pengaruh lama perendaman dengan menggunakan …digilib.unila.ac.id/29109/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
PENGARUH LAMA PERENDAMAN DENGAN MENGGUNAKANLARUTAN DAUN SALAM (Syzygium polyanthum) SEBAGAI PENGAWETTERHADAP TOTAL BAKTERI Coliform DAN E.coli DAGING BROILER
(Skripsi)
Oleh
OKTI TRIWIDAYANTI
JURUSAN PETERNAKANFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNGBANDAR LAMPUNG
2017
ABSTRAK
PENGARUH LAMA PERENDAMAN DENGAN MENGGUNAKANLARUTAN DAUN SALAM (Syzygium polyanthum) SEBAGAI PENGAWETTERHADAP TOTAL BAKTERI Coliform DAN E.coli DAGING BROILER
Oleh
Okti Triwidayanti
Penelitian ini dilaksanakan pada Mei – Juni 2017 yang bertempat di LaboratoriumProduksi dan Reproduksi Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian,Universitas Lampung dan Laboratorium Kesmavet Balai Veteriner Lampung.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama perendaman dagingbroiler dalam larutan daun salam terhadap total bakteri Coliform dan bakteriE.coli. Penelitian yang dilakukan menggunakan 4 perlakuan perendaman yangmeliputi P0(daging broiler tanpa perendaman), P1 (daging broiler yang direndamsalam selama 20 menit), P2 (daging broiler yang direndam salam selama 40menit) dan P3 (daging broiler yang direndam salam selama 60 menit ). Padapenelitian ini terdapat 5 ulangan pada setiap perlakuan, sehingga terdapat 20satuan percobaan dan setiap satuan percobaan terdiri atas 1 buah dada ayambroiler. Data yang diperoleh pada penelitian ini dibuat dalam bentuk tabulasi dandianalisis secara deskriptif . Hasil penelitian menunjukkan bahwa lamaperendaman daging broiler dalam larutan daun salam selama (0, 20, 40 dan 60menit) tidak menurunkan total bakteri Coliform dan E.coli.
Kata kunci : daging broiler, lama perendaman, daun salam, Coliform, dan E. coli
ABSTRACT
THE EFFECT OF IMMERSION DURATION IN SALAM LEAFSOLUTION (Syzygium polyanthum) AS A PRESERVER ON TOTAL
CONTENT OF Coliform AND E.coli OF BROILER MEAT
By
Okti Triwidayanti
This research was conducted in May - June 2017 at Animal Production andReproduction Laboratory, Livestock Production Department, Faculty ofAgriculture, University of Lampung and veterinary public health laboratory ofLampung Regional Veterinary Hall. This research intended to determine theeffect of immersion duration in salam leaf on total content of Coliform and E. colibacteria of broiler meat. The research was conducted using 4 immersiontreatments that is P0 (broilers without immersion), P1 (broilers soaked for 20minutes), P2 (broilers soaked for 40 minutes) and P3 (broiler meat soaked for 60minutes). In this research there is 5 replications in each treatment, so there is 20experimental units and each experimental unit used 1 broiler chicken breast. Thedata obtained in this research is made in tabulation and analyzed descriptively.The results of this research indicated that broiler immersion duration in salam leafsolution during (0, 20, 40 and 60 minutes) did not decrease the total content ofColiform and E.coli bacteria.
Key words: broiler meat, immersion duration, salam leaf, Coliform, and E. coli
PENGARUH LAMA PERENDAMAN DENGAN MENGGUNAKANLARUTAN DAUN SALAM (Syzygium polyanthum) SEBAGAI PENGAWETTERHADAP TOTAL BAKTERI Coliform DAN E.coli DAGING BROILER
(Skripsi)
Oleh
Okti Triwidayanti
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Peternakan
Pada
Jurusan Peternakan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Campang pada 18 Oktober 1994. Penulis merupakan anak ketiga
dari tiga bersaudara, putri dari pasangan Bapak Mikan dan Ibu Rohmah. Penulis
menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak di TK Dharma Wanita pada
2001, Sekolah Dasar di SD Negeri 1 Dadapan pada 2007, Sekolah Mengengah
Pertama di SMP Negeri 1 Gedung Aji pada 2010, Sekolah Menengah Atas di
SMA Lentera Harapan Banjar Agung pada 2013 dan pada tahun yang sama
penulis diterima di Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung
melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).
Penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Aji Murni Jaya,
Kecamatan Gedung Aji, Kabupaten Tulang Bawang pada Januari-Maret 2016 dan
melaksanakan Praktik Umum di Mulawarman Farm Gadingrejo, Pringsewu pada
Juli-Agustus 2016. Selama masa studi penulis pernah menjadi pengurus
Himpunan Mahasiswa Peternakan (HIMAPET) 2014—2015 bidang Pengabdian
Masyarakat dan 2015—2016 bidang Penelitian dan Pengembangan. Selain itu
penulis juga pernah menjadi asisten mata kuliah Biologi Ternak pada tahun ajaran
2015—2016 dan asisten mata kuliah Pengenalan Bahan Pakan dan Formulasi
Ransum pada tahun ajaran 2016—2017.
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkannikmat dan rizki kepada penulis. Sembah sujud syukur
penulis berikan atas segala karunia yang telah Allah SWTberikan. Sholawat serta salam teruntuk baginda Rosulullah
SAW dan sahabat.
Teruntuk ayahanda dan ibunda tercinta terimakasih atascinta dan kasih sayang yang tak henti-hentinya kalian
berikan, untuk setiap tetes keringat yang mengalir, untuksetiap doa yang senantiasa terucap, untuk setiap semangat,untuk setiap hembusan nafas yang selalu mengajarkan akanhidup. Terimakasih untuk segalanya dan semoga Allah SWT
menempatkannya di jannah. Aamiin
Teruntuk kakak-kakakku tersayang terimakasih atasmotivasi, semangat, keceriaan, kebersamaan, ketulusan dan
kasih sayang kalian.
Teruntuk keluarga besar peternakan, pendidik, sahabat danteman-teman terimakasih atas dukungan, semangat,
motivasi, bantuan dan kebersamaan selama ini.
Almamater tercinta yang telah membawa penulis sampaidititik ini.
“Tersenyumlah, karena senyummu adalah tanda keikhasanhatimu”
(Okti Triwidayanti)
“Bahagia itu bukan dengan siapa kamu berada dan seberapa banyak uang yang kamumiliki, tetapi seberapa ikhlas kamu menerima apa yang kamu miliki saat ini”
(Okti Triwidayanti)
“ Waktu itu bagaikan pedang, jika kamu tidak menggunakannya untuk memotong,ia akan memotongmu (menggilasmu)”
(H.R. Muslim)
"Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah"
(Lessing)
"Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut dan bimbang. Teman yang palingsetia, hanyalah keberanian dan keyakinan yang teguh"
(Andrew Jackson)
"Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil; kita baru yakin kalaukita telah berhasil melakukannya dengan baik"
(Evelyn Underhill)
"Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidakmenyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka
menyerah"(Thomas Alva Edison)
SANWACANA
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena dengan limpahan rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Lama
Perendaman dengan Menggunakan Larutan Daun Salam (Syzygium polyanthum)
Sebagai Pengawet Terhadap Total Bakteri Coliform dan E.coli Daging Broiler ”.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si.—selaku Dekan Fakultas
Pertanian, Universitas Lampung—atas izin yang telah diberikan;
2. Ibu Sri Suharyati, S.Pt., M.P.—selaku Ketua Jurusan Peternakan— atas
motivasi, dukungan, bantuan dan ilmu yang diberikan;
3. Bapak drh. Purnama Edy Santosa, M.Si.—selaku Pembimbing Utama—atas
kesediannya memberikan bantuan, masukan, saran, dan kritik dalam proses
penyelesaian skripsi ini;
4. Ibu Dian Septinova, S.Pt., M.T.A.—selaku Pembimbing Anggota dan
Pembimbing Praktik Umum—atas kesediaan dan kesabarannya membimbing
dan mengarahkan penulis selama ini;
5. Bapak drh. Madi Hartono, M.P.—selaku Pembahas—atas bimbingan dan
arahannya;
6. Bapak Liman, S.Pt., M.P.—selaku Pembimbing Akademik—atas nasihat,
bantuan, masukan dan motivasinya;
7. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Peternakan yang telah memberikan ilmu,
pemahaman, pengalaman, dan pengetahuan kepada penulis;
8. Ibu, Bapak, dan Kakak tercinta—atas kasih sayang, doa, semangat, dan
motivasi yang diberikan selama ini;
9. Ibu Anjani, Ibu Dewi, Bapak Tri, dan Mas Sigit—selaku tenaga ahli
Kesehatan Masyarakat Balai Veteriner Lampung—atas bantuan dan
bimbingannya selama penulis melakukan pengujian;
10. Sahabatku : Agung, Lovi, Angel, dan Nova—atas semangat, doa, perhatian,
motivasi, masukan dan kebersamaannya selama ini;
11. Keluarga PU : Tika, Lara, Made, Yunda Raina, dan Bang adit—atas
semangat, motivasi, kebersamaan, kerjasama dan persaudaraan selama PU
sampai sekarang;
12. Keluarga besar angkatan 2013—terima kasih atas kebersamaan, semangat,
persahabatan dan motivasi selama ini, semoga apa yang kita cita-citakan
selama ini tercapai dan semoga kita menjadi orang yang sukses, Aamiin;
13. Kakanda dan Ayunda Angkatan 2011, 2012, serta Adinda Angkatan 2014,
2015 dan 2016—terimakasih atas pertemanan kita selama di perkuliahan ini,
semoga impian kita semua tercapai, Aamiin;
Akhir kata penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi civitas
akademika, Aamiin.
