menentukan sifat optik aktif madu alami dan madu sintetis dengan konsentrasi 0

30
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cahaya merupakan gelombang transversal yang arah getarnya tegak lurus dengan arah rambatnya.Setiap gelombang yang bergetar pada bidang tertentu dapat dipisahkan kedalam komponen-komponen vertikal dan horizontal. Apabila berkas cahaya melalui suatu bidang polarisator maka hanya salah satu dari komponen ini dilewatkan. Dalam hal ini dikatakan cahaya tersebut terpolarisasi bidang. Fessenden (1999:140) menyatakan bahwa “cahaya terpolarisasi bidang ialah cahaya yang getar gelombangnya telah tersaring semua”. Ditinjau dari keaktifan optiknya, senyawa dibedakan atas dua yaitu senyawa yang bersifat aktif optik dan tidak aktif optik. Jika cahaya terpolarisasi bidang dilewatkan pada suatu cairan yang mengandung senyawa yang bersifat aktif optik maka bidang polarisasi ini diputar kekiri atau kekanan. Tetapi jika senyawa cairan tidak aktif optik, bidang, bidang polarisasi cahaya tidak akan diputar. Sifat keaktifan optik senyawa bergantung pada sudut putar jenis cahaya yang melaluinya. Makin besar sudut putar jenisnya maka senyawa itu makin bersifat aktif optik. Berbagai jenis

Upload: ricky

Post on 06-Jun-2015

2.825 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: MENENTUKAN SIFAT OPTIK AKTIF MADU ALAMI DAN MADU SINTETIS DENGAN KONSENTRASI 0

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Cahaya merupakan gelombang transversal yang arah getarnya tegak

lurus dengan arah rambatnya.Setiap gelombang yang bergetar pada bidang

tertentu dapat dipisahkan kedalam komponen-komponen vertikal dan horizontal.

Apabila berkas cahaya melalui suatu bidang polarisator maka hanya salah satu

dari komponen ini dilewatkan. Dalam hal ini dikatakan cahaya tersebut

terpolarisasi bidang. Fessenden (1999:140) menyatakan bahwa “cahaya

terpolarisasi bidang ialah cahaya yang getar gelombangnya telah tersaring

semua”.

Ditinjau dari keaktifan optiknya, senyawa dibedakan atas dua yaitu

senyawa yang bersifat aktif optik dan tidak aktif optik. Jika cahaya terpolarisasi

bidang dilewatkan pada suatu cairan yang mengandung senyawa yang bersifat

aktif optik maka bidang polarisasi ini diputar kekiri atau kekanan. Tetapi jika

senyawa cairan tidak aktif optik, bidang, bidang polarisasi cahaya tidak akan

diputar. Sifat keaktifan optik senyawa bergantung pada sudut putar jenis cahaya

yang melaluinya. Makin besar sudut putar jenisnya maka senyawa itu makin

bersifat aktif optik. Berbagai jenis cairan organik dan anorganik mempunyai sifat

keaktifan optik yang berarti dapat memutar bidang polarisasi cahaya yang

melaluinya. Besar sudut putar jenis bergantung pada panjang lintasan cahaya

melalui medium, dan konsentrasi zat aktif dalam cairan. Sifat keaktifan optik

suatu cairan sangat berguna untuk diketahui. Dalam bidang kimia sifat ini berguna

dalam membedakan berbagai jenis molekul organik Khopkar (1990:291)

menyatakan bahwa : “dalam bidang farmasi sifat ini digunakan dalam penentuan

antibiotik dari suatu enzim secara simultan dimana enzim menguraikan

antibiotik”.

Melihat pentingnya pengetahuan sifat aktif optik suatu cairan, maka

dalam penenlitian ini kan diteliti sifat aktif optik dari madu alami dan madu

Page 2: MENENTUKAN SIFAT OPTIK AKTIF MADU ALAMI DAN MADU SINTETIS DENGAN KONSENTRASI 0

sintesis sebagai objek penelitian adalah dengan memperhatikan bahwa madu

senyawa organik yang murni dan banyak dikonsumsi oleh manusia. Penelitian ini

menggunakan alat polarimeter yang dapat diputar oleh cairan madu alami dan

madu sintesis.

