komparatif model corporate governance

Upload: benny-suhendra

Post on 10-Oct-2015

24 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

International Corporate Governance

A. PendahuluanSejak krisis ekonomi tahun 1997 pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik, atau lebih dikenal dengan Good Corporate Governance (GCG) menjadi isu yang mengemuka khususnya di Indonesia. Akibat buruknya tata kelola pemerintahan dan perusahaan di Indonesia pada masa itu, menyebabkan perekonomian Indonesia dan Negara-negara lainnya menjadi terpuruk. Semenjak itulah, semua pihak sepakat untuk dapat bangkit dari keterpurukan, Indonesia harus memulai dengan tata kelola yang baik dari pemerintah, perusahaan pemerintah dan swasta.

Belajar dari pengalaman tersebut, saat ini lebih banyak pihak sepakat bahwa implementasi dari GCG merupakan satu hal yang tidak dapat dihindarkan lagi dan menjadi satu prasyarat penting bagi kelangsungan dunia usaha dan perekonomian. Tidak kurang dari lembaga-lembaga multilateral seperti World Bank, Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD), The Bassel Commite on Banking Supervision (dari The Bank for International Settlement/BIS yang bermarkas di Basel, Swiss), seluruhnya memberikan arahan pelaksanaan GCG.Sulit dipungkiri, selama sepuluh tahun terakhir ini, istilah Good Corporate Governance (GCG) kian populer. Tak hanya populer, istilah tersebut juga ditempatkan di posisi terhormat. Pertama, GCG merupakan salah satu kunci sukses perusahaan untuk tumbuh dan menguntungkan dalam jangka panjang, sekaligus memenangkan persaingan bisnis global. Kedua, krisis ekonomi di kawasan Asia dan Amerika Latin yang diyakini muncul karena kegagalan penerapan GCG.Pada tahun 1999, kita melihat negara-negara di Asia Timur yang sama-sama terkena krisis mulai mengalami pemulihan, kecuali Indonesia. Harus dipahami bahwa kompetisi global bukan kompetisi antarnegara, melainkan antarkorporat di negaranegara tersebut. Jadi menang atau kalah, menang atau terpuruk, pulih atau tetap terpuruknya perekonomian satu negara bergantung pada korporat masing-masing.

Perkembangan terbaru membuktikan bahwa manajemen tidak cukup hanya memastikan bahwa proses pengelolaan manajemen berjalan dengan efisien. Diperlukan instrumen baru, Good Corporate Governance (GCG) untuk memastikan bahwa manajemen berjalan dengan baik. Ada dua hal yang ditekankan dalam konsep ini, pertama, pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar dan tepat pada waktunya dan, kedua, kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan (disclosure) secara akurat, tepat waktu, dan transparan terhadap semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan, dan stakeholder. Dari berbagai hasil pengkajian yang dilakukan oleh berbagai lembaga riset independen nasional dan internasional, menunjukkan rendahnya pemahaman terhadap arti penting dan strategisnya penerapan prinsip-prinsip GCG oleh pelaku bisnis di Negara-negara belahan dunia. Selain itu, budaya organisasi turut mempengaruhi penerapan GCG itu sendiri.B. Komparatif Model CG (Eropa, US, dan Jepang)

1. Pengaruh model ekonomi dan hukum pada tata kelola perusahaan

a) Corporate Governance di Eropa : Konsentrasi dari kepemilikan perusahaan sangat kuat. Berorientasi pada bank.

Berbasis kesepakatan (consensus driven). Pasar keuangan kurang berkembang. Strategi jangka panjang. Lebih banyak mengandalkan pinjaman Dalam Perusahaan publik, pemegang saham tunggal (single shareholders) perannya sangat dominan. Konsentrasi kepemilikan merupakan cara yang sangat penting dalam tata kelola perusahaan di Jerman, seperti halnya juga di Amerika Serikat. Bank memiliki kekuasaan yang signifikan sebagai sumber pendanaan bagi perusahaan. Menggunakan struktur two-tier board.b) Corporate Governance di Jepang : Kewajiban dari Konsep Kebudayaan, keluarga, dan consensus (mufakat) mempengaruhi sikap terhadap pemerintahan. Hubungan yang erat antara stakeholder dan perusahaan yang diwujudkan dalam penerbitan saham lintas batas, dan dapat berdampak negatif terhadap efisiensi.

Bank (terutama "Bank induk") sangat berpengaruh dengan manajer perusahaan. Jepang memiliki struktur tata kelola keuangan dan korporasi berbasis bank sedangkan Amerika Serikat memiliki struktur keuangan dan tata kelola berbasis pasar Bank memainkan peran penting dalam pendanaan dan pengawasan terhadap perusahaan publik. Intervensi pemerintahaan yang kuat.c) Corporate Governance di Amerika Serikat :

Berorientasi pada pasar Pasar keuangan lebih maju Strategi jangka pendek Lebih banyak mengandalkan equity Mengedepankan pemegang saham Struktur kepemilikan saham tersebar Strong managers weak ownersModel penerapan Good Corporate Governance pada tiap negara berbeda-beda di seluruh dunia. Penerapan yang digunakan di Amerika Serikat adalah dengan menggunakan model Anglo-American model dimana model ini menekankan dewan direksi terdiri dari campuran eksekutif dari perusahaan dan direktur non eksekutif, yang semuanya dipilih oleh pemegang saham. Di Amerika Serikat, perusahaan secara langsung diatur oleh undang-undang negara, sementara pertukaran efek dalam perusahaan diatur oleh undang-undang federal.Amerika Serikat mulai mengembangkan tata kelola perusahaan sejak tahun 1992 saatt Cadbury Report dikeluarkan. Seiring dengan berjalannya tahun terjadilah skandal Enron dan WorldCom yang menunjukkan bahwa kegiatan perusahaan yang didesain untuk mendukung manajemen masa sekarang tidak dibutuhkan bagi para pemegang saham, pemegang saham hanya menginginkan kesenjangan untuk dirinya dalam masa sekarang bukan demi kesenjangan perusahaan di masa depan. Hal ini membuat Amerika Serikat mengeluarkan Sarbanes Oxley Act, dimana terjadinya perkembangan atas standar akuntansi internasional untuk perusahaan dan juga kode etik untuk akuntan-akuntan profesional untuk dapat berharmonisasi secara dunia.One-Tier System Sistem Hukum Anglo Saxon

