pengaruh konsumsi angkak terhadap dislipidemia

43
PENGARUH KONSUMSI ANGKAK TERHADAP DISLIPIDEMIA Oleh: MELISSA DHARMAWAN (2009.060.015) FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA JAKARTA 2012

Upload: gothicasun

Post on 07-Aug-2015

154 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengaruh Konsumsi Angkak Terhadap Dislipidemia

PENGARUH KONSUMSI ANGKAK TERHADAP

DISLIPIDEMIA

Oleh:

MELISSA DHARMAWAN (2009.060.015)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA

JAKARTA

2012

Page 2: Pengaruh Konsumsi Angkak Terhadap Dislipidemia

PENGARUH KONSUMSI ANGKAK TERHADAP

DISLIPIDEMIA

KTI ini diajukan sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA KEDOKTERAN

Oleh:

2009.060.015 MELISSA DHARMAWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMAJAYA

JAKARTA

2012

Page 3: Pengaruh Konsumsi Angkak Terhadap Dislipidemia

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya saya sendiri, dan tidak ada bagian dari

tulisan ini yang telah dipublikasikan dan merupakan hak intelektual pihak

lainnya, kecuali yang telah dinyatakan dalam referensi. Apabila saya melanggar

pernyataan ini, saya bersedia untuk menerima sanksi sesuai dengan peraturan

yang berlaku di lingkungan Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.

NAMA : Melissa Dharmawan

NIM : 2009-060-015

Jakarta, 17 Desember 2012

Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Indonesia

Page 4: Pengaruh Konsumsi Angkak Terhadap Dislipidemia

iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan dihadapan

Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas Katolik

Indonesia Atma Jaya.

Jakarta, 17 Desember 2012

Komisi Pembimbing

Ketua

( dr. Binawati Hadikusuma, MS )

Anggota

( dr. Maria Dara Novi, M.Biomed )

Page 5: Pengaruh Konsumsi Angkak Terhadap Dislipidemia

v

SIDANG UJIAN KARYA TULIS ILMIAH UNIVERSITAS

KATOLIK INDONESIA ATMAJAYA FAKULTAS

KEDOKTERAN

Jakarta, 17 Desember 2012

Ketua

( dr. Binawati Hadikusuma, MS )

Anggota

( dr. Maria Dara Novi, M.Biomed )

( dr. Freggy S. Joprang, M.Biomed )

Page 6: Pengaruh Konsumsi Angkak Terhadap Dislipidemia

vi

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA

Jakarta, 17 Desember 2012

ABSTRAK

Pengaruh Konsumsi Angkak terhadap Dislipidemia

MELISSA DHARMAWAN

Dibimbing oleh BINAWATI HADIKUSUMA, MARIA DARA NOVI

Angkak, hasil fermentasi beras oleh kapang merah (Monascus purpureus), telah

dikonsumsi sebagai bumbu masakan dan food additive di Asia selama berabad - abad, dan

sebagai obat tradisional. Berbagai studi telah dilakukan untuk mempelajari efek dari angkak

pada tubuh manusia. Penelitian menemukan bahwa monacolin K, komponen aktif dalam

angkak, mampu memperbaiki kadar kolesterol darah pada penderita dislipidemia.

Dislipidemia adalah penyakit metabolisme lipid yang merupakan salah satu faktor risiko

utama dalam penyakit kardiovaskular sehingga penting untuk ditangani. Penulisan ini akan

membahas mengenai pengaruh konsumsi angkak terhadap dislipidemia.

Kata kunci : angkak, Monakolin K, dislipidemia

Page 7: Pengaruh Konsumsi Angkak Terhadap Dislipidemia

vii

FACULTY OF MEDICINE

ATMA JAYA CATHOLIC UNIVERSITY OF INDONESIA

JAKARTA, DESEMBER 17, 2012

ABSTRACT

The Effect of Red Yeast Rice Consumption in Dyslipidemia Patients

MELISSA DHARMAWAN

Supervised by BINAWATI HADIKUSUMA, MARIA DARA NOVI

Red yeast rice, the end product of rice fermentation by red yeast (Monascus

purpureus), has been widely consumed as cooking spice and food additive in Asia for

centuries, and as a traditional medicine to improve vascular and gastrointestinal health. Many

experiments have been done to study the effects of red yeast rice on the human body.

Researches indicates that monacolin K, the active component in red yeast rice, can improve

the blood cholesterol levels in people with dyslipidemia. Dyslipidemia is a lipid metabolic

disorder that is a significant risk factor in cardiovascular disease and therefore must be

managed properly. This literature aims to discuss the effect of red yeast rice consumption on

dyslipidemia.

Keywords : red yeast rice, Monacolin K, dyslipidemia

Page 8: Pengaruh Konsumsi Angkak Terhadap Dislipidemia

viii

KATA PENGANTAR

Pertama-tama, puji dan syukur saya haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Penyusunan

Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Atma Jaya.

Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Binawati

Hadikusuma, MS selaku pembimbing utama, dr. Maria Dara Novi, M.Biomed selaku

pembimbing kedua dan dr. Freggy S. Joprang, M.Biomed selaku penguji, atas semua

dukungan dan bimbingan yang telah diberikan dalam proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah

ini hingga selesai. Saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada segenap pembimbing

dan staf Fakultas Kedokteran yang telah memberikan bantuan dan masukan yang sangat

berarti. Tidak lupa, saya mengucapkan terima kasih kepada keluarga, teman-teman, dan pihak-

pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Saya berharap Karya Tulis Ilmiah yang masih jauh dari kata sempurna ini dapat

membawa manfaat kepada para pembaca. Kiranya kritik dan saran yang diberikan dapat

menjadi masukan yang membangun dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah yang lebih baik di

kemudian hari.

Jakarta, 17 Desember 2012

Penulis

Page 9: Pengaruh Konsumsi Angkak Terhadap Dislipidemia

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN iv

LEMBAR PANITIA SIDANG v

ABSTRAK vi

ABSTRACT vii

KATA PENGANTAR viii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR SINGKATAN xiii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Rumusan Masalah 2

