pengaruh kualitas pelayanan dan sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi pada...
DESCRIPTION
Sebagai bahan referensi lebih lanjut dalam hal yang berkaitan dengan kepatuhan wajib pajak. Selain itu juga menambah wawasan dan pengetahuan mengenai hal tersebut, serta diperolehnya manfaat dari pengalaman penelitian.TRANSCRIPT
PENGARUH KUALITAS PELAYANAN DAN SANKSI
PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK
ORANG PRIBADI(Studi kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Palembang periode tahun
2009-2013)
1.1 Latar Belakang
Sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor, baik sektor
internal maupun eksternal. Salah satu sumber penerimaan negara dari sektor
internal adalah pajak, sedangkan sumber penerimaan eksternal misalnya pinjaman
luar negeri. Dalam upaya untuk mengurangi ketergantungan sumber penerimaan
eksternal, pemerintah terus berusaha untuk memaksimalkan penerimaan internal.
Dewasa ini, pajak menjadi sumber penerimaan internal yang terbesar dalam
APBN. Penerimaan negara dari sektor pajak terus meningkat dari tahun ke tahun.
Berikut disajikan proporsi penerimaan pajak terhadap APBN dalam lima tahun
sejak 2006 hingga 2010.
Tabel 1.1
Peran Pajak terhadap APBN Tahun 2006 s/d 2010
No.Tahun
Anggaran
Jumlah (dalam trilyun) Persentase
Pajak: APBN %APBN Pajak
1 2010 949.66 742.74 78%
2 2009 985.73 725.84 74%
3 2008 781.35 591.98 76%
4 2007 723.06 509.46 70%
5 2006 723.06 416.31 67%
Sumber: www.depkeu.go.id, diolah, 2012
Begitu besarnya peran pajak dalam APBN, maka usaha untuk
meningkatkan penerimaan pajak terus dilakukan oleh pemerintah yang dalam hal
1
ini merupakan tugas Direktorat Jenderal Pajak. Berbagai upaya dilakukan
Direktorat Jenderal Pajak agar penerimaan pajak maksimal, antara lain adalah
dengan ekstensifikasi dan intensifikasi pajak. Hal tersebut dilakukan dengan cara
perluasan subjek dan objek pajak, dengan menjaring wajib pajak baru.
Usaha memaksimalkan penerimaan pajak tidak dapat hanya mengandalkan
peran dari Ditjen Pajak maupun petugas pajak, tetapi dibutuhkan juga peran aktif
dari para wajib pajak itu sendiri. Perubahan sistem perpajakan dari Official
Assessment menjadi Self Assessment, memberikan kepercayaan wajib pajak untuk
mendaftar, menghitung, membayar dan melaporkan kewajiban perpajakannya
sendiri. Hal ini menjadikan kepatuhan menjadi faktor yang sangat penting dalam
hal untuk mencapai keberhasilan penerimaan pajak.
Self Assessment System menuntut adanya peran serta aktif dari masyarakat
dalam pemenuhan kewajiban perpajakan. Harahap, 2004 (dalam Supadmi, 2010)
menyatakan bahwa dianutnya sistem Self Assessment membawa misi dan
konsekuensi perubahan sikap (kesadaran) warga masyarakat untuk membayar
pajak secara sukarela (voluntary compliance). Kepatuhan memenuhi kewajiban
pajak secara sukarela merupakan tulang punggung dari Self Assessment System
(Supadmi, 2010).
Beberapa fenomena kasus-kasus yang terjadi dalam dunia perpajakan
Indonesia belakangan ini membuat masyarakat dan wajib pajak khawatir untuk
membayar pajak. Kondisi tersebut dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak,
karena para wajib pajak tidak ingin pajak yang telah dibayarkan disalahgunakan
oleh aparat pajak itu sendiri. Oleh karena itu, beberapa masyarakat dan wajib
pajak berusaha menghindari pajak.
Kualitas pelayanan yang baik diharapkan mampu meningkatkan kepatuhan
wajib pajak. Dalam penelitian Supadmi (2010) disebutkan bahwa untuk
meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya,
kualitas pelayanan pajak harus ditingkatkan oleh aparat pajak. Pelayanan fiskus
yang baik akan memberikan kenyamanan bagi wajib pajak. Keramah tamahan
petugas pajak dan kemudahan dalam sistem informasi perpajakan termasuk dalam
pelayanan perpajakan tersebut. Penelitian Jatmiko (2006) menemukan bahwa
2
pelayanan fiskus memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kepatuhan
wajib pajak.
