pengaruh media sosial dan electronic word of mouth...
TRANSCRIPT
PENGARUH MEDIA SOSIAL DAN ELECTRONIC WORD OF
MOUTH TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK
SARANG MADU MURNI DAN PENGELOLAAN MEDIA
SOSIAL DI SARANG MADU MURNI
SKRIPSI
NURAINI ARIFIANTI
11140920000029
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019 M/1440 H
PENGARUH MEDIA SOSIAL DAN ELECTRONIC WORD OF
MOUTH TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK
SARANG MADU MURNI DAN PENGELOLAAN MEDIA
SOSIAL DI SARANG MADU MURNI
Oleh:
NURAINI ARIFIANTI
11140920000029
Skripsi
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Pada Program Studi Agribisnis
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019 M/1440 H
iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Nuraini Arifianti
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 04 Januari 1996
Kewarganegaraan : Indonesia
Status : Belum Menikah
Agama : Islam
Alamat : Janur Hijau II No. 21 RT002/RW003 Kel.
Rawa Badak Utara Kec. Koja, Jakarta Utara
No. Hp : 087783230212
E-mail : [email protected]
2014-2019 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2011-2014 : SMA Negeri 75 Jakarta
2008-2011 : SMP Negeri 173 Jakarta
2002-2008 : SDN RBU 03 Pagi
IDENTITAS DIRI
RIWAYAT PENDIDIKAN
iv
2018-sekarang : Anggota Divisi Design & Creative Gajahlah Kebersihan
2015-2016 : Sekretaris Divisi Informasi dan Komunikasi HMJ
Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2015-2016 : Sekretaris Pengelolaan Internal HIMNI
(Himpunan Mahasiswa Alumni) SMAN 75 Jakarta
2013-2014 : Sekretaris English Club SMAN 75 Jakarta
2010-2011 : Anggota Majalah Kreatif SMPN 173 Jakarta
2017 : Penerima Beasiswa Peningkatan Akademik UIN Jakarta
2016 : Penerima Beasiswa Peningkatan Akademik UIN Jakarta
2007 : Juara IV Harapan I Tari Tradisional Daerah Ondel-Ondel
SD (Sekolah Dasar) Jakarta Utara
2018 - 2019 : Surveyor di Vinus Pilarindo
2018 : Asisten Laboratorium Mikrobiologi Pangan
2018 : Asisten Laboratorium Ilmu Tanaman
2017 : Praktik Kerja Lapang pada Divisi Quality Control PT Sinar
Sosro KPB Cakung
PENGALAMAN ORGANISASI
PRESTASI YANG DICAPAI
PENGALAMAN KERJA
v
RINGKASAN
Nuraini Arifianti, Pengaruh Media Sosial dan Eelectronic Word of Mouth
terhadap Keputusan Pembelian Produk Sarang Madu Murni dan Pengelolaan Media
Sosial di Sarang Madu Murni. (Di bawah Bimbingan Achmad Tjachja Nugraha
dan Nunuk Adiarni).
Media sosial merupakan salah satu platform di era digital yang banyak
digemari dan diakses. Media sosial adalah media yang digunakan untuk
bersosialisasi melalui jaringan internet. Pertumbuhan dan banyaknya pengguna
media sosial saat ini dipandang oleh dunia bisnis sebagai peluang untuk melakukan
pemasaran e-commerce dengan menggunakan media sosial, yang disebut social
media marketing. Seiring dengan perkembangan social media marketing saat ini,
muncul fenomena electronic word of mouth yang merupakan evolusi dari word of
mouth. Sama seperti word of mouth, electronic word of mouth juga memiliki peran
dalam pengambilan keputusan konsumen. Pemasaran melalui media sosial
memerlukan penanganan karena terjadi lintas infromasi, komunikasi dan perubahan
respon konsumen yang sangat cepat, oleh sebab itu diperlukan pengelolaan media
sosial.
Salah satu usaha yang memasarkan produknya melalui media sosial terutama
Instagram adalah Sarang Madu Murni. Produk yang dipasarkan adalah madu peras
dan sarang madu. Walaupun masih berstatus industri rumah tangga dan baru berdiri
tahun 2016, Sarang Madu Murni dapat menjangkau konsumen hampir di seluruh
Indonesia. Penggunaan media sosial dan penerapan electronic word of mouth oleh
Sarang Madu Murni, mendorong peneliti untuk mengetahui bagaimana pengelolaan
media sosial Instagram, dan seberapa besar pengaruh media sosial dan electronic
word of mouth terhadap keputusan pembelian produk Sarang Madu Murni.
Penelitian terhadap keputusan pembelian produk Sarang Madu Murni
menggunakan metode SEM (Structural Equation Modeling) dengan pendekatan
PLS dan diolah dengan menggunakan aplikasi SmartPLS 3.0. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penerapan pengelolaan media sosial diperlukan agar usaha
dapat terus berkembang, dan electronic word of mouth memiliki pengaruh paling
signifikan dibandingkan dengan media sosial, yaitu sebesar 51% serta media sosial
memiliki pengaruh terhadap keputusan pembelian sebesar 33.8%.
Kata kunci: Media sosial, Instagram, Electronic word of mouth, Pengelolaan Media
Sosial, Keputusan Pembelian, SEM, PLS.
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat
Rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Media Sosial dan Electronic Word of Mouth Terhadap Keputusan
Pembelian Produk Sarang Madu Murni dan Pengelolaan Media Sosial di Sarang
Madu Murni”. Shalawat serta salam tak lupa penulis panjatkan kepada Nabi Besar
Muhammad SAW yang selalu memohonkan ampunan bagi umat-Nya.
Penyusunan skripsi ini dapat selesai berkat bantuan, bimbingan dan
dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan rasa
terima kasih kepada:
1. Keluarga saya, ayah, mama, dan nenek yang senantiasa memberi dukungan
motivasi, doa, materi, dan kasih sayang kepada saya.
2. Bapak Dr. Achmad Tjachja Nugraha, MP selaku dosen pembimbing I dan Ibu
Dr. Nunuk Adiarni, MM selaku dosen pembimbing II yang selalu
meluangkan waktu, pikiran, saran, dan semangat kepada saya selama proses
penyusunan skripsi.
3. Bapak Dr. Ir Akhmad Riyadi Wastra, S.IP., MM selaku dosen penguji I dan
Bapak Dr. Iwan Aminudin, M.Si dosen penguji II yang telah memberikan
saran, motivasi dan dukungan kepada penulis.
vii
4. Bapak Dr. Ir. Edmon Daris, MS selaku Ketua Program Studi Agribisnis dan
Dr. Iwan Aminudin, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis.
5. Ibu Prof. Dr. Lily Surayya Eka Putri, M.Env.Stud beserta jajaran dan staf
administrasi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Lintang Habibul Karim yang telah memberikan motivasi, membantu, dan
mensupport saya di berbagai kondisi.
7. Pihak Sarang Madu Murni, terutama kak Winda dan kak Dian, serta kak Afril
dan kak Nita yang telah mengizinkan saya melakukan penelitian dan berbaik
hati membantu saya,
8. Yanti, Ummi, dan Puput selaku sahabat yang selalu mendukung,
menyemangati dan menghibur saya di berbagai kondisi.
9. Amel, Ai, Hanoy, Sui, Dita, Puji dan semua sahabat lainnya di jurusan
Agribisnis yang telah menyemangati penulis.
10. Teman-teman Agribisnis angkatan 2014 yang telah membantu dan
menyemangati saya.
Penulis menyadari apabila skripsi ini masih memiliki kekurangan. Oleh sebab
itu, penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
menyempurnakan penelitian ini. Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat
bagi banyak pihak.
Jakarta, Maret 2019
Nuraini Arifianti
viii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................... 7
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................. 7
1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................... 8
1.5. Ruang Lingkup Penelitan ................................................................ 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 10
2.1. Media Sosial .................................................................................... 10
2.1.1 Instagram ............................................................................... 13
2.1.2 Pengelolaan Media Sosial Instagram ..................................... 16
2.2. E-Commerce .................................................................................... 18
2.3. Pemasaran Online ............................................................................ 20
2.3.1. Social Media Marketing ........................................................ 22
2.4. Integrated Marketing Communication (IMC) ................................. 24
2.4.1. Electronic Word of Mouth (EWOM) ..................................... 26
2.5. Keputusan Pembelian ...................................................................... 29
2.6. Agribisnis Madu .............................................................................. 33
2.7. Structural Equation Modeling (SEM) ............................................. 36
2.8. Penelitian Terdahulu. ....................................................................... 39
2.9. Kerangka Pemikiran ........................................................................ 41
2.9.1 Kerangka Konseptual ............................................................. 41
2.9.2 Kerangka Operasional ............................................................ 44
ix
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 49
3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian ........................................................... 49
3.2. Jenis dan Sumber Data. ................................................................... 49
3.2.1 Jenis Data. .............................................................................. 49
3.2.2 Sumber Data. .......................................................................... 50
3.3. Metode Pengumpulan Data.............................................................. 50
3.3.1. Wawancara. ........................................................................... 50
3.3.2. Observasi. .............................................................................. 52
3.3.3. Studi Pustaka. ........................................................................ 52
3.3.4. Kuesioner. .............................................................................. 52
3.4. Populasi dan Sampel. ....................................................................... 53
3.5. Validitas dan Reliabilitas.Instrumen ................................................ 55
3.5.1. Validitas Instrumen. .............................................................. 55
3.5.2. Reliabilitas Instrumen. ........................................................... 58
3.6. Metode Pengolahan Data. ................................................................ 60
3.6.1. Pengolahan Data Kualitatif. ................................................... 60
3.6.2. Pengolahan Data Kuantitatif. ................................................. 60
3.7. Metode Analisis Data. ..................................................................... 61
3.6.1. Analisis Deskriptif Kualitatif................................................. 61
3.6.2. Analisis Structural Equation Modeling (SEM). .................... 61
3.7. Definisi Operasional. ....................................................................... 76
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ........................................ 84
4.1. Profil Perusahaan. ............................................................................ 84
4.1.1. Visi dan Misi Sarang Madu Murni. ....................................... 84
4.1.2. Kebijakan Sarang Madu Murni. ............................................ 85
4.2. Struktur Organisasi Perusahan. ........................................................ 85
4.2.1. Penerimaan Bahan Baku dan Pengemasan. ........................... 86
4.2.2. Pengelolaan Media Sosial. ..................................................... 88
4.3. Produk Sarang Madu Murni. ........................................................... 89
4.4. Pengelolaan dan Alur Proses Usaha Sarang Madu Murni. .............. 91
4.5. Pemasaran Sarang Madu Murni....................................................... 94
x
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 96
5.1. Karakteristik Responden. ................................................................. 96
5.1.1. Usia ....................................................................................... 96
5.1.2. Jenis Kelamin. ....................................................................... 97
5.1.3. Penghasilan. ........................................................................... 98
5.1.4. Pekerjaan. .............................................................................. 99
5.1.5. Pendidikan Terakhir. ............................................................. 101
5.1.6. Domisili. ................................................................................ 102
5.2. Validasi Model................................................................................. 103
5.2.1. Validasi Model Formatif ....................................................... 103
5.2.2. Validasi Model Reflektif ....................................................... 104
5.3. Model Akhir Penelitian.................................................................... 109
5.3.1. Validasi Model Formatif. ...................................................... 110
5.3.2. Validasi Model Reflektif. ...................................................... 111
5.4. Pengaruh Media Sosial terhadap Keputusan Pembelian
Produk Sarang Madu Murni. ........................................................... 116
5.4.1. Model Akhir Penelitian Media Sosial. .................................. 116
5.4.2. Pengaruh Parameter terhadap Subvariabel. ........................... 120
5.4.2.1. Subvariabel Konteks. ..................................................... 120
5.4.2.2. Subvariabel Komunikasi. ............................................... 123
5.4.2.3. Subvariabel Kolaborasi. ................................................. 127
5.4.2.4. Subvariabel Koneksi. ..................................................... 129
5.5. Pengaruh Electronic Word of Mouth terhadap Keputusan
Pembelian Produk Sarang Madu Murni. ......................................... 131
5.5.1. Model Akhir Variabel Electronic Word of Mouth................. 131
5.5.2. Pengaruh Parameter terhadap Subvariabel. ........................... 134
5.5.2.1. Subvariabel Intensitas. ................................................... 134
5.5.2.2. Subvariabel Konten. ....................................................... 137
5.5.2.3. Subvariabel Valence of Opinion. ................................... 140
5.6. Implikasi terhadap Keputusan Pembelian. ...................................... 142
5.6.1. Model Akhir Variabel Keputusan Pembelian. ....................... 142
5.6.2. Pengaruh Parameter terhadap Subvariabel. ........................... 146
5.6.2.1. Subvariabel Pengenalan Masalah. ................................. 147
5.6.2.2. Subvariabel Pencarian Informasi. .................................. 148
5.6.2.3. Subvariabel Evaluasi Alternatif. .................................... 149
5.6.2.4. Subvariabel Keputusan Pembelian. ............................... 150
5.6.2.5. Subvariabel Perilaku Pasca Pembelian. ......................... 153
5.7. Pengelolaan Media Sosial Instagram Sarang Madu Murni. ............ 155
5.7.1. Perencanaan. .......................................................................... 155
5.7.2. Aktivasi dan Pengawasan. ..................................................... 156
xi
5.7.3. Optimalisasi. .......................................................................... 159
5.7.4. Pemetaan Pengelolaan Instagram Sarang Madu Murni. ....... 159
5.8. Pra-Kesimpulan. .............................................................................. 163
BAB VI PENUTUP ........................................................................................ 165
5.1. Kesimpulan ...................................................................................... 165
5.2. Saran ................................................................................................ 166
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 167
LAMPIRAN .................................................................................................... 171
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Tampilan dan Fitur-Fitur pada Instagram .......................................................15
2. Model Cognitive, Affective, dan Behavior ......................................................25
3. Proses Keputusan Pembelian ..........................................................................29
4. Sistem Agribisnis ............................................................................................34
5. Kerangka Konseptual ......................................................................................43
6. Kerangka Operasional Model Awal Penelitian ...............................................47
7. Pemodelan Variabel Laten Eksogen 1 ............................................................64
8. Pemodelan Variabel Laten Eksogen 2 ............................................................67
9. Pemodelan Variabel Endogen Y .....................................................................69
10. Struktur Organisasi Usaha Sarang Madu Murni. ..........................................86
11. Produk-Produk Sarang Madu Murni. ............................................................90
12. Alur Proses Usaha Sarang Madu Murni........................................................91
13. Model Akhir Penelitian. ................................................................................111
14. Model Akhir Statistik Penelitian. ..................................................................112
15. Model Akhir Statistik Variabel Laten Eksogen 1 ..........................................117
16. Model Akhir Statistik Variabel Laten Eksogen 2. ........................................132
17. Model Akhir Statistik Variabel Endogen. .....................................................143
18. Pemetaan Pengelolaan Instagram Sarang Madu Murni. ...............................160
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Perbedaan Electronic Word of Mouth dan Word of Mouth. ............................27
2. Standar Mutu Madu (SNI 3545:2013). ...........................................................35
3. Daftar Informan dan Point of Interview Pengelolaan
Media Sosial Sarang Madu Murni. .................................................................51
4. Point of Observation Pengelolaan Media Sosial Sarang Madu Murni. ..........52
5. Hasil Uji Keterbacaan Instrumen. ...................................................................56
6. Ringkasan Evaluasi Model Pengukuran Konstruk Formatif. ..........................72
7. Ringkasan Evaluasi Model Pengukuran Konstruk Reflektif. .........................73
8. Ringkasan Evaluasi Model Struktural. ............................................................75
9. Definisi Operasional........................................................................................79
10. Klasifikasi Usia Responden. .........................................................................96
11. Klasifikasi Jenis Kelamin Responden. ..........................................................97
12. Klasifikasi Penghasilan Responden. .............................................................98
13. Klasifikasi Pekerjaan Responden. .................................................................99
14. Klasifikasi Pendidikan Terakhir Responden. ................................................101
15. Klasifikasi Domisili Responden. ...................................................................102
16. Hasil Awal Outer Loading. ...........................................................................105
17. Hasil Akhir Outer Loading. ..........................................................................106
18. Hasil Uji Validitas Komposit. .......................................................................108
19. Pengukuran Validitas Diskriminan. ..............................................................108
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Kuesioner Penelitian. ......................................................................................171
2. Uji Keterbacaan Instrumen. ............................................................................178
3. Hasil Uji Validitas Instrumen..........................................................................182
4. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen. .....................................................................183
5. Hasil Validasi Model Formatif........................................................................184
6. Hasil Pengolahan Data dengan SmartPLS. .....................................................185
7. Dokumentasi Kegiatan Terkait Job Holder di Sarang Madu Murni. ..............187
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Media sosial merupakan salah satu platform di era digital yang paling
digemari, dan merupakan media yang digunakan untuk bersosialisasi melalui
jaringan internet. Sampai saat ini terdapat beberapa macam media sosial, seperti
Facebook, Twitter, Path, Instagram, Youtube, Linkedin, Google+, dan Pinterest.
Media sosial merupakan salah satu layanan yang banyak diakses oleh masyarakat
Indonesia. Banyaknya masyarakat yang mengakses media sosial dapat diketahui
dari hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2017
yang menyatakan bahwa 87,13% layanan yang diakses adalah media sosial.
Berdasarkan data Wearesocial.com yang dikutip oleh Ariyanti tahun 2018, pada
Industri Bisnis tahun 2018 menyatakan Indonesia memiliki 130 juta pengguna
media sosial aktif. Pernyataan Direktur Jenderal Aplikasi dan Informatika Samuel
A. Pangerapan, yang dikutip oleh Agung pada CNN Indonesia tahun 2017,
menyatakan bahwa rata-rata masyarakat Indonesia menghabiskan ± 3 jam 15 menit
untuk mengakses media sosial.
Salah satu media sosial yang banyak diakses saat ini adalah Instagram.
Instagram adalah media komunitas untuk berbagi foto antara satu anggota dengan
anggota lainnya di seluruh dunia (Jubilee Enterprise, 2012:2). Berdasarkan data
hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada tahun
2017, pengguna internet yang mengakses Instagram adalah sebanyak 19.9 juta jiwa.
Instagram banyak digemari karena memiliki konten yang menarik, seperti gambar
2
dan video, serta memiliki banyak fitur seperti, pengikut (followers), unggah foto,
Insta Story, kamera, efek foto, judul foto, arroba (et/@), label foto, hastag,
geotagging, jejaring sosial, komentar, direct massage, insta stories dan tanda suka
(like).
Perkembangan media sosial saat ini tidak terlepas dari perkembangan internet
dan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi). Dunia bisnis melihat
perkembangan tersebut sebagai sebuah peluang yang digunakan untuk melakukan
kegiatan pemasaran melalui internet yang disebut e-commerce. E-commerce adalah
penggunaan website untuk bertransaksi atau memfasilitasi penjualan produk dan
jasa secara online melalui internet dan menggunakan sistem komputer untuk
meningkatkan efisiensi perusahaan secara keseluruhan (Kotler dan Armstrong,
2012:460). Berdasarkan Katadata tahun 2018, penjualan ritel e-commerce
Indonesia merupakan yang terbesar di Asia Tenggara, hal tersebut dapat diketahui
dari proyeksi statistika penjualan ritel perdagangan digital Indonesia yang mencapai
U$ 5.29 miliar. Pada e-commerce terdapat sisi lain dari pemasaran, yaitu pemasaran
online. Pemasaran online adalah pemasaran yang dilakukan melalui sistem
komputer online interaktif yang menghubungkan konsumen dan penjual secara
elektronik (Kotler, 2001:256).
Media sosial yang pada awalnya merupakan ranah privasi, kini telah ditembus
oleh bisnis, untuk kepentingan komersil. Kegiatan bisnis pemasaran yang
memanfaatkan media sosial disebut dengan social media marketing. Menurut
Genelius (2011:10) social media marketing adalah suatu bentuk pemasaran
langsung maupun tidak langsung yang digunakan untuk membangun kesadaran,
3
pengakuan, daya ingat, dan tindakan untuk merek, bisnis, produk, orang, atau
entitas lainnya yang dilakukan dengan menggunakan alat dari web sosial. Alat-alat
di social web tersebut seperti blogging, microblogging, social networking, social
bookmarking, dan content sharing.
Bagi konsumen, berbelanja melalui media sosial akan sangat menyenangkan
jika mereka merasa puas akan kualitas jasa dari sistem penjualan online di situs
tersebut. Kepuasan pelanggan setelah melakukan pembelian menjadi indikator
dimana suatu situs toko online dapat mempertahankan pelanggannya dengan
meningkatkan minat berbelanja kembali pada situs tersebut (Mulawarman dan
Nurfitri, 2017:41). Kelebihan pemasaran dengan memanfaatkan media sosial
adalah mudah diakses oleh siapa saja, dimana saja dan kapan saja yang membuat
produk/jasa yang ditawarkan diketahui oleh semua orang. Pemasar menawarkan
produk/jasa di media sosial dengan cara mengunggah gambar, suara bahkan video
sehingga memungkinkan tampilan yang lebih menarik. Gambar, suara, video yang
menarik akan membuat calon konsumen mengenali dan penasaran dengan
produk/jasa tersebut.
Pada era social media marketing yang menajamkan dari sisi konten
menggunakan kombinasi gambar dan ketajaman visualisasi mampu untuk
memberikan uggahan ulasan. Unggahan ulasan dalam pemasaran konvensional
disebut dengan word of mouth. Word of mouth dapat diartikan dengan komunikasi
desas-desus yang beredar atau muncul di antara para konsumen dan calon pembeli
(Prisgunanto, 2014:117). Pada pemasaran online, word of mouth disebut dengan
electronic word of mouth (EWOM). Electronic word of mouth (EWOM) adalah
4
sebuah media komunikasi untuk saling berbagi informasi mengenai suatu
produk/jasa yang telah dikonsumsikan antar konsumen yang tidak saling mengenal
(Gruen, 2006:6).
Electronic word of mouth (EWOM) dianggap menjadi evolusi dari
komunikasi tradisional tatap muka sehingga menjadi lebih modern dengan bantuan
cyberspace yang banyak dipakai untuk keperluan komunikasi satu arah maupun
timbal balik secara online. Electronic word of mouth (EWOM) adalah sebuah
fenomena baru dalam dunia komunikasi, khususnya komunikasi pemasaran saat ini,
dimana setiap individu saling bertukar informasi dan pengalaman positif/negatif
mengenai sesuatu yang pernah dialami melalui media sosial (Priansa, 2017:351).
Menurut Ward dan Ostrom (2003) dalam Wijaya dan Paramita (2014:14), internet
saat ini telah diberdayakan konsumen untuk berbagi informasi yang dapat diakses
dengan mudah dan dapat mempengaruhi konsumen lainnya melalui electronic word
of mouth. Menurut Arwiedya (2011) dalam Wijaya dan Paramita (2014:14), dalam
media promosi yang berpengaruh terhadap keputusan seseorang dalam pembelian
salah satunya adalah electronic word of mouth.
Didalam penggunaan media sosial untuk pemasaran, seluruh interaksi dan
perubahan sistem informasi terbaru yang terus menerus harus dikendalikan,
direncanakan, dikelola untuk mendapatkan hasil yang optimal. Pengelolaan yang
dimaksud melibatkan pemahaman mengenai teknikal aplikasi media sosial yang
digunakan, selain itu perusahaan harus memperhatikan dinamika pendapat pengikut
(followers) di media sosial. Secara teori seperti yang dikemukakan Paramitha
(2011) dalam Pakuningjati (2015:10), pengelolaan media sosial secara teknis yang
5
terpenting pada dasarnya adalah mengatur perencanaan, aktivasi dan pengawasan
serta optimalisasi. Pemasaran produk melalui media sosial merupakan tantangan
tersendiri, karena calon konsumen tidak melihat secara langsung kondisi fisik
produk, oleh sebab itu diperlukan adanya pengelolaan dalam melakukan pemasaran
melalui media sosial.
Salah satu unit usaha yang menggunakan media sosial untuk memasarkan
produknya adalah Sarang Madu Murni. Sarang Madu Murni adalah usaha yang
telah berdiri sejak tahun 2016 dan bergerak di bidang agribisnis, lebih tepatnya pada
subsistem hilir, yaitu pemasaran madu. Saat ini produk Sarang Madu Murni telah
mendapatkan nomor P-IRT (Produk Industri Rumah Tangga). Produk-produk yang
dijual Sarang Madu Murni adalah Sarang Madu Melifera dan Cerana, Madu Peras
Melifera, Cerana dan Kaliandra serta Masker Madu. Sarang Madu Murni hanya
melakukan pemasaran dengan menggunakan media sosial. Pemilik usaha
berpendapat bahwa pemasaran menggunakan media sosial memiliki jangkauan
yang lebih luas dan biaya promosi yang lebih murah. Media sosial yang digunakan
Sarang Madu Murni adalah Instagram, Facebook dan Twitter. Saat ini media sosial
yang aktif digunakan adalah Instagram, karena dipandang oleh pemilik usaha
sebagai media sosial yang banyak digemari serta memiliki konten gambar dan video
yang tepat untuk melakukan promosi.
Usaha Sarang Madu Murni dalam seminggu dapat menjual 100 – 500 kg
sarang madu dan madu peras. Jumlah penjualan tersebut dapat terus bertambah
seiring dengan bertambahnya pengikut (followers) di Instagram Sarang Madu
Murni. Pengikut (followers) Sarang Madu Murni merupakan yang terbanyak
6
dibandingkan dengan kompetitor lainnya di Instagram, yaitu sampai dengan per
Agustus 2018 sudah mencapai 93.600 akun pengikut, dan terus mengalami
peningkatan yang pesat. Sarang Madu Murni memanfaatkan ulasan dari konsumen
yang telah membeli dan mengonsumsi produk Sarang Madu Murni. Ulasan tersebut
kemudian diunggah oleh Sarang Madu Murni di Instagram agar dapat dilihat oleh
pengikutnya (followers), yang dimana hal tersebut secara tidak langsung dapat
mempengaruhi calon konsumen lain untuk melakukan pembelian. Walaupun masih
berstatus P-IRT (Produk Industri Rumah Tangga), namun pemasaran Sarang Madu
Murni sudah mencakup hampir seluruh wilayah di Indonesia.
Walaupun memiliki pengikut yang banyak di Instagram dibandingkan
dengan kompetitor dan pemasarannya sudah mencakup hampir seluruh wilayah di
Indonesia, terdapat beberapa masalah yang dihadapi Sarang Madu Murni. Masalah-
masalah tersebut yaitu, munculnya banyak kompetitor, terdapat beberapa
kompetitor yang mengambil dan menggunakan konten (gambar atau video) Sarang
Madu Murni tanpa izin, kesulitan dalam membuat konten (gambar atau video) dan
interaksi dengan pengikut (followers). Kesulitan dalam membuat konten karena
pembuatan konten hanya dilakukan oleh satu orang content creator, dimana konten
yang dibuat harus menarik, tidak monoton, dan selalu menyesuaikan dengan
perkembangan trend (up to date). Interaksi Sarang Madu Murni bertujuan agar
(pengikut) followers merasa lebih dekat dengan Sarang Madu Murni dan tidak
bosan dengan konten yang pada umumnya hanya fokus pada pemasaran produknya,
tidak melakukan pendekatan dengan interaksi melalui konten. Kesulitan pada saat
interaksi karena banyaknya pesan yang masuk di Instagram dan hanya ditangini
7
oleh satu admin. Permasalahan lain pada Sarang Madu Murni adalah adanya
rangkap jabat, yaitu content creator yang juga bertugas sebagai admin Instagram.
Hal tersebut menyebabkan content creator sekaligus admin Instagram Sarang
Madu Murni merasa kewalahan. Berdasarkan fenomena yang telah diuraikan dan
permasalahan pada usaha Sarang Madu Murni, maka peneliti terdorong untuk
melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Media Sosial dan Electronic
Word of Mouth terhadap Keputusan Pembelian Produk Sarang Madu Murni
dan Pengelolaan Media Sosial di Sarang Madu Murni”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka penulis
merusmuskan masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana karakteristik konsumen Sarang Madu Murni?
b. Bagaimana pengaruh media sosial terhadap keputusan pembelian produk
Sarang Madu Murni?
c. Bagaimana pengaruh electronic word of mouth terhadap keputusan
pembelian produk Sarang Madu Murni?
d. Bagaimana pengelolaan media sosial di Sarang Madu Murni?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah:
a. Mengetahui karakteristik konsumen Sarang Madu Murni.
8
b. Mengetahui pengaruh media sosial terhadap keputusan pembelian produk
Sarang Madu Murni.
c. Mengetahui pengaruh electronic word of mouth terhadap keputusan
pembelian produk Sarang Madu Murni.
d. Mengetahui pengelolaan media sosial di Sarang Madu Murni.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dan kontribusi bagi
pihak-pihak terkait, seperti:
a. Bagi Penulis
Bermanfaat dalam menerapkan hasil studi dalam bidang pemasaran produk
agribisnis dan sebagai syarat kelulusan mahasiswa Prodi Agribisnis Fakultas Sains
dan Teknologi Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
b. Bagi pengusaha P-IRT (Produk Industri Rumah Tangga)
Bagi pengusaha P-IRT (Produk Industri Rumah Tangga), yakni dapat
digunakan sebagai bahan masukan terkait pemasaran melalui media sosial dan
electronic word of mouth serta melihat karakteristik konsumen terhadap keputusan
pembelian.
c. Bagi Pembaca
Bagi pembaca, yakni dapat memberikan kontribusi ilmiah dalam aspek
manajemen pemasaran melalui media sosial.
9
d. Bagi Akademik
Bagi akademik, yakni dapat menambah literatur pustaka dalam aspek
manajemen pemasaran.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada usaha P-IRT (Produk Industri Rumah Tangga)
Sarang Madu Murni yang berlokasi di Jl. Korobokan No. 61 Desa Serang Cikarang
Selatan, Bekasi. Media sosial yang diteliti pada penelitian ini adalah Instagram.
Penelitian ini dilaksanakan dengan melakukan wawancara, observasi, studi pustaka
dan kuesioner. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif dan analisis jalur dengan Structural Equation Modelling (SEM) yang
diolah dengan aplikasi SmartPLS 3.0. Variabel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah variabel eksogen (variabel independen), yaitu media sosial dan electronic
word of mouth, variabel endogen (variabel dependen) yaitu keputusan pembelian.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Media Sosial
Pada saat ini, media sosial merupakan media yang banyak diakses oleh
pengguna internet. Survei yang dilakukan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
Indonesia (APJII) menyatakan bahwa pada tahun 2017, pengguna internet yang
mengakses media sosial yaitu sebesar 87.33%. Media sosial yang pada awalnya
hanya berfungsi sebagai situs pertemanan dan pertukaran informasi sesama teman
atau kerabat dekat, saat ini telah beralih fungsi sebagai lahan pemasaran suatu
perusahaan maupun toko online dalam skala industri rumahan. Saat ini media sosial
telah menjadi wadah untuk melakukan kegiatan berbelanja secara online
(Mulawarman dan Nurfitri, 2017:41).
Media sosial adalah fitur berbasis website yang dapat membentuk jaringan
serta memungkinkan orang untuk berinteraksi dalam sebuah komunitas (Puntoadi,
2011:1). Pengertian media sosial menurut Kotler dan Keller (2012:568), adalah
sarana bagi konsumen untuk berbagi informasi teks, gambar, audio dan video
dengan satu sama lain dan dengan perusahaan dan sebaliknya. Menurut Kotler dan
Keller (2012:568-570), terdapat tiga macam platform utama dalam media sosial,
yaitu:
a. Online Communities and Forums
Komunitas online dan forum tersebut datang dalam segala bentuk dan ukuran.
Komunitas online dan forum banyak dibuat oleh pelanggan tanpa adanya bunga
komersial ataupun dengan afiliasi perusahaan. Sebagian komunitas online dan
11
forum disponsori oleh perusahaan yang anggotanya berkomunikasi dengan
perusahaan lain melalui posting, instant, messaging, dan chatting unik berdiskusi
mengenai minat khusus yang dapat berhubungan dengan produk.
b. Blog
Blog memiliki pengguna yang sangat beragam, mulai dari pribadi untuk
teman-teman dekat dan keluarga. Blog dirancang untuk menjangkau dan
mempengaruhi khalayak luas.
c. Social Network
Jaringan sosial telah menjadi kekuatan yang penting baik dalam bisnis
konsumen dan pemasaran bisnis ke bisnis, beberapa diantaranya adalah facebook,
messanger, twitter, Instagram dan lain-lain.
Menurut Chris Heuer pendiri social Media Club dan innovator media baru
berpendapat bahwa terdapat 4C (context, communications, collaboration, and
connection) dalam mengoperasikan sosial media (Solis, 2010:263) yang telah
dijadikan indikator media sosial pada beberapa skripsi dan jurnal, yaitu:
a. Context (konteks)
Context adalah sebuah tata bahasa, bentuk atau kerangka bagaimana kita
menyampaikan pesan kepada khalayak dengan format tertentu. Konteks
menentukan makna suatu perkataan, apabila konteks berubah maka berubah pula
makna suatu perkataan. Ilmu bahasa memandang konteks sebagai pengetahun
bersama antara pembicara, pendengar dan pengetahuan tersebut mengarah pada
interpretasi suatu tuturan.
12
b. Communications (Komunikasi)
Communication adalah proses penyampaian pesan kepada orang lain untuk
memberitahu, mengubah sikap, pendapat, atau perilaku baik secara lisan (langsung)
atau tidak langsung (melalui media) agar sesuai dengan yang diinginkan pemberi
pesan yang mengandung unsur 5W 1H. Lima unsur tersebut adalah apa, dalam
saluran mana, untuk siapa, dengan efek seperti apa. Komunikasi dalam media sosial
merupakan praktek dalam menyampaikan atau membagikan, mendengarkan,
merespon dan mengembangkan pesan kepada khalayak dalam jarak dan waktu yang
tidak dibatasi.
c. Collaboration (kolaborasi)
Collaboration adalah bekerja bersama-sama antara pemberi dan penerima
pesan secara interaktif agar pesan yang disampaikan lebih efektif dan efisien. Nilai
yang mendasari sebuah kolaborasi adalah tujuan yang sama, persepsi yang sama,
kesamaan untuk berproses, saling memberikan manfaat, kejujuran, kasih sayang
serta berbasis masyarakat.
d. Connections (koneksi)
Connections adalah hubungan yang terjalin dan terbina berkelanjutan antara
pemberi dan penerima pesan.
Media sosial merupakan salah satu tempat membangun citra diri seseorang di
depan orang lain. Pembangunan popularitas dan eksistensi diri yang menghasilkan
kepuasan tersendiri bagi kebanyakan orang. Media sosial juga merupakan sarana
yang tepat untuk melakukan pemasaran. Segala kenyamanan yang bisa didapatkan
melalui media sosial yang memicu perkembangan pesat pemakaiannya. Media
13
sosial memberikan kesempatan untuk berinteraksi lebih dekat dengan konsumen
dan dapat menjadi media untuk membentuk komunitas online. Media sosial
memberikan peluang masuk komunitas yang telah ada sebelumnya dan
memberikan kesempatan mendapatkan feedback secara langsung (Puntoadi,
2011:21-31).
2.1.1 Instagram
Saat ini media sosial Instagram yang diciptakan oleh Kevin Systrom dan
Mike Krieger pada Oktober 2010, merupakan salah satu media sosial yang populer
digunakan untuk melakukan pemasaran produk/jasa. Pengertian Instagram berasal
dari keseluruhan aplikasi tersebut, yaitu insta dan telegram. Kata “insta” berasal
dari kata “instan”, seperti kamera polaroid yang pada masanya dikenal dengan
sebutan “foto instan”. Instagram juga dapat menampilkan foto-foto secara instan,
seperti polaroid di dalam tanpilannya. Kata “gram” berasal dari kata “telegram”
dimana cara kerja telegram sendiri adalah untuk mengirimkan informasi kepada
orang lain dengan cepat (Purnama dan Huang, 2014:4). Menurut data We are Social
2016 dalam Sugiarto (2018:13), pengguna Instagram di Indonesia naik 37% dari
yang sebelumnya yang hanya 5 juta menjadi 7.9 juta pengguna.
