analisis variabel makro ekonomi dan rasio …€¦ · · 2013-06-13ditemukan bahwa secara...
TRANSCRIPT
i
ANALISIS VARIABEL MAKRO EKONOMI DAN RASIO
KEUANGAN TERHADAP RETURN SAHAM
PADA PERUSAHAAN LQ 45 DI BEI
Universitas Islam Negeri SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Oleh :
NIM : 205081000176 HARIYADI
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010
ii
ANALISIS VARIABEL MAKRO EKONOMI DAN RASIO KEUANGAN TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN LQ 45 DI BEI
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
NIM: 205081000176 HARIYADI
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni NIP. 196902032001121003 NIP : 19770122 2003 121 001
M. Arif Mufraini, Lc, M.si
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
iii
Hari ini jumat, Tanggal 16 Bulan September Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama Hariyadi NIM:205081000176 dengan judul Skripsi “ ANALISIS VARIABEL MAKRO EKONOMI DAN RASIO KEUANGAN TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN LQ 45 DI BEI ”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 16 September 2010
Tim Penguji Ujian Skripsi Prof. Dr. Ahmad Rodoni
Penguji I Penguji II M. Arif Mufraini, Lc, M.si
Prof. Dr. Abdul Hamid., MS Indo Yama, SE, MAB
Penguji Ahli I Penguji Ahli II
iv
Hari ini Senin, Tanggal 16 Bulan Agustus Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Hariyadi NIM:205081000176 dengan judul Skripsi “ ANALISIS VARIABEL MAKRO EKONOMI DAN RASIO KEUANGAN TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN LQ 45 DI BEI ”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 16 Agustus 2010
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Suhendra, MM Ketua Sekretaris
M. Arif Mufraini, Lc, M.si
Penguji Ahli Prof. Dr. Abdul Hamid., MS
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. DATA PRIBADI
1. Nama : Hariyadi
2. Tempat /Tanggal Lahir : Tangerang, 25 September 1987
3. Alamat : Jl. Karyawan 4 RT 01/01 KEL. Karang Timur KEC. Karang Tengah Ciledug Tangerang (15157)
4. Handphone : (021) 94521845
5. Agama : Islam
6. Kewarganegaraan : Indonesia
B. DATA PENDIDIKAN
1. Tahun 1993-1999 SDN Karang Tengah 8 Tangerang
2. Tahun 1999-2002 MTS Daar El-Qolam Tangerang
3. Tahun 2002-2005 SMA Budi Mulia Tangerang
4. Tahun 2005-2010 FEIS Manajemen UIN Jakarta
C. DATA PENGALAMAN KERJA
1. Tahun 2008 : Magang bagian Administrasi di Rs. Bhakti
Asih Ciledug Tangerang selama 1 bulan
2. Tahun 2008 : Bagian Tata Usaha disekolah SDI Nur
Insan
3. Tahun 2009 : Bagian bidang keguruan disekolah SDI Nur
Insan Ciledug Tangerang
vi
ABSTRACT
This study aims to: 1) To analyze the effect of simultaneous and partially between macro economic variables and financial ratios of return of stocks listed on the Indonesia Stock Exchange 2) to analyze the independent variables which most influence on the dependent variable. This study uses multiple regression analysis of data used in this study uses secondary data obtained from the Indonesian Stock Exchange. This sample selection is all the companies listed in Indonesia Stock Exchange 45 LQ categories entering the period 2005-2008. Regression results found that variable inflation, SBI, Exchange Rate, Real Interest Rate, Profitability, Leverage, Liquidity significant effect on stock returns while partially found that the variable exchange rate, Real Interest Rate, Return On Asset and most influential independent variable is
exchange rate, with a look at the greatest value of the beta coefficients between other independent variables.
Keyword : Inflation, SBI, Kurs, Real Interest Rate, Profitability, Leverage, Liquidity, Stock Return
vii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Menganalisa pengaruh secara simultan
dan secara parsial antara variabel makro ekonomi dan rasio keuangan terhadap
return saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2) Menganalisa Variabel
independen manakah yang paling berpengaruh terhadap variabel dependen.
Penelitian ini menggunakan analisa regresi linier berganda Data yang digunakan
dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Bursa Efek
Indonesia. Pemilihan sampel ini adalah semua perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia yang masuk kategori LQ 45 periode 2005 – 2008. Hasil uji regresi
ditemukan bahwa secara simultan variabel Inflasi, SBI, Kurs, Real Interest Rate,
Profitabilitas, Leverage, Likuiditas berpengaruh signifikan terhadap Return Saham
sedangkan secara parsial ditemukan bahwa variabel Kurs, Real Interest Rate,
Return On Asset dan variabel independen yang paling berpengaruh adalah Kurs,
dengan melihat nilai koefisien beta paling besar diantara variabel independen
lainya.
Kata Kunci : Inflasi, SBI, Kurs, Real Interest Rate, Profitabilitas, Leverage,
Likuiditas, Return Saham
viii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah, berkah ,taufik, dan hidayah Allah SWT, penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah
kepada panutan umat, Rasulallah Muhammad SAW.
Perjalanan panjang penulis dalam upaya menyelesaikan skripsi ini dihiasi
dengan segala kekurangan dan kelemahan penulis, dan diwarnai dengan berbagai
cobaan, tantangan, dan penuh perjuangan yang harus dihadapi. Karena itu skripsi
ini tidak akan mungkin selesai jika tanpa bantuan dari berbagai pihak, meskipun
pada akhirnya dalam skripsi ini masih terdapat banyak sekali kekurangan dan
belum mencapai kata sempurna. Maka sudah seharusnya peneliti mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Ayahanda Mar’ali dan Ibunda Siti Aisah yang membesarkan dan mendidik
serta senantiasa selalu percaya, mendoakan, memotivasi, mendukung dan
memberikan seluruh kerja kerasnya untuk mewujudkan keinginan anak-
anaknya dalam meraih cita-cita. ary sangat menyayangi dan mencintaimu ibu.
2. Kepada semua keluarga besar H. Caing (Alm) yang telah memberikan
dukungan baik materi, moral serta doa untuk tercapainya salah satu cita-cita
yaitu mendapatkan gelar sarjana.
3. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat, MA,. Selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Jakarta.
4. Bapak Prof. Dr.Abdul Hamid,.Sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Prof,Dr.Ahmad Rodoni,MM selaku Pudek I dan dosen pembimbing
I,yang senantiasa memberikan perhatian dan ilmunya dalam membimbing
peneliti.
6. Bapak M. Arief Mufraini, Lc, M.Si selaku dosen pembimbing II, yang selalu
memberikan pengarahan dan motivasi serta ilmunya dalam membimbing
peneliti.
ix
7. Seluruh dosen yang berada di Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial Khususnya
jurusan manajemen yang memiliki peran yang sangat besar bagi saya dalam
proses perkuliahan.
8. Mbak ani yang sudah melayani saya dan temen-teman dalam proses
pendaftaran skripsi.
9. Seluruh staf akademik Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial yang telah bekerja
dengan baik melayani para mahasiswa, semoga amalnya diterima ALLAH
SWT.
10. Eko aryanto, Nova Herdiansyah my best Friends,,,ya walaupun suka nyebelin
dan ngutang sih,,,,,,!
11. Dian maulana yang sudah membimbing saya dari bab 1 – bab 3, Thanks y,,,,
12. Sepupu ku Muink, Tri makasih atas modem Gratisnya.
13. Kepada wanita dihatiku yang selalu mendukung dan mendoakan ku.
14. Semua teman – teman manajemen B dan manajemen keuangan tahun 2005.
Kalian semua teman terbaik yang bisa aku dapatkan.
15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhirnya semoga Allah SWT membalas budi baik semua serta skripsi ini
dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi semuanya.Amin ya
Robbal’alamin.
Jakarta, September 2010
(Hariyadi )
x
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL DALAM............................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ................................................ . ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ........................................ . iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ........................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................... v
ABSTRACT ................................................................................................... vi
ABSTRAK ..................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................. x
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................ 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................ 6
D. Manfaat Penelitian.............................................................. 7
BAB II. LANDASAN TEORI
A. Pengertian Ilmu Ekonomi ............................................ ..... 8
B. Pengertian Efek dan Bursa Efek ................................... ..... 8
C. Inflasi .................................................................................. 8
1. Pengertian Inflasi .......................................................... 9
2. Komponen Inflasi .......................................................... 11
3. Timbulnya Inflasi ...................................................... ... 12
3. Cara Mengatasi Inflasi .................................................. 13
xi
D. Nilai Tukar (Kurs) .............................................................. 15
1. Pengertian Nilai Tukar Rupiah...................................... 15
2. Penentuan Nilai Tukar ................................................... 16
3. Sistem Kurs Mata Uang ................................................ 16
E. Tingkat Suku Bunga ...................................................... .... 19
F. SBI ...................................................................................... 20
1. Pengertian SBI .............................................................. 20
2. Tujuan penerbit SBI...................................................... 20
3. Dasar Hukum SBI ........................................................ 21
4. Karakteristik ................................................................. 21
G. Rasio Keuangan ................................................................. 22
1. Pengertian Rasio Keuangan .......................................... 22
H. Jenis-Jenis Rasio Keuangan .............................................. 23
1. Rasio Profitabilitas ....................................................... 23
2. Rasio Leverage ............................................................. 25
3. Rasio Likuiditas ............................................................ 26
I. Return Saham ..................................................................... 27
J. Indeks LQ 45 ..................................................................... 29
K. Penelitian Terdahulu ......................................................... 30
L. Kerangka Pemikian ............................................................ 33
M. Hipotesis ............................................................................ 35
xii
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian .................................................. 37
B. Metode Penentuan Sampel ................................................. 37
C. Metode Pengumpulan Data ................................................ 38
D. Metode Analisis Data ......................................................... 39
E. Variabel penelitian...………………………………….. ..... 45
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitan .................................... 50
B. Sejarah Objek Penelitian .................................................... 63
C. Hasil dan Pembahasan ........................................................ 64
D. Interprestasi ........................................................................ 82
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................ 85
B. Saran .................................................................................. 86
C. Implikasi ............................................................................. 86
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 88
xiii
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu 32
4.1 Daftar Perusahaan yang menjadi Objek Peneliti 64
4.2 Hasil Pengujian Multikolinearitas 74
4.3 Hasil pengujian Auto Korelasi 75
4.4 Hasil Pengujian Uji t 77
4.5 Hasil Pengujian Uji F 79
4.6 Hasil Pengujian Adj R Square 80
4.7 Hasil Analisis Regresi 81
xiv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran 34
4.1 Struktur Pasar modal Indonesia 54
4.2 Grafik Kurs 65
4.3 Grafik Real Interest Rate 66
4.4 Grafik Return On Asset 67
4.5 Grafik Debt To Equity Ratio 69
4.6 Grafik Current Ratio 70
4.7 Grafik Return Saham 71
4.8 Grafik Normalitas Data 73
4.9 Grafik Uji Heteroskedastisitas 76
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Halaman
1 Daftar Objek Penelitian 91
2 Perhitungan Data Mentah 92
3 Hasil Uji Regresi Berganda Dengan SPSS 16.0 98
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pasar modal merupakan pasar keuangan (financial market) dimana
diperjual belikan sekuritas atau instrumen surat berharga yang memiliki sifat
jangka panjang (Husnan, 1997). Di Indonesia, Bursa Efek Jakarta (BEJ)
merupakan sejarah panjang pasar modal Indonesia. BEJ didirikan pada tahun
1912 oleh pemerintah kolonial Belanda, kemudian terhenti oleh adanya invasi
Jepang 1942, dan baru aktif kembali 10 Agustus 1977 dengan dibentuknya
Bapepam (Badan Pelaksana Pasar Modal) oleh Pemerintah. Swastanisasi
dilakukan pada saat pasar modal Indonesia mengalami bullish pada tahun
1990.
Penurunan indeks yang sangat tajam di BEJ terjadi antara tahun 1981
sampai dengan 1986, yang disebabkan pemerintah melakukan devaluasi mata
uang rupiah terhadap dolar pada tahun 1984. Selanjutnya indeks kembali turun
antara tahun 1990 sampai dengan 1992, yang disebabkan oleh pemerintah
memberlakukan kebijakan uang ketat (tight money policy) pada tahun 1991.
Dan terakhir tahun 1996 sampai dengan 1997, yang disebabkan oleh krisis
moneter.
Hal tersebut diatas menggambarkan bahwa perubahan kondisi makro
ekonomi dicerminkan pada indeks pasar saham di BEJ. Sehingga anggapan
bahwa variabel-variabel makro ekonomi merupakan variabel yang dapat
2
menggerakkan harga saham adalah suatu teori yang dapat diterima secara
umum (Maysami and Sim Koh, 2000).
Banyak metode yang dapat dipergunakan untuk mengkaji hubungan
variabel-variabel makro ekonomi terhadap pasar modal suatu negara. Salah
satu teori yang sering dipergunakan adalah konsep Arbitrage Pricing Theory
(APT) yang dikembangkan oleh Ross (1976). Konsep APT ini merupakan
konsep model keseimbangan yang mempergunakan hukum satu harga (the law
of one price), dimana dua kesempatan investasi yang identik sama tidak bisa
dijual dengan harga yang berbeda (Elton et. al., 1995).
Dengan menggunakan APT, Chen et. al. (1986) membuktikan bahwa
variabel-variabel makro ekonomi memiliki pengaruh yang sistematik terhadap
tingkat kembalian (return) pasar saham. Kekuatan ekonomi mempengaruhi
tingkat diskonto (discount rate), kemampuan perusahaan untuk menggerakkan
aliran kas (cash flow), dan pembayaran dividen dimasa yang akan datang
(future dividen payouts). Mekanisme seperti ini menunjukkan bahwa variable-
variabel makro ekonomi merupakan faktor yang krusial di pasar ekuitas
(Maysami and Sim Koh, 2000).
Adapun kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dan kegiatan
operasinya merupakan fokus utama dalam penilaian prestasi perusahaan
(analisis fundamental perusahaan), karena laba perusahaan selain merupakan
indikator kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban bagi para
penyandang dananya, juga merupakan elemen dalam menciptakan nilai
perusahaan yang menunjukkan prospek perusahaan dimasa yang akan datang.
3
Tingkat probabilitas perusahaan pada analisis fundamental biasanya diukur
dari beberapa aspek, yaitu berdasarkan ROS (Return On Sales), EPS (Earning
Per Share), ROA ( Return On Asset) maupun ROE (Return on Equity).
Meskipun telah digunakan secara luas oleh investor sebagai salah satu
dasar dalam pengambilan keputusan investasi karena nilainya tercantum
dalam laporan keuangan, penggunaan analisis rasio keuangan sebagai alat
pengukur akuntansi konvensional memiliki kelemahan utama, yaitu
mengabaikan adanya biaya modal sehingga sulit untuk mengetahui apakah
suatu perusahaan telah berhasil menciptakan suatu nilai atau tidak.
Untuk dapat mengukur kinerja perusahaan diperlukan alat pembanding
dan rasio dalam industri sebagai keseluruhan yang sejenis, dimana perusahaan
menjadi anggotanya yang dapat digunakan sebagai alat pembanding dari
angka rasio perusahaan, salah satu rasio yang biasa digunakan adalah ROA
(Return On Asset). ROA adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas
untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan
menggunakan total aktiva yang ada.
Dalam konteks manajemen investasi, return atau tingkat keuntungan
merupakan imbalan yang diperoleh dari investasi. Return ini dibedakan
menjadi dua, pertama return yang telah terjadi (actual return) yang dihitung
berdasarkan data historis, dan kedua return yang diharapkan (expected return)
akan diperoleh investor dimasa mendatang. (Abdul Halim, 2003)
Tingkat keuntungan (return) merupakan rasio antara pendapatan investasi
selama beberapa periode dengan jumlah dana yang diinvestasikan. Pada
4
umumnya investor mengharapkan keuntungan yang tinggi dengan resiko
kerugian yang sekecil mungkin, sehingga para investor berusaha menentukan
tingkat keuntungan investasi yang optimal dengan menentukan konsep
investasi yang memadai. Konsep ini penting karena tingkat keuntungan yang
diharapkan dapat diukur. Dalam hal ini tingkat keuntungan dihitung
berdasarkan selisih antara capital gain dan capital loss. Rata-rata return
saham biasanya dihitung dengan mengurangkan harga saham periode tertentu
dengan harga saham periode sebelumnya dibagi dengan harga saham
sebelumnya.
Dalam penelitiannya, Roohi Ahmed and Khalid Mustafa (2005), Hubungan
antara inflasi dan return saham kembali nyata (yang diteliti oleh fama) dan
pertumbuhan yang tak terduga dan inflasi yang tidak diharapkan adalah
negatif dan signifikan terhadap return saham.
Noer Sasongko dan Nila Wulandari (2006), menunjukkan bahwa earning
per share (EPS) berpengaruh terhadap harga saham. IG.K.A. ULUPUI (2007),
meneliti bahwa Variabel current ratio memiliki pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap return saham satu periode ke depan. Hal ini
mengindikasikan bahwa pemodal akan memperoleh return yang lebih tinggi
jika kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya semakin
tinggi.
Ana Oktaviana (2007), Secara bersama-sama ada pengaruh yang sangat
signifikan antara Nilai Tukar Rupiah/US$ dan Tingkat Suku Bunga SBI
terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta periode 2003-
5
2005. Chairul Nazwar (2008), Menganalisis Pengaruh Variabel Makro ekonomi
Terhadap Return Saham Syariah Di Indonesia pada periode 2000-2006. Penelitian ini
menunjukan pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif dan signifikan tehadap
Return Saham Syariah di Indonesia. Sedangkan Suku bunga SBI berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap Return Saham Syariah di Indonesia.
Yogi Permana (2009), Berdasarkan pengujian secara bersama-sama,
diketahui bahwa ketujuh variabel bebas (EPS, PER, BVS, PBV, ROE, tingkat
bunga SBI, dan tingkat inflasi) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
harga saham. Sedangkan secara parsial, diketahui bahwa kedua variabel
variabel bebas yaitu hanya PBV yang memiliki pengaruh signifikan terhadap
harga saham, pada perusahaan-perusahaan Semen yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
Dwi Martani, Mulyono, dan Rahfiani Khairurizka (2009), bahwa rasio
keuangan, ukuran perusahaan, dan arus kas dari aktivitas operasi activities
altogether affect market adjusted return and abnormal return. Kegiatan sama
sekali mempengaruhi disesuaikan kembali pasar dan abnormal return.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu dimana masih menunjukkan hasil
yang kontradiktif, maka peneliti tertarik untuk menelaah lebih lanjut . Oleh
karena itu, dalam skripsi peneliti mengambil judul “Analisis Variabel Makro
Ekonomi dan Rasio Keuangan Terhadap Return Saham Pada Perusahaan
LQ 45 di BEI Pada Periode 2005 - 2008”
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan antara variabel
makro ekonomi dan rasio keuangan terhadap return saham ?
2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara variabel
makro ekonomi dan rasio keuangan terhadap return saham ?
