pengaruh konseling dan foot hand massage … filelain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing...
TRANSCRIPT
i
PENGARUH KONSELING DAN FOOT HAND MASSAGE TERHADAP
PELAKSANAAN MOBILISASI DINI PADA PASIEN
POST SECTIO CAESAREA
TESIS
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai derajat Magister
Program Studi Magister Kedokteran Keluarga
Minat Pendidikan Profesi Kesehatan
Oleh
Rini Sulistyowati
NIM S541208129
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014
ii
PENGARUH KONSELING DAN FOOT HAND MASSAGE TERHADAP
PELAKSANAAN MOBILISASI DINI PADA PASIEN
POST SECTIO CAESAREA
TESIS
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai derajat Magister
Program Studi Magister Kedokteran Keluarga
Minat Pendidikan Profesi Kesehatan
Oleh
Rini Sulistyowati
NIM S541208129
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014
v
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS
Penulis menyatakan dengan sebenarnya bahwa :
1. Tesis yang berjudul : “PENGARUH KONSELING DAN FOOT HAND
MASSAGE TERHADAP PELAKSANAAN MOBILISASI DINI PADA
PASIEN POST SECTIO CAESAREA” ini adalah karya penelitian penulis
sendiri dan bebas plagiat, serta tidak terdapat karya ilmiah yang pernah
diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak
terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang
lain kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuan dalam naskah ini dan
disebutkan dalam sumber acuan serta daftar pustaka. Apabila dikemudian
hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka penulis bersedia
menerima sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
(Permendiknas No. 17, tahun 2010)
2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah
lain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs
UNS sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu
semester (Enam bulan sejak pengesahan Tesis) penulis tidak melakukan
publikasi dari sebagian atau keseluruhan tesis ini, maka Prodi Magister
Kedokteran Keluarga PPs UNS berhak mempublikasikannya pada jurnal
ilmiah yang diterbitkan oleh Prodi Magister Kedokteran keluarga PPS UNS.
Apabila penulis melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini maka
penulis bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku
Surakarta, Juni 2014
Mahasiswa
Rini Sulistyowati
S541208129
vi
KATA PENGANTAR
Ucapan puji syukur kepada TUHAN YESUS KRISTUS, yang telah
melimpahkan berkat Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan tesis
dengan judul “PENGARUH KONSELING DAN FOOT HAND MASSAGE
TERHADAP PELAKSANAAN MOBILISASI DINI PADA PASIEN POST
SECTIO CAESAREA”. Usulan Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu
syarat menyelesaikan pendidikan strata dua (S2) pada Magister Kedokteran
Keluarga.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, Drs, MS, selaku Rektor Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk mengikuti
pendidikan di Universitas Sebelas Maret.
2. Prof. Dr. Ahmad Yunus, Ir, MS, selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret Surakarta
3. Dr. Hari Wujoso, dr,Sp.F., M.M., selaku Ketua Program Magister Kedokteran
Keluarga Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Program Magister
Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret Surakarta
4. Prof. Dr. Ambar Mudigdo, dr. Sp.PA(K) selaku pembimbing I yang
senantiasa membimbing dan mengarahkan dalam penyusunan dan penulisan
tesis ini.
vii
5. Dr.Nunuk Suryani, M.Pd. selaku pembimbing II yang senantiasa membimbing
dan mengarahkan dalam penyusunan dan penulisan tesis ini.
6. Seluruh dosen Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama
Pendidikan Profesi Kesehatan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berharga.
7. Suami yang telah memberi semangat dan motivasi untuk terselesaikannya tesis
ini.
8. Ketiga anak penulis yang penulis sayangi yang telah memahami dan mengerti
keadaan ibunya dalam menyelesaikan tesis ini.
9. Semua pihak dan teman seangkatan mahasiswa program pascasarjana
Magister Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah menjalin kerjasama dalam menempuh pendidikan di Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Akhirnya semoga semua kebaikan yang diberikan memperoleh imbalan dari
Tuhan Yang Maha Esa dan dicatat sebagai amal ibadah. Demi kesempurnaan dan
perbaikan usulan tesis ini penulis sangat harapkan kritik dan saran dari berbagai
pihak. Terima kasih.
Surakarta, Juni 2014
Penulis
viii
Rini Sulistyowati. 2014. Pengaruh konseling dan foot hand massage terhadap
pelaksanaan mobilisasi dini pada pasien post sectio caesarea. TESIS.
Pembimbing 1: Prof. Dr. Ambar Mudigdo, dr. Sp.PA(K), II : Dr.Nunuk Suryani,
M.Pd. Program Studi Magister Kedokteran Keluarga, Program Pascasarjana,
Universitas Sebelas Maret Surakarta
ABSTRAK
Tindakan sectio caesarea merupakan tindakan pembedahan sebagai upaya
lahirnya janin melalui dinding abdomen. Tindakan pembedahan berdampak
terhadap munculnya rasa nyeri akibat bekas Penulistan yang mempengaruhi
mobilisasi serta munculnya kecemasan yang dapat memeperlambat kesembuhan.
Foot hand massage merupakan salah satu tindakan relaksasi untuk mengurangi
nyeri serta pendidikan kesehatan yang adekuat dengan metode konseling yang
dapat mendukung mobilisasi dini untuk mempercepat kesembuhan dan
mengurangi hari rawat pasien.
Desain penelitian ini menggunakan True-Exsperimen dengan bentuk
Posttest Only Control Group Design. Pengambilan sampel dengan simple random
sampling besar sampel adalah 40 responden terdiri 20 kelompok perlakuan dan
20 kelompok kontrol. Analisis data secara univariat dengan table distribusi
frekuensi dan analisis bivariat dengan, Mann-Whitney dengan taraf signifikansi ≤
0,05.
Hasil penelitian ini menunjukkan tindakan konseling bersama foot hand
massage berpengaruh terhadap mobilisasi dini dengan nilai p-value 0,001 dengan
nilai median kelompok perlakuan 3,00, nilai minimum-maximum 1-3, sedangkan
kelompok kontrol nilai median 1,00, nilai minimum-maximum 1-2.
Simpulan yang diperoleh pada penelitian ini adalah ibu post sectio casarea
yang dilakukan konseling dan foot hand massage bersama dengan program
pengobatan berpengaruh terhadap mobilisasi dini, ibu yang diberikan perlakuan
mobilisasi yang dilakukan sesuai tahapan pelaksanaan mobilisasi.Saran Konseling
dan foot hand massage sangat efektif sebagai upaya untuk mnciptakan ibu
melakukan mobilisasi dini.
Kata Kunci : Konseling, foot hand massage, mobilisasi
ix
Rini Sulistyowati. 2014. Effect of counceling and foot hand massage on the
implementation of early mobilization in patients post sectio caesarea.
THESIS. Supervisor 1: Prof. Dr. Ambar Mudigdo, dr. Sp.PA(K), II : Dr.Nunuk
Suryani, M.Pd. master study program of family medicine, Post-graduate, Program
of Sebelas Maret University, Surakarta
ABSTRACT
Sectio Caesarea is surgery to give a birth of a fetus through the abdominal wall.
This surgery has an impact on the pain that is caused by the incision that affect
mobilization and trigers anxiety that can slow down the healing process. Hand
Foot massage is one relaxation technique to reduce the pain and one of health
educations with adequate counseling methods that can support early mobilization
to accelerate healing and shortened the patient's care.
The design of this study using a True-Exsperimen in the form of Posttest Only
Control Group Design. Sampling was conducted through simple random sampling
with a sample size 40 respondents consisted of 20 treatment group and 20 control
group. The data analysis was using univariate analysis with frequency distribution
tables and bivariate analysis, the Mann-Whitney with a significance level of ≤
0.05.
The results of this study indicated counseling action with hand foot massage
affected early mobilization with a p-value of 0.001 with a median value of 3.00
treatment group with the minimum-maximum value of 1-3, while the control
group median value of 1.00 with the minimum-maximum value 1-2.
The conclusions of the study shows mothers who had caesarea sectio post with
hand and foot massage counseling along with a program of treatment affectstheir
early mobilization, mothers with mobilization treatment that is carried out in the
exact phase of mobilization counseling. It is recomended that hand and foot
massage is very effective as an attempt to help mothers to do early mobilization.
Keywords: Counseling, hand foot massage, mobilization
x
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................. vi
ABSTRAK .................................................................................................... viii
ABSTRACT .................................................................................................. ix
DAFTAR ISI ................................................................................................. x
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................. 5
C. Tujuan Penelitian ............................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ............................................................ 6
BAB II T1NJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ......................................................................... 7
1. Konsep Konseling ........................................................ . 7
2. Konsep Foot and Hand Massage ................................ 17
3. Konsep Mobilisasi Dini Post Sectio Caesarea .............. 37
4. Konsep Sectio Caesarea ................................................ 42
B. Penelitian Relevan ............................................................. 50
C. Kerangka Pikir .................................................................. 52
D. Hipotesis ............................................................................... 53
xi
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu ............................................................ 54
B. Jenis Penelitian ................................................................... 54
C. Kerangka Kerja .................................................................. 56
D. Populasi, Sampel dan Tehnik Sampling ........................... 57
E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ................. 58
F. Tehnik Pengumpulan Data .............................................. 61
G. Teknik dan Instrumen Untuk Mengumpulkan Data ...... 62
H. Teknik Analisis Data .......................................................... 65
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data .................................................................... 67
B. Hasil Penelitian Atau Pengujian Hipotesis ...................... 73
C. Pembahasan ........................................................................ 74
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan ......................................................................... 77
B. Implikasi ............................................................................. 77
C. Saran ................................................................................... 77
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 78
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Ibu Post
Caesarea di RSIA Harapan Sehat Tentram Kabupaten Trenggalek
Tahun 2014 ................................................................................... 68
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan pendidikan Ibu Post
Caesarea di RSIA Harapan Sehat Tentram Kabupaten Trenggalek
Tahun 2014 ................................................................................... 69
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan pekerjaan Ibu Post
Caesarea di RSIA Harapan Sehat Tentram Kabupaten Trenggalek
Tahun 2014 ................................................................................... 70
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan jumlah kelahiran Ibu Post
Caesarea di RSIA Harapan Sehat Tentram Kabupaten Trenggalek
Tahun 2014 ................................................................................... 71
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan indikasi sectio Caesarea Ibu
Post Caesarea di RSIA Harapan Sehat Tentram Kabupaten
Trenggalek Tahun 2014 ................................................................ 72
Tabel 4.6 Hasil Analisis Mann-Whitney Pengaruh Konseling Dan Foot Hand
Massage Terhadap Pelaksanaan Mobilisasi Dini Ibu Post Caesarea di
RSIA Harapan Sehat Tentram Trenggalek Tahun 2014 ............... 73
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Konseling
Lampiran 2 Lembar Pemberian Perlakuan Foot And Hand Massage
Lampiran 3 Lembar Pelaksanaan Mobilisasi Dini Ibu Post Sectio Caesarea
Lampiran 4 Uji Normalitas Mobilisasi Kelompok Perlakuan
Lampiran 5 Uji Normalitas Mobilisasi Kelompok Kontrol
Lampiran 6 Uji Normalitas Dan Deskriptif Statistik Kelompo Perlakuan Dan
Kelompok Kontrol
Lampiran 7 Uji Mann-Whitney Test
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tindakan Sectio Caesarea merupakan salah satu tindakan pembedahan
sebagai lahirnya janin melalui insisi di dinding abdomen (laparotomi) dan dinding
uterus (histerektomi) (Garry.C.F,2005;592) . Salah satu dampak yang ditimbulkan
dari pasca tindakan sectio caesarea adalah sakit ditulang belakang, nyeri dibekas
jahitan, nyeri dibekas sayatan dan juga mual muntah akibat efek anastesi. Pada
pasien post sectio caesarea juga dimungkinkan muncul rasa kebingungan dan
ketakutan dalam aktifitas dan juga dengan keadaan yang dialami klien juga perlu
adaptasi menerima keadaan dari tindakan pasca pembedahan. Rasa nyeri dan
kecemasan ini bila tidak diperhatikan dapat memperlambat proses penyembuhan.
Namun demikian dalam mempercepat penyembuhan luka pasca sectio caesarea
dibutuhkan tindakan komprehensip seperti mobilisasi sedini mungkin sebagai
usaha mengeluarkan cairan dari bekas sayatan , dan mengurangi nyeri dari post
sectio caesarea dan juga tidak kalah penting adalah pendidikan kesehatan baik
pada pasien atau keluarga tentang keadaan yang dialami pasien. Salah satu
penelitian yang dilakukan oleh Tagawa K et al. 2012 yang berjudul “Introduction
of enhanced recovery after surgery (ERAS) protocols: reducing 3.4 days of
postoperative hospital stay” , Konseling dan mobilisasi dini pada pasien pre
operasi dapat memfasilitasi kesembuhan pasien post operasi
2
Salah satu faktor yang dimungkinkan mempengaruhi terhadap mobilisasi
pasien post sectio caesarea adalah rasa nyeri bekas operasi dan pengetahuan yang
tidak adekuat tentang mobilisasi dini, untuk itu pendidikan kesehatan atau
konseling yang adekuat sangat perlu untuk memotivasi pasien segera mobilisasi
guna mendukung penyembuhan pasien. Konseling kebidanan menurut Gustad
1953 dalam buku Yulifah R; dan Yuswanto Tri J.A 2009 adalah suatu proses yang
mempunyai orientasi pada belajar, dilakukan dalam lingkungan sosial dari
seseorang kepada orang lain (konselor kepada konseli), dengan memberikan
bantuan secara professional (memiliki pengetahuan dalam bidangnya), serta
membantu konseling dengan metode yang disesuaikan kebutuhan masalah yang
dihadapi klien, dengan hal tersebut diharapkan pasien termotivasi untuk segera
mobilisasi dini. Mobilisasi ini akan membantu ibu memperoleh kembali kekuatan
dengan cepat dan memudahkan kerja usus besar serta kandung kemih, paling tidak
sampai ibu bisa buang gas. Aktivitas ini juga akan membantu mempercepat organ-
organ tubuh kembali bekerja seperti semula
Beberapa penelitian yang berhubungan dalam menurunkan nyeri pada post
sectio adalah penelitian oleh Abbaspoor Z et al. 2013 dengan judul Effect of Foot
and Hand Massage In Post-Sectioean Section Pain Control dimana nyeri post
operasi dapat dikurangi dengan foot and hand massage sebagai pendukung
management nyeri post operasi. Dan dalam penelitian oleh Hanprasertpong T,
Rattanaprueksachart R dkk yang berjudul “Comparison of the effectiveness of
different counseling methods before second trimester genetic amniocentesis in
Thailand” konseling dapat meningkatkan pengetahuan dan kepuasan pasien serta
3
menurunkan nyeri dan kecemasan. Data rekam medis RSIA Harapan Sehat
Tentram tahun 2011 terdapat 387 persalinan dengan sectio caesarea , tahun 2012
terdapat 402 persalinan dengan sectio caesarea dan pada bulan Pebruari 2013
terdapat 40 persalinan dengan sectio caesarea. Menurut penelitian Abbaspoor Z,
Akbari M, Najar S. Dengan judul Effect of Foot and Hand Massage In Post-
Sectioean Section Pain Control di Mustafa Khomeini Hospital, Elam, Iran, April
1 to July 30, 2011 dari 80 wanita dengan elektif sectio Intensitas nyeri ditemukan
berkurang setelah intervensi foot and hand massage dibandingkan dengan
intensitas sebelum intervensi foot and hand massage. Namun demikian konseling
tentang perkembangan pasien juga diperlukan dengan tujuan dapat mengubah
sikap dan tingkah laku yang negative menjadi positif (Romauli, 2013) yaitu pasien
untuk segera dapat mobilisasi dini.
