pengaruh kurs, suku bunga sbi dan inflasi terhadap …
TRANSCRIPT
i
PENGARUH KURS, SUKU BUNGA SBI DAN INFLASI TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN
DI BURSA EFEK INDONESIA
SKRIPSI
Oleh NIRWANA
NIM 105721117516
PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR 2021
ii
PENGARUH KURS, SUKU BUNGA SBI DAN INFLASI TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN
DI BURSA EFEK INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana ekonomi pada program studi manajemen fakultas ekonomi
dan bisnis
NIRWANA 105721117516
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR 2021
iii
LEMBAR PERSEMBAHAN
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas terselesaikannya
karya ilmiah dengan baik dan lancar. Karya ilmiah ini ku persembahkan untuk:
1. Kedua orang tuaku tercinta Bapak Saraka dan Ibu Subaedah, yang telah
memberikan seluruh cintanya kepadaku, yang tak pernah bosan memberikan
saya nasehat, bimbingan dan semangat yang begitu besar. Terima kasih
karena selalu mendukung saya untuk mengejar impian saya. Terima kasih
karena telah menjaga saya dalam doa-doamu. Tanpa inspirasi, dorongan dan
dukungan yang telah kalian berikan pada saya, saya mungkin tidak mampu
untuk menyelesaikan karya ilmiah ini.
2. Bapak dan Ibu dosen, khususnya kepada dosen pembimbing yang selama ini
telah memberikan motivasi, dukungan dan meluangkan banyak waktunya
untuk mengajarkanku menyelesaikan karya ilmiah ini. Terima kasih telah rela
membagi waktunya untuk saya guna lulus tepat waktu, terima kasih atas
segala bekal ilmu yang telah kalian bagikan tanpa pamrih, begitupun dengan
kritikan, tuntutan yang kalian berikan akan sangat bermanfaat bagi saya.
3. Kepada teman-teman seperjuangan di kelas Manajemen E.16 yang selalu
memberikan banyak semangat, bantuan, motivasi maupun dukungan dalam
penyelesaian karya ilmiah ini.
MOTTO HIDUP
Jangan mundur sebelum melangkah, setelah melangkah jalani dengan cara
terbaik yang bisa kita lakukan.
Nirwana
iv
v
vi
vii
ABSTRAK
NIRWANA, 2021. Pengaruh Kurs, Suku Bunga SBI dan Inflasi terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia. Dibimbing oleh Pembimbing I A. Ifayani Haanurat dan Pembimbing II Asri Jaya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Kurs, Suku Bunga SBI dan Inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia.
Jenis penelitian ini menggunakan metodologi kuantitatif. Penelitian ini mengambil seluruh data time series meliputi Kurs, Suku Bunga SBI, Inflasi serta
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) periode tahun 2015 sampai tahun 2019. Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan sampling jenuh atau sampel sensus, yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda menggunakan SPSS 26.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (R)
sebesar 0,720 yang berarti variabel independen mempengaruhi variabel dependen sebesar 72,0% dan sisanya 28,0% dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini. Hasil uji t menunjukkan bahwa variabel Kurs berpengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Suku Bunga SBI berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Inflasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan.
Kata Kunci : Kurs, Suku Bunga, IHSG.
viii
ABSTRACT
NIRWANA, 2021. The Effect of Exchange Rates, SBI interest Rates and Inflation on the Join Stock Price Index in Indonesia Stock Exchange. Suvervised by A. Ifayani Haanurat and Asri Jaya. This study aims to determine the effect of exchange rates, SBI interest rates and inflation on the Joint Stock Price Index in Indonesia Stock Exchange.
This type of research used a quantitative methodology. This study took all time series data including exchange rates, SBI interest rates, inflation and the Joint Stock Price Index (IHSG) for the period 2015 to 2019. The samples in this study was saturated sampling or census samples, namely sampling techniques when all members of the population used as the sample. The data analysis used is multiple linear regression analysis using SPSS 26.
The result of this study indicated that the coefficient of determination (R) was 0,720, which means that the independent variable affected the dependent variable by 72,0% and the remaining 28,0% was influenced by other variables outside of this study. The t test result showed that the exchange rate variable has a positive and significant effect on the Joint Stock Price Index. SBI interest rates had a negative and significant effect on the Joint Stock Price Index. Inflation had a negative and insignificant effect on the Composite Stock Price Index.
Keywords: Exchange Rate, Interest Rate, JCI.
ix
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat
dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta
para keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Merupakan nikmat yang tiada
ternilai manakala penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Kurs, Suku Bunga
SBI dan Inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek
Indonesia”.
Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam
menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih
kepada kedua orang tua penulis bapak Saraka dan ibu Subaedah yang
senantiasa memberi harapan, semangat, perhatian, kasih sayang dan doa tulus
tak pamrih. Saudara-saudaraku tercinta yang senantiasa mendukung dan
memberikan semangat hingga akhir studi ini. Seluruh keluarga besar atas segala
pengorbanan, dukungan dan doa restu yang telah diberikan demi keberhasilan
penulis dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada
penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan di akhirat.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud
tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula
penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan
dengan hormat kepada:
x
1. Bapak Prof Dr. H. Ambo Asse, M.Ag., Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar.
2. Bapak Ismail Rasulong, SE., MM., Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak Muh. Nur Rasyid, SE., MM., selaku Ketua Program Studi Manajemen
Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Dr. A. Ifayani Haanurat, MM., CBC., selaku Pembimbing I yang senantiasa
meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis sehingga
skripsi selesai dengan baik.
5. Asri Jaya, SE,. MM., selaku Pembimbing II telah berkenan
membantu selama dalam penyusunan skripsi hingga ujian skripsi.
6. Bapak/Ibu dan asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah banyak menuangkan ilmunya
kepada penulis selama mengikuti kuliah.
7. Segenap Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar.
8. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi
Manajemen Angkatan 2016 yang selalu belajar bersama yang tidak sedikit
bantuannya dan dorongan dalam aktivitas studi penulis.
9. Terima kasih teruntuk semua kerabat yang tidak bisa saya tuliskan satu
persatu yang telah memberikan semangat, kesabaran, motivasi, dan
dukungannya sehingga penulis dapat merampungkan penulisan skripsi ini.
Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih
sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya
xi
para pembaca yang budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan
kritikannya demi kesempurnaan skripsi ini.
Mudah-mudahan skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak utamanya kepada Almamater Biru Universitas Muhammadiyah
Makassar.
Billahi fi Sabilil Haq, Fastabiqul Khairat, Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Makassar, 13 November 2020
Nirwana
xii
DAFTAR ISI
SAMPUL ............................................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ ii
LEMBAR PERSEMBAHAN................................................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... v
SURAT PERNYATAAN ......................................................................................... vi
ABSTRAK (INDONESIA) ...................................................................................... vii
ABSTRACK (INGGRIS) ........................................................................................ viii
KATA PENGANTAR ............................................................................................. ix
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 6
A. Tinjauan Teori ............................................................................................ 6
1. Manajemen Keuangan ......................................................................... 6
2. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ............................................. 8
3. Nilai Tukar Rupiah (Kurs) .................................................................... 10
4. Suku Bunga SBI ................................................................................... 14
xiii
5. Inflasi .................................................................................................... 16
B. Tinjauan Empiris ........................................................................................ 19
C. Kerangka Konsep ....................................................................................... 24
D. Hipotesis .................................................................................................... 25
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................. 26
A. Jenis Penelitian ........................................................................................... 26
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................... 26
C. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ............................................ 27
D. Populasi dan Sampel ................................................................................... 30
E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 31
F. Teknik Analisis Data .................................................................................... 31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 34
A. Sejarah Singkat Objek Penelitian ............................................................... 34
B. Hasil Penelitian .......................................................................................... 40
C. Pembahasan .............................................................................................. 44
BAB V PENUTUP ................................................................................................. 48
A. Kesimpulan ................................................................................................ 48
B. Saran ......................................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 50
LAMPIRAN
BIOGRAFI PENULIS
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu .............................................................................. 20
Tabel 4.1 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ................................................. 40
Tabel 4.2 Hasil Koefisien Determinasi (R) .............................................................. 42
Tabel 4.3 Hasil Uji Signifikan (Uji T) ....................................................................... 43
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Konsep .............................................................................. 24
Gambar 4.1 Struktur Organisasi ........................................................................... 36
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah gambaran dari aktivitas
pasar modal secara umum. Apabila indeks harga saham gabungan (IHSG)
mengalami peningkatan, maka itu berarti pasar modal sedang bullish atau
mengalami tren naik atau menguat. Begitupun sebaliknya jika indeks harga
saham gabungan (IHSG) menurun, maka itu berarti kondisi pasar modal
sedang bearish atau melemah. Oleh karena itu, seorang penanam modal atau
investor harus memahami kondisi harga saham yang ada di pasar modal.
Membahas mengenai kegiatan pasar modal saat ini tidak terlepas dari
apa yang disebut sebagai indeks harga saham. Di mana indeks harga saham
gabungan (IHSG) ini digunakan untuk melihat pergerakan kegiatan ekonomi
apakah mengalami kenaikan atau penurunan. Sedangkan saham itu sendiri
digunakan sebagai tolak ukur karena saham merupakan instrumen pasar
modal yang paling banyak diminati oleh investor. Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) adalah suatu kumpulan informasi yang telah berlalu
tentang pergerakan harga saham gabungan sampai tanggal tertentu. Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) menggambarkan suatu nilai yang digunakan
sebagai tolak ukur berjalannya operasi saham gabungan di bursa efek.