Two-Tier Board

Sistem Hukum Kontinental Eropa

Konsep Konsep pengungkapan1) Pengungkapan Cukup

Pengungkapan cukup adalah pengungkapan yang di wajibkan oleh standar akuntansi yang berlaku.2) Pengungkapan Wajar

Pengungkapan wajar merupakan konsep yang bersifat lebih positif, pengungkapan yang wajar merupakan tujuan etis agar dapat memberikan perlakuan yang sama dan bersifat umum bagi semua pemakai laporan keuangan3) Pengungkapan penuh

Pengungkapan penuh atau yang biasa disebut prinsip keterbukaan adalah pengungkapan yang menyajikan semua informasi dalam laporan keuangan.

4) Pengungkapan Sukarela

Manajer memiliki informasi yang lebih baik dari pihak luar mengenai performa perusahaan mereka saat ini dan ke depannya. Manajer berinisiatif untuk mengungkap informasi seperti itu secara sukarela.

a) Praktik Pelaporan Dan PengungkapanPraktik pengungkapan laporan tahunan memperlihatkan respons manajer terhadap kebutuhan pengungkapan dan insentif mereka untuk menyediakan informasi laporan keuangan kepada pengguna secara sukarela.

b) Pengungkapan Informasi ProgresifInformasi progresif meliputi :1. Perkiraan pendapatan, laba rugi, arus kas, pengeluaran modal, dan hal keuangan lainnya;2. Tujuan informasi mengenai kinerja dan posisi ekonomi masa depan;3. Laporan program dan sasaran manajemen untuk usaha masa depan.

Tujuan utama investor dan analis tersebut adalah menilai pendapatan dan arus kas di masa depan.

c) Pengungkapan Segmen

Permintaan investor dan analis akan informasi mengenai hasil operasi dan keuangan segmen industri tergolong signifikan dan semakin meningkat. Contoh, para analis keuangan di Amerika secara konsisten telah meminta data laporan dalam bentuk disagregat yang jauh lebih detail dari yang ada sekarang. Standar Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS) juga membahas pelaporan segmen yang sangat mendetail. Laporan ini membantu para pengguna laporan keuangan untuk memahami secara lebih baik bagaimana bagian-bagian dalam suatu perusahaan berpengaruh terhadap keseluruhan perusahaan.

d) Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial

Saat ini perusahaan dituntut untuk menunjukkan rasa tanggung jawab kepada sekelompok besar yang disebut sebagai pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) karyawan, pelanggan, pemasok, pemerintah, kelompok aktivis, dan masyarakat umum.

Informasi mengenai kesejahteraan karyawan telah lama menjadi perhatian bagi organisasi buruh. Bidang permasalahan yang yang menjadi perhatian terkait dengan kondisi kerja, keamanan pekerjaan, kesetaraan dalam kesempatan, keanekaragaman angkatan kerja dan tenaga kerja anak-anak. Pengungkapan karyawan juga diminati oleh para investor karena memberikan masukan berharga mengenai hubungan kerja, biaya, dan produktivitas perusahaan.

e) Pengungkapan Khusus Bagi Pengguna Laporan Keuangan Non-domestik Dan Prinsip Akuntansi Yang Digunakan

Laporan khusus untuk mengakomodasi pengguna laporan keuangan non-domestik meliputi :

a) Laporan ulang yang mudah tentang informasi keuangan ke dalam mata uang asing;b) pembahasan perbedaan antara prinsip akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan utama dan beberapa ketetapan prinsip akuntansi lainnya;c) posisi laporan keuangan ulang terbatas di ketetapan prinsip akuntansi kedua;d) sebuah laporan keuangan lengkap disiapkan yang berhubungan dengan ketetapan prinsip akuntansi kedua.Pengungkapan Pengelolaan Perusahaan :a) Komponen dari rancangan kerja untuk memahami dan menilai pengelolaan perusahaan adalah infrastruktur pasar, lingkungan hukum, pengaturan lingkungan, dan informasi infrastruktur.b) Pengungkapan pengelolaan perusahaan mencakup laporan bagaimana pemerintah mengelola informasi tentang jajaran direktur, dan sebuah pembahasan pengendalian internal.