1.3. Tujuan Penulisan 2

1.3.1. Tujuan Umum 2

1.3.2. Tujuan Khusus 2

1.4. Manfaat Penulisan 2

1.4.1. Bagi Masyarakat 2

1.4.2. Bagi Bidang Ilmiah 2

1.4.3. Bagi Penelitian 2

Page 10: Pengaruh Konsumsi Angkak Terhadap Dislipidemia

x

1.5. Metodologi Penelitian 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4

2.1 Penyakit Jantung Koroner 4

2.1.1. Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner 4

2.2 Lipid 6

2.2.1. Kadar Lipid Normal 9

2.3 Dislipidemia 9

2.3.1. Klasifikasi Dislipidemia 10

2.3.2. Terapi Dislipidemia 10

2.4 Angkak 11

2.5 Angkak dan Dislipidemia 12

BAB III RINGKASAN MASALAH 13

BAB IV HIPOTESA 14

BAB V PEMBAHASAN 15

5.1 Dislipidemia 15

5.2 Komposisi Angkak 15

5.3 Angkak Memperbaiki Keadaan Dislipidemia 17

5.4 Angkak dalam Menghambat Sintesis Kolesterol 20

5.5 Keamanan Konsumsi Angkak 21

5.5.1 Citrinin 22

5.6 Pengaruh Angkak terhadap Dislipidemia 23

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan 24

6.2 Saran 25

DAFTAR PUSTAKA 26

Page 11: Pengaruh Konsumsi Angkak Terhadap Dislipidemia

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Kadar Lipid Normal 9

Tabel 2.2. Terapi Farmakologis Dislipidemia 11

Tabel 5.1. Komponen Mayor dalam Monascus-fermented rice 16

Tabel 5.2. Penelitian Efektivitas Angkak terhadap Dislipidemia 19

Tabel 5.3. Perbandingan Harga Angkak dengan Golongan Statin 21

Tabel 5.4. Efek Samping Angkak Dibandingkan dengan Statin 21

Tabel 5.5. Kadar Citrinin pada 6 Produk Komersial Angkak 23

Page 12: Pengaruh Konsumsi Angkak Terhadap Dislipidemia

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Biosintesis Kolesterol 7

Gambar 2.2. Kilomikron 8

Gambar 2.3. VLDL dan LDL 8

Gambar 5.1. Struktur Monacolin K (Lovastatin) 16

Gambar 5.2. Mekanisme Angkak dalam Menghambat Sintesis Kolesterol 20

Page 13: Pengaruh Konsumsi Angkak Terhadap Dislipidemia

xiii

DAFTAR SINGKATAN

AHA American Heart Association

Apo Apolipoprotein

DMEM Dulbecco’s modified eagle medium

HDL High Density Lipoprotein

HMG KoA Reduktase 3-Hidroksi-3-Metilglutaril Koenzim A Reduktase

IDL Intermediate Density Lipoprotein

LDL Low Density Lipoprotein

MFR Monascus Fermented Rice

NCD Non Communicable Disease

NCEP National Cholesterol Education Program

PJK Penyakit Jantung Koroner

TK Total Kolesterol

TG Trigliserida

VLDL Very Low Density Lipoprotein

WHO World Health Organization

Page 14: Pengaruh Konsumsi Angkak Terhadap Dislipidemia

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dislipidemia merupakan kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan

peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma, masalah kelainan ini

banyak dihadapi oleh negara maju maupun negara berkembang.1 Berdasarkan data

WHO tahun 2008, 35,1% penduduk Indonesia mengalami peningkatan kadar

kolesterol di atas normal. Dislipidemia penting untuk ditangani karena peningkatan

kadar kolesterol LDL dan trigliserida darah serta turunnya kadar HDL merupakan

faktor risiko penyakit kardiovaskular, yang menyebabkan mortalitas tertinggi di

Indonesia. 1,2

Menurut data WHO tahun 2011, dalam NCD Profiles, penyakit

kardiovaskular memiliki persentase sebesar 30% sebagai penyebab mortalitas di

Indonesia. 3

Penurunan kadar kolesterol dapat menurunkan risiko penyakit kardiovaskular,

terutama penyakit jantung koroner. Menurut penelitian yang dilakukan oleh M.R.

Law, N.J. Wald, dkk. penurunan kadar kolesterol LDL dan kadar kolesterol total

plasma sebanyak 0,6 mmol/l menyebabkan penurunan risiko penyakit iskemik

jantung sebesar 50%.4

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk terapi dislipidemia, salah satunya

adalah penelitian tentang red yeast rice. Red yeast rice atau dalam masyarakat

dikenal sebagai angkak, banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Angkak

mudah didapatkan dan harganya relatif terjangkau.5

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Cicero A.F.G dan Benvenuti C. pada

tahun 2009 terhadap manusia, angkak berpotensi menurunkan kadar LDL dan

kolesterol total dalam darah.6,7

Hasil penelitian lainnya yang dilakukan oleh Melanie

Journoud dan Peter J.H. Jones, menyatakan bahwa angkak sebagai obat

hipolipidemik6,7

, dapat menurunkan total kolesterol sebesar 13-26%, kolesterol LDL

sebesar 21-33% dan trigliserida sebesar 13-34% pada manusia.5

Penelitian di Universitas McGill, Kanada, menunjukkan perbandingan harga

angkak dengan lovastatin dalam dolar kanada. Dengan penurunan 12-30% kadar total

kolesterol, lovastatin memiliki perbedaan harga empat kali lebih tinggi dibandingkan

dengan harga angkak.5

Page 15: Pengaruh Konsumsi Angkak Terhadap Dislipidemia

2

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membahas lebih dalam tentang peran

angkak terhadap dislipidemia.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut, maka dirumuskan

permasalahan sebagai berikut :

Apakah konsumsi angkak berpengaruh terhadap dislipidemia ?

Bagaimana mekanisme angkak pada dislipidemia ?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh konsumsi angkak terhadap dislipidemia.

1.3.2 Tujuan Khusus

Mengetahui kandungan zat yang terdapat dalam angkak dan

hubungannya dengan dislipidemia.

Mengetahui pengaruh angkak terhadap kadar LDL.

Mengetahui pengaruh angkak terhadap kadar HDL

Mengetahui pengaruh angkak terhadap kadar trigliserida.

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Bagi Masyarakat

Hasil penulisan ini dapat digunakan untuk menambah pengetahuan

masyarakat mengenai pengaruh konsumsi angkak terhadap kesehatan.

1.4.2 Bagi Bidang Ilmiah

Dari hasil penulisan ini dapat diketahui mekanisme kerja angkak untuk

terapi dislipidemia.

1.4.3 Bagi Penelitian

Hasil penulisan ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan atau studi

banding dalam penelitian mahasiswa selanjutnya untuk lebih mendalami

efek angkak terhadap terapi dislipidemia.

Page 16: Pengaruh Konsumsi Angkak Terhadap Dislipidemia

3

1.5 Metodologi Penulisan

Karya tulis ilmiah ini dibuat dengan metode studi tinjauan pustaka.

Penulis mencari pustaka-pustaka seperti jurnal ilmiah dari penelitian-penelitian

yang telah dilakukan selama beberapa tahun terakhir, melalui pencarian di

internet maupun perpustakaan. Pustaka-pustaka yang didapat, dikumpulkan,

kemudian ditulis ulang secara sistematis dan dibahas secara mendalam sesuai

dengan tujuan penulisan.

Bab I dalam karya tulis ilmiah ini membahas tentang Pendahuluan, bab II

Menguraikan Teori dan Pengetahuan yang ada tentang masalah yang dibahas,

bab III berisi Hipotesa, bab IV berisi tentang Pembahasan, dan bab V

menuliskan Kesimpulan dan Saran yang dapat diberikan oleh penulis, disertai

daftar pustaka yang mendasari penulisan ini.

Page 17: Pengaruh Konsumsi Angkak Terhadap Dislipidemia

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyakit Jantung Koroner

Penyakit jantung koroner memiliki angka morbiditas dan mortalitas

yang tinggi di dunia. Dislipidemia merupakan salah satu faktor risiko utama

dari penyakit jantung koroner.8 Penyakit jantung koroner (PJK) atau penyakit

jantung iskemik adalah penyakit jantung yang timbul akibat penyempitan pada

arteri koronaria. Penyempitan tersebut dapat disebabkan antara lain karena

aterosklerosis, berbagai jenis arteritis, emboli koronaria, dan spasme. 9

Aterosklerosis merupakan suatu kelainan yang terdiri atas pembentukan

fibrolipid dalam bentuk plak-plak yang menonjol atau penebalan yang disebut

ateroma yang terdapat didalam tunika intima dan pada bagian dalam tunika

media. Proses penumpukan plak ini didukung oleh banyaknya bahan lemak dan

kolesterol dalam aliran darah, yaitu hiperkolesterolemia.1

Konsumsi kolesterol secara berlebihan dapat memicu peningkatan

kolesterol melebihi batas normal, yang dikenal sebagai kondisi hiperlipidemia.

Peningkatan kolesterol yang berkelanjutan merupakan faktor risiko penting

untuk terjadinya plak aterosklerosis, yang ditemukan pada setengah dari

kelompok studi Framingham Heart dewasa yang menderita infark miokard.10

Bila aterosklerosis terjadi pada pembuluh darah yang menuju ke jantung, maka

dapat menyebabkan penyakit jantung koroner.

2.1.1 Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner

Faktor risiko penyakit jantung koroner yaitu sebagai berikut: 8,10-13

1. Usia

Pertambahan usia meningkatkan risiko terkena penyakit jantung koroner.