3. Variabel independen manakah yang paling berpengaruh terhadap variabel
dependen ?
C. Tujuan Penelitian
1. Menganalisis pengaruh yang signifikan secara simultan antara variabel
makro ekonomi dan rasio keuangan terhadap return saham.
2. Menganalisis pengaruh yang signifikan secara parsial antara variabel
makro ekonomi dan rasio keuangan terhadap return saham.
3. Menganalisis Variabel independen manakah yang paling berpengaruh
terhadap variabel dependen.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Sebagai wahana pengaplikasikan ilmu yang telah peneliti peroleh di
bangku kuliah sekaligus sebagai pemenuhan syarat untuk memperoleh
gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri.
7
2. Bagi Pengguna
Memberikan masukan kepada berbagai pihak mengenai penerapan inflasi,
kurs rupiah, SBI, Real Interest rate, Profitabilitas, Leverage, Likuiditas
sebagai alat Pengukuran kinerja suatu perusahaan.
3. Bagi Perusahaan
Memberikan masukan atau pertimbangan kepada manajemen perusahaan
indeks LQ45 yang go public di Bursa Efek Indonesia mengenai
penggunaan inflasi, kurs rupiah, SBI, Real Interest rate, Profitabilitas,
Leverage, Likuiditas dan pengaruhnya terhadap return saham dalam
melakukan pengukuran kinerja keuangan perusahaan.
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Ilmu ekonomi
Ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari upaya-upaya manusia
untuk memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas dengan sumber daya yang
terbatas. Menurut objek yang dipelajari, ilmu ekonomi dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu ekonomi mikro dan ekonomi makro. Ekonomi mikro
memfokuskan pembahasannya pada perilaku individual dari pelaku ekonomi,
sedangkan ekonomi makro memfokuskan pembahasannya pada gejala-gejala
perekonomian secara keseluruhan, secara totalitas, atau gejala umumnya.
(Pindyck, Robert S. dan Daniel L. Rubinfeld, 2003)
Contoh dari ekonomi mikro adalah perilaku individual dari suatu
perusahaan dalam menetapkan berapa banyak barang yang akan dibeli, jika
harga barang tersebut mengalami kenaikan atau penurunan, bagaimana
meningkatkan jumlah produksinya, seberapa tinggi harga barang akan dijual
agar perusahaan memperoleh laba maksimum, dan sebagainya. Sedangkan
contoh dari ekonomi makro adalah membahas pertumbuhan ekonomi dan
gejala-gejalanya seperti inflasi, SBI, kurs yang akan dibahas oleh peneliti,
sebagai berikut ini :
B. Pengertian Efek dan Bursa Efek
Menurut undang RI No.8 tahun 1995 (Widjaja dan Ernawati, 2002: 2)
“Efek diartikan sebagai surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti
9
hutang, unit penyertaan investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek dan
setiap derivatif dari efek”.
Agar efek-efek tersebut dapat diperjulbelikan maka diperlukan suatu
wadah atau tempat berlangsungnya transaksi tersebut yang dikenal dengan
bursa efek. Menurut undang-undang RI No. 8 Tahun 1995 yang terdapat
dalam jurnal Widjaja dan Ernawati (2002: 2) yang dimaksud dengan Bursa
Efek adalah “pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan system atau
sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek”.
Indeks harga saham merupakan indicator yang menggambarkan
pergerakan harga-harga saham. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
pertama kali diperkenalkan pada tanggal 1 April 1983 sebagai indicator
pergerakan harga saham yang tercatat di Bursa, baik saham biasa maupun
saham preferen. Hari dasar perhitungan indeks adalah tanggal 10 Agustus
1982 dengan nilai 100, sedangkan jumlah saham yang tercatat pada waktu itu
adalah 13 saham.
C. Inflasi
1. Pengertian Inflasi
Inflasi adalah kecenderungan barang-barang naik secara umum dan
dalam jangka waktu yang tertentu (Case dan Fair, 1999). Dalam ilmu
ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara
umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar
10
dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat
yang meningkat atau adanya ketidak lancaran distribusi barang.
Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai
mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan
tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap
tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi dianggap terjadi jika proses
kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-
mempengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan
peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab
meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua
yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP Deflator. Pada
urnumnya inflasi bermakna "kenaikan yang berterusan dalarn tingkat
harga urnum".
Menurut Winardi dan Setiawan (2006), definisi inflasi adalah
sebagai suatu kenaikan relatif dalam tingkat harga umum. Inflasi dapat
timbul bila jumlah barang serta jasa yang ditawarkan atau karena
kehilangan kepercayaan terhadap mata uang nasional dan terdapat adanya
gejala yang meluas untuk menukar dengan barang-barang.
Inflasi di definisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga
yang berlaku dalam suatu perekonomian. Tingkat inflasi (prosentase
kenaikan harga) berbeda dari suatu periode keperiode lainnya, dan berbeda
pula dari suatu Negara ke Negara lainnya. Inflasi adalah suatu
11
kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terud
menerus. (Sadono Sukirno : 2004 : 15)
Teori Keynes mengatakan bahwa inflasi terjadi karena masyarakat
hidup diluar batas kemampuan ekonomisnya. Teori ini memperlihatkan
bagai mana perebutan rejeki antara golongan-golongan masyarakat yang
dapat menimbulkan permintaan agregat yang lebih dari pada jumlah
barang yang tersedia (apabila timbul “inflation gap”). Selama inflation
gap tetap ada, selama itu pula proses inflasi akan berkelanjutan.
2. Komponen Inflasi
Ada tiga komponen yang hams dipenuhi agar dapat dikatakan telah
terjadi inflasi, Prathama dan Mandala (2001:203)
1. Kenaikan harga
Harga suatu komoditas dikatakan naik jika menjadi lebih tinggi
darpada harga periode sebelumnya.
2. Bersifat umum
Kenaikan harga suatu komoditas belum dapat dikatakan inflasi
jika kenaikan tersebut tidak menyebabkan harga secara umum naik.
3. Berlangsung terus menerus
Kenaikan harga yang bersifat umum juga belum akan
memunculkan inflasi, jika terjadi sesaat, karena itu perhitungan inflasi
dilakukan dalam rentang waktu minimal bulanan.
12
3. Timbulnya Inflasi
a.
Timbulnya inflasi dapat dilihat dari :
1) Inflasi ringan, dibawah 10% setahun
Berdasarkan keparahan inflasi
2) Inflasi sedang, antara 10% - 30% setahun
3) Inflasi berat, 30% - 100% setahun
4) Hiperinflasi di atas 100% setahun
b.
1) inflasi yang berasal dari dalam negeri (
Berdasarkan timbulnya inflasi
domestic inflation
inflasi ini timbul karena defisit anggaran belanja negara dan
gagalnya pasar yang berakibat harga kebutuhan pokok
menjadi mahal.
),
2) inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation
terjadi karena kenaikan harga barang di negara lain, biaya produksi
barang luar negeri tinggi, kenaikan impor tarif barang
)
c.
1)
Berdasarkan sebab-sebab timbulnya inflasi, dapat digolongkan:
Tarikan permintaan (demand pull inflation)
Inflasi ini terjadi karena permintaan agregat masyarakat akan
berbagai macam barang terus meningkat, misalnya bertambahnya
pengeluaran pemerintah yang dibiayai dengan pencetakan uang
baru dan
bertambahnya pengeluaran investasi swasta karena
kemudahan kredit bank
13
2) Desakan biaya (cost push inflation
Inflasi ini diakibatkan oleh kenaikan ongkos produksi, biasanya
diawali dengan kenaikan biaya produksi, seperti kenaikan upah,
kenaikan harga bahan modal, berkurangnya jumlah penawaran,
naiknya harga barang yang dibarengi dengan turunnya jumlah
produksi
)
3) Inflasi campuran, terjadi karena kombinasi unsur inflasi tarikan dan
inflasi dorongan biaya.
4) Inflasi impor, terjadi karena pengaruh inflasi luar negeri dan
adanya perdagangan antar negara. Misalnya: suatu negara sedang
mengalami inflasi, kemudian hasil produksi dari negara tersebut
dibutuhkan oleh negara lain dan diimpor, maka harga barang
tersebut meningkat.
4. Cara Mengatasi Inflasi
Usaha untuk mengatasi terjadinya inflasi harus dimulai dari
penyebab terjadinya inflasi supaya dapat dicari jalan keluarnya. Secara
teoritis untuk mengatasi inflasi relatif mudah, yaitu dengan cara mengatasi
pokok pangkalnya, mengurangi jumlah uang yang beredar.
Berikut ini kebijakan yang diharapkan dapat mengatasi inflasi:
a. Kebijakan Moneter
Segala kebijakan pemerintah di bidang moneter dengan tujuan
menjaga kestabilan moneter untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Kebijakan ini meliputi:
14
1) Politik diskonto, dengan mengurangi jumlah uang yang beredar
dengan cara menaikan suku bunga bank, hal ini diharapkan
permintaan kredit akan berkurang.
2) Operasi pasar terbuka, mengurangi jumlah uang yang beredar
dengan cara menjual SBI
3) Menaikan cadangan kas, sehingga uang yang diedarkan oleh bank
umum menjadi berkurang
4) Kredit selektif, politik bank sentral untuk mengurangi jumlah uang
yang beredar dengan cara memperketat pemberian kredit
5) Politik sanering, ini dilakukan bila sudah terjadi hiper inflasi, ini
pernah dilakukan BI pada tanggal 13 Desember 1965 yang
melakukan pemotongan uang dari Rp.1.000 menjadi Rp. 1
b. Kebijakan Fiskal
Dapat dilakukan dengan cara:
1) menaikkan tarif pajak, diharapkan masyarakat akan menyetor uang
lebih banyak kepada pemerintah sebagai pembayaran pajak,
sehingga dapat mengurangi jumlah uang yang beredar.
2) Mengatur penerimaan dan pengeluaran pemerintah
3) Mengadakan pinjaman pemerintah, misalnya pemerintah
memotong gaji pegawai negeri 10% untuk ditabung, ini terjadi
pada masa orde lama.
15
c. Kebijakan Non Moneter
Dapat dilakukan melalui:
1) Menaikan hasil produksi, pemerintah memberikan subsidi kepada
industri untuk lebih produktif dan menghasilkan output yang lebih
banyak, sehingga harga akan menjadi turun.
2) Kebijakan upah, pemerintah menghimbau kepada serikat buruh
untuk tidak meminta kenaikan upah disaat sedang inflasi.
3) Pengawasan harga, kebijakan pemerintah dengan menentukan
harga maksimum bagi barang- barang tertentu.
D. Nilai Tukar (Kurs)
1. Pengertian Nilai Tukar Rupiah
Menurut Adiningsih, dkk (1998:155), nilai tukar rupiah adalah
harga rupiah terhadap mata uang negara lain. Jadi, nilai tukar rupiah
merupakan nilai dari satu mata rupiah yang ditranslasikan ke dalam mata
uang negara lain. Misalnya nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS, nilai tukar
rupiah terhadap Yen, dan lain sebagainya.
Kurs inilah sebagai salah satu indikator yang mempengaruhi
aktivitas di pasar saham maupun pasar uang karena investor cenderung
akan berhati-hati untuk melakukan investasi. Menurunnya kurs Rupiah
terhadap mata uang asing khususnya Dolar AS memiliki pengaruh negatif
terhadap ekonomi dan pasar modal (Sitinjak dan Kurniasari, 2003).
16
2. Penentuan Nilai Tukar
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar,
yaitu (Madura, 1993):
a. Faktor Fundamental
Faktor fundamental berkaitan dengan indikator-indikator ekonomi
seperti inflasi, suku bunga, perbedaan relatif pendapatan antar negara,
ekspektasi pasar dan intervensi Bank Sentral.
b. Faktor Teknis
Faktor teknis berkaitan dengan kondisi penawaran dan permintaan
devisa pada saat-saat tertentu. Apabila ada kelebihan permintaan,
sementara penawaran tetap, maka harga valas akan naik dan sebaliknya.
c. Sentimen Pasar
Sentimen pasar lebih banyak disebabkan oleh rumor atau berita-berita
politik yang bersifat insidentil, yang dapat mendorong harga valas naik
atau turun secara tajam dalam jangka pendek. Apabila rumor atau
berita-berita sudah berlalu, maka nilai tukar akan kembali normal.
3. Sistem Kurs Mata Uang
Menurut Kuncoro (2001: 26-31), ada beberapa sistem kurs mata
uang yang berlaku di perekonomian internasional, yaitu:
a. Sistem kurs mengambang (floating exchange rate)
Sistem kurs ini ditentukan oleh mekanisme pasar dengan atau tanpa
upaya stabilisasi oleh otoritas moneter. Di dalam sistem kurs
mengambang dikenal dua macam kurs mengambang, yaitu :
17
1) Mengambang bebas (murni) dimana kurs mata uang ditentukan
sepenuhnya oleh mekanisme pasar tanpa ada campur tangan
pemerintah. Sistem ini sering disebut clean floating exchange rate,
di dalam sistem ini cadangan devisa tidak diperlukan karena otoritas
moneter tidak berupaya untuk menetapkan atau memanipulasi kurs.
2) Mengambang terkendali (managed or dirty floating exchange rate)
dimana otoritas moneter berperan aktif dalam menstabilkan kurs
pada tingkat tertentu. Oleh karena itu, cadangan devisa biasanya
dibutuhkan karena otoritas moneter perlu membeli atau menjual
valas untuk mempengaruhi pergerakan kurs.
b. Sistem kurs tertambat (peged exchange rate).
Dalam sistem ini, suatu negara mengkaitkan nilai mata uangnya dengan
suatu mata uang negara lain atau sekelompok mata uang, yang biasanya
merupakan mata uang negara partner dagang yang utama
“Menambatkan“ ke suatu mata uang berarti nilai mata uang tersebut
bergerak mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya. Jadi
sebenarnya mata uang yang ditambatkan tidak mengalami fluktuasi
tetapi hanya berfluktuasi terhadap mata uang lain mengikuti mata uang
yang menjadi tambatannya.
c. Sistem kurs tertambat merangkak (crawling pegs).
Dalam sistem ini, suatu negara melakukan sedikit perubahan dalam
nilai mata uangnya secara periodik dengan tujuan untuk bergerak
menuju nilai tertentu pada rentang waktu tertentu. Keuntungan utama
18
sistem ini adalah suatu negara dapat mengatur penyesuaian kursnya
dalam periode yang lebih lama dibanding sistem kurs tertambat. Oleh
karena itu, sistem ini dapat menghindari kejutan-kejutan terhadap
perekonomian akibat revaluasi atau devaluasi yang tiba-tiba dan tajam.
d. Sistem sekeranjang mata uang (basket of currencies).
Banyak negara terutama negara sedang berkembang menetapkan nilai
mata uangnya berdasarkan sekeranjang mata uang. Keuntungan dari
sistem ini adalah menawarkan stabilitas mata uang suatu negara karena
pergerakan mata uang disebar dalam sekeranjang mata uang.
Seleksi mata uang yang dimasukkan dalam “keranjang“ umumnya
ditentukan oleh peranannya dalam membiayai perdagangan negara
tertentu. Mata uang yang berlainan diberi bobot yang berbeda
tergantung peran relatifnya terhadap negara tersebut. Jadi sekeranjang
mata uang bagi suatu negara dapat terdiri dari beberapa mata uang yang
berbeda dengan bobot yang berbeda.
e. Sistem kurs tetap (fixed exchange rate).
Dalam sistem ini, suatu negara mengumumkan suatu kurs tertentu atas
nama uangnya dan menjaga kurs ini dengan menyetujui untuk menjual
atau membeli valas dalam jumlah tidak terbatas pada kurs tersebut.
Kurs biasanya tetap atau diperbolehkan berfluktuasi dalam batas yang
sangat sempit.
19
E. Tingkat suku bunga
Menurut Wardane (2003) dalam Prawoto dan Avonti (2004), suku
bunga adalah pembayaran yang dilakukan untuk penggunaan uang. Suku
bunga adalah jumlah bunga yang harus dibayar per unit waktu. Dengan kata
lain, masyarakat harus membayar peluang untuk meminjam uang. Menurut
Samuelson dan Nordhaus (1995:197) dalam Wardane, suku bunga adalah
biaya untuk meminjam uang, diukur dalam Dolar per tahun untuk setiap Dolar
yang dipinjam.
Menurut Keynes, dalam Wardane (2003), tingkat bunga ditentukan oleh
permintaan dan penawaran akan uang (ditentukan dalam pasar uang).
Perubahan tingkat suku bunga selanjutnya akan mempengaruhi keinginan
untuk mengadakan investasi, misalnya pada surat berharga, dimana harga
dapat naik atau turun tergantung pada tingkat bunga (bila tingkat bunga naik
maka surat berharga turun dan sebaliknya), sehingga ada kemungkinan
pemegang surat berharga akan menderita capital loss atau gain.
Suku bunga dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Suku bunga nominal adalah suku bunga dalam nilai uang. Suku bunga ini
merupakan nilai yang dapat dibaca secara umum. Suku bunga ini
menunjukkan sejumlah rupiah untuk setiap satu rupiah yang
diinvestasikan.
2. Suku bunga riil adalah suku bunga yang telah mengalami koreksi akibat
inflasi dan didefinisikan sebagai suku bunga nominal dikurangi laju
inflasi.
20
Dalam Kamus Akuntansi (1996:69), disebutkan bahwa Interest (bunga,
kepentingan, hak) merupakan: [1] beban atas penggunaan uang dalam suatu
periode, dan [2] suatu pemilikan atau bagian kenyataan dalam suatu
perusahaan, usaha dagang, atau sumber daya.
F. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
Sebagaimana tercantum dalam UU No.13 Tahun 1968 tentang Bank
Sentral, salah satu tugas Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter adalah
membantu pemerintah dalam mengatur, menjaga dan memelihara kestabilan
nilai Rupiah. Dalam melaksanakan tugasnya, BI menggunakan beberapa
piranti moneter yang terdiri dari Giro Wajib Minimum (Reserve Requirement),
Fasilitas Diskonto, Himbauan Moral dan Operasi Pasar Terbuka. Dalam
Operasi Pasar Terbuka BI dapat melakukan transaksi jual beli surat berharga
termasuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
1. Pengertian Sertifikat Bank Indonesia
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.8/13/DPM tentang
Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Melalui Lelang, Sertifikat Bank
Indonesia yang selanjutnya disebut SBI adalah surat berharga dalam mata
uang Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan
utang berjangka waktu pendek.
2. Tujuan Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia
Sebagai otoritas moneter, BI berkewajiban memelihara kestabilan
nilai Rupiah. Dalam paradigma yang dianut, jumlah uang primer (uang
kartal + uang giral di BI) yang berlebihan dapat mengurangi kestabilan
21
nilai Rupiah. SBI diterbitkan dan dijual oleh BI untuk mengurangi
kelebihan uang primer tersebut.