Perkembangan sistem pengungkapan sangat berkaitan dengan perkembangan sistem akuntansi. Standar dan praktik pengungkapan dipengaruhi oleh sumber-sumber keuangan, sistem hukum, ikatan politik dan ekonomi, tingkat pembangunan ekonomi, tingkat pendidikan, budaya, dan pengaruh lainnya.Perbedaan nasional dalam pengungkapan umumnya didorong oleh perbedaan dalam tata kelola perusahaan dan keuangan. Di Amerika Serikat, Inggris dan negara-negara Anglo Amerika lainnya, pasar ekuitas menyediakan kebanyakan pendanaan yang dibutuhkan perusahaan sehingga menjadi sangat maju. Di pasar-pasar tersebut, kepemilikan cenderung tersebar luas di antara banyak pemegang saham dan perlindungan terhadap investor sangat ditekankan. Investor institusional memainkan peranan yang semakin penting di negara-negara ini, menuntut pengembalian keuangan dan nilai pemegang saham yang meningkat.Di kebanyakan negara-negara lain (seperti Prancis, Jepang dan beberapa negara pasar yang berkembang), Kepemilikan saham masih masih tetap sangat terkonsentrasi dan bank (dan atau pemilik keluarga) secara tradisional menjadi sumber utama pembiayaan perusahaan. Bank-bank ini, kalangan dalam dan lainnya memperoleh banyak informasi mengenai posisi keuangan dan aktivitas perusahaan.2. Pengungkapan SukarelaBeberapa studi menunjukkan bahwa manajer memiliki dorongan untuk mengungkapkan informasi mengenai kinerja perusahaan saat ini dan saat mendatang secara sukarela. Dalam laporan terakhir, Badan Standar Akuntansi Keuangan (FASB) menjelaskan sebuah proyek FASB mengenai pelaporan bisnis yang mendukung pandangan bahwa perusahaan akan mendapatkan manfaat pasar modal dengan meningkatkan pengungkapan sukarelanya. Laporan ini berisi tentang bagaimana perusahaan dapat menggambarkan dan menjelaskan potensi investasinya kepada para investor.Sejumlah aturan, seperti aturan akuntansi dan pengungkapan, dan pengesahan oleh pihak ketiga (seperti auditing) dapat memperbaiki berfungsinya pasar. Aturan akuntansi mencoba mengurangi kemampuan manjer dalam mencatat transaksi-transaksi ekonomi dengan carayang tidak mewakili kepentingan terbaik pemegang saham. Aturan pengungkapan menetapkan ketentuan-ketentuan untuk memastikan bahwa para pemegang saham menerima informasi yang tepat waktu, lengkap dan akurat.3. Ketentuan Pengungkapan WajibBursa efek dan badan regulator pemerintah umumnya mengharuskan perusahaan perusahaan asing yang mencatatkan saham untuk memberi informasi keuangan dan informasi non keuangan yang sama dengan yang diharuskan kepada perusahaan domestik. Setiap informasi yang diumumkan, yang dibagikan kepada para pemegang saham atau yang dilaporkan kepada badan regulator di pasar domestik. Namun demikian, kebanyakan negara tidak mengawasi atau menegakkan pelaksanaan ketentuan kesesuaian pengungkapan antar wilayah (yuridiksi).Perlindungan terhadap pemegang saham berbeda antara satu negara dengan negara lain. Negara-negara Anglo Amerika seperti Kanada, Inggris, dan Amerika Serikat memberikan perlindungan kepada pemegang saham yang ditegakkan secara luas dan ketat. Sebaliknya, perlindungan kepada para pemegang saham kurang mendapat perhatian di beberapa negara lain seperti Cina contohnya, yang melarang insider trading (perdagangan yang melibatkan kalangan dalam) sedangkan penegakan hukum yang lemah membuat penegakan aturan ini hampir tidak ada.4. Praktik Pelaporan dan PengungkapanAturan pengungkapan sangat berbeda di seluruh dunia dalam beberapa hal seperti laporan arus kas dan perubahan ekuitas, transaksi pihak terkait, pelaporan segmen, nilai wajar aktiva dan kewajiban keuangan dan laba per saham. Pada bagian ini perhatian dipusatkan pada:1. Pengungkapan informasi yang melihat masa depanInformasi yang melihat ke masa depan yang mencakup:a) ramalan pendapatan, laba rugi, laba rugi per saham (EPS), pengeluaran modal, dan pos keuangan lainnyab) informasi prospektif mengenai kinerja atau posisi ekonomi masa depan yang tidak terlalu pasti bila dibandingkan dengan proyeksi pos, periode fiskal, dan proyeksi jumlahc) laporan rencana manajemen dan tujuan operasi di masa depan.Kebanyakan perusahaan di masing-masing negara menyajikan pengungkapan informasi mengenai rencana dan tujuan manjemen. Sebaliknya lebih sedikit perusahaan yang mengungkapkan ramalan, dari paling rendah dua perusahaan di Jepang dan paling tinggi 31 perusahaan di Amerika Serikat. Kebanyakan ramalan di AS dan Jerman menyangkut pengeluaran modal, bukan laba dan penjualan.2. Pengungkapan segmenPermintaan investor dan analis akan informasi mengenai hasil operasi dan keuangan segmen industri tergolong signifikan dan semakin meningkat. Contoh, para analis keuangan di Amerika secara konsisten telah meminta data laporan dalam bentuk disagregat yang jauh lebih detail dari yang ada sekarang. Standar Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS) juga membahas pelaporan segmen yang sangat mendetail. Laporan ini membantu para pengguna laporan keuangan untuk memahami secara lebih baik bagaimana bagian-bagian dalam suatu perusahaan berpengaruh terhadap keseluruhan perusahaan.3. Laporan arus kas dan arus danaIFRS dan standar akuntansi di Amerika Serikat, Inggris, dan sejumlah besar negara-negara lain mengharuskan penyajian laporan arus kas.4. Pengungkapan tanggung jawab sosialSaat ini perusahaan dituntut untuk menunjukkan rasa tanggung jawab kepada