Hal ini terkait dengan lamanya paparan faktor risiko lain dan semakin

bertambah beratnya derajat setiap faktor risiko seiring dengan

bertambahnya usia.

2. Jenis Kelamin

Pria mempunyai risiko PJK lebih tinggi dari pada wanita. Pada wanita,

faktor risiko PJK akan meningkat sesudah menopause.

Page 18: Pengaruh Konsumsi Angkak Terhadap Dislipidemia

5

3. Riwayat Keluarga

Adanya keluarga yang terkena penyakit jantung koroner, meningkatkan

risiko PJK anggota keluarga yang lain.

4. Riwayat PJK sebelumnya

Pada pasien yang pernah mengalami penyakit jantung koroner

sebelumnya, risiko PJK meningkat. Sehingga pencegahan penyakit jantung

koroner, seperti pengendalian dislipidemia, sangat penting untuk

diperhatikan.

5. Diabetes Melitus

Penyakit jantung koroner merupakan penyebab mortalitas dan morbiditas

utama pada penderita diabetes, yang antara lain disebabkan karena adanya

kelainan lipid (hipertrigliseridemia, HDL rendah, hiperkolesterolemia).

Namun, kelainan lipid pada penderita diabetes melitus akan mengalami

perbaikan bila kadar gula darah terkendali.

6. Hipertensi

Hipertensi dapat mempercepat timbulnya aterosklerosis. Tekanan darah

yang tinggi dan menetap akan menimbulkan trauma langsung terhadap

dinding pembuluh darah arteri koronaria, sehingga memudahkan

terjadinya aterosklerosis koroner. Hal ini menyebabkan penyakit jantung

koroner lebih sering didapatkan pada penderita hipertensi dibandingkan

orang normal (120/80 mmHg).

7. Kebiasaan Merokok

Merokok merupakan faktor risiko yang banyak ditemukan pada

masyarakat Indonesia. Penghentian merokok akan mengurangi angka

kejadian penyakit jantung koroner.

Penelitian Framingham mendapatkan kematian mendadak penyakit

jantung koroner pada laki-laki perokok 10 kali lebih besar daripada bukan

perokok dan pada perempuan perokok 4 ½ kali lebih besar daripada bukan

perokok. Makin banyak rokok yang dihisap, kadar HDL kolesterol makin

menurun.

8. Obesitas

Obesitas merupakan akibat dari genetik, diet dan aktivitas fisik yang

kurang. Obesitas abdominal memiliki hubungan yang paling kuat dengan

Page 19: Pengaruh Konsumsi Angkak Terhadap Dislipidemia

6

peningkatan risiko kardiovaskular dan berhubungan dengan penurunan

HDL dan peningkatan tekanan darah.

9. Lipid dan Lipoprotein (Dislipidemia)

Kadar kolesterol yang tinggi merupakan faktor risiko PJK utama.

Dalam menilai peningkatan kadar lipid plasma perlu juga diperhatikan

kadar kolesterol HDL. Kadar HDL yang tinggi (≥60mg/dL) dianggap

sebagai faktor risiko negatif. Dislipidemia merupakan masalah yang cukup

penting karena termasuk salah satu faktor risiko penyakit jantung koroner.

Lipid dapat menyebabkan penebalan dinding pembuluh darah

arteri, sehingga lumen dari pembuluh darah tersebut menyempit dan proses

ini disebut aterosklerosis. Penyempitan darah ini akan menyebabkan aliran

darah menjadi lambat bahkan dapat tersumbat sehingga aliran darah pada

pembuluh darah koroner yang fungsinya memberi oksigen ke jantung

menjadi berkurang.

2.2 Lipid

Lipid merupakan komponen organik yang umumnya tidak larut di

dalam air. Di dalam tubuh, lipid berfungsi sebagai sumber cadangan energi,

komponen struktur sel, sintesis hormon dan salah satu perlindungan tubuh.

Komponen lemak yang utama, antara lain kolesterol dan trigliserida.

Secara alami, tubuh manusia memerlukan kolesterol. Kolesterol

merupakan komponen esensial membran sel, komponen utama sel otak dan

jaringan saraf dan bahan baku untuk pembentukan hormon steroid yang

dihasilkan oleh korteks adrenal, testis dan ovarium, serta dibutuhkan untuk

sintesis asam/garam empedu dan sintesis vitamin D.14

Sumber kolesterol yang diserap usus berasal dari produk hewani. Tiga

puluh sampai 50% dari asupan makanan tinggi kolesterol akan diserap. Setelah

diserap, kolesterol akan diesterifikasi dan dibawa ke jaringan tubuh dan organ-

organ melalui plasma dalam bentuk partikel lipoprotein. Kolesterol dalam

tubuh sebagian diserap dari diet dan sebagian disintesis oleh hati.

Pada gambar 2.1 dapat dilihat bahwa biosintesis kolesterol dapat dibagi

menjadi beberapa tahap. Pertama, sintesis asetil Ko A menjadi mevalonate

dengan bantuan HMG Koa Reduktase. Kemudian, mevalonate ini diubah

menjadi bentuk isoprene dengan melepaskan molekul CO2. Isoprene yang

Page 20: Pengaruh Konsumsi Angkak Terhadap Dislipidemia

7

terkondensasi membentuk squalene, yang akan dibentuk menjadi senyawa

kolesterol.15,16

Gambar 2.1. Biosintesis Kolestero1

15

Kolesterol dan trigliserida tidak larut dalam air oleh karena itu dibawa

dalam aliran darah bentuk lipoprotein. Lipoprotein terdiri dari hidrofobik lipid

(trigliserida dan kolesterol ester) di bagian dalam dan apoprotein, fosfolipid,

dan kolesterol bebas (unesterified) di luar.

Ada beberapa jenis lipoprotein, diklasifikasikan menurut kepadatannya

yaitu kilomikron, VLDL, LDL dan HDL.17

1. Kilomikron disintesis di usus dari trigliserida diet, kolesterol, dan

apolipoproteins yang disintesis dalam hati. Kilomikron memiliki lipoprotein

apo A, apo C, dan apo C-II. Kilomikron terutama membawa kolesterol dan

trigliserida ke otot dan jaringan adiposa yang dibantu oleh lipoprotein lipase.

2. VLDL diproduksi di hati, sebagai alat pengangkut utama trigliserida

dalam darah. Sisa-sisa VLDL (IDL, intermediate density lipoprotein)

dimetabolisme oleh hati dan disiapkan sebagai prekursor untuk produksi LDL.

3. LDL adalah lipoprotein utama yang mengangkut kolesterol ke

jaringan ekstrahepatik.

Comment [MD1]: Sudah saya ubah dok menjadi bentuk menyamping.