Instagram adalah media komunitas untuk berbagi foto antara satu anggota
dengan anggota lainnya di seluruh dunia (Jubilee Enterprise, 2012:2). Instagram
adalah layanan aplikasi berbagi foto yang pertama kali dapat diunduh di app store
pada Apple, dan hanya pengguna iOs yang dapat menggunakan aplikasi Instagram
pada awalnya. Instagram memfasilitasi penggunanya untuk mengambil foto,
mengedit foto dan menyebarkan foto yang kita unggah ke sosial media lainnya
14
(Purnama dan Huang, 2014:6). Instagram dikembangkan oleh Kevin Systrom dan
Mike Krieger yang tergabung dalam perusahaan yang telah mereka kembangkan
sendiri, yaitu Burbn, Inc. Sebelum dibeli oleh Facebook, Twitter telah menyatakan
minatnya untuk membeli Instagram pada tahun 2011. Pada Akhirnya Systrom
bertemu dengan Mark Zuckerberg, yang merupakan pendiri Facebook, yang
melempar gagasan untuk menjual Instagram kepada Facebook. Instagram akhirnya
dibeli oleh Facebook pada tahun 2012 (Purnama dan Huang, 2014:7).
Instagram di Indonesia mulai menjadi ladang bagi para online shop pada
tahun 2012. Pada saat itu, Instagram masih sepi peminat, tapi saat ini Instagram
sudah memiliki banyak pengguna aktif (Purnama dan Huang, 2014:8). Pada
Instagram terdapat banyak fitur yang masing-masing memiliki fungsi yang
berbeda. Berikut merupakan tampilan dan fitur-fitur pada Instagram yang tersaji
pada Gambar 1.
15
Gambar 1. Tampilan dan Fitur-Fitur pada Instagram
Pada Gambar 1, terlihat beberapa fitur yang terdapat dalam Instagram. Pada
nomor 1 merupakan fitur home page, home page adalah tampilan utama (timeline)
yang menampilkan foto-foto terbaru dari orang-orang yang diikuti. Nomor 2
merupakan fitur explore, explore adalah tampilan dari foto-foto populer yang
banyak disukai pengguna Instagram, selain itu pada explore juga dapat mencari
akun yang kita inginkan dengan mengetik nama akun yang diinginkan. Nomor 3
adalah fitur unggah foto, unggah foto adalah fitur bagi para pengguna Instagram
untuk menambahkan fotonya. Saat pengguna mengunggah fotonya, pengguna dapat
menambahkan efek foto, judul, lokasi, hastag, dan arroba (menyunting teman).
Nomor 4 merupakan fitur news feed, news feed adalah fitur yang
menampilkan notifikasi berbagai aktivitas yang dilakukan oleh pengguna
1 2 3 4 5
6
7 8 9
10 11
12
13 14 16 15
16
Instagram. Nomor 5 merupakan fitur profil pengguna, yang berisi pengaturan akun.
Nomor 6 adalah insta story, nomor 7 adalah kiriman foto, nomor 8 adalah jumlah
akun pengikut (followers), nomor 9 adalah jumlah akun yang diikuti, nomor 10
adalah fitur pengiriman pesan (direct message), nomor 11 fitur untuk menambah
teman, nomor 12 adalah tampilan profil (biodata akun), nomor 13 adalah fitur untuk
memberikan like, nomor 14 adalah fitur komentar, nomor 15 adalah fitur untuk
mengirimkan konten (gambar atau video) kepada pengguna lain secara pribadi, dan
nomor 16 adalah fitur keep. Fitur keep pada Instagram berfungsi untuk menyimpan
foto atau video yang disukai.
2.1.2 Pengeloaan Media Sosial Instagram
Pengelolaan media sosial secara teknis yang terpenting pada dasarnya adalah
mengatur perencanaan, aktivasi dan optimalisasi. Paramitha (2011) dalam
Pakuningjati (2015:10), menjelaskan proses pengelolaan media sosial umumnya
meliputi:
a. Perencanaan
Perencanaan merupakan proses paling awal dari pengelolaan. Proses ini
merupakan cara untuk merancang konsep serta pondasi dari pengelolaan yang akan
dilakukan. Terdapat dua pertanyaan yang harus dijawab, yaitu mengapa (why) dan
siapa (who). Pertanyaan mengapa merupakan pertanyaan untuk merancang alasan
perusahaan/lembaga membutuhkan strategi komunikasi melalui media sosial. Hal
ini berkaitan dengan tujuan lembaga atau perusahaan dan juga pola interaksi
masyarakat saat ini. Pertanyaan siapa digunakan untuk merancang target dari
perusahaan/lembaga yang akan dijadikan sasaran komunikasi melalui media sosial.
17
Dua hal tersebut penting karena akan mempengaruhi bentuk media sosial yang akan
digunakan, konten yang akan dibangun dan jenis informasi apa yang akan
dibagikan. Pada proses ini juga perlu dilakukan identifikasi tingkah laku
masyarakat, ketertarikan dan kebutuhan masyarakat guna merancang sebuah bentuk
pemanfaatan media sosial yang tepat.
b. Aktivasi dan Pengawasan
Aktivasi dan pengawasan merupakan proses yang terjadi setelah dilakukan
perencanaan atau perancangan yang sesuai dengan tujuan dan target audience.
Proses ini merupakan praktik pelaksanaan dari pemanfaatan media sosial. pada
proses ini terdapat dua pertanyaan yang perlu dijawab, yaitu apa (what) dan
bagaimana (how).
Apa (what) merupakan pertanyaan untuk menjawab informasi apa yang akan
disampaikan serta konten pembeda apa yang akan dibangun dan membedakannya
dari penggunaan media sosial yang lain. Menurut Sugiarto (2018:50-51) konten
merupakan hal utama pada Instagram. Inti dari konten adalah membuat follower
agar merasa dekat dengan pemasar. Ketika membuat konten, pemasar harus
menentukan beberapa hal berikut:
1) Tipe akun Instagram
2) Tema konten (dari segi warna, objek desain, bentuk, dan lainnya)
3) Detail value yang ingin disampaikan ke followers (persahabatan,
makanan sehat, kesehatan, dan lainnya).
Bagaimana (how) cara tim mengelola dan menempatkan pesan-pesan ke
dalam media sosial juga perlu dipersiapkan pada proses ini. Maksud dari pernyataan
18
tersebut adalah melalui media apa pesan akan disampaikan kepada target audience,
seluruhnya disesuaikan dengan kebutuhan dari tujuan yang telah disusun diawal.
Deskripsi yang dimasukkan pada konten berguna untuk memperjelas gambar dan
mengajak followers untuk berinteraksi. Jika deskripsi bukan mengenai informasi
produk, maka pemasar harus mengomunikasikan deskripsi tersebut dengan cara-
cara seperti pemasar berbicara tatap muka dengan followers. Minimal pemasar
mengunggah konten adalah sekali dalam sehari dan maksimal 3 kali (Sugiarto,
2018:93).
c. Optimalisasi
Optimalisasi merupakan proses yang membantu kontinuitas jalannya
pengelolaan. Pada proses ini dilakukan evaluasi konten dan identifikasi dari hasil
pelaksanaan, apakah sudah mencapai tujuan. Umumnya pada proses untuk evaluasi
agar dapat terukur digunakan Search Engine Optimization (SEO). SEO merupakan
sebuah proses mendapatkan traffic atau memengaruhi visibilitas web/media sosial
dalam mesin pencarian gratis (free atau organic). SEO dapat digunakan untuk
mengontrol dan mengevaluasi agar aktivasi media sosial dapat terus berjalan. Pada
proses ini dilihat pula bagaimana traffic atau frekuensi aktivitas dan visibilitas agar
dapat terus ditingkatkan sehingga pengelolaan dapat terus dilakukan.
2.2 E-Commerce
E-commerce adalah penggunaan website untuk bertransaksi atau
memfasilitasi penjualan produk dan jasa secara online melalui internet dan
menggunakan sistem komputer untuk meningkatkan efisiensi perusahaan secara
19
keseluruhan (Kotler dan Armstrong, 2012:460). Perkembangan e-commerce
memungkinkan jaringan informasi yang menguntungkan baik untuk konsumen
maupun perusahaan. Ketika suatu perusahaan menyiapkan satu strategi pemasaran
melalui e-commerce, yang harus diperhatikan adalah kesiapan mengemas barang
dan jasa sampai mendistribusikannya kepada konsumen. Menurut Raynold (2004)
dalam Hermawan (2012:219), hal tersebut penting karena sifat unik transaksinya
dan tantangan kedepannya. Manfaat yang dirasakan perusahaan khususnya untuk
kepentingan pelanggan memperlihatkan bahwa e-commerce dapat memberikan
manfaat, yaitu:
a. Mendapatkan pelanggan baru.
b. Menarik konsumen untuk tetap bertahan.
c. Meningkatkan mutu layanan.
d. Melayani konsumen tanpa batas waktu.
Menurut Rahmati (2009) dalam Irmawati (2011:97) e-commerce mencakup
distribusi, penjualan, pembelian, marketing, dan service dari sebuah produk yang
dilakukan dalam sebuah sistem elektronika seperti internet. E-commerce dan
kegiatan terkait melalui internet dapat menjadi penggerak untuk memperbaiki
ekonomi domestik dan mempercepat integrase dengan kegiatan produksi global.
Implementasi dari e-commerce terdiri dari suatu integrasi rantai nilai dari
infrastrukturnya, yang dimulai dari infrastruktur sistem distribusi (flow of good),
infrastruktur pembayaran (low of money), dan infrastruktur sistem informasi (low
of information). E-commerce akan merubah semua kegiatan marketing dan
20
sekaligus memangkas biaya-biaya operasional untuk kegiatan trading
(perdagangan). Proses yang ada di dalam e-commerce adalah sebagai berikut:
a. Presentasi elektronis (pembuatan website) untuk produk dan layanan.
b. Pemesanan secara langsung dan tersdianya tagihan.
c. Otomatisasi akun palanggan secara aman (baik nomor rekening maupun
nomor kartu kredit).
d. Pembayaran yang dilakukan secara langsung (online) dan penanganan
transaksi.
2.3 Pemasaran Online
Pemasaran menurut Kotler dan Armstrong (2012:29) adalah proses dimana
perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan
pelanggan yang kuat untuk menangkap nilai dari pelanggan sebagai imbalannya.
Kegiatan pemasaran sebenarnya adalah upaya menyampaikan pesan atau keinginan
kepada orang lain dan berusaha agar pesan tersebut tercapai. Pemasaran online
adalah pemasaran yang dilakukan melalui sistem komputer online interaktif yang
menghubungkan konsumen dan penjual secara elektronik (Kotler, 2001:256).
Perbedaan mendasar pemasaran online dan pemasaran konvensional adalah
pemasaran konvensional merupakan pemasaran secara langsung (tatap muka),
sedangkan pemasaran online adalah pemasaran tidak langsung dengan
menggunakan teknologi dan internet. Manfaat dalam melakukan transaksi dalam
pemasaran online menurut Kotler (1998) dalam Mardiani dan Imanuel (2013:154),
yaitu:
21
a. Kemudahan, para pelanggan dapat memesan produk 24 jam sehari dimanapun
mereka berada.
b. Informasi, para pelanggan dapat memperoleh setumpuk informasi komparatif
tentang perusahaan, produk, dan pesaing tanpa meninggalkan kantor.
c. Perbincangan yang sedikit, para pelanggan tidak perlu menghadapi atau
melayani bujukan dan faktor-faktor emosional dan tidak perlu menunggu
antrian saat berbelanja.
Selain memiliki manfaat, pemasaran online juga memiliki hambatan, yaitu:
a. Gangguan, banyak konsumen merasa terganggu dengan peningkatan jumlah
penjualan yang agresif serta iklan yang sering muncul.
b. Ketidakadilan, beberapa pemasar mengambil keuntungan dari pembeli yang
impulsif atau yang kurang canggih, pengakuan harga besar-besaran, batasan
waktu, dan kemudahan pembelian yang tidak ada tandingnya. Kegiatan
tersebut bertujuan untuk merangkul pembeli yang memiliki tingkat penjualan
rendah.
c. Penipuan dan kecurangan, pemasar melebih-lebihkan ukuran produk,
pengakuan kerja atau “harga eceran”. Kecurangan dalam bertransaksi, yaitu
ketika barang sudah dibayar pembeli namun barang tersebut tidak dikirim
pemasar.
d. Pelanggaran privasi, pelanggaran privasi merupakan masalah kebijakan
publik yang sulit dihadapi pemasar langsung. Banyak kritik yang khawatir
bahwa pemasar akan mengambil keuntungan secara tidak adil atas pelanggan
dengan memanfaatkan data pelanggan.
22
2.3.1 Social Media Marketing
Perkembangan media sosial telah berdampak pada cara berkomunikasi
perusahaan. Munculnya web 2.0 bahkan web 3.0 telah mendorong perusahaan untuk
berbagi informasi secara lebih terbuka dengan pelanggannya, sehingga
berkembanglah pemahaman mengenai pentingnya social media marketing (Priansa,
2017:357). Social media marketing adalah bentuk pemasaran langsung atau tidak
langsung yang digunakan untuk membangun kesadaran, pengakuan, ingat dan
tindakan untuk merek, bisnis, produk, orang atau badan lain dan digunakan
menggunakan alat-alat dari web sosial, seperti blogging, mikrobloging, jejaring
sosial, bookmark sosial, dan konten. Social media marketing menawarkan
kesempatan besar untuk pengusaha, usaha kecil, perusahaan menengah, dan
perusahaan besar untuk membangun merek dan bisnis mereka (Genelius, 2011:10).
Tujuan umum dari pemasaran media sosial adalah:
a. Membangun hubungan: manfaat utama dari pemasaran media sosial adalah
kemampuan untuk membangun hubungan dengan konsumen secara aktif.
b. Membangun merek: percakapan melalui media sosial menyajikan cara
sempurna untuk meningkatkan brand awareness, meningkatkan pengenalan
dan ingatan akan merek dan meningkatkan loyalitas merek.
c. Publisitas: pemasaran melalui media sosial menyediakan outlet dimana
perusahaan dapat berbagi informasi penting dan memodifikasi persepsi
negatif.
23
d. Promosi, melalui pemasaran media sosial, memberikan diskon ekslusif dan
peluang untuk audiens untuk membuat orang-orang merasa dihargai dan
khusus, serta untuk memenuhi tujuan jangka pendek.
e. Riset pasar, menggunakan alat-alat dari web sosial untuk belajar tentang
pelanggan, membuat profil demografi dan perilaku pelanggan, belajar tentang
keinginan dan kebutuhan konsumen, serta belajar tentang pesaing.
Pemasaran melalui media sosial berpusat pada upaya perusahaan untuk
membangun konten yang menarik perhatian dan mendorong konsumen untuk
terkoneksi dan berbagi informasi dengan perusahaan melalui jaringan media sosial
yang ada. Media sosial menjadi platform yang mudah diakses oleh siapa saja, oleh
karena itu peluang perusahaan untuk meningkatkan kesadaran merek dalam jangka
panjang menjadi lebih mudah. Media sosial melibatkan beragam rangkaian
informasi, kegiatan foto, blog, dan sebagainya, yang akan memberikan umpan
balik, sehingga pemasar akan memperoleh dan mengetahui respon atas hal yang
dipublikasikan pada media sosial (Priansa, 2017:357).
Media sosial telah banyak menyebabkan perubahan signifikan dalam
penggunaan alat dan strategi perusahaan yang berkenaan dengan komunikasi
dengan pelanggan. Mangold dan Faulds (2009) dalam Priansa (2017:358),
menyatakan bahwa media sosial menggabungkan karakteristik alat IMC tradisional
(perusahaan berbicara dengan pelanggan) dengan bentuk yang lebih luas dari word
of mouth (pelanggan berbicara satu sama lain), yaitu manajer pemasaran tidak dapat
mengontrol konten dan frekuensi informasi tersebut. Social media marketing juga
24
memungkinkan perusahaan untuk mencapai pemahaman yang lebih baik tentang
kebutuhan pelanggan untuk membangun hubungan yang lebih efektif dan efisien.
2.4 Integrated Marketing Communication (IMC)
Strategi pemasaran menggunakan media sosial sebagai sarana komunikasi
pemasaran dibutuhkan di era informasi dan komunikasi saat ini untuk
mempertahankan dan mengembangkan bisnis. Media sosial dapat memenuhi
keinginan pengguna untuk berinteraksi secara interaktif dan berpartisipasi pada apa
yang mereka minati. Luasnya komunikasi yang interaktif serta jangkauan global
yang dimiliki media sosial, menyebabkan banyak perusahaan memanfaatkan media
sosial untuk melakukan komunikasi pemasaran. Ilmu tentang komunikasi
pemasaran merupakan bagian dari integrated marketing communication (IMC).
Menurut Hermawan (2012:52) IMC adalah menyatukan perencanaan,
tindakan dan koordinasi pada semua wilayah komunikasi pemasaran dan juga
memahami konsumen menyangkut apa sesungguhnya tanggapan konsumen.
Komunikator harus mengarahkan konsumen agar mengambil langkah terakhir
untuk membeli dengan cara menawarkan produk dengan harga terjangkau,
menawarkan premi, atau membiarkan konsumen mencoba produk. Terdapat empat
model asumsi bahwa konsumen akan melewati tahap cognitive, effective, dan
behavior, yang tersaji pada Gambar 2.
25
Gambar 2. Model Cognitive, Affective, dan Behavior Sumber: Kotler dan Keller (2012:568)
Berdasarkan keempat model tersebut, model AIDA adalah yang paling
banyak digunakan oleh pemasar. Penjelasan model AIDA yang dikemukakan
Kotler dan Armstrong (2012:568) adalah sebagai berikut:
a. Attention, tahap ini merupakan tahap awal dalam menilai suatu produk atau
jasa sesuai dengan kebutuhan calon pelanggan. Selain itu, calon pelanggan
juga dapat mempelajari produk atau jasa yang ditawarkan.
b. Interest, pada tahap ini pelanggan mulai tertarik untuk membeli produk atau
jasa yang ditawarkan. Setelah mendapatkan informasi yang lebih terperinci
mengenai produk atau jasa yang ditawarkan.
c. Desire, pada tahap ini, calon pelanggan mulai memikirkan dan berdiskusi
mengenai produk atau jasa yang ditawarkan, karena hasrat dan keinginan
26
mulai timbul. Pada tahap ini pelangggan sudah mulai berminat terhadap
produk atau jasa yang ditawarkan.
d. Action, pada tahap ini, calon pelanggan telah mempunyai kemantapan untuk
membeli atau menggunakan produk atau jasa yang ditawarkan.
2.4.1 Electronic Word of Mouth (EWOM)
Penilaian orang lain terhadap suatu produk menjadi bagian dari pertimbangan
konsumen untuk memilih suatu produk. Evaluasi alternatif dilakukan konsumen
pada saat akan melakukan keputusan pembelian. Penilaian orang lain berbentuk
informasi berupa ulasan dan pengalaman dalam mengonsumsi sebuah produk.
Informasi tersebut dikenal dengan word of mouth. Word of mouth dapat diartikan
dengan komunikasi desas-desus yang beredar atau muncul di antara para konsumen
dan calon pembeli (Prisgunanto, 2014:117).
Perkembangan internet dan media sosial yang semakin cepat telah
memunculkan strategi baru dalam word of mouth, sehingga muncul electronic word
of mouth (EWOM). Hennig-Thurau et al. (2004:42) menyatakan bahwa electronic
word of mouth (EWOM) merupakan pernyataan positif negatif yang dibuat oleh
konsumen aktual, potensial atau konsumen sebelumnya yang membicarakan
mengenai produk atau perusahaan dan informasi ini tersedia bagi orang-orang
maupun institusi melalui internet.
Electronic word of mouth (EWOM) dianggap menjadi evolusi dari
komunikasi tradisional tatap muka sehingga menjadi lebih modern dengan bantuan
cyberspace, atau sebuah media elektronik dalam jaringan komputer yang banyak
dipakai untuk keperluan komunikasi satu arah maupun timbal balik secara online.
27
Electronic word of mouth (EWOM) menjadi sebuah tempat yang sangat penting
untuk konsumen memberikan opininya dan dianggap lebih efektif dari word of
mouth tradisional (Priansa, 2017:351). Komunikasi word of mouth dan electronic
word of mouth memiliki sejumlah perbedaan, seperti tersaji pada Tabel 1.
Tabel 1. Perbedaan Electronic Word of Mouth dan Word of Mouth
No Perbedaan
Electronic Word of Mouth Word of Mouth
1 Percapakan berlangsung dalam dunia
maya atau tidak langsung bertatap
muka.
Percakapan dilakukan secara
langsung atau tatap muka.
2 Membutuhkan sarana pendukung
yang mampu terkoneksi dengan
internet.
Tidak membutuhkan sarana
pendukung yang mampu
terkoneksi dengan internet.
3 Percakapan mampu diakses secara
luas dengan tingkat persebaran
informasi yang luas.
Percakapan terbatas hanya pada
tempat dan ruang tertentu.
4 Banyak pihak yang terlibat sehingga
informasi kadang menjadi bias.
Informasi yang disampaikan lebih
mudah untuk divalidasi.
5 Pesan yang disampaikan berbasis
teks dan historisnya dapat ditelusuri
dengan mudah.
Pesan yang disampaikan
berbentuk lisan dan historisnya
sulit untuk ditelusuri.
6 Kredibilitas penyampai pesan
terkadang dipertanyakan.
Kredibilitas penyampai pesan
dapat diketahui secara langsung.
Sumber: Priansa (2017:352)
Gruen (2006:6) menyatakan electronic word of mouth (EWOM) adalah
sebuah media komunikasi untuk saling berbagi informasi mengenai suatu produk
atau jasa yang telah dikonsumsi antar konsumen yang tidak saling mengenal.
Penerapan electronic word of mouth dalam media sosial dinilai jauh lebih efektif
28
karena dapat diakses oleh masyarakat luas. Menurut Goyette et al. (2010:11), dalam
mengukur pengaruh electronic word of mouth (eWOM) menggunakan dimensi
sebagai berikut:
a. Intensitas, intensitas dalam electronic word of mouth (eWOM) adalah
banyaknya pendapat atau komentar oleh konsumen dalam sebuah media
sosial. Indikator intensitas terdiri dari:
1) Frekuensi mengakses informasi dari media sosial.
2) Frekuensi interaksi dengan pengguna media sosial.
3) Banyaknya ulasan yang ditulis oleh pengguna media sosial.
b. Konten, adalah isi informasi dari situs jejaring sosial berkaitan dengan produk
dan jasa. Menurut Sugiarto (2018:72), jika konten menyampaikan informasi
seperti promosi, berita, kutipan, sapaan dan info lainnya yang bersifat
informatif, maka konten dapat menggunakan desain grafis agar konten tidak
monoton. Indikator dari konten meliputi:
1) Informasi tentang variasi produk.
2) Informasi tentang kualitas produk.
3) Informasi mengenai harga yang ditawarkan.
c. Valence of Opinion, merupakan pendapat konsumen, baik positif maupun
negatif mengenai produk/jasa dan brand. Valence of opinion memiliki dua
sifat, yaitu negatif dan positif. Valence of opinion meliputi:
1) Komentar positif dari pengguna situs jejaring sosial.
2) Rekomendasi dari pengguna situs jejaring sosial.
29
2.5 Keputusan Pembelian
Menurut Kotler dan Keller (2012:166), keputusan pembelian adalah
keputusan yang diambil konsumen untuk melakukan pembelian suatu produk
melalui tahapan-tahapan yang dilalui konsumen sebelum melakukan pembelian.
Tahapan tersebut adalah kebutuhan yang dirasakan, kegiatan sebelum membeli,
perilaku saat memakai, dan perasaan setelah membeli. Keputusan pembelian
merupakan aktivitas yang terdiri dari beberapa tahap dalam menentukan tindakan
pembelian barang atau jasa. Terdapat beberapa tahap dalam proses keputusan
pembelian, yang disajikan pada Gambar 3.
Gambar 3. Proses Keputusan Pembelian Sumber: Kotler dan Keller (2012:166)
a. Pengenalan Masalah
Proses ini dimulai ketika pembeli mengenali masalah atau kebutuhan.
Kebutuhan tersebut dapat timbul oleh rangsangan internal atau eksternal. Pemasar
perlu mengidentifikasi keadaan yang memicu kebutuhan tertentu, dengan
mengumpulkan informasi dari sejumlah konsumen.
b. Pencarian Informasi
Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk mencari
informasi yang lebih banyak. Terdapat dua level rangsangan, situasi pencarian
informasi yang lebih ringan dinamakan penguatan perhatian. Pada level ini, orang
Pengenalan
masalah
Pencarian
informasi
Evaluasi
alternatif
Keputusan
pembelian
Perilaku pasca
pembelian
30
hanya sekedar lebih peka terhadap informasi produk. Pada level selanjutnya, orang
itu mungkin akan lebih aktif mencari informasi (mencari bahan bacaan, menelepon
teman, dan mengunjungi toko untuk mempelajari produk tertentu). Perhatian utama
pemasar adalah sumber-sumber informasi utama yang menjadi acuan konsumen
dan pengaruh relatif tiap sumber tersebut terhadap keputusan pembelian
selanjutnya. Sumber informasi konsumen digolongkan ke dalam empat kelompok,
yaitu:
1) Sumber pribadi: keluarga, teman, tetangga, kenalan.
2) Sumber komersial: iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan, pajangan, toko.
3) Sumber publik: media masa, organisasi penentu peringkat konsumen.
4) Sumber pengalaman: penanangan, pengkajian, dan pemakaian produk.
c. Evaluasi Alternatif
Setelah informasi diperoleh, pelanggan mengevaluasi berbagai alternatif
pilihan dalam memenuhi kebutuhan. Terdapat beberapa proses evaluasi keputusan,
dan model-model terbaru yang memandang proses evaluasi konsumen sebagai
proses yang berorientasi kognitif. Model tersebut menganggap konsumen
membentuk penilaian atas produk dengan sangat sadar dan rasional. Beberapa
konsep dasar akan membantu memahami proses evaluasi konsumen. Pertama,
konsumen berusaha memenuhi kebutuhan. Kedua, konsumen mencari manfaat
tertentu dari solusi produk. Ketiga, konsumen memandang masing-masing produk
sebagai sekumpulan atribut dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam
memberikan manfaat yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan itu.
31
d. Keputusan Pembelian
Produsen harus memahami bahwa konsumen mempunyai cara sendiri dalam
menangani informasi yang diperolehnya dengan membatasi alternatif-alternatif
yang harus dipilih atau dievaluasi untuk menentukan produk yang akan dibeli.
Terdapat enam indikator keputusan pembelian menurut Kotler dan Keller
(2012:479):
1) Pemilihan produk (product choice), konsumen menentukan produk mana
yang akan dibeli. Konsumen akan membeli produk yang memiliki nilai
baginya. Perusahaan harus mengetahui produk seperti apa yang dinginkan
konsumen.
2) Pemilihan merek, konsumen harus menentukan merek mana yang akan dibeli,
setiap merek memiliki perbedaan-perbedaan tersendiri. Perusahaan harus
mengetahui bagaimana konsumen memilih sebuah merek.
3) Pemilihan penyalur, konsumen harus mengambil keputusan tentang penyalur
mana yang akan dikunjungi. Setiap konsumen bakan berbeda-beda dalam hal
menentukan penyalur, dapat dikarenakan beberapa faktor seperti faktor lokasi
yang lengkap, harga yang murah dan persediaan barang yang lengkap.
4) Waktu pembelian, keputusan konsumen dalam pemilihan waktu pembelian
dapat berbeda-beda.
5) Jumlah pembelian, konsumen dapat mengambil keputusan tentang seberapa
banyak produk yang akan dibelinya pada suatu saat. Pembelian yang
dilakukan mungkin lebih dari satu jenis produk. Perusahaan harus
32
mempersiapkan jumlah produk agar sesuai keinginan yang berbeda-beda dari
pembeli.
6) Metode pembayaran, konsumen dapat mengambil keputusan tentang metode
pembayaran yang akan dilakukan dalam pengambilan keputusan konsumen
menggunakan produk atau jasa. Saat ini keputusan pembelian tidak hanya
dipengaruhi oleh aspek budaya, lingkungan dan keluarga, namun juga dapat
dipengaruhi oleh teknologi yang digunakan dalam transaksi. Penggunaan
teknologi untuk transaksi dapat memudahkan pembeli sehingga dapat
melalukan transaksi baik di luar rumah maupun di dalam rumah.
e. Perilaku Pasca Pembelian
Setelah pembelian, konsumen mungkin mengalami ketidaksesuaian karena
memerhatikan fitur-fitur tertentu yang mengganggu atau mendengar hal-hal yang
menyenangkan tentang merek lain, dan selalu siaga terhadap informasi yang
mendukung keputusannya. Para pemasar harus memantau kepuasan pasca
pembelian, tindakan pasca pembelian, dan pemakaian produk pasca pembelian.
1) Kepuasan Pasca Pembelian
Kepuasan pembelian adalah fungsi dari seberapa sesuainya harapan pembeli
produk dengan kinerja yang dipikirkan pembeli atas produk tersebut. Apabila
kinerja produk lebih rendah dari harapan, maka pembeli akan kecewa. Apabila
ternyata sesuai dengan harapan, maka pembeli akan merasa puas. Apabila melebihi
harapan, maka pembeli akan merasa sangat puas. Kepuasan tersebut akan
mempengaruhi apakah pembeli akan membeli kembali produk tersebut dan
33
membicarakan hal-hal yang menguntungkan atau tidak menguntungkan tentang
produk tersebut.
2) Tindakan Pasca Pembelian
Keputusan dan ketidakpuasan terhadap produk akan mempengaruhi perilaku
konsumen selanjutnya. Apabila konsumen puas, ia akan menunjukkan
kemungkinan lebih tinggi untuk membeli kembali produk tersebut. Para pelanggan
yang tidak puas, mungkin mengambil tindakan publik seperti, mengajukan keluhan
ke perusahaan tersebut. Komunikasi pasca pembelian, dengan pembelian ternyata
menghasilkan berkurangnya pengembalian produk dan pembatalan lainnya.
3) Pemakaian dan Pembuangan Pasca Pembelian
Pemasar harus memantau cara pembeli memakai dan membuang produk
tertentu. Pada kasus ini, konsumen harus diyakinkan tentang keuntungan
penggunaan secara lebih teratur dan rintangan petensial terhadap penggunaan yang
ditingkatkan harus diatasi. Apabila konsumen membuang produk tertentu, pemasar
harus mengetahui cara mereka membuangnya, terutama jika produk tersebut dapat
merusak lingkungan.
2.6 Agribisnis Madu
Pengertian agribisnis menurut Saragih (1999) dalam Wastra dan Mahbubi
(2014:5), agribisnis adalah sebuah sistem pertanian yang meliputi empat subsistem
terintegrasi, yaitu : (a) Subsistem agribisnis hulu (downstream agribusiness); (b)
Subsistem agribisnis usahatani (onfarm agribusiness); (c) Subsistem agribisnis hilir
(upstream agribusiness); dan (d) Subsistem layanan pendukung agribisnis
34
(supporting institution), yang dalam pelaksanaannya dilakukan secara simultan dan
terintegrasi mulai dari hulu sampai hilir. Berikut gambaran Subsistem agribisnis
tersaji pada Gambar 4.
Gambar 4. Sistem Agribsisnis Sumber: Wastra (2016:10)
Madu merupakan bahan makanan yang sangat dikenal manfaatnya sejak
ribuan tahun lalu. Madu dikenal memiliki banyak manfaat untuk menjaga
kesehatan, bahkan menyembuhkan berbagai macam penyakit, selain itu manfaat
lainnya adalah untuk menjaga kecantikan, terutama kulit. Madu merupakan cairan
alami yang keluar dari perut lebah. Cairan ini menyerupai sirop, tetapi umumya
lebih kental. Kekentalan dan warna madu sangat beragam. Warna madu sangat
dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi lebah. Aroma madu juga bergantung
pada sumber nektar yang diambil oleh lebah (Yuliarti, 2015:3-11).
Mengutip dari Warta Wirausaha tahun 2013, agribisnis madu adalah sebuah
sistem mulai dari hulu, usahatani, hilir serta penunjang yang mendukung usaha
madu. Madu dihasilkan oleh lebah madu dan umumnya di Indonesia dilakukan
Subsistem hulu
(Upstream)
Subsistem produksi
(On-farm)
Subsistem hilir
(Downstream)
Subsistem penunjang
(Supporting institution)
Industri
1. Saprotan
2. Alsintan
3. Benih
Budidaya
1. GAP
2. GHP
3. Pasca penen
Hilir
1. Agroindustri
2. GMP
3. Pemasaran
Pelayanan
Kebijakan pemerintah, penyuluhan, perhubungan, pembiayaan,
komunikasi, pergudangan, asuransi.
35
masyarakat di pelosok pedesaan, terutama berdampingan dengan usaha tani
masyarakat. Prospek bisnis agro lebah madu semakin membaik. Permintaan yang
semakin meningkat dari masyarakat maupun pabrik-pabrik yang membutuhkan
suplai madu, membuat bisnis ini semakin berkembang. Karakteristik madu yang
dibutuhkan untuk pasar industri umumnya harus memenuhi standar nasional (SNI
3545:2013) seperti yang tersaji pada Tabel 2.
Tabel 2. Standar Mutu Madu (SNI 3545:2013)
No Jenis Uji Satuan Persyaratan
A Uji Organoleptik
1 Bau Khas madu
2 Rasa Khas madu
B Uji Laboratorium
1 Aktivitas enzim diastase DN Min 3*)
2 Hidroksimetilfurfural (HMF) mg/kg Maks 50
3 Kadar air % b/b Maks 22
4 Gula pereduksi (dihitung sebagai
glukosa)
% b/b Min 65
5 Sukrosa % b/b Maks 5
6 Keasaman ml
NaOH/kg
Maks 50
7 Padatan tak larut dalam air % b/b Maks 0.5
8 Abu % b/b Maks 0.5
9 Cemaran loham
9.1 Timbal (Pb) mg/kg Maks 2.0
9.2 Cadmium (Cd) mg/kg Maks 0.2
9.3 Merkuri (Hg) mg/kg Maks 0.03
10 Cemaran Arsen (As) mg/kg Maks 1.0
11 Kloramfenikol Tidak
terdeteksi
12 Cemaran mikroba
12.1 Angka lempeng total (ALT) Koloni/g < 5 x 103
12.2 Angka paling mungkin (APM)
koliform
APM/g < 3
12.3 Kapang dan khamir Koloni/g < 1 x 101 CATATAN *) Persyaratan ini berdasarkan pengujian setelah madu dipanen
Sumber: Badan Standardisasi Nasional (2013:1-2)
36
Produk madu lebah merupakan salah satu produk yang disukai hampir semua
orang. Jumlah produksi per tahun produk lebah madu masih dibawah jumlah
permintaan masyarakat penggemar madu. Konsumsi madu masyarakat Indonesia
masih tergolong rendah, dan diperkirakan hanya 15 gram per orang selama setahun.
Apabila penduduk Indonesia berjumlah 300 juta jiwa, maka diperkirakan
kebutuhan produk madu di Indonesia sebesar 4.500 ton per tahun. Berdasarkan hal
tersebut, peluang pasar nasional untuk pemasaran produk lebah madu masih cukup
terbuka (Hariyanto, 2018:117).
2.7 Structural Equation Modeling (SEM)
Menurut Maruyama (2008) dalam Haryono dan Wardoyo (2012:11), SEM
adalah sebuah model statistik yang memberikan perkiraan perhitungan dari
kekuatan hubungan hipotesis diantara variabel dalam sebuah model teoritis, baik
langsung maupun melalui variabel antara (intervening atau moderating). Analisis
SEM merupakan gabungan dari dua metodologi disiplin ilmu yaitu perspektif
ekonometrika yang memfokuskan pada prediksi dan psychometrika yang mampu
untuk menggambarkan konsep model dengan variabel laten (variabel yang tidak
dapat diukur secara langsung) akan tetapi diukur melalui indikator-indikatornya
(manifest variables) (Ghozali dan Latan, 2014:3). Secara garis besar, metode SEM
dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. SEM berbasis covariance (Covariance Based SEM atau CB-SEM)
Covariance menurut Newbold (1992) dalam Haryono dan Wardoyo
(2012:13), menunjukkan hubungan linear yang terjadi antara dua variabel, yaitu X
37
dan Y. CB-SEM memiliki beberapa keterbatasan, diantaranya jumlah sampel yang
harus besar, data harus terdistribusi secara multivariat normal, indikator harus
bersifat reflektif, model harus berdasarkan teori dan adanya derteminasi.
b. SEM berbasis variance (Variance Based atau VB-SEM)
Variance mengukur penyimpangan data dari nilai mean suatu sampel,
sehingga merupakan suatu ukuran untuk variabel-variabel metrik. Variance
(Variance Based atau VB-SEM) meliputi:
1) Partial Least Square (PLS)
Secara umum PLS-SEM bertujuan untuk menguji hubungan prediktif antar
konstruk dengan melihat apakah ada hubungan atau pengaruh antar konstruk
tersebut. Konsekuensi logis penggunaan PLS-SEM adalah pengujian dapat
dilakukan tanpa dasar teori yang kuat, mengabaikan beberapa asumsi (non-
parametrik). Parameter ketepatan model prediksi dilihat dari nilai koefisien
determinasi (R2).
