pengaruh kadar tanin pada teh celup terhadap …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-t32607-putri...

162
45 PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP ANEMIA GIZI BESI (AGB) PADA IBU HAMIL DI UPT PUSKESMAS CITEUREUP KABUPATEN BOGOR TAHUN 2012 TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Epidemiologi PUTRI BUNGSU 1106120235 UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM MAGISTER EPIDEMIOLOGI KOMUNITAS DEPOK DESEMBER 2012 Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Upload: lybao

Post on 03-Mar-2019

228 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

45

PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP

ANEMIA GIZI BESI (AGB) PADA IBU HAMIL DI UPT

PUSKESMAS CITEUREUP KABUPATEN BOGOR TAHUN

2012

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister

Epidemiologi

PUTRI BUNGSU

1106120235

UNIVERSITAS INDONESIA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM MAGISTER EPIDEMIOLOGI KOMUNITAS

DEPOK

DESEMBER 2012

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 2: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

46

Universitas Indonesia

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 3: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

47

Universitas Indonesia

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 4: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

48

Universitas Indonesia

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 5: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

49

Universitas Indonesia

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 6: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

50

Universitas Indonesia

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 7: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

52

Universitas Indonesia

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 8: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

53

Universitas Indonesia

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 9: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

54

Universitas Indonesia

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 10: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

55

Universitas Indonesia

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 11: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

56

Universitas Indonesia

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 12: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

57

Universitas Indonesia

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 13: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

58

Universitas Indonesia

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 14: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

60

Universitas Indonesia

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 15: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

61

Universitas Indonesia

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 16: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

62

Universitas Indonesia

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 17: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

63

Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Kehamilan adalah masa seorang wanita membawa embrio atau fetus di dalam

tubuhnya. Dimana dalam kondisi tersebut seorang wanita merasa makin merasa

kesempurnaan sebagai seorang calon ibu. Namun pada kenyataannya, ibu hamil

adalah salah satu kelompok yang paling rawan dalam berbagai aspek, salah

satunya terhadap pangan dan gizi (Tristiyanti, 2006). Salah satu permasalahan

yang seringkali menyertai ibu hamil yaitu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb)

darah kurang dari normal, disebut juga dengan istilah anemia.

Anemia terdapat pada 1,62 juta jiwa di dunia yaitu mencapai 24,8% populasi

dunia di tahun 2008. Prevalensi anemia saat kehamilan tahun 1993-2005

mencakup 41,8% populasi penderita anemia di dunia yaitu sebanyak 56 juta jiwa

penduduk dunia. Lebih dari 80% negara di dunia mengalami masalah kesehatan

masyarakat sedang ke berat akibat anemia pada ibu hamil (WHO, 2008). Riset

kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 tercatat bahwa 40% anemia ibu hamil di

indonesia. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa 40% kematian ibu disebebkan

oleh perdarahan pada saat melahirkan dan anemia gizi merupakan faktor pencetus

penting dari kematian ibu melahirkan. Diperkirakan sebesar 20% kematian itu

berkaitan dengan rendahnya kadar hemoglobin (anemia gizi) selama kehamilan.

Pada kehamilan, penyebab tersering anemia adalah defisiensi zat-zat nutrisi.

Penyebab mendasar anemia nutrisional berupa asupan gizi tidak terpenuhi,

absorpsi tidak adekuat, peningkatan kehilangan zat gizi, peningkatan kebutuhan,

dan utilisasi nutrisi homopoietik berkurang. Sekitar 75% anemia dalam kehamilan

disebabkan oleh defisiensi besi. Selain itu, defisiensi asam folat dan vitamin B12

juga merupakan penyebab yang sering ditemui (Santi, 2007). Menurut Royston

(1994), bahwa salah satu penyebab kematian obstetrik tidak langsung pada kasus

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 18: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

64

Universitas Indonesia

kematian langsung tetapi disebabkan antara lain adalah anemia. Prawirohardjo

(2002), mengungkapkan ”anemia defisiensi zat besi merupakan masalah gizi yang

paling lazim didunia dan menjangkiti lebih dari 600 juta manusia. Dengan

frekuensi yang masih cukup tinggi berkisar antara 10% dan 20 %”. Hal ini juga

diungkapkan oleh Simanjuntak tahun 1992, bahwa sekitar 70% orang di Indonesia

menderita anemia gizi. Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya di Kecamatan

Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa barat, didapatkan bahwa prevalensi anemia

pada ibu hamil sebesar 47,8% ( Tristiyanti, 2006)

Santi (2007) menyatakan bahwa salah satu penyebab anemia PADA IBU HAMIL

yaitu adanya perubahan fisiologis karena kehamilan yang diperberat dengan

kondisi kurang gizi, vitamin B12, asam folat dan Vitamin C. Faktor resiko lain

yang menyebabkan anemia pada ibu hamil adalah sering mengkonsumsi pangan

yang mengandung zat yang dapat menghambat penyerapan zat besi, seperti fitat

dan tanin. Selain itu, paritas tinggi, jarak kelahiran pendek, ANC/perawatan

kehamilan tidak memadai dan tingkat sosial ekonomi yang rendah juga menjadi

faktor resiko terjadinya anemia pada ibu hamil”. Hemoglobin pada ibu hamil

merupakan salah satu variabel yang menjadi perhatian untuk menilai status

anemia ibu hamil. Angka hemoglobin pada ibu hamil bukan hanya

menggambarkan status anemia, melainkan juga bisa menjadi acuan asupan gizi

selama kehamilan serta tingkat pengetahuan ibu mengenai perilaku yang tidak

dianjurkan selama kehamilan, seperti halnya mengkonsumsi teh, kopi dan alkohol.

Teh adalah jenis minuman yang paling banyak dikonsumsi manusia dewasa

setelah air dan diperkirakan manusia mengkonsusi teh tak kurang dari 120 ml

setiap harinya (Damayanthi, 2008). Teh memiliki potensi sebagai penyebab

anemia karena disinyalir mampu mengabsorbsi mineral sebagai bentuk zat besi.

Hal ini dikaitkan dengan peranan tanin yang terdapat dalam kandungan teh.

Mineral makanan sebagai salah satu pembentuk zat besi bila bereaksi dengan

tanin akan membentuk ikatan komplek yang tidak larut salam sistem pencernaan,

akibat mineral makanan tidak berfungsi lagi dan dikeluarkan oleh tubuh dalam

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 19: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

65

Universitas Indonesia

bentuk feses. Tanin memiliki kekuatan untuk mengikat protein sehingga

mempunyai kemampuan mengabsorbsi sari makanan.

Profil teh sebagai minuman kaya manfaat serta menjadi salah satu teman bagi ibu

hamil dalam melewati fase mual (ngidam) dapat menjadikan bomerang tidak

hanya bagi kesehatan ibu selama kehamilan dan masa persalinan, tetapi juga

berdampak buruk bagi bayi. Kemudahan mengkonsumsi teh dalam berbagai

kemasan secara tidak langsung turut meningkatkan dampak anemia pada ibu

hamil serta angka berat bayi lahir rendah (BBLR) ataupun prematuritas dan

mortalitas. Seiring dengan perkembangan teknologi yang memanjakan masyarakat

dengan segala kemudahan memiliki berbagai efek yang berdampak pada

kesehatan. Salah satunya kemudahan dalam mengkonsumsi makanan. Tidak sulit

kita jumpai berbagai minuman dengan berbagai kemasan yang di nilai higenis dan

aman di lingkungan sekitar kita dengan harga yang terjangkau. Walaupun

beberapa makanan dan minuman tersebut telah lulus uji sebagai makanan aman

untuk konsumsi, tetapi pengetahuan serta kesadaran masyarakat dalam aturan

konsumsi juga tidak kalah penting dalam menjamin kesehatan. Hal diatas

merupakan salah satu hambatan dalam mencapai keberhasilan program yang

bertujuan untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak serta menurunkan angka

mortalitas dan morbiditas ibu dan anak.

Pada ibu hamil, anemia gizi besi dapat mengakibatkan keguguran, lahir mati,

kelahiran bayi dengan berat badan lahir rendah, perdarahan sebelum atau sewaktu

melahirkan dan kematian ibu (Khodyat 1995 dalam Khomsan 1997). Berdasarkan

data dan informasi diatas serta dampak yang cukup besar bagi kesehatan maka

peneliti tertarik untuk melakukan studi yang bertujuan untuk mengetahui

pengaruh kadar tanin pada teh celup terhadap anemia gizi besi (AGB) pada ibu

hamil.

1.2. Perumusan Masalah

Sejalan dengan perkembangan teknologi di berbagai bidang termasuk bidang

nutrisi, maka semakin bervariasi pula outcome yang berdampak pada kesehatan

baik bersifat positif maupun negatif. Kemudahan dalam akses pemenuhan

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 20: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

66

Universitas Indonesia

kebutuhan nutrisi juga menuntut masyarakat untuk lebih teliti sebagai konsumen.

Tidak sedikit penelitian yang melaporkan kejadian penyakit akibat kurangnya

pengetahuan masyarakat mengenai nutrisi serta dampak negatif yang mungkin

timbul. Diantaranya yaitu konsumsi teh yang merupakan salah satu penghambat

penyerapan zat besi dalam makanan. Teh yang juga merupakan penghambat zat

besi pada makanan turut menyumbang kenaikan angka anemia pada ibu hamil,

dimana angka prevalensi anemia gizi besi dengan analisa serum ferritin pada ibu

hamil di Kabupaten Bogor mencapai 33,3% sebagai salah satu dampak kurangnya

pengetahuan mengenai asupan nutrisi yang baik bagi ibu selama kehamilan

(Barunawati, 2000). Berdasarkan rumusan di atas, maka peneliti tertarik untuk

melihat pengaruh kadar tanin pada teh terhadap anemia gizi besi pada ibu hamil di

Puskesmas Kecamatan Citeureup Kabupaten Bogor tahun 2012.

1.3.Pertanyaan Penelitian

1.3.1. Apakah ada pengaruh kadar tanin pada teh celup terhadap Anemia Gizi

Besi (AGB) pada ibu hamil setelah dikontrol variabel covariat?

1.3.2. Apakah ada pengaruh kadar tanin pada teh celup terhadap Anemia Gizi

Besi (AGB) pada ibu hamil sebelum dikontrol variabel covariat?

1.3.3. Apa pengaruh dari usia ibu, aktivitas ibu hamil, usia kehamilan, jumlah

kehamilan, jarak kelahiran, status konsumsi tablet tambah darah (TTD),

pola konsumsi protein hewani, pola konsumsi protein nabati, pola konsumsi

nutrisi pengikat absorbs zat besi, pola konsumsi penghambat absorbs zat

besi, konsumsi tablet tambah darah, status gizi ibu hamil pada hubungan

kadar tannin teh celup terhadap anemia gizi besi pada ibu hamil?

1.4.Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh kadar tanin teh celup

terhadap Anemia Gizi Besi (AGB) pada ibu hamil setelah dikontrol

variabel covariat.

1.4.2. Tujuan Khusus

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 21: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

67

Universitas Indonesia

a) Melihat pengaruh kadar tanin teh celup terhadap Anemia Gizi Besi

(AGB) pada ibu hamil sebelum dikontrol variabel covariat.

b) Mengatahui pengaruh dari usia ibu, aktivitas ibu hamil, usia kehamilan,

jumlah kehamilan, jarak kelahiran, status konsumsi tablet tambah darah

(TTD), pola konsumsi protein hewani, pola konsumsi protein nabati,

pola konsumsi nutrisi pengikat absorbs zat besi, pola konsumsi

penghambat absorbs zat besi, konsumsi tablet tambah darah, status gizi

ibu hamil pada hubungan kadar tannin teh celup terhadap anemia gizi

besi pada ibu hamil.

1.5.Manfaat Penelitian

a) Hasil penelitian ini memberikan informasi yang bermanfaat bagi masyarakat

mengenai perilaku mengkonsumsi teh yang baik tanpa harus mengurangi

segudang manfaat dari teh.

b) Hasil penelitian diharapkan dapat menambah khasanah teori dan pengetahuan

mengenai pengaruh kadar tanin pada teh terhadap anemia gizi besi pada ibu

hamil.

c) Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan rujukan bagi penelitian

selanjutnya yang sejenis.

1.6.Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dilakukan di Puskesmas Kecamatan Citeureup Kabupaten Bogor,

dimana subjek penelitian yaitu ibu hamil pada usia kehamilan >16 minggu

(trimester Kedua dan Ketiga). Pelaksanaan penelitian dimulai di minggu ketiga

pada bulan September sampai dengan bulan Desember 2012.

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 22: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

68

Universitas Indonesia

Bab 2

Tinjauan Pustaka

2.1. Kehamilan

2.2.1. Perubahan hematologis pada kehamilan

Kehamilan merupakan urutan kejadian yang secara normal terdiri

atas pembuahan, implantasi, pertumbuhan embrio, pertumbuhan

janin, dan berakhir pada kelahiran bayi (Yongky, 2004). Selama

masa kehamilan terjadi pembentukan jaringan-jaringan baru

melalui beberapa tahapan tertentu. Jaringan-jaringan yang

terbentuk tumbuh dan berkembang dalam janin, meliputi janin

serta jaringan-jaringan lain yang berfungsi sebagai pendukung

yang mampu menjaga kelangsungan hidup janin. Jaringan ini

meliputi plasenta, amnion, yolksac, dan chorion (Hardinsyah &

Martianto, 1992)

Pada masa kehamilan terjadi perubahan dalam tubuh ibu, yaitu

dengan adanya janin dalam kandungan. Selain itu terjadi pula

pertumbuhan berbagai organ sebagai pendukung proses kehamilan,

seperti alat kandungan dengan adneksanya, mamae, dan

sebagainya (Sediaoetama, 1987)

Menurut Hardinsyah dan Martianto (1992), selama kehamilan

terjadi dua proses anabolik. Proses pertama merupakan

pertumbuhan serta pematangan plasenta dan janin yang selanjutnya

menjadi bayi. Proses kedua merupakan penyesuaian fisiologik dan

metabolik yang dialami ibu hamil. Proses-proses tersebut

dikatalisis oleh perubahan-perubahan kelenjar endokrin ibu.

Keadaan ini mengakibatkan ukuran uterus, payudara, volume darah

ibu, cairan ketuban, massa jaringan lemak membesar.

Kehamilan selalu berhubungan dengan perubahan fisiologis yang

berakibat peningkatan volume cairan dan sel darah merah serta

penurunan konsentrasi protein pengikat gizi dalam sirkulasi darah,

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 23: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

69

Universitas Indonesia

begitu juga dengan penurunan gizi mikro (Parra BE, Manjarres LM

2005 diacu dalam Tristiyanti 2006)

Adaptasi anatomis, fisiologis, dan biokimiawi terhadap kehamilan

sangat besar. Banyak dari perubahan-perubahan tersebut segera

terjadi setelah fertilisasi dan berlanjut selama kehamilan. Sebagian

besar adaptasi pada kehamilan terjadi sebagai respon terhadap

rangsangan fisiologis yang ditimbulkan oleh janin. Salah satu

perubahan yang terjadi selama kehamilan adalah perubahan

hematologis. Perubahan pada sistem ini berupa peningkatan

volume darah ibu, penurunan hemoglobin dan hematokrit,

peningkatan kebutuhan besi, perubahan pada leukosit dan sistem

imunologis, serta kehilangan darah yang terjadi selama proses

kelahiran (Cunningham dkk., 2006)

2.2.1.1. Volume darah

Volume darah ibu meningkat secara nyata selama

kehamilan. Tingkat ekspansi sangat bervariasi, dimana

pada beberapa wanita hanya terjadi peningkatan sedang

dan pada wanita lain peningkatan hampir berlipat ganda.

Peningkatan volume darah disebabkan oleh meningkatnya

plasma dan eritrosit. Peningkatan plasma biasanya lebih

banyak daripada eritrosit pada sirkuliasi ibu. Menurut

Harstad dkk (1992), peningkaan kadar eritropoietin plasma

ibu dan produksi tertinggi eritrosit setelah usia gestasi 20

minggu menyebabkan hiperplasia erithosid sedang dalam

sumsum tulang belakang, dan hitung retikulosit sedikit

meningkat pada kehamilan normal. Pritchard (1965)

menyatakan janin tidak berperan penting dalam

hiervolemia, sebab keadaan ini juga dapat terjadi pada

beberapa wanita dengan mola hidatidosa. Pada wanita

normal, volume darah saat aterm meningkat kira-kira 40%

– 45% di atas volume saat tidak hamil. Volume darah ibu

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 24: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

70

Universitas Indonesia

mulai meningkat pada trimester pertama, bertambah cepat

pada trimester kedua, kemudian naik dengan kecepatan

yang lebih pelan pada trimester ketiga untuk mencapai

kecepatan konstan (kondisi plateu) pada beberapa minggu

akhir kehamilan. Peningkatan progresif volume darah

terjadi pada minggu ke-6 sampai ke-8, dan mencapai

puncak pada minggu ke-32 sampai ke-34. Volume darah

akan kembali seperti semula pada 2-6 minggu setelah

persalinan. Hipovolemia yang diinduksi oleh kehamilan

mempunyai beberapa fungsi penting sebagai berikut :

a) Untuk memenuhi kebutuhan uterus yang membesar

dan sistem vaskuler yang hipertrofi.

b) Untuk melindungi ibu dan janin terhadap efek dari

gangguan aliran balik vena pada posisi terlentang dan

berdiri tegak.

c) Untuk menjaga ibu dari efek samping kehilangan darah

selama persalinan

(Cunningham dkk. ,2006)

2.2.1.2. Konsentrasi hemoglobin dan hematokrit

Konsentrasi hemoglobin dan hematokrit sedikit menurun

selama kehamilan normal walaupun terdapat peningkatan

eritropoiesis. Jika dibandingkan dengan peningkatan

volume plasma, peningkatan volume eritrosit sirkulasi

tidak begitu banyak, sekitar 450 ml atau 33%. Akibat nya,

viskositas darah secara keseluruhan menurun

(Cunningham dkk., 2006). Konsentrasi hemoglobin

tertinggi terdapat pada trimester pertama, mencapai nilai

terandah pada trimester kedua, dan mulai meningkat

kembali pada trimester ketiga. Konsentrasi hemoglobin

rata-rata adalah 12,73 ± 1,14 g/dl pada trimester pertama,

11,41 ± 1,16 g/dl pada trimester kedua, dan 11,67 ± 1,18

g/dl pada trimester ketiga (Tristiyanti, 2006). Pada

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 25: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

71

Universitas Indonesia

sebagian besar wanita, konsentrasi hemoglobin di bawah

11,0 g/dl, terutama di akhir kehamilan, dianggap abnormal

dan biasanya lebih berhubungan dengan defisiensi besi

daripada hipervolemia graidarum (Santi, 2006).

2.2.1.3. Metabolisme besi

Peningkatan volume eritrosit dan massa hemoglobin

selama kehamilan berhubungan dengan jumlah besi yang

tersedia dari cadangan besi dalam tubuh ibu hamil. Rata-

rata volume total eritrosit meningkat sekitar 450 ml dalam

sirkulasi, dimana dalam 1 ml eritrosit normal terkandung

1,1 mg besi. Dari 1000 mg kebutuhan besi pada

kehamilan, sekitar 300 mg ditrasfer secara aktif ke janin

dan plasenta, serta sekitar 200 mg hilang di sepanjang jalur

ekskresi normal. Keadaan ini tetap terjadi walaupun ibu

kekurangan zat besi. Bila zat besi tersebut tersedia, 500 mg

besi lainnya akan digunakan dalam eritrosit. Akibatnya,

semua zat besi akan terpakai selama paruh akhir

kehamilan dan dibutuhkan zat besi yang cukup besar

selama paruh kedua kehamilan. Pritchard dan Scott (1970)

menuliskan kebutuhan zat besi selama paruh kedua

kehamilan tersebut sekitar 6-7 mg/hari. Dalam keadaan

tidak ada zat besi suplemental, konsentrasi hemoglobin

dan hematokrit turun cukup besar saat volume darah ibu

bertambah, meskipun absorpsi zat besi dari traktus

gatrointestinal tampak meningkat. Pada ibu dengan anemia

defisiensi berat, produksi hemoglobin dalam janin tidak

akan terganggu. Hal ini disebabkan perolehan besi dari

plasenta ibu cukup untuk menghasilkan kadar hemoglobin

normal untuk janin (Cunningham dkk., 2006)

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 26: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

72

Universitas Indonesia

2.2.1.4. Fungsi leukosit dan sistem imunologis

Selama kehamilan, jumlah leukosit akan meningkat sekitar

5.000 – 12.000 per μl. Pada saat kelahiran dan masa nifas,

jumlah leukosit mencapai puncak, yaitu antara 14.000 –

16.000 per μl. Distribusi tipe sel juga berubah selama

kehamilan. Pada awal kehamilan, aktivitas leukosit alkalin

fosfatase dan C-Reactive Protein (CRP) meningkat. Selain

itu, reaktan serum akut dan Erythrocyte Sedimentation

Rate (ESR) meningkat akibat dari peningkatan plasma

globulin dan fibrinogen. Pada trimester ketiga kehamilan,

jumlah granulosit dan limfosit CD8 T meningkat, tetapi

limfosit dan monosit CD4 T menurun (Cunningjam dkk.,

2066).

2.2.1.5. Kehilangan darah

Pada mayoritas wanita, separuh dari eritrosit yang

ditambahkan ke sirkulasi ibu selama masa kehamilan akan

hilang saat kelahiran pervaginam normal sampai beberapa

hari setelahnya. Kehilangan ini terjadi melalui tempat

implantasi plasenta, plasenta, episiotomi atau laserasi, dan

lokia. Pritchard (1965) dan Ueland (1976) menyatakan

sekitar 500–600 ml darah pra kelahiran akan hilang saat

kelahiran per aginam bayi tunggal sampai setelahnya.

Sedangkan, sekitar 1000 ml darah hilang pada sectio

sesarea dan kelahiran per vaginam bayi kembar

(Cunningham dkk., 2006).

2.2.2. Kebutuhan Ibu di masa kehamilan

Selama kehamilan, kebutuhan akan vitamin dan mineral akan

meningkat. Dalam Nutrition During Pregnancy yang diterbitkan

oleh National of Science, USA diacu dalam Hardinsyah dan

Briawan (2000) direkomendasikan pemberian suplemen zat gizi

mikro pada ibu hamil seperti zat besi (Fe), Zinc (Zn), cuprum (Cu),

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 27: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

73

Universitas Indonesia

iodium (I), vitamin A, asam folat, dan asam lemak omega 3

(DHA). Pertimbangannya adalah karena adanya peningkatan

kebutuhan fisiologis tubuh untuk pertumbuhan janin (Tristiyanti,

2006).

Adanya kenaikan volume darah pada saat kehamilan akan

meningkatkan kebutuhan zat besi. Jumlah elemental Fe pada bayi

baru lahir kira-kira 300 mg dan jumlah yang diperlukan ibu untuk

mencegah anemia akibat meningkatnya volume darah adalah 500

mg, terutama dibutuhkan pada setengah akhir kehamilan. Pada diet

yang adekuat kandungan Fe sekitar 10-15 mg sehingga Fe pada diet

hanya memenuhi sedikit kebutuhan Fe pada ibu hamil (105 – 20%

dari kebutuhan). Oleh karena itu diperlukan suplemen Fe (Yongky,

2004). Besi merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat

di tubuh manusia dan hewan, yaitu sebanyak 35 gr di dalam tubuh

manusia dewasa (Almatsier, 2002). Zat gizi besi (Fe) merupakan

kelompok mineral yang diperlukan, sebagai inti dari hemoglobin,

unsur utama sel darah merah. Fungsi sel darah merah itu penting

mengingat tugasnya antara lain sebagai sarana transportasi zat gizi,

dan terutama juga oksigen yang diperlukan pada proses fisiologis

dan biokimia dalam setiap jaringan tubuh (Harli, 1999). Zat besi

merupakan mikroelemen yang esensial bagi tubuh. Zat ini terutama

diperlukan dalam hemopoiesis (pembentukan darah), yaitu dalam

sintesa hemoglobin (Sediaoetama, 1987).

Kandungan besi dalam tubuh sangat kecil, yaitu sekitar 35 mg per

kg berat badan wanita atau 50 mg per kg berat badan pria. Besi

yang ada dalam tubuh berasal dari tiga sumber, yaitu besi yang

diperolah dari perusakan sel-sel darah merah (hemolisis), besi yang

diambil dari cadangan yang tersimpan dalam tubuh, serta besi hasil

penyerapan saluran cerna (Winarno, 1997). Mengingat kebutuhan

zat besi selama kehamilan sangat tinggi, FAO/WHO (2001) diacu

dalam WNPG (2004) menganjurkan agar wanita hamil, khususnya

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 28: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

74

Universitas Indonesia

trimester 2 dan 3 mendapatkan tambahan (pil) besi dengan dosis

100 mg/hari. Selama masa kehamilan (280 hari) terjadi kehilangan

besi basal 250 mg, kebutuhan janin dan plasenta 315 mg dan

kebutuhan untuk meningkatkan massa hemoglobin (termasuk

simpanan) 500 mg atau total sekitar 1.1 gr. Pada trimester pertama

belum ada kebutuhan yang meningkat drastis sehingga kecukupan

besi pada trimester pertama sama dengan kecukupan pada wanita

dewasa yang masih menstruasi, yaitu 26 mg/hari. Kebutuhan zat

besi menurut trimester yaitu :

a) Pada trimester I, zat besi yang dibutuhkan adalah ±1 mg/hari,

yaitu untuk kebutuhan basal = 0,8 mg/hari ditambah dengan

kebutuha janin dan red cell mass = 30–40 mg.

b) Pada trimester II, zat besi yang dibutuhkan adalah ±5 mg/hari,

yaitu untuk kebutuhan basal = 0,8 mg/hari ditambah dengan

kebutuhan red cell mass = 300 mg dan conceptus = 115 mg.

c) Pada trimester III, zat besi yang dibutuhkan adalah 5 mg/hari,

yaitu untuk kebutuhan basal = 0,8/hari, ditambah dengan

kebutuhan red cell mass = 150 mg dan conceptus = 223 mg.

Atas dasar hal tersebut diatas, maka kebutuhan zat besi pada

trimester II dan III aka jauh lebih besar dari jumlah zat besi yag di

dapat dari makanan, walaupun makanan mengandung zat besi yang

tinggi bioavabilitasnya kecuali jika wanita itu pada sebelum hamil

telah mempunyai reserve zat besi yag tinggi yaitu lebih besar dari

500 mg di dalam tubuhnya. Wanita yang mempunyai simpanan zat

besi lebih besar dari 500 mg jarang ada walau pun pada masyarakat

yang maju sekalipun apalagi pada negara-negara yang sedag

berkembang. Besi dalam makanan terdapat dalam bentuk besi heme

seperti terdapat dalam hemoglobin dan mioglobin makanan hewani,

dan besi non heme dalam makanan nabati. Besi heme merupakan

bagian kecil dari besi yang diperolah makanan. Akan tetapi yang

dapat diabsobsi mencapai 25% sedangkan besi non heme hanya 5%

(Almatsier, 2002). Sumber zat besi yang terpenting dalam diet

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 29: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

75

Universitas Indonesia

adalah daging dan hati, ikan dan daging unggas yang harus

dikonsumsi setiap hari karena selain sebagai sumber zat besi, heme

juga dapat mendorong absorbsi besi non heme. Sumber besi non

heme yang tinggi kandungan zat besinya adalah kacang-kacangan,

sayuran berwarna hijau, umbi-umbian, dan buah-buahan (Darlina,

2003). Menurut Almatsier (2002), makan besi heme dan non heme

secara bersama dapat meningkatkan penyerapan zat besi non heme.

Daging, ayam, dan ikan mengandung suatu faktor yang membantu

penyerapan besi. Faktor ini terdiri atas asam amino yang mengikat

besi dan membantu penyerapannya. Susu sapi, keju, dan telur tidak

mengandung faktor ini hingga dapat membantu penyerapan zat besi.

Polifenol seperti tanin dalam teh, kopi, sayuran tertentu, mengikat

besi heme membentuk kompleks besi-tannat yang tidak larut

sehingga zat besi tidak dapat diserap dengan baik (Alsuhendra,

2005). Zat besi pada saat kehamilan digunakan untuk

perkembangan janin, plasenta, ekspansi sel darah merah, dan untuk

kebutuhan basal tubuh (Darlina, 2003).Pembuangan zat besi dari

tubuh terjadi melalui beberapa jalan, diantaranya adalah melalui

keringat (0,2 0 1,2 mg/hari), air seni (0,1 mg/hari) dan melalui feses

serta darah menstruasi (0,5 – 1,4 mg/hari) (Winarno,1997).

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil, terutama di

pedesaan Indonesia mengkonsumsi pangan pokok, pangan hewani,

dan buah dalam jumlah yang tidak memadai (Tristiyanti 2006 diacu

dalam Hardiyansyah dan Briawan 2000). Hal tersebut berimplikasi

pada tidak terpenuhi kebutuhan energi, protein, dan berbagai

mineral yang penting bagi kehamilan seperti Fe, I, dan Zn serta

vitamin, terutama vitamin C dan asam folat. Menurut Riyadi et al.

(1997), konsumsi zat besi ibu hamil dibedakan antara konsumsi

tinggi (≥15 mg/kapita/hari) dan konsumsi rendah (<15

mg/kapita/hari).

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 30: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

76

Universitas Indonesia

2.2.3. Anemia Ibu hamil

Masa kehamilan merupakan masa dimana tubuh sangat

membutuhkan asupan makan yang maksimal baik untuk jasmani

maupun rohani (selalu rileks dan tidak stress). Di masa-masa ini

pula, wanita hamil sangat rentan terhadap menurunnya kemampuan

tubuh untuk bekerja secara maksimal.Wanita hamil biasanya sering

mengeluh, sering letih, kepala pusing, sesak nafas, wajah pucat dan

berbagai macam keluhan lainnya. Semua keluhan tersebut

merupakan indikasi bahwa wanita hamil tersebut sedang menderita

anemia pada masa kehamilan. Penyakit terjadi akibat rendahnya

kandungan hemoglobin dalam tubuh semasa mengandung. Anemia

ini secara sederhana dapat kita artikan dengan kurangnya sel-sel

darah merah di dalam darah daripada biasanya. Anemia dalam

kehamilan ialah suatu kondisi ibu dengan kadar haemoglobin

dibawah 11 gr % terutama pada trimester I dan trimester ke III.

Kadar Hb yang normal untuk wanita hamil trimester akhir minimal

10,5 g/dL. Jika kurang, disebut anemia. Pada wanita tidak hamil,

kadar normal Hb adalah 12-16 g/dL. Anemia dalam masa

kehamilan merupakan hal yang sering terjadi. World Health

Organization (WHO) melaporkan bahwa 35-75% perempuan pada

negara berkembang dan 18% perempuan pada negara maju

mengalami anemia dalam masa kehamilan. Anemia dalam

kehamilan dapat dibagi menjadi dua yaitu anemia akibat perubahan

yang normal terjadi dalam kehamilan dan anemia akibat adanya hal

yang tidak normal. Anemia dapat timbul tanpa adanya abnormalitas

selama masa kehamilan karena selama kehamilan, jumlah plasma

ibu meningkat sampai 50% (sekitar 1000 cc). Jumlah sel darah juga

meningkat, tapi hanya 25% dan baru timbul pada kehamilan akhir.

Hal inilah yang menyebabkan kadar hemoglobin merosot.

(WHO, 2008).

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 31: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

77

Universitas Indonesia

2.2.4. Anemia Gizi besi

Anemia gizi merupakan hasil daripada kekurangan satu atau lebih

zat-zat gizi esensial, seperti zat besi asam folat dan vitamin B12

yang sangat dibutuhkan untuk pembentukan sel-sel darah merah.

Zat-zat gizi lainnya yang juga dibutuhkan ialah protein, vitamin C,

pyridoxine dan copper (Husaini, 1989). Dalam keadaan normal,

simpanan zat besi, asam folat dan vitamin B12 cukup didalam

badan. Bila simpanan ini berkurang jumlahnya akan terjadi

ketidakseimbangan zat-zat gizi tersebut didalam badan namun

belum menunjukkan kelainan bioklinis atau klinis. Tetapi bila

jumlah ini berkurang terus, akhirnya sampai pada keadaan yang

disebut anemia. Jumlah sel darah merah tidak cukup banyak

diproduksi, mengakibatkan kadar Hb di dalam darah menjadi

rendah. Anemia gizi karena kurang zat besi adalah yang paling

umum terjadi di masyarakat. Meskipun demikian, pada situasi

tertentu misalnya pada wanita hamil trimester ketiga dan bayi

premature, kekurangan asam folat dapat menyebabkan anemia,

kekurangan vitamin B12 dapat pula terjadi pada orang-orang yang

sering mengalami malabsorbsi. Pada penelitian di masyarakat,

penentuan asam folat dan vitamin B12 dalam darah kurang penting

dilakukan, kecuali ada indicator sebelumnya bahwa di daerah yag

bersangkutan banyak ditemukan defisiensi asam folat atau vitamin

B12. Jika dipandang dari segi kesehatan masyarakat praktis,

anemia gizi selalu diasosiasikan sebagai anemia gizi zat besi

(Almatsier, 2002).

Penyebab anemia yang paling sering pada kehamilan selain anemia

fisiologis yang telah dijelaskan di atas adalah anemia defisiensi

besi. Kekurangan zat gizi yang satu ini merupakan penyebab 75%

kasus anemia dalam kehamilan. Angka kejadiannya pada trimester

pertama hanya 3-9%, dan meningkat 1? Caranya adalah dengan

memeriksakan kadar simpanan besi yaitu fetritin dan kadar besi

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 32: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

78

Universitas Indonesia

dalam darah yaitu serum iron. Kadar serum iron dan ferritin yang

rendah jelas menggambarkan keadaan defisiensi besi. Namun

terkadang, defisiensi besi belum sampai menyebabkan simpanan

besi tubuh berkurang sehingga yang terlihat dalam pemeriksaan

adalah kadar serum iron yang turun. Jika pasien minum

suplementasi besi beberapa hari sebelum pemeriksaan pun, kadar

serum iron dapat terlihat normal. Oleh karena itu, diskusikanlah

hasil pemeriksaan dengan dokter untuk mendapatkan interpretasi

yang benar.

