pengaruh konsumsi angkak terhadap dislipidemia
TRANSCRIPT
PENGARUH KONSUMSI ANGKAK TERHADAP
DISLIPIDEMIA
Oleh:
MELISSA DHARMAWAN (2009.060.015)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA
JAKARTA
2012
PENGARUH KONSUMSI ANGKAK TERHADAP
DISLIPIDEMIA
KTI ini diajukan sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
Oleh:
2009.060.015 MELISSA DHARMAWAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMAJAYA
JAKARTA
2012
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya saya sendiri, dan tidak ada bagian dari
tulisan ini yang telah dipublikasikan dan merupakan hak intelektual pihak
lainnya, kecuali yang telah dinyatakan dalam referensi. Apabila saya melanggar
pernyataan ini, saya bersedia untuk menerima sanksi sesuai dengan peraturan
yang berlaku di lingkungan Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.
NAMA : Melissa Dharmawan
NIM : 2009-060-015
Jakarta, 17 Desember 2012
Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Indonesia
iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan dihadapan
Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas Katolik
Indonesia Atma Jaya.
Jakarta, 17 Desember 2012
Komisi Pembimbing
Ketua
( dr. Binawati Hadikusuma, MS )
Anggota
( dr. Maria Dara Novi, M.Biomed )
v
SIDANG UJIAN KARYA TULIS ILMIAH UNIVERSITAS
KATOLIK INDONESIA ATMAJAYA FAKULTAS
KEDOKTERAN
Jakarta, 17 Desember 2012
Ketua
( dr. Binawati Hadikusuma, MS )
Anggota
( dr. Maria Dara Novi, M.Biomed )
( dr. Freggy S. Joprang, M.Biomed )
vi
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA
Jakarta, 17 Desember 2012
ABSTRAK
Pengaruh Konsumsi Angkak terhadap Dislipidemia
MELISSA DHARMAWAN
Dibimbing oleh BINAWATI HADIKUSUMA, MARIA DARA NOVI
Angkak, hasil fermentasi beras oleh kapang merah (Monascus purpureus), telah
dikonsumsi sebagai bumbu masakan dan food additive di Asia selama berabad - abad, dan
sebagai obat tradisional. Berbagai studi telah dilakukan untuk mempelajari efek dari angkak
pada tubuh manusia. Penelitian menemukan bahwa monacolin K, komponen aktif dalam
angkak, mampu memperbaiki kadar kolesterol darah pada penderita dislipidemia.
Dislipidemia adalah penyakit metabolisme lipid yang merupakan salah satu faktor risiko
utama dalam penyakit kardiovaskular sehingga penting untuk ditangani. Penulisan ini akan
membahas mengenai pengaruh konsumsi angkak terhadap dislipidemia.
Kata kunci : angkak, Monakolin K, dislipidemia
vii
FACULTY OF MEDICINE
ATMA JAYA CATHOLIC UNIVERSITY OF INDONESIA
JAKARTA, DESEMBER 17, 2012
ABSTRACT
The Effect of Red Yeast Rice Consumption in Dyslipidemia Patients
MELISSA DHARMAWAN
Supervised by BINAWATI HADIKUSUMA, MARIA DARA NOVI
Red yeast rice, the end product of rice fermentation by red yeast (Monascus
purpureus), has been widely consumed as cooking spice and food additive in Asia for
centuries, and as a traditional medicine to improve vascular and gastrointestinal health. Many
experiments have been done to study the effects of red yeast rice on the human body.
Researches indicates that monacolin K, the active component in red yeast rice, can improve
the blood cholesterol levels in people with dyslipidemia. Dyslipidemia is a lipid metabolic
disorder that is a significant risk factor in cardiovascular disease and therefore must be
managed properly. This literature aims to discuss the effect of red yeast rice consumption on
dyslipidemia.
Keywords : red yeast rice, Monacolin K, dyslipidemia
viii
KATA PENGANTAR
Pertama-tama, puji dan syukur saya haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Penyusunan
Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Atma Jaya.
Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Binawati
Hadikusuma, MS selaku pembimbing utama, dr. Maria Dara Novi, M.Biomed selaku
pembimbing kedua dan dr. Freggy S. Joprang, M.Biomed selaku penguji, atas semua
dukungan dan bimbingan yang telah diberikan dalam proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah
ini hingga selesai. Saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada segenap pembimbing
dan staf Fakultas Kedokteran yang telah memberikan bantuan dan masukan yang sangat
berarti. Tidak lupa, saya mengucapkan terima kasih kepada keluarga, teman-teman, dan pihak-
pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Saya berharap Karya Tulis Ilmiah yang masih jauh dari kata sempurna ini dapat
membawa manfaat kepada para pembaca. Kiranya kritik dan saran yang diberikan dapat
menjadi masukan yang membangun dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah yang lebih baik di
kemudian hari.
Jakarta, 17 Desember 2012
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN iv
LEMBAR PANITIA SIDANG v
ABSTRAK vi
ABSTRACT vii
KATA PENGANTAR viii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR SINGKATAN xiii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 2
1.3. Tujuan Penulisan 2
1.3.1. Tujuan Umum 2
1.3.2. Tujuan Khusus 2
1.4. Manfaat Penulisan 2
1.4.1. Bagi Masyarakat 2
1.4.2. Bagi Bidang Ilmiah 2
1.4.3. Bagi Penelitian 2
x
1.5. Metodologi Penelitian 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1 Penyakit Jantung Koroner 4
2.1.1. Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner 4
2.2 Lipid 6
2.2.1. Kadar Lipid Normal 9
2.3 Dislipidemia 9
2.3.1. Klasifikasi Dislipidemia 10
2.3.2. Terapi Dislipidemia 10
2.4 Angkak 11
2.5 Angkak dan Dislipidemia 12
BAB III RINGKASAN MASALAH 13
BAB IV HIPOTESA 14
BAB V PEMBAHASAN 15
5.1 Dislipidemia 15
5.2 Komposisi Angkak 15
5.3 Angkak Memperbaiki Keadaan Dislipidemia 17
5.4 Angkak dalam Menghambat Sintesis Kolesterol 20
5.5 Keamanan Konsumsi Angkak 21
5.5.1 Citrinin 22
5.6 Pengaruh Angkak terhadap Dislipidemia 23
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan 24
6.2 Saran 25
DAFTAR PUSTAKA 26
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Kadar Lipid Normal 9
Tabel 2.2. Terapi Farmakologis Dislipidemia 11
Tabel 5.1. Komponen Mayor dalam Monascus-fermented rice 16
Tabel 5.2. Penelitian Efektivitas Angkak terhadap Dislipidemia 19
Tabel 5.3. Perbandingan Harga Angkak dengan Golongan Statin 21
Tabel 5.4. Efek Samping Angkak Dibandingkan dengan Statin 21
Tabel 5.5. Kadar Citrinin pada 6 Produk Komersial Angkak 23
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Biosintesis Kolesterol 7
Gambar 2.2. Kilomikron 8
Gambar 2.3. VLDL dan LDL 8
Gambar 5.1. Struktur Monacolin K (Lovastatin) 16
Gambar 5.2. Mekanisme Angkak dalam Menghambat Sintesis Kolesterol 20
xiii
DAFTAR SINGKATAN
AHA American Heart Association
Apo Apolipoprotein
DMEM Dulbecco’s modified eagle medium
HDL High Density Lipoprotein
HMG KoA Reduktase 3-Hidroksi-3-Metilglutaril Koenzim A Reduktase
IDL Intermediate Density Lipoprotein
LDL Low Density Lipoprotein
MFR Monascus Fermented Rice
NCD Non Communicable Disease
NCEP National Cholesterol Education Program
PJK Penyakit Jantung Koroner
TK Total Kolesterol
TG Trigliserida
VLDL Very Low Density Lipoprotein
WHO World Health Organization
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dislipidemia merupakan kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan
peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma, masalah kelainan ini
banyak dihadapi oleh negara maju maupun negara berkembang.1 Berdasarkan data
WHO tahun 2008, 35,1% penduduk Indonesia mengalami peningkatan kadar
kolesterol di atas normal. Dislipidemia penting untuk ditangani karena peningkatan
kadar kolesterol LDL dan trigliserida darah serta turunnya kadar HDL merupakan
faktor risiko penyakit kardiovaskular, yang menyebabkan mortalitas tertinggi di
Indonesia. 1,2
Menurut data WHO tahun 2011, dalam NCD Profiles, penyakit
kardiovaskular memiliki persentase sebesar 30% sebagai penyebab mortalitas di
Indonesia. 3
Penurunan kadar kolesterol dapat menurunkan risiko penyakit kardiovaskular,
terutama penyakit jantung koroner. Menurut penelitian yang dilakukan oleh M.R.
