analisis pengaruh ihsg, sbi, kurs, gdp, dan inflasi...

Download Analisis Pengaruh IHSG, SBI, Kurs, GDP, dan Inflasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3327/1/HASTRI... · analisis pengaruh ihsg, sbi, kurs, pdb, dan inflasi terhadap

If you can't read please download the document

Upload: truonghanh

Post on 15-May-2018

230 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

  • SKRIPSI

    ANALISIS PENGARUH IHSG, SBI, KURS, PDB, DAN

    INFLASI TERHADAP KINERJA REKSADANA

    PENDAPATAN TETAP

    Oleh :

    HASTRI NURDIANTI

    NIM : 106081002421

    JURUSAN MANAJEMEN

    FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

    UIN SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2010

  • ANALISIS PENGARUH IHSG, SBI, KURS, PDB, DAN INFLASI

    TERHADAP KINERJA REKSADANA PENDAPATAN TETAP

    SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial

    Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

    Oleh

    HASTRI NURDIANTI

    NIM : 106081002421

    Di Bawah Bimbingan

    Pembimbing I Pembimbing II

    Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Indoyama Nasarudin, SE., MAB NIP 196902032001121003 NIP 197411272001121002

    JURUSAN MANAJEMEN

    FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1431H/2010

    i

  • Hari ini Tanggal 8 Bulan Maret Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilaksanakan

    Ujian Komprehensif atas nama Hastri Nurdianti NIM : 106081002421 dengan

    judul skripsi Analisis Pengaruh IHSG, SBI, Kurs, PDB, dan Inflasi terhadap

    Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap. Memperhatikan penampilan

    Mahasiswa tersebut selama masa ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat

    diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

    Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri

    Syarif hidayatullah Jakarta.

    Jakarta, 8 Maret 2010

    Tim Penguji Ujian Komprehensif

    Herni Ali HT, SE., MM Suhendra, S.Ag.,MM Ketua Sekretaris

    Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Penguji Ahli

    ii

  • Hari ini Tanggal 28 Bulan April Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilaksanakan

    Ujian Skripsi atas nama Hastri Nurdianti NIM : 106081002421 dengan judul

    skripsi Analisis Pengaruh IHSG, SBI, Kurs, PDB, dan Inflasi terhadap

    Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap. Memperhatikan penampilan

    Mahasiswa tersebut selama masa ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat

    diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

    Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri

    Syarif hidayatullah Jakarta.

    Jakarta, 28 April 2010

    Tim Penguji Ujian Skripsi

    Pembimbing I, Pembimbing II,

    Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Indoyama Nasarudin, SE., MAB NIP 19690203 200112 1 003 NIP 19741127 200112 1 002

    Penguji Ahli I,

    Dr. Pudji Astuty, SE, MM NIP : 19770122 2003 121 001

    Penguji Ahli II,

    Arief Mufraini, Lc, Msi NIP : 19770122 2003 121 001

    iii

  • ABSTRAK

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh IHSG, SBI, kurs, PDB, dan inflasi terhadap kinerja reksadana pendapatan tetap. Penelitian ini menggunakan Nilai Aktiva Bersih (NAB) bulanan reksadana pendapatan tetap yang terdaftar di Bapepam-LK, serta data bulanan IHSG dari Bursa Efek Indonesia dan data bulanan SBI, kurs, PDB, inflasi yang diperoleh dari laporan bulanan Bank Indonesia. Dengan menggunakan metode purposive sampling terpilih tiga reksadana pendapatan tetap yang masih aktif dan selalu ada selama enam tahun penelitian untuk dianalisis sebagai sampel. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel SBI,Kurs,PDB,Inflasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja reksadana pendapatan tetap. Dan variabel SBI dan PDB yang paling signifikan untuk mempengaruhi kinerja reksadana pendapatan tetap.Sedangkan variabel IHSG tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja reksadana pendapatan tetap. Kata Kunci : Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap, IHSG, SBI, kurs, PDB, inflasi

    vi

  • ABSTRACT

    The purpose of this research is to analyze the influence of IHSG, SBI, exchange rate, GDP, and inflation toward the performance of Fixed Income Mutual Funds. This research uses the Net Asset Value (NAV) monthly Fixed Income Mutual Funds that registered in Bapepam-LK, monthly data of IHSG that registered in the Indonesia Stock Exchange and monthly data of SBI, exchange rate, GDP, and inflation was got from monthly report of Bank Indonesia. By using the purposive sampling method was chosen three fixed-income mutual funds are still active and always exist during six years of research to analyze the sample. Statistical tests used in this study is Multiple Regression Test. The results of this study indicate that SBI, exchange rate, GDP and inflation variables significantly affect the performance of fixed-income mutual funds. And SBI and GDP are most significantly affect the performance of fixed-income mutual funds. Meanwhile, IHSG variables have no significant influence on the performance of fixed-income mutual funds. Keywords: Fixed Income Mutual Fund Performance, IHSG, SBI, exchange rate, GDP, inflation

    vii

  • KATA PENGANTAR

    Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat

    rahmat dan karunia serta ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

    berjudul Analisis Pengaruh IHSG, SBI, kurs, PDB, dan Inflasi terhadap

    Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap. Tak lupa shalawat serta salam penulis

    haturkan kepada junjungan kita Rasulullah SAW yang membawa kita dari jaman

    jahiliyah ke jaman yang penuh ilmu pengetahuan.

    Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat menempuh

    ujian Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen, Konsentrasi Keuangan,

    Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

    Jakarta.

    Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari

    sempurna. Hal ini disebabkan karena terbatasnya kemampuan pengetahuan yang

    penulis miliki. Untuk itu, kiranya pembaca dapat memaklumi atas kelemahan dan

    kekurangan yang ditemui dalam skripsi ini.

    Penulis juga menyadari bahwa sejak awal penyusunan hingga

    terselesaikannya skripsi ini banyak pihak yang telah membantu dan memberi

    dukungan baik moril maupun materil. Untuk itu, tak lupa pada kesempatan ini,

    secara khusus, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya

    kepada :

    1. Keluarga besarku yang senantiasa membantu, mendukung, dan mendoakan

    penulis, hingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. Motivasi dari kalian

    bagai mata air yang tak pernah kering bagi penulis.

    2. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM. selaku dosen pembimbing I yang

    senantiasa ikhlas meluangkan waktunya di tengah kesibukan untuk

    membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi ini.

    3. Bapak Indoyama Nasarudin, SE., MAB selaku dosen pembimbing II yang

    telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing dan

    viii

  • mengarahkan penulisan skripsi ini serta motivasinya yang begitu besar

    bagi penulis.

    4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu

    Sosial yang secara tidak langsung telah mengarahkan dan memotivasi

    selama penulis menggali ilmu di FEIS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    5. Segenap dosen pengajar yang telah mengajarkan ilmu manajemen dari

    pengantar sampai lanjutan.

    6. Segenap tata usaha FEIS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya Ibu

    Siska, Pak Rahmat, Ibu Umi, Pak Heri yang telah membantu penulis

    dalam mengurus kebutuhan administrasi dan lain-lain.

    7. Teman-teman FEIS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2006

    Manajemen C dan Keuangan A yang selalu ada dalam suka maupun duka

    serta memberikan motivasi selama masa perkuliahan. Khususnya Hery

    Hardjanto teman seperjuangan dalam banyak hal, Firman, Arifin, Nita,

    Murni, Shanti, Sendhot.

    8. Kakak-kakakku : Mbak Ana, Kak Karyawansyah, Kak Bani, Kak Dani,

    Kak Herman, Kak Herawan yang rajin banget nanyain perkembangan

    skripsi.

    9. Staf Kantor KUIN MART Ciputat tempat penulis melakukan kegiatan

    magang. Terima kasih atas segala ilmu dan kepercayaan yang diberikan

    kepada penulis selama melaksanakan magang.

    10. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, suatu kebahagiaan

    telah dipertemukan dan diperkenalkan dengan kalian semua. Terima kasih

    banyak atas motivasi yang telah diberikan selama ini.

    Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih memiliki banyak

    kekurangan. Dengan segenap kerendahan hati penulis mengharapkan saran,

    arahan maupun kritikan yang konstruktif demi penyempurnaan hasil

    penelitian ini.

    Skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai

    pihak, baik manajer investasi, dunia bisnis, dunia akademisi, para pembaca

    ix

  • yang tertarik dengan penelitian tentang kinerja reksadana pendapatan tetap

    serta bagi penulis sendiri sebagai proses pengembangan diri.

    Jakarta, Maret 2010

    Penulis

    x

  • DAFTAR GAMBAR

    Nomor Keterangan Halaman

    1 Kerangka Pemikiran 60

    2 Mekanisme Reksadana 77

    3 Grafik Rata-Rata Nilai Aktiva Bersih Per Unit 80

    4 Grafik Rata-Rata Hasil Return dan Standar Deviasi 81

    5 Rata-Rata Kinerja Niaga Pendapatan Tetap B 83

    6 Rata-Rata Kinerja Schroder Dana Mantap Plus 83

    7 Rata-Rata Kinerja Trimegah Dana Tetap 84

    8 Output Uji Normalitas Analisis Histogram 88

    9 Output Uji Normalitas Analisis Grafik 89

    10 Output Uji Heterokedastisitas 93

    xi

  • DAFTAR TABEL

    Nomor Keterangan Halaman

    1 Contoh Hasil Lelang SBI Target Lelang Rp 5

    Miliar

    38

    2 Penelitian Sebelumnya 55

    3 Daftar Reksadana Pendapatan Tetap

    (Januari 2003 s/d Desember 2008)

    78

    4 Daftar Reksadana Pendapatan Tetap yang

    Terpilih untuk Penelitian

    79

    5 Rata-Rata Nilai Aktiva Bersih Per Unit 80

    6 Rata-Rata Hasil Return dan Standar Deviasi 81

    7 Rata-Rata Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap Metode Sharpe (Januari 2003 s/d Desember 2008)

    82

    8 Nilai Rata-rata IHSG, SBI, KURS, PDB, INFLASI dan Kinerja RDPT

    85

    9 Output Uji Normalitas Analisis Statistik 90

    10 Output Uji Multikolinearitas 91

    11 Output Uji Autokorelasi 92

    12 Tabel Durbin Watson Test Bound 92

    13 Output Uji Glejser pada Uji Heteroskedastisitas 94

    14 Output Uji t 95

    15 Output Uji F 97

    16 Output Uji Koefisien Determinasi 98

    xii

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Nomor Keterangan Halaman

    1 Nilai NAV/UNIT Reksadana Pendapatan

    Tetap Periode Januari 2003 s/d Desember

    2008

    108

    2 Hasil Return dan Standar Deviasi Reksadana

    Pendapatan Tetap Periode Januari 2003 s/d

    Desember 2008

    110

    3 Hasil Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap

    Metode Sharpe dan Nilai IHSG, SBI, Kurs,

    PDB, dan Inflasi Periode Januari 2003 s/d

    Desember 2008

    113

    4 Uji Normalitas 123

    5 Uji Multikolinearitas 125

    6 Uji Autokorelasi 127

    7 Uji Heterokedastisitas 127

    8 Analisis Regresi 129

    xiii

  • DAFTAR ISI

    LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ....................................................................i DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................iv ABSTRAK ................................................................................................................vi KATA PENGANTAR..............................................................................................viii DAFTAR GAMBAR................................................................................................xi DAFTAR TABEL ....................................................................................................xii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................xiii DAFTAR ISI.............................................................................................................xiv

