pengaruh mekanisme corporate governance dan...

136
i PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS KANTOR AKUNTAN PUBLIK TERHADAP INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2009-2011) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Disusun Oleh: Defriandio Rahiim NIM: 107082002049 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/2013 M

Upload: lyxuyen

Post on 02-Mar-2019

242 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE DAN

KUALITAS KANTOR AKUNTAN PUBLIK TERHADAP INTEGRITAS

LAPORAN KEUANGAN

(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia pada Tahun 2009-2011)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun Oleh:

Defriandio RahiimNIM: 107082002049

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1434 H/2013 M

i

ii

iii

iv

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Data Pribadi

Nama : Defriandio Rahiim

Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 8 Desember 1989

Jenis Kelamin : Laki-laki

Nama Ayah : Budi Irianto

Nama Ibu : Ony Maryana

Anak Ke Dari : 1 dari 3 bersaudara

Status : Belum Menikah

Agama : Islam

Alamat : Komplek Pondok Kacang Prima Blok F1 No. 20,

RT/RW 003/08, Jl. Melati. Pondok Aren – Tangerang

Selatan. Banten.

No. Telp : 0898-995-7909 / 0888-0836-6767

E-mail : [email protected]

II. Pendidikan Formal

1994 – 1995 : TK Islam Bustanul Atfal Aisiyah

1995 – 2001 : SD Islam Al-Hasanah

2001 – 2004 : SMP Islam Al-Hasanah

2004 – 2007 : SMAN 1 Pondok Aren / sekarang SMAN 5 Tangsel

2007 – 2013 : S1 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

III. Pengalaman Organisasi

2009 – 2010 : Ketua Forum Halaqah Qur’an Al-Ishlah

2011 – 2013 : Ketua Karang Taruna RW 08 Pondok Aren

vi

IV. Seminar dan Training

1. Training Motivasi “Sukses Kuliah dan Organisasi”, UIN Syarif Hidayatullah

2. Training Tahsin Tilawah bersama Ust. H. Ahmad Muzammil, Al-Hafidz.

vii

THE EFFECTS OF CORPORATE GOVERNANCE MECHANISMS, ANDTHE QUALITY OF PUBLIC ACCOUNTING FIRMS ON THE INTEGRITY

OF FINANCIAL STATEMENTS

ABSTRACT

The purposes of this research was to analyze the effect of corporategovernance mechanisms and the quality of public accounting firms on theintegrity of financial statements. This research used a sample of companies listedon the Indonesia Stock Exchange during the period 2009 to 2011. Number ofmanufacturing firms sampled this research were 66 companies with over 3 yearsof observation. Based on purposive sampling method, the total sample was 198financial statements or annual reports. But the researchers reduced the number ofsamples to discard as many as 28 pieces of data outliers to improve the normalityof the data, so that the end of the research the total sample is 170 financialstatements or annual reports. Testing this hypothesis using multiple regressionanalysis.

The result showed that the manajerial ownership and firm size influencessignificantly on the integrity of financial statements. On the other hand,institutional ownership, audit committee, independent commissioner and qualitypublic accounting firm business entity (number of patners accountant permission)had no significant effect on the integrity of financial statements.

Keywords: Manajerial ownership, firm size, institutional ownership, auditcommittee, independent commissioner, quality public accounting firmbusiness entity (number of patners accountant permission), and theintegrity of financial statements.

viii

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE DANKUALITAS KANTOR AKUNTAN PUBLIK TERHADAP INTEGRITAS

LAPORAN KEUANGAN

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh mekanismecorporate governance dan kualitas kantor akuntan publik terhadap integritaslaporan keuangan. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufakturyang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009 sampai 2011. Jumlahperusahaan manufaktur yang dijadikan sampel penelitian ini adalah 66 perusahaandengan pengamatan selama 3 tahun. Berdasarkan metode purposive sampling,total sampel penelitian adalah 198 laporan keuangan atau laporan tahunan. Namunpeneliti mengurangi jumlah sampel dengan membuang data outlier sebanyak 28buah untuk memperbaiki normalitas data, sehingga total sampel akhir penelitianadalah 170 laporan keuangan atau laporan tahunan. Pengujian hipotesis dalampenelitian ini menggunakan metode analisis regresi berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial dan ukuranperusahaan berpengaruh signifikan terhadap integritas laporan keuangan.Sedangkan kepemilkan institusional, komite audit, komisaris independen dankualitas kantor akuntan publik badan usaha (jumlah patner izin akuntan) tidakberpengaruh signifikan terhadap integritas laporan keuangan.

Kata kunci: Kepemilikan manajerial, ukuran perusahaan, kepemilikaninstitusional, komite audit, komisaris independen, kualitas kantorakuntan publik badan usaha (jumlah patner dan izin akuntan),integritas laporan keuangan

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil’alamin, segala puji dan syukur hanya milik Allah

SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan kasih sayang-Nya kepada kita

semua karena hanya dengan ridho-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Dan Kualitas

Kantor Akuntan Publik Terhadap Integritas Laporan Keuangan (Studi

Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek

Indonesia Pada Tahun 2009-2011)” ini. Shalawat dan salam semoga selalu

tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar kita Muhammad SAW beserta keluarga

dan para sahabatnya

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis juga tidak luput dari berbagai

masalah dan menyadari sepenuhnya bahwa keberhasilan yang diperoleh bukanlah

semata-mata hasil usaha penulis sendiri, melainkan berkat bantuan, dorongan,

bimbingan dan pengarahan yang tidak ternilai harganya dari pihak lain, yakni

ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Bapak dan Ibu yang dengan keringatnya dan tetesan air matanya dalam

mendoakan kebaikan untuk anaknya, serta nasehat dan arahan penuh kasih

sayang dalam keadaan susah dan senang. Beliau berdualah yang menjadi

tali kasih sayang Allah SWT kepada penulis di dunia ini. Yang selalu sabar

membimbing dan memberi semangat anaknya untuk sabar dan semangat

dalam menyelesaikan masalah apapun yang dalam hal ini adalah skripsi.

Semoga Allah SWT membalas jasa tanpa pamrih mu bapak dan ibu ku

tercinta. Semoga Allah SWT memberikan berkah untuk masa depan penulis

dengan diakhirinya skripsi ini T_T.

2. Ridho Rianfo dan Alda Nurarian Dhea adik-adik ku tersayang yang sangat

berharap agar penulis dapat segera lulus dan membangun masa depan yang

lebih baik. Terimakasih atas sindiran dan motivasi yang diberikan. Walau

emosi tapi cukup menendang sekali. Terimakasih adik-adik ku tersayang.

3. Pakde Budi Safari, Pakde Glendy, Pakde Budiman, Pakde Darmanto, Bibi

Asih, Om Didit dan keluarga yang luar biasa mendukung penulis T_T.

x

4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS sebagai dosen pembimbing I yang

memberikan bimbingan mengenai pembahasan hasil penelitian ini. Terima

kasih pak.

5. Ibu Soliyah Wulandari SE, MSi sebagai dosen pembimbing II yang

memberikan banyak masukan dan arahan serta dengan sabar menghadapi

penulis yang cukup lama dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih ya

mba wulan..

6. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Ibu Rahmawati SE, M.M selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi dan Bisnis.

8. Segenap jajaran pengajar atau dosen yang telah memberikan ilmu dan

motivasi bagi penulis yang sangat bermanfaat sebagai bekal menjalani

hidup ke depan.

9. Teman-teman Akuntansi UIN Jakarta segala angkatan. Herdis Setiawan,

Rahayu Suminarni, Ani, Imam, Andry, Lalu, Ahdi, Hendra, Joni, Wildan,

Febri, Saepul Mansyur, Eko, Faisal, Doni dll yang tidak bisa disebutkan

satu persatu.

10. Teman-Teman Ikhwah dan Liqo Salman Al-Farisi, akhi Deni, Danu (Alm),

Aris, Wahyu, Alter, Anggoro, Bang Dedi yang kucintai, Bang Awang,

Bang Malik Mujahid biru, Mas Sofyan, Widi teman dalam iman dll.

11. Larasati, perempuan yang kucintai yang dengan sabar menemani dan

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga selesainya

skripsi ini menjadi pembuka jalan dalam hubungan kami. Terimakasih

ayas.

12. Bos terbaik Bpk. Dongan Butar-Butar SE, MM. Pembuka wawasan penulis

tentang dunia audit, pembuka rezeki Allah, dan tangan yang penuh rasa

kasih sayang dan kedermawanan. Kawanku Resi Abdullah Arfi dan

Frengky Lumbantoruan yang menjadi rekan kerja terbaik dalam hidupku.

Terimakasih kawan, tanpamu apalah diriku.

xi

13. Mba Shella dan Lucia Eka Putri yang sangat perhatian dengan skripsi

penulis ini.

14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada

semua pihak atas bantuan dan amal baik yang telah diberikan kepada penulis

dalam penyusunan skripsi ini sampai dengan selesai. Akhir kata, penulis

mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang

memerlukan.

Tangerang Selatan, 21 Mei 2012

Defriandio Rahiim

xii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ..................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI..................................................... iii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .............................................. iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ v

ABSTRACT ...................................................................................................... vii

ABSTRAK ..................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ...................................................................................... ix

DAFTAR ISI ................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xvi

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xviii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................. 1

B. Perumusan Masalah ................................................................... 11

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 10

A. Landasan Teori .......................................................................... 14

1. Teori Agensi (Agency Theory) ............................................... 14

2. Teori Sinyal (Signaling Theory) ............................................ 16

xiii

3. Integritas Laporan Keuangan...................................................18

a. Pengertian Integritas Laporan Keuangan ..........................18

b. Konservatisme Akuntansi .................................................22

4. Mekanisme Corporate Governance .........................................27

a. Kepemilikan Institusional .................................................32

b. Kepemilikan Manajerial ...................................................33

c. Komite Audit ...................................................................34

d. Komisaris Independen ......................................................35

5. Kualitas Kantor Akuntan Publik..............................................36

6. Ukuran Perusahaan (Firm Size) .............................................. 37

B. Penelitian Sebelumnya.................................................................38

C. Kerangka Pemikiran ....................................................................42

D. Hipotesis......................................................................................43

1. Mekanisme Corporate Governance .........................................43

a. Kepemilikan Institusional .................................................43

b. Kepemilikan Manajerial ...................................................44

c. Komite Audit ...................................................................45

d. Komisaris Independen ......................................................46

2. Kualitas Kantor Akuntan Publik..............................................47

3. Ukuran Perusahaan (Firm Size) .............................................. 47

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................49

A. Ruang Lingkup Penelitian ...........................................................49

B. Metode Penentuan Sampel ..........................................................50

xiv

C. Metode Pengumpulan Data ........................................................ 51

D. Metode Analisis Data ................................................................. 51

1. Statistik Deskriptif ................................................................ 52

2. Uji Dasar Asumsi Klasik ....................................................... 53

a. Uji Normalitas Data ........................................................ 53

b. Uji Multikolonieritas ...................................................... 54

c. Uji Autokorelasi ............................................................. 54

d. Uji Heteroskedastisitas ................................................... 54

3. Uji Hipotesis ........................................................................ 55

a. Uji Adi R2 ....................................................................... 56

b. Uji F ............................................................................... 56

c. Uji t ................................................................................ 57

E. Operasional Variabel ................................................................. 57

1. Variabel Dependen ................................................................ 57

2. Variabel Independen ...............................................................58

a. Kepemilikan Institusional ................................................59

b. Kepemilikan Manajerial ..................................................59

c. Komite Audit ...................................................................59

d. Komisaris Independen ......................................................59

e. Kualitas Kantor Akuntan Publik Badan Usaha Jumlah

Patner dan Izin Akuntan ....................................................59

f. Ukuran Perusahaan (Firm Size) ....................................... 60

xv

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 65

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ................................ 65

B. Analisis Hasil dan Pembahasan .................................................. 66

1. Statistik Deskriptif ................................................................ 66

2. Hasil Uji Asumsi Klasik ........................................................ 69

a. Hasil Uji Normalitas ....................................................... 69

b. Hasil Uji Multikolonieritas ............................................. 73

c. Hasil Uji Autokorelasi .................................................... 74

d. Hasil Uji Heterokedastisitas ............................................ 75

3. Hasil Uji Hipotesis ................................................................ 77

a. Hasil Adj R2 ................................................................... 77

b. Hasil Uji F ...................................................................... 79

c. Hasil Uji t ....................................................................... 79

BAB V PENUTUP........................................................................................ 88

A. Kesimpulan ................................................................................ 88

B. Implikasi .................................................................................... 89

C. Saran …...................................................................................... 91

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 92

LAMPIRAN .................................................................................................... 95

xvi

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Penelitian sebelumnya 38

3.1 Operasional variabel 61

4.1 Rincian sampel penelitian 65

4.2 Hasil uji statistik deskriptif 66

4.3 Hasil uji normalitas 70

4.4 Hasil uji statistik deskriptif (skewness dan kurtosis) 71

4.5 Hasil uji normalitas (Data Baru) 73

4.6 Hasil uji multikolonieritas 74

4.7 Hasil uji autokorelasi 75

4.8 Hasil uji heteroskedastisitas 76

4.9 Hasil Uji Adjusted R Square 78

4.10 Hasil uji F 79

4.11 Hasil uji t 80

xvii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Kerangka pemikiran 42

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman

1 Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur 97

2 Daftar Tabulasi Data Penelitian 102

3 Grafik Histogram 112

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Setiap perusahaan menyajikan laporan keuangan sebagai bentuk

pertanggungjawaban kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Di dalam

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) tahun 2009 dijelaskan

bahwa tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang

menyangkut posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang

bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan

keputusan ekonomi. Informasi dalam laporan keuangan hendaknya

menyajikan informasi yang benar, jujur, dan dapat dipertanggungjawabkan

kepada stakeholder dan shareholder. Dengan demikian, laporan keuangan

dituntut untuk disajikan dengan integritas yang tinggi.

Financial Accounting Standard Board (FASB) dalam Statement of

Financial Accounting Concept No. 2 (SFAC No. 2) mendefinisikan informasi

akuntansi sebagai informasi yang disediakan melalui pelaporan keuangan dan

berbagai penjelasan yang digunakan sebagai laporan. Informasi akuntansi

merupakan informasi keuangan yang digunakan oleh pihak eksternal

perusahaan sebagai pemegang saham, investor, kreditor, lembaga keuangan,

pemerintah, masyarakat umum, dan pihak-pihak lainnya untuk menentukan

kepentingan mereka terhadap perusahaan.

1

2

Dalam mewujudkan integritas informasi laporan keuangan, di dalam

PSAK tahun 2009 ditetapkanlah karakteristik kualitatif yang harus dimiliki

laporan keuangan agar dapat digunakan dalam proses pengambilan keputusan.

Karakteristik kualitatif yang harus dimiliki laporan keuangan adalah dapat

dipahami, relevan, keandalan, dan dapat diperbandingkan. Sedangkan menurut

Hanafi dan Halim (2003) dalam Indriani dan Khoiriyah (2010:2-3),

karakteristik kualitatif yang harus dimiliki laporan keuangan adalah

bermanfaat untuk pengambilan keputusan, relevan (mempunyai nilai prediksi,

nilai umpan balik, dan tepat waktu), reliabel (bisa didiversifikasi, netral, dan

representatif), bisa diperbandingkan (termasuk konsistensi), manfaat lebih

besar dibandingkan biaya.

Di dalam PSAK tahun 2009 dijelaskan bahwa informasi akuntansi yang

mudah dipahami akan memberikan kemudahannya segera kepada pengguna,

sedangkan informasi akuntansi dikatakan relevan apabila dapat mempengaruhi

keputusan ekonomi pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi

peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa depan, menegaskan, atau

mengoreksi, hasil evaluasi pengguna di masa yang lalu. Kemudian informasi

itu adalah andal (reliable) jika bebas dari pengertian yang menyesatkan,

kesalahan material, dan dapat diandalkan penggunanya sebagai penyajian

yang tulus atau jujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan

atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. Sedangkan karakteristik

kualitatif dapat diperbandingkan adalah bahwa pengguna harus mendapat

informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan

3

laporan keuangan dan perubahan kebijakan serta pengaruh perubahan tersebut.

Para pengguna harus memperoleh kemampuan untuk mengidentifikasi

perbedaan kebijakan akuntansi yang diberlakukan untuk transaksi serta

peristiwa lain yang sama dalam sebuah perusahaan dari satu periode ke

periode dan dalam perusahaan yang berbeda. Ketaatan pada standar akuntansi

keuangan, termasuk pengungkapan kebijakan akuntansi yang digunakan oleh

perusahaan, membantu pencapaian daya banding.

Integritas adalah jujur dan apa adanya. Laporan keuangan yang memiliki

integritas adalah laporan keuangan yang menampilkan kondisi suatu

perusahaan yang sebenarnya, tanpa ada yang ditutup-tutupi atau disembuyikan

(Hardiningsih, 2010:65). Sedangkan menurut Statement of Financial

Accounting Concepts (SFAC No. 2) adalah kualitas informasi yang menjamin

bahwa informasi secara wajar bebas dari kesalahan dan bias serta secara jujur

menyajikan apa yang dimaksudkan untuk dinyatakan.

Untuk dapat menghasilkan laporan keuangan yang dapat

dipertanggungjawabkan dan bermanfaat bagi setiap penggunanya maka

lahirlah konsep konservatisme untuk menyempurnakan laporan keuangan

tersebut. Konsep penggunaan konservatisme akuntansi dalam laporan

keuangan adalah berupa mengakui biaya dan rugi lebih cepat, mengakui

pendapatan dan untung lebih lambat, menilai aktiva dengan nilai yang

terendah, dan kewajiban dengan nilai yang tertinggi (Sari dan Adhariani,

2009:1). Karakteristik informasi dalam prinsip konservatisme ini dapat

4

menjadi salah satu faktor untuk mengurangi manipulasi laporan keuangan dan

meningkatkan integritas laporan keuangan.

Namun pada kenyataannya mewujudkan integritas laporan keuangan itu

adalah hal yang berat. Terbukti banyak sekali terjadi kasus-kasus manipulasi

akuntansi. Banyak perusahaan menyajikan informasi dalam laporan keuangan

dengan tidak adanya integritas, di mana informasi yang disampaikan tidak

benar dan tidak adil bagi beberapa pihak pengguna laporan keuangan. Dimulai

pada akhir tahun 2001 di mana Wall Street, pusat keuangan Amerika, dibuat

tercengang setelah dikejutkan dengan berita bangkrutnya perusahaan raksasa

bisnis energi Amerika, Enron, yang kemudian disusul dengan kasus penipuan

miliaran dolar yang melibatkan raksasa telekomunikasi Amerika, WorldCom.

Apa sesungguhnya yang melatarbelakangi skandal akuntansi yang melibatkan

begitu banyak perusahaan besar dan membuat begitu besar kerugian-kerugian

bagi pemegang saham publik? Kenapa yang terkena adalah perusahaan publik

seperti Enron, WorldCom, Xerox, Merck, Tyco Intl, dan sebelumnya Global

Crossing, dan yang terakhir Adelthin (Widijanto, 2009:2).

Salah satu contohnya pada kasus Enron, kasus yang banyak mengejutkan

banyak pihak, karena kecurangan yang dilakukan Enron juga melibatkan

kantor akuntan publik (KAP) internasional Arthur Andersen (AA). Banyak

pihak yang menempatkan auditor sebagai pihak yang paling bertanggung-

jawab terhadap masalah ini. AA telah melakukan tugas pengauditan keuangan

Enron hampir 20 tahun, seharusnya AA dapat mengetahui masalah yang

dihadapi kliennya, Enron. Mengapa KAP sebesar AA tidak mampu

5

mengungkap permasalahan di dalam organisasi Enron dan secara sadar atau

tidak sadar ikut terlibat dalam suatu konspirasi dengan Enron (Giri, 2010:1).

Namun ada juga pihak yang menyesalkan sikap yang dilakukan manajemen

yang melakukan kecurangan tersebut. Seperti yang diungkapkan Widijanto

(2009:3) yang mengungkapkan kekecewaannya dengan berkata, Mengapa

orang-orang yang menjadi kunci dalam perusahaan bertindak tidak beretika

(mementingkan diri sendiri, oportunis, self serving), sehingga banyak pihak

yang dirugikan? Apa yang melatar belakangi tindakan mereka tersebut?

Apakah pembelajaran yang mereka jalani selama ini telah membentuknya

demikian?

Beberapa skandal akuntansi juga terjadi di Indonesia. Pertama adalah

PT. Kimia Farma yang diaudit oleh KAP Hans Tuanakotta dan Mustofa di

mana manajemen menggelembungkan laba bersih pada laporan keuangan

senilai Rp 32.400.000.000. Jumlah laba yang seharusnya adalah sebesar Rp

99.600.000.000 namun dinyatakan sebesar Rp 132.000.000.000. Kesalahan

itu timbul pada unit Industri Bahan Baku, yaitu kesalahan berupa overstated

penjualan sebesar Rp 2,7 miliar, pada unit Logistik Sentral berupa overstated

persediaan barang sebesar Rp 23,9 miliar, pada unit Pedagang Besar Farmasi

berupa overstate persediaan sebesar Rp 8,1 miliar dan overstate penjualan

sebesar Rp 10,7 miliar. Kedua, adalah kasus Bank Lippo di mana pada 28

November 2002 disebutkan bahwa total aktivanya sebesar Rp

24.000.000.000.000 dengan laba bersih Rp 98.000.000.000. Namun dalam

laporan ke BEJ 27 Desember 2002, total aktivanya berkurang menjadi

6

22.800.000.000.000 dan rugi bersih Rp 1.300.000.000.000. Kasus ketiga

adalah PT. Great River International Tbk (2003) yang diaudit oleh KAP

Johan Molanda dan Rekan yang diduga melakukan overstatement di mana

pencatatan untuk akun penjualan menggunakan metode yang berbeda dari

ketentuan yang ada, indikasi penggelembungan akun penjualan, piutang dan

asset hingga ratusan miliar rupiah, serta penipuan dalam penyajian laporan

keuangan. Kasus keempat adalah komisaris PT. Kereta Api mengungkapkan

adanya manipulasi laporan keuangan BUMN tersebut di mana seharusnya

perusahaan merugi namun dilaporkan memperoleh keuntungan. Dan yang

terbaru adalah Allianz (2012) yang diaudit oleh KAP Siddharta dan Widjaja:

KPMG. SEC menduga sebanyak 295 kontrak asuransi terkait proyek

pemerintah berhasil diperoleh Allianz dengan menyuap oknum pejabat di

beberapa instansi pemerintah hingga $ 650.626 atau sekitar Rp

6.270.000.000, dengan melakukan penyuapan tersebut perusahaan meraup

laba sebesar lebih dari US$ 5.300.000, penyuapan tersebut dilakukan selama

kurun waktu 2001-2008.