2) Generalized Structural Component Analysis (GSCA)
GSCA menggabungkan karakter yang terdapat pada CB-SEM dan PLS-SEM.
GSCA dapat meng-handle variabel laten dengan banyak indikator seperti PLS-
SEM, mensyaratkan kriteria Goodness of fit model serta indikator dan konstruknya
harus berkorelasi seperti CB-SEM. GSCA memiliki tujuan yang sama dengan PLS-
SEM, tidak mensyaratkan asumsi multivariate normality data dan bisa dilakukan
pengujian tanpa dasar teori yang kuat dengan jumlah sampel yang kecil.
Suatu konstruk dapat dibentuk secara formatif maupun reflektif. Menurut
Fornell dan Bookstein (1982) dalam Haryono dan Wardoyo (2012:47-48),
38
menjelaskan bahwa konstruk seperti personalitas atau sikap umumnya dipandang
sebagai faktor yang menimbulkan sesuatu yang dapat diamati, sehingga realisasi
indikatornya berbentuk reflektif. Jika konstruk merupakan kombinasi penjelas dari
indikator yang ditentukan oleh kombinasi variabel maka indikatornya berbentuk
formatif.
Konstruk dengan indikator formatif mengasumsikan bahwa setiap
indikatornya mendefinisikan atau menjelaskan karakteristik domain konstruknya.
Arah indikatornya yaitu dari indikator ke konstruk. Konstruk dengan reflektif,
indikator atau manifest dipandang sebagai variabel yang dipengaruhi oleh variabel
laten. Arah indikatornya yaitu dari konstruk ke indikator (Ghozali dan Latan,
2014:58).
Menurut Haryono dan Wardoyo (2012:9), SEM memiliki keunggulan-
keunggulan, yaitu:
a. Membangun model penelitian dengan banyak variabel.
b. Dapat meneliti variabel atau konstruk yang tidak dapat teramati atau tidak
dapat diukur secara tidak langsung (unobserved).
c. Menguji kesalahan pengukuran (measurement error) untuk variabel atau
konstruk yang teramati (observed).
d. Mengkonfirmasi teori sesuai dengan data penelitian (confirmatory factor
analysis).
e. Dapat menjawab berbagai masalah riset dalam suatu set analisis secara lebih
sistematis dan komprehensif.
39
f. Lebih ilustratif, kokoh dan handal dibandingkan model regresi ketika
memodelkan interaksi, non-linearitas, pengukuran error, korelasi error
terms, dan korelasi antar variabel laten independen berganda.
g. Digunakan sebagai alternatif analisis jalur dan analisis data time series yang
berbasis kovariat.
h. Melakukan analisis faktor, jalur dan regresi.
i. Mampu menjelaskan keterkaitan variabel secara kompleks dan efek langsung
maupun tidak langsung dari satu atau beberapa variabel terhadap variabel
lainnya.
j. Memiliki fleksibilitas yang lebih tinggi bagi peneliti untuk menghubungkan
antara teori dengan data.
2.8 Penelitian Terdahulu
Penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian terdahulu yang masih
relevan dengan penelitian yang dilakukan. Beberapa penelitian yang dijadikan
acuan penelitian, yaitu:
a. Pengaruh Electronic Word of Mouth Terhadap Minat Beli Konsumen Melalui
Brand Image (Studi Pada Followers Instagram Wedangan Radjiman Sebagai
Calon Konsumen) oleh Wardiyastuti (2017). Metode analisis yang digunakan
adalah SEM. Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial
variabel electronic word of mouth (X1) berpengaruh signifikan terhadap citra
merek (X2). Citra merek (X2) berpengaruh signifikan terhadap minat beli (Y).
Electronic word of mouth (X1) berpengaruh signifikan terhadap minat beli
40
(Y). Citra merek mampu memberikan dampak intervening kepada 2 variabel
electronic word of mouth dan citra merek.
b. Media Sosial Instagram Sebagai Sarana Promosi untuk Meningkatkan Minat
Beli Konsumen oleh Indika dan Jovita (2017). Analisis yang digunakan pada
penelitian ini adalah regresi linier. Hasil pada penelitian ini menunjukkan
bahwa nilai korelasi antara media sosial Instagram dengan minat beli sebesar
70,9%. Nilai korelasi bertanda positif, yang berarti semakin efektif media
sosial Instagram, maka semakin tinggi minat beli konsumen.
c. Pengaruh Konsep Produk, Budaya Konsumsi, dan Keluarga Terhadap
Perilaku Konsumen dalam Mengkonsumsi Produk Kebab (Studi Kasus:
Kebab Turki Baba Rafi) oleh Dwicahyo (2015). Analisis yang digunakan
pada penelitian ini adalah Structural Equation Model (SEM) dengan
pendekatan PLS dengan melakukan penggambaran model untuk melihat
arah-arah kausalitas dari masing-masing indikator terhadap subvariabel
maupun terhadap variabel. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh
keluarga memiliki pengaruh paling kuat dan signifikan terhadap perilaku
konsumen dalam mengkonsumsi kebab dibandingkan dengan budaya
konsumsi dan konsep produk.
d. Pengelolaan Media Sosial dalam Mewujudkan Good Governance (Studi
Kasus Pengelolaan Media Sosial LAPOR! Sebagai Sarana Aspirasi dan
Pengaduan Rakyat secara Online oleh Deputi I Kantor Staf Presiden) oleh
Pakuningjati (2015). Analisis yang digunakan adalah deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengelolaan komunikasi politik
41
pemerintahan kini tidak bisa dihindari lagi. Seluruh elemen pengambilan
keputusan di dalam pengelolaan negara perlu dikelola hubungannya dengan
baik. Didalam mengelola pesan aduan dan aspirasi masyarakat, ada campur
tangan pengelola terhadap pesan yang cukup besar.
e. Pengaruh Media Sosial Instagram Terhadap Keputusan Pembelian Sepatu
WJSPORT Shoes oleh Aditya (2017). Analisis yang digunakan adalah
deskriptif dan regresi linier sederhana. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa media sosial Instagram berpengaruh positif dan signifikan terhadap
keputusan pembelian sepatu di WJSPORT.
f. Pengaruh Electronic Word Of Mouth Terhadap Keputusan Pembelian (Survei
pada Konsumen Restoran Sushi Tei Kelapa Gading) oleh Akbar dan Sunarti
(2018). Analisis yang digunakan adalah regresi linear sederhana. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa 43.2% variabel keputusan pembelian akan
dipengaruhi oleh variabel bebasnya, yaitu electronic word of mouth. Variabel
keputusan pembelian dipengaruhi oleh variabel kausalitas pelayanan dari
electronic word of mouth.
2.9 Kerangka Pemikiran
2.9.1 Kerangka Konseptual
Sarang Madu Murni merupakan salah satu usaha P-IRT yang memanfaatkan
media sosial Instagram sebagai sarana pemasaran. Media sosial yang pada awalnya
merupakan ranah privat, kemudian dijadikan ranah bisnis untuk melakukan
pemasaran. Media sosial dimanfaatkan sebagai sarana pemasaran, karena dalam
42
hitungan detik dapat menghimpun sejumlah orang tak terbatas untuk dijadikan
konsumen di semua tempat.
Pemasaran melalui media sosial memerlukan penanganan, karena terjadi
lintas informasi dan komunikasi dalam waktu yang cepat menggunakan jaringan
internet. Pengeloaan media sosial dipandang penting untuk mencapai keberhasilan
pemasaran. Pada dasarnya pemasaran melalui media sosial merupakan
penggabungan antara teknologi, informatika, komunikasi, pemasaran, promosi
maupun media sosial, sehingga menjadi integrasi keilmuan.
Perubahan informasi saat ini berlangsung sangat cepat yang harus diikuti oleh
oarng-orang yang perlu menguasai ilmu tersebut, dan pula orang-orang kreatif.
Orang-orang kreatif tersebut dibutuhkan agar konten yang tersedia tidak monoton
atau membosankan, serta mengikuti trend dari calon pembeli (up to date).
Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini diawali untuk pemahaman tentang
pengelolaan media sosial yang hasilnya pemetaan pengelolaan media sosial.
Media sosial yang saat ini banyak dimanfaatkan untuk melakukan pemasaran
produk/jasa mendorong peniliti untuk mengetahui sejauh mana pengaruh media
sosial terhadap keputusan pembelian produk Sarang Madu Murni. Pada dasarnya
media sosial terdiri dari 4C (context, communication, connection collaboration)
(Heuer dalam Solis 2010:263), yang kemudian dijadikan subvariabel pada
penelitian ini. Pemilihan 4C sebagai subvariabel karena 4C telah banyak digunakan
dalam penelitian skripsi dan jurnal.
Penelitian ini diakhiri dengan pengaruh electronic word of mouth (EWOM)
terhadap keputusan pembelian produk Sarang Madu Murni. Peneliti menggunakan
43
teori mengenai electronic word of mouth dari penelitian Goyette (2010:11). Peneliti
terdorong melakukan penelitian pengaruh EWOM terhadap keputusan pembelian
karena EWOM secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi
keputusan pembelian calon konsumen lainnya. Terdapat beberapa tahapan dalam
pengambilan keputusan menurut Kotler dan Keller (2012:166), yaitu pengenalan
masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan
perilaku pasca pembelian. Berikut merupakan kerangka konseptual yang tersaji
pada Gambar 5.
Gambar 5. Kerangka Konseptual
Pengelolaan Media Sosial
Media Sosial
1. Context
2. Communication
3. Collaboration
4. Connection
EWOM
1. Intensitas
2. Konten
3. Valence of
opinion
1. Wawancara
2. Observasi
3. Studi Pustaka
1. Perencanaan 2. Aktivasi dan
Pengawasan 3. Optimalisasi
Keputusan Pembelian
1. Pengenalan masalah
2. Pencarian informasi
3. Evaluasi alternatif
4. Keputusan
pembelian
5. Perilaku pasca
pembelian
Kuesioner
1. Pengaruh media
sosial terhadap
keputusan
pembelian
2. Pengauh EWOM
terhadap keputusan
pembelian
Analisis Deskriptif
Kualitatif
Analisis SEM
Pemetaan Pengelolaan
media sosial
Alur Proses
Sarang Madu Murni
44
2.9.2 Kerangka Operasional
Metode penelitian yang tersaji pada Gambar 6 telah disesuaikan dengan
metode SEM. Penelitian ini mengangkat fenomena yang terjadi saat ini dan belum
ada dasar teori yang kuat terkait pengaruh media sosial terhadap keputusan
pembelian dan pengaruh electronic word of mouth. Hal tersebut menjadi alasan
peneliti menggunakan PLS-SEM, karena pengujian dapat dilakukan tanpa dasar
teori yang kuat, menghasilkan beberapa asumsi, dan parameter ketepatan model
prediksi dapat dilihat dari nilai koefisien determinasi (R2). Secara umum, PLS-SEM
bertujuan untuk menguji hubungan prediktif antar konstruk dengan melihat apakah
ada pengaruh antar konstruk tersebut. Penelitian ini merupakan riset prediksi. Riset
prediksi adalah riset yang bertujuan untuk menguji pengaruh antar konstruk untuk
memprediksi hubungan sebab akibat. Hipotesis yang dilakukan pada umumnya
hipotesis parsial, sehingga teknik PLS-SEM adalah pilihan teknik statistik yang
tepat untuk digunakan Haryono dan Wardoyo (2012:16-19).
Variabel media sosial terdiri empat subvariabel, yaitu context,
communication, collaboration dan connection (Heuer dalam Solis 2010:263).
Variabel sosial memerlukan indikator untuk memperjelasnya atau
mendefinisikannya, sehingga arah panah berasal dari indikator menuju ke konstruk,
sehingga bersifat formatif. Variabel media sosial bersifat formatif, mengacu pada
Fornell dan Bookstein (1982) dalam Haryono dan Wardoyo (2012:48), yang
menyatakan jika konstruk merupakan kombinasi penjelas indikator yang ditentukan
oleh kombinasi variabel maka indikatornya berbentuk formatif. Acuan lainnya
adalah menurut Latan dan Ghozali (2014:58), yang menyatakan konstruk dengan
45
indikator formatif mengasumsikan bahwa setiap indikatornya mendefinisikan atau
menjelaskan karakteristik domain kostruknya.
Variabel electronic word of mouth (EWOM) terdiri dari tiga subvariabel,
yaitu intensitas, konten, dan valance of opinion Goyette (2010:11). Variabel
electronic word of mouth (EWOM) bersifat formatif, karena electronic word of
mouth (EWOM) memerlukan indikator untuk mendefinisikannya, sehingga arah
panah berasal dari indikator menuju ke konstruk. Variabel electronic word of mouth
bersifat formatif, mengacu pada jurnal Goyette (2010:14). Acuan lain yang peneliti
gunakan adalah pendapat Fornell dan Bookstein (1982) dalam Haryono dan
Wardoyo (2012:48), yang menyatakan jika konstruk merupakan kombinasi penjelas
indikator yang ditentukan oleh kombinasi variabel maka indikatornya berbentuk
formatif dan menurut Latan dan Ghozali (2014:58), yang menyatakan konstruk
dengan indikator formatif mengasumsikan bahwa setiap indikatornya
mendefinisikan atau menjelaskan karakteristik domain kostruknya.
Variabel keputusan pembelian terdiri dari lima subvariabel, yaitu pengenalan
masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan perilaku
pasca pembelian. Variabel keputusan pembelian bersifat reflektif karena keputusan
pembelian merupakan variabel yang dianggap sebagai faktor yang menimbulkan
sesuatu yang dapat kita amati. Arah panah berasal dari konstruk ke indikator
sehingga indikator diasumsikan mencerminkan variasi dalam variabel laten. Teori
pemodelan keputusan pembelian yang peneliti jadikan acuan adalah Fornell dan
Bookstein (1982) dalam Haryono dan Wardoyo (2012:48), yang menjelaskan
bahwa konstruk seperti personalitas atau sikap umumnya dipandang sebagai faktor
46
yang menimbulkan sesuatu yang dapat diamati, sehingga realisasi indikatornya
berbentuk reflektif. Acuan lainnya adalah menurut Latan dan Ghozali (2014:58),
yang menyatakan bahwa konstruk reflektif, indikator atau menifesnya dipandang
sebagai variabel yang dipengaruhi oleh variabel laten.
47
Gambar 6. Kerangka Operasional Model Awal Penelitian
X1
48
Keterangan:
ξ1 = Variabel eksogen 1 (media sosial)
X1 = Subvariabel eksogen 1 (konteks)
X2 = Subvariabel eksogen 1 (komunikasi)
X3 = Subvariabel eksogen 1 (kolaborasi)
X4 = Subvariabel eksogen 1 (koneksi)
ξ2 = Variabel eksogen 2 (Electronic Word of Mouth)
X5 = Subvariabel eksogen 2 (intensitas)
X6 = Subvariabel eksogen 2 (konten)
X7 = Subvariabel eksogen 2 (valence of opinion)
ɳ = Variabel endogen (keputusan pembelian)
Y1 = Subvariabel endogen (pengenalan masalah)
Y2 = Subvariabel endogen (pencarian informasi)
Y3 = Subvariabel endogen (evaluasi alternatif)
Y4 = Subvariabel endogen (keputusan pembelian)
Y5 = Subvariabel endogen (perilaku pasca pembelian)
49
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada usaha P-IRT (Produk Industri Rumah
Tangga) Sarang Madu Murni yang terletak di Jl. Korobokan No. 61 Desa Serang
Cikarang Selatan, Bekasi, Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan kurang lebih
selama 3 bulan, mulai dari bulan Oktober hingga Desember 2018.
3.2 Jenis dan Sumber Data
3.2.1 Jenis Data
Jenis data pada penelitian ini adalah:
a. Data Kualitatif, adalah data yang berupa karakteristik, kategori atau ciri khas
suatu objek penelitian (Sunyoto, 2012:29). Pada penelitian ini data kualitatif
berupa data profil P-IRT (Porduk Industri Rumah Tangga) Sarang Madu
Murni, informasi mengenai pengelolaan media sosial, data hasil kuesioner
seperti nama konsumen, no. telepon, jenis kelamin, pendidikan terakhir,
domisili, penghasilan, dan pekerjaan.
b. Data kuantitatif, adalah data yang berupa angka atau bilangan baik utuh
(diskrit) maupun tidak utuh (Sunyoto, 2012:30). Data kuantitatif yang
digunakan adalah harga produk dan data hasil kuesioner yang
dikuantitatifkan.
50
3.2.2 Sumber Data
Sumber data pada penelitian ini adalah:
a. Data primer, adalah data asli yang dikumpulkan oleh periset untuk menjawab
masalah riset secara khusus (Sunyoto, 2012:28). Pada penelitian ini, data
primer diperoleh melalui hasil wawancara mengenai usaha P-IRT Sarang
Madu Murni terkait pengelolaan media sosial, hasil pengisian kuesioner
secara online kepada responden yang merupakan followers Instagram Sarang
Madu Murni dan hasil observasi.
b. Data sekunder, adalah data publikasi terkait penelitian yang mendukung
(Sunyoto, 2012:42). Pada penelitian ini data sekunder diperoleh dari kajian
pustaka yang diambil melalui literatur dari buku, website, jurnal ilmiah,
skripsi dan tulisan lain yang berkaitan dengan penelitian ini.
3.3 Metode Pengumpulan Data
3.3.1 Wawancara
Wawancara adalah metode yang digunakan untuk memperoleh informasi
secara langsung, mendalam, tidak terstruktur dan individual (Sunyoto, 2012:32).
Narasumber pada penelitian ini adalah orang-orang yang terlibat langsung dalam
pengelolaan media sosial seperti yang tersaji pada Tabel 3.
Peneliti melakukan wawancara pra penelitian pada tanggal 23 Februari 2018
bertujuan untuk mengenali usaha Sarang Madu Murni. Wawancara pra penelitian
dilakukan dengan pemilik usaha, yaitu Winda Anggraini. Wawancara penelitian
dilakukan pada tanggal 09 November 2018 di Cikarang, Jawa Barat. Wawancara
51
dilakukan dengan empat informan, yaitu Winda Anggraini, Dian Rosita, Afrillia
Lestari, dan Nita Anggraini.
Tabel 3. Daftar Informan dan Point of Interview Pengelolaan Media Sosial Sarang
Madu Murni
Informan
ke-
Nama Job Holder Point of Interview
1 Winda
Anggraini
Pimpinan usaha,
message creator,
evaluator dan
decision maker
1. Pembuatan message
2. Penilaian tentang konten
(gambar dan video)
3. Evaluasi respon konsumen
di Instagram
2 Dian Rosita Admin Instagram,
content creator,
decision maker dan
evaluator
1. Cara menangani pertanyaan
dan complain konsumen di
2. Waktu untuk mengunggah
konten di Instagram
3. Kecepatan membalas pesan
konsumen di Instagram
4. Pembuatan konten (gambar
dan video)
5. Penilaian tentang message
6. Evaluasi respon konsumen
di Instagram
3 Nita
Anggraini
Admin Whatsapp
dan order handler
1. Cara menangani pertanyaan
dan complain konsumen di
2. Kecepatan membalas pesan
konsumen di Whatsapp
3. Handling order dari
4. Sistem order dan
pembayaran
4 Afrillia
Lestari
Admin Line dan
order handler
1. Cara menangani pertanyaan
dan complain konsumen di
Line
2. Kecepatan membalas pesan
konsumen di Line
3. Handling order dari Line
4. Sistem order dan
pembayaran
52
3.3.2 Obervasi
Observasi adalah proses pengamatan atau proses mengenali dan mencatat
kejadian serta objek yang relevan (Sunyoto, 2012:37). Daftar observasi pada
penelitian ini tersaji pada Tabel 4. Observasi penelitian dilakukan pada tanggal 09
November 2018 di Cikarang, Jawa Barat.
Tabel 4. Point of Observation Pengelolaan Media Sosial Sarang Madu Murni
No. Point of Observation
1 Proses pembuatan konten
2 Handling order
3.3.3 Studi Pustaka
Studi pustaka adalah kajian teoritis, referensi, serta literatur ilmiah yang
berkaitan dengan budaya, nilai, dan norma yang berkembang pada situasi sosial
yang diteliti. Pada penelitian ini studi pusataka dilakukan dengan mencari literatur
mengenai media sosial, electronic word of mouth, dan keputusan pembelian yang
diperoleh dari buku, jurnal, skripsi, text book, dan lain-lain.
3.3.4 Kuesioner
Kuesioner adalah metode pengumpulan data primer menggunakan sejumlah
item pertanyaan atau pernyataan dengan format tertentu (Abdillah dan Jogiyanto,
2015:52). Kuesioner yang dibuat peneliti, ditujukan kepada followers media sosial
Instagram Sarang Madu Murni yang telah memenuhi kriteria seperti yang tertera
pada kuesioner. Penyebaran kuesioner dilakukan secara online. Kuesioner yang
diberikan berisikan pertanyaan mengenai karakteristik konsumen, pengaruh media
sosial, pengaruh electronic word of mouth, dan dampaknya pada keputusan
pembelian.
53
Teknik pengukuran jawaban penelitian ini menggunakan skala Likert. Skala
Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial. Peneliti menggunakan skala genap
yaitu 1 sampai 4, dengan pertimbangan untuk menghindari kebudayaan masyarakat
Indonesia yang kurang baik ketika memilih jawaban, masyarakat Indonesia
cenderung lebih senang memilih jawaban yang netral (Singarimbun dan Effendi,
1995:109). Berikut merupakan keterangan setiap skala yang digunakan.
1 = Sangat tidak setuju (STS)
2 = Tidak setuju (TS)
3 = Setuju (S)
4 = Sangat setuju (SS)
3.4 Populasi dan Sampel
Populasi adalah jumlah dari keseluruhan objek (satuan atau individu) yang
karakteristiknya hendak diteliti (Sunyoto, 2012:48). Populasi pada penelitian ini
adalah pengguna media sosial instagram khususnya followers Sarang Madu Murni,
yaitu 93.600 orang. Penentuan populasi sebesar 93.600 orang, diambil dari data
followers yang terdapat pada profil Instagram Sarang Madu Murni pada Kamis 30
Agustus 2018, pukul 20:29 WIB.
Sampel adalah sebagain dari populasi yang karakteristiknya hendak diteliti,
dan dianggap bisa mewakili keseluruhan populasi (Sunyoto, 2012:48). Sampel
dalam penelitian ini adalah sebagian pengguna media sosial instagram khususnya.
Teknik pengambilan sampel untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam
54
penelitian ini adalah teknik non probability sampling. Metode pengambilan sampel
non probability sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Purposive
sampling adalah cara pengambilan sampel berdasarkan karakteristik, yang dimana
karakteristik tersebut tersaji pada Lampiran 1.
Pada penelitian ini, penentuan pengambilan jumlah sampel menggunakan
rumus Slovin, dari 93.600 populasi, sampel yang didapat adalah:
n =N
1 + N (e)2
𝑛 =93.600
1 + 93.600 (0,05)2= 398.29 = 398 responden
Keterangan:
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e = tingkat kekeliruan pengambilan sampel yang dapat ditolerir (5%)
Peneliti menggunakan rumus Slovin dengan pertimbangan bahwa populasi
relatif homogen, sehingga tidak terlalu diperlukan untuk distratifikasi. Selain itu,
penggunaan Slovin akan menghasilkan sampel yang relatif lebih besar dan akurat
dibanding beberapa rumus lain, sehingga karakteristik dari populasi akan lebih
terwakili dan tidak memerlukan tabel jumlah sampel.
Saat peneliti melakukan turun lapang menyebar kuesioner, peneliti
mengalami kesulitan untuk mendapatkan 398 responden. Peneliti yang dibantu oleh
pihak Sarang Madu Murni telah menyebar kuesioner online kepada ± 450 pengikut
Instagram Sarang Madu Murni, namun yang melakukan pengisian kuesioner tidak
mencapai 398 orang, sehingga tingkat kekeliruan pengambilan sampel yang dapat
55
ditolerir diturunkan menjadi 10%. Berdasarkan hasil perhitungan sampel dengan
menggunakan rumus Slovin dan tingkat kekeliruan pengambilan sampel yang dapat
ditolerir 10%, sampel yang didapat adalah:
N
1 + N (e)2
𝑛 =93.600
1 + 93.600 (0,1)2= 99.89 = 100 responden
Keterangan:
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e = tingkat kekeliruan pengambilan sampel yang dapat ditolerir (10%)
3.5 Validitas dan Reliabilitas Instrumen
3.5.1 Validitas Instrumen
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas
yang tinggi. Instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah
(Arikunto, 2018:211). Pada penelitian ini, untuk mengetahui validitas instrumen
peneliti menggunakan validitas isi dan validitas konstruk.
a. Validitas isi
Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi melalui pengujian terhadap
kelayakan atau relevansi isi tes item. Validitas isi dilakukan untuk memastikan
apakah isi kuesioner sudah sesuai dan revelan dengan tujuan penelitian (Azwar,
2018:42). Validitas isi terdiri dari dua validitas, yaitu:
56
1) Validitas tampang/keterbacaan, merupakan tipe validitas untuk melihat isi
alat ukur untuk menyesuaikan dengan apa yang ingin diukur. Uji validitas ini
diberikan kepada pengguna tes. Azwar (2018:76) menyatakan pada tahap uji
coba kuesioner dilakukan dengan sampel berukuran kecil, yaitu kurang lebih
20 orang. Uji coba kuesioner dilakukan untuk memeriksa apakah kalimat
yang digunakan sudah dimengerti oleh responden. Uji coba kuesioner kepada
20 orang responden yang tersaji pada Lampiran 2. Hasil uji keterbacaan pada
20 sampel menyatakan butir nomor 1 sulit dijawab oleh responden, sehingga
butir pernyataan nomor 1 dihilangkan oleh peneliti. Berikut merupakan hasil
uji keterbacaan pada Tabel. 5.
Tabel 5. Hasil Uji Keterbacaan Instrumen
Responden Tingkat Kesulitan
Keterbacaan Pemahaman Keterjawaban
1 Tidak Tidak Tidak
2 Tidak Tidak 39
3 Tidak Tidak Tidak
4 Tidak 1 1
5 Tidak Tidak Tidak
6 Tidak 29 Tidak
7 Tidak Tidak Tidak
8 Tidak 1 1
9 Tidak Tidak 1
10 Tidak 1 1
11 Tidak Tidak Tidak
12 Tidak 26, 40, 44 Tidak
13 Tidak 1, 2 Tidak
14 Tidak Tidak Tidak
15 Tidak Tidak Tidak
16 Tidak Tidak Tidak
17 Tidak Tidak 1
18 Tidak 1, 30 1
19 Tidak Tidak Tidak
20 Tidak 1 Tidak
57
2) Validitas logis, merupakan prosedur penilaian kelayakan isi item melalui
penilaian yang bersifat kualitatif oleh panel ahli (expert judgment). Prosedur
ini selanjutnya menghasilkan validitas logis yang merupakan tinggi
rendahnya kesepakatan panel ahli yang menilai kelayakan suatu skala
pengukuran (Azwar, 2018:44).
b. Validitas konstruk
Validitas konstruk menunjukkan bahwa instrumen pengukuran mengukur
secara valid konsep yang diuji dalam model penelitian yang ditunjukkan dengan
korelasi yang kuat antar indikator pengukur di suatu konstruk (Abdillah dan
Jogiyanto, 2015:73). Pengujian validitas konstruk akan dilakukan kepada 30 orang
responden dengan melakukan perhitungan melalui korelasi pearson. Peneliti
menggunakan korelasi pearson karena mudah dihitung. Jika nilai korelasi atau r
hitung lebih tinggi dari r tabel, maka dinyatakan valid. Uji validitas konstruk
dilakukan kepada 30 orang responden yang hasilnya tersaji pada Lampiran 3.
Berdasarkan Lampiran 3 terdapat empat parameter yang tidak valid. Empat
parameter yang tidak valid tersebut, merupakan pernyataan pada kuesioner dengan
kode KLBR1, PEIN1, KPPM6 dan PPEM2. Kode kuesioner KLBR1 berisi
pernyataan “Jumlah like atau komentar pada Instagram Sarang Madu Murni
membuat saya tertarik terhadap produk Sarang Madu Murni”. Kode kuesioner
PEIN1, berisi pernyataan “Saya mengetahui produk Sarang Madu Murni dari teman,
keluarga atau kerabat”. Kode kuesioner KPPM6 berisi pernyataan “Saya dapat
menentukan jumlah pembelian madu Sarang Madu Murni”. Kode kuesioner PPEM2
58
berisi pernyataan “Saya puas dengan kualitas madu Sarang Madu Murni”. Keempat
parameter tersebut akan dihilangkan dan tidak akan digunakan pada kuesioner.
3.5.2 Reliabilitas Instrumen
Menurut Abdillah dan Jogiyanto (2015:74) reliabilitas menunjukkan akurasi,
konsistensi, dan ketepatan suatu alat ukur dalam melakukan pengukuran. Jika
konstruk valid maka sudah pasti reliabel, sebaliknya konstruk yang reliabel belum
tentu valid. Pengujian reliabilitas instrumen pada penelitian ini menggunakan
teknik pengukuran Cronbach’s Alpha. Cronbach’s Alpha adalah metode untuk
mengukur reliabilitas konsistensi internal skala-skala item berganda. Peneliti
menggunakan Cronbach’s Alpha karena metode ini mudah didapatkan tanpa
memerlukan pengumpulan data pada dua waktu yang berbeda dari subyek yang
sama. Berikut merupakan rumus Cronbach’s Alpha.
𝑎 = (𝑘
𝑘 − 1) (1 −
∑ 𝑆𝑗2
𝑆2)
Keterangan:
α = reliabilitas instrumen
k = banyaknya pertanyaan
Sj2 = nilai vaians jawaban item ke −
S2 = nilai varians total
Butir pertanyaan yang akan diuji reliabilitasnya merupakan butir pertanyaan
yang telah lolos uji validitas isi (logis dan keterbacaan) dan validitas konstruk.
Ketentuan nilai Cronbach Alpha sebagai berikut:
59
a. Nilai Cronbach’s Alpha 0,0 – 0,20, berarti kurang reliabel
b. Nilai Cronbach’s Alpha 0,21 – 0,40, berarti agak reliabel
c. Nilai Cronbach’s Alpha 0,41 – 0,60, berarti cukup reliabel
d. Nilai Cronbach’s Alpha 0,61 – 0,80, berarti reliabel
Hasil pengukuran reliabilitas instrumen pada penelitian ini tersaji pada
Lampiran 4. Triangulasi pada penelitian ini digunakan untuk pengecekan kebenaran
instrumen. Uji reliabilitas dengan rumus Cronbach’s Alpha dilakukan untuk
mengukur reliabilitas instrumen dengan rumus, sedangkan uji reliabilitas dengan
metode triangulasi digunakan untuk mengetahui keandalan instrumen (Arikunto,
2018:255). Pada penelitian ini, teknik triangulasi yang digunakan adalah:
a. Triangulasi data, adalah menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara
mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Peneliti
membandingkan antara hasil data yang didapat dari dua evaluator dan dua
handler order Sarang Madu Murni.
b. Triangulasi teori, dilakukan dengan membandingkan atau mencocokkan teori
yang digunakan dalam penelitian dengan hasil yang diperoleh.
c. Triangulasi peneliti, merupakan proses memverifikasi pengumpulan data
wawancara dengan informan atau para ahli, yang pada penelitian ini adalah
dosen pembimbing.
d. Triangulasi metodologi, dilakukan dengan cara mengumpulkan data sejenis
tetapi menggunakan metode yang berbeda. Peneliti membandingkan hasil
wawancara dengan hasil observasi. Tujuannya adalah untuk mendapatkan
kesesuaian antara variabel yang akan diukur dengan metode yang berbeda.
60
3.6 Metode Pengolahan Data
3.6.1 Pengolahan Data Kualitatif
Data kualitatif yang didapatkan dari hasil wawancara dan observasi akan
peneliti olah dengan metode triangulasi yang hasilnya berupa pemetaan
pengelolaan media sosial Instagram Sarang Madu Murni. Data kualitiatif yang
didapatkan dari pengisian kuesioner bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik
responden penelitian seperti nama, jenis kelamin, pendapatan, pekerjaan,
pendidikan terakhir dan domisili. Data karakteristik responden tersebut secara
otomatis terinput dalam Microsoft Office Excel, karena menggunakan kuesioner
online. Hasil karakteristik responden tersebut kemudian diolah dalam bentuk
persentase agar mudah untuk diinterpretasikan.
3.6.2 Pengolahan Data Kuantitatif
Teknik pengukuran jawaban pada penelitian ini menggunakan skala Likert.
Setiap pertanyaan pada kuesioner memiliki empat pilihan jawaban. Setiap jawaban
diberi skor 1 sampai dengan 4. Jawaban berupa Sangat Tidak Setuju diberi skor (1),
jawaban berupa Tidak Setuju diberi skor 2, jawaban Setuju diberi skor (3), dan
jawaban Sangat Setuju diberi skor (4). Instrumen kuesioner yang telah lolos uji
validitas dan reliabilitas yang akan digunakan untuk disebarkan kepada responden
secara online. Data hasil pengisian kuesioner secara otomatis terinput ke Microsoft
Office Excel karena menggunakan kuesioner online. Data pada Microsoft Office
Excel, kemudian dipindahkan ke aplikasi SmartPLS 3.0 untuk diolah.
61
3.7 Metode Analisis Data
3.7.1 Analisis Deskriptif Kualitatif
Analisis deskriptif adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
memperoleh data berdasarkan fakta. Tujuan analisis ini adalah mengungkap fakta,
keadaan, fenomena, variabel dan keadaan yang terjadi saat penelitian. Kegiatan
analisis deskriptif kualitatif pada penelitian ini meliputi pengumpulan data dari
hasil wawancara dan observasi, kemudian peneliti lakukan analisis data-data
tersebut dengan menggunakan triangulasi. Triangulasi merupakan pengecekan
kebenaran data atau informasi yang diperoleh peneliti dari berbagai sudut pandang
(informan) yang berbeda untuk mengurangi bias yang terjadi pada saat
pengumpulan dan analisis data. Data-data tersebut, kemudian peneliti
interpretasikan menjadi sebuah kesimpulan.
3.7.2 Analisis Structural Equation Modeling (SEM)
SEM adalah sebuah model statistik yang memberikan perkiraan perhitungan
dari kekuatan hubungan hipotesis diantara variabel dalam sebuah model teoritis,
baik langsung maupun melalui variabel antara (intervening atau moderating). Pada
penelitian ini, pendekatan SEM yang digunakan adalah pendekatan PLS (Partial
Least Structural). Peneliti menggunakan pendekatan PLS karena tidak
mengasumsikan data harus dengan pengukuran skala tertentu, jumlah sampel dapat
kecil, dan dapat digunakan untuk konfirmasi teori.
Kerangka operasional pada penelitian ini menggambarkan bahwa sifat
indikator pada variabel eksogen (media sosial dan electronic word of mouth) adalah
formatif yang menandakan bahwa hubungan kausalitas berasal dari indikator ke
62
konstruk. Penentuan variabel eksogen (media sosial dan electronic word of mouth)
bersifat formatif karena konstruk dengan indikator formatif mengasumsikan bahwa
setiap indikatornya mendefinisikan atau menjelaskan karakteristik domain
konstruknya (Ghozali dan Latan, 2014:58) dan berdasarkan studi pustaka yang
peneliti pelajari dari beberapa penelitian sebelumnya yang sejenis.
Variabel endogen (keputusan pembelian) bersifat reflektif yang menandakan
bahwa hubungan kausalitas berasal dari konstruk ke indikator. Penentuan variabel
endogen (keputusan pembelian) bersifat reflektif karena konstruk dengan indikator
reflektif mengasumsikan bahwa kovarian diantara pengukuran model dijelaskan
oleh varian yang merupakan manifestasi domain konstruknya (Ghozali dan Latan,
2014:58) dan berdasarkan studi pustaka yang peneliti pelajari dari beberapa
penelitian sebelumnya yang sejenis. Ghozali dan Latan (2014:47) merumuskan
tahapan dalam melakukan analisis menggunakan persaman struktural sebagai
berikut:
a. Konseptualisasi Model
Konseptualisasi model merupakan langkah awal dalam analisis PLS-SEM.
pada tahap ini peneliti harus melakukan pengembangan dan pengukuran konstruk.
