menentukan sifat optik aktif madu alami dan madu sintetis dengan konsentrasi 0
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cahaya merupakan gelombang transversal yang arah getarnya tegak
lurus dengan arah rambatnya.Setiap gelombang yang bergetar pada bidang
tertentu dapat dipisahkan kedalam komponen-komponen vertikal dan horizontal.
Apabila berkas cahaya melalui suatu bidang polarisator maka hanya salah satu
dari komponen ini dilewatkan. Dalam hal ini dikatakan cahaya tersebut
terpolarisasi bidang. Fessenden (1999:140) menyatakan bahwa “cahaya
terpolarisasi bidang ialah cahaya yang getar gelombangnya telah tersaring
semua”.
Ditinjau dari keaktifan optiknya, senyawa dibedakan atas dua yaitu
senyawa yang bersifat aktif optik dan tidak aktif optik. Jika cahaya terpolarisasi
bidang dilewatkan pada suatu cairan yang mengandung senyawa yang bersifat
aktif optik maka bidang polarisasi ini diputar kekiri atau kekanan. Tetapi jika
senyawa cairan tidak aktif optik, bidang, bidang polarisasi cahaya tidak akan
diputar. Sifat keaktifan optik senyawa bergantung pada sudut putar jenis cahaya
yang melaluinya. Makin besar sudut putar jenisnya maka senyawa itu makin
bersifat aktif optik. Berbagai jenis cairan organik dan anorganik mempunyai sifat
keaktifan optik yang berarti dapat memutar bidang polarisasi cahaya yang
melaluinya. Besar sudut putar jenis bergantung pada panjang lintasan cahaya
melalui medium, dan konsentrasi zat aktif dalam cairan. Sifat keaktifan optik
suatu cairan sangat berguna untuk diketahui. Dalam bidang kimia sifat ini berguna
dalam membedakan berbagai jenis molekul organik Khopkar (1990:291)
menyatakan bahwa : “dalam bidang farmasi sifat ini digunakan dalam penentuan
antibiotik dari suatu enzim secara simultan dimana enzim menguraikan
antibiotik”.
Melihat pentingnya pengetahuan sifat aktif optik suatu cairan, maka
dalam penenlitian ini kan diteliti sifat aktif optik dari madu alami dan madu
sintesis sebagai objek penelitian adalah dengan memperhatikan bahwa madu
senyawa organik yang murni dan banyak dikonsumsi oleh manusia. Penelitian ini
menggunakan alat polarimeter yang dapat diputar oleh cairan madu alami dan
madu sintesis.
B. Ruang Lingkup Masalah
Untuk mengetahui sifat keaktifan optik madu alami dan madu sintesis
dapat dilakukan dengan mengukur sudut putar madu pada berbagai suhu. Besaran-
besaran fisis yang diukur adalah panjang tabung polarimeter, suhu dan konsentrasi
larutan madu alami dan madu sintesis. Hasil pengukuran sudut putar ini kemudian
dibandingkan untuk mengetahui madu yang mana yang bersifat lebih aktif
optiknya.
C. Pembatasan Masalah
Untuk membatasi ruang lingkup pembahasan, maka penelitian ini hanya
memfokuskan pengukuran sudut putar madu alami dan madu sintesis pada
konsentrasi 0,10-0,14 gr/ml dan dengan suhu 280C, 400C, dan 600C.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, ruang lingkup dan pembatasan
masalah diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Berapakah sudut putar madu alami dan madu sintesis pada konsentrasi
0,10-0,14 gr/ml dan dengan suhu 280C, 400C, dan 600C ?
2. Apakah madu alami atau madu sintesis yang bersifat lebih aktif optik pada
konsentrasi 0,10-0,14 gr/ml dengan suhu 280C, 400C, dan 600C ?
2
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui besar sudut putar madu alami dan madu sintesis pada
konsentrasi 0,10-0,14 gr/ml dan dengan suhu 280C, 400C, dan 600C.
2. Untuk mengetahui apakah madu alami atau madu sintesis yang lebih
bersifat aktif optik pada konsentrasi 0,10-0,14 gr/ml dan dengan suhu 28-0C, 400C, dan 600C.