Hancurnya integritas informasi laporan keuangan, memicu tumbangnya

perusahaan-perusahaan besar di atas, akibat dari banyaknya kasus dari auditor

yang mengaudit laporan keuangan perusahaan tidak bekerja di bawah

pengawasan langsung komite audit dan tidak bebas dari pengaruh kepentingan

manajerial senior perusahaan (CEO, dewan komisaris, komite audit, internal

auditor).

7

Kasus-kasus tersebut menimbulkan berbagai pertanyaan bagi banyak

pihak terutama terhadap tata kelola perusahaan (corporate governance).

Amerika Serikat yang selama ini dikenal sebagai negara acuan penerapan tata

kelola perusahaan yang baik, menjadi diragukan dengan merebaknya kasus-

kasus manipulasi akuntansi di negara tersebut. Di Indonesia, corporate

governance sedang menjadi isu yang hangat. Terutama sejak terjadi krisis

ekonomi yang melanda negara-negara Asia termasuk Indonesia, dan semakin

menjadi perhatian akibat banyak terungkapnya kasus-kasus manipulasi

laporan keuangan.

Di Indonesia dan negara-negara Asia lainnya yang mengalami krisis

ekonomi sejak pertengahan tahun 1997, isu mengenai good corporate

governance (GCG) telah menjadi bahasan penting dalam rangka mendukung

pemulihan kegiatan dunia usaha dan pertumbuhan perekonomian setelah

masa-masa krisis tersebut seperti yang diungkapkan Hidayah (2008) dalam

(Haryani et al., 2011:8). Berbagai pihak menyatakan bahwa lemahnya

corporate governance menjadi salah satu penyebab krisis ekonomi tersebut.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa GCG merupakan faktor penting

dalam pemulihan krisis ekonomi, mengingat GCG merupakan alat terpenting

dalam menciptakan organisasi yang efisien dan efektif.

GCG digunakan sebagai sistem dan struktur yang mengatur hubungan

antara manajemen dengan pemilik baik mayoritas maupun minoritas suatu

perusahaan dengan kata lain sebagai bentuk perlindungan investor atas adanya

perbedaan kepentingan pemegang saham (principle) dengan pihak manajemen

8

(agent). Penerapan corporate governance menuntut adanya perlindungan yang

kuat terhadap hak-hak pemegang saham terutama pemegang saham minoritas

(Sulistiyowati et al., 2010:3).

Mekanisme tata kelola perusahaan yang diterapkan oleh perusahaan

haruslah mampu mengurangi asimetri informasi melalui pengungkapan

informasi dalam laporan keuangan dengan benar dan jelas. Sistem keuangan

yang baik akan menghasilkan hal-hal positif yaitu, pertama adalah informasi

yang luas dan murah yang dapat memfasilitasi pemonitoran oleh pemegang

saham secara efektif, dan kedua memungkinkan bagi dewan komisaris untuk

meningkatkan nilai pemegang saham melalui pemberian saran, penentuan

keputusan-keputusan dan aktivitas-aktivitas manajerial. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa pelaporan keuangan merupakan salah satu kunci dalam

mekanisme perusahaan yang berfungsi meningkatkan akuntabilitas dan nilai

perusahaan.

Laporan tahunan adalah sebuah produk informasi yang sangat penting

yang berkaitan dengan kondisi perusahaan, keandalan dari informasi yang

terkandung sangatlah penting bagi pihak yang mempunyai kepentingan

terhadap perusahaan. Almilia (2007) dalam Haryani et al., (2011:2)

menyatakan bahwa perusahaan diharapkan lebih transparan dalam

mengungkapkan informasi mengenai corporate governance, sehingga dapat

membantu dalam pengambilan keputusan oleh investor, kreditor, dan pemakai

informasi lainnya.

9

Semakin baik penerapan corporate governance yang dilakukan

perusahaan maka akan diharapkan mengurangi perilaku manajemen

perusahaan yang bersifat oportunistik sehingga laporan keuangan dapat

disajikan dengan integritas yang tinggi, yaitu laporan keuangan yang disajikan

menunjukkan informasi yang benar dan jujur.

Fenomena skandal keuangan yang terjadi juga dapat menunjukkan suatu

bentuk kegagalan integritas laporan keuangan untuk memenuhi kebutuhan

infomasi pengguna laporan keuangan. Penyajian laba dalam laporan keuangan

tidak menunjukkan kondisi ekonomi perusahaan yang sebenarnya. Menurut

Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 1, informasi laba

merupakan perhatian utama untuk menaksir kinerja atau pertanggungjawaban

manajemen. Selain itu informasi laba juga membantu pemilik atau pihak lain

dalam menaksir earnings power perusahaan di masa yang akan datang.

Menurut Komite Nasional Good Corporate Governance (KNGCG),

memonitor kualitas kerja auditor eksternal dalam melaksanakan tugasnya dan

memilih Kantor Akuntan Publik (KAP) yang tepat merupakan tugas dari

komite audit. Dalam melaksanakan tugasnya, auditor memerlukan

kepercayaan terhadap kualitas jasa yang diberikan pada pengguna. Penting

bagi pemakai laporan keuangan untuk memandang KAP sebagai pihak yang

independen dan kompeten, karena akan mempengaruhi berharga atau tidaknya

jasa yang telah diberikan oleh KAP kepada pemakai. Jika pemakai merasa

KAP memberikan jasa yang berguna dan berharga, maka nilai audit atau

10

kualitas audit juga meningkat, sehingga KAP dituntut untuk bertindak dengan

profesionalisme tinggi.

Giri (2010:2) menjelaskan bahwa KAP yang berkualitas akan menjaga

independensi auditornya dalam melaksanakan tugas audit. KAP besar identik

dengan KAP yang bereputasi tinggi dalam hal ini menunjukkan kemampuan

auditor untuk bersikap independen dalam melaksanakan audit secara

profesional, sebab KAP menjadi kurang tergantung secara ekonomi kepada

klien, sehingga klien juga kurang dapat mempengaruhi opini auditor.

Penyebab dari hal tersebut adalah kelebihan yang dimiliki oleh KAP besar

yaitu besarnya jumlah dan ragam klien yang ditangani KAP, banyaknya ragam

jasa yang ditawarkan, adanya afiliasi internasional, dan banyaknya jumlah staf

audit dalam suatu KAP.

Setiap auditor harus mempertahankan integritas dan objektivitas dalam

menjalankan tugas dengan bertindak jujur, tegas tanpa pretensi sehingga

auditor dapat bertindak adil tanpa dipengaruhi tekanan atau permintaan pihak

tertentu untuk memenuhi kepentingan pribadinya (Komsiyah dan Indriantoro,

1998) dalam (Jama’an, 2008:7). Informasi yang diperoleh dari laporan auditor

yang profesional akan memberikan kepastian yang lebih memadai sehingga

dapat memberikan tingkat reliabilitas yang lebih tinggi terhadap laporan

keuangan yang akan diterbitkan (Widarjo et al., 2010:8).

Atas dasar latar belakang di atas, maka penulis mengangkat judul

“Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Kualitas Kantor

Akuntan Publik Terhadap Integritas Laporan Keuangan.”

11

B. Perumusan Masalah

1. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap integritas laporan

keuangan?

2. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap integritas laporan

keuangan?

3. Apakah komite audit berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan?

4. Apakah komisaris independen berpengaruh terhadap integritas laporan

keuangan?

5. Apakah kualitas kantor akuntan publik badan usaha jumlah patner izin

akuntan berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan?

6. Apakah variabel kontrol ukuran perusahaan (firm size) berpengaruh

terhadap integritas laporan keuangan?

7. Apakah variabel kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial,

komite audit, komisaris independen, kualitas kantor akuntan publik badan

usaha (jumlah patner dan izin akuntan) dan variabel kontrol ukuran

perusahaan secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap

integritas laporan keuangan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh:

a. Bukti empiris bahwa kepemilikan institusional berpengaruh terhadap

integritas laporan keuangan.

12

b. Bukti empiris bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap

integritas laporan keuangan.

c. Bukti empiris bahwa komite audit berpengaruh terhadap integritas

laporan keuangan.

d. Bukti empiris bahwa komisaris independen berpengaruh terhadap

integritas laporan keuangan.

e. Bukti empiris bahwa kualitas Kantor Akuntan Publik (KAP), badan

usaha jumlah patner dan izin akuntan berpengaruh terhadap integritas

laporan keuangan.

f. Bukti empiris bahwa variabel kontrol ukuran perusahaan (firm size)

berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.

g. Bukti empiris bahwa variabel kepemilikan institusional, kepemilikan

manajerial, komite audit, komisaris independen, kualitas kantor

akuntan publik badan usaha (jumlah patner dan izin akuntan) dan

variabel kontrol ukuran perusahaan secara bersama-sama (simultan)

berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

1) Melalui penelitian ini, peneliti mencoba memberikan bukti empiris

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi integritas laporan

keuangan.

13

2) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan sumbangan

konseptual bagi peneliti sejenis maupun civitas akademika lainnya

dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan untuk

perkembangan dan kemajuan dunia pendidikan khususnya di

bidang pengauditan.

3) Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

khasanah keilmuan bagi penulis dalam konsep-konsep, teori-teori

mengenai pengaruh mekanisme corporate governance, kualitas

kantor akuntan publik dan reputasi auditor terhadap integritas

laporan keuangan.

b. Manfaat Praktis

1) Penelitian ini menjadi motivasi bagi auditor agar senantiasa

meningkatkan profesionalitasnya dalam audit, dan menjaga

reputasi dirinya sendiri dan profesinya, dan KAP terus

meningkatkan kualitasnya. Juga bagi manajemen perusahaan agar

meningkatkan penerapan prinsip corporate governance di

lingkungan perusahaannya.

2) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

perusahaan untuk lebih memperhatikan pelaksanaan Good

Corporate Governance.

3) Dapat menjadi spirit baru bagi profesi auditor yang mulia dan

terhormat untuk terus menjadi pengawal aktivitas pemeriksaan

akuntansi secara professional.

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Teori Agensi (Agency Theory)

Teori keagenan (agency theory) yaitu hubungan antara pemilik

(principal) dan manajemen (agent). Agen (manajer) mempunyai

kewenangan untuk mengelola perusahaan dan mengambil keputusan atas

nama investor. Masalah keagenan adalah munculnya konflik kepentingan

antara harapan investor (memperoleh return maksimal) dan harapan para

manajer. Manajer yang seharusnya mengelola organisasi bisnis dengan

baik agar kepentingan investor menjadi optimal, ternyata dalam faktanya

sering kali lebih mengedepankan kepentingan dirinya sendiri yang sering

disebut tindakan moral hazard (Haryani et al., 2011:3).

Salah satu masalah keagenan (agency problem) yang terjadi antara

manajer dengan pemegang saham adalah pemegang saham lebih menyukai

pembayaran dividen daripada diinvestasikan lagi. Sebaliknya, manajer

menginginkan dividen yang dibayarkan diinvestasikan kembali untuk

menambah modal perusahaan (Mursalim, 2011:2).

Uraian di atas terkait dengan teori keagenan (agency theory), di mana

antara manajer sebagai agen dan pemegang saham sebagai prinsipal

masing-masing ingin memaksimumkan kemakmurannya. Namun, manajer

lebih menguasai informasi dibanding pemegang saham karena manajer

14

15

mengelola perusahaan secara langsung sedangkan pemegang saham sulit

memperoleh informasi secara efektif tentang operasionalisasi perusahaan

sehingga terjadi information asymmetry. Hal ini memicu manajer sebagai

agen untuk melakukan tindakan-tindakan oportunistik seperti; melakukan

inefisiensi, investasi pada proyek dengan net present value yang negatif

dan sebagainya. Tindakan manajer demi kepentingannya dan mengabaikan

kepentingan para pemegang saham perusahaan, sehingga menimbulkan

terjadinya agency problem dalam perusahaan (Mursalim, 2011:2).

Untuk mengurangi agency problem antara manajer dengan pemegang

saham dapat dilakukakan dengan berbagai cara. Pertama, adanya

monitoring oleh investor institusional, seperti dana pensiun, perusahaan

asuransi dan perseroan terbatas maupun institusi independen yang

memiliki otoritas menilai kinerja manajemen perusahaan. Kedua, tidak

cukup kepemilikan saham saja, akan tetapi diperlukan adanya aktivisme

institusi untuk menekan manajer agar tidak melakukan tindakan

opportunistic. Ketiga, adanya peningkatan kepemilikan manajerial atas

saham perusahaan sebagai insentif dalam upaya menekan tindakan

oportunistiknya. Keempat, adanya kebijakan dividen perusahaan. Kelima,

adanya kebijakan utang. (Mursalim, 2011:3).

Menanggapi adanya konflik kepentingan antara pemegang saham

dengan manajer dengan menyatakan bahwa corporate governance

merupakan respon perusahaan terhadap konflik tersebut. Aspek-aspek

corporate governance seperti kepemilikan manajerial, kepemilikan

16

institusional, proporsi komisaris independen, dan jumlah anggota komite

audit dipandang sebagai mekanisme kontrol yang tepat untuk mengurangi

konflik keagenan.

2...Teori Sinyal (Signaling Theory)

Signaling Theory mengemukakan tentang bagaimana seharusnya

sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan

keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan

oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat

berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan

tersebut lebih baik daripada perusahaan lain (Jama’an, 2008:4).

Signaling theory menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai

dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak

eksternal, karena terdapat asimetri informasi (Asymmetric Information)

antara perusahaan dan pihak luar. Perusahaan (agent) mengetahui lebih

banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang daripada

pihak luar (investor, kreditor). Kurangnya informasi pihak luar mengenai

perusahaan menyebabkan mereka melindungi diri mereka dengan

memberikan harga yang rendah untuk perusahaan. Perusahaan dapat

meningkatkan nilai perusahaan, dengan mengurangi asimetri informasi.

Salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan

memberikan sinyal pada pihak luar, salah satunya berupa informasi

17

keuangan yang dapat dipercaya dan akan mengurangi ketidakpastian

mengenai prospek perusahaan yang akan datang.

Hal ini senada dengan pendapat Rustiarini (2010:3) yang

mengungkapkan bahwa teori sinyal membahas mengenai dorongan

perusahaan untuk memberikan informasi kepada pihak eksternal.

Dorongan tersebut disebabkan karena terjadinya asimetri informasi antara

pihak manajemen dan pihak eksternal. Untuk mengurangi asimetri

informasi maka perusahaan harus mengungkapkan informasi yang

dimiliki, baik informasi keuangan maupun non keuangan.

Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh

manajer untuk mengurangi asimetri informasi. Manajer memberikan

informasi melalui laporan keuangan bahwa mereka menerapkan kebijakan

akuntansi konservatisme yang menghasilkan laba yang lebih berkualitas

karena prinsip ini mencegah perusahaan melakukan tindakan membesar-

besarkan laba dan membantu pengguna laporan keuangan dengan

menyajikan laba dan aktiva yang tidak overstate. (Jama’an, 2008:4-5).

Teori signal juga dapat membantu pihak perusahaan (agent), pemilik

(prinsipal), dan pihak luar perusahaan mengurangi asimetri informasi

dengan menghasilkan kualitas atau integritas informasi laporan keuangan.

Untuk memastikan pihak-pihak yang berkepentingan menyakini keandalan

informasi keuangan yang disampaikan pihak perusahaan (agent), perlu

mendapatkan opini dari pihak lain yang bebas memberikan pendapat

tentang laporan keuangan.

18

Sinyal opini bebas yang diberikan oleh kantor akuntan publik (KAP)

merupakan signal yang mencerminkan keandalan informasi keuangan

yang dihasilkan perusahaan yang telah di audit. Kualitas kantor akuntan

publik (KAP) juga dapat memberikan signal kepercayaan pihak

perusahaan (agent), pemilik (prinsipal), dan pihak-pihak lain yang

berkepentingan atas legalitas dan integritas opini bebas yang dikeluarkan

akuntan.

Integritas informasi laporan keuangan yang mencerminkan nilai

perusahaan merupakan sinyal positif yang dapat mempengaruhi opini

investor dan kreditor atau pihak-pihak lain yang berkepentingan. Laporan

keuangan seharusnya memberikan informasi yang berguna bagi investor

dan kreditor untuk membuat keputusan investasi, kredit dan keputusan

sejenis. (Jama’an, 2008:5).

Oleh karena itu sebagai pengelola, manajer berkewajiban memberikan

sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik (principal). Sinyal

yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi

akuntansi seperti laporan keuangan. Akan tetapi sinyal informasi yang

disampaikan agent terkadang diterima principal tidak sesuai dengan

kondisi dan ukuran keberhasilan perusahaan sebenarnya. Kondisi ini

dikenal sebagai informasi yang tidak simetris atau asimetri informasi

(information asymmetric) yang sudah dijelaskan di atas.

19

3. Integritas Laporan Keuangan

a. Pengertian Integritas Laporan Keuangan

Integritas secara terminologi berarti mutu, sifat, atau keadaaan

yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan

kemampuan yang memancarkan kewibawaan, kejujuran. Integritas

laporan keuangan adalah sejauh mana laporan keuangan disajikan

menunjukkan informasi yang benar dan jujur.

Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses

akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi

antara manajemen dengan pihak luar perusahaan tentang data

keuangan atau aktivitas perusahaan tersebut selama periode tertentu.

Di dalam PSAK tahun 2009 disebutkan bahwa tujuan laporan

keuangan adalah untuk memberikan informasi tentang posisi

keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan

yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan

keputusan ekonomi.

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat digunakan

sebagai bahan pertimbangan dalam membuat keputusan ekonomi oleh

para pengguna laporan keuangan apabila informasi yang tercantum

dalam laporan keuangan tersebut memenuhi karakteristik kualitatif

informasi akuntansi. Dalam Statement of Financial Accounting

Concept (SFAC) No. 2 mengenai Qualitative Characteristic Of

Accounting Information, terdapat dua hal yang menjadi kualitas primer

20

dalam suatu laporan keuangan, yaitu relevansi (relevance) dan

keandalan (reliability).

Relevansi merujuk pada kemampuan informasi akuntansi untuk

mempengaruhi keputusan pembaca laporan keuangan dengan

mengubah atau membantu mengkonfirmasi harapan merek tentang

hasil atau konsekuensi suatu tindakan/kejadian. Relevansi informasi

dapat diukur dalam kaitannya dengan maksud penggunaan informasi

tersebut. Artinya jika sutu informasi tidak relevan dengan kebutuhan

pengambil keputusan, maka informasi akuntansi yang dapat

diandalkan, yaitu informasi akuntansi yang bebas dari kesalahan dan

penyimpangan serta merupakan suatu penyajian yang jujur.

Laporan keuangan dikatakan berintegritas apabila laporan

keuangan tersebut memenuhi kualitas reliability dan sesuai dengan

prinsip akuntansi yang berterima umum. Menurut Schroeder (2001)

dalam Saputri (2010:48-49) reliability memiliki kualitas sebagai

berikut:

1) Verifiability

Laporan keuangan suatu entitas yang mempunyai kondisi yang

sama dengan laporan keuangan entitas lain, akan mendapat opini

yang sama jika diaudit oleh auditor yang berbeda.

2) Representational faithfullness

Angka dan keterangan yang disajikan sesuai dengan apa yang ada

dan benar-benar terjadi.

21

3) Neutrality

Informasi dari laporan keuangan harus diarahkan pada kebutuhan

umum pemakai, dan tidak bergantung pada kebutuhan dan

keinginan pihak tertentu. Tidak boleh ada usaha untuk menyajikan

informasi yang menguntungkan beberapa pihak, sementara hal

tersebut akan merugikan pihak lain yang mempunyai kepentingan

berlawanan.

Terkait dengan integritas laporan keuangan, dapat disimpulkan

bahwa laporan keuangan yang memiliki integritas yang tinggi maka

telah memenuhi dua karakteristik utama dalam suatu laporan

keuangan. Informasi akuntansi yang memiliki integritas yang tinggi

akan dapat diandalkan karena merupakan suatu penyajian yang jujur

sehingga memungkinkan pengguna informasi akuntansi bergantung

pada informasi tersebut. Oleh karena itu, informasi yang memiliki

integritas yang tinggi memiliki kemampuan untuk mempengaruhi

keputusan pembaca laporan keuangan untuk membantu membuat

keputusan.

Ukuran integritas laporan keuangan selama ini belum ada

walaupun demikian secara intuitif dapat dibedakan menjadi dua, yaitu

diukur dengan konservatisme serta keberadaan manipulasi laporan

keuangan yang biasanya diukur dengan manajemen laba. Laporan

keuangan yang reliable atau berintegritas dapat dinilai dengan cara

penggunaan prinsip konservatisme dan penggunaan earning

22

management karena informasi dalam laporan keuangan akan lebih

reliable apabila laporan keuangan tersebut konservatif dan laporan

keuangan tersebut tidak overstate supaya tidak ada pihak yang

dirugikan akibat informasi dalam laporan keuangan tersebut.

b. Konservatisme Akuntansi

Konservatisme menurut FASB Statement of Concept No. 2

didefinisikan dengan reaksi hati-hati (prudent reaction) menghadapi

ketidakpastian. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa

ketidakpastian dan resiko yang melekat pada situasi bisnis telah cukup

dipertimbangkan.

Konservatisme identik dengan kehati-hatian dalam pelaporan

keuangan di mana perusahaan tidak terburu-buru dalam mengakui dan

mengukur aktiva dan laba serta segera mengakui kerugian dan hutang

yang mempunyai kemungkinan akan terjadi. Penerapan prinsip ini

mengakibatkan pilihan metode akuntansi ditunjukkan pada metode

yang melaporkan laba atau aktiva lebih rendah serta melaporkan

hutang lebih tinggi. Dengan demikian, pemberi pinjaman akan

menerima perlindungan atas resiko menurun (downside risk) dari

neraca yang menyajikan aset bersih understatement dan laporan

keuangan yang melaporkan berita buruk secara tepat waktu.

Para kreditur mendesak agar laporan keuangan disusun dengan

berpedoman pada konsep konservatisme. Maksud utama mereka

adalah untuk menetralisir optimisme para usahawan yang terlalu

23

berlebihan dalam melaporkan hasil usahanya. Jika ditinjau lebih jauh

ke dalam laporan keuangan, setiap metode akuntansi yang dipilih oleh

perusahaan memiliki tingkat konservatisme yang berbeda-beda. PSAK

tahun 2009, menyebutkan ada berbagai metode yang menerapkan

prinsip konservatisme, diantaranya PSAK No. 14 mengenai persediaan

yang terkait dengan pemilihan perhitungan biaya persediaan, PSAK

No. 16 mengenai aktiva tetap dan penyusutan, PSAK No. 19 mengenai

aktiva tidak berwujud yang berkaitan dengan amortisasi dan PSAK

No. 20 tentang biaya riset dan pengembangan.