3. Dasar Hukum Sertifikat Bank Indonesia
Dasar hukum penerbitan SBI adalah UU No.13 Tahun 1968
tentang Bank Sentral, Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia
No.31/67/KEP/DIR tanggal 23 Juli 1998 tentang Penerbitan dan
Perdagangan Sertifikat Bank Indonesia serta Intervensi Rupiah, dan
Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/2/PBI/2004 tanggal 16 Februari 2004
tentang Bank Indonesia – Scripless Securities Settlement System.
4. Karakteristik Sertifikat Bank Indonesia
SBI memiliki karakteristik sebagai berikut (www.bi.go.id):
a. Jangka waktu maksimum 12 bulan dan sementara waktu hanya
diterbitkan untuk jangka waktu 1 dan 3 bulan.
b. Denominasi dari yang terendah Rp 50 juta sampai dengan tertinggi Rp
100 miliar.
c. Pembelian SBI oleh masyarakat minimal Rp 100 juta dan selebihnya
dengan kelipatan Rp 50 juta.
d. Pembelian SBI didasarkan pada nilai tunai berdasarkan diskonto murni
(true discount) yang diperoleh dari rumus berikut ini:
Nilai Nominal x 360 Nilai Tunai = 360 + [(Tingkat Diskonto x Jangka Waktu)] e. Pembeli SBI memperoleh hasil berupa diskonto yang dibayar di muka.
Nilai Diskonto = Nilai Nominal – Nilai Tunai
22
f. Pajak Penghasilan (PPh) atas diskonto dikenakan secara final sebesar
15%.
g. SBI diterbitkan tanpa warkat (scripless).
h. SBI dapat diperdagangkan di pasar sekunder.
G. Rasio Keuangan
1. Rasio Keuangan dan Manfaatnya
Rasio keuangan digunakan untuk membandingkan risiko dan tingkat
imbal hasil dari berbagai perusahaan untuk membantu investor dan kreditor
membuat keputusan investasi dan kredit yang baik (White et al., 2002). Ada
empat kategori rasio yang digunakan untuk mengukur berbagai aspek dari
hubungan risiko dan return (White et al., 2002), yaitu sebagai berikut.
(1) Analisis likuiditas: mengukur kecukupan sumber kas perusahaan
untuk memenuhi kewajiban yang berkaitan dengan kas dalam
jangka pendek.
(2) Analisis solvency dan long term debt (leverage): menelaah struktur
modal perusahaan, termasuk sumber dana jangka panjang dan
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban investasi dan
utang jangka panjang.
(3) Analisis aktivitas: mengevaluasi revenue dan output yang
dihasilkan oleh aset perusahaan.
(4) Analisis profitabilitas: mengukur earnings (laba) perusahaan relatif
terhadap revenue (sales) dan modal yang diinvestasikan.
23
Salah satu tujuan dan keunggulan dari rasio adalah dapat digunakan
untuk membandingkan hubungan return dan risiko dari perusahaan dengan
ukuran yang berbeda.
H. Jenis – Jenis Rasio Keuangan
1. Rasio Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba
dalam hubunganya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri.
Profitabilitas ini memberikan gambaran seberapa efektif perusahaan
beroperasi sehingga memberikan keuntungan bagi perusahaan. Tingkat
profitabilitas yang tinggi dapat mengindikasikan kemampuan perusahaan
untuk going concern. Profitabilitas yang tinggi juga dapat menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya.
Menurut Brotman (1989) dan Boustita & Young dalam Burton,
Adam and Hardwick (1998) dalam Purnomo (2005: 29) semakin tinggi
tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin rendah risiko
ketidakmampuan membayar (Default) dan semakin baik peringkat yang
diberikan terhadap perusahaan tersebut.
Menurut Ghost, et al., (2000). Dalam penelitian ini pengukuran
terhadap profitabilitas diukur dengan membandingkan laba setelah pajak
dengan total asset. Pecking order theory mengatakan bahwa perusahaan
lebih menyukai internal funding. Perusahaan dengan profitabilitas tinggi
tentu memiliki dana internal yang lebih banyak daripada perusahaan
24
dengan profitabilitas rendah. Karena itu profitabilitas akan berhubungan
negative dengan leverage perusahaan. Profitabilitas adalah kemampuan
perusahaan untuk memperoleh laba dari modal yang digunakan untuk
menghasilkan laba (Martono dan Agus, 2007).
Semakin tinggi profitabilitas berarti semakin baik dan semakin
meningkat kemakmuran perusahaan. Perusahaan yang profitabilitasnya
tinggi akan lebih banyak mempunyai dana internal daripada perusahaan
yang profitabilitasnya rendah. Perusahaan dengan profitabilitas tinggi akan
menggunakan hutang lebih kecil karena perusahaan mampu menyediakan
dana yang cukup melalui laba ditahan. Brigham dan Houston (2001) yang
dikutip oleh Andy Oky (2004) mengatakan bahwa perusahaan dengan
tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan hutang yang
relaltif kecil.
Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk
membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang
dihasilkan secara internal. Beberapa penelitian terdahulu yang pernah
dilakukan khususnya penelitian empiris yang dilakukan oleh Khrisnan
(1996), Badhuri (2002), dan Moh’d (1998) menunjukkan bahwa
profitabilitas berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan. Semakin
tinggi keuntungan yang diperoleh berarti semakin rendah kebutuhan dana
asing (hutang) sehingga semakin rendah pula rasio struktur modalnya.
Hal ini disebabkan pada saat perusahaan mempunyai profitabilitas
yang tinggi akan membayar hutang sehingga tingkat leverage menjadi
25
rendah serta lebih menyukai menggunakan keuntungan tadi (pendanaan
internal) untuk kegiatan investasinya sesuai dengan POT. Hasil pengujian
ini sama dengan pengujian yang dilakukan oleh Wessel (1988), Kester
(1986) dan Fama & French (2000)
2. Rasio Leverage
Rasio Leverage merupakan rasio keuangan yang menunjukkan
proporsi penggunaan utang untuk membiayai investasi terhadap modal
yang dimiliki. Rasio ini digunakan untuk mengukur sejauh mana suatu
perusahaan menggunakan utang dalam membiayai investasinya.
Perusahaan yang tidak mempunyai leverage berarti menggunakan modal
sendiri 100%. Penggunaan hutang itu sendiri bagi perusahaan
mengandung tiga dimensi:
a. Pemberian kredit akan menitikberatkan pada besarnya jaminan atas
kredit yang diberikan.
b. Dengan penggunaan hutang maka apabila perusahaan mendapatkan
keuntungan akan meningkat.
c. Dengan menggunakan hutang maka pemilik memperoleh dana dan
tidak kehilangan kendali perusahaan.
Para investor maupun kreditor akan mendapatkan manfaat
sepanjang laba atas hutang perusahaan melebihi biaya bunga dan apabila
terjadi kenaikan pada nilai pasar sekuritas (Saharul dan Nizar, 2000) dalam
Kesumawati (2003 33). Semakin besar rasio leverage perusahaan, semakin
besar resiko kegagalan perusahaan. Semakin rendah leverage perusahaan,
26
semakin baik peringkat yang diberikan terhadap perusahaan (Burton,
Adam & Hardwick, 1998 dalam Herwidi 2005: 28). Hal ini
mengindikasikan perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi
cenderung memiliki kemampuan yang rendah dalam memenuhi
kewajibanya.
Menurut dewi Astuti (2004:17) Struktur modal adalah bauran atau
perpaduan dari hutang jangka panjang saham preferen dan saham biasa.
Struktur modal yang ditargetkan adalah perpaduan antara hutang saham
preferen dan saham biasa yang dikehendaki perusahaan dalam struktur
modalnya, sedangkan struktur modal yang optimal adalah modal yang
mengoptimalkan keseimbangan antara resiko dan pengembalian sehingga
memaksimumkan harga saham.
Menurut Elisa Tjondro (2007) struktur modal adalah gabungan
hutang jangka panjang (long-term debt ) dan modal (equity). Menurut
ghosh et.al. (2000) struktur modal adalah perbandingan antara hutang
perusahaan (total debt) dengan total aktiva (total assets). Menurut westo &
Copeland (2001: 19) struktur modal atau kapitalisasi perusahaan adalah
pembiyaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham
preferen, dan modal pemegang saham.
3. Rasio Likuiditas
Apabila likuiditas menunjukan nilai yang tinggi maka obligasi
dimungkinkan masuk pada peringkat invesment grade, karena dengan
aktiva lancar yang lebih tinggi dari hutang lancar perusahaan mempunyai
27
perisai untuk memenuhi kewajiban jangka pendek kepada investor tepat
pada waktunya. Kondisis tersebut akan memudahkan perusahaan untuk
menarik investor untuk melakukan investasi pada perusahaanya.
Tingkat likuiditas antara perusahaan satu dengan yang lain
berbeda-beda. Investor menilai suatu perusahaan salah satunya dengan
menggunakan rasio likuiditas yang angka-angkanya dapat diperoleh
melalui laporan neraca perusahaan. Semakin tinggi nilai rasionya maka
perusahaan akan semakin diminati oleh investor.
Prastowo dan Julianti (2002:78) menyatakan bahwa likuiditas
perusahaan menggambarkan kemampuan perusahaan tersebut dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya kepada kreditur jangka pendek.
Menurut Riyanto (2001:24) masalah likuiditas berhubungan dengan
masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban
finansialnya yang segera harus dipenuhi.
I. Return Saham
Tingkat keuntungan (return) merupakan rasio antara pendapatan investasi
selama beberapa periode dengan jumlah dana yang diinvestasikan. Pada
umumnya investor mengharapkan keuntungan yang tinggi dengan resiko
kerugian yang sekecil mungkin, sehingga para investor berusaha menentukan
tingkat keuntungan investasi yang optimal dengan menentukan konsep
investasi yang memadai. Konsep ini penting karena tingkat keuntungan yang
diharapkan dapat diukur. Dalam hal ini tingkat keuntungan dihitung
28
berdasarkan selisih antara capital gain dan capital loss. Rata-rata return
saham biasanya dihitung dengan mengurangkan harga saham periode tertentu
dengan harga saham periode sebelumnya dibagi dengan harga saham
sebelumnya.
Return atau tingkat keuntungan merupakan persentase dari kekayaan
pemegang saham untuk sesuatu jangka waktu. Peningkatan dalam rupiah
adalah sama dengan dividen tunai yang diterima dalam satu jangka waktu
ditambah dengan perubahan dalam nilai saham yang berlaku dalam jangka
waktu tersebut (Ahmad Rodoni dan OthmanYong, 2002:11).
Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa
return realisasi yang sudah terjadi dan return ekspektasi yang belum terjadi
namun di harapkan dapat terjadi dimasa mendatang. Return realisasi
(Realized Return) merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi
penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan dan
dihitung berdasarkan data hitoris. return ekspektasi (Expected Return) adalah
return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor dimasa mendatang.
Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi
sifatnya belum terjadi. (Jogiyanto, 2000).
Komponen return meliputi:
1. Capital Gain (loss) merupakan keuntungan (kerugian) bagi investor yang
diperoleh dari kelebihan harga jual (harga beli) diatas harga beli (harga
jual) yang keduanya terjadi dipasar sekunder.
29
2. Yield merupakan pendapatan atau aliran kas yang diterima investor secara
periodik, misalnya berupa deviden atau bunga. Yield dinyatakan dalam
presentase dari modal yang ditanamkan.(Abdul Halim,2003)
J. Indeks LQ 45
Indeks ini hanya terdiri dari 45 saham yang telah terpilih setelah melalui
kriteria pemilihan sehingga akan terdiri dari saham-saham dengan likuiditas
tinggi dan juga mempertimbangkan kapitalisasi pasar saham tersebut.
Kriteria pemilihan saham untuk indeks LQ45 adalah sebagai berikut: ( Farid
& Siswanto, 1998 )
1. Masuk dalam rangking 60 terbesar dari total transaksi saham di pasar
regular ( rata-rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir)
2. Rangking berdasarkan kapitalisasi pasar ( rata-rata kapitalisasi pasar
selama12 bulan terakhir )
3. Telah tercatat di BEJ minimal 3 bulan.
4. Keadaan keuangan perusahaan dan prospek pertumbuhannya, frekuensi
dan jumlah hari perdagangan transaksi pasar reguler.
30
K. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu akan diuraikan secara ringkas karena
penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya.
1. Roohi Ahmed and Khalid Mustafa (2005)
Hubungan antara inflasi dan return saham kembali nyata (yang
diteliti oleh fama) dan pertumbuhan yang tak terduga dan inflasi yang
tidak diharapkan adalah negatif dan signifikan terhadap return saham.
2. Noer Sasongko dan Nila Wulandari (2006)
Menunjukkan bahwa earning per share (EPS) berpengaruh
terhadap harga saham. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji t yang diterima
pada taraf signifikan 5% (p < 0,05). Artinya EPS dapat digunakan untuk
menentukan nilai perusahaan.
3. IG.K.A. ULUPUI (2007)
IG.K.A. ULUPUI (1999 – 2005) meneliti bahwa Variabel current
ratio memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap return saham
satu periode ke depan. Hal ini mengindikasikan bahwa pemodal akan
memperoleh return yang lebih tinggi jika kemampuan perusahaan
memenuhi kewajiban jangka pendeknya semakin tinggi.
4. Ana Oktaviana (2007)
Secara bersama-sama ada pengaruh yang sangat signifikan antara
Nilai Tukar Rupiah/US$ dan Tingkat Suku Bunga SBI terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta periode 2003-2005. Hal ini
31
ditunjukkan dari besarnya nilai Fhitung lebih besar dari Ftabel (50,286 >
3,285) dan signifikansi sebesar 0,000.
5. Chairul Nazwar (2008)
Pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif dan signifikan tehadap
Return Saham Syariah di Indonesia.sedangkan Suku bunga SBI berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap Return Saham Syariah di Indonesia.
6. Yogi Permana (2009)
Berdasarkan pengujian secara bersama-sama, diketahui bahwa
ketujuh variabel bebas (EPS, PER, BVS, PBV, ROE, tingkat bunga SBI,
dan tingkat inflasi) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga
saham. Sedangkan secara parsial, diketahui bahwa kedua variabel variabel
bebas yaitu hanya PBV yang memiliki pengaruh signifikan terhadap harga
saham, pada perusahaan-perusahaan Semen yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
7. Dwi Martani, Mulyono, dan Rahfiani Khairurizka (2009)
Bahwa rasio keuangan, ukuran perusahaan, dan arus kas dari
aktivitas operasi activities altogether affect market adjusted return and
abnormal return. Kegiatan sama sekali mempengaruhi disesuaikan
kembali pasar dan abnormal return.
Berdasarkan uraian di atas, ringkasan dari penelitian terdahulu
tersebut dapat dilihat dalam Tabel 2.1.
32
Tabel 2.1. Ringkasan Penelitian Terdahulu
NO JUDUL
PENELITIAN PENELITI
DAN TAHUN MODEL PENELITI
DAN SAMPEL HASIL
PENELITIAN 1 REAL STOCK RETURNS
AND INFLATION IN PAKISTAN
Roohi Ahmed and Khalid Mustafa, 2005
Regresi berganda, data inflasi, stock prices index, and GNP 1972-2002 di International Financial Statistics (IFS)
Hubungan antara inflasi dan return saham kembali nyata (yang diteliti oleh fama) dan pertumbuhan yang tak terduga dan inflasi yang tidak diharapkan adalah negatif dan signifikan terhadap return saham
2 PENGARUH EVA DAN RASIO-RASIO PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM
Noer Sasongko & Nila Wulandari, 2006
Regresi berganda, Perusahaan manufaktur yang telah go public, tercatat sebagai emiten sejak tahun 2001 sampai 2002 secara terus menerus (tidak pernah mengalami delisting).
menunjukkan bahwa earning per share (EPS) berpengaruh terhadap harga saham. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji t yang diterima pada taraf signifikan 5% (p<0,05). Artinya EPS dapat digunakan untuk menentukan nilai perusahaan.
3 ANALISIS PENGARUH RASIO LIKUIDITAS, LEVERAGE, AKTIVITAS, DAN PROFITABILITAS TERHADAP RETURN SAHAM
Igka ulupui, 2007
Regresi berganda. Perusahaan makanan dan minuman dengan kategori industry barang konsumsi DI BEI 1999-2005
Bahwa variable current ratio memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap return saham satu periode kedepan.
4 ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR RUPIAH /US$ DAN TINGKAT SUKU BUNGA SBI TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DI BURSA EFEK JAKARTA
Ana Ocktavia. 2007.
Regresi berganda, IHSG yang terdaftar di BEI 2003-2005 dengan sampling jenuh atau sampel sensus
Secara bersama-sama ada pengaruh yang sangat signifikan antara Nilai Tukar Rupiah/US$ dan Tingkat Suku Bunga SBI terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta periode 2003 2005.
5 ANALISIS PENGARUH VARIABEL MAKRO EKONOMI TERHADAP RETURN SAHAM SYARIAH DI INDONESIA
Chairul Nazwar, 2008
Analisis regresi data panel yang akan dilakukan dalam studi ini adalah dengan menggunakan metode estimasi OLS (Ordinary Least Square), Data Saham Syariah diperoleh dari (JII)
Pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif dan signifikan tehadap Return Saham Syariah di Indonesia
6 PENGARUH FUNDAMENTAL KEUANGAN, TINGKAT BUNGA DAN TINGKAT INFLASI TERHADAP
Yogi permana, 2009
Regresi berganda, perusahaan semen yang terdaftar di BEI
Secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.
33
PERGERAKAN HARGA SAHAM
7 THE EFFECT OF FINANCIAL RATIOS, FIRM SIZE, AND CASH FLOW FROM OPERATING ACTIVITIES IN THE INTERIM REPORT TO THE STOCK RETURN
Dwi Martani, Mulyono,Rahfiani Khairurizka, 2009
Regresi, Perusahaan manufaktur Data diperoleh dari Indonesia DirectoryJSX Statistik Pasar Modal, dan Real Time Investor
bahwa rasio keuangan, ukuran perusahaan, dan arus kas dari aktivitas operasi activities altogether affect market adjusted return and abnormal return. Kegiatan sama sekali mempengaruhi disesuaikan kembali pasar dan abnormal return.
Sumber : data sekunder yang telah di olah.
L. Kerangka Pemikiran
Dalam penelitian ini, terdapat 3 (tiga) variabel makro ekonomi dan 3 (tiga)
rasio keuangan yang diduga berpengaruh terhadap Return Saham di Bursa
Efek Indonesia (BEI). Adapun variabel makro ekonomi yang di teliti adalah
Inflasi, SBI, Kurs, dan Real Interest Rate. Sedangkan, rasio keuangan yang
diteliti adalah Profitabilitas, Leverage dan Likuiditas yang diprediksikan
berpengaruh terhadap Return Saham.