Ada banyak faktor yang menyebabkan pertumbuhan indeks harga saham
gabungan (IHSG) antara lain kapitalisasi pasar, volume perdagangan saham,
tingkat suku bunga, inflasi dan nilai tukar rupiah (kurs). Kenaikan ataupun
penurunan indeks harga saham adalah salah satu faktor internal penting yang
1
2
menjadi perhatian para investor dan calon investor sebelum menginvestasikan
dananya di suatu perusahaan melalui pasar modal. Karena indeks harga
saham gabungan (IHSG) merupakan indikator yang mencerminkan
pergerakan harga saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Nilai tukar rupiah atau kurs adalah salah satu faktor yang mempengaruhi
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Menurut Jose Rizal Joesoef (2008),
nilai tukar atau kurs adalah jumlah mata uang tertentu yang dapat ditukar
dengan mata uang lain. Penguatan kurs Rupiah terhadap mata uang asing
akan menarik banyak investor untuk menanamkan modalnya pada saham.
Karena hal tersebut menunjukkan bahwa kondisi perekonomian dalam kondisi
yang bagus. Sebaliknya jika kurs Rupiah menurun atau melemah maka itu
menunjukkan bahwa kondisi perekonomian dalam keadaan yang kurang baik
sehingga mengurangi minat investor dalam berinvestasi karena hal tersebut
berkaitan dengan keuntungan yang akan mereka peroleh.
Selain nilai tukar rupiah atau kurs, tingkat suku bunga merupakan faktor
makro ekonomi yang dapat mempengaruhi harga saham (Mohamad, 2006:
201). Menurut Bank Indonesia, tingkat suku bunga atau BI rate adalah suku
bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada public. Suku
bunga mempengaruhi fluktuasi harga saham karena apabila terjadi
peningkatan suku bunga SBI akan mengakibatkan peningkatan bunga
deposito yang akhirnya akan berdampak pada tingginya tingkat bunga kredit,
sehingga investasi dalam perekonomian akan menurun atau dengan kata lain
Indeks Harga Saham Gabungan akan mengalami penurunan karena investor
lebih suka menabung di bank. Apabila tingkat suku bunga meningkat maka
3
harga saham akan menurun. Begitu pun sebaliknya apabila tingkat suku
bunga menurun maka harga saham akan meningkat. Naiknya tingkat suku
bunga akan membuat orang berpindah berinvestasi pada tabungan atau
deposito yang menyebabkan saham tidak diminati sehingga harga saham
akan turun.
Faktor selanjutnya yang mempengaruhi harga saham adalah inflasi.
Menurut Boediono (2001), inflasi merupakan kecenderungan dari harga-harga
untuk menaik secara umum dan terus menerus. Tingkat inflasi berdampak
pada pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di BEI karena inflasi
berkaitan dengan penurunan daya beli uang. Kondisi nilai mata uang dalam
perekonomian dunia tidak pernah ada yang stabil, sementara harga barang
dan jasa terus mengalami peningkatan. Kondisi ini akan menyebabkan daya
beli mata uang menjadi turun yang mengakibatkan inflasi. Semakin tinggi
angka inflasi maka perekonomian akan memburuk, sehingga hal tersebut
akan berdampak pada menurunnya keuntungan suatu perusahaan yang
menyebabkan pergerakan harga saham menjadi kurang bersaing. Terjadinya
inflasi dapat membuat investor sebagai pemodal menurunkan minat
investasinya kepada perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia
sehingga berpengaruh terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan.
Berdasarkan uraian latar belakang, maka penulis tertarik untuk
mengangkat judul dalam penelitian yaitu "Pengaruh Kurs, Suku Bunga SBI
dan Inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek
Indonesia".
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka yang menjadi rumusan masalah adalah sebagai berikut:
1. Apakah kurs berpengaruh terhadap indeks harga saham gabungan di
Bursa Efek Indonesia?
2. Apakah suku bunga SBI berpengaruh terhadap indeks harga saham
gabungan di Bursa Efek Indonesia?
3. Apakah inflasi berpengaruh terhadap indeks harga saham gabungan di
Bursa Efek Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan
dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh kurs terhadap indeks harga saham
gabungan di Bursa Efek Indonesia
2. Untuk mengetahui pengaruh suku bunga SBI terhadap indeks harga
saham gabungan di Bursa Efek Indonesia
3. Untuk mengetahui pengaruh inflasi terhadap indeks harga saham
gabungan di Bursa Efek Indonesia
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan manfaat secara
teoritis dan praktis, yaitu:
5
1. Manfaat Teoritis
Dapat menambah pengetahuan dibidang keilmuan maupun
pengembangan ilmiah dari penulis maupun pembaca tentang pengaruh
kurs, suku bunga SBI dan inflasi terhadap indeks harga saham gabungan.
Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi penulis
secara pribadi dan mahasiswa secara umum untuk mengembangkan
konsep tentang hal-hal yang mempengaruhi kurs, suku bunga SBI dan
inflasi terhadap indeks harga saham gabungan.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu masukan
atau sumbangan pemikiran bagi lembaga-lembaga terkait dalam
berinvestasi dan bagi peneliti selanjutnya penelitian ini dapat digunakan
sebagai bahan pengembangan lebih lanjut.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Manajemen Keuangan
Keuangan dalam sebuah perusahaan menjadi pondasi yang kuat
terbangunnya sebuah perusahaan. Keuangan juga bersifat sangat riskan
jika tidak dikelola dengan baik akan menjadi amburadul dan tentunya
akan menghentikan jalannya sebuah perusahaan.
Manajemen keuangan adalah kegiatan perencanaan,
pengelolaan, penyimpanan serta pengendalian dana dan aset yang
dimiliki suatu perusahaan.
Menurut Musthafa (2017:3), manajemen keuangan menjelaskan
tentang beberapa keputusan yang harus dilakukan, yaitu keputusan
investasi, keputusan pendanaan atau keputusan pemenuhan dana dan
keputusan kebijakan dividen.
Menurut Sartono (2011:50), istilah manajemen keuangan dapat
diartikan sebagai manajemen dana, baik yang berkaitan dengan
pengalokasian dana dalam berbagai bentuk investasi secara efektif
maupun usaha pengumpulan dana untuk pembiayaan investasi atau
pembelanjaan secara efisien.
Menurut Weston dan Copeland, manajemen keuangan adalah
suatu fungsi dan tanggung jawab para manajer keuangan. Fungsi pokok
manajemen keuangan adalah menyangkut keputusan tentang
7
penanaman modal, pembiayaan kegiatan usaha dan pembagian deviden
pada suatu perusahaan.
Adapun tujuan dari manajemen keuangan yaitu sebagai berikut:
a. Memaksimalkan keuntungan dengan menekan biaya agar tujuan
dapat dicapai secara efektif dan efisien.
b. Memastikan ketersediaan dana untuk kebutuhan operasional
terutama dalam mencapai tujuan perusahaan.
c. Sebagai alat pengawasan, kontrol dan perencanaan terutama dalam
hal pengadaan dan pemanfaatan dana.
d. Memastikan pengembalian yang memadai kepada pemegang saham
yang akan bergantung pada kapasitas penghasilan, harga pasar
saham dan ekspektasi pemegang saham.
e. Memastikan keamanan dalam berinvestasi dan memanfaatkan aset
yang ada.
Fungsi manajemen keuangan yaitu sebagai berikut:
a. Dasar perencanaan, keputusan dan control keuangan
Manajemen keuangan berfungsi sebagai dasar perencanaan,
keputusan dan kontrol keuangan agar perusahaan bisa mencapai
tujuannya secara efektif dan efesien.
b. Pemanfaatan aset
Dengan melakukan manajemen keuangan, perusahaan atau
organisasi mampu mengatur aset yang mampu memberikan nilai
keuntungan bagi kelangsungan usaha baik secara jangka panjang
maupun pendek.
8
c. Pengelolaan modal
Memperkirakan kebutuhan modal untuk organisasi dari masa ke
masa. Selain itu, dengan manajemen keuangan perusahaan bisa
mengidentifikasi berapa modal yang dibutuhkan dan darimana saja
sumber modal yang bisa didapat.
d. Pengelolaan surplus
Surplus harus dikelola secara bijak agar perusahaan bisa
berkembang atau setidaknya melakukan diversifikasi.
e. Pengelolaan arus kas
Dengan manajemen keuangan, perusahaan bisa memantau beberapa
elemen yang mempengaruhi stabilitas arus kas misalnya saja utang
dan piutang.
f. Manajemen risiko
Manajemen keuangan memungkinkan perusahaan untuk meramal
risiko usaha di masa depan baik yang mempengaruhi langsung
keuangan maupun hal-hal di luar keuangan.
2. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Indeks Harga Saham Gabungan (disingkat IHSG) merupakan
salah satu indeks pasar saham yang digunakan oleh Bursa Efek
Indonesia (BEI). Diperkenalkan pertama kali pada tanggal 1 April 1983
sebagai indikator pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Indeks ini mencakup pergerakan harta seluruh saham biasa dan saham
preferen yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
9
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) atau biasa juga disebut
dengan Composite Share Price Index yaitu salah satu Indeks Pasar
Saham yang ditetapkan untuk mengukur kinerja gabungan seluruh saham
yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Indeks Harga Saham Gabungan
mewakili bursa saham Indonesia karena indeks ini mencerminkan pasar
modal Indonesia secara keseluruhan dan mempresentasikan pergerakan
bursa saham Indonesia. Pergerakan harga saham tersebut disajikan
setiap hari, berdasarkan closing price atau harga penutupannya di bursa
pada hari tersebut.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah indikator dari
indeks harga saham yang menggambarkan keadaan bursa yang wajar
yang terjadi pada periode waktu tertulis.
Menurut Sunariyah (2011), indeks harga saham gabungan seluruh
saham adalah suatu nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja
gabungan seluruh saham yang tercatat disuatu bursa efek. Maksud dari
gabungan seluruh saham ini adalah kinerja saham yang dimasukan
dalam perhitungan seluruh saham yang tercatat di bursa tersebut.