Pilihan metode tersebut akan berpengaruh terhadap angka yang

disajikan dalam laporan keuangan. Sehingga dapat dikatakan bahwa

secara tidak langsung konsep konservatisme ini akan mempengaruhi

hasil dari laporan keuangan tersebut. Penerapan konsep ini juga akan

menghasilkan laba yang berfluktuatif, dimana laba yang berfluktuatif

akan mengurangi daya prediksi laba untuk memprediksi aliran kas

perusahaan pada masa yang akan datang (Sari dan Adhariani, 2009:2).

Terdapat pro dan kontra sehubungan dengan penerapan prinsip

konservatisme. Pengkritik konsep konservatisme menyatakan bahwa

prinsip ini mengakibatkan laporan keuangan menjadi bias sehingga

tidak dapat dijadikan sebagai alat untuk mengevaluasi resiko

perusahaan. Semakin tinggi konservatisme, maka nilai buku yang

dilaporkan akan semakin bias. Di lain pihak, terdapat pihak yang

mendukung konsep konservatisme ini, diantaranya adalah Ahmed et

24

al., (2002:867-890) dalam Haniati dan Fitriany (2010:3) yang

menyatakan bahwa konservatisme dapat mengurangi konflik antara

bondholders-shareholders seputar kebijakan dividen. Pembayaran

dividen yang terlalu tinggi menjadi ancaman bagi debtholders karena

akan mengurangi aktiva yang seharusnya tersedia untuk pelunasan

utang. Untuk mengatasi masalah ini, tindakan yang biasa dilakukan

adalah dengan melakukan pembatasan pembagian dividen berdasarkan

perolehan laba perusahaan. Untuk itu dibutuhkan penyajian laba yang

konservatif demi membatasi pembayaran dividen yang terlalu tinggi

serta penyajian aktiva yang konservatif untuk memberikan gambaran

kepada debtholders tentang ketersediaan aktiva untuk pembayaran

hutang.

Watts (2003) dalam Haniati dan Fitriany (2010:3-4) yang juga

merupakan pendukung konsep konservatisme berpendapat bahwa

konservatisme merupakan salah satu karakteristik yang sangat penting

dalam mengurangi biaya agensi dan meningkatkan kualitas laporan

keuangan sehingga pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan

dan harga sahamnya. Para pemegang saham mempunyai harapan agar

manajemen bertindak atas kepentingan mereka. Untuk itu dibutuhkan

pengawasan seperti pemeriksaan laporan keuangan serta pembatasan

keputusan yang dapat diambil manajemen. Biaya yang dikeluarkan

untuk kegiatan pengawasan tersebut disebut sebagai biaya agensi.

25

Peneliti lain yang mendukung konservatisme adalah LaFond dan

Watts (2006) dalam Haniati dan Fitriany (2010:4) yang berpendapat

bahwa laporan keuangan yang mengaplikasikan prinsip konservatisme

dapat mengurangi kemungkinan manajer melakukan manipulasi

laporan keuangan serta mengurangi deadweight loss (biaya agensi)

yang muncul sebagai akibat dari asimetri informasi (kondisi dimana

pihak manajemen memiliki informasi lebih banyak dibandingkan

dengan pihak investor). Asimetri informasi merupakan salah satu

faktor yang dapat menyebabkan manipulasi laporan keuangan.

Manipulasi yang paling sering dilakukan adalah overstate laba. Hal ini

karena laba dapat mencerminkan kinerja operasional perusahaan dan

menjadi perhatian bagi pengguna laporan keuangan dalam menilai

perusahaan. Kinerja perusahaan akan mempengaruhi harga saham,

sehingga menjadi alasan tambahan bagi manajemen melakukan

manipulasi laporan keuangan apabila tidak mampu mencapai apa yang

diinginkan. Kesempatan untuk dapat memilih beberapa metode

akuntansi membuka peluang manajer melakukan manipulasi laporan

keuangan. Oleh karena itu, salah satu cara untuk menghindari

manipulasi laporan keuangan adalah dengan menggunakan prinsip

akuntansi konservatif.

26

4. Mekanisme Corporate Governance

Dalam Kurniawan (2012:20-21) terdapat beberapa definisi mengenai

corporate governance. Diantaranya sebagai berikut:

Menurut OECD (Organisation for Economic Co-operation and

Development) yang menyatakan bahwa:

“Corporate governance relates to the internal means by whichcorporations are operated and controlled. While governments play acentral role and shaping the legal, institutional and regulatoryclimate within which individual corporate governance systems aredeveloped, the main responsibility lies with the private sector”.

Sedangkan Berlin Initiative Code berpendapat bahwa corporate

governance adalah:

“Corporate governance describe the legal and factual regulatoryframework for managing and supervising a company”.

Kemudian menurut Recommendation of Federation of Companies,

Corporate Governance adalah:

“The organization of the administration and management ofcompanies, which is better known under the term “corporategovernance,” has to meet the expectations of the shareholders andthe requirements of the economic process”.

Selanjutnya definisi corporate governance menurut Cadbury Comitte

dalam Jama’an (2008:36) adalah:

“seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegangsaham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah,karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnyayang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengankata lain suatu system yang mengatur dan mengendalikanperusahaan”. Tujuan corporate governance adalah “untukmenciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan(stakeholders)”.

27

Corporate governance merupakan serangkaian mekanisme yang dapat

melindungi pihak-pihak minoritas (outside investors/minority

shareholders) dari ekspropriasi yang dilakukan para manajer dan

pemegang saham pengendali (insider) dengan penekanan pada mekanisme

legal Shleiver dan Vishny (1997) dalam (Wawo, 2010:3). Pendekatan

legal dari corporate governance memiliki arti bahwa mekanisme kunci

dari corporate governance adalah proteksi investor eksternal (outside

investors), baik pemegang saham maupun kreditor, melalui sistem legal

yang dapat diartikan dengan hukum dan pelaksanaannya (Wawo, 2010:3).

Menurut baridwan dalam Jama’an (2008:37) prinsip-prinsip pokok

corporate governance yang perlu diperhatikan untuk terselenggaranya

praktik good corporate governance adalah sebagai berikut:

a. Transparancy

Yaitu mengelola perusahaan secara transparan dengan semua

stakeholders perusahaan baik yang terlibat secara langsung di dalam

perusahaan atau yang tidak terlibat langsung. Di sini para pengelola

perusahaan harus berbuat secara transparan kepada pemegang saham,

jujur apa adanya dalam membuat laporan usaha dan tidak manipulatif.

Keterbukaan informasi dalam proses pengambilan keputusan dan

pengungkapan informasi yang dianggap penting dan relevan.

b. Accountability

Yaitu kejelasan fungsi, struktur, sistem dan pertanggungjawaban

dalam perusahaan, sehingga pengelolaan perusahaan dapat terlaksana

28

secara efektif dan efisien. Manajemen harus membuat job description

yang jelas kepada semua karyawan dan menegaskan fungsi-fungsi

dasar setiap bagian. Dari sini perusahaan akan menjadi jelas hak dan

kewajibannya, fungsi dan tanggung jawabnya serta kewenangannya

dalam setiap kebijakan perusahaan.

c. Responsibility

Yaitu menyadari bahwa ada bagian-bagian perusahaan yang

membawa dampak pada lingkungan dan masyarakat pada umumnya.

Di sini perusahaan harus memperhatikan amdal, keamanan

lingkungan, dan kesesuaian diri dengan norma-norma yang berlaku di

masyarakat setempat. Perusahaan harus apresiatif dan proaktif

terhadap setiap gejolak sosial masyarakat dan setiap yang berkembang

di masyarakat.

d. Independency

Yaitu berjalan tegak dengan bergandengan bersama masyarakat.

Perusahaan harus memiliki otonominya secara penuh sehingga

pengambilan-pengambilan keputusan dilakukan dengan pertimbangan

otoritas yang ada secara penuh. Perusahaan harus berjalan dengan

menguntungkan supaya bisa memelihara keberlangsungan bisnisnya,

namun demikian bukan keuntungan yang tanpa melihat orang lain

yang juga harus untung. Semuanya harus untung dan tidak ada satu

pun yang dirugikan.

29

e. Fairness

Yaitu semacam kesetaraan atau perlakuan yang adil di dalam

memenuhi hak dan kewajibannya terhadap stake holder yang timbul

berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang

berlaku. Perusahaan harus membuat sistem yang solid untuk membuat

pekerjaan semuanya seperti yang diharapkan. Dengan pekerjaan yang

fair tersebut diharapkan semua peraturan yang ada ditaati guna

melindungi semua orang yang punya kepentingan terhadap

keberlangsungan bisnis kita.

Mekanisme corporate governance merupakan suatu aturan main,

prosedur dan hubungan yang jelas antara pihak yang mengambil

keputusan dengan pihak yang melakukan kontrol/pengawasan terhadap

keputusan tersebut. Walsh dan Seward (1990) dalam Jama’an (2008:36)

menyatakan bahwa terdapat 2 (dua) mekanisme untuk dapat membantu

menyamakan perbedaan kepentingan antara pemegang saham dan manajer

dalam rangka penerapan GCG, diantaranya mekanisme pengendalian

internal perusahaan dan mekanisme pengendalian eksternal berdasarkan

pasar.

Mekanisme pengendalian internal perusahaan adalah pengendalian

perusahaan yang dilakukan dengan membuat seperangkat aturan yang

mengatur tentang mekanisme bagi hasil, baik yang berupa keuntungan,

return, maupun risiko-risiko yang disetujui oleh prinsipal dan agen. Salah

satu pilihan mekanisme pengendalian internal untuk menyamakan

30

kepentingan pemegang saham dan manajer adalah kontrak insentif jangka

panjang. Kontrak jangka panjang ini dilakukan dengan memberikan

insentif pada manajer apabila nilai perusahaan atau kemakmuran

pemegang saham meningkat, salah satunya dengan cara memberikan

kepemilikan saham kepada manajer. Dengan demikian, manajer akan

termotivasi untuk meningkatkan nilai perusahaan atau meningkatkan

kemakmuran pemegang saham karena hal tersebut juga akan

meningkatkan kekayaan manajer sendiri.

Mekanisme pengendalian eksternal berdasarkan pasar adalah

pengendalian perusahaan yang dilakukan oleh pasar menurut teori pasar

untuk pengendalian perusahaan (market for corporate control), pada saat

diketahui bahwa manajemen berperilaku menguntungkan diri sendiri,

kinerja perusahaan akan menurun yang direfleksikan oleh nilai saham

perusahaan. Pada kondisi tersebut, kelompok manajer lain akan

menggantikan manajer yang sedang memegang jabatan. Dengan demikian

bekerjanya market for corporate control bisa menghambat tindakan

menguntungkan diri manajer sendiri.

Mekanisme pengendalian lain yang secara luas digunakan dan

diharapkan dapat menyelaraskan tujuan prinsipal dan agen adalah

mekanisme melalui pelaporan keuangan. Melalui laporan keuangan yang

merupakan tanggungjawab manajer, pemilik dapat menilai, mengukur

sekaligus dapat mengawasi kinerja manajer untuk mengetahui sejauh mana

manajer telah bertindak untuk meningkatkan kesejahteraan pemilik. Selain

31

itu pemilik dapat memberikan kompensasi kepada manajer berdasarkan

laporan keuangan. Laporan keuangan yang dibuat berdasarkan angka-

angka akuntansi diharapkan berperan besar dalam meminimalkan konflik

antara berbagai pihak yang berkepentingan dalam perusahaan (Arifin,

2005) dalam (Jama’an, 2008).

Dalam hubungannya dengan jenis informasi yang disajikan dalam

laporan keuangan perusahaan, terdapat dua jenis sifat informasi yang

diungkapkan, diantaranya adalah informasi yang bersifat mandatory

disclosure, yaitu merupakan informasi yang harus diungkapkan dalam

laporan keuangan kerena memang diwajibkan oleh peraturan atau undang-

undang. Kemudian informasi yang bersifat voluntary disclosure, yaitu

merupakan jenis informasi yang secara sukarela diungkapkan di dalam

laporan keuangan yang bertujuan untuk menambah kegunaan informasi

mengenai kekayaan dan hasil operasi suatu perusahaan kepada para

pemakai laporan keuangannya.

Dewan komisaris dan komite audit, sebagai struktur corporate

governance, mempunyai peran yang sangat penting dan strategis dalam

rangka memelihara kredibilitas proses penyusunan laporan keuangan

seperti halnya menjaga terciptanya sistem pengawasan perusahaan yang

memadai serta dilaksanakannya good corporate governance. Berjalannya

fungsi dewan komisaris dan komite audit secara efektif, maka kontrol

terhadap perusahaan akan lebih baik sehingga konflik keagenan yang

terjadi antara pemegang saham mayoritas dan manajemen dengan

32

pemegang saham minoritas dapat diminimalisasi. Oleh karena itu untuk

menghindari penyalahgunaan wewenang antara pihak manajemen dengan

kepentingan pemegang saham, perusahaan menyepakati penerapan good

corporate governance sebagai suatu sistem pengelolaan perusahaan yang

baik untuk mencapai tujuan dan mengawasi kinerja perusahaan

(Sulistiyowati et al., 2010:2-3).

Mekanisme tata kelola perusahaan yang diterapkan oleh perusahaan

haruslah mampu mengurangi asimetri informasi melalui pengungkapan

informasi dalam laporan keuangan dengan benar dan jelas. Sistem

keuangan yang baik akan menghasilkan yaitu: pertama, informasi yang

luas dan murah yang dapat memfasilitasi pemonitoran oleh pemegang

saham secara efektif, dan kedua, memungkinkan bagi dewan komisaris

untuk meningkatkan nilai pemegang saham melalui pemberian saran,

penentuan keputusan-keputusan dan aktivitas-aktivitas manajerial.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pelaporan keuangan merupakan salah

satu kunci dalam mekanisme perusahaan yang berfungsi meningkatkan

akuntabilitas dan nilai perusahaan.

Dalam penelitian ini, elemen-elemen yang terkandung dalam

pengukuran mekanisme tata kelola perusahaan adalah:

a. Kepemilikan Institusional

Jumlah persentase hak suara yang dimiliki oleh institusi atau

perusahaan. Organisasi memiliki kemampuan untuk bertahan apabila

terdapat pemisahan antara pemilik dan pengendalinya. Struktur

33

kepemilikan saham dalam suatu perusahaan dapat terdiri atas

kepemilikan saham yang dimiliki oleh institusi dan kepemilikan

saham oleh manajerial. Institusi sebagai pemilik saham dianggap

lebih mampu dalam mendeteksi kesalahan yang terjadi. Hal ini

dikarenakan investor institusi lebih berpengalaman dibandingkan

dengan investor individual. Dengan demikian akan semakin

membatasi manajemen dalam memainkan angka-angka dalam laporan

keuangan. (Sriwedari, 2009:31).

b. Kepemilikan Manajerial

Jumlah kepemilikan saham oleh pihak manajemen dari seluruh

modal saham yang dikelola. Kepemilikan manajerial merupakan salah

satu isu penting dalam teori keagenan sejak dipublikasikan oleh

Jensen dan Meckling (1976) dalam Sriwedari (2009:32-33), yang

menyatakan bahwa dengan semakin besarnya proporsi kepemilikan

manajerial dalam suatu perusahaan maka manajemen akan berupaya

lebih giat untuk memenuhi kepentingan pemegang saham yang juga

adalah dirinya sendiri. Sedangkan menurut Widarjo et al., (2010:10)

kepemilikan manajerial adalah situasi di mana manajer memiliki

saham perusahaan atau dengan kata lain manajer tersebut sekaligus

pemilik atau pemegang saham perusahaan. Manajer yang memiliki

saham dalam perusahaan akan berusaha meningkatkan kinerja

perusahaan, karena dengan meningkatnya laba perusahaan maka

insentif yang diterima oleh manajer akan meningkat pula. Sebaliknya

34

apabila kepemilikan manajer turun, maka biaya keagenannya akan

meningkat. Hal ini dikarenakan manajer akan melakukan tindakan

yang tidak memberikan banyak manfaat bagi perusahaan, manajer

akan cenderung memanfaatkan sumber-sumber perusahaan untuk

kepentingannya sendiri.

c. Komite Audit

Komite audit merupakan komite yang ditunjuk oleh perusahaan

sebagai penghubung antara dewan direksi dan audit eksternal, internal

auditor serta anggota independen, yang memiliki tugas untuk

memberikan pengawasan auditor, memastikan manajemen melakukan

tindakan korektif yang tepat terhadap hukum dan regulasi (Jati, 2009)

dalam (Suryono dan Prastiwi, 2011:10). Peraturan mengenai komite

audit dikeluarkan oleh Bapepam pada Mei 2000, melalui

SE/03/PM/2000, Keputusan Ketua Bapepam Kep-29/PM/2004,

Peraturan Bapepam-LK No. IX. 1.5, Peraturan Bank Indonesia No.

8/4/PBI/2006, Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara

Nomor : PER-09/MBU/2012. Berdasarkan peraturan ini dijelaskan

bahwa komite audit harus memiliki sekurang-kurangnya 3 (tiga)

orang anggota, seorang diantaranya merupakan komisaris independen

yang sekaligus merangkap sebagai ketua komite audit, sedang

anggota lainnya merupakan pihak ekstern yang independen di mana

sekurang-kurangnya satu diantaranya memiliki kemampuan di bidang

akuntansi dan atau keuangan (Wardhani et al., 2010:5).

35

Tujuan pembentukan komite audit adalah memastikan laporan

keuangan yang dikeluarkan tidak menyesatkan dan sesuai dengan

praktik akuntansi yang berlaku umum, memastikan bahwa internal

kontrol perusahaan memadai, menindaklanjuti dugaan adanya

penyimpangan yang material di bidang keuangan dan implikasi

hukumnya, dan merekomendasikan seleksi auditor eksternalnya

(Jama’an, 2008:47).

d. Komisaris Independen

Di dalam Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang

perseroan terbatas komisaris independen adalah anggota dewan

komisaris yang tidak terafiliasi dengan direksi, anggota dewan

komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali serta bebas dari

hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi

kemampuannya untuk bertindak semata-mata demi kepentingan

perusahaan (Task Force Komite Nasional Kebijakan Corporate

Governance). Dewan komisaris adalah pihak yang berperan penting

dalam menyediakan laporan keuangan perusahaan yang reliable.

Proporsi anggota independen dalam dewan komisaris dapat dikatakan

sebagai indikator independensi dewan dari manajemen. Kehadiran

komisaris independen dalam dewan dapat menambah kualitas

aktivitas pengawasan dalam perusahaan, karena mereka tidak

terafiliasi dengan perusahaan sebagai pegawai (Andarini dan Januarti,

2010:8).

36

Beasley (1996) menguji hubungan antara proporsi dewan

komisaris dengan kecurangan pelaporan keuangan. Dengan

membandingkan perusahaan yang melakukan kecurangan dengan

perusahaan yang tidak melakukan kecurangan, mereka menemukan

bahwa perusahaan yang melakukan kecurangan memiliki persentase

dewan komisaris eksternal yang secara signifikan lebih rendah

dibandingkan dengan perusahaan yang tidak melakukan kecurangan.

Komisaris independen merupakan posisi terbaik untuk melaksanakan

fungsi monitoring agar tercipta perusahaan yang good corporate

governance.

5. Kualitas Kantor Akuntan Publik

Kantor Akuntan Publik (KAP), yang dimaksud berkualitas dalam

penelitian ini mengacu pada Keputusan Menteri Keuangan Nomor

423/KMK.06/2002 yang mengatur Jasa Akuntan Publik sebagaimana telah

diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 359/KMK.06/2003

yang mengatur kembali Jasa Akuntan Publik dengan mengganti Keputusan

Menteri Keuangan dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 17 Tahun

2008 tentang Jasa Akuntan Publik pasal 1 dan termaktub pula di dalam

UU Nomor 5 Tahun 2011 tentang akuntan publik. Akuntan Publik adalah

akuntan yang telah memperoleh izin dari Menteri untuk memberikan jasa

sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan ini. Sehingga

dalam penelitian ini jumlah patner (sekutu) yang mempunyai izin akuntan

37

dalam badan usaha menjadi ukuran kualitas kantor akuntan publik yang

menjadi sampel penelitian.

6. Ukuran Perusahaan (Firm Size)

Para peneliti masih belum memiliki tolak ukur yang jelas mengenai

ukuran perusahaan. Kim et al., (2003) dalam Jama’an (2008:50) membagi

ukuran perusahaan menjadi 3 yaitu small (kecil), medium (sedang) dan

large (besar) berdasarkan market value perusahaan. Sedangkan Jama’an

(2008:56) melihat ukuran perusahaan dari nilai total asset.