Law, N.J. Wald, dkk. penurunan kadar kolesterol LDL dan kadar kolesterol total
plasma sebanyak 0,6 mmol/l menyebabkan penurunan risiko penyakit iskemik
jantung sebesar 50%.4
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk terapi dislipidemia, salah satunya
adalah penelitian tentang red yeast rice. Red yeast rice atau dalam masyarakat
dikenal sebagai angkak, banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Angkak
mudah didapatkan dan harganya relatif terjangkau.5
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Cicero A.F.G dan Benvenuti C. pada
tahun 2009 terhadap manusia, angkak berpotensi menurunkan kadar LDL dan
kolesterol total dalam darah.6,7
Hasil penelitian lainnya yang dilakukan oleh Melanie
Journoud dan Peter J.H. Jones, menyatakan bahwa angkak sebagai obat
hipolipidemik6,7
, dapat menurunkan total kolesterol sebesar 13-26%, kolesterol LDL
sebesar 21-33% dan trigliserida sebesar 13-34% pada manusia.5
Penelitian di Universitas McGill, Kanada, menunjukkan perbandingan harga
angkak dengan lovastatin dalam dolar kanada. Dengan penurunan 12-30% kadar total
kolesterol, lovastatin memiliki perbedaan harga empat kali lebih tinggi dibandingkan
dengan harga angkak.5
2
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membahas lebih dalam tentang peran
angkak terhadap dislipidemia.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut, maka dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
Apakah konsumsi angkak berpengaruh terhadap dislipidemia ?
Bagaimana mekanisme angkak pada dislipidemia ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh konsumsi angkak terhadap dislipidemia.
1.3.2 Tujuan Khusus
Mengetahui kandungan zat yang terdapat dalam angkak dan
hubungannya dengan dislipidemia.
Mengetahui pengaruh angkak terhadap kadar LDL.
Mengetahui pengaruh angkak terhadap kadar HDL
Mengetahui pengaruh angkak terhadap kadar trigliserida.
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Bagi Masyarakat
Hasil penulisan ini dapat digunakan untuk menambah pengetahuan
masyarakat mengenai pengaruh konsumsi angkak terhadap kesehatan.
1.4.2 Bagi Bidang Ilmiah
Dari hasil penulisan ini dapat diketahui mekanisme kerja angkak untuk
terapi dislipidemia.
1.4.3 Bagi Penelitian
Hasil penulisan ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan atau studi
banding dalam penelitian mahasiswa selanjutnya untuk lebih mendalami
efek angkak terhadap terapi dislipidemia.
3
1.5 Metodologi Penulisan
Karya tulis ilmiah ini dibuat dengan metode studi tinjauan pustaka.
Penulis mencari pustaka-pustaka seperti jurnal ilmiah dari penelitian-penelitian
yang telah dilakukan selama beberapa tahun terakhir, melalui pencarian di
internet maupun perpustakaan. Pustaka-pustaka yang didapat, dikumpulkan,
kemudian ditulis ulang secara sistematis dan dibahas secara mendalam sesuai
dengan tujuan penulisan.
Bab I dalam karya tulis ilmiah ini membahas tentang Pendahuluan, bab II
Menguraikan Teori dan Pengetahuan yang ada tentang masalah yang dibahas,
bab III berisi Hipotesa, bab IV berisi tentang Pembahasan, dan bab V
menuliskan Kesimpulan dan Saran yang dapat diberikan oleh penulis, disertai
daftar pustaka yang mendasari penulisan ini.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penyakit Jantung Koroner
Penyakit jantung koroner memiliki angka morbiditas dan mortalitas
yang tinggi di dunia. Dislipidemia merupakan salah satu faktor risiko utama
dari penyakit jantung koroner.8 Penyakit jantung koroner (PJK) atau penyakit
jantung iskemik adalah penyakit jantung yang timbul akibat penyempitan pada
arteri koronaria. Penyempitan tersebut dapat disebabkan antara lain karena
aterosklerosis, berbagai jenis arteritis, emboli koronaria, dan spasme. 9
Aterosklerosis merupakan suatu kelainan yang terdiri atas pembentukan
fibrolipid dalam bentuk plak-plak yang menonjol atau penebalan yang disebut
ateroma yang terdapat didalam tunika intima dan pada bagian dalam tunika
media. Proses penumpukan plak ini didukung oleh banyaknya bahan lemak dan
kolesterol dalam aliran darah, yaitu hiperkolesterolemia.1
Konsumsi kolesterol secara berlebihan dapat memicu peningkatan
kolesterol melebihi batas normal, yang dikenal sebagai kondisi hiperlipidemia.
Peningkatan kolesterol yang berkelanjutan merupakan faktor risiko penting
untuk terjadinya plak aterosklerosis, yang ditemukan pada setengah dari
kelompok studi Framingham Heart dewasa yang menderita infark miokard.10
Bila aterosklerosis terjadi pada pembuluh darah yang menuju ke jantung, maka
dapat menyebabkan penyakit jantung koroner.
2.1.1 Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner
Faktor risiko penyakit jantung koroner yaitu sebagai berikut: 8,10-13
1. Usia
Pertambahan usia meningkatkan risiko terkena penyakit jantung koroner.
Hal ini terkait dengan lamanya paparan faktor risiko lain dan semakin
bertambah beratnya derajat setiap faktor risiko seiring dengan
bertambahnya usia.
2. Jenis Kelamin
Pria mempunyai risiko PJK lebih tinggi dari pada wanita. Pada wanita,
faktor risiko PJK akan meningkat sesudah menopause.
5
3. Riwayat Keluarga
Adanya keluarga yang terkena penyakit jantung koroner, meningkatkan
risiko PJK anggota keluarga yang lain.
4. Riwayat PJK sebelumnya
Pada pasien yang pernah mengalami penyakit jantung koroner
sebelumnya, risiko PJK meningkat. Sehingga pencegahan penyakit jantung
koroner, seperti pengendalian dislipidemia, sangat penting untuk
diperhatikan.