Indeks harga saham sebenarnya merupakan angka indeks harga
saham yang telah disusun dan dihitung dengan sedemikian rupa
sehingga menghasilkan trend. Kenaikan indeks harga saham
menunjukkan pasar dalam keadaan bergairah. Apabila kondisi indeks
harga saham tetap atau tidak berubah maka itu berarti situasi dalam
keadaan stabil, sedangkan apabila indeks harga saham mengalami
penurunan maka itu berarti kondisi pasar sedang mengalami kelesuan.
6
10
Perubahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) baik dalam
hal peningkatan maupun penurunan bukan hanya mencerminkan
perkembangan perusahaan suatu negara tetapi perubahan Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) juga dapat menjadi tolak ukur maju mundurnya
suatru negara.
Indeks Harga Saham Gabungan atau (IHSG) menunjukkan pasar
efek secara umum dari seluruh saham. Indeks Harga Saham Gabungan
atau (IHSG) dihitung setiap hari setelah penutupan perdagangan. Bila
IHSG berada di atas angka 100 berarti kondisi pasar sedang dalam
keadaan ramai, sebaliknya bila IHSG berada dibawah angka 100 pasar
sedang dalam keadaan lesu, dan bila IHSG tepat menunjukkan angka
100 maka pasar dalam keadaan stabil (Widoatmojo, 1996).
Menurut Tandelilin (2001:211), ada beberapa variabel yang
mempengaruhi perubahan harga saham yang terlihat di dalam indeks
harga saham gabungan (IHSG), yaitu inflasi, suku bunga, dan nilai tukar
rupiah. Faktor makro ekonomi tersebut akan memberikan hasil positif
maupun negatif kepada indeks harga saham yang ada di pasar modal.
3. Nilai Tukar Rupiah (Kurs)
Menurut Abimanyu nilai tukar atau kurs adalah harga mata uang
suatu negara relatif terhadap mata uang negara lain. Karena nilai tukar ini
meliputi dua mata uang, maka titik keseimbangannya ditentukan oleh sisi
permintaan dan penawaran dari kedua mata uang tersebut.
Nilai tukar mata uang atau sering disebut dengan kurs adalah
harga satu unit mata uang asing dalam mata uang domestik atau dapat
11
juga dikatakan harga mata uang domestik terhadap mata uang asing
(Firdaus, 2011:131).
Menurut Karim (2008: 157) nilai tukar rupiah atau kurs adalah
harga rupiah terhadap mata uang negara lain. Misalnya nilai tukar rupiah
terhadap dollar Amerika Serikat.Exchange Rates (nilai tukar uang) atau
yang lebih populer dikenal dengan sebutan kurs mata uang adalah
catatan (quotation) harga pasar dari mata uang asing (foreign currency)
dalam harga mata uang domestik (domestic currency) atau resiprokalnya,
yaitu harga mata uang domestik dalam mata uang asing.
Nilai tukar adalah harga satu satuan mata uang dalam satuan
mata uang yang lain. Nilai tukar ditentukan oleh pasar valuta asing yaitu
pasar dalam tempat berbagai mata uang yang berbeda yang
diperdagangkan (Samuelson dan Nordhaus, 2011: 256).
Menurut Musdholifah dan Tony (2007), nilai tukar atau kurs adalah
perbandingan antara harga mata uang suatu negara dengan mata uang
negara lain. Misal kurs rupiah terhadap dollar Amerika menunjukkan
berapa rupiah yang diperlukan untuk ditukarkan dengan satu dollar
Amerika.
Jadi, nilai tukar rupiah adalah suatu perbandingan antara nilai
mata uang suatu negara dengan negara lain. Heru (2008) menyatakan
bahwa nilai tukar mencerminkan keseimbangan permintaan dan
penawaran terhadap mata uang dalam negeri maupun mata uang asing
$US. Merosotnya nilai tukar rupiah merefleksikan menurunnya peran
perekonomian nasional atau karena meningkatnya permintaan mata uang
asing $US sebagai alat pembayaran internasional.Semakin menguat kurs
12
rupiah sampai batas tertentu berarti menggambarkan kinerja di pasar
uang semakin menunjukkan perbaikan.Sebagai dampak meningkatnya
laju inflasi maka nilai tukar domestik semakin melemah terhadap mata
uang asing.Hal ini mengakibatkan menurunnya kinerja suatu perusahaan
dan investasi di pasar modal menjadi berkurang.
Heru (2008) menyatakan bahwa nilai tukar rupiah terhadap mata
uang asing pun mempunyai pengaruh negatif terhadap ekonomi dan
pasar modal. Dengan menurunnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang
asing akan mengakibatkan meningkatnya biaya impor bahan-bahan baku
yang akan digunakan untuk produksi dan juga meningkatkan suku bunga.
Walaupun menurunnya nilai tukar juga dapat mendorong perusahaan
untuk melakukan ekspor.
Timbulnya perbedaan tingkat kurs dikarenakan beberapa hal,
yaitu:
a. Perbedaan antara kurs beli dan kurs jual oleh para pedagang valuta
asing. Kurs beli merupakan kurs yang digunakan apabila pedagang
valas atau bank membeli valuta asing, sedangkan kurs jual
merupakan kurs yang digunakan apabila bank ingin menjual uang
asing atau valuta asing. Atau bisa kurs jual bisa diartikan sebagai
harga jual mata uang.
b. Perbedaan kurs yang disebabkan oleh perbedaan dalam waktu
pembayaran. Valas yang dibayar lebih cepat memiliki kurs yang lebih
tinggi.
c. Perbedaan kurs yang disebabkan oleh tingkat keamanan dalam
penerimaan hak pembayaran.
13
Menurut Sukirno (2012: 55) ada lima (5) faktor yang dapat
mempengaruhi kurs yaitu, sebagai berikut:
a. Perubahan selera masyarakat
Perubahan selera masyarakat akan mengubah pola komsumsinya
terhadap barang yang diproduksi baik di dalam maupun di luar negeri.
Peningkatan kualitas barangdalam negeri akan menyebabkan
kegiatan impor menurun dan dapat meningkatkan kegiatan ekspor.
Begitupun sebaliknya, jika kualitas barang impor semakin meningkat
maka kegiatan mengimpor barang akan bertambah besar. Perubahan
seperti ini dapat menyebabkan permintaan dan penawaran valuta
asing.
b. Perubahan harga barang ekspor dan impor
Salah satu faktor penting dalam memutuskan kegiatan ekspor dan
impor barang adalah harga barang itu sendiri. Jika harga barang
dalam negeri relatif murah maka ekspor akan meningkat dan
sebaliknya jika harga naik maka ekspor akan berkurang. Dalam
kegiatan impor jika terjadi pengurangan harga barang impor maka
jumlah impor akan naik dan jika terjadi kenaikan harga barang impor
maka impor akan berkurang. Sehingga perubahan harga barang
ekspor dan impor akan berdampak pada perubahan permintaan dan
penawaran valuta asing.
c. Kenaikan harga umum (Inflasi)
Inflasi mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kurs
pertukaran valuta asing. Pada umumnya inflasi yang terjadi
cenderungakan menurunkan nilai valuta asing.
14
d. Perubahan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi
Suku bunga dan tingkat pengembalian investasi merupakan faktor
penting untuk menjaga stabilitas nilai mata uang suatu negara.
Apabila suku bunga dan tingkat pengembalian investasi rendah, maka
modal dalam negeri akan mengalir ke luar negeri yang akan
menyebabkan nilai mata uang merosot karena suku bunga dan tingkat
pengembalian investasi di negara lain lebih tinggi. Sedangkan, apabila
suku bunga dan tingkat pengembalian investasi tinggi, maka akan
menyebabkan modal luar negeri masuk ke dalam negeri.
e. Pertumbuhan ekonomi
Dampak kemajuan ekonomi terhadap nilai mata uang tergantung
pada pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Jika perkembangan ekspor
mengakibatkan kemajuan ekonomi, maka permintaan terhadap mata
uang akan lebih cepat dari penawarannya sehingga nilai mata uang
tersebut akan naik. Sebaliknya, jika kemajuan ekonomi menyebabkan
impor berkembang lebih cepat dari ekspor maka penawaran atas
mata uang akan bertambah lebih cepat dari permintaannya sehingga
nilai mata uang tersebut akan merosot.
4. Suku Bunga SBI
Suku bunga merupakan jumlah uang yang dibayarkan sebagai
imbalan atas penggunaan utang. Suku bunga yang tinggi akan
menimbulkan tingginya volume tabungan masyarakat. Semakin tinggi
bunga yang ditawarkan oleh bank, akan semakin tinggi juga antusias
masyarakat untuk menabung. Menurut Miskhin (2008), suku bunga
15
adalah biaya pinjaman atau harga yang didapatkan atas pinjaman yang
diberikan.
Suku bunga pada dasarnya memiliki dua penafsiran sesuai
dengan pengamatannya yaitu bagi bank dan bagi pengusaha. Bunga bagi
bank merupakan suatu pendapatan atau suatu keuntungan atas
peminjaman uang oleh pengusaha atau nasabah. Bagi pengusaha,
bunga dianggap sebagai ongkos produksi atau biaya modal. Berdasarkan
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa suku bunga adalah harga
yang harus dibayar oleh peminjam dana berdasarkan persentase yang
sudah disepakati.
Tingkat suku bunga merupakan faktor penting dalam
perekonomian suatu negara karena memiliki pengaruh yang sangat kuat
terhadap pasar modal (Ernawati: 2002). Suku bunga SBI adalah
instrument keuangan yang dibuat oleh Bank Indonesia (BI) yang
bertujuan untuk mengontrol peredaran uang dengan menggunakan
patokan suku bunga BI (Rismawati: 2010). Tingkat suku bunga yang
diterapkan dalam kegiatan penjualan SBI ditetapkan oleh mekanisme
pasar berdasarkan pada sistem lelang.Pada awal Juli 2005, Bank
Indonesia (BI) menerapkan metode "BI rate" sebagai acuan para pelaku
pasar untuk mengikuti pelelangan dengan cara mengungkapkan target
Suku Bunga SBI yang diinginkan Bank Indonesia dalam pelelangan pada
masa tertentu (BI, 2001).