38

B. Penelitian Sebelumnya

Tabel 2.1Penelitian Sebelumnya

Peneliti/JudulPenelitian/Tahun

Variabel dan Metode PenelitianSebelumnya Hasil Penelitan

Persamaan PerbedaanDian Tri Lestari,Dharma Tintri/

“Effect ofCorporate

GovernanceMechanism andQuality AuditReport on The

Integrity ofFinancial State

OwnedEnterprises

(SOEs) Listed inIndonesia Stock

Exchange (IDX)”,2010

1. Menggunakanvariabelindependenmekanismecorporategovernance

2. Menggunakandata sekunder

1. Menambahkanvariabelindependenkualitas KAPdan variabelkontrolLnAsset

2. Menggunakanvariabeldependenintegritaslaporankeuangandenganpengukuran C-skor indekskonservatisme

3. Menggantiperiodepenelitian daritahun 2002-2008 menjaditahun 2009-2011

4. Menggantidata sampelperusahaanpublik dariBUMNmenjadiperusahaanmanufaktur diBEI

1. KepemilikanManajerial tidakmempengaruhi secarasignifikan terhadapIntegritas LaporanKeuangan

2. KepemilikanInstitusional tidakmempengaruhi IntegritasLaporan Keuanganperusahaan BUMN

3. Komisaris Independentidak mempengaruhiIntegritas LaporanKeuangan perusaahaanBUMN

4. Komite Auditmempengaruhi IntegritasLaporan Keuanganperusahaan BUMN

5. Kualitas Audit tidakmempengaruhi terhadapIntegritas LaporanKeuangan perusahaanBUMN

Bersambung pada halaman berikutnya

39

Peneliti/JudulPenelitian/Tahun

Variabel dan Metode PenelitianSebelumnya Hasil Penelitan

Persamaan PerbedaanIndah

Saputri/PengaruhReputasi Auditor,dan Mekanisme

CorporateGovernance

TerhadapIntegritas LaporanKeuangan, 2010

1. Menggunakanvariabelindependenmekanismecorporategovernance

2. Menggunakanvariabeldependenintegritaslaporankeuangandenganpengukuranindekskonservatisme

3. Menggunakandata sekunder

1. Menambahkan variabelindependenkualitas KAPdan variabelkontrolLnAsset

2. Menggantiperiodepenelitian daritahun 2004-2009 menjaditahun 2009-2011

3. Merubahsampelpenelitian dariperusahaanproperti danreal estateyang terdaftardi BEImenjadiperusahaanmanufaktur diyang terdaftarBEI

1. Variabelkepemilikaninstitusional tidakberpengaruh secarasignifikan terhadapintegritas laporankeuangan.Sedangkan reputasiauditor, kepemilikanmanajerial danukuran dewandireksi berpengaruhsignifikan terhadapintegritas laporankeuangan

2. Secara bersama-sama (simultan)reputasi auditor,kepemilikanmanajerial,kepemilikaninstitusional danukuran dewandireksi berpengarihsignifikan terhadapintegritas laporankeuangan

Tabel 2.1 (Lanjutan)

Bersambung pada halaman berikutnya

40

Peneliti/JudulPenelitian/Tahun

Variabel dan Metode PenelitianSebelumnya Hasil Penelitan

Persamaan PerbedaanPancawati

Hardiningsih“Pengaruh

Independensi,Corporate

Governance, danKualitas Audit

TerhadapIntergritasLaporan

Keuangan”,2010

1. Variabelindependencorporategovernance

2. Menggunakanvariabeldependenintegritaslaporankeuangandenganpengukurankonservatisme

3. Menggunakandata sekunder

1. Menambahkan variabelindependenkualitas KAPdan variabelkontrolLnAsset

2. Menggantiperiodepenelitian daritahun 2005-2008 menjaditahun 2009-2011

3. Merubahsampelpenelitian dariperusahaanmanufakturyang tidakteregulasiyang terdaftardi BEImenjadiperusahaanmanufakturseluruhnya diyang terdaftarBEI

1. Independensiauditor (lamanyahubungan auditeeauditor), keberadaankomite audit,keberadaankomisarisindependen, ukurandewan komisarisdan kualitas audittidak berpengaruhterhadap integritaslaporan keuangan

2. Hanya variabelkepemilikanmanajerial yangberpengaruhsignifikan terhadapkonservatisme(integritas laporankeuangan)

Bersambung pada halaman berikutnya

Tabel 2.1 (Lanjutan)

41

Peneliti/JudulPenelitian/Tahun

Variabel dan Metode PenelitianSebelumnya Hasil Penelitan

Persamaan PerbedaanJama’an/

“PengaruhMekanismeCorporate

Governance, danKualitas KantorAkuntan Publik

TerhadapIntegritas LaporanKeuangan” (2008)

1. Menggunakanvariableindependenmekanismecorporategovernancedan kualitasKAP danvariabelkontrol ukuranperusahaan(firm size)

2. Menggunakanvariabeldependenintegritaslaporankeuangandenganpengukurankonservatisme

3. Menggunakandata sekunder

1. Menggantiperiodepenelitian daritahun 2003-2006 menjaditahun 2009-2011

2. Merubahsampelpenelitian dariseluruhperusahaanyang terdaftardi BEImenjadiperusahaanmanufakturseluruhnyayang terdaftardi BEI

1. (KepemilikanInsttusional,KomisarisIndependen danKomite Audit)menunjukkan hasilyang positifsignifikan

2. Kualitas KAP(SpesialisasiAuditor)menunjukkan hasilyang positifsignifikan

3. Variabel kontrolfirm sizemenunjukkanterdapat pengaruhyang signifikan

4. Selain itu AuditBrand Name danjumlah patner danizin akuntan Hogagal ditolak, atautidak signifikan

Sumber: Data dari berbagai referensi

Tabel 2.1 (Lanjutan)

42

C. Kerangka Pemikiran

Dari uraian di atas, dituangkan dalam kerangka pemikiran sebagai berikut:

Gambar 2.1Skema Kerangka Pemikiran

JudulPengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Kualitas Kantor Akuntan Publik

Terhadap Integritas Laporan Keuangan

Bursa Efek Indonesia (BEI)

Variabel Independen

Variabel Dependen

IntegritasLaporan

Keuangan (Y)

Metode Analisis:Regresi Berganda

Paired Sampel T Test

Hasil Pengujian dan Pembahasan

Kesimpulan, Implikasi, dan Saran

Perusahaan Sektor Manufaktur di BEI

Kualitas Kantor Akuntan PublikTerdiri dari 1 Dimensi Variabel:

1. Kualitas KAP Badan Usaha(Jumlah Patner IzinAkuntan) (X5)

Mekanisme Corporate GovernanceTerdiri dari 4 dimensi variabel:

1. Kepemilikan Institusional(X1)

2. Kepemilikan Manajerial(X2)

3. Komite Audit (X3)4. Komisaris Independen (X4)

Variabel Kontrol:Firm Size (Ukuran Perusahaan) /

(X6)

43

D. Hipotesis

1. Mekanisme Corporate Governance

Corporate governance digunakan sebagai sistem dan struktur yang

mengatur hubungan antara manajemen dengan pemilik baik mayoritas

maupun minoritas. Penerapan Corporate governance menuntut adanya

perlindungan yang kuat terhadap hak-hak pemegang saham terutama

pemegang saham minoritas.

Pelaksanaan corporate governance diharapkan dapat meningkatkan

kualitas laporan keuangan yang akhirnya dapat meningkatkan daya

informasi akuntansi. Kualitas laporan keuangan dapat diukur dari reaksi

pasar atas pengumuman laporan keuangan (Wawo, 2010:2).

a. Kepemilikan Institusional

Komposisi kepemilikan saham memiliki dampak yang penting

pada sistem kendali perusahaan Adhi (2002) dalam (Rawi, 2010:4).

Namun sebagaimana dalam teori keagenan (Agency theory),

perusahaan yang memisahkan fungsi pengelolaan dengan fungsi

kepemilikan akan rentan terhadap konflik keagenan.

Kepemilikan institusional meningkatkan tindakan pengawasan

perusahaan oleh pihak investor institusional yang dapat mendorong

manajer untuk lebih memfokuskan perhatiannya terhadap kinerja

perusahaan sehingga akan mengurangi perilaku opportunistic atau

mementingkan diri sendiri dan juga dapat membatasi perilaku para

manajer untuk melakukan pengelolaan laba. Hal senada juga

44

diungkapkan oleh Rustiarini (2010:6) yang menyatakan bahwa dalam

proporsi yang besar kepemilikan intitusional dapat mempengaruhi

nilai perusahaan yang diwujudkan dengan terciptanya pengawasan

yang efektif sehingga laporan keuangan yang dibuat memiliki

integritas yang tinggi.

Ha1: Proporsi kepemilikan institusional berpengaruh terhadap

integritas laporan keuangan.

b. Kepemilikan Manajerial

Menurut Widarjo et al., (2010:10) kepemilikan manajerial adalah

situasi di mana manajer memiliki saham perusahaan atau dengan kata

lain manajer tersebut sekaligus pemilik atau pemegang saham

perusahaan. Manajer yang memiliki saham dalam perusahaan akan

berusaha meningkatkan kinerja perusahaan, karena dengan

meningkatnya laba perusahaan maka insentif yang diterima oleh

manajer akan meningkat pula. Sebaliknya apabila kepemilikan

manajer turun, maka biaya keagenannya akan meningkat. Hal ini

dikarenakan manajer akan melakukan tindakan yang tidak

memberikan banyak manfaat bagi perusahaan, manajer akan

cenderung memanfaatkan sumber-sumber perusahaan untuk

kepentingannya sendiri.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Safiq (2010:18)

menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara kepemilikan

45

manajerial dengan konservatisme akuntansi (integritas laporan

keuangan).

Ha2: Proporsi kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap

integritas laporan keuangan.

c. Komite Audit

Menurut Komite Nasional Good Corporate Governance

(KNGCG) (2002) dalam Jama’an (2008:14), Komite audit merupakan

komite yang dibentuk oleh dewan direksi yang bertugas

melaksanakan pengawasan independen atas proses laporan keuangan

dan audit ekstern. Dalam hal pelaporan keuangan, peran dan

tanggungjawab komite audit adalah memonitor dan mengawasi audit

laporan keuangan dan memastikan agar standar dan kebijaksanaan

keuangan yang berlaku terpenuhi, memeriksa ulang laporan keuangan

apakah sudah sesuai dengan standar dan kebijaksanaan tersebut dan

apakah sudah konsisten dengan informasi lain yang diketahui oleh

anggota komite audit, serta menilai mutu pelayanan dan kewajaran

biaya yang diajukan auditor eksternal. Klien (2002:375-400)

memberikan bukti secara empiris bahwa perusahaan yang membentuk

komite audit independen melaporkan laba dengan kandungan akrual

dikrisioner yang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang

tidak membentuk komite audit independen. Hal ini senada dengan Mc

Mullen (1996) dalam Wawo (2010:4) yang menemukan bahwa

46

perusahaan yang tidak ada kecurangan lebih mungkin memiliki

komite audit dibanding yang ada kecurangan.

Ha3: Keberadaan dan jumlah komite audit berpengaruh terhadap

integritas laporan keuangan.

d. Komisaris Independen

Proporsi anggota independen dalam dewan komisaris dikatakan

sebagai indikator independensi dewan. Kehadiran komisaris

independen dapat meningkatkan kualitas pengawasan karena tidak

terafiliasi dengan perusahaan sehingga bebas dalam pengambilan

keputusan. Teori ini sering disebut dengan the monitoring effect

theory Fama dan Jensen (1983) dalam (Maizaroh et al., 2011:7).

Penelitian Beasley (1996) dalam Maizaroh et al., (2011:7-8)

menunjukkan adanya hubungan terbalik antara proporsi komisaris

independen dengan tingkat kecurangan pelaporan keuangan.

Perusahaan dengan proporsi komisaris independen yang tinggi

cenderung lebih memperhatikan risiko perusahaan dibandingkan

proporsi komisaris independen yang rendah O’Sullivan (1997) dalam

(Maizaroh et al., 2011:8).

Ha4: Proporsi komisaris independen berpengaruh terhadap integritas

laporan keuangan.

47

2. Kualitas Kantor Akuntan Publik

Kualitas kantor akuntan publik, didasarkan pada Keputusan Menteri

Keuangan Nomor 423/KMK.06/2002 yang mengatur Jasa Akuntan Publik

sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor

359/KMK.06/2003 yang mengatur kembali Jasa Akuntan Publik dengan

mengganti Keputusan Menteri Keuangan dengan Peraturan Menteri

Keuangan Nomor: 17 Tahun 2008 tentang Jasa Akuntan Publik pasal 1.

Akuntan Publik adalah akuntan yang telah memperoleh izin dari Menteri

untuk memberikan jasa sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri

Keuangan ini. Sehingga dalam penelitian ini jumlah patner (sekutu) yang

mempunyai izin akuntan dalam badan usaha menjadi ukuran kualitas kantor

akuntan publik yang diduga berpengaruh terhadap integritas laporan

keuangan.

Berdasarkan uraian di atas, hipotesis kualitas KAP badan usaha

(jumlah patner izin akuntan) diharapkan dapat diterima. Dengan demikian,

maka hipotesis yang dikemukakan adalah sebagai berikut:

Ha5: Kualitas kantor akuntan publik, badan usaha (jumlah patner izin

akuntan) berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.

3. Firm Size (Variabel Kontrol)

Para peneliti masih belum memiliki tolak ukur yang jelas mengenai

ukuran perusahaan. Kim et al., (2003) dalam Jama’an (2008:50) membagi

ukuran perusahaan menjadi 3 yaitu small (kecil), medium (sedang) dan large

48

(besar) berdasarkan market value perusahaan. Sedangkan Jama’an

(2008:56) melihat ukuran perusahaan dari nilai total asset.

Seperti yang disarankan oleh Smith dan Watts (1992) dalam Jama’an

(2008:50) bahwa ukuran perusahaan berhubungan positif dengan berbagai

macam tipe corporate governance control seperti debt covenant, kebijakan

dividen dan kompensasi manajemen.

Berdasarkan uraian di atas, hipotesis firm size, diharapkan berpengaruh

dan diterima. Dengan demikian maka hipotesis alternatif yang dikemukakan

adalah sebagai berikut:

Ha6: Ukuran Perusahaan (firm size) berpengaruh terhadap integritas

laporan keuangan.

Ha7: Kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit,

komisaris independen, kualitas kantor akuntan publik badan usaha

(jumlah patner izin akuntan) dan ukuran perusahaan secara bersama-

sama (simultan) berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.

49

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian asosiatif, yaitu penelitian yang

bertujuan untuk mengetahui hubungan serta pengaruh antara dua variabel atau

lebih. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data

sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari sumbernya

melainkan melalui media perantara. Data tersebut dapat berupa laporan

keuangan yang dipublikasikan oleh perusahaan, laporan tahunan perusahaan,

laporan hasil RUPS, dan lain-lain. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan

bukti empiris mengenai pengaruh dari mekanisme corporate governance dan

kualitas kantor akuntan publik sebagai variabel independen terhadap integritas

laporan keuangan sebagai variabel dependen.

Adapun data sekunder dalam penelitian ini adalah laporan keuangan

tahunan dan laporan tahunan perusahaan yang dipublikasikan setiap tahun

pada periode tahun 2009 sampai dengan tahun 2011. Data diperoleh dari

laporan keuangan tahunan perusahaan dan laporan tahunan perusahaan yang

diambil dari situs www.BEI5000.com, kemudian situs Bursa Efek Indonesia

(BEI) yaitu www.idx.co.id, Indonesian Capital Market Directory (ICMD),

Fact Book dan diambil langsung dari Indonesian Capital Market Electronic

Library (ICMEL) yang terdapat di Bursa Efek Indonesia. Dan sebagai data

49

50

tambahan berupa daftar KAP yang diambil dari situs Institut Akuntan Publik

Indonesia (IAPI).

B. Metode Penentuan Sampel

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Populasi dalam penelitian

ini adalah perusahaan manufaktur yang listing di BEI. Dengan periode

pengamatan dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011. Sampel adalah

sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Pemilihan sampel berdasarkan

metode purposive sampling atau judgement sampling yang merupakan tipe

pemilihan sampel yang didasarkan atas pertimbangan pribadi (Nazir, 2011).

Untuk memenuhi pembahasan permasalahan dalam penelitian ini maka

sampel yang dipilih adalah sampel dengan kriteria sebagai berikut:

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI, dengan kriteria terdaftar

sebagai perusahan publik selama periode 1 Januari 2009 sampai 31

Desember 2011.

2. Perusahaan memiliki data yang lengkap terkait dengan variabel yang

digunakan dalam penelitian ini. Yang dimaksud lengkap adalah

perusahaan harus memiliki data sebagai berikut:

a. Laporan keuangan (audited) atau laporan tahunan (apabila laporan

keuangan tidak diperoleh) untuk periode yang berakhir pada tanggal

31 Desember 2009 sampai dengan 31 Desember 2011.

b. Data susunan dewan komisaris dan komite audit.

51

c. Nama akuntan publik yang mengaudit laporan keuangan perusahaan,

tertera dengan jelas pada laporan keuangan yang dipublikasikan di

BEI.

3. Perusahaan yang terdaftar di BEI tidak melakukan transaksi akuisisi dan

merger selama 1 Januari 2009 sampai 31 Desember 2011.

4. Laporan keuangan disajikan dalam mata uang rupiah.

C. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pengumpulan data sekunder, yaitu data diperoleh dari beberapa literatur yang

berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti, penelusuran data ini diperoleh

dengan cara:

1. Penelusuran secara manual, untuk data dalam bentuk kertas hasil cetakan.

Data yang disajikan dalam bentuk kertas hasil cetakan yang digunakan

dalam penelitian ini antara lain berupa buku dan jurnal ilmiah.

2. Penelusuran dengan menggunakan komputer untuk data berbentuk data

elektronik. Data ini antara lain berupa laporan keuangan yang terdapat di

ICMEL BEI dan yang dipublikasikan di situs BEI yang berupa data

elektronik dari internet.

D. Metode Analisis

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

analisis statistik yang perhitungannya dilakukan dengan menggunakan SPSS

52

versi 16. Analisis ini bertujuan untuk menentukan pengaruh antara variabel

mekanisme corporate governance dan kualitas kantor akuntan publik.

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah metode-metode yang berkaitan dengan

pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan

informasi yang berguna. Statistik deskriptif hanya memberikan informasi

mengenai data yang dipunyai dan sama sekali tidak menarik inferensia atau

kesimpulan apapun tentang gugus induknya yang lebih besar. Contoh

statistik deskriptif yang sering muncul adalah tabel, diagram, grafik, dan

besaran-besaran lain di majalah atau koran. Dengan statistika deskriptif,

kumpulan data yang diperoleh akan tersaji dengan ringkas dan rapih serta

dapat memberikan informasi-informasi inti dari kumpulan data yang ada.

Informasi yang dapat diperoleh dari statistika deskriptif ini adalah ukuran

pemusatan data, ukuran penyebaran data, serta kecendrungan suatu gugus

data.

Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan informasi mengenai

karakteristik variabel penelitian dengan demografi responden. Statistik

deskriptif menjelaskan skala jawaban pada setiap variabel yang diukur dari

minimum, maksimum rata-rata dan standar deviasi, juga untuk mengetahui

demografi responden yang terdiri dari kategori, jenis kelamin, pendidikan,

posisi, dan lama bekerja (Ghozali, 2009:19).

53

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti

diketehui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual

mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik

menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil (Ghozali, 2011:160).

Screening terhadap normalitas data merupakan langkah awal yang

harus dilakukan untuk setiap analisis multivariate, khususnya jika

tujuannya adalah inferensi. Jika terdapat normalitas, maka residual akan

terdistribusi secara normal dan independen. Yaitu perbedaan antara nilai

prediksi dengan skore yang sesungguhnya atau error akan terdistribusi

secara simetri di sekitar nilai means sama dengan nol (Ghozali, 2011: 29-

30).

Cara lain adalah dengan melihat distribusi dari variabel-variabel yang

akan diteliti. Walaupun normalitas suatu variabel tidak selalu diperlukan

dalam analisis akan tetapi hasil uji statistik akan lebih baik jika semua

variabel berdistribusi normal. Jika variabel tidak terdistribusi dengan

normal (menceng ke kiri atau menceng ke kanan) maka hasil uji statistik

akan terdegradasi. Normalitas suatu variabel umumnya dideteksi dengan

grafik atau uji statistik sedangkan normalitas nilai residual dideteksi

dengan metode grafik.

54

Dalam penelitian ini digunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov

yang merupakan salah satu alat pendeteksi normalitas data (Ghozali,

2011:30-32).

b. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model

regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel

independen. Multikolinieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan

lawannya variance inflation factor (VIF). Tolerance mengukur

variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh

variabel independen lainnya. Nilai cut off yang umum dipakai untuk

menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai Tolerance ≤ 0,10 atau

sama dengan nilai VIF ≥ 10 (Ghozali, 2011: 105-106).

c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi

linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan

kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi

korelasi, maka ada dinamakan problem autokorelasi (Ghozali, 2011:110).

Dalam penelitian ini digunakan uji Durbin-Watson (DW test) yang

merupakan salah satu alat pendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi

(Ghozali, 2011:111).

d. Uji Heteroskedastisitas

55

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas, jika berbeda

disebut heteroskedastisitas (Ghozali, 2011:139). Model regresi yang baik

adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.

Dalam penelitian ini digunakan uji statistik Glejser yang merupakan

salah satu alat pendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas (Ghozali,

2011:139-143).

3. Uji Hipotesis

Metode analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah metode

regresi berganda, yaitu regresi yang digunakan untuk mengetahui seberapa

besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Adapun

rumus regresi berganda sebagai berikut.

Y = α + βX1 + βX2 + βX3 + βX4 + βX5 + βX6 + e

Dimana:

Y= Integritas Laporan Keuangan

α = Konstanta, harga Y bila X= 0

β= Koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan ataupun

penurunan variabel terikat (Y) yang didasarkan pada variabel bebas

(X)

X1= Kepemilikan Instituisonal

X2= Kepemilikan Manajerial

56

X3= Komite Audit

X4= Komisaris Independen

X5=Kualitas KAP Badan Usaha Jumlah Patner dan Izin Akuntan

X6= Ukuran Perusahaan (Firm Size) sebagai Variabel Kontrol

e = Error

Pengujian hipotesis dilakukan melalui uji koefisien determinan

Adjusted R Square (Adj R2), uji F dan uji t.

a. Uji Adj R2

Koefisien determinasi (Adj R2) pada intinya adalah mengukur

seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel

dependen. Nilai Adj R2 adalah diantara nol dan satu. Jika nilai Adj R2

berkisar hampir satu, berarti semakin kuat kemampuan variabel

independen dalam menjelaskan variabel dependen dan sebaliknya jika

nilai Adj R2 semakin mendekati angka nol, berarti semakin lemah

kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen

(Ghozali, 2011:97).

b. Uji F

Uji ini pada dasarnya menunujukkan apakah semua variabel

independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh

secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen (Ghozali,

2011:98). Jika nilai signifikansi < 0,05 maka Ha diterima dan

sebaliknya, jika nilai signifikansi > 0,05 maka Ha ditolak.

57

c. Uji t

Uji ini pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu

variabel independen secara individual (parsial) dalam menerangkan

variasi-variabel dependen (Ghozali, 2011:98). Langkah yang digunakan

untuk menguji hipotesis ini adalah dengan menentukan level of

significance-nya. Level of significance yang digunakan adalah sebesar 5

% atau (α) = 0,05. Jika sign. t > 0,05 maka Ha ditolak namun jika sign. t

< 0,05 maka Ha diterima dan berarti terdapat pengaruh yang signifikan

antara variabel independen dengan variabel dependen (Ghozali,

2011:99).

D. Operasional Variabel Penelitian

1. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah integritas laporan

keuangan. Dalam penelitian ini integritas laporan keuangan diukur dengan

menggunakan konservatisme. Alasan untuk menggunakan konservatisme

sebagai proksi integritas laporan keuangan adalah konservatisme identik

dengan laporan keuangan yang understate yang resikonya lebih kecil

daripada laporan keuangan yang overstate sehingga laporan keuangan

yang dihasilkan akan lebih reliabel, memenuhi kriteria karakteristik

kualitatif informasi akuntansi sesuai dengan ketentuan SFAC No. 2

Penman dan Zhang (2002) dalam (Jama’an, 2008:18).

58

Instrumen penelitian menggunakan model indeks conservatism yang

dikemukakan oleh Penman dan Zhang (2002) dan diadopsi oleh Jama’an

(2008:18) yang menjelaskan kualitas laba yang dihasilkan tergantung dari

pertumbuhan investasi perusahaan. Variabel pengukuran integritas laporan

keuangan memiliki rumus sebagai berikut:

C it = (RP resit + DEPR res

it)NOA it

Keterangan:

C it = Indeks conservatism perusahaan i pada tahun t.

RP it = jumlah biaya riset dan pengembangan yang ada dalam laporan

keuangan perusahaan i pada tahun t.

DEPR it = biaya depresiasi yang terdapat dalam laporan keuangan

perusahaan i pada tahun t.

NOA it = net operating assets, yang diukur dengan rumus kewajiban

keuangan bersih (total utang + total saham + total dividen) – (kas + total

investasi ) perusahaan i pada tahun t.

