pengaruh kompleksasi terhadap bioavailabilitas obat (autosaved)
TRANSCRIPT
-
7/27/2019 Pengaruh Kompleksasi Terhadap Bioavailabilitas Obat (Autosaved)
1/6
PENGARUH KOMPLEKSASI TERHADAP BIOAVAILABILITAS OBAT
DISUSUN OLEH:
AYUN DWI ASTUTI
N111 11 001
Diajukan sebagai Tugas Porto Folio
dalam Rangkaian Matakuliah
BIOFARMASETIKA
Semester Akhir 2012/2013
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
-
7/27/2019 Pengaruh Kompleksasi Terhadap Bioavailabilitas Obat (Autosaved)
2/6
PENDAHULUAN
Biofarmasetika adalah pengkajian faktor-faktor fisiologis dan farmasetik yang
mempengaruhi pelepasan obat dan absorbansi dari bentuk sediaan. Sifat-sifat fisika
kimia dari obat dan bahan-bahan penambah menetapkan laju pelepasan obat dari
bentuk sediaan dan transport berikutnya melewati membran-membran biologis,
sedangkan fisiologis dan kenyataan biokimia menentukan nasib obat dalam tubuh
(1:427).
Bioavailabilitas suatu obat mempengaruhi daya terapetik, aktivitas klinik, dan
aktivitas toksik obat, maka biofarmasetika menjadi sangat penting. Biofarmasetika
bertujuan mengatur pelepasan obat sedemikian rupa ke sirkulasi sistemik agar
diperoleh pengobatan yang optimal pada kondisi klinik tertentu (2:85).
Bioavailabilitas (ketersediaan hayati, F) adalah bagian obat (dalam %) yang
dilepaskan dari suatu sediaan farmasi dalam bentuk yang memiliki efek terapeutik
(pada umumnya sebagai zat yang belum berubah), mengalami absorpsi dan akhirnya
masuk kedalam peredaran darah besar, sehingga tersedia secara sistemik (3:15).
Faktor-faktor yang mempengaruhi bioavailabilitas obat (3:15):
1. Kecepatan dan tingkat pembebasan zat berkhasiat dari suatu bentuk sediaanfarmasi (misalnya, dragree atau tablet)
2. Kecepatan absorpsi dan kuota absorpsi dari zat berkhasiat yang dibebaskan3. Tingkatfirst pass effect
Banyak obat pada jalur absorpsinya keluar dari saluran lambung-usu
mengalamifirst pass effectyang jelas, yaitu sebagian besar akan mengalami penguraian
-
7/27/2019 Pengaruh Kompleksasi Terhadap Bioavailabilitas Obat (Autosaved)
3/6
metabolic sebelum sampai ke peredaran darah sistemik dan dengan demikian
kehilangan efektivitasnya. First pass effectyang menonjol menyebabkan bioavailabilitas
pada pemberian oral jelas berkurang (3:15).
Setelah absorpsi, obat yang terikat pada protein plasma dengan tingkat yang
berbeda-beda, ditransportasi di dalam darah. ikatan terutama terjadi pada albumin
plasma, yang mempunyai banyak tempat ikatan untuk obat (3:15).
Tempat ikatan tidak spesifik, sehingga pada satu tempat ikatan dapat terikat
beberapa obat yang berbeda. Ini mengakibatkan obat-obat dapat saling mendesak
secara kompetitif dari tempat ikatan. Obat yang terdesak tergantung pada konsentrasi
obat tersebut dan afinitas masing-masing terhadap tempat ikatan yang tidak spesifik.
beberapa jenis obat sudah dapat menjenuhkan tempat ikatan pada protein plasma
dalam konsentrasi plasma terapeutik (3:16).
Makin lipofil suatu obat, makin tinggi ikatan pada protein plasma Ikatan pada protein plasma bersifat reversible Zat yang terikat pada protein plasma dari ruang intravasal tidak dapat masuk ke
dalam sel. Ini hanya memungkinkan bagi zat yang tersedia dalam keadaan bebas
Zat yang terikat pada protein plasma tidak dapat dimetabolisme Zat yang terikat pada protein plasma tidak dapat mencapai tempat kerja dan
menjadi efektif
Zat yang terikat pada protein plasma tidak dapat dieliminasi melalu ginjal dan tidakdapat dihemodialisis
Pada uremia, ikatan protein plasma obat-obatan dapat berkurang
-
7/27/2019 Pengaruh Kompleksasi Terhadap Bioavailabilitas Obat (Autosaved)
4/6
Interaksi obat yang mempunyai relevansi klinis sebagai akibat saling
mendesak dari ikatan protein plasma dapat terjadi, apabila ikatan protein plasma dari
obat-obat yang tersedia jelas melebihi 90% dan obat yang terdesak dari ikatan ini
memiliki lebar terapeutik yang sempit (3:16).