Salah satu masalah yang harus diantisipasi dan dipertimbangkan setelah
tindakan operasi adalah masalah luka. Insisi sendiri artinya adalah suatu tindakan
yang disengaja dengan membuat luka karena adanya indikasi, luka pada dasarnya
akan menyebabkan nyeri dan Menurut The International Association for The
Study of Pain (IASP), nyeri digambarkan sebagai suatu pengalaman sensorik dan
emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan
jaringan atau potensial menyebabkan kerusakan jaringan (Hartwig dan Wilson,
2002:1063). Masalah yang bisa timbul karena tindakan sectio caesarea adalah
nyeri luka bekas jahitan (Nakita, 2012). Secara signifikan, nyeri dapat
memperlambat pemulihan pasien menjadi ragu – ragu untuk melakukan batuk,
napas dalam, mengganti posisi, ambulasi, atau melakukan latihan – latihan yang
4
diperlukan (Perry & Potter, 1846). Informasi yang tidak adekuat juga
menimbulkan kecemasan pada diri pasien dan dalam penelitian oleh Lepczyk et
al, menyebutkan ada perbedaan tingkat kecemasan antara pasien yang mendapat
pengetahuan dengan yang tidak mendapat pengetahuan. Hal tersebut pasien post
sectio caesarea perlu perhatian yang khusus untuk mempercepat penyembuhan.
Penanganan pada pasien post sectio caesarea salah satunya adalah dengan
strategi penatalaksanaan nyeri, mencakup baik pendekatan farmakologis dan
nonfarmakologis. Pendekatan ini diseleksi berdasarkan pada kebutuhan dan tujuan
penanganan nyeri secara individual (Potter dan Perry, 2005:1535). Nyeri yang
ditimbulkan pada bekas luka operasi dapat mengganggu istirahat tidur serta dapat
menimbulkan kecemasan untuk mobilisasi dini pada klien sendiri hal ini bila
dibiarkan dapat memperlambat penyembuhan dan memperpanjang hari
perawatan. Adapun penatalaksanaan secara umum dari nyeri antara lain memberi
rasa nyaman dengan menggosok punggung, kompres dingin, pengalihan
perhatian, metode pernapasan (Corwin Elizabeth J, 2001 :228) Dalam penelitian
Abbaspoor Z, Akbari M, Najar S. Dengan judul Effect of Foot and Hand Massage
In Post-Sectioean Section Pain menyebutkan bahwa nyeri dapat diturunkan
dengan menggunakan Foot and Hand Massage. Konseling juga diperlukan dalam
pemberian informasi untuk memberikan penjelasan tentang keadaan pasien
sebagai tujuan untuk membantu kebutuhan klien, meliputi menghilangkan
perasaan yang menekan atau mengganggu dan mencapai kesehatan mental yang
positif dan munculnya kemandirian dalam masalah kesehatan yaitu pasien dapat
segera mobilisasi, hilangnya dari rasa takut dan kecemasan, sehingga dengan
5
harapan dapat mempercepat kesembuhan klien. Sesuai dengan hal tersebut diatas
peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengaruh konseling, foot and hand
massage terhadap pelaksanaan mobilisasi dini pada pasien post sectio caesarea.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian pada latar belakang, maka perumusan masalah penelitian ini adalah
“Apakah ada Pengaruh konseling dan foot hand massage terhadap pelaksanaan
mobilisasi dini pada pasien post sectio caesarea ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum Penelitian
Untuk menganalisis pengaruh berbagai metode dan faktor yang
mempengaruhi mobilisasi dini terhadap pelaksanaan mobilisasi dini pasien
post sectio caesarea
2. Tujuan Khusus Penelitian
Untuk Menganalisa Pengaruh konseling dan foot hand massage terhadap
pelaksanaan mobilisasi dini pada pasien post sectio caesarea
6
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
a. Diharapkan dengan memberikan konseling dan perlakuan foot and
hand massage kepada pasien post sectio caesarea bisa menurunkan
nyeri pada luka post sectio caesarea, pasien segera melakukan
mobilisasi dini sehingga dapat mempercepat pemulihan pasien,
mengurangi biaya pengobatan.
b. Diharapkan dengan penelitian ini dapat meningkatkan skill tenaga
kesehatan medis dan paramedic dalam management post sectio
caesarea dengan konseling dan perlakuan foot hand massage
2. Manfaat Teoritis
a. Diharapkan hasil penelitian ini bisa menambahkan wawasan dan
pengetahuan peneliti tentang konseling, foot hand massage, dalam
menurunkan nyeri sehingga pasien post sectio caesarea segera
melaksanakan mobilisasi dini untuk mempercepat penyembuhan.
b. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam
alternatif pelaksanaan nyeri post sectio caesarea dan mempercepat
mobilisasi dini.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Konsep Konseling
a. Pengertian Konseling
Konseling merupakan suatu proses pelayanan yang melibatkan
kemampuan profesional pada pemberi pelayanan dan sekurangnya
melibatkan pula orang kedua, penerima layanan, yaitu orang yang
sebelumnya merasa nyata-nyata tidak dapat berbuat banyak dan
setelah mendapat layanan menjadi dapat melakukan sesuatu
(Mappiare 2006 cit. Taufik M; dan Juliane 2010)
Konseling kebidanan adalah suatu proses yang mempunyai
orientasi pada belajar, dilakukan dalam lingkungan social dari
seseorang kepada orang lain (konslor kepada konseli), dengan
memberikan bantuan secara professional (memiliki pengetahuan
dalam bidangnya), serta membantu konseli dengan metode yang
dissuaikan kebutuhan masalah yang dihadapi klien, agar klien
dapat memahami dan menggunakan pengertiannya atau tujuan
yangditetapkan bersama dalam proses konseling secara wajar dan
dihayati, akhirnya konseli dapat menjadi anggota masyarakat yang
lebih produktif dan bahagia (Gustad 1953 cit Yulifah R; dan
Yuswanto Tri J.A 2009)
8
Konseling merupakan proses pemberian informasi obyektif
dan lengkap, dilakukan secara sistematik dengan panduan
komunikasi interpersonal, teknik bimbingan dan penguasaan
pengetahuan klinik, bertujuan untuk membantu seseorang
mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi, dan
menentukan jalan keluar atau supaya mengatasi masalah tersebut
(Saifudin,Abdul Bari2002 cit Tyastuti S et al 2009)
b. Tujuan Konseling
1) Tujuan konseling menurut Yulifah R dan Yuswanto Tri J.A
(2009)
a) Memfasilitasi perubahan tingkah laku pasien
Perubahan tingkah laku dalam proses konseling adalah
perubahan dalam cara berfikir dan pemahaman, yaitu
dari ketidak mengertian pasien tentang masalah yang
dihadapinya menjadi memahami dan mengerti masalah.
b) Meningkatkan kemampuan klien untuk menciptakan dan
memelihara hubungan
Konseling akan berjalan apabila antara bidan dengan
klien sudah ada peningkatan hubungan baik. Hubungan
baik dimaksud tidak hanya hubungan antara bidan
dengan klien, akan tetapi bagaimana klien juga dapat
berhubungan dengan lingkungan sekitarnya.
9
c) Mengembangkan keefektifan dan kemampuan klien
untuk memecahkan masalah
Secara mendasar, manusia sebagai individu mempunyai
cara untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya,
tetapi karena ketidak mengertian mengenai masalahnya
dan kurang memahami tentang dirinya, maka ia akan
menghadapi kesulitan dalam memecahkan masalahnya.
Konseling diarahkan untuk memanfaatkan kemampuan
atau potensi klien.
d) Meningkatkan kemampuan klien untuk membuat
keputusan
Permasalahan kompleks yang dihadapi individu
seringkali merupakan suatu pilihan yang sangat sulit,
sedangkan untuk memilih dibutuhkan adanya keputusan.
Keputusan yang diambil tidaklah mudah karena apabila
salah dalam membuat suatu keputusan akibat yang
terjadi akan lebih buruk dan menimbulkan konflik baru.
e) Memfasilitasi perkembangan potensi klien
Tujuan konseling mengembangkan potensi klien, yaitu
berupaya meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan
klien dengan memberi kesempatan kepada klien untuk
belajar menggunakan kemampuan dan minatnya secara
optimal.
10
2) Menurut Romauli S (2013) Tujuan konseling yaitu :
a) Membantu pasien memecahkan masalah, meningkatkan
keefektifan individu dalam pengambilan keputusan
secara tepat
b) Membantu pemenuhan kebutuhan klien, meliputi
menghilangkan perasaan yang menekan atau
mengganggu dan mencapai kesehatan mental yang
positif
c) Mengubah sikap dan tingkah laku yang negatif menjadi
positif dan yang merugikan klien menjadi
menguntungkan klien
c. Fungsi Konseling
Fungsi konsling pada dasarnya mencakup 4 fungsi yaitu, fungsi
pencegahan, fungsi penyesuaian, fungsi perbaikan dan fungsi
pengembangan
1) Fungsi Pencegahan
Konseling dengan fungsi pencegahan merupakan upaya
mencegah timbulnya masalah kesehatan yang berkaitan
dengan kebidanan dari tingkat pertama, tingkat kedua dan
tingkat ketiga
2) Fungsi Penyesuaian
Koneling dalam proses penyesuaian dalam hal ini merupakan
upaya untuk membantu klien mengalami perubahan biologis,
11
psikologis, social, cultural, dan lingkungan yang berkaitan
dengan kebidanan. Dalam hal ini, klien perlu beradaptasi
dengan keadaan tersebut.
3) Fungsi Perbaikan
Konseling dengan fungsi perbaikan dilaksanakan ketika
terjadi penyimpangan perilaku klien atau pelayanan
kesehatan dan lingkungan yang menyebabkan terjadinya
masalah kesehatan sehingga diperlukan upaya perbaikan
dengan pelayanan konseling
4) Fungsi pengembangan
Konseling dengan fungsi pengembangan ditujukan untuk
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan serta
peningkatan derajat kesehatan masyarakat dengan upaya
peningkatan peran serta masyarakat (Uripni.C.L et al.2003)
d. Hasil Pelayanan Konseling Kebidanan
Setelah pelaksanaan pelayanan konseling oleh bidan diharapkan
adanya kemandirian klien dalam hal sebagai berikut :
1) Peningkatan kemampuan klien dalam upaya mengenal
masalah, merumuskan alternative pemecahan masalah, dan
menilai hasil tindakan secara tepat dan cermat
2) Klien memiliki pengalaman dalam menghadapi masalah dan
melaksanakan pemecahan masalah kesehatan
12
3) Klien memiliki rasa percaya diri dalam menghadapi masalah
kesehatan dikemudian hari
4) Munculnya kemandirian dalam pemecahan masalah
kesehatan (Uripni.C.L.et al 2003)
e. Jenis Konseling
Terdapat tiga jenis konseling :
1) Konseling jangka pendek (short term counseling)
Konseling jangka pendek umumnya dilakukan untuk
mengatasi masalah klien yang relative sangat mudah.
Konseling ini berorientasi pada penyelesaian masalah klien
dan keluarga yang memerlukan tindakan segera
2) Konseling jangka panjang (long term counseling)
Konseling jangka panjang adalah konseling yang
diselenggarakan dalam jangka waktu tertentu (tidak cukup
hanya sekali pertemuan) untuk mengatasi masalah klien.
Konseling jangka panjang juga dapat dilakukan melalui
telepon atau surat. Bidan dank lien tidak diharuskan untuk
bertatap muka secara langsung untuk menghemat waktu dan
biaya konseling. Dengan cara ini bidan dapat terus memantau
perkembangan klien.