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) pada prinsipnya adalah surat
berharga atas unjuk dalam rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia
sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek dan diperjualbelikan
16
dengan diskonto. Melalui penggunaan SBI, BI dapat secara tidak
langsung mempengaruhi tingkat bunga di pasar uang dengan cara
mengumumkan Stop Out Rate (SOR). SOR adalah tingkat suku bunga
yang diterima oleh BI atas penawaran tingkat bunga dari peserta lelang.
Selanjutnya, SOR tersebut akan dapat dipakai sebagai indikator bagi
tingkat suku bunga transaksi di pasar uang pada umumnya (Dahlan
Siamat, 2005).
Penerbitan suku bunga Indonesia (SBI) diatur dalam UU No. 13
Tahun 1968 tentang Bank Sentral, Surat Keputusan Direksi Bank
Indonesia No. 31/67/KEP/DIR tanggal 23 Juli 1998 tentang Penerbitan
dan Perdagangan Sertifikat Bank Indonesia serta Investasi Rupiah dan
Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/2/PBI/2004 tanggal 16 Februari 2004
tentang Bank Indonesia.
5. Inflasi
Definisi singkat dari inflasi adalah kecenderungan dari harga-
harga untuk menarik terus-menerus. Kenaikan dari satu atau dua jenis
barang saja tidak bisa disebut inflasi. Kenaikan harga-harga secara
musiman, misalnya menjelang lebaran, natal dan tahun baru atau terjadi
sekali saja, serta tidak punya pengaruh lanjutan, tidak dianggap sebagai
suatu penyakit ekonomi yang memerlukan penanganan khusus untuk
menanggulanginya.
Menurut Firdaus (2011:115), inflasi adalah kecenderungan
meningkatnya harga barang-barang pada umumnya secara terus
17
menerus yang disebabkan oleh karena jumlah uang yang beredar terlalu
banyak dibandingkan dengan barang dan jasa yang tersedia.
Menurut Rahardja dan Manurung (2004) ada beberapa indikator
yang dapat digunakan untuk mengetahui apakah suatu perekonomian
sedang mengalami inflasi atau tidak. Indikator tersebut diantaranya:
a) Indeks Harga Konsumen (IHK)
Indeks harga konsumen (IHK) adalah harga yanjg paling umum
dipakai sebagai indikator inflasi. IHK mempresentasikan harga barang
dan jasa yang dikomsumsi oleh masyarakat dalam suatu periode
tertentu.
b) Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB)
Indeks harga perdagangan besar merupakan indikator yang
menggambarkan pergerakan harga dari komoditi-komoditi yang
diperdagangkan pada tingkat produsen di suatu daerah pada suatu
periode tertentu. IHPB mengamati barang-barang mentah dan
barang-barang setengah jadi yang merupakan input bagi produsen.
c) GDP Deflator
Prinsip dasar GDP deflator adalah membandingkan antara tingkat
pertumbuhan ekonomi nominal dengan pertumbuhan riil.
Pengelompokan macam-macam inflasi terbagi menjadi 3 (tiga),
yaitu sebagai berikut:
a. Pengelompokan yang didasarkan atas parah tidaknya inflasi tersebut.
Dibedakan menjadi 4 macam, yaitu:
1) Inflasi ringan (di bawah 10% setahun)
2) Inflasi sedang (antara 10%-30% setahun)
18
3) Inflasi berat (antara 30%-100% setahun)
4) Hiper inflasi (di atas 100% setahun)
b. Pengelompokan yang didasarkan atas dasar sebab awal dari inflasi.
Dapat dibedakan menjadi 2 macam inflasi, yaitu:
1) Inflasi yang disebabkan karena permintaan masyarakat terhadap
berbagai barang yang terlalu kuat
2) Inflasi yang disebabkan karena ongkos produksi yang mengalami
kenaikan atau disebut cost inflation.
c. Pengelompokan yang didasarkan atas dasar sumber dari inflasi.
1) Inflasi yang bersumber dari dalam negeri (domestic inflation)
Inflasi yang bersumber dari dalam negeri muncul karena defisit
anggaran belanja yang dibiayai dengan pencetakan uang baru
panenan yang gagal dan sebagainya.
2) Inflasi yang bersumber dari luar negeri (imported inflation).
Inflasi yang bersumber dari luar negeri adalah inflasi yang muncul
karena meningkatnya harga-harga di luar negeri atau di negara-
negara langganan berdagang negara kita.
Adapun dampak inflasi terhadap perekonomian adalah sebagai
berikut:
1. Inflasi mempengaruhi minat masyarakat untuk menabung karena
mereka khawatir jika nilai uang tabungannya semakin lama semakin
menurun.
2. Inflasi akan mempercepat laju peredaran uang.
19
B. Tinjauan Empiris
Tinjauan empiris merupakan hasil dari penelitian-penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan
penulis mengenai pengaruh kurs, suku bunga SBI dan inflasi terhadap indeks
harga saham gabungan di Bursa Efek Indonesia. Berikut adalah beberapa
penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini:
20
Tabel 2.1:
Penelitian Terdahulu
No Peneliti/Tahun/Judul Variabel Sampel Alat Analisis
Hasil Temuan
1. Muhammad Brian Mayzan dan Sri Sulasmiyati (2018) Pengaruh Kurs Rupiah, BI Rate, Net Foreign Fund Dan
Indeks Dow Jones terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (Studi pada Periode Pemberlakuan Quantitative Easing
Federal Reserve)
1. Kurs Rupiah
2. BI Rate 3. Net Foreign
Fund
4. Indeks Dow Jones
5. Indeks Harga Saham Gabungan
Penelitian ini menggunakan data time series
bulanan pada periode terjadinya Quantitative Easing dari November 2008 sampai Oktober 2014. Dengan jumlah sampel sebanyak 72.
Analisis Regresi Linear Berganda
1. Hasil uji simultan menunjukkan bahwa terjadi pengaruh yang signifikan antara variabel dependen yaitu Kurs Rupiah, BI Rate, Net Foreign Fund dan Indeks Dow Jones terhadap variabel independen yaitu indeks harga saham gabungan.
2. Variabel kurs rupiah, BI Rate, Net Foreign Fund,
Indeks Dow Jones berkontribusi sebesar 79,3% terhadap IHSG.
3. Sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini.
2. IWayan Wahyu Nugraha dan Made Rusmala Dewi (2015) Pengaruh Suku Bunga SBI,
1. Suku Bunga SBI
2. Nilai Tukar 3. Indeks
Pasar
Penelitian ini menggunakan sampel
Analisis regresi linear berganda
1. Suku bunga SBI dan nilai tukar secara parsial berpengaruh
21
Nilai Tukar, dan Indeks Pasar Dunia pada Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia
Dunia 4. Indeks
Harga Saham Gabungan
sebanyak 60 yang terdiri dari data bulanan seluruh variabel selama tahun 2009 sampai 2013.
negatif pada indeks harga saham gabungan.
2. Indeks Dow Jones dan indeks Nikkei 225 secara parsial berpengaruh positif pada indeks harga saham gabungan.
3. Siska Wahyuni Sukamto (2015) Pengaruh Inflasi, Suku Bunga dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia
1. Inflasi 2. Suku Bunga 3. Nilai Tukar
Rupiah 4. Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG)
Penelitian ini menggunakan data periode tahun 2008 sampai 2014
Analisis regresi linear berganda menggunakan SPSS
1. Uji regresi secara simultan (Uji F) menunjukkan bahwa ketiga variabel independen secara bersama-sama mampu mempengaruhi indeks harga saham gabungan di Bursa Efek Indonesia.
2. Uji regresi secara parsial (Uji t) dinyatakan bahwa variabel inflasi berpengaruh positif terhadap IHSG, variabel suku bunga berpengaruh negatif terhadap IHSG, variabel nilai tukar rupiah berpengaruh positif
22
terhadap IHSG.
3. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa variabel yang dominan berpengaruh terhadap IHSG adalah variabel inflasi.
4. Nardi Sunardi dan Lailla Nurmillah Rabiul Ula (2017) Pengaruh BI Rate, Inflasi dan Kurs terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
1. BI Rate 2. Inflasi 3. Kurs 4. Indeks
Harga Saham Gabungan
Penelitian ini menggunakan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Bank Indonesia (BI) dan Bursa Efek Indonesia tahun 2005 sampai 2015.
Metode penelitian deskriptif kuantitatif
BI Rate, inflasi dan kurs memiliki pengaruh terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG). Hal ini terbukti dari analisis persamaan untuk keseluruhan variabel dalam model dilakukan menggunakan uji-F menunjukkan nilai F-statistic sebesar 8.245745 dengan nilai probabilitasnya sebesar 0.010676
lebih kecil dari α =
0.05 ytang berarti H0 positif dan signifikan dengan tingkat keyakinan sebesar 0.779439 atau 77.93 persen.
5. Ria Astuti, Apriatni E. P, DAN Hari Susanta (2013), Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga (SBI), Nilai Tukar (Kurs), Inflasi, dan Indeks Bursa Internasional Terhadap IHSG
1. Suku Bunga (SBI)
2. Nilai Tukar (Kurs)
3. Inflasi 4. Indeks
Bursa Internasional
5. Indeks
Penelitian ini menggunakan data periode bulan Januari 2008 sampai dengan
Analisis regresi linear
1. Tingkat suku bunga SBI dan nilai tukar (kurs) rupiah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap indeks harga saham
23
(Studi Pada IHSG Di BEI Periode 2008-2012)
Harga Saham Gabungan (IHSG)
bulan Desember 2012.
gabungan (IHSG)
2. Inflasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG).
3. Indeks Nikkei 225 dan indeks Hang Seng berpengaruh positif dan signifikan terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG).
4. Secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat suku bunga (SBI), nilai tukar (kurs) rupiah, inflasi, indeks Nikkei 225 dan indeks Hang Seng terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG).
24
C. Kerangka Konsep
Berdasarkan pada faktor yang memiliki pengaruh terhadap indeks harga
saham gabungan (IHSG), maka kerangka konsep penelitian ini ditunjukan
oleh gambar berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Konsep
Kurs (X1)
Indikatornya:
Harga dalam pertukaran dua macam mata uang yang berbeda
(Nopirin: 2012)
Suku Bunga SBI (X2)
Indikatornya:
- SOR (Stop Out Rate)
(Dahlan Siamat, 2005)
Inflasi (X3)
Indikatornya:
1. Indeks Harga Konsumen (IHK)
2. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB)
3. GDP Deflator (Rahardja dan Manurung:
2004)
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
(Y)
Indikatornya:
- Persentase IHSG
berdasarkan harga penutupan di Bursa Efek Indonesia.
(Sunariyah, 2011)
25
D. Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan yang masih lemah kebenarannya dan perlu
dibuktikan atau dugaan sementara yang harus dibuktikan kebenarannya
secara empiris. Adapun hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini,
sebagai berikut:
1. Diduga kurs berpengaruh positif terhadap indeks harga saham gabungan
di Bursa Efek Indonesia
2. Diduga suku bunga SBI berpengaruh negatif terhadap indeks harga
saham gabungan di Bursa Efek Indonesia
3. Diduga inflasi berpengaruh negatif terhadap indeks harga saham
gabungan di Bursa Efek Indonesia
26
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan metodologi kuantitatif. Di mana data
tersebut berupa angka yang kemudian dihitung untuk mendapatkan suatu
kesimpulan. Variabel penelitian ini meliputi variabel dependen dan variabel
independen.
Menurut Sugiyono (2010:13) penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai
metode yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk
meneliti pada populasi atau sample tertentu, teknik pengambilan sampel
pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan
instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik dengan
tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini mengambil data di galeri investasi Bursa Efek Indonesia
(BEI) Universitas Muhammadiyah Makassar yang terletak di Gedung Iqra
lantai 2 Jl. Sultan Alauddin No. 259 Kota Makassar. Khususnya data indeks
harga saham gabungan sejak 5 tahun terakhir.
Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan selama kurang lebih 2 bulan
dimulai pada bulan September sampai dengan bulan Oktober 2020.
27
C. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel
1. Variabel Dependen (Terikat)
Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi oleh
variabel-variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini
adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Indeks Harga Saham Gabungan yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah indikator yang mencerminkan kondisi pasar modal suatu
negara. Membaiknya Indeks Harga Saham Gabungan dalam pasar modal
mencerminkan kondisi pasar modal tersebut.
2. Variabel Independen (Bebas)
Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi
variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Kurs
Kurs atau biasa juga disebut nilai tukar mata uang adalah harga
rupiah terhadap mata uang negara lain. Kurs dapat direpresentasikan
sebagai sejumlah mata uang lokal yang dibutuhkan untuk membeli
satu unit mata uang asing.
Kurs adalah perbandingan nilai atas harga rupiah terhadap harga
mata uang asing, masing-masing negara memiliki nilai tukarnya
sendiri yang mana nilai tersebut adalah perbandingan nilai suatu mata
uang dengan mata uang lainnya yang disebut dengan kurs valuta
asing.
28
b. Suku bunga
Suku bunga adalah harga dari penggunaan dana investasi
(loanable funds). Tingkat suku bunga menjadi salah satu acuan dalam
menentukan apakah seseorang akan melakukan investasi atau
menabung.
Tingkat suku bunga yang tinggi akan mendorong investor untuk
memilih deposito daripada membeli saham. Sedangkan apabila
tingkat suku bunga rendah maka akan mendorong investor untuk
membeli saham daripada menyimpan di deposito.
c. Inflasi
Inflasi adalah meningkatnya harga barang secara umum dan
berlangsung terus menerus yang disebabkan oleh jumlah uang yang
beredar terlalu banyak dibandingkan dengan barang dan jasa yang
tersedia.
Inflasi merupakan kecenderungan harga naik secara terus
menerus atau dapat diartikan sebagai penurunan nilai uang secara
menyeluruh, makin tinggi kenaikan harga makin turun nilai uang.
Inflasi yang sangat tinggi dapat mengganggu perekonomian secara
umum karena selain dapat menurunkan daya beli karena penurunan
nilai mata uang juga dapat meningkatkan resiko penurunan
pendapatan riil masyarakat.
29
3. Pengukuran Variabel
Menurut Sekaran dan Roger (2010:141), ada 4 tipe dari skala
pengukuran uaitu:
a. Nominal
Skala nominal adalah suatu pengukuran yang memungkinkan
peneliti untuk mengelompokkan berdasarkan kategori atau grup.
Misalnya variabel dari jenis kelamin, responden dapat dikelompokkan
ke dalam 2 kategori yaitu laki-laki dan perempuan. Kedua grup ini
dapat diberikan nomor kode 1 dan 2.
b. Ordinal
Skala ordinal tidak hanya mengkategorikan variabel, tetapi juga
membuat urutan dari kategori. Misalnya, urutan dari paling baik ke
paling buruk serta nomor 1, 2, 3 dan seterusnya.
c. Interval
Skala interval tidak hanya membuat urutan, juga menyediakan
informasi dari beberapa variabel yang berbeda. Misalnya, kepuasan
seseorang terhadap pelayanan suatu jasa dapat diberi skala interval
1-2-3-4-5, dimana nilai:
1: Sangat tidak puas
2: Tidak puas
3: Biasa
4: Puas
5: Sangat Puas
30
d. Ratio
Skala ratio yaitu skala yang dapat memberi arti perbandingan atau
perkalian.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek baik orang, waktu dan data
yang mempunyai karakteristik atau kualitas tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk diteliti dan kemudian ditarik sebuah kesimpulan.
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui
apakah kurs, suku bunga SBI dan inflasi mempunyai pengaruh terhadap
indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Karena yang menjadi objek penelitian adalah indeks harga saham
gabungan, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah
indeks harga seluruh saham yang ada di Bursa Efek Indonesia yang
tercatat dari tahun 2015 hingga 2019.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dapat dihitung
berdasarkan jumlah populasi dengan menggunakan formulasi rumus atau
teknik penentuan populasi ke sampel. Adapun penentuan sampel dalam
penelitian ini adalah menggunakan sampling jenuh atau sampel sensus,
yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan
sebagai sampel. Oleh karena itu, populasi dalam penelitian ini dijadikan
sebagai sampel secara keseluruhan. Data yang digunakan yaitu data
31
yang terhitung sejak 5 tahun terakhir, dimulai pada tahun 2015 sampai
2019.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode dokumentasi, yaitu melakukan pencatatan dan pengolahan data-data
yang berkaitan dengan penelitian yang bersumber dari artikel, buku dan
jurnal. Data yang dimaksud di dalam penelitian ini adalah kurs, suku bunga
SBI, inflasi, dan indeks harga saham gabungan. Adapun sumber data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder mengenai indeks harga
saham gabungan (IHSG) sejak 5 tahun terakhir dimulai pada tahun 2015
sampai tahun 2019.
F. Teknik Analisis Data
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kurs, suku bunga
SBI dan inflasi terhadap indeks harga saham gabungan di Bursa Efek
Indonesia. Oleh karena itu, model analisis data dalam penelitian ini
menggunakan analisis regresi linear berganda. Alat uji ini bertujuan untuk
mengetahui dua variabel antara variabel independen X dengan variabel
dependen Y yang akan dikenai prosedur analisis statistik regresi, apakah
menunjukkan hubungan yang linear atau tidak.
1. Analisis Regresi Linear Berganda
Persamaan regresi linear berganda adalah persamaan regresi
yang menggunakan dua atau lebih variabel independen. Bentuk umum
persamaan regresi berganda ini adalah:
32
Y = α + β₁.x₁ + β₂.X₂ + β₃.X₃ + e
Keterangan:
Y = Indeks harga saham gabungan
X₁ = Kurs
X₂ = Suku bunga SBI
X₃ = Inflasi
β₁, β₂, β₃ = Parameter koefisien regresi
α = Parameter konstanta (Nilai Y = A, JIKA X₁ = X₂ = X₃ = 0)
e = Faktor lain yang mempengaruhi
2. Koefisien Determinasi (R)
Koefisien determinasi adalah salah satu nilai statistik yang dapat
digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan pengaruh antara dua
variabel. Nilai koefisisen determinasi menunjukkan presentase variasi
nilai variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh persamaan regresi
yang dihasilkan.
3. Uji Hipotesis
Tujuan dilakukannya uji hipotesis adalah untuk menguji hipotesis
yang telah dirumuskan dengan menggunakan alat bantu yaitu statistical
product and service solution (SPSS). Pengujian ini dilakukan untuk
mengetahui pengaruh kurs, suku bunga SBI dan inflasi terhadap indeks
harga saham gabungan di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2015
sampai 2019.
33
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan alat uji yang disebut uji t. Uji t ini digunakan untuk
mengetahui variabel kurs, suku bunga SBI dan inflasi terhadap variabel
indeks harga saham gabungan.
Adapun dasar pengambilan keputusannya adalah:
a. Jika t-hitung < t-tabel, maka variabel independen secara individual
tidak berpengaruh terhadap variabel dependen (hipotesis ditolak).
b. Jika t-hitung > t-tabel, maka variabel independen secara individual
berpengaruh terhadap variabel dependen (hipotesis diterima).