Page 21: Pengaruh Konsumsi Angkak Terhadap Dislipidemia

8

Gambar 2.2. Kilomikron. (A, apolipoprotein A; B-48, apolipoprotein B-

48; C, apolipoprotein C; E, apolipoprotein E; HDL, high density

lipoprotein; TG, trigliserida; C, kolesterol; P, fosfolipid; HL, hepatic

lipase; LRP, LDL receptor-related protein.)17

Gambar 2.3. VLDL dan LDL. (A, apolipoprotein A; B-48, apolipoprotein

B-48; C, apolipoprotein C; E, apolipoprotein E; HDL, high density

lipoprotein; TG, trigliserida; IDL, intermediate-density protein; C, kolesterol;

P, fosfolipid.)17

4. HDL adalah lipoprotein padat dan terkecil. Protein utama

(apoprotein) di HDL adalah apo AI, apo A-II, apo C, dan apo E. HDL adalah

lipoprotein utama yang bertanggung jawab untuk reverse cholesterol transport,

mengembalikan kolesterol dari jaringan lain kembali ke hati.17

Page 22: Pengaruh Konsumsi Angkak Terhadap Dislipidemia

9

2.2.1 Kadar Lipid Normal

Menurut American Heart Association (AHA), dalam National

Cholesterol Education Program (NCEP) guidelines18

, kadar serum lipid

normal dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1. Kadar Lipid Normal.18

No. Jenis Lipid Nilai

1 Kolesterol <200 mg/dL

2 HDL ≥40 mg/dL

3 LDL <130 mg/dL

4 Trigliserida <150 mg/dL

2.3 Dislipidemia

Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan

peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid

yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan

trigliserida serta penurunan kadar kolesterol HDL.19

Berdasarkan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Yutha A dkk terlihat bahwa keadaan

dislipidemia yang lebih sering terjadi adalah kadar kolesterol total dan kadar

LDL yang meningkat masing-masing sebesar 58,7% dan 56,5%.20

Kadar kolesterol darah yang tinggi dapat disebabkan oleh berbagai

faktor seperti kelainan genetik, diet tinggi lemak, kelebihan berat badan,

kurangnya aktivitas fisik, dan merokok serta konsumsi alkohol atau obat-

obatan, seperti steroid atau pil kontrasepsi.21

Dengan fungsi HDL sebagai reverse cholesterol transport, terbukti pula

secara epidemiologis dan klinis adanya hubungan negatif antara kadar

kolesterol HDL dengan penyakit jantung koroner. Intervensi obat atau diet

dapat menaikan kadar kolesterol HDL dan dapat mengurangi penyakit jantung

koroner.22

Kadar trigliserida 250-500 mg/dl dianggap berhubungan dengan

penyakit jantung koroner terutama bila disertai adanya penurunan kadar

kolesterol HDL.23,24

Page 23: Pengaruh Konsumsi Angkak Terhadap Dislipidemia

10

2.3.1 Klasifikasi Dislipidemia

Klasifikasi dislipidemia dibagi menjadi dua yaitu:24,25

a. Dislipidemia Primer, dislipidemia yang disebabkan oleh kelainan

penyakit genetik dan bawaan yang dapat menyebabkan kelainan

kadar lipid dalam darah.

b. Dislipidemia Sekunder, dislipidemia yang disebabkan oleh suatu

keadaan hiperkolesterolemia maupun hipertrigliserida yang

diakibatkan oleh hipotiroidisme, nefrotik syndroma, kehamilan,

diabetes mellitus, konsumsi alkohol, gagal ginjal akut, gagal ginjal

kronik, miokard infark, anoreksia nervosa, dan penyakit hati

obstruktif.

2.3.2 Terapi Dislipidemia

Terapi utama untuk dislipidemia adalah terapi non farmakologis

yang meliputi diet dan modifikasi gaya hidup, kemudian diikuti dengan

terapi farmakologis.24,25

1. Terapi non farmakologis.

Diet rendah kolesterol dan rendah lemak jenuh akan mengurangi

kadar lipid. Olah raga bisa membantu mengurangi kadar kolesterol LDL

dan meningkatkan kadar kolesterol HDL. Biasanya terapi non

farmakologis terbaik untuk orang-orang yang memiliki kadar kolesterol

yang tinggi adalah:

Menurunkan berat badan jika mengalami kelebihan berat badan.

Berhenti merokok.

Mengurangi jumlah lemak dan kolesterol dalam makanannya.

Peningkatan aktivitas fisik dengan olahraga.

2. Terapi farmakologis

Terapi farmakologis untuk penderita dislipidemia menggunakan jenis

obat penyerap asam empedu, penghambat sintesa protein, penghambat

koenzim A reduktase (obat golongan statin) dan obat derivat asam

fibrat (tabel 2.2).

Page 24: Pengaruh Konsumsi Angkak Terhadap Dislipidemia

11

Tabel 2.2. Terapi Farmakologis Dislipidemia24,25

No. Jenis Obat Cara Kerja

1. Penyerap asam empedu Mengikat asam empedu di usus dan

meningkatkan pembuangan LDL

dari aliran darah.

2. Penghambat sintesa protein Mengurangi kecepatan

pembentukan VLDL (VLDL adalah

prekursor dari LDL) dan

menghambat pembentukan

kolesterol.

3. Penghambat koenzim A

reduktase (golongan statin)

Menghambat pembentukan

kolesterol dan meningkatkan

pembuangan LDL dari aliran darah.

4. Derivat asam fibrat Meningkatkan pemecahan lemak.

2.4 Angkak

Monascus fermented rice (MFR), yang biasa lebih dikenal dengan nama

angkak, merupakan hasil fermentasi beras oleh Monascus purpureus.26

Dalam

proses fermentasi tersebut beras menjadi merah karena M. purpureus

memproduksi pigmen berwarna merah. Angkak digunakan sebagai pewarna

dan perasa makanan alami, serta obat tradisional di berbagai negara Asia.5,27-31

Genus Monascus ini mempunyai famili monascaceae, ordo eurotiales,

kelas ascomycetes, filum ascomycota dan kingdom fungi. Saat ini telah

ditemukan 58 Monascus strain yang dimiliki oleh 3 spesies, yaitu M. pilosus,

M. purpureus, dan M. ruber. Tetapi dari ketiga spesies ini, spesies mayoritas

yang membentuk bahan dasar dari angkak adalah Monascus purpureus.32

Proses pembuatan angkak bukan proses yang mudah. Pertama, beras

dikukus sampai ke tahap semi-gelatinisasi. Tahap ini meliputi tahap butiran

beras dapat berubah bentuk menjadi lebih pipih ketika ditekan dengan jari

tangan dengan tekanan yang biasa. Setelah itu dilanjutkan dengan fermentasi

menggunakan Monascus purpureus. Proses fermentasi biasanya berlangsung

sekitar 7-9 hari sampai bagian tengah beras menjadi berwarna merah gelap.32

Temperatur fermentasi yang optimal berkisar antara 25-35oC, dengan pH 5-

6.5,32

Setelah proses fermentasi selesai, produk tersebut dikeringkan dengan

suhu 45oC selama 22 jam. Produksi angkak dengan kualitas yang baik dapat

Page 25: Pengaruh Konsumsi Angkak Terhadap Dislipidemia

12

ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain tipe Monascus yang digunakan,

suhu, kelembaban dan faktor kontaminasi saat angkak diproduksi.32

2.5 Angkak dan Dislipidemia

Penelitian-penelitian, menunjukkan bahwa beberapa produk Monascus-

fermented terbukti efektif untuk, diabetes, obesitas, penyakit Alzheimer,

mencegah perkembangan kanker dan menurunkan tekanan darah serta

kolesterol darah.7,30

Hal tersebut ditunjang dengan semakin banyaknya

penelitian tentang angkak sebagai obat hipolipidemik, dan dengan ditemukan

komponen aktif angkak yang dapat menurunkan kolesterol. Pada berbagai

penelitian pada Monascus fermented rice, telah digunakan angkak yang

diproduksi khusus sehingga kualitas komponen aktifnya dapat terjamin dengan

baik.

Melanie Journoud dan Peter J.H. Jones melakukan mini review yang

terdiri dari 5 penelitian pengaruh angkak pada manusia. Penelitian-penelitian

tersebut memperlihatkan bahwa angkak berperan sebagai obat hipolipidemik,

dengan penurunan total kolesterol sebesar 13-26%, kolesterol LDL sebesar 21-

33% dan trigliserida sebesar 13-34%.5,7,31,33,34

Penelitian yang dilakukan oleh Becker DJ et al., menunjukkan bahwa

angkak dapat digunakan sebagai terapi pengganti untuk pasien yang intoleransi

statin karena myalgia dan terbukti menurunkan kadar kolesterol total, LDL,

trigliserida, serta meningkatkan kadar HDL.33

Page 26: Pengaruh Konsumsi Angkak Terhadap Dislipidemia

13

BAB III

RINGKASAN MASALAH

Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan

kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida serta penurunan

kadar kolesterol HDL.19

Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa angkak memiliki efek

hipolipidemik.5,7

Studi kepustakaan ini dimaksudkan untuk membahas pengaruh konsumsi

angkak terhadap dislipidemia.

