corporate governance pertemuan 1

Upload: chintiya-felisia

Post on 02-Jun-2018

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/11/2019 Corporate Governance Pertemuan 1

    1/23

    i

    MAKALAH

    TATA KELOLA PERUSAHAAN

    TINJAUAN PRINSIP-PRINSIP CORPORATE

    GOVERNANCE

    NAMA KELOMPOK :Daisya Luthfiany 1306484210

    Karunia Utami 1306484684

    Tjew Chintiya Felisia 1306485421

    Yudha Tama Bayurindra 1306485541

  • 8/11/2019 Corporate Governance Pertemuan 1

    2/23

    ii

    STATEMENT OF AUTHORSHIP

    Kami yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas

    terlampir adalah murni hasil pekerjaan kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang

    lain yang kami gunakan tanpa menyebutkan sumbernya. Materi ini tidak/belum

    pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk makalah/tugas pada mata

    ajaran lain kecuali Kami menyatakan dengan jelas bahwa Kami menyatakan

    menggunakannya. Kami memahami bahwa tugas yang Kami kumpulkan ini dapat

    diperbanyak dan atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya

    plagiarisme.

    1. Nama : Daisya Luthfiany 2. Nama : Karunia Utami

    NPM : 1306484210 NPM : 1306484684

    TTD : TTD :

    3. Nama : Tjew Chintiya Felisia 4. Nama : Yudha Tama Bayurindra

    NPM :1306485421 NPM : 1306485541

    TTD : TTD :

    Mata Ajaran: Tata Kelola Perusahaan

    Judul Makalah/Tugas: Tinjauan Prinsip-Prinsip Corporate Governance

    Tanggal: Kamis, 11 September 2014

    Dosen: Desi Adhariani S.E., Ak., M.Si

  • 8/11/2019 Corporate Governance Pertemuan 1

    3/23

    1

    I. Pendahuluan

    Tata kelola perusahaan saat ini menjadi salah satu isu penting di berbagai

    negara. Pentingnya tata kelola perusahaan disebabkan karena meningkatnya

    resiko dan tantangan yang dihadapi oleh suatu perusahaan semakin kuat yang

    disebabkan oleh persaingan global yang semakin ketat. Resiko dan tantangan

    perusahan berpengaruh langsung pada pertumbuhan ekonomi di suatu negara.

    Dapat disimpulkan, bahwa tata kelola perusahaan memiliki peran yang sangat

    penting dalam mengembangkan dan meningkatkan perekonomian suatu negara.

    Oleh karena itu, dibutuhkan tata kelola perusahaan yang baik agar dapat bersaing

    secara global dan memajukan perekonomian suatu negara.

    Sebelumnya Indonesia kurang menaruh perhatian dengan tata kelola

    perusahaan yang baik, hingga pada akhirnya krisis keuangan tahun 1997-1998

    melanda banyak negara di Asia, termasuk Indonesia salah satunya. Krisis

    keuangan tersebut merupakan pukulan terberat bagi bangsa dan negara Indonesia

    hingga saat ini. Demi tidak terulangnya kejadian serupa, munculah berbagai

    inisiatif dan reformasi untuk memperkuat ekonomi nasional dan kerjasama

    regional. Kerjasama yang terjalin diantaranya meliputi kerjasama di bidang tata

    kelola perusahaan hingga kerjasama dalam rangka membangun komunitas

    ASEAN tahun 2015. Dikarenakan Indonesia akan menjadi bagian dari Masyarakat

    Ekonomi ASEAN pada tahun 2015, perusahan-perusahaan di Indonesia

    diharapkan mampu meningkatkan daya saingnya melalui peningkatan praktik tata

    kelola perusahaan yang dianggap sebagai salah satu cara untuk memacu kinerja

    finansial dan operasional, serta meningkatkan kepercayaan investor, disamping

    menyediakan akses bagi modal yang masuk. Pada tahun 2014, Otoritas Jasa

    Keuangan (OJK) meluncurkan peta arah tata kelola perusahaan Indonesia atauGCG dalam kurun dua tahun mendatang. Keberadaan peta arah tata kelola

    perusahaan ini diharapkan dapat memperbaiki praktik dan regulasi tata kelola

    yang baik bagi perusahaan di Indonesia secara komprehensif, terutama untuk

    emiten dan perusahaan publik, agar bisa sejajar dengan tata kelola perusahaan di

    kawasan ASEAN, sehingga emiten-emiten di Indonesia siap menghadapi MEA di

    tahun 2015.

  • 8/11/2019 Corporate Governance Pertemuan 1

    4/23

    2

    II. Prinsip Corporate Governance menurut OECD

    Prinsip-prinsip dasar dari corporate governance, pada dasarnya memiliki

    tujuan untuk memberikan kemajuan terhadap kinerja suatu perusahaan. Dalam

    OECD terdapat 6 prinsip yang mengatur tentang corporate governance,

    diantaranya :

    1. Menjamin Kerangka Dasar Corporate Governance Berjalan Efektif

    Pada prinsip 1 ini menyatakan bahwa corporate governance harus mendorong

    terciptanya pasar yang transparan dan efisien, sesuai dengan perundang-undangan

    dan peraturan yang berlaku, dan dapat dengan jelas memisahkan fungsi dan

    tanggung jawab otoritas-otoritas yang memiliki pengaturan, pengawasan, dan

    penegakan hukum. Prinsip 1 OECD ini secara lebih jelas membahas 4 subprinsip:

    a)Kerangka corporate governance harus dikembangkan dengan

    mempertimbangkan pengaruhnya terhadap perkembangan perekonomian

    secara keseluruhan, integritas pasar dan insentif yang tercipta bagi pelaku

    pasar serta meningkatkan transparansi dan efisiensi pasar.

    b)Ketentuan hukum dan peraturan perundangan yang berkaitan dengan

    pelaksanaan corporate governance harus sejalan dengan peraturan

    perundangan yang berlaku, transparan dan dapat di tegakkan.

    c)Pembagian tanggung jawab antar otoritas dalam suatu yurisdiksi harus

    diungkapkan secara jelas dan dipastikan bahwa kepentingan masyarakat telah

    terpenuhi.

    d)Otoritas dalam pengawasan, pengaturan dan penegakan hukum harus memiliki

    kewenangan, integritas dan sumber daya dalam pemenuhan tugasnya secara

    profesional dan objektif. Selanjutnya, keputusan-keputusannya harus tepat

    waktu, transparan, dan jelas.2. Hak-hak Pemegang Saham dan Fungsi-fungsi Penting Kepemilikan