(Buana, 2004)

2.2.5. Penilaian Status Zat Besi

Ada beberapa indicator laboratorium untuk menentukan status besi

(Nyoman, 2002 dalam Ballada Santi 2006) yaitu:

a) Hemoglobin (Hb)

Hemoglobin adalah parameter yang digunakan secara luas

untuk menetapkan prevalensi anemia. Hb merupakan senyawa

pembawa oksigen pada sel darah merah. Hb dapat diukur

secara kimia dalam jumlah Hb/100 ml gram darah dapat

digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen pada

darah. Kandungan Hb yang rendah dengan demikian

mengindikasi anemia. Nilai normal yang paling sering

dinyatakan adalah 14 – 18 gram/100 ml untuk laki-laki dan 12

– 16 gram/ 100 ml untuk wanita (gram/100 ml sering disingkat

dengan gr % atau gr/dl). Beberapa literatur menunjukkan nilai

lebih rendah sehingga pasien tidak dianggap anemia sampai Hb

kurag dari 13 gr/100 ml untuk laki-laki dan 11 gr/100 ml untuk

wanita. Kesalahan rata-rata nilai Hb antara 2% - 3%

bergantung metode yang digunakan. Metode yang lebih dulu

dikenal adalah Sahli, dalam metode ini Hb dihidrolisis dengan

HCL menjadi globin ferro-heme. Kemudian diperbandingkan

dengan warna standar dengan mata telanjang sehingga

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 33: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

79

Universitas Indonesia

subjektivitas sangat berpengaruh karena disamping factor mata,

ketajaman, penyinaran dapat juga mempengaruhi hasil

pembacaan. Akan tetapi untuk daerah yang belum mempunyai

peralatan canggih atau pemeriksaan di lapangan, metode sahli

masih memadai dan bila pemeriksanya telah terlatih hasilnya

dapat diandalkan. Metode Cyanmethemoglobin merupakan

metode yang lebih canggih daripada metode sahli. Pada metode

ini Hb dioksidasi oleh Kalium Ferrosianida menjadi

methemoglobulin yang bereaksi dengan ion sianida (CN2-

)

membentuk sian-methemoglobulin yang berwarna merah.

Intensitas warna dibaca dengan fotometer dan dibandingkan

dengan warna standar, sehingga hasilnya lebih objektif. Alat

fotometer sangat mahal sehingga belum semua laboratorium di

daerah memiliki sehingga metode sahli masih digunakan.

b) Hematocrit (HCT)

Adalah volume eritrosit yang dipisahkan dari plasma dengan

cara memutarnya di dalam tabung khusus yang nilainya

dinyatakan dalam persen (%). Persentase massa sel darah

merah pada volume darah yang asli merupakan hematocrit.

Hematocrit bergantung sebagia besar pada jumlah sel darah

merah. Hematocrit biasanya hamper 3 kali nilai hemoglobin.

Nilai normal adalah 40% - 54% untuk laki-laki dan 37% - 47%

untuk wanita. Kesalahan rata-rata pada prosedur HCT kira-kira

1% - 2%.

c) Ferritin Serum (Sf)

Untuk menilai status besi dalam hati perlu mengukur kadar

ferritin. Bayak ferritin yang dikeluarkan ke dalam darah secara

proporsional menggambarkan banyaknya simpanan zat besi

dalam hati. Apabila didapat serum ferritin sebesar 30 mg/dl

darah merah berarti di dalam hati terdapat 30 x 10 mg = 300

mg ferritin. Dalam keadaan normal kadar ferritin pada laki-laki

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 34: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

80

Universitas Indonesia

90 µg/dl darah merah dan wanita sebanyak 30 µg/dl darah

merah (Husaini, 2004).

d) Transferring Saturation (TS)

Penentuan kadar zat besi dalam serum merupakan satu cara

menentukan status besi. Salah satu indikator lainnya adalah

Total Iron Binding Capacity (TIBC) dalam serum. Kadar TIBC

ini meningkat pada penderita anemia karena kadar besi dalam

serum menurun sedangkan TIBC meningkat pada keadaan

defisiensi besi maka rasio keduanya (Transferrin Saturation)

lebih sensitive. Apabila TS>16% pembentukan sel-sel darah

merah dalam sumsum tulang belakang dan keadaan ini disebut

defisiensi besi.

e) Free eryrocytes protophophyrin (FEP)

Apabila penyediaan zat besi tidak cukup banyak untuk

pembentukan sel-sel darah merah di sumsum tulang maka

sirkulasi FEP di darah meningkat walau belum tampak anemia.

Dalam keadaan normal kadar FEP berkisar 35–50 µg/dl darah

merah, tetapi apabila kadar FEP dalam darah >100 µg/dl darah

merah menunjukkan individu menderita kekuragan besi.

Anemia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat maka

prediksi status besi denga menggunakan kadar Hb masih layak

untuk dilakukan di lapangan selama alternative lain yang

mudah dan sederhana belum tersedia, walaupun demikian perlu

juga diketahui status gizi. Karena cara-cara seperti FEP, TS. SF

dan Hematocrit sulit dilakukan di lapangan karena mahal dan

rumit, maka pengukuran kadar Hb masih layak dilakukan.

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 35: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

81

Universitas Indonesia

2.2.6. Indikator pada Defisiensi Besi

Besi merupakan suatu zat yag penting untuk proses metabolism

yang berkaitan dengan transportasi oksigen, metabolisme oksidatif

dan pertumbuhan selular.

Berikut tabel indikator pada defisensi besi:

Tabel 2.1. Indikator Defisiensi Besi.

Indikator

Normal Pengurangan

simpanan zat

besi

Defisiensi

awal zat

besi

Defisiensi

zat besi/

anemia

Serum Ferritin

(µg/l)

130 (M),

35(F)

< 13 < 13 < 13

TIBC (µg/l) 330 360 390 410

Transferrin

Saturasi (%)

35 30 < 15 < 15

EP (µg/dl rbc) 30 30 100 200

STfR (mg/l) 5.5 5.5 10 14

Erithrosit

(Hb,Ht,rbc

indices)

Normal Normal Normal Mycrocytic,

hypochromic

anemia*

Sumber : Bothwell et al., Brittenham, Looker et al

*level ktiris untuk diagnose anemia (konsentrasi hemoglobin, g/dl) : 6 bulan sd 5

tahun, 11.0 ; 5 sd 11 tahun, 11.5 ; 12 sd 13 tahun, 12.0 ; wanita menstruasi, 12.0

; ibu hamil, 11.0 ; Pria, 13.0 nilai kritis hemoglobin adalah untuk individu yang

tinggal di ketinggian permukaan laut. Nilai hemoglobin berbeda untuk daerah

yang tinggi.

(Ramakrishnan, 2000)

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 36: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

82

Universitas Indonesia

2.2.7. Faktor-faktor yang mempengaruhi anemia pada ibu hamil

2.2.7.1. Umur ibu saat hamil

Umur ibu pada saat hamil akan mempengaruhi timbulnya

anemia. Bila umur ibu pada saat hamil relativ muda (<20

tahun) akan beresiko anemia. Hal itu dikarenakan pada

umur tersebut masih terjadi pertumbuhan yang

membutuhkan zat gizi lebih banyak dibandingkan dengan

umur diatasnya. Bila zat gizi yang dibutuhkan tidak

terpenuhi, akan terjadi kompetisi zat gizi antara ibu

dengan janin yang dikandungnya (Wijianto, 2002).

Menurut Depkes RI (2001), kadar Hb 7.0–10.0 g/dl

banyak ditemukan pada kelompok umur <20 tahun (46%)

dan kelompok umur ≥ 35 tahun (48%).

2.2.7.2. Pendidikan Ibu

Rendahnya tingkat pendidikan ibu hamil dapat

menyebabkan keterbatasan dalam upaya menangani

masalah gizi dan kesehatan keluarga (Wijiyanto 2992

diacu dalam Tristiyanti, 2006). Ibu hamil dengan tingkat

pendidikan rendah (tidak sekolah, tidak tamat SD dan

tamat SD) sebanyak 66.15% menderita anemia dan

merupakan prevalensi terbesar dibandingkan dengan

kategori pendidikan sedang maupun tinggi (Mulyono

1994 diacu dalam Wijianto 2002).

Pendidikan formal sangat penting dalam menentukan

status gizi keluarga. Kemampuan baca tulis di pedesaan

akan membantu dalam memeprlancar komunikasi dan

penerimaan informasi, dengan demikian informasi

tentang kesehatan akan lebih mudah diterima oleh

keluarga (Sukarni, 1989). Tingkat pendidikan yang

dicapai seseorang mempunyai hubungan nyata dengan

pengetahuan gizi dari makanan yang dikonsumsinya

(Handayani, 2000).

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 37: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

83

Universitas Indonesia

2.2.7.3. Pengetahuan gizi

Pengetahuan gizi dan kesehatan merupakan salah satu

jenis pengetahuan yang dapat diperoleh melalui

pendidikan. Pengetahuan gizi dan kesehatan akan

berpengaruh terhadap pola konsumsi pangan. Semakin

banyak pengetahuan tentang gizi dan kesehatan, maka

semakin beragam pula jenis makanan yang dikonsumsi

sehingga dapat memenuhi kecukupan gizi dan

memepertahankan kesehatan individu (Suhardjo, 1989).

Didapat data sebanyak 57,5% ibu hamil yang anemia

memiliki tingkat pengetahuan gizi yang kurang,

sedangkan 50,0% ibu hamil anemia memiliki tingkat

pengetahuan gizi baik (Tristiyanti, 2006).

2.2.7.4. Pekerjaan Ibu

Status pekerjaan biasanya erat hubungannya dengan

pendapatan seseorang atau keluarga. Ibu hamil yang tidak

bekerja kemungkinan akan menderita anemia lebih besar

dibandingkan pada ibu yang berkerja. Hal ini disebabkan

pada ibu yang berkerja akan menyediakan makanan,

terutama yang mengandung sumber zat besi dalam jumlah

yang cukup dibandingkan ibu yang tidak berkerja

(Wijianto, 2002). Pada penelitain sebelumnya

disimpulkan sebanyak 92,5% ibu hamil dengan status

anemia tidak berkerja, sedangkan 7,5% ibu hamil yag

menderita anemia berkerja (Tristiyanti, 2006).

2.2.7.5. Pendapatan Ibu

Dengan meningkatnya pendapatan perorangan, terjadilah

perubahan-perubahan dalam susunan makanan. Akan

tetapi, pengeluaran uang yang lebih banyak untuk pangan

tidak menjamin lebih beragamnya konsumsi pangan.

Kadang-kadang perubahan utama yang terjadi dalam

kebiasaan makanan ialah pangan yang dimakan lebih

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 38: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

84

Universitas Indonesia

mahal (Suhardjo, 1989). Pengeluaran pangan merupakan

sejumlah uang yang digunakan untuk melakukan

pembelian pangan (Tristiyanti, 2006).

2.2.7.6. Usia kehamilan

Kebutuhan zat gizi pada ibu hamil terus meningkat sesuai

dengan bertambahnya umur kehamilan. Apabila terjadi

peningkatan kebutuhan zat besi tanpa disertai oleh

pemasukan yang cukup, maka cadangan besi akan

menurun dan dapat mengabaikan anemia. Meningkatnya

kejadian anemia dengan bertambahnya umur kehamilan

disebabkan terjadinya perubahan fisiologis pada

kehamilan yang dimulai pada minggu ke-6, yaitu

bertambahnya volume plasma dan mencapai puncaknya

pada minggu ke-26 sehingga terjadi penurunan kadar Hb

(Suwardono dan Soemantri, 1995 diacu dalam Darlina,

2003). Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan di

Kabupaten Lampung Utara didapatkan hasil 66,7% ibu

hamil anemia pada trimester ketiga, 38,7% pada trimester

kedua dan 50,7% pada trimester pertama (Buana, 2004).

2.2.7.7. Jarak kelahiran

Salah satu penyebab yang dapat mempercepat terjadinya

anemia pada wanita adalah jarak kelahiran yang pendek

(Soejonoes, 1991 dalam Darlina, 2003). Hal ini

disebabkan karena adanya kekurangan nutrisi yang

merupakan mekanisme biologis dari pemeulihan faktor

hormonal (Malem, 1998 diacu dalam Darlina, 2003).

Menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional

(BKKBN, 1995) jarak persalinan yang baik adalah

minimal 24 bulan.

2.2.7.8. Paritas

Paritas atau jumlah persalinan juga berhubungan dengan

anemia. Hasil SKRT 1985-1986 yang diacu dalam

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 39: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

85

Universitas Indonesia

Wijianto (2002) menyatakan bahwa prevalensi anemia

pada kelompok paritas 0 lebih rendah daripada paritas 5

ke atas. Semakin sering seorang wanita melahirkan maka

semakin besar resiko kehilangan darah dan berdampak

pada penurunan kadar Hb. Setiap kali wanita melahirkan,

jumlah zat besi yang hilang diperkirakan sebesar 250 mg.

Hal tersebut akan lebih berat lagi apabila jarak

melahirkan relatif pendek. Hasil yang didapat pada

penelitian sebelumnya menyimpulkan bahwa anemia

lebih banyak terjadi pada ibu hamil yang mempunyai

anak >2 (60%) dibanding ibu hamil yang memiliki anak

<2 (48%) (Buana, 2004).

2.2.7.9. ANC (Ante Natal Care)

Departemen kesehatan RI menganjurkan agar setiap ibu

hamil diperiksa kehamilan (ANC) oleh petugas

kesehatan, minimal harus menerima 5T. Arti dari 5T

yaitu ibu hamil yang melakukan ANC pernah ditimbang

badan, diukur tensi/tekanan darah, menerima tablet Fe,

menerima imunisasi TT dan diperiksa tinggi fundus uteri

(SKRT, 2001). Pemeriksaan kehamilan sangat penting

bagi ibu hamil untuk mendeteksi keadaan hamil yang

mungkin membahayakan kesehatan ibu dan janin secara

dini. Dengan pemeriksaan kehamilan secara rutin, maka

ibu yang menderita anemia dapat ditanggulangi dengan

pemberian tablet besi (Buana, 2004).

2.2.7.10. Kurang Energi Kronis (KEK)

Gizi seimbang adalah pola konsumsi makanan sehari-hari

yang sesuai dengan kebutuhan gizi setiap individu untuk

hidup sehat dan produktif. Setiap orang harus

mengkonsumsi minimal satu jenis bahan makanan dari

tiap-tiap golongan bahan makanan (sumber karbohidrat,

hewani, nabati, sayur, dan buah) dalam sehari dengan

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 40: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

86

Universitas Indonesia

jumlah yang mencukupi (Kodyat, 1995 dalam Darlina,

2003). Angka kecukupan energi (AKE) adalah rata-rata

tingkat konsumsi energi dari pangan yang seimbang

dengan pengeluaran energi pada kelompok umur, jenis

kelamin, ukuran tubuh (berat) dan tingkat kegiatan fisik

agar hidup sehat dan dapat melakukan kegiatan ekonomi

dan sosial yang diharapkan. Untuk ibu hamil, AKE

termasuk kebutuhan energi untuk pertumbuhan janin dan

cadangan energi (hardinsyah dan Tambunan, 2004).

Timbulnya masalah gizi pada ibu hamil, seperti kejadian

KEK tidak terlepas dari keadaan sosial, ekonomi, dan

bio-sosial dari ibu hamil dan keluarganya seperti tingkat

pendidikan, tingkat pendapatan, konsumsi pangan, umur,

paritas, dan sebagainya.

Salah satu cara menilai status gizi ibu hamil yaitu dengan

menggunakan teknik estimasi berat badan ibu hamil

sebelum dan menilai penambahan berat yang adekuat

selama kehamilan (estimation of pre-pregnancy weight

and adequacy of weight gain during pregnancy). Untuk

melakukan analisis pada sampel, ibu hamil harus

memiliki 2 ukuran berat badan selama kehamilan, dengan

ukuran berat badan pertama di ukur pada 6 bulan pertama

kehamilan dan berat badan berikutnya diukur selama

bulan ketujuh dan kesembilan. Karena angka kenaikan

berat badan antara pengukuran pertama dan kedua diukur

untuk mengestimasi total kenaikan berat badan selama

kehamilan, maka dibutuhkan pengukuran berat badan

pertama dan kedua yang memiliki jarak setidaknya 11

minggu (Achadi, 1995).

2.2.7.11. Konsumsi Zat Besi

Sumber makanan yang kaya akan zat besi dan mudah

diserap dalam tubuh pada umumnya terdapat dalam

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 41: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

87

Universitas Indonesia

golongan hewani seperti hati, ikan, telur, dan daging.

Disamping itu terdapat bahan makanan sumber nabati

yang kaya akan zat besi dan sudah umum serta banyak

dikonsumsi, seperti daun singkong, kangkung, dan

sayuran berwarna hijau. Tetapi zat besi yang ada dalam

makanan tersebut sukar untuk diabsorbsi (1-6%) (Depkes,

1995). Absorbsi zat besi dalam tubuh dibagi berdasarkan

pola menu makanan sehari-hari. Pertama, pola menu yang

tergolong rendah penyerapan zat besinya (sekitar 5%) bila

makanan tersebut teridiri dari nasi, umbi-umbian, kacang-

kacangan dan sedikit mengandung daging, ikan, ayam,

dan vitamin C. pola menu seperti ini banyak mengandung

phytat, serat, polyphenol, dan bekatul yang dapat

menghambat penyerapan zat besi. Kedua, menu makanan

yang mempunyai penyerapan zat besi sedang (sekitar

10%) terdiri atas nasi, roti, umbi-umbian atau jagung,

sayur-sayuran dan buah-buahan serta sering ada daging,

ikan, atau ayam walau jumlahnya sedikit didalam menu

sehari-hari. Ketiga, makanan yang tergolong mempunyai

absorbsi zat besinya tinggi (sekitar 15%) biasanya terdiri

dari beraneka ragam bahan makanan dan hewani . Ada

dua bentuk zat besi yang ada dalam tubuh, yaitu bentuk

heme berasal dari makanan kelompok hewani dan non

heme berasal dari makanan kelompok nabati atau

tumbuh-tumbuhan. Seluruh Fe yang ada dalam makanan,

rata-rata lebih dari 88% terdiri dari non heme (Santi,

2006).

Menurut Dettels (1997), heme iron merupakan sumber

makanan yang siap diserap dan tidak dipengaruhi oleh

unsur lain yang ada di dalam makanan, sedangkan

inorganic iron tidak langsung diserap da kadang-kadang

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 42: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

88

Universitas Indonesia

sagat dipengaruhi oleh factor lain yang ada dalam

makanan. Makanan yang berasal dari hewani dan dengan

adanya vitamin C aka meningkatkan daya serap dari

inorganic iron, sedangkan makanan yang terdiri dari

bahan utama sereal da umbi-umbian, kemungkinan bayak

mengandung zat besi, akan tetapi dengan tidak adanya

vitamin C sebagai co-factor, akan menyebabkan daya

serap Fe tetap rendah. Bahan makanan sumber Fe yang

dikonsumsi sehari-hari sangat besar pengaruhnya dalam

hal absorbsi. Kehilangan Fe yang diserap bervariasi

antara 1-20% tergatung dari makanannya. Makanan yang

haya terdiri dari sayuran saja mempunyai daya serap

paling rendah, dan daging menempati posisi teratas

karena heme daging paling baik untuk diabsorbsi

(Tristiyanti, 2006). Heme dapat diserap sekitar 25% aka

tetapi non heme diserap hanya 1-6% dan secara umum

keadaan atau status Fe dalam tubuh seseorang tergantung

dari jumlah protein yag ada, vitamin C yag diserap, asam-

asam yang dapat meningkatkan penyerapan Fe, phytat

dan beberapa zat yang menghambat penyerapan. Angka

kecukupan protein merupakan rata-rata konsumsi protein

untuk menyeimbangkan protein yang hilang ditambah

sejumlah tertentu agar mencapai hampir semua populasi

sehat (97,5%) di suatu kelompok umur, jenis kelamin,

dan ukuran tubuh tertentu pada tingkat aktifitas sedang

(Setiawan dan Rahayuningsih, 2004).

2.2.7.12. Faktor Peningkat dan Penghambat absrobsi zat besi

Ada dua factor yang berpengaruh dalam proses

penyerapan Fe dalam tubuh, antara lain factor yang

mempercepat atau meningkatkan penyerapan dan faktor

yang menghambat penyerapan zat besi.

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 43: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

89

Universitas Indonesia

a) Faktor Peningkat

Zat dari bahan makanan yang dapat meningkatkan

penyerapan Fe antara lain asam sitrat, asam askorbat,

cysteine-containing peptides, ethanol, asam laktat,

malic dan lactaric acids, hasil fermentasi yang terdapat

dalam guafa dan faw-faw, daging, daging babi, hati,

ayam, ikan, jeruk, pir, apel, nanas, cauliflower, pisang,

manga, wortel, kentang, labu, brokoli, tomat, turnip,

selada, cabe hijau, anggur merah, anggur putih, miso

dari besar dan saus kedelai (Husaini, 1989). Sumber

makanan hewani seperti daging, ikan, dan ayam jika

ada dalam makanan walaupun dalam jumlah sedikit

akan dapat meningkatkan penyerapan zat besi non

heme yang berasal dari tumbuh-tumbuhan.

b) Faktor Penghambat

Selain senyawa-senyawa yang berperan dalam

meningkatkan penyerapan, telah teridentifikasi

beberapa senyawa yang dapat mengganggu atau

menghambat penyerapan zat besi. Senyawa tersebut

mampu berikatan dengan zat besi membentuk senyawa

kompleks yang bersifat tidak larut sehingga sulit atau

tidak bisa diserap melintasi dinding usus. Senyawa-

senyawa yang termasuk sebagai inhibitor penyerapan

zat besi antara lain tanin, fitat dan serat pangan.

Tanin yang banyak terdapat di dalam teh merupakan

inhibitor potensial karena dapat mengikat zat besi

secara kuat membentuk Fe-tanat yang bersifat tidak

larut. Fitat pada kulit serealia diketahui dapat

menghambat penyerapan zat besi. Selain itu, serat

pangan juga dapat menghalangi penyerapan zat besi

den beberapa mineral lainnya. Meskipun demikian,

efek serat pangan terhadap penyerapan zat besi masih

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 44: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

90

Universitas Indonesia

relatif kecil dibandingkan tanin dan fitat (Schmidl &

Labuza 2000).

2.2.7.13. Infeksi dan Penyakit

Beberapa infeksi penyakit memeperbesar risiko anemia.

Infeksi itu umumnya adalah cacing dan malaria. Pada

daerah-daerah tropis, lembab, dan sanitasi lingkungan

yang buruk, anemia gizi diperberat keadaannya oleh

investasi cacing. Cacing tambang menempel pada dinding

usus dan memakan darah. Akibat gigitan, sebagian darah

hilang dan dikeluarkan dari badan bersama tinja (Husaini

1989 dalam Santi, 2006). Ibu yang sedang hamil sangat

peka terhadap infeksi dan penyakit menular. Beberapa

diantaranya meskipun tidak mengancam nyawa ibu, tetapi

tidak dapat menimbulkan dampak berbahaya bagi janin.

Diantaranya, dapat mengakibatkan abortus, pertumbuhan

janin terhambat, bayi mati dalam kandungan, serta cacat

bawaan. Penyakit infeksi yang diidap ibu hamil biasanya

tidak diketahui saat kehamilan. Hal itu baru diketahui

setelah bayi lahir dengan kecacatan. Pada kondisi

terinfeksi penyakit, ibu hamil akan kekurangan banyak

cairan tubuh serta zat gizi lainnya (Hardisyah, 2000).

Seseorang dapat terkena anemia karena meningkatnya

kebutuhan tubuh akibat kondisi fisiologis (hamil,

kehilangan darah karena kecelakaan, pasca bedah atau

menstruasi), adanya penyakit kronis atau infeksi (infeksi

cacing tambang, malaria, TBC) (Anonim, 2006).

2.2.8. Dampak Anemia

Efek anemia bagi ibu dan janin bervariasi dari ringan sampai berat.

Bila kadar hemoglobin lebih rendah dari 6 g/dL, maka dapat timbul

komplikasi yang signifikan pada ibu dan janin. Kadar hemoglobin

serendah itu tidak dapat mencukupi kebutuhan oksigen janin dan

dapat menyebabkan gagal jantung pada ibu. Beberapa penelitian

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 45: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

91

Universitas Indonesia

juga menemukan hubungan antara anemia ibu pada trimester satu

dan dua dengan kelahiran prematur (kurang dari 37 minggu).

Selain itu anemia pada ibu hamil juga menyebabkan hambatan

pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak, Abortus,

lamanya waktu partus karena kurang daya dorong rahim,

pendarahan post – partum, rentan infeksi, rawan dekompensasi

cordis pada penderita dengan Hb kurang dari 4 g–persen. Hipoksia

akibat anemia dapat menyebabkan shock bahkan kematian ibu saat

persalinan, meskipun tak disertai pendarahan, kematian bayi dalam

kandungan, kematian bayi pada usia sangat muda serta cacat

bawaan, dan anemia pada bayi yang dilahirkan (Harli, 1999).

2.2. Teh

2.2.1. Sejarah teh

Teh adalah minuman yang sangat akrab dalam kehidupan sehari-

hari. Dalam masyarakat Indonesia, teh hampir menjadi substitusi.

Konon penemua teh oleh sang kaisar terjadi secara tidak sengaja.

Suatu hari ketika ia beristirahat dalam perjalanan jauh bersama

rombongan, tiba-tiba saja sehelai daun teh dari tanaman yang ada di

kebun tempatnya beristirahat jatuh ke dalam salah satu baskom yang

berisi air panas. Ketika air yang sudah tercampur denga daun teh itu

mengeluarkan aroma yang sedap dan warnanya berubah menjadi

kecoklatan secara spontan Sang Kaisar langsung tergoda untuk

meminumnya. Aromanya yang sedap, rasanya yang sepat dan pahit

ternyata sangat disukai oleh Sang Kaisar. Kaisar percaya rasa sepat

dan pahit itu dapat membuat tubuh lebih segar. Sejak itu Kaisar Shen

Nung kerap kali meminum teh dan sejak itu pula teh menjadi sangat

popular di seluruh penjuru Cina (Ajisaka, 2012). Tanaman teh masuk

pertama kali di Indonesia pada tahun 1684, berupa biji teh dari

Jepang yang dibawa oleh orang Jerman bernama Andreas Cleyer dan

ditanam sebagai tanaman hias di Jakarta. Pada tahun 1694, seorang

pendeta bernama F. Valentijn mengatakan bahwa telah melihat perdu

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 46: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

92

Universitas Indonesia

teh muda berasal dari cina, tumbuh di taman Istana Gubenur Jendral

Champhusy di Jakarta (Diniatik, 2007). Saat ini teh telah

mendominasi di lebih dari 45 negara dan dikonsumsi di lebih dari

115 negara di seluruh dunia. Irlandia adalah konsumen terbesar di

dunia. Di sini setiap orang rata-rata mengkonsumsi teh delapan gelas

sehari. Namun produsen sekaligus konsumen terbesar teh adalah

India. Di negeri ini di mana saja dan kapan saja, chai (teh) menjadi

bagian penting dari kehidupan sehari-hari (Ajisaka, 2012).

2.2.2. Manfaat teh

Konon seorang penikmat teh memiliki pembawaan yang jauh lebih

rasional dan tenang dibandingkan penikmat kopi ataupun wine.

Selain itu, orang yang memiliki kebiasaan minum teh dalam

hidupnya juga akan tampak lebih muda dibandingkan dengan orang-

orang seusianya (Ajisaka, 2012). Sekarang tanaman teh dijadikan

sebagai bahan obat tradisional yang berkhasiat mengobati sakit

kepala, diare, diabetes, mengurangi karang gigi, kolesterol dan

gliserida hipertensi, infeksi saluran cerna, antikanker, penyubur dan

menghitamkan rambut (Andi nur, 2006).

2.2.3. Jenis dan Pengolahan teh

a) Teh hijau

Teh hijau bisa disebut sebagai teh yang memiliki potensi khasiat

untuk kesehatan yang paling baik. Hal ini dikarenakan pada teh

hijau kandungan katekin dapat dipertahankan secara lebih utuh.

Zay yang merupakan komponen bioaktif itu dapat dipertahankan

dengan cara menginaktivasi enzim polifenol oksidasi baik

melalui proses pelayuan maupun pemanasan. Pada proses

pengolahan lainnya, katekin dioksidasi menjadi senyawa

orthoquinon, bisflaanol, theaflavin dan thearubigin yang

kemampuannya tidak sehebat katekin. Pengolahan teh hijau di

Indonesia mengikuti serangkaian proses fisik dan mekanis tanpa

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 47: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

93

Universitas Indonesia

atau sedikit mengalami proses oksimasi terhadap daun teh

melalui sistem panning. Tahapan pengolahannya terdiiri atas

pelayuan, penggulungan, pengeringan, sortasi dan gradinasi

serta pengemasan.

b) Teh hitam / Merah

Secara umum, pengolahan teh hitam di Indonesia dapat

dikategorikan dalam dua sistem, yaitu sistem Orthodox dan

sistem baru seperti CTC (Crushing-Tearing-Curling) dan LTP

(Lowrie Tea Processor). Meski sistem yang digunakan berbeda,

secara prinsip proses pengolahannya tidak jauh berbeda.

c) Teh putih

Teh putih adalah jenis teh yang paling langka sekaligus paling

mahal di dunia, yang pada awalnya hanya dikonsumsi oleh

Kaisar China dan anggota istana sejak zaman Dinasti Tang

(618-907). Teh putih terbaik dibuah hanya dari tunas varietas

Camellia Sinensis , yang ditanam didaerah pegunungan tinggi di

Provinsi Fujian (China), sebagai tempat asal teh putih pertama

(Original) dan terbaik di dunia. Teh putih dengan kualitas

terbaik dipetik hanya dalam waktu dua hari (Supreme Grade)

hingga dua minggu (High Grade) setiap tahunnya pada awal

musim semi, saat tunas daun teh belum terbuka dan masih

diselimuti bulu-bulu halus berwarna putih. Teh ini dihasilkan

dari pucuk daun yang tak mengalami proses oksidasi dan

sebelum dipetik teh ini sengaja dilindungi dari sinar matahari

untuk menghadang pembentukan klorofil (zat penghijau daun).

Pemrosesan teh putih dilakukan secara tradisional, alami dan

sangat minimal dan hanya meliputi pelayuan dan pengeringan

segera setelah proses penetikan dilakukan. Teh putih

dikeringkan secara alami dengan bantuan angin dan sinar

matahari pegunungan, tanpa melalui proses fermentasi maupun

penggilingan sehingga tidak merusak bentuk teh putih yang

sebenarnya. Teh yang langka ini dipetik secara hati-hati dengan

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 48: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

94

Universitas Indonesia

tangan. Yang diambil hanya tunas dan daun teh termuda dengan

standar yang sangat ketat yang diwariskan secara turun-temurun

sejak zaman Dinasti Ming (1364-1644). Minimnya pemrosesan

menjadikan teh putih memiliki kandungan antioksidan polifenol

dan katekin tertinggi, lebih tinggi dari teh hijau maupun teh

hitam. Penelitian terbaru pada teh putih yang berasal dari Fujian,

China menyebutkan bahwa 1 cangkir teh putih mempunyai

kandungan antioksidan dan setara dengan 12 gelas jus jeruk

segar.

d) Teh Oolong

Nama oolong diambil dari nama pria Cina yakni Wu Long atau

Oolong. Pria ini menemukan teh oolong secara tidak sengaja

dengan mendapati daun tehnya telah teroksidasi oleh matahari

dan memberikan hasil seduhan yang enak. Teh oolong berasal

dari satu spesies tumbuhan teh Camellia Sinensis sama dengan

teh hijau, teh putih maupun teh merah. Perbedaan antara teh

oolong dengan teh lainnya yaitu pada proses pembuatan dan

pengeringannya. Teh oolong ditempatkan dalam kondisi

kelembapan dan temperatur tertentu untuk memungkinkan

oksidasi. Namun, proses oksidasi hanya dilakukan setengah

jalan. Daun-daun teh oolong tidak dibuat untuk pecah, sehingga

sebagian struktur sel daun masih relatif menyatu. Perbedaan

proses inilah yang membuat setiap jenis teh memiliki manfaat

berlainan, meski berasal dari daun tumbuhan yang sama.

Oksidasi setengah inilah yang justru memberi manfaat besar,

bahkan dianggap yang terbaik dari tipe fermentasi teh lain (teh

hijau dan teh hitam)

e) Teh hitam

Istilah teh hitam selain digunakan sebagai padanan teh merah

juga digunakan sebagai sebutan untuk teh tua atau teh yang

sengaja disimpan bertahun-tahun. Teh ini memiliki aroma

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 49: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

95

Universitas Indonesia

lembut dan berwarna kehitaman. Dapat menghilangkan lemak

dan koleterol dan berasal dari Yunan (China)

f) Teh bunga

Teh ini diproses dengan cara pengasapan dan penambahan teh

hijau atau merah dengan bunga-bungan alami. Teh bunga yang

paling populer adalah teh melati yang merupakan campuran teh

hijau atau teh oolong yang dicampur bunga melati. Bunga-

bunga lain yang sering dijadikan campuran teh adalah mawar,

seroja, leci dan seruni.