sekelompok besar yang disebut sebagai pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) karyawan, pelanggan, pemasok, pemerintah, kelompok aktivis, dan masyarakat umum.Informasi mengenai kesejahteraan karyawan telah lama menjadi perhatian bagi organisasi buruh. Bidang permasalahan yang yang menjadi perhatian terkait dengan kondisi kerja, keamanan pekerjaan, kesetaraan dalam kesempatan, keanekaragaman angkatan kerja dan tenaga kerja anak-anak. Pengungkapan karyawan juga diminati oleh para investor karena memberikan masukan berharga mengenai hubungan kerja, biaya, dan produktivitas perusahaan.5. Pengungkapan khusus bagi para pengguna laporan keuangan non domestik dan atas prinsip akuntansi yang digunakanLaporan keuangan dapat berisi pengungkapan khusus untuk mengakomodasi para pengguna laporan keuangan non-domestik. Pengungkapan yang dimaksud seperti :a) Penyajian ulang untuk kenyamanan informasi keuangan ke dalam mata uang non-domestik.b) Penyajian ulang hasil dan posisi keuangan secara terbatas menurut keompok kedua standar akuntansi.c) Satu set lengkap laporan keuangan yang disusun sesuai dengan kelompok kesua standar akuntansi; dan beberapa pembahasan mengenai perbedaan antara prinsip akuntansi yang banyak digunakan dalam laporan keuangan utama dan beberapa set prinsip akuntansi yang lain.Banyak perusahaan di negara-negara yang tidak menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa utama juga melakukan penerjemahan seluruh laporan tahunan dari bahasa negara asal ke dalam bahasa Inggris. Juga, beberapa perusahaan menyusun laporan keuangan yang sesuai dengan standar akuntansi yang diterima secara lebih luas daripada standar domestik (khususnya IFRS atau GAAP AS) atau yang sesuai dengan baik standar domestik maupun kelompok kedua prinsip akuntansi.5. Pengungkapan Tata Kelola PerusahaanTata kelola perusahaan berhubungan dengan alat-alat internal yang digunakan untuk menjalankan dan mengendalikan sebuah perusahaan tanggung jawab, akuntabilitas dan hubungan di antara para pemegang saham, anggota dewan dan para manajer yang dirancang untuk mencapai tujuan perusahaan. Masalah-masalah tata kelola perusahaan antara lain meliputi hak dan perlakuan kepada pemegang saham, tanggung jawab dewan, pengungkapan dan transparansi dan peranan pihak-pihak yang berkepentingan. Praktik tata kelola perusahaan semakin mendapat perhatian dari para regulator, investor dan analis.6. Pengungkapan dan Pelaporan Bisnis Melalui Intern World Wide Web semakin banyak digunakan sebagai saluran penyebaran informasi, dimana media cetak sekarang memainkan peranan sekunder. Bahasa Pelaporan Usaha (Extensible Business Reporting Language XBRL) merupakan tahap awal revolusi pelaporan keuangan. Bahasa komputer ini dibangung ke dalam hampir seluruh software untuk pelaporan akuntansi dan keuangan yang akan dikeluarkan di masa depan, dan kebanyakan pengguna tidak perlu lagi mempelajari bagaimana mengolahnya sehingga secara langsung dapat menikmati manfaatnya.7. Pengungkapan Laporan Tahunan di Negara-Negara Pasar Berkembang Pengungkapan laporan tahunan perusahaan di negara-negara pasar berkembang secara umum kurang ekstensif dan kurang kredibel dibandingkan dengan pelaporan perusahaan di negara-negara maju. Sebagai contoh, pengungkapan yang tidak cukup dan yang menyesatkan dan perlindungan konsumen yang terabaikan disebut-sebut sebagai penyebab krisis keuangan Asia Timur di tahun 1997.Tingkat pengungkapan yang rendah di negara-negara pasar berkembang tersebut konsisten dengan sistem tata kelola perusahaan dan keuangan di negara-negara itu. Pasar ekuitas tidak terlalu berkembang, bank dan pihak internal seperti kelompok keluarga menyalurkan kebanyakan kebutuhan pendanaa dan secara umum tidak terlalu banyak adanya kebutuhan akan pengungkapan publik yang kredibel dan tepat waktu, bila dibandingkan dengan perekonomian yang lebih maju.Namun demikian, permintaan investor atas informasi mengenai perusahaan yang tepat waktu dan kredibel di Negara-negara pasar berkembang semakin banyak regulator memberikan respons terhadap permintaan ini dengan membuat ketentuan pengungkapan yang lebih ketat dan meningkatkan upaya-upaya pengawasan dan penegakan aturan.8. Implikasi Bagi Para Pengguna Laporan Keuangan dan Para ManajerPara manajer dari banyak perusahaan terus-menerus sangat dipengaruhi oleh biaya pengungkapan informasi yang bersifat wajib, tingkat pengungkapan wajib maupun sukarela semakin meningkat di seluruh dunia. Manajer di negara-negara yang secara tradisional memiliki pengungkapan rendah harus mempertimbangkan apakah menerapkan kebijakan peningkatan pengungkapan dapat memberikan manfaat dalam jumlah yang signifikan bagi perusahaan mereka. Lagipula, para manajer yang memutuskan untuk memberikan pengungkapan yang lebih banyak dalam bidang-bidang yang dipandang penting oleh para investor dan analis keuangan, seperti pengungkapan segmen dan rekonsiliasi, dapat memperoleh keunggulan kompetitif dari perusahaan lain yang memiliki kebijakan pengungkapan yang ketat.C. Corporate Governance di AsiaNegara-negara di Asia memakai model penerapan yang sudah ditentukan standarnya dari Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) dimana pada negara Asia diterapkan secara berbeda-beda tiap negara dimana sesuai dengan kebudayaan, keadaan ekonomi dan keadaan sosial masing-masing negara.