Page 27: Pengaruh Konsumsi Angkak Terhadap Dislipidemia

14

BAB IV

HIPOTESA

3.1 Hipotesa Mayor

Konsumsi angkak dapat memperbaiki kondisi dislipidemia.

3.2 Hipotesa Minor

- Ada hubungan konsumsi angkak dengan penurunan kadar LDL.

- Ada hubungan konsumsi angkak dengan peningkatan kadar HDL.

- Ada hubungan konsumsi angkak dengan penurunan kadar trigliserida.

Page 28: Pengaruh Konsumsi Angkak Terhadap Dislipidemia

15

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Dislipidemia

Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang cukup menarik

perhatian dewasa ini. Kelainan ini merupakan akibat dari konsentrasi kolesterol

dan trigliserida yang berlebih dalam plasma disertai dengan kadar kolesterol

HDL yang kurang, dapat menyebabkan aterosklerosis dan stroke. Salah satu

pengobatan farmakologis yang sesuai untuk mengatasi dislipidemia adalah

dengan memblok aktivitas dari 3-hidroksi-3-metilglutaril koenzim A (HMG-

KoA) reduktase, yang merupakan enzim kunci dalam sintesis kolesterol.

5.2 Komposisi Angkak

Angkak memiliki berbagai macam komponen (tabel 5.1). Salah satu

komponen aktif angkak yaitu monacolin. Monacolin merupakan enzim HMG-

KoA reduktase inhibitor yang memiliki fungsi untuk menurunkan kolesterol

dalam darah. Terdapat monacolin K, monacolin JA, J, XA, KA, LA, X, L, MA,

dan monacolin M serta dihydromonacolin K.33,35

Dari semua monacolin

tersebut, monacolin K berpotensi paling baik dalam menurunkan kolesterol

darah.5

Pada review tentang peran dan klasifikasi dari makanan penurun kadar

kolesterol yang dipresentasikan di Annual Meeting of International Society of

Nutraceutical Functional Foods di Bali, dikatakan bahwa terdapat kandungan

Monacolin K pada angkak yang merupakan inhibitor HMG KoA yang efektif.15

Inhibisi sintesis kolesterol oleh Monakolin memiliki kesamaan dengan

mekanisme obat golongan statin. Monakolin K, yang terdapat pada beras merah

hasil fermentasi dengan Monascus purpureus, identik dengan lovastatin, obat

statin yang telah digunakan secara luas dalam dunia medis (Gambar 5.1.).

Comment [MD2]: Ini jenis monacolin yang dokter dara minta tuliskan.

Page 29: Pengaruh Konsumsi Angkak Terhadap Dislipidemia

16

Gambar 5.1. Struktur Monacolin K (Lovastatin)41

Pada penelitian yang dilakukan oleh Man et al., menunjukkan bahwa

angkak secara langsung menginhibisi HMG KoA reduktase dan mengurangi

sintesis kolesterol di sel hati. Penelitian tersebut menggunakan human

hepatoblastoma cell line yang mendapat tambahan angkak dalam medium

DMEM. 2

Tabel 5.1.

Komponen Mayor dalam Monascus-fermented rice5

Komponen Persen (%)

Pati 73,4

Serat 0,8

Protein

HMG Co-A reductase

5,8

-inhibitor (monacolin) 0,4

Asam lemak

-jenuh < 1,5

-tidak jenuh < 0,5

Phospor 0,44

Trace elements: sodium,

kalsium, alumunium, besi,

magnesium, copper. trace

Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, Not Bold, Superscript

Comment [MD3]: Dok ini sulit penelitiannya.. menggunakan pulse labelling, trus serum bovine.. saya tidak bisa mengerti dok.. boleh tidak kalau ga usah di cantumkan?

Comment [L4]: Masuk ke tinj pust

Page 30: Pengaruh Konsumsi Angkak Terhadap Dislipidemia

17

Dalam 2,4 gram beras merah yang difermentasikan dengan Monascus

purpureus, terdapat 9,6 mg inhibitor HMG-KoA Reduktase. Jumlah ini setara

dengan efek hipolipidemik yang dihasilkan oleh lovastatin dalam dosis 10-40

mg. Dosis minimal monacolin K pada angkak, memberikan efek hipolipidemik

yang lebih tinggi dibandingkan dengan lovastatin. Hal ini dimungkinkan karena

pengaruh substansi lain dalam angkak terhadap sintesis kolesterol yang belum

dapat dijelaskan.5

5.3 Angkak Memperbaiki Keadaan Dislipidemia

Angkak atau red yeast rice, merupakan salah satu bahan tradisional yang

telah diujicobakan pada hewan dan manusia dalam memperbaiki kadar lipid

serum. Angkak, juga dikenal sebagai beras Monascus purpureus, berasal dari

strain ragi M. purpureus dan dibuat dengan metode fermentasi beras tradisional.

Telah ditunjukkan bahwa beras ragi merah mengandung senyawa dengan

aktivitas reduktase inhibitor HMG-KoA, dinamakan monacolin K, yang

bertanggung jawab atas penghambatan sintesis kolesterol dalam

hati.27,28,30,31,33,34,36-39

Pada tabel 5.2., angkak dapat membantu memperbaiki keadaan

dislipidemia. Angkak dapat menurunkan kadar kolesterol total, kolesterol LDL,

dan trigliserida.27,28,30,31,33,34,36-39

Meskipun peningkatan kadar kolesterol HDL

masih kontroversi.

Becker DJ et al., melakukan penelitian terhadap 62 pasien dislipidemia

berumur 21 sampai 80 tahun, dengan riwayat diskontinuitas statin karena

myalgia. Penelitian ini dilakukan dalam 24 minggu. Dilakukan pencatatan

tentang kadar kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida dan kolesterol HDL

serta pain severity scores. Pencatatan dilakukan pada baseline, minggu ke 12

dan minggu ke 24. Dari 62 pasien, 31 pasien menerima angkak 1800 mg dengan

frekuensi 2 kali sehari, 31 pasien lainnya diberikan plasebo 2 kali sehari. Pada

minggu ke 12, didapatkan penurunan kolesterol LDL sebesar 27,3%, kolesterol

total 21,4% dan trigliserida 11,8% dari baseline. Namun peningkatan kadar HDL

tidak signifikan dalam penelitian ini. Penurunan maupun kenaikan kadar

kolesterol dan trigliserida dapat dilihat pada tabel 5.2. Pada minggu ke 24,

terdapat penurunan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida serta

kenaikan kolesterol HDL dari baseline yang cukup signifikan.33

Dalam

Comment [MD5]: Ini penambahan hasil minggu ke 12 nya dok

Page 31: Pengaruh Konsumsi Angkak Terhadap Dislipidemia

18

penelitian ini juga ditunjukkan bahwa tidak ada kenaikan pain severity scores

sehingga angkak dapat dipakai sebagai terapi pengganti pada pasien dislipidemia

yang tidak dapat mentoleransi statin.