(Ajisaka, 2012)

2.2.4. Kandungan Kimia Teh

Untuk mengetahui apakah teh itu bermanfaat atau berbahaya, maka

dapat dilihat dari kandungan teh itu sendiri. Daun teh mengandung

kafein, theofilin, tanin, xan-thine, adenine, minyak asiri, kuersetin,

naringenin, dan natural fluoride

a) Kafein

Daun teh mengandung kafein (2 – 3%). Kandungan kafein inilah

yang menjadi masalah utama manfaat dari teh. Di dalam

minuman teh mengandung kurang lebih 40 mg kafein. Kafein

ialah alkaloid yang tergolong dalam famili methylxanthine

bersama-sama senyawa teofilin dan teobromin. Kafein ialah

serbuk putih yang pahit. Kafein mempunyai daya kerja sebagai

stimulan sistem syaraf pusat, stimulan otot jantung,

meningkatkan aliran darah melalui arteri koroner, relaksasi otot

polos bronki, dan aktif sebagai diuretika, dengan tingkatan yang

berbeda. Dan, tidak sama dengan yang lain, daya kerja sebagai

stimulan sistem syaraf pusat dari kafein sangat menonjol

sehingga umumnya digunakan sebagai stimulan sentral.

Terlalu banyak kafein dapat menyebabkan intoksikasi kafein

(yaitu mabuk akibat kafein). Gejala penyakit ini ialah keresahan,

kerisauan, insomnia, keriangan, muka merah, kerap kencing

(diuresis), dan masalah gastrointestial. Gejala-gejala ini bisa

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 50: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

96

Universitas Indonesia

terjadi walaupun hanya 250 mg kafein yang diambil. Jika lebih

dari 1 g kafeina diambil dalam satu hari, gejala seperti kejangan

otot (muscle twitching), kekusutan pikiran dan perkataan, aritmia

kardium (gangguan pada denyutan jantung) dan bergejolaknya

psikomotor (psychomotor agitation) bisa terjadi. Intoksikasi

kafein juga bisa mengakibatkan kepanikan dan penyakit

kerisauan.

Setiap orang berbeda kadar kepekaannya terhadap kafein.

Beberapa kepekaan terhadap pengaruh kafein terhadap ibu yang

sedang hamil telah diungkapkan, yaitu dapat menyebabkan

kelahiran bayi yang cacat. Penelitian terhadap manusia dan

hewan belum konklusif hasilnya; apakah benar dengan konsumsi

normal sehari-hari dapat mengakibatkan kelahiran bayi yang

cacat. Walaupun demikian karena adanya ketidakpastian dalam

penelitian terhadap manusia dan telah adanya bukti yang nyata

bahwa beberapa bayi cacat terjadi pada hewan percobaan, maka

dapat disarankan untuk perempuan yang sedang hamil untuk

mengurangi konsumsi kafeinnya perhari.

Bagi orang yang mempunyai tekanan darah tinggi, teh memang

dapat membantu melindungi jantung. Akan tetapi bagi yang telah

terlanjur menderita penyakit jantung, mereka harus menghindari

minum teh kental, karena kadar kafein dalam teh bisa

merangsang orang dan menaikkan tekanan darahnya. Bila

mereka tetap minum teh maka jantungnya akan berdetak cepat,

merasa sangat gelisah bahkan mengalami arrhythmia atau tidak

adanya irama jantung.

Konsumsi teh bagi masyarakat Indonesia, seperti telah menjadi

tradisi yang mengakar dan sulit untuk ditinggalkan. Disatu sisi,

kafein merupakan senyawa yang bermanfaat bagi manusia, yang

telah memberikan banyak keuntungan terutama untuk

meningkatkan daya konsentrasi dan menambah kenikmatan

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 51: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

97

Universitas Indonesia

dalam mengkonsumsi suatu minuman. Tetapi di sisi lain, kafein

juga diketahui merupakan senyawa beracun, yang dapat

menganggu kesehatan manusia dan keturunannya. Walaupun teh

mempunyai manfaat bagi kesehatan tetapi juga ada pengaruh

negative yang didapatkan dari teh dengan adanya kandungan

kafein seperti yang telah dijelaskan di atas. Maka sebaiknya teh

diminum secara teratur dan dengan takaran yang tepat (Putra,

2008).

b) Xanthine

Di dalam kopi, teh dan coklat terdapat senyawa kimia dari

golongan yang sama yaitu xantin. Derivat xantin terdiri dari

kafein, teofilin dan teobromin. Di dalam kopi disebut kafein, teh

mengandung kafein dan teofilin, sedangkan coklat mengandung

kafein dan teobromin.

Di dalam tubuh, derivat xantin dapat menyebabkan perangsangan

terhadap susunan saraf pusat, sistem pernafasan, sistem

pembuluh darah dan jantung. Itulah sebabnya jika kita minum

minuman yang mengandung derivat xantin dalam jumlah wajar,

dapat menyebabkan tubuh terasa lebih segar dan energik.

Pada dosis sedang, xantin dapat menyebabkan kenaikan sekresi

asam lambung yang berlangsung lama, sehingga bisa

memperbesar resiko penyakit lambung (maag) atau memperberat

penderita penyakit tukak lambung dan tukak usus halus.

Penderita penyakit lambung sebaiknya menghindari minuman

xantin.

Xantin terutama kafein dapat menyebabkan kenaikan

metabolisme basal sekitar 10-25% dari metabolisme normal,

dengan efek maksimal 1-3 jam sesudah meminum 2-3 gelas kopi

atau teh. Dampak kenaikan metabolisme basal, diantaranya

badan terasa gerah, berkeringat, kulit hangat, kemerah-merahan,

cepat merasa lapar, dsb (Mentyadiputra, 2012).

c) Theofilin

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 52: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

98

Universitas Indonesia

Theofilin dapat ditemukan dalam jumlah kecil di dalam daun teh

dan diperoleh dengan cara ekstraksi. Theofilin mengkristal

dengan satu molekul air kristal. Kristal theofilin berwarna putih

dengan titik lebur 268°C. Theofilin sukar larut dalam air dingin,

tetapi mudah larut dalam air panas dan larutnya bereaksi netral.

Kristal theofilin tidak berbau, berasa pahit, dan berkhasiat

diuretik.

d) Tanin

Tanin dinamakan juga asam tanat dan asam galotanat, ada yang

tidak berwarna tetapi ada juga yang berwarna kuning atau coklat.

Asam tanat mempunyai berat molekul 1.701, Tanin terdiri dari

sembilan molekul asam galat dan molekul glukosa. Tanin

merupakan substrat kompleks yang berada pada beberapa

tanaman. Tanin memiliki campuran polifenol yang sulit untuk

dipisahkan karena substrat ini sulit untuk mengkristal, mudah

teroksidasi dan berpolimerisasi dalam larutan dan kelarutannya

dalam pelarut sangat rendah. oleh karena itu untuk memisahkan

atau mengisolasikan senyawa tanin sangat sulit. Tanin juga dapat

menyamak kulit dengan cara mengikat protein menjadi tahan

terhadap enzim proteoilitik. Tanin terbagi menjadi 2 kelas secara

kimia yaitu berdasarkan adanya gugus fenolik yang tercakup

pada masing=masing kelas. Kelas pertama terdiri asam gallic

yang berhubungan dengan ikatan polyhidrik yang merupakan

esterifikasi dari glukosa. Sedangkan kelas kedua menujukkan

yang merupakan nonhydrooable yang juga mengandung gugus

fenol tetapi jarang yang berikatan dengan karbohidrat dan

protein. Atau lebih dikenal dengan kelas yang terkondensasi dan

kelas yang terhidrolisis. Proses fermentasi pada teh hitam dapat

mengubah sebagian tanin menjadi senyawa turunan yaitu

theoflavin dan thearubigin. Dengan terbentuknya senyawa

turunan maka kadar tanin dalam daun teh akan berkurang

sehingga kadar tanin dalam teh hitam lebih rendah dari teh hijau.

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 53: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

99

Universitas Indonesia

Karena memiliki kandungan tanin lebih tinggi maka teh hijau

dapat melarutkan tanin lebih banyak dari teh hitam sehingga

kadar tanin dalam air hasil pencelupan teh hijau lebih tinggi jika

dibandingkan dengan kadar tanin dalam air hasil pencelupan teh

hitam. Perbedaan kadar komposisi kimia daun teh dipengaruhi

oleh faktor lingkungan (saat penanaman) seperti suhu,

kelembaban dan tinggi rendahnya permukaan tanah. Selain itu,

perbedaan tersebut juga disebabkan oleh adanya perbedaan

ukuran dan jumlah ukuran partikel bahan. Tanin merupakan

golongan flavonoid dimana senyawa ini bukan merupakan salah

satu nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh. Akan tetapi keberadaan

tanin dalam tubuh sangat bermanfaat yaitu berperan sebagai

antioksidan. Katekin merupakan penyusun tanin dimana katekin

ini mempunyai sifat antioksidatif yang berperan dalam melawan

radikal bebas yang sangat berbahaya bagi tubuh karena dapat

menimbulkan berbagai penyakit, salah satunya yaitu kanker

(Mentyadiputra, 2012).

e) Adenin

Adenin atau 6-aminopurin, C5H5N5, merupakan suatu purin

yang terdapat dalam asam-asam ribonukleat dan

desoksiribonukleat, nukleosida-nukleosida, nukleotida-

nukleotida dan koenzima-koenzima penting lain. Berupa jarum-

jarum putih, tak berbau, rasanya asin, hanya larut sedikit dalam

air dingin dan alkohol, larut dalam air mendidih dan tak larut

dalam eter dan chloroform. Adenin diperoleh dari ekstraksi daun

teh atau dari asam urat. Digunakan dalam obat-obatan dan dalam

penelitian bidang biokimis (Victoria, 2011).

f) Minyak atsiri

Minyak atsiri, atau dikenal juga sebagai minyak eterik (aetheric

oil), minyak esensial (essential oil), minyak terbang (volatile oil),

serta minyak aromatik (aromatic oil), adalah kelompok besar

minyak nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 54: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

100

Universitas Indonesia

namun mudah menguap sehingga memberikan aroma yang khas.

Minyak atsiri merupakan bahan dasar dari wangi-wangian atau

minyak gosok (untuk pengobatan) alami. Di dalam perdagangan,

hasil sulingan (destilasi) minyak atsiri dikenal sebagai bibit

minyak wangi. Minyak atsiri bersifat mudah menguap karena

titik uapnya rendah. Selain itu, susunan senyawa komponennya

kuat memengaruhi saraf manusia (terutama di hidung) sehingga

seringkali memberikan efek psikologis tertentu. Setiap senyawa

penyusun memiliki efek tersendiri, dan campurannya dapat

menghasilkan rasa yang berbeda. Karena pengaruh psikologis

ini, minyak atsiri merupakan komponen penting dalam

aromaterapi atau kegiatan-kegiatan liturgi dan olah pikiran/jiwa,

seperti yoga atau ayurveda. Sebagaimana minyak lainnya,

sebagian besar minyak atsiri tidak larut dalam air dan pelarut

polar lainnya. Dalam parfum, pelarut yang digunakan biasanya

alkohol. Dalam tradisi timur, pelarut yang digunakan biasanya

minyak yang mudah diperoleh, seperti minyak kelapa. Secara

kimiawi, minyak atsiri tersusun dari campuran yang rumit

berbagai senyawa, namun suatu senyawa tertentu biasanya

bertanggung jawab atas suatu aroma tertentu. Sebagian besar

minyak atsiri termasuk dalam golongan senyawa organik terpena

dan terpenoid yang bersifat larut dalam minyak atau lipid

(Anonim, 2012).

2.2.5. Faktor yang mempengaruhi efektifitas dari Kandungan Teh

a) Teknik penyeduhan

Proses penyeduhan merupakan proses ekstraksi atau pemisahan

satu atau lebih komponen. Penyeduhan merupakan proses

ekstraksi dari padat cair, artinya pemisahan senyawa padat

(theaflavin, thearubigin, cafein, dan lain-lain) dengan

menggunakan air sebagai pelarutnya.

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 55: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

101

Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyeduhan adalah

suhu air atau kondisi penyeduhan dan lama penyeduhan.

Semakin tinggi suhu air atau proses penyeduhan, kemampuan air

dalam mengekstrak kandungan kimia yang terdapat dalam teh

akan semakin tinggi, demikian juga halnya dengan lama

penyeduhan, lama penyeduhan akan mempengaruhi kadar bahan

terlarut, intensitas warna serta aroma.

b) Kualitas teh

Sejumlah penelitain menyatakan bahwa mutu teh dibentuk di

kebun. Dengan kata lain, baik tidaknya kualitas teh akan sangat

tergantung pada kualitas daun teh. Proses pengolahannya hanya

berfungsi untuk memperthankan kualitas yang sudah ada jangan

sampai mengalami penurunan yang cukup serius. Mutu atau

grade teh ini akan berbanding lurus dengan kandungan kimia

yang dapat larut dalam air. Semakin tinggi mutu atau grade teh,

maka kandungan kimia yang dapat larut dalam air adalah lebih

banyak. Menurut SNI 01-1902 tahun 2000 bahwa syarat minimal

kandungan kimia yang dapat larut dalam air adalah 32%.

c) Air penyeduh

Kualitas air secara kimia ditentukan oleh pH dan kandungan

garam-garam terlarut. Kandungan garam-garam terlarut akan

mempengaruhi sifat kesadahan dan daya ekstraksi air. Pengaruh

air terhadap warna dan rasa seduhan tah dihubungkan dengan

kemampuan air untuk mengekstraksi komponen teh terutama

theaflavin dan thearubigin pada teh hitam atau katekin pada teh

hijau. Komponen kimia teh lebih cepat larut dalam air lunak

dibandingkan denga air yang bersifat sadah. Hasil penelitian

menyebutkan bahwa air yang paling baik untuk proses

penyeduhan adalah air sumber yang berasal dari daerah

pegunungan. Hal inilah yang menyebabkan mengapa menyeduh

teh dengan air dari Jakarta lebih gelap bila dibandingkan dengan

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 56: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

102

Universitas Indonesia

air yang berasal dari Pangalengan meskipun kandungan teh dan

teknik penyeduhan yang sama.

d) Dosis

Dalam minum teh dosisnya harus benar-benar mendapatkan

perhatian. Dalam teh terkandung zat yang disebut kafein. Kafein

pada teh (tehine) dapat menyebabkan proses penyerapan

makanan menjadi terhambat. Batas aman untuk mengkonsumsi

kafein dalam sehari adalah 750 mg/hari atau setara dengan 5

cangkir teh berukuran 200 ml. Kalau mengkonsumsi lebih dari

ukuran itu maka akan bisa menyebabkan terjadinya keracunan

kafein kronis. Bila setiap hari kita mengkonsumsi teh melebihi

batas aman, maka lambat laun akan muncul tanda dan gejala

seperti gangguan pencernaan makanan (dispepsia), rasa lemah,

gelisah, tremor, sukar tidur, tidak nafsu makan, sakit kepala,

pusing (vertigo), bingung, berdebar, sesak nafas, dan kadang

sukar buang air besar.

e) Ukuran material dan Lama pencelupan

Pada penelitian sebelumnya didapatkan hasil bahawa lama

pencelupan (teh celup) selama 8 menit dengan jenis teh hijau

mempunyai kadar tanin tertinggi yaitu 83,503 ppm. Hal ini

karena teh celup yang digunakan memiliki ukuran bahan yang

kecil dengan jumlah yang lebih banyak. Sesuai dengan pendapat

yang dikemukakan oleh Suyitno (1989), bahwa material yang

dihancurkan sampai ukuran kecil, sel yang dirusak lebih banyak

sehingga pelarut dapat lebih cepat mengalir ke bagian sel. Selain

itu lama pencelupan 8 menit merupakan waktu yang cukup lama

sehingga tanin dapat larus maksimal dimana Suyitno (1989) juga

mengatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi

kelarutan suatu zat adalah waktu, dimana semakin lama waktu

kontak maka semakin banyak zat yang larut dalam air.

(Suryaningrum , 2006)

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 57: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

103

Universitas Indonesia

2.2.6. Langkah-langkah (Algoritma) untuk memprediksi penyerapan zat

besi yang merupakan efek konsumsi teh

Teh secara umum dikonsumsi sebagai minuman yang menyertai

makanan ringan. Minuman ini memiliki kandungan komposisi

Phenolic dan sudah terbukti secara kuat merupakan pernghambat

penyerapan zat besi non-heme. Secangkir teh (± 200ml) dapat

menurunkan penyerapan zat besi ± 75 sd 85%. Variasi dari hasil

studi yang berbeda kemungkinan berkaitan dengan perbedaan

jumlah komposisi phenolic tadi di dalam teh yang dihasilkan dari

perbedaan jumlah, merk dan lamanya teh iyu dicelupkan. Secangkir

kopi (± 150ml) dapat menurunkan penyerapan zat besi ±60 %.

Ketika teh atau kopi disajikan bersamaan dengan makanan ringan

yang mengandung ±100 gram daging (protein hewani) penghambat

penyerapan zat besi berkurang 50%. Hal ini sesuai dengan

persamaan : Ratio Penyerapan (Absorbtion Ratio) = (1 + 0,01M),

dimana M yaitu Meat (daging/Protein hewani).

Berkaitan dengan kandungan komposisi Phenolic, kopi diharapkan

mengurangi penyerapan zat besi bahkan melebihi dari yang pernah

diobservasi. Ini dikenal bahwa kopi menstimulasi sekresi gastrik

dari asam Hidroklorida. Kemungkinan ini dievaluasi dengan

mengukur penghambatan penyerapan zat besi dari kopi pada pasien

dengan Pentagastrin-proven achlothydria dan ditemukan bahwa

pada pasien tersebut memiliki efek penghambatan zat besi adalah

dua kali lebih tinggi (ratio penyerapan : 0.19 dibandingkan

0.39)pada orang yang sehat yang memiliki kaitan kandungan

komposisi phenolic dalam kopi (Hultthen L et al, 1995 dalam

Hallberg dan Hulthen, 2000).

Untuk mengabaikan masalah yang ditemukan ketiga algoritma itu

diaplikasikan kedalam kasus kopi dan teh, karena variasi didalam

kandungan ikatan besi pholifenol dan perbedaan waktu ekstrasi dari

minuman, maka digunakan faktor 15mg asam tanic sama dengan 1

cangkir kopi regular dan 30 mg asam tanic sama dengan 1 cangkir

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 58: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

104

Universitas Indonesia

teh. Nilai ini diaplikasi pada minuman yang dikonsumsi bersama

makanan ringan atau beberapa jam setelah makanan ringan. Perlu

diperhatikan kopi yang kuat mungkin mengurangi penyerapan besi

lebih dari kopi regular (50 mg asam tanic sama dengan memberikan

faktor asam tanic sebesar 0.17). dan untuk teh yang kuat atau jenis

lain mungkin mengurangi penyerapan zat besi labih banyak lagi.

Hal ini ditemukan pada teh hijau, misalnya faktor asam tanic 0.17

mengurangi penyerapaan besi sebesar 85% (Hallberg and Hulthen,

2000).

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 59: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

105

Universitas Indonesia

BAB 3

KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DEFINISI

OPERASIONAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1.Kerangka Teori

Berdasarkan teori Hendrik L. Blum, derajat kesehatan dipengaruhi

oleh 4 faktor utama yang saling terikat yaitu faktor herediter,

lingkungan (fisik, Biologi dan Kimia), Pelayanan kesehatan dan

Perilaku (Sosial dan Budaya).

Modifikasi HL Blum, 1974

Adat budaya

Prilaku konsumsi

penghambat

konsumsi pengikat

zat besi

Perilaku konsumsi

pengikat zat besi

Penyakit Infeksi

Herediter :

Agama

Pendidikan

Usia Kehamilan

Paritas

Tingkat Kecukupan Gizi

Kadar Serum Ferritin

Lingkungan Fisik,

Kimia dan Biologi

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 60: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

106

Universitas Indonesia

3.2.Kerangka Konsep

Pada studi ini peneliti bertujuan melihat pengaruh kadar tannin yang

diukur secara kuatitatif dari perilaku konsumsi teh pada ibu hamil yang

dampaknya akan berpengaruh pada status anemia ibu hamil. Beberapa

faktor kovariat yang turut digali pada penelitian ini yaitu usia ibu hamil,

pekerjaan ibu, jumlah kehamilan, jarak kelahiran (Paritas), pola konsumsi

Anemia Gizi Besi (Analisa

Serum Ferritin) Kadar tanin pada teh

HEREDITER

Usia Ibu hamil

Pekerjaan

Usia Kehamilan (Trimester)

Jarak kehamilan

Jumlah kelahiran (Paritas)

Status Gizi Ibu Hamil (LILA)

PERILAKU

Pola Konsumsi Protein Hewani

Pola Konsumsi Protein Nabati

Pola Konsumsi Pengikat absorbsi zat besi (Fe)

Pola Konsumsi Penghambat absorbsi zat besi (Fe)

Konsumsi tablet tambah darah

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 61: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

107

Universitas Indonesia

protein nabati dan hewani, pola konsumsi pengikat dan penghambat zat

besi, konsumsi tablet tambah darah dan juga status gizi ibu hamil (LILA).

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 62: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

45

3.3. Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Kategori Skala

Variabel

Independen

Kadar

Tanin teh

Kadar tanin

dalam teh

yang

dikonsumsi

oleh ibu

hamil.

Melakukan wawancara untuk menggali

informasi mengenai perilaku mengelola teh dan

frekuensi meminum teh selanjutnya melakukan

simulasi untuk membuat teh (berdasarkan dari

lama mencelup dan kantung teh dan sumber air

yang digunakan dalam menyeduh teh), sampel

teh akan diuji kadar taninnya dengan metode

Titrimetri dengan permanganat. Kemudian kadar

tanin yang didapat dari hasil uji laboratorium

dimanfaatkan sebagai landasan untuk membuat

skoring sesuai frekuensi konsumsi per hari. Dari

hasil skoring tersebut maka didapatkan level

paparan berdasarkan kadar tanin masing-masing

responden per hari, maka peneliti membagi

kedalam 4 level, dimana level 1 digolongkan ke

dalam kategori kadar tanin rendah per hari, level

2 dan level 3 digolongkan sebagai kadar tanin

sedang per hari dan level 4 digolongkan sebagai

kadar tanin tinggi per harinya. Dari 3 kategori

ini, ekspose merupakan ibu hamil dengan

kategori kadar tanin sedang dan tinggi

sedangkan ibu hamil dengan kategori kadar tanin

rendah sebagai unekspose

Kuesioner

FFQ

Test Laboratorium

(Metode Titrimetri

dengan

permanganat)

1=Kadar tanin tinggi

( kuartil 4 : ≥ 0.29 mg/mL)

2=Kadar tanin rendah

(kuartil 2 dan 3 ; 0.038 –

0.28)

3=kadar tanin rendah (kuartil

1 : ≤ 0.037)

Maka,

Ekspose : kadar tanin sedang

dan tinggi

Unekspose : kadar tanin

rendah

ordinal

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 63: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

46

Universitas Indonesia

Variabel Definisi

Operasional

Cara Ukur Alat Ukur Kategori Skala

Variabel Dependen

Anemia

Gizi Besi

Status keadaan dimana

kadar Serum Ferritin ibu

hamil lebih rendah dari

nilai normal, yaitu <13

μg/l

Melakukan pemeriksaan darah kadar

Serum Ferritin ibu hamil, dengan

pengambilan darah vena dan di analisa ke

Laboratorium Prodia Jakarta

1=Anemia Gizi Besi (Serum

Ferritin < 13,0 ng/l)

2=Bukan Anemi Gizi Besi

(Serum Ferritin ≥ 13,0 ng/l)

Ordinal

Variabel

Covariat

Usia Ibu

Hamil

Usia ibu saat dalam

kondisi hamil dalam

tahun menurut ulang

tahun terakhir pada saat

dilakukan penelitian

Wawancara Kuesioner 1 = < 20 tahun dan > 35 tahun

2 = 20 tahun – 35 tahun

(Purnawan, 1998 dalam

Tristiyanti, 2006)

Ordinal

Usia

Kehamilan

Jumlah waktu yang telah

dijalani dalam masa

kehamilannya dihitung

dari haid terakhir

Wawancara Kuesioner 1 = Trimester III

( > 28 minggu)

2 = Trimester II

( > 14 – 28 minggu)

(Buana, 2004)

Ordinal

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 64: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

47

Universitas Indonesia

Variabel

Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Kategori Skala

Jarak

Kelahiran

Jarak Kelahiran antara

kelahiran terakhir dengan

sebelumnya

Wawancara Kuesioner 1 = < 2 tahun

2 = ≥ 2 tahun

Ordinal

Paritas Jumlah kelahiran yang dialami

oleh ibu, baik kelahiran dengan

bayi hidup maupun bayi mati,

dengan jumlah bayi yang

dilahirkan tunggal atau kembar

Wawancara Kuesioner 1 = > 2 orang

2 = ≤ 2 orang

Ordinal

Aktivitas

ibu

(Pekerjaan)

Berat atau ringannya kegiatan

yang dilakukan responden sehari-

hari termasuk pekerjaan rumah

tangga atau pun pekerjaan yang

dilakukan oleh responden untuk

mendapatkn imbalan

Wawancara Kuesioner 1=wanita dengan pekerjaan

ringan (ibu rumah tangga,

tidak berkerja)

2=wanita dengan pekerjaan

berat (petani, tukang cuci,

pekerjaan dengan mobilitas

tinggi, atlit, pekerjaan sebagai

operator, dokter, kerja kantor,

ahli hukum, guru, juru rawat,

industri ringan, kerja di toko

tetapi sebagai ibu rumah

tangga juga tanpa pembantu

dan tanpa bantuan

mesin.(WHO, 2002)

Nominal

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 65: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

48

Universitas Indonesia

Variabel

Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Kategori Skala

Konsumsi

protein

hewani

dengan

bioavaiabilitas

tinggi

Frekuensi konsumsi rata-rata dari jenis

makanan sumber hewani/Heme berupa :

daging, Ayam, dan Ikan (Citrakesuma,

2002). Sebelum dilakukan kategori, hasil

frekuensi konsumsi per hari kemudian

dibagi kedalam dua kategori yang

dibatasi (cut of point) nilai median

sehingga didapat nilai di bawah nilai

median sebagai pola makan jarang dan

nilai di atas nilai median sebagai pola

makan sering.

Wawancara FFQ Heme dengan Bioavabilitas

tinggi :

1 = jarang ( < 2 kali per hari)

2 = sering ( ≥ 2 kali per hari)

Ordinal

Konsumsi

protein

hewani

dengan

bioavaiabilitas

rendah

Frekuensi konsumsi rata-rata dari jenis

makanan sumber hewani/Heme berupa :

telur (Citrakesuma, 2002). Sebelum

dilakukan kategori, hasil frekuensi

konsumsi per hari kemudian dibagi

kedalam dua kategori yang dibatasi (cut

of point) nilai median sehingga didapat

nilai di bawah nilai median sebagai pola

makan jarang dan nilai di atas nilai

median sebagai pola makan sering.

Wawancara FFQ Heme dengan Bioavabilitas

rendah :

1 = Jarang ( < 0.57 kali per

hari)

2 = sering ( ≥ 0.57 kali per

hari)

Ordinal

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 66: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

49

Universitas Indonesia

Konsumsi

nabati dengan

bioavaiabilitas

tinggi

Frekuensi konsumsi rata-rata dari jenis

makanan sumber nabati/non-heme

berupa : brokoli, kol, kembang kol, labu,

wortel, dan kentang (Citrakesuma, 2002).

Sebelum dilakukan kategori, hasil

frekuensi konsumsi per hari kemudian

dibagi kedalam dua kategori yang

dibatasi (cut of point) nilai median

sehingga didapat nilai di bawah nilai

median sebagai pola makan jarang dan

nilai di atas nilai median sebagai pola

makan sering.

Wawancara FFQ Heme dengan Bioavabilitas

tinggi :

1 = jarang ( < 1.143 kali per

hari)

2 = sering ( ≥ 1. 143 kali per

hari)

Ordinal

Konsumsi

protein nabati

dengan

bioavaiabilitas

rendah

Frekuensi konsumsi rata-rata dari jenis

makanan sumber nabati/non-heme

berupa : kacang tanah, terung dan olahan

tepung (Citrakesuma, 2002). Sebelum

dilakukan kategori, hasil frekuensi

konsumsi per hari kemudian dibagi

kedalam dua kategori yang dibatasi (cut

of point) nilai median sehingga didapat

nilai di bawah nilai median sebagai pola

makan jarang dan nilai di atas nilai

median sebagai pola makan sering.

Wawancara FFQ Heme dengan Bioavabilitas

rendah :

1 = Jarang ( < 1.143 kali per

hari)

2 = sering ( ≥ 1.143 kali per

hari)

Ordinal

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 67: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

50

Universitas Indonesia

Konsumsi

Penghambat

(inhibitor) zat

besi

Frekuensi konsumsi rata-rata dari jenis

makanan sumber pengikat absorbsi zat

besi : jeruk, pepaya, lemon, jambu biji,

stroberi, dan tomat (Citrakesuma, 2002).

Sebelum dilakukan kategori, hasil

frekuensi konsumsi per hari kemudian

dibagi kedalam dua kategori yang

dibatasi (cut of point) nilai median

sehingga didapat nilai di bawah nilai

median sebagai pola makan jarang dan

nilai di atas nilai median sebagai pola

makan sering.

Wawancara FFQ 1 = rendah (< 2 kali per

hari)

2 = tinggi (≥ 2 kali per

hari)

Ordinal

Konsumsi

Peningkat zat

besi

Frekuensi konsumsi rata-rata dari jenis

makanan sumber penghambat zat besi :

kopi, coklat, teh, keju, minuman

bersoda, es krim/olahan susu, selai

kacang, olahan kedelai dan obat aspirin,

antasida dan sejenisnya (Citrakesuma,

2002). Sebelum dilakukan kategori,

hasil frekuensi konsumsi per hari

kemudian dibagi kedalam dua kategori

yang dibatasi (cut of point) nilai median

sehingga didapat nilai di bawah nilai

median sebagai pola makan jarang dan

nilai di atas nilai median sebagai pola

makan sering.

Wawancara FFQ 1 = rendah ( < 100)

2 = tinggi ( ≥ 100)

Ordinal

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 68: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

51

Universitas Indonesia

Konsumsi tablet

tambah darah

Status konsumsi tablet

tablet besi selama

kehamilan

Wawancara Kuesioner 1 = tidak mengkonsumsi

2 = mengkonsumsi

(Purnawan, 1998 dalam

Tristiyanti, 2006)

Ordinal

Status Gizi Ibu

hamil (LILA)

Hasil pengukuran

lingkar lengan atas

menggunakan pita ukur

lingkar lengan atas pada

pertengahan lengan kiri

yang di posisikan

menjadi bentuk siku.

.

Wawancara Pita LLA dan

Kuesioner

1 = Beresiko KEK

(< 23,5 cm)

2 = Tidak Beresiko KEK

( ≥ 23,5 cm)

(Buana, 2004)

Ordinal

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 69: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

53

Universitas Indonesia

3.4.Hipotesa Penelitian

Ada perbedaan pada kejadian anemia zat besi (Fe) antara ibu yang

mengkonsumsi teh dengan frekuensi sering terhadap ibu yang

mengkonsumsi teh jarang selama kehamilan setelah dikendalikan oleh

faktor usia ibu hamil, pekerjaan ibu, usia kehamilan (trimester), jumlah

kehamilan, jarak kelahiran (Paritas), pola konsumsi protein nabati dan

hewani, pola konsumsi pengikat dan penghambat zat besi, konsumsi tablet

tambah darah dan juga status gizi ibu hamil (LILA).

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 70: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

54

Universitas Indonesia

Bab 4

METODE PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini yaitu desain penelitian

observasional analitik Cross Sectional dengan model kausalitas.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di UPT Puskesmas Citeureup Kabupaten Bogor.

Dimana Pemilihan puskesmas dilakukan dengan cara random dari 7

UPT Puskesmas yang masuk pada kriteria. Dimana kriteria puskesmas

yang terpilih dalam daftar random yaitu Puskesmas yang dinilai

memiliki lokasi terjangkau bagi peneliti, serta Puskesmas yang

memiliki wilayah dengan karateristik masyarakat bervariasi.

Penelitian ini dilakukan pada minggu ketiga bulan September sampai

dengan Desember 2012.

4.3. Populasi Penelitian

Populasi penelitian yaitu seluruh ibu hamil yang berada di wilayah

kerja UPT Puskesmas Citeureup Kabupaten bogor tahun 2012.

4.4. Sampel Penelitian

Sampel penelitian terdiri dari kelompok ekspose dan kelompok

unekspose oleh tannin teh. Sampel yang terpilih pada penelitian ini

yaitu sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria

inklusi dalam sampel yaitu: ibu dengan usia kehamilan ≥16 minggu,

ibu hamil yang memiliki data riwayat ANC lengkap, dan bersedia

menjadi responden. Sedangkan kriteria eksklusi dalam sample yaitu:

ibu hamil yang mempunyai penyakit infeksi atau kronis yang

berhubungan dengan kelainan darah sebagai penyakit penyerta

kehamilan, sampel yang mengkonsumsi selain teh celup

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 71: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

55

Universitas Indonesia

4.5. Jumlah Sampel

Jumlah sampel ditentukan dengan rumus hypothesis testing untuk

Cross Sectional, sebagai berikut :

[ ]

Dimana,

Keterangan :

P1 = Probabilitas kelompok ekspose yang menjadi

kasus

P0 = Probabilitas kelompok unekspose yag menjadi

kasus

Z1-α/2 = tingkat kepercayaan 95% = 1,960

Z1-β = tingkat kekuatan studi (power) 80%= 0,842

(Z1-α/2 + Z1-β )² = 7,849

Maka,

[ ]

[ ]

n = 44,49 45 sampel

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya (pilot study)

mengenai “faktor-faktor yang mempengaruhi status anemia pada ibu

hamil di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa barat” ,

didapatkan bahwa proporsi bukan kasus yang tereskpose (P1) sebesar

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 72: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

56

Universitas Indonesia

41%. Dalam penelitian ini peneliti mengasumsikan bahwa resiko

ekspose sebesar 2 kali dari yang tidak terekspose (PR=2). Maka

didapatkan minimal sampel yang dibutuhkan dalam penelitain ini

dengan total 90 sampel yang terdiri dari 45 sampel ekspose dan 45

sampel unekspose.