Hampir semua negara di Asia yang menjadi perusahaan yang telah terdaftar di bursa efek masing-masing negaranya membutuhkan adanya auditor yang independen dan komite audit (Barton et.al. ,2004). Awal permulaan berkembangnya tata kelola perusahaan yang terjadi pada negara-negara di Asia dengan yang terjadi pada negara-negara di Eropa dan Amerika Serikat sangat berbeda. Pemerintah, para pemimpin perusahaan, investor, dan pengatur peraturan di Asia menyadari bahwa praktik tata kelola perusahaan tidak akan berubah dalam semalam, sehingga kesabaran sangatlah dibutuhkan dalam menerapkan praktik tata kelola perusahaan yang baik. Agar perusahaan-perusahaan dapat mematuhi peraturan yang baru merupakan prospek yang sulit dimana membutuhkan lebih besarnya transparansi dan pelaksanaan yang lebih baik, dengan tidak melupakan dalam pergolakan budaya di ruang dewan.

Tanpa besarnya transparansi yang dilakukan oleh perusahaan maka peraturan baru dan kode pemerintah akan tata kelola perusahaan hanya akan membangun sedikit kepercayaan dari investor. Meskipun reformasi sedang berjalan, standar akuntansi di negara-negara Asia masih tetap lemah. Kurangnya akuntan profesional yang mengerti akan standar akuntansi baik di negara sendiri maupun internasional secara mendalam. Organisasi akuntansi yang membuat peraturan masih longgar baik dalam membuat peraturan maupun dalam penerapan peraturan itu sendiri. Sebagai hasil dari hal-hal tersebut maka pendapatan yang dilaporkan, arus kas, dan laporan neraca tidak dapat diandalkan atau dipercaya. (Mulyadi & Anwar, 2011)

Para investor di beberapa wilayah tidak semua ingin ikut serta secara langsung dalam membangun perusahaan agar menggunakan tata kelola perusahan yang baik (Felton, 2004). Kebanyakan investor secara praktiknya menanamkan modalnya kepada perusahaan-perusahaan yang mereka percaya dapat berkembang dan dapat memberikan imbal balik kepada mereka di masa sekarang. Jika perusahaan tidak dapat memberikan imbal balik maka mereka akan menjual kepemilikan yang mereka miliki. Hal inilah yang menyebabkan kurang berkembangnya tata kelola perusahaan di negara Asia. Dimana sebenarnya investor juga perlu ikut serta dalam membantu pelaksanaan reformasi tata kelola perusahaan pada negara di Asia.

Akan tetapi ada investor juga yang sudah mulai ikut serta dalam mendukung reformasi tata kelola perusahaan pada Negara di Asia. Sebagai contoh adalah di negara Singapura, The Securities Investors Association of Singapore bekerja sama dengan para perusahaan untuk mencalonkan auditor independen dan berharap untuk bekerja sama dengan manajer dana untuk mengembangkan tata kelola perusahaan dimana tempat mereka menanamkan modalnya.Penerapan GCG di Asia mengacu pada White Paper on Corporate Governance in Asia. Hal ini dirumuskan melalui Roundable yang diselenggarakan oleh Organisation for Economic Co-operation and Development sejak krisis ekonomi melanda Asia 1997, dan White Paper ini dikeluarkan pada tahun 2003 pada Roundtable ke 6 yang merupakan refleksi hasil diskusi dan rekomendasi dari kelima Roundtable sebelumnya.1. Prioritas 1: lembaga publik dan sektor swasta harus terus meningkatkan kesadaran di antara perusahaan, direksi, pemegang saham dan pihak berkepentingan lainnya dari nilai tata kelola perusahaan yang baik.2. Prioritas 2: semua yurisdiksi harus berusaha untuk implementasikan secara efektif dan penegakan hukum serta peraturan tata kelola perusahaan3. Prioritas 3: negara-negara Asia roundtable harus bekerja menuju konvergensi penuh dengan standar dan praktek internasional untuk akuntansi, audit dan pengungkapan non-keuangan. di mana, untuk saat ini, konvergensi penuh tidak mungkin, perbedaan dari standar internasional dan praktik (dan alasan untuk penyimpangan ini) harus diungkapkan oleh penentu standar; laporan keuangan perusahaan harus mengulang atau mengacu pengungkapan ini di mana relevan dengan item tertentu.4. Prioritas 4: Dewan direksi harus meningkatkan partisipasi mereka dalam perencanaan strategis, pemantauan sistem pengendalian intern dan review independen transaksi yang melibatkan manajer, pemegang saham pengendali dan orang dalam lainnya.5. Prioritas 5: kerangka hukum dan peraturan harus memastikan bahwa pemegang saham nonpengendali dilindungi dari eksploitasi oleh orang dalam dan pemegang saham pengendali.6. Prioritas 6: goverments harus mengintensifkan upaya mereka untuk memperbaiki regulasi dan tata kelola perusahaan bank

D. Corporate Governance di Indonesia

1. Implementasi GCG di IndonesiaPenerapan prinsip Good Corporate Governance di Indonesia dilakukan berdasarkan ketentuan yang sudah dibuat oleh pemerintah Indonesia dimana pemerintah Indonesia membuat Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) yang membuat Code of Good Corporate Governance pada tahun 1999 dan telah direvisi pada tahun 2006 (www.knkg-indonesia.com).Pedoman umum Good Corporate Governance Indonesia memuat prinsip dasar dan pedoman pokok pelaksanaan Good Corporate Governance yang merupakan standar minimal yang mencakup:1. Menciptakan situasi kondusif untuk melaksanakan tata kelola perusahaan yang baik.