Berdasarkan uraian diatas, hubungan masing-masing variabel independen
yang berpengaruh terhadap dependen dapat dijelaskan sebagai berikut :
34
Gambar 2.1. Kerangka Penelitian
BEI
Perusahaan LQ 45
Variabel indivenden : 1. Makro ekonomi
a. Kurs (nilai tukar) b. Real Interest Rate
2. Rasio Keuangan a. Profitabilitas b. Leverage c. likuditas
Variabel dependent : Return Saham
Metode regresi berganda
Uji asumsi klasik
Metode regresi berganda
Uji signifikan
Uji t Uji f Koefisien determinan
35
M. Hipotesis
a. H0 : b1
H
= 0 Kurs tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
return saham
1 : b1
b. H
≠ 0 Kurs mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return
saham
0 : b2
H
= 0 Real Interest Rate tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap return saham
1 : b2
c. H
≠ 0 Real Interest Rate mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap return saham
0 : b3
H
= 0 Profitabilitas tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap return saham
1 : b3
d. H
≠ 0 Profitabilitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
return saham
0 : b4
H
= 0 Leverage tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
return saham
1 : b4
e. H
≠ 0 Leverage mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
return saham
0 : b5
H
= 0 Likuiditas tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
return saham
1 : b5
≠ 0 Likuiditas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
return saham
36
f. H0 : b1, b2, b3, b4, b5
H
= 0 Kurs, Real Interest Rate, profitabilitas, leverage,
likuiditas tidak terdapat pengaruh secara simultan terhadap return saham
1 : b1, b2, b3, b4, b5
≠ 0 Kurs, Real Interest Rate, profitabilitas, leverage,
likuiditas terdapat pengaruh secara simultan terhadap return saham.
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan LQ 45 dan terdaftar
diBursa Efek Indonesia dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2008. Dengan
mengacu pada tujuan penelitian maka variabel yang diteliti adalah return
saham dan variabel-variabel yang mempengaruhi adalah makro ekonomi yaitu
inflasi, kurs, SBI, Real Interest Rate dan variabel keuangan yang diukur
dengan, profitabilitas, leverage, likuiditas.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi adalah semua individu atau unit-unit yang menjadi objek
penelitian, sedangkan sebagian individu atau unit-unit yang diambil dari
populasi disebut sampel (cuplikan). Ada beberapa alasan yang dapat
dikemukakan mengapa penelitian hanya dilakukan terhadap sampel saja,
yaitu:
1. Terbatasnya dana yang tersedia.
2. Terbatasnya waktu dan tenaga dalam penelitian
3. Penelitian yang dapat dilakukan dapat mengakibatkan barang yang diteliti
menjadi cacat atau rusak.
4. Individu atau unit-unit dalam populasi sifatnya homogen.
5. Ukuran populasinya sangat besar dan tak terhingga.
38
Karena sampel ini hanya merupakan sebagian dari populasi, maka
hendaklah sampel yang diambil benar-benar dapat mewakili populasinya atau
pengambilan sampel harus representatif (Zainal Mustofa,1998). Populasi
dalam penelitian ini adalah perusahaan yang sudah Go Public di Bursa Efek
Indonesia dan termasuk dalam indeks LQ 45.
Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang termasuk dalam
indeks LQ 45 yang eksis sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2008,
Dipilihnya perusahaan dalam indeks LQ 45 karena perusahaan tersebut
memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Berada di top 95% dari total rata-rata tahunan nilai transaksi saham di
pasar reguler.
2. Berada di top 90% dari rata-rata tahunan kapitalisasi pasar.
3. Tercatat di BEI minimal 30 hari bursa.
4. Merupakan urutan tertinggi yang mewakili sektornya dalam klasifikasi
industri BEI sesuai dengan nilai kapitalisasi pasar.
5. Memiliki porsi yang sama dengan sektor-sektor yang lain.
6. Merupakan urutan tertinggi berdasarkan frekuensi transaksi.
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang dibutuhkan yaitu data sekunder berupa laporan keuangan
tahunan (Annual Report) yang diterbitkan oleh perusahaan, buku Indonesian
Capital Market Directory (ICMD), Jakarta Stock Exchange (JSX) statistic,
Laporan Bursa Efek Indonesia, Jurnal-jurnal, Surat Kabar Harian, dan
39
Literatur-Literatur lainnya yang berhubungan dengan objek yang sedang
diteliti.
Data yang diperlukan dari penelitian ini terdiri dari :
1) Laporan Keuangan Tahunan (Annual Report) yang diterbitkan oleh
perusahaan yang menjadi objek penelitian.
2) Laporan Harga Saham Penutupan Tahunan Indeks LQ45 untuk periode
2005 sampai 2008.
3) Laporan Neraca dan Laporan Laba Rugi perusahaan untuk periode 2005
sampai 2008.
4) Buku Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dari tahun 2005
sampai 2008.
D. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini metode analisis data yang digunakan adalah dengan
melakukan uji statistik regresi dan korelasi untuk melihat ada tidaknya
pengaruh signifikansi terhadap kedua variabel independen, yaitu inflasi, kurs,
SBI, Real Interest Rate, profitabilitas, leverage, dan likuiditas terhadap
variabel dependen yaitu return saham. Langkah – langkah dalam menganalisis
penelitian ini adalah :
1. Perhitungan analisis regresi dan korelasi
Berdasarkan data hasil perhitungan terhadap inflasi, kurs, SBI, Real
Interest Rate, profitabilitas, leverage, dan likuiditas dan pengaruhnya
terhadap return saham, maka dilakukan analisis regresi dan korelasi antara
40
ke enam variabel tersebut. Perhitungan dilakukan dengan bantuan
komputer melalui program Exel dan SPSS. Mengingat jumlah data yang
banyak, maka penulis menggunakan komputer, sehingga hasil yang
diperoleh lebih valid daripada dihitung secara manual. Pengujian terhadap
analisis regresi dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen
dapat mempengaruhi variabel dependen.
Y : Return
a : konstanta
X1
X
: Kurs
2
X
: Real Interest Rate
3
X
: Profitabilitas
4
X
: Leverage
5
ε
: Likuiditas
i
2. Uji t
: Standar error
Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel
independen secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen.
Langkah – langkah pengujiannya adalah sebagai berikut :
a) Perumusan Hipotesis
Ho : βj = 0, berarti tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel
independen terhadap variabel dependen.
Y = a + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + β5 X5 + εi
41
Ha : βj
b) Menentukan tingkat signifikansi (α), yaitu sebesar 5%
= 0, berarti ada pengaruh yang signifikan dari variabel
independen terhadap variabel dependen.
c) Menentukan kriteria penerimaan atau penolakan Ho, yakni dengan
melihat nilai signifikan : Jika Sig < 0,05 maka Ho ditolak atau Ha
diterima Jika Sig > 0,05 maka Ho diterima atau Ha ditolak.
d) Pengambilan keputusan.
3. Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel independen
secara simultan yang dapat berpengaruh terhadap variabel dependen.
Langkah- langkah pengujiannya adalah sebagai berikut :
a) Pengujian Hipotesis
Ho : βj = 0, berarti tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel
independen secara simultan terhadap variabel dependen.
Ha : βj = 0, berarti ada pengaruh yang signifikan dari variabel
independen secara simultan terhadap variabel dependen.
b) Menentukan tingkat signifikansi (α), yaitu sebesar 5%
c) Menentukan kriteria penerimaan atau penolakan Ho, yakni dengan
melihat nilai signifikan : Jika Sig < 0,05 maka Ho ditolak atau Ha
diterima Jika Sig > 0,05 maka Ho diterima atau Ha ditolak.
d) Pengambilan keputusan
42
4. Uji Asumsi Klasik
Suatu model regresi yang menghasilkan estimator tidak bias, harus
memenuhi asumsi klasik diantaranya: tidak terjadi multikolonieritas, tidak
ada autokorelasi, tidak ada heteroskedastisitas, dan normalitas. Untuk
mengidentifikasikan pemenuhan asumsi klasik , maka penelitian ini akan
melakukan uji normalitas data, uji multikolonieritas, uji autokorelas, dan
uji heteroskedastisitas secara multivariate. Berikut ini pengujian asumsi
klasik :
a. Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2002:74), uji normalitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi variabel dependen (terkait) dan variabel
independen (bebas) keduanya mempunyai kontribusi normal atau kah
tidak. Dalam uji normalitas terdapat dua cara untuk mendeteksi apakah
residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan
uji statistik.
1) Analisis grafik
Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah
dengan melihat histogram yang membandingkan antara data
observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal.
2) Uji statistik
Selain dengan analisis grafik maka perlu dianjurkan dengan uji
statistik, agar mencapai keakuratan yang lebih baik lagi. Uji statistik
43
sederhana dapat dilakukan dengan melihat nilai kurtosis dan
skewness dari residual.
b. Uji Multikoliniaritas
Uji tentang multikolinearitas ini dimaksudkan untuk membuktikan
atau menguji ada tidaknya hubungan yang linear antara variabel bebas
(independen) satu dengan variabel bebas (independen) lainnya
(Sudarmanto, 2005). Dalam analisis regresi ganda, maka akan terdapat
dua atau lebih variabel bebas yang diduga akan mempengaruhi variabel
tergantungnya (dependen). Pendugaan tersebut akan dapat
dipertanggungjawabkan apabila tidak terjadi adanya hubungan yang
linear (multikolinearitas) di antara variabel – variabel independen.
Adanya hubungan yang linear antar variabel independen akan
menimbulkan kesulitan dalam memisahkan pengaruh masing – masing
variabel independen terhadap variabel dependen. Oleh karena itu kita
harus benar – benar dapat menyatakan, bahwa tidak terjadi adanya
hubungan linear di antara variabel – variabel independen tersebut.
Cara yang digunakan untuk mendeteksi terjadinya
multikolinearitas dalam penelitian ini adalah dengan uji Variance
Inflation Factor (VIF). Pedoman suatu model regresi yang bebas
multikolinearitas adalah (Ghozali)
1) Mempunyai nilai VIF < 10,
2) Mempunyai angka tolerance > 0.10
44
c. Uji Autokorelasi
Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara
serangkaian anggota observasi yang diurutkan menurut waktu (data
time series) atau ruang (data cross section). Uji autokorelasi bertujuan
untuk mengetahui apakah variabel dependen pada tahun amatan
dipengaruhi oleh variabel dependen sebelum tahun amatan. Model
regresi yang baik adalah model yang bebas dari autokerelasi. Untuk
mengetahui apakah dalam model persamaan regresi terdapat
autokorelasi, maka dilakukan uji Durbin - Watson (uji D-W) dengan
ketentuan (Jogiyanto, 2003) :
1) Jika angka D-W di antara 1.55 – 2.46, berarti model persamaan
regresi bebas dari autokorelasi.
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika
berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah
yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Santoso,
2000). Jika regresi tidak lolos uji heteroskedastisitas maka variance dari
standar error akan bias, akibatnya uji t = b/Se (b) tidak dapat dipercaya
sehingga tidak bisa diambil kesimpulan. Apabila asumsi tidak
terjadinya heteroskedastisitas ini tidak dipenuhi, maka penaksir menjadi
45
tidak lagi efisien baik dalam sampel kecil maupun besar (Gujarati,
1978). Ada beberapa teknik yang dapat dipakai untuk mendeteksi ada
tidaknya masalah heteroskedastisitas, yaitu (Gujarati, 1978) : dengan
melihat residual plot persamaan regresi, uji Glesjer, uji Park, uji Rank
Spearman, uji Goldfeld-Quandt, uji Breuce Pagan.
Dalam penelitian ini, uji yang akan digunakan untuk mendeteksi
gejala heteroskedastisitas adalah dengan melihat residual plot
persamaan regresi, yang dilakukan dengan melihat (Santoso 2000) :
1) Jika ada pola tertentu, seperti titik – titik (point-point) yang ada
membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang,
melebar, kemudian menyempit), maka telah terjadi
heteroskedastisitas.
2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan
di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas.
5. Koefisien Determinasi( Adjusted R Square)
Uji koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar
variabel independent menjelaskan variable yang dilihat melalui Adjusted R
Square karena variabel independennya lebih dari dua.
E. Variabel Penelitian
Variabel-variabel dalam penelitian ini meliputi variabel dependen dan
variabel independen. Variabel dependen adalah variabel yang memiliki
karakteristik dimana besar kecilnya variabel dipengaruhi oleh banyak faktor.
46
Dengan kata lain pertumbuhan perusahaan tergantung pada perubahan satu
atau lebih faktor. Sedangkan variabel independen adalah variabel yang dapat
berdiri sendiri tanpa tergantung atau dipengaruhi oleh faktor lain.
a. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah:
Return Saham sebagai variabel dependen, dapat dihitung dengan
mengurangkan harga saham periode tertentu dengan harga saham periode
sebelumnya.
Tingkat keuntungan (return) adalah rasio antara pendapatan
investasi selama beberapa periode dengan jumlah dana yang
diinvestasikan. Tingkat keuntungan saham yang diterima oleh pemodal
dinyatakan sebagai berikut :
1) Menghitung keuntungan yang diharapkan
Dimana :
Ri = Tingkat keuntungan saham i
P t-1
= Harga saham awal periode t+1
Pt = Harga saham akhir periode
atau akhir pariode
2) Menghitung rata-rata return saham
Keuntungan saham dapat dicari dengan menghitung mean dari
keuntungan saham setiap periode.
Pt – Pt-1 Ri = X 100 % Pt-1
47
n = banyaknya data observasi
Ri = Return Saham i
b. Variabel Independen dalam penelitian ini adalah:
1) Inflasi
Tingkat inflasi diperoleh dari indeks harga konsumen berdasarkan
perhitungan inflasi bulanan.
2) Nilai Tukar Rupiah/US$
Nilai tukar Rupiah/US$ menunjukkan nilai dari mata uang dolar
AS yang ditranslasikan dengan mata uang Rupiah. Sebagai contoh,
US$ 1 = Rp 9.000,- artinya apabila 1 dollar AS dihitung dengan
menggunakan rupiah maka nilainya adalah sebesar Rp 9.000,-. Data
yang diambil adalah Nilai tukar Rupiah/US$ mulai bulan Januari 2004
- Desember 2008.
3) Tingkat Suku Bunga SBI
Tingkat suku bunga SBI adalah ukuran keuntungan investasi
berupa sertifikat bank Indonesia yang dapat diperoleh pemodal dan
juga biaya modal yang harus dikeluarkan perusahaan untuk
menggunakan dana dari pemodal. Pengukuran yang digunakan adalah
satuan persentase dan data yang diambil adalah tingkat suku bunga
SBI mulai bulan Januari 2004 - Desember 2008.
48
Dengan mengunakan Suku bunga real, suku bunga real adalah
Tingkat bunga yang telah disesuaikan untuk menghilangkan dampak
inflasi untuk mencerminkan biaya riil dana kepada peminjam, dan
hasil nyata untuk pemberi pinjaman Tingkat bunga riil investasi saham
akan dihitung sebagai jumlah. Oleh yang tingkat bunga nominal lebih
tinggi dari pada tingkat inflasi.
Real Suku Bunga = Suku Bunga Nominal - Inflasi
5) Rasio Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba
dalam hubunganya dengan penjualan, total aktiva maupun modal
sendiri. Profitabilitas ini memberikan gambaran seberapa efektif
perusahaan beroperasi sehingga memberikan keuntungan bagi
perusahaan. Rasio keuangan aspek profitabilitas ini dapat diukur
dengan formulasi return on asset
6) Rasio Leverage
Rasio Leverage merupakan rasio keuangan yang menunjukkan
proporsi penggunaan utang membiayai investasi terhadap modal yang
dimiliki. Rendahnya nilai rasio leverage dapat diartikan bahwa hanya
sebagian kecil asset di danai dengan hutang dan semakin kecil resiko
kegagalan perusahaan.
Earning After Tax Return On Asset = Total Aktiva
49
Menurut Burton, Adam & Hardwick, (1998 dalam Purnomo 2005:
28) semakin besar rasio leverage perusahaan, semakin besar resiko
kegagalan perusahaan. Semakin rendah leverage perusahaan, semakin
baik peringkat yang diberikan terhadap perusahaan. Rasio keuangan
aspek leverage dapat diukur dengan formulasi debt to equity ratio
(DER).
7) Rasio Likuiditas
Likuiditas suatu perusahan menunjukkan kemampuan perusahaan
untuk membayar kewajiban finansial jangka pendek tepat pada
waktunya. Rasio keuangan aspek profitabilitas dapat diukur dengan
formulasi current ratio (CURRENT).
Total Hutang Debt to equity = Ekuitas Pemegang Saham
Aktiva Lancar Current Ratio = Hutang Lancar
50
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Pasar Modal di Indonesia
Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia
merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial
Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu
didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah
kolonial atau VOC.
Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan
dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan,
bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami
kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang
dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada
pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan
operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagimana mestinya.
Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal
pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami
pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang
dikeluarkan pemerintah.
Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia
dapat dilihat sebagai berikut:
51
a. 14 Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di
Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda.
b. 1914 – 1918 : Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang DuniaI
c. 1925 – 1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan
Bursa Efek di Semarang dan Surabaya
d. Awal tahun 1939 : Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di
Semarang dan Surabaya ditutup.
e. 1942 – 1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang
Dunia II
f. 1952 : Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat
Pasar Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman
(Lukman Wiradinata) dan Menteri keuangan (Prof.DR. Sumitro
Djojohadikusumo). Instrumen yang diperdagangkan: Obligasi
Pemerintah RI (1950)
g. 1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek
semakin tidak aktif.
h. 1956 – 1977 : Perdagangan di Bursa Efek vakum.
i. 10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden
Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar
Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal.
Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public
PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama.
52
j. 1977 – 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten
hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen
perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal.
k. 1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87)
yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan
Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di
Indonesia.
l. 1988 – 1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal
diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat
meningkat.
m. 2 Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan
dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE),
sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer.
n. Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88
(PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go
public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan
pasar modal.
o. 16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan
dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek
Surabaya.
p. 13 Juli 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan
Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.
53
q. 22 Mei 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan
dengan sistem computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems).
r. 10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No.
8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai
diberlakukan mulai Januari 1996.
s. 1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya.
t. 2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai
diaplikasikan di pasar modal Indonesia.
u. 2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh
(remote trading).
v. 2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek
Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).
2. Sejarah Bursa Efek Indonesia (BEI)
Penggabungan Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek
Surabaya (BES) menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI) paling lambat 30
November 2007. Selanjutnya BEI mulai aktif 1 Desember 2007.
Sebelum penggabungan ini, telah dilakukan RUPS (Rapat Umum
Pemegang Saham) pada tanggal 30 Oktober 2007 untuk pembahasan
rencana merger tersebut. Pada saat itu, proses merger kedua bursa tersebut
masih menunggu persetujuan dari Dephukham. Sebab badan hukum dan
nama keduanya berubah menjadi Bursa Efek Indonesia. Setelah menjalani
beberapa proses, maka sekarang namanya telah menjadi Bursa Efek
Di mana
Bursa Efek Surabaya melebur ke dalam Bursa Efek Jakarta.
54
Indonesia. Mengenai direksi Bursa Efek Indonesia, posisi-posisi masih
ditempati oleh direksi-direksi kedua bursa. Direksi tersebut akan
melanjutkan tugas sampai RUPS 2009 dilakukan.