4.6. Cara dan instrumen pengumpulan data

Penelitian ini mengunakan data primer. Sebelum melakukan

pengumpulan data, peneliti terlebih dahulu melakukan pemilihan ibu

hamil yang dianggap eligible berdasarkan kriteria inklusi. Selanjutnya

dilakukan pemilihan secara random sebanyak 100 ibu hamil. Untuk

menghemat watu dan mempermudah pengambilan data, maka peneliti

dibantu oleh 5 bidan desa dan 50 kader puskesmas untuk membuat

suatu acara pertemuan guna mengumpulkan responden terpilih dalam

satu hari. Pada hari yang sama peneliti melakukan pengumpulan data

untuk menilai status paparan dan status outcome. Peneliti melakukan

wawancara untuk menggali informasi mengenai perilaku mengelola

teh dan frekuensi meminum teh selanjutnya melakukan simulasi untuk

membuat teh (berdasarkan dari lama mencelup dan kantung teh dan

sumber air yang digunakan dalam menyeduh teh), sampel teh akan

diuji kadar taninnya dengan metode Titrimetri dengan permanganat.

Kemudian kadar tanin yang didapat dari hasil uji laboratorium

dimanfaatkan sebagai landasan untuk membuat skoring sesuai

frekuensi konsumsi per hari. Dari hasil skoring tersebut maka

didapatkan level paparan berdasarkan kadar tanin masing-masing

responden per hari, maka peneliti membagi kedalam 4 level, dimana

level 1 digolongkan ke dalam kategori kadar tanin rendah per hari,

level 2 dan level 3 digolongkan sebagai kadar tanin sedang per hari

dan level 4 digolongkan sebagai kadar tanin tinggi per harinya. Dari 3

kategori ini, ekspose merupakan ibu hamil dengan kategori kadar

tanin sedang dan tinggi sedangkan ibu hamil dengan kategori kadar

tanin rendah sebagai unekspose. Selanjutnya dalam pengukuran

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 73: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

57

Universitas Indonesia

outcome, peneliti melakukan pengukuran kadar serum Ferritin dengan

cara pengambilan darah vena sampel. Pengukuran tersebut dilakukan

di Laboratorium Prodia, Jakarta. Pengambilan sampel darah dilakukan

oleh petugas yang telah terlatih, sampel darah diambil melalui vena

radialis sebelah kiri dengan posisi duduk. Alat yang dipergunakan

dalam pengambilan darah yaitu, vacutainer dan needle wing

berukuran 27½, dan tabung kimia. Sebelum dilakukan penusukan,

dilakukan pengecekan lokasi penusukan disterilkan dengan

menggunakan alkohol swab, derajat penusukan jarum sebesar 30-45°

dari permukaan kulit dengan jarum menghadap keatas. Selanjutnya

setelah tabung terisi oleh darah, luka tusukan segera di tutup oleh

kapas alkohol guna mengentikan perdarahan sekaligus membersihkan

bekas luka. Darah dalam tabung kimia langsung dilakukan pemutaran

guna proses pemisahan serum yang akan dianalisa dan dibawa oleh

kurir ke Laboratorium Prodia dengan menggunakan termos

pengiriman darah yang telah ter-standar kurang dari 24 jam setelah

pengambilan.

Selain dari informasi paparan dan outcome, peneliti juga menggali

informasi mengenai karateristik ibu hamil (usia, pekerjaan, usia

kehamilan, peritas, jumlah kelahiran), perilaku ibu dalam

mengkonsumsi tablet tambah darah selama kehamilan. Selain itu

digali pula mengenai informasi asupan makan heme, non heme,

pengikat zat besi dan penghambat zat besi dengan menggunakan FFQ

(Frequency Food Quasionare) dimana hasil ukur ditentukan dengan

metode skoring. Dilakukan pula pengukuran LILA yang dikerjakan

oleh bidan desa untuk menilai status gizi ibu hamil.

4.7. Pengolahan data

Data yang terkumpul diolah dengan menggunakan komputer dengan

program software analisa data melalui beberapa tahap yaitu entry data,

cleaning data dan recoding beberapa data jika diperlukan.

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 74: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

58

Universitas Indonesia

4.8. Analisa Data

Analisa data yang terkumpul dianalisis dan interpretasi guna menguji

hipotesis: Analisa yang dilakukan yaitu :

4.8.1. Analisa unisvariat

Analisis univariat digunakan untuk memperoleh gambaran

distribusi frekuensi dan proporsi dari masing-masing variabel

yaitu variabel kadar tanin mg/mL per hari, usia ibu, status

pekerjaan ibu, usia kehamilan ibu, jumlah kelahiran, jarak

kehamilan, pola konsumsi protein hewani, pola konsumsi

protein nabati, pola konsumsi penghambat absorbsi zat besi,

pola konsumsi pengikat absorbsi zat besi, dan konsumsi tablet

tambah darah..

4.8.2. Analisa bivariat

Untuk melihat pengaruh frekuensi dalam konsumsi teh

terhadap anemia pada ibu hamil digunakan uji Cox regression..

Pengujian ini dilakukan oleh karena nilai prevalensi kejadian

anemia gizi besi di populasi sampel melebihi dari 10% selain

itu penelitian ini tidak memenuhi asumsi steady state sehingga

ukuran HR lebih tepat digunakan untuk menilai besar resiko

terjadinya anemia gizi besi diantara ibu hamil dengan kadar

tanin rendah, sedang dan tinggi (Rothman, 1995).

4.8.3. Analisa stratifikasi

Sebelum memasuki analisis multivariat, maka terlebih dahulu

dilakukan analisis stratifikasi guna melihat pengaruh dari

masing-masing kovariat terhadap pengaruh frekuensi konsumsi

teh terhadap anemia pada ibu hamil. Dari analisis ini dapat

dilihat secara eye-balling apakah kovariat merupakan

confounder atau kemungkinan variabel kovariat berinteraksi

terhadap eksposure.

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 75: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

59

Universitas Indonesia

4.8.4. Analisa multivariat

Analisis multivariat yang digunakan pada penelitian ini yaitu

analisis Cox Regression, dimana bertujuan untuk mengontrol

variabel kovariat yang berperan sebagai confounder bagi

hubungan antara variabel bebas dengan variabel kofariat yang

berperan sebagai confounder bagi hubungan antara variabel

kadar tanin teh celup (mg/mL per hari) dengan variabel anemia

gizi besi..

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 76: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

60

Universitas Indonesia

BAB 5

Hasil Penelitian

5.1. Keadaan umum wilayah peneitian

5.1.1. Kabupatan Bogor

Kabupaten bogor termasuk dalam wilayah administratif Propinsi

Jawa Barat. Luas wilayah Kabupetn Bogor sekitar 299.019,06 Ha

terdiri dari 40 Kecamatan, 411 desa dan 17 kelurahan, 2.770 RW,

15.124 RT. Secara geografis terletak antara 6.19° - 6.47° LS dan

106.21° - 107.13° BT, sebelah utara berbatasan dengan wilayah

DKI Jakart, Kabupaten Tangerang dan Kabupaten Bekasi, sebelah

selatan berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi, sebelah timur

berbatasan dengan Kabupaten Cianjur, Purwakarta, dan Karawang,

sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak,

Pandeglang dan Serang.

Kabupaten Bogor dibagi menjadi 3 wilayah Pembangunan yaitu

wilayah pembangunan Barat terdiri dari kecamatan Jasinga, Parung

panjang, Tenjo, Cigudeg, Sukajaya, Nanggung, Leuwiliang,

Cibungbulang, Ciamea, Paminjahan, Rumpin, Tenjolaya dan

Kecamatan Leuwisadeng. Wilayah pembangunan Tengah terdiri

dari 20 kecamatan yaitu kecamatan Gunung sindur, Parung,

Ciseeng, Kemang, Rancabungur, Cibinong, Sukaraja, Bojong gede,

Dramaga, Cijeruk, Caringin, Ciawi, Megamendung, Cisarua,

Citeureup, Babakan madang, Ciomas, Tamansari, Tajurhalang, dan

Kecamatan Cigombong. Wilayah pembangunan timur terditi dari 7

Kecamatan yaitu Kecamatan Gunung Putri, Cileungsi,

Klapanunggal, Jonggol, Sukamakmur, Cariu dan Kecamatan

Tanjung sari.

5.1.2. UPT Puskesmas Citeureup

UPT Puskesmas Citeureup mempunyai wilayah kerja secara

keseluruhan terdiri dari 12 Desa dan 2 Kelurahan. Terbagi dalam 3

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 77: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

61

Universitas Indonesia

wilayah kerja, dan yang menjadi wilayah kerja UPT Puskesmas

Citeureup adalah 3 Desa dan Kelurahan yaitu Desa Citeureup

Kelurahan Puspanegara, Kelurahan Karang Asen Barat, Desa

Karang Asem Timur dan Desa Puspasari. Wilayah kerja UPF

Puskesmas Leuwinutung adalah terdiri dari 5 Desa yakni Desa

Leuwinutung, Desa Sanja, Desa Tangkil, Desa Sukahati dan Desa

Hambalang. Sedangkan UPF Puskesmas Tajur memiliki luas

wilayah kerja yang terdiri dari 4 desa, yaitu Desa Tajur, Desa Pasir

Mukti, Desa Tarikolot dan Desa Gunungsari.

Upaya kesehatan dibidang pelayanan kesehatan ibu, khususnya

mengenai pemeriksaan Antenatal Care (ANC) terhadap ibu,

idealnya dilakukan sebanyak 4 kali selama masa kehamilannya

dengan interval waktu 1 kali pada kehamialn trimester I, 1 kali

pada kehamilan trimester II dan 2 kali pada kehamilan trimester III,

sehingga indicator keberhasilan yang dipakai adalah kunjungan ke-

1 (K1) sebesar 90% dan kunjungan ke-4 (k4) sebesar 80% dari

seluruh Ibu hamil. Persalinan oleh Tenaga Kesehatan (Nakes)

termasuk persalinan pendampingan mencapai 89,9% lebih dari

target 80%. Hasil cakupan yang baik ini karena beberapa hal,

antara lain karena masyarakat sudah lebih senang bersalin ditolong

oleh bidan/nakes, sebagian besar bidannya tinggal di tempat, sudah

dimanfaatkannya Kantong Persalinan, selain itu juga karena

banyak sarana kesehatan Swasta yang terdapat di Kecamatan

Citeureup dan sudah bermitra baik dengan Puskesmas serta

Pertemuan Pembinaan IBI yang rutin. Sepanjang kurun tahun 2011

di Kecamatan Citeureup ditemukan 8 kasus kematian Ibu/Maternal.

Sedang kematian Bayi yang tercatat ada 12 kasus.

Pelayanan gizi yang dilaksanakan di UPT Puskesmas Citeureup

adalah penimbangan balita secara rutin setiap bulan di posyandu

serta pada bulan Februari dan Agustus secara serentak melalui

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 78: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

62

Universitas Indonesia

kegiatan Bulan Penimbangan Balita (BPB) bersamaan dengan

pemberian vitamin A dosis tinggi pada semua bayi umur 6-11 blan

dan balita 12-59 bulan, setelah itu dilaksanakan pula kegiatan

Validasi Balita Gizi Buruk. Selain melakukan penimbangan balita,

terhadap sasaran ibu hamil Puskesmas juga memberikan Tablet Fe

minimal 90 tablet selama masa kehamilannya dan Ibu Nifas

sebanyak 30 tablet. Disamping itu khusus Ibu Nifas juga diberikan

vitamin A dosis tinggi. Cakupa distribusi Fe-1 102,05% lebih dari

target 90% dan Fe-3 Bumil 82,29% labih dari target 84% serta Fe

Bufas 97% melebihi target 90%.

5.2. Analisis Univariat

5.2.1. Distribusi Kejadian Anemia Gizi Besi (Analisa Serum Ferritin)

pada Ibu Hamil

Dari total 94 ibu hamil yang ikut sampai dengan tahap analisa,

sebanyak 36 ibu hamil (38,3%) memiliki kadar serum ferritin

dibawah angka normal (< 13 ng/ml) dan dinyatakan sebagai ibu

hamil dengan anemia gizi besi. Selebihnya 58 ibu hamil (61,7%)

memiliki kadar serum ferritin normal (> 13 sd 150 ng/ml) dan

dinyatakan sebagai ibu hamil tanpa anemia gizi besi. Berikut tabel

distribusi kejadian anemia gizi besi pada ibu hamil.

Tabel 5.1

Distribusi Kejadian Anemia Gizi Besi (Analisa Serum

Ferritin) pada Ibu Hamil di UPT Puskesmas Citeureup

Kabupaten Bogor Tahun 2012

Status Anemia Gizi Besi

(Analisa Serum Ferritin)

Frekuensi Persentase

Anemia Gizi Besi

(Serum Ferritin Rendah)

36 38,3

Tidak Anemia Gizi Besi

(Serum Ferritin Normal)

58 61,7

Total 94 100

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 79: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

63

Universitas Indonesia

5.2.2. Gambaran Konsumsi teh pada ibu hamil

Sebanyak 83 ibu hamil (88,3%) mengkonsumsi teh celup dengan

frekuensi bervariasi, selebihnya sebanyak 11 ibu hamil (11,7%)

tidak mengkonsumsi teh celup.

Tabel 5.2

Distribusi Konsumsi teh pada Ibu Hamil di UPT Puskesmas

Citeureup Kabupaten Bogor Tahun 2012

Konsumsi Teh Frekuensi Persentase(%)

Ya 84 89,4

Tidak 10 10,6

Total 94 100

5.2.3. Gambaran paparan tannin teh celup

Untuk mendapatkan tingkatan paparan pada ibu hamil, maka

dilakukan tahapan yang menghasilkan gambaran sebagai berikut :

5.2.3.1. Gambaran perilaku mengolah teh celup pada ibu hamil

Tabel 5.3

Distribusi Sumber Air Panas dalam Menyeduh Teh Celup

pada Ibu Hamil di UPT Puskesmas Citeureup Kabupaten

Bogor Tahun 2012

Sumber Air Panas Frekuensi Persentase(%)

Tidak mengkonsumsi teh 10 10.6

Air dimasak mendidih 32 34

Air Dispenser 52 55.4

Total 94 100

Dari total 94 ibu yang mengkonsumsi teh celup, sebanyak 10 ibu

hamil (10.6%) tidak mengkonsumsi teh celup, 32 ibu hamil (34%)

menggunakan air panas yang dimasak mendidih untuk menyeduh

kantung teh sedangkan selebihnya yaitu 52 ibu hamil (55.4%)

menggunakan air panas yang berasal dari dispenser.

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 80: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

64

Universitas Indonesia

5.2.3.2. Gambaran perilaku lama mencelup kantung teh pada ibu

hamil

Tabel 5.4

Distribusi Perilaku Lama Mencelup Kantung Teh pada Ibu

Hamil di UPT Puskesmas Citeureup Kabupaten Bogor Tahun

2012

Lama Mencelup Frekuensi Persentase(%)

Tidak mengkonsumsi teh 10 10.6

1 menit 9 9.6

5 menit 40 42.5

8 menit 35 37.3

Total 94 100

Dari total 94 ibu hamil yang mengkonsumsi teh, sebanyak 10 ibu

hamil (10.6%) tidak mengkonsumsi teh celup, 9 ibu hamil (9.6%)

mencelup kantung teh teh selama 1 menit, 40 ibu hamil (42.5%)

mencelup kantung teh selama 5 menit dan selebihnya yaitu

sebanyak 35 ibu hamil (37.3%) mencelup kantung teh selama 8

menit.

5.2.3.3. Gambaran kandungan tanin teh celup berdasarkan parilaku

mengolah teh pada ibu hamil (hasil uji Laboratorium

Biofarmaka IPB)

Tabel 5.5

Distribusi Kandungan Tanin Teh Celup Berdasarkan Perilaku

Mengolah Teh pada Ibu Hamil di UPT Puskesmas Citeureup

Kabupaten Bogor Tahun 2012

Sumber Air

Panas

Lama Mencelup

Kantung Teh

Kandungan

Tanin

(mg/mL)

Frekuensi %

Tidak Konsumsi Teh 0 10 10.6

Air Dimasak

Mendidih

1 menit 0.26 21 22.3

5 menit 0.29 25 26.6

8 menit 0.35 6 6.4

Air Panas

Dispenser

1 menit 0.21 14 14.9

5 menit 0.25 15 16.0

8 menit 0.30 3 3.2

Total 94 100

Dari total 94 ibu hamil, sebanyak 10 ibu hamil mengkonsumsi teh

celup dengan kandungan tanin sebesar 0 mg/mL oleh karena ibu

hamil tidak mengkonsumsi teh. Sebanyak 21 ibu hamil (22.3%)

mengkonsumsi teh celup yang diolah dengan air yang dimasak

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 81: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

65

Universitas Indonesia

mendidih dan dengan lama pencelupan 1 menit sehingga

menghasilkan kadar tanin sebesar 0.26. Sebanyak 25 ibu hamil

(26.6%) mengkonsumsi teh celup yang diolah dengan air yang

dimasak mendidih dan dengan lama pencelupan 5 menit sehingga

menghasilkan kadar tanin sebesar 0.29. Sebanyak 6 ibu hamil

(6.4%) mengkonsumsi teh celup yang diolah dengan air yang

dimasak mendidih dan dengan lama pencelupan 8 menit sehingga

menghasilkan kadar tanin sebesar 0.35. Sebanyak 14 ibu hamil

(14.9%) mengkonsumsi teh celup yang diolah dengan air panas

dari dispenser dan dengan lama pencelupan 1 menit sehingga

menghasilkan kadar tanin sebesar 0.21. Sebanyak 15 ibu hamil

(16%) mengkonsumsi teh celup yang diolah dengan air panas dari

dispenser dan dengan lama pencelupan 5 menit sehingga

menghasilkan kadar tanin sebesar 0.25. Sebanyak 3 ibu hamil

(3.2%) mengkonsumsi teh celup yang diolah dengan air panas dari

dispenser dan dengan lama pencelupan 8 menit sehingga

menghasilkan kadar tanin sebesar 0.30.

5.2.3.4. Gambaran kandungan tanin teh celup berdasarkan

frekuensi minum per hari pada ibu hamil

Tabel 5.6

Distribusi Frekuensi Konsumsi Teh Per Hari pada Ibu Hamil

di UPT Puskesmas Citeureup Kabupaten Bogor Tahun 2012

Variabel Mean

Median

SD Minimal - Maksimal

Frekuensi

Konsumsi Teh

0.96

0.57

1.22 0 - 7

Dari hasil analisa frekuensi konsumsi teh celup per hari, maka

didapatkan nilai rata-rata dari frekuensi konsumsi teh celup yaitu

0.96 kali per hari dengan nilai median yaitu 0.57 kali per hari dan

SD sebesar 1.22. nilai minimal frekuensi per hari yaitu 0 dan nilai

maksimal frekuensi yaitu 7 kali per hari. Setelah didapatkan nilai

frekuensi per hari maka dapat dinilai kadar tanin teh celup yang

dikonsumsi ibu hamil per hari dengan tabel berikut :

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 82: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

66

Universitas Indonesia

Tabel 5.7

Distribusi Kandungan Tanin Teh Celup Berdasarkan Perilaku

Mengolah Teh Dihubungkan dengan Frekuensi Per Hari

dalam Kuartil pada Ibu Hamil di UPT Puskesmas Citeureup

Kabupaten Bogor Tahun 2012

Sumber

Air Panas

Lama

Mencelup

(kandungan

tanin)

Frekuensi Konsumsi Teh per Hari

Kuartil 1 Kuartil 2 Kuartil 3 Kuartil 4

n % n % n % n %

Air

dimasak

mendidih

Tidak

Konsumsi teh

8 24.2 1 4.5 0 0 1 6.7

1 menit

(0.26) 10 30.3 7 31.8 1 4.2 3 20

5 menit

(0.29) 8 24.2 6 27.3 6 25 5 33.3

8 menit

(0.35) 2 6.1 0 0 3 12.5 1 6.7

Air Pans

Dispenser

1 menit

(0.21) 4 12.1 3 13.6 5 20.8 2 13.3

5 menit

(0.25) 1 3.0 4 18.2 7 29.2 3 20

8 menit

(0.300 0 0 1 4.5 2 8.3 0 0

33 100 22 100 24 100 15 100

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 83: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

67

Universitas Indonesia

5.2.3.5. Gambaran kandungan tanin teh celup dengan frekuensi per

hari (mg/mL) pada ibu hamil

Tabel 5.8

Distribusi Kadar Tanin Berdasarkan Konsumsi per Hari pada

Ibu Hamil di UPT Puskesmas Citeureup Kabupaten Bogor

Tahun 2012

Variabel Mean

Median

SD Minimal - Maksimal

Kadar Tanin per hari 0.261

0.157

0.335 0 – 2.03

Dari hasil analisa kadar tanin teh celup per hari, maka didapatkan

nailai rata-rata dari kadar tanin teh celup per hari yaitu 0.96

mg/mL per hari dengan nilai median yaitu 0.157 mg/mL per hari

dan SD sebesar 0.335. nilai minimal kadar tanin per hari yaitu 0

mg/mL per hari dan nilai maksimal kadar tanin per hari yaitu 0.03

mg/mL per hari.

Tabel 5.9

Distribusi Kandungan Tanin Teh Celup dengan Frekuensi per

Hari (mg/mL per hari) pada Ibu Hamil di UPT Puskesmas

Citeureup Kabupaten Bogor Tahun 2012

Kadar tanin per hari Kategori

Tanin

Frekuensi %

Kuartil 1 (0 – 0.037) Tinggi 26 27.6

Kuartil 2 (0.038 – 0.157) Sedang

20 21.4

Kuartil 3 (0.158 – 0.28) 24 25.5

Kuartil 4 (0.29 – 2.03) Rendah 24 25.5

Total 94 100

Berdasarkan hasil diatas maka didapatkan sebanyak 26 ibu hamil

(27.6%) mengkonsumsi teh dengan kandungan tanin tinggi, 44 ibu

hamil (46.9%) mengkonsumsi teh dengan kandungan tanin sedang,

dan selebihnya sebanyak 24 ibu hamil (25.5%) mengkonsumsi teh

dengan kandungan tanin rendah.

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 84: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

68

Universitas Indonesia

5.2.3.6. Jarak konsumsi teh celup terhadap waktu makan

Sebanyak 94 ibu hamil, 10 ibu (10.6%) tidak

mengkonsumsi teh celup, 56 ibu (59.6%) mengkonsumsi

teh celup < 2 jam sebelum dan sesudah makan sedangkan

28 ibu (29.8%) mengkonsumsi teh ≥ 2 jam sebelum atau

sesudah makan.

Tabel 5.10

Distribusi Jarak Konsumsi Teh terhadap Waktu Makan pada

Ibu Hamil di UPT Puskesmas Citeureup Kabupaten Bogor

Tahun 2012

Jarak waktu Frekuensi Persentase (%)

Tidak mengkonsumsi 20 10.6

< 2 jam 56 59.6

≥ 2 jam 28 29.8

Total 94 100

Gambaran kadar tanin teh pada ibu hamil

Berdasarkan hasil skoring antara kandungan tannin teh celup

berdasarkan sumber air panas dan lama mencelup teh yang di

kolaborasikan dengan nilai frekuensi teh masing-masing responden,

maka didapat sebanyak 23 ibu hamil (24,5%) mengkonsumsi teh

dengan kandungan tannin tinggi, 49 ibu hamil (52,1)

mengkonsumsi teh dengan kandungan tannin sedang, dan

selebihnya sebanyak 22 ibu hamil (23,4%) mengkonsumsi teh

dengan kandungan tannin rendah.

5.2.4. Gambaran usia ibu hamil

Dari total 94 ibu hamil yang ikut sampai dengan tahap analisa, ibu

hamil yang berusia < 20 tahun dan ≥ 35 tahun sebanyak 19 orang

(20,2%). Sedangkan ibu hamil yang berusia 20 sd 35 tahun

berjumlah 75 orang (79,8%).

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 85: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

69

Universitas Indonesia

Tabel 5.11

Distribusi Usia Ibu Hamil di UPT Puskesmas Citeureup

Kabupaten Bogor Tahun 2012

Usia Ibu Hamil Frekuensi Persentase(%)

Usia < 20 tahun dan > 35 tahun 19 20,2

20 sd 35 tahun 75 79,8

Total 94 100

5.2.5. Gambaran status pekerjaan pada ibu hamil

Sebanyak 87 ibu hamil (92,6%) dengan status tidak berkerja atau

sebagai ibu rumah tangga, sedangkan selebihnya yaitu 7 ibu hamil

(7,4%) dengan status berkerja.

Tabel 5.12

Distribusi Status Pekerjaan Ibu Hamil di UPT Puskesmas

Citeureup Kabupaten Bogor Tahun 2012

Status Pekerjaan Ibu Frekuensi Persentase(%)

Tidak berkerja/IRT 87 92,6

Berkerja 7 7,4

Total 94 100

5.2.6. Gambaran Usia Kehamilan Ibu

Didapatkan sebanyak 57 ibu hamil (60,6%) dengan usia kehamilan

> 28 minggu (trimester ketiga), sedangkan selebihnya berusia >14

sd 28 minggu (trimester kedua) yaitu 37 ibu hamil (39,4%)

Tabel 5.13

Distribusi Usia Kehamilan Ibu di UPT Puskesmas Citeureup

Kabupaten Bogor Tahun 2012

Usia Kehamilan

(Trimester)

Frekuensi Persentase(%)

Trimester 3 71 75.5

Trimester 2 23 24.5

Total 94 100

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 86: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

70

Universitas Indonesia

5.2.7. Gambaran Jarak kehamilan

Dari total 94 ibu hamil didapatkan sebanyak 42 ibu (44,7%)

memiliki jarak kehamilan < 2 tahun sedangkan 52 ibu (55,3%)

memiliki jarak kelahiran ≥ 2 tahun dari kehamilan sebelumnya.

Tabel 5.14

Distribusi Jarak Kelahiran Ibu Hamil di UPT Puskesmas

Citeureup Kabupaten Bogor Tahun 2012

Jarak Kelahiran Frekuensi Persentase (%)

< 2 tahun 42 44,7

≥ 2 tahun 52 55,3

Total 94 100

5.2.8. Gambaran Jumlah Kelahiran (Paritas)

Sebanyak 36 ibu hamil (38,3%) memiliki jumlah kelahiran > 2

anak sebelum kehamilan sekarang, sedangkan 58 ibu hamil

(61,7%) memiliki jumlah kelahiran ≤ 2 anak sebelum kehamilan

sekarang.

Tabel 5.15

Distribusi Jumlah Kelahiran (Paritas) Ibu Hamil di UPT

Puskesmas Citeureup Kabupaten Bogor Tahun 2012

Jumlah Kelahiran

(Paritas)

Frekuensi Persentase(%)

> 2 anak 36 38,3

≤ 2 anak 58 61,7

Total 94 100

5.2.9. Gambaran Status Konsumsi Tablet Tambah Darah (TTD)

Dari total ibu hamil, sebanyak 10 ibu (10,6%) yang tidak

mengkonsumi tablet tambah darah selama kehamilan, sedangkan

selebihnya sebanyak 84 ibu (89,4%) mengkonsumsi tablet tambah

darah selama kehamilan.

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 87: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

71

Universitas Indonesia

Tabel 5.16

Distribusi Status Konsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) Ibu

Hamil di UPT Puskesmas Citeureup Kabupaten Bogor Tahun

2012

Status Konsumsi TTD Frekuensi Persentase(%)

Tidak 10 10,6

Ya 84 89,4

Total 94 100

5.2.10. Gambaran Status Gizi Ibu hamil (pengukuran LLA)

Berdasarkan pengukuran lingkar lengan atas (LLA), sebanyak 13

ibu hamil (13,8%) memiliki resiko Kurang energi kronik (KEK),

sedangkan 81 ibu hamil (86,2%) tidak beresiko kurang energy

kronik.

Tabel 5.17

Distribusi Status Gizi Ibu Hamil di UPT Puskesmas

Citeureup Kabupaten Bogor Tahun 2012

Status Gizi Ibu Hamil Frekuensi Persentase(%)

Beresiko KEK

(LLA < 23,5)

13 13,8

Tidak beresiko KEK

(LLA ≥ 23,5)

81 86,2

Total 94 100

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 88: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

72

Universitas Indonesia

5.2.11. Gambaran pola konsumsi Ibu hamil

Berikut hasil analisa yang didapat dari data pola konsumsi protein

hewani, protein nabati, pengikat absorbsi zat besi dan penghambat

absorbsi zat besi.

Tabel 5.18

Distribusi pola konsumsi Protein Hewani (Heme), Protein

Nabati (non-Heme), Pengikat Absorbsi Zat Besi, Penghambat

Absorbsi Zat Besi pada Ibu Hamil di UPT Puskesmas

Citeureup Kabupaten Bogor Tahun 2012

Pola Konsumsi Mean

Median

SD Minimal -

Maksimal

Protein Hewani

Bioavaiabiltas tinggi 0.1

0.071

0.101 0 – 6

Bioavaiabiltas Rendah 0.066

0.057

0.569 0 – 3

Protein Nabati

Bioavaiabiltas tinggi 0.145

0.114

0.741 0 – 3

Bioavaiabiltas tinggi 0.096

1

0.981 0 – 6

Pengikat Zat Besi 0.137

1

1.53 0 – 9

Penghambat Zat Besi 0.194

2

1.253 0 - 6

5.2.11.1. Gambaran pola konsumsi protein hewani (Heme)

Pada konsumsi protein hewani dengan bioavaiabilitas

tinggi, 45 ibu hamil (47,9%) mengkonsumsi dengan

pola jarang, 49 ibu hamil (52,1%) mengkonsumsi

dengan dengan pola sering. Sedangkan protein hewani

dengan bioavaiabilitas rendah, 45 ibu hamil (47,9%)

mengkonsumsi dengan pola jarang, 49 ibu hamil

(52,1%) mengkonsumsi dengan pola sering.

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 89: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

73

Universitas Indonesia

Tabel 5.19

Distribusi pola konsumsi Protein Hewani (Heme) pada Ibu

Hamil di UPT Puskesmas Citeureup Kabupaten Bogor Tahun

2012

Konsumsi Protein

Hewani (Heme)

Frekuensi Persentase(%)

Bioavailabilitas Tinggi

Jarang 45 47,9

Sering 49 52,1

Total 94 100

Bioavailabilitas Rendah

Jarang 45 47,9

Sering 49 52,1

Total 94 100

5.2.11.2. Gambaran pola konsumsi protein nabati ( non heme)

Pada konsumsi protein nabati (non heme) dengan

bioavaiabilitas tinggi, 45 ibu hamil (47,9%)

mengkonsumsi dengan pola jarang, 49 ibu hamil

(52,1%) mengkonsumsi dengan pola sering. Sedangkan

protein nabati dengan bioavaiabilitas rendah, 44 ibu

hamil (46,8%) mengkonsumsi dengan pola jarang, 50

ibu hamil (53,2%) mengkonsumsi dengan pola sering.

Tabel 5.20

Distribusi pola konsumsi Protein Nabati (Non Heme) pada

Ibu Hamil di UPT Puskesmas Citeureup Kabupaten Bogor

Tahun 2012

Konsumsi Protein

Nabati (Non Heme)

Frekuensi Persentase(%)

Bioavailabilitas Tinggi

Jarang 45 47,9

Sering 49 52,1

Total 94 100

Bioavailabilitas Rendah

Jarang 44 46,8

Sering 50 53,2

Total 94 100

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 90: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

74

Universitas Indonesia

5.2.11.3. Gambaran pola konsumsi pengikat absobsi zat besi

(Enhauncer Fe)

Pada konsumsi pengikat absobsi zat besi (enhauncer Fe),

45 ibu hamil (47,9%) mengkonsumsi dengan pola

jarang, 49 ibu hamil (52,1%) mengkonsumsi dengan

pola sering.

Tabel 5.21

Distribusi Pola Konsumsi Pengikat Absorbsi Zat Besi

(Enhauncer Fe) pada Ibu Hamil di UPT Puskesmas Citeureup

Kabupaten Bogor Tahun 2012

Konsumsi Pengikat

Absorbsi Zat Besi

(Enhauncer Fe)

Frekuensi Persentase(%)

Jarang 45 47,9

Sering 49 52,1

Total 94 100

5.2.11.4. Gambaran pola konsumsi penghambat absobsi zat besi

(Inhibitor Fe)

Pada konsumsi penghambat absobsi zat besi (inhibitor

Fe), 43 ibu hamil (54,7%) mengkonsumsi dengan pola

jarang, 51 ibu hamil (54,3%) mengkonsumsi dengan

pola sering.

Tabel 5.22

Distribusi Pola Konsumsi Penghambat Absorbsi Zat Besi

(Inhibitor Fe) pada Ibu Hamil di UPT Puskesmas Citeureup

Kabupaten Bogor Tahun 2012

Konsumsi Penghambat

Absorbsi Zat Besi

(Inhibitor Fe)

Frekuensi Persentase(%)

Jarang 43 45,7

Sering 51 54,3

Total 94 100

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 91: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

75

Universitas Indonesia

5.3. Analisis Bivariat

5.3.1. Pengaruh kadar tannin terhadap anemia gizi besi (analisa serum

ferritin) pada ibu hamil

Dari 23 ibu hamil yang memiliki kadar tannin tinggi, terdapat 11

ibu hamil (47,8%) menderita anemia gizi besi (Serum Ferritin

rendah) dan 12 ibu hamil (52,2%) tidak menderita anemia gizi

besi (Serum Ferritin normal), dari 49 ibu hamil yang memiliki

kadar tannin sedang, terdapat 21 ibu hamil (42,9%) menderita

anemia gizi besi (Serum Ferritin rendah) dan 28 ibu hamil

(57,1%) tidak menderita anemia gizi besi (Serum Ferritin

normal), Sedangkan dari 22 ibu hamil yang memiliki kadar

tannin rendah, terdapat 4 ibu hamil (18,2%) menderita anemia

gizi besi (Serum Ferritin rendah) dan 18 ibu hamil (81,8%) tidak

menderita anemia gizi besi (Serum Ferritin normal).