Pada klinik lipid Rumah Sakit Universitas Oslo, Norway, dilakukan

penelitian oleh Bogsrud MP et al., terhadap 42 pasien dislipidemia dalam 16

minggu. Angkak diberikan dalam bentuk kapsul dengan dosis 2400 mg per hari

pada 22 pasien dan terhadap 20 pasien lainnya diberikan kapsul plasebo. Pada

minggu ke 16, tercatat penurunan total kolesterol (15,5%), kolesterol LDL

(23%), dan trigliserida (10,9%) pada pasien yang diberikan angkak

dibandingkan dengan baseline. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu terdapat

efek penurunan kolesterol yang signifikan pada pasien yang diberikan angkak

dibandingkan dengan plasebo.31

Lin CC et al., melakukan penelitian terhadap 79 pasien (umur 23-65

tahun) dengan mean baseline kolesterol LDL 203,9 mg/dl di China Medical

University Hospital, Taiwan. Selama 8 minggu, 37 pasien diberikan angkak

dengan dosis 1 kapsul 600mg diminum 2 kali sehari, sementara 38 pasien

lainnya diberikan kapsul plasebo yang identik. Pada pasien yang diberikan

angkak, terjadi penurunan kolesterol dan trigliserida yang signifikan

dibandingkan plasebo (dapat dilihat pada tabel 5.2.). Meskipun demikian,

penelitian ini hanya menyediakan data 8 minggu, penelitian lebih lanjut tentang

efektivitas jangka panjang dari angkak dengan populasi yang lebih besar amat

diperlukan.39

Penelitian Cholesterol-lowering effects of a proprietary Chinese red-

yeast-rice dietary supplement yang dilakukan Heber D et al., melibatkan 83

subyek dengan hiperlipidemia primer. Delapan puluh tiga subyek ini memiliki

total kolesterol antara 204-338mg/dL, kolesterol LDL 128-277mg/dL,

trigliserida 55-246mg/dL, kolesterol HDL 30-95mg/dL serta tidak mengikuti

terapi farmakologis untuk memperbaiki dislipidemia. Sebanyak 42 subjek

diberikan 2,4 gram angkak dengan dosis 1 kali minum per hari sedangkan 41

subjek lainnya diberikan plasebo. Dilakukan pengukuran kadar kolesterol total,

LDL, trigliserida dan HDL pada minggu ke 8, 9, 11 dan 12. Pada minggu ke 12,

terjadi penurunan kadar kolesterol total, LDL dan trigliserida secara signifikan

dibandingkan plasebo. Namun peningkatan kadar kolesterol HDL pada

penelitian ini tidak berubah secara signifikan.36

Page 32: Pengaruh Konsumsi Angkak Terhadap Dislipidemia

19

Wang et al., pada tahun 1997 melakukan penelitian selama 8 minggu

terhadap 446 pasien dislipidemia di Beijing. Sebanyak 324 pasien menerima

angkak 600 mg dua kali sehari dan 122 pasien menerima Chinese herbal

medicine, Jiaogulan (Gynostemma pentaphylla) sebagai grup kontrol positif.

Dilakukan pengukuran terhadap total kolesterol, LDL, trigliserida dan kolesterol

HDL sebelum treatment dimulai (baseline), minggu ke 4 dan minggu ke 8.

Terjadi penurunan kolesterol dan trigliserida serta peningkatan kolesterol HDL

yang signifikan dibandingkan dengan grup kontrol positif.37

Berikut ini ditampilkan penelitian-penelitian pengaruh angkak

terhadap pasien dislipidemia (tabel 5.2.). Hasil analisa yang dapat disimpulkan

adalah angkak memiliki potensi untuk menurunkan kadar kolesterol total, LDL

dan trigliserida secara bermakna. Namun dalam penelitian-penelitian tersebut,

pengaruh angkak terhadap peningkatan kadar kolesterol HDL masih kontroversi.

Hal ini mungkin diakibatkan karena jumlah sampel yang kurang dan waktu

penelitian yang singkat.

Tabel 5.2. Penelitian Efektivitas Angkak terhadap Dislipidemia31,33,36,37,39

Penulis Jumlah

partisipan

(n); Lama

penelitian

(minggu)

Dosis per

hari;

Bentuk

TK LDL TG HDL

Becker DJ,

et al., 2009

62; 24 2 x 1,8

gram;

kapsul

T:↓ 14,9%

P:↓ 5,3%

T:↓ 21,3%

P:↓ 8,7%

T:↓ 7,2%

P:↓ 1,4%

T:↑ 8,6%

P:↑ 7,9%

Bogsrud

MP, et al.,

2010

42; 16 1 x 2,4

gram;

kapsul;

T:↓ 15,5%

P:↑ 5,3%

T:↓ 23%

P:↑ 3,4%

T:↓10,9%

P:↑ 17%

Tidak

signifikan

Lin CC, et

al., 2005

79; 8 2 x 0,6

gram;

kapsul

T:↓ 21,5%

P:↓ 0,4%

T:↓ 27,7%

P:↓ 1,5%

T:↓ 15,8%

P:↓ 1,0%

Tidak

signifikan

Heber D, et

al., 1999

83; 12 1 x 2,4

gram;

kapsul

T:↓ 16,1%

P:↓ 1,8%

T:↓ 22%

P:↓ 2,6%

T:↓13,3%

P:↑ 2,5%

Tidak

signifikan

Wang, et al.,

1997

446; 8 2 x 0,6

gram;

kapsul

T:↓ 22,7%

P:↓ 7%

T:↓ 30,9%

P:↓ 15,3%

T:↓34,1%

P:↓ 12,8%

T:↑ 19,9%

P:↑ 8,4%

TK, total kolesterol; TG, trigliserida; LDL, low density lipoprotein; HDL, high density lipoprotein; T,

treatment group; P, plasebo.

Page 33: Pengaruh Konsumsi Angkak Terhadap Dislipidemia

20

Penelitian di Pennsylvania oleh Halbert SC et al., pada 43 orang dewasa

dengan dislipidemia dan diskontinuitas statin karena myalgia dengan pembagian

sebagai berikut : 21 pasien diberikan angkak dengan dosis 2 x 2400 mg per hari

dan 22 pasien lainnya menerima pravastatin 2 x 20 mg per hari. Lama perlakuan

pada penelitian ini adalah 12 minggu. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa

angkak dapat ditoleransi oleh pasien dengan diskontinuitas statin karena myalgia

dan mampu menurunkan kadar kolesterol total, LDL dan trigliserida secara

signifikan. Namun kenaikan kolesterol HDL pada penelitian ini tidak

signifikan.34

5.4 Angkak dalam Menghambat Sintesis Kolesterol

Cara kerja angkak mirip dengan cara kerja obat golongan statin. monacolin K

dalam angkak menghambat sintesa kolesterol dengan berperan sebagai inhibitor enzim

HMG KoA Reduktase. HMG KoA Reduktase merupakan enzim kunci dalam

pembentukan kolesterol. Jika enzim ini dihambat, maka asetil KoA tidak dapat

membentuk mevalonate sehingga kolesterol tidak dapat terbentuk.27,28

Gambar 5.2. Mekanisme Angkak dalam Menghambat Sintesis Kolesterol27,28

Karena cara kerja angkak paling mirip dengan cara kerja obat golongan statin,

maka pada tabel 5.3. ditunjukkanTabel 5.3. berikut memperlihatkan perbandingan harga

Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, Not Bold, Superscript

Page 34: Pengaruh Konsumsi Angkak Terhadap Dislipidemia

20

angkak dengan statin menurut minireview yang dilakukan oleh Journoud M. dan Jones

PJH.5

Page 35: Pengaruh Konsumsi Angkak Terhadap Dislipidemia

21

Tabel 5.3. Perbandingan Harga Angkak dengan Golongan Statin5

Nama TK ↓ (%) Dosis per hari

(mg)

Kisaran harga

(IDR)

Angkak 13-26 1200-2400 9150 - 18200

Lovastatin 16-34 20-80 16100 - 59450

Pravastatin 12-33 20-80 17300 - 41600 TK , total kolesterol.

Dari tabel 5.3. dapat disimpulkan bahwa angkak memiliki harga yang lebih

rendah dari obat golongan statin dengan efektivitas penurunan kolesterol total yang

hampir sama.