2. Variabel Independen

Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

mekanisme corporate governance yang didefinisikan sebagai suatu sistem

yang terdiri dari proses pengelolaan dan proses pengawasan terhadap

pengelolaan (Kurniawan, 2012:22). Variabel ini merupakan variabel yang

59

tidak diukur secara mandiri, tetapi diukur dengan menggunakan empat

dimensi variabel, yaitu:

a. Kepemilikan Institusional (X1)

Diukur dengan persentase jumlah saham yang dimiliki institusi

dari seluruh modal saham yang beredar.

b. Kepemilikan Manajerial (X2)

Diukur dengan persentase kepemilikan saham yang dimiliki

oleh manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan

keputusan perusahaan (komisaris dan direksi) dari seluruh modal

saham perusahaan yang beredar (Saputri, 2010:64).

c. Komite Audit (X3)

Diukur dengan persentase jumlah komite audit yang berasal

dari komisaris independen dari seluruh jumlah komite audit.

d. Komisaris Independen (X4)

Diukur dengan persentase anggota dewan komisaris

independen dari seluruh jumlah komisaris perusahaan.

Variabel independen selanjutnya adalah kualitas Kantor Akuntan

Publik (KAP) yang terbagi dalam:

e. Kualitas KAP Badan Usaha (Jumlah patner izin akuntan) (X5)

Variabel ini menggunakan ukuran KAP proporsi jumlah patner

dalam badan usaha persekutuan paling sedikit 3 (tiga) rekan yang

mempunyai nomor izin akuntan dan atau 75 % dari jumlah patner

60

adalah akuntan publik yang diukur dengan menggunakan variabel

dummy dan diberi nilai 1 jika patner sekutu mempunyai nomer izin

akuntan lebih dari 3 (tiga) orang dan 0 jika jumlah sekutu akuntan

kurang dari 3 (tiga) rekan dan atau kurang dari 75 % jumlah patner

adalah akuntan publik (Jama’an, 2008:55-56).

Variabel independen yang merupakan variabel kontrol selanjutnya

adalah:

f. Ukuran Perusahaan (firm size) (X6)

Variabel ini merupakan variabel kontrol dalam penelitian ini.

Variabel ini peneliti masukkan ke dalam model, karena peneliti

percaya atau menduga bahwa variabel-variabel tersebut juga

berpengaruh terhadap variabel terikat dan variabel bebas. Firm size

diproksi ke dalam LnAsset perusahaan pada tiap akhir tahun

pengamatan. Ukuran perusahaan diwakili dengan nilai logaritma

dari assets. Logaritma natural dari total aset perusahaan dapat

menunjukkan bahwa semakin besar ukuran atau aset perusahaan

berarti semakin besar juga angka ekponesial atau logaritmanya.

61

Tabel 3.1Operasionalisasi Variabel

VARIABEL KONSEP PROKSI SKALAUKUR

Variabel

Dependen (Y):

Integritas

Laporan

Keuangan

(Lestari dan

Tintri, 2010),

(Jama’an,

2008), (Saputri,

2010) dan

(Hardiningsih,

2010)

Integritas laporan

keuangan di proksikan

dengan konservatisme.

Karena konservatisme

sendiri identik dengan

laporan keuangan yang

understate yang

resikonya lebih kecil

dibanding laporan

keuangan yang

overstate. jadi laporan

keuangan yang

memenuhi karakteristik

di atas akan lebih

reliabel.

Konservatisme dengan

rumus:

C it = (RP resit + DEPR res

it)

NOA it

Keterangan:

C it = Indeks

conservatism perusahaan i

pada tahun t.

RP it = jumlah biaya riset

dan pengembangan yang ada

dalam laporan keuangan

perusahaan i pada tahun t.

DEPR it = biaya depresiasi

yang terdapat dalam laporan

keuangan perusahaan i pada

tahun t.

NOA it = net operating

assets, yang diukur dengan

rumus kewajiban keuangan

bersih (total utang + total

saham + total dividen) – (kas

+ total investasi )

perusahaan i pada tahun t.

Rasio

Bersambung pada halaman berikutnya

62

Tabel 3.1 (Lanjutan)

VARIABEL KONSEP PROKSI SKALAUKUR

VariabelIndependen (X)

MekanismeCorporate

GovernanceX1:

KepemilikanInstitusional

X2:KepemilikanManajerialX3: Komite

AuditX4: Komisaris

Independen

(Lestari danTintri, 2010),

(Jama’an,2008), (Saputri,

2010) dan(Hardiningsih,

2010)

Mekanisme Corporate

Governance merupakan

sistem pengelolaan dan

pengawasan dari

pengelolaan yang

dilakukan. Dengan

upaya mewujudkan

Good Corporate

Governance diharapkan

perusahaan akan

memiliki akuntanbilitas

yang baik sehingga

integritas laporan

keuangan yang menjadi

inti krusial dari dunia

akuntansi dapat

terwujud.

1. Proporsi kepemilikan

institusional yang diukur

dengan Persentase saham

yang dimiliki oleh institusi

dari seluruh modal saham

yang beredar.

2. Proporsi kepemilikan

manajemen diukur dengan

Persentase saham yang

dimiliki oleh manajemen

dari seluruh modal saham

yang beredar.

3. Keberadaan dan jumlah

komite audit, diukur dengan

persentase jumlah komite

audit yang berasal dari

komisaris independen dari

seluruh jumlah komite audit.

4. Keberadaan komisaris

independen, yang diukur

dengan persentase anggota

dewan komisaris independen

dari seluruh jumlah

komisaris perusahaan.

Rasio

Rasio

Rasio

Rasio

Bersambung pada halaman berikutnya

63

Tabel 3.1 (Lanjutan)

VARIABEL KONSEP PROKSI SKALAUKUR

Kualitas Kantor

Akuntan Publik:

X5: Kualitas

KAP Badan

Usaha Jumlah

Patner dan Izin

Akuntan

Jama’an (2008)

Kualitas Kantor

Akuntan Publik

diwujudkan dengan

jumlah patner (sekutu)

yang mempunyai izin

akuntan publik

dianggap dapat

mempengaruhi

integritas laporan

keuangan perusahaan.

Kualitas KAP badan usaha,

variabel ini menggunakan

ukuran KAP proporsi jumlah

patner dalam badan usaha

persekutuan paling sedikit 3

(tiga) rekan yang

mempunyai nomor izin

akuntan dan atau 75% dari

jumlah patner adalah

akuntan publik yang diukur

dengan menggunakan

variabel dummy dan diberi

nilai 1 jika patner sekutu

mempunyai nomor izin

akuntan lebih dari 3 (tiga)

orang dan nilai 0. Jika

jumlah sekutu akuntan

kurang dari 3 (tiga) rekan

dan atau kurang dari 75%

jumlah patner adalah

akuntan publik.

Nominal

Bersambung pada halaman berikutnya

64

Tabel 3.1 (Lanjutan)

VARIABEL KONSEP PROKSI SKALAUKUR

Variabel

Independen

Kontrol:

Ukuran

Perusahaan

(Firm Size)

Jama’an (2008)

Variabel kontrol dalam

penelitian ini adalah

variabel yang

dimasukkan ke dalam

model yang peneliti

percaya atau menduga

bahwa variabel-

variabel tersebut juga

berpengaruh terhadap

variabel terikat dan

variabel bebas. Dalam

penelitian ini variabel

kontrol adalah ukuran

perusahaan (FIRM

SIZE) dimasukan

kedalam model untuk

memperoleh bukti-

bukti empiris apakah

variabel tersebut

berinteraksi secara

positif signifikan

terhadap integritas

informasi laporan

keuangan perusahaan.

Firm size diproksi ke dalam

LnAsset perusahaan pada

tiap akhir tahun pengamatan.

Ukuran perusahaan diwakili

dengan nilai logaritma dari

assets. Logaritma atau

eksponen dari total aset

perusahaan dapat

menunjukkan bahwa

semakin besar ukuran atau

aset perusahaan berarti

semakin besar juga angka

ekponensial atau angka

logaritmanya.

Rasio

Data yang diolah 2013

65

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian

Penelitian ini mengambil sampel perusahaan yang tergolong dalam

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari

tahun 2009 sampai dengan tahun 2011. Pemilihan perusahaan-perusahaan

publik yang masuk kategori perusahaan manufaktur ini didasarkan pada

pertimbangan akan homogenitas dalam aktivitas produksinya dan kelompok

industri ini yang relatif lebih besar jika dibandingkan dengan kelompok

industri yang lain di BEI. Perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian

ini adalah sebanyak 66 perusahaan manufaktur yang listing di BEI dengan

periode pengamatan selama 3 tahun sehingga diperoleh data observasi

sebanyak 198. Kriteria-kriteria perusahaan yang djadikan sampel dalam

penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 4.1 dibawah ini:

Tabel 4.1Rincian Sampel Penelitian

No Kriteria Jumlah

1Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI dari Tahun 2009sampai dengan 2011

123

2Perusahaan tersebut memiliki data lengkap terkait dengan variabelyang diteliti

94

3Perusahaan melakukan transaksi akuisisi dan merger selama 1 Januari2009 sampai 31 Desember 2011

(20)

4Perusahaan menyajikan laporan keuangan selain dalam bentukRupiah

(8)

5 Perusahaan yang memenuhi kriteria 666 Total sampel penelitian selama 3 periode 198

Sumber: Data sekunder yang diolah 2013

65

66

B. Analisis Hasil dan Pembahasan

1. Statistik Deskriptif

Sebelum melakukan pengujian secara kemaknaan pengaruh variabel

mekanisme corporate governance dan kualitas kantor akuntan publik

terhadap integritas laporan keuangan terlebih dahulu akan ditinjau

mengenai deskripsi variabel penelitian dengan analisis statistik deskriptif.

Statistik deskriptif memberikan gambaran suatu data yang dapat dilihat

dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, nilai maksimum dan minimum.

Selengkapnya mengenai hasil statistik deskriptif penelitian dapat dilihat

pada tabel 4.2 sebagai berikut:

Tabel 4.2Hasil Uji Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std.Deviation

CONINSTMANJKAKIKKAPPIZALNASSETValid N(Listwise)

198198198198198198198198

-2.0085.0000.0000.2500.2000.0000

24.9700

5.5194.9818.7000.5000

1.00001.0000

31.3000

.086634

.688177

.040344

.332882

.411320

.9848482.7505E1

.4776410

.1902788

.1028563

.0330541

.1252263

.12246511.2667957

Sumber: Data sekunder diolah 2013

Tabel 4.2 di atas menunjukkan statistik deskriptif masing-masing

variabel penelitian. Berdasarkan Tabel 4.2, hasil analisis dengan

menggunakan statistik deskriptif terhadap integritas laporan keuangan

(CON) menunjukkan nilai minimum sebesar -2,0085, nilai maksimum

sebesar 5,5194 dengan rata-rata sebesar 0,086634 dan standar deviasi

67

0,4776410. Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif

terhadap kepemilikan institusional (INST) menunjukkan nilai minimum

sebesar 0,0000, nilai maksimum sebesar 0,9818 dengan rata-rata sebesar

0,688177 dan standar deviasi 0,1902788. Hasil analisis dengan

menggunakan statistik deskriptif terhadap kepemilikan manajerial

(MANJ) menunjukkan nilai minimum sebesar 0,0000, nilai maksimum

sebesar 0,7000 dengan rata-rata sebesar 0,040344 dan standar deviasi

0,1252263.

Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap

komite audit (KA) menunjukkan nilai minimum sebesar 0,2500, nilai

maksimum sebesar 0,5000 dengan nilai rata-rata 0,332882 dan standar

deviasi 0,0330541. Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif

terhadap komisaris independen (KI) menunjukkan nilai minimum sebesar

0,2000, nilai maksimum sebesar 1,0000 dengan nilai rata-rata 0,411320

dan standar deviasi 0,0330541.

Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap

kualitas kantor akuntan publik badan usaha jumlah patner dan izin

akuntan (KKAPPIZA) menunjukkan nilai minimum sebesar 0,0000, nilai

maksimum sebesar 1,0000 dengan nilai rata-rata 0,984848 dan standar

deviasi 0,1224651.

Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap

variabel kontrol LNASSET menunjukkan nilai minimum sebesar 24,9700,

68

nilai maksimum sebesar 31,3000 dengan nilai rata-rata 2.7505E1 dan

standar deviasi 1.2667957.

Variabel integritas laporan keuangan, kepemilikan institusional,

kepemilikan manajerial, komite audit, komisaris independen dan LnAsset

menggunakan skala pengukuran rasio. Dari variabel di atas tersebut,

terdapat variabel yang memiliki nilai rata-rata yang lebih besar dari nilai

standar deviasinya, yang menunjukkan bahwa kualitas data dari variabel

tersebut cukup baik, karena nilai rata-rata yang lebih besar dari nilai

standar deviasinya. Variabel tersebut diantaranya adalah kepemilikan

institusional, komite audit, komisaris independen dan LnAsset. Sedangkan

variabel integritas laporan keuangan dan kepemilikan manajemen

memiliki nilai rata-rata yang lebih rendah dari standar deviasinya, yang

menunjukkan bahwa kualitas data dari variabel tersebut kurang baik.

Sedangkan untuk variabel kualitas kantor akuntan publik badan usaha

jumlah patner dan izin akuntan yang menggunakan skala pengukuran

nominal, nilai rata-rata dan standar deviasi tidak tepat digunakan sebagai

alat analisis kualitas data, karena kode angka yang digunakan dalam skala

pengukuran nominal hanya berfungsi sebagai label kategori semata tanpa

nilai instrinsik dan tidak memiliki arti apa-apa (Ghozali, 2011:4).

69

2. Hasil Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik diperlukan agar model regresi menjadi suatu

model yang lebih reperesentatif. Analisis data uji asumsi klasik dalam

penelitian ini antara lain melalui uji normalitas, multikolonieritas,

autokorelasi dan heteroskedastisitas.

a. Hasil Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji statistik

Kolmogorov-Smirnov. Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah

dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki

distribusi normal. Seperti diketahui uji t dan F mengasumsikan bahwa

nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar,

maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil

(Ghozali, 2011:160).

Screening terhadap normalitas data merupakan langkah awal yang

harus dilakukan untuk setiap analisis multivariate, khususnya jika

tujuannya adalah inferensi. Jika terdapat normalitas, maka residual

akan terdistribusi secara normal dan independen. Yaitu perbedaan

antara nilai prediksi dengan score yang sesungguhnya atau error akan

terdistribusi secara simetri di sekitar nilai means sama dengan nol

(Ghozali, 2011: 29-30). Model regresi yang baik adalah model regresi

yang memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Di

bawah ini adalah hasil dari uji Kolmogorov-Smirnov.

70

Tabel 4.3Hasil Uji Normalitas Data

One Sample Kolmogorov-Smirnov TestUnstandardized

ResidualNNormal Parameters Mean

Std. DeviationMost Extreme Differences Absolute

PositiveNegatif

Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)

198.0000000

.46504049.290.290

-.2554.081

.000a. Test distribution is Normalb. Calculated from data

Sumber: Data sekunder diolah 2013

Berdasarkan tabel 4.3 hasil uji normalitas data untuk tahun 2009

sampai dengan 2011, dapat dilihat bahwa data dalam penelitian ini

tidak terdistribusi dengan normal dengan Asymp. Sig. (2-tailed) 0,000

atau lebih kecil dari 0,05.

Di bawah ini adalah langkah screening dan perbaikan terhadap

normalitas data yang kemudian dimaksudkan untuk menjadikan data

yang residualnya tidak terdistribusi dengan normal menjadi data yang

residualnya terdistribusi dengan normal. Berikut langkah yang

dilakukan oleh peneliti:

1) Peneliti melakukan screening secara statistik melalui dua

komponen normalitas yaitu skewness dan kurtosis (Ghozali,

2011: 30). Berikut adalah hasil uji statistik deskriptifnya:

71

Tabel 4.4

Hasil Uji Statistik Deskriptif(Skewness dan Kurtosis)

Descriptive Statistics

N Skewness Kurtosis

ZSkewness ZKurtosisStatistic Statistic Std. Error Statistic Std. Error

CON 198 7.195 .173 87.759 .344 41.33213 252.0685

INST 198 -.624 .173 .057 .344 -3.58461 0.16372

MANJ 198 4.476 .173 24.408 .344 25.71266 70.10664

KA 198 2.424 .173 16.326 .344 13.92482 46.89286

KI 198 2.234 .173 6.683 .344 12.83335 19.19546

KKAPPIZA 198 -7.999 .173 62.616 .344 -45.9508 179.8508

LNASSET 198 .368 .173 .242 .344 3.682265 0.695092

Valid N (listwise) 198

Diketahui bahwa data untuk alpha 0,05 nilai kritisnya +

1,96. Dari hasil screening secara statistik di atas, dapat kita

lihat bahwa variabel yang terdistribusi dengan normal

adalah variabel INST dan LNASSET karena zskewness atau

zkurtosisnya mendekati nilai kritis 1,96. Sedangkan variabel

yang lain berada jauh dari titik kritis 1,96 sehingga variabel

tersebut tidak terdistribusi dengan normal.

2) Peneliti melakukan screening normalitas dengan grafik

histogram. Peneliti melakukan hal ini sebagai dasar untuk

melakukan transformasi data untuk memperbaiki normalitas

Sumber: Output SPSS dan data sekunder diolah 2013

72

data yang ada (Ghozali, 2011:34). (Output grafik histogram

akan dilampirkan di bagian belakang).

3) Untuk memperbaiki distribusi variabel CON, maka

dilakukan tindakan transformasi Ln, sehingga menjadi

LNCON, kemudian variabel MANJ dilakukan tindakan

transformasi SQRT, sehingga menjadi SQRTMANJ,

selanjutnya variabel KA dilakukan tindakan transformasi

Ln, sehingga menjadi LNKA, kemudian variabel KI

dilakukan tindakan transformasi SQRT, sehingga menjadi

SQRTKI, dan yang terakhir adalah variabel KKAPPIZA

dilakukan tindakan transformasi SQRT, sehingga menjadi

SQRTKKAPPIZA.

4) Setelah peneliti melakukan transformasi data pada variabel

yang tidak terdistribusi normal, peneliti melakukan langkah

penting yang menjadikan data dalam penelitian ini menjadi

terdistribusi dengan normal. Yaitu peneliti melakukan

pembuangan data outlier atau data yang memiliki

karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari

observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai

ekstrim baik untuk sebuah variabel tunggal atau variabel

kombinasi. Panduan dalam melakukan hal ini terdapat

dalam Ghozali (2011:41) yang sangat membantu peneliti

dalam mendapatkan data yang terdistribusi dengan normal.

73

Setelah peneliti melakukan screening dan langkah perbaikan di

atas, sebanyak 28 sampel data dibuang oleh peneliti. Sehingga jumlah

sampel tidak lagi 198 melainkan 170 sampel data.

Tabel 4.5Hasil Uji Normalitas Data

One Sample Kolmogorov-Smirnov TestUnstandardized

ResidualNNormal Parameters Mean

Std. DeviationMost Extreme Differences Absolute

PositiveNegatif

Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)

170.0000000

1.20355323.092.088

-.0921.202

.111a. Test distribution is Normalb. Calculated from dataSumber: Data sekunder diolah 2013

Berdasarkan tabel 4.5 hasil uji normalitas data untuk tahun 2009

sampai dengan 2011, dapat dilihat bahwa data dalam penelitian ini telah

terdistribusi dengan normal dengan Asymp. Sig. (2-tailed) 0,111 atau

lebih besar dari 0,05.

b. Hasil Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam

model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen

dan model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari

masalah tersebut. Selengkapnya mengenai hasil uji multikolonieritas

dapat dilihat pada tabel 4.6 di bawah ini.

74

Tabel 4.6Hasil Uji Multikolonieritas

Coefficientsa

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

INST .741 1.350

SQRTMANJ .696 1.437

LNKA .977 1.023

SQRTKI .909 1.100

SQRTKKAPPIZA .938 1.066

LNASSET .808 1.237

a. Dependent Variable: LNCONSumber: Data sekunder diolah 2013

Dari tabel 4.6 di atas dapat diketahui nilai tolerance masing-

masing variabel di atas 0,1 dan nilai VIF masing-masing variabel juga

di bawah 10 dan mendekati 1. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak

terjadi multikolonieritas antar variabel independen dalam model

regresi dalam penelitian ini.

c. Hasil Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji Durbin

Watson (D-W). Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah

dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antara kesalahan

pengganggu pada periode tertentu dengan periode sebelumnya. Model

regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari masalah

autokorelasi. Selengkapnya mengenai hasil uji autokorelasi penelitian

dapat dilihat pada tabel 4.7 di bawah ini.

75

Tabel 4.7Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .352a .124 .092 1.22550 1.897

a. Predictors: (Constant), LNASSET, SQRTKKAPPIZA, LNKA, INST, SQRTKI, SQRTMANJb. Dependent Variable: LNCON

Sumber: Data sekunder diolah 2013

Dari tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa nilai D-W adalah

sebesar 1,897. Dengan jumlah predictors sebanyak 6 (enam) buah dan

sampel penelitian sebanyak 170 perusahaan (n=170). Berdasarkan

tabel di atas nilai D-W berada pada area tidak ada autokorelasi, di

mana perhitungan yang bersumber dari tabel 13 Durbin-Watson

(Ghozali, 2011:433) adalah sebagai berikut. Syarat dikatakan tidak

ada autokorelasi adalah du < d < 4-du. Diketahui du = 1,831 dan d =

1,897, selanjutnya 4-du adalah 4 – 1,831 = 2,169. apabila

diperhatikan, terlihat bahwa nilai d lebih besar dari nilai du, dan nilai

d lebih kecil dari nilai 4-du. Jadi kesimpulannya bahwa model regresi

dalam penelitian ini tidak terjadi autokorelasi.

d. Hasil Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut

76

homoskedastisitas, jika berbeda disebut heteroskedastisitas (Ghozali,

2011: 139).

Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak

terjadi heteroskedastisitas. Uji yang digunakan adalah uji Glejser. Uji

Glejser dilakukan dengan cara meregresikan antara variabel

independen dengan nilai absolut residualnya. Jika nilai signifikansi

antara variabel independen dengan absolut residual lebih dari 0,05

maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas. Selengkapnya

mengenai hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada tabel 4.8 di

bawah ini:

Tabel 4.8Hasil Uji Heterokedastisitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.B Std. Error Beta

1 (Constant) 3.242 2.022 1.603 .111

INST .023 .458 .005 .051 .959

SQRTMANJ -.585 .539 -.101 -1.087 .279

LNKA .208 1.021 .016 .204 .839

SQRTKI -.879 .964 -.074 -.912 .363

SQRTKKAPPIZA -.245 .535 -.037 -.458 .648

LNASSET -.049 .060 -.070 -.817 .415

a. Dependent Variable: ABS_RESSumber: Data sekunder diolah 2013

77

Dari tabel 4.8 dengan jelas menunjukkan bahwa 6 (enam) variabel

independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel

dependen nilai Absolut Residual (ABS_RES).