3) Konseling motivasi
Konseling motivasi meliputi diskusi tentang perasaan dan
minat klien. Sering kali kita menjumpai klien yang tidak
13
memiliki minat atau dorongan untuk melakukan perawatan
diri. Klien Nampak tidak kooperatif terhadap program terapi
atau pasif melakukan perawatan diri dan kegiatan yang dapat
meningkatkan derajad kesehatannya. Pada situasi tersebut,
bidan dapat membantu klien mengeksplorasi mengapa
motivasi serta dorongan pada dirinya hilang dan kemudian
mengangkat masalah yang ditemukan untuk dicari
penyelesaian dalam konseling (Romauli. S.2013)
f. Asas Konseling
Untuk menyelenggarakan konseling kesehatan, perlu dipahami
beberapa asas konseling berikut ini
1) Asas Kerahasiaan
2) Asas Kesukarelaan
3) Asas Keterbukaan
4) Asas Keterkinian
5) Asas Kemandirian
6) Asas Kegiatan
7) Asas Kedinamisan
8) Asas Keterpaduan
9) Asas Kenormatifan
10) Asas Keahlian
11) Asas Ahli Tangan (Taufik.M.&Juliane 2010)
14
g. Prinsip Dasar Keterampilan Konseling
Kemampuan menolong orang lain digambarkan dalam sejumlah
keterampilan yang digunakan oleh seseorang sesuai dengan
profesinya meliputi :
1) Pengajaran
Keterampilan ini didasari pada kemampuan konselor untuk
mengkaji, menganalisis dan menentukan masalah kllien serta
menyusun alternatife pemecahan masalah bersama. Konseli
mempunyai kesempatan yang luas untuk mendapatkan
pengalaman dan informasi dari konselor.
2) Nasehat dan bimbingan
Sebagai pihak yang diharapkan dapat membantu
memperingan, mengurangi atau menghilangkan masalah
konseli, konselor harus mempunyai keterampilan
pengetahuan, sikap dan keahlian agar mampu memberi
motivasi, bimbingan dan nasehat-nasehat yang konstruktif
dan sesuai dengan kondisi klien
3) Pengambilan tindakan langsung
Untuk menghindari kemungkinan terjadinya dampak yang
tidak baik bagi klien, konselor harus mampu mengambil
tindakan yang cepat dan akurat sesuai masalah klien. Untuk
itu diperlukan konselor yang mempunyai pengetahuan,
15
wawasan dan pengalaman yang lebih banyak disbanding
yang lain
4) Pengelolaan
Agar pelaksanaan konseling berjalan lancar dan efektif,
konselor diharapkan dapat mengelola emosi, baik emosi
konseling maupun emosi konselor sendiri.
5) Konseling
Proses pemberian bantuan yang diberikan konselor kepada
konseling perlu dilaksanakan dengan teknik dan tahapan yang
sistematis. Konseling dilaksanakan dalam suasana yang
penuh keterbukaan dan kenyamanan akan privasi konseli.
Sarana prasarana, sumber daya manusia dan lingkungan yang
kondusif untuk berlangsungnya konseling yang efektif.
(Romauli.S.2013)
h. Teknik Konseling
1) Teknik atau pendekatan authoritarian atau directive,
dalamproses wawancara konseling berpusat pada konseor
2) Teknik atau pendekatan non-directive atau conseli centred,
dalam pendekatan ini konseling diberi kesempatan untuk
memimpin wawancara dan memikul sebagian besar dari
tanggung jawab atas pemecahan masalah sendiri
16
3) Teknik atau pendekatan edektic, dalam pendekatan edektic,
konselor menggunakan cara yang dianggap baik atau tepat,
sesuai dengan konseling dan masalahnya (Romauli.S.2013)
i. Tahapan Konseling
Tahapan konseling dibagi menjadi tiga, yaitu tahap awal, inti, dan
akhir, yang akan dijelaskan sebagai berikut :
1) Tahap awal
Konseling dilakukan untuk menciptakan hubungan baik
dengan klien agar klien dapat melibatkan diri secara aktif
dalam proses konseling. Langkah yang harus diperhatikan
adalah membina hubungan baik antara bidan dengan klien,
tumbuhnya rasa percaya (trush) diantara keduanya, saling
menerima, dan bekerja sama dalam proses penyelesaian
masalah
2) Tahap inti
Tahapan ini bertujuan membantu klien memahami gambaran
diri, hakikat masalah, penyebab, menemukan alternative
pemecahan, dan melaksanakan alternative tersebut. Tahap ini
terdiri atas enam langkah sebagai berikut :
(1) Eksplorasi kondisi klien
(2) Identifikasi masalah dan penyebabnya
(3) Identifikasi alternative pemecahan
(4) Pengujian dan penerapan alternative pemecahan
17
(5) Evaluasi alternative pemecahan
(6) Implementasi alternative pemecahan
2. Konsep Foot Hand Massage
a. Pengertian Foot Hand Massage
Massage dapat diartikan sebagai pijat yang telah disempurnakan
dengan ilmu-ilmu tentang tubuh manusia atau gerakan-gerakan
tangan yang mekanis terhadap tubuh manuusia dengan
mempergunakan bermacam-macam bentuk pegangan atau tehnik
(Trisnowiyanto , 2012:hal 4)
Menurut Stillwell S. B Massage disebut juga sebagai refleksologi
Foot and hand massage adalah bentuk massage pada kaki atau
tangan yang didasarkan pada premis bahwa ketidaknyamanan atau
nyeri diarea spesifik kaki atau tangan berhubungan dengan bagian
tubuh atau gangguan (Stillwell, 2002)
b. Jenis Pijat
1) Pijat berdasar asal Negara
Pijat tidak hanya dikenal di Indonesia. Teknik relaksasi asal
negara Cina ini juga dikenal di berbagai negara. Meskipun
bermanfaat sama, teknik pijat di berbagai negara berbeda-
beda.
(1) Pijat Tradisional
Pijat tradisional atau biasa disebut urut merupakan
teknik pijat yang paling dikenal di Indonesia. Pijat
18
tradisional terutama di daerah pedesaan, dipercaya
dapat menyembuhkan penyakit.
Dalam pijat tradisional, pemijat akan menekan tubuh
pasien menggunakan telapak tangan dan ibu jari secara
kuat. Teknik lain yang dapat dilakukan adalah teknik
kerok dengan menggunakan alat koin. Bahan pelengkap
yang sering digunakan untuk urut ataupun kerok ini
adalah minyak kelapa. Pijat tradisional dipercaya dapat
merelaksasi tubuh dan menyembuhkan masuk angin.
(2) Pijat Prancis
Sesuai dengan namanya, pijat ini berasal dari Prancis.
Pijat ini berfungsi menambah kecantikan. Dalam proses
pemijatan digunakan aromaterapi, scrub, dan minyak
esensial yang akan membantu menghilangkan lemak
pada tubuh dan menambah kebersihan kulit.
(3) Pijat Hawai
Teknik yang digunakan dalam pijatan ini adalah
menekan tubuh dengan siku secara kuat. Pijatan ini
cocok untuk menghilangkan pegal-pegal setelah
beraktivitas.
(4) Shiatsu
Shiatsu berasal dari Jepang. Teknik yang digunakan
dalam pemijatan ini adalah menekan titik-titik tertentu
19
dengan jari atau telapak tangan secara kuat selama 2-8
detik untuk memperbaiki aliran energy dan membantu
menyeimbangkan tubuh. Meskipun ditekan secara kuat,
biasanya pasien tidak merasa sakit atau nyeri setelah
dipijat.
(5) Pijat Swedia
Pijat swedia diperkenalkan oleh Per Henrik Ling pada
awal abad 19. Jenis pijatan ini sudah dikenal di Eropa
dan dunia Barat. Dalam pijat swedia, pemijat dengan
telapak tangannya akan menekan otot dan tulang
dengan lembut. Pijat ini sangat cocok untuk relaksasi
tubuh.
(6) Pijat Thai
Teknik pemijatan dalam pijat ini sama seperti menari.
Pemijat akan memijat menggunakan energy tubuh.
Tangan pemijat akan menarik bagian tubuh tertentu
hingga otot berbunyi. Demikian pula dengan kaki
pemijat yang akan memijat bagian tubuh tertentu untuk
menambah kelenturan otot. Selain bermanfaat untuk
relaksasi, pijat thai juga dapat membangkitkan gairah
terhadap pasangan.
20
2) Pijat berdasarkan teknik
Terdapat banyak sekali jenis pijat berdasarkan tekniknya.
Ada pijat yang dilakukan menggunakan tangan, kaki, ataupun
alat bantu. Tiap teknik memberikan manfaat yang berbeda-
beda. Ada pijat yang berfungsi menyembuhkan penyakit,
adapula pijat yang berfungsi sekedar melemaskan otot-otot
tubuh.
(1) Pijat Aroma Terapi
Pada terapi ini, terapis menggunakan minyak yang
berasal dari ekstrak tumbuhan. Minyak tersebut sangat
wangi dan memiliki beberapa fungsi. SAlah satu jenis
minyak yang paling sering digunakan adalah minyak
lavender. Pijat dengan aroma terapi sangat pas
digunakan untuk relaksi.
(2) Pijat Batu Panas
Pada pijat jenis ini , alat yang digunakan adalah batu
vulkanik yang dipanaskan. Batu panas bisa digunakan
sebagai alat pijat. Batu pana akan diletakkan dibagian
tubuh tertentu selama beberapa waktu, yaitu sampai
rasa hangat yang ada dibatu menghilang. Batu panas
yang diletakkan ditubuh mengakibatkan pembuluh
darah melebar sehingga aliran darah menjadi lancer dan
bisa membuat rileks.
21
(3) Totok Aura
Aura adalah medan energy elekromagnetik yang tidak
hanya terletak di wilayah, tetapi juga diseluruh tubuh.
Aura berfungsi melindungi seseorang dari energy
negative yang bersifat tak kasat mata.
Adapun totok aura adalah penggabungan dua teknik
pernapasan. Teknik pernapasan. Teknik pernapasan
yang dimaksud merupakan teknik penyaluran hawa
murni pada titik yang ada di wajah. Totok aura
dipercaya dapat membuat seseorang terlihat tampil
lebih cantik dan menarik.
(4) Totok Darah
Totok darah berperan penting dalam kesehatan tubuh.
Beberapa fungsi penting darah dalam tubuh antara lain
sebagai transportasi air, oksigen, dan sari makanan.
Darah juga bermanfaat menjaga keseimbangan
temperature tubuh dan mencegah infeksi.
Totok darah ditujukan untuk melancarkan peredaran
darah dan getah bening. Totok darah dapat pula
dilakukan untuk mengurangi zat – zat pelelah yang
menggumpal dalam sel sel otot, memperbaiki proses
metabolism di dalam tubuh, dan menyempurnakan
proses metabolisme di dalam tubuh, dan
22
menyempurnakan proses pembagian zat –zat makanan
ke seluruh tubuh, dan menyempurnakan proses
pembagian zat- zat makanan ke seluruh tubuh.
3) Pijat berdasarkan usia
Terai pijat dapat dilakukan oleh bayi hingga orang lanjut usia
karena bermanfaat untuk melancarkan peredaran darah dan
memebuat badan sehat. Baik bagi bayi maupun orang
dewasa, pijat memerikan manfaat yang berbeda-beda.
(1) Pijat untuk Bayi
Pijat sangat bermanfaat bagi tubuh bayi. Berbagai
penelitian menunjukkan bahwa pijat dapat
meningkatkan nafsu makan, mengendurkan otot dan
syaraf yang tegang sehingga menghilangkan kerewelan,
mengurangi masalah sulit tidur, meningkatkan fungsi
motorik dan memperbaiki fungsi otot lengan dan kaki.
Selain itu, pijat bayi juga memberikan makna tersendiri
bagi orang tua. Pijat akan mempengaruhi hubungan
emosional bayi dan orang tua. Pijatan orang tua dapat
dirasakan sebagai sentuhan kasih saying yang sangat
berarti bagi pembentukan kepribadiannya kelak.
Sayangnya masih banyak orang tua yang enggan
melakukan pemijatan rutin kepada bayinya. Mereka
menganggap bahwa bayi tidak boleh sering-sering
23
dipijat karena tubuh bayi masih lemah. Banyak pula
orang tua yang tidak mau memijat bayinya sendiri.
Mereka mempercayakan bayi dipijat oleh tukang pijat.
Padahal ada penelitian yang membuktikan bahwa para
tukang pijat bayi memijat hanya berdasar pengalaman,
bukan berdasar pengetahuan tentang cara pijat bayi
yang benar.
(2) Pijat untuk Orang Dewasa
Bagi orang dewasa, pijat menjadi cara utama untuk
mengurangi rasa lelah dan stress. Dengan demikian,
pijat dapat member efek relaksasi secara menyeluruh.
Baik bagi tubuh, pikiran maupun jiwa. Salah satu
penelitian di Universitas Miami mengemukakan bahwa
pijatan member dampak positif untuk menanggulangi
stress bagi orang yang telah menggunakan kursi pijat
selama 15 menit.
(3) Pijat untuk Wanita Hamil
Bagi wanita hamil, pijat berfungsi untuk mengurangi
stress, membantu memperlancar proses kehamilan
dengan cara memperlancar aliran darah, limfa,
mengurangi edema, dan membantu memaksimalkan
kapasitas pernafasan yang diperlukan dalam proses
melahirkan serta dapat mengurangi nyeri sendi akibat
24
beban tambahan dan. Namun pijat tidak boleh
dilakukan secara sembarangan. Pijat harus dilakukan
dengan teknik dan lokasi yang tepat. Bila teknik dan
lokasi tidak tepat, pijat berdampak buruk bagi kesehatan
janin. Lokasi Pijat wanita hamil akan mengalami
perubahan fisik yang drastic. Dengan demikian, teknik
pijat yang digunakan juga harus sesuai dengan
perubahan tersebut. Terdapat beberapa bagian tubuh
memerlukan perhatian khusus saat dipijat, Perut, otot
dan kulit pada dinding perut akan mengalami
peregangan. Oleh sebab itu, hindari melakukan pijatan
langsung di area perut. Payudara, akan membesar dan
sensitive sehingga sebaiknya pijatan langsung juga
dihindari. Kaki, berhati-hatilah saat melakukan pijatan
di area kaki karena dapat meningkatkan pengentalan
darah. Otot-otot, yang perlu direlakskan adalah otot-otot
adductor. Posisi, pijat yang dianjurkan kepada wanita
hamil adalah posisi setengah berbaring. Posisi ini
mungkin tidak terlalu nyaman, tetapi aman untuk sang
bayi.
25
(4) Pijat untuk Lansia
Tidak hanya bagi bayi dan orang dewasa, pijat juga
bermanfaat bagi orang lanjut usia. Bagi orang lanjut
usia, pemijatan secara berkala dapat menekan laju
tekanan darah, meningkatkan sirkulasi darah,
mengendurkan otot, merangsang otot yang lemah untuk
bekerja.