    Saham

    Prinsip OECD ini pada dasarnya menjelaskan bahwa kerangka corporate

    governance harus melindungi dan menunjang pelaksanaan hak-hak pemegang

    saham. Prinsip ini dibagi atas 7 sub prinsip:

    a) Hak-hak dasar pemegang saham harus mencakup hak untuk: memperoleh cara

    pendaftaran yang aman atas kepemilikan, menyerahkan atau mengalihkan

  • 8/11/2019 Corporate Governance Pertemuan 1

    5/23

    3

    saham, memperoleh informasi yang relevan atau material tentang perusahaan

    secara teratur dan tepat waktu, berpartisipasi dan memberikan hak suara dalam

    rapat umum pemegang saham, memilih dan mengganti anggota pengurus, dan

    memperoleh hak atas bagian keuntungan perusahaan.

    b) Pemegang saham harus memiliki hak untuk berpartisipasi dalam, dan diberikan

    informasi yang cukup atas keputusan-keputusan tentang perubahan-perubahan

    penting perusahaan seperti: perubahan anggaran dasar, akte pendirian, otorisasi

    saham tambahan, dan transaksi luar biasa.

    c) Pemegang saham harus memiliki kesempatan untuk berpartisipasi secara

    efektif dan memberikan hak suara dalam RUPS dan harus diberikan informasi

    tentang aturan-aturannya, termasuk tata cara pemungutan suara, yang mengatur

    penyelenggaraan RUPS.

    d) Struktur dan komposisi permodalan yang memungkinkan pemegang saham

    tertentu untuk memperoleh tingkat pengendalian yang tidak proporsional

    dengan kepemilikan sahamnya harus diungkapkan.

    e) Pengalihan pengendalian perusahaan harus diperbolehkan agar berfungsi

    secara efisien dan transparan.

    f) Pelaksanaan hak-hak atas kepemilikan oleh seluruh pemegang saham,

    termasuk investor kelembagaan, harus difasilitasi.

    g) Pemegang saham, termasuk pemegang saham institusi, harus diperbolehkan

    untuk saling berkonsultasi tentang masalah-masalah berkenaan dengan hak-hak

    dasar pemegang saham.

    3. Perlakuan yang sama terhadap Pemegang Saham

    Prinsip ke 3 ini menekankan bahwa perlu adanya perlakuan yang sama kepada

    seluruh pemegang saham termasuk pemegang saham minoritas dan pemegangsaham asing. Semua pemegang saham harus memiliki kesempatan untuk

    menuntut atas pelanggaran hak-hak mereka. Prinsip ini dibagi atas 3 sub prinsip.

    Pertama, perlakuan yang sama antara pemegang saham dalam kelas saham yang

    sama. Kedua, larangan transaksi orang dalam dan perdagangan tutup sendiri yang

    merugikan pihak lain. Ketiga, kewajiban dari komisaris, direksi dan manajemen

    kunci untuk mengungkapkan kepentingannya kepada dewan komisaris jika baik

    langsung maupun tidak langsung atau atas nama pihak ketiga mempunyai

  • 8/11/2019 Corporate Governance Pertemuan 1

    6/23

    4

    kepentingan yang material dalam suatu transaksi atau suatu hal yang

    mempengaruhi perusahaan.

    4. Peranan Stakeholdersdalam Corporate Governance

    Kerangka corporate governanceharus mengakui hak stakeholdersyang dicakup

    oleh perundang-undangan atau perjanjian dan mendukung secara aktif kerjasama

    antara perusahaan dan stakeholders dalam menciptakan kesejahteraan, lapangan

    pekerjaan, dan pertumbuhan yang bekesinambungan dari kondisi keuangan

    perusahaan yang dapat diandalkan. Pertama-tama, hak-hak pemangku

    kepentingan yang dicakup dalam perundang-undangan atau perjanjian harus

    dihormati. Jika kepentingan stakeholder dilindungi oleh undang-undang, maka

    stakeholdersseharusnya memiliki kesempatan untuk menuntut secara efektif atas

    hak-hak yang dilanggar. Mekanisme peningkatan kinerja bagi partisipasi

    karyawan harus diperkenankan untuk berkembang. Jika stakeholders

    berpartisipasi dalam proses corporate governance, maka stakeholder harus

    memiliki akses atas informasi yang relevan, memadai dan dapat diandalkan secara

    tepat waktu dan berkala. Stakeholders termasuk didalamnya individu karyawan

    dan serikat karyawan, seharusnya dapat secara bebas mengkomunikasikan

    kepedulian mereka terhadap praktik ilegal atau tidak etis kepada dewan, dan

    tindakan tersebut seharusnya tidak merpengaruhi hak-hak mereka. Terakhir,

    kerangka corporate governance harus dilengkapi dengan kerangka insolvency

    yang efisien dan efektif serta penegakan hukum yang efektif atas hak-hak

    kreditur.

    5. Keterbukaan dan Transparansi

    Kerangka kerja corporate governance harus memastikan bahwa keterbukaan

    informasi yang tepat waktu dan akurat dilakukan atas semua hal yang materialberkaitan dengan perusahaan, termasuk di dalamnya keadaan keuangan, kinerja,

    kepemilikan dan tata kelola perusahaan. Keterbukaan yang dimaksud harus

    meliputi, namun tidak terbatas pada informasi material atas: keuangan dan hasil

    operasi perusahaan, tujuan perusahaan, kepemilikan saham mayoritas dan hak

    suara, transaksi dengan pihak terkait, faktor-faktor risiko yang dapat diperkirakan,

    hal-hal penting berkaitan dengan karyawan dan para stakeholder lainnya, dan

    struktur dan kebijakan tata kelola khususnya berkaitan dengan isi dari pedoman

  • 8/11/2019 Corporate Governance Pertemuan 1

    7/23

    5

    atau kebijakan tata kelola perusahaan dan penerapannya. Selain itu informasi

    harus disajikan dan diungkapkan sesuai dengan standar akuntansi yang berkualitas

    tinggi dan keterbukaan keuangan dan non-keuangan. Audit tahunan harus

    dilakukan oleh auditor yang independen, kompeten dan memenuhi kualifikasi,

    dalam rangka menyediakan jaminan/kepastian eksternal dan objektif kepada

    pengurus dan pemegang saham bahwa laporan keuangan perusahaan menyajikan

    secara wajar dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan kinerja

    perusahaan. Auditor eksternal harus bertanggung jawab kepada pemegang saham

    dan melaksanakan tugasnya terhadap perusahaan dengan menjaga/secara

    profesional selama melakukan audit. Sementara itu media penyebaran informasi

    harus memberikan akses informasi yang relevan bagi pengguna secara sama, tepat

    waktu dan biaya yang efisien. Selanjutnya kerangka corporate governanceharus

    mengarah dan mendorong terciptanya ketentuan mengenai analisa atau saran dari

    analis, pedagang perantara efek, pemeringkat dan pihak lainnya yang relevan

    dengan keputusan investor, tidak mengandung benturan kepentingan yang

    material yang mungkin mempengaruhi integritas analisa atau saran yang

    diberikan.