Uji t juga dapat dilakukan dengan melihat nilai signifikansi t
masing-masing variabel pada hasil regresi menggunakan SPSS
dengan significancelevel (α = 5%). Jika nilai signifikansi lebih besar
dari α maka hipotesis ditolak (koefisien regresi tidak signifikan) yang
berarti secara individual variabel independen tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Jika nilai
signifikan lebih kecil dari α maka hipotesis diterima (koefisien regresi
signifikan), yang berarti secara individual variabel independen
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
34
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sejarah Singkat Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat Perusahaan
Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia
merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak zaman kolonial
Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu
didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah
kolonial atau VOC.
Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912,
perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang
diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal
mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor
seperti perang dunia yang mengharuskan Bursa Efek harus ditutup.
Perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah
Republik Indonesia dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi
bursa efek tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya. Pada tahun 1956-
1977 perdagangan di Bursa Efek harus vakum.
Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar
modal pada tahun 1977, Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden
Soeharto pada tanggal 10 Agustus 1977. BEJ dijalankan di bawah
BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal).
Bursa Efek Indonesia (BEI) atau Indonesia Stock Exchange (IDX)
merupakan bursa hasil penggabungan dari Bursa Efek Jakarta (BEJ)
34
35
dengan Bursa Efek Surabaya (BES) pada tanggal 30 November 2007.
Setelah lahirnya BEI, suspensi perdagangan diberlakukan pada tahun
2008 dan Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI) dibentuk pada tahun 2009.
Selain itu, pada tahun 2009 PT Bursa Efek Indonesia mengubah sistem
perdagangan yang lama yaitu Jakarta Automated Trading System (JATS)
dan meluncurkan sistem perdagangan terbarunya yang digunakan oleh
BEI sampai sekarang yaitu JATS-NextG. Bursa Efek Indonesia berpusat
di Gedung Bursa Efek Indonesia kawasan Niaga Sudirman, jalan
Jenderal Sudirman 52-53, Senayan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
2. Visi dan Misi Perusahaan
a. Visi
Menjadi bursa yang kompetitif dengan kredibilitas tingkat tinggi.
b. Misi
Menyediakan infrastruktur untuk mendukung terselengggaranya
perdagangan efek yang teratur, wajar dan efisien serta mudah di
akses oleh seluruh pemangku kepentingan (stakeholder).
36
3. Struktur Organisasi Perusahaan
Gambar 4.1
Struktur Organisasi
4. Job Description
a. Direktur Utama
Direktur utama bertanggung jawab atas pelaksanaan dan
pengelolaan bursa secara umum dan dalam rangka mencapai hasil
usaha yang telah ditetapkan serta optimalisasi nilai bagi para
pemangku kepentingan. Direktur utama juga bertanggung jawab atas
37
upaya koordinasi kegiatan kehumasan dan komunikasi perusahaan
yang efektif, serta kegiatan lainnya yang dapat meningkatkan citra
bursa.
b. Sekretaris Perusahaan
Sekretaris perusahaan bertugas dan bertanggung jawab
membantu direktur utama dalam mengatur kegiatan kerja, menjadi
penghubung bursa dengan berbagai lembaga terkait, menyiapkan
laporan pertanggung jawaban direksi, mengkoordinasikan
penyelenggara RUPST dan RUPSLB, mengkoordinasikan dokumen
resmi seperti risalah rapat dewan komisaris dan direksi, daftar
pemegang saham serta membantu direksi merancang dan
mengkoordinasikan perencanaan strategis.
c. Divisi Hukum
Divisi hukum bertanggung jawab untuk mempartisipasikan
peraturan dan perjanjian perusahaan, membuat peraturan pencatatan
serta bekerja sama dengan lembaga hukum dan menteri kehakiman
mengenai kebijakan hukum yang digunakan dalam pembuatan aturan
bursa.
d. Divisi Pengelolaan Strategi Perusahaan dan Anak Usaha
1) Bertanggung jawab untuk merencanakan hal-hal strategis untuk
diberlakukan di setiap cabang maupun divisi.
2) Bertanggung jawab mengelola anak perusahaan.
e. Satuan Pemeriksa Internal
Tugas dan tanggung jawab satuan pemeriksa internal adalah
mengkaji ulang proses audit internal bursa, mengevaluasi survei awal
38
kegiatan audit dan memastikan keandalan sistem maupun proses
pengendalian internal, mengawasi jalannya pelaksanaan audit umum,
menguji keabsahan laporan keuangan yang belum di audit maupun
yang sudah diaudit dan mempersiapkan agenda rapat yang dihadiri
anggota dewan komisaris dan direksi untuk membahas pelaporan
keuangan pada tahun yang bersangkutan.
f. Direktorat Pengembangan
Bertanggung jawab atas kegiatan operasional yang terkait
dengan:
1) Pengelolaan riset pasar modal dan ekonomi
2) Pengembangan produk dan usaha
3) Kegiatan pemasaran
4) Kegiatan edukasi dan sosialisasi
Direktorat pengembangan terdiri dari berbagai divisi, diantaranya
divisi riset, divisi pengembangan usaha dan divisi pemasaran.
g. Direktorat Penilaian Perusahaan
Bertanggung jawab untuk menilai perusahaan yang ingin menjadi
anggota dan perusahaan yang sudah terdaftar di bursa, termasuk
mengawasi aturan kerja yang berlaku antara emiten dengan bursa,
melakukan koordinasi dan pengawasan atas pelaksanaan tindakan
korporasi emiten, membangun arahan strategis dan implementasi
program pelatihan dan pendidikan emiten, serta melaporkan semua
kegiatan tersebut kepada direktur perusahaan.
39
h. Direktorat Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa
1) Bertanggung jawab atas kegiatan operasional perdagangan
saham, perdagangan informasi pasar data feed, perdagangan
surat utang.
2) Bertanggung jawab atas pengelolaan aktivitas-aktivitas yang
terkait dengan anggota bursa dan partisipan sebagai berikut:
a) Pengkajian terhadap persyaratan keanggotaan
b) Kewajiban pelaporan
c) Pelatihan dan pendidikan
d) Pengawasan khusus terhadap anggota bursa
i. Direktorat Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan
Bertanggung jawab untuk mengembangkan,
mengimplementasikan dan memonitor kegiatan audit eksternal
kepada anggota bursa dan partisipasi berjalan secara efektif,
pemeriksaan emiten, memastikan kegiatan kepastian hukum dibursa
serta melaporkan semua kegiatan kepada direktur utama.
j. Direktorat Teknologi Informasi dan Manajemen Risiko
Bertanggung jawab atas kegiatan operasional yang terkait
dengan:
1) Pengembangan solusi bisnis teknologi informasi
2) Operasional teknologi informasi
3) Manajemen resiko
4) Pengelolaan data database management
40
k. Direktorat Keuangan dan SDM
Bertanggung jawab untuk memimpin dan mengelola
pengembangan serta implementasi strategi SDM dalam menunjang
terciptanya tujuan organisasi bursa, mengatur urusan administrasi
dan perencanaan keuangan, mengendalikan anggaran tahunan serta
melaporkan semua kegiatan tersebut kepada direktur utama.
B. Hasil Penelitian
1. Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi linear berganda yang dilakukan untuk melihat
hubungan variabel independen (Kurs, Suku Bunga SBI dan Inflasi) secara
bersama-sama dengan variabel dependen Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG). Uji Analisis regresi linear berganda dilihat dari tabel
sebagai berikut:
Tabel 4.1 Hasil Analisis Linear Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
B Std. Error Beta
1 (Constant) 3341,356 1750,369
KURS (X1) ,304 ,125 ,250
SUKU BUNGA (X2) -273,336 69,390 -,524
INFLASI (X3) -72,444 66,421 -,155
a. Dependent Variable: IHSG
Sumber : Data Sekunder diolah, 2020
41
Berdasarkan tabel 4.1 peneliti memperoleh persamaan Analisis
Linear Berganda sebagai berikut :
Y = α + β₁.x₁ + β₂.X₂ + β₃.X₃ + e
Y = 3341,356 + 0,304 X1 - 273,336 X2 - 72,444 X3 + 1750,369
Keterangan:
Y = Indeks harga saham gabungan
X₁ = Kurs
X₂ = Suku bunga SBI
X₃ = Inflasi
β₁, β₂, β₃ = Parameter koefisien regresi
α = Parameter konstanta (Nilai Y = A, JIKA X₁ = X₂ = X₃ = 0)
e = Faktor lain yang mempengaruhi
Dari persamaan regresi liniear berganda di atas dapat disimpulkan
bahwa:
a. Nilai konstanta diperoleh sebesar 3341,356 menyatakan bahwa jika
variabel bebas yaitu kurs, suku bunga dan inflasi bernilai 0 atau beta,
maka total indeks harga saham gabungan yang terjadi sebesar
3341,356.
b. Koefisien regresi X1 berpengaruh positif sebesar 0,304 menyatakan
bahwa jika setiap terjadi 1% kenaikan dari kurs maka total indeks
harga saham gabungan mengalami kenaikan sebesar 0,304.
c. Koefisien regresi X2 berpengaruh negatif sebesar -273,336
menyatakan bahwa jika setiap terjadi 1% kenaikan dari suku bunga
maka total indeks harga saham gabungan mengalami penurunan
sebesar -273,336.
42
d. Koefisien regresi X3 berpengaruh negatif sebesar -72,444
menyatakan bahwa jika setiap terjadi 1% kenaikan dari inflasi maka
total indeks harga saham gabungan mengalami penurunan sebesar -
72,444.