B. Ruang Lingkup Masalah

Untuk mengetahui sifat keaktifan optik madu alami dan madu sintesis

dapat dilakukan dengan mengukur sudut putar madu pada berbagai suhu. Besaran-

besaran fisis yang diukur adalah panjang tabung polarimeter, suhu dan konsentrasi

larutan madu alami dan madu sintesis. Hasil pengukuran sudut putar ini kemudian

dibandingkan untuk mengetahui madu yang mana yang bersifat lebih aktif

optiknya.

C. Pembatasan Masalah

Untuk membatasi ruang lingkup pembahasan, maka penelitian ini hanya

memfokuskan pengukuran sudut putar madu alami dan madu sintesis pada

konsentrasi 0,10-0,14 gr/ml dan dengan suhu 280C, 400C, dan 600C.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, ruang lingkup dan pembatasan

masalah diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Berapakah sudut putar madu alami dan madu sintesis pada konsentrasi

0,10-0,14 gr/ml dan dengan suhu 280C, 400C, dan 600C ?

2. Apakah madu alami atau madu sintesis yang bersifat lebih aktif optik pada

konsentrasi 0,10-0,14 gr/ml dengan suhu 280C, 400C, dan 600C ?

2

Page 3: MENENTUKAN SIFAT OPTIK AKTIF MADU ALAMI DAN MADU SINTETIS DENGAN KONSENTRASI 0

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui besar sudut putar madu alami dan madu sintesis pada

konsentrasi 0,10-0,14 gr/ml dan dengan suhu 280C, 400C, dan 600C.

2. Untuk mengetahui apakah madu alami atau madu sintesis yang lebih

bersifat aktif optik pada konsentrasi 0,10-0,14 gr/ml dan dengan suhu 28-0C, 400C, dan 600C.

E. Manfaat Penelitian

Diharapkan penelitian ini bermanfaat sebagai Informasi tentang sifat

keaktifan optik madu alami dan madu sintesis terutama dalam penggunaan madu

sebagai obat-obatan.

3

Page 4: MENENTUKAN SIFAT OPTIK AKTIF MADU ALAMI DAN MADU SINTETIS DENGAN KONSENTRASI 0

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Polarisasi Cahaya

1. Pengertian Polarisasi

Gambar.1 memperlihatkan simpangan titik-titik pada tali tegak lurus

pada arah rambat gelombangnya. Ada gelombang yang simpangannya merambat

menurut bidang XOY (bidang vertikal) seperti gambar 1.a ada juga gelombang

yang simpangannya merambat menurut bidang XOZ (bidang horizontal), seperti

gambar 1.b. Kedua gelombang ini kemungkinan merupakan superposisi dan

gelombang-gelombang yang arah simpangannya pada sembarang arah (lihat

gambar 1.c). Jadi gelombang transversal apapun dapat ditampilkan sebagai

superposisi dari dua komponen gelombang, yang satu memiliki simpangan hanya

pada sumbu Y, yang lainnya pada sumbu Z.

(a) (b) (c)

Gambar. 1.a. Gelombang transversal pada tali terpolarisasi pada

b. Polarisasi pada arah Z

c. Penahanan dengan celah vertikal tanpa gesekan pada arah Y

2. Polarisasi dengan Penyerapan Selektif

Tehnik yang umum untuk menghasilkan cahaya terpolarisasi adalah

dengan menggunakan polaroid, yang akan meneruskan gelombang-gelombang

yang arah getarnya sejajar dengan sumbu polarisasi dan menyerap arah

gelombang-gelombang pada arah getar lainnya. Oleh karena itu, tehnik ini disebut

polarisasi dengan penyerapan selektif. Pada gambar 2 tampak dua buah polaroid,

polaroid pertama disebut polarisator dan polaroid kedua disebut analisator.