Ketentuan umum dan tata cara peraturan perpajakan telah diatur dalam
Undang-Undang, tak terkecuali mengenai sanksi perpajakan. Sanksi diperlukan
untuk memberikan pelajaran bagi pelanggar pajak. Dengan demikian, diharapkan
agar peraturan perpajakan dipatuhi oleh para wajib pajak. Wajib pajak akan
memenuhi kewajiban perpajakan bila memandang bahwa sanksi perpajakan akan
lebih banyak merugikannya (Jatmiko, 2006). Penelitian yang dilakukan oleh
Purnomo (dalam Supadmi, 2010) menemukan bahwa persepsi wajib pajak tentang
sanksi perpajakan memiliki pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak.
Hasil penelitian Yadnyana (2009) dalam Muliari dan Setiawan (2010)
menemukan bahwa sanksi pajak memiliki pengaruh positif pada kepatuhan wajib
pajak.
Penelitian tentang kepatuhan wajib pajak telah dilakukan oleh beberapa
peneliti. Namun sasaran penelitian sebelumnya lebih banyak pada sektor usaha
kecil menengah dan wajib pajak badan. Widayati dan Nurlis (2010) meneliti
kepatuhan usaha kecil menengah dalam pelaporan pajaknya. Begitu juga dengan
penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo (2006) yang meneliti faktor-faktor yang
mempengaruhi usaha kecil menengah dalam melaporkan kewajiban perpajakan.
Sedangkan penelitian Mustikasari (2007) memilih industri pengolahan di
Surabaya sebagai sasaran penelitiannya.
Adapun dalam penelitian kali ini penulis memilih menggunakan wajib
pajak orang pribadi sebagai objek penelitian karena kesadaran wajib pajak (WP)
orang pribadi di kota Palembang lebih rendah dibandingkan wajib pajak badan.
Hal itu terlihat dari realisasi pengembalian Surat Pemberitahuan (SPT). Menurut
Kepala Bidang P2 Humas DJP Sumsel-Babel Yunus Darmono dan Humas
Normadin Budiman Salim (Sriwijaya Post, 2010) mengatakan, setiap tahun
peningkatan wajib pajak orang pribadi relatif kecil dibandingkan wajib pajak
badan maupun bendaharawan. Kondisi tersebut memberikan motivasi untuk
dilakukannya penelitian mengenai beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan
wajib pajak dengan judul “PENGARUH KUALITAS PELAYANAN DAN
3
SANKSI PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG
PRIBADI (Studi kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Palembang periode
tahun 2009-2013)”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dirumuskan pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana kualitas pelayanan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak
orang pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Madya Palembang?
2. Bagaimana sanksi pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang
pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Madya Palembang?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk menganalisis pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepatuhan wajib
pajak orang pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Madya Palembang.
b. Untuk menganalisis pengaruh sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak
orang pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Madya Palembang.
1.4 Manfaat Penelitian
Setiap penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membacanya maupun yang secara langsung terkait di dalamnya. Adapun manfaat
penelitian ini adalah:
a. Manfaat Teoritis
4
Sebagai bahan referensi lebih lanjut dalam hal yang berkaitan dengan kepatuhan
wajib pajak. Selain itu juga menambah wawasan dan pengetahuan mengenai hal
tersebut, serta diperolehnya manfaat dari pengalaman penelitian.
b. Manfaat Praktis
Sebagai kontribusi dalam usaha peningkatan kepatuhan wajib pajak dengan
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak yang dalam
penelitian ini adalah kesadaran wajib pajak dan sanksi pajak, terutama bagi daerah
lokasi penelitian.
2.1 Landasan Teori
5
2.1.1 Theory Planned Behavior
Dalam Theory of Planned Behavior (TPB) dijelaskan bahwa perilaku yang
ditimbulkan oleh individu muncul karena adanya niat untuk berperilaku.
Sedangkan munculnya niat untuk berperilaku ditentukan oleh tiga faktor
(Mustikasari, 2007), yaitu:
a. Behavioral Beliefs
Behavioral beliefs merupakan keyakinan individu akan hasil dari suatu
perilaku dan evaluasi atas hasil tersebut.
b. Normative Beliefs
Normative beliefs yaitu keyakinan tentang harapan normatif orang lain
dan motivasi untuk memenuhi harapan tersebut.
c. Control Beliefs
Control beliefs merupakan keyakinan tentang keberadaan hal-hal yang
mendukung atau menghambat perilaku yang akan ditampilkan dan
persepsinya tentang seberapa kuat hal-hal yang mendukung dan
menghambat perilakunya tersebut (perceived power).
