
Nazir, Moh. “Metode Penelitian”, Ghalia Indonesia, Bogor, 2011.
Rahayu, Siti Kurnia dan Ely Suhayati. “Auditing (Konsep Dasar dan PedomanPemeriksaan Akuntan Publik”, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2010.
Rawi dan Munawar Muchlish. “Kepemilikan Manajemen, Kepemilikan Institusi,Leverage, dan Corporate Social Responsibilty”, Simposium NasionalAkuntansi XIII Purwokerto, 2010.
Rustiarini, Ni Wayan. “Pengaruh Corporate Governance Pada HubunganCorporate Social Responsibility dan Nilai Perusahaan”, SimposiumNasional Akuntansi XIII Purwokerto, 2010.
Safiq, Muhamad. “Kepemilikan Manajerial, Konservatisma Akuntansi, dan Costof Debt”, Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto, 2010.
Saputri, Indah. “Pengaruh Reputasi Auditor dan Mekanisme CorporateGovernance Terhadap Integritas Laporan Keuangan”, UniversitasPembangunan Nasional Veteran, Jakarta, 2010.
Sari, Cynthia dan Desi Adhariani. “Konservatisme Perusahaan-Perusahaan diIndonesia dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya”, SimposiumNasional Akuntansi XII Palembang, 2009.
Sriwedari, Tuti. “Mekanisme Good Corporate Governance, Manajemen Laba,dan Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”,Tesis Jurusan Akuntansi Universitas Sumatera Utara, Medan, 2009.
Sulistiyowati, Indah, et al. “Pengaruh Profitabilitas, Leverage, dan GrowthTerhadap Kebijakan Dividen dengan Good Corporate Governancesebagai Variabel Intervening”, Simposium Nasional Akuntansi XIIIPurwokerto, 2010.
94
Suryono, Hari dan Andri Prastiwi. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan danCorporate Governance (CG) Terhadap Praktik PengungkapanSustainability Report (SR) (Studi Pada Perusahaan yang Listed (GoPublik) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2007-2009”, SimposiumNasional Akuntansi XIV Aceh, 2011.
Susiana dan Arleen Herawaty. “Analisis Pengaruh Independensi, MekanismeCorporate Governance, dan Kualitas Audit Terhadap Integritas LaporanKeuangan”, Simposium Nasional Akuntansi X Makassar, 2007.
Wardhani, Ratna dan Herunata Joseph. “Karakteristik Pribadi Komite Audit danPraktik Manajemen Laba”, Simposium Nasional Akuntansi XIIIPurwokerto, 2010.
Wawo, Andi. “Pengaruh Corporate Governance dan Konsentrasi KepemilikanTerhadap Daya Informasi Akuntansi”, Simposium Nasional AkuntansiXIII Purwokerto, 2010.
Widarjo, Wahyu, et al. “Pengaruh Ownership Retention, Investasi Dari Proceeds,dan Reputasi Auditor Terhadap Nilai Perusahaan Dengan KepemilikanManajerial dan Institusional Sebagai Variabel Pemoderasi”, SimposiumNasional Akuntansi XIII Purwokerto, 2010.
Widijanto, Hermadi. “Penganggaran Partisipatif: Efek Pembelajaran TeoriKeagenan dan Penatalayanan Terhadap Kinerja Manajer, dengan Sikapdan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Pemediasi (Suatu PenelitianEkperimental”, Simposium Nasional Akuntansi XII Palembang, 2009.
http://www.idx.co.id
http://www.wikipedia.org
http://www.google.com
http://www.BEI5000.com
97
Lampiran 1
DAFTAR SAMPEL PERUSAHAAN MANUFAKTUR
NO TAHUN NAMA PERUSAHAAN KODE
1 2009 ARWANA CITRAMULIA Tbk. ARNA
2 2009 BETON JAYA MANUNGGAL Tbk. BTON
3 2009 INDAL ALUMINIUM INDUSTRY Tbk. INAI
4 2009 JAKARTA KYOEI STEEL WORKS Tbk. JKSW
5 2009 JAYA PARI STEEL Tbk. JPRS
6 2009 PELANGI INDAH CANINDO Tbk. PICO
7 2009 DUTA PERTIWI NUSANTARA Tbk. DPNS
8 2009 BERLINA Tbk. BRNA
9 2009 TRIAS SENTOSA Tbk. TRST
10 2009 MALINDO FEEDMILL Tbk. MAIN
11 2009 FAJAR SURYA WISESA Tbk. FASW
12 2009 SURABAYA AGUNG INDUSTRY PULP Tbk. SAIP
13 2009 GAJAH TUNGGGAL Tbk. GJTL
14 2009 MULTI PRIMA SEJAHTERA Tbk. LPIN
15 2009 NIPRESS Tbk. NIPS
16 2009 ARGO PANTES Tbk. ARGO
17 2009 POLYCHEM INDONESIA Tbk. ADMG
18 2009 RICY PUTRA GLOBALINDO Tbk. RICY
19 2009 UNITEX Tbk. UNTX
20 2009 SAT NUSAPERSADA Tbk. PTSN
21 2009 BUDI ACID JAYA Tbk. BUDI
22 2009 CHAMPION PASIFIC INDONESIA Tbk. IGAR
23 2009 LION METAL WORKS Tbk. LION