2. Koefisien Determinasi (R)
Hasil koefisien determinan (R) yang diolah oleh peneliti
ditunjukkan pada tabel 4.2 sebagai berikut:
Tabel 4.2 Hasil Koefisien Determinasi (R)
Model Summary
Model R
R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,720a ,518 ,492 457,264
a. Predictors: (Constant), Kurs, Suku Bunga, Inflasi b. Dependent Variable: IHSG
Sumber : Data Sekunder diolah, 2020
Berdasarkan tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa nilai (R)
sebesar 0,720 hal ini berarti 72,0% yang menunjukkan bahwa variabel
kurs, suku bunga dan inflasi dapat mempengaruhi indeks harga saham
gabungan. Sisanya sebesar 28,0% dipengaruhi oleh variabel lain yang
belum atau tidak diteliti dalam penelitian ini.
3. Uji Hipotesis
Uji Parsial (Uji T)
Uji T merupakan suatu pengujian yang dimaksudkan untuk
mengetahui apakah masing-masing variabel bebas (independen) secara
43
parsial dapat berpengaruh positif terhadap variabel terikat (dependen).
Hasil uji signifikan parsial (uji statistik t) yang diolah oleh peneliti
ditunjukkan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.3 Hasil uji signifikan parsial (Uji statistik T)
Coefficientsa
Model T Sig.
1 (Constant) 1,909 ,061
KURS (X1) 2,424 ,019
SUKU BUNGA (X2) -3,939 ,000
INFLASI (X3) -1,091 ,280
a. Dependent Variable: IHSG Sumber : Data Sekunder diolah, 2020
Berdasarkan hasil SPSS 26 tabel 4.3 di atas menunjukkan uraian
sebagai berikut:
a. Variabel kurs (X1) terhadap indeks harga saham gabungan dengan
nilai t hitung sebesar 2,424 < t tabel dengan nilai 6,31375 dengan nilai
signifikan 0,019 < 0,05 dengan demikian kurs berpengaruh positif dan
signifikan terhadap indeks harga saham gabungan. Sehingga
hipotesis dalam penelitian ini diterima.
b. Variabel suku bunga (X2) terhadap indeks harga saham gabungan
dengan nilai t hitung sebesar -3,939 < t tabel dengan nilai 6,31375
dengan nilai signifikan 0,000 < 0,05 dengan demikian suku bunga
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap indeks harga saham
gabungan. Sehingga hipotesis dalam penelitian ini diterima.
c. Variabel inflasi (X3) terhadap indeks harga saham gabungan dengan
nilai t hitung sebesar -1,091 < t tabel dengan nilai 6,31375 dengan
44
nilai signifikan 0,280 > 0,05 dengan demikian inflasi berpengaruh
negatif dan tida k signifikan terhadap indeks harga saham gabungan.
Sehingga hipotesis dalam penelitian ini diterima.
C. Pembahasan
1. Pengaruh Kurs terhadap Indeks Harga Saham G abungan
Hasil statistik uji-t untuk variabel kurs diperoleh nilai t hitung
sebesar 2,424 < t tabel dengan nilai 6,31375. Sedangkan nilai signifikan
0,019 < 0,05, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kurs
berpengaruh positif dan signifikan terhadap indeks harga saham
gabungan di Bursa Efek Indonesia.
Kurs berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham
dapat dijelaskan sedemikian rupa oleh teori yang telah teruji
kebenarannya bahwa perubahan satu variabel makro ekonomi memiliki
dampak yang berbeda terhadap harga saham, yaitu suatu saham dapat
terkena dampak positif sedangkan saham lainnya terkena dampak
negatif. Misalnya, perusahaan yang berbasis impor, depresiasi atau
menurunnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika yang tajam akan
berdampak negatif terhadap harga saham perusahaan karena
perusahaan yang berbasis impor akan mengeluarkan biaya lebih banyak
dan untung dari perusahaan tersebut akan menjadi turun dan dampaknya
harga saham dari perusahaan yang berbasis impor tadi menjadi turun.
Sementara itu, perusahaan yang berbasis ekspor akan menerima
dampak positif dari depresiasi kurs rupiah terhadap dollar Amerika. Ini
berarti harga saham yang terkena dampak negatif akan mengalami
45
penurunan harga saham, sementara perusahaan yang terkena dampak
positif akan mengalami kenaikan harga sahamnya (Samsul, 2006).
Hasil ini sejalan dengan penelitian Sangga Yoga Wismantara dan
Ni Putu Ayu Darmayanti (2017) dengan judul penelitian Pengaruh Nilai
Tukar, Suku Bunga dan Inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitiannya menjelaskan bahwa nilai
tukar berpengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan.
2. Pengaruh Suku Bunga SBI terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
Hasil statistik uji-t untuk variabel suku bunga SBI diperoleh nilai t
hitung sebesar -3,939 < t tabel dengan nilai 6,31375. Sedangkan nilai
signifikan 0,000 < 0,05, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa suku
bunga SBI berpengaruh negatif dan signifikan terhadap indeks harga
saham gabungan di Bursa Efek Indonesia.
Suku bunga SBI berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
harga saham dapat dijelaskan sedemikian rupa oleh teori yang telah teruji
kebenarannya bahwa suku bunga memiliki peran penting dalam penentu
harga saham. Dalam hal ini suku bunga memainkan peran utama dalam
perekonomian sebagai variabel makro ekonomi yang mempengaruhi
harga saham. Setiap perubahan suku bunga dapat menyebabkan
kesulitan bagi investor dan dapat mempengaruhi profitabilitas perusahaan
sehingga fluktuasi pada harga saham akan terjadi. Studi ini menyatakan
semakin rendahnya tingkat suku bunga akan berdampak meningkatnya
46
harga saham karena sesorang atau investor akan mengalihkan dananya
ke bursa saham (Mankiw, 2000).
Kenaikan suku bunga akan meningkatkan beban perusahaan
yang lebih lanjut dapat menurunkan harga saham. Kenaikan suku bunga
akan membuat seseorang atau investor akan mengalihkan dananya ke
pasar uang, tabungan maupun deposito sehingga investasi di lantai bursa
dan selanjutnya dapat menurunkan harga saham. Sebaliknya, apabila
suku bunga rendah akan membuat seseorang atau investor menarik
dananya di bank dan akan dialihkan untuk berinvestasi di bursa saham
(Mankiw, 2000).
Hasil ini sejalan dengan penelitian Tri Susilo Anggoro (2011)
dengan judul penelitian Pengaruh Inflasi, Kurs dan Suku Bunga SBI
terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek
Indonesia. Hasil penelitiannya menjelaskan bahwa suku bunga SBI
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan.
3. Pengaruh Inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
Hasil statistik uji-t untuk variabel inflasi diperoleh nilai t hitung
sebesar -1,091 < t tabel dengan nilai 6,31375. Sedangkan nilai signifikan
0,280 > 0,05 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa inflasi
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap indeks harga saham
gabungan di Bursa Efek Indonesia.
Inflasi memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
harga saham dapat dijelaskan sedemikian rupa oleh teori yang telah teruji
47
kebenarannya bahwa kenaikan inflasi akan mengurangi capital gain yang
menyebabkan berkurangnya keuntungan yang diperoleh ionvestor. Di sisi
perusahaan, terjadinya peningkatan inflasi dapat menurunkan tingkat
pendapatan perusahaan. Hal ini berarti resiko yang akan dihadapi
perusahaan menjadi lebih besar untuk tetap berinvestasi dalam bentuk
saham, sehingga permintaan terhadap saham menurun. Inflasi dapat
menurunkan keuntungan suatu perusahaan sehingga sekuritas di pasar
modal menjadi komoditi yang tidak menarik. Hal ini memiliki hubungan
negatif dengan harga saham (Dornbusch, 2008).
Hasil ini sejalan dengan penelitian Ardelia Rezeki Harsono dan
Saparila Worokinasih (2018) dengan judul penelitian Pengaruh Inflasi,
Suku Bunga dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan. Hasil penelitiannya menjelaskan bahwa variabel inflasi tidak
berpengaruh signifikan dan berhubungan negatif terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan.
48
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data Pengaruh Kurs, Suku Bunga SBI dan
Inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia,
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Kurs berpengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan di Bursa Efek Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan nilai t
hitung yang diperoleh yaitu sebesar 2,424 < t tabel dengan nilai 6,31375
sedangkan nilai signifikan sebesar 0,019, lebih kecil dari tingkat
signifikansi yang diharapkan yaitu kurang dari 0,05.
2. Suku Bunga SBI berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia. Hal ini ditunjukkan
dengan nilai t hitung yang diperoleh yaitu sebesar -3,939 < t tabel
dengan nilai 6,31375 sedangkan nilai signifikan sebesar 0,000, lebih kecil
dari tingkat signifikansi yang diharapkan yaitu kurang dari 0,05.
3. Inflasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan
nilai t hitung yang diperolah yaitu sebesar -1,091 < t dengan nilai 6,31375
sedangkan nilai signifikan sebesar 0,280, lebih besar dari tingkat
signifikansi yang diharapkan yaitu kurang dari 0,05.
48
49
B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan peneliti dalam penelitian ini
yaitu sebagai berikut:
1. Bagi peneliti dengan topik sejenis disarankan untuk melakukan kajian
lebih lanjut dengan memasukkan variabel bebas lainnya.
2. Bagi peneliti selanjutnya sebaiknya memperpanjang periode penelitian,
sehingga akan diperoleh gambaran yang lebih baik tentang kondisi pasar
modal di Indonesia.
50
DAFTAR PUSTAKA
Abimanyu, Yoopi. 2004. Memahami Kurs, Valuta Asing. Jakarta: Fakultas Ekonomi, Universirtas Indonesia. Agus, Sartono. 2011. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta:
BPFE. Astuti, R. E.P, Apriatni, dan Susanta, H. 2013. "Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga (SBI), Nilai Tukar (Kurs) Rupiah, Inflasi, dan Indeks Bursa Efek Internasional Terhadap IHSG (Studi Pada IHSG Di BEI Periode 2008- 2012)". Jurnal Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Diponegoro.