3. Struktur Pasar Modal Indonesia
Gambar 4.1
Struktur Pasar Modal Indonesia
BAPEPAM
Bursa Efek Lembaga Keuangan Dan Lembaga Penyimpanan Dan
Penjamin Penyelesaian
Perusahaan Efek
Lembaga Penunjang
Profesi Penunjang
Pemodal
Emiten
• Perusahaan Publik
k
• Penjamin Emisi Efek
• Perantara Pedagang Efek
• Manajer Investasi
• Penasehat Investasi
• Biro Adm Efek
• Custodian • Wali Amanat • Penanggung
• Akuntan • Konsultan
Hukum • Penilai • Notaris
• Domestik • Asing
Menteri Keuangan
55
4. Lembaga-lembaga yang terlibat di Bursa Efek Indonesia
Sebagai suatu bisnis yang berdampak sosial yang sangat luas,
Bursa Efek Jakarta melibatkan benyak lembaga masing-masing pihak
mempunyai peranan dan fungsi yang berbeda dan saling menunjang
kepentingan pihak lainnya. Pihak-pihak dan saling kegiatan di Bursa Efek
jakarta adalah :
a. Perusahaan yang go publik (Emiten)
Adalah perusahaan yang melakukan emisi atau yang telah
melakukan penawaran dalam surat berharga. Pihak ini membutuhkan
dana guna membelanjai operasi rencana investasi.
b. Perusahaan Efek
Adalah perusahaan yang telah memperoleh izin usaha untuk
beberapa kegiatan seperti penjamin emisi efek, perantara pedagang
efek, manager investasi atau penasehat investasi.
c. Lembaga kliring dan penyelesaian penyimpanan
Adalah suatu lembaga yang menyelenggarakan kliring dan
penyelesaian transaksi yang terjadi di bursa efek, penyimpanan efek
serta penitipan harta untuk pihak lain.
d. Perusahaan Reksa dana
Adalah pihak yang kegiatan umumya melakukan investasi,
investasi kembali (reinvestasi).
56
e. Lembaga Penunjang
Lembaga penunjang meliputi tempat penitipan harta, wali amanat
atau penanggung yang menyediakan jasa, tempat penitipan harta adalah
yang menyelenggarakan penyimpanan harta dalam penitipan untuk
kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak tanpa mempunyai
hak kepemilikan atas harta tersebut. Wali amanat (trusrt agent) adalah
pihak yang dipercayakan untuk mewakili kepentingan seluruh
pemegang obligasi atau sertifikat kredit. Penaggung (gurator) adalah
pihak yang menanggung kembali jumlah pokok atau bunga emisi
obligasi atau sekuritas kredit dalam hal emiten cidera janji.
Sedangkan Biro Administrasi Efek (BAE) yang semula berperan
penting dalam regristrasi saham, setelah scripless berperan memelihara
investasi hingga memantau peroleh deviden investor, penawaran
perdana (IPO), atau corporate action lainnya. Dan saat ini pencatatan
semua daham investor beralih ke Kustodian Sentral Efek Indonesia
(KSEI).
f. Profesi Penunjang
Terdiri dari akuntan publik, notaris, perusahaan penilai (appraisal)
dan konsultan hukum. Akuntan publik adalah pihak yang memiliki
keahlian dalam bidang akuntansi dan pemeriksa akuntan (auditing).
Fungsi akuntan adalah memberi pendapat atas kewajaran laporan
keuangan emiten atau calon emiten. Notaris adalah pejabat yang
57
berwenang membuat akte otentik sebagaimana dimaksudkan dalam
Staad Glad 1860 No. 3 tentang pengaturan jabatab notaris.
Peran notaris adalah membuat perjanjian, penyusunan anggaran
dasar dan perubahannya, perubahan pemilik modal dan lain-lain.
Penilaian appraisal adalah pihak yang menerbitkan dan menandatangani
laporan penilai. Laporan penilai mencakup pendapat atas aktiva yang
disusun berdasarkan pemerikasaan menurut keahlian penilai. Konsultan
hukum adalah ahli hukum mengenai emisi atau emiten. Fungsi utama
konsultan hukum adalah melindungi pemodal atau calon pemodal dari
segi hukum. Tugasnya antara lain meneliti akte pendirian, izin usaha
dan lain-lain.
g. Pemodal (Investor)
Adalah pihak perorangan maupun lembaga yang menanamkan
modalnya dalam efek-efek yang diperdagangkan.
h. Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM)
Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) merupakan lembaga
pemerintah yang mempunyai tugas sebagai berikut :
1) Memonitor dan mengatur surat pasar dimana sekuritas-sekuritas
dapat diterbitkan dan diperdagangkan secara teratur, wajar dan
efisien dengan maksud untuk melinduingi kepentingan para
pemodal dan masyarakat.
2) Mengawasi dan memonitor pertukaran sekuritas, clearing,
settlement dan lembaga-lembaga penyimpanan reksa dana,
58
perusahaan sekuritas dan para pialang, berbagai lembaga
pendukung pasar modal dan para profesional.
3) Untuk memberikan rekomendasi tentangt pasar modal kepada
Menteri Keuangan.
Dengan fungsi tersebut diharapkan Badan Pengawas Pasar Modal
(BAPEPAM) lebih bisa melaksanakan fungsi pengawasan karena kegiatan
perdagangan efek dan berbagai kegiatan yang berkaitan dengannya
diselenggarakan oleh Bursa Efek sendiri, selain itu peraturan mulai oleh
badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) secara konsisten.
5. Mekanisme Perdagangan
a. Sistem Perdagangan Bursa Efek Indonesia
Perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) terpusat di lantai
perdagangan di Indonesia Stock Exchange Building, Jl. Jenderal
Sudirman Kav 52 – 53 Jakarta 12190, hingga saat ini, instrumen-
instrumen yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah
saham, bukti right, warant, obligasi dan obligasi konversi. Sejak 22
Mei 1995. sistem perdagangan di Bursa Efek Jakarta (BEJ) sudah
menggunakan komputer. Sistem yang tergolong paling modern yaitu
Jakarta Automated Trading System (JATS), sedangkan kegiatan
administratif dan manajemen Bursa Efek Indonesia terpusat di lantai
empat gedung yang sama.
59
b. Sistem pasar : digerakkan oleh Order dan Lelang Terbuka
Bursa Efek Jakarta menganut sistem order – driven market atau
pasar yang digerakkan oleh order-order dari pialang dengan sistem
lelang secara terus-menerus. Pembeli atau penjual, yang hendak
melakukan transaksi harus menghubungi perusahaan pialang.
Perusahaan pialang membeli dan menjual efek dilantai bursa atas
perintah atau permintaan (order) investor. Akan tetapi, perusahaan
pialang melakukan jual efek untuk dan atas nama perusahaan itu
sendiri sebagai bagian dari investasi portofolio.
Setiap perusahaan pialang mempunyai orang yang akan memasuki
semua order yang diterima ke terminal masing-masing di lantai bursa.
Orang-orang yang bertindak di perusahaan pialang tersebut disebut
Wakil Perantara Perdagangan Efek (WPPE). Dengan menggunakan
Jakarta Automated Trading (JATS), order-order tersebut diolah oleh
komputer yang akan melakukan matcing dengan mempertimbangkan
prioritas harga dan prioritas waktu. Dengan demikian sistem
perdagangan di bursa Efek Jakarta adalah sistem lelang secara terbuka
yang berlangsung terus menerus selama jam bursa. Hingga saat ini,
seluruh order dari perusahaan pialang memang harus dimasukkan ke
dalam sistem melalui terminal yang ada di lantai bursa. Bursa Efek
Indonesia telah menerapkan akses jarak jauh atau remote trading
access untuk Jakarta Automated Trading System (JATS) sehingga
60
seluruh perusahaan pialang bisa langsung melakukan perdagangan dari
luar lantai bursa, bahkan dari luar Jakarta.
1) Penyelesaian Transaksi
Transaksi di Bursa Efek Indonesia secara umum bukan
transaksi yang bersifat tunai. Bursa menentukan apabila transaksi
dilakukan hari ini, maka penterahan saham dan pembayaran harus
diselesaikan melalui PT. Kliring Penjamin Efek Indonesia (KPEI)
dan PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) pada hari bursa
ke lima (T+4) setelah terjadinya transaksi. Penyelesaian untuk
transasksi obligasi dilakukan antara anggota bursa yang melakukan
transaksi. Sementara itu, penyelesaian untuk transaksi right
dilakukan melalui PT. Kliring Penjamin Efek Indonesia (KPEI)
dan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).
2) Sistem Otomasi Perdagangan
Otomasi sistem perdgangan atau Jakarta Automated
Trading System (JATS) dimulai tanggal 22 Mei 1995. awalnya,
Bursa Efek Jakarta menyediakan 444 unit trader work sistem di
lantai perdagangan bursa. Pada bulan Mei 2000, Bursa Efek
Indonesia melakukan perluasan lantai dengan 360 terminal di lantai
5 gedung bursa, perluasan ini dilakuakn untuk sementara.
Terminal-terminal yang dinamakan Trader Work System atau
booth dihubungkan dengan mesin utama perdagangkan (Trading
Engine) melalui jakarta Stock Exchange Network.
61
Pada tahap pertama, implementasi Jakarta Automated
Trading System (JATS) lebih dipusatkan pada sistem konversi dari
manual ke sistem komputerisasi. Pengembangan implementasi
Jakarta Automated Trading System (JATS) terdiri dari beberapa
tahap, antara lain :
a) Implementasi perdagangan tanpa warant (scriless trading) yang
terintegrasi dengan sistem kliring dan penjaminan (clearing
and guarante system) PT. Kliring dan Penjaminan Indonesia.
b) Berkenaan dengan peningkatan transaksi, perluasan lantai
perdagangan dengan kapasitas 804 booth dilakukan untuk
mengantisipasi kebutuhan anggota bursa terhadap fasilitas
perdagangan pada pertengahan tahun 2000.
c) Pengembangan sistem perdagangan jarak jauh (remote
trading). Dengan menggunakan fasilitas ini anggota bursa
dapat secara langsung mengakses Jakarta Automated Trading
System (JATS) dari kantornya, kantor pusat maupun kantor.
3) Biaya Transaksi
Untuk membeli atau menjual saham, investor diwajibkan
membayar biaya transaksi kepada perusahaan pialang berdasarkan
kesepakatan. Dalam peraturan Bursa Efek Indonesia, biaya komisi
setinggi-tingginya 1 % dari total nilai transaksi (beli atau jual).
Sementara itu, pialang diwajibkan membayar biaya transaksi
sebesar 0,04 % dari total nilai transaksi di bursa.
62
Perusahaan pilang diwajibkan membayar biaya-biaya
sebagai berikut :
a) Untuk transaksi saham dan right dikenakan sebesar 0,04 % dari
kumulatif nilai transaksi setiap bulan dan 0,01 % dari biaya
tersebut oleh PT. Kliring Penjamin efek (KPEI) dan sisanya
0,015 % untuk biaya operasional bursa dan 0,006 % untuk PT.
Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).
b) Untuk transaksi obligasi atas unjuk tidak dikenakan biaya.
c) Untuk transaksi warant dikenakan biaya sebesar 0,02 % dari
nilai transaksi dimana 0,005 % untuk dana jaminan dan kliring
di PT. Kliring Penjamin Efek Indonesia. 0,0045 % untuk biaya
penyelesaian dan kliring di Kliring Penjamin Efek Indonesia,
dan sisasnya untuk biaya operasional bursa 0,0075 % dan untuk
Kustodian Sentral efek Indonesia 0,003 %.
d) Untuk anggota bursa yang tidak melakukan transaksi sama
sekali, wajib membayar biaya administratif kepada bursa
sebesar Rp 250.000 per bulan (untuk anggota aktif).
Pengenaan komisi dan biaya-biaya transaksi ini belum
termasuk Pajak Penambahan nilai (PPn) sebesar 10%. Pajak
transaksi penjualan saham ditetapkan sebesar 0,1 % dari kumulatif
nilai transaksi penjualan (khusus untuk saham).
63
B. Sejarah Objek Penelitian
1. Sejarah Perusahaan Yang Terdaftar Pada Indeks LQ 45
Indeks LQ 45 terdiri dari 45 saham yang telah terpilih yang memiliki
likuiditas dan kapitalisasi pasar yang tinggi yang terus direview setiap 6
bulan. Saham indeks LQ 45 harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. Masuk dalam ranking 60 besar dari total transaksi saham di pasar reguler
(rata-rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir.
b. Ranking berdasar kapitalisasi pasar (rata-rata kapitalisasi pasar selama 12
bulan terakhir)
c. Telah tercatat di BEI minimum 3 bulan
d. Keadaan keuangan perusahaan dan prospek pertumbuhannya, frekuensi
dan jumlah hari perdagangan transaksi pasar reguler.
Perusahaan yang terdaftar pada indeks LQ 45 adalah perusahaan yang
memiliki profit yang cukup tinggi dan memiliki saham yang cukup besar.
Perusahaan yang terdaftar pada LQ 45 merupakan perusahaan yang masuk
ke dalam perusahaan yang telah Go Publik. Di dalam indeks LQ 45 terdiri
dari 45 perusahaan yang bervariasi dari berbagai sektor yang telah
memenuhi persyaratan dalam indeks LQ 45.
64
2. Sejarah Perusahaan yang menjadi Objek Penelitian
Tabel 4.1 Daftar Perusahaan Yang Menjadi objek Penelitian
No. Nama Perusahaan Kode Saham 1 PT. Astra Agro Lestari Tbk AALI 2 PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk ANTM 3 PT. Astra Internasional Tbk ASII 4 PT. Berlian Laju Tanker Tbk BLTA 5 PT. Bakrie & Brothers Tbk BNBR 6 PT. Barito Pacific Timber Tbk BRPT 7 PT. Bumi Resources Tbk BUMI 8 PT. International Nickel Ind. Tbk INCO 9 PT, Indofood Sukses Makmur Tbk INDF 10 PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk INKP 11 PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk INTP 12 PT. Indosat Tbk ISAT 13 PT. Kalbe Farma Tbk KLBF 14 PT. PP London Sumatra Plantion Tbk LSIP 15 PT. Medco Energi Internasional Tbk MEDC 16 PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk PTBA 17 PT. Semen gresik Tbk SMGR 18 PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk TLKM 19 PT. Timah Tbk TINS 20 PT. Unilever Indonesia Tbk UNVR 21 PT. United Tractors Tbk UNTR
(Sumber data diolah)
C. Hasil Dan Pembahasan
1. Deskriptif Data
Pengolahan data dilakukan secara elektronik mempergunakan
Microsoft Excel dan SPSS 16.0 for Windows untuk mempercepat perolehan
data hasil yang dapat menjelaskan variabel-variabel yang diteliti. Tabel
deskriptif menunjukkan semua variabel yang digunakan dalam model
analisis regresi berganda, yaitu variabel Y (Return Saham) sebagai variabel
65
terikat, variabel bebas yang terdiri dari variabel makro (Real in Rate dan
Kurs) dan variabel laporan keuangan (Return On Asset, Debt Equity Ratio
dan Current Asset). Penjelasan lengkap masing-masing variabel adalah:
a. Kurs
Menurut Adiningsih, dkk (1998:155), nilai tukar rupiah adalah
harga rupiah terhadap mata uang negara lain. Jadi, nilai tukar rupiah
merupakan nilai dari satu mata rupiah yang ditranslasikan ke dalam mata
uang negara lain. Misalnya nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS, nilai
tukar rupiah terhadap Yen, dan lain sebagainya.
Grafik 4.2 Kurs
(Sumber data diolah)
Berdasarkan hasil perhitungan Kurs terhadap US dollar tiap
tahunya pada grafik 4.1, Pada Tahun 2005, kurs sebesar Rp 9165, Pada
Tahun 2006, Kurs, sebesar Rp 9395, Pada Tahun 2007, Kurs, sebesar Rp
9090. Pada Tahun 2008, Kurs sebesar, Rp 7950
7,000
8,000
9,000
10,000
AA
LI
AN
TM ASI
I
BLTA
BNBR
BRPT
BUM
I
INCO
IND
F
INKP
INTP
ISA
T
KLBF
LSIP
MED
C
PTBA
SMG
R
TLKM TIN
S
UN
VR
UN
TR
2005
2006
2007
2008
66
b. Real Interest Rate
Real Interest Rate digunakan untuk mengukur Tingkat bunga riil
adalah tingkat pertumbuhan daya beli yang berasal dari investasi.
Dengan menyesuaikan tingkat bunga nominal untuk mengimbangi
inflasi, agar menjaga daya beli tingkat tertentu modal konstan dari
waktu ke waktu. Koreksi atas tingkat inflasi dan didefinisikan sebagai
nominal interest rate dikurangi dengan tingkat inflasi.
Real Interest Rate = Nominal rate – Rate of inflation
Grafik 4.3 Real Interest Rate
(Sumber data diolah)
Berdasarkan hasil perhitungan Real Interest Rate terhadap tiap
tahunya pada grafik 4.2, Pada Tahun 2005, Real Interest Rate sebesar
0,14, Pada Tahun 2006, Real Interest Rate, sebesar -1,53, Pada Tahun
2007, Real Interest Rate, sebesar -0,20. Pada Tahun 2008, Real Interest
Rate sebesar -1,64.
(2.00)
(1.50)
(1.00)
(0.50)
-
0.50
AA
LI
AN
TM ASI
I
BLTA
BNBR
BRPT
BUM
I
INCO
IND
F
INKP
INTP
ISA
T
KLBF
LSIP
MED
C
PTBA
SMG
R
TLKM
TIN
S
UN
VR
UN
TR
2005
2006
2007
2008
67
c. Return On Asset
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba
dalam hubunganya dengan penjualan, total aktiva maupun modal
sendiri. Profitabilitas ini memberikan gambaran seberapa efektif
perusahaan beroperasi sehingga memberikan keuntungan bagi
perusahaan. Tingkat profitabilitas yang tinggi dapat mengindikasikan
kemampuan perusahaan untuk going concern. Profitabilitas yang tinggi
juga dapat menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajibannya. Menurut Brotman (1989) dan Boustita & Young dalam
Burton, Adam and Hardwick (1998) dalam Purnomo (2005: 29) semakin
tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin rendah risiko
ketidakmampuan membayar (Default) dan semakin baik peringkat yang
diberikan terhadap perusahaan tersebut.
Grafik 4.4 Return On Asset
(Sumber data diolah)
(100.00)
(50.00)
-
50.00
100.00
AA
LIA
NTM ASI
IBL
TABN
BR
BRPT
BUM
I
INCO
IND
F
INKP
INTP
ISA
T
KLBF
LSIP
MED
CO
PTBA
SMG
R
TLKM
TIN
S
UN
VR
UN
TR
2005
2006
2007
2008
68
Berdasarkan hasil perhitungan Return On Asset masing-masing
perusahaan pada grafik 4.3, Pada Tahun 2005, Return On Asset,
tertinggi dimiliki oleh PT. Unilever Indonesia Tbk sebesar 53,73 dan
terendah dipegang oleh PT. Bakrie And Brother Tbk sebesar -7,48. Pada
Tahun 2006, Return On Asset, tertinggi dimiliki oleh PT. Unilever
Indonesia Tbk sebesar 53,28 dan terendah dipegang oleh PT. Indah Kiat
Pulp & Paper Tbk sebesar -0,5. Pada Tahun 2007, Return On Asset,
tertinggi dimiliki oleh PT. Internasional Nickel Indonesia Tbk sebesar
88,83 dan terendah dipegang oleh PT. Barito Pasifik Tbk sebesar 0,28.