24 2009 LIONMESH PRIMA Tbk. LMSH
25 2009 CAHAYA KALBAR Tbk. CEKA
26 2009 MAYORA INDAH Tbk. MYOR
27 2009 ALUMINDO LIGHT METAL INDUSTRY Tbk. ALMI
28 2009 TEMBAGA MULIA SEMANAN Tbk. TBMS
29 2009 ASIAPLAST INDUSTRIES Tbk. APLI
30 2009 YANAPRIMA HASTAPERSADA Tbk. YPAS
31 2009 SUMALINDO LESTARI JAYA Tbk. SULI
32 2009 KERTAS BASUKI RAHMAT IND Tbk. KBRI
33 2009 SUPARMA Tbk. SPMA
34 2009 ASTRA OTOPARTS Tbk. AUTO
35 2009 INDO KORDSA Tbk. BRAM
36 2009 MULTISTRADA ARAH SARANA Tbk. MASA
98
37 2009 PRIMA ALLOY STEEL Tbk. PRAS
38 2009 SELAMAT SEMPURNA Tbk. SMSM
39 2009 APAC CITRA CENTERTEX Tbk. MYTX
40 2009 EVER SHINE TEXTILE INDUSTRY Tbk. ESTI
41 2009 SEPATU BATA Tbk. BATA
42 2009 KABELINDO MURNI Tbk. KBLM
43 2009 KMI WIRE AND CABLE Tbk. KBLI
44 2009 DELTA JAKARTA Tbk. DLTA
45 2009 SIANTAR TOP Tbk. STTP
46 2009 ULTRA JAYA Tbk. ULTJ
47 2009 GUDANG GARAM Tbk. GGRM
48 2009 HM SAMPOERNA Tbk. HMSP
49 2009 DARYA VARIA LABOLATORIA Tbk. DVLA
50 2009 KALBE FARMA Tbk. KLBF
51 2009 KIMIA FARMA Tbk. KAEF
52 2009 MERCK Tbk. MERK
53 2009 PYRIDAM FARMA Tbk. PYFA
54 2009 TEMPO SCAN PACIFIC Tbk. TSPC
55 2009 MANDOM INDONESIA Tbk. TCID
56 2009 KEDAUNG INDAH CAN Tbk. KICI
57 2009 KEDAWUNG SETIA INDUSTRIAL Tbk. KDSI
58 2009 LANGGENG MAKMUR INDUSTRI Tbk. LMPI
59 2009 ASAHIMAS FLAT GLASS Tbk. AMFG
60 2009 INTIKERAMIK ALAMSARI INDUSTRI Tbk. IKAI
61 2009 ASIA PACIFIC FIBERS Tbk. POLY
62 2009 ERATEX DJAJA Tbk. ERTX
63 2009 JEMBO CABLE COMPANY Tbk. JECC
64 2009 SUCACO Tbk. SCCO
65 2009 VOKSEL ELECTRIC Tbk. VOKS
66 2009 SEKAR LAUT Tbk. SKLT
67 2010 ARWANA CITRAMULIA Tbk. ARNA
68 2010 BETON JAYA MANUNGGAL Tbk. BTON
69 2010 INDAL ALUMINIUM INDUSTRY Tbk. INAI
70 2010 JAKARTA KYOEI STEEL WORKS Tbk. JKSW
71 2010 JAYA PARI STEEL Tbk. JPRS
72 2010 PELANGI INDAH CANINDO Tbk. PICO
73 2010 DUTA PERTIWI NUSANTARA Tbk. DPNS
74 2010 BERLINA Tbk. BRNA
75 2010 TRIAS SENTOSA Tbk. TRST
76 2010 MALINDO FEEDMILL Tbk. MAIN
99
77 2010 FAJAR SURYA WISESA Tbk. FASW
78 2010 SURABAYA AGUNG INDUSTRY PULP Tbk. SAIP
79 2010 GAJAH TUNGGGAL Tbk. GJTL
80 2010 MULTI PRIMA SEJAHTERA Tbk. LPIN
81 2010 NIPRESS Tbk. NIPS
82 2010 ARGO PANTES Tbk. ARGO
83 2010 POLYCHEM INDONESIA Tbk. ADMG
84 2010 RICY PUTRA GLOBALINDO Tbk. RICY
85 2010 UNITEX Tbk. UNTX
86 2010 SAT NUSAPERSADA Tbk. PTSN
87 2010 BUDI ACID JAYA Tbk. BUDI
88 2010 CHAMPION PASIFIC INDONESIA Tbk. IGAR
89 2010 LION METAL WORKS Tbk. LION
90 2010 LIONMESH PRIMA Tbk. LMSH
91 2010 CAHAYA KALBAR Tbk. CEKA
92 2010 MAYORA INDAH Tbk. MYOR
93 2010 ALUMINDO LIGHT METAL INDUSTRY Tbk. ALMI
94 2010 TEMBAGA MULIA SEMANAN Tbk. TBMS
95 2010 ASIAPLAST INDUSTRIES Tbk. APLI
96 2010 YANAPRIMA HASTAPERSADA Tbk. YPAS
97 2010 SUMALINDO LESTARI JAYA Tbk. SULI
98 2010 KERTAS BASUKI RAHMAT IND Tbk. KBRI
99 2010 SUPARMA Tbk. SPMA
100 2010 ASTRA OTOPARTS Tbk. AUTO
101 2010 INDO KORDSA Tbk. BRAM
102 2010 MULTISTRADA ARAH SARANA Tbk. MASA
103 2010 PRIMA ALLOY STEEL Tbk. PRAS
104 2010 SELAMAT SEMPURNA Tbk. SMSM
105 2010 APAC CITRA CENTERTEX Tbk. MYTX
106 2010 EVER SHINE TEXTILE INDUSTRY Tbk. ESTI
107 2010 SEPATU BATA Tbk. BATA
108 2010 KABELINDO MURNI Tbk. KBLM
109 2010 KMI WIRE AND CABLE Tbk. KBLI
110 2010 DELTA JAKARTA Tbk. DLTA
111 2010 SIANTAR TOP Tbk. STTP
112 2010 ULTRA JAYA Tbk. ULTJ
113 2010 GUDANG GARAM Tbk. GGRM
114 2010 HM SAMPOERNA Tbk. HMSP
115 2010 DARYA VARIA LABOLATORIA Tbk. DVLA
116 2010 KALBE FARMA Tbk. KLBF
100
117 2010 KIMIA FARMA Tbk. KAEF
118 2010 MERCK Tbk. MERK
119 2010 PYRIDAM FARMA Tbk. PYFA
120 2010 TEMPO SCAN PACIFIC Tbk. TSPC
121 2010 MANDOM INDONESIA Tbk. TCID
122 2010 KEDAUNG INDAH CAN Tbk. KICI
123 2010 KEDAWUNG SETIA INDUSTRIAL Tbk. KDSI
124 2010 LANGGENG MAKMUR INDUSTRI Tbk. LMPI
125 2010 ASAHIMAS FLAT GLASS Tbk. AMFG
126 2010 INTIKERAMIK ALAMSARI INDUSTRI Tbk. IKAI
127 2010 ASIA PACIFIC FIBERS Tbk. POLY
128 2010 ERATEX DJAJA Tbk. ERTX
129 2010 JEMBO CABLE COMPANY Tbk. JECC