Bandar Lampung, Juli 2017
Okti Triwidayanti
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ iv
I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Tujuan Penelitian .......................................................................... 4
C. Manfaat Penelitian ........................................................................ 4
D. Kerangka Pemikiran...................................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 8
A. Daging Broiler .............................................................................. 8
B. Daun Salam ................................................................................... 9
C. Kontaminasi Mikroba pada Daging Broiler.................................. 11
D. Coliform ........................................................................................ 12
E. Eschericia coli............................................................................... 14
III. METODE PENELITIAN ............................................................. 22
A. Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................... 22
B. Alat Penelitian............................................................................... 22
iii
C. Bahan Penelitian............................................................................ 23
D. Rancangan Penelitian .................................................................... 23
E. Analisis Data ................................................................................. 24
F. Pelaksanaan kegiatan .................................................................... 24
1. Pembuatan larutan daun salam................................................. 24
2. Persiapan perlakuan daging broiler.......................................... 24
3. pengamatan............................................................................... 25
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................ 29
A. Pengaruh Perlakuan terhadap Total Bakteri Coliform .................. 29
B. Pengaruh Perlakuan terhadap Bakteri E. coli................................ 32
V. SIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 36
A. Simpulan ....................................................................................... 36
B. Saran.............................................................................................. 36
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 37
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kandungan gizi daging broiler ........................................................... 9
2. Batas maksimum cemaran mikroba pada daging (cfu/g) .................. 12
3. Rata-rata total bakteri Coliform.......................................................... 29
4. Rata-rata bakteri E. coli...................................................................... 32
5. Total bakteri Coliform ........................................................................ 42
6. Bakteri E. coli..................................................................................... 42
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Daging ayam merupakan salah satu sumber protein asal hewani yang disukai oleh
masyarakat, selain karena rasanya yang enak daging ayam juga memiliki harga
yang relatif lebih murah dibandingkan dengan daging ternak lain seperti daging
sapi dan kambing. Daging ayam memiliki kandungan nutrisi yang lengkap.
Menurut SNI 01- 4258 - 2010, kandungan gizi yang terdapat dalam 100 g daging
broiler yaitu air 74%; protein 22%; kalsium 13 mg; fosfor 190 mg; zat besi
1,5 mg; vitamin A, C, dan E kurang dari 1%.
Selain kandungan nutrisi yang lengkap, daging ayam memiliki kadar air cukup
tinggi, sehingga pada suhu ruang daging segar dapat menjadi media yang baik
bagi pertumbuhan bakteri patogen atau bakteri pembusuk. Hal tersebut
menyebabkan daging yang dibiarkan pada udara terbuka untuk beberapa waktu
akan lebih cepat membusuk. Menurut Pura et al. (2015), daging broiler akan
mengalami pembusukan 5 jam setelah pemotongan tanpa pengawetan.
Pertumbuhan bakteri pada daging dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain suhu, waktu, tersedianya oksigen, dan kadar air daging. Berdasarkan hal
tersebut maka dilakukanlah upaya untuk menekan pertumbuhan bakteri sehingga
menambah lama simpan daging broiler yaitu dengan preservasi daging.
2
Preservasi daging dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu pengawetan secara fisik,
pengawetan secara kimia, dan pengawetan secara biologi. Pengawetan secara
fisik misalnya pengeringan, pengeluaran udara, pendinginan, dan pembekuan.
Pengawetan secara biologi yaitu berupa pengawetan dengan cara fermentasi.
Adapun pengawetan secara kimia seperti pengasapan, curing, pengasaman,
penggunaan bahan kimia sintetis dan bahan aktif alami yang berasal dari
tumbuhan.
Penggunaan bahan sintetis sebagai bahan pengawet seperti boraks dapat
mengganggu kesehatan. Oleh sebab itu disarankan untuk menggunakan bahan
pengawet alami yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Salah satu tumbuhan yang
dapat digunakan sebagai pengawet yaitu daun salam. Daun salam merupakan
salah satu jenis tanaman yang diketahui dapat digunakan sebagai antibakteri
karena mampu menghambat aktivitas mikroba.
Hapsari (2010) melaporkan bahwa bahan-bahan alami memiliki aktivitas
menghambat mikroba yang disebabkan oleh komponen tertentu yang ada di
dalamnya. Menurut Suharti et al. (2008), senyawa yang terkandung di dalam
daun salam yaitu minyak atsiri (sitral dan eugenol), tanin, flavonoid, dan
triterpenoid yang diketahui bersifat antibakteri.
Kontaminasi bakteri dapat terjadi pada saat ternak masih hidup maupun sejak
berhentinya peredaran darah. Bakteri yang sering mencemari daging yaitu bakteri
Coliform dan E. coli. Bakteri Coliform merupakan bakteri yang berasal dari
lingkungan. Bakteri Coliform mengontaminasi daging apabila lingkungan pada
saat pemotongan broiler, pemrosesan maupun penyimpanan daging tidak bersih.
3
Dampak yang ditimbulkan oleh bakteri Coliform seperti Klebsiella sp dapat
menyebabkan infeksi nosokomial dan dapat menyerang saluran nafas dan saluran
kantung kemih. Proteus sp dan Citrobaster dapat menginfeksi ketika keluar dari
saluran pencernaan, dan biasanya menginfeksi saluran kantung kemih (Fardiaz,
1992). E. coli merupakan penghuni normal usus. Namun seringkali menyebabkan
infeksi jika jumlahnya terlalu banyak (Srikandi, 1993). Akibat yang dapat
ditimbulkan oleh kontaminasi E. coli yaitu infeksi saluran kemih, diare, sepsis,
meningitis, pneumonia, dan luka terutama di dalam abdomen (Kusuma, 2010 dan
Srikandi, 1993). Kontaminasi bakteri E. coli dapat terjadi pada saat ayam masih
hidup maupun pada saat prosesing dan penyimpanan daging apabila ayam
terserang colibacillosis, alat yang digunakan tidak bersih maupun pada saat
prosesing daging terkena feses.
Menurut hasil penelitian Pura et al. (2015), perendaman daging pada larutan daun
salam memberikan hasil terbaik pada larutan daun salam yang direbus dengan
perbandingan air dan daun salam 2:1 yang kemudian diencerkan dengan
perbandingan larutan daun salam dan aquadest 1:4, yang direndam selama 20
menit dengan waktu awal kebusukan (718,75 menit), pH (5,75), dan jumlah total
bakteri (12,25 X 105 CFU/gram). Selain konsentrasi, lama perendaman juga
menyebabkan penetrasi bahan aktif ke dalam daging sehingga dapat bekerja
secara efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri.
Sampai saat ini belum diketahui efek lama perendaman daging broiler dalam
larutan daun salam terhadap total bakteri Coliform dan E. coli. Berdasarkan
uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh lama
4
perendaman dengan menggunakan larutan daun salam terhadap total bakteri
Coliform dan E.coli pada daging broiler.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini:
1. untuk mengetahui pengaruh lama perendaman dengan menggunakan larutan
daun salam sebagai pengawet terhadap total bakteri Coliform daging broiler;
2. untuk mengetahui pengaruh lama perendaman dengan menggunakan larutan
daun salam sebagai pengawet terhadap bakteri E. coli daging broiler.
C. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan informasi kepada
peneliti maupun konsumen tentang manfaat larutan daun salam dan lama
perendaman terhadap total bakteri Coliform dan E.coli pada daging broiler.
D. Kerangka Pemikiran
Daging broiler merupakan sumber protein hewani yang disukai oleh masyarakat
baik karena nilai nutrisi yang lengkap maupun karena harganya yang relatif lebih
murah dibandingkan dengan daging sapi dan kambing. Namun daging broiler
juga memiliki kelemahan yaitu sifatnya yang mudah busuk karena kadar air dan
protein daging broiler yang tinggi sehingga memberikan peluang bagi
pertumbuhan mikroorganisme apabila penanganannya kurang baik.
Faktor yang memengaruhi pertumbuhan mikroba pada daging dikelompokkan
menjadi dua seperti yang dikemukakan oleh Fardiaz (1992), yaitu (1) faktor
5
intrinsik yaitu faktor yang berasal dari dalam dalam daging itu sendiri termasuk
nilai nutrisi daging, kadar air, pH (5,5 ─ 6), dan potensi oksidasi–reduksi
(kemampuan substrat untuk melepaskan dan atau mendapatkan elektron);
(2) faktor ekstrinsik yaitu faktor yang berasal dari luar atau lingkungan sekitar
daging itu sendiri termasuk temperatur, kelembaban relatif, ada tidaknya oksigen,
serta bentuk dan kondisi daging; misalnya karkas, potongan karkas, daging
cacahan dan daging giling.
Kontaminasi mikroba pada daging dimulai sejak berhentinya peredaran darah
pada saat penyembelihan, terutama apabila alat-alat yang dipergunakan untuk
pengeluaran darah tidak steril (Soeparno, 2009). Beberapa jenis mikroba yang
sering mencemari daging ayam adalah E. coli dan Salmonella sp. serta mikroba
patogen lainnya (Puspitasari, 2012). Proses penanganan yang tidak higienis pada
saat pemotongan menyebabkan kontaminasi E. coli pada daging broiler.
E. coli merupakan penghuni normal usus. Namun seringkali menyebabkan infeksi
jika jumlahnya terlalu banyak (Srikandi, 1993). Akibat yang dapat ditimbulkan
oleh kontaminasi E. coli yaitu infeksi saluran kemih, diare, sepsis, meningitis,
pneumonia, dan luka terutama di dalam abdomen (Kusuma, 2010 dan Srikandi,
1993).
Selain E.coli, bakteri yang memiliki dampak pada kesehatan yaitu Coliform.
Dampak yang ditimbulkan oleh bakteri Coliform seperti Klebsiella sp dapat
menyebabkan infeksi nosokomial dan dapat menyerang saluran nafas dan saluran
kantung kemih. Proteus sp dan Citrobaster dapat menginfeksi ketika keluar dari
saluran pencernaan, dan biasanya menginfeksi saluran kantung kemih (Fardiaz,
6
1992). Bakteri tersebut akan tumbuh dengan cepat pada suhu ruang, sehingga
dilakukanlah upaya untuk menekan pertumbuhan bakteri tersebut melalui
perendaman dengan menggunakan larutan daun salam.
Hapsari (2010) melaporkan bahwa bahan-bahan alami memiliki aktivitas
menghambat mikroba yang disebabkan oleh komponen tertentu yang ada di
dalamnya. Suharti et al. (2008) mengatakan bahwa senyawa yang terkandung di
dalam daun salam yaitu minyak atsiri (sitral dan eugenol), tanin, flavonoid,
saponin dan triterpenoid. Senyawa bioaktif dalam daun salam dapat bersifat
bakterisidal, bakteriostatik, fungisidal, dan germinal/menghambat germinal spora
bakteri. Menurut hasil penelitian Kusumaningrum et al. (2013), semakin tinggi
penggunaan daun salam akan menghasilkan daya hambat bakteri yang lebih
tinggi, terlihat dari total bakteri yang semakin sedikit pada perlakuan konsentrasi
makin tinggi.
Senyawa aktif dalam larutan daun salam akan masuk ke dalam daging melalui
perendaman. Hasil penelitian Pura et al. (2015), perendaman daging pada larutan
daun salam memberikan hasil terbaik pada larutan daun salam yang direbus
dengan perbandingan air dan daun salam 2:1 yang kemudian diencerkan dengan
perbandingan larutan daun salam dan aquadest 1:4, di rendam selama 20 menit
dengan waktu awal kebusukan (718,75 menit), pH (5,75), dan jumlah total bakteri
(12,25 X 105 CFU/gram) yang merupakan total bakteri terendah. Menurut hasil
penelitian Cornelia et al. (2005), penurunan jumlah mikroba paling tinggi yaitu
pada perendaman daging pada larutan daun salam selama 20 menit dibandingkan
dengan lama perendaman 0 dan 10 menit. Semakin lama perendaman daging
7
dalam larutan daun salam menyebabkan semakin banyak larutan daun salam yang
terpenetrasi ke dalam daging sehingga jumlah mikroba yang dapat dihambat juga
semakin besar.
Tanin merupakan growth inhibitor sehingga banyak mikroorganisme yang dapat
dihambat pertumbuhannya oleh tanin (Hendradjatin, 2009). Tanin yang juga
merupakan senyawa fenol bekerja dengan cara menghambat pertumbuhan bakteri
dengan melakukan denaturasi protein dan menurunkan tegangan permukaan,
sehingga permeabilitas bakteri meningkat. Kerusakan dan peningkatan
permeabilitas sel bakteri menyebabkan pertumbuhan sel menjadi terhambat dan
akhirnya dapat menyebabkan kematian sel (Akiyama et al., 2001 dan Ajizah,
2004).
Flavonoid memiliki kemampuan antibakteri dengan cara mendenaturasi protein
yang menyebabkan terjadinya kerusakan permeabilitas dinding sel bakteri
(Cushnie dan Lamb, 2011). Minyak atsiri pada daun salam berperan sebagai
antibakteri dengan cara mengganggu proses terbentuknya membran atau dinding
sel bakteri sehingga tidak terbentuk atau terbentuk tetapi tidak sempurna (Ajizah,
2004). Alkaloid mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel
bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan
menyebabkan kematian sel tersebut (Kurniawan dan Aryana, 2015).
Berdasarkan beberapa hal yang telah diuraikan di atas maka larutan daun salam
dapat menekan pertumbuhan bakteri Coliform dan E. Coli pada daging broiler.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Daging Broiler
Broiler merupakan salah satu unggas pedaging hasil rekayasa teknologi genetika,
memiliki karakteristik pertumbuhan cepat, konversi ransum rendah, dapat
dipotong pada umur muda, serta menghasilkan kualitas daging berserat lunak
(Nova et al., 2015). Murtidjo dan Agus (2003) juga mengatakan, broiler
merupakan ternak yang paling ekonomis bila dibandingkan dengan ternak lain,
kelebihan yang dimiliki adalah kecepatan pertambahan/produksi daging dalam
waktu yang relatif cepat dan singkat atau sekitar 4 ─ 5 minggu produksi daging
sudah dapat dipasarkan atau dikonsumsi.
Hasil pemotongan broiler tanpa bulu, darah, leher, kepala, kaki dan jeroan
disebut karkas (Kurtini et al., 2014). Rata-rata berat karkas broiler berkisar antara
65─75% dari berat hidup broiler waktu siap potong (Murtidjo dan Agus, 2003).
Menurut Soeparno (2009), daging didefinisikan sebagai semua jaringan hewan
dan semua produk hasil pengolahan jaringan-jaringan tersebut yang sesuai untuk
dimakan serta tidak menimbulkan gangguan kesehatan bagi yang memakannya.
Menurut SNI 01- 4258 - 2010, kandungan gizi yang terdapat dalam 100 g daging
broiler dapat dilihat pada Tabel 1.