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang .......................................................................................1 B. Perumusan Masalah...............................................................................9 C. Tujuan Penelitian ...................................................................................10 D. Manfaat Penelitian .................................................................................10

    BAB II LANDASAN TEORI

    A. Teoritis ..................................................................................................11 1. Pengertian Investasi dan Pasar Modal ....................................... 11 2. Peranan Pasar Modal ................................................................... 14 3. Macam-Macam Pasar Modal....................................................... 17 4. Manfaat Pasar Modal ................................................................... 20 5. Return and Risk ............................................................................ 21 6. Pengertian Reksadana .................................................................. 22 7. Jenis-Jenis Reksadana .................................................................. 23 8. Manfaat dan Risiko Reksadana................................................... 26 9. Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Reksadana ........................... 27 10. Reksadana Pendapatan Tetap ..................................................... 28 11. Mengukur Kinerja Reksadana .................................................... 29 12. Pengertian IHSG, SBI, kurs, PDB, dan inflasi........................... 33

    B. Penelitian Terdahulu ...........................................................................51 C. Kerangka Pemikiran ...........................................................................58 D. Pengembangan Hipotesis.....................................................................61

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    A. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................63 B. Metode Pengumpulan Data.................................................................63 C. Metode Analisis Data...........................................................................64

    xiv

  • xv

    BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

    A. Gambaran Umum Objek Penelitian ..................................................72 B. Analisis dan Pembahasan....................................................................78

    1. Analisis Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap .........................78 2. Return dan Standar Deviasi Reksa Dana Pendapatan Tetap....79 3. Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap dengan Metode Sharpe82 4. Deskriptif Variabel ........................................................................84 5. Pengujian Asumsi Klasik ..............................................................88

    a. Uji Normalitas.........................................................................88 b. Uji Multikolinieritas ...............................................................90 c. Uji Autokorelasi ......................................................................92 d. Uji Heteroskedastissitas .........................................................93

    6. Pengujian Statistik........................................................................95 a. Pengaruh variabel IHSG, SBI, KURS, PDB, dan

    INFLASI terhadap kinerja reksadana pendapatan tetap (Uji t) ........................................................................................95

    b. Pengaruh variabel IHSG, SBI, KURS, PDB, dan INFLASI terhadap kinerja reksadana pendapatan tetap (Uji F )......................................................................................97

    c. Pengujian Koefisien Determinasi (Adjust R-Square) .........98 d. Pengujian Koefisien Regresi ..................................................98

    BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

    A. Kesimpulan...........................................................................................103 B. Implikasi ...............................................................................................104

    DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................105

    LAMPIRAN-LAMPIRAN ......................................................................................108

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    11 April 2005-Redemption Obligasi, GempaReksa Dana Sejak akhir

    tahun 2004 beberapa indikator telah menunjukkan adanya kemungkinan

    perubahan trend suku bunga. Misalnya, kenaikan suku bunga di Amerika

    Serikat, China, Australia dan Negara-negara Eropa. Sepanjang tahun 2004

    bank sentral AS (The Fed) telah menaikan Fed Fund Target Rate sebesar 1,25

    persen.Tingginya harga minyak mentah juga menjadi indikator kenaikan

    inflasi yang sejalan rencana kenaikan harga BBM yang telah didengungkan

    pemerintah sejak akhir 2004. Sayangnya, kebijakan suku bunga Bank

    Indonesia melalui SBI tidak memberikan konfirmasi akan hal ini. Dengan

    perubahan SBI yang sangat tidak signifikan sampai akhir maret lalu, BI

    seolah-olah menunjukkan kepada pasar bahwa suku bunga tidak akan naik. Ini

    memberikan sinyal yang tidak jelas kepada pelaku pasar.

    Akibat optimisme yang berlebihan, banyak pelaku pasar yang

    memburu obligasi. Harga obligasipun terus naik sampai mencapai puncaknya

    pada bulan Januari 2005. Kenaikan harga obligasi juga didorong oleh

    masuknya dana baru ke reksa dana dalam jumlah yang sangat besar. Beberapa

    manager investasi terpaksa membeli obligasi yang telah over valued tersebut

    meski sebenarnya mereka mempunyai pilihan untuk membeli obligasi dengan

    tenor pendek yang mempunyai resiko suku bunga lebih rendah dibandingkan

    1

  • obligasi jangka panjang. Namun pilihan ini sering dilakukan untuk

    menyenangkan nasabah dengan tingkat pengembalian tinggi yang diberikan

    obligasi jangka panjang. Akibatnya portofolio didominasi obligasi dengan

    tenor jangka panjang yang berpotensi sebagai Bom waktu. Karena suku bunga

    naik, harga obligasi mengalami penurunan. Ini hal wajar karena pemilik modal

    ingin yield (imbal hasil) yang sesuai. Akibatnya, banyak Reksadana

    khususnya yang jenis pendapatan tetap (fixed income) yang berbasis Obligasi

    Negara dijual. Penawaran membludak, dampaknya harga obligasi ini turun

    dan NAB (nilai Aktiva Bersih) ikut merosot. Banyaknya investor reksadana

    yang masih terbiasa dengan karakter produk perbankan deposito semakin

    mendorong terjadinya Redemption (penarikan unit penyertaan reksadana oleh

    nasabah) besar-besaran plus kehebohan2 akibat salah paham nasabah. Ini

    kan pendapatan tetap tetapi kok nilai investasi saya malah minus? Padahal

    yang berpendapatan tetap adalah kupon obligasi yang dibayarkan secara

    berkala oleh penerbit obligasi (emiten) kepada investor/pemegang surat

    berharga itu.

    Adapun harga obligasi berfluktuasi sesuai dengan kondisi pasar.

    Gempa ini direspon BI dengan Intervensi Bank Indonesia yang mencoba

    meredam gejolak dengan membeli obligasi Negara Rp. 4,306 triliun di pasar.

    Namun ternyata tak mampu meredam hasrat investor mencairkan

    reksadananya.Akibat Redemption ini, per 11-April 2005 total dana turun

    sebesar Rp.18 trilliun dari posisi akhir Januari 2005. (Sumber : Redemption

    yang menghantui Reksa Dana-Andi Suruji, Kompas Reksa Dana dan

    2

  • Penurunan Harga Obligasi-Reslian Pardede, Kompas Gempa Reksa Dana-

    Susidiarto, Kompas).

    September 2005, Rontoknya Reksa Dana Terpuruk sejak beberapa

    bulan lalu Nilai Aktiva Bersih (NAB) bahkan tinggal setengah dibanding

    posisi 2005. Bank sentral kembali mengambil langkah mengeringkan

    likuiditas dengan menaikkan Giro Wajib Minimum perbankan, menaikkan BI

    rate yang kemudian memicu kenaikan bunga deposito, semakin membuat

    pasar obligasi di Indonesia tidak kondusif. Pasar semakin gonjang-ganjing

    akibat pernyataan-pernyataan pejabat yang juga kurang kondusif. Januari 2005

    data Bapepam menyebutkan NAB sebesar Rp. 108,22 triliun. Akhir Agustus

    2005 NAB Rp. 62,97 triliun7 September 2005 NAB tinggal Rp. 48,44 triliun.

    Dana eks reksadana masuk ke valas karena dollar terus menguat dan

    deposito karena kebijakan BI yang mengakibatkan suku bungan naik.

    Kebanyakan nasabah enggan membaca prospektus dan masih berjiwa sebagai

    deposan. Sehingga tidak bisa menerima saat NAB turun. Kebanyakan dari

    mereka merasa harus terus memperoleh keuntungan seperti layaknya deposito.

    Beberapa nasabah BNI Securities yang sempat memprotes karena NAB nya

    turun drastis, mengatakan tidak mau tahu kalau modal awal investasinya

    tergerus. Sebab saat menandatangani kontrak, nasabah dijanjikan agen

    penjualan bahwa modalnya tidak akan berkurang. Akan tetapi janji agen hanya

    disampaikan secara lisan. Inilah pentingnya proses edukasi bagi setiap pelaku

    dalam industri reksa dana. Ketua Bapepam Darmin Nasution mengatakan akan

    memeriksa sejumlah manager investasi perusahaan reksa dana terkait dugaan

    3

  • pelanggaran pengelolaan dana nasabah. Menurut Darmin, Bapepam memiliki

    data portofolio masing masing perusahaan reksa dana sehingga mudah

    melakukan penyelidikan. Dijelaskannya, pihaknya mencermati secara khusus

    masalah ini, dan jika benar ada penyelewengan yang dilakukan manager

    investasi, akan ditindak. Banyak pelajaran,tetapi jangan sampai ada moral

    hazard (Sumber : Rontoknya Reksa Dana-Tiur Santi Oktavia, Kompas)

    September 2005 Reksa Dana, Pemerintah Harus Segera Turun Tangan ikut

    Berperan Aktif mempengaruhi SUN Peran edukasi, sosialisasi, Pengawasan

    terus ditingkatkan agar kredibilitas industri investasi khususnya reksadana

    kembali pulih dan terjaga. Karena bergairahnya kembali reksa dana adalah

    untuk kepentingan bersama. (Sumber : Reksa Dana Kepentingan

    Bersama,Ardhian Novianto-Kompas).

    Penurunan drastis NAB, menjadikan reksa dana yang menjadi

    primadona sampai Januari 2005 dengan puncak dana kelolaan Rp. 110 triliun,

    sulit diharapkan bangkit ditahun 2006. Ada pengalaman, edukasi hingga

    optimisme. Turunnya inflasi dan hadirnya inovasi reksa dana terproteksi

    yang konon imbalannya sedikit lebih tinggi dari deposito tetapi pokoknya tak

    berkurang mudah-mudahan akan menjadi jawaban trauma investor/nasabah

    akibat turun drastis NAB. (Sumber : Reksa dana sulit kembali berjaya-Joice

    Tauris Santi, Kompas)

    Kejatuhan pasar saham pada Agustus 2007 disebabkan adanya krisis

    subprime mortgage di Amerika Serikat. Secara definisi subprime mortgage

    adalah surat utang kredit pemilikan rumah atau KPR kepada masyarakat yang

    4

  • memiliki kualitas kredit yang rendah namun memberikan imbal hasil tinggi.

    Adapun yang dimaksud dengan kualitas kredit yang rendah adalah debitur

    tidak punya penghasilan pasti dan tidak memiliki asset. Subprime mortgage

    sendiri merupakan salah satu jenis produk dari Asset Backed Securities. Apa

    yang dimaksud dengan ABS-Asset Backed Securities? ABS adalah efek utang

    beragunan asset yang dapat diperjual belikan investor di pasar obligasi (dapat

    berupa KPR, KKB-Kredit Kendaraan Bermotor, Kartu Kredit) Aset-aset

    berupa piutang ini mengalami proses sekuritisasi sehingga menjadi efek.

    Proses sekuritisasi sebagai berikut :

    1. Ada penjualan kumpulan piutang oleh kreditor yaitu bank ataupun

    lembaga keuangan yang mempunyai asset keuangan.

    2. Kreditor asal ini kemudian menunjuk perseroan terbatas (pihak ketiga)

    yang berbentuk Special Purpose Vehicle (SPV) untuk membeli asset

    keuangan dari kreditor asal.

    3. SPV menerbitkan surat hutang atau surat partisipasi yang pembayarannya

    terutama bersumber dari kumpulan surat piutang. Surat inilah yang

    disebut dengan ABS (Asset Backed Securities). Penawaran ABS ini dapat

    dilakukan baik melalui private placement ataupun penawaran publik pada

    investor.