130 2010 SUCACO Tbk. SCCO
131 2010 VOKSEL ELECTRIC Tbk. VOKS
132 2010 SEKAR LAUT Tbk. SKLT
133 2011 ARWANA CITRAMULIA Tbk. ARNA
134 2011 BETON JAYA MANUNGGAL Tbk. BTON
135 2011 INDAL ALUMINIUM INDUSTRY Tbk. INAI
136 2011 JAKARTA KYOEI STEEL WORKS Tbk. JKSW
137 2011 JAYA PARI STEEL Tbk. JPRS
138 2011 PELANGI INDAH CANINDO Tbk. PICO
139 2011 DUTA PERTIWI NUSANTARA Tbk. DPNS
140 2011 BERLINA Tbk. BRNA
141 2011 TRIAS SENTOSA Tbk. TRST
142 2011 MALINDO FEEDMILL Tbk. MAIN
143 2011 FAJAR SURYA WISESA Tbk. FASW
144 2011 SURABAYA AGUNG INDUSTRY PULP Tbk. SAIP
145 2011 GAJAH TUNGGGAL Tbk. GJTL
146 2011 MULTI PRIMA SEJAHTERA Tbk. LPIN
147 2011 NIPRESS Tbk. NIPS
148 2011 ARGO PANTES Tbk. ARGO
149 2011 POLYCHEM INDONESIA Tbk. ADMG
150 2011 RICY PUTRA GLOBALINDO Tbk. RICY
151 2011 UNITEX Tbk. UNTX
152 2011 SAT NUSAPERSADA Tbk. PTSN
153 2011 BUDI ACID JAYA Tbk. BUDI
154 2011 CHAMPION PASIFIC INDONESIA Tbk. IGAR
155 2011 LION METAL WORKS Tbk. LION
156 2011 LIONMESH PRIMA Tbk. LMSH
101
157 2011 CAHAYA KALBAR Tbk. CEKA158 2011 MAYORA INDAH Tbk. MYOR159 2011 ALUMINDO LIGHT METAL INDUSTRY Tbk. ALMI160 2011 TEMBAGA MULIA SEMANAN Tbk. TBMS161 2011 ASIAPLAST INDUSTRIES Tbk. APLI162 2011 YANAPRIMA HASTAPERSADA Tbk. YPAS163 2011 SUMALINDO LESTARI JAYA Tbk. SULI164 2011 KERTAS BASUKI RAHMAT IND Tbk. KBRI165 2011 SUPARMA Tbk. SPMA166 2011 ASTRA OTOPARTS Tbk. AUTO167 2011 INDO KORDSA Tbk. BRAM168 2011 MULTISTRADA ARAH SARANA Tbk. MASA169 2011 PRIMA ALLOY STEEL Tbk. PRAS170 2011 SELAMAT SEMPURNA Tbk. SMSM171 2011 APAC CITRA CENTERTEX Tbk. MYTX172 2011 EVER SHINE TEXTILE INDUSTRY Tbk. ESTI173 2011 SEPATU BATA Tbk. BATA174 2011 KABELINDO MURNI Tbk. KBLM175 2011 KMI WIRE AND CABLE Tbk. KBLI176 2011 DELTA JAKARTA Tbk. DLTA177 2011 SIANTAR TOP Tbk. STTP178 2011 ULTRA JAYA Tbk. ULTJ179 2011 GUDANG GARAM Tbk. GGRM180 2011 HM SAMPOERNA Tbk. HMSP181 2011 DARYA VARIA LABOLATORIA Tbk. DVLA182 2011 KALBE FARMA Tbk. KLBF183 2011 KIMIA FARMA Tbk. KAEF184 2011 MERCK Tbk. MERK185 2011 PYRIDAM FARMA Tbk. PYFA186 2011 TEMPO SCAN PACIFIC Tbk. TSPC187 2011 MANDOM INDONESIA Tbk. TCID188 2011 KEDAUNG INDAH CAN Tbk. KICI189 2011 KEDAWUNG SETIA INDUSTRIAL Tbk. KDSI190 2011 LANGGENG MAKMUR INDUSTRI Tbk. LMPI191 2011 ASAHIMAS FLAT GLASS Tbk. AMFG192 2011 INTIKERAMIK ALAMSARI INDUSTRI Tbk. IKAI193 2011 ASIA PACIFIC FIBERS Tbk. POLY194 2011 ERATEX DJAJA Tbk. ERTX195 2011 JEMBO CABLE COMPANY Tbk. JECC196 2011 SUCACO Tbk. SCCO197 2011 VOKSEL ELECTRIC Tbk. VOKS198 2011 SEKAR LAUT Tbk. SKLT
102
LAMPIRAN 2
TABULASI DATA PENELITIAN
TAHUN 2009
NOKODE
PERUSAHAAN NAMA KAP CON INST MANJ KA KI KKAPPIZA ASSET LN ASSET
1 ARNA Purwantono, Sarwoko & Sandjaja (EY) 0,0776 0,7669 0 0,3333 1 1 822.686.549.168 27,44
2 BTON RSM Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto -0,1218 0 0,0958 0,3333 0,5 1 69.783.877.404 24,97
3 INAI Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan 0,0185 0,6587 0,0003 0,3333 0,2 1 470.415.971.203 26,88
4 JKSW Achmad, Rasyid, Hisbullah & Jerry 0,0002 0,5923 0,0133 0,3333 0,5 1 270.966.547.227 26,33
5 JPRS RSM Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto 0,0384 0,6842 0,1553 0,3333 0,5 1 353.951.009.577 26,59
6 PICO Doli, Bambang, Sudarmadji & Dadang 0,0442 0,9401 0,0008 0,3333 0,3333 1 542.660.240.316 27,02
7 DPNS Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan 0,0245 0,6646 0,0646 0,3333 0,3333 1 142.551.475.929 25,68
8 BRNA Hendrawinata Gani & Hidayat 0,0114 0,5142 0,1051 0,3333 0,25 1 507.226.402.680 26,95
9 TRST Purwantono, Sarwoko & Sandjaja (EY) 0,1003 0,5946 0 0,3333 0,3333 1 1.921.660.087.991 28,28
10 MAIN Anwar & Rekan 0,0525 0,8167 0 0,25 0,3333 1 885.347.531.000 27,51
11 FASW Osman Bing Satrio & Rekan (Deloitte) 0,0459 0,757 0 0,3333 0,3333 1 3.671.234.906.908 28,93
12 SAIP Anwar & Rekan 0,0202 0,8879 0 0,3333 0,25 1 2.413.702.901.350 28,51