E. Manfaat Penelitian
Diharapkan penelitian ini bermanfaat sebagai Informasi tentang sifat
keaktifan optik madu alami dan madu sintesis terutama dalam penggunaan madu
sebagai obat-obatan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Polarisasi Cahaya
1. Pengertian Polarisasi
Gambar.1 memperlihatkan simpangan titik-titik pada tali tegak lurus
pada arah rambat gelombangnya. Ada gelombang yang simpangannya merambat
menurut bidang XOY (bidang vertikal) seperti gambar 1.a ada juga gelombang
yang simpangannya merambat menurut bidang XOZ (bidang horizontal), seperti
gambar 1.b. Kedua gelombang ini kemungkinan merupakan superposisi dan
gelombang-gelombang yang arah simpangannya pada sembarang arah (lihat
gambar 1.c). Jadi gelombang transversal apapun dapat ditampilkan sebagai
superposisi dari dua komponen gelombang, yang satu memiliki simpangan hanya
pada sumbu Y, yang lainnya pada sumbu Z.
(a) (b) (c)
Gambar. 1.a. Gelombang transversal pada tali terpolarisasi pada
b. Polarisasi pada arah Z
c. Penahanan dengan celah vertikal tanpa gesekan pada arah Y
2. Polarisasi dengan Penyerapan Selektif
Tehnik yang umum untuk menghasilkan cahaya terpolarisasi adalah
dengan menggunakan polaroid, yang akan meneruskan gelombang-gelombang
yang arah getarnya sejajar dengan sumbu polarisasi dan menyerap arah
gelombang-gelombang pada arah getar lainnya. Oleh karena itu, tehnik ini disebut
polarisasi dengan penyerapan selektif. Pada gambar 2 tampak dua buah polaroid,
polaroid pertama disebut polarisator dan polaroid kedua disebut analisator.
4
Gambar .2 Dua lembar polaroid dengan sumbu
polarisator membentuk sudut θ
Polarisator berfungsi untuk menghasilkan cahaya terpolarisasi dari
cahaya tak terpolarisasi (cahaya alami). Analisator berfungsi untuk mengurangi
intensitas cahaya terpolarisasi. Prinsip kerja sistem adalah seberkas cahaya alami
menuju kepolarisator. Disini cahaya dipolarisasi secara vertikal.
B. Sifat Aktif Optik Senyawa
Pada senyawa enantiomer molekul dari bayangan cerminnya tidak dapat
diimpitkan (tidak simetris) dan bersifat aktif optik seperti kuarsa, gula dan
sebagainya. Fessenden (1999:141) menyatakan bahwa : “Senyawa yang bersifat
aktif optik ialah suatu senyawa yang memutar bidang polarisasi suatu
cahayaterpolarisasi bidang”.
Sifat aktif optik dari suatu senyawa ditentukan oleh besar sudut putar
jenis cahaya yang melaluinya. Fessenden (1999:141) menyatakan bahwa : “sudut
putar jenis adalah besarnya perputaran oleh jumlah gram zat dalam ml larutan
yang berada dalam tabung polarimeter”. Makin besar sudut putar jenisnya maka
senyawa itu makin bersifat aktif optik dan sebaliknya.
C. Rotasi Optik
Jika cahaya terpolarisasi bidang dilewatkan suatu larutan yang
mengandung suatu enantiomer tunggal, maka bidang polarisasi cahaya itu diputar
5
kekanan atau kekiri. Fessenden (1999:141) menyatakan bahwa :”Rotasi optik
adalah perputaran cahaya terpolarisasi bidang”. Kecepatan cahaya yang
dipolarisasikan kebidang ini dapat menjadi lebih lambat atau lebih cepat apabila
cahaya tersebut melalui suatu zat.
Perubahan kecepatan ini menyebabkan pembiasan dari cahaya yang
terpolarisasi dalam arah tertentu untuk suatu zat aktif optik. Putaran yang searah
jarum jam, pada pemeriksaan sinar dari cahaya terpolarisasi menyatakan bahwa
zat tersebut adalah memutar kekanan, Sedangkan putaran yang berlawanan
dengan arah putaran jarum jam menyatakan suatu zat memutar ke kiri. Zat
memutar kekanan yaitu memutar sinar ke kanan menghasilkan sudut putar α, yang
dinyatakan dengan tanda positif sedangkan pada zat memutar kekiri yaitu
memutar sinar ke kiri menghasilkan sudut putar α, yang bertanda negatif. Martin
(1990:275) menyatakan bahwa :”Molekul yang mempunyai pusat asimetris dan
kurang simetris disekitar bidang tunggal, adalah aktif optik, sedangkan molekul
yang simetris adalah tidak aktif optik dan akibatnya tidak memutar bidang cahaya
yang dipolarisasikan”.