4) Pijat berdasarkan titik meridian dan akupunktur
Pijat dapat dilakukan berdasarkan titik meridian dan
akupuntur yang ada di tubuh. Berdasarkan titik-titiknya, pijat
dibagi dalam pijat akupresur untuk seluruh tubuh, pijat wajah,
pijat tangan, jaripunktur, dan pijat kaki (refleksi)
(1) Pijat Akupresur
Menurut ilmu pengobatan tradisional Cina, masih ada
system lain yang disebut system meridian. Dalam
system meridian inilah mengalir energy vital. Sistem
meridian dalam kedokteran barat dianggap sama
dengan system saraf.
Meridian di dalam tubuh terdiri dari 12 meridian
umum dan 8 meridian istimewa yang diajarkan di sini
hanya 2 meridian istimewa (meridian Tu dan Ren).
Setiap meridian berhubungan dengan organnya
masing-masing
26
a) Meridian merupakan penghubung bolak-balik :
(a) Antara organ yang satu dengan organ lainnya.
(b) Antara oragan dengan panc indra
(c) Antara organ dengan jaringan tubuh lainnya
b) Enam pasang meridian dan elemennya :
(d) Meridian paru-paru dan usus besar (logam)
(e) Meridian lambung dan limpa (tanah)
(f) Meridian jantung dan usus kecil (api)
(g) Meridian kandung kemih dan ginjal (air)
(h) Meridian selaput jantung dan tri pemanas (api)
(i) Meridian kandung empedu dan hati (kayu)
(2) Pijat Wajah
Kita perlu mengetahui bahwa seperti halnya tangan
maupun kaki, banyak titik-titik akupuntur yang terdapat
di wajah sehingga wajah pun mempunyai potensi
sebagai sarana untuk mengatasi atau menyembuhkan
suatu penyakit. Ada beberapa pendekatan terhadap
muka/wajah dalam menentukan gangguan organ yang
bertanggung jawab terhadapnya.
a) Berdasarkan Pendekatan Meridian
Ada beberapa meridian yang mencapai langsung
wilayah wajah. Meridian tersebut yaitu ren, tu,
27
lambung, usus besar, usus kecil, tri pemanas,
kandung empedu, dan kantong kemih.
b) Berdasarkan Pendekatan Titik Akupuntur
Titik yang termasuk dalam titik akupuntur disini
yaitu kesembilan titik meridian di atas dan
ditambah titik istimewa.
(3) Pijat Telinga
Telinga terdiri atas banyak saraf. Saraf-saraf tersebut
menghubungkan telinga dengan organ dalam. Dengan
melakukan pemijatan di titik-titik tertentu, kita bisa
mengatasi berbagai gangguan.
(4) Jaripunktur
Jaripunktur merupakan salah satu teknik pemijatan yang
terfokus pada jari-jari tangan dan kaki. Pada tiap jari,
terdapat titik meridian. Titik-titik tersebut berawal di
satu jari dan berakhir di jari lainnya. Semua titik saling
berhubungan serta membentuk satu kesatuan dan saling
mempengaruhi meridian antar organ.
Tekanan pijatan terbagi menjadi tiga, yaitu ringan,
sedang dank keras. Jaripunktur tidak melibatkan alat
apapun karena cukup menggunakan tangan terapis.
Namun jika penekanan tepat di titik sakit, baik laki-laki
maupun perempuan bisa menjerit kesakitan.
28
Pemijatan dapat dilakukan di antara batas kuku kiri dan
kanan pada jari-jari dengan menekan, memutar tekan
dari kiri dan ke kanan, serta menekan gerak dari dalam
ke luar. Mungkin terlihat mudah, tetapi kalau dilakukan
orang awam, biasanya sedikit meleset dari titik tersebut.
Ketika seorang terapis memegang atau menekan
berbagai titik pada tubuh dan system otot, itu bertujuan
untuk merangsang energy dari tubuh sendiri supaya
dapat menyingkirkan sumbatan energy dan rasa lelah.
Jika semua jalur energy terbuka dan aliran energy tidak
terhalang oleh ketegangan otot atau hambatan lain,
energy tubuh akan menjadi seimbang.
a) Titik Jaripunktur Melancarkan Ci Meridian Semua
Organ
b) Cara Pijat Jaripunktur
Masing-masing jari-jari tangan maupun kaki
dijepit dengan jari telunjuk dan jempol, kemudian
lakukan gerakan tekan dan diputar kea rah ke kiri
dank e kanan selama 10 detik.
Tanyakan kepada pasien setelah semua jari-jari
didiagnosis, bagian jari yang paling diarsakan
sakit. Tanda sakit nyeri menyatakan bahwa ada
keluhan di letak organ jari yang bersangkutan.
29
Bila telah diketahui organ yang memiliki keluhan,
dilakukan terapi jari tersebur selama beberapa
menit, seperti lima menit dan dapat dilakukan
selama tiga kali sehari bahkan lebih tergantung
keluhan penyakit. Terapi ini akan mengurangi
keluhan setelah beberapa hari diterapi.
c) Manfaat Jaripunktur
(a) Menyingkirkan sumbatan energy dan rasa
lelah
(b) Melancarkan aliran darah dari jari-jari menuju
jantung
(c) Menghilangkan rasa kaku, ketegangan otot
dan nyeri di jari-jari.
(5) Refleksi
Selain jaripunktur di kaki, terdapat juga titik refleksi di
telapak kaki. Pijat refleksi adalah cara memijat tangan,
kaki dan anggota tubuh yang lain dengan mengarah
pada titik usat urat-urat syaraf. Pada tubuh manusia
terdapat banyak titik-titik meridian yang berhubungan
dengan organ-organ tubuh. Tangan dan kaki kita ikut
merasakan ketika tubuh kita terasa pegel-pegel. Dengan
memijat tangan dan kaki dapat mengurangi beberapa
rasa sakit di tubuh.
30
a) Titik Refleksi
b) Cara Memijat
Ada beberapa cara untuk memijat, yaitu menekan
dengan kekuatan ringan, sedang dank eras.
Beberapa teknik pijat bisa menggunakan jari
tangan, beras, ataupun benda tumpul. Memijat
juga bisa menggunakan minyak agar kulit tidak
lecet.
Pada daerah refleksi yang berada di kaki, cara
untuk memijat bagian dalam setelah dari bawah ke
atas dan yang terdapat pada sekitar betis cara
memijatnya mengarah ke jantung. Waktu
pemberian terapi juga harus diperhatikan yaitu
sekitar 30 menit dengan frekuensi 3-6 hari sekali
untuk mencegah penyakit dan 2-3 hari sekali
untuk mengatasi gangguan penyakit. Kondisi
telapak kaki pasien pun tidak dalam keadaan luka.
Harus pula diingat, terapi pijat refleksi kaki mesti
dilakukan secara menyeluruh. Artinya pemijatan
tidak hanya pada satu titik syaraf telapak kaki
tertentu saja.
31
c) Manfaat Pijat Refleksi
(a) Melancarkan aliran darah dan cairan tubuh
(b) Melancarkan sirkulasi cing (nutrisi) dan
oksigen ke sel-sel tubuh
(c) Memberikan efek relaksasi dan kesegaran
pada seluruh anggota tubuh
(d) Menghilangkankah rasa kaku, ketegangan
otot, nyeri di jari-jari
(e) Selain menggunakan tangan untuk melakukan
pemijatan, juga dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa alat bantu yang
terbuat dari kayu maupun logam, seperti kayu
bulat kecil tumpul, koin uang logam (Wong ,
2012)
c. Tujuan Massage
Adapun tujuan dari massage adalah :
1) Melancarkan peredaran darah terutama peredaran darah vena
(pembuluh balik) dan peredaran getah bening (air limphe)
2) Menghancurkan pengumpulan sisa-sisa pembakaran didalam
sel-sel otot yang telah mengeras yang disebut mio-gelosis
(asam laktat)
3) Menyempurnakan pertukaran gas dan zat didalam jaringan
atau memperbaiki proses metabolisme
32
4) Menyempurnakan pembagian zat makanan ke seluruh tubuh
5) Menyempurnakan proses pencernakan makanan
6) Menyempurnakan proses pembuangan sisa pembakaran kea
lat-alat pengeluaran atau mengurangi kelelahan
7) Merangsang otot-otot yang dipersiapkan untuk bekerja yang
lebih berat, menambah tonus otot, efisiensi otot (kemampuan
guna otot) dan elsitas otos (kekenyalan otot)
8) Merangsang jaringan syaraf, mengaktifkan syaraf sadar dan
kerja syaraf otonomi ( syaraf tak sadar)
9) Membantu penyerapan (absorbs) pada peradangan bekas luka
10) Membantu pembentukan sel baru dalam perkembangan tubuh
11) Membersihkan dan menghaluskan kulit
12) Memberikan rasa nyaman, segar dan kehangatan pada tubuh
13) Menyembuhkan atau meringankan berbagai gangguan
penyakit (Trisnowiyanto B, 2012: 18)
d. Manfaat Massage
Adapun manfaat massage antara lain :
1) Meredakan stress
2) Berdasarkan studi oleh Internasional Of Alternative And
Complementary Medicine menyatakan bahwa orang yang
menderita stress dan depresi merasa ada perbaikan setelah
menjalani tepai pijatan selama 30 menit setiap minggu
3) Menjadikan tubuh rileks
33
4) Terapi massage bisa membantu tubuh kita menjadi rilek
5) Melancarkan sirkulasi darah
6) Terapi massage dapat memperlancar aliran darah, tekanan
darah bias menggerakkan darah melalui area yang tersumbat
7) Menambah aliran QI
8) Efek massage secara mekanis memiliki kemampuan untuk
melatih saraf dan otot tubuh yang mengarah ke otak sehingga
dapat membuat tubuh lebih sehat dan bugar
9) Mengurangi rasa sakit atau nyeri
10) Pijat membantu mempertahankan relaksasi dalam tahap yang
optimal
11) Mempercepat pemulihan setelah sakit
12) Massage membantu tubuh memompa lebih banyak oksigen
dan nutrisi kejaringan dan organ-organ vital dengan
meningkatkan sirkulasi dan merelsasikan otot-otot.
(Alfirdaus I, 2012;17-26)
e. Manfaat Foot Hand Massage
1) Menurut Stiwell S. B dalam buku pedoman keperawatan
kritis bab terapi complementary menyebutkan bahwa
penekanan pada area spesifik kaki atau tangan diduga
melepaskan hambatan pada area tersebut dan memungkinkan
energy mengalir bebas melalui bagian tubuh tersebut
34
sehingga pada titik yang tepat pada kaki yang di massage
dapat mengatasi gejala nyeri
2) Dalam penelitian jurnal ilmiah internasional yang berjudul
Effect of Foot and Hand Massage In Post-Sectio sectio
caesareaean Section Pain Control A Randomized Control
Trial. menyebutkan “The pain intensity was found to be
reduced after intervention compared with the intensity before
the intervention (p < .001). Also, there was a significant
difference between groups in terms of the pain intensity and
requesting for analgesic (p < .001). According to these
findings, the foot and hand massage can be considered as a
complementary method to reduce the pain of sectio sectio
caesareaean section effectively and to decrease the amount of
medications and their side effects” (Abbaspoor Z, Akbari M,
Najar S, 2013)
Menurut hasil penelitian ini Intensitas nyeri post sectio sectio
caesarea dapat berkurang setelah dilakukan foot and hand
massage dan Menurut temuan ini, pijat kaki dan tangan dapat
dianggap sebagai metode pelengkap untuk mengurangi rasa
sakit dari operasi caesar secara efektif dan untuk mengurangi
jumlah obat dan efek sampingnya.
3) Dalam penelitian jurnal ilmiah internasional yang berjudul
Effectiveness of foot and hand massage in postsectio sectio
35
caesareaean pain control in a group of Turkish pregnant
women “In the light of the results, it was reported that the
reduction in pain intensity was significantly meaningful in
both intervention groups when compared to the control
group. It was also noted that vital findings were measured
comparatively higher before the massage in the test groups,
and they were found to be relatively lower in the
measurements conducted right before and after the massage,
which was considered to be statistically meaningful. Foot and
hand massage proved useful as an effective nursing
intervention in controlling postoperative pain” (Degirmen N
et al, 2010)
Dalam hasil penelitian ini bahwa pengurangan intensitas
nyeri secara signifikan bermakna pada kedua kelompok
intervensi bila dibandingkan dengan kelompok kontrol. Pijat
kaki dan tangan terbukti berguna sebagai intervensi
keperawatan efektif dalam mengontrol nyeri pasca operasi.