Penelitian tentang kepatuhan pajak telah banyak dilakukan. Penelitian
sebelumnya yang menggunakan teori tersebut adalah penelitian Mustikasari
(2007). Dikaitkan dengan penelitian ini, Theory of Planned of Behavior relevan
untuk menjelaskan perilaku wajib pajak dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya. Sebelum individu melakukan sesuatu, individu tersebut akan
memiliki keyakinan mengenai hasil yang akan diperoleh dari perilakunya tersebut.
Kemudian yang bersangkutan akan memutuskan bahwa akan melakukannya atau
tidak melakukannya.
Ketika akan melakukan sesuatu, individu akan memiliki keyakinan tentang
harapan normatif dari orang lain dan motivasi untuk memenuhi harapan tersebut
(normative beliefs). Hal tersebut dapat dikaitkan dengan pelayanan pajak, dimana
dengan adanya pelayanan yang baik dari petugas pajak, sistem perpajakan yang
efisien dan efektif, serta penyuluhan-penyuluhan pajak yang memberikan motivasi
6
kepada wajib pajak agar taat pajak, akan membuat wajib pajak memiliki
keyakinan atau memilih perilaku taat pajak.
Sanksi pajak terkait dengan control beliefs. Sanksi pajak dibuat adalah
untuk mendukung agar wajib pajak mematuhi peraturan perpajakan. Kepatuhan
wajib pajak akan ditentukan berdasarkan persepsi wajib pajak tentang seberapa
kuat sanksi pajak mampu mendukung perilaku wajib pajak untuk taat pajak.
Behavioral beliefs, normative beliefs, dan control beliefs sebagai tiga
faktor yang menentukan seseorang untuk berperilaku. Setelah terdapat tiga faktor
tersebut, maka seseorang akan memasuki tahap intention, kemudian tahap terakhir
adalah behavior. Tahap intention merupakan tahap dimana seseorang memiliki
maksud atau niat untuk berperilaku, sedangkan behavior adalah tahap seseorang
berperilaku (Mustikasari, 2007). Kualitas pelayanan dan sanksi pajak dapat
menjadi faktor yang menentukan perilaku patuh pajak. Setelah wajib pajak
termotivasi oleh kualitas pelayanan yang baik oleh pegawai pajak, mengetahui apa
saja sanksi pajak sebagai akibat tidak melaksanakan kewajiban perpajakannya,
maka diharapkan wajib pajak akan memiliki niat untuk membayar pajak dan
kemudian merealisasikan niat tersebut.
2.1.2 ` Pengertian Pajak
Pengertian pajak menurut Dr. N. J. Feldmann mendefinisikan bahwa pajak
adalah prestasi yang dipaksakan secara sepihak oleh dan terhutang kepada
penguasa, tanpa adanya kontra-prestasi semata-mata digunakan untuk menutup
pengeluaran umum (Resmi, 2009, h.2).
2.1.3 Pengertian Wajib Pajak Orang Pribadi
Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang
ketentuan umum dan tata cara perpajakan menjelaskan bahwa wajib pajak adalah
orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan
pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (Resmi, 2009, h.21).
7
2.1.4 Kualitas Pelayanan
Pelayanan adalah suatu proses bantuan kepada orang lain dengan cara-cara
tertentu yang memerlukan kepekaan dan hubungan interpersonal agar tercipta
kepuasan dan keberhasilan (Boediono, 2003 dalam Ni Luh, 2006). Hakikat
pelayanan umum adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan mutu dan produktivitas pelaksanaan tugas dan instansi
pemerintah di bidang pelayanan umum.
b. Mendorong upaya mengefektifkan system dan tata laksana pelayanan
sehingga pelayanan umum dapat diselenggarakan secara lebih berdaya
guna dan berhasil guna (efisien dan efektif).
c. Mendorong tumbuhnya kreativitas, prakarsa, dan peran serta
masyarakat dalam pembangunan serta meningkatkan kesejahteraan
masyarakat luas.