5.5 Keamanan Konsumsi Angkak

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa rates of adverse events pada

angkak dengan plasebo sama.31,33

Satu penelitian menemukan bahwa insiden

statin associated myalgia pada angkak lebih rendah dibandingkan pravastatin.34

Meskipun demikian ada penelitian yang melaporkan bahwa pernah terjadi

rhabdomyolisis pada pasien yang dilakukan transplantasi ginjal.40

Angkak

sebaiknya jangan diberikan pada wanita hamil dan pada pasien yang alergi

terhadap produk ragi.41

Tabel 5.4. berikut merangkum tentang perbandingan efek samping dan

interaksi makanan antara angkak dengan obat golongan statin. Insiden efek

samping yang tidak diinginkan pada angkak lebih rendah dibandingkan dengan

obat statin lainnya. Meskipun demikian, karena penelitian tentang angkak masih

terbatas, maka Physicians Desk Reference menyarankan agar efek samping pada

angkak dianggap sama dengan lovastatin, karena kandungan Monacolin K yang

terdapat pada angkak.5

Tabel 5.4. Efek Samping Angkak Dibandingkan dengan Statin5

Obat Efek Metabolik Efek Samping Interaksi

Makanan

Angkak ↓ TK, TG, LDL

↑ HDL

Alergi, rasa tidak

nyaman di abdominal,

flatulence, pusing

Tidak ada.

Dalam teori,

disamakan

dengan

lovastatin

Fluvastatin ↓ TK, TG, LDL

↑ HDL

Dispepsia, nausea, keram

abdominal, sakit kepala,

insomnia, nyeri otot

Tidak ada.

Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, Not Bold, Superscript

Page 36: Pengaruh Konsumsi Angkak Terhadap Dislipidemia

22

Lovastatin ↓ TK, TG, LDL

↑ HDL

Nausea, dispepsia, nyeri

abdominal, konstipasi,

flatulence, sakit kepala,

rash, penglihatan kabur,

pusing, nyeri otot,

insomnia, rhabdomiolisis

(jarang)

Alkohol, jus

jeruk bali,

gandum.

Simvastatin ↓ TK, TG, LDL,

VLDL

↑ HDL

Dispepsia, konstipasi,

nyeri otot, insomnia,

rhabdomiolisis (jarang)

Alkohol, jus

jeruk bali.

TK, total kolesterol; TG, trigliserida; LDL, low density lipoprotein; VLDL, very low density

lipoprotein; HDL, high density lipoprotein.

Dalam produksinya, angkak menghasilkan metabolit sekunder yaitu

citrinin. Metabolit sekunder ini dilaporkan memiliki efek yang kurang baik pada

tubuh jika dikonsumsi dalam jumlah tertentu.

5.5.1 Citrinin

Citrinin adalah salah satu zat yang ditemukan pada ekstrak

angkak, yang merupakan metabolit sekunder pada angkak. Citrinin

memiliki efek hepatotoksik dan nefrotoksik. Menurut The Ministry

of Health and Welfare of Japan, ekstrak angkak yang baik untuk

dikonsumsi yaitu angkak dengan kadar citrinin kurang dari 200ppb

(0,2µg/g).32

Sitotoksisitas pada citrinin dapat dikurangi pada lingkungan

dengan suhu yang tinggi. Pada lingkungan yang lembap, suhu yang

diperlukan yaitu antara 160-175oC. Sedangkan pada lingkungan yang

kering, suhu deaktivasi yang diperlukan lebih tinggi yaitu 175oC.

32

Oleh karena itu diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai

pengaruh angkak dengan proses pembuatan melalui pemanasan

tinggi (160-175oC) terhadap dislipidemia dalam mencegah

pembentukan citrinin. Hal ini dilakukan mengingat proses

pemanasan angkak yang umum dilakukan menggunakan suhu 45oC.

Pada tabel 5.5. didapatkan kadar citrinin yang bervariasi dalam 600

mg kapsul angkak yang diproduksi secara komersial.35

Page 37: Pengaruh Konsumsi Angkak Terhadap Dislipidemia

23

Tabel 5.5. Kadar Citrinin pada 6 Produk Komersial Angkak35

Produk Angkak

(600mg/kapsul)

Dibuat Citrinin,

ppm

21st Century 100% Vegetarian

Red Yeast Rice Extract.

21st Century Healthcare TD

Atrium Chole-sterin Red Yeast

Rice.

Atrium Inc. TD

Cholestene HPF Red Yeast Rice. HPF LLC TD

Healthy America Red Yeast

Rice.

Healthy America 24

Natural Balance Red Yeast Rice

Concentrated Extract.

Natural Balance TD

Schiff New Red Yeast Rice Schiff Nutrition Group 75,5

Ppm, parts per millions; TD, tidak terdeteksi.

5.6 Pengaruh Angkak terhadap Dislipidemia

Beberapa penelitian di atas menunjukkan hasil yang saling menunjang yaitu

angkak mempunyai efek memperbaiki dislipidemia. Dari keenam penelitian tentang

angkak didapatkan range dosis angkak berkisar antara 1200-1400 mg per hari agar

memberikan pengaruh perbaikan dislipidemia. 31,33,34,36,37,39

Penelitian yang dilakukan oleh Halbert SC et al, menunjukkan bahwa angkak

dapat digunakan sebagai alternatif pada pasien yang intoleransi statin karena myalgia

(Statin associated myalgia). Hal ini dimungkinkan karena dosis monacolin K yang

minimal pada angkak.34

Penelitian-penelitian tentang angkak masih sangat terbatas dalam hal jumlah

sampel dan waktu penelitian, maka masih diperlukan lebih banyak penelitian untuk

mengetahui dengan baik pengaruh angkak terhadap dislipidemia dan kesehatan

manusia jangka panjang.

Ada SAM sbagai alternatif.

Hal ini dimungkinkan karena efek monakolin.

Dikarenakan penelitian tentang angkak masih terbatas, maka untuk sementara efek

samping angkak dianggap sama dengan Lovastatin.

Page 38: Pengaruh Konsumsi Angkak Terhadap Dislipidemia

24

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Angkak berpotensi memperbaiki dislipidemia melalui monacolin K, yang

bekerja sebagai penghambat enzim HMG KoA reduktase.

6.2 Saran

Penelitian mengenai konsumsi angkak terhadap dislipidemia dapat

dikembangkan lebih lanjut dengan melibatkan jumlah sampel yang lebih besar dan

jangka waktu yang lebih panjang sehingga dapat diketahui lebih pasti efek konsumsi

angkak.

Penemuan adanya manfaat konsumsi angkak terhadap dislipidemia akan

memberi banyak manfaat untuk menurunkan risiko PJK dan menjadi acuan bagi

banyak peneliti. Diharapkan publikasi selanjutnya mengenai angkak dapat lebih

optimal dengan memberikan pedoman baru mengenai penggunaan angkak

dengan lebih efektif.

Page 39: Pengaruh Konsumsi Angkak Terhadap Dislipidemia

25

DAFTAR PUSTAKA

1. Citkowitz E. Hypertrigliceridemia. 2010. Tersedia di www.medscape.com. [5

Januari 2010]

2. Man RYK, Lynn EG, Cheung F, Tsang PSY, O K. Cholestin Inhibits

Cholesterol Synthesis and Secretion in Hepatic Cells (HepG2). Molec N Cellul

Biochem 2002; 233:153-8.

3. World Health Organization. Noncommunicable Diseases Country Profiles. 2011.

Tersedia di www.who.int/nmh/publications/ncd-profiles2011/en/. [6 Juni 2012]

4. Law MR, Wald NJ, Thompson SG. By How Much and How Quickly Does

Reduction in Serum Cholesterol Concentration Lower Risk of Ischaemic Heart

Disease?. BMJ. 1994; 308: 367.

5. Journoud M, Jones PJH. Red Yeast Rice: a New Hypolipidemic Drug. L Scien

2004; 74:2675-83.

6. Cicero AFG, Benvenuti C. Efficacy of a Red Yeast Rice Based Nutraceutical in

Large Subgroups of Hypercholesterolemic Subjects in Every Day Clinical

Practice. Mediterr J Nutr Metab 2010; 3:239-46.