Selanjutnya, arah kausalitas antar konstruk yang menunjukkan hubungan yang
dihipotesiskan harus ditentukan dengan jelas dan dimensionalitas serta indikator
pembentuk konstruk laten harus ditentukan apakah reflektif atau formatif.
b. Menentukan Metode Analisis Algorithm
Model penelitian yang sudah melewati tahapan konseptualisasi model
selanjutnya harus ditentukan metode analisis algorithm apa yang akan digunakan
63
untuk estimasi model. Skema algorithm PLS yang disarankan oleh Wold adalah
path atau struktural weighting.
c. Menentukan Metode Resampling
Metode resampling yang digunakan peneliti adalah bootstrapping. Metode
bootstrapping menggunakan seluruh sampel asli untuk melakukan resampling
kembali. Metode ini sering digunakan dalam model persamaan struktural. Program
SmartPLS 3.0 hanya menyediakan satu meode resampling yaitu bootstrapping.
d. Menggambar Diagram Jalur
Langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah menggambar diagram jalur
dari model yang akan diestimasi tersebut. Diagram jalur yang telah dibentuk dapat
menggambarkan keseluruhan model penelitian yang akan diteliti. Berikut diagram
jalur pada masing-masing variabel laten pada penelitian ini.
1) Model Pengukuran Variabel Laten Eksogen 1 (ξ1)
Penentuan variabel media sosial, subvariabel sampai dengan indikator pada
penelitian ini mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Heuer dalam Solis
(2010:11), bahwa dalam mengoperasikan media sosial terdiri dari 4C, yaitu context,
communication, collaboration dan connection. Model pengukuran variabel laten
eksogen 1 bersifat formatif, karena variabel media sosial dijelaskan atau
didefiniskan oleh subvariabel (konteks, komunikasi, kolaborasi dan koneksi), dan
subvariabel dijelaskan oleh masing-masing parameter, sehingga arah panah berasal
dari parameter ke subvariabel ke variabel. Peneliti menetapkan variabel media
sosial bersifat formatif mengacu pada pendapat Fornell dan Bookstein (1982) dalam
Haryono dan Wardoyo (2012:48), yang menyatakan jika konstruk merupakan
64
kombinasi penjelas indikator yang ditentukan oleh kombinasi variabel maka
indikatornya berbentuk formatif. Acuan lainnya adalah menurut Latan dan Ghozali
(2014:58), yang menyatakan konstruk dengan indikator formatif mengasumsikan
bahwa setiap indikatornya mendefinisikan atau menjelaskan karakteristik domain
kostruknya. Terlihat pada Gambar 7 bahwa parameter subvariabel konteks
dinotasikan dengan KTKSn (parameter-parameter konteks dengan “n” menandakan
parameter konteks yang ke-n). Parameter subvariabel komunikasi dinotasikan
dengan KMNKn. Parameter subvariabel kolaborasi dinotasikan dengan KLBRn.
Parameter subvariabel koneksi dinotasikan dengan KNKSn. Penjelasan lebih
tentang variabel laten eksogen 1 tersaji pada Tabel 9 Definisi Operasional.
Gambar 7. Pemodelan Variabel Laten Eksogen 1
65
Keterangan:
ξ1 = Variabel laten eksogen 1 (Media Sosial)
X1 = Subvariabel 1 (Konteks)
X2 = Subvariabel 2 (Komunikasi)
X3 = Subvariabel 3 (Kolaborasi)
X4 = Subvariabel 4 (Koneksi)
KTKS1-5= Parameter subvariabel konteks (isi pesan, bahasa sesuai EYD,
kosakata jelas, kalimat jelas, pesan ringkas)
KMNK1-6= Parameter subvariabel komunikasi (informasi produk, hastag,
tagline, pesan ajakan, informasi manfaat madu, informasi
kandungan madu)
KLBR1-2= Parameter subvariabel kolaborasi (kolom komentar untuk
pertanyaan, produk sesuai informasi)
KNKS1-3= Parameter subvariabel koneksi (respon cepat, pesan complain,
informasi kepuasan konsumen).
2) Model Pengukuran Variabel Laten Eksogen 2 (ξ2)
Penentuan variabel electronic word of mouth pada penelitian ini mengacu
pada penelitian Goyette et al. (2010:11) yang menyatakan bahwa dalam mengukur
pengaruh electronic word of mouth menggunakan dimensi intensitas, konten dan
valence of opinion. Model pengukuran variabel laten eksogen 2 bersifat formatif,
karena variabel electronic word of mouth dijelaskan atau didefiniskan oleh
subvariabel (intensitas, konten, dan valence of opinion), dan subvariabel dijelaskan
oleh masing-masing parameter, sehingga arah panah berasal dari parameter ke
66
subvariabel ke variabel. Peneliti menetapkan variabel electronic word of mouth
bersifat formatif mengacu pada pendapat Fornell dan Bookstein (1982) dalam
Haryono dan Wardoyo (2012:48), yang menyatakan jika konstruk merupakan
kombinasi penjelas indikator yang ditentukan oleh kombinasi variabel maka
indikatornya berbentuk formatif. Acuan lainnya adalah menurut Latan dan Ghozali
(2014:58), yang menyatakan konstruk dengan indikator formatif mengasumsikan
bahwa setiap indikatornya mendefinisikan atau menjelaskan karakteristik domain
kostruknya. Terlihat pada Gambar 8 bahwa parameter subvariabel intensitas
dinotasikan dengan INTSn (parameter-parameter intensitas dengan “n”
menandakan parameter intensitas yang ke-n). Parameter subvariabel konten
dinotasikan dengan KOTNn. Parameter subvariabel valence of opinion dinotasikan
dengan VOOPn. Penjelasan lebih tentang variabel laten eksogen 2 tersaji pada
Tabel 9 Definisi Operasional.
67
Gambar 8. Pemodelan Variabel Laten Eksogen 2
Keterangan:
ξ2 = Variabel laten eksogen 2 (EWOM)
X5 = Subvariabel 1 (Intensitas)
X6 = Subvariabel 2 (Konten)
X7 = Subvariabel 3 (Valence of Opinion)
INTS1-6 = Parameter subvariabel intensitas (akses setiap hari, akses saat
waktu luang, akses selama 5 menit, pertanyaan selalu dibalas,
mengunggah ulasan konsumen, ulasan konsumen pasca
pembelian)
KOTN1-5 = Parameter subvariabel konten (variasi produk, kualitas produk,
harga produk, prosedur pemesanan, keamanan transaksi)
68
VOOP1-4 = Parameter subvariabel valence of opinion (mengunggah ulasan
untuk dilihat orang lain, ulasan positif, ulasan negatif,
merekomendasikan produk).
3) Model Pengukuran Variabel Endogen Y (ɳ)
Penentuan variabel keputusan pembelian mengacu pada Kotler dan Keller
(2012:166), dimana dalam keputusan pembelian terdiri dari tahapan pengenalan
masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan
perilaku pasca pembelian. Model pengukuran variabel laten Y bersifat reflektif
karena keputusan pembelian merupakan variabel yang dianggap sebagai faktor
yang menimbulkan sesuatu yang dapat diamati. Keputusan pembelian terdiri dari
subvariabel pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif,
keputusan pembelian dan perilaku pasca pembelian sebagai subvariabel. Masing-
masing subvariabel terbentuk oleh parameter-paremeter berupa pernyataan pada
kuesioner yang mewakili kelima subvariabel. Model bersifat reflektif menggunakan
arah panah yang mengarah dari variabel ke subvariabel dan subvariabel ke arah
parameter. Penentuan variabel keputusan pembelian yang bersifat reflektif
mengacu pada pernyataan Fornell dan Bookstein (1982) dalam Haryono dan
Wardoyo (2012:48), yang menjelaskan bahwa konstruk seperti personalitas atau
sikap umumnya dipandang sebagai faktor yang menimbulkan sesuatu yang dapat
diamati, sehingga realisasi indikatornya berbentuk reflektif. Acuan lainnya adalah
menurut Latan dan Ghozali (2014:58), yang menyatakan bahwa konstruk reflektif,
indikator atau menifesnya dipandang sebagai variabel yang dipengaruhi oleh
variabel laten. Terlihat pada Gambar 9 bahwa parameter subvariabel intensitas
69
dinotasikan dengan INTSn (parameter-parameter intensitas dengan “n”
menandakan parameter intensitas yang ke-n). Penjelasan lebih tentang variabel
laten endogen tersaji pada Tabel 9 Definisi Operasional.
Gambar 9. Pemodelan Variabel Endogen Y
Keterangan:
ɳ = Variabel laten endogen (Keputusan Pembelian)
Y1 = Subvariabel 1 (Pengenalan Masalah)
Y2 = Subvariabel 2 (Pencarian Informasi)
Y3 = Subvariabel 3 (Evaluasi Alternatif)
Y4 = Subvariabel 4 (Keputusan Pembelian)
70
Y5 = Subvariabel 5 (Perilaku Pasca Pembelian)
PEMA1-2= Parameter subvariabel pengenalan masalah (kebutuhan untuk
menjaga kesehatan, kebutuhan untuk mengikuti trend)
PEIN1 = Parameter subvariabel pencarian informasi (pencarian informasi di
Instagram)
EVAL1-2= Parameter subvariabel eavluasi alternatif (mencari madu lain,
membandingkan)
KPPM1-6= Parameter subvariabel keputusan pembelian (keputusan pembelian
pasca pembandingan, citra merek, kemudahan pengiriman, harga
terjangkau, waktu pembelian, dan metode pembayaran)
PPEM1-3= Parameter subvariabel perilaku pasca pembelian (produk sesuai
informasi, pembelian kembali, pengajuan complain).
Diagram jalur yang telah dirancang selanjutnya dikonversikan ke dalam
sistem persamaan. Terdapat dua persamaan yang dibuat, yaitu outer model dan
inner model. Berikut merupakan persamaan yang terdapat pada penelitian ini.
a) Outer Model (spesifikasi hubungan antara variabel laten dengan indikator)
i. Variabel laten eksogen 1 (formatif)
ξ1 = λx1X1 + λx2X2 + λx3X3 + λx4X4 + δ1
ii. Variabel laten eksogen 2 (formatif)
ξ2 = λx5X5 + λx6X6 + λx7X7 + δ2
iii. Variabel laten endogen 1 (reflektif)
Y1 = λy1Y1 + ε1
Y2 = λy2Y2 + ε2
71
Y3 = λy3Y3 + ε3
Y4 = λy4Y4 + ε4
Y5 = λy5Y5 + ε5
b) Inner Model (spesifikasi hubungan antara variabel laten)
ɳ = γ1ξ1 + γ2ξ2 + ζ1
e. Evaluasi Model
Model evaluasi PLS dilakukan dengan menilai outer model dan inner model.
Evaluasi model pengukuran (outer model) dilakukan untuk menilai validitas dan
reliabilitas model. Evaluasi model struktural (inner model) dilakukan untuk
memprediksi hubungan antar variabel laten (Ghozali dan Latan, 2014:73). Berikut
merupakan rincian evaluasi model.
1) Outer Model Formatif
Evaluasi model pengukuran yang pertama dilakukan dengan melihat
signifikansi weight-nya, sehingga uji validitas dan reliabilitas konstruk tidak
diperlukan. Cara memperoleh signifikansi weight harus melalui prosedur
resampling (bootstrapping). Jika nilai signifikansi weight T-statistics > 1.96 maka
indikator konstruk model formatif adalah valid. Menurut Kwong dan Wong
(2013:26), indikator dihilangkan jika memiliki outer weight dan outer loading yang
tidak signifikan.
Tahap selanjutnya adalah uji multikolinearitas. Uji multikolinearitas untuk
konstruk formatif mutlak diperlukan dengan menghitung nilai Variance Inflation
Factor (VIF) dan tolerance. Nilai VIF direkomendasikan < 10 dan nilai tolerance
> 0.10 (Ghozali dan Latan, 2014:77). Menurut Nawari (2010:233) apabila variabel
72
bebas dimasukkan satu per satu, menghasilkan koefisien korelasi dan koefisien
determinasi yang besar atau signifikan. Ringkasan evaluasi model pengukuran
model formatif tersaji pada Tabel 6.
Tabel 6. Ringkasan Evaluasi Model Pengukuran Konstruk Forrmatif
Kriteria Rule of Thumb
Signifikansi Weight a. Significance level 10% > 1,65
b. Significance level 5% > 1,96
c. Significance level 1% > 2,58
Multikolinearitas a. VIF < 10
b. Tolerance > 0,10
Sumber: Ghozali dan Latan (2014:78)
2) Outer Model Reflektif
Cara yang sering digunakan peneliti di bidang SEM untuk melakukan
pengukuran model adalah dengan menguji validitas convergent dan discriminant.
Uji validitas convergent indikator reflektif dengan program SmartPLS 3.0 dapat
dilihat dari nilai loading factor untuk setiap indikator konstruk. Rule of Thumb yang
biasanya digunakan untuk menilai validitas convergent yaitu nilai loading factor
harus lebih dari 0.7 untuk penelitian yang bersifat confirmatory. Nilai loading
factor antara 0.6 – 0.7 untuk penelitian yang bersifat exploratory masih dapat
diterima dan nilai AVE harus lebih besar dari 0.5.
Cara untuk menguji validitas discriminant dengan indikator refleksif, yaitu
dengan melihat nilai cross loading untuk setiap variabel harus > 0.7. Cara lain yang
digunakan untuk menguji validitas discriminant adalah dengan membandingkan
akar kuadrat dari AVE untuk setiap konstruk dengan nilai korelasi antar konstruk
dalam model. Menurut Fornell dan Larcker (1982) dalam Ghozali dan Latan
73
(2014:75), validitas discriminant yang baik ditunjukkan dari akar kuadrat AVE
untuk tiap konstruk lebih besar dari korelasi antar konstruk dalam model.
Pengukuran pada model refleksif selain dengan uji validitas, juga dilakukan
uji reliabilitas suatu konstruk. Uji reliabilitas dilakukan untuk membuktikan
akurasi, konsistensi dan ketepatan instrumen dalam mengukur konstruk. Peneliti
tidak menggunakan Cronbach Alpha karena akan memberikan nilai yang lebih
rendah (lebih cenderung under estimate dalam mengukur reliabilitas), sehingga
peneliti menggunakan Composite Reliability. Nilai Composite Reliability harus
lebih besar dari 0.7 untuk penelitian yang bersifat confirmatory, dan nilai 0.6 – 0.7
masih dapat diterima untuk penelitian yang bersifat exploratory. Ringkasan
evaluasi model pengukuran reflektif tersaji pada Tabel 7.
Tabel 7. Ringkasan Evaluasi Model Pengukuran Konstruk Reflektif
Validitas/Reliabilitas Parameter Rule of Thumb
Validitas
Convergent
Loading factor a. Confirmatory research > 0,7
b. Exploratory research > 0,6
Average Variance
Extracted (AVE)
Confirmatory research atau
exploratory research > 0,5
Communality Confirmatory research atau
exploratory research > 0,5
Validitas
Discriminant
Cross loading >0,7 untuk setiap variabel
Akar kuadrat AVE
dan korelasi antar
konstruk laten
Akar kuadrat AVE > korelasi
antar konstruk laten
Reliabilitas Composite
reliability
a. Confirmatory research > 0,7
b. Exploratory research 0,6 – 0,7
masih dapat diterima
Sumber: Ghozali dan Latan (2014:76-77)
74
3) Inner Model
Menilai model struktural dengan PLS, dimulai dengan melihat nilai R2 untuk
setiap variabel laten endogen sebagai kekuatan prediksi dari model struktural.
Perubahan nilai R2 digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel laten
eksogen tertentu terhadap variabel endogen apakah mempunyai pengaruh
yang substantive. Nilai R2 0.75, 0.50, dan 0.25 dapat disimpulkan bahwa
model kuat, moderat, dan lemah (Ghozali dan Latan, 2014:78). Semakin
tinggi nilai R2 berarti semakin baik model prediksi dari model penelitian yang
diajukan.
Evaluasi model PLS dapat juga dilakukan dengan Q2 predictive relevance
atau sering disebut predictive sample reuse. Teknik ini mempresentasi sintesis dari
cross-validation dan fungsi fitting dengan prediksi dari observed variabel dan
estimasi dari parameter konstruk. Nilai Q2 > 0 menunjukkan bahwa model
mempunyai predictive relevance, sedangkan nilai Q2 < 0 menunjukkan bahwa
model kurang memiliki predictive relevance.
Nilai q2 predictive relevance 0.02, 0.15, dan 0.35 menunjukkan bahwa model
lemah, moderat, dan kuat. Selanjutnya evaluasi model dilakukan dengan melihat
nilai signifikansi untuk mengetahui pengaruh antara variabel melalui
bootstrapping. Beberapa literatur menyarankan number of bootstrap samples
sebesar 200 – 1000 sudah cukup untuk mengoreksi standar error estimate PLS
(Ghozali dan Latan, 2014:80). Berikut merupakan ringkasan evaluasi model
struktural (inner model) yang tersaji pada Tabel 8.
75
Tabel 8. Ringkasan Evaluasi Model Struktural
Kriteria Rule of Thumb
R-square a. 0,75 menunjukkan model kuat
b. 0,50 menunjukkan model moderate
c. 0,35 menunjukkan model lemah (Hair et
al. 2011 dalam Ghozali dan Latan
2014:81)
Q2 predictive relevance a. Q2 > 0 menunjukkan model memiliki
predictive relevance
b. Q2 < 0 menunjukkan model kurang
memiliki predictive relevance
q2 predictive relevance a. 0,35 menunjukkan model kuat
b. 0,15 menunjukkan model moderate
c. 0,02 menunjukkan model lemah
Sumber: Ghozali dan Latan (2014:81)
f. Interpretasi Estimasi Model (Pengujian Hipotesis)
Pengujian hipotesis dilakukan dengan metode resampling bootstrap atau
jackknifing. Peneliti menggunakan bootstrapping karena metode jackknifing
kurang efisien dibanding metode bootstrapping. Jackknifing kurang efisien karena
mengabaikan confidence intervals (Efron et al., 2004 dalam Ghozali dan Latan,
2014:80). Prosedur bootstrapping menggunakan seluruh sampel asli untuk
melakukan resampling kembali. Nilai signifikansi yang digunakan (two-tailed) t-
value adalah 1.96 untuk tingkat siginifikan 5%. Statistik uji yang digunakan adalah
statistik t atau uji t. Penerapan metode ini memungkinkan berlakunya data
berdistribusi bebas sehingga tidak memerlukan asumsi distribusi normal (Ghozali
dan Latan, 2014:80).
76
Pengujian dilakukan dengan t-test jika diperoleh p-value ≤ 0.10 maka dapat
disimpulkan signifikan dan sebaliknya. Apabila hasil pengujian hipotesis pada
outer model signifikan, hal ini menunjukkan bahwa parameter dipandang dapat
digunakan sebagai instrumen pengukur variabel laten. Apabila hasil pengujian pada
inner model siginifikan, maka dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh yang nyata
pada variabel laten terhadap variabel laten lainnya. Berikut merupakan hipotesis
yang diajukan pada penelitian ini.
1) Hipotesis Pengaruh Media Sosial terhadap Keputusan Pembelian
a) Ho1 : Tidak terdapat pengaruh antara media sosial dengan keputusan
pembelian.
b) Ha1 : Terdapat pengaruh antara media sosial dengan keputusan
pembelian.
2) Hipotesis Pengaruh Electronic Word of Mouth (EWOM) terhadap Keputusan
Pembelian
a) Ho2 : Tidak terdapat pengaruh Electronic Word of Mouth (EWOM)
dengan keputusan pembelian.
b) Ha2 : Terdapat pengaruh antara Electronic Word of Mouth (EWOM)
dengan keputusan pembelian.
3.8 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu
variabel/konstrak dengan cara memberikan arti atau melakukan spesifikasi maupun
memberikan suatu opersional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau
77
variabel (Sangadji dan Sopiah, 2010). Berikut merupakan definisi operasional yang
digunakan pada penelitian ini.
a. Media sosial adalah fitur berbasis website yang dapat membentuk jaringan
serta memungkinkan orang untuk berinteraksi dalam sebuah komunitas.
b. Instagram adalah media komunitas untuk berbagi foto antara sau anggota
dengan anggota lainnya di seluruh dunia.
c. E-commerce adalah penggunaan website untuk bertransaksi atau
memfasilitasi penjualan produk dan jasa secara online melalui internet dan
menggunakan sistem komputer untuk meningkatkan efisiensi perusahaan
secara keseluruhan.
d. Pemasaran Online adalah pemasaran yang dilakukan melalui sistem komputer
online interaktif yang menghubungkan konsumen dan penjual secara
elektronik.
e. Social Media Marketing adalah bentuk pemasaran langsung atau tidak
langsung yang digunakan untuk membangun kesadaran, pengakuan, ingat
dan tindakan untuk merek, bisnis, produk, orang atau badan lain dan
digunakan menggunakan alat-alat dari web sosial.
f. Integrated Marketing Communication (Komunikasi Pemasaran Terintegrasi)
adalah sarana untuk menginformasikan, membujuk dan mengingatkan
konsumen secara langsung atau tidak langsung tentang produk dan merek
yang perusahaan jual.
78
g. Electronic Word of Mouth adalah sebuah media komunikasi untuk saling
berbagi informasi mengenai suatu produk atau jasa yang telah dikonsumsi
antar konsumen yang tidak saling mengenal.
h. Keputusan Pembelian adalah keputusan yang diambil konsumen untuk
melakukan pembelian suatu produk melalui tahapan-tahapan yang dilalui
konsumen sebelum melakukan pembelian.
i. Agribisnis Madu adalah adalah sebuah sistem mulai dari hulu, usahatani, hilir
serta penunjang yang mendukung usaha madu.
j. Structural Equation Modelling (SEM) adalah sebuah model statstik yang
memberikan perkiraan perhitungan dari kekuatan hubungan hipotesis
diantara variabel dalam sebuah model teoritis, baik langsung maupun melalui
variabel antara (intervening atau moderating).
k. Followers adalah akun Instagram yang mengikuti akun Instagram lainnya.
79
Tabel 9. Definisi Operasional
Variabel Subvariabel Indikator Parameter Kode
Media
Sosial
Konteks
(Heuer dalam
Solis,
2010:263)
Keragaman
bentuk pesan
pada konten
Isi pesan tidak hanya
mengenai promosi
KTKS1
Kebakuan
bahasa
Bahasa yang
digunakan sesuai
EYD
KTKS2
Kejelasan
pesan
Kejelasan kosakata KTKS3
Kejelasan kalimat KTKS4
Pesan ringkas KTKS5
Komunikasi
(Heuer dalam
Solis,
2010:263)
Penyampaian
pesan tentang
produk
Konten berisi
informasi produk
SMM
KMNK1
Penggunaan hastag
“langsung dari
sarangnya”
mempermudah
konsumen mengingat
produk SMM
KMNK2
Penggunaan tagline
yang menarik
membuat konsumen
penasaran terhadap
produk SMM
KMNK3
Perubah sikap
konsumen
terhadap madu
Pesan pada konten
berupa ajakan
mengonsumsi madu
KMNK4
Informasi tentang
manfaat madu
membuat kosumen
sadar pentingnya
mengonsumsi madu
KMNK5
Perubah
pendapat
konsumen
tentang madu
Informasi kandungan
madu SMM asli tanpa
BTP (Bahan
Tambahan Pangan)
KMNK6
Kolaborasi
(Heuer dalam
Solis,
2010:263)
Kemudahan
interaksi
Terdapat kolom
komentar dan direct
message (DM) untuk
pertanyaan dan
informasi
KLBR1
Kesesuaian
pesan dengan
isi produk
Produk SMM sesuai
dengan informasi
yang tertera pada
KLBR2
80
konten (gambar dan
video)
Koneksi
(Heuer dalam
Solis,
2010:263)
Respon SMM
terhadap
konsumen
SMM merespon
dengan cepat
pertanyaan
konsumen, maksimal
1 hari
KNKS1
Interaksi pasca
jual
Terdapat pesan
complain kepada
SMM
KNKS2
Terdapat informasi
kepuasan konsumen
terhadap produk
SMM
KNKS3
Electronic
Word of
Mouth
Intensitas
(Goyette,
2010:11)
Frekuensi
konsumen
mengakses
Konsumen
mengakses Instagram
SMM setiap hari
INTS1
Konsumen
mengakses Instagram
SMM jika terdapat
waktu luang
INTS2
Konsumen
menghabiskan waktu
untuk mengakses
Instagram SMM
selama ± 5 menit
INTS3
Frekuensi
interaksi SMM
dengan
konsumen
SMM selalu
membalas pertanyaan
konsumen
INTS4
Intensitas
ulasan
SMM selalu
mengunggah ulasan
dari konsumen
INTS5
Ulasan konsumen
pasca beli kepada
SMM
INTS6
Konten
(Goyette,
2010:11)
Terdapat
informasi
variasi produk
Pada konten (gambar
atau video) SMM
terdapat informasi
variasi produk
KOTN1
Terdapat
informasi
kualitas produk
Pada konten (gambar
atau video) SMM
terdapat informasi
kualitas produk
seperti rasa dan
tekstur
KOTN2
81
Terdapat
informasi
harga produk
Pada konten (gambar
atau video) SMM
terdapat informasi
harga produk
KOTN3
Terdapat
informasi
tentang
transaksi
produk
Pada konten (gambar
atau video) SMM
terdapat informasi
prosedur order
KOTN4
SMM memberikan
informasi tentang
keamanan transaksi
KOTN5
Valence of
opinion
(Goyette,
2010:11 dan
Gruen,
2006:6)
Berbagi
informasi
Konsumen
menyampaikan ulasan
produk SMM di
Instagram kepada
sesama konsumen
yang tidak saling
mengenal
VOOP1
Pendapat
positif
Konsumen
memberikan masukan
positif dan ulasan
positif kepada SMM
VOOP2
Pendapat
negative
Konsumen
memberikan
komentar negatif dan
ulasan negatif kepada
SMM
VOOP3
Rekomendasi Konsumen
merekomendasikan
produk SMM
VOOP4
Keputusan
Pembelian
Pengenalan
masalah
(Kotler dan
Keller,
2012:166)
Kebutuhan
konsumen
Konsumen ingin
membeli produk
SMM untuk menjaga
kesehatan
PEMA1
Konsumen ingin
membeli produk
SMM untuk
mengikuti trend
PEMA2
Pencarian
informasi
(Kotler dan
Keller,
2012:166)
Pencarian
informasi
produk
Konsumen
mengetahui madu
SMM & mencari
informasi lebih
tentang madu SMM
di Instagram
PEIN1
82
Evaluasi
alternatif
(Kotler dan
Keller,
2012:2166)
Pencarian
produk sejenis
Konsumen mencari
produk madu selain
SMM di Instagram
EVAL1
Evaluasi
produk
Konsumen
melakukan
pembandingan
produk madu SMM
dengan produk madu
non SMM melalui
EVAL2
Keputusan
pembelian
(Kotler dan
Keller,
2012:479)
Produk Konsumen
memutusakan
membeli madu SMM
pasca pembandingan
produk madu SMM
dengan madu non
SMM
KPPM1
Merek Konsumen membeli
madu SMM karena
telah mengetahui citra
merek SMM yang
baik di Instagram
KPPM2
Saluran
pembelian
Konsumen membeli
madu SMM karena
kemudahan
pengiriman yang
menggunakan
ekspedisi (jasa
pengiriman)
KPPM3
Konsumen membeli
madu SMM karena
harganya terjangkau,
yaitu mulai dari Rp.
70.000 untuk madu
peras dan Rp. 75.000
untuk sarang madu
KPPM4
Waktu
pembelian
Konsumen dapat
membeli madu SMM
kapan saja, sesuai
keinginan konsumen
KPPM5
Metode
pembayaran
Konsumen membeli
madu SMM karena
metode pembayaran
yang mudah, yaitu
dapat melalui bank
atau ATM
KPPM6
83
Perilaku
pasca
pembelian
(Kotler dan
Keller,
2012:166)
Kepuasan
pasca
pembelian
Produk SMM sesuai
informasi pada
konten (gambar atau
video)
PPEM1
Tindakan
pasca
pembelian
Konsumen
melakukan pembelian
kembali
PPEM2
Konsumen
mengajukan complain
atas ketidaksesuaian
PPEM3
84
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
4.1 Profil Perusahaan
Sarang Madu Murni adalah salah satu usaha yang bergerak bidang agribisnis,
lebih tepatnya pada subsistem agribisnis hilir, yaitu pemasaran madu. Sarang Madu
Murni telah berdiri sejak tahun 2016 dan telah mendapatkan status P-IRT (Produk
Industri Rumah Tangga) pada awal tahun 2018. Usaha P-IRT Sarang Madu Murni
berlokasi di Jl. Korobokan No. 61 Desa Serang Cikarang Selatan, Bekasi, Jawa
Barat. Usaha Sarang Madu Murni didirikan oleh Winda Anggraini. Tempat yang
dijadikan usaha adalah rumah pribadi dari pemilik usaha. Tempat usaha yang hanya
berupa rumah karena usaha ini hanya fokus pada pemasaran saja, sehingga rumah
tersebut berfungsi sebagai kantor, tempat penyimpanan dan pengemasan.
Sejarah berdirinya usaha Sarang Madu Murni berawal dari kerjasama Winda
Anggraini dengan temannya, namun akhirnya Winda Anggraini memutuskan untuk
memulai usahanya sendiri. Alasan Winda Anggraini memutuskan untuk berjualan
sarang madu karena unik. Winda Anggraini mengatakan unik karena orang-orang
dapat mengonsumsi madu secara langsung dari sarangnya. Mengonsumsi madu
langsung dari sarangnya memiliki sensasi yang berbeda dan memiliki kelebihan
dibanding produk madu yang diproduksi pabrik, karena tanpa Bahan Tambahan
Pangan (BTP) dan tidak diolah.
4.1.1 Visi dan Misi Sarang Madu Murni
Pada dasarnya visi dan misi Sarang Madu Murni belum ada secara tertulis,
tetapi diucapkan saat wawancara oleh pemilik usaha. Visi Sarang Madu Murni,
85
yaitu “Mengedukasi masyarakat Indonesia untuk mengetahui lebih dalam tentang
manfaat dan kualitas madu Indonesia”, dan misi Sarang Madu Murni, yaitu:
a. Mensejahterakan peternak madu Indonesia
b. Mengangkat citra madu Indonesia
c. Menyehatkan masyarakat Indonesia
4.1.2 Kebijakan Sarang Madu Murni
Sarang Madu Murni yang merupakan usaha berskala kecil karena masih
berupa industri rumah tangga dan hanya memiliki enam orang pegawai, telah
memiliki kebijakan walaupun belum tertulis. Kebijakan yang diterapkan Sarang
Madu Murni yaitu:
a. Menjual madu asli dari peternak lebah di Indonesia
b. Pegawai dan ruangan packaging harus bersih dan rapi
c. Pegawai harus disiplin
d. Bertanggungjawab dan menelusuri penyebab complain dari konsumen.
4.2 Struktur Organisasi Perusahaan
Data hasil wawancara menunjukkan bahwa usaha Sarang Madu Murni
merupakan usaha dengan lingkup yang sangat kecil. Para pegawainya berasal dari
keluarga dan tetangga sekitar rumah, yang terdiri dari enam perempuan. Tiga
pegawai sebagai tim penerimaan bahan baku dan packaging dan tiga orang lainnya
sebagai tim pengelolaan media sosial. Pada usaha Sarang Madu Murni, pimpinan
usaha berkontribusi di kedua tim tersebut, dan berikut merupakan gambar struktur
organisasi usaha Sarang Madu Murni yang tersaji pada Gambar 10.
86
Gambar 10. Struktur Organisasi Usaha Sarang Madu Murni
Berdasarkan struktur organisasi pada Gambar 10, terlihat bahwa pimpinan
usaha hampir berada di setiap lini job holder. Pemimpin usaha memandang, usaha
masih dapat ditangani oleh dirinya dan pegawai yang ada. Pada usaha Sarang Madu
Murni terdapat dua tim, yaitu tim penerimaan bahan baku dan pengemasan serta
pengelolaan media sosial. Masing-masing tim memiliki job holder yang berbeda.
Berikut merupakan rincian masing-masing job holder dalam tim.
4.2.1 Penerimaan Bahan Baku dan Pengemasan
Pada tim penerimaan bahan baku terdapat beberapa job holder, yaitu
penerimaan bahan baku, pengemasan sarang madu, pengemasan madu peras dan
pengemasan keseluruhan. Berikut merupakan rincian masing-masing job holder
dalam tim penerimaan bahan baku dan pengemasan.
a. Penerimaan Bahan Baku
Job holder penerimaan bahan baku dilakukan oleh pimpinan usaha, yaitu
Winda Anggraini. Pimpinan usaha menjemput bahan baku dari bus malam yang
membawa bahan baku produk dengan menggunakan mobil. Setelah pimpinan usaha
87
menerima bahan baku dan dilakukan pengecekan, maka bahan baku akan dibawa
ke tempat penyimpanan.
b. Pengemasan Sarang Madu
Pengemasan sarang madu dimulai dari pemotongan sarang madu.
Pemotongan sarang madu menggunakan pisau dan spatula. Sarang madu yang
sudah dipotong, dimasukkan dalam plastik bening food grade dan ditimbang sesuai
ukuran produk yang dijual, yaitu dengan berat bersih 200 gram, 400 gram dan 900
gram. Setelah itu, plastik bening food grade yang berisi sarang madu divakum. Pada
saat proses pemotongan madu, pegawai harus menggunakan masker dan penutup
kepala, untuk menghindari adanya kontaminasi. Setelah itu, sarang madu
dimasukkan kedalam kemasan box putih. Pengemasan sarang madu dilakukan oleh
ibu Ida.
c. Pengemasan Madu Peras
Pengemasan madu peras dimulai dari memasukkan madu kedalam jar yang
ukurannya berbeda-beda dengan menggunakan corong. Setelah itu, jar ditutup dan
kemasan luar jar dibungkus dengan plastik dan kemudian disegel. Pengemasan
madu peras dilakukan oleh Ibu Ijah.
d. Pengemasan
Pengemasan keseluruhan untuk siap dikirim, dilakukan oleh ibu Anggit.
Semua produk yang akan dikirimkan, dilindungi dengan cara melapisinya dengan
bubble wrap. Tujuan produk dilapisi dengan menggunakan bubble wrap agar
produk aman ketika dalam pengiriman. Produk yang telah dilapisi bubble wrap
kemudian dimasukkan kedalam totte bag yang terbuat dari kertas berwarna cokelat.
88
4.2.2 Pengelolaan Media Sosial
Pada tim pengelolaan media sosial, terdiri dari beberapa job holder, yaitu
admin Instagram, content creator, evaluator, admin Whatsapp, message creator,
admin Line, decision maker, dan order handler. Berikut merupakan rincian masing-
masing job holder dalam tim pengelolaan media sosial.
a. Admin Instagram
Job holder sebagai admin Instagram dilakukan oleh Dian Rosita. Tugas
admin Instagram adalah mengunggah konten gambar atau video, mengunggah
ulasan dari konsumen, dan membalas pesan dari calon konsumen.
b. Content Creator
Job holder sebagai content creator dilakukan oleh Dian Rosita. Tugas content
creator adalah membuat konten, baik berupa gambar atau video. Hal yang paling
penting dalam membuat konten adalah mendapatkan ide agar dapat membuat
koonten yang tidak membosankan dan dapat menarik perhatian calon konsumen.
c. Evaluator
Job holder sebagai evaluator dilakukan oleh Dian Rosita dan Winda
Anggraini. Tugas evaluator adalah mengevaluasi respon yang diberikan calon
konsumen maupun konsumen di Instagram. Evaluasi dilakukan jika like yang
didapat sedikit dan jika terdapat komentar negatif.
d. Admin Whatsapp
Job holder sebagai admin Whatsapp dilakukan oleh Nita Anggraini. Tugas
admin Instagram adalah membalas pesan dari calon konsumen yang berisi pesanan
produk Sarang Madu Murni maupun complain.
89
e. Message Creator
Job holder sebagai message creator dilakukan oleh Winda Anggraini. Tugas
message creator adalah membuat pesan, informasi, maupun tagline yang menarik
untuk dapat menarik perhatian calon konsumen.
f. Admin Line
Job holder sebagai admin Line dilakukan oleh Afrillia Lestari. Tugas admin
Line sama seperti admin Whatsapp, yaitu membalas pesan yang berisi pesanan dari
calon konsumen dan complain.
g. Decision Maker
Job holder sebagai decision maker dilakukan oleh Dian Rosita dan Winda
Anggraini. Tugas decision maker adalah membuat keputusan. Membuat keputusan
apakah konten atau message akan diunggah atau tidak.
h. Handler Order
Job holder sebagai handler order dilakukan oleh Nita Anggraini dan Afrillia
Lestari. Tugas handler order adalah menangani pemesanan produk Sarang Madu
Murni dan melakukan pencatatan pesanan.