Pelayanan yang berkualitas harus dapat memberikan 4K, yaitu keamanan,
kenyamanan, kelancaran, dan kepastian hukum. Kualitas pelayanan dapat diukur
dengan kemampuan memberikan pelayanan yang memuaskan, dapat memberikan
pelayanan dengan tanggapan, kemampuan, kesopanan, dan sikap dapat dipercaya
yang dimiliki oleh aparat pajak. Di samping itu, juga kemudahan dalam
melakukan hubungan komunikasi yang baik, memahami kebutuhan wajib pajak,
tersedianya fasilitas fisik termasuk sarana komunikasi yang memadai, dan
pegawai yang cakap dalam tugasnya (Ni Luh 2006).
2.1.5 Sanksi Pajak
Menurut Lubis (2010, h.3) adapula sanksi-sanksi perpajakan bagi wajib
pajak orang pribadi, yaitu sebagai berikut:
1. Rp.100.000 apabila Surat Pemberitahuan (SPT) Masa tidak disampaikan atau
disampaikan tidak sesuai dengan batas waktu, misalnya paling lambat 20 hari
setelah akhir masa pajak.
8
2. Sanksi bunga untuk Pajak Penghasilan (PPh) wajib pajak orang pribadi, yaitu
sebesar 2% sebulan untuk selama-lamanya 24 bulan atas jumlah pajak yang
terutang tidak atau kurang dibayar.
3. Sanksi pidana bagi wajib pajak orang pribadi yang karena kealpaannya.
2.1.6 Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
Menurut Pratama (2011) wajib pajak patuh adalah wajib pajak yang
ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak sebagai wajib pajak yang memenuhi
kriteria tertentu yang dapat diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan
pembayaran pajak. Setiap tahun pada akhir bulan Januari dilakukan penetapan
wajib pajak patuh.
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu dilakukan oleh Muliari dan Setiawan (2010). Mereka
melakukan penelitian mengenai pengaruh persepsi tentang sanksi perpajakan dan
kesadaran wajib pajak pada kepatuhan pelaporan wajib pajak orang pribadi di
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Denpasar Timur. Analisis data dilakukan dengan
menggunakan teknik analisis regresi linear berganda. Variabel bebas yang
digunakan adalah persepsi tentang sanksi perpajakan dan kesadaran wajib pajak.
Variabel terikat yang digunakan adalah kepatuhan pelaporan wajib pajak orang
pribadi. Hasil penelitian Muliari dan Setiawan (2010) adalah bahwa persepsi
wajib pajak tentang sanksi perpajakan secara parsial berpengaruh positif dan
signifikan pada kepatuhan pelaporan wajib pajak orang pribadi. Begitu juga
dengan kesadaran wajib pajak secara parsial berpengaruh positif dan signifikan
pada kepatuhan pelaporan wajib pajak orang pribadi.
Mustikasari (2007) melakukan penelitian mengenai kajian empiris tentang
kepatuhan wajib pajak badan di perusahaan industri pengolahan di Surabaya.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis multivariat
Structural Equation Modeling (SEM) dengan menggunakan program Amos 5.
Model yang dibangun dalam penelitian ini melibatkan 9 variabel laten yang
diidentifikasi mempengaruhi perilaku tax professional, yaitu: (1) sikap terhadap
9
ketidakpatuhan pajak, (2) norma subyektif, (3) kewajiban moral, (4) kontrol
keperilakuan yang dipersepsikan, (5) persepsi tentang kondisi keuangan, (6)
persepsi tentang fasilitas perusahaan, (7) persepsi tentang iklim organisasi, (8) niat
tax professional untuk berperilaku tidak patuh, dan (9) ketidakpatuhan pajak
badan. Hasil penelitian Mustikasari (2007) tersebut adalah: (1) tax professional
yang memiliki sikap terhadap ketidakpatuhan positif, niat ketidakpatuhan
pajaknya tinggi, (2) pengaruh orang sekitar yang kuat mempengaruhi nilai tax
professional untuk berperilaku patuh, (3) tax professional yang memiliki
kewajiban moral yang tinggi, niat ketidakpatuhan pajaknya rendah atau
sebaliknya, (4) semakin rendah persepsi tax professional atas kontrol yang
dimilikinya akan mendorong tax professional berniat patuh, (5) semakin rendah
persepsi atas kontrol yang dimiliki tax professional maka akan mendorong tax
professional tidak patuh, (6) tax professional yang memiliki niat ketidakpatuhan
pajak rendah, ketidakpatuhan pajaknya rendah, (7) jika tax professional
mempunyai persepsi bahwa kondisi keuangan perusahaan baik, maka tax
professional akan patuh, (8) jika tax professional mempunyai persepsi bahwa
fasilitas perusahaan mencukupi maka ketidakpatuhan pajak badan rendah, (9)
persepsi iklim keorganisasian yang positif berpengaruh terhadap pajak badan.