4) Dalam penelitian jurnal ilmiah internasional yang berjudul
Foot and hand massage as an intervention for postoperative
pain “Foot and hand massage appears to be an effective,
inexpensive, low-risk, flexible, and easily applied strategy for
postoperative pain management” (Wang HL, Keck JF, 2004)
Dalam hasil penelitian ini pijat kaki dan tangan menjadi,
36
efektif, murah, strategi berisiko rendah, fleksibel, dan mudah
diterapkan untuk manajemen nyeri pasca operasi.
f. Tehnik pemijatan
Gambar 2.1 Tehnik Pemijatan Kaki Dan Tangan Diambil Dari
Buku Pijat Relksi (Barbara And Kevin Kunz, 2012)
Gambar 2.2 Tehnik pemijatan kaki diambil dari Buku Pijat
Relksi (Barbara And Kevin Kunz, 2012)
37
3. Konsep Mobilisasi Post Sectio Caesarea
a. Pengertian Mobilisasi Post Sectio Caesarea
Mobilisasi atau mobilitas adalah kemampuan individu untuk
bergerak secara bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan keadaannya
(Alimul H.A.2006)
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara
bebas, mudah dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehat (Mubarak W.I dan Chayatin N.2008)
Mobilisasi post sectio caesarea adalah suatu pergerakan, posisi
atau adanya kegiatan yang dilakukan ibu setelah beberapa jam
melahirkan dengan section caesarea.
b. Tujuan Mobilisasi
Membantu jalannya penyembuhan penderita atau ibu yang sudah
melahirkan
c. Faktor yang mempengaruhi Mobilisasi
1) Menurut (Potter&Perry,2006) faktor yang mempengaruhi
mobilisasi sebagai berikut :
(1) Faktor fisiologis
Frekuensi penyakit atau operasi dalam 12 bulan
terakhir, tipe penyakit, status kardiopulmonar, status
musculoskletal, pola tidur, keberasaan nyeri, frekuensi
aktifitas dan kelainan hasil laboratorium
38
(2) Faktor emosional
Suasana hati, depresi, cemas, motivasi, ketergantungan
zat kimia dan gambaran diri
(3) Faktor perkembangan
Usia, jenis kelamin, kehamilan, perubahan masa otot
karena perubahan perkembangan, perubahan sistem
skletal
2) Faktor yang mempengaruhi mobilisasi menurut (Mubarak
W.I dan Chayatin N.2008) adalah sebagai berikut :
(1) Gaya hidup
Mobilitas seseorang dipengaruhi oleh latar belakang
budaya, nilai-nilai yang dianut, serta lingkungan tempat
ia tinggal (masyarakat)
(2) Ketidakmampuan
Kelemahan fisik dan mental akan menghalangi
seseorang untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
Secara umum, ketidakmampuan ada dua macam, yakni
kemampuan primer dan sekunder. Ketidak mampuan
primer disebabkan oleh penyakit atau trauma,
sedangkan ketidak mampuan sekunder terjadi akibat
dampak dari ketidakmampuan primer (misalkan
kelemahan otot dan tirah baring) penyakit-penyakit
39
tertentu dan kondisi cedera akan berpengaruh terhadap
mobilitas.
(3) Tingkat energi
Energi dibutuhkan untuk banyak hal, salah satunya
mobilisasi. Dalam hal ini, cadangan energi yang
dimiliki masing-masing individu bervariasi. Disamping
itu, ada kecenderungan seseorang untuk menghindari
stressor guna mempertahankan kesehatan fisik dan
psikologis
(4) Usia
Usia berpengaruh terhadap kemampuan seseorang
dalam melakukan mobilisasi. Pada individu lansia,
kemampuan untuk melakukan aktivitas dan mobilisasi
menurun sejalan dengan penuaan.
d. Manfaat mobilisasi bagi ibu post section caesarea
1) Penderita merasa lebih sehat dan kuat dengan early
ambulation.
Dengan bergerak, otot –otot perut dan panggul akan kembali
normal sehingga otot perutnya menjadi kuat kembali dan
dapat mengurangi rasa sakit dengan demikian ibu merasa
sehat dan membantu memperoleh kekuatan, mempercepat
kesembuhan. Faal usus dan kandung kencing lebih baik.
Dengan bergerak akan merangsang peristaltik usus kembali
40
normal. Aktifitas ini juga membantu mempercepat organ-
organ tubuh bekerja seperti semula.
2) Mobilisasi dini memungkinkan kita mengajarkan segera
untuk ibu merawat anaknya. Perubahan yang terjadi pada ibu
pasca operasi akan cepat pulih misalnya kontraksi uterus,
dengan demikian ibu akan cepat merasa sehat dan bisa
merawat anaknya dengan cepat
3) Mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli
Dengan mobilisasi sirkulasi darah normal atau lancar
sehingga resiko terjadinya trombosis dan tromboemboli dapat
dihindarkan.
e. Kerugian bila tidak melakukan mobilisasi.
1) Peningkatan suhu tubuh
Karena adanya involusi uterus yang tidak baik sehingga sisa
darah tidak dapat dikeluarkan dan menyebabkan infeksi dan
salah satu dari tanda infeksi adalah peningkatan suhu tubuh.
2) Perdarahan yang abnormal
Dengan mobilisasi dini kontraksi uterus akan baik sehingga
fundus uteri keras, maka resiko perdarahan yang abnormal
dapat dihindarkan, karena kontraksi membentuk penyempitan
pembuluh darah yang terbuka
41
3) Involusi uterus yang tidak baik
Tidak dilakukan mobilisasi secara dini akan menghambat
pengeluaran darah dan sisa plasenta sehingga menyebabkan
terganggunya kontraksi uterus
f. Rentang gerak dalam mobilisasi
Menurut Carpenito (2000) dalam mobilisasi terdapat tiga
rentang gerak yaitu :
1) Rentang gerak pasif
Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan
otot-otot dan persendian dengan menggerakkan otot orang
lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan
menggerakkan kaki pasien
2) Rentang gerak aktif
Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta
sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif
misalnya berbaring pasien menggerakkan kakinya.
3) Rentang gerak fungsional
Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan
melakukan aktifitas yang diperlukan.
g. Tahap-tahap mobilisasi dini
Mobilisasi dini dilakukan secara bertahap (Kasdu,2003)
Tahap- tahap mobilisasi dini pada ibu post operasi sectio
caesarea
42
1) 6 jam pertama ibu post sectio sectio caesarea
Istirahat tirah baring mobilisasi dini yang bisa dilakukan
adalah menggerakkan lengan, tangan, menggerakkan ujung
jari kaki dan memutar pergelangan kaki, mengangkat tumit,
menegangkan otot betis serta menekuk dan menggeser kaki
2) 6 sampai 10 jam post sectio caesarea
Ibu diharuskan untuk dapat miring kekiri dan kekanan
mencegah trombosis dan tromboemboli
3) Setelah 24 jam ibu dianjurkan untuk dapat mulai belajar
untuk duduk
4) Setelah ibu dapat duduk, dianjurkan ibu belajar berjalan
h. Pelaksanaan mobilisasi dini
1) Hari ke 1
(1) Berbaring miring ke kanan dan ke kiri yang dapat
dimulai sejak 6-10 jam setelah penderita atau ibu sadar
(2) Latihan pernafasan dapat dilakukan ibu sambil tidur
terlentang sedini mungkin setelah sadar.
2) Hari ke 2
(1) Ibu dapat duduk 5 menit dan minta untuk bernafas
dalam-dalam lalu menghembuskannya disertai batuk-
batuk kecil yang gunanya untuk melonggarkan
pernafasan dan sekaligus menumbuhkan kepercayaan
pada diri ibu/penderita bahwa ia mulai pulih.
43
(2) Kemudian posisi tidur terlentang dirubah menjadi
setengah duduk
(3) Selanjutnya secara berturut-turut, hari demi hari
penderita/ibu yang sudah melahirkan dianjurkanbelajar
duduk selama sehari
3) Hari ke 3 sampai 5
(1) Belajar berjalan kemudian berjalan sendiri pada hari
setelah operasi.
(2) Mobilisasi secara teratur dan bertahap serta diikuti
dengan istirahat dapat membantu penyembuhan ibu.
4. Konsep Sectio Caesarea
a. Pengertian Sectio Caesarea
Sectio caesarea adalah suatu pembedahan untuk melahirkan janin
lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus persalinan buatan,
sehingga janin dilahirkan melalui perut dan dinding perut dan
dinding rahim agar anak lahir dengan keadaan utuh dan sehat
(Kusmarjadi, 2008).
b. Jenis Secar
1) Seksio sesarea transperitonealis profunda
Insisi berada dibawah segmen bawah uterus, keuntungan
pembedahan ini adalah perdarahan luka insisi tidak terlalu
banyak, bahaya peritonitis tidak besar, parut pada uterus
umumnya kuat
44
2) Seksio sesarea lasik atau seksio sesaria korpural
Insisi dibuat pada korpus uteri,operasi ini kurang disukai
karena resiko terjadinya peritonitis
3) Seksio sesarea ekstraperitoneal
Dilakukan karena untuk mengurangi bahaya infeksi
puerperal, akan tetapi dengan kemajuan pengobatan terhadap
infeksi, pembedahan ini sekarang tidak banyak lagi dilakukan
(Wiknjosastro H, 2002)
c. Indikasi Secar
1) Mengatasi disproporsi sefalo pelvic dan aktivvitas uterus
yang abnormal
2) Mempercepat pelahiran untuk keselamatan ibu atau janin
3) Mengurangi trauma janin (misalnya presentasi bokong
premature kecil) dan infeksi janin (misalnya risiko tertular
infeksi herpetic atau HIV)
4) Mengurangi risiko pada ibu (misalnya gangguan jantung, lesi
intracranial atau keganasan pada serviks)
5) Memungkinkan ibu untuk menjalankan pilihan sesuai
keinginan (David T. Y. Liu, 2008)
d. Efek samping sectio cesarea
1) Sakit di tulang belakang
2) Rasa nyeri dibekas sayatan
3) Mual muntah
45
4) Muncul keloid dibekas jahitan
5) Gatal dibekas jahitan
6) Luka berpeluang infeksi
7) Tidak boleh segera hamil
8) Mobilisasi terbatas
9) Latihan pernafasan dan batuk
10) Kemungkinan sembelit
11) Nyeri di bekas sayatan (Nakita,2011)
(1) Penatalaksanaan mengurangi nyeri
Strategi penatalaksanaan nyeri mencakup baik
pendekatan farmakologis, nonfarmakologis dan secara
holistik.
a) Penatalaksanaan Farmakologis
Penatalaksanaan farmakologis merupakan
penanganan nyeri dengan menggunakan agens
farmakologis. Analgesik merupakan merupakan
metode yang banyak digunakan. Walaupun
analgesik dapat menghilangkan nyeri dengan
efektif, ternyata penggunaannya tidak semudah
dan seefisien yang diharapkan. Petugas medis
cendrung tidak memberikan analgesik dalam
penanganan nyeri, kecuali untuk kondisi yang
mengharuskan. Hal ini karena adanya
46
kekhawatiran akan informasi obat yang tidak
benar, adanya kekhawatiran klien akan
mengalami ketagihan obat, cemas akan
melakukan kesalahan dalam menggunakan
analgesik terutama jenis narkotik, dan pemberian
obat yang kurang tepat (Potter dan Perry,
2005:1535).
Banyaknya efek samping dari penggunaan
analgesik seperti gangguan saluran cerna, resiko
perdarahan, masking indicators of infection,
interaksi obat, reaksi hipersensitivitas,
meningkatnya resiko disfungsi hepar dan ginjal,
serta terbatasnya lama penggunaan analgesik
juga menjadi alasan dihindarinya penggunaan
analgesik Selain itu penggunaan analgesik
dengan efikasi baik, yang terbukti efektif
meredam nyeri dengan efek samping minimal
disertai kemudahan dalam pemberiannya, pada
sisi lain ternyata menimbulkan biaya yang tinggi,
sehingga tidak semua kalangan masyarakat dapat
memanfaatkannya (Hawthorn dan Redmond.
2004).
47
b) Penatalaksanaan Nonfarmakologis
Menurut (Potter&Perry,2005) beberapa
tindakan untuk menghilangkan nyeri antara lain,
mengubah posisi, melakukan tindakan ritual
(melangkah, berayun-ayun, menggosok), makan,
meditasi, mengompres pada bagian yang nyeri.
Menurut (Copp,1990) metode yang bisa
digunakan untuk mengurangi intensitas nyeri
antara lain, menggunakan berbagai aktifitas yang
menggunakan otot, metode verbal (berdoa dan
mengutuk) dan melatih konsentrasi
Penatalaksanaan nonfarmakologis terdiri
dari berbagai tindakan penanganan nyeri
berdasarkan stimulasi fisik maupun perilaku
kognitif seperti foot and hand massage.
Penerapan penatalaksanaan nyeri
nonfarmakologis dewasa ini merupakan alternatif
yang banyak menjadi pilihan dan digalakkan
penggunaannya. Hal ini antara lain disebabkan
karena hampir semua teknik penanganan nyeri
nonfarmakologis dapat digunakan oleh setiap
orang dan dimana saja, tidak menimbulkan cidera
(non invasive), tidak menimbulkan efek samping,
48
mudah dan murah, dan yang paling penting
adalah teknik nonfarmakologis dapat
meningkatkan kenyamanan sekaligus
menurunkan kecemasan (stres emosi), yang tidak
diperoleh seperti pada penanganan farmakoterapi
(Potter dan Perry, 2005:1531).
c) Penatalaksanaan Secara Holistik
Penatalaksaanaan nyeri secara holistic menurut
(Mackey,1995) bisa dilakukan secara :
(a) Dengan sentuhan terapeutik
Sentuhan terapeutik yang berasal dari
praktek kuno dengan meletakkan tangan.
Pendekatan ini menyatakan bahwa pada
individu yang sehat, terdapat ekuilibrium
antara aliran energi didalam dan diluar
tubuh, sentuhan terapeutik meliputi
penggunaan tangan untuk secara sadar
melakukan pertukaran energi yang
dilaksanakan selama 25 menit. Hal ini
berdasarkan penelitian telah menunjukkan
sifat analgesic pada sentuhan terapeutik
yaitu menciptakan respon relaksasi yang
umum
49
(b) Dengan akupresure
Teori akupresure mengatakan bahwa suatu
kekeuatan kehidupan, dalam bentuk energi,
bersirkulasi diseluruh tubuh dalam siklus
yang didefinisikan dengan benar.
Akupresure memungkinkan alur energi yang
terkongesti untuk meningkatkan kondisi
yang lebih sehat. Akupresure mempelajari
alur energi atau meridian tubuh dan
memberikan tekanan pada titik-titik
tertentu disepanjang alur yang dapat
menghilangkan rasa tidak nyaman seperti
nyeri
(c) Dengan Relaksasi
Tehnik relaksasi dapat memberikan individu
mengontrol diri ketika terjadi rasa tidak
nyaman atau nyeri, stres fisik dan emosi
pada nyeri. Tehnik relaksasi meliputi
meditasi, yoga, zen, tehnik imajinasi dan
latihan relaksasi progresif. Menurut
(Charney,1983) mencatat relaksasi dapat
mengurangi aktifitas nyeri kepala sampai
50%. (Potter&Perry,2005)
50
B. Penelitian Relevan
1. Hanprasertpong T et al . 2013, Tujuan untuk membandingkan efektivitas
metode konseling sebelum kedua amniosentesis trimester genetic, metode
secara control acak, hasil metode konseling meningkatkan pengetahuan
dan kepuasan pasien serta menurunkan nyeri dan kecemasan pada pasien
2. Yang CL et al. 2012. tujuan untuk mengetahui pengaruh penyuluhan dan
visite perawat terhadap kecemasan pasien setelah endarterektomi, metode
uji klinis acak, hasil Kunjungan pra-operasi dan konseling oleh ICU
perawat dapat mengurangi tingkat kecemasan pasien setelah
endarterektomi .