Salah satu contoh senyawa aktif optik adalah senyawa enantiomer
(senyawa yang bayangan cerminnya tidak dapat diimpitkan) seperti glukosa,
maltosa, sukrosa dan sebagainya. Jika cahaya terpolarisasi bidang dilewatkan
pada suatu bidang yang mengandung suatu enantiomer tunggal, maka bidang
polarisasi cahaya itu diputar kekiri atau kekanan. Aktivitas optik dapat dianggap
sebagai interaksi dari radiasi bidang-bidang yang dipolarisasikan dengan elektron
didalam suatu molekul untuk menghasilkan polarisasi elektrik. Interaksi ini
memutar arah getaran radiasi dengan mengubah medan listrik.
6
Gambar.3 Bidang polarisasi suatu cahaya terpolarisasi bidang diputar oleh suatu
enantiomer tunggal.
Rotasi optik bergantung pada kerapatan dari zat aktif optik, dimana
rotasi spesifik , pada suatu temperatur tertentu t dan panjang gelombang
(biasanya garis D dari natrium).
Sudut putar jenis untuk suatu senyawa (misalnya pada toC) dapat
dihitung dengan menggunakan rumus :
………………………………. (1)
Dengan adalah sudut putar jenis garis D natrium pada toC,
adalah sudut putar teramati pada skala pembacaan polarimeter, l adalah panjang
tabung polarimeter dalam dm, dan C adalah konsentrasi larutan dalam gr/ml.
Satuan dari sudut putar jenis adalah : o/dm.gr.ml-1.
D. Madu
Madu lebah menghasilkan madu yang dibuat dari nektar sewaktu musim
tumbuhan berbunga. Madu yang telah matang mengandung rendah air (17%) dan
tinggi gula. Air yang rendah menjaga madu dari kerusakan untuk jangka waktu
lama. Sihombinh, TH (1997) menyatakan bahwa : “ Zat-zat atau senyawa yang
terkandung didalam madu sangat kompleks dan kini telah diketahui tidak kurang
dari 181 zat atau senyawa didalam madu”. Hasil-hasil penelitian mutakhir
menunjukkan paling sedikit ada 11 disakarida, selain sukrosa dalam madu dan
merupakan yang pertama diisolasi dari bahan alami.
E. Polarimeter
Polarimeter adalah alat yang digunakan untuk mempelajari dampak dari
macam-macam senyawa dibawah cahaya yang dipolarisasikan. Hart (1990:117)
mengemukakan cara kerja polarimeter sebagai berikut : ”jika lampu dinyalakan
dan tabung kosong, prisma analisis diputar sehingga berkas cahaya terhalang
7
sempurna (pandangan menjadi gelap). Sumbu prisma dan prisma polarisator dan
prisma analisis dalam keadaan tegak lurus satu sama lain. Sekarang sampel
dimasukkan dalam tabung contoh, jika senyawa bersifat optik tak aktif tidak akan
terjadi suatu apapun, pandangan akan tetap gelap. Tetapi jika yang dianalisis
bersifat optik aktif, ia akan memutar bidang polarisasi dan sebagian cahaya dapat
kepada pengamat. Skema alat polarimeter yang digunakan digunakan dilukiskan
pada gambar 4.
Gambar 4. Skets diagram dari polarimeter
BAB III
8
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisika Universitas Negeri
Medan yang beralamat di jalan William Iskandar Pasar V Medan Estate.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Polarimeter
2. Lampu Natrium
3. Termometer
4. Alat Pemanas (hot plate)
5. Gelas Ukur (gelas milli)
6. Neraca
Bahan yang akan diteliti adalah madu alami dan madu sintesis.
C. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian dilakukan sebagai berikut :
1. Dihidupkan lampu natrium dan diatur posisi polarimeter.
2. Dipasang tabung berisi aquades dan ditentukan posisi polarimeter dengan
jalan memutar knop hingga mendapat segelap mungkin. Diulang hingga
lima kali.
3. Membuat konsentrasi madu 0,1 gr/ml dengan mencampurkan 10 gr madu
alami dengan 100 ml aquades dan diaduk sampai rata
4. Dimasukkan madu alami dengan konsentrasi madu 0,1 gr/ml yang sudah
dicampur kedalam tabung polarimeter dan ditentukan sudut yang
memberi bayangan tergelap, lalu dicatat posisi loup dan diperhatikan arah
rotasi yang terjadi.