13 GJTL Osman Bing Satrio & Rekan (Deloitte) 0,0577 0,6172 0,0008 0,3333 0,4285 1 8.877.146.000.000 29,81
14 LPIN Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan -0,0480 0,2971 0 0,3333 0,3333 1 137.909.659.938 25,65
15 NIPS Kosasih, Nurdiyaman, Tjahjo & Rekan 0,0299 0,3711 0,109 0,3333 0,3333 1 314.477.779.213 26,47
16 ARGO Rama Wendra 0,0437 0,5315 0 0,3333 0,4 1 1.461.055.966.000 28,01
17 ADMG Osman Bing Satrio & Rekan (Deloitte) 0,0503 0,8992 0 0,3333 0,4 1 3.719.872.147.000 28,94
18 RICY Joachim Sulistyo & Rekan 0,0321 0,3494 0 0,3333 0,3333 1 599.719.424.656 27,12
19 UNTX Purwantono, Sarwoko & Sandjaja (EY) 0,0140 0,8738 0,0001 0,3333 0,3333 1 143.664.943.150 25,69
20 PTSN Johan Malonda Mustika & Rekan 0,0763 0,2207 0,7 0,3333 0,3333 1 899.685.312.962 27,53
21 BUDI Johan Malonda Mustika & Rekan 0,0605 0,514 0 0,3333 0,4 1 1.598.824.000.000 28,10
22 IGAR RSM Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto 0,4771 0,6751 0 0,3333 0,3333 1 317.808.701.451 26,48
23 LION Kosasih, Nurdiyaman, Tjahjo & Rekan -0,1918 0,577 0,0023 0,3333 0,3333 1 271.366.371.297 26,33
103
24 LMSH Kosasih, Nurdiyaman, Tjahjo & Rekan 0,0320 0,3222 0,2561 0,3333 0,3333 1 72.830.915.980 25,01
25 CEKA Purwantono, Sarwoko & Sandjaja (EY) 0,0306 0,9201 0 0,3333 0,3333 1 568.603.115.385 27,07
26 MYOR Mulyamin Sensi Suryanto 0,0773 0,3293 0 0,3333 0,3333 1 3.246.498.515.952 28,81
27 ALMI Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan 0,0225 0,8098 0,0159 0,3333 0,4 1 1.481.610.908.727 28,02
28 TBMS Purwantono, Sarwoko & Sandjaja (EY) 0,0180 0,8623 0 0,3333 0,4 1 996.064.870.315 27,63
29 APLI Tanubrata Sutanto & Rekan 0,0547 0,5631 0,1537 0,3333 0,3333 1 302.381.110.626 26,43
30 YPAS Tjahjadi, Pradhono & Teramihardja 0,0446 0,8947 0,0032 0,3333 0,3333 1 191.136.146.962 25,98
31 SULI Purwantono, Sarwoko & Sandjaja (EY) 0,0508 0,5702 0 0,3333 0,4 1 2.009.536.359.513 28,33
32 KBRI Drs. Moch. Zainuddin 0,0026 0,3333 0,0002 0,3333 0,5 0 1.098.500.240.760 27,72
33 SPMA Hadori Sugiarto Adi & Rekan 0,0479 0,853 0 0,3333 0,6 1 1.432.637.490.340 27,99
34 AUTO Haryanto Sahari dan Rekan (PWC) -0,2114 0,9565 0,0004 0,3333 0,3333 1 4.644.939.000.000 29,17
35 BRAM Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 0,1572 0,6582 0,254 0,3333 0,2857 1 1.349.630.935.000 27,93
36 MASA Purwantono, Sarwoko & Sandjaja (EY) 0,0589 0,5 0 0,3333 0,6 1 2.536.045.000.000 28,56
37 PRAS Achmad, Rasyid, Hisbullah & Jerry 0,0455 0,4524 0,0627 0,3333 0,3333 1 420.714.339.156 26,77
38 SMSM Tjahjadi, Pradhono & Teramihardja 0,1090 0,5813 0,0604 0,3333 0,3333 1 941.651.276.002 27,57
39 MYTX Mulyamin Sensi Suryanto 0,0579 0,7972 0,0000001 0,25 0,5 1 1.803.398.349.671 28,22
40 ESTI Purwantono, Sarwoko & Sandjaja (EY) 0,0592 0,7258 0 0,3333 0,5 1 518.857.361.261 26,97
41 BATA Purwantono, Sarwoko & Sandjaja (EY) 0,1281 0,858 0 0,3333 0,4 1 416.679.147.000 26,76
42 KBLM Doli, Bambang, Sudarmadji & Dadang 0,0291 0,8176 0 0,3333 0,5 1 354.780.873.513 26,59
43 KBLI Osman Bing Satrio & Rekan (Deloitte) 0,0140 0,8144 0 0,3333 0,4 1 490.721.608.249 26,92
44 DLTA Osman Bing Satrio & Rekan (Deloitte) 0,1303 0,846 0 0,3333 0,4 1 760.425.630.000 27,36
45 STTP RSM Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto 0,1385 0,5676 0,074 0,3333 0,3333 1 548.720.445.825 27,03
46 ULTJ Koesbandijah, Beddy Samsi & Setiasih 0,0886 0,4682 0,1797 0,3333 0,3333 1 1.732.701.994.634 28,18
47 GGRM Siddharta & Widjaja (KPMG) 0,0794 0,7306 0,008 0,3333 0,8 1 27.230.965.000.000 30,94
48 HMSP Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 0,0513 0,9818 0 0,3333 0,4 1 17.716.447.000.000 30,51
49 DVLA Purwantono, Sarwoko & Sandjaja (EY) 0,0602 0,9266 0 0,3333 0,3333 1 783.613.064.000 27,39
50 KLBF Purwantono, Sarwoko & Sandjaja (EY) 0,7657 0,5674 0 0,3333 0,3333 1 6.482.446.670.172 29,50
51 KAEF Rama Wendra 0,0403 0,9003 0,0027 0,3333 0,6 1 1.565.831.266.274 28,08