3. Tagawa K et al. 2013. tujuan bertujuan untuk meningkatkan perawatan
pasien, mengurangi tingkat komplikasi, dan memperpendek tinggal di
rumah sakit setelah operasi kolorektal di Eropa, metode Kami, sebagai
dokter ahli anestesi perioperatif, dapat meningkatkan elemen kunci dari
perawatan perioperatif seperti konseling pasien, perioperatif analgesia dan
mobilisasi dini oleh kolaborasi dengan ahli bedah dan perawat, untuk
memfasilitasi pemulihan pasca operasi
4. Abbaspoor Z et al. 2013. tujuan untuk mengetahui pengaruh pijat tangan
dan kaki terhadap nyeri post sectio sectio caesarea, metode secara acak
atau random, hasil pijat kaki dan tangan dapat dianggap sebagai metode
untuk mengurangi rasa sakit dari operasi caesar dan untuk mengurangi
jumlah obat dan efek sampingnya.
51
5. Degirmen N et al. 2010, tujuan untuk menentukan efisiensi pijat kaki
tangan untuk mengurangi rasa sakit pasca operasi caesar, metode
eksperimen acak terkontrol, hasil pijat Kaki dan tangan terbukti berguna
sebagai intervensi keperawatan dalam mengontrol nyeri pasca operasi.
6. Wang HL dan Keck JF. 2004, tujuan untuk menyelidiki apakah pijat kaki
dan tangan selama 20 menit (5 menit untuk setiap ekstremitas), yang
diberikan 1 sampai 4 jam setelah pemberian obat nyeri, akan mengurangi
persepsi nyeri dan respon simpatik antara pasien pascaoperasi, hasil pijat
kaki dan tangan, efektif murah, berisiko rendah, fleksibel, dan mudah
diterapkan untuk manajemen nyeri pasca operasi.
52
C. Kerangka Pikir
Keterangan : : Diteliti
: Tidak diteliti
Bagan 2.1 Kerangka Teori Pengaruh Konseling , Foot Hand Massage Terhadap
Pelaksanaan Mobilisasi Dini Pada Pasien Post Sectio sectio caesarea
Sectio cesareaea
Efek Samping sectio cesareaea
1. Mobilisasi terbatas
2. Rasa nyeri dibekas sayatan
Foot and hand massage (X2)
Pelaksanaan Mobilisasi Dini (YI)
Konseling (X1)
Penurunan Nyeri 1. Memecahkan masalah klien
2. Pemenuhan kesehatan
psikologis yang positif pada
klien
3. Perubahan tingkah laku yang
positif pada klien
Faktor yang mempengaruhi
mobilisasi dini
1. Gaya hidup
2. Ketidakmampuan
3. Tingkat energi
4. Usia
5. Faktor fisiologis
6. Faktor emosional
7. Faktor perkembangan
53
D. Hipotesis
H1 :Ada pengaruh Positif Konseling Dan Foot Hand Massage Terhadap
Pelaksanaan Mobilisasi Dini Pada Pasien Post Sectio Caesarea
54
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di ruang nifas RSIA Harapan Sehat Tentram
Trenggalek Tahun 2013. Waktu penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 1
November 2013 sampai dengan 30 November 2013.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental.
Penelitian eksperimental adalah suatu rancangan penelitian yang dipergunakan
untuk mencari hubungan sebab akibat dengan adanya keterlibatan penelitian
dalam melakukan manipulasi terhadap variable bebas (Nursalam, 2003).
Desain Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah True eksperimen
Design dengan bentuk Posttest Only Control Group Design.
Di mana :
R : Random
O : Observasi (pengambilan data)
X : Perlakuan
R X O1
R O2
55
Penelitian ini terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok perlakuan dan
kelompok pembanding, untuk menentukan kedua kelompok sebelumnya
dilakukan dengan random. Pada kelompok perlakuan diberikan konseling,
dan foot hand massage, sedangkan pada kelompok pembanding tidak
diberikan perlakuan. Setelah itu kedua kelompok di observasi untuk
pelaksanaan mobilisasi dini. Penelitian ini untuk menganalisa pengaruh
konseling dan foot hand massage terhadap pelaksanaan mobilisasi dini pada
pasien post sectio caesarea di RSIA Harapan Sehat Tentram Trenggalek
Tahun 2013
56
C. Kerangka kerja
Kerangka kerja atau frame work adalah pertahapan dalam suatu penelitian.
Pada kerangka kerja disajikan alur penelitian terutama variabel yang digunakan
dalam penelitian.
.
Bagan 3.1 Kerangka Kerja Penelitian Pengaruh Konseling dan foot hand
massage Terhadap Pelaksanaan Mobilisasi Dini Pada Pasien post
sectio caesarea di Ruang Nifas RSIA Harapan Sehat Tentram
Trenggalek Tahun 2013
Populasi :
Seluruh ibu post sectio caesarea di Ruang Nifas RSIA Harapan Sehat
Tentram Trenggalek Tahun 2013
Tehnik Sampling dengan Simple Random Sampling
Sampel :
Sebagian ibu post section caesarea di Ruang Nifas RSIA Harapan
Sehat Tentram Trenggalek Tahun 2013
Yang memenuhi kriteria inklusi , eksklusi
Pengumpulan data
Untuk sampel yang diberikan
konselling, perlakuan foot hand
massage, yaitu : Lembar konselling,
perlakuan foot hand massage, Lembar
observasi pelaksanaan mobilisasi dini
Pengolahan data dan Analisa Data
Coding, scoring, tabulating, Analisa data dengan SPSS 16 dengan Uji Mann Whitney
ttest
Hasil dan kesimpulan
Pengumpulan data
Untuk sampel yang tidak diberikan
konselling, perlakuan foot hand
massage,pengumpulan data menggunakan
: Lembar observasi pelaksanaan
mobilisasi dini
57
D. Populasi, Sampel dan Tehnik Sampling
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau obyek yang diteliti
(Notoatmodjo, 2002). Populasi dalam penelitian ini adalah Seluruh ibu post sectio
caesarea di Ruang Nifas RSIA Harapan Sehat Tentram Trenggalek Tahun 2013
dengan estimasi 5 persalinan sectio caesarea setiap hari.
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi (Nursalam 2003). Sampel dalam penelitian
ini adalah sebagian ibu post sectio caesarea di Ruang Nifas RSIA Harapan Sehat
Tentram Trenggalek Tahun 2013 yang memenuhi kriteria inklusi dan criteria
eksklusi
Kriteria Inklusi pada penelitian ini adalah :
1. Ibu post sectio caesarea yang bersedia diteliti
2. Ibu post sectio caesarea dengan compos mentis
Kriteria Eksklusi pada penelitian ini adalah :
1. Ibu post sectio caesarea yang mengalami gangguan jiwa
2. Ibu post sectio caesarea yang mengalami komplikasi
Sampling adalah teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan sampel yang
akan digunakan dalam penelitian , terdapat beberapa teknik sampling yang
digunakan (Nursalam, 2003).
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
probability sampling dengan Simple Random Sampling atau secara random acak.
58
E. Variabel Penelitian
Variabel adalah konsep dari berbagai level dari abstrak yang didefinisikan
sebagai suatu fasilitas untuk pengukuran dan atau manipulasi suatu penelitian
(Nursalam, 2003).
Dalam penelitian ini terdapat dua variable independen, yaitu konseling dan
foot hand massage, dan terdapat satu variable dependen dalam penelitian ini
yaitu mobilisasi dini
F. Definisi Operasional
Definisi Operasional adalah batasan ruang lingkup atau pengertian variabel-
variabel yang diamati atau diteliti.
1. Variabel Konseling
a. Definisi Operasional
Suatu proses pelayanan kepada penerima layanan berupa pemberian
informasi tentang kondisi yang dialami saat ini dan membantu
memberikan jalan keluar
b. Indikator
Memberikan konseling tentang :
1) Efek samping operasi sectio caesarea
2) Perawatan operasi sectio caesarea
3) Cara pemulihan setelah operasi sectio caesarea
4) Pengertian mobilisasi dini
5) Tujuan mobilisasi
6) Manfaat mobilisasi dini
59
7) Kerugian tidak melaksanakan mobilisasi dini
8) Tahap-tahap mobilisasi dini
9) Pelaksanaan mobilisasi dini
c. Alat Ukur
Lembar Konseling
d. Skala
Nominal
e. Kategori
1) Kode 0 : Tidak diberi konseling
2) Kode 1 : Diberi konseling
2. Variabel foot hand massage
a. Definisi Operasional
Suatu tindakan atau perlakuan dengan memijat pada tangan dan kaki
selama 20 menit
b. Indikator
Pemijtan selama 20 menit pada tangan dan kaki dengan rincian sebagai
berikut :
1) 5 menit dilakukan pemijatan pada tangan kanan
2) 5 menit dilakukan pemijatan pada tangan kiri
3) 5 menit dilakukan pemijatan pada kaki kanan
4) 5 menit dilakukan pemijatan pada kaki kiri
60
c. Alat Ukur
Lembar pemberian perlakuan foot hand massage
d. Skala
Nominal
e. Kategori
1) Kode 0 : Tidak diilakukan foot and hand Massage
2) Kode 1 : dilakukan foot hand massage
3. Variabel Pelaksanaan Mobilisasi Dini
a. Definisi Operasional
Suatu kemampuan ibu post operasi sectio caesarea untuk bergerak bebas,
mudah dan teratur
b. Indikator
Pelaksanaan mobilisasi dini
1) Hari 1, ibu sudah mulai miring ke kanan dan ke kiri dan latihan
pernafasan
2) Hari ke 2, ibu dapat duduk selama 5 menit untuk bernafas dalam-
dalam dan menghembuskannya, posisi tidur terlentang dirubah
setengah duduk,
3) Hari ke 3-5, ibu belajar berjalan kemudian jalan sendiri
c. Alat Ukur
Lembar obsevasi pelaksanaan mobilisasi dini
d. Skala
Ordinal
61
e. Kategori
1) Kode 0 : Tidak ada pelaksanaan mobilisasi dini mulai hari 1-3
2) Kode 1: Pelaksanaan mobilisasi ibu hanya bisa miring ke kiri dan
kekanan dan latihan pernafasan mulai hari 1-3
3) Kode 2: Pelaksanaan mobilisasi ibu bisa miring ke kiri dan kekanan
dan latihan pernafasan dapat duduk selama 5 menit untuk bernafas
dalam-dalam dan menghembuskannya, posisi tidur terlentang dirubah
setengah duduk,
4) Kode 3 : Pelaksanaan mobilisasi ibu bisa miring ke kiri dan kekanan
dan latihan pernafasan dapat duduk selama 5 menit untuk bernafas
dalam-dalam dan dan menghembuskannya, posisi tidur terlentang
dirubah setengah duduk, ibu belajar berjalan kemudian jalan sendiri
mulai hari 1-3
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini untuk variabel independen
konseling dengan memberikan konseling kepada ibu post sectio caesarea, dan
untuk variabel independen foot hand massage teknik pengumpulan data yaitu
dengan memberikan pemijatan kaki dan tangan pada ibu post sectio caesarea
selama 20 menit. Sedangkan untuk variabel dependen mobilisasi dini ibu post
sectio caesarea tehnik pengumpulan data dengan cara mengobservasi pelaksanaan
mobilisasi dini pada ibu post sectio caesarea
62
H. Teknik dan Instrumen untuk Mengumpulkan Data
Setelah data terkumpul, maka dilakukan pengolahan data melalui tahap berikut :
a) Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh atau yang dikumpulkan (Hidayat.A, 2007)
Proses editing yaitu : mengecek lembar observasi
b) Coding
Coding adalah mengklasifikasikan hasil pengumpulan data dan memberi
kode pada hasil pengumpulan data (Nursalam, 2003). Coding merupakan
kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas
beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan
analisis data menggunakan komputer. Biasanya dalam pemberian kode
dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code book) untuk
memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel.