    6.

    Tanggung Jawab Dewan Komisaris dan Direksi

    Kerangka kerja corporate governance harus memastikan pedoman strategis

    perusahaan, monitoring yang efektif terhadap manajemen oleh dewan, serta

    akuntabilitas dewan terhadap perusahaan dan pemegang saham.

    a)Anggota dewan harus bertindak berdasarkan informasi yang jelas, dengan

    itikad yang baik, berdasarkan due diligence dan kehati-hatian, serta demi

    kepentingan perusahaan dan pemegang saham.

    b)Apabila keputusan dewan dapat mempengaruhi suatu kelompok pemegangsaham secara berbeda dengan kelompok pemegang saham lain, maka dewan

    harus memperlakukan seluruh pemegang saham secara adil.

    c)Dewan harus menerapkan standar etika yang tinggi dan memperhatikan

    kepentingan para pemangku kepentingan

    d)Fungsi-fungsi utama harus dimiliki oleh suatu dewan.

    e)Dewan harus dapat melaksanakan penilaian yang obyektif dan independen

    dalam melakukan pengurusan perusahaan.

  • 8/11/2019 Corporate Governance Pertemuan 1

    8/23

    6

    f) Dalam rangka memenuhi tanggung jawabnya, anggota dewan komisaris harus

    memiliki akses terhadap infomasi yang akurat, relevan dan tepat waktu.

    III. Prinsip-Prinsip CG yang dikeluarkan KNKG

    Menurut KNKG dalam pedomannya, Setiap perusahaan harus memastikan bahwa

    asas GCG diterapkan pada setiap aspek bisnis dan di semua jajaran perusahaan.

    Prinsip-prinsip GCG menurut pedoman KNKG dijelaskan secara detail sebagai

    berikut:

    1. Transparansi (Transparency)

    Prinsip Dasar

    Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus

    menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah

    diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus

    mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang

    disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting

    untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku

    kepentingan lainnya.

    Pedoman Pokok Pelaksanaan

    a) Perusahaan harus menyediakan informasi secara tepat waktu, memadai,

    jelas, akurat dan dapat diperbandingkan serta mudah diakses oleh

    pemangku kepentingan sesuai dengan haknya.

    b) Informasi yang harus diungkapkan meliputi, tetapi tidak terbatas pada,

    visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan, kondisi keuangan,

    susunan dan kompensasi pengurus, pemegang saham pengendali,

    kepemilikan saham oleh anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris

    beserta anggota keluarganya dalam perusahaan dan perusahaan lainnya,sistem manajemen risiko, sistem pengawasan dan pengendalian internal,

    sistem dan pelaksanaan GCG serta tingkat kepatuhannya, dan kejadian

    penting yang dapat mempengaruhi kondisi perusahaan.

    c) Prinsip keterbukaan yang dianut oleh perusahaan tidak mengurangi

    kewajiban untuk memenuhi ketentuan kerahasiaan perusahaan sesuai

    dengan peraturan perundang-undangan, rahasia jabatan, dan hak-hak

    pribadi.

  • 8/11/2019 Corporate Governance Pertemuan 1

    9/23

    7

    d) Kebijakan perusahaan harus tertulis dan secara proporsional

    dikomunikasikan kepada pemangku kepentingan.

    2. Akuntabilitas (Accountability)

    Prinsip Dasar

    Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara

    transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar,

    terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap

    memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan

    lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai

    kinerja yang berkesinambungan.

    Pedoman Pokok Pelaksanaan

    a)Perusahaan harus menetapkan rincian tugas dan tanggung jawab masing-

    masing organ perusahaan dan semua karyawan secara jelas dan selaras

    dengan visi, misi, nilai-nilai perusahaan (corporate values), dan strategi

    perusahaan.

    b)Perusahaan harus meyakini bahwa semua organ perusahaan dan semua

    karyawan mempunyai kemampuan sesuai dengan tugas, tanggung jawab,

    dan perannya dalam pelaksanaan GCG.

    c)Perusahaan harus memastikan adanya sistem pengendalian internal yang

    efektif dalam pengelolaan perusahaan.

    d)Perusahaan harus memiliki ukuran kinerja untuk semua jajaran perusahaan

    yang konsisten dengan sasaran usaha perusahaan, serta memiliki sistem

    penghargaan dan sanksi (reward and punishment system).

    e)Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, setiap organ

    perusahaan dan semua karyawan harus berpegang pada etika bisnis danpedoman perilaku (code of conduct) yang telah disepakati.

    3. Responsibilitas (Responsibility)

    Prinsip Dasar

    Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta

    melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga

    dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat

    pengakuan sebagaigood corporate citizen.

  • 8/11/2019 Corporate Governance Pertemuan 1

    10/23

    8

    Pedoman Pokok Pelaksanaan

    a)Organ perusahaan harus berpegang pada prinsip kehati-hatian dan

    memastikan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, anggaran

    dasar dan peraturan perusahaan (by-laws).

    b)Perusahaan harus melaksanakan tanggung jawab sosial dengan antara lain

    peduli terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar

    perusahaan dengan membuat perencanaan dan pelaksanaan yang memadai.

    4. Independensi(Independence)

    Prinsip Dasar

    Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola secara

    independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling

    mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.