Pada Tahun 2008, Return On Asset, tertinggi dimiliki oleh PT. Astra
Agro Lestari Tbk sebesar 60,58 dan terendah dipegang oleh PT. Bakrie
And brothers Tbk sebesar -61,37.
d. DER (Debt To Equity Ratio)
Debt To Equity Ratio adalah kemampuan perusahaan dalam
memenuhi seluruh kewajibannya. Debt to Equity Ratio mempengaruhi
besarnya return karena semakin besar proporsi hutang yang digunakan
untuk struktur modal perusahaannya semakin besar pula jumlah
kewajibannya. Debt To Equity Ratio dihitung dengan cara membagi
total hutang dengan ekuitas.
Dengan demikian, debt to equity ratio juga dapat memberikan
gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan
sehingga dapat dilihat tingkat risiko tak terbayarkan suatu hutang.
69
Grafik 4.5
Debt To Equity Ratio
(Sumber data diolah)
Berdasarkan hasil perhitungan Debt To Equity Ratio masing-
masing perusahaan pada grafik 4.4, Pada Tahun 2005, Debt to Equity
Ratio, tertinggi dimiliki oleh PT. Bumi Resource Tbk sebesar 7,84 dan
terendah dipegang oleh PT. Astra Agro Lestari Tbk sebesar 0,19. Pada
Tahun 2006, Debt to Equity Ratio, tertinggi dimiliki oleh PT. Medco
Tbk sebesar 2,21 dan terendah dipegang oleh PT. Astra Agro Lestari
Tbk sebesar 0,24. Pada Tahun 2007, Debt to Equity Ratio, tertinggi
dimiliki oleh PT. Berlian Laju Tanker Tbk sebesar 5,23 dan terendah
dipegang oleh PT. Semen Gresik Tbk sebesar 0,27. Pada Tahun 2008,
Debt to Equity Ratio, tertinggi dimiliki oleh PT. Berlian Laju Tanker
Tbk sebesar 3,24 dan terendah dipegang oleh PT. Internasional Nickel
Indonesia Tbk sebesar 0,21.
Menurut dewi Astuti (2004:17) Struktur modal adalah bauran atau
perpaduan dari hutang jangka panjang saham preferen dan saham biasa.
-
2.00
4.00
6.00
8.00
AA
LIA
NTM ASI
IBL
TABN
BRBR
PTBU
MI
INCO
IND
FIN
KPIN
TPIS
AT
KLBF
LSIP
MED
CPT
BASM
GR
TLKM TIN
SU
NVR
UN
TR
2005
2006
2007
2008
70
Struktur modal yang ditargetkan adalah perpaduan antara hutang saham
preferen dan saham biasa yang dikehendaki perusahaan dalam struktur
modalnya, sedangkan struktur modal yang optimal adalah modal yang
mengoptimalkan keseimbangan antara resiko dan pengembalian
sehingga memaksimumkan harga saham.
e. Current Ratio
Rasio Likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban financial jangka
pendek yang berupa hutang-hutang jangka pendek. Rasio Likuiditas
pada pembahasan ini diwakili oleh current ratio.
Grafik 4.6 Current Ratio
(Sumber data diolah)
Berdasarkan hasil perhitungan Current Ratio masing-masing
perusahaan pada grafik 4.5, Pada Tahun 2005, Current Ratio, tertinggi
dimiliki oleh PT. Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk sebesar 451,14
dan terendah dipegang oleh PT. PP London Sumatra Plantion Tbk
-200.00 400.00
600.00
800.00
1,000.00
AA
LI
AN
TM ASI
I
BLTA
BNBR
BRPT
BUM
I
INCO
IND
F
INKP
INTP
ISA
T
KLBF
LSIP
MED
C
PTBA
SMG
R
TLKM
TIN
S
UN
VR
UN
TR
2005
2006
2007
2008
71
sebesar 49,27. Pada Tahun 2006, Current Ratio, tertinggi dimiliki oleh
PT. Bank Central Asia Tbk sebesar 8,48 dan terendah dipegang oleh PT.
Astra Agro Lestari Tbk sebesar 0,19. Pada Tahun 2007, Current Ratio,
tertinggi dimiliki oleh PT. Bank Central Asia Tbk sebesar 8,79 dan
terendah dipegang oleh PT. Astra Agro Lestari Tbk sebesar 0,24. Pada
Tahun 2008, Current Ratio, tertinggi dimiliki oleh PT. Bank Central
Asia Tbk sebesar 9,66 dan terendah dipegang oleh PT. Astra Agro
Lestari Tbk sebesar 0,28.
f. Return Saham
Return saham adalah tingkat pengembalian keuntungan yang
berasal dari investasi selama beberapa periode adalah perubahan harga
pasar ditambah dengan kas yang diterima karena hak kepemilikan,
dibagi dengan harga pasar awal investasi.
Grafik 4.7 Return Saham
(Sumber data diolah)
-1
-0.5
0
0.52005
2006
2007
2008
72
Berdasarkan hasil perhitungan Return Saham masing-masing
perusahaan pada grafik 4.6, Pada Tahun 2005, Return Saham, tertinggi
dimiliki oleh PT. Bakrie & Brothers Tbk sebesar 0,3342 dan terendah
dipegang oleh PT. Bumi Resource Tbk sebesar 0,0004. Pada Tahun
2006, Return Saham, tertinggi dimiliki oleh PT. Tambang Batubara
Bukit Asam Tbk sebesar 0,2059 dan terendah dipegang oleh PT. Indah
Kiat Pulp & Paper Tbk sebesar (0,0095). Pada Tahun 2007, Return
Saham, tertinggi dimiliki oleh PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk
sebesar 0,2655 dan terendah dipegang oleh PT. Semen Gresik Tbk
sebesar -0,8457. Pada Tahun 2008, Return Saham, tertinggi dimiliki
oleh PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk sebesar 0,0612 dan terendah
dipegang oleh PT. Internasional Nickel Indonesia Tbk sebesar (0,1699).
2. Pengujian Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas Data
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
variabel dependen, variabel independen atau keduanya mempunyai
distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi
data normal atau mendekati normal.
Untuk mengetahui model regresi variabel dependen, variabel
independen atau keduanya berdistribusi normal atau tidak.
73
Gambar 4.8 Pengujian Normalitas Data
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa data penelitian memiliki
penyebaran dan distribusi yang normal karena data memusat pada nilai
rata-rata dan median atau nilai plot PP terletak digaris diagonal, maka
dapat dikatakan bahwa distribusi data return saham adalah normal.
b. Uji Multikolinieritas
Penelitian dilakukan pengujian terhadap data bahwa data harus
terbebas dari gejala multikolonearitas, gejala ini ditunjukan dengan
korelasi antar variabel independen. Pengujian dalam uji multikolinearitas
dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor) harus berada di
bawah 10, hal ini akan dijelaskan sebagai berikut :
74
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Multikolinearitas
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF 1 (Constant)
KURS .827 1.208 REAL IN RATE .837 1.194 RETURN ON ASSET .720 1.389 DEBT TO EQUITY RATIO .470 2.127
CURRENT RATIO .597 1.674 a. Dependent Variable: RETURN SAHAM (Sumber data diolah)
Tabel di atas menjelaskan bahwa data yang ada tidak terjadi gejala
multikolinearitas antara masing-masing variabel independen yaitu
dengan melihat nilai VIF. Nilai VIF yang diperbolehkan hanya mencapai
10 maka data di atas dapat dipastikan tidak terjadi gejala
multikolinearitas. Karena data di atas menunjukan bahwa nilai VIF lebih
besar dari 10, keadaan seperti itu membuktikan tidak terjadinya
multikolinearitas.
c. Uji Autokolerasi
Autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi
korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Untuk mendeteksi
autokorelasi dalam penelitian ini maka digunakan uji Durbin Watson
(DW).
75
Pada tabel 4.3 diketahui nilai Durbin Watson (d) sebesar 1,733
nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan nilai
signifikansi 5%, jumlah sample (n) 84 dan jumlah variabel independen
(k) adalah 5. Maka dari tabel didapat nilai du = 1,374 dan 4 – du = 4 –
1,374 = 2,626. Oleh karena nilai du < d < 4-du atau 1,374 < 1,733 <
2,626 maka dapat disimpulkan tidak ada autokorelasi baik positif
maupun negatif.
Tabel 4.3 Hasil Pengujian Autokolerasi
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .727a .529 .499 17.272118 1.733 a. Predictors: (Constant), CURRENT RATIO, KURS, RETURN ON ASSET, REAL IN
RATE, DEBT TO EQUITY RATIO
b. Dependent Variable: RETURN SAHAM (Sumber data diolah)
d. Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas varian variabel dependen dalam model tidak
equal terhadap variabel independen. Konsekuensi adanya
heteroskedastisitas dalam model regresi adalah estimator yang diperoleh
tidak efisien, baik pada sampel kecil maupun besar. Diagnosis adanya
heteroskedastisitas dalam uji regresi dapat diidentifikasi dari pola scatter
plot diagram.
76
Gambar 4.9 Uji Heteroskedastisitas
Pada gambar 4.3 terlihat bahwa titik-titik menyebar di atas dan di
bawah angka nol pada sumbu Y dan tidak terlihat pola tertentu. Dengan
demikian pada persamaan regresi linier berganda dalam model ini tidak
ada gejala atau tidak terjadi heteroskedastisitas.
3. Uji Signifikansi
a. Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
Uji t bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen
yang terdiri dari Kurs, real in rate, Return On asset, Debt Equity Ratio
dan Current Ratio. terhadap Return Saham di Bursa Efek Indonesia
secara parsial.
77
Tabel 4.10 Hasil Pengujian Uji t
Model t Sig. 1 (Constant) .425 .672
KURS 5.600 .000 REAL IN RATE 4.108 .000 RETURN ON ASSET 3.782 .000 DEBT TO EQUITY RATIO .099 .921
CURRENT RATIO .719 .475 a. Dependent Variable: Return Saham
(Sumber : Data diolah)
Variabel Kurs, dengan nilai t hitung sebesar 5,600 > 2,000 atau
nilai alpha lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05), maka dapat disimpulkan
bahwa H0 ditolak dan H1
Variabel Real In Rate, dengan nilai t hitung sebesar 4,108 > 2,000
atau nilai alpha lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05), maka dapat
disimpulkan bahwa H
diterima yang berarti Kurs berpengaruh
signifikan secara parsial terhadap Return Saham. Hasil ini sesuai dengan
Sitinjak dan Kurniasari (2003) yang menyatakan Kurs inilah sebagai
salah satu indikator yang mempengaruhi aktivitas di pasar saham
maupun pasar uang karena investor cenderung akan berhati-hati untuk
melakukan investasi. Menurunnya kurs Rupiah terhadap mata uang asing
khususnya Dolar AS memiliki pengaruh negatif terhadap ekonomi dan
pasar modal
0 ditolak dan H1 diterima yang berarti Real In Rate
berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Return Saham. Hasil ini
sesuai dengan teorin yang diungkapkan Sukirno (1998) yang mentakan
78
semakin banyak usaha yang dapat dilakukan para pengusaha. Semakin
rendah tingkat bunga semakin banyak investasi yang dilakukan para
pengusaha (Sukirno, 1998), real in rate adalah koreksi atas tingkat inflasi
yang berhubungan dengan tingkat suku bunga.
Variabel Return On Asset, dengan nilai t hitung sebesar 3,782 >
2,000 atau nilai alpha lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05), maka dapat
disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1
Variabel Debt Equity Ratio, dengan nilai t hitung sebesar 0,099 <
2,000 atau nilai alpha lebih kecil dari 0,05 (0,921 > 0,05), maka dapat
disimpulkan bahwa H
diterima yang berarti Retun on
Asset berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Return Saham.
Hasil ini sesuai dengan teori Brotman (1989) dan Boustita & Young
dalam Burton, Adam and Hardwick (1998), yang menyatakan semakin
tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin rendah risiko
ketidakmampuan membayar (Default) dan semakin baik peringkat yang
diberikan terhadap perusahaan tersebut.
0 diterima dan H1 ditolak yang berarti Debt Equity
Ratio tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Return
Saham. Hasil ini sesuai dengan teori Saharul dan Nizar, (2000) yang
menyatakan Semakin besar rasio leverage perusahaan, semakin besar
resiko kegagalan perusahaan. Semakin rendah leverage perusahaan,
semakin baik peringkat yang diberikan terhadap perusahaan. Hal ini
mengindikasikan perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi
79
cenderung memiliki kemampuan yang rendah dalam memenuhi
kewajibanya.
Variabel Current Ratio, dengan nilai t hitung sebesar 0,719 < 2,000
atau nilai alpha lebih besar dari 0,05 (0,475 > 0,05), maka dapat
disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
ditolak yang berarti Current
Ratio tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Return
Saham. Hasil ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan IG.K.A.
ULUPUI (2005) meneliti bahwa Variabel current ratio memiliki
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap return saham satu periode
ke depan. Hal ini mengindikasikan bahwa pemodal akan memperoleh
return yang lebih tinggi jika kemampuan perusahaan memenuhi
kewajiban jangka pendeknya semakin tinggi.
Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen yang
terdiri dari Kurs, Real In Rate, Return On Asset, Debt Equity Ratio Dan
Current Ratio. terhadap Return Saham secara simultan atau serentak.
Tabel 4.5 Hasil Pengujian Uji F
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 26105.068 5 5221.014 17.501 .000a Residual 23269.432 78 298.326 Total 49374.500 83
a. Predictors: (Constant), CURRENT RATIO, KURS, RETURN ON ASSET, REAL IN RATE, DEBT TO EQUITY RATIO b. Dependent Variable: RETURN SAHAM
(Sumber : Data diolah)
80
Hasil pengujian ANOVA dengan menggunakan uji F dapat dilihat
nilai F hitung sebesar 17,501 dengan signifikan 0,000. Dengan mencari
pada table F, diperoleh nilai F tabel 2,34. Dengan kondisi dimana F
hitung lebih besar daripada F tabel dan nilai signifikan lebih kecil dari
alpha (0,05), maka dapat diambil kesimpulan adalah H0 ditolak dan H1
c. Koefisien Determinasi ( Adj R Square)
diterima yang berarti variabel-variabel independen berpengaruh
signifikan secara simultan terhadap Return Saham.
Melalui pengujian serentak dapat diketahui besarnya koefisien
determinasi (Adj R2). Dari koefisien determinasi (Adj R
2
Besarnya nilai pengaruh variabel bebas ditunjukkan oleh nilai (Adj
R
) dapat
diketahui derajat ketepatan dari analisis regresi linier berganda
menunjukkan besarnya variasi sumbangan seluruh variabel bebas
terhadap variabel terikatnya.
2) = 0,499 yaitu persentase pengaruh Variabel Kurs, Real In Rate,
Return On Asset, Debt Equity Ratio Dan Current Ratio. terhadap Return
Saham sebesar 49,9%.
Tabel 4.6 Hasil Pengujian Adj R Square
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson 1 .727a .529 .499 17.272118 1.733 a. Predictors: (Constant), CURRENT RATIO, KURS, RETURN ON ASSET, REAL IN RATE, DEBT TO EQUITY RATIO b. Dependent Variable: RETURN SAHAM (Sumber : Data diolah)
81
3. Analisis Regresi Linier Berganda
Adapun hasil regresi linier berganda pengaruh yaitu Kurs, real in
rate, Return On asset, Debt Equity Ratio dan Current Ratio. terhadap
Return Saham di Bursa Efek Indonesia adalah sebagai berikut:
Tabel 4.7 Hasil Analisis Regresi
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
B Std. Error Beta 1 (Constant) 4.818 11.342
KURS .490 .088 .479 REAL IN RATE .360 .088 .349 RETURN ON ASSET .346 .092 .346 DEBT TO EQUITY RATIO -.011 .113 .011 CURRENT RATIO .072 .101 .072
a. Dependent Variable: RETURN SAHAM (Sumber : Data diolah)
Dari tabel di atas dapat dirumuskan suatu persamaan regresi untuk
mengetahui pengaruh Kurs, Real In Rate, Return On Asset, Debt Equity
Ratio Dan Current Ratio. terhadap Return Saham sebagai berikut:
Keterangan :
Y = Return Saham
A = konstanta
x1
x
= Kurs
2 = Real Interest Rate
Y = 4,818 + 0,490 X1 + 0,360 X2 + 0,346 X3 + εi
82
x3
ε
= Return On Asset
i
Koefisien-koefisien persamaan regresi linier berganda di atas dapat
diartikan koefisien regresi untuk konstan sebesar 4,818 menunjukkan
bahwa jika variabel Kurs, Real In Rate, Return On Asset, Debt Equity
Ratio Dan Current Ratio. bernilai nol maka nilai Return Saham adalah
4,818 satuan, Sedangkan variabel Kurs sebesar 0,490 menunjukkan bahwa
jika variabel Kurs meningkat 1 satuan maka akan meningkatkan return
saham sebesar 0,490 satuan, Variabel Return On Asset sebesar 0,360
menunjukkan bahwa jika variabel Return On Asset meningkat 1 satuan
maka akan meningkatkan Return Saham sebesar 0,360 satuan dengan
catatan variabel lain dianggap konstan.
= standar error
D. Interpretasi
Hasil uji regresi berganda yang didapat adalah yang paling berpengaruh
dan signifikan adalah Kurs, dan secara Parsial variabel yang mempengaruhi
adalah variabel Kurs, Real In Rate dan Return On Asset, sedangkan lvariabel
Current Ratio Dan Debt Equity Ratio tidak berpengaruh. hasil ini berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh IG.K.A. ULUPUI (2005) meneliti
bahwa Variabel current ratio memiliki pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap return saham satu periode ke depan. Hal ini mengindikasikan bahwa
pemodal akan memperoleh return yang lebih tinggi jika kemampuan
perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya semakin tinggi.
83
Lain halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Ana Oktaviana
(2007) menyatakan bahwa Secara bersama-sama ada pengaruh yang sangat
signifikan antara Nilai Tukar Rupiah/US$ dan Tingkat Suku Bunga SBI
terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta periode 2003-
2005. Hal ini ditunjukkan dari besarnya nilai Fhitung lebih besar dari Ftabel
(50,286 > 3,285) dan signifikansi sebesar 0,000.
Sedangkan menurut Adiningsih, dkk (1998:155), nilai tukar rupiah
adalah harga rupiah terhadap mata uang negara lain. Jadi, nilai tukar rupiah
merupakan nilai dari satu mata rupiah yang ditranslasikan ke dalam mata uang
negara lain. Misalnya nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS, nilai tukar rupiah
terhadap Yen, dan lain sebagainya.