Pengkodean yang digunakan adalah sebagai berikut :
(a) Coding Umur
1) Kode 1 = < 20 Tahun
2) Kode 2 = 20-30 Tahun
3) Kode 3 = 31-40 Tahun
4) Kode 4 = > 40 Tahun
(b) Coding Pendidikan Terakhir
1) Kode 1 = SD
63
2) Kode 2 = SMP
3) Kode 3 = SMA
4) Kode 4 = Perguruan Tinggi
(c) Coding Pekerjaan
5) Kode 1 = Ibu rumah tangga
6) Kode 2 = Swasta
7) Kode 3 = Pegawai Negeri Sipil
8) Kode 4 = Petani
(d) Coding Jumlah kelahiran
1) Kode 1 = Primipara
2) Kode 2 = Mutipara
(e) Coding Indikasi dilakukan tindakan section Caesarea
1) Kode 1 = Post Date
2) Kode 2 = Floating Head
3) Kode 3 = Ketuban pecah premature
4) Kode 4 = Plasenta previa
5) Kode 5 = CPD
6) Kode 6 = Letak Sungsang
7) Kode 7 = Gemeli
8) Kode 8 = Kala II lama
9) Kode 9 = PEB
(f) Coding konseling
1) Kode 0 = Tidak dilakukan konseling
64
2) Kode 1 = Dilakukan konseling
(g) Coding foot hand massage
1) Kode 0 = Tidak dilakukan
2) Kode 1 = Dilakukan
(h) Coding pelaksanaan mobilisasi dini
1) Kode 0 = Tidak ada pelaksanaan mobilisasi dini mulai hari 1-3
2) Kode 1 = Pelaksanaan mobilisasi ibu hanya bisa miring ke kiri
dan kekanan dan latihan pernafasan mulai hari 1-3
3) Kode 2 = Pelaksanaan mobilisasi ibu bisa miring ke kiri dan
kekanan dan latihan pernafasan dapat duduk selama
5 menit untuk bernafas dalam-dalam dan
menghembuskannya, posisi tidur terlentang dirubah
setengah duduk,
mulai hari 1-3
4) Kode 3 = Pelaksanaan mobilisasi ibu bisa miring ke kiri dan
kekanan dan latihan pernafasan dapat duduk selama
5 menit untuk bernafas dalam-dalam dan dan
menghembuskannya, posisi tidur terlentang dirubah
setengah duduk, ibu belajar berjalan kemudian jalan
sendiri mulai hari 1-3
65
c) Data Entry
Alat ukur yang sudah diberi kode kategori kemudian dimasukkan dalam
tabel dengan cara menghitung frekuensi data. Memasukkan data boleh
dengan cara manual atau melalui pengolahan computer. (Setiadi:2007)
d) Cleaning
Pembersihan data, variabel apakah data sudah benar atau belum
(Setiadi:2007)
I. Teknik Analisis Data
a) Analisa data
Menggunakan uji Mann Whitney karena Variabel numeric distribusi tidak
normal, dan Dua Kelompok tidak berpasangan
b) Transformasi data
Menggunakan SPSS 16 for window
Hasil pengolahan data diinterpretasikan dengan menggunakan skala
kualitatif (Sugiyono, 2005) Sebagai berikut :
Seluruh dari responden : 100%
Hampir seluruh dari responden : 76-99%
Sebagian besar dari responden : 50-75%
Hampir setengah dari responden : 26-49%
Sebagian kecil dari responden : 1-25%
Tidak satupun dari responden : 0%
66
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Gambaran Umum Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Ibu Dan Anak ( RSIA ) Harapan
Sehat Tentram. Rumah sakit ini merupakan satu-satunya rumah sakit yang
memberikan pelayanan terhadap ibu dan anak yang ana dikota Kabupaten
Trenggalek Jawa Timur dengan di kepalai oleh seorang dokter spesialis
obsgyn dengan jumlah 15 bidan dan 5 perawat.
2. Karakteristik Responden Ibu Post Setcio Caesarea
Karakteristik responden pada penelitian ini meliputi umur, pendidikan,
pekerjaan, jumlah kelahiran, dan indikasi dilakukan caesarea , yang
diterangkan dengan analisis univariat dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi dan prosentase sebagai berikut :
67
a. Umur Ibu Post Setcio Caesarea
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Ibu Post
Caesarea di RSIA Harapan Sehat Tentram Trenggalek
Tahun 2014
No
Umur Responden
Kelompok Kontrol Kelompok Perlakuan
N Prosentase N Prosentase
(%) (%)
1 Kurang 20 Tahun 4 20 3 15
2 20-30 tahun 12 60 11 55
3 31-40 tahun 4 20 6 30
Jumlah 20 100 20 100
Tabel 4.1 Karakteristik responden berdasar umur diperoleh data
pada kelompok kontrol sebagian besar responden 12 (60%) mayoritas
berumur 20-30 tahun sedangkan pada kelompok perlakuan sebagian
besar responden 11 (55%) juga berumur 20-30 tahun
68
b. Pendidikan Ibu Post Setcio Caesarea
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu
Post Caesarea di RSIA Harapan Sehat Tentram Trenggalek
Tahun 2014
No
Pendidikan
Responden
Kelompok Kontrol Kelompok Perlakuan
N Prosentase N Prosentase
(%) (%)
1 SD 0 0 0 0
2 SMP 5 25 5 25
3 SMA 12 60 11 55
4 PT 3 15 4 20
Jumlah 20 100 20 100
Tabel 4.2 Karakteristik responden berdasar pendidikan diperoleh
data pada kelompok kontrol sebagian besar responden 12 (60%)
mayoritas berpendidikan SMA sedangkan pada kelompok perlakuan
sebagian besar responden 11 (55%) juga berpendidikan SMA
69
c. Pekerjaan Ibu Post Setcio Caesarea
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu
Post Caesarea di RSIA Harapan Sehat Tentram Trenggalek
Tahun 2014
No
Pekerjaan
Responden
Kelompok Kontrol Kelompok Perlakuan
N Prosentase N Prosentase
(%) (%)
1 Ibu Rumah
Tangga
12 60 12 60
2 Swasta 7 35 5 25
3 PNS 0 0 2 10
4 Petani 1 5 1 5
Jumlah 20 100 20 100
Tabel 4.3 Karakteristik responden berdasar pekerjaan diperoleh
data pada kelompok kontrol sebagian besar responden 12 (60%)
mayoritas sebagai Ibu rumah tangga sedangkan pada kelompok
perlakuan sebagian besar responden 12 (60%) juga sebagai ibu rumah
tangga
70
d. Jumlah Kelahiran Ibu Post Setcio Caesarea
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jumlah
Kelahiran Ibu Post Caesarea di RSIA Harapan Sehat
Tentram Trenggalek Tahun 2014
No
Jumlah Kelahiran
Responden
Kelompok Kontrol Kelompok Perlakuan
N Prosentase N Prosentase
(%) (%)
1 PrimiPara 11 55 12 60
2 MultiPara 9 45 8 40
Jumlah 20 100 20 100
Tabel 4.4 Karakteristik responden berdasar jumlah kelahiran
diperoleh data pada kelompok kontrol sebagian besar responden 11
(55%) mayoritas primipara sedangkan pada kelompok perlakuan
sebagian besar responden 12 (60%) juga primipara
71
e. Indikasi Setcio Caesarea Ibu Post Setcio Caesarea
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Indikasi Ibu
Caesarea di RSIA Harapan Sehat Tentram Trenggalek
Tahun 2014
No
Indikasi
Kelompok Kontrol Kelompok Perlakuan
N Prosentase N Prosentase
(%) (%)
1 Post Date 9 45 8 40
2 Floating Head 2 10 3 15
3 KPP 4 20 4 20
4 Letak Sungsang 2 10 1 5
5 Gemeli 1 5 1 5
6 Kala 2 lama 1 5 1 5
7 PEB 1 5 1 10
Jumlah 20 100 20 100
Tabel 4.5 Karakteristik responden berdasar indikasi dilakukan
caesarea diperoleh data pada kelompok kontrol hamper setengah
responden 9 (45%) mayoritas postdate sedangkan pada kelompok
perlakuan hamper setengah responden 12 (60%) juga berindikasi
postdate.
72
B. Hasil Penelitian atau Pengujian Hipotesis
1. Pengaruh Konseling Dan Foot Hand Massage Terhadap Pelaksanaan
Mobilisasi Dini
Tabel 4.6 Hasil Analisis Mann-Whitney Pengaruh Konseling Dan Foot
Hand Massage Terhadap Pelaksanaan Mobilisasi Dini Ibu Post
Caesarea di RSIA Harapan Sehat Tentram Trenggalek Tahun
2014
Variabel n Mean
Minimum-
maximum
p
Mobilisasi Kelompok
perlakuan
20
2,64
1-3
0,001
Mobilisasi Kelompok
kontrol
20 1,15 1-2
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa skor mobilisasi yang diperoleh
kelompok perlakuan secara statistic dalam uji Mann-whitney diperoleh
data nilai mean adalah 2,64 dengan skor mobilisasi minimum 1 dan
maksimum 3 sedangkan kelompok kontrol nilai mean 1,15 dengan skor
mobilisasi minimum 1 dan maksimum 2 .Hasil uji statistik didapatkan p-
value kurang dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan
pelaksanaan mobilisasi dini antara kelompok perlakuan dengan kelompok
kontrol sesudah dilakukan konseling dan foot hand massage.
73
C. Pembahasan
1. Pengaruh Konseling Dan Foot Hand Massage Terhadap Pelaksanaan
Mobilisasi Dini Pada Ibu Post Caesarea
Hasil analisis bivariat kelompok tidak berpasangan antara kelompok
perlakuan dengan kelompok kontrol pada tabel 4.6 menunjukkan p-value
0,001 hal ini menunjukkan ada perbedaan siginifikan pelaksanaan mobilisasi
dini antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol dan juga dapat
dilihat pada skor minimum- maksimum pada kelompok perlakuan skor
maksimumnya adalah tiga yang dapat diartikan pada penelitian ini kelompok
yang diberikan perlakuan konseling dan foot hand massage lebih dapat
melakukan mobilisasi dini dan pelaksanaan mobilisasi dini sesuai tahapan.
Dalam kajian menurut Nakita (2011) menyebutkan bahwa tindakan
caesarea dapat menimbulkan rasa nyeri akibat bekas sayatan pada kulit
sedangkan pengertian dari caesarea sendiri adalah suatu pembedahan
untuk melahirkan janin lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus
persalinan buatan, sehingga janin dilahirkan melalui perut dan dinding perut
dan dinding rahim agar anak lahir dengan keadaan utuh dan sehat
(Kusmarjadi, 2008). Nyeri sendiri merupakan perasaan yang tidak nyaman
yang dapat mengganggu kualitas hidup seseorang dan bila dibiarkan dapat
menimbulkan rasa frustasi yang dapat memperparah dan memperlambat
kesembuhan dari pasien dan hal ini dapat menambah biaya tinggi dalam
perawatan (Hawthorn dan Redmond, 1998). Upaya dari penatalaksanaan
nyeri adalah bisa menggunakan metode farmakologis dan non farmakologis
74
(Potter&Perry,2005), menurut Copp (1990) metode untuk mengurangi nyeri
dengan non farmakologis bisa dengan cara berdoa, mengutuk, melatih
konsentrasi dan Charney 1983 menyebutkan tehnik relakssai dapat
menurunkan nyeri hingga lima puluh persen. Tindakan relaksasi sendiri
salah satunya dapat menggunakan foot hand massage yaitu suatu tindakan
massage atau pemijatan, Massage dapat diartikan sebagai pijat yang telah
disempurnakan dengan ilmu-ilmu tentang tubuh manusia atau gerakan-
gerakan tangan yang mekanis terhadap tubuh manuusia dengan
mempergunakan bermacam-macam bentuk pegangan atau tehnik
(Trisnowiyanto B, 2012) Menurut Stillwell S. B massage disebut juga
sebagai refleksologi Foot hand massage adalah bentuk massage pada kaki
atau tangan yang didasarkan pada premis bahwa ketidaknyamanan atau
nyeri diarea spesifik kaki atau tangan berhubungan dengan bagian tubuh
atau gangguan. Dari hasil penelitian ini peneliti berpendapat bahwa foot
hand massage sangat efektif untuk mengatasi nyeri post secio caesarea yang
berdampak terhadap mobilisasi dini pada ibu post caesarea, dengan foot
hand massage dapat memperlancar peredarah darah serta menimbulkan efek
relaksasi yang menstimulus dalam pengeluaran hormone endorphin
enkafalain yang mengurangi nyeri dan pasien lebih aktif untuk melakukan
aktifitas sebagai upaya mobilisasi dini.
Penyembuhan pada luka operasi caesarea ditinjau dari perawatan
dapat dilakukan dengan mobilisasi dini, dengan mobilisasi dini diharapkan
dapat mencegah trobosis emboli dan kembalinya peredaran darah menjadi
75
normal (Mubarak dan Chayatin, 2008). Sedangkan factor yang
mempengaruhi mobilisasi dini antara lain adalah : gaya hidup, ketidak
mampuan, tingakat energy dan usia. Sebagai mana tersebut untuk
memberikan motivasi dalam mobilisasi dini diperlukan informasi yang
adekuat dari petugas kesehatan yang dapat berupa konseling. Konseling
merupakan proses pemberian informasi obyektif dan lengkap, dilakukan
secara sistematik dengan panduan komunikasi interpersonal, teknik
bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik, bertujuan untuk membantu
seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi, dan
menentukan jalan keluar atau supaya mengatasi masalah tersebut
(Saifudin,Abdul Bari2002 cit Tyastuti S et al 2009). Menurut Romauli S
(2013) menyebutkan salah satu tujuan konseling Mengubah sikap dan
tingkah laku yang negatif menjadi positif dan yang merugikan klien menjadi
menguntungkan klien. Dengan konseling ini dapat sebagai pemecahan
masalah dalam hal ini memberikan informasi motivasi kepada ibu post secio
caesarea untuk segera melakukan mobilisasi dini sebagai upaya
mempercepat penyembuhan. Teori yang mendukung dari penelitian ini
adalah pendapat dari Uripni.C.L.et al 2003 yang menyebutkan konseling
memunculkan kemandirian dalam pemecahan masalah kesehatan dalam hal
ini mempercepat pelaksanaan mobilisasi dini Dari hasil penelitian ini
peneliti berpendapat pelaksanaan konseling dan foot hand massage sangat
berdampak terhadap pelaksanaan mobilisasi dini karena informasi yang tepat
memunculkan rasa percaya dan foot hand massage dapat mengurangi nyeri
76
untuk dapat melaksannakan mobilisasi dini sehingga mempercepat
penyembuhan pasie dan memperpendek hari rawat di rumah sakit. Hasil
penelitian ini mendukung dari hasil penelitian sebelumnya oleh Abbaspoor Z et al
(2013) dengan laporan hasil penelitian intensitas nyeri post sectio caesarea dapat
berkurang setelah dilakukan foot and hand massage dan Menurut temuan ini,
pijat kaki dan tangan dapat dianggap sebagai metode pelengkap untuk
mengurangi rasa sakit dari operasi caesar secara efektif dan untuk
mengurangi jumlah obat dan efek sampingnya. Dan juga penelitian oleh Wang
HL, Keck JF (2004) yang melaporkan pijat kaki dan tangan menjadi, efektif,
murah, strategi berisiko rendah, fleksibel, dan mudah diterapkan untuk
manajemen nyeri pasca operasi.