    ABS sampai saat ini belum bisa diterapkan di Indonesia.

    Permasalahan utama karena UU Perseroan Terbatas di Indonesia belum

    mengatur mengenai bentuk special purpose vehicle (SPV). Tahun 2003

    Badan Pengawas Pasar Modal/Bapepam akhirnya mengatur mengenai SPV

    5

  • melalui peraturan Bapepam No.IX.K.I tentang Pedoman Kontrak Investasi

    Kolektif Efek Beragunan Asset (Asset Backed Securities) sebagaimana

    dimuat dalam Surat keputusan(SK) Ketua Bapepam Nomor Kep-28/PM/2003

    tanggal 21 Juli 2003. Pada Peraturan ini dijelaskan bahwa SPV untuk ABS di

    Indonesia menggunakan bentuk Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragunan

    Aset (KIK-EBA). Dari segi investor sendiri, investasi di KIK EBA akan

    mendatangkan keuntungan berupa imbal hasil yang lebih tinggi dibandingkan

    SUN atau obligasi korporasi. (Sumber:ABS Sebagai Instrumen

    Investasi,Priyo Santoso-Kompas)

    Harga obligasi rupiah akhirnya mengalami pemulihan minggu lalu

    setelah tertekan sejak Juli 2007. Kenaikkan harga tersebut mengindikasikan

    pasar obligasi domestik telah melewati titik terdalam pada potret lembah

    pergerakan harga dalam episode krisis finansial global 2007-2008. Selisih

    yield antara SUN dan US Treasury berjangka waktu sama-sama 10 tahun

    bertambah lebar dari waktu ke waktu sejak September 2007, saat ini

    mencapai 9 persen, ini menarik investor lokal membeli obligasi SUN.

    Pemerintah sangat diharapkan bisa menjaga kondisi kondusif ini. (Sumber :

    Obligasi Rupiah Bangkit Dari Titik Terendah,Budi Susanto Kompas)

    Pasar Modal (Capital Market) merupakan pasar untuk berbagai

    instrumen keuangan jangka panjang yang bias diperjual belikan, baik dalam

    bentuk hutang maupun modal sendiri. Pasar Modal Indonesia dalam beberapa

    tahun terakhir berkembang cukup dinamis. Kedinamisan tersebut salah

    6

  • satunya ditandai dengan berkembangnya secara pesat Reksa Dana berbentuk

    Kontrak Investasi Kolektif (KIK) di Pasar Modal Indonesia.

    Reksa Dana merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat

    pemodal khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki waktu

    dan keahlian untuk menghitung resiko atas investasi mereka. Menurut

    Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 pasal 1 ayat 27 telah

    diberikan definisi Reksa Dana adalah suatu wadah yang dipergunakan untuk

    menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan

    dalam portofolio efek oleh manajer investasi. Dengan kata lain, Reksa Dana

    merupakan wadah berinvestasi secara kolektif untuk ditempatkan dalam

    portofolio berdasarkan kebijakan investasi yang ditetapkan oleh fund manajer

    atau manajer investasi.

    Salah satunya yang bisa dipertimbangkan menaikkan portofolio di

    pasar modal adalah reksa dana pendapatan tetap. Reksa dana pendapatan tetap

    adalah reksa dana yang investasinya fokus pada instrumen pendapatan tetap

    yaitu obligasi. Jenis reksa dana pendapatan tetap mengandalkan

    penghasilannya dari tingkat suku bunga (kupon) yang sifatnya stabil dari

    instrumen obligasi tersebut. Komposisi investasi reksa dana pendapatan tetap

    bisa berbanding 80% investasi pada obligasi dan sisanya 20% pada instrumen

    perbankan seperti tabungan dan deposito.

    Setelah sempat menuai badai pencairan yang cukup besar pada pasar

    reksa dana berbasis obligasi akibat penurunan harga obligasi secara signifikan

    pada 2005 sebagai dampak langsung dari kenaikan tingkat suku bunga SBI,

    7

  • maka sebaliknya tren penurunan suku bunga sepanjang 2006 mengakibatkan

    naiknya nilai obligasi di pasar, sehingga berdampak terhadap peningkatan

    kinerja reksa dana pendapatan tetap.

    Karena itu reksa dana pendapatan tetap masih dapat menjadi sarana

    investasi yang layak dipertimbangkan. Contohnya, reksa dana yang sebagian

    besar portofolio investasi dialokasikan pada obligasi pemerintah Republik

    Indonesia.

    Baik buruknya suatu investasi tidak terlepas dari faktor-faktor lain

    yang mempengaruhinya, faktor-faktor yang diduga memiliki pengeruh

    terhadap kinerja reksadana adalah IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan),

    tingkat suku bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia), perubahan kurs mata

    uang (Rupiah terhadap Dollar), tingkat PDB suatu negara, dan tingkat inflasi

    dalam negeri. Faktor-faktor tersebut secara teoritis sangat berkaitan dengan

    kinerja portofolio reksadana sehingga diharapkan dapat menjadi indikator

    kuat bagi investor untuk mengetahui kinerja reksadana pendapatan tetap.

    Penting bagi para pelaku investasi untuk mengetahui seberapa besar pengaruh

    yang diberikan oleh faktor-faktor tersebut, agar para pelaku investasi

    terutama yang melakukan investasi pada reksadana pendapatan tetap dapat

    mengambil keputusan investasi yang lebih tepat ataupun melakukan antisipasi

    lebih lanjut terkait keputusan investasinya pada saat terjadi perubahan yang

    signifikan pada faktor-faktor tersebut. Oleh karena itu penulis mengambil

    judul skripsi, Analisis Pengaruh IHSG, SBI, Kurs, PDB, dan Inflasi

    Terhadap Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap.

    8

  • B. Perumusan Masalah

    Untuk berinvestasi dalam reksadana perlu melihat beberapa indikator

    makro ekonomi sebagai tolok ukur kinerja reksadana terebut. Oleh karena itu

    kita perlu mengetahui sejauh mana fakto-faktor seperti IHSG, SBI, kurs, PDB

    dan inflasi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja reksadana

    pendapatan tetap. Maka yang menjadi perumusan masalahnya adalah :

    1. Bagaimana kinerja reksadana pendapatan tetap setiap bulannya

    berdasarkan Metode Sharpe.

    2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari IHSG, SBI, Kurs, PDB,

    dan inflasi terhadap kinerja reksadana pendapatan tetap.

    3. Variabel manakah yang memberikan pengaruh paling dominan terhadap

    kinerja reksadana pendapatan tetap.

    C. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan perumusan masalah di atas meka tujuan penelitian ini adalah :

    1. Memberi penjelasan mengenai kinerja reksadana pendapatan tetap

    berdasarkan data NAB (bulanan), return dan risiko (bulanan).

    2. Menganalisa pengaruh yang signifikan IHSG, SBI, kurs, PDB, dan inflasi

    terhadap kinerja reksadana pendapatan tetap.

    3. Menganalisa variabel yang berpengaruh paling dominan terhadap kinerja

    reksa dana pendapatan tetap.

    9

  • 10

    D. Manfaat Penelitian

    a. Dunia investasi :

    Penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk menentukan

    strategi yang tepat dalam menanamkan investasi di reksadana pendapatan

    tetap.

    b. Dunia akademisi :

    Sebagai kontribusi pada pengembangan teori, terutama yang berkaitan

    dengan manajemen keuangan, khususnya mahasiswa, penelitian ini akan

    menambah keragaman referensi atas fakta-fakta ekonomi di Indonesia.

    c. Penulis :

    Motivasi untuk mengembangkan pengetahuan dan mengaktualisasikan

    keilmuan yang diperoleh di bangku kuliah.

  • BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Teoritis

    1. Pengertian Investasi dan Pasar Modal

    a. Pengertian Investasi

    Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva

    yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan

    mendapatkan keuntungan dimasa-masa yang akan datang. Keputusan

    penanaman modal tersebut dapat dilakukan oleh individu atau suatu

    entitas yang mempunyai kelebihan dana. Investasi dalam arti luas

    terdiri dari 2 bagian utama, yaitu : investasi dalam bentuk aktiva riil

    (real assets) dan investasi dalam bentuk surat-surat berharga atau

    sekuritas (marketable securities atau fiancial assets). Aktiva riil adalah

    aktiva berwujud seperti emas, perak, intan, barang-barang seni dan real

    estate. Sedangakan aktiva finansial adalah surat-surat berharga yang

    pada dasarnya merupakan klaim atas aktiva riil yang dikuasai oleh

    suatu entitas. (Sunariyah, 2006 : 4)

    Pemilikan aktiva finansial dalam rangka investasi pada sebuah

    entitas dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu : investasi langsung

    (direct investing) dan investasi tidak langsung (indirect investing).

    Investasi langsung diartikan sebagai suatu pemilikan surat-surat

    berharga secara langsung dalam suatu entitas yang secara resmi telah

    11

  • go public dengan harapan akan mendapatkan keuntungan berupa

    penghasilan dividen dan capital gains. Sedangkan investasi tidak

    langsung terjadi bilamana surat-surat berharga yang dimiliki

    diperdagangkan kembali oleh perusahaan investasi (investment

    company) yang berfungsi sebagai perantara. Pemilikan aktiva tidak

    langsung dilakukan melalui lembaga-lembaga keuangan terdaftar, yang

    bertindak sebagai perantara atau intermediary. Dalam peranannya

    sebagai investor tidak langsung, pedagang perantara (pialang)

    mendapatkan dividen dan capital gain seperti halnya dalam invesatsi

    langsung, selain itu juga akan memperoleh penerimaan berupa capital

    gain atas hasil perdagangan portofolio yang dilakukan oleh perusahaan

    perantara tersebut. (Sunariyah, 2006 : 4)

    b. Pengertian Pasar Modal

    Menurut Iskandar Z. Alwi (2003 : 14), secara formal pasar

    modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen

    keuangan jangka panjang yang diperjualbelikan, baik dalam bentuk

    hutang ataupun modal sendiri, yang diterbitkan oleh pemerintah, public

    authorities, maupun perusahaan swasta. Pasar modal dalam arti sempit

    adalah suatu tempat yang terorganisasi dimana efek-efek

    diperdagangkan. Bursa efek adalah suatu sistem yang terorganisasi

    yang mempertemukan penjual dan pembeli efek, yang dilakukan baik

    secara langsung maupun melalui wakil-wakilnya.

    12

  • Selanjutnya, definisi pasar modal menurut Kamus Pasar Uang

    dan Modal adalah pasar konkret atau abstrak yang mempertemukan

    pihak yang menawarkan dan pihak yang memerlukan dana jangka

    panjang, yaitu jangka waktu satu tahun ke atas. Abstrak dalam

    pengertian pasar modal berarti transaksi dilakukan melalui mekanisme

    over the counter (OTC). Menurut David L. Scott, pasar modal adalah

    pasar untuk dana jangka panjang tempat saham biasa, saham preferen

    dan obligasi diperdagangkan.

    Menurut Sunariyah (2006 : 5), pengertian pasar modal secara

    umum adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk

    didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara

    di bidang kauangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang

    beredar. Dalam arti sempit, pasar modal adalah suatu pasar (tempat,

    berupa gedung) yang disiapkan guna memperdagangkan saham-saham,

    obligasi-obligasi, dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai

    jasa para perantara pedagang efek.