Prasetyo (2006) melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi pemilik usaha kecil menengah dalam pelaporan kewajiban
perpajakan di daerah Yogyakarta. Analisis data yang dilakukan adalah teknik
analisis regresi linear berganda. Variabel bebas yang digunakan adalah
pengetahuan wajib pajak tentang pajak, pemahaman wajib pajak terhadap
peraturan perpajakan, manfaat pajak yang dirasakan wajib pajak, dan sifat optimis
wajib pajak terhadap pajak. Variabel terikat yang digunakan adalah kesadaran
perpajakan wajib pajak. Hasil penelitian Prasetyo (2006) adalah bahwa
pengetahuan wajib pajak tentang pajak, pemahaman wajib pajak terhadap
peraturan perpajakan, manfaat pajak yang dirasakan wajib pajak, dan sifat optimis
wajib pajak terhadap pajak berpengaruh positif terhadap kesadaran perpajakan
wajib pajak.
10
Munari (2005) melakukan penelitian tentang pengaruh tax payer terhadap
keberhasilan penerimaan pajak penghasilan. Analisis data yang digunakan adalah
teknik analisis regresi linear berganda. Variabel bebas yang digunakan yaitu
kesadaran perpajakan, pendapat wajib pajak tentang berat tidaknya beban PPh,
persepsi wajib pajak tentang pelaksanaan sanksi denda PPh, dan tax avoidance.
Variabel terikat yang digunakan adalah penerimaan PPh. Hasil penelitian Munari
(2005) adalah bahwa kesadaran perpajakan, pendapat wajib pajak tentang berat
tidaknya beban PPh, persepsi wajib pajak tentang pelaksanaan sanksi denda PPh,
dan tax avoidance berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan PPh di
KPP Batu.
2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis
Dalam penelitian ini akan berusaha dijelaskan mengenai pengaruh kualitas
pelayanan dan sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi.
Kualitas pelayanan dan sanksi pajak diduga akan berpengaruh terhadap kepatuhan
wajib pajak. Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini disajikan pada Gambar 1.1.
Gambar 1.1.
Kerangka Pemikiran Teoritis
+H1
+H2
2.4 Pengembangan Hipotesis
Kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban membayar pajak
tergantung pada bagaimana petugas pajak memberikan mutu pelayanan yang
11
Kualitas Pelayanan
Sanksi Pajak
Kepatuhan Wajib Pajak
terbaik kepada wajib pajak (Jatmiko, 2006). Karanta et al, 2000 (dalam Suryadi,
2006) menekankan pada pentingnya kualitas aparat (SDM) perpajakan dalam
memberikan pelayanan kepada wajib pajak.
Fiskus diharapkan memiliki kompetensi dalam arti memiliki keahlian,
pengetahuan, dan pengalaman dalam hal kebijakan perpajakan, administrasi pajak
dan perundang-undangan perpajakan. Selain itu fiskus juga harus memiliki
motivasi yang tinggi sebagai pelayan publik (Ilyas dan Burton, 2010).
Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan bahwa kualitas pelayanan diduga
akan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak. Oleh
karena itu maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1 : Kualitas pelayanan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib
pajak orang pribadi
Sanksi merupakan hukuman negatif kepada orang yang melanggar
peraturan, sehingga dapat dikatakan bahwa sanksi perpajakan adalah hukuman
negatif kepada orang yang melanggar peraturan dengan cara membayar uang.
Undang-undang dan peraturan secara garis besar berisikan hak dan kewajiban,
tindakan yang diperkenankan dan tidak diperkenankan oleh masyarakat. Agar
undang-undang dan peraturan tersebut dipatuhi, maka harus ada sanksi bagi
pelanggarnya, demikian halnya untuk hukum pajak. Dalam undang-undang
perpajakan dikenal dua macam sanksi, yaitu sanksi administrasi dan sanksi
pidana. Sanksi administrasi dapat berupa bunga, denda, dan kenaikan.