5. Diukur panjang tabung polarimeter dan dihitung besar sudut putar jenis
madu alami.
6. Diulang langkah 3 sampai 6 sebanyak 5 kali
9
7. Diulang langkah 3 sampai 7 dengan konsentrasi 0,10-0,14 gr/ml
8. Diulang langkah 3 sampai 8 dengan memanaskan madu alami yang sudah
dicampur aquades dari suhu 280C hingga suhunya naik menjadi 400C, dan
600C.
9. Diulang langkah 3 sampai 9 untuk madu sintetis.
D. Metode Pengumpulan Data
Data-data yang diperoleh dari pengukuran dimasukkan dalam table 1
berikut :
Tabel 1. Data pengukuran konsentrasi sudut putar madu alami dan madu sintetis.
No Konsentrasi
(gr/ml)
Madu alami Madu sintetis
Sudut putar (o) Sudut putar (o)
1 0,10
2 0,11
3 0,12
4 0,13
5 0,14
Tabel 2. Data pengukuran sudut putar madu alami dan madu sintetis dengan
Kenaikan Suhu
No t (0) Madu alami Madu sintetis
Sudut putar (o) Sudut putar (o)
1
2
3
n
F. Tehnik Analisa Data
10
Data yang diperoleh selanjutnya diolah untuk mendapatkan hasil yang
diinginkan. Harga-harga sudut putar jenis diperoleh dari persamaan (1) yaitu :
………………………………. (1)
Data penelitian yang diperoleh merupakan data jamak, untuk data jamak
digunakan prosedur statistic berikut : Djonoputro,B.D.(1984:69)
1. Perhitungan sudut putar jenis rata-rata :
………………………. (2)
2. Perhitungan simpangan baku sudut putar jenis
= ……….. (3)
3. Perhitungan tingkat ketelitian pengukuran
% = ……………….. (4)
BAB IV
11
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Data – data dari hasil pengukuran sudut putar madu alami dan madu
sintesis dengan menggunakan polarimeter pada suhu 280C, 400 C dan 600C dengan
konsentrasi 0,10 M, 0,11 M,0,12 M, 0,13 M, 0,14 M dengan panjang tabung
polarimeter = 2 dm, adalah sebagai berikut :
Tabel A.1 : Hasil pengukuran sudut putar madu alami dan madu sintesis
pada suhu 280C
No
Suhu
(0C) Tingkat
Konsentrasi
jenis madu
Alami Sintetik
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 28 0.10 34,15 34,10 34,10 34,10 34,10 46,10 46,10 46,20 46,20 46,20
2 28 0.11 34,85 34.75 34,95 34,85 34,90 46,40 46.30 46.50 46.40 46.40
3 28 0.12 35,20 35,20 35,10 35,20 35,15 47,15 47,15 47,15 47,10 47,15
4 28 0.13 35,95 35.80 35.80 35.75 35.75 47.80 47.90 47.85 47.80 47.80
5 28 0.14 36.30 36.25 36.15 36.20 36.35 48.35 48.30 48.40 48.35 48.30
Tabel A.2 : Hasil pengukuran sudut putar madu alami dan madu sintesis
pada suhu 400C
No
Suhu
(0C) Tingkat
Konsentrasi
jenis madu
Alami Sintetik
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 40 0.10 42,55 42,55 42,40 42,55 42,55 54,25 54,25 54,25 54,25 54,15
2 40 0.11 42,90 42,95 42,95 42,95 42,90 54,70 54,70 54,65 54,65 54,70
3 40 0.12 43,10 43,10 43,10 43,15 43,10 55,75 55,75 55,75 55,80 55,80
4 40 0.13 43,55 43,60 43,60 43,60 43,60 56,10 56,10 56,10 56,10 56,10
5 40 0.14 44,95 45,00 45,00 44,95 44,95 56,35 56,35 56,35 56,35 36,45
Tabel A.3 : Hasil pengukuran sudut putar madu alami dan madu sintesis
pada suhu 600C
12
No
Suhu
(0C) Tingkat
Konsentrasi
jenis madu
Alami Sintetik
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 60 0.10 55,15 55,10 55,10 55,10 55,15 65.10 65.10 65.20 65.20 65.10
2 60 0.11 55,25 55,25 55,20 55,20 55,25 65.40 65.40 65.45 65.35 65.45
3 60 0.12 55.70 55.75 55.75 55.80 55.70 65.85 65.95 65.85 65.80 65.80
4 60 0.13 56.15 56.10 56.10 56.20 55.10 66.25 66.15 66.15 66.15 66.15
5 60 0.14 56.45 56.45 56.45 56.55 56.55 66,35 66,25 66,25 66,30 66,30
B. Pembahasan
Berdasarkan data tabel A diatas, terlihat sudut putar ( ) madu alami dan
madu sintetis pada suhu 280C, 400 C dan 600C dengan konsentrasi 0,10 M, 0,11
M,0,12 M, 0,13 M, 0,14 M. Sudut putar madu sintetis lebih besar dari madu
alami. Dari persamaan 1 dapat dihitung besar sudut putar madu alami dan madu
sintetis (perhitungan pada lampiran 1 dan 2).