    Pasar modal yang diuraikan disini adalah tempat pertemuan

    antara penawaran dengan permintaan surat berharga. Di tempat inilah

    para pelaku pasar yaitu individu-individu atau badan usaha yang

    mempunyai kelebihan dana (surplus funds) melakukan investasi dalam

    surat berharga yang ditawarkan oleh emiten. Sebaliknya, di tempat itu

    pula perusahaan (entities) yang membutuhkan dana menawarkan surat

    berharga dengan cara listing terlebih dahulu pada badan otoritas di

    13

  • pasar modal sebagai emiten. Dengan wawasan yang luas, proses

    transaksi pada dasarnya tidak dibatasi oleh lokasi dan dinding gedung

    pasar modal, mengingat transaksi dapat terjadi dimanapun juga.

    Meskipun demikian, dalam rangka menciptakan iklim usaha

    yang sehat dan dapat dipercaya, maka transaksi diatur dalam kerangka

    sistem yang terpadu di bawah kendali suatu pasar modal yang secara

    legal dijamin oleh undang-undang negara, maka transaksi investasi

    tidak akan terlaksana dan tidak akan menghasilkan iklim yang

    kondusif. Jaminan yang diberikan negara akan mendorong pasar modal

    menjadi efisien.

    Menurut Prof. Dr. Ahmad Rodoni (2008 : 40), pasar modal

    adalah pasar keuangan untuk dana-dana jangka panjang (dana yang

    jatuh temponya lebih dari 1 (satu) tahun) dan merupakan pasar yang

    konkret.

    2. Peranan Pasar Modal

    Pasar modal mempunyai peranan penting dalam suatu negara yang

    pada dasarnya mempunyai kesamaan antara satu negara dengan negara

    lain. Hampir semua negara di dunia ini mempunyai pasar modal, yang

    bertujuan menciptakan fasilitas bagi keperluan industri dan keseluruhan

    entitas dalam memenuhi permintaan dan penawaran modal. Terkecuali

    dalam negara dengan perekonomian sosialis ataupun tetutup, pasar modal

    bukanlah suatu keharusan. (Sunariyah, 2006 : 7)

    14

  • Seberapa besar peranan pasar modal dalam suatu negara dapat

    dilihat dari 5 (lma) segi sebagai berikut ini:

    1) Sebagai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dengan penjual

    untuk menentukan harga saham atau surat berharga yang

    diperjualbelikan. Ditinjau dari segi lain, pasar modal memberikan

    kemudahan dalam melakukan transaksi sehingga keua belah pihak

    dapat melakukan transaksi tanpa melalui tatap muka (pembeli dan

    penjual bertemu secara tidak langsung). Pada dewasa ini, kemudahan

    tersebuut dapat dilakukan dengan lebih sempurna setelah adanya

    sistem perdagangan efek melalui fasilitas perdagangan berkomputer.

    2) Pasar modal memberi kesempatan kepada para pemodal untuk

    menentukan hasil (return) yang diharapkan. Keadaan tersebut akan

    mendorong perusahaan (emiten) untuk memenuhi keinginan para

    pemodal. Pasar modal menciptakan peluang bagi perusahaan untuk

    memuaskan keinginan para pemegang saham, kebijkan dividen dan

    stabilitas harga sekuritas yang relatif normal. Pemuasan yang diberikan

    kepada pemegang saham tercermin dalam harga sekuritas. Tingkat

    kepuasan hasil yang diharapkan akan menentukan bagaimana pemodal

    menanam dananya dalam surat berharga atau sekuritas dan tingkat

    harga sekuritas di pasar mencerminkan kondisi perusahaan.

    3) Pasar modal memberi kesempatan kepada investor untuk menjual

    kembali saham yang dimilikinya atau surat berharga lainnya. Dengan

    beroperasinya pasar modal para investor dapat melikuidasi surat

    15

  • berharga yang dimiliki tersebut pada setiap saat. Apabila pasar modal

    tidak ada, maka investor terpaksa harus menunggu pencairan surat

    berharga yang dimilikinya sampai dengan saat likuidasi perusahaan.

    Keadaan semacam ini akan menjadikan investor kesulitan menerima

    uangnya kembali, bahkan tertunda-tunda dan berakibat menerima

    risiko rugi yang sulit diprediksi sebelumnya. Eksistensi operasi pasar

    modal memberikan kepastian dalam menghindarkan risiko rugi, yang

    pada dasarnya tidak seorangpun investor yang bersedia menanggung

    kerugian tersebut. Jadi, operasi pasar modal dapat menghindarkan

    ketidakpastian dimasa datang dan segala bentuk risiko dapat

    diantisipasi sebelumnya dengan baik.

    4) Pasar modal menciptakan kesempatan kepada masyarakat untuk

    berpartisipasi dalam perkembangan suatu perekonomian. Masyarakat

    berpenghasilan kecil mempunyai kesempatan untuk

    mempertimbangkan alternatif cara penggunaan uang mereka. Selain

    menabung, uang dapat dimanfaatkan melalui pasar modal dan beralih

    ke investasi yaitu dengan membeli sebagian kecil saham perusahaan

    publik. Apabila sebagian kecil saham tersebut sedikit demi sedikit

    berkembang dan meningkat jumlahnya maka ada kemungkinan bahwa

    masyarakat dapat memiliki saham mayoritas.

    5) Pasar modal mengurangi biaya informasi dan transaksi surat berharga.

    Bagi para pemodal, keputusan investasi harus didasarkan pada

    tersedianya informasi yang akurat dan dapat dipercaya. Pasar modal

    16

  • dapat menyediakan kebutuhan terhadap iformasi bagi para pemodal

    secara lengkap, yang apabila hal tersebut harus dicari sendiri akan

    memerlukan biaya yang sangat mahal. Dengan adanya pasar modal

    tersebut biaya memperoleh informasi ditanggung oleh seluruh pelaku

    pasar bursa, yang dengan sendirinya akan jauh lebih murah. Biaya

    informasi tersebut diklasifikasikan menjadi dua yaitu:

    1) biaya pencarian (search costs) informasi tentang perusahaan

    (emiten). Termasuk didalamnya adalah biaya eksplisit, seperti

    biaya iklan untuk mengumumkan jual/beli saham. Disamping itu,

    harus diperhitungkan pula adanya biaya implisist, seperti waktu

    mencari calon pembeli atau calon investor.

    2) biaya informasi termasuk mencari informasi tentang kelebihan atau

    dkielemahan surat berharga. Misalnya, dividen dari suatu saham

    perusahaan. Dalam pasar modal yang efisien informasi itu

    dicerminkan dalam harga saham.

    3. Macam-Macam Pasar Modal

    Penjualan saham (termasuk jenis sekuritas lain) kepada masyarakat

    dapat dilakukan dengan beberapa cara. Umumnya penjualan dilakukan

    sesuai dengan jenis ataupun bentuk pasar modal dimana sekurutas tersebut

    diperjualbelikan. (Sunariyah, 2006 : 12) Jenis-jenis pasar modal tersebut

    ada beberapa macam, yaitu:

    17

  • a. Pasar Perdana (Primary Market)

    Pasar perdana adalah : Penawaran saham dari perusahaan

    yang menerbitkan saham (emiten) kepada pemodal selama waktu yang

    ditetapkan oleh pihak sebelum saham tersebut diperdagangkan di pasar

    sekunder. Pengertian tersebut menunjukkan, bahwa pasar perdana

    merupakan pasar modal yang memperdagangkan saham-saham atau

    sekuritas lainnya yang dijual untuk pertama kalinya (penawaran

    umum) sebelum saham tersebut dicatatkan di bursa. Harga saham di

    pasar perdana ditentukan oleh penjamin emisi dan perusahaan yang

    akan go public (emiten), berdasarkan analisis fundamental perusahaan

    yang bersangkutan. Peranan penjamin emisi pada pasar perdana selain

    menentukan harga saham, juga melaksanakan penjualan saham kepada

    masyarakat sebagai calon pemodal.

    b. Pasar Sekunder (Secondary Market)

    Pasar sekunder didefinisikan sebagai perdagangan saham

    setelah melewati masa penawaran pada pasar perdana. Jadi, pasar

    sekunder dimana saham dan sekuritas lain diperjualbelikan secara luas,

    setelah melalui penjualan di pasar perdana. Harga saham di pasar

    sekunder ditentukan oleh permintaan dan penawaran antara pembeli

    dan penjual. Perdagangan pasar sekunder bila dibandingkan dengan

    pasar perdana mempunyai volume perdagangan yang jauh lebih besar.

    Jadi, dapat disimpulkan, bahwa pasar sekunder merupakan pasar yang

    memperdagangkan saham sesudah melewati pasar perdana. Sehingga

    18

  • hasil penjualan saham disini tidak lagi masuk modal perusahaan,

    melainkan masuk ke dalam kas para pemegang saham yang

    bersangkutan.

    c. Pasar Ketiga (Third Market)

    Pasar ketiga adalah tempat perdagagan saham atau sekuritas

    lain di luar bursa (over the counter market). Bursa paralel merupakan

    suatu sistem perdagangan efek yang terorganisasi di luar bursa efek

    resmi, dalam bentuk pasar sekunder yang diatur dan dilaksanakan oleh

    Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek dengan diawasi dan dibina

    oleh Badan Pengawas Pasar Modal. Jadi, dalam pasar ketiga ini tidak

    memiliki pusat lokasi perdagangan yang dinamakan floor trading

    (lantai bursa). Operasi yang ada dalam pasar ketiga berupa pemusatan

    informasi yang disebut trading information. Informasi yang

    diberikan dalam pasar ini meliputi : harga-harga saham, jumlah

    transaksi, dan keterangan lainnya mengenai surat berharga yang

    bersangkutan. Dalam sistem perdagangan ini pialang dapat bertindak

    dalam kedudukan sebagai pemegang efek maupun sebagai perantara

    pedagang.

    d. Pasar Keempat (Fourth Market)

    Pasar keempat merupakan bentuk perdagangan efek antar

    pemodal atau dengan kata lain pengalihan saham dari satu pemegang

    saham ke pemegang lainnya tanpa melalui perentara pedagang efek.

    Bentuk transaksi dalam perdagangan semacam ini biasanya dilakukan

    19

  • dalam jumlah besar (block sale). Meskipun transaksi pengalihan saham

    tersebut terjadi secara langsung antara pemodal satu dengan pemodal

    lain, mekanisme kerja dalam pasar modal menghendaki pelaporan

    terhadap transaksi block sale tersebut kepada Bursa Efek secara

    terbuka. Jadi, pada akhirnya transaksi antar pemodal tersebut harus

    dicatatkan pula di bursa efek. (Sunariyah, 2006 : 15)

    4. Manfaat Pasar Modal

    Menurut Iskandar Z. Alwi (2003 : 18), pasar modal menawarkan

    beberepa manfaat bagi pemerintah, dunia usaha, dan investor. Manfaat ini

    adalah :

    a. Pasar modal adalah sumber pendapatan bagi negara karena perusahaan

    yang go public membayar pajak kepada negara.

    b. Bagi dunia usaha (perusahaan), pasar modal dapat menjadi alternatif

    penghimpunan dana, selain dari sistem perbankan dari masyarakat,

    untuk membiayai kehidupan perusahaan.

    c. Pasar modal adalah leding indicator bagi trend ekonomi negara.

    d. Pasar modal memungkinkan pemodal melakukan diversifikasi

    investasi, membentuk portofolio sesuai dengan risiko yang ia bersedia

    tanggung dan tingkat keuntungan yang diharapkannya.

    e. Pasar modal menciptakan iklim yang sehat bagi perusahaan, karena

    menyebarkan pemilikan, keterbukaan dan profesionalisme.

    f. Membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha, membuka peluang bagi

    kontrol sosial oleh masyarakat pemodal dan pemerintah.