7. Shi Y, Pan T. Beneficial Effects of Monascus Purpureus NTU 569-Fermented

Products. Appl Microbiol Biotechnol 2011; 90:1207-17.

8. Franssen R, Monajemi H, Stroes ESG, Kastelein JJP. Obesity and Dyslipidemia.

Med Clin N Am 2011; 95:893-902.

9. Majid, A. Penyakit Jantung Koroner: Patofisiologi, Pencegahan dan Pengobatan

Terkini. Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara [Versi elektronik]. 2007. Tersedia di

repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/705/1/08E00124.pdf [13 Desember

2010].

Page 40: Pengaruh Konsumsi Angkak Terhadap Dislipidemia

26

10. Aslam F, Haque A, Lee LV, Foody J. Hyperlipidemia in Older Adults. Clin

Geriatr Med 2009; 25:591-606.

11. Anwar TB. Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner. Fakultas Kedokteran :

Universitas Sumatera Utara; 2004.

12. Galbut BH, Davidson MH. Cardiovascular Disease : Practical Applications of

the NCEP ATP III Update. Patient Care 2005;1-4.

13. Brashers VL. Alterations of Cardiovascular Function. In: Clark S, Ketchum C,

editors. Pathophysiology: The Biologic Basis for Diseases in Adults and

Children. 5th ed. Canada: Elsevier; 2006. p. 1161-4.

14. Seeley RR, Stephens TD, Tate P. Anatomy and Physiology. 7th ed. New York:

McGraw-Hill; 2000.

15. Chen ZY, Ma KY, Liang Y, Peng C, Zuo Y. Role and Classification of

Cholesterol-Lowering Functional Foods. J Func Foods 2011; 3:61-9.

16. Durrington PN, Sniderman A. Lipids and Their Metabolism. In: Durrington PN,

editor. Hyperlipidaemia: Diagnosis and Management. 3rd ed. Cornwall: A

Hodder Arnold Publication; 1993. p. 16-9.

17. Botham KM, Mayes PA. Lipid Transport and Storage. In: Botham KM, Mayes

PA, editors. Harper’s Illustrated Biochemistry. 27th ed. Singapore: The

McGraw-Hill Companies Inc.; 2006. p. 217-22.

18. National Institute of Health; National Heart, Lung and Blood Institute. Third

Report of the National Cholesterol Education Program Expert Panel on

Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Cholesterol in Adults. NIH

Publication No. 02-5215; 2002.

19. Pramono LA. Dislipidemia. Medika Jurnal Kedokteran Indonesia 2009; edisi 07

vol. XXXV.

Page 41: Pengaruh Konsumsi Angkak Terhadap Dislipidemia

27

20. Yutha A, Gani A, Sofia. Profil Dislipidemia sebagai Salah Satu Faktor Risiko

Penyakit Jantung Koroner di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin

Profil Dislipidemia sebagai Salah Satu Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner

Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin. FK Unsyiah 2011.

21. Laine C, Goldmann D. In the Clinic Dyslipidemia. Ann Intern Med; 2007.

22. Wijayanti D. Cara Mudah Mengatasi Problem Kolesterol. Yogyakarta: Bangkit.

2009.

23. Djohan T. Penyakit Jantung Koroner dan Hipertensi. 2004. Tersedia di

library.usu.ac.id/download/fk/gizi-bahri10.pdf. [16 Juni 2012]

24. Mahley RW, Weisgraber KH, Bersot TP. Disorder of Lipid Metabolism. In:

Meloni D, Snyder A, editors. Williams Textbook of Endocrinology. 11th ed.

Canada: Saunders, an imprint of Elsevier Inc.; 2008. p. 1608-10.

25. Pengurus Besar Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Petunjuk Praktis

Penatalaksanaan Dislipidemia. Jakarta: PB. PERKENI; 2004.

26. Nijjar PS, Burke FM, Bloesch A, Rader DJ. Role of Dietary Supplements in

Lowering Low-Density Lipoprotein Cholesterol: a Review. J Clin Lipidol 2010;

4:248-258.

27. Liu J, Zhang J, Shi Y, Grimsgaard S, Alraek T, Fonnebo V. Chinese Red Yeast

Rice (Monascus purpureus) for Primary Hyperlipidemia: a Meta Analysis of

Randomized Controlled Trials. A Review of Literature. Chin Med J 2006; 1:4.

28. Ma J, Li Y, Ye Q, Li J, Hua Y, Ju D, et al. Constituents of Red Yeast Rice, a

Traditional Chinese Food and Medicine. J Agric Food Chem 2000; 48:5220-25.

29. Musselman ME, Pettit RS, Derenski KL. A Review and Update of Red Yeast

Rice. J Evid-Based Complem N Altern Med 2012; 17:33-9.

Page 42: Pengaruh Konsumsi Angkak Terhadap Dislipidemia

28

30. Li XM, Shen XH, Duan ZW, Guo SR. Advances on the Pharmalogical Effects of

Red Yeast Rice. Chin J Nat Med 2011; 93:161-6.

31. Bogsrud MP, Ose L, Langslet G, Ottestad I, Strom EC, Hagve TA, et al.

HypoCol (Red Yeast Rice) Lowers Plasma Cholesterol – a Randomized Placebo

Controlled Study. Scand Cardiovasc J 2010; 44:197-200.

32. Lin YL, Wang TH, Lee MH, Su NW. Biologically Active Components and

Nutraceuticals in The Monascus-Fermented Rice: a review. Appl Microbiol

Biotechnol 2008; 77:965-73.

33. Becker DJ, Gordon RY, Halbert SC, French B, Morris B, Rader DJ. Red Yeast

Rice for Dyslipidemia in Statin-Intolerant Patients. Ann Intern Med 2009;

150:830-9.

34. Halbert SC, French B, Gordon RY, Farrar JT, Schmitz K, Morris PB, et al.

Tolerability of Red Yeast Rice (2400 mg Twice Daily) Versus Pravastatin (20

mg Twice Daily) in Patients With Previous Statin Intolerance. Am J Cardiol

2010; 105:198-204.

35. Gordon RY, Cooperman T, Obermeyer W, Becker DJ. Marked Variability of

Monacolin Levels in Commercial Red Yeast Rice Products. Arch Intern Med

2010; 170(19):1722-7.

36. Heber D, Yip I, Ashley JM, Elashoff DA, Elashoff RM, Go VLW. Cholesterol-

Lowering Effects of a Proprietary Chinese Red-Yeast-Rice Dietary Supplement.

Am J Clin Nutr 1999; 69:231-6.

37. Wang J, Lu Z, Chi J, Wang W, Su M, Kou W, et al. Multicenter Clinical Trial of

the Serum Lipid-Lowering Effects of a Monascus purpureus (Red Yeast) Rice

Preparation from Traditional Chinese Medicine. Curr Ther Res 1997; 58:12.

Page 43: Pengaruh Konsumsi Angkak Terhadap Dislipidemia

29

38. Rippe J, Bonovich K, Colfer H, Davidson M, Dujovne C, Fried D. A

Multicenter, Self Controlled Study of Cholestin in Subjects with Elevated

Cholesterol. Circulation 1999; 99:1123.

39. Lin CC, Li TC, Lai MM. Efficacy and Safety of Monascus purpureus Went Rice

in Subjects with Hyperlipidemia. European Journal of Endocrinology 2005;

153:679-86.

40. Prasad GVR, Wong T, Meliton G, Bhaloo S. Rhabdomyolisis Due to Red Yeast

Rice (Monascus purpureus) in a Renal Transplant Recipient. Transplantation

2002; 74(8):1200-1.

41. Gordon RY, Becker DJ. The Role of Red Yeast Rice for the Physician. Curr

Atheroscler Rep 2011; 13:73-80.