    Pedoman Pokok Pelaksanaan

    a)Masing-masing organ perusahaan harus menghindari terjadinya dominasi

    oleh pihak manapun, tidak terpengaruh oleh kepentingan tertentu, bebas dari

    benturan kepentingan (conflict of interest) dan dari segala pengaruh atau

    tekanan, sehingga pengambilan keputusan dapat dilakukan secara obyektif.

    b)Masing-masing organ perusahaan harus melaksanakan fungsi dan tugasnya

    sesuai dengan anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan, tidak

    saling mendominasi dan atau melempar tanggung jawab antara satu dengan

    yang lain.

    5. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness)

    Prinsip Dasar

    Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa

    memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentinganlainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.

    Pedoman Pokok Pelaksanaan

    a)Perusahaan harus memberikan kesempatan kepada pemangku kepentingan

    untuk memberikan masukan dan menyampaikan pendapat bagi kepentingan

    perusahaan serta membuka akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip

    transparansi dalam lingkup kedudukan masing-masing.

  • 8/11/2019 Corporate Governance Pertemuan 1

    11/23

    9

    b)Perusahaan harus memberikan perlakuan yang setara dan wajar kepada

    pemangku kepentingan sesuai dengan manfaat dan kontribusi yang

    diberikan kepada perusahaan.

    c)Perusahaan harus memberikan kesempatan yang sama dalam penerimaan

    karyawan, berkarir dan melaksanakan tugasnya secara profesional tanpa

    membedakan suku, agama, ras, golongan, gender, dan kondisi fisik.

    IV. Isu-isu terkait penerapan prinsip GCG

    Dalam penerapan GCG terdapat beberapa isu mengenai pelanggaran dalam

    penerapannya, diantaranya :

    1. Isu terkait PT. Jamsostek

    Dikutip dalam makalah Barullah Akbar, anggota VII Badan pemeriksaan

    keuangan dalam diskusi Indonesia Menuju Era Badan Penyelenggaraan

    Jaminan Sosial. Barullah mengatakan bahwa ada 4 temuan BPK atas laporan

    keuangan 2011 yang tidak sesuai dengan aturan.

    Jamsostek membentuk dana pengembangan Program Jaminan Hari Tua

    (JHT) sebesar Rp.7,24 triliun yang tidak sesuai dengan peraturan

    pemerintah No.22 tahun 2004 mengenai Komisi Yudisial.

    Jamsostek kehilangan potensi iuran karena terdapat penerapan tarif program

    yang tidak sesuai dengan ketentuan. Pada laporan keuangan 2011, potensi

    penerimaan jamsostek yang hilang mencapai Rp.36,5 miliar karena tidak

    menerapkan tarif jaminan kecelakaan kerja sesuai ketentuan.

    BPK menemukan Jamsostek belum menyelesaikan aset eks investasi

    bermasalah, yakni jaminan medium term notes (MTN). Adapun aset yang

    belum diselesaikan adalah tanah eks jaminan MTN PT Sapta Prana Jaya

    senilai Rp.72,25 miliar dan aset eks jaminan MTB PT Volgren Indonesia. Terdapat beberapa kelemahan dalam pemantauan piutang hasil investasi.

    Pengendalian dan monitoring PT Jamsostek atas piutang jatuh tempo dan

    bunga deposito yang belum sepenuhnya memadai .

    Sedangkan terkait kinerja permasalahan CGC yang terjadi di Jamsostek yang

    dinilai oleh BPK adalah sebagai berikut :

    Belum efektif mengevaluasi kebutuhan pegawai dan beban kerja untuk

    mendukung penyelenggaraan program JHT

  • 8/11/2019 Corporate Governance Pertemuan 1

    12/23

    10

    Belum efektif dalam mengelola data peserta JHT

    Masih perlu membenahi sistem informasi dan teknologi informasi yang

    mendukung keandalan data.

    Belum efektif melakukan perluasan dan pembinaan kepesertaan. Hal

    tersebut terlihat bahwa Jamsostek belum menjangkau seluruh potensi

    kepesertaan dan masih terdapatnya peserta perusahaan yang tidak patuh.

    Jamsostek tidak efektif memberikan perlindungan dengan membayarkan

    JHT kepada 1,02 juta peserta tenaga kerja usia pensiun dengan total saldo

    Rp.1,86 triliun.

    2. Isu terkait Bank Mega dan PT Elnusa

    Diketahui bahwa periode tahun 2009-2010 terjadi pembobolan rekening

    deposito senilai Rp.111 miliar milik PT. Elnusa. Dugaan sementara ada oknum

    dalam Elnusa yaitu direktur keuangan yang mencairkan danamelalui bantuan

    orang dalam Bank Mega. Karena memang pada saat pencairan, dokumen

    pencairan tersebut dibubuhi tanda tangan Direktur utama dan Direktur

    keuangan Elnusa. Namun direktur tersebut sudah tidak lagi menjabat di Elnusa.

    Setelah melalui persidangan Mahkamah Agung memutuskan bersalah 6 orang

    dalam kasus ini di antara nya Kepala cabang Bank Mega, Direktur keuangan

    PT Elnusa, dan pejabat sejumlah perusahaan yang terlibat dalam hal tersebut.

    Pada akhirnya, Elnusa memenangkan gugatan perdatanya melalui putusan

    Pengadilan Negeri Jakarta Selatan tanggal 22 Maret 2012 Nomor:

    284/PDT.G/2011/PN.JKT.SEL, serta langsung mencairkan dana sebesar

    Rp.111 miliar beserta bunga-nya.

    V. Peran regulator dalam penerapan prinsip Corporate Governance

    Good Corporate Governancediperlukan untuk mendorong terciptanya pasaryang efisien, transparan dan konsisten dengan peraturan perundang-undangan.

    Penerapan GCG perlu didukung oleh tiga pilar yang saling berhubungan, yaitu

    negara dan perangkatnya sebagai regulator, dunia usaha sebagai pelaku pasar, dan

    masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha. Peranan regulator

    dalam penerapan prinsip GCG antara lain :

    1. Melakukan koordinasi secara efektif antar penyelenggara negara dalam

    penyusunan peraturan undang-undang berdasarkan sistem hukum nasional

  • 8/11/2019 Corporate Governance Pertemuan 1

    13/23

    11

    dengan memprioritaskan kebijakan yang sesuai dengan kepentingan dunia

    usaha sehingga regulator harus paham perkembangan bisnis yang terjadi.