5. Diabetes Melitus
Penyakit jantung koroner merupakan penyebab mortalitas dan morbiditas
utama pada penderita diabetes, yang antara lain disebabkan karena adanya
kelainan lipid (hipertrigliseridemia, HDL rendah, hiperkolesterolemia).
Namun, kelainan lipid pada penderita diabetes melitus akan mengalami
perbaikan bila kadar gula darah terkendali.
6. Hipertensi
Hipertensi dapat mempercepat timbulnya aterosklerosis. Tekanan darah
yang tinggi dan menetap akan menimbulkan trauma langsung terhadap
dinding pembuluh darah arteri koronaria, sehingga memudahkan
terjadinya aterosklerosis koroner. Hal ini menyebabkan penyakit jantung
koroner lebih sering didapatkan pada penderita hipertensi dibandingkan
orang normal (120/80 mmHg).
7. Kebiasaan Merokok
Merokok merupakan faktor risiko yang banyak ditemukan pada
masyarakat Indonesia. Penghentian merokok akan mengurangi angka
kejadian penyakit jantung koroner.
Penelitian Framingham mendapatkan kematian mendadak penyakit
jantung koroner pada laki-laki perokok 10 kali lebih besar daripada bukan
perokok dan pada perempuan perokok 4 ½ kali lebih besar daripada bukan
perokok. Makin banyak rokok yang dihisap, kadar HDL kolesterol makin
menurun.
8. Obesitas
Obesitas merupakan akibat dari genetik, diet dan aktivitas fisik yang
kurang. Obesitas abdominal memiliki hubungan yang paling kuat dengan
6
peningkatan risiko kardiovaskular dan berhubungan dengan penurunan
HDL dan peningkatan tekanan darah.
9. Lipid dan Lipoprotein (Dislipidemia)
Kadar kolesterol yang tinggi merupakan faktor risiko PJK utama.
Dalam menilai peningkatan kadar lipid plasma perlu juga diperhatikan
kadar kolesterol HDL. Kadar HDL yang tinggi (≥60mg/dL) dianggap
sebagai faktor risiko negatif. Dislipidemia merupakan masalah yang cukup
penting karena termasuk salah satu faktor risiko penyakit jantung koroner.
Lipid dapat menyebabkan penebalan dinding pembuluh darah
arteri, sehingga lumen dari pembuluh darah tersebut menyempit dan proses
ini disebut aterosklerosis. Penyempitan darah ini akan menyebabkan aliran
darah menjadi lambat bahkan dapat tersumbat sehingga aliran darah pada
pembuluh darah koroner yang fungsinya memberi oksigen ke jantung
menjadi berkurang.
2.2 Lipid
Lipid merupakan komponen organik yang umumnya tidak larut di
dalam air. Di dalam tubuh, lipid berfungsi sebagai sumber cadangan energi,
komponen struktur sel, sintesis hormon dan salah satu perlindungan tubuh.
Komponen lemak yang utama, antara lain kolesterol dan trigliserida.
Secara alami, tubuh manusia memerlukan kolesterol. Kolesterol
merupakan komponen esensial membran sel, komponen utama sel otak dan
jaringan saraf dan bahan baku untuk pembentukan hormon steroid yang
dihasilkan oleh korteks adrenal, testis dan ovarium, serta dibutuhkan untuk
sintesis asam/garam empedu dan sintesis vitamin D.14
Sumber kolesterol yang diserap usus berasal dari produk hewani. Tiga
puluh sampai 50% dari asupan makanan tinggi kolesterol akan diserap. Setelah
diserap, kolesterol akan diesterifikasi dan dibawa ke jaringan tubuh dan organ-
organ melalui plasma dalam bentuk partikel lipoprotein. Kolesterol dalam
tubuh sebagian diserap dari diet dan sebagian disintesis oleh hati.
Pada gambar 2.1 dapat dilihat bahwa biosintesis kolesterol dapat dibagi
menjadi beberapa tahap. Pertama, sintesis asetil Ko A menjadi mevalonate
dengan bantuan HMG Koa Reduktase. Kemudian, mevalonate ini diubah
menjadi bentuk isoprene dengan melepaskan molekul CO2. Isoprene yang
7
terkondensasi membentuk squalene, yang akan dibentuk menjadi senyawa
kolesterol.15,16
Gambar 2.1. Biosintesis Kolestero1
15
Kolesterol dan trigliserida tidak larut dalam air oleh karena itu dibawa
dalam aliran darah bentuk lipoprotein. Lipoprotein terdiri dari hidrofobik lipid
(trigliserida dan kolesterol ester) di bagian dalam dan apoprotein, fosfolipid,
dan kolesterol bebas (unesterified) di luar.
Ada beberapa jenis lipoprotein, diklasifikasikan menurut kepadatannya
yaitu kilomikron, VLDL, LDL dan HDL.17
1. Kilomikron disintesis di usus dari trigliserida diet, kolesterol, dan
apolipoproteins yang disintesis dalam hati. Kilomikron memiliki lipoprotein
apo A, apo C, dan apo C-II. Kilomikron terutama membawa kolesterol dan
trigliserida ke otot dan jaringan adiposa yang dibantu oleh lipoprotein lipase.
2. VLDL diproduksi di hati, sebagai alat pengangkut utama trigliserida
dalam darah. Sisa-sisa VLDL (IDL, intermediate density lipoprotein)
dimetabolisme oleh hati dan disiapkan sebagai prekursor untuk produksi LDL.
3. LDL adalah lipoprotein utama yang mengangkut kolesterol ke
jaringan ekstrahepatik.
Comment [MD1]: Sudah saya ubah dok menjadi bentuk menyamping.
8
Gambar 2.2. Kilomikron. (A, apolipoprotein A; B-48, apolipoprotein B-
48; C, apolipoprotein C; E, apolipoprotein E; HDL, high density
lipoprotein; TG, trigliserida; C, kolesterol; P, fosfolipid; HL, hepatic
lipase; LRP, LDL receptor-related protein.)17
Gambar 2.3. VLDL dan LDL. (A, apolipoprotein A; B-48, apolipoprotein
B-48; C, apolipoprotein C; E, apolipoprotein E; HDL, high density
lipoprotein; TG, trigliserida; IDL, intermediate-density protein; C, kolesterol;
P, fosfolipid.)17
4. HDL adalah lipoprotein padat dan terkecil. Protein utama
(apoprotein) di HDL adalah apo AI, apo A-II, apo C, dan apo E. HDL adalah
lipoprotein utama yang bertanggung jawab untuk reverse cholesterol transport,
mengembalikan kolesterol dari jaringan lain kembali ke hati.17
9
2.2.1 Kadar Lipid Normal
Menurut American Heart Association (AHA), dalam National
Cholesterol Education Program (NCEP) guidelines18
, kadar serum lipid
normal dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1. Kadar Lipid Normal.18
No. Jenis Lipid Nilai
1 Kolesterol <200 mg/dL
2 HDL ≥40 mg/dL
3 LDL <130 mg/dL
4 Trigliserida <150 mg/dL
2.3 Dislipidemia
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan
peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid
yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan
trigliserida serta penurunan kadar kolesterol HDL.19
Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Yutha A dkk terlihat bahwa keadaan
dislipidemia yang lebih sering terjadi adalah kadar kolesterol total dan kadar
LDL yang meningkat masing-masing sebesar 58,7% dan 56,5%.20
Kadar kolesterol darah yang tinggi dapat disebabkan oleh berbagai
faktor seperti kelainan genetik, diet tinggi lemak, kelebihan berat badan,
kurangnya aktivitas fisik, dan merokok serta konsumsi alkohol atau obat-
obatan, seperti steroid atau pil kontrasepsi.21
Dengan fungsi HDL sebagai reverse cholesterol transport, terbukti pula
secara epidemiologis dan klinis adanya hubungan negatif antara kadar
kolesterol HDL dengan penyakit jantung koroner. Intervensi obat atau diet
dapat menaikan kadar kolesterol HDL dan dapat mengurangi penyakit jantung
koroner.22
Kadar trigliserida 250-500 mg/dl dianggap berhubungan dengan
penyakit jantung koroner terutama bila disertai adanya penurunan kadar
kolesterol HDL.23,24
10
2.3.1 Klasifikasi Dislipidemia
Klasifikasi dislipidemia dibagi menjadi dua yaitu:24,25
a. Dislipidemia Primer, dislipidemia yang disebabkan oleh kelainan
penyakit genetik dan bawaan yang dapat menyebabkan kelainan
kadar lipid dalam darah.