4

Page 5: MENENTUKAN SIFAT OPTIK AKTIF MADU ALAMI DAN MADU SINTETIS DENGAN KONSENTRASI 0

Gambar .2 Dua lembar polaroid dengan sumbu

polarisator membentuk sudut θ

Polarisator berfungsi untuk menghasilkan cahaya terpolarisasi dari

cahaya tak terpolarisasi (cahaya alami). Analisator berfungsi untuk mengurangi

intensitas cahaya terpolarisasi. Prinsip kerja sistem adalah seberkas cahaya alami

menuju kepolarisator. Disini cahaya dipolarisasi secara vertikal.

B. Sifat Aktif Optik Senyawa

Pada senyawa enantiomer molekul dari bayangan cerminnya tidak dapat

diimpitkan (tidak simetris) dan bersifat aktif optik seperti kuarsa, gula dan

sebagainya. Fessenden (1999:141) menyatakan bahwa : “Senyawa yang bersifat

aktif optik ialah suatu senyawa yang memutar bidang polarisasi suatu

cahayaterpolarisasi bidang”.

Sifat aktif optik dari suatu senyawa ditentukan oleh besar sudut putar

jenis cahaya yang melaluinya. Fessenden (1999:141) menyatakan bahwa : “sudut

putar jenis adalah besarnya perputaran oleh jumlah gram zat dalam ml larutan

yang berada dalam tabung polarimeter”. Makin besar sudut putar jenisnya maka

senyawa itu makin bersifat aktif optik dan sebaliknya.

C. Rotasi Optik

Jika cahaya terpolarisasi bidang dilewatkan suatu larutan yang

mengandung suatu enantiomer tunggal, maka bidang polarisasi cahaya itu diputar

5

Page 6: MENENTUKAN SIFAT OPTIK AKTIF MADU ALAMI DAN MADU SINTETIS DENGAN KONSENTRASI 0

kekanan atau kekiri. Fessenden (1999:141) menyatakan bahwa :”Rotasi optik

adalah perputaran cahaya terpolarisasi bidang”. Kecepatan cahaya yang

dipolarisasikan kebidang ini dapat menjadi lebih lambat atau lebih cepat apabila

cahaya tersebut melalui suatu zat.

Perubahan kecepatan ini menyebabkan pembiasan dari cahaya yang

terpolarisasi dalam arah tertentu untuk suatu zat aktif optik. Putaran yang searah

jarum jam, pada pemeriksaan sinar dari cahaya terpolarisasi menyatakan bahwa

zat tersebut adalah memutar kekanan, Sedangkan putaran yang berlawanan

dengan arah putaran jarum jam menyatakan suatu zat memutar ke kiri. Zat

memutar kekanan yaitu memutar sinar ke kanan menghasilkan sudut putar α, yang

dinyatakan dengan tanda positif sedangkan pada zat memutar kekiri yaitu

memutar sinar ke kiri menghasilkan sudut putar α, yang bertanda negatif. Martin

(1990:275) menyatakan bahwa :”Molekul yang mempunyai pusat asimetris dan

kurang simetris disekitar bidang tunggal, adalah aktif optik, sedangkan molekul

yang simetris adalah tidak aktif optik dan akibatnya tidak memutar bidang cahaya

yang dipolarisasikan”.

Salah satu contoh senyawa aktif optik adalah senyawa enantiomer

(senyawa yang bayangan cerminnya tidak dapat diimpitkan) seperti glukosa,

maltosa, sukrosa dan sebagainya. Jika cahaya terpolarisasi bidang dilewatkan

pada suatu bidang yang mengandung suatu enantiomer tunggal, maka bidang

polarisasi cahaya itu diputar kekiri atau kekanan. Aktivitas optik dapat dianggap

sebagai interaksi dari radiasi bidang-bidang yang dipolarisasikan dengan elektron

didalam suatu molekul untuk menghasilkan polarisasi elektrik. Interaksi ini

memutar arah getaran radiasi dengan mengubah medan listrik.