    20

  • g. Menciptakan lapangan kerja/profesi yang menarik.

    5. Return and Risk

    a. Hasil yang Diharapkan (Expected Return)

    Kalau kita mengatakan bahwa suatu investasi mempunyai

    risiko, berarti bahwa investasi tersebut tidak akan memberikan

    keuntungan yang pasti. Oleh karena itu, investor perlu memperkirakan

    langsung hasil yang diharapkannya.

    Dalam meramal hasil portofolio yang diharapkan, investor

    menggunakan beberapa variabel. Anggap saja, bahwa investor

    menghendaki investasi pada suatu perusahaan. Maka investor terlebih

    dahulu harus melakukan estimasi hasil yang diharapkan. Formula

    untuk menghitung estimasi hasil yang diharapkan adalah sebagai

    berikut (Iskandar Z. Alwi, 2003 : 128) :

    keterangan :

    E (R1) = Hasil yang diharapkan

    DIV1 = Dividen yang diharapkan perlembar saham

    P1 = Harga yang diharapkan pada akhir tahun pertama

    P0 = Harga saham sekarang (harga pasar)

    E (R1) = DIV

    b. Risiko Portofolio yang diharapkan

    Yang dimaksud dengan risiko portofolio adalah kemungkinan

    bahwa hasil yang diharapkan dari investasi berbeda dengan hasil yang

    dicapai. Markowitz menyatakan bahwa risiko yang diharapkan

    tergantung pada keanekaragaman kemungkinan hasil yang diharapkan.

    1 + (P1 P0) P0

    21

  • untuk mengukur risiko yang diharapkan digunakan standar deviasi.

    Standar deviasi dalam matematika digunakan untuk mengukur tingkat

    penyimpangan. Secara statistika, standar deviasi yang digunakan untuk

    mengukur risiko yang diharapkan adalah sebagai berikut (Sunariyah,

    2006 : 198) :

    Dimana :

    = Standar deviasi hasil yang diharapkan

    P = Probabilitas kejadian dari setiap hasil yang diharapkan

    r = Kemungkinan tingkat hasil

    E (r) = Hasil yang diharapkan

    = P [r E (r) ]2

    6. Pengertian Reksadana

    Reksadana dapat diartikan sebagai suatu wadah yang dipergunakan

    untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya

    diinvestasikan dalam portofolio efek oleh Manajer Investasi. (Ps. 1, UU

    PM dalam Dwina Septiani, 2003 : 20)

    Dalam Kamus Keuangan Reksadana didefinisikan sebagai

    portofolio aset keuangan yang terdiversifikasi, dicatatkan sebagai

    perusahaan investasi yang terbuka, yang menjual saham kepada

    masyarakat dengan harga penawaran dan penarikannya pada harga nilai

    aktiva bersihnya. (Adler Haymans Manurung, 2008 : 1)

    Reksadana merupakan perusahaan yang menanamkan modalnya

    dalam berbagai portofolio saham yang beragam (diversified portofolio).

    22

  • Seorang investor yang melakukan investasi dapat menaikkan keuntungan

    yang diharapkan (expected return) dan menimalkan risiko. Sebagai suatu

    perusahaan, reksadana memiliki beberapa karakteristik yang sama dengan

    perusahaan lain yang berbentuk PT. (Ahmad Rodoni, 2008 : 79)

    Reksadana merupakan kumpulan saham-saham, obligasi-obligasi

    atau sekuritas lainnya yang dimiliki oleh sekelompok pemodal dan

    dikelola oleh perusahaan investasi profesional. Dana yang diinvestasikan

    pada reksadana dari pemodal akan disatukan dengan dana yang berasal

    dari pemodal lainnya untuk menciptakan kekuatan membeli yang jauh

    lebih besar dibanding mereka harus melakukan investasi sendiri.

    (Sunariyah, 2006 : 234)

    7. Jenis-Jenis Reksadana

    Membedakan reksadana dapat dilakukan dengan melihat beberapa

    sudut pandang, antara lain, sebagai berikut (Iskandar Z. Alwi, 2003 : 144-

    145):

    Reksadana dilihat dari bentuk badan hukum :

    a. Reksadana berbentuk perseroan (Corporate Type). dalam bentuk

    reksadana ini, perusahaan penerbit reksadana menghimpun dana

    dengan menjual saham, dan selanjutnya dana dari hasil penjualan

    tersebut diinvestasikan pada berbagai jenis efek yang diperdagangkan

    di pasar modal dan di pasar uang. Reksadana bentuk perseroan

    dibedakan lagi berdasarkan sifaatnya menjadi reksadana perseroan

    yang tertutup, dan reksadana perseroan yang terbuka.

    23

  • b. Reksadana berbentuk kontrak investasi kolektif (Contractual Type).

    Reksadana bentuk ini merupakan kontrak antara manajer investasi

    dengan bank kustodian yang mengikat pemegang unit penyertaan.

    Dalam hal ini manajer investasi diberi wewenang intuk mengelola

    portofolio investasi kolektif dan bank kustodian diberi wewenang

    untuk melaksanakan penitipan kolektif. Bentuk inilah yang lebih

    populer dan jumlahnya semakin bertambah dibandingkan dengan

    reksadana yang berbentuk perseroan. Bentuk ini bercirikan :

    1) bentuk hukumnya adalah kontrak investasi kolektif

    2) pengelolaan reksadana dilakukan oleh manajer investasi

    berdasarkan kontrak

    3) penyimpanan kekayaan investasi kolektif dilaksanakan oleh bank

    kustodian berdasarkan kontrak.

    Reksadana dilihat dari sifatnya :

    a. Reksadana bersifat tertutup (closed-end funds). Ini adalah reksadana

    yang tidak dapat membeli kembali saham-saham yang telah dijual pada

    pemodal. Artinya, pemegang saham tidak dapat menjual kembali

    sahamnya kepada manajer investasi. Apabila pemilik saham hendak

    menjual sahamnya, hal ini harus dilakukan melalui bursa efek tempat

    saham reksadana bersangkutan dicatatkan.

    b. Reksadana bersifat terbuka (open-end funds). Ini adalah reksadana

    yang menawarkan dan membeli kembali saham-sahamnya dari

    pemodal sampai sejumlah modal yang sudah dikeluarkan. Pemegang

    24

  • saham jenis ini dapat menjual kembali saham/unit penyertaannya

    setiap saat apabila diinginkan. Manajer investasi reksadana, melalui

    bank kustodian, wajib membelinya sesuai dengan NAB per saham/unit

    pada saat tersebut.

    Reksadana dilihat berdasarkan tujuan investasi

    Tujuan investasi yang dimaksud adalah apakah orientasi

    investasinya pada efek pasar modal atau pasar uang atau kombinasi dari

    kedua-duanya. Tentunya kondisinya akan memberikan perbedaan, baik

    dari segi pendapatan dan risiko maupun jangka waktu investasi. Adapun

    jenis-jenis reksadana berdasarkan tujuan investasi adalah :

    a. Reksadana pertumbuhan (Growth Funds). Reksadana pertumbuhan

    mengkhususkan investasi pada efek pasar modal berupa saham-saham

    likuid, dengan harapan dapat memberikan capital gain yang tinggi

    walaupun mendapat dividen yang tidak memadai. Tentunya investasi

    ini mengandung risiko yang cukup tinggi.

    b. Reksadana pendapatan (Income Funds). Reksadana ini mengkhususkan

    investasinya pada efek pasar modal berupa saham obligasi, terutama

    efek yang dapat memberikan dividen atau bunga yang tinggi. Investasi

    dalam efek saham, tentunya tim pengelola akan memperhitungkan

    kemungkinan dividen yang akan diperoleh lebih tinggi dari rata-rata

    dan juga dalam hal obligasi akan memperhatikan peringkat obligasi

    tersebut yang tentunya diberikan oleh perusahaan pemeringkat yang

    telah disetujui Bapepam.

    25

  • c. Reksadana Pasar Uang (Money Market Funds). Investasi ini akan

    dikhususkan pada instrumen pasar uang sseperti deposito, Sertifikat

    Bank Indonesia (SBI), Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) maupun

    berupa surat utang yang dapat memberikan pendapatan bunga lebih

    tinggi, tentunya dengan memperhatikan segala kemungkinan risiko.

    d. Reksadana Berimbang (Balanced Funds). Investasi ini akan

    mengutamakan penganekaragaman jenis efek seperti saham, obligasi,

    instrumen pasar uang dan instrumen lain dengan harapan akan

    mendapatkan dividen, bunga dan capital gain. Jenis reksadana ini lebih

    banyak disukai oleh pemodal karena lebih stabil.

    8. Manfaat dan Risiko Reksadana

    Menurut Dwina Septiani (2003 : 22) manfaat reksadana antara lain :

    a. Mendapat keuntungan pajak

    b. Diversifikasi dan akses investasi yang lebih luas dengan dana terbatas

    c. Dapat dicairkan setiap saat

    d. Risiko terkontrol dengan baik

    e. Bebas dari pekerjaan Administrasi dan Analisa Investasi

    f. Investasi dengan mudah dan fleksibel

    g. Informasi yang transparan dan laporan yang rutin

    h. Potensi keuntungan yang lebih tinggi dari tingkat bunga deposito

    i. Pendapatan berkala berupa pembagian unag tunai

    j. Biaya pengelolaan yang relatif lebih rendah

    26

  • Sedangkan risiko utama reksadana antara lain sebagai berikut :

    a. Risiko perubahan kondisi ekonomi dan politik

    b. Risiko berkurangnya nilai Unit Penyertaan yang disebabkan oleh :

    1) Perubahan harga efek

    2) Perubahan tingkat bunga deposito

    3) Biaya pembelian dan Penjualan Kembali

    4) Wanprestasi pihak-pihak terkait

    c. Risiko likuiditas

    d. Risiko atas pertanggungan kekayaan reksadana

    9. Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Reksadana

    a. Manajer Investasi

    Adalah pihak yang kegiatan usahanya mengelola portofolio

    efek untuk para nasabah dan pengelola portofolio investasi kolektif

    untuk sekelompok nasabah :

    1) Menyiapkan KIK, prospektus sampai efektif

    2) Mengelola dana nasabah

    3) Memberikan training untuk produk reksadana dan back-office

    settlement

    4) Memberikan ulasan pasar secara periodik

    5) Data support untuk customer maintenance

    6) Marketing support : ikut memasarkan produk

    27

  • b. Bank Kustodian

    Kustodian adalah lembaga yang memberikan jasa penitipan

    efek dan harta lain yang berkaitan dengan efek.

    1) Sale keeping-Settlement-Fund Accounting/ perhitungan NAB

    2) Transfer Agent

    3) Data Support

    c. Mitra Penjualan (misal : bank)

    Dapat bertindak sebagai sponsor

    1) Selling Agent

    2) Client administrator

    3) Melakukan promosi dan pemasaran produk

    4) Memodifikasi produk hingga dapat link ke produk bank lainnya

    (Dwina Septiani, 2003 : 23)

    10. Reksadana Pendapatan Tetap

    Menurut Sapto Rahardjo (2004 : 159-160), reksadana Fixed

    Income adalah reksadana yang portofolio investasinya fokus pada

    instrumen pendapatan tetap, seperti obligasi. Jenis reksadana pendapatan

    tetap mengandalkan penghasilan dari tingkat suku bunga (kupon) yang

    sifatnya stabil dari instrumen obligasi tersebut. Sebagai contoh, komposisi

    investasi reksadana pendapatan tetap bisa berbanding 80% investasi pada

    instrumen obligasi dan sisanya, sebanyak 20% pada instrumen pasar uang

    berbentuk deposito perbankan.