Variabel independen yang signifikan secara statistik

mempengaruhi variabel dependen nilai Absolut Residual (ABS_RES)

dapat dilihat dari probabilitas signifikansinya di atas tingkat

kepercayaan 5%. Jadi dapat disimpulkan model regresi tidak terjadi

Heteroskedastisitas.

3. Hasil Uji Hipotesis

a. Hasil Adj R2

Pada model regresi berganda penggunaan adjusted R2 (Adj R2),

atau koefisien determinasi yang telah disesuaikan, lebih baik dalam

melihat seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi

variabel dependen bila dibandingkan dengan R2 (koefisien

determinasi). Kelemahan dalam menggunakan nilai R2 adalah karena

adanya bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke

dalam model. Selengkapnya mengenai hasil uji Adj R2 penelitian

dapat dilihat pada tabel 4.9 sebagai berikut:

78

Tabel 4.9Hasil Uji Adj R2

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .352a .124 .092 1.22550 1.897

a. Predictors: (Constant), LNASSET, SQRTKKAPPIZA, LNKA, INST, SQRTKI, SQRTMANJ

b. Dependent Variable: LNCON

Dari tabel 4.9 di atas diketahui bahwa koefisien determinasi yang

disesuaikan (Adjusted R Square) sebesar 0,092 atau sebesar 9,2%. Hal

ini berarti 9,2% dari variabel dependen yaitu integritas laporan

keuangan dapat dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen

(kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit,

komisaris independen, kualitas kantor akuntan publik badan usaha

jumlah patner dan izin akuntan, serta variabel kontrol LNASSET).

Sedangkan sisanya yaitu sebesar 90,8% dijelaskan oleh faktor-faktor

lain yang tidak dimasukkan ke dalam penelitian ini seperti

independensi auditor dan kualitas audit Hardiningsih (2010:61-76),

ukuran dewan direksi dan reputasi auditor Saputri (2010:91), kualitas

kantor akuntan publik audit brand name, kualitas kantor akuntan

publik spesialisasi auditor, ukuran dewan komisaris Jama’an

(2008:32) dan lain-lain.

Dari tabel 4.9 di atas juga diketahui bahwa nilai R adalah 0,352

yang berarti bahwa terjadi hubungan yang tidak kuat antara

kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit,

79

komisaris independen, kualitas kantor akuntan publik badan usaha

jumlah patner dan izin akuntan dan variabel kontrol LNASSET

terhadap integritas laporan keuangan karena memiliki nilai R < 0,5.

b. Hasil Uji F

Uji F bertujuan untuk mengetahui apakah seluruh variabel

independen secara bersama-sama (simultan) memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap variabel dependen. Selengkapnya mengenai hasil

uji F penelitian dapat dilihat di tabel 4.10 di bawah ini:

Tabel 4.10Hasil Uji F

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 34.637 6 5.773 3.844 .001a

Residual 244.803 163 1.502

Total 279.440 169

a. Predictors: (Constant), LNASSET, SQRTKKAPPIZA, LNKA, INST, SQRTKI, SQRTMANJ

b. Dependent Variable: LNCON

Sumber: Data sekunder diolah 2013

Dari tabel 4.10 di atas menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar

3,844 dengan nilai sig. sebesar 0,001. Hal ini menunjukkan bahwa

model regresi dapat digunakan untuk memprediksi integritas laporan

keuangan karena nilai sig. < alpha (α = 5%). Maka hal ini

menunjukkan bahwa terdapat pengaruh simultan antara variabel

independen dengan variabel dependen dalam penelitian ini.

c. Hasil Uji t

80

Uji t bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh variabel

independen secara individual (parsial), yaitu kepemilikan institusional,

kepemilikan manajerial, komite audit, komisaris independen, kualitas

kantor akuntan publik badan usaha jumlah patner dan izin akuntan dan

LNASSET dalam menerangkan variabel dependen, yaitu integritas

laporan keuangan. Selengkapnya mengenai hasil uji t penelitian dapat

dilihat di tabel 4.11 sebagai berikut:

Tabel 4.11Hasil Uji t

Coefficientsa

Model

UnstandardizedCoefficients

StandardizedCoefficients

t Sig.B Std. Error Beta

1 (Constant) -14.636 2.784 -5.258 .000

INST 1.161 .630 .157 1.843 .067

SQRTMANJ 1.770 .742 .210 2.387 .018

LNKA -1.743 1.405 -.092 -1.241 .217

SQRTKI -2.246 1.327 -.130 -1.693 .092

SQRTKKAPPIZA .561 .737 .058 .762 .447

LNASSET .342 .083 .335 4.114 .000

a. Dependent Variable: LNCON

Sumber: Data sekunder diolah 2013

Dari tabel 4.11 di atas menunjukkan bahwa koefisien model

regresi memiliki nilai konstanta sebesar -14,636 dengan nilai t hitung

sebesar -5,258 dan nilai sig. sebesar 0,000. Konstanta sebesar -14,636

81

menandakan bahwa jika variabel independen konstan maka rata-rata

integritas laporan keuangan adalah sebesar -14,636.

Kepemilikan institusional (INST) mempunyai t hitung sebesar

1,843 dengan probabilitas signifikansi adalah 0,067. Hal tersebut

menunjukkan bahwa probabilitas signifikansinya di atas 0,05. Hal ini

dapat disimpulkan bahwa (INST) tidak bepengaruh terhadap integritas

laporan keuangan. Hal ini berarti Ha1 ditolak. Hasil penelitian ini tidak

sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Jama’an

(2008:31-32) yang memperoleh hasil bahwa kepemilikan institusional

berpengaruh secara signifikan terhadap integritas laporan keuangan.

Namun, hasil penelitian mendukung penelitian yang dilakukan oleh

Lestari dan Tintri (2010:14), Saputri (2010:95) dan Hardiningsih

(2010:70) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional tidak

berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Hasil penelitian ini

sejalan dengan pandangan atau konsep yang menyatakan bahwa

institusional adalah pemilik yang lebih memfokuskan pada current

earning (Porter, 1992 dalam Hardiningsih, 2010:70). Akibatnya

manajer terpaksa melakukan tindakan yang dapat meningkatkan laba

jangka pendek, misalnya dengan melakukan manipulasi laba (Saputri,

2010:93). Kepemilikan institusional menjadikan manajer menjadi

terikat dengan sebuah target yang diinginkan oleh investor dalam

mendapatkan laba sehingga manajer apabila terdesak besar

kemungkinan akan melakukan tindakan manipulasi.

82

Hasil ini tidak membuktikan hipotesis yang dikemukakan peneliti

bahwa kepemilikan institusional berpengaruh signifikan dengan

integritas laporan keuangan dikarenakan investor institusional akan

mendorong manajer untuk lebih memfokuskan perhatiannya pada

kinerja perusahaan sehingga akan mengurangi perilaku opportunistic

atau mementingkan diri sendiri serta membatasi perilaku manajemen

seperti melakukan pengelolaan laba.

Kepemilkan manajerial (MANJ) mempunyai t hitung sebesar

2,387 dengan probabilitas signifikansi 0,018. Hal tersebut

menunjukkan bahwa probabilitas signifikansinya di bawah 0,05. Hal

ini dapat disimpulkan bahwa (MANJ) berpengaruh secara signifikan

terhadap integritas laporan keuangan. Hal ini berarti Ha2 diterima.

Hasil dari penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Lestari dan Tintri (2010:14) dan menyimpulkan bahwa

variabel kepemilikan manajemen tidak bepengaruh secara signifikan

terhadap integritas laporan keuangan. Namun hasil penelitian ini

sejalan dan mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Saputri

(2010:89-90) dan Hardiningsih (2010:69-71) yang memperoleh hasil

bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap integritas

laporan keuangan.

Hasil penelitian mengenai pengaruh persentase kepemilikan

saham manajerial ini berpengaruh terhadap integritas laporan

keuangan, sehingga hipotesis yang diajukan peneliti diterima.

83

Kepemilikan saham oleh manajerial terkadang menjadi opsi yang

diberikan dalam pembagian dividen berupa hak untuk memiliki saham

perusahaan kepada manajemen perusahaan. Hal ini memiliki maksud

besar agar pihak manajemen memiliki rasa tanggung jawab dalam

memiliki perusahaan dengan mengelola perusahaan dengan baik untuk

mendapatkan nilai lebih (dividen) dari apa yang telah mereka

investasikan.

Di Indonesia, perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI

menurut data yang dikumpulkan peneliti memiliki rata-rata jumlah

kepemilikan manajerial yang kecil. Jumlah persentase yang kecil

memberikan dampak positif bagi integritas laporan keuangan, dan

jumlah persentase yang besar justru memberikan dampak yang negatif

bagi integritas laporan keuangan. Positif dikarenakan, persentase

kepemilikan manajerial dalam jumlah kecil akan menekan manajerial

untuk bertindak tidak opportunistic, self serving dan manipulasi.

Selain itu dampak positif ini dikarenakan juga, kepemilikan yang ada

walaupun kecil menjadikan manajerial merasa bertanggungjawab

dalam mengelola perusahaan untuk memberikan nilai lebih (dividen)

bagi investasinya dalam perusahaan. Dampak negatif justru akan

terjadi apabila jumlah persentase kepemilikan saham oleh manajerial

besar. Karena manajer perusahaan lebih banyak mengetahui informasi

internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang

dibandingkan pemilik. Sehingga manajer diwajibkan memberikan

84

sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik berupa

pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan.

Berdasarkan teori agensi di atas menunjukkan bahwa semakin besar

kepemilikan saham yang dimiliki oleh manajemen ada kecendrungan

akan semakin rendahnya integritas laporan keuangan (Hardiningsih,

2010:70-71).

Keberadaan komite audit (KA) mempunyai t hitung sebesar -

1,241 dengan probabilitas signifikansi sebesar 0,217. Hal ini

menunjukkan bahwa keberadaaan komite audit tidak berpengaruh

terhadap integritas laporan keuangan karena probabilitasnya di atas

0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Ha3 ditolak. Secara intuitif

sebenarnya hasil penelitian ini meragukan mengingat fungsi dari

komite audit yang secara eksplisit seharusnya dapat meningkatkan

integritas laporan keuangan yang disajikan.

Hasil pengujian ini bertentangan dengan Keputusan Ketua

BAPEPAM, Keputusan Menteri BUMN, dan Undang-undang BUMN

yang menyatakan bahwa pembentukan komite audit merupakan suatu

keharusan, dimana komite audit merupakan salah satu komite yang

memiliki peranan penting dalam corporate governance. Hal ini

disebabkan oleh kenyataan bahwa peran komite audit belum efektif

pada rentang waktu penelitian ini. Hasil penelitian ini tidak

mendukung hasil penelitian dari Lestari dan Tintri (2010:14) dan

85

Jama’an (2008:31-32), namun mendukung hasil penelitian

Hardiningsih (2010:69-71).

Keberadaan komisaris independen (KI) mempunyai t hitung

sebesar -1,693 dengan probabilitas signifikansi sebesar 0,092. Hal ini

menunjukkan bahwa keberadaaan komisaris independen tidak

berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan karena

probabilitasnya di atas 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Ha4

ditolak. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian dari

Jama’an (2008:31-32), yang menyatakan bahwa semakin besar

proporsi komisaris independen maka semakin tinggi nilai integritas

laporan keuangan. Dan hasil ini juga tidak mendukung hasil penelitian

dari Beasley (1996) dalam Hardiningsih (2010:69) yang menyatakan

bahwa masuknya dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan

meningkatkan efektifitas dewan tersebut dalam mengawasi manajemen

untuk mencegah terjadinya kecurangan pelaporan keuangan dan lebih

efektif daripada kehadiran komite audit. Kemudian, hasil penelitian ini

mendukung hasil penelitian dari Lestari dan Tintri (2010:14) dan

Hardiningsih (2010:69-71) didukung oleh penelitian Asean

Development Bank yang menyatakan bahwa pemegang saham

mayoritas (pengendali/founders) masih memegang peranan penting

sehingga menjadikan dewan komisaris tidak independen dan fungsi

pengawasan yang seharusnya menjadi tanggung jawab anggota dewan

komisaris menjadi tidak efektif. Sylvia dan Siddharta (2005) dalam

86

Hardiningsih (2010:70) juga menyatakan bahwa keberadaan dan

pengangkatan dewan komisaris independen oleh perusahaan mungkin

saja dilakukan untuk pemenuhan regulasi saja tetapi tidak

dimaksudkan untuk menegakkan Good Corporate Governance (GCG)

di dalam perusahaan.

Kualitas kantor akuntan publik badan usaha izin akuntan

(KKAPPIZA) mempunyai t hitung sebesar 0,762 dengan probabilitas

signifikansi 0,447. Hal tersebut menunjukkan bahwa probabilitas

signifikansinya di atas 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa

(KKAPPIZA) tidak berpengaruh terhadap integritas laporan

keuangan. Hal ini berarti Ha5 ditolak. Hasil penelitian ini tidak sejalan

dengan hipotesis yang diajukan penulis yang menduga bahwa kantor

akuntan publik yang memiliki jumlah minimal 3 rekan yang memiliki

izin akuntan dan atau 75% dari jumlah patner adalah akuntan publik

berpengaruh signifikan terhadap integritas laporan keuangan.

Sehingga diduga memiliki kadar yang cukup untuk menjalankan

tugasnya dalam mengaudit laporan keuangan yang berkualitas pada

perusahaan yang menjadi kliennya. Hasil penelitian ini mendukung

hasil penelitian dari Jama’an (2008:31-32) yang memperoleh hasil

yang tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.

Menurut analisa penulis, kualitas kantor akuntan publik badan

usaha izin akuntan (KKAPPIZA) memperoleh hasil yang tidak

signifikan terhadap integritas laporan keuangan karena KAP yang

87

yang memiliki jumlah patner minimal 3 orang yang memiliki izin

akuntan dan atau 75% dari jumlah patner adalah akuntan publik,

sebagai pengukuran kualitas KAP pada penelitian ini tidak menjamin

kualitas dari masing-masing patner dalam tataran praktek dalam

mengaudit. Faktor lain seperti independensi auditor, review berjenjang

di KAP, spesialisasi auditor yang mengaudit dan kemampuan auditor

mendeteksi kesalahan atau kecurangan menjadi bagian yang terpisah

namun sangat penting dalam menjaga integritas laporan keuangan.

Oleh karena itu izin akuntan publik yang dimiliki tidak menjamin

sepenuhnya kualitas audit yang maksimal dapat terpenuhi.

Ukuran perusahaan (LNASSET) mempunyai t hitung sebesar

4,114 dengan probabilitas signifikansi adalah 0,000. Hal tersebut

menunjukkan bahwa probabilitas signifikansinya di bawah 0,05. Hal

ini dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan (LNASSET)

berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Hal ini berarti Ha7

diterima. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian dari Jama’an

(2008:31-32). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Smith dan

Watts (1992) dalam Jama’an (2008:31-32) yang menyarankan bahwa

ukuran perusahaan berhubungan positif dengan berbagai macam tipe

corporate governance control seperti debt covenant, kebijakan

dividen, dan kompensasi manajemen.

88

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dan pengujian yang telah

dilakukan dengan menggunakan model regresi berganda, maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap integritas laporan

keuangan.

2. Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap integritas laporan

keuangan.

3. Komite audit tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.

4. Komisaris independen tidak berpengaruh terhadap integritas laporan

keuangan.

5. Kualitas kantor akuntan publik badan usaha (jumlah patner izin akuntan)

tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.

6. Ukuran Perusahaan (Firm Size) berpengaruh terhadap integritas laporan

keuangan.

7. Secara bersama-sama (simultan), kepemilikan institusional, kepemilikan

manajerial, komite audit, komisaris independen, kualitas kantor akuntan

publik badan usaha jumlah patner dan izin akuntan serta variabel kontrol

ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap integritas laporan

88

89

keuangan dengan tingkat signifikansi sebesar 0,001. dimana nilai tersebut

lebih kecil dari 0,05.

B. Implikasi

Peneliti mengharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi

pada pengembangan ilmu akuntansi yang khususnya membahas mengenai

integritas laporan keuangan. Di bawah ini adalah kontribusi dan implikasi

tersebut, yaitu:

1. Pihak pemegang saham harus meningkatkan penerapan Good Corporate

Governance (GCG) dalam perusahaan dengan memaksimalkan instrumen-

instrumen GCG seperti kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial,

komite audit, komisaris independen, sekretaris perusahaan, komite GCG

dan lain-lain, serta menjamin peran dari fungsi-fungsi instrumen di atas

berjalan dengan efektif.

2. Pihak manajemen perusahaan harus bersikap profesional atas segala

tanggung jawabnya walaupun mereka memiliki ataupun tidak memiliki

saham pada perusahaan.

3. Bagi Kantor Akuntan Publik (KAP), harus terus meningkatkan kompetensi

dan kecakapan profesinya seperti mengikuti Pendidikan Profesional

Berkelanjutan (PPL) yang diadakan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia

(IAPI) karena melihat belum sepenuhnya integritas laporan keuangan yang

baik dapat diwujudkan, dan melihat tantangan audit ke depan yang

membutuhkan tenaga akuntan publik yang tidak hanya profesional tetapi

90

juga menjunjung tinggi kode etik profesi akuntan publik yang harus

dijaganya.

4. Pihak kreditor, investor, supplier dapat menganalisis tingkat integritas

laporan keuangan yang dibuat perusahaan, karena jika tingkat integritas

laporan keuangan perusahaan sudah dianalisis maka keputusan dapat

diambil dengan tepat.

C. Saran

1. Untuk penelitian selanjutnya, objek penelitian dapat dirubah menjadi

perusahaan pada jenis yang lain seperti perbankan, properti dan real estate

atau dan lain-lain guna melengkapi khasanah hasil penelitian ilmiah yang

dilakukan terhadap integritas laporan keuangan pada perusahaan pada

jenis yang lainnya atau ditambah menjadi seluruh perusahaan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sehingga mendapatkan hasil

penelitian yang lebih baik lagi.

2. Untuk penelitian selanjutnya, indikator penelitian dapat diganti dengan

proxy yang lain ataupun ditambah dengan variabel yang lain seperti

mekanisme ukuran dewan direksi, ukuran dewan komisaris, sekretaris

perusahaan, spesialisasi auditor, kualitas audit, independensi auditor,

ukuran perusahaan dan lain sebagainya.

3. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya menggunakan periode penelitian

yang lebih panjang.

91

4. Bagi perusahaan agar dapat memberikan informasi laporan keuangan yang

disajikan secara benar dan apa adanya.

5. Bagi para investor dan calon investor yang hendak melakukan investasi

sebaiknya berhati-hati dalam memilih perusahaan.

92

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. “Auditing (Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh AkuntanPublik)”, Salemba Empat, Jakarta, 2012.

Andarini, Putri dan Indira Januarti. “Hubungan Karakteristik Dewan Komisarisdan Perusahaan Terhadap Pengungkapan Risk Management Committee(RMC) Pada Perusahaan Go Public Indonesia”, Simposium NasionalAkuntansi XIII Purwokerto, 2010.

Arens, Alvin A., et al. “Auditing and Assurance Service, An IntegratedApproach”, Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey, 2011.

Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19”,Badan Pusat Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2011.

Giri, Efraim Ferdinan. “Pengaruh Tenur Kantor Akuntan Publik (KAP) danReputasi KAP Terhadap Kualitas Audit: Kasus Rotasi Wajib Auditor diIndonesia”, Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto, 2010.

Hardiningsih, Pancawati. “Pengaruh Independensi, Corporate Governance, danKualitas Audit Terhadap Integritas Laporan Keuangan”, KajianAkuntansi, Februari 2010, hal 61-76, 2010.

Haryani, et al. “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Kinerja:Transparansi sebagai Variabel Intervening”, Simposium NasionalAkuntansi XIV Aceh, 2011.

Horngren, Charles T., et al. “Akuntansi”, Edisi ke-6, Jilid 1, Indeks, Jakarta, 2009.

Ikatan Akuntan Indonesia, “Standar Akuntansi Keuangan”, Salemba Empat,Jakarta, 2009.

Indriani, Rini dan Wahiddatul Khoiriyah. “Pengaruh Kualitas PelaporanKeuangan Terhadap Informasi Asimetri”, Simposium Nasional AkuntansiXIII Purwokerto, hal 2, 2010.

Jama’an. “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, dan Kualitas KantorAkuntan Publik Terhadap Integritas Informasi Laporan Keuangan (StudiKasus Perusahaan Publik yang Listing di BEJ) ”, Jurnal Akuntansi danKeuangan, Universitas Diponegoro, Semarang, 2008.

Kurniawan, Wahyu. “Corporate Governance (Dalam Aspek HukumPerusahaan)”, PT. Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, 2012.

93

Lestari, Dian Tri dan Dharma Tintri. “Effect of Corporate GovernanceMechanism and Quality Audit Report on The Integrity of Financial StateOwned Enterprises (SOEs) Listed in Indonesia Stock Exchange (IDX)”,Ungraduate Programe, Faculty of Economics Gunadarma University,Depok, 2010.

Mulyadi, “Auditing”, Salemba Empat, Jakarta, 2011.

Mursalim. “Simultanitas Aktivisme Institusional, Struktur Kepemilikan, KebijakanDeviden dan Utang Dalam Mengurangi Konflik Keagenan (Studi EmpirisPada Perusahaan Go Publik di Indonesia”, Simposium NasionalAkuntansi XII Palembang, 2009.

Nazir, Moh. “Metode Penelitian”, Ghalia Indonesia, Bogor, 2011.

Rahayu, Siti Kurnia dan Ely Suhayati. “Auditing (Konsep Dasar dan PedomanPemeriksaan Akuntan Publik”, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2010.

Rawi dan Munawar Muchlish. “Kepemilikan Manajemen, Kepemilikan Institusi,Leverage, dan Corporate Social Responsibilty”, Simposium NasionalAkuntansi XIII Purwokerto, 2010.

Rustiarini, Ni Wayan. “Pengaruh Corporate Governance Pada HubunganCorporate Social Responsibility dan Nilai Perusahaan”, SimposiumNasional Akuntansi XIII Purwokerto, 2010.

Safiq, Muhamad. “Kepemilikan Manajerial, Konservatisma Akuntansi, dan Costof Debt”, Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto, 2010.

Saputri, Indah. “Pengaruh Reputasi Auditor dan Mekanisme CorporateGovernance Terhadap Integritas Laporan Keuangan”, UniversitasPembangunan Nasional Veteran, Jakarta, 2010.

Sari, Cynthia dan Desi Adhariani. “Konservatisme Perusahaan-Perusahaan diIndonesia dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya”, SimposiumNasional Akuntansi XII Palembang, 2009.

Sriwedari, Tuti. “Mekanisme Good Corporate Governance, Manajemen Laba,dan Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”,Tesis Jurusan Akuntansi Universitas Sumatera Utara, Medan, 2009.