Tabel 5.23

Hubungan Kadar Tanin dengan Anemia Gizi Besi (Analisa Serum

Ferritin) pada Ibu Hamil di UPT Puskesmas Citeureup Kabupaten

Bogor Tahun 2012

Kadar Tanin Anemia Gizi Besi

(Analisa Serum

Ferritin)

Total PR

( 95% CI )

P value

Rendah Normal

Tanin Tinggi

( ≥ 0,29

mg/mL)

11

(46.2%)

14

(53.8%)

26

(100%)

2,77

(0.89 – 8.6)

0.08

Tanin Sedang

( 0.038 – 0.28

mg/mL)

20

(45.5%)

24

(54.5%)

49

(100%)

2.73

(0.9 – 7.9)

0.06

Tanin Rendah

( ≤ 0,037

mg/mL)

4

(16.7%)

20

(83.3%)

24

(100%)

Total 36

(38.3%)

58

(61.7%)

94

(100%)

Hasil uji statistic diperoleh nilai P (P value) sebesar 0.08

( α=0,05), menunjukkan bahwa hubungan antara kadar tannin

tinggi dengan anemia gizi besi tidak significan secara statistic.

Dari analisa ini didapatkan nilai PR sebesar 2.77 (CI 95% 0.89 –

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 92: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

76

Universitas Indonesia

8.6). Maka dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa prevalens

ibu hamil dengan kadar tannin tinggi 2.77 kali lebih tinggi untuk

menderita anemia gizi besi dibandingkan ibu hamil dengan kadar

tannin rendah. Selanjutnya Hasil uji statistic diperoleh nilai P (P

value) sebesar 0.06 ( α>0,05), menunjukkan bahwa hubungan

antara kadar tannin sedang dengan anemia gizi besi tidak

significan secara statistic. didapatkan pula nilai PR sebesar

2.73(CI 95% 0.9 – 7.9). Maka dari hasil tersebut dapat

disimpulkan bahwa prevalens ibu hamil dengan kadar tannin

sedang 2.73 kali lebih tinggi untuk menderita anemia gizi besi

dibadingkan ibu hamil yang memiliki kadar tannin rendah.

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 93: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

77

Universitas Indonesia

5.3.2. Pengaruh faktor lain terhadap anemia gizi besi pada ibu hamil

Tabel 5.24

Hubungan Variabel Covariat dengan Anemia Gizi Besi pada Ibu

Hamil di UPT Puskesmas Citeureup Kabupaten Bogor Tahun 2012

Variabel

Anemia Gizi Besi

(Serum Ferritin) Total PR

(95% CI)

P

Value Rendah Normal

n % N % n %

Usia Ibu

< 20 tahun dan > 35 tahun

20 sd 35 tahun

4

32

21.1

42.7

15

43

78.9

57.3

19

75

100

100

2.03

90.7 – 5.70

0.18

Pekerjaan

Tidak Berkerja

Berkerja

35

1

40.2

14.3

52

6

59.8

85.7

87

7

100

100

0.35

(0.05 – 2.6) 0.3

Usia Kehamilan

Trimester 3

Trimester 2

30

6

42.3

26.1

41

17

57.5

73.9

71

23

100

100

1.62

(0.8 – 3.4) 0.22

Jarak Kehamilan

< 2 tahun

≥ 2 tahun

13

23

31

44.2

29

29

69

55.8

42

52

100

100

1.42

(0.72 – 2.8) 0.3

Jumlah Kelahiran

>2 anak

≤ 2 anak

11

25

30.6

43.1

25

33

69.4

56.9

36

58

100

100

1.4

(0.7 – 2.6) 0.34

Konsumsi TTD

Tidak Konsumsi

Konsumsi

4

32

40

38.1

6

25

60

61.9

10

84

100

100

0.95

(0.4 – 2.6) 0.93

Status Gizi Ibu

Kurang Energi Kronik

Tidak Berseiko KEK

5

31

38.5

38.3

8

50

61.5

61.7

13

81

100

100

0.99

(0.39 – 2.6) 0.99

Hewani Bio.Tinggi

Jarang

Sering

17

19

37.8

38.8

28

30

62.2

61.2

45

49

100

100

1.03

(0.5 – 1.97) 0.94

Hewani Bio.Rendah

Jarang

Sering

12

24

26.7

49

33

25

73.3

51

45

49

100

100

1.84

(0.9 – 3.6) 0.08

Nabati Bio.Tinggi

Jarang

Sering

20

16

44.4

32.7

25

33

55.6

67.3

45

49

100

100

0.73

(0.4 – 1.4) 0.36

Nabati Bio.Rendah

Jarang

Sering

14

22

31.8

44

30

28

68.2

56

44

50

100

100

1.38

(0.7 – 2.7) 0.34

Pengikat Abs. Fe

Jarang

Sering

15

21

33.3

42.9

30

28

66.7

57.1

45

49

100

100

1.3

(0.7 – 2.5) 0.46

Penghambat Abs.Fe

Jarang

Sering

14

22

32.6

43.1

29

29

67.4

56.9

43

51

100

100

1.32

(0.7 – 2.6) 0.4

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 94: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

78

Universitas Indonesia

5.3.2.1. Pengaruh usia ibu terhadap anemia gizi besi pada ibu hamil

Dari 19 ibu hamil yang berusia < 20 tahun dan > 35 tahun,

terdapat 4 ibu hamil (21,1%) menderita anemia gizi besi

(Serum Ferritin rendah) dan 15 ibu hamil (78,9%) tidak

menderita anemia gizi besi (Serum Ferritin normal),

Sedangkan dari 75 ibu hamil yang berusia 20 sd 35 tahun,

terdapat 32 ibu hamil (42,7%) menderita anemia gizi besi

(Serum Ferritin rendah) dan 43 ibu hamil (5,3%) tidak

menderita anemia gizi besi (Serum Ferritin normal). Hasil uji

statistic diperoleh nilai P (P value) sebesar 0,142 ( α=0,05),

menunjukkan bahwa hubungan antara usia ibu hamil dengan

anemia gizi besi tidak significan secara statistic. Dari analisa

ini didapatkan nilai PR sebesar 0,49 (CI 95% 0,2 – 1,23).

Maka dari hasil tersebut dapat disimpulkan ibu hamil dengan

usia < 20 tahun dan > 35 tahun dapat menurunkan resiko

sebesar 51% untuk menderita anemia gizi dibadingkan ibu

hamil yang berusia 20 sd 35 tahun.

5.3.2.2. Pengaruh status pekerjaan ibu terhadap anemia gizi besi pada

ibu hamil

Dari 87 ibu hamil yang tidak berkerja, terdapat 35 ibu hamil

(40,2%) menderita anemia gizi besi (Serum Ferritin rendah)

dan 52 ibu hamil (59,8%) tidak menderita anemia gizi besi

(Serum Ferritin normal), Sedangkan dari 7 ibu hamil yang

berkerja, terdapat 1 ibu hamil (14,3%) menderita anemia gizi

besi (Serum Ferritin rendah) dan 6 ibu hamil (85,7%) tidak

menderita anemia gizi besi (Serum Ferritin normal). Hasil uji

statistic diperoleh nilai P (P value) sebesar 0,244 ( α=0,05),

menunjukkan bahwa hubungan antara pekerjaan ibu dengan

anemia gizi besi tidak significan secara statistic. Dari analisa

ini didapatkan nilai PR sebesar 2,82 (CI 95% 0,45 – 17,6).

Maka dari hasil tersebut dapat disimpulkan ibu hamil dengan

status tidak berkerja beresiko 2,82 kali lebih besar untuk

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 95: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

79

Universitas Indonesia

menderita anemia gizi besi dibandingkan ibu hamil yang

berkerja.

5.3.2.3. Pengaruh usia kehamilan ibu terhadap anemia gizi besi pada

ibu hamil

Dari 57 ibu hamil dengan usia kehamilan trimester ketiga,

terdapat 22 ibu hamil (38,6%) menderita anemia gizi besi

(Serum Ferritin rendah) dan 35 ibu hamil (61,4%) tidak

menderita anemia gizi besi (Serum Ferritin normal),

Sedangkan dari 37 ibu hamil dengan usia kehamilan trimester

kedua, terdapat 14 ibu hamil (37,8%) menderita anemia gizi

besi (Serum Ferritin rendah) dan 23 ibu hamil (62,2%) tidak

menderita anemia gizi besi (Serum Ferritin normal). Hasil uji

statistic diperoleh nilai P (P value) sebesar 1,00 ( α=0,05),

menunjukkan bahwa hubungan antara usia kehamilan dengan

anemia gizi besi tidak significan secara statistic. Dari analisa

ini didapatkan nilai PR sebesar 1,02 (CI 95% 0,6 – 17,3).

Maka dari hasil tersebut dapat disimpulkan tidak ada

perbedaan resiko untuk menderita anemia gizi besi antara

usia kehamilan trimester 3 dengan usia kehamilan trimester

kedua.

5.3.2.4. Pengaruh Jarak Kehamilan ibu terhadap anemia gizi besi

pada ibu hamil

Dari 42 ibu hamil dengan jarak kehamilan < 2 tahun, terdapat

13 ibu hamil (31%) menderita anemia gizi besi (Serum

Ferritin rendah) dan 29 ibu hamil (69%) tidak menderita

anemia gizi besi (Serum Ferritin normal), Sedangkan dari 52

ibu hamil dengan jarak kehamilan ≥ 2 tahun, terdapat 23 ibu

hamil (44,2%) menderita anemia gizi besi (Serum Ferritin

rendah) dan 29 ibu hamil (55,8%) tidak menderita anemia

gizi besi (Serum Ferritin normal). Hasil uji statistic diperoleh

nilai P (P value) sebesar 0,27 ( α=0,05), menunjukkan bahwa

hubungan antara jarak kehamilan dengan anemia gizi besi

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 96: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

80

Universitas Indonesia

tidak significan secara statistic. Dari analisa ini didapatkan

nilai PR sebesar 0,7 (CI 95% 0,41 – 1,21). Maka dari hasil

tersebut dapat disimpulkan ibu hamil dengan jarak kehamilan

< 2 tahun dapat menurunkan resiko sebesar 30% untuk

menderita anemia gizi dibadingkan ibu hamil yang memiliki

jarak kehamilan ≥ 2 tahun.

5.3.2.5. Pengaruh Jumlah Kelahiran (Paritas) terhadap anemia gizi

besi pada ibu hamil

Dari 36ibu hamil dengan jumlah kelahiran > 2 anak, terdapat

11 ibu hamil (30,6%) menderita anemia gizi besi (Serum

Ferritin rendah) dan 25 ibu hamil (69,4%) tidak menderita

anemia gizi besi (Serum Ferritin normal), Sedangkan dari 58

ibu hamil dengan jumlah kelahiran ≤ 2 anak, terdapat 25 ibu

hamil (43,1%) menderita anemia gizi besi (Serum Ferritin

rendah) dan 33 ibu hamil (56,9%) tidak menderita anemia

gizi besi (Serum Ferritin normal). Hasil uji statistic diperoleh

nilai P (P value) sebesar 0,32 ( α=0,05), menunjukkan bahwa

hubungan antara jumlah kelahiran (paritas) dengan anemia

gizi besi tidak significan secara statistic. Dari analisa ini

didapatkan nilai PR sebesar 0,71 (CI 95% 0,4 – 1,26). Maka

dari hasil tersebut dapat disimpulkan ibu hamil dengan

jumlah kelahiran (paritas) > 2 anak dapat menurunkan resiko

sebesar 29% untuk menderita anemia gizi dibandingkan ibu

hamil yang memiliki jumlah kelahiran ≤ 2 anak.

5.3.2.6. Pengaruh konsumsi tablet tambah darah (TTD) terhadap

anemia gizi besi pada ibu hamil

Dari 10 ibu hamil yang tidak mengkonsumsi tablet tambah

darah (TTD), terdapat 4 ibu hamil (40%) menderita anemia

gizi besi (Serum Ferritin rendah) dan 6 ibu hamil (60%) tidak

menderita anemia gizi besi (Serum Ferritin normal),

Sedangkan dari 84 ibu hamil yang mengkonsumsi tablet

tambah darah (TTD), terdapat 32 ibu hamil (38,1%)

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 97: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

81

Universitas Indonesia

menderita anemia gizi besi (Serum Ferritin rendah) dan 52

ibu hamil (61,9%) tidak menderita anemia gizi besi (Serum

Ferritin normal). Hasil uji statistic diperoleh nilai P (P value)

sebesar 1,0 ( α=0,05), menunjukkan bahwa hubungan antara

konsumsi tablet tambah darah (TTD) dengan anemia gizi besi

tidak significan secara statistic. Dari analisa ini didapatkan

nilai PR sebesar 1,05 (CI 95% 0,47 – 2,35). Maka dari hasil

tersebut dapat disimpulkan tidak ada perbedaan resiko untuk

menderita anemia gizi besi antara ibu hamil yang tidak

mengkonsumsi tablet tambah darah (TTD) dibandingkan ibu

hamil yang mengkonsumsi tablet tambah darah (TTD).

5.3.2.7. Pengaruh status gizi ibu hamil terhadap anemia gizi besi pada

ibu hamil

Dari 13 ibu hamil yang beresiko KEK, terdapat 5 ibu hamil

(38,5%) menderita anemia gizi besi (Serum Ferritin rendah)

dan 8 ibu hamil (61,5%) tidak menderita anemia gizi besi

(Serum Ferritin normal), Sedangkan dari 81 ibu hamil yang

tidak beresiko KEK, terdapat 31 ibu hamil (38,3%) menderita

anemia gizi besi (Serum Ferritin rendah) dan 50 ibu hamil

(61,7%) tidak menderita anemia gizi besi (Serum Ferritin

normal). Hasil uji statistic diperoleh nilai P (P value) sebesar

1,00 ( α=0,05), menunjukkan bahwa hubungan antara status

gizi ibu hamil dengan anemia gizi besi tidak significan secara

statistic. Dari analisa ini didapatkan nilai PR sebesar 1,0 (CI

95% 0,48 – 2,2). Maka dari hasil tersebut dapat disimpulkan

tidak ada perbedaan resiko untuk menderita anemia gizi besi

antara status gizi ibu hamil yang beresiko KEK dengan yang

tidak beresiko KEK.

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 98: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

82

Universitas Indonesia

5.3.2.8. Pengaruh konsumsi protein hewani (heme) dengan

bioavaiabilitas tinggi terhadap anemia gizi besi pada ibu

hamil

Dari 45 ibu hamil yang mengkonsumsi protein hewani

(heme) bioavaiabilitas tinggi dengan pola jarang, terdapat 17

ibu hamil (37.8%) menderita anemia gizi besi dan 28 ibu

hamil (62.2%) tidak menderita anemia gizi besi, sedangkan

dari 49 ibu hamil yang mengkonsumsi protein hewani

bioavaiabilitas tinggi dengan pola sering, terdapat 19 ibu

hamil (38.3%) menderita anemia gizi besi dan 30 ibu hamil

(61.2%) tidak menderita anemia gizi besi. Hasil uji statistik

diperoleh nilai P (Pvalue) sebesar 0.94 (α > 0.05),

menunjukkan bahwa hubungan antara pola konsumsi protein

hewani bioavaiabilitas tinggi per hari pada ibu hamil dengan

anemia gizi besi tidak signifikan secara statistik. Dari analisa

ini didapatkan nilai PR sebesar 1.03 (CI 95% 0.53 – 1.97).

maka dari hasil tersebut dapat disimpulkan tidak ada

perbedaan besar prevalensi untuk menderita anemia gizi besi

antara konsumsi protein hewani bioavaiabilitas tinggi per hari

dengan pola sering dengan konsumsi protein hewani

bioavaiabilitas tinggi per hari dengan pola jarang pada ibu

hamil.

5.3.2.9. Pengaruh konsumsi protein hewani (heme) dengan

bioavaiabilitas rendah terhadap anemia gizi besi pada ibu

hamil

Dari 45 ibu hamil yang mengkonsumsi protein hewani

(heme) bioavaiabilitas tinggi dengan pola jarang, terdapat 12

ibu hamil (26.7%) menderita anemia gizi besi dan 33 ibu

hamil (73.3%) tidak menderita anemia gizi besi, sedangkan

dari 49 ibu hamil yang mengkonsumsi protein hewani

bioavaiabilitas tinggi dengan pola sering, terdapat 24 ibu

hamil (49%) menderita anemia gizi besi dan 25 ibu hamil

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 99: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

83

Universitas Indonesia

(51%) tidak menderita anemia gizi besi. Hasil uji statistik

diperoleh nilai P (Pvalue) sebesar 0.08 (α > 0.05),

menunjukkan bahwa hubungan antara pola konsumsi protein

hewani bioavaiabilitas tinggi per hari pada ibu hamil dengan

anemia gizi besi tidak signifikan secara statistik. Dari analisa

ini didapatkan nilai PR sebesar 1.84 (CI 95% 0.9 – 3.6). maka

dari hasil tersebut dapat disimpulkan prevalensi konsumsi

protein hewani bioavaiabilitas rendah per hari 1.84 kali lebih

tinggi untuk menderita anemia gizi besi antara pola konsumsi

sering dengan pola jarang pada ibu hamil.

5.3.2.10. Pengaruh konsumsi protein nabati (non-heme) dengan

bioavaiabilitas tinggi terhadap anemia gizi besi pada ibu

hamil

Dari 45 ibu hamil yang mengkonsumsi protein nabati (non-

heme) bioavaiabilitas tinggi dengan pola jarang, terdapat 20

ibu hamil (44.4%) menderita anemia gizi besi dan 25 ibu

hamil (55.6%) tidak menderita anemia gizi besi, sedangkan

dari 49 ibu hamil yang mengkonsumsi protein hewani

bioavaiabilitas tinggi dengan pola sering, terdapat 16 ibu

hamil (7.3%) menderita anemia gizi besi dan 33 ibu hamil

(61.2%) tidak menderita anemia gizi besi. Hasil uji statistik

diperoleh nilai P (Pvalue) sebesar 0.36 (α > 0.05),

menunjukkan bahwa hubungan antara pola konsumsi protein

hewani bioavaiabilitas tinggi per hari pada ibu hamil dengan

anemia gizi besi tidak signifikan secara statistik. Dari analisa

ini didapatkan nilai PR sebesar 0.73 (CI 95% 0.38 – 1.42).

maka dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa prevalens

ibu yang mengkonsumsi proyein nabati bioavaiabilitas tinggi

dengan pola jarang sebsar 27% lebih rendah untuk menderita

anemia gizi besi dibandingkan ibu yang mengkonsumsi

protein nabati bioavaiabilitas tinggi dengan pola sering.

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 100: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

84

Universitas Indonesia

5.3.2.11. Pengaruh konsumsi protein nabati (non-heme) dengan

bioavaiabilitas rendah terhadap anemia gizi besi pada ibu

hamil

Dari 45 ibu hamil yang mengkonsumsi protein nabati (non-

heme) bioavaiabilitas rendah dengan pola jarang, terdapat 14

ibu hamil (31.8%) menderita anemia gizi besi dan 30 ibu

hamil (68.2%) tidak menderita anemia gizi besi, sedangkan

dari 50 ibu hamil yang mengkonsumsi protein hewani

bioavaiabilitas tinggi dengan pola sering, terdapat 22 ibu

hamil (44%) menderita anemia gizi besi dan 28 ibu hamil

(56 %) tidak menderita anemia gizi besi. Hasil uji statistik

diperoleh nilai P (Pvalue) sebesar 0.34 (α > 0.05),

menunjukkan bahwa hubungan antara pola konsumsi protein

hewani bioavaiabilitas tinggi per hari pada ibu hamil dengan

anemia gizi besi tidak signifikan secara statistik. Dari analisa

ini didapatkan nilai PR sebesar 1.38 (CI 95% 0.7 – 2.7). maka

dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa prevalens ibu

yang mengkonsumsi protein nabati bioavaiabilitas rendah

dengan pola jarang 1.38 kali lebih tinggi untuk menderita

anemia gizi besi dibandingkan ibu yang mengkonsumsi

protein nabati bioavaiabilitas tinggi dengan pola sering.

5.3.2.12. Pengaruh konsumsi pengikat zat besi (enhauncer Fe) per hari

terhadap anemia gizi besi pada ibu hamil

Dari 45 ibu hamil yang mengkonsumsi pengikat zat besi

(enhauncer Fe) per hari dengan pola jarang, terdapat 15 ibu

hamil (33.3%) menderita anemia gizi besi dan 30 ibu hamil

(66.7%) tidak menderita anemia gizi besi, sedangkan dari 49

ibu hamil yang mengkonsumsi protein hewani bioavaiabilitas

tinggi dengan pola sering, terdapat 21 ibu hamil (42.9%)

menderita anemia gizi besi dan 28 ibu hamil (57.1 %) tidak

menderita anemia gizi besi. Hasil uji statistik diperoleh nilai

P (Pvalue) sebesar 0.46 (α > 0.05), menunjukkan bahwa

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 101: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

85

Universitas Indonesia

hubungan antara pola konsumsi pengikat zat besi (enhauncer

Fe) per hari pada ibu hamil dengan anemia gizi besi tidak

signifikan secara statistik. Dari analisa ini didapatkan nilai

PR sebesar 1.3(CI 95% 0.66 – 2.5). maka dari hasil tersebut

dapat disimpulkan bahwa prevalens ibu yang mengkonsumsi

pengikat zat besi (enhauncer Fe) per hari dengan pola jarang

1.3 kali lebih tinggi untuk menderita anemia gizi besi

dibandingkan ibu yang mengkonsumsi pengikat zat besi

(enhauncer Fe) per hari pola sering.

5.3.2.13. Pengaruh konsumsi penghambat zat besi (inhibitor Fe) per

hari terhadap anemia gizi besi pada ibu hamil

Dari 45 ibu hamil yang mengkonsumsi penghambat zat besi

(enhauncer Fe) per hari dengan pola jarang, terdapat 14 ibu

hamil (32.6%) menderita anemia gizi besi dan 29 ibu hamil

(67.4%) tidak menderita anemia gizi besi, sedangkan dari 51

ibu hamil yang mengkonsumsi protein hewani bioavaiabilitas

tinggi dengan pola sering, terdapat 22 ibu hamil (43.1%)

menderita anemia gizi besi dan 29 ibu hamil (56.9 %) tidak

menderita anemia gizi besi. Hasil uji statistik diperoleh nilai

P (Pvalue) sebesar 0.41 (α > 0.05), menunjukkan bahwa

hubungan antara pola konsumsi penghambat zat besi

(enhauncer Fe) per hari pada ibu hamil dengan anemia gizi

besi tidak signifikan secara statistik. Dari analisa ini

didapatkan nilai PR sebesar 1.32(CI 95% 0.6 – 2.59). maka

dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa prevalens ibu

yang mengkonsumsi penghambat zat besi (inhibitor Fe) per

hari dengan pola jarang 1.3 kali lebih tinggi untuk menderita

anemia gizi besi dibandingkan ibu yang mengkonsumsi

penghambat zat besi (inhibitor Fe) per hari pola sering.

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 102: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

86

Universitas Indonesia

5.4. Pengaruh kadar tannin teh terhadap anemi gizi besi (analisa serum

ferritin) dengan pengaruh faktor resiko lain

5.4.1. Gambaran pengaruh usia ibu terhadap hubungan kadar tannin

dengan anemia gizi besi pada ibu hamil

Dari analisa hubungan kadar tannin per hari terhadap anemia gizi

besi yang dipengaruhi oleh usia ibu hamil, maka didapatkan dari

total 19 ibu hamil yang berusia < 20 tahun dan > 35 tahun

terdapat diantaranya 2 ibu hamil dengan kadar tannin tinggi, 2

ibu hamil dengan kadar tanin sedang dan tidak ada ibu hamil

dengan kadar tannin rendah menderita anemi gizi besi (serum

ferritin rendah). Sedangkan 5 ibu hamil dengan kadar tannin

tinggi, 5 ibu hamil dengan kadar tanin sedang dan 5 ibu hamil

dengan kadar tannin rendah tidak menderita anemia gizi besi

(serum ferritin normal). Selanjutnya dari total 75 ibu hamil yang

berusia 20 sd 35 tahun terdapat diantaranya 10 ibu hamil

dengan kadar tannin tinggi, 18 ibu hamil dengan kadar tanin

sedang dan 4 ibu hamil dengan kadar tannin rendah menderita

anemi gizi besi (serum ferritin rendah). Sedangkan 9 ibu hamil

dengan kadar tannin tinggi, 19 ibu hamil dengan kadar tanin

sedang dan 15 ibu hamil dengan kadar tannin rendah tidak

menderita anemia gizi besi (serum ferritin normal)

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 103: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

87

Universitas Indonesia

Tabel 5.25

Pengaruh Usia Ibu terhadap Hubungan Kadar Tanin dengan

Anemia Gizi Besi pada Ibu Hamil di UPT Puskesmas

Citeureup Kabupaten Bogor Tahun 2012

Usia Ibu

Hamil

Kadar

Tanin

Anemia Gizi Besi PR P

Value

SF Rendah SF Tinggi Total

n % N % n % Usia < 20

dan > 35

tahun

Tinggi 2 28.6 5 71.4 7 100 PR tanin tinggi-rendah = - sedang-rendah = -

0.068

Sedang 2 28.6 5 71.4 7 100

Rendah 0 0 5 100 5 100

Total 4 21.1 15 78.9 19 100 Usia 20 sd

35 tahun Tinggi 10 52.6 9 47.4 19 100 PR tanin

tinggi-rendah = 2.83 sedang-rendah = 2.93

0.075

Sedang 18 48.6 19 51.4 37 100

Rendah 4 21.1 15 78.9 19 100

Total 32 42.7 43 57.3 75 100 PR adjusted tanin tinggi-rendah = 2.87 (CI 95% 0.92 – 8.9)

PR adjusted tanin sedang-rendah = 2.65 (CI 95% 0.9 – 7.7)

Dari tabel diatas terdapat nilai masing-masing strata, dimana PR

adjusted pada kadar tanin tinggi terhadap kadar tanin rendah

sebesar = 2.87 dengan CI 95% 0.92 – 8.9 dan PR adjusted pada

kadar tanin sedang terhadap kadar tanin rendah sebesar = 2.65

dengan CI 95% 0.9 – 7.7 dan PR bivariat/crude untuk kadar tanin

sedang terhadap kadar tanin rendah sebesar 2.73, jika peneliti

menetapkan confounding sebesar 10%, maka PR Adjusted = PR

Crude. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variable usia bukan

merupakan variable confounding (confouder Variabel). Sedangkan

dalam penilaian potensial efek modifikasi tidak dapat terlihat

interaksi secara statistik oleh karena pada strata pertama terdapat

nilai 0 pada salah satu sel dan juga belum ditemukan interaksi

biologis pada teori yang ada.

5.4.2. Gambaran pengaruh status pekerjaan ibu terhadap hubungan kadar

tannin dengan anemia gizi besi pada ibu hamil

Dari analisa hubungan kadar tannin per hari terhadap anemia gizi

besi yang dipengaruhi oleh usia ibu hamil, maka didapatkan dari

total 87 ibu hamil yang tidak berkerja/IRT terdapat diantaranya 11

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 104: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

88

Universitas Indonesia

ibu hamil dengan kadar tannin tinggi, 20 ibu hamil dengan kadar

tanin sedang dan 4 ibu hamil dengan kadar tannin rendah

menderita anemi gizi besi (serum ferritin rendah). Sedangkan 13

ibu hamil dengan kadar tannin tinggi, 23 ibu hamil dengan kadar

tanin sedang dan 16 ibu hamil dengan kadar tannin rendah tidak

menderita anemia gizi besi (serum ferritin normal). Selanjutnya

dari total 7 ibu hamil tidak berkerja terdapat diantaranya 1 ibu

hamil dengan kadar tannin tinggi, tidak ada ibu hamil dengan kadar

tanin sedang dan kadar tannin rendah menderita anemi gizi besi

(serum ferritin rendah). Sedangkan 1 ibu hamil dengan kadar

tannin tinggi, 1 ibu hamil dengan kadar tanin sedang dan 4 ibu

hamil dengan kadar tannin rendah tidak menderita anemia gizi besi

(serum ferritin normal)

Tabel 5.26

Pengaruh Status Pekerjaan Ibu terhadap Hubungan Kadar

Tanin dengan Anemia Gizi Besi pada Ibu Hamil di UPT

Puskesmas Citeureup Kabupaten Bogor Tahun 2012

Usia

Kehamilan

Kadar

Tanin

Anemia Gizi Besi PR P

Value

SF Rendah SF Tinggi Total

n % N % n % Trimester

ketiga Tinggi 11 45.8 13 54.2 24 100 PR tanin

tinggi-rendah = 2.19 sedang-rendah = 3.02

0.09

Sedang 20 46.5 23 53.5 43 100

Rendah 4 20 16 80 20 100

Total 35 40.2 52 59.8 87 100 Trimester

Kedua Tinggi 1 50 1 50 2 100 PR tanin

tinggi-rendah = - sedang-rendah = -

0.09

Sedang 0 0 1 100 1 100

Rendah 0 0 4 100 1 100

Total 1 14.3 6 85.7 7 100 PR adjusted tanin tinggi-rendah = 2.63 (CI 95% 0.84 – 8.2)

PR adjusted tanin sedang-rendah = 2.51 (CI 95% 0.85 – 7.4)

Dari tabel diatas terdapat nilai masing-masing strata, dimana PR

adjusted pada kadar tanin tinggi terhadap kadar tanin rendah

sebesar = 2.63 dengan CI 95% 0.84 – 8.2 dan PR adjusted pada

kadar tanin sedang terhadap kadar tanin rendah sebesar = 2.51

dengan CI 95% 0.85 – 7.4 dan PR bivariat/crude untuk kadar tanin

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 105: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

89

Universitas Indonesia

tinggi terhadap rendah sebesar 2.77 dan PR Bivariat/crude kadar

tanin sedang terhadap kadar tanin rendah sebesar 2.73, jika peneliti

menetapkan confounding sebesar 10%, maka PR Adjusted = PR

Crude. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variable usia bukan

merupakan variable confounding (confouder Variabel). Sedangkan

dalam penilaian potensial efek modifikasi tidak dapat terlihat

interaksi secara statistik oleh karena pada strata pertama terdapat

nilai 0 pada salah satu sel dan juga belum ditemukan interaksi

biologis pada teori yang ada.

5.4.3. Gambaran pengaruh usia kehamilan (trimester) ibu terhadap

hubungan kadar tannin dengan anemia gizi besi pada ibu hamil

Dari analisa hubungan kadar tannin per hari terhadap anemia gizi

besi yang dipengaruhi oleh usia kehamilan ibu hamil, maka

didapatkan dari total 57 ibu hamil yang usia kehamilan > 28

minggu (trimsetr ketiga) terdapat diantaranya 9 ibu hamil dengan

kadar tannin tinggi, 11 ibu hamil dengan kadar tanin sedang dan 2

ibu hamil dengan kadar tannin rendah menderita anemi gizi besi

(serum ferritin rendah). Sedangkan 10 ibu hamil dengan kadar

tannin tinggi, 13 ibu hamil dengan kadar tanin sedang dan 12 ibu

hamil dengan kadar tannin rendah tidak menderita anemia gizi besi

(serum ferritin normal). Selanjutnya dari total 37 ibu dengan usia

kehamilan > 14 sd 28 minggu (trimester kedua) terdapat

diantaranya 3 ibu hamil dengan kadar tannin tinggi, 9 ibu hamil

dengan kadar tanin sedang dan2 ibu hamil dengan kadar tannin

rendah menderita anemi gizi besi (serum ferritin rendah).

Sedangkan 4 ibu hamil dengan kadar tannin tinggi, 11 ibu hamil

dengan kadar tanin sedang dan 8 ibu hamil dengan kadar tannin

rendah tidak menderita anemia gizi besi (serum ferritin normal).

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 106: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

90

Universitas Indonesia

Tabel 5.27

Pengaruh Usia Kehamilan Ibu terhadap Hubungan Kadar

Tanin dengan Anemia Gizi Besi pada Ibu Hamil di UPT

Puskesmas Citeureup Kabupaten Bogor Tahun 2012

Status

Pekerjaan

Ibu

Kadar

Tanin

Anemia Gizi Besi PR P

Value

SF Rendah SF Tinggi Total

n % N % n % Tidak

Berkerja /

IRT

Tinggi 9 47.4 10 52.6 19 100 PR tanin tinggi-rendah = 2.67 sedang-rendah = 2.59

0.08

Sedang 11 45.8 13 54.2 24 100

Rendah 2 14.3 12 85.7 14 100

Total 22 38.6 35 61.4 57 100 Berkerja Tinggi 3 42.9 4 57.1 7 100 PR tanin

tinggi-rendah = 2.0 sedang-rendah = 2.91

0.067

Sedang 9 45 11 55 20 100

Rendah 2 20 8 80 10 100

Total 14 37.8 23 62.2 37 100 PR adjusted tanin tinggi-rendah = 2.77 (CI 95% 0.89 – 8.63)

PR adjusted tanin sedang-rendah = 2.73 (CI 95% 0.93 – 7.9)

Dari tabel diatas terdapat nilai masing-masing strata, dimana PR

adjusted pada kadar tanin tinggi terhadap kadar tanin rendah

sebesar = 2.77 dengan CI 95% 0.89 – 8.63 dan PR adjusted pada

kadar tanin sedang terhadap kadar tanin rendah sebesar = 2.73

dengan CI 95% 0.93 – 7.9 dan PR bivariat/crude untuk kadar tanin

tinggi terhadap rendah sebesar 2.77 dan PR Bivariat/crude kadar

tanin sedang terhadap kadar tanin rendah sebesar 2.73, jika peneliti

menetapkan confounding sebesar 10%, maka PR Adjusted = PR

Crude. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variable usia kehamilan

bukan merupakan variable confounding (confouder Variabel).