52 MERK Siddharta & Widjaja (KPMG) 0,0710 0,74 0 0,3333 0,3333 1 433.970.635.000 26,80
53 PYFA Tanubrata Sutanto & Rekan 0,1373 0,5385 0,2308 0,3333 0,3333 1 99.937.383.195 25,33
104
54 TSPC Tanubrata Sutanto & Rekan -1,1254 0,9511 0 0,3333 0,6666 1 3.263.102.915.008 28,81
55 TCID Osman Bing Satrio & Rekan (Deloitte) 0,4644 0,7923 0,0018 0,3333 0,4 1 994.620.225.969 27,63
56 KICI Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan 0,0111 0,75 0,05 0,3333 0,3333 1 84.276.874.394 25,16
57 KDSI Kosasih, Nurdiyaman, Tjahjo & Rekan 0,0304 0,7481 0 0,5 0,5 1 550.691.466.904 27,03
58 LMPI Hadori Sugiarto Adi & Rekan 0,0358 0,7753 0,0001 0,3333 0,5 1 540.513.720.495 27,02
59 AMFG Siddharta & Widjaja (KPMG) 0,3193 0,8454 0 0,3333 0,4285 1 1.972.397.000.000 28,31
60 IKAI Kosasih, Nurdiyaman, Tjahjo & Rekan 0,0415 0,7428 0,0367 0,3333 0,5 1 764.903.018.446 27,36
61 POLY Hendrawinata Gani & Hidayat 0,0503 0,6623 0 0,3333 0,3333 1 4.569.623.653.917 29,15
62 ERTX Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan 0,0089 0,6068 0 0,3333 0,3333 1 97.775.952.000 25,31
63 JECC Tanubrata Sutanto & Rekan 0,0260 0,9015 0 0,3333 0,6666 1 587.380.790.000 27,10
64 SCCO Doli, Bambang, Sudarmadji & Dadang 0,0275 0,6726 0 0,3333 0,5 1 1.042.755.037.722 27,67
65 VOKS Hendrawinata Gani & Hidayat 0,0210 0,4291 0,0078 0,25 0,5 1 1.237.957.685.071 27,84
66 SKLT Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan 0,0566 0,96 0 0,3333 0,3333 1 196.186.028.659 26,00
105
TABULASI DATA PENELITIAN
TAHUN 2010
NOKODE
PERUSAHAAN NAMA KAP CON INST MANJ KA KI KKAPPIZA ASSET LN ASSET
1 ARNA Purwantono, Suherman & Surja (EY) 0,0961 0,7427 0,0000 0,3333 1,0000 1 873.154.085.922 27,50
2 BTON RSM Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto -0,0639 0,7987 0,0958 0,3333 0,5000 1 89.824.014.717 25,22
3 INAI Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan 0,0200 0,6586 0,0000 0,3333 0,4000 1 389.007.411.195 26,69
4 JKSW Achmad, Rasyid, Hisbullah & Jerry 0,0002 0,5923 0,0133 0,3333 0,5000 1 289.987.562.836 26,39
5 JPRS RSM Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto 0,0595 0,6842 0,1553 0,3333 0,5000 1 411.281.598.196 26,74
6 PICO Doli, Bambang, Sudarmadji & Dadang 0,0286 0,9401 0,0008 0,3333 0,3333 1 570.360.266.065 27,07
7 DPNS Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan 0,0289 0,6809 0,0687 0,3333 0,3333 1 175.682.792.596 25,89
8 BRNA Hendrawinata Gani & Hidayat 0,1064 0,5142 0,1051 0,3333 0,5000 1 550.907.477.000 27,03
9 TRST Purwantono, Suherman & Surja (EY) 0,0963 0,5946 0,0000 0,3333 0,3333 1 2.029.558.232.720 28,34
10 MAIN Anwar & Rekan 0,0495 0,5910 0,0000 0,2500 0,3333 1 966.318.649.000 27,60
11 FASW Osman Bing Satrio & Rekan (Deloitte) 0,0385 0,7574 0,0000 0,3333 0,3333 1 4.495.022.404.702 29,13
12 SAIP Anwar & Rekan 0,0209 0,8879 0,0000 0,3333 0,3333 1 2.211.701.041.860 28,42
13 GJTL Osman Bing Satrio & Rekan (Deloitte) 0,0572 0,5889 0,0008 0,3333 0,3750 1 10.371.567.000.000 29,97
14 LPIN Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan -0,0104 0,2971 0,0000 0,3333 0,3333 1 150.937.167.032 25,74
15 NIPS Muhaemin 0,0413 0,3711 0,1090 0,3333 0,3333 0 337.605.715.524 26,55
16 ARGO Anwar & Rekan 0,0608 0,5464 0,0480 0,3333 0,4000 1 1.428.233.566.000 27,99
17 ADMG Osman Bing Satrio & Rekan (Deloitte) 0,0517 0,8992 0,0000 0,3333 0,4000 1 4.794.199.216.000 29,20
18 RICY Joachim Sulistyo & Rekan 0,0301 0,4804 0,0000 0,3333 0,3333 1 613.323.196.638 27,14
19 UNTX Purwantono, Suherman & Surja (EY) 0,0128 0,8738 0,0001 0,3333 0,2500 1 153.901.724.876 25,76
20 PTSN Johan Malonda Mustika & Rekan 0,0880 0,2207 0,7000 0,3333 0,3333 1 825.566.764.849 27,44
21 BUDI Mulyamin Sensi Suryanto 0,0565 0,5120 0,0000 0,3333 0,4000 1 1.967.633.000.000 28,31
22 IGAR RSM Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto -0,2306 0,8482 0,0000 0,3333 0,3333 1 347.473.064.455 26,57