2. Prinsip tata kelola perusahaan.

3. Etika bisnis dan kode etik.

4. RUPS dan hak serta tanggung jawab pemegang saham.

5. Komposisi, persyaratan, pengangkatan atau pemberhentian, tugas dan fungsi dan pertanggungjawaban dari komponen-komponen perusahaan seperti dewan komisaris, direksi serta komite penunjang.6. Pernyataan mengenai pelaksanaan Good Corporate Governance.7. Praktis panduan tentang pelaksanaan Good Corporate Governance.Pelaksanaan Good Corporate Governance masih bersifat voluntary dimana pedoman hanya sebagai acuan sehingga tidak ada sanksi yang diberikan. Dalam peraturan Bapepam-LK, emiten atau perusahaan publik wajib memiliki sekurang-kurangnya satu orang komisaris independen sedangkan Bursa Efek Indonesia mewajibkan sekurang-kurangnya 30% dari dewan komisaris adalah komisaris independen. Jumlah direksi disesuaikan dengan kompleksitas perusahaan agar perusahaan tetap efektif dalam pengambilan keputusan. Komite yang dapat dibentuk oleh dewan komisaris ada komite audit, komite nominasi dan remunerasi, komite kebijakan risiko dan komite kebijakan corporate governance. Fungsi internal audit bertanggung jawab terhadap direktur utama atau kepada direktur yang membawahi tugas pengawasan internal. Ada nilai-nilai yang dijabarkan guna pedoman perilaku dapat terlaksana dan menjadi budaya dari perusahaan. Walaupun dalam pedoman tidak diatur akan tetapi, Bapepam-LK mewajibkan pengungkapan dalam laporan tahunan mengenai prosedur penetapan dan besarnya remunerasi anggota dewan komisaris dan direksi.Di Indonesia, beberapa organisasi (Bursa Efek Indonesia, Bank Indonesia, Ikatan Akuntansi Indonesia) bersama-sama menyelenggarakan Annual Report Award yang diadakan tiap tahun. Penghargaan ini diukur dari laporan akhir tahun perusahaan (dilihat dari isinya, pengungkapannya, dan juga termasuk laporan keuangannya) dan juga praktik tata kelola perusahaannya. Jika perusahaan tersebut terpilih dalam tiga besar pada Annual Report Award, maka itu akan membuat perusahaan tersebut diakui dari beberapa organisasi tersebut bahwa mereka memiliki laporan tahunan yang baik (pengungkapan yang baik, informasi yang baik, kualitas yang baik) dan juga pengimplementasian tata kelola perusahaan yang lebih baik dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang lain.

Terdapat tiga arah agenda penerapan GCG diIndonesia (BP BUMN, 1999) yakni, menetapkan kebijakan nasional, menyempurnaan kerangka nasional dan membangun inisiatif sektor swasta. Terkait dengan kerangka regulasi, Bapepam bersama dengan self-regulated organization (SRO) yang didukung oleh Bank Dunia dan ADB telah menghasilkan beberap proyek GCG seperti JSX Pilot project, ACORN, ASEM, dan ROSC. Seiring dengan proyek-proyek ini, kementerian BUMN juga telah mengembangkan kerangka untuk implementasi GCG.Dalam kaitan dengan peran dan fungsi tersebut, BAPEPAM dapat memastikan bahwa berbagai peraturan dan ketentuan yang ada, terus menerus disempurnakan, serta berbagai pelanggaran yang terjadi akan mendapatkan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku. Dalam hal regulatory framework, untuk mengkaji peraturan perundang-undangan yang terkait dengan korporasi dan program reformasi hukum, pada umumnya terdapat beberapa capaian yang terkait dengan implementasi GCG seperti diberlakukannya undang-undang tentang Bank Indonesia di tahun 1998, undang-undang anti korupsi tahun 1999, dan undang-undang BUMN, serta privatisasi BUMN tahun 2003. Demikian pula dengan proses amandemen undang-undang perseroan terbatas, undang-undang pendaftaran perusahaan, serta undang-undang kepailitan yang saat ini masih sedang dalam proses penyelesaian. Dalam pelaksanaan program reformasi hukum, terdapat beberapa hal penting yang telah diterapkan, misalnya pembentukan pengadilan niaga yang dimulai tahun 1997 dan pembentukan badan arbitrasi pasar modal tahun 2001.Bergulirnya reformasi corporate governance masih menyisakan hal-hal strategis yang harus dikaji, seperti kesesuaian dan sinkronisasi berbagai peraturan perundangan yang terkait. Demikian pula yang terkait dengan otonomi daerah, permasalahan yang timbul dalam kerangka regulasi adalah pemberlakuan undang-undang otonomi daerah yang cenderung kebablasan tanpa diikuti dengan kesadaran dan pemahaman good governance itu sendiri. Inisiatif di sektor swasta terlihat pda aktivitas organisasi-organisasi corporate governance dalam bentuk upaya-upaya sosialisasi, pendidikan, pelatihan, pembuatan rating, penelitian, dan advokasi. Pendatang baru di antara organisasi-organisasi ini adalah IKAI dan LAPPI. IKAI adalah asosiasi untuk para anggota komite audit, sedangkan LAPPI (lembaga advokasi, proxi, dan perlindungan investor) pada dasarnya berbagi pengalaman dalam shareholders activism, dengan misi utama melindungi kepentingan para pemegang saham minoritas.