4.3 Produk Sarang Madu Murni
Produk yang dijual oleh Sarang Madu Murni adalah Madu Peras Melifera,
Cerana dan Kaliandra dengan kemasan 150 ml dan 330 ml, Madu Peras Paket 3 in
1 dengan kemasan 100 ml, dan Honey Funny (campuran madu murni peras dengan
potongan sarang madu murni) dengan kemasan 235 ml, Sarang Madu Murni Cerana
dan Melifera dengan kemasan 200 gr, 400 gr, dan 900 gr serta masker madu.
90
Berikut merupakan gambar produk Sarang Madu Murni yang terlampir pada
Gambar 11.
Gambar 11. Produk-Produk Sarang Madu Murni
Produk yang dijual Sarang Madu Murni tidak diproduksi sendiri. Madu dan
sarang madu dipasok dari seorang peternak lebah sekaligus pengepul madu yang
berada di Jawa Timur. Persediaan madu yang akan dijual tergantung pada hasil
panen peternak lebah tersebut. Proses pengiriman madu dan sarang madu dari Jawa
Timur dilakukan dengan menggunakan bus malam. Peternak hanya memastikan
madu sudah berada dalam bus dan berangkat dari terminal asal, yang kemudian
diinformasikan kepada pihak Sarang Madu Murni.
Pihak Sarang Madu Murni dan peternak sudah bekerjasama dengan supir bus
malam. Pihak Sarang Madu Murni akan melakukan perjanjian dengan supir bus
malam mengenai tempat penjemputan dan jam berapa madu peras dan sarang madu
akan diambil. Pengiriman sarang madu menggunakan kemasan box yang kemudian
disusun di dalam kardus besar, sedangkan untuk madu peras menggunakan jeriken.
Pengiriman menggunakan bus malam karena menurut pimpinan usaha jika
menggunakan jasa ekspedisi, produk tidak aman. Kondisi sarang madu yang rapuh
membutuhkan penanganan khusus saat di perjalanan, yang terkadang penanganan
tersebut diabaikan oleh petugas jasa ekspedisi. Pihak jasa ekspedisi terkadang
91
melempar produk atau menumpuk barang melebihi kapasitas sehingga sarang madu
menjadi rusak dan sarangnya berubah menjadi cairan madu.
4.4 Pengelolaan dan Alur Proses Usaha Sarang Madu Murni
Pengelolaan usaha Sarang Madu Murni dimulai dari pengiriman madu oleh
pemasok madu dan sarang madu yang berada di Jawa Timur sampai dengan
pengiriman produk ke konsumen. Berdasarkan data hasil wawancara, peneliti
membuat bagan alur proses usaha Sarang Madu Murni yang tersaji pada Gambar
12.
Gambar 12. Alur Proses Usaha Sarang Madu Murni
92
Berdasarkan Gambar 12, pengelolaan dan alur proses usaha Sarang Madu
Murni dimulai dari panen madu dan sarang madu sampai proses pengiriman.
Berikut rincian pengelolaan dan alur proses usaha Sarang Madu Murni.
a. Pemasok Madu dan Sarang Madu
Proses awal pengelolaan dan alur proses usaha Sarang Madu Murni adalah
madu dan sarang madu dari pemasok yang berasal dari kerjasama dengan peternak
lebah di Jawa Timur. Standar madu yang menjadi persyaratan kepada pemasok
adalah madu yang dihasilkan berasal dari lebah yang benar-benar berpakan nektar
bunga tanpa dipancing dengan gula, karena akan mempengaruhi kualitas rasa,
warna dan manfaatnya. Madu asli memiliki aroma khas madu yang tidak ada pada
produk madu olahan pabrik.
b. Pengiriman Madu dan Sarang Madu
Pemilik usaha Sarang Madu Murni tidak melakukan perencaan pembelian
karena hasil madu peras dan sarang madu bergantung dari hasil panen. Madu dan
sarang madu hasil panen dikirim dengan menggunakan bus malam dari Jawa Timur
sampai ke tempat yang telah disepakati dengan pihak Sarang Madu Murni.
c. Penerimaan Madu dan Sarang Madu
Penerimaan madu dan sarang madu dilakukan di tempat dan pada waktu yang
telah disepakati oleh supir bus malam dengan pihak Sarang Madu Murni.
d. Pengecekan
Setelah pihak Sarang Madu Murni menerima madu dan sarang madu,
dilakukan pengecekan kondisi madu dan sarang madu. Pengecekan sarang madu
hanya dilakukan secara visual, yaitu dengan melihat apakah terdapat sarang madu
93
yang rusak atau tidak. Sampai saat ini jarang terjadi kerusakan sarang madu ketika
pengiriman dilakukan dengan menggunakan bus malam.
e. Penyortiran
Jika terdapat sarang madu yang rusak (rapuh), maka akan dilakukan
penyortiran. Sarang madu yang rusak (rapuh) akan diambil cairan madunya untuk
dijadikan madu peras, sehingga masih dapat dijual.
f. Penyimpanan
Setelah dilakukan penyortiran, sarang madu yang diletakkan di dalam box
kemudian disusun pada rak bertingkat dan madu peras dalam jeriken diletakkan
disamping rak. Ruang penyimpanan dan packaging berada pada ruangan yang
sama, untuk memudahkan proses packaging madu peras dan sarang madu. Tidak
terdapat perlakuan khusus pada tahap penyimpanan sarang madu dan madu peras.
Sarang madu dan mau peras hanya disimpan pada wadah yang tertutup rapat pada
suhu ruang
g. Pemesanan
Sebelum konsumen melakukan pemesanan, admin Instagram akan
memberitahukan persediaan madu peras dan sarang madu yang ada. Konsumen
yang telah mengetahui persediaan produk, kemudian melakukan pemesanan
melalui Instagram, Whatsapp, atau Line.
h. Pengemasan
Sarang madu dikemas dalam plastik transparan food grade, kemudian
divakum agar tidak terdapat udara yang masuk. Selanjutnya sarang madu yang telah
divakum dimasukkan ke dalam box putih, lalu dilapisi menggunakan wrap bubble,
94
dan terakhir dimasukkan ke dalam totte bag cokelat. Madu peras dikemas dengan
cara dimasukkan ke dalam jar kaca kemudian ditutup rapat dan disegel, agar udara
tidak masuk dan madu tidak tumpah. Setelah produk madu peras disegel, kemudian
dimasukkan ke dalam totte bag cokelat, dan siap dikirim.
i. Pengiriman
Pengiriman produk Sarang Madu Murni dilakukan dengan menggunakan jasa
ekspedisi. Pengiriman produk Sarang Madu Murni sudah mencapai beberapa
daerah hampir di seluruh Indonesia.
4.5 Pemasaran Sarang Madu Murni
Sarang Madu Murni memanfaatkan media sosial untuk memasarkan
produknya. Sampai saat ini, Sarang Madu Murni tidak memiliki toko dan hanya
fokus melakukan penjualan melalui media sosial. Sarang Madu Murni
menggunakan media sosial Facebook, Twitter, dan Instagram, namun yang paling
aktif adalah Instagram. Pemilik usaha menyatakan kelebihan penggunaan media
sosial untuk pemasaran berasal dari like dan komentar positif yang diberikan
netizen yang telah menjadi konsumen Sarang Madu Murni.
Konsumen memberikan ulasan tentang produk Sarang Madu Murni di
Instagramnya dan kemudian diunggah kembali oleh Sarang Madu Murni.
Banyaknya jumlah like dan komentar positif pada Instagram Sarang Madu Murni,
membuat calon konsumen lainnya semakin yakin untuk melakukan pembelian.
Keunggulan lain dalam melakukan pemasaran melalui media sosial adalah
95
fleksibel, dapat menjangkau pasar yang lebih luas, biaya promosi yang murah dan
tanpa batas waktu.
Selain memiliki keunggulan, pemasaran melalui media sosial juga memiliki
kelemahan yaitu pada awal penjualan. Sarang Madu Murni harus dapat meyakinkan
calon konsumen bahwa produknya asli dan berkualitas. Kelemahan lainnya adalah
terdapat beberapa konsumen yang mengeluh karena pesannya yang terkadang
mendapatkan respon yang lambat, karena banyaknya pesan yang masuk pada
Instagram, Line dan Whatsapp.
Sarang Madu Murni dalam memasarkan produknya memiliki kebijakan
pemasaran, yaitu sistem retur untuk barang yang pecah untuk produk madu peras.
Produk sarang madu sangat rentan rusak sehingga saat akan dikirim, dibuat invoice
yang berisi kesepakatan dan penjelasan produk. Jika produk yang diterima
konsumen dalam keadaan rusak, maka pihak Sarang Madu Murni akan
bertanggungjawab dan menelusuri penyebab kerusakan produk tersebut.
Sampai saat ini, salah satu cara Sarang Madu Murni untuk menambah omset
dan memperluas pasar adalah dengan menggunakan sistem endorse dan testimoni.
Sarang Madu Murni dalam memilih artis untuk melakukan endorse tidak
sembarangan, mereka akan melakukan observasi terlebih dahulu tentang artis
tersebut. Artis yang dipilih adalah artis terkenal yang masih aktif di entertainment
dan memiliki reputasi yang baik. Saat ini, artis yang telah dipercaya Sarang Madu
Murni untuk mengendorse produknya adalah Zaskia Adya Mecca dan Shireen
Sungkar.
96
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Responden
Responden pada penelitian ini adalah pengguna Instagram yang telah
memenuhi kriteria seperti yang terlampir pada Lampiran 1. Pengambilan data
penelitian dilakukan dengan menyebar kuesioner secara online kepada 100 orang
responden. Karakteristik responden diperlukan untuk mengidentifikasi konsumen-
konsumen yang pernah membeli produk Sarang Madu Murni. Karakteristik tersebut
meliputi usia, jenis kelamin, penghasilan, pekerjaan, pendidikan terakhir dan
domisili.
5.1.1 Usia
Berdasarkan hasil pengisian kuesioner online, diperoleh persentase usia
responden yang mengonsumsi produk Sarang Madu Murni seperti yang tersaji pada
Tabel 10.
Tabel 10. Klasifikasi Usia Responden
No Usia Jumlah Persentase (%)
1 17 – 29 tahun 71 71%
2 30 – 39 tahun 28 28%
3 40 – 50 tahun 1 1%
Total 100 100%
Berdasarkan Tabel 10, dapat diketahui bahwa usia responden terbanyak yaitu
71% terdapat pada rentang usia 19 – 29 tahun. Sejumlah 71 responden yang berusia
17 – 29 tahun terdiri dari 33 pelajar/mahasiswa, 5 wirausaha, 14 ibu rumah tangga,
4 pegawai negeri, dan 15 responden yang memiliki pekerjaan yang tidak tercantum
dalam kuesioner. Pada usia 30 – 39 tahun berjumlah 28 orang dengan persentase
97
28%, terdiri dari 10 ibu rumah tangga, 4 pegawai negeri, 6 wirausaha, dan 8
responden yang memiliki pekerjaan yang tidak tercantum dalam kuesioner. Usia
paling sedikit yang menjadi responden pada peneilitian ini adalah rentang usia 40 –
50 tahun yang hanya terdiri dari 1 orang yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga.
Mayoritas responden pada penelitian ini adalah konsumen yang berusia 17 –
29 tahun, hal ini sesuai dengan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia
(APJII) pada tahun 2017, yang menyatakan bahwa menurut hasil survei, komposisi
pengguna internet berdasar usia paling banyak adalah pengguna yang berusia
remaja sampai 34 tahun, sebesar 49.52%.
5.1.2 Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil pengisian kuesioner online, diperoleh persentase jenis
kelamin responden yang mengonsumsi produk Sarang Madu Murni tersaji pada
pada Tabel 11.
Tabel 11. Klasifikasi Jenis Kelamin Responden
No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)
1 Wanita 96 96%
2 Pria 4 4%
Total 100 100%
Berdasarkan Tabel 11, dapat diketahui bahwa jenis kelamin responden yang
paling banyak menjadi konsumen Sarang Madu Murni pada penelitian ini adalah
wanita dengan persentase 96% dan pria sebesar 4%. Sejumlah 96 responden wanita,
terdiri dari 26 ibu rumah tangga, 31 pelajar/mahasiswa, 7 pegawai negeri, 10
wirausaha, dan 22 responden yang pekerjaannya tidak tercantum dalam kuesioner.
Responden pria pada penelitian ini terdiri dari 1 pegawai negeri, 1 wirausaha, 1
pelajar/mahasiswa, dan 1 responden yang pekerjaannya tidak tercantum dalam
98
kuesioner. Responden penelitian Konsumen Sarang Madu Murni yang mayoritas
perempuan disebabkan karena perempuan lebih tertarik berbelanja dan didukung
dengan banyaknya ibu rumah tangga yang membeli produk Sarang Madu Murni
untuk konsumsi keluarga.
5.1.3 Penghasilan
Berdasarkan hasil pengisian kuesioner online, diperoleh persentase
penghasilan responden yang mengonsumsi Sarang Madu Murni tersaji pada Tabel
12.
Tabel 12. Klasifikasi Penghasilan Responden
No Penghasilan Jumlah Persentase (%)
1 Rp 1.500.000 – Rp 3.000.000 34 34%
2 Rp 3.000.000 – Rp 5.000.000 57 57%
3 >Rp 5.000.000 9 9%
Total 100 100%
Berdasarkan Tabel 12, dapat diketahui bahwa penghasilan konsumen Sarang
Madu Murni pada penelitian ini memiliki persentase paling tinggi, yaitu 52%
dengan rentang penghasilan Rp 3.000.000 – Rp 5.000.000/bulan. Pada urutan kedua
dengan persentase 41% adalah responden memiliki penghasilan dengan rentan Rp
1.500.000 – Rp 3.000.000/bulan, dan 7% responden berpenghasilan lebih dari Rp
5.000.000/bulan. Penghasilan dalam penelitian ini, dapat berasal dari uang saku,
upah, gaji dan lain-lain dalam satu bulan.
Responden yang memiliki penghasilan dengan rentan Rp 1.500.000 – Rp
3.000.000/bulan terdiri dari 31 pelajar/mahasiswa dan 3 responden yang memiliki
pekerjaan yang tidak tercantum dalam kuesioner. Responden yang memiliki
penghasilan dengan rentan Rp 3.000.000 – Rp 5.000.000/bulan terdiri dari 8
99
pegawai negeri, 23 ibu rumah tangga, 19 responden yang memiliki pekerjaan yang
tidak tercantum dalam kuesioner, 6 wirausaha, dan 1 pelajar/mahasiswa.
Responden yang memiliki penghasilan > Rp 5.000.000/bulan terdiri dari 3 ibu
rumah tangga, 5 wirausaha, dan 1 responden yang memiliki pekerjaan yang tidak
tercantum dalam kuesioner.
Mayoritas penghasilan responden pada penelitian ini adalah Rp 3.000.000 –
Rp 5.000.000/bulan, hal tersebut dikarenakan rata-rata pengguna internet
berdasarkan level ekonomi terbesar kedua adalah strata ekonomi sosial menengah
bagian atas, yaitu sebesar 82.95% menurut data Asosiasi Penyelenggara Internet
Indonesia (APJII) pada tahun 2017.
5.1.4 Pekerjaan
Berdasarkan hasil pengisian kuesioner online, diperoleh persentase pekerjaan
responden yang mengonsumsi Sarang Madu Murni tersaji pada Tabel 13.
Tabel 13. Klasifikasi Pekerjaan Responden
No Pekerjaan Jumlah Persentase (%)
1 Ibu Rumah Tangga 26 26%
2 Pelajar/Mahasiswa 32 32%
3 Pegawai Negeri 8 8%
4 Wirausaha 11 11%
5 Lainnya 23 23%
Total 100 100%
Berdasarkan Tabel 13, dapat diketahui bahwa pelajar/mahasiswa merupakan
konsumen yang paling dominan pada penelitian ini, dengan persentase sebesar
32%. Konsumen yang merupakan pelajar/mahasiswa terdiri dari 31 orang yang
memiliki penghasilan Rp. 1.500.000 – Rp 3.000.000/bulan dan 1 orang dengan
pengahasilan Rp 3.000.000 – Rp. 5.000.000/bulan. Penghasilan para pelajar dan
100
mahasiswa tersebut dapat berasal dari uang saku orang tua atau upah sebagai
pekerja lepas (freelance).
Konsumen Sarang Madu Murni yang merupakan ibu rumah tangga pada
penelitian ini memiliki persentase sebesar 26%. Sejumlah 26 konsumen Sarang
Madu Murni yang merupakan ibu rumah tangga, terdiri dari 23 orang dengan
penghasilan Rp 3.000.000 – Rp 5.000.000/bulan dan 3 orang dengan penghasilan >
Rp 5.000.000/bulan. Konsumen Sarang Madu Murni yang memiliki pekerjaan
selain yang tercancum dalam kuesioner memiliki persentase sebesar 23%. Sejumlah
23 konsumen Sarang Madu Murni tersebut, terdiri dari 19 orang dengan
penghasilan Rp 3.000.000 – Rp 5.000.000/bulan, 3 orang dengan penghasilan Rp
1.500.000 – Rp 3.000.000/bulan, dan 1 orang dengan penghasilan > Rp
5.000.000/bulan.
Konsumen Sarang Madu Murni yang berprofesi sebagai wirausaha pada
penelitian ini memiliki persentase sebesar 11%. Sejumlah 11 konsumen Sarang
Madu Murni yang merupakan wirausaha, terdiri dari 6 orang dengan penghasilan
Rp 3.000.000 – Rp 5.000.000 dan 5 orang dengan penghasilan > Rp 5.000.000.
Konsumen Sarang Madu Murni yang berprofesi sebagai pegawai negeri pada
penelitian ini memiliki persentase sebesar 8%. Sejumlah 8 konsumen Sarang Madu
Murni yang merupakan pegawai negeri memiliki penghasilan sebesar Rp 3.000.000
– Rp 5.000.000/bulan. Mayoritas pekerjaan responden adalah pelajar atau
mahasiswa, hal tersebut sesuai fenomena saat ini, dimana pengguna aktif media
sosial paling banyak adalah remaja yang mengacu pada data Asosiasi
Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2017.
101
5.1.5 Pendidikan Terakhir
Berdasarkan hasil pengisian kuesioner online, diperoleh persentase
pendidikan terakhir responden yang mengonsumsi Sarang Madu Murni tersaji pada
Tabel 14.
Tabel 14. Klasifikasi Pendidikan Terakhir Responden
No Pendidikan Terakhir Jumlah Persentase (%)
1 SMP 6 6%
2 SMA 42 42%
3 D3 36 36%
4 S1 16 16%
Total 100 100%
Berdasarkan Tabel 14, dapat diketahui persentase konsumen Sarang Madu
Murni dengan pendidikan terakhir paling banyak adalah SMA, yaitu sebesar 42%.
Sejumlah 42 konsumen Sarang Madu Murni dengan pendidikan terakhir SMA, saat
ini berprofesi sebagai wirausaha sebanyak 3 orang, 23 sebagai mahasiswa, ibu
rumah tangga sebanyak 11 orang dan pekerjaan lain yang tidak tercantum dalam
kuesioner sebanyak 5 orang.
Persentase konsumen Sarang Madu Murni dengan pendidikan D3, yaitu
sebesar 36%. Sejumlah 36 konsumen Sarang Madu Murni dengan pendidikan
terakhir D3, saat ini berprofesi sebagai wirausaha sebanyak 6 orang, mahasiswa
sebanyak 2 orang, pegawai negeri sebanyak 5 orang, ibu rumah tangga sebanyak
13 orang, dan pekerjaan lain yang tidak tercantum dalam kuesioner sebanyak 10
orang.
Persentase konsumen Sarang Madu Murni dengan pendidikan terakhir S1,
yaitu sebesar 16%. Sejumlah 16 konsumen Sarang Madu Murni dengan pendidikan
terakhir S1, saat ini berprofesi sebagai wirausaha sebanyak 2 orang, mahasiswa
102
sebanyak 1 orang, pegawai negeri sebanyak 3 orang, ibu rumah tangga 2 orang, dan
pekerjaan lain yang tidak tercantum dalam kuesioner sebanyak 8 orang. Persentase
konsumen Sarang Madu Murni paling rendah adalah konsumen dengan pendidikan
terakhir SMP, yaitu sebesar 6%. Sejumlah 6 konsumen Sarang Madu Murni dengan
pendidikan terakhir SMP, saat ini berprofesi sebagai pelajar SMA. Mayoritas
responden pada penelitian ini berpendidikan akhir SMA, hal tersebut sesuai dengan
data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada tahun 2017, yang
menyatakan bahwa penetrasi pengguna internet berdasar tingkat pendidikan
terakhir tertinggi ketiga adalah SMA/MA, sebesar 70.54%.
5.1.6 Domisili
Berdasarkan hasil pengisian kuesioner online, diperoleh persentase
pendidikan terakhir responden yang mengonsumsi Sarang Madu Murni tersaji pada
Tabel 15.
Tabel 15. Klasifikasi Domisili Responden
No Domisili Jumlah Persentase (%)
1 Jabodetabek 58 58%
2 Luar Jabodetabek 42 42%
Total 100 100%
Berdasarkan Tabel 15, dapat diketahui bahwa konsumen Sarang Madu Murni
yang menjadi responden pada penelitian ini, paling banyak berdomisi di
Jabodetabek. Konsumen Sarang Madu Murni yang berdomisili di Jabodetabek
memiliki persentase sebesar 58%. Selain memiliki konsumen yang berdomisili di
Jabodetabek, Sarang Madu Murni juga memiliki konsumen yang berada di luar
Jabodetabek, dengan persentase 42%. Selisih responden Jabodetabek dengan luar
Jabodetabek tidak terlalu signifikan, karena Sarang Madu Murni sudah dapat
103
menjangkau hampir seluruh wilayah di Indonesia, dengan kemudahan pengiriman
yang menggunakan jasa ekspedisi.
5.2 Validasi Model
Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas instrumen, dari 49 pernyataan
kuesioner, terdapat 46 pernyataan kuesioner yang valid. Pemodelan persamaan
struktural dengan pendekatan PLS (Partial Least Square) harus memenuhi validasi
model. Uji validasi model tersebut dilakukan agar model yang dibentuk merupakan
model yang baik untuk dianalisis pada tahap selanjutya. Model evaluasi PLS
dilakukan dengan menilai outer model dan inner model. Evaluasi pengukuran
model (outer model) dilakukan untuk menilai validitas dan reliabilitas model.
Evaluasi model pengukuran (inner model) bertujuan untuk memprediksi hubungan
antar variabel laten (Latan dan Ghozali, 2014:73). Validasi model pada penelitian
ini terdiri dari validasi model formatif dan model reflektif.
5.2.1 Validasi Model Formatif
Model yang bersifat formatif pada penelitian ini adalah variabel eksogen yang
terdiri dari dua variabel, yaitu variabel media sosial dan electronic word of mouth.
Evaluasi model pengukuran dilakukan dengan melihat signifikansi weight-nya,
sehingga uji validitas dan reliabilitas tidak diperlukan. Signifikansi weight
didapatkan melalui prosedur resampling, yang pada penelitian ini menggunakan
bootstrapping.
Uji multikolinearitas untuk konstruk formatif mutlak diperlukan dengan
menghitung nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan lawannya Tolerance.
104
Indikator tetap digunakan jika nilai signifikansi weight T-Statistics > 1.96 (tingkat
kepercayaan sebesar 95 persen). Parameter tidak dapat digunakan jika nilai T-
Statistics pada outer loading atau outer weight menunjukkan hasil yang tidak
signifikan (<1.96). Hasil validasi model formatif pada penelitian ini tersaji pada
Lampiran 5. Berdasarkan hasil validasi model, menyatakan bahwa terdapat enam
parameter yang tidak digunakan. Parameter tersebut, yaitu satu dari subvariabel
konteks (KTKS1), satu parameter dari subvariabel koneksi (KNKS2), dua dari
subvariabel intensitas (INTS2 dan INTS5), dan dua dari subvariabel valence of
opinion (VOOP2 dan VOOP3). Parameter tersebut tidak signifikan, karena hasil
nilai uji-t pada outer loading maupun outer weight tidak memenuhi kriteria.
Validasi model formatif juga melihat ada atau tidaknya kolinearitas antara
parameter pembentuk variabel eksogen dengan variabel endogen. Pada validasi
model formatif, untuk mengetahui ada atau tidaknya kolinearitas pada parameter,
diperlukan pengecekan kolinearitas melalui VIF (variance inflation factor). Nilai
VIF maksimum bernilai 10, menunjukkan bahwa validitas konstruk terdapat pada
parameter yang bersifat formatif. Jika nilai VIF lebih dari 10, maka parameter tidak
akan digunakan. Hasil perhitungan VIF pada penelitian ini tersaji pada Lampiran 5,
menyatakan tidak ada masalah kolinearitas pada model.
5.2.2 Validasi Model Reflektif
Validasi model reflektif merupakan validasi yang dilakukan untuk mengukur
validitas dan reliabilitas model yang bersifat reflektif. Pada penelitian ini variabel
yang bersifat reflektif adalah variabel endogen, yaitu keputusan pembelian yang
terdiri dari subvariabel pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi
105
alternatif, keputusan pembelian dan perilaku pasca pembelian. Validasi model
reflektif terdiri dari validitas konvergen, reliabilitas parameter, dan reliabilitas
komposit. Berikut merupakan hasil outer loading pengukuran reliabilitas parameter
yang tersaji pada Tabel 16.
Tabel 16. Hasil Awal Outer Loading
Indikator
Subvariabel
Pengenalan
Masalah
Pencarian
Informasi
Evaluasi
Alternatif
Keputusan
Pembelian
Perilaku
Pasca
Pembelian
PEMA1 0.550
PEMA2 -0.876
PEIN1 1.000
EVAL1 0.823
EVAL2 -0.993
KPPM1 0.211
KPPM2 0.656
KPPM3 0.668
KPPM4 0.752
KPPM5 0.511
KPPM6 0.738
PPEM1 0.802
PPEM2 0.537
PPEM3 0.707
Keterangan:
PEMAn : Parameter subvariabel pengenalan masalah ke-n
PEINn : Parameter subvariabel pencarian informasi ke-n
EVALn : Parameter subvariabel evaluasi alternative ke-n
KPPMn : Parameter subvariabel keputusan pembelian ke-n
PPEMn : Parameter subvariabel perilaku pasca pembelian ke-n
Berdasarkan Tabel 16 dapat diketahui hasil outer loading memiliki nilai yang
bervariasi dari parameter terhadap subvariabelnya. Model dapat dikatakan memiliki
106
reliabilitas parameter apabila memiliki nilai outer loading lebih dari 0.6.
Berdasarkan hasil outer loading pada Tabel 16, terdapat beberapa parameter yang
nilai outer loadingnya tidak mencapai 0.6, sehingga harus dikeluarkan dari
perhitungan secara bertahap, dimulai dari yang terkecil sehingga didapatkan model
yang memiliki reliabilitas parameter yang valid. Penetapan nilai outer loading
sebesar 0.6 berdasarkan teori Ghozali dan Latan (2014:76-77). Setelah parameter
dihilangkan secara bertahap mulai dari yang terkecil, maka didapat hasil parameter
yang lolos uji, yaitu parameter dengan kode PEMA2, PEIN1, EVAL1, KPPM2,
KPPM3, KPPM4, KPPM6, PPEM1, dan PPEM3 Hasil akhir outer loading setelah
dilakukan perbaikan tersaji pada Tabel 17.
Tabel 17. Hasil Akhir Outer Loading
Indikator
Subvariabel
Pengenalan
Masalah
Pencarian
Informasi
Evaluasi
Alternatif
Keputusan
Pembelian
Perilaku
Pasca
Pembelian
PEMA1 1.000
PEMA2 Drop
PEIN1 1.000
EVAL1 1.000
EVAL2 Drop
KPPM1 Drop
KPPM2 0.733
KPPM3 0.710
KPPM4 0.730
KPPM5 Drop
KPPM6 0.728
PPEM1 0.777
PPEM2 Drop
PPEM3 0.791
107
Keterangan:
PEMAn : Parameter subvariabel pengenalan masalah ke-n
PEINn : Parameter subvariabel pencarian informasi ke-n
EVALn : Parameter subvariabel evaluasi alternative ke-n
KPPMn : Parameter subvariabel keputusan pembelian ke-n
PPEMn : Parameter subvariabel perilaku pasca pembelian ke-n
Parameter dikeluarkan secara bertahap, karena setiap parameter yang tidak
memenuhi syarat apabila dikeluarkan dapat menyebabkan nilai outer loading atau
nilai korelasi parameter lainnya bertambah. Berdasarkan hasil akhir nilai outer
loading pada Tabel 17 dapat dinyatakan bahwa dari 14 parameter dengan lima
subvariabel hanya tersisa 9 parameter. Parameter tersebut yang akan digunakan
pada akhir model, karena telah memenuhi syarat model yang valid menurut Ghozali
dan Latan (2014: 76-77), yaitu nilai outer loadingnya > 0.6.
Perhitungan selanjutnya adalah reliabilitas komposit. Perhitungan reliabilitas
komposit digunakan untuk mengetahui seberapa baik sebuah konstruk dapat diukur
oleh paremeter yang menyusunnya. Nilai reliabilitas komposit harus > 0.6.
Perhitungan validitas konvergen dapat dilihat dari nilai AVE (average variance
extract) atau nilai yang menyatakan ukuran konvergen dari suatu item atau
parameter yang mewakili konstruk. Model dapat dikatakan memiliki validitas
konvergen jika nilai AVE > 0.5. Nilai Cronbach’s Alpha yang dihasilkan oleh PLS
sedikit under estimate, sehingga lebih disarankan untuk menggunakan composite
reliability (Ghozali dan Latan, 2014:96). Hasil perhitungan reliabilitas komposit
dan validitas konvergen tersaji pada tabel 18.
108
Tabel 18. Hasil Uji Validitas Komposit
Subvariabel AVE Composite Reliability
Pengenalan Masalah 1.000 1.000
Pencarian Informasi 1.000 1.000
Evaluasi Alternatif 1.000 1.000
Keputusan Pembelian 0.526 0.816
Perilaku Pasca Pembelian 0.615 0.761
Berdasarkan Tabel 18, nilai AVE dan reliabilitas komposit telah memenuhi
kriteria yang telah ditentukan karena memiliki nilai AVE > 0.5 dan composite
reliability > 0.6. Model tersebut didapatkan setelah parameter dengan nilai outer
loading < 0.6 dihilangkan. Pengujian validitas diskriminan dapat dilakukan dengan
cara membandingkan nilai akar dari nilai AVE dengan korelasi antar konstruk
lainnya dalam model (Ghozali dan Latan, 2014: 74). Pengujian pada tahapan ini
menyatakan bahwa model telah memenuhi validitas diskriminan, seperti yang
tersaji pada Tabel 19.
Tabel 19. Pengukuran Validitas Diskriminan
Subvariabel Evaluasi
Alternatif
Keputusan
Pembelian
Pencarian
Informasi
Pengenalan
Masalah
Perilaku
Pasca
Pembelian
Evaluasi
Alternatif 1.000
Keputusan
Pembelian
-0.017 0.725
Pencarian
Informasi
0.039 0.492 1.000
Pengenalan
Masalah
0.060 0.715 0.098 1.000
Perilaku
Pasca
Pembelian
0.112 0.550 0.403 0.137 0.784
Nilai yang dicetak tebal pada posisi diagonal pada Tabel 19 adalah nilai akar
kuadrat AVE dan nilai dibawahnya adalah korelasi antar konstruk. Berdasarkan
109
Tabel 19 terlihat bahwa nilai akar kuadrat AVE semua subvariabel lebih tinggi
daripada nilai korelasi antar kosntruk, yaitu evaluasi alternatif < 1.000, keputusan
pembelian < 0.725, pencarian informasi < 1.000, pengenalan masalah < 1.000 dan
perilaku pasca pembelian < 0.784, sehingga dapat disimpulkan bahwa model valid
karena telah memenuhi validitas diskriminan.
Pengujian validitas model dengan empat kriteria tersebut telah menghasilkan
model yang valid. Model yang valid tersebut dihasilkan dengan cara membuang
lima parameter yang tidak memenuhi kriteria validitas model menurut Ghozali dan
Latan. Parameter yang dibuang berasal dari subvariabel pengenalan masalah
sebanyak satu parameter (PEMA2), subvariabel evaluasi alternatif satu parameter
(EVAL2), subvariabel keputusan pembelian sebanyak dua parameter (KPPM1 dan
KPPM5), dan subvariabel perilaku pasca pembelian sebanyak satu parameter
(PPEM2). Hasil akhir pada model reflektif ini menghasilkan 9 parameter, yaitu
.PEMA1, PEIN1, EVAL2, KPPM1, KPPM5, dan PPEM2.
5.3 Model Akhir Penelitian
Model akhir penelitian merupakan model yang telah dilakukan evaluasi
terhadap parameter-parameter yang digunakan. Beberapa parameter pada model
penelitian harus dibuang atau tidak digunakan kembali, karena tidak sesuai dengan
kriteria evaluasi model. Apabila parameter yang tidak memenuhi kriteria evaluasi
model tetap digunakan, maka akan berdampak model yang dihasilkan tidak baik
karena tidak valid.
110
Berdasarkan hasil akhir evaluasi, menghasilkan 34 parameter yang lolos
pengujian evaluasi model, baik itu formatif maupun reflektif. Model akhir
penelitian dapat menginformasikan hasil akhir dari perhitungan statistika yang
menggunakan software SmartPLS 3.0. Hasil yang terdapat pada model dapat
menginformasikan hubungan inner model. Model awal penelitian tersaji pada
Gambar 6. Model akhir penelitian tersaji pada Gambar 13 dan model akhir statistik
dengan angka yang didapatkan dari pengolahan data tersaji pada Gambar 14. Hasil
pengolahan data menggunakan software SmartPLS 3.0 tersaji pada Lampiran 6.
111
Gambar 13. Model Akhir Penelitian
X1
112
Gambar 14. Model Akhir Statistik Penelitian
113
Berdasarkan Gambar 6 dan Gambar 13, terdapat perbedaan diantara kedua
gambar tersebut, yaitu hilangnya beberapa parameter. Parameter-parameter tersebut
dihilangkan secara bertahap sehingga tidak digunakan dalam model akhir
penelitian. Parameter-parameter tersebut dihilangkan karena tidak memenuhi
kriteria model yang valid, dilihat dari hasil evaluasi model pengukuran (outer
model). Evaluasi model pengukuran (outer model) dilakukan untuk menilai
validitas dan reliabilitas model. Evaluasi model pada SEM-PLS terdiri dari dua,
yaitu outer model formatif yang pada penelitian ini adalah media sosial dan
electronic word of mouth, dan outer model reflektif, yaitu keputusan pembelian.
Kriteria model yang valid menurut Ghozali dan Latan (2014: 76-77), yaitu nilai
outer loading atau outer weight > 1.65 dan nilai VIF < 10 untuk model formatif dan
outer loading > 0.60, AVE > 0.50, akar kuadrat AVE > korelasi antar konstruk,
Cronbach’s alpha > 0.60, composite reliability > 0.60 untuk model reflektif.
Berdasarkan Gambar 14, dapat diketahui hasil perhitungan evaluasi model
struktural (inner model). Inner model merupakan model untuk mengetahui apakah
terdapat pengaruh antara variabel laten eksogen dengan variabel laten endogen.
Berdasarkan Gambar 14, dapat dilihat koefisien jalur pada inner model yang
merupakan nilai dari koefisien regresi. Persamaan pada inner model tersebut
adalah:
ɳ = 0.338ξ1 + 0.510ξ2 + 0.092
Persamaan pada inner model menyatakan bahwa variabel ξ1 (media sosial) ξ2
(electronic word of mouth) memiliki pengaruh terhadap variabel ɳ, yaitu keputusan
pembelian. Variabel media sosial dan electronic word of mouth memiliki pengaruh
114
terhadap keputusan pembelian karena telah memenuhi syarat. Syarat hipotesis
diterima adalah nilai t-hitung harus lebih besar dari nilai t tabel (1.96) pada taraf
signifikansi 5%. Nilai t-hitung variabel media sosial (ξ1) sebesar 2.745 dan t-hitung
variabel electronic word of mouth (ξ2) sebesar 4.239 (> 1.96).