Sedangkan dalam penilaian potensial ada atau tidaknya efek

modifikasi, maka didapatkan nilai yang sama antara strata pertama

dengan strata kedua, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel

usia kehamilan bukan variabel yang berpotensi sebagai efek

modifikasi pada hubungan kadar tanin terhadap anemia gizi besi.

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 107: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

91

Universitas Indonesia

5.4.4. Gambaran pengaruh jarak kehamilan ibu terhadap hubungan kadar

tannin dengan anemia gizi besi pada ibu hamil.

Dari analisa hubungan kadar tannin per hari terhadap anemia gizi

besi yang dipengaruhi oleh jarak kehamila ibu hamil, maka

didapatkan dari total 42 ibu hamil yang usia kehamilan ≥ 2 tahun

terdapat diantaranya 4 ibu hamil dengan kadar tannin tinggi, 7 ibu

hamil dengan kadar tanin sedang dan 2 ibu hamil dengan kadar

tannin rendah menderita anemi gizi besi (serum ferritin rendah).

Sedangkan 8 ibu hamil dengan kadar tannin tinggi, 13 ibu hamil

dengan kadar tanin sedang dan 8 ibu hamil dengan kadar tannin

rendah tidak menderita anemia gizi besi (serum ferritin normal).

Selanjutnya dari total 52 ibu dengan jarak kehamilan < 2 tahun

terdapat diantaranya 8 ibu hamil dengan kadar tannin tinggi, 13

ibu hamil dengan kadar tanin sedang dan 2 ibu hamil dengan

kadar tannin rendah menderita anemi gizi besi (serum ferritin

rendah). Sedangkan 6 ibu hamil dengan kadar tannin tinggi, 11 ibu

hamil dengan kadar tanin sedang dan 12 ibu hamil dengan kadar

tannin rendah tidak menderita anemia gizi besi (serum ferritin

normal).

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 108: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

92

Universitas Indonesia

Tabel 5.28

Pengaruh Jarak Kehamilan Ibu terhadap Hubungan Kadar

Tanin dengan Anemia Gizi Besi pada Ibu Hamil di UPT

Puskesmas Citeureup Kabupaten Bogor Tahun 2012

Jarak

Kehamilan

Kadar

Tanin

Anemia Gizi Besi PR P

Value

SF Rendah SF Tinggi Total

n % N % n % < 2 tahun Tinggi 4 33.3 8 66.7 12 100 PR tanin

tinggi-rendah = 1.67 sedang-rendah = 1.75

0.073

Sedang 7 35 13 65 20 100

Rendah 2 20 8 80 10 100

Total 13 31 29 69 42 100 ≥ 2 tahun Tinggi 8 57.1 6 42.9 14 100 PR tanin

tinggi-rendah = 4.0 sedang-rendah = 3.79

0.063

Sedang 13 54.2 11 45.8 24 100

Rendah 2 14.3 12 85.7 14 100

Total 23 44.2 29 55.8 52 100 PR adjusted tanin tinggi-rendah = 2.81 (CI 95% 0.9 – 8.7)

PR adjusted tanin sedang-rendah = 2.76 (CI 95% 0.95 – 8.09)

Dari tabel diatas terdapat nilai masing-masing strata, dimana PR

adjusted pada kadar tanin tinggi terhadap kadar tanin rendah

sebesar = 2.81 dengan CI 95% 0.9 – 8.7 dan PR adjusted pada

kadar tanin sedang terhadap kadar tanin rendah sebesar = 2.76

dengan CI 95% 0.95 – 8.09 dan PR bivariat/crude untuk kadar

tanin tinggi terhadap rendah sebesar 2.77 dan PR Bivariat/crude

kadar tanin sedang terhadap kadar tanin rendah sebesar 2.73, jika

peneliti menetapkan confounding sebesar 10%, maka PR Adjusted

= PR Crude. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variable usia

kehamilan bukan merupakan variable confounding (confouder

Variabel). Sedangkan dalam penilaian potensial ada atau tidaknya

efek modifikasi, maka didapatkan nilai yang berbeda antara strata

pertama dengan strata kedua, sehingga dapat disimpulkan bahwa

variabel jarak kehamilan merupakan variabel yang berpotensi

sebagai efek modifikasi pada hubungan kadar tanin terhadap

anemia gizi besi. Tetapi setalh dilakukan Homogenity test,

didapatkan hasil > 0.05 sehingga dapat disimpulkan tidak adanya

interaksi statistik antara variabel jarak kehamilan dengan kadar

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 109: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

93

Universitas Indonesia

tanin teh celup. Secara teori belum terbukti adanya interaksi

biologis antara jarak kehamilan dengan kadar tanin teh celup.

5.4.5. Gambaran pengaruh jarak kelahiran ibu terhadap hubungan kadar

tannin dengan anemia gizi besi pada ibu hamil

Dari analisa hubungan kadar tannin per hari terhadap anemia gizi

besi yang dipengaruhi oleh jarak kelahiran, maka didapatkan dari

total 36 ibu hamil yang jarak kelahiran ≥ 2 anak terdapat

diantaranya 4 ibu hamil dengan kadar tannin tinggi, 7 ibu hamil

dengan kadar tanin sedang dan tidak ada ibu hamil dengan kadar

tannin rendah menderita anemi gizi besi (serum ferritin rendah).

Sedangkan 6 ibu hamil dengan kadar tannin tinggi, 13 ibu hamil

dengan kadar tanin sedang dan 6 ibu hamil dengan kadar tannin

rendah tidak menderita anemia gizi besi (serum ferritin normal).

Selanjutnya dari total 58 ibu dengan jarak kelahiran < 2 anak

terdapat diantaranya 8 ibu hamil dengan kadar tannin tinggi, 13

ibu hamil dengan kadar tanin sedang dan 4 ibu hamil dengan

kadar tannin rendah menderita anemi gizi besi (serum ferritin

rendah). Sedangkan 8 ibu hamil dengan kadar tannin tinggi, 11 ibu

hamil dengan kadar tanin sedang dan 14 ibu hamil dengan kadar

tannin rendah tidak menderita anemia gizi besi (serum ferritin

normal).

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 110: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

94

Universitas Indonesia

Tabel 5.29

Pengaruh Jumlah Kelahiran Ibu terhadap Hubungan Kadar

Tanin dengan Anemia Gizi Besi pada Ibu Hamil di UPT

Puskesmas Citeureup Kabupaten Bogor Tahun 2012

Jarak

Kelahiran

Kadar

Tanin

Anemia Gizi Besi PR P

Value

SF Rendah SF Tinggi Total

n % N % n % ≤ 2 anak Tinggi 4 40 6 60 10 100 PR tanin

tinggi-rendah = - sedang-rendah = -

0.063

Sedang 7 35 13 65 20 100

Rendah 0 0 6 100 6 100

Total 11 30.6 25 69.4 36 100 >2 anak Tinggi 8 50 8 50 16 100 PR tanin

tinggi-rendah = 2.25 sedang-rendah = 2.44

0.048

Sedang 13 54.2 11 45.8 24 100

Rendah 4 22.2 14 77.8 18 100

Total 25 43.1 33 56.9 58 100 PR adjusted tanin tinggi-rendah = 2.93 (CI 95% 0.94 – 9.1)

PR adjusted tanin sedang-rendah = 2.97(CI 95% 1.00 – 8.76)

Dari tabel diatas terdapat nilai masing-masing strata, dimana PR

adjusted pada kadar tanin tinggi terhadap kadar tanin rendah

sebesar = 2.93 dengan CI 95% 0.94 – 9.1 dan PR adjusted pada

kadar tanin sedang terhadap kadar tanin rendah sebesar = 2.97

dengan CI 95% 1.00 – 8.76 dan PR bivariat/crude untuk kadar

tanin tinggi terhadap rendah sebesar 2.77 dan PR Bivariat/crude

kadar tanin sedang terhadap kadar tanin rendah sebesar 2.73, jika

peneliti menetapkan confounding sebesar 10%, maka PR Adjusted

≠ PR Crude. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variable jumlah

kelahiran merupakan variable yang berpotensi sebagai

confounding (confouder Variabel). Sedangkan dalam penilaian

potensial efek modifikasi tidak dapat terlihat interaksi secara

statistik oleh karena pada strata pertama terdapat nilai 0 pada salah

satu sel dan juga belum ditemukan interaksi biologis pada teori

yang ada.

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 111: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

95

Universitas Indonesia

5.4.6. Gambaran pengaruh Konsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) ibu

terhadap hubungan kadar tannin dengan anemia gizi besi pada ibu

hamil

Dari analisa hubungan kadar tannin per hari terhadap anemia gizi

besi yang dipengaruhi oleh konsumsi tablet tambah darah, maka

didapatkan dari total 10 ibu hamil yang tidak mengkonsumsi

terdapat diantaranya 1 ibu hamil dengan kadar tannin tinggi, 3 ibu

hamil dengan kadar tanin sedang dan tidak ada ibu hamil dengan

kadar tannin rendah menderita anemi gizi besi (serum ferritin

rendah). Sedangkan 1 ibu hamil dengan kadar tannin tinggi, 2 ibu

hamil dengan kadar tanin sedang dan 3 ibu hamil dengan kadar

tannin rendah tidak menderita anemia gizi besi (serum ferritin

normal). Selanjutnya dari total 84 ibu yang mengkonsumsi tablet

tambah darah terdapat diantaranya 11 ibu hamil dengan kadar

tannin tinggi, 17 ibu hamil dengan kadar tanin sedang dan 4 ibu

hamil dengan kadar tannin rendah menderita anemi gizi besi

(serum ferritin rendah). Sedangkan 13 ibu hamil dengan kadar

tannin tinggi, 22 ibu hamil dengan kadar tanin sedang dan 17 ibu

hamil dengan kadar tannin rendah tidak menderita anemia gizi besi

(serum ferritin normal).

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 112: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

96

Universitas Indonesia

Tabel 5.30

Pengaruh Konsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) Ibu

terhadap Hubungan Kadar Tanin dengan Anemia Gizi Besi

pada Ibu Hamil di UPT Puskesmas Citeureup Kabupaten

Bogor Tahun 2012

Status

Konsumsi

TTD

Kadar

Tanin

Anemia Gizi Besi PR P

Value

SF Rendah SF Tinggi Total

n % N % n % Tidak Tinggi 1 50 1 50 2 100 PR tanin

tinggi-rendah = - sedang-rendah = -

0.077

Sedang 3 60 2 40 5 100

Rendah 0 0 3 100 3 100

Total 4 40 6 60 10 100 Ya Tinggi 11 45.8 13 54.2 24 100 PR tanin

tinggi-rendah = 2.41 sedang-rendah = 2.29

0.07

Sedang 17 43.6 22 56.4 39 100

Rendah 4 19 17 81 21 100

Total 32 38.1 52 61.9 84 100 PR adjusted tanin tinggi-rendah = 2.78 (CI 95% 0.89 – 8.6)

PR adjusted tanin sedang-rendah = 2.73 (CI 95% 0.93 – 7.99)

Dari tabel diatas terdapat nilai masing-masing strata, dimana PR

adjusted pada kadar tanin tinggi terhadap kadar tanin rendah

sebesar = 2.78 dengan CI 95% 0.89 – 8.6 dan PR adjusted pada

kadar tanin sedang terhadap kadar tanin rendah sebesar = 2.73

dengan CI 95% 0.93 – 7.99 dan PR bivariat/crude untuk kadar

tanin tinggi terhadap rendah sebesar 2.77 dan PR Bivariat/crude

kadar tanin sedang terhadap kadar tanin rendah sebesar 2.73, jika

peneliti menetapkan confounding sebesar 10%, maka PR Adjusted

= PR Crude. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variable

konsumsi tablet tambah darah bukan merupakan variable

confounding (confouder Variabel). Sedangkan dalam penilaian

potensial efek modifikasi tidak dapat terlihat interaksi secara

statistik oleh karena pada strata pertama terdapat nilai 0 pada salah

satu sel dan juga belum ditemukan interaksi biologis pada teori

yang ada.

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 113: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

97

Universitas Indonesia

5.4.7. Gambaran pengaruh Status Gizi Ibu terhadap hubungan kadar

tannin dengan anemia gizi besi pada ibu hamil

Dari analisa hubungan kadar tannin per hari terhadap anemia gizi

besi yang dipengaruhi oleh status gizi ibu hamil, maka didapatkan

dari total 13 ibu hamil yang memiliki status gizi kurang energi

kronik (KEK) terdapat diantaranya 2 ibu hamil dengan kadar

tannin tinggi, 2 ibu hamil dengan kadar tanin sedang 1 ibu hamil

dengan kadar tannin rendah menderita anemi gizi besi (serum

ferritin rendah). Sedangkan 4 ibu hamil dengan kadar tannin tinggi,

1 ibu hamil dengan kadar tanin sedang dan 3 ibu hamil dengan

kadar tannin rendah tidak menderita anemia gizi besi (serum

ferritin normal). Selanjutnya dari total 81 ibu yang tidak beresiko

kurang energi kronik (KEK) terdapat diantaranya 10 ibu hamil

dengan kadar tannin tinggi, 18 ibu hamil dengan kadar tanin

sedang dan 3 ibu hamil dengan kadar tannin rendah menderita

anemi gizi besi (serum ferritin rendah). Sedangkan 10 ibu hamil

dengan kadar tannin tinggi, 23 ibu hamil dengan kadar tanin

sedang dan 17 ibu hamil dengan kadar tannin rendah tidak

menderita anemia gizi besi (serum ferritin normal).

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 114: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

98

Universitas Indonesia

Tabel 5.31

Pengaruh Status Gizi Ibu terhadap Hubungan Kadar Tanin

dengan Anemia Gizi Besi pada Ibu Hamil di UPT Puskesmas

Citeureup Kabupaten Bogor Tahun 2012

Status Gizi Kadar

Tanin

Anemia Gizi Besi PR P

Value

SF Rendah SF Tinggi Total

n % N % n % Kurang

Energi

Kronik

(KEK)

Tinggi 2 33.3 4 66.7 6 100 PR tanin tinggi-rendah = 1.33 sedang-rendah = 2.07

0.08

Sedang 2 66.7 1 33.3 3 100

Rendah 1 25 3 75 4 100

Total 5 38.5 8 61.5 13 100 Tidak KEK Tinggi 10 50 10 50 20 100 PR tanin

tinggi-rendah = 3.33 sedang-rendah = 2.93

0.067

Sedang 18 43.9 23 56.1 41 100

Rendah 3 15 17 85 20 100

Total 31 38.3 50 61.7 81 100 PR adjusted tanin tinggi-rendah = 2.76 (CI 95% 0.89 – 8.6)

PR adjusted tanin sedang-rendah = 2.74 (CI 95% 0.93 – 8.05)

Dari tabel diatas terdapat nilai masing-masing strata, dimana PR

adjusted pada kadar tanin tinggi terhadap kadar tanin rendah

sebesar = 2.76 dengan CI 95% 0.89 – 8.6 dan PR adjusted pada

kadar tanin sedang terhadap kadar tanin rendah sebesar = 2.74

dengan CI 95% 0.93 – 8.05 dan PR bivariat/crude untuk kadar

tanin tinggi terhadap rendah sebesar 2.77 dan PR Bivariat/crude

kadar tanin sedang terhadap kadar tanin rendah sebesar 2.73, jika

peneliti menetapkan confounding sebesar 10%, maka PR Adjusted

= PR Crude. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variable status

gizi ibu bukan merupakan variable confounding (confouder

Variabel). Sedangkan dalam penilaian potensial ada atau tidaknya

efek modifikasi, maka didapatkan nilai yang berbeda antara strata

pertama dengan strata kedua, sehingga dapat disimpulkan bahwa

variabel status gizi ibu merupakan variabel yang berpotensi

sebagai efek modifikasi pada hubungan kadar tanin terhadap

anemia gizi besi. Tetapi setelah dilakukan Homogenity test,

didapatkan hasil > 0.05 sehingga dapat disimpulkan tidak adanya

interaksi statistik antara variabel status gizi ibu dengan kadar tanin

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 115: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

99

Universitas Indonesia

teh celup. Secara teori belum terbukti adanya interaksi biologis

antara status gizi ibu dengan kadar tanin teh celup.

5.4.8. Gambaran Pola Konsumsi Protein Hewani (Heme) terhadap

hubungan kadar tannin dengan anemia gizi besi pada ibu hamil

a) Protein Hewani (Heme) dengan Bioavaiabilitas tinggi

Dari analisa hubungan kadar tannin per hari terhadap anemia gizi

besi yang dipengaruhi oleh pola konsumsi protein hewani dengan

bioavaiabilitas tinggi, maka didapatkan dari total 45 ibu hamil

yang memiliki jarang mengkonsumsi protein hewani dengan

bioavaiabilitas tinggi terdapat diantaranya 6 ibu hamil dengan

kadar tannin tinggi, 9 ibu hamil dengan kadar tanin sedang dan 2

ibu hamil dengan kadar tannin rendah menderita anemi gizi besi

(serum ferritin rendah). Sedangkan 7 ibu hamil dengan kadar

tannin tinggi, 9 ibu hamil dengan kadar tanin sedang dan 12 ibu

hamil dengan kadar tannin rendah tidak menderita anemia gizi besi

(serum ferritin normal). Selanjutnya dari total 49 ibu jarang

mengkonsumsi protein hewani dengan bioavaiabilitas tinggi

terdapat diantaranya 6 ibu hamil dengan kadar tannin tinggi, 11

ibu hamil dengan kadar tanin sedang dan 2 ibu hamil dengan

kadar tannin rendah menderita anemi gizi besi (serum ferritin

rendah). Sedangkan 7 ibu hamil dengan kadar tannin tinggi, 15 ibu

hamil dengan kadar tanin sedang dan 8 ibu hamil dengan kadar

tannin rendah tidak menderita anemia gizi besi (serum ferritin

normal).

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 116: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

100

Universitas Indonesia

Tabel 5.32

Pengaruh Pola Konsumsi Protein Hewani dengan

Bioavaiabilitas Tinggi terhadap Hubungan Kadar Tanin

dengan Anemia Gizi Besi pada Ibu Hamil di UPT Puskesmas

Citeureup Kabupaten Bogor Tahun 2012

Pola

Konsumsi

Protein

Hewani dg

Bio. Tinggi

Kadar

Tanin

Anemia Gizi Besi PR P

Value

SF Rendah SF Tinggi Total

n % N % n % Jarang Tinggi 6 46.2 7 53.8 13 100 PR tanin

tinggi-rendah = 3.23 sedang-rendah = 3.5

0.07

Sedang 9 50 9 50 18 100

Rendah 2 14.3 12 85.7 14 100

Total 17 37.8 28 62.2 45 100 Sering Tinggi 6 46.2 7 53.8 13 100 PR tanin

tinggi-rendah = 2.31 sedang-rendah = 2.12

0.06

Sedang 11 42.3 15 57.7 26 100

Rendah 2 20 8 80 10 100

Total 19 38.8 30 61.2 49 100 PR adjusted tanin tinggi-rendah = 2.78 (CI 95% 0.89 – 8.64)

PR adjusted tanin sedang-rendah = 2.75 (CI 95% 0.9 – 8.1)

Dari tabel diatas terdapat nilai masing-masing strata, dimana PR

adjusted pada kadar tanin tinggi terhadap kadar tanin rendah

sebesar = 2.78 dengan CI 95% 0.89 – 8.64 dan PR adjusted

pada kadar tanin sedang terhadap kadar tanin rendah sebesar =

2.75 dengan CI 95% 0.9 – 8.1 dan PR bivariat/crude untuk

kadar tanin tinggi terhadap rendah sebesar 2.77 dan PR

Bivariat/crude kadar tanin sedang terhadap kadar tanin rendah

sebesar 2.73, jika peneliti menetapkan confounding sebesar 10%,

maka PR Adjusted = PR Crude. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa variable pola konsumsi protein hewani dengan

bioavaiabilitas tinggi ibu bukan merupakan variable

confounding (confouder Variabel). Sedangkan dalam penilaian

potensial ada atau tidaknya efek modifikasi, maka didapatkan

nilai yang berbeda antara strata pertama dengan strata kedua,

sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel pola konsumsi

protein hewani dengan bioavaiabilitas tinggi ibu merupakan

variabel yang berpotensi sebagai efek modifikasi pada

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 117: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

101

Universitas Indonesia

hubungan kadar tanin terhadap anemia gizi besi. Secara teori

dan beberapa penelitian telah menyimpulkan bahwa tanin dapat

menghambat zat besi yang terdapat di protein hewani dengan

bioavaiabilitas tinggi jika dikonsumsi secara bersamaan atau

dalam rentang waktu < 2 jam. Hal ini terjadi karena sifat tanin

sebagai penghambat absorbsi zat besi. Tetapi setelah dilakukan

Homogenity test, didapatkan hasil > 0.05 sehingga dapat

disimpulkan tidak adanya interaksi statistik antara variabel pola

konsumsi protein hewani dengan bioavaiabilitas tinggi dengan

kadar tanin teh celup. Dalam penelitian ini belum terbukti

adanya interaksi biologis antara variabel pola konsumsi protein

hewani dengan bioavaiabilitas tinggi dengan kadar tanin teh

celup oleh karena jumlah sampel yang kurang untuk

membuktikan adanya interaksi secara statistik.

b) Protein Hewani (Heme) dengan Bioavaiabilitas rendah

Dari analisa hubungan kadar tannin per hari terhadap anemia

gizi besi yang dipengaruhi oleh pola konsumsi protein hewani

dengan bioavaiabilitas rendah, maka didapatkan dari total 45

ibu hamil yang memiliki jarang mengkonsumsi protein hewani

dengan bioavaiabilitas rendah terdapat diantaranya 3 ibu hamil

dengan kadar tannin tinggi, 8 ibu hamil dengan kadar tanin

sedang dan 1 ibu hamil dengan kadar tannin rendah menderita

anemi gizi besi (serum ferritin rendah). Sedangkan 5 ibu hamil

dengan kadar tannin tinggi, 14 ibu hamil dengan kadar tanin

sedang dan 14 ibu hamil dengan kadar tannin rendah tidak

menderita anemia gizi besi (serum ferritin normal). Selanjutnya

dari total 49 ibu jarang mengkonsumsi protein hewani dengan

bioavaiabilitas rendah terdapat diantaranya 9 ibu hamil dengan

kadar tannin tinggi, 12 ibu hamil dengan kadar tanin sedang dan

3 ibu hamil dengan kadar tannin rendah menderita anemi gizi

besi (serum ferritin rendah). Sedangkan 9 ibu hamil dengan

kadar tannin tinggi, 10 ibu hamil dengan kadar tanin sedang dan

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 118: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

102

Universitas Indonesia

6 ibu hamil dengan kadar tannin rendah tidak menderita anemia

gizi besi (serum ferritin normal).

Tabel 5.33

Pengaruh Pola Konsumsi Protein Hewani dengan

Bioavaiabilitas Rendah terhadap Hubungan Kadar Tanin

dengan Anemia Gizi Besi pada Ibu Hamil di UPT Puskesmas

Citeureup Kabupaten Bogor Tahun 2012

Pola

Konsumsi

Protein

Hewani dg

Bio.Rendah

Kadar

Tanin

Anemia Gizi Besi PR P

Value

SF Rendah SF Tinggi Total

n % N % n % Jarang Tinggi 3 37.5 5 62.5 8 100 PR tanin

tinggi-rendah = 5.63 sedang-rendah = 5.45

0.14

Sedang 8 36.4 14 63.6 22 100

Rendah 1 6.7 14 93.3 15 100

Total 12 26.7 33 73.3 45 100 Sering Tinggi 9 50 9 50 18 100 PR tanin

tinggi-rendah = 1.50 sedang-rendah = 1.64

0.09

Sedang 12 54.5 10 45.5 22 100

Rendah 3 33.3 6 66.7 9 100

Total 24 49 25 51 49 100 PR adjusted tanin tinggi-rendah = 2.36 (CI 95% 0.75 – 7.47)

PR adjusted tanin sedang-rendah = 2.56 (CI 95% 0.87 – 7.5)

Dari tabel diatas terdapat nilai masing-masing strata, dimana PR

adjusted pada kadar tanin tinggi terhadap kadar tanin rendah

sebesar = 2.36 dengan CI 95% 0.75 – 7.47 dan PR adjusted

pada kadar tanin sedang terhadap kadar tanin rendah sebesar =

2.56 dengan CI 95% 0.87 – 7.5 dan PR bivariat/crude untuk

kadar tanin tinggi terhadap rendah sebesar 2.77 dan PR

Bivariat/crude kadar tanin sedang terhadap kadar tanin rendah

sebesar 2.73, jika peneliti menetapkan confounding sebesar 10%,

maka PR Adjusted ≠ PR Crude. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa variable pola konsumsi protein hewani dengan

bioavaiabilitas rendah merupakan variable confounding

(confouder Variabel). Sedangkan dalam penilaian potensial ada

atau tidaknya efek modifikasi, maka didapatkan nilai yang

berbeda antara strata pertama dengan strata kedua, sehingga

dapat disimpulkan bahwa variabel pola konsumsi protein

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 119: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

103

Universitas Indonesia

hewani dengan bioavaiabilitas rendah ibu merupakan variabel

yang berpotensi sebagai efek modifikasi pada hubungan kadar

tanin terhadap anemia gizi besi. Secara teori dan beberapa

penelitian telah menyimpulkan bahwa tanin dapat menghambat

zat besi yang terdapat di protein hewani dengan bioavaiabilitas

tinggi jika dikonsumsi secara bersamaan atau dalam rentang

waktu < 2 jam. Hal ini terjadi karena sifat tanin sebagai

penghambat absorbsi zat besi. Tetapi setelah dilakukan

Homogenity test, didapatkan hasil > 0.05 sehingga dapat

disimpulkan tidak adanya interaksi statistik antara variabel pola

konsumsi protein hewani dengan bioavaiabilitas rendah dengan

kadar tanin teh celup. Dalam penelitian ini belum terbukti

adanya interaksi biologis antara variabel pola konsumsi protein

hewani dengan bioavaiabilitas rendah dengan kadar tanin teh

celup oleh karena jumlah sampel yang kurang untuk

membuktikan adanya interaksi secara statistik.

5.4.9. Gambaran Pola Konsumsi Protein Nabati (Non-Heme) terhadap

hubungan kadar tannin dengan anemia gizi besi pada ibu hamil

a) Protein Nabati (Non-Heme) dengan Bioavaiabilitas tinggi

Dari analisa hubungan kadar tannin per hari terhadap anemia

gizi besi yang dipengaruhi oleh pola konsumsi protein nabati

dengan bioavaiabilitas tinggi, maka didapatkan dari total 45 ibu

hamil yang memiliki jarang mengkonsumsi protein nabati

dengan bioavaiabilitas tinggi terdapat diantaranya 7 ibu hamil

dengan kadar tannin tinggi, 11 ibu hamil dengan kadar tanin

sedang dan 2 ibu hamil dengan kadar tannin rendah menderita

anemi gizi besi (serum ferritin rendah). Sedangkan 5 ibu hamil

dengan kadar tannin tinggi, 10 ibu hamil dengan kadar tanin

sedang dan 10 ibu hamil dengan kadar tannin rendah tidak

menderita anemia gizi besi (serum ferritin normal). Selanjutnya

dari total 49 ibu jarang mengkonsumsi protein nabati dengan

bioavaiabilitas tinggi terdapat diantaranya 5 ibu hamil dengan

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 120: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

104

Universitas Indonesia

kadar tannin tinggi, 9 ibu hamil dengan kadar tanin sedang dan

2 ibu hamil dengan kadar tannin rendah menderita anemi gizi

besi (serum ferritin rendah). Sedangkan 9 ibu hamil dengan

kadar tannin tinggi, 14 ibu hamil dengan kadar tanin sedang dan

10 ibu hamil dengan kadar tannin rendah tidak menderita

anemia gizi besi (serum ferritin normal).

Tabel 5.34

Pengaruh Pola Konsumsi Protein Nabati dengan

Bioavaiabilitas Tinggi terhadap Hubungan Kadar Tanin

dengan Anemia Gizi Besi pada Ibu Hamil di UPT Puskesmas

Citeureup Kabupaten Bogor Tahun 2012

Pola

Konsumsi

Protein

Nabati dg

Bio. Tinggi

Kadar

Tanin

Anemia Gizi Besi PR P

Value

SF Rendah SF Tinggi Total

n % N % n % Jarang Tinggi 7 58.3 5 41.7 12 100 PR tanin

tinggi-rendah = 3.50 sedang-rendah = 3.14

0.07

Sedang 11 52.4 10 47.6 21 100

Rendah 2 16.7 10 83.3 12 100

Total 20 44.4 25 55.6 45 100 Sering Tinggi 5 35.7 9 64.3 14 100 PR tanin

tinggi-rendah = 2.14 sedang-rendah = 2.35

0.06

Sedang 9 39.1 14 60.9 23 100

Rendah 2 16.7 10 83.3 12 100

Total 16 32.7 33 67.3 49 100 PR adjusted tanin tinggi-rendah = 2.8 (CI 95% 0.9 – 8.6)

PR adjusted tanin sedang-rendah = 2.75 (CI 95% 0.94 – 8.04)

Dari tabel diatas terdapat nilai masing-masing strata, dimana

PR adjusted pada kadar tanin tinggi terhadap kadar tanin

rendah sebesar = 2.8 dengan CI 95% 0.9 – 8.6 dan PR adjusted

pada kadar tanin sedang terhadap kadar tanin rendah sebesar =

2.75 dengan CI 95% 0.94 – 8.04 dan PR bivariat/crude untuk

kadar tanin tinggi terhadap rendah sebesar 2.77 dan PR

Bivariat/crude kadar tanin sedang terhadap kadar tanin rendah

sebesar 2.73, jika peneliti menetapkan confounding sebesar

10%, maka PR Adjusted = PR Crude. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa variable pola konsumsi protein nabatai

dengan bioavaiabilitas tinggi ibu bukan merupakan variable

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 121: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

105

Universitas Indonesia

confounding (confouder Variabel). Sedangkan dalam penilaian

potensial ada atau tidaknya efek modifikasi, maka didapatkan

nilai yang berbeda antara strata pertama dengan strata kedua,

sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel pola konsumsi

protein nabati dengan bioavaiabilitas tinggi ibu merupakan

variabel yang berpotensi sebagai efek modifikasi pada

hubungan kadar tanin terhadap anemia gizi besi. Tetapi setelah

dilakukan Homogenity test, didapatkan hasil > 0.05 sehingga

dapat disimpulkan tidak adanya interaksi statistik antara

variabel pola konsumsi protein nabati dengan bioavaiabilitas

tinggi dengan kadar tanin teh celup. Dalam penelitian ini

belum terbukti adanya interaksi biologis antara variabel pola

konsumsi protein nabati dengan bioavaiabilitas tinggi dengan

kadar tanin teh celup dan secara teori belum terbukti adanya

interaksi biologis antara pola konsumsi protein nabati dengan

bioavaiabilitas tinggi dengan kadar tanin teh celup.

b) Protein Nabati (Non-Heme) dengan Bioavaiabilitas rendah

Dari analisa hubungan kadar tannin per hari terhadap anemia

gizi besi yang dipengaruhi oleh pola konsumsi protein nabati

dengan bioavaiabilitas rendah, maka didapatkan dari total 44

ibu hamil yang memiliki jarang mengkonsumsi protein nabati

dengan bioavaiabilitas rendah terdapat diantaranya 2 ibu hamil

dengan kadar tannin tinggi, 11 ibu hamil dengan kadar tanin

sedang dan 1 ibu hamil dengan kadar tannin rendah menderita

anemi gizi besi (serum ferritin rendah). Sedangkan 9 ibu hamil

dengan kadar tannin tinggi, 12 ibu hamil dengan kadar tanin

sedang dan 9 ibu hamil dengan kadar tannin rendah tidak

menderita anemia gizi besi (serum ferritin normal). Selanjutnya

dari total 50 ibu jarang mengkonsumsi protein nabati dengan

bioavaiabilitas rendah terdapat diantaranya 10 ibu hamil dengan

kadar tannin tinggi, 9 ibu hamil dengan kadar tanin sedang dan

3 ibu hamil dengan kadar tannin rendah menderita anemi gizi

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 122: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

106

Universitas Indonesia

besi (serum ferritin rendah). Sedangkan 5 ibu hamil dengan

kadar tannin tinggi, 12 ibu hamil dengan kadar tanin sedang dan

11 ibu hamil dengan kadar tannin rendah tidak menderita

anemia gizi besi (serum ferritin normal).