    2. Mengikutsertakan dunia usaha dan masyarakat secara bertanggungjawab

    dalam penyusunan peraturan perundang-undangan (rule-making rules)

    3. Menciptakan sistem politik yang sehat dengan penyelenggara negara yang

    memiliki integritas dan profesionalitas yang tinggi.

    4. Melaksanakan peraturan perundang-undangan dan penegakan hukum secara

    konsisten (consistent law enforcement).

    5. Mencegah terjadinya korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).

    6. Mengatur kewenangan dan koordinasi antar-instansi yang jelas untuk

    meningkatkan pelayanan masyarakat dengan integritas yang tinggi dan mata

    rantai yang singkat serta akurat dalam rangka mendukung terciptanya iklim

    usaha yang sehat, efisien dan transparan.

    7. Memberlakukan peraturan perundang-undangan untuk melindungi saksi

    dan pelapor (whistleblower)yang memberikan informasi mengenai suatu

    kasus yang terjadi pada perusahaan. Pemberi informasi dapat berasal dari

    manajemen, karyawan perusahaan atau pihak lain.

    8. Mengeluarkan peraturan untuk menunjang pelaksanaan GCG dalam

    bentuk ketentuan yang dapat menciptakan iklim usaha yang sehat, efisien

    dan transparan.

    9. Melaksanakan hak dan kewajiban yang sama dengan pemegang saham

    lainnya dalam hal Negara juga sebagai pemegang saham perusahaan.

    VI. The Power of Monitoring (1352-1360)

    Adanya teori keagenan dimana pemilik dan manajemen memiliki kepentingan

    yang berbeda membuat pengawasan atau monitoring itu perlu. Pengawasan dibagimenjadi dua, yaitu pengawasan internal (Internal Monitoring) dan pengawasan

    eksternal (External Monitoring).

    Mekanisme dalam internal monitoringadalah Dewan Pengawas (Supervisory

    Boards) dan komite-komitenya. Kontrol manajemen internal telah menjadi

    sorotan dari Corporate Governance sejak kemunculannya. Dewan atau badan

    dilihat sebagai institusi ekonomi yang dapat menyelesaikan problem keagenan.

    Internal monitoring dibedakan menjadi dua sistem utama :

  • 8/11/2019 Corporate Governance Pertemuan 1

    14/23

    12

    Two Tier Boards

    Dalam two tier boards, pengarahan dan kontrol terpisah. Tanggung jawab dan

    fungsi dewan secara teori cukup jelas dimana secara praktiknya tidak benar

    karena sistem bertumpu pada sebagian asumsi yang salah. Dewan dalam two tier

    boards terbagi menjadi dua, yaitu Supervisory Board dan Management Board.

    Supervisory boardmemilih dewan manajemen, menghasilkan kontrak dengan tiap

    anggota dari dewan manajemen dan mengawasinya. Dewan manajemen memiliki

    hak untuk mengusulkan anggota supervisory board dimana hal ini menjadi

    kritikan dan bisa menjadi kolusi diantara keduanya.

    Dalam two tier boards,bank menjadi masalah dalamsupervisory boardkarena

    bank memiliki signifikansi kepemilikan yang cukup besar dan punya pengaruh

    yang besar dalam rapat umum. Selain itu, jabatan rangkap (interlocking

    directorships) juga menjadi masalah. Hal ini terjadi jika seorang anggota dari

    supervisory board juga merupakan anggota dari satu atau lebih supervisory atau

    management boarddari perusahaan lain.

    Sejak dipublikasikan pedoman Corporate Governance ini, fokus dari

    kerjasupervisory boarddalam two tier boardsmulai bergeser menjadi penasihat

    dan konseling bagi dewan manajemen untuk menjadikan dirinya sebagai

    representatif bagi pemegang saham dalam rapat.

    One Tier Boards

    One tier board menyatakan manajemen dan kontrol menjadi satu bagian,

    dewan direksi yang diberi kekuatan universal. Perbedaan penting harus dibuat

    antara direktur eksektuif yang dipekerjakan sebagai manajer dengan direktur non-

    eksekutif yang tidak ikut campur tangan dalam bisnis perusahaan. Free-riding

    dapat terjadi dalam one tier boardyaitu ketika pemegang saham hanya memegangsebagian kecil saham sehingga tidak memiliki dorongan yang cukup dalam rangka

    mencari anggota independen terbaik.

    Menurut Combined Code, contoh yang tidak independen adalah adanya

    kontrak pekerja dengan perusahaan dalam 5 tahun terakhir, hubungan bisnis yang

    material dalam 3 tahun terakhir, tambahan remunerisasi selain upah direktur,

    ikatan keluarga dekat, cross directorships, perwakilan dari pemegang saham

  • 8/11/2019 Corporate Governance Pertemuan 1

    15/23

    13

    signifikan, atau jabatan direktur lebih dari 9 tahun. Berdasarkan Combined Code

    minimal setengah dari dewan harus terdiri dari direktur non-eksekutif independen.

    Pemisahan posisi ketua dewan dengan CEO dan rekomendasi untuk

    membentuk setidaknya setengah dari anggota dewan dengan direktur non-

    eksekutif yang independen dapat dilihat sebagai perbedaan fungsi antara

    manajemen dan kontrol.

    Dari kedua sistem tersebut terdapat kekurangan dan kelebihan diantaranya :

    SWOT masing-masing sistem :

    Two tier boards

    Kekuatan :

    Pemisahan antara pengarahan danpengawasanSupervisory board dapat melepaskan

    pemegang saham dalam rapat umum

    Kelemahan :

    Hampir tidak terlibat dalam aktivitas bisnisSupervisory boardbergantung pada informasi

    dari dewan manajemen

    Peluang :Supervisory board dapat menjadi perwakilan

    yang kuat dari pemegang saham

    Ancaman :Dorongan untuk mewakili kepentingan

    pemegang saham masih dipertanyakanPengarahan dan kontrol bisa jadi spa

    One tier boards

    Kekuatan :Badan Pengelola yang jelasPengambilan keputusan yang cepatDirektur memiliki akses langsung ke

    informasi

    Kelemahan :Bergantung pada CEOCEO captures the board (CEO memegang

    erat dewan karena dewan bergantung pada

    CEO)

    Peluang :Anggota dewan mengetahui aktivitas bisnis

    sehari-hari perusahaan

    Ancaman :Perwakilan kepentingan pemegang saham

    tidak dijamin

    VII.