Tabel B.1 : Hasil pengukuran sudut putar madu alami dan madu sintesis
pada suhu 280C
No Konsentrasi
(gr/ml)
Madu alami Madu sintetis
Sudut putar Ketelitian Sudut putar Ketelitian
1 0,10 170.55 0,0125 0,07 % 230,8 0.0387 0,01 %
2 0,11 158.454 0,1512 0,09 % 210,708 0,043 0,02 %
3 0,12 146.544 0,0167 0,01 % 196,418 0,042 0,02 %
4 0,13 137.5 0,3980 2,89 % 184,164 0,428 0,85 %
5 0,14 129.46 0,1272 0,09 % 172,644 0,016 0,03
13
GRAFIK SUDUT PUTAR JENIS MADU ALAMI
14
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
0 0.05 0.1 0.15
Series1
GRAFIK SUDUT PUTAR JENIS MADU SINTETIK
0
50
100
150
200
250
0 0.05 0.1 0.15
Series1
Tabel B.2 : Hasil pengukuran sudut putar madu alami dan madu sintesis
pada suhu 400C
No Konsentrasi
(gr/ml)
Madu alami Madu sintetis
Sudut putar Ketelitian Sudut putar Ketelitian
1 0,10 212.6 0,15 0,07 % 271.35 0,099 0,03 %
2 0,11 205.65 0,09 % 210.908 0,02 %
3 0,12 179.622 0,01 % 196.418 0,02 %
4 0,13 167.652 2,89 % 183.964 0,85 %
5 0,14 160.608 0,09 % 172.664 0,03
0
50
100
150
200
250
0 0.05 0.1 0.15
Series1
0
50
100
150
200
250
300
0 0.05 0.1 0.15
Series1
15
GRAFIK SUDUT PUTAR JENIS MADU ALAMI
GRAFIK SUDUT PUTAR JENIS MADU SINTETIK
Tabel B.3 : Hasil pengukuran sudut putar madu alami dan madu sintesis
pada suhu 600C
No Konsentrasi
(gr/ml)
Madu alami Madu sintetis
Sudut putar Ketelitian Sudut putar Ketelitian
1 0,10 275.56 0.061 0,02 % 325.7 0,072 0,02 %
2 0,11 55.23 0,09 % 65.41 0,02 %
3 0,12 55.74 0,01 % 65.85 0,02 %
4 0,13 55.93 2,89 % 55.93 0,85 %
5 0,14 56.49 0,09 % 66.17 0,03
55
55.2
55.4
55.6
55.8
56
56.2
56.4
56.6
0 0.05 0.1 0.15
Series1
54
56
58
60
62
64
66
68
0 0.05 0.1 0.15
Series1
16
GRAFIK SUDUT PUTAR JENIS MADU ALAMI
GRAFIK SUDUT PUTAR JENIS MADU SINTETIK
Dari data tabel dan grafik diatas terlihat sudut putar ( ) madu alami dan
madu sintetis pada suhu 280C, 600C. 400C, Sudut putar madu sintetis lebih besar
dari madu alami. Dari hasil pengukuran dapat dilihat bahwa semakin tinggi
suhunya maka sudut putar yang terlihat semakin besar, hal ini karena pengaruh
panas, dimana jika suhu naik maka massa jenisnya berubah sehingga sudut putar
pada skala pembacaan polarimeter juga berubah.