Kurs inilah sebagai salah satu indikator yang mempengaruhi aktivitas di
pasar saham maupun pasar uang karena investor cenderung akan berhati-hati
untuk melakukan investasi. Menurunnya kurs Rupiah terhadap mata uang asing
khususnya Dolar AS memiliki pengaruh negatif terhadap ekonomi dan pasar
modal (Sitinjak dan Kurniasari, 2003). Hal ini sesuai dengan penelitian ini
yang menyatakan bahwa kurs adalah faktor yang mempengaruhi return saham.
Variabel Debt equity Ratio dan Current Ratio adalah variabel yang
tidak berpengaruh terhadap return saham. Hasil ini sesuai dengan teori yang
dinyatakan Saharul dan Nizar, (2000) dalam Kesumawati (2003 33). Semakin
besar rasio leverage perusahaan, semakin besar resiko kegagalan perusahaan.
Semakin rendah leverage perusahaan, semakin baik peringkat yang diberikan
terhadap perusahaan (Burton, Adam & Hardwick, 1998 dalam Herwidi 2005:
84
28). Hal ini mengindikasikan perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi
cenderung memiliki kemampuan yang rendah dalam memenuhi kewajibanya.
Dalam hal ini perbedaan antara hasil pengujian sebelumnya dengan
pengujian ini dikarenakan adanya perbedaan waktu penelitian, sektor yang
diteliti,
Sedangkan untuk Return Saham, bila dikaitkan dengan variabel yang
berpengaruh dan signifikan yaitu Kurs, Real In Rate dan Return On Asset
merupakan variabel yang mempengaruhi Return Saham dan Return Saham
adalah salah satu patokan dari para pemegang saham untuk menanamkan
modalnya dalam berinvestasi. Untuk memprediksi Return dapat dilihat
berdasarkan hasil Kurs, Real In Rate dan Return On Asset.. Maka perlu adanya
penelitian yang lebih akurat lagi dengan menganalisa perusahaan yang lebih
lengkap dan lebih banyak lagi data yang akan dianalisis.
85
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan, maka dapat diperoleh kesimpulan
sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda secara simultan, menyatakan
bahwa variabel Kurs, Real In Rate, Return On Asset, Debt Equity Ratio
Dan Current Ratio berpengaruh secara simultan terhadap Return Saham.
2. Hasil Uji regresi linier berganda secara parsial ditemukan bahwa variabel
yang berpengaruh signifikan terhadap Return Saham adalah Kurs, Real In
Rate dan Return On Asset, sedangkan variabel Debt Equity ratio dan
Current Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham.
3. Berdasarkan koefisien regresi pada setiap variabel, dapat dijelaskan bahwa
variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap Return Saham adalah
Kurs. Dilihat berdasarkan nilai koefisien beta yang paling besar diantara
variabel bebas lainya dengan nilai koefisien beta sebesar 0,479.
4. Nilai koefisien determinasi yang telah disesuaikan (Adjusted R Square)
sebesar 0,499. Hal ini berarti 49,9 % dari Return Saham dapat dijelaskan
oleh variabel independen yaitu Kurs, Real In Rate, Return On Asset, Debt
Equity Ratio dan Current Ratio dan sisanya dipengaruhi variabel lain yang
tidak menjadi variabel independent dalam penelitian ini sebesar 51,1%.
86
B. Saran
Berdasarkan hasil dan analisa yang telah dilakukan peneliti, penelitian
ini masih banyak kekurangan dan kelemahan, sehingga masih banyak yang
perlu diperbaiki dan diperhatikan lagi untuk penelitian-penelitian berikutnya,
beberapa saran perlu ditambahkan guna penelitian yang lebih baik lagi,
adapun sarannya sebagai berikut :
1. Menggunakan seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
sebagai sampel penelitian sehingga dapat mencerminkan keadaan pasar
yang sesungguhnya yang terjadi di Bursa Efek Indonesia.
2. Memperpanjang periode (waktu) penelitian agar menambah jumlah data,
sehingga akan mendapatkan hasil data yang lebih normal.
3. Menambah variabel lain yang dapat mempengaruhi Return Saham
sehingga dapat menjadi luas penelitian
4. Mencari teori yang relevan dengan keadaan sekarang.
5. Melakukan alat analisis yang lebih baik dan teliti lagi sehingga akan
menghasilkan data yang lebih akurat lagi.
C. Implikasi
Adapun penelitian ini akan bermanfaat bagi pihak-pihak tertentu yang
dimanfaatkan sesuai dengan tujuanya, yaitu:
1. Implikasi Bagi Akademis
Penilaian analisis Pengaruh yaitu Kurs, Real In Rate, Return On
Asset, Debt Equity Ratio Dan Current Ratio yang mempengaruhi Return
87
Saham dapat dijadikan tambahan pengetahuan bagi penelitian
selanjutnya, dengan menambah tahun penelitian dan penambahan
variabel dan pemilihan objek penelitianya.
2. Implikasi Bagi Perusahaan
Hasil Penelitian ini dapat dijadikan informasi tambahan dan
pertimbangan bagi perusahaan dalam melakukan kebijakan yang
berhubungan dengan investasi.
3. Implikasi Bagi Investor
Pada umumnya hampir semua investasi mengandung unsur
ketidakpastian. Investor tidak tahu dengan pasti hasil yang akan
diperolehnya dari investasi yang dilakukan. Karena investor menghadapi
kesempatan investasi yang berisiko maka pilihan investasi tidak dapat
hanya mengandalkan hanya pada tingkat keuntungan saja tetapi investor
harus bersedia menanggung risiko atas investasinya.
Oleh karena itu dalam melakukan investasi, investor seharusnya
mempertimbangkan secara matang mengenai beberapa hal yang sangat
penting dalam pengambilan keputusan investasi yang dilakukannya,
sehingga menghasilkan keuntungan yang lebih baik lagi dan untuk
mengetahui perubahan-perubahan sehingga tidak salah dalam melakukan
investasi.
88
DAFTAR PUSTAKA
Hamid, Abdul. “Panduan Penulisan Sklripsi”. Cetakan 1, FEIS Press, Jakarta, 2005
Abdul Halim, “ Analisis Investasi”, Edisi Pertama, Salemba Empat, Jakarta, 2003.
Farid Harianto & Siswanto Sudomo, “ Perangkat dan Teknik Analisis Investasi di Pasar Modal Indonesia”, PT. Bursa Efek Jakarta, 1998.
Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, “Analisis Laporan Keuangan”, Edisi 1,
UPP AMP YKPN, Yogyakarta, 1996, Hal. 49. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001 Alwi Syafarudin & Riyanto BamBang “analisa keuangan Rasio Keuangan”. Karim Amrullah, “kemampuan rasio keuangan sebagai alat untuk memprediksi
peringkat obligasi perusahaan manufaktur”. Fakultas Ekonomi Universitas Negri Semarang, 2007
Ocktavia Ana, “analisis pengaruh nilai tukar rupiah /US$ dan tingkat suku bunga
SBI terhadap IHSG di BEI”. Fakultas Ekonomi Universitas Negri Semarang, 2007
I G. K. A. Ulupui, “analisis pengaruh Rasio likuiditas, leverage, aktivitas, dan
profitabilitas terhadap return saham (studi pada perusahaan makanan dan minuman dengan kategori industry barang konsumsi di BEJ) Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Udayana
Pindyck, Robert S. dan Daniel L. Rubinfeld. “mikro ekonomi”,edisi kelima, PT
INDEKS, Jakarta, 2003. Wikipedia, “teori inflasi”. Google. Sasongko Noer & Nila Wulandari, “Pengaruh EVA dan Rasio Profitabilitas
terhadap harga saham”. Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2006
Nazwar Chairul, “Analisis pengaruh variabel makro ekonomi terhadap return
saham syariah di Indonesia”. Dosen Fakultas Ekonomi USU, 2008
89
Permana Yogi, “Pengaruh fundamental keuangan tingkat bunga dan tingkat inflasi terhadap pergerakan harga saham”. Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma, 2009
Martani Dwi, Mulyono, dan Rahfiani Khairurizka. “The effect of financial ratios,
firm size, and cash flow from operating activities in the interim report to the stock return”. Juny 2009, Volume 8, _o.6 (Serial _o.72), Accounting Department, Faculty of Economics, University of Indonesia, Depok 16424, Indonesia
PUSDIKLAT, “makro ekonomi”. Edisi ketiga, 2007. Wikipedia, “Real Interest Rate”. Google Raharja prathama dan mandala, “Perkembangan Pasar Modal Indonesia”.
Gramedia, Jakarta, 2004 Adiningsih, Sri dkk. 1998. Perangkat Analisis dan Teknik Analisis Investasi di
Pasar Modal Indonesia. Jakarta: P.T. Bursa Efek Jakarta.
Ajayi, R.A dan M. Mougoue. 1996. On The Dynamic Relation Between Stock Prices and Exchange Rate. Journal Of Finance Research. 19:193-207.
Gupta, Jyoti P., Alain Chevalier and Fran Sayekt. 2000. The Causality Between Interest Rate, Exchange Rate and Stock Price in Emerging Market: The Case Of The Jakarta Stock Exchange. Working Paper Series. EFMA 2000.Athens
Lee, SB. 1992. Causal Relations Among Stock Return, Interest Rate, Real Activity, and Inflation. Journal Of Finance,47:1591-1603.
Sa’adah, Siti dan Yunia Panjaitan. 2006. Interaksi Dinamis Antara Harga Saham Dengan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika Serikat. Jurnal Ekonomi dan Bisnis.pp:46-62.
Sitinjak, Elyzabeth Lucky Maretha dan Widuri Kurniasari. 2003. Indikatorindikator Pasar Saham dan Pasar Uang Yang Saling Berkaitan Ditijau Dari Pasae Saham Sedang Bullish dan Bearish. Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen. Vol. 3 No. 3.
Kuncoro,Mudrajad 1996. Manajemen Keuangan Internasional.Yogyakarta:BPFE.
Website Bank Indonesia. www.bi.go.id Website Jakarta Stock Exchange. www.jsx.co.id
90
Fama, E.F. dan K.R. French. 1992. The Cross Section Of Expected Stock Returns. Journal Of Finance. 47:427-465.
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS”. Badan Penerbit Universitas Diponogoro, Semarang, 2005
Hartono, “SPSS 16”. Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2008
Santoso, Singgih. ”SPSS Statistik Parametrik”. Cetakan Pertama, Jakarata, PT. Elexmedia Komputindo, 2000
Madura, Jeff. 1993. Financial Management. Florida University Express.
Sukirno, Sadono. “Makro Ekonomi”. Edisi ketiga, 2004.
Avonti, Amos Amoroso dan Hudi Prawoto. 2004. Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah/US$ dan Tingkat Suku Bunga SBI Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi Bisnis. Vol. III No.5.
Widjaja, M dan Ernawati, E. “Pengujian efisiensi pasar modal bentuk lemah di BEJ”. Jurnal Manajemen dan Bisnis 1.
Case and Fair, “Mikro Ekonomi”. 1999.
Prathama dan Mandala Manurung, “Suatu pengantar teori ekonomi makro”. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2001.
Winardi dalam setiawan, “Tingkat Inflasi di Indonesia”. 2006.
Jogiyanto, “Return realisasi dihitung pada masa mendatang”. 2000.
Keynes dalam wardane, “Tingkat bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran akan uang”. 2003.
Rodoni Ahmad dan Othman Yong, “Analisis investasi dan teori portofolio”. 2002.
White et al, “Rasio Keuangan”. 2002.
Anoraga, Panji dan Piji Pakarti. 2001. Pengantar Pasar Modal. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Ghost, et al., “ Dalam penelitian ini pengukuran terhadap profitabilitas diukur dengan membandingkan laba setelah pajak dengan total asset”. 2000.
91
LAMPIRAN 1
PERUSAHAAN YANG MENJADI OBJEK PENELITIAN
No. Nama Perusahaan Kode Saham 1 PT. Astra Agro Lestari Tbk AALI 2 PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk ANTM 3 PT. Astra Internasional Tbk ASII 4 PT. Berlian Laju Tanker Tbk BLTA 5 PT. Bakrie & Brothers Tbk BNBR 6 PT. Barito Pacific Timber Tbk BRPT 7 PT. Bumi Resources Tbk BUMI 8 PT. International Nickel Ind. Tbk INCO 9 PT, Indofood Sukses Makmur Tbk INDF
10 PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk INKP 11 PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk INTP 12 PT. Indosat Tbk ISAT 13 PT. Kalbe Farma Tbk KLBF 14 PT. PP London Sumatra Plantion Tbk LSIP 15 PT. Medco Energi Internasional Tbk MEDC 16 PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk PTBA 17 PT. Semen gresik Tbk SMGR 18 PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk TLKM 19 PT. Timah Tbk TINS 20 PT. Unilever Indonesia Tbk UNVR 21 PT. United Tractors Tbk UNTR
92
LAMPIRAN 2
Tabel KURS
DATA MENTAH PERHITUNGAN VARIABEL PENELITIAN
EMITEN 2005 2006 2007 2008 EMITEN
AALI 9.165 9.395 9.090 7.930 AALI ANTM 9.165 9.395 9.090 7.931 ANTM ASII 9.165 9.395 9.090 7.932 ASII
BLTA 9.165 9.395 9.090 7.933 BLTA BNBR 9.165 9.395 9.090 7.934 BNBR BRPT 9.165 9.395 9.090 7.935 BRPT BUMI 9.165 9.395 9.090 7.936 BUMI INCO 9.165 9.395 9.090 7.937 INCO INDF 9.165 9.395 9.090 7.938 INDF INKP 9.165 9.395 9.090 7.939 INKP INTP 9.165 9.395 9.090 7.940 INTP ISAT 9.165 9.395 9.090 7.941 ISAT KLBF 9.165 9.395 9.090 7.942 KLBF LSIP 9.165 9.395 9.090 7.943 LSIP
MEDC 9.165 9.395 9.090 7.944 MEDC PTBA 9.165 9.395 9.090 7.945 PTBA SMGR 9.165 9.395 9.090 7.946 SMGR TLKM 9.165 9.395 9.090 7.947 TLKM TINS 9.165 9.395 9.090 7.948 TINS
UNVR 9.165 9.395 9.090 7.949 UNVR UNTR 9.165 9.395 9.090 7.950 UNTR
Grafik kurs
7,000
8,000
9,000
10,0002005
2006
2007
2008
93
Tabel REAL INTEREST RATE
EMITEN 2005 2006 2007 2008 EMITEN AALI 0,14 (1,53) (0,20) (1,64) AALI
ANTM 0,14 (1,53) (0,20) (1,64) ANTM ASII 0,14 (1,53) (0,20) (1,64) ASII
BLTA 0,14 (1,53) (0,20) (1,64) BLTA BNBR 0,14 (1,53) (0,20) (1,64) BNBR BRPT 0,14 (1,53) (0,20) (1,64) BRPT BUMI 0,14 (1,53) (0,20) (1,64) BUMI INCO 0,14 (1,53) (0,20) (1,64) INCO INDF 0,14 (1,53) (0,20) (1,64) INDF INKP 0,14 (1,53) (0,20) (1,64) INKP INTP 0,14 (1,53) (0,20) (1,64) INTP ISAT 0,14 (1,53) (0,20) (1,64) ISAT KLBF 0,14 (1,53) (0,20) (1,64) KLBF LSIP 0,14 (1,53) (0,20) (1,64) LSIP
MEDC 0,14 (1,53) (0,20) (1,64) MEDC PTBA 0,14 (1,53) (0,20) (1,64) PTBA SMGR 0,14 (1,53) (0,20) (1,64) SMGR TLKM 0,14 (1,53) (0,20) (1,64) TLKM TINS 0,14 (1,53) (0,20) (1,64) TINS
UNVR 0,14 (1,53) (0,20) (1,64) UNVR UNTR 0,14 (1,53) (0,20) (1,64) UNTR
Grafik REAL INTEREST RATE
(2.00)
(1.50)
(1.00)
(0.50)
-
0.50
AA
LIA
NTM ASI
IBL
TABN
BRBR
PTBU
MI
INCO
IND
FIN
KPIN
TPIS
AT
KLBF
LSIP
MED
C
PTBA
SMG
R
TLKM
TIN
S
UN
VR
UN
TR
2005
2006
2007
2008
94
Tabel RETURN ON ASSET
EMITEN 2005 2006 2007 2008 EMITEN AALI 36,02 33,01 54,44 60,58 AALI
ANTM 18,78 30,45 60,66 18,84 ANTM ASII 17,46 10,14 16,74 19,03 ASII
BLTA 8,26 14,79 23,17 26,58 BLTA BNBR -7,48 5,41 4,28 (61,37) BNBR BRPT 15.51 0,95 0,28 (26,21) BRPT BUMI 10,78 8,95 30,32 19,41 BUMI INCO 23,41 35,09 88,83 25,14 INCO INDF 2,88 7,6 6,99 6,57 INDF INKP 0,31 -0,5 14,15 20,67 INKP INTP 10,23 8,98 2,03 3,31 INTP ISAT 7,18 5,91 6,47 4,50 ISAT KLBF 22,46 23,57 22,55 20,65 KLBF LSIP 14,37 14,40 21,20 26,96 LSIP
MEDCO 11,74 9,21 5,20 25,24 MEDCO PTBA 23,00 21,53 26,94 41,78 PTBA SMGR 20,25 24,77 30,07 33,85 SMGR TLKM 26,12 29,27 31,19 22,26 TLKM TINS 7,45 10,04 52,73 36,46 TINS
UNVR 53,73 53,28 52,90 53,01 UNVR UNTR 14,72 12,02 15,75 16,86 UNTR
Grafik RETURN ON ASSET
(100.00)
(50.00)
-
50.00
100.00
2005
2006
2007
2008
95
Tabel DER (DEBT TO EQUITY RATIO)
EMITEN 2005 2006 2007 2008 EMITEN AALI 0,19 0,24 0,28 0,23 AALI
ANTM 1,11 0,70 0,37 0,26 ANTM ASII 1,11 1,41 1,17 1,21 ASII
BLTA 2,94 1,62 5,23 3,24 BLTA BNBR 0,57 0,71 1,48 1,86 BNBR BRPT 1,17 0,64 0,57 1,22 BRPT BUMI 7,84 5,95 1,26 2,02 BUMI INCO 0,27 0,26 0,36 0,21 INCO INDF 2,33 2,13 2,62 3,11 INDF INKP 1,57 1,84 1,82 1,78 INKP INTP 0,87 0,59 0,44 0,33 INTP ISAT 1,28 1,24 1,72 1,95 ISAT KLBF 0,76 0,36 0,33 0,38 KLBF LSIP 1,31 1,22 0,70 0,54 LSIP
MEDC 1,72 2,21 2,85 1,68 MEDC PTBA 0,38 0,35 0,40 0,51 PTBA SMGR 0,61 0,35 0,27 0,30 SMGR TLKM 1,40 1,39 1,16 1,38 TLKM TINS 0,79 1,06 0,50 0,51 TINS
UNVR 0,76 0,95 0,98 1,10 UNVR UNTR 1,58 1,44 1,26 1,05 UNTR
Grafik DER (DEBT TO EQUITY RATIO)
-
2.00
4.00
6.00
8.00
AA
LIA
NTM ASI
IBL
TABN
BRBR
PTBU
MI
INCO
IND
FIN
KPIN
TPIS
AT
KLBF
LSIP
MED
CPT
BASM
GR
TLKM TIN
SU
NVR
UN
TR
2005
2006
2007
2008
96
Tabel CURRENT RATIO
EMITEN 2005 2006 2007 2008 EMITEN AALI 169,63 87,33 160,30 194,42 AALI
ANTM 267,83 281,27 447,41 801,65 ANTM ASII 110,74 78,38 91,24 132,17 ASII
BLTA 146,05 153,33 69,72 71,41 BLTA BNBR 146,74 193,96 125,11 54,30 BNBR BRPT 117,51 105,22 202,30 220,61 BRPT BUMI 84,65 133,48 141,75 117,21 BUMI INCO 364,53 459,87 252,82 489,08 INCO INDF 146,66 118,88 92,10 89,77 INDF INKP 282,24 170,25 128,06 120,49 INKP INTP 251,89 214,45 296,02 178,57 INTP ISAT 138,58 83,28 92,59 90,49 ISAT KLBF 404,51 504,17 498,26 333,35 KLBF LSIP 49,27 56,81 120,69 170,06 LSIP
MEDC 197,39 225,96 196,83 222,50 MEDC PTBA 451,14 544,05 443,21 365,74 PTBA SMGR 174,73 284,45 364,34 338,58 SMGR TLKM 76,26 67,79 77,28 54,16 TLKM TINS 182,86 158,01 290,52 262,41 TINS
UNVR 135,22 126,59 110,98 100,39 UNVR UNTR 156,45 134,11 133,94 163,62 UNTR
Grafik CURRENT RATIO
-
200.00
400.00
600.00
800.00
1,000.00
2005
2006
2007
2008
97
Tabel RETURN SAHAM
EMITEN 2005 2006 2007 2008 EMITEN AALI 0,0451 0,0851 0,0763 (0,0501) AALI ANTM 0,0675 0,0787 0,0330 (0,1008) ANTM ASII 0,0096 0,0417 0,0525 (0,0608) ASII BLTA 0,0379 0,0482 0,0425 (0,0963) BLTA BNBR 0,3342 0,0292 0,0593 (0,0938) BNBR BRPT 0,0890 0,0252 0,1918 (0,0737) BRPT BUMI 0,0004 0,0167 0,1783 (0,1132) BUMI INCO 0,0139 0,0755 0,1093 (0,1699) INCO INDF 0,0205 0,0397 0,0597 (0,0661) INDF INKP 0,0125 (0,0095) (0,0052) 0,0612 INKP INTP 0,0093 0,0456 0,0342 (0,0304) INTP ISAT 0,0006 0,0208 0,0233 (0,0285) ISAT KLBF 0,0539 0,0226 0,0070 (0,0810) KLBF LSIP 0,0672 0,0769 0,0481 (0,0708) LSIP MEDC 0,0480 0,0084 0,0350 (0,0614) MEDC PTBA 0,0240 0,2059 0,2655 (0,0189) PTBA SMGR 0,0018 0,0654 (0,8457) (0,0177) SMGR TLKM 0,0192 0,0477 0,0027 (0,0254) TLKM TINS 0,1439 0,0516 0,1819 (0,1247) TINS UNVR 0,0248 0,0400 0,0043 0,0123 UNVR UNTR 0,0460 0,0511 0,0474 (0,0312) UNTR
Grafik RETURN SAHAM
-1-0.8-0.6-0.4-0.2
0
0.2
0.4
AA
LIA
NTM ASI
IBL
TABN
BRBR
PTBU
MI
INCO
IND
FIN
KPIN
TPIS
AT
KLBF
LSIP
MED
C
PTBA
SMG
R
TLKM
TIN
S
UN
VR
UN
TR
2005
2006
2007
2008
98
LAMPIRAN 3
Uji Regresi Linier Berganda
RETURN SAHAM KURS
REAL IN RATE
RETURN ON ASSET
DEBT TO EQUITY RATIO
CURRENT RATIO
Pearson Correlation RETURN SAHAM 1.000 .567 .504 .234 -.105 .008
KURS .567 1.000 .397 -.147 .036 -.016
REAL IN RATE .504 .397 1.000 -.094 .048 .022
RETURN ON ASSET .234 -.147 -.094 1.000 -.497 .209
DEBT TO EQUITY RATIO -.105 .036 .048 -.497 1.000 -.622
CURRENT RATIO .008 -.016 .022 .209 -.622 1.000 Sig. (1-tailed) RETURN SAHAM . .000 .000 .016 .172 .473
KURS .000 . .000 .091 .373 .444 REAL IN RATE .000 .000 . .196 .333 .420 RETURN ON ASSET .016 .091 .196 . .000 .028 DEBT TO EQUITY RATIO .172 .373 .333 .000 . .000 CURRENT RATIO .473 .444 .420 .028 .000 .