77
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pelaksanaan konseling dan foot hand massage bersamaan dengan standart
pengobatan dapat berpengaruh positif mempercepat pelaksanaan mobilisasi dini
pada ibu post secio caesarea
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka implikasi yang perlu dilakukan adalah
1. Penggunaan intervensi foot hand massage sangat efektif untuk mengurangi
nyeri dan mendukung pelaksanaan mobilisasi dini pada ibu post sectio
caesarea
2. Konseling merupakan salah satu intervensi yang sangat efektif untuk
memberikan pengetahuan tentang mobilisasi sehingga bias mendukung
pelaksanaan mobilisasi dini pada ibu post sectio caesarea
3. Pelaksanaan konseling bersama dengan foot hand massage dapat
mempengaruhi ibu post sectio caesarea dalam pelaksanaan mobilisasi dini
sehingga dapat mendukung proses penyembuhan dan mengurangi hari rawat
inap
78
C. Saran
Saran yang bisa diberikan pada penelitian ini adalah :
1. Bagi tenaga kesehatan khususnya paramedis hasil penelitian ini dapat
digunakan untuk bahan pertimbangan pengembangan intervensi kebidanan
untuk tindakan non farmakologis dalam mendukung penyembuhan dan
pelengkap tindakan farmakologis
2. Bagi peneliti selanjutnya untuk subyek penelitian untuk lebih
memperhatikan homogenitas kasus dari pasien.
79
Daftar Pustaka
Abbaspoor Z, Akbari M, Najar S.(2013). Effect of Foot and Hand Massage In
Post-Cesarean Section Pain Control: A Randomized Control Trial
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23352729
Alimul H.A. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan Buku I. Jakarta:Salemba Medika
Al-Firdaus I. (2011). Terapi Pijat Untuk Kesehatan Kecerdasan Otak Dan
Kekuatan Daya Ingat. Penerbit Buku Biru 2011
Barbara & Kevin Kunz. (2012). Pijar Refleksi Sehat lewat pijatan jari. Penerbit
PT Grafika Multi Warna 2012
Corwin.E.J.(2000). Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.
Cunningham.F.Garry. 2005. Obstetri Williams. Jakarta: EGC.
David T Y L. (2008). Manual Persalinan. Penerbit buku kedokteran EGC
Degirmen N, Ozendogan N, Sayiner D, Kosgeroglu N, Ayrancy U (2010).
Effectiveness of foot and hand massage in postcesarean pain control in a
group of Turkish pregnant women.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20643325
Hanprasertpong T. et al. Comparison of the effectiveness of different counseling
methods before second trimester genetic amniocentesis in Thailand.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23963662. diakses 19 September
2013 jam 09 ;09 wib
Hartwig. et al. (2002). Nyeri. Dalam : Price, S. A dan Wilson, L. M, 2006.
Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Huriawati Hartanto,
dkk (Eds), Brahm U. Pendit, dkk (penterjemah), 2006. Ed. 6, Cetakan I,
EGC, Jakarta.
Hawthorn. Jan dan Redmond. Kathy. (2004). Pain: Causes and Management.
First Published Blackwell Science Ltd USA.
Kasdu D. (2003). Operasi Caesar. Penerbit Puspa suara Jakarta, Cetakan pertama,
konsultasi ahli dr. Lastio Bramantyo, Sp.Og
80
Kusmarjadi D. (2008). PROM Ketuban Pecah Dini. http://www.drdidispog.com
Mubarak W.I dan Chayatin N.(2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia
Teori dan Aplikasi dalam Praktik. Penerbit Jakarta:EGC
Nakita.(2010). Efek samping operasi cesar.
http://kiatsehat2010.blogspot.com/2011/02/efek-samping-operasi-
caesar.html
Nursalam. (2003). Konsep Dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Penerbit Salemba Medika
Notoatmodjo S. (2010). Metodelogi Penelitian Kesehatan,Jakarta. Penerbit
Rineka Cipta
Potter. Patricia A. dan Perry. Anne Griffin. (2005). Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses dan Praktik. Yasmin Asih. dkk (penterjemah). 2005. Edisi
4. Vol. 1. Penerbit EGC Jakarta.
Romauli S, S.S.T. (2013). Komunikasi Kebidanan. Cetakan Pertama. Jakarta. CV.
Trans Info Media
Setiadi. (2007). Konsep Dan Penulisan Riset Keperawatan. Penerbit Graha Ilmu
Yogyakarta
Stillwell S.B. (2011). Pedoman Keperawatan Kritis. Penerbit buku kedokteran
EGC Jakarta 2011
Tagawa K, Shida D, Takahashi H, Suzuku T. (2012). Introduction of enhanced
recovery after surgery (ERAS) protocols: reducing 3.4 days of
postoperative hospital stay.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22590938. diakses 19 September
2013 jam 21: 32
Taufik M, S.K.M,& Julliane, S.Psi. (2010). Komunikasi Terapeutik Dan
Konseling Dalam Praktik Kebidanan. Jilid 1. Penerbit Salemba Medika.
Jakarta
Trisnowiyanto B. (2012). keterampilan Dasar massage, Penerbit Nuha Medika
Jogyakarta 2012
Tyastuti S, S.Kep.Ns. et al. (2009) Komunikasi Dan Konseling Dalam Pelayanan
Kebidanan. Cetakan ketiga. Yogyakarta. Penerbit Fitramaya
81
Uripni C L et al. (2003). Komunikasi Kebidanan. Cetakan Jakarta EGC
Wang HL, Keck JF, (2004) Foot and hand massage as an intervention for
postoperativepain http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15297952 diakses
tanggal
Wiknjosastro H. (2002). Ilmu Kebidanan , Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo
Wong M F. (2012). Panduan Lengkap Pijat. Penerbit Penerbar Plus+
Yang CL. et al (2012). Pre-operative education and counselling are associated
with reduced anxiety symptoms following carotid endarterectomy: a
randomized and open-label study.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22457372. diakses 19 September
2013
Yulifah R, Yuswanto Tri J.A. (2009). Komunikasi Dan Konseling Dalam
Kebidanan. Jilid 1. Penerbit Salemba Medika. Jakarta
82
LEMBAR KONSELING
NO Jenis Konseling Yang Diberikan Kode
1
Efek samping operasi sectio caesarea
2
Perawatan operasi sectio caesarea
3
Cara pemulihan setelah operasi sectio caesarea
4
Pengertian mobilisasi dini
5
Tujuan mobilisasi
6
Manfaat mobilisasi dini
7
Kerugian tidak melaksanakan mobilisasi dini
8
Tahap-tahap mobilisasi dini
9
Pelaksanaan mobilisasi dini
Petunjuk Pengisian Lembar Konseling
Berilah kode : 0 : (apabila konseling tidak dilakukan)
1 : (apabila konseling dilakukan)
Lampiran I
83
LEMBAR PEMBERIAN PERLAKUAN FOOT AND HAND
MASSAGE
Kode
Kode
Petunjuk Pengisian Lembar perlakuan foot and hand massage
Berilah kode : 0 : ( apabila tidak dilakukan foot and hand massage)
1 : ( apabila dilakukan foot and hand massage)
Lampiran 2
84
LEMBAR PELAKSANAAN MOBILISASI DINI IBU
POST OPERASI SECTIO CAESAREA
Pelaksanaan mobilisasi dini Hari
Kode 1 2 3
Ibu sudah mulai miring ke kanan
dan ke kiri dan latihan pernafasan
Ibu dapat duduk selama 5 menit
untuk bernafas dalam-dalam dan
menghembuskannya, posisi tidur
terlentang dirubah setengah duduk,
Ibu belajar berjalan kemudian jalan
sendiri
Petunjuk Pengisian Lembar pelaksanaan mobilisasi dini
Berilah tanda : √ : Pada kolom hari (1,2,3) sesuai dengan kemampuan
pelaksanaan mobilisasi dini ibu post sectio caesarea
Setelah hari ke 3, kemudian berilah Kode :
Kode 0 : Tidak ada pelaksanaan mobilisasi dini mulai hari 1-3
Kode 1: Pelaksanaan mobilisasi ibu hanya bisa miring ke kiri dan kekanan dan
latihan pernafasan mulai hari 1-3
Kode 2 :Pelaksanaan mobilisasi ibu bisa miring ke kiri dan kekanan dan latihan
pernafasan dapat duduk selama 5 menit untuk bernafas dalam-dalam dan
Lampiran 3
85
menghembuskannya, posisi tidur terlentang dirubah setengah duduk,
mulai hari 1-3
Kode 3 : Pelaksanaan mobilisasi ibu bisa miring ke kiri dan kekanan dan latihan
pernafasan dapat duduk selama 5 menit untuk bernafas dalam-dalam dan
dan menghembuskannya, posisi tidur terlentang dirubah setengah duduk,
ibu belajar berjalan kemudian jalan sendiri mulai hari 1-3
86
Lampiran 4
UJI NORMALITAS MOBILISASI
KELOMPOK PERLAKUAN
Descriptives
Statistic Std. Error
Skor mobilisasi kel.perlakuan Mean 2.64 .140
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 2.34
Upper Bound 2.93
5% Trimmed Mean 2.71
Median 3.00
Variance .433
Std. Deviation .658
Minimum 1
Maximum 3
Range 2
Interquartile Range 1
Skewness -1.660 .491
Kurtosis 1.687 .953
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Skor mobilisasi kel.perlakuan 22 55.0% 18 45.0% 40 100.0%
87
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Skor mobilisasi kel.perlakuan .437 22 .000 .603 22 .000
a. Lilliefors Significance Correction
91
Lampiran 5
UJI NORMALITAS MOBILISASI
KELOMPOK KONTROL
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Skor mobilisasi kel.kontrol 20 50.0% 20 50.0% 40 100.0%
Descriptives
Statistic Std. Error
Skor mobilisasi kel.kontrol Mean 1.15 .082
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound .98
Upper Bound 1.32
5% Trimmed Mean 1.11
Median 1.00
Variance .134
Std. Deviation .366
Minimum 1
Maximum 2
Range 1
Interquartile Range 0
Skewness 2.123 .512
Kurtosis 2.776 .992
92
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Skor mobilisasi kel.kontrol .509 20 .000 .433 20 .000
a. Lilliefors Significance Correction
96
Lampiran 6
UJI NORMALITAS DAN DESKRIPTIF STATISTIK
KELOMPOK PERLAKUAN DAN KELOMPOK KONTROL
Umur Pasien Kelompok Perlakuan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Kurang dari 20 tahun 3 7.5 15.0 15.0
20-30 tahun 11 27.5 55.0 70.0
31-40 tahun 6 15.0 30.0 100.0
Total 20 50.0 100.0
Missing System 20 50.0
Total 40 100.0
Umur Pasien Kelompok Kontrol
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Kurang dari 20 tahun 4 10.0 20.0 20.0
20-30 tahun 12 30.0 60.0 80.0
31-40 tahun 4 10.0 20.0 100.0
Total 20 50.0 100.0
Missing System 20 50.0
Total 40 100.0
97
Pendidikan formal terakhir Kel.Perlakuan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid SMP 5 12.5 25.0 25.0
SMA 11 27.5 55.0 80.0
Perguruan Tinggi 4 10.0 20.0 100.0
Total 20 50.0 100.0
Missing System 20 50.0
Total 40 100.0
Pendidikan formal terakhir Kel.Kontrol
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid SMP 5 12.5 25.0 25.0
SMA 12 30.0 60.0 85.0
Perguruan Tinggi 3 7.5 15.0 100.0
Total 20 50.0 100.0
Missing System 20 50.0
Total 40 100.0
Pekerjaan Kelompok Perlakuan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ibu Rumah Tangga 12 30.0 60.0 60.0
Swasta 5 12.5 25.0 85.0
PNS 2 5.0 10.0 95.0
Petani 1 2.5 5.0 100.0
Total 20 50.0 100.0
Missing System 20 50.0
Total 40 100.0
98
Pekerjaan Kelompok Kontrol
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ibu Rumah Tangga 12 30.0 60.0 60.0
Swasta 7 17.5 35.0 95.0
Petani 1 2.5 5.0 100.0
Total 20 50.0 100.0
Missing System 20 50.0
Total 40 100.0
Jumlah kelahiran Kel.Perlakuan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Primipara 12 30.0 60.0 60.0
Multipara 8 20.0 40.0 100.0
Total 20 50.0 100.0
Missing System 20 50.0
Total 40 100.0
Jumlah kelahiran Kel.Kontrol
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Primipara 11 27.5 55.0 55.0
Multipara 9 22.5 45.0 100.0
Total 20 50.0 100.0
Missing System 20 50.0
Total 40 100.0
99
Indikasi Dilakukan Operasi Caesarea (Kel.Perlakuan)
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Post date 8 20.0 40.0 40.0
Floating Head 3 7.5 15.0 55.0
Ketuban pecah prematur 4 10.0 20.0 75.0
Plasenta Previa 1 2.5 5.0 80.0
CPD 1 2.5 5.0 85.0
Letak sungsang 1 2.5 5.0 90.0
PEB 2 5.0 10.0 100.0
Total 20 50.0 100.0
Missing System 20 50.0
Total 40 100.0
Indikasi Dilakukan Operasi Caesarea(Kel.Kontrol)
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Post date 9 22.5 45.0 45.0
Floating Head 2 5.0 10.0 55.0
Ketuban pecah prematur 4 10.0 20.0 75.0
Letak sungsang 2 5.0 10.0 85.0
Gemeli 1 2.5 5.0 90.0
Kala 2 lama 1 2.5 5.0 95.0
PEB 1 2.5 5.0 100.0
Total 20 50.0 100.0
Missing System 20 50.0
Total 40 100.0
110
Lampiran 7
UJI MANN-WHITNEY TEST
Ranks
Perlakuan konseling
bersama dengan foot hand
massage N Mean Rank Sum of Ranks
Pelaksanaan Mobilisasi Dini Tidak dilakukan konseling
dan foot hand massage 20 10.80 216.00
Perlakuan konseling dan foot
hand massage 20 30.20 604.00
Total 40
Test Statisticsb
Pelaksanaan
Mobilisasi Dini
Mann-Whitney U 6.000
Wilcoxon W 216.000
Z -5.677
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .000a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Perlakuan konseling
bersama dengan foot hand massage