Menutut penelitian yang dilakukan oleh Sulud Kahono (2003) menyatakan bahwa
sanksi denda berpengaruh positif tehadap kepatuhan Wajib Pajak PBB.
Berdasarkan analisa tersebut maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H2 : Sanksi pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak
orang pribadi
3.1 Populasi dan Sampel
Populasi adalah seluruh kumpulan elemen yang menunjukkan ciri-ciri
tertentu yang dapat digunakan untuk membuat kesimpulan. Jadi, kesimpulan
12
elemen itu menunjukkan jumlah, sedangkan ciri-ciri tertentu menunjukkan
karakteristik dari kumpulan itu. Populasi dalam penelitian ini adalah wajib pajak
orang pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Madya Palembang.
Sampel adalah elemen subjek dimana pengukuran itu dilakukan. Bagian
dari elemen-elemen populasi yang terpilih itulah yang kerap disebut sebagai
sampel. Dan sampel yang dipilih adalah wajib pajak yang berada di kantor
tersebut. Teknik pengambilan sampel yang dipakai adalah teknik pengambilan
sampel secara tidak acak atau yang disebut dengan Convenience Sampling.
Dimana cara pemilihan sampel ini berdasarkan asas kemudahan.
Penentuan sampel ditentukan dengan menggunakan rumus berikut
(Muliari dan Setiawan, 2010):
Berdasarkan data bahwa tahun 2014 ini wajib pajak sebanyak 295.777
orang. Jadi sampel yang harus diambil sebesar:
= 100 Orang
3.2 Teknik Pengumpulan Data
Sumber data yang digunakan adalah sumber data Primer. Yang mana data
primer ini adalah data yang pertama kali dicatat dan dikumpulkan oleh peneliti.
Dengan memakai data primer ini peneliti dapat mengontrol tentang kualitas data
tersebut. Hal ini bisa dilakukan karena secara historis peneliti memahami proses
pengumpulannya. Dan juga dalam hal ini peneliti dapat dengan leluasa
menghubungkan masalah penelitiannya dengan kemungkinan ketersediaan data di
13
lapangan. Hal ini bisa dilakukan karena mekanisme perolehan data primer
umumnya adalah dimulai dari masalah penelitian, variabel yang terkandung dalam
rumusan masalah dielaborasi, kemudian dicari datanya melalui butir-butir
pertanyaan yang disusun dari hasil elaborasi variabel tersebut.
Teknik pengumpulan datanya dengan cara menyebarkan kuisioner kepada
para wajib pajak. Karena sudah diketahui ada 100 sampel, maka saya akan
menyebarkan kuisioner sebanyak 350 dengan asumsi kembalinya kuisioner
sebanyak 100.
3.3 Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Kualitas pelayanan (X1), yaitu suatu proses bantuan kepada orang lain
dengan cara-cara tertentu yang memerlukan kepekaan dan hubungan
interpersonal agar tercipta kepuasan dan keberhasilan.
2. Sanksi pajak (X2), yaitu suatu bentuk hukuman yang diberikan kepada
wajib pajak yang melakukan pelanggaran terhadap kewajiban perpajakan
yang bisa dikenakan berupa sanksi denda sedangkan yang menyangkut
tindak pidana perpajakan dikenakan sanksi kurungan badan.
3. Kepatuhan wajib pajak (Y), yaitu wajib pajak mempunyai kesediaan
untuk memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan peraturan yang
berlaku tanpa perlu diadakannya pemeriksaan investigasi seksama,
peringatan ataupun ancaman dan penerapan sanksi baik hukum maupun
administrasi.
3.4 Teknik Analisis Data
Setelah kuisioner dikembalikan oleh para wajib pajak, maka selanjutnya
adalah menganalisa data tersebut dengan metode analisis yang sesuai untuk
digunakan.
1. Uji Validitas
Uji validitas data dilakukan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
data. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan Pearson Correlation.
14
Pedoman suatu model dikatakan valid jika tingkat signifikan dibawah 0,5
maka butir pertanyaan tersebur dinyatakan valid.
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah ukuran yang menujukkan bahwa alat ukur yang
digunakan dalam penelitian keperilakuan mempunyai keandalan sebagai
alat ukur, diantaranya di ukur melalui konsistensi hasil pengukuran dari
waktu ke waktu jika fenomena yang diukur tidak berubah.