Sulistiyowati, Indah, et al. “Pengaruh Profitabilitas, Leverage, dan GrowthTerhadap Kebijakan Dividen dengan Good Corporate Governancesebagai Variabel Intervening”, Simposium Nasional Akuntansi XIIIPurwokerto, 2010.

94

Suryono, Hari dan Andri Prastiwi. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan danCorporate Governance (CG) Terhadap Praktik PengungkapanSustainability Report (SR) (Studi Pada Perusahaan yang Listed (GoPublik) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2007-2009”, SimposiumNasional Akuntansi XIV Aceh, 2011.

Susiana dan Arleen Herawaty. “Analisis Pengaruh Independensi, MekanismeCorporate Governance, dan Kualitas Audit Terhadap Integritas LaporanKeuangan”, Simposium Nasional Akuntansi X Makassar, 2007.

Wardhani, Ratna dan Herunata Joseph. “Karakteristik Pribadi Komite Audit danPraktik Manajemen Laba”, Simposium Nasional Akuntansi XIIIPurwokerto, 2010.

Wawo, Andi. “Pengaruh Corporate Governance dan Konsentrasi KepemilikanTerhadap Daya Informasi Akuntansi”, Simposium Nasional AkuntansiXIII Purwokerto, 2010.

Widarjo, Wahyu, et al. “Pengaruh Ownership Retention, Investasi Dari Proceeds,dan Reputasi Auditor Terhadap Nilai Perusahaan Dengan KepemilikanManajerial dan Institusional Sebagai Variabel Pemoderasi”, SimposiumNasional Akuntansi XIII Purwokerto, 2010.

Widijanto, Hermadi. “Penganggaran Partisipatif: Efek Pembelajaran TeoriKeagenan dan Penatalayanan Terhadap Kinerja Manajer, dengan Sikapdan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Pemediasi (Suatu PenelitianEkperimental”, Simposium Nasional Akuntansi XII Palembang, 2009.

http://www.idx.co.id

http://www.wikipedia.org

http://www.google.com

http://www.BEI5000.com

95

LAMPIRAN

96

LAMPIRAN 1

DATA SAMPEL

97

Lampiran 1

DAFTAR SAMPEL PERUSAHAAN MANUFAKTUR

NO TAHUN NAMA PERUSAHAAN KODE

1 2009 ARWANA CITRAMULIA Tbk. ARNA

2 2009 BETON JAYA MANUNGGAL Tbk. BTON

3 2009 INDAL ALUMINIUM INDUSTRY Tbk. INAI

4 2009 JAKARTA KYOEI STEEL WORKS Tbk. JKSW

5 2009 JAYA PARI STEEL Tbk. JPRS

6 2009 PELANGI INDAH CANINDO Tbk. PICO

7 2009 DUTA PERTIWI NUSANTARA Tbk. DPNS

8 2009 BERLINA Tbk. BRNA

9 2009 TRIAS SENTOSA Tbk. TRST

10 2009 MALINDO FEEDMILL Tbk. MAIN

11 2009 FAJAR SURYA WISESA Tbk. FASW

12 2009 SURABAYA AGUNG INDUSTRY PULP Tbk. SAIP

13 2009 GAJAH TUNGGGAL Tbk. GJTL

14 2009 MULTI PRIMA SEJAHTERA Tbk. LPIN

15 2009 NIPRESS Tbk. NIPS

16 2009 ARGO PANTES Tbk. ARGO

17 2009 POLYCHEM INDONESIA Tbk. ADMG

18 2009 RICY PUTRA GLOBALINDO Tbk. RICY

19 2009 UNITEX Tbk. UNTX

20 2009 SAT NUSAPERSADA Tbk. PTSN

21 2009 BUDI ACID JAYA Tbk. BUDI

22 2009 CHAMPION PASIFIC INDONESIA Tbk. IGAR

23 2009 LION METAL WORKS Tbk. LION

24 2009 LIONMESH PRIMA Tbk. LMSH

25 2009 CAHAYA KALBAR Tbk. CEKA

26 2009 MAYORA INDAH Tbk. MYOR

27 2009 ALUMINDO LIGHT METAL INDUSTRY Tbk. ALMI

28 2009 TEMBAGA MULIA SEMANAN Tbk. TBMS

29 2009 ASIAPLAST INDUSTRIES Tbk. APLI

30 2009 YANAPRIMA HASTAPERSADA Tbk. YPAS

31 2009 SUMALINDO LESTARI JAYA Tbk. SULI

32 2009 KERTAS BASUKI RAHMAT IND Tbk. KBRI

33 2009 SUPARMA Tbk. SPMA

34 2009 ASTRA OTOPARTS Tbk. AUTO

35 2009 INDO KORDSA Tbk. BRAM

36 2009 MULTISTRADA ARAH SARANA Tbk. MASA

98

37 2009 PRIMA ALLOY STEEL Tbk. PRAS

38 2009 SELAMAT SEMPURNA Tbk. SMSM

39 2009 APAC CITRA CENTERTEX Tbk. MYTX

40 2009 EVER SHINE TEXTILE INDUSTRY Tbk. ESTI

41 2009 SEPATU BATA Tbk. BATA

42 2009 KABELINDO MURNI Tbk. KBLM

43 2009 KMI WIRE AND CABLE Tbk. KBLI

44 2009 DELTA JAKARTA Tbk. DLTA

45 2009 SIANTAR TOP Tbk. STTP

46 2009 ULTRA JAYA Tbk. ULTJ

47 2009 GUDANG GARAM Tbk. GGRM

48 2009 HM SAMPOERNA Tbk. HMSP

49 2009 DARYA VARIA LABOLATORIA Tbk. DVLA

50 2009 KALBE FARMA Tbk. KLBF

51 2009 KIMIA FARMA Tbk. KAEF

52 2009 MERCK Tbk. MERK

53 2009 PYRIDAM FARMA Tbk. PYFA

54 2009 TEMPO SCAN PACIFIC Tbk. TSPC

55 2009 MANDOM INDONESIA Tbk. TCID

56 2009 KEDAUNG INDAH CAN Tbk. KICI

57 2009 KEDAWUNG SETIA INDUSTRIAL Tbk. KDSI

58 2009 LANGGENG MAKMUR INDUSTRI Tbk. LMPI

59 2009 ASAHIMAS FLAT GLASS Tbk. AMFG

60 2009 INTIKERAMIK ALAMSARI INDUSTRI Tbk. IKAI

61 2009 ASIA PACIFIC FIBERS Tbk. POLY

62 2009 ERATEX DJAJA Tbk. ERTX

63 2009 JEMBO CABLE COMPANY Tbk. JECC

64 2009 SUCACO Tbk. SCCO

65 2009 VOKSEL ELECTRIC Tbk. VOKS

66 2009 SEKAR LAUT Tbk. SKLT

67 2010 ARWANA CITRAMULIA Tbk. ARNA

68 2010 BETON JAYA MANUNGGAL Tbk. BTON

69 2010 INDAL ALUMINIUM INDUSTRY Tbk. INAI

70 2010 JAKARTA KYOEI STEEL WORKS Tbk. JKSW

71 2010 JAYA PARI STEEL Tbk. JPRS

72 2010 PELANGI INDAH CANINDO Tbk. PICO

73 2010 DUTA PERTIWI NUSANTARA Tbk. DPNS

74 2010 BERLINA Tbk. BRNA

75 2010 TRIAS SENTOSA Tbk. TRST

76 2010 MALINDO FEEDMILL Tbk. MAIN

99

77 2010 FAJAR SURYA WISESA Tbk. FASW

78 2010 SURABAYA AGUNG INDUSTRY PULP Tbk. SAIP

79 2010 GAJAH TUNGGGAL Tbk. GJTL

80 2010 MULTI PRIMA SEJAHTERA Tbk. LPIN

81 2010 NIPRESS Tbk. NIPS

82 2010 ARGO PANTES Tbk. ARGO

83 2010 POLYCHEM INDONESIA Tbk. ADMG

84 2010 RICY PUTRA GLOBALINDO Tbk. RICY

85 2010 UNITEX Tbk. UNTX

86 2010 SAT NUSAPERSADA Tbk. PTSN

87 2010 BUDI ACID JAYA Tbk. BUDI

88 2010 CHAMPION PASIFIC INDONESIA Tbk. IGAR

89 2010 LION METAL WORKS Tbk. LION

90 2010 LIONMESH PRIMA Tbk. LMSH

91 2010 CAHAYA KALBAR Tbk. CEKA

92 2010 MAYORA INDAH Tbk. MYOR

93 2010 ALUMINDO LIGHT METAL INDUSTRY Tbk. ALMI

94 2010 TEMBAGA MULIA SEMANAN Tbk. TBMS

95 2010 ASIAPLAST INDUSTRIES Tbk. APLI

96 2010 YANAPRIMA HASTAPERSADA Tbk. YPAS

97 2010 SUMALINDO LESTARI JAYA Tbk. SULI

98 2010 KERTAS BASUKI RAHMAT IND Tbk. KBRI

99 2010 SUPARMA Tbk. SPMA

100 2010 ASTRA OTOPARTS Tbk. AUTO

101 2010 INDO KORDSA Tbk. BRAM

102 2010 MULTISTRADA ARAH SARANA Tbk. MASA

103 2010 PRIMA ALLOY STEEL Tbk. PRAS

104 2010 SELAMAT SEMPURNA Tbk. SMSM

105 2010 APAC CITRA CENTERTEX Tbk. MYTX

106 2010 EVER SHINE TEXTILE INDUSTRY Tbk. ESTI

107 2010 SEPATU BATA Tbk. BATA

108 2010 KABELINDO MURNI Tbk. KBLM

109 2010 KMI WIRE AND CABLE Tbk. KBLI

110 2010 DELTA JAKARTA Tbk. DLTA

111 2010 SIANTAR TOP Tbk. STTP

112 2010 ULTRA JAYA Tbk. ULTJ

113 2010 GUDANG GARAM Tbk. GGRM

114 2010 HM SAMPOERNA Tbk. HMSP

115 2010 DARYA VARIA LABOLATORIA Tbk. DVLA

116 2010 KALBE FARMA Tbk. KLBF

100

117 2010 KIMIA FARMA Tbk. KAEF

118 2010 MERCK Tbk. MERK

119 2010 PYRIDAM FARMA Tbk. PYFA

120 2010 TEMPO SCAN PACIFIC Tbk. TSPC

121 2010 MANDOM INDONESIA Tbk. TCID

122 2010 KEDAUNG INDAH CAN Tbk. KICI

123 2010 KEDAWUNG SETIA INDUSTRIAL Tbk. KDSI

124 2010 LANGGENG MAKMUR INDUSTRI Tbk. LMPI

125 2010 ASAHIMAS FLAT GLASS Tbk. AMFG

126 2010 INTIKERAMIK ALAMSARI INDUSTRI Tbk. IKAI

127 2010 ASIA PACIFIC FIBERS Tbk. POLY

128 2010 ERATEX DJAJA Tbk. ERTX

129 2010 JEMBO CABLE COMPANY Tbk. JECC

130 2010 SUCACO Tbk. SCCO

131 2010 VOKSEL ELECTRIC Tbk. VOKS

132 2010 SEKAR LAUT Tbk. SKLT

133 2011 ARWANA CITRAMULIA Tbk. ARNA

134 2011 BETON JAYA MANUNGGAL Tbk. BTON

135 2011 INDAL ALUMINIUM INDUSTRY Tbk. INAI

136 2011 JAKARTA KYOEI STEEL WORKS Tbk. JKSW

137 2011 JAYA PARI STEEL Tbk. JPRS

138 2011 PELANGI INDAH CANINDO Tbk. PICO

139 2011 DUTA PERTIWI NUSANTARA Tbk. DPNS

140 2011 BERLINA Tbk. BRNA

141 2011 TRIAS SENTOSA Tbk. TRST

142 2011 MALINDO FEEDMILL Tbk. MAIN

143 2011 FAJAR SURYA WISESA Tbk. FASW

144 2011 SURABAYA AGUNG INDUSTRY PULP Tbk. SAIP

145 2011 GAJAH TUNGGGAL Tbk. GJTL

146 2011 MULTI PRIMA SEJAHTERA Tbk. LPIN

147 2011 NIPRESS Tbk. NIPS

148 2011 ARGO PANTES Tbk. ARGO

149 2011 POLYCHEM INDONESIA Tbk. ADMG

150 2011 RICY PUTRA GLOBALINDO Tbk. RICY

151 2011 UNITEX Tbk. UNTX

152 2011 SAT NUSAPERSADA Tbk. PTSN

153 2011 BUDI ACID JAYA Tbk. BUDI

154 2011 CHAMPION PASIFIC INDONESIA Tbk. IGAR

155 2011 LION METAL WORKS Tbk. LION

156 2011 LIONMESH PRIMA Tbk. LMSH

101

157 2011 CAHAYA KALBAR Tbk. CEKA158 2011 MAYORA INDAH Tbk. MYOR159 2011 ALUMINDO LIGHT METAL INDUSTRY Tbk. ALMI160 2011 TEMBAGA MULIA SEMANAN Tbk. TBMS161 2011 ASIAPLAST INDUSTRIES Tbk. APLI162 2011 YANAPRIMA HASTAPERSADA Tbk. YPAS163 2011 SUMALINDO LESTARI JAYA Tbk. SULI164 2011 KERTAS BASUKI RAHMAT IND Tbk. KBRI165 2011 SUPARMA Tbk. SPMA166 2011 ASTRA OTOPARTS Tbk. AUTO167 2011 INDO KORDSA Tbk. BRAM168 2011 MULTISTRADA ARAH SARANA Tbk. MASA169 2011 PRIMA ALLOY STEEL Tbk. PRAS170 2011 SELAMAT SEMPURNA Tbk. SMSM171 2011 APAC CITRA CENTERTEX Tbk. MYTX172 2011 EVER SHINE TEXTILE INDUSTRY Tbk. ESTI173 2011 SEPATU BATA Tbk. BATA174 2011 KABELINDO MURNI Tbk. KBLM175 2011 KMI WIRE AND CABLE Tbk. KBLI176 2011 DELTA JAKARTA Tbk. DLTA177 2011 SIANTAR TOP Tbk. STTP178 2011 ULTRA JAYA Tbk. ULTJ179 2011 GUDANG GARAM Tbk. GGRM180 2011 HM SAMPOERNA Tbk. HMSP181 2011 DARYA VARIA LABOLATORIA Tbk. DVLA182 2011 KALBE FARMA Tbk. KLBF183 2011 KIMIA FARMA Tbk. KAEF184 2011 MERCK Tbk. MERK185 2011 PYRIDAM FARMA Tbk. PYFA186 2011 TEMPO SCAN PACIFIC Tbk. TSPC187 2011 MANDOM INDONESIA Tbk. TCID188 2011 KEDAUNG INDAH CAN Tbk. KICI189 2011 KEDAWUNG SETIA INDUSTRIAL Tbk. KDSI190 2011 LANGGENG MAKMUR INDUSTRI Tbk. LMPI191 2011 ASAHIMAS FLAT GLASS Tbk. AMFG192 2011 INTIKERAMIK ALAMSARI INDUSTRI Tbk. IKAI193 2011 ASIA PACIFIC FIBERS Tbk. POLY194 2011 ERATEX DJAJA Tbk. ERTX195 2011 JEMBO CABLE COMPANY Tbk. JECC196 2011 SUCACO Tbk. SCCO197 2011 VOKSEL ELECTRIC Tbk. VOKS198 2011 SEKAR LAUT Tbk. SKLT

102

LAMPIRAN 2

TABULASI DATA PENELITIAN

TAHUN 2009

NOKODE

PERUSAHAAN NAMA KAP CON INST MANJ KA KI KKAPPIZA ASSET LN ASSET

1 ARNA Purwantono, Sarwoko & Sandjaja (EY) 0,0776 0,7669 0 0,3333 1 1 822.686.549.168 27,44

2 BTON RSM Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto -0,1218 0 0,0958 0,3333 0,5 1 69.783.877.404 24,97

3 INAI Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan 0,0185 0,6587 0,0003 0,3333 0,2 1 470.415.971.203 26,88

4 JKSW Achmad, Rasyid, Hisbullah & Jerry 0,0002 0,5923 0,0133 0,3333 0,5 1 270.966.547.227 26,33

5 JPRS RSM Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto 0,0384 0,6842 0,1553 0,3333 0,5 1 353.951.009.577 26,59

6 PICO Doli, Bambang, Sudarmadji & Dadang 0,0442 0,9401 0,0008 0,3333 0,3333 1 542.660.240.316 27,02

7 DPNS Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan 0,0245 0,6646 0,0646 0,3333 0,3333 1 142.551.475.929 25,68

8 BRNA Hendrawinata Gani & Hidayat 0,0114 0,5142 0,1051 0,3333 0,25 1 507.226.402.680 26,95

9 TRST Purwantono, Sarwoko & Sandjaja (EY) 0,1003 0,5946 0 0,3333 0,3333 1 1.921.660.087.991 28,28

10 MAIN Anwar & Rekan 0,0525 0,8167 0 0,25 0,3333 1 885.347.531.000 27,51

11 FASW Osman Bing Satrio & Rekan (Deloitte) 0,0459 0,757 0 0,3333 0,3333 1 3.671.234.906.908 28,93

12 SAIP Anwar & Rekan 0,0202 0,8879 0 0,3333 0,25 1 2.413.702.901.350 28,51

13 GJTL Osman Bing Satrio & Rekan (Deloitte) 0,0577 0,6172 0,0008 0,3333 0,4285 1 8.877.146.000.000 29,81

14 LPIN Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan -0,0480 0,2971 0 0,3333 0,3333 1 137.909.659.938 25,65

15 NIPS Kosasih, Nurdiyaman, Tjahjo & Rekan 0,0299 0,3711 0,109 0,3333 0,3333 1 314.477.779.213 26,47

16 ARGO Rama Wendra 0,0437 0,5315 0 0,3333 0,4 1 1.461.055.966.000 28,01

17 ADMG Osman Bing Satrio & Rekan (Deloitte) 0,0503 0,8992 0 0,3333 0,4 1 3.719.872.147.000 28,94

18 RICY Joachim Sulistyo & Rekan 0,0321 0,3494 0 0,3333 0,3333 1 599.719.424.656 27,12

19 UNTX Purwantono, Sarwoko & Sandjaja (EY) 0,0140 0,8738 0,0001 0,3333 0,3333 1 143.664.943.150 25,69

20 PTSN Johan Malonda Mustika & Rekan 0,0763 0,2207 0,7 0,3333 0,3333 1 899.685.312.962 27,53

21 BUDI Johan Malonda Mustika & Rekan 0,0605 0,514 0 0,3333 0,4 1 1.598.824.000.000 28,10

22 IGAR RSM Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto 0,4771 0,6751 0 0,3333 0,3333 1 317.808.701.451 26,48

23 LION Kosasih, Nurdiyaman, Tjahjo & Rekan -0,1918 0,577 0,0023 0,3333 0,3333 1 271.366.371.297 26,33

103

24 LMSH Kosasih, Nurdiyaman, Tjahjo & Rekan 0,0320 0,3222 0,2561 0,3333 0,3333 1 72.830.915.980 25,01

25 CEKA Purwantono, Sarwoko & Sandjaja (EY) 0,0306 0,9201 0 0,3333 0,3333 1 568.603.115.385 27,07

26 MYOR Mulyamin Sensi Suryanto 0,0773 0,3293 0 0,3333 0,3333 1 3.246.498.515.952 28,81

27 ALMI Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan 0,0225 0,8098 0,0159 0,3333 0,4 1 1.481.610.908.727 28,02

28 TBMS Purwantono, Sarwoko & Sandjaja (EY) 0,0180 0,8623 0 0,3333 0,4 1 996.064.870.315 27,63

29 APLI Tanubrata Sutanto & Rekan 0,0547 0,5631 0,1537 0,3333 0,3333 1 302.381.110.626 26,43

30 YPAS Tjahjadi, Pradhono & Teramihardja 0,0446 0,8947 0,0032 0,3333 0,3333 1 191.136.146.962 25,98

31 SULI Purwantono, Sarwoko & Sandjaja (EY) 0,0508 0,5702 0 0,3333 0,4 1 2.009.536.359.513 28,33

32 KBRI Drs. Moch. Zainuddin 0,0026 0,3333 0,0002 0,3333 0,5 0 1.098.500.240.760 27,72

33 SPMA Hadori Sugiarto Adi & Rekan 0,0479 0,853 0 0,3333 0,6 1 1.432.637.490.340 27,99

34 AUTO Haryanto Sahari dan Rekan (PWC) -0,2114 0,9565 0,0004 0,3333 0,3333 1 4.644.939.000.000 29,17

35 BRAM Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 0,1572 0,6582 0,254 0,3333 0,2857 1 1.349.630.935.000 27,93

36 MASA Purwantono, Sarwoko & Sandjaja (EY) 0,0589 0,5 0 0,3333 0,6 1 2.536.045.000.000 28,56

37 PRAS Achmad, Rasyid, Hisbullah & Jerry 0,0455 0,4524 0,0627 0,3333 0,3333 1 420.714.339.156 26,77

38 SMSM Tjahjadi, Pradhono & Teramihardja 0,1090 0,5813 0,0604 0,3333 0,3333 1 941.651.276.002 27,57

39 MYTX Mulyamin Sensi Suryanto 0,0579 0,7972 0,0000001 0,25 0,5 1 1.803.398.349.671 28,22

40 ESTI Purwantono, Sarwoko & Sandjaja (EY) 0,0592 0,7258 0 0,3333 0,5 1 518.857.361.261 26,97

41 BATA Purwantono, Sarwoko & Sandjaja (EY) 0,1281 0,858 0 0,3333 0,4 1 416.679.147.000 26,76

42 KBLM Doli, Bambang, Sudarmadji & Dadang 0,0291 0,8176 0 0,3333 0,5 1 354.780.873.513 26,59

43 KBLI Osman Bing Satrio & Rekan (Deloitte) 0,0140 0,8144 0 0,3333 0,4 1 490.721.608.249 26,92

44 DLTA Osman Bing Satrio & Rekan (Deloitte) 0,1303 0,846 0 0,3333 0,4 1 760.425.630.000 27,36

45 STTP RSM Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto 0,1385 0,5676 0,074 0,3333 0,3333 1 548.720.445.825 27,03