    28

  • Kebijakan investasi reksadana pendapatan tetap, biasanya

    mengalokasikan dana investasinya pada instrumen obligasi yang bisa

    dibeli melalui proses penawaran umum (pasar perdana) atau dengan

    melakukan transaksi pembelian obligasi pada pasar sekunder ; harga

    pokok obligasi bisa di atas nilai harga par (nilai nominal obligasi).

    11. Mengukur Kinerja Reksadana

    a. Metode Sharpe

    Menurut Eko Priyo Pratomo, dkk, (2004 : 195-196),

    pengukuran dengan metode Sharpe didasarkan atas apa yang disebut

    premium atas risiko (risk premium). Risk premium adalah perbedaan

    antara rata-rata kinerja yang dihasilkan oleh reksadana dengan rata-rata

    kinerja investasi yang bebas risiko. Dalam pembahasan ini, investasi

    tanpa risiko diasumsikan merupakan tingkat bunga rata-rata dari SBI.

    Pengukuran Sharpe diformulasikan sebagai ratio risk premium

    terhadap standar deviasinya :

    Keterangan :

    SRD = KINERJA

    SRD = nilai ratio Sharpe

    KinerjaRD = rata-rata kinerja reksadana sub periode tertentu

    KinerjaRF = rata-rata kinerja investasi bebas risiko sub perode tertentu

    = standar deviasi reksadana untuk sub periode tertentu.

    RD-KINERJARF

    29

  • Standar deviasi () merupakan risiko fluktuasi reksadana yang

    dihasilkan karena berubah-ubahnya laba yang dihasilkan dari sub

    periode ke sub periode lainnya selama seluruh periode. Dalam teori

    portofolio standar deviasi merupakan penjumlahan dari risiko pasar

    (systematic risk) dan unsystematic risk.

    Dengan membagi risk premium dengan standar deviasi, Sharpe

    mengukur risk premium yang dihasilkan per unit risiko yang diambil.

    Pengetiannya adalah sebagai berikut. Investasi pada SBI tidak

    mengandung risiko dengan jaminan bunga sebesar Rf. Invesatsi pada

    portofolio reksadana mengandung risiko sehingga diharapkan

    menghasilkan tingkat laba yang lebih besar dari Rf. Sharpe mengukur

    berapa perbedaan Rj Rf atau risk premium yang dihasilkan untuk tiap

    unit risiko yang diambil. Dengan memperhitungkan risiko, makin tinggi

    nilai pengukuran Sharpe, makin baik kinerja reksadana. (Eko Priyo

    Pratomo, dkk, 2004 : 195-196)

    b. Metode Treynor

    Pengukuran dengan metode Treynor juga didasarkan pada risk

    premium, seperti halnya Sharpe. Namun, dalam Treynor digunakan

    pembagi beta () yang merupakan risiko fluktuasi relatif terhadap

    risiko pasar. Beta dalam konsep CAPM merupakan risiko sistematik

    (risiko pasar). (Agus Dharma, 1997 : 148)

    Pengukuran dengan metode Treynor diformulasikan sebagai berikut :

    TRD = KINERJARD-KINERJARF

    30

  • Keterangan :

    TRD = nilai ratio Treynor

    KinerjaRD = rata-rata kinerja reksadana sub periode tertentu

    KinerjaRF = rata-rata kinerja investasi bebas risiko sub perode tertentu

    = slope persamaan garis hasil regresi linier

    Pengukuran kinerja dengan model Sharpe dan Treynor bersifat

    komplementer, karena memberikan informasi yang berbeda. Portofolio

    reksadana yang tidak terdiversifikasi akan mendapat peringkat yang

    tinggi untuk Treynor namun peringkatnya lebih rendah untuk

    pengukuran Sharpe. Portofolio reksadana yang terdiversifikasi dengan

    baik akan mempunyai ranking yang sama untuk kedua jenis

    pengukuran. Perbedaan peringkat pada kedua pengukuran di atas

    menunjukkan perbedaan baik buruknya diversifikasi portofolio

    tersebut relatif terhadap portofolio sejenis. Oleh karenanya kedua

    pengukuran tersebut sebaiknya dilakukan bersama. (Agus Dharma,

    1997 : 149)

    c. Metode Jensen

    Sama halnya dengan metode Treynor, Jensen menggunakan

    faktor beta dalam mengukur kinerja investasi suatu portofolio yang

    didasarkan atas pengembangan Capital Asset Pricing Model (CAPM).

    Jensen mengemukakan hasil penelitiannya terhadap 115 Reksadana

    dalam kurun waktu 1945-1964. Pengukuran dengan metode Jensen

    menilai kinerja Manajer Investasi berdasarkan atas seberapa besar

    31

  • Manajer Investasi tersebut mampu memberikan kinerja di atas kinerja

    pasar sesuai risiko yang dimilikinya. Kelebihan inilah yang

    digambarkan oleh Jensen sebagai perpotongan garis regresi linier pada

    sumbu y (pada grafik [KinerjaRD-KinerjaRF] vs [KinerjaP-KinerjaRF])

    dan disebut dengan perpotongan Jensen dengan notasi Alfa ().

    Semakin tinggi nilai positif, semakin baik kinerjanya. (Eko Priyo

    Pratomo, dkk, 2004 : 197-198)

    (KinerjaRD-KinerjaRF)=+ x (KinerjaP-KinerjaRF)

    Ket :

    = nilai perpotongan Jensen

    KinerjaRD = kinerja reksadana

    KinerjaRF = kinerja investasi bebas risiko

    Kinerja p = kinerja pasar

    = slope persamaan garis hasil regresi linier

    Berbeda dengan pengukuran pada metode Treynor yang

    menggunakan rata-rata kinerja untuk sub periode tertentu, metode

    Jensen menggunakan data setiap periode (dalam hal ini mingguan) dari

    waktu ke waktu. Hasil pengukuran Jensen dalam bentuk positif yang

    semakin tinggi menunjukkan kinerja yang semakin baik.

    Informasi mengenai kinerja yang disertai pengukuran risiko

    akan lebih bermanfaat bagi investor, karena setiap investor memiliki

    toleransi risiko yang berbeda-beda, sehingga dalam memilih

    32

  • reksadana, investor tersebut dapat menyesuaikan dengan tingkat risiko

    yang dimilikinya. (Eko Priyo Pratomo, dkk, 2004 : 197-198)

    12. Pengertian IHSG, SBI, kurs, PDB, dan inflasi

    a. IHSG

    IHSG menggambarkan suatu rangkaian informasi historis

    mengenai pergerakan harga saham gabungan seluruh saham, sampai

    pada tanggal tertentu. Biasanya pergerakan saham tersebut disajikan

    setiap hari, berdasarkan harga penutupan bursa pada hari tersebut.

    Indeks tersebut disajikan untuk periode tertentu. Dalam hal ini

    mencerminkan suatu nilai yang berfungsi sebagai pengukuran kinerja

    suatu saham gabungan di bursa efek.

    Indeks harga saham gabungan seluruh saham adalah suatu nilai

    yang digunakan untuk mengukur kinerja gabungan seluruh saham yang

    tercatat di suatu bursa efek. Meksud gabungan seluruh saham ini

    adalah kinerja saham yang dimasukkan dalam perhitungan seluruh

    saham yang tercatat di bursa tersebut (Sunariyah, 1997 : 126).

    Menurut Ronny Pramulia (2009 : 30) Indeks Harga Saham

    Gabungan (IHSG) merupakan suatu indikator yang secara umum

    mencerminkan kecenderungan pergerakan harga saham di Bursa Efek

    Indonesia. IHSG di BEI disebut juga composite index yang dihitung

    berdasarkan rata-rata tertimbang dari seluruh saham yang listing di

    BEI.

    33

  • Indeks komposit merupakan indikator yang secara umum

    mencerminkan kecenderungan pergerakan harga saham di Bursa Efek.

    Perhitungan Indeks Saham dilakukan secara terus-menerus dengan

    berpatok pada harga saham terakhir yang terjadi di Bursa Efek yang

    bersangkutan.

    Pergerakan nilai indeks akan menunjukkan perubahan situasi

    pasar yang terjadi. Pasar yang sedang bergairah atau terjadi transaksi

    yang aktif, ditunjukkan dengan indeks saham yang mengalami

    kenaikan. Sedangkan keadaan stabil ditunjukkan indeks harga saham

    yang tetap, dan keadaan pasar lesu ditunjukkan dengan indeks harga

    saham yang mengalami penurunan.

    Indeks Harga Saham Gabungan / IHSG (Indeks Bursa

    Indonesia) mempunyai dasar perhitungan sebagai berikut :

    Indeks = Harga pasar Harga Dasar

    IHSG = Nilai Pasar

    Keterangan :

    Nilai Pasar = Jumlah Saham Tercatat x Harga Pasar Terakhir

    Nilai Dasar = Jumlah Saham Tercatat x Harga Perdana

    Nilai Pasar adalah kumulatif jumlah saham hari ini dikali

    harga pasar hari ini (kapitalisasi pasar), atau ditulis dengan formula :

    x 100 Nilai dasar

    Nilai Pasar =

    34

  • Dimana :

    c = Closing price (harga yang terjadi) untuk emiten ke-i.

    n = jumlah saham yang digunakan untuk penghitungan

    indeks (jumlah saham yang tercatat) untuk emiten

    ke-i

    N = jumlah emiten yang tercatat di BEI

    Nilai dasar adalah kumulatif jumlah saham yang tercatat dikali

    harga perdana. Perhitungan Indeks di BEI menggunakan metode

    weighted average (pembobotan berdasarkan kapitalisasi pasar).

    Kelemahannya, jika ada saham yang mempunyai jumlah saham yang

    sangat besar, maka saham tersebut akan sangat mendominasi

    pergerakan indeks, sehingga tidak lagi menggambarkan pergerakan

    pasar secara keseluruhan. Contohnya : pada tanggal 5 April 2009,

    Bank Syariah X mencatatkan saham sebanyak 217,3 miliar lembar atau

    53% dari jumlah seluruh saham yang tercatat di BEI. Akibatnya bobot

    Bank Syariah X sangat besar dan berpengaruh terhadap perubahan

    indeks. Jika harganya berubah 1 point (Rp 25) maka indeks akan

    berubah sebesar 10.862 point atau 2,75%.

    b. SBI

    Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga yang

    dikeluarkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka

    waktu pendek (1-3 bulan) dengan sistem diskonto/bunga.

    35

  • SBI merupakan salah satu mekanisme yang digunakan Bank

    Indonesia untuk mengontrol kestabilan nilai Rupiah. Dengan menjual

    SBI, Bank Indonesia dapat menyerap kelebihan uang primer yang

    beredar.

    Tingkat suku bunga yang berlaku pada setiap penjualan SBI

    ditentukan oleh mekanisme pasar berdasarkan sistem lelang. Sejak

    awal Juli 2005, BI menggunakan mekanisme "BI rate" (suku bunga

    BI), yaitu BI mengumumkan target suku bunga SBI yang diinginkan

    BI untuk pelelangan pada masa periode tertentu. BI rate ini kemudian

    yang digunakan sebagai acuan para pelaku pasar dalam mengikuti

    pelelangan.