b. Dislipidemia Sekunder, dislipidemia yang disebabkan oleh suatu
keadaan hiperkolesterolemia maupun hipertrigliserida yang
diakibatkan oleh hipotiroidisme, nefrotik syndroma, kehamilan,
diabetes mellitus, konsumsi alkohol, gagal ginjal akut, gagal ginjal
kronik, miokard infark, anoreksia nervosa, dan penyakit hati
obstruktif.
2.3.2 Terapi Dislipidemia
Terapi utama untuk dislipidemia adalah terapi non farmakologis
yang meliputi diet dan modifikasi gaya hidup, kemudian diikuti dengan
terapi farmakologis.24,25
1. Terapi non farmakologis.
Diet rendah kolesterol dan rendah lemak jenuh akan mengurangi
kadar lipid. Olah raga bisa membantu mengurangi kadar kolesterol LDL
dan meningkatkan kadar kolesterol HDL. Biasanya terapi non
farmakologis terbaik untuk orang-orang yang memiliki kadar kolesterol
yang tinggi adalah:
Menurunkan berat badan jika mengalami kelebihan berat badan.
Berhenti merokok.
Mengurangi jumlah lemak dan kolesterol dalam makanannya.
Peningkatan aktivitas fisik dengan olahraga.
2. Terapi farmakologis
Terapi farmakologis untuk penderita dislipidemia menggunakan jenis
obat penyerap asam empedu, penghambat sintesa protein, penghambat
koenzim A reduktase (obat golongan statin) dan obat derivat asam
fibrat (tabel 2.2).
11
Tabel 2.2. Terapi Farmakologis Dislipidemia24,25
No. Jenis Obat Cara Kerja
1. Penyerap asam empedu Mengikat asam empedu di usus dan
meningkatkan pembuangan LDL
dari aliran darah.
2. Penghambat sintesa protein Mengurangi kecepatan
pembentukan VLDL (VLDL adalah
prekursor dari LDL) dan
menghambat pembentukan
kolesterol.
3. Penghambat koenzim A
reduktase (golongan statin)
Menghambat pembentukan
kolesterol dan meningkatkan
pembuangan LDL dari aliran darah.
4. Derivat asam fibrat Meningkatkan pemecahan lemak.
2.4 Angkak
Monascus fermented rice (MFR), yang biasa lebih dikenal dengan nama
angkak, merupakan hasil fermentasi beras oleh Monascus purpureus.26
Dalam
proses fermentasi tersebut beras menjadi merah karena M. purpureus
memproduksi pigmen berwarna merah. Angkak digunakan sebagai pewarna
dan perasa makanan alami, serta obat tradisional di berbagai negara Asia.5,27-31
Genus Monascus ini mempunyai famili monascaceae, ordo eurotiales,
kelas ascomycetes, filum ascomycota dan kingdom fungi. Saat ini telah
ditemukan 58 Monascus strain yang dimiliki oleh 3 spesies, yaitu M. pilosus,
M. purpureus, dan M. ruber. Tetapi dari ketiga spesies ini, spesies mayoritas
yang membentuk bahan dasar dari angkak adalah Monascus purpureus.32
Proses pembuatan angkak bukan proses yang mudah. Pertama, beras
dikukus sampai ke tahap semi-gelatinisasi. Tahap ini meliputi tahap butiran
beras dapat berubah bentuk menjadi lebih pipih ketika ditekan dengan jari
tangan dengan tekanan yang biasa. Setelah itu dilanjutkan dengan fermentasi
menggunakan Monascus purpureus. Proses fermentasi biasanya berlangsung
sekitar 7-9 hari sampai bagian tengah beras menjadi berwarna merah gelap.32
Temperatur fermentasi yang optimal berkisar antara 25-35oC, dengan pH 5-
6.5,32
Setelah proses fermentasi selesai, produk tersebut dikeringkan dengan
suhu 45oC selama 22 jam. Produksi angkak dengan kualitas yang baik dapat
12
ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain tipe Monascus yang digunakan,
suhu, kelembaban dan faktor kontaminasi saat angkak diproduksi.32
2.5 Angkak dan Dislipidemia
Penelitian-penelitian, menunjukkan bahwa beberapa produk Monascus-
fermented terbukti efektif untuk, diabetes, obesitas, penyakit Alzheimer,
mencegah perkembangan kanker dan menurunkan tekanan darah serta
kolesterol darah.7,30
Hal tersebut ditunjang dengan semakin banyaknya
penelitian tentang angkak sebagai obat hipolipidemik, dan dengan ditemukan
komponen aktif angkak yang dapat menurunkan kolesterol. Pada berbagai
penelitian pada Monascus fermented rice, telah digunakan angkak yang
diproduksi khusus sehingga kualitas komponen aktifnya dapat terjamin dengan
baik.
Melanie Journoud dan Peter J.H. Jones melakukan mini review yang
terdiri dari 5 penelitian pengaruh angkak pada manusia. Penelitian-penelitian
tersebut memperlihatkan bahwa angkak berperan sebagai obat hipolipidemik,
dengan penurunan total kolesterol sebesar 13-26%, kolesterol LDL sebesar 21-
33% dan trigliserida sebesar 13-34%.5,7,31,33,34
Penelitian yang dilakukan oleh Becker DJ et al., menunjukkan bahwa
angkak dapat digunakan sebagai terapi pengganti untuk pasien yang intoleransi
statin karena myalgia dan terbukti menurunkan kadar kolesterol total, LDL,
trigliserida, serta meningkatkan kadar HDL.33
13
BAB III
RINGKASAN MASALAH
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan
kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida serta penurunan
kadar kolesterol HDL.19
Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa angkak memiliki efek
hipolipidemik.5,7
Studi kepustakaan ini dimaksudkan untuk membahas pengaruh konsumsi
angkak terhadap dislipidemia.
14
BAB IV
HIPOTESA
3.1 Hipotesa Mayor
Konsumsi angkak dapat memperbaiki kondisi dislipidemia.
3.2 Hipotesa Minor
- Ada hubungan konsumsi angkak dengan penurunan kadar LDL.
- Ada hubungan konsumsi angkak dengan peningkatan kadar HDL.