6

Page 7: MENENTUKAN SIFAT OPTIK AKTIF MADU ALAMI DAN MADU SINTETIS DENGAN KONSENTRASI 0

Gambar.3 Bidang polarisasi suatu cahaya terpolarisasi bidang diputar oleh suatu

enantiomer tunggal.

Rotasi optik bergantung pada kerapatan dari zat aktif optik, dimana

rotasi spesifik , pada suatu temperatur tertentu t dan panjang gelombang

(biasanya garis D dari natrium).

Sudut putar jenis untuk suatu senyawa (misalnya pada toC) dapat

dihitung dengan menggunakan rumus :

………………………………. (1)

Dengan adalah sudut putar jenis garis D natrium pada toC,

adalah sudut putar teramati pada skala pembacaan polarimeter, l adalah panjang

tabung polarimeter dalam dm, dan C adalah konsentrasi larutan dalam gr/ml.

Satuan dari sudut putar jenis adalah : o/dm.gr.ml-1.

D. Madu

Madu lebah menghasilkan madu yang dibuat dari nektar sewaktu musim

tumbuhan berbunga. Madu yang telah matang mengandung rendah air (17%) dan

tinggi gula. Air yang rendah menjaga madu dari kerusakan untuk jangka waktu

lama. Sihombinh, TH (1997) menyatakan bahwa : “ Zat-zat atau senyawa yang

terkandung didalam madu sangat kompleks dan kini telah diketahui tidak kurang

dari 181 zat atau senyawa didalam madu”. Hasil-hasil penelitian mutakhir

menunjukkan paling sedikit ada 11 disakarida, selain sukrosa dalam madu dan

merupakan yang pertama diisolasi dari bahan alami.

E. Polarimeter

Polarimeter adalah alat yang digunakan untuk mempelajari dampak dari

macam-macam senyawa dibawah cahaya yang dipolarisasikan. Hart (1990:117)

mengemukakan cara kerja polarimeter sebagai berikut : ”jika lampu dinyalakan

dan tabung kosong, prisma analisis diputar sehingga berkas cahaya terhalang

7

Page 8: MENENTUKAN SIFAT OPTIK AKTIF MADU ALAMI DAN MADU SINTETIS DENGAN KONSENTRASI 0

sempurna (pandangan menjadi gelap). Sumbu prisma dan prisma polarisator dan

prisma analisis dalam keadaan tegak lurus satu sama lain. Sekarang sampel

dimasukkan dalam tabung contoh, jika senyawa bersifat optik tak aktif tidak akan

terjadi suatu apapun, pandangan akan tetap gelap. Tetapi jika yang dianalisis

bersifat optik aktif, ia akan memutar bidang polarisasi dan sebagian cahaya dapat

kepada pengamat. Skema alat polarimeter yang digunakan digunakan dilukiskan

pada gambar 4.

Gambar 4. Skets diagram dari polarimeter

BAB III

8

Page 9: MENENTUKAN SIFAT OPTIK AKTIF MADU ALAMI DAN MADU SINTETIS DENGAN KONSENTRASI 0

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisika Universitas Negeri

Medan yang beralamat di jalan William Iskandar Pasar V Medan Estate.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Polarimeter

2. Lampu Natrium

3. Termometer

4. Alat Pemanas (hot plate)

5. Gelas Ukur (gelas milli)

6. Neraca

Bahan yang akan diteliti adalah madu alami dan madu sintesis.

C. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian dilakukan sebagai berikut :

1. Dihidupkan lampu natrium dan diatur posisi polarimeter.

2. Dipasang tabung berisi aquades dan ditentukan posisi polarimeter dengan

jalan memutar knop hingga mendapat segelap mungkin. Diulang hingga

lima kali.