T-hitung variabel media sosial (ξ1) memiliki nilai t-hitung yang lebih besar
dari nilai t-tabel (taraf signifikansi 5%), yaitu 2.745 > 1.96, yang artinya bahwa H0
ditolak dan hipotesis yang diterima adalah Ha yaitu “Terdapat pengaruh media
sosial terhadap keputusan pembelian produk Sarang Madu Murni”. T-hitung
variabel electronic word of mouth (ξ2) memiliki nilai t-hitung yang lebih besar dari
nilai t-tabel (taraf signifikansi 5%), yaitu 4.239 > 1.96, yang artinya bahwa H0
ditolak dan hipotesis yang diterima adalah Ha yaitu “Terdapat pengaruh electronic
word of mouth terhadap keputusan pembelian produk Sarang Madu Murni”.
Inner model yang telah terbentuk (dari variabel-variabel eksogen) perlu
dilakukan uji fit model atau kesesuaian model. Pengukuran uji fit model dilakukan
dengan mencari nilai Q-square. Perhitungan nilai Q-square untuk menilai seberapa
baik observasi yang dihasilkan oleh model dan juga estimasi parameternya. Nilai
Q-square pada penelitian ini adalah 0.418 yang berarti model penelitian cukup baik
dan mampu mencerminkan realitas dan fenomena yang ada di lapangan, karena
memiliki nilai 0.418 (Q2 > 0).
Nilai 0.647 yang juga merupakan nilai R2 menunjukkan bahwa variasi
keputusan pembelian dapat dijelaskan oleh variabel media sosial dan electronic
word of mouth sebesar 64.7%, dan sisanya yaitu 35.3% dijelaskan oleh variabel lain
115
yang tidak terdapat dalam model penelitian. Peneliti hanya membatasi penggunaan
variabel sebanyak dua variabel saja.
Berdasarkan hasil analisis, nilai koefisien jalur variabel media sosial terhadap
variabel keputusan pembelian adalah sebesar 0.338 yang berarti media sosial
memiliki pengaruh sebesar 33.8% terhadap keputusan pembelian produk Sarang
Madu Murni. Media sosial memiliki pengaruh terhadap keputusan pembelian
karena media sosial saat ini telah menjadi wadah untuk melakukan kegiatan
berbelanja secara online. Semakin menarik, unik dan luasnya pemasaran produk
yang dilakukan melalui media sosial, maka semakin mudah pula khalayak
mengingat, mengenali dan bahkan membeli produk tersebut (Mulawarman dan
Nurfitri, 2017: 41).
Terdapatnya pengaruh media sosial terhadap keputusan pembelian sesuai
dengan pernyataan bahwa kelebihan media sosial yang dapat menyampaikan pesan
dalam gambar atau video dengan menarik memudahkan konsumen untuk
mengalami perubahan sikap yang berujung pada perilaku membeli sebuah produk.
Hal tersebut terjadi karena hasil dari proses tersebut tersimpan dalam ingatan
seseorang tentang suatu pesan tertentu yang kemudian dapat digunakan sebagai
basis untuk memproses persepsi, sikap, dan perilaku terkait keberadaan sebuah
produk (Mulawarman dan Nurfitri, 2017:41-42).
Berdasarkan hasil analisis, nilai koefisien jalur variabel electronic word of
mouth terhadap variabel keputusan pembelian adalah sebesar 0.510 yang berarti
bahwa electronic word of mouth memiliki pengaruh sebesar 51% terhadap
keputusan pembelian produk Sarang Madu murni. Electronic word of mouth yang
116
merupakan word of mouth berbentuk pesan digital berpengaruh terhadap keputusan
pembelian sesuai dengan pernyataan Pamungkas dan Siti (2016:151), yaitu
pembicaraan orang lain terhadap suatu produk menjadi bagian dari pertimbangan
konsumen untuk memilih suatu produk. Konsumen cenderung lebih mempercayai
penilaian dari orang lain dalam menilai sebuah produk dibandingkan iklan.
Sumardy dkk., dalam Pamungkas dan Siti (2016:151), menyatakan tidak peduli
perusahaan kecil atau besar, word of mouth communication tetap menjadi praktik
pemasaran yang paling mendominasi keputusan pembelian konsumen.
Pernyataan lain yang mendukung hasil penelitian ini bahwa electronic word
of mouth berpengaruh terhadap keputusan pembelian adalah Trusov dalam Indika
dan Jovita (2017:26) menyatakan bahwa electronic word of mouth dan iklan melalui
media sosial membantu pemasar dalam menarik konsumen dengan harga yang
rendah dan dalam hitungan waktu yang lebih cepat ditambah dengan review
konsumen yang membantu menarik konsumen lain.
5.4 Pengaruh Media Sosial terhadap Keputusan Pembelian Produk Sarang
Madu Murni
5.4.1 Model Akhir Variabel Media Sosial
Model akhir pada variabel laten media sosial mengalami perubahan.
Berdasarkan hasil uji validasi model formatif, dari 16 parameter, terdapat dua
parameter yang tidak valid, yaitu parameter dengan kode KTKS1 dan KNKS2,
sehingga hanya tersisa 14 parameter. Kedua parameter yang tidak valid tersebut
harus dihilangkan agar model menjadi valid. Berikut merupakan model pengukuran
117
variabel laten eksogen media sosial dengan simbol ξ1, yang ditentukan oleh empat
subvariabel dan 14 parameter yang tersaji pada Gambar 15.
Gambar 15. Model Akhir Statistik Variabel Laten Eksogen 1
Berdasarkan Gambar 15, dapat diketahui bahwa satu parameter pada
subvariabel konteks dan koneksi dihilangkan, yaitu parameter dengan kode KTKS1
dan KNKS2 sehingga jumlahnya berkurang. Parameter-parameter yang terdapat
pada Gambar 15 telah lolos uji validitas dan reliabilitas, dimana hasil akhirnya yaitu
terdapat empat parameter pada subvariabel konteks, enam parameter pada
subvariabel komunikasi, dua parameter pada subvariabel kolaborasi dan dua
parameter pada subvariabel koneksi.
118
Hasil akhir pada variabel media sosial adalah variabel media sosial
berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Berdasarkan hasil analisis diperoleh
koefisien parameter jalur antara pengaruh variabel media sosial terhadap keputusan
pembelian konsumen produk Sarang Madu Murni sebesar 0.338 dengan t-statistik
2.745 > 1.96 pada taraf signifikansi 5%. Hal ini berarti bahwa Ho ditolak dan
hipotesis yang diterima adalah Ha, yaitu “Terdapat pengaruh antara media sosial
dengan keputusan pembelian”. Pengaruh media sosial secara lengkap dijelaskan
berdasarkan satuan indikator yang menyusun variabel media sosial.
Berdasarkan hasil perhitungan algoritma melalui program SmartPLS 3.0
didapatkan persamaan antara variabel media sosial dengan subvariabel konteks,
komunikasi, kolaborasi dan koneksi, yaitu ξ1 = 0.129X1 + 0.463X2 + 0.329X3 +
0.284X4, + 0.124 dimana ξ1 adalah variabel eksogen 1, yaitu media sosial, X1 adalah
subvariabel konteks, X2 adalah subvariabel komunikasi, X3 adalah subvariabel
kolaborasi dan X4 adalah subvariabel koneksi. Angka-angka tersebut merupakan
nilai koefisien jalur.
Berdasarkan hasil perhitungan, maka dapat diketahui bahwa subvariabel
konteks memiliki pengaruh sebesar 12.9% terhadap variabel media sosial,
subvariabel komunikasi memiliki pengaruh sebesar 46.3% terhadap subvariabel
media sosial, subvariabel kolaborasi memiliki pengaruh sebesar 32.9% terhadap
variabel media sosial, dan subvariabel koneksi memiliki pengaruh sebesar 28.4%
terhadap variabel media sosial. Subvariabel yang memiliki pengaruh paling besar
terhadap variabel media sosial adalah komunikasi, dengan nilai sebesar 46.3%.
119
Subvariabel konteks, komunikasi, kolaborasi dan koneksi yang terdiri dari
masing-masing parameter, juga memiliki persamaan dengan subvariabelnya.
Persamaan tersebut merupakan nilai outer loading atau nilai korelasi dari parameter
terhadap subvariabelnya. Model bersifat formatif, dimana subvariabel dibentuk dari
parameter-parameter yang menyusunnya. Berikut persamaan antara subvariabel
konteks, komunikasi, kolaborasi dan koneksi.
X1= 0.345KTKS2 + 0.475KTKS3 + 0.240KTKS4 + 0.400KTKS5 + 0.117
X2= 0.155KMNK1 + 0.172KMNK2 + 0.319KMNK3 + 0.275KMNK4 +
0.119KMNK5 + 0.481KMNK6 + 0.160
X3 = 0.595KLBR1 + 0.577KLBR2 + 0.125
X4 = 0.883KNKS1 + 0.291KNKS3 + 0.103
Keterangan:
X1 = Subvariabel 1 (Konteks)
X2 = Subvariabel 2 (Komunikasi)
X3 = Subvariabel 3 (Kolaborasi)
X4 = Subvariabel 4 (Koneksi)
KTKSn = Parameter dari subvariabel konteks
KMNKn = Parameter dari subvariabel komunikasi
KLBRn = Parameter dari subvariabel kolaborasi
KNKSn = Parameter dari subvariabel koneksi
Masing-masing parameter memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap
subvariabel. Berikut merupakan rincian penjelasan pengaruh dari masing-masing
parameter terhadap subvariabel pada variabel media sosial.
120
5.4.2 Pengaruh Parameter terhadap Subvariabel
Model variabel media sosial sebagai variabel eksogen 1 terdiri dari empat
subvariabel dan 14 parameter. Keempat subvariabel tersebut adalah konteks,
komunikasi, kolaborasi dan koneksi yang peneliti gunakan berdasarkan teori yang
dikemukakan oleh Heuer dalam Solis (2010:263) dan kemudian oleh peneliti
dijadikan rujukan untuk mengambil keempat subvariabel tersebut. Berikut
merupakan rincian pengaruh masing-masing parameter terhadap subvariabel.
5.4.2.1 Subvariabel Konteks
Konteks merupakan sebuah tata bahasa, bentuk atau kerangka bagaimana
kita menyampaikan pesan kepada calon konsumen Sarang Madu Murni. Berikut
rincian hasil dari parameter pada subvariabel konteks.
a. Parameter Subvariabel Konteks 1 (KTKS2)
Bahasa yang digunakan oleh Sarang Madu Murni untuk memasarkan
produknya melalui media sosial Instagram harus dapat dimengerti calon konsumen.
Agar bahasa yang digunakan dapat dimengerti oleh calon konsumen, maka Sarang
Madu Murni menggunakan bahasa yang sesuai dengan EYD (Ejaan Yang
Disempurnakan). Konsumen menyetujui bahwa bahasa yang digunakan oleh
Sarang Madu Murni sesuai EYD (Ejaan Yang Disempurnakan).
Hasil tersebut dinyatakan dengan 84 responden yang menyatakan bahwa
bahasa yang digunakan Sarang Madu Murni sesuai dengan EYD (Ejaan Yang
Disempurnakan). Pernyataan tersebut terdapat pada parameter KTKS2 yang
diwakili oleh pernyataan dalam kuesioner yang berbunyi “Bahasa yang digunakan
Sarang Madu Murni di Instagram sesuai dengan EYD (Ejaan Yang
121
Disempurnakan)” dan memiliki pengaruh sebesar 34.5% terhadap subvariabel
konteks.
b. Parameter Subvariabel Konteks 2 (KTKS3)
Walaupun Sarang Madu Murni telah menggunakan bahasa yang sesuai EYD
(Ejaan Yang Disempurnakan), dalam menyampaikan pesan, kosakata yang
digunakan juga harus jelas. Kejelasan kosakata dalam sebuah pesan pemasaran
melalui media sosial Instagram merupakan hal yang penting. Jika kosataka yang
digunakan jelas, maka pesan yang ingin disampaikan Sarang Madu Murni dapat
dimengerti oleh calon konsumen, dan membuat calon konsumen tertarik untuk
membeli. Konsumen yang menjadi responden pada penelitian ini menyetujui bahwa
kosakata pada pesan yang disampaikan Sarang Madu Murni jelas. Hasil tersebut
berdasarkan pengisian kuesioner yang menyatakan sebanyak 99 responden
menyetujui pernyataan pada parameter KTKS3 dalam kuesioner yang berbunyi
“Kosakata dalam gambar atau video Sarang Madu Murni di Instagram jelas” dan
memiliki pengaruh sebesar 47.5% terhadap subvariabel konteks.
c. Parameter Subvariabel Konteks 3 (KTKS4)
Walaupun kosakata yang digunakan sudah jelas, apabila saat dirangkai
menjadi sebuah kalimat, kalimat tersebut tidak jelas, maka konsumen tidak akan
mengerti dan memahami apa maksud dari pesan tersebut. Ketika Sarang Madu
Murni membuat sebuh pesan, maka rangkaian kalimat pada pesan tersebut
didiskusikan bersama dengan decision maker, sehingga dapat dinilai apakah
kalimat yang digunakan dalam pesan sudah jelas atau belum.
122
Kejelasan kalimat tersebut akan berdampak pada proses penerimaan pesan.
Jika kalimat yang digunakan jelas, maka pesan yang ingin disampaikan Sarang
Madu Murni dapat dimengerti oleh calon konsumen, dan membuat calon konsumen
tertarik untuk membeli. Apabila kalimat yang digunakan tidak jelas maka akan
menyulitkan konsumen untuk memahami maksud dari pesan tersebut. Berdasarkan
hasil pengisian kuesioner, sebanyak 98 responden menyetujui pernyataan pada
parameter KTKS4 dalam kuesioner yang berbunyi “Kalimat dalam gambar atau
video Sarang Madu Murni di Instagram jelas” dan memiliki pengaruh sebesar 24%
terhadap subvariabel konteks.
d. Parameter Subvariabel Konteks 4 (KTKS5)
Hal lain yang harus diperhatikan ketika melakukan pemasaran melalui media
sosial, selain penggunaan bahasa sesuai EYD (Ejaan Yang Disempurnakan),
kosakata jelas, dan kalimat jelas adalah pesan yang ringkas. Pesan yang ringkas
dalam pemasaran produk melalui media sosial Instagram dapat memudahkan calon
konsumen memahami pesan. Pemasar yang memasarkan produknya melalui media
sosial, terutama Instagram harus bisa merangkai kata dan kalimat menjadi sebuah
pesan yang ringkas agar calon konsumen tidak bosan membaca pesan tersebut.
Sarang Madu Murni telah berhasil membuat pesan pemasaran yang ringkas dalam
melakukan pemasaran di Instagram. Hal tersebut sesuai dengan hasil pengisian
kuesioner online yang menyatakan sebanyak 97 responden menyetujui pernyataan
pada parameter KTKS5 dalam kuesioner yang berbunyi “Sarang Madu Murni
menyampaikan pesan yang ringkas di Instagram” dan memiliki pengaruh sebesar
40% terhadap subvariabel konteks.
123
Subvariabel konteks dipengaruhi secara signifikan oleh parameter dengan
kode KTKS3 dan nilai koefisien jalur sebesar 0.475 yang berisi pernyataan
“Kosakata dalam gambar atau video Sarang Madu Murni di Instagram jelas”.
Sebanyak 99 responden setuju dengan pernyataan tersebut dan 1 orang tidak setuju
dengan pernyataan tersebut. Parameter kosakata memiliki pengaruh yang sangat
signifikan, karena pemasar yang memasarkan produknya melalui Instagram lebih
fokus dalam penggunaan kosakata untuk menarik calon konsumennya.
Berdasarkan uraian keempat parameter pada subvariabel konteks, dapat
diketahui bahwa Sarang Madu Murni dalam melakukan pemasarannya melalui
Instagram telah menggunakan bahasa yang sesuai EYD (Ejaan Yang
Disempurnakan), kosakata yang jelas, kalimat yang jelas dan pesan yang ringkas.
5.4.2.2 Subvariabel Komunikasi
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan kepada orang lain untuk
memberitahu, mengubah sikap, pendapat/perilaku agar sesuai dengan yang
diinginkan pemberi pesan. Komunikasi pada media sosial Instagram Sarang Madu
Murni merupakan praktek dalam menyampaikan pesan atau membagikan,
merespon dan mengembangkan pesan kepada calon konsumen Sarang Madu Murni
dalam jarak dan waktu yang tidak dibatasi. Berikut rincian hasil dari parameter-
parameter pada subvariabel komunikasi.
a. Parameter Subvariabel Komunikasi 1 (KMNK1)
Sarang Madu Murni saat ini lebih aktif memasarkan produknya melalui media
sosial Instagram, sehingga informasi mengenai produk terdapat pada unggahan
gambar atau video. Melalui unggahan gambar atau video tersebut, calon konsumen
124
dapat mengetahui informasi mengenai produk Sarang Madu Murni di Instagram.
Hal tersebut sesuai dengan hasil pengisian kuesioner online, dimana sebanyak 100
responden menyetujui pernyataan pada parameter KMNK1 dalam kuesioner yang
berbunyi “Terdapat informasi produk pada gambar atau video yang diunggah
Sarang Madu Murni di Instagram” dan memiliki pengaruh sebesar 15.5% terhadap
subvariabel komunikasi.
b. Parameter Subvariabel Komunikasi 2 (KMNK2)
Pemasaran melalui media sosial terutama Instagram dapat dioptimalkan
dengan menggunakan hastag. Salah satu fungsi hastag adalah untuk memudahkan
calon konsumen mengingat suatu produk. Sarang Madu Murni selalu
mencantumkan hastag “langsung dari sarangnya” setiap kali mengunggah gambar
atau video di Instagram. Penggunaan hastag tersebut berhasil membuat konsumen
mudah mengingat produk Sarang Madu Murni. Hal tersebut sesuai dengan hasil
pengisian kuesioner online yang menyatakan sebanyak 97 responden menyetujui
pernyataan pada parameter KMNK2 yang berbunyi “Saya mudah mengingat
produk Sarang Madu Murni karena penggunaan hastag langsung dari sarangnya”
dan memiliki pengaruh sebesar 17.2% terhadap subvariabel komunikasi.
c. Parameter Subvariabel Komunikasi 3 (KMNK3)
Pemasaran melalui media sosial terutama Instagram selain dapat
dioptimalkan dengan menggunakan hastag, dapat pula dengan menggunakan
tagline yang menarik. Tagline merupakan frasa yang dibuat oleh pengiklan dalam
bentuk visual maupun verbal. Sarang Madu Murni selalu mengunggah konten
dengan tagline yang menarik dan kreatif. Tagline yang dibuat Sarang Madu Murni
125
berhasil menarik perhatian calon konsumen untuk mengetahui produk Sarang Madu
Murni lebih jauh bahkan membelinya. Hal tersebut sesuai dengan hasil pengisian
kuesioner online, yaitu sebanyak 90 responden menyetujui bahwa mereka tertarik
dengan produk Sarang Madu Murni karena terdapat tagline yang menarik. Mereka
menyetujui pernyataan pada parameter KMNK3 yang berbunyi “Saya tertarik
terhadap produk SMM karena pada setiap unggahan terdapat tagline yang menarik”
dan memiliki pengaruh sebesar 31.9% terhadap subvariabel komunikasi.
d. Parameter Subvariabel Komunikasi 4 (KMNK4)
Pesan yang digunakan untuk melakukan pemasaran pada umumnya bersifat
persuasif (ajakan). Pesan bersifat persuasif (ajakan) bertujuan untuk mengajak
konsumen membeli produk yang dijual oleh pemasar. Sarang Madu Murni
menyelipkan pesan yang bersifat persuasif pada konten (gambar atau video) yang
diunggah pada Instagram. Salah satu contoh pesan Sarang Madu Murni yang
bersifat persuasif, yaitu pesan yang berisi ajakan untuk mengonsumsi sarang madu
murni di pagi hari untuk menunjang aktivitas tubuh dan otak. Berdasarkan hasil
pengisian kuesioner online, sebanyak 99 responden menyetujui bahwa terdapat
pesan yang bersifat persuasif dan setuju dengan pada parameter KMNK4 yang
berbunyi “Pesan pada gambar atau video yang diunggah Sarang Madu Murni di
Instagram berisi ajakan untuk mengonsumsi madu” yang memiliki pengaruh
sebesar 27.5% terhadap subvariabel komunikasi.
e. Parameter Subvariabel Komunikasi 5 (KMNK5)
Salah satu cara Sarang Madu Murni untuk menarik perhatian calon konsumen
untuk membeli produknya adalah dengan mengedukasi. Edukasi yang dilakukan
126
adalah dengan cara memberikan informasi mengenai manfaat madu, sehingga calon
konsumen sadar pentingnya mengonsumsi madu. Salah satu contoh pesan Sarang
Madu Murni yang mengedukasi terkait madu yaitu menyajikan informasi manfaat
setiap jenis madu bagi kesehatan. Cara tersebut berhasil membuat konsumen
menyadari pentingnya mengonsumsi madu. Hal tersebut sesuai dengan hasil
pengisian kuesioner online, yaitu sebanyak 97 responden menyetujui pernyataan
pada parameter KMNK5 yang berbunyi “Saya sadar pentingnya mengonsumsi
madu dari konten (gambar atau video) unggahan Sarang Madu Murni yang berisi
informasi manfaat madu” dan memiliki pengaruh sebesar 11.9% terhadap
subvariabel komunikasi.
f. Parameter Subvariabel Komunikasi 6 (KMNK6)
Banyaknya isu terkait madu palsu yang telah dicampur dengan gula,
menjadikan konsumen sangat hati-hati dalam memilih produk madu. Oleh karena
itu untuk meyakinkan calon konsumen, Sarang Madu Murni melakukan pengujian
kandungan produknya pada salah satu laboratorium di Bogor. Informasi kandungan
madu sangat penting untuk meyakinkan calon konsumen bahwa produk Sarang
Madu Murni adalah asli. Informasi tersebut disampaikan Sarang Madu Murni pada
konten (gambar atau video) di Instagram. Konsumen yang menjadi responden pada
penelitian ini menyetujui bahwa pada konten (gambar atau video) Sarang Madu
Murni terdapat informasi kandungan madu asli. Hal tersebut sesuai dengan hasil
pengisian kuesioner online, yaitu sebanyak 99 responden menyetujui pernyataan
pada parameter KMNK6 yang berbunyi “Pada gambar atau video yang diunggah di
Instagram terdapat informasi kandungan madu Sarang Madu Murni asli tanpa BTP
127
(Bahan Tambahan Pangan)” dan memiliki pengaruh sebesar 48.1% terhadap
subvariabel komunikasi.
Berdasarkan uraian keenam parameter pada subvariabel komunikasi,
diketahui bahwa terdapat informasi terkait produk Sarang Madu Murni yang
mengedukasi konsumen serta ajakan untuk mengonsumsi madu dan sarang madu
yang dioptimalkan dengan penggunaan hastag. Subvariabel komunikasi
dipengaruhi secara signifikan oleh parameter dengan kode KMNK6 melalui
pernyataan “Pada gambar atau video yang diunggah di Instagram terdapat
informasi kandungan madu Sarang Madu Murni asli tanpa BTP (Bahan Tambahan
Pangan)” dengan pengaruh sebesar 48.1%. Pernyataan pada parameter KMNK6
memiliki pengaruh yang signifikan karena konsumen cenderung akan memilih
produk asli serta terdapat informasi kandungan yang terdapat di dalam produk.
5.4.2.3 Subvariabel Kolaborasi
Kolaborasi merupakan bekerja bersama-sama antara pemberi dan
penerima pesan secara interaktif agar pesan yang disampaikan lebih efektif dan
efisien. Kolaborasi dalam pemasaran yang melalui media sosial berarti interaksi
yang dilakukan penjual dengan pembeli, melalui pesan di media sosial. Berikut
rincian hasil dari parameter-parameter pada subvariabel kolaborasi.
a. Parameter Subvariabel Kolaborasi 1 (KLBR1)
Pada media sosial Instagram terdapat fitur kolom komentar dan direct
message (DM) yang dapat memudahkan interaksi antar sesama pengguna
Instagram. Adanya kolom komentar dan direct message (DM) pada Instagram juga
dapat memudahkan calon konsumen untuk bertanya dan mendapatkan informasi
128
dari Sarang Madu Murni terkait produk. Kedua fitur Instagram Sarang Madu Murni
tersebut dimanfaatkan oleh Sarang Madu Murni untuk berinteraksi dengan
pengikutnya. Kosumen yang menjadi responden pda penelitian ini menyetujui
bahwa fitur kolom komentar dan direct message (DM) mempermudahh mereka
berintekasi dengan Sarang Madu Murni. Hal tersebut sesuai dengan hasil pengisian
kuesioner online, yaitu sebanyak 88 responden menyetujui pernyataan pada
parameter KLBR1 yang berbunyi “Saya bisa bertanya dan mendapatkan informasi
dengan mudah karena terdapat kolom komentar dan direct message (DM) pada
Instagram Sarang Madu Murni” dan memiliki pengaruh sebesar 59.5% terhadap
subvariabel kolaborasi.
b. Parameter Subvariabel kolaborasi 2 (KLBR2)
Sarang Madu Murni harus dapat meyakinkan calon konsumen bahwa kualitas
produknya sesuai dengan informasi yang diberikan pada Instagram. Salah satu cara
meyakinkan calon konsumen adalah dengan mengunggah konten seperti gambar
atau video tentang kondisi asli produk disertai informasi tentang produk yang
kemudian diunggah, sehingga dapat dilihat oleh calon konsumen. Konsumen yang
menjadi responden pada penelitian ini menyetujui bahwa kualitas produk sesuai
dengan informasi yang diberikan Sarang Madu Murni. Hal tersebut sesuai dengan
hasil pengisian kuesioner online, yaitu sebanyak 100 responden menyetujui
pernyataan pada parameter KLBR2 yang berbunyi “Produk Sarang Madu Murni
sesuai dengan informasi yang tertera pada gambar atau video yang diunggah Sarang
Madu Murni di Instagram” dan memiliki pengaruh sebesar 57.7% terhadap
subvariabel kolaborasi.
129
Berdasarkan uraian kedua parameter pada subvariabel kolaborasi, diketahui
bahwa adanya fitur kolom komentar dan direct message pada Instagram
dimanfaatkan oleh Sarang Madu Murni untuk memudahkan interaksi dengan calon
konsumen. Subvariabel kolaborasi dipengaruhi secara signifikan oleh parameter
dengan kode KLBR1, yaitu sebesar 59.5% melalui pernyataan “Saya bisa bertanya
dan mendapatkan informasi dengan mudah karena terdapat kolom komentar dan
direct message (DM) pada Instagram Sarang Madu Murni”. Pernyataan pada
parameter KLBR1 memiliki pengaruh yang signifikan karena adanya kolom
komentar dan direct message sangat penting untuk menjalin interaksi yang baik
antara calon pembeli dan penjual.
5.4.2.4 Subvariabel Koneksi
Koneksi merupakan hubungan yang terjalin dan terbina berkelanjutan
antara pemberi dan penerima pesan. Hubungan tersebut dapat berupa respon yang
diberikan Sarang Madu Murni kepada konsumennya. Hubungan yang terjalin
setelah pembelian dapat berupa testimoni dari konsumen maupun complain.
Berikut rincian hasil dari parameter-parameter pada subvariabel koneksi.
a. Parameter Subvariabel Koneksi 1 (KNKS1)
Walaupun pemasaran produk Sarang Madu Murni hanya melalui media sosial
Instagram dan tidak bertemu secara langsung dengan calon pembeli, namun Sarang
Madu Murni berusaha semaksimal untuk memberikan respon yang cepat. Tidak
semua pesan pertanyaan yang masuk di Instagram langsung dibalas oleh admin.
Hal tersebut karena keterbatasan fitur direct message, yaitu satu akun tidak dapat
mengirimkan banyak pesan dalam satu hari, sehingga terdapat beberapa pesan yang
130
akan dibalas keesokan harinya. Berdasarkan hasil pengisian kuesioner online,
sebanyak 69 responden menyetujui pernyataan pada parameter KNKS1 yang
berbunyi “Saya mendapat respon cepat dari pertanyaan yang saya berikan kepada
Sarang Madu Murni (maksimal 1 hari)” dan memiliki pengaruh sebesar 88.3%
terhadap subvariabel koneksi.
b. Parameter Subvariabel Koneksi 2 (KNKS3)
Sarang Madu Murni memanfaatkan fitur Insta Story pada Instagram untuk
memberikan pesan yang berisi informasi kepuasan konsumen, berupa testimoni.
Konsumen yang telah membeli produk Sarang Madu Murni memberikan
testimoninya di Instagram dan mentautkannya ke akun Instagram Sarang Madu
Murni. Testimoni yang masuk ke akun Sarang Madu Murni akan diunggah kembali
di Insta Story agar dapat dilihat oleh pengikut Instagram lainnya. Berdasarkan hasil
pengisian kuesioner online, sebanyak 99 responden menyetujui pernyataan pada
parameter KNKS2 yang berbunyi “Pada Instagram Sarang Madu Murni terdapat
informasi kepuasan konsumen terhadap produk Sarang Madu Murni” dan memiliki
pengaruh sebesar 29.1% terhadap subvariabel koneksi.
Berdasarkan uraian kedua parameter pada subvariabel koneksi, diketahui
bahwa Sarang Madu Murni masih dapat menangani pertanyaan dari konsumen
walaupun memiliki keterbatasan dan terdapat informasi kepuasaan pelanggan pada
fitur Insta Story. Subvariabel koneksi dipengaruhi secara signifikan oleh parameter
dengan kode KNKS1, yaitu sebesar 88.3% melalui pernyataan “Saya mendapat
respon cepat dari pertanyaan yang saya berikan kepada Sarang Madu Murni
(maksimal 1 hari)”.
131
Subvariabel yang memliki pengaruh paling besar terhadap media sosial
adalah komunikasi, yaitu sebesar 46.3% dan paramereter yang paling bepengaruh
dalam subvariabel komunikasi adalah parameter dengan pernyataan “Pada gambar
atau video yang diunggah di Instagram terdapat informasi kandungan madu Sarang
Madu Murni asli tanpa BTP (Bahan Tambahan Pangan)” yang memiliki pengaruh
sebesar 48.1%. Hal tersebut sesuai dengan munculnya kesadaran konsumen ketika
akan melakukan pembelian, konsumen harus mengetahui kandungan dan keaslian
Sarang Madu Murni, sehingga konten yang berisi pesan tersebut harus
diinformasikan melalui konten yang diunggah pada media sosial Instagram Sarang
Madu Murni.
5.5 Pengaruh Electronic Word of Mouth terhadap Keputusan Pembelian
Produk Sarang Madu Murni
5.5.1 Model Akhir Variabel Electronic Word of Mouth
Model akhir pada variabel laten electronic word of mouth juga mengalami
perubahan. Berdasarkan hasil uji validasi model formatif dari 15 parameter,
terdapat empat parameter yang tidak valid, yaitu INTS2, INTS5, VOOP2 dan
VOOP3. Keempat parameter tersebut harus dihilangkan agar model menjadi valid,
karena tidak memenuhi kriteria model yang valid. Berikut merupakan model
pengukuran variabel laten eksogen electronic word of mouth dengan simbol ξ2 yang
ditentukan oleh tiga subvariabel dan 11 parameter yang tersaji pada Gambar 16.
132
Gambar 16. Model Akhir Statistik Variabel Laten Eksogen 2
Berdasarkan Gambar 16, dapat diketahui bahwa dua parameter (INTS2 dan
INTS5) pada subvariabel intensitas dan dua parameter (VOOP2 dan VOOP3) pada
subvariabel valence of opinion dihilangkan, sehingga jumlahnya berkurang dari 15
menjadi 11 parameter. Parameter-parameter yang terdapat pada Gambar 16 telah
lolos uji validitas dan reliabilitas, dimana hasil akhirnya yaitu empat parameter pada
subvariabel intensitas, lima parameter pada subvariabel konten, dan dua parameter
pada subvariabel valence of opinion.
Hasil akhir pada variabel electronic word of mouth adalah variabel electronic
word of mouth berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Berdasarkan hasil
analisis diperoleh koefisien parameter jalur antara pengaruh electronic word of
mouth terhadap keputusan pembelian produk Sarang Madu Murni sebesar 0.510
yang berarti electronic word of mouth berpengaruh terhadap keputusan pembelian
133
sebesar 51% dengan t-statistik 4.239 > 1.96 pada taraf signifikansi 5%. Hal ini
berarti bahwa Ho ditolak dan hipotesis yang diterima adalah Ha, yaitu “Terdapat
pengaruh antara electronic word of mouth terhadap keputusan pembelian”.
Pengaruh electronic word of mouth secara lengkap dijelaskan berdasarkan satuan
parameter yang menyusun variabel electronic word of mouth.
Berdasarkan hasil perhitungan algoritma melalui program SmartPLS 3.0
didapatkan persamaan antara variabel electronic word of mouth dengan subvariabel
intensitas, konten, dan valence of opinion, yaitu ξ2 = 0.850X5 + 0.120X6 + 0.106X7,
+ 0.119 dimana ξ2 adalah variabel eksogen 2, yaitu electronic word of mouth, X5
adalah subvariabel intensitas, X6 adalah subvariabel konten dan X7 adalah
subvariabel valence of opinion. Angka-angka tersebut merupakan nilai koefisien
jalur.
Subvariabel intensitas, konten dan valence of opinion yang terdiri dari
masing-masing parameter, juga memiliki persamaan dengan subvariabelnya.
Persamaan tersebut merupakan nilai outer loading atau nilai korelasi dari parameter
terhadap subvariabelnya. Model variabel eksogen 2 bersifat formatif, dimana
subvariabel dibentuk dari parameter-parameter yang menyusunnya. Berikut
persamaan antara subvariabel intensitas, konten dan valence of opinion.
X5= 0.674INTS1 + 0.208INTS3 + 0.261INTS4 + 0.246INTS6 + 0.126
X6= 0.596KOTN1 + 0.683KOTN2 + 0.593KOTN3 + 0.805KOTN4 +
0.545KOTN5 + 0.092
X7= 0.491VOOP1 + 0.932VOOP4 + 0.120
134
Keterangan:
X5 = Subvariabel 5 (Intensitas)
X6 = Subvariabel 6 (Konten)
X7 = Subvariabel 7 (Valence of Opinion)
INTSn = Parameter dari subvariabel intensitas
KOTNn = Parameter dari subvariabel konten
VOOPn = Parameter dari subvariabel valence of opinion
Masing-masing parameter memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap
subvariabel. Berikut merupakan rincian penjelasan pengaruh dari masing-masing
parameter terhadap subvariabel pada variabel electronic word of mouth.
5.5.2 Pengaruh Parameter terhadap Subvariabel
Model variabel electronic word of mouth sebagai variabel eksogen 2 terdiri
dari tiga subvariabel dan 11 parameter. Ketiga subvariabel tersebut adalah
intensitas, konten, dan valence of opinion yang peneliti gunakan berdasarkan teori
yang dikemukakan oleh Goyette (2010:11) dan Gruen (2006:6), kemudian oleh
peneliti dijadikan rujukan untuk mengambil ketiga subvariabel tersebut.
5.5.2.1 Subvariabel Intensitas
Intensitas merupakan banyaknya pendapat atau komentar oleh konsumen
dalam sebuah media sosial. Pada subvariabel intensitas terdapat tiga indikator, yaitu
frekuensi konsumen mengakses media sosial, frekuensi interaksi pemasar dengan
konsumen, dan intensitas ulasan. Berikut rincian hasil parameter pada subvariabel
intensitas.
135
a. Parameter Subvariabel Intensitas 1 (INTS1)
Pada pemasaran melalui media sosial, intensitas kunjungan memiliki arti
sama dengan intensitas orang yang datang untuk melihat produk yang dijual.
Intensitas kunjungan calon konsumen pada laman Instagram Sarang Madu Murni
dapat menunjukkan seberapa tertariknya calon konsumen tersebut terhadap produk
Sarang Madu Murni. Berdasarkan hasil pengisian kuesioner online, sebanyak 73
responden menyetujui pernyataan pada parameter KNKS1 yang berbunyi “Saya
mengakses Instagram Sarang Madu Murni setiap hari”. Parameter tersebut
memiliki pengaruh sebesar 67.4% terhadap subvariabel intensitas.
b. Parameter Subvariabel Intensitas 2 (INTS3)
Selain intensitas kunjungan, hal penting lainnya untuk dapat melihat seberapa
tertariknya konsumen terhadap produk Sarang Madu Murni yang dipasarkan
melalui Instagram adalah waktu mengakses Instagram Sarang Madu Murni.