- Ada hubungan konsumsi angkak dengan penurunan kadar trigliserida.
15
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Dislipidemia
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang cukup menarik
perhatian dewasa ini. Kelainan ini merupakan akibat dari konsentrasi kolesterol
dan trigliserida yang berlebih dalam plasma disertai dengan kadar kolesterol
HDL yang kurang, dapat menyebabkan aterosklerosis dan stroke. Salah satu
pengobatan farmakologis yang sesuai untuk mengatasi dislipidemia adalah
dengan memblok aktivitas dari 3-hidroksi-3-metilglutaril koenzim A (HMG-
KoA) reduktase, yang merupakan enzim kunci dalam sintesis kolesterol.
5.2 Komposisi Angkak
Angkak memiliki berbagai macam komponen (tabel 5.1). Salah satu
komponen aktif angkak yaitu monacolin. Monacolin merupakan enzim HMG-
KoA reduktase inhibitor yang memiliki fungsi untuk menurunkan kolesterol
dalam darah. Terdapat monacolin K, monacolin JA, J, XA, KA, LA, X, L, MA,
dan monacolin M serta dihydromonacolin K.33,35
Dari semua monacolin
tersebut, monacolin K berpotensi paling baik dalam menurunkan kolesterol
darah.5
Pada review tentang peran dan klasifikasi dari makanan penurun kadar
kolesterol yang dipresentasikan di Annual Meeting of International Society of
Nutraceutical Functional Foods di Bali, dikatakan bahwa terdapat kandungan
Monacolin K pada angkak yang merupakan inhibitor HMG KoA yang efektif.15
Inhibisi sintesis kolesterol oleh Monakolin memiliki kesamaan dengan
mekanisme obat golongan statin. Monakolin K, yang terdapat pada beras merah
hasil fermentasi dengan Monascus purpureus, identik dengan lovastatin, obat
statin yang telah digunakan secara luas dalam dunia medis (Gambar 5.1.).
Comment [MD2]: Ini jenis monacolin yang dokter dara minta tuliskan.
16
Gambar 5.1. Struktur Monacolin K (Lovastatin)41
Pada penelitian yang dilakukan oleh Man et al., menunjukkan bahwa
angkak secara langsung menginhibisi HMG KoA reduktase dan mengurangi
sintesis kolesterol di sel hati. Penelitian tersebut menggunakan human
hepatoblastoma cell line yang mendapat tambahan angkak dalam medium
DMEM. 2
Tabel 5.1.
Komponen Mayor dalam Monascus-fermented rice5
Komponen Persen (%)
Pati 73,4
Serat 0,8
Protein
HMG Co-A reductase
5,8
-inhibitor (monacolin) 0,4
Asam lemak
-jenuh < 1,5
-tidak jenuh < 0,5
Phospor 0,44
Trace elements: sodium,
kalsium, alumunium, besi,
magnesium, copper. trace
Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, Not Bold, Superscript
Comment [MD3]: Dok ini sulit penelitiannya.. menggunakan pulse labelling, trus serum bovine.. saya tidak bisa mengerti dok.. boleh tidak kalau ga usah di cantumkan?
Comment [L4]: Masuk ke tinj pust
17
Dalam 2,4 gram beras merah yang difermentasikan dengan Monascus
purpureus, terdapat 9,6 mg inhibitor HMG-KoA Reduktase. Jumlah ini setara
dengan efek hipolipidemik yang dihasilkan oleh lovastatin dalam dosis 10-40
mg. Dosis minimal monacolin K pada angkak, memberikan efek hipolipidemik
yang lebih tinggi dibandingkan dengan lovastatin. Hal ini dimungkinkan karena
pengaruh substansi lain dalam angkak terhadap sintesis kolesterol yang belum
dapat dijelaskan.5
5.3 Angkak Memperbaiki Keadaan Dislipidemia
Angkak atau red yeast rice, merupakan salah satu bahan tradisional yang
telah diujicobakan pada hewan dan manusia dalam memperbaiki kadar lipid
serum. Angkak, juga dikenal sebagai beras Monascus purpureus, berasal dari
strain ragi M. purpureus dan dibuat dengan metode fermentasi beras tradisional.
Telah ditunjukkan bahwa beras ragi merah mengandung senyawa dengan
aktivitas reduktase inhibitor HMG-KoA, dinamakan monacolin K, yang
bertanggung jawab atas penghambatan sintesis kolesterol dalam
hati.27,28,30,31,33,34,36-39
Pada tabel 5.2., angkak dapat membantu memperbaiki keadaan
dislipidemia. Angkak dapat menurunkan kadar kolesterol total, kolesterol LDL,
dan trigliserida.27,28,30,31,33,34,36-39
Meskipun peningkatan kadar kolesterol HDL
masih kontroversi.
Becker DJ et al., melakukan penelitian terhadap 62 pasien dislipidemia
berumur 21 sampai 80 tahun, dengan riwayat diskontinuitas statin karena
myalgia. Penelitian ini dilakukan dalam 24 minggu. Dilakukan pencatatan
tentang kadar kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida dan kolesterol HDL
serta pain severity scores. Pencatatan dilakukan pada baseline, minggu ke 12
dan minggu ke 24. Dari 62 pasien, 31 pasien menerima angkak 1800 mg dengan
frekuensi 2 kali sehari, 31 pasien lainnya diberikan plasebo 2 kali sehari. Pada
minggu ke 12, didapatkan penurunan kolesterol LDL sebesar 27,3%, kolesterol
total 21,4% dan trigliserida 11,8% dari baseline. Namun peningkatan kadar HDL
tidak signifikan dalam penelitian ini. Penurunan maupun kenaikan kadar
kolesterol dan trigliserida dapat dilihat pada tabel 5.2. Pada minggu ke 24,
terdapat penurunan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida serta
kenaikan kolesterol HDL dari baseline yang cukup signifikan.33
Dalam
Comment [MD5]: Ini penambahan hasil minggu ke 12 nya dok
18
penelitian ini juga ditunjukkan bahwa tidak ada kenaikan pain severity scores
sehingga angkak dapat dipakai sebagai terapi pengganti pada pasien dislipidemia
yang tidak dapat mentoleransi statin.