9
Tabel 1. Kandungan gizi daging broiler
Komponen nutrisi Per 100 g dagingAir 74%Protein 22%Kalsium (Ca) 13 mgFosfor (P) 190 mgZat besi (Fe) 1,5 mgVitamin A, C, dan E <1%
B. Daun Salam
Salam adalah tanaman yang tumbuh liar di hutan dan pegunungan, atau biasa
ditanam di perkarangan dan sekitar rumah. Pohon ini dapat ditemukan di daerah
dataran rendah sampai ketinggian 1.400 m dpl. Tinggi pohon salam mencapai
25 m, batang bulat, permukan licin, bertajuk rimbun dan berakar tunggang. Daun
dari tanaman ini tunggal, letak berhadapan, dengan panjang tangkai daun
0,5─1 cm. Helaian daun berbentuk lonjong sampai elips, ujung meruncing,
pangkal runcing, tepi rata, pertulangan menyirip, permukaan atas licin berwarna
hijau tua, permukaan bawah berwarna hijau muda, panjang 5-15 cm, lebar 3-8 cm,
dan jika diremas berbau harum. Bunga majemuk tersusun dalam malai yang
keluar dari ujung ranting, berwarna putih, dan berbau harum. Buahnya buah buni,
bulat, diameter 8-9 mm, buah muda berwarna hijau, setelah masak menjadi merah
gelap, rasanya agak sepat. Biji bulat, diameter sekitar 1 cm, berwarna coklat
(Dalimartha, 2000).
Nama ilmiah daun salam adalah Syzygium polyanthum [Wight.] Walp. dengan
nama lain yaitu Eugenia polyantha Wight. dan Eugenia lucidula Miq.
(Dalimartha, 2000). Klasifikasi salam menurut Sumono dan Wulan (2008)
adalah:
10
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Spermathopyta
Subdivisi : Pinophyta
Kelas : Coniferopsida
Famili : Eugenia
Genus : Myricales
Spesies : Syzygium polyanthum [Wight.] Walp.
Senyawa kimia yang terkandung dalam daun salam adalah flavonoid, tanin,
minyak atsiri (sitral dan eugenol), triterpenoid, alkaloid, fenol, lakton, saponin,
karbohidrat dan steroid. Flavonoid, tannin, minyak atsiri, dan alkaloid memiliki
efek antibakteri sedangkan steroid triterpenoid dan steroid memiliki efek
analgesik (Dalimartha, 2000; Hariana, 2011; Hapsari, 2010 dan Kusumaningrum
et al., 2013). Berdasarkan beberapa penelitian, senyawa yang terkandung dalam
daun salam yang dapat menjadi antibakteri adalah:
1. Flavonoid merupakan senyawa polar yang umumnya mudah larut dalam
pelarut polar seperti etanol, menthanol, butanol, dan aseton. Flavonoid adalah
golongan terbesar dari senyawa fenol. Senyawa fenol memiliki kemampuan
antibakteri dengan cara mendenaturasi protein yang menyebabkan terjadinya
kerusakan permeabilitas dinding sel bakteri (Cushnie dan Lamb, 2011).
Menurut Sumono dan Wulan (2009), flavonoid pada daun salam mampu
membuat permeabilitas dinding sel bakteri menjadi lemah sehingga membran
tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Flavonoid juga menyebabkan terjadinya
11
kerusakan permeabilitas dinding sel bakteri, mikrosom dan lisosom, sehingga
menimbulkan efek toksik terhadap sel bakteri;
2. Tanin dapat mengganggu permeabilitas membran sel bakteri dan memiliki
kemampuan mencegah koagulasi plasma pada Staphylococcus aureus
(Akiyama et al., 2001);
3. Minyak atsiri berperan sebagai antibakteri dengan cara mengganggu enzim
yang membantu pembentukan energi sehingga memperlambat pertumbuhan
sel. Minyak atsiri dalam jumlah banyak dapat juga mendenaturasi protein
(Nazzaro et al., 2013). Sumono dan Wulan (2009) juga mengatakan minyak
atsiri memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri, terjadi
proses denaturasi protein yang menyebabkan perubahan struktur protein dan
terjadi proses koagulasi. Protein yang mengalami proses denaturasi akan
kehilangan aktifitas fisiologi dan dinding sel akan meningkatkan permeabilitas
sel sehingga akan terjadi kerusakan;
4. Alkaloid memiliki kemampuan sebagai antibakteri. Mekanisme alkaloid
sebagai inhibitor pertumbuhan bakteri adalah dengan cara mengganggu
komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding
sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel tersebut
(Kurniawan dan Aryana, 2015).
C. Kontaminasi Mikroba pada Daging Broiler
Daging sangat memenuhi persyaratan untuk perkembangan mikroorganisme,
termasuk mikroorganisme perusak atau pembusuk. Hal ini disebabkan daging
mempunyai kadar air yang tinggi antara 68—75%, kaya zat yang mengandung
12
nitrogen dengan kompleksitas yang berbeda, mengandung sejumlah karbohidrat
yang dapat difermentasi, kaya mineral dan kelengkapan faktor untuk pertumbuhan
mikroorganisme, mempunyai pH yang menguntungkan bagi sejumlah
mikroorganisme sekitar 5,3—6,5. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan mikroorganisme pada dan didalam daging termasuk temperatur,
kadar air/kelembaban, oksigen, tingkat keasaman dan kebasaan (pH) dan
kandungan gizi daging (Soeparno, 2009).
Awal kontaminasi pada daging berasal dari mikroorganisme yang memasuki
peredaran darah pada saat penyembelihan, jika alat-alat yang digunakan untuk
pengeluaran tidak steril. Untuk mengurangi kontaminasi, diperlukan penanganan
yang higienis dengan sistem sanitasi yang baik. Besarnya kontaminasi
mikroorganisme pada daging akan menentukan kualitas dan masa simpan daging
proses (Soeparno, 2009).
Batas maksimum cemaran mikroba pada daging ayam mengacu Standar Nasional
Indonesia (SNI) 3924:2009 yang dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Batas maksimum cemaran mikroba pada daging (cfu/g)
No Jenis Syarat1 Total Plate Count Maks. 1 × 106
2 Coliform Maks. 1 × 102
3 Staphylococcus aureus Maks. 1 × 102
4 Salmonella sp Negatif5 Escerichia coli Maks. 1 × 101
6 Campylobacter sp NegatifSumber : Badan Standarisasi Nasional (2009)
13
D. Coliform
Coliform didefinisikan sebagai kelompok bakteri gram negatif, berbentuk batang,
oksidase-negatif, aerob sampai anaerob fakultatif, tidak membentuk spora,
mampu tumbuh secara aerobik pada media agar yang mengandung garam
empedu, dan mampu memfermentasikan laktosa dengan membentuk gas dan asam
dalam waktu 48 jam pada suhu 37°C (Lynch dan Poole, 1979).
Bakteri Coliform dapat dibedakan atas 2 kelompok yaitu: 1. Coliform fecal,
misalnya Eschericia coli dan, 2. Coliform nonfecal, misalnya Enterobacter
aerogenes. Bakteri Coliform termasuk ordo Eubacteriales dan famili
Enteribacteriaceae. Beberapa genus yang termasuk dalam famili
Enteribacteriaceae adalah Eschericia, Enterobacter, Kelbsiella, Erwinia,
Serratia, Salmonella, dan Shigella. Spesies yang dikelompokkan dalam bakteri
Coliform adalah Ecshericia coli, Klebsiella, dan Enterobacter aerogenes (Gupte,
1990).
Jumlah Coliform yang diperoleh dari inkubasi pada suhu 37°C tersebut biasanya
dinyatakan sebagai total Coliform. Sementara Coliform fekal merupakan bagian
dari Coliform total dan dipresentasikan oleh total bakteri Coliform toleran panas
yang mampu tumbuh pada suhu 44,5 ± 0,2°C dengan memfermentasikan laktosa
dan memproduksi asam dan gas (Lynch dan Poole, 1979).
Prayitno (2009) juga mengatakan bahwa bakteri Coliform dapat dibedakan atas 2
golongan yaitu: (1) Coliform fecal misalnya Escherichia coli, dan (2) Coliform
non-fecal misalnya Enterobacter aerogenes. Coliform fecal adalah bakteri
Coliform yang berasal dari tinja manusia atau hewan berdarah panas lainnya.