Tolak ukur fisiko-kimia dari obat dan bentuk sediaan dapat diukur dengan
tepat dan teliti secara in vitro, sedangkan perkiraan kuantitatif dari absorbsi obat yang
berarti dapat diperoleh hanya melalui percobaan yang tepat secara ini vivo. Teknik
farmakokinetika memberikan arti dalam mengukur proses-proses absorpsi, distribusi,
biotransformasi, dan ekskresi obat pada organisme yang memakannya (hewan atau
manusia) (1:427).
Absorpsi sistemik suatu obat dari tempat ekstravaskular dipengaruhi oleh
sifat-sifat anatomik dan fisiologik tempat absorbsi serta sifat-sifat fisikokimia atau
produk obat. Biofarmasetika berusaha mengendalikan variabel-variabel tersebut
melalui rancangan suatu produk obat dengan tujuan terapik tertentu. Dengan memilih
secara teliti rute pemberian obat dan rancangan secara tepat produk obat, maka
bioavailabilitas obat aktif dapat diubah dari absorbsi yang cepat dan absorbsi lengkap
menjadi lambat, kecepatan absorbsi diperlambat atau bahkan tidak terjadi sama
sekali (2:85).
Evaluasi dan interprestasi dari studi Biofarmasetika merupakan bagian yang
integral dari pengembangan obat obat, (drug-product-design). Penelitian-penelitian di
bidang biofarmaseutika mencakup (4:22):
-
7/27/2019 Pengaruh Kompleksasi Terhadap Bioavailabilitas Obat (Autosaved)
5/6
1. Pengaruh dan interaksi antara formulasi obat dan teknologi, pembuatannya dalamberbagai bentuk sediaan yang akhirnya sangat menentukan kerja obat sesuai
dengan sifat fisiko kimianya.
2. Pengaruh dan interaksi antara obat dan lingkungan biologik pada situs penyerapandan cara pemberian obat yang akhirnya menentukan disposisi bahan/zat aktif
dalam tubuh.
3. Pengaruh dan interaksi dari zat aktif dengan organisme menentukan ketersediaanobat secara biologis.
Faktor-faktor yang memperngaruhi bioavailabilitas obat aktif yaitu (2:95-98) :
1. Disintegrasi. Sebelum absorpsi terjadi, suatu produk obat padat harus mengalamidisintegrasi ke dalam partikel-partikel kecil dan melepaskan obat.
2. Pelarutan. Pelarutan merupakan proses di mana suatu bahan kimia atau obatmenjadi terlarut dalam suatu pelarut. Laju pelarutan obat-obat dengan kelarutan
dalam air sangat kecil dari bentuk sediaan padat yang utuh atau terdisintegrasi
dalam saluran cerna sering mengendalikan laju absorbsi sistemik obat. Obat yang
terlarut dalam larutan jenuh dikenal sebagai stagnant layer, berdifusi ke pelarut
dari daerah konsentrasi tinggi ke daerah konsentrasi obat yang rendah. Laju
pelarutan adalah jumlah obat yang terlarut per satuan luas per waktu (misal
g/cm2.menit). Laju pelarutan dipengaruhi pula oleh sifat fisikokimia obat,
formulasi, pelarut, suhu media dan kecepatan pengadukan
3. Sifat Fisikokimia Obat. Sifat fisika dan kimia partikel-partikel obat padatmempunyai pengaruh yang besar pada kinetika pelarutan. Sifat-sifat ini terdiri
-
7/27/2019 Pengaruh Kompleksasi Terhadap Bioavailabilitas Obat (Autosaved)
6/6
atas: luas permukaan, bentuk geometrik partikel, derajat kelarutan obat dalam air,
dan bentuk obat yang polimorf.
4. Faktor Formulasi Yang Mempengaruhi Uji Pelarutan Obat. Berbagai bahantambahan dalam produk obat juga mempengaruhi kinetika pelarutan obat dengan
mengubah media tempat obat melarut atau bereaksi dengan obat itu
sendiri. Misalnya, magnesium stearat (bahan pelincir tablet) dapat menolak air, dan
bila digunakan dalam jumlah besar dapat menurunkan pelarutan. Natrium
bikarbonat dapat mengubah pH media. Untuk obat asam seperti aspirin dengan
media alkali akan menyebabkan obat tersebut melarut cepat. Serta, bahan
tambahan yang berinteraksi dengan obat dapat membentuk kompleks yang larut
atau tidak larut dalam air, contoh tetrasiklina dan kalsium karbonat membentuk
kalsium tetrasiklina yang tidak larut air.