Tabel 5.35

Pengaruh Pola Konsumsi Protein Nabati dengan

Bioavaiabilitas Rendah terhadap Hubungan Kadar Tanin

dengan Anemia Gizi Besi pada Ibu Hamil di UPT Puskesmas

Citeureup Kabupaten Bogor Tahun 2012

Pola

Konsumsi

Protein

Nabati dg

Bio.Rendah

Kadar

Tanin

Anemia Gizi Besi PR P

Value

SF Rendah SF Tinggi Total

n % N % n % Jarang Tinggi 2 18.2 9 81.8 11 100 PR tanin

tinggi-rendah = 1.82 sedang-rendah = 4.78

0.07

Sedang 11 47.8 12 52.2 23 100

Rendah 1 10 9 90 10 100

Total 14 31.8 30 68.2 44 100 Sering Tinggi 10 66.7 5 33.3 15 100 PR tanin

tinggi-rendah = 3.11 sedang-rendah = 2.0

0.058

Sedang 9 42.9 12 57.1 21 100

Rendah 3 21.4 11 78.6 14 100

Total 22 44 28 56 50 100 PR adjusted tanin tinggi-rendah = 2.77 (CI 95% 0.89 – 8.6)

PR adjusted tanin sedang-rendah = 2.83 (CI 95% 0.96 – 8.3)

Dari tabel diatas terdapat nilai masing-masing strata, dimana

PR adjusted pada kadar tanin tinggi terhadap kadar tanin

rendah sebesar = 2.77 dengan CI 95% 0.89 – 8.6 dan PR

adjusted pada kadar tanin sedang terhadap kadar tanin rendah

sebesar = 2.83 dengan CI 95% 0.96 – 8.3 dan PR bivariat/crude

untuk kadar tanin tinggi terhadap rendah sebesar 2.77 dan PR

Bivariat/crude kadar tanin sedang terhadap kadar tanin rendah

sebesar 2.73, jika peneliti menetapkan confounding sebesar

10%, maka PR Adjusted = PR Crude. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa variable pola konsumsi protein nabatai

dengan bioavaiabilitas rendah ibu bukan merupakan variable

confounding (confouder Variabel). Sedangkan dalam penilaian

potensial ada atau tidaknya efek modifikasi, maka didapatkan

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 123: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

107

Universitas Indonesia

nilai yang berbeda antara strata pertama dengan strata kedua,

sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel pola konsumsi

protein nabati dengan bioavaiabilitas rendah ibu merupakan

variabel yang berpotensi sebagai efek modifikasi pada

hubungan kadar tanin terhadap anemia gizi besi. Tetapi setelah

dilakukan Homogenity test, didapatkan hasil > 0.05 sehingga

dapat disimpulkan tidak adanya interaksi statistik antara

variabel pola konsumsi protein nabati dengan bioavaiabilitas

rendah dengan kadar tanin teh celup. Dalam penelitian ini

belum terbukti adanya interaksi biologis antara variabel pola

konsumsi protein nabati dengan bioavaiabilitas rendah dengan

kadar tanin teh celup dan secara teori belum terbukti adanya

interaksi biologis antara pola konsumsi protein nabati dengan

bioavaiabilitas rendah dengan kadar tanin teh celup.

5.4.10. Gambaran Pola Konsumsi Pengikat Absorbsi Zat Besi (Enhauncer

Fe) terhadap hubungan kadar tannin dengan anemia gizi besi pada

ibu hamil

Dari analisa hubungan kadar tannin per hari terhadap anemia gizi

besi yang dipengaruhi oleh pola konsumsi pengikat absorbsi zat

besi, maka didapatkan dari total 45 ibu hamil yang memiliki

jarang mengkonsumsi pengikat absorbsi zat besi terdapat

diantaranya 4 ibu hamil dengan kadar tannin tinggi, 10 ibu hamil

dengan kadar tanin sedang dan 1 ibu hamil dengan kadar tannin

rendah menderita anemi gizi besi (serum ferritin rendah).

Sedangkan 6 ibu hamil dengan kadar tannin tinggi, 10 ibu hamil

dengan kadar tanin sedang dan 14 ibu hamil dengan kadar tannin

rendah tidak menderita anemia gizi besi (serum ferritin normal).

Selanjutnya dari total 49 ibu jarang mengkonsumsi pengikat

absorbsi zat besi terdapat diantaranya 8 ibu hamil dengan kadar

tannin tinggi, 10 ibu hamil dengan kadar tanin sedang dan 3 ibu

hamil dengan kadar tannin rendah menderita anemi gizi besi

(serum ferritin rendah). Sedangkan 8 ibu hamil dengan kadar

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 124: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

108

Universitas Indonesia

tannin tinggi, 14 ibu hamil dengan kadar tanin sedang dan 6 ibu

hamil dengan kadar tannin rendah tidak menderita anemia gizi besi

(serum ferritin normal).

Tabel 5.36

Pengaruh Pola Konsumsi Pengikat Absorbsi Zat Besi

(Enhauncer Fe) terhadap Hubungan Kadar Tanin dengan

Anemia Gizi Besi pada Ibu Hamil di UPT Puskesmas

Citeureup Kabupaten Bogor Tahun 2012

Pola

Konsumsi

Pengikat

Abs. Zat

Besi

Kadar

Tanin

Anemia Gizi Besi PR P

Value

SF Rendah SF Tinggi Total

n % N % n % Jarang Tinggi 4 40 6 60 10 100 PR tanin

tinggi-rendah = 6.0 sedang-rendah = 7.5

0.09

Sedang 10 50 10 50 20 100

Rendah 1 6.7 14 93.3 15 100

Total 15 33.3 30 66.7 45 100 Sering Tinggi 8 50 8 50 16 100 PR tanin

tinggi-rendah = 1.5 sedang-rendah =

1.25

0.07

Sedang 10 41.7 14 58.3 24 100

Rendah 3 33.3 6 66.7 9 100

Total 21 42.9 28 57.1 49 100 PR adjusted tanin tinggi-rendah = 2.68 (CI 95% 0.85 – 8.4)

PR adjusted tanin sedang-rendah = 2.66 (CI 95% 0.9 – 7.84)

Dari tabel diatas terdapat nilai masing-masing strata, dimana PR

adjusted pada kadar tanin tinggi terhadap kadar tanin rendah

sebesar = 2.68 dengan CI 95% 0.85 – 8.4 dan PR adjusted pada

kadar tanin sedang terhadap kadar tanin rendah sebesar = 2.66

dengan CI 95% 0.9 – 7.84 dan PR bivariat/crude untuk kadar tanin

tinggi terhadap rendah sebesar 2.77 dan PR Bivariat/crude kadar

tanin sedang terhadap kadar tanin rendah sebesar 2.73, jika peneliti

menetapkan confounding sebesar 10%, maka PR Adjusted = PR

Crude. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variable pola konsumsi

pengikat absorbsi zat besi ibu bukan merupakan variable

confounding (confouder Variabel). Sedangkan dalam penilaian

potensial ada atau tidaknya efek modifikasi, maka didapatkan nilai

yang berbeda antara strata pertama dengan strata kedua, sehingga

dapat disimpulkan bahwa variabel pola konsumsi protein nabati

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 125: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

109

Universitas Indonesia

dengan bioavaiabilitas rendah ibu merupakan variabel yang

berpotensi sebagai efek modifikasi pada hubungan kadar tanin

terhadap anemia gizi besi. Secara teori dan beberapa penelitian

telah menyimpulkan bahwa tanin dapat menghambat zat besi yang

terdapat di makanan yang bersifat sebagai pengikat zat besi jika

dikonsumsi secara bersamaan atau dalam rentang waktu < 2 jam.

Hal ini terjadi karena sifat tanin yang bertentangan yaitu sebagai

penghambat absorbsi zat besi. Tetapi setelah dilakukan

Homogenity test, didapatkan hasil > 0.05 sehingga dapat

disimpulkan tidak adanya interaksi statistik antara variabel pola

konsumsi pengikat absorbsi zat besi dengan kadar tanin teh celup.

Dalam penelitian ini belum terbukti adanya interaksi biologis

antara variabel pola konsumsi pengikat absorbsi zat besi dengan

kadar tanin teh celup dan secara teori belum terbukti adanya

interaksi biologis antara pola konsumsi pengikat absorbsi zat besi

dengan kadar tanin teh celup.

5.4.11. Gambaran Pola Konsumsi Penghambat Absorbsi Zat Besi

(Inhibitor Fe) terhadap hubungan kadar tannin dengan anemia gizi

besi pada ibu hamil

Dari analisa hubungan kadar tannin per hari terhadap anemia gizi

besi yang dipengaruhi oleh pola konsumsi penghambat absorbsi zat

besi, maka didapatkan dari total 43 ibu hamil yang memiliki

jarang mengkonsumsi penghambat absorbsi zat besi terdapat

diantaranya 5 ibu hamil dengan kadar tannin tinggi, 6 ibu hamil

dengan kadar tanin sedang dan 3 ibu hamil dengan kadar tannin

rendah menderita anemi gizi besi (serum ferritin rendah).

Sedangkan 5 ibu hamil dengan kadar tannin tinggi, 11 ibu hamil

dengan kadar tanin sedang dan 13 ibu hamil dengan kadar tannin

rendah tidak menderita anemia gizi besi (serum ferritin normal).

Selanjutnya dari total 51 ibu jarang mengkonsumsi penghambat

absorbsi zat besi terdapat diantaranya 7 ibu hamil dengan kadar

tannin tinggi, 14 ibu hamil dengan kadar tanin sedang dan 1 ibu

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 126: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

110

Universitas Indonesia

hamil dengan kadar tannin rendah menderita anemi gizi besi

(serum ferritin rendah). Sedangkan 9 ibu hamil dengan kadar

tannin tinggi, 13 ibu hamil dengan kadar tanin sedang dan 7 ibu

hamil dengan kadar tannin rendah tidak menderita anemia gizi besi

(serum ferritin normal).

Tabel 5.36

Pengaruh Pola Konsumsi Penghambat Absorbsi Zat Besi

(Inhibitor Fe) terhadap Hubungan Kadar Tanin dengan

Anemia Gizi Besi pada Ibu Hamil di UPT Puskesmas

Citeureup Kabupaten Bogor Tahun 2012

Pola

Konsumsi

Penghambat

Abs. Zat Besi

Kadar

Tanin

Anemia Gizi Besi PR P

Value

SF Rendah SF Tinggi Total

n % N % n % Jarang Tinggi 5 50 5 50 10 100 PR tanin

tinggi-rendah = 2.67 sedang-rendah = 1.88

0.13

Sedang 6 35.3 11 64.7 17 100

Rendah 3 18.8 13 81.2 16 100

Total 14 32.6 29 67.4 43 100 Sering Tinggi 7 43.8 9 56.2 16 100 PR tanin

tinggi-rendah = 3.5 sedang-rendah = 4.15

0.08

Sedang 14 51.9 13 48.1 27 100

Rendah 1 12.5 7 87.5 8 100

Total 22 43.1 29 56.9 51 100 PR adjusted tanin tinggi-rendah = 2.45 (CI 95% 0.78 – 7.76)

PR adjusted tanin sedang-rendah = 2.62 (CI 95% 0.88 – 7.77)

Dari tabel diatas terdapat nilai masing-masing strata, dimana PR

adjusted pada kadar tanin tinggi terhadap kadar tanin rendah

sebesar = 2.45 dengan CI 95% 0.78 – 7.76 dan PR adjusted pada

kadar tanin sedang terhadap kadar tanin rendah sebesar = 2.62

dengan CI 95% 0.88 – 7.77 dan PR bivariat/crude untuk kadar

tanin tinggi terhadap rendah sebesar 2.77 dan PR Bivariat/crude

kadar tanin sedang terhadap kadar tanin rendah sebesar 2.73, jika

peneliti menetapkan confounding sebesar 10%, maka PR Adjusted

≠ PR Crude. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variable pola

konsumsi penghambat absorbsi zat besi merupakan variable

confounding (confouder Variabel). Sedangkan dalam penilaian

potensial ada atau tidaknya efek modifikasi, maka didapatkan nilai

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 127: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

111

Universitas Indonesia

yang berbeda antara strata pertama dengan strata kedua, sehingga

dapat disimpulkan bahwa variabel pola konsumsi protein nabati

dengan bioavaiabilitas rendah ibu merupakan variabel yang

berpotensi sebagai efek modifikasi pada hubungan kadar tanin

terhadap anemia gizi besi. Secara teori dan beberapa penelitian

telah menyimpulkan bahwa tanin teh merupakan salah satu

komponen makanan yang bersifat sebagai penghambat absorbsi zat

besi. Tetapi setelah dilakukan Homogenity test, didapatkan hasil >

0.05 sehingga dapat disimpulkan tidak adanya interaksi statistik

antara variabel pola konsumsi penghambat absorbsi zat besi

dengan kadar tanin teh celup. Dalam penelitian ini belum terbukti

adanya interaksi biologis antara variabel pola konsumsi

penghambat absorbsi zat besi dengan kadar tanin teh celup dan

secara teori belum terbukti adanya interaksi biologis antara pola

konsumsi penghambat absorbsi zat besi dengan kadar tanin teh

celup.

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 128: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

112

Universitas Indonesia

5.5. Analisa Multivariat

Hasil uji bivariate yang yang tergambar dalam tabel 5.21 maka diseleksi

beberapa variabel untuk masuk ke dalam analisa multivariat.

Tabel 5.38

Penyaringan Variabel untuk diikutsertakan ke dalam analisa

mutivariat kejadian Anemia Gizi Besi

NO Variabel P value Exp(B)

1 Usia ibu hamil * 0.256 0.512

2 Status Pekerjaan (Tidak) 0.562 1.851

3 Trimester ( ketiga)* 0.990 1.005

4 Jarak Kehamilan ( < 2 tahun)* 0.583 0.808

5 Jumlah anak / Paritas (> 2 anak)* 0.548 0.779

6 Konsumsi TTD (tidak)* 0.956 1.033

7 Status gizi (beresiko KEK)* 0.935 0.958

8 Heme dgn Bio. tinggi (jarang)* 0.635 1.183

9 Heme dgn Bio. rendah (jarang) 0.186 0.604

10 Non-Heme dgn Bio. tinggi (jarang) 0.227 1.564

11 Non-Heme dgn Bio. rendah (jarang) 0.197 0.610

12 Enhauncer Fe* 0.851 1.079

13 Inhibitor Fe* 0.845 0.929

14 Kadar tannin (Tinggi thd Rendah) 0.131 2.524

15 Kadar tannin (Sedang thd Rendah) 0.095 2.668

*Tidak diikutsertakan ke dalam permodelan.

** diikutsertakan dalam permodelan karna alasan substansi yang dianggap penting

(variable independen)

Setelah dilakukan penyaringan dari variable bivariate, maka didapatkan 4

variabel yang memenuhi syarat (P ≤ 0,25) yaitu variable Pola konsumsi

protein hewani (heme) dengan bioavaiabilitas rendah, dan Pola konsumsi

protein Nabati (Non-Heme) dengan bioavaiabilitas tinggi, Pola konsumsi

protein Nabati (Non-Heme) dengan bioavaiabilitas rendah, dan kadar tanin

pada teh celup. Selain itu diikutkan juga variabel usia ibu hamil karena

dianggap sebagai variabel yang penting secara substansi. Kelima variabel

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 129: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

113

Universitas Indonesia

tersebut di analisa dengan menggunakan Cox Regression dengan metode

Backward LR, dengan tahapan perubahan besar resiko pada variabel

independen sebagai berikut :

Tabel 5. 39

Tahapan Analisa Multivariat pada Pengaruh Kadar Tanin Teh Celup

terhadap Anemia Gizi Besi pada Ibu Hamil di UPT Puskesmas

Citeureup Kabupaten Bogor tahun 2012

NO Variabel P Value PR Perubahan

PR

1 Usia ibu

Protein Hewani dg Bio.Rendah

Protein Nabati dg Bio.Tinggi

Protein Nabati dg Bio.Rendah

Kadar Tanin Pada Teh Celup

0.186

0.186

0.143

0.220

0.111

0.491

0.620

1.659

0.647

2.540

0.6%

2 Usia ibu

Protein Hewani dg Bio.Rendah

Protein Nabati dg Bio.Tinggi

Kadar Tanin Pada Teh Celup

0.181

0.17

0.222

0.111

0.485

0.609

0.513

2.552

1.1%

3 Usia ibu

Protein Hewani dg Bio.Rendah

Kadar Tanin Pada Teh Celup

0.225

0.198

0.117

0.522

0.628

2.507

0.67%

4 Usia ibu

Kadar Tanin Pada Teh Celup

0.183

0.068

0.492

2.869

13.6%

Dari tabel diatas , tidak terjadi perubahan HR melebihi batasan peneliti

(10%) sehingga terdapat 2 variabel covariat yang dinaytakan sebagai

variabel confounder . sehingga didapatkan permodelan terakhir sebagai

berikut: :

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 130: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

114

Universitas Indonesia

Tabel 5. 40

Variabel yang ikutserta dalam permodelan terakhir

NO Variabel B PR CI 95%

1 Protein Hewani dg Bio.Rendah 0.023 1.024 0.56- 1.85

2 Usia Ibu -0.76 0.493 0.17 – 1.41

3 Kadar Tanin pd Teh Celup 1.044 2.840 0.9 – 9.06

Hasil PR Adjusted variabel kadar tanin sebesar 2.840 (CI 95% 0.9 – 9.06) yang

artinya prevalens ibu hamil dengan kadar tanin yang tinggi 2.084 kali lebih tinggi

untuk menderita anemia gizi besi dibandingkan ibu dengan kadar tani rendah per

harinya setelah di kontrol oleh variabel usia ibu dan pola konsumsi protein hewani

dengan bioavaiabilitas rendah. Dari hasil analisa multivariat dengan model final,

didapatkan pula faktor yang paling dominan yang berperan dalam kejadian

anemia gizi besi yaitu variabel kadar tanin teh celup. Dari tabel di atas dibuat

persamaan dari model terakhir, sebagai berikut :

Kadar Srum Ferritin = ho + e0.023 (heme bio rendah)-0.76(usia ibu)+1.044(tanin teh celup)

Dengan demikian, meskipun hubungan tanin pada teh celup secara statistik tidak

significan tetapi kadar tanin, asupan protein hewani dengan bioavaiabilitas rendah

dan usia ibu dapat memprediksi terjadi kadar serun ferritin ibu hamil.

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 131: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

115

Universitas Indonesia

BAB 6

Pembahasan

6.1. Keterbatasan Penelitian

Beberapa cara telah dilakukan oleh peneliti guna meminimalkan adanya

bias baik berupa bias seleksi, bias informasi, mapun confounding.

Dimana peneliti telah melakukan penggalian informasi pada variabel

covariat yang dianggap berpotensi sebagai confounder lebih dalam pada

tahap design, menggunakan instrument berupa kuesioner yang telah

terstruktur sehingga tidak ada peluang diagnostic Bias pada wawancara,

serta melakukan pengukuran dengan test laboratorium guna

mengkonfirmasi secara pasti status paparan dan outcome sehingga

terhindar dari ancaman validitas internal. Namun, pada studi ini peneliti

belum mampu mengontrol semua hal sehingga masih terdapat beberapa

kelemahan yang perlu dijelaskan dalam bab ini.

Penelitian ini menggunakan desain Cross sectional analytic dimana

kelemahan desain ini yaitu adanya peluang temporal ambiguity bias

akibat desain ini tidak dapat menentukan kausalitas, tetapi pada penelitian

ini telah ditentukan variabel independen utama sebagai penyebab dari

outcome berdasarkan teori yang ada dan dari penelitian-penelitian

sebelumnya. Pada studi ini peneliti melakukan pemilihan sampel dengan

metode random sampling dari daftar ibu hamil di UPT Puskesmas

Citeureup yang terlebih dahulu dipilih berdasarkan kriteria inklusi. Tetapi

adanya kemungkinan terjadi random error atau chance sehingga

mengakibatkan presisi penelitian ini rendah (melebar). Presisi yang

rendah (lebar) pada hasil penelitin ini bias juga disebabkan oleh

penggalian faktor resiko lain diluar faktor resiko utama yang terlalu

banyak.

Terlihat besaran resiko cukup tinggi tetapi Confidence Interval berada di

batas nilai null value dan melewati null value serta nilai probabilitas (P

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 132: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

116

Universitas Indonesia

value) juga tidak menunjukkan signifikansi. Hal ini terjadi oleh karena

jumlah sampel yang pada awalnya dihitung dengan memprediksi populasi

eksposure terdiri dari dua populasi yaitu ekspose dan unekspose, tetapi

pada tahap analisa peneliti memutuskan untuk membagi menjadi tiga

level erksposure dengan beberapa pertimbangan sehingga sampel yang

semula dihitung tidak cukup untuk membuktikan signifikansi secara.

Untuk kemungkinan recall bias pada penelitian ini sangat kecil oleh

karena FFQ dan penilaian paparan merupakan suatu kebiasaan responden

yang dikerjakan sehari-hari.

Bias lain yang dialami oleh penelitian ini yaitu measurement Bias

dimana peneliti mengasumsikan perilaku responden dalam lama

merendam kantung teh, penggunaan sumber air panas dan frekuensi

dalam mengkonsumsi teh dianggap stabil (tidak berubah) tetapi pada

realitanya tidak mungkin terjadi sehingga menghasilkan bias dimana

peneliti tidak bisa mengontrol.

6.2. Karateristik Ibu hamil

Dari total 104 ibu hamil yang memenuhi kriteria inklusi, sebanyak 94 ibu

hamil (participant rate 90,4%) yang bisa diikutkan sampai pada tahap

analisa. 10 ibu hamil non participant terdiri dari 6 ibu mengkonsumsi teh

tubruk , 2 ibu mengkonsumsi teh kemasan yang kemudian di ekskusi dari

studi. 2 ibu hamil tidak dapat melanjutkan wawancara oleh karena kondisi

kesehatan yang tidak memungkinkan.

Dari seluruh ibu hamil yang diikutkan ke dalam analisa didapat

prevalensi anemia gizi besi (analisa serum ferritin) yaitu yang memiliki

nilai serum ferritin < 13 µg/dl sebesar 38,3%. Angka ini lebih rendah

dibandingkan angka yang didapat di penelitian Maria (2002) di

Kabupaten Demak tahun 2002 yang menemukan prevalnesi anemia gizi

besi dengan analisa serum ferritin sebesar 53,7%. Barunawati (2000)

mendapatkan prevalensi pada studinya di Kecamatan Leuwiliang,

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 133: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

117

Universitas Indonesia

Kabupaten Bogor tahun 2000 sebesar 33,3% ibu hamil yang memiliki

kadar serum ferritin di bawah normal. Sedangkan penelitian Tristiyanti

(2006) yang juga di lakukan di Kota Bogor pada tahun 2006 sebesar

62,5% yang dilakukan analisa Hemoglobin. Perbedaan angka tersebut

disebabkan oleh perbedaan budaya dalam mengkonsumsi makanan dan

perbedaan indicator pengukuran, dimana dapat disimpulkan bahwa

analisa serum ferritin lebih tepat digunakan dalam menangkap kasus

anemia gizi besi dibandingkan analisa hemoglobin, oleh karena

penurunan hemoglobin tidak hanya disebabkan oleh defisiensi Fe tetapi

juga dipengaruhi oleh defisiensi asam folat, anemia hemolitik, dsb.

Berdasarkan hasil skoring antara kandungan tannin teh celup berdasarkan

sumber air panas dan lama mencelup kantung teh yang dikolaborasikan

dengan nilai frekuensi konsumsi teh per hari masing-masing responden,

di dapatkan 89,4% ibu hamil mengkonsumsi teh dimana 47,9% nya

dengan kadar tannin tinggi (≥ 2,00 mg/mL). Pada penelitian Tristiyanti

(2006), sebesar 60,9% responden mengkonsumsi teh dengan frekuensi 1-

30 kali sebulan. Pada penelitian ini, 20,2% ibu berusia < 20 dan > 35

tahun, yaitu usia yang beresiko untuk mengandung janin. Usia ibu hamil

merupakan salah satu factor yang dapat mempengaruhi kejadian anemia

karena berpengaruh terhadap kemampuan biologis untuk melahirkan,

tubuh harus siap secara fisik maupun psikis (Santi, 2007).

Sebagian besar ibu hamil tidak berkerja/ibu rumah tangga (92,6%)

sisanya berkerja sebagai buruh pabrik (7,45%). Pekerjaan berpengaruh

terhadap anemia karena ibu hamil mempunyai pendapatan untuk

meningkatkan kualitas makanan yang diolah dikeluarga, tetapi status

pekerjaan yang cukup berat juga turut serta dalam mnentukan resiko

anemia pada ibu hamil jika tidak diseimbangkan pola asupan makanan

dan istirahat. Sebanyak 54,3% ibu hamil memiliki jarak kelahiran < 2

tahun dari kehamilan sebelumnya. Jarak kelahiran yang berdekatan

beresiko meningkatkan anemia gizi besi pada ibu, hal ini berhubungan

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 134: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

118

Universitas Indonesia

dengan peningkatan kebutuhan zat besi pada masa kehamilan. Jumlah

kehamilan (paritas) berhubungan erat dengan anemia gizi besi, dimana

dengan banyaknya jumlah keluarga (anak) berpotensi menurunkan

kualitas asupan makanan seimbang terutama pada keluarga di ekonomi

dengan pendapatan rendah. Pada penelitian ini sebanyak 38,3% ibu hamil

memiliki > 2 anak. Lebih dari 80% ibu hamil mengaku mengkonsumsi

tablet tambah darah baik yang diberikan oleh bidan/Puskesmas maupun

tablet yang dibeli secara mandiri. Dari pengukuran lingkar lengan atas

yang dilakukan oleh para bidan desa saat mengumpulkan data, didapat

sebanyak 13,8% ibu hamil yang memiliki LLA < 23,5 dan digolongkan

sebagai ibu hamil yang beresiko KEK. Hal ini berkaitan dengan rasa mual

yang dikeluhkan ibu sehingga asupan makanan selama hamil tidak

tercukupi.

Berdasarkan penggalian informasi mengenai perilaku mengkonsumsi teh

serta metoda membuat teh sehari-hari, didapatkan sebanyak 55,3% ibu

menyeduh the dengan menggunakan air panas yang dimasak mendidih,

selebihnya sebanyak 34,7% menggunakan air panas dari dispenser.

Sedangkan dalam perilaku lama mencelupkan kantung teh, sebanyak

10,7% ibu mencelupkan kantung selama 1 menit, 47% ibu mencelupkan

kantung teh selama 5 menit dan selebihnya sebanyak 41,7% ibu

mencelupkan kantung teh selama 10 menit.

Pada penelitian ini ibu hamil yang jarang mengkonsumsi protein hewani

dengan bioavaiabilitas tinggi dan rendah masing-masing sebanyak 47,9%.

Ibu hamil yang mengkonsumsi protein nabati dengan bioavaiabilitas

tinggi sebanyak 47,9% dan ibu hamil yang jarang mengkonsumsi protein

nabati dengan bioavaiabilitas rendah sebanyak 46,8%. Untuk konsumsi

pengikat absorbsi zat besi (enhauncer Fe) sebanyak 47,9% persen yang

mengkonsumsi dengan pola jarang sedangkan untuk konsumsi

penghambat zat besi (inhibitor) sebanyak 45,7% yang mengkonsumsi

dengan pola jarang.

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 135: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

119

Universitas Indonesia

6.3. Pengaruh kadar tannin terhadap anemia gizi besi (analisa serum ferritin)

pada ibu hamil

Dengan mengabaikan adanya pengaruh dari factor resiko lain, maka

didapatkan hasil bahwa ibu hamil yang memiliki kadar tannin tinggi per

hari ( > 2,00 mg/mL) 1,217 kali lebih beresiko menderita anemia gizi besi

dibandingkan ibu hamil yang memiliki kadar tannin rendah perharinya.

Dimana dari 45 ibu hamil yang memiliki kadar tannin tinggi, 19 ibu

memiliki kadar serum ferritin yang rendah dan 26 ibu memiliki kadar

serum ferritin normal. Selebihnya dari total 49 ibu hamil yang memiliki

kadar tannin rendah per harinya, sebanyak 17 ibu memiliki kadar serum

ferritin yang rendah dan 32 ibu memiliki kadar serum ferritin normal.

Tidak jauh berbeda dengan penelitain sebelumnya, Tristiyanti (2006)

mendapatkan hasil sebanyak 36 ibu hamil yang mengkonsumsi teh 0-8

kali per bulan, sebanyak 23 ibu menderita anemia dan sisanya sebanyak

13 ibu tidak menderita anemia. Sedangkan pada dari total 28 ibu yang

mengkonsumsi teh dengan frekuensi 9-30 kali sebulan, sebanyak 17 ibu

menderita anemia dan 11 ibu tidak menderita anemia. Hal ini berarti

bahwa semakin sering frekuensi konsumsi teh, maka semakin rendah zat

besi yang diserap oleh tubuh.

6.4. Pengaruh kadar tannin teh terhadap anemi gizi besi (analisa serum

ferritin) dengan pengaruh faktor resiko lain

6.4.1. Pengaruh usia ibu terhadap hubungan kadar tannin pada anemia

gizi besi (analisa serum ferritin) ibu hamil

Dari hasil penelitian ini didapatkan hasil bahwa adanya perbedaan

resiko antara ibu yang berusia < 20 tahun dan > 35 tahun dengan

ibu yang berusia 20 sd 35 tahun. Dimana ibu yang berusia < 20

tahun dan > 35 tahun yang memiliki kadar tannin tinggi per

harinya beresiko 2,1 kali untuk menderita anemia gizi besi

dibandingkan ibu yang berusia sama yang memiliki kadar tannin

lebih rendah per harinya. Sedangkan pada ibu yang berusia 20 sd

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 136: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

120

Universitas Indonesia

35 tahun yang memiliki kadar tannin tinggi perharinya beresiko 1,2

kali untuk menderita anemia gizi besi dibandingkan ibu dengan

usia yang sama yang memiliki kadar tannin lebih rendah per

harinya. Belum ada penelitian yang menggali secara khusus

mengenai pengaruh kadar tannin pada anemia gizi besi jika

dipengaruhi oleh usia ibu hamil, tetapi secara statistik telah

ditemukan bahwa usia ibu pada saat hamil berhubungan dengan

kejadian anemia. Buana (2004) mendapatkan hasil bahwa ibu

hamil yang memiliki usia beresiko (< 20 tahun dan > 35 tahun)

memiliki resiko 5,04 kali untuk menderita anemia dibandingkan

ibu yang memiliki usia tidak beresiko ( 20 sd 35 tahun). Perbedaan

resiko ini bermakna secara statistic dengan nilai P sebesar 0,0005.

6.4.2. Pengaruh status pekerjaan terhadap hubungan kadar tannin pada

anemia gizi besi (analisa serum ferritin) ibu hamil

Hamper seluruh ibu hamil yang ikut dalam penelitian ini sebagai

sampel berstatus tidak berkerja/ ibu rumah tangga. Sehingga

analisa hanya dilakukan pada ibu hamil dengan status berkerja.

Hasil analisa dapat disimpulkan bahwa ibu hamil yang berkerja /

ibu rumah tangga yang mempunyai kadat tannin tinggi beresiko 1,2

kali untuk menderita anemi gizi besi dibandingkan ibu tidak

berkerja/ibu rumah tangga yang memiliki kadar tannin lebih rendah

per harinya. Belum ditemukan penelitian yang menggali mengenai

pengaruh tannin teh terhadap anemia gizi besi yang dipengaruhi

oleh status pekerjaan ibu hamil. Tetapi beberapa penelitian telah

membuktikan secara statistik bahwa tidak ada perbedaan yang

bermakna secara statistic antara status pekerjaan dengan kejadian

anemia. Santi (2006) mendapatkan hasil uji statistik yaitu tidak ada

perbedaan yang bermakna dari latar belakang pekerjaan ibu. Hasil

penelitian ini tidak jauh berbeda dengan hasil yang diungkapkan

oleh penelitian Buana, dimana penelitian ini menghasilkan besaran

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 137: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

121

Universitas Indonesia

resiko yang mendekati nilai null yaitu mendekati tidak adanya

resiko.

6.4.3. Pengaruh usia kehamilan ibu terhadap hubungan kadar tannin pada

anemia gizi besi (analisa serum ferritin) ibu hamil

Uisa kehamilan pada penelitian ini terdiri dari ibu hamil dengan

usia trimester kedua dan trimester ketiga. Dari hasil analisa

didapatkan hasil bahwa ibu dengan usia kehamilan trimester kedua

( > 14 minggu sd 28 minggu) yang memiiki kadar tannin tinggi

perharinya beresiko 1,56 kali untuk menderita anemia

dibandingkan ibu dengan usia kehamilan yang sama yang memiliki

kadar tannin rendah perharinya. Sedangkan ibu dengan usia

kehamilan trimester ketiga (> 28 minggu) tidak memiliki

perbedaan resiko antara ibu yang memiliki kadar tannin tinggi

ataupun rendah. Belum ada penelitian yang menggali secara

khusus mengenai pengaruh kadar tannin / frekuensi konsumsi teh

pada anemia gizi besi yang dipengaruhi oleh usia kehamilan ibu,

tetapi beberapa penelitian telah menemukan hubungan antara usia

kehamilan dengan kejadian anemia ibu hamil. Darlina dan

Hardinsyah (2003) menemukan prevalensi yang berbeda antara

kejadian anemia di masing-masing usia ibu hmail, dimana kejadian

anemia ibu hamil trimester II ( 43,0%) lebih tinggi dibandingkan

trimester III (36,3%). Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat

Suwandono dan Soemantri (1995) yang diacu dalam Tristiyanti

(2006) yang menyatakan bahwa meningkatnya kejadian anemia

dengan bertambahnya umur kehamilan disebabkan terjadinya

perubahan fisiologis pada kehamilan yang dimulai pada minggu

ke-6, yaitu bertambhanya volume plasma dan mencapai puncaknya

pada minggu ke-26 sehingga terjadi penurunan kadar hemoglobin.

Peningkatan volume plasma darahterjadi lebih dahulu

dibandingkan produksi sel darah merah. Kondisi ini menyebabkan

pembentukan sel darah merah terjadi pada pertengahan akhir

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 138: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

122

Universitas Indonesia

kehamilan sehingga konsentrasi mulai meningkat pada trimetsre

ketiga kehamilan.