Dari perhitungan dapat diketahui bahwa madu sintetis lebih bersifat aktif
optik dari madu alami. Sifat keaktifannya yang lebih tinggi sangat berguna untuk
mengatasi panas dalam didaerah sekitar mulut, dimana jika dioleskan dengan
madu yang lebih tinggi sifat keaktifannya akan terasa lebih menyengat reaksinya
lebih cepat sedangkan jika dioleskan dengan madu yang bersifat keaktifan
optiknya lebih rendah maka akan terasa tidak terlalu menyengat
Dalam hal ini madu sintetis lebih bersifat aktif optik dari madu alami yang
berarti bahwa madu sintetis lebih cepat reaksinya jika kita oleskan pada daera
mulut yang terserang panas dalam. Hal ini dikarenakan madu sintetis merupakan
madu olahan dan sudah dicampur dengan zat tertentu yang dapat mempercepat
reaksinya, sedangkan yang menyebabkan rendahnya sifat keaktifan optik madu
alami karena madu alami masih asli dan belum diolah sehingga reaksinya lambat.
17
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Bertitik tolak dari hasil penelitian dan tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini , maka disimpulkan :
1. Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa pada suhu 280C, 400C. 600C besar
sudut putar jenis madu sintetis lebih besar dari pada madu alami.
2. Dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa madu sintetis lebih berifat aktif
optik dari pada madu alami.
B. Saran
Saran yang dapat diajukan setelah penelitian ini adalah :
1. Untuk penelitian lanjutan perlu dilakukan identifikasi kadar gula
dominanyang menyusun madu alami dan madu sintetis, hal ini perlu
dilakukan untuk melihat sejauh mana pengaruh sifat keaktifan optik ini
terhadap kadar gula yang terdapat dalam madu alami dan madu sintetis.
18
DAFTAR PUSTAKA
Djonoputro,B.D,(1984), Teori Ketidakpastian, Terbitan kedua, Bandung:Institut
Tehnologi Bandung.
Fessenden,(1999), Kimia Organik, Edisi ketiga jilid I, Jakarta: Universitas
Indonesia-Press.
Halliday dan Resnick,(1992), Fisika, jilid 2, Erlangga, Jakarta.
Josua,(2007), Menentukan Sifat Optik Aktif Madu Alami dan Madu Sintetik,
Medan: Universitas Negeri Medan.
Martin,(1990), Farmasi Fisik, Edisi ketiga, Jakarta: Universitas Indonesia-Press.
Sihombing,T.H,(1997), Ilmu Ternak Lebah Madu, Yogyakarta: Universitas Gajah
Mada.
http://id.wikipedia.org/wiki/Optik
http://id.wikipedia.org/w
http://id.wikipedia.org/wiki/polarisasi
iki/Cahaya
http://id.wikipedia.org/wiki/glukosa
http://id.wikipedia.org/wiki/madu
http://id.wikipedia.org/wiki/isomer
http://id.wikipedia.org/wiki/polarimeter
19
Lampiran . 1
Perhitungan Sudut Putar Jenis Madu Alami sama dengan Perhitungan Sudut Putar
Madu Sintetis
Konsentrasi Madu Alami (C) = 10 gr / 100 ml = 0,10 gr / ml
Panjang tabung (sel) (l) = 20 cm = 20 dm
Dari persamaan .1 diperoleh sudut putar jenis :
Untuk suhu 280C pada konsentrasi 0,10
No
Suhu
(0C) Tingkat
Konsentrasi
jenis madu
Alami Sintetik
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 28 0.10 34,15 34,10 34,10 34,10 34,10 46,10 46,10 46,20 46,20 46,20
2 28 0.11 34,85 34.75 34,95 34,85 34,90 46,40 46.30 46.50 46.40 46.40
3 28 0.12 35,20 35,20 35,10 35,20 35,15 47,15 47,15 47,15 47,10 47,15
4 28 0.13 35,95 35.80 35.80 35.75 35.75 47.80 47.90 47.85 47.80 47.80
5 28 0.14 36.30 36.25 36.15 36.20 36.35 48.35 48.30 48.40 48.35 48.30
Contoh perhitungan
Untuk data No.1 : = = 170,750 / dm.gr.ml-1
Untuk data No. 2. : = = 170,50 / dm.gr.ml-1
Untuk data No. 3. : = = 170,50 / dm.gr.ml-1
Untuk data No. 4. : = = 170,50 / dm.gr.ml-1
Untuk data No. 5. : = = 170,50 / dm.gr.ml-1
Sudut putar jenis rata-rata :
20
=
= 170.55
Simpangan baku susut putar jenis :
=
=
= 0,0125
Ketelitian Pengukuran :
% =
=
= 0,07 %
Jadi sudut putar jenis = ( 170,55 0,0125 )0/dm.gr.ml-1 dengan ketelitian 0,07%.
21