3. Membuat konsentrasi madu 0,1 gr/ml dengan mencampurkan 10 gr madu

alami dengan 100 ml aquades dan diaduk sampai rata

4. Dimasukkan madu alami dengan konsentrasi madu 0,1 gr/ml yang sudah

dicampur kedalam tabung polarimeter dan ditentukan sudut yang

memberi bayangan tergelap, lalu dicatat posisi loup dan diperhatikan arah

rotasi yang terjadi.

5. Diukur panjang tabung polarimeter dan dihitung besar sudut putar jenis

madu alami.

6. Diulang langkah 3 sampai 6 sebanyak 5 kali

9

Page 10: MENENTUKAN SIFAT OPTIK AKTIF MADU ALAMI DAN MADU SINTETIS DENGAN KONSENTRASI 0

7. Diulang langkah 3 sampai 7 dengan konsentrasi 0,10-0,14 gr/ml

8. Diulang langkah 3 sampai 8 dengan memanaskan madu alami yang sudah

dicampur aquades dari suhu 280C hingga suhunya naik menjadi 400C, dan

600C.

9. Diulang langkah 3 sampai 9 untuk madu sintetis.

D. Metode Pengumpulan Data

Data-data yang diperoleh dari pengukuran dimasukkan dalam table 1

berikut :

Tabel 1. Data pengukuran konsentrasi sudut putar madu alami dan madu sintetis.

No Konsentrasi

(gr/ml)

Madu alami Madu sintetis

Sudut putar (o) Sudut putar (o)

1 0,10

2 0,11

3 0,12

4 0,13

5 0,14

Tabel 2. Data pengukuran sudut putar madu alami dan madu sintetis dengan

Kenaikan Suhu

No t (0) Madu alami Madu sintetis

Sudut putar (o) Sudut putar (o)

1

2

3

n

F. Tehnik Analisa Data

10

Page 11: MENENTUKAN SIFAT OPTIK AKTIF MADU ALAMI DAN MADU SINTETIS DENGAN KONSENTRASI 0

Data yang diperoleh selanjutnya diolah untuk mendapatkan hasil yang

diinginkan. Harga-harga sudut putar jenis diperoleh dari persamaan (1) yaitu :

………………………………. (1)

Data penelitian yang diperoleh merupakan data jamak, untuk data jamak

digunakan prosedur statistic berikut : Djonoputro,B.D.(1984:69)

1. Perhitungan sudut putar jenis rata-rata :

………………………. (2)

2. Perhitungan simpangan baku sudut putar jenis

= ……….. (3)

3. Perhitungan tingkat ketelitian pengukuran

% = ……………….. (4)

BAB IV

11

Page 12: MENENTUKAN SIFAT OPTIK AKTIF MADU ALAMI DAN MADU SINTETIS DENGAN KONSENTRASI 0

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Data – data dari hasil pengukuran sudut putar madu alami dan madu

sintesis dengan menggunakan polarimeter pada suhu 280C, 400 C dan 600C dengan

konsentrasi 0,10 M, 0,11 M,0,12 M, 0,13 M, 0,14 M dengan panjang tabung

polarimeter = 2 dm, adalah sebagai berikut :