Dalam penerapan GCG di Indonesia, seluruh pemangku kepentingan turut berpartisipasi. Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance yang diawal tahun 2005 di ubah menjadi Komite Nasional Kebijkan Governance telah menerbitkan pedoman GCG pada bulan Maret 2001. Pedoman tersebut kemudian disusul dengan penerbitan Pedoman GCG Perbankan Indonesia, Pedoman untuk komite audit, dan pedoman untuk komisaris independen di tahun 2004. Semua publikasi ini dipandang perlu untuk memberikan acuan dalam mengimplementasikan GCG.Pemerintah pun melakukan upaya-upaya khusus bergandengan tangan dengan komunitas bisnis dalam mensosialisasikan dan mengimplementasikan GCG. Dua sektor penting yakni BUMN dan Pasar Modal telah menjadi perhatian pemerintah. Aspek baru dalam implentasi GCG di lingkungan BUMN adalah kewajban untuk memiliki statement of corporate intent (SCI). SCI pada dasarnya adalah komitmen perusahaan terhadap pemegang saham dalam bentuk suatu kontrak yang menekankan pada strategi dan upaya manajemen dan didukung dengan dewan komisaris dalam mengelola perusahaan. Terkait dengan SCI, direksi diwajibkan untuk menanda tangani appointment agreements (AA) yang merupakan komitmen direksi untuk memenuhi fungsi-fungsi dan kewajiban yang diembannya. Indikator kinerja direksi terlihat dalam bentuk reward and punishment system dengan meratifikasi undang-undang BUMN.Pasar modal juga perlu menerapkan prinsip-prinsip GCG untuk perusahaan publik. Ini ditunjukkan melalui berbagai regulasi yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Jakarta (BEJ), yang menyatakan bahwa seluruh perusahaan tercatat wajib melaksanakan GCG. Implementasi GCG dimaksudkan untuk meningkatkan perlindungan kepentingan investor, terutama para pemegang saham di perusahaan-perusahaan terbuka. Di samping itu, implementasi GCG akan mendorong tumbuhnya mekanisme check and balance di lingkungan manajemen khususnya dalam memberi perhatian kepada kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya. Hal ini terkait dengan peran pemegang saham pengendali yang berwenang mengangkat komisaris dan direksi, dan dapat mempengaruhi kebijakan perusahaan. Di samping pelindungan investor, regulasi mewajibkan sistem yang menjamin transparansi dan akuntabilitas dalam transaksi bisnis antar perusahaan dalam satu grup yang berpotensi menimbulkan benturan kepentingan.Semangat untuk memperoleh persetujuan publik dalam transaksi, merupakan bentuk penerapan prinsip akuntabilitas. Diperkenalkannya komisaris independen, komite audit, dan sekretaris perusahaan juga menjadi fokus regulasi BEJ. Independensi komisaris dimaksudkan untuk memastikan bahwa komisaris independen tidak memiliki afiliasi dengan pemegang saham, dengan direksi dan dengan komisaris; tidak menjabat direksi di perusahaan lain yang terafiliasi; dan memahami berbagai regulasi pasar modal.Sedangkan terkait dengan kewajiban untuk memiliki direktur independen, dalam sistem two tier yang kita anut, justru akan lebih efektif bilamana bursa mewajibkan perusahaan untuk memiliki komite nominasi dan remunerasi. Tujuan pedoman tersebut adalah untuk meningkatkan kualitas disclosure perusahaan-perusahaan publik. Pedoman ini merupakan hasil kolaborasi antara BEJ, IAI, AEI, dan Bapepam. Perkembangan terbaru di Pasar modal adalah batas waktu penyerahan laporan tahunan yakni 90 hari sejak tutup buku, lebih pendek dari regulasi sebelumnya yakni 120 hari. Regulasi ini merupkan indikasi kekonsistenan penegakan GCG oleh Bapepam.2. Peran BAPEPAM

Bapepam secara langsung maupun tidak langsung telah mendorong implementasi prinsip-prinsip GCG di Indonesia, dengan menerbitkan peraturan dan kebijakan yang terkait dengan GCG. Peraturan- peraturan tersebut antara lain menyangkut keputusan Bapepam mengenai prinsip transparansi yang mewajibkan perusahaan untuk mengungkapkan informasi kepada publik, disclosure mengenai beberapa aspek yang terkait dengan pemegang saham, transaksi material, dan perubahan dalam aktivitas bisnis inti, keputusan mengenai merger dan akuisisi perusahaan publik, serta ketentuan tentang pengungkapan mengenai apakah suatu perusahaan tengah dalam proses peradilan kepailitan.

Kedua, kuputusan Bapepam yang terkait dengan penerapan prinsip-prinsip kewajaran terutama untuk perlindungan kepentingan dan hak pemegang saham, ketentuan mengenai benturan kepentingan dalam transaksi-transaksi tertentu, dan ketentuan mengenai penawaran tender.

Ketiga, keputusan Bapepam mengenai penerapan prinsip responsibilitas dan akuntabilitas seperti keputusan mengenai merger dan akuisisi perusahaan publik, terutama terkait dengan kewajiban direksi dan dewan komisaris untuk membuat pernyataan kepada Bapepam dan RUPS bahwa merger dan akuisisi yang hendak dilakukan telah mempertimbangkan secara matang dengan memperhatikan kepentingan stakeholders, kepentingan publik, kepentingan perusahaan, persaingan yang sehat, dan jaminan akan terpenuhinya hak-hak pemegang saham publik termasuk kewajiban untuk memiliki komite audit.E. Krisis Ekonomi di Asia dan Corporate GovernanceKrisis ekonomi yang menghantam Asia telah berlalu lebih dari delapan tahun. Krisis ini ternyata berdampak luas teutama dalam merontokkan rezim-rezim politik yang berkuasa di Korea Selatan, Thailand, dan Indonesia. Ketiga Negara yang diawal tahun 1990-an dipandang sebagai the Asian tiger, harus mengakui bahwa pondasi ekonomi mereka rapuh, yang pada akhirnya merambah pada krisis politik.Setelah delapan tahun, sejak krisis tersebut melanda, kita sekarang dapat melihat pertumbuhan kembali Negara-negara yang amat terpukul oleh krisis tersebut. Korea Selatan yang pernah terjangkit kejahatan financial yang melibatkan para eksekutif puncak perusahaan-perusahaan blue-chip, kini telah pulih. Perkembangan yang sama juga terlihat dengan Thailand maupun Negara-negara ASEAN lainnya.Bagaimana dengan Indonesia?. Era pasca krisis ditandai dengan goncangan ekonomi berkelanjutan. Mulai dari restrukturisasi sektor perbankan, pelelangan asset para konglomerat, yang berakibat pada penurunan iklim berusaha (Bakrie,2003).Kajian yang dilakukan oleh Asian Development Bank (ADB) menunjukkan beberapa faktor yang memberi kontribusi pada krisis di Indonesia. Pertama, konsentrasi kepemilikan perusahaan yang tinggi; kedua, tidak efektifnya fungsi pengawasan dewan komisaris, ketiga; inefisiensi dan rendahnya transparansi mengenai prosedur pengendalian merger dan akuisisi perusahaan; keempat, terlalu tingginya ketergantungan pada pendanaan eksternal; dan kelima, ketidak memadainya pengawasan oleh para kreditor.Tantangan terkini yang dihadapi masih belum dipahaminya secara luas prinsip-prinsip dan praktek Good Corporate Governance oleh kumunitas bisnis dan publik pada umumnya. Akhirnya komunitas internasional masih menempatkan Indonesia pada urutan bawah rating implementasi GCG sebagaimana dilakukan oleh Standard & Poor, CLSA, Pricewaterhouse Coopers, Moody`s Morgan, and Calper`s.Tabel 1. Corporate Governance in Asia (2004) Continuing Under Performance