    Beberapa uraian penting tentang SBI dijelaskan sebagai berikut

    (Khomarul Hidayat, 2006 : 43) :

    1) Pengertian SBI

    SBI adalah surat berharga atas unjuk dalam rupiah yang

    diterbitkan oleh BI sebagai pengakuan hutang berjangka waktu

    pendek dengan sistem diskonto.

    2) Tujuan Penerbitan SBI

    Sebagai otoritas moneter, BI berkewajiban memelihara

    kestabilan nilai Rupiah. Dalam paradigma yang dianut, jumlah

    uang primer (uang kartal + uang giral di SBI) yang berlebihan

    dapat mengurangi kestabilan nilai rupiah. SBI diterbitkan dan

    dijual oleh BI untuk mengurangi kelebihan uang primer tersebut.

    36

  • 3) Karakteristik SBI

    Terdapat beberapa karakteristik SBI, antara lain : (Siamat :

    2004)

    a) Jangka waktu maksimum 12 bulan bulan dan sementara

    diterbitkan untuk jangka waktu 1 dan 3 bulan.

    b) Denominasi : dari yang terendah Rp 50 juta sampai ynag

    tertinggi Rp 100 miliar.

    c) Pembelian SBI oleh masyrakat minimal Rp 100 juta, dan

    selebihnya dengan kelipatan Rp 50 juta.

    d) Pembelian SBI didasarkan pada nilai tunai yang diperoleh dari

    rumus berikut ini :

    Nilai nominal x 360

    360 + (Tingkat Diskonto x Jangka Waktu)

    e) Pembeli SBI memeroleh hasil berupa diskonto yang dibayar

    di muka. Besarnya diskonto adalah nominal dikurangi dengan

    nilai tunai.

    f) Pajak Penghasilan (PPh) atas diskonto dikenakan secara final

    sebesar 15%

    4) Tata cara transaksi penjualan SBI

    a) penjualan SBI dilakukan melalui lelang. Jumlah SBI yang akan

    dilelang diumumkan setiap hari selasa

    37

  • b) lelang dilakukan setiap hari rabu dan dapat diikuti oleh seluruh

    bank umum, pialang pasar uang dan pilanag pasar modal

    dengan penyelesaian transaksi hari kamis.

    c) dalam pelaksanaan lelang, masing-masing peserta mengajukan

    penawaran jumlah SBI yang ingin dibeli beserta tingkat

    diskontonya. Pemenang lelang akan di prioritaskan pada peserta

    yang mengajukan penawaran tingkat diskonto yang relatif

    rendah, dengan batasan atas jumlah SBI yang dilelang. Contoh

    ada 6 peserta lelang, dan jumlah SBI yang dilelang adalah Rp 5

    miliar. Peserta A, B, dan C sudah dinyatakan sebagai pemenang

    dengan jumlah total penawaran Rp 4,5 miliar dan tingkat

    diskonto yang lebih rendah dari peserta DEF. sisanya Rp 500

    juta diperebutkan oleh peserta DEF, dan pemenangnya adalah

    D karena tingkat diskontonya lebih rendah dari peserta EF.

    Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

    Tabel 2.1

    Contoh Hasil Lelang SBI

    Target Lelang Rp 5 Miliar

    Peserta Jumlah penawaran Suku bunga Jumlah kumulatif A Rp 1.500.000.000 20% 1.500.000.000 B 1.000.000.000 26% 2.500.000.000 C 2.000.000.000 30% 4.500.000.000 D 2.000.000.000 34% 5.000.000.000 E 730.000.000 37% - F 1.200.000.000 40% -

    Sumber : Khomarul Hidayat, 2006

    38

  • Keterangan :

    Peserta A, B, dan C menang lelang

    Peserta D menang sebagian (Rp 500 juta)

    Peserta E dan F kalah lelang

    c. Kurs

    Kurs mata uang menunjukkan bagaimana nilai uang tersebut

    terhadap mata uang asing. Nilai tukar uang antara satu negara dengan

    negara lain cenderung berbeda-beda. Perbedaan ini ditimbulkan oleh

    perbedaan antara permintaan dan ketersediaan dari mata uang yang

    diminta oleh suatu negara dalam melakukan hubungan dengan negara

    lain. Hubungan tersebut dapat berupa kegiatan meminjam, atau

    kegiatan investasi atau penyediaan pinjaman.

    Dari perbedaan inilah mata uang bisa mengalami apresiasi

    (naik) ataupun depresiasi (turun) terhadap nilai mata uang asing.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi nlai tukar mata uang antara lain :

    Tingkat inflasi

    Tingkat suku bunga

    Tingkat pendapatan masyarkat

    Pengendalian oleh pemerintah

    Harapan/ekspektasi dari spekulan

    Menurut Kamus Lengkap Ekonomi (2000 : 503-504) dalam

    Ronny Pramulia (2009 : 34). Nilai tukar 1 kurs (exchange rate) adalah

    harga, dimana mata uang suatu negara dapat dikonversikan manjadi

    39

  • mata uang negara lain. Tipe rate yang digunakan di sini adalah

    indirect exchange rate, dimana rate itu merefleksikan jumlah suatu

    mata uang lokal terhadap satu unit US$.

    Indirect exchange rate diformulasikan dalam persamaan berikut :

    VCA/US = VCA

    US$

    Keterangan :

    VCA/US$ : value of 1 units of currency A in units of currency

    B (nilai 1 unit mata uang A dalam unit mata uang

    B)

    VCA : value of currency A (nilai mata uang lokal A)

    Nilai tukar mata uang suatu negara diukur dari value satu unit

    mata uang terhadap mata uang negara lain. Apabila kondisi ekonomi

    negara berubah, maka nilai tukarnya pun akan berubah secara

    substansial. Penurunan nilai suatu mata uang disebut depresiasi dan

    kenaikannya disebut apresiasi. Apabila S adalah nilai spot rate dan

    St-1 adalah nlai tukar mata uang waktu sebelumnya, maka

    prosentase perubahan nilai tukar terhadap mata uang asing tersebut

    adalah S-St-1/St1 (Madura 2000 dalam Asmila, 2001). Jika

    presentasenya positif, maka akan dikatakan apresiasi dan depresiasi

    apabila nilai persentasenya negatif.

    Perubahan nilai tukar (kurs) akan mempengaruhi konsumen

    karena pengaruh dari harga barang-barang impor. Pada saat kurs

    40

  • tinggi maka barang-barang impor menjadi mahal sehingga masyarakat

    tidak akan membeli barang impor melainkan menggantinya dengan

    mengkonsumsi produk dalam negeri, baik itu berupa barang modal

    ataupun barang konsumsi. Bagi barang yang diproduksi dengan

    menggunakan faktor produksi impor kondisi ini akan meningkatkan

    biaya produksi yang akhirnya akan menyebabkan harga jual barang

    yang tinggi. Meningkatnya harga barang tersebut tentunya akan

    menyebabkan masyarakat atau perusahaan harus menambah jumlah

    dana yang disediakan untuk dikonsumsi. Sehingga secara tidak

    langsung dapatlah dinyatakan daya beli masyarakat melemah, dalam

    arti pendapatan riil mengalami penurunan.

    Dari sudut pandang mikroekonomi, perubahan nilai tukar mata

    uang asing akan diikuti oleh perubahan pada portofolio perusahaan-

    perusahaan multinasional. Apresiasi dari mata uang domestik

    cenderung akan menurunkan keuntungan dari perusahaan, yang

    kemudian akan tercermin dari menurunnya harga sahamnya. Dari

    perspektif makro ekonomi, apresiasi nilai tukar mata uang asing yang

    menganut nilai tukar fleksibel akan mengurangi daya saing dari

    produknya dan akan menurunkan harga sahamnya. Dari sudut

    pandang ini, perubahan nilai tukar mata uang akan diikuti dengan

    perubahan harga saham dan hal ini dikenal dengan pendekatan

    tradisional (Granger, 1990 dalam Ronny Pramulia 2009 : 36).

    41

  • Perubahan nilai tukar pun akan mempengaruhi perkembangan

    ekspor impor yang tentunya akan mempengaruhi kinerja perusahaan.

    Jika kinerja perusahaan semakin baik, maka harga saham semakin

    mahal. Perubahan nilai tukar pun akan dapat mendorong investor

    asing pasar finansial untuk menambah pembelian dan penjualan

    sekuritas dari suatu negara. Saat nilai tukar USD melemah, investor

    asing akan membeli saat nilai tukar menguat. (Ronny Pramulia 2009 :

    36).

    Akan tetapi pasar modal semakin berkembang. Perubahan

    harga saham dan nilai tukar mata uang lebih merfleksikan pergerakan

    arus modal. Poin penting dari pendekatan portofolio adalah penurunan

    harga saham mengakibatkan penurunan kekayaan para investor

    domestik di mana pada gilirannya akan mendorong permintaan akan

    uang dam hampir dipastikan akan menurunkan tingkat suku bunga.

    d. PDB

    PDB diartikan sebagai nilai keseluruhan output semua barang

    dan jasa yang diproduksi di dalam wilayah Indonesia dalam jangka

    waktu tertentu yang dihitung adalah semua barang dan jasa yang

    digunakan oleh pengguna akhir dan bukan yang digunakan untuk

    proses produksi selanjutnya.

    Beberapa definisi tentang PDB/GDP (Gross Domestic

    Product), meliputi (Blancard, 2000 dalam Hamid Ponco Wibowo,

    2006 : 37) :

    42

  • 1) GDP adalah nilai barang dan jasa final yang dihasilkan dalam

    suatu ekonomi dalam periode tertentu.

    2) GDP adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oelh suatu

    ekonomi dalam periode tertentu.

    3) GDP adalah jumlah pendapatan dalam suatu ekonomi pada periode

    tertentu.

    Mankiw (2006) merumuskan persamaan indentitas yang

    menggambarkan komponen-komponen dari PDB. Persamaan tersebut

    adalah sebagai berikut:

    Y = C+ I + G +NX

    Keterangan :

    Y = PDB

    C = konsumsi

    I = investasi

    G = belanja Negara

    NX = ekspor neto

    1. Konsumsi

    Konsumsi (consumption) adalah pembelanjaan barang dan

    jasa oleh rumah tangga. Barang mencakup pembelanjaan rumah

    tangga pada barang yang tahan lama, seperti kendaraan dan

    perlangkapan,dan barang tidak tahan lama seperti makanan dan

    pakaian. Jasa mencakup barang yang tidak berwujud konkret,

    seperti pangkas rambut dan perawatan kesehatan. Pembelanjaan

    43

  • rumah tangga atas pendidikan juga dimaksudkan sebagai

    konsumsi jasa (walaupun seseorang dapat saja berpendapat bahwa

    hal itu lebih cocok berada di komponen selanjutnya).

    2. Investasi

    Investasi (investment) adalah pembelian barang yang

    nantinya akan digunakan untuk memproduksi lebih banyak barang

    dan jasa. Inveetasi adalah jumlah dari pembelian peralatan modal,

    persediaan, dan bangunan atau struktur. Investasi pada bangunan

    mencakup pengeluaran untuk mendapatkan tempat tinggal baru.

    Menurut kesepakatan bersama, pembelian tempat tinggal baru.

    Menurut kesepakatan bersama, pembelian tempat tinggal baru

    merupakan satu bentuk pembelanjaan rumah tangga yang

    dikategorikan sebagai investasi dan bukan sebagai konsumsi.