Pada klinik lipid Rumah Sakit Universitas Oslo, Norway, dilakukan
penelitian oleh Bogsrud MP et al., terhadap 42 pasien dislipidemia dalam 16
minggu. Angkak diberikan dalam bentuk kapsul dengan dosis 2400 mg per hari
pada 22 pasien dan terhadap 20 pasien lainnya diberikan kapsul plasebo. Pada
minggu ke 16, tercatat penurunan total kolesterol (15,5%), kolesterol LDL
(23%), dan trigliserida (10,9%) pada pasien yang diberikan angkak
dibandingkan dengan baseline. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu terdapat
efek penurunan kolesterol yang signifikan pada pasien yang diberikan angkak
dibandingkan dengan plasebo.31
Lin CC et al., melakukan penelitian terhadap 79 pasien (umur 23-65
tahun) dengan mean baseline kolesterol LDL 203,9 mg/dl di China Medical
University Hospital, Taiwan. Selama 8 minggu, 37 pasien diberikan angkak
dengan dosis 1 kapsul 600mg diminum 2 kali sehari, sementara 38 pasien
lainnya diberikan kapsul plasebo yang identik. Pada pasien yang diberikan
angkak, terjadi penurunan kolesterol dan trigliserida yang signifikan
dibandingkan plasebo (dapat dilihat pada tabel 5.2.). Meskipun demikian,
penelitian ini hanya menyediakan data 8 minggu, penelitian lebih lanjut tentang
efektivitas jangka panjang dari angkak dengan populasi yang lebih besar amat
diperlukan.39
Penelitian Cholesterol-lowering effects of a proprietary Chinese red-
yeast-rice dietary supplement yang dilakukan Heber D et al., melibatkan 83
subyek dengan hiperlipidemia primer. Delapan puluh tiga subyek ini memiliki
total kolesterol antara 204-338mg/dL, kolesterol LDL 128-277mg/dL,
trigliserida 55-246mg/dL, kolesterol HDL 30-95mg/dL serta tidak mengikuti
terapi farmakologis untuk memperbaiki dislipidemia. Sebanyak 42 subjek
diberikan 2,4 gram angkak dengan dosis 1 kali minum per hari sedangkan 41
subjek lainnya diberikan plasebo. Dilakukan pengukuran kadar kolesterol total,
LDL, trigliserida dan HDL pada minggu ke 8, 9, 11 dan 12. Pada minggu ke 12,
terjadi penurunan kadar kolesterol total, LDL dan trigliserida secara signifikan
dibandingkan plasebo. Namun peningkatan kadar kolesterol HDL pada
penelitian ini tidak berubah secara signifikan.36
19
Wang et al., pada tahun 1997 melakukan penelitian selama 8 minggu
terhadap 446 pasien dislipidemia di Beijing. Sebanyak 324 pasien menerima
angkak 600 mg dua kali sehari dan 122 pasien menerima Chinese herbal
medicine, Jiaogulan (Gynostemma pentaphylla) sebagai grup kontrol positif.
Dilakukan pengukuran terhadap total kolesterol, LDL, trigliserida dan kolesterol
HDL sebelum treatment dimulai (baseline), minggu ke 4 dan minggu ke 8.
Terjadi penurunan kolesterol dan trigliserida serta peningkatan kolesterol HDL
yang signifikan dibandingkan dengan grup kontrol positif.37
Berikut ini ditampilkan penelitian-penelitian pengaruh angkak
terhadap pasien dislipidemia (tabel 5.2.). Hasil analisa yang dapat disimpulkan
adalah angkak memiliki potensi untuk menurunkan kadar kolesterol total, LDL
dan trigliserida secara bermakna. Namun dalam penelitian-penelitian tersebut,
pengaruh angkak terhadap peningkatan kadar kolesterol HDL masih kontroversi.
Hal ini mungkin diakibatkan karena jumlah sampel yang kurang dan waktu
penelitian yang singkat.
Tabel 5.2. Penelitian Efektivitas Angkak terhadap Dislipidemia31,33,36,37,39
Penulis Jumlah
partisipan
(n); Lama
penelitian
(minggu)
Dosis per
hari;
Bentuk
TK LDL TG HDL
Becker DJ,
et al., 2009
62; 24 2 x 1,8
gram;
kapsul
T:↓ 14,9%
P:↓ 5,3%
T:↓ 21,3%
P:↓ 8,7%
T:↓ 7,2%
P:↓ 1,4%
T:↑ 8,6%
P:↑ 7,9%
Bogsrud
MP, et al.,
2010
42; 16 1 x 2,4
gram;
kapsul;
T:↓ 15,5%
P:↑ 5,3%
T:↓ 23%
P:↑ 3,4%
T:↓10,9%
P:↑ 17%
Tidak
signifikan
Lin CC, et
al., 2005
79; 8 2 x 0,6
gram;
kapsul
T:↓ 21,5%
P:↓ 0,4%
T:↓ 27,7%
P:↓ 1,5%
T:↓ 15,8%
P:↓ 1,0%
Tidak
signifikan
Heber D, et
al., 1999
83; 12 1 x 2,4
gram;
kapsul
T:↓ 16,1%
P:↓ 1,8%
T:↓ 22%
P:↓ 2,6%
T:↓13,3%
P:↑ 2,5%
Tidak
signifikan
Wang, et al.,
1997
446; 8 2 x 0,6
gram;
kapsul
T:↓ 22,7%
P:↓ 7%
T:↓ 30,9%
P:↓ 15,3%
T:↓34,1%
P:↓ 12,8%
T:↑ 19,9%
P:↑ 8,4%
TK, total kolesterol; TG, trigliserida; LDL, low density lipoprotein; HDL, high density lipoprotein; T,
treatment group; P, plasebo.
20
Penelitian di Pennsylvania oleh Halbert SC et al., pada 43 orang dewasa
dengan dislipidemia dan diskontinuitas statin karena myalgia dengan pembagian
sebagai berikut : 21 pasien diberikan angkak dengan dosis 2 x 2400 mg per hari
dan 22 pasien lainnya menerima pravastatin 2 x 20 mg per hari. Lama perlakuan
pada penelitian ini adalah 12 minggu. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa
angkak dapat ditoleransi oleh pasien dengan diskontinuitas statin karena myalgia
dan mampu menurunkan kadar kolesterol total, LDL dan trigliserida secara
signifikan. Namun kenaikan kolesterol HDL pada penelitian ini tidak
signifikan.34
5.4 Angkak dalam Menghambat Sintesis Kolesterol
Cara kerja angkak mirip dengan cara kerja obat golongan statin. monacolin K
dalam angkak menghambat sintesa kolesterol dengan berperan sebagai inhibitor enzim
HMG KoA Reduktase. HMG KoA Reduktase merupakan enzim kunci dalam
pembentukan kolesterol. Jika enzim ini dihambat, maka asetil KoA tidak dapat
membentuk mevalonate sehingga kolesterol tidak dapat terbentuk.27,28
Gambar 5.2. Mekanisme Angkak dalam Menghambat Sintesis Kolesterol27,28
Karena cara kerja angkak paling mirip dengan cara kerja obat golongan statin,
maka pada tabel 5.3. ditunjukkanTabel 5.3. berikut memperlihatkan perbandingan harga
Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, Not Bold, Superscript
20
angkak dengan statin menurut minireview yang dilakukan oleh Journoud M. dan Jones
PJH.5
21
Tabel 5.3. Perbandingan Harga Angkak dengan Golongan Statin5
Nama TK ↓ (%) Dosis per hari
(mg)
Kisaran harga
(IDR)
Angkak 13-26 1200-2400 9150 - 18200
Lovastatin 16-34 20-80 16100 - 59450
Pravastatin 12-33 20-80 17300 - 41600 TK , total kolesterol.
Dari tabel 5.3. dapat disimpulkan bahwa angkak memiliki harga yang lebih
rendah dari obat golongan statin dengan efektivitas penurunan kolesterol total yang
hampir sama.