14
Coliform non-fecal adalah bakteri Coliform yang ditemukan pada hewan atau
tanaman-tanaman yang telah mati. Sifat-sifat bakteri Coliform adalah: (1) mampu
tumbuh baik pada beberapa jenis substrat dan dapat mempergunakan berbagai
jenis karbohidrat dan komponen organik lain sebagai sumber energi dan beberapa
komponen nitrogen sederhana sebagai sumber nitrogen; (2) mempunyai sifat
dapat mensistesa vitamin; (3) mempunyai interval suhu pertumbuhan antara 10-
46,5oC; (4) mampu menghasilkan asam dan gas gula; (5) dapat menghilangkan
rasa pada bahan pangan; (6) Pseudomonas aerogenes dapat menyebabkan
pelendiran (Suriawiria, 1996).
Bakteri Coliform seperti Klebsiella sp dapat menyebabkan infeksi nosokomial dan
dapat menyerang saluran nafas dan saluran kantung kemih. Proteus sp dan
Citrobaster dapat menginfeksi ketika keluar dari saluran pencernaan, dan
biasanya menginfeksi saluran kantung kemih (Fardiaz, 1992).
Bakteri Coliform merupakan bakteri indikator pencemaran lingkungan serta
indikator patogen. Lingkungan yang kurang bersih/higienis dapat membuat
bakteri Coliform berkembang semakin baik sehingga membuat daging broiler
terkontaminasi oleh bakteri tersebut. Tingginya jumlah cemaran bakteri pada
daging, diduga karena faktor lingkungan seperti banyaknya sampah berserakan,
genangan air, selokan yang tidak mengalir/mengendap serta polusi udara yang
mengakibatkan berkembangnya bakteri Coliform sehingga mengkontaminasi
daging broiler (Fardiaz, 1992).
15
E. Eschericia coli (E. coli)
Klasifikasi E. coli menurut Hardjoeno (2007)
Kingdom : Bacteria
Filum : Proterobacteria
Kelas : Gamma Proteobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Family : Enterobacteriaceae
Genus : Escherichia
Spesies : Escherichia coli
E. coli adalah bakteri gram negatif yang menjadi anggota flora normal pada usus
manusia. Bakteri ini memiliki bentuk batang dan pendek (coccobacillus) dengan
ukuran 0,4 ─ 0,7 μm. E. coli termasuk kedalam famili Enterobacteriaceae yang
memiliki sifat mikroaerofilik (Warsa, 1994). Penyakit yang ditimbulkan dari
tercemarnya bakteri ini yaitu: pneumonia, infeksi saluran kemih, dan infeksi luka
terutama di dalam perut (Srikandi, 1993).
E. coli tergolong ke dalam bakteri gram negatif. Bakteri gram negatif memiliki
selubung sel yang terdiri atas membran dalam, lapisan tunggal peptidoglikan, dan
membran luar. Selubung sel yang hanya terdiri dari lapisan tunggal peptidoglikan
tidak tahan terhadap alkohol, sehingga pada saat dilakukan pembilasan dengan
alkohol (pada pewarnaan gram), warna yang lapisan peptidoglikan yang dicat
dengan kristal violet akan luntur, dan hanya mempertahankan tinta safranin yang
diberikan setelah pembilasan dengan alkohol. Hal ini memberikan warna merah
muda pada bakteri gram negatif (Jawetz et al., 2012).
16
E. coli merupakan penghuni normal saluran pencernaan unggas. Adanya E. coli
dalam air minum merupakan indikasi adanya pencemaran oleh feses. Pada
saluran pencernaan ayam normal terdapat 10-15% bakteri E. coli patogen dari
keseluruhan E. coli (Barness dan Gross, 1997). Bakteri E. coli dapat ditemukan
dalam liter, kotoran ayam, debu atau kotoran dalam kandang. Debu dalam
kandang ayam dapat mengandung 105 sampai 106 E. coli per gram (Tabbu, 2000).
Menurut Barness dan Gross (1997), bakteri ini dapat bertahan lama dalam
kandang, terutama dalam keadaan kering.
Kebanyakan E. coli hidup di lingkungan kandang unggas melalui kontaminasi
feses. Permulaan kejadian patogen dari E. coli mungkin terjadi di hatchery dari
infeksi atau telur yang terkontaminasi, tetapi infeksi sistemik biasanya
membutuhkan lingkungan predisposisi atau sebab-sebab infeksi (Aiello dan
Moses, 1998). Infeksi E. coli hingga tampak secara klinis dipengaruhi oleh faktor
lingkungan yang jelek atau agen infeksi lainnya yang biasanya muncul. Pada
lingkungan yang kotor dan berdebu atau pada sekelompok ayam yang mengalami
imunosupresif akibat penyakit infeksius atau yang mengalami stres akibat
lingkungan (Purchase,1989).
Penularan dapat terjadi melalui kontak langsung antara ayam yang sakit dengan
ayam yang sensitif. Penularan secara tidak langsung dapat terjadi melalui kontak
antara ayam yang sensitif dengan bahan-bahan yang tercemar oleh leleran tubuh
atau feses ayam yang menderita colibasilosis (Tabbu, 2000). Menurut Syibli
(2014), colibacillosis dapat menular melalui telur tetas sehingga dapat
menyebabkan angka kematian yang tinggi pada anak ayam. Ayam yang tertular
17
colibacillosis akan mengeluarkan bakteri dalam fesesnya, dan dapat merupakan
sumber penularan bagi ayam lainnya. Cara penularan terpenting pada telur adalah
feses yang mengadung E.coli menyebabkan pencemaran pada permukaan telur,
dan akhirnya kuman akan dapat menembus kerabang dan selaput telur.
Pencemaran juga dapat melalui ovarium atau oviduk yang terinfeksi oleh bakteri
tersebut.
Brooks et al. (2005) mengklasifikasikan Escherichia coli berdasarkan sifat
karakteristik dari virulensinya dan tiap kelompok menyebabkan penyakit dengan
mekanisme yang berbeda, yaitu Enterophatogenik E. coli (EPEC),
Enterotoxigenik E. coli (ETEC), Enterohemorragic E. coli (EHEC),
Enteroinvasive E. coli (EIEC), Enteroagregative E. coli (EAEC).
1. Enterophatogenic E. coli (EPEC) merupakan penyebab penting terjadinya
diare. EPEC melekat pada sel mukosa usus halus. Hilangnya mikrovili
(effacement), pembentukan filamentous actin atau struktur seperti cangkir, dan
biasanya EPEC masuk ke dalam mukosa. Akibat dari infeksi EPEC adalah
diare yang cair, biasanya susah diatasi namun tidak kronis. Diare EPEC
berhubungan dengan berbagai serotipe spesifik dari E. coli. Waktu diare EPEC
dapat diperpendek dan diare kronis dapat disembuhkan dengan pemberian
antibiotik;
2. Enterotoxigenik E. coli (ETEC) merupakan penyebab umum diare. Beberapa
strain ETEC memproduksi sebuah eksotoksin yang sifatnya labil terhadap
panas dibawah kontrol plasmida;
3. Enterohemorragic E. coli (EHEC) memproduksi verotoksin, dan dinamakan
berdasarkan efek sitotoksik pada sel vero. EHEC banyak dihubungkan dengan
18
hemoragik kolitis, sebuah bentuk diare yang parah, dan dengan sindrom uremik
hemolitik, mikroangiopathi hemolitik anemia, dan trombositopenia;
4. Enteroinvasive E. coli (EIEC). Strain EIEC memfermentasi laktosa dengan
lambat atau tidak memfermentasi laktosa dan tidak motil. EIEC menyebabkan
penyakit dengan menyerang sel epithelial mukosa usus;
5. Enteroagregative E. coli (EAEC). Patogenesis EAEC penyebab diare tidak
begitu dipahami dengan baik, meskipun demikian dinyatakan bahwa EAEC
melekat pada mukosa intestinal dan menghasilkan enterotoksin dan sitotoksin.
Akibatnya adalah mukosa rusak, pengeluaran sejumlah besar mukus dan
terjadinya diare.