N RETURN SAHAM 84 84 84 84 84 84 KURS 84 84 84 84 84 84 REAL IN RATE 84 84 84 84 84 84 RETURN ON ASSET 84 84 84 84 84 84 DEBT TO EQUITY RATIO 84 84 84 84 84 84 CURRENT RATIO 84 84 84 84 84 84
b. Dependent Variable: RETURN (Y)
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .727a .529 .499 17.272118 1.733 a. Predictors: (Constant), CURRENT RATIO, KURS, RETURN ON ASSET, REAL IN RATE, DEBT TO EQUITY RATIO b. Dependent Variable: RETURN SAHAM
99
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 26105.068 5 5221.014 17.501 .000a
Residual 23269.432 78 298.326 Total 49374.500 83
a. Predictors: (Constant), CURRENT RATIO, KURS, RETURN ON ASSET, REAL IN RATE, DEBT TO EQUITY RATIO b. Dependent Variable: RETURN SAHAM
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 4.818 11.342 .425 .672 KURS .490 .088 .479 5.600 .000 .827 1.208
REAL IN RATE .360 .088 .349 4.108 .000 .837 1.194
RETURN ON ASSET .346 .092 .346 3.782 .000 .720 1.389
DEBT TO EQUITY RATIO -.011 .113 .011 .099 .921 .470 2.127
CURRENT RATIO .072 .101 .072 .719 .475 .597 1.674 a. Dependent Variable: RETURN SAHAM
100
88
LAMPIRAN 1
PERUSAHAAN YANG MENJADI OBJEK PENELITIAN
No. Nama Perusahaan Kode Saham 1 PT. Astra Agro Lestari Tbk AALI 2 PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk ANTM 3 PT. Astra Internasional Tbk ASII 4 PT. Berlian Laju Tanker Tbk BLTA 5 PT. Bakrie & Brothers Tbk BNBR 6 PT. Barito Pacific Timber Tbk BRPT 7 PT. Bumi Resources Tbk BUMI 8 PT. International Nickel Ind. Tbk INCO 9 PT, Indofood Sukses Makmur Tbk INDF 10 PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk INKP 11 PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk INTP 12 PT. Indosat Tbk ISAT 13 PT. Kalbe Farma Tbk KLBF 14 PT. PP London Sumatra Plantion Tbk LSIP 15 PT. Medco Energi Internasional Tbk MEDC 16 PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk PTBA 17 PT. Semen gresik Tbk SMGR 18 PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk TLKM 19 PT. Timah Tbk TINS 20 PT. Unilever Indonesia Tbk UNVR 21 PT. United Tractors Tbk UNTR
89
LAMPIRAN 2
Tabel KURS
DATA MENTAH PERHITUNGAN VARIABEL PENELITIAN
EMITEN 2005 2006 2007 2008 EMITEN
AALI 9.165 9.395 9.090 7.930 AALI ANTM 9.165 9.395 9.090 7.931 ANTM ASII 9.165 9.395 9.090 7.932 ASII
BLTA 9.165 9.395 9.090 7.933 BLTA BNBR 9.165 9.395 9.090 7.934 BNBR BRPT 9.165 9.395 9.090 7.935 BRPT BUMI 9.165 9.395 9.090 7.936 BUMI INCO 9.165 9.395 9.090 7.937 INCO INDF 9.165 9.395 9.090 7.938 INDF INKP 9.165 9.395 9.090 7.939 INKP INTP 9.165 9.395 9.090 7.940 INTP ISAT 9.165 9.395 9.090 7.941 ISAT KLBF 9.165 9.395 9.090 7.942 KLBF LSIP 9.165 9.395 9.090 7.943 LSIP
MEDC 9.165 9.395 9.090 7.944 MEDC PTBA 9.165 9.395 9.090 7.945 PTBA SMGR 9.165 9.395 9.090 7.946 SMGR TLKM 9.165 9.395 9.090 7.947 TLKM TINS 9.165 9.395 9.090 7.948 TINS
UNVR 9.165 9.395 9.090 7.949 UNVR UNTR 9.165 9.395 9.090 7.950 UNTR
Grafik kurs
90
Tabel REAL INTEREST RATE
EMITEN 2005 2006 2007 2008 EMITEN AALI 0,14 (1,53) (0,20) (1,64) AALI
ANTM 0,14 (1,53) (0,20) (1,64) ANTM ASII 0,14 (1,53) (0,20) (1,64) ASII
BLTA 0,14 (1,53) (0,20) (1,64) BLTA BNBR 0,14 (1,53) (0,20) (1,64) BNBR BRPT 0,14 (1,53) (0,20) (1,64) BRPT BUMI 0,14 (1,53) (0,20) (1,64) BUMI INCO 0,14 (1,53) (0,20) (1,64) INCO INDF 0,14 (1,53) (0,20) (1,64) INDF INKP 0,14 (1,53) (0,20) (1,64) INKP INTP 0,14 (1,53) (0,20) (1,64) INTP ISAT 0,14 (1,53) (0,20) (1,64) ISAT KLBF 0,14 (1,53) (0,20) (1,64) KLBF LSIP 0,14 (1,53) (0,20) (1,64) LSIP
MEDC 0,14 (1,53) (0,20) (1,64) MEDC PTBA 0,14 (1,53) (0,20) (1,64) PTBA SMGR 0,14 (1,53) (0,20) (1,64) SMGR TLKM 0,14 (1,53) (0,20) (1,64) TLKM TINS 0,14 (1,53) (0,20) (1,64) TINS
UNVR 0,14 (1,53) (0,20) (1,64) UNVR UNTR 0,14 (1,53) (0,20) (1,64) UNTR
Grafik REAL INTEREST RATE
91
Tabel RETURN ON ASSET
EMITEN 2005 2006 2007 2008 EMITEN AALI 36,02 33,01 54,44 60,58 AALI
ANTM 18,78 30,45 60,66 18,84 ANTM ASII 17,46 10,14 16,74 19,03 ASII
BLTA 8,26 14,79 23,17 26,58 BLTA BNBR -7,48 5,41 4,28 (61,37) BNBR BRPT 15.51 0,95 0,28 (26,21) BRPT BUMI 10,78 8,95 30,32 19,41 BUMI INCO 23,41 35,09 88,83 25,14 INCO INDF 2,88 7,6 6,99 6,57 INDF INKP 0,31 -0,5 14,15 20,67 INKP INTP 10,23 8,98 2,03 3,31 INTP ISAT 7,18 5,91 6,47 4,50 ISAT KLBF 22,46 23,57 22,55 20,65 KLBF LSIP 14,37 14,40 21,20 26,96 LSIP
MEDCO 11,74 9,21 5,20 25,24 MEDCO PTBA 23,00 21,53 26,94 41,78 PTBA SMGR 20,25 24,77 30,07 33,85 SMGR TLKM 26,12 29,27 31,19 22,26 TLKM TINS 7,45 10,04 52,73 36,46 TINS
UNVR 53,73 53,28 52,90 53,01 UNVR UNTR 14,72 12,02 15,75 16,86 UNTR
Grafik RETURN ON ASSET
92
Tabel DER (DEBT TO EQUITY RATIO)
EMITEN 2005 2006 2007 2008 EMITEN AALI 0,19 0,24 0,28 0,23 AALI
ANTM 1,11 0,70 0,37 0,26 ANTM ASII 1,11 1,41 1,17 1,21 ASII
BLTA 2,94 1,62 5,23 3,24 BLTA BNBR 0,57 0,71 1,48 1,86 BNBR BRPT 1,17 0,64 0,57 1,22 BRPT BUMI 7,84 5,95 1,26 2,02 BUMI INCO 0,27 0,26 0,36 0,21 INCO INDF 2,33 2,13 2,62 3,11 INDF INKP 1,57 1,84 1,82 1,78 INKP INTP 0,87 0,59 0,44 0,33 INTP ISAT 1,28 1,24 1,72 1,95 ISAT KLBF 0,76 0,36 0,33 0,38 KLBF LSIP 1,31 1,22 0,70 0,54 LSIP
MEDC 1,72 2,21 2,85 1,68 MEDC PTBA 0,38 0,35 0,40 0,51 PTBA SMGR 0,61 0,35 0,27 0,30 SMGR TLKM 1,40 1,39 1,16 1,38 TLKM TINS 0,79 1,06 0,50 0,51 TINS
UNVR 0,76 0,95 0,98 1,10 UNVR UNTR 1,58 1,44 1,26 1,05 UNTR
Grafik DER (DEBT TO EQUITY RATIO)
93
Tabel CURRENT RATIO
EMITEN 2005 2006 2007 2008 EMITEN AALI 169,63 87,33 160,30 194,42 AALI
ANTM 267,83 281,27 447,41 801,65 ANTM ASII 110,74 78,38 91,24 132,17 ASII
BLTA 146,05 153,33 69,72 71,41 BLTA BNBR 146,74 193,96 125,11 54,30 BNBR BRPT 117,51 105,22 202,30 220,61 BRPT BUMI 84,65 133,48 141,75 117,21 BUMI INCO 364,53 459,87 252,82 489,08 INCO INDF 146,66 118,88 92,10 89,77 INDF INKP 282,24 170,25 128,06 120,49 INKP INTP 251,89 214,45 296,02 178,57 INTP ISAT 138,58 83,28 92,59 90,49 ISAT KLBF 404,51 504,17 498,26 333,35 KLBF LSIP 49,27 56,81 120,69 170,06 LSIP
MEDC 197,39 225,96 196,83 222,50 MEDC PTBA 451,14 544,05 443,21 365,74 PTBA SMGR 174,73 284,45 364,34 338,58 SMGR TLKM 76,26 67,79 77,28 54,16 TLKM TINS 182,86 158,01 290,52 262,41 TINS
UNVR 135,22 126,59 110,98 100,39 UNVR UNTR 156,45 134,11 133,94 163,62 UNTR
Grafik CURRENT RATIO
94
Tabel RETURN SAHAM
EMITEN 2005 2006 2007 2008 EMITEN AALI 0,0451 0,0851 0,0763 (0,0501) AALI ANTM 0,0675 0,0787 0,0330 (0,1008) ANTM ASII 0,0096 0,0417 0,0525 (0,0608) ASII BLTA 0,0379 0,0482 0,0425 (0,0963) BLTA BNBR 0,3342 0,0292 0,0593 (0,0938) BNBR BRPT 0,0890 0,0252 0,1918 (0,0737) BRPT BUMI 0,0004 0,0167 0,1783 (0,1132) BUMI INCO 0,0139 0,0755 0,1093 (0,1699) INCO INDF 0,0205 0,0397 0,0597 (0,0661) INDF INKP 0,0125 (0,0095) (0,0052) 0,0612 INKP INTP 0,0093 0,0456 0,0342 (0,0304) INTP ISAT 0,0006 0,0208 0,0233 (0,0285) ISAT KLBF 0,0539 0,0226 0,0070 (0,0810) KLBF LSIP 0,0672 0,0769 0,0481 (0,0708) LSIP MEDC 0,0480 0,0084 0,0350 (0,0614) MEDC PTBA 0,0240 0,2059 0,2655 (0,0189) PTBA SMGR 0,0018 0,0654 (0,8457) (0,0177) SMGR TLKM 0,0192 0,0477 0,0027 (0,0254) TLKM TINS 0,1439 0,0516 0,1819 (0,1247) TINS UNVR 0,0248 0,0400 0,0043 0,0123 UNVR UNTR 0,0460 0,0511 0,0474 (0,0312) UNTR
Grafik RETURN SAHAM
95
LAMPIRAN 3
Uji Regresi Linier Berganda
RETURN SAHAM KURS
REAL IN RATE
RETURN ON ASSET
DEBT TO EQUITY RATIO
CURRENT RATIO
Pearson Correlation RETURN SAHAM 1.000 .567 .504 .234 -.105 .008
KURS .567 1.000 .397 -.147 .036 -.016
REAL IN RATE .504 .397 1.000 -.094 .048 .022
RETURN ON ASSET .234 -.147 -.094 1.000 -.497 .209
DEBT TO EQUITY RATIO -.105 .036 .048 -.497 1.000 -.622
CURRENT RATIO .008 -.016 .022 .209 -.622 1.000 Sig. (1-tailed) RETURN SAHAM . .000 .000 .016 .172 .473
KURS .000 . .000 .091 .373 .444 REAL IN RATE .000 .000 . .196 .333 .420 RETURN ON ASSET .016 .091 .196 . .000 .028 DEBT TO EQUITY RATIO .172 .373 .333 .000 . .000 CURRENT RATIO .473 .444 .420 .028 .000 .
N RETURN SAHAM 84 84 84 84 84 84 KURS 84 84 84 84 84 84 REAL IN RATE 84 84 84 84 84 84 RETURN ON ASSET 84 84 84 84 84 84 DEBT TO EQUITY RATIO 84 84 84 84 84 84 CURRENT RATIO 84 84 84 84 84 84
b. Dependent Variable: RETURN (Y)
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .727a .529 .499 17.272118 1.733 a. Predictors: (Constant), CURRENT RATIO, KURS, RETURN ON ASSET, REAL IN RATE, DEBT TO EQUITY RATIO b. Dependent Variable: RETURN SAHAM
96
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 26105.068 5 5221.014 17.501 .000a
Residual 23269.432 78 298.326 Total 49374.500 83
a. Predictors: (Constant), CURRENT RATIO, KURS, RETURN ON ASSET, REAL IN RATE, DEBT TO EQUITY RATIO b. Dependent Variable: RETURN SAHAM
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 4.818 11.342 .425 .672 KURS .490 .088 .479 5.600 .000 .827 1.208
REAL IN RATE .360 .088 .349 4.108 .000 .837 1.194
RETURN ON ASSET .346 .092 .346 3.782 .000 .720 1.389
DEBT TO EQUITY RATIO -.011 .113 .011 .099 .921 .470 2.127
CURRENT RATIO .072 .101 .072 .719 .475 .597 1.674 a. Dependent Variable: RETURN SAHAM
97