23 LION Kosasih, Nurdiyaman, Tjahjo & Rekan -0,1249 0,5770 0,0023 0,3333 0,3333 1 303.899.974.798 26,44
24 LMSH Kosasih, Nurdiyaman, Tjahjo & Rekan 0,0441 0,3222 0,2561 0,3333 0,3333 1 78.200.046.845 25,08
25 CEKA Purwantono, Suherman & Surja (EY) 0,0208 0,9201 0,0000 0,3333 0,3333 1 850.469.914.144 27,47
106
26 MYOR Mulyamin Sensi Suryanto 0,0075 0,3293 0,0000 0,3333 0,3333 1 4.399.191.135.535 29,11
27 ALMI Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan 0,0409 0,8383 0,0160 0,3333 0,4000 1 1.504.154.332.712 28,04
28 TBMS Purwantono, Suherman & Surja (EY) 0,0138 0,8623 0,0000 0,3333 0,4000 1 1.239.043.088.831 27,85
29 APLI Tanubrata Sutanto Fahmi & Rekan 0,0744 0,6666 0,1333 0,3333 0,3333 1 334.950.548.997 26,54
30 YPAS Tjahjadi, Pradhono & Teramihardja 0,0489 0,8947 0,0032 0,3333 0,3333 1 200.856.257.619 26,03
31 SULI Purwantono, Suherman & Surja (EY) 0,1233 0,5235 0,0000 0,3333 0,4000 1 1.955.535.689.750 28,30
32 KBRI Hananta Budianto & Rekan 0,0003 0,5900 0,0700 0,3333 0,3333 1 786.163.546.488 27,39
33 SPMA Hadori Sugiarto Adi & Rekan 0,0509 0,8530 0,0000 0,3333 0,6000 1 1.490.033.771.432 28,03
34 AUTO Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) -0,3730 0,9565 0,0007 0,3333 0,3333 1 5.585.852.000.000 29,35
35 BRAM Osman Bing Satrio & Rekan (Deloitte) 0,1252 0,6582 0,2540 0,3333 0,4285 1 1.492.727.607.000 28,03
36 MASA Purwantono, Suherman & Surja (EY) 0,0534 0,4470 0,0000 0,3333 0,5000 1 3.038.412.000.000 28,74
37 PRAS Bismar, Muntalib, dan Yunus 0,0470 0,4524 0,0591 0,3333 0,3333 0 461.968.722.867 26,86
38 SMSM Tjahjadi, Pradhono & Teramihardja 0,1031 0,5813 0,0604 0,3333 0,3333 1 1.067.103.249.531 27,70
39 MYTX Mulyamin Sensi Suryanto 0,0607 0,7972 0,0000 0,5000 0,5000 1 1.882.934.081.017 28,26
40 ESTI Purwantono, Suherman & Surja (EY) 0,0571 0,7258 0,0000 0,3333 0,6666 1 583.252.944.571 27,09
41 BATA Purwantono, Suherman & Surja (EY) 0,0948 0,8400 0,0000 0,3333 0,4000 1 484.252.555.000 26,91
42 KBLM Doli, Bambang, Sudarmadji & Dadang 0,0254 0,7559 0,0640 0,3333 0,5000 1 403.194.715.268 26,72
43 KBLI Osman Bing Satrio & Rekan (Deloitte) 0,0102 0,7172 0,0000 0,3333 0,4000 1 958.737.367.619 27,59
44 DLTA Osman Bing Satrio & Rekan (Deloitte) 1,4824 0,8460 0,0000 0,3333 0,4000 1 708.583.733.000 27,29
45 STTP RSM Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto 0,1182 0,5676 0,0424 0,3333 0,5000 1 649.273.975.548 27,20
46 ULTJ Koesbandijah, Beddy Samsi & Setiasih 0,0968 0,4662 0,1797 0,3333 0,3333 1 2.006.595.762.260 28,33
47 GGRM Siddharta & Widjaja (KPMG) 0,0772 0,7555 0,0080 0,3333 0,7500 1 30.741.679.000.000 31,06
48 HMSP Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 0,0365 0,9818 0,0000 0,3333 0,4000 1 20.525.123.000.000 30,65
49 DVLA Purwantono, Suherman & Surja (EY) 0,0820 0,9266 0,0000 0,3333 0,5000 1 854.109.991.000 27,47
50 KLBF Purwantono, Suherman & Surja (EY) 5,5194 0,5674 0,0000 0,3333 0,3333 1 7.032.496.663.288 29,58
51 KAEF Hendrawinata Gani & Hidayat 0,0400 0,9003 0,0000 0,3333 0,6000 1 1.657.291.834.312 28,14
52 MERK Siddharta & Widjaja (KPMG) 0,1262 0,7400 0,0000 0,3333 0,3333 1 434.768.493.000 26,80
53 PYFA Tanubrata Sutanto Fahmi & Rekan 0,1188 0,5385 0,2308 0,3333 0,3333 1 100.586.999.230 25,33
54 TSPC Tanubrata Sutanto Fahmi & Rekan -2,0085 0,9503 0,0000 0,3333 0,6666 1 3.589.595.911.220 28,91
55 TCID Osman Bing Satrio & Rekan (Deloitte) 0,7476 0,7377 0,0015 0,5000 0,4000 1 1.047.238.440.003 27,68
107
56 KICI Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan 0,0124 0,7500 0,0500 0,3333 0,3333 1 85.942.208.666 25,18
57 KDSI Kosasih, Nurdiyaman, Tjahjo & Rekan 0,0331 0,7481 0,0000 0,5000 0,5000 1 557.724.815.222 27,05
58 LMPI Hadori Sugiarto Adi & Rekan 0,0351 0,7753 0,0001 0,3333 0,5000 1 608.920.103.517 27,13
59 AMFG Siddharta & Widjaja (KPMG) 0,8193 0,8466 0,0000 0,2500 0,3333 1 2.372.657.000.000 28,50
60 IKAI Griselda, Wisnu & Arum 0,0430 0,7874 0,0303 0,3333 0,5000 1 643.787.995.738 27,19