Menurut Anonim (2011), infeksi colibacillosis bisa bersifat lokal atau sistemik
dengan berbagai bentuk. Bentuk infeksi lokal collibacillosis antara lain:
1. Omphalitis merupakan peradangan pada pusar. Infeksi ini terjadi karena
kontaminasi pusar oleh jenis bakteri E. coli yang ganas. Telur yang
terkontaminasi feses merupakan sumber utama terjadinya omphalitis. Bakteri
masuk secra in ovo (melalui telur), jika induk ayam mengalami oophoritis
(radang pada ovarium) atau salpingitis (radang pada saluran telur). Selain itu
bakteri E. coli juga dapat mencemari telur melalui peralatan yang
terkontaminasi bakteri. Omphalitis dapat juga terjadi dari translokasi
(perpindahan) bakteri dari usus ayam atau aliran darah. Untuk kasus infeksi
cara ini, pusar mungkin tidak terjadi perubahan. Embrio ayam dapat
mengalami kematian sebelum atau setelah menetas. Pusar tampak membuka,
basah dan kemerahan. Yolk sac (kuning telur) belum terserap, encer dan
berbau busuk;
19
2. Cellulitis merupakan peradangan di bawah kulit atau cellulitis, biasanya terjadi
pada unggas dengan penyebab yang bermacam-macam, tetapi kebanyakan
karena infeksi E. coli. Kejadian cellulitis akut atau sub akut yang melibatkan
perubahan pada periorbhital dan jaringan subkutan di daerah kepala dapat
memicu terjadinya penyakit Swollen Head Syndrome (SHS);
3. Diare disebabkan oleh jenis bakteri E. coli patogen yang bersifat
enterotoxigenic (ETEC) akan menyebabkan terbentuknya akumulasi cairan
diusus sehinga ayam akan mengalami diare (usus mengalami
peradangan/enteritis). Enteritis ini akibat infeksi E. coli primer maupun
sekunder. Infeksi sekunder terjadi akibat bakteri E. coli meninfeksi usus yang
telah rusak akibat penyakit-penyakit yang lain, misalnya koksidiosis atau
helminthiasis. Pada keadaan ini E. coli akan memperberat dari penyakit
primernya;
4. Salpingitis merupakan peradangan pada saluran telur/oviduk yang akan
mengakibatkan penurunan produksi telur dan kematian secara sporadis pada
ayam dewasa. Colibacillosis bentuk ini banyak ditemukan pada ayam petelur
menjelang periode bertelur ataupun selama masa produksi. Salpingitis terjadi
akibat perpindahan bakteri E. coli dari kloaka ke oviduk atau melalui kantung
udara (air sacculitis). Salpingitis yang terjadi akibat perpindahan bakteri E.coli
melalui kantung udara banyak terjadi pada ayam umur muda dan merupakan
infeksi sistemik.
Infeksi sistemik colibacillosis (colisepticemia) terjadi apabila bakteri E. coli
masuk dalam sirkulasi darah, menginfeksi berbagai jaringan melalui luka pada
20
usus atau saluran pernapasan. Adapun Bentuk infeksi sistemik colibacillosis
menurut Anonim (2011) antara lain:
1. Colisepticemia bentuk pernapasan merupakan bentuk colisepticemia yang
sering terjadi. Bakteri E. coli masuk dalam sirkulasi darah melalui kerusakan
mukosa saluran pernapasan akibat agen infeksi maupun non infeksi. Faktor
predisposisi terjadinya colisepticemia yaitu: Infeksi IB, ND, mycoplasma,
kandungan amonia dalam kandang yang tinggi. Perubahan yang nampak dari
colisepticemia bentuk pernapasan adalah pada jaringan saluran pernapasan
(trakea, paru-paru dan kantung udara), pericardium dan peritoneum;
2. Neonatal colisepticemia. Anak ayam peka terhadap infeksi neonatal
colisepticemia pada umur 1-2 hari setelah menetas. Kematian terjadi sampai
umur 1-2 hari setelah menetas. Kematian terjadi sampai umur 2-3 minggu
dengan total kematian 10-20%. Kurang lebih 5 % dari kelompok anak ayam
ini akan mengalami gangguan pertumbuhan. Jika bakteri E. coli tidak
terkontrol, dapat terlokalisasi di tempat-tempat yang kurang terlindungi, yaitu:
otak, mata, jaringan synoval (persendian, tendon, bursa sternalis) dan tulang;
3. Panopthalmitis. Perpindahan bakteri E. coli ke mata merupakan hal yang
jarang terjadi. Mata akan membengkak, bola mata nampak berawan dan
buram, dimana perubahan ini diawali dengan kemerahan pada mata. Bentuk
akhir dari infeksi ini mata akan atropi dan ayam mengalami kebutaan;
4. Meningitis. Bakteri E. coli di otak akan menyebabkan peradangan pada otak
(meningitis) yang di unggas lebih dikenal dengan istilah enchepalitis;
21
5. Coligranuloma ditandai dengan bungkul-bungkul pada hati, sekum, duodenum
dan penggantung usus. Bentuk colibacillosis ini dapat menyebabkan kematian
sampai 75%.
Menurut hasil penelitian Cornelia et al. (2005), perendaman daging dengan
menggunakan larutan daun salam selama 20 menit terdapat penurunan jumlah
mikroba paling tinggi dibandingakan dengan daging tanpa perendaman maupun
dengan perendaman selama 10 menit. Hal tersebut disebabkan semakin lama
perendaman daging dalam larutan daun salam menyebabkan semakin banyak
ekstrak yang terpenetrasi ke dalam daging ayam sehingga jumlah mikroba yang
dapat dihambat juga semakin besar.
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Mei ─ Juni 2017. Prosessing ayam dilakukan di
Jurusan Peternakan, perendaman dilakukan di Laboratorium Produksi dan
Reproduksi Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung
dan perhitungan total mikroba dilakukan di Laboratorium Kesmavet Balai
Veteriner Lampung.
B. Alat Penelitian
1. Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah pisau, talenan, timbangan
analitik, blender, label, wadah plastik, panci sebanyak 1 buah yang akan
digunakan untuk merebus air, kompor, plastik bening, beaker glass, dan alat
tulis;
2. Peralatan pengujian Coliform adalah inkubator, botol dan tabung pengencer,
cawan petri, pipet, jarum inokulasi, pembakar bunsen, tabung reaksi,
autoclave, neraca, homogenizer, water bath, tabung durham;
3. Peralatan pengujian E.coli adalah tabung durham, cawan petri, tabung reaksi,
pipet ukur, botol media, gunting, pinset, ose, stomacher, bunsen, timbangan,
vortex (pengocok tabung), inkubator, penangas air, autoklaf, refrigerator, dan
freezer.
23
C. Bahan Penelitian
1. Bahan- bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah larutan daun salam
dari hasil perebusan daun salam segar, daging broiler jantan bagian dada;
2. Media untuk pengujian Coliform adalah larutan Buffer Peptone Water (BPW),
Brilliant Green Lactose Bile Broth (BGLB), Lauryl Triptose Borth (LTB);
3. Media untuk pengujian E. Coli adalah larutan Butterfielt’s phosphate buffered,
larutan Brilliant Green Lactose Bile Broth 2% (BGLBB), larutan Lauryl
Tryptose Broth (LTB), EC broth, Levine’s Eosin Methylene Blue agar (L-
EMB), Methyl Red-Voges Proskauer (MR-VP), Plate Count Agar (PCA),
Kalium Cyanide Broth (KCB), Simmons Citrate Agar (SCA), Plager Kovac,
Reagen VP, dan Sulfit Indol Motility (SIM).
D. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan 4 perlakuan dan 5
ulangan.
P0: daging broiler tanpa perendaman dengan menggunakan larutan daun salam
P1: daging broiler yang direndam dengan menggunakan larutan daun salam
selama 20 menit
P2: daging broiler yang direndam dengan menggunakan larutan daun salam
selama 40 menit
P3: daging broiler yang direndam dengan menggunakan larutan daun salam
selama 60 menit
24
E. Analisis Data
Data yang diperoleh dibuat dalam bentuk tabulasi dan dianalisis secara deskriptif.
F. Pelaksanaan Penelitian
1. Pembuatan larutan daun salam
Tahapan yang dilakukan dalam pembuatan larutan daun salam yaitu dengan
menggunakan metode modifikasi oleh Cornelia et al. (2005) dan Pura et al.
(2015):
1) mengambil daun salam yang tua;
2) daun salam ditambahkan air kemudian diblender hingga halus. Perbandingan
antara daun salam dan air yaitu 1:2 (b/v);
3) daun salam yang telah dihaluskan dan dicampur air kemudian dipanaskan
sampai suhu 100°C (waktu pendidihan selama 15 menit);
4) setelah dipanaskan kemudian dilakukan penyaringan;
5) mengencerkan larutan daun salam dengan aquadest dengan perbandingan 1:4;
6) larutan daun salam siap untuk digunakan.