    KASUS

    Hasil Kajian Bapepam-LK Tahun 2006 Tentang Penerapan Prinsip-Prinsip

    OECD dalam Peraturan Bapepam dan Tahun 2010 tentang Pedoman GCG

    di Negara-Negara Anggota ACMF

    Prinsip-prinsip Good Corporate Governance yang diterbitkan oleh OECD

    menjadi acuan yang dipakai secara internasional. Indonesia pun ikut menerapkan

    prinsip tersebut sebagai acuan dalam GCG. Bapepam-LK ingin melihat sejauh

    mana prinsip tersebut diterapkan dalam pasar modal, maka Bapepam melakukan

  • 8/11/2019 Corporate Governance Pertemuan 1

    16/23

    14

    pengkajian dimana pengkajian tersebut ingin menelaah peraturan perundangan di

    bidang pasar modal dibandingkan dengan prinsip GCG. Hasil kajian

    menunjukkan bahwa sebagian besar prinsip OECD telah diterapkan di Indonesia

    melalui peraturan Bapepam. Namun, ada beberapa prinsip yang signifikan bagi

    terlaksananya GCG yang belum diatur dalam ketentuan. Prinsip yang belum

    diterapkan tersebut dijelaskan sebagai berikut :

    Prinsip IV : Peranan Stakeholders dalam Corporate Governance

    Dalam prinsip IV sub-prinsip C menjelaskan perlunya mekanisme

    peningkatan kinerja bagi partisipasi karyawan seharusnya didukung untuk

    berkembang. Hal tersebut dapat dilakukan dengan pemberian remunerasi,

    contohnya dengan karyawan dalam kepemilikan saham perusahaan

    melalui Employee Stock Option Program (ESOP). Akan tetapi, belum ada

    peraturan dari Bapepam yang mengatur mengenai masalah ESOP tersebut.

    Prinsip IV : Peranan Stakeholders dalam Corporate Governance

    Dalam prinsip IV sub-prinsip D menjelaskan bahwa jika stakeholders

    berpartisipasi dalam proses corporate governance, seharusnya mereka

    memiliki akses atas informasi yang relevan, cukup dan dapat diandalkan

    secara tepat waktu dan teratur. Stakeholders tidak hanya memerlukan

    informasi mengenai perekonomian tetapi juga dari sisi sosial. Oleh karena

    itu dibutuhkan laporan tanggung jawab sosial perusahaan. Dalam hal ini

    Belum ada peraturan Bapepam yang mensyaratkan disusunnya

    Sustainability Report yang terpisah dari Laporan Tahunan.

    Prinsip IV : Peranan Stakeholders dalam Corporate Governance

    Dalam prinsip IV sub-prinsip E menyatakan bahwa Stakeholders termasuk

    didalamnya individu karyawan dan badan yang mewakili merekaseharusnya dapat secara bebas mengkomunikasikan concern mereka

    terhadap praktik ilegal atau tidak etis kepada Dewan Komisaris dan

    tindakan tersebut seharusnya tidak mempengaruhi hak-hak mereka. Dalam

    hal ini belum ada peraturan Bapepam yang mengatur kewajiban dan tata

    cara perusahaan terkait whistle blower, tetapi karyawan dijamin hak-

    haknya sesuai UU No.13 tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan

    Korban.

  • 8/11/2019 Corporate Governance Pertemuan 1

    17/23

    15

    Prinsip V : Keterbukaan dan transparansi

    Dalam prinsip V sub-prinsip A4 mengenai kebijakan remunerasi untuk

    dewan komisaris dan direksi, dan informasi tentang anggota dewan

    komisaris, termasuk kualifikasi, proses seleksi, perangkapan jabatan dan

    independensinya. Terkait informasi remunerasi, belum terdapat peraturan

    Bapepam yang mewajibkan perusahaan untuk mengungkapkan kewajiban

    dan hak individual dari para direksi dan komisaris. Bapepam hanya

    mewajibkan emiten dan perusahaan publik mengungkapkan informasi

    mengenai remunerasi secara global dalam laporan keuangan.

    Prinsip VI: Tanggung Jawab Dewan Komisaris dan Direksi

    Dalam prinsip VI sub-prinsip D6 mengenai fungsi utama dewan komisaris

    yang memonitor dan mengelola potensi benturan kepentingan dari

    manajemen, anggota Dewan serta pemegang saham, termasuk

    penyalahgunaan aset perusahaan dan penyelewengan dalam transaksi

    dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Dalam peraturan

    Bapepam belum ada yang mengatur mengenai masalah ini, tetapi

    berdasarkan UUPT perusahaan diwajibkan mengelola daftar pemegang

    saham khusus yang memuat kepemilikan saham anggota direksi, komisaris

    dan keluarganya.

    Terkait dengan hasil kajian dari Bapepam tersebut, Bapepam mengajukan

    beberapa rekomendasi untuk penerapan GCG yang lebih baik di Indonesia,

    diantaranya :

    1. Perlunya sosialisasi tentang prinsip-prinsip corporate governance yang

    diterbitkan oleh OECD tahun 2004 (OECD principles of Corporate

    Governance 2004) kepada pelaku pasar modal dan masyarakat.2. Perlu adanya ketentuan tentang program Employee Stock Option Plan

    (ESOP).

    3. Perlu adanya ketentuan mengenai CSR agar perusahaan terdorong untuk

    memiliki program CSR terencana dan perlunya aturan mengenai penyajian

    laporan CSR tersendiri.

    4. Perlu adanya ketentuan yang mewajibkan anggota dewan komisaris dan

    Direksi untuk memberitahukan kepada dewan Komisaris jika mempunyai

  • 8/11/2019 Corporate Governance Pertemuan 1

    18/23

    16

    kepentingan material dalam suatu transaksi yang mempengaruhi

    perusahaan.

    5. Perlu adanya ketentuan untuk memiliki komite nominasi dan remunerasi

    untuk menjamin transparansi proses nominasi dan remunerasi Dewan

    Komisaris dan Direksi.

    6. Perlu adanya ketentauan yang mewajibkan perusahaan untuk membuat

    ketentuan internal tentang whistleblower.