Tabel A.1 : Hasil pengukuran sudut putar madu alami dan madu sintesis

pada suhu 280C

No

Suhu

(0C) Tingkat

Konsentrasi

jenis madu

Alami Sintetik

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

1 28 0.10 34,15 34,10 34,10 34,10 34,10 46,10 46,10 46,20 46,20 46,20

2 28 0.11 34,85 34.75 34,95 34,85 34,90 46,40 46.30 46.50 46.40 46.40

3 28 0.12 35,20 35,20 35,10 35,20 35,15 47,15 47,15 47,15 47,10 47,15

4 28 0.13 35,95 35.80 35.80 35.75 35.75 47.80 47.90 47.85 47.80 47.80

5 28 0.14 36.30 36.25 36.15 36.20 36.35 48.35 48.30 48.40 48.35 48.30

Tabel A.2 : Hasil pengukuran sudut putar madu alami dan madu sintesis

pada suhu 400C

No

Suhu

(0C) Tingkat

Konsentrasi

jenis madu

Alami Sintetik

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

1 40 0.10 42,55 42,55 42,40 42,55 42,55 54,25 54,25 54,25 54,25 54,15

2 40 0.11 42,90 42,95 42,95 42,95 42,90 54,70 54,70 54,65 54,65 54,70

3 40 0.12 43,10 43,10 43,10 43,15 43,10 55,75 55,75 55,75 55,80 55,80

4 40 0.13 43,55 43,60 43,60 43,60 43,60 56,10 56,10 56,10 56,10 56,10

5 40 0.14 44,95 45,00 45,00 44,95 44,95 56,35 56,35 56,35 56,35 36,45

Tabel A.3 : Hasil pengukuran sudut putar madu alami dan madu sintesis

pada suhu 600C

12

Page 13: MENENTUKAN SIFAT OPTIK AKTIF MADU ALAMI DAN MADU SINTETIS DENGAN KONSENTRASI 0

No

Suhu

(0C) Tingkat

Konsentrasi

jenis madu

Alami Sintetik

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

1 60 0.10 55,15 55,10 55,10 55,10 55,15 65.10 65.10 65.20 65.20 65.10

2 60 0.11 55,25 55,25 55,20 55,20 55,25 65.40 65.40 65.45 65.35 65.45

3 60 0.12 55.70 55.75 55.75 55.80 55.70 65.85 65.95 65.85 65.80 65.80

4 60 0.13 56.15 56.10 56.10 56.20 55.10 66.25 66.15 66.15 66.15 66.15

5 60 0.14 56.45 56.45 56.45 56.55 56.55 66,35 66,25 66,25 66,30 66,30

B. Pembahasan

Berdasarkan data tabel A diatas, terlihat sudut putar ( ) madu alami dan

madu sintetis pada suhu 280C, 400 C dan 600C dengan konsentrasi 0,10 M, 0,11

M,0,12 M, 0,13 M, 0,14 M. Sudut putar madu sintetis lebih besar dari madu

alami. Dari persamaan 1 dapat dihitung besar sudut putar madu alami dan madu

sintetis (perhitungan pada lampiran 1 dan 2).

Tabel B.1 : Hasil pengukuran sudut putar madu alami dan madu sintesis

pada suhu 280C

No Konsentrasi

(gr/ml)

Madu alami Madu sintetis

Sudut putar Ketelitian Sudut putar Ketelitian

1 0,10 170.55 0,0125 0,07 % 230,8 0.0387 0,01 %

2 0,11 158.454 0,1512 0,09 % 210,708 0,043 0,02 %

3 0,12 146.544 0,0167 0,01 % 196,418 0,042 0,02 %

4 0,13 137.5 0,3980 2,89 % 184,164 0,428 0,85 %

5 0,14 129.46 0,1272 0,09 % 172,644 0,016 0,03

13

GRAFIK SUDUT PUTAR JENIS MADU ALAMI

Page 14: MENENTUKAN SIFAT OPTIK AKTIF MADU ALAMI DAN MADU SINTETIS DENGAN KONSENTRASI 0

14

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

0 0.05 0.1 0.15

Series1

GRAFIK SUDUT PUTAR JENIS MADU SINTETIK

0

50

100

150

200

250

0 0.05 0.1 0.15

Series1

Page 15: MENENTUKAN SIFAT OPTIK AKTIF MADU ALAMI DAN MADU SINTETIS DENGAN KONSENTRASI 0

Tabel B.2 : Hasil pengukuran sudut putar madu alami dan madu sintesis

pada suhu 400C

No Konsentrasi

(gr/ml)