2. Persiapan perlakuan daging broiler
Tahapan persiapan daging broiler yang akan dilakukan yaitu:
1) menyiapkan daging broiler bagian dada sebanyak 20 buah;
2) merendam dada broiler dalam larutan daun salam dengan lamanya waktu
perendaman sesuai dengan perlakuan yang digunakan (0, 20, 40, 60 menit);
3) meniriskan daging broiler;
4) menyimpan selama 8 jam (setelah pemotongan) pada suhu ruang;
25
5) memasukkan daging broiler ke dalam wadah plastik;
6) memasukkan daging broiler ke dalam freezer sebelum pengangkutan;
7) mengirim sampel ke Laboratorium Kesmavet Balai Veteriner Bandar
Lampung.
3. Pengamatan
Mengamati total bakteri Coliform dan E.coli pada daging broiler.
a. Menghitung total bakteri Coliform
Menurut Fardiaz (1993) cara perhitungan total bakteri Coliform dilakukan dengan
cara 25 gram sampel daging ayam yang akan diuji dihaluskan. Masing-masing
dilarutkan ke dalam 225 ml BPW sehingga didapatkan pengenceran sepersepuluh.
Sampel yang telah diencerkan dipipet secara aseptik untuk diencerkan kembali
sampai pengenceran yang dikehendaki. Sebanyak 1 ml dari 3 pengenceran
terakhir dipupukkan ke dalam cawan petri steril, selanjutnya dituangi dengan
media LTB 1 ml dari setiap pengencer kesetiap tiga tabung durham. Inkubasi
semua tabung pada suhu 45,5 oC selama 48±2 jam, kemudian mengamati
terbentuknya gas pada tabung durham lalu catat hasilnya. Interpretasi hasil positif
jika media keruh dan terbentuk gas. Interpretasi hasil negatif jika tidak terdapat
pertumbuhan dan tidak terbentuknya gas. Selanjutnya dari perhitungan manual
dimasukkan ke dalam rumus sebagai berikut:
Σ Coliform = rata-rata Σ koloni x faktor pengencer
26
b. Menghitung total bakteri E.coli
Prosedur yang digunakan untuk menghitung total bakteri E.coli menggunakan
metode Balai Veteriner (2015) sebagai berikut:
1) Persiapan sampel
1. menimbang sampel daging ayam sebanyak 25 gram secara aseptik kemudian
memasukan ke dalam wadah steril;
2. menambahkan 225 ml larutan LB ke dalam wadah steril yang berisi sampel
Daging ayam, lalu menghomogenkan dengan stomacher selama 1—2 menit.
2) Cara Uji
1. Uji pendugaan untuk bakteri E. coli adalah memindahkan 1 ml larutan
pengenceran 10-1 tersebut dengan pipet steril ke dalam larutan 9 ml larutan
BPW 0,1% untuk mendapatkan pengenceran 10-2. Dengan cara yang sama
seperti di atas dibuat pengenceran 10-3. Memindahkan dengan pipet steril
masing-masing 1 ml dari setiap pengenceran ke dalam 3 seri tabung LSTB
yang berisi tabung durham. Menginkubasi pada temperatur 35°C selama 24
jam sampai dengan 48 jam. Memperhatikan gas yang terbentuk didalam
tabung durham. Hasil uji dinyatakan positif apabila terbentuk gas dan akan
dilanjutkan dengan uji peneguhan.
2. Uji peneguhan dilakukan dengan cara memindahkan dengan menggunakan ose
biakan dari tabung LTSB yang positif ke tabung-tabung ECB yang berisi
tabung durham. Menginkubasi ECB selama 24 jam pada suhu 45,5°C±2°C.
jika uji menunjukkan hasi yang negatif maka diinkubasikan kembali selama 48
jam. Memperhatikan gas yang terbentuk pada tabung durham, tabung-tabung
ini adalah hasil posiitif dalam uji peneguhan E. coli. Dengan menggunakan
27
tabel “Most Propable Number (MPN)” menentukan nilai MPN berdasarkan
pada jumlah tabung ECH yang mengandung gas sebagai jumlah E. coli per
milimeter per gram. (Balai Veteriner Bandar Lampung, 2015).
3. Isolasi – identifikasi dengan membuat goresan media L-EMBA dari tabung
ECH yang positif kemudian menginkubasi selama 18—24 jam pada suhu
35°C±2°C. koloni yang diduga E. coli memiliki diameter 2—3mm, pada
bagian pusatnya berwarna hitam atau gelap dan metalik kehijauan yang
mengkilat pada media L-EMBA. Memindahkan koloni yang diduga dari
masing-masing media L-EMBA menggunakan ose ke PCA miring.
Menginkubasi PCA miring selama 18—24 jam pada suhu 35°C±2°C untuk uji
biokimia.
3) Uji Biokimia
a. Uji produksi indole
1. menginokulasi koloni dari tabung PCA pada TB dan menginkubasikannya
selama 24 jam pada suhu 35°C±2°C;
2. menambahkan 0,2 ml sampai dengan 0,3 ml reagen kovac;
3. hasil uji positif ditandai dengan adanya cincin merah dipermukaan media;
4. hasil uji negatif ditandai dengan terbentuknya cincin kuning.
b. Uji Voges-prosauer (VP)
1. mengambil biakan dari media TSIA dengan ose lalu menginokulasi ke tabung
yang berisi 10 ml media MR-VP dan inkubasikan pada temperatur 35°C
selama 48 jam ± 2 jam;
2. memindahkan 5 ml MR-VP ke dalam tabung reaksi dan tambahkan 0,6 ml
larutan a- naphatol dan 0,2 ml KOH 40%, kemudian digoyang-goyangkan
28
sampai tercampur dan didiamkan;
3. untuk mempercepat reaksi tambahkan kristal keratin. Membaca hasil setelah
4 jam;
4. hasil uji positif apabila terjadi perubahan warna pink sampai merah delima.
c. Uji Methyl Red (MR)
1. mengambil biakan dari media TSIA dengan ose inokulasikan ke dalam
tabung yang berisi 10 ml media MR-VP dan menginkubasi pada temperatur
35°C selama 48 jam ± 2 jam;
2. menambahkan 5 tetes sampai dengan 6 tetes indikator methyl Red pada
tabung;
3. hasil uji positif ditandai dengan adanya difusi warna merah ke dalam media;
4. hasil uji negatif ditandai dengan terjadinya warna kuning pada media.
d. Uji Citrate
1. menginokulasi koloni dari TSIA ke dalam SCA dengan ose;
2. mengikubasi pada temperatur 35°C selama 96 jam ± 2 jam;
3. hasil uji positif ditandai adanya pertumbuhan koloni yang diikuti perubahan
4. warna dari hijau menjadi biru;
5. hasil uji negatif ditandai dengan tidak adanya pertumbuhan koloni atau
6. tumbuh sangat sedikit dan tidak terjadi perubahan warna.
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh simpulan sebagai
berikut:
1. lama perendaman dengan menggunakan larutan daun salam (Syzygium
polyanthum) selama (0, 20, 40 dan 60 menit) tidak menurunkan total bakteri
Coliform daging broiler;
2. lama perendaman dengan menggunakan larutan daun salam (Syzygium
polyanthum) selama (0, 20, 40 dan 60 menit) tidak menurunkan total bakteri
E. coli daging broiler.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis menyarankan:
1. adanya penelitian lanjutan mengenai perendaman daging broiler dengan
menggunakan larutan daun salam pada lama perebusan berbeda;
2. adanya penelitian lanjutan mengenai perendaman daging broiler dengan
menggunakan larutan daun salam dengan peubah yang diamati yaitu bakteri
Coliform selain E. coli.
DAFTAR PUSTAKA
Aiello, S. E and M. A. Moses. 1998. The Merck Veterinary Manual. Merck & Co.Kenilworth.
Ajizah, A. 2004. Sensitivitas Salmonella typhimurium terhadap ekstrak daunPsidium Guajava L. J Bioscientic 1(1):31—38.
Akiyama, H., K. Fujii, O. Yamasaki, T. Oono, K. Iwatsuki, 2001. Antibacterialaction of several tannins against Staphylococcus aureus. The Journal ofAntimicrobial Chemotherapy 48(4):487—491.