46 ULTJ Koesbandijah, Beddy Samsi & Setiasih 0,0886 0,4682 0,1797 0,3333 0,3333 1 1.732.701.994.634 28,18

47 GGRM Siddharta & Widjaja (KPMG) 0,0794 0,7306 0,008 0,3333 0,8 1 27.230.965.000.000 30,94

48 HMSP Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 0,0513 0,9818 0 0,3333 0,4 1 17.716.447.000.000 30,51

49 DVLA Purwantono, Sarwoko & Sandjaja (EY) 0,0602 0,9266 0 0,3333 0,3333 1 783.613.064.000 27,39

50 KLBF Purwantono, Sarwoko & Sandjaja (EY) 0,7657 0,5674 0 0,3333 0,3333 1 6.482.446.670.172 29,50

51 KAEF Rama Wendra 0,0403 0,9003 0,0027 0,3333 0,6 1 1.565.831.266.274 28,08

52 MERK Siddharta & Widjaja (KPMG) 0,0710 0,74 0 0,3333 0,3333 1 433.970.635.000 26,80

53 PYFA Tanubrata Sutanto & Rekan 0,1373 0,5385 0,2308 0,3333 0,3333 1 99.937.383.195 25,33

104

54 TSPC Tanubrata Sutanto & Rekan -1,1254 0,9511 0 0,3333 0,6666 1 3.263.102.915.008 28,81

55 TCID Osman Bing Satrio & Rekan (Deloitte) 0,4644 0,7923 0,0018 0,3333 0,4 1 994.620.225.969 27,63

56 KICI Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan 0,0111 0,75 0,05 0,3333 0,3333 1 84.276.874.394 25,16

57 KDSI Kosasih, Nurdiyaman, Tjahjo & Rekan 0,0304 0,7481 0 0,5 0,5 1 550.691.466.904 27,03

58 LMPI Hadori Sugiarto Adi & Rekan 0,0358 0,7753 0,0001 0,3333 0,5 1 540.513.720.495 27,02

59 AMFG Siddharta & Widjaja (KPMG) 0,3193 0,8454 0 0,3333 0,4285 1 1.972.397.000.000 28,31

60 IKAI Kosasih, Nurdiyaman, Tjahjo & Rekan 0,0415 0,7428 0,0367 0,3333 0,5 1 764.903.018.446 27,36

61 POLY Hendrawinata Gani & Hidayat 0,0503 0,6623 0 0,3333 0,3333 1 4.569.623.653.917 29,15

62 ERTX Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan 0,0089 0,6068 0 0,3333 0,3333 1 97.775.952.000 25,31

63 JECC Tanubrata Sutanto & Rekan 0,0260 0,9015 0 0,3333 0,6666 1 587.380.790.000 27,10

64 SCCO Doli, Bambang, Sudarmadji & Dadang 0,0275 0,6726 0 0,3333 0,5 1 1.042.755.037.722 27,67

65 VOKS Hendrawinata Gani & Hidayat 0,0210 0,4291 0,0078 0,25 0,5 1 1.237.957.685.071 27,84

66 SKLT Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan 0,0566 0,96 0 0,3333 0,3333 1 196.186.028.659 26,00

105

TABULASI DATA PENELITIAN

TAHUN 2010

NOKODE

PERUSAHAAN NAMA KAP CON INST MANJ KA KI KKAPPIZA ASSET LN ASSET

1 ARNA Purwantono, Suherman & Surja (EY) 0,0961 0,7427 0,0000 0,3333 1,0000 1 873.154.085.922 27,50

2 BTON RSM Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto -0,0639 0,7987 0,0958 0,3333 0,5000 1 89.824.014.717 25,22

3 INAI Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan 0,0200 0,6586 0,0000 0,3333 0,4000 1 389.007.411.195 26,69

4 JKSW Achmad, Rasyid, Hisbullah & Jerry 0,0002 0,5923 0,0133 0,3333 0,5000 1 289.987.562.836 26,39

5 JPRS RSM Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto 0,0595 0,6842 0,1553 0,3333 0,5000 1 411.281.598.196 26,74

6 PICO Doli, Bambang, Sudarmadji & Dadang 0,0286 0,9401 0,0008 0,3333 0,3333 1 570.360.266.065 27,07

7 DPNS Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan 0,0289 0,6809 0,0687 0,3333 0,3333 1 175.682.792.596 25,89

8 BRNA Hendrawinata Gani & Hidayat 0,1064 0,5142 0,1051 0,3333 0,5000 1 550.907.477.000 27,03

9 TRST Purwantono, Suherman & Surja (EY) 0,0963 0,5946 0,0000 0,3333 0,3333 1 2.029.558.232.720 28,34

10 MAIN Anwar & Rekan 0,0495 0,5910 0,0000 0,2500 0,3333 1 966.318.649.000 27,60

11 FASW Osman Bing Satrio & Rekan (Deloitte) 0,0385 0,7574 0,0000 0,3333 0,3333 1 4.495.022.404.702 29,13

12 SAIP Anwar & Rekan 0,0209 0,8879 0,0000 0,3333 0,3333 1 2.211.701.041.860 28,42

13 GJTL Osman Bing Satrio & Rekan (Deloitte) 0,0572 0,5889 0,0008 0,3333 0,3750 1 10.371.567.000.000 29,97

14 LPIN Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan -0,0104 0,2971 0,0000 0,3333 0,3333 1 150.937.167.032 25,74

15 NIPS Muhaemin 0,0413 0,3711 0,1090 0,3333 0,3333 0 337.605.715.524 26,55

16 ARGO Anwar & Rekan 0,0608 0,5464 0,0480 0,3333 0,4000 1 1.428.233.566.000 27,99

17 ADMG Osman Bing Satrio & Rekan (Deloitte) 0,0517 0,8992 0,0000 0,3333 0,4000 1 4.794.199.216.000 29,20

18 RICY Joachim Sulistyo & Rekan 0,0301 0,4804 0,0000 0,3333 0,3333 1 613.323.196.638 27,14

19 UNTX Purwantono, Suherman & Surja (EY) 0,0128 0,8738 0,0001 0,3333 0,2500 1 153.901.724.876 25,76

20 PTSN Johan Malonda Mustika & Rekan 0,0880 0,2207 0,7000 0,3333 0,3333 1 825.566.764.849 27,44

21 BUDI Mulyamin Sensi Suryanto 0,0565 0,5120 0,0000 0,3333 0,4000 1 1.967.633.000.000 28,31

22 IGAR RSM Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto -0,2306 0,8482 0,0000 0,3333 0,3333 1 347.473.064.455 26,57

23 LION Kosasih, Nurdiyaman, Tjahjo & Rekan -0,1249 0,5770 0,0023 0,3333 0,3333 1 303.899.974.798 26,44

24 LMSH Kosasih, Nurdiyaman, Tjahjo & Rekan 0,0441 0,3222 0,2561 0,3333 0,3333 1 78.200.046.845 25,08

25 CEKA Purwantono, Suherman & Surja (EY) 0,0208 0,9201 0,0000 0,3333 0,3333 1 850.469.914.144 27,47

106

26 MYOR Mulyamin Sensi Suryanto 0,0075 0,3293 0,0000 0,3333 0,3333 1 4.399.191.135.535 29,11

27 ALMI Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan 0,0409 0,8383 0,0160 0,3333 0,4000 1 1.504.154.332.712 28,04

28 TBMS Purwantono, Suherman & Surja (EY) 0,0138 0,8623 0,0000 0,3333 0,4000 1 1.239.043.088.831 27,85

29 APLI Tanubrata Sutanto Fahmi & Rekan 0,0744 0,6666 0,1333 0,3333 0,3333 1 334.950.548.997 26,54

30 YPAS Tjahjadi, Pradhono & Teramihardja 0,0489 0,8947 0,0032 0,3333 0,3333 1 200.856.257.619 26,03

31 SULI Purwantono, Suherman & Surja (EY) 0,1233 0,5235 0,0000 0,3333 0,4000 1 1.955.535.689.750 28,30

32 KBRI Hananta Budianto & Rekan 0,0003 0,5900 0,0700 0,3333 0,3333 1 786.163.546.488 27,39

33 SPMA Hadori Sugiarto Adi & Rekan 0,0509 0,8530 0,0000 0,3333 0,6000 1 1.490.033.771.432 28,03

34 AUTO Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) -0,3730 0,9565 0,0007 0,3333 0,3333 1 5.585.852.000.000 29,35

35 BRAM Osman Bing Satrio & Rekan (Deloitte) 0,1252 0,6582 0,2540 0,3333 0,4285 1 1.492.727.607.000 28,03

36 MASA Purwantono, Suherman & Surja (EY) 0,0534 0,4470 0,0000 0,3333 0,5000 1 3.038.412.000.000 28,74

37 PRAS Bismar, Muntalib, dan Yunus 0,0470 0,4524 0,0591 0,3333 0,3333 0 461.968.722.867 26,86

38 SMSM Tjahjadi, Pradhono & Teramihardja 0,1031 0,5813 0,0604 0,3333 0,3333 1 1.067.103.249.531 27,70

39 MYTX Mulyamin Sensi Suryanto 0,0607 0,7972 0,0000 0,5000 0,5000 1 1.882.934.081.017 28,26

40 ESTI Purwantono, Suherman & Surja (EY) 0,0571 0,7258 0,0000 0,3333 0,6666 1 583.252.944.571 27,09

41 BATA Purwantono, Suherman & Surja (EY) 0,0948 0,8400 0,0000 0,3333 0,4000 1 484.252.555.000 26,91

42 KBLM Doli, Bambang, Sudarmadji & Dadang 0,0254 0,7559 0,0640 0,3333 0,5000 1 403.194.715.268 26,72

43 KBLI Osman Bing Satrio & Rekan (Deloitte) 0,0102 0,7172 0,0000 0,3333 0,4000 1 958.737.367.619 27,59

44 DLTA Osman Bing Satrio & Rekan (Deloitte) 1,4824 0,8460 0,0000 0,3333 0,4000 1 708.583.733.000 27,29

45 STTP RSM Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto 0,1182 0,5676 0,0424 0,3333 0,5000 1 649.273.975.548 27,20

46 ULTJ Koesbandijah, Beddy Samsi & Setiasih 0,0968 0,4662 0,1797 0,3333 0,3333 1 2.006.595.762.260 28,33

47 GGRM Siddharta & Widjaja (KPMG) 0,0772 0,7555 0,0080 0,3333 0,7500 1 30.741.679.000.000 31,06

48 HMSP Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 0,0365 0,9818 0,0000 0,3333 0,4000 1 20.525.123.000.000 30,65

49 DVLA Purwantono, Suherman & Surja (EY) 0,0820 0,9266 0,0000 0,3333 0,5000 1 854.109.991.000 27,47

50 KLBF Purwantono, Suherman & Surja (EY) 5,5194 0,5674 0,0000 0,3333 0,3333 1 7.032.496.663.288 29,58

51 KAEF Hendrawinata Gani & Hidayat 0,0400 0,9003 0,0000 0,3333 0,6000 1 1.657.291.834.312 28,14

52 MERK Siddharta & Widjaja (KPMG) 0,1262 0,7400 0,0000 0,3333 0,3333 1 434.768.493.000 26,80

53 PYFA Tanubrata Sutanto Fahmi & Rekan 0,1188 0,5385 0,2308 0,3333 0,3333 1 100.586.999.230 25,33

54 TSPC Tanubrata Sutanto Fahmi & Rekan -2,0085 0,9503 0,0000 0,3333 0,6666 1 3.589.595.911.220 28,91

55 TCID Osman Bing Satrio & Rekan (Deloitte) 0,7476 0,7377 0,0015 0,5000 0,4000 1 1.047.238.440.003 27,68

107

56 KICI Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan 0,0124 0,7500 0,0500 0,3333 0,3333 1 85.942.208.666 25,18

57 KDSI Kosasih, Nurdiyaman, Tjahjo & Rekan 0,0331 0,7481 0,0000 0,5000 0,5000 1 557.724.815.222 27,05

58 LMPI Hadori Sugiarto Adi & Rekan 0,0351 0,7753 0,0001 0,3333 0,5000 1 608.920.103.517 27,13

59 AMFG Siddharta & Widjaja (KPMG) 0,8193 0,8466 0,0000 0,2500 0,3333 1 2.372.657.000.000 28,50

60 IKAI Griselda, Wisnu & Arum 0,0430 0,7874 0,0303 0,3333 0,5000 1 643.787.995.738 27,19

61 POLY Hendrawinata Gani & Hidayat 0,0517 0,6595 0,0000 0,3333 0,3333 1 3.948.489.966.146 29,00

62 ERTX Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan 0,0083 0,6069 0,0000 0,3333 0,3333 1 115.327.584.000 25,47

63 JECC Tanubrata Sutanto Fahmi & Rekan 0,0257 0,9015 0,0000 0,3333 0,3333 1 561.998.694.000 27,05

64 SCCO Doli, Bambang, Sudarmadji & Dadang 0,0259 0,6726 0,0000 0,3333 0,3333 1 1.157.613.045.585 27,78

65 VOKS Hendrawinata Gani & Hidayat 0,0247 0,7060 0,0078 0,2500 0,4000 1 1.126.480.755.028 27,75

66 SKLT Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan 0,0643 0,9609 0,0012 0,3333 0,3333 1 199.375.442.469 26,02

108

TABULASI DATA PENELITIAN

TAHUN 2011

NOKODE

PERUSAHAAN NAMA KAP CON INST MANJ KA KI KKAPPIZA ASSET LN ASSET

1 ARNA Purwantono, Suherman & Surja (EY) 0,1148 0,6927 0,0000 0,2500 1,0000 1 831.507.593.676 27,45

2 BTON RSM Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto -0,0294 0,8154 0,0958 0,3333 0,5000 1 118.715.558.433 25,50

3 INAI Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan 0,0141 0,6586 0,0000 0,3333 0,4000 1 544.282.443.363 27,02

4 JKSW Muhammad Sofwan & Rekan 0,0002 0,5923 0,0133 0,3333 0,5000 1 287.131.908.141 26,38

5 JPRS RSM Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto 0,0372 0,6842 0,1553 0,3333 0,5000 1 437.848.660.950 26,81

6 PICO Achmad, Rasyid, Hisbullah & Jerry 0,0310 0,9401 0,0008 0,3333 0,3333 1 561.840.337.025 27,05

7 DPNS Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan 0,0369 0,6662 0,0571 0,3333 0,3333 1 172.322.620.690 25,87

8 BRNA Hendrawinata Eddy & Siddharta 0,1030 0,6073 0,1051 0,3333 0,5000 1 643.963.801.000 27,19

9 TRST Purwantono, Suherman & Surja (EY) 0,0955 0,5946 0,0000 0,3333 0,3333 1 2.132.449.783.092 28,39

10 MAIN Anwar & Rekan 0,0496 0,5910 0,0000 0,2500 0,3333 1 1.327.801.184.000 27,91

11 FASW Osman Bing Satrio & Rekan (Deloitte) 0,0400 0,8074 0,0000 0,3333 0,3333 1 4.936.093.736.569 29,23

12 SAIP Anwar & Rekan 0,0230 0,9202 0,0000 0,3333 0,3333 1 2.067.405.320.348 28,36

13 GJTL Osman Bing Satrio & Rekan (Deloitte) 0,0572 0,5970 0,0008 0,3333 0,3750 1 11.554.143.000.000 30,08

14 LPIN Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan -0,0078 0,3945 0,0000 0,3333 0,3333 1 157.371.466.252 25,78

15 NIPS Budiman, Wawan, Pamudji & Rekan 0,0316 0,3711 0,1090 0,3333 0,3333 1 446.688.457.381 26,83

16 ARGO Anwar & Rekan 0,0572 0,5464 0,0246 0,3333 0,4000 1 1.452.870.714.000 28,00

17 ADMG Osman Bing Satrio & Rekan (Deloitte) 0,0499 0,7966 0,0000 0,3333 0,4000 1 5.247.203.768.000 29,29

18 RICY Joachim Sulistyo & Rekan 0,0308 0,4804 0,0000 0,3333 0,3333 1 642.094.672.040 27,19

19 UNTX Purwantono, Suherman & Surja (EY) 0,0094 0,8738 0,0002 0,3333 0,2500 1 160.639.854.610 25,80

20 PTSN Johan Malonda Mustika & Rekan 0,0996 0,2207 0,7000 0,3333 0,3333 1 756.919.614.745 27,35

21 BUDI Mulyamin Sensi Suryanto & Lianny 0,0588 0,5104 0,0000 0,3333 0,3333 1 2.123.285.000.000 28,38

22 IGAR RSM Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto 0,3440 0,8482 0,0000 0,3333 0,3333 1 355.579.996.944 26,60

23 LION Kosasih, Nurdiyaman, Tjahjo & Rekan -0,1396 0,5770 0,0023 0,3333 0,3333 1 365.815.749.593 26,63

24 LMSH Kosasih, Nurdiyaman, Tjahjo & Rekan 0,0532 0,3222 0,2561 0,3333 0,3333 1 98.019.132.648 25,31

25 CEKA Purwantono, Suherman & Surja (EY) 0,0295 0,9201 0,0000 0,3333 0,3333 1 823.360.918.368 27,44

109

26 MYOR Mulyamin Sensi Suryanto & Lianny 0,0457 0,3293 0,0000 0,3333 0,4000 1 6.599.845.533.328 29,52

27 ALMI Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan 0,0350 0,8383 0,0160 0,3333 0,4000 1 1.791.523.164.727 28,21

28 TBMS Purwantono, Suherman & Surja (EY) 0,0133 0,8623 0,0005 0,3333 0,4000 1 1.464.965.579.262 28,01

29 APLI Tanubrata Sutanto Fahmi & Rekan 0,1108 0,7999 0,0000 0,3333 0,3333 1 333.352.457.870 26,53

30 YPAS Teramihardja, Pradhono & Chandra 0,0580 0,8947 0,0032 0,3333 0,3333 1 223.509.413.900 26,13

31 SULI Purwantono, Suherman & Surja (EY) 0,0450 0,5280 0,0000 0,3333 0,4000 1 1.695.019.360.412 28,16

32 KBRI Hananta Budianto & Rekan 0,0059 0,5612 0,1020 0,3333 0,3333 1 744.581.030.849 27,34

33 SPMA Hadori Sugiarto Adi & Rekan 0,0533 0,8530 0,0000 0,3333 0,6000 1 1.551.777.407.073 28,07

34 AUTO Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 0,9221 0,9565 0,0007 0,3333 0,4000 1 6.964.227.000.000 29,57

35 BRAM Osman Bing Satrio & Rekan (Deloitte) 0,1193 0,6582 0,2540 0,3333 0,4285 1 1.660.119.065.000 28,14

36 MASA Purwantono, Suherman & Surja (EY) 0,0398 0,6740 0,0000 0,3333 0,4000 1 4.736.349.000.000 29,19

37 PRAS Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan 0,0468 0,4524 0,0591 0,3333 0,3333 1 481.911.700.412 26,90

38 SMSM Teramihardja, Pradhono & Chandra 0,1288 0,5813 0,0604 0,3333 0,3333 1 1.136.857.942.381 27,76

39 MYTX Mulyamin Sensi Suryanto & Lianny 0,0559 0,7972 0,0000 0,2500 0,5000 1 1.848.394.822.216 28,25

40 ESTI Purwantono, Suherman & Surja (EY) 0,0491 0,7258 0,0000 0,3333 0,6666 1 636.930.474.525 27,18

41 BATA Purwantono, Suherman & Surja (EY) 0,1029 0,8770 0,0000 0,3333 0,4000 1 516.649.305.000 26,97

42 KBLM Doli, Bambang, Sudarmadji & Dadang 0,0191 0,7471 0,0641 0,3333 0,3333 1 642.954.768.386 27,19

43 KBLI Osman Bing Satrio & Rekan (Deloitte) 0,0212 0,7172 0,0000 0,3333 0,4000 1 1.083.523.642.816 27,71

44 DLTA Osman Bing Satrio & Rekan (Deloitte) 0,4608 0,8460 0,0000 0,3333 0,4000 1 696.166.676.000 27,27

45 STTP Hadori Sugiarto Adi & Rekan 0,0711 0,5676 0,0424 0,3333 0,5000 1 934.765.927.864 27,56

46 ULTJ Koesbandijah, Beddy Samsi & Setiasih 0,1088 0,4662 0,1797 0,3333 0,3333 1 2.179.181.979.434 28,41

47 GGRM Siddharta & Widjaja 0,0545 0,7555 0,0085 0,3333 0,7500 1 39.088.705.000.000 31,30

48 HMSP Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 0,0353 0,9818 0,0000 0,3333 0,4000 1 19.376.343.000.000 30,60

49 DVLA Purwantono, Suherman & Surja (EY) 0,0979 0,9266 0,0000 0,3333 0,4285 1 928.290.993.000 27,56

50 KLBF Purwantono, Suherman & Surja (EY) 1,2434 0,5663 0,0000 0,3333 0,3333 1 8.274.554.112.840 29,74

51 KAEF Hendrawinata Eddy & Siddharta 0,0433 0,9003 0,0000 0,2500 0,4000 1 1.794.242.423.105 28,22

52 MERK Siddharta & Widjaja (KPMG) -0,2679 0,7400 0,0000 0,3333 0,3333 1 584.388.578.000 27,09

53 PYFA Tanubrata Sutanto Fahmi & Rekan 0,1296 0,5385 0,2308 0,3333 0,3333 1 118.033.602.852 25,49

54 TSPC Tanubrata Sutanto Fahmi & Rekan -1,2774 0,9506 0,0000 0,3333 0,6666 1 4.250.374.395.321 29,08

55 TCID Osman Bing Satrio & Rekan (Deloitte) 0,3738 0,7377 0,0014 0,5000 0,4000 1 1.130.865.062.422 27,75

110

56 KICI Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan 0,0113 0,7502 0,0000 0,3333 0,3333 1 87.419.114.499 25,19

57 KDSI Kosasih, Nurdiyaman, Tjahjo & Rekan 0,0328 0,4913 0,0000 0,3333 0,5000 1 587.566.985.478 27,10

58 LMPI Hadori Sugiarto Adi & Rekan 0,0324 0,7753 0,0001 0,3333 0,5000 1 685.895.619.326 27,25

59 AMFG Siddharta & Widjaja (KPMG) 0,7433 0,8467 0,0000 0,2500 0,3333 1 2.690.595.000.000 28,62

60 IKAI Hadori Sugiarto Adi & Rekan 0,0168 0,7874 0,0303 0,3333 0,5000 1 548.789.990.320 27,03

61 POLY Hendrawinata Eddy & Siddharta 0,0382 0,6557 0,0000 0,3333 0,3333 1 3.683.205.736.554 28,93

62 ERTX Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan 0,0089 0,7634 0,0000 0,3333 0,3333 1 171.870.252.000 25,87

63 JECC Tanubrata Sutanto Fahmi & Rekan 0,0283 0,9015 0,0000 0,3333 0,6666 1 627.037.935.000 27,16

64 SCCO Doli, Bambang, Sudarmadji & Dadang 0,0246 0,6726 0,0000 0,3333 0,3333 1 1.455.620.557.037 28,01

65 VOKS RSM Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto 0,0198 0,4865 0,0000 0,3333 0,4000 1 1.573.039.162.237 28,08

66 SKLT Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan 0,0677 0,9609 0,0012 0,3333 0,3333 1 214.237.879.424 26,09

111

LAMPIRAN 2

HASIL OUTPUT

112

LAMPIRAN GRAFIK HISTOGRAM

DASAR TRANSFORMASI DATA

113

114

115

116

117