Berdasarkan hasil pengisian kuesioner online, sebanyak 58 responden menyetujui
pernyataan pada parameter KNKS3 yang berbunyi “Saya menghabiskan waktu
untuk mengakses Instagram Sarang Madu Murni selama ± 5 menit”. Parameter
tersebut memiliki pengaruh sebesar 20.8% terhadap subvariabel intensitas.
c. Parameter Subvariabel Intensitas 3 (INTS4)
Calon konsumen yang sudah memiliki ketertarikan terhadap produk Sarang
Madu Murni di Instagram pasti memiliki pertanyaan terkait produk. Sarang Madu
Murni harus dapat menangani pertanyaan yang diberikan calon konsumen dengan
baik. Semua pertanyaan yang masuk, sebisa mungkin dibalas oleh Sarang Madu
Murni, walaupun tidak dalam waktu yang cepat. Konsumen yang menjadi
136
responden pada penelitian ini menyetujui bahwa Sarang Madu Murni selalu
membalas yang mereka berikan. Hal tersebut sesuai dengan hasil pengisian
kuesioner online, yaitu sebanyak 96 responden menyetujui pernyataan pada
parameter INTS4 yang berbunyi “Saya memberikan pertanyaan kepada Sarang
Madu Murni dan selalu dibalas oleh admin Sarang Madu Murni” dan memiliki
pengaruh sebesar 26.1% terhadap subvariabel intensitas.
d. Parameter Subvariabel Intensitas 4 (INTS6)
Ulasan pasca pembelian yang diberikan oleh konsumen Sarang Madu Murni
sangat berpengaruh terhadap keputusan pembelian calon konsumen lainnya. Jika
ulasan yang diberikan positif maka orang lain yang melihatnya akan tertarik bahkan
dapat meyakinkan orang lain untuk membeli. Salah satu cara untuk membuat
konsumen semakin yakin untuk membeli produk Sarang Madu Murni adalah
dengan mengunggah kembali ulasan dari konsumen.
Konsumen yang menjadi responden pada penelitian ini menyetujui bahwa
mereka semakin yakin untuk membeli Sarang Madu Murni karena melihat ulasan
yang positif dari konsumen lain. Hal tersebut sesuai dengan hasil pengisian
kuesioner online, yaitu sebanyak 96 responden menyetujui pernyataan pada
parameter INTS6 yang berbunyi “Saya semakin yakin untuk membeli produk SMM
karena terdapat ulasan konsumen pasca pembelian produk Sarang Madu Murni”.
Subvariabel intensitas dipengaruhi secara signifikan oleh parameter dengan
kode INTS1 melalui pernyataan “Saya mengakses Instagram Sarang Madu Murni
setiap hari” dengan nilai jalur koefisien sebesar 0.674, yang berarti bahwa
parameter tersebut mempengaruhi subvariabel intensitas sebesar 67.4%. Intensitas
137
kunjungan pada halaman Instagram Sarang Madu Murni sangat berpengaruh
karena dari intensitas kunjungan dapat diketahui seberapa banyak calon konsumen
yang tertarik dengan produk Sarang Madu Murni.
Berdasarkan uraian keempat parameter pada subvariabel intensitas, dapat
diketahui bahwa 73% konsumen yang menjadi responden pada penelitian ini
mengakses Instagram Sarang Madu Murni setiap hari dan 58% mengakses
Instagram Sarang Madu Murni selama 5 menit. Selain itu, konsumen semakin yakin
untuk melakukan pembelian karena terdapat ulasan positif konsumen lainnya yang
setiap hari diunggah dan tersimpan di fitur highlight pada Instagram Sarang Madu
Murni yang berjudul testimoni.
5.5.2.2 Subvariabel Konten
Konten merupakan isi informasi dari situs jejaring sosial yang berkaitan
dengan produk dan jasa. Apabila pemasar ingin menyampaikan informasi yang
bersifat informatif, maka lebih baik menggunakan desain grafis agar tidak
membosankan. Subvariabel konten memiliki tiga indikator, yaitu informasi tentang
variasi produk, informasi tentang kualitas produk, dan informasi mengenai harga
yang ditawarkan. Berikut rincian hasil parameter pada subvariabel konten.
a. Parameter Subvariabel Konten 1 (KOTN1)
Sarang Madu Murni memberikan informasi variasi produknya melalui konten
(gambar atau video) yang diunggahnya di Instagram. Melalui konten (gambar atau
video) tersebut calon konsumen dapat mengetahui variasi produk yang dijual
Sarang Madu Murni. Berdasarkan hasil pengisian kuesioner online, sebanyak 100
responden menyetujui pernyataan pada parameter KOTN1 yang berbunyi
138
“Terdapat informasi variasi produk pada gambar atau video yang diunggah Sarang
Madu Murni di Instagram” dan memiliki pengaruh sebesar 59.6% terhadap
subvariabel konten.
b. Parameter Subvariabel Konten 2 (KOTN2)
Pemasaran produk madu dengan menggunakan media sosial memiliki
tantangan tersendiri, yaitu calon konsumen tidak dapat melihat dan merasakan
secara langsung produk madu tersebut. Agar konsumen dapat mengetahui kualitas
madu seperti rasa dan tekstur madu, maka Sarang Madu Murni mengunggah konten
berupa gambar atau video mengenai produk yang disertai informasi rasa dan tekstur
sarang madu. Berdasarkan hasil pengisian kuesioner online, sebanyak 100
responden menyetujui pernyataan pada parameter KOTN2 yang berbunyi
“Terdapat informasi kualitas produk seperti rasa dan tekstur pada gambar atau video
yang diunggah Sarang Madu Murni di Instagram” dan memiliki pengaruh sebesar
68.3% terhadap subvariabel konten.
c. Parameter Subvariabel Konten 3 (KOTN3)
Sebelum melakukan pembelian, calon konsumen harus mengetahui harga
produk yang akan dibelinya. Pada umumnya pemasar yang menjual produknya
melalui media sosial akan mencantumkan harga produk pada deskripsi gambar atau
video unggahannya. Namun, berbeda dengan Sarang Madu Murni yang tidak
mencantumkan informasi harga produk pada unggahannya. Sarang Madu Murni
akan memberikan informasi harga produk jika ada calon konsumen yang bertanya
tentang informasi harga melalui direct message (DM). Hal tersebut menyebabkan
74 responden tidak menyetujui pernyataan pada parameter KOTN3 yang berbunyi
139
“Terdapat informasi harga produk pada gambar atau video yang diunggah Sarang
Madu Murni di Instagram” dan memiliki pengaruh sebesar 59.3% terhadap
subvariabel konten.
d. Parameter Subvariabel Konten 4 (KOTN4)
Informasi mengenai prosedur pemesanan (order) produk yang dijual melalui
media sosial harus tertera jelas. Hal tersebut bertujuan agar tidak membuat calon
konsumen menjadi bingung dalam melakukan alur pemesanan. Agar memudahkan
calon konsumen melakukan pemesanan (order), maka Sarang Madu Murni
membuat konten gambar yang berisi infromasi mengenai prosedur pemesanan
(order). Melalui gambar tersebut, calon konsumen lebih mudah untuk memahami
prosedur pemesanan. Sebanyak 98 konsumen yang menjadi responden pada
penelitian ini menyetujui pernyataan pada parameter KOTN4 yang berbunyi
“Terdapat informasi prosedur order (pemesanan) pada gambar atau video yang
diunggah Sarang Madu Murni di Instagram” dan memiliki pengaruh sebesar 80.5%
terhadap subvariabel konten.
e. Parameter Subvariabel Konten 5 (KOTN5)
Sebelum konsumen melakukan pembelian produk secara tidak langsung
seperti melalui media sosial Instagram, konsumen akan memastikan bahwa
transaksi tersebut aman. Aman berarti pemasar tersebut tidak akan melakukan
penipuan dan tidak akan memberikan informasi tentang konsumen tersebut kepada
orang lain yang tidak berkepentingan. Usaha Sarang Madu Murni untuk
meyakinkan bahwa transaksi yang dilakukan aman adalah menginformasikan
kepada konsumen secara personal. Sebanyak 87 responden menyetujui pernyataan
140
pada parameter KOTN5 yang berbunyi “Saya mengetahui informasi keamanan
transaksi produk Sarang Madu Murni dari admin Sarang Madu Murni” dan
memiliki pengaruh sebesar 54.5% terhadap subvariabel konten.
Subvariabel intensitas dipengaruhi secara signifikan oleh parameter dengan
kode KOTN4 melalui pernyataan “Terdapat informasi prosedur order (pemesanan)
pada gambar atau video yang diunggah Sarang Madu Murni di Instagram” dengan
nilai koefisien jalur sebesar 0.805, yang berarti bahwa parameter tersebut
mempengaruhi subvariabel konten sebesar 80.5%.. Sebanyak 98 responden setuju
dengan pernyataan pada KOTN4 dan 2 responden tidak setuju. Parameter dengan
kode KOTN4 memiliki pengaruh yang signifikan terhadap subvariabel konten
karena konsumen cenderung memilih transaksi yang prosedur pemesannya jelas.
Berdasarkan uraian kelima parameter pada subvariabel konten, dapat
diketahui bahwa pada konten yang diunggah Sarang Madu Murni terdapat
informasi variasi produk, kualitas produk, dan prosedur pemesanan. Harga produk
dan keamanan pemesanan tidak dipublikasikan, tetapi diinformasikan secara
personal.
5.5.2.3 Subvariabel Valence of Opinion
Valence of opinion merupakan pendapat konsumen, baik positif maupun
negatif mengenai produk atau jasa dan brand. Valence of opinion memiliki dua
sifat, yaitu negatif dan positif. Valence of opinion meliputi komentar positif dari
pengguna situs jejaring sosial dan rekomendasi dari pengguna situs jejaring sosial.
Berikut rincian hasil parameter pada subvariabel valence of opinion.
141
a. Parameter Subvariabel Valence of Opinion 1 (VOOP1)
Beberapa konsumen membagikan ulasannya dalam mengonsumsi produk
Sarang Madu Murni di Instagram pribadinya. Hal tersebut mereka lakukan karena
merasa puas dengan produk Sarang Madu Murni. Selain karena merasa puas, ulasan
yang diunggah di Instagram juga bertujuan untuk berbagi informasi tentang
pengalaman dalam mengonsumsi produk Sarang Madu Murni kepada followersnya
atau orang lain. Pernyataan tersebut disetujui oleh 89 konsumen yang diwakilkan
oleh parameter dengan kode VOOP1 yang berbunyi “Saya mengunggah ulasan
produk Sarang Madu Murni di Instagram agar dapat dilihat oleh followers saya atau
orang lain” dan memiliki pengaruh sebesar 49.1% terhadap subvariabel valence of
opinion.
b. Parameter Subvariabel Valence of Opinion 2 (VOOP4)
Konsumen yang puas terhadap produk Sarang Madu Murni akan
merekomendasikan Sarang Madu Murni kepada teman, saudara atau kerabatnya.
Rekomendasi untuk mengonsumsi produk Sarang Sarang Madu dapat secara
langsung maupun tidak langsung. Berdasarkan hasil pengisian kuesioner online,
sebanyak 99 responden menyetujui pernyataan bahwa mereka pernah
merekomendasikan Sarang Madu Murni kepada teman, saudara, maupun kerabat
yang diwakilkan dengan parameter VOOP4 yang berbunyi “Saya
merekomendasikan produk Sarang Madu Murni kepada teman, saudara maupun
kerabat” dan memiliki pengaruh sebesar 93.2% terhadap subvariabel valence of
opinion.
142
Subvariabel valence of opinion dipengaruhi secara signifikan oleh parameter
dengan kode VOOP4 dan memiliki koefisien jalur sebesar 0.932 yang berarti
parameter tersebut mempengaruhi subvariabel valence of opinion sebesar 93.2%
dan berisi pernyataan “Saya merekomendasikan produk Sarang Madu Murni
kepada teman, saudara maupun kerabat”. Sebanyak 99 responden setuju dengan
pernyataan tersebut dan 1 orang tidak setuju. Parameter VOOP4 memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap variabel valence of opinion karena calon konsumen akan
mempercayai bahwa produk yang direkomendasikan merupakan produk yang
berkualitas.
Subvariabel yang memiliki pengaruh paling besar terhadap variabel
electronic word of mouth adalah intensitas dengan pengaruh sebesar 85% dan
parameter yang paling berpengaruh dalam subvariabel intensitas adalah parameter
dengan pernyataan “Saya mengakses Instagram Sarang Madu Murni setiap hari”
dengan pengaruh sebesar 67.4%. Parameter INTS1 memiliki pengaruh yang
signifikan karena melalui intensitas akses tersebut, Sarang Madu Murni dapat
mengetahui seberapa banyak calon konsumen yang tertarik dengan produknya.
5.6 Implikasi terhadap Keputusan Pembelian
5.6.1 Model Akhir Variabel Keputusan Pembelian
Model akhir pada variabel keputusan pembelian mengalami perubahan.
Perubahan model akhir tersebut diakibatkan terdapat lima parameter yang
dihilangkan, agar model menjadi valid sesuai dengan kriteria. Parameter yang
dihilangkan adalah pernyataan dengan kode PEMA2, EVAL2, KPPM1, KPPM5,
dan PPEM2, sehingga hasil akhir hanya terdapat sembilan parameter pada variabel
143
keputusan pembelian. Model pengukuran vaiabel keputusan pembelian yang
disimbolkan dengan (ɳ) tersaji pada Gambar 17 berikut.
Gambar 17. Model Akhir Statistik Variabel Endogen
Gambar 17, menunjukkan bahwa parameter pada subvariabel-subvariabel
pada variabel keputusan pembelian, yaitu pengenalan masalah, pencarian
informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian.
Pada subvariabel pengenalan masalah terdapat satu parameter yang dihilangkan,
yaitu PEMA2. Pada subvariabel evaluasi alternatif terdapat satu parameter yang
dihilangkan, yaitu EVAL2. Pada subvariabel keputusan pembelian terdapat dua
parameter yang dihilangkan, yaitu KPPM1 dan KPPM5, dan satu parameter pada
perilaku pasca pembelian, yaitu PPEM2. Parameter tersebut dihilangkan karena
144
memiliki nilai outer loading dibawah 0.6, sehingga model akhir variabel endogen
memiliki sembilan parameter.
Variabel endogen pada penelitian ini bersifat reflektif, yang berarti parameter
sebagai faktor yang diamati berdasarkan subvariabel dan variabelnya. Berdasarkan
hasil perhitungan algoritma, melalui aplikasi SmartPLS 3.0, didapatkan persaman
antara variabel keputusan pembelian dengan subvariabel pengenalan masalah,
pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan perilaku pasca
pembelian, sebagai berikut.
Y1 = 0.287ɳ + 0.139
Y2 = 0.680ɳ + 0.050
Y3 = 0.048ɳ + 0.191
Y4 = 0.917ɳ + 0.024
Y5 = 0.773ɳ + 0.058
Keterangan:
Y1 = Subvariabel Pengenalan Masalah
Y2 = Subvariabel Pencarian Informasi
Y3 = Subvariabel Evaluasi Alternatif
Y4 = Subvariabel Keputusan Pembelian
Y5 = Subvariabel Perilaku Pasca Pembelian
Variabel keputusan pembelian dipengaruhi oleh subvariabel pengenalan
masalah sebesar 28.7%, pencarian informasi sebesar 68%, evaluasi alternatif
sebesar 4.8%, keputusan pembelian sebesar 91.7% dan perilaku pasca pembelian
sebesar 77.3%. Pada variabel keputusan pembelian yang berpengaruh signifikan
145
adalah subvariabel keputusan pembelian karena memiliki nilai koefisien jalur
sebesar 0.917 yang berarti bahwa subvariabel keputusan pembelian mempengaruhi
variabel keputusan pembelian sebesar 91.7%. Parameter yang memiliki pengaruh
signifikan terhadap subvariabel keputusan pembelian adalah parameter dengan
kode KPPM2 yaitu sebesar 73.3%.
Model yang bersifat reflektif nilai koefisien jalur pada persamaannya
merupakan cerminan masing-masing subvariabel terhadap variabelnya. Parameter
sebagai refleksi atau cerminan dari subvariabel pengenalan masalah, pencarian
informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan perilaku pasca pembelian,
memiliki nilai yang berbeda. Berikut persamaan antara kelima subvariabel dengan
masing-masing parameternya.
y1 = 1.000Y1 + 0.000
y2 = 1.000Y2 + 0.000
y3 = 1.000Y3 + 0.000
y4 = 0.733Y4 + 0.059
y5 = 0.710Y4 + 0.079
y6 = 0.730Y4 + 0.055
y7 = 0.728Y4 + 0.062
y8 = 0.777Y5 + 0.214
y9 = 0.791Y5 + 0.110
Keterangan:
y1 = Parameter 1 (PEMA1) dari subvariabel pengenalan masalah
y2 = Paramater 2 (PEIN1) dari subvariabel pencarian informasi
146
y3 = Parameter 3 (EVAL1) dari subvariabel evaluasi alternatif
y4 = Parameter 4 (KPPM2) dari subvariabel keputusan pembelian
y5 = Parameter 5 (KPPM3) dari subvariabel keputusan pembelian
y6 = Parameter 6 (KPPM4) dari subvariabel keputusan pembelian
y7 = Parameter 7 (KPPM6) dari subvariabel keputusan pembelian
y8 = Parameter 8 (PPEM1) dari subvariabel perilaku pasca pembelian
y9 = Parameter 9 (PPEM3) dari subvariabel perilaku pasca pembelian
Y1 = Subvariabel Pengenalan Masalah
Y2 = Subvariabel Pencarian Informasi
Y3 = Subvariabel Evaluasi Alternatif
Y4 = Subvariabel Keputusan Pembelian
Y5 = Subvariabel Perilaku Pasca Pembelian
Persamaan tersebut merupakan nilai outer loading atu nilai korelasi dari
parameter terhadap subvariabelnya. Model yang bersifat reflektif dituliskan
parameternya terlebih dahulu sebagai cerminan dari subvariabelnya, berbeda dari
medel formatif yang subvariabelnya merupakan bentukan dari masing-masing
parameter. Berikut rincian pengaruh masing-masing parameter terhadap
subvariabel.
5.6.2 Pengaruh Parameter terhadap Subvariabel
Keputusan pembelian sebagai variabel laten endogen terdiri dari lima
subvariabel, yaitu pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif,
keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian. Penentuan model variabel
keputusan pembelian bersifat reflektif berdasarkan pendapat Fornell dan Bookstein
147
dalam Haryono dan Wardoyo (2012: 47-48) yang menyatakan bahwa konstruk
seperti personalitas atau sikap umumnya dipandang sebagai faktor yang
menimbulkan sesuatu yang dapat diamati sehingga parameternya bersifat reflektif.
5.6.2.1 Subvariabel Pengenalan Masalah
Pengenalan masalah merupakan proses awal seseorang ketika ingin
memutuskan untuk melakukan sebuah pembelian produk/jasa. Pengenalan masalah
atau kebutuhan pembeli dapat digerakkan oleh rangsangan dari dalam diri pembeli
atau dari luar (Kotler dan Keller, 2012:166). Berikut merupakan hasil parameter
pada subvariabel pengenalan masalah.
a. Parameter Subvariabel Pengenalan Masalah (PEMA1)
Seorang konsumen harus mengetahui produk apa yang dibutuhkannya
sebelum melakukan pembelian. Bagi seseorang yang peduli terhadap kesehatan,
mengonsumsi produk yang memiliki banyak manfaat untuk kesehatan adalah
sebuah kebutuhan. Adanya produk Sarang Madu Murni yang memiliki banyak
manfaat bagi kesehatan membuat orang-orang yang peduli dengan kesehatan
tertarik untuk membelinya. Hal tersebut sesuai dengan hasil pengisian kuesioner
secara online, yaitu sebanyak 100 responden menyatakan setuju dengan pernyataan
pada parameter PEMA1 yang berbunyi “Saya ingin membeli madu Sarang Madu
Murni untuk menjaga kesehatan”.
Pada subvariabel pengenalasan masalah hanya terdapat satu parameter
sehingga subvariabel pengenalan masalah hanya dipengaruhi oleh parameter
dengan kode PEMA1 melalui pernyataan “Saya ingin membeli madu Sarang Madu
Murni untuk menjaga kesehatan” dengan nilai outer loading 1.000. Pada
148
subvariabel pengenalan masalah hanya terdapat satu paramater yang lolos uji
validitas dan reliabilitas, sehingga parameter dengan kode PEMA1 merupakan satu-
satunya parameter yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk Sarang
Madu Murni. Tahap awal berupa pengenalan masalah merupakan tahap penting
karena kebutuhan setiap orang yang berbeda-beda dapat mempengaruhi produk apa
yang akan dibelinya.
5.6.2.2 Subvariabel Pencarian Informasi
Konsumen mungkin tidak berusaha secara aktif dalam mencari informasi
sehubungan dengan kebutuhannya. Seberapa jauh orang tersebut mencari informasi
tergantung pada juat lemahnya dorongan kebutuhan (Kotler dan Keller, 2012:166).
Berikut merupakan hasil parameter pada subvariabel pencarian informasi.
a. Parameter Subvariabel Pencarian Informasi (PEIN1)
Pada era digital saat ini, informasi mudah didapat dari berbagai macam
sumber seperti media sosial Instagram. Instagram memudahnya calon konsumen
untuk menemukan produk Sarang Madu Murni. Selain memudahkan calon
konsumen menemukan produk Sarang Madu Murni, calon konsumen juga dapat
mengetahui infromasi lebih banyak di halaman Instagram Sarang Madu murni. Hal
tersebut sesuai dengan hasil pengisian kuesioner secara online, yaitu sebanyak 91
responden menyatakan setuju dengan pernyataan pada parameter PEIN1 yang
berbunyi “Saya mengetahui produk Sarang Madu Murni dan mencari informasi
lebih tentang produk di Instagram”.
Pada subvariabel pencarian informasi hanya terdapat satu parameter sehingga
subvariabel tersebut hanya dipengaruhi oleh parameter dengan kode PEIN1 yang
149
berisi pernyataan “Saya mengetahui produk Sarang Madu Murni dan mencari
informasi lebih tentang produk di Instagram” dengan nilai outer loading 1.000.
Pada subvariabel pencarian informasi hanya terdapat satu paramater yang lolos uji
validitas dan reliabilitas, sehingga parameter dengan kode PEIN1 merupakan satu-
satunya parameter yang berpengaruh terhadap pencarian informasi produk Sarang
Madu Murni.
5.6.2.3 Subvariabel Evaluasi Alternatif
Evaluasi berbagai alternatif produk madu yang didapat calon konsumen
digunakan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai alternatif-
alternatif yang dihadapinya serta daya tarik masing-masing alternatif (Kotler dan
Keller, 2012:166). Berikut merupakan hasil parameter pada subvariabel pencarian
informasi.
a. Parameter Subvariabel Evaluasi Alternatif (EVAL1)
Calon konsumen dapat melakukan evaluasi alternatif antara produk Sarang
Madu Murni dengan produk sejenis lainnya di Instagram. Banyaknya kompetitor
Sarang Madu Murni yang juga melakukan pemasaran melalui Instagram
memudahkan konsumen untuk melakukan evaluasi alternatif melalui Instagram.
Sebanyak 58 responden menyetujui bahwa mereka melakukan evaluasi alternatif
dengan cara mencari produk madu selain Sarang Madu Murni di Instagram, yang
diwakilkan dengan pernyataan pada parameter EVAL1 yang berbunyi “Saya
mencari produk madu selain madu Sarang Madu Murni di Instagram”.
Pada subvariabel evaluasi alternatif hanya terdapat satu parameter sehingga
subvariabel tersebut hanya dipengaruhi oleh parameter dengan kode EVAL1 yang
150
berisi pernyataan “Saya mengetahui produk Sarang Madu Murni dan mencari
informasi lebih tentang produk di Instagram” dengan nilai outer loading 1.000.
Pada subvariabel evaluasi alternatif hanya terdapat satu paramater yang lolos uji
validitas dan reliabilitas, sehingga parameter dengan kode EVAL1 merupakan satu-
satunya parameter yang berpengaruh terhadap pencarian informasi produk Sarang
Madu Murni.
5.6.2.4 Subvariabel Keputusan Pembelian
Produsen harus memahami bahwa konsumen memiliki cara sendiri dalam
menangani informasi yang diperolehnya dengan membatasi alternatif-alternatif
yang harus dipilih (Kotler dan Keller, 2012:166). Berikut merupakan hasil
parameter pada subvariabel keputusan pembelian.
a. Parameter Subvariabel Keputusan Pembelian 1 (KPPM2)
Konsumen harus menentukan merek mana yang akan dibeli, setiap merek
memiliki perbedaan masing-masing. Calon konsumen akan memilih produk yang
menurutnya memiliki citra yang baik. Sebanyak 96 responden setuju bahwa mereka
membeli produk Sarang Madu Murni karena citra merek yang baik. Pernyataan
tersebut diwakilkan oleh parameter dengan kode KPPM2 yang berbunyi “Saya
membeli madu Sarang Madu Murni karena telah mengetahui citra merek Sarang
Madu Murni yang baik di Instagram” dan memiliki nilai outer loading sebesar
0.733. Nilai outer loading tersebut mendadakan bahwa parameter dengan kode
KPPM2 memiliki pengaruh sebesar 73.3% terhadap subvariabel keputusan
pembelian.
151
b. Parameter Subvariabel Keputusan Pembelian 2 (KPPM3)
Pengiriman produk Sarang Madu Murni hingga sampai ke konsumen,
memerlukan bantuan jasa ekspedisi. Pengiriman menggunakan jasa ekspedisi yang
dilakukan oleh Sarang Madu Murni memudahkan konsumen maupun Sarang Madu
Murni. Hal tersebut disetujui oleh 92 konsumen yang menjadi responden pada
penelitian ini. Mereka menyetujui pernyataan pada parameter KPPM3 yang
berbunyi “Saya membeli madu Sarang Madu Murni karena kemudahan pengiriman
yang menggunakan ekspedisi (jasa pengiriman)” dan memiliki nilai outer loading
sebesar 0.710. Nilai outer loading tersebut mendadakan bahwa parameter dengan
kode KPPM3 memiliki pengaruh sebesar 71% terhadap subvariabel keputusan
pembelian.
c. Parameter Subvariabel Keputusan Pembelian 3 (KPPM4)
Harga merupakan salah satu parameter penentu seseorang dalam menentukan
keputusan pembelian. Penentuan harga Sarang Madu Murni disesuaikan dngan
target konsumen dan kualitas produk. Harga Sarang Madu Murni yang terjangkau
membuat konsumen tertarik untuk membelinya. Hal tersebut sesuai dengan hasil
pengisian kuesioner online, yaitu sebanyak 70 responden setuju dengan parameter
KPPM4 yang berbunyi “Saya membeli produk Sarang Madu Murni karena
harganya terjangkau, yaitu mulai dari Rp. 70.000 untuk madu peras dan Rp. 75.000
untuk sarang madu” dan memiliki nilai outer loading sebesar 0.730. Nilai outer
loading tersebut mendadakan bahwa parameter dengan kode KPPM4 memiliki
pengaruh sebesar 71% terhadap subvariabel keputusan pembelian.
152
d. Parameter Subvariabel Keputusan Pembelian 4 (KPPM6)
Saat ini segala jenis transaksi sudah dapat dilakukan secara mudah, begitu
pula dengan transaksi jual beli produk Sarang Madu Murni. Pembayaran produk
Sarang Madu Murni dapat dilakukan dengan transfer melalui ATM atau bank,
sehingga dapat memudahkan konsumen. Kemudahan metode pembayaran tersebut
membuat 98 konsumen yang merupakan responden pada penelitian ini setuju
dengan parameter KPPM6 yang berbunyi “Saya membeli madu Sarang Madu
Murni karena metode pembayaran yang mudah, yaitu dapat melalui bank atau
ATM” dan memiliki nilai outer loading sebesar 0.728. Nilai outer loading tersebut
mendadakan bahwa parameter dengan kode KPPM2 memiliki pengaruh sebesar
72.8% terhadap subvariabel keputusan pembelian.
Subvariabel keputusan pembelian dipengaruhi secara signifikan oleh
parameter dengan kode KPPM2 sebesar 73.3% melalui pernyataan “Saya membeli
madu Sarang Madu Murni karena telah mengetahui citra merek Sarang Madu Murni
yang baik di Instagram”. Sebanyak 96 responden menyetujui pernyataan pada
parameter tersebut dan 4 orang tidak setuju. Parameter dengan kode KPPM2
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap subvariabel keputusan pembelian
karena sebelum melakukan pembelian produk, konsumen cenderung memilih
merek yang memiliki citra yang baik.
Berdasarkan uraian keempat parameter pada subvariabel keputusan
pembelian, konsumen memilih produk Sarang Madu Murni karena citra mereknya
yang baik, kemudahan pengiriman, harga yang terjangkau dan kemudahan
transaksi.
153
5.6.2.5 Subvariabel Perilaku Pasca Pembelian
Perilaku pasca pembelian merupakan sikap sesorang pasca melakukan
pembelian suatu produk/jasa. Apabila barang yang dibeli tidak memberikan
kepuasan yang diharapkan, maka pembeli akan merubah sikapnya terhadap merek
tersebut menjadi negatif. Apabila barang yang dibeli memberikan kepuasan yang
diharapkan atau lebih, maka pembeli akan memberikan respon yang posiif terhadap
produk/jasa tersebut (Kotler dan Keller, 2012:166). Berikut merupakan hasil
parameter pada subvariabel perilaku pasca pembelian.
a. Parameter Subvariabel Perilaku Pasca Pembelian 1 (PPEM1)
Konsumen yang telah melakukan pembelian menyatakan kualitas produk
Sarang Madu Murni sesuai dengan informasi yang diberikan di Instagram. Hal
tersebut sesuai dengan hasil pengisian kuesioner online, yaitu sebanyak 100
responden menyetujui parameter dengan kode PPEM1 yang berbunyi “Kualitas
produk madu Sarang Madu Murni sesuai dengan informasi yang tertera pada konten
di Instagram Sarang Madu Murni” dan memiliki nilai outer loading sebesar 0.777.
Nilai outer loading tersebut menandakan bahwa parameter dengan kode PPEM1
memiliki pengaruh sebesar 77.7% terhadap subvariabel perilaku pasca pembelian.
b. Parameter Subvariabel Perilaku Pasca Pembelian 2 (PPEM3)
Apabila terdapat ketidaksesuaian atau kerusakan pada produk Sarang Madu
Murni, konsumen akan mengajukan complain kepada pihak Sarang Madu Murni.
Namun sampai saat ini hanya sebagian kecil konsumen yang melakukan complain
kepada pihak Sarang Madu Murni. Hal tersebut dapat diketahui dari hasil pengisian
kuesioner online, yaitu sebanyak 92 responden tidak setuju dengan pernyataan pada
154
parameter PPEM3 yang berbunyi “Saya mengajukan complain ketika terdapat
ketidaksesuaian produk” dan memiliki nilai outer loading sebesar 0.791. Nilai outer
loading tersebut menandakan bahwa parameter dengan kode PPEM3 memiliki
pengaruh sebesar 79.1% terhadap subvariabel perilaku pasca pembelian.
Subvariabel perilaku pasca pembelian dipengaruhi secara signifikan oleh
parameter dengan kode PPEM3 sebesar 79.1% melalui pernyataan “Saya
mengajukan complain ketika terdapat ketidaksesuaian produk”. Sebanyak 92
konsumen tidak menyetujui hal tersebut, karena produk yang sampai ke tangan
mereka dengan kondisi yang baik, yang berarti 92 konsumen tersebut merasa puas
dengan produk Sarang Madu Murni.
Berdasarkan uraian kedua parameter pada subvariabel perilaku pasca
pembelian dapat diketahui bahwa kualitas produk Sarang Madu Murni yang
diterima konsumen sesuai dengan informasi di Instagram dan hanya sebagian kecil
konsumen yang melakukan complain kepada Sarang Madu Murni.
Subvariabel yang memiliki pengaruh paling besar terhadap variabel
keputusan pembelian adalah subvariabel keputusan pembelian, yaitu sebesar 91.7%
dan parameter yang paling berpengaruh dalam subvariabel keputusan pembelian
adalah parameter dengan pernyataan “Saya membeli madu Sarang Madu Murni
karena telah mengetahui citra merek Sarang Madu Murni yang baik di
Instagram”.yaitu sebesar 73.3%. Parameter KPPM2 memiliki pengaruh yang
signifikan karena ketika konsumen telah banyak melakukan evaluasi terhadap
beberapa produk, maka produk yang akan dipilihnya adalah produk yang memiliki
citra baik.
155
5.7 Pengelolaan Media Sosial Instagram Sarang Madu Murni
5.7.1 Perencanaan
Proses pengelolaan media sosial Sarang Madu Murni dimulai dari
perencanaan, aktivasi dan pengawasan serta optimaliasi yang sesuai dengan teori
Paramitha (2011) dalam Pakuningjati (2015:10). Perencanaan merupakan tahap
awal dalam proses pengelolaan, yang terdapat rancangan konsep serta pondasi dari
pengelolaan yang akan dilakukan. Sarang Madu Murni melakukan strategi
komunikasi pemasaran melalui media sosial karena pola interaksi masyarakat saat
ini yang lebih sering menggunakan media sosial untuk berkomunikasi.
Pada proses perencanaan, Sarang Madu Murni juga menentukan siapa yang
akan menjadi target konsumen. Target konsumen yang dipilih Sarang Madu Murni
adalah generasi millennial (generasi yang lahir pada tahun 1980-2000) yang
menggunakan media sosial. Pemilihan generasi millennial sebagai target konsumen
mempengaruhi bentuk media sosial yang akan digunakan Sarang Madu Murni,
konten yang akan dibangun dan informasi yang akan Sarang Madu Murni
sampaikan.
Sebelum Sarang Madu Murni memutuskan lebih aktif melakukan pemasaran
melalui Instagram, pemilik melakukan pengamatan terlebih dahulu mengenai
media sosial yang paling banyak digunakan saat ini. Berdasarkan pengamatan
pemilik Sarang Madu Murni dari beberapa media sosial yang digunakan Sarang
Madu Murni seperti Facebook, Twitter dan Instagram, yang sering diakses oleh
pengguna internet dan cocok untuk pemasaran adalah Instagram. Konten yang
dibangun dan informasi yang akan disampaikan Sarang Madu Murni di Instagram
156
menyesuaikan dengan trend dan karakteristik pengguna media sosial Instagram.
Bagan yang memperjelas proses perencanaan media sosial Instagram Sarang Madu
Murni merujuk pada Gambar 18.
5.7.2 Aktivasi dan Pengawasan
Tahap selanjutnya dalam pengelolaan media sosial adalah aktivasi dan
pengawasan. Pada tahap ini Sarang Madu Murni menentukan informasi yang akan
disampaikan serta menentukan konten pembeda apa yang membedakannya dari
usaha sejenis yang melakukan pemasaran melalui media sosial Instagram.
Informasi yang disampaikan Sarang Madu Murni terdiri dari informasi produk, cara
pemesanan, manfaat madu, resep minuman atau masakan dari madu, jenis-jenis
madu, peristiwa yang sedang terjadi dan dikaitkan dengan produk madu, serta
ajakan mendonasikan bantuan untuk korban bencana melalui Sarang Madu Murni.
Konten yang menjadi pembeda antara Sarang Madu Murni dengan usaha lain
sejenis yang menggunakan Instagram adalah selalu menyisipkan logo Sarang Madu
Murni di setiap unggahannya, identik dengan warna kuning, dan setiap tiga bulan
berganti tema. Tema dan konten Sarang Madu Murni dibuat oleh seorang content
creator, yaitu Dian Rosita yang merupakan alumni jurusan Desain Komunikasi
Visual (DKV), sehingga ide kreatif dalam pembuatan desain grafis mudah
didapatkan.
Pergantian tema konten berdasarkan ketajaman content creator dalam
menangkap peristiwa, trend atau event yang terjadi, yang kemudian dikaitkan
dengan produk Sarang Madu Murni. Beberapa tema konten yang pernah diunggah
Sarang Madu Murni di Instagram adalah monokrom, kuning, dan tema-tema lain
157
menyesuaikan dengan suatu event, hari raya, atau peringatan tanggal tertentu (hari
Sumpah Pemuda, hari Air, hari Anak, dan lain-lain). Berbeda dengan tema,
munculnya ide pembuatan konten berasal dari Pinterest, karena menurut content
creator pada Pinterest terdapat banyak gambar yang menginspirasinya.