Anonim. 2011. Penyakit Colibacillosis Akibat Bakteri E. coli pada Ayam.http://dokterternak.com/2011/05/31/penyakit-colibacillosis-akibat-bakteri-e-coli-pada-ayam/. Diakses pada 11 September 2017.
Balai Veteriner. 2015. Buku Pedoman Metode Uji Cemaran Mikroba dan BatasMaksimum dalam Daging, Telur dan Susu. Balai Veteriner Lampung.Bandar Lampung.
Barnes, H. J. and W. B. Gross. 1997. Colibacillosis. In : Disease of poultry. TenthEdition. Edited by : B. W. Calnek with H. J . Barnes, C. W. Beard, L .R. MeDougald and Y. M. Saif. Iowa State University Press. Ames.
Brooks, G. F., S. B. Janet, A. M. Stephen. 2005. Jawetz, Melnick and Adelberg’s.Mikrobiologi Kedokteran (Medical Microbiology) Buku I. Alih Bahasa olehE. Mudihardi, Kuntaman, E. B. Wasito, N. M. Mertaniasih, S. Harsono danL. Alimsardjono. Salemba Medika. Jakarta.
Cornelia. M., C. C. Nurwitri dan Manissjah. 2005. Peranan ekstrak kasar daunsalam (Syzygium polyanthum (wight) walp) dalam menghambatpertumbuhan total mikroba dan Escherichia coli pada daging ayam segar.Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan 3(2):35—45.
Cushnie, T. P. T. and A. J. Lamb. 2011. Recent advances in understanding theantibacterial properties of flavonoids. International Journal of AntimicrobialAgents 38(2):99—107.
Dalimartha, S. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Edisi 2. Trubus Agiwidya.Jakarta.
38
Dalimartha, S. dan F. Andian. 2013. Ramuan Herbal Tumpas Penyakit. PenebarSwadaya. Jakarta.
Dewanti, S dan M. T. Wahyudi. 2011. Uji aktivitas antimikroba infusum daunsalam (Folia syzygium polyanthum wight) terhadap pertumbuhan bakteriEscherichia coli secara in-vitro. Jurnal Medika Planta 1(4):78- 81.
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pengelolaan Pangan 1. Gramedia Pustaka Utama.Jakarta.
. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. Cetakan Pertama. Raja GrafindoPersada. Jakarta.
Gupte, S. 1990. Mikrobiologi Dasar. Binarupa Aksara. Jakarta.
Hapsari, A. M. N. 2010. Pengaruh Eksktrak Jahe terhadap PenghambatanMikroba Perusak pada Ikan Nila. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan.Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Hardjoeno. 2007. Kumpulan Penyakit Infeksi dan Tes Kultur Sensitivitas KumanSerta Upaya Pengendaliannya. Cahya Dinan Rucitra. Makasar.
Hariana, A. 2011. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri 3. Swadaya. Jakarta.
Hendradjatin, A. A. 2009. Efek antibakteri infusa daun salam (Eugenia polyantha)secara in vitro terhadap V. Cholarae dan E. coli enteropatogen. MajalahKedokteran Bandung 36(2):89—96.
Jawetz E., J. L. Melnick and E. A. Adelberg. 2012. Medical Microbiology Edisi25. Salemba Medika. Jakarta.
Kurniawan, B., and W. F. Aryana, 2015. Binahong (Cassia alata L) as inhibitor ofEscherichia coli growth. Majority 4(4):100—104.
Kurtini, T., K. Nova, dan D. Septinova. 2014. Produksi Ternak Unggas. AnugrahUtama Raharja (AURA). Bandar Lampung.
Kusuma, S. A. F. 2010. Escherichia coli. Makalah. Fakultas Farmasi. UniversitasPadjajaran. Bandung.
Kusumaningrum, A., P. Widiyaningrum dan I. Mubarok. 2013. Penurunan totalbakteri daging ayam dengan perlakuan perendaman infusa daun salam(Syzygium polyanthum). Jurnal MIPA 36(1):14—19.
Lynch, J. M. and N. J. Poole. 1979. Water Pollution and its Prevention. InMicrobial Ecology: A Conceptual Approach. Blackwell ScientificPublication. Oxford.
39
Murtidjo dan B. Agus. 2003. Pemotongan dan Penanganan Daging Ayam.Kanisius. Yogyakarta.
Nazzaro, F., F. Fratianni, L. D. Martino, R. Coppola, and V. D. Feo. 2013. Effectof essential oils on pathogenic bacteria. Pharmaceuticals 6(12):1451—1474.
Nova, K., T. Kurtini, dan Riyanti. 2015. Manajemen Usaha Ternak Unggas.Anugrah Utama Raharja (AURA). Bandar Lampung.
Prayitno, A. (2009). Uji Bakteriologi Air Baku Siap Konsumsi dari PDAMSurakarta Ditinjau dari Jumlah Bakteri Coliform. Tesis. UniversitasMuhamadiyah Surakarta. Surakarta.
Pura, E. A., K. Suradi dan L. Suryaningsih. 2015. Pengaruh berbagai konsentrasidaun salam (Syzygium polyanthum) terhadap daya awet dan akseptabilitaspada karkas ayam broiler. Jurnal Ilmu Ternak 15(2):32—38.
Purchase, H. G. 1989. A Laboratory Manual for the Isolation and Identification ofAvian Phatogens. Third Edition. Publishing Company. Dubuque.
Puspitasari, S. 2012. Pengawetan Suhu Rendah pada Daging dan Ikan. Makalah.Universitas Diponogoro. Semarang.
Ratna, Y., P. Indrayudha dan S. S. Rahmi . 2011. Aktivitas antibakteri minyakatsiri daun jeruk purut (Citrus hystrix) terhadap Staphylococcus aureus danEscherichia coli. Pharmacon 12(2):50—54.
Sari, S. H. 2017. Pengaruh Lama Perendaman dengan Larutan Daun Salam(Syzygium Polyanthum) Sebagai Pengawet Terhadap Sifat Fisik DagingBroiler. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Soeparno. 2009. Ilmu dan Teknologi Daging. Edisi Ke-5. Gadjah MadaUniversity Press. Yogyakarta.
Srikandi, F. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. PT Raja Grafindo Persada.Jakarta.
Standar Nasional Indonesia. 2009. Batas Maksimum Cemaran Mikroba dalamPangan. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.
Standar Nasional Indonesia. 2010. Ayam Broiler. Badan Standarisasi Nasional.Jakarta.
Suharti, S., A. Banowati, W. Hermana dan K. G. Wiryawan. 2008. Komposisi dankandungan kolesterol karkas ayam broiler diare yang diberi tepung daunsalam (Syzygium polyanthum Wight) dalam ransum. Jurnal Peternakan31(2):138—145.
40
Sukardi, A., R. Mulyarto dan W. Safera. 2007. Optimasi waktu ekstraksi terhadapkandungan tanin pada bubuk ekstrak daun jambu biji (Psidii folium) sertabiaya produksinya. Jurnal Teknologi Pertanian 8(2):88—94.
Sumono, A. and A. Wulan. 2008. The use of bay leaf (Eugenia polyantha wight)in dentistry. Dental Journal 41(3):147—150.
. 2009. Kemampuan air rebus daun salam (Eugeniapolyantha w) dalam menurunkan jumlah koloni bakteri Streptococcus sp.Majalah Farmasi Indonesia 20(3):112—117.
Suprayogo, D., I. G. K. Suarjana dan M. D. Rudyanto. 2014. Lama penyimpanandaging broiler terhadap jumlah cemaran Coliform pada showcase pasar-pasar swalayan di Denpasar. Indonesia Medicus Veterinus 3(2):92—98.
Suriawiria, U. 1996. Pengantar Mikrobiologi Umum. Angkasa. Bandung.
Syibli, M. 2014. Manual Penyakit Unggas. Subdit Pengamatan Penyakit Hewan.Direktorat Kesehatan Hewan. Jakarta.
Tabbu., C. R. 2000. Penyakit Ayam dan Penanggulangannya. Volume 1. Kanisius.Yogyakarta.
Warsa, U. C., 1994. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Edisi Revisi. BinarupaAksara. Jakarta.
Yuliani, R., P. Indrayudha dan S. S. Rahmi . 2011. Aktivitas antibakteri minyakatsiri daun jeruk purut (Citrus hystrix) terhadap Staphylococcus aureus danEscherichia coli. Pharmacon 12(2):50—53.