61 POLY Hendrawinata Gani & Hidayat 0,0517 0,6595 0,0000 0,3333 0,3333 1 3.948.489.966.146 29,00
62 ERTX Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan 0,0083 0,6069 0,0000 0,3333 0,3333 1 115.327.584.000 25,47
63 JECC Tanubrata Sutanto Fahmi & Rekan 0,0257 0,9015 0,0000 0,3333 0,3333 1 561.998.694.000 27,05
64 SCCO Doli, Bambang, Sudarmadji & Dadang 0,0259 0,6726 0,0000 0,3333 0,3333 1 1.157.613.045.585 27,78
65 VOKS Hendrawinata Gani & Hidayat 0,0247 0,7060 0,0078 0,2500 0,4000 1 1.126.480.755.028 27,75
66 SKLT Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan 0,0643 0,9609 0,0012 0,3333 0,3333 1 199.375.442.469 26,02
108
TABULASI DATA PENELITIAN
TAHUN 2011
NOKODE
PERUSAHAAN NAMA KAP CON INST MANJ KA KI KKAPPIZA ASSET LN ASSET
1 ARNA Purwantono, Suherman & Surja (EY) 0,1148 0,6927 0,0000 0,2500 1,0000 1 831.507.593.676 27,45
2 BTON RSM Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto -0,0294 0,8154 0,0958 0,3333 0,5000 1 118.715.558.433 25,50
3 INAI Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan 0,0141 0,6586 0,0000 0,3333 0,4000 1 544.282.443.363 27,02
4 JKSW Muhammad Sofwan & Rekan 0,0002 0,5923 0,0133 0,3333 0,5000 1 287.131.908.141 26,38
5 JPRS RSM Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto 0,0372 0,6842 0,1553 0,3333 0,5000 1 437.848.660.950 26,81
6 PICO Achmad, Rasyid, Hisbullah & Jerry 0,0310 0,9401 0,0008 0,3333 0,3333 1 561.840.337.025 27,05
7 DPNS Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan 0,0369 0,6662 0,0571 0,3333 0,3333 1 172.322.620.690 25,87
8 BRNA Hendrawinata Eddy & Siddharta 0,1030 0,6073 0,1051 0,3333 0,5000 1 643.963.801.000 27,19
9 TRST Purwantono, Suherman & Surja (EY) 0,0955 0,5946 0,0000 0,3333 0,3333 1 2.132.449.783.092 28,39
10 MAIN Anwar & Rekan 0,0496 0,5910 0,0000 0,2500 0,3333 1 1.327.801.184.000 27,91
11 FASW Osman Bing Satrio & Rekan (Deloitte) 0,0400 0,8074 0,0000 0,3333 0,3333 1 4.936.093.736.569 29,23
12 SAIP Anwar & Rekan 0,0230 0,9202 0,0000 0,3333 0,3333 1 2.067.405.320.348 28,36
13 GJTL Osman Bing Satrio & Rekan (Deloitte) 0,0572 0,5970 0,0008 0,3333 0,3750 1 11.554.143.000.000 30,08
14 LPIN Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan -0,0078 0,3945 0,0000 0,3333 0,3333 1 157.371.466.252 25,78
15 NIPS Budiman, Wawan, Pamudji & Rekan 0,0316 0,3711 0,1090 0,3333 0,3333 1 446.688.457.381 26,83
16 ARGO Anwar & Rekan 0,0572 0,5464 0,0246 0,3333 0,4000 1 1.452.870.714.000 28,00
17 ADMG Osman Bing Satrio & Rekan (Deloitte) 0,0499 0,7966 0,0000 0,3333 0,4000 1 5.247.203.768.000 29,29
18 RICY Joachim Sulistyo & Rekan 0,0308 0,4804 0,0000 0,3333 0,3333 1 642.094.672.040 27,19
19 UNTX Purwantono, Suherman & Surja (EY) 0,0094 0,8738 0,0002 0,3333 0,2500 1 160.639.854.610 25,80
20 PTSN Johan Malonda Mustika & Rekan 0,0996 0,2207 0,7000 0,3333 0,3333 1 756.919.614.745 27,35
21 BUDI Mulyamin Sensi Suryanto & Lianny 0,0588 0,5104 0,0000 0,3333 0,3333 1 2.123.285.000.000 28,38
22 IGAR RSM Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto 0,3440 0,8482 0,0000 0,3333 0,3333 1 355.579.996.944 26,60
23 LION Kosasih, Nurdiyaman, Tjahjo & Rekan -0,1396 0,5770 0,0023 0,3333 0,3333 1 365.815.749.593 26,63
24 LMSH Kosasih, Nurdiyaman, Tjahjo & Rekan 0,0532 0,3222 0,2561 0,3333 0,3333 1 98.019.132.648 25,31
25 CEKA Purwantono, Suherman & Surja (EY) 0,0295 0,9201 0,0000 0,3333 0,3333 1 823.360.918.368 27,44
109
26 MYOR Mulyamin Sensi Suryanto & Lianny 0,0457 0,3293 0,0000 0,3333 0,4000 1 6.599.845.533.328 29,52
27 ALMI Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan 0,0350 0,8383 0,0160 0,3333 0,4000 1 1.791.523.164.727 28,21
28 TBMS Purwantono, Suherman & Surja (EY) 0,0133 0,8623 0,0005 0,3333 0,4000 1 1.464.965.579.262 28,01
29 APLI Tanubrata Sutanto Fahmi & Rekan 0,1108 0,7999 0,0000 0,3333 0,3333 1 333.352.457.870 26,53