    3. Belanja Pemerintah

    Belanja pemerintah (government purchase) mencakup

    pembelanjaan barang dan jasa oleh pemerintah daerah, dan

    pemerintah pusat. Belanja pemerintah mencakup upah pekerja

    pemerintah dan pembelanjaan untuk kepentingan umum.

    4. Ekspor Neto

    Ekspor neto (neto exports) sama dengan pembelian produk

    dalam negeri oleh orang asing (ekspor) dikurangi pembelian

    produk luar negeri oleh warga Negara (impor). Penjualan yang

    dilakukan sebuah perusahaan dalam negeri kepada pembeli di

    44

  • Negara lain seperti penjuaan Boeing kepada British Airways akan

    meningkatkan ekspor neto AS.

    e. Inflasi

    Definisi inflasi adalah kecenderungan kenaikan harga barang

    dan jasa secara umum yang berlangsung terus menerus. Kenaikan

    harga satu atau dua barang tidak dapat disebut inflasi kecuali kenaikan

    harga tersebut meluas kemana-mana. (Abimanyu, 2004 : 13 dalam

    Khomarul Hidayat, 2006 : 46)

    Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa kenaikan satu atau

    beberapa barang pada saat tertentu dan hanya sementara belum tentu

    menimbulkan inflasi.

    Menurut Murni (2006 : 203) dalam Khomarul Hidayat (2006 :

    46) mendefinisikan inflasi sebagai suatu kejadian yang menunjukkkan

    kenaikan tingkat harga secara umum dan berlangsung secara terus

    menerus. Berdasarkan definisi ini ada tiga kriteria yang perlu diamati

    untuk melihat telah terjadinya inflasi, yaitu kenaikan harga, bersifat

    umum dan terjadi terus menerus.

    Inflasi merupakan bagian dari keadaan perekonomian yang

    akan dialami oleh suatu negara, hanya saja setiap negara memiliki

    tingkat inflasi yang berbeda-beda. Untuk mengukur tingkat inflasi

    dapat menggunakan Indeks Harga Konsumen.

    Selain itu dalam beberapa istilah penggunaan inflasi digunakan

    untuk mengartikan peningkatan persedian uang, yang kadangkala

    45

  • dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Beberapa ekonom (dari

    beberapa sekolah di Austria) masih menggunakan arti ini dan

    peningkatan harga-harga. Inflasi yang terjadi dapat disebabkan oleh

    faktor-faktor yang berbeda-beda. Babarapa penyebab inflasi

    diantaranya bisa disebabkan oleh sektor ekspor impor, tabungan atau

    investasi, pengeluaran dan penerimaan negara, sektor pemerintah dan

    swasta.

    Menurut Ronny Pramulia (2009 : 23), inflasi adalah gejala

    kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus menerus.

    Tingkat harga yang melambung sampai 100% atau lebih dalam

    setahun (hyperinflasi), akan menyebankan hilangnya kepercayaan

    masyarakat terhadap mata uang, sehingga masyarakat akan cenderung

    untuk menyimpan aktiva mereka dalam bentuk lain instrumen investasi

    selain deposito.

    Menurut Sukirno (2004), berdasarkan derajatnya, inflasi

    dibedakan menjadi sebagai berikut:

    a. Inflasi ringan, terjadi apabila kenaikan harga berada dibawah

    angka 10% setahun.

    b. Inflasi sedang, terjadi apabila kenaikan harga berada antara 10%-

    30% setahun.

    c. Inflasi berat, terjadi apabila kenaikan harga berada antara 30%-

    100% setahun.

    46

  • d. Hiperinflasi (inflasi tak terkendali), terjadi apabila berada di atas

    100% setahun.

    Menurut Sukirno (2004:333), berdasarkan kepada sumber atau

    penyebabnya kenaikan harga-harga berlaku, inflasi biasanya

    dibedakan kepada tiga bentuk berikut:

    a. Inflasi Tarikan Permintaan

    Inflasi ini biasanya terjadi pada masa perekonomian

    berkembang dengan pesat. Kesempatan kerja yang tinggi

    menciptakan tingkat pendapatan yang tinggi dan selanjutnya

    menimbulkan pengeluaran yang melebihi kemampuan ekonomi

    mengeluarkan barang dan jasa. Pengeluaran-pengeluaran yang

    berlebihan ini akan menimbulkan inflasi.

    b. Inflasi Desakan Biaya

    Kenaikan harga-harga yang disebabkan oleh kenaikan

    dalambiaya produksi sebagai akibat kenaikan harga bahan mentah

    atau kenaikan upah. Inflasi ini terurama berlaku dalam masa

    perekonomian berkembang dengan pesat ketika pengangguran

    adalah sangat rendah. Apabila perusahaan-perusahaan masih

    menghadapi permintaan yang bertambah, mereka akan berusaha

    menaikkan produksi dengan cara memberikan gaji dan upah yang

    lebih tinggi kepada pekerjanya dan mencari pekerjaan baru dengan

    tawaran pembayaran yang lebih tinggi ini. Langkah ini

    47

  • mengakibatkan biaya produksi meningkat, yang akhirnya akan

    menyebabkan kenaikan harga-harga berbagai barang.

    c. Inflasi Diimpor

    Kenbaikan harga-harga yang disebabkan oleh kenaikan

    harga-arga barang impor yang digunakan sebagai bahan mentah

    produksi dalam negeri. Inflasi ini aka nada apabila barng-barang

    impor yang mengalami kenaikan harga mempunyai peranan yang

    penting dalam kegiatan pengeluaran-pengeluaran perusahaan.

    Menurut Sukirno (2004: 338), efek-efek buruk dari inflasi

    yaitu sebagai berikut :

    1. Inflasi dan Perkembangan Ekonomi

    Inflasi yang tinggi tingakatnya akan menggalakkan

    perkembangan ekonomi. Biaya yang terus menerus naik

    menyebabkan kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan.

    Maka pemilik modal biasanya lebih suka menggunakan uangnya

    untuk tujuan spekulasi. Investasi produktif akan berkurang dan

    tingkat kegiatan ekonomi akan menurun. Sebagai akibatnya lebih

    banyak pengangguran akan terwujud.

    Kenaikan harga-harga juga menimbulkan efek buruk pula

    ke atas perdagangan. Kenaikan harga menyebabkan barang-

    barang Negara itu tidak dapat bersaing di pasaran internasional,

    selamjutnya ekspor akan menurun. Sebaliknya, harga-harga

    produksi dalam negeri yang semakin tinggi sebagai akibat inflasi

    48

  • menyebabkan barang-barang impor relatif murah, maka lebih

    banyak impor yang dilakukan. Ekspor yang menurun dan diikuti

    oleh impor yang bertambah menyebabkan ketidakseimbangan

    dalam aliran mata uang asing. Kedudukan neraca pembayaran

    akan memburuk.

    2. Inflasi dan Kemakmuran Rakyat

    Disamping menimbulkan efek buruk ke atas kegiatan

    ekonomi Negara inflasi juga akan menimbulkan efek-efek

    terhadap individu dan masyarakat.

    3. Inflasi akan menurunkan pendapatan riil orang-orang yang

    berpendapatan tetap.

    Pada umumnya kenaikan upah tidaklah secepat kenaikan

    harga-harga. Maka inflasi akan menurunkan upah riil individu-

    individu yang berpendaptan tetap. Sehingga daya beli masyarakat

    juga akan menurun.

    4. Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang.

    Sebagian kekayaan masyarakat disimpan dalam bentuk

    uang. Simpanan di bank, simpanan tunia, dan simpanan dalam

    institusi-institusi keuangan lain merupakan simpanan keuangan.

    Nilai riinya akan menurun apabila inflasi berlaku.

    5. Memperburuk pembagian kekayaan

    Telah ditunjukkan bahwa penerima pendapatan tetap akan

    menghadapi kemorosotan dalam nilai riil pandapatnya, dan

    49

  • pemilik kekayaan bersifat keuangan mengalami penurunan dalam

    nilai riil kekayaannya. Juga sebagian penjual/pedagang dapat

    mempertahankan nilai riil pendapatannya. Dengan demikian

    inflasi menyebabkan pembagian pendapatan diantara golongan

    berpendapat tetap dengan pemilik-pemilik harta tetap dan

    penjual/pedagang akan menjadi semakin tidak merata

    Menurut Sukirno (2004 :354), kebijakan yang mungkin

    dilakukan pemerintah untuk mengatasi inflasi yaitu:

    1. Kebijakan fiskal, yaitu dengan menambah pajak dan mengurangi

    pengeluaran pemerintah.

    2. Kebijakan moneter, yaitu dengan menaikkan suku bunga dan

    membatasi kredit.

    3. Dari segi penawaran yaitu dengan melakukan langkah yang dapat

    mengurangi biaya produksi dan menstabilkan harga seperti

    mengurangi pajak impor dan pajak atas pajak atas bahan mentah,

    melakukan penetapan harga, menggalakkan pertambahan produkso

    dan perkembangan teknologi

    50

  • B. Penelitian Terdahulu

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Homan Tanamas, Thomas

    Hartono, dan Ronald (2006) menyatakan bahwa dari hasil pengujian yang

    dilakukan, faktor yang paling berpengaruh dalam perubahan return Reksadana

    Pendapatan Tetap adalah return SBI, diikuti oleh perubahan kurs rupiah dan

    harga emas.

    Sebagian besar variabel ekonomi makro yang diuji hanya memberikan

    pengaruh yang tidak besar terhadap tingkat return RDPT, mungkin hal ini

    karena di Indonesia, para nasabah reksadana menggunakan informasi yang

    salah yang ada di pasar atau hanya ikut-ikutan, tanpa melihat pasar secara

    keseluruhan.

    Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Abdul Muthalib (2005)

    ditarik kesimpulan bahwa tidak terdapat pengaruh secara simultan dari

    variabel variabel makro ekonomi yaitu pertumbuhan pendapatan nasional

    bersih,pertumbuhan jumlah uang yang beredar,tingkat inflasi,tingkat suku

    bunga SBI dan perubahan nilai rupiah terhadap kurs dollar terhadap tingkat

    kinerja reksadana saham dalam menghasilkan return NAB, akan tetapi

    terdapat pengaruh secara parsial/individu dari variabel variabel makro

    ekonomi yaitu pertumbuhan pendapatan nasional bersih terhadap tingkat

    kinerja reksadana saham dalam menghasilkan return NAB. Dalam penelitian

    ini menunjukkan bahwa sebagian besar variabel makro ekonomi yang diuji

    ternyata hanya memberikan kontribusi atau pengaruh yang sangat kecil

    terhadap pergerakan tingkat pengembalian investasi reksadana saham

    51

  • Dalam penelitian yang dilakukan oleh M. Shunan (2002) ditarik

    kesimpulan bahwa terdapat inkonsistensi model dari sharpe measure, treynor

    measure, dan jensen measure manakala diaplikasikan pada reksadana

    Indonesia sebelum dan semasa krisis ekonomi hal ini terbukti dengan uji F

    yang secara keseluruhn menghasilkan angka yang signifikan. Dari ketiga

    model yang diuji hanyalah sharpe measure yang terbukti mampu mendeteksi

    adanya perbedaan antara kinerja reksadana Indonesia sebelum dan semasa

    krisis. Fakta ini semakin memperkuat dugaan bahwa difersifikasi yang

    dilakukan oleh para manajer investasi Indonesia memang belum optimal

    sehingga kandungan risiko satu portofolio masih didomin