    Prinsip-prinsip Good corporate governance yang dikeluarkan oleh OECD

    menjadi acuan bagi setiap negara yang termasuk di dalam ACMF. Berdasarkan

    prinsip-prinsip tersebut selanjutnya masing-masing negara mengadopsi prinsip

    tersebut secara berbeda-beda. Bapepam LK kemudian melakukan penelitian

    terkait dengan perbedaan apa saja yang terjadi di masing-masing negara anggota

    tersebut dan ditemukan beberapa perbedaan dan kesamaan di masing-masing

    negara terkait, yaitu :

    Indonesia

    Metode penerapan : Bersifat voluntarily (tidak ada sanksi hukum bila tidak

    menerapkan pedoman)

    Sanksi atas ketidakpatuhan : Tidak ada

    Komisaris independen :Emiten / perusahaan publik wajib memiliki komisaris

    independen sekurang-kurangnya 30% dari jumlah anggota dewan komisaris

    Direksi : Two board system

    Komite yang dibentuk komisaris : Anggota komite (minim 3), Ketua komite

    audit (komisaris independen), pendidikan (akuntansi/keuangan) sekurang-

    kurangnya 1 orang

    Etika bisnis dan pedoman perilaku : Mengatur prinsip keberadaanyaRemunerasi Direksi dan Dewan komisaris :Dianjurkan

    Malaysia

    Metode penerapan : Bersifat comply and explain (diharapkan menerapkan

    seluruh aspek CGC)

    Sanksi atas ketidakpatuhan : Tidak ada

    Komisaris independen : Sekurang-kurangnya 30% dari jumlah anggota

    dewan komisaris

  • 8/11/2019 Corporate Governance Pertemuan 1

    19/23

    17

    Direksi : One board system

    Komite yang dibentuk komisaris : Anggota komite (minim 3), Ketua komite

    audit, pendidikan (akuntansi/keuangan)

    Etika bisnis dan pedoman perilaku : Tidak mengatur prinsip keberadaanya

    Remunerasi Direksi dan Dewan komisaris : Dianjurkan

    Singapore

    Metode penerapan : Bersifat comply and explain (diharapkan menerapkan

    seluruh aspek CGC)

    Sanksi atas ketidakpatuhan : Tidak ada

    Komisaris independen : Sekurang-kurangnya 30% dari jumlah anggota

    dewan komisaris

    Direksi : One board system

    Komite yang dibentuk komisaris : Anggota komite (minim 3), Ketua komite

    audit (komisaris independen), pendidikan (akuntansi/keuangan) sekurang-

    kurangnya 2 orang

    Etika bisnis dan pedoman perilaku : Tidak mengatur prinsip keberadaanya

    Remunerasi Direksi dan Dewan komisaris : Dianjurkan

    Thailand

    Metode penerapan : Bersifat comply and explain (diharapkan menerapkan

    seluruh aspek CGC)

    Sanksi atas ketidakpatuhan : Tidak ada

    Komisaris independen : Sekurang-kurangnya 30% dari jumlah anggota

    dewan komisaris

    Direksi : One board system

    Komite yang dibentuk komisaris : Anggota komite, Ketua komite audit(komisaris independen), pendidikan tidak ada syarat

    Etika bisnis dan pedoman perilaku : Mengatur prinsip keberadaanya

    Remunerasi Direksi dan Dewan komisaris : Dianjurkan

    Philipina

    Metode penerapan : Bersifat comply and explain (diharapkan menerapkan

    seluruh aspek CGC)

    Sanksi atas ketidakpatuhan : Sanksi penalty P100.000

  • 8/11/2019 Corporate Governance Pertemuan 1

    20/23

    18

    Komisaris independen : Sekurang-kurangnya 2 orang atau 20% dari jumlah

    seluruh dewan komisaris

    Direksi : One board system

    Komite yang dibentuk komisaris : Anggota komite (minim 3), Ketua komite

    audit (komisaris independen), pendidikan (akuntansi/keuangan) tidak ada

    jumlah minimal

    Etika bisnis dan pedoman perilaku : Tidak mengatur prinsip keberadaanya

    Remunerasi Direksi dan Dewan komisaris : Dianjurkan

    Dapat disimpulkan bahwa dari perbedaan penerapan prinsip CGC dimasing-

    masing negara anggota ACMF tersebut menghasilkan penerapan peraturan yang

    berbada. Dimana masing-masing negara mewujudkan menerapkan masing-

    masing peraturan yang mengatur pengungkapan pelaksanaan pedoman penerapan

    CGC dan pengawasan pelaksaan nya pada masing-masing lembaga terkait di

    negara nya. Berikut merupakan nama lembaga yang berada di masing-masing

    negara ACMF (www.theacmf.org):

    Indonesia : Indonesia Financial Service authority (Otoritas Jasa

    Keuangan/OJK) (http://www.ojk.go.id)

    Malaysia : Securities Comission Malaysia (http://www.sc.com.my)

    Singapore : Monetary authority of singapore (http://www.mas.gov.sg)

    Thailand : Securities and Exchange Commision (http://www.sec.or.th)

    Philipines : Securities and Exchange Commision (http://www.sec.gov.ph)

    Dalam penerapan peraturan yang mengungkapkan pelaksanaan CG di

    Indonesia, OJK selaku lembaga di Indonesia yang menjadi pengawas dalam

    penerapan nya dan memberikan sanksi bagi yang melanggar. Sebagai respon

    terkait penerapan Bapepam-LK atas penerapan CG di Indonesia, OJK kemudian

    mewujudkan penetapan peraturan tersebut yang dituangkan dalam Roadmap Good

    Corporate Governance khusus untuk emiten dan perusahaan publik. Perwujudan

    penerapan roadmap ini diharapkan agar perusahaan publik di Indonesia

    setidaknya sejajar dengan perusahaan di kawasan ASEAN. Dalam rekomendasi

    nya OJK dalam roadmap nya juga menyarankan penguunaan metode comply and

    explain (yang mewajibkan kepatuhan perusahaan nya pada prinsip CG dan bila

    tidak sanggup mematuhinya harus dapat menjelaskan alasanya), yang telah lama

    http://www.theacmf.org/http://www.sec.gov.ph/http://www.sec.gov.ph/http://www.theacmf.org/
  • 8/11/2019 Corporate Governance Pertemuan 1

    21/23

    19

    menjadi best practice di tingkat Internasional menggantikan metode voluntary.

    Dalam data terakhir terkait pemeringkatan penerapan CG dengan standar terbaik

    yang dirilis ACMF membawa Indonesia menduduki peringkat ke 2 di negara

    ASEAN setelah Thailand. Penerapan CG dengan standar terbaik menjadi salah

    satu faktor penentu bagi emiten dan perusahaan publik dalam menghadapi era

    masyarakat ekonomi ASEAN 2015.