Konten yang akan dibuat menyesuaikan dengan tema yang berasal dari
peristiwa, trend atau event yang terjadi. Hal pertama yang harus dilakukan dalam
pembuatan konten adalah menentukan tema kemudian membuat konten (gambar
atau video) yang sesuai. Pada satu tema, content creator membuat beberapa konten
(gambar atau video) yang kemudian diberikan kepada Winda Anggraini sebagai
decision maker untuk dinilai. Dari beberapa konten yang dibuat oleh content
creator tidak semua akan diunggah di Instagram. Konten yang akan diunggah
adalah konten yang menurut penilaian decision maker bagus, menarik dan sesuai
dengan pesan yang akan disampaikan bersama dengan gambar atau video.
Proses selanjutnya yang masih termasuk dalam tahap aktivasi dan
pengawasan adalah cara tim mengelola dan menempatkan pesan-pesan ke dalam
media sosial. Sebelum mengunggah konten yang berisi pesan di Instagram,
message creator Sarang Madu Murni, yaitu Winda Anggraini membuat pesan yang
kemudian didiskusikan dengan decision maker yaitu Dian Rosita. Inspirasi
pembuatan message berasal dari ide Winda Anggraini yang banyak didapatkan dari
hasil membaca pesan pada iklan pemasaran di berbagai media.
Fitur Instagram yang digunakan untuk menyampaikan pesan adalah insta
story dan unggah foto. Pesan merupakan rangkaian kata yang menjadi informasi
dan disertai gambar atau video. Insta story digunakan untuk membagikan ulasan
158
yang diberikan konsumen, interaksi tanya jawab, dan informasi ketersediaan sarang
madu dan madu peras. Fitur unggah foto digunakan untuk membagikan pesan yang
berisi informasi produk, cara pemesanan, dan lain-lain.
Dibalik konten (gambar atua video) Sarang Madu Murni yang menarik,
terdapat kerjasama antara Dian Rosita sebagai content creator dan Winda
Anggraini sebagai message creator. Selain menjadi content creator dan message
creator, keduanya juga merupakan decision maker. Mereka bekerjasama untuk
mensinergikan antara konten dan pesan agar menarik dan mudah dipahami oleh
calon konsumen. Proses kerjasama dimulai ketika message creator membuat
konsep dasar pesan yang akan disampaikan ke calon konsumen. Kemudian konsep
tersebut dibahas bersama decision maker yaitu Dian Rosita, sehingga menghasilkan
pesan akhir yang akan diunggah.
Dian Rosita sebagai content creator bertugas merealisasikan pesan tersebut
kedalam gambar atau video yang sesuai dengan pesan. Sebelum diunggah ke
Instagram Sarang Madu Murni, hasil rancangan gambar atau video tersebut ditinjau
kembali oleh Winda Anggraini sebagai decision maker. Hasil tinjauan berupa saran
akan dipertimbangkan oleh Dian Rosita untuk melakukan pengeditan gambar atau
video sebelum diunggah. Jika dirasa sudah sesuai dengan konsep pesan maka
gambar atau video tersebut diunggah di Instagram Sarang Madu Murni. Bagan yang
memperjelas proses aktivasi dan pengawasan media sosial Instagram Sarang Madu
Murni merujuk pada Gambar 18.
159
5.7.3 Optimalisasi
Tahap akhir dari pengelolaan media sosial adalah optimalisasi. Pada proses
ini dilakukan evaluasi konten. Evaluasi ini dilakukan oleh pemilik Sarang Madu
Murni dan admin Instagram, yaitu Winda Anggraini dan Dian Rosita. Berdasarkan
hasil wawancara dengan kedua evaluator tersebut, hasil evaluasi konten sampai saat
ini dapat dikatakan baik atau sesuai harapan kedua evaluator. Pada umumnya,
proses untuk evaluasi agar dapat terukur, digunakan SEO (Search Engine
Optimization), namun Sarang Madu Murni tidak menggunakan SEO, karena
beresiko tinggi terhadap reputasi Sarang Madu Murni. Bagan yang memperjelas
proses optimalisasi media sosial Instagram Sarang Madu Murni merujuk pada
Gambar 18.
5.7.4 Pemetaan Pengelolaan Media Sosial Instagram Sarang Madu Murni
Penerapan pengelolaan media sosial Instagram Sarang Madu Murni yang
diperoleh dari metode wawancara dan observasi, peneliti rangkum menjadi sebuah
bagan yang tersaji pada Gambar 13. Pengelolaan media sosial Sarang Madu Murni
dilakukan oleh tim yang terdiri dari empat orang, yaitu Winda Anggraini, Dian
Rosita, Afrillia Lestari, dan Nita Anggraini. Keempat orang tersebut masing-
masing memiliki tugasnya dalam melakukan pemasaran produk Sarang Madu
Murni melalui media sosial. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi peneliti
dengan keempat informan tersebut, menghasilkan output berupa pemetaan media
sosial Instagram Sarang Madu Murni sebagai berikut.
160
Gambar 18. Pemetaan Pengelolaan Media Sosial Instagram Sarang Madu Murni
161
Berdasarkan Gambar 18, pemetaan pengelolaan media sosial Instagram
Sarang Madu Murni dimulai dari pemilihan target konsumen dan media sosial yang
akan digunakan. Target konsumen yang dipilih Sarang Madu Murni adalah generasi
milenial, dan pemilik Sarang Madu Murni menetapkan Instagram sebagai media
sosial yang aktif digunakan. Tahap selanjutnya dalam perencanaan adalah
penentuan tema konten dan pesan (informasi) yang akan disampaikan. Pada proses
aktivasi dan pengawasan dimulai dari pembuatan konten (gambar atau video) dan
pembuatan message. Pembuatan konten dilakukan oleh content creator, yaitu Dian
Rosita. Konten dibuat semenarik mungkin agar tidak membosankan dan sesuai
dengan pesan yang akan disampaikan. Penilaian konten dilakukan oleh Winda
Aggraini sebagai decision maker.
Supaya konten tidak monoton, content creator selalu mencari referensi
gambar dari berbagai macam sumber seperti Pinterest. Content creator dibantu oleh
seorang photographer bayaran untuk pengambilan foto atau video. Hasil foto atau
video photographer selanjutnya diedit oleh content creator dengan menggunakan
aplikasi agar sesuai dengan yang diinginkan content creator.
Setelah konten selesai dibuat, dilakukan penilaian oleh decision maker, yaitu
Winda Anggraini. Jika konten tersebut dinilai kurang bagus dan tidak sesuai dengan
pesan maka tidak digunakan, namun jika konten tersebut dinilai bagus dan sesuai
dengan pesan, maka akan diunggah di Instagram. Pembuatan message dilakukan
oleh message creator, yaitu Winda Anggraini. Sebelum membuat message, Winda
Anggraini mencari referensi kata-kata yang menarik dari berbagai iklan produk di
sekitarnya. Setelah message selesai dibuat, dilakukan penilaian oleh decision maker
162
lainnya, yaitu Dian Rosita. Jika message tersebut dinilai kurang bagus maka tidak
digunakan, namun jika message dinilai bagus maka akan diunggah di Instagram.
Setelah konten dan message diunggah di Instagram, kemudian dilihat respon dari
pengikut Instagram Sarang Madu Murni. Respon tersebut berupa jumlah like dan
komentar pada Instagram Sarang Madu Murni. Hasil respon followers berupa like
dan komentar pada Instagram dievaluasi oleh dua evaluator, yaitu Winda
Anggraini dan Dian Rosita. Evaluasi tersebut berupa seberapa banyak like yang
didapat dan respon calon konsumen pada kolom komentar.
Rata-rata Sarang Madu Murni mendapatkan seribu like pada setiap unggahan
kontennya. Jika jumlah like yang didapat kurang dari seribu, maka akan dievaluasi,
apakah konten atau message yang diunggah kurang menarik atau monoton. Jika
pada kolom komentar terdapat komentar atau ulasan negatif maka akan dievaluasi
mengapa ada follower yang memberikan komentar atau ulasan negatif tersebut. Jika
respon yang diberikan follower baik, maka tidak dilakukan evaluasi.
Kolom komentar berisi pertanyaan dan complain dari followers Instagram
Sarang Madu Murni. Komentar-komentar tersebut ditangani oleh admin Instagram.
Setiap ada komentar yang masuk, sebisa mungkin langsung dibalas oleh admin
Instagram. Followers yang ingin membeli produk juga dapat menanyakan
persediaan dan cara pemesanan melalui kolom komentar.
Calon konsumen yang akan membeli produk, akan diarahkan untuk
melakukan pemasanan melalui Whatsapp atau Line Sarang Madu Murni. Handling
order dilakukan oleh dua order handler, yaitu Afrillia Lestari dan Nita Anggraini.
Handling order melalui Line ditangani oleh Afrillia Lestari, sedangkan handling
163
order melalui Whatsapp ditangani oleh Nita Anggraini. Setelah kedua order
handler tersebut menerima pesanan melalui Line dan Whatsapp, kemudian mereka
melakukan pencatatan pemesanan secara manual pada buku.
5.8 Pra-Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka terbukti bahwa media sosial dan
electronic word of mouth memiliki pengaruh terhadap keputusan pembelian produk
Sarang Madu Murni. Pengaruh tersebut dapat diketahui dari hasil analisis dengan
menggunakan metode SEM-PLS, yaitu media sosial memiliki pengaruh terhadap
keputusan pembelian sebesar 33.8% dan electronic word of mouth memiliki
pengaruh terhadap keputusan pembelian sebesar 51%. Berdasarkan hasil penelitian,
variabel yang paling berpengaruh terhadap keputusan pembelian adalah variabel
electronic word of mouth, yaitu sebesar 51%.
Subvariabel yang memiliki pengaruh paling signifikan terhadap variabel
media sosial adalah subvariabel komunikasi yaitu sebesar 43.6%. Parameter yang
memiliki pengaruh paling signifikan terhadap subvariabel komunikasi adalah
parameter yang berisi pernyataan “Pada gambar atau video yang diunggah di
Instagram terdapat informasi kandungan madu Sarang Madu Murni asli tanpa BTP
(Bahan Tambahan Pangan)” dengan pengaruh sebesar 48.1%.
Subvariabel yang memiliki pengaruh paling signifikan terhadap variabel
electronic word of mouth adalah subvariabel intensitas, yaitu sebesar 85% dan
parameter yang memiliki pengaruh paling signifikan terhadap subvariabel
Intensitas adalah parameter yang berisi pernyataan “Saya mengakses Instagram
164
Sarang Madu Murni setiap hari” yaitu sebesar 67.4%. Parameter yang memiliki
pengaruh paling signifikan terhadap subvariabel Intensitas adalah parameter yang
berisi pernyataan “Saya mengakses Instagram Sarang Madu Murni setiap hari”
dengan pengaruh sebesar 67.4%.
Subvariabel yang memiliki pengaruh paling signifikan terhadap variabel
keputusan pembelian adalah subvariabel keputusan pembelian. Subvariabel
keputusan pembelian memiliki pengaruh sebesar 91.7% terhadap variabel
keputusan pembelian. Parameter yang memiliki pengaruh paling signifikan
terhadap subvariabel keputusan pembelian adalah parameter yang berisi pernyataan
“Saya membeli madu Sarang Madu Murni karena telah mengetahui citra merek
Sarang Madu Murni yang baik di Instagram” dengan pengaruh sebesar 73.3%
165
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, perumusan masalah dan tujuan pada penelitian
ini, didapatkan tiga kesimpulan, yaitu:
a. Karakteristik konsumen Sarang Madu Murni didominasi oleh usia 17 – 29
tahun sebesar 71%, jenis kelamin wanita sebesar 96%, penghasilan Rp
3.000.000 – Rp 5.000.000/bulan sebesar 57%, pekerjaan pelajar/mahasiswa
sebesar 32%, pendidikan terakhir SMA sebesar 42%, dan domisilii
Jabodetabek, sebesar 58%.
b. Terdapat pengaruh media sosial terhadap keputusan pembelian produk
Sarang Madu Murni sebesar 33.8%. Variabel media sosial dipengaruhi
signifikan oleh subvariabel komunikasi, dan pernyataan “Pada gambar atau
video yang diunggah di Instagram terdapat informasi kandungan madu
Sarang Madu Murni asli tanpa BTP (Bahan Tambahan Pangan)” merupakan
parameter yang berpengaruh signifikan.
c. Terdapat pengaruh electronic word of mouth terhadap keputusan pembelian
produk Sarang Madu Murni sebesar 51%. Variabel electronic word of mouth
dipengaruhi signifkan oleh subvariabel intensitas, dan pernyataan “Saya
mengakses Instagram Sarang Madu Murni setiap hari” merupakan parameter
yang berpengaruh signifikan.
166
d. Pengelolaan media sosial Instagram yang diterapkan Sarang Madu Murni
dimulai dari pemilihan target konsumen sampai dengan proses evaluasi
konten, yang dimana evaluasi ini hanya dilakukan ketika terdapat komentar
negatif dari followers. Hal tersebut membuktikan bahwa dalam melakukan
pemasaran melalui media sosial diperlukan pengelolaan, agar usaha tersebut
dapat terus bertahan dan berkembang.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, saran yang akan diberikan peneliti untuk Sarang
Madu Murni dan, yaitu:
a. Paling tidak, dalam sehari Sarang Madu Murni mengunggah informasi terkait
kandungan produk asli tanpa Bahan Tambahan Pangan (BTP) di Insta Story.
Hal tersebut dilakukan untuk menginformasikan dan membuat followers
lebih merasa aman dan yakin untuk membeli produk Sarang Madu Murni.
b. Sarang Madu Murni harus selalu peka terhadap trend yang sedang terjadi dan
selalu mencari referensi ide untuk pembuatan tema konten yang menarik agar
tidak monoton dan membosankan. Hal tersebut dilakukan untuk
mempertahankan dan meningkatkan intensitas followers dalam mengakses
Instagram Sarang Madu Murni.
c. Perlu dilakukan evaluasi konten secara intensif oleh Sarang Madu Murni
minimal seminggu sekali, tidak hanya ketika terdapat respon negatif. Hal
tersebut dilakukan untuk memastikan dan menjamin dinamika perubahan
respon followers Instagram Sarang Madu Murni.
167
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, Willy dan HM. Jogiyanto 2015. Partial Least Square (PLS) – Alternatif
Struqtural Equation Modeling (SEM) dalam Penelitian Bisnis. ANDI:
Yogyakarta.
Aditya. 2017. Pengaruh Media Sosial Instagram Terhadap Keputusan Pembelian
Sepatu WJSOPRT [Skripsi] Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.
Agung, Bintoro. 2017. Penguna Internet di Indonesia Akses Medsos 3 Jam per
Hari.https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20171218192500-192-
263281/pengguna-internet-di-indonesia-akses-medsos-3-jam-per-hari.
Diakses pada 17 Juli 2018 pukul 21:45 WIB.
Akbar, M. Juliatrin Chairul dan Sunarti. 2018. Pengaruh Electronic Word of Mouth
Terhadap Keputusan Pembelian (Survei pada Konsumen Restoran Sushi Tei
Kelapa Gading). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) Vol. 60 No. 3 Juli 2018.
Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya. Malang.
Arikunto, Suharsimi. 2018. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka
Cipta: Jakarta.
Ariyanti, Duwi Setiya. 2018. Separuh Populasi Indonesia Aktif di Medsos.
http://industri.bisnis.com/read/20180131/105/732548/130-juta-penduduk-
indonesia-pengguna-media-sosial. Diakses pada 17 Juli 2018 pukul 21:33
WIB.
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII). 2017. Infografis Penetrasi
& Perilaku Pengguna Internet Indonesia. Asosiasi Penyelenggara Jasa
Internet Indonesia: Jakarta.
Azwar, S. 2018. Reliabilitas dan Validitas. Pustaka Belajar: Yogyakarta.
Badan Standarisasi Nasional (BSN). 2013. SNI 3545:2013. Madu. Badan
Standarisasi Nasional: Jakarta.
Dwicahyo, Adhi Tejo. 2015. Pengaruh Konsep Produk, Budaya Konsumsi, dan
Keluarga Terhadap Perilaku Konsumen dalam Mengonsumsi Produk Kebab
(Studi Kasus: Kebab Turki Baba Rafi) [Skripsi] Sains dan Teknologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta.
Genelius, Susan. 2011. 30-Minute Social Media Marketing. McGraw-Hill
Companies: United States.
168
Ghozali, Imam dan Hengky Latan. 2014. Partial Least Square Konsep, Teknik dan
Aplikasi Menggunakan Program SmartPLS 3.0 untuk Penelitian Empiris.
Universitas Diponegoro Semarang: Semarang.
Goyette, I., et al. 2010. E-WOM Scale: Word-of-Mouth Measurent Scale for e-
service Context. Canadian Journal of Administrative Science, 27 January
2010, page 5-23. Wiley Interscience.
Gruen, et al. 2006. E-WOM: The Impact of Customer-to-Customer Online Know-
How Exchange on Customer Value and Loyalty. Journal of Business
Research, Vol. 59, April 2006, page 449-456. Northerm Arizona University.
Hariyanto, Teguh. 2018. Budidaya Lebah Madu. Cakra Darma Aksara: Mataram.
Haryono, Siswoyo dan Parwoto Wardoyo. 2012. Structural Equation Modeling
untuk Penelitian Manajemen menggunakan AMOS 18.00. PT. Intermedia
Personalia Utama: Bekasi.
Hennig-Thurau, et al. 2004. Electronic Word-of-Mouth Via Comsumer Opinion
Platform: What Motivates Consumer to Articulates Themselves on the
Internet. Journal of Interactive Marketing Vol. 18 No. 1. December 2004.
University of Munster.
Hermawan, Agus. 2012. Komunikasi Pemasaran. Erlangga: Jakarta.
Indika, Deru R. dan Cindy Jovita. 2017. Media Sosial Instagram sebagai Sarana
Promosi untuk Meningkatkan Minat Beli Konsumen. Jurnal Bisnis Terapan
ISSN: 2580-4928 Vol. 01, Nomor 01 Juni 2017. Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Padjajaran. Bandung.
Irmawati, Dewi. 2011. Pemanfaatan E-Commerce dalam Dunia Bisnis. Jurnal
Ilmiah Orasi Bisnis – ISSN: 2085-1375 Edisi ke-VI, November 2011 Halaman
95-112. Manajemen Informatika Politeknik Negeri Sriwijaya. Palembang.
Jubilee Enterprise. 2012. Instagram untuk Fotografi Digital dan Bisnis Kreatif.
Elex Media Komputindo: Jakarta.
Katadata. 2018. Berapa Pembeli Digital Indonesia?
https://databoks.katadata.co.id/datapublish.2018//03/27/berapa-pembeli-
digital-indonesia. Diakses pada 02 Juni 2018 pukul 14:29 WIB.
Kotler, Philip. 2001. Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi
dan Kontrol. PT. Prehallindo: Jakarta.
169
Kotler, Philip dan Gary Armstrong. 2012. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Edisi 13.
Jilid 1. Erlangga: Jakarta.
Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. 2012. Marketing Management 13. Pearson
Prentice Hall, Inc: New Jearsy.
Kwong, Ken dan Kay Wong. 2013. Partial Least Square Structural Equation
Modelling (PLS-SEM) Techniques Using Smart PLS. Marketing Bulletin
2013, 24, Technical Note 1.
Mardiani, I’in Endang dan Orland Jorge Imanuel. 2013. Analisis Keputusan
Pembelian Konsumen Melalui Media Online (E-Marketing). Jurnal Ekonomi
Vol. 4 No. 2. Ekonomi Universitas Esa Unggul Jakarta. Jakarta.
Mulawarman dan Aldila Dyas Nurfitri. 2017. Perilaku Pengguna Media Sosial
beserta Implikasinya Ditinjau dari Perspektif Psikologi Sosial Terapan.
Buletin Psikologi Vol. 25 No. 1, 36-44. Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Pakuningjati, Anindita Lintang. 2015. Penglolaan Media Sosial dalam
Mewujudkan Good Governance (Studi Kasus Pengelolaan Media Sosial
LAPOR! Sebagai Sarana Aspirasi dan Pengaduan Rakyat secara Online oleh
Deputi I Kantor Staf Presiden) [Skripsi] Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Pamungkas, Bagas Aji dan Siti Zuhroh. 2016. Pengaruh Promosi di Media Sosial
dan Word of Mouth terhadap Keputusan Pembelian (Studi Kasus pada Kedai
Bontacos, Jombang). Vol. X No. 02, 145-160. STIE PGRI Dewantara
Jombang. Jombang.
Priansa, Donni Juni. 2017. Komunikasi Pemasaran Terpadu pada era media sosial.
CV. Pustaka Setia: Bandung.
Prisgunanto, Ilham. 2014. Komunikasi Pemasaran Era Digital. CV. Prisani
Cendikia: Jakarta.
Puntoadi, Danis. 2011. Menciptakan Penjualan Melalui Sosial Media. PT Eles
Komputindo: Jakarta.
Purnama, Fransisca dan Rico Huang. 2014. New Version Jago Jualan di Instagram.
PT. Alona Indonesia Raya: Jakarta.
Sari, Viranti Mustika. 2012. Pengaruh Electronic Word of Mouth (eWOM) di Social
Media Twitter Terhadap Minat Beli Konsumen (Studi Pada Restoran
Holycowsteak) [Skripsi] Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universtas
Indonesia.
170
Singarimbun dan Sofian Effendi. 1995. Metode Penelitian Survei. PT. Pustaka
Indonesia: Jakarta.
Solis, Brian. 2010. Engage: The Complete Guide for Brands and Businesses to
Build Cultivate and Measure Success on The Web. John Wiley & Sons: New
Jersey.
Sugiarto, Matthew. 2018. Instagramarketing. PT. Pengembang Lintang
Pengetahuan: Jakarta.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D Cetakan ke-
17. Alfabeta: Bandung.
Sukandarrumidi. 2012. Metodologi Penelitian. Petunjuk Praktis untuk Peneliti
Pemula. Gajah Mada University Prees: Yogyakarta.
Sunyoto, Danang. 2012. Konsep Dasar Riset Pemasaran & Perilaku Konsumen.
Yogyakarta: CAPS (Center for Academic Publishing).
Suryani dan Hendryadi. 2015. Metode Riset Kuantitatif Teori dan Aplikasi pada
Penelitian Bidang Manajemen dan Ekonomi Islam. Kencana: Jakarta.
Warta Wirausaha. 2013. Peluang Usaha Ternak lebah Madu.
http://wartawirausaha.com/2013/07/peluang-usaha-ternak-lebah-
madu/#axzz5JFaNb9Ad. Diakses pada 02 Juni 2018 pukul 13:04 WIB.
Wardiyastuti, Devita. 2017. Pengaruh Electronic Word of Mouth Terhadap Minat
Beli Konsumen Melallui Brand Image (Studi Pada Followers Instagram
Wedangan Radjiman Sebagai Calon Konsumen) [Skripsi] Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Islam Universitas IAIN Surakarta. Surakarta.
Wastra, Akhmad Riyadi dan Ahmad Mahbubi. 2014. Risiko Agribisnis, Identifikasi,
Pengukuran, Pemetaan dan Strategi Pengelolaannya. Referensi: Jakarta.
Wastra, Akhmad Riyadi. 2016. Inovasi Agribsisnis. UIN Jakarta Press: Jakarta.
Wijaya, Tommi dan Eristia Lidia Paramita. 2014. Pengaruh Electronic Word of
Mouth (Ewom) Terhadap Keputusan Pembelian Kamera DSLR. ISBN: 978-
602-7042-1-9 Halaman 12 -19. Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga.
Yuliarti, Nurheti. 2015. Khasiat Madu untuk Kesehatan dan Kecantikan. ANDI:
Yogyakarta.
171
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian
KUESIONER
PENGARUH MEDIA SOSIAL & ELECTRONIC WORD OF MOUTH
TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK SARANG MADU
MURNI
Assalamu’alaikum wr. wb
Saya Nuraini Arifianti mahasiswa (S1) Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Saat ini saya sedang melakukan penelitian skripsi yang berjudul “Pengaruh Media
Sosial & Electronic Word of Mouth Terhadap Keputusan Pembelian Produk Sarang
Madu Murni”. Salah satu cara untuk mendapatkan data dalam penelitian ini adalah
melalui kuesioner, untuk itu saya mengharapkan kesediaan anda untuk mengisi
kuesioner ini. Segala informasi yang anda berikan hanya akan digunakan untuk
kepentingan penelitian ini. Semua jawaban yang anda berikan bersifat rahasia. Atas
perhatian dan kerjasama anda, saya ucapkan terima kasih.
172
1. Kuesioner (Screening) Responden
Bagian ini merupakan kumpulan pertanyaan untuk mengetahui siapa konsumen
sebagai syarat untuk dapat menjadi responden.
Apakah anda mengikuti akun Instagram Sarang Madu Murni sebelum bulan
September 2018?
Ya
Tidak
Apakah anda masih mengonsumsi madu?
Ya
Kadang-kadang
Tidak
Apakah anda minum madu Sarang Madu Murni (SMM) saja?
Ya
Tidak
Apakah anda masih rutin mengonsumsi madu Sarang Madu Murni (SMM)?
Ya
Kadang-kadang
Tidak
(Jika jawaban “Ya” dan “Kadang-kadang” maka lanjutkan ke pertanyaan
selanjutnya. Jika jawaban “Tidak” maka hentikan pengisian kuesioner ini. Terima
kasih atas bantuan anda).
Kapan terakhir anda konsumsi madu Sarang Madu Murni (SMM)?
1 minggu yang lalu
1 - 3 bulan yang lalu
> 3 bulan
(Jika terakhir anda mengonsumsi madu SMM lebih dari 3 bulan, maka hentikan
pengisian kuesioner ini.Terima kasih atas bantuan anda).
173
2. Demografik
Bagian ini merupakan kumpulan pertanyaan yang menggambarkan karakteristik
demografis anda. Pilihlah jawaban yang sesuai dengan anda.
Nama : …………………
No. HP : …………………
Usia:
17 – 29 tahun
30 – 39 tahun
40 - 50 tahun
Jenis Kelamin:
Pria
Wanita
Penghasilan (gaji, uang saku, upah, dll) per bulan (Rp):
1.500.000 – 3.000.000
3.000.000 – 5.000.000
> 5.000.000
Pekerjaan:
Pelajar/Mahasiswa
Wirausaha
Pegawai Negeri
Ibu rumah tangga
Lainnya
Pendidikan terakhir:
SMP
SMA
D3
S1
174
3. Kuesioner Utama
Bagian ini merupakan kumpulan pernyataan-pernyataan yang berisi tentang media
sosial, electronic word of mouth (EWOM) dan keputusan pembelian produk Sarang
Madu Murni (SMM). Pilihlah jawaban yang sesuai dengan anda, dengan ketentuan:
1 = Sangat Tidak Setuju (STS)
2 = Tidak Setuju (TS)
3 = Setuju (S)
4 = Sangat Setuju (SS)
3.1 Media Sosial
No Kode Pernyataan Jawaban
STS TS S SS
1 KTKS1 Isi pesan pada gambar atau video
yang diunggah di Instagram tidak
hanya mengenai promosi produk
SMM
2 KTKS2 Bahasa yang digunakan SMM di
Instagram sesuai dengan EYD (Ejaan
Yang Disempurnakan)
3 KTKS3 Kosakata dalam gambar atau video
SMM di Instagram jelas
4 KTKS4 Kalimat dalam gambar atau video
SMM di Instagram jelas
5 KTKS5 SMM menyampaikan pesan yang
ringkas di Instagram
6 KMNK1 Terdapat informasi produk pada
gambar atau video yang diunggah
SMM di Instagram
7 KMNK2 Saya mudah mengingat produk SMM
karena penggunaan hastag “langsung
dari sarangnya”
8 KMNK3 Saya tertarik terhadap produk SMM
karena pada setiap unggahan terdapat
tagline yang menarik
9 KMNK4 Pesan pada gambar atau video yang
diunggah SMM di Instagram berisi
ajakan untuk mengonsumsi madu
10 KMNK5 Saya sadar pentingnya
mengonsumsi madu dari konten
(gambar atau video) unggahan SMM
yang berisi informasi manfaat madu
175
11 KMNK6 Pada gambar atau video yang
diunggah di Instagram terdapat
informasi kandungan madu SMM
asli tanpa BTP (Bahan Tambahan
Pangan)
12 KLBR1 Saya bisa bertanya dan
mendapatkan informasi dengan
mudah karena terdapat kolom
komentar dan direct message (DM) pada Instagram SMM
13 KLBR2 Produk SMM sesuai dengan
informasi yang tertera pada gambar
atau video yang diunggah SMM di
14 KNKS1 Saya mendapat respon cepat dari
pertanyaan yang saya berikan kepada
SMM (maksimal 1 hari)
15 KNKS2 Saya melihat terdapat pesan complain
kepada SMM pada kolom komentar
di Instagram
16 KNKS3 Pada Instagram SMM terdapat
informasi kepuasan konsumen
terhadap produk SMM
3.2 Electronic Word of Mouth (EWOM)
No Kode Pernyataan Jawaban
STS TS S SS
18 INTS1 Saya mengakses Instagram SMM
setiap hari
19 INTS2 Saya mengakses Instagram SMM
ketika memiliki waktu luang
20 INTS3 Saya menghabiskan waktu untuk
mengakses Instagram SMM selama ±
5 menit
21 INTS4 Saya memberikan pertanyaan kepada
SMM dan selalu dibalas oleh admin
SMM
22 INTS5 SMM selalu mengunggah ulasan
dari
konsumen di Insta Strory Instagram
23 INTS6 Saya semakin yakin untuk membeli
produk SMM karena terdapat ulasan
konsumen pasca pembelian produk
SMM
176
24 KOTN1 Terdapat informasi variasi produk
pada gambar atau video yang
diunggah SMM di Instagram
25 KOTN2 Terdapat informasi kualitas produk
seperti rasa dan tekstur pada gambar
atau video yang diunggah SMM di
26 KOTN3 Terdapat informasi harga produk
pada gambar atau video yang
diunggah SMM di Instagram
27 KOTN4 Terdapat informasi prosedur order
(pemesanan) pada gambar atau video
yang diunggah SMM di Instagram
28 KOTN5 Saya mengetahui informasi
keamanan transaksi produk SMM
dari admin SMM
29 VOOP1 Saya mengunggah ulasan produk
SMM di Instagram agar dapat dilihat
oleh followers saya atau orang lain
30 VOOP2 Saya memberikan masukan positif
maupun ulasan positif kepada SMM
31 VOOP3 Saya memberikan komentar negatif
maupun ulasan negatif kepada SMM
32 VOOP4 Saya merekomendasikan produk
SMM kepada teman, saudara maupun
kerabat
3.3 Keputusan Pembelian
No. Kode Pernyataan Jawaban
1 2 3 4
33 PEMA1 Saya ingin membeli madu SMM untuk
menjaga kesehatan
34 PEMA2 Saya ingin membeli madu SMM untuk
mengikuti trend
35 PEIN1 Saya mengetahui produk SMM dan
mencari informasi lebih tentang produk
di Instagram
36 EVAL1 Saya mencari produk madu selain madu
SMM di Instagram
37 EVAL2 Saya membandingkan madu SMM
dengan madu non SMM melalui
38 KPPM1 Saya memutuskan membeli madu SMM
pasca pembandingan produk madu SMM
dengan madu non SMM
177
39 KPPM2 Saya membeli madu SMM karena telah
mengetahui citra merek SMM yang baik
di Instagram
40 KPPM3 Saya membeli madu SMM karena
kemudahan pengiriman yang
menggunakan ekspedisi (jasa pengiriman)
41 KPPM4 Saya membeli produk SMM karena
harganya terjangkau, yaitu mulai dari Rp.
70.000 untuk madu peras dan Rp. 75.000
untuk sarang madu
42 KPPM5 Saya dapat membeli madu SMM kapan
saja, sesuai keinginan saya
43 KPPM6 Saya membeli madu SMM karena metode
pembayaran yang mudah, yaitu dapat
melalui bank atau ATM
44 PPEM1 Kualitas produk madu SMM sesuai
dengan informasi yang tertera pada
konten di Instagram SMM
45 PPEM2 Saya puas dan ingin malakukan
pembelian kembali produk SMM
46 PPEM3 Saya mengajukan complain ketika terdapat
ketidaksesuaian produk
178
Lam
pir
an
2. U
ji K
eter
baca
an
In
stru
men
179
180
181
182
Lampiran 3. Hasil Uji Validitas instrumen
r tabel yang digunakan adaah 0.361 dengan total sampel 30
Kode Nilai r Keterangan Kode Nilai r Keterangan
KTKS1 0.375 Valid KOTN3 0.603 Valid
KTKS2 0.512 Valid KOTN4 0.380 Valid
KTKS3 0.401 Valid KOTN5 0.517 Valid
KTKS4 0.385 Valid VOOP1 0.380 Valid
KTKS5 0.402 Valid VOOP2 0.406 Valid
KMNK1 0.399 Valid VOOP3 0.548 Valid
KMNK2 0.443 Valid VOOP4 0.635 Valid
KMNK3 0.535 Valid PEMA1 0.452 Valid
KMNK4 0.383 Valid PEMA2 0.375 Valid
KMNK5 0.407 Valid PEIN1 0.305 Tidak Valid
KMNK6 0.622 Valid PEIN2 0.577 Valid
KLBR1 0.586 Valid EVAL1 0.537 Valid
KLBR2 0.241 Tidak Valid EVAL2 0.638 Valid
KLBR3 0.590 Valid KPPM1 0.671 Valid
KNKS1 0.565 Valid KPPM2 0.613 Valid
KNKS2 0.465 Valid KPPM3 0.424 Valid
KNKS3 0.455 Valid KPPM4 0.596 Valid
INTS1 0.751 Valid KPPM5 0.429 Valid
INTS2 0.391 Valid KPPM6 0.264 Tidak Valid
INTS3 0.527 Valid KPPM7 0.406 Valid
INTS4 0.521 Valid PPEM1 0.550 Valid
INTS5 0.406 Valid PPEM2 0.203 Tidak Valid
INTS6 0.517 Valid PPEM3 0.429 Valid
KOTN1 0.417 Valid PPEM4 0.559 Valid
KOTN2 0.441 Valid
183
Lampiran 4. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen
Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.883 45
184
Lampiran 5. Hasil Validasi Model Formatif
Indikator Outer
Loading
Outer
Weight
T-
Tabel
Conclusion VIF
KLBR1 11.314 4.834 1.96 Use 1.261
KLBR2 11.967 4.746 1.96 Use 1.261
KMNK1 3.271 1.465 1.96 Use 1.104
KMNK2 4.314 1.229 1.96 Use 1.251
KMNK3 6.087 2.515 1.96 Use 1.267
KMNK4 5.865 2.265 1.96 Use 1.202
KMNK5 3.881 0.286 1.96 Use 1.192
KMNK6 9.402 3.560 1.96 Use 1.364
KNKS1 21.556 10.367 1.96 Use 1.076
KNKS2 0.632 0.405 1.96 Drop 1.009
KNKS3 3.539 1.971 1.96 Use 1.082
KTKS1 0.496 0.786 1.96 Drop 1.068
KTKS2 4.074 1,909 1.96 Use 1.160
KTKS3 6.721 2.953 1.96 Use 1.416
KTKS4 4.692 1.341 1.96 Use 1.458
KTKS5 4.925 2.364 1.96 Use 1.136
INTS1 16.513 6.596 1.96 Use 1.387
INTS2 0.056 0.535 1.96 Drop 1.042
INTS3 3.642 2.111 1.96 Use 1.115
INTS4 4.689 2.632 1.96 Use 1.140
INTS5 1.882 0.013 1.96 Drop 1.110
INTS6 7.946 3.047 1.96 Use 1.332
KOTN1 5.347 4.589 1.96 Use 1.623
KOTN2 8.647 5.576 1.96 Use 1.854
KOTN3 5.134 4.870 1.96 Use 1.172
KOTN4 15.772 7.992 1.96 Use 1.519
KOTN5 4.199 3.702 1.96 Use 1.132
VOOP1 1.805 2.082 1.96 Use 1.135
VOOP2 0.507 0.234 1.96 Drop 1.100
VOOP3 0.101 0.039 1.96 Drop 1.043
VOOP4 13.449 8.478 1.96 Use 1.036
Lam
pir
an
3. U
ji K
eter
baca
an
In
stru
men
185
Lampiran 6. Hasil Pengolahan Data dengan SmartPLS
1) Nilai Outer Weight Indikator Formatif
2) Nilai Outer Loading Indikator Reflektif
186
3) Nilai Path Coefficients
187
Lampiran 7. Dokumentasi Kegiatan Terkait Job Holder di Sarang Madu
Murni
Kegiatan Dokumentasi
Pemotongan sarang
madu
Pengemasan
Pembuatan konten
188
Handling Order
Pengemasan madu
peras