3. Analisis Regresi Linier Berganda
Y = a + b1 x1 + b2 x2 + e
Y = Kepatuhan Wajib Pajak
x1 = Kualitas Pelayanan
x2 = Sanksi Pajak
a = Konstanta
b1, b2 = Koefisien Regresi
e = Variabel Penganggu
4. Pengujian Hipotesis
- hasil uji statistik t
digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-
masing variabel-variabel independen secara individual terhadap
variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikasi 0,05.
REFERENSI
15
Arum, Harjanti Puspa 2012, Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan
Fiskus, dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang
Pribadi yang Melakukan Kegiatan Usaha dan Pekerjaan Bebas (Studi di
Wilayah KPP Pratama Cialacap), Universitas Diponegoro, Semarang.
Astari, Dwi Inda 2012, Pengaruh Tingkat Kepuasan Pelayanan, Pemahaman
Perpajakan, Keadilan Perpajakan dan Kesadaran Perpajakan Terhadap
Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Tg. Pinang
Kepulauan Riau (KEPRI), Universitas Riau, Riau.
Harian Seputar Indonesia 2011, Kepatuhan Wajib Pajak Rendah, Diakses pada 4
Maret 2013, http://www.pajakonline.com/engine/artikel/art.php?
artid=8679.
Jatmiko, Nugroho Agus (2006), Pengaruh Sikap Wajib Pajak Pada Pelaksanaan
Sanksi Denda, Pelayanan Fiskus dan Kesadaran Perpajakan Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak : Studi Empiris Wajib Pajak Orang Pribadi di Kota
Semarang. Tesis. Program Pasca Sarjana Magister Sains Akuntansi
Universitas Diponegoro.
Lubis, Irwansyah 2010, Review Pajak: Orang Pribadi & Orang Asing, Salemba
Empat, Jakarta.
Manik Asri, Wuri. 2009. ”Pengaruh Kualitas Pelayanan, Biaya Kepatuhan Pajak,
dan Kesadaran Wajib Pajak pada Kepatuhan Pelaporan Wajib Pajak Badan
yang Terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Madya Denpasar”. Skripsi
Jurusan Akuntansi Pada Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.
Muliari, Setiawan. 2010. Pengaruh Persepsi Tentang Sanksi Perpajakan dan
Kesadaran Wajib Pajak Pada Kepatuhan Pelaporan Wajib di Kantor
16
Pelayanan Pajak Pratama Denpasar Timur. Jurnal Akuntansi & Bisnis,
Volume 6. No.1.
Mustikasari, E. 2007. “Kajian Empiris tentang Kepatuhan Wajib Pajak Badan di
Perusahaan Industri Pengolahan di Surabaya, Seminar Nasional Akuntansi
X”. Makasar
Pratama, Margareth Ros 2012, Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Kesadaran Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap Kepatuhan Kewajiban
Perpajakan di Kota Tangerang Selatan, Universitas Bina Nusantara,
Jakarta.
Resmi, Siti 2009, Perpajakan:Teori dan Kasus Buku 1, Salemba Empat, Jakarta.
Ritonga, Pandapotan 2011, Analisis Pengaruh Kesadaran dan Kepatuhan Wajib
Pajak Terhadap Kinerja Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dengan
Pelayanan Wajib Pajak Sebagai Variabel Intervening di KPP Medan
Timur, Universitas Islam Sumatera Utara, Medan.
Sanusi, Anwar 2011, Metodologi Penelitian Bisnis, Erlangga, Jakarta.
Shintya 2010, Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga
Atas Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan,
Diakses pada 28 Februari Hal - 9 2013,
http://shintyadewi.blogspot.com/2010/03/undang-undang-nomor-28-tahun
2007.html.
Suardika, I Made Sadha. 2007. Audi Jurnal Akuntansi dan Bisnis Volume 2.
Denpasar : Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.
17
Sulud Kahono. (2003). Pengaruh Sikap Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak Dalam Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan : Studi Empiris di
Wilayah KP PBB Semarang. Tesis Program Pasca Sarjana Magister Sains
Akuntansi Universitas Diponegoro.
Supadmi, Ni Luh. 2010. Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Melalui Kualitas
Pelayanan. Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 4, No. 2.
Sriwijaya, Post 2010, Kesadaran WP Orang Pribadi Masih Rendah, Diakses pada
4 Maret 2013, http://palembang.tribunnews.com/23/02/2010/kesadaran-
wp-orang-pribadi-rendah.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007, Perubahan ketiga atas Undang-Undang
No.6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan.
18