6.4.4. Pengaruh Jarak kehamilan terhadap hubungan kadar tannin pada

anemia gizi besi (analisa serum ferritin) ibu hamil

Tidak ada perbedaan kejadian anemia antara ibu yang memiliki

jarak kelahiran ≥ 2 tahun antara ibu yang memiliki kadar tannin

tinggi dengan ibu yang memiliki kadar tannin rendah. Berbeda hal

nya dengan ibu yang memiliki jarak kelahiran < 2 tahun, dimana

ibu yang memiliki kadar tannin tinggi beresiko 1,2 kali

dibandingkan yang memiliki kadar tannin rendah. Belum ada

penelitian yang menggali secara khusus mengenai pengaruh kadar

tannin / frekuensi konsumsi teh pada anemia gizi besi yang

dipengaruhi oleh jarak kelahiran, tetapi hal ini sesuai dengan teori

yang ada dimana salah satu penyebab yang dapat memepercepat

terjadinya anemia pada wanita adalah jarak kelahiran yang

pendek .Hal ini disebabkan karena adanya kekurangan nutrisi yang

merupakan mekanisme biologis dari pemulihan factor hormonal

(Tristiyanti, 2006).

6.4.5. Pengaruh jumlah kehamilan (paritas) terhadap hubungan kadar

tannin pada anemia gizi besi (analisa serum ferritin) ibu hamil

Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa ada perbedaan resiko

antara ibu yang memiliki paritas tinggi (> 2 anak) dengan ibu yang

memiliki paritas rendah ( ≤ 2 anak).dimana ibu yang memiliki

paritas tinggi yang memiliki kadar tannin tinggi beresiko 1,4 kali

untuk menderita anemia gizi besi dibandingkan ibu dengan paritas

sama yang memiliki kadar tannin rendah. Sedangkan ibu yang

memiliki paritas rendah yang memiliki kadar tannin tinggi

memiliki resiko 1,2 kali untuk menderita anemia gizi besi

dibandingkan ibu dengan paritas yang sama yang memiliki kadar

tannin lebih rendah perharinya. Paritas atau jumlah persalinan juga

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 139: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

123

Universitas Indonesia

berhubungan dengan anemia, semakin sering seorang wanita

melahirkan maka semakin besar resiko kehlangan darah dan

berdampak pada penurunan kadar hemoglobin (wijianto dalam

Tristiyanti, 2006). Hal ini berbeda dengen penelitin sebelumnya,

Tristiyanti (2006) menunjukkan hasil berupa tidak ada hubungan

yang nyata antara paritas dengan status anemia gizi besi. Tidak

adanya hubungan antara paritas dengan status anemia gizi besi

tersebut diduga karena homogenitas paritas responden, dimana

seluruh responden termasuk kedalam kategori paritas rendah.

6.4.6. Pengaruh konsumsi tablet tambah darah terhadap hubungan kadar

tannin pada anemia gizi besi (analisa serum ferritin) ibu hamil

Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa tidak ada perbedaan

besar resko anemia gizi besi antara ibu hamil yang mengkonsumsi

tablet tambah darah dengan ibu hamil yang tidak mengkonsumsi

tablet tambah darah. Dimana masing-masing ibu yang memiliki

kadar tannin beresiko 1,2 kali lebih tinggi dibandingkan ibu yang

memiliki kadar tannin yang lebih rendah per harinya. Hal ini

berbeda dengan penelitian sebelumnya, Buana (2004)

mendapatkan hasil bahwa adanya kecenderungan semakin kecil ibu

hamil mengkonsumsi tablet besi semakin besar kemungkinan

untuk menderita anemia dan sebaliknya. Perbedaan hasil ini

disebabkan oleh karena homogenitas pada responden yang

mengkonsumsi tablet tambah darah. Penelitian Gabrielli dan De

sandre (1995) yang sebelumnya dilakukan di Italia berupa case

report mendapatkan hasil pada seorang wanita muda berusia 25

tahun yang menderita anemia gizi besi (serum ferritin 3.8 ng/mL),

dimana anemia yang diderita tidak membaik dengan menggunakan

terapi tablet tambah darah sampai pada wanita tersebut

menghentikan kebiasaan minum teh yang biasa dilakukan. Hal ini

menyimpulkan bahwa tablet tambah darah tidak berfungsi atau

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 140: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

124

Universitas Indonesia

berkurang fungsinya jika masih mengkonsumsi teh selama

pengobatan.

6.4.7. Pengaruh status gizi ibu terhadap hubungan kadar tannin pada

anemia gizi besi (analisa serum ferritin) ibu hamil

Pada penelitian ini tidak ditemukan perbedaan resiko antara ibu

yang memiliki status gizi beresiko KEK dengan ibu yang memiliki

status gizi tidak beresiko KEK. Dimana ibu dengan status gizi yang

baik maupun yang buruk yang memiliki kadar tannin tinggi

bereseiko 1,2 kali untuk menderita anemia gizi besi dibandingkan

ibu yang memiliki kadar tannin rendah. Pada penelitian

sebelumnya Buana (2004) memiliki hasil yang berbeda, dimana

ibu hamil yang mempunyai LLA beresiko KEK mempunyai

peluang 4,5 kali untuk menderita anemia dibandingkan ibu hamil

yang tidak mempunyai resiko KEK. Perbedaan hasil analisa ini

terjadi oleh karena homogenitas responden. Ibu hamil yang

diikutkan dalam analisa sebagian besar memiliki status gizi baik

(LLA ≥ 23,5).

6.4.8. Pengaruh pola konsumsi protein hewani (heme) dan protein nabati

(Non-heme) terhadap hubungan kadar tannin pada anemia gizi besi

(analisa serum ferritin) ibu hamil

Pola konsumsi protein hewani (heme) dan protein nabati (non-

heme) masing-masing dibagi menjadi 2, yaitu konsumsi protein

hewani dengan bioavabilitas tinggi dan protein hewani (heme)

dengan bioavaiabilitas rendah, serta protein nabati (non-heme)

dengan bioavaiabilitas tinggi dan protein nabati (non-heme)

dengan bioavaiabilitas rendah.

Pada protein hewani dan protein nabati dengan bioavaiablitas

tinggi, pola frekuensi jarang pada ibu hamil yang memiliki kadar

tannin tinggi lebih meningkatkan resiko untuk menderita anemia

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 141: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

125

Universitas Indonesia

gizi besi (protein hewani 1.83 kali dan protein nabati 1.4 kali)

dibandingkan ibu yang mengkonsumsi pola frekuensi sering baik

pada protein hewani maupun protein nabati dengan bioavaiabilitas

tinggi. Pada protein hewani dengan bioavaiabilitas rendah, ibu

yang mengkonsumsi dengan pola sering maupun jarang tidak

memiliki perbedaan secara bermakna untuk beresiko menderita

anemia gizi besi. Sedangkan pada protein nabati dengan

bioavaiabilitas tinggi, ibu yang memiliki pola frekuensi jarang dan

memiliki kadar tanin tinggi memiliki kemampuan untuk proteksi

diri dari anemia sebesar 0.73 kali dibandingkan ibu yang memiliki

pola frekuensi sering. Pada penelitian ini dilakukan penggalian

mengenai asupan makanan protein hewani yanitu frekuensi

konsumsi daging, ayam, ikan dan telur.

Sesuai dengan hasil diatas, Misterianingtiyas dkk (2007)

mendapatkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat

konsumsi protein dan zat besi mempunyai hubungan yang

signifikan terhadap kejadian anemia pada ibu hamil. Hasil uji

statistic Regresi Linier pada tingkat kepercayaan 95%

menunjukkan hubungan tingkat konsumsi protein terhadap

kejadian anemia diperolah OR=0,286 yang berarti nahwa setiap

penambahan 1 gram proyein akan meningkatkan kadar Hb sebesar

28,6% dari kadar Hb awal. Sedangkan hubungan tingkat konsumsi

zat besi terhadap kejadian anemia diperoleh OR=0,215 yang berarti

bahwa setiap penambahan 1 mg zat besi akan meningkatkan kadar

Hb sebesr 21,5% dari kadara Hb awal. Protein merupakan senyawa

yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi dalam tubuh. Bahan

pengan yang mempunyai kualitas protein yang baik adalah bahan

pangan yang berasal dari hewan, hal ini dikarenakannkandungan

proyein dari pangan hewani lebih tinggi jika dibandingkan dengan

pangan nabati. Selain itu, bahan pangan hewani merupakan bahan

pangan dengan daya absorpsi zat besi yang baik. Namun, bahan

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 142: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

126

Universitas Indonesia

pangan sumber protein yang sering dikonsumsi oleh responden

merupakan bahan pangan nabati yang mempunyai daya serap zat

besi rendah seperti tahun dan tempe.

Hubungan negative antara konsumsi teh (dan kopi) dan status zat

besi yang diukur dengan serum ferritin dilakukan pada studi

dengan presentase defisiensi zat besi yang cukup tinggi (Soustre,

1986) dengan ukuran korelasi sebesar r = -0.20. hasil ini tidak di

adjust pada faktor intake makanan yang dapat mempengaruhi

bioavaiabilitas. Hubungan signifikan mungkin dapat hilang oleh

karena asupan kopi dan produk diet lainnya, tetapi bukan konsumsi

teh (Soustre, 1986 diacu dalam Temme, 2002).

Penelitian lain (van de Vijver et al, 1999) mendapatkan hasil

bahwa tidak ada hubungan antara konsumsi teh dan rendahnya

status zat besi yang dilakukan di Eropa. Selain itu di China (Root

et al, 1999) dengan presentase rendah pada penderita defisiensi

besi, juga menghasilkan bahwa tidak ada hubungan dengan kadar

serum ferritin. Pada studi yang dilakukan di China menunjukkan

dimana wanita dapat beradaptasi dengan baik terhadap intake besi

dan bioavaiabilitas dengan rentang yang luas (Van de Vijver, 1999

dan Root at et al, 1999 diacu dalam Temme, 2002).

6.4.9. Pengaruh pola konsumsi pengikat absorbsi zat besi (enhauncer Fe)

terhadap hubungan kadar tannin pada anemia gizi besi (analisa

serum ferritin) ibu hamil

Dari hasil analisis didapatkan ibu yang mengkonsumsi pengikat

absorbs zat besi dengan pola frekuensi jarang dan memiliki kadar

tannin tinggi beresiko 1,7 kali untuk menderita anemia

dibandingkan ibu yang memiliki kadar tannin rendah. Sedangkan

pada ibu yang mengkonsumsi dengan pola sering dan memiliki

kadar tannin tinggi tidak memiliki perbedaan resiko terhadap ibu

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 143: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

127

Universitas Indonesia

yang memiliki kadar tannin rendah. Dari beberapa penelitian

dibuktikan bahwa tingkat penyerapan zat besi dapat ditingkatkan

dengan penambahan factor yang mempermudah. Vitamin C dapat

meningkatkan absorbs besi non heme hingga emapt kali lipat. Di

dalam tubuh, vitamin C dan besi membentuk senyawa kompleks

askorbat-besi sehingga lebih mudah diserap oleh usus. Karena itu,

sayuran hijau dan buah-buahan yang mengandung vitamin C tinggi

sangat baik sebagai sumber zat besi ( Nailul Izah, 2011).

6.4.10. Pengaruh pola konsumsi penghambat absorbsi zat besi (Inhibitor

Fe) terhadap hubungan kadar tannin pada anemia gizi besi (analisa

serum ferritin) ibu hamil

Pada konsumsi penghambat absorbsi zat besi dengan pola

frekuensi jarang, tidak ada perbedaan resiko bagi ibu yang

memiliki kadar tannin tinggi dengan ibu yang mempunyai kadar

tnin rendah. Sedangkan pada pola frekuensi sering, ibu yang

memiliki kadar tannin tinggi beresiko 1,2 kali untuk menderita

anemia gizi besi dibandingkan ibu yang memiliki kadar tannin

rendah. Raspati (2010) dan Anwar (2009) dalam Nailul Izah (2011)

menyatakn bahwa makanan selain memiliki zat yang membantu

peningkatan penyerapan zat besi, terdapat pula zat yang

menghambat penyerapan zat besi. Jenis makanan yang

mengandung asam tanat (terdapat dalam the dan kopi), kalsium,

fitata, polifenol, oksalat, fosfat, dan obat-obatan (antacid,

tetrasiklin dan kolestriamin) akan mengurangi penyerapan zat besi.

Zat besi dengan senyawa tersebut akan membentuk senyawa

kompleks yang sulit utnuk diserap usus. Dalam penelitian

sebelumnya, Nailul Izah (2011) mendapatkan hasil bahwa

responden yang mengkonsumsi makanan yang mengandung factor

pengahambat absorbs Fe minimal 1 kali sehari mempunyai

kemungkinan menderita anemia sebesar 2,091 kali dibandingkan

yang tidak anemia.

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 144: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

128

Universitas Indonesia

6.5. Pengaruh kadar tannin teh terhadap anemia gizi besi (analisa serum

ferritin) pada ibu hamil setelah di control oleh faktor resiko lain.

Setelah dilakukan analisa multivariate dengan tujuan mengontrol variabel

yang dianggap sebagai variabel confounder yang dapat mempengaruhi

besar resiko sebenarnya, maka didapatkan hasil pengaruh kadar tannin

terhadap anemia gizi besi setalh di control oleh variabel pekerjaan,

perilaku lama mencelup teh, sumber air panas yang digunakan untuk

menyeduh teh, pola konsumsi protein hewani dan pola konsumsi protein

nabati. Didapatkan hasil dengan besar OR adjusted sebsar 1,949 (CI 95%

0,630 – 6,027) yang artinya bahwa ibu yang memiliki kadar tannin tinggi

perharinya memiliki resiko 1,9 kali untuk menderita anemia gizi besi

dibandingkan ibu yang memiliki kadar tannin rendah per harinya. Sesuai

dengan penelitian sebelumnya, Akhmadi (2003) dalam Harnany (2006)

bahwa kebiasaan minum the dan kopi berselang kurang dari 2 jam dari

saat makan mempunyai resiko menderita anema hamper 2 kali (OR=

1,84). Tristiyanti (2006) melakukan uji korelasi rank spearman

menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang nyata antara frekuensi

konsumsi the dengan kadar hemoglobin. Meskipun demikina, terdapat

hubungan nyata negative antara frekuensi konsumsi teh dengan konsumsi

zat besi (r=0,247 ; p< 0,05). Hal ini berarti bahwa semakin sering

frekuensi konsumsi the, maka semakin rendah zat besi yang dikonsumsi.

Sebagaimana yang diketahui bahwa salah satu penyebab anemia adalah

rendahnya konsumsi zat besi. Dengan demikian hubungan antara

frekuensi konsumsi teh dengan status anemia merupakan suatu hubungan

tidak langsung.

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 145: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

129

Universitas Indonesia

BAB 7

Kesimpulan dan Saran

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat

disimpulkan:

1) Pada tahap analisa multivariate, didapatkan hasil bahwa ibu hamil dengan

kadar tannin yang tinggi beresiko 2,84 kali untuk menderita anemia gizi

besi (analisa serum ferritin) setelah di control variabel pola konsumsi

protein hewani (heme) dengan bioavaiablitias rendah dan variabel usia

ibu.

2) Dari hasil analisa bivariate antara variabel independen dengan variabel

dependen tanpa memperhitungkan pengaruh dari variabel lain, maka

dapat disimpulkan bahwa ibu yang memiliki kadar tannin tinggi

perharinya beresiko 2,77 kali untuk menderita anemia gizi besi

dibandingkan ibu yang memiliki kadar tannin lebih rendah.

3) Dari hasil analisa stratifikasi ditemukan bahwa variabel jumlah kelahiran

dan konsumsi protein hewani dengan bioavaiabilitas rendah memiliki

pengaruh sebagai potensial confounding terhadap hubungan kadar tannin

teh celup dengan anemia gizi besi. Dan variabel jarak kehamilan, status

gizi ibu, konsumsi protein nabati dengan bioavaiabilitas tinggi, konsumsi

protein nabati dengan bioavaiabilitas rendah, konsumsi makanan pengikat

absorbsi zaat besi, dan konsumsi makanan penghambat absorbsi zat besi

memiliki pengaruh sebagai potensial efek modifikasi tetapi setelah di uji

variabel-variabel tersebut dinyatakan tidak berinteraksi secara statistik

maupun biologis. Sedangkan variabel konsumsi protein hewani dengan

bioavaiabilitas tinggi dan rendah memiliki interaksi terhadap kadar tanin

tetapi secara statistik belum dapat dibuktikan oleh karena kurangnya

jumlah sampel pada penelitian.

7.2. Saran

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 146: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

130

Universitas Indonesia

Berdasarkan kesimpulan yang ada, maka peneliti mengajukan beberapa saran

sebagai berikut :

1) Perlu adanya sosialisasi yang lebih mengenai perilaku beresiko dalam

mengkonsumsi makanan/minuman yang berpengaruh pada perubahan

manfaat dari makanan yang dikonsumsi oleh ibu hamil, sebagai salah satu

contohnya yaitu konsumsi teh yang tidak sesuai dengan waktu

mengakibatkan terbuangnya zat besi yang dibutuhkan tubuh.

2) Perlu adanya informasi tambahan bagi masyarakat khususnya para ibu

hamil mengenai asupana makanan baik dan tidak baik bagi kesehatan ibu

dan janin. Sekaligus dapat menjadikan ibu dan keluarga ibu hamil lebih

bijak dalam memilih makanan yang bermutu baik.

3) Perlu adanya penelitian yang lebih mendalam yang berkaitan dengan

jumlah sampel yang lebih banyak sehingga dapat memberikan hasil yang

lebih baik, presisi yang lebih sempit sehingga dapat menggali lebih dalam

mengenai kemungkinan adanya efek yang dapat memodifikasi hasil

hubungan kadar tannin teh celup pada kejadian anemia gizi besi pada ibu

hamil.

4) Perlu adanya penelitian lanjut dengan menggunakan design lebih

sempurna sehingga dapat menentukan hubungan kausalitas antara kadar

tanin pada teh terhadap penurunan kadar serum ferritin.

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 147: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

131

Universitas Indonesia

Daftar Pustaka

Almatsier S. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka

Utama.

Achadi E. L, Hansell M. J, Sloan N.L, Anderson M. A. 1995. Women’s

Nutritional Status, Iron Consumption and Weight Gain Pregnancy in

Relation to Neonatal Weight and Length in West Java Indonesia. Jakarta.

International Journal of Gynecology and Obstetrics p: 48-S103-S119.

Ajisaka. 2012. Teh Dahsyat dan Khasiatnya. Surabaya : Penerbit Stomata.

Buana A. 2004. Status Anemia Gizi Ibu Hamil dan Hubungannya dengan

Beberapa Faktor di Kecamatan Abung Surakarta Kabupaten Lampung

Utara tahun 2004 (Tesis). Depok : Program Studi Magister IKM FKMUI.

Cunningham, et al. 2006. Obstetric Williams. Edisi 21. Jakarta : EGC.

Damayanthi E, Kusharto C. M, Suprihartini R, Rohdiana D. 2008. Studi

Kandungan Katekin dan Turunannya sebagai Antioksidan Alami serta

Karateristik Organoleptik Produk Teh Murbei dan Teh Camellia-Mirbei.

Jakarta : Media Gizi dan Keluarga edisi 32(1) : 95-103.

Darlina. 2003. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia Gizi

pada Ibu Hamil (Skripsi). Bogor : Departemen Gizi Masyarakat dan

Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertania Bogor.

Darlina, Hardinsyah. 2003. Faktor Resiko Anemia pada Ibu Hamil di Kota Bogor.

Media Gizi Keluaarga Edisi Desember 2003, 27(2):34-41.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2001. Laporan Survei Kesehatan

Rumah Tangga 2001 : Studi Tindak Lanjut Ibu Hamil. Jakarta : Depkes RI.

Diniatik, Soemardy E, Indri K. 2007. Perbandingan Kadar Flavonoid Total dan

Tanin Total pada Teh Hijau dan Teh Hitam Camellia Siniesis (L)O.K.

Jakarta : Pharmacy Vol.05 No.03hal : 143-152.

Effendi YH, D Briawan, M Barunawati. 2000. Keragaan Konsumsi Pangan dan

Kadar Serum Darah Mineral Besi (Fe) dan Seng (Zn) dalam Setum Darah

Ibu Hamil. Media Gizi dan Keluarga tahun XXIV No.1.

Handayani, R. 2000. Pengaruh Keadaan Sosio-Ekonomi terhadap Pola Konsumsi

Makan dan Hubungannya dengan Zobesitas pada Lansia [skripsi]. Bogor :

Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumbedaya Keluarga, Fakultas Pertanian,

Institut Pertanian Bogor.

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 148: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

132

Universitas Indonesia

Hardinsyah. 2000. Studi Analisis Faktor-faktor Sosial, Ekonomi, dan Biologi

yang Mempengaruhi Kejadian KEK pada Ibu Hamil. Bogor : Departemen

Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut

Pertanian Bogor.

_________, D Briawan. 2000. Dampak Pemberian Biskuit Maltigizi pada

Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil. Media Gizi dan Keluarga tahun

XXIV No.2 : 132-138.

_________, D Martianto. 1992. Gizi Terapan. Bogor : Departemen Pendidikan

dan Kebidayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Pusat antar

Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.

_________, V Tambunan. 2004. Angka Kecukupan Energi, Lemak, dan Serat

Makanan. Di dalam : Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah

dan Globalisasi. Prosiding Widya Karya Pangan dan Gizi VIII; Jakarta,

17-19 Mei 2004. Jakarta : Persagi. 317.

Harli M. 1999. Mengatasi penyebab Anemia Kurang Gizi.

http://www.indomedia.com/intisari/1999/oktober/anemia.htm (tanggal

akses : 3 Juni 2012)

Karyadi E. 2001. Mabuk Pagi, Ibu Hamil Bisa Kurang Gizi.

http://www.indomedia.com/intisari/2001/Sept/warna_hamil.htm. (tanggal

akses : 3 Juni 2012)

Khomsan A. 1997. Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku tentang Anemia pada

Peserta dan Bukan Peserta Program Suplementasi Tablet Besi pada Ibu

Hamil. Media Gizi Keluarga tahun XXI No.2 : 1-7.

__________, 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Bogor : Jurusan Gizi

Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut

Pertanian Bogor.

King J. C , et al. 2006. Obstetric Williams. Edisi 21. Jakarta : EGC.

Mentayadiputra.A, 2011. Kadar Tanin pada Teh Bunga.

http://adyisvip.blogspot.com/2011/10/Kadar-tanin-pada-teh-bunga.html

(tanggal akses : 8 Juni 2012)

Nelson M, Poulter J. 2004. Impact of Tea Drinking on Iron Status in the UK : a

review. England : The British Dietetic Association Ltd. Journal Human

Nutrition dietet, 17, pp: 43-54.

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 149: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

133

Universitas Indonesia

Pusat Pengembangan Konsumsi Pangan (PPKP) Deptan & GMSK-IPB. 2005.

Analisis Kebutuhan Konsumsi Pangan. Bogor : Gizi Masyarakat dan

Sumberdaya Keluarga, Institut Pertanian Bogor.

Riyadi H, Hardinsyah, F Anwar. 1997. Faktor-faktor Resiko Anemia pada Ibu

Hamil. Media Gizi dan Keluarga tahun XXI No.2.

Santi B. 2007. Pengaruh Pemberian Suplemen Tablet Besi folat dan Suplemen

Multivitamin Mineral terhadap Kadar Hemoglobin pada Ibu Hamil

Anemia di Kabupaten Kuningan tahun 2006(tesis). Depok : Program Studi

Magister IKM FKMUI.

Soediaoetama A. D. 1987. Ilmu Gizi. Jakarta : Dian Rakyat.

Setiawan B, S Rahayuningsih. 2004. Angka Kecukupan Vitamin Larut Air. Di

dalam : Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan

Globalisasi. Prosiding Widya Karya Pangan dan Gizi VIII; Jakarta, 17-19

Mei 2004. Jakarta : Persegi. 355.

Slamet. 1993. Analisis Kuantitatif untuk Data Sosial. Solo : Dabara Publidher.

Slamet J S. 1996. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta : Gadjah Mada University

Press.

Suhardjo. 1989. Sosiso Budaya Gizi. Bogor : Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar

Universitas Pagan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.

Sukarni MC. 1989. Kesehatan Keluarga dan Lingkungan. Bogor : Pusat Antar

Universitas. Pagan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.

Suryaningrum R. D, Sulthan M, Profiadi S, Maghfiroh K. 2006. Sebagai Upaya

Peningkata Nilai Guna Teh Celup. Malang : Jurusan Pendidikan Biologi,

FKIP, Universitas Muhammadiyah Malang.

Tristiyanti W.F. 2006. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Anemia pada Ibu

Hamil di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor Jawa Barat (skripsi).

Bogor : Program Studi Sarjana Gizi Masyarakat dan Sumber daya

Keluarga, Fakultas Pertanian , Institut Pertania Bogor.

Wallace H.M, Gold E. M, Lis E. F. 1973. Maternal and Child Health Practice.

USA : Charles C Thomas Publisher.

WHO. 2000. A Health Profile Women of South-East Asia. New De;hi : Regional

Publication SEARO No.34. WHO.

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 150: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

134

Universitas Indonesia

Wijanto. 2002. Dampak Suplementasi Tablet Tambah Darah (TTD) dan Faktor-

faktor yang Berpengaruh terhadap Anemia Gizi Ibu Hamil di Kabupaten

Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah (Skripsi). Bogor : Departemen Gizi

Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut

Pertanian Bogor.

Winarno FG. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka

Utama.

Yongky. 2004. Pertumbuhan dan Perkembangan Prenatal(Tesis). Bogor :

Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Sekolah Pasca

Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Zheng W, et al. 1996. Tea consumption and Cancer Incidence in a Prospective

Cohort Study of Postmenopausal Women. American Journal of

epidemiology Vol.144 No.02 p:175-182.

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 151: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

135

Universitas Indonesia

Inform Concern Form

Pengaruh Kadar Tanin pada teh terhadap anemia gizi besi pada ibu hamil di

UPT Puskesmas Citeureup, Kabupaten Bogor tahun 2012

Peneliti : Putri Bungsu

Program Studi Magister Epidemiologi

Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Indonesia

Penjelasan Penelitian

Sejalan dengan perkembangan teknologi di berbagai bidang termasuk

bidang nutrisi, maka semakin bervariasi pula outcome yang berdampak

pada kesehatan baik bersifat positif maupun negatif. Kemudahan dalam

akses pemenuhan kebutuhan nutrisi juga menuntut masyarakat untuk lebih

teliti sebagai konsumen. Tidak sedikit penelitian yang melaporkan

kejadian penyakit akibat kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai

nutrisi serta dampak negatif yang mungkin timbul. Diantaranya yaitu

konsumsi teh yang merupakan salah satu penghambat zat besi dalam

makanan. Barbagai macam produk teh kemasan dangan suguhan variasi

rasa serta harga yang terjangkau akhir-akhir ini dapat ditemukan secara

mudah tidak hanya di supermarket besar melainkan juga mudah ditemukan

di warung-warung sederhana. Teh kemasan dengan suhu rendah dimana

menjadikan produk ini sebagai minuman populer diberbagai kalangan,

mengingat segudang manfaat teh dan juga rasa minuman yang menjadikan

teh sebagai minuman favorit para ibu hamil saat menghilangkan dahaga.

Penelitian ini bertujuan tertarik untuk melihat pengaruh frekuensi

konsumsi teh terhadap anemia gizi besi pada ibu hamil di Kabupaten

bogor tahun 2012.

Tahapan kegiatan yang dilaksanakan pada penelitian ini adalah :

1. Pemeriksaan darah (Serum ferritin)

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 152: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

136

Universitas Indonesia

2. Wawancara oleh peneliti tentang identitas, riwayat kehamilan,

konsumsi tablet tambah darah dan konsumsi makanan selama

kehamilan da perilaku mengolah serta mengkonsumsi teh.

Identitas ibu akan kami rahasiakan.

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 153: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

137

Universitas Indonesia

Lembar persetujuan

Mengikuti penelitian tentang pengaruh frekuensi teh terhadap anemia gizi besi pada

ibu hamil di Kabupaten Bogor tahun 2012

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama

: ........................................................................................................................

Umur

: ........................................................................................................................

Alamat

: ........................................................................................................................

Setelah membaca dan menerima informasi tentang maksud dan tujuan dari

penelitian/survey ini, maka Saya telah memahaminya dan dengan sukarela ikut

berpartisipasi dalam penelitian/survey ini.

Mengetahui, Bogor, Agustus

2012

Peneliti Hormat Saya

________________

__________________

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 154: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

138

Universitas Indonesia

E. Perilaku Konsumsi Teh

1. Apakah ibu pernah mimun teh Sering

Jarang

Tidak pernah

(lanjut ke lembar terakhir, FFQ)

2. Apa jenis teh yang sering di konsumsi (dibantu dengan alat berupa foto kemasan teh)

(jawaban boleh lebih dari satu) Teh celup

Teh saring Teh tubruk Teh kemasan (botol/kotak)

Lain-lain, sebutkan_________________________________

Bila mengkonsumsi teh celup

1. sebutkan merk teh yang digunakan________________________ (hijau/hitam)

Frekuensi dan Kuantitas 2. Apa wadah/tempat yang biasa di gunakan dalam mengkonsumsi teh

cangkir Gelas Botol ukuran :

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 155: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

139

Universitas Indonesia

3. seberapa sering mengkonsumsi teh celup? < 1 kali sebulan

1-3 kali sebulan 1 kali per minggu 2-4 kali per minggu 5-6 kali per minggu 1 kali per hari 2-3 kali per hari 4-5 kali per hari ≥ 6 kali per hari

4. Berapa rentang waktu antara makan dengan minum teh segera setelah makan

< 2 jam setelah/sebelum makan ≥ 2 jam setelah /sebelum makan Lain-lain, sebutkan_________________________________

5. Berapa banyak cangkir/ gelas / botol yang dihabiskan setiap kali minum < 1

1 2 ≥ 3

Metode Pembuatan Teh celup

6. Apa Wadah/ Tempat yag biasa dipergunaka dalam menyeduh / membuat teh celup cangkir

gelas Ukuran Teko

Botol Ukuran

7. berapa jumlah kantong teh yang dicelupkan setiap kali membuat teh 1 kantong

1 -3 kantong

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 156: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

140

Universitas Indonesia

> 3 kantong

8. Berapa lama kantong di celupkan

< 1 menit 1-3 menit 3-8 menit > 8 menit

9. Air yang digunakan pada saat pencelupan teh Air yang dimasak mendidih

Air panas dispenser/ teko listrik Air biasa

Bila mengkonsumsi teh seduh

1. sebutkan merk teh yang digunakan________________________ (hijau/hitam)

2. Apa wadah/tempat yang biasa di gunakan dalam mengkonsumsi teh cangkir

Gelas Botol ukuran :

3. seberapa sering mengkonsumsi teh celup? < 1 kali sebulan

1-3 kali sebulan 1 kali per minggu 2-4 kali per minggu 5-6 kali per minggu 1 kali per hari 2-3 kali per hari 4-5 kali per hari ≥ 6 kali per hari

4. Berapa rentang waktu antara makan dengan minum teh segera setelah makan

< 2 jam setelah/sebelum makan

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 157: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

141

Universitas Indonesia

≥ 2 jam setelah /sebelum makan Lain-lain, sebutkan_________________________________

5. Berapa banyak cangkir/ gelas / botol yang dihabiskan setiap kali minum < 1

1 2 ≥ 3

Metoda Pembuatan Teh Seduh 6. Apa Wadah/ Tempat yang biasa dipergunakan dalam menyeduh / membuat teh seduh/siram

cangkir gelas Ukuran _________

lainnya __________________

7. Berapa banyak teh yang digunakan_________________________________________________

1/2 sendok makan 1 sendok makan > 2 sendok makan

8. Berapa lama pengendapan teh dalam tempat diseduhnya teh__________________________

< 1 menit 1-2 menit 2-7 menit >7 menit

9. Apa wadah/tempat yang biasa digunakan dalam melarutkan teh yang telah diseduh cangkir

Gelas Botol ukuran :

Teko

6. Air yang digunakan pada saat menyeduh teh Air mendidih

Air panas dari dispenser/teko listrik Air biasa

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 158: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

142

Universitas Indonesia

Bila mengkonsumsi teh kemasan

1. Sebutkan merk teh yang digunakan________________________

2. seberapa sering mengkonsumsi teh celup? < 1 kali sebulan

1-3 kali sebulan 1 kali per minggu 2-4 kali per minggu 5-6 kali per minggu 1 kali per hari 2-3 kali per hari 4-5 kali per hari ≥ 6 kali per hari

3. Berapa rentang waktu antara makan dengan minum teh segera setelah makan

< 2 jam setelah/sebelum makan ≥ 2 jam setelah /sebelum makan Lain-lain, sebutkan_________________________________

4. Berapa Jumlah yang dihabiskan pada satu kali pembelian Habis seluruhnya

Setengah botol/kemasan < setengah botol/kemasan

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 159: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

143

Universitas Indonesia

FOOD FREQUENCY QUESIONARE

Konsumsi heme, non-heme, inhibitor dan enhaucer

Jenis bahan makanan Frekuensi Makan Ket

Ukuran Per hari Per minggu Per Bulan

Sumber Heme

Bioavailabilitas Tinggi

Daging (50 gram)

Ayam (50 gram)

Ikan (50 gram)

Bioavailabilitas Rendah

Telur (60 gram)

Sumber Non- Heme

Bioavailabilitas Tinggi

Brokoli

Kol

Kembang Kol

Labu

wortel

Kentang

Bioavailabilitas Rendah

Kacang Tanah

terung

Tepung terigu

Enhaucer Fe

jeruk (100gram)

Pepaya (100gram)

Lemon

Jambu biji

Stroberi

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 160: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

144

Universitas Indonesia

Tomat

Inhibitor Fe

Teh (200ml)

Kopi (200ml)

Cokelat

Keju

minuman bersoda

Es Krim/Susu

Selai Kacang

Kedelai

Obat : aspirin, Antasida

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 161: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

145

Universitas Indonesia

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012

Page 162: PENGARUH KADAR TANIN PADA TEH CELUP TERHADAP …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334340-T32607-Putri Bungsu.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... yaitu adanya perubahan

146

Universitas Indonesia

Pengaruh kadar..., Putri Bungsu, FKM UI, 2012