Laporan tentang GCG oleh CLSA (2003), menempatkan Indonesia di urutan terbawah dengan skor 1,5 untuk masalah penegakan hukum, 2,5 untuk mekanisme institusional dan budaya corporate governance, dan dengan total 3,2. Meskipun skor Indonesia di tahun 2004 lebih baik dibandingkan dengan 2003, kenyataannya, Indonesia masih tetap berada di urutan terbawah di antara Negara-negara Asia. Faktor-faktor penyebab rendahnya kinerja Indonesia adalah penegakan hukum dan budaya corporate governance yang masih berada di titik paling rendah di antara Negara-negara lain yang sedang tumbuh di Asia.Penilaian yang dilakukan oleh CLSA didasarkan pada faktor eksternal dengan bobot 60% dibandingkan faktor internal yang hanya diberi bobot 40% saja. Fakta ini menunjukkan bahwa implementasi GCG di Indonesia membutuhkan pendekatan yang komprehensif dan penegakan yang lebih nyata lagi.

F. Convergence vs Divergence Issues dalam Global CGLiteratur tata kelola perusahaan yang baik adalah konvergen atau divergen global. Beberapa penelitia mengatakan bahwa konvergensi berpendapat bahwa globalisasi mendapat sebuah proses kelangsungan survival-of-the-fittest' dengan mana perusahaan akan dipaksa untuk mengadopsi globally best practices (Witt 2004). Menciptakan keselarasan dan memberikan nilai-nilai terbaik (Creating harmony and providing best velues). Dalam kasus ini seperti apa yang dilakukan Garuda Indonesia Airways. Keunggulan Garuda Indonesia di dunia penerbangan berjalan seiring dengan keinginannya untuk memberikan kemajuan nyata bagi negeri ini., kami terdorong untuk senantiasa aktif melakukan peningkatan di bidang lingkungan, etika dan tanggung jawab sosial. Peningkatan tersebut tidak hanya diangkat melalui kegiatan-kegiatan sosial kemanusian dalam waktu-waktu tertentu. Lebih dari itu, kami mengarahkan Garuda Indonesia menjadi perusahaan yang peduli dan selalu berupaya memberikan manfaat dan nilai tambah terhadap kepada para pelanggan, masyarakat luas, bangsa Indonesia dan lingkungan hidup. Dalam menjalankan bisnis komersialnya dan menjalin hubungan dengan pelanggan, Garuda Indonesia tidak semata-mata mengejar dan berupaya memperbesar keuntungan finansial. Kami berupaya dengan sepenuh hati untuk mewujudkan kemudahan, kenyamanan dan keamanan penerbangan, sehingga pengguna jasa Garuda Indonesia mendapatkan manfaat dan nilai tambah yang optimalContoh lain mengenai divergensi atau pemecahan varian baru dari varian yang telah ada sebelumnya lebih sering terjadi di dunia kita ini daripada arah sebaliknya yaitu konvergensi atau penyatuan dua atau beberapa varian menjadi satu varian baru. Salah satu yang menarik adalah fenomena munculnya snack baru dari Garuda Food yaitu Pilus Garuda. Snack jenis sebelumnya tidak ada namanya sampai Garuda Food mengeluarkan Pilus Garuda. Tic Tac yang membututinya keluaran Dua Kelinci juga terimbas disebut pilus. pilus merek Tic Tac. Mirip dengan Honda merek Yamaha. Namun berberda dengan Honda yang merupakan asosiasi dari sepeda motor, pilus benar-benar asosiasi dari pilus. Tim kreatif Garuda Food memang hebat. Dalam persaingan bertetangga seperti antara Garuda Food dan Dua Kelinci yang sama-sama dari Pati, Jawa Tengah, rasanya memang harus berkejaran dalam inovasi. Satu inovasi akan sangat mudah dijiplak pada ranah bisnis bukan teknologi tinggi ini. Jadi kemampuan berlari kencang dalam inovasi untuk selalu menjadi yang pertama dan menghunjamkan brand ke benak konsumen serta ketahanan menahan nafas dalam kompetisi yang panjang dan ketat, agaknya susah dihindari.Daftar Pustaka

Thomas S. Kaihatu. Good Corporate Governance dan Penerapannya di Indonesia, Jurnal Ekonomi Manajemen, Universitas Kristen PetraMoeljono, Djokosantoso, Good Corporate Culture sebagai inti dari Good Corporate Governance, Elex-Gramedia, Jakarta, 2005.

Monks, Robert A.G, dan Minow, N, Corporate Governance 3rd Edition, Blackwell Publishing, 2003.

Shaw, John. C, Corporate Governance and Risk: A System Approach, John Wiley & Sons, Inc, New Jersey, 2003.

Direksi

Direktur Eksekutif + Non Direktur Eksekutif

Dewan Komisaris

(Dewan Pengawas)

Dewan Manajemen

(Direksi)