Madu alami Madu sintetis

Sudut putar Ketelitian Sudut putar Ketelitian

1 0,10 212.6 0,15 0,07 % 271.35 0,099 0,03 %

2 0,11 205.65 0,09 % 210.908 0,02 %

3 0,12 179.622 0,01 % 196.418 0,02 %

4 0,13 167.652 2,89 % 183.964 0,85 %

5 0,14 160.608 0,09 % 172.664 0,03

0

50

100

150

200

250

0 0.05 0.1 0.15

Series1

0

50

100

150

200

250

300

0 0.05 0.1 0.15

Series1

15

GRAFIK SUDUT PUTAR JENIS MADU ALAMI

GRAFIK SUDUT PUTAR JENIS MADU SINTETIK

Page 16: MENENTUKAN SIFAT OPTIK AKTIF MADU ALAMI DAN MADU SINTETIS DENGAN KONSENTRASI 0

Tabel B.3 : Hasil pengukuran sudut putar madu alami dan madu sintesis

pada suhu 600C

No Konsentrasi

(gr/ml)

Madu alami Madu sintetis

Sudut putar Ketelitian Sudut putar Ketelitian

1 0,10 275.56 0.061 0,02 % 325.7 0,072 0,02 %

2 0,11 55.23 0,09 % 65.41 0,02 %

3 0,12 55.74 0,01 % 65.85 0,02 %

4 0,13 55.93 2,89 % 55.93 0,85 %

5 0,14 56.49 0,09 % 66.17 0,03

55

55.2

55.4

55.6

55.8

56

56.2

56.4

56.6

0 0.05 0.1 0.15

Series1

54

56

58

60

62

64

66

68

0 0.05 0.1 0.15

Series1

16

GRAFIK SUDUT PUTAR JENIS MADU ALAMI

GRAFIK SUDUT PUTAR JENIS MADU SINTETIK

Page 17: MENENTUKAN SIFAT OPTIK AKTIF MADU ALAMI DAN MADU SINTETIS DENGAN KONSENTRASI 0

Dari data tabel dan grafik diatas terlihat sudut putar ( ) madu alami dan

madu sintetis pada suhu 280C, 600C. 400C, Sudut putar madu sintetis lebih besar

dari madu alami. Dari hasil pengukuran dapat dilihat bahwa semakin tinggi

suhunya maka sudut putar yang terlihat semakin besar, hal ini karena pengaruh

panas, dimana jika suhu naik maka massa jenisnya berubah sehingga sudut putar

pada skala pembacaan polarimeter juga berubah.

Dari perhitungan dapat diketahui bahwa madu sintetis lebih bersifat aktif

optik dari madu alami. Sifat keaktifannya yang lebih tinggi sangat berguna untuk

mengatasi panas dalam didaerah sekitar mulut, dimana jika dioleskan dengan

madu yang lebih tinggi sifat keaktifannya akan terasa lebih menyengat reaksinya

lebih cepat sedangkan jika dioleskan dengan madu yang bersifat keaktifan

optiknya lebih rendah maka akan terasa tidak terlalu menyengat

Dalam hal ini madu sintetis lebih bersifat aktif optik dari madu alami yang

berarti bahwa madu sintetis lebih cepat reaksinya jika kita oleskan pada daera

mulut yang terserang panas dalam. Hal ini dikarenakan madu sintetis merupakan

madu olahan dan sudah dicampur dengan zat tertentu yang dapat mempercepat

reaksinya, sedangkan yang menyebabkan rendahnya sifat keaktifan optik madu

alami karena madu alami masih asli dan belum diolah sehingga reaksinya lambat.

17

Page 18: MENENTUKAN SIFAT OPTIK AKTIF MADU ALAMI DAN MADU SINTETIS DENGAN KONSENTRASI 0

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Bertitik tolak dari hasil penelitian dan tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini , maka disimpulkan :

1. Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa pada suhu 280C, 400C. 600C besar

sudut putar jenis madu sintetis lebih besar dari pada madu alami.

2. Dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa madu sintetis lebih berifat aktif

optik dari pada madu alami.