  • 8/11/2019 Corporate Governance Pertemuan 1

    22/23

    20

    DAFTAR PUSTAKA

    Adlin, Sutan Eries.(2012, 27 September). KINERJA JAMSOSTEK: BPK

    Temukan Potensi Penyimpangan Di atas Rp7 Triliun.

    http://www.bisnis.com/articles/kinerja-jamsostek-bpk-temukan-potensi-

    penyimpangan-di-atas-rp7-triliun (diakses pada 9 September 2014)

    Brndle, Udo C. and Jrgen Noll. 2004. The Power of Monitoring. German

    Law Journal. 5(11) 1352-1360.

    Cahyo. (2014, 24 Juni) ACMF RILIS LAPORAN PENILAIAN CGC SE

    ASEAN. http://wartaekonomi.co.id/read/2014/06/24/31263/acmf-rilis-

    laporan-penilaian-cgc-seasean.html (diakses pada 9 September 2014)

    Elnusa Minta ICW Pantau Proses Hukum Kasus Bank Mega. (2013, 10 Juni).

    http://www.elnusa.co.id/elnusa-minta-icw-pantau-proses-hukum-kasus-

    bank-mega/ (diakses pada 9 September 2014)

    GCG Road Map, Agar Emiten Lebih Terkelola Baik. .(2014, 30Juni).

    http://economy.okezone.com/read/2014/06/30/226/1005847/gcg-road-map-

    agar-emiten-lebih-terkelola-baik (diakses pada 9 September 2014)

    Hasniawati, Amailia Putri. (2011, 6 Mei). Marak kasus, komite audit akan

    diperkuat.http://investasi.kontan.co.id/news/marak-kasus-komite-audit-akan-diperkuat-1 (diakses pada 9 September 2014)

    Komisi Nasional Kebijakan Governance. 2006.Pedoman Umum Good Corporate

    Governance Indonesia. Jakarta : KNKG.

    Organisation For Economic Co-operation and Development. 2004. OECD

    Principles of Corporate Governance. France : OECD.

    Prayogi, Whery Enggo.(2011, 24 April). Kronologi Pembobolan Deposito

    http://wartaekonomi.co.id/read/2014/06/24/31263/acmf-rilis-laporan-penilaian-cgc-seasean.htmlhttp://wartaekonomi.co.id/read/2014/06/24/31263/acmf-rilis-laporan-penilaian-cgc-seasean.htmlhttp://www.elnusa.co.id/elnusa-minta-icw-pantau-proses-hukum-kasus-bank-mega/http://www.elnusa.co.id/elnusa-minta-icw-pantau-proses-hukum-kasus-bank-mega/http://economy.okezone.com/read/2014/06/30/226/1005847/gcg-road-map-agar-emiten-lebih-terkelola-baikhttp://economy.okezone.com/read/2014/06/30/226/1005847/gcg-road-map-agar-emiten-lebih-terkelola-baikhttp://investasi.kontan.co.id/news/marak-kasus-komite-audit-http://investasi.kontan.co.id/news/marak-kasus-komite-audit-http://investasi.kontan.co.id/news/marak-kasus-komite-audit-http://economy.okezone.com/read/2014/06/30/226/1005847/gcg-road-map-agar-emiten-lebih-terkelola-baikhttp://economy.okezone.com/read/2014/06/30/226/1005847/gcg-road-map-agar-emiten-lebih-terkelola-baikhttp://www.elnusa.co.id/elnusa-minta-icw-pantau-proses-hukum-kasus-bank-mega/http://www.elnusa.co.id/elnusa-minta-icw-pantau-proses-hukum-kasus-bank-mega/http://wartaekonomi.co.id/read/2014/06/24/31263/acmf-rilis-laporan-penilaian-cgc-seasean.htmlhttp://wartaekonomi.co.id/read/2014/06/24/31263/acmf-rilis-laporan-penilaian-cgc-seasean.html
  • 8/11/2019 Corporate Governance Pertemuan 1

    23/23

    Elnusa Rp 111 Miliar di Bank Mega.

    http://finance.detik.com/read/2011/04/24/181014/1624186/6/kronologi-

    pembobolan-deposito-elnusa-rp-111-miliar-di-bank-mega (diakses pada 9

    September 2014)

    Visi dan Misi KNKG. http://knkg-indonesia.com/home/tentang-kami/visi-a-

    misi.html (diakses pada 9 September 2014)

    Wijaya, Angga Sukma.(2014, 17 Februari). Elnusa Minta Bank Mega Cairkan

    Dana Deposito.

    http://www.tempo.co/read/news/2014/02/17/087554840/Elnusa-Minta-

    Bank-Mega-Cairkan-Dana-Deposito (diakses pada 9 September 2014)

    http://finance.detik.com/read/2011/04/24/181014/1624186/6/kronologi-pembobolan-deposito-elnusa-rp-111-miliar-di-bank-megahttp://finance.detik.com/read/2011/04/24/181014/1624186/6/kronologi-pembobolan-deposito-elnusa-rp-111-miliar-di-bank-megahttp://knkg-indonesia.com/home/tentang-kami/visi-a-misi.htmlhttp://knkg-indonesia.com/home/tentang-kami/visi-a-misi.htmlhttp://www.tempo.co/read/news/2014/02/17/087554840/Elnusa-Minta-Bank-Mega-Cairkan-Dana-Depositohttp://www.tempo.co/read/news/2014/02/17/087554840/Elnusa-Minta-Bank-Mega-Cairkan-Dana-Depositohttp://www.tempo.co/read/news/2014/02/17/087554840/Elnusa-Minta-Bank-Mega-Cairkan-Dana-Depositohttp://www.tempo.co/read/news/2014/02/17/087554840/Elnusa-Minta-Bank-Mega-Cairkan-Dana-Depositohttp://knkg-indonesia.com/home/tentang-kami/visi-a-misi.htmlhttp://knkg-indonesia.com/home/tentang-kami/visi-a-misi.htmlhttp://finance.detik.com/read/2011/04/24/181014/1624186/6/kronologi-pembobolan-deposito-elnusa-rp-111-miliar-di-bank-megahttp://finance.detik.com/read/2011/04/24/181014/1624186/6/kronologi-pembobolan-deposito-elnusa-rp-111-miliar-di-bank-mega