30 YPAS Teramihardja, Pradhono & Chandra 0,0580 0,8947 0,0032 0,3333 0,3333 1 223.509.413.900 26,13
31 SULI Purwantono, Suherman & Surja (EY) 0,0450 0,5280 0,0000 0,3333 0,4000 1 1.695.019.360.412 28,16
32 KBRI Hananta Budianto & Rekan 0,0059 0,5612 0,1020 0,3333 0,3333 1 744.581.030.849 27,34
33 SPMA Hadori Sugiarto Adi & Rekan 0,0533 0,8530 0,0000 0,3333 0,6000 1 1.551.777.407.073 28,07
34 AUTO Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 0,9221 0,9565 0,0007 0,3333 0,4000 1 6.964.227.000.000 29,57
35 BRAM Osman Bing Satrio & Rekan (Deloitte) 0,1193 0,6582 0,2540 0,3333 0,4285 1 1.660.119.065.000 28,14
36 MASA Purwantono, Suherman & Surja (EY) 0,0398 0,6740 0,0000 0,3333 0,4000 1 4.736.349.000.000 29,19
37 PRAS Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan 0,0468 0,4524 0,0591 0,3333 0,3333 1 481.911.700.412 26,90
38 SMSM Teramihardja, Pradhono & Chandra 0,1288 0,5813 0,0604 0,3333 0,3333 1 1.136.857.942.381 27,76
39 MYTX Mulyamin Sensi Suryanto & Lianny 0,0559 0,7972 0,0000 0,2500 0,5000 1 1.848.394.822.216 28,25
40 ESTI Purwantono, Suherman & Surja (EY) 0,0491 0,7258 0,0000 0,3333 0,6666 1 636.930.474.525 27,18
41 BATA Purwantono, Suherman & Surja (EY) 0,1029 0,8770 0,0000 0,3333 0,4000 1 516.649.305.000 26,97
42 KBLM Doli, Bambang, Sudarmadji & Dadang 0,0191 0,7471 0,0641 0,3333 0,3333 1 642.954.768.386 27,19
43 KBLI Osman Bing Satrio & Rekan (Deloitte) 0,0212 0,7172 0,0000 0,3333 0,4000 1 1.083.523.642.816 27,71
44 DLTA Osman Bing Satrio & Rekan (Deloitte) 0,4608 0,8460 0,0000 0,3333 0,4000 1 696.166.676.000 27,27
45 STTP Hadori Sugiarto Adi & Rekan 0,0711 0,5676 0,0424 0,3333 0,5000 1 934.765.927.864 27,56
46 ULTJ Koesbandijah, Beddy Samsi & Setiasih 0,1088 0,4662 0,1797 0,3333 0,3333 1 2.179.181.979.434 28,41
47 GGRM Siddharta & Widjaja 0,0545 0,7555 0,0085 0,3333 0,7500 1 39.088.705.000.000 31,30
48 HMSP Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 0,0353 0,9818 0,0000 0,3333 0,4000 1 19.376.343.000.000 30,60
49 DVLA Purwantono, Suherman & Surja (EY) 0,0979 0,9266 0,0000 0,3333 0,4285 1 928.290.993.000 27,56
50 KLBF Purwantono, Suherman & Surja (EY) 1,2434 0,5663 0,0000 0,3333 0,3333 1 8.274.554.112.840 29,74
51 KAEF Hendrawinata Eddy & Siddharta 0,0433 0,9003 0,0000 0,2500 0,4000 1 1.794.242.423.105 28,22
52 MERK Siddharta & Widjaja (KPMG) -0,2679 0,7400 0,0000 0,3333 0,3333 1 584.388.578.000 27,09
53 PYFA Tanubrata Sutanto Fahmi & Rekan 0,1296 0,5385 0,2308 0,3333 0,3333 1 118.033.602.852 25,49
54 TSPC Tanubrata Sutanto Fahmi & Rekan -1,2774 0,9506 0,0000 0,3333 0,6666 1 4.250.374.395.321 29,08
55 TCID Osman Bing Satrio & Rekan (Deloitte) 0,3738 0,7377 0,0014 0,5000 0,4000 1 1.130.865.062.422 27,75
110
56 KICI Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan 0,0113 0,7502 0,0000 0,3333 0,3333 1 87.419.114.499 25,19
57 KDSI Kosasih, Nurdiyaman, Tjahjo & Rekan 0,0328 0,4913 0,0000 0,3333 0,5000 1 587.566.985.478 27,10
58 LMPI Hadori Sugiarto Adi & Rekan 0,0324 0,7753 0,0001 0,3333 0,5000 1 685.895.619.326 27,25
59 AMFG Siddharta & Widjaja (KPMG) 0,7433 0,8467 0,0000 0,2500 0,3333 1 2.690.595.000.000 28,62
60 IKAI Hadori Sugiarto Adi & Rekan 0,0168 0,7874 0,0303 0,3333 0,5000 1 548.789.990.320 27,03
61 POLY Hendrawinata Eddy & Siddharta 0,0382 0,6557 0,0000 0,3333 0,3333 1 3.683.205.736.554 28,93
62 ERTX Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan 0,0089 0,7634 0,0000 0,3333 0,3333 1 171.870.252.000 25,87
63 JECC Tanubrata Sutanto Fahmi & Rekan 0,0283 0,9015 0,0000 0,3333 0,6666 1 627.037.935.000 27,16
64 SCCO Doli, Bambang, Sudarmadji & Dadang 0,0246 0,6726 0,0000 0,3333 0,3333 1 1.455.620.557.037 28,01
65 VOKS RSM Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto 0,0198 0,4865 0,0000 0,3333 0,4000 1 1.573.039.162.237 28,08
66 SKLT Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan 0,0677 0,9609 0,0012 0,3333 0,3333 1 214.237.879.424 26,09