B. Saran

Saran yang dapat diajukan setelah penelitian ini adalah :

1. Untuk penelitian lanjutan perlu dilakukan identifikasi kadar gula

dominanyang menyusun madu alami dan madu sintetis, hal ini perlu

dilakukan untuk melihat sejauh mana pengaruh sifat keaktifan optik ini

terhadap kadar gula yang terdapat dalam madu alami dan madu sintetis.

18

Page 19: MENENTUKAN SIFAT OPTIK AKTIF MADU ALAMI DAN MADU SINTETIS DENGAN KONSENTRASI 0

DAFTAR PUSTAKA

Djonoputro,B.D,(1984), Teori Ketidakpastian, Terbitan kedua, Bandung:Institut

Tehnologi Bandung.

Fessenden,(1999), Kimia Organik, Edisi ketiga jilid I, Jakarta: Universitas

Indonesia-Press.

Halliday dan Resnick,(1992), Fisika, jilid 2, Erlangga, Jakarta.

Josua,(2007), Menentukan Sifat Optik Aktif Madu Alami dan Madu Sintetik,

Medan: Universitas Negeri Medan.

Martin,(1990), Farmasi Fisik, Edisi ketiga, Jakarta: Universitas Indonesia-Press.

Sihombing,T.H,(1997), Ilmu Ternak Lebah Madu, Yogyakarta: Universitas Gajah

Mada.

http://id.wikipedia.org/wiki/Optik

http://id.wikipedia.org/w

http://id.wikipedia.org/wiki/polarisasi

iki/Cahaya

http://id.wikipedia.org/wiki/glukosa

http://id.wikipedia.org/wiki/madu

http://id.wikipedia.org/wiki/isomer

http://id.wikipedia.org/wiki/polarimeter

19

Page 20: MENENTUKAN SIFAT OPTIK AKTIF MADU ALAMI DAN MADU SINTETIS DENGAN KONSENTRASI 0

Lampiran . 1

Perhitungan Sudut Putar Jenis Madu Alami sama dengan Perhitungan Sudut Putar

Madu Sintetis

Konsentrasi Madu Alami (C) = 10 gr / 100 ml = 0,10 gr / ml

Panjang tabung (sel) (l) = 20 cm = 20 dm

Dari persamaan .1 diperoleh sudut putar jenis :

Untuk suhu 280C pada konsentrasi 0,10

No

Suhu

(0C) Tingkat

Konsentrasi

jenis madu

Alami Sintetik

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

1 28 0.10 34,15 34,10 34,10 34,10 34,10 46,10 46,10 46,20 46,20 46,20

2 28 0.11 34,85 34.75 34,95 34,85 34,90 46,40 46.30 46.50 46.40 46.40

3 28 0.12 35,20 35,20 35,10 35,20 35,15 47,15 47,15 47,15 47,10 47,15

4 28 0.13 35,95 35.80 35.80 35.75 35.75 47.80 47.90 47.85 47.80 47.80

5 28 0.14 36.30 36.25 36.15 36.20 36.35 48.35 48.30 48.40 48.35 48.30

Contoh perhitungan

Untuk data No.1 : = = 170,750 / dm.gr.ml-1

Untuk data No. 2. : = = 170,50 / dm.gr.ml-1

Untuk data No. 3. : = = 170,50 / dm.gr.ml-1

Untuk data No. 4. : = = 170,50 / dm.gr.ml-1

Untuk data No. 5. : = = 170,50 / dm.gr.ml-1

Sudut putar jenis rata-rata :

20

Page 21: MENENTUKAN SIFAT OPTIK AKTIF MADU ALAMI DAN MADU SINTETIS DENGAN KONSENTRASI 0

=

= 170.55

Simpangan baku susut putar jenis :

=

=

= 0,0125

Ketelitian Pengukuran :

% =

=

= 0,07 %

Jadi sudut putar jenis = ( 170,55 0,0125 )0/dm.gr.ml-1 dengan ketelitian 0,07%.

21