Bank Indonesia. 2001. Peraturan Bank Indonesia No. 3/21/PBI/2001 tanggal 13 Desember 2001. Jakarta. Boediono.(2001). Ekonomi Moneter. Yogyakarta: BPFE.
Dahlan Siamat, 2005. Manajemen Lembaga Keuangan."Kebijakan Moneter dan Perbankan", Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, edisi kesatu. Dornbusch, R dan S. Fisher. 2008. Exchange Rate and Current Account,
American. Erawati, Neny. 2002. Analisa pergerakan suku bunga dan laju ekspektasi inflasi terhadap kebijakan moneter. Jurnal Manajemen & Kewirausahaan. Firdaus, Rachmat dan Maya Ariyanti. 2011. Pengantar Teori Moneterserta Aplikasinya pada Sistem Ekonomi Konvensional dan Syariah. Bandung: Alfabeta. Joesoef, Jose Rizal, 2008. Pasar Uang & Pasar Valuta Asing, Jakarta, Salemba
Empat. Karim, Adiwarman A, 2008. Ekonomi Makro Islam. Edisi Kedua. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada. Mankiw, 2000. Makroekonomi Edisi ke Enam. Erlangga, Jakarta.
Mayzan, M. B., dan Sulasmiyati S. 2018. "Pengaruh Kurs Rupiah, BI Rate, Net Foreign Fund dan Indeks Dow Jones terhadap Indeks Harga Saham Gabungan".Jurnal Administrasi Bisnis, Universitas Brawijaya.
Mishkin, Frederic, S. 2008. Ekonomi Uang, Perbankan dan Pasar Keuangan edisi 8. Jakarta: Salemba Empat.
51
Mohammad. (2006). Jakarta: Erlangga. Pasar Modal Dan Manajemen Portofolio.
Musdholifah & Tony.2007. Http://Imansetiyantoro.Wordpress.Com/2012/02/ Republika Indonesia, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Definisi atau Pengertian Pasar Modal. Musthafa. 2017. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: CV. Andi Offset.
Nopirin. 2012. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro-Makro. Yogyakarta: BPFE
Yogyakarta. Nugraha, I. W. W. dan Dewi, M. R. 2015. "Pengaruh Suku Bunga SBI, Nilai Tukar, Dan Indeks Pasar Dunia Pada Indeks Harga SahamGabungan di Bursa Efek Indonesia". Jurnal Manajemen, Universitas Udayana: Bali-
Indonesia. Nugroho, Heru. 2008. Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs dan Jumlah Uang Beredar terhadap Indeks LQ45.Thesis Program Magister
Manajemen Universitas Diponegoro. Prathama, Rahardja. Dan Mandala, Manurung. Teori Ekonomi Makro.Fakultas
Ekonomi Universitas Indoneisa. 2004. Rismawati.2013. Pengaruh Pertumbuhan Aset, Tingkat Suku Bunga SBI terhadap kebijakan Deviden dan Nilai Perusahaan pada di BEI.Skripsi Sarjana Jurusan Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomki dan Bisnis Universitas Udayana, Bali. Samuelson, P., A., dan Nordhaus, W., D. 2001. Makro-Ekonomi, Edisi Keempat belas.Erlangga. Jakarta. Sekaran, Uma DAN Roger Bougie. 2010. Edisi 5, Research Method For Business: A Skill Building Approach. John Wiley. Sons, New York. Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Sukamto, S. W. 2015. "Pengaruh Inflasi, Suku Bunga dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia". Jurnal Manajemen.
Sukirno, Sadono. 2012. Makroekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga. Jakarta:
Rajawali Pers. Sunardi, N, dan Ula L. N. R. 2017. "Pengaruh BI Rate, Inflasi dan Kurs terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)". Jurnal Sekuritas.Universitas
Pamulang. Sunariyah.2011. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi Keenam.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
52
Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio.
Yogyakarta: BPFE. Thobarry, Achmad Ath. (2009). Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga, Laju Inflasi Dan Pertumbuhan GDP Terhadap Indeks Harga Saham Sektor Properti (Kajian Empiris Pada Bursa Efek Indonesia Periode Pengamatan Tahun 2000-2008). Tesis. Universitas Dipenogoro. Semarang.
Weston, J.F dan Copeland. 2008. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Jilid II. Jakarta: Erlangga. Widiatmojo, Sawijdi. 1996. Cara Sehat Investasi di Pasar Modal. Jakarta:
Jurnalindo Aksara Grafika.
53
L
A
M
P
I
R
A
N
54
Lampiran 1 : Surat Izin Penelitian
55
Lampiran 2 : Data Tabulasi
TAHUN BULAN KURS SUKU
BUNGA INFLASI IHSG
2015 Januari 12667,5 7,75 6,96 5289
Februari 12925,0 7,75 6,29 5450
Maret 13075,0 7,75 6,38 5519
April 12962,5 7,75 6,79 5086
Mei 13224,0 7,75 7,15 5216
Juni 13332,5 7,75 7,26 4911
Juli 13527,5 7,75 7,26 4803
Agustus 14050,0 7,75 7,18 4510
September 14650,0 7,75 6,83 4224
Oktober 13687,5 7,75 6,25 4455
November 13835,0 7,75 4,89 4446
Desember 13787,5 7,75 3,35 4593
2016 Januari 13775,0 7,25 4,14 4615
Februari 13372,0 7,00 4,42 4771
Maret 13260,0 6,75 4,45 4845
April 13185,0 6,75 3, 60 4839
Mei 13660,0 6,75 3,33 4797
Juni 13212,5 6,50 3,45 5017
Juli 13098,5 6,50 3,21 5216
Agustus 13267,5 5,25 2,79 5386
September 13051,0 5,00 3,07 5365
Oktober 13048,0 4,75 3,31 5423
November 13552,5 4,75 3,58 5149
Desember 13472,5 4,75 3,02 5297
2017 Januari 13352,0 4,75 3,49 5295
Februari 13336,0 4,75 3,83 5386
Maret 13325,5 4,75 3,61 5568
April 13329,0 4,75 4,17 5685
Mei 13322,5 4,75 4,33 5738
Juni 13327,5 4,75 4,37 5830
Juli 13325,0 4,75 3,88 5841
Agustus 13343,0 4,50 3,82 5864
September 13471,5 4,25 3,72 5901
Oktober 13562,5 4,25 3,58 6006
November 13526,0 4,25 3,30 5952
Desember 13567,5 4,25 3,61 6356
2018 Januari 13388,5 4,25 3,25 6606
56
Sumber data: Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia Universitas
Muhammadiyah Makassar
Februari 13745,0 4,25 3,18 6597
Maret 13765,0 4,25 3,40 6189
April 13912,5 4,25 3,41 5995
Mei 13895,0 4,75 3,23 5984
Juni 14330,0 5,25 3,12 5799
Juli 14420,0 5,25 3,18 5936
Agustus 14730,0 5,50 3,20 6018
September 14901,5 5,75 2,88 5977
Oktober 15202,5 5,75 3,16 5832
November 14302,5 6,00 3,23 6056
Desember 14380,0 6,00 3,13 6195
2019 Januari 13972,5 6,00 2,82 6533
Februari 14065,0 6,00 2,57 6443
Maret 14240,0 6,00 2,48 6469
April 14250,0 6,00 2,83 6455
Mei 14275,0 6,00 3,32 6209
Juni 14127,5 6,00 3,28 6359
Juli 14017,0 5,75 3,32 6391
Agustus 14185,0 5,50 3,49 6328
September 14195,0 5,25 3,39 6169
Oktober 14037,0 5,25 3,13 6228
November 14105,0 5,75 3,00 6012
Desember 13882,5 5,00 2,72 6299
57
Lampiran 3 : Uji Regresi Linear Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
B Std. Error Beta
1 (Constant) 3341,356 1750,369
KURS (X1) ,304 ,125 ,250
SUKU BUNGA (X2) -273,336 69,390 -,524
INFLASI (X3) -72,444 66,421 -,155
a. Dependent Variable: IHSG Sumber : Data Sekunder diolah, 2020
Lampiran 4 : Koefisien Determinasi (R²)
Model Summary
Model R
R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,720a ,518 ,492 457,264
a. Predictors: (Constant), KURS, SUKU BUNGA, INFLASI b. Dependent Variable: IHSG
Sumber : Data Sekunder diolah, 2020
Lampiran 5 : Uji Hipotesis (Uji t)
Coefficientsa
Model T Sig.
1 (Constant) 1,909 ,061
KURS (X1) 2,424 ,019
SUKU BUNGA (X2) -3,939 ,000
INFLASI (X3) -1,091 ,280
a. Dependent Variable: IHSG Sumber : Data Sekunder diolah, 2020
58
Lampiran 6: Hasil Turnitin
59
60
BIOGRAFI PENULIS
NIRWANA, lahir di Bantaeng pada tanggal 04 April 1998 dari
pasangan suami istri Bapak Saraka dan Ibu Subaedah.
Peneliti adalah anak ketiga dari 3 bersaudara. Peneliti
sekarang bertempat tinggal di Jl. Talasalapang Raya No. 44A,
Kelurahan Rappocini, Kecamatan Gunung Sari, Makassar.
Pendidikan yang telah ditempuh oleh peneliti yaitu SD Negeri
36 Lapporo lulus tahun 2010, SMP Negeri 3 Bissappu lulus tahun 2013, SMA Negeri
1 Bantaeng lulus tahun 2016 dan mulai tahun 2016 mengikuti Program Sarjana (S1)
Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar
sampai sekarang. Sampai dengan penulisan skripsi ini peneliti masih terdaftar
sebagai mahasiswi Program S1 Manajemen Universitas Muhammadiyah Makassar.