5.5 Keamanan Konsumsi Angkak
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa rates of adverse events pada
angkak dengan plasebo sama.31,33
Satu penelitian menemukan bahwa insiden
statin associated myalgia pada angkak lebih rendah dibandingkan pravastatin.34
Meskipun demikian ada penelitian yang melaporkan bahwa pernah terjadi
rhabdomyolisis pada pasien yang dilakukan transplantasi ginjal.40
Angkak
sebaiknya jangan diberikan pada wanita hamil dan pada pasien yang alergi
terhadap produk ragi.41
Tabel 5.4. berikut merangkum tentang perbandingan efek samping dan
interaksi makanan antara angkak dengan obat golongan statin. Insiden efek
samping yang tidak diinginkan pada angkak lebih rendah dibandingkan dengan
obat statin lainnya. Meskipun demikian, karena penelitian tentang angkak masih
terbatas, maka Physicians Desk Reference menyarankan agar efek samping pada
angkak dianggap sama dengan lovastatin, karena kandungan Monacolin K yang
terdapat pada angkak.5
Tabel 5.4. Efek Samping Angkak Dibandingkan dengan Statin5
Obat Efek Metabolik Efek Samping Interaksi
Makanan
Angkak ↓ TK, TG, LDL
↑ HDL
Alergi, rasa tidak
nyaman di abdominal,
flatulence, pusing
Tidak ada.
Dalam teori,
disamakan
dengan
lovastatin
Fluvastatin ↓ TK, TG, LDL
↑ HDL
Dispepsia, nausea, keram
abdominal, sakit kepala,
insomnia, nyeri otot
Tidak ada.
Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, Not Bold, Superscript
22
Lovastatin ↓ TK, TG, LDL
↑ HDL
Nausea, dispepsia, nyeri
abdominal, konstipasi,
flatulence, sakit kepala,
rash, penglihatan kabur,
pusing, nyeri otot,
insomnia, rhabdomiolisis
(jarang)
Alkohol, jus
jeruk bali,
gandum.
Simvastatin ↓ TK, TG, LDL,
VLDL
↑ HDL
Dispepsia, konstipasi,
nyeri otot, insomnia,
rhabdomiolisis (jarang)
Alkohol, jus
jeruk bali.
TK, total kolesterol; TG, trigliserida; LDL, low density lipoprotein; VLDL, very low density
lipoprotein; HDL, high density lipoprotein.
Dalam produksinya, angkak menghasilkan metabolit sekunder yaitu
citrinin. Metabolit sekunder ini dilaporkan memiliki efek yang kurang baik pada
tubuh jika dikonsumsi dalam jumlah tertentu.
5.5.1 Citrinin
Citrinin adalah salah satu zat yang ditemukan pada ekstrak
angkak, yang merupakan metabolit sekunder pada angkak. Citrinin
memiliki efek hepatotoksik dan nefrotoksik. Menurut The Ministry
of Health and Welfare of Japan, ekstrak angkak yang baik untuk
dikonsumsi yaitu angkak dengan kadar citrinin kurang dari 200ppb
(0,2µg/g).32
Sitotoksisitas pada citrinin dapat dikurangi pada lingkungan
dengan suhu yang tinggi. Pada lingkungan yang lembap, suhu yang
diperlukan yaitu antara 160-175oC. Sedangkan pada lingkungan yang
kering, suhu deaktivasi yang diperlukan lebih tinggi yaitu 175oC.
32
Oleh karena itu diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai
pengaruh angkak dengan proses pembuatan melalui pemanasan
tinggi (160-175oC) terhadap dislipidemia dalam mencegah
pembentukan citrinin. Hal ini dilakukan mengingat proses
pemanasan angkak yang umum dilakukan menggunakan suhu 45oC.
Pada tabel 5.5. didapatkan kadar citrinin yang bervariasi dalam 600
mg kapsul angkak yang diproduksi secara komersial.35
23
Tabel 5.5. Kadar Citrinin pada 6 Produk Komersial Angkak35
Produk Angkak
(600mg/kapsul)
Dibuat Citrinin,
ppm
21st Century 100% Vegetarian
Red Yeast Rice Extract.
21st Century Healthcare TD
Atrium Chole-sterin Red Yeast
Rice.
Atrium Inc. TD
Cholestene HPF Red Yeast Rice. HPF LLC TD
Healthy America Red Yeast
Rice.
Healthy America 24
Natural Balance Red Yeast Rice
Concentrated Extract.
Natural Balance TD
Schiff New Red Yeast Rice Schiff Nutrition Group 75,5
Ppm, parts per millions; TD, tidak terdeteksi.
5.6 Pengaruh Angkak terhadap Dislipidemia
Beberapa penelitian di atas menunjukkan hasil yang saling menunjang yaitu
angkak mempunyai efek memperbaiki dislipidemia. Dari keenam penelitian tentang
angkak didapatkan range dosis angkak berkisar antara 1200-1400 mg per hari agar
memberikan pengaruh perbaikan dislipidemia. 31,33,34,36,37,39
Penelitian yang dilakukan oleh Halbert SC et al, menunjukkan bahwa angkak
dapat digunakan sebagai alternatif pada pasien yang intoleransi statin karena myalgia
(Statin associated myalgia). Hal ini dimungkinkan karena dosis monacolin K yang
minimal pada angkak.34
Penelitian-penelitian tentang angkak masih sangat terbatas dalam hal jumlah
sampel dan waktu penelitian, maka masih diperlukan lebih banyak penelitian untuk
mengetahui dengan baik pengaruh angkak terhadap dislipidemia dan kesehatan
manusia jangka panjang.
Ada SAM sbagai alternatif.
Hal ini dimungkinkan karena efek monakolin.
Dikarenakan penelitian tentang angkak masih terbatas, maka untuk sementara efek
samping angkak dianggap sama dengan Lovastatin.
24
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Angkak berpotensi memperbaiki dislipidemia melalui monacolin K, yang
bekerja sebagai penghambat enzim HMG KoA reduktase.
6.2 Saran
Penelitian mengenai konsumsi angkak terhadap dislipidemia dapat
dikembangkan lebih lanjut dengan melibatkan jumlah sampel yang lebih besar dan
jangka waktu yang lebih panjang sehingga dapat diketahui lebih pasti efek konsumsi
angkak.
Penemuan adanya manfaat konsumsi angkak terhadap dislipidemia akan
memberi banyak manfaat untuk menurunkan risiko PJK dan menjadi acuan bagi
banyak peneliti. Diharapkan publikasi selanjutnya mengenai angkak dapat lebih
optimal dengan memberikan pedoman baru mengenai penggunaan angkak
dengan lebih efektif.
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Citkowitz E. Hypertrigliceridemia. 2010. Tersedia di www.medscape.com. [5
Januari 2010]
2. Man RYK, Lynn EG, Cheung F, Tsang PSY, O K. Cholestin Inhibits
Cholesterol Synthesis and Secretion in Hepatic Cells (HepG2). Molec N Cellul
Biochem 2002; 233:153-8.
3. World Health Organization. Noncommunicable Diseases Country Profiles. 2011.
Tersedia di www.who.int/nmh/publications/ncd-profiles2011/en/. [6 Juni 2012]
4. Law MR, Wald NJ, Thompson SG. By How Much and How Quickly Does
Reduction in Serum Cholesterol Concentration Lower Risk of Ischaemic Heart
Disease?. BMJ. 1994; 308: 367.
5. Journoud M, Jones PJH. Red Yeast Rice: a New Hypolipidemic Drug. L Scien
2004; 74:2675-83.
6. Cicero AFG, Benvenuti C. Efficacy of a Red Yeast Rice Based Nutraceutical in
Large Subgroups of Hypercholesterolemic Subjects in Every Day Clinical
Practice. Mediterr J Nutr Metab 2010; 3:239-46.
7. Shi Y, Pan T. Beneficial Effects of Monascus Purpureus NTU 569-Fermented
Products. Appl Microbiol Biotechnol 2011; 90:1207-17.
8. Franssen R, Monajemi H, Stroes ESG, Kastelein JJP. Obesity and Dyslipidemia.
Med Clin N Am 2011; 95:893-902.
9. Majid, A. Penyakit Jantung Koroner: Patofisiologi, Pencegahan dan Pengobatan
Terkini. Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara [Versi elektronik]. 2007. Tersedia di
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/705/1/08E00124.pdf [13 Desember
2010].
26
10. Aslam F, Haque A, Lee LV, Foody J. Hyperlipidemia in Older Adults. Clin
Geriatr Med 2009; 25:591-606.
11. Anwar TB. Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner. Fakultas Kedokteran :
Universitas Sumatera Utara; 2004.
12. Galbut BH, Davidson MH. Cardiovascular Disease : Practical Applications of
the NCEP ATP III Update. Patient Care 2005;1-4.
13. Brashers VL. Alterations of Cardiovascular Function. In: Clark S, Ketchum C,
editors. Pathophysiology: The Biologic Basis for Diseases in Adults and
Children. 5th ed. Canada: Elsevier; 2006. p. 1161-4.
14. Seeley RR, Stephens TD, Tate P. Anatomy and Physiology. 7th ed. New York:
McGraw-Hill; 2000.
15. Chen ZY, Ma KY, Liang Y, Peng C, Zuo Y. Role and Classification of
Cholesterol-Lowering Functional Foods. J Func Foods 2011; 3:61-9.
16. Durrington PN, Sniderman A. Lipids and Their Metabolism. In: Durrington PN,
editor. Hyperlipidaemia: Diagnosis and Management. 3rd ed. Cornwall: A
Hodder Arnold Publication; 1993. p. 16-9.
17. Botham KM, Mayes PA. Lipid Transport and Storage. In: Botham KM, Mayes
PA, editors. Harper’s Illustrated Biochemistry. 27th ed. Singapore: The
McGraw-Hill Companies Inc.; 2006. p. 217-22.
18. National Institute of Health; National Heart, Lung and Blood Institute. Third
Report of the National Cholesterol Education Program Expert Panel on
Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Cholesterol in Adults. NIH
Publication No. 02-5215; 2002.
19. Pramono LA. Dislipidemia. Medika Jurnal Kedokteran Indonesia 2009; edisi 07
vol. XXXV.
27
20. Yutha A, Gani A, Sofia. Profil Dislipidemia sebagai Salah Satu Faktor Risiko
Penyakit Jantung Koroner di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin
Profil Dislipidemia sebagai Salah Satu Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner
Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin. FK Unsyiah 2011.
21. Laine C, Goldmann D. In the Clinic Dyslipidemia. Ann Intern Med; 2007.
22. Wijayanti D. Cara Mudah Mengatasi Problem Kolesterol. Yogyakarta: Bangkit.
2009.
23. Djohan T. Penyakit Jantung Koroner dan Hipertensi. 2004. Tersedia di
library.usu.ac.id/download/fk/gizi-bahri10.pdf. [16 Juni 2012]
24. Mahley RW, Weisgraber KH, Bersot TP. Disorder of Lipid Metabolism. In:
Meloni D, Snyder A, editors. Williams Textbook of Endocrinology. 11th ed.
Canada: Saunders, an imprint of Elsevier Inc.; 2008. p. 1608-10.
25. Pengurus Besar Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Petunjuk Praktis
Penatalaksanaan Dislipidemia. Jakarta: PB. PERKENI; 2004.
26. Nijjar PS, Burke FM, Bloesch A, Rader DJ. Role of Dietary Supplements in
Lowering Low-Density Lipoprotein Cholesterol: a Review. J Clin Lipidol 2010;
4:248-258.
27. Liu J, Zhang J, Shi Y, Grimsgaard S, Alraek T, Fonnebo V. Chinese Red Yeast
Rice (Monascus purpureus) for Primary Hyperlipidemia: a Meta Analysis of
Randomized Controlled Trials. A Review of Literature. Chin Med J 2006; 1:4.
28. Ma J, Li Y, Ye Q, Li J, Hua Y, Ju D, et al. Constituents of Red Yeast Rice, a
Traditional Chinese Food and Medicine. J Agric Food Chem 2000; 48:5220-25.
29. Musselman ME, Pettit RS, Derenski KL. A Review and Update of Red Yeast
Rice. J Evid-Based Complem N Altern Med 2012; 17:33-9.
28
30. Li XM, Shen XH, Duan ZW, Guo SR. Advances on the Pharmalogical Effects of
Red Yeast Rice. Chin J Nat Med 2011; 93:161-6.
31. Bogsrud MP, Ose L, Langslet G, Ottestad I, Strom EC, Hagve TA, et al.
HypoCol (Red Yeast Rice) Lowers Plasma Cholesterol – a Randomized Placebo
Controlled Study. Scand Cardiovasc J 2010; 44:197-200.
32. Lin YL, Wang TH, Lee MH, Su NW. Biologically Active Components and
Nutraceuticals in The Monascus-Fermented Rice: a review. Appl Microbiol
Biotechnol 2008; 77:965-73.
33. Becker DJ, Gordon RY, Halbert SC, French B, Morris B, Rader DJ. Red Yeast
Rice for Dyslipidemia in Statin-Intolerant Patients. Ann Intern Med 2009;
150:830-9.
34. Halbert SC, French B, Gordon RY, Farrar JT, Schmitz K, Morris PB, et al.
Tolerability of Red Yeast Rice (2400 mg Twice Daily) Versus Pravastatin (20
mg Twice Daily) in Patients With Previous Statin Intolerance. Am J Cardiol
2010; 105:198-204.
35. Gordon RY, Cooperman T, Obermeyer W, Becker DJ. Marked Variability of
Monacolin Levels in Commercial Red Yeast Rice Products. Arch Intern Med
2010; 170(19):1722-7.
36. Heber D, Yip I, Ashley JM, Elashoff DA, Elashoff RM, Go VLW. Cholesterol-
Lowering Effects of a Proprietary Chinese Red-Yeast-Rice Dietary Supplement.
Am J Clin Nutr 1999; 69:231-6.
37. Wang J, Lu Z, Chi J, Wang W, Su M, Kou W, et al. Multicenter Clinical Trial of
the Serum Lipid-Lowering Effects of a Monascus purpureus (Red Yeast) Rice
Preparation from Traditional Chinese Medicine. Curr Ther Res 1997; 58:12.
29
38. Rippe J, Bonovich K, Colfer H, Davidson M, Dujovne C, Fried D. A
Multicenter, Self Controlled Study of Cholestin in Subjects with Elevated
Cholesterol. Circulation 1999; 99:1123.
39. Lin CC, Li TC, Lai MM. Efficacy and Safety of Monascus purpureus Went Rice
in Subjects with Hyperlipidemia. European Journal of Endocrinology 2005;
153:679-86.
40. Prasad GVR, Wong T, Meliton G, Bhaloo S. Rhabdomyolisis Due to Red Yeast
Rice (Monascus purpureus) in a Renal Transplant Recipient. Transplantation
2002; 74(8):1200-1.
41. Gordon RY, Becker DJ. The Role of Red Yeast Rice for the Physician. Curr
Atheroscler Rep 2011; 13:73-80.